idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

10
WESHARE KM BULETIN Issue # WeShare KM buletin Edisi 3, 2016 SHARING IS POWER CCCD DAN FATUNULU Umumnya, orang tidak akan mempertimbangkan apa-apa sampai mereka yakin ada masalah yang benar- benar perlu ditangani. Kesadaran tentang suatu masalah, dapat diperoleh melalui berbagai proses. Proses yang bertumpu pada meihat dan merasakan langsung, biasanya lebih kuat daripada proses menganalisa dan berpikir. Pemikiran dan perasaan, keduanya sangat penting, tapi jantung perubahan ada dalam keterlibatan emosi yang mampu memotivasi orang untuk mengenali pentingnya masalah tertentu dan mengambil sikap serta tindakan tertentu. Salah satu cara untuk memahami kelompok, subkultur, pengaturan, atau cara hidup adalah dengan membenamkan diri kedalamnya atau biasa disebut ‘immersion’ (imersi). Peneliti kualitatif sering melakukan imersi untuk mendapatkan pemahaman terbaik dari topik mereka. Imersi diambil dari bahasa Inggris 'to immerse' yang berarti mencelupkan, menyerap atau melibatkan secara mendalam. Dalam WeShare edisi 3 ini, editor akan menghadirkan pengalaman training CCCD yang dilakukan di desa Fatunulu dengan menggunakan metode imersi. Kali ini #Kotak Pengetahuan akan membahas tentang pentingnya cerita perubahan sebagai bagian dari perubahan itu sendiri. Para relawan penulis yang luar biasa yaitu bu Rasita Purba, bang Ado Yahya, pak Syamsu Salewangang, mbak Saneri dan kakak Grace Maria telah menulis cerita cerita perubahan SC yang menarik Sebagian tulisan mereka dapat dilihat di #Belajar adalah berubah. Sementara dalam #Berbagi adalah Kekuatan, terlihat bahwa desa Fatunulu sendiri memiliki kearifan lokal, ‘indigenous knowledge’ yang bersinergi secara positif dengan program Plan International Indonesia. Ini bisa terlihat dari keberadaan PAUD, SMA dan SMK, serta kuatnya nilai-nilai anti kekerasan, baik terhadap anak maupun perempuan. Terlepas dari semua itu, pembelajaran penting dari training CCCD dan aksi perbaikan disarikan dalam #Pengetahuan kita, Aksi kita. Big applause (gambar tangan di WA) untuk para relawan penulis, khusus untuk bang Yahya, mantap bang…..ternyata diam diam menyimpan bakat menulis yang luar biasa… Selamat menikmati ! WeShare, merupakan sebuah media internal untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, antar staff di semua level, baik PU dan CO. Di sini, kita juga bisa belajar dari pengalaman rekan sesama Plan International Indonesia, tanpa melihat posisi ataupun jabatan karena setiap orang pasti punya cerita, pengalaman, dan pengetahuan yang bisa dibagi. It’s too easily ignored if it doesn’t feel real Terlalu mudah untuk diabaikan, bila tidak terasa nyata

Upload: rini-devianti-nasution

Post on 25-Jul-2016

237 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

WeShare, merupakan sebuah media internal Plan International Indonesia untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, antar staff di semua level, baik PU dan CO. Di sini, kita juga bisa belajar dari pengalaman rekan sesama staff , tanpa melihat posisi ataupun jabatan karena setiap orang pasti punya cerita, pengalaman, dan pengetahuan yang bisa dibagi.

TRANSCRIPT

Page 1: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN Issue #

WeShare KM buletin

Edisi 3, 2016

SHARING IS POWER CCCD DAN FATUNULU

Umumnya, orang tidak akan mempertimbangkan apa-apa sampai mereka yakin ada masalah yang benar-benar perlu ditangani. Kesadaran tentang suatu masalah, dapat diperoleh melalui berbagai proses. Proses yang bertumpu pada meihat dan merasakan langsung, biasanya lebih kuat daripada proses menganalisa dan berpikir. Pemikiran dan perasaan, keduanya sangat penting, tapi jantung perubahan ada dalam keterlibatan emosi yang mampu memotivasi orang untuk mengenali pentingnya masalah tertentu dan mengambil sikap serta tindakan tertentu.

Salah satu cara untuk memahami kelompok, subkultur, pengaturan, atau cara hidup adalah dengan membenamkan diri kedalamnya atau biasa disebut ‘immersion’ (imersi). Peneliti kualitatif sering melakukan imersi untuk mendapatkan pemahaman terbaik dari topik mereka. Imersi diambil dari bahasa Inggris 'to immerse' yang

berarti mencelupkan, menyerap atau melibatkan secara mendalam.

Dalam WeShare edisi 3 ini, editor akan menghadirkan pengalaman training CCCD yang dilakukan di desa Fatunulu dengan menggunakan metode imersi. Kali ini #Kotak Pengetahuan akan membahas tentang pentingnya cerita perubahan sebagai bagian dari perubahan itu sendiri.

Para relawan penulis yang luar biasa yaitu bu Rasita Purba, bang Ado Yahya, pak Syamsu Salewangang, mbak Saneri dan kakak Grace Maria telah menulis cerita cerita perubahan SC yang menarik

Sebagian tulisan mereka dapat dilihat di #Belajar adalah berubah.

Sementara dalam #Berbagi adalah Kekuatan, terlihat bahwa desa Fatunulu sendiri memiliki kearifan lokal, ‘indigenous knowledge’ yang bersinergi secara positif dengan program Plan International Indonesia.

Ini bisa terlihat dari keberadaan PAUD, SMA dan SMK, serta kuatnya nilai-nilai anti kekerasan, baik terhadap anak maupun perempuan. Terlepas dari semua itu, pembelajaran penting dari training CCCD dan aksi perbaikan disarikan dalam #Pengetahuan kita, Aksi kita.

Big applause (gambar tangan di WA) untuk para relawan penulis, khusus untuk bang Yahya, mantap bang…..ternyata diam diam menyimpan bakat menulis yang luar biasa…

Selamat menikmati !

WeShare, merupakan sebuah media internal untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, antar staff di semua level, baik PU dan CO. Di sini, kita juga bisa belajar dari pengalaman rekan sesama Plan International Indonesia, tanpa melihat posisi ataupun jabatan karena setiap orang pasti punya cerita, pengalaman, dan pengetahuan yang bisa dibagi.

It’s too easily ignored if it doesn’t feel real

Terlalu mudah untuk diabaikan, bila tidak terasa nyata

Terlalu mudah untuk dilupakan atau diabaikan, bila tidak terasa nyata dari Editor

Page 2: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 2

#Berbagi adalah kekuatan :

Bang Yahya berbagi tentang desa Fatunulu dan kehadiran Plan disana

#Kotak Pengetahuan :

Apa itu Case Story?

#Belajar adalah Berubah:

Menyoroti persoalan ketimpangan gender, Bu Rasita bercerita perubahan yang belum terjadi sepenuhnya, sementara Saneri bercerita tentang perubahan yang telah terjadi akibat program Plan

#Pengetahuan kita, Aksi kita : Pembelajaran dan Rekomendasi dari training CCCD

Perjalanan 50 kilometer ditempuh

dalam waktu dua jam dengan kendaraan roda empat. Gerombolan mobil-mobil itu berjejer menelusuri jalan berbatu penuh tikungan tajam. Dikelilingi bukit dan

lembah dan melewati sungai-sungai kecil. Itulah keindahan untuk mencapai desa Fatulunu, di kecamatan Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan (TTS), Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sehari berada di desa Fatulunu memberikan kesegaran jiwa dan semangat hidup. Betapa tidak, inspirasi itu selalu ada dari setiap senyum ribuan warga baik dewasa maupun anak-anak.

Mereka menyambut gembira tim Plan International Indonesia hari itu (15/10) untuk melakukan kunjungan lapangan dalam sebuah perhelatan pelatihan CCCD (Child Center Community Development) in Practice di desa tanpa listrik itu.

Sebuah syair indah dinyanyikan anak-anak, “jangan lupakan Fatulunu” seakan terus menyatukan rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang kental. Tidak ada sekat antara satu dan yang lain, saat balutan salendang motif Timor mengikat leher. Inilah simbol persaudaraan dan kekeluargaan yang kuat di tanah yang memiliki tiga suku besar Missa, Ati dan Tamonob.

Modal kedekatan ini yang telah menjadikan 1,226 jiwa masyarakat desa Fatulunu dan Plan International Indonesia menyatu dalam kebersamaan untuk membangun anak desa, membangun anak Indonesia. Maka sejak tahun 2005 hingga kini, Plan International Indonesia dikenal sebagai keluarga di tengah 315 KK (kepala keluarga) dalam kebersamaan yang kuat

Merajut Mimpi di Rumah Bulat

Malam itu dingin menusuk hingga ke rusuk. Keluarga Adel (10), salah satu keluarga dampingan dimana kami menginap, sudah menyiapkan kamar istimewa buat kami sebagai tamu. Bahkan kamar keluarga disulap jadi

kamar tamu. Begitu ketulusan dan kopolosan keluarga ini di mata kami.

Tapi hati rasanya tak tega. Karena anak-anak harus tidur di lantai tanah bertikar. Maka kami pun memilih untuk tidur di rumah bulat. Selain unik, dalam hidup kami belum pernah merasakan. Maka berharap untuk tidur di rumah bulat kini sudah jadi nyata malam itu.

Di tanah Timor yang dingin, kebaikan berbagi tanah dengan negeri Timor Leste itu bukan hanya terjadi antar negara. Di setiap rumah dari cerita rekan-rekan yang berkunjung sebagai peserta CCCD, punya cerita yang mirip. Hampir semua keluarga memperlakukan tamunya bagai raja. Bukan karena menyediakan makan yang enak atau disuguhi hidangan yang serba modern, tapi justru dari keserderhanaan itu, kami menyatu dalam cerita dan mimpi.

Mimpi mereka dan mimpi kami berpadu di dalam rumah bulat. Agar anak-anak di Fatulunu bisa hidup lebih sehat, sejahtara dan punya cita-cita yang tinggi. Sebab siapa yang sangka, bila suatu

#Berbagi adalah kekuatan

Mutiara di Fatunulu Oleh Yahya Ado

Page 3: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 3

waktu bupati, gubernur atau bahkan presiden adalah mereka yang lahir dari desa terpencil yang mayoritas penduduknya adalah petani musiman.

Air Mata Bahagia

Sepuluh tahun sudah Plan International Indonesia bekerja di desa itu dengan jumlah anak dampingan sebanyak 143. Melalui pendekatan pembangunan yang berpusat pada anak, bersama dengan masyarakat melakukan berbagai program pengembangan. Diantaranya adalah menyediakan Fasilitas Air Bersih, program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), program Perlindungan Anak melalui pembentukan Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD), program Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) dengan fokus pada Kelas Pengasuhan Anak (KPA) dan TK/PAUD serta Pengembangan Ekonomi Kaum Muda Perempuan.

Program-program tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak Fatulunu tumbuh sehat, cerdas, dilindungi dan berdaya. Dalam diskusi antar kelompok program ditemukan pengakuan sebagian besar kelompok dan warga merasakan manfaat program yang dijalankan. Bagi mereka, Plan International Indonesia telah meletakan landasan program yang kuat melalui pendekatan kepada anak, sehingga setiap orang di desa in sadar akan pentingnya masa depan anak-anak mereka.

Sepanjang sejarahnya, ternyata desa ini belum pernah dikunjungi oleh bupati, gubernur apalagi presiden.

“Ini pertama kali kami dikunjungi dan kami sangat bahagia. Ini air mata bahagia yang tumpah dari rasa dan bathin kami. Bukan karena kami meratapi keterbelakangan, tapi saat kami dikunjungi itu adalah sebuah berkah. Terima kasih Plan Indonesia, terima kasih Ibu Mingming. Ini sejarah pertama kali kami dikunjungi selama desa ini ada. Maka ini air mata kebahagiaan b Bagi kami ribuan warga di desa ini….” Tangis Yusuf Missa, kepala desa Fatunulu.

Air mata bahagia rupanya tak hanya tumpah dari mata kepala desa dan warganya. Plan International Indonesia juga menyimpan kisah haru dalam perjalanan sepuluh tahun dan moment spesial itu. Diwakili oleh Ibu MingMing, Country Director Plan International Indonesia, rasa itu terungkap tulus;

“Under the God eyes, we all brothers and sisters. We will never forget this beautiful moment. On behalf of Plan International around the world and in Indonesia we thank you very much for your hospitallity and kindnesss,” tutur ibu MingMing.

Mutiara di Fatulunu berserakan di sepenjang jalan. Di setiap mata bathin para penghuni yang tulus keluar dari setiap senyum yang terpancar. Bermimpi menjadi desa yang menjunjung tinggi kearifan lokal membuka ruang bagi masyarakatnya untuk mengekpresikan mimpi anak-anak. Mimpi untuk anak-anak Fatulunu yang lebih baik meski tinggal di pelosok terpencil.

Mutiara itu akan berkilau jika kita merawat dengan benar dan tulus. “ Meski kita terbelakang dari akses jalan, tapi kita tidak boleh terbelakang dari pendidikan. Meski kita terbelakang dari akses komunikasi, tapi kita tidak boleh terbelakang dari kesehatan “ demikian mimpi Kristian Tlonaen, Camat Amanatun

Page 4: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 4

UNTUK REFERENSI KLIK DISINI

https://planet.planapps.org/Learning/KnowledgeManagement/Pages/Storytelling.aspx

https://planet.planapps.org/Learning/KnowledgeManagement/Pages/case-studies.aspx

Di Plan International, kita

menggunakan istilah "Case Study" dalam berbagai kesempatan. Namun, seperti dijelaskan dalam salah satu KMtools yaitu GLO-Knowledge_Management_Tool-_Case_Studies-Final-IO-Eng-aug15.pdf bahwa Case Study berbeda dengan Case Story. Bila Case Study menyediakan analisa yang mendalam dan lebih ditujukan untuk kepentingan menangkap pembelajaran, maka Case Story menyediakan cerita tentang para pelaku dengan maksud memanusiakan sebuah persoalan atau isu, sementara 'cerita' tentang pekerjaan atau program hadir hanya untuk memberikan kontekstualisasi terhadap apa yang dilakukan.

Case Story ditujukan terutama untuk membangun kesadaran akan isu/persoalan dan hasil/solusi dengan lampu sorot isu utama tertentu, misal pendidikan anak, kesetaraan jender dll. Case Story akan lebih mengilustrasikan dampak dalam bentuk perubahan positif atau negatif dari program bagi anak, keluarga atau komunitas tertentu. Karena itulah mengapa cerita perubahan yang dibungkus dalam case story merupakan bagian penting dari upaya perubahan itu sendiri.

“Sebuah cerita adalah kendaraan yang menempatkan fakta dalam konteks emosional. Data dan informasi dalam cerita tidak hanya duduk di sana karena keharusan tetapi

dibangun untuk menciptakan keterlibatan emosi dan panggilan untuk bertindak”

Itulah mengapa cerita sering digunakan dalam memobilisasi sumberdaya masyarakat untuk mendukung atau melakukan aksi tertentu.

Case Story Case Study

Ditujukan terutama untuk

khalayak eksternal

media, donor, masyarakat

Ditujukan terutama untuk khalayak

internal, staf dan mitra kerja

Menyediakan 'cerita' tentang

pekerjaan dalam kaitannya

untuk kegiatan pada satu individu

atau keluarga guna memberikan konteks apa yang

di lakukan

Menjelaskan bagaimana

pekerjaan dilakukan dalam

konteks khusus untuk mendukung

pembelajaran

Menyoroti "sukses" proyek

dan menekankan hasil

positif

Melihat proses yang berjalan dengan baik

dan yang tidak, sehingga dapat

ditarik pembelajaran untuk

meningkatkan atau

memperbaikinya

Bertujuan untuk membangun

kesadaran akan isu-isu dan

untuk merayakan keberhasilan

Bertujuan untuk belajar tentang

proses dan praktek sehingga

dapat disesuaikan dan

direplikasi

Lalu apa yang membuat sebuah cerita (case story) menjadi efektif?

Walau struktur cerita dan tradisi berubah dari satu budaya ke yang lain, dalam KM Tools GLO-Knowledge_Management_Tool_Storytelling-Final-IO-Eng-jul14.pdf diterangkan bahwa ada elemen umum yang diperlukan untuk membuat cerita yang bagus, yaitu:

Sebuah Struktur yang jelas dan membangun; ada awal, tengah, dan akhir cerita

Ada akhir cerita yang membawa semacam resolusi, pembelajaran atau perubahan (positif atau negatif)

Mampu menarik pembaca/pendengar karena ada unsur emosi, ketegangan, kesedihan, kegembiraan dll

Mudah dipahami karena mengandung pengalaman manusia

Mengandung unsur 5W 1 H (What, Who, Why, When, Where, How) yang jelas

Case story juga dapat ditampilkan dalam beragam bentuk; mulai dari multi-media presentasi dengan menggunakan Power point, atau Prezi sampai video atau film dokumenter. Dengan bantuan media sosial, maka cerita akan lebih cepat, dan lebih luas lagi tersebar.

Buku ‘Dari Desa untuk Anak Indonesia” merupakan contoh dari kumpulan case story tentang keberhasilan KPAD dalam mengkoordinasi pencegahan kasus kekerasan anak di desa.

#Kotak Pengetahuan

Case Study, Case Story

Apa bedanya?

oleh DR. Ir. Ikbal Maulana MSc, peneliti Inovasi LIPI

Page 5: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 5

Metris dan temannya

Keluarga Metris dan Desa Fatunulu

Tinggal di desa Fatunulu meski hanya

semalam merupakan pengalaman belajar yang sangat berkesan dan berharga. Desa ini mengajari para tamunya bentuk ketulusan dan penghargaan, kedamaian, saling menghormati dan menghargai antara yang tua dan yang muda. Hubungan transaksional bukanlah dasar utama bagi penduduk di dalam membangun hubungan dengan orang luar. Ketulusan ini bisa dirasakan oleh semua peserta training CCCD. Tulisan ini merupakan bentuk refleksi dari apa yang dilihat, dengan menyoroti aspek kesetaraan gender

Kami tinggal di keluarga Metris yang terdiri dari bapak dan ibu serta 7 orang anak, 4 perempuan dan 3 laki-laki. Dengan lampu penerangan dari solar cell yang remang-remang, kami menghabiskan malam dengan berbincang bersama anggota keluarga yang bertambah ramai dengan hadirnya kerabat lain dan tetangga. Sementara itu anak tertua tak nampak batang hidungnya;

rupanya sibuk menyiapkan makan malam untuk kami.

Sebut saja Maya, kakak tertua Metris, berumur sekitar 23 tahun, berbadan sangat ramping, tidak banyak bicara, lebih banyak tersenyum bila ditanya. Maya sebenarnya adalah tulang punggung keluarga. Maya tidak tamat SD, begitu juga 2 anak laki-laki tertua lainnya hanya sekolah sampai SD. Namun adik-adik mereka lebih beruntung, karena sampai saat ini masih menempuh pendidikan di SMP dan SMA. Metris sendiri masih duduk di kelas 3 SD.

Kakak laki-laki tertua, James, sempat bekerja di Malaysia sebagai buruh di perkebunan. Dan saat ini telah kembali ke kampung halaman dan berencana menetap di desa. James sempat mengikuti pelatihan dari project YEE bersama puluhan anak-anak muda lainnya dari desa mereka. Maya juga pernah mengikuti pelatihan YEE yang diselenggarakan di Soe. Saat ini Maya suka menenun, memelihara babi, dan juga berkebun, sebagai tindak lanjut dari pelatihan YEE.

James dengan sapinya

Menenun untuk menunjang

keluarga

Hasil tenunan Maya sangat cantik,

dijual dengan harga 350,000 -1 juta

rupiah. Penghasilan yang diterimanya

tidaklah semata digunakan untuk

kepentingan dirinya. Bahkan bisa

dibilang, penghasilannya

dibaktikannya untuk keluarganya.

Membeli berbagai keperluan untuk

perayaan Natal dan menabung untuk

biaya pendidikan adik-adiknya. Tak

ada satupun kebutuhan yang

disebutkannya untuk dirinya sendiri

ketika menjabarkan peruntukkan

yang diperolehnya dari berbagai

aktivitas ekonomi yang dilakoninya.

Belum nampak keresahan terkait

pernikahan untuk dirinya sendiri

meskipun usianya untuk ukuran di

pedesaan sudah semestinya menikah.

Sebagai pencari nafkah, apakah Maya

bisa memutuskan untuk mengambil

kesempatan bagi dirinya untuk

mengembangkan diri?

Terlepas dari Maya memiliki kemauan

atau tidak, pada kenyataannya

sebagai anak perempuan, Maya

memang terbatas kesempatannya.

Sang bapak sudah mengatakan

bahwa Maya tidak akan diijinkan

mengikuti training YEE di Soe bila sang

adik, James, tidak ikut serta. Apalagi

kalau Maya bermaksud untuk

mencari peluang kerja di luar desa.

Dengan tegas bapak menyampaikan

bahwa hal itu tidaklah mungkin

karena bapak tidak akan memberi ijin.

Refleksi

Ini sebuah refleksi yang menarik.

Maya, salah satu tulang punggung

keluarga, sudah masuk usia dewasa,

memiliki berbagai ketrampilan,

namun tetaplah harus tinggal dan

#Belajar adalah Berubah

Hanya karena Maya seorang perempuan, Kesempatan menjadi tidak sama oleh Rasita Purba

Page 6: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 6

menjalani hidupnya sesuai dengan

garis keputusan sang bapak. James,

sang adik, lebih muda, namun karena

dia laki-laki maka dia punya

kesempatan untuk menjelajah

tempat lain bahkan ke manca negara.

Meskipun harus diakui bahwa ada

pula keluarga yang memiliki

pandangan berbeda, seperti

dicontohkan oleh bibi atau tante dari

Maya, yang bersedia mengirimkan

anak gadis satu-satunya pergi

kemanapun, untuk kepentingan

sekolah maupun bekerja.

Peluang perubahan

Membuka peluang pasar yang lebih

besar untuk menjual berbagai produk

yang dihasilkan oleh warga, terutama

untuk perempuan dengan kain

tenunnya, bisa menjadi salah satu

solusi praktis. Saat ini biasanya

mereka menjual di pasar terdekat

pada hari Selasa (hari pasaran).

Namun tentu saja dengan pasar

terbatas maka peluang penjualan pun

akan terbatas.

Bagaimana teknologi bisa membantu

mereka menjangkau pasar-pasar di

luar sana, yang saat ini mungkin tak

pernah terlintas dalam bayangan

mereka? Bagaimana mereka bisa

menemui para peminat kain-kain

tenun di berbagai belahan Indonesia?

Bila peluang ini bisa terwujud,

setidaknya mereka akan punya posisi

tawar lebih tinggi daripada hanya

mengandalkan pasar lokal atau para

pengepul lokal.

Perlahan, intervensi dalam ranah

praktis ini penting dan akan lebih

efektif di dalam membawa pesan-

pesan terkait ‘hak’. Pesan-pesan strak

seperti ini akan lebih mudah

disampaikan dan dipahami ketika ada

media praktis untuk menjalin

komunikasi dan hubungan dengan

warga desa. Diharapkan intervensi

strategis melalui media praktis ini

akan ‘mendidik’ warga untuk bisa

mempertanyakan kembali cara pikir

yang ada saat ini bahwa: ‘anak

perempuan memang tidak sama

peluangnya dengan anak laki-laki’.

“Desa Fatunulu adalah contoh desa yang sangat progresif dalam menanamkan nilai-nilai anti kekerasan, baik terhadap anak maupun perempuan. Desa ini juga menekankan pentingnya pendidikan, sehingga semua level pendidikan ada di desa, mulai dari PAUD sampai SMA dan SMK. Namun akar masalah dari timpangnya kesempatan untuk laki-laki dan perempuan, masih harus terus digali. Dari sudut pandang CCCD, ini berarti bahwa pekerjaan untuk mendorong kesetaraan gender, salah satunya dengan memberi kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki, masihlah jauh dari selesai.”

Page 7: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 7

#Belajar adalah Berubah

Mira dan Tradisi Pengasapan Ibu dan Bayi oleh Saneri

Si kecil Mira, anak sponsor Plan International Indonesia berusia lima tahun, tinggal bersama kedua orang tua, dua kakak perempuan, dan laki-laki, serta 1 kakak angkat perempuan di

Desa Fatulunu.

Seperti halnya sebagian besar anak-anak lain di Nusa Tenggara, Mira dilahirkan secara adat di

dalam sebuah Lopo - rumah bulat , dibantu dengan dukun tradisional. Di rumah bulat inilah,

Mira dan ibunya tinggal selama 30 hari tanpa ditemani anggota keluarga lainnya. Seluruh

aktivitas seperti makan, minum, menyusui, dan tidur dilakukan di dalam rumah bulat, kecuali

buang air besar.

Kepercayaan adat yang mengharuskan setiap Ibu dan bayi diasapi terus menerus selama

kurang lebih 40 hari pertama agar menjadi kuat, ternyata membuat Ibu dan si bayi Mira

menderita.

“Saya sesak napas karena asap dari tungku yang menyala 24 jam. Mira juga batuk dan menangis terus terutama satu

minggu pertama. Di dalam lopo sangat panas dan udara yang masuk sedikit” ungkap Ibunda Mira (40 thn).

Page 8: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 8

Namun, Mira masih cukup beruntung karena dapat melewati tradisi ini dengan selamat. Banyak Ibu dan bayi baru lahir

lainnya harus mengalami komplikasi sampai meregang nyawa akibat

kehabisan darah dan infeksi paru-paru (Pneumonia) . Tradisi ini menyumbang tingginya angka kematian Ibu dan bayi

baru lahir di Nusa Tenggara Timur.

Tahun 2013, PU Soe bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah

Selatan berhasil melakukan sosialisasi tentang bahaya tradisi ini serta

melakukan advokasi untuk mendorong kebijakan tentang melahirkan di tempat

pelayanan kesehatan.

”Saat ini bila ada yang melahirkan di dalam rumah bulat akan di denda 250 ribu. Saya pastikan tidak ada lagi warga saya

yang melakukan tradisi pengasapan ini. Rumah bulat hanya akan digunakan untuk menyimpan makanan.”, ucap ayah

Mira yang juga menjabat sebagai Kepala Desa.

Masyarakat dikatakan berubah jika mereka telah mengadopsi perilaku baru yang didasari oleh pemahaman dan pilihan mereka yang didasari oleh norma yang

baru pula. Pemahaman dan norma, saling melengkapi. Norma tanpa pemahaman hanya menjadi dogma. Pemahaman tanpa norma hanya menjadi pengetahuan

yang tidak akan memicu perubahan sosial

(Laporan Pembelajaran dari PU Grobogan)

Page 9: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 9

CCCD training yang dilakukan

dengan metode imersi telah

memberikan pengalaman yang

berharga bagi peserta karena dapat

melihat dan berinteraksi langsung

dengan sekelumit kenyataan

kehidupan SC dan keluarganya.

Peserta training dapat melalukan

observasi dan interaksi langsung

terhadap masalah dan potensi yang

dihadapi oleh SC, keluarga dan desa

dampingan.

Interaksi langsung yang biasanya

melibatkan emosi ini menjadi penting

bukan saja bagi staf tetapi juga bagi

mitra karena bila sesuatu tidak terasa

nyata maka cenderung terlupakan

terutama bagi yang belum memiliki

pemahaman (kesadaran) yang

mendalam terkait hal tsb.

Bagi SC, keluarga dan warga desa,

keterkaitan emosi dengan staf (dan

mitra) juga akan meningkatkan rasa

percaya, sekaligus harapan, akan

perubahan yang lebih baik lagi bagi

mereka.

Bagi penyelenggara training,

merefleksikan dan menarik

pembelajaran langsung usai training,

akan meningkatkan kualitas

pembelajaran, karena proses belajar

sesudah (learning after) langsung

dilakukan saat peserta masih terikat

secara emosi dengan proses tsb.

Dalam KM, ada isitilah learning

before, during and after. Learning

before contohnya adalah Peer Assist,

learning during adalah Learning

Review, After Action Review (AAR)

yang sudah pernah dibahas di

WeShare edisi 2, sedangkan kegiatan

Learning after contohnya Refleksi,

Retrospect. WeShare edisi berikutnya

akan membahas ke tiga jenis learning

ini dengan lebih mendalam.

Perbaikan yang terus menerus atau

Continuous Improvement

Menggunakan hasil refleksi usai

training CCCD untuk perbaikan

training CCCD tahun depan adalah

keharusan. Bila proses belajar ini

dilakukan terus menerus, maka

continuous improvement, satu frasa

yang sering kita temui akhir akhir ini

di dokumen Program Quality, akan

menjadi sebuah kebiasaan dan

kebutuhan.

Beberapa rekomendasi perbaikan

yang telah didiskusikan dan

dipresentasikan dalam ECMT

meeting, ada yang untuk peningkatan

kualitas program YEE, ECCD dan

WASH, ada juga untuk penigkatan

kualitas training CCCD itu sendiri.

#Pengetahuan Kita, Aksi KIta

Usai Training, Usai pembelajaran,

Kemudian Apa lagi? Beberapa

pembelajaran untuk training CCCD ke

depan:

Keterlibatan mitra dalam training dirasakan

sangat positif manfaatnya, mitra

dapat memahami tujuan dan cara Plan

International Indonesia bekerja

Fasilitator dirasakan mampu membangun

suasana yang menyenangkan selama

training

Guideline dinilai perlu perbaikan, sebaiknya tidak bersifat mikro, namun lebih sebagai panduan bagaimana

seharunya prinsip dan strategi tergambarkan dalam program/project

Training CCCD in practice membantu

memudahkan peserta belajar bagaimana mereview sebuah

project dari design, implementasi serta

dampaknya di masyarakat

Dokumentasi project/program yang

baik menjadi salah satu kunci untuk memahami kedalaman CCCD pada

setiap program/project, yang dapat membantu

peserta memahami program

Page 10: Idn kmbuletin ed3 story final ind jan16

WESHARE KM BULETIN | Issue # 10

Marilah kita tunggu bagaimana pembelajaran dan rekomendasi program dan training akan bergulir …