ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat,...

23

Upload: dinhkhanh

Post on 19-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

i

Page 2: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS III INOVASI AGRIBISNIS UNTUK PENINGKATAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

Tim Editor: Edy Prasetyo Bambang Trisetyo Eddy Mukson Siswanto Imam Santoso Titik Ekowati Sudiyono Marzuki Wahyu Dyah Prastiwi Migie Handayani Tutik Dalmiyatun Marry Christiyanto

Mitra Bestari:

Kusmantoro Edy Sularso (Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman Purwokerto)

Diterbitkan oleh :

UNDIP PRESS

Page 3: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

iii

ISBN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS III INOVASI AGRIBISNIS UNTUK PENINGKATAN

PERTANIAN BERKELANJUTAN Hak Cipta 2015. FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Kampus drh. R. Koesoemowardojo, GEdung B Lantai III Tembalang, Semarang (50275) Telp : 024-7474750 Fax : 024-7474750 E-mail : [email protected]

Isi Prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya

Penyunting : Edy Prasetyo, Bambang Trisetyo Eddy, Mukson, Siswanto Imam, Santoso, Titik Ekowati, Sudiyono Marzuki, Wahyu Dyah Prastiwi, Migie

Handayani, Tutik Dalmiyatun, Marry Christiyanto, Kusmantoro Edy Sularso

Prosiding dari Seminar Nasional Agribisnis III Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan

Diselenggarakan di Semarang, 9 September 2015

xiii + 668 halaman

Diterbitkan oleh :

UNDIP PRESS

Page 4: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur disampaikan ke hadlirot Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq

dan karunai-Nya, sehingga penyusunan prosiding seminar dengan tema : “Inovasi Agribisnis

untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan” dapat diselesaikan dengan baik. Masalah

pembangunan pertanian dan agribisnis saat ini dan kedepan sangat penting untuk

diperhatikan, mengingat peran yang sangat strategis dari komoditas yang dihasilkan. Peran

penting tersebut antara lain sumber pendapatan masyarakat, penyedia pangan, pakan, serat,

bahan baku industri dan energi, penyerap tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan serta

sumber devisa negara. Berbagai kajian terus dilakukan melalui berbagai forum/pertemuan

guna mendorong perbaikan dan peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha agar pada

gilirannya sektor pertanian dan agribisnis semakin kuat dan mempunyai daya saing.

Prosiding seminar ini memuat makalah dari hasil kegiatan seminar yang telah

diselenggarakan pada tanggal 9 September 2015, oleh Fakultas Peternakan dan Pertanian

UNDIP bekerjasama dengan Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia) Pusat.

Makalah dalam prosiding ini terdiri dari para pembicara kunci/keynote speeker, antara lain

dari PERHEPI Pusat, Perguruan Tinggi dan Pelaku/Praktisi Agribisnis dan para peserta

seminar dari berbagai institusi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, Lembaga Penelitian, dan

Stakeholder lain dari berbagai wilayah di Indonesia. Prosiding hasil seminar yang telah

tersusun ini, terdiri dari 6 kelompok/tema seminar, yaitu : 1) Sarana dan Produksi Pertanian,

2) Teknologi Budidaya dan Pertanian Organik, 3) Pengolahan Hasil dan Bio Industri, 4)

Pemasaran dan Kelembagaan Pertanian, 5)Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat

dan 6) Ketahanan Pangan. Makalah dalam prosiding ini banyak menyampaikan temuan hasil

penelitian dan mengungkapkan berbagai informasi yang relevan dengan situasi dan kondisi

pertanian dan agribisnis saat ini. Dengan telah selesainya pembuatan prosiding ini tim

penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak, dan berharap semoga

sumbangsih karya ilmiah, pemikiran dan temuan hasil penelitian yang telah disampaikan

membawa kemajuan sektor pertanian dan agribisnis di negara kita. Penyusunan prosiding ini,

tim sangat menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati

permohonan maaf yang sebesar-besarnyanya disampaikan, dan semoga Allah SWT, selalu

membimbing kita, Terima kasih.

Semarang, 9 September 2015

Ketua Panitia

,

Dr. Ir. Mukson, M.S.

Page 5: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

v

SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO

Dalam Acara Pembukaan Seminar Nasional

“Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan”

Semarang, 9 September 2015

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Selamat pagi, Salam sejahtera untuk kita semua.

Kepada Yth.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak H, Ganjar Pranowo, SH

Para Pembicara kunci : 1) Dr.Ir. Bayu Krisnamurthi, MS (Ketua Umum

Perhimpunan Ekonomi Pertanian/PERHEPI Pusat), 2) Prof. Dr.Ir. Dwidjono Hadi

Darwanto, MS (Guru Besar Fakultas Pertanian UGM), 3) Ir. Budi Darmawan

(Praktisi dan Pelaku Agribisnis) dan 4) Dr.Ir. Wiludjeng Roessali, M.Si (Dosen FPP

UNDIP)

Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro dan Staf Dosen

FPP UNDIP

Para pemakalah seminar, para tamu undangan, peserta seminar, mahasiswa dan

seluruh hadirin yang kami hormati.

Pertama-tama marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadhirat Allah

SWT, Tuhan yang maha Esa, atas limpahan rahmat, taufiq dan karunia-Nya sehingga pada

kesempatan yang baik ini kita dapat bertemu dalam forum seminar nasional dengan tema

“Inovasi Agribisnis untuk Peningkatan Pertanian Berkelanjutan” yang sangat penting karena

terkait dengan pembangunan pertanian dan agribisnis yang menjadi sumber bahan pangan.

Selanjutnya, kami ucapkan selamat datang di Kampus Universitas Diponegoro Semarang,

mudah-mudahan semuanya dalam keadaan sehat walafiat, sejahtera dan tidak kurang suatu

apapun, amien.

Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,

Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional harus

diarahkan sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagaimana

diamanatkan konstitusi, yaitu mewujudkan Indonesia mandiri, maju, bermartabat, adil dan

makmur.

Dalam dokumen Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) (2015-2045)

disebutkan bahwa Pertanian mandiri, mencakup kemerdekaan dan kedaulatan negara

maupun petani dalam segala hal berkenaan dengan pembangunan pertanian. Pertanian maju

tercermin dalam penerapan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang paling baru pada

masanya dan yang memiliki keunggulan khususnya dibidang pertanian tropika. Pertanian

yang bermartabat berkenaan dengan tingkat harkat kemanusiaan petani Indonesia yang

memiliki kepribadian luhur, harga diri, kebanggaan serta merasa terhormat dan dihormati

sebagai petani. Pertanian yang adil berkaitan dengan pemerataan dan keberimbangan

kesempatan berusahatani, politik, dan jaminan penghidupan secara horizontal, spasial,

sektoral, bidang pekerjaan, dan sosial. Pertanian yang makmur dicirikan oleh kehidupan

seluruh petani yang serba berkecukupan terbebas dari ancaman rawan pangan dan

Page 6: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

vi

kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan

adil.

Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,

Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Program Studi Agribisnis Fakultas

Peternakan dan Pertanian UNDIP bekerjasama dengan Perhimpunan Ekonomi Pertanian

Indonesia Komda Semarang, bertujuan untuk menghimpun dan menyampaikan berbagai

hasil penelitian, temuan serta pemikiran dari berbagai kalangan (Perguruan Tinggi, Lembaga

Penelitian, maupun Stakeholder lain) tentang inovasi teknologi pertanian/agribisnis untuk

peningkatan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan salah satu alternatif

solusi dan aspek penting dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan kualitas petani

tanpa mengabaikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Paradigma pembangunan

pertanian termasuk agribisnis saat ini mencakup dua hal penting yaitu : 1) Paradigma

Pertanian untuk Pembangunan (Agriculture for Development), Sektor pertanian dijadikan

motor pengggerak transformasi pembangunan yang berimbang dan menyeluruh dan 2)

Paradigma Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan, yaitu transformasi dari orientasi

pembangunan berbasis bahan baku fosil menjadi berbasis sumberdaya terbarukan

(sumberdaya hayati). Paradigma ini menuntut peran pertanian tidak hanya penghasil utama

bahan pangan, tetapi menjadi penghasil biomassa bahan baku biorefinery untuk

menghasilkan pangan, pakan, pupuk, serat, energi, produk farmasi, kimiawi dan bioproduk

lainnya.

Hadirin dan seluruh peserta seminar yang kami hormati,

Pelaksanaan seminar nasional yang menghadirkan para pembicara kunci yang

mengupas tentang kondisi ketersediaan pangan oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah,

sumberdaya pertanian, utamanya menghadapi MEA 2015, peran agribisnis dalam

perekonomian nasional dan potensi, kendala serta tantangan pengembangan agribisnis

merupakan topik yang sangat aktual dan relevan saat ini, disamping hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan oleh para pemakalah seminar. Oleh karena itu kami sangat

mengapresiasi penyelenggaran seminar nasional kali ini dan mudah-mudahan permasalahan

yang terkait dengan pembangunan pertanian dan inovasi agribisnis dalam menuju pertanian

berkelanjutan menghasilkan rumusan yang bermanfaat dan temuan-temuan ilmiah yang

mampu mendorong berkembangnya sektor pertanian dimasa datang dan berkelanjutan.

Demikian sambutan kami, selamat berseminar, mudah-mudahan Allah SWT selalu

memberkahi langkah kita dan mendapatkan ridho-Nya, Amien.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Semarang, 9 September 2015

Rektor UNDIP,

Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH, M.Hum

Page 7: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................

SAMBUTAN KETUA PANITIA ....................................................................................

SAMBUTAN REKTOR ..................................................................................................

RUMUSAN HASIL SEMINAR ...............................................................................

KUMPULAN MAKALAH

PEMAKALAH UTAMA

iv

v

vi

viii

Sumberdaya Pertanian dalam Menghadapi MEA

ENDANG SITI RAHAYU ………………………………………………………………

1

Agribisnis sebagai Unggulan Pembangunan Ekonomi Nasional

DWIDJONO HADI DARWANTO ….........................................................................

6

Pemberdayaan Petani Indonesia

BUDI DARMAWAN …..…......................................................................................

Sumberdaya Manusia dalam Mendukung Pertanian Berkelanjutan

WILUDJENG ROESSALI ……………………...........................................................

TOPIK 1. SARANA PRODUKSI PERTANIAN (SAPROTAN) …………………….. 14

Analisis Tingkat Adopsi Teknologi, Serapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Kelapa

Sawit (Elaeis guinensis jack) di Kabupaten Rokan Hulu

IRSYADI SIRADJUDDIN …………………………………….....................................

15

Analisis Biaya Produksi Sistem Integrasi Ternak Sapi melalui Pemanfaatan Limbah

Perkebunan dan Limbah Agroindustri di Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten

Pelalawan

EVY MAHARANI, SUSY EDWINA dan BUNGARAN SITUMORANG …………..

25

Penerapan Budidaya Padi Sri (System of Rice Intensification) : Aplikasi Beberapa Jenis

Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah

JEANNE M. PAULUS ...............................................................................................

33

Page 8: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

viii

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Darat (Oryza sativa)

di Desa Tingkok Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu

KIAGUS MUHAMMAD ZAIN BASRIWIJAYA ………...........................................

41

Penerapan Inovasi Teknologi Benih Padi Bermutu melalui Penangkar Mandiri di Provinsi

Aceh

ABDUL AZIZ dan BASRI A. BAKAR .......................................................................

47

Model Pengembangan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi (MP3MI) Berbasis Padi

Sawah di Aceh

BASRI A. BAKAR dan ABDUL AZIZ ………………………..........................................

55

Pengaruh Pemberian Tiga Level Hormon FSH terhadapPeningkatan Persentase Kelahiran

Kembar pada Sapi Peranakan Ongole

PENI WAHYU PRIHANDINI dan JAUHARI EFENDY ……………………………........

66

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Potong

Simpo di Kabupaten Wonosobo

B.M. SETIAWAN, D. SUMARJONO, K. BUDIRAHARJO dan M. HANDAYANI ……

74

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah di Daerah Irigasi

Batang Angkola Provinsi Sumatera Utara

VIKTOR SIAGIAN ………………………………………………………………..…......

82

Kinerja Program Sistem Pertanian Terintegrasi : Pengatuh Faktor Teknis, Sosial dan

Ekonomi

SRI WAHYUNI ………………………………………………....................................

89

Efektivitas Kawin Alam dalam Meningkatkan Angka Kebuntingan pada Sapi Dara

Silangan

JAUHARI EFENDY dan AINUR RASYID ………….................................................

100

Pertumbuhan dan Produktivitas Padi dengan Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik

di Lahan Sawah

FORITA DYAH ARIANTI, KHAIRIL ANWAR dan YULIS HINDARWATI ...............

105

Pengaruh Faktor-faktor Program Kredit Peternakan terhadap Pendapatan Usaha Ternak

Sapi Potong Rakyat Pola Induk-Anak di Provinsi Jawa Tengah

EDY PRASETYO, TITIK EKOWATI, MUKSON dan AGUS SETIADI ………………..

115

Page 9: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

ix

Respon Berbagai Bahan Pembenah GTanah Salin terhadap Pertumbuhan, Produksi dan

Protein Kasar Calopogonium mucunoides

F. KUSMIYATI, SUMARSONO, KARNO dan EKO PANGESTU …………………..

126

Hubungan Daya Open dan Service per Conception (S/C) dengan Produksi Susu Sapi

Perah

MAHARULLAH, P. SAMBODO dan D.W. HARJANTI ……………………………….

133

Feed Cost Per Gain Pemeliharaan Sapi Jawa Brebes Secara Intensif Menggunakan Pakan

Jerami dan Konsentrat Dengan Level Protein yang Berbeda

CHRISTINA MARIA SRI LESTARI, SOEDARSONO, EKO PANGESTU dan

AGUNG PURNOMOADI …………………………………………………………………

140

TOPIK 2. TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PERTANIAN ORGANIK ….................. 147

Penerapan Sistem LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) terhadap

Produktivitas Rumput Raja (King Grass)

SUYITMAN, L. WARLY, EVITAYANI dan A. RACHMAT ...................................

148

Strategi Peningkatan Indeks Pertanaman Padi Kaitannya terhadap Pendapatan dan

Tingkat Kesejahteraan Petani pada Lahan Pasang Surut di Sumatera Selatan

HENNY MALINI, MARWAN SUFRI dan DESI ARYANTI ….....................................

157

Estimasi Heritabilitas Berat Lahir dan Berat SApih pada Kambing Persilangan Boer dan

Peranakan Etawah (PE) di Beberapa Wilayah yang Berbeda

YULI ARIF TRIBUDi dan PENI WAHYU PRIHANDINI …………………................

167

Inovasi Agribisnis : Paspor Petani di Lahan Rawa Lebak Kalimantan Selatan Menuju

Kesejahteraan

SUSLINAWATI dan MUHAMMAD FAUZI ………………........................................

172

Sistem Tanam Jajar Legowo Meningkatkan Produktivitas Padi di Lahan Sawah Tadah

Hujan Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan

WALUYO dan SUPARWOTO ……………................................................................

181

Hambatan Pelaksanaa TEknologi IB SapiBali di Kabupaten Barru

S. BABA, HASTANG dan M. RIZAL .............................................................................

186

Pengaruh Jarak Waktu Pembersihan Feses pada Kandang Kelompok Model Litbangtan

terhadap Pertumbuhan Bobot Badan HArian (PBBH) Sapi Bali Betina

TRI AGUS SULISTYA, JAUHARI EFENDY dan MARIYONO .....................................

191

Page 10: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

x

Identifikasi Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Sistem Tanam Jajar Legowo di

Tingkat Petani Menggunakan KombinasiTeknik Fishbone Diagram dan Proportional

Piling sebagai Perwujudan Penyuluhan Partisipatif Menuju Swasembada Pangan

ARIS FAJAR dan RETNA PALUPI …............................................................................

196

Sereal Beras Merah Organik : Inovasi Agribisnis Berbasis Pertanian Berkelanjutan

TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, RINI DWIASTUTI dan AGIL NARENDAR …

206

Efektivitas Pakan Leguminosa Herba Model Leisa terhadap Investasi Parasit Internal

pada Sapi Timor

YENI WIDYANINGRUM dan SOPHIA R ..................................................................

215

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi IR-64 (Oryza sativa L VAR IR-64)

terhadap Pemberian Gibberelic Acid

SARJANA PARMAN ……………………………………………………………………

221

Validasi WaktuTanam Berdasarkan KATAM Terpadu di Lahan Sawah Irigasi Dataran

Tinggi

MEINARTI NORMA SETIAPERMAS dan SRI MINARSIH ………………………….

228

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan di Kota Samarinda

AFRILIA TRI WIDYAWATI dan RIDHA NURLAILY ….........................................

237

Potensi dan Peluang Tanaman Talas dan Ganyong Mendukung Usaha Agribisnis

Berkelanjutan di DKI Jakarta

E. SUGIARTINI, T. RHAMDAN, U. ASTUTI dan WARYAT …………………………

244

Realisasi dan Prospek Pengembangan Sapi Potong melalui Sistem Integrasi dengan

Tanaman Tebu di Jawa Timur

BAMBANG WINARSO dan DEWI SAHARA …………….........................................

252

Hubungan Perilaku Zooteknis dan Daya Dukung Sumberdaya Pakan dengan Penampilan

Ternak Perah pada Usahatani Konservasi Sub Daerah Aliran Sungai Hulu Kaligarang

R.A. PUTRI, SUMARSONO dan L.K. NUSWANTARA ….......................................

263

Studi Performansi dan Konstruksi Mesin Pemanen Padi pada Beberapa Daerah di

Indonesia

ARUSTIARSO dan JOKO PITOYO ………………………………..............................

296

Kualitas Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) Sub Tropis melalui Teknik Budidaya dengan

EMS

WIDYATI SLAMET, SYAIFUL ANWAR dan ENDANG DWI PURBAYANTI ..........

276

TOPIK3. PENGOLAHAN HASIL DAN BIOINDUSTRI …......................................... 280

Page 11: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

xi

Zat Bioaktif dan Daya Hambat Antibakteri Daun Murbei

LAILY AGUSTINA, JAMILA dan JAMILAH ………………….….............................

281

Teknologi Pengolahan Pangan Lokal Substitusi dengan Tepung Ubi Jalar dalam

Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Timur

NOOR ROUFIQ AHMADI dan SRI SUDARWATI …….............................................

286

Ibtek Bagi Produk Ekspor Komoditi Kakao di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar

Jawa Timur

PAWANA NUR INDAH, NORA AUGUSTIEN dan MULYADI ……………………..

291

Karakteristik dan Uji Organoleptik Cake Berbahan BakuTepung SukunAsal Kepulauan

Seribu

WARYAT, MUFLIHANI YANIS dan KARTIKA MAYASARI ………………………

295

Penerimaan Panelis terhadap Daging Sapi Olahan yang telah Dimarinasi dengan Bawang

Putih

NURWANTORO, V. PRIYO BINTORO, ANANG M. LEGOWO dan AGUNG

PURNOMOADI ……………………………………………………………....................

300

Tingkat Preferensi tehadap Susu Kecambah Kedelai dengan Nilai Cerna Protein Terbaik

TRI CAHYO MARDIYANTO dan SRI SUDARWATI ……......................................

304

Analisis Pendapatan Penggunaan Limbah Cair Industri Pangan sebagai Co-Substrat

dengan Feses Sapi pada Digester Biogas : dengan Fokus Produksi Methan untuk Produksi

Listrik

SUTARYO, NINDY KRISDIANTY, ERNA RAHMAWATI dan AGUNG

PURNOMOADI …………………….…......................................................................

311

Potensi Ekonomi dari Pengembangan Produk Pendamping Gula Tebu di Indonesia

SRI NURYANTI dan SISWANTO IMAM SANTOSO ...............................................

316

Kualitas Minyak Kelapa Sawit Kaya Karoten dari brondolan Kelapa Sawit

HAJAR SETYAJI ………………………………………………………………………

324

Pengaruh Keberadaan Kebun Kelapa Sawit terhadap Spesies dan Mutu Ikan di Kabupaten

Muaro Jambi Provinsi Jambi

METHA MONICA, SURYANTO dan M. SYARIF ……………………………………

330

TOPIK 4. PEMASARAN DAN KELEMBAGAAN PERTANIAN ................................... 336

veriton
Pencil
Page 12: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

xii

Kajian Kelembagaan dan Peran Penyuluhan pada Petani Kelapa Sawit di Provinsi Riau

ROSNITA, ROZA YULIDA, ARIFUDIN dan SUARDI TARUMUN …………….....

337

Peranan KM-A Mitra Agro Kelurahan Karang Joang dalam Mendukung Usaha Pertanian

Berkelanjutan di Kota Balikpapan

SRIWULAN PAMUJI RAHAYU dan DHYANI NASTITI P ………………………….

344

Upaya Percepatan Peningkatan Ekonomi Pengrajin Kue Olahan Sagu melalui

Pengembangan Kemitraan Usaha

HENNY INDRAWATI dan CASKA .........................................................................

350

Model dan Strategi Pengembangan Kemitraan Pemasaran Komoditas Kakao di Koridor

IV Terkoneksi dengan Makassar sebagai Market Center dalam Upaya Mengurangi

Ketergantungan Petani pada Sistem Ijon di Provinsi Sulawesi Tengah

SUARDI, ELIMAWATI ROMBE dan SYAMSUDDIN…………………………………..

360

Respon Penawaran dan Penentuan Harga Jual Beras pada Tingkat Petani di Provinsi

Sulawesi Tengah

MAX NUR ALAM dan LIEN DAMAYANTI ……….................................................

374

Pengkajian Sistem Produksi dan Pemasaran Gabah di Sentra Produksi Padi

DHYANI NASTITI P dan SRIWULANM P.R. ...........................................................

384

Kelembagaan Bagi Hasil Petani Sawah di Pedesaan

MUH ARIFIN FATTAH ……..........................................................................................

395

Instrumentasi Kredit Penguatan Modal Usahatani Tebu Berbasis Kelompok di

Gondanglegi Malang sebagai Insentif Implementasi Good Agriculture Practise (GAP)

RINI DWIASTUTI, TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI dan SAFIRA ….............

402

Pengaturan Waktu Impor dalam Menjaga Pendapatan Petani Cabai Merah

CHAIRUL MUSLIM dan VALERIANA DARWIS …...................................................

418

Peranan Kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian (UPJA) dalam

Mendukung Swasembada Padi

TOTA SUHENDRATA ...................................................................................................

430

Pengutan Desa Unggulan Berbasis Pertanian Organik menuju Rintisan Desa

Konswervasi, Edukasi dan Wisata di Desa Dlingo Mojosongo Kabupaten Boyolali

ARIF PUJIYONO, PURBAYU BUDI SANTOSO, EDY YUSUF AGUNG GUNANTO

Page 13: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

xiii

dan BUDI RAHARJO ………………………………………………………………….. 441

Analisis Kinerja dan Kendala dalam Mengembangkan Dana BLM PUAP di Jawa Tengah

WAHYUDI HARIYANTO dan HERWINARNI EM …...............................................

449

Supply Chain Emping Melinjo di Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta

ENY ISTIYANTI dan DIAH RINA KAMARDIANI ..................................................

458

Analisis Faktor Sumberdaya Lokal untuk Peningkatan Produktivitas Sapi Perah di

Kabupaten Boyolali

MUKSON, M. HANDAYANI dan H. SETIYAWAN … ….........................................

467

Pola Saluran Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Ternak Ayam Broiler di Kabupaten

Grobogan

SUDIYONO MARZUKI, WILUDJENG ROESSALI, RARASTIANEVI ANNISA,

KUSTOPO BUDIRAHARJO dan MIGIE HANDAYANI ...........................................

475

Sistem Penguasaan dan Produktivitas Lahan Usahatani Padi di Desa Candi Kecamatan

Karanganyar Kebumen

TITIK EKOWATI dan EDY PRASETYO …………………………………………......

481

TOPIK 5. SOSIAL EKONOMI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ……….. 489

Implementasi Model Strategi Pengembangan Agribisnis untuk Peningkatan Produksi

Pengendalian Penyakit Kanker Stadium Awal pada Tanaman Kakao dan Peningkatan

Nilai Tambah Produk (Fokus pada Cluster Petani Orientasi Ekspor di Kabupaten Parigi

Moutong Provinsi Sulawesi Tengah )

ROSIDA P. ADAM, SAIFUL DARMAN dan JOHANIS PANGGESO ……………….

490

Pengetahuan Lokal Sumber Pertanian Berkelanjutan (Studi Petani Tembakau diDesa

Sapobonto Kabupaten Bulukumba)

AMRUDDIN …………………………………………………………………………….

505

Kesediaan Menerima Nilai Hak Pengembangan Lahan sebagai Dasar Nilai Program

Konservasi Lahan Persawahan

HAMDI SARI MARYUNI ……………………………………………………..............

513

Strategi Keunggulan Bersaing melalui Implentasi Perencanaan Strategis Koperasi

CASKA dan HENNY INDRAWATI …………………………………………………..

518

Page 14: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

xiv

Keragaan Agribisnis Cabe di Kabupaten Lombok Timur

I PUTU CAKRA A, MUJI RAHAYU dan YURISTA …………………………………

529

Analisis Kinerja dan Tingkat Keaktifan Partisipasi Anggota pada Perkebunan Palsma

Kelapa Sawit

LIFIANTHI, SELLY OKTARINA dan DWI WULAN SARI …………………………..

540

Pemanfaatan Pekarangan Rumah untuk Budidaya Ikan Hias dalam Rangka Meningkatkan

Pendapatan Keluarga

IIS DIATIN, YANI HADIROSEYANI, DESTI WAHYU dan FAHMI NURIZAL …..

549

Inovasi dalam Pengelolaan Usaha Pengolahan Rumput Laut Euchema spinosum menjadi

Alkali Treated Spinosum di Desa Bahari Kecamatan Towea Kabupaten Bima

POPONG NURHAYATI ……………………………………………………………….

557

Persepsi Peserta Model Kawasan Rumah Lestari terhadap Teknologi Pemanfaatan

Pekarangan di Kabupaten Sragen

M. ETI WULANJARI dan ACIMA …………………………………………………….

565

Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani melalui Penerapan Teknologi Varietas

Unggul Baru (VUB) dan Kalender Tanam di Kabupaten Kendal

ELLY KURNIYATI, MEINARTI NORMA S. dan ANGGI SAHRU ROMDON …….

574

Pengelolaan Usahatani Jagung pada Lahan Miring dan Tingkat Pendapatan Petani di

Kecamatan Labangka Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

SYLVIA K. UTAMI, YOHANAES G. BULU dan SRIROSO SATMOKO …………..

580

Persepsi Penyuluh Pertanian Lapang terhadap Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(Ptt) Padi serta Penerapannya di Tingkat Petani di Kabupaten Tegal

RATIH KURNIA JATUNINGTYAS, ENDANG ROHMAN dan ABDUL CHOLIQ ......

586

Karakteristik Petani pada Usahatani Konservasi Sub DAS Kaligarang Hulu di Kota

Semarang

W. SUMEKAR, SUMARSONO, E.D. PURBAYANTI dan N.E. WAHYUNINGSIH …..

595

Peran Perempuan dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Keluarga Petani Hortikultura

di Desa Kopeng Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

DYAH MARDININGSIH, WULAN SUMEKAR, WILUDJENG ROESSALI dan

SRIYANTO DWI JATMIKO ……………………………………………………………

601

Page 15: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

xv

Analisis Usaha Sapi Potong Rakyat di Wilayah Pertambangan Emas Kecamatan Waeapo

Kabupaten Buru Utara

Y. TITIRLOLOBY, W. SUMEKAR,W.ROESSALI. S.I. SANTOSO, dan A. SETIADI

607

Produktivitas Tenaga Kerja Keluarga dalam Usaha Ternak Kerbau di Pulau Moa

Kabupaten Maluku Barat Daya

J. LAINSAMPUTTY, W. ROESSALI, S.I. SANTOSO, A. SETIADI, W. SUMEKAR

dan B.T. EDDY …………………………………………………………………………

616

TOPIK 6. KETAHANAN PANGAN ………………………………………………….. 623

Diversifikasi dan Usaha Non Pertanian untuk Memperkuat Ketahanan Pangan dan

Ekonomi Rumah Tangga Petani Kecil di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Hulu Sungai

Utara Kalimantan Selatan

MUHAMMAD FAUZI MAKKI …………………………………………………………

624

Standar Konsumsi Gula sebagai Dasar Neraca Gula

JULIA FORCINA SINURAYA dan SRI WAHYUNI …………………………………

631

Potret Kesejahteraan dan Tingkat Konsumsi Pangan Petani Padi Lahan Kering (Studi

Kasus : Kabupaten Cianjur)

VALERIANA DARWIS …………………………………………………………………

641

Pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Inpago dalam Rangka Mendukung

Swasembada Padi di Kabupaten Banjarnegara

JOKO TRIASTONO, HAIRIL ANWAR dan ARIF SUSILA ……………………………

651

INDEKS PENULIS …........................................................................................... 669

veriton
Pencil
veriton
Pencil
Page 16: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

316

POTENSI EKONOMI DARI PENGEMBANGAN PRODUK PENDAMPING

GULA TEBU DI INDONESIA

Sri Nuryanti1 dan Siswanto Imam Santoso

2

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. A. Yani 70 Bogor,

Lab.Managemen Agribisnis, Fakultas Peternakan dan Pertanian, UNDIP

ABSTRAK

Produk turunan diproduksi dari produk pendamping. Produk turunan dari industri

gula di Indonesia menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan produk

utama, yaitu gula. Namun, sebagian besar pabrik gula di Indonesia belum terintegrasi

sebagai industri gula yang menerapkan sistem tanpa limbah. Pertimbangan ekonomi

pengembangan produk turunan gula memerlukan penelitian untuk mengidentifikasi

produk yang paling potensial. Oleh karena itu, ulasan ini dilakukan untuk

menggambarkan produk turunan yang paling direkomendasikan untuk dikembangkan.

Hasil menunjukkan bahwa limbah cair (tetes) dari pabrik gula merupakan sumber

bahan baku produk turunan yang dapat menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi

dan mendorong tercapainya industri tanpa limbah. Investasi industri gula terpadu dengan

pengolahan limbah menjadi produk turunan semacam itu tinggi, sementara tibak banyak

pabrik gula yang ada memilikinya. Oleh karena itu pemilihan produk turunan yang akan

dikembangkan harus hati-hati dan dikerjakan oleh pemerintah dan pihak swasta untuk

mencapai industri gula masa depan yang terpadu, bernilai tinggi, dan tanpa limbah.

Kata kunci: industri, gula, produk turunan, nilai tambah, tanpa limbah.

ABSTRACT

Derivate product is produced from by product. Derivate product from sugar

industry in Indonesia creates higher value added than sugar itself. However, most of sugar

factory in Indonesia are not integrated sugar industry that apply zero waste system.

Economical concern from derivate development urges studies to identify the most

potential ones. Therefore this review was done to describe the most recommended

derivates to be developed.

Result showed that liquid waste (molasses) of sugar factory was the most

potential source as feed for derivate industry to produce valuable product making zero

waste industry. Investment of such industry is high and most of existing sugar factory had

not established the integrated one yet. Therefore, derivate products selection should be

done carefully. Besides, the government needs to cooperate with private sector in

investment to achieve future sugar industry that integrated, high valued, and zero wasted .

Keywords: industry, sugar, derivate product, value added, zero waste.

PENDAHULUAN

Tebu merupakan tanaman perkebunan yang paling besar tingkat produksinya di

dunia, pada tahun 2012 diperkirakan mencapai sekitar 26,0 juta hektar, tersebar di 90

negara, dan menghasilkan 1,83 milyar ton (FAO 2014). Tebu merupakan bahan baku

industri gula serta produk turunannya. Permintaan gula dunia merupakan pendorong

utama pertanian tebu yang berkontribusi sekitar 80 persen dari total produksi gula di

dunia (ISO 2013). Disamping produk utama gula, tebu dapat diolah menjadi produk

turunan tebu atau produk pendamping gula tebu (PPGT) antara lain falernum, molase,

rum, spiritus, bagase, dan etanol. Hasil produksi yang saat ini banyak dikembangkan dari

Page 17: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

317

industri gula adalah etanol. Disamping isi batangnya, kulit tebu diolah untuk

memproduksi pena, tikar, tirai, dan atap. Batang tebu muda yang tidak diolah menjadi

gula digunakan sebagai pakan ternak. Pucuk dan bunga tebu (terubuk) diolah sebagai

bahan makanan.

Sebagai negara tropis, Indonesia mampu mengembangkan pertanian tebu dan

mengolah menjadi bahan industri gula, produk turunan, dan produk samping industri

gula. Selain sebagai negara produsen terbesar ke-10 dunia, Indonesia saat ini juga

merupakan konsumen terbesar ke-7 sekaligus importir gula terbesar ke-5 di dunia (ISO

2013). Hal ini disebabkan kesenjangan antara produksi dann permintaan gula domestik.

Indonesia pada akhir 2013 memiliki 470 ribu ha areal tanam tebu dan

memproduksi 35,53 juta ton tebu (BPS 2013) yang menopang bahan baku industri gula

dalam negeri yang dikelola oleh perkebunan/pabrik gula swasta dan perkebunan/pabrik

gula milik negara. Selain gula sebagai produk utama (8 persen), industri gula

menghasilkan produk samping antara lain tetes (4,5 persen), ampas (34 persen), blotong

(3,5 persen), limbah cair (49,7 persen), dan abu (0,3 persen) [Misran 2005]. Sebagian

besar pabrik gula di Indonesia hanya mengolah tebu menjadi gula dan belum

mengintegrasikan dengan indutri pengolah produk turunan. Di lain pihak, daya saing

industri gula Indonesia masih rendah dan dipandang sebagai sun set industry. Sebaliknya,

industi produk turunan dari PPGT, terutama bahan bakar nabati dipandang sebagai sun

rise industry. Hal inididukung besarnya potensi dari PPGT dari biomassa tebu yang jauh

lebih besar dibanding produk utamanya gula yang hanya memanfaatkan 8 persen dari

total bahan, sedangkan sisanya adalah PPGT. Artinya, industri pengolahan turunan PPGT

mempunyai jaminan bahan baku yang besar.

Produksi PPGT di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 118 persen dari nilai

produksi gula pada tahun yang sama. Industri gula belum memperoleh dampak langsung

secara finansial dari pengembangan tersebut. Secara sektoral dukungan finansial

pengembangan unit PPGT bersifat positip (PPPGI 2001).

Sejalan dengan prinsip pembangunan, segala upaya yang dilakukan harus

memberi manfaat secara sosial, lingkungan, dan ekonomi. sumberdaya yang digunakan di

dalam pembangunan harus diberdayakan untuk mencapai kapasitas optimal dibanding

kapasitas aktual yang bisa jadi masih lebih rendah dari kapasitas potensial. Pencapaian

kapasitas actual sebesar potensinya diperlukan tindakan inovasi yang pada gilirannya

akan mencapai keadaan yang berbeda dan pada gilirannya untuk meningkatkan taraf

hidup/kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan potensi biomassa PPGT, nilai tambah yang dapat dihasilkan,

lapangan kerja baru yang dapat diciptakan apabila industri pengolah produk turunan

PPGT didirikan, dan dampak bagi lingkungan yang baik dengan keberadaan industri

tanpa limbah, maka unit pengembangan PPGT yang dimiliki industri gula saat ini perlu

digali potensi ekonominya secara optimal. Pengembangan PPGT ini diharapkan mampu

meningkatkan daya saing industri gula secara finansial, sehingga memberi manfaat

ekonomi bagi pihak yang berkepentingan di dalam industri gula. Peluang pengembangan

industri berbasis tebu sebagai salah satu unit usaha yang potensial perlu diidentifikasi

produk turunan apa yang paling tinggi nilai ekonominya? Jawaban pertanyaan tersebut

setidaknya dapat menjawa apa produk turunan yang bernilai tambah tinggi, mendukung

pengembangan industri gula terpadu, dan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat/pelaku di dalam industri gula terpadu tersebut. Pertanyaan mendasar tersebut

menjadi latar belakang pentingnya penelitian ini dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di muka, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian

ini adalah mengidentifikasi PPGT yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mempunyai

prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan mampu

menggambarkan potensi pengembangan industri produk pendamping gula tebu, sehingga

memberi nilai tambah secara ekonomi dari kegiatan produksi industri gula secara terpadu.

Page 18: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

318

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Indonesia sebagai satuan wilayah penelitian yang

merupakan negara penghasil tebu dan gula beserta produk pendamping gula tebu. Data

yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari lembaga penerbit data yang

resmi dan meliputi data input output dari BPS, data statistik industri dari Kementerian

Perindustrian, data statistik produksi dari Kementerian Pertanian, dan data statistik

perdagangan dari Kementerian Perdagangan.

Identifikasi PPGT yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berprospek untuk

dikembangkan dilakukan dengan kajian pustaka dan berbagai hasil penelitian terkait

dengan produk pendamping gula tebu yang telah dikomersialkan baik di Indonesia

maupun di dunia. Oleh karena itu, dapat diketahui produk mana yang menghasilkan nilai

ekonomi tinggi. Analisis data dilakukan secara deskriptif baik kuantitatif maunpun dan

kualitatif untuk menghasilkan ulasan yang komprehensif tentang potensi produk turunan

dan nilai ekonominya.

Identifikasi dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual industri gula saat

ini dengan potensi produk yang dapat dihasilkan di dalam industri berbasis tebu, sehingga

dapat ditetapkan target yang hendak dicapai. Dengan demikian akan dapat dideskripsikan

besaran potensi ekonomi dari industri gula yang terintegrasi antara PG dan pabrik

pengolah produk turunan PPGT dengan konsep industri tanpa limbah. Disamping itu

dilakukan wawancara dengan salah satu industri gula terpadu dengan industri pengolahan

PPGT menjadi bioetanol, yaitu Pabrik Gula/Pabrik Spiritus Madu Baru di Yogyakarta

sebagai sumber informasi rujukan untuk menghitung besaran potensi nilai ekonomi

pengembangan industri gula terpadi dari hulu – hilir 1 – hilir 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Tebu merupakan salah satu komoditas sebagai bahan baku pemanis di dunia.

Dalam rangka mengembangkan nilai ekonomi yang berkelanjutan, pemanfaatan yang

maksimal atas semua potensi komoditas menjadi penting (Finkenstadt 2014). Selain

sebagai bahan baku gula, seperti halnya bit, tebu dapat diolah menjadi pakan ternak,

produk pendamping gula tebu dapat diproses dan menghasilkan banyak nilai tambah

sebagai bahan bakar hayati (biofuel), bahan nutrisi manusia, plastik, dan bahan farmasi.

Pemanfaatan seluruh biomassa tebu tersebut akan menggeser cara pandang lama dari

industri gula ke industri tebu secara terpadu.

China, merupakan salah satu negara yang telah mengimplementasikan konsep

industri tebu tersebut dengan tidak hanya memproduksi gula dari pertanaman tebu,

melainkan juga banyak produk yang lain seperti bubur kertas, kertas, alkohol, ragi,

xylitol, bahan kimia, jus tebu, pupuk hayati, pakan ternak, dan listrik. Industri berbasis

tebu di China tersebut telah berkontribusi pada pembangunan sosial ekonomi di daerah

sentra penghasil tebu China seperti Guangxi, Yunnan, dan Guangdong (Li and Yang

2014). Hal tersebut menjadi bukti bahwa pembangunan ekonomi yang demikian cepat di

China berimplikasi pada peningkatan permintaan energi, sementara China mempunyai

potensi besar untuk memproduksi listrik dari bahan yang terbarukan seperti serat tebu

(Peng et al. 2014).

Produk pendamping gula tebu di China meliputi bagase, yang dikembang menjadi

produk baru di China antara lain adalah bagase, tetes, dan blotong (Wei et al. 2004).

Bagase dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan bakar industri gula (90 persen),

dan sisanya digunakan sebagai media pengembangan jamur. Dewasa ini, selain sebagai

bahan bakar pabrik gula, bagasi di China telah diolah menjadi kertas, particle board,

peralatan makan, komponen telepon seluler, plastik komposit, nano selulosa, dan bahan

pakaian. Tetes selain diolah menjadi MSG, Lysine, dan asam sitrat juga dimanfaatkan

Page 19: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

319

sebagai bahan baku alkohol, proteinsel tunggal, dan ragi. Blotong dimanfaatkan sebagai

pupuk organik.

Penggunaan bahan bakar berbahan baku tetes tebu dewasa ini dianggap layak dan

menunjukkan peluang ekonomi bagi pengembangan industri di banyak negara penghasil

gula (Pippo and Carlos, 2013). Tetes disebut sebagai sumber bahan baku energi hayati

yang ramah lingkungan dan sangat potensial untuk dikembangkan di negara penghasil

tebu dan gula. Hal ini disebabkan penggunakan bahan baku yang digunakan merupakan

produk pendamping dari produk utama industri yang selama ini telah ada. Dengan

demikian, potensi yang sama dimungkinkan juga untuk mengembangkan produk

berbahan baku produk pendamping gula tebu Indonesia sebagai salah satu negara

penghasil tebu dan gula.

Toharisman dan Kurniawan (2012) mencatat bahwa di Indonesia terdapat 45

industri PPGT dengan 14 jenis produk, 60 persen pabrik dimiliki swasta yang tidak

mengolah tebu. Jenis produk yang dihasilkan adalah alkohol, spiritus, arak, wafer pucuk,

dan particle board. Pabrik PPGT yang tidak mengolah tebu mengolah produk tetes

(alkohol, spiritus, asam asetat, MSG, L-lysine, ragi, CO2 padat dan cair), produk ampas

(kertas, jamur, particle board), dan produk pucuk tebu (wafer pucuk). Karena kekurangan

bahan baku produksi wafer pucuk milik PT Rajawali Nusantara Indonesia sudah tidak

beroperasi lagi1.

Gula tebu merupakan salah satu komoditas strategis bagi perekonomian

Indonesia, sehingga perlu dikembangkan (Sawit et al., 2003) karena industri gula

tergolong dalam klasifikasi industri padat karya dan menghasilkan nilai tambah dalam

bentuk upah tenaga kerja, laba usaha, dan sewa lahan (Woerjanto, 2000; Sawit, 1998).

Gula merupakan bahan pangan yang luas penggunaannya baik dikonsumsi secara

langsung dan tidak langsung sebagai bahan baku industri (Simatupang et al., 1998).

Produk yang dapat dihasilkan dari pengolahan tebu disamping gula sudah banyak

diproduksi dalam skala besar dan diperdagangkan secara komersial di dunia. Selama ini

pengolahan tebu diidentikkan dengan industri gula. Paradigma lama tersebut perlu digeser

menjadi industri tebu dengan menerapkan konsep industri bebas limbah dan terintegrasi.

Banyak produk samping pengolahan gula yang telah diproduksi di dunia dan

diperdagangkan secara komersial bahkan memberi nilai ekonomi lebih tinggi

dibandingkan nilai gula itu sendiri.

Jenis PPGT yang telah diproduksi di dunia dalam skala besar antara lain

bioelectricity, bioethanol, amino acids, bio-K fertilizer, bioplastics, anti cholesterol

supplement, anti diabetic supplement, acetic acids acetate, ethyl acids, dan baggase.

Beberapa PPGT yang telah diproduksi di Indonesia dan sudah dikomersialkan adalah (1)

produk turunan tetes: alkohol, spiritus, asam asetat, monosodium glutamate, L-lysine, ragi

roti, CO2 padat dan cair, (2) produk turunan ampas: kertas, jamur, particle board, (3)

produk turunan pucuk tebu: wafer pucuk (PPPGI 2001).

Produk pendamping gula tebu yang potensial dikembangkan menjadi produk lain

dengan nilai tambah tinggi adalah tetes tebu. Tetes dapat diproses menjadi produk lain

dengan nilai tambah yang bahkan lebih tinggi dari produk utama tebu, yaitu sebagai

bahan bakar hayati, alkohol, asam sitrat, dan MSG. Produk pendamping gula tebu tidak

saja tetes, ampas, dan pucuk. Namun juga serasah, blotong dan abu ketel. Serasah dapat

diproses menjadi kompos; blotong dapat diolah menjadi kompos dan lilin alam;

sedangkan abu ketel dapat diolah menjadi pupuk silikat dan kompos (Lampiran Gambar

1). Diantara produk hasil olahan PPGT yang memberi nilai tambah tertinggi dari bahan

bakunya antara lain jamur merang (15-20), ragi roti (15-20), furfural (10-15), dan bubur

kertas (10-15). Beberapa produk yang mempunyai nilai tambah di atas 10 tersebut

menunjukkan bahwa nilai produk bahan-bahan tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat

1 Sumber: Wawancara dengan Ir. Arief Setiyanto, M.App.Sc. Kepala Divisi SDM dan Umum

PT RNI, pada tanggal 5 Oktober 2014.

Page 20: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

320

dibanding nilai bahan yang tidak diolah. Beberapa produk komersial seperti MSG, etanol,

spiritus, dan particle board memiliki nilai tambah di bawah 10 (Toharisman dan

Kurniawan 2012). Keterpaduan industri hulu hilir dengan derajat pengolahan yang

semakin tinggi akan menghasilkan nilai tambah tinggi.

Ampas tidak saja dapat dioleh menjadi kertas, melainkan bermanfaat sebagai

bahan bakar pembangkit tenaga listrik, particle board dan kampas rem. Demikian juga

blotong dapat digunakan sebagai bahan bakar, paving block, pupuk organik dan briket.

Pengolahan tetes menjadi etanol akan memberi nilai tambah lebih tinggi dibandingkan

sebagai bahan baku alkohol, spiritus dan penyedap rasa (Sugar Tech. 2014). Pemanfaatan

potensi yang terkandung di dalam PPGT secara efisien dan maksimal diyakini mampu

meningkatkan nilai tambah dan bagi industri tebu di Indonesia.

Apabila keseluruhan potensi tebu di Indonesia diproses secara optimal dengan

konsep industri tanpa limbah, maka pada tingkat hulu industri yang menghasilkan produk

2,94 juta ton gula kristal putih, 1,60 juta ton tetes, 12,08 juta ton ampas, 1,08 juta ton

ampas, 1,24 juta ton blotong, 106,59 ribu ton abu ketel, dan 17,66 juta ton pupuk organik

dengan nilai ekonomi Rp 33,12 trilyun. Apabila Pabrik seluruh pabrik gula yang ada di

Indonesia mengolah tetes sebagai bahan baku industri hilir 1, maka berpotensi untuk

menghasilkan 399,71 juta liter alkohol, 399,71 juta liter spiritus, dan 799,43 juta liter

pupuk cair, sehingga total nilai ekonomi dari integrasi industri hulu – hilir 1 adalah Rp

38,12 trilyun, atau memberi nilai tambah sebesar 4,99 trilyun, terjadi kenaikan 15,08

persen nilai tambah dari industri hulu. Selanjutnya, apabila keseluruhan industri gula di

Indonesia membangun industri pengolahan lanjut (hilir 2) sampai dengan bioetanol dari

penyulingan potensi alkohol yang ada, maka dimungkinkan memperoleh 383,72 juta liter

bioetanol. Dengan demikian keseluruhan total nilai ekonomi industri gula terpadu akan

mencapai Rp 38,48 trilyun atau memberi nilai tambah sebesar Rp 3,76 trilyun, terjadi

kenaikan 16,18 persen nilai tambah dari industri hulu (Tabel 1).

Investasi satu unit pengolahan bioetanol dengan kapasitas terpasang 8 juta

liter/tahun diperlukan dana sebesar Rp 30 milyar dengan umur ekonomi investasi 10

tahun. Artinya, untuk menduplikasi industri gula terpadu serupa di seluruh kawasan

industri gula, sehingga seluruh industri gula bersama-sama menghasilkan 383,72 juta liter

diperlukan investasi sebesar Rp 14,39 trilyun. Investasi tersebut demikian besar, namun

mengingat nilai tambah dan dampak pada lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat

yang terkiat maka pengembangan industri gula terpadu tersebut direkomendasikan.

Pencapaian target industri gula terpadu tanpa limbah tidak dapat dilakukan oleh

pemerintah saja, namun perlu dukungan investasi pihak swasta secara sinergi membangun

industri tersebut mengingat besaran dana yang diperlukan. Produk yang dikembangkan

juga harus diseleksi, yaitu tidak saja yang bernilai tambah tinggi namun juga mempunyai

pasar yang menjanjikan. Dengan demikian, selain tercapai industri gula masa depan yang

terintegrasi hulu hilir dan bebas limbah juga akan tercapai kesejahteraan masyarakat yang

lebih baik dengan terjadinya peningkatan pendapatan dari sektor industri gula dengan

pasar yang baik tersebut.

Tabel 1. Potensi Ekonomi Pengembangan Industri Hilir Berbasis Tebu1

Neraca Bahan Pang

sa Kuant

itas Unit

Harga

Rp/U

nit

Nilai (trilyun rupiah)

Hulu Hilir 1 Hilir

2 (%) Hulu Hilir 1 Hilir 2

Tebu

100 35,53 Juta

ton

Gula

8 2,84 Juta

ton 8.500 24,16

Tetes

4,5 1,60 Juta 1.000 1,60

Page 21: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

321

ton

Alkohol

25

399,7

1

Juta

liter 8.500

3,40

Bioet

anol 96

383,7

2

Juta

liter 9.800

3,76

Spiritus

25

399,7

1

Juta

liter 7.000

2,80

Pupuk

Cair 50

799,4

3

Juta

liter 500

0,40

Ampas

34 12,08 Juta

ton 400 4,83

Bahan

Bakar 100 12,08

Juta

ton 400

4,83

Blotong

3,5 1,24 Juta

ton 600 0,75

Pupuk

Organik 100 1,24

Juta

ton 600

0,75

Abu

Ketel 0,3

106,5

9

Ribu

ton 200 0,02

Batu

Bata 100

106,5

9

Ribu

ton 200

0,02

Limbah

Cair 49,7 17,66

Juta

ton 100 1,77

Pupuk

Organik 100 17,66

Juta

ton 100

1,77

Nilai

Ekonom

i

33,12

Nilai

Tambah

4,99 0,36

(15,08

%)

(16,18

%)

1) Perhitungan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Produksi, Kepala

Bagian Pemasaran, dan Kepala Bagian Bina Sarana Tanaman PG Madu Baru

Yogyakarta, 11 September 2015. Selanjutnya, infromasi harga produk utama gula,

PPGT, dan bioetanol digunakan sebagai asumsi harga umum keseluruhan potensi

nasional.

Pembahasan

Pengembangan industri gula secara terpadu tidak saja akan mendorong

pengembangan usahatani tebu, namun juga akan mendorong pengembangan industri lain

yang menggunakan gula maupun produk pendamping gula tebu. Pengembangan produk

baru dengan menggunakan bahan baku berupa produk pendamping industri utama berarti

meningkatkan nilai tambah dari produk pendamping tersebut dari semula tidak bernilai

atau bernilai rendah menjadi naik nilai tambahnya secara ekonomi.

Pengembangan industri gula terpadu dapat mendorong tercapainya konsep

industri bebas limbah (zero waste industry). Konsep ini tidak saja baik bagi lingkungan,

namun secara ekonomis dan teknis akan meningkatkan efisiensi produksi bagi indutri.

Harga pokok produksi setiap produk yang diolah di dalam industri dapat ditekan (PPPGI

2001, Misran 2005), sehingga harga jual produk lebih bersaing di pasar.

Tidak semua industri gula di Indonesia mempunyai pabrik pengolah produk

pendamping menjadi produk yang bernilai tambah tinggi tersebut. Oleh karena itu

Page 22: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

322

perhitungan kelayakan ekonomi investasi pabrik pengolahan produk pendamping gula

tebu menjadi penting. Kerjasama pemerintah dan swasta dalam berinvestasi dan memilih

produk yang hendak dikembangkan menjadi penting.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di muka, disimpulkan bahwa Indonesia berpotensi

mengembangkan PPGT berbasis limbah cair industri gula, yang potensi semula sebesar

Rp 33,12 trilyun dapat ditingkatkan dengan mengolah tetes, dimana produk olahannya

menghasilkan nilai tambah hingga Rp 4,99 trilyun (15,08 %) jika dikembangkan sampai

hilir 1 diolah menjadi alkohol dan spiritus. Apabila alkohol diolah lebih lanjut menjadi

bioetanol (hilir 2) akan dicapai nilai tambah sebesar Rp 5,36 trilyun (16,18 %). Potensi

ekonomi pengembangan produk pendamping gula tebu berbahan baku tetes merupakan

agregasi nilai tambah produk hasil olahan tetes domestik dari keseluruhan potensi sumber

daya tebu nasional.

Implikasinya adalah pemilihan produk turunan tetes harus selektif mengingat

tidak semua PG di Indonesia mempunyai unit pengolah produk turunan dan pendirian

unit pengolah industri gula terpadu perlu investasi besar. Diperlukan kerjasama

pemerintah dengan pihak swasta untuk mewujudkan industri gula masa depan yang

terpadu antara sektor hulu dan hilir serta tanpa limbah. Dengan demikian akan tercapai

tujuan pembangunan, yaitu meningkatkan kapasitas sumberdaya melalui inovasi

teknologi yang diinvestasikan untuk meningkatkan pendapatan pelaku industri gula dan

pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Ditjen PPHP. Pohon Industri Tebu. 24 September 2014. http://pphp.pertanian.go.id/.

FAO. 2014. FAOSTAT: Production. 28 Mei 2014. http://www.fao.org.

Finkenstadt, Victoria L. 2014. A Review on the Complete Utilization of the Sugarbeet.

Sugar Tech (Oct-Dec 2014) 16 (4): 339-346.

ISO. 2013. Indonesia: Future Sugar Prospects. Market Evaluation Consumption and

Statistics Committee 13 (17) October 2013. International Sugar Organization.

Li, Yang-Rui and Yang, Li-Tao. 2014. Sugarcane Agriculture and Sugar Industry in

China. Sugar Tech. Accepted 15 September 2014. Published online: 16 October

2014. DOI 10. 1007/s12355-014-0342-1.

Misran, Erni. 2005. Industri Tebu Menuju Zero Waste Industry. Jurnal Taknologi Proses

4 (2) Juli 2005: 6-10. 24 September 2014.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15389/1/tkp-jul2005-%20(2).pdf

Peng, Ling, Philip A. Jackson, Qi-Wei Li, Hai-Hua Deng. 2014. Potential for Bioenergy

Production from Sugarcane in China. Bioenerg. Res. (2014) 7:1045-1059.

Pippo, Walfrido Alonso and Carlos A. Luengo. 2013. International Journal of Energy and

Environmental Engineering 4(10).

PPGI. 2001. Studi Konsolidasi Pergulaan Nasional. Pusat Penelitian Perkebunan Gula

Indonesia. Pasuruan.

Sawit, M.H., Erwidodo, T. Kuntohartono, H. Siregar. 2003. Penyehatan dan

Penyelamatan Industri Gula Nasional. Analisis Kebijakan Pertanian 1(3): 12-209.

Simatupang, P., N. Syafa‘at, dan F. Liesjati. 1998. Keterkaitan Antar Industri dan

Peranannya dalam Perekonomian Nasional. Ekonomi Gula di Indonesia. Penerbit

IPB.

Sugar Tech. 2014. Pengembangan Industri Alternatif Berbasis Tebu. Bahan Tayangan

Seminar ―Industri Terpadu Berbasis Tebu‖. Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Page 23: ii - core.ac.uk · vi kemiskinan, yang merupakan resultante dari pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, dan adil. Hadirin dan seluruh pese rta seminar yang kami hormati,

323

Toharisman, Aris dan Kurniawan, Yahya. 2012. Prospek dan Peluang Koproduk Berbasis

Tebu. Ekonomi Gula. Bayu Krisnamurti, editor. Jakarta: Gramedia.

Wei, Yuan-An, Jia-Jiong Lu, and Wei-Dong Sun. 2004. New Development in Sugar-

Based Products and Cane By-Products Utilization in China. Sugarcane

Technology 6(4): 281-284.

Woerjanto. 2000. Peningkatan Efisiensi Manajemen Industri Gula dalam Kebijakan

Industri Gula Indonesia. Prosiding Seminar Sehari Pembangunan Perkebunan

Indonesia. Surabaya. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia.