idn 2017 +60,000 1961 - · pdf filedan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan...
TRANSCRIPT
1Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Pedoman
+60,000 1961
1962400
WWF-Indonesia didukung lebih dari 60.000 supporters
WWF-Indonesia memilki lebih dari 400 staf tersebar dipenjuru Nusantara
WWF mulai bekerja di Indonesia pada 1962
WWF didirikan 51 tahun yang lalu pada 1961
28Saat ini, WWF-Indonesia bekerja di 28 kantor lapangan dari ujung Sumatra hingga Papua
Misi WWFUntuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangunmasa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam. www.wwf.or.id
SEKILAS MENGENAI WWF
Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (G
reen Budget Tagging) di DaerahW
WF.OR.ID
IDN
60%FSC
©
RECYCLED
2017IDN
PEDOMAN
© d
ede
Kris
hnad
iant
y / W
WF-
Indo
nesi
a
2 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Edisi 1 Februari 2017
ISBN No. 978-979-1461-81-8
© WWF-Indonesia
Tim Penyusun
Tim Ekonomi Hijau WWF Indonesia
Pietra Widiadi, dkk
Penyunting Naskah Teks
Dede Krishnadianty
Layout dan Ilustrasi
Gudang Ide Communications
Penerbit
WWF-Indonesia
3Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
© d
ede
Kris
hnad
iant
y / W
WF-
Indo
nesi
a
4 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
DAFTAR ISIDaftar Tabel .................................................................................................... 5
Daftar Gambar ................................................................................................ 5
Daftar Ringkasan dan Istilah ......................................................................... 7
Kata Pengantar ............................................................................................... 11
1. Pengantar: Penganggaran Hijau dalam Rencana Strategis
(Strategic Plan) WWF Indonesia .............................................................. 13
2. Pengarus utamaan Kebijakan Lingkungan Hidup dan Perubahan
Iklim dalam Perencanaan Pembangunan Daerah di Indonesia ............... 19
2.1 Metode Penandaan Anggaran Sebagai Upaya Mainstreaming
(Pengarusutamaan) Kebijakan PI dan PPLH dalam Perencanaan
Pembangunan ..................................................................................... 24
3. Pedoman Praktis Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) 27
3.1 Tujuan ................................................................................................... 28
3.2 Prinsip dan prioritas Ekonomi Hijau .................................................. 29
3.3 Tahapan Tagging................................................................................. 30
3.3.1 Persiapan ........................................................................................... 30
3.3.2 Tagging ............................................................................................. 31
3.3.3 Ringkasan.......................................................................................... 42
Referensi ........................................................................................................ 44
Lampiran ........................................................................................................ 46
Lampiran 1. Contoh Tabel Tagging yang sudah diisi ............................... 47
5Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Tabel 1. Matrik Prioritas SP WWF 2014-2018 di fokus Penganggaran Hijau ........................................................................................... 13
Tabel 2. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi 2010-2014 (triliun rupiah) ............................................................................ 19
Gambar 1. Siklus Pendapatan dan Penganggaran ....................................... 15
Gambar 2. Langkah Program pencapaian Strategic plan ........................... 16
Gambar 3. Alur Penandaan Anggaran Terkait Mitigasi Perubahan Iklim .. 26
Gambar 4. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD Formulir 2.2 .............. 31
Gambar 5. Mengisikan program dan kegiatan pada Tabel Tagging Ekonomi Hijau ........................................................................... 32
Gambar 6. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Formulir 2.2.1 ...................... 33
Gambar 7. Contoh hasil pengisian anggaran pada Tabel Tagging Ekonomi Hijau ............................................................................ 33
Gambar 8. Menemu kenali Belanja Pegawai pada Dokumen Penggunaan Anggaran ................................................................ 34
Gambar 9. Menemu kenali Belanja Barang dan Jasa pada Dokumen Penggunaan Anggaran ................................................................ 34
Gambar 10. Menemu kenali Belanja Modal pada Dokumen Penggunaan Anggaran ..................................................................................... 34
Gambar 11. Memasukan data jumlah Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal ke dalam Tabel Tagging Ekonomi Hijau ............................................................................ 35
Gambar 12. Menemu kenali Belanja Bahan/Material pada Belanja Barang dan Jasa Dokumen Pelaksanaaan Anggaran ............................ 36
6 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Gambar 13. Menemu kenali Belanja yang diserahkan kepada masyarakat pada belanja bahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran ............. 36
Gambar 14. Mengisikan anggaran Belanja Bahan dan Belanja yang diserahkan kepada masyarakat pada Tabel Tagging Ekonomi Hijau ........................................................................................... 38
Gambar 15. Menemu kenali Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan Pertanian dan Peternakan pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran ............................................................... 38
Gambar 16. Memasukkan data jumlah anggaran Belanja Modal Alat Pertanian dan Peternakan dan/atau perikanan ke dalam Tabel Tagging Ekonomi Hijau ............................................................. 39
Gambar 17. Contoh perhitungan jumlah anggaran untuk setiap tipe belanja di dalam Tabel Tagging Ekonomi Hijau ....................... 40
7Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Anggaran Ekonomi Hijau
Alokasi anggaran pemerintah untuk menandai kegiatan-kegiatan yang mendorong tercapai Ekonomi Hijau
APBD Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah
Belanja langsung
Belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah dianggarkan pada belanja SKPD berkenaan.
Belanja Modal
Belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya.
Belanja PegawaiBelanja untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah
CSO
Civil Society Organization, organisasi masyarakat yang memiliki struktur yang jelas , tujuan dan kebutuhan yang sama, CSO bisa muncul dalam bentuk organisasi keagamaan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lainnya.
DPA-SKPD (Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD)
Dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.
DPPA-SKPD (Dokumen
Pelaksanaan Perubahan
Anggaran SKPD)
Dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan anggaran oleh pengguna anggaran.
Eksternalitas
Merupakan efek samping suatu tindakan pelaku ekonomi terhadap pelaku ekonomi lain yang merupakan pengaruh-pengaruh sampingan terjadi apabila perusahaan-perusahaan atau orang-orang membebankan biaya atau manfaat atas orang lain diluar tempat berlangsungnya pasar.
DAFTAR RINGKASANDAN ISTILAH
8 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Eksternalitas negatif
Kerugian dalam bentuk berkurangnya kesejahteraan yang tidak dikompensasi, karena adanya biaya eksternal yang berkaitan dengan pembuangan limbah ke lingkungan alam.
Emisi GRKLepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Gas Rumah Kaca (GRK)
Gas yang terkandung dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah.
Hasil (outcome)Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan dalam satu program.
IBSAP Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan
K/L Kementerian lembaga
Kegiatan
Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Keluaran (output)Barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
KLHSKajian Lingkungan Hidup Strategis, adalah kajian yang harus dilakukan pemerintah daerah sebelum memberikan izin pengelolaan lahan maupun hutan
OPD Organisasi Perangkat Daerah
P3H Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau
Penandaan Ekonomi Hijau (Green Budget
Tagging)
Sebuah sistem yang dirancang untuk melakukan identifikasi jenis pengeluaran yang membiayai program dan kegiatan yang berkaitan dengan Ekonomi Hijau
PI
Perubahan Iklim, yaitu berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan selain itu berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.
9Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
PPLH Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Program
Penjabaran kegiatan SKPD/OPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD/OPD.
RAD-GRK
Dokumen yang menyediakan arahan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan penurunan emisi, baik berupa kegiatan langsung maupun tidak langsung menurunkan emisi Gas Rumah Kaca dalam kurun waktu tertentu.
RAN API Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim
RAN-GRK
Dokumen rencana aksi nasional untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung berupaya menurunkan emisi GRK sesuai dengan target pembangunan nasional. Di tingkat pemerintah daerah, RAN-GRK ini dijabarkan dalam RAD-GRK (Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca).
RKA K/L Rencana Kerja Anggaran kementerian Lembaga
RKA-SKPD (Rencana Kerja dan
Anggaran SKPD)
Dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.
RKP Rencana kerja Pemerintah
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RTRWRencana Tata Ruang Wilayah Nasional, arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka panjang.
10 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
© d
ede
Kris
hnad
iant
y / W
WF-
Indo
nesi
a
11Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
KATA PENGANTARWWF Indonesia telah mengembangkan Rencana Strategis (Strategic Plan) empat tahunan periode 2014-2018 yang memandatkan adanya capaian pelaksanaan alokasi anggaran hijau yang efektif dan efisien dalam anggaran publik, terutama di tingkat Propinsi dan Kabupaten prioritas yang termasuk dalam area kerja WWF Indonesia. Hal ini adalah bagian dari usaha mencapai visi WWF Indonesia mendorong pelestarian sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan yang inklusif. WWF Indonesia membangun kerangka Ekonomi Hijau (EH) dengan mendorong praktik-praktik ekonomi hijau dan anggaran hijau secara terpadu. Dengan berdasarkan 3 pilar utama yaitu pembangunan rendah emisi, efisiensi sumber daya dan adanya partisipasi masyarakat, Ekonomi Hijau dianggap dapat menjawab tantangan dan peluang pembangunan ekonomi saat ini yang cenderung menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Anggaran hijau menjadi faktor penting untuk pengarusutamaan Ekonomi hijau dengan meningkatkan alokasi anggaran publik untuk program pembangunan yang menjadi landasan pengembangan Ekonomi Hijau.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan telah menyusun Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau. Strategi ini menggunakan kebijakan dan instrumen ekonomi paling efektif yang perlu diterapkan, melalui skenario yang menunjukkan tingkat sumber daya yang perlu disediakan untuk investasi pembangunan hijau dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kerentanan Indonesia terhadap dampak perubahan iklim dan resiko-resiko kerusakan lingkungan serta meminimalkan kerugian dan kerusakan terhadap sumber daya alam akibat pembangunan pertumbuhan ekonomi.
Selaras dengan kerangka kebijakan nasional tersebut, WWF secara aktif mendorong pelaksanaan perencanaan dan penganggaran hijau dengan melakukan pengembangan alat analisa yang disebut dengan penandaan anggaran hijau atau “Green Budget tagging”. Alat ini, merupakan metode untuk melihat seberapa besar alokasi anggaran publik yang direncanakan dapat secara efektif dan efisien digunakan ntuk mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan. WWF Indonesia melakukan peningkatan kapasitas pemerintah daerah di beberapa Propinsi dan Kabupaten prioritas diantaranya: Kabupaten Merauke (Propinsi Papua), Propinsi Kalimantan Barat meliputi, Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Mahakam Hulu Kabupaten Wakatobi (Propinsi Sulawesi Tenggara) dan Kabupaten Seram Timur dengan melakukan pelatihan dan workshop Penandaan Anggaran Hijau.
Pengembangan panduan penandaan (tagging) anggaran ini adalah langkah awal untuk mendorong peningkatan alokasi anggaran hijau dan mengukur keefektifan alokasi anggaran sehingga pembangunan ekonomi hijau dapat mendukung pelestarian sumber daya alam, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mengembangkan keterbukaan sosial.
Kiranya, segala upaya yang telah dilakukan untuk menghasilkan panduan ini, dapat dimanfaatkan dan digunakan sehingga dapat mendukung upaya pembangunan yang lebih berkelanjutan dan lestari.
Salam Lestari,
Benja Mambai Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif WWF Indonesia
12 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
© d
ede
Kris
hnad
iant
y / W
WF-
Indo
nesi
a
13Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Dalam Rencana Strategis (Strategic Plan/SP) WWF Indonesia 2014-2018 dimandatkan untuk mendorong adanya anggaran hijau dalam kebijakan publik, sehingga ditetapkan indikator capaian peningkatan anggaran hijau sebesar 2% di tingkat Propinsi dan beberapa Kabupaten prioritas, serta pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs). Selain itu juga terdapat pernyataan target prioritas dari place base, yaitu Kabupaten dan Propinsi target yang merupakan wilayah di mana WWF bekerja dalam pengembangan anggaran hijau (Green Budgeting).
1. PENGANTARPENGANGGARAN HIJAU DALAM RENCANA STRATEGIS (STRATEGIC PLAN) WWF INDONESIA
Tabel 1: Matrik Prioritas SP WWF 2014-2018 di fokus Penganggaran Hijau
Milestone Main steps Indicators
2.2.1.2. By 2016, design of green economy approaches/policy and schemes for Sumatran MP3EI corridor is produced.
2.2.1.2.4. By end of 2016, Advocate for 2% green budget framework in regional/district level.
1. Identifiedspesificcomponentto develop and implement green budget (Lampung, Aceh Tengah and Riau),
2. Local government in district and provincial includes the green budgeting in their APBD, 2018
3. Priority of place base (RIMBA) priority of place base (Prov Jambi, Kabupaten Kuangsing/Palalawan)
2.2.1.4. By 2016, design of green economy approaches/policy and schemes for Kalimantan MP3EI corridor is produced.
2.2.1.4.6. Develop a green budget framework for regional/district
1. 3 commodities in agriculture sector, plantation, plantation sub sector, such as palm oil, rubber and 1 NTFP
2. Regional and 1 district pilot annual budget analysis
3. Advocacy strategy for green-blue economy
4. Compiling stakeholders mapping report study
14 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
5.1.1.1. By 2016, the APBN/APBD spending on conservation, environmental management and pro-poor and social safeguards (MDGs/SDGs) is assessed and analyzed in at least 3 provinces and 6 districts as well as at the national level.
5.1.1.1.1. Review and analysis of APBD at provincial and district level in the last 3 years as a baseline of green budgeting commitment by government and parliament body by Jun 2015. (Kalimantan Barat)
The increase of budget spending and allocation for conservation and environmental management up to 2% and for MDGs/SDGs up to 20% in Papua, Kalbar, and Kaltim provinces and Manokwari, Merauke, Jayapura, Sintang. Melawi, Kutai Barat, Kapuas Hulu districts and National level.
5.1.1.1.1. By 2018, Advocate at least 2 districts governments in SBS to allocate annually at least 2 % from annual gov. Budget (APBD) to support marine conservation and sustainablefisheriesmanagement (park Management)
1. Advocacy materials for technical discussion in the Musrenbangnas;
2. Involvement in the national budget discussion;
3. Result of review and analysis of APBD available and published publicly and recommendation are developed
Note:Intervention targeted areas and commodities may changes
Dalam upaya untuk mencapai target SP tersebut, dikembangkan seperangkat program, proyek dan kegiatan yang mendukung pencapaiannya. Dalam hal ini, membangun kerangka ekonomi hijau dan anggaran hijau adalah sebuah keharusan yang terpadu.
Maka dalam pelaksanaan ekonomi hijau/biru, dilakukan upaya pelaksanaan praktik-praktik ekonomi yang berkelanjutan dan dilakukan adavokasi untuk mendorong ada upaya untuk menciptakan pembangunan yang lestari. Ada beberapa hal yang bisa didorong dapat dilaksanakan dalam skala mikro, antara lain:
• Mendukung penyusunan KLHS untuk RTRW/RPJM/RKP
• Mendorong analisa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam Ekonomi Hijau dalam anggaran belanja tahunan.
• Melakukan analisa anggaran yang dilaksanakan terkait dengan perencanaan anggaran hijau dan penganggarannya di tingkat Propinsi/Kabupaten yang juga mengacu pada UU 23/2014 dan UU 6/2014 tetang Desa.
15Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
• Mendorong pemerintah menerapkan praktik-praktik pembangunan lestari berdasarkan BMP yang sudah disusun.
• dll.
Dari langkah-langkah dan gagasan di atas didasarkan pada siklus dari pendapatan dan penganggaran hijau yang digambarkan dalam diagram di bawah ini. Di mana praktik-praktik ekonomi yang lestari dilaksanakan berdasarkan standar yang disebut dengan praktik-praktik manejemen terbaik / Best Management Practices, sertifikasi produk dan komoditi yang diproduksi. Diharapkan kemudian bahwa praktik-praktik ini, akan memberikan dampak pada peningkatan pendapatan, baik dalam rumah tangga, cakupan wilayah desa, Kabupaten bahkan Propinsi dan nasional; meningkatkan kesejahteraan dan mampu mengurangi tingkat kerusakan sumber daya alam atau tekanan pada kawasan konservasi serta melindungi satwa dan tumbuhan yang ada didalamnya beserta lingkungannya.
Gambar 1. Siklus Pendapatan dan Penganggaran
Perencanaan dan penganggaran hijau ini adalah investasi yang dilakukan agar pelaksanaana pembangunan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan sumber daya alam, serta mendorong peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat di mana unsur keterbukaan dan saling menerima dapat dirasakan (social inclusion).
Nasional/Propinsi/Kabupaten
BELANJA
PENDAPATAN(PDRB Hijau)
Usaha (Produksi)Kecil/Menengah
/Besar
DESA
APBN/APBD/APB Desa
16 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Gambar 2. Langkah Program pencapaian Strategic plan
Program WWF untuk mendorong penganggaran ekonomi hijau telah sejalan dengan program Pemerintah nasional. Salah satunya adalah telah diterbitkannya Strategi Perencanaan & Penganggaran Pembangunan Hijau oleh Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia pada November 2015 yang lalu. Dengan terbitnya Strategi ini, memudahkan untuk dikembangkan panduan yang diperuntukkan kepada pemerintah Propinsi dan Kabupaten dalam melaksanaan pengadaan dan perencanaan hijau. Adapun tujuan (out-come) dari program Penandaan Anggaran Ekonomi Hijau antara lain:
1. Mitra kunci di wilayah kerja WWF memiliki kapasitas dalam melakukan kajian perencanaan dan penyusunan anggaran hijau.
2. Terdapat jaringan yang berkembang antar pemerintah, Universitas dan LSM dalam melakukan kajian, advokasi perencanaan dan penganggaran hijau.
3. Adanya peningkatan alokasi anggaran pada 6 kluster bidang yang menjadi acuan dasar dalam upaya peningkatan perlindungan kawasan /konservasi dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
WWF Indonesia, sesuai dengan Matrik Prioritas SP 2014-2018 di fokus Penganggaran Hijau telah menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu:
1. Penyusunan Panduan Penandaan Anggaran Hijau untuk daerah
2. Pelatihan Tagging Anggaran hijau untuk mitra kunci
3. Kajian Anggaran Hijau oleh mitra Kunci
4. Sosialisasi - Lokakarya daerah dan Ulasan Kajian oleh Ahli
5. Lokakarya Nasional, showcase hasil Kajian
6. Penguatan kebijakan Anggaran Hijau untuk Nasional dan daerah
17Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Persiapan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Mempersiapkan kerangka strategi advokasi anggaran hijau
2. Pemetaan stakeholder nasional dan daerah (Propinsi dan Kabupaten) dan pemilihan mitra kunci sesuai dengan wilayah kerja WWF Indonesia, hal ini untuk memastikan terdapat mitra kerja didaerah yang akan melakukan tagging anggaran hijau.
• Sumatra: Propinsi Jambi
• Kalimatan: Propinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Kutai Barat/Mahakam Ulu
• Sulawesi: Kabupaten Wakatobi, serta
• Papua adalah Kabupaten Merauke
• Maluku: Kabupaten Seram Timur
1. Penyusunan Panduan Penandaan Anggaran Hijau untuk Daerah
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan penyusunan panduan dan pemetaan stakeholder nasional dan daerah (Propinsi dan Kabupaten)
2. Pelatihan Penandaan (Tagging) Anggaran hijau untuk mitra kunci
Pada tahapan ini dilakukan pelatihan penandaan anggaran hijau kepada pemerintah daerah, Universitas dan organisasi (LSM) di Propinsi/Kabupaten prioritas
3. Kajian Anggaran Hijau oleh mitra kunci.
Pelaksanaan kajian Anggaran Hijau akan dilakukan oleh mitra kunci dengan pendampingan oleh tenaga ahli.
Keluaran:
• Adanya dokumen kajian Anggaran dengan menggunakan dokumen-dokumen pendukung berdasarkan APBD periode tahun 2011-2014 (atau periode lainnya dengan minimum periode 3 tahun).
• Mitra kunci menyiapkan presentasi hasil kajian untuk disampaikan dalam lokakarya daerah sebagai bahan Ulasan oleh tenaga ahli.
18 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
4. Sosialisai dan Ulasan Kajian oleh Ahli
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
• Presentasi hasil kajian oleh mitra kunci
• Ulasan dan asistensi langsung oleh ahli
• Mengupayakan adanya komitment dari pemerintah Propinsi dan Kabupaten untuk mendorong usaha peningkatan anggaran hijau
5. Lokakarya nasional
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
• Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah lokakarya nasional untuk unjuk hasil kajian Penandaan Anggaran Hijau didaerah
• Menginisiasi adanya kebijakan tentang anggaran hijau untuk Propinsi, Kabupaten dan nasional
6. Penguatan kebijakan Anggaran Hijau untuk nasional dan daerah
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
• Penyusunan draft kebijakan (SKB/Permen) dan strategi Advokasi Kebijakan (Legalisasi, penerapan Kebijakan).
• Kajian model Monitoring Evaluasi (ME)/pemantauan dan Evaluasi dalam pelaksanaan anggaran hijau
Tahapan kegiatan tersebut diharapkan dapat mencapai target adanya alokasi anggaran hijau sebagai pengarusutamaan Ekonomi Hijau dalam pendanaan publik yang setiap tahun disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dari Kepala Daerah yang sedang memimpin yaitu Bupati dan Gubernur
19Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Seiring dengan semakin nyata dampak pemanasan global serta komitmen Pemerintah untuk mewujudkan Ekonomi Hijau (green economy) dalam rangka mendorong terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan maka dukungan fiskal untuk konservasi lingkungan dan upaya untuk memitigasi dampak perubahan iklim menjadi sangat penting dan strategis. Sementara itu pada sisi lain alokasi anggaran pada komposisi fungsi lingkungan hidup terhadap belanja pemerintah pusat cenderung stagnant. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir perkembangannya, anggaran fungsi lingkungan hidup dalam APBN walaupun secara nominal meningkat namun komposisinya terhadap belanja pemerintah pusat relatif stagnan. Hal tersebut tentunya menyebabkan dukungan fiskal untuk menopang kebutuhan konservasi lingkungan dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim belum sepenuhnya memadai. Data-data belanja pemerintah pusat menurut fungsi 2010-2014 sebagaimana ditunjukan pada Tabel 2.
PENGARUSUTAMAAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PERUBAHAN IKLIM DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA
Tabel 2. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi 2010-2014 (triliun rupiah)
2010 2011 2012 2013 2014
Pelayanan Umum 67.7 64.6 64.1 62.1 66.9
Pertahanan 2.4 5.8 6.1 7.7 6.5
Ketertiban dan keamanan 2.0 2.5 2.9 3.2 2.8
Ekonomi 7.5 9.9 10.5 9.5 8.9
Lingkungan hidup 0.9 1.0 0.9 0.9 0.8
Perumahan dan fasilitas umum 2.9 2.6 2.6 3.0 2.1
Kesehatan 2.7 1.6 1.5 1.5 0.9
Pariwisata dan Ekonomi kreatif 0.2 0.4 0.2 0.2 0.1
Agama 0.1 0.2 0.3 0.3 0.3
Pendidikan 13.0 11.1 10.4 10.1 10.1
Perlindungan Sosial 0.5 0.4 0.5 1.5 0.5
Total 100 100 100 100 100
Sumber : Kemenkeu, 2014
2.
20 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Sementara itu di sisi lain isu fundamental belanja negara adalah masih belum optimalnya kualitas belanja negara (quality of spending). Hal itu tersebut terutama dipengaruhi beberapa faktor sbb: (i) struktur belanja negara belum menunjukan kombinasi yang efisien. Kondisi tersebut ditunjukan dari masih besarnya porsi belanja yang bersifat mengikat dan masih rendahnya porsi belanja produktif. Hal ini tentunya akan membuat ruang fiskal yang tersedia menjadi relatif sempit untuk menopang kegiatan prioritas lainnya; (ii) belum optimalnya penyerapan belanja negara dan masih terakumulasinya penyerapan anggaran pada triwulan keempat. Hal ini mengindikasikan bahwa ditengah keterbatasan anggaran ternyata pengalokasian anggaran belum dimanfaatkan secara optimal sehingga multiplier effect yang ditimbulkan juga belum optimal; (iii) mandatory spending semakin membesar dan besarnya porsi subsidi. Hal ini akan mempersempit fiscal space dan mengurangi fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan negara sehingga mempersempit diskresi pemerintah dalam meredam dinamika perekonomian serta mendukung pencapaian kegiatan prioritas. Berdasarkan beberapa uraian tersebut diatas menjadi semakin jelas bahwa upaya untuk memperkuat kualitas belanja menjadi kebutuhan mendesak yang harus terus diupayakan seiiring dengan semakin beratnya tantangan yang dihadapi serta masih relatif sempitnya ruang fiskal yang tersedia.
Di sisi lain, Pembahasan keterkaitan ekonomi lingkungan dan pembangunan semakin lebih jelas karena diyakini memainkan peranan penting dalam proses pembangunan berkelanjutan.Selama beberapa tahun terakhir, isu-isu lingkungan telah menjadi agenda kebijakan utama di negara-negara maju serta negara-negara berkembang. Para ekonom berpendapat bahwa masalah lingkungan adalah hasil dari kegagalan pasar, di mana mekanisme pasar gagal dalam mencapai alokasi sumber daya yang efisien (inefisiensi alokatif) karena masalah eksternalitas negatif yang disebabkan oleh kelalaian untuk memperhitungkan dampak negatif dari kegiatan tersebut dalam biaya produksi (Krugman, 2010 dalam UKCCU,2013). Dalam bahasa ekonomi, telah terjadi kerugian dalam bentuk berkurangnya kesejahteraan yang tidak dikompensasi, karena adanya biaya eksternal yang berkaitan dengan pembuangan limbah ke lingkungan alam. Hal ini akan menimbulkan biaya sosial yang harus ditanggung masyarakat (Turner, Pearce & Bateman, 1994). Eksternalitas timbul ketika beberapa kegiatan dari produsen dan konsumen memiliki pengaruh yang tidak diharapkan atau tidak langsung terhadap produsen dan atau konsumen lain.
Ekonomi Lingkungan memainkan peranan
penting dalam proses pembangunan
berkelanjutan
21Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Eksternalitas, baik yang langsung maupun tidak langsung dapat bersifat positif atau negatif. Positif, jika meningkatkan kesejahteraan manusia yang terkena, dampak negatif, jika menurunkan kesejahteraan pihak yang terkena (Turner, 1994). Oleh karena ekonomi merupakan sistem terbuka, maka ketiga proses dasarnya (ekstraksi, proses atau fabrikasi, dan konsumsi) masing-masing menghasilkan residual atau limbah, yang akhirnya kembali ke lingkungan. Eksternalitas positif terjadi saat kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok memberikan manfaat pada individu atau kelompok lainnya (Sankar, 2008 dalam Yoesgiantoro, 2012). Perbaikan pengetahuan di berbagai bidang, misalnya ekonomi, kesehatan, kimia, fisika memberikan eksternalitas positif bagi masyarakat. Eksternalitas positif terjadi ketika penemuan para ilmuwan tersebut tidak hanya memberikan manfaat pada mereka, tapi juga terhadap ilmu pengetahuan dan lingkungan secara keseluruhan.
Adapun eksternalitas negatif terjadi saat kegiatan oleh individu atau kelompok menghasilkan dampak yang membahayakan bagi orang lain. Polusi adalah contoh eskternalitas negatif. Terjadinya proses pabrikan di sebuah lokasi akan memberikan eksternalitas negatif pada saat perusahaan tersebut membuang limbahnya ke sungai yang berada di sekitar perusahaan. Penduduk sekitar sungai menanggung biaya eksternal dari kegiatan ekonomi tersebut berupa masalah kesehatan dan berkurangnya ketersediaan air bersih. Polusi air tidak saja ditimbulkan oleh pembuangan limbah pabrik, tapi juga bisa berasal dari penggunaan pestisida, dan pupuk dalam proses produksi pertanian (Yoesgiantoro, 2012). Sedangkan berdasarkan sumbernya, eksternalitas disebabkan oleh ketiadaan hak milik (property right), yaitu kesepakatan sosial yang menentukan kepemilikan, penggunaan dan pembagian faktor produksi serta barang dan jasa. Hak milik tidak ada saat eksternalitas timbul. Tidak ada seorangpun yang memiliki udara, sungai, dan laut. Pada saat tidak adanya hak milik, maka tidak ada jaminan sebuah perusahaan swasta beroperasi pada tingkat yang efisien (Taggart, dkk., 2003 dalam Yoesgiantoro, 2012).
Perkembangan yang cepat di Indonesia dianggap telah mempengaruhi perubahan lingkungan. Pemerintah Indonesia diharapkan untuk lebih memperhatikan masalah lingkungan dan memasukkannya ke dalam prioritas perkembangan yang lebih serius. Dalam konteks ini, Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) telah berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 26
22 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
persen dan sebesar 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020. Berdasarkan dokumen tersebut, dijelaskan bahwa sumber pembiayaan perubahan iklim utamanya berasal dari APBN, APBD, sektor swasta serta sumber-sumber lainnya yang sah sesuai peraturan yang berlaku. Pencantuman sumber pembiayaan dari APBN dan APBD mengindikasikan perlunya peran Pemerintah dalam menginisiasi mitigasi perubahan iklim dan perbaikan lingkungan. Namun, mengingat adanya keterbatasan pembiayaan sektor publik serta prioritas anggaran, peran swasta dalam membiayai perubahan iklim dan perbaikan lingkungan ke depannya menjadi sangat penting.
Terkait dengan target RAN/RAD GRK, dalam perhitungan Bappenas, dibutuhkan anggaran 225,5 trilyun Rupiah untuk kegiatan inti serta 18,5 trilyun Rupiah untuk kegiatan pendukung upaya mitigasi perubahan iklim (PI). Jumlah tersebut diturunkan ke dalam perhitungan di 5 sektor kontributor utama PI. Sektor kehutanan sebagai sektor dominan membutuhkan alokasi sekitar 48,4 trilyun Rupiah untuk kegiatan inti dan 2,3 trilyun Rupiah kegiatan pendukung. Sektor energi transportasi membutuhkan 94,7 trilyun Rupiah kegiatan inti dan 7,0 trilyun Rupiah kegiatan pendukung. Sektor pertanian membutuhkan 36,8 trilyun Rupiah sektor utama dan 0,8 trilyun Rupiah kegiatan pendukung. Sektor pengelolaan limbah membutuhkan 44,7 trilyun Rupiah kegiatan utama dan 4,9 trilyun Rupiah kegiatan pendukung dan sektor industri membutuhkan 32 trilyun Rupiah kegiatan utama, 1,2 trilyun Rupiah kegiatan pendukung (Perpres No 61 Tahun 2011).
Sementara perhitungan Mitigation Fiscal Framework (MFF) fase I yang dilakukan Kemenkeu, 2013 mengindikasikan adanya kebutuhan dana yang lebih besar meskipun MFF fase I ini baru memfokuskan pada aksi mitigasi di sektor kehutanan, lahan gambut, energi dan transportasi yang mencakup 93 persen target pengurangan emisi nasional. Disebutkan bahwa anggaran terkait dengan kegiatan mitigasi RAN-GRK di tahun 2012 sekitar 15,9 trilyun Rupiah. Jika pembiayaan RAN-GRK dipertahankan di level yang sama tahun 2012, penurunan emisi yang dicapai hanya 15 persen (116 mtCO2e) dari target 767 mtCO2e. Apabila pengeluaran pemerintah sebesar pertumbuhan ekonomi, dapat mengakibatkan 4 persen penurunan emisi.
Jika pemerintah memprioritaskan pada proyek yang paling efektif di sisi biaya dan efisiensi, pemerintah dapat menambah 10 persen pengurangan emisi. Namun, peran sektor kehutanan tetap signifikan. Jika deforestasi dapat dibatasi sejumlah 450,000 ha/tahun, akan menambah 34 persen penurunan
26%
41%
sumber pembiayaan dari APBN dan APBD
sumber pembiayaan dari sektor swasta
Target Rencana Aksi Nasional Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
RAN/RAD GRK
23Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
emisi, jika mitigasi dari pembangkit listrik rendah karbon juga dimasukkan, akan menambah 14 persen penurunan emisi. Sisa target penurunan emisi sebesar 23 persen di tahun 2020 dicapai melalui kegiatan reforestasi yang dilakukan swasta dan CSO Total biaya untuk sektor kehutanan, lahan gambut, energi dan transportasi diperkirakan antara 100 dan 140 trilyun Rupiah, yang akan ditanggung oleh pemerintah dan swasta meskipun akan ada berbagai dampak dari sisi anggaran (pemerintah, swasta, dan CSO) dan pertumbuhan ekonomi (Kemenkeu, 2013).
Di level daerah, pemerintah daerah juga dituntut adanya kepedulian melalui penyusunan dokumen RAD GRK. RAD-GRK adalah dokumen perencanaan potensi kegiatan mitigasi untuk penurunan GRK di daerah. Berdasarkan Perpres 61 tahun 2011, penyusunan RAD-GRK dilakukan dengan mengacu pada dokumen RAN-GRK dan juga dokumen perencanaan daerah. RAD-GRK tentunya berhubungan dengan aktifitas yang dicantumkan dalam RAN-GRK dan merupakan bagian dokumen perencanaan daerah jangka menengah (RPJMD) dan jangka panjang (RPJP). RAD-GRK dikoordinasikan di tingkat Propinsi dan terdiri dari aktivitas yang dikelompokkan dalam lima (5) sektor, yaitu energi (sektor energi dan pertambangan; dan transportasi), industri, pertanian, kehutanan, dan pengelolaan sampah. Berdasarkan prioritas pembangunan daerah dan mempertimbangkan variasi potensi dan karakteristik potensi kegiatan mitigasi antar daerah, sangat dimungkinkan terdapat prioritas kegiatan mitigasi yang berbeda antar daerah. Pemerintah Propinsi atau pemerintah Kabupaten/kota dapat hanya merencanakan kegiatan mitigasi di satu atau sedikit sektor dan bukan di keseluruhan lima sektor sesuai dengan potensi mitigasi yang ada
Tujuan dari penurunan GRK adalah target nasional, komitmen Pemerintah Indonesia untuk penurunan GRK. Oleh karena itu, diperlukan keterkaitan yang jelas antara RAD-GRK dan RAN-GRK, karena pada akhirnya, keseluruhan kegiatan mitigasi GRK yang dilakukan adalah kegiatan mitigasi yang dilakukan oleh Negara Indonesia termasuk dalam keberhasilan upaya penurunan GRK. Selain komitmen Pemerintah melalui Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang RAN/RAD GRK, Pemerintah juga telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dimana dalam salah satu Pasal 45 diwajibkan kepada Pemerintah dan DPR bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran yang memadai untuk perlindungan lingkungan hidup dan pembiayaan manajemen kegiatan dan program pembangunan berkelanjutan. Dalam pasal
Pemerintah, DPR dan Pemrintah Daerah
wajib mengalokasikananggaran yang memadai
untuk perlindungan lingkungan hidup dan pembiayaan program
pembanguan berkelanjutan
24 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
lainnya, Pemerintah juga telah menyusun berbagai daftar sumber-sumber pembiayaan yang memungkinkan dalam mendukung upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan di Indonesia.
Kebutuhan penganggaran tersebut tentu wajib segera disiapkan oleh APBN/APBD. Namun, peran APBN/APBD tidak harus membiayai seluruh kebutuhan tersebut. Dalam kalkulasi hasil kegiatan MFF Fase I, peran pembiayaan sektor publik hanya berkisar 20 persen. Sisa 80 persen tentu dijawab oleh swasta dengan berbagai mekanisme pembiayaan yang memungkinkan. Pendanaan APBN/APBD harus dapat bekerjasama dengan pihak swasta dalam menjembatani keterkaitan yang harmonis antara sektor publik dan swasta dalam pembiayaan PI dan PPLH. Pengalokasian anggaran APBN/APBD yang memadai bagi kepentingan PI dan PPLH bukan hal yang mudah. Hal ini tidak terlepas dari beberapa tantangan PI dan PPLH terkait dengan belum adanya mainstreaming kebijakan PI dan PPLH dalam sistem penganggaran, sifat pengelolaan PI dan PPLH yang lintas K/L serta belum munculnya kesadaran seutuhnya parapihak terkait upaya PI dan PPLH.
2.1. Metode Penandaan Anggaran Sebagai Upaya Mainstreaming (Pengarusutamaan) Kebijakan PI dan PPLH dalam Perencanaan Pembangunan
Sempitnya fiscal space yang terkait anggaran lingkungan atau perubahan iklim pada khususnya, maka upaya mainstreaming dapat dilakukan melalui perbaikan sistem penganggaran menuju penganggaran berbasis kinerja dalam metode penandaan anggaran (budget tagging). Penandaan atau pengklasifikasian anggaran terkait mitigasi perubahan iklim dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga pada waktu penyusunan RKA-K/L dengan menginput tanda klasifikasi anggaran terkait mitigasi perubahan iklim ataupun Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Terdapat beberapa alternatif untuk memberikan tanda/mengklasifikasikan anggaran terkait mitigasi perubahan iklim yaitu:
1) Dimasukkan dalam klasifikasi fungsional sebagai salah satu sub fungsi baru dibawah fungsi lingkungan hidup. Klasifikasi fungsional anggaran selama ini mengikuti klasifikasi yang diberikan oleh Code of Functional Classification of Government (COFOG) yang disusun oleh OECD/IMF yang mengklasifikan anggaran ke dalam 11 fungsi, termasuk salah satu fungsinya adalah fungsi lingkungan hidup (fungsi ke 5) yang memiliki 5 sub fungsi yaitu: (1) Manajemen Limbah; (2) Penanggulangan Polusi; (3) Konservasi Sumber Daya Alam; (4) Tata ruang dan pertanahan; (5) Lingkungan Hidup lainnya. Kesulitan yang timbul jika anggaran terkait
25Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
mitigasi perubahan iklim dimasukkan sebagai sub fungsi dalam fungsi lingkungan hidup adalah kemungkinan akan terjadi tumpang tindih dengan sub fungsi lain, karena anggaran terkait mitigasi umumnya memiliki manfaat (cobenefit) lain, misalnya konservasi SDA, manajemen limbah, dll, sementara untuk klasifikasi fungsional satu anggaran kegiatan hanya bisa dimasukkan kedalam satu fungsi/sub fungsi.
2) Dimasukkan sebagai klasifikasi tematik. Pengklasifikasian anggaran berdasarkan klasifikasi tematik adalah klasifikasi yang bersifat ad hoc dan tidak termasuk pedoman klasifikasi anggaran. Selama ini klasifikasi anggaran dilakukan berdasarkan permintaan informasi tentang berapa besar anggaran yang dialokasikan untuk tema-tema tertentu dan penggolongan anggaran ke dalam masing-masing tema tersebut dilakukan oleh Direktorat Sistem Penganggaran (DSP) ataupun Bappeda di daerah. Selama ini tidak terdapat pengaturan yang meminta K/L untuk mengisi tema dalam format pengisian RKA K/L baik di pusat maupun di daerah, dan tema-tema inipun belum pre-loaded dalam aplikasi RKA K/L. Sehingga K/L dan OPD umumnya tidak mengisi klasifikasi tematik ini.
Berdasarkan pertimbangan atas kelebihan dan kekurangan alternatif klasifikasi anggaran seperti yang diuraikan di atas, maka disarankan bahwa pengaturan mengenai penandaan anggaran terkait mitigasi perubahan iklim dilakukan melalui klasifikasi tematik yang diberi kode yang jika mungkin dimasukkan sebagai tambahan kode dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA). Adanya kode tematik dalam RKA-K/L dan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), memungkinkan anggaran dilacak sampai realisasinya dengan mengintegrasikan kode tematik itu di dalam database realisasi anggaran, untuk ini diperlukan permintaan kepada Ditjen Perbendaharaan dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) agar memasukkan kode tematik dalam database sistem perbendaharaan. Sesuai dengan definisi, anggaran terkait mitigasi perubahan iklim dapat berdampak langsung ataupun tidak langsung terhadap pengurangan/stabilisasi emisi gas rumah kaca, karena itu klasifikasi tema yang diusulkan melalui naskah akademik ini memcakup 2 tema yaitu:
a) Mitigasi Perubahan Iklim Berdampak Langsung
b) Mitigasi Perubahan Iklim Berdampak Tidak Langsung
Bagan alur yang dapat digunakan oleh K/L dan OPD dalam menandai anggaran terkait mitigasi perubahan iklimnya dapat diuraikan sebagai berikut:
26 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Merujuk kepada Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional untuk penurunan emisi GRK (RAN-GRK), maka regulasi ini juga mewajibkan Pemerintah Propinsi di Indonesia untuk mengembangkan Rencana Aksi Daerah untuk penurunan emisi GRK (RAD-GRK), yang berisi aksi-aksi untuk menurunkan emisi GRK di tingkat Kabupaten/kota. Sejalan dengan upaya yang dilakukan di tingkat nasional, pemerintah dengan difasilitasi oleh Sekretariat RAN GRK, telah mendukung penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) GRK pada tingkat Propinsi. Hingga saat ini 33 Propinsi telah menyelesaikan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang ketentuan RAD GRK-nya.
Dengan demikian kewajiban melakukan penandaan anggaran (budget tagging) sekiranya juga wajib dilakukan di level daerah. Dengan demikian ke depannya daerah akan mampu menentukan cara terbaik dalam mengalokasikan budget terkait dengan mitigasi perubahan iklim. Sayangnya penyusunan sistem penandaan anggaran (tagging) tersebut belum tersosialisasikan ke berbagai elemen di pemerintahan daerah. Selain itu persoalan sistem penganggaran yang ada belum dapat dipastikan apakah mampu mendukung terlaksananya kegiatan pendanaan anggaran khususnya di level APBD. Untuk itulah kedepannya diperlukan adanya kepastian regulasi dalam bentuk Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) terkait kewajiban daerah dalam melakukan penandanaan anggaran
Gambar 3. Alur Penandaan Anggaran Terkait Mitigasi Perubahan Iklim
27Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Identifikasi ekonomi hijau sebagai salah satu peluang yang signifikan untuk menentukan paradigma ekonomi global yang baru, tetapi juga mencakup risiko bahwa kesepakatan global sebelumnya yang dengan ‘susah payah’ dilakukan pada pembangunan berkelanjutan mungkin hilang atau dikaburkan. Untuk itu dalam pengertian yang lebih jauh sebuah ekonomi hijau, yang berkeadilan dan inklusif memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi semua dalam batas-batas ekologis dari lingkungan di mana kita hidup. Dengan demikian maka ekonomi hijau diharapkan menjadi tumpuan meningkatkan kesejahteraan manusia dan sekaligus mengurangi resiko lingkungan dan kerusakan ekologi melalui efisiensi sumber daya alam, pembangunan rendah karbon dan peningkatan kepedulian sosial.
Dalam upaya melakukan pendekatan ekonomi hijau di seluruh kawasan di Indonesia, tentu termasuk kawasan Papua yang masih cukup terjaga kelestariannya ini maka diterapkannya apa yang disebut dengan perencanaan dan penganggaran hijau (green planning and budgeting) menjadi sangat relevan. Dalam pelaksanaannya, di mana ekonomi Indonesia yang sangat tergantung pada hasil kegiatan ekstraksi dan ekspolitasi bumi kekayaan alam, seperti minyak dan gas bumi, batubara, produk hutan dan komoditas pertanian serta sumber daya alam harus mulai dialihkan. Pengurasan bahan baku alami ini telah semakin menurunkan tingkat kelestarian sumber daya alam yang tidak terbarukan, termasuk air, hutan, mineral, keanekaragaman hayati dan ekologi kelautan.
Apabila eksploitasi ini terus dibiarkan tanpa terkendali, maka fungsi dan daya dukung lingkungan akan tergerus secara terus menerus. Dengan demikian jika pertumbuhan ekonomi dicapai secara berkelanjutan, maka baik kerugian dan kerusakan lingkungan maupun eksploitasi sumber daya alam yang kian meningkat ini harus dihentikan. Lebih dari itu, pengelolaan sumber daya tersebut selayaknya dikelola secara strategis dan hati-hati, sehingga kegiatan pembangunan yang menimbulkan polusi dan kerusakan kekayaan alam bisa dihindari dan dikendalikan secara efektif.
Menuju ke arah pelestarian ini, sudah ada langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, dalam kebijakan makro, seperti membuat komitmen dan kebijakan untuk mengimplementasikan Peraturan Presiden No. 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi
3. PEDOMAN PRAKTIS PENANDAAN ANGGARAN HIJAU (Green Budget Tagging)
28 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Gas Rumah Kaca (RAN GRK) yang akan dicapai pada tahun 2020. Implementasi dari kebijakan nasional dan peraturan untuk pengendalian dampak perubahan iklim ini ini akan membutuhkan sumber daya ekonomi dan pendanaan skala besar, yang perlu dipersiapkan melalui strategi perencanaan dan penganggaran berjangka menengah ke jangka panjang pada tingkat nasional, sektoral dan daerah.
Dari langkah kecil itu, dan dari menyadari bahwa Indonesia telah menikmati pertumbuhan ekonomi dalam beberapa dasa warsa sebelumnya yang ternyata juga ada masalah dan tantangan serius yang dapat menimbulkan kerugian dan kerusakan yang signifikan, baik terhadap kondisi sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi maupun infrastruktur pembangunan Indonesia, sehingga akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Berangkat dari sana maka Pemerintah Indonesia menyusun sebuah kebijakan yang menopang kebijakan sebelumnya itu dengan menyusun Strategi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Hijau (P3H).
Tujuan utama dari P3H ini adalah mengurangi tingkat kerentanan Indonesia terhadap dampak perubahan iklim dan resiko-resiko lingkungan dan meminimalkan kerugian dan kerusakan terhadap sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi. Strategi ini menggunakan kebijakan dan instrumen paling efektif yang perlu diterapkan, dan membuat skenario yang menunjukkan tingkat sumber daya yang perlu disediakan untuk investasi pembangunan hijau. Hal itu bertujuan untuk mewujudkan bagaimana mengarus-utamakan kebijakan pembangunan hijau dan rendah karbon ke dalam proses perencanaan dan penganggaran nasional agar sesuai dengan RPJMN 2015-2019 dan sekaligus memperkenalkan metode penentuan prioritas baru dalam kebijakan pembangunan nasional, sektoral dan daerah.
3.1. Tujuan
Pedoman praktis ini merupakan panduan dalam melakukan penandaan (Tagging). Tagging berfungsi sebagai penanda anggaran yang relevan dengan kegiatan ekonomi hijau. Kegiatan tagging juga berfungsi untuk identifikasi dan menghitung proporsi pengeluaran pemerintah daerah yang dialokasikan dan direalisasikan dalam implementasi ekonomi hijau. Pedoman praktis tagging ini dapat membantu pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan serta review Ekonomi Hijau di daerah. Terutama di wilayah di mana WWF bekerja, seperti Propinsi
Mengurangi tingkat kerentanan indonesia
terhadap dampak perubahan iklim dan
resiko-resiko lingkungan dan meminimalkan
kerugian dan kerusakan terhadap sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi.
P3H
29Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
3.2 Prinsip dan prioritas Ekonomi Hijau
Dalam pelaksanaan strategi P3H tersebut Pemerintah Indonesia menetapkan 5 prinsip pelaksanaannya, yaitu
1. Integrasi regional Indonesia sebagai negara kesatuan (Negara Kesatuan Republik Indonesia - NKRI), untuk berbagi dan mendistribusikan tekanan pada sumber daya alam yang terbatas dan membuka peluang baru untuk pemanfaatan sumber daya alam secara adil, merata dan berkelanjutan di semua wilayah Negara.
2. Memanfaatkan bonus demografi dan menawarkan kesempatan kerja baru dalam jenis pekerjaan yang bernilai tinggi, dengan biaya lingkungan yang relatif rendah.
3. Membuat Valuasi sumber daya alam dan penggunaan hasil valuasi atas nilai SDA ini dalam rancangan kebijakan pembangunan secara berkelanjutan.
4. Mempertimbangkan sinergi, keamanan dan kesinambungan dalam memenuhi kebutuhan rakyat akan sumber daya pangan, energi dan air serta mendorong efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut.
5. Menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik, dengan partisipasi masyarakat yang luas dalam pemanfaatan semua sumber daya, keterampilan dan kapasitas yang tersedia.
Merujuk pada 5 prinsip tersebut maka Kesenjangan Ekonomi Hijau (GE Gap) yang merupakan selisih antara apa yang perlu dilakukan untuk menghindari munculnya berbagai permasalahan ekonomi, sosial dan lingkungan, dan tingkat investasi pembangunan hijau yang diperlukan saat ini, baik oleh pemerintah dan para stakeholders. Dengan demikian, Kesenjangan Ekonomi Hijau yang tinggi menunjukkan bahwa investasi pembangunan hijau saat ini perlu dilipat gandakan untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi. Untuk menggambarkan Kesenjangan Ekonomi Hijau, dan bagaimana mengatasi kesenjangan tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah yang sebaiknya menjadi prioritas dari pemerintah yaitu:
1. Mengkaji strategi dan kebijakan yang ada, terkait dengan ekonomi hijau (misalnya RAN/RAD-GRK, RAN-API dan Green Paper Kemenkeu) untuk menyusun daftar panjang bidang-bidang kebijakan pembangunan hijau;
30 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
2. Memilih 21 kebijakan/program prioritas yang paling penting, dan mengelompokkannya menjadi 6 kategori area program;
3. Meninjau instrumen kebijakan yang digunakan dan memperkirakan rasio daya ungkit (leverage ratio), yaitu seberapa besar belanja pengeluaran publik dapat mengungkit atau memunculkan terjadinya investasi baru atau pengeluaran dana tambahan oleh pihak swasta;
4. Menganalisis efektivitas belanja pengeluaran publik ini dalam mengurangi kerugian dan kerusakan SDA, baik untuk pemerintah maupun swasta.
Prioritas Program Pembangunan dalam 6 cluster yaitu:
1. Perlindungan sumber daya alam,
2. Pertanian;
3. Energi dan Industri;
4. Transportasi dan Tata-kota & Tata-Daerah;
5. Kesehatan & Pendidikan; dan
6. Penanggulangan Bencana & Kebijakan Pendukung lainnya.
3.3 Tahapan Penandaan (Tagging)Proses pelaksanaan tagging dimulai dengan persiapan dan beberapa langkah seperti dibawah ini.
3.3.1 Persiapan
Siapkan dokumen yang dibutuhkan yaitu:
1. Dokumen RAN GRK, RAN API, IBSAP dan RAD GRK
2. RKA atau DIPA tahun berjalan yaitu formulir SKPD 2.2 dan Formulir SKPD 2.2.1
3. Siapkan Tabel Tagging (Lihat contoh Tabel tagging yang sudah diisi di Lampiran 1)
30 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
31Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
3.3.2 Tagging
Tahapan Tagging dilakukan dengan 7 langkah yaitu:
Langkah 1
Periksa nama Program dan kegiatan yang ada di RKA/RKAP (Formulir SKPD 2.2) atau DPA/DPPA (Formulir SKPD 2.2) apakah terdapat program dan kegiatan yang sesuai dengan definisi Ekonomi Hijau, terutama yang termasuk kedalam 6 bidang (hal 30).
Langkah 2
Isikan kode program dan kegiatan serta nama program dan kegiatan pada kolom yang tersedia di kolom 1 dan 2. Pastikan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang berkaitan dengan prioritas program pembangunan terutama yang berkaitan dengan 6 sektor bidang.
Gambar 4. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD Formulir 2.2
32 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Gambar 5. Mengisikan program dan kegiatan pada Tabel Tagging Ekonomi Hijau
33Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Langkah 3
Selanjutnya temukan jumlah anggaran (masukan), capaian, hasil dan keluaran dari setiap kegiatan. Gunakan Formulir SKPD 2.2.1.
Gambar 6. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Formulir 2.2.1
Hasil dan Keluaran harus dinyatakan dalam satuan yang terukur dan dapat dikonversi kedalam ukuran mitigasi atau dapat dihitung faktor emisinya. Isikan jumlah anggaran, capaian, keluaran dan hasil pada kolom yang tersedia di kolom 3, 11,12 dan 13.
Gambar 7. Contoh hasil pengisian anggaran pada Tabel Tagging Ekonomi Hijau
34 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Langkah 4
Temukan jumlah Belanja Pegawai (5.2.1); Belanja Barang dan Jasa (5.2.2) dan Belanja Modal (5.2.3) dari masing-masing kegiatan. Gunakan Dokumen DPA/DPPA (Form SKPD 2.2.1) atau RKA/RKAP (Form SKPD 2.2.1)
Gambar 8. Menemu kenali Belanja Pegawai pada Dokumen Penggunaan Anggaran
Gambar 9. Menemu kenali Belanja Barang dan Jasa pada Dokumen Penggunaan Anggaran
Gambar 10. Menemu kenali Belanja Modal pada Dokumen Penggunaan Anggaran
35Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Gambar 11. Memasukan data jumlah Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal ke dalam Tabel Tagging Ekonomi Hijau
Isikan jumlah Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Modal pada kolom yang sesuai di kolom 4, 5 dan 8.
Dan seterusnya (dituliskan program yang termasuk program ekonomi hijau) . . .
36 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Langkah 5
Periksa di DPA/DPPA (Form SKPD 2.2.1) atau RKA/RKAP (Form SKPD 2.2.1) pada rincian akun nomor (5.2.2): Belanja Barang dan Jasa di masing-masing kegiatan apakah terdapat nomor akun (5.2.2.02): Belanja Bahan/Material.
Gambar 12. Menemu kenali Belanja Bahan/Material pada Belanja Barang dan Jasa Dokumen Pelaksanaaan Anggaran
Gambar 13. Menemu kenali Belanja yang diserahkan kepada masyarakat pada belanja bahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Jika ada, periksa apakah di dalam akun tersebut juga terdapat akun (5.2.2.02.02): Belanja bahan/bibit tanaman dan akun (5.2.2.23.04): Belanja yang diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga
37Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
38 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Gambar 14 Mengisikan anggaran Belanja Bahan dan Belanja yang diserahkan kepada masyarakat pada Tabel Tagging Ekonomi Hijau
Jika ada, isikan jumlah anggaran untuk masing-masing akun tersebut pada kolom yang sesuai di kolom 6 dan 7.
Gambar 15. Menemu kenali Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan Pertanian dan Peternakan pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Langkah 6
Periksa di DPA (Form DPA SKPD 2.2.1) atau RKA (Form RKA SKPD 2.2.1) pada rincian akun nomor 5.2.3 (Belanja Modal) masing-masing kegiatan apakah terdapat akun nomor 5.2.3.09 (Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan Pertanian dan Peternakan) dan akun nomor 5.2.3.29.03 (Belanja Modal Pengadaan Tanaman).
Catatan: Langkah ini sangat tergantung kepada jenis program, kegiatan dan kode turunan disetiap SKPD, Belanja modal tidak harus berupa pengadaan Alat-alat pertanian/peternakan maupun pengadaan tanaman, silahkan sesuaikan dengan jenis belanja modal di SKPD masing-masing misalnya alat pengadaan Alat-alat penunjang perikanan.
39Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Jika ada, isikan jumlah anggaran untuk akun tersebut pada kolom yang sesuai kolom 9 dan 10.
Gambar 16. Memasukkan data jumlah anggaran Belanja Modal Alat Pertanian dan Peternakan dan/atau perikanan ke dalam Tabel Tagging Ekonomi Hijau
40 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di DaerahGambar 17. Contoh perhitungan jumlah anggaran untuk setiap tipe belanja
di dalam Tabel Tagging Ekonomi Hijau
Langkah 7
Hitung jumlah anggaran kegiatan yang berdampak langsung dan tidak langsung, isikan pada kolom 15 dan 16, kemudian hitung persentase dari anggaran yang berdampak langsung dan tidak langsung terhadap keseluruhan anggaran. Isikan pada kolom 17 dan 18.
41Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
42 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
3.3.3 Ringkasan
Langkah pelaksanaan Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) lihat contoh tabel isian tagging pada lampiran 2
• Periksa nama Program dan kegiatan yang ada di RKA/ RKAP (Formulir SKPD 2.2) atau DPA/DPPA (Formulir SKPD 2.2) apakah terdapat program dan kegiatan yang sesuai dengan definisi Ekonomi Hijau (6 sektor bidang pembangunan prioritas)?1
• Isikan kode program dan kegiatan serta nama program dan kegiatan pada kolom yang tersedia di kolom 1 dan 2.
• Temukan jumlah anggaran, realisasi, capaian, hasil dan keluaran dari setiap kegiatan. Hasil dan Keluaran harus dinyatakan dalam satuan yang terukur dan dapat dikonversi ke dalam ukuran ekonomi hijau.
• Isikan jumlah anggaran, capaian, hasil dan keluaran pada kolom yang tersedia di kolom 3, 11,12 dan 13.
• Temukan jumlah Belanja Pegawai (5.2.1); Belanja Barang dan Jasa (5.2.2) dan Belanja Modal (5.2.3) dari masing-masing kegiatan.
• Gunakan Dokumen DPA/ DPPA (Form SKPD 2.2.1) atau RKA/RKAP (Form SKPD 2.2.1)• Isikan jumlah Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa dan Belanja Modal pada kolom
yang sesuai di kolom 4, 5 dan 8.
• Periksa di DPA (Form DPA SKPD 2.2.1) atau RKA ( Form RKA SKPD 2.2.1) pada rincian akun nomor 5.2.3 (Belanja Modal) masing-masing kegiatan apakah terdapat akun nomor 5.2.3.09: (Belanja Modal Pengadaan Alat-alat Pengolahan Pertanian dan Peternakan) dan akun nomor 5.2.3.29.03: (Belanja Modal Pengadaan Tanaman).
• Jika ada, isikan jumlah anggaran untuk akun tersebut pada kolom yang sesuai.
• Hitung jumlah anggaran kegiatan yang berdampak langsung dan tidak langsung, isikan pada kolom 15 dan 16.
• Hitung persentase dari anggaran yang berdampak langsung dan tidak langsung terhadap keseluruhan anggaran. Isikan pada kolom 17 dan 18.
• Periksa di DPA/DPPA (Form SKPD 2.2.1) atau RKA/RKAP ( Form SKPD 2.2.1) pada rincian akun nomor (5.2.2): Belanja Barang dan Jasa di masing-masing kegiatan apakah terdapat nomor akun (5.2.2.02): Belanja Bahan/Material.
• Jika ada, periksa apakah di dalam akun tersebut juga terdapat akun (5.2.2.02.02): Belanja bahan/bibit tanaman dan akun (5.2.2.23): Belanja yang diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga.
• Jika ada, isikan jumlah anggaran untuk masing-masing akun tersebut pada kolom yang sesuai di kolom 6 dan 7.
2
3
4
5
6
7
43Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
© d
ede
Kris
hnad
iant
y / W
WF-
Indo
nesi
a
44 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Alisjahbana dan Yusuf. (2002) Natural Resources and Environment Accounting. SEEA.
Danida (2010). Environmental assessment for sustainable development, 3rd edn. Copenhagen:
Danida, 2011. Kajian Cepat terhadap kesiapan Indonesia menuju Reformasi Fiskal Lingkungan Hidup untuk Penghijauan Ekonomi. Jakarta: Pahala Tamba.
Dasar-dasar Praktik Penyusunan APBN di Indonesia. (2014). Direktorat Jenderal Anggaran. Kemenkeu. Jakarta;
Fauzi, Akhmad, (2004). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama;
Jhantami, H. (2001). Ancaman Globalisasi dan Imperialisme Lingkungan. Insist Press. Jakarta;
Krugman (2010). Chemicals, Environment, Health: A Global Management Perspective.
Mahmudi, (2011). Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Erlangga. Ciacas. Jakarta;
Mankiw, N. G. (2007). Principles of Economics (4th ed.). USA: Cengage Learning;
Mitigation Fiscal Framework Fase I. (2013), BKF-UNDP, Kemenkeu
Muta’ali, L. (2012). Daya Dukung Lingkungan Untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah. Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta;
Pelengkap Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah. (2012). Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah. Kementerian Keuangan. Jakarta;
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Repetto dan lainnya (1989). Economic Incentives for Sustainable Production. John Hopkins University Press
Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Republik Indonesia. (2004). Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
REFERENSI
45Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Republik Indonesia. (2009)Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup.
Sankar (2008) dalam Yoesgiantoro, (2012). Ekonomi Energi. Teori dan Praktik. LP3ES.
Tijow, Lusiana. (2002). Kebijakan Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia. Tugas Makalah Tidak Terpublikasikan. Jakarta;
Turner, Pearce & Bateman, (1994). Environmental Economic: An Elementary Introduction. John Hopkins University Press
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
Yoesgiantoro, Dony, (2012). Kebijakan Internalisasi Biaya Eksternal Lingkungan Optimal Minyak dan Gas Bumi Dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Disertasi Paska Sarjana Lingkungan.
46 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Lampiran 1 Contoh Tabel Tagging yang sudah diisi
Belanja Pegawai Belanja Barang
dan Jasa
Belanja Bahan-Material/Bibit
Tanaman/perikanan
Belanja yg diserahkan pd
masy Belanja Modal
Belanja Modal Alat Pengolahan
Pertanian & Peternakan
Belanja Modal Pengadaan Tanaman
5.2.1 5.2.2 5.2.2.02.02 5.2.2.23 5.2.3 5.2.3.09 5.2.3.29.031 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18
6+7+9+10 3-15 15:3 16:3
1 2.05 . 2.05.01 . 25 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Perikanan dan Kelautan 659,600,000.00 - - - 659,600,000.00 2.05 . 2.05.01 . 25. 01 Pelaksanaan Seminar Kelautan dan Perikanan 150,000,000.00 - 150,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 01 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 150,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 01 . 5 . 2 . 2 . 17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS 150,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 01 . 5 . 2 . 2 . 17 . 01 Belanja Kursus-Kursus Singkat/Pelatihan 150,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 Pengadaan Tanah untuk Sarana Prasarana Perikanan 100,000,000.00 100,000,000.00 - 100,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 . 5 . 2 . 3 Belanja Modal 100,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 . 5 . 2 . 3 . 11 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah Untuk Bangunan Gedung 100,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 . 5 . 2 . 3 . 11 . 05 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah kosong 100,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 Penguatan Fungsi dan Peran Pokmaswas 80,000,000.00 80,000,000.00 - 80,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 1 Belanja Pegawai 10,000,000.00 10,000,000.00 - 10,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 1 . 02 Honorarium Non PNS 10,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 1 . 02 . 01 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 10,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 70,000,000.00 70,000,000.00 - 70,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 2 . 05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 70,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 2 . 05 . 03 Belanja Bahan Bakar Minyak/Gas Dan Pelumas 70,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 Climate Change 59,600,000.00 59,600,000.00 - 59,600,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 36,150,000.00 36,150,000.00 - 36,150,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 01 Belanja Bahan Pakai Habis 500,000.00 500.000,00 - 500,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 01 . 01 Belanja Alat Tulis Kantor 500,000.00 500.000,00 - 500,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 03 Belanja Jasa Kantor 23,450,000.00 23,450,000.00 - 23,450,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 03 . 12 Belanja Jasa Dokumentasi/Penyiaran/Peliputan 500,000.00 500,000.00 - 500,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 03 . 20 Belanja Transport 12,200,000.00 12,200,000.00 - 12,200,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 06 Belanja Cetak dan Penggandaan 1,750,000.00 1,750,000.00 - 1,750,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 06 . 01 Belanja Cetak 750,000.00 750,000.00 - 750,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 06 . 02 Belanja Penggandaan 1,000,000.00 1,000,000.00 - 1,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 1,800,000.00 1,800,000.00 - 1,800,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 08 . 01 Belanja Sewa Sarana Mobilitas Darat 1,800,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 11 Belanja Makanan dan Minuman 5,800,000.00 5,800,000.00 - 5,800,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 11 . 04 Belanja Makanan dan Minuman Kegiatan 5,800,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 28 Belanja Jasa Narasumber/Tenaga Ahli 13,600,000.00 13,600,000.00 - 13,600,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 28 . 01 Belanja Jasa Narasumber/Tenaga Ahli 13,600,000.00 - -
- - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 Pembuatan Pakan Ikan 80,000,000.00 - 80,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan jasa 33,170,000.00 33,170,000.00 - 33,170,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 2 . 02 Belanja bahan Material 33,170,000.00 33,170,000.00 (33,170,000.00) 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 2 . 02 . 09 Belanja Pakan ternak - - - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 3 . Belanja Modal 46,830,000.00 46,830,000.00 46,830,000.00 - 100.00 - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 3 . 25 Belanja modal peralatan dan mesin (Pengadaan Alat Pengolahan) 0 - - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 3 . 25 . 08 Belanja modal peralatan dan mesin (Pengadaan Alat pengolahan pertanian)
- - - -
2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 Pembuatan Plat Sampan/Perahu Nelayan 190,000,000.00 - - 190,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 190,000,000 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 . 5 . 2 . 2 . 23 Belanja Barang Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pihak Ketiga 190,000,000.00 - 190,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 . 5 . 2 . 2 . 23 . 01 Belanja Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Masyarakat 190,000,000.00 190,000,000.00 (190,000,000.00)
- -
JUMLAH KEGIATAN 1TOTAL 659,600,000.00 TOTAL ANGGARAN BELANJA LANGSUNG 160,000,000.00 PERSENTASE KEGIATAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM 3.12
KETERANGAN
JUMLAH KEGIATAN : ADALAH TOTAL KEGIATAN MITIGASI SESUAI DI KOLOM NOMORTOTAL : ADALAH TOTAL DI TIAP KOLOM
: ADALAH JUMLAH ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DI SKPD TERKAIT PADA TAHUN ANGGARAN TOTAL ANGGARAN BELANJA LANGSUNGPERSENTASE KEGIATAN MITIGASI : ADALAH PROPORSI ANGGARAN KEGIATAN MITIGASI DIBANDINGKAN TOTAL
ANGGARAN BELANJA LANGSUNG
NO KODE PROGRAM DAN KEGIATAN NAMA PROGRAM DAN KEGIATAN
Tahun: 2015
Anggaran Capaian Keluaran Hasil Jumlah Biaya
Kegiatan Langsung Jumlah Biaya Kegiatan
Tidak Langsung
Persentase Anggaran Kegiatan Langsung
Persentase Anggaran Kegiatan
Tidak Langsung
LAMPIRAN
47Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Belanja Pegawai Belanja Barang
dan Jasa
Belanja Bahan-Material/Bibit
Tanaman/perikanan
Belanja yg diserahkan pd
masy Belanja Modal
Belanja Modal Alat Pengolahan
Pertanian & Peternakan
Belanja Modal Pengadaan Tanaman
5.2.1 5.2.2 5.2.2.02.02 5.2.2.23 5.2.3 5.2.3.09 5.2.3.29.031 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18
6+7+9+10 3-15 15:3 16:3
1 2.05 . 2.05.01 . 25 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Perikanan dan Kelautan 659,600,000.00 - - - 659,600,000.00 2.05 . 2.05.01 . 25. 01 Pelaksanaan Seminar Kelautan dan Perikanan 150,000,000.00 - 150,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 01 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 150,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 01 . 5 . 2 . 2 . 17 Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis PNS 150,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 01 . 5 . 2 . 2 . 17 . 01 Belanja Kursus-Kursus Singkat/Pelatihan 150,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 Pengadaan Tanah untuk Sarana Prasarana Perikanan 100,000,000.00 100,000,000.00 - 100,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 . 5 . 2 . 3 Belanja Modal 100,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 . 5 . 2 . 3 . 11 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah Untuk Bangunan Gedung 100,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 02 . 5 . 2 . 3 . 11 . 05 Belanja Modal Tanah - Pengadaan Tanah kosong 100,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 Penguatan Fungsi dan Peran Pokmaswas 80,000,000.00 80,000,000.00 - 80,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 1 Belanja Pegawai 10,000,000.00 10,000,000.00 - 10,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 1 . 02 Honorarium Non PNS 10,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 1 . 02 . 01 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 10,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 70,000,000.00 70,000,000.00 - 70,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 2 . 05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor 70,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 03 . 5 . 2 . 2 . 05 . 03 Belanja Bahan Bakar Minyak/Gas Dan Pelumas 70,000,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 Climate Change 59,600,000.00 59,600,000.00 - 59,600,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 36,150,000.00 36,150,000.00 - 36,150,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 01 Belanja Bahan Pakai Habis 500,000.00 500.000,00 - 500,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 01 . 01 Belanja Alat Tulis Kantor 500,000.00 500.000,00 - 500,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 03 Belanja Jasa Kantor 23,450,000.00 23,450,000.00 - 23,450,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 03 . 12 Belanja Jasa Dokumentasi/Penyiaran/Peliputan 500,000.00 500,000.00 - 500,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 03 . 20 Belanja Transport 12,200,000.00 12,200,000.00 - 12,200,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 06 Belanja Cetak dan Penggandaan 1,750,000.00 1,750,000.00 - 1,750,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 06 . 01 Belanja Cetak 750,000.00 750,000.00 - 750,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 06 . 02 Belanja Penggandaan 1,000,000.00 1,000,000.00 - 1,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 08 Belanja Sewa Sarana Mobilitas 1,800,000.00 1,800,000.00 - 1,800,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 08 . 01 Belanja Sewa Sarana Mobilitas Darat 1,800,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 11 Belanja Makanan dan Minuman 5,800,000.00 5,800,000.00 - 5,800,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 11 . 04 Belanja Makanan dan Minuman Kegiatan 5,800,000.00 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 28 Belanja Jasa Narasumber/Tenaga Ahli 13,600,000.00 13,600,000.00 - 13,600,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 05 . 5 . 2 . 2 . 28 . 01 Belanja Jasa Narasumber/Tenaga Ahli 13,600,000.00 - -
- - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 Pembuatan Pakan Ikan 80,000,000.00 - 80,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan jasa 33,170,000.00 33,170,000.00 - 33,170,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 2 . 02 Belanja bahan Material 33,170,000.00 33,170,000.00 (33,170,000.00) 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 2 . 02 . 09 Belanja Pakan ternak - - - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 3 . Belanja Modal 46,830,000.00 46,830,000.00 46,830,000.00 - 100.00 - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 3 . 25 Belanja modal peralatan dan mesin (Pengadaan Alat Pengolahan) 0 - - 2.05 . 2.05.01 . 20. 09 . 5 . 2 . 3 . 25 . 08 Belanja modal peralatan dan mesin (Pengadaan Alat pengolahan pertanian)
- - - -
2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 Pembuatan Plat Sampan/Perahu Nelayan 190,000,000.00 - - 190,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 . 5 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 190,000,000 - - 2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 . 5 . 2 . 2 . 23 Belanja Barang Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pihak Ketiga 190,000,000.00 - 190,000,000.00 - 100.00 2.05 . 2.05.01 . 25 . 07 . 5 . 2 . 2 . 23 . 01 Belanja Barang Yang Akan Diserahkan Kepada Masyarakat 190,000,000.00 190,000,000.00 (190,000,000.00)
- -
JUMLAH KEGIATAN 1TOTAL 659,600,000.00 TOTAL ANGGARAN BELANJA LANGSUNG 160,000,000.00 PERSENTASE KEGIATAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM 3.12
KETERANGAN
JUMLAH KEGIATAN : ADALAH TOTAL KEGIATAN MITIGASI SESUAI DI KOLOM NOMORTOTAL : ADALAH TOTAL DI TIAP KOLOM
: ADALAH JUMLAH ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DI SKPD TERKAIT PADA TAHUN ANGGARAN TOTAL ANGGARAN BELANJA LANGSUNGPERSENTASE KEGIATAN MITIGASI : ADALAH PROPORSI ANGGARAN KEGIATAN MITIGASI DIBANDINGKAN TOTAL
ANGGARAN BELANJA LANGSUNG
NO KODE PROGRAM DAN KEGIATAN NAMA PROGRAM DAN KEGIATAN
Tahun: 2015
Anggaran Capaian Keluaran Hasil Jumlah Biaya
Kegiatan Langsung Jumlah Biaya Kegiatan
Tidak Langsung
Persentase Anggaran Kegiatan Langsung
Persentase Anggaran Kegiatan
Tidak Langsung
48 Buku Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (Green Budget Tagging) di Daerah
Pedoman
+60,000 1961
1962400
WWF-Indonesia didukung lebih dari 60.000 supporters
WWF-Indonesia memilki lebih dari 400 staf tersebar dipenjuru Nusantara
WWF mulai bekerja di Indonesia pada 1962
WWF didirikan 51 tahun yang lalu pada 1961
28Saat ini, WWF-Indonesia bekerja di 28 kantor lapangan dari ujung Sumatra hingga Papua
Misi WWFUntuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangunmasa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam. www.wwf.or.id
SEKILAS MENGENAI WWF
Pedoman Penandaan Anggaran Hijau (G
reen Budget Tagging) di DaerahW
WF.OR.ID
IDN
60%FSC
©
RECYCLED
2017IDN
PEDOMAN