icaserd working paper no · working paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti...

22
ICASERD WORKING PAPER No.29 REPRESENTASI PEMUDA PEDESAAN MENGENAI PEKERJAAN PERTANIAN: Kasus Pada Komunitas Perkebunan Teh Rakyat di Jawa Barat Herlina Tarigan Februari 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Upload: trinhdan

Post on 12-Jul-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

ICASERD WORKING PAPER No.29

REPRESENTASI PEMUDA PEDESAAN MENGENAI PEKERJAAN PERTANIAN:Kasus Pada Komunitas Perkebunan Teh Rakyat di Jawa Barat

Herlina Tarigan

Februari 2004

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian(Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

Page 2: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

ICASERD WORKING PAPER No.29

REPRESENTASI PEMUDA PEDESAAN MENGENAI PEKERJAAN PERTANIAN:Kasus Pada Komunitas Perkebunan Teh Rakyat di Jawa Barat

Herlina Tarigan

Februari 2004

Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah, dan review hasil penelitian. Penanggung jawab Working Paper adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, dengan Pengelola : Dr. Handewi P. Saliem, Dr. A. Rozany Nurmanaf, Ir. Tri Pranadji MSi, dan Dr. Yusmichad Yusdja. Redaksi: Ir. Wahyuning K. Sejati MSi; Ashari SP MSi; Sri Sunari, Kardjono dan Edi Ahmad Saubari. Alamat Redaksi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jalan A. Yani No.70 Bogor 16161, Telp. 0251-333964, Fax. 0251-314496, E-mail : [email protected]

No. Dok.036.29.03..04

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian(Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

Page 3: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

1

REPRESENTASI PEMUDA PEDESAAN MENGENAI PEKERJAAN PERTANIAN:Kasus Pada Komunitas Perkebunan Teh Rakyat di Jawa Barat

Herlina Tarigan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi PertanianJl. A. Yani No. 70 Bogor 16161

ABSTRAK

Semakin sulitnya memperoleh tenaga kerja pertanian di pedesaan disinyalir sebagai akibat dari rendahnya pendapatan bekerja di sektor ini. Sebagian besar angkatan kerja yang kehilangan pekerjaan sebagai akibat terjadinya krisis ekonomi menolak untuk bekerja di sektor pertanian, sekalipun sektor ini relatif terbuka dan tidak menuntut kualifikasi pekerja yang tinggi. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisisrepresentasi pemuda pedesaan, khususnya pada komunitas perkebunan, terhadap pekerjaan pertanian. Dengan menggunakan penelitian kualitatif melalui analisis kasus-kasus, ditemukan bahwa pergeseran pilihan pekerjaan pemuda pedesaan terhadap pekerjaan nonpertanian lebih disebabkan faktor pertimbangan sosial. Berkembang penilaian bahwa pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang masih bernilai ekonomis tetapi kurang memberi status sosial yang terhormat. Sifat pekerjaan yang lebih mengandalkan kekuatan fisik namun langka terhadap teknologi dan unsur-unsur modern-perkotaan dinilai sebagai pekerjaan yang kurang menarik bagi pemuda.

Kata kunci : representasi, pemuda pedesaan, pekerjaan pertanian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selama dua dekade terakhir ditemukan adanya kesulitan untuk memperoleh

tenaga kerja pertanian di pedesaan. Awalnya, kesulitan terjadi hanya pada musim

kemarau ketika produksi pertanian diperkirakan rendah akibat keterbatasan air sehingga

banyak petani yang tidak berproduksi. Pada masa-masa seperti itu, pekerja pertanian

memilih mencari kesempatan kerja ke wilayah perkotaan (Rahman, 1993). Namun pada

tahun-tahun terakhir, kesulitan terhadap tenaga kerja pertanian terjadi hampir sepanjang

musim akibat banyak tenaga kerja yang melakukan migrasi ke kota.

Salah satu faktor penarik (pull factor) kuatnya mobilitas tenaga kerja pedesaan ke

perkotaan adalah adanya penekanan pembangunan ekonomi pada industri pengolahan

(Wahyuni, 2000). Pembangunan ini telah membuka banyak peluang kerja baru.

Sementara itu, rendahnya perolehan pendapatan dari pekerjaan pertanian menjadi faktor

pendorong (push factor) mobilitas yang cukup besar pengaruhnya. Hal ini bisa dilihat

Page 4: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

2

dari data statistik yang menunjukkan bahwa sekalipun sejak tahun 1976 hingga

sekarang, tingkat upah nominal pekerjaan pertanian terus mengalami kenaikan, namun

secara riel, tingkat upah cenderung statis. Jika dibandingkan dengan industri, laju

kenaikan upah pertanian hanya sekitar separuh tingkat upah sektor industri (Kasryno,

2000).

Perubahan sosial ekonomi yang cukup mendasar di atas, ditambah perbaikan

sarana transportasi hingga ke pedesaan merupakan penyebab komplementer yang

secara tidak langsung telah menciptakan kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian.

Pada jangka panjang, ini merupakan masalah mendasar bagi pembangunan pertanian

mengingat hingga saat ini pertanian masih diharapkan menjadi sektor yang handal

sekaligus penyerap tenaga kerja terbesar.

Perlu dipahami, pekerjaan merupakan salah satu alat untuk mencukupi

kebutuhan manusia, baik secara materi atau nonmateri. Sebagai alat, pada pekerjaan

selalu lekat simbol-simbol status yang mendasari pandangan seseorang terhadap

pekerjaan tersebut. Di tingkat sistem sosial, kumulatif pandangan terhadap suatu

pekerjaan, merupakan representasi komunitas yang sangat mempengaruhi tindakan

dalam memilih pekerjaan. Dengan demikian, patut diduga jika penolakan terhadap

pekerjaan pertanian tidak semata disebabkan oleh faktor ekonomi. Terbukti, ketika krisis

moneter melanda Indonesia tahun 1997, banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan

di kota dan kembali ke desa, tidak bersedia bekerja di sektor pertanian, sekalipun sektor

ini relatif terbuka terhadap beragam kualifikasi pekerja. Banyak di antaranya memilih

lebih lama menganggur sampai mendapat pekerjaan yang dipandang sesuai di luar

sektor pertanian (Rozany et al., 2000). Ini mengindikasikan adanya faktor nonekonomi

yang menjadi pertimbangan terhadap penolakan untuk bekerja di pertanian.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari representasi pemuda pedesaan pada

komunitas perkebunan, mengenai pekerjaan pertanian melalui beberapa kasus kajian

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Representasi akan dianalisis dari empat

kasus yang menggambarkan bagaimana proses pembentukan serta pemaknaan nilai

kerja sebagai pedoman pemuda untuk memilih pekerjaan. Representasi ini merupakan

pengetahuan yang sangat membantu mengarahkan pembangunan secara keseluruhan,

khususnya sektor pertanian dan pembangunan di bidang ketenagakerjaan.

Page 5: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Representasi pemuda pedesaan mengenai nilai suatu pekerjaan merupakan hasil

seleksi dari pengalaman hidup yang prosesnya berlangsung sepanjang hidup (longlife

process). Dalam konteks individu, representasi lebih umum disebut sebagai pandangan.

Proses munculnya representasi terhadap suatu pekerjaan dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Representasi yang positif terhadap pekerjaan pertanian, akan

diikuti oleh keputusan tindakan memilih usaha atau pekerjaan tersebut sebagai alat untuk

meraih tujuan hidup. Pemuda akan memutuskan untuk bekerja di pertanian, di dalam

atau di luar komunitasnya. Sebaliknya, jika representasi terhadap usaha dan pekerjaan

pertanian negatif, maka pemuda memutuskan untuk bekerja keluar sektor pertanian, di

dalam atau di luar komunitasnya.

Perubahan sosial yang terjadi akibat tekanan kebutuhan masyarakat dalam

upaya mencapai tujuan dan harapan, merupakan refleksi dari keinginan meraih

kepuasan dan mengurangi kekecewaan. Kelangkaan sumberdaya pertanian dan

kelangkaan pekerjaan menjadi faktor pendorong untuk bertindak dalam rangka

memperluas medan sosial. Namun demikian keterbatasan kualifikasi pendidikan,

ketrampilan dan akses terhadap sektor pertanian menjadi kondisi yang membatasi

individu dalam meraih tujuan-tujuan.

Pemuda, sebagai kelompok usia produktif merupakan bagian masyarakat yang

paling dinamis dalam mengejar tujuan-tujuan sebagai alternatif pemecahan persoalan

ekonomi keluarga. Kesadaran dan pengenalan tujuan yang ingin diraih membangun

representasi dan orientasi kerja yang termotivasi. Hal ini sekaligus memacu penggunaan

cara dan alat yang paling sesuai dengan situasi yang ada (Parsons, 1937).

Pengambilan keputusan mengenai pekerjaan oleh seseorang sangat dipengaruhi

oleh keluarga, ekosistem maupun masyarakat. Strategi bertahan hidup dalam lingkungan

yang berbeda nilai dan normanya akan menyebabkan representasi dan orientasi kerja

serta tindakan yang berbeda pula. Secara ringkas kerangka berfikir ini dapat dilihat pada

gambar 1.

Page 6: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

4

Ekosistem

Keluarga Pemuda MasyarakatPetani (Kelangkaan sb. daya dan pekerjaan)

Representasi dan Orientasi Kerja

Keputusan Pilihan Pekerjaan (tindakan)

Keluar Pertanian Tetap/masuk pertanian (dalam/luar desa) (dalam/luar desa)

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

Pemilihan Lokasi dan Responden Contoh

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan hingga akhir tahun 2001 dengan

mengambil lokasi di Desa Sukajembar, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur

Jawa Barat. Lokasi dipilih secara purposif dengan pertimbangan : 1) Merupakan

komunitas dengan basis perekonomian perkebunan teh rakyat yang relatif tidak banyak

mendapat dampak dari krisis moneter ; 2) Secara geografi maupun prasarana angkutan,

akses terhadap kota cukup sulit, namun dinamika penduduknya cukup kelihatan.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus yang

menerapkan multi-metoda pengumpulan data berupa pengamatan langsung, wawancara

mendalam (indepth interview) personal maupun kelompok (focus group interview).

Sebagai penelitian kualitatif, kajian memberi penekanan pada proses dan pemaknaan

nilai kerja serta penyebab perubahannya yang tidak akan diuji secara ketat dari segi

kuantitas, jumlah, intensitas ataupun frekuensi (Denzin dan Lincoln, 1994 : 4).

TUJUAN

Page 7: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

5

Data penelitian meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif merupakan

data gambaran umum lokasi dan komunitas yang diperoleh dari sensus terhadap semua

rumah tangga (277 KK) salah satu dari tiga dusun yang dipandang memadai untuk

mewakili kondisi desa secara keseluruhan. Hasil sensus digunakan sebagai dasar untuk

mendapatkan empat responden inti yang diperoleh melalui strategi bola salju (snow ball).

Responden inti adalah pemuda tahapan remaja dan dewasa dengan selang usia 17

hingga 40 tahun (Ritzer, 1979 dalam Soe’oed, 1999). Pendidikan pemuda minimal SLTP

dengan pertimbangan mempunyai peluang memasuki pekerjaan non pertanian. Kasus

responden inti akan dikaji untuk melihat pandangan pemuda terhadap pekerjaan

pertanian, ditambah 22 responden pendukung yang dipakai untuk menguatkan

representasi pemuda di tingkat komunitas. Empat responden didasarkan pada

keterwakilan terhadap beragam karakteristik pemuda pada komunitas yang dianalisis

(tabel 1).

Penggalian data utama dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, dengan

pertimbangan pentingnya melakukan temu muka berulang dengan responden sebagai

proses pemahaman dan konfirmasi terhadap pandangan subjek penelitian mengenai

hidupnya, pengalamannya atau situasi sosialnya (Taylor dan Bogdan, 1984)

Metode Analisis

Data kuantitatif dari sensus diolah secara sederhana untuk ditabulasikan

dan ditafsirkan maknanya terhadap substansi utama. Sedangkan data kualitatif

sebagai data utama dianalisis melalui tiga jalur yang berlangsung secara

bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles

dan Huberman, 1992). Reduksi data meliputi proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang diperoleh dari catatan-catatan tertulis maupun foto pengamatan di lapangan

yang diproses selama penelitian berlangsung (Moleong, 1999 : 189-214). Data

disajikan secara deskriptif pada tiap segmen dimana penarikan kesimpulan

dilakukan secara terus menerus hingga ke tingkat yang lebih rinci dan kokoh.

Page 8: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

6

Tabel. 1. Karakteristik Keluarga Asal dan Pekerjaan Pemuda Kasus

NoResponden

Kasus *) Kriteria Orangtua Kriteria Pemuda Keterangan

1 AS Janda sesepuh desa (alm suami pernah menjabat kadus selama 30 thn), pekerjaan sebagai petani berlahan luas yang sudah diwariskan kepada anak-anaknya. Kini lahan garapan seluas 0,2 ha sawah dan 0,4 ha kebun.

Seorang guru dengan status PNS, merangkap sebagai petani dengan luas garapan 0,2 ha sawah dan 0,8 ha kebun. Aktif sebagai pembina pemuda dalam bidang olah raga. Isterinya ikut membantu bertani.

Pemuda pernah bermigrasi ke Sukanagara dan Cianjur karena sekolah.

2 IK Seorang haji yang bekerja sebagai guru (PNS), sebagai pedagang pucuk teh, pengusaha arang dan bertani dengan luas lahan 2 ha kebun. Isterinya berdagang kelontong.

Seorang guru SD (PNS), kini berdagang dan menjadi jasa penjualan komoditas pertanian secara tidak tetap. Pernah sekolah SPMA selama 2 tahun dan pernah berusahatani di lahan orangtua.

Pemuda pernah bermigrasi ke Sukabumi dan Jakarta untuk sekolah sambil bekerja sebagai supir.

3 IR Janda PNS (alm. suami guru asal dari desa tetangga) bekerja sebagai petani. Memiliki lahan 0,28 ha sawah dan 2 ha kebun.

Seorang petani yang menggarap lahan orangtua dan mertuanya. Aktif sebagai ketua remaja masjid dan proyek pembangunan desa.

Pemuda pernah bermigrasi ke beberapa kota (Sukabumi, Bogor dan Jakarta) dalam rangka sekolah dan bekerja. Pernah bekerja sebagai kenek, sopir dan bekerja di bengkel.

4 DJ Keduanya buruhtani tak berlahan sejak pertama menikah. Mengusahakan tanah Perhutani di hutan dan menggaduh ternak tetangga.

Operator mesin di pabrik gesper (Jakarta)

Pemuda pernah pernah membantu pamannya berdagang di Jakarta dan pernah bekerja padaTaylor di Bogor.

Keterangan : *) Untuk menjaga kerahasiaan responden, nama diinisialkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Komunitas Pengamatan

Kondisi umum ekosistem dan seluruh sarana prasarana pendukung, berperan

besar dalam menentukan tipikal dan orientasi kerja suatu komunitas. Oleh karena itu

menjadi pokok penting untuk melihat gambaran umum wilayah dan perkembangan

komunitas yang diteliti.

Desa Sukajembar terletak 27 km dari ibukota kecamatan dengan posisi terpisah

dari desa tetangganya oleh kebun teh dan hutan. Kondisi jalan beraspal dengan

beberapa tempat mengalami kerusakan berat. Kendaraan umum hanya empat buah

mobil L-300 milik warga desa yang setiap hari masing-masing keluar dan masuk desa

sekali. Dua kendaraan ke Sukanagara dan dua lainnya ke Sukabumi. Di luar jadwal

Page 9: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

7

keberangkatan keempat mobil itu, masyarakat menggunakan ojek dengan ongkos 3-5

kali lebih mahal dari ongkos mobil.

Sukajembar terdiri dari tiga buah dusun. Dilihat dari kepadatan pemukiman,

terutama warung, sekolah, mesjid dan kantor kepala desa sebagai bangunan publik,

maka dusun Jembarmanah dianggap sebagai pusat aktivitas desa. Secara geografis

posisinya diapit oleh dua dusun lainnya.

Sejak jaman kolonial, masyarakat setempat sudah mulai mengenal tanaman teh

melalui beberapa warga desa yang bekerja pada perkebunan Belanda di desa tetangga.

Secara perlahan seluruh masyarakat mengenal dan mengusahakan teh, hingga kini lebih

kurang 85 persen areal pertanian merupakan perkebunan teh rakyat.

Pemukiman penduduk umumnya berbentuk rumah panggung dengan alasan: 1)

menghindari banjir karena posisi desa dikelilingi oleh beberapa anak sungai, 2)

mengurangi rasa dingin, 3) ketersediaan bahan baku kayu dari hutan sekitar desa dan 4)

kesulitan bahan bangunan seperti semen dan batu, karena jarak yang jauh ke kota.

Beberapa rumah permanen dengan model rumah perkotaan dimiliki oleh keluarga yang

mempunyai anggota sebagai TKI ke Arab Saudi.

Dusun Jembarmanah mempunyai penduduk sebanyak 1083 jiwa yang terdapat

dalam 277 kepala keluarga. Di antaranya 402 jiwa atau 37,1 persen merupakan

kelompok pemuda (usia 17-40 tahun).

Jarang sekali terjadi kegiatan sewa-menyewa dan jual-beli lahan, sekalipun

penguasaan sumberdaya ini sangat senjang (Tabel 1). Masing-masing petani

berusahatani di atas lahannya sendiri. Mereka yang tidak mempunyai lahan cenderung

bekerja sebagai buruh tani atau bekerja di luar sektor pertanian. Pada kasus-kasus

‘terpaksa’ harus menjual karena kebutuhan yang sangat mendesak atau pertikaian dalam

keluarga, diutamakan penjualan pada keluarga atau kerabat dekat. Harga lahan yang

sudah ditanami teh sekitar Rp 3000-Rp 5000 per meter. Namun secara sosial, lahan

merupakan simbol kekayaan yang umum diwariskan kepada keturunan.

Tingkat pendidikan penduduk rata-rata hanya sampai sekolah dasar. Hanya

sebagian kecil saja yang bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat di atas SD, karena

harus bersekolah ke kota kecamatan yang berarti membutuhkan biaya tinggi untuk uang

sekolah, biaya menginap maupun kebutuhan hidup. Pemuda yang sekolah umumnya

berasal dari keluarga aparat desa atau orangtua yang berpendidikan. Peningkatan

Page 10: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

8

jumlah penduduk yang berpendidikan di atas SD secara signifikan terjadi setelah

berdirinya SMP kelas jauh pada tahun 1994.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Pemilikan LahanDi Dusun Jembarmanah, Desa Sukajembar, 2001

Luas pemilikan lahan Jumlah rumah tangga Persentase

Rumah tangga tak berlahan 108 39,0Pemilik lahan sempit(kurang dari 0,5 ha)

106 38, 3

Pemilik lahan luas(lebih dari 0,5 ha)

63 22,7

Jumlah 277 100,0Sumber : Data Sensus

Keterangan : Ukuran luas dan sempit di atas disesuaikan dengan jenis lahan yang dominan adalah lahan kebun.

Dilihat dari segi mata pencaharian, 32,2 persen penduduk sebagai buruhtani,

30,4 persen sebagai petani, 6,8 persen wiraswasta, 4,6 persen tukang, 0,8 persen PNS,

0,3 persen pensiunan, 1,1 persen TKI dan 23,7 persen tenaga kerja yang menganggur.

Pekerjaan pertanian yang banyak ditekuni adalah usaha perkebunan teh. Hanya

sebagian kecil berusahatani padi dan hortikultura. Ada beberapa yang berdagang

kebutuhan sehari-hari, tengkulak hasil pertanian terutama pucuk teh, industri pengolahan

teh, pembuatan gula aren serta sebagai jasa angkutan. Tengkulak hasil pertanian seperti

pucuk teh dan hortikultura sifatnya berantai. Para tengkulak membeli barang dagangan

dari petani dan menjualnya kepada tengkulak tingkat kecamatan atau kabupaten yang

masuk ke desa. Ada dua orang tengkulak bermodal besar yang membawa sendiri

barang dagangannya ke luar desa. Menurut perkiraan aparat desa, lebih kurang 5-6 ton

produksi teh Sukajembar yang dibawa keluar desa setiap harinya. Pucuk ini dibeli dan

dibawa oleh tengkulak ke pabrik pengolahan yang ada di desa lain atau pabrik teh milik

perkebunan swasta yang terdekat dengan desa.

Mata pencaharian yang mengarah pada pekerjaan sektor industri di antaranya

pembuatan gula aren. Proses produksinya masih tradisional dan terbatas menggunakan

tenaga kerja dalam keluarga. Produksinya banyak dijual ke Sukanagara atau ke

Sukabumi.

Selain itu ada warga yang bekerja sebagai buruh pada pabrik teh yang terdapat di

dusun Jembarmanah. Para pekerja pabrik ini digolongkan sebagai pekerja tetap

meskipun sistem pengupahannya mingguan. Salah satu aktivitas ekonomi yang agak

Page 11: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

9

banyak menampung tenaga kerja adalah industri pembuatan arang, usaha milik

perorangan warga setempat. Proses pembuatan arang dilakukan di hutan alam sekitar

desa. Pekerjanya adalah buruh harian lepas dan hanya bekerja pada saat pengusaha

memproduksi arang. Pekerjaan sektor jasa meliputi pamong, supir atau kenek angkutan

dan supir ojeg.

Proses produksi perkebunan teh rakyat belum dilakukan secara optimal.

Teknologi saprodi dan teknik pengelolaan usaha masih sederhana. Karena sifat tanaman

teh yang penanganannya hanya menyibukkan pada awal tanam maka petani punya

banyak waktu luang untuk berinteraksi dan membina hubungan sosial dengan

masyarakatnya. Kedekatan hubungan dalam bentuk interaksi yang intensif membuat

kontrol sosial terhadap seluruh perilaku anggota masyarakat sangat ketat.

Kegiatan berburuh dilakukan di seputar usahatani yang dimaksud di atas dan

terbatas di dalam desa. Sebagian masyarakat ada yang berburuh ke perkebunan teh

swasta yang ada di sekitar desa (Perkebunan Ciwangi). Jarak yang relatif jauh membuat

tidak ada yang berburuhtani sampai keluar desa.

Pada prinsipnya tidak ada perbedaan tingkat upah antara berburuh di lahan

petani atau di lahan perkebunan swasta. Perbedaan tingkat upah terjadi antar jenis

kelamin. Seperti kasus yang berlaku pada sebagian besar daerah di Indonesia,

khususnya di lokasi perkebunan rakyat, ada pembedaan pekerjaan dan penilaian atas

kerja antara wanita dan pria (Sukesi dalam Ihromi 1995 : 357). Stereotipe bahwa

pekerjaan wanita lebih ringan, bersifat rutin dan tidak berpengaruh besar pada produksi,

secara turun temurun telah dilakukan sebagai kebiasaan. Akibatnya, tingkat upah yang

diperoleh wanita dalam jam kerja yang sama dengan pria, bahkan untuk jenis pekerjaan

yang sama cenderung lebih rendah. Pekerja laki-laki mendapat upah sebesar Rp 7.000

per bedug, sedangkan pekerja wanita mendapat Rp 6.000 per bedug (jam 7-12 siang).

Kegiatan memanen pucuk teh biasanya dikerjakan oleh tenaga kerja wanita,

karena dipandang hasil kerjanya lebih bersih, lebih rapi dan telaten. Sistem pengupahan

dengan cara penimbangan hasil petikan yakni seharga Rp 250 per kilogram. Seorang

pemetik teh yang trampil bisa memperoleh upah kerja sekitar Rp 18.000-20.000 per hari.

Hal ini dimungkinkan karena seorang pemanen bisa bekerja di beberapa tempat dalam

sehari.

Page 12: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

10

Jarak dan jumlah kendaraan yang terbatas ke kota maupun ke desa lain

menyebabkan migrasi komutasi (gerak penduduk harian) sangat rendah. Namun kasus

migrasi sirkulasi cukup tinggi. Tujuan migrasi yang paling dominan adalah Sukabumi,

Cianjur, Bandung, Jakarta, Jambi, dan Ponorogo. Proses migrasi secara berantai (chait

migration) membuat migran terkonsentrasi pada kota-kota tersebut di atas.

Pekerjaan yang umumnya digeluti adalah buruh pabrik, sopir atau kenek, pembantu

rumah tangga, kerja di bengkel dan pedagang keliling. Para migran pulang ke desa per

periode bulan tertentu. Pada hari lebaran sebagian besar di antara mereka pulang dan

merayakan hari lebaran di desa. Kepulangan para migran dengan penampilan yang

berbeda menjadi perangsang warga desa untuk menjadi calon migran baru.

PANDANGAN PEMUDA MENGENAI PEKERJAAN PERTANIAN

Proses penanaman nilai-nilai kerja dalam keluarga dan masyarakat merupakan

latar yang penting untuk menjelaskan mengapa suatu pandangan muncul dan disikapi

sebagai pedoman untuk memutuskan sebuah pekerjaan. Pandangan pemuda pedesaan

mengenai pekerjaan pertanian diangkat dari setting sosial dan pengalaman empat

responden inti yang kemudian diperkaya pengalaman maupun pandangan responden

pendukung hingga kebulatan informasi diyakini sebagai bentuk representasi pemuda

pedesaan secara keseluruhan.

Kasus I : Pertanian Sebagai Pekerjaan Sampingan Yang Aman dan Nyaman

Pekerjaan tetap dengan pendapatan tetap dipandang sebagai bentuk

keterjaminan penghasilan pada masyarakat desa. Proses sosialisasi orangtua kepada

anak, nasihat untuk rajin belajar agar bisa menjadi orang terhormat dengan tidak bekerja

sebagai petani, merupakan pesan yang menunjukkan bahwa orangtua pedesaan

memandang pekerjaan nonpertanian khususnya pegawai sebagai pekerjaan yang baik

dan bergengsi secara status sosial. Persepsi seperti ini merupakan persepsi umum yang

mempengaruhi pandangan pemuda mengenai pekerjaan.

Kasus AS yang menekuni kegiatan mengajar sejak tahun 1988 merupakan

pekerjaan utama yang lekat sebagai status sosial di masyarakat. Hal itu pula yang

mendudukkan dirinya tergolong pada kelompok masyarakat yang dihormati. Status itu

memberi peluang lebih besar untuk berpartisipasi pada berbagai kegiatan desa seperti

membina pemuda, panitia pembangunan mesjid atau panitia-panitia perayaan hari besar

Page 13: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

11

lain yang diselenggarakan di desa. Begitu juga posisi duduk maupun kesempatan

berbicara pada pesta atau upacara seremonial di komunitasnya.

Pekerjaan sampingan adalah berusahatani di atas sawah seluas 0,2 ha yang

dibeli dari hasil menyisihkan sebagian gajinya. Kemudian usaha berkebun teh di atas

lahan warisan seluas 0,8 ha. Produksi padi dari sawah menjadi sumber pangan pokok

keluarga, sedangkan hasil produksi teh merupakan sumber pendapatan yang digunakan

untuk keperluan biaya pendidikan anak serta memperbaiki/membangun rumah

Sosialisasi pekerjaan domestik seperti mengambil air dan menyapu, maupun

pekerjaan produktif seperti mengangon ternak, mengangkut pucuk teh dan mencari kayu

di hutan terjadi di dalam keluarga sejak pemuda masih kecil. Kebiasaan kerja ini

menanamkan nilai-nilai dasar perjuangan dalam kehidupan dewasanya. Setelah pulang

sekolah, setiap anak dalam keluarga diwajibkan bekerja secara bergilir. Tidak ada

pembagian tugas yang tegas antar seks dalam keluarga.

Prinsip kerja keras, hidup hemat dan tidak memilih-milih pekerjaan merupakan

produk sosialisasi keluarga yang ditanamkan dalam bentuk nasihat, arahan, dan perilaku

nyata orangtua yang berstatus sebagai kepala dusun dengan pekerjaan sebagai

buruhtani dan penebang kayu. Didikan keras orangtua mengenai belajar dan mengaji,

merupakan proses transfer nilai tentang kewajiban bekerja sebagai bagian dari perintah

agama. Kewajiban bekerja tetap dibebankan saat sekolah SLTP di Sukanegara maupun

SPG di Cianjur. Kewajiban ini dibebankan sebagai pendidikan sekaligus bertujuan

mengatasi keterbatasan biaya hidup.

Sekalipun sekolah keguruan merupakan arahan orangtua dan bukan merupakan

pilihan pemuda, pada akhirnya disyukuri sebagai satu hikmat warisan kedua orangtua.

Pertimbangan orangtua tentang kemudahan memperoleh pekerjaan tanpa harus keluar

desa merupakan salah satu faktor pendorong yang terkuat di antara banyak faktor yang

berpengaruh. Hubungan sosial orangtua dengan beberapa guru di dalam desa,

dianggap bisa menolong pemuda untuk memperoleh pekerjaan. Komunitas setempat

menilai guru sebagai simbol status terhormat karena memiliki kepastian pendapatan

hingga hari tua dan dianggap mempunyai nilai ibadah karena membuat orang lain

menjadi pintar. Pada upacara/seremonial tingkat komunitas seorang guru punya posisi

duduk dan kesempatan bicara yang khusus. Pandangan dan realitas sosial tersebut

memberi kontribusi sangat besar dalam menumbuhkan jiwa pendidik selama belajar

maupun sesudah bekerja.

Page 14: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

12

Pekerjaa`n pertanian sebagai dunia kerja yang paling umum digeluti dalam

keluarga inti, secara evolusi meningkatkan ketrampilan bertani. Namun demikian,

motivasi belajar dengan unsur ‘pemaksaan’ dari orangtua ditangkap sebagai bentuk

upaya bersama untuk membebaskan pemuda dari ketergantungan hidup di pertanian.

Pekerjaan pertanian diharapkan menjadi alternatif paling terakhir tatkala pekerjaan lain

tidak berpeluang untuk dimasuki.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan keluarga akibat bertambahnya anggota

keluarga (anak) dan kebutuhan untuk berkembang, diupayakan pola kerja yang mampu

mengelola waktu kerja untuk memperoleh peluang mendapatkan pendapatan tambahan.

Berdasarkan ketersediaan sumberdaya lahan, pengetahuan dan modal yang ditabung

dari pekerjaan tetap serta dukungan agroekosistem setempat, berusahatani dianggap

pilihan pekerjaan yang paling tepat. Pilihan ini berdasarkan pertimbangan :1) usaha

bisa dikelola pada waktu senggang ; 2) produktif untuk memberi pendapatan tambahan ;

3) kekayaan yang bisa dijual bila ada keperluan mendesak ; 4) bisa diwariskan kepada

anak dan 5) mengandung nilai terhadap status sosial.

Bagi pemuda pedesaan yang sudah mempunyai pekerjaan tetap, berusahatani

berfungsi memperoleh produksi dan menjadi momentum untuk menumpahkan kejenuhan

dan kekesalan pada waktu bekerja (mengajar). Suasana perkebunan yang hijau dan

segar memberi kelegaan dan kenyamanan. Tanaman teh yang sudah berproduksi

menjadi sumber pendapatan yang rutin. Pada musim tertentu, perolehan pendapatan

dari pertanian melebihi besaran gaji yang diterima.

Kasus II : Pertanian Sebagai Pendukung Bisnis Yang Potensial

Sosialisasi dalam keluarga memberi kesempatan bagi pemuda menekuni

pekerjaan menjual jasa pemasaran mulai dari komoditas pertanian, gula aren, motor

sampai jual beli emas. Sense business tumbuh dan menanamkan pandangan bahwa

transaksi jual beli merupakan sumber pendapatan yang potensial. Pandangan itu tak

berubah sekalipun pekerjaan tetap dan status sosialnya adalah seorang guru.

Potensi pertanian di wilayah memunculkan pandangan bahwa komoditas

pertanian merupakan komoditas ekonomis yang penting tersedia secara tepat waktu dan

tepat jumlah. Hal itu pula yang mendorongnya berusahatani hortikultura di atas lahan

seluas 0,5 ha milik orangtuanya, namun gagal karena harga jual produknya rendah.

Page 15: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

13

Orangtua yang berstatus sebagai seorang haji dan kepala sekolah SD selalu

menanamkan pentingnya pendidikan, namun tidak mengorientasikan pekerjaan

pertanian sebagai sesuatu yang negatif. Bagi pemuda, menjadi guru merupakan pilihan

terakhir setelah gagal menjadi petani maju. Kegagalannya menyelesaikan SPMA akibat

kelemahan fisik, dorongan orang tua, relasi dan beratnya beban menjadi pengangguran

selama tiga tahun akhirnya membuatnya pasrah menjadi guru setelah kuliah D2 di

Jakarta yang dikerjakan sambil bekerja sebagai sopir mikrolet.

Selain belajar, sejak kecil orangtua kerap melibatkannya dalam aktivitas ekonomi

seperti menjaga warung, ikut membeli pucuk teh, mengawasi pekerja pembakaran arang

di hutan atau mengantar arang dagangan ayahnya ke Sukabumi dan Bogor. Ini menjadi

proses belajar dan perluasan medan sosial pemuda. Bersamaan itu pula dirasakan

bahwa semakin luas jaringan yang dibangun, semakin bernilai tiap jenis komoditas yang

dihasilkan petani maupun masyarakat desanya. Pertanian yang ditangani secara tekun

dan setia menjadi poin penting dalam mendukung bisnis pertanian yang prospektif di

masa kini maupun masa datang. Keuntungan maksimal bisa didapat jika petani berperan

sebagai produsen sekaligus pedagang yang mengambil jasa pengolahan dan pemasaran

hingga ke tangan konsumen di daerah lain atau perkotaan.

Kasus III : Pertanian Sebagai Usaha dan Pekerjaan Yang Prospektif

Pertanian sebagai usaha dan pekerjaan prospektif dimaksudkan sebagai

usahatani perkebunan kebun teh dan hortikultura. Usahatani teh di atas lahan seluas 1,5

ha dan tanaman cabe di atas lahan 0,4 ha merupakan usaha yang ditekuni dengan

optimal. Lahan warisan di atas diakui sebagai sumberdaya berharga yang sangat

menentukan ketekunan dan keberhasilan bertani.

Pemuda lulusan SMP Sukabumi yang pernah bekerja sebagai kenek sambil

sekolah di Sukabumi, bekerja sebagai sopir angkutan kota selama empat tahun di Bogor,

dan bekerja sebagai buruh bengkel automotif di Jakarta mengakui adanya

ketidakseimbangan pendapatan dan pengeluaran hidup di kota membuka kesadarannya

untuk kembali ke desa dan mencoba bekerja sebagai petani. Pengalaman dan

sosialisasi keluarga membiasakannya bekerja mencari kayu bakar di hutan, membantu

membuka hutan untuk dijadikan kebun, dan merawat kebun teh. Kedua orangtuanya

memberi batasan yang jelas mengenai pekerjaan yang dikerjakan oleh anak wanita dan

Page 16: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

14

anak laki-laki. Seluruh pekerjaan domestik rumah tangga dikerjakan oleh ibu dan anak

wanita, sedang pekerjaan produktif seperti ke kebun dan mencari kayu dikerjakan oleh

ayah dan anak laki-laki. Pembedaan antar seks terjadi pula pada bidang pendidikan

formal. Namun demikian, orangtua tidak mengharapkan anak-anaknya menjadi petani.

Sosialisasi nilai kerja yang ditanamkan dalam keluarga inti, mengalami

resosialisasi ketika anak dewasa. Pengetahuan membaca, menonton televisi,

mengamati sistem bertani orang lain dan pengalaman bertani secara pribadi merupakan

faktor pendorong pemuda menekuni usahataninya. Jaringan sosial yang dibangun

melalui pengabdian sebagai tokoh pemuda dan ketua BPD diharapkan memberi

kontribusi yang baik bagi pengembangan usaha pertaniannya, terutama dari aspek

saprodi dan pemasaran hasil.

Pemuda memandang usaha berkebun teh dipadu usahatani hortikultura dinilai

sebagai kombinasi usaha yang serasi dalam meningkatkan dan menstabilkan

pendapatan rumah tangga. Secara psikologis pekerjaan pertanian juga memberi rasa

nyaman dan tenang karena berada di antara masyarakat desa yang jauh dari sikap

bersaing. Namun demikian pertimbangan terhadap perhitungan ekonomi masih menjadi

prioritas karena berkorelasi langsung dengan penilaian sosial di masyarakat.

Kasus IV : Pertanian Sebagai Usaha dan Pekerjaan Hari Tua

Tenaga operator mesin di pabrik gesper Tangerang ini berasal dari keluarga

buruh tani. Sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan domestik seperti memasak, mencuci

atau membersihkan rumah. Demikian juga mencari kayu bakar, mengangon ternak dan

tak jarang berburuh mengolah atau membersihkan kebun petani lain.

Keberuntungannya bisa mengecap pendidikan SMP karena bertepatan dengan

berdirinya SMP kelas jauh di desa. Sepulang sekolah atau hari libur merupakan

kesempatan berburuh untuk membantu mencukupi kebutuhan sekolah. Bekerja tidak

memberatkan karena ekonomi keluarga sudah mensosialisasikan pentingnya kerja keras

agar bisa melanjutkan hidup secara lebih baik.

Sebelum menjadi operator, pernah bekerja sebagai tukang setrika pada seorang

penjahit di Bogor dan pelayan toko pakaian di Jakarta. Namun pemuda memandang

pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang paling aman dan nyaman pada hari tua.

Oleh karena itu pemuda secara rutin menabung sebagian penghasilan untuk dibelikan

Page 17: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

15

lahan pertanian di desa. Bekerja di pabrik merupakan strategi mengumpulkan uang

sebagai upaya mendapatkan aset produksi di pertanian. Pekerjaan pertanian dinilai

aman karena bisa menghasilkan produksi yang relatif stabil terhadap gejolak politik atau

kondisi perekonomian negara, dan nyaman karena berada diantara komunitas asalnya

yang dinilai tenang, ramah, penuh rasa kekeluargaan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pandangan Pemuda

Pendidikan

Tingkat pendidikan yang berbeda membuat orientasi kerja yang berbeda.

Pemuda berpendidikan rendah (SD) menyadari betul kecilnya peluang untuk bekerja di

luar sektor pertanian yang secara umum dinilai lebih baik dan bergengsi. Pekerjaan non-

pertanian yang paling mungkin untuk dimasuki adalah sebagai kenek, kuli angkat barang

dan pembantu rumah tangga. Jika mempunyai modal, pekerjaan berdagang menjadi

salah satu alternatif yang umum dipilih karena dipandang memungkinkan seseorang

untuk maju/kaya.

Di dalam desa, pemuda berpendidikan rendah yang tidak tertarik pada

pekerjaan pertanian, memilih bekerja sebagai kenek angkutan, atau berburuh membuat

arang di hutan. Sekalipun pekerjaan ini bukan pekerjaan pertanian, tetapi sifatnya hanya

mengandalkan modal tenaga semata.

Pemuda yang berpendidikan lebih tinggi (SLTP ke atas) mempunyai

kecendrungan orientasi kerja keluar sektor pertanian. Pegawai negeri, pekerja pabrik,

karyawan swalayan atau sopir angkutan merupakan pekerjaan yang dipersepsikan baik

dan sesuai, karena tidak semata-mata menggunakan tenaga, tetapi sedikit banyak

menggunakan pikiran. Pekerjaan seperti ini dinilai lebih berstatus sosial tinggi dibanding

pekerjaan pertanian. Bagi kelompok ini, selain jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan menjadi

bahan pertimbangan tersendiri.

Jenis Kelamin

Faktor alamiah seperti jenis kelamin juga berpengaruh menentukan orientasi

kerja pemuda. Pengaruh ini lebih tertuju pada persepsi masyarakat dan pemuda

mengenai karakteristik pekerjaan pertanian. Pekerjaan pertanian mempunyai ciri-ciri di

antaranya butuh tenaga yang kuat, dapat merusak penampilan karena ruang kerjanya

Page 18: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

16

berada di bawah terik matahari dan kotor sehingga lebih sesuai untuk kaum pria. Wanita

hanya terlibat pada pekerjaan pemeliharaan dan proses panen. Akhirnya

pekerjaan/usaha pertanian lebih banyak ditekuni oleh pria akibat tuntutan sebagai

penanggung jawab ekonomi keluarga.

Pada pekerjaan produktif nonpertanian, perbedaan pilihan antara pria dan wanita

didasarkan pada pandangan yang sama, dimana wanita mengerjakan pekerjaan yang

bersifat domestik (pembantu rumah tangga, menjahit, dll) sementara pekerjaan untuk

pria lebih kepada publik. Pekerjaan yang banyak dikerjakan oleh pria adalah buruh

pabrik, sopir atau kenek angkutan. Tampaknya kecenderungan untuk pekerjaan yang

membutuhkan tenaga, waktu dan tempat yang lebih dinamis banyak dikerjakan oleh pria.

Ini sekaligus membuat tingkat migrasi pria lebih tinggi.

Status Perkawinan

Ada perbedaan yang mendasar antara seorang pemuda yang belum menikah

dengan yang sudah menikah dalam memandang pekerjaan. Pemuda belum menikah

relatif lebih mudah untuk bermigrasi sehingga cenderung berorientasi keluar pertanian.

Bagi pemuda sudah menikah, jika tidak ada pekerjaan yang dinilai lebih baik secara

status sosial maupun ekonomi yang bisa dimasuki, maka pekerjaan pertanian pun

dikerjakan.

Usia

Secara dikotomi dapat dikatakan bahwa pemuda yang berusia lebih muda punya

orientasi kerja lebih ke arah luar pertanian, karena tenaga masih kuat dan mobilitas

masih tinggi. Pekerjaan pertanian dipersepsikan sebagai pekerjaan yang rumit,

melelahkan dan kotor. Akibatnya, pemuda berusia lebih muda berupaya mencari

pekerjaan nonpertanian sekalipun harus ke luar desa. Tidak demikian dengan kelompok

usia yang lebih tua.

Sosialisasi

Pekerjaan pertanian kurang disosialisasikan kepada anak, terlihat pada nasehat-

nasehat yang disampaikan para orangtua untuk rajin sekolah agar jadi anak pintar dan

tidak jadi petani seperti orangtuanya. Secara sadar atau tidak sadar orangtua telah

mensosialisasikan pandangan kepada anak tentang kelelahan, kerendahan dan

ketidakcerahan bekerja di pertanian. Orangtua sudah mengalami pergeseran pandangan

terhadap pekerjaan pertanian walaupun secara faktual mereka masih hidup di dalamnya.

Page 19: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

17

Akibatnya proses sosialisasi pekerjaan pertanian tidak berlangsung secara intensif.

Sebagai agen sosialisasi, orangtua membantu mengarahkan pemuda untuk berusaha

keluar dari pekerjaan pertanian.

Sumberdaya Lahan

Pemuda berlahan mempunyai persepsi dan harapan yang lebih baik terhadap

usaha pertanian. Setidaknya pemilikan lahan membuka kemungkinan untuk

berusahatani sebagai mata pencaharian yang bisa dilengkapi dengan penghasilan dari

pekerjaan lain seperti berburuh, menarik ojeg, berdagang dan lain-lain.

Berbeda dengan pemuda yang tidak mempunyai lahan, maka kerja di pertanian

berarti berburuhtani. Berburuh dengan tingkat upah yang sepanjang masa kira-kira

setara empat liter beras per setengah hari adalah gambaran penghasilan yang suram.

Status buruh menempatkan pemuda pada status sosial yang rendah di masyarakat.

Kontak Media

Kontak terhadap media komunikasi sedikit banyak memotivasi pemuda untuk

memperluas medan sosial ekonomi dan teritorial. Informasi yang cenderung bias

industri/kota mendorong pemuda untuk menjangkau sumber-sumber ekonomi perkotaan

dan melupakan sumber-sumber ekonomi pedesaan yang identik dengan pertanian.

REPRESENTASI PEMUDA PEDESAAN : SEBUAH ANALISA KUALITATIF

Pemuda pedesaan merepresentasikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan

yang kurang bergengsi secara status sosial. Meski demikian, pekerjaan ini diakui

merupakan sumber pendapatan pendukung yang sangat potensial dan memberi

kenyamanan karena relatif memiliki keterjaminan pendapatan. Secara sosiologis ada

beberapa kecenderungan yang terjadi yaitu :

Pekerjaan pertanian dirpresentasikan menguntungkan bila kedudukannya

sebagai usaha dan bukan semata sebagai pekerjaan. Penguasaan lahan sangat penting

sebagai kunci untuk meningkatkan produksi dan memaksimalkan keuntungan. Di

dalamnya terkandung muatan kreatifitas dan tantangan mencari strategi untuk

berkembang. Penguasaan lahan tidak saja berpengaruh secara ekonomi, tetapi secara

sosial mengurangi perasaan kurang terhormat bekerja di sektor ini, karena petani

sekaligus berperan sebagai manajer yang dalam dirinya lekat kekayaan lahan sebagai

Page 20: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

18

sumberdaya ekonomi sekaligus lambang status sosial di pedesaan. Berkaitan dengan

lahan menguatkan dugaan bahwa status ekonomi berimpitan dengan status sosial.

Nilai yang berkembang di masyarakat memberi dua peran bagi pekerjaan

pertanian. Pekerjaan ini lebih bernilai secara sosial bila berperan sebagai pekerjaan

sampingan daripada sebagai pekerjaan utama. Artinya, bagi pemuda bekerja di sektor

pertanian lebih memberi rasa bangga jika ada pekerjaan lain sebagai masker, sekalipun

pekerjaan yang diakui sebagai pekerjaan utama itu belum tentu pemberi pendapatan

yang terbesar.

Sumberdaya modal menduduki posisi yang sangat mendasar bagi kegiatan

ekonomi petani. Modal juga memiliki kekuatan dalam memberi nilai sosial terhadap apa

yang dikerjakan oleh petani itu sendiri. Pemuda lebih merasa terhormat sebagai petani

walaupun mengerjakan pekerjaan pertanian yang kasar, kotor dan melelahkan jika

dibantu oleh tenaga buruh. Ini membuat pemuda merasa orang lain menilainya sebagai

orang yang mampu mempekerjakan orang lain. Hal itu memberi perasaan lebih

‘terhormat’ sekalipun bekerja di sektor pertanian.

Kecenderungan di atas memberi indikasi bahwa usaha pertanian secara

ekonomis masih cukup menguntungkan. Saat dimana sumberdaya dan situasi sosial

memberi dukungan optimal, pekerjaan pertanian mampu memberi pendapatan lebih

tinggi dan stabil, meskipun lebih diorientasikan sebagai pekerjaan sampingan atau

pendukung.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Pemuda pedesaan merepresentasikan pekerjaan pertanian khususnya di

perkebunan, sebagai pekerjaan yang secara ekonomi masih cukup menguntungkan,

relatif memiliki keterjaminan dan kestabilan pendapatan. Namun demikian pekerjaan

pertanian direpresentasikan sebagai pekerjaan yang kurang mampu memberi status

sosial terhormat di dalam maupun di luar komunitasnya. Pada akhirnya pekerjaan

pertanian lebih memberi kenyamanan jika diposisikan sebagai pekerjaan pendukung.

Pergeseran pekerjaan kearah non pertanian, merupakan “penolakan” yang lebih

dilandasi pada pertimbangan sosial. Persepsi pemuda dan komunitas pedesaan

mengenai pekerjaan mengalami bias kepada industri dan perkotaan tidak sepenuhnya

karena konpensasi yang dijanjikan sektor tersebut melainkan lebih diakibatkan dampak

Page 21: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

19

“penjajahan budaya” modernisasi yang terimbas lewat pengetahuan dan informasi yang

masuk ke pedesaan. Secara tidak sadar, pemerintah menguatkan perkembangan

tersebut lewat prioritas pembangunan yang tidak seimbang antar sektor maupun antar

wilayah dengan mendudukkan sektor pertanian sebagai pendukung sektor lain.

Persoalan yang bernuansa sosial tersebut seharusnya lebih tepat dan mendasar

jika diatasi dengan upaya sosial pula, meski disadari proses ini memerlukan waktu yang

lebih lama. Implikasi yang mendesak adalah upaya merubah persepsi yang rendah

terhadap pekerjaan atau usaha pertanian melalui berbagai metoda seperti mendekatkan

jarak pengetahuan dan geografis antara sektor pertanian dan non pertanian hingga

muncul kesadaran dimasyarakat mengenai adanya saling ketergantungan antara semua

sektor khususnya antara sektor pertanian dan industri. Mendesak pula realisasi

kebijakan yang berpihak pada kehidupan petani dan buruhtani disertai penyampaian

informasi dan insentif ekonomi ke masyarkat yang adil dan seimbang antara pedesaan

dan perkotaan maupun antar sektor.

DAFTAR PUSTAKA

Denzin, Norman K. dan Y. S. Lincoln. 1994. Introduction : Entering the Field of Qualitative Research (bab 1). Dalam: Norman K. Denzin dan Yvonn S. Lincoln (ed). 1994. Handbook of Qualitative Research. SAGE Publication.

Kasryno, Faisal. 2000. Sumber Daya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di Pedesaan Indonesia. Forum Agro Ekonomi. Vol 18 No. 1 dan 2. Hal. 26-51 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Marzali, A. 1997. Konsep Peisan dan Kajian Masyarakat Pedesaan di Indonesia. Jurnal Antropologi No. 54 Tahun XXI. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Jakarta.

Miles, M. B. dan A. M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. UI Press. Jakarta.

Moleong, Lexy J. 1999. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Parsons, Talcott. 1937. The Structure of Social Action. The Free Press. New York. Collier-Macmillan Limited. London.

Rahman, Benny. 1993. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Dalam Perekonomian Wilayah Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 12, No. 2, hal 39-65. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Page 22: ICASERD WORKING PAPER No · Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan ... E-mail : caser@indosat.net.id No. Dok.036.29.03..04

20

Rahman, Benny. 1993. Deskripsi Tingkat Upah Buruh Tidak Terdidik di Pedesaan, Indonesia. Forum Agro Ekonomi Vol. 11 No. 2 hal 47-59. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Ritzer, G. 1980. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. CV Rajawali. Jakarta.

Rozany, A. N. dkk. 2000. Sektor Pertanian Sebagai Kegiatan Sementara Bagi Migran di Pedesaan. Buletin Agroekonomi Vol. 1 No. 1, hal 1-5. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Sarwono, S.W. 1997. Psikologi Sosial. Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. PT. Balai Pustaka (Persero). Jakarta.

Soe’oed, RDF. 1999. Proses Sosialisasi dalam Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Penyunting : T. O. Ihromi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Wahyuni, Ekawati S. 2000. Migran Wanita dan Persoalan Perawatan Anak : Sebuah Analisa Migrasi Internal di Jawa. Jurnal Sosiologi Indonesia No. 4, hal 12-23. Ikatan Sosiologi Indonesia. Jakarta.

Yin, R. K. 1997. Studi Kasus: Desain dan Metode. PT Raja Grafindo Persada. Edisi 1. Cet. 2. Jakarta.