identifikasi air tanah melalui teknik geolistrik.docx

51
IDENTIFIKASI AIR TANAH MELALUI TEKNIK GEOLISTRIK Pengertian Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam mintakat jenuh (saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer. Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan penutup lahan serta aktivitas manusia. Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan batuan atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980) Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water) air yang terdapat pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam. (Bakri, 2003).

Upload: budhi-atmadhi-ynwa

Post on 21-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

IDENTIFIKASI AIR TANAH MELALUI TEKNIK GEOLISTRIK

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI AIR TANAH MELALUI TEKNIK GEOLISTRIK

Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam mintakat jenuh

(saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan penutup lahan serta

aktivitas manusia.

Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan batuan atau

formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak

melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980)

Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk

kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water) air yang terdapat

pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah

dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam. (Bakri, 2003).

Selain itu dikenal pula air tanah magnetik (Vulkanik) yang mempunyai kedalaman sekitar

3-5 kilometer, air kosmik yang berasal dari meteorit, serta fosil atau connate yakni air yang

terperangkap dalam suatu cekungan dimana proses terjadinya bersamaan dengan proses

terjadinya proses sedimenasi yang berlangsung secara alami dalam waktu pembentukan yang

cukup lama. Air tanah merupakan salah satu komponen dari suatu sistem peredaran air di alam

yang disebut siklus hidrologi. Siklus hidrologi sendiri adalah suatu proses sikulasi dan perubahan

bentuk dari air dialam yang berlangsung secara terus menerus, baik air yang berada di laut, di

atmosfer maupun yang berada di daratan.

Proses sirkulasi air di alam dan komponen-komponen yang berpengaruh didalamnya

merupakan suatu proses berjalan secara alami dan berkesinambungan. Uap air dari permukaan

tanah (danau, laut, sungai, kolam) dan transpirasi tumbuhan akan bergerak naik ke atmosfer oleh

proses pendinginan dan kondensasi menjadi awan dan embun yang kemudian pada kondisi

meteorologi tertentu terjadi proses presipitasi berupa hujan.

Sebagian air hujan menguap kembali sebelum mencapai permukaan tanah dan sebagian

lainnya tertahan oleh tumbuhan sebagai intersepsi. Air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan

meresap ke dalam tanah/batuan sebagai infiltrasi dan perkolasi yang kemudian tersimpan sebagai

air tanah atau sebagai aliran bawah permukaan. Oleh berbagai proses geologi tertentu air tanah

atau aliran bawah permukaan tanah tersebut dapat muncul ke permukaan dalam bentuk rembesan

ataupun sebagai mata air.

Sebagian air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah/batuan menjadi air limpasan yang

selanjutnya mengisi danau, sungai, laut dan tubuh air permukaan lainnya. Sedangkan sebagian

air yang berada di dalam tanah pada bagian atas maupun tubuh air permukaan dan tumbuhan

akan menguap kembali sebagai evapotraspirasi.

Pada proses sirkulasi air tersebut, volume air tanah di dalam zona penyimpanan akan

selalu berubah, karena terjadinya proses pengikisan kembali (recharge) dan pengeluaran kembali

(discharge). Pengisian kembali air tanah berasal dari peresapan air hujan, tubuh air permukaan

dan disamping itu dikenal pula pengisian air tanah secara buatan. Besar volume pengisian

kembali akan tergantung pada luasan daerah pengisian.

Pengeluaran kembali terjadi apabila air tanah mengalir keluar dari zona penyimpanan

seperti rembesan, mata air, dan pemompaan air tanah. Pemompaan atau pemanfaatan air tanah

untuk berbagai keperluan baik keperluan rumah tangga, industri, pertanian, perikanan dan lain-

lainnya menjadi sangat penting oleh karena itu pemenuhan kebutuhan dari sumber air permukaan

sifatnya masih relatif terbatas. Namun hingga saat ini air tanah untuk keperluan rumah tangga

masih lebih besar dibanding pemakai air lainnya.

B. Penyebaran Air Tanah

Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi terutama yang

berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi, geomorfologi dan curah hujan. Dari jenis

dan sebaran batuan berikut struktur geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer yang ada

walaupun demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.

Pada zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi terisi sebagai air

tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk dalam klasifikasi air tanah. Sebaliknya

pada zona jenuh air semua pori-pori terisi oleh air dan air yang berada pada zona inilah yang

disebut sebagai air tanah. Batas kedua zona tersebut adalah suatu bidang yang disebut sebagai

muka air tanah (water tabel).

Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu

iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)

a. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )

b. Kondisi Geomorfologi

c. Kondisi Geologi

d. Aktivitas Manusia

Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam tanah, air

tanah tersebut disebut air meteorik. Selain air meteoric ada air lain yaitu air JuvenileWater yang

dapat diklasifikasikan menurut asalnya yaitu magnetic water, volkanik water yang biasanya

panas atau hangat dan mempunyai kandungan sukfur yang tinggi dan cosmic berasal dari ruang

angkasa bersama dengan meteorit.

Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti kompaksi,

metamorfosa dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf water dan Connate water. Connate

water adalah air yang terperangkap dalam endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air

biasanya payau sampai asin), (Suyono, 1995).

C. Sifat Batuan Terhadap Air Tanah

Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap air

tanah terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat dibedakan kedalam 4 (empat)

macam :

a. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat

meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti batu pasir, dan batugamping

b. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak dapat mengalirkan air

tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung, shale, tuf halus

c. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air

tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria, serpih, napal, dan batulempung

d. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air tanah seperti

batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada lapisan batuan tersebut hanya

terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja.

Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan akuifer dapat

dibedakan, antara lain :

a. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air tanah merupakan

bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah yang terdapat pada lapisan akuifer ini

disebut air tanah tidak tertekan dimana muka air tanahnya disebut muka air tanah pheartik

b. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya terletak dibawah

lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Air tanah ini

dibatasi oleh lapisan kedap air pada bagian atas maupun bagian bawahnya. Muka air tanah

artesis oleh karena dilakukan pemboran maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas

mendekati permukaan tanah atau memancar sampai pada keadaan tertentu.

c. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana air tanahnya

terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan posisi batuan akuifernya terletak

antara akuifer bebas dan akuifer tertekan

d. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air tanahnya terpisah dari

air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air yang tidak begitu luas dan terletak pada zona

tidak jenuh air.

D. Karakteristik Air Tanah

Sifat dan karakteristik akuifer memegang peranan penting dalam hal keterpadatan serta

dalam upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air tanah tersebut . sifat dan karakteristik akuifer

sebagai berikut:

1. Porositas

Porositas merupakan semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada suatu massa

batuan yang kemungkinannya bisa terisi oleh air. Besaran porositas dinyatakan sebagai rasio atau

perbandingan antara seluruh lubang (pori-pori batuan) dengan isi total batuan dalam persen.

Kapasitas lapisan pembawa air untuk menyimpan air tanah ditentukan oleh porositas batuannya.

Sedangkan besarnya pori-pori batuan tergantung dari ukuran bentuk dan susunan fragmen batuan

serta tingkat pelarutan maupun retakan batuan.

2. Konduktifitas Hidrolik

Konduktifitas Hidrolik disebut juga sebagai permeabilitas (K=T/D) adalah besarnya

aliran air yang dapat disalurkan melewati satu satuan penampang akuifer tegak lurus terhadap

arah aliran air dalam satu satuan landaian hidrolika. Dalam ilmu teknik terapan permeabilitas

adalah merupakan unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Dengan

kata lain bahwa permeabilitas adalah parameter hidrolika yang menyatakan ukuran jumlah air

yang dapat diteruskan oleh media porous persatuan luas penampang. Konduktivitas hidrolika

dipengaruhi oleh porositas, ukuran butir dan distribusinya. Satuannya dinyatakan dalam

cm3/detik atau m3/hari.

3. Koefisien keterusan (Transmisivity = T)

Transmisivity adalah banyak air yang dapat mengalir melalui suatu lubang vertikal

akuifernya dan selebar satu unit panjang dengan landaian hidrolika satu unit dimana satuannya

adalah m2/jam atau m2/hari. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut T = K. D. pemompaan

air tanah dari akuifer yang mempunyai nilai T besar menyebabkan sifat depresi air tanah dangkal

tetapi rediusnya luas sedangkan sebaliknya apabila T kecil maka depresi air tanah relative lebih

dalam namun radiusnya sempit.

4. Koofisien Daya Simpan Air (storativity = S = Qs/A.D)

Storativity adalah volum air yang dapat disimpan atau dapat dilepaskan oleh suatu akuifer

setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan kedudukan muka air tanah atau bidang

piezometrik. Nilai kisaran Storativity antara 10-5 10-3. nilai S pada akuifer bebas berbeda dengan

nilai pada akuifer tertekan sedangkan pada leakage aquifer tidak mempunyai dimensi. Pada

akuifer bebas batasan hasil jenis (Specific yield) sama dengan koefisien simpanan.

5. Hasil Jenis

Hasil jenis merupakan koefisien daya simpan air pada akuifer bebas yang mempunyai

nilai berkisar anatara 10-1 sampai dengan 10-2 dirumuskan sebagai :

a = Sy + Sr

Dimana a = Porositas

Sy = Spesific yield

Sr = Specific retention

6. Ketebalan Akuifer

Ketebalan akuifer merupakan jarak tegak lurus antara bidang yang menjadi batas atas

dan bawah dari suatu lapisan batuan yang mengandung air tanah. Ketebalan akuifer dapat

ditentukan dari berbagai pengamatan geologi serta penelitian geofisika atau dengan kegiatan

pengeboran.

E. Sifat Listrik Batuan

Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga macam yaitu

konduksi dielektrik, konduksi elektrolik dan konduksi elektronik. Konduksi dielektrik terjadi jika

batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan

dialiri listrik). Konduksi elektrolik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-pori

tersebut terisi cairan-cairan elektrolik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektronik

terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirikan

dalam batuan/mineral oleh elektron bebas (Semester Break, 2003).

Berdasarkan harga resistiviti listriknya batuan/mineral digolongkan menjadi tiga yaitu :

Konduktor baik : 10-6 < p < Ώ m

Konduktor buruk : 1 < p < 107 Ώ m

Isolator : p > 107 Ώ m

F. Metode Geolistrik

Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode geolistrik

yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan didalam bumi.

Sebetulnya terdapat banyak metode eksplorasi geofisika yang menggunakan sifat tahanan

sebagai media/alat untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan.

Dalam metode –metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar, yaitu:

1. Metode Resistivitas Mapping

Metode ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi

tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal, oleh karena itu pada metode ini

dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan bumi. Setelah itu

baru dibuat kontur isoresistivitasnya.

2. Metode Resistivitas Sounding (drilling)

Metode ini juga biasa dikenal sebagai Resistivitas Drilling, Resistivitas Probing dan lain-

lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas

batuan dibawah permukaan bumi secara vertical.

Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan

mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara

sembarangan, tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar secara grundal. Jarak

elektroda ini sebanding dengan kedalamn lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada pengukuran

sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika mempunyai suatu alat geolistrik

yang memadai. Dalam hal ini alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang

cukup besar atau alat tersebut harus cukup sensitif dalam mendeteksi benda potensial yang kecil

sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik

cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.

Pengukuran dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik) bertujuan untuk

memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas bumi adalah variasi harga resistivitas

terhadap dari permukaan tanah (Awaluddin, 2004).

a. Pendekatan model pelapisan bumi

Bumi dapat dianggap terdiri dari beberapa lapisan sejajar (horizontal layering) yang

bersifat homogen isotropik untuk setiap lapisannya. Setiap lapisan (strata) mempunyai nilai

resistivitas (p-Ώm) dan ketebalan (d-meter) tertentu. Struktur resistivitas dapat dikaitkan

terhadap strukrtur geologi melalui suatu korelasi.

Struktur geologi memberikan gambaran terhadap arah dan susunan serta jenis lapisan

batuan. Korelasi antara struktur resistivitas terhadap struktur geologi membutuhkan informasi

geologi pada daerah survey. Korelasi tersebut akan menghasilkan suatu pengelompokan harga

resistivitas terhadap masing-masing lapisan batuan serta bentuk strukturnya.

Jadi struktur resistivitas memberikan kontribusi terhadap struktur geologi di suatu

daerah secara lebih rinci, hal ini sangat bermanfaat jika informasi/data geologi dari daerah survei

sangat minim.

b. Akuisasi data di lapangan

Kualitas hasil penyelidikan metode geolistrik sangat bergantung terhadap keakuratan dan

kebenaran data lapangan yang diambil melalui suatu pengukuran dengan menggunakan peralatan

tertentu. Keakuratan dan kebenaran data resistivitas adalah pencerminan terhadap besarnya

simpanan dari nilai resistivitas semu yang diukur terhadap kondisi dan bentuk pelapisan bumi

sebenarnya.

c. Penerapan metode geolistrik

Keberhasilan penerapan metode ini bergantung kepada besarnya kontras resistivitas dari

sistem yang akan dipelajari atau dengan kata lain berapa besar variasi resistivitas yang akan

diukur dari obyek atau tujuan pekerjaannya. Penerapan utama terhadap metode resistivitas yang

telah berhasil :

1) Untuk memperoleh struktur geologi

2) Eksplorasi air tanah

3) Pendugaan Reservior panas bumi

G. Dasar Interpretasi Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga tahanan jenis masing-

masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai tahanan jenis yang sama. Sebaliknya

harga tahanan jenis sama bisa dimiliki oleh batuan-batuan berbeda. Faktor-faktor yang

berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung,

kandungan benda cair dan faktor eksternal lainnya. (Soenarto, 2003).

Beberapa aspek berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis suatu batuan bisa sebagai

berikut :

Batuan sedimen yang bersifat lepas mempunyai nilai tahanan jenis lebih rendah bila dibanding dengan batuan sedimen padu dan kompak

Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai nilai tahanan jenis yang tergolong tinggi Batuan yang basah dan mengandung air, nilai tahanan jenisnya rendah dan semakin lebih

rendah lagi bila yang dikandungnya bersifat payau atau asin

Kandungan logam yang berada di sekitar lokasi pendugaan sangat berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis batuan.

Faktor luar seperti kabel, tiang listrik dan saluran pipa logam dapat mempengaruhi hasil pengukuran di lapangan.

Tabel Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis MineralNo Mineral Resistivitas ( Ωm)1 Tanah 1.000-10.0002 Air Dalam Lapisan Alluvial 10-303 Air Sumber 50-1004 Pasi Dan Kerikil Kering 1.000-10.0005 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Tawar 50-5006 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Asin 0.5-57 Air Laut 0.28 Napal 20-2009 Batu Gamping 300-10.00010 Batu Pasir Lempung 50-30011 Batu Pasir Kuarsa 300-10.00012 Tufa Gunung Api 0.5-513 Lava 100-30014 Serpih 300-3.00015 Geniss, Granit Selingan 100-1.00016 Serpih Mengandung Grafit 0.5-517 Granit 1.000-10.00018 Air Permukaan 80-20019 Air Tanah 30-10020 Konglomerat 100-50021 Alluvium – Dilivium

a. Lapisan Slit Lempungb. Lapisan Pasirc. Lapisan Pasir Dan Kerikil

10-200100-600

100-1.000

22 Neo-Tersier

a. Batu Lumpurb. Batu Pasirc. Kelompok Andesitd. Kelompok Chert, Slate

20-20050-500100-500200-2000

Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam mintakat jenuh

(saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan penutup lahan serta

aktivitas manusia.

Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan batuan atau

formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak

melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980)

Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk

kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water) air yang terdapat

pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah

dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam. (Bakri, 2003).

Selain itu dikenal pula air tanah magnetik (Vulkanik) yang mempunyai kedalaman sekitar

3-5 kilometer, air kosmik yang berasal dari meteorit, serta fosil atau connate yakni air yang

terperangkap dalam suatu cekungan dimana proses terjadinya bersamaan dengan proses

terjadinya proses sedimenasi yang berlangsung secara alami dalam waktu pembentukan yang

cukup lama. Air tanah merupakan salah satu komponen dari suatu sistem peredaran air di alam

yang disebut siklus hidrologi. Siklus hidrologi sendiri adalah suatu proses sikulasi dan perubahan

bentuk dari air dialam yang berlangsung secara terus menerus, baik air yang berada di laut, di

atmosfer maupun yang berada di daratan.

Proses sirkulasi air di alam dan komponen-komponen yang berpengaruh didalamnya

merupakan suatu proses berjalan secara alami dan berkesinambungan. Uap air dari permukaan

tanah (danau, laut, sungai, kolam) dan transpirasi tumbuhan akan bergerak naik ke atmosfer oleh

proses pendinginan dan kondensasi menjadi awan dan embun yang kemudian pada kondisi

meteorologi tertentu terjadi proses presipitasi berupa hujan.

Sebagian air hujan menguap kembali sebelum mencapai permukaan tanah dan sebagian

lainnya tertahan oleh tumbuhan sebagai intersepsi. Air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan

meresap ke dalam tanah/batuan sebagai infiltrasi dan perkolasi yang kemudian tersimpan sebagai

air tanah atau sebagai aliran bawah permukaan. Oleh berbagai proses geologi tertentu air tanah

atau aliran bawah permukaan tanah tersebut dapat muncul ke permukaan dalam bentuk rembesan

ataupun sebagai mata air.

Sebagian air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah/batuan menjadi air limpasan yang

selanjutnya mengisi danau, sungai, laut dan tubuh air permukaan lainnya. Sedangkan sebagian

air yang berada di dalam tanah pada bagian atas maupun tubuh air permukaan dan tumbuhan

akan menguap kembali sebagai evapotraspirasi.

Pada proses sirkulasi air tersebut, volume air tanah di dalam zona penyimpanan akan

selalu berubah, karena terjadinya proses pengikisan kembali (recharge) dan pengeluaran kembali

(discharge). Pengisian kembali air tanah berasal dari peresapan air hujan, tubuh air permukaan

dan disamping itu dikenal pula pengisian air tanah secara buatan. Besar volume pengisian

kembali akan tergantung pada luasan daerah pengisian.

Pengeluaran kembali terjadi apabila air tanah mengalir keluar dari zona penyimpanan

seperti rembesan, mata air, dan pemompaan air tanah. Pemompaan atau pemanfaatan air tanah

untuk berbagai keperluan baik keperluan rumah tangga, industri, pertanian, perikanan dan lain-

lainnya menjadi sangat penting oleh karena itu pemenuhan kebutuhan dari sumber air permukaan

sifatnya masih relatif terbatas. Namun hingga saat ini air tanah untuk keperluan rumah tangga

masih lebih besar dibanding pemakai air lainnya.

B. Penyebaran Air Tanah

Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi terutama yang

berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi, geomorfologi dan curah hujan. Dari jenis

dan sebaran batuan berikut struktur geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer yang ada

walaupun demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.

Pada zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi terisi sebagai air

tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk dalam klasifikasi air tanah. Sebaliknya

pada zona jenuh air semua pori-pori terisi oleh air dan air yang berada pada zona inilah yang

disebut sebagai air tanah. Batas kedua zona tersebut adalah suatu bidang yang disebut sebagai

muka air tanah (water tabel).

Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu

iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)

a. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )

b. Kondisi Geomorfologi

c. Kondisi Geologi

d. Aktivitas Manusia

Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam tanah, air

tanah tersebut disebut air meteorik. Selain air meteoric ada air lain yaitu air JuvenileWater yang

dapat diklasifikasikan menurut asalnya yaitu magnetic water, volkanik water yang biasanya

panas atau hangat dan mempunyai kandungan sukfur yang tinggi dan cosmic berasal dari ruang

angkasa bersama dengan meteorit.

Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti kompaksi,

metamorfosa dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf water dan Connate water. Connate

water adalah air yang terperangkap dalam endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air

biasanya payau sampai asin), (Suyono, 1995).

C. Sifat Batuan Terhadap Air Tanah

Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap air

tanah terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat dibedakan kedalam 4 (empat)

macam :

a. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat

meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti batu pasir, dan batugamping

b. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak dapat mengalirkan air

tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung, shale, tuf halus

c. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air

tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria, serpih, napal, dan batulempung

d. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air tanah seperti

batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada lapisan batuan tersebut hanya

terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja.

Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan akuifer dapat

dibedakan, antara lain :

a. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air tanah merupakan

bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah yang terdapat pada lapisan akuifer ini

disebut air tanah tidak tertekan dimana muka air tanahnya disebut muka air tanah pheartik

b. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya terletak dibawah

lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Air tanah ini

dibatasi oleh lapisan kedap air pada bagian atas maupun bagian bawahnya. Muka air tanah

artesis oleh karena dilakukan pemboran maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas

mendekati permukaan tanah atau memancar sampai pada keadaan tertentu.

c. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana air tanahnya

terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan posisi batuan akuifernya terletak

antara akuifer bebas dan akuifer tertekan

d. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air tanahnya terpisah dari

air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air yang tidak begitu luas dan terletak pada zona

tidak jenuh air.

D. Karakteristik Air Tanah

Sifat dan karakteristik akuifer memegang peranan penting dalam hal keterpadatan serta

dalam upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air tanah tersebut . sifat dan karakteristik akuifer

sebagai berikut:

1. Porositas

Porositas merupakan semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada suatu massa

batuan yang kemungkinannya bisa terisi oleh air. Besaran porositas dinyatakan sebagai rasio atau

perbandingan antara seluruh lubang (pori-pori batuan) dengan isi total batuan dalam persen.

Kapasitas lapisan pembawa air untuk menyimpan air tanah ditentukan oleh porositas batuannya.

Sedangkan besarnya pori-pori batuan tergantung dari ukuran bentuk dan susunan fragmen batuan

serta tingkat pelarutan maupun retakan batuan.

2. Konduktifitas Hidrolik

Konduktifitas Hidrolik disebut juga sebagai permeabilitas (K=T/D) adalah besarnya

aliran air yang dapat disalurkan melewati satu satuan penampang akuifer tegak lurus terhadap

arah aliran air dalam satu satuan landaian hidrolika. Dalam ilmu teknik terapan permeabilitas

adalah merupakan unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Dengan

kata lain bahwa permeabilitas adalah parameter hidrolika yang menyatakan ukuran jumlah air

yang dapat diteruskan oleh media porous persatuan luas penampang. Konduktivitas hidrolika

dipengaruhi oleh porositas, ukuran butir dan distribusinya. Satuannya dinyatakan dalam

cm3/detik atau m3/hari.

3. Koefisien keterusan (Transmisivity = T)

Transmisivity adalah banyak air yang dapat mengalir melalui suatu lubang vertikal

akuifernya dan selebar satu unit panjang dengan landaian hidrolika satu unit dimana satuannya

adalah m2/jam atau m2/hari. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut T = K. D. pemompaan

air tanah dari akuifer yang mempunyai nilai T besar menyebabkan sifat depresi air tanah dangkal

tetapi rediusnya luas sedangkan sebaliknya apabila T kecil maka depresi air tanah relative lebih

dalam namun radiusnya sempit.

4. Koofisien Daya Simpan Air (storativity = S = Qs/A.D)

Storativity adalah volum air yang dapat disimpan atau dapat dilepaskan oleh suatu akuifer

setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan kedudukan muka air tanah atau bidang

piezometrik. Nilai kisaran Storativity antara 10-5 10-3. nilai S pada akuifer bebas berbeda dengan

nilai pada akuifer tertekan sedangkan pada leakage aquifer tidak mempunyai dimensi. Pada

akuifer bebas batasan hasil jenis (Specific yield) sama dengan koefisien simpanan.

5. Hasil Jenis

Hasil jenis merupakan koefisien daya simpan air pada akuifer bebas yang mempunyai

nilai berkisar anatara 10-1 sampai dengan 10-2 dirumuskan sebagai :

a = Sy + Sr

Dimana a = Porositas

Sy = Spesific yield

Sr = Specific retention

6. Ketebalan Akuifer

Ketebalan akuifer merupakan jarak tegak lurus antara bidang yang menjadi batas atas

dan bawah dari suatu lapisan batuan yang mengandung air tanah. Ketebalan akuifer dapat

ditentukan dari berbagai pengamatan geologi serta penelitian geofisika atau dengan kegiatan

pengeboran.

E. Sifat Listrik Batuan

Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga macam yaitu

konduksi dielektrik, konduksi elektrolik dan konduksi elektronik. Konduksi dielektrik terjadi jika

batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan

dialiri listrik). Konduksi elektrolik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-pori

tersebut terisi cairan-cairan elektrolik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektronik

terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirikan

dalam batuan/mineral oleh elektron bebas (Semester Break, 2003).

Berdasarkan harga resistiviti listriknya batuan/mineral digolongkan menjadi tiga yaitu :

Konduktor baik : 10-6 < p < Ώ m

Konduktor buruk : 1 < p < 107 Ώ m

Isolator : p > 107 Ώ m

F. Metode Geolistrik

Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode geolistrik

yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan didalam bumi.

Sebetulnya terdapat banyak metode eksplorasi geofisika yang menggunakan sifat tahanan

sebagai media/alat untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan.

Dalam metode –metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar, yaitu:

1. Metode Resistivitas Mapping

Metode ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi

tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal, oleh karena itu pada metode ini

dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan bumi. Setelah itu

baru dibuat kontur isoresistivitasnya.

2. Metode Resistivitas Sounding (drilling)

Metode ini juga biasa dikenal sebagai Resistivitas Drilling, Resistivitas Probing dan lain-

lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas

batuan dibawah permukaan bumi secara vertical.

Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan

mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara

sembarangan, tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar secara grundal. Jarak

elektroda ini sebanding dengan kedalamn lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada pengukuran

sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika mempunyai suatu alat geolistrik

yang memadai. Dalam hal ini alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang

cukup besar atau alat tersebut harus cukup sensitif dalam mendeteksi benda potensial yang kecil

sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik

cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.

Pengukuran dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik) bertujuan untuk

memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas bumi adalah variasi harga resistivitas

terhadap dari permukaan tanah (Awaluddin, 2004).

a. Pendekatan model pelapisan bumi

Bumi dapat dianggap terdiri dari beberapa lapisan sejajar (horizontal layering) yang

bersifat homogen isotropik untuk setiap lapisannya. Setiap lapisan (strata) mempunyai nilai

resistivitas (p-Ώm) dan ketebalan (d-meter) tertentu. Struktur resistivitas dapat dikaitkan

terhadap strukrtur geologi melalui suatu korelasi.

Struktur geologi memberikan gambaran terhadap arah dan susunan serta jenis lapisan

batuan. Korelasi antara struktur resistivitas terhadap struktur geologi membutuhkan informasi

geologi pada daerah survey. Korelasi tersebut akan menghasilkan suatu pengelompokan harga

resistivitas terhadap masing-masing lapisan batuan serta bentuk strukturnya.

Jadi struktur resistivitas memberikan kontribusi terhadap struktur geologi di suatu

daerah secara lebih rinci, hal ini sangat bermanfaat jika informasi/data geologi dari daerah survei

sangat minim.

b. Akuisasi data di lapangan

Kualitas hasil penyelidikan metode geolistrik sangat bergantung terhadap keakuratan dan

kebenaran data lapangan yang diambil melalui suatu pengukuran dengan menggunakan peralatan

tertentu. Keakuratan dan kebenaran data resistivitas adalah pencerminan terhadap besarnya

simpanan dari nilai resistivitas semu yang diukur terhadap kondisi dan bentuk pelapisan bumi

sebenarnya.

c. Penerapan metode geolistrik

Keberhasilan penerapan metode ini bergantung kepada besarnya kontras resistivitas dari

sistem yang akan dipelajari atau dengan kata lain berapa besar variasi resistivitas yang akan

diukur dari obyek atau tujuan pekerjaannya. Penerapan utama terhadap metode resistivitas yang

telah berhasil :

1) Untuk memperoleh struktur geologi

2) Eksplorasi air tanah

3) Pendugaan Reservior panas bumi

G. Dasar Interpretasi Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga tahanan jenis masing-

masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai tahanan jenis yang sama. Sebaliknya

harga tahanan jenis sama bisa dimiliki oleh batuan-batuan berbeda. Faktor-faktor yang

berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung,

kandungan benda cair dan faktor eksternal lainnya. (Soenarto, 2003).

Beberapa aspek berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis suatu batuan bisa sebagai

berikut :

Batuan sedimen yang bersifat lepas mempunyai nilai tahanan jenis lebih rendah bila dibanding dengan batuan sedimen padu dan kompak

Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai nilai tahanan jenis yang tergolong tinggi Batuan yang basah dan mengandung air, nilai tahanan jenisnya rendah dan semakin lebih

rendah lagi bila yang dikandungnya bersifat payau atau asin Kandungan logam yang berada di sekitar lokasi pendugaan sangat berpengaruh terhadap

nilai tahanan jenis batuan. Faktor luar seperti kabel, tiang listrik dan saluran pipa logam dapat mempengaruhi hasil

pengukuran di lapangan.

Tabel Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis MineralNo Mineral Resistivitas ( Ωm)

1 Tanah 1.000-10.0002 Air Dalam Lapisan Alluvial 10-303 Air Sumber 50-1004 Pasi Dan Kerikil Kering 1.000-10.0005 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Tawar 50-5006 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Asin 0.5-57 Air Laut 0.28 Napal 20-2009 Batu Gamping 300-10.00010 Batu Pasir Lempung 50-30011 Batu Pasir Kuarsa 300-10.00012 Tufa Gunung Api 0.5-513 Lava 100-30014 Serpih 300-3.00015 Geniss, Granit Selingan 100-1.00016 Serpih Mengandung Grafit 0.5-517 Granit 1.000-10.00018 Air Permukaan 80-20019 Air Tanah 30-10020 Konglomerat 100-50021 Alluvium – Dilivium

a. Lapisan Slit Lempungb. Lapisan Pasirc. Lapisan Pasir Dan Kerikil

10-200100-600

100-1.000

22 Neo-Tersier

a. Batu Lumpurb. Batu Pasirc. Kelompok Andesitd. Kelompok Chert, Slate

20-20050-500100-500200-2000

Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam mintakat jenuh

(saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan penutup lahan serta

aktivitas manusia.

Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan batuan atau

formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air untuk masuk dan bergerak

melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980)

Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk

kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water) air yang terdapat

pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah

dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam. (Bakri, 2003).

Selain itu dikenal pula air tanah magnetik (Vulkanik) yang mempunyai kedalaman sekitar

3-5 kilometer, air kosmik yang berasal dari meteorit, serta fosil atau connate yakni air yang

terperangkap dalam suatu cekungan dimana proses terjadinya bersamaan dengan proses

terjadinya proses sedimenasi yang berlangsung secara alami dalam waktu pembentukan yang

cukup lama. Air tanah merupakan salah satu komponen dari suatu sistem peredaran air di alam

yang disebut siklus hidrologi. Siklus hidrologi sendiri adalah suatu proses sikulasi dan perubahan

bentuk dari air dialam yang berlangsung secara terus menerus, baik air yang berada di laut, di

atmosfer maupun yang berada di daratan.

Proses sirkulasi air di alam dan komponen-komponen yang berpengaruh didalamnya

merupakan suatu proses berjalan secara alami dan berkesinambungan. Uap air dari permukaan

tanah (danau, laut, sungai, kolam) dan transpirasi tumbuhan akan bergerak naik ke atmosfer oleh

proses pendinginan dan kondensasi menjadi awan dan embun yang kemudian pada kondisi

meteorologi tertentu terjadi proses presipitasi berupa hujan.

Sebagian air hujan menguap kembali sebelum mencapai permukaan tanah dan sebagian

lainnya tertahan oleh tumbuhan sebagai intersepsi. Air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan

meresap ke dalam tanah/batuan sebagai infiltrasi dan perkolasi yang kemudian tersimpan sebagai

air tanah atau sebagai aliran bawah permukaan. Oleh berbagai proses geologi tertentu air tanah

atau aliran bawah permukaan tanah tersebut dapat muncul ke permukaan dalam bentuk rembesan

ataupun sebagai mata air.

Sebagian air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah/batuan menjadi air limpasan yang

selanjutnya mengisi danau, sungai, laut dan tubuh air permukaan lainnya. Sedangkan sebagian

air yang berada di dalam tanah pada bagian atas maupun tubuh air permukaan dan tumbuhan

akan menguap kembali sebagai evapotraspirasi.

Pada proses sirkulasi air tersebut, volume air tanah di dalam zona penyimpanan akan

selalu berubah, karena terjadinya proses pengikisan kembali (recharge) dan pengeluaran kembali

(discharge). Pengisian kembali air tanah berasal dari peresapan air hujan, tubuh air permukaan

dan disamping itu dikenal pula pengisian air tanah secara buatan. Besar volume pengisian

kembali akan tergantung pada luasan daerah pengisian.

Pengeluaran kembali terjadi apabila air tanah mengalir keluar dari zona penyimpanan

seperti rembesan, mata air, dan pemompaan air tanah. Pemompaan atau pemanfaatan air tanah

untuk berbagai keperluan baik keperluan rumah tangga, industri, pertanian, perikanan dan lain-

lainnya menjadi sangat penting oleh karena itu pemenuhan kebutuhan dari sumber air permukaan

sifatnya masih relatif terbatas. Namun hingga saat ini air tanah untuk keperluan rumah tangga

masih lebih besar dibanding pemakai air lainnya.

B. Penyebaran Air Tanah

Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi terutama yang

berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi, geomorfologi dan curah hujan. Dari jenis

dan sebaran batuan berikut struktur geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer yang ada

walaupun demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.

Pada zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi terisi sebagai air

tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk dalam klasifikasi air tanah. Sebaliknya

pada zona jenuh air semua pori-pori terisi oleh air dan air yang berada pada zona inilah yang

disebut sebagai air tanah. Batas kedua zona tersebut adalah suatu bidang yang disebut sebagai

muka air tanah (water tabel).

Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu

iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)

a. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )

b. Kondisi Geomorfologi

c. Kondisi Geologi

d. Aktivitas Manusia

Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam tanah, air

tanah tersebut disebut air meteorik. Selain air meteoric ada air lain yaitu air JuvenileWater yang

dapat diklasifikasikan menurut asalnya yaitu magnetic water, volkanik water yang biasanya

panas atau hangat dan mempunyai kandungan sukfur yang tinggi dan cosmic berasal dari ruang

angkasa bersama dengan meteorit.

Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti kompaksi,

metamorfosa dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf water dan Connate water. Connate

water adalah air yang terperangkap dalam endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air

biasanya payau sampai asin), (Suyono, 1995).

C. Sifat Batuan Terhadap Air Tanah

Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap air

tanah terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat dibedakan kedalam 4 (empat)

macam :

a. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat

meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti batu pasir, dan batugamping

b. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak dapat mengalirkan air

tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung, shale, tuf halus

c. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air

tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria, serpih, napal, dan batulempung

d. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air tanah seperti

batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada lapisan batuan tersebut hanya

terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja.

Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan akuifer dapat

dibedakan, antara lain :

a. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air tanah merupakan

bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah yang terdapat pada lapisan akuifer ini

disebut air tanah tidak tertekan dimana muka air tanahnya disebut muka air tanah pheartik

b. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya terletak dibawah

lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Air tanah ini

dibatasi oleh lapisan kedap air pada bagian atas maupun bagian bawahnya. Muka air tanah

artesis oleh karena dilakukan pemboran maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas

mendekati permukaan tanah atau memancar sampai pada keadaan tertentu.

c. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana air tanahnya

terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan posisi batuan akuifernya terletak

antara akuifer bebas dan akuifer tertekan

d. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air tanahnya terpisah dari

air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air yang tidak begitu luas dan terletak pada zona

tidak jenuh air.

D. Karakteristik Air Tanah

Sifat dan karakteristik akuifer memegang peranan penting dalam hal keterpadatan serta

dalam upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air tanah tersebut . sifat dan karakteristik akuifer

sebagai berikut:

1. Porositas

Porositas merupakan semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada suatu massa

batuan yang kemungkinannya bisa terisi oleh air. Besaran porositas dinyatakan sebagai rasio atau

perbandingan antara seluruh lubang (pori-pori batuan) dengan isi total batuan dalam persen.

Kapasitas lapisan pembawa air untuk menyimpan air tanah ditentukan oleh porositas batuannya.

Sedangkan besarnya pori-pori batuan tergantung dari ukuran bentuk dan susunan fragmen batuan

serta tingkat pelarutan maupun retakan batuan.

2. Konduktifitas Hidrolik

Konduktifitas Hidrolik disebut juga sebagai permeabilitas (K=T/D) adalah besarnya

aliran air yang dapat disalurkan melewati satu satuan penampang akuifer tegak lurus terhadap

arah aliran air dalam satu satuan landaian hidrolika. Dalam ilmu teknik terapan permeabilitas

adalah merupakan unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Dengan

kata lain bahwa permeabilitas adalah parameter hidrolika yang menyatakan ukuran jumlah air

yang dapat diteruskan oleh media porous persatuan luas penampang. Konduktivitas hidrolika

dipengaruhi oleh porositas, ukuran butir dan distribusinya. Satuannya dinyatakan dalam

cm3/detik atau m3/hari.

3. Koefisien keterusan (Transmisivity = T)

Transmisivity adalah banyak air yang dapat mengalir melalui suatu lubang vertikal

akuifernya dan selebar satu unit panjang dengan landaian hidrolika satu unit dimana satuannya

adalah m2/jam atau m2/hari. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut T = K. D. pemompaan

air tanah dari akuifer yang mempunyai nilai T besar menyebabkan sifat depresi air tanah dangkal

tetapi rediusnya luas sedangkan sebaliknya apabila T kecil maka depresi air tanah relative lebih

dalam namun radiusnya sempit.

4. Koofisien Daya Simpan Air (storativity = S = Qs/A.D)

Storativity adalah volum air yang dapat disimpan atau dapat dilepaskan oleh suatu akuifer

setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan kedudukan muka air tanah atau bidang

piezometrik. Nilai kisaran Storativity antara 10-5 10-3. nilai S pada akuifer bebas berbeda dengan

nilai pada akuifer tertekan sedangkan pada leakage aquifer tidak mempunyai dimensi. Pada

akuifer bebas batasan hasil jenis (Specific yield) sama dengan koefisien simpanan.

5. Hasil Jenis

Hasil jenis merupakan koefisien daya simpan air pada akuifer bebas yang mempunyai

nilai berkisar anatara 10-1 sampai dengan 10-2 dirumuskan sebagai :

a = Sy + Sr

Dimana a = Porositas

Sy = Spesific yield

Sr = Specific retention

6. Ketebalan Akuifer

Ketebalan akuifer merupakan jarak tegak lurus antara bidang yang menjadi batas atas

dan bawah dari suatu lapisan batuan yang mengandung air tanah. Ketebalan akuifer dapat

ditentukan dari berbagai pengamatan geologi serta penelitian geofisika atau dengan kegiatan

pengeboran.

E. Sifat Listrik Batuan

Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga macam yaitu

konduksi dielektrik, konduksi elektrolik dan konduksi elektronik. Konduksi dielektrik terjadi jika

batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan

dialiri listrik). Konduksi elektrolik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-pori

tersebut terisi cairan-cairan elektrolik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion elektronik

terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirikan

dalam batuan/mineral oleh elektron bebas (Semester Break, 2003).

Berdasarkan harga resistiviti listriknya batuan/mineral digolongkan menjadi tiga yaitu :

Konduktor baik : 10-6 < p < Ώ m

Konduktor buruk : 1 < p < 107 Ώ m

Isolator : p > 107 Ώ m

F. Metode Geolistrik

Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode geolistrik

yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan didalam bumi.

Sebetulnya terdapat banyak metode eksplorasi geofisika yang menggunakan sifat tahanan

sebagai media/alat untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan.

Dalam metode –metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar, yaitu:

1. Metode Resistivitas Mapping

Metode ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi

tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal, oleh karena itu pada metode ini

dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan bumi. Setelah itu

baru dibuat kontur isoresistivitasnya.

2. Metode Resistivitas Sounding (drilling)

Metode ini juga biasa dikenal sebagai Resistivitas Drilling, Resistivitas Probing dan lain-

lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas

batuan dibawah permukaan bumi secara vertical.

Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan

mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara

sembarangan, tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar secara grundal. Jarak

elektroda ini sebanding dengan kedalamn lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada pengukuran

sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika mempunyai suatu alat geolistrik

yang memadai. Dalam hal ini alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus listrik yang

cukup besar atau alat tersebut harus cukup sensitif dalam mendeteksi benda potensial yang kecil

sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik

cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.

Pengukuran dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik) bertujuan untuk

memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas bumi adalah variasi harga resistivitas

terhadap dari permukaan tanah (Awaluddin, 2004).

a. Pendekatan model pelapisan bumi

Bumi dapat dianggap terdiri dari beberapa lapisan sejajar (horizontal layering) yang

bersifat homogen isotropik untuk setiap lapisannya. Setiap lapisan (strata) mempunyai nilai

resistivitas (p-Ώm) dan ketebalan (d-meter) tertentu. Struktur resistivitas dapat dikaitkan

terhadap strukrtur geologi melalui suatu korelasi.

Struktur geologi memberikan gambaran terhadap arah dan susunan serta jenis lapisan

batuan. Korelasi antara struktur resistivitas terhadap struktur geologi membutuhkan informasi

geologi pada daerah survey. Korelasi tersebut akan menghasilkan suatu pengelompokan harga

resistivitas terhadap masing-masing lapisan batuan serta bentuk strukturnya.

Jadi struktur resistivitas memberikan kontribusi terhadap struktur geologi di suatu

daerah secara lebih rinci, hal ini sangat bermanfaat jika informasi/data geologi dari daerah survei

sangat minim.

b. Akuisasi data di lapangan

Kualitas hasil penyelidikan metode geolistrik sangat bergantung terhadap keakuratan dan

kebenaran data lapangan yang diambil melalui suatu pengukuran dengan menggunakan peralatan

tertentu. Keakuratan dan kebenaran data resistivitas adalah pencerminan terhadap besarnya

simpanan dari nilai resistivitas semu yang diukur terhadap kondisi dan bentuk pelapisan bumi

sebenarnya.

c. Penerapan metode geolistrik

Keberhasilan penerapan metode ini bergantung kepada besarnya kontras resistivitas dari

sistem yang akan dipelajari atau dengan kata lain berapa besar variasi resistivitas yang akan

diukur dari obyek atau tujuan pekerjaannya. Penerapan utama terhadap metode resistivitas yang

telah berhasil :

1) Untuk memperoleh struktur geologi

2) Eksplorasi air tanah

3) Pendugaan Reservior panas bumi

G. Dasar Interpretasi Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga tahanan jenis masing-

masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai tahanan jenis yang sama. Sebaliknya

harga tahanan jenis sama bisa dimiliki oleh batuan-batuan berbeda. Faktor-faktor yang

berpengaruh antara lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung,

kandungan benda cair dan faktor eksternal lainnya. (Soenarto, 2003).

Beberapa aspek berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis suatu batuan bisa sebagai

berikut :

Batuan sedimen yang bersifat lepas mempunyai nilai tahanan jenis lebih rendah bila dibanding dengan batuan sedimen padu dan kompak

Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai nilai tahanan jenis yang tergolong tinggi Batuan yang basah dan mengandung air, nilai tahanan jenisnya rendah dan semakin lebih

rendah lagi bila yang dikandungnya bersifat payau atau asin Kandungan logam yang berada di sekitar lokasi pendugaan sangat berpengaruh terhadap

nilai tahanan jenis batuan. Faktor luar seperti kabel, tiang listrik dan saluran pipa logam dapat mempengaruhi hasil

pengukuran di lapangan.

Tabel Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis MineralNo Mineral Resistivitas ( Ωm)

1 Tanah 1.000-10.0002 Air Dalam Lapisan Alluvial 10-303 Air Sumber 50-1004 Pasi Dan Kerikil Kering 1.000-10.0005 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Tawar 50-5006 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Asin 0.5-57 Air Laut 0.28 Napal 20-2009 Batu Gamping 300-10.00010 Batu Pasir Lempung 50-30011 Batu Pasir Kuarsa 300-10.00012 Tufa Gunung Api 0.5-513 Lava 100-30014 Serpih 300-3.00015 Geniss, Granit Selingan 100-1.00016 Serpih Mengandung Grafit 0.5-517 Granit 1.000-10.00018 Air Permukaan 80-20019 Air Tanah 30-10020 Konglomerat 100-50021 Alluvium – Dilivium

a. Lapisan Slit Lempungb. Lapisan Pasirc. Lapisan Pasir Dan Kerikil

10-200100-600

100-1.000

22 Neo-Tersier

a. Batu Lumpurb. Batu Pasirc. Kelompok Andesitd. Kelompok Chert, Slate

20-20050-500100-500200-2000