identifikasi penyakit penyerta pada ibu hamil di …eprints.ums.ac.id/71219/14/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI PENYAKIT PENYERTA PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Perogram Studi Strata 1
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Disusun Oleh :
NURUL SYIFA NINGTIAS FIRNANDA
J210.171.097
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
IDENTIFIKASI PENYAKIT PENYERTA PADA IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA
Abstrak
Latar Belakang: Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga dapat berubah menjadi kehamilan patologis. Patologi pada kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai ibu saat kondisi hamil. Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau masalah kesehatan akan dimasukan kedalam kategori risiko tinggi, sehingga kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada kehamilan menjadi lebih besar. Tujuan: Mengetahui penyakit penyerta pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. Metode : Deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan record or other document berupa informasi kesehatan ibu hamil dengan penyakit penyerta kehamilan, yang diambil pada 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil: Dari 67 data ibu hamil dengan penyakit penyerta diantaranya mengalami anemia (61,2%). Karakteristik responden berdasarkan usia paling banyak pada rentang usia 20-35 tahun (86,6%) dan status gravida paling banyak dengan kehamilan multigravida (58,2%). Saran: untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian terhadap korelasi antara penyakit anemia dengan karakteristik yang berhubungan dengan anemia pada kehamilan seperti pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, pola makan dan konsumsi zat besi, serta penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menunjang kebutuhan zat besi ibu hamil agar tetap tercukupi.
Kata Kunci: Ibu hamil, Penyakit Penyerta
Abstract
Background: Pregnancy is a physiological condition, but a normal pregnancy can also turn into a pathological pregnancy, pathology in pregnancy is a disorder of complication or that accompany the mother during pregnancy. Mothers who experience media disorders or health problems will be included in the high risk category, so that the need for implementing care in pregnancy becomes greater. Objective: To determine cormibidities in pregnant women in the working area of the Puskesmas Kartasura. Methods: Quantitative descriptive with a retrospective study approach. Data collection is done by using a record or other document in the form of health information for pregnant women with cormobidities of pregnancy taken on January, 1 2017 until December, 31 2017. The sampling technique is total sampling. Result: of the 67 data of pregnant women with comorbidities, among them are anemia (61,2%). The caracteristics of respondents based on the most age were 20-35 years (86,6%) and most gravida status was multigravid pregnancy (58,2%). Suggestion: For the next researcher, there can be a research on the correlation between anemia and the caracteristics associated with anemia in pregnancy such as education, employment, economic status, diet
and consumption of iron and management that can be done to support the iron needs of pregnant women to be fulfilled.
2
Keywords: Pregnant woman, Cormibidities
1. PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana seorang wanita yang didalam
rahimnya terdapat embrio atau fetus. Kehamilan dimulai pada saat masa
konsepsi hingga lahirnya janin, dan lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi
hingga partus yang diperkirakan sekitar 40 minggu dan tidak melebihi 43
minggu (Kuswanti, 2014). Jumlah ibu hamil di Indonesia pada tahun 2017
tercatat sekitar 5.324.562 jiwa. Sedangkan di Jawa Tengah, jumlah ibu hamil
mencapai 590.984 jiwa (Kemenkes RI, 2018).
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi
tingkat keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang
masih didalam rahim maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon
ibu dapat menjaga perilaku hidup yang sehat dan menghindari faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa kehamilan (Johnson, 2016).
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga
dapat berubah menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015). Patologi pada
kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai
ibu saat kondisi hamil (Sukarni & Wahyu, 2013)
Risiko tinggi pada kehamilan dapat ditemukan saat menjelang waktu kehamilan,
waktu hamil muda, waktu hamil pertengahan, saat in partu bahkan setelah
persalinan (Manuaba, 2008). Ibu hamil yang mengalami gangguan medis atau
masalah kesehatan akan dimasukan kedalam kategori risiko tinggi, sehingga
kebutuhan akan pelaksanaan asuhan pada kehamilan menjadi lebih besar
(Robson and Waugh, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu
bangsa. Kematian ibu merupakan kematian seorang wanita yang dapat
disebabkan pada saat kondisi hamil atau menjelang 42 hari setelah melahirkan.
Hal ini dapat terjadi akibat suatu kondisi yang berhubungan atau diperberat oleh
3
kehamilannya maupun dalam penatalaksanaan, tetapi bukan termasuk kematian
ibu hamil yang diakibatkan karena kecelakaan (Maternity & Putri, 2017).
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat
sekitar 830 wanita diseluruh dunia meninggal setiap harinya akibat komplikasi
yang terkait dengan kehamilan maupun persalinan dan sebanyak 99%
diantaranya terdapat pada negara berkembang. Di negara berkembang, pada
tahun 2015 Angka Kematian Ibu mencapai 239 per 100.000 kelahiran hidup,
dibandingkan dengan negara maju yang hanya mencapai 12 per 100.000
kelahiran hidup (WHO, 2018).
AKI di Indonesia dalam data Kemenkes pada tahun 2016 terdapat sekitar 305
per 100.000 kelahiran hidup (Astuti, 2016). Di Jawa Tengah, Angka Kematian
Ibu pada tahun 2016 mencapai 602 kasus atau 109,65 per 100.000 kelahiran
hidup, yang mana angka kematian tertinggi ada di Brebes dengan 52 kasus serta
angka kematian terendah ada di Temanggung dan Magelang dengan jumlah
masing-masing 3 kasus (Dinkes Jawa Tengah, 2017).
AKI diakibatkan karena risiko yang dihadapi oleh ibu selama masa kehamilan
hingga persalinan. Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
ibu hamil meliputi kondisi sosial ekonomi yang menjadi salah satu indikator
terhadap status gizi ibu hamil, kesehatan yang kurang baik pada saat sebelum
maupun dalam masa kehamilan, adanya komplikasi pada kehamilan dan saat
melahirkan, adanya ketersediaan fasilitas kesehatan khususnya pelayanan
terhadap prenatal dan obstetri. Selain itu, terdapat 4 kriteria “terlalu” yang juga
menjadi penyebab kematian dalam maternal, yaitu terlalu muda usia ibu untuk
melahirkan (usia < 20 tahun), terlalu tua usia ibu saat melahirkan (usia > 35
tahun), terlalu banyak jumlah anak (anak > 4 orang), dan terlalu rapat jarak antar
setiap kelahiran (jarak < 2 tahun) (Dinkes Jawa Tengah, 2017)
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah agenda global dalam
Pembangunan Berkelanjutan dengan pelaksanaan dari tahun 2016 hingga tahun
2030 yang merupakan pembaharuan Millenium Development Goals (MDGs)
atau agenda Pembangunan Milenium yang telah resmi berahir pada tahun 2015.
Salah satu tujuan SDGs adalah terciptanya suatu kondisi kehamilan dan
4
persalinan yang aman, serta ibu dan bayi yang dilahirkan dapat hidup dengan
sehat, yang dilakukan dengan pencapaian target dalam mengurangi rasio
kematian ibu secara global hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran (WHO,
2017)
Data yang diperoleh peneliti dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada
tahun 2017, bahwa jumlah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
merupakan jumlah terbanyak dari 12 Puskesmas yang ada di Kabupaten
Sukoharjo. Tercatat sekitar 1988 ibu hamil dan sebanyak 452 diantaranya
merupakan ibu hamil yang dirujuk karena kasus risiko tinggi.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Kartasura Sukoharjo
dengan melakukan wawancara terhadap petugas kesehatan, didapatkan hasil
bahwa ibu dengan kehamilan berisiko (seperti adanya penyakit penyerta pada
kehamilan, riwayat abortus, riwayat sectio caesarea, usia > 35 tahun, usia < 20
tahun, jarak kehamilan < 2 tahun, Grande multipara, dan kehamilan kembar)
akan dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukannya pemeriksaan yang lebih
spesifik. Selain itu, data informasi kesehatan yang diberikan petugas kesehatan
di Puskesmas Kartasura, didapatkan hasil bahwa dari bulan Januari 2018 hingga
Maret 2018, terdapat ibu hamil dengan penyakit penyerta seperti: Anemia, Pre-
eklampsia, Eklampsia, TB Paru, Penyakit Jantung, dan ibu hamil dengan
Anemia disertai dengan Asma.
Komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi pada tahap kehamilan trimester
manapun, mulai dari fertilisasi hingga persalinan. Diagnosis dini faktor risiko
terhadap komplikasi akan mengarah pada pengobatan dan mencegah timbulnya
bahaya terhadap ibu maupun janin (Johnson, 2016). Rencana asuhan
keperawatan akan sangat penting dilakukan terhadap ibu hamil yang memiliki
risiko tinggi dalam kehamilan, sehingga perlu dilakukan eksplorasi tentang “Apa
saja penyakit penyerta pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kartasura”
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kuantitaif dengan pendekatan
studi retrospektif. Data populasi ibu hamil dengan penyakit penyerta sebanyak 67
5
orang pada tanggal 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017 di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura dan di ambil dengan cara total sampling terhadap data
sekunder berupa data informasi yang diberikan petugas kesehatan di Puskesmas
Kartasura dengan menggunakan instrumen penelitian berupa form pengumpulan
data.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Usia
Tabel 1
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan usia ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura Sukoharjo periode 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017
Usia Jumlah Presentase (%)
< 20 tahun 3 4,5
20 – 35 tahun 58 86,6
> 35 tahun 6 9,0
Total 67 100
Tabel 1 menunjukan bahwa ibu hamil dengan penyakit penyerta dengan usia < 20
tahun berjumlah 3 orang (4,5%), usia 20-35 tahun berjumlah 58 orang (86,6%)
dan usia > 35 tahun berjumlah 6 orang (9,0%).
3.1.2 Status Gravida
Tabel 2
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan gravida ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kartasura Sukoharjo periode 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017
Gravida Jumlah Presentase (%)
Primigravida 26 38,8
Multigravida 39 58,2
Grandemultigravida 2 3,0
Total 67 100
Tabel 2 menunjukan bahwa lebih banyak jumlah ibu dengan kehamilan
multigravida yaitu 41 orang (62,7%) dibandingkan ibu dengan kehamilan
6
primigravida yaitu 25 orang (37,3%) dan ibu dengan kehamilan grandemultipara
yaitu 2 orang (3,0%).
3.1.3 Penyakit Penyerta
Tabel 3
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan penyakit penyerta pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo periode 1 Januari 2017 - 31
Desember 2017
Penyakit Penyerta Jumlah Presentase (%)
Anemia 41 61,2
Pre-Eklampsia 11 16,4
Eklampsia 1 1,5
Diabetes Gestasional 0 0
TB Paru 1 1,5
Asma Bronkiale 3 4,5
Hepatitis 4 6,0
Penyakit Jantung 2 3,0
HIV/AIDS 0 0
Hipertiroid 3 4,5
Anemia dan Asma 1 1,5
Total 67 100
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 67 ibu hamil dengan penyakit
penyerta, sebagian besar menderita anemia dengan jumlah 41 orang (61,2%),
diikuti dengan Pre-eklampsia dengan jumlah 11 orang (16,4%), Hepatitis dengan
jumlah 4 orang (6,0%), Asma bronkiale dan Hipertiroid dengan dengan jumlah
yang sama yaitu 3 orang (4,5%), penyakit jantung dengan jumlah 2 orang (3,0%),
TB Paru dan Eklampsia dengan jumlah yang sama yaitu 1 orang (1,5%), dan ibu
hamil dengan penyakit Anemia disertai dengan Asma sebesar (1,5%).
3.1.4 Penyakit Penyerta
Tabel 4
Penyakit penyerta pada ibu hamil yang sering muncul di wilayah kerja Puskesmas
Kartasura Sukoharjo Periode 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017
Penyakit
Penyerta
Jenis
Kehamilan Kelompok Usia
N Valid 67 67 67
Missing 0 0 0
Mode 1 2 2
7
Berdasarkan tabel 4 bahwa nilai mode atau angka yang paling sering muncul
berdasarkan penyakit penyerta ibu hamil dengan nilai 1 (penyakit anemia), jenis
kehamilan dengan nilai 2 (kehamilan multigravida), dan kelompok usia dengan
nilai 2 (20-35 tahun).
3.2 Pembahasan
3.2.1 Usia
Usia reproduktif seorang wanita untuk dapat hamil dan melahirkan berkisar antara
20-35 tahun, karena pada rentang usia tersebut terjadinya risiko komplikasi
selama kehamilan menjadi rendah (Novianti, 2016). Namun, dari hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ibu dengan usia produktif memiliki angka dominan
terhadap penyakit penyerta dalam kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil usia
< 20 tahun dan > 35 tahun. Hal ini dikarenakan mayoritas ibu hamil di Puskesmas
Kartasura Sukoharjo pada tahun 2017 memiliki rentang usia 20-35 tahun,
sehingga proporsi yang diperoleh juga paling banyak. Selain itu, usia ini
merupakan usia reproduksi sehat sehingga proporsi kehamilan dan persalinan juga
paling banyak.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Amini dan Pamungkas, yang menunjukan
bahwa sebagian besar ibu hamil yang termasuk dalam kelompok usia 20-35 tahun
mengalami anemia ringan maupun berat sebanyak 63,2%. Hal ini didukung
karena mayoritas ibu hamil berada pada usia produktif untuk hamil dan
melahirkan (Amini & Pamungkas, 2018).
Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dikatakan bahwa kehamilan
dengan usia risiko tinggi memiliki kecenderungan 2,446 kali lebih besar untuk
mengalami anemia dibandingkan dengan kehamilan usia risiko rendah. Hal ini
disebabkan karena kejadian anemia berkaitan dengan usia ibu yang tidak dalam
masa reproduksi sehat, yaitu wanita yang melahirkan anak pada usia > 35 tahun
dan < 20 tahun (Amallia & Afriyani, 2017).
Kehamilan pada usia < 20 tahun secara biologis belum sempurna atau optimal dan
memiliki kecenderungan emosi yang labil sehingga mudah mengalami guncangan
yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi
8
selama masa kehamilan (Astriana, 2017). Selain itu, Usia < 20 tahun termasuk
kehamilan dengan risiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama kehamilan.
Hal ini disebabkan karena ukuran uterus yang belum mencapai ukuran normal
(Denantika & Serudji, 2015). Sistem reproduksi yang belum sempurna
menyebabkan vaskularisasi menuju serviks dan uterus masih belum sempurna,
sehingga mengakibatkan terganggunya proses distribusi nutrisi dari ibu ke janin
(Pinontoan & Tombokan, 2015). Selain itu, kehamilan pada usia ini juga dapat
mengakibatkan terjadinya kompetisi nutrisi antara janin dan ibunya yang masih
dalam proses pertumbuhan (Rizkah & Mahmudiono, 2017).
Penelitian yang dilakukan di Maroko, Afrika Utara tentang prevalensi anemia
pada ibu hamil didapatkan hasil bahwa ibu dengan usia ≥ 35 tahun cenderung
terkena anemia paling banyak (Haswane and Bouziane, 2015)
Kehamilan pada usia > 35 tahun berhubungan dengan penurunan fungsi organ dan
daya tahan tubuh yang juga menurun serta adanya berbagai macam penyakit yang
terjadi pada usia ini (Astriana, 2017). Usia > 35 tahun juga merupakan kondisi
kehamilan dengan status risiko tinggi karena adanya proses degeneratif yang
dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional yang terjadi pada
pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab terhadap perubahan nilai tekanan
darah (Denantika & Serudji, 2015).
Risiko yang dimiliki oleh ibu pada usia tua bukan hanya faktor usia > 35 tahun,
namun terdapat faktor lain seperti jumlah dan jarak kehamilan, disposisi genetik
orang tua, riwayat medis, gaya hidup, nutrisi, perawatan selama kehamilan dan
meningkatnya kemungkinan penyakit kronis dan komplikasi yang dapat muncul
serta karakteristik demografi yang membuat wanita dengan usia tua menjadi lebih
berisiko. Kondisi medis yang mungkin muncul meliputi hipertensi dan pre-
eklampsia, diabetes gestasional, partus lama, kelahiran dengan operasi cesar,
plasenta previa, solusio plasenta dan kematian. Risiko untuk janin seperti BBLR,
makrosomia, kelainan kromosom, malformasi kongenital hingga kematian
neonatal (Lowdermilk and Perry, 2015).
9
3.2.2 Status Gravida
Kehamilan dan persalinan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan kerusakan
pada pembuluh darah dinding uterus dan penurunan daya elastisitas jaringan
karena sudah berulang kali diregangkan oleh kehamilan, sehingga cenderung
timbul kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan plasenta serta kelainan
pertumbuhan janin, sehingga dapat melahirkan bayi dengan BBLR (Wiknjosastro,
2007).
Penelitian yang dilakukan di India tentang epidimologi dan determinan anemia
pada kehamilan, menunjukan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi kesadaran ibu terhadap kunjungan Antenatal Care (ANC) secara
rutin (Tomar and Singhal, 2017).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Redowati, bahwa terdapat
hubungan antara gravida dengan kejadian anemia pada ibu hamil, yang mana ibu
dengan multigravida memiliki risiko 0,156 kali lebih besar untuk mengalami
anemia dibandingkan dengan ibu primiravida (Redowati, 2018). Penelitian serupa
dilakukan oleh Rizkah dan Mahmudiono, didapatkan hasil bahwa ibu dengan
kehamilan multigravida memiliki risiko untuk menderita anemia 6,588 kali lebih
besar dibandingkan dengan ibu primigravida, dan ibu dengan kehamilan
grandemultigravida memiliki risiko menderita anemia 5,789 lebih besar
dibandingkan ibu primigravida (Rizkah & Mahmudiono, 2017). Penelitian oleh
Hidayati dan Andriyani menunjukan hasil bahwa ada hubungan antara jumlah
paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini disebabkan karena
kehamilan yang berulang akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah
dan dinding uterus sehingga berdampak pada sirkulasi nutrisi ke janin (Hidayati &
Andriyani, 2018).
Penelitian yang dilakukan di India tentang prevalensi anemia pada ibu hamil
menunjukan hasil bahwa ibu dengan kehamilan multigravida memiliki presentase
terbesar mengalami anemia yaitu sebanyak 48,6%. Hal ini dikarenakan kehamilan
berulang akan meningkatkan kebutuhan zat besi dan memberikan kontribusi
terhadap penurunan kadar hemoglobin (Suryanaranaya and Santhuram, 2016)
10
Faktor yang signifikan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil yaitu usia,
pendidikan dan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat Besi (Fe) (Astuti,
2016). Selain itu, terdapat faktor lain yang menjadi penyebab anemia pada ibu
hamil seperti kehilangan darah, kurangnya produksi eritrosit atau adanya
kerusakan pada sel eritrosit yang lebih cepat dari kondisi normal. Hal ini
disebabkan karena selama masa kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi atau Fe, asam folat, vitamin B12 dan vitamin C yang
merupakan unsur pembentuk sel eritrosit (Sulastri & Malya, 2015). Wanita yang
sering melahirkan berisiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi karena selama hamil zat-zat gizi akan
terbagi untuk ibu dan janin (Purwandari & Lumy, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani dan Wulandari, menunjukan hasil bahwa
ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal
dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan (Suryani & Wulandari, 2018).
Penelitian sebelumnya juga menunjukan hasil bahwa ibu dengan akseptor KB
sebelum hamil memiliki kecenderungan terkena hipertensi 5,636 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang bukan akseptor KB sebelum hamil (Setiawan,
2016). Hal ini disebabkan karena hormon estrogen dan progesteron yang terdapat
pada alat kontrasepsi dapat mempengaruhi nilai tekanan darah (Suryanda, 2017)
Estrogen akan mempengaruhi sistem endokrin yaitu renin angiotensin dengan
memberikan stimulus terhadap pembentukan angiotensin I dan diubah menjadi
angiotensin II yang memiliki sifat vasokonstriksi pembuluh darah dan akan
merangsang korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron (Ardiningsih & Dian,
2017). Aldosteron adalah hormon yang bersifat mineralkortikoid dan memiliki
fungsi untuk reabsorpsi natrium, sehingga dapat terjadi retensi natrium yang akan
menambah volume cairan ekstraseluler dan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah (Sari & Yerizel, 2018). Progesteron akan mempengaruhi peningkatan berat
badan, hal ini disebabkan karena hormon progesteron menstimulasi hipotalamus
yang merupakan pusat pengendali nafsu makan, sehingga akseptor akan makan
lebih banyak dari biasanya (Sulistyaningsih, 2017). Selain itu, hormon
progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan glukosa menjadi lipid,
11
sehingga jaringan lemak akan bertumpuk dibawah kulit dan berpotensi mengalami
obstruksi pada pembuluh darah. Vasokonstriksi dan adanya obstruksi oleh lemak
dapat membuat jantung memompa darah lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan
sirkulasi ke jaringan, akibatnya tekanan darah akan meningkat (Handayani dan
Yulaikah, 2017).
3.2.3 Penyakit Penyerta
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 67 ibu
hamil dengan penyakit penyerta, sebagian besar menderita anemia yaitu sebanyak
41 orang atau sebesar 61,2%.
Penelitian yang dilakukan oleh Suriani, dikatakan bahwa ibu dengan riwayat
kehamilan berisiko memiliki peluang 15 kali mengalami kematian maternal. Hal
ini disebabkan karena riwayat penyakit ketika kehamilan tidak dapat dihindari
oleh ibu yang terjadi sebelum masa kehamilan. Ibu yang memiliki riwayat
penyakit kronik dapat mengganggu kehamilan dan ketika penyakit tersebut
kambuh, maka ibu harus mengkonsumsi beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi kehamilan (Suriani, 2017)
Anemia selama masa kehamilan terjadi karena adanya peningkatan akan
kebutuhan zat besi yang hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan janin dan
kebutuhan ibu hamil itu sendiri. peningkatan volume darah selama kehamilan
akan memembuat kebutuhan zat besi semakin bertambah. Selama kehamilan,
seorang ibu hamil menyimpan zat besi sekitar 1000 mg yang memiliki fungsi
untuk kebutuhan janin, plasenta dan hemoglobin ibu. Jumlah zat besi pada bayi
baru lahir kira-kira sebesar 300 mg sedangkan jumlah zat besi yang diperlukan ibu
untuk mencegah terjadinya anemia akibat peningkatan volume darah sekitar 500
mg. Apabila jumlah tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan terjadi anemia
defisiensi zat besi (Syifaurrahman & Yusrawati, 2016). Salah satu faktor risiko
kejadian BBLR adalah ibu hamil menderita anemia. Hal ini disebabkan karena
hemodelusi (volume plasma relatif lebih banyak dibandingkan eritrosit) yang
merupakan adaptasi fisiologis pada sistem peredaran darah ibu hamil untuk
memenuhi kebutuan vaskularisasi yang besar untuk uterus dan janin. Anemia
12
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan suplai oksigen ke jaringan sehingga
dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini mengakibatkan tingginya
risiko persalinan prematur dan kelahiran BBLR (Mahayana & Chundrayetti,
2015).
Ibu dengan hipertensi dalam kehamilan memiliki risiko 2,317 kali lebih besar
untuk melairkan bayi BBLR dan asfiksia dibandingkan dengan ibu yang tidak
menderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena hipertensi dapat menimbulkan
terjadinya insufisiensi plasenta dan hipoksia, sehingga pertumbuhan janin menjadi
terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur (Idawati & Mugiati, 2012).
Pre-eklampsia memberikan pengaruh pada pasokan darah dari ibu ke plasenta,
yang dapat menyebabkan buruknya pertumbuhan janin dalam kandungan ibu dan
dapat memicu terjadinya persalinan prematur. Pre-eklampsi sebagai komplikasi
kehamilan dengan karakteristik penurunan aliran darah dan iskemik uroplasenta
merupakan faktor risiko yang paling dominan dalam terjadinya intra uterine
growth restriction (Kalam & Wag ey, 2017).
Semakin bertambahnya usia kehamilan, maka semakin meningkat pula frekuensi
kekambuhan asma. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya usia kehamilan,
beberapa perubahan fisik pada ibu seperti ukuran perut yang semakin membesar
akan mendesak diafragma serta berat badan yang meningkat juga mempengaruhi
sistem pernapasan (Agustina, 2017). Ibu hamil yang menderita asma lebih
berisiko untuk melahirkan dengan kondisi prematur, neonatus dengan BBLR, dan
komplikasi seperti pre-eklampsia terutama jika asma tidak ditangani secara aktif
(Robson and Waugh, 2012).
Virus hepatitis B dan E merupakan infeksi virus hepatitis yang dapat ditularkan
dari ibu ke janin selama kehamilan, saat persalinan dan menyusui. Infeksi virus
hepatitis B dapat mengakibatkan insiden bayi BBLR dan prematuritas yang lebih
tinggi diantara ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Virus
hepatitis E dapat di transmisikan secara vertikal dari ibu ke janin dan 10-20%
kematian ibu diakibatkan karena kerusakan hepar atau adanya gejala sekunder
seperti dehidrasi maupun malnutrisi. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap
mortalitas dan morbiditas janin (Lestari, 2015).
13
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Data Ibu hamil yang menjadi sample dalam penelitian pada usia 20-35 tahun
merupakan jumlah sample terbanyak yaitu 86,6%, diikuti dengan usia > 35
tahun sebesar 9,0% dan usia < 20 tahun sebesar 4,5%.
4.1.2 Jenis kehamilan ibu dengan primigravida sebesar 38,8%, kehamilan
multigravida sebesar 58,2%, dan kehamilan grandemultigravida sebesar
3,0%.
4.1.3 Dari 452 kasus ibu hamil risiko tinggi dalam waktu 1 tahun (1 Januari 2017
– 31 Desember 2017), diantaranya terdapat 67 data ibu hamil dengan
penyakit penyerta dan didapatkan hasil bahwa penyakit terbanyak yaitu
anemia sebesar 61,2%, diikuti dengan Pre-eklampsia sebesar 16,4%,
Hepatitis sebesar 6,0%, Asma bronkiale dan Hipertiroid dengan jumlah
yang sama yaitu 4,5%, penyakit jantung sebesar 3,0%, TB Paru dan
Eklampsia dengan jumlah yang sama yaitu 1,5%, dan ibu hamil dengan
penyakit Anemia disertai dengan Asma sebesar 1,5%
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Disarankan untuk dapat memberikan informasi kesehatan terhadap ibu hamil dan
keluarga terdekat, khsususnya suami tentang penyakit penyerta yang bisa terjadi
selama kehamilan maupun penyakit yang ada sebelum hamil dan bisa
mempengaruhi masa kehamilan. Pemberian informasi ini bertujuan agar ibu bisa
menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya perdarahan saat melahirkan,
persalinan yang sulit dan lama, kondisi bayi dengan berat badan berlebih
(Makrosomia), Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), serta komplikasi lanjut dalam
kehamilan dan mengurangi angka kematian ibu.
4.2.2 Peneliti Lainnya
Disarankan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terhadap korelasi
antara penyakit anemia dengan karakteristik yang berhubungan dengan penyakit
14
anemia pada kehamilan seperti pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, pola
makan dan konsumsi zat besi, serta penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk
menunjang kebutuhan zat besi ibu hamil agar tetap tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W., & Sumiatun. (2017). Pengaruh Kehamilan Terhadap Frekuensi
Kekambuhan Asma Pada Ibu Hamil Trimester I , II dan III Dengan
Riwayat Asma Di Kota Malang. Journal of Nursing Care & Biomolecular,
2(2), 62–67. Diakses pada 30 Juni 2018. http://jnc.stikesmaharani.ac.id/
index.php/JNC/article/view/42 /99
Amallia, S., Afriyani, R., & Utami, S. P. (2017). Faktor Risiko Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil di Rumah Sakit BARI Palembang. Jurnal Kesehatan,
viii(3), 389–395. ISSN: 2548-5695. Diakses pada 30 Juni 2018.
https://ejurnal.poltekkestjk.ac.id/ index.php/JK/article/view/639/581
Amini, A., Pamungkas, C. E., & Harahap, A. P. (2018). Umur Ibu dan Paritas
Sebagai Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan. Midwifery Journal, 3(2),
108–113. ISSN: 2503-4340. Diakses pada 30 juni 2018. http://journal.
ummat.ac.id/index.php/MJ/ article/view/506/pdf
Ardiningsih, U., Dian, L. S., Sakundarno, M. A., & Udiyono, A. (2017).
Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Akseptor Kontrasepsi Pil (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kuwarasan
Kabupaten Kebumen). Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5(1), 235–242.
Diakses pada 02 Juli 2018 (http://www.neliti.com/id/publications/108924/
gambaran-faktor-yang-berhubungan-dengan-kejadian-hipertensi-
.co.inpada-akseptor-kontra)
Astriana, W. (2017). Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 123–130. ISSN: 2502-9495. Diakses
pada 05 Juli 2018. https://www.researchgate.net/publication/322777666_
Kejadian_Anemia_pada_Ibu_Hamil_Ditinjau_dari_Paritas_dan_Usia
Astuti, D. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus, 123–131. ISSN:
2407-9189
Astuti, I. (2016). Angka Kematian Ibu Masih Tinggi. Restrived from
https://www.google.coid/amp/www.metrotvnews.com/amp/yNLyOwqb-
angka-kematian-ibu-masih-tinggi
Denantika, O., Serudji, J., & Revilla, G. (2015). Hubungan Status Gravida dan
Usia Ibu terhadap Kejadian Preeklampsia di RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2012-213. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 212–217. ISSN: 2301-
15
7406. Diakses pada 12 Juli 2018. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/
jka/article/view/224/218
Dinkes Jawa Tengah. (2017). Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2016.
Semarang
Handayani, R., & Yulaikah, S. (2017). Perbedaan Tekanan Darah dan Indeks
Massa Tubuh pada Akseptor Suntik Kombinasi dan Suntik
Depomedroxyprogesteron Asetat (DMPA). Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional, 2(1), 18–29. Diakses pada 12 Juli 2018.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/getpdf/get_pdf.php?article=58949
3&val=8834
Hasswane, N., Bouziane, A., Mrabet, M., & Laamiri, F. Z. (2015). Prevalence and
Factors Associated with Anemia Pregnancy in a Group of Moroccan
Pregnant Women. Journa of Biosciences and Medicines, 88–97. Diakses
pada 12 Juli 2018. http://www.scirp.org/journal/jbm
Hidayati, I., & Andyarini, E. N. (2018). Hubungan Jumlah Paritas dan Umur
Kehamilan dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil, 2(April), 42–47. ISSN:
2549-919X. Diakses pada 12 Juli 2018. https://jurnalfpk.uinsby.ac.id/
index.php/jhsp/article/download /113/92/
Idawati, & Mugiati. (2012). Hipertensi dalam Kehamilan Terhadap Hasil Luaran
Janin. Jurnal Keperawatan, VIII(2). ISSN: 1907-0357. Diakses pada 09
Agustus 2018. https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/
view/154
Johnson, J.Y. (2016). Keperawatan Maternitas DeMYSTiFieD Buku Wajib Bagi
Praktisi dan Mahasiswa Keperawatan. Penerjemah : Diana Kurnia S.
Yogyakarta : Rapha Publishing
Kalam, A. C., Wagey, F. W., & Mongan, S. P. (2016). Luaran Ibu dan Perinatal
pada Kehamilan dengan Preeklampsia Berat di RSUP Prof . Dr . R . D .
Kandou Manado Periode 1 Januari - 31 Desember 2016. Jurnal E-Clinic
(eCl), 5(2). Diakses pada 10 Agustus 2018. https://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/eclinic/article/view/ 18542/18070
Kemenkes RI. (2018). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Jakarta
Kuswanti, I. (2014). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Lestari, R. I. (2015). Pengaruh Hepatitis terhadap Kehamilan. Jurnal Agromed
Unila, 2(2), 0–3. Diakses pada 12 Agustus 2018. http://juke.kedokteran.
unila.ac.id/index.php/agro/article/ view/1186
Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, K. (2013). Keperawatan Maternitas
Ed.8. Penerjemah : Felicia S & Anesia T. Elsevier : Singapore
16
Maternity, D., Putri, R.D., Aulia, D.L.N. (2017). Asuhan Kebidanan Komunitas
Disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran Kebidanan. Yogyakarta :
ANDI
Mahayana, S. A. S., Chundrayetti, E., & Yulistini. (2015). Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), 664–673. Diakses
pada 13 September 2018. http://jurnalfk.unand.ac.id/index.php/jka/article/
view/345
Novianti, H. (2016). Pengaruh Usia Dan Paritas Terhadap Kejadian Pre
Eklampsia Di Rsud Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 25–31.
Diakses pada 13 September 2018. http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/
article/view/80/72
Pinontoan, V. M., & Tombokan, S. G. J. (2015). Hubungan Umur dan Paritas Ibu
dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2), 20–
25. ISSN: 2339-1731. Diakses pada 13 September 2018. https://media.
neliti.com/media/publications/90765-ID-hubungan-umur-dan-paritas-ibu-
dengan-kej.pdf
Purwandari, A., Lumy, F., & Polak, F. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
sDengan Kejadian Anemia. Jurnal Ilmiah Bidan, 4(1), 62–68. ISSN: 2339-
1731. Diakses pada 17 September 2018. http://media.neliti.com/media/
publications/91136-ID-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-ke.pdf
Redowati, T. E. (2018). Hubungan usia, gravida dan jarak kehamilan dengan
kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas gantiwarno
tahun 2017. Jurnal Kesehatan Akbid Wira Buana, 4(2), 1–14. ISSN: 2541-
5387. Diakses pad 17 September 2018. http://jurnal.akbid-wirabuana.ac.id
/index.php/jukes/article/download/48/29
Rizkah, Z., & Mahmudiono, T. (2017). Hubungan Antara Umur , Gravida , Dan
Status Bekerja Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis ( KEK ) Dan
Anemia Pada Ibu Hamil, 1, 72–79. Diakses pada 17 September 2018.
https://doi.org/ 10.20473/ amnt.v1.i2.2017.72-79
Robson, E.S., and Waugh, J. (2012). Medical Disorders in Pregnancy : a Manual
for Midwives. Penerjemah : Devi Yulianti. Jakarta : EGC
Sari, A. P., Yerizel, E., & Serudji, J. (2018). Perbedaan Kadar Aldosteron dan
Tekanan Darah pada Akseptor KB Pil Kombinasi Berdasarkan Lama
Pemakaian Kontrasepsi. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 154–159.
Diakses pada 27 September 2018. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/
jka/article/view/ 795/651
Setiawan, B. (2015). Primigravida dengan Riwayat Hipertiroid Terkontrol dan
Hipertensi Gestasional Primigravida, 4, 53–58. Diakses pada 27
17
September 2018 http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/
article/view/786/pdf
Sukarni, K.I., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sulastri, Maliya, A., & Zulaicha, E. S. (2015). Model pencegahan anemia pada
ibu hamil untuk menurunkan perdarahan post partum. Diakses pada 12
Oktober 2018. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/
view/1231/1284
Suriani, S. (2017). Analisis faktor kejadian kematian ibu di kabupaten serang
Banten, 978–979. Diakses pada 12 Oktober 2018.
http://eprints.uad.ac.id/5410/
Suryanarayana, R., Santhuram, AS, Chandrappa, M., Shivajirao, P., & Rangappa,
S,S. 2015. Prevalence of Anemia Among Pregnant Women In Rural
Population of Kolar District. International Journal of Medical Science and
Public Health, 5(03), 1–5. Diakses pada 30 Januari 2019.
https://doi.org/10.5455/ijmsph.2016.2307201575
Setiawan, R. P. (2016). Hubungan Paritas dan Kontrasepsi dengan Preeklampsia
Ringan di Puskesmas Jagir. Jurnal Berkala Epidimologi, 4(August), 100–
112. Diakses pada 12 Oktober 2018. http://media.neliti.com/media/
publications/74621-ID-none.pdf
Sulistiyaningsih, S. H. (2017). Hubungan Lama Penggunaan KB Suntik dengan
Peningkatan Berat Badan pada Akseptor KB di Klinik Pratama Lestari
Wedarijaksa Pati. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan, 7(1). Diakses pada
22 Oktober 2018. (http://akbidmr.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/1-12-
HUBUNGAN-LAMA-PENGGUNAAN-KB-SUNTUK-DMPA-
DENGAN-PENINGKATAN-BERAT-BADAN-PADA-AKSEPTOR-KB-
DI-KLINIK-PRATAMA-LESTARI-WEDARIJAKSA-PATI-FINAL.pdf
Suryanda. (2017). Analisis Faktor Resiko Hipertensi Sekunder pada Pengguna
Kontrasepsi Aktif di Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten Ogan
Komering Ulu Sumatera Selatan. Jurnal Kesehatan, 8(3), 331–336.
Diakses pada 22 Oktober 2018. http://www.researchgate.net/publicaton/
323577551_Analisis_Faktor_Risiko_Hipertensi_Sekunder_pada_Penggun
a_Kontrasepsi_Aktif_di_Puskesmas_Tanjung_Agung_Kabupaten_Ogan_
Komering_Ulu_Sumatera_Selatan
Suryani, S., & Wulandari, R. (2016). Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Terhadap
Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan. Jurnal Kebidanan, X(02), 127–
134. Diakses pada 22 Oktober 2018. http://ejurnal.stikesub.ac.id/index.
php/jkeb/article/view/285/249
Tomar, G. S., Singhal, S., & Shukla, A. (2017). Anemia in Pregnancy :
Epidemiology and it ’ s Determinants. International Journal of Medical and
18
Health Research, 3(1), 9–13. Diakses pada 30 Januari 2019.
http://www.medicalsciencejournal.com/download/279/2/12/31/792
Walyani, E.S. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Yogyakarta : Pustaka Baru Pres
WHO. (2017). World Health Statistics 2017 Monitoring Health for the SDGs,
Sustainable Development Goals. France.
WHO. (2018). Fact Sheet on Maternal Mortality : Key Fact, Where do Maternal
Death Occur?. Restrived from http://www.who.int/en/news-room/fact-
sheets/detail/maternal-mortality
Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo