identifikasi pola hidup sehat pada lansia di...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA
DI KELURAHAN RAHANDOUNA
KOTA KENDARI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Jurusan Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
HARTONO P00320014015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2017
IIALAMAN PERSETUJUAN
IDENTIT'IKASI POLA HIDI}P SEHAT PADA LANSIA DIKELURAEAN RAHANDOI]NA KOTA KENDARI
TAIIT}N2OI7
Disusur dan Diaiukan Oleh:
HARTONONIM Pm32001$15
Telah Mendrpatkan Perretuiuan l)ari Tim Pembimbing
Menyetujui:
Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Jumsrn Keperawahn
Pembimbing II
II19EilKl001
1r198rffi1001
IIALAMAN PENGESAHAN
IDENTItrIKASI POLA HIDT]P SEHAT PADA LAI\SIA DIKELTJRAHAN RAIIANDOT]NA KOTA KENDARI
TAHT]N 2017
I)isusun dan diajuken oleh :
HARTONOI\[IM P003200140r5
4..
Telah Dipertahankan Dihadapan l)ewan Penguji Pada Tanggal3l Juli 2Ol7 dmDinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Menyetujui:
1. H. Taamun A. Kep., S.Pd.JVI.Kes
2. Muslimin L, A.Kep.rS.Pd.M.Si
3. Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kp.JVI.Kes
4. Hi. Nuriannah, B.Sc.,S.Pd.,I{.Kes
5. Ruth Mongan, B.ScrS.Pd.rll{.Pd
.................)
Mengetahui:
Ketua Jurusan Keperawatan
1.........)
\....7
(.....
(...
19E1061001
iv
MOTTO
Hidup ini bukan hanya mencari yang terbaik, namun
lebih kepada menerima kenyataan bahwa saya adalah
saya bukan dia, dia maupun dia. Jadilah dirimu sendiri.
Kupersembahkan karya tulis ini untuk,
Ayahanda dan ibunda tercinta,
Saudara dan keluarga besarku,
Sahabat tersayang,
Serta almamaterku
Sebagai tanda terima kasih
v
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
a. Nama : Hartono
b. Tempat/Tanggal Lahir : Ronta, 7 Juni 1997
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Suku/Bangsa : Buton/ Indonesia
e. Agama : Islam
f. Alamat : Desa Ronta, Kec. Bonegunu, Kab. Buton
Utara
II. JENJANG PENDIDIKAN
a. SD Negeri 7 Bonegunu tamat tahun 2008
b. SMP Negeri 4 Bonegunu tamat tahun 2011
c. SMA Negeri 1 Kulisusu tamat tahun 2014
d. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan sejak tahun 2014.
vi
ABSTRAK
Hartono (P00320014015) Identifikasi Pola Hidup Sehat pada Lansia di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017. Yang dibimbing oleh Muslimin L. dan Ruth Mongan (xiii + VI BAB + 74 halaman + 9 lampiran + 11
tabel). Konferensi United National World Assembly on Ageing di Vienna tahun1989 dan Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang No. 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lansia adalah seseorang atau individu yang berusia mencapai 60 tahun ke atas. Indonesia saat ini sedang menuju ke arah ageing population. Proses penuan yang terjadi pada lansia berpengaruh terhadap
seluruh aspek kehidupannya termasuk kesehatan dan pola hidup lansia. Pola hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Indikator pola hidup sehat antara lain: perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola hidup sehat pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari. Variabel penelitian ini yaitu pola
makan sehat dan seimbang serta aktivitas fisik yang teratur. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain deskriptif survey. Penelitian ini dilakukan sejak 14 – 20 Juli 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia
di Kelurahan Rahandouna. Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang diambil secara proportional stratified random sampling. Data diperoleh dari data sekunder dan primer dengan intrumen penelitin adalah lembar kuesioner. Data disajikan
dengan secara deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan dinarasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kategori pola makan sehat dan seimbang,
didapatkan pola makan sehat sebanyak 38 orang (95,00 %) dan pola makan yang tidak sehat sebanyak 2 orang (5,00 %); pada kategori aktivitas fisik yang teratur didapatkan aktivitas fisik yang tidak teratur sebanyak 27 orang (67,50 %) dan
aktivitas fisik yang teratur sebanyak 13 orang (32,50 %). Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat 29 lansia (72,50 %) yang dikategorikan melakukan
pola hidup sehat dan 11 lansia (27,50 %) yang dikategorikan melakukan pola hidup tidak sehat.. Adapun saran yang dapat diberikan peneliti yaitu bagi lansia di Kelurahan Rahandouna harus meningkatkan pola hidup sehat terutama aktivitas
fisik yang teratur.
Kata Kunci : Pola Hidup Sehat, Pola Makan Yang Sehat dan Seimbang,
Aktivitas Fisik Yang Teratur, dan Lanjut Usia (Lansia)
Daftar Pustaka : 22 buku (2006 - 2016) + 13 internet
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas
rahmat, magrifah dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
dan penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Identifikasi Pola Hidup Sehat
Pada Lansia di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017”. Karya tulis
ilmiah ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Diploma III (D III) Keperawatan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari.
Terselesainya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak, terutama Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku pembimbing I
dan Ibu Ruth Mongan, B. Sc.,S. Pd.,M. Pd selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Tak lupa pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian kepada
penulis dalam penelitian ini.
3. Bapak Muslimin L, A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari yang telah memberi kesempatan serta fasilitas
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan.
viii
4. Bapak H. Muhammad Kasim, S.Sos selaku Pelaksana tugas Lurah Rahandona
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
wilayah Kelurahan Rahandouna.
5. Bapak H. Taamu, A.Kep.,S.Pd.,M.Kes selaku Pembimbing Akademik penulis
yang telah memberikan semangat, nasehat dan membimbing dalam menempuh
pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
6. Tim penguji (Bapak H. Taamu, A.Kep.,S.Pd.,M.Kes; Ibu Hj. Sitti Rachmi
Misbah, S.Kp.,M.Kes dan Ibu Hj. Nurjannah, B.Sc.,S.Pd.,M.Kes) yang telah
memberikan masukan, kritik dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan serta
seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik yang
diberikan selama penulis menuntut ilmu di Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
8. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Zukuri dan Ibunda Wasita yang selama ini telah banyak berkorban baik materi
maupun non materi demi kesuksesan penulis serta terima kasih kepada keluarga
besar saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
9. Kakakku tercinta (Ahmad Mudafid, S.Kep.; Septi Setio Sari, AMG; Rina
Sumiarta, S.Pt.; Muhammad Botek, S.P.,M.P.; Ade Manan, S.Kep.), Adikku
tercinta (Goge Kosman dan Muhammad Kafrah), serta keluarga besarku yang
telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menempuh
pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
ix
10. Seluruh teman-teman (khususnya Wayan Swarniti, Nurwiah, Ratnan Saana,
Marwiyah, Marno, Rahimin, I Wayan Sudiarta, Nur Ramadhani Hidayat, Wa
Ode Titin dan Friskyanti Tizar) di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan Angkatan 2014, terima kasih atas persahabatan yang tulus,
pengalaman berharga, dan kenangan yang tak terlupakan selama penulis
menuntut ilmu.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan, dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan yang ada
pada penulis sehingga bentuk, isi, dan pembuatan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari segala pihak yang bertujuan untuk
menyempurnakan karya tulis ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
MOTTO ......................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7
A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia (Lansia) ....................................... 7
B. Tinjauan Tentang Pola Hidup Sehat ............................................. 9
BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................. 31
A. Kerangka Pikir .............................................................................. 31
B. Kerangka Konsep ......................................................................... 32
C. Variabel Penelitian ....................................................................... 32
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................. 33
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................... 36
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 36
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 36
D. Cara Pengumpulan Data ............................................................... 39
xi
E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 39
F. Pengolahan dan Analisa Data ....................................................... 40
G. Etika Penelitian ............................................................................ 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 43
B. Hasil Penelitian ……................................................................... 43
C. Pembahasan .................................................................................. 53
BAB VI PENUTUP ................................................................................... 73
A. Kesimpulan ................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1
Distribusi Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Rahandouna
Tahun 2017
47
Tabel 5.2
Distribusi Umur Responden di Kelurahan Rahandouna Tahun
2017
47
Tabel 5.3
Distribusi Pendidikan Responden di Kelurahan Rahandouna
Tahun 2017
48
Tabel 5.4
Distribusi Pekerjaan Responden di Kelurahan Rahandouna
Tahun 2017
49
Tabel 5.5
Distribusi Suku Responden di Kelurahan Rahandouna Tahun
2017
50
Tabel 5.6
Distribusi Agama Responden di Kelurahan Rahandouna Tahun
2017
50
Tabel 5.7
Distribusi Pola Makan Sehat dan Seimbang Pada Lansia di
Kelurahan Rahandouna Tahun 2017
51
Tabel 5.8
Distribusi Nilai Rata – Rata Jenis Pertanyaan Pola Makan Sehat
dan Seimbang Pada Lansia di Kelurahan Rahandouna Tahun
2017
52
Tabel 5.9
Distribusi Aktivitas Fisik Yang Teratur Pada Lansia di Kelurahan
Rahandouna Tahun 2017
53
Tabel 5.10
Distribusi Nilai Rata – Rata Jenis Pertanyaan Akvitas Fisik Yang
Teratur Pada Lansia di Kelurahan Rahandouna Tahun 2017
54
Tabel 5.11
Distribusi Pola Hidup Sehat Pada Lansia di Kelurahan
Rahandouna Tahun 2017
55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Data Lansia Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017
Lampiran 5
Surat Pengantar Izin Penelitian dari Poltekkes Kemenkes
Kendari
Lampiran 6
Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 8
Tabulasi Data Hasil Penelitian Identifikasi Pola Hidup Sehat
pada Lansia di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017
Lampiran 9
Master Tabel Hasil Penelitian Identifikasi Pola Hidup Sehat pada
Lansia di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan status ekonomi, perbaikan lingkungan hidup serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang demikian maju
termasuk juga dalam ilmu kesehatan, bertambah baiknya pelayanan kesehatan,
pola hidup dan aktivitas fisik, maka terjadi kecenderungan peningkatan usia
harapan hidup di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Tingginya usia harapan
hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan
nasional terutama di bidang kesehatan. Sejak tahun 2004 - 2015 memperlihatkan
adanya peningkatan usia harapan hidup di Indonesia dari 68,6 tahun menjadi 70,8
tahun dan proyeksi tahun 2030-2035 mencapai 72,2 tahun (Infodatin, 2016).
Peningkatan usia harapan hidup tersebut berdampak pada peningkatan
jumlah lansia yang signifikan diseluruh dunia termaksuk di Indonesia. Sehingga,
dibalik keberhasilan Indonesia peningkatan usia harapan hidup tersebut terselip
tantangan yang harus dihadapi yaitu, Indonesia akan menghadapi beban tiga
(triple burden) yaitu disamping meningkatnya angka kelahiran dan beban
penyakit (menular dan tidak menular), juga akan terjadi peningkatan angka beban
tanggungan penduduk kelompok usia produktif terhadap kelompok usia tidak
produktif.
2
Hasil konferensi United National World Assembly on Ageing di Vienna
tahun1989 dan Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang – Undang No. 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lansia adalah seseorang atau individu yang
berusia mencapai 60 tahun ke atas.
Tahun 2000, lansia di dunia diperkirakan berjumlah 600 juta jiwa dengan
usia rata – rata 60 tahun. Diperkirakan angka tersebut akan terus bertambah.
Dimana pada tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia diseluruh dunia akan
mencapai 1,2 milyar. Di beberapa negara yang telah maju, umur harapan hidup
(life expentancy) bertambah panjang, dengan demikian jumlah penduduk yang
berumur lebh dari 60 tahun akan bertambah pula (Heriawan, 2000 dalam
Pratikwo, 2006).
Indonesia saat ini sedang menuju ke arah ageing population.Pada tahun
2015, jumlah lanjut usia di Indonesia mencapai 10.227.281 jiwa (8,36 % dari
total penduduk). Angka tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun 2014
dimana jumlah lansia di Indonesia mencapai 10.155.457 jiwa (8,33 %) atau
terjadi kenaikan sebesar 0,71 %.
Tahun 2020 akan ada peningkatan lansia mencapai sekitar 30,1 juta orang
dengan angka pertumbuhan 6,9 % pertahun dan pertumbuhan ini akan lebih
banyak daripada Balita (Pangkahila, 2002 dalam Pangkahila, 2013). Pada tahun
2020 diperkirakan piramida penduduk indonesia berubah dari bentuk fertilitas
tinggi menjadi fertilitas dan mortalitas rendah. Pergeseran tersebut menuntut
perubahan strategi pelayanan kesehatan, yaitu perhatian diprioritaskan untuk
masalah kesehatan usia lansia dan dewasa tanpa meninggalkan perhatian pada
3
bayi dan balita yng menjadi masalah yang belum terselesaikan (Darmojo, 1998
dalam Pratikwo, 2006).
Jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi 33,7 juta (11,8 %) pada
tahun 2025 dan mencapai 48,2 juta orang(15,8 %) pada 2035. Populasi lansia di
Indonesia diprediksi meningkat lebih tinggi dari pada populasi lansia di wilayah
Asia dan global setelah tahun 2050 dengan jumlah lansia mencapai 28,86 % dari
total penduduk Indonesia saat itu.
Di Provinsi Sulawesi Tenggara jumlah lansia terus menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun 2014, jumlah lansia di
sultra sudah mencapai 150.043 jiwa (6,12 %) dan pada tahun 2015, telah
mencapai 157.493 jiwa (6,30 %). Dengan demikian pada tahun 2015, jumlah
lansia di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan 4,97 % dari tahun
2014.
Di Kota Kendari, tahun 2015 jumlah lansianya telah mencapai 12.894
jiwa (3,71 % dari total penduduk Kota Kendari). Angka tersebut menunjukkan
peningkatan dari tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2014 jumlah lansia
mencapai 12.134 jiwa (3,61 %). Sehingga, pada tahun 2015 jumlah lansia di
Kota Kendari mengalami peningkatan sebesar 5,89 % dari tahun 2014.
Peningkatan jumlah lansia tertinggi di Kota Kendari terjadi di Kecamatan Poasia
sebesar 6,39 %, dan yang terendah di Kecamatan Mandonga sebesar 5,30 %.
Jumlah lansia di Kecamatan Poasia mencapai 725 jiwa per Januari 2017
(2,42 % dari total penduduk wilayah Kecamatan Poasia) yang tersebar di 4
kelurahan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Poasia dengan persentase
4
jumlah lansia tertinggi di Kelurahan Rahandouna sebanyak 289 jiwa (40 %) dan
terendah di Kelurahan Matabubu sebanyak 44 jiwa (6 %).
Peningkatan jumlah lansia yang signifikan mengakibatkan permasalahan
kesehatan yang dihadapi pemerintah indonesia bertambah dengan masalah lansia.
Berbicara tentang permasalahan kesehatan pada lansia tidak lepas dari proses
penuaan (ageing process).
Proses menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam mauun dari luar tubuh. Pada masa ini sedikit
demi sedikit seseorang akan mengalami kemunduran psikologis, fisiologis dan
sosial. Perubahan – perubahan tersebut menyebabkan lansia mengalami
gangguan (impairment), ketidakmampuan (disability), meningkat menjadi tidak
dapat menjadi tidak dapat menjalankan fungsi (disfunction), dan timbulnya
rintangan (handicap). Apabila perubahan – perubahan tersebut berjalan terus –
menerus seiring bertambahnya umur, akibatnya dapat mengarah pada suatu
penyakit (disease).
Perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap seluruh aspek
kehidupannya termasuk kesehatan lansia dan pola hidup lansia. Pola hidup sehat
adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan
hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat
mengganggu kesehatan (Depkes RI, 1997). Indikator pola hidup sehat antara
lain: perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik
yang teratur.
5
Survey awal yang dilakukan peneliti di Kelurahan rahandouna,
diperoloeh jumlah lansia di kelurahan tersebut sebanyak 114 orang per Mei 2017
dengan klasifikasi umur terlampir di lampiran 5. Dari wawancara pada 9 orang
lansia, diperoleh data bahwa 4 orang lansia selalu mengonsumsi makanan
berlemak, asin dan manis, 3 orang jarang mengonsumsi makanan tersebut dan 2
orang sering mengonsumsi makanan tersebut. Selain itu, dari 9 lansia tersebut
hanya 3 orang yang melakukan aktivitas yang teratur sedangkan sisanya tidak
melakukannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah saya pada
penelitian ini adalah bagaimanakah identifikasi pola hidup sehat pada lansia di
Kelurahan Rahandouna Kota Kendari tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola hidup sehat pada lansia di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pola makan sehat dan seimbang pada lansia di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017
b. Mengetahui aktivitas fisik yang teratur pada lansia di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi puskesmas
Dapat menjadi masukan bagi institusi puskesmas dalam rangka
mempromosikan pola hidup sehat pada masyarakat.
b. Bagi masyarakat
Dapat memperoleh pengetahuan tentang pola hidup sehat dan
pengaruh pengaplikasian pola hidup sehat.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
1) Sebagai sumber pengembangan pengetahuan tentang pola hidup sehat
pada lansia
2) Sebagai salah satu acuan atau salah satu referensi dalam
mengaplikasikan ilmu keperawatan yang diperoleh dari proses
perkuliahan.
b. Bagi institusi pendidikan
1) Sebagai sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat
menambah pengetahuan mengenai hubungan pola hidup sehat pada
lansia
2) Dapat dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah sebagai salah satu bukti
pelaksanaan kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
rangka menyelesaikan studi D-III Keperawatan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Lanjut Usia (Lansia)
Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab I Pasal 1 ayat (2), yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
Dra. Ny. Jos Masdani, lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian: pertama fase iufentus (antara umur
25 dan 40 tahun); kedua fase verilitas (antara umur 40 dan 50 tahun); ketiga fase
prasenium (antara umur 55 dan 65 tahun) dan keempat fase senium (antara 65
tahun hingga tutup usia) (Azizah, 2011)
Pengertian lansia beragam tergantung dari kerangka konsep individu. Orang
tua yang berusia 35 tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan tidak muda lagi.
Orang sehat aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai
permulaan lanjut usia (Brunner dan Suddart, 2011). Menurut Surini dan Utomo
(2003), lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Glascock dan Feinman; Stanley and Beare (2007), menganalisis kriteria
kelanjutan usia dari 57 negara di dunia dan menemukan bahwa bahwa kriteria
lansia yang paling umum adalah gabungan antara usia kronologis dengan
8
perubahan dalam peran sosial dan di ikuti oleh perubahan status fungsional
seseorang.
Lansia menurut Hawari (2001) adalah keadaan yang ditandai dengan oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap yaitu: early
old age (usia 60 – 70 tahun) dan advanced old age (usia 70 tahun keatas).
Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lanjut usia, yakni:
a. Young old (usia 60 – 69 tahun)
b. Middle age (usia 70 – 79 tahun)
c. Old-old (usia 80 – 90 tahun)
d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
Lansia menurut BKKBN (1995), lansia adalah individu yang berusia diatas
60 tahun, pada umumnya memiliki tanda – tanda terjadinya penurunan fungsi –
fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) adalah kelopok usia 45-59 tahun.
b. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-74 tahun.
c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah
seseorang yang berusia diatas 60 tahun dan telah mengalami perubahan
9
fungsional baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual. Lansia terbagi atas 4
tahap yaitu young old (usia 60 – 69 tahun), middle age (usia 70 – 79 tahun), old-
old (usia 80 – 90 tahun) dan very old-old (usia 90 tahun ke atas)
B. Tinjauan Tentang Pola Hidup Sehat
1. Pengertian Pola Hidup Sehat
Pola hidup sehat adalah gambaran dari aktivitas atau kegiatan
seseorang yang di dukung oleh keinginan dan minat, serta bagaimana pikiran
seseorang dalam menjalaninya dan berinteraksi dengan linkungannya (Kotler,
2002). Pola hidup sehat dikenal juga sebagai gaya hidup sehat. Health
Promotion Glossary (WHO 1998) mengatakan Lifestyle is a way of living
based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the
interplay between an individual’s personal characteristics, social
interactions, and socioeconomicand environmental living condition.
Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk
dijalankan. Hidup dengan pola makan, pikiran, kebiasaan dan lingkungan
yang sehat. Sehat dalam arti kata mendasar adalah segala hal yang kita
kerjakan memberikan hasil yang baik dan positif. Hidup sehat adalah hidup
dengan fisik, psikologi, lingkungan dan finansial yang sehat, cukup dan
baik. Menurut Depkes RI (1997), pola hidup sehat adalah segala upaya
untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat
dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu
kesehatan.
10
2. Indikator Pola Hidup Sehat
Menurut Depkes RI (2002) indikator pola hidup sehat antara lain:
perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik
yang teratur.
a. Pola makan sehat dan seimbang
1) Pola Konsumsi Makanan
Pola makan seimbang adalah pangan yang dikonsumsi harus
memenuhi kualitas maupun kuantitas dan terdiri dari sumber
karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati, lemak serta sumber
vitamin dan mineral. Pola makan yang sehat dan seimbang dapat
menunjang kesehatan seseorang secara optimal sehingga dapat
terhindar dari berbagai macam penyakit. Gaya hidup modern yang
tidak sehat, dan diikuti dengan tidak teraturnya pola makan,
mengakibatkan tingkat kesehatan manusia semakin merosot.
Menjamurnya masakan siap saji hingga penambahan bahan
pengawet, pewarna dan perasa buatan pada makanan, juga kerap
menjadi pemicu berkembangnya penyakit degeneratif, seperti tekanan
darah tinggi, gangguan jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus dan
penyakit lainnya (Yuliarti, 2009).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, terdapat 93,6 % masyarakat kurang dalam mengkonsumsi sayur
dan buah yang dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.
11
Pola makan seimbang didapat dari nutrisi dengan 7
komponen; protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air dan
zat. Pola makan seimbang yaitu 60% biji-bijian, 30% sayur dan
buah-buahan untuk mendapatkan vitamin, mineral, air, dan serat, 10%
daging untuk mendapatkan lemak. Ragam pangan yang dikonsumsi
harus dapat memenuhi tiga fungsi makanan yaitu zat tenaga
(karbohidrat), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan
mineral). Untuk dapat mencukupinya, pangan yang dikonsumsi sehari-
hari harus beranekaragam karena konsumsi pangan yang
beranekaragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada pangan
lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Almatsier,
2004).
Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah pangan
yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu
tertentu (Mudanijah, 2004). Pola konsumsi juga dikatakan
sebagai suatu cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok
orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi
terhadap pengaruh-pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan
sosial (Suhardjo, 2003).
Makanan yang dimakan sehari-hari dinilai sehat untuk
mencukupi kebutuhan tubuh, apabila makanan tersebut terdiri dari
bahan makanan yang mempunyai tiga kegunaan yang sering disebut
Tri Guna Makanan, yaitu (Suhardjo,2002):
12
a) Mengandung zat tenaga. Bahan makanan sumber zat tenaga
adalah beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang,
sagu, roti, mie, yang mengandung karbohidrat serta yang
mengandung lemak.
b) Mengandung zat pembangun. Bahan makanan sumber zat
pembangun yang berasal dari hewan mengandung protein
hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil
olahannya. Sedangkan jenis bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan mengandung protein nabati adalah kacang
tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai.
c) Mengandung zat pengatur berguna untuk mengatur semua
fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit.
Setiap makanan mengandung unsur yang berbeda-beda. Ada
yang merupakan bahan makanan sumber karbohidrat, protein atau
lemak, ada pula yang mengandung tinggi serat. Ada kelompok
makanan yang mengandung tinggi vitamin C, atau vitamin yang
lain. Tidak ada satu jenis makanan pun yang dapat menyediakan
semua zat gizi yang diperlukan tubuh. Mengonsumsi berbagai
jenis bahan makanan sekaligus dapat memaksimalkan manfaat dari
suatu makanan (Sutanto, 2007).
Sebagian besar rumah tangga di Indonesia lebih banyak
belanja sayur dibandingkan buah-buahan. Proporsi konsumsi bulanan
untuk sayuran dan buah terhadap total konsumsi makanan, maka
13
proporsi konsumsi sayur 6.6% dan buah 3% terhadap total konsumsi
makanan bulanan.
2) Menu Sehat Seimbang
Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang
untuk sekali makan atau untuk sehari. Menu seimbang adalah menu
yang terdiri dari beranekaragam makanan dalam jumlah dan proporsi
yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta
pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004).
Oleh karena tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung lengkap semua zat gizi yang mampu membuat
seseorang untuk hidup sehat dan produktif, maka kita harus
mengonsumsi makanan beranekaragam, kekurangan zat gizi pada
jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan
lainnya.
Makanan merupakan salah satu faktor penentu kesehatan kita,
karena tidak sedikit penyakit yang disebabkan oleh makanan
yang kita makan. Semakin berkualitas makanan yang kita makan
(dalam hal ini kandungan zat-zat gizi yang ada dalam makanan)
semakin rendah resiko kita terkena suatu penyakit. Kualitas
makanan sangat tergantung dari bahan makanan yang digunakan.
Makanan sehat berasal dari bahan makanan sehat pula. Di bawah ini
merupakan beberapa bahan makanan sehat (Leo, 2009):
14
a) Sumber antioksidan dan sumber karoten : ubi jalar, wortel, labu
kuning, mangga, bayam dan kailan
b) Sumber vitamin E : asparagus, tauge, minyak sayur dan kacang-
kacangan
c) Sumber vitamin C : daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi
dan jambu biji
d) Sumber asam lemak omega 3 : aneka jenis ikan laut (teri,
sarden, tengiri, dan tembang) serta minyak ikan
e) Sumber asam folat : kacang-kacangan (kacang hijau, kacang
merah, dan kacang polong) ari jeruk asli, bayam dan hati ayam
f) Sumber vitamin B6 : pisang, daging ayam tanpa lemak, beras
merah, oatmeal, dan tuna putih dalam kaleng
g) Sumber flanovoid : melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga,
kesemek dan jambu biji
Departemen Kesehatan RI (2002) menganjurkan agar
seseorang perlu mengonsumsi aneka ragam makanan. Adapun yang
dimaksud dengan keanekaragaman makanan adalah hidangan yang
paling tidak terdiri dari 4 kelompok bahan makanan yaitu (Sayogo,
2006) :
a) Satu jenis atau lebih makanan pokok sumber karbohidrat misalnya
beras, jagung, gandum, ubi kayu, kentang, sagu dan lainnya yang
pada umumnya disebut makanan pokok.
15
b) Satu jenis atau lebih makanan lauk pauk sebagai sumber
protein misalnya kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan,
daging dan sebagainya yang pada umumnya disebut lauk pauk.
c) Satu jenis atau lebih makanan kelompok jenis sayuran sebagai
sumber vitamin dan mineral misalnya wortel, bayam, kangkung,
labu siam dan sebagainya.
d) Satu jenis atau lebih makanan kelompok buah-buahan sebagai
sumber vitamin dan mineral misalnya pisang, nenas, pepaya, jeruk
dan sebagainya.
3) Zat Gizi Seimbang dan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang)
Dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun
1995 Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS). PUGS merupakan penjabaran dari pedoman
4 sehat 5 sempurna.Piramida makanan adalah sebagai gambaran atau
ilustrasi dari pedoman gizi seimbang. Ilustrasi ini didesain untuk
menggambarkan variasi, proporsi dan seimbang, ukuran dari tiap
bagian menunjukkan jumlah porsi per hari yang dianjurkan. Piramida
makanan membantu dalam menyusun hidangan untuk makanan
sehari-hari dengan kebutuhan dari setiap kelompok makanan (Depkes,
2003).
Pedoman pola makan untuk masyarakat secara umum yang
sering digunakan adalah pedoman Empat Sehat Lima Sempurna, dan
pedoman yang paling terakhir diperkenalkan adalah 13 Pesan Dasar
16
Gizi Seimbang. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang menyampaikan pesan-
pesan untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai gizi
seimbang guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang ada.
Garis besar pesan tersebut antara lain (Depkes RI, 1995) :
a) Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang
beraneka ragam harus mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan bahkan serat makanan dalam jumlah dan
proporsi yang seimbang menurut kebutuhan masing - masing
kelompok (bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil dan menyusui,
orang dewasa dan lansia).
b) Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi. Energi
dan tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat,
lemak serta protein. Energi dibutuhkan untuk metabolisme dasar
(seperti untuk menghasilkan panas tubuh serta kerja organ-organ
tubuh) dan untuk aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi akan
menghasilkan obesitas, sementara kekurangan energi dapat
menyebabkan kekurangan gizi seperti marasmus.
c) Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari
kebutuhan energi. Karbohidrat sederhana, seperti gula dan
makanan manis sebaiknya dikonsumsi dengan memperhatikan
azas tepat waktu, tepat indikasi dan tepat jumlah. Makanan ini
sebaiknya dimakan pada siang hari ketika kita akan atau sedang
melakukan aktivitas dan jumlahnya tidak melebihi 3-4 sendok
17
makan gula/hari. Karbohidrat kompleks sebaiknya dikonsumsi
bersama makanan yang merupakan sumber unsur gizi lain seperti
protein, lemak/minyak, vitamin dan mineral. Seyogyanya 50-60%
dari kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks.
d) Batasi konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari
kebutuhan energi. Konsumsi lemak dan minyak berlebihan,
khususnya lemak/minyak jenuh dari hewan, dapat berisiko
kegemukan pada orang-orang yang mempunyai kecenderungan ke
arah tersebut.
Adapun zat gizi seimbang itu antara lain (Almatsier, 2004) :
a) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia
untuk melakukan aktivitas fisik. Karbohidrat akan disimpan
dalam bentuk glikogen otot yang diperlukan untuk melakukan
aktivitas fisik, dan bentuk glikogen hati diperlukan untuk
memelihara kadar gula darah. Bahan makanan yang mengandung
karbohidrat adalah nasi, mie, sagu, gandum, ubi, dan singkong.
Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, secara umum
manusia membutuhkan konsumsi karbohidrat sebesar 275
gram/hari
b) Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling
erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Fungsi
18
protein untuk tubuh adalah sebagai zat pembangun,
pertumbuhan,pemeliharaan jaringan, menggantikan sel mati,
pertahanan tubuh, salah satu sumber utama energi. Bahan
makanan yang mengandung protein adalah daging, ayam, telur,
ikan, udang, kerang dan susu. Untuk melakukan aktivitas fisik
secara teratur, secara umum manusia membutuhkan konsumsi
protein sebesar 150 gram/hari.
c) Lemak
Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri
atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Fungsi lemak dalam
tubuh adalah sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan
lemak yang ditimbun di tempat-tempat tertentu, bantalan organ-
organ tertentu, melarutkan vitamin dan melindungi tubuh dari
hawa dingin. Untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur,
secara umum manusia membutuhkan konsumsi lemak sebesar 25
gram/hari.
d) Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak
dapat disintesa dalam tubuh. Terdapat dua jenis vitamin yaitu
vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan vitamin yang
larut dalam air (C, B1, B2, Asam nicotinat, Pyridoxin, Biotin, B5,
Folacin, Cyanocobalamine). Bahan makanan yang mengandung
19
vitamin adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.Untuk melakukan
aktivitas fisik secara teratur sebesar 250 gram/hari.
e) Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
memperlancar zat gizi, mengatur keseimbangan, dan mengatur
suhu tubuh. Untuk memenuhi fungsi diatas, manusia
membutuhkan sekurang-kurangnya 2 liter atau 8 gelas setiap hari.
b. Aktivitas fisik yang teratur
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga (pembakaran kalori), yang meliputi aktivitas sehari-
hari dan berolahraga. Aktivitas fisik yang ideal adalah aktivitas yang
dapat meningkatkan ketahanan jantung respirasi, disamping juga
melatih ketahanan dan kekuatan otot (Bustan, 2007). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa 48,2%
penduduk Indonesia tidak melakukan aktivitas fisik yang teratur.
Menurut WHO yang dimaksud dengan aktivitas fisik adalah kegiatan
yang dilakukan paling sedikit 10 menit tanpa henti. Aktivitas fisik dibagi
atas 3 tingkatan yakni aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat. Aktivitas
fisik ringan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
menggerakkan tubuh, aktivitas fisik sedang adalah pergerakan tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain
adalah bergerak yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari
20
biasanya, sedangkan aktivitas fisik berat adalah pergerakan tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga cukup banyak (pembakaran kalori)
sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur mempunyai efek perlindungan
yang signifikan terhadap kemungkinan terjangkit beberapa macam
penyakit. Sebaliknya, gaya hidup tanpa gerak/ sedentary lifestyle
diketahui berisiko terhadap terjadinya hal-hal tersebut.
Keuntungan dalam melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah
perbaikan fungsi jantung dan paru, berkurangnya faktor risiko penyakit
jantung koroner, berkurangnya rasa depresi, dan menurunkan risiko
osteoporosis. Selain membawa keuntungan, olahraga juga memiliki
beberapa risiko, yaitu : patah tulang, luka, terjatuh dan keseleo.
Namun, risiko dalam melakukan aktivitas fisik dapat
diminimalisasi apabila melakuka n kegiatan fisik tersebut sesuai
dengan yang dianjurkan (Devi, 2009).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
olahraga atau aktivitas fisik:
1) Frekuensi, artinya berapa kali melakukan latihan selama waktu
tertentu.
2) Menurut berbagai penelitian, di samping intensitas olahraga,
frekuensi olahraga mempengaruhi efektifitas hasil latihan secara
keseluruhan. Bila dilakukan terlalu sering, misalnya setiap hari, otot
tidak mempunyai kesempatan untuk istirahat, sedangkan bila
21
terlalu jarang, hasilnya tidak efektif. Hasil penelitian menganjurkan
Dalam seminggu melakukan olahraga secara teratur 3-5 kali
seminggu dengan jarak 1-2 hari.
3) Intensitas, adalah ukuran berat ringannya atau beban suatu latihan.
Bila ingin melakukan olahraga atau latihan, perlu diketahui terlebih
dahulu berapa jauh intensitas yang ingin dicapai.
4) Tempo, atau waktu artinya berapa lama (durasi) waktu latihan
berlangsung.
Sirkulasi atau aliran darah dalam tubuh akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya denyut nadi. Bila dipertahankan denyut nadi pada zona
latihan, kemampuan kerja dan daya tahan jantunng serta otot-otot yang
bersangkutan akan meningkat dan sistem kardiovaskuler akan semakin
tanggguh. Untuk memulai latihan olahraga maka dilakukan sesuai
dengan kemampuan, kemudian ditambah secara perlahan/bertahap selama
30 menit
Intensitas dalam beraktivitas fisik merupakan faktor
terpenting, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, aktivitas fisik
harus dilakukan dalam porsi yang tepat. Untuk mengetahui ketepatan
porsi intensitas aktivitas fisik diukur dengan menghitung detak nadi
pada saat beraktivitas. Rumus yang digunakan : Denyut Nadi maksimum
= 220 - Usia (dalam tahun). Setiap melakukan aktivitas fisik harus
mencapai 72% - 87% dari denyut nadi maksimum. Denyut nadi
maksimum disebut zona sasaran. Bila melakukan kegiatan aktivitas
22
fisik dengan intensitas kurang dari 70% dari denyut nadi maksimum,
maka manfaatnya akan terasa kurang maksimal. Namun, bila melakukan
kegiatan fisik dengan intensitas melebihi 85% maka dapat menimbulkan
kerugian pada tubuh (Heri, 2010).
Setiap melakukan aktivitas fisik hendaknya zona sasaran
dipertahankan selama paling sedikit 25 menit. Karena semakin lama
berada di zona sasaran akan memberikan efek yang lebih baik.
Frekuensi aktivitas fisik sedang yang dianjurkan minimal tiga kali dalam
satu minggu. Bila memungkinkan, dapat dilakukan lebih dari tiga kali
seminggu. Namun, perlu diingat bahwa memaksakan diri dalam
melakukan aktivitas fisik dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan
karena dapat membuat tubuh menjadi lelah (Wira, 2011).
Olah raga merupakan gaya hidup sehat yang harus di biasakan sejak
kecil agar di masa mendatang tubuh kita menjadi sehat dan tidak
gampang terkena penyakit. Karena semakin tua tubuh kita secara
otomatis daya tahannya akan semakin menurun. Dengan olah raga akan
menghambat penurunan daya tahan tersebut (Rio, 2009).
Beberapa manfaat olah raga bagi kesehatan :
1) Meningkatkan kemampuan otak
Olah raga dapat meningkatkan kadar oksigen di dalam darah
dan mempercepat sirkulasi darah dalam tubuh terutama ke otak. Hal
tersebut dipercaya bisa meningkatkan kemampuan otak.
2) Menunda proses penuaan
23
Proses penuaan merupakan hal yang alami dan pasti terjadi,
akan tetapi dengan olah raga proses tersebut bisa dikurangi lajunya.
3) Mengurangi stress
Dalam kehidupan manusia sekarang ini stress adalah penyakit
yang sering terjadi karena tekanan hidup, tekanan pekerjaan,
tekanan ekonomi dan masalah-masalah kehidupan yang lain.
Dengan olah raga dapat mengurangi kadar stress dalam kehidupan.
4) Meningkatkan daya tahan tubuh
Aktivitas olahraga dapat meningkatkan hormon-hormon
dalam otak seperti adrenalin, serotonin, dopamin dan endorfin,
dimana hormon-hormon tersebut berfungsi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.
5) Menambah rasa percaya diri
Dengan olah raga yang teratur dapat mengontrol berat
badan, sehingga dapat mencapai berat badan ideal dan memperoleh
postur tubuh yang proporsional yang secara langsung dapat menambah
rasa percaya diri.
Banyak orang sudah mengetahui bahwa salah satu cara untuk menjaga
kesehatan adalah dengan berolah raga. Dengan berolah raga selain
kesehatan terjaga, postur tubuh pun bisa terjaga dengan proporsional.
Sayangnya banyak sekali orang yang mengabaikan masalah olah raga
ini. Tidak sempat, capek atau tidak ada teman lah ini lah alasan orang
tidak melakuka n olahraga.
24
Beberapa ciri-ciri fisik yang terdapat pada orang-orang yang tidak
pernah melakukan olah raga (Anne, 2010) :
1) Bentuk tubuh yang tidak proposional, hal ini terjadi karena
penumpukan lemak yang berlebihan pada bagian tubuh tertentu
seperti bagian lengan, paha dan perut.
2) Berat badan yang berlebihan (kegemukan).
3) Sering terkena penyakit akibat kebugaran tubuh kurang terjaga
atau lemahnya daya tahan tubuh.
4) Wajah yang terlihat tidak cerah (terlihat lesu) dan terlihat tidak
bersemangat.
5) Sering mengantuk terutama pada pagi hari.
6) Mudah sekali lelah, nafas tersengal sengal pada saat jalan
kaki jauh atau menaiki tangga.
7) Sering mengalami gangguan otot seperti mudah kram atau
otot-otot kaku karena otot elastisitas dan kelenturannya
berkurang.
8) Semua orang pasti sadar bahwa olah raga adalah aktivitas untuk
melatih tubuh tidak secara jasmani saja tetapi juga rohani.
Dengan berolah raga tubuh akan menjadi terlatih dan hasil yang
dicapai tubuh menjadi sehat karena metabolisme di dalam tubuh
berjalan secara optimal dan tubuh tidak akan gampang terkena
penyakit.
25
Berdasarkan fungsinya olah raga dapat dibagi menjadi 2 kelompok
(Sutini, 2008):
1) Olah raga endurance
Olah raga yang ditujukan untuk melatih ketahanan jantung
dan paru-paru. Latihan-latihan pada kategori ini bermanfaat
membakar kalori yang disertai dengan peningkatan aktivitas kerja
jantung memompa darah, dan meningkatkan aktivitas paru-paru
dalam menyuplai oksigen. Olah raga yang termasuk kategori ini
antara lain: senam aerobic, joging, dan jalan kaki.
2) Strength training
Olah raga yang ditujukan untuk melatih otot-otot bagian tubuh
tertentu sehingga bagian tubuh yang dilatih akan menjadi kuat.
Yang termasuk kategori olah raga ini latihan mengangkat dumbel.
Otot yang dilatih adalah otot-otot lengan.
c. Perilaku tidak merokok
1) Perilaku Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi kesehatan, tidak ada
satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat yang dikandungnya.
Merokok adalah salah satu kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.
Bahkan jumlah perokok meningkat dari tahun ke tahun (Sari,2006).
Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya.
26
Karena itu gaya hidup ini dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai
macam penyakit. (Edi, 2006).
Topik mengenai bahaya rokok sudah sering dibicarakan baik di
forum-forum resmi maupun obrolan sehari-hari, namun jumlah
perokok yang ada di Indonesia maupun di dunia semakin
meningkat. Meskipun sebenarnya para perokok sudah mengetahui
bahaya rokok tetapi tetap saja merokok demi memenuhi kepuasan
batinnya. Berbagai alas an digunakan untuk melancarkan aksinya, ada
yang bilang untuk mengurangi stress, sudah kecanduan, sebagai teman
atau bahkan sebagai penyumbang pendapatan negara. Untuk alasan
yang terakhir memang industri rokok khususnya di Indonesia
menjadi penyumbang pendapatan negara yang besar.
Bahkan pola hidup tidak sehat ini sudah dimulai oleh kalangan
di bawah umur(Ari, 2011). Situasi lain yang lebih memprihatinkan
adalah bahwa ada 85,4 persen perokok aktif merokok di dalam
rumah bersama anggota keluarga, sehingga dapat berakibat buruk
terhadap kesehatan anggota keluarga lain khususnya anak-anak.
Pengaruh rokok terhadap kesehatan tidak hanya bagi perokok
aktif namun juga orang-orang yang berada disekitar perokok, yang
dinamakan perokok pasif. Bagi perokok aktif pengaruh rokok
terhadap kesehatannya tergantung pada jumlah dan lama seseorang
mengkonsumsi rokok. Semakin lama dan banyak seseorang
mengkonsumsi rokok maka semakin banyak pengaruh kesehatan yang
27
akan ditimbulkan. Seseorang dikatakan sebagai perokok ringan bila
rokok yang dihisap kurang dari 10 batang/hari, perokok sedang
bila rokok yang dihisap 11-20 batang/hari, dan sebagai perokok
berat bila mengkonsumsi rokok lebih dari 21 batang/hari.
2) Kandungan Rokok
Dalam sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 zat dan
2000 diantaranya mempunyai dampak yang tidak baik bagi kesehatan
tubuh, diantaranya adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan
bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai
(ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun
anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) dan banyak lagi
lainnya (Sari,2006).
Zat pada rokok yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin dan
Karbon Monoksida. Tar mengandung kurang lebih empat puluh tiga
bahan yang menjadi penyebab kanker atau yang disebut dengan
karsinogen. Nikotin mempunyai zat dalam rokok yang dapat
menyebabkan ketagihan, inilah mengapa perokok sulit menghentikan
kebiasaan buruknya. Nikotin merupakan zat pada rokok yang beresiko
menyebabkan penyakit jantung, 25 persen dari para pengidap
penyakit jantung disebabkan oleh kegiatan merokok (Ari, 2007).
Beberapa zat kandungan rokok lainnya dikenal mempunyai
efek yang merugikan tulang dan kulit. Beberapa bahan kimia dalam
asap rokok di antaranya adalah sebagai berikut:
28
a) Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
b) Benzene juga dikenal sebagai bensol merupakan senyawa kimia
organik yang mudah terbakar dan cairan tidak berwarna.
c) Cadmium sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif
yang ditemukan baterai.
d) Metanol (alkohol kayu) adalah alkohol yang paling sederhana yang
juga dikenal sebagai metil alkohol.
e) Asetilena (bahan bakar yang digunakan dalam obor las)
merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan
hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
f) Amonia ditemukan di mana-mana di lingkungan tetapi sangat
beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
g) Formaldehida cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat.
h) Hidrogen sianida adalah racun yang digunakan sebagai
fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai
zat pembuat plastik dan pestisida.
i) Arsenik adalah bahan yang terdapat dalam racun tikus.
3) Bahaya Rokok
Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin. Peringatan bahaya
rokok yang tercantum di bungkus rokok hanya sebagian kecil
bahaya dari rokok, sebagian lain diantaranya bermacam-macam
29
kanker (kanker mulut, kanker esofagus, kanker tekak, kanker
pankreas, kanker payudara, kanker paru-paru, penyakit saluran
pernafasan kronik, stroke, penyakit jantung, kemandulan, melahirkan
bayi yang cacat, keguguran bayi, bronkitis, batuk, dan lain sebagainya
(Devi, 2009).
Menurut WHO (2008) lebih dari satu miliar perokok yang
hidup saat ini, 500 juta akan terbunuh oleh tembakau dengan
kecenderungan antara 2005 dan 2030, 175 orang akan terbunuh.
Berbagai hasil penelitian baik dalam maupun luar negeri
menunjukkan bahwa perilaku merokok terbukti dapat berdampak
buruk terhadap kesehatan dan ekonomi keluarga. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kematian di dunia akibat
konsumsi rokok pada tahun 2030 akan mencapai 10 juta orang setiap
tahunnya dan sekitar 70% diantaranya terjadi di Negara berkembang
termasuk Indonesia (Bambang, 2008).
Menghisap asap rokok orang lain lebih berbahaya daripada
bagi si perokok itu sendiri. Asap Utama adalah asap rokok yang
terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu di hembuskan
kembali. Asap Sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh
ujung rokok yang terbakar. Udara yang mengandung asap rokok akan
mengganggu kesehatan, karena asap rokok mengandung banyak zat-
zat berbahaya, diantaranya :
30
a) Tar, mengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak
sel paru-paru dan meyebabkan kanker.
b) KarbonMonoksida (CO), gas beracun yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
c) Nikotin, salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak
jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya
kecanduan.
Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah
membuktikan bahwa zat- zat kimia yang dikandung asap rokok
dapat mempengaruhi orang-orang tidak merokok di sekitarnya.
Perokok pasif dapat meningkatkan risiko penyakit kanker paru –
paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok orang
lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit antara lain:
a) Angina, nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah pada
jantung.
b) Asma, mengalami kesulitan bernafas.
c) Alergi, iritasi akibat asap rokok.
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Pikir
Hasil konferensi United National World Assembly on Ageing tahun 1989 dan
UU Nomor 13 Tahun 1998 menyebutkan bahwa lansia adalah individu yang
berusia mencapai 60 tahun keatas. Permasalahan kesehatan yang terjadi pada
lansia tidak lepas dari proses penuaan (ageing process). Menua bukanlah suatu
penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur – angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, merupakan proses penurunan daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kemataian. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan perilaku pada lansia tidak
terkecuali pola hidup lansia tersebut.
Menurut Depkes RI (1997), pola hidup sehat adalah segala upaya untuk
menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Indikator pola hidup sehat antara lain: perilaku tidak merokok, pola makan sehat
dan seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.
32
B. Kerangka Konsep
Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Gambar 1.Kerangka konsep penelitian
Ket :
= variabel independen yang diteliti
= variabel independen yang tidak diteliti
= variabel dependen
= hubungan antara variabel
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel independen (bebas) yaitu pola makan sehat dan seimbang serta
aktivitas fisik yang teratur
2. Variabel dependen (terikat) yaitu pola hidup sehat pada lansia
Pola makan sehat dan seimbang
Aktivitas fisik yang teratur
Perilaku Tidak Merokok
Pola hidup sehat
pada lansia
33
D. Definisi Operasional dan Kriteria obyektif
Defenisi operasinal adalah proses perumusan atau pemberian arti/makna
pada masing-masing untuk kepentingan akurasi komunikasi dan replikasi agar
memberikan pemahaman yang sama pada setiap orang mengenai variabel –
variabelyang diangkat dalam suatu penelitian. (Nursalam, 2008).
1. Lansia
Lansia dalam penelitian ini adalah seseorang yang berusia di atas 60
tahun yang berdomisili di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari
2. Pola hidup sehat
Pola hidup sehat dalam penelitian ini adalah cara hidup seseorang
untuk mempertahankan status kesehatan sehingga ia mampu menjalani
kehidupan sehari – hari dengan performa terbaiknya. Pola hidup sehat ini
menggunakan intrumen penelitian HPLP II (health promotion life style) yang
dikembangkan oleh Susan Noble Walker (1995). Pertanyaan untuk pola hidup
sehat terdiri dari 17 pertanyaan dimana 9 pertanyaan pola makan sehat dan
seimbang serta 8 pertanyaan untuk aktivitas fisik yang teratur yang dinilai
berdasarkan skala Likert skor 1 sampai 4, dimana:
a. skor 4 = selalu c. skor 2 = kadang – kadang
b. skor 3 = sering d. skor 1 = tidak pernah
Persentase skor tinggi = 17 x 4 = 68 x
Persentase skor rendah = 17 x 1 = 17 y
Sehingga : Range (R) = x - y = 68 – 17 = 51
34
Interval (I) = R/K(kategori sehat dan tidak terjadi sehat)
= 51 / 2= 25,5 , Maka I = 25,5
Kriteria objektif:
a. Skor 17 – 42,5 : tidak sehat
b. Skor 42,6 – 68 : sehat
3. Pola Makan sehat dan seimbang
Pola makan sehat dan seimbang adalah pola konsumsi pangan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sehingga ia tetap sehat meliputi
jenis (terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein hewani dan nabati,
lemak serta sumber vitamin dan mineral), kuantitas, cara pengolahan
makanan. Pola makan ini diukur menggunakan intrumen penelitian HPLP II
(health promotion life style) yang dikembangkan oleh Susan Noble Walker
(1995). Pertanyaan untuk pola makan sehat dan seimbang terdiri dari 9
pertanyaan yang dinilai berdasarkan skala Likert skor 1 sampai 4, dimana:
a. skor 4 = selalu c. skor 2 = kadang – kadang
b. skor 3 = sering d. skor 1 = tidak pernah
Persentase skor tinggi = 9 x 4 = 36 x
Persentase skor rendah = 9 x 1 = 9 y
Sehingga : Range (R) = x - y = 36 – 9 = 27
Interval (I) = R/K(kategori sehat dan tidak terjadi sehat)
= 27 / 2= 13,5 , Maka I = 13,5
Kriteria objektif:
a. Skor 9 – 22,5 : tidak sehat
35
b. Skor 22,6 – 36 : sehat
4. Aktivitas fisik yang teratur
Aktivitas fisik yang teratur adalah pergerakan tubuh yang
menyebabkan pengeluaran energi, meliputi aktivitas sehari – hari, olahraga
dan istirahat. Aktivitas fisik ini diukur menggunakan intrumen penelitian
HPLP II (health promotion life style) yang dikembangkan oleh Susan Noble
Walker (1995). Pertanyaan untuk aktivitas yang teratur terdiri dari 8
pertanyaan yang dinilai berdasarkan skala Likert skor 1 sampai 4, dimana:
a. skor 4 = selalu c. skor 2 = kadang – kadang
b. skor 3 = sering d. skor 1 = tidak pernah
Persentase skor tinggi = 8 x 4 = 32 x
Persentase skor rendah = 8 x 1 = 8 y
Sehingga : Range (R) = x - y = 32 – 8 = 24
Interval (I) = R/K(kategori sehat dan tidak terjadi sehat)
= 24 / 2= 12 , Maka I = 12
Kriteria objektif:
a. Skor 8 – 20 : tidak teratur
b. Skor 21 – 32 : teratur
36
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain deskriptif survey.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang di lakukan dengan
tujuan utama untuk membuka gambaran atau diskriptif tentang suatu keadaan secara
objebtif. Metode penelitian diskriptif di gunakan untuk memecahkan dan menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi stuasi sekarang (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran pola hidup sehat pada lansia di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di salah satu wilayah kerja Puskemas
Poasia yaitu: Kelurahan Rahandouna yang memiliki 6 RT yaitu RT 24, RT 25, RT
26, RT 27, RT 28 dan RT 29
2. Waktu penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 14 – 20 Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah lansia di
salah satu wilayah kerja Puskesmas Poasia yaitu Kelurahan Rahandouna yang
37
berusia diatas 60 tahun sebanyak 114 orang dengan persebaran di RT 24 sebanyak
15 orang (13 %) , RT 25 sebanyak 33 orang (29 %), RT 26 sebanyak 15 orang (13
%), RT 27 sebanyak 28 orang (25 %), RT 28 sebanyak 15 orang (13 %) dan RT 29
sebanyak 8 orang ( 7 %).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari
karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel terdiri dari bagian
populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
Dalam pengambilan sampel, peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto
yang menyatakan bahwa: Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Tetapi jika subyeknya
besar (lebih dari 100), dapat diambil 15 %, 25 %, 35 %, atau lebih tergantung
setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu
b. Sempit luasnya lahan wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar hasilnya lebih baik
Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya, sehingga tidak mungkin
mengambil sampel dari semua populasi yang ada. Maka dari itu peneliti mengambil
sampel yang dianggap representatif. Sehingga besar sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sebanyak 35 % dari 114 orang atau 40 orang lansia yang ada di
Kelurahan Rahandouna
38
Pengambilan jumlah sampel dengan mengikuti teknik sampling. Teknik
sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2012). Adapun teknik
pengambilan sampel, dengan menggunakan teknik proportionate stratified
random sampling. Alasan menggunakan teknik ini karena yang menjadi populasi
dalam penelitian ini hanya lansia yang berada di Kelurahan Rahandouna yang
terbagi atas 6 RT. Agar semua RT dapat terwakili, maka sampel diambil dari
masing-masing RT dengan proporsi sama. Prosedur pengambilan sampel adalah
dengan cara undian. Alasan menggunakan undian adalah bagi peneliti cukup
sederhana dan memungkinkan ketidakadilan dapat dihindari.
Adapun penjabarannya dalam pengambilan sampel pada setiap RT adalah:
a. RT 24 = 35 % × 15 = 5 orang
b. RT 25 = 35 % × 33 = 12 orang
c. RT 26 = 35 % × 15 = 5 orang
d. RT 27 = 35 % × 28 = 10 orang
e. RT 28 = 35 % × 15 = 5 orang
f. RT 29 = 35 % × 8 = 3 orang
Adapun kriteria sampel pada penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi
1) Seorang lansia yang berusia diatas 60 tahun
2) Lansia yang berdomisili di Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia
3) Lansia yang mampu membaca, menulis, serta berkomunikasi menggunakan
Bahasa Indonesia
4) Lansia yang bersedia menandatangani surat pernyataan persetujuan menjadi
39
responden (Inform Concent)
b. Kriteria Eksklusi
1) Seorang lansia yang berusia dibawah 60 tahun
2) Lansia yang tidak berdomisili di Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia
3) Lansia yang tidak mampu membaca, menulis serta berkomunikasi
menggunakan Bahasa Indonesia
4) Lansia yang tidak bersedia menandatangani surat pernyataan persetujuan
menjadi responden (Inform Concent)
D. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden mengenai pola hidup sehat
lansia. Untuk memeproleh data atau informasi dari responden, peneliti menggunakan
intrumen penelitian berupa kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui hasil pencatatan dan pelaporan (dokumentasi)
pada pelayanan kesehatan lanjut usia di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini merupakan data primer yang diambil dari kuesioner:
1. Intrumen pertama berupa pertanyaan menegenai data demografi responden yang
terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, status pernikahan, tingkat pendidikan,
alamat, pekerjaan, suku, agama, serta tanggal wawancara.
2. Health promotion life style (HPLP – II) adalah instrumen yang digunakan untuk
menilai pola hidup sehat seseorang. HPLP – II dikembangkan oleh Susan Noble
40
Walker (1995) dan berisi 52 pertanyaan dengan skala Likert untuk mengkaji pola
hidup sehat responden. HPLP-II terdiri dari enam sub-skala yang mengukur
pola hidup responden terkait tanggung jawab pemeliharaan kesehatan (9 item),
aktivitas fisik (8 item), status nutrisi (9 item), perkembangan spiritual (9 item),
hubungan interpersonal (9 item) dan managemen stress (8 item). Peneliti
memodifikasi instrumen tersebut menyesuaikan dengan variabel yang diteliti yaitu
aktifitas fisik (8 item) dan pola makan (10 item). Instrumen ini menggunakan 4
titik skala Likert, dimana angka 1 mencerminkan jawaban tidak pernah, 2 berarti
kadang-kadang, 3 mewakili jawaban sering dan 4 berarti selalu.
F. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Coding
Merupakan proses memberikan kode pada masing-masing jawaban untuk
memudahkan pengolahan data dan pengisian kode berdasarkan ketentuan sesuai
yang ada didefinisi operasional.
b. Editing
Merupakan proses untuk meneliti kelengkapan data yang diperoleh melalui
wawancara, sehingga validitas, kesempurnaan dan kesinanambungan data dapat
terjamin.
c. Processing
Setelah semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya adalah memproses
data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara mengentri data hasil
kuisioner ke komputer.
41
d. Cleaning
Yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dientri, apakah ada
kesalahan atau tidak.
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian yang seluruh
teknik pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan
Microsoft Office Excel 2016.
Rumus analisa univariat :
f
P = × 100%
n
Ket :
f = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
n = Total sampel
P = Angka presentasi ( Sugioyono, 2010 )
3. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang kemudian dinarasikan secara deskriptif variabel yang diteliti.
G. Etika Penelitian
Pada penelitian ini peneliti perlu mendapatkan adanya suatu rekomendasi dari
institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin pada institusi tempat
penelitian yang dalam hal ini adalah pihak Kelurahan Rahandouna Kota Kendari. Setelah
42
mendapat persetujuan, maka peneliti baru dapat melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi:
1 Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan pada subyek yang akan diteliti,
tujuannya adalah subyek mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia
diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika menolak
maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek
2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi
oleh subyek, lembar tersebut hanya diberi kode yang diketahui oleh peneliti
saja.
3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya
kelompok data tertentu saja yang akan dilapor sebagai hasil penelitian.
43
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah Singkat Kelurahan Rahandouna
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987, maka
wilayah Kecamatan Poasia Terdiri Dari Desa Lapulu, Desa Talia, Desa
Anggoeya, Desa Nambo, Desa Abeli, Desa Bungkutoko, Desa Sambuli
Dan Desa Anduonohu.
Pada tahun 1981 status Desa berubah menjadi Kelurahan yakni
Kelurahan Anduonohu, Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Kambu,
Kelurahan Lapulu, Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli, Kelurahan Sambuli,
Kelurahan Bungkutoko. Lalu pada tahun 1993 terjadi pemekaran menjadi
10 kelurahan yaitu Kelurahan Anduonohu, Kelurahan Anggoeya,
Kelurahan Kambu, Kelurahan Lapulu, Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli,
Kelurahan Sambuli, Kelurahan Bungkutoko, Kelurahan Tobimeita dan
Kelurahan Nambo.
Pada tahun 1997 akibat perkembangan penduduk terjadi pemekaran
dari 10 kelurahan menjadi 18 kelurahan yaitu: Kelurahan Mokoau,
Kelurahan Kambu, Kelurahan Anduonohu, Kelurahan
Rahandouna,Kelurahan Anggoya, Kelurahan Matabubu,Kelurahan
Lapulu, Kelurahan Puday, Kelurahan Abeli, Kelurahan Benuanirai,
44
Kelurahan Tobimeita, Kelurahan Anggalomalai, Kelurahan Nambo,
Kelurahan Petoaha, Kelurahan Talia, Kelurahan Poasia, Kelurahan
Sambuli, dan Kelurahan Tondonggeu.
Dengan keluarnya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah, kota madya daerah tingkat II kendari menjadi kota
kendari berdasarkan peraturan daerah nomor 1 tahun 2003. Paada tahun
2003 itu akibat perkembangan penduduk Kecamatan Poasia dimekarkan
menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Abeli dan Kecamatan Poasia.
Kecamatan poasia setalah pemekaran tinggal 8 kelurahan yaitu Kelurahan
Kambu, Kelurahan Mokoau, Kelurahan Rahandouna, Kelurahan
Anggoeya, Kelurahan Matabubu, Kelurahan Padaleu, Kelurahan
Anduonohu dan Kelurahan Lalolara.
Kecamatan poasia pada tahun 2006 dimekarkan kembali untuk kedua
kalinya yaitu terdiri dari Kecamatan Poasia dan Kecamatan Kambu.
Kecamatan Poasia terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Rahandouna,
Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Anduonohu.
b. Keadaan Geografis Kelurahan Rahandouna
Kelurahan Rahandouna merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Poasia Kota Kendari, terletak sekitar 2 km dari Ibukota Provinsi Sulawesi
Tenggara, 5 km dari Jarak ke Ibukota Kendari dan 0,3 km ke Ibukota
Kecamatan Poasia. Kelurahan Rahandouna terletak 3085’59” – 401’01”
lintang selatan dan 122032’31” – 122035’46” bujur timur. Sebagian besar
wilayah Kelurahan Rahandouna merupakan dataran rendah dan sebagian
45
merupakan perbukitan sehingga sangat ideal untuk pemukiman. semua
batas wilayah Kelurahan Rahandouna dapat dilihat pada penjelasan
dibawah ini:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kendari
2) Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Anggoeya
3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda
4) Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Anduonohu
Luas wilayah Kelurahan Rahandouna sekitar 12.750 km2 atau 29,85 %
dari luas daratan Kota Kendari dengan jumlah penduduk tahun 2015
sebanyak 12.204 jiwa atau 40 % dari jumlah penduduk Kecamatan Poasia
serta tingkat kepadatan penduduk 938,75 orang/km 2 .
c. Keadaan Sosiodemografi Kelurahan Rahandouna
Penduduk adalah orang atau sejumlah orang yang menempati suatu
wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu. Data tentang kependudukan
sangat penting artinya di dalam menghitung sebaran jumlah penduduk,
usia penduduk, pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Data ini bisa
diperoleh dari laporan penduduk, sensus penduduk dan survei penduduk.
Jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Rahandouna tahun 2015
sebanyak 12.204 jiwa (40,10 % total penduduk Kecamatan Poasia) yang
sebagian besar adalah suku Muna (52 %). Penduduku Kelurahan
Rahandouna didominasi oleh laki – laki dengan jumlah 6.168 jiwa
46
dibandingkan perempuan hanya 5.836 dengan rasio jenis kelamin sebesar
105,69.
Agama yang dianut penduduk di wilayah Kelurahan Rahandouna
adalah agama Islam (93,90 %), Kristen (3,15 %), Katolik (1,60 %), Hindu
(0,85 %) dan Budha (0,5 %). Sarana ibadah berupa mesjid dan mushala 13
unit. Bahasa pengantar sehari-hari yang dipergunakan masyarakat
Kelurahan Rahandouna adalah Bahasa Indonesia.
Seluruh dusun dalam wilayah kerja Kelurahan Rahandouna dapat
dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Wilayah
Kelurahan Rahandouna merupakan daerah pengembangan yang ditandai
dengan pesatnya pertambahan pemukiman ataupun perumahan.
Perkembangan ini diikuti dengan pertambahan sarana prasarana sosial
kemasyarakatan.
2. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RT 24, RT 25, RT 26, RT 27, RT 28 dan
RT 29 Kelurahan Rahandouna Kota Kendari selama 5 hari, yaitu dari tanggal
14 Juli 2017 sampai 18 Juli 2017 dengan jumlah sampel sebanyak 40
responden terhadap lansia yang berada di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini
di bagi atas karakteristik umum responden serta distribusi frekuensi dan
persentase variabel penelitian. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
a. Karakteristik Umum Responden
47
Analisis ini dilakukan untuk melihat secara umum karakterisik
responden dan karakteristik objek penelitian dengan mendeskripsikan
berdasarkan ciri-ciri setiap sampel yang diteliti sebagai berikut :
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Adapun karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
sebagaimana diuraikan pada tabel 5.1 di bawah ini:
Tabel 5.1
Distribusi Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari Tahun 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Laki - Laki 28 70.00%
2 Perempuan 12 30.00%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.1 distribusi jenis kelamin responden di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40
responden yang paling banyak adalah berjenis laki – laki sebanyak 28
orang (70,00%) sedangkan perempuan sebanyak 12 orang (30,00%).
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Adapun karakteristik responden berdasarkan umur
sebagaimana diuraikan pada tabel 5.2 di bawah ini:
Tabel 5.2
Distribusi Umur Responden di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari Tahun 2017
No Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
1 60 - 69 Tahun 21 52.50%
2 70 - 79 Tahun 13 32.50%
48
3 80 - 90 Tahun 4 10.00%
4 > 90 Tahun 2 5.00%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.2 distribusi umur responden di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40 responden yang
paling banyak adalah yang berumur 60 – 69 tahun sebanyak 21 orang
(52,50%) dan yang paling sedikit adalah umur > 90 tahun sebanyak 2
orang (5,00%).
3) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Adapun karakteritik responden berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir sebagaimana diuraikan pada tabel 5.3 di bawah ini:
Tabel 5.3
Distribusi Tingkat Pendidikan Terakhir Responden di
Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017
No Tingkat Pendidikan Terakhir Frekuensi (f) Persentase (%)
1 SD/ SR 14 35.00%
2 SMP 6 15.00%
3 SMA 11 27.50%
4 Perguruan Tinggi 3 7.50%
5 Tidak Sekolah 6 15.00%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.3 distribusi tingat pendidikan terakhir responden di
Kelurahan Rahandouna Kota Kendari tahun 2017menunjukkan bahwa
dari 40 responden yang paling banyak adalah tingkat pendidikan
SD/SR sebanyak 14 orang (35,00%) dan yang paling sedikit adalah
tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 3 orang (7,50%).
49
4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Adapun karakteritik responden berdasarkan pekerjaan
sebagaimana diuraikan pada tabel 5.4 di bawah ini:
Tabel 5.4
Distribusi Pekerjaan Responden di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari Tahun 2017
No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Buruh 1 2.50%
2 Ibu Rumah Tangga 5 12.50%
3 Pedagang 6 15.00%
4 Pensiunan 1 2.50%
5 PNS 3 7.50%
6 Tukang Ojek 2 5.00%
7 Tani 3 7.50%
8 Wiraswasta 7 17.50%
9 Tidak Bekerja 12 30.00%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.4 distribusi pekerjaan responden di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40
responden yang paling banyak adalah yang tidak bekerja s sebanyak
12 orang (30,00%) dan yang paling sedikit adalah yang bekerja
sebagai buruh dan pensiunan yang masing – masing sebanyak 1 orang
(2,50%).
5) Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
Adapun karakteritik responden berdasarkan umur sebagaimana
diuraikan pada tabel 5.5 di bawah ini:
50
Tabel 5.5
Distribusi Suku Responden di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari Tahun 2017
T
a
b
e
l
5
.5 distribusi suku responden di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari
tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40 responden yang paling banyak
adalah suku muna sebanyak 13 orang (32,50%) serta yang paling sedikit
adalah suku jawa dan tator yang masing – masing sebanyak 1 orang
(2,50%).
6) Karakteristik Responden Berdasarkan Agama
Adapun karakteritik responden berdasarkan umur sebagaimana
diuraikan pada tabel 5.6 di bawah ini:
Tabel 5.6
Distribusi Agama Responden di Kelurahan Rahandouna
No Suku Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Bugis 12 30.00%
2 Buton 2 5.00%
3 Jawa 1 2.50%
4 Muna 13 32.50%
5 Makassar 3 7.50%
6 Tolaki 8 20.00%
7 Tator 1 2.50%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
51
Kota Kendari Tahun 2017
No Agama Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Islam 39 97.50%
2 Kristen 1 2.50%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.6 distribusi agama responden di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40
responden yang paling banyak adalah yang beragama islam sebanyak
39 orang (97,50%) dan yang paling sedikit adalah yang beragama
Kristen sebanyak 1 orang (2,50%).
b. Distribusi Frekuensi dan Persentase Variabel Penelitian
Analisis ini dilakukan untuk melihat secara umum karakterisik
responden dan karakteristik objek penelitian dengan mendeskripsikan
berdasarkan variabel yang diteliti sebagai berikut :
1) Pola Makan Sehat dan Seimbang
Adapun distribusi responden berdasarkan pola makan sehat
dan seimbang sebagaimana diuraikan pada tabel 5.7 di bawah ini:
Tabel 5.7
Distribusi Pola Makan Sehat dan Seimbang pada Lansia di
Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017
No Pola Makan Sehat dan Seimbang Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Sehat 38 95,00%
2 Tidak Sehat 2 5,00%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
52
Tabel 5.7 distribusi pola makan sehat dan seimbang pada lansia
di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 diatas
menunjukkan bahwa dari 40 responden yang paling banyak adalah
pola makan sehat dan seimbang yang sehat sebanyak 38 orang (95,00
%) dan yang paling sedikit adalah pola makan sehat dan seimbang
yang tidak sehat sebanyak 2 orang (5,00 %).
Adapun nilai rata – rata jenis pertanyaan pola makan sehat dan
seimbang sebagaimana diuraikan pada table 5.8 di bawah ini:
Tabel 5.8
Distribusi Nilai Rata – Rata Jenis Pertanyaan Pola Makan Sehat
dan Seimbang pada Lansia di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari Tahun 2017
No Pertanyaan Rata - Rata
a. Mengurangi konsumsi ikan asin dan daging yang digoreng
2.55
b. Membatasi penggunaan gula dan konsumsi pemanis
buatan 2.13
c. Mengonsumsi nasi, singkong, jagung, atau sagu setiap hari
4.00
d. Mengonsumsi buah setiap hari 2.95
e. Mengonsumsi sayuran setiap hari 3.50
f. Mengonsumsi susu dan berbagai jenis olahannya setiap hari
1.90
g. Mengonsumsi daging, unggas, ikan, telur atau kelompok
kacang setiap hari 2.85
h. Sarapan setiap hari 3.58
i. Mengonsumsi 1500 ml air putih setiap hari 3.03
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.8 distribusi rata – rata jenis pertanyaan pola makan
sehat dan seimbang pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari tahun 2017 diatas menunjukkan dari sembilan pertanyaan
53
tentang pola makan sehat dan seimbang, dua pertanyaan dengan nilai
rata – rata tertinggi adalah pertanyaan (c) tentang kebiasaan
mengonsumsi nasi maupun sumber karbohidrat lainnya dan
pertanyaan (h) tentang kebiasaan sarapan setiap hari yang masing nilai
rata – ratanya adalah 4 dan 3,58 sedangkan dua pertanyaan dengan
nilai rata – rata terendah adalah pertanyaan (f) mengenai konsumsi
susu dan berbagai jenis olahannya dan pertanyaan (b) mengenai
pembatasan penggunaan gula dan mengonsumsi pemanis buatan yang
masing – masing nilai rata – ratanya adalah 1,90 dan 2,13.
2) Aktivitas Fisik Yang Teratur
Adapun distribusi responden berdasarkan aktivitas fisik yang
teratur sebagaimana diuraikan pada tabel 5.9 di bawah ini:
Tabel 5.9
Distribusi Aktivitas Fisik yang Teratur pada Lansia di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017
No Aktivitas Fisik Yang Teratur Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Teratur 13 32.50%
2 Tidak Teratur 27 67.50%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.9 distribusi aktivitas fisik yang teratur pada lansia di
Kelurahan Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan
bahwa dari 40 responden yang paling banyak adalah aktivitas fisik
yang tidak teratur sebanyak 27 orang (67,50%) dan yang paling sedikit
adalah aktivitas fisik yang teratur sebanyak 13 orang (32,50%).
54
Adapun nilai rata – rata jenis aktivitas fisik yang teratur
sebagaimana diuraikan pada table 5.10 di bawah ini:
Tabel 5.10
Distribusi Nilai Rata – Rata Jenis Pertanyaan Aktivitas Fisik Yang
Teratur pada Lansia di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari Tahun 2017
No Pertanyaan Rata - Rata
a. Melakukan olahraga secara teratur 2.08
b. Melakukan olahraga berat setidaknya 3 kali seminggu selama 20 menit atau lebih
1.30
c. Melakukan olahraga ringan selama 30 – 40 menit setidaknya 5 kali seminggu.
2.38
d. Melakukan kegiatan fisik saat rekreasi 2.30
e. Melakukan senam minimal 3 kali seminggu 1.78
f. Melakukan aktivitas fisik sehari – hari 3.68
g. Menyeimbangkan waktu bekerja dan istirahat 3.28
h. Tidur setidaknya 8 jam setiap hari 2.78
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.10 distribusi rata – rata jenis pertanyaan aktivitas fisik
yang teratur pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari tahun
2017 diatas menunjukkan dari sembilan pertanyaan tentang aktivitas
yang tertur, dua pertanyaan dengan nilai rata – rata tertinggi adalah
pertanyaan (f) mengenai aktivitas fisik sehari – hari.dan pertanyaan (g)
mengenai menyeimbangkan waktu bekerja dan istirahat yang masing –
masing nilai rata – ratanya adalah 3,68 dan 3,28 sedangkan dua
pertanyaan dengan nilai rata – rata terendah adalah pertanyaan (b)
mengenai rutinitas melakukan olahraga berat setidaknya 3 kali
55
seminggu selama 20 menit dan pertanyaan (e) mengenai rutinitas
melakukan senam minimal 3 kali seminggu yang masing – masing
nilai rata – ratanya adalah 1,30 dan 1,78.
3) Pola Hidup Sehat
Adapun distribusi responden berdasarkan pola hidup sehat
sebagaimana diuraikan pada tabel 5.11 di bawah ini:
Tabel 5.11
Distribusi Pola Hidup Sehat pada Lansia di Kelurahan Rahandouna
Kota Kendari Tahun 2017
No Pola Hidup Sehat Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Sehat 29 72.50%
2 Tidak Sehat 11 27.50%
Total (n) 40 100,00%
Sumber: Data Primer 2017
Tabel 5.11 distribusi pola hidup sehat pada lansia di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40
responden yang paling banyak adalah pola hidup yang sehat sebanyak
29 orang (72,50 %) dan yang paling sedikit adalah pola makan pola
hidup yang tidak sehat sebanyak 11 orang (27,50 %).
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi dan persentase variabel
penelitian tentang identifikasi pola hidup sehat pada lansia di Kelurahan
rahandouna Kota Kendari tahun 2017, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Makan Sehat dan Seimbang
56
Tabel 5.7 distribusi pola makan sehat dan seimbang pada lansia di
Kelurahan Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40
responden dalam penelitian ini, sebagian besar lansia melakukan pola makan
sehat dan seimbang yang sehat sebanyak 38 orang (95,00 %). Sedangkan
sebagian kecil lainnya melakukan pola makan sehat dan seimbang yang tidak
sehat sebanyak orang (5,00 %).
Hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden berdasarkan pola
makan sehat dan seimbang pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari menunjukkan bahwa lansia yang dikategorikan melakukan pola
makan sehat yaitu sebanyak 38 orang (95,00 %)
Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat
26 laki – laki (65,00 %) dan 12 perempuan (30,00 %). Berdasarkan kelompok
umur, yang tebanyak kelompok 60 – 69 tahun terdapat 21 orang (52,50 %)
dan yang terendah kelompok > 90 tahun terdapat 2 orang (5,00 %).
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang terbanyak SD/SR terdapat 13
orang (32,50 %) dan yang terendah perguruan tinggi terdapat 3 orang (7,50
%). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak tidak bekerja terdapat 11 orang
(27,50 %) serta yang terendah buruh dan pensiunan terdapat masing – masing
1 orang (2,50 %). Berdasarkan suku yang tebanyak suku Muna terdapat 12
orang (30,00 %) serta yang terendah suku Buton, Jawa dan Tator masing –
masing 1 orang (2,50 %). Berdasarkan agama terdapat 37 orang yang
beragama Islam (92,50 %) dan 1 orang yang beragama Kristen (2,50 %).
57
Dari sembilan pertanyaan tentang pola makan sehat dan seimbang dua
pertanyaan dengan nilai rata – rata tertinggi adalah pertanyann (c) tentang
kebiasaan mengonsumsi nasi maupun sumber karbohidrat lainnya dan
pertanyaan (h) tentang kebiasaan sarapan setiap hari yang masing nilai rata –
ratanya adalah 4 dan 3,58.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden berdasarkan pola
makan sehat dan seimbang pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari menunjukkan bahwa lansia yang dikategorikan melakukan pola
makan tidak sehat yaitu sebanyak 2 orang (5 %).
Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat
2 laki – laki (5,00 %). Berdasarkan kelompok umur, terdapat kelompok umur
70 – 79 tahun dan umur 80 – 90 tahun yang masing – masing sebanyak 1
orang (2,50 %). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, terdapat SMP dan
SD/SR yang masing – masing sebanyak 1 orang (2,50 %). Berdasarkan
pekerjaan terdapat pedagang dan tidak bekerja yang masing – masing terdapat
1 orang (2,50 %). Berdasarkan agama terdapat 2 orang beragama Islam (5,00
%). Berdasarkan suku, suku Bugis dan Muna terdapat 1 orang (2,50 %).
Dari sembilan pertanyaan tentang pola makan sehat dan seimbang, dua
pertanyaan dengan nilai rata – rata terendah adalah pertanyaan (f) mengenai
konsumsi susu dan berbagai jenis olahannya dan pertanyaan (b) mengenai
pembatasan penggunaan gula dan mengonsumsi pemanis buatan yang masing
– masing nilai rata – ratanya adalah 1,90 dan 2,13.
58
Hal ini dapat disebabkan karena berbagai factor, salah satunya
mudahnya akses informasi tentang pola makan sehat dan seimbang bagi
lansia. Stanley, Blair & Beare (2005, dalam Zulfitri, 2010)mengatakan bahwa
terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kepatuhan maupun
ketidakpatuhan lansia dalam menjaga dan mematuhi segala yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan, diantaranya: interaksi nilai, pengetahuan dan
pengalaman hidup lansia, dukungan keluarga, kemampuan tenaga professional
dalam mengajarkan dan menganjurkan sesuatu serta kompleksitas cara dan
aturan hidup yang diterapkan oleh lansia. Penelitian Seeman-Lewis dan
penelitian Seeman-budros menyimpulkan bahwa orang yang tahu lebih
banyak tentang kesehatan, lebih dapat memulai perilaku pencegahan
(Freunderberg N, 2007 dalam Pradono & Sulistyowaty, 2014).
Pengetahuan tentang pola makan sehat dan seimbang dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupun informal. Informasi tersebut dapat
diperoleh melalui penyuluhan pada kegiatan posyandu lansia. Selain itu,
informasi juga dapat diperoleh melalui media massa seperti TV, radio, surat
kabar, media online dan lain – lain.
Fred dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kurangnya
pengetahuan dan akses informasi menyebabkan seseorang memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bahaya perilaku tidak sehat sehingga
kurang motivasi untuk mengadopsi perilaku sehat (Fred C. Pampel, 2010
dalam Pradono & Sulistyowaty, 2014). Misalnya mereka yang tidak terpapar
terhadap peringatan tentang merokok, pola makan yang buruk dan kurang
59
berolahraga ada kemungkinan jangka panjang yang potensial dari perilaku
tidak sehat (Smith David H, 1978 dalam Pradono & Sulistyowaty, 2014).
Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa mudahnya akses informasi
dan baiknya pengetahuan lansia tentang pola makan sehat dan seimbang
berimplikasi pada tingginya persentase responden yang melakukan pola
makan yang sehat.
Selain itu, menurut peneliti factor yang mempengaruhi pola makan
lansia adalah dukungan keluarga. Handro (2009) dalam Zuraida, dkk (2014)
yang meneliti pengaruh factor psikososial seperti motivasi diri, persepsi,
kepercayaan diri dan dukungan keluarga terhadap pola makan pada penderita
diabetes mellitus didapati bahwa factor psikososial berpengaruh signifikan
pada pola makan penderita diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Deli
Serdang.
Peneliti mengasumsikan hal tersebut, karena penelitian ini dilakukan
pada lansia yang masih tinggal di rumah sendiri bukan yang tinggal di panti
jompo. Sehingga, peneliti mengasumsikan adanya dukungan keluarga yang
baik pada lansia yang melakukan pola makan sehat.
Pola makan sehat meliputi pola konsumsi makanan, menu sehat
seimbang dan zat gizi seimbang. Pola konsumsi makanan jenis dan frekuensi
beragam makanan yang biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan
setempat atau dari pangan yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka
waktu yang panjang. Susanto (1993) dalam Marjan (2013), menyebutkan
bahwa kebiasaan makan yang baik adalah sebanyak dua kali atau tiga kali
60
setiap hari dengan makanan yang lengkap. Sarapan merupakan kegiatan awal
yag sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum memulai aktivitas sehari – hari.
Sarapan sangat dianjurkan untuk semua kelompok umur, baik anak – anak,
remaja, dewasa dan lansia. Sarapan dilakukan paling tidak satu jam sebelum
melakukan aktivitas karena organ pencernaan memelukan waktu agar
makanan dapat dicerna dengan sempurna (Hartoyo, 2006 dalam Marjan
2014). Menurut WKNPG (2004), kebutuhan air bagi lansia adalah 1500 ml
atau berkisar 6 gelas.
Fatimah (2010) mengatakan makanan yang kurang seimbang akan
memperburuk kondisi lansia yang memperburuk kondisi lansia yang secara
alami memang sudah menurun dibandingkan usia dewasa, kebutuhan gizi
pada lansia umumnya mengalami penurunan lebih rendah karena adanya
penurunan metabolisme basal.
Diungkapkan oleh pakar gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro (FK UNDIP), Prof. Muhammad Sulchan, sekitar 90 % penyakit,
baik fisik maupun mental disebabkan oleh pola dan jenis makanan (Siaputra,
dkk, 2014). hal ini telah dibuktikan dalam berbagai penelitian salah satunya
penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dan Nurwanti (2013) pada lanjut usia
di Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta yang menunjukkan hubungan yang
sangat erat antara konsumsi junk food dengan kejadian hipertensi dimana nilai
p value = 0,002 dan odds ratio (OR) = 4,083 yang menunjukkan bahwa lansia
yang mengonsumsi junk food 4 kali beresiko terkena hipertensi dibandingkan
yang tidak
61
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zuraida, dkk (2014) dengan judul “deskriptif gaya hidup lansia yang tinggal
bersama keluarga dan di PSTW Khusnul Khotimah”, yang diperoleh sebanyak
56 responden yang tinggal bersama keluarga (50,5 %) memiliki pola makan
yang sehat.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi & Afridah (2012) dengan judul “pola makan lansia penderita asam
urat di Posyandu Lansia Kelurahan Wonokromo Surabaya”, yang diperoleh
sebanyak 8 responden (57 %) memiliki pola makan yang kurang baik.
2. Aktivitas Fisik Yang Teratur
Tabel 5.9 distribusi aktivitas fisik yang teratur pada lansia di
Kelurahan Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari
40 responden dalam penelitian ini, sebagian besar lansia melakukan aktivitas
fisik yang tidak teratur sebanyak 27 orang (67,50 %). Sedangkan sebagian
kecil lainnya melaukan aktivitas fisik yang teratur sebanyak 13 orang (32,50
%).
Hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden berdasarkan
aktivitas fisik yang teratur pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari menunjukkan bahwa lansia yang dikategorikan melakukan aktivitas
fisik yang teratur yaitu sebanyak 13 orang ( 32,50 %).
Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat
9 laki – laki (22,50 %) dan 4 perempuan (10 %). Berdasarkan kelompok
umur, terdapat 9 orang yang berumur 60 – 69 tahun dan 4 orang yang
62
berumur 70 – 79 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang
terbanyak SMA terdapat 6 orang (15 %) dan yang terendah SD/SR terdapat 1
orang (2,50 %). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak ibu rumah tangga
terdapat 4 orang (10 %) serta yang terendah buruh dan tukang ojek yang
masing – masing sebanyak 0 %. Berdasarkan agama terdapat 12 orang yang
beragama Islam (30 %) dan 1 orang yang beragama Kristen (2,50 %).
Berdasarkan suku yang tebanyak suku Bugis terdapat 5 orang (12,50 %) dan
yang terendah suku Buton terdapat 0 %.
Dari delapan pertanyaan tentang aktivitas fisik yang teratur , dua
pertanyaan dengan nilai rata – rata tertinggi adalah pertanyaan (f) mengenai
aktivitas fisik sehari – hari.dan pertanyaan (g) mengenai menyeimbangkan
waktu bekerja dan istirahat yang masing – masing nilai rata – ratanya adalah
3,68 dan 3,28.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden berdasarkan
aktivitas fisik yang teratur pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari menunjukkan bahwa lansia yang dikategorikan melakukan aktivitas
fisik yang tidak teratur yaitu sebanyak 27 orang (67,50 %).
Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat
19 laki – laki (47,50 %) dan 8 perempuan (20 %). Berdasarkan kelompok
umur, terdapat 12 orang yang berumur 60 – 69 tahun (30 %) dan 2 orang
yang berumur > 90 tahun (5 %). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang
terbanyak SD/SR terdapat 13 orang (32,50 %) dan yang terendah perguruan
tinggi terdapat 1 orang (2,50 %). Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak tidak
63
bekerja terdapat 11 orang (27,50 %) serta yang terendah pensiunan terdapat
0%. Berdasarkan agama terdapat 27 orang yang beragama Islam (67,50 %).
Berdasarkan suku yang tebanyak suku Muna terdapat 11 orang (27,50 %) dan
yang terendah suku Tator terdapat 0 orang (0 %).
Dari delapan pertanyaan tentang aktivitas fisik yang teratur , dua
pertanyaan dengan nilai rata – rata terendah adalah pertanyaan (b) mengenai
rutinitas melakukan olahraga berat setidaknya 3 kali seminggu selama 20
menit dan pertanyaan (e) mengenai rutinitas melakukan senam minimal 3 kali
seminggu yang masing – masing nilai rata – ratanya adalah 1,30 dan 1,78.
Hal ini menurut peneliti terjadi karena lansia telah mengalami
kemunduran fungsi fisik karena proses penuaan. Proses penuaan terjadi pada
semua manusia secara berangsur – angsur. Proses penuaan ini (ageing
process) menyebabkan terjadinya kemunduran fisik, psikis, maupun
psikososial. Bertmbahnya umur seseorang menyebabkan terjadinya
kemunduran fisik yang cukup signifikan dan terkadang disertai berbagai
penyakit yang mengancam jiwa. Sehingga terkadang karena kemunduran fisik
tersebut, lansia jarang melakukan aktivitas fisik.
Selain itu,, menurut peneliti factor lain yang mempengaruhi kepatuhan
lansia dalam melakukan aktivitas fisik yang teratur adalah factor pengetahuan
lansia tentang aktivitas fisik yang teratur. Stanley, Blair & Beare (2005, dalam
Zulfitri, 2010)mengatakan bahwa terdapat beberapa factor yang
mempengaruhi kepatuhan maupun ketidakpatuhan lansia dalam menjaga dan
mematuhi segala yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan, diantaranya:
64
interaksi nilai, pengetahuan dan pengalaman hidup lansia, dukungan keluarga,
kemampuan tenaga professional dalam mengajarkan dan menganjurkan
sesuatu serta kompleksitas cara dan aturan hidup yang diterapkan oleh lansia.
Penelitian Seeman-Lewis dan penelitian Seeman-budros menyimpulkan
bahwa orang yang tahu lebih banyak tentang kesehatan, lebih dapat memulai
perilaku pencegahan (Freunderberg N, 2007 dalam Pradono & Sulistyowaty,
2014).
Pengetahuan tentang aktivitas fisik yang teratur dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupun informal. Fred dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan dan akses informasi
menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bahaya
perilaku tidak sehat sehingga kurang motivasi untuk mengadopsi perilaku
sehat (Fred C. Pampel, 2010 dalam Pradono & Sulistyowaty, 2014). Misalnya
mereka yang tidak terpapar terhadap peringatan tentang merokok, pola makan
yang buruk dan kurang berolahraga ada kemungkinan jangka panjang yang
potensial dari perilaku tidak sehat (Smith David H, 1978 dalam Pradono &
Sulistyowaty, 2014). Sehingga dapat disimpulkan secara gamblang,
rendahnya persentase lansia yang melakukan aktivitas fisik yang teratur
disebabkan karena rendahnya pengetahuan mereka tentang hal tersebut.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan energi yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik dan mental. Kemampuan lansia melakukan aktivitas fisik
merupakan salah satu indicator kesehatan lansia karena lansia mampu
65
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan untuk
beraktivitas tidak lepas dari keadekuatan system persyarafan dan
musculoskeletal.
Secara fisiologis para lansia itu mengalami penurunan fungsi-fungsi
organ tubuh yang berakibat pada menurunnya jumlah aktivitas jasmani yang
dilakukan. Menurunnya aktivitas jasmani ini justru akan menimbulkan
berbagai gangguan fungsional karena ketidakseimbangan gaya atau pola
hidup. Pola makan yang tidak teratur tanpa diimbangi aktivitas jasmani
yang sesuai akan mengakibatkan resiko kegemukan. Kegemukan tersebut
akan memberikan kesempatan berkembangnya berbagai penyakit seperti
Diabetes mellitus. Keadaan ini berbeda jika aktivitas jasmani yang sesuai
dilakukan, maka akan terjadi penurunan resiko terbesar ditemukan pada pria
yang kelebihan berat badan (overweight), walaupun pria tadi tidak
mengalami penurunan berat badan, laju kemungkinan untuk timbulnya
diabetes menurun sekitar 60 % dibanding pria gemuk lain yang inaktif
(Yayasan Jantung Sehat, 2003: 16). Diungkapkan juga bahwa kemungkinan
ketergantungan fungsional pada lanjut usia yang inaktif akan meningkat
sebanyak 40 – 60 % dibanding lansia yang bugar dan aktif secara fisik.
Aktivitas jasmani dapat mengembangkan fungsi jasmani, dengan
jalan: (1) mengurangi dan membantu regulasi tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi, (2) mengembangkan keseimbangan
dan membantu pencegahan jatuh, (3) mencegah atau menurunkan sakit
persendian dari arthtitis, (4) mengembangkan kelentukan dan mobilitas
66
persendian (keleluasaan gerak), (5) menjaga kekuatan tulang dan membantu
pencegaharan pengeroposan karena osteoporosis, (6) membantu pencegahan
dan mengontrol penyakit kronis, (7) menjaga kekuatan otot-otot sehingga
dapat mengangkat, meraih, mendorong, menarik, berdiri dan berjalan, (8)
mengembangkan kesegaran kardivaskuler, (9) membantu pemeliharaan
berat badan sehat.
Aktivitas jasmani juga dapat mengembangkan fungsi
psikis/mental, seperti: (1) meningkatkan suasana hati (mood), menciptakan
perasaan nyaman, (2) menyediakan istirahat, mengurangi kecemasan, dan
menurungkan tingkat stress, (3) membantu pemeliharaan fungsi kognitif dan
kewaspadaan, meningkatkan konsentrasi, (4) membantu penurunan depresi,
(5) dapat mengembangkan harga diri, (6) membantu peningkatan tidur.
Fungsi sosial juga dapat dikembangakan melalui aktivitas jasmani, seperti:
(1) meningkatkan perasaan bebas dan mengembangkan pemberdayaan, (2)
meningkatkan interaksi sosial ketika bekerja dengan orang lain, (3)
memperluas jaringan-jaringan sosial, (4) meningkatkan partisipasi sosial, (5)
membantu terciptanya stimulasi lingkungan untuk meningkatkan masyarakat
madani, (6) menyediakan kesempatan untuk hubungan antar generasi.
Secara umum aktivitas jasmani dapat bermanfaat bagi lansia dalam: (1)
membantu pemeliharaan kebebasan, (2) membantu semua perasaan yang
lebih baik, (3) meningkatkan kualitas hidup, (4) memberikan energi, (5)
mengembangkan kesehatan umum, (6) berhubungan dengan sedikit hal-hal
yang berbau rumah sakit, mengunjungi dokter, pengobatan, dan sedikit
67
pembiayaan medis, (6) membantu pencegaharan kematian sebelum
waktunya.
Tentang manfaat olahraga, penelitian Kane et al (Martono dan
Darmoyo, 2005: 16) mencatat beberapa hal penting, yaitu: (1) Latihan /
olahraga dengan intensitas sedang dapat memberikan keuntungan bagi para
lansia melalui berbagai hal, antara lain status kardiovaskuler, risiko fraktur,
abilitas fungsional dan proses mental, (2) Peningkatan aktivitas tersebut
hanya akan sedikit sekali menimbulkan komplikasi, (3) Latihan dan
olahraga pada usia lanjut harus disesuaikan secara individual, dan sesuai
tujuan individu tersebut. Perhatian khusus harus diberikan pada jenis dan
intensitas latihan, antara lain jenis aerobik, kekuatan, fleksibilitas, serta
kondisi peserta saat latihan diberikan, (4) Latihan menahan beban (weight
bearing exercise) yang intensif misalnya berjalan, adalah yang paling
aman, murah dan paling mudah serta sangat bermanfaat bagi sebagian besar
lansia, (5) Lansia yang sedenter harus diransang untuk melakukan latihan
secara tetap. Whitehead menyatakan bahwa sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa sedikit sekali perubahan kebugaran fisik yang terjadi
bila latihan dilakukan kurang dari 3 kali perminggu. Akan tetapi tidak
terdapat tambahan keuntungan yang berarti bila latihan dijalankan lebih
dari 5 kali perminggu.
Kurangnya aktvitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
68
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, semakin besar makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Anggara & Prayitno, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan & Nurwanti (2013) pada lansia di
Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta, menunjukkan hubungan yang
signifikan antara aktifitas fisik dan kejadian hipertensi dengan nilai p value
sebesar 0,004.
Aktivitas fisik yang dilakukan dengan baik dan teratur dapat
mempertahankan nilai densitas tulang pada lansia. Penelitian yang dilakukan
oleh Marjan (2013) pada lansia di Panti Werda Bogor, menunjukkan korelasi
positif yang signifikan (p value = 0,021) antara aktivitas fisik dengan kejadian
osteoporosis dengan nilai odds ratio (OR) = 8,7. Hal ini menunjukkan pada
kategori aktivitas yang kurang berpeluang mengalami osteoporosis 8 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki aktivitas fisik yang sedang.
Selain itu aktivitas fisik yang teratur dapat bermanfaat terhadap fungsi
kognitif lanjut usia (Ravaglia, 2008). Sehingga, perlu upaya untuk
meningkatkan aktivitas fisik para lansa. Aktivitas fisik bisa ditingkatkan tanpa
membutuhkan banyak tambahan tenaga maupun sarana, namun membutuhkan
penjadwalan yang konsisten dan perhatian dari anggota keluarga lansia.
Sarana berupa televisi umumnya telah tersedia di rumah lansia, yang perlu
ditingkatkan adalah merangsang minat dan mendiskusikan apa yang ditonton.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zuraida, dkk (2014) dengan judul “deskriptif gaya hidup lansia yang tinggal
69
bersama keluarga dan di PSTW Khusnul khotimah”, yang diperoleh sebanyak
49 responden yang tinggal bersama keluarga (50,5 %) kurang aktif secara
fisik.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nafidah (2014) dengan judul “hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat
kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Whedha Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan”, yang diperoleh sebanyak 62 orang (53,4 %) yang memiliki
aktivitas yang baik.
3. Pola Hidup Sehat
Tabel 5.11 distribusi pola hidup sehat pada lansia di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari tahun 2017 menunjukkan bahwa dari 40
responden yang paling banyak adalah pola hidup yang sehat sebanyak 29
orang (72,50 %) dan yang paling sedikit adalah pola hidup yang tidak sehat
sebanyak 11 orang (27,50 %).
Hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden berdasarkan
aktivitas fisik yang teratur pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari menunjukkan bahwa lansia yang dikategorikan melakukan pola hidup
yang sehat sebanyak 29 orang (72,50 %)
Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat
22 laki – laki (55,00 %) dan 7 perempuan (17,25 %). Berdasarkan kelompok
umur, yang terrbanyak berumur 60 – 69 tahun terdapat 19 orang (47,25 %)
dan yang terendah berumur > 90 tahun sebanyak 0 orang (0,00 %).
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang terbanyak SMA terdapat 11
70
orang (27,50 %) dan yang terendah perguruan tinggi dan tidak sekolah yang
masing – masing terdapat 3 orang (7,50 %). Berdasarkan pekerjaan yang
terbanyak wiraswasta terdapat 7 orang (17,50 %) serta yang terendah
pensiunan dan buruh yang masing – masing terdapat 1 orang (2,50 %).
Berdasarkan agama terdapat 27 orang yang beragama Islam (67,50 %).
Berdasarkan suku yang tebanyak suku Bugis terdapat 10 orang (25,00 %) dan
yang terendah suku Buton terdapat 0 orang (0 %).
Hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden berdasarkan
aktivitas fisik yang teratur pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota
Kendari menunjukkan bahwa lansia yang dikategorikan melakukan pola hidup
yang tidak sehat sebanyak 11 orang (27,50 %).
Dilihat dari karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat
6 laki – laki (15,00 %) dan 5 perempuan (12,50 %). Berdasarkan kelompok
umur, yang terbanyak berumur 70 – 79 tahun terdapat 4 orang (10,00 %) dan
yang terendah berumur 60 – 69 tahun dan > 90 tahun yang masing – masing
terdapat 2 orang (5,00 %). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang
terbanyak SD/SR terdapat 6 orang (15,00 %) dan yang terendah SMA dan
perguruan tinggi yang masing – masing terdapat 0 orang (0,00 %).
Berdasarkan pekerjaan yang terbanyak tidak bekerja terdapat 7 orang (17,50
%) serta yang terendah buruh, pensiunan, PNS, tukang ojek, tani dan
wiraswasta yang masing – masing terdapat 0 orang (0,00%). Berdasarkan
agama terdapat 11 orang yang beragama Islam (27,50 %). Berdasarkan suku
71
yang tebanyak suku Muna terdapat 6 orang (15,00 %) dan yang terendah suku
Jawa, Makassar dan Tator yang masing – masing terdapat 0 orang (0 %).
Hal ini dapat disebabkan karena berbagai factor, salah satunya
mudahnya akses informasi tentang pola hidup sehat. Stanley, Blair & Beare
(2005, dalam Zulfitri, 2010)mengatakan bahwa terdapat beberapa factor yang
mempengaruhi kepatuhan maupun ketidakpatuhan lansia dalam menjaga dan
mematuhi segala yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan, diantaranya:
interaksi nilai, pengetahuan dan pengalaman hidup lansia, dukungan keluarga,
kemampuan tenaga professional dalam mengajarkan dan menganjurkan
sesuatu serta kompleksitas cara dan aturan hidup yang diterapkan oleh lansia.
Penelitian Seeman-Lewis dan penelitian Seeman-budros menyimpulkan
bahwa orang yang tahu lebih banyak tentang kesehatan, lebih dapat memulai
perilaku pencegahan (Freunderberg N, 2007 dalam Pradono & Sulistyowaty,
2014).
Pengetahuan tentang pola hidup sehat dapat diperoleh melalui
pendidikan formal maupun informal. Informasi tersebut dapat diperoleh
melalui penyuluhan pada kegiatan posyandu lansia. Selain itu, informasi juga
dapat diperoleh melalui media massa seperti TV, radio, surat kabar, media
online dan lain – lain.
Fred dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kurangnya
pengetahuan dan akses informasi menyebabkan seseorang memiliki
keterbatasan pengetahuan tentang bahaya perilaku tidak sehat sehingga
kurang motivasi untuk mengadopsi perilaku sehat (Fred C. Pampel, 2010
72
dalam Pradono & Sulistyowaty, 2014). Misalnya mereka yang tidak terpapar
terhadap peringatan tentang merokok, pola makan yang buruk dan kurang
berolahraga ada kemungkinan jangka panjang yang potensial dari perilaku
tidak sehat (Smith David H, 1978 dalam Pradono & Sulistyowaty, 2014).
Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa mudahnya akses informasi
dan baiknya pengetahuan lansia tentang pola hidup sehat berimplikasi pada
tingginya persentase responden yang melakukan pola makan yang sehat.
Selain itu, menurut peneliti factor yang mempengaruhi pola hidup
lansia adalah dukungan keluarga. Handro (2009) dalam Zuraida, dkk (2014)
yang meneliti pengaruh factor psikososial seperti motivasi diri, persepsi,
kepercayaan diri dan dukungan keluarga terhadap pola makan pada penderita
diabetes mellitus didapati bahwa factor psikososial berpengaruh signifikan
pada pola makan penderita diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Deli
Serdang.
Peneliti mengasumsikan hal tersebut, karena penelitian ini dilakukan
pada lansia yang masih tinggal di rumah sendiri bukan yang tinggal di panti
jompo. Sehingga, peneliti mengasumsikan adanya dukungan keluarga yang
baik pada lansia yang melakukan pola hidup sehat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reni
Zulfiteri (2010) dengan judul “konsep diri dan gaya hidup lansia yang
mengalami penyakit kronis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnus
Khotimah” yang diperoleh sebanyak 19 responden (63,3 %) melakukan gaya
hidup yang sehat.
73
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 14 Juli 2017
sampai 20 Juli 2017 pada 40 responden di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari
tentang pola hidup sehat pada lansia di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari
maka peneliti dapat menarik bahwa dari 40 responden yang menjadi sampel
penelitian, terdapat 29 lansia (72,50 %) yang dikategorikan melakukan pola hidup
sehat dan 11 lansia (27,50 %) yang dikategorikan melakukan pola hidup sehat.
Adapun uraianya adalah sebagai berikut:
1. Dari 40 responden yang dikategorikan melakukan pola makan sehat sebanyak
39 lansia (97,50 %), sedangkan yang dikategorikan melakukan pola makan
tidak sehat sebanyak 1 lansia (2,50 %)
2. Dari 40 responden yang dikategorikan melakukan aktivitas fisik yang teratur
sebanyak 13 lansia (32,50 %), sedangkan yang dikategorikan melakukan
aktivitas fisik yang tidak teratur sebanyak 27 lansia (67,50 %)
B. Saran
1. Perlu adanya peningkatan upaya promotif oleh pihak Puskesmas Poasia
sebagai fasilitas layanan kesehatan primer di Kelurahan Rahandouna dalam
mempromosikanpola hidup yang sehat bagi masyarakat teruma lansia untuk
meningkatkan derajat kesehatan di wilayah tersebut.
74
2. Bagi lansia di Kelurahan Rahandouna harus meningkatkan pola hidup sehat
terutama aktivitas fisik yang teratur.
3. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat mengembangkan variabel yang
terkait dengan peneitian ini.
4. Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain di
lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan.
5. Bagi penulis sebagai pemula, menyadari bahwa karya tulis ini masih lebih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi tulisan maupun isi, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Adioetomo, Sri Moertiningsih. Ghazy Mujahid. 2014. Indonesia On The Threshold of Population Ageing. Jakarta: UNFPA
Badan Pusat Statistik. 2015. Kota Kendari Dalam Angka 2015. Kendari: BPS Kota Kendari
. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia. http://www.bappenas.go.id/ diakses 10 Maret 2017
. 2015. Statistik Indonesia 2015. Kendari: BPS
. 2015. Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2015. Kendari: BPS Sultra
.. 2016. Kecamatan Poasia Dalam Angka 2016. Kendari: BPS Kota Kendari
. 2016. Kota Kendari Dalam Angka 2016. Kendari: BPS Kota Kendari
. 2016. Statistik Indonesia 2016. Kendari: BPS
. 2016. Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2016. Kendari: BPS Sultra
Bariyah, Khoridatul, dkk. Juli 2012. Kualitas Hidup Lanjut Usia (Quality of Life Elderly). 3 (2), 120 – 132
Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 1. Yogyakarta:
Deepublish
Dewi, Fitri Ayuning dan Wiwik Afidah. 2014. “Pola Makan Lansia Penderita Asam Urat di Posyandu Lansia Kelurahan Wonokromo Surabaya”. 7 (12) 69 – 74
Ismiyah, dkk. 2013. Gaya Hidup, Status Gizi dan Kualitas Hidup Manusia Lanjut Usia Yang Masih Bekerja di Rumah Sakit Stella Maris Makassar 2013”
Karin, Putu Ayu Emmy Savitri . Made Rini Damayanti S. 2016. Gambaran Pola
Perilaku Hidup Sehat Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Keperawatan Community of Publishing in Nursing (COPING) NERS
Kemenkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kemenkes RI. http://www.depkes.go.id/ diakses 10 maret 2017
. 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
. 2016. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI
Marjan, Avlia Quratul. 2013. Hubungan Antara Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas
Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Lansia di Panti Werdha Bogor. Bogor: Intitut Pertanian Bogor
Muhith, Abdul. Sandu Siyoto. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik . Yogyakarta:
Penerbit Andi
Nafidah, Nur. 2014. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kognitif
Lanjut Usia Di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah: Skripsi dipublikasikan.
Nopemberi, Soni. . Meningkatkan Gaya Hidup Aktif Para Lansia Melalui Aktivitas Jasmani dan Olahraga.
Novitaningtyas, Tri. 2014. Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat
Pendidikan) dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo”.
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik . Jakarta: EGC
Pangkahila, J.Alex. 2013. “Pengaturan Pola Hidup Dan Aktivitas Fisik
Meningkatkan Umur Harapan Hidup”. 1 (1), 1 – 7
Pradono, Julianty dan Ning Sulistyowaty. 2014. “Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan, Pengetahuan Tentang Kesehatan Lingkungan, Perilaku Hidup Sehat Dengan Status Kesehatan”. 17 (1) 89 – 95
Pratikwo, Suryo, dkk. 2006. “Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian, Dan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Sehat Lansia Di Kelurahan Medono Kota Pekalongan”. 1 (2), 72 – 81. http://ejournal.undip.ac.id/ diakses
10 maret 2017
Ramli, Amir Hasan, dkk. .Hubungan Sikap Terhadap Proses Penuaan Dengan
Tingkat Kebermaknaan Hidup Pada Lansia Di Kota Malang. Https://Dl.Dropboxusercontent.Com/ diakses 10 maret 2017
Ridwan, Edi Sampurno dan Esti Nurwanti. 2013. “Gaya Hidup dan Hipertensi Pada
Lanjut Usia di Kecamatan Kasihan Bantul Yogyakarta“. 2 (2), 67 - 70
Siaputra, Hanjaya, dkk. 2014. Pola Perilaku Hidup Sehat Pra Lansia Dalam
Mengonsumsi Makanan Sehari – hari di Maureen Studio
Siswanto, dkk. 2014. Metode Penelitian Kesehatan Dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sunaryo, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik . Yogyakarta: Penerbit Andi
Zuraida, Siti, dkk. 2014. ”Deskripsi Gaya Hidup Lansia Yang Tinggal Bersama Keluarga dan di PSTW Khusnul Khotimah”. 1 (2) 1-9
Zulfitri, Reni. 2011. “Konsep Diri dan Gaya Hidup Lansia Yang Mengalami Penyakit Kronis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru”.
1 (2) 21-30
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak/ Ibu Responden
di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya:
Nama : HARTONO
NIM : P00320014015
Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudul “Identifikasi Pola
Hidup Sehat Pada Lansia Di Kelurahan Rahandouna Kota Kendari Tahun
2017”.
Sehubungan dengan hal itu, mohon kesediaan bapak/ibu untuk meluangkan
waktu menjadi responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau
menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka bapak/ ibu dipersilahkan untuk
menandatangani surat persetujuan responden ini.
Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya
diucapkan terima kasih.
Peneliti,
HARTONO
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatanan. HARTONO (NIM. P00320014015)
dengan judul “Identifikasi Pola Hidup Sehat Pada Lansia Di Kelurahan
Rahandouna Kota Kendari Tahun 2017”. Dan saya memahami bahwa data ini
bersifat rahasia.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak
manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kendari, ....................................... 2017
Responden,
(Nama Lengkap dan Tanda Tangan)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
IDENTIFIKASI POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN
RAHANDOUNA KOTA KENDARI TAHUN 2017
A. Identitas Responden
1. Inisial :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Status Pernikahan :
5. Tingkat Pendidikan :
6. Alamat :
7. Pekerjaan :
8. Suku :
9. Agama :
10. Tanggal Wawancara :
B. Pola hidup Sehat
1. Pola makan sehat dan seimbang
a. Mengurangi konsumsi ikan asin dan daging yang digoreng
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
b. Membatasi penggunaan gula dan konsumsi pemanis buatan
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
c. Mengonsumsi nasi, singkong, jagung, atau sagu setiap hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
d. Mengonsumsi buah setiap hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
e. Mengonsumsi sayuran setiap hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
f. Mengonsumsi susu dan berbagai jenis olahannya setiap hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
g. Mengonsumsi daging, unggas, ikan, telur atau kelompok kacang setiap
hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
h. Sarapan setiap hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
i. Mengonsumsi 1500 ml air putih setiap hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
2. Aktivitas
a. Melakukan olahraga secara teratur
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
b. Melakukan olahraga berat setidaknya 3 kali seminggu selama 20 menit
atau lebih
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
c. Melakukan olahraga ringan selama 30 – 40 menit setidaknya 5 kali
seminggu.
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
d. Melakukan kegiatan fisik saat rekreasi
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
e. Melakukan senam minimal 3 kali seminggu
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
f. Melakukan aktivitas fisik sehari – hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
g. Menyeimbangkan waktu bekerja dan istirahat
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
h. Tidur setidaknya 8 jam setiap hari
(1) Tidak pernah
(2) Kadang – kadang
(3) Sering
(4) Selalu
Lampiran 4
DATA LANSIA KELURAHAN RAHANDOUNA TAHUN 2017
UMUR (TAHUN)
RT
24
RT
25
RT
26
RT
27
RT
28
RT
29 TOTAL
60 1 0 2 3 4 1 11
61 0 2 0 3 4 1 10
62 0 2 0 1 2 0 5
63 1 1 0 3 0 2 7
64 1 2 2 1 0 0 6
65 4 1 4 4 0 0 13
66 0 2 1 1 0 0 4
67 2 1 1 2 1 0 7
68 1 0 2 2 1 0 6
69 1 0 1 0 0 2 4
70 1 0 0 1 0 0 2
71 0 5 0 0 1 1 7
72 1 5 1 0 0 0 7
74 0 0 0 1 0 0 1
75 1 0 0 2 0 0 3
76 0 1 0 1 0 0 2
77 0 2 0 1 0 0 3
78 0 0 1 1 0 0 2
79 1 0 0 0 0 0 1
81 0 1 0 0 0 0 1
82 0 1 0 0 0 1 2
83 0 1 0 0 0 0 1
84 0 0 0 0 2 0 2
85 0 3 0 0 0 0 3
87 0 0 0 1 0 0 1
88 0 1 0 0 0 0 1
91 0 1 0 0 0 0 1
97 0 1 0 0 0 0 1
TOTAL 15 33 15 28 15 8 114
.$&KEMENTEEIAN KESEIIATAN E I
BADA}I PEHGEUBA}IGAil DAN PEi'BERDAYMNSil,NNBEIII,AYA TITAT{I,SIA KESEHATAN
POLTTEKTTI IK KESEHATAN KE]II DARIJl- Jetd-*H. Nasutiqt Na- C+l4A&u&KdaXefui
Telp. paO I) 3 I W92 Fu. @40 I ) i I 93 3 i9 e-mail: potte k kes [email protected]
NomorLampiranPerihal
: DL.11.oau lALb nolr
: liln Perruambilan Data Awal Penelitian
Yang Terhormat,Lurah Kelurahan Rahandounadi-
Temoat
Dengan hormat, .
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian mahasiswaJurusan Keperaruatan Poftelftes Kenrenkes Kendari :
Nama
NIM
Jurusan/Prodi
: Hartono: P00320014015
: D-lll Keperawatan
JudulPenelitian : Hubungan pola Hidup dengan proses penuaan(Ageing Process) pada Lansia di Wlayah KedaPrskesr.nas .P€6ia Koe (endari Tahun ZAfi
untuk diberikan izin pengambilan data ,awal penetitian diPuskesmas Poasia Provinsi Sulawesi Tenggara.
Demikian penyampaian kami, atas perhatian dan keriasamanyadiucapkan terima kasih.
2 Juni 2017*A.n. Direktur
200112 2 001
t
KEMENTERIAN KESEHATAN RIBADAN P EN GEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SU MBERDAYA MANUSIA KESEHATANPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI.ll..lt'trd. .4.H. NosutiotzNo. G.l4 Anduonohu, Kota Kendari
Telp. Paal3190192 Fax. fia|t) 3t93339 e-nnil: pqltekkes kendari{@vahoo
NomorLampiranPerihal
: Dt.t 1.02111 t7og. zAfi: 1 (satu) eks. ': Permohonan lzin Penetitian
Yang Terhornrat,Kepa la Bad a n Pe n el itia n da n .pengembanganproyinsi sultradi-
Kendari
Dengan hormat, .
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian .mahasiswaJurusa nKe pe rawatan poltekkes Kemenkes Kendari:
Nama
NIM
: Hartono
: P00320014015
JurusanlProdi : D-llt Keperawatan
Judul Penelitian : ldentifikasi Pola Hidup Sehat pada Lansia di KelurahanRahandouna Kota Kendari Tahun 2A1l
Untuk diberikan izin penelitian oreh Badan penelitian danPengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara... Demikian penyampaian kami, atas perhatian dan keriasamanya
diucapkan terima kasih.
12 Jufi 2A17A.n. DirekturKepala UnitPenelitian dan
JI,lI
R}JryG,c,240112 2 001
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARABADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKompleks Bumi Praja Anduonohu Telp. (0&113136256 Kendari g3,2g2
NomorLampiranPerihal
07 0/3069/8 alitbang I 20 1 7
lzin Penelitian
Berdasarka SuratDL.1 1 .AU1n703nO17 tanggalbawah ini :
NamaNIMProg. StudiPekerjaan
Kendari, 14 Juli2o17
KepadaYth. Walikota Kendari
di - KENDART
Direktur POLTEKKES Kendari Nomor :
12 Juli 2017 perihal tersebut di atas, Mahasiswa di
: HARTONO: P0032001401s: Dlll Keperawatan: Mahasiswa
Lokasi Penelitian : Kelurahan Rahandouna Kota Kendari
Bermaksud untuk Me lakukan Penelitian/Pengambilan Data di DaerahlKantorSaudara, dalam rangka penyusunan KTl, Skripsi, Tesis, Diserthsidengan judul :
*IDENTIFIT<AS' rcT.A HIDUP SEHAT PADA IANSIA DI KELURAHANRAHANDOUNA KOTA KENDARI TAHUN 2AI7'.
Yang akan dilaksanakan dari tangga I : 14 Juli 2017 sampai selesai.
Sehubungan dengan haltersebut diatas, pada prinsipnya kami menyetujui kegiatan
1. Senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban serta mentaati perundang-undanganyang berlaku.
2. Tidak mengadakan kegiatan lain yang bertentangan dengan rencana semula.3. Dalam setlap kegiatan dilapangan agar pihak Peneliti senantiasa koordinasi dengan
pemerintah setempat.4. Wajib menghormatiAdat lstiadat yang berlaku didaerah setempat.5. Menyerahkan 1 (satu) examplar copy hasil penelitian kepada Gubemur Sultra
Cq.Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.6. Surat izin akan dicabut kembali dan dinyatakan tidak berlaku apabila temyata
pemegang surat izin initidak mentaatiketentuan tersebut diatas.Demikian Surat tzin Peretitian diberikan unttrk digr.umkan sebagairnana nrestinya.
a.n. GUBERNUR SULAWESI TENGGARAKEPAI.A BADAN PENELINAN DAN
PENGEMBANGAN PROVI NSI,UB, KABID
Tembusan:1. Gubemur SulawesiTenggara (sebagai laponan) di Kendari;2. Direktur Poltekkes Kendaridi Kendari;3. Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari diKendari;4. Kepala Badan Kesbang Kota Kendaridi Kendari;5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendaridi Kendari;6- tGpata l(eturahan Rahandouna da Tempat7. Mahasiswa yang bersangkutan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Skor
Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8
Skor
Kriteria
1 Tn. LA L 69 SMA Wiraswasta Muna Islam 3 4 4 2 4 2 2 4 3 28 Sehat 2 1 2 3 1 4 4 3 20 Tidak Teratur 48 Sehat
2 Tn. ZM L 64 S1 PNS Bugis Islam 3 4 4 4 2 3 4 4 4 32 Sehat 4 3 3 3 3 4 4 3 27 Teratur 59 Sehat
3 Ny. WN P 65 SMP IRT Muna Islam 2 3 4 3 3 2 3 3 3 26 Sehat 2 2 2 3 1 4 4 4 22 Teratur 48 Sehat
4 Tn. TL L 60 SMA Pedagang Bugis Islam 2 3 4 3 4 1 3 4 3 27 Sehat 3 2 3 3 1 4 3 4 23 Teratur 50 Sehat
5 Ny. A P 75 SMP IRT Buton Islam 4 2 4 2 3 1 3 3 2 24 Sehat 1 1 1 1 1 3 3 3 14 Tidak Teratur 38 Tidak Sehat
6 Ny. WM P 85 TS TB Muna Islam 4 1 4 2 4 2 2 3 2 24 Sehat 1 1 1 2 2 3 4 2 16 Tidak Teratur 40 Tidak Sehat
7 Ny. WI P 76 SR TB Muna Islam 3 2 4 3 3 1 2 3 3 24 Sehat 2 1 2 2 2 3 3 3 18 Tidak Teratur 42 Tidak Sehat
8 Ny. WD P 72 SR TB Muna Islam 2 1 4 2 4 2 2 4 3 24 Sehat 1 1 2 3 1 4 3 2 17 Tidak Teratur 41 Tidak Sehat
9 Ny. W P 85 SR TB Muna Islam 3 2 4 3 4 1 3 3 2 25 Sehat 1 1 2 2 1 3 2 2 14 Tidak Teratur 39 Tidak Sehat
10 Tn. MZ L 62 SMA Pedagang Bugis Islam 1 1 4 3 4 2 4 4 3 26 Sehat 1 2 2 3 1 4 3 3 19 Tidak Teratur 45 Sehat
11 Ny. SN P 71 SR TB Tolaki Islam 4 4 4 3 3 2 2 3 3 28 Sehat 3 1 2 2 3 3 4 2 20 Tidak Teratur 48 Sehat
12 Ny. WN P 71 TS IRT Muna Islam 4 4 4 4 4 2 2 3 4 31 Sehat 1 1 2 3 2 4 4 4 21 Teratur 52 Sehat
13 Ny. WR P 72 SR Tani Muna Islam 3 3 4 3 4 3 2 3 2 27 Sehat 2 1 2 2 2 3 4 2 18 Tidak Teratur 45 Sehat
14 Tn. LR L 97 SR TB Muna Islam 4 4 4 2 4 1 1 4 2 26 Sehat 1 1 2 2 1 2 4 3 16 Tidak Teratur 42 Tidak Sehat
15 Tn R L 91 TS TB Buton Islam 2 4 4 2 3 1 3 2 2 23 Sehat 1 1 2 1 1 4 4 2 16 Tidak Teratur 39 Tidak Sehat
16 Tn. S L 71 SR Tani Jawa Islam 1 2 4 3 4 2 4 4 4 28 Sehat 1 1 3 2 2 4 4 4 21 Teratur 49 Sehat
17 Ny. JP P 61 SMA IRT Bugis Islam 1 4 4 4 4 4 4 4 4 33 Sehat 4 1 3 3 3 4 3 3 24 Teratur 57 Sehat
18 Tn. AL L 67 SD Pedagang Tolaki Islam 4 4 4 2 3 1 2 4 2 26 Sehat 1 1 2 1 1 4 4 2 16 Tidak Teratur 42 Tidak Sehat
19 Tn. A L 65 SMA Wiraswasta Tolaki Islam 4 1 4 4 4 2 2 4 3 28 Sehat 4 1 3 2 2 4 3 3 22 Teratur 50 Sehat
20 Ny. NAM P 64 SMA IRT Tolaki Islam 1 1 4 4 4 4 4 4 4 30 Sehat 4 2 3 2 3 4 4 4 26 Teratur 56 Sehat
21 Tn. MN L 65 SMP Pedagang Bugis Islam 1 1 4 3 3 1 4 3 3 23 Sehat 1 1 2 1 1 4 3 3 16 Tidak Teratur 39 Tidak Sehat
22 Tn. LG L 72 SMP Pensiunan TNI Tator Kristen 4 1 4 4 4 3 4 4 4 32 Sehat 4 4 4 4 3 4 4 4 31 Teratur 63 Sehat
InisialJ
K
Pen
did
ikan
Pekerjaan Suku
Agam
a
Ala
mat
AKTIVITAS FISIK YANG TERATURPOLA MAKAN SEHAT DAN SEIMBANG
Um
ur
14/0
7/2
017
15
/07
/20
14
16/0
7/2
017
RT
26
RT
24
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
IDENTIFIKASI POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN RAHANDOUNA KOTA KENDARI TAHUN 2017
Kri
teri
a
SkorN
O
PE
NE
LIT
IAN
TA
NG
GA
L
IDENTITAS RESPONDEN POLA HIDUP SEHAT
RT
25
23 Tn. S L 77 SMP TB Bugis Islam 4 3 4 3 3 2 2 4 3 28 Sehat 1 1 2 2 3 1 4 3 17 Tidak Teratur 45 Sehat
24 Tn. S L 75 TB Pedagang Bugis Islam 2 1 4 2 4 1 2 3 2 21 Tidak Sehat 2 1 2 2 1 3 2 2 15 Tidak Teratur 36 Tidak Sehat
25 Tn. H L 70 SD Pedagang Bugis Islam 2 1 4 3 3 2 3 4 3 25 Sehat 2 1 2 3 1 4 3 3 19 Tidak Teratur 44 Sehat
26 Tn. AR L 60 S1 PNS Bugis Islam 1 1 4 4 4 4 4 4 4 30 Sehat 4 3 4 4 2 4 2 3 26 Teratur 56 Sehat
27 Tn. H L 63 SD Wiraswasta Tolaki Islam 2 1 4 3 3 2 3 4 3 25 Sehat 2 1 2 3 1 4 3 3 19 Tidak Teratur 44 Sehat
28 Tn. D L 60 SMA Wiraswasta Tolaki Islam 1 1 4 3 3 2 3 3 3 23 Sehat 2 1 3 2 2 4 3 4 21 Teratur 44 Sehat
29 Tn. AWA L 61 S1 PNS Bugis Islam 1 2 4 4 4 2 4 4 4 29 Sehat 1 1 2 2 2 4 3 3 18 Tidak Teratur 47 Sehat
30 Tn. NA L 65 SMP T. Ojek Tolaki Islam 3 2 4 3 4 2 2 3 4 27 Sehat 2 1 2 3 1 4 3 2 18 Tidak Teratur 45 Sehat
31 Tn. MA L 64 SMA T. Ojek Tolaki Islam 3 1 4 3 3 2 3 4 4 27 Sehat 2 1 2 3 1 4 3 3 19 Tidak Teratur 46 Sehat
32 Tn. S L 76 TS TB Bugis Islam 4 1 4 3 3 2 3 3 2 25 Sehat 3 1 3 2 3 4 3 2 21 Teratur 46 Sehat
33 Tn. LH L 64 SD Buruh Muna Islam 3 2 4 2 3 1 3 3 3 24 Sehat 2 1 3 2 2 4 3 2 19 Tidak Teratur 43 Sehat
34 Tn. AS L 67 SMA Wiraswasta Makassar Islam 1 2 4 3 4 1 3 4 3 25 Sehat 2 1 2 1 2 4 3 3 18 Tidak Teratur 43 Sehat
35 Tn. S L 84 SR TB Muna Islam 1 1 4 3 2 1 3 4 3 22 Tidak Sehat 2 1 2 3 2 3 3 2 18 Tidak Teratur 40 Tidak Sehat
36 Tn. IT L 61 SMA Wiraswasta Makassar Islam 2 1 4 3 4 1 3 3 2 23 Sehat 2 2 3 2 2 4 3 2 20 Tidak Teratur 43 Sehat
37 Tn. ARJ L 61 SMA Wiraswasta Makassar Islam 3 2 4 3 3 2 3 4 3 27 Sehat 3 1 3 2 2 4 3 3 21 Teratur 48 Sehat
38 Tn. LB L 71 SR TB Muna Islam 4 3 4 2 3 2 2 4 3 27 Sehat 2 1 3 2 2 4 3 2 19 Tidak Teratur 46 Sehat
39 Ny. WG L 69 SD Tani Muna Islam 1 1 4 3 4 2 3 4 3 25 Sehat 2 1 3 2 2 4 3 2 19 Tidak Teratur 44 Sehat
40 Tn. H L 81 TS TB Bugis Islam 4 3 4 3 4 2 3 4 4 31 Sehat 2 1 2 2 2 4 3 2 18 Tidak Teratur 49 Sehat
Sumber: Data Primer 2017
IRT : Ibu Rumah Tangga
TB : Tidak Bekerja
Kriteria Pola Makan Sehat dan Seimbang : Tidak Sehat jika skor 9 - 23
Sehat jika skor 24 - 36
: Tidak Teratur Teratur jika skor 8 - 20
Teratur jika skor 21 - 32
: Tidak Sehat jika skor 17 - 42,5
Sehat jika skor 43 - 68 NIM. P00320014015
Mengetahui,
NIP. 196510021989031019
Kriteria Pola Hidup
Peneliti
Kendari, Juli 2017
HartonoH. Muhammad Kasim, S.Sos
17/0
7/2
017
16
/07
/20
17
18/0
7/2
017
Kriteria Aktivitas Fisik Yang Teratur
RT
29
RT
28
RT
27
Sekretaris Lurah Rahandouna
Keterangan:
L P
60
- 6
9
70
- 7
9
80
- 9
0
> 9
0
SD
/SR
SM
P
SM
A
S1
Tid
ak S
eko
lah
Bu
ruh
Ibu
Ru
mah
Tan
gg
a
Ped
agan
g
Pen
siu
nan
PN
S
T.
Oje
k
Tan
i
Wir
asw
asta
Tid
ak B
eker
ja
Bu
gis
Bu
ton
Jaw
a
Mu
na
Mak
assa
r
To
lak
i
Tat
or
Isla
m
Kri
sten
Seh
at
Tid
ak S
ehat
Ter
atu
r
Tid
ak T
erat
ur
SukuUmur (Tahun)JK Pendidikan
N
O
Inisial
PATIDENTITAS RESPONDEN
MASTER TABEL HASIL PENELITIAN
IDENTIFIKASI POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN RAHANDOUNA KOTA KENDARI TAHUN 2017
Pola Hidup Sehat
Sk
or
Seh
at
Tid
ak S
ehat
Agama Kriteria
PMSS
Sk
or
Sk
or
Kriteria
Pekerjaan Kriteria
1 Tn. LA √ √ √ √ √ √ 28 √ 20 √ 48 √
2 Tn. ZM √ √ √ √ √ √ 32 √ 27 √ 59 √
3 Ny. WN √ √ √ √ √ √ 26 √ 22 √ 48 √
4 Tn. TL √ √ √ √ √ √ 27 √ 23 √ 50 √
5 Ny. A √ √ √ √ √ √ 24 √ 14 √ 38 √
6 Ny. WM √ √ √ √ √ √ 24 √ 16 √ 40 √
7 Ny. WI √ √ √ √ √ √ 24 √ 18 √ 42 √
8 Ny. WD √ √ √ √ √ √ 24 √ 17 √ 41 √
9 Ny. W √ √ √ √ √ √ 25 √ 14 √ 39 √
10 Tn. MZ √ √ √ √ √ √ 26 √ 19 √ 45 √
11 Ny. SN √ √ √ √ √ √ 28 √ 20 √ 48 √
12 Ny. WN √ √ √ √ √ √ 31 √ 21 √ 52 √
13 Ny. WR √ √ √ √ √ √ 27 √ 18 √ 45 √
14 Tn. LR √ √ √ √ √ √ 26 √ 16 √ 42 √
15 Tn R √ √ √ √ √ √ 23 √ 16 √ 39 √
16 Tn. S √ √ √ √ √ √ 28 √ 21 √ 49 √
17 Ny. JP √ √ √ √ √ √ 33 √ 24 √ 57 √
18 Tn. AL √ √ √ √ √ √ 26 √ 16 √ 42 √
19 Tn. A √ √ √ √ √ √ 28 √ 22 √ 50 √
20 Ny. NAM √ √ √ √ √ √ 30 √ 26 √ 56 √
21 Tn. MN √ √ √ √ √ √ 23 √ 16 √ 39 √
22 Tn. LG √ √ √ √ √ √ 32 √ 31 √ 63 √
23 Tn. S √ √ √ √ √ √ 28 √ 17 √ 45 √
24 Tn. S √ √ √ √ √ √ 21 √ 15 √ 36 √
25 Tn. H √ √ √ √ √ √ 25 √ 19 √ 44 √
26 Tn. ARS √ √ √ √ √ √ 30 √ 26 √ 56 √
27 Tn. H √ √ √ √ √ √ 25 √ 19 √ 44 √
28 Tn. D √ √ √ √ √ √ 23 √ 21 √ 44 √
29 Tn. AWA √ √ √ √ √ √ 29 √ 18 √ 47 √
30 Tn. NA √ √ √ √ √ √ 27 √ 18 √ 45 √
31 Tn. MA √ √ √ √ √ √ 27 √ 19 √ 46 √
32 Tn. S √ √ √ √ √ √ 25 √ 21 √ 46 √
33 Tn. LH √ √ √ √ √ √ 24 √ 19 √ 43 √
34 Tn. AS √ √ √ √ √ √ 25 √ 18 √ 43 √
35 Tn. S √ √ √ √ √ √ 22 √ 18 √ 40 √
36 Tn. IT √ √ √ √ √ √ 23 √ 20 √ 43 √
37 Tn. ARJ √ √ √ √ √ √ 27 √ 21 √ 48 √
38 Tn. LB √ √ √ √ √ √ 27 √ 19 √ 46 √
39 Ny. WG √ √ √ √ √ √ 25 √ 19 √ 44 √
40 Tn. H √ √ √ √ √ √ 31 √ 18 √ 49 √
28 12 21 13 4 2 14 6 11 3 6 1 5 6 1 3 2 3 7 12 12 2 1 13 3 8 1 39 1 38 2 13 27 29 11Jumlah
70%
30%
52.5
0%
32.5
0%
10%
5%
35%
15%
27.5
0%
7.5
0%
15%
2.5
0%
12.5
0%
15%
2.5
0%
7.5
0%
5%
7.5
0%
17.5
0%
30%
30%
5%
2.5
0%
32.5
0%
7.5
0%
20%
2.5
0%
97.5
0%
2.5
0%
95.0
0%
5.0
0%
32.5
0%
67.5
0%
72.5
0%
27.5
0%
PMSS : Pola Makan Sehat dan Seimbang
Kriteria Pola Makan Sehat dan Seimbang : Sehat jika skor 24 - 36 Sekretaris Lurah Rahandouna
Tidak Sehat jika skor 9 - 23
Kriteria Aktivitas Fisik Yang Teratur : Teratur jika skor 21 - 32
Tidak TeraturTeratur jika skor 8 - 20
Keterangan:
AFYT : Aktivitas Fisik Yang Teratur
Persentase
NIM. P00320014015
Peneliti
H. Muhammad Kasim, S.Sos
NIP. 196510021989031019
Hartono
Kendari, Juli 2017
Mengetahui,