ida & ayu

Upload: siti-hanna

Post on 07-Jul-2015

1.436 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN PIHAK SEKOLAH

Oleh: Ayu Ningsih NIS:0910104 Ida Nuraida NIS:0910112

Bandung, Juli 2011 Diketahui oleh:

Wakil Kepala HUBIN DU/DI SMK Analis Kimia Analis Kimia YPPT Majalengka, Majalengka,

Ketua Bidang Keahlian SMK Analis Kimia YPPT

Jajang Nurjaiman, S.Pd.I Tuniawati, S.TP

Lina Abu

Disetujui oleh, Kepala SMK Analis Kimia YPPT Majalengka

H. Sirojuddin, M.Pd. Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

NIP. 131 405 015

LEMBAR PENGESAHAN PIHAK INDUSTRI

Oleh: Ayu Ningsih NIS:0910104 Ida Nuraida NIS:0910112

Bandung, Juli 2011 Disetujui oleh,

Pembimbing I Industri, Pembimbing III Industri,

Pembimbing Industri II,

Eny Susilowati, S.Si. Cahyadi, S.Si. NIP: 090 022 863 090 022 307

Rita Citrayati NIP: 090 009 981

Deni NIP:

Diketahui oleh, Manajer Teknik Pengujian Bahan Laboratorium Kimia Kepala

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Yenni Nuryani, Dipl. Chem. ST. NIP: 090 006 804 302

H. Jajuli, NIP: 090 015

IDENTITAS SISWA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nama Siswa Tempat , Tanggal Lahir Jenis Kelamin NIS Bidang Keahlian Program Keahlian Golongan Darah Catatan Kesehatan Alamat

: Ayu Ningsih : 26 November 1993 : Perempuan : 0910104 : Analis Kimia : Analis Kimia :: Baik : Jl. Imam Bonjol No. 20 Kec. Majalengka, Kab. Majalengka

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

10. Nama

Orang Tua / Wali

: Nuridin

11. Alamat

Orang Tua / Wali : Jl. Imam Bonjol No. 20 Kec. Majalengka, Kab. Majalengka

IDENTITAS SISWA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nama Siswa Tempat , Tanggal Lahir Jenis Kelamin NIS Bidang Keahlian Program Keahlian Golongan Darah Catatan Kesehatan Alamat

: Ida Nuraida : 21 Maret 1994 : Perempuan : 09010112 : Analis Kimia : Analis Kimia :: Baik : Desa Kumbung

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Kec. Rajagaluh, Kab. Majalengka10. Nama

Orang Tua / Wali

: Kismanto

11. Alamat

Orang Tua / Wali : Desa Kumbung Kec. Rajagaluh, Kab. Majalengka

IDENTITAS SEKOLAH

1.

Nama Kejuruan Analis

: Sekolah Menengah Kimia YPPT : Jl. Ahmad Kusumah No. 60 Majalengka

2.

Alamat

3. 4. 5. 6.

Nomor Telepon / Fax

: (0233) 283 257

Nama Pimpinan / Kepala Sekolah : H. Sirojuddin, M.Pd. Bidang Keahlian Program Keahlian : Analis Kimia : Analis Kimia

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

IDENTITAS DUNIA USAHA / KERJA

1.

Nama Perusahaan / Industri Barang Teknik

: Balai Besar Bahan Dan

(B4T)2.

Alamat Bandung

: Jl. Sangkuriang No. 14 Cisitu

3. 4.

Nomor Telepn / Fax

: (022) 2504828, 2502027

Nama Direktur / Pimpinan : Dra. Ratnawati, MBA.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

5. 6.

Contact Person Bidang Usaha / Jasa

: H. Jajuli, ST. : Bahan dan Barang Teknik

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan kasih sayang Nya-lah sehingga Laporan Praktek Kerja Industri ( Prakerin ) ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tercurah bagi Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa petunjuk dan kabar gembira bagi seluruh umat manusia.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Laporan Praktek Kerja Industri ( Prakerin ) ini disusun sebagai bukti bahwa saya selaku penyusun telah mengikuti Praktek Kerja Industri ( Prakerin ), dan selain itu juga untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kimia (SMK-AK) YPPT Majalengka. Adapun isi dari Laporan ini adalah mengenai kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung. Dari awal kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) sampai akhir pembuatan laporan ini penyusun telah di bantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Ratnawati , K. MBA., selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik. 2. Ibu Dra. Nur Hayati, selaku Kepala Bidang Standarisasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik. 3. Bapak Jajuli, ST, selaku Kepala Laboratorium Kimia 4. Ibu Eny Susilowati, S. Si, selaku pembimbing I di Laboratorium Kimia atas bimbingan serta bantuannya selama Prakerin. 5. Bapak Deni Cahyadi, S. Si, selaku pembimbing II di Laboratorium Kimia atas bimbingan serta bantuannya selama Prakerin. 6. Bapak Ir. Dede Mulyana, selaku Ketua yayasan SMK Analis Kimia YPPT Majalengka. 7. Bapak H. Sirojudin, selaku Kepala SMK Analis Kimia YPPT Majalengka. 8. Bapak Jajang Nurjaiman, selaku Wakil Kepala Hubin SMK Analis Kimia YPPT Majalengka yang telah membantu siswa/siswi dalam menjalankan prakerin. 9. Bapak Roni Yusman Rasidin, Ibu Dewi Farida dan Ibu Lina Abu Tuniawati, selaku pembimbing sekolah yang telah membimbing dan memberikan dukungannya dalam menyelesaikan laporan ini. 10. Seluruh guru dan staf SMK Analis Kimia Majalengka yang telah membantu pelaksanaan prakerin ini.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

11. Seluruh orang tua murid yang senantiasa mendoakan dan memberikan baik berupa moril maupun materil, hingga prakerin berjalan dengan lancar. 12. Rekan rekan seperjuangan yang telah bersama sama saling membantu dan memberikan semangat dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.13. Ibu kost II yang telah banyak diganggu oleh kami karena kami sangat berisik

dan membantu anak kost ketika sakit. 14. Ibu kost Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, namun mudahmudahan dapat memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk pembuatan laporan selanjutnya.

Majalengka, Juli 2011 Penyusun

DAFTAR ISILEMBAR PENGESAHAN PIHAK SEKOLAH......................................1 LEMBAR PENGESAHAN PIHAK INDUSTRI......................................2 IDENTITAS SISWA......................................................................3 IDENTITAS SISWA......................................................................4 IDENTITAS SEKOLAH.................................................................5 Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

IDENTITAS DUNIA USAHA / KERJA...............................................6 KATA PENGANTAR.....................................................................7 DAFTAR ISI...............................................................................9 DAFTAR GAMBAR....................................................................13 DAFTAR TABEL........................................................................14 BAB I......................................................................................15 PENDAHULUAN........................................................................15Latar Belakang............................................................................................15 Maksud dan Tujuan......................................................................................15 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...................................................................16 Bidang Kegiatan..........................................................................................17

BAB II.....................................................................................18 INSTITUSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN.........................182.1 2.2 Sejarah Berdirinya Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T).............18 Tugas Pokok dan Fungsi......................................................................20

2.3 ORGANISASI....................................................................212.4 2.5 Kebijakan Mutu...................................................................................22 Lindungan Lingkungan dan Keselamatan Kerja.....................................22

BAB III....................................................................................24 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................24 3.1 MINYAK REM (BRAKE FLUID).............................................24Fungsi minyak rem.......................................................................................................24 Cara kerja minyak rem.................................................................................................24 Kandungan minyak rem................................................................................................25

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

3.2 Klasifikasi minyak rem........................................................................26 DOT - 3.........................................................................................................................27 DOT-4...........................................................................................................................28 DOT-5...........................................................................................................................28 DOT-5.1........................................................................................................................30 3.3 Parameter uji kualitas minyak rem......................................................30 3.3.1 Penentuan Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP)............................................32 3.3.2 Penentuan Wet ERBP.........................................................................................33 3.3.3 Penentuan nilai pH.............................................................................................34 3.3.4 Penentuan kestabilan cairan pada suhu tinggi...................................................34 3.3.5 Penentuan Korosi...............................................................................................34 3.3.6 Penentuan endapan dalam cairan rem...............................................................35 3.3.7 Penguapan.........................................................................................................35 3.3.8 Penentuan titik tuang.........................................................................................35 3.3.9 Penentuan toleransi air......................................................................................36 3.3.10Uji karet terhadap cairan rem.............................................................................36 3.3.11Penetuan ketahanan terhadap oksidasi dari cairan rem.....................................37

BAB IV....................................................................................39 PROSEDUR PERCOBAAN...........................................................394.1 Korosi...............................................................................................39 4.1.1 Pereaksi..............................................................................................................39 4.1.2 Peralatan...........................................................................................................39 4.1.3 Cara Kerja..........................................................................................................39 4.2 Endapan...........................................................................................40 4.2.1 Peralatan...........................................................................................................40 4.2.2 Cara Kerja..........................................................................................................41 4.2.3 Rumus Perhitungan...........................................................................................41 4.3 Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP)..............................................41 4.3.1 Peralatan...........................................................................................................41 4.3.2 Cara Kerja..........................................................................................................41 4.4 Wet ERBP..........................................................................................42 4.4.1 Peralatan...........................................................................................................42 4.4.2 Cara Kerja..........................................................................................................42 4.5 Penguapan........................................................................................43 4.5.1 Peralatan...........................................................................................................43 4.5.2 Cara Kerja..........................................................................................................43 4.5.3 Rumus Perhitungan...........................................................................................43 4.6 pH....................................................................................................44 4.6.1 Pereaksi.............................................................................................................44 4.6.2 Peralatan...........................................................................................................44 4.6.3 Cara Kerja..........................................................................................................44

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

4.7 Titik Tuang.......................................................................................44 4.7.1 Peralatan...........................................................................................................44 4.7.2 Cara Kerja.........................................................................................................44 4.7.3 Rumus Perhitungan..........................................................................................45

4.84.8.1 4.8.2

KESTABILAN CAIRAN.....................................................45Kestabilan pada Suhu Tinggi............................................................................45 Kestabilan Kimia...............................................................................................45

4.9 Kekentalan Kinematis..........................................................................46 4.9.1 Peralatan.............................................................................................................46 4.9.2 Cara Kerja..........................................................................................................47 4.9.3 Rumus Perhitungan...........................................................................................47

BAB V.....................................................................................48 DATA PENGAMATAN................................................................48 BAB VI....................................................................................50 PEMBAHASAN.........................................................................506.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 Penentuan Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP)...............................50 Penentuan Wet ERBP..........................................................................50 Penentuan kestabilan cairan pada suhu tinggi.....................................51 Penentuan kekentalan kinematis pada suhu 100C...............................51 Penentuan nilai pH.............................................................................51 Uji Korosi............................................................................................52 Penentuan endapan cairan rem...........................................................53 Penentuan titik tuang.........................................................................53

BAB VII...................................................................................54 PENUTUP................................................................................547.1 7.2 Kesimpulan........................................................................................54 Saran.................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA...................................................................55 Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

LAMPIRAN...............................................................................56

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Oven .......56 Gambar 2 Viskometer Bath SS-Flow...57 Gambar 3 Alat Pendingin.57 Gambar 4 pH meter..56

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Gambar 5 Alat Pemusing .57 Gambar 7 Durrometer ..58 Gambar 8 Logam-logam..57 Gambar 7 Durrometer Gambar 8 Logam-logam

DAFTAR TABEL

Tabel 1 sifat fisika Ethylene Glycol.............................................................................26 Tabel 2 syarat Tri ethylene Glycol Monomethyl Ether (TEGME)............................26 Tabel 3 Syarat mutu....................................................................................................30Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Tabel 4 Persyaratan nilai ERBP dan Wet ERBP.........................................................33 Tabel 5 Formulasi komponen karet.............................................................................37 Tabel 6 Hasil Uji Minyak Rem WIN DOT-3............................................................48 Tabel 6 Hasil Uji Minyak Rem WIN DOT-3

BAB I PENDAHULUAN

Latar BelakangLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Era globalisasi sekarang ini merupakan tantangan bagi industri sebagai negara berkembang untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Oleh karenanya dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menunjang tercapainya pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari masyarakat sebagai sumber daya yang menjadi perhatian dari lembaga pendidikan sebagai wadah penghasil calon tenaga kerja yang berkualitas baik secara teoritis maupun praktis sehingga diharapkan mampu menjawab tantangan pembangunan. Begitupun usaha yang dilakukan oleh setiap atau suatu lembaga pendidikan menengah kejuruan yang mengemban fungsi mengupayakan tersedianya sumber daya manusia terdidik, yang pasti lulusan lembaga pendidikan tersebut selalu berusaha dan mengusahakan mengadakan suatu kegiatan yang menunjang keahlian dan profesi siswa-siswinya sesuai dengan jurusan atau bidangnya yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Begitu pula yang dilakukan oleh pihak lembaga pendidikan yang saat ini kami kenal dan kami geluti yaitu SMK Analis Kimia YPPT Majalengka. Usaha dari pihak SMK Analis Kimia YPPT Majalengka untuk menambah dan meningkatkan wawasan dan kinerja siswa-siswinya yang saat ini sedang dijalankan yaitu Praktek Kerja Industri (Prakerin ) disuatu perusahaan milik pemerintah yaitu B4T (Balai Besar Bahan dan Teknik) yang beralamatkan di Jalan Sangkuriang No. 4 Bandung 40135 Jawa Barat Indonesia. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Industri adalah sebagai berikut: 1. Maksud dan tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) itu sendiri bagi kami selaku praktikan terdiri dari: Praktikan ingin menambah ilmu pengetahuan dan keahlian yang lebih yang tidak pernah didapatkan di sekolah. Praktikan ingin mengetahui prosedur pengujian bahan dan barang teknik di B4T Bandung. Praktikan ingin mengetahui prosedur pelayanan apa saja yang dilakukan di B4T Bandung.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Melatih dan mempraktikan agar tidak merasa canggung, ragu dan takut dalam dunia kerja nanti. 1. Maksud dan tujuan dari pembuatan laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas dari pembimbing, bahwa kami telah mengikuti kegiatan Prakerin di salah satu Departemen Perindustrian Republik Indonesia yaitu B4T ( Balai Besar Bahan dan Barang Teknik). Adapun maksud dan tujuannya khusus dari pembuatan laporan ini adalah: Mempertanggung jawabkan suatu hasil akhir kegiatan Prakerin yang di tugaskan oleh pembimbing di salah satu Departemen Perindustrian RI yaitu B4T ( Balai Besar Bahan dan Barang Teknik ) kepada pihak pembimbing di perusahaannya itu sendiri kepada pembimbing di sekolah. Menjelaskan hasil kegiatan dan keahlian apa saja yang telah di pelajari selama mengikuti kegiatan Prakerin di salah satu Departemen Perindustrian RI yaitu B4T (Balai Besar Bahan dan Barang Teknik). Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) dilaksanakan di Laboratorium Kimia Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik yang terletak di Jl. Sangkuriang No. 14 Cisitu Bandung. Adapun waktu pelaksanaan pada tanggal 4 April 2011 sampai 4 Juni 2011. Setiap hari Senin sampai dengan Jumat.

Bidang Kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang dilaksanakan di salah satu Laboratorium Kimia Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik bidang kegiatan yang kami pelajari dan kami kerjakan meliputi Analisa Kuantitatif secara Gravimetri, Volumetri, Spektrofotometri UV VIS dan spektrofotometri Serapan Atom (AAS).

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Sejarah Berdirinya Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Balai

Besar

Bahan

dan

Barang

Teknik

didirikan

oleh

pemerintah Belanda di Batavia pada tanggal 9 Juli 1990 dengan nama Laboratorium Voor Metal Onder Zook dibawah Burgelizke Openbare Wark. Dibawah pimpinan Ir. De Vig, laboratorium ini bertugas memeriksa bahan logam. Setelah berjalan cukup lama, cakupan penelitian cukup

meluas, meliputi bahan bahan logam, bahan bahan kimia dan pertambangan sehingga nama balai berubah menjadi Laboratorium Voor Material Onderzook. Pimpinan laboratorium diserahkan kepada Prof. Ir. W.H.A Alpen Van Der Veer. Pada tanggal 2 Maret 1921 laboratorium ini dipindahkan ke kompleks Technise Hage Scholl (ITB) Bandung. Laboratorium ini menganggap perlu memisahkan laboratorium tersendiri sehingga pemeriksaan bahan bahan keramik dilakukan oleh Keramische Laboratorium. Terjadinya perubahan organisasi pemerintahan Belanda pada bulan Januari 1934, menyebabkan kedudukan Laboratorium Voor Material Onderzook berada dibawah Departemen Van Ekonomische. Pada tahun 1936 1938 dipimpin oleh Prof. W.J. Th Amons, dan sebagai kelanjutannya pada tahun 1938 pimpinan laboratorium diserahkan kepada Prof. Ir. C.A.A. Der Woude, setelah sebelumnya Prof. W. J. Th Amons dipanggil oleh pemerintah Belanda di Den Haag untuk menduduki jabatan baru. Pada tahun 1942, Laboratorium Voor Material Onderzook dikuasai oleh pemerintah Jepang dan kemudian berubah menjadi Laboratorium Zeiro Sikendyo dibawah pimpinan Prof. Sakai. Pelayanan laboratorium diarahkan untuk memenuhi kebutuhan militer Jepang dengan membuat amunisi, granat, alat alat peldakLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

serta reparasi alat alat perang. Selanjutnya pimpinan laboratorium diserahkan kepada Prof. Karo dan Laboratorium Zeiro Sikendyo berubah nama menjadi Laboratorium Kogio Sikendyo. Pemuda Indonesia yang bekerja di Laboratorium Kogio

Sikendyo dibawah pimpinan Ir. Susetyo Purwodadi Kusumo pada tanggal 17 Agustus 1945 merebut dan menguasai laboratorium. Nama balai berubah menjadi Balai Penyelidikan Bahan Bahan, berkedudukan dibawah Kementrian Kemakmuran. Tibanya pasukan sekutu di Bandung, dan mengingat situasi perang menyebabkan lokasi laboratorium berpindah pindah, sebagian ke daerah Cigereleng dan Ciparai, dan ke Wanaraja Barat. Walaupun lokasi laboratorium berpindah pindah namun tetap membuat hubungan dengan Kementrian Kemakmuran yang dijabat oleh Ir. Anondo. Setelah kekuasaan di segala bidang diserahkan kepada Pemerintah Indonesia (sekitar tahun 1949), laboratorium laboratorium cabang kembali bersatu di ITB dibawah pimpinan Prof. Drs. Braber. Selanjutnya awal tahun 1950, pimpinan balai dipegang kembali oleh Prof. Ir. C. A. A. Der Woude, sedangkan beberapa staf pimpinan balai masih dipegang oleh tenaga-tenaga ahli belanda. Dalam ahli teknologi agar mampu menggantikan bangsa Belanda, pemerintah Indonesia mendatangkan beberapa tenaga ahli (expert) dari luar negeri. Selain mendatangkan tenaga ahli, juga mengirimkan tenaga-tenaga inti ke Amerika Serikat untuk mengikuti program pendidikan teknik jangka pendek (1 tahun) maupun master degree. Pada tahun 1954 dengan kemampuan yang telah dibina dan diperoeh, dilakukan serah terima dari bangsa Belanda ke bangsa Indonesia yaitu Prof. W.C.A.A Van Der Woude Kepada Kridhoharsoyo.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Kemudian antara tahun 1952-1960, kedudukan balai beralih ke kementrian perekonomian. Kemudian mulai tahun 1960,berada dibawah kementrian perindustrian. Bandung.Tahun 1980 terjadi perubahan nama laboraturium menjadi Balai Besar Litbang Industri bahan dan Barang Teknik (B4T), berdasarkan surat Keputusan Mentri Perindustrian B4T No. terus 221/M/SK//6/1980. mengembangkan Dalam perkembangannya, kegiatannya

sebagai mitra industri dalam lingkup Quality Assurance, Pendidikan dan Latihan, jasa Konsultasi serta Penelitian dan Pengembangan. 2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Secara umum tugas dan fungsi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik yaitu mencakup pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan tentang teknologi, pemakaian bahan baku, proses produksi, produk dan peralatan dalam rangka pengembangan industri bahan dan barang teknik. Adapun tugas dan fungsi khusus dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik adalah sebagai berikut: Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi bahan dan barang teknik, barang non teknik, proses peralatan serta barang-barang elektronik dan Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan desain dan barang prototip produk serta peralatan industri bahan dan barang teknik. Pelaksanaan kegiatan bantuan teknik untuk peningkatan dan pengawasan mutu bahan, proses, peralatan, barang teknik, barang non teknik dan barang elektronik.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Pelaksanaan

kegiatan-kegiatan

pengawasan

mutu

bahan,

proses, peralatan, barang teknik, barang non teknik dan barang elektronik berdasarkan peraturan yang berlaku. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan termasuk penggunaan teknis dan ekonomis, konsultasi dan informasi. Memasyarakatan hasil penelitian dan pengembangan. Sesuai dengan tugas tersebut maka balai penelitian bahanbahan menyediakan diri untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat industri guna melaksanakan tugas sebagai berikut: 1. Pengujian dari bahan-bahan untuk penggunaan dasar teknik dan barang-barang hasil industri. 2. Pembinaan mengenai pengetahuan teknik dan penyuluhan mengenai penggunaan bahan dan pengawasan mutu terhadap bahan-bahan. 3. Pendidikan mengenai: Pengetahuan ilmiah mengenai bahan-bahan Cara pengawasan mutu bahan di dalam laboratorium industri dan lapangan.

2.3

Organisasi

Balai besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) dipimpin oleh Dra. Ratnawati, K. MBA. Kepersonaliaan balai ini meliputi: 1. Bagian Tata Usaha, terdiri dari 4 sub bagian, yaitu: Sub bagian Penyusunan Program. Sub bagian Kepegawaian. Sub bagian Keuangan.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Sub bagian Umum. 1. Balai Penelitian Bahan. 2. Balai Penelitian Barang Teknik. 3. Balai Pengembangan Bahan, terdiri dari 4 seksi: Seksi Tekno Ekonomi. Seksi Pengembangan Teknologi. Seksi Percobaan. Seksi Pengawasan Mutu dan Normalitas. 1. Balai Pengembangan Barang Teknik, terdiri dari 4 seksi: Seksi Tekno Ekonomi. Seksi Pengembangan Teknologi. Seksi Percobaan. Seksi Pengawasan Mutu dan Normalitas. 1. Unit Perpustakaan. 2. Unit Perbengkelan dan Instrumentasi.

2.4

Kebijakan Mutu Kebijakan mutu B4T adalah mewujudkan dan memelihara

standar

mutu

yang dan

tinggi

dalam

semua

aspek

dari

fungsi

laboratorium

menjamin

bahwa

pekerjaan

pengujian

dilaksanakan dengan: 1. Terpadu secara teknik dan komersial 2. Mengetahui tingkat ketelitian dalam semua pengujian dan pengukuran 3. Pengamatan secara hati hati dan perekaman secara teliti B4T mengusahakan standar pelayanan yang konsisten dengan persyaratan manual bagi seluruh pelanggan. Seluruh pelayanan sesuai dengan persyaratan ISO Guide 25. Sistem mutu laboratoriumLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

dituangkan dalam pedoman mutu, prosedur, metode uji dan instruksi kerja yang didokumentasikan, dimengerti dan dilaksanakan oleh personil laboratorium secara profesional.

2.5

Lindungan Lingkungan dan Keselamatan Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan

Barang Teknik dan menjalankan aktivitasnya sangat memperhatikan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk menghindari terjadinya pencemaran yang dapat merugikan banyak orang maka Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Barang dan Bahan Teknik melakukan hal seperti dibawah ini: 1. Penelitian penelitian terhadap bahan bahan kimia yang dapat digunakan masyarakat luas tanpa dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. 2. Setiap Laboratorium disediakan tempat pembuangan yang khusus terutama untuk zat yang berbahaya sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik juga memperhatikan keselamatan dan keamanan kerja karyawan / karyawati serta praktikan yang sedang melaksanakan tugas akhir atau kerja praktek. Untuk kepentingan tersebut, maka dilakukan usaha usaha sebagai berikut: 1. Bahan bahan kimia ditempatkan secara rapi di meja laboratorium dan diberi label sesuai jenis dan sesuai konsentrasinya sehingga mempermudah pencarian dan menghindarkan kesalahan pengambilan bahan bahan kimia.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

2. Disediakan lemari asam untuk bahan bahan kimia yang dapat menghasilkan gas berbahaya. 3. Disediakan alat alat pengaman seperti masker, sarung tangan, obat obatan, alat pemadam kebakaran, alarm, dan lain lain.4. Instalasi listrik benar benar dilindungi.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Minyak rem (Brake Fluid)

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Minyak merupakan istilah yang sangat umum untuk semua cairan organik yang tidak larut atau bercampur dengan air. Minyak memiliki cakupan yang sangat luas, seperti minyak goreng, atau dapat juga sebagai pewangi seperti minyak nilam dan sebagai pelumas pada kendaraan seperti minyak rem. Setiap kendaraan bermotor pasti akan memiliki sistem pengereman untuk menghentikan tersebut. Fungsi minyak rem Fungsi minyak rem adalah sebagai pelumas pada komponen logam yang bergesekan untuk menghentikan laju kendaraan agar logam tersebut tidak mudah aus, tahan panas, dan tidak berubah bentuk pada suhu tinggi. Fungsi minyak rem yang lain adalah sebagai berikut: a. Untuk mengurangi kecepatan sampai menghentikan kendaraan. b. Mengontrol kecepatan selama berkendara. c. Untuk menahan kendaraan pada saat parkir dan berhenti pada jalan yang menurun atau menanjak. Cara kerja minyak rem Ketika proses pengereman, diperlukan tenaga hidraulik yang diaktifkan oleh silinder master agar dapat menghentikan putaran roda. Cara ini dilakukan dengan menekan tromol atau dapat juga dengan menjepit cakram. Tenaga hidraulik ini disalurkan kesemua sistem melalui minyak rem. Minyak rem memiliki sifat seperti fluida dalam sistem tertutupnya. Kerja dari sistem rem, dari master silinder ke piston mentransfer energi mekanis yang akan menghasilkan panas dari gesekan minyak rem dengan permukaan salurannya. laju kendaraan. Berbagai komponen dalam sistem tersebut berhubungan satu sama lain. Minyak rem dan kampas rem adalah sebagian komponen

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Kandungan minyak rem Kandungan minyak rem yang sering digunakan biasanya adalah Polyalkylene Glycol Ether. Minyak rem yang berbahan dasar Polyalkylene Glycol Ether lebih populer termasuk dalam dunia racing. Bahan kimia sebagai bahan dasar minyak rem ini serupa dengan bahan anti beku pada radiator coolant (ethylene glicol) dan bahkan bahan dasar ini termasuk bahan beracun dan perlu seratus tahun bagi alam untuk menguraikannya. Polyalkylene Glycol Ether yang sering digunakan adalah TriEthylene Glycol. Senyawa ini merupakan bahan dasar dari minyak rem. Senyawa ini merupakan senyawa organik, berbentuk cairan dan tidak berwarna dengan bau seperti ether. Memiliki nama IUPAC 2 Methoxyethanol atau lebih dikenal dengan nama Methyl Cellosolve. Senyawa ini dibuat dari serangan nukleofilik metanol pada oksiran terprotonosi melalui proses transfer proton. Senyawa ini bersifat beracun terhadap tulang dan otot. Bekerja dengan senyawa ini pada konsentrasi yang sangat tinggi beresiko terhadap penyakit Granulocytopenia, Macrocytic anemia, Oligospermia dan Azoospermia . Biasanya minyak rem yang terbuat dari Glycol Ether ditambahi senyawa aditif seperti asam borat yang berfungsi mengikat air agar minyak rem tetap dalam keadaan kering. Minyak rem berbahan dasar glycol, yang digunakan bersama zat aditif tertentu, memberikan keuntungan berupa titik beku yang rendah dan titik didih yang tinggi, dan mempunyai viskositas tetap (kekentalan) terhadap temperatur yang berubah drastis. Minyak rem harus cocok dengan peralatan dari logam dan seal karet yang digunakan oleh sistem ini.

Tabel 1 sifat fisika Ethylene Glycol Properties Molecular formula Mollar mass1 http://lv.wikipedia.org/wiki/metoksietanols

1

C3H8O2 76.09 g/mol

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Density Melting point Boiling point

0.965 g/cm3 -85C 124 125C

Tabel 2 syarat Tri ethylene Glycol Monomethyl Ether (TEGME) Property Assay Requirement neither preceding following. TEGME % Water content Acidity Suspended master Apperance ERBP 0,3 % by weight, max 0,02 % by weight, max Sustantially free Clear liquid ; 100 APHA ASTM D 1209 units, max 240C (464F), min Paragraph 4. 1 of SAE Standard J1703f 3.2 Klasifikasi minyak rem ASTM D 1364 ASTM D 1613 through the column shall exceed 4 area the nor Method chromatography material (GC) analysis that

94 area %, min further, Gas

Minyak rem berdasarkan titik didihnya diklasifikasikan dalam empat kategori: 1. DOT 3 2. DOT 4 3. DOT 5.1 4. DOT 5Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

DOT merupakan singkatan dari Departement Of Transportation (USA). Department Of Transportation (USA) ini menentukan tingkat klasifikasi minyak rem. Semakin tinggi angka yang mengikutinya maka semakin tinggi pula titik didihnya. Karakter dari masing masing minyak rem tersebut adalah sebagai berikut: DOT - 3 Minyak rem berspesifikasi DOT3,4 da5.1 mengandung Polyglycol ether yang hydroscopik, artinya mempunyai sifat menyerap air. Bila dicampur atau tercampur air, minyak rem tersebut tetap berwujud sama sekalipun sifatnya sudah berubah. Polyglycol hanya berkemampuan setengah silikon dalam menerima tekanan. Untuk mobil racing, dry boiling point menjadi penting. Karena sifat ketiganya hanya hydroscopic yang bisa menyebabkan vapor lock, maka untuk itulah para pembalap bisa mengganti minyak rem sebelum event, tak lain agar performa minyak rem prima. Sebab saat balap, sistem rem bekerja keras, tak jarang cakram rem terlihat merah membara. Meski air akan membuat titik didih minyak rem menurun, namun hal tersebut tidak menjadi isu penting dalam kendaraan harian. Karena setelah pemakaian beberapa bulan, performa minyak rem kemungkinan hanya mendekati titik didih wet saja. Bila air tercampur atau dicampurkan dengan minyak maka minyak rem tersebut tetap berwujud sama meskipun sifatnya berubah. Saat ini mobil- mobil standar semisal mobil keluaran Jepang, umumnya menggunakan minyak rem klasifikasi DOT-3. Mobil-mobil keluaran eropa atau Amerika Serikat umumnya telah menggunakan DOT-42. Minyak rem DOT-3 merupakan minyak rem konvensional yang digunakan secara luas. Kelebihan dan kekurangan dari tipe ini adalah sebagai berikut: Kelebihan: Minyak rem tipe ini tidak mahal dan lebih mudah didapatkan. Kekurangan: DOT-3 dapat merusak karet alami, sehingga tidak dapat digunakan pada kendaraan yang menggunakan karet alami. DOT-3 merusak cat.2 Mobilmotor.co.id

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

DOT-3 menyerap cat (hidroskopik). Jika penutup kemasannya telah dibuka, sebaiknya digunakan pada periode 1 minggu setelah kemasan tersebut dibuka. Oleh karena minyak rem tipe ini dapat menyerap air dengan mudah, dapat menimbulkan korosi.

DOT-4 DOT-4 merupakan tipe minyak rem yang banyak digunakan pada mobil model lama. Kelebihan dan kekurangan pada minyak rem tipe ini adalah sebagai berikut. Kelebihan: DOT-4 cukup mudah diperoleh. DOT-4 tidak menyerap air semudah DOT-3 menyerap air. Titik didih DOT-4 lebih tinggi dibandingkan DOT-3, sehingga lebih sesuai untuk pemakaian pada kendaraan yang sistem remnya bersuhu tinggi. Kekurangan: DOT-4 merusak cat. Harganya kira-kira 50% lebih mahal dibandingkan DOT-3. Oleh karena DOT-4 masih dapat menyerap air, masih terdapat kemungkinan menimbulkan korosi.

DOT-5 DOT-5 juga dikenal sebagai minyak rem silikon. Hal ini dikarenakan DOT-5 berbahan dasar silikon. Silikon adalah cairan yang tidak menyerap air (nonhydroscopic), dan mengurangi kemungkinan penyebab korosi sehingga sifat dan kemampuan silikon stabil pada suhu tinggi. Minyak rem ini umumnya digunakan pada kendaraan militer seperti kendaraan tempur. Alasannya adalah silikon tidak merusak cat permukaan luar dari kendaraan yang merupakan hal yang penting dalam penyamaran.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Kekurangannya adalah daya pelumasnya kurang baik atau gesekannya besar akibatnya diperlukan tenaga yang lebih besar saat menekan rem agar sistem rem bekerja. Untuk itu sering diistilahkan rem keras atau bagel. Kekurangan lainnya adalah silikon tidak mempunyai daya lumas seperti glycol sehingga tidak cocok untuk mobil yang dilengkapi ABS. Kelebihan: DOT-5 tidak merusak cat. DOT-5 tidak menyerap air, sehingga dapat digunakan pada lingkungan yang lembab. DOT-5 sesuai dengan semua jenis karet rem. Kekurangan: DOT-5 tidak dapat menggantikan DOT-3 ataupun 4. Untuk mengganti tipe minyak rem yang telah digunakan sebelumnya, harus dilakukan pembuatan ulang sistem hidrolik pada kendaraan. Oleh karena DOT-5 tidak menyerap air, kelembaban didalam sistem hidrolik akan mengumpul pada satu bagian. Hal ini dapat mengakibatkan korosi terlokalisasi pada rem tersebut. Pengisian minyak rem tipe ini sebaiknya dilakukan secara hati-hati. Gelembung udara kecil dapat membentuk gelembung udara yang lebih besar. Tipe ini memiliki titik didih rendah dibandingkan DOT-4. Harga minyak rem tipe DOT-5 dua kali lebih mahal dibandingkan DOT4. Selain itu, minyak rem ini juga lebih sulit ditemukan di toko biasa.

DOT-5.1 Minyak rem tipe DOT-5.1 merupakan minyak rem tipe baru. Sebelumnya, minyak rem tipe ini memiliki bahan dasar glycol, bukan silicon seperti tipe DOT-5. Selain itu, berdasarkan uji performanya, minyak rem tipe ini lebih menyerupai DOT-4 dengan kualitas lebih tinggi, dibandingkan menyerupai DOT-5. Oleh karena itu mungkin sebenarnya DOT-5.1 lebih cocok disebut DOT-4.1 atau DOT-6.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Kelebihan: Tipe DOT-5.1 memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan tipe yang lain. Titik didihnya lebih tinggi, meskipun dalam keadaan basah maupun kering, jika dibandingkan DOT-3 maupun 4. Pada keadaan kering, titik didihnya adalah kira-kira 275C, sedangakan dalam keadaan basah titik didihnya berkisar antara 175 hingga 200C. DOT-5.1 kompatibel dengan formulasi karet rem. Kekurangan: Bahan utama minyak rem ini bukan silicon, sehingga akan menyerap air. Seperti halnya DOT-3 dan DOT-4, minyak rem ini akan merusak cat. 3.3 Parameter uji kualitas minyak rem Pemeriksaan kualitas minyak rem dilakukan dengan menguji parameter parameter tertentu. Minyak berkualitas baik akan memenuhi syarat mutu seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini: Tabel 3 Syarat mutu No Parameter 1 2 3 Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP) Wet ERBP Kekentalan kinematis Suhu 40C Suhu 100C 4 5 Uji pH sesudah dan sebelum korosi Kestabilan cairan: Pada temperatur tinggi, perubahan C ERBP Kestabilan kimia, perubahan ERBP C Maks 5 Maks 5 Satuan C C mm2/s Maks 1800 Min 5 7.0 11.5 Persyaratan SNI 07-2769-1992 Min 205 Min 140

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

6

Korosi 1. Perubahan berat: Besi bertimah Baja Aluminium Besi tuang Kuningan Tembaga 1. Logam uji Korosi sumur atau goresan Tidak boleh ada Tidak boleh ada mg/cm2 Maks 0.2 Maks 0.2 Maks 0.1 Maks 0.2 Maks 0.4 Maks 0.4

7

1. Cairan Pembentukan gel/kristal pada dinding botol gelas/permukaan logam 2. Karet 3. Pelepuhan atau pelapukan 4. Penurunan kekerasan 5. Pertambahan diameter

IRHD Mm C Tidak boleh ada Maks 1.5 Maks 1.4 Maks 0.10 Maks 80 Tidak boleh ada Maks 5 Tidak boleh ada Maks 0.15

8 9

Endapan (setelah uji korosi), %v/v Penguapan: 1. Bahan yang menguap, %b/b 2. Endapan kasar/ butiran pada sisa penguapan.

10 11

Titik tuang (setelah uji penguapan) Toleransi air, 60C 1. Pemisahan 2. Pengendapan, %v/v

12

Uji terhadap karet 1. Suhu 70C, 120 jam Pelepuhan atau pelapukan Pertambahan kekerasan Tidak boleh ada Tidak boleh ada

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Pengurangan kekerasan Pertambahan diameter 1. Suhu 120C, 70 jam Pelepuhan atau pelapukan Pertambahan kekerasan Pengurangan kekerasan Pertambahan diameter 13 Daya campur 1. Pada suhu -40C Pemisahan atau pengendapan 1. Pada suhu 60C Pemisahan Pengendapan, %v/v 14 Kekentalam terhadap oksidasi 1. Korosi sumur atau kekerasan pada lempeng logam. 2. Pengendapan gum pada lempeng logam Aluminium Besi tuang

IRHD mm IRHD Mm

Maks 15 0.15 1.4 Tidak boleh ada Tidak boleh ada Maks 15 0.15 -1.4

mg/cm2 mg/cm2

Tidak boleh ada Tidak boleh ada Maks 0.05 Tidak boleh ada Seangin Maks 0.05 Maks 0.3

3.3.1 Penentuan Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP) ERBP merupakan suatu uji yang bertujuan untuk menentukan besar titik didih murni dari minyak rem atau titik didih yang belum terkontaminasi dengan air. Minyak rem memiliki spesifikasi khusus terhadap perubahan suhu yaitu titik didih yang diharapkan tidak berubah drastis pada suhu tinggi. Umumnya pada kemasan minyak rem telah tercantum besar Boiling Point. Istilah Boiling Point menunjukan besar titik didih minyak rem dimana kondisi ini minyak rem akan menguap sesuai dengan titik didihnya. Istilah lain yang digunakan adalah dry boiling point. Tabel 4 Persyaratan nilai ERBP dan Wet ERBPLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

DOT 3 Dry point Wet point boiling 140C boiling 205C

DOT 4 230C 155C

DOT 5 260C 180C

DOT 5.1 270C 191C

3.3.2 Penentuan Wet ERBP Berbeda dengan uji ERBP, maka uji ini mencampurkan minyak rem dengan air dalam penentuan titik didih minyak rem tersebut. Wet boiling point adalah titik didih minyak rem yang mengandung air sebanyak 3 % volume. Adanya air dalam minyak rem akan menurunkan titik didih dari minyak rem tersebut. Minyak rem sendiri memiliki sifat yang higroskopis dapat menyerap air di udara dan dapat menurunkan titik didih yang dimiliki secara umum. Oleh karena itu tempat minyak rem haruslah tetap tertutup rapat. Untuk mobil balap, dry boiling point menjadi begitu penting karena sifatnya yang higroskopis maka pembalap biasa mengganti minyak rem sebelum pertandingan karena menjaga minyak rem tetap dalam keadaan yang baik. Meski air akan membuat titik didih minyak rem menurun, namun hal tersebut tidak menjadi isu penting dalam kendaraan harian. Karena setelah pemakaian beberapa bulan, performa minyak rem kemungkinan hanya mendekati titik didih wet saja. Tetapi perlu diperhatikan kelembaban udara sebab termasuk faktor yang mempercepat penurunan performa. Penurunan titik dapat mengakibatkan penurunan uap dalam sistem rem.

3.3.3 Penentuan nilai pH Penentuan pH merupakan pengujian yang umum dilakukan pengukuran pH terhadap miyak rem dilakukan untuk memeriksa keseimbangan dari inhibitor yang ditambahkan untuk mencegah korosi pada komponen sistem rem. Pengukuran pH juga dilakukan untuk memastikan minyak rem dapat menetralisasi efek karena dihasilkannya produk asam akibat terjadinya degradasi.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

3.3.4 Penentuan kestabilan cairan pada suhu tinggi Minyak rem yang berbahan dasar glycol ether mampu mencapai titik didih hingga 250C hal ini sangat penting karena pada saat pengereman ketika kendaraan sedang dalam kecepatan yang sangat tinggi, suhu pada kampas rem dan minyak rem akan mencapai suhu yang sangat tinggi. Kestabilan pada suhu tinggi sangatlah diperlukan. Pengujian ini dilakukan dengan memanaskan larutan pada suhu tinggi dan tetap secara terus menerus selama 2 jam pada suhu 185C. Analogi yang digunakan adalah mesin yang dipanaskan pada suhu tersebut dan dalam jangka waktu yang lama (atau berkendaraan jauh).

3.3.5 Penentuan Korosi Cairan rem merupakan fluida yang terdiri atas berbagai bahan aditif, selain bahan utamanya berupa Polyethylene glycol atau silikon atau jenis lainnya diantara bahan aditif yang ditambahkan tersebut inhibitor korosi, penstabil pH dan antioksidan. Semua bahan ini ditambahkan ke dalam minyak rem untuk meningkatkan ketahanan sistem rem terhadap korosi. Dengan berjalannya waktu, kinerja bahan aditif yang terkandung di dalam minyak rem dapat berkurang. Penurunan ini dapat disebabkan oleh faktor, diantaranya sifat kimia, stabilitas termal dan kimia cairan rem, kebiasaan menyetir pengendara, frekuensi service kendaraan, suhu, permukaan jalan, dan sebagainya3. Penurunan aktivitas inhibitor korosi ini dapat membahayakan pengguna kendaraan jika tidak ditindak lanjuti. Komponen rem yang telah terkorosi akan menghasilkan kontaminan. Kontaminan ini dapat mengganggu kinerja inhibitor anti korosi. Sehingga jika sudah terjadi korosi, maka akan memacu korosi selanjutnya. Oleh karena itu, penggantian minyak rem dilakukan secara berkala. Secara teoritis minyak rem tipe 23 memiliki titik didih dan kekentalan pada suhu tinggi dan rendah yang berbeda dengan tipe DOT 4. Perbedaan ini juga3 http://www.volvoclub.org.uk/fag/BrakeFluidComparison.html

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

mempengaruhi kemampuan minyak rem dalam melindungi komponen sistem rem dari karat.

3.3.6 Penentuan endapan dalam cairan rem Penentuan endapan ini dilakukan endapan sampel dengan perlakuan yang sama dengan sampel uji pada uji korosi. Oleh karena itulah, penentuan endapan dilakukan setelah uji korosi. Sampel yang telah dipanaskan 120 jam pada suhu sekitar 100C tersebut, kemudian ditempatkan pada tabung sentrifuga, dan alat dinyalakan. Sentrifuga ini bertujuan agar pengendapan berlangsung lebih cepat karena adanya gaya berat.

3.3.7 Penguapan Minyak rem beroperasi pada sistem rem yang seringkali bersuhu tinggi. Oleh karena itu, minyak rem harus diformulasikan dengan baik agar dapat bertahan pada suhu tinggi. Minyak rem yang tidak memiliki formulasi yang baik untuk bertahan pada penguapan yang ekstrim, tidak akan memberikan performa kerja yang baik.

3.3.8 Penentuan titik tuang Titik tuang merupakan suhu ketika suatu cairan sudah membeku. Titik ini berada 5 derajat Farenheit diatas suhu ketika permukaan cairan tidak lagi bergerak selama 5 detik, ketika dimiringkan. Pengukuran titik tuang ini penting, terutama untuk minyak rem yang digunakan pada musim dingin4. Semakin rendah titik tuang, maka akan semakin baik.

3.3.9 Penentuan toleransi air Pada pengujian toleransi air ini dilakukan pengamatan terhadap minyak rem setelah dipanaskan pada suhu sekitar 60C. Hal ini dilakukan untuk memastikan4 www.mgexperience.net

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

minyak rem tersebut tetap berada dalam keadaan cair dan kandungan air yang terdapat di dalamnya tidak mengakinatkan terjadinya pengendapan bahan aditif yang terdapat di dalam minyak rem tersebut. Pengendapan bahan aditif ini dapat menghambat kerja rem. Minyak rem pada dasarnya telah mengandung 3 % air. Peluang terdapat tambahan dari uap air sangatlah mungkin. Akan tetapi dengan batasan tertentu karena mengingat kelebihan air akan membuat kualitas dari minyak rem menurun. Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan air dan amati apakah terjadi pemisahan atau endapan setelah dipanaskan selama 22 jam dengan asumsi saat berkendara suhu mesin mencapai 60C. Adanya pemanasan akan mengeluarkan uap air dan tentunya dapat membuat larutan terbagi menjadi dua fasa jika kualitas minyak rem tersebut kurang baik.

3.3.10Uji karet terhadap cairan rem Difusi merupakan jalan lain uap air memasuki sistem. Hal ini diakibatkan selang karet yang menggetas dan menimbulkan pori-pori mikroskopik. Penggunaan dari selang yang terbuat dari EPDM (ethylene propylene diene materials) dapat mengurangi difusi. Atau penggunaan selang teflon yang dibungkus dengan anyaman kawat termasuk salah satu cara untuk mengurangi difusi. Suhu komponen rem yang tinggi mudah membuat bagian-bagian yang terbuat dari karet dan menjadi keras. Karet yang keras akan mengurangi efektivitasnya membuat celah-celah kecil yang ada. Hal ini akan memicu kebocoran dari minyak rem. Dengan kata lain kemungkinan rem menjadi blong terjadi karena suhu tinggi maka sangatlah mungkin terjadi. Tabel 5 Formulasi komponen karet Ingredient SBR type 1503a Oil furnace black (NBS 378)5 http://yuszz.com5

Part by weight 100 40

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

ZINC oxide (NBS 370) Sulfur (NBS 371) Stearic acid (NBS 372) N-tertiary butyl-2-benzothiazole Sulfonamide (NBS 384) Symmetrical-dibetanaphtiazole sulfonamide (NBS 384) Dicumyl peroxide (40% on precipitated CaCO3)b

5 0.25 1 1

1.5 4.5

3.3.11Penetuan ketahanan terhadap oksidasi dari cairan rem Rem memiliki bagian yang disebut dengan silinder rem. Teknisi sering menyebutnya dengan nama master roda atau silinder rem. Silinder rem ini terletak di bagian dalam roda. Kendaraan yang menggunakan rem tromol maupun rem cakram tetap menggunakan silinder rem walaupun bentuk agak sedikit berbeda. Bagian ini tidak akan terlihat kecuali jika roda dan tromol dilepaskan. Di dalam bagian dari silinder rem ada piston yang terbuat dari aluminium atau baja atau terbuat dari besi tuang dan karet yang berbentuk cincin. Komponen sistem rem tersebut merupakan bagian yang penting. Dengan demikian, bahan pembuat komponen tersebut juga merupakan faktor yang penting. Oleh karena itu pengujian terhadap karet dan besi tuang serta aluminium dilakukan pada pengujian ketahanan tehadap oksidasi dari cairan rem ini. Minyak rem berkualitas baik seharusnyaa memiliki ketahanan yang cukup baik tehadap oksidasi. Oksidasi dapat mengakibatkan terjadinya korosi, dan menghasilkan padatan yang dapat mengganggu pada pipa rem. Pengujian terhadap oksidasi ini diutamakan pada ketahanan minyak rem pada kondisi ekstrim. Pada pengujian ini dilakukan pengukuran tingkat korosi pada aluminium dan besi tuang, serta keberadaan

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

endapan gum, yang dapat mengganggu gerakan komponen-komponen pada sistem rem.

BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN

Berdasarkan SNI-06-2769-1992Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

4.1

Korosi

4.1.1 Pereaksi Isopropanol p.a./ etanol p.a. 4.1.2 Peralatan 2 set logam besi bertimah (tinned iron) (ASTM A 624), baja (SAE 1018). Aluminium (SAE AA 2024), besi tuang (SAE G 3000), kuningan (SAE CA 260) dan tembaga (SAE CA 114) yang masing - masing logam mempunyai luas 25 5 cm2 (panjang 8 cm, lebar 1,3 cm daan tebal maks 0,8 cm) serta dilubangi dengan diameter 4 5 mm dan kira kira 6 mm dari ujung masing masing logam. Neraca analitis 2 karet rem (SBR) Durrometer tipe A Botol (tinggi 100 mm, diameter 75 mm) Penjepit Amplas 4.1.3 Cara Kerja 1. Dibersihkan masing masing logam (kecuali besi timah), dengan amplas halus dan kemudian semua logam dicuci dengan isopropanol/ etanol serta keringkan. 2. Diukur panjang, lebar dan tebal serta tentukan luas masing masing logam ditimbang. 3. Disusun masing- masing set logam berurutan besi bertimah, baja, aluminium, besi tuang, kuningan, dan tembaga serta diberi mur dan baut baja sehingga masing masing bersentuhan. 4. Diukur diameter dasar 2 karet rem ( jangan menggunakan karet yang ketika dilakukan pengukuran berbeda lebih dari 0,08 mm) serta ukur kekerasan karet rem dengan cara karet rem diberi landasan karet bulat berdiameter 19 mm, tebal min. 9 mm dan perbedaan kekerasan landasan dengan karet rem maks. 5 IRHD. 5. Logam logam yang telah disusun disimpan di atas karet rem dan dimasukkan dalam botol.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

6. Dicampurkan 480 ml cairan sampel dengan 20 ml aquades serta tuangkan dalam botol, dan panaskan dalam oven dengan suhu 100C selama 5 hari. 7. Didinginkan pada suhu ruang selama 60 90 menit. 8. Dipindahkan logam logam dari botol dengan memakai penjepit serta lepaskan endapan yang melekat pada logam dengan cara mengetuk ngetuk logam dalam cairan dalam botol. 9. Diamati logam logam uji dan endapan kristal dalam botol,kemudian lepaskan baut, serta logam dicuci dengan air kemudian dengan isopropanol. Diamati apakah terjadi korosi sumur.10. Ditentukan perbedaan berat dari tiap tiap logam kemudian perbedaan berat

dibagi dengan luas dari tiap tiap logam yang ditentukan dalam cm2. 11. Selanjutnya, dilepaskan endapan yang menempel pada karet dengan cara mengetuk ngetuk, kemudian karet rem dari botol diambil dengan cara dijepit. 12. Dicuci karet rem dengan isopropanol/ etanol dan dikeringkan diudara. 13. Ditentukan diameter dasar dan kekerasan dari setiap karet rem dalam waktu 15 menit setelah pengambilan dari cairan, 14. Amati apakah terjadi pembentukan gel.

4.2

Endapan

4.2.1 Peralatan Tabung pemusing Alat pemusing 4.2.2 Cara Kerja 1. Diisi tabung pemusing dengan contoh yang diperoleh setelah dan sebelum pengujian korosi. 2. Tabung pemusing yang berisi contoh di buat seimbang dengan tabung pemusing lain. 3. Kedua tabung pemusing tersebut ditempatkan pada alat pemusing secara berhadapan. 4. Diputar alat pemusing dengan kecepatan 1000 1200 rpm, selama 10 menit. 5. Diamati volume endapan dalam tabung pemusing.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

4.2.3 Rumus Perhitungan % volume endapan = volume endapanvolume contoh 100

4.3

Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP)

4.3.1 Peralatan Labu refluks 100 ml yang mempunyai dua leher pendek. Pendingin (Conensor). Termometer -5C sampai dengan 400 C. Alat pemanas. Batu didih. 4.3.2 Cara Kerja 1. Dipasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya berada 6,5 mm dari dasar labu. 2. Dimasukkan contoh uji 60 1ml dan beberapa butir batu didih ke dalam labu. 3. Dipasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air pada pendingin. 4. Dipanaskan labu sehingga dalam waktu 10 2 menit terjadi perefluks-an. 5. Segera pemanasan diatur sehingga kecepatan equilibrium reflux 1-2 tetes tiap detik sepanjang waaktu 5 2 menit. 6. Dicatat temperatur ERBP dan lakukan 4 kali pembacaan setiap selang waktu 30 detik serta hasilnya dirata ratakan.7. Koreksi Titik Didih

A = C + K (760 P) A = titik didih (C) C = titik didih yang diamati (C) P = tekanan barometer (mmHg) K = faktor koreksi tiap perbedaan tekanan 1 mmHg K untuk 100 190C = 0,039C/mmHgLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

>190C = 0,040C/mmHg

4.4

Wet ERBP

4.4.1 Peralatan Labu Reflux 100 ml yang mempunyai 2 leher pendek. Pendingin (Conensor).

Termometer -5 sampai dengan 400 C.

Alat pemanas. Batu didih. 4.4.2 Cara Kerja 1. Dicampurkan 100 ml contoh uji dengan 3 ml aquades dan diamkan selama 24 jam. 2. Dipasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya berada 6,5 mm dari dasar labu. 3. Dimasukkan 60 ml contoh uji yang telah dijenuhkan dengan air ke dalam labu. 4. Dipasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air pada pendingin. 5. Dipanaskan labu sehingga dalam waktu 10 2 menit terjadi perefluks-an. 6. Segera pemanasan diatur sehingga kecepatan equilibrium reflux 1 -2 tetes tiap detik sepanjang 5 2 menit. 7. Dicatat termometer ERBP dan dilakukan 4 kali pembacaan setiap selang waktu 30 detik serta hasilnya dirata ratakan. 8. Dikoreksi titik didih seperti pada penetapan ERBP.

4.5

Penguapan

4.5.1 Peralatan Cawan petri diameter 10 cm dan tinggi 1,5 cm. Timbangan analitik. Desikator.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Gelas ukur 25 ml. Oven. 4.5.2 Cara Kerja 1. Dipanaskan cawan petri dan tutupnya dalam oven 100 2 C (dalam oven cawan petri dalam keadaan terbuka). 2. Didinginkan dalam desikator dan timbang cawan petri beserta tutup sampai bobot tetap (A). 3. Diisi cawan petri dengan 25 1 ml contoh uji. Ditimbang cawan petri dalam keadaan tertutup (B). 4. Dimasukkan cawan petri ke dalam oven pada temperatur 100 2C selama 168 2 jam. 5. Dipindahkan cawan petri dari oven ke dalam desikator. 6. Didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan timbang (W). 4.5.3 Rumus Perhitungan Sisa penguapan = A-BW100%

4.6

pH

4.6.1 Pereaksi Etanol air : Campurkan etanol dan air dengan perbandingan 4:1 % volume sehingga diperoleh larutan campuran kira kira 50 ml. Atur pH ran 7,0 1 dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N atau HCL 0,1 N 4.6.2 Peralatan Piala Gelas pH meter 4.6.3 Cara Kerja 1. Dicampurkan 50 ml contoh uji dengan 50 ml etanol dengan aquades dan diaduk.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

2. Dicelupkan elektroda ke dalam campuran tersebut diatas dan dibaca pH pada suhu 23 5C.

4.7

Titik Tuang

4.7.1 Peralatan Tabung titik tuang. Termometer. Alat Pendingin. 4.7.2 Cara Kerja 1. Diambil contoh dari hasil sisa uji penguapan, kemudian dimasukkan dalam tabung sampai tanda batas, tutup dengan gabus yang dilengkapi termometer. 2. Dimasukkan tabung tersebut ke dalam alat pendingin. Diamati setiap penurunan suhu 2,5C dengan cara contoh dimiringkan selama 5 detik. 3. Dicatat suhu bila tidak ada gerakan pada permukaan contoh (membeku), ketika dimiringkan selama 5 detik.

4.7.3 Rumus Perhitungan Titik tuang = titik beku + 2,5C

4.8 4.8.1

Kestabilan Cairan Kestabilan pada Suhu Tinggi

4.8.1.1 Peralatan Labu reflux 100 ml yang mempunyai 2 leher pendek. Pendingin (Condensor) diatas 300C. Termometer -5 sampai dengan 400C. Alat pemanas. Batu didih.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

4.8.1.2 Cara Kerja 1. Dipasang termometer ke dalam labu dari leher sampai hingga ujungnya berada 6,5 mm dari dasar labu. 2. Dimasukkan contoh uji 60 1 ml dan beberapa butir batu didih ke dalam labu. 3. Dipasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air pada pendingin. 4. Dipanaskan labu pada suhu 185 2C selama 2 jam. Segera pemanasan diatur kecepatan equilibrium refluks 1 -2 tetes tiap detik selama 5 2 menit. 5. Dicatat temperatur ERBP dan dilakukan 4 kali pembacaan setiap selang waktu 30 detik serta hasilnya dirata-ratakan. 6. Dikoreksi titik didih sesuai dengan penetapan ERBP.

4.8.2

Kestabilan Kimia

4.8.2.1 Pereaksi SAE RM 66 03 4.8.2.2 Peralatan Labu reflux 100 ml yang mempunyai 2 leher pendek. Pendingin (Condensor) diatas 300C. Termometer -5 sampai dengan 400C Alat pemanas Batu didih 4.8.2.3 Cara Kerja 1. Dipasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya 6,5 mm dari dasar labu. 2. Dimasukkan contoh uji sebanyak 30 ml yang telah dicampur dengan 30 ml SAE RM 66 03. 3. Dipasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air pada pendingin. 4. Dipanaskan labu sehingga dalam waktu 10 2 menit terjai perefluks- an pada kecepatan lebih dari 1 tetes/detik dan harus tidak melebihi 5 tetes/ detik.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

5. Dicatat suhu maksimum yang diamati setelah cairan terjadi perefluks- an pada kecepatan lebih dari 1 tetes/ detik selama 1 menit (A). 6. Setelah itu dalam waktu 15 1 menit atur kecepatan refluks 1 -2 tetes/ detik. 7. Dipertahankan kecepatan refluks 1 -2 tetes/ detik untuk selama 2 menit berikutnya. 8. Dicatat suhu ERBP dan dilakukan empat kali pembacaan setiap selang waktu 30 menit, serta hasilnya dirata-ratakan (B). 9. Perubahan ERBP diperoleh dari pengurangan suhu maksimum (A) dan hasil ERBP akhir (B). 10. Dikoreksi titik didih seperti penetapan ERBP.

4.9

Kekentalan Kinematis

4.9.1 Peralatan Gelas kapiler viskometer Cannon Fenske ukuran 50 atau 100. Penjepit viskometer dan rangkanya. Viskometer bath + termostat. Termometer. Stopwatch. Karet penghisap. Piala gelas 50 ml. 4.9.2 Cara Kerja 1. Didinginkan atau dipanaskan viskometer bath sampai didapat temperatur yang diperlukan. 2. Dimasukkan contoh uji yang telah diaduk ke dalam piala gelas 50 ml. 3. Diisap contoh uji dari gelas kimia tersebut ke dalam gelas kapiler viskometer sampai tanda batas bawah (hindari adanya gelembung udara). 4. Dipasang viskometer pada penjepit, kemudian letakkan pada rangkanya dalam viskometer bath yang telah sesuai suhunya dan diamkan 15 menit agar suhu contoh sama dengan suhu penangas,

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

5. Dengan mempergunakan karet penghisap untuk mengatur contoh kira kira 5 mm di atas tanda batas atas, isap contoh di dalam gelas kapiler viskometer dan biarkan contoh mengalir. Pada saat permukaan contoh mencapai tanda batas atas stopwatch dijalankan dan diberhentikan pada saat contoh mencapai tanda batas bawah. 6. Dicatat waktu mengalir yang diperoleh. Pekerjaan ini diulangi sehingga diperoleh perbedaan waktu 0,2 detik. 4.9.3 Rumus Perhitungan V = t c V = kekentalan (mm2/s) t = waktu mengalir (sekon) c = konstanta gelas kapiler viskometer.

BAB V DATA PENGAMATAN

Tabel 6 Hasil Uji Minyak Rem WIN DOT-3 No Uraian Analisis Satuan Hasil Pengujian 1 2 3 Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP) Wet ERBP Kekentalan kinematik 100C C mm2/s 147 2,552 Min 140 Min 1,5 C 192 Persyaratan SNI-06-2769-1992 Min 205

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

4

pH Sebelum uji korosi Sesudah uji korosi 9,60 9,34 C tinggi, 8,5 Maks 5 7,0 11,5 7,0 11,5

5

Kestabilan cairan Pada suhu

perubahan ERBP 6 Korosi Perubahan berat Besi bertimah Baja Aluminium Besi tuang Kuningan Tembaga Logam uji Korosi goresan Cairan Pembentukan gel/kristal dinding gelas/permukaan logam Karet Pelepuhan/pelapukanLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

mg/cm2 0,0001 0,0001 0,0059 0,0004 0,0015 Maks 0,2 Maks 0,2 Maks 0,1 Maks 0,2 Maks 0,4 Maks 0,4

sumur

atau

0,0017

Tidak ada

Tidak boleh ada

pada

Tidak ada

Tidak boleh ada

Penurunan kekerasan Pertambahan diameter Tidak ada IRHD Mm 7 8 Endapan (sesudah uji korosi) Penguapan Bahan yang menguap Endapan kasar/butiran pada sisa penguapan 9 10 Titik tuang (sesudah uji penguapan) Toleransi air, 60C Pemisahan Pengendapan %v/v Tidak ada Tidak ada Tidak boleh ada Maks 0,15 C >- 40C Maks 5 %b/b Maks 80 Tidak boleh ada %v/v 11,714 0,04 Tidak ada Maks 15 Maks 1,4 Maks 0,1 Maks 0,1

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

BAB VI PEMBAHASAN

6.1

Penentuan Equilibrium Reflux Boiling Point (ERBP) Pengujian ERBP bertujuan untuk menguji seberapa besar nilai titik didih murni

dari minyak rem. Berbeda dari metode Wet ERBP yang dipengaruhi penambahan air, maka ERBP menguji titik didih minyak rem murni tanpa adanya penambahan air. Metode yang digunakan adalah dengan metode refluks. Metode ini digunakan agar selama pemanasan tidak ada sampel minyak rem yang hilang atau volume berkurang. Pada pengerjaan refluks ini digunakan hot plate, refluks spiral dan beberapa batu didih. Pemanasan ini berlangsung dalam kondisi kecepatan tetes demi tetes sebesar 2 tetes perdetik dengan cara mengatur suhu pada hot plate. Dari data percobaan didapatkan bahwa nilai titik didih sampel minyak rem adalah 192C. Dengan demikian, sampel yang diuji dengan ERBP ini, titik didihnya belum mencapai standar yang ditetapkan oleh SNI-06-2769-1992 yang menentukan bahwa nilainya minimal 205C.

6.2

Penentuan Wet ERBP Pada pengujian Wet ERBP ini, dilakukan penambahan aquades sebanyak 3 ml

dalam 100 ml sampel minyak rem. Penambahan air ini berfungsi menurunkan titik didih air. Dalam konsep titik didih, jika air dicampurkan dengan sampel minyak yang berbasis alkohol maka titik didih campurannya akan menurun. Penurunan ini tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan dari sistem rem. Uap air hasil penguapan air akan menimbulkan resistensi pada saluran rem sehingga menyebabkan rem menjadi blong. Menurut data percobaan yang telah dilakukan, wet ERBP-nya adalah sebesar 147C. Nilai ini masih berada di atas standar yang ditetapkan SNI-06-2769-1992 yaitu minimal sebesar 140C. Minyak rem yang memilki titik didih dengan penambahan air ke dalam sistemnya akan mengakibatkan minyak rem, laju pemanasan akan lebihLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

cepat sehingga menyebabkan karet rem menjadi keras sehingga sulit untuk mengerem laju kendaraan dan menimbulkan kebocoran sehingga berbahaya.

6.3

Penentuan kestabilan cairan pada suhu tinggi Mesin kendaraan bermotor biasanya akan bekerja dalam jangka waktu yang

relatif lama sehingga berbagai komponen di dalamnya harus memiliki ketahanan tehadap suhu tinggi. Begitu juga minyak rem, minyak rem yang baik adalah minyak rem yang stabil sifatnya dalam kondisi apapun termasuk kondisi pemanasan yang sangat tinggi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa titik didih ERBP berada pada suhu 192C selama pemanasan pada suhu 185C dalam rentang waktu 2 jam. Nilai ini memiliki selisih yang berada di atas batas maksimum 5 (SNI-06-2769-1992) karena titik didih ERBP dalam rentang waktu yang singkat (nilai ERBP di atas ) bernilai 200,5C sehingga selisihnya adalah hanya sebesar 8,5C.

6.4

Penentuan kekentalan kinematis pada suhu 100C Minyak rem memilliki kekentalan kinematis yang lebih rendah daripada U

minyak pelumas. Penentuannya dengan menggunakan alat viscometer tabung

reserve Flow BS/RF. Kekentalan yang diperoleh dari minyak rem yang diuji adalah 2,552 mm2/s. Hasil ini masih berada di atas kondisi yang diizinkan yaitu 1,5 mm 2/s (SNI-06-2769-1992).

6.5

Penentuan nilai pH Penentuan pH ini bertujuan untuk memastikan minyak rem dapat menetralisasi

efek karena dihasilkannua produk asam akibat terjadinya degradasi. Nilai pH yang berhasil diukur adalah 9,60 untuk pH sebelum uji korosi sedangkan pH setelah terjadinya korosi yaitu 9,34. Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa minyak tersebut dapat menetralisasi produk asam yang ditimbulkan sehingga proses korosi akan dapat diminimalisir karena berdasarkan SNI-06-2769-1992, nilai pH sebelum korosi dan setelah korosi harus berada pada rentang pH 7,0-11,5.Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

6.6

Uji Korosi Minyak rem yang memiliki bahan aditif antikorosi akan memberikan hasil

yang baik dalam memproteksi terjadinya korosi. Penentuan ketahanan terhadap korosi ini dilakukan dengan menggunakan enam jenis logam yang identik dengan komponen yang sering digunakan sebagai komponen pada rem. Logam tersebut secara berurutan adalah logam besi bertimah, baja, aluminium, besi tuang, kuningan, dan tembaga. Sebelum dilakukan uji korosi ini, logam terlebih dahulu diampelas agar logam tidak memiliki lapisan yang menghambat terjadinya pengukuran seperti produk korosi atau lemak yang menempel. Kondisi yang dibuat dalam sistem ini adalah adanya penambahan air sehingga diinginkan menyerupai kondisi aslinya pada sisttem rem kendaraan bermotor. Logamlogam tersebut disusun dengan rapi menggunakan baut dan mur, kemudian ditempatkan pada seperdelapan karet dan dimasukkan ke dalam botol dan tutup berulir yang telah penuh dengan minyak rem. Sistem tersebut dipanaskan mencapai suhu 100C untuk menyerupai kondisi aslinya. Pemanasan dilakukan selama 120 jam dalam oven agar memudahkan terjadinya korosi pada sistem tersebut. Korosi dapat terjadi karena adanya asam dalam media minyak rem sehingga harus dihambat oleh zat aditif pada minyak rem tersebut. Selama korosi terjadi, logam dalam keadaan teroksidasi sehingga beratnya bertambah, karena produk korosi yang tadinya tidak ada mengendap pada permukaan logam. Produk korosi inilah yang terdegradasi dari logam sehingga logam mengalami kehilangan berat. Prinsip dari metode yang digunakan adalah kehilangan berat logam yaitu selisih antara logam sebelum dan sesudah korosi (weight loss method). Walaupun pengukuran korosi ini tidak dilakukan dengan metode elektrokimia seperti EIS dan polarisasi, tetapi metode kehilangan berat ini juga cukup akurat untuk menguji korosi yang terjadi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua logam mengalami perubahan berat yang berada dibawah standar yang ditetapkan masingmasing logam. Pada pengukuran korosi ini juga diamati keberadaan endapan pada karet rem yang ada dalam media. Endapan pada karet rem tidak ada. Karet rem juga tidak mengalami pelepuhan, penurunan kekerasan yang bernilai 11,714 masih jauh dari standar yaitu maksimal 15 dan pertambahan diameter berkisar 0,04 sehingga beradaLaporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

di bawah standar maksimal SNI-06-2769-1992 yaitu 0,1. Beberapa parameter ini menunjukkan bahwa minyak rem berkualitas baik terhadap korosi.

6.7

Penentuan endapan cairan rem Hasil percobaan penentuan endapan dalam cairan ini, diperoleh data nil. Batas

maksimumnya adalah 0,1 %. Maka dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sampel berada di bawah batas maksimum endapan. Jika terbentuk endapan seperti sampel, maka sistem pengereman rem akan rusak. Gum atau lumpur berupa endapan tersebut akan merusak master rem dan timbul goresan pada silinder akibat gesekan yang ditimbulkan.

6.8 Penentuan titik tuang Penentuan titik tuang berfungsi untuk mengetahui sifat minyak rem dapat digunakan untuk musim dingin atau tidak. Pertama kali yang dilakukan adalah membekukan minyak rem, kemudian mengidentifikasikan titik tuangnya. Dalam percobaan ini, minyak rem sampai suhu -40C belum membeku sehingga mengindikasikan bahwa minyak rem dapat digunakan dalam kondisi musim dingin. Hal ini juga telah sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh SNI-06-2769-1992 yaitu -5C.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kualitas

minyak rem tipe DOT-3 ini hampir memenuhi semua syarat yang telah ditetapkan oleh BSN dengan mengacu pada SNI-06-2769-1992. Adapun percobaan yang belum memenuhi standar SNI-06-27691992 adalah percobaan ERBP dan kestabilan suhu tinggi. Sedangakan percobaan yang lainnya memenuhi standar SNI-062769-1992.

7.2

Saran Pengujian terhadap minyak rem harus tetap dilakukan karena

berkaitan dengan keselamatan dalam berkendara. Adapun saran untuk para peneliti selanjutnya adalah agar mengatur dan memperhitungkan waktu yang ada dengan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dengan baik.

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mobilmotor.co.id/news_detail.asp?id=1364 http://www.ccitonline.com/mekanikal/tikiread_articel.php?articelId=47 http://www.honda-tiger.or.id/forum/archive/penggantian-minyak-rem-t7153.html http://sgharjono.blogspot.com/2009/02/seputar-minyak-rem.html http://kymco.or.id/archive/index.php/t-3529.html http://ahass.wordpress.com/2007/08/09/ganti_minyak_rem/

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

LAMPIRAN

Gambar 1 Oven Viscometer Bath SS-Flow

Gambar 2

Gambar 3 Alat Pendingin meter

Gambar 4 pH

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)

Gambar 5 Alat Pemusing Sorong

Gambar 6 Jangka

Gambar 7 Durrometer

Gambar 8 Logam-logam

Laporan Prakerin Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)