identifikasi dan interaksi pusat pertumbuhan dengan …digilib.unila.ac.id/55416/3/skripsi tanpa bab...

76
IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN DAERAH HINTERLAND DI PROVINSI BANTEN (Skripsi) Oleh Ahmad Dawami FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

43 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN

DAERAH HINTERLAND DI PROVINSI BANTEN

(Skripsi)

Oleh

Ahmad Dawami

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

Page 2: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

IDENTIFICATION AND INTERACTION OF GROWTH CENTER WITH

HINTERLAND AREA IN BANTEN PROVINCE

BY

AHMAD DAWAMI

ABSTRACT

This study aims to determine the centers of growth in Banten Province, the

interaction and its relationship with the hinterland area. Using analysis methods

schallogram, a centrality index, gravity analysis and moran’s I index. The results of

the scalogram analysis and the centrality index shows that South Tangerang City,

Serang City and Lebak Regency became the centers of growth in Banten Province.

The result of gravity analysis shows that the City of Tangerang has the strongest

interaction with the growth center area of South Tangerang City. The results of the

moran’s I index analysis globally and locally shows that there are spatial linkages

between regions in Banten Province based on GRDP tertiary sector.

Keywords: Growth Center, Indeks Moran’s I, Spatial Interaction, Spatial Linkage.

Page 3: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN

DAERAH HINTERLAND DI PROVINSI BANTEN

Oleh

AHMAD DAWAMI

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat pertumbuhan di Provinsi

Banten dan interaksi serta keterkaitannya dengan daerah hinterland. Dengan

menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis gravitasi dan indeks

moran’s I. Hasil analisis skalogram dan indeks sentralitas diperoleh bahwa Kota

Tangerang Selatan, Kota Serang dan Kabupaten Lebak menjadi wilayah pusat

pertumbuhan di Provinsi Banten. Hasil analisis gravitasi menunjukkan bahwa Kota

Tangerang memiliki interaksi paling kuat dengan wilayah pusat pertumbuhan Kota

Tangerang Selatan. Hasil analisis indeks moran’s I secara global maupun secara

lokal, menunjukan hasil bahwa terdapat keterkaitan spasial antar wilayah di

Provinsi Banten berdasarkan PDRB sektor tersier-nya.

Kata Kunci: Indeks moran’s I, Interaksi spasial, Keterkaitan spasial, Pusat

pertumbuhan.

Page 4: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN

DAERAH HINTERLAND DI PROVINSI BANTEN

Oleh

Ahmad Dawami

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis
Page 6: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis
Page 7: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis
Page 8: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ahmad Dawami lahir di Kartaharja Tulang Bawang Barat,

Provinsi Lampung pada tanggal 28 Februari 1996, sebagai anak pertama dari bapak

Dalail dan Ibu Risminiyati.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Raudattul Aliyah Kartaraharja diselesaikan

tahun 2002, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 02 Kartaraharja

tahun 2008. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 01 Marga Kencana

Tulang Bawang Barat pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

SMA N 1 Tumijajar pada tahun 2014.

Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung. Pada tahun 2017 penulis

mengikuti program KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Sungai Langka, Gedong

Tataan, Pesawaran.

Page 9: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

MOTO

“Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan itu adalah untuk

dirinya sendiri”

(QS. Al-Ankabut 29:6)

“Masa depan milik mereka yang terbuka dan bekerja keras”

(Ahmad Dawami)

“Setiap orang dapat mencapai kejayaan dalam hal apa saja, asalkan ia sangat

menyukai pekerjaan yang dilakukan”

(Ariel Noah)

Page 10: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

nikmat yang diberikan, ku persembahkan skripsi ini dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati kepada:

Kedua orang tuaku yang sangat kusayangi, Bapak Dalail dan Ibu

Risminiyati, yang telah memberikan kasih sayang, semangat, doa dan cinta.

Sehingga anak mu ini yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik

untuk hamba-Nya.

Semua Sahabat-sahabat ku (Bima, Budi, Al, Rama, Om Arya dan Yusuf)

yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, dari kalian

aku banyak belajar tentang kehidupan.

Para dosen yang telah begitu berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang

sangat berharga bagi penulis.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala

kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah.

Almamater Universitas Lampung tercinta.

Page 11: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Identifikasi Dan Interaksi Pusat Pertumbuhan

Dengan Daerah Hinterland Di Provinsi Banten” disusun untuk memperoleh gelar

sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

Dalam proses penyelesaian skripsi, penulis mendapat bimbingan dan arahan dari

berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

3. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. I Wayan Suparta. S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing akademik.

5. Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan

sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, dan motivasi selama

penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 12: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

6. Ibu Dr. Ida Budiarty. S.E.M.Si dan Dr. Lies Maria Hamzah, S.E, M.E selaku

Dosen Pembahas yang telah memberikan bimbingan, pelajaran, perhatian,

motivasi dan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

7. Seluruh Bapak Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

membimbing dan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi

penulis selama proses perkuliahan hingga selesai

8. Orang tua ku tercinta, Bapak Dalail dan Ibu Risminiyati yang memberikan

banyak cinta dan kasih sayang dengan tulus dan penuh kesabaran, bimbingan

dan nasihat, semangat, doa, serta kerja keras yang tak kenal lelah.

9. Teman-teman seperjuangan KKN di Desa Sungai Langka baik kelompok 1

sampai kelompok 4 dan terutama untuk teman-teman kelompok 1 : Aul, Ismi,

Ifah dan Digo. Induk Semang : Mbah Saeno dan Mbah Marsinah. Pak Lurah dan

Pak Sekdes, serta seluruh Masyarakat Desa Sungai Langka,

terimakasih atas kesempatan, pengalaman, dan kebersamaannya selama

menjalani KKN.

10. Almamater Universitas Lampung tercinta yang telah mendewasakanku.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

12. Teman-teman Sariah Adventure Aji, Sule, Rendra, Regis, Hendy, Benny, Hadi,

Ferry dan Ikhsan terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Kalian semua

membuatku bisa melupakan sejenak tentang tugas-tugas kuliah.

13. Para sahabat konco Bima, Budi, Al, Ari, Om Arya dan Yusuf yang telah tinggal

bersama selama masa perkuliahan. Dari kalianlah saya merasakan arti dari

ketulusan sebuah persahabatan dan tak pernah kenal pamrih.

Page 13: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

14. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014, EP Brother Selon yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terima kasih untuk kebersamaannya. Kalian sudah

menjadi bagian dari cerita hidupku.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 20 Desember 2018

Penulis,

Ahmad Dawami

Page 14: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. . i

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ . v

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. .. vi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ............................................................................ 13

1. Teori Pusat Pertumbuhan ........................................................ 13

2. Teori Pusat Pertumbuhan Menurut Perroux ........................... 14

3. Teori Pusat Pertumbuhan Ekonomi Menurut Richardson......... 15

4. Teori Pusat Pertumbuhan Menurut Myrdal............................... 16

5. Teori Pusat Pertumbuhan Menurut Boudville........................... 16

6. Teori Pusat Pertumbuhan Ekonomi Menurut

Rondinelli dan Unwin.............................................................. .. 17

7. Tipologi Klasen ...................................................................... 17

8. Interaksi Spasial ...................................................................... 18

9. Analisis Skalogram ................................................................. 19

10. Indeks Sentralitas .................................................................. 20

11. Skala Ordinal ........................................................................ 21

12. Keterkaitan Spasial ............................................................... 22

13. Indeks Moran ........................................................................ 24

14. Matriks Pembobot Spasial....................................................... 24

B. Tinjauan Empiris .......................................................................... 26

C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 29

D. Hipotesis ...................................................................................... 31

III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 32

B. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 32

C. Metode Analisis Data ................................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 15: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

ii

A. Analisis Tipologi Klassen ................................................................ 51

B. Hasil Analisis Tipologi Klassen.................................................... ... 54

C. Analisis Indeks Skalogram Dan Indeks Sentralitas................ ......... 56

D. Hasil Analisis Skalogram................................................................ . 62

E. Hasil Perhitungan Indeks Sentralitas............................................... 64

F. Hasil Analisis Skala Ordinal............................................................ 69

G. Hasil Indeks Gravitasi...................................................................... 71

H. Hasil Indeks Morans’s I................................................................... 77

I. Implikasi Hasil Penelitian ............................................................... 85

V. KESIMPULAN DAN SARA

A. Kesimpulan................................................................. ..................... 90

B. Saran................................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Pulau Jawa ........................... 3

1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten Tahun 2011-2016........................................................ 5

1.3 Jarak Antar Kabupaten/Kota ke Pusat Kota .......................................... 8

1.4 Data Luas, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Fasilitas

Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2016 ................................. 9

2.1 Matrik Tipologi Daerah ........................................................................ 18

3.1 Penentuan Skoring Setiap Aspek .......................................................... 41

3.2 Contoh Merangking dalam Rangka Pengambilan Keputusan .............. 41

4.1 Rata-rata PDRB Perkapita Kab/Kota Di Provinsi Banten

Tahun 2011-2016 .................................................................................. 51

4.2 Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten Tahun 2011-2016 ........................................................ 53

4.3 Hasil Analisis Tipologi Klassen ............................................................ 54

4.4 Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit) 2017 ............................................... 58

4.5 Jumlah Fasilitas Kesehatan (Unit) 2017 ................................................ 59

4.6 Jumlah Fasilitas Peribadatan (Unit) 2017 .............................................. 60

4.7 Jumlah Fasilitas Ekonomi Tahun 2017 .................................................. 61

4.8 Jumlah Potensi Ekonomi (Unit) 2017 .................................................... 62

4.9 Hasil Analisis Skalogram ....................................................................... 63

4.10 Hasil Perhitungan Indeks Sentralitas ................................................... 65

4.11 Penentuan Skoring Dari Hasil Analisis Skalogram............................. 66

4.12 Penentuan Skoring dari Hasil Perhitungan Indeks Sentralitas ............. 67

4.13 Skoring Variabel Kepadatan Penduduk ............................................... 68

4.14 Penentuan Rangking (Analisis Skalogram,

Indeks Sentralitas dan Kepadatan Penduduk) ..................................... 69

4.15 Data Kepadatan Penduduk (jiwa/ km2) 2016 ....................................... 72

4.16 Jumlah Penduduk Dan Jarak Antar Wilayah Di Provinsi

Banten Tahun 2016 .............................................................................. 73

4.17 Hasil Indeks Gravitasi (Interaksi spasial) dan Rangking

dengan Skala Ordinal Kota Tangerang Selatan sebagai

Pusat Pertumbuhan ............................................................................... 74

4.18 Hasil Indeks Gravitasi (Interaksi spasial) dan Rangking

dengan Skala Ordinal Kota Serang sebagai

Pusat Pertumbuhan ............................................................................... 75

Page 17: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

iv

4.19 Hasil Indeks Gravitasi (Interaksi spasial) dan Rangking dengan

Skala Ordinal Kabupaten Lebak sebagai Pusat Pertumbuhan ............. 76

4.20 Kriteria Tetangga Queen Contiguity Menurut Kabupaten/kota

Di Provinsi Banten ............................................................................... 87

4.21 Nilai Moran’s I Keterkaitan Perekonomian Rata-rata

(PDRB) Periode 20011-2016 ............................................................... 78

4.22 Nilai Moran’s I Keterkaitan Perekonomian Periode 20011-2016

Berdasarkan Sektor .............................................................................. 78

Page 18: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Persinggungan Perbatasan ..................................................................... 25

2.2 Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................. 30

3.1 Kuadran Moran’s Scatterplot ................................................................ 49

3.2 Representasi Grafis Dari Lokasi Kabupaten/kota

Di Provinsi Banten .............................................................................. 49

4.1 Diagram kartesius rata-rata PDRB/kapita dan rata-rata

pertumbuhan ekonomi menurut hasil analisis tipologi klassen ............. 55

4.2 Peta Pusat Pertumbuhan Provinsi Banten .............................................. 70

4.3 Moran’s Scaterrplot (A) Rata-rata PDRB, (B) Sektor Primer,

(C) Sektor Sekunder, (D) Sektor Tersier ................................................ 79

4.4 Peta Signifikansi dan cluster map LISA Rata-rata PDRB

(A), Sektor Primer (B), Sekunder (C) dan Tersier

(D)Periode 2011-2016 ............................................................................ 80

4.5 Gambar 4.5 Peta Signifikansi dan cluster map LISA

Rata-rata PDRB (A), Sektor Primer (B), Sekunder

(C) dan Tersier (D)Periode 2011-2016 ................................................. 82

Page 19: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Analisis Skalogram ........................................................... L-1

2. Perhitungan Jumlah Kelas, Interval Kelas dan Kelompok Hierarki ..... L-2

3. Hasil Hierarki Analisis Skalogram........................................................... L-3

4. Rumus Bobot Fungsi ................................................................................ L-4

5. Hasil Indeks Sentralitas ............................................................................ L-5

6. Penentuan Skoring Hasil Analisis Skalogram ......................................... L-6

7. Perhitungan Gravitasi (Interaksi Spasial)................................................. L-7

8. Perhitungan untuk wilayah pusat pertumbuhan Kota Tangsel................. L-8

9. Perhitungan untuk wilayah pusat pertumbuhan Kota Serang ................ L-9

10.Perhitungan untuk wilayah pusat pertumbuhan Kab. Lebak .................. L-10

11. Penentuan Jumlah Skor Hasil Perhitungan Indeks

Gravitasi Dengan Skala Ordinal ............................................................. L-11

12. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota

Di Provinsi Banten tahun 2011-2016 ..................................................... L-12

13. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota

Di Provinsi Banten tahun 2011-2016 ..................................................... L-13

14. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota

Di Provinsi Banten tahun 2011-2016 ..................................................... L-14

15. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota Di Provinsi

Banten tahun 2011-2016 ........................................................................ L-15

16. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota Di Provinsi

Banten tahun 2011-2016 ........................................................................ L-16

17. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota Di Provinsi

Banten tahun 2011-2016 ........................................................................ L-17

18. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota Di Provinsi

Banten tahun 2011-2016 ........................................................................ L-18

19. PDRB ADHK 2010 Kabupaten atau Kota Di Provinsi

Banten tahun 2011-2016 ........................................................................ L-19

20. Nilai Moran’s I Keterkaitan Perekonomian

Rata-rata (PDRB) Periode 20011-2016 ................................................. L-20

21. Nilai Moran’s I Keterkaitan Perekonomian Periode

20011-2016 Berdasarkan Sektor ............................................................ L-21

22. Nilai Moran’s Scatterplot Keterkaitan Perekonomian

Di Provinsi Banten Periode 2011-2016 Berdasarkan

Rata-rata PDRB ...................................................................................... L22

Page 20: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

vii

23. Nilai Moran’s Scatterplot Keterkaitan Perekonomian

Di Provinsi Banten Periode 2011-2016 Berdasarkan Sektor PDRB ...... L-23

24. Kriteria Penentuan Ketetanggaan dan Moran’s Scatterplot................... L-24

25. Kriteria Penentuan Ketetanggaan dan Moran’s Scatterplot................... L-25

26. Moran’s Scatterplot PDRB Sektor Primer, Sekunder dan Tersier ........ L-26

27. Peta Signifikansi LISA dan Cluster Map Rata-rata

PDRB dan PDRB Sektor Primer, Sekunder dan Tersier ........................ L-27

28. Penentuan nilai Z-value dari Rata-rata PDRB dan

Rata-rata PDRB Berdasarkan Sektor PDRB .......................................... L-28

Page 21: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep pusat pertumbuhan pada dasarnya dilandasi oleh konsep ruang ekonomi

(economic space) yang dikemukakan oleh Francois Perroux. Menurut Perroux

dalam Komarovskiy dan Bondaruk (2013) menyatakan bahwa fakta dasar dari

perkembangan spasial adalah sebagaimana halnya dengan perkembangan industri.

Pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara

serentak, pertumbuhan terjadi pada titik-titik atau kutub perkembangan dengan

intensitas yang berubah-ubah dan perkembangan itu menyebar sepanjang saluran-

saluran yang beraneka ragam.

Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara

fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu

lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat

hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi

kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar. Menstimulasi secara kedalam

mempunyai artian bahwa daerah pusat pertumbuhan menstimulasi daerah

belakangnya dengan cara menggunakan bahan baku dari daerah belakangnya.

Sedangkan menstimulasi keluar mempunyai artian bahwa daerah pusat

pertumbuhan mampu menyediakan kebutuhan bagi daerah belakangnya.

Page 22: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

2

Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki

fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction),

yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan

masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada didaerah tersebut,

walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut. Tidak

semua kota generatif dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan. Kota

generatif adalah kota-kota yang menjalankan bermacam-macam fungsi, baik untuk

dirinya sendiri atau untuk daerah belakangnya, sehingga bersifat saling

menguntungkan atau mengembangkan. Pusat pertumbuhan memiliki empat ciri-

ciri, yaitu adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki

nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi

geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan,

2005:161-163).

Penentuan pusat pertumbuhan disuatu wilayah memiliki peranan yang sangat

penting dalam menentukan arah kebijakan dan regulasi bagi pemerintah pusat

maupun daerah dalam melakukan pembangunan wilayah. Penentuan pusat

pertumbuhan mempunyai fungsi untuk pemerataan pembangunan di semua

wilayah, memudahkan kordinasi antar wilayah dan memaksimalkan pengelolaan

potensi dan sumber daya alam yang ada. Pertumbuhan ekonomi pada pusat

pertumbuhan akan berpengaruh pada daerah belakangnya melalui efek polarisasi

(polarization effect), efek penetesan kebawah (trickling down effect) dan

mendorong suatu wilayah berkembang menjadi pusat pertumbuhan. Sehingga

penentuan pusat pertumbuhan disuatu wilayah sangat penting untuk dilakukan.

Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan

Page 23: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

3

tolak ukur secara makro ialah pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dari

perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.

Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menandakan semakin baik

kegiatan ekonominya (Todaro dan Smith, 2008:56).

Pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dalam lima tahun terakhir masih sangat besar

kontribusinya terhadap pembentukan PDB nasional dibandingkan dengan wilayah

lainnya di Indonesia. Pulau Jawa berkontribusi sebesar 58,49 persen terhadap

produk domestik bruto (PDB) nasional. Pulau Jawa terdiri dari enam Provinsi, yaitu

Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi

Jawa Timur dan Provinsi Banten. Dari keenam Provinsi tersebut, Provinsi DKI

Jakarta mempunyai rata-rata pertumbuhan PDRB yang paling besar, diikuti oleh

Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat diurutan kedua dan ketiga. Sedangkan

Provinsi Banten, Jawa Tengah dan DI.Yogyakarta berada dalam urutan tiga

terendah. Berikut data laju pertumbuhan ekonomi enam Provinsi di Pulau Jawa.

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Pulau Jawa (persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 2016, diolah.

Tabel 1.1 memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi di enam Provinsi di Pulau

Jawa. Provinsi dengan laju pertumbuhan tertinggi yaitu Provinsi DKI Jakarta

NO Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-

rata

1 DKI

Jakarta 6,73 6,53 6,07 5,91 5,88 6,5 6,27

2 Jawa Barat 6,5 6,5 6,33 5,09 5,03 6,6 6,00

3 Jawa

Tengah 5,3 5,34 5,11 5,28 5,44 6,7 5,52

4 DI.

Yogyakarta 5,21 5,37 5,47 5,16 4,94 5,9 5,34

5 Jawa

Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 5,44 6,6 6,17

6 Banten 6,02 6,68 6,23 5,18 5,2 5,6 5,81

7 Indonesia 6,44 6,19 5,56 5,02 4,88 5,02 5,63

Page 24: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

4

dengan presentase sebesar 6,27 persen, dimana angka ini berada diatas rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,63 persen. Sedangkan Provinsi

dengan laju pertumbuhan ekonomi terendah yaitu Provinsi DI.Yogyakarta dengan

presentase sebesar 5,34 persen, dimana angka ini berada dibawah rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi nasional pada Tahun 2011-1016 yang sebesar 5,63 persen.

Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten dilihat dari nilai rata-ratanya masih

berada diposisi tiga terbawah jika dibandingkan dengan enam Provinsi yang

terdapat di pulau Jawa. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan nilai rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,63 persen, pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Banten masih berada diatasnya. Hal ini menunjukan bahwa Provinsi

Banten mempunyai potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Potensi yang dimiliki Provinsi Banten dapat dimaksimalkan untuk meningkatkan

laju pertumbuhan ekonominya, seperti potensi geografis, potensi ekonomi dan

potensi-potensi lainnya. Letak Provinsi Banten yang sangat strategis, yaitu

berdekatan dengan wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat, yang

mana kedua provinsi tersebut menjadi pusat perekonomian di Indonesia. Untuk

mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan suatu kebijakan

pemerintah. Salah satu solusi yang dapat diambil untuk mempercepat pembangunan

suatu daerah adalah pengembangan wilayah dengan menetapkan pusat

pertumbuhan.

Arah kebijakan pengembangan kawasan strategis adalah percepatan pengembangan

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di luar Jawa (Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi,

yaitu keuntungan skala besar, keuntungan lokalisasi dan keuntungan urbanisasi.

Page 25: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

5

Serta menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam

penyediaan infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari

pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi

dan keunggulannya melalui pengembangan industri manufaktur, industri pangan,

industri maritim, dan pariwisata (Renstra Bappenas, 2015-2019).

Perekonomian Provinsi Banten secara keseluruhan Tahun 2017 diperkirakan

tumbuh pada kisaran 5,5 sampai 5,9 persen lebih tinggi dibandingkan Tahun 2016

(Banten Dalam Angka, 2017). Beberapa faktor yang mendorong akselerasi

pertumbuhan ekonomi tersebut di antaranya adalah optimisme perbaikan ekonomi

global dan nasional. Seluruh komponen PDRB di sisi pengeluaran diperkirakan

tumbuh lebih tinggi, begitu pula dengan kinerja lapangan usaha utama seperti

industri pengolahan yang berpotensi tumbuh lebih kuat seiring dengan membaiknya

kinerja korporasi (Banten Dalam Angka, 2017). Berikut data yang menunjukan laju

pertumbuhan ekonomi (PDRB ADHK 2010) kabupaten/kota di Provinsi Banten:

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun

2011-2016 (persen)

No Kabupaten/kota 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Rata-

Rata

1 Kab Pandeglang 5,74 5,81 4,72 4,93 5,96 5,49 5,3

2 Kab Lebak 5,99 5,11 6,3 5,83 5,8 5,7 5,8

3 Kab Tangerang 6,75 6,17 6,41 5,37 5,36 5,32 6,1

4 Kab Serang 6,1 5,42 6,04 5,39 5,02 5 5,7

5 Kota Tangerang 7,39 7,07 6,52 5,15 5,37 5,3 6,5

6 Kota Cilegon 6,62 7,7 6,69 4,62 4,78 5,05 6,4

7 Kota Serang 8,34 7,42 7,3 6,86 6,29 6,22 7,4

8 Kota Tangsel 8,81 8,66 8,75 8,05 7,2 6,98 8,5

Provinsi Banten 6,02 6,68 6,23 5,18 5,2 5,6 5,81

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2017.

Tabel 1.2 memperlihatkan data rata-rata laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota

di Provinsi Banten dari Tahun 2011-2016. Daerah yang memiliki nilai rata-rata

Page 26: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

6

pertumbuhan tertinggi yaitu Kota Tangerang Selatan mencapai 8,5 persen.

Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi

terendah yaitu Kabupaten Pandeglang dengan pertumbuhan sebesar 5,3 persen, dan

bahkan lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten itu sendiri

yang sebesar 5,81 persen.

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang mempunyai rata-rata pertumbuhan

ekonomi yang paling tinggi, hal ini dikarenakan sektor industri dan perdagangan di

Kota Tangerang Selatan berkembang sangat pesat. Seperti real estate, perdagangan

serta informasi dan komunikasi. Sedangkan Kabupaten Pandeglang merupakan

daerah yang mempunyai rata-rata pertumbuhan yang paling rendah, hal ini

dikarenakan perekonomian di Kabupaten Pandeglang masih bergantung pada

sektor pertanian (Banten Dalam Angka, 2017). Perbedaan nilai rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Banten

menunjukan adanya permasalahan dalam pembangunan wilayah yang dilakukan.

Data laju pertumbuhan ekonomi menggambarkan potensi sekaligus kemampuan

suatu daerah untuk mengelola sumber daya alam dan potensi ekonomi yang dimiliki

(BPS Provinsi Banten, 2017). Untuk itu diperlukan adanya strategi pembangunan

yang tepat sasaran sehingga dapat menggurangi ketimpangan pembangunan

wilayah yang ada. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan cara menetapkan wilayah pusat pertumbuhan

di wilayah-wilayah yang ada.

Penetapan pusat pertumbuhan oleh pemerintah Provinsi Banten berdasarkan

RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) yang tertuang dalam

Page 27: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

7

PERDA Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012-2017, menetapkan bahwa terdapat

empat kawasan pusat pertumbuhan di Provinsi Banten yaitu Kota Tangerang

Selatan, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kabupaten Lebak. Setiap kawasan pusat

pertumbuhan yang ditetapkan mempunyai wilayah intinya masing-masing. Untuk

Kota Tangerang Selatan, yang menjadi kawasan inti pusat pertumbuhan yaitu

kawasan Setu, untuk Kota Serang wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan adalah

kawasan Kaseman, untuk Kota Cilegon yang menjadi kawasan pusat pertumbuhan

adalah Kecamatan Cilegon, dan untuk wilayah Kabupaten Lebak yang menjadi inti

pusat pertumbuhan adalah kawasan Malingping dan Rangkasbitung (RPJMD

Provinsi Banten, 2012-2017).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kabupaten/kota mana saja yang

menjadi pusat pertumbuhan di Provinsi Banten dan apakah daerah yang

diidentifikasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam RPJMD Pemerintah Provinsi

Banten. Selain mengidentifikasi daerah pusat pertumbuhan, penelitian ini juga

bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi serta keterkaitan spasial daerah

pusat pertumbuhan dengan daerah hinterland-nya. Penelitian ini mengunakan alat

analisis tipologi klassen, analisis skalogram, indeks sentralitas, skala ordinal, indeks

gravitasi dan indeks moran.

Kota Serang adalah ibukota dari Provinsi Banten, dan merupakan pusat kota di

Provinsi Banten. Pada umumnya pusat kota terletak di lokasi yang sangat strategis

dan mempunyai akses yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Perbedaan ini menyebabkan interaksi yang berbeda-beda disetiap daerah. Bentuk

interaksi yang beragam ini seperti kegiatan pemerintahan, kegiatan ekonomi,

kegiatan pendidikan dan lain-lain. Pada umumnya kekuatan interaksi antara daerah

Page 28: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

8

pusat pertumbuhan dengan daerah hinterland-nya ditentukan oleh jarak antar

wilayah. Berikut data jarak antar wilayah di Provinsi Banten dengan pusat kota.

Tabel 1.3 Jarak Antar Kabupaten/Kota ke Pusat Kota (Kota Serang)

No Kabupaten/Kota Jarak ke Pusat Kota (Km)

1 Kab Pandeglang 21

2 Kab Lebak 41

3 Kab Tangerang 33

4 Kab Serang 9

5 Kota Cilegon 20

6 Kota Tangerang 65

7 Kota Serang -

8 Kota Tangsel 75

Sumber : Badan Pusat Statistik 2017, diolah.

Tabel 1.3 memperlihatkan jarak antar kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten

ke pusat kota. Kabupaten/kota yang memiliki jarak terjauh ke pusat kota yaitu Kota

Tangerang Selatan dengan jarak sejauh 75 km. Sedangkan kabupaten/kota yang

memiliki jarak terdekat dengan pusat kota yaitu Kabupaten Serang dengan jarak 9

km. Jarak antar wilayah yang berbeda-beda akan mempengaruhi kuat atau

lemahnya interaksi spasial maupun keterkaitan spasial yang akan terjadi di wilayah-

wilayah tersebut. Misalnya kota A dan Kota B mempunyai jarak yang berjauhan,

maka jarak akan mempengaruhi keinginan orang untuk bepergian dan mobilitas

barang dan jasa dari kota A ke kota B begitu juga sebaliknya. Karena untuk

menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya.

Semakin jauh jarak yang memisahkan lokasi keduanya, akan mengurangi interaksi

spasial dan keterkaitan spasial yang terjadi. Keterkaitan spasial terbentuk karena

adanya mobilitas faktor produksi antara daerah yang satu dengan daerah lainnya.

Ada daerah yang berperan sebagai pemasok faktor-faktor produksi dan ada juga

daerah yang berperan sebagai penerima fakor produksi. Hal ini memungkinkan

backwash effect akan menjadi lebih kuat dari spread effect yang ditandai dengan

Page 29: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

9

adanya penyerapan ekonomi wilayah sekitarnya ke pusat-pusat pertumbuhan

wilayah tersebut.

Secara geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang memiliki banyak

fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction) yang

menyebabkan berbagai usaha tertarik untuk berlokasi di tempat tersebut dan

masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada. Kemudahan akses

yang ada dapat menjadi daya tarik (attrativiness) bagi wilayah tersebut, sehingga

akan menciptakan economic of scale. Dengan segala fasilitas yang dimiliki dan

kemudahan yang ada, daerah tersebut lebih berpeluang untuk menjadi wilayah

pusat pertumbuhan, hal ini karena wilayah pusat pertumbuhan akan lebih

berkembang jika mempunyai konsentrasi geografis yang tinggi (Tarigan,

2005:162). Berikut data luas, kepadatan dan fasilitas yang terdapat di Provinsi

Banten.

Tabel 1.4 Data Luas, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Fasilitas Kabupaten/Kota di

Provinsi Banten Tahun 2016

No Kabupaten Luas Kepadatan Jumlah Fasilitas (Unit)

/Kota (km2) Penduduk Fasilitas Fasilitas Fasilitas

(per km2) Pendidikan Kesehatan Peribadatan

1 Kab

Pandeglang 2746.89 435 1970 1857 4278

2 Kab Lebak 3426.56 371 1890 2038 2799

3 Kab

Tangerang 1011.86 3331 2929 2622 5142

4 Kab Serang 1734.28 850 1705 1654 3740

5 Kot

Tangerang 153.93 13299 1708 1195 2287

6 Kota Cilegon 175.5 2348 495 446 455

7 Kota Serang 266.71 2412 672 713 1814

8 Kota Tangsel 147.19 108484 1182 1091 1672

Prov Banten 9662.92 1237 12552 11616 22187

Sumber : BPS Provinsi Banten, 2017 & Banten Dalam Angka, 2017

Page 30: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

10

Tabel 1.4 menunjukan jumlah data luas, kepadatan penduduk dan jumlah fasilitas

kabupaten/kota di Provinsi Banten. Untuk mewakili komponen fasilitas yang

dimasukan dalam tabel tersebut menggunakan jumlah data fasilitas pendidikan,

fasilitas kesehatan dan fasilitas peribadatan. Berdasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai kepadatan penduduk tertinggi

yaitu dengan jumlah kepdatan sebesar 13.229 km2. Sedangkan kabupaten yang

memiliki nilai kepadatan penduduk terendah yaitu Kabupaten Lebak dengan jumlah

kepadatan penduduk sebesar 3.71 km2. Untuk daerah yang memiliki fasilitas

tertinggi adalah Kabupaten Tangerang dengan jumlah 9.713 yang terdiri dari 2.929

fasilitas pendidikan, 2.622 fasilitas kesehatan dan 5.142 fasilitas peribadatan.

Sedangkan daerah yang memiliki jumlah fasilitas terendah adalah Kota Cilegon

dengan jumlah fasilitas sebanyak 1.396 unit yang terdiri dari 495 fasilitas

pendidikan, 446 fasilitas kesehatan dan 455 fasilitas peribadatan.

Perbedaan jumlah fasilitas yang dimiliki oleh suatu daerah akan mempengaruhi

kepadatan penduduknya, hal ini terjadi karena setiap orang ingin mencari

kehidupan yang lebih baik dengan tinggal di daerah yang memiliki kemudahan

dalam akses pelayanan seperti daerah yang memiliki kelengkapan fasilitas. Sesuai

dengan analisis skalogram dan indeks sentralitas dalam menentukan pusat

pertumbuhan, wilayah yang memiiki kelengkapan fasilitas akan menjadi wilayah

pusat pelayanan sedangkan wilayah dengan fasilitas yang relatif kurang akan

menjadi daerah belakang (hinterland). Menurut Respati dalam Farida (2017) dalam

analisis skalogram yang dilakukan, tidak hanya digunakan untuk mengetahui

jumlah fasilitas-fasilitas yang ada dan kemampuan daerah dalam memberikan

pelayanan.

Page 31: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

11

Interaksi spasial terjadi karena suatu daerah tidak dapat memenuhi kebutuhannya

sendiri, sehingga daerah perlu melakukan interaksi dengan daerah-daerah

disekitarnya. Penelitian tentang penentuan pusat pertumbuhan sudah banyak

dilakukan sebelumnya, salah satu contohnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Liang Hua, Zhao Yong dan Yuan Wei dengan menggunakan metode penelitian

Analisis LQ, Indeks Gravitasi, Shift Share, Analisis Overlay. Dengan hasil

penelitian, bahwa untuk menumbuhkan kutub-kutub pertumbuhan baru di China

dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti mempercepat pembangunan pusat

kota dan pertumbuhan skala, mengelola industri khusus untuk mendorong

pertumbuhan industri lainnya, mengoptimalkan interaksi daerah kutub

pertumbuhan yang ada dengan daerah belakangnya dan menggunakan teknologi

informasi terbaru untuk mendukung pembentukan kutub pertumbuhan baru.

Perbedaannya dengan penelitian ini terdapat pada lokasi penelitian dan untuk

mencari interaksi spasial dan keterkaitan spasial mengunakan indeks gravitasi dan

indeks moran juga dilakukan skoring dengan skala ordinal untuk memperoleh

urutan rangking (penentuan prioritas) kekuatan interaksi .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Kabupaten atau kota mana saja yang berperan sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Banten, dan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan

dalam RPJMD?

2. Kabupaten atau kota mana yang mempunyai nilai interaksi spasial tertinggi

dengan wilayah pusat pertumbuhan di Provinsi Banten?

Page 32: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

12

3. Apakah ada keterkaitan spasial antar kabupaten/kota di Provinsi Banten?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kabupaten atau kota mana yang menjadi pusat

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten, dan apakah sudah sesuai dengan

yang ditetapkan dalam RPJMD.

2. Untuk mengetahui kabupaten atau kota mana yang memiliki nilai interaksi

spasial tertinggi dengan wilayah pusat pertumbuhan di Provinsi Banten.

3. Untuk mengetahui keterkaitan spasial antar kabupaten atau kota di Provinsi

Banten .

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis sebagai salah satu syarat kelulusan Strata 1 (S1) di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bagi Fakultas dan pembaca sebagai referensi untuk mengetahui teoritis

ekonomi regional.

3. Dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian sejenis.

Page 33: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)

a) Konsep Pusat Pertumbuhan Menurut Tarigan

Menurut Tarigan (2005:162) pusat pertumbuhan (Growth Pole) dapat diartikan

dengan 2 cara yaitu:

1. Secara Fungsional, adalah suatu konsentrasi kelompok usaha atau cabang

industri yang sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga

mampu menstimulasi kehidupaan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah

hinterland-nya).

2. Secara Geografis, adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan

kemudahan sehingga menjadi daya tarik (pole of attraction) yang menyebabkan

berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi disuatu tempat tanpa adanya

hubungan antara usaha-usaha tersebut.

Ciri-ciri pertumbuhan ekonomi menurut Tarigan (2005:162-163):

1. Adanya hubungan intern dari berbagai macam kegiatan. Keterkaitan antara satu

sektor dengan sektor lain akan saling mendorong pertumbuhan, karena

keterkaitan yang dimiliki.

2. Ada efek penggandaan (multiplier effect). Keberadaan sektor-sektor yang saling

terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek penggandaan. Permintaan

Page 34: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

14

akan menciptakan produksi baik sektor tersebut maupun sektor yang terkait

akhirnya akan menjadi akumulasi modal. Unsur efek penggadaan sangat

berperan dalam membuat kota mampu memacu pertumbuhan belakangnya.

3. Adanya konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa

menciptakan efisiensi diantara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga

meningkatkan daya tarik dari kota tersebut.

4. Bersifat mendorong dari belakang. Terdapat hubungan yang harmonis antara

Kota dan wilayah yang ada berada dibelakangnya. kota membutuhkan bahan

baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah

belakangnya untuk dapat mengembangkan dirinya.

b) Teori Pusat Pertumbuhan Menurut Francois Perroux (1950)

Menurut Perroux, kutub pertumbuhan adalah pusat-pusat dalam arti keruangan

yang abstrak, sebagai tempat memancarnya kekuatan-kekuatan sentrifugal dan

tertariknya kekuatan-kekuatan sentripetal. Perroux berpendapat bahwa fakta dasar

dari perkembangan spasial, sebagaimana halnya dengan perkembangan industri

bahwa pertumbuhan tidak terjadi di sembarang tempat dan juga tidak terjadi secara

serentak, pertumbuhan terjadi pada titik-titik atau kutub perkembangan dengan

intensitas yang berubah-ubah dan perkembangan itu menyebar sepanjang saluran-

saluran yang beraneka ragam dan dengan efek yang beraneka ragam terhadap

keseluruhan perekonomian. Dalam proses pembangunan akan timbul industri

unggulan yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu

daerah. Keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri

unggulan akan mempengruhi perkembangan industri lain yang berhubungan

dengan industri unggulan.

Page 35: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

15

Inti dari teori Perroux adalah:

1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan

industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan

industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan akan mempengaruhi

perkembangan industri lain yang berhubungan dengan industri unggulan.

2. Pemusatan industri pada satu daerah akan mempercepat pertumbuhan

perekonomian karena akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar

daerah.

3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif

(unggulan) dengan industri yang relatif pasif atau industri yang tergantung

industri unggulan.

c) Teori Pusat Pertumbuhan Ekonomi Menurut Richardson

Menurut Richardson dalam Poetra (2010), memberikan definisi pusat pertumbuhan

sebagai berikut: “A growth pole was defined as a set of industries capable of

generating dynamic growth in the industry (propulsive industry)”.

Dari definisi tersebut Richardson menjabarkan empat karakteristik utama sebuah

pusat pertumbuhan, yaitu:

1. Adanya sekelompok kegiatan ekonomi terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu

2. Konsentrasi ekonomi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang

dinamis dalam perekonomian.

3. Terdapat keterkaitan input dan output yang kuat antara sesama kegiatan ekonomi

pada pusat tersebut.

4. Dalam kelompok kegiatan ekonomi tersebut terdapat sebuah industri induk yang

mendorong pengembangan kegiatan ekonomi pusat tersebut.

Page 36: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

16

Kesimpulan dari Richardson adalah jika kegiatan ekonomi yang saling berkaitan

dikonsentrasikan pada suatu tempat tertentu, pertumbuhan ekonomi daerah yang

bersangkutan akan meningkat lebih cepat dibanding jika kegiatan ekonomi

tersebut tersebar dan terpencar ke seluruh pelosok daerah.

d) Teori Pusat Pertumbuhan Menurut Myrdal

Menurut Myrdal dalam Muta’ali (2003:36), pertumbuhan ekonomi dalam suatu

wilayah tertentu bergantung pada lokasi dari sumberdaya alam dan

keuntungankeuntungan lokasi lainnya. Pertumbuhan ini akan terjadi pada daerah

belakangnya melalui melalui efek kumulatif yaitu efek sebar (spread effect) dan

efek serap (backwash effect). Prinsip pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

ditentukan oleh adanya industri propulsive tertentu, cenderung hanya akan menarik

modal dari daerah sekitarnya, karena keuntungan lokasi pada wilayah tersebut. Hal

ini memungkinkan backwash effect akan menjadi lebih kuat dari spread effect yang

ditandai dengan adanya penyerapan ekonomi wilayah sekitarnya ke pusat-pusat

pertumbuhan wilayah tersebut. Apabila tidak ada kebijaksanaan intervensi dari

suatu mekanisme pasar maka pertumbuhan ekonomi ini akan menimbulkan

pertumbuhan wilayah yang timpang dan cenderung akan terkonsentrasi dibeberapa

wilayah tertentu (Muta’ali, 2003:36).

e) Teori Pusat Pertumbuhan Menurut Boudville

Boudville dalam Muta’ali (1999:37), menyatakan bahwa setiap wilayah

mempunyai perbedaan struktur ekonomi. Perbedaan ini dipengaruhi antara lain oleh

adanya perbedaan latar belakang historis dan potensi sumber daya manusia pada

wilayah-wilayah tersebut. Untuk dapat menyebarkan pertumbuhan ekonomi dari

pusat ke daerah belakangnya, maka Boudville mengusulkan perlu dilakukan

Page 37: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

17

pemilihan lokasi pusat atau kutub pertumbuhan yang dapat mendorong efek

kumulatif kegiatan ekonomi dan menyebarkannya ke wilayah belakangnya.

f) Teori Pusat Pertumbuhan Ekonomi Menurut Rondinelli dan Unwin

Teori pusat pertumbuhan didasarkan pada keniscayaan bahwa pemerintah di negara

berkembang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dengan

melakukan investasi yang besar pada industri padat modal di pusat kota.

Teori pusat pertumbuhan juga ditopang oleh kepercayaan bahwa kekuatan pasar

bebas melengkapi kondisi terjadinya trickle down effect (dampak penetesan ke

bawah) dan menciptakan spread effect (dampak penyebaran) pertumbuhan

ekonomi dari perkotaan ke pedesaan.

2. Tipologi Klassen

Analisis tipologi wilayah digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan

struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah yang pada

dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan

ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah (Sjafrizal, 2014). Variabel

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masing-masing daerah yang

diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi atau kuadran sebagai berikut:

Tabel 2.1 Matrik Tipologi Daerah

Kuadran IV Kuadran I

Daerah relatif tertinggal

xi< x dan ∆xi< ∆x

Daerah cepat maju dan cepat tumbuh

xi> x dan ∆xi>∆xi>x

Kuadran III

Kuadran II

Daerah berkembang cepat

xi< x dan ∆xi> ∆x

Daerah maju tapi tertekan xi> x dan

∆xi< ∆x

Sumber: Sjafrizal, 2014

Page 38: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

18

Keterangan:

xi = PDRB Perkapita di salah satu daerah/wilayah analisis

x = PDRB Perkapita di daerah/wilayah referensi

∆ = Laju Pertumbuhan ∆xi = xit- xit-1/ xit-1×100%

∆xi = Pertumbuhan PDRB di salah satu daerah/wilayah analisis

∆x = Pertumbuhan PDRB di daerah/wilayah referensi

3. Interaksi Spasial

Interaksi keruangan merupakan suatu hubungan timbal balik (resiprocal

relationship) yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yang dapat

menimbulkan gejala, kenampakan, atau permasalahan baru. Kuat lemahnya

interaksi sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu adanya wilayah-wilayah

yang saling melengkapi (regional complementary), adanya kesempatan untuk

berintervensi (intervening opportunity), serta adanya kemudahan transfer atau

pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability) (Ermawati, 2010).

Para ahli banyak yang mengembangkan teori interaksi spasial, seperti K.J. Kansky

dan W.J. Reilly. Aplikasi teori-teori interaksi dapat diterapkan dalam perencanaan

pembangunan. Misalnya, penempatan lokasi pusat pelayanan masyarakat

pembangunan prasarana transportasi yang dapat membuka keterasingan suatu

wilayah dari wilayah lain, dan kemajuan informasi serta teknologi. Contoh teori

interaksi keruangan antara lain model gravitasi (Sjafrizal, 2014:205).

Teori gravitasi pertama kali diperkenalkan dalam disiplin ilmu fisika oleh (Sir Issac

Newton 1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki masa

tertentu akan memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yang dikenal sebagai

gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil

Page 39: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

19

kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak

antara kedua benda tersebut (Ermawati, 2010).

Menurut Schoenmaker (1984), model interaksi dalam peranannya (Daljoeni, 1997:

204)

1. Semakin besar atau semakin kecil jarak antaranya, daya tarik semakin kecil dan

semakin besar ini berarti apabila jarak antaranya mengecil (lebih cepat dan

murah untuk mencapainya), maka daya tariknya akan semakin besar dan

sebaliknya apabila jarak antaranya semakin besar (makin lama dan mahal

menempuhnya), daya tariknya akan semakin berkurang.

2. Semakin bobot dari tempat-tempat tersebut membesar atau mengecil semakin

bertambah atau berkurang daya tariknya.

4. Analisis Skalogram

Analisis skalogram pertama kali diperkenalkan oleh Guttman (1950) sehingga

analisis ini sering disebut sebagai analisis skala Guttman. Analisis skalogram

didefinisikan oleh Guttman sebagai salah satu skala satu dimensi yang

menggambarkan respon subyek terhadap obyek tertentu menurut tingkatan yang

sempurna, orang yang mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik akan lebih

baik dibandingkan dengan yang mampu menjawab sebagian saja.

Analisis skalogram mengelompokkan klasifikasi kota berdasarkan pada tiga

komponen fasilitas dasar yang dimilikinya yaitu:

1. Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi.

Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur kegiatan ekonomi lingkungan

yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas komersial akan menunjukkan derajat

Page 40: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

20

ekonomi kawasan/kota dan kemungkinan akan menarik sebagai tempat tinggal

dan bekerja

2. Solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial. Fasilitas ini

menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/kota. Fasilitas tersebut

dimungkinkan tidak seratus persen merupakan kegiatan sosial namun

pengelompokan tersebut masih dimungkinkan jika fungsi sosialnya relatif lebih

besar dibandingkan sebagai kegiatan usaha yang berorientasi pada keuntungan

(benefit oriented)

3. Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, politik dan

pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan dari masyarakat

dalam sistem kota atau komunitas. Sentralitas ini diukur melalui perkembangan

hierarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos, sekolahan, kantor pemerintahan

dan sejenisnya.

Salah satu tujuan menetapkan orde perkotaan adalah agar dapat diperkirakan luas

wilayah pengaruh dari kota tersebut dan dengan demikian dapat diperkirakan jenis

dan tingkat atau mutu fasilitas kepentingan umum apa saja yang perlu dibangun di

kota tersebut, baik untuk melayani penduduk kota itu sendiri maupun penduduk

wilayah belakangnya yang sering datang ke kota tersebut. Di sisi lain, hal ini dapat

dipergunakan untuk memperkirakan apakah fasilitas yang telah ada di kota tersebut

akan dimanfaatkan secara penuh oleh penduduk kota itu atau penduduk wilayah

belakangnya (Tarigan 2005:170).

5. Indeks Sentralitas

Indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks fungsi wilayah atau yang sering

disebut dengan analisis fungsi yang merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi

Page 41: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

21

pelayanan yang tersebar di wilayah studi, dalam kaitannya dengan berbagai

aktivitas penduduk/masyarakat, untuk memperoleh atau memanfaatkan fasilitas-

fasilitas tersebut (Riyadi, 2003:49 ).

Indeks sentralitas dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki pusat-pusat

pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan, seberapa

banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang

dilayani serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan

wilayah permukiman. Frekuensi keberadaan fungsi menunjukkan jumlah fungsi

sejenis yang ada dan tersebar di wilayah tertentu, sedangkan frekuensi kegiatan

menunjukkan tingkat pelayanan yang mungkin dapat dilakukan oleh suatu fungsi

tertentu di wilayah tertentu (Riyadi, 2003:56).

Berikut adalah rumus untuk mencari nilai sentralitas terbobot:

C = (t/T)

Keterangan:

C = bobot atribut fungsi x

T = jumlah total fungsi dalam sistem

t = Nilai sentralitas gabungan = 100

6. Skala Ordinal

Skala ordinal adalah angka yang diberikan di mana angka-angka tersebut

mengandung pengertian tingkatan. Ukuran skala ordinal hanya untuk mengurutkan

objek atau data dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Skala ordinal

hanyalah memberikan nilai urutan atau rangking dan tidak mengambarkan nilai

absolut (Suharyadi, 2008). Skala ordinal dalam penelitian ini digunakan untuk

merangking atau mengurutkan masing-masing kabupaten/kota yang akan menjadi

Page 42: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

22

prioritas wilayah pusat pertumbuhan dari hasil analisis skalogram, indeks

sentralitas dalam rangka penentuan wilayah pusat pertumbuhan dan analisis

gravitasi untuk menentukan kekuatan interaksi antara daerah pusat pertumbuhan

dengan daerah disekitarnya. Riyadi dalam Ermawati (2010) menyatakan bahwa

hendaknya matriks fungsi dengan metode skalogram ini dilengkapi dengan data-

data yang disusun melalui matriks fungsi lainya, dimana data-data yang dihitung

secara lebih detail, dengan mengunakan teknik pembobotan (indeks sentralitas),

pemberian rangking dan sebagainaya. Sehingga dalam penelitian ini analisis

skalogram dan Indeks Sentralitas yang mengunakan variabel jenis fungsi (fasilitas

dan potensi ekonomi) dan kepadatan penduduk juga dirangking dengan skala

ordinal.

7. Keterkaiatan Spasial (Autocorrelation Spatial)

Menurut Anselin dalam Yuriantari (2017), autokorelasi spasial atau keterkaitan

spasial adalah korelasi antara variabel dengan dirinya sendiri berdasarkan ruang

atau bisa dikatakan kemiripan objek dalam suatu ruang, baik jarak, waktu ataupun

wilayah. Besaran autokorelasi spasial dapat digunakan untuk mengidentifikasi

hubungan spasial. Unit analisis yang digunakan adalah wilayah baik itu berupa

desa, kota, kabupaten, provinsi atau bahkan suatu negara. supaya kajian

kewilayahan ini memiliki arti empiris secara ekonomi maka dibutuhkan data spasial

sebagai penunjang utama.

Interaksi yang terjadi antar wilayah dapat berupa di bidang ekonomi contohnya

adalah aliran barang dan jasa, migrasi tenaga kerja, aliran pendapatan masuk

transfer dan pengiriman uang. Interaksi juga dapat terjadi di bidang teknologi yaitu,

terjadinya difusi teknologi dari wilayah yang memiliki teknologi lebih tinggi ke

Page 43: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

23

wilayah yang memiliki teknologi lebih rendah. Selain itu, situasi politik di suatu

wilayah akan mempengaruhi kebijakan di wilayah tersebut yang akan berdampak

ke wilayah tetangganya (Romzi, 2011).

Besarnya keterkaitan antar wilayah dapat berbeda-beda tergantung dari intensitas

dan kualitas interaksinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah letak suatu

wilayah dengan wilayah lain (tetangga). Semakin dekat letak suatu wilayah

terhadap wilayah lain memungkinkan tingkat interaksi yang lebih besar

dibandingkan dengan wilayah yang letaknya lebih jauh. Hal ini sesuai dengan

hokum Tobler I bahwa segala sesuatu berkaitan satu sama lain, namun sesuatu yang

dekat memiliki keterkaitan yang lebih erat dibandingkan yang jauh.

Pola distribusi spasial secara umum terbagi menjadi tiga (Briggs, 2007):

a) Mengelompok (Clustered) yaitu beberapa titik terkonsentrasi berdekatan satu

sama lain dan ada area besar yang berisi sedikit titik yang sepertinya ada jarak

yang tidak bermakna.

b) Menyebar (Dispersed) yaitu setiap titik berjauhan satu sama lain atau secara

jarak tidak dekat secara bermakna.

c) Acak (random) yaitu titik-titik muncul pada lokasi yang acak dan posisi satu

titik dengan titik lainnya tidak saling terkait.

Menurut Kosfield dalam Wuyandari (2014), pengukuran autokorelasi spasial

untuk data spasial dapat dihitung menggunakan metode Moran’s Index (Indeks

Moran), Geary’s C, dan Tango’s excess. Pada penelitian ini metode analisis hanya

dibatasi pada metode Moran’s Index (Indeks Moran). Indeks Moran (Moran’s I)

merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk menghitung

autokorelasi spasial secara global. Metode ini dapat digunakan untuk

Page 44: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

24

mendeteksi permulaan dari keacakan spasial. Keacakan spasial ini dapat

mengindikasikan adanya pola-pola yang mengelompok atau membentuk tren

terhadap ruang.

8. Indeks Moran’s I

Uji indeks moran’s I dalam penelitian ini menggunakan data rata-rata PDRB dan

data rata-rata PDRB berdasarkan sektor. Indeks Moran’s I adalah sebuah tes

statistik lokal untuk melihat nilai autokorelasi spasial, yang mana digunakan untuk

mengidentifikasi suatu lokasi dari pengelompokan spasial atau autokorelasi spasial.

Indeks Moran’s I juga dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan spasial

bukan hanya di bidang ekonomi saja tetapi juga di segala macam bidang kajian

seperti, pertanian, kesehatan, lingkungan, ketenaga kerjaan (Emalia dan Ratih,

2015:50).

9. Matriks Pembobot Spasial

Hubungan kedekatan (neighbouring) antar lokasi dinyatakan dalam matrik

pembobot spasial W, dengan elemen‐elemennya Wij. Matrik pembobot dapat

dibedakan menurut tipe data spasial, yaitu tipe titik dan tipe area. Matrik pembobot

spasial dapat ditentukan dengan beragam metode. Dalam penelitian ini

mengggunakan matriks pembobot spasial queen contiguity (persinggungan sudut).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam metode-metode yang dikemukakan oleh

LeSage (1999), metode itu antara lain adalah sebagai berikut:

a) Linear Contiguity (Persinggungan tepi), matriks pembobot spasial ini

mendefinisikan Wij = 1 untuk wilayah yang bersinggungan di tepi kiri dan

kanan wilayah yang menjadi titik perhatian dan Wij= 0 untuk wilayah

lainnya yang tidak bersinggungan tepi kiri dan kanan.

Page 45: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

25

b) Rook Contiguity (Persinggungan sisi), matrik pembobot spasial ini

mendefinisikan bobot antar wilayah (Wij) = 1 untuk wilayah yang bersisian

(common side) dengan wilayah yang menjadi titik perhatian dan untuk

wilayah lain yang tidak bersisian.

c) Bhisop Contiguity (Persinggungan sudut), matriks pembobot spasial ini

mendefinisikan Wij= 1 untuk wilayah yang titik sudutnya bertemu dengan

wilayah yang menjadi titik perhatian dan Wij = 0 untuk wilayah lain yang

bertemu titik sudutnya.

d) Queen Contiguity (Persinggungan sisi sudut), matriks pembobot spasial ini

mendefinisikan Wij = 1 untuk wilayah yang bersisian atau titik sudutnya

bertemu dengan wilayah yang menjadi titik perhatian dan Wij = 0 untuk

wilayah lain yang tidak bersisian dan bertemu titik sudutnya.

1.Liner Contiquity 2. Rook Contiquity 3.Bishop Contiquity

Gambar 2.1 Persinggungan Perbatasan

4.Queen Contiquit

Page 46: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

26

B.Tinjauan Empiris

1.Tinjauan Riset Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini, telah dipelajari beberapa hasil-hasil penelitian

sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Berikut hasil beberapa penelitian

tersebut:

Judul Analisis Pusat Pertumbuhan dan Autokorelasi Spasial di

Kalimantan: Studi Empiris di 55 Kabupaten/Kota, 2000–2012

Penulis Maria Christina Yuli Pratiwi

Jenis Data Data Sekunder

Model dan

Alat Analisis

Variabel yang digunakan yaitu PDRB non-minyak dan gas

(non-migas), pertumbuhan ekonomi, dan jumlah penduduk.

Alat analisis yang digunakan yaitui analisis kuantitatif

deskriptif dengan beberapa alat analisis, yaitu Tipologi

Kabupaten/Kota, Analisis Overlay, Transformasi Struktural

kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil

analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

berdasarkan hasil analisis tipologi kabupaten/kota dan

autokorelasi spasial Moran’s I diperoleh bahwa sebagian besar

kabupaten/kota di bagian timur Pulau Kalimantan termasuk

dalam daerah cepat maju tumbuh. Konsentrasi pertumbuhan

ekonomi di Pulau Kalimantan tersebar di bagian timur dan

barat. Klaster di bagian timur Pulau Kalimantan, meliputi

Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kota

Bontang, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten Berau

memiliki konsentrasi pertumbuhan hot spot (klasterisasi

tinggi).

Page 47: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

27

Judul Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di

Kabupaten Simalungun

Penulis Pandapotan T.P Nainggolan

Jenis Data Time Series

Model Dan

Alat Analisis

Variabel yang digunakan penduduk, kesempatan kerja,

pendapatan, pengeluaran, jarak. Alat analisis yang digunakan

adalah Analisis Gravitasi, Skalogram dan Indeks Sentralitas

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis skalogram dan indeks sentralitas

terdapat 5 kecamatan yang ditetapkan sebagai kecamatan pusat

pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis gravitasi

menunjukkan bahwa kecamatan pusat pertumbuhan Siantar

memiliki hubungan interaksi yang paling kuat dengan

Kecamatan Gunung Malela sebagai wilayah hinterlandnya.

Judul Interaksi Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Jember

dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Tahun 2004-2008

Penulis Haris Susanto (2014)

Jenis Data Data Sekunder

Model Dan

Alat Analisis

Variabel yang digunakan variabel jumlah penduduk dan jarak

antar wilayah. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis

Gravitasi, Skalogram dan Indeks Sentralitas

Kesimpulan Hasil analisis gravitasi menunjukkan kecamatan yang ada di

Kabupaten Jember pada umumnya memiliki interaksi yang

cukup tinggi terhadap wilayah pusat pertumbuhan ditingkat

kecamatan. Sedangkan tingkat kontribusi Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) terhadap total penerimaan Pendapatan Asli

Daerah rata-rata mengalami kenaikan di tiap tahunya walaupun

memiliki proporsi kontribusi yang cukup kecil terhadap total

penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 48: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

28

Judul Peran Dan Fungsi Ibu Kota Kecamatan Lasem Sebagai Pusat

Pertumbuhan Di Kabupaten Rembang

Penulis Dita Hestuadiputri (2007)

Jenis Data Data Primer dan Data Sekunder

Model Dan

Alat Analisis

Variabel yang digunakan dalam peneltian ini yaitu Aktivitas

penduduk, jarak fasilitas, fasilitas pelayanan. Alat analisis yang

digunakan Indeks sentralis berbobot, identifikasi, mean centre,

standart distance

Kesimpulan Analisis wilayah pengaruh dan analisis interaksi pusat

pertumbuhan dengan wilayah belakangnya menunjukkan

bahwa peran IKK Lasem sebagai pusat pertumbuhan telah

mampu menjadi penarik tandingan bagi pusat pertumbuhan di

Kecamatan Rembang.

Judul Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi dan

Interaksi antar Kecamatan di Kabupaten Pringsewu

Penulis Ade Pratama Poetra (2016)

Jenis Data Data Sekunder

Model dan

Alat Analisis

Variabel yang digunakan Jumlah penduduk, Jarak antar

wilayah, jumlah fasilitas. Alat analisis yang digunakan adalah

analisis Tipologi Klassen, skalogram, indeks sentralis, skala

ordinal

kesimpulan Berdasarkan hasil analisis skalogram, indeks sentralitas dan

skala ordinal yang dilakukan dengan menggunakan 40 jenis

fasilitas yang dijadikan sebagai indikator terdapat 1 kecamatan

yang ditetapkan sebagai kecamatan pusat pertumbuhan yaitu

Kecamatan Pringsewu, karna memiliki hierarki dan skor

tertinggi.

Page 49: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

29

C. Kerangka Pemikiran

Setiap wilayah mempunyai daerah yang menjadi pusat pertumbuhan bagi daerah-

daerah tertinggal di sekitarnya. Untuk mengindentifikasi kabupaten/kota di

Provinsi Banten yang menjadi pusat pertumbuhan dalam penelitian ini yaitu

langkah pertama melakukan analisis tipologi klassen, tipologi klasen digunakan

untuk mengetahui gambaran tentang kondisi dan struktur pertumbuhan ekonomi di

suatu wilayah yang dikaitkan dengan perekonominan diatasnya.

Tahapan selanjutnya yaitu menggunakan alat analisis skalogram dan indeks

sentralitas dengan mengunakan variabel fasilitas dan potensi ekonomi yang terdapat

pada masing-masing kabupaten/kota. Fasilitasnya berupa fasilitas pendidikan,

kesehatan, dan variabel potensi ekonomi yang digunakan yaitu (pariwisata,

perikanan dan industri) serta variabel kepadatan penduduk. Setelah hasil analisis

skalogram dan indeks sentralitas ditemukan, selanjutnya dari hasil tersebut akan

ditentukan prioritas atau rangking dari masing-masing kabupaten/kota dengan skala

ordinal.

Setelah wilayah pusat pertumbuhan di temukan tahapan selanjutnya yaitu mencari

interaksi dan keterkaitan spasial wilayah pusat pertumbuhan terhadap daerah

hinterland-nya . Untuk mencari interaksi spasial antara wilayah pusat pertumbuhan

dengan daerah disekitarnya mengunakan indeks gravitasi. Indeks gravitasi

digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai interaksi pusat pertumbuhan

dengan wilayah sekitarnya. Nilai interaksi yang paling tinggi menunjukan antar

daerah tersebut memiliki interaksi spasial yang kuat, variabel yang digunakan

dalam analisis indeks gravitasi ini mengunakan variabel jumlah penduduk dengan

jarak antar wilayah. Hasil dari indeks gravitasi ini juga akan dilakukan skoring

Page 50: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

30

untuk memperoleh urutan rangking (penentuan prioritas) kekuatan interaksi dengan

skala ordinal. Tidak hanya interaksi spasial saja yang dicari, namun dalam

penelitian ini juga dicari keterkaiatan spasial antara daerah pusat pertumbuhan

dengan daerah belakangnya menggunkan Indeks Moran.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran

Pusat Pertumbuhan di Provinsi Banten

Skalogram

Indeks Sentralitas

Interaksi dan Keterkaitan Spasial

dengan daerah hinterland

Interaksi Dengan Daerah Belakangnya

(Hinterland)

Indeks Gravitasi

Kesimpulan dan

Rekomendasi

Keterkaitan Spasial

(autocorrelation spatial)

Indeks Moran

Struktur Pertumbuhan Ekonomi Di

Provinsi Banten

Tipologi Klassen

Page 51: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

31

F . Hipotesis

1. Diduga Kota Tangerang Selatan yang memiliki jumlah fasilitas dan jumlah

kepadatan penduduk yang relatif tinggi akan menjadi wilayah pusat

pertumbuhan dan sesuai dengan penetapan pusat pertumbuhan di RPJMD.

2. Diduga Kota Tangerang memiliki nilai interaksi spasial tertinggi dengan

wilayah pusat pertumbuhan Kota Tangerang Selatan.

3. Diduga terdapat keterkaitan spasial antar kabupaten atau kota di Provinsi

Banten.

Page 52: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Wilayah yang menjadi daerah penelitian adalah wilayah Provinsi Banten, yang

secara administratif terdiri dari 4 kabupaten dan 4 kota, untuk wilayah kabupaten

diantaranya kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak,

Kabupaten Pandeglang dan untuk wilayah kota diantaranya Kota Tangerang

Selatan, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang. Data yang digunakan

dalam penelitian ini berupa data runtun waktu (time series) tahun 2011-2016.

B. Jenis dan Sumber Penelitian

Jenis penelitian ini berupa penelitian deskriptif kuantitatif, karena penelitian ini

disajikan dengan angka-angka. Penelitian kuantitatif merupakan tipe penelitian

yang mempergunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis

menggunakan statistik. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan

menyajikan hasil perhitungan dan menjelaskan secara deskriptif terhadap data yang

ada (Sugiyono, 2011:14).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan

dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2009). Data sekunder

yang digunakan diperoleh dari statistik ekonomi seperti BPS Provinsi Banten dan

instansi terkait.

Page 53: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

33

C. Metode AnalisisData

1. Alat Analisis Untuk Mengetahui Gambaran dan Kondisi Struktur Pertumbuhan

Ekonomi Di Provinsi Banten

1.1 Analisis Tipologi Klassen

Analisis tipologi klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang kondisi

dan struktur pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah yang dikaitkan dengan

perekonominan diatasnya, dalam penelitian ini yang menjadi wilayah referensi

adalah Provinsi Banten dan wilayah analisisnya adalah masing-masing

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten dan dibagi menjadi 4 kuadran

(Sjafrizal, 2014:198-199), sebagai berikut:

a) Kuadran pertama adalah daerah cepat maju dan cepat tumbuh yaitu daerah

yang memiliki tingkat PDRB perkapita dan laju pertumbuhan yang lebih

unggul dibandingkan dengan wilayah referensi. Kuadran pertama memberikan

gambaran wilayah dengan kondisi perekonomian yang baik.

b) Kuadran kedua adalah daerah maju tapi tertekan yaitu daerah yang memiliki

tingkat PDRB perkapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah

referensinya, tetapi laju pertumbuhan ekonominya lebih kecil dari pada

wilayah referensinya.

c) Kuadran ketiga adalah daerah berkembang cepat, daerah ini memiliki tingkat

PDRB Perkapita lebih kecil dibandingkan dengan wilayah referensinya, tetapi

laju pertumbuhan ekonominya lebih besar dari pada wilayah referensinya.

d) Kuadran keempat adalah daerah relatif tertinggal yaitu daerah yang memiliki

tingkat PDRB perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil

dibandingkan wilayah referensinya.

Page 54: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

34

Data yang digunakan dalam analisis tipologi klassen, yaitu data rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi (PDRB) kabupaten/kota Provinsi Banten atas dasar harga

berlaku tahun 2010.

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan data yang menunjukan perkembangan

agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap waktu sebelumnya, diperoleh

dengan cara mengurangi nilai PDRB (ADHK 2010) pada tahun ke-n (tahun dasar)

terhadap nilai pada tahun ke n-1(tahun sebelumnya) dibagi dengan niali PDRB

tahun ke n-1, dikali 100. Dengan menjumlahkan hasil perhitungan pada setiap tahun

dan di bagi banyaknya tahun maka diperoleh nilai rata-ratanya.

2. Alat Analisis Untuk Mengidentifikasi Pusat Pertumbuhan

2.1 Analisis Skalogram

Analisis sklagoram ini sering juga disebut sebagai metode analisis skala Guttman .

Dalam jurnal Gaffara (2015) menerangkan bahwa metode analisis skala Guttman

merupakan suatu teknik skala, yang memiliki sedikit perbedaan dengan teknik-

teknik skala lainnya, yaitu metode yang menuliskan ada atau tidaknya suatu fungsi

(fasilitas dan potensi ekonomi) di suatu wilayah, dengan mengisikan angka 1 bila

suatu fungsi tersebut terdapat pada suatu wilayah dan mengisikan anggka 0 jika

tidak ada.

Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran hierarki atau urutan peringkat

wilayah berdasarkan jenis dan jumlah unit prasarana pembangunan dari yang paling

banyak sampai paling sedikit. Sehingga analisis skalogram dalam penelitian ini juga

menggunakan metode menuliskan ada atau tidaknya fasilitas dan potensi ekonomi

di suatu wilayah, yaitu dengan mengisikan angka 1 bila fasilitas dan potensi

ekonomi tersebut terdapat pada suatu wilayah dan mengisikan anggka 0 bila jika

Page 55: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

35

tidak ada. Semua jumlah fasilitas dan potensi ekonomi yang dimiliki setiap unit

wilayah disusun dalam suatu tabel dan kemudian dicari hierarki atau kelompok

wilayahnya (Rodinelli, 1985:115).

Kelemahan dari analisis skalogram adalah tidak mempertimbangkan frekuensi

setiap jenis fasilitasnya. Sedangkan untuk menentukan kabupaten/kota sebagai

pusat pertumbuhan tidak hanya berdasarkan keberadaan setiap jenis fasilitasnya

tetapi juga dengan mempertimbangan frekuensinya. Dalam prakteknya di lapangan

hendaknya matriks fungsi dengan metode skalogram ini dilengkapi dengan data-

data yang disusun melalui matriks fungsi lainnya dimana data-data yang

disampaikan dihitung secara lebih detail dengan menggunakan teknik pembobotan

(indeks sentralitas), pemberian ranking dan sebagainya (Riyadi dalam Poetra,

2016).

Tahapan penyusunan analisis skalogram menurut Rondinelli dan Budi harsono

dalam Mulyadi (2007:11) sebagai berikut:

a) Membuat urutan kabupaten atau kota berdasarkan jumlah dari semua fasilitas

(pendidikan, kesehatan, peribadatan) dan potensi ekonomi yang digunakan pada

pada bagian atas tabel

b) Membuat urutan fasilitas yang ditentukan berdasarkan frekuensi pada bagian kiri

tabel.

c) Menggambar garis kolom dan baris sehingga lembar kerja tersebut membentuk

matriks yang menampilkan fasilitas yang ada pada masing-masing wilayah

kabupaten atau kota.

d) Mengunakan tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu fasilitas pada

suatu wilayah dan tanda (0) pada sel yang tidak memiliki fasilitas. Wilayah

Page 56: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

36

dengan jumlah tanda (1) terbanyak akan menjadi wilayah yang memiliki

kelengkapan fasilitas.

e) Mengalikan kolom-kolom yang telah disusun dengan nilai indeks sentralitas

masing-masing.

f) Langkah terakhir yaitu mengidentifikasi peringkat/hierarki kota yang dapat

diinterpretasikan berdasarkan nilai keberadaan fasilitas pada suatu wilayah.

Semakin tinggi nilainya, maka hierarki kota tersebut akan semakin tinggi.

g) Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan frekuensi keberadaan fasilitas,

semakin banyak fasilitas yang ada pada suatu wilayah kota, maka wilayah

tersebut berada di kolom sebelah kiri, semakin banyak wilayah yang memiliki

fasilitas tersebut, maka jenis fasilitas tersebut berada pada kolom paling bawah.

Untuk menentukan orde-orde pusat pertumbuhan maka digunakan metode Struges.

Rumus untuk mencari banyaknya kelas dari tiap-tiap kabupaten atau kota sebagai

pusat pertumbuhan adalah sebagai berikut:

k = 1 + 3,3 log n

Keterangan:

k = banyaknya kelas

n = banyaknya kecamatan

Selanjutnya untuk menentukan besarnya interval kelas, dengan cara:

𝐼 =𝐴− 𝐵

𝑘

Keterangan:

A = jumlah fasilitas tertinggi

B = jumlah fasilitas terendah

k = banyaknya kelas

Page 57: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

37

Setelah orde didapatkan maka selanjutnya menentukan hierarki dengan

menggunakan orde terkecil sebagai hierarki tertinggi. Jika orde yang lebih tinggi

didapat tapi tidak ada daerah yang memenuhi keriteria tersebut maka daerah dengan

orde yang lebih rendah akan mendapatkan hierarki yang lebih tinggi.

2.2 Indeks Sentralitas

Indeks sentralitas (Centrality Indeks Analysis) merupakan langkah lanjutan dari

analisis skalogram yang dalam analisisnya tidak hanya berdasarkan jumlah fungsi

atau fasilitas pelayanan yang ada pada suatu wilayah, tetapi juga berdasarkan

frekuensi keberadaan fungsi atau fasilitas tersebut pada wilayah yang ditinjau.

Frekuensi keberadaan fungsi menunjukan jumlah fungsi sejenis yang ada dan

tersebar di wilayah tertentu (Muta’ali, 2003).

Menurut Riyadi dalam Ermawati (2010) perbedaan indeks sentralitas dan

skalogram adalah pada indeks sentralitas dilakukan penilaian berdasarkan bobot

dari setiap jenis fungsi yang ada, sehingga disebut juga dengan indeks sentralitas

berbobot. Pengukuran tingkat sentralitas didasarkan pada jumlah fungsi atau

fasilitas pelayanan pada suatu wilayah berdasarkan frekuensi keberadaan fungsi

atau fasilitas tersebut pada suatu wilayah terkait. Fungsi alat analisis indeks

sentralitas ini sama dengan analisis skalogram, yaitu digunakan untuk mengetahui

struktur atau hierarki pusat pertumbuhan ekonomi yang ada dalam suatu wilayah

dengan menghitung berapa jumlah fungsi yang ada, berapa jenis fungsi serta

seberapa besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah.

Oleh karena itu, untuk mengetahui pusat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah

dalam penelitian ini menggunakan analisis skalogram dengan menggabungkan

Page 58: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

38

analisis indeks sentralitas dengan teknik pembobotan dan pemberian rangking

dengan skala ordinal.

Tahapan dalam metode ini antara lain:

1. Kabupaten/kota di Provinsi Banten disusun urutannya berdasarkan jumlah dan

jenis fasilitas yang ada pada wilayah tersebut.

2. Fasilitas disusun urutannya berdasarkan kabupaten/kota yang memiliki jenis

fasilitas tersebut.

3. Peringkat fasilitas disusun urutannya berdasarkan total nilai fasilitas.

4. Peringkat kabupaten/kota disusun urutannya berdasarkan jumlah total fasilitas

yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten/kota.

5. Setelah didapatkan nilai indeks fungsi (indeks sentralitas) masing-masing

kabupaten/kota, selanjutnya disusun ulang urutannya berdasarkan fungsi dari

kabupaten/kota dengan nilai indeks terbesar sampai yang terkecil (Budiharsono,

2005:26).

Rumus nilai sentralitas adalah:

𝑐 =𝑡

𝑇

Keterangan:

C = bobot dari atribut fungsional suatu fasilitas

t = nilai sentralitas total yaitu 100

T = jumlah total dari atribut dalam sistem

3. Skala Ordinal

Skala ordinal dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan prioritas atau

rangking dalam rangka untuk mengurutkan wilayah yang mempunyai hasil tertinggi

Page 59: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

39

sampai yang terendah dari analisis skalogram dan indeks sentralitas. Dilakukan

dengan cara memberikan skor pada masing-masing analisis kemudian skor tersebut

ditotal dan dilakukan perangkingan, yang memeperoleh skor terbanyak akan

memperoleh rangking yang pertama dan sebaliknya. Besarnya kelas interval

diperoleh dari selisih aspek tertinggi-terendah dibagi jumlah kelas berikut ini

contohnya.

Tabel 3.1 Penentuan Skoring Setiap Aspek

No

Kelas Interval Skor

1 Kelas interval rendah 1

2 Kelas interval sedang 2

3 Kelas interval cukup 3

4 Kelas interval tinggi 4

5 Kelas Interval sangat tinggi 5

Sumber: Farida, 2017.

Tabel 3.2 Contoh Merangking dalam Rangka Pengambilan Keputusan

No Kab/kota Analisis Analisis Kepadatan Total Rangking

skalogram sentralis penduduk skor

1 Kab

Pandeglang - - - - -

2 Kab Lebak - - - - -

3 Kab Tangerang - - - - -

4 Kab Serang - - - - -

5 Kota Tangerang - - - - -

6 Kota Cilegon - - - - -

7 Kota Serang - - - - -

8 Kota Tangsel - - - - -

Sumber: Farida, 2017

Berikut ini langkah-langkah dalam analisis skalogram dan indeks sentralitas dengan

skala ordinal:

1. Kolom pertama diisi dengan jenis fungsi (jenis fasilitas dan potensi ekonomi)

yang terdiri dari 33 jenis fungsi, pengisian kolom jenis fungsi diisi dengan nilai

Page 60: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

40

1 jika ada fasilitas dan potensi ekonomi tersebut di suatu wilayah atau 0 jika

tidak ada.

2. Kolom selanjutnya adalah kolom yang diisi nama-nama 8 kabupaten/kota yang

ada di Provinsi Banten.

3. Pada baris total fungsi (jenis fasilitas dan potensi ekonomi) diisi dengan

menjumlahkan masing-masing fungsi yang ada pada setiap kabupaten/kota

(setiap baris).

4. Pada kolom jumlah jenis fungsi diisi dengan menjumlahkan jenis fungsi yang

ada dari seluruh kabupaten/kota (setiap kolom).

5. Setelah total fungsi ditemukan, selanjutnya akan dicari tingkat/kelompok

hierarki wilayah, dalam menentukan kelompok hierarki terlebih dahulu harus

dicari jumlah kelas dan interval kelasnya dengan rumus.

Rumus mencari banyaknya kelas dengan menggunakan metode Strugess (Gulo,

2015).

k = 1 + 3,3 Log n

Keterangan:

k = banyaknya kelas (tingkat hirarki)

n = banyaknya kabupaten/kota.

Selanjutnya rumus untuk menentukan besarnya interval kelas:

𝐼 =𝐴−𝐵

𝑘

Keterangan:

A = jumlah fasilitas tertinggi

B = jumlah fasilitas terendah

k = banyaknya kelas (tingkat hierarki)

Page 61: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

41

6. Setelah banyaknya kelas dan besarnya interval kelas ditemukan, hierarki

wilayah dapat ditentukan wilayah yang memiliki hierarki kecil misalnya

hierarki I merupakan wilayah yang menjadi tingkat hierarki tertinggi berarti

memiliki kelas interval yang tertinggi juga dan dan sebaliknya.

7. Selanjutnya hasil tersebut diurutkan berdasarkan besarnya tingkatan

hierarkinya, supaya lebih mudah dalam membaca hasil analis skalogramnya.

8. Setelah analisis skalogram selesai selanjutnya dari hasil analisis tersebut akan

dilakukan skoring mengunakan skala ordinal, jumlah skor yang diberikan

berdasarkan besarnya kelas interval dan jumlah kelas yang harus dicari terlebih

dahulu seperti dalam menentukan tingkatan hierarki yang sudah dibahas

sebelumnya.

9. Selanjutnya akan mencari nilai indeks sentralitas. Dengan cara membuat tabel

baru yang sama seperti cara analisis skalogram dan mengalikan setiap kolom

dan baris yang berisikan dengan angka 1 dan 0 dengan jumlah frekunsi masing-

masing fungsi.

10. Setelah itu jumlah frekuensi masing-masing fungsi dicari nilai bobot

sentralitasnya dengan rumus bobot fungsi.

11. Setelah itu pada baris total fungsi dan jumlahkan nilai bobot sentraliats tersebut

pada setiap masing-masing jenis fungsi yang ada pada setiap wilayah (setiap

baris). Pada kolom jumlah jenis fungsi diisi dengan menjumlahkan jenis fungsi

yang ada dari seluruh kabupaten/kota (setiap kolom), penjumlahan tersebut

akan menghasilkan nilai indeks sentralitas.

12. Dari nilai indeks tersebut kemudian akan ditentukan hierarki pusat pertumbuhan

ekonomi tingkat kabupaten atau kota.

Page 62: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

42

13. Setelah nilai indeks sentralitas diperoleh, selanjutnya hasil analisis tersebut

akan dilakukan skoring mengunakan skala ordinal dan variabel kepadatan

penduduk juga akan dilakukan skoring, jumlah skor yang diberikan berdasarkan

besarnya kelas interval dan jumlah kelas yang harus dicari terlebih dahulu

seperti dalam menentukan tingkatan hierarki yang sudah dibahas sebelumnya.

14. Semua hasil skoring kemudian direkap dalam satu tabel dan akan dilakukan

perangkingan untuk menentukan prioritas wilayah pusat pertumbuhan, yang

mendapatkan rangking tertinggi merupakan wilayah yang mendapatkan skor

paling banyak.

Data-data yang digunakan dalam analisis indeks skalogram dan indeks sentralitas

meliputi data fasilitas-fasilitas, data kepadatan penduduk, data jumlah penduduk

yang ada di kabupaten/kota di Provinsi Banten. Fasilitas-fasilitas yang digunakan,

seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas

ekonomi dan potensi ekonomi.

4. Alat Analisis Untuk Mencari Nilai Kekuatan Interaksi Spasial Antar Wilayah

4.1 Analisis Gravitasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat

besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini

sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah

pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering

dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum

telah berada pada tempat yang benar. Selain itu juga model ini dapat digunakan

untuk menentukan lokasi yang optimal dalam pembangunan fasilitas baru. Itulah

Page 63: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

43

sebabnya model gravitasi berfungsi ganda, yaitu sebagai teori lokasi dan sebagai

alat dalam perencanaan (Tarigan, 2005:148).

Dari beberapa alat ukur tersebut yang sering digunakan adalah jumlah penduduk,

hal ini dikarenakan data jumlah penduduk mudah didapatkan, selain itu juga jumlah

penduduk sangat terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemumukan

diatas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi itu adalah jarak antara kota A

dan B. Jarak mempengaruhi keinginan orang untuk bepergian karena untuk

menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya. Semakin jauh jarak

yang memisahkan kedua lokasi, semakin rendah keinginan orang untuk berpergian.

Rumus Gravitasi secara umum adalah sebagai berikut (Tarigan, 2004:149) :

Iij= kpipj

dij b

Selanjutnya penggunaan rumus gravitasi tersebut dapat disederhanakan menjadi

(Daldjoeni dalam Ermawati, 2010):

I= p1p2

d2

Keterangan :

I= Besarnya interaksi antara kota/wilayah A dan B

p1= Jumlah penduduk kota/wilayah i (ribuan jiwa)

p2= Jumlah penduduk kota/wilayah j (ribuan jiwa)

dij(d)= Jarak antara kota i dan kota j (km)

k = Bilangan konstanta berdasarkan pengalaman

b = Pangkat dari dij yang sering digunakan b =2

Konsep dasar dari alat analisis gravitasi dalam penelitian ini adalah membahas

mengenai ukuran jarak wilayah antara pusat pertumbuhan dengan daerah

Page 64: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

44

sekitarnya, sampai seberapa jauh sebuah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan

mempengaruhi dan berinteraksi dengan daerah sekelilingnya. Semakin besar nilai

interaksinya menunjukkan semakin eratnya hubungan interaksi antara pusat

pertumbuhan dengan daerah belakangnya (hinterland). Hubungan interaksi tersebut

berupa hubungan ekonomi antar wilayah dan sosial masyarakatnya. Untuk

memudahkan dalam penentuan prioritas wilayah yang mempunyai hubungan

interaksi spasial yang kuat antara pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya,

maka hasil perhitungan gravitasi akan dirangking mengunakan skala ordinal.

5. Alat Analisis Untuk Mengetahui Keterkaitan Spasial (Spatial Autocorrelation)

Keterkaitan spasial adalah taksiran dari korelasi antar nilai amatan yang berkaitan

dengan lokasi spasial pada variabel yang sama. Karekteristik dari autokorelasi

spasial (Kosfeld dalam Suchaini, 2013), yaitu:

a. Jika terdapat pola sistematis pada distribusi spasial dari variabel yang diamati,

maka terdapat autokorelasi spasial.

b. Jika kedekatan atau ketetanggaan antar daerah lebih dekat, maka dapat dikatakan

ada autokorelasi spasial positif.

c. Autokorelasi spasial negatif menggambarkan pola ketetanggaan yang tidak

sistematis.

d. Pola acak dari data spasial menunjukkan tidak ada autokorelasi spasial.

Keterkaitan antar daerah mengindikasikan hubungan perekonomian antardaerah di

suatu wilayah tertentu yang menunjukkan adanya aliran atau distribusi barang,

bahan baku dan tenaga kerja. Keterkaitan perekonomian antar wilayah dapat terjadi

secara langsung dan tidak langsung. Keterkaitan langsung berupa aliran faktor-

faktor produksi yang meliputi bahan baku, tenaga kerja, modal dan jasa produksi.

Page 65: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

45

Keterkaitan tidak langsung berupa transaksi pengeluaran para pekerja sektor basis

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Data yang digunakan untuk melihat keterkaitan antar wilayah di Provunsi Banten

adalah data rata-rata PDRB dan data PDRB berdasarkan sektor (sektor primer,

sekunder dan tersier). Alasan penggunaan data PDRB berdasarkan sektor yaitu

karena setiap kabupaten atau kota di Provinsi Banten mempunyai kontribusi sektor

yang berbeda satu sama lain. Keterkaitan antar sektor ekonomi dapat berupa

keterkaitan kedepan atau daya mendorong (forward linkage) dan keterkaitan

kebelakang atau daya menarik (backward linkage). Keterkaitan ke depan

merupakan hubungan penjualan barang jadi, sedangkan keterkaitan ke belakang

merupakan hubungan dengan bahan mentah atau bahan baku (Tarigan, 2005:104).

Untuk melihat keterkaitan perekonomian kabupaten/kota di Provinsi Banten,

digunakan Indeks Moran global (Asosiasi Spasial Global) dan Local Indicator of

Spasial association (LISA). Teknik-teknik ini dibuat untuk mendeskripsikan dan

memvisualisasikan sebaran spasial, mengidentifikasi lokasi pemusatan (cluster/hot

spot) dan juga lokasi pencilan (outlier) (Suchaini, 2013).

1) Indeks moran global (Asosiasi spasial global) merupakan statistik yang

digunakan untuk mengetahui keterkaitan wilayah secara umum. Perhitungan indeks

moran global dengan matriks penimbang spasial W terstandarisasi diformulasikan

dengan rumus sebagai berikut:

a) Indeks Moran dengan matriks pembobot spasial tidak terstandarisasi W*

I = n∑ ∑ 𝑤𝑖𝑗∗𝑛

𝑗=1 (𝑥𝑗−𝑥− 𝑛𝑖=1 )(𝑥𝑗−𝑥−)

Page 66: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

46

Dengan SO =∑ ∑ = 𝑊𝑖𝑗

𝑛

𝑗=1

𝑛

𝑖=1

W*ij : Elemen pada pembobot spasial terstandarisasi antara daerah i dan j.

b) Indeks Moran dengan matriks pembobot spasial terstandarisasi W

I =𝑛 ∑ ∑ 𝑤𝑖𝑗

𝑛𝑗=1 (𝑥𝑗−𝑥− 𝑛

𝑖=1 )(𝑥𝑗−𝑥−)

∑ (𝑥𝑗−𝑥− 𝑛𝑖=1 )2

dengan:

I : Indeks Moran

n : banyaknya lokasi kejadian

xi: nilai pada lokasi i

xj: nilai pada lokasi j

�̅�: rata-ratadari jumlah variabel atau nilai

W*ij : elemen pada pembobot tak terstandarisasi antara daerah i dan j

Wij : elemen pada pembobot terstandarisasi antara daerah i dan j

Rentang nilai dari Indeks Moran dalam kasus matriks pembobot spasial

terstandarisasi adalah -1 ≤ I ≤ 1. Nilai -1 ≤ I < 0 menunjukkan adanya autokorelasi

spasial negatif, sedangkan nilai 0 < I ≤ 1 menunjukkan adanya autokorelasi spasial

positif, nilaiIndeks Moran bernilai nol mengindikasikan tidak berkelompok. Nilai

indeks moran tidak menjamin ketepatan pengukuran jika matriks pembobot yang

digunakan adalah pembobot tak terstandarisasi. Rumus tersebut akan menghasilkan

satu nilai indeks, signifikansi dari nilai Indeks Moran dapat diketahui menggunakan

pendekatan uji normalitas dengan Z (Lee dan Wong, 2001).

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : Tidak terdapat keterkaitan spasial

Ha : Terdapat keterkaitan spasial

Page 67: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

47

Rumusan untuk pengujian signifikansi adalah sebagai berikut :

Z I = 𝐼−𝐸(𝐼)

𝑉𝑎𝑟 (𝐼)~𝑁(0,1)

Dimana:

E I =- 1

𝑛−1

Var I =

S0 =∑ ∑ 𝑊𝑖𝑗𝑛𝑗=1

𝑛𝑖=1

S1 = 1

2∑ ∑ (𝑊𝑖𝑗 + 𝑊𝑖𝑗)2𝑛

𝑗=1𝑛𝑖=1

S2 = ∑ (𝑛𝑖=1 ∑ 𝑊𝑖𝑗𝑛

𝑗=1 + ∑ 𝑊𝑗𝑖)2𝑛𝑗=1

Jika Z(I) > Z1-α maka H0 ditolak (terdapat autokorelasi spasial positif).

2) Local Indicator of Spasial association (LISA)

Local Indicator of Spasial association (LISA) merupakan statistik yang digunakan

untuk mengetahui keterkaitan wilayah secara khusus. Anselin (1995) menyarankan

LISA sebaiknya memenuhi dua persyaratan yaitu:

a) LISA untuk setiap pengamatan mengindikasikan adanya pengelompokan spasial

yang signifikan di sekitar pengamatan.

b) Penjumlahan LISA disetiap ukuran lokal untuk semua pengamatan proporsional

terhadap ukuran global.

Tujuan dari LISA adalah mengidentifikasi pengelompokan lokal yangoutlier

spasial. Rumusan dari Indeks Moran Lokal sebagai berikut :

Ii =( 𝑌𝑖−𝑌) ̅̅ ̅̅ ∑ =1 𝑊𝑖𝑗 (𝑌𝑗− 𝑦)̅̅ ̅𝑁

𝑗

∑ =1𝑁𝑗 (𝑌𝑗−𝑌)2/𝑁̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅

Page 68: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

48

Jika nilai Ii positif dan signifikan maka pengelompokan wilayah yang terjadi di

sekitar wilayah I merupakan pengelompokan wilayah yang memiliki karakteristik

sama dengan wilayah i. Sebaliknya, nilai Ii negatif dan signifikan maka

pengelompokan wilayah yang terjadi di sekitar wilayah I merupakan

pengelompokan wilayah yang memiliki karakteristik berbeda dengan wilayah i.

3) Moran’s Scaterplot

Pola pengelompokan dan penyebaran antar lokasi dapat disajikan dengan Moran’s

Scatterplotyang menunjukkan hubungan antara nilai amatan pada suatu lokasi

(distandarisasi dengan rata-rata nilai amatan dari lokasi-lokasi yang bertetanggaan

dengan lokasi yang bersangkutan (Lee dan Wong, 2001).

Scatterplot tersebut terdiri atas empat kuadran (Perobelli dan Haddad, 2003), yaitu:

Kuadran I (High-High), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan tinggi

dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan tinggi.

Kuadran II (Low-High), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah

dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan tinggi.

Kuadran III (Low-Low), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah

dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah dan termasuk kedalam

wilayah cold-spot.

Kuadran IV (High-Low), menunjukkan lokasi yang mempunyai nilai amatan tinggi

dikelilingi oleh lokasi yang mempunyai nilai amatan rendah.

Gambar 3.1 Moran’s Scatterplot

Kuadaran 2 (LH) Kuadran 1 (HH)

Kuadrab 3 (LL) Kuadran 4 (LL)

Page 69: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

49

4) Penentuan Penimbang Spasial W (Lokasi)

Penimbang spasial dilambangkan dengan W ditentukan berdasarkan pada dua

pendekatan yaitu persinggungan batas wilayah dan jarak. Penulis akan

menggunakan penimbang spasial yang didasari pendekatan wilayah tetangga

karena berbatasan wilayah dengan kriteria tetangga Queen contiquity.

Gambar 3.2. Representasi Grafis Dari Lokasi Kabupaten/kota Di Provinsi Banten.

Keterangan angka :

A : Kota Cilegon E : Kota Tangerang

B : Kota Serang F : Kota Tangerang Selatan

C : Kab. Serang G : Kab. Lebak

D : Kab. Tangerang H : Kab. Pandeglang

Wilayah Wilayah yang

Bersinggungan

Batas

A C

B C

C A,B,D

D E,F

E D

F D

G H,C

H G,H

Page 70: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

50

Gambar 3.2 disajikan untuk menghitung koefisien Moran yang berasaldari wilayah

Provinsi Banten. Penataan ruang pada Gambar 3.2 ditarik kesimpulan bahwa

wilayah B dan C bersinggungan batas satu sama lain, itulah sebabnya mengapa

dalam matriks bobot W* menambahkan 1 untuk elemen (B,C) dan (C,B)

melanjutkan sesuai yang dihadapi dengan wilayah lain.

Page 71: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan dalam penelitian dan

pembahasan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan disajikan kesimpulan

dan saran sebagai berikut ini :

A. Kesimpulan

1. Kota Tangerang Selatan, Kota Serang dan Kabupaten Lebak menjadi wilayah

pusat pertumbuhan di Provinsi Banten dan sesuai dengan apa yang telah

ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Banten. Namun ada satu wilayah yang

berdasarkan RPJMD yang tidak sesuai dengan hasil penelitian yaitu Kota

Cilegon. Akan tetapi, pemerintah Provinsi Banten mempunyai pertimbangan

dan beberapa alasan terhadap penetapan Kota Cilegon sebagai wilayah pusat

pertumbuhan diantaranya Kota Cilegon mempunyai letak wilayah yang sangat

strategis yaitu sebagai pintu gerbang antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa,

Kota Cilegon mempunyai akses jalan yang baik dan di Kota Cilegon juga

terdapat pelabuhan Merak.

2. Hasil analisis Interaksi/Gravitasi, Kota Tangerang Selatan memiliki nilai

interaksi spasial tertinggi dengan Kota Tangerang. Kota Serang memiliki nilai

interaksi tertinggi dengan Kabupaten Serang. Sedangkan Kabupaten Lebak

memiliki nilai interaksi spasial tertinggi dengan Kabupaten Pandeglang.

3. Secara global maupun secara lokal, hasil perhitungan indeks moran’s

memberikan hasil tidak terjadi keterkaitan spasial berdasarkan rata-rata PDRB

Page 72: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

91

4. antar kabupaten atau kota di Provinsi Banten. Namun berdasarkan sektoral

(sektor tersier), menunjukan hasil bahwa di kabupaten atau kota di Provinsi

Banten terdapat wilayah yang signifikan yaitu wilayah Kabupaten Tangerang

dan Kota Tangerang yang signifikan pada α = 5%. Hal ini membuktikan bahwa

wilayah tersebut mempunyai kesamaan karakteristik satu sama lain dan saling

terkait secara sektoral.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dihasilkan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Wilayah pusat pertumbuhan di Provinsi Banten berdasarkan RPJMD terdapat di

empat wilayah dan dari hasil analis penelitian ini ada satu wilayah yang tidak

termasuk yaitu wilayah Kota Cilegon. Untuk itu pemerintah Provinsi Banten

perlu meningkatkan kembali perekonomian di Kota Cilegon melalui

peningkatan PAD, penanaman modal atau investasi, perbaikan infrastruktur dan

pembentukan industri baru. Sehingga pemerintah Provinsi Banten tidak salah

menjadikan Kota Cilegon sebagai pusat pertumbuhan dalam RPJMD.

2. Kabupaten atau kota yang menjadi daerah hinterland dari pusat pertumbuhan

perlu diprioritaskan peningkatan sarana dan prasarana serta infrastrukturnya

melalui penambahan jalur rel Kereta Api (KA) dan penambahan ruas jalan yang

memadai terutama di wilayah Kabupaten Serang, Raskabitung dan Kabupaten

Pandeglang untuk menunjang interaksi dan memperlancar kerjasama antara

wilayah pusat pertumbuhan dengan daerah hinterland masing-masing.

3. Pemerintah Provinsi Banten perlu memperhatikan keterkaitan antarwilayah

secara serius, terutama dalam menentukan arah kebijakan pembangunan. Aspek

Page 73: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

92

kewilayahan (spasial) perlu menjadi pertimbangan dan perlu dikoordinasikan

secara bersama terutama wilayah-wilayah yang secara statistik mempunyai

keterkaitan spasial untuk menghindari ketimpangan dan tidak meratanya

pembangunan yang dilakukan. Untuk menunjang pemerataan tersebut,

pemerintah Provinsi Banten perlu melakukan kerjasama yang dapat mendorong

masuknya kegiatan investasi, melakukan sinergi program pembangunan secara

bersama dan melakukan peningkatan dan perbaikan fasilitas infrastrukur yang

diperlukan untuk menarik para investor.

Page 74: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Jakarta.

Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Graha

Ilmu.Yogyakarta.

Anselin, L. 1996. “The Moran Scatterplot as an ESDA Tool to Assess Local

Instability in Spatial Association”. Spatial Analytical Perspectives on

GIS.London. pp.111–125.

BPS. 2017. PDRB Tanggerang Selatan. Berita Resmi Statistik. Banten. Indonesia.

BPS. 2017. PDRB Kabupaten Lebak. Berita Resmi Statistik. Banten. Indonesia.

BPS. 2017. PDRB Serang. Berita Resmi Statistik. Banten. Indonesia.

BPS. 2017. PDRB Kabupaten Serang. Berita Resmi Statistik. Banten. Indonesia.

BPS. 2017. PDRB Kabupaten Tanggerang. Berita Resmi Statistik. Banten.

Indonesia.

BPS. 2017. PDRB Kabupaten Pandeglang. Berita Resmi Statistik. Banten.

Indonesia.

BPS. 2017. PDRB Cilegon. Berita Resmi Statistik. Banten. Indonesia.

BPS. 2017. PDRB Tanggerang . Berita Resmi Statistik. Banten. Indonesia.

BPS. 2016. Publikasi. Provinsi Banten. Banten Dalam Angka. 2016. Banten.

Indonesia.

BPS. 2017. Publikasi. Provinsi Banten. Banten Dalam Angka. 2017. Banten.

Imdonesia.

Christina, Maria. 2016. Analisis Pusat Pertumbuhan dan Autokorelasi Spasial di

Kalimantan: Studi Empiris di 55 Kabupaten/Kota, 2000-2012. Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas, Gadjah Mada.

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam Teori dan

Praktek. Penerbit Alumni: Bandung.

Emalia, Zulfa dan Ratih, Arivina. 2015.Teori Lokasi: Konsep dan Aplikasi. Bandar

Lampung: AURA.

Page 75: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

Ermawati, 2010. Analisis Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pada Tingkat Kecamatan

Di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Skripsi, Fakultas

Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta : Surakarta.

Farida, Isti . 2017. Identifikasi Dan Interaksi Pusat Pertumbuhan Dengan Daerah

Hinterland Di Provinsi Banten. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas

Lampung.

Perroux, F. (1950). Note Sur La Motion de Pole la Groisance. Economic Applioq -

uce.Vol. 8 pp 307-320.

Gulo, Yarman. 2015. Identifikasi Pusat-pusat Pertumbuhan dan Wilayah

Pendukungnya Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Nias. Dinas Tata

Ruang, Perumahan, dan Kebersihan Kabupaten Nias.

Hua, Liang. Yong, Zhao dan Wei, Yuan. 2016. The Problems and Measures of

New Growth Pole in The Northwest Region of China. Institute of Urban and

Environmental Studies, CASS, Beijing, China.

Hestuadiputri, Dita. 2007. Peran Dan Fungsi Ibu Kota Kecamatan Lasem Sebagai

Pusat Pertumbuhan Di Kabupaten Rembang. Tesis, Program Pascasarjana

Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota. Universitas Diponegoro

Semarang.

Lee, J. dan Wong, D. W. S. (2001). Statistical Analysis with Arcview GIS. New

York: John Wiley and Sons.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Muta’ali, Lutfi. 1999. Penerapan Konsep Pusat Pertumbuhan Dalam

Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah. Fakultas Geografi Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

Nainggolan, Pandapotan T.P. 2011. “Analisis Penentuan Pusat-Pusat

Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Simalungun”. Fakultas Ekonomi.

Universitas Semarang.

Perobelli, F. S., dan Haddad, E. (2003). Brazilian Interregional Trade (1985-1996):

An Exploratory Spatial Data Analysis.

Pratama, Ade. 2016. Analisis Penentuan Pusat-pusat Pertumbuhan Ekonomi dan

Interaksi antar Kecamatan di Kabupaten Pringsewu. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Lampung, Lampung.

Richardson, Harry W. 2001. Dasar-dasar Ilmu Regional. Diterjemahkan oleh Paul

Sitohang. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 76: IDENTIFIKASI DAN INTERAKSI PUSAT PERTUMBUHAN DENGAN …digilib.unila.ac.id/55416/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menggunakan analisis skalogram, indeks sentralitas, analisis

Riyadi dan Bratakusumah, Deddy Supriyady. 2003. Perencanaan Pembangunan

Daerah Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah.

PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rodinelli, A Dennis. 1985. Applied Methods of Regional Analysis: The Spatial

Dimensions of Development Policy. Bolder and London: Westview Press.

Romzi, Kurniasari, Yuniarti. 2011. Analisis Dampak Spasial pada Peramalan

Perekonomian dan Ketengakerjaan. Badan Pusat Statistika. Jakarta.

Rustiadi Ernan, Sunsun Saefulhakim, Dyah R. Panuju. 2011. Perencanaan dan

pengembangan wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Pustaka

Obor Indonesia.

Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Dearah Dalam Era Otonomi.

Rajawali Pers, Jakarta.

Suchaini, Udin. 2013. Industrial District Fenomena Aglomerasi dan Karakteristik

Lokasi Industri. Dapur Buku. Jakarta.

Sugiyanto dan Sukesi. 2010. Penelitian Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan

Ekonomi di Kabupaten Lamandau. Fakultas Ekonomi Universitas Dr.

Soetomo, Surabaya.

Suharyadi & Purwanto. 2008. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.

Jakarta: Salemba Empat.

Todaro, Michael.P. dan Stephen C. Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi Edisi Ke

Sembilan. Jakarta : Erlangga

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

Yudistri Pebrina, Intan. 2005. Analisis Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pada Tingkat

Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Jurnal

Kajian Ekonomi Vol.4, No.1, 2005, 81-1.

Yuriantari, Nurmalia. 2017. Analisis Autokorelasi Spasialtitik Panas Di

Kalimantan Timur Menggunakan Indeks Moran dan Local Indicator Of

Spatial Autocorrelation (LISA). FMIPA, Universitas Mulawarman.

http://silviatofanie.blogspot.co.id/2015/01/potensiekonomi-kotacilegon.html

https://banten.bps.go.id/publication/2017/08/11/provinsi-banten-dalam-angka-

2017.html

http://rtrw.bappeda.bantenprov.go.id/

www.bantenprov.go.id/upload/PPID_RPJMD_2012_2017.pdf

www.bantenprov.go.id/upload/buku_analisa_SHLD_2014.pdf