ii kajian kepustakaan 2.1 deskripsi domba...

21
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garut Secara umum taksonomi domba adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub kingdom : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Ungulata Subordo : Artiodactylata Family : Bovidae Subfamily : Caprianae Genus : Ovis Species : Ovis Aries (Heriyadi dkk., 2002) Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai sumber daya genetik ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris, di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja. Domba Garut adalah rumpun domba asli dari Jawa Barat, dengan ciri khas memiliki kuping rumpung (<4 cm) atau ngadaun hiris (4-8 cm) dengan ekor ngabuntut beurit dan ngabuntut bagong (Heriyadi, 2011).

Upload: phamnhu

Post on 10-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Deskripsi Domba Garut

Secara umum taksonomi domba adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub kingdom : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Ungulata

Subordo : Artiodactylata

Family : Bovidae

Subfamily : Caprianae

Genus : Ovis

Species : Ovis Aries (Heriyadi dkk., 2002)

Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai sumber

daya genetik ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan

Cikeris, di Kecamatan Cikajang serta Kecamatan Wanaraja. Domba Garut adalah

rumpun domba asli dari Jawa Barat, dengan ciri khas memiliki kuping rumpung (<4

cm) atau ngadaun hiris (4-8 cm) dengan ekor ngabuntut beurit dan ngabuntut bagong

(Heriyadi, 2011).

Page 2: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

Terbentuknya rumpun domba Priangan atau domba Garut, diyakini berawal

dari persilangan antara tiga bangsa domba, yaitu domba Merino, domba Kaapstad,

dan domba lokal di Priangan. Domba Garut dibagi ke dalam dua tipe, yakni domba

tipe tangkas dan domba tipe pedaging (Heriyadi dkk., 2008).

Bobot domba Garut jantan dewasa dapat mencapai 60-80 kg dan bobot domba

Garut betina sekitar 30-40 kg (Mulyono, 1998). Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Heriyadi dkk,. (2002) bahwa bobot badan yang dimiliki domba Garut jantan dewasa

terbilang sangat variatif berkisar antara 30-70 kg, tidak jarang ditemukan domba

jantan dengan bobot badan diatas 70 kg .

Keunggulan domba Garut yaitu memiliki produktivitas cukup baik dan

memiliki keunggulan komparatif dalam performa, kekuatan dan bobot badan yang

dapat bersaing dengan domba impor dalam hal kualitas dan produktivitas (Gunawan

dan Noor, 2005). Dilihat dari segi reproduksinya domba Garut memiliki tingkat

kesuburan tinggi (prolifik), memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai

sumber daging dan dapat dijadikan sebagai daya tarik pariwisata daerah (Mansjoer

dkk., 2007). Domba Garut memiliki keunggulan cepat dewasa kelamin, tidak

mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar dua

ekor atau lebih (Adiati dkk., 2001, dan Hastono dkk., 2001).

Page 3: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

2.2 Ransum Komplit Berbasis Bahan Pakan Lokal

Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam.

Ransum terdiri atas bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan selain

hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya dapat

memenuhi beberapa persayaratan berikut.

a. Mengandung gizi yang lengkap, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Makin

banyak ragam bahan makin baik.

b. Digemari oleh ternak. Ternak suka melahapnya. Untuk ini ransum hendaknya

sesuai dengan selera ternak atau mempunyai cita rasa yang sesuai dengan lidah

ternak.

c. Mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit atau gangguan yang lain.

d. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan.

e. Harganya murah dan terdapat di daerah setempat (Lubis, 1998).

Ternak domba merupakan ternak yang memerlukan hijauan dalam jumlah

yang besar (Sugeng, 2000). Pakan hijauan dan bahan berserat sebagai pakan basal

bagi ruminansia akan difermentasi oleh mikroba rumen sehingga menghasilkan asam

lemak terbang sebagai sumber energi dan pasokan rantai karbon. Konsentrat atau

Page 4: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

pakan penguat terdiri dari biji-bijian yang digiling halus, seperti jagung, bungkil

kelapa, bungkil kedelai, dedak padi. Bahan pakan tersebut umumnya kandungan serat

kasarnya rendah sehingga mudah dicerna (Sudarmono dan Sugeng, 2009).

Pakan komplit merupakan pakan yang cukup mengandung zat makanan untuk

ternak dalam tingkat fisiologis tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-

satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa

tambahan substansi lain kecuali air (Hartadi dkk., 2005). Semua bahan pakan

tersebut, baik hijauan (pakan kasar) maupun konsentrat dicampur menjadi satu.

Beberapa keuntungan pemberian pakan ransum komplit pada ternak antara lain;

disusun sesuai dengan kebutuhan nutrisi dari suatu ternak tertentu sehingga benar-

benar palatabel dan dapat menunjang fungsi fisiologis. Penggunaan hijauan dan

konsentrat dapat bervariasi dan dalam penyusunannya dapat dicari bahan yang sesuai

dengan kebutuhan ternak dan bernilai ekonomis. Penggunaan ransum komplit akan

memberikan beberapa keuntungan diantaranya meningkatkan efisiensi pemberian

pakan, meningkatkan palatabillitas pakan, meningkatkan konsumsi, campuran

ransum komplit dapat mempermudah ternak untuk mendapatkan zat makanan

lengkap (Ensminger, 1990).

Pembuatan pakan komplit sebaiknya menggunakan bahan pakan lokal. Hal

ini sangat diperlukan mengingat ketangguhan agribisnis peternakan adalah

mengutamakan penggunaan bahan baku lokal yang tersedia di dalam negeri dan

Page 5: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

sesedikit mungkin menggunakan komponen impor (Saragih, 2000 dalam Purbowati,

dkk., 2007). Selain itu, paradigma pembangunan peternakan di era reformasi adalah

terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan

tangguh berbasis sumber daya lokal (Sudardjat, 2000 dalam Purbowati, dkk., 2007).

Penggunaan bahan pakan lokal merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah

ketidak-kontinyuan ketersediaan bahan baku ransum.

Zat makanan yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup ternak yang

utama adalah protein dan energi. Protein merupakan komponen utama jaringan otot

dan merupakan komponen fundamental pada semua jaringan hidup. Kebutuhan

protein dipengaruhi oleh fase pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, bobot badan, umur,

kondisi tubuh, pertambahan bobot badan, dan rasio protein energi (Edey 1983).

Ternak yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk hidup pokok, pertumbuhan,

gerak otot, dan sintesis jaringan baru. Apabila ternak diberi pakan protein dan energi

yang melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka ternak tersebut akan menggunakan

kelebihan zat makanan untuk pertumbuhan dan produksi. Kecepatan pertumbuhan

sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi pakan (Tillman dkk., 1998).

2.3 Kebutuhan Protein dan Energi untuk Domba

Kebutuhan protein ruminansia sebagian dipenuhi dari protein mikroba rumen

dan sebagian lagi dari protein pakan atau ransum yang lolos dari fermentasi didalam

Page 6: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

rumen (protein bypass). Disamping itu mikroba-mikroba rumen yang mati masuk ke

dalam usus menjadi sumber protein bagi ruminansia (65% sumbangan protein bagi

ruminansia berasal dari mikroba-mikroba tersebut) (Subagdja, 2000).

Kuantitas protein yang dibutuhkan lebih besar untuk pertumbuhan

dibandingkan untuk hidup pokok, dan dipengaruhi oleh jenis kelamin, spesies dan

genetik ternak. Persentase protein yang dibutuhkan dalam pakan merupakan yang

tertinggi untuk ternak muda yang sedang tumbuh dan akan menurun secara

berangsur-angsur sampai dewasa. Ketidakcukupan protein (Nitrogen atau asam

amino) kemungkinan merupakan defisiensi zat makanan yang umum terjadi karena

kebanyakan sumber energi yang digunakan dalam ransum rendah dalam kandungan

proteinnya dan suplemen protein biasanya mahal (Pond dkk., 1995).

Energi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja dan

berbagai bentuk kegiatan (kimia, elektrik, radiasi dan termal) dan dapat diubah-ubah.

Ternak yang sedang tumbuh membutuhkan energi untuk pemeliharaan tubuh (hidup

pokok), memenuhi kebutuhan akan energi mekanik untuk gerak otot dan sintesa

jaringan-jaringan baru (Tillman, dkk., 1991). Ternak memperoleh energi dari

pakannya (McDonald 2002). Kebutuhan energi ini tergantung dari proses fisiologis

ternak (Anggorodi, 1990). Kekurangan energi merupakan masalah defisiensi nutrisi

yang umum terjadi pada domba, yang dapat disebabkan oleh kekurangan pakan atau

karena pengkonsumsian pakan dengan kualitas rendah (Ensminger, 1991 dalam

Page 7: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

Dhalika, dkk., 2010). Defisiensi energi pada ternak yang sedang dalam fase

pertumbuhan akan menyebabkan penurunan laju peningkatan bobot badan, yang

akhirnya akan menghentikan pertumbuhan, bobot badan semakin menurun dan yang

paling buruk adalah dapat menyebabkan kematian (NRC, 1985). Ternak yang

kekurangan energi dalam pakannya akan mengurangi fungsi rumen dan menurunkan

efisiensi penggunaan protein serta menghambat pertumbuhan ternak (Martawidjaja

dkk., 1999). Secara umum nutrisi yang paling membatasi dalam nutrisi ternak domba

adalah energi (Pond, dkk,. 1995).

Sumber energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Sumber energi utama

pada ternak ruminansia adalah asam lemak terbang (VFA) (Parakkasi, 1999).

Penentuan kriteria energi yang umum adalah dalam bentuk energi bruto (Gross

Energy/GE), energi dapat dicerna (Digestible Energy/DE), energi metabolis

(Metabolizable Energy/ME), energi netto (Net Energy/NE) dan jumlah zat-zat

makanan yang dapat dicerna (Total Digestible Nutrients/TDN). Adapun dalam

penelitian ini penentuan kriteria energi adalah dalam bentuk TDN (Anggorodi, 1990).

Kebutuhan energi untuk ruminansia ditentukan berdasarkan kandungan TDN,

yaitu jumlah nilai zat makanan yang dicerna oleh ternak. TDN merupakan satuan

energi yang diperoleh dari nilai bahan kering ransum dan jumlah zat-zat makanan

(protein, serat kasar, lemak, dan BETN) yang dapat dicerna (Siregar, 1994). Satuan

energi dalam bentuk TDN lebih mudah ditentukan untuk menghitung kebutuhan

Page 8: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

ternak ruminansia karena merupakan nilai energi yang berasal dari zat makanan

dalam ransum ternak (Sutardi, 1980).

Kebutuhan protein dan TDN untuk domba muda lepas sapih dengan bobot 10

Kg adalah 16% PK dan 73% TDN, untuk bobot 30 Kg adalah 14% PK dan 73%

TDN. Sedangkan kebutuhan protein dan energi untuk domba jantan muda digemukan

dengan bobot 30 Kg adalah 11% PK dan 64% TDN, dan untuk bobot 40-50 Kg

adalah 11% PK dan 70% (NRC, 1985).

Kebutuhan PK dan TDN untuk domba menurut Ranjhan (1981) dalam

Purbowati, dkk., (2007) adalah 10,90 – 12,70% dan 55-60%, sedangkan menurut

Haryanto dan Djadjanegara (1993) dalam Purbowati, dkk., (2007) adalah 14-15% dan

45-63%.

Kebutuhan PK untuk domba dengan bobot 13,50-31,50 kg adalah 15%,

sedangkan untuk domba dengan bobot lebih dari 31,50 kg adalah 13% (Umberger,

1997 dalam Putbowati, dkk., 2007). Sedangkan menurut Stanton dan Lavalley (2004)

dalam Purbowati, dkk., (2007) merekomendasikan PK untuk domba dengan bobot

31,50 kg sebesar 12-14%.

Imbangan protein dan energi dalam ransum haruslah seimbang karena hal

tersebut yang mempengaruhi produksi NH3 dan VFA di dalam rumen yang berfungsi

sebagai sumber protein dan energi asal rumen bagi ternak. Kecepatan produksi VFA

dan sel bakteri berhubungan dengan konsumsi TDN. Protein kasar juga berpengaruh

Page 9: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

terhadap VFA, karena VFA yang dihasilkan selain berasal dari fermentasi

karbohidrat juga berasal dari fermentasi protein dalam rumen (Widodo, dkk., 2012).

Ketika protein melebihi kebutuhan ternak maka protein dalam bentuk N akan

terbuang melalui urin, sehingga hal tersebut akan sia-sia. Sedangkan ketika energi

dalam ransum berlebih, maka pertumbuhan mikroba dan efisiensi fermentasi rumen

menurun, hal ini antara lain diakibatkan terjadinya fermentasi yang tidak berjalan

dengan baik yaitu energi atau ATP digunakan bukan untuk sintesis protein melainkan

untuk akumulasi karbohidrat sel mikroba (Ginting, 2005 dalam Nugroho, dkk., 2013).

2.4 Sistem Pencernaan Ruminansia

Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yang dialami

bahan makanan di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia, sedangkan

pemasukan bahan makanan yang dapat dicerna melalui selaput lendir usus dalam

darah dan limpe disebut penyerapan (absorbsi). Proses pencernaan makanan pada

ternak ruminansia relatif lebih kompleks bila dibandingkan dengan proses pencernaan

pada ternak non ruminansia. Domba adalah ternak ruminansia yang memiliki perut

majemuk dan secara fisiologis sangat berbeda dengan ternak non ruminansia yang

memiliki perut tunggal seperti unggas dan babi. Domba merupakan hewan

ruminansia kecil yang masih tergolong kerabat kambing, sapi dan kerbau (Tillman

dkk., 1998).

Page 10: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik, ataupun

mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan makanan dalam

mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan secara enzimatik atau kimiawi

dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan berupa

getah-getah pencernaan. Ternak ruminansia memiliki lambung yang terdiri dari tiga

bagian yaitu rumen, retikulum, dan omasum. Mikroorganisme hidup dalam beberapa

bagian dari saluran pencernaan yang sangat penting dalam proses pencernaan

ruminansia. Pencernaan oleh mikroorgsnisme ini juga dilakukan secara enzimatik

yang dihasilkan oleh sel-sel mikroorganisme. Tempat utama pencernaan mikrobial ini

adalah dalam retikulo rumen dan dalam usus besar pada ruminansia (Tillman dkk,.

1998).

Rumen adalah komponen penting dalam proses pencernaan, tempat

berlangsungnya proses pemecahan dan perombakan pakan dengan proses fermentasi

dari mikroba dalam rumen yang memiliki suhu berkisar 39-420C, pH netral yaitu 6-7,

kelembaban konstan, kondisi anaerob serta dapat berkontraksi secara aktif (Arora,

1989). Rumen merupakan bagian terbesar dari total lambung ruminansia dewasa

yaitu sekitar 62%. Fungsi rumen telah berkembang pada umur 6-8 minggu menjadi

suatu sistem kultur dari bakteri anaerob, protozoa dan fungi (Siregar, 1994).

Pencernaan mikrobial pada ternak ruminansia mempunyai peranan penting,

diperkirakan sekitar 70-80% dari bahan kering yang dikonsumsi oleh ternak dapat

Page 11: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

dicerna dalam rumen. Bahan pakan yang berserat kasar tinggi akan meningkatkan

populasi mikroba selulolitik, bakteri pencerna serat kasar umumnya dapat mencerna

hemiselulosa. Bakteri selulolitik berperan dalam mencerna dinding sel, diikuti

protozoa dan jamur. Keberadaan mikroba dalam rumen mengakibatkan ruminansia

mempunyai kemampuan mencerna partikel pakan menjadi produk yang dapat

dimanfaatkan dalam tubuh dalam bentuk asam lemak terbang (volatile fatty acids)

seperti asam asetat, asam propionat, dan asam butirat (Arora, 1989).

Volatile Fatty Acids (VFA) tersebut diserap melalui rumen melalui

penonjolan yang menyerupai jari yang disebut villi, serta menghasilkan energi. Bahan

pakan yang berasal dari dalam rumen bergerak di dalam suatu pola melingkar,

semakin lama menjadi semakin berat dan tenggelam perlahan-lahan. Gerakan tersebut

semakin aktif pada saat ternak telah selesai merumput, ternak yang sedang istirahat

kemudian mulai melakukan ruminasi atau memamah biak yang disebut juga cud

chewing. Suatu bolus (cud) terbentuk melalui kerja otot retikulum dan dari bahan-

bahan yang masuk. Bolus ini mengalami regurgitasi (di dorong kembali ke esofagus)

dan kembali masuk ke dalam mulut untuk kembali dikunyah lebih halus dan ditelan

kembali, kemudian menuju ke retikulum (Blakely, 1992).

Retikulum adalah bagian lambung yang diselaputi dengan membran mukosa

yang di dalamnya berbentuk menyerupai sarang lebah, yang dapat mencegah

masuknya benda asing ke saluran pencernaan. Lokasi retukulum di belakang

Page 12: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

diafragma yang menempatkan posisinya berlawanan dengan jantung, sehingga jika

ada benda asing yang tertelan cenderung akan diam. Sebagian besar pekerjaan

pencernaan itu diselesaikan di abomasum, yang disebut juga perut sejati karena

kemiripannya dengan fungsi perut tunggal pada ternak non ruminansia. Unsur-unsur

penyusun berbagai zat makanan (asam amino, gula, dan asam lemak terbang)

dihasilkan melalui kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa dan diserap

melalui dinding usus halus (illeum, jejenum). Bahan-bahan yang tidak tercerna

bergerak ke cecum dan usus besar kemudian disekresikan sebagai feses (Blakely,

1992).

2.5 Kecernaan dan Faktor yang Mempengaruhinya

Kecernaan makanan didefinisikan sebagai proporsi atau jumlah makanan yang

tidak diekskresikan kedalam feses dengan asumsi bahwa makanan tersebut diserap

oleh ternak (McDonald, 2002). Hal tersebut dinyatakan pula oleh Anggorodi (1994),

bahwa kecernaan sebagai bagian yang tidak diekskresikan dalam feses dimana bagian

lainnya diasumsikan diserap oleh tubuh ternak yang dinyatakan dalam persen bahan

kering. Selisih antara banyaknya zat makanan yang terkandung dalam feses dengan

makanan yang dikonsumsi, menunjukkan jumlah zat makanan yang tinggal dalam

saluran pencernaan dan diserap oleh saluran pencernaan ternak yang bersangkutan.

Page 13: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

Proses pencernaan pada ternak ruminansia tidak saja dilakukan oleh aktivitas

enzim yang diekskresikan saluran pencernaan, tetapi juga oleh aktivitas

mikroorganisme rumen yang mampu merombak substansi pokok zat makanan yang

tidak dapat dirombak oleh enzim yang dihasilkan oleh dinding saluran pencernaan

(Anggorodi, 1990).

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengukur kecernaan suatu

bahan pakan seperti in vivo, in sacco dan in vitro. Teknik evaluasi pakan secara in

vivo mempunyai tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding teknik lain karena

bersifat aplikatif pada ternak secara langsung. Dalam metoda ini semua pakan, sisa

pakan dan feses ditimbang dan dicatat, kemudian diambil sampel untuk dianalisis.

Dengan mengetahui jumlah pakan yang diberikan, sisa pakan, dan feses maupun

urine yang dikeluarkan setiap ekor ternak serta mengetahui kandungan zat makanan

bahan pakan, sisa pakan, feses atau urine, maka akan didapat nilai kecernaan dari

masing-masing komponen (Suparjo, 2008). Selisih antara konsumsi zat makanan

bahan pakan dengan ekskresi zat makanan feses menunjukkan jumlah zat makanan

bahan pakan yang dapat dicerna (Church dan Pond, 1998).

Tinggi rendahnya daya cerna bahan makanan dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya adalah jumlah konsumsi pakan, gangguan pencernaan, frekuensi

pemberian pakan, cara penyajian makanan tersebut, macam bahan makanan yang

digunakan dan kadar zat-zat makanan yang terkandung dalam ransum (Pond

Page 14: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

dkk.,1995). Sedangkan menurut Tillman dkk., (1991) faktor yang mempengaruhi

daya cerna makanan adalah komposisi bahan makanan, daya cerna semu protein

kasar, lemak, komposisi ransum, penyiapan makanan, faktor hewan dan jumlah

makanan. Kecernaan zat makanan menunjukkan perbedaan antara jumlah yang

diserap dan jumlah yang terdapat dalam feses. Jumlah total yang terkandung dalam

feses bukan hanya terdiri dari residu pakan yang tidak tercerna tapi juga sumber

endogenous dari zat makanan yang sama.

Kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan, spesies hewan,

kandungan lignin bahan pakan, difisiensi zat makanan, pengolahan bahan pakan,

pengaruh gabungan bahan pakan dan gangguan saluran pencernaan (Church dan

Pond, 1998). Sedangkan menurut Tillman dkk., (1998), faktor-faktor yang

mempengaruhi kecernaan pakan adalah komposisi pakan, daya cerna protein kasar,

lemak, komposisi ransum, penyiapan pakan, faktor hewan dan jumlah pakan yang

diberikan. Domba akan mengkonsumsi lebih banyak pakan halus dibanding pakan

yang kasar. Konsumsi bahan kering pakan kasar bervariasi mulai dari 1,5% dari

bobot badan untuk pakan dengan kualitas rendah hingga 3,0% untuk pakan dengan

kualitas tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan makanan adalah penting,

karena hal tersebut berguna dalam mempertinggi efisiensi konversi makanan. Faktor-

faktor tersebut diantaranya :

Page 15: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

1. Suhu

Suhu sekeliling dapat mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nafsu

makan hewan dan jumlah makanan yang dikonsumsi.

2. Laju perjalanan melalui alat pencernaan

Jika beberapa makanan yang dikonsumsi terlalu cepat melalui alat pencernaan,

maka tidak cukup waktu untuk mencerna zat-zat makanan secara menyeluruh oleh

enzim-enzim pencernaan. Ada kemungkinan pula bahwa bila laju perjalanan bahan

makanan terlalu lambat maka kehilangan akibat fermentasi akan lebih besar daripada

yang dikehendaki, terutama pada hewan ruminansia.

3. Bentuk fisik makanan

Hewan yang sangat muda dan hewan yang sangat tua tidak mempunya gigi

sempurna, tidak dapat mengunyah makanannya sebaik hewan dewasa dengan gigi

yang baik. Butir-butir yang digiling untuk hewan memberikan permukaan yang luas

terhadap getah pencernaan dan karenanya dapat meningkatkan kecernaan.

4. Komposisi ransum

Komposisi ransum dari bahan baku pakan yang memiliki kualitas yang baik akan

menghasilkan kecernaan yang baik pula dibandingkan dengan ransum yang

menggunakan bahan baku pakan dengan kualias yang buruk.

5. Pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya (Anggorodi, 1994).

Page 16: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

Lemak dapat menurunkan kecernaan ransum dalam rumen. Hal ini terutama

terlihat pada ransum yang berkadar hijauan tinggi, terutama dalam penurunan

kecernaan serat (Parrakasi, 1999). Meskipun penambahan lemak untuk rasio ruminan

tidak penting secara nilai gizi, tapi lemak yang diberikan memiliki energi yang tinggi

pada campuran bahan pakan. Penambahan 2-5% lemak pada ransum, dapat

mengurangi debu ransum yang dapat memperbaiki penggunaan energi.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecernaan hijauan pakan adalah

faktor yang berkaitan dengan status fisiologis rumen yang dapat mempengaruhi

populasi mikroba dan gerak saluran pencernaan (Wodzicka dkk., 1993).

2.6 Kecernaan Serat Kasar dan BETN

Makanan ruminansia mengandung banyak selulose, hemiselulose, pati, dan

karbohidrat yang larut dalam air. Bila hijauan makin tua, proporsi selulose dan

hemiselulose bertambah, sedangkan karbohidrat yang larut dalam air berkurang.

Selulosa merupakan polisakarida yang berantai panjang dan bersifat tidak dapat larut

dan sukar dihancurkan dalam sistem pencernaan. Namun karena mikroorganisme

dalam ruminansia menghasilkan enzim selulase cukup banyak, maka ternak

ruminansia dapat memanfaatkan selulosa dalam jumlah banyak, demikian juga

hemiselulosa dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh mikroorganisme tubuh

(Baldwin dan Allison, 1983).

Page 17: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

Karbohidrat merupakan komponen utama dalam ransum ruminansia yaitu

sekitar 60-75% dari total nutrisi ransum (Sutardi, 1977). Karbohidrat merupakan

sumber energi utama ruminansia untuk pertumbuhan mikroba rumen. Karbohidrat

merupakan zat organik utama yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan biasanya

mewakili 50-70% dari jumlah bahan kering dalam bahan makanan ternak

(Anggorodi, 1994). Karbohidrat dibagi menjadi dua golongan, yaitu serat kasar dan

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) (Tillman dkk., 1998).

Serat kasar merupakan bagian karbohidrat yang sulit dicerna, sedangkan

BETN merupakan bagian yang mudah dicerna (Church dan Pond, 1998). Kandungan

BETN berbanding terbalik dengan serat kasar, jika serat kasar rendah, maka BETN

akan meningkat. Selain itu, daya cerna komponen BETN lebih tinggi dibandingkan

dengan daya cerna serat kasar (Anggorodi, 1994).

Serat kasar adalah karbohidrat struktural yang banyak terdapat pada dinding

sel pelindung pada tanaman terdiri atas polisakarida berupa selulosa, beberapa

hemiselulosa, golongan BETN mengandung monosakarida, disakarida, trisakarida,

dan tetrasakarida ditambah pati dan beberapa zat yang dapat mengandung pati sampai

sebanyak 70% (Tillman dkk., 1998).

Selulosa seperti pati, merupakan polimer glukosa. Bedanya adalah ikatan beta

-1,4 dan molekul glukosa yang berdekatan membentuk ikatan hidrogen. Untuk

mencerna selulosa, mikroba rumen menghasilkan lulase 1 dan selulase 2. Selulase 1

Page 18: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

adalah enzim non-hidrolitik, tugasnya membebaskan ikatan hidrogen sehingga

molekul selulosa dapat dihidrolisis oleh selulase. Faktor yang mempengaruhi

pencernaan selulosa : kadar lignin, kadar pati, kadar nitrogen, grinding (kondisi in

vivo menurunkan), pengeringan (menurunkan, sebab enzim menjadi tertutup), alkali

treatment (NaOH, NH4OH) menambah pencernaan selulosa, kadar silika

(menurunkan), antibiotika (menurunkan populasi bakteri sehingga pencernaan

selulosa menurun), kadar lemak jika melebihi 5% dapat menurunkan pencernaan

selulosa (Sutardi, 1977).

Produk primer dari fermentasi monokanal untuk transport yang dapat

dimasuki sakarida adalah VFA, terutama asetat (A), propionat (P), Butirat (B), dan

Valerat (V). Produk hidrolisa utama dari karbohidrat adalah glukosa. Kemudian

glukosa itu difermentasi menjadi VFA. Asam lemak ini, terutama asam asetat,

propionat, dan butirat merupakan sumber energi utama bagi ruminansia. Asam asetat

berasal dari pencernaan makanan kasar, sedangkan asam propionat banyak dihasilkan

oleh konsentrat (Sutardi, 1977)

Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak dapat larut dalam H2SO4 0,3

N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit (selulosa,

lignin, sebagian dari pentose-pentosa). Analisis bahan makanan terhadap kadar serat

serat kasar dilakukan dengan cara memasak bahan makanan dengan asam lemah

hingga mendidih untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein yang terdapat di

Page 19: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

dalamnya. Pemasakan lebih lanjut dengan alkali menyebabkan terjadinya penyabunan

zat-zat lemak yang ada di dalam bahan makanan. Zat-zat makanan yang tidak larut

selama pemasakan tadi terutama terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral yang

kemudian terus disaring, dikeringkan, dan ditimbang. Kemudian terus dipijarkan lalu

didinginkan dan ditimbang lagi. Perbedaan kedua berat tadi menunjukan berat serat

kasar yang ada dalam bahan makanan. (Anggorodi, 1990).

Serat kasar bagi ruminansia digunakan sebagai sumber energi utama dan

lemak kasar merupakan sumber energi yang efisien dan berperan penting dalam

metabolisme tubuh sehingga perlu diketahui kecernaannya dalam tubuh ternak

(Suprapto dkk., 2013). Serat kasar memiliki hubungan yang negatif dengan

kecernaan. Semakin rendah serat kasar maka semakin tinggi kecernaan ransum

(Despal, 2000). Kecernaan serat kasar tergantung pada kandungan serat kasar dalam

ransum dan jumlah serat kasar yang dikonsumsi. Kadar serat kasar terlalu tinggi

dapat mengganggu pencernaan zat lain (Tillman dkk., 2005). Kecernaan serat kasar

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kadar serat dalam pakan, komposisi

penyusun serat kasar dan aktivitas mikroorganisme ukuran partikel makanan

(Maynard dkk.,2005). Menurut Suwandyastuti, (2007) kecernaan serat kasar

dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering ransum, komposisi kimia bahan makanan,

dan kondisi faali ternak percobaan.

Page 20: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

Kecernaan serat suatu bahan makanan mempengaruhi kecernaan pakan, baik

dari segi jumlah maupun komposisi kimia seratnya (Tillman, 1991). Serat tidak

pernah digunakan seluruhnya oleh ruminansia dan sekitar 20-70% dari serat kasar

yang dikonsumsi dapat ditemukan di dalam feses (Cuthbertson, 1969). Ternak tidak

menghasilkan enzim untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa, tetapi

mikroorganisme dalam suatu saluran pencernaan menghasilkan selulase dengan

hemiselulase yang dapat mencerna selulosa dan hemiselulosa, juga dapat mencerna

pati dan karbohidrat yang larut dalam air menjadi asam-asam asetat, propionat dan

butirat (Tillman dkk., 1989). Serat adalah lignin dan polisakarida yang merupakan

dinding sel tumbuhan dan tidak tercerna oleh cairan sekresi dalam saluran pencernaan

(Arora, 1989).

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) adalah satu unit gula sederhana

beserta polimer-polimernya (monosakarida, disakarida, trisakarida, tetrasakarida, dan

sebagian dari polisakarida yaitu pati dan sebagian hemiselulosa) yang terdapat dalam

tumbuh-tumbuhan, buah masak, madu, dan sebagainya. Komponen BETN berbeda

dengan serat kasar dimana BETN kaya akan pati, gula, bagian bukan serat yang tidak

larut oleh eter, dan bahan-bahan organik air (Tillman dkk, 1998).

Pencernaan pati oleh ruminansia berkisar antara 39-94% bergantung pada

sumber dan pengolahan bahannya. Pengolahan cenderung meningkatkan kecernaan

pati dalam rumen (Parakkasi, 1999). Proses pencernaan karbohidrat khususnya pati

Page 21: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Domba Garutmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2013/200110130236_2_3048.pdf · mengenal musim kawin dan mempunyai sifat dapat melahirkan anak kembar

dalam rumen merupakan proses yang kompleks. Pati mengalami dua tahap

pencernaan yaitu pencernaan oleh enzim ekstraseluler dan enzim intraseluler

mikroba. Tahap pertama, karbohidrat yang masuk akan difermentasi oleh enzim

ekstraseluler menghasilkan monomer berupa gula-gula sederhana. Tahap kedua,

monomer itu difermentasikan lebih lanjut oleh enzim intraseluler membentuk piruvat.

Piruvat adalah produk intermediet yang segera dimetabolisasi menjadi produk akhir

berupa asam lemak berantai pendek disebut asam lemak terbang atau Volatile Fatty

Acids (VFA) (Baldwin dan Allison, 1983).

Fermentasi karbohidrat dalam rumen untuk membentuk VFA menghasilkan

kerangka karbon untuk sintesis sel mikroba dan membebaskan sejumlah energi dalam

bentuk ATP, CO2 dan CH4. Energi dalam bentuk ATP digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan mikroba rumen. Proses fermentasi

karbohidrat dalam rumen menghasilkan energi dalam bentuk VFA mencapai 80% dan

20% merupakan energi yang yang terbuang dalam bentuk produksi gas. Adanya

pencernaan pati dalam rumen akan meningkatkan konsentrasi asam propionate. Asam

propionate termasuk asam yang bersifat glukogenik karena dapat dikatabolisme

menjadi glukosa atau sumber glukosa tubu (Utomo, 2004).

BETN yang meliputi gula, zat pati, dan hemiselulosa dapat diketahui

kadarnya dengan cara : 100 – (kadar air + kadar abu + kadar protein + kadar lemak +

kadar serat kasar). (Anggorodi, 1990 dan Tillman dkk, 1998).