identifikasi cemaran salmonella sp dan …digilib.unila.ac.id/21600/3/tesis tanpa bab...

66
IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM PENANGANAN PASCA PANEN UDANG VANNAMEI (LITOPENNAUS VANNAMEI) (Tesis) Oleh : MUMPUNI UJI KAWEDAR ANJUNG PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNOLOGI AGROINDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: vuongdat

Post on 12-Jun-2018

266 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI

BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

PENANGANAN PASCA PANEN UDANG VANNAMEI

(LITOPENNAUS VANNAMEI)

(Tesis)

Oleh :

MUMPUNI UJI KAWEDAR ANJUNG

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER TEKNOLOGI AGROINDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

ABSTRACT

CONTAMINATION IDENTIFICATION AND ISOLATION

BACTERIOPHAGE OF SALMONELLA sp AS BIOCONTROL IN POST-

HARVEST VANNAMEI SHRIMP (LITOPENNAUS VANNAMEI)

By

MUMPUNI UJI KAWEDAR ANJUNG

Indonesia's shrimp production has increased every year, but the export to overseas

encountered resistance and rejection, which are caused by bacterial contamination

of Salmonella sp. Salmonella contamination causes a decrease in the quality and

shrimp is not safe to eat. Decrease in Salmonella contamination during cultivation

and processing with the use of antibiotics banned for causing a negative effect on

consumers. One alternative natural ingredients that are safe to use to reduce

Salmonella contamination is the use of bacteriophages. This study was conducted

to identify the Salmonella contamination to the decline of the organoleptic quality

of vannamei shrimp, isolate Salmonella bacteria and Salmonella’s bacteriophages

in vannamei shrimp.

The study was conducted by taking a sample of vannamei shrimp from the

District of Wonosobo, Kotaagung, Padang Cermin and Eastern Rawajitu

respectively of 3 replications to test the organoleptic quality and identification of

Salmonella bacteria contamination. Salmonella isolates produced subsequently

used as a host cell for the isolation of bacteriophage virulent to Salmonella by

following the method used by Sartika (2012).

Salmonella contamination on vannamei shrimp from the District of Wonosobo,

Kotaagung and Padang Cermin resulted shrimp samples decreased organoleptic

value. Organoleptic value of District of Wonosobo shrimp sample was 8.80, 7.79

and 8.54, District Kotaagung 8.93 8.54, and 7.59, while the District of Padang

Cermin 8.80, 8.80 and 8.36. Average organoleptic shrimp from District of East

Rawajitu 9, meaning not change the quality of fresh shrimp. Average organoleptic

shrimp still above 7 so that they can be accepted by consumers and has not shown

any decay due to Salmonella contamination. Vannamei shrimp samples from

Page 3: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

District of Wonosobo 100% positive contaminated with Salmonella, District

Kotaagung and District Padang Cermin a 33.3% positive samples contaminated

with Salmonella while Rawajitu Eastern District of shrimp, no contaminated with

Salmonella. The result of the isolation of Salmonella isolates obtained 2 as a

candidate host for insulation bacteriophages. Obtained 42 isolates of

bacteriophages as biocontrol Salmonella on post-harvest handling of Vannamei

shrimp.

KEYWORDS: Salmonella, bacteriophage, Vannamei shrimp, Post-Harvest

Page 4: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

ABSTRAK

IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI

BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

PENANGANAN PASCA PANEN UDANG VANNAMEI

(LITOPENNAUS VANNAMEI)

Oleh

MUMPUNI UJI KAWEDAR ANJUNG

Produksi udang Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun

ekspor udang ke luar negeri mengalami hambatan dan penolakan, diantaranya

disebabkan oleh cemaran bakteri Salmonella sp. Cemaran bakteri Salmonella

menyebabkan penurunan mutu udang tidak aman dikonsumsi. Penurunan cemaran

Salmonella selama budidaya dan pengolahan dengan menggunakan antibiotik

dilarang karena menyebabkan efek negatif terhadap konsumen. Salah satu

alternatif bahan alami yang aman digunakan untuk menurunkan cemaran

Salmonella adalah penggunaan bakteriofage. Penelitian ini dilakukan untuk

mengidentifikasi cemaran Salmonella terhadap penurunan mutu organoleptik

udang vannamei, mengisolasi bakteri Salmonella dan bakteriofage Salmonella

pada udang vannamei.

Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel udang vannamei dari

Kecamatan Wonosobo, Kotaagung, Padang Cermin dan Rawajitu Timur masing-

masing sebanyak 3 ulangan untuk dilakukan uji terhadap mutu organoleptik dan

identifikasi cemaran bakteri Salmonella. Isolat Salmonella yang dihasilkan

selanjutnya digunakan sebagai sel inang untuk isolasi bakteriofage Salmonella

dengan mengikuti metode yang digunakan Sartika (2012).

Cemaran Salmonella pada udang vannamei dari Kecamatan Wonosobo,

Kotaagung dan Padang Cermin mengakibatkan sampel udang mengalami

penurunan nilai organoleptik. Nilai organoleptik sampel udang dari Kecamatan

Wonosobo adalah 8,80, 7,79 dan 8,54, Kecamatan Kotaagung 8,93 8,54, dan 7,59,

sedangkan Kecamatan Padang Cermin 8,80, 8,80 dan 8,36. Rata-rata organoleptik

udang dari Kecamatan Rawajitu Timur 9, artinya belum mengalami perubahan

Page 5: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

mutu udang segar. Rata-rata organoleptik udang masih di atas 7 sehingga masih

dapat diterima oleh konsumen dan belum menunjukkan adanya pembusukan

akibat cemaran Salmonella. Udang vannamei Kecamatan Wonosobo 100% positif

tercemar Salmonella, Kecamatan Kotaagung dan Kecamatan Padang Cermin

sejumlah 33,3% positif tercemar Salmonella sedangkan sampel udang Kecamatan

Rawajitu Timur, tidak ada yang tercemar Salmonella.. Hasil isolasi Salmonella

diperoleh 2 isolat Salmonella sebagai kandidat inang untuk isolasi bakteriofage.

Diperoleh 42 isolat bakteriofage Salmonella sp sebagai biokontrol Salmonella

pada penanganan pasca panen udang Vannamei.

KATA KUNCI : Salmonella, Bakteriofage, Udang Vannamei, Pasca Panen

Page 6: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI

BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

PENANGANAN PASCA PANEN UDANG VANNAMEI

(LITOPENNAUS VANNAMEI)

Oleh :

MUMPUNI UJI KAWEDAR ANJUNG

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

MAGISTER SAINS

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI

AGROINDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 7: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM
Page 8: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM
Page 9: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM
Page 10: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri, pada tanggal 24 Juni 1979 merupakan istri dari

Endang Ismail, A.Pi, M.Si dan ibu dari Rasyid Rahmat Suria, Arsyad Rahmat

Mustakim serta Dafinah Rahmah Alya. Penulis merupakan anak ke lima buah

hati pasangan Andjung Marsono, BA dan Dra. Sofaria Tabri Utami.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak di TK Raudatul Atfal,

Madiun pada tahun 1986, kemudian melanjutkan ke SD N Madiun Lor XII hingga

lulus tahun 1992. SLTP penulis tekuni di SMP N 7 Madiun hingga tahun 1995

dan dilanjutkan ke jenjang SLTA di SMA N 1 Madiun sampai tahun 1998. Pada

tahun 1998 penulis mengawali masa perkuliahan di Sekolah Tinggi Perikanan,

Jakarta, Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan hingga lulus pada tahun

2002.

Pada tahun 2002, penulis bekerja sebagai Quality Control pada perusahaan

pengolahan perikanan, PT. ISCP di Benoa, Bali. Pada tahun 2003 penulis diterima

sebagai PNS di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta ditempatkan

di Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Kotaagung sebagai guru hingga

sekarang. Penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Magister

Teknologi Industri Pertanian, Universitas Lampung dari tahun 2013 hingga 2016.

Page 11: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

KEPADA SUAMI TERCINTA DAN

ANAK-ANAKKU TERSAYANG

Page 12: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

SANCAWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul “Identifikasi

Cemaran Salmonella sp dan Isolasi Bakteriofage Sebagai Biokontrol Dalam

Penanganan Pasca Panen Udang Vannamei (Litopennaus Vannamei) “ adalah

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magisster Sains di Universitas

Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Dewi Sartika, STP, M.Si, selaku Pembimbing Utama sekaligus

Pembimbing Akademik.

2. Ir. Susilawati, M.Si, selaku Pembimbing Kedua.

3. Prof. Ir. Neti Yuliana, Ph.D, selaku Pembahas.

4. Dr. Sri Hidayati, S.T.P., M.P, selaku Ketua Program Studi Magister

Teknologi Industri Pertanian Unila.

5. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Unila.

6. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Program Pasca Sarjana.

7. Suami tercinta dan anak-anakku Rasyid, Arsyad, Alya serta keluarga besar

Papi, Mami, Puh Ita, Puh Ake, Puh Tang, Puh La, serta keluarga besar

Anjung dan keluarga besar Hadi bin Tuti.

8. Rekan-rekan Magister Teknologi Industri Pertanian angkatan 2013 (Dian

Wulandari, Sintawati, Nursiti, Dian Puspitorini, Zana, Rio, Mr Arafat).

Page 13: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

9. Adik-adik S1 (Anitsa, Lia, Nabila, Yoan, Gusman dkk), Laboran, dosen

serta karyawan MTIP dan THP, teman-teman SKI serta semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Akan tetapi sedikit harapan penulis semoga tesis ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Bandarlampung, Maret 2016

Penulis

Page 14: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang dan Masalah……………………………. ................. 1

B. Tujuan ................................................................................................ 4

C. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 5

D. Hipotesis ............................................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8

A. Bakteriofage ………………………….. ........................................... 8

1. Karakteristik Bakteriofage ............................................................. 9

2. Aplikasi Bakteriofage ..................................................................... 10

B. Salmonella sp .................................................................................... 14

1. Ciri-ciri Salmonella ........................................................................ 14

2. Klasifikasi Salmonella ................................................................... 15

3. Patogenesis ..................................................................................... 17

4. Pencegahan dan Penurunan Cemaran Salmonella Pada Pangan .... 18

Page 15: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

C. Isolasi Salmonella dan bakteriofage Salmonella ............................... 19

D. Penanganan Pasca Panen Udang Vannamei....................................... 25

1. Komposisi Kimia Udang Vannamei .............................................. 25

2. Kemunduran Mutu Pasca Panen Udang Vannamei ....................... 25

3. Prosedur Penanganan Pasca Panen Udang Vannamei ................... 29

4. Standar Mutu Udang Segar ............................................................ 30

III. METODE ................................................................................................. 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 32

B. Bahan dan Alat .................................................................................. 32

C. Metode Penelitian .............................................................................. 32

D Pelaksanan Penelitian ......................................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 38

A. Identifikasi Cemaran Salmonella dengan Uji Organoleptik .............. 39

B. Isolasi dan Pengkayaan Salmonella ................................................... 46

C. Isolasi Bakteriofage Sebagai Biokontrol Salmonella.......................... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 64

A. Simpulan ............................................................................................ 64

B. Saran ................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Bakteri Patogen Penyebab Keracunan Makanan dan Penyakit Terkait ....... 16

2. Alternatif Sistem Pre-Enrichment yang Digunakan Untuk Beberapa Jenis

Pangan ............................................................................................................... 23

3. Alternatif Metode Untuk Skrining Salmonella ............................................. 24

4. Komposisi Kimia Udang Vannamei ............................................................ 25

5. Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan Udang Segar .............................. 31

6. Kriteria Penilaian Organoleptik Udang ........................................................ 34

7. Nilai Pengujian Organoleptik Udang Vannamei di Kecamatan Wonosobo,

Kotaaagung, Padang Cermin dan Rawajitu Timur .......................................... 39

8. Hasil Pengujian Cemaran Salmonella pada Udang Vannamei di Kecamatan

Wonosobo, Kotaaagung, Padang Cermin dan Rawajitu Timur ....................... 47

9. Data Deskriptif Cemaran Salmonella pada Udang Vannamei di Kecamatan

Wonosobo, Kotaaagung, Padang Cermin dan Rawajitu Timur ....................... 48

10. Kuantifikasi Cemaran Salmonella pada Udang Vannamei di Kecamatan

Wonosobo, Kotaaagung, Padang Cermin dan Rawajitu Timur ....................... 48

14. Hasil Isolasi Bakteriofage .......................................................................... 58

Page 17: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Elektron Mikrograph Struktur Umum Bakteriofage .............................. 9

2. Daur Lisis ................................................................................................ 11

3. Scanning Mikrograf Salmonella typhimurium ....................................... 15

4. Virulen faktor pada patogenesis Salmonella ........................................... 18

5. Conventional Method for the isolation and identification of Salmonella

sp ............................................................................................................ 20

6. Degradasi ATP Pada Udang .................................................................... 27

7. Flowchart Penelitian ................................................................................ 37

8. Sampel Udang Vannamei ........................................................................ 38

9. Hasil Positif Isolasi Salmonella Pada Media XLD ................................. 46

10. Hasil Negatif Isolasi Salmonella Pada Media XLD .............................. 47

11. Lokasi Budidaya Kecamatan Wonosobo dan Pemukiman .................... 50

12. Lokasi Budidaya Kecamatan Padang Cermin ....................................... 51

13. Lokasi Budidaya Kecamatan Kotaagung ............................................... 51

14. Lokasi Budidaya Kecamatan Rawajitu Timur ...................................... 51

15. Peremajaan Isolat Salmonella ............................................................... 56

16. Double Layer Tanpa Zona Bening ........................................................ 57

17. Double Layer Menghasilkan Zona Bening ........................................... 57

18. Hasil Positif Isolasi Bakteriofage .......................................................... 61

Page 18: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir utama produk

perikanan, terutama udang. Jenis udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia

antara lain udang windu, udang galah dan udang vannamei. Udang vannamei

(Litopenaeus vannamei) adalah salah satu spesies udang varietas unggul yang saat

ini dikembangkan oleh para pembudidaya udang di Indonesia. Udang vannamei

merupakan udang introduksi yang resmi diperkenalkan di Indonesia pada tahun

2001 (Subyakto, 2009) dengan tujuan meningkatkan produksi udang Indonesia.

Peningkatan produksi udang pada kenyataannya tidak diimbangi peningkatan

ekspor udang.

Permintaan ekspor udang Indonesia mengalami penurunan, hal ini terlihat

pada permintaan ekspor udang tahun 2009 sebesar 208.802 ton, turun menjadi

100.800 ton pada tahun 2010 (Pusat Data Statistik dan Informasi, 2012). Ekspor

udang pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 119.828,4 ton, pada

tahun 2012 sebesar 122.898,8 ton, pada tahun 2013 meningkat menjadi 126.969,9

ton dan pada tahun 2014 tercatat sebesar 148.519,4 ton (Badan Pusat Statistik,

2015). Ekspor udang ke Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang pada periode

2011-2012 juga tercatat mengalami penurunan volume ekspor. Volume ekspor ke

Uni Eropa turun dari 102.334 ton menjadi 87.116 ton, ekspor ke Amerika Serikat

dari 70.059 ton menjadi 62.194 ton sedangkan ekspor ke Jepang turun dari 37.897

Page 19: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

2

ton menjadi 33.521 ton. Penurunan tersebut karena sebagian udang ekspor

Indonesia tidak memenuhi standar mutu negara konsumen, diantaranya bebas

bakteri patogen, antibiotik dan pengawet. Menurut SNI 01-2728.1-2006, udang

harus bebas bakteri Salmonella dan Vibrio cholera (Badan Standardisasi Nasional,

2006). Sedangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan mentargetkan pada tahun

2016 peningkatan volume produksi udang meningkat menjadi 600.000 ton

(Wardani, 2016) dan sebagian besar (50%) ditujukan untuk ekspor (Noviani,

2013). Hal ini menjadi kendala bagi pemasaran udang Indonesia ke pasar ekspor.

Udang ekspor dari Indonesia ditolak karena pada umumnya terkontaminasi

bakteri Salmonella. Amerika Serikat hingga tahun 2012 menolak 181 produk

perikanan dari Indonesia karena tercemar Salmonella (Supriadi, 2012). Demikian

pula Uni Eropa hingga 2011 menolak 17 produk perikanan dari Indonesia. Food

and Drug Administration (FDA) pada Juli 2013 menolak 5 lot Udang vannamei

yang diekspor dari Indonesia karena dilaporkan tercemar bakteri Salmonella

(Maas, 2013). Cemaran Salmonella merupakan indikasi kurangnya sanitasi pada

penanganan pangan.

Cemaran Salmonella pada pangan menyebabkan Salmonellosis. Salmonellosis

dapat menimbulkan infeksi serius bagi manusia dan melemahkan sistem

kekebalan pada anak-anak, wanita tua dan hamil. Gejala Salmonellosis umumnya

adalah sakit kepala, demam, kekejangan perut, diare, mual dan muntah (Multi

Cultural Health Communication, 2011). Pada manusia, pola klinis Salmonellosis

meliputi demam enterik, gastroenteristis, bakteremia dan komplikasi nonthypoid

sebagai carrier (Pui et al, 2011). Cemaran Salmonella pada udang juga dapat

menyebabkan penurunan mutu udang secara organoleptik sehingga tidak diterima

Page 20: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

3

oleh konsumen. Untuk mengurangi akibat cemaran Salmonella, harus dilakukan

penurunan paparan Salmonella pada pangan yang umumnya dilakukan dengan

penggunaan antibiotik dan pengawet sintetis oleh pembudidaya maupun industri

pengolah udang.

Penggunaan antibiotik pada udang selama budidaya dan pengolahan dilarang,

baik di Indonesia maupun negara tujuan ekspor. Ekspor udang yang terdeteksi

terdapat komponen antibiotik akan ditolak. Penggunaan antibiotik pada dosis yang

tidak sesuai, selain menyebabkan resistensi antibiotik (Bahri, 2008) juga dapat

memberikan efek negatif yaitu produk pangan tidak aman dikonsumsi, reaksi

hipersensitivitas, bahkan depresi sumsum tulang belakang (Wibowo et al, 2010)

atau gangguan fisiologis pada manusia.

Bahan-bahan alami dibutuhkan sebagai alternatif dalam menurunkan cemaran

Salmonella. Salah satu alternatif bahan alami yang aman digunakan adalah

penggunaan bakteriofage. Bakteriofage adalah virus yang inangnya bakteri.

Mekanisme bakteriofage menginfeksi sel inangnya menyebabkan pengrusakan

total terhadap bakteri dengan cara melisiskan bakteri inang (Davidson, 2003).

Bakteriofage dapat digunakan sebagai agen hayati (biocontrol) Salmonella

yang ramah lingkungan. Bakteriofage nanomedicines bersifat aman untuk

toksisitas dan imunogenetik (Vaks and Benhar, 2011). Modifikasi kombinasi

bakteriofage, SalmoLyse ™, secara signifikan dapat mengurangi kontaminasi

permukaan oleh Salmonella paratyphii (Woolston, et al, 2013). Bakteriofage juga

telah menjadi alternatif biocontrol Salmonella serovar enteritidis dan

typhimurium pada makanan siap saji, ternak, buah dan sayuran (Kang et al,

Page 21: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

4

2013). Terapi bakteriofage secara oral pada manusia dinyatakan aman (McCallin

et al, 2013)

Di Indonesia belum tersedia bakteriofage secara komersial. Hal ini disebabkan

karena penelitian tentang bakteriofage masih sedikit. Penelitian bakteriofage yang

telah dilakukan ditemukan isolasi, spesifitas, karakterisasi dan keamanan

bakteriofage. Bakteriofage hanya melisiskan bakteri target, sehingga bakteriofage

untuk melisiskan Salmonella sp dapat diperoleh dari isolasi bakteriofage yang

berasal dari media yang tercemar bakteri Salmonella sp (Atterbury, et al, 2007).

Bakteriofage yang dapat melisiskan Salmonella pada udang vannamei dapat

diperoleh dengan mengisolasi bakteriofage dengan menggunakan Salmonella

yang terdapat pada udang dan lingkungannya.

Penelitian bakteriofage di Indonesia tidak diiringi pemanfaatannya pada

pangan dan lingkungan secara komersial. Pemanfaatan bakteriofage Salmonella

secara komersial memerlukan penelitian tentang isolasi dan pemanfaatan

bakteriofage. Pada penelitian ini dilakukan uji organoleptik udang vannamei dan

isolasi Salmonella pada udang vannamei segar untuk mengetahui kemunduran

mutu akibat cemaran Salmonella pada udang vannamei segar, serta dan isolasi

bakteriofage sebagai biokontrol dalam menurunkan Salmonella. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat menurunkan cemaran Salmonella.

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi cemaran Salmonella pada udang vannamei terhadap

penurunan mutu organoleptik.

Page 22: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

5

2. Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri Salmonella pada udang

vannamei

3. Mengisolasi bakteriofage Salmonella sp pada udang Vannamei.

C. Kerangka Pemikiran

Udang merupakan bahan makanan yang tergolong mudah rusak (perishable

food) atau menurun mutunya segera setelah udang mati. Perubahan-perubahan

yang terjadi setelah ikan mati secara garis besar adalah terjadinya rigormortis

kemudian autolisis dan terakhir pembusukan (Sanger, 2010). Pada saat mulai

terjadi pembusukan, jumlah bakteri meningkat.

Penilaian mutu udang dapat dilakukan secara sensori dengan uji organoleptik.

Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian menggunakan indera manusia

sebagai alat utama untuk menilai mutu ikan hidup dan produk perikanan yang

segar utuh (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Pengamatan dilakukan dengan

uji organoleptik berdasarkan SNI 01-2728.1-2006 terhadap udang untuk

mengetahui penerimaan konsumen terhadap sampel udang. Kriteria udang mutu

udang segar adalah kenampakan udang utuh, bening bercahaya asli menurut jenis,

antar ruas kokoh hingga kurang bening, cahaya mulai pudar, berwarna asli, bau

sangat segar spesifik jenis hingga netral, tekstur sangat elastis hingga kurang

elastis, kompak dan padat. Kriteria mutu udang yang mengalami pembusukan

oleh bakteri adalah warna merah sangat kusam, noda hitam banyak, bau amoniak

kuat dan bau busuk, tekstur udang lunak.

Penurunan mutu udang dapat disebabkan oleh cemaran bakteri Salmonella.

Udang dapat tercemar oleh Salmonella dan beberapa bakteri lain sekaligus,.

Page 23: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

6

Isolasi Salmonella akan memisahkan Salmonella dari bakteri lain yang mencemari

udang tersebu,t seperti E. Coli, Shigella dan Vibrio. Isolasi bakteri merupakan

suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari

lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Isolasi

Salmonella dilakukan dengan metode konvensional dengan media Xylose Lysine

Deoxycholate agar (XLD). Media XLD memiliki konsentrasi deoksikolat yang

tinggi (0,25%) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan

bakteri gram negatif seperti Salmonella dapat tumbuh. XLD dapat membedakan

Salmonella dan Shigella karena medium ini mengandung xilosa laktosa dan

sukrosa yang difermentasi oleh sebagian besar coloform intestinal normal yang

menghasilkan koloni kuning. Shigella tidak memfermentasi gula dan

menghasilkan koloni warna merah (atau jernih). Salmonella memfermentasi

xilasa, namun bakteri ini melakukan dekarboksilasi lisin pada medium,

menyebabkan produksi amonia. Salmonella akan memfermentasi laktosa dan

sukrosa hadir dalam medium ke tingkat yang akan mencegah pH reversi oleh

dekarboksilasi dan mengasamkan media mengubahnya kuning, sehingga

Salmonella pada awalnya tampak berwarna kuning tetapi kemudian menjadi

merah. Salmonella menghasilkan hidrogen sulfida dari natrium tiosulfat dan

karenanya tampak sebagai koloni merah dengan pusat hitam. Pada saat diperoleh

isolat Salmonella, akan dipilih yang paling stabil, tidak smear, warna koloni hitam

mengkilat dan isolat tersebut yang akan dimurnikan.

Penurunan cemaran Salmonella dapat dilakukan dengan penggunaan

bakteriofage. Bakteriofage pada perkembangbiakan secara vegetatif akan

melisiskan bakteri inang sehingga bakteri inang mati (Haq, et al, 2012).

Page 24: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

7

Bakteriofage litik yang menginfeksi sel bakteri akan mengakibatkan bakteriofage

bereplikasi di dalam sel inang dan akan membentuk sejumlah bakteriofage baru,

kemudian akan membuat sel inang pecah dan akan menginfeksi sel inang lainnya

(Astriningsih, 2012). Sel inang yang pecah megakibatkan kematian sel inang

sehingga jumlah bakteri menurun. Bakteriofage untuk menurunkan cemaran

Salmonella diperoleh dengan mengisolasi bakteriofage yang sel inangnya

Salmonella dengan mengikuti metode yang digunakan Sartika (2012). Hasil

penelitian berupa data rata-rata organoleptik udang dan data cemaran Salmonella

pada udang dan isolat bakteriofage sebagai biokontrol Salmonella dipaparkan

menggunakan metode deskriptif.

D. Hipotesis

1. Cemaran Salmonella menurunkan mutu udang vannamei secara

organoleptik.

2. Bakteri Salmonella sp pada udang vannamei dapat diisolasi dengan

metode konvensional menggunakan media XLD.

3. Bakteriofage Salmonella sp dapat diisolasi.

Page 25: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakteriofage

Bakteriofage adalah entitas virus bakteri yang memiliki materi genetik

baik dalam bentuk DNA maupun RNA, terkapsid oleh mantel protein (Haq et al,

2012). Lebih lanjut dijelaskan kapsid bakteriofage terpasang ke ekor yang

memiliki serat, digunakan untuk menginokulasi ke reseptor pada permukaan sel

bakteri. Sebagian besar fage memiliki kapsid polyhedral kecuali fage berserabut.

Bakteriofage memiliki ciri umum yang sama dengan virus. Perbedaan

bakteriofage dan virus adalah bakteriofage hanya menginfeksi bakteri target saja

dan tidak dapat menyerang manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan (Astriningsih,

2012) sedangkan virus dapat menyerang manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Istilah virus merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota

(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal) sementara istilah

bakteriofage untuk jenis-jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri

dan organisme lain yang tidak berinti sel).

Berdasarkan morfologi, bakteriofage terdiri atas bagian kepala, ekor, dan

serabut ekor. Kepala berbentuk polyhedral (segi banyak) yang di dalamnya

mengandung DNA atau RNA saja. Tubus atau selubung memanjang yang

dinamakan sebagai ekor virus muncul di atas kepala. Ekor ini berfungsi sebagai

Page 26: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

9

alat penginfeksi. Selubung antara bagian kepala dan ekor disebut kapsid.

Morfologi dan struktur bakteriofage dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Elektron Mikrograph Struktur Umum BakteriofageSumber : Davidson College, 2003

Kapsid tersusun atas molekul-molekul protein, oleh sebab itu disebut

sebagai selubung protein atau pembungkus protein, fungsinya sebagai pelindung

asam nukleat (DNA dan RNA). Kapsid dapat membantu menginfeksi ke sel

inangnya dan menentukan macam sel yang akan dilekati. Bagian ujung ekor

ditumbuhi serabut-serabut ekor yang berfungsi sebagai penerima rangsang atau

reseptor. Sejumlah subunit molekul protein yang menyusun kapsid dan identik

satu dengan yang lain disebut kapsomer.

1. Karakteristik Bakteriofage

Bakteriofage diklasifikasikan ke dalam 13 famili. Lebih dari 95%

Bakteriofage tergolong ordo Caudovirales atau fage ekor dsDNA. Tiga famili

Page 27: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

10

utama Caudovirales dibedakan oleh morfologi ekor yang berbeda. Famili tersebut

adalah Siphoviridae (60%), Myoviridae (25%), dan Podoviridae (15%).

Siphoviridae bentuk ekor panjang, fleksibel sedangkan Myoviridae ekor lapis

ganda, ekor kontraktil, dan Podoviridae ditandai dengan bentuk ringkas, ekor

gemuk. Polyhedral, berserabut dan pleomorfik hanya mewakili 3-4% fag dan 10

famili (Ceyssens, 2009).

Menurut Abedon (2008), bakteriofage berdasarkan kekerabatan, morfologi

dan tipe genom dikelompokkan sebagai berikut :

1. Fage T4 : famili Myoviridae, memiliki ekor, dsDNA, antaralain P1-, P2-, Mu dan SPO1-like fages

2. Fage λ : famili Siphoviridae, memiliki ekor, antara lain T1-,T5-, c2-, dan L5- like fages

3. Fage T3 dan T7 : famili Podoviridae, memiliki ekor, dsDNA, antaralain ϕ29- da P22- like fages

4. Fage ϕX174 : famili Microviridae, icosahedral, ssDNA5. Fage ϕ6 : famili Cystoviridae, icosahedral dan terbungkus,

terbagi dsRNA

6. Fage MS2 : famili Leviviridae, icosahedral, ssRNA, termasukfage F2 dan Qß

7. Fage f1, fd dan M13 : famili Inoviridae, filamentous, ssDNA

2. Aplikasi Bakteriofage

Bakteriofage memiliki dua daur siklus reproduksi yang berbeda, yaitu lisis

dan lisogenik. Bakteriofage lisis dapat memecahkan atau melisiskan bakteri

sehingga bakteri mati. Siklus bakteriofage secara lisis terdiri atas tahapan

adsorpsi, penetrasi, biosintesis, pematangan dan pelepasan. Adsorpsi dilakukan

dengan menggunakan reseptor. Laju adsorpsi bakteriofage meningkat menjadi

90% dalam kurun waktu 30 menit setelah infeksi (Phumkhacorn and Pongsak,

Page 28: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

11

2010). Pada tahap penetrasi, bakteriofage melepaskan lisozim untuk memecah

sebagian dinding sel dan kapsid didorong menembus membran plasma. Genom

kemudian disuntikkan ke dalam bakteri dilanjutkan tahapan biosintesis. Selama

tahap pematangan atau perakitan bakteriofage, DNA dan kapsid dirakit menjadi

virus yang lengkap dan siap dilepaskan. Pelepasan terjadi ketika lisozim

bakteriofage memecah dinding sel dan partikel bakteriofage yang baru disintesis

dilepaskan (gambar 2).

Gambar 2. Daur Lisis (Sturino and Klaenhammer, 2006)

Pemanfaatan bakteriofage untuk menurunkan kontaminasi bakteri

dilakukan pada fase lisis. Bakteriofage dapat melisiskan bakteri target sehingga

populasi bakteri menurun. Bakteriofage mampu menginfeksi bakteri dan

membunuh sel bakteri tersebut secara langsung atau mengintegrasikan DNA virus

Page 29: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

12

ke dalam kromosom bakteri inang (Buana dan Krisna, 2014). Bakteriofage

merupakan virus yang menginfeksi bakteri dan mampu membunuh sel bakteri

tersebut secara langsung atau mengintegrasikan DNA virus ke dalam kromosom

bakteri inang. Penelitian dan penemuan bakteriofage lisis mulai berkembang sejak

tahun 1896. Pada tahun 1896 Ernest Hanbury Hankin mengamati aktivitas

bakteriofage yang menginfeksi Vibrio cholerae di India. Penggunaan bakteriofage

lisis secara klinis pada manusia mulai dilakukan setelah penemuan bakteriofage

lisis pada tahun 1915-1917, khususnya di Eropa Timur (Abedon, 2007). Pada

tahun 1921 bakteriofage lisis dimanfaatkan untuk perlakuan terhadap infeksi

Staphylococcus pada kulit. Pada tahun 1940-an, perusahaan Eli Lilly di Amerika

Serikat telah memproduksi 7 produk bakteriofage untuk digunakan pada manusia.

Hingga ini penelitian bakteriofage di dunia terus berkembang di berbagai negara.

Penelitian pemanfaaatan bakteriofage sebagai biokontrol Salmonella

diantaranya dilakukan oleh Fiorentin, et al (2005) untuk menurunkan Salmonella

enteridis pada ayam potong, menurunkan Salmonella pada produk peternakan

(Hargis, et al. 2005), Salmonella enterica pada kompos (Heringa, et al. 2010),

menurunkan Salmonella enterica (Bao, Zhang and Wang, 2011), efek terapi

bakteriofage melawan Salmonella gallinarum (Hong, et al. 2013), menurunkan

Salmonella enteridis pada ayam broiler (Gonçalves, et al. 2014). Pemanfaatan

bakteriofage untuk menurunkan infeksi Salmonella juga telah dilaporkan oleh

Zhang, et al.(2015). Lebih lanjut dijelaskan hingga saat ini sedikitnya 25 genome

bakteriofage Salmonella telah dilaporkan dengan ukuran genome berkisar antara

33 hingga 240 kb. Hal ini mengindikasikan bahwa keanekaragaman bakteriofage

Salmonella hidup di alam.

Page 30: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

13

Penelitian bakteriofage di Indonesia tidak berkembang pesat. Penelitian

bakteriofage masih terbatas pada penemuan bakteriofage lisis. Beberapa penelitian

yang telah dilakukan diantaranya penelitian bakteriofage untuk mengendalikan

infeksi bakteri pada tanaman kubis (Widadi, Linayanti, Sumiyati, 2012). Budiarti,

Pratiwi and Rusmana (2011) meneliti bakteriofage lisis pada pasien diare, isolasi

bakteriofage untuk meningkatkan keamanan pangan (Nurizkiawan, 2011),

spesifitas dan karakteristik bakteriofage lisis Salmonella (Astriningsih, 2012 dan

Sunarti, 2012), isolasi bakteriofage Shigella (Iswadi, 2012). Penelitian Sartika,

Budiarti and Sudarwanto (2012) telah menemukan manfaat dan keamanan

bakteriofage pada pangan. Berbagai hasil penelitian bakteriofage di Indonesia

belum disertai pemanfaatannya secara komersial.

Penelitian dan penemuan bakteriofage di berbagai negara telah diiringi

pemanfaatannya di berbagai aspek kehidupan. Pemanfaatan bakteriofage untuk

bidang kesehatan diantaranya untuk vaksin antigen untuk imunisasi terhadap

Schistosoma mansoni (Rao et al, 2003), terapi melawan infeksi pada kulit, tulang,

saluran gastrointestinal, dada, abdomen, kepala, leher dan sistem organ tubuh

lainnya (Abedon, 2008). Staphylococcus aureus pada sentral vena kateter

(Lungren et al, 2013). Di bidang pertanian dan peternakan antara lain untuk layu

pada tembakau, kanker pada jeruk, bercak pada jeruk, hawar pada geranium,

lodoh pada jamur merang, dan hawar Xanthomonas pada bawang, (Jones et al,

2007), bercak pada apel (Youssef et al, 2011), Escherichia coli Septicemia dan

Meningitis pada ayam dan anak sapi (Barrow, 1998), Salmonella pada ternak

ayam (Bardina et al, 2012), multidrug resistant Klebsiella pneumonia pada ternak

ruminansia (Kęzik-Szeloch et. al, 2013). Di bidang pangan, bakteriofage lisis

Page 31: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

14

banyak dimanfaatkan dalam menurunkan cemaran Listeria monocytogenes pada

melon (Leverentz et al, 2004), Vibrio harveyi (Phumkacorn and Pongsak, 2010),

Shigella (Garcia et al, 2010), E. Coli (Budiarti, Pratiwi and Rusmana, 2011), dan

Salmonella (Hooton et al, 2011 dan Woolston et al, 2013).

B. Salmonella sp

Salmonella adalah bakteri yang menjadi indikator sanitasi pada pangan.

Salmonella pada umumnya tergolong bakteri patogen.

1. Ciri-ciri Salmonella

Salmonella adalah bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, dengan

panjang 1,0 sampai 3,0 µm memiliki lebar 0,8 sampai 1,0 µm. Salmonella akan

menghasilkan batang warna merah muda pada pewarnaan gram pada pemeriksaan

mikroskopis. Salmonella dapat memfermentasikan glukosa, memproduksi gas,

namun tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Salmonella bersifat patogen

terhadap manusia dan hewan bila tertelan.

Salmonella tersebar luas di alam dan mereka bertahan dengan baik dalam

berbagai makanan (Pui et al, 2011). Cemaran Salmonella dapat dijumpai pada

tanah dan air. Cemaran Salmonella akan menyebar ke sayuran, ternak, bahan

pangan, dan manusia melalui ekskresi manusia dan hewan. Salmonella tidak

berlipat jumlahnya dengan cepat jika berada di luar inangnya, tetapi dapat

bertahan beberapa minggu di air dan beberapa tahun di tanah jika kondisi

lingkungan mendukung.

Salmonella dapat tumbuh optimum di berbagai kondisi lingkungan di luar

inang. Sebagian besar serotipe Salmonella tumbuh pada kisaran suhu 5-47oC dan

Page 32: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

15

optimum pada kisaran suhu 35-37oC. Salmonella tumbuh dalam kisaran pH antara

4-9 dengan pH optimal antara 6.5 dan 7.5. mereka membutuhkan aktivitas air

tinggi (aw) antara 0,99 dan 0,94 (Pui et al, 2011)

2. Klasifikasi Salmonella

Lebih dari 2300 serovar Salmonella telah dijelaskan namun meskipun

seluruhnya bersifat potensial patogenik sangat berbeda pada inang dan

patogenisitas (Wray et al, 2000). Salmonella (Gambar 3) merupakan salah satu

bakteri patogen penyebab keracunan makanan (tabel 1) pada hewan dan manusia.

Bakteri ini masuk melalui kontaminasi makanan dan minuman. Bakteri ini

menyebabkan infeksi Salmonella.

Berikut gambar scanning mikrograf Salmonella typhimurium

Gambar 3. Scanning Mikrograf Salmonella typhimuriumSumber : Madigan et al, 2012

Page 33: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

16

Tabel 1. Bakteri Patogen Penyebab Keracunan Makanan dan Penyakit Terkait

Organisme PatogenisitasWaktu Inkubasi

(jam)Durasi Penyakit

(hari)Salmonella Infeksi 6–36 1–7Shigella Infeksi 6–12 2–3Escherichia coli Infeksi 12–72 1–7Yersinia enterocolitica Infeksi 24–36 3–5Campylobacter jejuni Infeksi 3–5 (days) 5–7Listeria monocytogenes Infeksi Variable —aVibrio parahemolyticus Infeksi 2–48 2–5Aeromonas hydrophila Infeksi 2–48 2–7Staphylococcus aureus Toksin pada makanan 2–6 ≤ 1Clostridium botulinum Toksin pada makanan 12–96 1–8bClostridium perfringenstoxin in intestine

Toksin pada usus 8–22 1–2

Bacillus cereusc Toksin pada makanan 1–5 ≤ 1Bacillus cereusd Toksin pada usus 8–16 >1a mempengaruhi orang dengan faktor predisposisi, tingkat kematian yang tinggib angka kematian tinggi, pemulihan lengkap membutuhkan waktu 6-8 bulanc tipe emetikd tipe diareSumber : Vries, 1996

Klasifikasi Salmonella didasarkan pada struktur antigen. Struktur antigen

utama yaitu somatic, surface dan flagellar. Somatic (O) atau Cell Wall Antigen

tergolong serovar tahan panas dan alkohol, sedangkan surface disebut juga

envelope antigen, dan flagellar (H) antigen yang labil terhadap panas (Todar,

2009).

Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan filogeni. Sebuah pohon

filogenetik dapat diturunkan dari perbandingan dengan 16S rRNA atau urutan gen

lainnya. Ada 2.463 serotipe Salmonella yang sekarang ditempatkan di bawah 2

spesies karena perbedaan 16S analisis urutan rRNA: Salmonella enterica (2443

serotipe) dan Salmonella bongori (20 serotipe). Sistem saat ini digunakan oleh

World Health Organisasi (WHO) Collaborating Centre, Pusat Pengendalian dan

Pencegahan Penyakit (CDC) dan beberapa organisasi lainnya. Salmonella

enterica selanjutnya dibagi menjadi enam subspesies, yang ditunjuk oleh angka

romawi. Subspesies Salmonella enterica I terutama diisolasi dari hewan berdarah

Page 34: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

17

panas dan menyumbang lebih dari 99% dari isolat klinis sedangkan sisanya

subspesies dan S. bongori yang terutama terisolasi dari hewan berdarah dingin dan

mencapai kurang dari 1% dari isolat klinis. Sebagai contoh, spesies Salmonella

typhimurium kini ditunjuk sebagai Salmonella subspesies enterica I serotipe

Typhimurium. Dibawah sistem nomenklatur modern, subspesies

informasi sering diabaikan dan budaya disebut S. enterica serotipe Typhimurium

dan selanjutnya, tertulis sebagai S. Typhimurium. Ini sistem tata nama yang

digunakan saat ini untuk membawa keseragaman dalam pelaporan (Pui et al,

2011).

3. Patogenesis

Patogenesis adalah mekanisme penyebab penyakit. Istilah ini juga dapat

digunakan untuk menggambarkan asal usul dan perkembangan penyakit, apakah

akut, kronis atau berulang. Kata ini berasal dari bahasa Yunani. Patogen

Salmonella umumnya terkait dengan pencemaran tinja yang terdeteksi secara

sporadis atau tidak sama sekali (Paola et al, 2010).

Mekanisme patogenesis Salmonella umumnya dengan proses infeksi

sistemik. Gejala yang timbul umumnya adalah demam, diare, mual, muntah, dan

sakit perut. Gejala ini disebut salmonellosis. Salmonella masuk melalui makanan

ke lambung dan usus halus. Selanjutnya akan menyebar ke kelenjar getah bening,

pembuluh darah dan seluruh tubuh sehingga feses dan urin penderita mengandung

Salmonella.

Page 35: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

18

Gambar 4. Virulen Faktor pada Patogenesis SalmonellaSumber : Madigan et al (2012)

Gejala infeksi Salmonella atau Salmonellosis umumnya adalah demam,

diare, mual, muntah , dan sakit perut. Dalam beberapa kasus, Salmonellosis dapat

menyebar ke aliran darah yang mengakibatkan penyakit yang lebih berat seperti

infeksi arteri, endokarditis, dan arthritis (Sartika, 2012). Strategi pencegahan

penyakit Salmonellosis yang efektif adalah deteksi kasus, perbaikan sanitasi

lingkungan, pencegahan kontaminasi dalam industri makanan, menekan angka

reaktor Salmonellosis, pendidikan kesehatan masyarakat serta eliminasi sumber

infeksi (Ariyanti dan Supar, 2005).

4. Pencegahan dan Penurunan Cemaran Salmonella Pada Pangan

Pencegahan cemaran Salmonella pada pangan dapat dilakukan dengan

mengontrol sanitasi dan higiene pada pengolahan. Penurunan suhu penyimpanan

beku dan penambahan waktu memasak beberapa menit dapat mengurangi resiko

cemaran Salmonella pada daging babi (Gonzales-Barron et al, 2012).

Page 36: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

19

Penurunan cemaran Salmonella pada pangan dapat dilakukan secara

biologi, fisik (sterilisasi dengan panas, radiasi dan filter), dan kimia (Madigan et

al, 2012). Penurunan cemaran Salmonella pada pengan secara biologi yakni

dengan menggunakan bakteriofage. Perubahan suhu dari 37oC ke 50oC dan 60oC

mematikan Salmonella typhimurium (Migeemanathan et al, 2011). Penurunan

cemaran Salmonella secara kimia menggunakan antibiotik menyebabkan

resistensi Salmonella. Cardoso (2009) menyatakan, diantara Salmonella yang

berhasil diisolasi dari sosis babi segar prevalensi terbesar resisten terhadap

antibiotik tetracycline. Penggunaan antibiotik pada produk seafood menyebabkan

resistensi mikrobial (Amagliani et al, 2011).

C. Isolasi Salmonella dan bakteriofage Salmonella

Metode isolasi Salmonella pada makanan dapat dilakukan dengan cara

konvensional atau metode alternatif lain. Secara konvensional, metode isolasi

dapat dilakukan dengan media xylose lysine desoxycholate agar (XLD),

desoxycholate citrate agar (DCA), desoxycholate citrate lactose saccharose agar

(DCLS), Salmonella Shigella agar (SS), bismuth sulphite agar (BS), dan brilliant

green agar (BG). Media untuk isolasi terbaik adalah BS (Lim et al, 1980).

Metode isolasi konvensional dasar meliputi pre-enrichment of the sample, sub-

culturing from the pre-enrichment broth, streaked onto two selective plating

media, purified to confirmation, identification and further caracterisation (Bell

and Kyriakides, 2002). Tahapan metode isolasi konvensional dapat dilihat pada

gambar 5 berikut.

Page 37: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

20

Test MethodsPre-enrichment

Inoculate preenrichment medium, e.g bufeered peptonewater (1 part test portion + 9 parts medium)

Incubate 35oC or 37oC/16-20 hours

Selective enrichmentSub-culture to 2 selective enrichment broths, e.gSelenite-Cystine (SC) broth (1+9), Rappaport-

Vassiliadis (RV) broth (1+100)

Incubate SC 37oC/24 hours + 24 hoursRV 42oC/24 hours + (if necessary) 24

hours

Selective platingStreak at each 24 hour selective enrichmnet stage onto 2

selective agars, e.g Brilliant Green Agar (modified)Hektoen Enteric Agar, XLD Agar

Incubate 35oC or 37oC/20-24 hoursand further 18-24 hours if necessary

Inspect plates for the presence of characteristic coloniesand any primary biochemical reactions

Confirmation of suspect coloniesPurify suspect colonies on Nutrient Agar

Incubate 35oC or 37oC/18-24 hours

Serology using ‘O” & “H” antiseraInoculate media or test strips to obtain biochemical

profile

Incubate according to themanufacturer’s instructions, usually

35oC or 37oC/18-24 hours

Read reactionsGambar 5. Conventional Method for the isolation and identification of Salmonella

spSumber : Bell and Kyriakides (2002)

Metode konvensional juga dapat dilakukan dengan menambahkan 225 ml

media lactose broth (BPW) ke dalam 25 gram sampel, selanjutnya dihomogenkan

selama 2 menit lalu dibiarkan pada suhu ruang selama 60 menit. Kocok rata

larutan dan diinkubasikan pada suhu 35oC selama 24 jam. Untuk produk

perikanan dengan tingkat kontaminasi tinggi, pindahkan 0,1 ml larutan contoh ke

dalam 10 ml Rappaport-Vassiliadis (RV) medium dan 1 ml larutan contoh ke

dalam 10 ml Tetrathionate Broth (TTB); Untuk jenis produk perikanan lain,

pindahkan 1 ml larutan contoh ke dalam masing-masing 10 ml SCB dan 10 ml

TTB.

Inkubasi media pengkayaan selektif sebagai berikut : Untuk produk

perikanan dengan tingkat kontaminasi tinggi, inkubasi RV medium selama 24

Page 38: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

21

jam±2 jam pada suhu 42°C ± 0,2°C (Water bath); Inkubasi TTB selama 24 jam± 2

jam pada suhu 43°C ± 0,2°C (Water bath); Untuk jenis produk perikanan lain,

inkubasi TTB dan SCB selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ± 1°C.

Kocok tabung (dengan vortex) dan dengan mengggunakan jarum loop

(3mm) gores TTB yang diinkubasi ke dalam media HE, XLD dan BSA. Siapkan

BSA sehari sebelum digunakan dan simpan di tempat gelap pada suhu ruang.

Gores ke dalam media yang sama dari RV Broth atau SCB. Inkubasi cawan BSA,

HE dan XLD selama 24 jam pada suhu 35°C ± 1°C. Amati kemungkinan adanya

koloni Salmonella. Ambil 2 atau lebih koloni Salmonella dari masing-masing

media Agar selektif setelah 24 jam ± 2 jam inkubasi. Koloni-koloni Salmonella

yang khas (typical) adalah sebagai berikut:

a) HE Agar. Koloni hijau kebiruan sampai biru dengan atau tanpa inti hitam.

Umumnya kultur Salmonella membentuk koloni besar, inti hitam mengkilat

atau hampir seluruh koloni terlihat berwarna hitam.

b) XLD Agar. Koloni merah jambu (pink) dengan atau tanpa inti hitam.

Umumnya kultur Salmonella membentuk koloni besar, inti hitam mengkilat atau

hampir seluruh koloni terlihat berwarna hitam.

c) BSA.Koloni coklat, abu-abu atau hitam; kadang-kadang metalik. Biasanya

media di sekitar koloni pada awalnya berwarna coklat, kemudian berubah menjadi

hitam (halo effect) dengan makin lamanya waktu inkubasi. Apabila koloni yang

khas (typical) tumbuh pada BSA setelah 24 jam ± 2 jam inkubasi, ambil 2 koloni

atau lebih. Inkubasikan kembali media BSA selama 24 jam ± 2 jam. Setelah 48

jam ± 2 jam, ambil 2 atau lebih koloni yang khas (typical) yang tumbuh pada

media BSA. Pengambilan ini dilakukan hanya bila koloni yang tumbuh pada

Page 39: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

22

media BSA yang diinkubasi selama 24 jam ± 2 jam memberikan reaksi yang tidak

sesuai pada TSI dan LIA, yang menjadikan kultur ini dinyatakan sebagai bukan

Salmonella.Ambil secara hati-hati bagian tengah koloni dengan menggunakan

jarum inokulasi steril dan goreskan ke permukaan media TSI agar dengan cara

menggores agar miring dan menusuk agar tegak. Tanpa mengambil koloni baru,

gunakan jarum yang sama untuk menggores media LIA dengan cara menusuk

agar tegak lebih dahulu, setelah itu goreskan pada agar miring. Karena reaksi

Lysine Decarboxylase sangat anaerobik, LIA miring harus mempunyai tusukan

yang dalam (4 cm). Simpan media agar selektif yang telah diambil koloninya pada

suhu 5°C – 8°C. Inkubasi TSI dan LIA selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35°C ±

1°C dengan membiarkan tutup sedikit kendur untuk mencegah terbentuknya H2S

yang berlebihan. Pada TSI, kultur Salmonella yang khas memberikan reaksi

alkalin (merah) pada goresan agar miring dan asam (kuning) pada tusukan agar

tegak, dengan atau tanpa H2S (warna kehitaman pada agar). Pada LIA, kultur

Salmonella yang khas memberikan reaksi alkaline (ungu) pada keseluruhan

tabung. Reaksi yang benar-benar kuning pada tusukan dinyatakan sebagai kultur

negatif. Jangan hanya melihat diskolorisasi pada tusukan untuk menyatakan kultur

negatif. Umumnya kultur Salmonella membentuk H2S pada LIA. Beberapa kultur

non Salmonella membentuk reaksi merah bata pada agar miring LIA.

Alternatif sistem pre-enrichment untuk beberapa jenis pangan dapat

dilihat pada tabel 2 berikut :

Page 40: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

23

Tabel 2. Alternatif Sistem Pre-Enrichment yang Digunakan Untuk Beberapa JenisPangan

Food Type Pre-enrichment EffectFood with a high fat content,e.g. cheese

Buffered peptone water with0.22% Tergitol 7

Aids fat dispersion

Highly acidic or alkalineproduct

Adjust pH of pre-enrichment brothto 6.6-7.0 before incubation

Neutralises acid or alkali

Chocolate and confectioneryproducts

Reconstituted skim milk powder(10% w/v) with Brilliant GreenDye (final concentration of 0.002%w/v)

Reduces inhibition ofSalmonella

Garlic and onion Buffered peptone water withpotassium sulphite) 0.5% finalconcentration)

Reduces inhibition ofSalmonella

Products that may containinhibitory substances orproducts that may osmoticallyactive, e.g. some herbs andspices (oregano, cinnamon,cloves), honey

1:100 dilution of sample inbuffered peptone water, e.g. 25g+2475 ml

Reduces inhibition ofSalmonella

Sumber : Bell and Kyriakides (2002)

Selain secara konvensional, dapat digunakan alternatif metode antara lain

enzyme-linked immuno-sorbent assays (ELISA), immuno-chromatography,

chemiluminescent immunoassays, antibody coated dipsticks or beads, latex

agglutination dan teknologi lain seperti electrical conductance methods dan

polymerase chain reaction (PCR) (Bell and Kyriakides, 2002). Metode PCR dapat

digunakan untuk direct detecting Salmonella (Marathe et al, 2012). Contoh

metode alternatif tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Page 41: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

24

Tabel 3. Alternatif Metode untuk Skrining Salmonella.

Tipe Metode Nama Pengujian WaktuPengujian

Pensuplai

Electricalconductance

BactometerMalthusRABIT

42 maximum42 maximum42

bioMérieux UK LtdMalthus InstrumentsDon Whitley Scientific Ltd

Enzyme-linkedimmuno-sorbentassay (ELISA)

Vidas SalmonellaSalmonella-TekTECRA Salmonella VisualAssayTransia Plate SalmonellaEIAFOSSLocate

265242-52

522652

bioMérieux UK LtdOrganon Teknika LtdTECRA Diagnostics, UK

DiffChamb, S.A.Foss UK LtdRhône-diagnosticsTechnologies Ltd

Chemiluminescentimmunoassay

ISO Screen Salmonella 24 Stratecon Diagnostics

Immuno-chromatography

Path-StikREVEAL® for Salmonella

5621

Celsis International plcNeogen Corporation

Immunoprecipitate Visual ImmunoprecipitateAssay (VIP) for Salmonella

24/48 Bio Control Systems Inc.

Ice-nucleation BIND® (Bacteril IceNucleation Detection)Salmonella

22 Bio Control Systems Inc.

Nucleic AcidHybridisation Probe

Gene Trak Slmonella assay 48 Gene Trak Systems

Polymerase chainreaction

Foodproof® SalmonellaTaqMan® for SalmonellaProbeliaTM

BAXTM for screeningSalmonella

24242424

BioteCon DiagnosticsPE Applied BiosystemsSanofi DiagnosticvPasteurQualicon

Sumber : Bell and Kyriakides (2002)

Metode isolasi bakteriofage Salmonella dapat dilakukan dengan berbagai

metode. Metode isolasi bakteriofage diantaranya metode Clokie and Kropinski

(2009), Budiarti et al (2011) dan metode yang digunakan Sartika (2012). Metode

yang digunakan Sartika merupakan kombinasi dari metode Clokie dan Budiarti.

Isolat bakteriofage yang dihasilkan selanjutnya dilakukan pengkayaan.

Pengkayaan bakteriofage Salmonella dilakukan dengan metode yang

digunakan Sartika. Hasil pengkayaan digunakan untuk stok atau bahan produksi.

Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa buffer terbaik untuk penyimpanan

fage pada pH 7 dan suhu 37oC (Astriningsih, 2012).

Page 42: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

25

D. Penanganan Pasca Panen Udang Vannamei

1. Komposisi Kimia Udang Vannamei

Udang merupakan sumber protein yang sangat baik dan itu adalah salah

satu bagian spesies popular yang kaya protein dan mineral, yang merupakan

keunggulan dibandingkan daging dan unggas. Udang memiliki kualitas tinggi

dari komposisi tubuh termasuk protein, lemak dan asam amino dan lain lain yang

merupakan indikator dari keberadaan fisiologis yang baik dan kondisi biokimia.

Adapun komposisi kimia udang windu dan vannamei disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Kimia Udang

Analisis ProksimatJenis Udang

Windu VannameiProtein (mg/g) 11,41 ±0,183 19,99±0,74Karbohidrat (mg/g) 1,55 ±0,070 ±Lemak (%) 10,66 ±0,333 1,34±0,18Air (%) 80,89 ±0,175 73,14±1,23Kadar Abu (mg/g) 2,20±0,88

2. Kemunduran Mutu Pasca Panen Udang Vannamei

Proses kemunduran mutu pada udang terjadi karena adanya aktivitas

enzim, mikroorganisme atau oksidasi oksigen. Setelah udang mati, berbagai

proses perubahan fisik maupun kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua

perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan.

Pada saat ditangkap, udang masih bernafas hingga beberapa waktu

kemudian. Seluruh jaringan peredaran darah udang masih mampu menyerap

oksigen hingga proses kimia yang terjadi dapat berlangsung secara aerob.

Page 43: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

26

Menurut Huss (1995) perubahan yang paling dramatis adalah rigor mortis.

Segera setelah kematian otot benar-benar santai dan tekstur elastis lemas biasanya

berlangsung selama beberapa jam, setelah itu otot akan berkontraksi. Otot udang

menjadi keras dan kaku, seluruh tubuh menjadi tidak fleksibel pada fase rigor

mortis. Kondisi ini biasanya berlangsung selama satu hari atau lebih dan

kemudian kekakuan selesai. Resolusi rigor mortis membuat otot rileks lagi dan itu

menjadi lemas, tetapi tidak lagi sebagai elastis seperti sebelum kekakuan. Tingkat

onset dan resolusi kekakuan bervariasi dari spesies ke spesies dan dipengaruhi

oleh suhu, penanganan, ukuran dan kondisi fisik udang.

Autolisis berarti " pencernaan- sendiri ". Telah diketahui selama bertahun-

tahun bahwa setidaknya ada dua jenis pembusukan ikan: bakteri dan enzimatik.

Autolisis kontribusi untuk berbagai tingkat hilangnya kualitas keseluruhan di

samping proses mikroba-dimediasi. Produksi energi di otot post mortem

Pada titik kematian, pasokan oksigen ke jaringan otot terganggu karena darah

tidak lagi dipompa oleh jantung dan tidak diedarkan. Karena tidak ada oksigen

yang tersedia untuk respirasi normal, produksi energi dari nutrisi yang tertelan

sangat dibatasi. Glikogen (disimpan karbohidrat) atau lemak teroksidasi atau

"terbakar" oleh enzim jaringan dalam serangkaian reaksi yang akhirnya

menghasilkan karbon dioksida (CO2), air dan organik senyawa adenosin trifosfat

kaya energi (ATP). Jenis respirasi berlangsung dalam dua tahap: anaerobik dan

tahap aerobik. Yang terakhir tergantung pada kehadiran lanjutan oksigen (O2)

yang hanya tersedia dari sistem peredaran darah. Kebanyakan krustasea mampu

bernapas di luar lingkungan air dengan penyerapan oksigen atmosfer untuk waktu

yang terbatas.

Page 44: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

27

Gambar 6. Degradasi ATP pada udang.

Sumber : Gill (1992) dalam Sriket (2006).

Penurunan post mortem di pH otot ikan memiliki efek pada sifat fisik otot.

Setelah pH turun, jumlah permukaan bersih dari protein otot berkurang,

menyebabkan sebagian otot terdenaturasi dan kehilangan kapasitas daya ikat air.

Jaringan otot dalam keadaan rigor mortis kehilangan kelembaban ketika dimasak

dan sangat cocok untuk diproses lebih lanjut yang melibatkan pemanasan, karena

denaturasi panas meningkatkan kehilangan air. Kehilangan air memiliki efek yang

merugikan pada tekstur otot udang. Menurut Nurmeilita Taher (2010), perubahan

tekstur daging menjadi lunak disebabkan terjadinya perombakan pada jaringan

otot daging oleh proses enzimatis.

Pengurangan trimetilamin oksida (TMAO), suatu senyawa osmoregulatory di

banyak ikan teleost laut, biasanya karena aksi bakteri tetapi dalam beberapa

spesies enzim hadir dalam jaringan otot yang mampu memecah TMAO menjadi

dimetilamina ( DMA) dan formaldehid (FA):

(CH3)3 NO (CH3)2NH + HCHO

Page 45: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

28

Jumlah formaldehida dihasilkan setara dengan dimetilamine tetapi terbentuk

perubahan komersial penting yang jauh lebih besar. Formaldehida menginduksi

silang dari protein otot membuat otot mudah kehilangan daya ikat airnya. Enzim

yang bertanggung jawab untuk finduksi disebut TMAO-ase atau TMAO

demethylase. Sebagian besar enzim demethylase TMAO dilaporkan sampai saat

ini terikat membran dan menjadi yang paling aktif ketika membran jaringan

terganggu dengan pembekuan atau artifisial oleh deterjen solubilisasi. Hal tersebut

didukung oleh pendapat Pardio, et al (2010) bahwa Trimetilamina oksida

(TMAO), ditemukan di sebuah besar jumlah ikan laut dan kerang, dipecah

menjadi trimetilamina (TMA) oleh salah satu enzim endogen atau bakteri enzim

trimetilamina oksidase.

Di perairan tercemar, Enterobacteriaceae dapat ditemukan dalam jumlah

tinggi. Di perairan beriklim bersih, organisme ini hilang dengan cepat, tetapi telah

menunjukkan bahwa Escherichia coli dan Salmonella dapat bertahan untuk waktu

yang sangat lama di perairan tropis.

Daging ikan hidup atau baru-tertangkap sehat adalah steril sebagai sistem

kekebalan tubuh ikan mencegah bakteri tumbuh di dalam daging. Ketika ikan

mati, sistem kekebalan tubuh runtuh dan bakteri berkembang biak secara bebas.

Tidak ada perbedaan yang ditemukan dalam pola invasif bakteri tertentu

pembusukan (misalnya, S. putrefaciens) dan bakteri non-pembusukan. Karena

hanya sejumlah organisme sebenarnya menyerbu daging dan pertumbuhan

mikroba terutama terjadi di permukaan, pembusukan mungkin untuk sebagian

besar konsekuensi dari enzim bakteri menyebar ke dalam daging dan nutrisi

menyebar ke luar.

Page 46: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

29

Pada suhu kamar (25 ° C), mikroflora pada titik pembusukan didominasi

oleh mesofilik Vibrionaceae dan, terutama jika ikan yang ditangkap di perairan

tercemar, Enterobacteriaceae. Sulit untuk menentukan dari mana bakteri yang

diisolasi yang menyebabkan pembusukan, dan memerlukan studi luas mengenai

sensorik, mikrobiologi dan kimia.

Perbandingan senyawa kimia berkembang pada udang yang telah mati

menunjukkan bahwa sebagian besar senyawa volatil diproduksi oleh bakteri

termasuk trimetilamina, senyawa belerang yang mudah menguap, aldehid, keton,

ester, hipoksantin serta senyawa dengan berat molekul rendah lainnya.

Substrat untuk produksi volatil adalah karbohidrat (misalnya, laktat dan ribose),

nukleotida (misalnya, inosin mono-fosfat dan inosin) dan molekul lainnya NPN.

Asam amino merupakan yang substrat sangat penting untuk pembentukan sulfida

dan amonia yang menyebabkan penurunan penerimaan konsumen secara sensori.

Mikroorganisme akan mengubah struktur protein selama penyimpanan dan akan

menghasilkan bau yang tidak menyenangkan (Hastarini, et al 2014).

3. Prosedur Penanganan Pasca Panen Udang Vannamei

Penanganan pasca panen adalah penanganan yang dilakukan terhadap hasil

budidaya ataupun tangkapan setelah kegiatan panen. Tujuan kegiatan penanganan

ini adalah mempertahankan mutu hasil panen sampai ke tahap distribusi kepada

konsumen. Udang merupakan salah satu produk perikanan yang mudah busuk

atau rusak oleh karena itu proses penanganan udang perlu dilakukan lebih cepat

agar memperoleh harga jual yang tinggi. Harga udang akan merosot tajam apabila

mutunya terlihat mundur (Soeseno, 1983).

Page 47: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

30

Tahapan yang dianjurkan bagi penanganan pasca panen udang segar adalah

sebagai berikut (Ilyas, 1993) :

a. Sortasi, memilih udang dan memisahkannya dari hasil tangkapan samping

lainnya

b. Pencucian, dengan air laut bersih atau air tawar mutu air minum

c. Pemotongan kepala atau operasi penyiangan lainnya Pencucian

d. Perlakuan pencelupan, untuk menghambat pembentukan bercak hitam

e. Pendinginan, menurunkan suhu udang segera mencapai 0ºC sampai -1ºC

dengan menggunakan hancuran es halus, atau air laut atau air tawar yang

didinginkan

f. Penyimpanan dingin (pada sekitar 0ºC sampai -1ºC) dan transportasi

dingin selama udang itu dipasarkan segar atau selama mengangkutnya ke

pabrik pengolahan beku (cold storage).

Selama kegiatan penanganan pasca panen, udang segar dapat

terkontaminasi. Kontaminasi ini baik secara mikrobiologi, kimia, maupun fisik.

Pemerintah maupun negara pengimpor udang segar mensyaratkan udang segar

yang diproduksi harus bebas kontaminan, seperti Salmonella, Escherichia coli,

Vibrio Harveyi (mikrobiologi), kloramfenikol, nitrofuran, tetrasiklin dan

antibiotik lain (kimia), besi, rambut, kayu dll (fisik) (Badan Standardisasi

Nasional, 2006).

4. Standar Mutu Udang Segar

Standar mutu udang segar menurut SNI 01-2728.1-2006 untuk persyaratan

mutu dan keamanan pangan sebagaimana tabel 5 berikut.

Page 48: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

31

Tabel 5. Persyaratan Mutu dan Keamanan Pangan Udang Segar

Jenis Uji Satuan Persyaratana. Organoleptik Angka (1-9) Minimal 7b. Cemaran mikroba*- ALT- Escherichia coli- Salmonella- Vibrio cholerae

Koloni/gAPM/g

APM/25gAPM/25g

Maksimal 5,0x105Maksimal < 2NegatifNegatif

c. Cemaran kimia*- Kloramfenikol- Nitrofuran- Tetrasiklin

µg/kgµg/kgµg/kg

Maksimal 0Maksimal 0Maksimal 100

d. Filth - Maksimal 0Catatan* bila diperlukan

Page 49: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

32

`

III. METODE

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian

Jurusan THP, Laboratorium Hama dan Penyakit Ikan SUPM N Kotaagung serta

Laboratorium Kualitas Air SUPM N Kotaagung pada bulan Juli 2014 - Desember

2015.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah udang vannamei dengan kisaran size 40-65

yang diperoleh dari Tambak Udang di Kecamatan Rawa Jitu Timur, Tambak

Udang di Kecamatan Padang Cermin, Tambak Udang di Kecamatan Kotaagung

dan Tambak Udang di Kecamatan Wonosobo., es, alkohol, spiritus, Media NA,

Media NB, Media SSA, Media XLD, Media SM, Soft Agar, Pengencer BPW.

Alat yang digunakan meliputi refrigerator, erlenmeyer, falcon, tabung durham,

petri dish, eppendorf, saringan milipore 0.22, gelas sampel, masker, kapas, tisu,

karet, sarung tangan karet, plastik tahan panas, timbangan, sentrifuge, stryrer,

incubator, laminar, jarum ose, syringe, shaker waterbath, mikropipet.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu penelitian tahap 1 dan

penelitian tahap 2. Penelitian tahap 1 meliputi kegiatan Pengambilan sampel

Page 50: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

33

udang Vannamei, Isolasi Bakteri Salmonella dan pengujian organoleptik udang

Vannamei. Penelitian tahap 2 meliputi Isolasi bakteriofage dengan mengikuti

metode yang digunakan Sartika (2012). Data yang diperoleh diolah dalam bentuk

tabel dan grafik. Hasil penelitian dipaparkan menggunakan metode deskriptif.

D. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur Penelitian tahap 1

Penelitian dilaksanakan dengan pengambilan sampel di empat tempat,

yaitu Tambak Udang di Kecamatan Rawa Jitu Timur, Tambak Udang di

Kecamatan Padang Cermin, Tambak Udang di Kecamatan Kotaagung dan

Tambak Udang di Kecamatan Wonosobo. Sampel yang diambil adalah udang

vannamei dan air media hidup udang vannamei. Sampel diambil dari lokasi dan

disimpan dalam coolbox dan diberi es sehingga dapat dipertahankan pada suhu

rendah.

1. Identifikasi cemaran Salmonella dengan Uji Organoleptik

Sampel yang diambil dilakukan pengujian organoleptik. Pengujian

organoleptik dilakukan dengan cara sampel diambil sebanyak minimal 25 gr lalu

dilakukan penilaian secara organoleptik oleh 5 orang panelis. Score sheet yang

digunakan sesuai dengan SNI 01-2728.1 2006 (. Kriteria yang digunakan dapat

dilihat pada tabel 4). Pengujian dilakukan pengulangan masing-masing 3 ulangan.

Data yang diperoleh meliputi kriteria kenampakan, bau dan tekstur diolah

dalam bentuk tabel. Hasil pengujian kemudian dihitung rata-ratanya sesuai dengan

SNI 01-2346-2006 (Badan Standardisasi Nasional Indonesia, 2006) selanjutnya

Page 51: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

34

disajikan dalam bentuk tabel rata-rata Uji Organoleptik terhadap udang vannamei.

Hasil penelitian dipaparkan menggunakan metode deskriptif.

Tabel 6. Kriteria Penilaian Organoleptik Udang Segar

SPESIFIKASI NILAI1 Kenampakan

Utuh, bening bercahaya asli meurut jenis, antar ruas kokoh 9 Utuh, kurang bening, cahaya mulai pudar, berwarna asli, antar

ruas kokoh Utuh, kebeningan agak hilang, sedikit kusam, antar ruas kurang

kokoh7

Utuh, kebeningan hilang, kusam, warna agak mera muda, sedikitnoda hitam, antar ruas kurang kokoh

5

Warna merah, noda hitam banyak, kulit mudah lepas dari daging 3 Warna merah sangat kusam, banyak sekali noda hitam 1

2 Bau Bau sangat segar spesifik jenis 9 Bau segar spesifik jenis 8 Bau spesifik jenis netral 7 Mulai timbul bau amoniak 5 Bau asam sulfit (H2S) 3 Bau amoniak kuat dan bau busuk 1

3 Tekstur Sangat elastis, kompak dan padat 9 Elastis, kompak dan padat 8 Kurang elastis, kompak dan padat 7 Tidak elastis, tidak kompak dan tidak padat 5 Agak lunak 3 Lunak 1

Rumus yang digunakan dalam menghitung rata-rata adalah sebagai

berikut:( – (1,96. s/ )) ≤ μ ≤ ( ̅ + 1,96. /√ ) ≅ 95%̅ = x

Page 52: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

35

= (x – x)n= (x − x)

Dengan :N adalah banyaknya panelisS2 adalah keragaman nilai mutu1,96 adalah koefisien standar deviasi pada taraf 95%̅ adalah nilai mutu rata-rataUntuk penulisan nilai akhir organoleptik udang segar diambil nilai terkecil.

2. Identifikasi dan Isolasi Salmonella

Isolasi Salmonella dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 25 gram

untuk ditambahkan 225 ml media preenrichment buffer peptone water (BPW),

selanjutnya dilakukan pengenceran bertahap dengan memindahkan 1 ml larutan ke

dalam 9 ml BPW dalam tabung reaksi dan tiap pengenceran ditanam pada media

XLD dan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Koloni yang tumbuh

dimurnikan pada media XLD, diinkubasi 37oC selama 24 jam. Pada saat diperoleh

isolat Salmonella, akan dipilih yang paling stabil, tidak smear, warna koloni hitam

mengkilat dan isolat tersebut yang akan digunakan sebagai inang untuk isolasi

bakteriofage. Selanjutnya dilakukan isolasi bakteriofage dari isolat Salmonella

yang diperoleh.

Penelitian tahap 2

Isolasi bakteriofage dilakukan dengan pengambilan isolat Salmonella dan

ditambahkan 45 ml sampel dan 5 ml NB, lalu diinkubasikan pada shaker

Page 53: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

36

waterbath pada suhu ±37oC selama 24-48 jam. Larutan selanjutnya disentrifuse

dengan kecepatan 2500 rpm selama 20 menit dan disaring menggunakan syringe

filter 0.22 µl. Sejumlah 100 µl filtrat divortek dengan 5 ml NB, dan diinkubasikan

selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan pembiakan dengan metode double

overlay dengan media NA dan diinkubasikan selama 24 jam. Bakteriofage efektif

melisiskan Salmonella jika timbul plak (zona bening). Data yang diperoleh lalu

diolah dalam bentuk tabel dan hasilnya disajikan dalam bentuk deskriptif.

Prosedur penelitian dapat dilihat pada diagram alir berikut :

Page 54: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

37

Gambar 7. Flowchart Penelitian

Udang

Terdeteksi

Pengambilan Sampel

Identifikasi cemaran Salmonelladengan uji mikrobiologi

Isolasi Salmonella

Cemaran

Isolat Salmonella

Tidak terdeteksi

Identifikasi Cemaran Mikrobia

Uji Sensori

Isolat BakteriofageSalmonella

Isolasi Bakteriofage untukmenurunkan cemaran Salmonella

Cemaran Salmonella padaudang vannamei menurun

Page 55: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

64

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Cemaran Salmonella pada udang vannamei dari Kecamatan Wonosobo,

Kotaagung dan Padang Cermin mengakibatkan sampel udang mengalami

penurunan nilai organoleptik. Nilai organoleptik sampel udang dari Kecamatan

Wonosobo adalah 8,80, 7,79 dan 8,54, udang dari Kecamatan Kotaagung 8,93

8,54, dan 7,59, sedangkan Kecamatan Padang Cermin 8,80, 8,80 dan 8,36. Rata-

rata organoleptik udang dari Kecamatan Rawajitu Timur 9, artinya belum

mengalami perubahan mutu udang segar. Rata-rata organoleptik udang masih

di atas 7 sehingga masih dapat diterima oleh konsumen dan belum

menunjukkan adanya pembusukan akibat cemaran Salmonella.

2. Sampel udang vannamei dari Kecamatan Wonosobo 100% positif tercemar

Salmonella, Kecamatan Kotaagung dan Kecamatan Padang Cermin sejumlah

33,3% positif tercemar Salmonella sedangkan sampel udang Kecamatan

Rawajitu Timur, tidak ada yang tercemar Salmonella.. Hasil isolasi Salmonella

diperoleh 2 isolat Salmonella sebagai kandidat inang untuk isolasi

bakteriofage.

3. Diperoleh 42 isolat bakteriofage Salmonella sp sebagai biokontrol Salmonella

pada penanganan pasca panen udang Vannamei.

Page 56: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

65

B. Saran

Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Pembudidaya disarankan untuk memperhatikan konstruksi tambak serta

menggunakan bahan alami dalam penurunan cemaran bakteri (biokontrol)

Salmonella

2. Pembudidaya udang hendaknya lebih meningkatkan kesadaran tentang

pentingnya menjaga sanitasi lingkungan untuk mencegah cemaran

Salmonella pada udang.

3. Penelitian lebih lanjut diperlukan khususnya tentang pemurnian, produksi

dan efektifitas lisis bakteriofage Salmonella sebagai biokontrol dalam

menurunkan cemaran Salmonella.

Page 57: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

66

DAFTAR PUSTAKA

Abedon, S. T. 2008. Bacteriophage Ecology. Cambridge University Press. UnitedKongdom. 508 pp.

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2011. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius.Yogyakarta. 57 hlm.

Amagliani, G., G. Brandi, G.F. Schiavano. 2012. Incidence and role ofSalmonella in seafood safety. Food Research International. 45: 780-788.

Ariyanti, T. dan Supar. 2005. Cemaran salmonella enteritidis pada ternak danproduknya. Lokakarya Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan.125-135.

Asikin, A.N., S. Hutabarat, Ys. Darmanto, dan S. B. Prayitno. 2014. Kandunganbakteri patogen pada udang windu (Penaeus monodon fabricus) pascapanenasal tambak. Jurnal Dinamika Pertanian. 29 (2) : 199-206.

Astriningsih, S.A.P.L. 2012. Characterization lytic phage of salmonella sp. FR38,FR19, and FR84. (Thesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 pp.

Atterbury, R.J., M.A.P.V. Bergen, F. Ortiz, M.A. Lovvel, J.A. Harris, A.D. Boer,J.A. Wagenaar, V.M. Allen, P.A Barrow. 2007. Bacteriophage therapy toreduce Salmonella colonization of broiler chickens. Appl. Environ Microbiol73:4543-4549.

Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia 01-2346-2006Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Badan StandarisasiIndonesia. Jakarta. 131 hlm

Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia 01-2728.1-2006Udang Segar-Bagian 1: Spesifikasi. Badan Standarisasi Indonesia. Jakarta. 5hlm.

Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia 01-2728.3-2006Udang Segar-Bagian 3: Penanganan dan Pengolahan. Badan StandarisasiIndonesia. Jakarta. 3 hlm.

Page 58: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

67

Bahri, S. 2008. Beberapa aspek keamanan pangan asal ternak di Indonesia.Pengembangan Inovasi Pertanian. 1 (3) : 225-242.

Balfour, S.T., N. Badrie, I.C. Yen, and L. Chatergoon. 2014. Microbiological,physical and sensory quality of marine shrimp (Peneaus spp.) sold by vendorsin Trinidad, West Indies. International Food Research Journal 21(4): 1279-1288.

Bardina, C., D.A. Spricigo, P. Cortés and M. Llagostera. 2012. Significance of thebacteriophage treatment schedule in reducing Salmonella colonization ofpoultry. Appl. Environ Microbiology. 78 (18) : 6600-6607.

Barrow, P., M. Lovell and A. Berchieri Jr. 1998. Use of lytic bacteriophage forcontrol of experimental Escherichia coli septicemia and meningitis inchickens and calves. Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology, May1998 : 294-298

Bell, C. And Alec Kyriakides. 2002. Salmonella : A Practical Approach to theOrganism and Its Control in Foods. Blackell Publishing Ltd. London. 315 pp.

Buana, E.O. dan A.K Wardani. 2014. Isolasi bakteriofag litik sebagai agenbiosanitasi pada proses pelisisan bakteri pembentuk biofilm. Jurnal Pangandan Agroindustri. 2 (2) : 36-34.

Budiarti, S., Pratiwi, R.H. and Rusmana. 2011. Infectivity of lytic phage toenteropathogenic Escheria coli from diarrheal patients in Indonesia. US-China Medical Science. 8 (78) : 273-282.

Capparelli, R.N., N. Nocerino, M. Iannaccone, D. Ercolini, M. Parlato, M. Chiara,D. Iannelli. 2010. Bacteriophage therapy of Salmonella enterica: A freshappraisal of bacteriophage therapy. J. Infect Dis. 201 : 52-61.

Cardoso, M., M.C. Dos Santos and L. Murmann. 2009. Prevalence, geneticcharacterization and antimicrobial resistence of Salmonella isolated fromfresh pork sausages in Porto Alegre, Brazil. Food Control. 20 (3) : 191-195.

Chibani-Chennoufi, S., A. Bruttin, M. Dillmann, and H. Brűssow. 2004. Phage-host interaction : an ecological perspective. Journal of Bacteriology. 186(12) : 3677-3686.

Cita, Y.P. 2011. Bakteri Salmonella typhi dan demam tifoid. Jurnal KesehatanMasyarakat. 6 (l) : 42-46.

Clokie M.R.J., Kropinski, A.M. 2009. Bacteriophages: Methods and Protocols.Humana Press. UK.

Page 59: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

68

Davidson College. 2003. Molecular Tool: Plasmids and Phages Combine ForBluescript.http://www.bio.davidson.edu/courses/molbio/molstudents/spring2003/keogh/plasmids.html

De Paola, A., J.L. Jones, J. Woods, W. Burkhardt, K.R. Calci, J.A. Krantz, J.C.Bowers, K. Kasturi, R.H. Byars, E. Jacobs, D. Williams-Hill, and K. Nabe.2010. Bacterial and Viral Pathogens in Live Oysters : 2007 United StatesMarket Survey. Appl Environ Microbiology. 76 (9) : 2754-2768.

De Vries, John. 1996. Food safety and toxicity. CRC Press. USA. 334 pp.

Djumena, E. 2012. Indonesia Targetkan Jadi Produsen Utama Udang Dunia.Kompas.com. Sabtu, 9 Juni 2012 21:08 WIB.http://nasional.kompas.com/read/2012/06/09/21083241/Indonesia.Targetkan.Jadi.Produsen.Utama.Udang.Dunia.

Efri dan T.N. Aeny. 2004. Keefektifan ekstrak mengkudu pada berbagaikonsentrasi terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Ralstonia sp.secara in vitro. J Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. 4 (2) : 83-88.

Elbreki, M., R.P. Ross, C. Hill, J. O’Mahony, O. McAuliffe and A. Coffey. 2014.Bacteriophages and their derivatives as biotheraupetic agents in diesaseprevention and treatment. Journal of Viruses. 2014 (382539) : 20 p.

Farid, M.M., G. Susianto, N.R. Dhany, N.F. Azizi, S.R. Resita. 2013.Pemanfaatan bakteriofag untuk pengembangan kit deteksi bakteri penyebabhawar bakteri pada kedelai. Jurnal Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian. 1-10.

Fey, P.D., T.J. Safranek, M.E. Rupp, E.F. Dunne, E. Ribot, P.C. Iwen, P. A.Bradford, F.J. Angulo and S.H. Hinrichs. 2000. Ceftriaxone-resistantsalmonella infection acquired by a child from cattle. The New EnglandJournal of Medicine. 342 (17) : 1242-`1249.

Fiorentin, L., N.D. Vierirera, W. Barioni Junior. 2005. Use of lytic bacteriophagesto reduce Salmonella enteridis in experimentally contamined chicken cuts.Brazillian Journal of Poultry Science. 7 (4) : 255-260.

Garcia, P., L. Rodriguez, A. Rodrigues, B. Martinez. 2010. Food biopreservation:Promising strategies using bacteriocins, bacteriophages and endolysins.Trends in Food Science & Technology. 21 (8) : 373-382.

Gonzales-Barron, U.A, G. Redmond, F. Butler. 2012. A risk characterizationmodel of Salmonella Typhimurium in Irish fresh pork sausages. FoodResearch International. 45 (20) : 1184-1193.

Page 60: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

69

Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008. Budidaya udang vanamei, Litopenaeusvannamei pola semi intensif dengan aplikasi beberapa jenis probiotikkomersial. Jurnal Riset Akuakultur. 3 (3) : 339-349.

Haq, I.U., W.N. Chaudhry, M.N. Akhtar, S. Andleeb, and I. Qadri. 2012.Bacteriophages and their implications on future biotechnology: a review.Virology Journal, 9 (9) : 1-8.

Hargis, B.M., J.P. Higgins, K.L. Guenther, W. Huff, A.M. Donoghue, D.J.Donoghue. 2005. Use of a spesific bacteriophage treatment to reduceSalmonella in poultry Products. Poultry Science. 84:1141-1145.

Harsojo. 2008. Kualitas udang yang dijual di pasar Jakarta Selatan dari aspekmikrobiologi. Berk. Penel Hayati. 14 : 109-112.

Heringa, S.D., J.K. Kim, X. Jiang, M.P. Doyle, and M.C. Erickson. 2010. Use of amixture of bacteriophages for biological cotrol of Salmonella enterica strainsin compost. Appl.Environ Microbiology. 76 (15) : 5327-5332.

Hong, S.S., J. Jeong, J. Lee, S. Kim, W. Min, H. and Myung, 2013. Therapeuticeffects of bacteriophages against Salmonella gallinarum infection inchickens. J. Microbiol. Biotechnol. 23 (10) : 1478–1483.

Hooton, S.P.T., A.R.Timms, J. Rowsell, R. Wilson, and I.F. Connerton,. 2011.Salmonella Typhimurium-specific bacteriophage ΦSH19 and the origins ofspecies specificity in the Vi01-like phage family. Virology Journal. 8:498.

Hungaro, H.M., R.C.S. Mendonga, D.M. Gouvea, M.C.D. Vanetti, C.L.O. Pinto.2013. Use of bacteriophages to reduce Salmonella in chicken skin incomparison with chmeical agents. Food Research International. 52 : 75-81.

Huq, Khandaker Anisul. 2009. Quality aspects of frozen shrimp product inprocessing industry : A case study in Khulna, Bangladesh. BangladeshResearch Publications Journal. 3 (2) : 945 -962.

Huss, H. H. 1995. Quality and Quality Changes In Fresh Fish. Food AndAgriculture Organization Of The United Nations. Rome. 348 pp.

Ilyas, S. 1983. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan: Teknik Pendinginan Ikan.Paripurna. Jakarta. 237 hlm.

Iswadi. 2012. Isolasi fage litik spesifik Shigella sp. Jurnal Ilmiah PendidikanBiologi, Biologi Edukasi. 4 (2) : 112-117.

Jan Ceyssens, P. 2009. Isolation and characterization of lytic bacteriophagesinfecting Pseudomonas aeruginosa. (Doctoraatsproefschrift) nr. 879 aan defaculteit Bio-ingenieurswetenschappen van de K.U.Leuven. 166 p.

Page 61: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

70

Jin, M., T. Ye, and X. Zhang. 2013. Roles of bacteriophage GVE2 endolysin inhost lysis at high temperatures. J. Microbiology 159 : 1597-1605.

Kang, H-W., J-W. Kim, T-S. Jung, G-J. Woo. 2013. A new biocontrol agent forSalmonella enterica serovars enteritidis and typhimurium in foods:characterization, application, sequence analysis, and oral acute toxicitystudy. Appl. Environ Microbiol. 79 (6) :1956-1968.

Karnila, R., Suparmi dan M. Romaida. 2006. Kajian Sifat Mutu Udang Galah(Macrobrachium Rosenbergii) Segar Pada Penyimpanan Suhu Kamar.Berkala Perikanan Terubuk. 33 (2) : 121-125.

Kęzik-Szeloch, A., Z. Drullis-Kawa, B. Weber-Dąbrowska, J. Kassner, G.Majkowska-Skrobek, D. Augustyniak, M. Lusiak-Szelachowska, M. Zaczek,A. Gȯrski, and A.M. Kropinski. 2013. Characterising the biology of novellytic bacteriophages infecting multidrug resistant Klebsiella pneumoniae.Virology Journal, 10 (100) : 1-12.

Kusumah, S.W.D., dan H.D Ariesyady, 2012. Microbiological source trackingbakteri Salmonella sp dan Escherichia coli dengan metode antibioticresistance analysis di Sungai Citarum hulu.

Leverentz, B., W.S. Conway, W. Janisiewicz and M.J. Camp. 2004. Optimizingconcentration and timing of a phage spray application to reduce listeriamonocytogenes on honeydew melon tissue. Journal of Food Protection. 67 (8): 1682-1686.

Lim, Y.S., M. Jegathesan and M.Y. Ong. 1980. Comparison of six selective mediafor recovering Salmonella. Malaysian J. Pathol. 3 : 31-33.

Lungren, M.P., D. Christensen, R. Kankotia, I. Falk, B.E. Paxton, and C.Y Kim.2013. Bacteriophage K for reduction of Staphylococcus aureus biofilm oncentral venous catheter material. J. Bacteriophage. 3 (4) : 1-3.

Maas, R. 2013. Wholey Brand Cooked Shrimp Recall Issued Due To SalmonellaRisk. Lawsuits.Com. Http://Www.Aboutlawsuits.Com/Shrimp-Recall-Salmonella-Risk-51148/ Kamis 21 Nopember 2013 14:52.

Madigan. et al. 2012. Brock Biology of Microorganisms 13th edition. PearsonEducation, Inc. San Fransisco.

Marathe, S.A., R. Chowdhury, R. Bhattacharya, A.G. Nagarajan and D.Chakravortty. 2012. Direct detection of Salmonella without pre-enrichmnetin milk, ice cream, and fruit juice by PCR against hilA gene. Food Control.23 (2) : 559-563.

McCallin, S., S.A. Sarker, C. Barretto, S. Sultana, B. Berger, S. Huq, L. Krause,R. Bibiloni, B. Schmitt, G. Reuteler, H. Brüssowa. 2013. Safety analysis of a

Page 62: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

71

Russian phage cocktail: From MetaGenomic analysis to oral application inhealthy human subjects. Virology. 443: 187–196.

Migeemanathan, S. R. Bhat, L. Min-Tse and W. Wan-Abdullah. 2011. Effect oftemperature abuse on the survival, growth, and inactivation of Salmonellatyphimurium in goat milk. Foodborne Pathogens and disease. 8 (11) : 1235-1240.

Muliani, Nurbaya, dan M. Atmomarsono. 2010. Penggunaan probiotik padapemeliharaan udang windu (Penaeus monodon) dengan Dosis yang Berbeda.Prosiding Forum Teknologi Akuakultur. 249-259.

Multi Cultural Health Communication. 2011. Salmonellosis. Multi CulturalHealth Communication. http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-pdfs/diseases-and-conditions/7190/doh-7190-ind.pdf

Narumi, H.E., Zuhriansyah dan I. Mustofa. 2009. Deteksi pencemaran bakteriSalmonella sp (Penaeus merguiensis) segara di pasar tradisional kotamadyaSurabaya. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (1) :

Noviani, A. 2013. Produksi di dunia turun, ekspor udang Indonesia bisa naik.Bisnis Indonesia.com. Rabu, 14 Agustus 2013, 17:58 WIB.http://industri.bisnis.com/read/20130814/99/156625/produksi-di-dunia-turun-ekspor-udang-indonesia-bisa-naik. 06 Agustus 2014 20:18.

Nurizkiawan, Z. 2011. Isolasi bakteriofag dan aplikasinya dalam mengendalikanbakteri patogen untuk meningkatkan keamanan pangan. (Skripsi). UniversitasBrawijaya. Malang.

Olgunoğlu, İlkan Ali. 2012. Salmonella in Fish and Fishery Products, Salmonella- A Dangerous Foodborne Pathogen, InTech. http://www.intechopen.com/books/salmonella-a-dangerous-foodborne-pathogen/salmonella-in-fish-andfishery-products 23 Januari 2014 15:03.

Pardio, V.T., K.N. Waliszewski and P. Zuniga. 2011. Biochemical, microbial andsensory changes in shrimp (Panaeus aztecus) dipped in different salutionsusing face-centre central composite design. International Journal of FoodScience and Technology. 46:305-314.

Perdana, Damar. 2013. Sukses Bisnis Udang Galah. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.

Phumkhacorn, P. and Pongsak R. 2010. Isolation and partial characterization of abacteriophage infecting the shrimp pathogen Vibrio harveyi. African JournalOf Microbiology Research. 4 (16) : 1794-1800.

Page 63: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

72

Poeloengan, M., Komala, I dan Susan M. Noor. 2005. Bahaya Salmonellaterhadap kesehatan. Prosiding Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis.Bogor. 216-223.

Pratiwi, R.H., S.Budiarti. 2010. Karakterisasi fage litik dari limbah cai rumahtangga terhadap enteropathogenic Escherichia coli resisten antibiotik.Prosiding Seminar Nasional Biologi. 726-736.

Pui, C.F, W.C .Wong, L.C. Chai, R. Tunung, P. Jayeletchumi, M.S. NoorHidayah, A. Ubong, M.G. Farinazleen, Y.K. Cheah and R. Son. 2011.Review article Salmonella: A foodborne pathogen. International FoodResearch Journal. 18: 465-473.

Purwantiningsih, T.I, Y.Y. Suranindyah, dan Widodo. 2014. Aktivitas senyawafenol dalam buah mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai antibakteri alamiuntuk penghambatan bakteri penyebab mastitis. Buletin Peternakan. 38(1):59-64.

Pusat Data Statistik dan Informasi . 2012. Statistik Perikanan Tangkap, PerikananBudidaya, dan Ekspor Impor Setiap Provinsi Seluruh Indonesia 2003-2010.Pusat Data Statistik dan Informasi Sekretariat Jenderal Kelautan danPerikanan. Jakarta. 302 hlm.

Puspitasari, G., S. Murwani, Herawati. 2010. Uji daya antibakteri perasan buahmengkudu matang (Morinda citrifolia) terhadap bakteri Methicillin ResistanStaphylococcus Aureus (MRSA) M.2036.T secara in vitro. Program StudiPendidikan Dokter Hewan. Universitas Brawijaya. Malang. 1–7.

Rahaju, S.H. 2014. Metoda pengkayaan, filtrasi dan pertumbuhan untuk isolasibakteriofag spesifik Salmonella typhimurium pada sampel air. ProsidingSnaPP2014 Sains, Teknologi dan Kesehatan. 315-322.

Rao, K.V.N., Yi-Xun He, and R. Kalyanasundaram. 2003. Expression of a 28-kilodalton Glutathione s-transferase antigen of schistosoma mansoni on thesurface of filamentous phages and evaluation of its vaccine potential. Clinicaland Diagnostis Laboratory Immunology. 536-541.

Sanger, Grace. 2010. Mutu Kesegaran Ikan Tongkol (Auxis Tozordl SelamaPenyimpanan Dingin Warta WIPTEK (Nomor :35/Th. 2010 / MAR.http://repo.unsrat.ac.id/38/1/4_-_Mutu_Kesegaran_Ikan.pdf.

Sangha, K.K., B.V.S. Kumar, R.K. Agrawal, D. Deka, and R. Verma. 2014.Proteomic characterization of lytic bacteriophages of staphylococcus aureusisolated from sewage affluent of India. International Scholarly ResearchNotices. 2014 (ID 265298) : 6 pp.

Page 64: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

73

Santos, S.B., C. Carvalho, J. Azerado, E.C. Ferreira. 2014. Population dynamicsof a Salmonella lytic phageand its host: implication of the host bacterialgrowth rate in modelling. Plos one. 9 (7) : 1-10.

Sarida, M., Tarsim dan I. Faizal. 2010. Pengaruh ekstrak buah mengkudu(Morinda citrifolia L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Vibrioharveyi secara in vitro. Jurnal Penelitian Sains. 13 (3D) : 13312.

Sartika, D. 2012. Efektifitas dan keamanan in vivo fage litik FR38 dari limbahdomestik dalam menurunkan cemaran salmonella P38 indigenous pada sosis,susu dan air. (Desertasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Sartika, D., S.Budiarti, M. Sudarwanto. 2012. Phage FR38 treatmen on spraguedawley rat inferred from blood parameter and organ systems. Hayati Journalof Biosciences. 19 (3) : 131-136.

Shakir, Zakiya. 2012. Molecular Characterization of Fluoroquinolone-ResistantAeromonas spp. Isolated from Imported Shrimp. Appl. Environ.Microbiology. 78(22):8137-8141.

Soeseno, S. 1983. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak. Gramedia. Jakarta.

Sriket, P. 2006. Comparative study on the characteristics and quality changesduring iced storage of Black tiger and White shrimps. (Thesis). Prince ofSongkla University. Thailand. 139 pp.

Sturino, J.M. and T.R. Klaenhammer. 2006. Engineered bacteriophage-defencesystems in bioprocessing. Nature Reviews Microbiology. 4 : 395–404.

Subyakto, S. 2009. Budidaya Udang Vannnamei (Litopenaeus vannamei) SemiIntensif Dengan Metode Resirkulasi Tertutup Untuk MenghindariSerangan Virus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (2).

Sunanti. 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tunggal Bawang Putih (Alliumsativum Linn.) Dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) TerhadapSalmonella typhimurium. Skripsi. IPB. Bogor. 27hlm.

Sunarti, Riri Novita. 2012. Spesifitas dan efektivitas fage litik salmonella sp.(Thesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Supriadi. 2012. Mengandung Salmonela, Produk RI Sempat Ditolak AS. Surabayapos, Rabu, 03/10/2012 12:14 WIB.http://www.seafoodservicecentre.com/index.php?option=com_content&view=article&id=201%3Amengandung-salmonela-produk-ri-sempat-ditolak-as-&catid=34&Itemid=1.

Page 65: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

74

Taha, R.R., Alghalibi, S.M., and Saleh, M.G.S. 2013. Salmonella spp. in patientssuffering from enteric fever and food poisoning in Thamar city, Yemen.Eastern Mediterranean Health Journal. 19 (1) : 88-93.

Taher, Nurmeilita. 2010. Penilaian mutu organoleptik ikan mujair (Tilapiamossambica) segar dengan ukuran yang berbeda selama penyimpanandingin. Jurnal Perikanan dan Kelautan. IV (1) : 8-12.

Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Tambak Udang. NuansaAulia. Bandung.

Trobos. 2015. Perkuat Dominasi Udang Indonesia. Trobos.http://www.trobos.com/detail_berita.php?sir=12&sid=5856

Vaks, L., and I. Benhar. 2011. In vivo characteristics of targeted drug-carryingfilamentous bacteriophage nanomedicines. Journal of Nanobiotechnology. 9(58) : 1-10.

Violeta T. P, Waliszewski & P Zun˜ iga. 2011. Biochemical, microbiological andsensory changes in shrimp (panaeus aztecus) dipped in different solutionsusing face-centred central composite design. International Journal of FoodScience and Technology. 46 : 305–314.

Wibowo, A., L. Muliana, M.H. Prabowo. 2010. Analisis residu antibiotikkloramfenikol dalam daging ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lac)menggunakan metode high performance liquid chromatography. JurnalIlmiah Farmasi. 7 (1) : 1-10.

Widadi, S., Linayanti, Sumiyati. 2012. Exploration of bacteriophage virulent toxanthomonas campestris pv campetris toward development as biocontrolagent for cabbage black rot disease. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Caraka Tani27 (1) : 1-9.

Widanarni, M.A. Lidaenni, D. Wahjuningrum. 2010. Pengaruh PemberianBakteri Probiotik Vibrio SKT-b dengan Dosis Yang Berbeda TerhadapKelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Udang Windu (Penaeusmonodon). Jurnal Akuakultur Indonesia. 9 (1) : 21–29.

Woolston, J., Parks, A.R., Abuladze, T., Anderson, B., Li, M., Carter, C., Hanna,F.L., Heyse, S., Charbonneau, D., Sulakvelidze, A. 2013. Bacteriophageslytic for Salmonella rapidly reduce Salmonella contamination on glass andstainless steel surfaces. Bacteriophage 3 (e25697) : 1-6.

Wray, C., R.H. Davies and S.J. Evans. 2000. Poultry Meat Science.www.adiveter.com.articles

Youssef, F., A. Marais, C. Faure, P. Gentit, and T.Candresse, 2011. Strategies tofacilitate the development of uncloned or cloned infectious full-length viral

Page 66: IDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN …digilib.unila.ac.id/21600/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfIDENTIFIKASI CEMARAN SALMONELLA sp DAN ISOLASI BAKTERIOFAGE SEBAGAI BIOKONTROL DALAM

75

cDNAs: Apple chlorotic leaf spot virus as a case study. Virology Journal, 8(488) : 1-12.

Yudiati, E., Z. Arifin dan I. Riniatsih. 2010. Pengaruh aplikasi probiotik terhadaplaju sintasan dan pertumbuhan tokolan udang Vanamei (Litopeneusvannamei), populasi bakteri Vibrio, serta kandungan amoniak dan bahanorganik media budidaya. Ilmu Kelautan. 15 (3) : 153-158.

Zhang, J., Z. Li, Z. Cao, L. Wang, X. Li, S. Li and Y. Xu. 2015. Bacteriophagesas antimicrobial agents againts major pathogens in swine: a review. Journalof Animal Science and Biotechnology. 1-7