identifikasi indeks kerentanan di kota pekanbaru terhadap...

10
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018 ISBN: 978-602-60286-1-7 AR - 107 IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP BENCANA BANJIR Bambang Sujatmoko 1 , Rinaldi 2 dan Yudha Andestian 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru Email: [email protected] 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru Email: [email protected] 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru Email: [email protected] ABSTRAK Kerentanan (vulnerability) merupakan rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan menimbulkan bencana. Kerentanan merupakan kondisi dari suatu masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi suatu bencana. Semakin ‘rentan’ suatu kelompok masyarakat terhadap bencana, semakin besar kerugian yang dialaminya. Kerentanan pada bencana banjir dapat berupa kerentanan fisik dan kerentanan sosial. Penentuan Indeks Kerentanan (IK) yang dilakukan di kota Pekanbaru ditujukan untuk mengurangi risiko terhadap bencana banjir. IK di kota Pekanbaru yang dihasilkan merupakan gabungan dari beberapa parameter kerentanan yaitu kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio kelompok umur. Parameter kerentanan diberi bobot sesuai tingkat kepentingan yang signifikan terhadap tingkat kerentanan. Pemberian bobot untuk setiap parameter berdasarkan pengembangan dari Peraturan kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana (Perka BNPB) No. 2 Tahun 2012. Penyusunan indeks kerentanan di kota Pekanbaru berdasarkan pembobotan parameter dilakukan dengan bantuan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota Pekanbaru memiliki IK dengan kategori “Kurang Rentan”, terdapat 2 (dua) kelurahan dengan IK kategori “sangat rentan”dan 3 (tiga) kelurahan dengan IK kategori “tidak rentan”. Peta Indeks Kerentanan (IK) memberikan informasi berupa tingkat kerentanan masing-masing kelurahan di Kota Pekanbaru berdasarkan parameter kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio kelompok umur 15 tahun. Kata kunci: indeks kerentanan, bencana banjir, resiko banjir, SIG 1. PENDAHULUAN Wilayah Kota Pekanbaru yang dilintasi sungai Siak sangat berpotensi terjadinya banjir setiap tahun yaitu diwaktu musim hujan dengan intensitas tinggi. Selain itu perubahan tata guna lahan yang terjadi di bantaran sungai Siak yang dijadikan sebagai kawasan padat pemukiman menjadikan Kota Pekanbaru menjadi langganan banjir akibat kurangnya daerah resapan air. Wilayah yang sering terjadi banjir adalah daerah yang terletak di tepian sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter diatas permukaan air laut dan setiap musim hujan mengalami banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai siak, tingginya curah hujan terutama dibagian hulu dan pengaruh pasang surut. Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini menandakan bahwa Kota Pekanbaru terus berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk lain untuk bermigrasi ke Kota Pekanbaru. Peningkatan pertumbuhan penduduk tidak berbanding dengan kesiapan dalam penanggulangan banjir, sehingga peningkatan pembukaan lahan baru tidak diiringi dengan peningkatan kapasitas tampungan air. Sehingga pada saat musim hujan sering terjadi beberapa spot genangan yang dapat merugikan masyarakat, bukan hanya berupa kerusakan rumah dan harta benda, tetapi juga wabah penyakit dan trauma selama dan pasca banjir Maka dengan itu perlu adanya tinjauan mengenai identifikasi tingkat kerentanan terhadap dampak banjir di Kota Pekanbaru. Informasi tentang tingkat kerentanan sangat penting dalam upaya mengurangi risiko terhadap suatu bencana banjir. Penyajian informasi tentang kebencanaan secara spasial sangat menguntungkan karena dengan menggunakan data tersebut penduduk dapat langsung mengenali kondisi lingkungannya. Selain itu, data dengan format spasial disajikan dalam bentuk peta untuk memudahkan interpretasi secara spasial.

Upload: nguyencong

Post on 04-Apr-2019

230 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018

ISBN: 978-602-60286-1-7 AR - 107

IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU

TERHADAP BENCANA BANJIR

Bambang Sujatmoko1, Rinaldi2 dan Yudha Andestian3

1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru

Email: [email protected] 2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru

Email: [email protected] 3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Riau, Jl. HR Soebrantas, KM 12.5, Pekanbaru

Email: [email protected]

ABSTRAK

Kerentanan (vulnerability) merupakan rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik

bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan menimbulkan bencana. Kerentanan merupakan

kondisi dari suatu masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi suatu bencana.

Semakin ‘rentan’ suatu kelompok masyarakat terhadap bencana, semakin besar kerugian yang

dialaminya. Kerentanan pada bencana banjir dapat berupa kerentanan fisik dan kerentanan sosial.

Penentuan Indeks Kerentanan (IK) yang dilakukan di kota Pekanbaru ditujukan untuk mengurangi

risiko terhadap bencana banjir. IK di kota Pekanbaru yang dihasilkan merupakan gabungan dari

beberapa parameter kerentanan yaitu kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan

rasio kelompok umur. Parameter kerentanan diberi bobot sesuai tingkat kepentingan yang signifikan

terhadap tingkat kerentanan. Pemberian bobot untuk setiap parameter berdasarkan pengembangan dari

Peraturan kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana (Perka BNPB) No. 2 Tahun 2012.

Penyusunan indeks kerentanan di kota Pekanbaru berdasarkan pembobotan parameter dilakukan dengan

bantuan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kota

Pekanbaru memiliki IK dengan kategori “Kurang Rentan”, terdapat 2 (dua) kelurahan dengan IK

kategori “sangat rentan”dan 3 (tiga) kelurahan dengan IK kategori “tidak rentan”. Peta Indeks

Kerentanan (IK) memberikan informasi berupa tingkat kerentanan masing-masing kelurahan di Kota

Pekanbaru berdasarkan parameter kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan

rasio kelompok umur 15 tahun.

Kata kunci: indeks kerentanan, bencana banjir, resiko banjir, SIG

1. PENDAHULUAN

Wilayah Kota Pekanbaru yang dilintasi sungai Siak sangat berpotensi terjadinya banjir setiap tahun yaitu diwaktu

musim hujan dengan intensitas tinggi. Selain itu perubahan tata guna lahan yang terjadi di bantaran sungai Siak yang

dijadikan sebagai kawasan padat pemukiman menjadikan Kota Pekanbaru menjadi langganan banjir akibat kurangnya

daerah resapan air. Wilayah yang sering terjadi banjir adalah daerah yang terletak di tepian sungai Siak dan anak-anak

sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada

daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter diatas permukaan air laut dan

setiap musim hujan mengalami banjir yang disebabkan oleh meluapnya sungai siak, tingginya curah hujan terutama

dibagian hulu dan pengaruh pasang surut.

Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini menandakan bahwa Kota Pekanbaru terus

berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk lain untuk bermigrasi ke Kota Pekanbaru.

Peningkatan pertumbuhan penduduk tidak berbanding dengan kesiapan dalam penanggulangan banjir, sehingga

peningkatan pembukaan lahan baru tidak diiringi dengan peningkatan kapasitas tampungan air. Sehingga pada saat

musim hujan sering terjadi beberapa spot genangan yang dapat merugikan masyarakat, bukan hanya berupa kerusakan

rumah dan harta benda, tetapi juga wabah penyakit dan trauma selama dan pasca banjir

Maka dengan itu perlu adanya tinjauan mengenai identifikasi tingkat kerentanan terhadap dampak banjir di Kota

Pekanbaru. Informasi tentang tingkat kerentanan sangat penting dalam upaya mengurangi risiko terhadap suatu

bencana banjir. Penyajian informasi tentang kebencanaan secara spasial sangat menguntungkan karena dengan

menggunakan data tersebut penduduk dapat langsung mengenali kondisi lingkungannya. Selain itu, data dengan

format spasial disajikan dalam bentuk peta untuk memudahkan interpretasi secara spasial.

Page 2: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 108

ISBN: 978-602-60286-1-7

Analisis Indeks Kerentanan

Kerentanan (vulnerability) merupakan rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik bahaya alam

maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster). Kerentanan dalam ilmu sosial

merupakan kebalikan dari ketangguhan (resilience), kedua konsep tersebut laksana dua sisi mata uang. Kerentanan

pada bencana banjir dapat berupa : (1) kerentanan fisik seperti pemukiman penduduk yang terpapar bencana, kondisi

sungai yang dangkal, berkelok-kelok dan sempit serta kondisi saluran drainase ; (2) kerentanan sosial dan ekonomi

seperti jumlah kepadatan penduduk, mata pencaharian dan kondisi perekonomian. Menurut Kusuma et.al, (2010),

penentuan parameter indeks kerentanan berdasarkan bobot dan kriteria indeksnya sesuai tingkat kepentingan yang

signifikan terhadap kerentanan. Indeks kerentanan (IK) disusun berdasarkan indeks dari tiap parameter dengan

menggunakan hubungan berikut :

IK = Indeks Parameter 1 (bobot persentase) + Indeks Parameter 2 (bobot persentase) + Indeks

parameter 3 (bobot persentase) + ... + Indeks Parameter n (bobot persentase). (1)

Menurut Utomo, B.B. dan Supriharjo, R.D. (2012) semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk dan semakin tinggi

tingkat laju pertumbuhan penduduk, maka semakin rentan terhadap bencana banjir bandang. Laju pertumbuhan

penduduk yang tinggi akan berkorelasi searah dalam meningkatkan potensi korban terdampak banjir dan

merepresentasikan tingginya keresahan masyarakat akan bencana banjir (Rachmat et.al. 2014). Secara arimatik,

perhitungan kepadatan penduduk menggunakan persamaan :

)(km wilayah Luas

(jiwa)ah satu wilaypenduduk Jumlah Pendudukepadatan K

2 (2)

Pengaruh kepadatan bangunan yang cenderung meningkat akibat penetapan kawasan sebagai kawasan pemukiman

terpadu, berdampak kepada masyarakat dan lingkungan. Peningkatan ini mendesak keberadaan sungai dan saluran

drainase, dan daerah resapan air menjadi semakin kecil, tutupan lahan akan perkerasan semakin luas, sehingga

berpotensi timbulnya genangan air dan banjir (Rachmat et.al, 2014).

)(km wilayah Luas

(jiwa)ah satu wilaybangunan Jumlah Bangunanepadatan K

2 (3)

Menurut Enarson (2000) bahwa perempuan dan anak perempuan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang

berada pada daftar kelompok dengan risiko tinggi terhadap bencana. Menurut K. Ikeda, berdasarkan studi kasus

bencana alam di Banglades, pola kematian akibat bencana dipengaruhi oleh relasi gender yang ada, meskipun ini tidak

selalu konsisten. Pola ini menempatkan perempuan lebih berisiko karena keterbatasan mobilitas secara fisik dalam

situasi emergency. Untuk menghitung rasio jenis kelamin dapat menggunakan persamaan berikut :

perempuan berkelaminpenduduk umlah J

laki-laki berkelaminpenduduk Jumlah Kelamin Jenis atioR (4)

Analisa tingkat kerentanan berdasarkan rasio jenis kelamin adalah untuk mengetahui di wilayah tersebut lebih

dominan laki-laki atau perempuan berdasarkan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan. Kerentanan sosial

menggunakan komponen sosial atau demografi yang dianggap menggambarkan kerapuhan sosial daerah yang

terancam, salah satunya adalah persentase usia tua dan balita. Persentase penduduk usia tua dan balita menggunakan

rasio beban tanggungan (DR). Kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum

produktif secara ekonomis. Kelompok penduduk umur 15-64 sebagai kelompok produktif. Kelompok penduduk umur

65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk tidak produktif. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari BPS Kota

Pekanbaru (BPS, 2014) adalah kelompok umur 0-15 tahun, sehingga persamaan untuk menghitung Rasio kelompok

umur 0-15 tahun, yakni :

pendudukJumlah Total

tahun 15-0umur penduduk Jumlah murKelompok U atioR (5)

2. METODOLOGI PENELITIAN

Deskripsi Wilayah Study

Kota Pekanbaru merupakan ibu kota Propinsi Riau. Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan

dengan luas 632,26 km2 (BPS (2014). Kota Pekanbaru secara administrasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 3: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 109

ISBN: 978-602-60286-1-7

Kota Pekanbaru secara administrasi berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten. Sebelah Utara berbatasan dengan

Kab. Siak dan Kab. Kampar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Kampar dan Kab. Pelalawan, sebelah Timur

berbatasan dengan Kab. Siak dan Kab. Pelalawan dan sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Kampar.

Gambar 1. Peta administrasi Kota Pekanbaru

Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan metode survei instansional. Data instansional

berupa data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pekanbaru tahun 2014.

Metode Analisis

Kerentanan merupakan kondisi dari suatu masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi suatu

bencana. Semakin ‘rentan’ suatu kelompok masyarakat terhadap bencana, semakin besar keruguan yang dialaminya.

Dalam analisis indeks kerentanan berdasarkan 4 (empat) parameter dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter indeks kerentanan

No Parameter Keterangan

1. Kepadatan Penduduk Komp. Kerentanan Sosial

2. Kepadatan Bangunan Komp. Kerentanan Fisik

3. Rasio Jenis Kelamin Komp. Kerentanan Sosial

4. Rasio Kelompok Umur Komp. Kerentanan Sosial Sumber : BNPB No.2 Tahun 2012

Parameter-parameter tersebut kemudian diberi bobot sesuai tingkat kepentingan yang signifikan terhadap tingkat

kerentanan (Kusuma et.al, 2009). Pemberian bobot untuk setiap parameter berdasarkan pengembangan dari Peraturan

kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana (Perka BNPB) No. 2 Tahun 2012. Berdasarkan Perka BNPB

(2012) untuk indeks kerentanan bencana banjir dibagi menjadi 4 (empat) kerentanan yaitu : kerentanan sosial,

kerentanan ekonomi, kerentanan fisik dan kerentanan lingkungan. Untuk masing-masing kerentanan diberi bobot

sebesar 40% untuk kerentanan sosial, 25% untuk kerentanan ekonomi dan fisik, dan 10% untuk kerentanan

lingkungan.

Pada penelitian ini, data yang diperoleh hanya kerentanan sosial dan kerentanan fisik, sehingga dalam penentuan

pembobotan parameter-parameter kerentanan dilakukan modifikasi dimana kerentanan sosial diberi bobot 75% dan

kerentanan fisik 25%.

Pembagian bobot untuk setiap parameter berdasarkan Perka BNPB (2012) dimana untuk parameter kepadatan

penduduk diberi 60%, rasio jenis kelamin dan rasio kelompok umur 10 % dari total kerentanan sosial sedangkan

parameter kepadatan bangunan 40% dari total kerentanan fisik. Berdasarkan persentase tersebut didapatkan bobot

untuk tiap-tiap parameter dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penentuan bobot parameter

No. Parameter Pembobotan

1. Kepadatan Penduduk 45%

2. Kepadatan Bangunan 25%

3. Rasio Jenis Kelamin 15%

4. Rasio Kelompok Umur 15% Sumber : Modifikasi BNPB No.2 Tahun 2012

Page 4: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 110

ISBN: 978-602-60286-1-7

Pada pembobotan modifikasi, parameter kepadatan penduduk diberi bobot 45% berdasarkan tingkat kerentanan yang

paling dominan terhadap bencana banjir. Semakin padat penduduk yang terpapar akibat bencana, sekakin besar tingkat

kerentanannya.

Parameter kepadatan bangunan diberi bobot 25 % karena parameter tersebut memiliki tingkat kerentanan kedua.

Parameter kepadatan bangunan berhubungan langsung dengan proses evakuasi korban bencana, dimana jika

kepadatannya tinggi maka akan sulit untuk melakukan akses evakuasi dalam skala besar.

Sedangkan untuk parameter rasio jenis kelamin dan kelompok umur diberi bobot 15% karena parameter tersebut tidak

memiliki dampak yang terlalu besar terhadap tingkat kerentanan. Namun, bukan berarti kedua parameter tersebut

diabaikan. Semakin tinggi rasio jenis kelamin laki-laki, maka sekamin rendah tingkat kerentanannya dan sebaliknya

semakin tinggi rasio kelompok umur maka semakin tinggi tingkat kerentanannya.

Ke-empat parameter tersebut dibagi menjadi 5 (lima) klasifikasi. Pembagian menjadi 5 (lima) klasifikasi agar

mempermudah dalam analisis tingkat kerentanan dan lebih spesifik informasi yang didapatkan. Pembagian klasifikasi

berdasarkan nilai maksimum dan minimum yang terdapat diwilayah studi dan kemudian dianalisis dengan metoda

Natural Break (Jenks) dari Quantum GIS 2.2 Valmiera.

Metode Natural Break (Jenks) adalah salah satu metode yang terdapat di Quantum GIS 2.2 Valmiera yaitu metode

klasifikasi standar (Athan, 2011). Metode ini menentukan titik pada data dengan melihat pengelompokkan dan pola

data. Data yang digunakan mempunyai jangkauan dari yang terkecil sampai terbesar, kemudian data tersebut dibagi

dalam kelas-kelas dengan batas-batas yang ditentukan berdasarkan nilai jangkauan terbesar. Penentuan klasifikasi

dengan Quantum GIS 2.2 Valmiera dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Penentuan klasifikasi untuk parameter kepadatan penduduk menggunakan Natural

Break (Jenks) pada QGIS 2.2 Valmiera

Pada QGIS 2.2 Valmiera, klasifikasi dapat dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan keperluan. Pada penelitian

ini kelas klasifikasi dibagi menjadi 5 kelas. Masing-masing kelas akan mendapatkan nilai intervalnya. Data yang telah

diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas interval yang sudah didapatkan dari QGIS 2.2 Valmiera.

Selanjutnya dilakukan penentuan skor untuk masing-masing kelurahan se-kota Pekanbaru dengan menggunakan

teknologi Field Calculator yang terdapat pada Quantum GIS 2.2 Valmiera. Untuk penentuan skoring dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Penentuan skoring kepadatan penduduk dengan menggunakan Field Calculator

pada Quantum GIS 2.2 Valmiera

Penentuan skoring dapat menggunakan function list “Conditionals” yang terdapat pada Field Calculator. Penentuan

skoring tersebut berdasarkan 5 (lima) kelas interval hasil analisis dengan metode Natural Break (Jenks). Setelah semua

Page 5: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 111

ISBN: 978-602-60286-1-7

parameter dilakukan skoring, selanjutnya penentuan indeks kerentanan (IK). Penentuan indeks kerentanan

berdasarkan persamaan sederhana (Persamaan 1) dengan menjumlahkan semua skor dengan bobot masing-masing

parameter (Tabel 2) dengan 4 parameter yaitu kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio

kelompok umur < 15 tahun.

Perhitungan Indeks Kerentanan (IK) untuk setiap kelurahan se-Kota Pekanbaru dapat menggunakan Field Calculator

yang terdapat pada Quantum GIS 2.2 Valmiera. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Penentuan Indeks Kerentanan (IK) dengan menggunakan field calculator pada

Quantum GIS 2.2 Valmiera

Tabel 3. Tingkat kerentanan berdasarkan nilai Indeks Kerentanan (IK)

IK Interval Tingkat Kerentanan

1 1,00 – 1,80 Tidak Rentan

2 1,81 – 2,60 Kurang Rentan

3 2,61 – 3,40 Cukup Rentan

4 3,41 – 4,20 Rentan

5 4,21 – 5,00 Sangat Rentan

Setelah didapatkan nilai Indeks Kerentanan (IK) untuk masing-masing kelurahan, selanjutnya dapat diketahui

tingkatan kerentanan setiap kelurahan berdasarkan klasifikasi tingkat kerentanan yang telah ditentukan. Klasifikasi

tingkat kerentanan dengan 5 kelas interval dapat dilihat pada Tabel 3.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis.

Data yang telah diperoleh dari survei instansional dianalisis berdasarkan masing-masing parameter (4 parameter) yaitu

kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio kelompok umur < 15 tahun.

(a) Parameter kepadatan penduduk.

Analisis kepadatan penduduk dilakukan untuk mengetahui tingkat kerentanan penduduk terpapar bencana. Semakin

tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin tinggi tingkat kerentanannya. Hal ini berkaitan dengan jiwa yang

terpapar bencana. Peta sebaran indeks kepadatan penduduk dengan interval sesuai Tabel 4 ditunjukkan Gambar 6.

Gambar 6. Peta indeks kepadatan penduduk Kota Pekanbaru

Page 6: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 112

ISBN: 978-602-60286-1-7

Berdasarkan peta sebaran kepadatan penduduk yang ditunjukkan pada Gambar 6, selanjutnya dilakukan proses

pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk dengan 5 (lima) interval kelas sesuai

Tabel 4. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk di kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar

7.

Tabel 4. Klasifikasi indeks kepadatan penduduk

Kelas Interval Indeks Kategori

I 40 - 3852 jiwa/km2 1 Sangat Rendah

II 3852 - 7861 jiwa/km2 2 Rendah

III 7861 - 12732 jiwa/km2 3 Cukup Rendah

IV 12732 - 18.982 jiwa/km2 4 Tinggi

V 18982 - jiwa/km2 5 Sangat Tinggi

Gambar 7. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk.

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan kepadatan penduduk

di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 3 (tiga)

kelurahan (5%), kategori tinggi 5 (lima) kelurahan (9%), kategori sedang 11 (sebelas) kelurahan (19%), kategori

rendah 12 (dua belas) kelurahan (21%) dan kategori sangat rendah 27 (dua puluh tujuh) kelurahan (46%).

(b) Parameter kepadatan bangunan.

Analisis kepadatan bangunan dilakukan untuk mengetahui tingkat kerentanan fisik. Wilayah yang memiliki tingkat

kepadatan bangunan yang tinggi akan sangat rentan terhadap dampak bencana. Tingkat kepadatan bangunan

berbanding lurus dengan tingkat kepadatan penduduk. Peta sebaran indeks kepadatan bangunan sesuai interval pada

Tabel 5 dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta indeks kepadatan bangunan Kota Pekanbaru

Tabel 5. Klasifikasi indeks kepadatan bangunan

Kelas Interval Indeks Kategori

I 7,53 – 29,68 % 1 Sangat Rendah

II 29,68 – 54,08 % 2 Rendah

III 54,08 – 72,03 % 3 Cukup Rendah

IV 72,03 – 88,68 % 4 Tinggi

V 88,68 – 100 % 5 Sangat Tinggi

Page 7: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 113

ISBN: 978-602-60286-1-7

Berdasarkan peta sebaran indeks kepadatan bangunan yang ditunjukkan pada Gambar 8, selanjutnya dilakukan proses

pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan bangunan dengan 5 (lima) interval kelas sesuai

dengan Tabel 5. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan bangunan di kota Pekanbaru dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi kepadatan bangunan.

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan kepadatan bangunan

di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 21

(duapuluh satu) kelurahan (36%), kategori tinggi 20 (duapuluh) kelurahan (35%), kategori sedang 10 (sepuluh)

kelurahan (17%), kategori rendah 3 (tiga) kelurahan (5%) dan kategori sangat rendah 4 (empat) kelurahan (7%).

(c) Parameter rasio jenis kelamin.

Perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah cara bertahan hidup maupun menjalani masa recovery

pasca bencana. Perempuan dan anak perempuan merupakan bagian kelompok masyarakat yang berada pada daftar

kelompok dengan risiko tinggi terhadap bencana. Peta sebaran indeks rasio jenis kelamin sesuai interval pada Tabel

6 dapat dilihat pada Gambar 10.

Tabel 6. Klasifikasi indeks rasio jenis kelamin laki-laki

Kelas Interval Indeks Kategori

I 1,334 – 1,575 1 Sangat Rendah

II 1,097 – 1,334 2 Rendah

III 0,991 – 1,097 3 Cukup Rendah

IV 0,780 – 0,991 4 Tinggi

V 0,742 – 0,780 5 Sangat Tinggi

Gambar 10. Peta sebaran rasio indeks jenis kelamin di Kota Pekanbaru

Gambar 11. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio jenis kelamin.

Page 8: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 114

ISBN: 978-602-60286-1-7

Berdasarkan peta sebaran indeks ratio jenis kelamin pada Gambar 10, selanjutnya dilakukan proses pengelompokan

jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio jenis kelamin dengan 5 (lima) interval kelas sesuai Tabel 6. Jumlah

kelurahan berdasarkan klasifikasi rasio jenis kelamin di Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 11.

Berdasarkan Gambar 11 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan indeks rasio jenis

kelamin di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 2

(dua) kelurahan (3%), kategori tinggi 17 (tujuh belas) kelurahan (29%), kategori sedang 29 (dua puluh sembilan)

kelurahan (50%), kategori rendah 9 (sembilan) kelurahan (16%) dan kategori sangat rendah 1 (satu) kelurahan (2%).

(d) Parameter rasio kelompok umur 15 tahun.

Kelompok umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok belum produktif secara ekonomis. Sedangkan kelompok

umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk tidak produktif. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh

berdasarkan BPS kota Pekanbaru adalah 0-15 tahun. Peta sebaran indeks ratio kelompok umur sesuai interval pada

Tabel 7 dapat dilihat pada Gambar 12.

Tabel 7. Klasifikasi indeks rasio kelompok umur ≤ 15 tahun

Kelas Interval Indeks Kategori

I 0,175 – 0,229 1 Sangat Rendah

II 0,229 – 0,285 2 Rendah

III 0,285 – 0,336 3 Cukup Rendah

IV 0,336 – 0,422 4 Tinggi

V 0,422 – 0,525 5 Sangat Tinggi

Berdasarkan peta sebaran indeks ratio kelompok umur ≤ 15 tahun yang ditunjukkan pada Gambar 12, selanjutnya

dilakukan proses pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio kelompok umur dengan 5 (lima)

interval kelas sesuai interval Tabel 7. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi rasio kelompok umur ≤ 15 tahun di

kota Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 12. Peta indeks rasio kelompok umur ≤ 15 tahun Kota Pekanbaru

Gambar 13. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi ratio kelompok umur≤ 15 tahun.

Berdasarkan Gambar 13 terdapat 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan indeks rasio kelompok umur di

Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat tinggi terdiri dari 2 (dua)

kelurahan (3%), kategori tinggi 16 (enam belas) kelurahan (28%), kategori sedang 16 (enam belas) kelurahan (28%),

kategori rendah 13 (tiga belas) kelurahan (22%) dan kategori sangat rendah 11 (sebelas) kelurahan (19%).

Page 9: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 115

ISBN: 978-602-60286-1-7

Penentuan Indeks Kerentanan (IK).

Setelah semua parameter dihitung dan dianalisis, selanjutnya dilakukan analisis Indeks Kerentanan (IK) untuk setiap

parameter. Adapun tabulasi perhitungan penentuan Indeks Kerentanan (IK) masing-masing kelurahan di setiap

kecamatan di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 8. Sebaran nilai Indeks Kerentanan berdasarkan kelurahan di

kota Pekanbaru dapat dipetakan menggunakan aplikasi Quantum GIS 2.2 Valmiera dengan batasan interval sesuai

dengan Tabel 3 dan peta sebaran Indeks Kerentanan di Kota Pekanbaru terhadap bencana banjir dapat dilihat pada

Gambar 14.

Tabel 8. Indeks Kerentanan (IK) per kelurahan di Kota Pekanbaru

No. Kelurahan

Parameter

Total Indeks

Kep

ad

ata

n

Pen

du

du

k

Kep

ad

ata

n

Ba

ngu

nan

Ra

sio

Gen

der

Ra

sio

Um

ur

45% 25% 15% 15%

1. Kecamatan Limapuluh

1.1 Rintis 3 4 3 1 2,95 3

1.2 Sekip 3 4 4 2 3,25 3

1.3 Tanjung Rhu 2 4 2 4 2,80 3

1.4 Pesisir 3 4 4 1 3,10 3

. . . . . . .

. . . . . . .

. . . . . . .

12. Kecamatan Tampan

12.1 Simpang baru 1 5 4 3 2,75 3

12.2 Sidomulyo Barat 1 4 3 4 2,50 2

12.3 Tuah Karya 2 4 2 4 2,80 3

12.4 Delima 1 4 3 4 2,50 2

Gambar14. Peta indeks kerentanan Kota Pekanbaru

Gambar 15. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi indeks kerentanan di Pekanbaru

Page 10: IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN DI KOTA PEKANBARU TERHADAP ...konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-13-175.pdfmusim hujan dengan intensitas tinggi. ... tingginya curah hujan

AR - 116

ISBN: 978-602-60286-1-7

Berdasarkan peta sebaran Indeks Kerentanan di Kota Pekanbaru yang ditunjukkan pada Gambar 14, selanjutnya

dilakukan proses pengelompokan jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi Indeks Kerentanan dengan 5 (lima)

interval kelas sesuai interval Tabel 3. Jumlah kelurahan berdasarkan klasifikasi Indeks Kerentanan di kota Pekanbaru

terhadap banjir dapat dilihat pada Gambar 15.

Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa 5 kategori klasifikasi jumlah Kelurahan berdasarkan Tingkat Kerentanan

bahaya banjir di Kota Pekanbaru, ditunjukkan bahwa jumlah kelurahan yang termasuk kategori sangat rentan terdiri

dari 2 (dua) kelurahan (3%), kategori rentan 9 (sembilan) kelurahan (16%), kategori cukup rentan 19 (sembilan belas)

kelurahan (33%), kategori kurang rentan 25 (duapuluh lima) kelurahan (43%) dan kategori tidak rentan 3 (tiga)

kelurahan (5%).

Kelurahan dengan Indeks Kerentanan (IK) “sangat rentan” terdapat di kelurahan Kota Baru dan Tanah Datar di

kecamatan Pekanbaru Kota. Sedangkan kelurahan dengan Indeks Kerentanan (IK) “tidak rentan” terdapat di kelurahan

Tebing Tinggi Okura di kecamatan Rumbai Pesisir, kelurahan Sail di kecamatan Tenayan Raya dan Muara Fajar di

kecamatan Rumbai.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara umum, kelurahan di Kota Pekanbaru memiliki Indeks Kerentanan terhadap banjir klasifikasi II dengan

kategori “Kurang Rentan”, mendominasi (43%) dengan jumlah kelurahan sebanyak 25 (dua puluh lima) kelurahan

dari 58 (limapuluh delapan) kelurahan yang ada di Kota Pekanbaru.

2. Terdapat 2 (dua) kelurahan yang memiliki Indeks Kerentanan dengan kategori “sangat rentan” yaitu kelurahan

Kota Baru dan Tanah Datar di kecamatan Pekanbaru Kota dan 3 (tiga) kelurahan yang memiliki kategori “tidak

rentan” yaitu kelurahan Tebing Tinggi Okura di kecamatan Rumbai Pesisir, kelurahan Sail di kecamatan Tenayan

Raya dan Muara Fajar di kecamatan Rumbai.

3. Peta Indeks Kerentanan (IK) memberikan informasi berupa tingkat kerentanan masing-masing kelurahan di Kota

Pekanbaru berdasarkan parameter kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio

kelompok umur.

DAFTAR PUSTAKA

Athan, T. dan Blazek, R. (2011). Quantum GIS, User Guide, Version 2.2.0, Wroclow.

Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru (BPS). (2014). Kecamatan Dalam Angka 2014. BPS, Pekanbaru

BNPB. (2012). Peraturan Kepala Badan Nasional Penganggulangan Bencana No.2 Tahun 2012, Pedoman Umum

Pengkajian Risiko Bencana, Perka-BNPB, Jakarta

Enarson, E. (2000). “Gender Equality, Work, and Disaster Reduction: Making The Connection”. Prepared for the

ILO InFocus Programme on Crisis Response and Reconstruction. USA

Kusuma, M.S.B., Rahayu, H.P., Farid, M., Adityawan, M.B., Setiawati, T., dan Silasari, R., (2010), “Studi

Pengembangan Peta Indeks Resiko Banjir pada Kelurahan Bukit Duri Jakarta”, Jurnal Teknik Sipil, Bandung.

Vol. 17 No. 2 Agustus 2010

Rachmat, A.R. dan Pamungkas, A. (2014). “Faktor Kerentanan yang Berpengaruh Terhadap Bencana Banjir di

Kecamatan Manggala Kota Makassar”. Jurnal Teknik POMITS, Vol. 3 No. 2, hlm: 178-183.

Sujatmoko, B., Andestian, Y., Rinaldi dan Hendri, A. (2016). “Pembuatan Peta Indeks Resiko Banjir pada Kawasan

Drainase Kecamatan Sukajadi Pekanbaru”. Prosiding Annual Civil Engineering Seminar (ACES), Pekanbaru,

hlm:243-250

Utomo, B.B. dan Supriharjo, R.D. (2012). “Peningkatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali

Sampean, Kabpaten Bondowoso”. Jurnal Teknik ITS, Vol. 1 No. 1, hlm: 58-62