identifikasi struktur dan konstruksi lumbung sebagai ingenious local

10
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI TRADISIONAL DAN TANGGAPAN TERHADAP ALAM TUGAS ARSITEKTUR DAN TEKNOLOGI IKETUT DIRGANTARA 25209038 12 MEI 2010 PROGRAM ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 (STUDI KASUS LUMBUNG TRADISIONAL BALI)

Upload: dirgantara-dirgent

Post on 19-Jun-2015

1.359 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

struktur dan konstruksi lumbung

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI TRADISIONAL DAN TANGGAPAN TERHADAP ALAM

TUGAS ARSITEKTUR DAN TEKNOLOGI

IKETUT DIRGANTARA

25209038

12 MEI 2010

PROGRAM ARSITEKTUR

SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2010

(STUDI KASUS LUMBUNG TRADISIONAL BALI)

Page 2: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

Abstrak

Sebagian besar masyarakat bali bergerak di sektor pertanian dan pariwisata. Persentase persawahan di Bali khususnya bagian barat, jauh lebih besar dari presentase permukiman. Hal tersebut membuktikan bahwa penghasilan padi di Bali sangat besar. Sehingga secara turun temurun, diciptakanlah desain bangunan sebagai tempat menyimpan padi yang lebih dikenal masyarakat bernama lumbung.

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui kearifan lokal yang terkandung dalam desain bangunan tradisional lumbung, dalam menanggapi pengaruh iklim dan lingkungan sehingga bahan pangan yang di dalam lumbung tetap terjaga untuk jangka waktu yang panjang. Hasil dari laporan ini adalah bahwa desain lumbung yang dilihat sekarang, memang benar sudah tanggap terhadap lingkungan dan alam yang telah teruji selama bertahun-tahun. Manfaat dari laporan ini adalah untuk mencari ide-ide kreatif dari kearifan lokal yang tentunya berpengaruh pada desain masa kini yang responsif terhadap alam dan lingkungannya.

Kata kunci : pertanian, desain lumbung, iklim dan lingkungan

Page 3: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Luas wilayah Bali sebesar 5,636 km². Letak

geografis provinsi 114° BT - 40° BT, 8°LS- 48° LS. Ketinggian maksimum 300 m dan minimum 22m.

Curah hujan maksimal 355 mm perbulan dan minimal 50 mm perbulan.1 Suhu udara 27. 70°C,

kelembaban rata-rata 77.70%2. Melihat kondisi iklim yang demikian dan curah hujan yang tinggi perlu

dipikirkan strategi dari segi desain terutama untuk penyimpanan bahan pangan. Bukan hanya dari segi

tanggapan terhadap iklim dan lingkungan tetapi yang penting diingat adalah dari segi waktu. Sebelum

ditemukannya bibit unggul, waktu panen bisa mencapai 6 bulan, dan persediaan bahan pangan harus

memenuhi waktu tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut diciptakanlah bangunan yang bernama

lumbung.

Lumbung adalah bangunan tradisional Bali yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan

padi. Lumbung dapat dibedakan menjadi tiga jenis.3 Antara lain : Kelumpu, Kelingking dan Jineng.

Lumbung memiliki beberapa fungsi adalah sebagai berikut : pada bagian atas lumbung digunakan sebagai

tempat untuk menyimpan hasil pertanian. Di banjar yang sebagian besar penduduknya sebagai petani,

lumbung dibuat untuk menyimpan hasil pertanian milik banjar. Lumbung dadia digunakan untuk

menyimpan bahan pangan dan bahan upacara di desa. Bangunan lumbung juga berfungsi sebagai

ungkapan identitas yang dapat menunjukkan status sosial. Halaman disekitar lumbung digunakan sebagai

tempat berkumpul dan tempat menjemur padi. Lumbung juga berfungsi sebagai tempat memuja Dewi Sri

sebagai dewa kemakmuran. Fungsi lumbung lainnya adalah sebagai tempat melaksanakna kerja-kerja

sosial dalam kehidupan beradat dan beragama.

Dari penjelasan diatas, maka dalam laporan ini, penulis ingin membahas bagaimana sebuah

lumbung mampu menanggulangi masalah lingkungan dan alam dalam upaya mempertahankan hasil

pertanian dalam jangka waktu yang lama. Pembahasan ini penting melihat kedepan kearifan lokal makin

ditinggalkan padahal banyak makna yang terkandung di dalam suatu pemikiran tradisional yang bisa

dipakai untuk teknologi masa mendatang.

1 Klimat Negara, artikel online (9 mei 2010) http://staklimnegara.net/Tabel%20Evaluasi%20CH.html 2 Indonesia Investment coordinating board artikel online (9 mei 2010) http://regionalinvestment.com/sipid/id/area.php?ia=51&is=33 3 Arsitektur Rumah Tradisional Bali, Udayana University Press, hal : 99

Page 4: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

I.2 Rumusan masalah

Apakah yang menyebabkan desain lumbung mampu menanggulangi masalah iklim dan lingkungan

sekitar?

I.3 Tujuan Dan Manfaat Pembahasan

Adapun tujuan dari dibuatnya laporan ini adalah untuk mengetahui strategi desain lumbung dalam

menghadapi tantangan iklim dan lingkungan dalam upaya melindungi hasil pertanian dalam jangka waktu

yang lama. Diharapkan nanti hasil dari laporan ini berguna sebagai kilasan singkat tentang bangunan

Lumbung tradisional Bali dalam upaya mengangkat kearifan lokal.

I.4 Ruang Lingkup Pembahasan

Laporan ini akan membahas desain lumbung hanya sebatas segi struktur, konstruksi dan bahan yang

digunakan.

Page 5: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Struktur Dan Konstruksi

Bangunan lumbung dirancang untuk mendukung fungsi berikut4 :

Ruang penyimpanan yaitu berupa

rongga atap dengan batas tarib

(plafond di bawahnya) yang

ukurannya harus besar.

Ruang bale terbuka yang harus

cukup banyak mendapat sinar

matahari dan hawa segar sehingga

padi yang disimpan diatasnya

tidak lembab.

Tempatnya tinggi agar tidak

diganggu oleh ternak, tikus,

serangga dan hama lainnya.

Konstruksi tiang memakai langki

(kepala tiang),sehingga tikus tidak

mudah naik ke tempat

penyimpanan padi.

Struktur dan konstruksi lumbung

Bali juga memakai konsep Tri

Angga, yaitu terdiri atas kepala

(utama) difungsikan sebagai ruang

penyimpanan di bawah atap,

badan (madya) difungsikan

sebagai ruang bale, dan kaki nista

diaplikasikan dalam wujud

bebataran.

4 Dwijendra. N. K. Acwin Arsitektur Rumah Tradisional Bali, Udayana University Press, hal : 111

kepala

badan

kaki

Page 6: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

II.1.2 Sub Struktur 5

Tinggi bagian tiang di bawah bale dibuat

rendah, yaitu setinggi kaki menggantung pada saat

duduk di atas bebaturan atau lantai sehingga

memudahkan orang duduk. Lantai lumbung Bali

pada umumnya kurang memiliki fungsi sehingga

dibuat sederhana dengan pinggiran menggunakan

bebatuan yang cukup keras, untuk menahan beban

bangunan beserta isinya.

Di bawah kaki tiang ditopang dengan

sendi sebagai alas, berukuran sekitar dua kali sendi

bangunan biasa. Tumpuan antara tiang lumbung

dengan batu sendi dilapisi ijuk untuk mencegah

kelembaban dan gangguan rayap atau serangga

lainnya.

Penopang sendi adalah pondasi dari

pasangan jenis batuan keras yang disebut jongkok

asu, memiliki ukuran yang lebih besar dari

penampang sendi bangunan karena menerima

beban paling berat dari bangunan. Untuk

mendukung beban itu maka jongkok asu dibuat

tertanam agak kedalam tanah kemudian ditutup

dengan bebaturan/pondasi. Fungsi ruang di bawah

kaki, tepatnya ruang di bawah bale, sering di pakai

sebagai tempat untuk menyimpan alat-alat

pertanian dan kayu bakar, dan tidak jarang dipakai

untuk kandang ternak sementara.

5 Dwijendra. N. K. Acwin Arsitektur Rumah Tradisional Bali, Udayana University Press, hal : 112

sendi

ijuk

saka

Jongkok asu

bebaturan

sendi

Page 7: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

II.1.3 Super Struktur 6

Bentuk bagian badan lumbung

bertiang empat berdiri secara kokoh yang biasanya

dibuat dari bahan kayu nangka. Ruang badan

berisi balai-balai dengan alas galar (bilah bambu

yang dipasang membujur di atas balok melintang /

sunduk), dan di bagian tepi dibatasi kayu dari

pohon kelapa (seseh) disebut waton, dengan warna

yang sesuai bahan aslinya. Balai-balai dibuat

sesuai dengan ukuran panjang dan lebar ruang

diantara keempat tiang. Ruang diatas balai-balai

digunakan sebagai tempat duduk dan sebagai

tempat melakukan kegiatan sampingan sehari-hari

seperti : tempat menghidangkan kopi bagi para

tamu atau anggota keluarga yang baru datang;

tempat untuk melakukan persiapan hidangan pesta

(mebatan) pada saat ada upacara adat / agama;

bagi ibu-ibu, ruang ini dipakai sebagai tempat

untuk membuat keperluan sehari-hari (pembuatan

sesajen, memotong bahan makanan untuk ternak,

membuat kue-kue kecil untuk keluarga / untuk

dijual, kadang-kadang digunakan sebagai tempat

menenun dan sebagainya).

Konstruksi di bagian badan sering

juga memakai sunduk pulang sebagai ornamen.

Konstruksi tiang ini memakai bentuk sunduk yang

dilengkapi dengan langki (kepala tiang). Fungsi

langki selain dipakai untuk mencegah tikus naik

ke padi, langki juga dipakai sebagai salah satu

hiasan lumbung dan berguna sebagai tempat

menyimpan pisau / benda-benda kecil yang

dipakai sehari-hari. 6 Sulistyawati, Lumbung Tradisional Bali dan Perkembangannya, 1998

01. sunan 02. penyasah 03. penyuwun 04. sunduk pemulang 05. dedamping 06. langki 07. galar 08. waton

01 02

03

04

05

06

07

08

01

02

03 04

05

06

07

08

09 10

01. Penyuwun 02. Sunduk pemulang 03. Dedamping 04. Langki 05. Sunduk pumau 06. Saka 07. Galar 08. Waton 09. Sunduk dawa 10. Sunduk bawak

Page 8: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

II.1.3 Upper Struktur 7

Atap lumbung berbentuk kampiah (pelana) tinggi, melengkung dan cembung, sehingga ruang

dalam yang terbentuk menjadi lebih luas daripada ruang yang ada di bagian badan dan kaki. Ruangan

inilah yang digunakan sebagai tempat menyimpan padi. Bentuk atap melengkung berguna agar dapat

menampung padi lebih banyak, sebagai usaha pengkondisian ruang, dan air hujan akan cepat jatuh, serta

padi di dalam ruang tidak menjadi lembab. Ujung bawah atap memiliki bentuk lengkungan lebih vertikal,

berfungsi untuk mempersulit tikus masuk ke ruang penyimpanan padi.

Konstruksi atap memakai apit udang (balok kayu yang

melintang). Apad serambi di depan pintu masuk lumbung, tugeh

(tiang tegak di tengah atap), memakai bahan kayu. Iga-iga (usuk)

memakai bahan bambu, atau bahan dari kayu kelapa yang disebut

seseh, kenca usuk, usuk paling luar dari atap dengan bahan kayu,

kolong (listplank) dengan bahan bambu atau kayu, langit-langit

dengan bahan kayu. Bahan tradisional yang biasa dipakai untuk

penutup atap adalah alang-alang, sehingga warna atap adalah

warna alami. Elemen-elemen konstruksi tersebut dikerjakan

dengan sistem pasak, baji, serta tali pengikat, tanpa menggunakan

paku besi. Ornamen yang biasa ditemukan pada atap lumbung

ialah gegodeg, pada bagian pemubug (bagian atas atap lumbung).

Ukiran pada bagian atas pintu lumbung dan kadang-kadang pada

bagian luar dinding ruang penyimpan padi.

7 Sulistyawati, Lumbung Tradisional Bali dan Perkembangannya, 1998

01. Raab 02. Iga-iga 03. Apit-apit 04. Kolong 05. Langit-langit 06. Iga-iga 07. Apit-apit 08. Ulap-ulap 09. Pintu kuadi

01 02

03

04

06 05

07

08 09

02 03

04

01

01

02 03 04

05

01. Iga-iga 02. Gegolok dawa

03. Sunan 04. Penyasah

05. kolong

Page 9: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

II.2 Bahan 8

Bangunan sebagai tempat kehidupan manusia bertujuan untuk mencapai keserasian dengan manusia

bertujuan untuk mencapai keserasian dengan manusiasebagai penggunanya dan alam sebagai wadahnya,

termasuk di dalamnya bengunan lumbung lumbung bali, salah satu usaha perwujudan hal tersebut adalah

dengan pemilihan bahan material dari alam sekitar bangunan tersebut berada.

Batu bata sebagai batu buatan dan batu alam dari

berbagai jenis dipasang dalam keadaan telanjang

untuk bebaturan atau tembok. Kayu bambu di,

alang-alang dan bahan lainnya juga dipasang

telanjang menampakkan warna alam sebagai warna

aslinya. Untuk penampilan serupa itu pengadaan

bahan mengutamakan pemilihan warna, tekstur dan

proporsi untuk keindahan komposisinya. Pengadaan

bahan untuk pondasi, bebaturan, dan tembok yang

menggunakan batu alam mengambil jenis-jenis

batuan setempat. Desa yang memiliki kali yang

8 Dwijendra. N. K. Acwin Arsitektur Rumah Tradisional Bali, Udayana University Press, hal : 121

Potongan melintang lumbung Tampak samping

Tampak depan Potongan memendek lumbung

Denah bale

Denah lantai atas

bata

bambu

ilalang

Page 10: Identifikasi Struktur Dan Konstruksi Lumbung Sebagai InGenious Local

berbatu basalt digunakan batu tersebut untuk

bangunan begitu juga dengan desa yang

menghasilkan batu kapur atau padas.

Penggunaan bahan atap juga menggunakan bahan-

bahan yang dihasilkan disekitranya. Di pegunungan

penghasil bamboo memakai sirap bambu, di pantai

yang banyak kebun kelapa dipakai daun kelapa

sebagai atap. Di bukit atau daratan tegal alang-alang,

perumahan dan pembangunan lainnya menggunakan

alang-alang sebagai penutup atapnya.

BAB III KESIMPULAN

Dari penjabaran di atas ternyata penyebab desain lumbung mampu

menanggulangi masalah iklim dan lingkungan terlihat dari system struktur atap kampiah yang

mampu menjaga kelembaban dan pengaruh hujan, struktur bale yang didalamnya terdapat

sambungan anti gempa dan anti binatang liar dan struktur bebaturan yang disebut jongkok asu,

yang kokoh menahan beban mati misalnya padi atau hasil panen lainnya. Adapun dari segi

penggunaan material bangunan, sangat ramah lingkungan dan sesuai dengan karakter daerah

sekitar. Hal tersebutlah yang menjadi rahasia dari lumbung hingga mampu menjaga hasil panen

dalam jangka waktu yang lama dan hal tersebut sudah terbukti berhasil karena hingga sekarang,

masyarakat Bali khususnya Bali barat masih menggunakan lumbung sebagai tempat menyimpan

padi.

Daftar pustaka

Dwijendra. N. K. Acwin. 2008. Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Denpasar: Udayana University Press.

Sulistyawati, Lumbung Tradisional Bali dan Perkembangannya, 1998

Klimat Negara, artikel online (9 mei 2010) http://staklimnegara.net/Tabel%20Evaluasi%20CH.html Indonesia Investment coordinating board artikel online (9 mei 2010) http://regionalinvestment.com/sipid/id/area.php?ia=51&is=33

Batu cadas

basalt