identifikasi jejak dan tanda-tanda · pdf fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung...

47
IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA KEBERADAAN BERANG-BERANG (LUTRINAE) DI AREA PERSAWAHAN KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI SARJANA BIOLOGI AADREAN B.P. 04 133 003 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2009

Upload: lynhu

Post on 06-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA KEBERADAAN

BERANG-BERANG (LUTRINAE) DI AREA PERSAWAHAN

KECAMATAN LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

SKRIPSI SARJANA BIOLOGI

AADREAN

B.P. 04 133 003

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2009

Page 2: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

Identifikasi Jejak dan Tanda-tanda Keberadaan Berang-berang (Lutrinae) di Area Persawahan Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains bidang studi Biologi

Oleh :

Aadrean B.P. 04 133 003

Padang, Maret 2009 Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Siti Salmah Prof. Drs. Anas Salsabila, M.Sc NIP. 130 318 486 NPP. 13031848900

Page 3: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Sarjana Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang

Pada hari Jum’at tanggal 6 Maret 2009.

NO. Nama Jabatan Tanda tangan

1.

Dr. Syaifullah

Ketua

2.

Prof. Dr. Siti Salmah

Sekretaris

3.

Prof. Drs Anas Salsabila, M. Sc

Anggota

4.

Dr. Dahelmi

Anggota

5.

M. Nazri Janra, M. Si

Anggota

Page 4: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

Ku persembahkan untuk orang-orang yang menyayangiku :

Apa dan Ama

Adik-adikku

Keluarga besar Ungku dan Iyak

Rekan-rekan Biologi 2004

...

...

...

Serta untuk alam semesta dengan keanekaragaman hayatinya

Subhanallah .............. ternyata begitu indah perjuangan dalam hidup ini.

Alhamdulillah ........... Allah telah memudahkan perjalanan ku dalam melewatinya

Allahuakbar .............. akan kulanjutkan perjuangan ini !!!

”Aadrean”

Page 5: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

”Identifikasi Jejak dan Tanda-Tanda Keberadaan Berang-berang (Lutrinae) di Area

Persawahan Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman” yang

merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.

Selama penelitian dan pembuatan skripsi ini penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Siti Salmah dan Prof. Drs. Anas

Salsabila, M. Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu

dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian sampai selesainya penulisan

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada :

1. Bapak Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Andalas Padang.

2. Bapak Drs. Rustam Usman selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi ini.

3. Bapak Dr. Rizaldi, M. Nazri Janra, M. Si, Dr. Wilson Novarino serta Dr. Ardinis

Arbain atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

4. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Universitas Andalas Padang yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan.

Page 6: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

vi

5. Teristimewa kedua orang tua dan seluruh keluarga atas do’a dan kasih sayang

serta perhatian yang telah diberikan.

6. Rekan-rekan Biologi angkatan 2004 atas dukungan, bantuan dan perhatian yang

telah diberikan kepada penulis dalam perjuangan bersama menjalani perkuliahan

di jurusan Biologi ini.

7. IUCN Otter Specialist Group yang telah memberikan dukungan dalam penelitian

berang-berang ini dalam bentuk berbagai fasilitas yang diberikan kepada penulis

sebagai ”student member” seperti akses untuk mendapatkan literatur dan lainnya.

8. IDEA WILD yang telah memberikan bantuan dana untuk pembuatan perangkap

berang-berang.

9. Semua pihak yang telah membantu sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan kontribusi perkembangan ilmu Biologi dan ikut serta dalam usaha

konservasi sumber daya hayati dan biodiversiti, serta dapat digunakan sebagai bahan

penunjang untuk penelitian di masa yang akan datang.

Padang, Maret 2009

Penulis

Page 7: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

vii

ABSTRAK

Penelitian tentang identifikasi jejak dan tanda-tanda keberadaan berang-berang telah dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2008, di area persawahan Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman dengan menggunakan metode survei dengan cara mengamati jejak dan tanda-tanda keberadaan berang-berang. Dari hasil pengamatan dan pengukuran jejak didapatkan satu jenis berang-berang Aonyx cinereus (Illiger). Tanda-tanda keberadaan berang-berang yang didapatkan yaitu jejak, kotoran, sisa makanan, kerusakan rumpun padi dan bekas luncuran berang-berang.

Page 8: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

viii

ABSTRACT

Study about identifying tracks and other signs of otter had been conducted from October to December 2008 in rice field area in Lubuk Alung, district of Padang Pariaman. This study used survey method by observing tracks and other signs of otter. Based on tracks identification, they refer to one species Aonyx cinereus (Illiger). In this study, tracks, spraints, fish remain, destruction on paddy clumps and sliding site were proofs of otter existence in this area.

Page 9: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................v

ABSTRAK ........................................................................................................vii

ABSTRACT ......................................................................................................viii

DAFTAR ISI .....................................................................................................ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii

I. PENDAHULUAN ..........................................................................................1

1. 1. Latar Belakang..................................................................................1

1. 2. Perumusan masalah...........................................................................3

1. 3. Tujuan Penelitian ..............................................................................4

1. 4. Manfaat Penelitian ............................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................5

2. 1. Klasifikasi Berang-berang .................................................................5

2. 2. Deskripsi...........................................................................................5

2. 3. Habitat ..............................................................................................7

2. 4. Distribusi ..........................................................................................9

2. 5. Status Konservasi..............................................................................10

III. PELAKSANAAN PENELITIAN.................................................................11

3. 1. Waktu dan Tempat ............................................................................11

3. 2. Deskripsi Lokasi ...............................................................................11

3. 3. Metode Penelitian .............................................................................12

3. 4. Alat dan Bahan..................................................................................12

3. 5. Cara Kerja.........................................................................................12

Page 10: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

x

3. 6. Analisa Data .....................................................................................14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................15

4. 1. Jejak..................................................................................................15

4. 2. Tanda-tanda Keberadaan Berang-berang ...........................................17

4. 3. Musim Tanam dan Pengairan ............................................................21

V. KESIMPULAN.............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................24

LAMPIRAN ......................................................................................................27

Page 11: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter jejak Aonyx cinereus ................................16

Tabel 2. Tanda-tanda keberadaan berang-berang di setiap lokasi pengamatan ....17

Tabel 3. Lokasi ditemukan kotoran, diameter feses dan deskripsinya .................18

Page 12: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Parameter pengukuran jejak ..............................................................13

Gambar 2. Foto jejak kaki A. cinereus................................................................15

Gambar 3. Sketsa jejak kaki A. cinereus.............................................................15

Gambar 4. Foto Aonyx cinereus .........................................................................16

Gambar 5. Foto lokasi kotoran ...........................................................................18

Gambar 6. Kotoran berang-berang .....................................................................19

Gambar 7. Sisa ikan Cyprinus carpio yang dimakan oleh A. cinereus ................20

Gambar 8. Tanda-tanda keberadaan lainnya .......................................................21

Page 13: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian......................................................................... 27

Lampiran 2. Tabel pengamatan jejak dan tanda-tanda keberadaan berang-berang .. 28

Lampiran 3. Tabel pengukuran jejak berang-berang .............................................. 29

Lampiran 4. Foto jejak mammalia lain yang ditemukan di area persawahan Kec.

Lubuk Alung ..................................................................................... 30

Lampiran 5. Peta lokasi kotoran (toilet site) berang-berang ................................... 31

Lampiran 6. Foto lokasi kotoran berang-berang..................................................... 32

Page 14: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Indonesia memiliki empat jenis berang-berang yaitu Lutra lutra (Linnaeus, 1758),

Lutra sumatrana (Gray, 1865), Lutrogale perspicillata (Geofroy Saint-Hilaire,

1826), dan Aonyx cinereus (Illiger, 1815) (Corbet dan Hill, 1992). Dua dari empat

jenis tersebut, L. lutra dan L. sumatrana termasuk ke dalam hewan yang dilindungi

oleh Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999 (Noerdjito dan Maryanto, 2001). CITES

telah memasukkan jenis berang-berang di Indonesia ini ke dalam daftar

Appendixnya. L. lutra termasuk Appendix I, sedangkan L. sumatrana, L.

perspicillata dan A. cinereus termasuk Appendix II (UNEP-WCMC, 2008).

Peningkatan jumlah populasi manusia menempatkan berang-berang dibawah

tekanan melalui perusakan habitat (proyek pembangkit listrik tenaga air, reklamasi

lahan basah), polusi (pestisida dan limbah pertanian) yang mengakibatkan eutrofikasi

dan pengurangan biomassa mangsa, dan konflik dengan petambak dan petani ikan

yang membunuh berang-berang sebagai hama, serta penangkapan untuk perdagangan

kulit di India, Nepal dan Bangladesh (IUCN, 2007c).

Sawah merupakan ekosistem lahan basah buatan yang sangat berguna bagi

kehidupan manusia sebagai penghasil bahan pangan. Sawah juga merupakan

ekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan

tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi.

Berbagai jenis fauna ini ada yang merupakan penghuni asli habitat sawah dan ada

pula yang sengaja diintroduksi oleh manusia untuk keperluan budidaya. Jenis-jenis

fauna yang biasa ditemukan dalam ekosistem sawah antara lain reptil, ikan, amfibi,

serangga, unggas dan mamalia. Fungsi dan manfaat sawah tidak hanya terbatas pada

Page 15: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

2

penghasil bahan pangan (khususnya beras), namun sawah juga memiliki fungsi dan

manfaat secara ekologis dan sosial budaya (Puspita et al, 2005).

Daerah persawahan di Kerian Perak Malaysia, merupakan sebuah habitat

yang penting bagi A. cinereus dan L. perspicillata. Daerah saluran yang bersemak

dan pematang sawah menyediakan tempat bersarang bagi kedua jenis berang-berang

tersebut. Mereka juga menggunakan tumpukan jerami dan sisa-sisa penggilingan

yang terdapat di sepanjang tepi jalan sebagai medium yang kering bagi kulit mereka.

Khusus untuk berang-berang licin menggunakan saluran irigasi dan kanal-kanal

sebagai tempat berburu ikan mangsa. Berang-berang cakar kecil umumnya mencari

mangsa pada sekitar daerah yang berlumpur. Berang-berang cakar kecil dan berang-

berang licin mampu beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan masyarakat di

daerah persawahan dan daerah pedesaan lain. Kelangsungan hidup mereka

tergantung pada ketersediaan mangsa yang cukup dan daratan yang bersemak tempat

mereka bisa bersarang dan bersembunyi tanpa intervensi dari manusia. L. lutra dan

L. sumatrana tidak toleran terhadap aktifitas manusia, dan ini mungkin penyebab

kelangkaan mereka di seluruh Asia Tenggara. Penggunaan pestisida yang tidak

terkontrol akan mengakibatkan kehilangan jenis berang-berang di daerah persawahan

(Foster-Turley, 1992).

Kebanyakan mamalia besar mudah dideteksi dengan menggunakan jejak dan

tanda-tanda keberadaannya (Francis, 2008). Dari banyak publikasi tentang berang-

berang, metoda utama yang digunakan dalam penelitian oleh banyak peneliti untuk

seluruh jenis berang-berang (kecuali berang-berang laut Enhydra lutris) adalah

kotoran atau feses, yang digunakan untuk tujuan yang bervariasi. Kotoran mudah

untuk dijumpai, keberadaan atau ketidakadaannya dapat dicatat. Hal ini sangat

membantu tetapi juga memiliki keterbatasan (Kruuk, 2006).

Page 16: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

3

Penelitian mengenai jejak dan tanda-tanda keberadaan berang-berang ini

telah banyak dilakukan terutama untuk penelitian pendahuluan untuk mengetahui

adanya keberadaan berang-berang di suatu wilayah. Kanchanasaka (1998)

menggunakan pengamatan jejak, feses dan tanda-tanda lain dalam penelitian

keberadaan berang-berang L. sumatrana di Thailand, namun penelitian keberadaan

berang-berang di Indonesia masih sangat sedikit.

Kecamatan Lubuk Alung merupakan kecamatan yang memiliki area

persawahan yang terluas di Kabupaten Padang Pariaman yaitu 3.804 Ha, dengan

sebagian besar (2.432 Ha) diairi dengan irigasi teknis dari proyek irigasi Bendungan

Anai (Badan Pusat Statistik, 2005). Saluran irigasi ini juga dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai tempat untuk budidaya ikan air tawar. Kondisi seperti ini

merupakan salah satu bentuk habitat yang memungkinkan akan keberadaan berang-

berang. Hal ini juga diperkuat dari informasi yang diperoleh dari masyarakat petani

di Kecamatan Lubuk Alung.

Keberadaan berang-berang di area persawahan di pulau Jawa telah dilaporkan

oleh Melisch, Asmoro, dan Kusumawardhami (1994) dengan menemukan A.

cinereus dan L. perspicillata, namun keberadaan dan jenis berang-berang (Lutrinae)

yang terdapat di area persawahan di daerah Sumatera, khususnya di Kec. Lubuk

Alung belum diketahui, oleh karena itu dirasa perlu untuk diadakannya penelitian

tentang berang-berang ini.

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimana bentuk jejak untuk dapat menentukan jenis dan

tanda-tanda keberadaan berang-berang di area persawahan Kec. Lubuk Alung.

Page 17: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

4

1. 3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a) Mengidentifikasi jejak berang-berang di area persawahan Kec. Lubuk Alung.

b) Mengetahui tanda-tanda keberadaan berang-berang di area persawahan Kec.

Lubuk Alung.

1. 4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang

keberadaan, habitat serta sebaran geografis berang-berang di Sumatera, serta dapat

menjadi acuan dan data dasar bagi perkembangan penelitian berang-berang

selanjutnya.

Page 18: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Klasifikasi Berang-Berang

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

SubFilum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Carnivora

SubOrdo : Caniformia

Famili : Mustelidae

SubFamili : Lutrinae (Sumber : Myers et al, 2008.)

2. 2. Deskripsi

Berang-berang (Lutrinae) merupakan anggota dari suku Musang-musangan

(Mustelidae) yang mampu beradaptasi beraktifitas di dalam air. Tubuh ditutupi oleh

rambut yang kedap air, tungkai pendek dan jari memiliki selaput renang. Kaki depan

lebih pendek dari kaki belakang, ekor tertutup rambut, tebal pada bagian pangkal dan

meruncing ke ujung, bagian bawah ekor pipih, dan pada beberapa jenis bagian atas

ekor juga pipih. Terdapat banyak rambut kaku disekitar hidung dan moncong, yang

sensitif terhadap turbulensi air yang digunakan untuk mencari mangsa. Memiliki

telinga kecil dan bulat. Telinga dan nostril dapat menutup ketika di dalam air.

Kebanyakan memiliki cakar kecuali pada beberapa jenis. (Macdonald, 1984).

Berang-berang memiliki tubuh yang panjang dan ramping. Dibedakan dengan

Mustelinae dari kemampuan beradaptasi yang tinggi untuk hidup di dalam air dengan

Page 19: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

6

kaki yang memiliki selaput renang, ekor yang tebal meruncing dan rambut yang tebal

(Corbet dan Hill, 1992).

L. lutra atau berang-berang Eurasia panjang tubuh sekitar 1m dan berat

sekitar 8kg, dengan individu jantan lebih besar dan berat dari pada individu betina.

Keseluruhan jarinya berselaput renang dan memiliki cakar yang berkembang baik.

Memiliki sungut (whisker) yang banyak dan kuat yang digunakan untuk menentukan

lokasi mangsa. Rhinarium kecil, tidak berambut dengan bagian atasnya berbentuk

huruf W. Bagian punggung berwarna coklat tua, abu-abu pada bagian perut dan

tenggorokan. Memiliki anak jenis yang berwarna lebih gelap di belahan barat laut

dan lebih pucat di belahan Tenggara bumi. Umumnya memakan ikan khususnya

yang bergerak lambat, tetapi juga memakan burung air, udang dan katak. Aktifitas

kawin dapat berlangsung sepanjang tahun, dan pada beberapa lokasi bersifat

musiman, yang berhubungan dengan kepadatan mangsa (IUCN, 2007b).

L. sumatrana merupakan berang-berang berukuran sedang, dengan panjang

sekitar 1,3 m dan berat sekitar 7 kg. Jari memiliki selaput renang yang penuh dengan

cakar yang berkembang baik. Bagian atas tubuh berwarna coklat tua, bagian bawah

agak pucat dengan dagu dan bibir bagian atas berwarna pucat terang. Seluruh

rhinariumnya tertutupi oleh rambut yang pendek dan berwarna gelap. Hasil analisa

DNA menyatakan jenis ini merupakan jenis tersendiri yang sebelumnya beberapa

ahli mempertimbangkan sebagai anak jenis dari L. lutra. Jenis ini dianggap telah

punah pada tahun 1998, namun beberapa populasi ditemukan setelah itu (IUCN,

2006).

L. perspicillata memiliki ukuran tubuh lebih besar, bertubuh gemuk, rambut

pendek, dan lembut. Kepala dan punggung berwarna lebih gelap. Tenggorokan dan

perut berwarna lebih pucat. Tidak memiliki bercak maupun belang. Separuh bagian

ke ujung ekor pipih. Kaki relatif besar, memiliki selaput renang yang penuh, dengan

Page 20: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

7

cakar yang pendek dan tajam. Tengkorak membulat dengan gigi besar dan moncong

pendek. Berang-berang ini panjang sekitar 1,2m dan berat sekitar 11kg. Makanan

utamanya ikan, dan juga memakan udang, kepiting, serangga, katak, ikan gelodok,

burung dan tikus. Berang-berang ini hidup berkelompok dalam satu keluarga terdiri

dari seekor jantan, seekor betina dan beberapa anaknya. Di zaman dulu jenis ini

dipergunakan nelayan untuk membantu menangkap ikan (IUCN, 2007c).

A. cinereus merupakan berang-berang terkecil di dunia, panjang kira-kira 1,9

m dan berat sekitar 5 kg. Berang-berang yang paling sosial, hidup berkelompok

dapat mencapai lebih 20 individu dalam satu kelompok. Mereka menggunakan

tangan untuk merasakan adanya moluska dan crustacea di bebatuan, vegetasi dan

lumpur. Mereka merupakan berang-berang yang paling kurang aquatik. Jenis ini

dikenal sebagai Amblonyx cinereus, dan sebelumnya sebagai Aonyx cinerea. Analisa

DNA mengindikasikan bahwa jenis ini memiliki hubungan yang dekat Aonyx

capensis dan Aonyx congicus, jadi jenis ini sekarang bernama Aonyx cinereus

(IUCN, 2008).

2. 3. Habitat

Berang-berang Eurasia dapat menempati berbagai macam habitat air. Ditemukan

pada habitat air tawar, payau dan air laut, sungai dataran rendah dan tinggi, danau,

rawa, persawahan dan pesisir pantai. Penyebarannya lebih dipengaruhi oleh

tersedianya makanan yang cukup, air tawar dan vegetasi di sekitarnya untuk

beristirahat, grooming dan membuat sarang (IUCN, 2007b). Jenis ini ditemukan di

air payau di bawah ketinggian permukaan air laut di Belanda, sampai ke tinggian

1.000 mdpl dan lebih di the Alps atau the Pyrenees, dan diatas 3.500 mdpl di

Himalaya sampai 4120 mdpl di Tibet (Reuther and Hilton-Taylor, 2004).

Page 21: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

8

L. sumatrana, berdasarkan penangkapan spesimen pada 550 mdpl di

Bentong, Malaysia, dipercaya menempati relung yang spesifik di hutan dataran

tinggi, namun setelah penemuan dua spesimen mati tertabrak di jalan raya di dekat

hutan rawa di Malaysia, disarankan bahwa hutan rawa merupakan habitat utamanya,

hal ini didukung dengan penemuan jenis ini di hutan rawa di Thailand. Kehadiran L.

sumatrana juga dilaporkan dari perairan pesisir yang dangkal (Hussain, 2004a).

L. perspicillata menyukai sungai besar, danau, hutan rawa, hutan bakau,

estuari dan persawahan, yang menyediakan vegetasi, area bebatuan atau tanah yang

dalam untuk membuat sarang. Mereka tersebar luas di habitat dataran rendah namun

pernah tercatat dari 1830 m di Yunnan. Mereka juga terlihat berenang sampai ke laut,

dan di Sumatera disebut sebagai berang-berang laut, tetapi mereka membutuhkan air

tawar yang cukup untuk membasuh garam dari badannya (IUCN, 2007c).

Di sepanjang sungai-sungai besar di India menunjukkan, L. perspicillata

lebih memilih area berbatu karena daerah ini menyediakan lokasi untuk liang sarang

dan tempat istirahat. Area dengan tepi sungai yang bervegetasi dan rawa digunakan

khususnya pada musim panas yang menyediakan makanan yang cukup. Mereka

menghindari daerah terbuka dan pinggir sungai yang berpasir. Di Jawa Barat, jenis

ini lebih memilih daerah mangrove, bagian hilir atau daerah pasang surut sungai dan

persawahan yang memiliki struktur keanekaragaman vegetasi yang sedang. Pada

sungai, mereka menyukai arus sedang sampai arus tenang dan memiliki lebar 10-40

m. Di Thailand, jenis ini menggunakan bendungan dan sungai dengan arus yang

tenang disekitar bendungan (Hussain, 2004b).

A. cinereus atau berang-berang cakar kecil sangat beradaptasi terhadap iklim

tropis di Asia selatan dan Asia tenggara, terdapat dari daerah pesisir sampai ke

sungai pegunungan mencapai 2000 m (Melisch et al. 1994). Jenis ini dapat dijumpai

pada hutan rawa air tawar dan rawa air payau, persawahan, danau, sungai kecil,

Page 22: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

9

waduk, saluran air, mangrove dan di sepanjang pesisir (Sivasothi and Nor, 1994).

Walaupun simpatrik terhadap L. lutra, L. sumatrana, dan L. perspicillata, terdapat

pemisahan relung yang jelas antar jenis (IUCN, 2008).

2. 4. Distribusi

Berang-berang (Lutrinae) hampir tersebar di seluruh dunia kecuali pada daerah

Australasia (Corbet dan Hill, 1992). Berang-berang utara (L. lutra) merupakan jenis

berang-berang yang memiliki penyebaran paling luas, dari Eurasia sampai ke

lingkaran Artika, dari Irlandia sampai ke Kamchatka, dan ke selatan sampai ke

Afrika Utara, Sri Lanka dan Indonesia. (IUCN, 2007b).

Berang-berang hidung berambut (L. sumatrana) merupakan endemik Asia

Tenggara. Dilaporkan terdapat di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Malaysia (Hussain,

2004a), Thailand Selatan, Kamboja Tenggara, Vietnam Selatan (IUCN, 2006), dan di

Sumatera Selatan dari spesimen yang mati akibat ditabrak oleh kendaraan (Lubis,

2005). Sedangkan berang-berang licin (L. perspicillata) ditemukan di Jawa, Sumatera

dan Borneo, ke arah utara sampai ke barat daya Cina, ke arah timur sampai ke Nepal,

India dan Pakistan, tidak termasuk Lembah Indus (IUCN, 2007c)

Berang-berang cakar kecil (A. cinereus) penyebarannya luas, namun akhir-

akhir dekade ini penyebarannya berkurang khususnya di Wilayah Barat, jika

dibandingkan dengan catatan terdahulu. Mereka sekarang ditemukan dari kaki

gunung himalaya Himachal Pradesh, sampai ke Asia Selatan, melebar sampai ke

Filipina dan terus ke Indonesia. Dulu ditemukan di Sri Lanka namun statusnya

sekarang tidak diketahui. Daerah yang bisa ditemukan jenis ini secara umum hanya

di semenanjung Malaysia khususnya di Kedah, dan hutan sebelah barat dan rawa

bagian selatan Thailand (IUCN, 2008).

Page 23: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

10

2. 5. Status Konservasi

Dua dari empat jenis Berang-berang, L. lutra dan L. sumatrana termasuk ke dalam

hewan yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999 (Noerdjito dan

Maryanto, 2001). CITES telah memasukkan jenis berang-berang di Indonesia ini ke

dalam daftar Appendixnya. L. lutra termasuk Appendix I, sedangkan L. sumatrana,

L. perspicillata dan A. cinereus termasuk Appendix II (UNEP-WCMC, 2008). IUCN

Redlist telah memasukkan L. lutra dan A. cinereus ke dalam status hampir terancam

(Near Threatened), L. perspicillata ke dalam status rawan (Vulnerable) sedangkan L.

sumatrana termasuk status data kurang (Data Deficient) (IUCN, 2007a).

Ancaman utama untuk populasi berang-berang di Asia adalah berkurangnya

habitat lahan basah karena pembangunan proyek pembangkit tenaga listrik,

reklamasi lahan basah untuk pemukiman dan pertanian, pengurangan biomassa

mangsa dan kontaminasi oleh pestisida. Pada kebanyakan negara Asia, peningkatan

populasi manusia selama abad terakhir ini, program pembangunan pedesaan yang

tidak efektif yang tidak menyelesaikan masalah kemiskinan, memaksa masyarakat

lebih ketergantungan terhadap sumber daya alam. Konsekuensinya, kebanyakan

lahan basah dan jalur air tidak mampu menyediakan hewan mangsa yang cukup

untuk menopang populasi berang-berang. Lahan basah dan jalur air telah terpolusi

oleh eutrofikasi dan akumulasi pestisida. Peningkatan penggunaan pestisida tidak

hanya dianggap sebagai kendala utama terhadap pengembangan sistem mina padi

juga berbahaya bagi seluruh predator di daerah ini. Pada seluruh Asia selatan dan

Asia tenggara, terjadi konflik yang hebat antara berang-berang dan manusia, karena

kemiskinan dan peningkatan aktifitas aquakultur yang mendorong pembunuhan

berang-berang (Hussain, 2004b)

Page 24: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3. 1. Waktu dan tempat

Penelitian ”Identifikasi Jejak dan Tanda-tanda Keberadaan Berang-Berang (Lutrinae)

di Area Persawahan Kec. Lubuk Alung Kab. Padang Pariaman” ini dilaksanakan

pada bulan Oktober sampai Desember 2008, dengan lokasi di Kec. Lubuk Alung

Kab. Padang Pariaman dan di Museum Zoologi Biologi FMIPA Universitas Andalas.

3. 2. Deskripsi Lokasi

Penelitian ini telah dilakukan di lima daerah area persawahan Kec. Lubuk Alung,

yaitu di Balah Hilie, Singguliang, Koto Buruak, Pasie Laweh dan Salibutan. Area

persawahan Balah Hilie, Singguliang dan Pasie Laweh memiliki sistem pengairan

teknis dan dilewati oleh saluran primer dari proyek irigasi Bendungan Anai yang

dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk budidaya ikan dan dijadikan ikan larangan

yang akan dipanen tiap tahun. Selain itu, terdapat beberapa kolam ikan yang

pengairannya bersumber dari saluran irigasi ini. Pada daerah Singguliang terdapat

bukit-bukit kecil bervegetasi semak terletak diantara area persawahan. Pada daerah

Koto Buruak, persawahan tidak memiliki saluran pengairan primer, hanya memiliki

saluran pengairan sekunder yang mengalirkan air ke sawah. Area persawahan Koto

Buruak ini berada dekat dengan sungai Batang Anai. Daerah Salibutan memiliki

persawahan dengan luas yang relatif kecil dan terpisah-pisah serta dikelilingi oleh

hutan sekunder. Sistem pengairannya sederhana, yang hanya memiliki saluran

pengairan kecil dan banyak diantaranya yang tidak memiliki saluran pengairan.

Page 25: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

12

3. 3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan mengamati jejak dan tanda-tanda

keberadaan berang-berang.

3. 4. Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini dibutuhkan alat dan bahan yaitu meteran, jangka sorong, kamera

digital, sendok semen, kantong plastik, plastik transparansi, spidol transparansi,

gipsum, ember atau tempat pengaduk gipsum, batang pengaduk, kuas kecil, pinset,

alkohol 70%, label tempel, buku panduan dan alat tulis.

3. 5. Cara Kerja

3. 5. 1. Penentuan lokasi

Penelitian ini menggunakan lima lokasi pengambilan sampel, yaitu di Balah Hilie,

Singguliang, Koto Buruak, Pasie Laweh dan Salibutan. Penentuan lokasi dilakukan

dengan cara mencari dan mengumpulkan informasi dari masyarakat dan petani, serta

dari survei pendahuluan dengan melihat tanda-tanda keberadaan dan bentuk habitat

di sekitarnya. Setiap lokasi dilakukan pengamatan sebanyak tiga kali.

3. 5. 2. Jejak

Pencarian jejak dilakukan dengan cara menyusuri pematang sawah di bagian pinggir,

dekat dengan daerah ekoton, peralihan antara sawah dan semak-semak serta daerah

yang dekat dengan pengairan dan usaha budidaya ikan. Jika terdapat jejak maka jejak

ini difoto, kemudian digambar dengan spidol transparansi pada plastik transparansi,

jika memungkinkan akan dicetak dengan gipsum. Jejak yang didapatkan ini

diidentifikasi dengan panduan Murie (1974), van Strien (1983), dan Payne et al

Page 26: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

13

(2000). Parameter untuk jejak yang diukur adalah panjang, lebar, panjang cakar,

langkah (step dan stride) dan kangkang (straddle) (Gambar 1.)

Gambar 1. Parameter pengukuran jejak, A : Parameter pengukuran pada masing-masing jejak, B :Parameter pengukuran pada jalur jejak

3. 5. 3. Kotoran berang-berang

Pencarian kotoran berang-berang atau feses dilakukan dengan pencarian serta dengan

bantuan informasi dari petani atau masyarakat sekitar. Kotoran yang ditemukan

difoto, kemudian dideskripsikan bentuk kotoran, lokasi (toilet site), ukuran serta

umur kotoran. Kotoran yang didapatkan dikoleksi dengan kantong plastik, disimpan

di dalam alkohol 70% untuk kepentingan penelitian berikutnya.

3. 5. 4. Sisa makanan

Sisa makanan berang-berang diketahui dengan adanya keberadaan jejak berang-

berang disekitar sisa makanan tersebut. Sisa makanan yang ditemukan difoto,

kemudian dilakukan pendeskripsian jenis makanan, bentuk dan lokasi penemuan.

Sisa makanan dikoleksi dan diidentifikasi dengan panduan Saanin (1960) dan

Kottelat, et al (1993).

A B

Page 27: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

14

3. 5. 5. Data tambahan

Sebagai data tambahan, juga dilakukan pencatatan musim tanam, pengairan, serta

informasi lain dari petani dan masyarakat sekitar tentang keberadaan berang-berang

daerah persawahan ini.

3. 6. Analisa Data

Data yang didapatkan selama penelitian dibagi menjadi data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kualitatif diterangkan secara deskriptif. Pendeskripsian dilakukan

terhadap jejak, kotoran, sisa makanan, habitat dan tanda-tanda lain yang

berhubungan dengan keberadaan berang-berang. Untuk data kuantitatif seperti

ukuran jejak dan kotoran dianalisa dan disajikan dengan bentuk kisaran ukuran, rata-

rata serta standar deviasi.

Page 28: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Jejak

Dari pengamatan yang telah dilakukan, jejak yang ditemukan hanya dari satu jenis

berang-berang yaitu Aonyx cinereus (Illiger, 1815). Jejak yang ditemukan sesuai

dengan gambar jejak yang dikemukakan van Strien (1983) dan pernyataan Kruuk et

al (1994) yang mana jenis ini memiliki lima jari yang panjang pada masing-masing

kaki, memiliki selaput renang dan tidak ada memperlihatkan bekas cakar. Jejak kaki

belakang lebih besar dan lebih jelas dari jejak kaki depan (Gambar 2 dan 3). Jejak

ditemukan pada sawah yang dekat dengan saluran air.

Gambar 2. Foto jejak kaki A. cinereus. A: jejak kaki depan kanan, B: jejak kaki belakang kiri

Gambar 3. Sketsa jejak kaki A. cinereus. A: jejak kaki depan kanan, B: jejak kaki

belakang kiri

A B

A B

Page 29: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

16

Jejak A. cinereus yang ditemukan di area persawahan Kec. Lubuk Alung ini

memiliki rata-rata panjang 56,06±4,24 mm, lebar 37,81±5,61 mm, sedangkan kaki

belakang memiliki rata-rata panjang 67,47±2,56 mm, lebar 51,63±3,61 mm. Jejak ini lebih

besar dari jejak A. Cinereus yang ditemukan di Thailand yang lebarnya <5cm, namun

lebih kecil dari L. lutra yang lebarnya >5,5 cm, L. perspicillata ≥8 cm (Kruuk et al,

1994), dan L. sumatrana dengan lebar kaki depan rata-rata 5,8 cm dan kaki belakang

6,6 cm. (Kanchanasaka, 1998). Hasil pengukuran jejak dapat dilihat pada Tabel 1

dan Lampiran 3.

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter jejak Aonyx cinereus

Parameter Jumlah data (n) Kisaran Pengukuran (mm) Rata-rata (mm) Kaki depan

panjang 8 51,30-63,60 56,06±4,24 lebar 8 29,55-47,95 37,81±5,61

Kaki belakang panjang 17 61,60-71,15 67,47±2,56 lebar 17 45,55-58,00 51,63±3,61

Jalur jejak step 7 128-208 159,14±25,05 stride 7 346-428 380,85±25,24 straddle 7 104-132 115,71±12,76

Pada penelitian ini tidak ditemukan individu A. cinereus secara langsung,

hanya melalui jejak dan tanda-tanda lainnya. Foto A. cinereus yang didapatkan dari

literatur dapat dilihat pada Gambar 4. Selain itu, di lokasi penelitian ini ditemukan

juga jejak dari hewan mammalia lainnya (Lampiran 4).

Gambar 4. Foto Aonyx cinereus © John White (Sumber: Postanowicz, 2008)

Page 30: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

17

4. 2. Tanda-tanda Keberadaan Berang-berang

Pada Tabel 2 dan Lampiran 2 dapat dilihat bahwa tanda-tanda keberadaan berang-

berang dapat ditemukan pada kelima lokasi penelitian. Jejak berang-berang dapat

ditemukan di seluruh lokasi, sedangkan untuk kotoran tidak dtemukan di daerah

Salibutan. Menurut informasi dari masyarakat Salibutan, kotoran berang-berang

biasanya dapat ditemukan di atas batu di sungai-sungai kecil yang ada di daerah

tersebut. Kerusakan padi hanya ditemukan pada Balah Hilie dan Singguliang,

sedangkan sisa makanan dan luncuran berang-berang hanya ditemukan di daerah

Balah Hilie. Bakar (1996) sebelumnya juga telah melaporkan keberadaan berang-

berang pada daerah Salibutan dengan menemukan jejak dan fesesnya.

Tabel 2. Tanda-tanda keberadaan berang-berang di setiap lokasi pengamatan Tanda-tanda keberadaan berang-berang

No Daerah Jejak Kotoran Sisa Makanan

Tanda lainnya

Musim Tanam Pengairan

1. Balah Hilie + + + Kerusakan padi, Luncuran

Tanam, Menyiang, Padi bunting, Terbit bunga

Kering Lembab Berair

2. Singguliang + + - Kerusakan padi

Berbuah, Menguning

Kering Lembab

3. Koto Buruak + + - - Tanam, Menyiang

Lembab Berair

4. Pasie Laweh + + - - Pengolahan, Semai, Tanam

Berair

5. Salibutan + - - - Tanam Berair Ket : (+) = ada, (-) = tidak ada

4. 2. 1. Kotoran

Lokasi kotoran (toilet site) yang ditemukan sebanyak 13 lokasi. Ditemukan di Balah

Hilie lima lokasi, Singguliang tiga lokasi, Koto Buruak tiga lokasi, dan di Pasie

Laweh dua lokasi, sedangkan di daerah Salibutan tidak ditemukan lokasi kotoran

(Lampiran 5). Dari lokasi kotoran berang-berang yang ditemukan, keseluruhannya

Page 31: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

18

memiliki karakteristik yaitu berada di dekat saluran pengairan, pada lokasi yang

terbuka dan tidak bersemak. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa lokasi kotoran berang-

berang 69,23% pada lokasi dekat dengan pohon, 23,08% pada percabangan saluran

air dan 15,38% pada pondok sawah (n=13) (Gambar 5 dan Lampiran 6).

Gambar 5. Foto lokasi kotoran. A: pondok sawah, B: dekat dengan pohon, C:

percabangan saluran air.

Lokasi kotoran berang-berang A. cinereus biasanya ditemukan di tempat yang

tinggi dari permukaan air dan di atas batu besar yang datar serta di dalam rongga atau

sela-sela batu (Kruuk, 2006), sedangkan berang-berang L. sumatrana menggunakan

gundukan dekat pohon, dan dekat akar pohon tumbang sebagai lokasi kotorannya

(Kanchanasaka, 1998).

Tabel 3. Lokasi ditemukan kotoran, diameter feses dan deskripsinya Daerah Lokasi kotoran Diameter Feses (mm) Deskripsi lokasi

BLHL 01 450 dekat pohon BLHL 02 190 percabangan saluran air BLHL 03 220 pondok sawah BLHL 04 tidak bisa diukur dekat pohon

Balah Hilie

BLHL 05

tidak bisa diukur dekat pohon

SGLG 01 tidak bisa diukur dekat pohon SGLG 02 tidak bisa diukur dekat pohon

Singguliang

SGLG 03

tidak bisa diukur pondok sawah

KTBR 01 tidak bisa diukur dekat pohon & percabangan saluran air

KTBR 02 tidak bisa diukur dekat pohon

Koto Buruak

KTBR 03

280 percabangan saluran air

285 PSLW 01 73,1

dekat pohon Pasie Laweh

PSLW 02

tidak bisa diukur dekat pohon

Salibutan - - -

Page 32: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

19

Kotoran yang ditemukan bentuknya menyebar dengan diameter sebaran

berkisar 73,1-450 mm, rata-rata 249,68 ± 124,83 mm (n=6). Pada kotoran berang-

berang ini masih terdapat sisa-sisa makanan yang tidak tercerna seperti sisik-sisik

ikan, tulang-tulang, materi seperti kulit, cangkang, dan lainnya (Gambar 6).

Kotoran A. cinereus dan L. perspicillata dapat mudah dibedakan di lapangan.

Umumnya kotoran A. cinereus bentuknya menyebar yang dilakukannya sendiri,

sebuah tingkah laku yang sering terlihat di penangkaran, sedangkan kotorannya L.

perspicillata bentuknya tidak menyebar (Foster-Turley, 1992). Jenis A. cinereus ini,

kotorannya relatif banyak jika dibandingkan dengan jenis lain, dengan banyak sisa

karapaks kepiting dan materi lain yang tidak tercerna (Kruuk et al 1994; Kruuk,

2006).

Gambar 6. Kotoran berang-berang. A: sisik, B: tulang, C: materi seperti kulit

4. 2. 2. Sisa Makanan

Sisa makanan yang ditemukan adalah sisa ikan Cyprinus carpio dari bagian rahang

atas sampai ke bagian sirip dorsal (Gambar 7). Sisa ikan ini ditemukan tersangkut di

saluran pengairan kecil yang berada di dekat saluran pengairan primer. Sisa ikan ini

diduga berasal dari ikan larangan (uduh) pada saluran pengairan primer. Masyarakat

lokal membuat peraturan yang disepakati bersama dengan mengisi saluran primer

C

B

A

Page 33: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

20

tersebut dengan bibit ikan dan dijadikan ikan larangan/ikan uduh yang akan dipanen

satu tahun sekali. Kranz et al (1998) juga menemukan adanya kehadiran berang-

berang sebagai hama pada budidaya perikanan ikan mas Cyprinus carpio di Eropa

Tengah.

Gambar 7. Sisa ikan Cyprinus carpio yang dimakan oleh A. Cinereus

A. cinereus adalah berang-berang yang memakan berbagai macam jenis

makanan, termasuk kepiting, ikan, ular dan serangga (Foster-Turley, 1992). Dari

analisa kotoran, Kruuk et al (1994) menemukan bahwa makanan jenis ini didominasi

oleh kepiting dengan persentase 90%, hanya 5% ikan dan 5% mammalia kecil.

4. 2. 3. Tanda-tanda keberadaan lainnya

Tanda-tanda keberadaan lainnya yang ditemukan adalah kerusakan rumpun

padi dan luncuran berang-berang (Gambar 8A). Rumpun padi tersebut, patah-patah

seperti ditimpa atau dihimpit. Berdasarkan informasi dari masyarakat lokal dan

pengamatan dilapangan, berang-berang suka merusak rumpun padi yang berada di

pinggir dan disudut pematang sawah yang berada dekat dengan saluran pengairan.

Rumpun padi yang dirusak yaitu padi yang telah memasuki musim menyiang sampai

padi berbuah.

Kruuk (2008) menyatakan bahwa berang-berang suka mengelindingkan dan

menggosokkan badannya pada tanah atau vegetasi yang merupakan salah satu cara

Page 34: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

21

A B

untuk penandaan daerah dengan menggunakan bau (scent marking). Selain itu,

kebanyakan Carnivora juga menggigit dan memakan rumput-rumputan untuk

memenuhi kebutuhan seratnya.

Gambar 8. Tanda-tanda keberadaan lainnya A: Kerusakan rumpun padi, B: Luncuran berang-berang (ditunjuk anak panah)

Luncuran berang-berang ditemukan di tebing saluran pengairan yang lebih

tinggi (Gambar 8B). Di sekitar luncuran tersebut terdapat jejak kaki dan kotoran.

Tanda keberadaan berang-berang ini merupakan gesekan dari badan berang-berang

yang berusaha meluncur menuju air sehingga membuat vegetasi rumput dan tanah

menunjukkan bekas luncurannya. Tingkah laku seperti ini juga dilakukan oleh L.

lutra yang meluncur di atas salju dan menuju ke sungai (Murie, 1974; Kruuk, 2006).

4. 3. Musim tanam dan pengairan

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa keberadaan berang-berang di daerah persawahan

tidak berhubungan dengan musim tanam dan kondisi pengairan sawah, karena

hampir pada seluruh proses musim tanam dan berbagai macam kondisi pengairan

sawah, dapat ditemukan tanda-tanda keberadaan berang-berang. Namun, Berang-

berang menyukai merusak padi setelah masuk musim padi bunting sampai padi

berbuah. Untuk jejak, akan lebih mudah ditemukan pada sawah yang kondisi

Page 35: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

22

tanahnya lembab sampai kering, karena jejak akan terlihat dengan jelas dan tahan

lebih lama. Diperkirakan keberadaan berang-berang lebih bergantung pada

ketersediaan makanan yang terdapat pada saluran pengairan yang mengairi

persawahan.

Page 36: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

V. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian identifikasi jejak dan tanda-tanda keberadaan berang-berang di

area persawahan Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, didapatkan

kesimpulan:

1. Jejak berang-berang yang ditemukan adalah jejak Aonyx cinereus (Illiger),

dengan ciri khas bentuk jejak yang memiliki lima jari yang panjang dan tanpa

terlihat bekas cakar.

2. Tanda-tanda keberadaan berang-berang yang dapat dijumpai adalah jejak,

kotoran, sisa makanan, kerusakan rumpun padi dan bekas luncuran berang-

berang.

Page 37: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2005. Padang Pariaman Dalam Angka. Bappeda Kab. Padang Pariaman dan BPS Kab. Padang Pariaman

Bakar, A. 1996. The Mammals in Salibutan Village and Their Inter-Relationship to

Local People Life. Annual Report of FBRT Project. 2: 1-11. Andalas University. Padang.

Corbet, G. B dan J. E. Hill. 1992. The Mammals of The Indomalayan Region, A

Systematic Review. Natural History Museum Publications. Oxford University Press. New York

Foster-Turley, P. A. 1992. Conservation Aspects of the Ecology of Asian Small-

Clawed and Smooth Otters on the Malay Peninsula. .IUCN Otter Spec. Group Bull. 7: 26-29.

Francis, C. M. 2008. A Field Guide To The Mammals of Thailand and South East

Asia. New Holland Publishers (UK) Ltd. Bangkok Hussain, S. A. 2004a. Lutra sumatrana. In: IUCN 2007. 2007 IUCN Red List of

Threatened Species. http://www.iucnredlist.org. 2 Agustus 2008. Hussain, S. A. 2004b. Lutrogale perspicillata. In: IUCN 2007. 2007 IUCN Red List

of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org. 2 Agustus 2008 IUCN. 2006. Lutra sumatrana (Gray, 1865), the Hairy-Nosed Otter. http://www.

otterspecialistgroup.org/Species/Lutra_sumatrana.html. 2 Agustus 2008 IUCN. 2007a. 2007 IUCN Red List of Threatened Species. Http://www.

iucnredlist.org. 18 August 2008. IUCN. 2007b. Lutra lutra (Linnaeus, 1758), the Eurasian Otter. http://www.

otterspecialistgroup.org/Species/Lutra_lutra.html. 2 Agustus 2008 IUCN. 2007c. Lutrogale perspicillata (Geoffroy Saint-Hilaire, 1826), the Smooth-

Coated Otter. http://www.otterspecialistgroup.org/Species/Lutrogale perspicillata.html. 2 Agustus 2008

IUCN. 2008. Aonyx cinereus (Illiger, 1815), the Asian Small-Clawed Otter. http://

www.otterspecialistgroup.org/Species/Aonyx_cinereus.html. 2 Agustus 2008 Kanchanasaka, B. 1998. Tracks and Other Signs of the Hairy-Nosed Otter (Lutra

sumatrana). Proc. VIIth International Otter Colloquium: 157-159

Page 38: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

25

Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater

Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editional (HK) Ltd. Indonesia.

Kranz, A., A. Toman, M. Knollseisen, and V. Prasek. 1998. Fish Ponds in Central

Europe – A Rich but Risky Habitat for Otters. Proc. VIIth International Otter Colloquium: 181-186

Kruuk, H., B. Kanchanasaka, S. O’Sullivan and S. Wanghongsa. 1994. Niche

Separation in Three Sympatric Otters Lutra Perspicillata, L. Lutra and Aonyx cinerea in Huai Kha Khaeng Thailand. Biological Conservation 69: 115-120

Kruuk, H. 2006. Otters: Ecology, Behaviour, and Conservation. Oxford University

Press. New York. Kruuk, H. 2008. Komunikasi Pribadi. Lubis, R. 2005. First Recent Record of Hairy-Nosed Otter in Sumatra, Indonesia.

IUCN Otter Specialist Group Bulletin 22(1): 14-20. Macdonald. 1984. The Encyclopedia of Mammals. Facts on File, Inc. New York Melisch, R., P. B. Asmoro, L. Kusumawardhami. Major Steps Taken Towards Otter

Conservation in Indonesia. IUCN Otter Spec. Group Bull. 10: 21–24. Murie, O. J. 1974. A Field Guide to Animal Tracks Second Edition. Houghton

Mifflin Company. Boston Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey.

2008. The Animal Diversity Web (online). http://animaldiversity.org. 2 Agustus 2008.

Noerdjito, M. dan I. Maryanto. 2001. Jenis-jenis Hayati Yang Dilindungi

Perundang-undangan Indonesia. Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi LIPI & The Nature Conservasi. Cibinong

Payne, J., C. M. Francis, K. Phillipps, S. N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan

Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. The Sabah Society dan Wildlife Conservation Society. Jakarta

Postanowicz, R. 2008. Asian Clawless Otter (Amblonyx cinereus). Lioncrusher’s

Domain--Carnivora Species Information. http://www.lioncrusher.com/ animal.asp?animal=162. 11 Januari 2009.

Page 39: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

26

Puspita, L., E. Ratnawati, I. N. N. Suryadiputra, dan A. A. Meutia. 2005. Lahan Basah Buatan di Indonesia. Wetland International-Indonesia Programme. Bogor.

Reuther, C. and Hilton-Taylor, C. 2004. Lutra lutra. In: IUCN 2007. 2007 IUCN Red

List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org. 25 Januari 2008. Saanin, H. 1960. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan. Bina Tjipta. Jakarta Sivasothi, N. and B. H. M. Nor. 1994. A review of otters (Carnivora: Mustelidae:

Lutrinae) in Malaysia and Singapore. Hydrobiologia 285: 151-170. UNEP-WCMC. 2008. UNEP-WCMC Species Database: CITES-Listed Species.

http://www.unep-wcmc.org/isdb/CITES/Taxonomy/tax-species-result.cfm/ isdb/CITES/Taxonomy/tax-species-result.cfm. 2 Agustus 2008.

van Strien, N. J. 1983. Guide to the Tracks of Mammals of Western Indonesia.

School of Environmental Conservation Management. CIAWI. Indonesia.

Page 40: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

27

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian

Keterangan: A: Balah Hilie, B: Singguliang, C: Koto Buruak, D: Pasie Laweh, E: Salibutan

A

D

E C

B

Page 41: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

28

Lampiran 2. Tabel pengamatan jejak dan tanda-tanda keberadaan berang-berang No Tanggal Lokasi Jejak Kotoran Sisa makanan Tanda-tanda lain Musim tanam Kondisi pengairan

1 11/07/08 Balah Hilie Tidak ada Ditemukan BLHL 01, dikoleksi no 001 Tidak ada tidak ada menyiang kering

2 30/07/08 Balah Hilie ada: 1HR, 2HR Tidak ada Tidak ada kerusakan rumpun padi bunting lembab

3 02/08/08 Singguliang ada: 3HR, 4HR Ditemukan SGLG 01 Tidak ada kerusakan rumpun padi berbuah kering

4 08/08/08 Balah Hilie ada: 5HL01, 6HL02 Ditemukan BLHL 02 ada, dikoleksi no 01 kerusakan rumpun padi terbit bunga Lembab-sedang luncuran berang-berang

5 09/08/08 Balah Hilie ada: tidak bisa diukur Ditemukan BLHL 03 Tidak ada kerusakan rumpun padi terbit bunga Lembab-sedang

6 12/11/08 Balah Hilie tidak ada tidak ada Tidak ada tidak ada tanam sedang

7 13/11/08 Singguliang tidak ada tidak ada Tidak ada tidak ada berbuah lembab-kering

8 15/11/08 Koto Buruak tidak ada Ditemukan KTBR 01 Tidak ada tidak ada Semai-menyiang Lembab-sedang

9 18/11/08 Pasie laweh ada: 7HR, 8FR, 9HL, 10FL Ditemukan PSLW 01, dikoleksi no 002 Tidak ada tidak ada semai/pengolahan-tanam sedang

10 22/11/08 Salibutan Tidak ada Tidak ada Tidak ada tidak ada semai-tanam sedang

11 22/11/08 Balah Hilie tidak ada tidak ada Tidak ada tidak ada tanam, sedang

12 23/11/08 Singguliang ada: 11HL03, 12FL04, Ditemukan SGLG 02 dan SGLG 03 Tidak ada kerusakan rumpun padi Berbuah-menguning Lembab-kering 13HL05, 14HL06, 15FR, 16HL, 17HL, 18HL, 19HL.

13 24/11/08 Koto Buruak tidak ada Ditemukan KTBR 02 Tidak ada tidak ada Tanam-menyiang sedang

14 26/11/08 Pasie laweh ada: tidak bisa diukur PSLW 01, ditemukan PSLW 02 Tidak ada tidak ada tanam sedang

15 26/11/08 Salibutan tidak ada tidak ada Tidak ada tidak ada tanam

16 27/11/08 Balah Hilie ada: tidak bisa diukur Ditemukan BLHL 04 dan BLHL 05 Tidak ada tidak ada Tanam sedang

17 29/11/08 Singguliang tidak ada tidak ada Tidak ada tidak ada menguning-panen kering

18 30/11/08 Koto Buruak ada Ditemukan KTBR 03, dikoleksi no 003 Tidak ada tidak ada tanam sedang

19 01/12/08 Pasie laweh tidak ada tidak ada Tidak ada tidak ada tanam sedang

20 03/12/08 Salibutan ada tidak ada Tidak ada tidak ada tanam sedang

Keterangan : BLHL = Balah Hilie SGLG = Singguliang KTBR = Koto Buruak

PSLW = Pasie Laweh HR = Hind Right (kaki belakang kanan) HL = Hind Left (kaki belakang kiri)

FR = Fore Right (kaki depan kanan) FL = Fore Left (kaki depan kiri)

Page 42: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

29

Lampiran 3. Tabel pengukuran jejak berang-berang

Pada masing-masing jejak Pada jalur jejak Kaki depan Kaki Belakang Tanggal Lokasi

No koleksi Panjang Lebar No koleksi Panjang Lebar Step Stride Straddle 1 HR 67,40 46,60 30/07/08 Balah Hilie 2 HR 68,10 51,90 3 HR 68,15 53,10 02/08/08 Singguliang 4 HR 71,15 50,50 6 FL 02 51,30 47,95 5 HL 01 66,20 49,55 128,00 373,00 104,00 142,00 346,00 110,00 08/08/08 Balah Hilie 155,00 369,00 105,00 8 FR 54,85 40,80 7 HR 64,10 50,35 168,00 375,00 125,00 18/11/08 Pasie Laweh 10 FL 54,10 41,45 9 HL 65,50 52,65 12 FL 04 52,50 33,20 11 HL 03 65,85 48,20 158,00 393,00 132,00 15 FR 54,90 36,20 13 HL 05 65,05 48,60 208,00 382,00 130,00 19 FL 56,00 37,10 14 HL 06 68,65 53,20 16 HL 68,20 56,15 17 HL 61,60 45,55

23/11/08 Singguliang

18 HL 66,80 53,80 22 FR 63,60 36,25 20 HR 07 69,80 49,10 21 HR 70,00 58,00 30/11/2008 Koto Buruak 23 HL 69,40 52,50

03/12/2008 Salibutan 25 FL 61,25 29,55 24 HR 71,05 57,90 155,00 428,00 104,00

Kisaran data 51,30-63,60

29,55-47,95

61,60-71,15

45,55-58,00

128,00-208,00

346,00-428,00

104,00-132,00

rata-rata 56,06 37,81 67,47 51,63 159,14 380,86 115,71 Standar deviasi 4,24 5,61 2,56 3,61 25,05 25,24 12,76

Keterangan : HR = Hind Right (kaki belakang kanan) HL = Hind Left (kaki belakang kiri)

FR = Fore Right (kaki depan kanan) FL = Fore Left (kaki depan kiri)

Page 43: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

30

Lampiran 4. Foto jejak mammalia lain yang ditemukan di area persawahan Kecamatan Lubuk Alung

Keterangan: A: Canis familiaris B: Felis bengalensis C: Bos indicus D: Homo sapiens

A

D C

B

Page 44: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

31

Lampiran 5. Peta lokasi kotoran (toilet site) berang-berang

Keterangan: BLHL = Balah Hilie, SGLG = Singguliang, KTBR = Koto Buruak, PSLW = Pasie Laweh

Page 45: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

32

Lampiran 6. Foto lokasi kotoran berang-berang

BLHL 01 BLHL 02 BLHL 03

BLHL 04 BLHL 05 SGLG 01

SGLG 02 SGLG 03 KTBR 01

KTBR 02 KTBR 03 PSLW 01

PSLW 02

Keterangan: BLHL = Balah Hilie SGLG = Singguliang KTBR = Koto Buruak PSLW = Pasie Laweh

Page 46: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

BIODATA DIRI

A. Data Pribadi

Nama : Aadrean Jenis kelamin : Laki-laki Tempat dan tanggal lahir : Padang, 4 Februari 1986 Alamat : Balah Hilir Utara No 75A Lubuk Alung

Kabupaten Padang Pariaman 25581 Telepon : 0751-698215 / 085274132162 E-mail : [email protected] Nama Ayah : Syafrial Nama Ibu : Nurhayati Manan, S. Pd.

B. Riwayat Pendidikan

1992 – 1998 : SDN 02 Pasa Usang Kayutanam Kec. 2x11 Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman

1998 – 2001 : MTsN Kepala Hilalang Kab. Padang Pariaman 2001 – 2004 : SMAN 1 Lubuk Alung Kab. Padang Pariaman 2004 - 2009 : Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas

C. Pengalaman Kepanitiaan dan Organisasi

- Ketua Panitia “Sosialisasi Maskot Puspa dan Satwa Sumatera Barat”. Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Universitas Andalas. 2005

- Koordinator bidang LKTI. “LOBI & LKTI IX” Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Universitas Andalas. 2006

- Koordinator Bidang Vertebrata. “Ekspedisi Gunung Singgalang”. Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Universitas Andalas. 2007

- Ketua Panitia “Seminar Hari Keanekaragaman Hayati”. Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Universitas Andalas. 2007

- Panitia, Seminar input “Pengembangan Model-model Community Biodiversity Management (CBM). Andalas Wildlife Study Club (AWSC) bekerjasama dengan FMIPA, didukung oleh GEF-SGP (Global Environment Facility – Small Grant Program) UNDP. 2007

- Koordinator Bidang Karya Ilmiah. Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Universitas Andalas 2006-2007

- Ketua Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Universitas Andalas. 2007-2008

- Student member. IUCN Otter Specialist Group. 2008-sekarang

Page 47: IDENTIFIKASI JEJAK DAN TANDA-TANDA · PDF fileekosisitem perairan tergenang yang mendukung kehidupan berbagai jenis hewan dan tumbuhan air. Ekosistem sawah memiliki ... Penggunaan

D. Pengalaman Asisten Praktikum - Taksonomi Hewan Vertebrata. 2007-2009 - Biologi Dasar untuk fakultas Pertanian. 2007 - Biologi Umum. 2007 - Fitogeografi. 2008 - Biogeografi. 2008 - Taksonomi Hewan Invertebrata. 2008 - Biokonservasi. 2008-2009

E. Pelatihan - Achievement Motivation Training. Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA

Universitas Andalas, bekerjasama dengan TRUSTCO. 2005 - Islamic Training in Nature. Forum Studi Islam FMIPA Universitas Andalas.

2005 - “Writing Revolution” Motivation and Creative Writing Training. KKM

Kreasi Cerdas Ilmiah FMIPA Universitas Andalas. 2006 - Asian Otter Research and Conservation Training Workshop. Conservation

International Cambodia. 24 Februari-3 Maret 2009. Southwest Cambodia. F. Penelitian

- Identifikasi Jejak dan Tanda-tanda Keberadaan Berang-berang di Area Persawahan Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA Universitas Andalas. 2009

G. Hobi dan kesukaan

Diskusi, komputer, kegiatan lapangan di alam