identifikasi potongan tubuh manusia
TRANSCRIPT
Pengertian
Kejahatan Mutilasi adalah jenis kejahatan yang tergolong sadis, dimana pelaku
kejahatan tersebut tidak hanya membunuh atau menghilangkan nyawa orang lain melainkan
iya juga memotong-motong setiap bagian tubuh si korbannya. menurut beberapa ahli
kejahatan pidana, biasanya kejahatan ini terjadi tergantung pada keadaan psikis si pelaku,
dimana si pelaku cenderung mengalami gangguan kejiwaan, pada pendapat lain ahli
berpendapat bahwa kejahatan ini merupakan kejahatan susulan dari sebuah kejahatan
pembunuhan,dengan maksud untuk menutupi kejahatan pembunuhan tersebut maka
dilakukan lah pemutilasian tubuh
korban, sehingga korban tidak
diketahui keberadaannya ataupun
jika diketahui maka akan
mengelabui penyidik dalam
mengungkap identitasnya.
Namun, terlepas dari semua hal
itu, kejahatan mutilasi kerap
sekali terjadi dilakukan oleh
orang-orang yang memang
mengalami depresi dan gangguan
kejiwaan, bahwa dengan tidak
memotong-motong tubuh
korbannya ,pelaku sering sekali
tidak puas untuk menyelesaikan
kejahatannya.
Mutilasi adalah aksi yang menyebabkan satu atau beberapa bagian tubuh (manusia)
tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Beberapa contoh mutilasi misalnya amputasi,
pembakaran, atau flagelasi. Beberapa kebudayaan mengizinkan dilakukannya mutilasi.
Misalnya di Cina, ada budaya mengikat kaki seorang anak perempuan. Ikatan tersebut tidak
boleh dilepaskan hingga ia tua, dengan demikian kakinya akan tetap kecil. Kaki kecil (khusus
wanita) di Cina m Mutilasi, adalah tragedi anak manusia. Dalam kebudayaan Islam, mutilasi
diberlakukan bagi mereka yang terbukti mencuri, biasanya berupa amputasi pada tangan atau
lengan. Namun bila terdakwa memiliki alasan kuat untuk mencuri (misalnya dalam kondisi
sangat kelaparan), maka hukuman tersebut dapat dihindarkan.
Kendala Penyidik Dalam Pembunuhan Mutilasi
Dalam hal ini, tugas kepolisian harus sigap membentuk suatu pemecahan kasus
dimulai dari penyelidikan dan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang di atur dalam
UU (pasal 1 butir 5 KUHAP). Setelah tahap itu telah dilalui maka tim penyidik mulai
mengembangkan motif di dalam kasus tersebut.
Hambatan-hambatan yang dialami penyidik pada saat mendapat laporan tentang suatu
tindakan kejahatan mutilasi sering kali kerap terjadi, hal ini dikarenakan tubuh dari korban
sudah tidak utuh lagi, dikarenakan mutilasi, tidak ada identitas, dan untuk pembuktian jenis
kelamin pun kerap sulit. Untuk menanggulangi masalah tersebut tim penyidik meminta
bantuan kepada tim forensic atau staf ahli kedokteran
Faktor-faktor terhambatnya tim penyidik dikarenakan:
1. Bagian tubuh tidak utuh lagi
2. Tidak ada identitas korban
3. Tidak ada saudara atau rekan yang melaporkan kehilangan salah satu anggota
keluarga
4. Penemuan jenazah bukan pada tempat atau lingkungan tempat tinggal korban
5. Mayat sudah membusuk atau sudah menjadi tulang belulang
Identifikasi potongan tubuh manusia
Pemeriksaan dalam kasus mutilasi bertujuan untuk menentukan apakah potongan jaringan
berasal dari manusia atau hewan. Bilamana berasal dari manusia, ditentukan apakah
potongan-potongan tersebut dari satu tubuh.
Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lain
seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita, status sosio ekonomi, sebab dan
mekanisme kematian serta cara dan saat di lakukan pemotongan tubuh apakah sebelum atau
setelah meninggal.
Untuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa
pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan
pemeriksaan serologik berupa reaksi antigen-antibodi (reaksi presipitin), serta dengan
pemeriksaan DNA.
Penentuan jenis kelamin ditentukan dengan pemeriksaan makroskopik, antropologi,
dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menemukan kromatin seks wanita,
seperti Drumstick pada leukosit dan badan Barr pada sel atau pemeriksaan y fluorescein
body pada sel, serta pemeriksaan DNA.
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka tersebut
adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, parturitas (riwayat
persalinan), ciri-ciri khusus, deformitas, dan bila memungkinkan dapat dilakukan
superimposisi serta rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan
saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.
Bila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu , maka dilakukan identifikasi dengan
membandingkan data-data hasil pemeriksaan dengan data-data antemortem. Bila terdapat
tulang tengkorak yang utuh dan terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup,
maka dapat dilakukan metode superimposisi, yaitu dengan menumpukkan foto Rontgen
tulang tengkorak diatas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut
pemotretan yang sama.
Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan . Pada keadaan tersebut dapat
pula dilakukan pencetakan tengkorak tersebut lalu dilakukan rekonstruksi wajah dan kepala
pada cetakan tengkorak tersebut dengan menggunakan materi lilin atau gips sehingga
dibentuk rekaan wajah korban. Rekaan wajah tersebut kemudian ditunjukkan kepada
tersangka keluarga korban untuk dikenali.
Pemeriksaan antropologi dilakukan untuk memperkirakan apakah kerangka manusia atau
bukan. Jika dengan pemeriksaan tersebut masih diragukan, misalnya jika yang ditemukan
hanya sepotong tulang sahaja, maka perlu dilakukan pemeriksaan serologi (reaksi presipitin),
histology (jumlah dan diameter kanal-kanal Havers), dan bahkan dengan pemeriksaan DNA.
Penentuan ras dilakukan dengan pemeriksaan antropologi pada tengkorak, gigi geligi, dan
tulang panggul atau tulang lainnya. Tonjolan pipi dan gigi insisivus atas pertama yang
berbentuk seperti sekop serta adanya torus palatines yang menonjol member petunjuk kea rah
ras Mongoloid.
Jenis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak,
serta luka-luka lainnya. Pada hampir semua tulang dapat dijumpai adanya perbedaan bentuk
dan ukuranantara pria dan wanita (dimorfisme seksual).
Perkiraan umur dapat pula diperiksa melalui pemeriksaan gigi dilakukan dengan melihat
pertumbuhan dan perkembangan gigi (intrauterine, gigi susu 6 bulan-3 tahun, masa statis gigi
susu 3-6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun).
Tinggi badan seseorang dapat diperkirakan dari panjang tulang-tulang atau bagian-bagian
tubuh tertentu dengan menggunakan factor multiplikasi , rasio, atau proporsi , serta rumus
yang menghubungkan antara panjang bagian tersebut terhadap tinggi badan. Tulang yang
diukurdalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2mm dari tulang segar, sehingga dalam
menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.