{id apbn... · 2016-12-14 · selanjutnya disingkat apbn adalah rencana keuangan ... meliputi surat...

79

Upload: votuyen

Post on 28-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

{iD SALINAN

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18 TAHUN 2016

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negarasebagai wujud dari pengelolaan keuangan negarayang dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rak5iat;

b. bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran 2Ol7 terr::uat dalam Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara Tahun Anggaran 2Ol7 yang disusun sesuaidengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahannegara dan kemampuan dalam menghimpunpendapatan negara dalam rangka mendukungterwujudnya perekonomian nasional berdasarkandemokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasanlingkungan, kemandirian, serta dengan menjagakeseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonominasional;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, sertamelaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, perlu membentuk Undang-Undangtentang Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraTahun Anggaran2OlT;

Mengingat

Mengingat : 1.

PF.rl-Sltfl:N.lREI-rl-l 13 l-ll( ll{t)()1.1 ESl,,:r

-2-

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 23 ayat (1) dan ayat(2), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 33 ayat (l), ayat (21,

ayat (3), dan ayat (a) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun L945;

Undang-Undang Nomor tT Tahun 2OO3 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 47, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor a2861;

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OO4 tentangSistem Perencanaan Pembangunan Nasional(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4

Nomor lO4, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor aa2\;

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2Ol4 tentangMajelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan PerwakilanRakSrat, Dewan Perwakilan Daerah, dan DewanPerwakilan Ralqyat Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 182,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5568) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 42 Tahun 2OI4 tentangPerubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun2Ol4 tentang Majelis Permusyawaratan Ralqrat,Dewan Perwakilan Ralryat, Dewan Perwakilan Daerah,dan Dewan Perwakilan Ralryat Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2Ot4 Nomor 383,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5650);

2.

3.

4.

Dengan

Menetapkan

PRES I DENREPL-l FilL-l !( I l'l DO I'J tr-Sl A

-3-

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017.

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yangselanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangantahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DewanPerwakilan Rakyat.

2. Pendapatan Negara adalah hak Pemerintah Pusat yangdiakui sebagai penambah kekayaan bersih yang terdiriatas Penerimaan Perpajakan, Penerimaan Negara BukanPajak, dan Penerimaan Hibah.

3. Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaannegara yang terdiri atas Pendapatan Pajak Dalam Negeridan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional.

4. Pendapatan Pajak Dalam Negeri adalah semuapenerimaan negara yang berasal dari pendapatan pajakpenghasilan, pendapatan pajak pertambahan nilai barangdan jasa dan pendapatan pajak penjualan atas barangmewah, pendapatan pajak bumi dan bangunan,pendapatan cukai, dan pendapatan pajak lainnya.

5. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional adalahsemua penerimaan negara yang berasal dari pendapatanbea masuk dan pendapatan bea keluar.

6. Penerimaan

6.

PRES IDENREPLJRLII( II!DOI.IESIA

-4-

Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnyadisingkat PNBP adalah semua penerimaan PemerintahPusat yang diterima dalam bentuk penerimaan dariSumber Daya Alam (SDA), pendapatan bagian laba BadanUsaha Milik Negara (BUMN), PNBP lainnya, sertapendapatan Badan Layanan Umum (BLU).

Penerimaan Hibah adalah semua penerimaan negara baikdalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan,rupiah, jasa, dan/atau surat berharga yang diperolehdari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali danyang tidak mengikat, baik yang berasal dari dalam negerimaupun dari luar negeri.

Belanja Negara adalah kewajiban Pemerintah Pusat yangdiakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yangterdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan Transfer keDaerah dan Dana Desa.

Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi adalah belanjaPemerintah Pusat yang digunakan untuk menjalankanfungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsiketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsilingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasilitasumum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata, fungsiagama, fungsi pendidikan, dan fungsi perlindungansosial.

Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi adalahbelanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan kepadakementerian negara/lembaga dan Bagian AnggaranBendahara Umum Negara.

Belanja Pemerintah Pusat Menurut Program adalahbelanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan untukmencapai hasil (outcomel tertentu pada Bagian Anggarankementerian negara/lembaga dan Bagian AnggaranBendahara Umum Negara.

7.

8.

9.

10.

11.

12. Program

12.

I:)RES IDEI!RE.l-ruFiLll( ll\l DC'l\l ESIA

-5-

Program Pengelolaan Subsidi adalah pemberiandukungan dalam bentuk pengalokasian anggaran kepadaperusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihakketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku untuk menyediakan barang atau jasa yangbersifat strategis atau menguasai hajat hidup orangbanyak sesuai kemampuan keuangan negara.

Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negaradalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskalberupa Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, DanaOtonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan DaerahIstimewa Yograkarta.

Dana Perimbangan adalah dana yang dialokasikan dalamAPBN kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerahdalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiriatas Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus.

Dana Transfer Umum adalah dana yang dialokasikandalam APBN kepada daerah untuk digunakan sesuaidengan kewenangan daerah guna mendanai kebutuhandaerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalahdana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerahberdasarkan angka persentase tertentu dari pendapatannegara untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangkapelaksanaan de sentralisasi

Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAUadalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepadadaerah dengan tujuan pemerataan kemampuankeuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhandaerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Transfer Khusus adalah dana yang dialokasikandalam APBN kepada daerah dengan tujuan untukmembantu mendanai kegiatan khusus, baik fisikmaupun nonfisik yang merupakan urusan daerah.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19. Dana

PF?ES IDi:NREFTUBLII( lNDol'lESlA

-6-

19. Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disingkat DAKadalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepadadaerah tertentu dengan tujuan untuk membantumendanai kegiatan khusus yang merrrpakan urusandaerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

20. Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat DIDadalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepadadaerah tertentu berdasarkan kriteria tertentu dengantujuan untuk memberikan penghargaan atas pencapaiankinerja tertentu.

21. Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikandalam APBN untuk membiayai pelaksanaan otonomikhusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalamUndang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentangPenetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 21 Tahun 2OOl tentang OtonomiKhusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang,dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentangPemerintahan Aceh.

22. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yograkarta adalahdana yang dialokasikan dalam APBN untukpenyelenggaraan urusan keistimewaan Daerah IstimewaYograkarta, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2Ol2 tentang KeistimewaanDaerah Istimewa Yograkarta.

23. Dana Desa adalah dana yang dialokasikan dalam ApBNyang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melaluiAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerahkabupaten/kota dan digunakan untuk membiayaipenyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaanpembangunan, pembinaan kemasyarakatan, danpemberdayaan masyarakat.

24. Pernbiayaan

F! II F. S ID Ei.JFlt:Ft_t B Ll t<. I t..t iio i.l L s iA

-7 -

24. Pembiayaan Anggaran adalah setiap penerimaan yangperlu dibayar kembali, penerimaan kembali ataspengeluaran tahun-tahun anggaran sebelumnya,pengeluaran kembali atas penerimaan tahun-tahunanggaran sebelumnya, penggunaan saldo anggaran lebih,dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baikpada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

25. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran yang selanjutnyadisebut SiLPA adalah selisih lebih realisasi pembiayaananggaran atas realisasi defisit anggaran yang terjadidalam satu periode pelaporan.

26. Saldo Anggaran Lebih yang selanjutnya disingkat SALadalah akumulasi neto dari SiLPA dan Sisa KurangPembiayaan Anggaran (SiKPA) tahun-tahun anggaranyang lalu dan tahun anggaran yang bersangkutan setelahditutup, ditambah/dikurangi dengan koreksipembukuan.

27. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBNmeliputi surat utang negara dan surat berharga syariahnegara.

28. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUNadalah surat berharga berupa surat pengakuan utangdalam mata uang rupiah maupun valuta asing yangdijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh NegaraRepublik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.

29. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnyadisingkat SBSN atau dapat disebut sukuk negara adalahSBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asetSBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valutaasing.

30. Bantuan . .

PF?ES lD El.lREPI-l Bl-lK I l! DOl.lF-SlA

-8-

30. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnyayang selanjutnya disingkat BPYBDS adalah bantuanPemerintah berupa Barang Milik Negara yang berasal dariAPBN, yang telah dioperasikan dan/atau digunakan olehBUMN berdasarkan Berita Acara Serah Terima dansampai saat ini tercatat pada laporan keuangankementerian negara/lembaga atau pada BUMN.

31. Penyertaan Modal Negara yang selanjutnya disingkatPMN adalah dana APBN yang dialokasikan menjadikekayaan negara yang dipisahkan atau penetapancadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikansebagai modal BUMN dan/atau perseroan terbataslainnya dan dikelola secara korporasi.

32. Dana Bergulir adalah dana yang dikelola oleh BLUtertentu untuk dipinjamkan dan digulirkan kepadamasyarakat/lembaga dengan tujuan untukmeningkatkan ekonomi ralryat dan tujuan lainnya.

33. Pinjaman Dalam Negeri adalah setiap pinjaman olehPemerintah yang diperoleh dari pemberi pinjaman dalamnegeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratantertentu, sesuai dengan masa berlakunya.

34. Kewajiban Penjaminan adalah kewajiban yang secarapotensial menjadi beban Pemerintah akibat pemberianjaminan kepada kementerian negara/lembaga,Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, danBadan Usaha Milik Daerah dalam hal kementeriannegaraf lembaga, Pemerintah Daerah, Badan Usaha MilikNegara, dan Badan Usaha Milik Daerah dimaksud tidakdapat memenuhi kewajibannya kepada krediturdan/atau badan usaha sesuai perjanjian pinjaman atauperjanjian kerjasama.

35. Pinjaman

I.:RES!L,EI\It"t:tf !J B Lt l{. I t'.t Do I't L_si,,r

-9-

35. Pinjaman Luar Negeri Neto adalah semua pembiayaanyang berasal dari penarikan pinjaman luar negeri yangterdiri atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatandikurangi dengan pembayaran cicilan pokok pinjamanluar negeri.

36. Pinjaman T\rnai adalah pinjaman luar negeri dalambentuk devisa dan/atau rupiah yang digunakan untukpembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolioutang

37. Pinjaman Kegiatan adalah pinjaman luar negeri yangdigunakan untuk pembiayaan kegiatan tertentukementerian negara/lembaga, pinjaman yangditeruspinjamkan kepada pemerintah daerah dan/atauBUMN, dan pinjaman yang diterushibahkan kepadapemerintah daerah.

38. Pemberian Pinjaman adalah pinjaman Pemerintah Pusatkepada Pemerintah Daerah, BUMN, Lembaga, dan/ataubadan lainnya yang harus dibayar kembali denganketentuan dan persyaratan tertentu.

39. Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran padafungsi pendidikan yang dianggarkan melalui kementeriannegaraf lembaga, alokasi anggaran pendidikan melaluitransfer ke daerah dan dana desa, dan alokasi anggaranpendidikan melalui pengeluaran pembiayaan, termasukgaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikankedinasan, untuk membiayai penyelenggaraanpendidikan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah.

40. Persentase Anggaran Pendidikan adalah perbandinganalokasi anggaran pendidikan terhadap total anggaranbelanja negara.

47. Tahun Anggaran 2OL7 adalah masa 1 (satu) tahunterhitung mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengantanggal 31 Desember 2017.

Pasal 2

PRES Itf EI.I[.1EtrU EL.lt( lr..lDOt.t EStA

-10-

Pasal 2

APBN terdiri atas anggaran Pendapatan Negara, anggaranBelanja Negara, dan Pembiayaan Anggaran.

Pasal 3

Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2Ol7direncanakan sebesar Rp1.75O.283.38O.176.000,0O (satukuadriliun tujuh ratus lima puluh triliun dua ratus delapanpuluh tiga miliar tiga ratus delapan puluh juta seratus tujuhpuluh enam ribu rupiah), yang diperoleh dari sumber:

a. Penerimaan Perpajakan;

b. PNBP; dan

c. Penerimaan Hibah.

Pasal 4

(1) Penerimaan Perpajakan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3 huruf a direncanakan sebesarRp1.498. 87 L.646.935.000,00 (satu kuadriliun empat ratussembilan puluh delapan triliun delapan ratus tujuh puluhsatu miliar enam ratus empat puluh enam juta sembilanratus tiga puluh lima ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri; dan

b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional.

(2) Pendapatan Pajak Dalam Negeri sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a direncanakan sebesarRp1.464.796.546.935.000,00 (satu kuadriliun empat ratusenam puluh empat triliun tujuh ratus sembilan puluhenam miliar lima ratus empat puluh enam juta sembilanratus tiga puluh lima ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. pendapatan

ffiF'F{ESIDEI..I

RtrFt.J Ll l-l l<. I l.l llO l.l l::ilA

- 11-

a. pendapatan pajak penghasilan;

b. pendapatan pajak pertambahan nilai barang dan jasadan pajak penjualan atas barang mewah;

c. pendapatan pajak bumi dan bangunan;

d. pendapatan cukai; dan

e. pendapatan pajak lainnya.

(3) Pendapatan pajak penghasilan sebagaimana dimaksudpada ayat (21 huruf a direncanakan sebesarRp787.704.689.217.000,00 (tujuh ratus delapan puluhtujuh triliun tujuh ratus empat miliar enam ratus delapanpuluh sembilan juta dua ratus tujuh belas ribu rupiah)yang didalamnya termasuk pajak penghasilan ditanggungPemerintah (PPh DTP) atas:

a. komoditas panas bumi sebesarRp1.625.690.000.000,00 (satu triliun enam ratus duapuluh lima miliar enam ratus sembilan puluh jutarupiah) yang pelaksanaannya diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan;

b. bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atasjasa yang diberikan kepada Pemerintah dalampenerbitan dan/atau pembelian kembali/penukaranSBN di pasar internasional, tetapi tidak termasuk jasakonsultan hukum lokal, sebesarRp8.092.806.218.000,00 (delapan triliun sembilanpuluh dua miliar delapan ratus enam juta dua ratusdelapan belas ribu rupiah) yang pelaksanaannya diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan; dan

c. penghasilan dari penghapusan secara mutlak piutangnegara nonpokok yang bersumber dari PemberianPinjaman, Rekening Dana Investasi, dan RekeningPembangunan Daerah yang diterima oleh PerusahaanDaerah Air Minum (PDAM) sebesarRp124.288.522.000,00 (seratus dua puluh empatmiliar dua ratus delapan puluh delapan juta lima ratusdua puluh dua ribu rupiah) yang pelaksanaannyadiatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

(4) Pendapatan...

(41

FTRESIDEI.Ii"^lEFU H L-I I( I N DO I\ ES i/\

-t2-Pendapatan pajak pertambahan nilai barang dan jasa danpajak penjualan atas barang mewah sebagaimanadimaksud pada ayat (21 huruf b direncanakan sebesarRp493.888.7O5.926.000,00 (empat ratus sembilan puluhtiga triliun delapan ratus delapan puluh delapan miliartujuh ratus lima juta sembilan ratus dua puluh enam riburupiah).

Pendapatan pajak bumi dan bangunan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) hurrrf c direncanakan sebesarRp17.295.591.674.000,00 (tujuh belas triliun dua ratussembilan puluh lima miliar lima ratus sembilan puluhsatu juta enam ratus tujuh puluh empat ribu rupiah).

Pendapatan cukai sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf d direncanakan sebesarRp157.158.000.000.000,00 (seratus lima puluh tujuhtriliun seratus lima puluh delapan miliar rupiah).

Pendapatan pajak lainnya sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf e direncanakan sebesarRp8.749.560.118.000,00 (delapan triliun tujuh ratusempat puluh sembilan miliar lima ratus enam puluh jutaseratus delapan belas ribu rupiah).

Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan sebesarRp34.075.100.000.000,00 (tiga puluh empat triliun tujuhpuluh lima miliar seratus juta rupiah), yang terdiri atas:

a. pendapatan bea masuk; dan

b. pendapatan bea keluar.

Pendapatan bea masuk sebagaimana dimaksud pada ayat(8) huruf a direncanakan sebesarRp33.735.000.000.000,00 (tiga puluh tiga triliun tujuhratus tiga puluh lima miliar rupiah) yang didalamnyatermasuk fasilitas bea masuk ditanggung Pemerintah (BMDTP) sebesar Rp5OO.OOO.00O.OOO,0O (lima ratus miliarrupiah) yang pelaksanaannya diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.

(s)

(6)

(71

(8)

(e)

(10) Pendapatan

(1)

l:--llEslDEI.ill L.FrU Lrl Ll ti. I l.l D o iJ I i--] l,A

-13_

(10) Pendapatan bea keluar sebagaimana dimaksudpada ayat (8) huruf b direncanakan sebesarRp340.100.000.000,00 (tiga ratus empat puluh miliarseratus juta rupiah).

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian PenerimaanPerpajakan Tahun Anggaran 2OL7 sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dan ayat (8) diatur dalam PeraturanPresiden.

Pasal 5

PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hurr.f bdirencanakan sebesar Rp250.039.O71.639.000,00 (duaratus lima puluh triliun tiga puluh sembilan miliar tduhpuluh satu juta enam ratus tiga puluh sembilan riburupiah), yang terdiri atas:

a. penerimaan SDA;

b. pendapatan bagian laba BUMN;

c. PNBP lainnya; dan

d. pendapatan BLU.

Penerimaan SDA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a direncanakan sebesar Rp86.995.859.805.000,00(delapan puluh enam triliun sembilan ratus sembilanpuluh lima miliar delapan ratus lima puluh sembilan jutadelapan ratus lima ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gasbumi (SDA migas); dan

b. penerimaan sumber daya alam nonminyak bumi dangas bumi (SDA nonmigas).

Pendapatan bagian laba BUMN sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b direncanakan sebesarRp41.000.000.000.000,00 (empat puluh satu triliunrupiah).

(2)

(3)

(4) Untuk

(s)

PRES I DENRL.PLIELII'( lttl DOI.IESIA

-L4-

(4) Untuk mengoptimalkan pendapatan bagian laba BUMN dibidang usaha perbankan, penyelesaian piutangbermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankandilakukan:

a. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas (PT), BUMN,dan Perbankan;

b. memperhatikan prinsip tata kelola perusahaan yangbaik; dan

c. Pemerintah melakukan pengawasan penyelesaianpiutang bermasalah pada BUMN di bidang usahaperbankan tersebut.

PNBP lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c direncanakan sebesar Rp84.428.114.466.000,00(delapan puluh empat triliun empat ratus dua puluhdelapan miliar seratus empat belas juta empat ratus enampuluh enam ribu rupiah).

Pendapatan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d direncanakan sebesar Rp37.615.097.368.000,00(tiga puluh tduh triliun enam ratus lima belas miliarsembilan puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh delapanribu rupiah).

Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian PNBP TahunAnggaran 2Ol7 sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat(3), ayat (5), dan ayat (6) diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 6

Penerimaan Hibah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3huruf c direncanakan sebesar Rpl.372. 661.602.000,00 (satutriliun tiga ratus tujuh puluh dua miliar enam ratus enampuluh satu juta enam ratus dua ribu rupiah).

(6)

(71

Pasal 7

(1)

PRES iLf EI.IREFULtLtK. il.|DONISi,\

-15-

Pasal 7

Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2OL7 direncanakansebesar Rp2.080.45 1. 168.747 .OOO,00 (dua kuadriliun delapanpuluh triliun empat ratus lima puluh satu miliar seratusenam puluh delapan juta tujuh ratus empat puluh tujuh riburupiah), yang terdiri atas:

a. anggaran Belanja Pemerintah Pusat; dan

b. anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

Pasal 8

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 huruf a direncanakan sebesarRp1.315.526.103.976.000,00 (satu kuadriliun tiga ratuslima belas triliun lima ratus dua puluh enam miliarseratus tiga juta sembilan ratus tujuh puluh enam riburupiah).

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) termasuk program pengelolaanhibah negara sebesar Rp2. 199.074.000.000,00 (dua triliunseratus sembilan puluh sembilan miliar tujuh puluhempat juta rupiah), yang dihibahkan dan/atauditerushibahkan ke daerah.

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dikelompokkan atas:

a. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi;

b. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi; dan

c. Belanja Pemerintah Pusat Menurut Program.

Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian anggaran BelanjaPemerintah Pusat Menurut Fungsi, Organisasi, danProgram sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diaturdalam Peraturan Presiden.

(21

(3)

(4)

Pasal9...

ffi''ifli*o. CEj'qr.ll}rrir_.E-

FRF_stLrEi'!l--:l i:Fi-l i.:ll_l!{. !i..1 t-1 tf |rl i:.:r; l:r!

- 16-

Pasal 9

(1) Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 huruf b direncanakan sebesarRp764.925.064.771 .000,00 (tujuh ratus enam puluhempat triliun sembilan ratus dua puluh lima miliar enampuluh empat juta tujuh ratus tujuh puluh satu riburupiah), yang terdiri atas:

a. Transfer ke Daerah; dan

b. Dana Desa.

(2) Transfer ke Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a direncanakan sebesar Rp7O4.925.O64.77 1.000,00(tujuh ratus empat triliun sembilan ratus dua puluh limamiliar enam puluh empat juta tujuh ratus tujuh puluhsatu ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. Dana Perimbangan;

b. DID; dan

c. Dana Otonomi Khusus dan Dana KeistimewaanDaerah Istimewa Yograkarta.

(3) Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b direncanakan sebesar Rp60.000.000.000.000,00(enam puluh triliun rupiah).

(4) Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dialokasikan kepada setiap kabupaten/kota denganketentuan:

a. 9oo/o (sembilan puluh persen) dialokasikan secaramerata kepada setiap desa; dan

b. lO% (sepuluh persen) dialokasikan berdasarkanjumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luaswilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa.

Pasal 10 .

,'d{,,lk -*.3"..4u6hY \"liu-l!AR*o r -*llu

'ait[ & -. h

ff-ffi.81'*f,.1 "-iti,rjIXSlh .r;\E!'-tl#r'>(-*.:

IrF-ti:-SIDENFlf:FrLl Fl l- l l( l l\l DO l.l ES !,ri.

-t7-

Pasal 10

Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9ayat (21 huruf a direncanakan sebesarRp677.079.873.537.000,00 (enam ratus tujuh puluh tujuhtriliun tujuh puluh sembilan miliar delapan ratus tujuh puluhtiga juta lima ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah), yang terdiriatas:

a. Dana Transfer Umum; dan

b. Dana Transfer Khusus.

Pasal I 1

(1) Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 huruf a direncanakan sebesarRp503.632.663.5O1.000,00 (lima ratus tiga triliun enamratus tiga puluh dua miliar enam ratus enam puluh tigajuta lima ratus satu ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. DBH; dan

b. DAU.

(2) DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adirencanakan sebesar Rp92.798.395. 1 39.000,00 (sembilanpuluh dua triliun tujuh ratus sembilan puluh tiga miliartiga ratus sembilan puluh lima juta seratus tiga puluhsembilan ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. DBH Pajak sebesar Rp58.576.503.913.000,00 (limapuluh delapan triliun lima ratus tujuh puluh enammiliar lima ratus tiga juta sembilan ratus tiga belasribu rupiah), dengan rincian:

1) DBH Pajak tahun anggaran berjalan sebesarRp53.021.040.307.000,00 (lima puluh tiga triliundua puluh satu miliar empat puluh juta tiga ratustujuh ribu rupiah); dan

2) Kurang

ew$*frJ,$r{€

(3)

PRES IDEI\ilFPLl Bl.-l l( I I'lDOl'! trSl,A

- 18-

2) Kurang Bayar DBH Pajak sebesarRp5.555.463.6O6.000,00 (lima triliun lima ratuslima puluh lima miliar empat ratus enam puluhtiga juta enam ratus enam ribu rupiah).

b. DBH SDA sebesar Rp34.216.891.226.000,OO (tigapuluh empat triliun dua ratus enam belas miliardelapan ratus sembilan puluh satu juta dua ratus duapuluh enam ribu rupiah), dengan rincian:

1) DBH SDA tahun anggaran berjalan sebesarRp28.915.462.366.000,00 (dua puluh delapantriliun sembilan ratus lima belas miliar empat ratusenam puluh dua juta tiga ratus enam puluh enamribu rupiah); dan

2) Kurang Bayar DBH SDA sebesarRp5.30I.428.860.000,00 (lima triliun tiga ratussatu miliar empat ratus dua puluh delapan jutadelapan ratus enam puluh ribu rupiah).

DBH Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf aterdiri atas:

a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

b. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, pasal 25 dan pasal29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WpOpDN);dan

c. Cukai Hasil Tembakau (CHT).

DBH SDA sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf bterdiri atas:

a. Minyak Bumi dan Gas Bumi;

b. Mineral dan Batubara;

c. Kehutanan;

d. Perikanan; dan

e. Panas Bumi.

(4)

(s) DBH

(s)

ffiF-rRES IDEI\l

REFTUB[-ll( !Nl DOt.lf :il.A

-19-

DBH Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

huruf c, khusus Dana Reboisasi yang sebelumnyadisalurkan ke kabupaten/kota penghasil, mulai TahunAnggaran 2Ol7 disalurkan ke provinsi penghasil untukmembiayai kegiatan reboisasi dan rehabilitasi hutan diwilayah provinsi tersebut.

Penggunaan DBH CHT sebagaimana dimaksud pada ayat(3) huruf c, DBH Minyak Bumi dan Gas Bumisebagaimana dimaksud pada ayat (41 huruf a dan DBHKehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c,diatur sebagai berikut:

a. Penerimaan DBH CHT, baik bagian provinsi maupunbagian kabupaten/kota, dialokasikan denganketentuan:

1. Paling sedikit 5Oo/o (lima puluh persen) untukmendanai peningkatan kualitas bahan baku,pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial,sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/ataupemberantasan barang kena cukai ilegal; dan

2. Paling banyak 5Oo/o (lima puluh persen) untukmendanai kegiatan sesuai dengan kebutuhan danprioritas daerah.

b. Penerimaan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi, baikbagian provinsi maupun bagian kabupaten/kotadigunakan sesuai kebutuhan dan prioritas daerah,kecuali tambahan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumiuntuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Acehdigunakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

c. DBH Kehutanan dari Dana Reboisasi yang merupakanbagian kabupaten/kota, baik yang disalurkan padatahun 2016 maupun tahun-tahun sebelumnya yangmasih terdapat di kas daerah dapat digunakan untuk:

(6)

1. Pengelolaan. . .

FFq ES ID EI!REPIJELIT( II\DOI..IESIA

-20-

1. Pengelolaan taman hutan raya (tahura);

2. Pencegahanhutan;

dan penanggulangan kebakaran

3. Penataan batas kawasan;

4. Pengawasan dan perlindungan;

5. Penanaman pohon pada daerah aliran sungai (DAS)kritis, penanaman bambu pada kanan kiri sungai(kakisu), dan pengadaan bangunan konservasitanah dan air;

6. Pengembangan perbenihan; dan/atau

7. Penelitian dan pengembangan, antara lain,pemanfaatan areal, penanaman pohon hutanunggulan lokal, dan penerapan sistem tebang pilihtanam jalur.

(71 DAU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdirencanakan sebesar Rp410.839.268.962.000,00 (empatratus sepuluh triliun delapan ratus tiga puluh sembilanmiliar dua ratus enam puluh delapan juta tiga ratus enampuluh dua ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. DAU murni sebesar Rp40 1.129.780.828.000,00 (empatratus satu triliun seratus dua puluh sembilan miliartujuh ratus delapan puluh juta delapan ratus duapuluh delapan ribu rupiah); dan

b. kurang bayar atas sisa penundaan sebagian DAUTahun Anggaran 20t6 sebesarRp9.709.487.534.000,00 (sembilan triliun tujuh ratussembilan miliar empat ratus delapan puluh tujuh jutalima ratus tiga puluh empat ribu rupiah).

(8) DAU...

rJF IS IDI:l..IF1 EF'L-JBLll'. lt'l DONI [:SlA

-2L-

(8) DAU murni sebagaimana dimaksud pada ayat (T) huruf a,terdiri atas:

a. DAU murni yang dialokasikan berdasarkan formulasebesar Rp380.82 4.402.322.000,00 (tiga ratus delapanpuluh triliun delapan ratus dua puluh empat miliarempat ratus dua juta tiga ratus dua puluh dua riburupiah) atau setara dengan 28,7o/o (dua puluh delapankoma tujuh persen) dari PDN Neto;

b. Tambahan DAU untuk Provinsi sebagai akibat daripengalihan kewenangan dari KabupatenlKota keProvinsi sebesar Rp15.468 .933.729.000,00 (lima belastriliun empat ratus enam puluh delapan miliarsembilan ratus tiga puluh tiga juta tujuh ratus duapuluh delapan ribu rupiah); dan

c. Tambahan DAU untuk menghindari terjadinyapenurunan alokasi DAU untuk KabupatenlKotasebesar Rp4.836.444.778.00O,0O (empat triliundelapan ratus tiga puluh enam miliar empat ratusempat puluh empat juta tujuh ratus tujuh puluhdelapan ribu rupiah).

(9) PDN neto dihitung berdasarkan penjumlahan antaraPenerimaan Perpajakan dan PNBP, dikurangi denganPenerimaan Negara yang Dibagihasilkan kepada Daerah.

(10) Pagu DAU nasional dalam APBN tidak bersifat final ataudapat diubah sesuai perubahan pDN neto dalamPerubahan APBN.

(11) Dalam hal terjadi perubahan pDN neto yangmengakibatkan penurunan pagu DAU Nasional danalokasi DAU per daerah, perlu perlakuan (perhatian)khusus terhadap daerah-daerah yang mempunyaikapasitas dan ruang fiskal yang sangat terbatas agar pagualokasi daerah yang bersangkutan tetap, sehingga mampumembiayai belanja pegawai dan kebutuhan operasionalnya(tidak mengalami penurunan).

(12) Pengalokasian. . .

T-.,RL.SIDEt.JRF.PL' BL I I( INIDONI ESI,t\

-22-

(12) Pengalokasian DAU untuk Provinsi memperhatikanadanya beban anggaran akibat pengalihanurusan/kewenangan dari kabupaten/kota ke provinsisesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

(13) Pengalokasian DAU untuk kabupatenfkota,memperhatikan kebijakan agar besarnya alokasi DAUkabupaten/kota tidak mengalami penurunandibandingkan tahun sebelumnya.

(14) Alokasi Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksudpada ayat (1) digunakan sesuai dengan kebutuhan danprioritas daerah.

(15) Dana Transfer Umum diarahkan penggunaannya, yaitusekurang-kurangnya 25o/o (dua puluh lima persen) untukbelanja infrastruktur daerah yang langsung terkait denganpercepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik danekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja,mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjanganpenyediaan layanan publik antardaerah.

Pasal 12

(1) Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 huruf b direncanakan sebesarRp173.447.21O.036.000,00 (seratus tujuh puluh tigatriliun empat ratus empat puluh tujuh miliar dua ratussepuluh juta tiga puluh enam ribu rupiah), yang terdiriatas:

a. DAK Fisik; dan

b. DAK Nonfisik.

(2) Pengalokasian DAK Fisik sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a ditetapkan berdasarkan usulan daerahdengan memperhatikan prioritas nasional dankemampuan keuangan negara.

(3) DAK

(3)

PRES I DENIrtrF!_rBt-_t!( INDOr\ESiA

-23-

DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf adirencanakan sebesar Rp58.342.21O.496.000,00 (limapuluh delapan triliun tiga ratus empat puluh dua miliardua ratus sepuluh juta empat ratus tiga puluh enam riburupiah), yang terdiri atas:

a. DAK Reguler sebesar Rp20.396.248.563.000,00 (duapuluh triliun tiga ratus sembilan puluh enam miliardua ratus empat puluh delapan juta lima ratus enampuluh tiga ribu rupiah);

b. DAK Penugasan sebesar Rp34.466.762.990.000,00(tiga puluh empat triliun empat ratus enam puluhenam miliar tujuh ratus enam puluh dua juta sembilanratus sembilan puluh ribu rupiah); dan

c. DAK Afirmasi sebesar Rp3.479.198.883.000,00 (tigatriliun empat ratus tujuh puluh sembilan miliarseratus sembilan puluh delapan juta delapan ratusdelapan puluh tiga ribu rupiah).

DAK Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf adigunakan untuk mendanai kegiatan:

a. Bidang Pendidikan sebesar Rp6.107.100.000.000,00(enam triliun seratus tujuh miliar seratus juta rupiah);

b. Bidang Kesehatan sebesar Rp10.021.820.000.000,00(sepuluh triliun dua puluh satu miliar delapan ratusdua puluh juta rupiah);

c. Bidang Perumahan dan permukimansebesar Rp654.890.000.000,00 (enam ratus lima puluhempat miliar delapan ratus sembilan puluh jutarupiah);

d. Bidang Pertanian sebesar Rp1.650.098.563.000,00(satu triliun enam ratus lima puluh miliar tiga puluhdelapan juta lima ratus enam puluh tiga ribu rupiah);

(41

e. Bidang

PRES I DENIF{EI'JU E LI I<. I NI DO I'.I ES I,\

-24-

e. Bidang Kelautan dan perikanan sebesarRp926.500.O00.0O0,00 (sembilan ratus dua puluhenam miliar lima ratus juta rupiah);

f. Bidang Sentra Industri Kecil dan Menengah sebesarRp531.500.000.000,00 (lima ratus tiga puluh satumiliar lima ratus juta rupiah); dan

g. Bidang Pariwisata sebesar RpS04.4OO.O00.OOO,0O (limaratus empat miliar empat ratus juta rupiah).

(5) DAK Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf b digunakan untuk mendanai kegiatan:

a. Bidang Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruansebesar Rp1.951.802.990.000,00 (satu triliun sembilanratus lima puluh satu miliar delapan ratus dua jutasembilan ratus sembilan puluh ribu rupiah);

b. Bidang Kesehatan (Rumah Sakit Rujukan/pratama)sebesar Rp4.831.260.000.000,00 (empat triliundelapan ratus tiga puluh satu miliar dua ratus enampuluh juta rupiah);

c. Bidang Air Minum sebesar Rp1.2OO.3O0.OOO.OO0,OO(satu triliun dua ratus miliar tiga ratus juta rupiah);

d. Bidang Sanitasi sebesar Rp1.250.2OO.0O0.O0O,OO (satutriliun dua ratus.lima puluh miliar dua ratus jutarupiah);

e. Bidang Jalan sebesar Rp19.69O.1OO.0OO.OO0,OO(sembilan belas triliun enam ratus sembilan puluhmiliar seratus juta rupiah);

f. Bidang Pasar sebesar Rp1.035.7O0.OOO.0O0,OO (satutriliun tiga puluh lima miliar tujuh ratus juta rupiah);

g.Bidang...

PRES IL]ET.IREPUELII( INIDONESiA

-25-

g. Bidang lrigasi sebesar Rp4.005.100.000.000,00 (empattriliun lima miliar seratus juta rupiah); dan

h. Bidang Energi Skala Kecil dan Menengah sebesarRp502.300.000.000,00 (lima ratus dua miliar tigaratus juta rupiah).

(6) DAK Afirmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf cdigunakan untuk mendanai kegiatan:

a. Bidang Perumahan dan Permukiman sebesarRp383.300.000.000,00 (tiga ratus delapan puluh tigamiliar tiga ratus juta rupiah);

b. Bidang Transportasi sebesar Rp844.100.000.000,00(delapan ratus empat puluh empat miliar seratus jutarupiah); dan

c. Bidang Kesehatan sebesar Rp2.251.798.883.000,0O(dua triliun dua ratus lima puluh satu miliar tujuhratus sembilan puluh delapan juta delapan ratusdelapan puluh tiga ribu rupiah).

(7) DAK Nonfisik sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b direncanakan sebesarRp1 15.1O4.999.600.000,00 (seratus lima belas triliunseratus empat miliar sembilan ratus sembilan puluhsembilan juta enam ratus ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesarRp45. 119.999.600.000,00 (empat puluh lima triliunseratus sembilan belas miliar sembilan ratus sembilanpuluh sembilan juta enam ratus ribu rupiah);

b. Dana Bantuan Operasional PenyelenggaraanPendidikan Anak Usia Dini (BOP PAUD) sebesarRp3.581.700.000.000,00 (tiga triliun lima ratusdelapan puluh satu miliar tujuh ratus juta rupiah);

c. Dana Tunjangan Profesi Guru PNS Daerah sebesarRp55.573.4OO.O0O.OOO,00 (lima puluh lima triliun limaratus tujuh puluh tiga miliar empat ratus juta rupiah);

d. Dana .

FII ES IDEI.]REPUBT_il( !NtDOt.rtrSt,\

-26-

d. Dana Tambahan Penghasilan Guru pNS Daerahsebesar Rpl.400.000.000.000,00 (satu triliun empatratus miliar rupiah);

e. Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) danBantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB)sebesar Rp6.910.000.000.000,00 (enam triliunsembilan ratus sepuluh miliar rupiah);

f. Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecildan Menengah, (PK2 UKM) sebesarRp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);

g. T\rnjangan Khusus Guru PNS Daerah di DaerahKhusus sebesar Rp1.669.900.000.000,00 (satu triliunenam ratus enam puluh sembilan miliar sembilanratus juta rupiah); dan

h. Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan sebesarRp750.000.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh miliarrupiah).

(8) Daerah penerima DAKpendamping.

tidak menyediakan dana

Pasal 13

(1) DID sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) huruf bdirencanakan sebesar Rp7.S0O.000.0OO.0OO,O0 (tujuhtriliun lima ratus miliar rupiah).

(2) DID dialokasikan berdasarkan kriteria utama dan kriteriakinerja.

(3) Ketentuan lebih lanjut terkait kriteria kinerja sebagaimanadimaksud pada ayat (21 diatur dengan peraturan MenteriKeuangan mengenai pemeringkatan kesehatan fiskal danpengelolaan keuangan daerah.

(4) Penerimaan DID digunakan sesuai kebutuhan danprioritas daerah.

Pasal 14

ffi*#6p--.-#fl

(1)

FRE:] IDEI\IRh:PLl L:l Ll l( I l\l DD I\l E:; l,A

-27 -

Pasal 14

Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DaerahIstimewa Yograkarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat (21 huruf c direncanakan sebesarRp20.345.19L.234.000,00 (dua puluh triliun tiga ratusempat puluh lima miliar seratus sembilan puluh satu jutadua ratus tiga puluh empat ribu rupiah), yang terdiri atas:

a. Dana Otonomi Khusus; dan

b. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yograkarta.

Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a direncanakan sebesarRp19.5a5 .1.91.234.000,00 (sembilan belas triliun limaratus empat puluh lima miliar seratus sembilan puluhsatu juta dua ratus tiga puluh empat ribu rupiah), yangterdiri atas:

a. Alokasi Dana Otonomi Khusus Provinsi papua danProvinsi Papua Barat sebesar Rp8.O22.595.617.O00,0O(delapan triliun dua puluh dua miliar lima ratussembilan puluh lima juta enam ratus tujuh belas riburupiah) yang dibagi masing-masing dengan proporsi70% (tujuh puluh persen) untuk Provinsi Papua dan30% (tiga puluh persen) untuk Provinsi Papua Baratdengan rincian sebagai berikut:

1. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua sebesarRp5.615.816.932.O00,0O (lima triliun enam ratuslima belas miliar delapan ratus enam belas jutasembilan ratus tiga puluh dua ribu rupiah); dan

2. Dana Otonomi Khusus Provinsi papua Baratsebesar Rp2.406.778.685.000,00 (dua triliun empatratus enam miliar tujuh ratus tujuh puluh delapanjuta enam ratus delapan puluh lima ribu rupiah).

(2)

b. Alokasi . .

PRES IDEi\Ir-lEFrJ t3l_t K il\DoN ESrA

-28-

b. Alokasi Dana otonomi Khusus provinsi Aceh sebesarRp8.022.595.617.000,00 (delapan triliun dua puluhdua miliar lima ratus sembilan puluh lima juta enamratus tujuh belas ribu rupiah); dan

c. Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka OtonomiKhusus Provinsi Papua dan Provinsi papua Baratsebesar Rp3.500.000.000.O00,00 (tiga triliun limaratus miliar rupiah) dengan rincian sebagai berikut:

1. Dana Tambahan Infrastruktur bagi provinsi papuasebesar Rp2.625.000.000.000,00 (dua triliun enamratus dua puluh lima miliar rupiah); dan

2. Dana Tambahan Infrastruktur bagi provinsi papuaBarat sebesar Rp875.000.000.000,00 (delapanratus tujuh puluh lima miliar rupiah).

(3) Dana Keistimewaan Daerah Istimewa yograkartasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdirencanakan sebesar Rp8O0.000.000.O00,00 (delapanratus miliar rupiah).

Pasal 15

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian AnggaranTransfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, pasal 11, pasal \2,Pasal 13, dan Pasal 14 diatur dalam peraturan presiden.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknispelaksanaan DAK Fisik sebagaimana dimaksud daramPasal L2 ayat (1) huruf a diatur dengan peraturan presidenpaling lambat 1 (satu) bulan setelah ditetapkannyaPeraturan Presiden mengenai Rincian AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2OIZ.

(3) Ketentuan mengenai penyaluran anggaran Transfer keDaerah dan Dana Desa diatur sebagai berikut:

a. dapat dilakukan dalam bentuk tunai dan nontunai;

b. bagi

(1)

FI.lES IDENREPUELIK II{DONIESIA

-29-

b. bagi daerah yang memiliki uang kas dan/atausimpanan di bank dalam jumlah tidak wajar,dilakukan konversi penyaluran DBH dan/atau DAUdalam bentuk nontunai; dan

c. dilakukan berdasarkan kinerja pelaksanaan sesuaitahapannya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran anggaranTransfer ke Daerah dan Dana Desa sebagaimanadimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan.

Pasal 16

Program Pengelolaan Subsidi dalam Tahun Anggaran 2Ol7direncanakan sebesar Rp 160.055.480.773.000,00 (seratusenam puluh triliun lima puluh lima miliar empat ratusdelapan puluh juta tujuh ratus tujuh puluh tiga riburupiah).

Anggaran untuk Program Pengelolaan Subsidisebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan secaratepat sasaran.

Anggaran untuk Program Pengelolaan Subsidisebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disesuaikandengan kebutuhan realisasi pada tahun anggaran berjalanberdasarkan perubahan parameter, realisasi harga minyakmentah Indonesia, dan/atau nilai tukar rupiah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian ProgramPengelolaan Subsidi dalam Tahun Anggaran 2OlTsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalamPeraturan Presiden.

Pasal 17

Dalam rangka efisiensi dan efektivitas anggaran kementeriannegaraf lembaga, Pemerintah memberikan insentif atas kinerjaanggaran kementerian negara/lembaga yang akan diatur lebihlanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan.

(2)

(3)

(41

Pasal 18

PRESIDENIRE:t-'[J BLtl( il\DOt.tES tA

-30-

Pasal 18

(1) Perubahan anggaran Belanja Pemerintah pusat berupa:

a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dariPNBP;

b. perubahan anggaran belanja yang bersumber daripinjaman dan hibah termasuk pinjaman dan hibahyang diterushibahkan;

c. pergeseran Bagian Anggaran 999.08 (BendaharaUmum Negara Pengelola Belanja Lainnya) ke BagianAnggaran kementerian negaraflembaga atau antarsubbagian anggaran dalam Bagian Anggaran ggg(BA BUN);

d. perubahan anggaran belanja yang bersumber dariSBSN untuk pembiayaan kegiatan/proyek kementeriannegaraf lembaga;

e. pergeseran anggaran antarprogram dalam 1 (satu)Bagian Anggaran yang bersumber dari rupiah murniuntuk memenuhi kebutuhan biaya operasional;

f. pergeseran anggaran antarprogram dalam 1 (satu)Bagian Anggaran untuk memenuhi kebutuhanineligible expenditure atas kegiatan yang dibiayai daripinjaman dan/atau hibah luar negeri;

g. pergeseran anggaran antara program lama danprogram baru dalam rangka penyelesaian administrasiDaftar Isian Pelaksanaan Anggaran sepanjang telahdisetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat; dan/atau

h. pergeseran anggaran dalam rangka penyediaan danauntuk penyelesaian restrukturisasi kementeriannegara/lembaga.

ditetapkan oleh Pemerintah.

(2) Perubahan lebih lanjut Pembiayaan Anggaran berupaperubahan pagu Pemberian Pinjaman akibat dari lanjutan,percepatan penarikan Pemberian pinjaman, danpengesahan atas Pemberian Pinjaman yang telah closingdate, ditetapkan oleh pemerintah.

(3) Perubahan

FTRES IDENIFIEFLl E l-l K I l\l Do l..l ESI il.\

-31 -

(3) Perubahan anggaran Belanja Pemerintah Pusat berupaperubahan pagu untuk pengesahan belanja danpenerimaan pembiayaan dan/atau pendapatan hibah yangbersumber dari pinjaman/hibah termasukpinjaman/hibah yang diterushibahkan yang telah closingdate, ditetapkan oleh Pemerintah.

(a) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (l), ayat (2),

dan ayat (3) dilaporkan Pemerintah kepada DewanPerwakilan Ralqyat dalam APBN Perrrbahan TahunAnggaran 2Ol7 dan/atau Laporan Keuangan PemerintahPusat (LKPP) Tahun 2017.

Pasal 19

(1) Pemerintah dapat melanjutkan penyelesaian kegiatan yangtelah dianggarkan pada tahun anggaran 2OL6 yang belumterselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran 2OL6sebagai akibat dilakukannya penghematan anggaran padatahun 2016, untuk dilaksanakan pada Tahun Anggaran2017.

(2) Dalam rangka pemenuhan anggaran untuk pelaksanaanpenyelesaian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Pemerintah dapat melakukan pergeseran anggaranantarprogram dalam 1 (satu) Bagian Anggaran dandisampaikan kepada Komisi terkait di Dewan perwakilanRakyat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian kegiatansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemenuhananggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 20

(21

PRE:IIDI:NF?t:rrutlLtK lNDotitI5lA

-32-

Pasal 20

(1) Pemerintah dapat memberikan hibah kepadapemerintah/lembaga asing dan menetapkanpemerintah/lembaga asing penerima untuk tujuankemanusiaan dan tujuan lainnya.

(2) Pemerintah dapat memberikan hibah kepada PemerintahDaerah dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

(1) Anggaran

Pasal 2 1

Pendidikan direncanakan sebesarRp416.09O.233.749.000,00 (empat ratus enam belastriliun sembilan puluh miliar dua ratus tiga puluh tiga jutatujuh ratus empat puluh sembilan ribu rupiah).

Persentase Anggaran Pendidikan adalah sebesar 2O,Oo/o(dua puluh koma nol persen), yang merupakanperbandingan alokasi Anggaran Pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) terhadap total anggaranBelanja Negara sebesar Rp2.080.451.168.747.OO0,OO(dua kuadriliun delapan puluh triliun empat ratus limapuluh satu miliar seratus enam puluh delapan juta tujuhratus empat puluh lima ribu rupiah).

Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian AnggaranPendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaturdalam Peraturan Presiden.

Pasal 22

(1) Jumlah anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran2OI7, sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, lebih kecildari pada jumlah anggaran Belanja Negara sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 sehingga dalam TahunAnggaran 2OI7 terdapat defisit anggaran sebesarRp330.167.788.571.000,00 (tiga ratus tiga puluh triliunseratus enam puluh tujuh miliar tujuh ratus delapanpuluh delapan juta lima ratus tujuh puluh satu riburupiah) yang akan dibiayai dari pembiayaan Anggaran.

(3)

(2) Ketentuan

(21

(3)

FTRi:S IDtrNIREPLJ i:lLl 1"1. I l\l DO f\l E:i l/\

-33-

Ketentuan mengenai alokasi Pembiayaan Anggaransebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalamLampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariUndang-Undang ini.

Ketentuan lebih lanjut mengenai rincian alokasiPembiayaan Anggaran yang tercantum dalam Lampiran IUndang-Undang ini diatur dalam Peraturan Presiden.

Pasal 23

(1) Dalam hal anggaran diperkirakan defisit melampauitarget yang ditetapkan dalam APBN, Pemerintah dapatmenggunakan dana SAL, penarikan Pinjaman T\:nai,dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaan.

Kewajiban yang timbul dari penggunaan dana SAL,penarikan Pinjaman T\rnai, dan/atau penerbitan SBNsebagai tambahan pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dibebankan pada anggaran negara.

Penggunaan dana SAL, Pinjaman T\rnai, dan/ataupenerbitan SBN sebagai tambahan pembiayaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkanPemerintah dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat(LKPP) tahun 2017.

Ketentuan lebih lanjut mengenai perkiraan defisitmelampaui target serta penggunaan dana SAL, PinjamanT\rnai, dan/atau penerbitan SBN sebagai tambahanpembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal24

(1) Pemerintah dapat menggunakan program kementeriannegaraf lembaga yang bersumber dari Rupiah Murni dalamalokasi anggaran Belanja Pemerintah Pusat untuk dapatdigunakan sebagai dasar penerbitan SBSN.

(2)

(3)

(4)

(2) Rincian

(1)

PRES I DENREPI.JBI-II( INDONESIA

-34-

(2) Rincian program Kementerian negara/lembaga yang dapatdigunakan sebagai dasar penerbitan sBSN ditetapkan olehMenteri Keuangan setelah pengesahan Undang-UndangAPBN Tahun Anggaran 2OLT dan penetapan peraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2OtT.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan programKementerian negara/lembaga sebagai dasar penerbitanSBSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

Pasal 25

Pemerintah dapat menggunakan sisa dana penerbitanSBSN untuk pembiayaan kegiatan/proyek Kementeriannegara/lembaga yang tidak terserap pada Tahun Anggaran2016 untuk membiayai pelaksanaan lanjutankegiatan/proyek tersebut pada Tahun Anggaran 2OtT.

Penggunaan sisa dana penerbitan SBSN untukpembiayaan kegiatan/proyek Kementeriannegara/lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaporkan oleh Pemerintah dalam APBN perubahanTahun Anggaran 2Ol7 dan/atau Laporan KeuanganPemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2OI7.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sisa danapenerbitan SBSN untuk pembiayaan kegiatan/proyekKementerian negara/lembaga sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 26

(1) Dalam hal terjadi krisis pasar SBN domestik, pemerintahdengan persetujuan Dewan perwakilan Rakyat diberikankewenangan menggunakan SAL untuk melakukanstabilisasi pasar sBN domestik setelah memperhitungkankebutuhan anggaran sampai dengan akhir tahunanggaran berjalan dan awal tahun anggaran berikutnya.

(2)

(3)

(2) Persetujuan

#i

(2)

PRES IDFNIRtrFIJBLII(. II\DOI{ESIA

-35-

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah keputusan yang tertuang didalam kesimpulan Rapat Kerja Badan Anggaran DewanPerwakilafl Rakyat dengan Pemerintah, yang diberikandalam waktu tidak lebih dari lx24 (satu kali dua puluhempat) jam setelah usulan disampaikan Pemerintahkepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Jumlah penggunaan SAL dalam rangka stabilisasi pasarSBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkanPemerintah dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2OI7dan/atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

Tahun 2017.

Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan SAL dalamrangka stabilisasi pasar SBN domestik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan.

Pasal27

Dalam hal realisasi penerimaan negara tidak cukup untukmemenuhi kebutuhan pengeluaran negara pada saattertentu, kekurangannya dapat dipenuhi dari dana SAL,penerbitan SBN, atau penyesuaian Belanja Negara.

Pemerintah dapat menerbitkan SBN untuk membiayaikebutuhan pengelolaan kas bagi pelaksanaan APBN,apabila dana tunai pengelolaan kas tidak cukup tersediauntuk memenuhi kebutuhan pengeluaran negara di awaltahun.

Pemerintah dapat melakukan pembelian kembali SBNuntuk kepentingan stabilisasi pasar dan pengelolaan kasdengan tetap memperhatikan jumlah kebutuhanpenerbitan SBN neto untuk memenuhi kebutuhanpembiayaan yang ditetapkan.

(3)

(41

(1)

(2)

(3)

(4) Pemerintah

#B

(41

(s)

PRESIDENREFUBLIK INDONESIA

-36-

Pemerintah dapat melakukan percepatan pembayarancicilan pokok utang dalam rangka pengelolaan portofolioutang melalui penerbitan SBN.

Dalam hal terdapat instrumen pembiayaan dari utangyang lebih menguntungkan dan/ atau ketidaktersediaansalah satu instrumen pembiayaan dari utang, Pemerintahdapat melakukan perubahan komposisi instrumenpembiayaan utang dalam rangka menjaga ketahananekonomi dan liskal.

Dalam hal diperlukan realokasi anggaran bunga utangsebagai dampak perubahan komposisi instrumenpembiayaan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (5),Pemerintah dapat melakukan realokasi dari pembayaranbunga utang luar negeri ke pembayaran bunga utangdalam negeri atau sebaliknya.

Untuk menurunkan biaya penerbitan SBN danmemastikan ketersediaan pembiayaan melalui utang,Pemerintah dapat menerima jaminan penerbitan utangdari lembaga yang dapat menjalankan fungsi penjaminan,dan/atau menerima fasilitas dalam bentuk dukunganpembiayaan.

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) sampai dengan ayat (71 ditetapkan oleh Pemerintah dandilaporkan dalam APBN Perubahan Tahun Anggarat 2Ol7dan/ atau Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKpp)Tahun 2017.

Pasal 28

Dalam rangka menjamin ketersediaan anggaran di awalTahun Anggaran 2OL7, Pemerintah dapat melakukanpenerbitan SBN pada triwulan keempat tahun 2016.

Penerbitan SBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaporkan oleh Pemerintah dalam ApBN perubahanTahun Anggaran 2Ol7 dan/atau Laporan KeuanganPemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2017.

(6)

17l

(8)

(1)

(2)

Pasal 29

FRES IDtrNIFtrFTURL.II( INDOI!ESIA

-37 -

Pasal 29

(1) Dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan yangdibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri, penarikan RupiahMurni Pendamping untuk pembayaran uang mukakontrak kegiatan yang dibiayai pinjaman Luar Negeridalam DIPA Tahun Anggaran 2Ot7, dapat dilanjutkansampai dengan tanggal 31 Maret 2OLB.

(2) Pengajuan usulan lanjutan penarikan rupiah murnipendamping untuk pembayaran uang muka kontraksebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepadaMenteri Keuangan dalam bentuk revisi anggaran palinglambat pada tanggal 31 Januari 2O18.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan revisianggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

(1) Investasi

Pasal 30

pada organisasi/lembaga keuanganinternasional/badan usaha internasional yang akandilakukan dan/atau telah tercatat pada LaporanKeuangan Pemerintah Pusat (LKpp) sebagai investasipermanen, ditetapkan untuk dijadikan investasi padaorganisasi/lembaga keuangan internasional/badan usahainternasional tersebut.

(2) Pemerintah dapat melakukan pembayaran investasi padaorganisasi/lembaga keuangan internasional/badan usahainternasional melebihi pagu yang ditetapkan dalam TahunAnggaran 2ol7 yang diakibatkan oleh selisih kurs, yangselanjutnya dilaporkan dalam APBN perubahan TahunAnggaran 2ol7 dan/atau Laporan Keuangan pemerintahPusat (LKPP) Tahun 2OtT.

(3) Pelaksanaan investasi pada organisasi/lembaga keuanganinternasional/badan usaha internasional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturanMenteri Keuangan.

Pasal 31 . .

(2)

PRES IDENREPUELIK INIDONESIA

-38-

Pasal 31

(1) Barang Milik Negara (BMN) yang berasal dari Daftar IsianKegiatan (DIK)/Daftar Isian Proyek (DIP)/Daftar IsianPelaksanaannegaraf lembaga

Anggaran (DrPA) kementerianyang dipergunakan dan/atau

dioperasikan oleh BuMN/Perseroan Terbatas yang didalamnya terdapat saham milik negara dan telah tercatatpada laporan posisi keuangan BuMN/Perseroan Terbatasyang di dalamnya terdapat saham milik negara sebagaiBPYBDS atau akun yang sejenis, ditetapkan untukdijadikan PMN pada BuMN/Perseroan Terbatas yang didalamnya terdapat saham milik negara tersebut.

BMN yang dihasilkan dari belanja modal pada DIPAkementerian negara/lembaga yang akan dipergunakanoleh BUMN/Perseroan Terbatas yang di dalamnya terdapatsaham milik negara sejak pengadaan BMN dimaksud,ditetapkan menjadi PMN pada BuMN/Perseroan Terbatasyang di dalamnya terdapat saham milik negara yangmenggunakan BMN tersebut.

Pelaksanaan PMN pada BuMN/Perseroan Terbatas yangdidalamnya terdapat saham milik negara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan denganPeraturan Pemerintah.

Pasal 32

(1) Menteri Keuangan diberikan kewenangan untuk mengelolaanggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintah untuk:

a. penugasan Percepatan Pembangunan InfrastrukturNasional, yang terdiri dari:

1. percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrikyang menggunakan batubara;

2. percepatan penyediaan air minum;

(3)

3. penjaminan

(2)

(3)

PRES IDENIREI.'LJBLIK INDONIESIA

_39_

3. penjaminan infrastruktur dalam proyek kerja samaPemerintah dengan badan usaha yang dilakukanmelalui badan usaha penjaminan infrastruktur;

4. pembiayaan infrastruktur melalui pinjamanlangsung dari lembaga keuangan internasionalkepada Badan Usaha Milik Negara;

5. percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera.

b. penugasan penyediaandaerah kepada BUMN.

pembiayaan infrastruktur

Dalam hal anggaran Kewajiban Penjaminan Pemerintahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dicairkan,diperhitungkan sebagai piutang/tagihan kepada entitasterjamin atau belanja kementerian negara/lembaga.

Dalam hal terdapat anggaran Kewajiban PenjaminanPemerintah yang telah dialokasikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak habis digunakan dalamtahun berjalan, anggaran Kewajiban PenjaminanPemerintah dimaksud dapat diakumulasikan denganmekanisme pemindahbukuan ke dalam rekening DanaCadangan Penjaminan Pemerintah dan rekening DanaJaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Daerahyang dibuka di Bank Indonesia.

Dana yang telah dipindahbukukan dalam rekening DanaCadangan Penjaminan Pemerintah sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dapat digunakan untuk pembayaranKewajiban Penjaminan Pemerintah antarprogrampenjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf apada tahun anggaran yang akan datang.

Dana yang telah dipindahbukukan dalam rekening DanaJaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Daerahsebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat digunakanuntuk pembayaran atas penjaminan sebagairnanadimaksud pada ayat (1) huruf b.

(41

(s)

(6) Ketentuan. . .

PRES IDENREPUBLIK INDONIESIA

-40_

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan anggaranKewajiban Penjaminan dan penggunaan Dana CadanganPenjaminan Pemerintah atau rekening Dana JaminanPenugasan Pembiayaan Infrastruktur Daerah sebagaimanadimaksud pada ayat (41 dan ayat (5) diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

Pasal 33

(1) Pemerintah dapat melakukan pembayaran bunga utangdan pengeluaran cicilan pokok utang melebihi pagu yangditetapkan dalam Tahun Anggaran 2017, yang selanjutnyadilaporkan Pemerintah dalam APBN Perubahan TahunAnggaran 2Ol7 dan/atau Laporan Keuangan PemerintahPusat (LKPP) Tahun 2017.

(2) Pemerintah dapat melakukan transaksi Lindung Nilaidalam rangka mengendalikan risiko fluktuasi bebanpembayaran kewajiban utang, danf atau melindungi posisinilai utang, dari risiko yang timbul maupun yangdiperkirakan akan timbul akibat adanya volatilitas faktor-faktor pasar keuangan.

(3) Pemenuhan kewajiban yang timbul dari transaksi LindungNilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankanpada anggaran pembayaran bunga utang dan/ataupengeluaran cicilan pokok utang.

(4) Kewajiban yang timbul sebagaimana dimaksud pada ayat(3) bukan merupakan kerugian keuangan negara.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan transaksiLindung Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 34

PRE:; IDENREPUELIK II..IDOI\IESIA

-4t-Pasal 34

(1) Menteri Keuangan diberikan wewenang untukmenyelesaikan piutang instansi pemerintah yangdiurus/dikelola oleh Panitia Urusan PiutangNegara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, khususnyapiutang terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah(UMKM), dan piutang berupa Kredit pemilikan RumahSederhana/Rumah Sangat Sederhana (KpR RS/RSS),meliputi dan tidak terbatas pada restrukturisasi danpemberian keringanan utang pokok sampai dengan IOO%(seratus persen).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaianpiutang instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud padaayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 35

(1) Pada pertengahan Tahun Anggaran 2OlT, pemerintahmen)rusun laporan pelaksanaan APBN Semester pertamaTahun Anggaran 2Ol7 mengenai:

a. realisasi Pendapatan Negara;

b. realisasi Belanja Negara; dan

c. realisasi Pembiayaan Anggaran.

Dalam laporan sebagaimana dimaksudPemerintah menyertakan prognosis untukberikutnya.

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayatdisampaikan kepada Dewan perwakilanlambat pada akhir bulan Juli 2OlT,bersama antara Dewan PerwakilanPemerintah.

Pasal 36

(1) Penyesuaian APBN Tahun Anggaran 2OlZ denganperkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahasbersama Dewan Perwakilan Rakyat d.engan pemerintahdalam rangka pen]rusunan perkiraan perubahan atasAPBN Tahun Anggaran 2OlT, apabila terjadi:

(2)

(3)

pada ayat (1)

6 (enam) bulan

(1) dan ayat (21

Rakyat palinguntuk dibahas

Ralryat dan

a. perkembangan

(2)

PRES IDEI{REFtI-t E'iL-t t( I l..l Do t.t ES !A

-42-

a. perkembangan indikator ekonomi makro yang tidaksesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBNTahun Anggaran 2Ol7;

b. perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;

c. keadaan yang menyebabkan harus dilakukanpergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atauantarprogram; dan/atau

d. keadaan yang menyebabkan SAL tahun sebelumnyaharus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahunberjalan.

SAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalahSAL yang ada di rekening Bank Indonesia yangpenggunaannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuaidengan ketentuan yang berlaku dan dilaporkan dalampertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undangmengenai Perubahan atas Undang-Undang AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2OLTberdasarkan perrrbahan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) untuk mendapatkan persetujuan Dewan perwakilanRalryat sebelum Tahun Anggaran 2Ol7 berakhir.

Pasal 37

(1) Dalam keadaan darurat, apabila terjadi hal-hal sebagaiberikut:

a. proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah asumsidan deviasi asumsi dasar ekonomi makro 1ainnya yangmenyebabkan turunnya pendapatan negara dan/ataumeningkatnya belanja negara secara signifikan;dan/atau

b. kenaikan biaya utang, khususnya imbal hasil SBNsecara signifikan,

Pemerintah dengan persetujuan Dewan perwakilan Ralryatdapat melakukan langkah-langkah:

(3)

1. pengeluaran

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-43-

1. pengeluaran yang belum tersedia anggarannyadan/atau pengeluaran melebihi pagu yang ditetapkandalam APBN Tahun Anggaran 2OL7;

2. pergeseran anggaran belanja antarprogrambagian anggaran dan/atau antarbagian anggaran

prioritasdengan mempertimbangkan sasaran programnasional yang tetap harus tercapai;

3. pengurangan pagu Belanja Negara dalam rangkapeningkatan efisiensi, dengan tetap menjaga sasaranprogram prioritas yang tetap harus tercapai;

4. penggunaan SAL untuk menutup kekuranganpembiayaan APBN, dengan terlebih dahulumemperhitungkan ketersediaan SAL untuk kebutuhananggaran sampai dengan akhir tahun anggaranberjalan dan awal tahun anggaran berikutnya;dan/atau

5. penambahan utang yang berasal dari penarikanpinjaman dan/atau penerbitan SBN.

(2) Persetujuan Dewan Perwakilan Ralryat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah keputusan yang tertuang didalam kesimpulan Rapat Kerja Badan Anggaran DewanPerwakilan Rakyat dengan Pemerintah, yang diberikandalam waktu tidak lebih dari lx24 (satu kali dua puluhempat) jam setelah usulan disampaikan pemerintahkepada Dewan Perwakilan Ralqyat.

(3) Dalam hal persetujuan Dewan Perwakilan Rakyatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena suatu danlain hal belum dapat ditetapkan, pemerintah dapatmengambil langkah-langkah sebagaimana dimaksud padaayat (1).

(4) Pemerintah menyampaikan pelaksanaan langkah-langkahkebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalamAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2OlZ dan/atau LaporanKeuangan Pemerintah Pusat (LKpp) Tahun 2OtT.

dalam satu

Pasal 38

(1)

(21

PRES IDENI".EI-JLJ ELI K I N DO N ES I/\

-44-

Pasal 38

Dalam hal Lembaga Penjamin Simpanan mengalamikesulitan likuiditas, Pemerintah dapat memberikanpinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanan.

Sumber dana untuk pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. penggunaan SAL untuk menutup kekuranganpembiayaan APBN, dengan terlebih dahulumemperhitungkan ketersediaan SAL untukkebutuhan anggaran sampai dengan akhir tahunanggaran berjalan dan awal tahun anggaranberikutnya; dan/atau

b. penambahan utang yang berasal dari penarikanpinjaman dan/atau penerbitan SBN.

Pemberian pinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanansebagaimana dimaksud ayat (1) dan penggunaan sumberdana untuk pemberian pinjaman sebagaimana dimaksudayat (2) dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuanDewan Perwakilan Rakyat.

Persetujuan Dewan Penvakilan Rakyat sebagaimanadimaksud pada ayat (3) adalah keputusan yang tertuang didalam kesimpulan Rapat Kerja Badan Anggaran DewanPerwakilan Ralryat dengan Pemerintah, yang diberikandalam waktu tidak lebih dari tx24 (satu kali dua puluhempat) jam setelah usulan disampaikan Pemerintahkepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Dalam hal persetujuan Dewan Perwakilan Rakyatsebagaimana dimaksud ayat (3) karena suatu dan lain halbelum dapat ditetapkan, Pemerintah dapat memberikanpinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penggunaansumber dana untuk pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (21.

(3)

(41

(s)

(6) Dalam...

(1)

PRES I DENREPUBLIK INDONIESIA

_45_

(6) Dalam hal terjadi pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (1), Pemerintah melaporkan dalamAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahantahun berjalan dan/atau dalam Laporan KeuanganPemerintah Pusat (LKPP) tahun berkenaan.

(71 Sumber dana untuk pemberian pinjaman sebagaimanadimaksud pada ayat (21 dilaporkan dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Perubahan tahun berjalandan/atau dilaporkan dalam Laporan KeuanganPemerintah Pusat (LKPP) tahun berkenaan.

Pasal 39

Setelah Tahun Anggaran 2Ol7 berakhir, Pemerintahmen5rusun pertanggungiawaban atas pelaksanaan APBNTahun Anggaran 2Ol7 berupa Laporan KeuanganPemerintah Pusat (LKPP).

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP).

Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undangtentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017,setelah Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperiksa oleh BadanPemeriksa Keuangan, paling lambat 6 (enam) bulansetelah Tahun Anggaran 2OLT berakhir untukmendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 40

Postur APBN Tahun Anggaran 2OL7 yang memuat rincianbesaran Pendapatan Negara, Belanja Negara, Surplus/DefisitAnggaran, dan Pembiayaan Anggaran tercantum dalamLampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariUndang-Undang ini.

(2)

(3)

Pasal 4 1

PRES I DENREFUBLII( ll..l Dot\l tr5lA

-46-

Pasal 41

Peraturan Presiden mengenai Rincian Anggaran Pendapatandan Belanja Negara Tahun Anggaran 2Ol7 yang merupakanpelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan palinglambat tanggal 30 November 2016.

Pasal42

Pemerintah dalam melaksanakan APBN Tahun Anggaran 2Ot7mengupayakan pemenuhan sasaran pertumbuhan ekonomiyang berkualitas, yang tercermin dalam:

a. penurunan kemiskinan menjadi sebesar lO,5o/o (sepuluhkoma lima persen);

tingkat pengangguran terbuka menjadi sebesar 5,60/o (limakoma enam persen);

penurunan Gini Ratio menjadi sebesar 0,39 (nol koma tigasembilan); dan

d. peningkatan Indeks Pembangunan Manusiamencapai 7O,l (tujuh puluh koma satu).

(rPM)

Pasal 43

Ketentuan mengenai penerbitan sBN sebagaimana dimaksuddalam Pasal 28 mulai berlaku pada tanggal Undang-Undang inidiundangkan.

b.

c.

Undang-Undang20t7.

Pasal 44

mulai berlaku pada tanggal l Januari

Agar.

PRES I DENREPUBLIK INDONIESIA

-47-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal 17 November 2Ol7

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 18 November 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 240

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIAAsisten Deputi Bidang Perekonomian,

Deputi Bidang Hukum dan.g-undangan,

'anna Djaman

9\D/.

PRES IDENREPUELIK INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18 TAHUN 2016

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 2017

I. UMUM

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran2Ol7 disusun dengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP)Tahun 2017, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok KebijakanFiskal Tahun 2077 sebagaimana telah dibahas dan disepakati bersama,baik dalam Pembicaraan Pendahuluan maupun Pembicaraan Tingkat IPembahasan APBN Tahun Anggaran 2Ol7 antara Pemerintah dan DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia. Selain itu, APBN Tahun Anggaran2Ol7 juga mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial, dan perkembanganinternasional dan domestik dalam beberapa bulan terakhir, serta berbagailangkah antisipatif yang telah ditempuh dalam tahun 2ot6, maupunrencana kebijakan yang akan dilaksanakan di tahun 2otr.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2017 diperkirakanmencapai sekitar S,Lo/o (lima koma satu persen). Penetapan target inimemerhatikan perkembangan terkini faktor eksternal dan internal. Darisisi eksternal, perekonomian global masih diliputi ketidakpastian arahkebijakan moneter negara maju dan perkembangan harga komoditasinternasional serta tren perlambatan ekonomi Tiongkok. Dari sisi internal,pertumbuhan ekonomi diharapkan akan didorong oleh belanjainfrastruktur Pemerintah dalam rangka penguatan sektor produktif sebagaipenggerak pertumbuhan perekonomian. Berbagai paket kebijakan yangtelah diterbitkan diharapkan juga mampu mendorong tumbuhnya investasiswasta yang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, dengan tetapmenjaga stabilitas ekonomi makro.

Upaya

PRES IDENIREF]UBLIK II'.IDONtrSII\

-2-Upaya menjaga stabilitas ekonomi makro tersebut ditempuh melalui

kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil yang terkoordinasi. Terjaganyastabilitas ekonomi makro akan tercermin pada i) rata-rata nilai tukarrupiah yang akan stabil pada kisaran Rp13.3OO (tiga belas ribu tiga ratusrupiah) per satu dolar Amerika Serikat; ii) laju inflasi diperkirakan dapatdikendalikan pada tingkat 4,Oo/o (empat koma nol persen); dan iii) rata-ratasuku bunga Surat Perbendaharaan Negara (spN) 3 (tiga) bulan akanmencapai 5,3o/o (lima koma tiga persen). Namun demikian, kondisistabilitas ekonomi makro tersebut masih akan menghadapi beberapatantangan yang berasal dari potensi risiko atas gejolak ketidakpastianlikuiditas pasar keuangan global sebagai dampak ketidakpastian kebijakanpeningkatan suku bunga Amerika Serikat, berlanjutnya moderasipertumbuhan ekonomi Tiongkok, serta masih lemahnya harga komoditas.Risiko lainnya adalah ketidakpastian ekonomi Eropa pasca hasilreferendum di Inggris (Brexit).

Sejalan dengan tren penurunan harga komoditas dunia, rata-rataharga minyak mentah Indonesia (Indonesia crud.e .pz'ce-ICp) di pasarinternasional dalam tahun 2OL7 masih akan berada pada kisaran USD45(empat puluh lima dolar Amerika Serikat) per barel. Sementara itu, lifiingminyak mentah diperkirakan mencapai sekitar 815.000 (delapan ratus limabelas ribu) barel per hari, sedangkan lifting gas diperkirakan mencapai1.150.000 (satu juta seratus lima puluh ribu) barel setara minyak per hari.

Strategi pelaksanaan pembangunan Indonesia didasarkan padaRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RpJpN) 2oos-2o2s.Pelaksanaan strategi RPJPN dibagi ke daram empat tahap RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tiap-tiap tahapmemuat rencana dan strategi pembangunan untuk lima tahun yang akandilaksanakan oleh Pemerintah.

Tahun 2Ol7 merupakan tahun ketiga dalam agenda RPJMN tahap ke-3. Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai kelanjutan dariRPJMN tahap ke-l (20o5-2009) dan RpJMN ke-2 (2oto-2o14), RPJMN ke-3(2015-2019) yang ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunansecara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulankompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia,sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmupengetahuan dan teknologi serta inovasi. Upaya pencapaian tujuan-tujuantersebut akan diimplementasikan melalui pencapaian sasaranpembangunan di tiap tahun dengan fokus yang berbeda, sesuai dengantantangan dan kondisi yang ada. Fokus kegiatan tersebut diterjemahkandalam Rencana Kerja pemerintah (RKp) di tiap-tiap tahun.

Sembilan

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

-3-sembilan agenda (Nawa cita) merupakan rangkuman program-

program yang tertuang dalam visi-misi Presiden/Wakil Presiden yangdijabarkan dalam strategi pembangunan yang digariskan dalam RPJMN2ol5-2o19 yang terdiri atas empat bagian utama, yaitu i) NormaPembangunan; ii) Tiga Dimensi Pembangunan; iii) Kondisi perlu, agarpembangunan dapat berlangsung; dan iv) program-program euick wins.Tiga dimensi pembangunan dan kondisi perlu dari strategi pembangunanmemuat sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN2OI5-2O19 yang selanjutnya dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah(RKP) tahun 2077 berikut ini.

Pertama, Dimensi Pembangunan Manusia merupakan penjabaranagenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawa Cita, meliputiantara lain peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia, melakukanrevolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan, dan memperkuatrestorasi sosial Indonesia. Prioritasnya adalah sektor pendidikan denganmelaksanakan Program Indonesia Pintar, sektor kesehatan denganmelaksanakan Program Indonesia sehat, perumahan ralgrat,melaksanakan revolusi karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan danmemperkuat restorasi sosial Indonesia, dan melaksanakan revolusi mental.

Kedua, program-program pembangunan dalam Dimensi pembangunanSektor Unggulan merupakan penjabaran dari Nawa cita yangmenghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa danmemberikan rasa aman kepada seluruh warga negara meningkatkanproduktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, danmewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektorstrategis ekonomi domestik. Prioritas pembangunan sektor unggulanmeliputi kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan,kemaritiman, pariwisata, industri, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketiga, seluruh penduduk telah memperoleh manfaat daripertumbuhan pendapatan nasional yang dicerminkan oleh meningkatnyakonsumsi per kapita penduduk. oleh karena itu, melalui DimensiPembangunan Pemerataan dan Kewilayahan, untuk peningkatan kualitashidup diupayakan melalui prioritas pada pemerataan antarkelompokpendapatan, dan pengurangan kesenjangan pembangunan antarwilayah.Program-program dalam dimensi ini merupakan penjabaran Nawa Citamembangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerahdan desa dalam kerangka negara kesatuan, meningkatkan kualitas hidupmanusia Indonesia, dan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saingdi pasar internasional.

Untuk

PRES IDENREFUBLIK INDONESIA

-4-Untuk mendukung pelaksanaan tiga dimensi pembangunan tersebut,

perlu ada suatu Kondisi Perlu. Program-program pembangunan untukmenciptakan Kondisi Perlu merupakan penjabaran Nawa Citamenghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa .danmemberikan rasa aman kepada seluruh warga negara, mengembangkantata kelola pemerintahan yang bersih, efektif demokratis, dan terpercaya,serta memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistemdan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.Kondisi Perlu meliputi program peningkatan kepastian dan penegakanhukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi, serta tata keloladan reformasi birokrasi.

Agar prioritas sasaran pembangunan nasional dan prioritas nasionallainnya tersebut dapat tercapai, salah satu hal yang perlu dilakukanPemerintah adalah mengoptimalkan Penerimaan Perpajakan dan PNBP.Peningkatan Penerimaan Perpajakan dilakukan melalui ekstensifikasi danintensifikasi pajak. Lebih lanjut, pencapaian prioritas sasaranpembangunan juga dicapai melalui langkah-langkah efisiensi sumberpembiayaan yang diantaranya dengan mengutamakan pembiayaan dalamnegeri, pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif, serta pemanfaatanpinjaman luar negeri secara selektif yang diutamakan untuk pembangunaninfrastruktur dan energi.

Dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan energi dalam negeriyang bersumber dari minyak dan gas bumi yang semakin berkurang, perludilakukan peningkatan sumber-sumber panas bumi melalui:i) intensifikasi dan ekstensifikasi eksplorasi; ii) penyempurnaan dalamperaturan perundang-undangan di bidang panas bumi yang memberikanmanfaat dan keadilan kepada daerah serta untuk menjaga iklim investasidi bidang panas bumi; dan iii) pemberlakuan kebijakan Pajak Penghasilanyang Ditanggung Pemerintah (PPh DTp) bagi pengusaha panas bumi yangizinnya diterbitkan sebelum Undang-Undang Nomor 2T Tahun 2oostentang Panas Bumi berlaku.

Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2OL7 dilakukan DewanPerwakilan Rakyat bersama pemerintah dengan memperhatikanpertimbangan Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana tercantum dalamSurat Keputusan Dewan Perwakilan Daerah Nomor o4/DpD Rrlll2OL6-2O17 tanggal 20 September 2Ot6.

Pembahasan . . .

REPU'i.T':=",35|*u'o

-5-Pembahasan Undang-Undang ini dilaksanakan oleh Pemerintah dan

Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan Putusan MahkamahKonstitusi Nomor 35 / PUU-XI I 2olg tanggal 22 Mei 2OL4 .

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Pihak ketiga yang pajak penghasilannya ditanggung Pemerintahadalah pihak ketiga yang memberikan jasa kepada Pemerintahdalam rangka penerbitan dan/atau pembelian kembali/penukaran SBN di pasar internasional, yang antara lain jasaagen penjual dan jasa konsultan hukum internasional dan jasaagen penukar/pembeli.

Huruf c

Cukup jelas.

Ayat (a)

PRES I DENREFIJBLII( II\DONIESIA

-6-Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9)

Cukup jelas.

Ayat (10)

Cukup jelas.

Ayat (11)

Cukup jelas.

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Penerimaan SDA nonmigas yang bersumberkehutanan tidak hanya ditujukan sebagai targetnegara melainkan lebih ditujukan untukkelestarian hutan.

dari sektorpenerimaan

pengamanan

Ayat(3) ...

ffil:1 RL-S lDEt'.1

REPUBLII( ;11P$lrlf!il.\

-7 -

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

sambil menunggu dilakukannya perubahan atas undang-undangNomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan piutangNegara, dan dalam rangka mempercepat penyelesaian piutangbermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan, dapatdilakukan pengurusan piutangnya melalui mekanismepengelolaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas dan di bidang perbankan.

sedangkan terkait dengan pemberian kewenangan kepada RUpsdan pengawasan Pemerintah dalam penyelesaian piutangbermasalah pada BUMN di bidang usaha perbankan didasarkanpada ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang BUMN.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

PRES IDEI..!REPUBLIl( II..IDONIESIA

-8-Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

'Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Data jumlah desa, jumlah penduduk desa, angka kemiskinandesa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desabersumber dari kementerian yang berwenang dan/ata.u lembagayang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik.

untuk desa yang belum tersedia data jumlah penduduk, angkakemiskinan, dan luas wilayah dapat digunakan data desa induksecara proporsional, sedangkan untuk data tingkat kesulitangeografis digunakan data yang sama dengan desa induk, rata-rataindeks kesulitan geografis pada kecamatan yang sama, atau datayang bersumber dari pemerintah Daerah.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 1 1

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

PRES I DENREFUELIK INDONESIA

-9-Ayat (3)

Huruf aPenerimaan PBB bagian pusat sebesar 1o% (sepuluh persen)dibagi secara merata kepada seluruh kabupaten/kota.Bagian daerah yang berasal dari biaya pemungutan,digunakan untuk mendanai kegiatan sesuai kebutuhan danprioritas daerah.

Huruf bDBH ini termasuk DBH dari pajak penghasilan pasal 25 danPasal 29 wPoPDN yang pemungutannya bersifat finalberdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2olgtentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari Usaha yangditerima atau diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki PeredaranBruto tertentu.Dalam rangka pengendalian .pelaksanaan APBN, penyaluranDBH dapat disalurkan tidak seluruhnya dari pagu alokasi,dan selanjutnya diperhitungkan sebagai kurang bayar DBH.

Huruf cCukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.Ayat (5)

Kebijakan ini merupakan konsekuensi dari perubahan kebijakanberupa pengalihan kewenangan di bidang kehutanan darikabupaten/kota menjadi kewenangan provinsi sebagaimanadiatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2ol4 tentangPemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua atas Undang-undang Nomo r 23 Tahun 2ol4tentang Pemerintahan Daerah.

Ayat (6)

Huruf aCukup jelas.

Huruf b .

PRES I DENREPUBLIK INDONESIA

_ 10_

Huruf bDengan ketentuan ini daerah tidak lagi diwajibkan untukmengalokasikan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumi sebesarO,5o/o (nol koma lima persen) untuk tambahan anggaranpendidikan dasar.

Kebijakan penggunaan DBH Minyak Bumi dan Gas Bumiuntuk Provinsi Papua Barat dan Provinsi Aceh dilaksanakansesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 35 Tahun2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah penggantiUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang perubahanatas Undang-Undang Nomor 2l Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006tentang Pemerintahan Aceh.

Huruf cKebijakan ini merupakan konsekuensi dari perubahankebijakan berupa pengalihan kewenangan di bidangkehutanan dari kabupaten/kota menjadi kewenanganprovinsi sebagaimana diatur dalam undang-Undang Nomor23 Tahun 2ol4 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimanatelah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undangNomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 2g Tahun 2Ol4 tentangPemerintahan Daerah.

Ayat (7)

Huruf aCukup jelas.

Huruf bAlokasi kurang bayar diberikan kepada 169 (seratus enampuluh sembilan) daerah yang dilakukan penundaanpenyaluran sebagian DAU pada Tahun Anggaran 2Ot6.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Ayat (9) .

#ru-#qyr4@

F'RES IDENREPUELII( INDONESIA

- 11-

Ayat (9)

PDN neto sebesar Rp1.326.914.29s.80s.000,00 (satu kuadriliuntiga ratus dua puluh enam triliun sembilan ratus empat belasmiliar dua ratus sembilan puluh tiga juta delapan ratus lima riburupiah) dihitung berdasarkan penjumlahan antara penerimaanPerpajakan sebesar Rp 1 .498.8T l. 646.93s.ooo,oo (satu kuadriliunempat ratus sembilan puluh delapan triliun delapan ratus tujuhpuluh satu miliar enam ratus empat puluh enam juta sembilanratus tiga puluh lima ribu rupiah) dan pNBp sebesarRp250.039.ort.639.000,00 (dua ratus lima puluh triliun tigapuluh sembilan miliar tujuh puluh satu juta enam ratus tigapuluh sembilan ribu rupiah), dikurangi dengan penerimaanNegara yang Dibagihasilkan kepada Daerah, yang terdiri atas:

a. Penerimaan PPh Pasal 25 dan pasal 29 wpopDN dan pphPasal 2l sebesar Rp168.993.899.999.000,00 (seratus enampuluh delapan triliun sembilan ratus sembilan puruh tigamiliar delapan ratus sembilan puluh sembilan juta sembilanratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah);

b. Penerimaan PBB sebesar Rp17.295.sgt.6z4.000,00 (tujuhbelas triliun dua ratus sembilan puluh lima miliar lima ratussembilan puluh satu juta enam ratus tujuh puruh empat riburupiah);

c. Penerimaan cHT sebesar Rp149.878.0oo.0oo.ooo,oo (seratusempat puluh sembilan triliun delapan ratus tujuh puruhdelapan miliar rupiah);

d. Penerimaan sDA Migas sebesar Rp63.7o7.42L.ooo.ooo,0o(enam puluh tiga triliun tujuh ratus tujuh miliar empat ratusdua puluh satu juta rl.piah);

e. Penerimaan sDA Mineral dan Batubara sebesarRp17.736.707.887.000,00 (tujuh belas triliun tujuh ratus tigapuluh enam miliar seratus tujuh juta delapan ratus delapanpuluh tu-iuh ribu rupiah);

f. Penerimaan sDA Kehutanan sebesar Rp277s.g2g.60g.000,00(dua triliun tujuh ratus tujuh puluh lima miliar delapan ratusdua puluh sembilan juta enam ratus delapan ribu rupiah);

g. Penerimaan

FRES IDEI'.1REPLIBLit( lNl DOtrlESi..\

_t2_

g. Penerimaan sDA Perikanan sebesar Rp95o.ooo.o00.000,oo(sembilan ratus lima puluh miliar rupiah); dan

h. Penerimaan sDA Panas Bumi sebesar Rp659.574.6oL 0oo,oo(enam ratus lima puluh sembilan miliar lima ratus tujuhpuluh empat juta enam ratus satu ribu rupiah)

Ayat (10)

Cukup jelas. -

Ayat (11)

Cukup jelas.

Ayat (12)

Cukup jelas.

Ayat (13)

Cukup jelas.

Ayat (14)

Cukup jelas.

Ayat (15)

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat

Ayat

(1)

Cukup jelas.

(2)

Pengalokasian DAK Fisik bertujuan untuk membantu daerahtertentu, mendanai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanandasar masyarakat, dan percepatan pembangunan daerah danpencapaian sasaran prioritas nasional.

(3)

Huruf a

DAK Reguler ditujukan untuk mendanai kegiatan dalamrangka pencapaian pemenuhan pelayanan publik.

Ayat

Besaran

PRES I DENREPUBLIT( INDONESIA

_13_

Besaran alokasi DAK Reguler untuk masing-masing daerahdihitung berdasarkan' usulan daerah dan data teknis,dengan memperhatikan prioritas nasional, kebutuhandaerah, dan kemampuan keuangan negara.

Huruf b

DAK Penugasan ditujukan untuk mendanai kegiatan khususdengan menu terbatas dan lokus yang ditentukan dalamrangka pencapaian sasaran prioritas nasional.Besaran alokasi DAK Penugasan untuk masing-masingdaerah dihitung berdasarkan usulan daerah dan data teknis,dengan memperhatikan prioritas nasional dan kemampuankeuangan negara.

Huruf c

DAK Afirmasi ditujukan untuk mendanai kegiatanpercepatan penyediaan infrastruktur dan sarana/prasaranadi daerah yang termasuk kategori daerah perbatasan dengannegara lain, daerah tertinggal, daerah kepulauan, dan/ataudaerah transmigrasi.Kabupatenlkota daerah perbatasan dengan Negara lain,daerah tertinggal, daerah kepulauan, dan daerahtransmigrasi ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturanperrrndang-undangan.Besaran alokasi DAK Afirmasi masing-masing daerahdihitung berdasarkan usulan daerah dan data teknis denganmemperhatikan karakteristik daerah dan kemampuankeuangan negara.

Ayat (a)

Penetapan pagu DAK Reguler per bidang didasarkan padakebutuhan daerah dan pencapaian prioritas nasional.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

_14_

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Kriteria utama merupakan kriteria yang menentukan kelayakansuatu daerah untuk dapat menerima DID, yang terdiri atas:

a. Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BpK) atas LaporanKeuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Wajar TanpaPengecualian (WTP) atau Wajar Dengan pengecualian (WDp);dan

b. Penetapan APBD tepat waktu.

Kriteria kinerja merupakan kriteria yang digunakan untukmenilai kinerja daerah, yang terdiri atas:

a. Kinerja kesehatan fiskat dan pengelolaan keuangan daerah;b. Kinerja pelayanan dasar publik; danc. Kinerja ekonomi dan kesejahteraan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Dengan ketentuan ini daerah tidak lagi diwajibkanmengalokasikan DID untuk anggaran pendidikan.

Pasal 14

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

_ 15_

Ayat (2)

Hurufa

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf cp.s1lagian Dana Tambahan Infrastruktur dilakukanberdasarkan imbangan 75% (tujuh puluh lima persen) untukProvinsi Papua dan 25o/o (dua puluh lima persen) untukProvinsi Papua Barat berdasarkan perbandingan indikatorjumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah desa/kampungdan kelurahan.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

PRES IDENREPUELIK INDONESIA

_16_

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf fYang dimaksud dengan "ineligible expendihtre" adalahpengeluaran-pengeluaran yang tidak diperkenankan dibiayaidari dana pinjaman/hibah luar negeri karena tidak sesuaidengan kesepakatan dalam Perjanjian Pinjaman dan/atauHibah Luar Negeri.

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (21

Yang dimaksud dengan "perubahan pagu Pemberian pinjaman"adalah peningkatan pagu Pemberian Pinjaman akibat adanyalanjutan Pemberian Pinjaman yang bersifat tahun jamak,percepatan penarikan Pemberian Pinjaman yang sudah disetujuidalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan Pemberian pinjamandan/atau penambahan pagu Pemberian pinjaman untukpenerbitan Surat Perintah Pembukuan/Pengesahan (sp3) atastransaksi dokumen bukti penarikan Pinjaman dan/atau Hibahyang dikeluarkan oleh pemberi Pinjaman dan/atau Hibah (Noticeof Disbursement-NoD). Perubahan pagu Pemberian pinjarnantersebut tidak termasuk Pemberian Pinjaman baru yang belumdialokasikan dalam APBN Tahun Anggaran 2OtT.

Yang

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-17-Yang dimaksud dengan "closing date" adalat, tanggal batas akhirpenarikan dana pinjaman/hibah luar negeri melalui penerbitanSurat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor PelayananPerbendaharaan Negara.

Ayat (3)

Perubahan pagu ini dipergunakan untuk penerbitan SP3 atastransaksi dokumen bukti penarikan Pinjaman dan/atau Hibahyang dikeluarkan oleh pemberi Pinjaman dan/atau Hibah (Notirrof Disbursement-NOD).

Ayat (4)

Yang dimaksud dengan "dilaporkan Pemerintah kepada DewanPerwakilan Rakyat dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran2017" adalah melaporkan perubahan rincian/pergeserananggaran Belanja Pemerintah Pusat yang dilakukan sebelumAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2Ol7 kepada DewanPerwakilan Ralryat.

Yang dimaksud dengan "dilaporkan Pemerintah kepada DewanPerwakilan Ralryat dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat(LKPP) tahun 2017" adalah melaporkan perubahanrincian/pergeseran anggaran Belanja Pemerintah Pusat yangdilakukan sepanjang tahun 2017 setelah APBN Perubahan TahunAnggaran 2Ol7 kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

PRESIDENREPUBLIK II..I DON ES IA

-18-Pasal 21

Ayat (1)

Selain alokasi Anggaran Pendidikan, Pemerintah mengelola DanaPengembangan Pendidikan Nasional (DPPN), yang merupakanbagian alokasi anggaran pendidikan tahun-tahun sebelumnyayang sudah terakumulasi sebagai dana abadi pendidikan(endoument fund) yang dikelola oleh Lembaga pengelola DanaPendidikan.Hasil pengelolaan dana abadi pendidikan dimaksud digunakanuntuk menjamin keberlangsungan program pendidikan bagigenerasi berikutnya sebagai bentuk pertanggunglawabanantargenerasi, antara lain dalam bentuk pemberian beasiswa,riset, dan dana cadangan pendidikan guna mengantisipasikeperluan rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak akibatbencana alam.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ,,defisit, adalah defisit sebagaimanaditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003tentang Keuangan Negara.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

_t9_

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "krisis pasar SBN domestik" adalah kondisikrisis pasar SBN berdasarkan indikator Protokol Manajemen Krisis(Crisfs Management Protocol-CMP) pasar SBN yang ditetapkan olehMenteri Keuangan.

Penggunaan dana SAL untuk melakukan stabilisasi pasar SBNdapat dilakukan apabila kondisi pasar SBN telah ditetapkan olehMenteri Keuangan pada level krisis.

Krisis di pasar SBN tersebut dapat memicu krisis di pasarkeuangan secara keseluruhan, mengingat sebagian besar lembagakeuangan memiliki SBN. Situasi tersebut juga dapat memicu krisisfiskal, apabila Pemerintah harus melakukan upaya penyelamatanlembaga keuangan nasional.

Stabilisasi pasar SBN domestik dilakukan melalui pembelian SBNdi pasar sekunder oleh Menteri Keuangan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

{iB

PRES IDENREPUBLIK INDOf\IESIA

-20-Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 27

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup Jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang meliputiperubahan sBN neto, penarikan pinjaman Dalam Negeri,dan/atau penarikan Pinjaman Luar Negeri. Penarikan PinjamanLuar Negeri meliputi penarikan Pinjaman T\rnai dan PinjamanKegiatan.

Dalam hal Pinjaman Luar Negeri dan/atau Pinjaman Dalam Negeritidak tersedia dapat digantikan dengan penerbitan SBN atausebaliknya dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi dan fiskal.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Ayat (8)

Cukup jelas.

Pasal 28

PRES IDENREPIJBLIK INDONESIA

-2r-Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "Barang Milik Negara" yaitu berupa tanahdan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan.

Penetapan BPYBDS sebagai PMN pada BUMN meliputi antara lainBPYBDS sebagaimana tercatat dalam laporan keuangan PT PLN(Persero) yang telah diserahterimakan oleh Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menjadi tambahan PMNbagi Pl PLN (Persero).

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 32

Ayat (1)

Ketentuan mengenai penjaminan pemerintah untuk masing-masing program diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "entitas terjamin" adalah pihak yangmemperoleh jaminan Pemerintah.

Ayat (3) .

o.ouJ.TFn,',?Sf;*r'o-22-

Ayat (3)

Pembentukan rekening Dana Cadangan Penjaminan Pemerintahditqiukan terutama untuk menghindari pengalokasian anggaranpenjaminan Pemerintah dalam jumlah besar dalam satu tahunanggaran di masa yang akan datang, menjamin ketersediaandana yang jumlahnya sesuai kebutuhan, menjamin pembayaranklaim secara tepat waktu, dan memberikan kepastian kepadapemangku kepentingan (termasuk Kreditur/ Investor) .

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 33

Ayat (1)

Pengeluaran melebihi pagu anggaran antara lain dapat disebabkanoleh:

1. Kondisi ekonomi makro yang tidak sesuai dengan kondisi yangdiperkirakan pada saat penyusunan APBN Perubahandan/ atau laporan realisasi pelaksanaan APBN SemesterPertama Tahun Anggaran 2OL7;

2. Dampak dari restrukturisasi utang dalam rangka pengelolaanportofolio utang;

3. Dampak dari percepatan penarikan pinjaman;

4. Dampak dari transaksi Lindung Nilai atas pembayaran bungautang dan pengeluaran cicilan pokok utang; dan/ atau

5. Dampak dari perubahan komposisi instmmen pembiayaanutang.

Ayat (2)

Pr{!--.s lDtiNt{H[]t_J Bt._t t( | tr! t-)r) r..t F- s I A

-23-Ayat (21

Pelaksanaan transaksi Lindung Nilai dilaporkan Pemerintah dalamLaporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKpp) Tahun 2OlT.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Kewajiban yang timbul dari transaksi Lindung Nilai bukanmerupakan kerugian keuangan negara karena ditujukan untukmelindungi pembayaran bunga utang dan pengeluaran cicilanpokok utang dari risiko fluktuasi mata uang dan tingkat bunga.Selain itu, transaksi Lindung Nilai tidak ditujukan untuk spekulasimendapatkan keuntungan.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (21

Tata cara penyelesaian piutang instansi Pemerintah yang diaturdalam Peraturan Menteri Keuangan, termasuk mengenai tata caradan kriteria penyelesaian piutang eks-BPPN (Badan PenyehatanPerbankan Nasional).

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup je1as.

Pasal 37 .. .

#B

PRES IDENREPUBL \ INDONESIA

-24-Pasal 37

Ayat (1)

Keadaan darurat tersebut menyebabkan prognosis penurunanPendapatan Negara yang berasal dari Penerimaan Perpajakan danPNBP, dan adanya perkiraan tambahan beban kewajiban negarayang berasal dari pembayaran pokok dan bunga utang, subsidiBBM dan listrik, serta belanja lainnya.

Huruf a

Yang dimaksud dengan "proyeksi" dalam ketentuan ini adalahproyeksi pertumbuhan ekonomi paling rendah 1% (satu persen)di bawah asumsi dan/atau proyeksi asumsi ekonomi makrolainnya mengalami deviasi paling rendah sebesar 10% (sepuluhpersen) dari asumsi yang telah ditetapkan, kecuali prognosishfting dengan deviasi paling rendah 5% (lima persen).

Huruf b

Kenaikan biaya utang yang bersumber dari kenaikan imbalhasil (gieldl SBN adalah terjadinya peningkatan imbal hasilsecara signifikan yang menyebabkan krisis di pasar sBN, yangditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan parameterdalam Protokol Manajemen Krisis (Cnsis Management Protocol-CMP) pasar SBN.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Yang dimaksud "karena suatu dan lain har belum dapatditetapkan" adalah apabila Badan Anggaran belum dapatmelakukan rapat kerja dan/atau mengambil kesimpulan di dalamrapat kerja, dalam waktu lx24 (satu kali dua puluh empat) jamsetelah usulan disampaikan Pemerintah kepada Dewan PerwakilanRakyat.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Pasal 38

PRES IDENREFUBLIK INDONIESIA

-25-Pasal 38

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "[embaga Penjamin Simpanan mengalamikesulitan likuiditas" adalah dalam hal perkiraan kas yang dapatdiperoleh dari sumber daya keuangan Lembaga penjaminSimpanan tidak mencukupi pada saat kebutuhan dana harusdipenuhi oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

Ayat (21

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (s)

Yang dimaksud "karena suatu dan lain hal belum dapatditetapkan" adalah apabila Badan Anggaran belum dapatmelakukan rapat kerja dan/atau mengambil kesimpulan di dalamrapat kerja, dalam waktu lx24 (satu kali dua puluh empat) jamsetelah usulan disampaikan Pemerintah kepada Dewan PerwakilanRak5iat.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Ayat (7)

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 4 1

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-26-Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Huruf a

Penetapan tingkat kemiskinan sesuai dengan metodologipenghitungan Garis Kemiskinan Nasional (GKN) yang dilakukanoleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5948

PRES IDENREPUBLII( INDONESIA

LAMPIRAN I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 18 TAHUN 2016

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA TAHUN ANGGARAN 2017

RINCIAN PEMBIAYAAN ANGGARAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2017

1.1

t.2

t.2.1

t.2.L.L

1.2.1.2

1.2.2

t.2.2.t

t.2.2.t.t

t.2.2.t.2

1.2.2.t.2.1

t.2.2.t.2.1.L

1.2.2.t.2.t.2

t.2.2.1.2.2

r.2.2.2

ALOKASI PEMBIAYAAN ANGGARAN

Pemblayaan Utang

Surat Berharga Negara (Neto)

Pinjaman (Neto)

Pinjaman Dalam Negeri (Neto)

Penarikan Pinjaman Dalam Negeri (Bruto)

Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri

Pinjaman Ltiar Negeri (Neto)

Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto)

Pinjaman Tunai

Pinjaman Kegiatan

Pinjaman Kegiatan Pemerintah Pusat

Pinjaman Kegiatan Kementerian Negara/Lembaga

Pinjaman Kegiatan Diterushibahkan

Pinjaman Kegiatan kepada BUMN/ Pemda

Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Luar Negeri

(Ribuan Rupiah)

330.167.788.571

344.690.492.775

399.992.586.000

-t5.302.O93.225

1.486.800.000

2.500.ooo.ooo

- 1.013.200.000

-t6.788.893.225

48.293.t74.O75

13.300.000.000

34.993.L74.O75

24.92t.745.787

23.905.48t.787

1.016.264.000

1O.O71.428.28A

-65.082.067.300

2. Pembiayaan

PRES I DENFIEPUELII( It\IDONESIA

-2-2

2,L

Pembiayaan Investasi

Investasi Kepada BUMN

PMN kepada PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia(Persero)

PMN kepada PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)

PMN kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)

Investasi Kepada Lembaga/Badan Lainnya

PMN kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

PMN kepada BPJS Kesehatan untuk Program DJSKesehatan

Investasi Kepada BLU

Dana Bergulir

Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP)

Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan(LPMUKP)

Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM

Dana Pengembangan Pendidikan Nasional (DPPN)

Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN)

Pusat Investasi Pemerintah

Investasi kepada Organisasi/Lembaga KeuanganInternasional/ Badan Usaha Internasional

Islamic Development Bank (IDB)

The Islamic Corporation for the Development of the PrivateSector (ICD)

International Fund for Agricultural Development (IFAD)

International Development Association (IDA)

Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)

Pemberian Plnjaman

Pinjaman kepada BUMN / Pemda/ Lembaga/ Badan Lainnya

Pinjaman kepada BUMN/Pemda (Neto)

-47.444.924.936

-4.000.000.000

- 1.000.000.000

-1.000.000.000

-2.O00.000.000

-6.800.000.000

-3.200.000.000

-3.600.000.000

-34.700.000.000

-10.700.000.000

-9.700.000.000

-500.000.000

-s00.000.000

-2.500.000.000

-20.000.000.000

-1.500.000.000

- 1.988.928.936

-75.923.436

-41.030.500

-39.900.000

-44.289.OO0

-r.787.786.000

-6.409.65r.268

-6.409.65t.268

-6.409.65t.268

2.t.1

2.t.2

2.t.3

2.2

2.2.r

2.2.2

2.3

2.3

2.3

.1

.1.1

2.3.t.2

2.3.r.3

2.3.2

2.3.3

2.3.4

2.4

2.4.1

2.4.2

2.4.3

2.4.4

2.4.5

3

3.1.

3.1.1.

3.1.1.1Pinjaman

$"ffi*f*4yrr$

F]RES IDEI I

FEPL'ELII( II IDOIIESIA-3-

3.1.1.1

3.1.1.2

Pinjaman kepada BUMN/Pemda (Bruto)

Penerimaan cicilan pengembalian pinjaman kepadaBUMN/Pemda

KewaJiban PenJamlnan

Pemblayaan Lalanya

Hasil Pengelolaan Aset

-to.o7t.428.288

3.66t.777.O20

-924.124.OOO

300.ooo.ooo

300.ooo.oo0

4

5

5.1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd.

JOKO WIDODO

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIAAsisten Deputi Bidang Perekonomian,

Deputi Bidang Hukum dan

PRES IDENREFJUBL-II( II{DOt{ESIA

LAMPIRAN II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 18 TAHUN 2016

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA TAHUN ANGGARAN 2017

POSTUR APBN TAHUN ANGGARAN 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIAAsisten Deputi Bidang Perekonomian,

Deputi Bidang Hukum danndang-undangan,

ttd.

JOKO WIDODO

A. PENDAPATAN NEGARA

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI

1. PENERIMAANPERPAJAKAN

2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

II. PENERIMAAN HIBAH

BEL/INJA NEGARA

I. BELANJAPEMERINTAHPUSAT

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KESEIMBANGAN PRIMER

STTRPLUS/ (DEHSTTIANGGARAN (A - B)

% Def*it Anggaran terhadap PDB

PEMBIAYAAIT ANGGARAN (I + I1+111+1Y1Y;

I. PEMBIAYAAN UTANG

II. PEMBIAYAANINVESTASI

III. PEMBERIANPINJAMAN

IV. KEWAJIBANPENJAMINAN

V. PEMBIAYAAN LAINI{YA

(Rtbuan Rupiahf

1.750.283.380.176

t.7+8.gto.7L8.574

1.498.A7L.646.935

250.039.071.639

t.372.66t.602

2.O80.451.16A.747

1.315 .526.103.976

764.925.064.77t

-10E.973.200.901

-33().167.788.571

-2,41

330.167.788.571

384.690.492.775

-47.488.92a.936

-6.409.65t.26a

-924.12+.OOO

300.000.000

c.

D.

E.

'anna Djaman

B.