repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5376/6/bab ii hanifa.docx · web viewkata kunci dalam...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Model Project Based Learning (PJBL)
a. Pengertian Project Based Learning
Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)
adalah model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa
dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk
mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu.
Menurut Boss dan Kraus dalam Yunus Abidin (2013:167) mendefinisikan;
Model Project Based Learning sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-endeed dan mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu.
Menurut Gandini dalam Yunus Abidin (2013:168): memandang model project Based Learning sebagai sebuah model pembelajaran yang berfungsi sebagai tulang punggung bagi pengembangan pengalaman siswa dalam belajar dan guru dalam mengajar.
Menurut Helm dan Katz dalam Yunus Abidin (2013:168)
menyatakan bahwa Model Project Based Learning merupakan model
pembelajaran yang secara mendalam menggali nilai- nilai dari suatu
topic tertentu yang sedang dipelajari. Kata kunci dalam model ini
adalah adanya kegiatan penelitian yang sengaja dilakukan oleh siswa
14
15
dengan focus pada upaya mencari jawaban atas pertanyaan yang
diajukan guru.
Menurut Simkins, et al. dalam Yunus Abidin (2013:168) yang
menyatakan bahwa Model Project Based Learning sebuah model
pembelajaran yang digunakan sebagai sarana bagi siswa untuk beroleh
seperangkat pengetahuan dan keterampilan belajar yang baru melalui
serangkaian aktivitas merancang, merencanakan, dan memproduksi
produk tertentu.
Menurut Diffily and Sassman dalam Yunus Abidin (2013:168)
menjelaskan bahwa model pembelajaran ini memiliki tujuh
karakteristik sebagai berikut:
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran b. Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyatac. Dilaksanakan dengan berbasis penelitiand. Melibatkan berbagai sumber belajare. Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan f. Dilakukan dari waktu ke waktu g. Diakhiri dengan sebuah produk tertentu
Senada dengan karakteristik di atas, Kemendikbud dalam
Yunus Abidin (2013:169) menjelaskan bahwa Model Project Based
Learning memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan.
16
d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengkases dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinu f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan
Berdasarkan karakteristtik tersebut, MacDonell dalam Yunus
Abidin (2013:169) menjelaskan bahwa Model Project Learning
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
tingkat perkembangan berpikir siswa dengan berpusat pada
aktivitas belajar siswa sehingga memungkinkan mereka untuk
beraktivitas sesuai dengan keterampilan, kenyamanan, dan minat
belajarnya. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal
merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topic yang
akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan
dilakukan. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai
fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman bekerja, mendorong
siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan siswa
tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan, Model
pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
17
diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar
para siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan
penelitian, dan menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu
wadah berupa proyek pembelajaran.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Pendapat lain yang menjelaskan konsep model pembelajaran berbasis
Project Based Learning (PJBL) adalah pendapat Simkins dalam Yunus
Abidin (2013:168). Yang menyatakan bahwa Model pembelajaran Project
Based Learning sebuah model yang digunakan sebagai sarana bagi siswa
untuk beroleh seperangkat pengetahuan dan keterampilan belajar yang
baru melalui serangkaian aktivitas merancang, merencanakan,
memproduksi produk tertentu. Dalam praktiknya model ini akan
melibatkan tujuh dimensi pembelajaran meliputi kurikulum inti,
keterhubungan dengan dunia nyata, memperpanjang waktu belajar,
pembuatan keputusan oleh siswa, keterampilan berkolaborasi, penilaian,
dan produk yang dihasilkan.
Sejalan dengan konsep yang dikemukakan Simkins di atas, Diffily and
Sassman dalam Yunus Abidin (2013:168), menjelaskan bahwa model
pembelajaran ini memiliki tujuh karakteristik sebagai berikut.
a. Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran b. Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyatac. Dilaksanakan dengan berbasis penelitian d. Melibatkan berbagai sumber belajar
18
e. Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan f. Dilakukan dari waktu ke waktug. Diakhiri dengan sebuah produk tertentu.
Senada dengan karakteristik di atas, kemendikbud dalam Yunus
Abidin (2013:169) menjelaskan bahwa model Project Based Learning
memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada
peserta didik.c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan. d. Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas
yang sudah dijalankan. g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.
Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan
sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal merumuskan
pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan diteliti,
maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran
guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan
bahan dan pengalaman bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan
memecahkan masalah, dan memastikan siswa tetap bersemangat
selama mereka melaksanakan proyek.
19
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis
Project Based Learning
Sebagai model yang telah lama diakui kekuatannya dalam
mengembangkan kompetensi siswa, banyak ahli mengungkapkan
keunggulan model ini.
Helm dan Kazt dalam Yunus Abidin (2013:170) memandang model
ini memiliki keunggulan yakni dapat digunakan untuk
mengembangkan:
a) Kemampuan akademik siswa,b) social emosional siswa, dan c) berbagai keterampilan berpikir yang dibutuhkan siswa dalam
kehidupan nyata.
Menurut Boss dan Kraus dalam Yunus Abidin (2013:170) menyatakan keunggulan model ini sebagai berikut:
a) model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan apapun dalam pelaksanaannya.
b) Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara disiplin.
c) Siswa bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya.
d) Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara- cara baru.
e) Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek- proyek yang melintasi batas- batas geografis atau bahka melompat zona waktu.
20
Keunggulan model ini juga dikemukakan oleh MacDonell
dalam Yunus Abidin (2013:170) yakni bahwa model ini diyakini
mampu meningkatkan kemampuan:
a) Mengajukan pertanyaan, mencari informasi dan menginterpretasikan informasi (visual dan tekstual) yang mereka lihat, dengar atau baca.
b) Membuat rencana penelitian, mencatat temuan, berdebat, berdiskusi, dan membuat keputusan.
c) Bekerja untuk menampilkan dan mengontruksi informasi secara mandiri.
d) Berbagai pengetahuan dengan orang lain, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan mengakui bahwa setiap orang memiliki keterampilan tertentu yang berguna untuk proyek yang sedang dikerjakan.
e) Menampilkan semua disposisi intelektual dan social yang penting yang dibuthkan untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Berkenaan dengan keunggulan model ini, kemendikbud dalam
Yunus Abidin (2013:171) lebih lanjut merinci keunggulan model
ini sebagai berikut:
a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalahc) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem- problem yang kompleks.d) Meningkatkan kolaborasie) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikan keterampilan komunikasi.f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber.g) Memberikan pengalaman kepada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,
21
dan membuat alokasi waktu dan sumber- sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara komplek dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
i) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi menunjukan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menimati proses pembelajaran.
Selain dipandang memiliki keunggulan, model ini masih
dinilai memiliki kelemahan- kelemahan sebagai berikut.
a) Memerlukan banyak waktu dan biaya
b) Memerlukan banyak media dan sumber belajar
c) Memerlukan guru dan siswa yang sama- sama siap belajar dan
berkembang
d) Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topic
tertentu yang dikerjakannya.
Dalam konteks kurikulum 2013 penerapan model ini
diyakini akan terlalu sulit. Hal ini akan disebabkan oleh
kenyataan bahwa waktu belajar telah ditambah, media dan
sumber belajar akan dilengkapi pemerintah, guru akan dilatih
secara khusus, dan model ini harus dipadukan dengan model
kooperatif. Berdasarkan kenyataan ini Model Berbasis Project
Learning dapat secara baik diimplementasikan dalam proses
pembelajaran kurikulum 2013.
22
Jadi dapat disimpulkan bahwa, dari beberapa uraian di
atas keunggulan dari model PJBL adalah meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, membuat peserta didik menjadi
lebih aktif serta meningkatkan kolaborasi. Sedangkan
kelemahan dalam model ini yaitu memerlukan banyak waktu
dan biaya, memerlukan banak media dan sumber belajar, serta
memerlukan guru dan siswa yang sama- sama siap belajar dan
berkembang.
d. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
Sintaks adalah tingkah laku yang ditampakan dari suatu langkah.
Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Project Based Learning dalam
gambar sebagai berikut.
Bagan 2.1
PrapoyekFase 1:
Menganalisis Masalah
Fase 2:
Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Fase 3:
Melaksanakan Penelitian
Fase 4:
Draft/Prototipe
Fase 5:
Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk
Fase 6:
Publikasi Produk
Pascaproyek
23
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan kembali bahwa
tahapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek adalah Sebagai berikut.
a) Praproyek. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru
di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi
proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media dan
berbagai sumber belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran.
b) Fase 1: Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap objek
tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa
mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam
bentuk pertanyaan.
c) Fase 2: Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pada tahap ini secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok
ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka
buat, menentukan penjadwalan proyek, dan melakukan aktivitas
persiapan lainnya.
d) Fase 3: Melaksanakan Penelitian
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian awal sebagai
model dasar bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan
kegiatan penelitian tersebut mengumpulkan data selanjutnya
menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan.
24
e) Fase 4: Menyusun Draft/Prototipe Produk
Pada tahap ini siswa mulai membuat produl awal sebagaimana
rencana dan hasil Penelitian yang dilakukannya.
f) Fase 5: Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk
Pada tahap ini siswa melihat kembali produk awal yang dibuat,
mencari kelemahan, dan memperbaiki produk tersebut. Dalam
praktiknya, kegiatan mengukur dan menilai produlk dapat
dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota
kelompok lain atau pendapat guru.
g) Fase 6: Finalisasi dan Publikasi Produk
Pada tahap ini siswa melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini
sesuai dengan harapan, produk publikasikan.
h) Pascaproyek
Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan
saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, sintaks model
pembelajaran Project Based Learning ada beberapa tahapan. Pada
tahap yang pertama yaitu prapoyek, kemudian dilanjutkan dengan
Fase 1 sampai Fase 6, setelah itu Pascaproyek.
25
e. Implementasi Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan, dan
Dampak Model Pembelajaran Berbasis Project
a. Implementasi Model
Pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran membutuhkan
waktu antara 140- 200 menit yang berlangsung dalam 1- 4 kali
pertemuan. Untuk efektifitas pelaksanaannya, jadwal pembelajaran
dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Dalam implementasinya guru
dan siswa harus memiliki kemampuan kreatif yang tinggi, terbuka
menerima pendapat orang lain, dan memiliki semangat bekerja
baik secara individu maupun secara kooperatif. Selama penerapan
model, guru harus mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja
siswa untuk mengatur dan mengikat pola berpikir dan pola
kebiasaan belajar serta mencoba mempengaruhi siswa secara
psikologis agar mereka terbiasa beraktivitas dengan baik. Sebagai
tambahan, guru juga harus memberikan doorngan kepada siswa
yang kurang bersemangat beraktivitas sehingga siswa mampu
membangun perspektif yang segar pada masalah yang dibahasnya.
b. Prinsip Reaksi
Reaksi dari guru yang dibutuhkan pada setiap tahapan
pembelajaran. Reaksi utama yang diharapkan dari guru adalah
mengusahakan membangkitkan kemampuan kritis, kreatif, dan
produktif siswa sebagai alat proses berpikir. Lebih khusus reaksi
26
guru yang diperlukan dalam implementasi model ini ialah (1) guru
harus menciptakan suasana kooperatif bukan kompetitif; (2) guru
harus meningkatkan kesadaran siswa untuk membuat rumusan
hasil kajian yang terbuka untuk sebuah perbaikan; dan (3) mencari
keunikan siswa dan menilai siswa dengan cara transparan dan
berbagai macam penilaian.
c. System Lingkungan
System lingkungan belajar yang diharapkan tersedia adalah
ketersediaan media pembelajaran yang relevan, lembar kerja
proses yang lengkap secara individu, dan situasi pembelajaran
yang mendukung. Selain itu, kelas diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan kerja kooperatif
antar kelompok maupun intrakelompok. Pembagian kelompok
juga harus didasarkan atas keberagaman kemampuan siswa
sehingga kerja kooperatif semakin mudah terlaksana. Yang tidak
kalah pentingnya adalah siswa harus menyadari benar peran dan
tugasnya selama pembelajaran yang meliputi (1) mengoptimalkan
kemampuan berpikir, keterampilan berkreasi, dan motivasi belajar
dan bekerja; (2) terbuka terhadap ide, konsep, gagasan, dan
masukan baru; (3) siap bekerja sama secara kolaborasi; dan (4)
mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi baik intrakelompok
maupun antarkelompok.
27
d. Dampak yang Diharapkan
Model Pembelajaran Berbasis Project Based Learning
dikembangkan dengan harapan memberi dampak intruksional
berupa (1) peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi
pembelajaran, (2) pengembangan kemampuan siswa dalam
berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, dan (3) membina daya
kreativitas produktif siswa. Dampak penyertanya adalah dalam hal
(1) mengembangkan karakter siswa antara lain disiplin, cermat,
kerja keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani, dan kritis
serta etis dan (2) membentuk kecakapan hidup pada diri siswa, (3)
meningkatkan sikap ilmiah dan (4) membina kemampuan siswa
dalam berkomunikasi, beragumentasi, dan berkolaborasi/bekerja
sama. Secara visual, dampak penerapan model ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
28
Bagan 2.2
Yunus Abidin (2013:175)
Jadi kesimpulan dari implementasi model, Prinsip Reaksi,
Sistem lingkungan, dan Dampak model pembelajaran berbasis Project
adalah guru dan siswa harus memiliki kemampuan kreatif yang tinggi,
terbuka menerima pendapat orang lain, dan memiliki semangat bekerja
baik secara individu maupun secara kooperatif. Reaksi utama yang
diharapkan guru adalah mengusahakan membangkitkan kemampuan
Model Pembelajaran Saintifik Proses
(MPSP)
Dampak Pembelajaran
Peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran
Pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif
Membina daya kreativitas produktif
Dampak Penyerta
Mengembangkan karakter siswa
Membentuk kecakapan hidup
Meningkatkan sikap ilmiah
Membina kemampuan berkomunikasi, beragumentasi, dan
berkolaborasi/ bekerja sama
29
kritis, kreatif, dan produktif siswa sebagai alat proses berpikir. System
lingkungan yang diharapkan ketersediaan media pembelajaran yang
relevan, lembar kerja proses yang lengkap secara individu, dan situasi
pembelajaran yang mendukung. Dampak yang diharapkan adalah
mengembangkan karakter siswa, membentuk kecakapan hidup pada
diri siswa dan meningkatkan sikap ilmiah.
f. Langkah- langkah
Dalam konteks kurikulum 2013 penerapan model ini diyakini
bahwa tidak akan terlalu sulit. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa waktu belajar telah ditambah, media dan sumber belajar akan
dilengkapi pemerintah. Agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar maka model ini memiliki beberapa langkah.
Langkah – langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam
3 tahap (Anita, 2007:25) yaitu:
1) Tahapan perencanaan proyekAdapun langkah – langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapaib. Menentukkan topik yang akan dibahasc. Mengelompokan siswa dalam kelompok – kelompok kecil
berjumlah 4 – 5 orang dengantingkat kemampuan beragamd. Merencang dan menyusun LKSe. Merancang kebutuhan sumber belajarf. Menetapkan rancangan penilaian 2) Tahap pelaksanaan
Siswa dalam masing – masing kelompok melaksanakan proyek dengan melakukan investigasi atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki.
30
Kemudian diadakan diskusi kelompok. Sementara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan betindak sebagai fasilitator.
3) Tahap penilaianPada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing –masing kelompok. Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu diperbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki.
Pengimplementasian pembelajaran berbasis proyek tidak
terlepas dari kurikulum, pertanggungjawaban, realism, belajar aktif,
umpan balik, pengetahuan umum, pertanyaan yang memacu,
investigasi konstruktif, serta otonomi. Purnawan dalam Muliawati
(2010:11) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis proyek
mengacu pada hal –hal sebagai berikut:
1) Curriculum: memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat
2) Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerbility para siswa ke dari dan panutannya
3) Realism: kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya
4) Active learning: menumbuhkan isu yang berunjung pada pertanyaan dan keinginan siswa untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
5) Feedback: diskusi, presentasi dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorng kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman
6) General skill: pembelajaran berbasis proyek dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar bagi keterampilan yang mendasar, seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self management
7) Driving question: pembelajaran berbasis proyek difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk
31
berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8) Constuctive investigations: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para siswa
9) Autonomy: proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa langkah- langkah
model project based learning yaitu ada 3 tahap. Tahap yang
pertama adalah tahap perencanaan proyek, sedangkan di tahap
yang kedua ada tahap pelaksanaan dan yang terakhir adalah tahap
penilaian. Pada tahap yang ketiga atau terakhir menurut purnawan
dalam muliawati (2010:11) ada 9 hal yang mengacu pada
pembelajaran project based learning yaitu Curriculum,
Responsibility, active learning, feedback, general skill, driving
question, constructive investigations dan Autonomy.
2. Motivasi
a. Pengertian
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang mengggeerakan
dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Menurut Abdorrakhman Gintings ( 2007: 86 ),
Motivasi secara psikologi adalah motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke arah tujuan tertentu.
32
Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang
dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah
tingkah laku manusia atau individu untuk menuju pada hal yang lebih
baik untuk dirinya sendiri. Motivasi adalah proses membangkitkan,
mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.
Dalam pembelajaran motivasi menurut Abdorrakhman Gintings
( 2007: 86 ) mengemukakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang
menggerakan atau mendorong siswa untuk belajar dan menguasai
materi pelajaran yang sedang didikutinya. Tanpa motivasi siswa tidak
akan tertarik dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya,
dengan adanya motivasi yang tinggi siswa akan tertarik dan terlibat
aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi
yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-kuatnya dan dengan
menempuh berbagai strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar.
Pandangan lain tentang motivasi adalah sebagaimana
dikemukakan oleh Gray dkk (Abdorrakhman Gintings, 2007: 88)
yaitu:
“Motivasi merupakan hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu, yang menyebabkan imbulnya sikap antusianisme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu”.
33
Sedangkan menurut Gintings (2008: 86) mengemukakan
bahwa, motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere yang dalam
bahasa Inggris berarti to move adalah kata kerja yang artinya sebuah
kata benda yang penggerakan.
Menurut Dimyati (2013: 80) mengatakan bahwa:
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Jadi, pengertian motivasi dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah suatu daya penggerak aktif yang muncul baik dari dalam
maupun dari luar dirinya yang berupa semangat dan kegigihan
perilaku untuk mengarahkan kepada tingkah laku dalam mencapai
suatu tujuan tertentu.
b. Sumber-sumber Motivasi Belajar Siswa
Dalam pembelajaran dikenal dua jenis motivasi yang dilihat dari sumber
datangnya motivasi tersebut yang dikemukakan oleh Abdorrakhman
Gintngs (2007: 88) yaitu:
1) Motivasi EkstrinsikMotivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini diantaranya ditimbulkan oleh fackor-faktor yang muncul dari luar pribadi siswa itu sendiri termasuk dari guru. Faktor-faktor tersebut bisa positif dan bisa negatif.
34
Contoh dari motivasi ekstrinsik yang negatif adalah rasa takut siswa akan hukuman yang akan diberikan oleh guru mendorong siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Contoh motib=vasi ekstrinsik t=yang positif adalah dorongan siswa untuk mengerjakan pekerjaan rumah karena ingin mendapatkan pujian dari guru.
Dari kedua contoh tersebut maka dapat disimpulkan beberapa sifat-sifat motivasi ekstrinsik sebagai berikut : 1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama, 2) motivasi ekstrinsik jika diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi intrinsic dalam diri siswa.
2) Motivasi IntrinsikMotivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari diri siswa itu sendiri. Motivasi intrinsik ini diantaranya ditimbulkan oleh faktor-faktor yang muncul dari pribadi siswa itu sendiri terutama kesadaran akan manfaat materi pelajaran bagi siswa itu sendiri. Manfaat tersebut bisa berupa:
a) Keterpakaian kompetensi dalam bidang yang sedang dipelajari dalam pekerjaan atau kehidupannya kelak.
b) Keterpakaian pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran dalam memperluas wawasannya sehingga memberikan kemampuan dalam mempelajari materi lain.
c) Diperolehnya rasa puas karena keberhasilan mengetahui tentang sesuatu yang selama ini menjadi obsesi atau dambaannya.
d) Diperolehnya kebanggaan karena adanya pengakuan oleh lingkungan sosial terhadap kompetensi prestasinya dalam belajar.
Diantara sifat-sifat motivasi intrinsik yaitu walaupun motivasi intrinsik
sangat diharapkan namun justru tidak selalu timbul dalam diri siswa.
Karena munculnya atas kesadaran sendiri maka motivasi intrinsic akan
bertahan lebih lama dibandingkan motivasi ekstrinsik.
Berikut ini adalah tanda-tanda adanya motivasi intrinsik dalam diri siswa
(Gintings, 2007: 90) sebagai berikut:
a) Adanya bukti yang jelas tentang keterlibatan, kreativitas, dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung.
35
b) Adanya suasana hati (mood) yang positif seperti keseriusan dan keceriaan.
c) Munculnya pertanyaan dan pengamatan dari siswa yang mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata.
d) Terdapat diskusi personal lajutan setelah selesainya jam pelajaran.e) Menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru.f) Berusaha keras dan tidak cepat menyerah dalam mengatasi
kesulitan belajar atau komunikasi serta penyelesaian tugas.g) Mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan untuk dirinya
sendiri.h) Mengupayakan penguasaan materi secara mandiri dengan
memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sumber- sumber motivasi belajar yaitu
ada motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam motivasi intrinsik itu
sendiri ada 8 hal yang harus diperhatikan oleh guru yang sudah dijelaskan di
atas.
c. Bentuk-bentuk dalam motivasi pembelajaran
Adakalanya guru menghadapai siswa yang belum memiliki motivasi
belajar yang baik. Ddengan menggunakan penguat berupa hadiah atau
hukuman, seyogianya guru memperbaiki disiplin diri siswadalam
beremansipasi.
Menurut Hamzah B. Uno (2012: 34) menyatakan bahwa bentuk-bentuk
dalam motivasi pembelajaran diantaranya adalah:
1) Pernyataan perhargaan secara verbalPernyataan verbal mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru
2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilanPengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
3) Menimbulkan rasa ingin tahu
36
Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
Hal ini memberikan semacam hadiah pada tahap awal belajar yang memungkinkan siswa semangat semangat untuk belajar selanjutnya.
6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar
7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami
8) Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya
9) Menggunakan simulasi dan permainan10) Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran11) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan
kemahirannya di depan umum12) Memahami iklim sosial dalam sekolah
Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong kemudahan berbuat bagi siswa
13) Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepatGuru memahami secara tepat bilamana dia harus menggunakan manifestasi kewibawaannya pada siswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya
14) Memperpadukan motif-motif yang kuat Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif berprestasi sebagai motif yang kuat
15) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapaiMakin jelas tujuan yang dicapai, makin terarah upaya untuk mencapainya
16) Merumuskan tujuan-tujuan sementaraTujuan-tujuan belajar yang umum itu seyogianya dipilah menjadi tujuan sementara yang lebih mudah dicapai
17) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapaiDengan mengetahui hasil yang telah dicapai maka motivasi belajar siswa akan lebih kuat
18) Membuat suasana persainngan yang sehat diantara siswaSuasana ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain
19) Mengembangkan persaingan dengan diri sendiriPersaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang dilakukan sendiri
37
20) Memberikan contoh yang positif Guru harus melakukan pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa mengerjakan tugas di kelas
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk
motivasi adalah sebagai berikut:
1) Memberi ulangan
Para siswa akan giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Oleh
karena itu, memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang
harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering karena akan
membosankan dan bersifat rutinitas untuk siswa.
2) Menjadikan tahap dini saat pembelajaran menjadi mudah untuk siswa
Hal ini memberikan semacam hadiah pada tahap awal belajar yang
memungkinkan siswa semangat untuk belajar selanjutnya.
3) Saingan atau kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual atau
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
4) Pujian
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif yang sekaligus
merupakan motivasi maka pemberiannya harus tepat. Dengan pujian
yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri.
38
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian motivasi
Motivasi belajar penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru.
Menurut Ranupandojo (Gintings, 2007: 99) memberikan beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan motivasi sebagaimana
dirangkum berikut ini:
1) Memahami adanya perbedaan individu baik secara fisik maupun secara emosional.
2) Setiap individu memiliki kepribadian yang unik sehingga memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi situasi tertentu.
3) Semua perilaku terjadi akibat adanya perubahan baik dalam diri individu maupun dalam situasi yang dihadapinya.
4) Setiap individu memiliki rasa ego yang cenderung mengabaikan kepentingan orang lain, akan tetapi secara rasional ia dapat menyesuaikan dengan kepentingan orang lain.
5) Emosi seseorang biasanya dapat dengan mudah dikenali dan sangat dominan dalam membentuk prilaku seseorang. Dengan melihat emosinya, kita dapat memperkirakan bagaimana perilakunya.
6) Pada umumnya kita jarang mengetahui kondisi individu secara mendalam, sehingga sukar memperkirakan reaksinya terhadap situasi tertentu.
Salah satu aspek penting dalam mengajar ialah membangkitkan
motivasi anak untuk belajar. Berbagai cara telah dianjurkan oleh ahli
pendidikan untuk mencapai hal itu. Mengapa hal ini penting, adalah karena
motivasi seseorang adalah bagian internal manusia. Dia menetapkan alasan
dan membuat keputusannya sendiri berdasarkan lingkungannya. Tentang
bagaimana guru mempengaruhi motivasi siswa adalah dengan menciptakan
39
situasi eksternal sehingga siswa akan bertindak sesuai dengan yang
diharapkan. Beberapa cara untuk itu adalah seperti berikut:
a. Buat sedemikian rupa agar kegiatan- kegiatan dan potensi belajar Nampak
sebagai sesuatu yang berfaedah.
1) Guru sendiri harus menyenangi tugasnya
2) Menghubungkan tugas- tugas dan kegiatan siswa sesuai dengan
kehidupan sehari- harinya di mana mungkin.
3) Tekankan segera nilai yang baik dan jangan menunda
4) Anjurkan siswa untuk turut sert dalam perencanaan
5) Hindari siswa agar tidak bergantung pada angka dan tingkat
6) Berikan berbagai kemungkinan agar siswa menemukan kegiatan
bahan- bahan yang menarik minat serta bermakna.
b. Gunakan motif
1) Sesuaikan pengajaran anda dengan sikap, minat, cita- cita dan tujuan mereka
2) Besarkan keingintahuan mereka
3) Berikan berbagai kemungkinan bagi keberhasilan mereka dan pengakuan
orang lain dan berikan pujian pada saat yang tepat.
4) Ciptakan belajar menjadi tantangan yang menyenangkan
5) Gunakan kegiatan kelompok agar siswa dapat meningkatkan kemampuan
sosialisasinya.
c. Bantu siswa menyusun tujuan- tujuan dan tugas- tugasnya
1) Mengajar dan memberikan tugas dengan jelas
40
2) Siswa yakin dengan apa yang akan dilakukan
3) Yakin bahwa siswa mengetahui alasan melakukan sesuatu seharusnya
dilakukan
4) Yakin bahwa siswa mengetahui bagaimana melakukan apa yang
seharusnya dilakukan.
d. Langkah- langkah harus tetap terpelihara
1) Hidupkan kegiatan- kegiatan belajar
2) Libatkan siswa dalam belajar menurut kemampuannya
3) Siapkan berbagai kegiatan
4) Beritahukan tentang kemajuan mereka
e. Siapkan mereka untuk menerima
f. Ciptakan suasana kelas yang menggembirakan, penuh tawa dan kegembiraan,
kerjasama dan menyenangkan, penuh kesopanan yang secara keseluruhan
dapat membuat kelas menjadi tempat yang menggembirakan.
Dapat disimpulkan bahwa hal- hal yang perlu diperhatikan dalam memberi
motivasi belajar yaitu buat sedemikian rupa kegiatan dan potensi, gunakan
motif, bantu sisiwa menyususn tujuan dan tugas, langkah harus terpelihara,
siapkan mereka untuk menerima, serta ciptakan suasana kelas yang
menggembirakan.
e. Factor- factor yang mendorong dan menghambat motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,
artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.
41
1. Faktor Pendorong
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 97) ada beberapa factor yang
mendorong motivasi belajar yaitu:
1) Cita- cita atau Aspirasi SiswaMotivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain selanjutnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari menimbulkan cita- cita dalam kehidupan. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemauan menjadi cita-cita.
2) Kemampuan Siswa Kemampuan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya.
3) Kondisi Siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.
4) Kondisi Lingkungan Siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan temapat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan.
5) Unsur- unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa factor yang mendorong motivasi
belajar ada beberapa macam yaitu cita-cita atau aspirasi siswa,
kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi linkungan siswa, serta
unsur- unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
2. Faktor Penghambat
42
Secara umum factor- factor yang mempengaruhi proses belajar
anak dibedakan menjadi factor internal dan factor eksternal. Kedua
factor tersebutlah yang mempengaruhi hasil belajar anak. Berikut
akan diuraikan tentang kedua factor penghambat belajar.
a. Faktor Internal
Factor Internal merupakan factor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Factor
internal meliputi factor fisiologis dan biologis serta factor
psikologis.
1. Factor Fisiologis dan Biologis
Masa peka merupakan masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada
tubuh manusia. Factor fisiologis adalah factor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Factor ini dibedakan menjadi dua yaitu:
Keadaan Tonus Jasmani
Keadaan tonus jasmani akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar
anak. Kondisi fisik sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap proses belajar. Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit
akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Keadaan fungsi Jasmani atau fisiologis
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak
sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. diderita anak
akan mempengeruhi biologisnya, diantaranya:
43
- Sulit bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan
kekurangannya
- Ada perasaan takut dan diejek teman,
- Merasa tidak sempurna dibandingkan dengan teman- teman lain.
2. Factor Psikologis
Factor psikologis adalah factor yang berasal dari keadaan psikologis
anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa factor
psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar anak adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
- Kecerdasan/ Intelegensi Siswa
- Motivasi
- Minat
- Sikap
- Bakat
b. Faktor Eksternal
Factor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar anak. Factor
eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolonglan menjadi
factor lngkungan social dan non-sosial.
Lingkungan social
Lingkungan social anak dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Lingkungan social dibagi menjadi tiga yaitu:
- Lingkungan social sekolah
44
- Lingkungan social masyarakat
- Lingkungan keluarga
Lingkungan Non- Sosial
- Lingkungan alamiah
Lingkungan alamiah adalah kondisi yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa factor
penghambat motivasi yaitu ada 2 macam factor internal dan factor
eksternal. Factor eksternal meliputi factor fisiologis dan biologis, serta
factor psikologis. Sedangkan factor internal meliputi lingkungan social
dan lingkungan non-sosial.
f. Upaya untuk meningkatkan motivasi belajar
Perilaku belajar merupakan salah satu perilaku seorang anak
yang membaca iklan surat kabar dengan keinginan mencari sekolah
yang baik akan memperoleh kepuasan karena ia memperoleh
informasi yang benar. Keinginan belajar di sekolah tertentu dipusatkan
dengan iklan yang benar. Membaca iklan tersebut memuaskan sebab ia
membaca dengan motivasi mencari sekolah.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:101) ada beberapa cara atau
upaya untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu:
a) Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan
siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan atau
45
mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan (1) guru telah mempelajari bahan pelajaran, (2) guru telah memahami bagian- bagian yang mudah, sedang, dan sukar, (3) guru telah menguasai cara- cara mempelajari bahan, dan (4) guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut. Sebagai ilustrasi, guru yang mengajarkan lagu Indonesia raya misalnya, harus memahami misi bahan, menguasai kata, nada dan lagu, serta nuansa syair lagu tersebut.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar tersebut antara lain sebagai berikut: (1) Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu, guru perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis. Tujuan belajar memahami dan menghafal syair lagu Indonesia Raya misalnya, adalah agar siswa dapat menyanyikan lagu tersebut dengan baik. (2) Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantangnya; oleh karena itu peletakan urutan masalah yang menantang harus disusun guru dengan baik. (3) Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu; oleh karena itu, di samping mengajarkan bahan secara terpisah- pisah, guru sebaiknya membuat pembelajaran dalam pengajaran unit atau proyek. Sebagai ilustrasi siswa kelas satu SMP diberi tugas mempelajari lalu-lintas di kotanya. Pengajaran tentang “Lalu lintas di kota” tersebut sesuai dengan kebutuhan hidup siswa. (4) sesuai dengan perkembangan jiwa siswa, maka kebutuhan bahan- bahan belajar siswa yang semakin bertambah, oleh karena itu, guru perlu mengatur bahan dari yang paling sederhana sampai paling menantang. (5) Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah nilai belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari; oleh karena itu guru perlu memberitahukan kriteria keberhasilan atau kegagalan belajar.
b) Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan PembelajaranGuru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing
belajar. Guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur- unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkkungan siswa.
Upaya optimalisasi tersebut sebagai berikut: (1) pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengungkap hambatan belajar yang dialaminya. (2) memelihara minat,
46
kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, betapa lembat gerak belajar, guru “tetap secara terus menerus” mendorong; dalam hal ini berlaku semboyan “lambat asal selamat, tak akan lari gunung dikejar”. (3) meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar. (4) memanfaatkan unsur- unsur lingkungan yang mendorong belajar. (5) menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar, pada tingkat ini guru memberlakukan upaya “belajar merupakan aktualisasi diri siswa”. (6) guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan “pasti berhasil”.
c) Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Guru adalah “penggerak” perjalanan bagi siswa.
Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran- kesukaran siswa. Sebagai fasilitator belajar, guru diharapkan memantau “tingkat kesukaran pengalaman belajar”, dan segera membantu mengatasi kesukaran belajar. “Bantuan mengatasi kesukaran belajar” peril diberikan sebelum siswa putus asa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola belajar. Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: (1) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya; tiap membaca bahan belajar siswa mencatat hal- hal yang sukar, catatan hal- hal yang sukar tersebut diserahkan kepada guru. (2) Guru mempelajari hal- hal yang sukar bagi siswa. (3) Guru memecahkan hal- hal yang sukar, dengan mencari “cara memecahkan”. (4) Guru mengajarkan “cara memecahkan” dan mendidikkan keberanian mengatasi kesukaran. (5) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran. (6) Guru memberi kesempatan kepada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk membantu rekan- rekannya yang mengalami kesukaran. (7) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran belajarnya sendiri. (8) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri.
d) Pengembangan Cita-cita dan Aspirasi Belajar Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang
merekayasa dan mendidikkan cita- cita bangsa. Mendidik cita- cita belajar pada siswa merupakan upaya “memberantas” kebodohan masyarakat.
47
Upaya mendidik dan mengembangkan cita- cita belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara- cara mendidik dan mengembangkan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, seperti mengatur kelas dan sekolah yang indah dan tertib. (2) Guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar, sebagai ilustrasi, siswa diajak serta memelihara ketertiban dan keindahan kelas, perpustakaan, alat- alat olah raga, halaman bermain, dan kebun sekolah. (3) Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar, seperti lomba baca, lomba karya tulis ilmiah, lomba tanam bunga, lomba lukis, lomba kerajinan. Siswa yang sudah cukup terampil juga diajak serta menjadi panitia lomba. (4) Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar seperti buku bacaan, majalah, alat olah raga, dan kebun coba. (5) Guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan- keinginan di notes pramuka, dan mencatat keinginan yang tercapai dan tak tercapai; siswa diajak berdiskusi tentang keberhasilan atau kegagalan mencapai keinginan; selanjutnya siswa diminta merumuskan keinginan- keinginan yang “baru” yang diduga dapat tercapai. (6) Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama atau pendeta, pramuka, dan para instruktur pendidik pemuda, untuk mendidikkan dan mengembangkan cita- cita belajar sepanjang hayat.
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku belajar dilakukan oleh si pembelajar. Pada diri si
pembelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar.
Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan
atau cita- cita itu disebut motivasi belajar. Komponen utama
motivasi tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan tujua si
pembelajar. Motivasi belajar sangat penting dipahami oleh
siswa maupun guru.
48
3. Prestasi
a. Pengertian
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya
meruapakn usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik
akan menghasilkan prestasi belajar, berupa perubahan- perubahan
perilaku, yang oleh Bloom dan kawan- kawan dikelompokan ke dalam
kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar mempunyai ciri- ciri tertentu. Menurut Makmun dalam
Mulyasa (2013: 189) ciri- ciri perubahan perilaku hasil belajar adalah
bersifat intensional, positif, dan efektif. Ketika hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Perubahan perilaku hasil belajar bersifat intensional, artinya
pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan
disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. Dengan
demikian, perubahan karena kematangan, keletihan atau
penyakit tidak dapat dipandang sebagai hasil belajar.
Contohnya: belajar bermain gitar, dia mencari pengetahuan
tentang cara bermain gitar, setelah tahu tentang cara bermain
49
gitar secara teori, dia mempraktekan bagaimana bermain gitar
yang baik.
2) Perubahan perilaku hasil belajar bersifat positif, artinya sesuai
dengan yang diharapkan (normative), atau kriteria keberhasilan
(criteria of success), baik dipandang dari segi peserta didik
maupun dari segi guru. Misalnya: seseorang yang tidak bisa
mengoperasikan computer, melalui proses belajar mampu
mengoperasikan computer dengan baik.
3) Perubahan hasil belajar bersifat efektif, artinya perubahan hasil
belajar itu relative tetap, dan setiap saat diperlukan dapat
direproduksikan dan dipergunakan, seperti dalam pemecahan
masalah (problem solving), ujian, maupun dalam penyesuaian
diri dalam kehidupan sehari- hari dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Contoh: orang
belajar matematika bisa dipergunakan dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya berhitung dan perdagangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan
diarahkan oleh suatu kekuatan reflex, tetapi dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan, sehingga seseorang akan mempelajari
apa yang seharusnya dilakukan. Belajar dilakukan karena
adanya kebutuhan, yang menimbulkan ketegangan dan mesti
50
dipenuhi, sehingga mendorong individu untuk mempergunakan
pikiran dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk
mendongkrak prestasi belajar, kita harus memahami factor-
factor yang mempengaruhinya, karena prestasi belajar
merupakan hasil interaksi berbagai factor, baik internal
maupun eksternal.
b. Factor pendorong dan penghambat Prestasi Belajar
1. Factor Pendorong
Factor- factor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
dikelompokan menjadi empat, yaitu:
a) bahan atau materi yang dipelajari;
b) lingkungan;
C) factor instrumental; dan
d) kondisi peserta didik. Factor- factor tersebut baik secara terpisah
maupun bersama- sama memberikan kontribusi tertentu terhadap
orestasi belajar peserta didik.
Makmun dalam Mulyasa (2013: 191) mengemukakan
komponen- komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan
berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah
…(1) masukan mentah (raw- input), menunjuk pada
karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru
51
menghambat proses pembelajaran, (2) masukan instrumental,
menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan,
seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, dan (3)
masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan
suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai
factor yang melatarbelakanginya. Dengan demikian, untuk memahami
dan mendongkrak atau meningkatkan prestasi belajar, perlu didalami
factor- factor yang mempengaruhinya, baik factor internal maupun
eksternal.
2. Faktor Penghambat
Salah satu Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah factor
penghambat. Di dalam faktor penghambat ini ada faktor internal dan
faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh factor diri
(internal), baik secara fisiologis maupun secara psikologis, beserta
usaha yang dilakukannya. Factor fisiologis, berkaitan dengan
kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang
berkaitan dengan fungsi- fungsi jasmani tertentu terutama panca
52
indra, sedangkan factor psikologis, berasarl dari dalam diri
seseorang seperti intelegensi, minat, dan sikap.
Intelegensi merupakan salah satu factor yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan
dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar
akan bergantung pada tingkat intelegensi, dan hasil belajar yang
akan dicapai tidak akan melebihi tingkat intelegensinya. Semakin
tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat
hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah maka
kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun
demikian, tidak boleh dikatakan bahwa “taraf prestasi belajar di
sekolah kurang, pastilah taraf intelegensinya kurang, karena banyak
factor lain yang mempengaruhinya.
Minat (interest), yaitu kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu,
minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata
pelajaran tertentu.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (respon tendency)
dengan cara yang relative tetap terhadap obyek orang, barang dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
53
Selain factor- factor di atas, prestasi belajar juga dipengaruhi
oleh waktu (time) dan kesempatan (engagement). Waktu dan
kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga
akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik yang memiliki banyak waktu akan
dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang
cukup tinggi daripada yang hanya memiliki sedikit waktu dan
kesempatan untuk belajar. Para ahli mengatakan kepandaian
seseorang itu sangat ditentukan oleh waktu dan kesempatan. Setiap
orang akan mampu mengerjakan sesuatu asal diberi waktu dan
kesempatan yang cukup untuk mengerjakannya.
2) Faktor Eksternal
Factor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik dapat digolongkan ke dalam factor social dam non-
sosial. Factor social menyangkut hubungan antarmanusia yang
terjadi dalam berbagai situasi social. Misalnya lingkungan
keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya.
Sedangkan factor non-sosial adalah factor- factor lingkungan yang
bukan social seperti lingkungan alam dan fisik; misalnya: keadaan
rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku- buku sumber, dan
sebagainya.
54
Factor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian
hasil belajar peserta didik. Di antara beberapa factor eksternal yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah peranan factor
guru atau fasilitator. Dalam system pendidikan dan khususnya
dalam pembelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan
keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Efektivitas
pengelolaan factor bahan, lingkungan, dan instrument sebagai
factor- factor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi
belajar, hampir seluruhnya bergantung pada guru.
Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah (one way
system) melainkan terjadi sevara timbal balik (interactive, two
ways traffic system). Kedua pihak berperan secara aktif dalam
kerangka kerja (frame work), serta dengan menggunakan cara dan
kerangka berpikir (frame of reference) yang seyogyanga dipahami
dan disepakati bersama. Tujuan interaksi pembelajaran merupakan
titik temu yang bersifat mengikat dan mengarahkan aktivitas kedua
belah pihak. Dengan demikian, kriteria keberhasilan pembelajaran
hendaknya ditimbang atau dievaluasi beradasarkan tercapai
tidaknya tujuan bersama tersebut.
Proses pembelajaran, khususnya yang berlangsung di kelas
sebagian besar ditentukan oleh peranan guru. Peran guru yang
55
saling dominan adalah sebagai designer, implementator,
fasilitator, pengelola kelas, demonstrator, mediator, dan
evaluator.
Guru sebagai designer, yang bertugas dan merencanakan
pembelajaran, serta mempersiapkan berbagai hal yang terkait
dengan pembelajara.
Guru sebagai implementator, yang bertugas melaksanakan
oembelajaran sesuai dengan rencana.
Guru sebagai Fasilitator, yang bertugas memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik agar dapat membentuk
kompetensi dan mencapai tujuan secara optimal.
Guru sebagai pengelola kelas, yang bertanggung jawab
mengelola lingkungan fisik kelasnya, agar senantiasa
menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan serta
membimbing proses- proses intelektual, social, emosional,
moral dan spiritual di dalam kelas serta mengembangkan
kompetensi dan kebiasaan bekerja dan be;ajar secara efektif di
kalangan peserta didik.
Guru sebagai demonstrator, yang senantiasa dituntut untuk
menguasai materi pembelajaran dan mengembangkan
kemampuannya dalam bidang ilmu yang dimilikinya, karena hal
56
ini akan sangat menentukan hasil belajar yang diacapau oleh
peserta didik.
Guru sebagau mediator, yang bertugas tidak hanya sebagai
penyampai informasi dalam pembelajaran, tetapu sebagai
perantara dalam hubungan antar manusia, dengan peserta didik.
Guru sebagai evaluator, yang harus menilai proses dan hasil
belajar yang telah dicapai, serta memebrikan umpan balik
terhadap keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa factor penghambat
prestasi belajar ada 2 macam internal dan eksternal. Factor
internal merupakan Prestasi belajar seseorang akan ditentukan
oleh factor diri (internal), baik secara fisiologis maupun secara
psikologis, beserta usaha yang dilakukannya. Sedangkan factor
eksternal dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik
dapat digolongkan ke dalam factor social dan non-sosial.
c. Upaya untuk meningkatkan Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya peserta didik sebagian besar
terletak pada usaha dan kegiatannya sendiri, di samping factor
57
kemauan, minat, ketekunan, tekad dan sukses, dan cita- cita
tinggi yang mendukung setiap usaha dan kegiatannya. Terdapat
beberapa yang perlu diperhatikan dalam mendongkrak prestasi
belajar, antara lain keadaan jasmani, keadaan social emosional,
lingkungan memulai pelajaran, membagi pekerjaan, control,
sikap yang optimis, menggunakan waktu, cara mempelajari
buku, dan mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.
Keadaan Jasmani, untuk mencapai hasil belajar yang baik,
diperlukan jasmani yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga,
apabila jasmani dalam keadaan sakit, kurang gizi, kurang istirahat
maka tidak dapat belajar dengan efektif.
Keadaan Lingkungan, tempat belajar hendaknya tenang, jangan
diganggu oleh perangsang- perangsang dari luar, karena untuk
belajar diperlukan konsentrasi pikiran.
Jadi kesimpulan dari upaya meningkatkan prestasi belajar yaitu
lakukan segala sesuatu dengan sempurna, karena pekerjaan yang
baik memupuk suasana kerja yang menggembirakan. Menggunakan
waktu, menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan
waktu dengan efisien.
4. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian
58
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah
satu tipe/jenis dari pada model terpadu. Istilah pembelajaran
tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
(Depdiknas, 2006: 5).
Menurut Trianto (2009: 84) menyatakan bahwa :
Pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari dari berbagai standar kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Penerapan pembelajaran ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yakni penentuan berdasarkan keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar, tema dan masalah yang dihadapi.
Sedangkan menurut Rusman (2012: 254) mengatakan bahwa:
“Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.”
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik,
siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya. Focus perhatian dalam
pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa
saat berusaha memahami isi pembelajaran ejalan dengan bentuk-
bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
59
(Trianto, 2011: 147) berpendapat bahwa :
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik menyediakan keleluasaan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka.
Sedangkan menurut Rusman (2012: 254) mengatakan bahwa :
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu ( integrated instruction) yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara “efektif, bermakna, dan autentik”. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Menurut Aminudin (1994), pembelajaran terpadu merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata
pelajaran yang mencerminkan dunia nyata disekeliling serta dalam
rentang kemampuan dan perkembangan anak. Disamping itu menurut
Prabowo (2002: 2),pembelajaran terpadu adalah suatu proses
pembelajaran dengan melibatkan atau mengaitkan berbagai bidang
studi .
Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa pembelajaran tematik adalah penggabungan dari beberapa mata
pelajaran yang dihubungkan dengan suatu tema pembelajaran.
60
a. Jenis-jenis Pembelajaran Tematik atau Terpadu
Jenis-jenis pembelajaran terpadu atau tematik menurut Robin Fogarti,
1991 (Dalam Diding Nurdin, 20120: 300), mengelompokan desain
kurikulum dan pembelajaran ini atas 10 macam yaitu sebagai berikut:
1) Desain Terpisah atau Fragmented.
Dalam pembelajaran seperti umumnya digunakan dalam pembelajaran
saat ini, topik atau pokok bahasan berisi bahan ajaran yang terpisah atau
terlepas antara satu dengan yang lainnya. Demikian juga dalam
pelaksanaannya, hanya membahas bahan yang tercangkup dalam topik
tersebut.
2) Desain Terhubung atau Connected.
Pembelajaran dalam satu mata pelajaran atau bidang study sidesain
dengan cara menghubungkan saru topik dengan topik lainnya, satu konsep
dengan konsep lainnya pada semester atau tahun yang sama ataupun
berbeda.
3) Desain Sarang atau Nested.
Masih dalam satu pelajaran atau bidang studi, satu topik bahasan
diarahkan untuk menguasai beberapa kemampuan atau keterampilan,
seperti kemampuan berfiikir (Intelektual), keterampilan sosial,
keterampilan motorik.
61
4) Desain Pararel atau sequenced. Antara dua lebih mata pelajaran atau
bidang studi pada waktu yang bersma ada kesamaan atau ada hubungan
topik, bahan, konsep ataupun kemampuan yang dikembangkan.
5) Desain Berbagi atau Shared.
Dari dua atau lebih mata pelajaran atau bidang studi yang mengajarkan
bahan, konsep, kemampuan yang memiliki kesamaan atau keterkaitan,
berbagai tugas dan mereka mengajar dalam bentuk tim.
6) Desain Jaring atau Webbed.
Pembelajaran difokuskan pada satu atau beberapa tema. Tiap tema
mencangkup beberapa topik, konsep, atau masalah dalam sejumlah mata
pelajaran.
7) Desain Jalin atau Threaded.
Pembelajaran diarahkan untuk menjalin keterampilan berfikir,
keterampilan sosial, kecerdasan multiple, teknologi, dan keterampilan
belajar dalam berbagai studi.
8) Desain Terpadu atau Integrated.
Pembelajaran didesain secara terpadu, bahwa ajaran dipadukan dari
berbagai bidang study, atau tema pembelajaran merangkum materi dari
berbagai bidang study. Desai ini disebut juga sebagai pembelajaran
interdisiplin atau pembelajaran lintas bidang study (croos-disiplinary).
9) Desain Menyatu atau Immersed.
62
Desain dan pelaksanaan pembelajaran bersatu dengan diri siswa. Bidang
study, tema atau bahan pembelajaran dipilih oleh siswa sendiri yang
paling mereka senangi dan butuhkan. Desain ini juga desain terpadu, tidak
hanya terpadu antar bidang studi juga terpadu antara ajaran dengan diri
siswa.
10) Desain Jaringan atau Networked.
Desain pembelajaran terpadu yang memadukan bahan ajar atau
pengetahuan dari berbagai bidang studi dan berbagai jaringan sumber
belajar. Siswa mencari, menghimoun, dan menyeleksi pengetahuan yang
dibutuhkan.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa ada 10 jenis-
jenis pembelajaran tematik yaitu diantaranya desain terpisah, desain
terhubung, desain sarang, desain paralel, desain berbagi, desain jaring,
desain jalin, desain terpadu, desain menyatu dan desain jaringan.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Rusman
(2012: 258), sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswaPembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Banyak hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan-kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
63
2) Memberikan pengalaman langsungPembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelasDalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Focus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaranPembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatuproses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibelPembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswaSiswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Menurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas yaitu:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
4) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa. 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lungkungannya dan,
6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
64
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
karakteristik pembelajaran tematik seperti yang telah dikemukakan oleh
Rusman, yaitu berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung,
pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai
mata pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Tematik
1) Kelebihan Pembelajaran Tematik.
Dalam pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan.
Menurut Rusman (2012: 257-258) menyebutkan bahwa keunggulan
pembelajaran tematik adalah :
a) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b) Kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
d) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa.e) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.
f) Mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Menurut Trianto (2009: 89) mengemukakan bahwa kelebihan
pembelajaran tematik bagi para siswa adalah :
a) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
65
b) Menghilangkan batas semua antar bagian-bagian kurikulum yang menyediakan pendekatan proses belajar integrative.
c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
d) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
e) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Sedangkan menurut Kunandar (2007: 315), pembelajaran tematik
mempunyai kelebihan yakni :
a) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
b) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan.
c) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d) Mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
e) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.f) Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap
gagasan orang lain.g) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan
persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Maka berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan
menurut Trianto kelebihan pembelajaran tematik diantaranya bisa lebih
memfokuskan diri pada proses belajar, menghilangkan batas semua antar
bagian- bagian kurikulum, menyediakan kurikulum yang berpusat pada
siswa, serta merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri didalam dan
diluar kelas.
2) Kelemahan Pembelajaran Tematik
66
Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki
keterbatasan menurut Indrawti (Trianto 2009: 90) menyebutkan bahwa
pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama dalam
pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang
lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, tidak hanya
evaluasi dampak pembelajaran langsung saja.
Sedangkan Menurut Kunandar (2007: 315) menyebutkan bahwa :
Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Disamping itu, jika scenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
Jadi berdasarkan pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kelamahan pembelajaran tematik terletak pada pelaksanaannya.
d. Keuntungan-keuntungan Menggunakan Pembelajaran Tematik
Dengan adanya tema ini akan memeberikan banyak keuntungan-
keuntungan yang dikemukakan oleh Rusman (2012: 254-255) diantaranya
sebagai berikut:
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu;2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
67
5) Siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6) Siswa dpat lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dengan situasi yang nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain;
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Maka penulis dapat menyimpulkan keuntungan pembelajaran tematik
yaitu siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada suatu tema, siswa
dapat mempelajari pengetahuan, pemahaman terhadap materi dan
pelajaran.
e. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2011: 155-156) secara umum prinsip-prinsip
pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Prinsip Penggalian Tema.Prinsip penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.
2) Prinsip Pengelolaan.Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam seluruh proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.
3) Prinsip Evaluasi.Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini, maka dapat melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik.
4) Prinsip Reaksi.Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan
68
dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan prinsip dari
pembelajaran tematik adalah prinsip penggalian tema, prinsip pengelolaan,
prinsip evaluasi, dan prinsip reaksi.
f. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
Dalam Rusman (2012: 259) pelaksanaan pembelajaran tematik yang harus
diperhatiakan guru adalah sebagai berikut:
1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.2) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas
semester.3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan
untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak di integrasikan dibelajarkan secara mandiri.
4) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
5) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa rambu- rambu pembelajaran
tematik diantaranya tidak semua mata pelajaran harus dipadukan,
dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi, serta kompetensi dasar yang
tidak dapat dipadukan.
g. Landasan Pembelajaran Tematik
69
Dalam pembelajaran tematik itu terdapat landasan-landasan pembelajaran
tematik menurut Diding Nurdin,dkk (2010: 306), mengemukakan bahwa:
1) Landasan FilosofisDalam pembelajaran tematik sangat mempengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: a. progrevisme, b. kontruktivisme, dan c. humanisme. Aliran progrevisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian aejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran kontruktivisme melihat pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2) Landasar PsikologisDalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Pesikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya. Melalui pembelajaran tematik diharapkan adanya perubahan perilaku siswa kedewasaan, baik fisik, mental/moral mapun sosial.
3) Landasan YuridisDalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai lebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik disekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9).
Maka berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan landasan
pembelajaran tematik itu ada 4 landasan diantaranya yaitu landasan filosofis,
landasan psikologis, dan landasan yuridis.
h. Materi Pembelajaran Sub Tema Wujud Benda dan Cirinya
a. Kompetensi Inti kelas V
70
1. Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
b. Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4.
Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2
Subtema 1
Wujud Benda dan Cirinya
Matematika
1.1 Menerima ajaran agama yang dianutnya.
2.1 Menunjukkan sikap kritis, cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu, tidak mudah menyerah serta bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas
IPS
1.1 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan waktu dengan segala perubahannya
2.2 Menunjukkan perilaku jujur, sopan, estetika dan memiliki motivasi internal ketika berhubungan dengan lembaga sosial, budaya, ekonomi dan politik
Bahasa Indonesia
1.1 Meresapi anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan proses kehidupan bangsa dan lingkungan alam
2.4. Memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan rasa cinta tanah air terhadap bencana alam dan keseimbangan ekosistem serta kehidupan berbangsa dan bernegara melalui pemanfaatan bahasa Indonesia
IPA1.1 Ber tambah keimanannya
dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas a l am d a n j a g a d r a y a terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewu j u d k a n n y a d a l a m pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
PJOK
1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan
2.1.Berperilaku sportif dalam bermain.
71
Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4
PPKN
1.1 Me n g h a r g a i s ema n g a t kebhinnekatunggalikaan dan keragaman agama, suku bangsa pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, upacara adat, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat
2.1 Menunjukkan perilaku, disiplin, tanggung jawab, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf yang dijiwai keteladanan pahlawan kemerdekaan RI dalam semangat perjuangan, cinta tanah air, dan rela berkorban sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila
Subtema 1
Wujud Benda dan Cirinya
PJOK3.1 Memahami konsep variasi dan
kombinasi pola gerak dasar dalamberbagai permainan dan atauolahraga tradisional bola besar.
3.2 Memahami konsep variasi dankombinasi pola gerak dasar dalamberbagai permainan dan atauolahraga tradisional bola kecil.
4.1 Mempraktikkan variasi dankombinasi pola gerak dasar yangdilandasi konsep gerak dalamberbagai permainan dan atauolahraga tradisional bola besar.
4.2 Mempraktikkan variasi dankombinasi pola gerak dasar yangdilandasi konsep gerak dalamberbagai permainan dan atauolahraga tradisional bola kecil.
IPA1.1 Ber tambah keimanannya
dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas a l am d a n j a g a d r a y a terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewu j u d k a n n y a d a l a m pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
IPA3.4 Mengidentifikasi perubahan yang
terjadi di alam, hubungannyadengan penggunaan sumber dayaalam, dan pengaruh kegiatanmanusia terhadap keseimbanganlingkungan sekitar
4.7 Menyajikan hasil laporantentang permasalahan akibatterganggunya keseimbanganalam akibat ulah manusia,serta memprediksi apa yangakan terjadi jika permasalahantersebut tidak diatasi.
SBDP
3.4 Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah.
4.4 Membuat topeng dari berbagai media dengan menerapkan proporsi dan keseimbangan
4.13 Membuat karya kerajinan dari bahan tali temali.
PPKN
3.6 Memahami perlunya saling memenuhi keperluan hidup
4.6 Menyajikan dinamika saling memenuhi keperluan hidup antar daerah untuk menumbuhkan keutuhan nasional
Bahasa Indonesia1.1 Menggali informasi dari
teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manus ia, ke seimb angan ekosistem, ser ta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan
SBDP
1.1 Menerima kekayaan dan keragaman karya seni daerah sebagai anugerah Tuhan.
2.1 Menunjukkan rasa percaya diri dalam mengolah karya seni.
72
c. Ruang Lingkup Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang DikembangkanPembelajaran 2
1. Membaca dan menganalisi tema yang akan dipelajari yaitu lingkungan alam yang sehat dan olahraga adalah kunci terciptanya kesehatan diri
2. Mengamati gambar serta menganalisi gambar yang disediakan
3. Memahami pentingnya pemanasan sebelum memulai permainan atau olahraga inti
4. Mengetahui teknik dasar bermain bola besar
5. Mempraktekkan teknik dasar bermain bola besar
1. Sikap:Rasa ingin tahu, percaya diri, peduli terhadap lingkungan dan budaya sekitar
2. Pengetahuan:Pemanfaatan Sumber daya alam dan usaha pelestariannya, manfaat gerak pemanasan, wujud dan sifat benda serta perubahan wujudnya, bermain bola besar, melindungi sumber daya alam dari kerusakan, kerajinan tradisional topeng, mengamati gambar serta menganalisi gambar dengan seksama.
3. Keterampilan:Mempraktikan permainan bola besar, melakukan percobaan untuk menguji perubahan wujud benda dengan sistematis dan penuh rasa ingin tahu , membuat laporan pengamatan sederhana, mempresentasikan hasil laporan pengamatan dengan sikap mandiri dan sistematis, mencari arti kosakata baku dan tidak baku dengan teliti, menuliskan kembali informasi penting dari bacaan,
IPS3.1 Memahami aktivitas dan
perubahan kehidupan manusiadalam ruang, konektivitasantar ruang dan waktu sertadan keberlanjutannnya dalamkehidupan sosial, ekonomi,pendidikan dan budaya dalamlingkup nasional
4.1 Menyajikan hasil pengamatanmengenai aktivitas dan perubahankehidupan manusia dalam ruang,konektivitas antar ruang danwaktu serta dan keberlanjutannyadalam kehidupan sosial, ekonomi,pendidikan dan budaya dalamlingkup nasional dari sumbersumber yang tersedia
Bahasa Indonesia1.1 Menggali informasi dari
teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manus ia, ke seimb angan ekosistem, ser ta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan
Matematika
3.2 Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal dan persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan desimal, ser ta melakukan perkailan dan pembagian
4.1 Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dua buah pecahan yang dinyatakan dalam desimal dan persen dengan berbagai kemungkinan jawaban
73
6. Mengetahui dan menjelaskan wujud dan sifat benda serta perubahan wujudnya
7. Melakukan percobaan untuk menguji perubahan wuju benda serta membuat laporan pengamatan sederhana
8. Mempresentasikan hasil laporan pengamatan sederhana di depan teman
9. Memahami bahwa tindakan pemanfaatan sumber daya alam perlu disertai dengan usaha pelestarian
10. Mengisi tabel pendapat mengenai pemanfaat sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab
11. Membaca dan memahami teks bacaan serta mencari arti kata kosakata baku dan tidak baku
12. Menuliskan kembali informasi penting dari bacaan serta memberikan pendapat yang logis tentang teks bacaan yang telah dibaca
13. Mengamati dan mengenali kerajinan khas topeng di daerah masing-masing
14. Mengisi tabel pustaka tentang jenis kerajinan khas topeng diberbagai daerah dan informasi pentingnya
memberikan pendapat yang logis tentang teks bacaan yang telah dibaca dengan sikap penuh percaya diri,mengenal kerajinan khas topeng di daerah masing-masing dengan sikap bangga dan mencintai karya seni, melakukan studi pustaka dan mencatat hasilnya dengan sistematis
Pembelajaran 3
1. Mengidentifikasi kebutuhan anggota keluarga dan membuat daftar asal barang
1. Sikap:Rasa ingin tahu, percaya diri, peduli terhadap lingkungan dan budaya sekitar
2. Pengetahuan:Mengetahui kebutuhan anggota
74
2. Diskusi membuat daftar barang kebutuhan yangberasal dari daerah lain
3. Studi pustaka menemukan informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan alam yang disebabkan perilaku manusia
4. Membaca dan menemukan contoh perubahan alam yang diakibatakan karena perilaku manusia
5. Berlatih melakukan perkalian dalam bentukpecahan
keluarga , mengetahui barang kebutuhan yang berasal dari daerah lain, mengetahui contoh perubahan alam yang disebabkan oleh aktivitas manusia, mengetahui contoh perubahan alam yang diakibatkan perilaku manusia, mengetahui konsep perkalian dalam bentuk pecahan
3. Keterampilan: Menyebutkan dan membuat tabel barang kebutuhan anggota keluarga, membuat tabel daftar barang kebutuhan yang berasal dari daerah lain, membaca bacaan tentang contoh perubahan alam yang disebabkan karena perilaku manusia, mengerjakan soal latihan perkalian pecahan
Pembelajaran 41. Mengamati
gambar contoh perubahan lingkungan yang disebabkan perilaku manusia
2. Membaca dampak negatif penggunaan pestisida
3. Studi pustaka menemukan informasi dan data dari berbagai sumber referensi (buku, majalah, koran, artikel) mengenai pencemaran yang mengakibatkan perubahan alam
4. Eskplorasi mengidentifikasi perilaku-perilaku manusia yang menyebabkan perubahan alam
5. Diskusi mengidentifikasi perubahan –
1. Sikap: Rasa ingin tahu, percaya diri, peduli terhadap lingkungan dan budaya sekitar
2. Pengetahuan: Mengetahui contoh perubahan alam yang disebabkan oleh perilaku manusia, mengetahui dampak-dampak negatif penggunaan pestisida yang berlebihan, mengetahui perilaku-perilaku manusia yang menyebabkan perubahan alam, mengetahui perubahan-perubahan perilaku manusia dari waktu ke waktu, mengetahui contoh budaya Indonesia yang mulai luntur, mengetahui konsep perkalian pecahan desimal
3. Keterampilan: Mengamati dan menganalisa gambar tentang perubahan lingkungan yang disebabkan perilaku manusia, mengidentifikasi dampak penggunaan pestisida yang berlebihan, mengamati dan mengidentifikasi perilaku manusia yang menyebabkan perubahan alam, menemukan contoh-contoh
75
perubahan perilaku manusia dari waktu ke waktu
6. Membaca bacaan tentang contoh-contoh budaya Indonesia yang mulai luntur
7. Berlatih melakukan operasi perkalian pecahan desimal
perubahan perilaku manusia dari waktu ke waktu, mengidentifikasi contoh budaya Indonesia yang mulai luntur, mengerjakan soal latikan perkalian pecahan desimal
d. Pemetaan Indikator Pembelajaran 2 sampai pembelajaran 4
Pemetaan Indikator Pembelajaran 2
PJOK
Kompetensi Dasar
3.1 Memahami konsep variasi dan kombinasi pola gerak dasar dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional bola besar
4.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga tradisional bola besar
Indikator:
3.1Menyebutkan cara melakukan berbagai keterampilan untuk mengambil posisi, mencetak angka, dan mengoper ke teman
4.1Menggunakan berbagai keterampilan untuk mengambil posisi, mencetak angka, dan mengoper ke teman
IPAKompetensi Dasar: 3.4Mengidentifikasi
perubahan yang terjadi di alam, hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar
4.7 Menyajikan hasil laporan tentang permasalahan akibat terganggunya keseimbangan alam akibat ulah manusia, serta memprediksi apa yang akan terjadi jika permasalahan tersebut tidak diatasi
Indikator:3.4 Mendeskripsikan sifat-
sifat benda padat, cair, dan gas
4.7 Menyajikan hasil laporan pengamatan
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
SBDP
Kompetensi Dasar:
3.4 Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah.
76
Pemetaan Indikator Pembelajaran 3
Pembelajaran 1
Wujud Benda dan Cirinya
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.2 Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal dan persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan desimal, serta melakukan perkailan dan pembagian
4.8 Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dua buah pecahan yang dinyatakan dalam desimal dan persen
PPKN
Kompetensi Dasar
3.6 Memahami perlunya saling memenuhi keperluan hidup
4.6 Menyajikan dinamika saling memenuhi keperluan hidup antardaerah untuk menumbuhkan keutuhan nasional
Indikator:
3.6 Mengidentifikasi keperluan hidup anggota keluarga di rumah
4.6 Mendaftar asal daerah dari barang-barang yang digunakannya sehari-hari di rumah
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Indikator:
3.1 Menjelaskan isi informasi
SBDP
Kompetensi Dasar:
3.4 Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah.
77
Pemetaan Indikator Pembelajaran 4
Pembelajaran 2
Wujud Benda dan Cirinya
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.2 Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal dan persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan desimal, serta melakukan perkailan dan pembagian
4.8 Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dua buah pecahan yang dinyatakan dalam desimal dan persen
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Indikator:
3.1 Menjelaskan isi informasi
Pembelajaran 4
Wujud Benda dan Cirinya
Bahasa IndonesiaKompetensi Indikator:3.1 Menggali informasi dari teks
laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Indikator:3.1 Menjelaskan isi informasi dari
bacaan tentang alam dan pengaruh kegiatan manusia
4.1.1Menuliskan contoh pengaruh penggunaan bahan kimia pada lingkungan melalui pengamatan, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan.
4.1.2 Melakukan pembiasaan cara menghemat air.
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.2 Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal dan persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan desimal, serta melakukan perkailan
IPSKompetensi Dasar: 3.1 Memahami aktivitas dan
perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional
4.1 Menyajikan hasil pengamatan mengenai aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dari sumber-sumber yang tersedia
Indikator:3.1 Mengenal aktivitas kehidupan
manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional
4.1 Menyusun laporan secara tertulis tentang mengenai aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar-ruang dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya
PPKN
Kompetensi Dasar:
3.6 Memahami perlunya saling memenuhi keperluan hidup
4.6 Menyajikan dinamika saling memenuhi keperluan hidup antardaerah untuk menumbuhkan kebutuhan nasional
Indikator:
3.6 Mengidentifikasi kebutuhan hidup bertetangga
4.6 Mendaftar asal daerah dari barang-barang yang digunakannya sehari-hari di rumah
78
e. Bahan Ajar Pembelajaran 2 sampai 4
1) Materi Pembelajaran 2
a) PJOK
Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas
dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling
bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam
keranhang lawan. Ada 3 posisi utama dalam bermain basket, yaitu:
1). Forward, pemain yang tugas utamanya adalah mencetak poin
dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. 2). Defense,
pemain yang tugas utamanya adalah menjafa pemain lawan
kesulitan memasukkan bola, dan 3). Playmaker, pemain yang
menjadi tokoh kunci permainan dengan mengatur alur bola dan
strategi yang dimainkan
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.2 Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal dan persen) dan dapat mengubah bilangan pecahan menjadi bilangan desimal, serta melakukan perkailan
IPSKompetensi Dasar: 3.1 Memahami aktivitas dan
perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannnya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional
4.1 Menyajikan hasil pengamatan mengenai aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar ruang dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya dalam lingkup nasional dari sumber-sumber yang tersedia
Indikator:3.1 Mengenal aktivitas kehidupan
manusia dan perubahannya dalam ruang di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam lingkup nasional
4.1 Menyusun laporan secara tertulis tentang mengenai aktivitas dan perubahan kehidupan manusia dalam ruang, konektivitas antar-ruang dan waktu serta dan keberlanjutannya dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan budaya
79
b) IPA
Benda dapat digolongkan menjadi beberapa tiga golongan yaitu Benda padat,
benda cair, dan benda gas. Masing-masing dari setiap benda tersebut mempunyai
sifat. Yaitu sebagai berikut;
1. Sifat-sifat Benda
Sifat- sifat benda dapat digolongkan menjadi 3 golongan:
Teknik melempar bola Mengoper atau melempar bola terdiri atas tiga cara, yaitu melempar bola dari atas kepala, melempar bola dari depan dada yang dilakukan dari dada ke dada dengan cepat dalam permainan, serta melempar bola memantul ke tanah atau lantai.
Teknik menggiring bola Menggiring bola adalah suatu usaha membawa bola ke depan. Caranya yaitu dengan memantul-mantulkan bola ke lantai dengan satu tangan. Saat bola bergerak ke atas telapak tangan menempel pada bola dan mengikuti arah bola. Tekanlah bola saat mencapai titik tertinggi ke arah bawah dengan sedikit meluruskan siku tangan diikuti dengan kelenturan pergelangan tangan.
Teknik menangkap bola Dalam menangkap bola harus diperhatikan agar bola berada dalam penguasaan. Bola dijemput telapak tangan dengan jari-jari tangan terentang dan pergelangan tangan rileks. Saat bola masuk di antara kedua telapak tangan, jari tangan segera melekat ke bola dan ditarik ke belakang atau mengikuti arah datangnya
80
a. Sifat benda padat
Mempunyai bentuk, dapat dipegang dan diraba, mempunyai berat,
bentuk dan isinya tetap, memuai jika dipanaskan.
b. Sifat benda Cair
Mengalir ke tempat rendah, mempunyai tekanan, menekan ke segala
arah, melarutkan zat tertentu, meresap melalui celah kecil, bentuknya
selalu berubah seperti wadahnya, permukaan air yang tenang selalu
datar.
c. Sifat benda Gas
Mengalir ke tempat bertekanan rendah, mempunyai berat, menempati
ruang, mempunyai tekanan, menekan ke segala arah.
2. Perubahan wujud benda digolongkan menjadi 5 jenis yaitu;a. Mencair
Mencair atau melebur yaitu peristiwa perubahan zat cair menjadi
padat, hal ini karena adanya pendinginan. Contoh peristiwa mencair
yaitu air yang mencair dimasukan ke freezer akan menjadi es batu,
lilin yang dipanaskan
b. Menguap
Peristiwa perubahan zat cair menjadi gas. Contohnya air yang direbus
jika dibiarkan lama- kelamaan akan habis, bensin yang dibiarkan
81
berada pada tempat terbuka juga lama- kelamaan akan habis berubah
menjadi gas.
c. Mengembun
Peristiwa perubahan benda gas menjadi air, contoh mengembun adalah
ketika kita menyimpan es batu dalam sebuah gelas maka bagian gelas
akan basah, atau rumput dilapangan pada pagi hari menjadi basah
padahal sore harinya tidak hujan.
d. Menyublim
Peristiwa perubahan zat padat menjadi gas atau sebaliknya. Contoh
menyublim yaitu pada kapur barus (kamper) yang disimpan dilemari
pakaian lama- kelamaan akan habis.
e. Membeku
Perubahan benda cair menjadi benda padat. Contohnya air didinginkan
menjadi es batu, minyak kelapa didinginkan menjadi margarin.
c) SBDP
Pak Bowo Pengrajin Wayang Golek
Oleh: Maryanto
Pak Bowo seorang pengrajin wayang golek terkenal di desanya. Wayang
golek hasil karya Pak Bowo terkenal bagus. Pak Bowo sangat memperhatikan
pemilihan bahan baku dan tahap pengerjaannya. Sebatang kayu glondongan
diubah tangan trampil Pak Bowo dan empat karyawannya menjadi wayang golek
82
bernilai seni tinggi. Kayu-kayu sisa pembuatan wayang digunakan arang sebagai
bahan bakar untuk memasak.
Pak Bowo mendapatkan bahan baku pembuatan topengnya dari hutan yang
ada di desanya. Saat memerlukan kayu sebagai bahan baku, Pak Bowo
menebang sebatang pohon. Untuk mengimbangi kegiatannya itu, Pak Bowo
menanam sepuluh bibit tanaman yang sama. Pak Bowo tidak ingin suatu ketika
pohon-pohon di hutan itu habis.
Namun, keadaan itu berlangsung hanya beberapa tahun saja. Masyarakat di
sekitar rumah Pak Bowo begitu dimanjakan oleh hasil hutan berupa kayu.
Dengan mudahnya mereka menebang kayu untuk dijadikan kayubakar, bahan
pembuat rumah, atau bahkan dijual ke daerah lain. Sayangnya, mereka mau
menebang tetapi tidak mau menanam. Lambat laun pohon di hutan semakin
berkurang dan habis. Hutan pun menjadi gundul. Masyarakat kesulitan untuk
mendapatkan kayu. Keadaan ini juga berdampak terhadap usaha kerajinan
topeng Pak Bowo. Pak Bowo tidak lagi mendapatkan pasokan kayu untuk
dijadikan wayang. Oleh karena itu, Pak Bowo menghentikan produksi
wayangnya. Pak Bowo dan keempat karyawannya kehilangan mata
pencariannya.
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering
menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari
pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul bayangan-
bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah
83
wayang golek. Ada dua macam wayang golek yaitu wayang golek papak (cepak)
dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari
semua wayang itu dimainkan oleh seorang dalang. Dalang sebagai pemimpin
pertunjukan sekaligus menyampaikan cerita, menyanyikan suluk, mengatur
gamelan, dan mengatur lagu.
d) Bahasa Indonesia
Kosakata adalah himpunan kata yang diketahui seseorang atau entitas lain atau
merupakan bagian dari bahasa tertentu.
Kata baku adalah kata- kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaan
yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu termasuk ilmu bahasa dan
sesuai dengan perkembangan.
Kata Baku Kata Tidak Baku
Aktif aktip
Bus Bis
Cabai Cabe
Daftar Daptar
ekstrem ekstrim
2) Materi Pembelajaran 3
84
a) PPKN
Kebutuhan dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut.
1. Primer: kebutuhan yang pokok, misalnya makanan, pakaian, dan
tempat tinggal.
2. Sekunder: kebutuhan tambahan, misalnya hiburan, dan rekreasi.
3. Tersier: kebutuhan untuk memenuhi kepuasan yang berupa kemewahan,
seperti mobil.
b) Bahasa Indonesia
Kesuburan Lahan Terkuras, Kembalikan dengan Pupuk Organik
Selama puluhan tahun sekitar 350.000 hektar atau 50 persen dari total luas
lahan pertanian di Jawa Barat dieksploitasi secara berlebihan. Selama
kurun waktu itu pula para petani menggunakan pupuk kimia tanpa
penyeimbang. Jenuhnya lahan akibat penggunaan pupuk kimia
mengakibatkan tanah lebih sensitif terhadap perubahan cuaca yang
ekstrem. Kondisi ini akhirnya memicu penurunan produktivitas padi dari
tahun ke tahun.
Namun, sebagian petani di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa
Barat melakukan hal berbeda. Mereka meninggalkan penggunaan pupuk
kimia dan menggantinya dengan pupuk organik. Saat ini terdapat 320
hektar sawah yang dikelola secara organik. Pertanian organik ini sudah
berlangsung lebih dari lima tahun. Dari sawah inilah beras organik
85
diekspor ke Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Jerman, dan Uni
Emirat Arab.
c)Matematika
Dalam mengalikan pecahan tidak ada syarat yang mengharuskan
penyebutnya harus sama. Perkalian pecahan dilakukan dengan
mengalikan penyebut dengan penyebut dan pembilang dengan
pembilang.
ab
X cd =
a x cb xd
3) Materi Pembelajaran 4
a) IPS
DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN PESTISIDA
Pestisida merupakan bahan kimia beracun yang digunakan untuk
mengendalikan jasad pengganggu yang merugikan kepentingan
manusia. Di Indonesia petani yang paling banyak menggunakan
berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman
pangan, dan petani tanaman hortikultura buah-buahan. Pestisida
memang banyak memberi manfaat dan keuntungan. Keuntungan
itu
86
di antaranya: cepat menurunkan populasi jasad pengganggu
tanaman, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah
diproduksi secara besar-besaran, serta mudah diangkut dan
disimpan. Manfaat lain adalah secara ekonomi penggunaan
pestisida relatif menguntungkan. Namun, bukan berarti
penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk. Akhir-
akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida
sintetis, ibarat pisau bermata dua. Di balik manfaatnya yang besar
bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya
mengerikan. Dampak buruk penggunaan pestisida dapat
dikelompokkan atas 3 bagian sebagai berikut.
1. Pestisida berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia.
2. Pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan.
3. Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad
penganggu tanaman.
b) PPKN
Perilaku dan sikap saling memenuhi kebutuhan dalam hidup
bertetangga dapat dimulai dengan melakukan hal-hal kecil. Seperti
saling bersilaturahmi, bertukar makanan, membantu tetangga yang
sedang kesulitan membantu tetangga yang sedang
menyelenggarakan hajatan. Dalam sebuah hajatan, biasanya
disajikan makanan yang berupa jenang atau dodol. Perlu diketahui,
87
dalam membuat adanan jenang merah diperlukan perbandingan
bahan-bahan adaonan yang sesuai. Hal ini dilakukan agar
menghasilkan jenang yang enak dan awet (tidak mudah berjamur).
c) Bahasa Indonesia
Kegiatan berdiskusi ini juga dapat dilakukan dengan alternatif-
alternatif berikut.
Alternatif 1: Kegiatan berdiskusi dilakukan secara klasikal dan
guru bertindak sebagai moderator. Jawaban dan pendapat siswa
ditulis di papan tulis.
Alternatif 2: Diskusi dilakukan secara berkelompok. Bentuk
kelompok-kelompok terdiri atas 4 siswa per kelompok. Setiap
kelompok diminta mendiskusikan jawaban pertanyaan-pertanyaan
tersebut dan menuliskan hasilnya. Selanjutnya jawaban dari tiap
kelompok didiskusikan bersama kelompok lain. Guru dapat
bertindak sebagai moderator atau menunjuk salah satu siswa
menjadi moderator.
d) Matematika
Perkalian pecahan decimal Perkalian pecahan desimal dapat
dilakukan dalam dua cara. Perhatikan cara menentukan hasil
perkalian pecahan desimal 0,4 # 1,2 berikut ini!
88
Cara 1: diubah ke bentuk pecahan biasa, kemudian dikalikan
0,4 x 1,2 = 410
X 1210
= 4 x1210 x 10
Cara 2: langsung dikalikan dengan memperhatikan banyak angka di belakang tanda koma
0,4 → terdapat 1 angka di belakang tanda koma (,)
1,2 → terdapat 1 angka di belakang tanda koma (,)
Pecahan desimal hasil perkaliannya mempunyai (1 + 1) angka di belakang tanda koma.
Perhatikan caranya berikut ini!
4 x 12 = 48 0,4 x 1,2 = 0,48
1 angka 1 angka 1 + 1 = 2 angka
= 48010 = 0,48
i. Penyusunan RPP
a. Definisi RPP
Perencanaan pembelajaran sebagai alat pandu pelaksanaan pembelajaran
hendaknya disusun guru sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Bertemali dengan kondisi ini, penyusunan perencanaan pembelajaran
89
merupakan bagian tugas administrasi guru yang berdampak langsung bagi
kepentingan pembelajaran.
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 bahwa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatp muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam
upaya mencapai kompetensi dasar (KD).
Menurut Abdul Majid (2013: 226)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.
Selanjutnya menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013 Lampiran
IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran
(Kemdikbud 2013: 37) tahapan pertama dalam pembelajaran menurut
Standar Proses adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan
kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.
Maka dapat disimpulkan RPP adalah rencana pembelajaran yang
digunakan guru saat akan tatap muka dengan siswa dalam untuksatu
pertemuan atau lebih yang dikembangkan secara rinci mengacu pada
90
silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar mengajar dalam tercapainya
Kompetensi Dasar.
b. Prinsip- prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut. Abdul Majid (2013:226)
1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan social, emosional, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat kreatifitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian dan semangat belajar.
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedy.
5) Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiata pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasiRPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa prinsip-
prinsip pengembangan RPP yaitu memperhatikan perbedaan individu peserta
didik, mendorong partisipasi peserta didik, mengembangkan budaya membaca
91
dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP, serta
keterkaitan dan keterpaduan.
c. Langkah- langkah Penyusunan RPP
Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan guru dalam menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menurut Abdul Majid (2013:227).
1) Mencantumkan Identitas Identitas meliputi: sekolah, kelas/semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Alokasi Waktu
2) Mencantumkan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran yang memuat penguasaan kompetensi yang bersifat operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A) adalah peserta didik yang menjadi subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan audience setelah pembelajaran. Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut diselesaikan. Degree (D) merupakan standar yang harus dicapai oleh audience sehingga dapat dinyatakan telah mencapai tujuan.
3) Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci bahkan jika perlu guru dapat mengembangkannya menjadi buku siswa.
4) Mencantumkan Langkah- langkah kegiatan Pembelajaran Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah- langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya langkah- langkah kegiatan memuat pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi, kompetensi ini dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunaka sintaks yang sesuai dengan modelnya.
5) Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar
92
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus. Jika kompetensi inti, dalam satu perencanaan disiapkan media, alat/bahan, dan sumber belajar. Apabila ketiga aspek ini dipenuhi maka penyusunan harus mengeksplisitkan secara jelas.
6) Mencantumkan Penilaian Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrument, dan instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indicator dan tujuan pembelajaran. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matriks horizontal maupun vertical. Dalam penilaian hendaknya dicantumkan teknik/jenis, bentuk instrument dan instrument, kunci jawaban/rambu- rambu jawaban dan pedoman penskorannya.
Jadi dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa langkah-
langkah dalam menyusun RPP adalah dengan mencantumkan identitas,
mencantumkan tujuan pembelajaran, mencantumkan model/ metode
pembelajaran, mencantumkan langkah- langkah kegiatan pembelajaran,
mencantumkan media/alat/bahan/sumber belajar, dan mencantumkan
penilaian.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk penelitian tindakan
kelas (PTK) terlampir.
B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU YANG SESUAI DENGAN
PENELITIAN
1. Penelitian Skripsi Warsito (2008:15)
Warsito adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, dengan judul skripsi “Pembelajaran Sains Berbasis Proyek
Based Learning (PJBL) sebagai usaha untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
93
Academic Skill Siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah 3 Depok”.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas belajar siswa kelas VII
C SMP Muhammadiyah 3 Depok dengan Project Based Learning, dan
mengetahui pengetahuan akademik skill siswa kelas VII C SMP
Muhammadiyah 3 Depok dengan Project Based Learning.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) secara
kolaboratif dan partisipatif dengan pendekatan deskriptif dan kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah 36 siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah 3
Depok. Objek penelitian aktivitas dan akademik skill siswa dalam
penerapan Project Based Learning (PJBL) di kelas VII C SMP
Muhammadiyah 3 Depok. Desain penelitian menggunakan spiral
Hapkins.penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2
pertemuan dan siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Data penelitian
diperoleh dari lembar observasi untuk aktivitas bekajar siswa sedangkan
akademik skill siswa dengan lembar obervasi dan lembar evaluasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah diterapkan model Project
Based Learning, tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika
di kelas mengalami peningkatan. Aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu siswa lebih berani
memperesentasikan hasil proyek, mengajukan pertanyaan, menjawab atau
menanggapi pertanyaan, dan siswa lebih memperhatikan saat kelompok
lain mempresentasikan hasil proyek. Aktivitas belajar siswa mengalami
94
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 35, 42% dalam kategori
rendah menjadi 71, 88% dalam kategori tinggi pada siklus II. Tingkat
Akademik skill siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke Siklus
II yaitu siswa lebih mampu mengidentifikasi variable, menghubungkan
antar variable, merumuskan hipotesis, dan siswa bisa merancang dan
melakukan penelitian. Akademik skill siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 40, 37 % dalam kategori cukup menjadi 66,
71% dalam kategori baik pada siklus II.
Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa penerapan model PJBL
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan academic skill siswa di SMP
Muhammadiyah 3 Depok. Hasil penelitian ini memiliki saran agar model
PJBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam
penilaian untuk meningkatkan aktivitas dan academic skill khususnya
pada mata pelajaran Fisika.
2. Penelitian Skripsi Susriyati dkk (2009:9)
Susriyati Mahanal adalah mahasiswi S1 pada jurusan Biologi FPMIPA
Universitas Negeri Malang, dengan judul skripsi “Pengaruh Pembelajaran
Project Based Learning pada materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil
Belajar Siswa SMAN 2 Malang”. Permasalahan yang timbul adalah siswa
tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana
95
pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Siswa juga
memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik karena mereka
diajar dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dengan metode
ceramah. Salah satu fakta yang mendukung pernyataan diatas adalah
menurunnya kualitas air sungai di Kota dan Kabupaten Malang.
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, diperoleh bahwa
pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap penguasaan konsep
siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
penguasaan konsep antara siswa yang difasilitasi PJBL dengan
konvensional. Siswa yang difasilitasi PJBL menampilkan penguasaan
konsep yang lebih baik dibanding siswa yang difasilitasi pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan pemaparan data di atas, temuan penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa saran berikut: (1) Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PJBL terbukti efektif dalam
meningkatkan sikap dan hasil belajar sehingga direkomendasikan untuk
diterapkan oleh guru dalam pembelajaran biologi, (2) Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa hendaknya guru memilih strategi
pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif mengkonstruk pengetahuan
sendiri, (3) Untuk meningkatkan pemberdayaan sikap siswa terhadap
lingkungan hidup, guru dalam mendesain pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk berinteraksi antara teman kelompok maupun
96
dengan kelompok lain dalam pemecahan masalah terkait lingkungan
hidup.
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang
produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kretaifitas anak- anak
bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa
depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan
kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan
inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk
membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermanfaat sangat ditentukan
oleh berbagai factor (kunci sukses).
Keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kreativitas guru,
karena guru factor yang paling penting yang besar pengaruhnya, bahkan
sangat menentukan berhasil- tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurilukum
2013 akan sulit di laksanakan di berbagai daerah karena sebagian guru belum
siap. Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan
kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga
disebabkan oleh rumusan kurilkulum yang lambat disosialisasikan oleh
pemerintah. Dalam hal ini guru- guru yang bertugas di daerah dan di
pedalaman akan sulit mengikuti hal- hal baru dalam waktu singkat, apalgi
dengan pendekatan tematik integrative yang memerlukan waktu untuk
memahaminya.
97
Maka dari itu penulis akan mencoba menerapkan kurikulum 2013 dengan
menggunakan model Project Based Learning (PJBL) di kelas V pada sub tema
Wujud Benda dan Cirinya. Menurut Gandini dalam Yunus Abidin (2013: 168)
“Model Project Based Learning yaitu model pembelajaran yang berfungsi
sebagai tulang punggung bagi pengembangan pengalaman siswa dalam
belajar dan guru dalam mengajar.
Dari Hasil penelitian terdahulu yang dilakukuan oleh Warsito tahun 2008
dapat disimpulkan bahwa penerapan model PJBL dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan academic skill siswa di SMP Muhammadiyah 3 Depok.
Hasil penelitian ini memiliki saran agar model PJBL dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif bagi guru dalam penilaian untuk meningkatkan aktivitas
dan academic skill khususnya pada mata pelajaran Fisika.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Susriyati (2009:9), dapat
disimpulkan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PJBL
terbukti efektif dalam meningkatkan sikap dan hasil belajar sehingga
direkomendasikan untuk diterapkan oleh guru dalam pembelajaran biologi.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
penguasaan konsep antara siswa yang difasilitasi PJBL dengan konvensional.
Siswa yang difasilitasi PJBL menampilkan penguasaan konsep yang lebih
baik dibanding siswa yang difasilitasi pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti ingin mencoba menerapkan
model Project Based Learning (PJBL) untuk kelas V dengan menggunakan 3
98
siklus. guru masih menggunakan metode atau pendekatan secara tradisional.
Kondisi awal guru hanya menggunakan metode ceramah saja dalam proses
pembelajaran. Kondisi siswa sebelum menggunakan model Project Based
Learning dalam meningkatkan motivas dan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran tematik masih rendah. Tindakan yang akan dilakukan guru
sebanyak 3 siklus yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa. Siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab secara mandiri,
sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dalam proses
pembelajaran yang lebih baik.
Guru mencoba siklus I yaitu Penyesuaian proses pembelajaran dengan
menerapkan model Project Based Learning, siswa secara berkelompok
memperhatikan pembelajaran yang diberikan oleh guru setelah siklus I
selesai dan hasil belum meningkat guru memberikan refleksi untuk
melanjutkan ke siklus II yaitu Mencoba kembali dengan menerapkan model
Project Based Learning, siswa secara berkelompok mendiskusikan topik
permasalahan yang diberikan oleh guru. guru memberikan refleksi siklus II
yang belum tercapai. Siklus III yaitu Berdasarkan dengan menerapkan model
Project Based Learning, siswa secara berkelompok memperhatikan dan
mendiskusikan topik permasalahan yang diberikan oleh guru.
Kondisi akhir dalam menggunakan model Project Based Learning yaitu
Diduga melalui model Project Based Learning dapat meningkatkan motivasi
99
dan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Halimun Bandung pada Sub
tema Wujud Benda dan Cirinya.
Kondisi Awal
Guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga suasana kegiatan belajar mengajar di dalam kelas pasif
Dengan menerapkan model Project Based Learning pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar siswa. Siswa harus memiliki kemampuan kreatif yang tinggi, terbuka menerima pendapat orang lain, dan
Siswa/yang diteliti:
Motivasi dan Prestasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik masih
Siklus 1
Penyesuaian proses pembelajaran dengan menerapkan model Project based Learning siswa dibagi secara berkelompok dan memperhatikan
100
Bagan 2.3 Kerangka Berpikir
D. ASUMSI DAN HIPOTESIS
1. Asumsi
Menurut Boss dan Kraus dalam Yunus Abidin (2014: 167) mendefinisikan
Model Project Based Learning sebagai sebuah model pembelajaran yang
Tindakan Kelas
Kondisi Akhir
Dengan menerapkan model Project Based Learning pada pembelajaran tematik dapat meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar siswa. Siswa harus memiliki kemampuan kreatif yang tinggi, terbuka menerima pendapat orang lain, dan
Diduga melalui Project Based Learning dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Halimun Bandung
Siklus 1
Penyesuaian proses pembelajaran dengan menerapkan model Project based Learning siswa dibagi secara berkelompok dan memperhatikan
Siklus II
Mencoba kembali dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning, siswa secara berkelompok mendiskusikan topic permasalahan yang diberikan oleh guru
Siklus III
Pelaksanaan Evaluasi dan refleksi siklus II dengan menerapkan model Project Based Learning siswa secara berkelompok memperhatikan dan mendiskusikan topic permasalahan yang diberikan oleh guru
101
menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan
yang bersifat open-endeed dan mengaplikasikan pengetahuan mereka
dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk
otentik tertentu.
Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan sebuah hipotesis
yang akan diuji kebenarannya. Karena hipotesis merupakan suatu jawaban
sementara yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai melalui data yang terkumpul. (Suharsisni, 2006: 71)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a) Jika rencana pelaksanaan pembelajaran disusun sesuai permendikbud
No. 65 Tahun 2013 dengan model Project Based Learning (PJBL)
maka motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Halimun
Bandung Pada Sub Tema Wujud Benda dan Cirinya dapat meningkat.
b) Jika penerapan pembelajaran disusun dengan model Project Based
Learning (PJBL) di kelas V SD Negeri Halimun Pada Sub Tema
Wujud Benda dan Cirinya maka motivasi dan prestasi belajar pada
siswa dapat meningkat.
102
c) Jika pembelajaran tematik Pada Sub Tema Wujud Benda dan Cirinya
dengan model Project Based Learning (PJBL) maka Motivasi siswa
kelas V SD Negeri Halimun dapat meningkat.
d) Jika pembelajaran tematik Pada Sub Tema Wujud Benda dan Cirinya
dengan model Project Based Learning (PJBL) maka prestasi belajar
siswa kelas V SD Negeri Halimun dapat meningkat.