ii. kajian pustaka a. pembelajaran tematik, pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/bab...

30
II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan Ilmiah, dan Penilaian Autentik 1. Pembelajaran Tematik a) Pengertian Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 mengacu pada model pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dengan pembelajaran tematik terpadu akan membantu siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sebab pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran yang bermakna. Kemendikbud (2013: 192- 193) menyatakan bahwa pembelajaran tematik terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Sementara Hernawan (2013: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Menurut Rusman (2010: 254), pembelajaran tematik bermakna karena dalam proses pembelajarannya

Upload: lamngoc

Post on 31-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan Ilmiah, dan Penilaian Autentik

1. Pembelajaran Tematik

a) Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 mengacu pada model pembelajaran tematik

terpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dengan

pembelajaran tematik terpadu akan membantu siswa terlibat aktif

dalam proses pembelajaran, sebab pembelajaran tematik terpadu

merupakan pembelajaran yang bermakna. Kemendikbud (2013: 192-

193) menyatakan bahwa

pembelajaran tematik terpadu menggunakan tema sebagai

pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa

mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk

memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.

Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang

mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.

Sementara Hernawan (2013: 1) menyatakan bahwa model

pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang

melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

belajar yang bermakna bagi anak. Menurut Rusman (2010: 254),

pembelajaran tematik bermakna karena dalam proses pembelajarannya

Page 2: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

9

siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui

pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lainnya

yang telah dipahami oleh siswa.

Pengemasan pembelajaran tematik harus dirancang secara tepat

karena akan berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar

anak. Mamat (dalam Prastowo, 2013: 125) mengemukakan bahwa

pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang penuh

makna karena menekankan pada penguasaan bahan (materi) yang

lebih bermakna bagi kehidupan siswa dan mengembangkan

kemampuan berpikir agar dapat mandiri dalam memecahkan suatu

masalah dalam kehidupan nyata. La Iru (dalam Prastowo, 2013: 119)

menyatakan bahwa pembelajaran tematik lebih menekankan pada

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif, sehingga

siswa memperoleh pengalaman langsung dan melatih menemukan

sendiri dengan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by

doing).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis dapat

menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran

yang mengaitkan beberapa mata pelajaran yang dipadukan dalam

sebuah tema yang memberikan pengalaman bermakna dan sesuai

kebutuhan siswa. Maka dalam proses pembelajarannya akan

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah dalam

kehidupan nyata.

Page 3: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

10

b) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik bertolak dari

suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta

didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata

pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang

harus dikembangkan, karenanya tema yang dikembangkan dalam

pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik

tersendiri.

Menurut Munawaroh (2013: 14) menyatakan bahwa karakteristik

pembelajaran tematik diantaranya: (1) berpusat pada siswa, (2)

memberikan pengalaman langsung pada siswa (3) pemisahan mata

pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata

pelajaran, (5) bersifat fleksibel, (6) hasil pembelajaran sesuai dengan

minat dan kebutuhan siswa, dan (7) menggunakan prinsip belajar sambil

bermain dan menyenangkan. Tim Pengembang PGSD (dalam

Munawaroh, 2013: 13) menyatakan karakteristik pembelajaran tematik

diantaranya: (1) menyeluruh (holistic), (2) bermakna, (3) aktif, dan (4)

autentik.

Sesuai dengan pendapat di atas, Hernawan (2013: 2-3)

menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik yang perlu

dipahami dari pembelajaran tematik ini, yaitu:

1. Berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

Page 4: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

11

3. Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4. Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang memberikan

pengalaman bermakna bagi siswa. Selain itu, proses pembelajaran

memberikan penilaian yang sebenarnya, sesuai dengan kegiatan

selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa akan memperoleh

pengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara menyeluruh,

sebab pembelajaran dilaksanakan secara utuh.

c) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

1) Kelebihan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik pada kenyataannya memiliki beberapa

kelebihan. Menurut Fogarty (dalam Munawaroh (2013: 15)

kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah;

(1) pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa, (2)

penulisan dari unitnya sangat dikenal oleh guru, (3) model

ini merupakan perencanaan kurikulum yang “to the point”

sehingga mudah ditangkap oleh guru yang kurang

berpengalaman dan (4) model ini juga mendorong

timbulnya perencanaan bersama karena sebuah tim lintas

mata pelajaran bekerja sama agar tema tersebut dapat

digunakan oleh semua mata pelajaran dan siswa akan

dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda

dapat saling berhubungan.

Page 5: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

12

Kunandar (2007: 315) mengemukakan bahwa pembelajaran

tematik mempunyai kelebihan yakni;

(1) menyenangkan karena berangkat dari minat dan

kebutuhan peserta didik, (2) memberikan pengalaman dan

kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan peserta didik, (3) hasil belajar

dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna,

(4) mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik

sesuai dengan persoalan yang dihadapi, (5) menumbuhkan

keterampilan sosial melalui kerja sama, (6) memiliki sikap

toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang

lain, dan (7) menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai

dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta

didik.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan yang

dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran karena

dikemas dengan tema. Tema yang dikembangkan disesuaikan

dengan kebutuhan siswa sehingga memberikan makna dan

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan

kemampuan berfikirnya.

2) Kekurangan Pembelajaran Tematik

Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki

beberapa kelemahan. Menurut Resmini (2006: 18), pembelajaran

tematik memiliki beberapa kekurangan diantaranya: (1)

kekurangsiapan guru menerimanya, (2) ketidakmampuan siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran, dan (3) suasana dan

penekanan proses pembelajaran yang kurang tepat.

Page 6: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

13

Menurut Kunandar (2007: 317) kelemahan pembelajaran

tematik diantaranya: (1) seorang guru kelas kurang menguasai

secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran

tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti

pokok setiap, (2) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan

metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar tidak akan tercapai.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa dalam proses pembelajaran tematik memiliki kelemahan.

Kelemahan pembelajaran tematik diantaranya, pertama, jika guru

kurang menguasai implementasi pembelajaran tematik maka

proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kedua,

siswa yang tidak bisa menyesuaikan diri untuk mengikuti proses

pembelajaran berbasis tematik akan menghambat kegiatan

pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Ketiga, proses

pembelajaran tidak akan berjalan lancar jika tidak menggunakan

inovasi dan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran.

2. Pendekatan Ilmiah

a. Pengertian Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang digunakan dalam

kurikulum 2013. Melalui pendekatan ilmiah, siswa dapat

mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan. Menurut

Kemendikbud (2013: 207), kurikulum 2013 mengamanatkan esensi

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini

Page 7: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

14

mampu memperbaiki proses pembelajaran sehingga akan

mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik

menjadi lebih baik. Lebih lanjut, Kemendikbud (2013: 209)

menyatakan proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi

kriteria berikut ini:

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau

fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran

tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng

semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-

peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran

subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,

memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi

pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir

hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu

dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,

menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan

objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggung -jawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan

menarik sistem penyajiannya.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa pendekatan ilmiah merupakan salah satu pendekatan yang

digunakan dalam proses pembelajaran untuk merangsang kemampuan

berpikir analisis. Kemampuan analisis yang ilmiah akan membuat

siswa berpikir kritis dengan kejadian yang ada di lingkungan

terdekatnya dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam

kehidupan nyata.

Page 8: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

15

b. Langkah-Langkah Pendekatan Ilmiah

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern

dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Menurut

Kemendikbud (2013: 227), pendekatan ilmiah dalam pembelajaran

meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,

menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran

Lebih lanjut, Kemendikbud (2013: 227-232) mengemukakan

langkah-langkah pendekatan ilmiah tersebut tidak selalu dilalui secara

berurutan. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik

keilmuan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu,

agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat

memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut.

1) Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,

peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini

biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,

biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan

mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Page 9: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

16

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa

ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik

menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang

dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2) Bertanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk

meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia

membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.

Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula

dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan

pembelajar yang baik.

3) Menalar

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam

kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta

didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak

hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas

fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan.

Page 10: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

17

4) Mencoba

Hasil belajar yang nyata didapat oleh peserta didik melalui

mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau

substansi yang sesuai. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan

lancar hal perlu dilakukan yaitu: (1) guru hendaknya merumuskan

tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid, (2) guru bersama

murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3) perlu

memperhitungkan tempat dan waktu, (4) guru menyediakan kertas

kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) guru membicarakan

masalah yang akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) membagi

kertas kerja kepada murid, (7) murid melaksanakan eksperimen

dengan bimbingan guru, dan (8) guru mengumpulkan hasil kerja

murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan

secara klasikal.

5) Mengolah

Tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin

dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran

kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau

manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.

Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah

peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik

terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang

lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik

berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima

Page 11: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

18

kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam

ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik

menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-

sama.

6) Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan

mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan

kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah

mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

7) Mengkomunikasikan

Peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang

telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau

secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh

guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar

apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang

harus diperbaiki.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah yaitu dimulai dari

mengamati, bertanya, menalar, mencoba, mengolah, menyimpulkan,

dan mengkomunikasikan hasil kerjanya. Penerapan langkah-langkah ini

disesuaikan dengan proses pembelajaran yang telah dirancang oleh

guru.

Page 12: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

19

3. Penilaian Autentik

a. Pengertian Penilaian

Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran. Ketika

proses pembelajaran berlangsung, guru dapat memperoleh informasi

mengenai sejauh mana kemampuan yang telah dicapai siswa. Popham

(dalam Uno, 2013: 1-2) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu

proses pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-

variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan

keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar

siswa.

Sesuai dengan pendapat di atas, Depdiknas (2006: 4)

mengemukakan bahwa penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai

cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh

informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian

kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Sementara Uno (2013: 2)

mengemukakan bahwa penilaian diartikan secara sederhana sebagai

proses pengumpulan informasi untuk memperoleh data karakteristik

peserta didik dengan aturan tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa penilaian merupakan salah satu komponen dalam evaluasi.

Penilaian sebagai proses yang ditempuh oleh guru untuk mendapatkan

informasi tentang peserta didik. Adanya penilaian akan membantu

Page 13: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

20

guru menentukan berapa banyak siswa yang telah mampu mencapai

kompetensi atau indikator yang telah ditentukan.

b. Pengertian Penilaian Autentik

Pengertian penilaian autentik sesuai dengan karakteristik

penerapan kurikulum 2013 diiringi oleh sistem penilaian sebenarnya

yaitu penilaian berbasis kelas. Pendekatan penilaian itu disebut

penilaian yang sebenarnya atau penilaian autentik (authentic

assesment).

Penilaian autentik mementingkan penilaian proses dan hasil

sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam

rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif,

apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil

akhir (produk) saja. kinerja siswa yang ditampilkan selama

berlangsungnya kegiatan pembelajaran haruslah dilakukan

selama dan sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses

pembelajaran (Nurgiyantoro, 2008: 251).

Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara

signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,

keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan

sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.

Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau

reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen

autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan

tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim

digunakan. Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna

secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda

terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik

untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru

menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi

pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai

prestasi luar sekolah (Kemendikbud, 2013: 240).

Kemendikbud (2013: 244) mengemukakan bahwa penilaian

autentik ada 4, yaitu: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian proyek, (3)

penilaian portofolio, dan (4) penilaian tertulis. Sebelum melakukan

Page 14: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

21

penilaian guru harus merancang hal-hal yang diperlukan dalam

melakukan penilaian. Kemendikbud (2013: 244) mengemukakan

bahwa guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan

dengan: (1) apa yang akan dinilai, (2) fokus penilaian yang akan

dilakukan dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti

penalaran, memori, atau proses.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa penilaian autentik merupakan proses pengumpulan berbagai

data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar

bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan

benar. Sementara penilaian autentik ada beberapa jenis diantaranya:

(1) penilaian kinerja, (2) penilaian proyek, (3) penilaian portofolio,

dan (4) penilaian tertulis.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan

pendalaman pengetahuan. Menurut Piaget (dalam Rusman, 2010: 202),

belajar merupakan sebuah proses aktif penyusunan pengetahuan di

dalam pikiran siswa untuk membangun pengetahuan yang bermakna.

Belajar pada dasarnya merupakan proses untuk menemukan makna.

Makna yang diciptakan dari apa yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami

sehingga membentuk pengetahuan baru.

Page 15: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

22

Ausubel (dalam Winataputra, 2008: 3.24) menyatakan bahwa

belajar bermakna merupakan proses mengaitkan informasi baru dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Lebih lanjut, Winataputra (2008:

6.6) mengemukakan bahwa belajar bermakna adalah upaya memperoleh

pemahaman atau pengetahuan, siswa mengkonstruksi atau membangun

pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan

pengalaman dan struktur kognitif yang dimilikinya. Menurut Prastowo

(2013: 66), agar siswa dapat membangun pengetahuan, guru harus

mewujudkan situasi belajar yang menyenangkan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang belajar, salah satu teori

yang melandasi pembelajaran adalah teori konstruktivisme. Menurut

Hanafiah (2010: 62) teori konstruktivisme diprakarsai oleh Piaget dan

Vigotsky. Pada dasarnya teori konstruktivisme dalam belajar merupakan

salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai

pusat dalam proses pembelajaran. Trianto (2011: 28) menjelaskan bahwa

teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu

guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa,

melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam

benaknya. Hal ini selaras dengan pendapat Winataputra (2008: 6.7),

bahwa perspektif konstruktivisme pada pembelajaran di kelas dilihat

sebagai proses „konstruksi‟ pengetahuan oleh siswa. Perspektif ini

mengharuskan siswa bersikap aktif. Dalam proses ini siswa

mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan

Page 16: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

23

pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu

dan masa kini.

Karakteristik belajar dengan teori konstruktivisme menekankan

pada proses membangun atau membentuk makna, pengetahuan, konsep

dan gagasan melalui pengalaman serta adanya dialog dalam kelompok

belajar bersama (Winataputra, 2008: 6.10–6.11). Guru membiarkan anak

didik berekplorasi namun memberi semangat dan arahan pada siswa.

Lebih Lanjut, Winataputra (2008: 6.12) mengemukan tiga prinsip utama

pendidikan Indonesia yaitu: (1) “ing ngarso sung tulodo” (bila berada di

depan anak didik, beri contoh tauladan), (2) “ing madyo mbangun karso”

(bila berada di tengah-tengah siswa, bangunkan keinginan anak didik

untuk belajar), dan (3) “tut wuri handayani” (bila berada di belakang

anak didik, beri dorongan semangat).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis dapat

menyimpulkan bahwa teori belajar yang sesuai adalah konstruktivisme,

karena menekankan pada belajar bermakna bagi siswa untuk membangun

pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator. Siswa

diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru

yang didasarkan pada pengalaman nyata siswa.

2. Motivasi Belajar

Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi

tertentu yang menyegerakan siswa untuk melaksanakan apa yang ingin

dilakukan. Motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk

Page 17: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

24

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

Dimyati (2013: 43) mengemukakan bahwa motivasi mempunyai kaitan

yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat cenderung tertarik

perhatiannya sehingga menimbulkan motivasi untuk mempelajari

sesuatu. Lebih lanjut, Dimyati (2013: 90) mengemukakan bahwa

motivasi terbagi dua yaitu: (1) motivasi intrinsik dan (2) motivasi

ekstrinsik. Menurut Hamalik (2008: 162-163), motivasi intrinsik adalah

motivasi yang sebenarnya timbul dari dalam diri siswa sendiri yang

bersifat riil sementara motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

disebabkan oleh faktor- faktor dari luar seperti memperoleh pujian,

hadiah ataupun untuk persaingan.

Sesuai dengan pendapat di atas, Uno (2007: 23) mengemukakan

bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Indikator motivasi belajar menurut Sudjana (2011: 61)

diantaranya: (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, (2)

semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar, (3) tanggung jawab

siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, (4) reaksi yang

ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, dan (5) rasa

senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis dapat

menyimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang

berasal dari dalam diri atau instrinsik (misalnya keinginan untuk

Page 18: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

25

mendapatkan suatu pengetahuan atau mengembangkan sikap) dan

motivasi dari luar diri atau ekstrinsik (misalnya untuk mendapatkan

pujian atau hadiah). Adanya motivasi diharapkan dapat mengubah

perilaku siswa dalam belajar dan menarik minat siswa mengikuti proses

pembelajaran. Indikator motivasi yang akan dikembangkan dalam

penelitian ini yaitu: (1) minat dan perhatian, (2) semangat siswa, (3)

tanggung jawab siswa, (4) reaksi yang ditunjukkan siswa, dan (5) rasa

senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

a) Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Motivasi akan memberikan semangat belajar bagi

siswa sehingga diharapkan adanya perubahan tingkah laku yang lebih

baik. Hamalik (2008: 161) mengemukakan 3 fungsi motivasi yaitu.

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa

motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti

belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan agar siswa mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Artinya motivasi

sebagai mesin dalam diri siswa. Besar kecilnya motivasi

akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan yang

dilakukan.

Suprijono (2011: 163) mengemukakan 3 fungsi motivasi yaitu:

(1) mendorong siswa untuk berbagi pengetahuan dan pengalamannya

dalam kegiatan pembelajaran, (2) memberikan penjelasan mengenai

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan pembelajaran,

dan (3) menyeleksi kegiatan yang sesuai untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Melalui pemberian motivasi dalam belajar akan

Page 19: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

26

menumbuhkan semangat belajar dan mengarahkan siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis dapat

menyimpulkan bahwa fungsi motivasi yaitu sebagai pendorong dan

penggerak untuk mengarahkan siswa agar mencapai tujuan

pembelajaran. Motivasi yang baik akan menumbuhkan semangat

belajar siswa.

b) Prinsip Motivasi Belajar

Pemberian motivasi yang baik akan menciptakan self motivation

dan self discipline bagi siswa. Motivasi pada dasarnya memiliki

prinsip-prinsip di dalam penerapannya. Menurut Kennet H. Hoover

(dalam Hamalik, 2008: 163-166) ada beberapa prinsip-prinsip

motivasi belajar, yaitu:

(1) pujian lebih efektif daripada hukuman, (2) motivasi yang

bersumber dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi

dari luar, (3) pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan

merangsang motivasi belajar, (4) teknik dan prosedur

pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa, (5) motivasi yang kuat erat hubungannya dengan

kreativitas, (6) cara mengajar yang bervariasi akan

menimbulkan situasi belajar yang menantang dan

menyenangkan, (7) guru hendaknya membimbing siswa agar

belajar dalam kelompok agar memiliki nilai kerjasama yang

baik.

Sementara Suprijono (2011: 171) mengemukankan 4 prinsip

motivasi yaitu: (1) gunakan pujian secara verbal dan umpan balik

informatif, (2) memberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuan

barunya, dan (3) guru memberikan kesempatan pada siswa berbagi

pengetahuan atau keterampilan dengan teman-temannya.

Page 20: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

27

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis dapat

menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip motivasi belajar, yaitu: (1)

motivasi belajar siswa akan berkembang jika disertai pujian dari pada

hukuman, (2) motivasi intrinsik siswa dalam belajar akan lebih baik

daripada motivasi ekstrinsik, (3) metode pembelajaran yang bervariasi

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Penerapan prinsip-prinsip

disertai inovasi dalam proses pembelajaran akan meningkatkan

motivasi.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan proses

pembelajaran. Menurut Permendiknas No 54 (2013: 2-3) tentang SKL

(Standar Kompetensi Lulusan) menyatakan bahwa hasil belajar

mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara

Kunandar (2010: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

perubahan individu yang belajar, tidak hanya pengetahuan, tetapi adanya

perubahan tingkah laku individu menjadi lebih baik.

Hasil belajar juga dipengaruhi oleh motivasi siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran. Sardiman (2011: 84) menjelaskan bahwa

hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat

motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula pelajaran itu. Jadi,

motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para

siswa. Sementara menurut Hamalik (2008:127), melalui bimbingan guru,

siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan

kebiasaan baik selama proses pembelajaran.

Page 21: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

28

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis dapat

menyimpulkan bahwa agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang

optimal perlu adanya motivasi untuk belajar. Melalui pengetahuan yang

tinggi akan diiringi oleh perubahan tingkah laku atau sikap siswa yang

lebih baik dan tentunya adanya peningkatan kualitas keterampilan siswa

baik dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.

C. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan suatu pola kegiatan pembelajaran

yang dipilih dan disesuaikan dengan karakteristik siswa serta tujuan

pembelajaran yang diinginkan. Menurut Wena (2009: 2), strategi

pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk membelajarkan siswa dan

dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa. Sementara Winarno

(2013: 73) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

prosedur yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, Winarno (2013: 74-76)

mengemukakan bahwa ada beberapa ragam strategi pembelajaran,

diantaranya strategi exposition-discovery learning, strategi group-individual

learning, strategi pembelajaran aktif dan produktif, dan strategi pembelajaran

concept mapping. Di dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan

strategi concept mapping, karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir

siswa dalam menganalisis suatu topik.

1. Pengertian Concept Mapping

Concept Mapping atau peta konsep merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang sedang berkembang saat ini. Pembelajaran dengan

Page 22: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

29

strategi ini menekankan pada pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh

siswa sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Buzan (2010: 13) menyatakan bahwa peta konsep secara otomatis

akan mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan

dalam otak. Dengan kalimat lain peta konsep dapat diartikan sebagai

media yang berupa ilustrasi grafis yang digunakan untuk menghubungkan

konsep-konsep ke dalam konsep-konsep lain pada kategori yang sama.

Menurut Novak & Gown (dalam Suparno, 2007: 146) peta konsep

adalah suatu gambaran skematis untuk mempresentasikan suatu rangkaian

konsep yang berkaitan antar konsep-konsep. Peta ini mengungkapkan

hubungan-hubungan yang berarti antara konsep dan menekankan gagasan-

gagasan pokok. Peta konsep disusun hirarkis, konsep yang lebih umum

berada di atas dalam peta itu, sedangkan yang khusus di bawah. Dalam

peta konsep, konsep-konsep disusun hirarkis dan relasi antar konsep

diletakkan di antara konsep-konsep dengan anak panah

Peta konsep merupakan gambaran konsep-konsep yang saling

berhubungan yang di dalamnya terdapat konsep utama dan konsep pelengkap.

Konsep pelengkap tersebut diasosiasikan dengan konsep utama sehingga

membentuk satu kesatuan konsep yang saling berhubungan. Konsep utama

dan konsep pelengkap diperoleh dari bahan bacaan materi tertentu atau juga

dapat diperoleh dan dibangun dari pengalaman-pengalaman di masa lampau

yang memberi nilai tambah kebermaknaan dari informasi yang baru.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa peta konsep merupakan suatu strategi pembelajaran

yang digunakan untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman siswa.

Page 23: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

30

Konsep-konsep yang telah didapatkan kemudian dituangkan dalam bentuk

peta. Agar jelas hubungan antar konsep semakin jelas, maka diperlukan

kata penghubung yang tepat untuk menggambarkan peta yang dibuat.

Melalui peta konsep ini, siswa dapat belajar bermakna untuk membangun

pengetahuan dan dapat mengkomunikasikan hasil kerjanya.

2. Macam-macam Concept Mapping

Terdapat beberapa macam peta konsep yang biasa digunakan.

Menurut Suratno (2007: 94) secara umum, terdapat tiga bentuk pola peta

konsep dan masing-masing pola memperlihatkan tingkatan/level linking

dan monitoring dimana pola jaring (net) memiliki pola hirarki yang lebih

kompleks dibandingkan pola rantai (chain) dan jari (spoke).

Menurut Nur (dalam Trianto, 2011: 160-163) terdapat empat macam

peta konsep, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events

chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba

(spider concept map). Masing-masing memiliki karakteristik yang

berbeda, namun merupakan suatu ilustrasi yang menjelaskan tentang

sesuatu dengan jelas. Berikut ini macam-macam peta konsep (Concept

Mapping) yaitu:

a. Pohon Jaringan (network tree)

Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa

kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada

peta konsep menunjukkan hubungan antar ide-ide itu. Kata-kata yang

ditulis memberikan hubungan antara konsep-konsep.

Page 24: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

31

b. Rantai Kejadian (event chain)

Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan

suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau

tahap-tahap dalam suatu proses. Rantai kejadian ini mengutamakan

suatu kejadian pokok atau kejadian awal yang kemudian

mengakibatkan kejadian lain sampai tertuju pada suatu hasil. Rantai

kejadian ini dapat digunakan untuk memvisualisasikan tahapan-tahapan

pada suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linear, dan

urutan kejadian.

c. Peta Konsep Siklus (cycle concept map)

Peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu

hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali

ke kejadian awal. Peta konsep siklus cocok diterapkan untuk

menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian

berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang.

d. Peta Konsep Laba-laba (spider concept map)

Peta konsep model laba-laba dapat digunakan untuk

memvisualisasikan hasil curah pendapat, kategori yang tidak parallel,

dan hal-hal yang tidak tersusun atas hirarki.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penulis dapat

menyimpulkan bahwa ada beberapa macam Concept Mapping yang

digunakan dalam proses pembelajaran yaitu pohon jaringan, rantai

jaringan, konsep siklus, dan peta konsep laba-laba. Keempat contoh

Page 25: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

32

Concept Mapping tersebut memiliki perbedaan peletakan konsep sesuai

dengan tujuan pembuatan Concept Mapping.

3. Ciri-ciri Concept Mapping

Concept Mapping atau peta konsep adalah piranti visual untuk

mengorganisir dan merepresentasikan pengetahuan. Di dalamnya terdapat

konsep-konsep yang dihubungkan dengan kata/kata-kata penghubung yang

jelas. Dua konsep hanya bisa dihubungkan oleh satu kata/kata-kata

penghubung. Susunan hubungan antar konsep bisa disusun berdasarkan

yang umum hingga yang khusus secara hirarkis.

Menurut Yamin (2009: 125) Ciri-ciri peta konsep adalah sebagai

berikut.

a) Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-

proposisi suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna,

misalnya dalam bidang studi biologi, fisika, pendidikan agama

Islam, dsb.

b) Peta konsep merupakan suatu gambar yang dibentuk dua dimensi

dari suatu bidang studi, atau bagian dari bidang studi, yang

memperlihatkan tata hubungan antar konsep-konsep. Di samping

itu juga memperlihatkan bentuk belajar kebermaknaan dibanding

dari cara belajar bentuk lain dengan tidak memperlihatkan

hubungan-hubungan konsep-konsep. Peta konsep memperlihatkan

hubungan konsep antara satu dengan lainnya.

c) Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan

lainnya, ia dapat berbentuk aliran, air, cabang pohon, urutan-

urutan kronologis, dsb.

d) Peta konsep berbentuk hirarkis, manakala suatu konsep di

bawahnya terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih

terurai secara jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan

konsep tersebut akan timbul.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

Concept Mapping memiliki ciri yaitu memperlihatkan bentuk belajar

kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk lain dengan

memperlihatkan hubungan-hubungan konsep-konsep. Concept Mapping

Page 26: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

33

memperlihatkan hubungan konsep antara satu dengan lainnya sehingga

mendorong siswa belajar bermakna dari semua konsep-konsep yang telah

mereka kaitkan menjadi suatu peta konsep.

4. Langkah-langkah Pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep)

Langkah-langkah dalam membuat peta konsep cukup sederhana,

siswa harus menemukan kata kunci dan menghubungkannya dengan garis

hubung sehingga membentuk suatu hubungan yang jelas. Trianto (2011:

160) mengemukakan bahwa dalam membuat peta konsep, siswa dilatih

untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu

topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam pola logis.

Menurut Warsono (2012: 126-127) mengemukakan langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan Concept Mapping sebagai berikut:

1. Bentuk kelompok kolaboratif yang heterogen. Jumlah siswa per

kelompok disesuaikaan dengan jumlah siswa dalam kelas.

Upayakan tidak melebihi 7 orang per kelompok.

2. Latihlah siswa membuat peta konsep yang sederhana. Setiap siswa

diberi kesempatan membuat peta konsepnya secara individual.

3. Selanjutnya siswa melakukan tinjauan (review) terhadap peta

konsep yang dibuatnya secara mandiri dalam kelompok kolaboratif.

4. Laksanakan suatu diskusi kelas dengan memberikan kesempatan

kepada setiap kelompok untuk melakukan presentasi di depan kelas

terkait proposisi penting yang dicoba digambarkan dalam peta

konsep.

Munthe (2009: 13) menyatakan bahwa untuk mendesain materi

pelajaran dalam bentuk peta konsep (Concept Mapping), ada beberapa

langkah yang harus dilakukan, di antaranya.

a. Brainstorming atau curahan gagasan.

b. Menentukan konsep (topik) utama (mayor)

c. Menulis dan menyusun konsep-konsep dalam satu bentuk gambar.

Page 27: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

34

d. Menghubungkan konsep-konsep dengan garis.

e. Memberikan label di atas garis panah.

Adapun yang dimaksudkan dalam langkah-langkah di atas adalah.

a) Brainstorming atau curahan gagasan adalah mengemukakan gagasan

atau konsep-konsep yang berkaitan masalah, topik, teks, atau wacana

yang sedang dipelajari sebanyak-banyaknya tanpa adanya suatu batasan

tanpa adanya beban takut salah.

b) Menentukan konsep (topik) utama (mayor) adalah penentuan konsep-

konsep yang sudah di curahkan dalam bentuk gagasan atau konsep-

konsep untuk di seleksi menjadi konsep yang lebih umum atau utama,

dan apabila ada konsep-konsep yang dapat dicairkan ke dalam satu

konsep utama untuk dapat dijadikan satu, sehingga menjadi lebih

ringkas.

c) Menulis dan menyusun konsep-konsep dalam satu bentuk gambar

adalah menuliskan konsep-konsep utama yang sudah diseleksi

kemudian dituliskan ke dalam kertas secara terpisah untuk dibentuk ke

dalam gambar dalam satu halaman.

d) Menghubungkan konsep-konsep dengan garis adalah menghubungkan

antara konsep satu dengan konsep yang lain dengan menggunakan anak

panah sehingga hubungan antara konsep terlihat jelas.

e) Memberikan label di atas garis panah adalah memberikan keterangan

antara konsep satu dengan yang lainnya sehingga memperjelas sifat

hubungannya.

Page 28: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

35

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa dalam

membuat Concept Mapping harus di mulai dari membaca bahan atau

materi sebelumnya untuk memiliki konsep yang akan dihubungkan dengan

konsep lainnya yang mempunyai hubungan. Secara sistematis, langkah-

langkah pembuatan Concept Mapping memerlukan garis penghubung yang

tepat untuk menjelaskan konsep yang terbentuk. penemuan kata kunci dan

kata penghubung dapat dilakukan secara kolaboratif, sehingga

memudahkan siswa dalam membuat peta konsep.

5. Kelebihan dan Kekurangan Concept Mapping

Strategi Concept Mapping memiliki kekurangan dan kelebihan yang

sebaiknya dijadikan sebagai bahan refleksi untuk perbaikkan dalam proses

pembelajaran. Menurut Stita (2011, dapat di akses pada alamat berikut

http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/urgensi-peta-konsep.html.),

menyatakan bahwa concept mapping memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan diantaranya:

a. Kelebihan Concept Mapping

Kelebihan dari Concept Mapping adalah:

1) dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena peta konsep

merupakan cara belajar yang mengembangkan proses belajar

bermakna;

2) dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siswa ;

3) akan memudahkan siswa dalam belajar;

4) sebagai sarana untuk membiasakan otak berfikir terkonsep dalam

segala hal;

Page 29: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

36

5) dapat digunakan sebagai pengganti ringkasan yang lebih fleksibel;

6) dapat mempermudah pemahaman siswa dan guru;

7) dapat menyatukan satu persepsi antara guru dan siswa dan

8) dapat digunakan dalam berbagai hal.

b. Kekurangan Concept Mapping

Ada beberapa kekurangan dari Concept Mapping diantaranya:

1) pemahaman peta konsep dapat dicapai dengan syarat siswa sudah

memahami pokok bahasan;

2) siswa sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat dalam materi

yang dipelajari;

3) siswa sulit menentukan kata penghubung untuk menghubungkan

konsep yang satu dengan konsep yang lain

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menyimpulkan Concept

Mapping memiliki kelebihan diantaranya mengembangkan kemampuan

siswa dalam berfikir kreatif untuk menghubungkan satu konsep dan

konsep lainnya hingga membentuk suatu makna yang dapat dipahami

siswa. Sementara kekurangannya, siswa yang kurang memahami materi

akan kesulitan membuat peta konsep.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Strategi Concept Mapping akan memberikan kesempatan untuk siswa

menjadi aktif mengemukakan pendapatnya dan bertanggung jawab terhadap

tugasnya dalam belajar kelompok. Penerapan strategi Concept Mapping akan

memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dengan

Page 30: II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik, Pendekatan ...digilib.unila.ac.id/3978/14/BAB II.pdfterpadu. Pembelajaran tematik terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai

37

kehidupan mereka sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan

berpikir melalui tema yang dipelajari. Proses pembelajaran akan membuat

siswa belajar bermakna dan utuh sesuai dengan tujuan kompetensi yang akan

dicapai. Sehingga, melalui penerapan strategi Concept Mapping pada

penelitian ini akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada

pembelajaran tematik.

Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriani

(2013: 5) menyimpulkan bahwa dengan strategi pembelajaran ini siswa

dilibatkan secara aktif dalam pembuatan peta konsep sehingga mampu

memahami konsep-konsep yang disajikan. Dengan meningkatnya hasil

belajar siswa, secara tidak langsung motivasi belajar siswa juga ikut

meningkat karena terlihat dari hasil belajar siswa yang cukup memuaskan.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2012: 57) menyimpulkan

bahwa penerapan strategi Concept Mapping dapat meningkatkan motivasi

dan hasil belajar siswa. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Supriono (2009: 93) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat

melalui penerapan strategi Concept Mapping.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan sebagai berikut: ”Jika dalam pembelajaran tematik menerapkan

strategi Concept mapping sesuai langkah-langkah yang tepat, maka motivasi

dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 05 Metro Timur dapat meningkat.”