identifikasi masalah di puskesmas pauh 2

32

Click here to load reader

Upload: ditanovriana

Post on 22-Nov-2015

121 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

public health

TRANSCRIPT

Identifikasi Masalah di Puskesmas Pauh

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah Puskesmas Pauh

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang menjalankan program serta analisis laporan tahunan puskesmas. Proses ini juga dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2013.Tabel 4.1 : Identifikasi Masalah Puskesmas Pauh

No.ProgramTargetPencapaianKesenjangan

1Promosi Kesehatan :

D/S Posyandu

Kelurahan Siaga

PHBS

Persalinan dengan nakes

ASI eksklusif

Menimbang bayi dan balita

Menggunakan air bersih

Cuci tangan dengan air dan sabun

Jamban sehat

Memberantas jentik nyamuk

Makan buah dan sayur

Aktifitas fisik setiap hari

Tidak merokok dalam rumah

Toga

75%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%72,84%

100%

99,68%

53%

81,96%

80,07%

70,52%

69,55%

79,80%

38,87%

30,13%

35,47%

95,80%-2,16%

00,00%

-0,32%

-47%

-18,04%

-19,93%

-29,48%

-30,45%

-20,20%

-61,63%

-69,87%

-64,53%

-4,2%

2Kesehatan Lingkungan :

Pengawasan TTU dan TPM

Pengawasan Perumahan

Klinik sanitasi

Akses Air Bersih

Pengawasan Jamban KeluargaPengawasan DAMIU100%

100%

60%

67%

75%

100%72%

100 %

60%

54,17%

58,25%

84,60%-38,00 %

-00,00%

-00,00%

-12,83%

-16,75%

-15,40%

3KIA :

Cakupan Persalinan Oleh Nakes Yang memiliki kompetensi Cakupan Kunjungan Ibu hamil K1

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

Cakupan Pelayanan Ibu Nifas KF1

Cakupan Pelayanan Ibu Nifas KF3

Cakupan deteksi Ibu RESTI oleh tenaga kesehatan

Cakupan kunjungan neonatal I

Cakupan kunjungan neonatal lengkap

Cakupan DDTK bayi

Cakupan DDTK Balita92%

97%

95%

86%

86%

20%

88%

88%

92 %

80%95,74%

97,58%%

96,30%

95,66 %

91,78%

14,94%

100 %

95,98%

90,53%

50,43 %+3,74%

+0,58%

+1,3%

+9,66%

+5,78%

-5.06%

+12%

+7,98%

-1,47%

-29,57%

4.

Gizi :

N/D

BGM/D

ASI eksklusif

Pemberian Vitamin A bayi

Vitamin A untuk Balita

Vitamin A untuk ibu nifas

Tablet Fe untuk bumil85%

65%

>80%

85%

>70%87,6%

89,7%

48,4%

67%

37%

8.4%

67%

90%

61%

44%-7,4%

+4,7%

-36,6%

-28%

-63%

+3.4%

+2%

+10%

-24%

-26%

Berdasarkan tabel 4.1 beberapa potensi masalah yang berhasil diidentifikasi di Puskesmas Pauh adalah belum tercapainya target pemberian ASI ekslusif, rendahnya cakupan imunisasi, belum tercapainya target D/S, rendahnya pengawasan jamban keluarga, dan angka penemuan suspek TB yang masih rendah.4.2 Penentuan Prioritas Masalah

Beberapa masalah yang ditemukan dalam program puskesmas sehingga tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah teknik scoring, yaitu :Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1: tidak penting

Nilai 2: kurang penting

Nilai 3: cukup penting

Nilai 4: penting

Nilai 5: sangat penting

Kemungkinan intervensi

Nilai 1: tidak mudah

Nilai 2: kurang mudah

Nilai 3: cukup mudah

Nilai 4: mudah

Nilai 5: sangat mudah

Biaya

Nilai 1: sangat mahal

Nilai 2: mahal

Nilai 3: cukup mahal

Nilai 4: murah

Nilai 5: sangat murah

Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1: sangat rendah

Nilai 2: rendah

Nilai 3: sedang

Nilai 4: tinggi

Nilai 5: sangat tinggi

Tabel 4.2 Prioritas Masalah Di Puskesmas Pauh

KriteriaUrgensiIntervensiBiayaMutuTotalRanking

Belum tercapainya target pemberian ASI eksklusif334515II

Rendahnya cakupan imunisasi 333514III

Belum tercapainya target D/S323513IV

Rendahnya pengawasan jamban keluarga433515II

Rendahnya cakupan penemuan suspek TB paru 444517I

Rendahnya cakupan penemuan suspek TB paru Urgensi ( Skor 4)

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala penyakit TB dan penularannya mengakibatkan angka suspek TB masih rendah di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Hal ini mengakibatkan masih banyaknya penderita yang tidak terjaring sehingga resiko penularan semakin meningkat, ditambah dengan wilayah kerja Puskesmas Pauh yang padat penduduk. Rendahnya angka cakupan penemuan kasus TB akan menyebabkan penurunan jumlah penderita sehingga diperlukan upaya upaya untuk memaksimalkan penemuan suspek TB.

Intervensi (Skor 4)Adanya program pemerintah dalam pengobatan TB seperti pemberian obat TB gratis (OAT) dan DOTS/ PMO akan lebih mendukung upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat . Intervensi dilakukan melalui penyuluhan untuk mengedukasi masyarakat sedangkan untuk penjaringan dilakukan pada mereka yang datang berkunjung ke Puskesmas dan pada orang orang yang memiliki kontak erat dengan penderita TB. Biaya (Skor 4)

Pemeriksaan sputum untuk warga yang dicurigai menderita TB tidak dipungut biaya. Namun pemeriksaan sputum ini tidak dapat dilakukan di Puskesmas Pauh tetapi dikirim ke Puskesmas Andalas.

Mutu (Skor 5)

Penyakit TB dapat menurunkan produktivitas dan kinerja penderitanya, maka dengan penemuan penderita TB diharapkan mereka dapat segera diobati dan dapat kembali beraktivitas sehingga derajat kesehatan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Pauh dapat juga meningkat.

Belum tercapainya target pemberian ASI eksklusif.

Urgensi ( Skor 3)

Pemberian ASI eksklusif termasuk salah satu indikator MDGs. ASI merupakan nutrisi paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan. Sehingga tidak dilaksanakannya pemberian ASI eksklusif akan mempengaruhi status gizi serta pertumbuhan dan perkembangan bayi sehingga nantinya juga dapat menurunkan angka kesakitan bayi. Selain itu ASI juga berperan untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan anak.

Intervensi (Skor 3)

Intervensi dapat dilakukan langsung kepada ibu hamil dan menyusui melalui penyuluhan tentang ASI eksklusif oleh petugas Puskesmas maupun kader. Selain itu juga bisa dilakukan intervensi kepada tenaga kesehatan dalam hal pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)Biaya (Skor 4)

Intervensi dilakukan melalui penyuluhan di Puskesmas dan Posyandu dengan menggunakan media informasi.Mutu (Skor 5)

Dengan meningkatnya angka pencapaian pemberian ASI eksklusif akan meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mengurangi angka kematian bayi dan balita.

Belum tercapainya target D/S

Urgensi (skor 3)

Rendahnya angka D/S akan menyebabkan tidak terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sedangkan usia di bawah lima tahun merupakan usia emas pertumbuhan dan perkembangan anak. Apabila tumbuh kembang anak tidak terpantau dengan baik maka deteksi masalah tumbuh kembang akan lebih sulit dilakukan.

Intervensi (skor 2)

Intervensi cukup sulit karena perlu meyakinkan orang tua tentang pentingnya pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita, tidak hanya sampai usia 1 tahun tetapi juga sampai usia 5 tahun.

Biaya (skor 3)

Cukup mahal karena diperlukan untuk penyuluhan berkelanjutan dan transport petugas kesehatan dan kader.

Mutu (skor 5)

Dengan terpantaunya tumbuh kembang bayi dan balita maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

Rendahnya pengawasan jamban keluargaUrgensi (skor 4)

Pengawasan jamban keluarga merupakan hal yang penting terkait dengan adanya water borne disease. Apabila masyarakat tidak menggunakan jamban sesuai dengan fungsinya maka penularan penyakit seperti diare akan meningkat dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa atau bahkan wabah.

Intervensi (skor 3)

Intervensi yang dapat dilakukan berupa penyuluhan kepada masyarakat untuk menggunakan jamban sesuai dengan fungsinya.

Biaya (skor 3)

Cukup mahal karena diperlukan untuk penyuluhan berkelanjutan dan transport petugas kesehatan dan kader.

Mutu (skor 5)

Dengan menggunakan jamban dalam kehidupan sehari- hari dan menghentikan kebiasaan buang air besar sembarangan maka angka diare dapat ditekan. Apabila kejadian diare dapat dicegah maka akan meningkatkan derajat kesehatan nasional.

Rendahnya cakupan imunisasiUrgensi (skor 3)

Masih rendahnya cakupan imunisasi dasar menyebabkan adanya resiko kesakitan bayi terhadap penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin seperti polio, campak, Hepatitis B, TB dan difteri

Intervensi (skor 3)

Cukup sulit dikarenakan tidak cukup dengan penyuluhan saja tetapi juga harus kepercayaan dari masyarakat dari manfaat imunisasi sendiri. Kebanyakan masyarakat tidak mau anaknya diimunisasi karena justru menimbulkan demam dan sakit.

Biaya (skor 3)

Cukup mahal karena diperlukan untuk penyuluhan berkelanjutan dan transport petugas kesehatan dan kader.

Mutu (skor 5)

Dengan berkurangnya angka kesakitan akibat imunisasi akan meningkatkan derajat kesehatan nasional

4.3 Analisis sebab akibat

Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya upaya untuk meningkatkan angka penemuan suspek TB yang masih rendah dari target (37%). Dampaknya adalah penurunan jumlah penderita yang ungkin terdapat pada wilayah kerja Puskesmas Pauh. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas serta pemegang program, penyebab rendahnya angka penjaringan suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Penyebab Rendahnya Angka Penjaringan Suspek TB di Puskesmas Pauh

NoFaktor PenyebabMasalahTolokUkurKeterangan

1

2

Manusia

Kader P2 TBMasyarakat

Kurangnya kader yang bertanggungjawab terhadap P2TB sehingga tidak optimalnya penemuan kasus TB di lapangan.

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gratisnya pelayanan, pemeriksaan dan penatalaksanaan TB paru di Puskesmas.

Wawancara dengan penanggungjawab program P2 TB dan kepala PuskesmasKuesioner yang dibagikan kemasyarakat kelurahan Cupak Tangah dan wawancara dengan penanggungjawab program P2TB.

Terdapat 280 orang kader yang tersebar di 70 Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Namun hanya ada 1 kader yang khusus untuk kegiatan P2TB.

Dari 30 kuisioner yang disebarkan, didapatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pelayanan pemeriksaan dan pengobatan penyakit TB Paru rendah dan tentang pengetahuan umum TB paru belum cukup tinggi.

NoFaktor PenyebabMasalahTolok UkurKeterangan

1

2

3MaterialKurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit TB paru di tempat-tempat umum.

Kurangnya alokasi dana pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan penemuan dini kasus baru TB. Kurangnya sarana di laboratorium yang ada di puskesmas.Wawancara dengan penanggungjawab program P2 TB dan penanggungjawab program promkes serta wawancara dengan masyarakat setempat.

Sumber dana puskesmas.

Laboratorium puskesmas.Kurang dimanfaatkannya papan pengumuman baik itu di puskesmas ataupun di posyandu serta di tempat-tempat umum untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui gejala penyakit TB paru dan berobat ke pusat pelayanan kesehatan yang ada.

Pengoptimalan dana pemerintah yang khusus untuk TB ini sangat diharapkan untuk mempermudah kerja petugas dan kader dalam penemuan kasus baru TB Paru.

Puskesmas Pauh tidak memiliki sarana yang cukup dalam pemeriksaan labor, seperti penyediaan reagen ntuk melakukan pemeriksaan sputum sehingga pemeriksaan harus dikirim ke Puskesmas rujukan lain.

NoFaktor PenyebabMasalahTolok ukurKeterangan

1

2

3

4

5Metode

Kurangnya penyuluhan baik di dalam maupun di luar gedung mengenai penyakit TB Paru, cara pengambilan sampel dahak yang benar, program penanggulangan TB Paru di puskesmas.

Kurangnya pelaporan dari pusat pelayanan kesehatan lain yang menangani pasien TB paru kepada puskesmas.

Kurang terlaksananya penjaringan kontak TB ke rumah penderita TB BTA +

Pemeriksaan dahak mikroskopis tidak dilakukan dengan metode SPS

Rendahnya kualitas dahak yang diperiksaWawancara dengan penanggung jawab program P2 TB dan promkes.

Wawancara denganpenanggungjawab program

P2TB.

Wawancara dengan penanggungjawab program

P2TB.

Wawancara dengan penanggungjawab program

P2TB.

Wawancara dengan penanggungjawab program P2TB dan petugas laboratoriumPenyuluhan seputar TB Paru dan pengobatannya masih sangat minimal dan informasi yang diberikan oleh kader saat posyandu tidak optimal.

Kebanyakan layanan kesehatan lain yang menangani penderita TB paru tidak melaporkan ke puskesmas.

Penjaringan kontak TB seharusnya dilakukan oleh pemegang program TB dan bagian kesling ke rumah pasien yang telah dinyatakan BTA +.

Kegiatan ini tidak terlaksana di Puskesmas Pauh

Pemeriksaan dahak dilakukan hanya sekali yaitu ketika pasien datang ke puskesmas dengan gejala TB. Sedangkan pemeriksaan Pagi dan Sewaktu tidak dilakukan.

Pengambilan dahak yang tidak benar oleh suspek yang diperiksa menyebabkan pemeriksaan sputum untuk mendeteksi TB BTA + menjadi tidak optimal.

NoFaktor penyebab MasalahTolak ukurKeterangan

1

LingkunganAdanya stigma di masyarakat bahwa TB paru adalah penyakit yang memalukanWawancara dengan masyarakat dan penyebaran kuesionerDari 30 kuisioner yang disebarkan, didapatkan masih ada masyarakat yang merasa malu dan tidak ingin diketahui orang lain apabila menderita penyakit TB

Diagram Ischikawa

Untuk menunjukkan hubungan sebab akibat, maka dibuat diagram sebab akibat (diagram tulang ikan) sebagai berikut :

Diagram 4.1 Diagram Ischikawa rendahnya angka penjaringan suspek TB4.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Lingkungan

Adanya stigma di masyarakat bahwa TB adalah penyakit yang memalukan. Hal ini dapat diubah dengan melakukan penyuluhan aktif kepada masyarakat mengenai penyakit TB dan pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk terlibat dalam penyuluhan sehingga stigma yang buruk dapat dihilangkan.Rencana

: melakukan diskusi dengan tokoh masyarakat seperti Ketua RT RW, Lurah, dan Camat

Pelaksana

: petugas puskesmas Pelaksanaan: September 2014Sasaran

: Ketua RT, RW, Lurah, Camat dan Tokoh Masyarakat

Target

: Adanya peran serta aktif dari tokoh masyarakat untuk menghilangkan stigma buruk mengenai penyakit TB.

Indikator

: Meningkatnya angka kunjungan masyarakat dengan gejala klinis TB ke Puskesmas Pauh

Lampiran : Surat Undangan kepada RT, RW, Lurah, Camat, dan tokoh masyarakat untuk diskusi tentang penyakit TB. Materi

a. Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit TB paru di tempat-tempat umum.

Rencana

: pembuatan dan penempelan poster dan pamflet di tempat -tempat umum serta penyebaran leaflet kepada masyarakat mengenai penyakit TB.

Pelaksana : Dokter Muda IKM di Puskesmas Pauh, mahasiswa magang, petugas puskesmas, dan kader.

Pelaksanaan : Oktober 2014

Sasaran : Masyarakat Pauh

Target

: Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB

Indikator : Penenempelan minimal 1 poster dan 2 pamflet di tiap - tiap kelurahan dan penyebaran leaflet ketika penyuluhan diadakan baik di dalam dan di luar gedung.

Lampiran : poster dan pamflet

Kurangnya alokasi dana pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan penemuan dini kasus baru TBRencana

: mengajukan proposal untuk meningkatkan alokasi dana untuk penemuan dini kasus baru TB.

Pelaksana : petugas puskesmas

Pelaksanaan : Desember 2014

Sasaran : Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi

Target

: meningkatnya alokasi dana untuk penemuan dini kasus baru TB

Indikator : terlaksananya kegiatan penemuan dini kasus baru TB secara optimal

Lampiran : -C. Kurangnya sarana di laboratorium yang ada di puskesmas.

Rencana

: mengajukan proposal untuk pengadaan alat dan bahan laboratorium untuk pemeriksaan sputum

Pelaksana : pimpinan puskesmas

Pelaksanaan : Oktober 2014

Sasaran : Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi

Target

: Laboratorium Puskesmas Pauh mampu melakukan pemeriksaan sputum tanpa harus merujuk ke puskesmas rujukan

Indikator : tersedianya alat dan bahan untuk pemeriksaan sputum secara lengkap di laboratorium Puskesmas Pauh

Lampiran : -Manusia

a. Kurangnya kader yang bertanggungjawab terhadap P2TB sehingga tidak optimalnya penemuan kasus TB di lapangan.

Rencana

: Membentuk dan membina kader khusus yang bertanggung jawab atas penemuan kasus TB dan melakukan pendataan kasus TB dari bidan dan dokter praktek swasta serta berkoordinasi dengan P2TB dan kesling dalam melakukan penjaringan kontak di lingkungan sekitar penderita TB.Pelaksana : Pimpinan Puskesmas dan Pemegang Program TB

3. Pelaksanaan : Oktober 2014

Sasaran

: kader kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Target

: terbentuknya kader khusus yang bertanggungjawab atas penemuan kasus TB

Indikator

: terbinanya minimal 1 kader khusus TB di tiap - tiap kelurahan

Lampiran : -

B. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gratisnya pelayanan, pemeriksaan dan penatalaksanaan TB paru di Puskesmas.

Rencana : melakukan penyuluhan aktif kepada masyarakat mengenai penyakit TB dan pelayanannya di Puskesmas

Pelaksana : petugas puskesmas dan dokter muda IKM

Pelaksanaan : Oktober 2014 Sasaran

: masyarakat di wilayah kerja puskesmas PauhTarget

: terselenggaranya penyuluhan mengenai TB minimal 1 kali di dalam gedung dan 1 kali di luar gedung

Indikator

: meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB dan pelayanannya di puskesmas.

Lampiran: -

MetodeKurangnya penyuluhan baik di dalam maupun di luar gedung mengenai penyakit TB Paru, cara pengambilan sampel dahak yang benar, program penanggulangan TB Paru di puskesmas.Rencana : menyusun jadwal rutin penyuluhan mengenai penyakit TB di dalam dan di luar gedungPelaksana : pemegang program TB dan promosi kesehatan, Dokter Muda IKM dan kader

Pelaksanaan : September 2014Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja puskesmas Pauh

Target

: Maksimalnya penyuluhan mengenai penyakit TB untuk masyarakat di wilayah kerja Puskesmas PauhIndikator : Terlaksananya penyuluhan yang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkanLampiran : -B. Kurangnya pelaporan dari pusat pelayanan kesehatan lain yang menangani pasien TB paru kepada puskesmas.

Rencana : meningkatkan koordinasi dan membangun komunikasi yang baik dengan pusat pelayanan kesehatan lain yang menangani pasien TB paruPelaksana : kader posyandu dan petugas kesehatan di Posyandu Kelurahan di kecamatan Pauh

Pelaksanaan : September 2014Sasaran : pusat pelayanan kesehatan lain d wilayah kerja Puskesmas PauhTarget

: terjaringnya semua pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Pauh Indikator : adanya pelaporan dari pusat pelayanan kesehatan lain mengenai pasien TB di wilayah kerja puskesmas PauhLampiran : -C. Kurang terlaksananya penjaringan kontak TB ke rumah penderita TB BTA +

Rencana : mengoptimalkan penjaringan kontak TB ke rumah penderita TB BTA +Pelaksana : kader posyandu dan petugas kesehatan di Puskesmas Pauh

Pelaksanaan : September 2014Sasaran : orang - orang yang tinggal serumah dengan penderita TB BTA + Target

: meningkatnya angka penemuan suspek TB di wilayah kerja Puskesmas Pauh Indikator : dilakukannya pemeriksaan sputum untuk semua orang yang tinggal serumah dengan penderita TB BTA +Lampiran : -D. Pemeriksaan dahak mikroskopis tidak dilakukan dengan metode SPS

Rencana : melakukan sosialisasi kepada petugas laboratorium utuk melakukan pemeriksaan sputum dengan metode SPS yang benarPelaksana : pimpinan puskesmas Pauh dan pemegang program TBPelaksanaan : September 2014Sasaran : petugas laboratorium Puskesmas Pauh Target

: meningkatnya penemuan BTA + dari suspek yang diperiksa Indikator : terlaksananya pemeriksaan sputum dengan metode SPS yang benarLampiran : -E. Rendahnya kualitas dahak yang diperiksa

Rencana : melakukan sosialisasi kepada petugas laboratorium untuk mengajarkan kepada suspek yang akan diperiksa mengenai cara pengambilan dahak yang benarPelaksana : pimpinan puskesmas Pauh dan pemegang program TBPelaksanaan : September 2014Sasaran : petugas laboratorium Puskesmas Pauh Target

: meningkatnya penemuan BTA + dari suspek yang diperiksa Indikator : terlaksananya pemeriksaan sputum dengan kualitas dahak yang baikLampiran : -Rendahnya angka penjaringan suspek TB

Manusia

Kurangnya jumlah kader yang bertanggungjawab terhadap P2TB sehingga tidak optimalnya penemuan kasus TB di lapangan.

Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gratisnya pelayanan, pemeriksaan dan penatalaksanaan TB paru di Puskesmas.

Metode

Kurangnya penyuluhan baik di dalam maupun di luar gedung mengenai penyakit TB paru, cara pengambilan sampel dahak yang benar, program penanggulangan TB Paru di puskesmas.

Kurangnya pelaporan dari pusat pelayanan kesehatan lain yang menangani pasien TB paru kepada puskesmas.

Kurang terlaksananya penjaringan kontak TB ke rumah penderita TB BTA +

Pemeriksaan dahak mikroskopis tidak dilakukan dengan metode SPS

Material

Kurangnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan leaflet tentang penyakit TB paru di tempat-tempat umum.

Kurangnya alokasi dana pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan penemuan dini kasus baru TB.

Kurangnya sarana di laboratorium yang ada di puskesmas.

Lingkungan

Adanya stigma di masyarakat bahwa TB paru adalah penyakit yang memalukan

151