identifikasi potensi obyek wisata serta arahan rencana dan … · departemen ilmu tanah dan...

59
IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA SERTA ARAHAN RENCANA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU JETI RAHMAWATI DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

Upload: ngocong

Post on 13-Mar-2019

297 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA SERTA ARAHAN

RENCANA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN

WISATA DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

JETI RAHMAWATI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Potensi

Obyek Wisata serta Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata

di Kabupaten Siak, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Jeti Rahmawati

NIM A14110088

4

ABSTRAK

JETI RAHMAWATI. Identifikasi Potensi Obyek Wisata serta Arahan Rencana

dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.

Kabupaten Siak memiliki potensi pariwisata yang belum tergali secara

maksimal. Pariwisata di Kabupaten Siak didominasi nuansa Melayu sehingga

pemerintah berkeinginan mewujudkan Siak The Truly Malay.Tujuan penelitian

ini adalah mengidentifikasi obyek wisata eksisting dan yang berpotensi untuk

dikembangkan, mengetahui faktor yang mempengaruhi minat berkunjung

wisatawan, dan menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan

wisata. Analisis yang digunakan adalah: skoring, regresi logistik biner, dan

A’WOT. Hasil penelitian menunjukkan,terdapat lima obyek wisata eksisting yang

diminati secara berurutan yaitu Istana Siak, Turap Siak, Makam Sultan Syarif

Kasim II, Makam Koto Tinggi, dan Zapin Siak. Obyek wisata yang berpotensi

untuk dikembangkan yang diminati secara berurutan adalah Kolam Hijau, Makam

Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura.

Faktor yang mempengaruhi minat berkunjung yaitu jenis wisata yang disukai dan

penginapan (hotel). Terdapat 2 rencana pengembangan kawasan wisata yaitu

kawasan I dengan 8 obyek wisata dan kawasan II dengan 2 obyek wisata.

Berdasarkan hasil analisis A’WOT diperoleh strategi pengembangan Kawasan

Wisata Siak yaitu: rencana pengembangan paket wisata melalui kerjasama

pemerintah dan masyarakat, mengembangkan jenis wisata lainnya dengan adanya

potensi SDA dan dukungan kebijakan pemerintah serta kemudahan aksesibilitas

dan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di lokasi wisata yang diminati

dengan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada.

Kata Kunci:A’WOT, pariwisata, regresi logistik biner, skoring

ABSTRACT

JETI RAHMAWATI. Identification of Tourism Objects Potential with Plan

Direction and Development Strategy in Siak Regency, Riau Province. Supervised

by SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.

Siak Regency has a lot of undiscovered potential tourist destination, which

generally malay culture, so the goverment’s willing to realize Siak The Truly

Malay. The purpose of this research were (1)To identify some objects or areas of

the existing tourist destinations and the potential object to be developed as new

tourist destination, (2) to know factors affecting the interest of visiting tourists,

and (3) to formulate plan direction and development strategy of the tourist area of

Siak. The analysis used in research are the scoring system, binary logistic

regression, and A’WOT analysis. Existing tourist destinations are Istana Siak,

Turap Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi, and Zapin

Siak.While the tourism objects potential to be developed are Kolam Hijau,

Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, and Ekowisata

Mempura. Affecting Factors the interest of tourists to visit are type of preferred

5

tourist destination and hotel. There are two development plans of tourist areas

those are area I with 8 tourism objects and area II with 2 tourism objects. Based

on the A’WOT analysis result retrieved development strategies of Siak tourist

area are: development plan of tourism packages via partnership of government

and public sector, development of other types of tourism based on natural

resources potential, government policy support, and easy accessibility, capacity

and quality services improvement in preferred tourist sites through improvement

of existing infrastructure.

Key words: A’WOT, binary logistic regression, scoring, tourism

6

IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA SERTA ARAHAN

RENCANA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN

WISATA DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

JETI RAHMAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

7

Judul skripsi : Identifikasi potensi obyek wisata serta arahan rencana dan

strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak,

Provinsi Riau

Nama : Jeti Rahmawati

NRP : A14110088

Disetujui oleh,

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus Setyardi Pratika Mulya, SP.M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus M.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

8

PRAKATA

Puji dan syukur diucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul

Identifikasi Potensi Obyek Wisata Serta Arahan Rencana dan Strategi

Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus dan Setyardi Pratika Mulya, SP. M.Si

sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan

saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten Siak, atas kesempatan beasiswa yang

diberikan kepada penulis

3. Kedua orang tua, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi,

pengorbanan, cinta, dan kasih sayang kepda penulis

4. Staf BAPPEDA, DISPARPORA, KESBANGPOLINMAS Kabupaten

Siak serta seluruh instansi, masyarakat, wisatawan/pengunjung, dan

seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini atas kerjasama dalam

memberikan informasi dan data-data yang diperlukan

5. Seluruh dosen dan staf departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan

yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis.

6. Sahabat seperjuangan Divisi Perencanaan PengembanganWilayah.

7. Sahabat Soil Science ’48 yang telah memberikan semangat selama ini

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Juli 2015

Jeti Rahmawati

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR Xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 1

Tujuan 1

Manfaat 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pariwisata 2

Pengembangan Kawasan Wisata 2

Kebijakan dan Strategi Pengembangan untuk Mendukung

Pembangunan Kawasan Wisata

3

Kawasan Wisata dan Pengembangan Wilayah 4

Hasil Penelitian Terdahulu 5

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Jenis Data dan Sumber Data 6

Teknik pengumpulan data 8

Kerangka Analisis 8

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi fisik 13

Kondisi Sarana dan Prasarana 16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Obyek Wisata dan analisis Skoring 17

Obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Siak 18

Urutan obyek wisata yang sudah berkembang yang paling disukai

wisatawan 21

Obyek atau Daerah Tujuan Wisata yang Berpotensi Untuk

dikembangkan Sebagai Daerah Tujuan Wisata Baru di Kabupaten

Siak

22

Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk berkembang yang paling

diminati wisatawan 25

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan di kawasan

wisata Kabupaten Siak 26

Arahan rencana pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak 29

Arahan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak 32

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 36

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 39

RIWAYAT HIDUP 46

10

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Tujuan, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian 7

2. Variabel penentu minat berkunjung wisatawan 9

3. Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) 11

4. External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) 12

5. Nama Kecamatan, Ibukota, Jumlah desa/ kelurahan dan Luas

wilayah (Km2) di Kabupaten Siak Tahun 2014.

14

6. Luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaan tahun 2013 15

7. Sebaran luas lahan menurut penggunaan tahun 2013 16

8. Jarak lurus antara Ibukota Kabupaten dengan setiap Ibukota

Kecamatan

16

9. Jumlah Hotel, dan kamar menurut kecamatan di Kabupaten Siak

Tahun 2012

17

10. Nilai akurasi dan Pseudo R2 hasil regresi logistik biner 27

11. Ringkasan koefisien hasil analisis regresi logistik biner dalam

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung

wisatawan

27

12. IFAS Pengembangan potensi obyek wisata dalam keterpaduan

pengembangan kawasan wisata Siak

33

13. EFAS Pengembangan potensi obyek wisata dalam keterpaduan

pengembangan kawasan wisata Siak

33

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka teknik analisis data penelitian 8

2. Matriks space dan posisi kuadran 12

3. Peta administrasi Kabupaten Siak 14

4. Peta lokasi obyek wisata di Kabupaten Siak 18

5. Istana Asseraiyah Al Hasyimiah 19

6. Taman yang ada di depan Istana Siak 19

7. Makam Sultan Syarif Kasim II 19

8. Makam Koto Tinggi 19

9. Penari tari Zapin 20

10. Alat Musik Tradisional yang mengiringi tari Zapin 20

11. Suasana dari Turap Siak 20

12. Pemandangan Sungai Siak dari Turap Siak 21

13. Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah 21

14. Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek

wisata yang sudah berkembang 21

15. Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap obyek

wisata yang sudah berkembang 21

16. Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang

sudah berkembang di Kabupaten Siak 22

17. Kolam Hijau 23

18. Makam Raja Kecik 23

19. Balairung Sri 24

20. Mesjid Raya Syahbuddin 24

xiii

21. Sungai Mempura 24

22. Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek

wisata yang berpotensi untuk dikembangkan 25

23. Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap obyek

wisata yang berpotensi untuk dikembangkan 25

24. Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang

berpotensi untuk dikembanngkan di Kabupaten Siak 25

25. Peta rencana pengembanngan Kawasan Wisata di Kabupaten

Siak 30

26. Hasil plot kawasan wisata pada peta Rencana Tata Ruang

Wilayah 31

27. Hasil Analisis Matriks Space 34

28. Hasil analisis Matriks SWOT dalam pengembangan Kawasan

Wisata di Kabupaten Siak 35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan lokal 39

2. Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan

nusantara 39

3. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh seluruh wisatawan 39

4. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh wisatawan lokal 39

5. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh wisatawan nusantara 39

6. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh seluruh wisatawan 40

7. Pemilihan Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan 40

8. Nama-nama tokoh masyarakat yang diwawancara untuk

mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan 40

9. Data untuk menghitung analisis regresi logistik biner 41

xiv

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang sangat kompleks karena pariwisata bersifat

multidimensi, baik fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik. Selain itu, kegiatan

pariwisata merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai sektor dan lembaga

yang terkait.

Kabupaten Siak merupakan kabupaten ke enam terluas di Provinsi Riau

dengan pusat administrasi berada di Kota Siak Sri Indrapura. Kabupaten Siak

secara geografis memiliki luas 8.556,09 km2

atau 9,74% dari total luas wilayah

Provinsi Riau dan merupakan Kabupaten yang memiliki potensi pariwisata yang

belum tergali secara maksimal. Potensi pariwisata di Kabupaten Siak secara

umum bernuansa Melayu. Hal inilah yang menyebabkan adanya dorongan

pemerintah untuk mengembangkan kebudayaan melayu di Kabupaten Siak untuk

mewujudkan Siak The Truly Malay. Berdasarkan Peraturan Daerah No.12 Tahun

2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Siak,

pembangunan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pembangunan daerah,

dan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat, dengan memperhatikan

aspek agama, pendidikan, kebudayaan, lingkungan hidup, ketentraman dan

ketertiban, serta kenyamanan dalam masyarakat.

Salah satu obyek wisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak sekaligus

menjadi lambang dari Kabupaten tersebut adalah Istana Asseraiyah Al-Hasyimiah

yang merupakan istana peninggalan kerajaan Siak di masa lalu. Selain obyek

wisata sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Siak, Kabupaten ini juga

memiliki potensi wisata lain yang bisa di kunjungi seperti wisata budaya dan

wisata alam. Namun, wisata yang bernuansa sejarahlah yang diutamakan.

Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di Kabupaten Siak lebih diarahkan

pada pariwisata yang bernuansa sejarah. Pengembangan kawasan wisata ini secara

tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat. Untuk

mewujudkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

berbagai obyek wisata eksisting dan obyek yang berpotensi untuk dikembangkan

dalam rangka pengembangan kawasan wisata dimasa yang akan datang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Belum diketahuinya obyek-obyek wisata baik yang sudah berkembang

(eksisting) maupun yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak

2. Belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk

berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Siak.

3. Belum ada arahan rencana pengembangan kawasan wisata dan strategi yang

dibutuhkan agar pengembangan kawasan wisata dapat diwujudkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi obyek wisata yang sudah berkembang dan yang berpotensi

untuk dikembangkan

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke

obyek wisata siak

3. Menyusun arahan rencana pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak

2

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah:

1. Memberikan informasi kepada pemerintah setempat tentang daerah-daerah

yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata.

2. Sebagai masukan untuk pemerintah dalam menyusun rencana pengembangan

Kawasan Wisata Kabupaten Siak.

TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menggerakkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

pendapatan, taraf hidup, dan mengaktifkan sektor produksi laindi dalam kawasan

wisata. Penilaian terhadap suatu kawasan wisata dapat menentukan

pengembangan dari tempat wisata itu sendiri yang berkaitan dengan nilai sosial

dan politik (Afia dan Susilowati 2004).

Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No.27 tahun

2014, Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian

dari pariwisata menurut UU No.10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Kepariwisataan itu

sendiri merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan

bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan

setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,

sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

Pengembangan Kawasan Wisata

Pengembangan pariwisata memiliki karakter aktivitas yang bersifat

multisectoral, dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata harus terencana

secara terpadu dengan pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek ekonomi,

sosial, budaya, lingkungan fisik dan politik. Pada setiap tahapan perencanaan

pengembangan pariwisata yang dapat meminimalisasi sebanyak mungkin dampak

negatif yang akan timbul serta berkaitan erat dengan pembangunan perekonomian

suatu daerah (Prayogi 2011).

Obyek wisata adalah sumber daya alam, buatan dan budaya yang berpotensi

dan memiliki daya tarik. Tersedianya obyek wisata dan daya tarik wisata

merupakan salah satu syarat yang harus ada dalam pengembangan pariwisata.

Obyek dan daya tarik wisata merupakan hal yang menarik wisatawan untuk

datang berkunjung. Selain itu, dalam pengembangan pariwisata pada suatu

kawasan juga harus memperhatikan sarana dan prasarananya.

Sarana wisata merupakan kelengkapan pendukung yang diperlukan untuk

melayani wisatawan dalam menikmati kunjungan wisatanya. Berbagai sarana

wisata yang harus disediakan didaerah tujuan wisata antara lain hotel, biro

perjalanan, alat transportasi, rumah makan, dan lain sebagainya. Semakin lengkap

sarana wisata/fasilitas yang dapat diberikan oleh daerah tujuan wisata akan

meningkatkan daya tarik obyek wisata tersebut. Prasarana adalah kelengkapan

awal sebelum (pra) sarana wisata dapat disediakan atau dikembangkan. Oleh

karena itu, prasarana wisata dapat dikatakan sebagai sumber daya alam dan buatan

3

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya menuju daerah

tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan

lain sebagainya.

Pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia

No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 1, menyebutkan sebagai

berikut ”daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam, budaya dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan untuk Mendukung Pembangunan

Kawasan Wisata

Menurut Karsudi dan Kartodihardjo (2010), strategi dalam pengembangan

ekowisata yang dapat diterapkan berdasarkan kondisi obyektifnya yakni melalui

upaya penataan ruang wisata, pengembangan manajemen atraksi, pengembangan

promosi dan pemasaran, pengembangan regulasi dan organisasi pengelolaan

ekowisata, dan menciptakan situasi keamanan yang kondusif didalam maupun

diluar kawasan wisata. Antariksa (2011) mengungkapkan bahwa kepariwisataan

pada dasarnya adalah sebuah konsep abstrak yang merupakan gabungan dari

berbagai unsur pendukung dan membentuk sebuah sistem. Artinya, para

pemangku kepentingan dalam industri pariwisata sejak awal harus sudah

memahami bahwa sektor ini tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya tanpa

dukungan dari berbagai sektor lain. Oleh karena itu, di tingkat kebijakan selalu

muncul ungkapan bahwa sektor pariwisata tidak punya “barangnya”, karena yang

memiliki “barangnya” adalah sektor lain seperti transportasi, kehutanan, pertanian

dan sebagainya.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata berdiri dengan adanya sektor

lain sebagai pendukung dari sektor tersebut. Selain itu, Antariksa (2011) juga

menyebutkan bahwa destinasi pariwisata perlu dikembangkan dengan alasan bagi

negara sedang berkembang, industri pariwisata dapat dikatakan merupakan media

pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar dalam

jangka panjang sebelum dapat memberikan keuntungan.

Pembangunan kepariwisataan sedapat mungkin harus menjadi media bagi

wisatawan untuk belajar tentang suatu nilai yang baik.Pembangunan

kepariwisataan tidak boleh menyebabkan penduduk lokal kehilangan “keahlian

tradisionalnya” yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal itu terjadi, maka selain

dapat kehilangan kearifan lokal, penduduk lokal juga dapat terancam kehilangan

pekerjaan atau sumber pendapatan lain ketika terjadi krisis dalam perkembangan

kepariwisataan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti terorisme,

wabah penyakit, bencana alam dan sebagainya. Oleh karena itu, pembangunan

kepariwisataan harus disesuaikan dengan karakteristik lapangan pekerjaan yang

sudah ada. Sebagai contoh, jika di suatu destinasi pariwisata mata pencaharian

utama penduduk lokal adalah pertanian, maka sebaiknya jenis wisata yang

dikembangkan adalah agrowisata (Antariksa 2011).

Pembangunan/pengembangan kawasan wisata harus memperhitungkan

keterkaitannya dengan daerah perkotaan. Menurut Xijia, et al. (2014),

pengembangan kawasan wisata lebih diarahkan pada wisata pedesaaan yang

mempertimbangkan mekanisme interaktif antara daerah perkotaan dengan daerah

perdesaan. Wisata perdesaan harus dikembangkan pada skala penuh berdasarkan

4

ketentuan yang sesuai dari setiap aspek, mulai dari perencanaan terpadu dan

operasi, pembangunan lingkungan ekologi, menilai dampak sosial dan budaya,

untuk mengelaborasi hubungan antara pembangunan perkotaan dan daerah

pedesaan. Hal yang paling penting adalah menonjolkan tiga isu penting pedesaan

yakni pertanian, desa, dan petani.

Selain itu, menurut Mi (2014), pembangunan suatu kawasan wisata harus

memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial dan

ekologi, karena dalam pengembangan kawasan wisata sering kali mengabaikan

aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Sebagai contoh di Cina, pengembangan daerah

pariwisata menyebabkan serangkaian dampak lingkungan, seperti kebijakan

perlindungan lingkungan tempat wisata, daya dukung tempat-tempat wisata dan

pengembangan dan perlindungan sumber daya wisata dan penekanan pada aspek

ekonomi mengabaikan dampak sosial. Hal ini termasuk salah satu kebijakan

dalam pengembangan kawasan wisata sehingga tidak bertentangan dengan

pembangunan berkelanjutan.

Kawasan Wisata dan Pengembangan Wilayah

Mulyanto (2008) menyatakan bahwa kawasan adalah bagian dari wilayah

yang khusus disediakan/dikembangkan untuk suatu kegiatan tertentu misalnya

kawasan Industri, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan, kawasan hutan

produksi dan lain sebagainya. Kawasan wisata merupakan bagian dari wilayah

yang khusus disediakan/dikembangkan untuk kegiatan wisata.

Wilayah merupakan suatu area yang batas dan sistemnya dibatasi oleh aspek

administrasi dan fungsional. Pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang

dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada, untuk

kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di daerah itu khususnya.

Dalam pengembangan wilayah harus mempertimbangkan kondisi-kondisi daerah

terhadap empat faktor yaitu, Strength atau kekuatan/kemampuan sumberdaya dan

dana yang dimiliki, Weakness atau kekurangan/kelemahan yang ada yang dapat

menghambat seperti kualitas dan kuantitas SDM, Opportunities terkait dengan

menimbang kedua faktor di atas dan dilakukan pemilihan alternatif program yang

sesuai dengan keperluan dan kemampuan wilayah, dan terakhir Threat berupa

potensi ancaman dan gangguan yang mungkin muncul/timbul akibat adanya

program-program pengembangan tersebut (Mulyanto 2008).

Suatu wilayah akan dapat berkembang jika tersedia prasarana dan sarana

pelayanan ekonomi dan sosial. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan sarana untuk

memenuhi kebutuhan penduduk. Semakin lengkap tersedianya prasarana dan

sarana di suatu daerah maka akan semakin kuat daya tariknya untuk mengundang

penduduk dan kegiatan produktif lainnya untuk datang. Hal in menyebabkan suatu

wilayah akan semakin berkembang (Adisasmita 2008).

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian – penelitian terkait dengan pengembangan kawasan wisata telah

banyak dilakukan. Pusporini (2010) melakukan penelitian tentang strategi

pengembangan wisata di Situ Pengasingan kota Depok dengan menggunakan

teknik analisis finansial, analisis kelayakan investasi dan analisis Analytical

Hierarchy Process (AHP) untuk merumuskan strategi pengembangan kawasan

wisata. Rencana strategi yang didapat yaitu: sosialisasi dengan kegiatan Fokus

5

Group Discussion (FGD) antara masyarakat, pemerintah kota dan swasta,

pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembentukan dewan budaya untuk

melestarikan tradisi dan budaya lokal, pembangunan sarana dan prasarana

kawasan wisata dengan investor, peningkatan infrastruktur pelayanan transportasi

dan peningkatan dukungan kelembagaan melalui kegiatan public hearing.

Rudita et al. (2012) melakukan analisis Input-Output, analisis Scoring

System, dan analisis A’WOT (AHP dan SWOT) dalam makalahnya yang berjudul

Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan

Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya,

mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan

Agropolitan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke

Kawasan Agropolitan Payangan. Berdasarkan tiga aspek tersebut, maka

dihasilkan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu

dengan pengembangan kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka

pengembangan wilayah. Berdasarkan hasil analisis maka dihasilkan tiga rencana

dan strategi pengembangan obyek wisata yaitu pertama, rencana meningkatkan

keterkaitan sektoral dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang

ada melalui pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), kedua

memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada dengan

pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta, dan

masyarakat, serta yang ketiga memperkuat kepariwisataan dengan membangun

kemitraan dan membentuk jejaring.

Penelitian Rianto (2014) berjudul Analisis potensi obyek wisata dan

keterpaduannya dalam pengembangan kawasan wisata pangandaran, kabupaten

pangandaran, provinsi jawa barat, mengggunakan analisis Scoring System, analisis

Regresi Logistik Biner, AHP dan SWOT. Penelitian ini menghasilkan dua rencana

dan strategi dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu

yaitu pertama, mengadakan percepatan pembangunan jaringan transportasi dan

perbaikan jalan terutama jalan-jalan nasional, provinsi, maupun jalan penghubung

ke lokasi wisata dan kedua, peningkatan kapasitas dan kualitas layanan di lokasi

kawasan wisata unggulan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Siak. Analisis data dilakukan di studio

Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departeman Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

berlangsung mulai dari bulan Desember 2014 sampai bulan Juni 2015.

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder.

Jenis data primer yang dibutuhkan terdiri dari:

a. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan (dari Dinas Pariwisata

dan tokoh masyarakat)

b. Obyek wisata yang paling diminati oleh wisatawan

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan ke obyek di

Kabupaten Siak (dikumpulkan dari hasil wawancara wisatawan)

6

d. Arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten

Siak (hasil wawancara dari pihak pemangku kebijakan)

Jenis data sekunder yang dibutuhkan terdiri dari:

a. Nama-nama obyek wisata yang ada di Kabupaten Siak

b. Jumlah wisatawan domestik (wisatawan yang berasal dari Kabupaten Siak)

dan nusantara (wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Siak)

c. Prasarana dan sarana penunjang aktivitas wisata seperti hotel, restauran,

toilet, jalan, modal transportasi, pemandu wisata, agen perjalanan.

d. Peta RTRW, Peta Administrasi Kabupaten Siak, profil daerah Kabupaten

Siak.

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Bappeda, dan Dinas

Pariwisata.

Obyek wisata eksisting atau yang sudah berkembang adalah obyek-obyek

wisata yang saat ini sudah banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata yang

berpotensi untuk dikembangkan adalah obyek-obyek wisata yang ada tetapi saat

ini belum banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata yang berpotensi untuk

dikembangkan, ditetapkan dengan beberapa kriteria yaitu jarak dari ibukota

Kabupaten, aksesibilitas, dan fasilitas yang tersedia di lokasi obyek wisata

(Lampiran 7).

Teknik pengumpulan data

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.

Pengambilan sampel responden dilakukan dengan teknik sampling probabilitas

yakni melalui pendekatan Stratified Sampling yaitu setiap individu dalam suatu

kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel.

Cakupan responden dalam penelitian ini adalah Pemerintah, tokoh masyarakat,

dan wisatawan lokal dan wisatawan nusantara.

Cakupan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Untuk analisis scoring system, responden terdiri dari wisatawan sebanyak 209

orang, dan instansi terkait yaitu Bappeda, Dinas Pariwisata serta tokoh

masyarakat sebanyak 5 orang untuk mendapatkan data mengenai obyek

wisata yang berpotensi untuk dikembangkan.

- Untuk analisis regresi logistik biner responden terdiri dari 209 responden (97

orang wisatawan lokal dan 112 wisatawan nusantara).

- Untuk analisis A’WOT responden berasal dari Dinas terkait seperti Bappeda,

Dinas Pariwisata ( terdiri dari 9 orang).

Pelaksanaan wawancara dengan menggunakan 3 jenis kuesioner yaitu:

1. Kuesioner pertama, untuk mendapatkan data untuk analisis scoring system

dari responden wisatawan (Lampiran 1).

2. Kuesioner kedua, untuk mendapatkan data untuk analisis regresi logistik

biner (untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan

wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Siak), responden berasal dari

wisatawan lokal, nusantara dan pemerintah (Lampiran 8).

3. Kuesioner ketiga, untuk mendapatkan data untuk analisis A’WOT dalam

menentukan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata oleh

pemerintah.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

7

Tabel 1 Tujuan, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian

No Tujuan penelitian Jenis data Sumber data Teknik

analisis data

Output

1 Mengetahui dan

mengidentifikasi obyek wisata

yang sudah berkembang dan

yang berpotensi untuk

dikembangkan

- Jenis dan profil obyek wisata

yang sudah berkembang dan

berpotensi untuk dikembangkan

di Kabupaten Siak

- Obyek wisata alam, budaya,

peninggalan sejarah

- Dinas

pariwisata

- Responden

- Bappeda

- Scoring

system

Obyek wisata yang

berpotensi untuk

dikembangkan di Kabupaten

Siak dan obyek wisata yang

sudah ada/ berkembang di

Kabupaten Siak

2 Mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kunjungan

wisatawan ke obyek wisata

siak

- Faktor-faktor yang berpengaruh

terkait promosi, sarana

transportasi, fasilitas, jenis wisata

& harga tiket, pelayanan

- Responden

- Analisis

Regresi

Logistik

Biner

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kunjungan

wisatawan ke kawasan

wisata maupun obyek wisata

3 Menyusun arahan rencana dan

strategi pengembangan

Kawasan Wisata Kabupaten

Siak

- Persepsi stakeholders

- Hasil analisis dari tujuan 1 dan 2

- Responden - AWOT

(AHP dan

SWOT)

Rencana dan strategi

pengembangan Kawasan

Wisata Kabupaten Siak

7

8

Teknik Analisis Data dan Kerangka Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa

tahapan. Pertama untuk mengetahui dan menganalisis daerah tujuan wisata

eksisting dan daerah yang berpoensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan

wisata baru di Kabupaten Siak, dilakukan analisis skoring melalui persepsi

wisatawan yang diperoleh melalui wawancara. Kedua, untuk mengetahui persepsi

wisatawan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan

dilakukan dengan melakukan analisis regresi logistik biner. Ketiga melalui

analisis A’WOT dari persepsi stakeholders yang terdiri dari unsur pemerintah

untuk dapat merumuskan arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan

Wisata Kabupaten Siak. Secara sistematis kerangka analisis data dapat dilihat dari

bagan alir seperti yang tertera pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka teknik analisis data penelitian

Teknik analisis data

Identifikasi obyek wisata dan Analisis Skoring

Nama-nama obyek wisata eksisting di Kabupaten Siak didapatkan dari

Dinas Pariwisata, sedangkan data potensi obyek wisata dikumpulkan dari hasil

wawancara dan tabulasi (Lampiran 7) dengan responden instansi terkait dan tokoh

masyarakat. Setelah dikumpulkan semua data tersebut maka dilakukan analisis

skoring untuk mengetahui obyek wisata yang paling diminati oleh wisatawan.

Analisis skoring digunakan untuk mengetahui obyek wisata eksisting yang

paling diminati oleh wisatawan dan obyek wisata yang berpotensi untuk

dikembangkan di Kabupaten Siak melalui pendapat dari pemerintah, tokoh

masyarakat, dan wisatawan yang berkunjung. Besarnya skor masing-masing

obyek wisata atau daerah yang berpotensi untuk dikembangkan ditentukan dari

Analisis skoring Regresi Logistik Biner

Obyek wisata eksisting dan

daerah/kawasan yang berpotensi

untuk dikembangkan menjadi

kawasan wisata

Faktor-faktor yang

mempengaruhi minat

berkunjung wisatawan

Analisis AWOT

Instansi terkait dan tokoh masyarakat

Pendapat pemangku

kebijakan

Jenis obyek wisata eksisting dan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

Pendapat wisatawan Pendapat wisatawan

Arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak

9

kebalikan dari jumlah obyek wisata atau daerah yang ditentukan. Sebagai contoh,

sejumlah n obyek wisata yang telah ditentukan, maka nilai skor tertinggi suatu

obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1.

Analisis Regresi Logistik Biner

Regresi logistik merupakan suatu metode regresi yang menggambarkan

hubungan antara suatu variabel respon (dependent) dan satu atau lebih variabel

prediktor (independent). Perbedaan antara model regresi logistik dengan model

regresi linear adalah variabel respon dari regresi logistik bersifat dikotomus.

Untuk variabel respon Y ada dua kategori yaitu obyek wisata yang memiliki

prioritas utama dan obyek wisata tidak berprioritas. Bentuk model regresi logistik

dengan variabel prediktor i adalah sebagai berikut:

π(x) =

dengan

π(x) = Peluang kejadian sukses dengan nilai probabilitas 0≤π(x)≤1

j = Nilai parameter dengan j = 1,2,......,p.

X1,.,Xi = Peubah penjelas

π(x) merupakan fungsi yang non linier, sehingga perlu dilakukan

transformasi ke dalam bentuk logit untuk memperoleh fungsi yang linier agar

dapat dilihat hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor. Dengan

melakukan transformasi dari logit π(x), maka didapat persamaan yang lebih

sederhana, yaitu:

g(x) = 0+ 1x1+ 2x2+.......+ ixi

Bentuk logit g(x) ini merupakan model logit, fungsi linear dalam parameter-

parameternya, dan berada dalam jarak antara -∞ sampai +∞ tergantung dari

variabel X (Yudissanta dan Ratna, 2012).

Tabel 2 Variabel penentu minat berkunjung wisatawan Peubah respon (Y) Peubah penjelas (X)

Y = Obyek wisata yang memiliki prioritas

utama (1) dan tidak berprioritas (0)

X1=Pernah berkunjung atau tidak ke lokasi

wisata (Ya =1 dan tidak =0)

X2=Jenis wisata yang disukai (wisata

budaya/sejarah =1 dan wisata lainnya = 0)

X3=Alat transportasi yang digunakan (pribadi =

1 dan umum =0)

X4=Pemandu wisata (Ada =1 dan tidak ada = 0)

X5=Hotel (Ada =1 dan tidak ada = 0)

X6=Restoran (Ada =1 dan tidak ada= 0)

X7=Toilet umum (Ada =1 dan tidak ada = 0)

X8=Informasi tentang obyek wisata (Ada =1

dan tidak ada = 0)

X9=Jenis fasilitas lainnya seperti tempat parkir

kendaraan (Ada =1 dan tidak ada = 0)

X10=Jenis fasilitas tempat pembuangan sampah

(Ada =1 dan tidak ada = 0)

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu

alternatif. Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah

hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki

memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-

10

sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki. Prinsip kerja AHP

adalah menyederhanakan suatu masalah kompleks yang tidak terstruktur,

strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu

hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan

dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian

dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan

berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Sumiyati, et al. 2011).

Permasalahan yang diselesaikan dengan AHP memiliki beberapa prinsip, di

antaranya adalah:

a. Membuat hierarki yakni memahami sebuah sistem yang kompleks, dapat

dilakukan dengan memecah sistem tersebut menjadi elemen – elemen

pendukung, menyusun elemen secara hierarki dan menggabungkannya atau

mensintesiskan sistem tersebut.

b. Penilaian kriteria dan alternatif yakni kriteria dan alternatif dapat ditentukan

dengan perbandingan berpasangan.

Metode AHP merupakan salah satu model Sistem Penunjang Keputusan

yang memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan

keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis melalui matriks

sehingga mudah dipahami (Arifin, 2010).

Penentuan besar bobot masing-masing kriteria, dapat menggunakan

persamaan berikut :

Wi =

nj=1 aij Wj (i=1,2,...,n)

Wi = aijWj (i dan j = 1,2,..,n)

Wi = rataan dari ai1 W1,..,ainWn, dimana:

Wi = Rataan dari ai1 W1,..ain Wn

Wj = Bobot input dalam kolom

aij = Bobot elemen ke-i pada kolom ke-j

n = Ordo matriks Saaty (1983) dalam Rianto (2014)

Analisis AWOT

Menurut Kangas et al. (2001), A’WOT merupakan metode hibrid yang

menggabungkan metode SWOT dengan metode Analytical Hierarchy Proces

(AHP). Metode ini diterapkan untuk menutupi beberapa kelemahan yang dimiliki

SWOT. Metode A’WOT yang diterapkan dengan menggunakan AHP untuk

menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk

mengurangi subyektivitas penilaian terhadap fakor-faktor internal dan eksternal,

baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dalam

pengambilan suatu keputusan strategi. Dengan adanya prioritas dari setiap faktor

internal dan eksternal, yang dihasilkan dari analisis AHP akan memudahkan

dalam penyusunan suatu strategi. A’WOT merupakan alat dalam komunikasi dan

proses belajar dalam membuat keputusan, dimana melibatkan beberapa pembuat

keputusan. Selain itu, dapat dijadikan dasar yang baik untuk mempelajari

perbedaan pendapat, pengalaman dari stakeholders yang berbeda terkait dengan

proses pengambilan keputusan.

Data yang didapat dari responden dikerucutkan lagi baik itu data internal

(kekuatan dan kelemahan) maupun data eksternal (peluang dan ancaman). Data

internal dan eksternal akan digunakan untuk kuesioner dalam menentukan rencana

dan strategi pengembangan untuk mendapatkan bobot dan rating masing-masing

11

faktor SWOT, dimana bobot didapat dari AHP. Selanjutnya dilakukan analisis

faktor strategi internal (IFAS) dan eksternal (EFAS), analisis matriks internal-

eksternal (IE), analisis matriks space, dan tahap pengambilan keputusan dengan

analisis SWOT.

Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Analisis faktor strategi internal dan eksternal dilakukan untuk mengetahui

faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan

strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan

Kawasan Wisata Kabupaten Siak. Analisis faktor strategi internal dan eksternal

menjadi pertimbangan penting dalam merumuskan strategi untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan

kelemahan yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu

dengan pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak. Bagian dari analisis ini

adalah membuat matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)

yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan membuat matriks Eksternal Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 3 Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor

Kekuatan :

1................................

2................................

Dst

Kelemahan :

1................................

2................................

Dst

Jumlah 1,000

Tabel 4 External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating Skor

Peluang :

1................................

2................................

Dst

Ancaman :

1................................

2................................

Dst

Jumlah 1,000

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) dalam Rudita (2012)

Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut :

a. Menyusun sebanyak 4 sampai dengan 10 faktor-faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) serta faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada kolom 1

yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan

pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak.

b. Memasukkan bobot masing-masing faktor internal dan eksternal pada kolom

2 dari hasil AHP gabungan semua responden setelah dikalikan setengah,

sehingga nilai total bobot sama dengan satu.

12

c. Pada kolom 3 dimasukkan rating (pengaruh) masing-masing faktor internal

dan eksternal dengan memberi skala dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1

(sangat lemah). Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai rata-

rata dari semua responden.

d. Kolom 4 diisi hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3.

Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1.

e. Jumlahkan skor pada kolon 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor

internal dan eksternal. Nilai selisih jumlah skor faktor internal dan eksternal

digunakan dalam analisis matriks Space.

Analisis Matriks Space

Matriks space berfungsi untuk memperoleh strategi yang paling tepat akan

diambil dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan

Kawasan Wisata di Kabupaten Siak. Menurut Rangkuti (2011), Matriks Space

digunakan untuk mengetahui posisi dan arah perkembangan selanjutnya

suatuperusahaan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah selisih dari

skorfaktor internal (kekuatan–kelemahan) dan selisih dari skor faktor eksternal

(peluang–ancaman).

Kelemahan

internal

Berbagai peluang

Kekuatan

internal

Kuadran III

Strategi

Turnaround

Kuadran I

Strategi

Agresif

Kuadran IV

Strategi Defensif

Kuadran II

Strategi

Diversifikasi

Berbagai Ancaman

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2011)

Gambar 2 Matriks Space dan posisi kuadran

Penjelasan dari setiap kuadran adalah sebagai berikut:

Kuadran I: Merupakan suatu situasi yang sangat menguntungkan.

Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang

dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar)

Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,

tetapi dilain pihak memiliki kelemahan/kendala internal. Fokus strategi

perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar.

Kuadran IV: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal (Rangkuti, 2011).

13

Analisis SWOT (Matriks SWOT)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths/S) dan peluang (opportunities/O), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses/W) dan ancaman

(threats/T). Menurut Rangkuti (2011), analisis SWOT digunakan dalam

menyusun formulasi strategis dengan menggabungkan berbagai indikator yang

terdapat dalam kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Model

penggabungannya menggunakan matriks SWOT. Tahapan dalam penyusunan

matriks SWOT adalah sebagai berikut:

1. S-O strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan

semua kekuatan untuk merebut peluang

2. W-O strategis adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada

3. S-T strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan

semua kekuatan untuk mengatasi ancaman

4. W-T strategis adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan

kelemahan untuk menghindari ancaman.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi fisik

Geografi dan Administrasi

Kabupaten Siak merupakan kabupaten ke enam terluas di Provinsi Riau

dengan pusat administrasi berada di Kota Siak Sri Indrapura. Kabupaten Siak

secara geografis memiliki luas 8.556,09 Km2 atau 9,74% dari total luas wilayah

Provinsi Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten Siak terletak diantara

1°16’30”LU-0°20’49”LU dan 100°54’21”BT-102°10’59”BT, yang sebagian

besar terdiri dari dataran rendah di bagian timur dan sebagian dataran tinggi di

sebelah barat (Gambar 3).

Secara administratif batas wilayah Kabupaten Siak adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara: Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti;

b. Sebelah Selatan: Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan dan Kota

Pekanbaru;

c. Sebelah Timur: Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan dan Kepulauan

Meranti;

d. Sebelah Barat: Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten

Kampar dan Kota Pekanbaru.

Kabupaten Siak terdiri dari 14 kecamatan yang terdiri dari 122 desa dan 9

kelurahan. Data kecamatan dan luasnya disajikan pada Tabel 5.

14

Tabel 5 Nama Kecamatan, Ibukota, Jumlah desa/kelurahan dan Luas

wilayah (km2) di Kabupaten Siak Tahun 2014.

Kecamatan Ibukota Jumlah

Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km

2)

1. Minas Minas 5 346,35

2. Kandis Kandis 11 1498,65

3. Siak Siak Sri Indrapura 8 894,17

4. Sungai Apit Sungai Apit 15 1346,33

5. Sungai Mandau Muara kelantan 9 1705,00

6. Kerinci Kanan Kerinci Kanan 12 128,66

7. Lubuk Dalam Lubuk Dalam 7 155,09

8. Tualang Tualang 9 343,60

9. Koto Gasib Pangkalan Pisang 11 704,70

10. Dayun Dayun 11 282,24

11. Bunga Raya Bunga raya 10 151,00

12. Mempura Benteng hilir 8 437,45

13. Sabak Auh Bandar Sungai 8 73,38

14. Pusako Dusun Pusako 7 544,47

Jumlah 131 8.556,09

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

Geologi dan Jenis tanah

Wilayah Kabupaten Siak merupakan bagian dari daerah yang tersusun dari

batuan sedimen tufa yang berombak sampai bergelombang. Batuan induk

didominasi batuan liat (clay), silika, batu pasir dan batu lapis. Formasi ini terdapat

di daerah Minas. Jenis tanah yang dominan adalah tanah tropodult atau setara

dengan tanah podsolik merah kuning pada perbukitan dan tropaquept atau setara

dengan tanah alluvial yang sudah mulai berkembang pada bagian daratan rendah,

terutama di pinggiran sungai. Tekstur tanah lempung liat berpasir (sandy clay

Gambar 3 Peta administrasi Kabupaten Siak

15

loam) dan lempung berliat yang makin ke dalam makin tinggi kadar liatnya.

Struktur tanah gembur sampai gumpal menyudut untuk horison A dan gumpal

menyudut untuk horison B yang umumnya memiliki sifat permeabilitas yang

rendah. Wilayah alluvium merupakan daerah rawa-rawa yang terjadi karena

gambut yang mengalami proses sedimentasi dari sungai-sungai didekatnya.

Penggunaan lahan Menurut BPS, luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaannya pada

tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6. Penggunaan lahan terluas adalah lahan

perkebunan yaitu sebesar 200.603 ha atau sebesar 23,45% dari luas wilayah

Kabupaten Siak.

Tabel 6 Luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaan tahun 2013

Penggunaan Luas (ha) Proporsi

Lahan Sawah 4.675 0,55

Tegalan/kebun 30.900 3,61

Ladang 9.358 1,09

Padang runput 236 0,03

Hutan Rakyat 110.702 12,94

Hutan Negara 90.958 10,68

Perkebunan 200.603 23,45

Rawa 18.479 2,16

Tambak 15.825 1,85

Sementara tidak diusahakan 2.012 0,24

Terbangun (rumah) 174.922 20,45

Lain-lain 196.944 23,02

Jumlah 855.509 100,00

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

Sebaran dari penggunaan lahan pada masing-masing kecamatan dijelaskan

pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 dapat diliat bahwa lahan sawah banyak

terdapat di Kecamatan Bunga Raya seluas 2.202 ha dan Kecamatan Sabak Auh

seluas 1.380, dua Kecamatan ini yang saat ini menjadi pusat dari kegiatan

pertanian (komoditas utama padi) dibandingkan kecamatan lainnya. Penggunaan

lahan untuk tegalan/kebun banyak terdapat di Kecamatan Sungai Mandau yaitu

seluas 14.710 ha begitu juga untuk penggunaan berupa ladang, Kecamatan Sungai

Mandau merupakan yang terluas penggunaanya dibandingkan Kecamatan lain

yaitu seluas 6.685 ha. Kecamatan Kandis penggunaan lahan yang paling tinggi

adalah padang rumput. Kecamatan Siak dan Sungai Apit penggunaan lahan yang

paling dominan atau paling luas adalah hutan rakyat, secara berturut-turut luasnya

adalah 54.100 ha dan 36.232 ha.

16

Kondisi Sarana dan Prasarana

Sarana jalan

Pada tahun 2013, panjang jalan Kabupaten Siak menurut jenis permukaan

jalan dari total panjang jalan yaitu sepanjang 2.880,19 km, terdapat jalan aspal

dengan panjang 839,97 km dengan kondisi baik sepanjang 570,84 km atau

19,82% dari panjang jalan aspal, jalan kerikil dengan panjang 923,75 km dengan

kondisi baik sepanjang 175,05 km atau 6,08% dari panjang jalan kerikil, jalan

tanah dengan panjang 799,47 km dengan kondisi baik sepanjang 83,69 km atau

2,91% dari panjang jalan tanah, dan jalan beton dengan panjang 317,01 km

dengan kondisi baik 130,54 km atau 4,53% dari panjang jalan beton. Selain jalan

yang diperbaiki, untuk meningkatkan kemudahan akses darat antar daerah yang

dipisah oleh sungai telah dibangun beberapa jembatan antara lain: jembatan di

Kota Siak Sri Indrapura–Mempura, jembatan di Kecamatan Tualang dan jembatan

yang menghubungkan Kecamatan Sungai Apit- Sabak Auh. Jarak lurus dari setiap

Ibukota kecamatan yang ada di Kabupaten Siak dengan Siak Sri Indarpura sebagai

Ibukota Kabupaten disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7 Sebaran luas lahan menurut penggunaannya tahun 2013

Kecamatan

Tipe penggunaan lahan (dalam ha)

Lahan

sawah Kebun/Tegalan Ladang

Padang

runput

Hutan

rakyat 1. Siak 0 3.378 80 15 54.100 2. Mempura 0 5.850 1.906 4 2.385 3. Sabak Auh 1.380 29 0 8 0 4. Sungai Apit 373 2.087 36 5 36.232 5. Bunga Raya 2.202 228 30 5 0 6. Minas 0 129 81 10 0 7. Dayun 0 270 200 5 123 8. Kandis 82 146 139 70 84 9. Tualang 0 55 16 5 1.463 10. Koto Gasib 0 1.115 158 50 3.100 11. Kerinci Kanan 0 15 0 6 75 12. Lubuk Dalam 0 217 22 19 1.100 13. Sungai Mandau 606 14.710 6.685 5 11.037 14. Pusako 32 2.671 0 29 1.003

Jumlah 4.675 30.900 9.353 236 11.0702

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

Tabel 8 Jarak lurus antara Ibukota Kabupaten dengan setiap Ibukota

Kecamatan Ibukota Kabupaten Ibukota Kecamatan Jarak (Km

2)

Siak Sri Indrapura Minas 66

Kandis 87

Siak Sri Indrapura 4

Sungai Apit 37

Muara Kelantan 38

Kerinci kanan 38

Lubuk Dalam 32

Perawang 49

Pangkalan Pisang 25

Dayun 17

Bunga Raya 18

Mempura 4

Sabak Auh 34

Pusako 25

Sumber : BPS Kabupaten Siak (2013)

17

Perhotelan

Sebagai salah satu fasilitas penunjang dari kegiatan pariwisata, pada tahun

2013 di Kabupaten Siak terdapat 17 usaha akomodasi (jumlah hotel) yang terdiri

dari 555 kamar dan 964 tempat tidur. Pada Tabel 9 disajikan mengenai jumlah

hotel dan kamar di Kabupaten Siak. Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa

sebagian besar hotel yang ada saat ini berada di Kecamatan Siak Sri Indarapura

dan hotel berbintang berada di Kecamatan Minas dan Mempura yakni hotel Rindu

Sempadan dan Grand Mempura. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan hotel

belum merata di Kabupaten Siak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Obyek Wisata dan Analisis Skoring

Kabupaten Siak memiliki potensi obyek wisata yang belum tergali secara

optimal. Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, hampir sebagian besar wisata

yang ada di Kabupaten Siak bernuansa sejarah. Namun, ada juga jenis wisata

lainnya yang bisa ditemukan di Kabupaten Siak. Berdasarkan hasil identifikasi,

ada lima jenis obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Siak yaitu

Istana Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi, Zapin Siak, dan

Wisata Kuliner (Turap Siak). Kelima obyek wisata ini terdapat di Kecamatan Siak

Sri Indrapura dan dari kelima jenis wisata tersebut dapat dikelompokkan menjadi

tiga jenis wisata yaitu wisata sejarah (Istana Siak, Makam Sultan Syarif kasim

XII, dan Makam Koto Tinggi), wisata Budaya (Zapin Siak), dan wisata lainnya

(kuliner) (Turap Siak).

Kabupaten Siak juga memiliki beberapa obyek wisata yang berpotensi untuk

dikembangkan. Potensi obyek wisata ini tersebar di dua kecamatan yaitu

kecamatan Siak Sri Indrapura, dan Kecamatan Mempura. Berdasarkan hasil

wawancara (Lampiran 7) diketahui obyek wisata yang belum berkembang dan

berpotensi untuk dikembangkan adalah Kolam Hijau, Makam Raja Kecik,

Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin Siak, dan Ekowisata Mempura. Secara

spasial lokasi dari obyek wisata yang ada di Kabupaten Siak disajikan pada

Gambar 4.

Tabel 9 Jumlah Hotel, dan kamar menurut kecamatan di Kabupaten

Siak Tahun 2012 No Kecamatan Akomodasi Kamar tidur Tempat tidur

1 Minas 1 52 96

2 Kandis 2 48 68

3 Siak 8 321 592

4 Sungai Apit 1 13 29

5 Sungai Mandau 0 0 0

6 Kerinci Kanan 0 0 0

7 Lubuk Dalam 0 0 0

8 Tualang 3 60 95

9 Koto Gasib 0 0 0

10 Dayun 0 0 0

11 Bunga Raya 1 5 5

12 Mempura 1 46 79

13 Sabak Auh 0 0 0

14 Pusako 0 0 0

Sumber: BPS Kabupaten Siak (2013)

18

Obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Siak

1. Istana Siak

Istana Siak adalah sejarah kebesaran Kerajaan Melayu Islam berawal dari

abad ke-16 sampai abad ke-20, dan silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak dimulai

pada tahun 1723 M dengan 12 Sultan yang pernah bertahta. Kita dapat melihat

peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh

Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan

nama Istana Asseraiyah Al Hasyimiah (Gambar 5). Istana Siak terletak di pusat

kota Siak Sri Indrapura yakni di kelurahan Kampung Dalam. Bagian dalam dari

istana ini banyak terdapat peninggalan sejarah seperti meriam yang digunakan

saat perang, patung-patung yang sedang melakukan musyawarah, dan benda-

benda antik lainnya seperti cermin permaisuri yang selalu menarik perhatian

pengunjung. Di lokasi yang sama kita juga bisa menikmati salah satu wisata

budaya yang berasal dari daerah Kabupaten Siak yakni Zapin Siak dan wisata

sejarah lainnya seperti Kapal Kato dan di depan Istana Siak terdapat gedung

Mahratu yang merupakan gedung yang dibangun untuk memperingati istri dari

raja Siak yang kedua. Saat ini, gedung ini digunakan untuk berbagai acara resmi

pemerintahan. Gambar 6 merupakan taman yang terdapat di depan Istana yang

berada di Gedung Mahratu.

Gambar 4 Peta lokasi Obyek wisata di Kabupaten Siak

Obyek Wisata eksisting Keterangan : Obyek Wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

19

2. Makam Sultan Syarif kasim II

Makam Sultan ini terletak disamping sisi dari Mesjid Sultan (Mesjid Raya

Syahbuddin). Komplek pemakaman ini terdiri makam Sultan Syarif Kasim II

(Gambar 7), beserta Permaisuri Tengku Agung Sultanah Latifah, dan Tengku

Maharatu serta Panglima Sultan yang selalu diziarahi oleh pengagumnya. Pada

masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie, Sultan Syarif Kasim II diberi tanda

kehormatan “Bintang Maha Putra Adi Pradana” pada tanggal 6 November 1998.

Lokasi dari Makam ini berjarak lebih kurang 500 meter dari Istana Siak. Biasanya

banyak diziarahi oleh orang-orang yang ingin melihat makam dari raja Siak ke –

II setelah mereka selesai melaksanakan sholat di Mesjid Syahbuddin.

3. Makam Koto Tinggi

Komplek makam Koto Tinggi terletak di Pusat Kota Siak, terletak di jalan

Koto Tinggi, Kelurahan kampung Dalam. Di komplek pemakaman ini terdapat

makam Raja-raja Siak seperti Sultan Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin, Sultan

Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin, Sultan Syarif Ismail Abdul Jalil

Jalaluddin, Sultan Syarif Kasim I, Sultan Syarif Hasyim serta makam keluarga

kerabat kerajaan lainnya. Komplek pemakaman ini berukuran 15 m X 15 m. Nisan

dari makam yang terdapat disini semuanya berukiran sangat rumit, terbuat dari

kayu dan marmer (Gambar 8). Disini juga terdapat makam Pahlawan Siak (Taman

Bahagia Siak).

Gambar 8 Makam Koto Tinggi

Gambar 7 Makam Sultan Syarif Kasim II

Gambar 5 Istana Asseraiyah Al Hasyimiah Gambar 6 Taman yang ada di depan Istana Siak

20

4. Zapin Siak

Kabupaten Siak menyimpan berbagai bentuk Seni Budaya Melayu baik

berupa seni tari, musik, teater, sastra, kerajinan, dan lain sebagainya, diantaranya

:tari berupa Tari Zapin (Gambar 9), Olang-olang, Joget Mak Inang, dan lain-lain,

musik berupa Musik Nafiri, Kompang, Berdah, Gambus, dan lain-lain (Gambar

10), teater berupa Sandiwara, Tonil dan Bangsawan, sastra berupa Syair, Pantun,

Bidal, Seloka, dan Gurindam. Tari Zapin ini biasanya digunakan pada acara-acara

penting seperti penyambutan tamu kehormatan dengan menggunakan properti

seperti tepak sirih yang melambangkan penyambutan bagi tamu yang datang.

Namun,saat ini tari zapin sudah banyak digunakan pada setiap acara-acara yang

ada di Kabupaten Siak, bukan hanya untuk acara-acara penting saja.

5. Wisata Kuliner (Turap Siak)

Wisata kuliner ini terletak di kota Siak Sri Indrapura tepatnya di kampung

Rempak. Jenis makanan yang tersedia berbagai macam tergantung pada jenis

restoran ataupun rumah makan yang ada. Selain menikmati hidangan makanan

yang tersedia kita juga dapat menikmati kapal-kapal yang selalu melintasi sungai

siak (Gambar 11). Selain itu lokasinya yang strategis dengan jembatan Tengku

Agung Sultanah Latifa (Gambar 12) sehingga kita dapat menikmati jembatan

yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak ini. Turap ini terletak di pinggir sungai

Siak dan di pinggir jalan utama (Gambar 13). Selain menikmati wisata kuliner dan

pemandangan dari Sungai Siak yang selalu dilewati oleh kapal-kapal untuk

mengangkut kayu wisata lain yang dapat dinikmati adalah wisata sejarah yakni

berkunjung ke makam Syekh Abdurrahman dan juga tersedia taman yang begitu

teduh dan sejuk karena banyak ditanami pohon-pohon. Turap Siak ini paling

banyak dikunjungi mulai dari pukul 15.00 – 20.00 WIB.

Gambar 9 Penari tari Zapin Gambar 10 Alat Musik Tradisional yang

mengiringi tari Zapin

Gambar 11 Suasana dari Turap Siak

21

Urutan obyek wisata yang sudah berkembang yang paling disukai wisatawan

Berdasarkan uraian dari kelima obyek wisata yang sudah berkembang di atas,

dapat diketahui bahwa di Kabupaten Siak terdapat obyek wisata yang sudah

dikenal dan disukai oleh wisatawan lokal maupun nusantara. Gambar 14,15, dan

16 menjelaskan jumlah skor masing-masing obyek wisata dari preferensi

wisatawan lokal, wisatawan nusantara dan seluruh wisatawan.

Gambar 14 Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek

wisata yang sudah berkembang

0

200

400

600

Istana siak Makam

sultan

syarif

kasim II

Makam

Koto

Tinggi

Zapin siak Wisata

kuliner

(Turap

siak)

405

252 192

118 69 Sk

or

Obyek wisata

Gambar 15 Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap

obyek wisata yang sudah berkembang

0

200

400

600

Istana siak Makam

sultan

syarif

kasim II

Makam

Koto

Tinggi

Zapin siak Wisata

kuliner

(Turap

siak)

460

272 207

126 82

Sk

or

Obyek Wisata

Gambar 12 Pemandangan Sungai Siak

dari Turap Siak

Gambar 13 Jembatan Tengku Agung

Sultanah Latifah

22

Hasil analisis skoring dari hasil wawancara mengenai obyek wisata yang

paling disukai menunjukkan Istana Siak merupakan obyek wisata yang paling

disukai ditunjukkan dengan nilai skor tertinggi yaitu sebesar 865. Urutan kedua,

ketiga, keempat, dan kelima berurutan adalah Wisata kuliner, Makam Sultan

Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi dan Zapin Siak dengan nilai skor 524, 399,

244, dan 151 (Gambar 16). Hasil skoring untuk seluruh wisatawan ini tidak

berbeda jauh dengan hasil skoring dari wisatawan lokal dan nusantara. Perbedaan

yang signifikan dapat terlihat pada obyek wisata Makam Koto Tinggi dan Zapin

Siak. Berdasarkan persepsi wisatawan lokal sebanyak 97 orang tidak ada yang

memilih obyek wisata Makam Koto Tinggi (Gambar 14). Berdasarkan persepsi

wisatawan nusantara sebanyak 112 orang tidak ada yang memilih wisata budaya

berupa Zapin Siak (Gambar 15). Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan

kepentingan, wisatawan nusantara lebih tertarik pada wisata sejarah daripada

wisata budaya yang ada, sedangkan masyarakat lokal (dari 97 orang yang di

wawancara) mengaku tidak tertarik dengan wisata sejarah yang ada (Makam Koto

Tinggi).

Berdasarkan sarana dan prasarana wisata, Istana Siak sudah lebih

berkembang jika dibandingkan dengan obyek wisata lain dan lebih banyak dikenal

oleh para wisatawan. Selain Istana Siak, Turap Siak juga memiliki daya tarik

tersendiri bagi wisatawan yakni berupa suasana yang teduh karena banyak

terdapat taman-taman (lebih banyak ruang terbuka hijaunya), pemandangan yang

indah karena berada di pinggir Sungai Siak serta sarana dan prasarana yang ada

cukup untuk mendukung kegiatan wisata.

Obyek atau Daerah Tujuan Wisata yang Berpotensi Untuk Dikembangkan

Sebagai Daerah Tujuan Wisata Baru di Kabupaten Siak

Kabupaten Siak memiliki banyak potensi obyek wisata yang belum tergali

secara maksimal. Tidak hanya wisata sejarah, jenis wisata lain juga banyak

terdapat di Kabupaten Siak dan masih dalam tahapan pengembangan. Berdasarkan

hasil identifikasi di lapangan, di Kabupaten Siak terdapat lima obyek wisata yang

berpotensi untuk dikembangkan. Kelima obyek wisata ini tersebar di dua

kecamatan yaitu kecamatan Siak Sri Indrapura dan kecamatan Mempura. Dasar

pertimbangan pengambilan lima obyek wisata ini adalah kemudahan akses bagi

pengunjung dan tersedianya fasilitas penunjang lainnya. Obyek wisata yang

Gambar 16 Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang

sudah berkembang di Kabupaten Siak

0

500

1000

Istana siak Makam

sultan

syarif

kasim II

Makam

Koto

Tinggi

Zapin siak Wisata

kuliner

(Turap

siak)

865

524 399

244 151

Sk

or

Obyek wisata

23

berpotensi untuk dikembangkan adalah Kolam Hijau, Makam Raja Kecik,

Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura.

1. Kolam Hijau

Kolam hijau ini terletak di desa Buantan Besar Kecamatan Siak yang berjarak

14 km2 dari kota Siak Sri Indrapura. Kawasan wisata ini berada di tengah-tengah

pemukiman penduduk. Nilai sejarah dari kolam ini adalah, pada zaman Kerajaan

Siak, kolam ini digunakan untuk mencuci pedang oleh para jawara-jawara yang

baru pulang dari berperang, pedang yang berlumuran dengan darah sehingga

lama-kelamaan air kolam tersebut berubah menjadi hijau (Gambar 17). Lokasi

dari kolam ini berada di pinggir sungai Siak. Sarana prasarana yang ada berupa

akses jalan menuju lokasi wisata baik, sudah tersedia petunjuk arah lokasi wisata,

tersedia tempat beristirahat dan warung.

2. Makam Raja Kecik

Makam ini terletak di Desa Buantan Besar, Kecamatan Siak. Makam ini

merupakan makam dari raja Siak pertama yaitu Sultan Abdul Jalil

Rahmatsyah/Marhum Buantan (Gambar 18). Selain berwisata sejarah, dibagian

depan dari makam ini langsung menghadap ke sungai Siak, yang selalu dilalui

oleh kapal-kapal besar pengangkut kayu. Sarana dan prasarana yang tersedia

hampir sama dengan obyek wisata Kolam Hijau karena terletak di lokasi yang

sama.

3. Balairung Sri

Balairung Sri atau Balai Kerapatan Tinggi ini terletak di Kelurahan Kampung

Dalam, Kecamatan Siak. Balairung Sri ini pada masa kerajaan Siak dipergunakan

sebagai Mahkamah pengadilan tinggi kesultanan Siak (Gambar 19). Keunikan

dari bangunan ini yaitu memiliki 2 arah pintu masuk dan bentuk salah satu anak

tangga terbuka yang makin melebar ke Bawah serta menghadap ke muara Sungai

Mempura. Balairung Sri ini sekarang menjadi museum yang berisikan segala

macam alat-alat tradisional masyarakat siak, seperti alat penangkap ikan, alat

Gambar 18 Makam Raja Kecik

Gambar 17 Kolam Hijau

24

permainan tradisional, dan lain sebagainya. Terletak sekitar 600 meter dari Istana

Siak.

4. Mesjid Raya Syahbuddin Siak

Mesjid Syahbudin merupakan mesjid yang dibangun pada masa pemerintahan

Sultan Syarif kasim II. Mesjid ini memiliki bentuk yang unik dan khas yang

bercirikan arsitektur Eropa dan Turki. Di dalam mesjid terdapat mimbar yang

terbuat dari kayu berukir dari Jepang dan bermotifkan sulur, daun dan bunga, dan

menggunakan pilar yang berlapiskan emas. Terletak sekitar 500 meter di depan

Istana Siak tepatnya di Jl. Sultan Ismail, Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan

Siak.

5. Ekowisata Mempura

Mempura merupakan kecamatan yang pernah menjadi pusat dari kerajaan Siak

pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Djalil Muzaffar Syah (Sultan Siak ke-2)

atau Sultan Buang Asmara. Mempura memiliki suatu perkampungan yang teduh

terletak di Desa Kampung Tengah Kecamatan Mempura, dimana terdapat

berbagai jenis pepohonan yang usianya sudah puluhan tahun. Keunikan dari

obyek wisata atau ekowisata mempura adalah panorama dari kiri dan kanan

sungai serta alur sungai yang meliuk-liuk. Pemandangan ini bisa dinikmati dengan

naik perahu kecil terbuat dari kayu (penduduk setempat menyebutnya Sampan)

(Gambar 21). Di Mempura kita juga dapat mengunjungi makam Sultan Buang

Asmara.

Gambar 21 Sungai Mempura

Gambar 20 Raya Syahbuddin Siak

Gambar 19 Balairung Sri

25

Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk berkembang yang paling

diminati wisatawan

Berdasarkan uraian dari kelima obyek wisata yang berpotesi untuk

dikembangkan di Kabupaten Siak, terdapat tiga jenis wisata yang ada yaitu

sejarah (Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, dan Balairung Sri), wisata Religi

(Mesjid Raya Syahbuddin) dan Ekowisata (Sungai Mempura). Berikut adalah

grafik hasil analisis skoring untuk obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di

Kabupaten Siak. Gambar 22, 23, dan 24 menunjukkan hasil skor dari preferensi

wisatawan lokal, nusantara dan seluruh wisatawan.

Gambar 24 Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang

berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak

485 416

285 254

113

0100200300400500600

Kolam hijau Makam raja

kecik

Balairung sri Mesjid Raya

Syahbudin

Ekowisata

mempura

(sungai

mempura)

Sk

or

Obyek Wisata

Gambar 23 Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap obyek

wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

0

100

200

300

Kolam

hijau

Makam

raja kecik

Balairung

sri

Mesjid

Raya

Syahbudin

Ekowisata

mempura

(sungai

mempura)

265 232

162 144

62 Sk

or

Obyek Wisata

Gambar 22 Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek wisata

yang berpotensi untuk dikembangkan

0

50

100

150

200

250

Kolam

hijau

Makam

raja kecik

Balairung

sri

Mesjid

Raya

Syahbudin

Ekowisata

mempura

(sungai

mempura)

220 184

123 112

53 Sk

or

Obyek Wisata

26

Berdasarkan hasil dari total skoring di setiap obyek wisata yang berpotensi

untuk dikembangkan menunjukkan bahwa obyek wisata kolam hijau merupakan

obyek wisata yang paling berpotensi untuk dikembangkan dibandingkan dengan

obyek wisata lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan total nilai skor yang diperoleh

yaitu 485, untuk obyek wisata lainnya yaitu sebesar 416, 285, 254, dan 113

dengan obyek wisata berurutan yaitu Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid

Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura (Gambar 24) . Hasil analisis skoring

antara wisatawan lokal dan nusantara terdapat perbedaan untuk urutan dari obyek

wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis skoring

dari wisatawan lokal urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

sebagai berikut, Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Mesjid Raya Syahbuddin,

Balairung Sri, dan Ekowisata Mempura.

Hasil analisis skoring dari wisatawan nusantara urutan obyek wisata

tersebut adalah Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya

Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura. Perbedaan terdapat pada obyek wisata

Balairung Sri dan Mesjid Raya Syahbuddin. Balairung Sri adalah museum yang

berisikan alat-alat tradisional dari kehidupan sehari-hari masyarakat Siak dan pada

lantai duanya berisikan ruang sidang pada masa kerajaan Siak terdahulu, sehingga

bagi masyarakat lokal, museum ini tidak terlalu memiliki daya tarik bagi mereka

karena semua peralatan tradisional itu tidak asing bagi mereka tapi museum ini

harus tetap ada untuk generasi selanjutnya. Sementara bagi wisatawan nusantara

museum ini merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Siak yang

memberikan pengetahuan kepada mereka tentang peralatan tradisional dari

masyarakat siak mulai dari peralatan untuk menangkap ikan, memasak, permainan

tradisional, dan lain sebagainya.

Kelima obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan memiliki

sarana dan prasarana penunjang aktifitas wisata yang cukup lengkap. Obyek

wisata Kolam Hijau dan Makam Raja Kecik (karena terletak di lokasi yang sama)

memiliki akses jalan yang mudah bagi pengunjung, terdapat pemandu wisata yang

akan menceritakan tentang obyek wisata tersebut, terdapat warung makan di dekat

obyek wisata tersebut dan tersedia fasilitas untuk bersantai (seperti saung-saung),

tetapi tidak terdapat hotel/wisma untuk menginap. Demikian juga untuk obyek

wisata Balairung Sri dan Mesjid Raya Syahbuddin. Pada lokasi ekowisata

Mempura, selain kegiatan ekowisata juga bisa melihat berbagai aktivitas

masyarakat tradisional sehari-hari seperti menangkap ikan dengan alat tradisional

serta kegiatan lainnya yang perlu diintegrasikan sebagai bahan penjelasan bagi

pemandu Ekowisata Mempura.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan di kawasan wisata

Kabupaten Siak

Dalam melakukan kegiatan wisata, ada beberapa faktor yang akan

mempengaruhi kunjungan wisatawan ke lokasi obyek wisata tersebut. Banyak

atau sedikitnya kunjungan wisatawan ke obyek wisata/daerah tujuan wisata akan

mempengaruhi pengembangan kawasan wisata tersebut. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kunjungan wisatawan diperoleh dari hasil wawancara terhadap

pengunjung yang dianalisis menggunakan analisis regresi logistik biner. Analisis

ini dilakukan dengan menggunakan data yang diambil berdasarkan hasil

wawancara dari tiga obyek wisata dengan tipe yang berbeda yaitu Istana Siak

27

(wisata sejarah), Zapin Siak (wisata budaya), dan Turap Siak (wisata kuliner).

Tabel 10 menunjukkan persentase variabel respon yang diprediksi dalam analisis

regresi logistik biner.

Berdasarkan Tabel 10, variabel respon (Y) dikategorikan menjadi dua

kategori. Variabel dengan pilihan “prioritas utama” yang merupakan obyek wisata

yang menjadi urutan pertama yang dipilih oleh responden. Variabel ini memiliki

nilai akurasi sebesar 98.8 %. Kategori selanjutnya variabel dengan pilihan “tidak

prioritas” yang merupakan obyek wisata selain urutan pertama yang dipilih oleh

responden dan memiliki nilai akurasi sebesar 63.9%. Dengan demikian nilai

akurasi rata-rata yaitu sebesar 92.8 % yang artinya dari 209 reponden (observasi),

ada 194 responden yang tepat pengklasifikasiannya oleh model regresi logistik

biner. Selain itu, berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Pseudo-R2

(Nagelkerke R2) sebesar 0.639. Nilai ini berarti bahwa sebanyak 63.9%

variabilitas minat berkunjung wisatawan dapat dijelaskan berdasarkan variabel

yang digunakan.

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui faktor-faktor yang signifikan

mempengaruhi kunjungan wisatawan pada selang kepercayaan 90% (signifikan

pada batas < 0,1) yang dikelompokkan menjadi dua variabel yaitu variabel yang

signifikan meningkatkan minat berkunjung wisatawan dan variabel yang tidak

signifikan menurunkan/meningkatkan minat berkunjung wisatawan. Variabel

yang signifikan meningkatkan minat berkunjung wisatawan adalah jenis wisata

yang disukai dan hotel, sedangkan variabel yang lainnya tidak signifikan dalam

menurunkan ataupun meningkatkan minat berkunjung wisatawan.

Tabel 10 Nilai akurasi dan Pseudo R2 hasil regresi logistik biner

Observed

predicted

Pseudo

R2

UPD Percentage

correct

Tidak

prioritas

Prioritas

utama

Urutan obyek

wisata yang

paling disukai

(UPD)

Tidak

prioritas 23 13 63.9

0.639 Prioritas

utama 2 171 98.8

Overall percentage 92.8

Tabel 11 Ringkasan koefisien hasil analisis regresi logistik biner dalam

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung

wisatawan untuk obyek wisata yang diteliti

Variabel B Wald Sig. Odds

Ratio

1. Pernah berkunjung atau tidak ke lokasi

wisata (X1) -0.414 0.122 0.727 0.661

2. Jenis wisata yang disukai (X2) 2.576 6.425 0.011* 13.140

3. Alat transportasi yang digunakan (X3) 0.327 0.068 0.794 1.387

4. Pemandu wisata (X4) -0.256 0.131 0.718 0.774

5. Hotel (X5) 3.030 3.689 0.055* 20.692

6. Restoran (X6) -20.827 0.000 0.997 0.000

7. Toilet Umum (X7) -0.517 0.203 0.653 0.596

8. Informasi tentang obyek wisata (X8) 0.317 0.171 0.679 1.373

9. Jenis fasilitas lainnya seperti tempat parkir

kendaraan (X9) -1.893 2.110 0.146 0.151

10. Jenis fasilitas tempat pembuangan sampah

(X10) 0.274 0.093 0.761 1.315

Keterangan: * nyata pada Selang kepercayaan 90%

28

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dibuat persamaan dalam analisis regresi

logistik biner sebagai berikut:

g(x) (Prf)= 0 - 0.414. Pernah berkunjung + 2.576 Jenis wisata + 0.327 Alat

– 0.256 Pemandu +3.030 Hotel – 20.827 restoran – 0.517 Toilet +

0.317 Informasi – 1.893 jenis fasilitas + 0.274 tempat sampah

Dimana : g(x) = 0, berarti obyek wisata tidak prioritas

1, berarti obyek wisata yang memiliki prioritas utama

0 sebagai konstanta

1 sebagai koefisien regresi dari masing-masing variabel

independen

Xi sebagai variabel bebas

Nilai Wald pada Tabel 11 menunjukkan nilai pengujian keberartian

parameter (koefisien ). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan hipotesis

dengan nilai p-value 0,5. Nilai Sig. menunjukkan nilai signifikansi yang akan

digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y

dengan nilai signifikansi (batas signifikansi)< 0,1 dan untuk mengetahui besarnya

pengaruh dari variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai Odds Rationya.

Faktor sarana dan prasarana wisata seperti hotel dan jenis wisata yang

disukai berpengaruh dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Dengan adanya

hotel atau wisma wisatawan yang berasal dari daerah jauh tidak akan khawatir

untuk tinggal di suatu lokasi/kawasan obyek wisata. Hotel-hotel yang tersedia saat

ini sudah memadai, namun hanya terdapat di kawasan wisata Istana Siak dan

sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh lokasi dari obyek wisata tersebut berada di

pusat pemerintahan Kabupaten dan merupakan obyek wisata utama Kawasan

Wisata Siak. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dari pihak terkait untuk

pengembangan dan pembangunan hotel terutama untuk kawasan obyek wisata

yang masih dan atau belum ada fasilitas hotel/wisma. Jenis wisata yang disukai

juga mempengaruhi dalam meningkatkan minat berkunjungan wisatawan.

Wisatawan yang suka terhadap sejarah masa lalu maka lebih memilih obyek

wisata sejarah. Demikian juga sebaliknya, wisatawan yang tidak tertarik (tidak

suka) dengan wisata sejarah akan memilih jenis wisata lainnya. Oleh karena itu,

dalam pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak diharapkan bisa

memunculkan jenis wisata lain selain wisata sejarah sehingga akan meningkatkan

minat berkunjung wisatawan. Berdasarkan nilai Odds Ratio dapat diketahui

bahwa minat berkunjung wisatawan akan meningkat sebesar 20.69 kali lipat atau

13.14 kali lipat jika terdapat hotel/wisma dan jenis wisata yang disukai dilokasi

yang sebelumnya tidak terdapat kedua jenis pelayanan tersebut.

Selain dua variabel tersebut, terdapat variabel lain yang dapat

meningkatkan minat berkunjung wisatawan tetapi tidak signifikan yaitu alat

transportasi yang digunakan. Alat trasnsportasi yang digunakan masih bersifat

pribadi karena belum adanya alat trasnportasi umum yang disediakan oleh

Pemerintah untuk menuju ke lokasi wisata. Hal ini dapat dilihat dari nilai Odds

ratio sebesar 1.39 yang artinya jika tersedia alat transportasi umum maka 1.39 kali

lipat dapat meningkatkan minat berkunjung. Selanjutnya informasi tentang obyek

wisata yang sebagian besar didapat oleh wisatawan dari teman-temannya yang

sudah pernah berkunjung ke lokasi wisata tersebut. Dalam hal ini promosi dari

pihak pengelola kawasan wisata maupun pihak pemerintah sangat diperlukan

untuk memperkenalkan obyek wisata yang ada di Kabupaten Siak. Jika dilihat

29

dari nilai Odds ratio sebesar 1.37 artinya terjadi peningkatan minat berkunjung

wisatawan sebesar 1.37 kali lipat jika adanya promosi tentang obyek wisata yang

ada di Kabupaten Siak. Variabel lainnya adalah fasilitas tempat sampah yang

dapat mempengaruhi minat berkunjung wisatawan dengan nilai Odds ratio

sebesar 1.31 yang artinya kunjungan wisatawan akan meningkat sebesar 1.31 kali

lipat jika kondisi lingkungan obyek wisata bersih, indah (terdapat taman), rapi dan

disetiap lokasi wisata tersedia tempat sampah. Variabel lainnya tidak memberikan

pengaruh yang besar terhadap minat berkunjung wisatawan.

Arahan Rencana Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak

Rencana pengembangan kawasan wisata disusun dengan mempertimbangkan

jarak obyek-obyek wisata dan integrasi obyek wisata eksisting serta yang

berpotensi untuk dikembangkan di satu kawasan. Ada 2 kawasan pengembangan

yaitu kawasan I (dipusat kota kabupaten dengan 8 obyek wisata) dan Kawasan

wisata II (dipinggir kota dengan 2 obyek wisata) (Gambar 25).

Rencana pengembangan kawasan wisata di prioritaskan pada kawasan I,

dengan pertimbangan integrasi dari obyek wisata eksisting dan yang berpotensi

untuk dikembangkan. Pada kawasan I terdapat 5 obyek wisata eksisting yaitu

Istana Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi, Turap Siak, dan

Zapin Siak serta obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan ada 3 yaitu

Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura. Kawasan II

terdiri dari 2 obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu Kolam

Hijau dan Makam Raja Kecik.

Kawasan wisata I merupakan kawasan wisata prioritas untuk dikembangkan

saat ini. Pengembangan yang dapat dilakukan dengan menyusun paket-paket

wisata yang terdiri dari paket wisata ½ hari dan paket wisata 1 hari. Untuk paket

wisata ½ hari terdiri dari 2 pilihan yaitu paket ½ hari pertama yang terdiri dari

wisata Istana Siak, Zapin Siak, Mesjid Syahbuddin, Balairung Sri, dan Makam

Sultan Syarif Kasim II. Paket ½ hari kedua yaitu Istana Siak, Zapin Siak, Makam

Koto Tinggi, Turap Siak, dan Ekowisata Mempura. Untuk paket 1 hari terdiri dari

keseluruhan obyek wisata yang telah disebutkan di atas.

Kawasan wisata II merupakan kawasan wisata yang saat ini masih belum

diproritaskan pengembangannnya tetapi akan menjadi bahan pertimbangan untuk

pengembangan kawasan wisata di masa yang akan datang.

30

Peta Rencana Pemanfaatan Ruang (RTRW) dalam hal ini digunakan untuk

mengetahui posisi dari rencana pengembangan kawasan wisata di Kabupaten

Siak. Berdasarkan hasil ploting obyek wisata baik eksisting maupun yang

berpotensi untuk dikembangkan pada peta rencana tata ruang wilayah (RTRW)

diketahui bahwa posisi kawasan wisata I berada pada kawasan perkotaan dan

Kawasan wisata II berada pada kawasan resapan air (RA) (Gambar 26). Hasil

ploting ini akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan rencana dan strategi

pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak. Posisi dari setiap obyek wisata

tersebut tidak berada dalam kawasan lindung sehingga sudah sesuai dengan aturan

atau rencana pemanfaatan ruang yang telah disusun dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Siak.

Obyek wisata eksisting Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan Kawasan Wisata I

Keterangan:

Gambar 25 Peta rencana pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak

Kawasan Wisata II

Mesjid Raya Syahbuddin

Zapin Siak

Makam S. Syarif Kasim II

Kawasan Wisata II

Kecamatan Siak

Makam Koto Tinggi

Kolam hijau

Makam Raja Kecik

Kawasan Wisata I Turap Siak

Balairung Sri Kecamatan Mempura

Istana Siak Ekowisata Mempura

31

Keterangan: Kawasan wisata I : Obyek wisata eksisting : Istana Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi,Zapin Siak, dan Turap Siak

Obyek wisata berpotensi : Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura

Kawasan wisata II: Kolam Hijau dan Makam Raja Kecik (obyek wisata berpotensi)

Gambar 26 Hasil plot kawasan wisata pada peta Rencana Tata Ruang Wilayah

31

32

Arahan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak

Perumusan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak

diperoleh melalui hasil analisis A’WOT dengan responden sebanyak 5 orang dari

instansi pemerintah. Analisis dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal

yang mempengaruhi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak.

Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Analisis ini digunakan untuk mengetahui aspek yang memiliki tingkat

kepentingan tinggi dan pengaruh dari faktor internal dan eksternal. Berikut adalah

hasil analisis AHP untuk mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing

faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman). Pengaruh dari suatu aspek

dapat diketahui dengan menggunakan nilai rating. Nilai rating 1 berarti

pengaruhnya sangat lemah, nilai rating 2 berarti lemah, nilai rating 3 berarti

berpengaruh kuat, dan nilai rating 4 berarti berpengaruh sangat kuat.

Berdasarkan hasil analisis AHP, nilai Consistency Ratio (CR) yang

diperoleh menunjukkan hasil yang konsisten. Nilai CR yang dihasilkan pada

setiap faktor internal dan eksternal secara berurutan masing-masing 0.07, 0.09,

0.06, dan 0.05. Nilai CR yang kurang dari atau sama dengan 0,1 menunjukkan

hasil yang konsisten dan untuk nilai CR yang lebih besar dari 0,1 menunjukkan

hasil yang tidak konsisten (Saaty 1993).

Pada Tabel 12 dapat diketahui berdasarkan faktor kekuatan, aspek sarana

prasarana memiliki nilai tertinggi artinya aspek ini berpengaruh kuat dalam

menyusun arahan pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak dengan nilai

rating 3, meskipun untuk semua aspek memiliki nilai rating yang sama.

Sementara itu, untuk faktor kelemahan, aspek transportasi umum memiliki bobot

tertinggi dan merupakan aspek penting namun pengaruhnya lemah dalam

pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak. Hal ini disebabkan oleh belum

ada tersedia transportasi umum untuk menuju ke lokasi obyek wisata. Bobot

terendah adalah souvenir/cinderamata (0.032) dan berpengaruh sangat kuat. Hal

ini sesuai dengan hasil wawancara yang menyebutkan bahwa promosi untuk

obyek wisata di Kabupaten Siak masih sangat kurang dan tidak tersedianya toko

souvenir di lokasi wisata. Dalam menyusun arahan rencana dan strategi

pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak harus meminimalkan aspek

tersebut dengan cara menyediakan toko-toko souvenir dan mempromosikan obyek

wisata yang ada di Kabupaten Siak melalui media massa dan lain sebagainya.

Demikian juga untuk faktor kelemahana lainnya harus diminimalkan.

Tabel 12 IFAS Pengembangan potensi obyek wisata dalam keterpaduan

pengembangan kawasan wisata Siak

Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor

Kekuatan :

1. Potensi SDA 0.123 3 0.369

2. Dukungan Masyarakat 0.052 3 0.155

3. Sarana Prasarana 0.160 3 0.479

4. Letak Geografis yang strategis 0.146 3 0.439

Kelemahan :

1. Kondisi SDM 0.183 2 0.365

2. Promosi yang belum optimal 0.121 2 0.243

3. Transportasi Umum 0.184 3 0.551

4. Souvenir yang minim 0.032 4 0.126

Jumlah 1,000 2,728

33

Tabel 13 disajikan bobot, rating dan skor dari faktor eksternal hasil

analisis AHP. Berdasarkan hasil analisis, kecenderungan minat wisatawan

merupakan aspek peluang yang memiliki peranan penting (nilai bobot 0.153) yang

berpengaruh cukup kuat dalam pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak.

Berdasarkan aspek ancaman, eksploitasi SDA merupakan ancaman dalam

pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak dengan bobot 0.158.

Perubahan penggunaan lahan yang awalnya berupa hutan menjadi perkebunan

merupakan ancaman utama yang harus dihindari dibandingkan dengan faktor

lainnya.

Analisis Matriks Space

Hasil analisis dari matriks space dapat digunakan untuk mengetahui arah

dan posisi pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak berdasarkan

kuadran-kuadran yang terdapat pada matriks space. Parameter yang digunakan

dalam analisis ini merupakan selisih skor antara faktor internal (kekuatan-

kelemahan) dan faktor eksternal (peluang-ancaman) dengan perhitungan sebagai

berikut:

Jumlah skor kekuatan-total skor kelemahan = 1.442-1.285 = 0.157 (koordinat X)

Jumlah skor peluang- total skor ancaman = 1.663-1.491 = 0.172 (koordinat Y)

Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Gambar 27 dapat diketahui

bahwa posisi pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak berada di

Kuadran I, yang artinya mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (strategi

agresif). Posisi ini sangat menguntungkan karena kawasan memiliki peluang dan

kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan

strategi pertumbuhan yang agresif (Rangkuti 2011). Salah satu contoh strategi

agresif adalah pengembangan paket wisata, mengadakan kerjasama antara

pemerintah dan masyarakat untuk mempromosikan obyek wisata yang ada.

Tabel 13 EFAS Pengembangan potensi obyek wisata dalam

keterpaduan pengembangan kawasan wisata Siak

Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor

Peluang :

1. Dukungan Kebijakan Pemerintah 0.147 3 0.441

2. Perkembangan IPTEK 0.128 3 0.385

3. Kecenderungan Minat wisatawan 0.153 3 0.610

4. Kemudahan aksessibilitas 0.076 3 0.227

Ancaman :

1. Alih fungsi lahan 0.135 3 0.404

2. Eksploitasi SDA 0.158 3 0.473

3. Stabilitas politik 0.140 3 0.421

4. Kesamaan jenis obyek di daerah

lain 0.064 3 0.193

Jumlah 1,000 3,154

34

Gambar 27 Hasil analisis matriks space

Analisis Matriks SWOT

Penyusunan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dalam

keterkaitannya dengan pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak,

dilakukan dengan membuat matriks SWOT (Gambar 28). Dengan memperhatikan

hasil analisis matriks space, maka posisi pengembangan obyek wisata secara

terpadu dengan pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, berada pada

kuadran I. Oleh karena itu, strategi alternatif yang dipilih adalah strategi SO

(Strengths–Opportunities) sebagai strategi utama, yaitu strategi yang disusun

dengan cara menggunakan semua kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang yang sebesar-besarnya.

Berdasarkan analisis matriks SWOT diperoleh tiga rumusan strategi utama

untuk mengembangkan obyek wisata tersebut, yaitu : (1) mengembangkan paket

wisata melalui kerjasama pemerintah dan masyarakat berdasarkan letak strategis

dari setiap obyek wisata; (2) mengembangkan jenis wisata lainnya dengan adanya

potensi SDA dan dukungan kebijakan pemerintah serta kemudahan aksesibilitas;

dan (3) meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di lokasi wisata yang

diminati dengan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada.

Kelemahan

internal

Berbagai peluang

Kekuatan

internal

Kuadran III

Strategi

Turnaround

Kuadran I

Strategi

Agresif

Kuadran IV

Strategi Defensif

Kuadran II

Strategi

Diversifikasi

Berbagai Ancaman

(0,157;0,172)

35

Internal

Eksternal

Kekuatan ( strengths)

1. Potensi SDA ( 0.123)

2. Dukungan Masyarakat

(0.052)

3. Sarana prasarana (0.160)

4. Letak geografis yang

strategis (0.146)

Kelemahan (Weaknesses)

1. Kondisi SDM (0.183)

2. Promosi yang belum

optimal (0.121)

3. Transportasi umum

(0.184)

4. Souvenir yang minim

(0.032)

Peluang (Opportunities)

1. Dukungan kebijakan

pemerintah (0.147)

2. Perkembangan IPTEK

(0.128)

3. Kecenderungan minat

wisatawan (wisata

sejarah) (0.153)

4. Kemudahan

aksesibilitas(0.076)

SO STRATEGY

1. Pengembangan paket wisata

melalui kerjasama

pemerintah dan masyarakat

(S2,4 & O1)

2. Mengembangkan jenis

wisata lainnya dengan

adanya dukungan kebijakan

pemerintah dan kemudahan

aksesibilitas(S1& O1,4)

3. Peningkatan kapasitas dan

kualitas pelayanan di lokasi

wisata yang diminati (S3&

O3)

WO STRATEGY

1. Mengadakan pelatihan /

pembinaan secara

terpadu (W1& O1)

2. Meningkatkan sistem

promosi dengan

memanfaatkan

perkembangan IPTEK

(W2 & O2)

3. Menyediakan tempat

penjualan souvenir

disetiap lokasi obyek

wisata (W4& O1,3)

4. Menyediakan sistem

transportasi umum (W3&

O1)

Ancaman (Threats)

1. Alih fungsi lahan

(0.135)

2. Eksploitasi SDA

(0.158)

3. Stabilitas politik

(0.140)

4. Kesamaan jenis obyek

di daerah lain (0.064)

ST STRATEGY

1. Mengoptimalkan

pemanfaatan SDA (S1&

T1,2)

2. Memberdayakan

masyarakat untuk mampu

menjaga potensi wilayah

yang ada (S2& T1,2)

WT STRATEGY

1. Meningkatkan SDM

untuk mencegah

terjadinya Eksploitasi

SDA dan alih fungsi

lahan ( W1& T1,2)

Gambar 28 Hasil analisis matriks SWOT dalam pengembangan Kawasan

Wisata di Kabupaten Siak

36

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. Terdapat lima obyek wisata eksisting secara berurutan dari yang paling

diminati sampai yang kurang diminatiadalahIstana Siak, Wisata Kuliner

(Turap Siak), Makam Sultan Syarief Kasim II, Makam Koto Tinggi, dan

Zapin Siak.

2. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan ada lima secara berurutan

dari yang paling diminati sampai yang kurang diminatiadalah Kolam Hijau,

Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata

Mempura.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan di Kawasan

Wisata Siak adalah jenis wisata yang disukai dan fasilitas hotel.

4. Rencana pengembangan kawasan wisata ada 2 kawasan wisata yaitu kawasan

wisata I ( terletak di pusat kota Kabupaten dengan 8 obyek wisata yaitu Istana

Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi, Zapin Siak, Turap

Siak, Mesjid Raya Syahbuddin, Balairung Sri, dan Ekowisata Mempura) dan

kawasan II ( terletak di pinggir kota Kabupaten dengan 2 obyek wisata yaitu

Kolam Hijau dan Makam Raja Kecik).

5. Strategi pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak adalah: (1)

mengembangkan paket wisata melalui kerjasama pemerintah dan masyarakat

berdasarkan letak strategis dari setiap obyek wisata; (2) mengembangkan

jenis wisata lainnya dengan adanya potensi SDA dan dukungan kebijakan

pemerintah serta kemudahan aksesibilitas; dan (3) meningkatkan kapasitas

dan kualitas pelayanan di lokasi wisata yang diminati dengan memperbaiki

sarana dan prasarana yang ada.

Saran

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan wisata

serta menarik minat berkunjung wisatawan di Kawasan Wisata Siak, pemerintah

daerah setempat disarankan untuk: (1) menyusun paket kunjungan wisata dengan

memanfaatkan 2 kawasan wisata yang sudah ada, (2) membangun tempat

penginapan di lokasi obyek wisata yang belum tersedia, menyediakan jenis wisata

lain selain wisata sejarah/budaya dengan memanfaatkan potensi SDA yang ada (3)

meningkatkan kualitas pelayanan dan perbaikan prasarana dan sarana yang ada,

dan (4) meningkatkan sistem promosi dengan memanfaatkan perkembangan

teknologi, kemudahan aksesibilitas dan menambah jumlah tempat pembuangan

sampah di setiap lokasi obyek wisata.

37

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu

Afia, I.S., Susilowati, I. 2004. Analisis Permintaan Obyek Wisata Alam Curug

Sewu, Kabupaten Kendal Dengan Pendekatan Travel Cost. Jurnal Dinamika

Pembangunan. 1 (2):153-165

Antariksa, B. 2011. Peluang Dan Tantangan Pengembangan Kepariwisataan di

Indonesia. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kepariwisataan. Jakarta (ID):

Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata.

Arifin, Z. 2010. Penerapan Metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) untuk

Menentukan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Negeri. Jurnal

Informatika Mulawarman. 6 (2):1-12

[BPS Kab. Siak] Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak.2013. Kabupaten Siak

Dalam Angka Tahun 2013. Siak (ID): BPS Kab.Siak

[BPS Kab. Siak] Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak.2014. Kabupaten Siak

Dalam Angka Tahun 2014. Siak (ID): BPS Kab.Siak

[Disparpora Kab. Siak] Dinas Pariwisata,Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Siak

2014. Daftar Nama Tempat Wisata di Kabupaten Siak. Siak (ID): Disparpora

Kab.Siak

Kangas, J., Pesonen, M., Kurtilla, M., Kajanus, M. 2011. A’WOT: Integrating the

AHP with SWOT Analysis. Proceedings- 6th

ISAHP 2001.Switzerland.

pp:189-198.

Karsudi, R.S., Kartodihardjo, H. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di

Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Artikel Ilmiah. JMHT. XVI (3):

148-154

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2009. Undang-Undang No.10

Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Jakarta (ID): Kementerian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif

Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif. 2014. Permen pariwisata dan ekonomi

kreatif No.27 Tahun 2014 Tentang Standar Usaha Taman Rekreasi. Jakarta

(ID): Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif

Mi, B. 2014. On The Sustainable Development System Of Regional Tourism.

Journal Of Chemical And Pharmaceutical Research. 6 (7) :854-858

Mulyanto, H.R. 2008. Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. Yogyakarta (ID):

Graha Ilmu

Pemerintah Kabupaten Siak. 2012. Perda No.12 Tahun 2012 Tentang Rencana

Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Siak. Siak (ID):

Pemerintah Kab. Siak

Prayogi, P.A. 2011. Dampak Perkembangan Pariwisata di Obyek Wisata

Penglipuran. Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata. 1 (1):64-79

Rangkuti, F. 2011. SWOT Balanced Scorecard Teknik Menyusun Strategi

Korporat Yang Efektif Plus Cara Mengelola Kinerja Dan Risiko. Jakarta

(ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rudita, I.K.P., Sitorus,S.R.P., Hadi, S. 2012. Potensi Obyek Wisata dan

Keterpaduannya Dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan,

Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Jurnal Lanskap Indonesia. 4 (1):37-42

38

Saaty,T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki

Analitik untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi yang Komplek. Jakarta

(ID): PT.Gramedia.

Sitorus,S.R.P., Rianto, T., Panuju, D.R. 2014.Analisis Potensi Obyek Wisata dan

Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran,

Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional

ASPI 2014. Pekanbaru, 17-18 Oktober 2014.Hal: 378-395

Sumiyati, L.S., Windia, I.W., Sudira, P. 2011. Aplikasi Analytical Hierarchy

Process (AHP) Untuk Penentuan Strategi Pengembangan Subak. Jurnal

AGRITECH. 31 (2):138-145

Utomo, S. 2009. Model Regresi Logistik Untuk Menunjukkan Pengaruh

Pendapatan Per Kapita, Tingkat Pendidikan, Dan Status Pekerjaan Terhadap

Status Gizi Masyarakat Kota Surakarta. [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas

Sebelas Maret.

Xijia, H., Qing, Z., Xin, C. 2014. Rural Tourism-An Accelerator To The

Coordinated Development Of Urban And Rural Areas. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 6 (7) :530-534

Yudissanta, A., Ratna, M. 2012. Analisis Pemakaian Kemoterapi pada Kasus

Kanker Payudara dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik

Multinomial (Studi Kasus Pasien di Rumah Sakit “X” Surabaya). Jurnal

Sains dan Seni ITS. 1(1): 112-117

39

LAMPIRAN

Lampiran 1 Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan lokal No Nama Obyek wisata 1 2 3 4 5

1 Istana Siak 81 8 4 2 2

2 Makam Sultan Syarif Kasim II 7 63 17 9 1

3 Makam Koto Tinggi 0 9 64 15 9

4 Zapin Siak 1 12 9 59 16

5 Turap Siak 8 5 3 12 69

Lampiran 2 Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan nusantara No Nama Obyek wisata 1 2 3 4 5

1 Istana Siak 92 10 6 0 4

2 Makam Sultan Syarif Kasim II 8 68 19 16 1

3 Makam Koto Tinggi 2 6 69 23 12

4 Zapin Siak 0 22 14 63 13

5 Turap Siak 10 6 4 10 82

Lampiran 3 Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh seluruh wisatawan No Nama Obyek wisata 1 2 3 4 5

1 Istana Siak 173 18 10 2 6

2 Makam Sultan Syarif Kasim II 15 131 36 25 2

3 Makam Koto Tinggi 2 15 133 38 21

4 Zapin Siak 1 34 23 122 29

5 Turap Siak 18 11 7 22 151

Lampiran 4 Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh wisatawan lokal No Nama Obyek wisata 1 2 3 4 5

1 Kolam Hijau 44 28 12 8 5

2 Makam Raja Kecik 29 46 9 13 0

3 Balairung Sri 8 3 41 7 38

4 Mesjid Raya Syahbuddin 9 10 21 56 1

5 Ekowisata Mempura 7 10 14 13 53

Lampiran 5 Urutan obyek yang berpotensi untuk dikembangkan yang disukai oleh

wisatawan Nusantara No Nama Obyek wisata 1 2 3 4 5

1 Kolam Hijau 53 34 13 6 6

2 Makam Raja Kecik 26 58 14 14 0

3 Balairung Sri 14 0 54 3 41

4 Mesjid Raya Syahbuddin 11 9 17 72 3

5 Ekowisata Mempura 8 11 14 17 62

40

Lampiran 6 Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh seluruh wisatawan No Nama Obyek Wisata 1 2 3 4 5

1 Kolam Hijau 97 63 25 11 13

2 Makam Raja Kecik 55 104 23 27 0

3 Balairung Sri 22 3 95 10 79

4 Masjid Raya Syahbudin 21 19 38 127 4

5 Ekowisata Mempura 14 20 28 34 113

Lampiran 7 Pemilihan Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan No Nama

Obyek

wisata

Lokasi Aksesibilitas Fasilitas

Jarak

(Km2)

Kondisi

jalan

Obyek

wisata

pilihan

Toilet Warung

makan/

restoran

Tempat

sampah

Mushal

la

Obyek

wisata

pilihan

1 Balairung Sri

Kec.Siak 0

Baik

Ada Ada Ada Ada

2 Makam Raja Kecik

Kec.Siak

13 Baik

Ada Ada Ada Ada

3 Kolam

Hijau

Kec.Siak 13

Baik

Ada Ada Ada Ada

4 Danau Zamrud

Kec.Dayun 17

Baik

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

X

5 Mesjid Raya

Syahbuddin

Kec. Siak 0

Baik

Ada Ada Ada Ada

6 Ekowisata

Mempura

Kec.Mempura 4

Baik

Ada Ada Ada Ada

7 Danau

Naga Sakti

Kec.Pusako 25

Jelek X

Tidak

Ada

Tidak

Ada

Tidak

Ada

Tidak

Ada X

8 Pantai

Beting

Kec.Sungai

Apit 37

Jelek X

Tidak

Ada

Tidak

Ada

Tidak

Ada

Tidak

Ada X

Keterangan:

a. Jarak : <25 Km2 berpotensi untuk dikembangkan

>25 Km2 tidak berpotensi untuk dikembangkan

b. Kondisi jalan : - Berpotensi jika kondisi jalan baik, tidak terdapat lubang,

sudah diaspal, mudah diakses oleh wisatawan

- Tidak berpotensi jika kondisi jalan jelek,jalan berlubang-

lubang, belum diaspal, dan sulit untuk diakses oleh

wisatawan

= Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

X = Obyek wisata yang tidak berpotensi untuk dikembangkan

Lampiran 8 Nama-nama tokoh masyarakat yang diwawancara untuk obyek wisata yang

berpotensi untuk dikembangkan

No Nama Nama obyek wisata

1 Suwanto Kolam Hijau dan Makam Raja Kecik

2 Tia Nurasiah Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, Kolam Hijau

3 Hendrizal Balairung Sri, Ekowisata Mempura, dan Danau Zamrud

4 Indra Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Danau Naga Sakti, Pantai

Beting, dan Ekowisata mempura

41

Lampiran 9 Data untuk menghitung analisis regresi logistik biner No Var. 1 Var.2 Var.3 Var.4 Var.5 Var.6 Var.7 Var.8 Var.9 Var.10

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

2 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0

3 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0

4 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

5 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

6 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

7 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

8 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

9 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

10 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1

11 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

12 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

14 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

15 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

16 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

18 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

19 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

20 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0

21 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

22 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

23 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

24 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

25 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

26 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

27 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0

28 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

29 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

30 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1

31 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

32 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0

33 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

34 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0

35 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

36 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1

37 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0

38 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

39 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0

40 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

41 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

42 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

43 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

44 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0

45 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

46 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1

42

No Var. 1 Var.2 Var.3 Var.4 Var.5 Var.6 Var.7 Var.8 Var.9 Var.10

47 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

48 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

49 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

50 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

51 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0

52 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1

53 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1

54 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0

55 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1

56 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0

57 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

58 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1

59 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0

60 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1

61 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0

62 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

63 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

64 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

65 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

66 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0

67 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0

68 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

69 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

70 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

71 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1

72 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1

73 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1

74 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0

75 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

76 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

77 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1

78 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

79 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1

80 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1

81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

82 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

83 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

84 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1

85 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

86 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1

87 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

88 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

89 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

90 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

91 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

Lampiran 8 (lanjutan)

43

No Var. 1 Var.2 Var.3 Var.4 Var.5 Var.6 Var.7 Var.8 Var.9 Var.10

92 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

93 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

94 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

95 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

96 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

97 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1

98 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1

99 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

100 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

101 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

102 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

103 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

104 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

105 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

106 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1

107 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

108 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1

109 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

110 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

111 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0

112 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

113 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

114 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

115 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

116 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0

117 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

118 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

119 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

120 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

121 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

122 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

123 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

124 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

125 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

126 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

127 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

128 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

129 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

130 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0

131 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1

132 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

133 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1

134 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

135 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

Lampiran 8 (lanjutan)

44

No Var. 1 Var.2 Var.3 Var.4 Var.5 Var.6 Var.7 Var.8 Var.9 Var.10

136 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

137 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0

138 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

139 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

140 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

141 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

142 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

143 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1

144 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

145 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

146 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

147 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

148 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

149 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

150 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

151 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1

152 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

153 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

154 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0

155 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

156 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

157 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

158 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

159 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0

160 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0

161 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

162 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

163 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

164 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

165 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

166 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

167 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

168 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0

169 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

170 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1

171 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

172 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1

173 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1

174 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1

175 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0

176 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1

177 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1

178 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1

179 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1

Lampiran 8 (lanjutan)

45

No Var. 1 Var.2 Var.3 Var.4 Var.5 Var.6 Var.7 Var.8 Var.9 Var.10

180 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1

181 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

182 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0

183 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

184 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0

185 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

186 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

187 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0

188 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1

189 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1

190 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

191 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

192 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

193 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1

194 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1

195 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0

196 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1

197 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0

198 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

199 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

200 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

201 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0

202 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

203 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1

204 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1

205 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

206 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1

207 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1

208 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

209 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1

Keterangan : Variabel 1-10 = Variabel X yang mempengaruhi minat berkunjung

wisatawan

Lampiran 8 (lanjutan)

46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rempak pada tanggal 27 April

1992 dari pasangan bapak Guntur dan Ibu Sudarmi. Penulis

anak ke tiga dari sembilan bersaudara. Tahun 2011 penulis

lulus dari SMA Negeri 1 Sungai Apit dan pada tahun yang

sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor

(IPB) melalui jalur Beasiswa Unggulan Daerah (BUD) dan

diterima di Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan,

Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi

asisten praktikum Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan pada tahun 2015. Penulis juga aktif di organisasi yaitu

Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Siak tahun 2011-2015. Pada tahun 2014

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kabupaten Subang yang

berjudul Optimalisasi pemanfaatan pekarangan untuk pemenuhan kebutuhan

rumah tangga di Desa Tanjung Rasa Kecamatan Binong Kabupaten Subang. Pada

tahun 2013 penulis mengikuti program IPB Goes To Field (IGTF) di desa Sagi

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan tema Pengendalian Hama Terpadu.