icaserd working paper no -...

24
ICASERD WORKING PAPER No.37 PERMINTAAN KOMODITAS PANGAN : ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI UNTUK RUMAHTANGGA DAN BAHAN BAKU INDUSTRI Handewi P.S. Rachman Maret 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian

Upload: truongthuy

Post on 20-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

ICASERD WORKING PAPER No.37

PERMINTAAN KOMODITAS PANGAN :ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI UNTUK RUMAHTANGGA DANBAHAN BAKU INDUSTRI

Handewi P.S. Rachman

Maret 2004

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian(Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

Page 2: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

ICASERD WORKING PAPER No.37

PERMINTAAN KOMODITAS PANGAN :ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI UNTUK RUMAHTANGGA DANBAHAN BAKU INDUSTRI

Handewi P.S. Rachman

Maret 2004

Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini,pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah, dan review hasil penelitian. Penanggung jawab Working Paper adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, dengan Pengelola : Dr. Handewi P. Saliem, Dr. A. Rozany Nurmanaf, Ir. Tri Pranadji MSi, dan Dr. Yusmichad Yusdja. Redaksi: Ir. Wahyuning K. Sejati MSi; Ashari SP MSi; Sri Sunari, Kardjono, dan Edi Ahmad Saubari. Alamat Redaksi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jalan A. Yani No.70 Bogor 16161, Telp. 0251-333964, Fax. 0251-314496, E-mail : [email protected]

No. Dok.046.37.02..04

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian(Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development)Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianDepartemen Pertanian

Page 3: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

1

PERMINTAAN KOMODITAS PANGAN:ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI UNTUK RUMAHTANGGA DAN

BAHAN BAKU INDUSTRI

Handewi P.S. Rachman

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi PertanianJl. A. Yani No.70 Bogor 16161

ABSTRAK

Permintaan terhadap komoditas dapat berupa permintaan langsung dan atau permintaan turunan. Permintaan langsung mengacu pada permintaan untuk konsumsi rumahtangga, sementara permintaan turunan merupakan masukan (input antara) dalam proses produksi komoditas lain. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan permintaan langsung dan permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan komoditas tanaman pangan di masa depan. Metoda yang digunakan adalah analisis deskriptif-kualitatif, metoda akuntansi sederhana dan analisis trend. Data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bulog, dan data hasil penelitian lain yang relevan. Komoditas yang dianalisis dibatasi pada komoditas tanaman pangan utama yaitu beras, jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai. Secara umum permintaan berbagai komoditas tanaman pangan sebagian besar merupakan permintaan untuk konsumsi rumah tangga, kecuali kedelai, proporsi permintaan untuk bahan baku lebih dominan. Namun demikian pada periode 1990-1993 terdapat kecenderunganadanya peningkatan proporsi permintaan untuk bahan baku industri untuk komoditas beras, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Volume permintaan komoditas tersebut oleh industri pengolahan pangan dan industri pakan ternak selama periode 1986-1997 juga menunjukkan peningkatan. Fenomena tersebut menunjukkan adanya potensi pasar domestik yang perlu ditangkap oleh pelaku usaha pertanian untuk meningkatkan produksi sesuai dengan permintaan. Peningkatan produksi tanaman pangan dapat dilakukan dengan intensifikasi pada lahan-lahan yang telah diusahakan dibarengi dengan pemanfaatan lahan potensial yang belum didayagunakan secara optimal.

Kata kunci : permintaan pangan, tanaman pangan

PENDAHULUAN

Permintaan terhadap komoditas dapat berupa permintaan langsung dan atau

permintaan turunan. Permintaan langsung mengacu pada permintaan untuk konsumsi

rumahtangga, dimana secara teoritis merupakan fungsi dari harga komoditas

bersangkutan, tingkat pendapatan, harga komoditas lain baik yang bersifat substitusi

maupun komplemen, jumlah penduduk, serta selera dan preferensi konsumen.

Sementara itu permintaan terhadap komoditas dikatakan sebagai permintaan turunan

apabila komoditas tersebut merupakan masukan (input antara) dalam proses produksi

komoditas lain. Dalam hal ini, permintaan terhadap input antara ditentukan oleh tingkat

produksi dan permintaan terhadap produk yang akan dihasilkan dalam proses produksi

yang menggunakan input antara tersebut. Permintaan turunan terhadap jagung dan

Page 4: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

2

kedelai misalnya, sangat ditentukan oleh tingkat produksi dan permintaan produk yang

menggunakan jagung dan kedelai sebagai bahan baku dalam proses produksinya.

Dengan berkembangnya industri pengolahan, baik pengolahan makanan maupun

industri pakan ternak (kondisi sebelum krisis ekonomi), semakin besar permintaan

terhadap komoditas pertanian (sebagai permintaan turunan) yang pada gilirannya akan

membuat permintaan terhadap komoditas pertanian tersebut semakin elastis. Dalam

kondisi tersebut, dugaan akan terus merosotnya harga komoditas primer pertanian akan

berkurang, sehingga pendapatan petani diharapkan dapat meningkat seiring dengan

meningkatnya hasil produksi mereka. Dengan pertimbangan inilah, pengembangan

industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) dipandang sangat strategis tidak hanya

dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga dalam membuka kesempatan

kerja, meningkatkan nilai tambah dan devisa melalui ekspor, dan pada akhirnya memacu

sektor pertanian itu sendiri.

Dalam pembangunan ekonomi jangka panjang, sektor agroindustri merupakan

salah satu sektor yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini mengingat: (a)

bahan baku agroindustri cukup tersedia dari sektor pertanian dan memiliki kandungan

lokal yang tinggi, (b) sektor agroindustri merupakan jembatan antara sektor pertanian

dan sektor industri (memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat), (c) upaya meningkatkan

nilai tambah dari produk-produk pertanian sehingga tambahan devisa dari pengolahan

produk pertanian dapat ditransfer ke dalam negeri, (d) sektor pertanian merupakan

penghidupan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terutama masyarakat

pedesaan, sehingga upaya mengefisienkan pertanian melalui pengembangan

agroindustri berarti meningkatkan permintaan (turunan) domestik untuk hasil-hasil

pertanian, (e) agroindustri merupakan lapangan kerja bagi pekerja-pekerja yang tidak

tertampung lagi bekerja di sektor pertanian dan sektor-sektor lain, dan (f) komponen

impor dari produk agroindustri relatif rendah dari pada produk manufaktur, sehingga

kenaikan ekspor agroindustri hanya akan diikuti oleh kenaikan impor yang relatif kecil,

hal ini menyebabkan kenaikan dalam surplus neraca perdagangan relatif tinggi

(Ratnawati, 1998).

Mengingat pentingnya pengembangan agroindustri di masa mendatang, yang

berarti pula memberikan peluang terhadap peningkatan permintaan hasil pertanian

sebagai bahan baku industri, maka pemahaman terhadap perkembangan dan perilaku

permintaan komoditas pertanian tanaman pangan sebagai bahan baku industri penting

Page 5: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

3

untuk dipelajari. Namun demikian mengingat hasil produksi pertanian tanaman pangan

juga sebagian besar merupakan komoditas yang dapat langsung dikonsumsi, maka

perkembangan dan perilaku permintaan untuk konsumsi langsung juga perlu dipelajari.

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan permintaan untuk konsumsi

rumahtangga (permintaan langsung) dan permintaan turunan bagi komoditas pertanian

tanaman pangan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan komoditas

tanaman pangan di masa depan.

METODA PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Secara umum permintaan suatu komoditas (pangan) dalam suatu negara

merupakan penjumlahan dari permintaan domestik (dalam negeri) dan permintaan untuk

ekspor (luar negeri). Bagi negara-negara maju umumnya mampu memenuhi kebutuhan

pangan penduduknya, sehingga kelebihan produksi dapat dialokasikan untuk memenuhi

permintaan pasar luar negeri (ekspor). Sementara itu bagi negara-negara berkembang

termasuk Indonesia, permintaan terhadap komoditas tanaman pangan cenderung untuk

memenuhi permintaan dalam negeri, bahkan untuk beberapa komoditas pemenuhan

kebutuhan dalam negeri masih harus didatangkan dari luar negeri (impor). Terkait

dengan kondisi tersebut dalam tulisan ini pembahasan permintaan komoditas tanaman

pangan dibatasi pada permintaan domestik. Permintaan domestik secara garis besar

dibedakan menjadi permintaan langsung (konsumsi rumahtangga) dan permintaan

turunan (tidak langsung) yaitu permintaan untuk bahan baku industri.

Permintaan untuk konsumsi rumah tangga dihitung dari rata-rata konsumsi per

kapita pada tahun tertentu untuk masing-masing komoditas dikalikan dengan jumlah

penduduk pada pertengahan tahun yang bersangkutan. Sementara itu, penghitungan

permintaan untuk bahan baku industri dipisahkan antara permintaan untuk industri

pengolahan makanan dan permintaan oleh industri pakan ternak. Dalam hal ini,

permintaan oleh industri pengolahan makanan merupakan penjumlahan total dan

berbagai jenis industri pengolahan makanan (skala sedang dan besar) yang

menggunakan komoditas yang diamati sebagai bahan baku dalam industrinya. Demikian

halnya permintaan untuk industri pakan ternak juga dibatasi pada industri skala sedang

dan besar. Dalam hal ini permintaannya sangat dipengaruhi oleh industri hilirnya yang

Page 6: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

4

menggunakan produk (output) industri pakan sebagai inputnya yaitu industri peternakan.

Secara sederhana alur pemikiran yang diuraikan di atas dapat dilihat pada Gambar 1.

Data

Data yang digunakan dalam kajian ini merupakan data sekunder dari berbagai

instansi terkait. Dalam hal ini data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bulog, dan data hasil

penelitian lain yang relevan digunakan sebagai dasar dalam analisis. Komoditas yang

dianalisis dibatasi pada komoditas tanaman pangan utama yaitu beras, jagung, ubi kayu,

kacang tanah dan kedelai.

Metoda Analisis

Metoda yang digunakan dalam studi ini adalah analisis deskriptif-kualitatif melalui

tabel-tabel. Metoda akuntansi sederhana digunakan untuk mendapatkan besaran

permintaan langsung dan tidak langsung. Sementara itu, analisis trend digunakan untuk

menganalisis perkembangan pada selang waktu tertentu.

Gambar 1. Alur Permintaan Komoditas Tanaman Pangan

KERAGAAN PERMINTAAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN

Sebelum menelaah permintaan berbagai jenis komoditas tanaman pangan oleh

rumah tangga maupun industri, ada baiknya untuk melihat terlebih dahulu gambaran

alokasi proporsi permintaan oleh masing-masing konsumen. Untuk keperluan tersebut,

Permintaan komoditas tanaman pangan

Permintaan luar negeri (ekspor)

Permintaan dalam negeri(domestik)

Permintaan langsung (konsumsi rumah tangga) = konsumsi/kapita x jumlah penduduk

Permintaan tidak langsung (turunan)

Permintaan industri pakan ternak skala sedang dan besar

Permintaan untuk pengolahan makanan = n∑ jenis industrii=1 skala sedang dan besar

Page 7: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

5

data pada Tabel 1 menyajikan keragaan alokasi permintaan komoditas tanaman pangan

untuk konsumsi rumah tangga dan untuk bahan baku industri.

Berdasarkan data input-output, Indonesia tahun 1990 dan 1993 (updated 1990),

dari lima komoditas tanaman pangan yang diamati, secara umum pangsa permintaan

untuk konsumsi rumah tangga masih dominan dibandingkan permintaan untuk bahan

baku industri untuk komoditas beras, jagung, ubi kayu, dan kacang tanah, seiring adanya

kecenderungan penurunan permintaan konsumsi rumah tangga untuk keempat

komoditas tersebut. Berbeda halnya untuk komoditas kedelai, pada periode 1990-1993

justru terjadi peningkatan permintaan untuk konsumsi rumah tangga dan penurunan

permintaan untuk bahan baku industri. Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa nilai transaksi

total untuk beras, jagung, dan kedelai mengalami peningkatan cukup signifikan. Untuk

komoditas ubi kayu dan kacang tanah, selama periode 1990-1993 nilai transaksi total

permintaan mengalami penurunan. Dari gambaran umum tersebut terlihat adanya variasi

pola permintaan hasil pertanian tanaman pangan untuk bahan baku industri. Bahasan

berikut ditujukan untuk lebih memahami pola permintaan masing-masing komoditas

tanaman pangan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun oleh berbagai jenis industri

pengolahan makanan dan industri pakan ternak.

Permintaan Untuk Konsumsi Rumah Tangga

Untuk menghitung total permintaan konsumsi rumah tangga pada suatu tahun

tertentu digunakan data konsumsi per kapita dikalikan dengan jumlah penduduk pada

(pertengahan) tahun yang bersangkutan. Data pada Tabel 2 menunjukkan

perkembangan permintaan komoditas tanaman pangan pada periode 1990-1999. Untuk

komoditas beras, konsumsi per kapita pada periode 1990-1993 sedikit terjadi penurunan

(walaupun secara umum, permintaannya tetap meningkat), namun untuk periode 1993-

1996 dan 1996-1999 konsumsi per kapita terus mengalami peningkatan. Dengan

demikian konsumsi atau permintaan beras untuk konsumsi rumah tangga dari waktu ke

waktu terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan

konsumsi per kapita. Peningkatan konsumsi beras per kapita antara tahun 1996-1999

cukup signifikan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ariani, et al., (2000) yang

menunjukkan bahwa dengan adanya krisis ekonomi rata-rata rumah tangga

berpendapatan rendah tidak menurunkan kuantitas konsumsi pangan pokok,

Page 8: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

6

Tabel 1. Permintaan komoditas tanaman pangan untuk bahan baku industri (input antara), konsumsi rumah tangga (permintaan akhir) dan nilai transaksi dari total permintaan, tahun 1990 dan 1993 *)

Permintaan untukNilai transaksi

total permintaan(milyar Rp)

Bahan baku industri(%)

Konsumsi rumah tangga(%)

Komoditi

1990 1993 1990 19931990 1993

BerasJagung Ubi kayuKacang tanahKedelai

7,7635,1211,9312,7281,00

8,4041,3812,8213,1870,29

92,1465,0188,0791,330,24

80,6058,6274,7276,1917,51

15.6161.6041.9821.0871.423

24.7521.6371.799

9921.551

Sumber : Tabel Input-Output tahun 1990, BPS *) Tabel Input-Output tahun 1990 yang di-“update”

kalaupun terjadi penurunan hanya pada kualitas pangan. Dengan meningkatnya rata-rata

harga pangan, komposisi pangan pokok menjadi makin dominan dibanding lauk-pauk,

oleh karena itu adalah wajar apabila pada periode krisis ekonomi tersebut tingkat

konsumsi beras per kapita rata-rata penduduk Indonesia mengalami peningkatan yang

cukup tajam.

Tabel 2. Perkembangan permintaan komoditas tanaman pangan untuk konsumsi rumah tangga,tahun 1990-1999

1990 1993 1996 1999Komoditas

Kg/kap Total *) Kg/kap Total *) Kg/kap Total *) Kg/kap Total *)

Beras

Jagung

Kedelai

Ubi kayu

Kac. tanah

150,06

28,73

10,22

15,70

0,78

26.873

5.145

1.830

2.811

139

148,40

25,41

11,63

12,74

0,68

947

785

190

399

128

154,49

35,01

11,09

7,85

1,14

30.505

6.923

2.190

1.550

225

159,98

36,05

11,09

9,72

0,53

33.039

7.445

2.290

2.007

107

Sumber : BPS Susenas dan Statistik IndonesiaKeterangan : *) dalam ribu ton

Jagung yang semula menjadi konsumsi pangan pokok di beberapa wilayah di

Indonesia dan diharapkan dapat mensubstitusi beras ternyata dalam perkembangannya

tidak menunjukkan pola seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan

tingkat konsumsi per kapita maupun konsumsi total yang dari tahun ke tahun hanya

sedikit sekali mengalami peningkatan, bahkan pada periode 1990-1993 justru mengalami

Page 9: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

7

penurunan baik konsumsi per kapita maupun total permintaan untuk konsumsi rumah

tangga.

Untuk komoditas kedelai, sesuai dengan pola permintaan yang didominasi oleh

permintaan untuk bahan baku industri, adalah wajar apabila konsumsi per kapita maupun

konsumsi kedelai secara total dari tahun 1990-1999 mengalami peningkatan yang tidak

terlalu nyata. Peningkatan permintaan untuk konsumsi rumah tangga secara relatif lebih

banyak disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk.

Komoditas ubi kayu maupun kacang tanah yang secara umum permintaannya

masih didominasi oleh permintaan untuk konsumsi rumah tangga memiliki pola

perkembangan permintaan yang serupa. Dalam hal ini meningkatnya permintaan lebih

disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk. Kecenderungan tersebut dapat

diamati dari data konsumsi per kapita yang relatif tetap (bahkan cenderung menurun),

kalaupun terjadi peningkatan, jumlahnya relatif kecil. Pola permintaan untuk kedua

komoditas tersebut searah dengan pola yang terlihat pada data input-output yang

memperlihatkan adanya kecenderungan penurunan proporsi permintaan untuk konsumsi

rumah tangga (Tabel 1).

Permintaan Untuk Bahan Baku Industri

Permintaan Bahan Baku Industri Pangan

Berbagai jenis industri pengolahan makanan (pangan) yang menggunakan beras,

jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan gandum sebagai bahan baku

industrinya antara lain adalah industri pengolahan susu, es krim, pengawetan dan

pengolahan ikan, penggilingan, pelumatan buah-buahan dan sayuran, tepung, roti dan

kue, makaroni, mie, bihun, kerupuk dan sejenisnya, keripik dan peyek, kecap, tahu,

tempe dan tauco, malt dan minuman, serta industri makanan lainnya. Tabel 3

menunjukkan perkembangan permintaan beberapa komoditas tanaman pangan oleh

industri pengolahan skala sedang dan besar tahun 1986-1997. Secara umum terlihat

bahwa terdapat fluktuasi dan variasi permintaan berbagai komoditas untuk bahan baku

industri pengolahan. Sedikit berbeda dengan gambaran makro yang telah diuraikan

sebelumnya, permintaan untuk bahan baku industri pengolahan pangan secara kuantitas

bagi komoditas tanaman pangan semuanya menunjukkan adanya peningkatan. Khusus

untuk komoditas gandum, dimana komoditas ini tidak dihasilkan di dalam negeri,

Page 10: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

8

menunjukkan adanya peningkatan permintaan terhadap produk olahan gandum yang

cukup menonjol.

Tabel 3. Perkembangan penggunaan berbagai komoditas pertanian tanaman pangan oleh industri pengolahan pangan skala sedang dan besar (ton)

Komoditas 1986 1990 1995 1997

Beras

Jagung

Ubi jalar

Ubi kayu

Kacang tanah

Kedelai

Gandum

502.632

12.503

749

1.027.081

2.494

17.240

1.710.203

662.709

133.813

2.561

1.146.308

26.704

26.236

1.868.174

710.280

214.889

8.865

1.663.712

30.922

45.434

3.609.306

2.561.476

108.055

13.493

2.746.775

39.400

43.867

2.048.343

Sumber: BPS Statistik Industri Besar dan Sedang

Gejala ini di satu sisi menunjukkan adanya peningkatan diversifikasi konsumsi pangan

sumber karbohidrat yang notabene akan dapat mengurangi konsumsi beras, namun di

sisi lain akan membebani neraca perdagangan nasional, mengingat bahan baku industri

produk gandum dan olahannya berasal dari impor.

Gambaran secara rinci penggunaan masing-masing komoditas tanaman pangan

oleh industri pengolahan skala sedang dan besar dapat disimak pada Tabel Lampiran 1

sampai Tabel Lampiran 7. Dari data yang tersaji dalam lampiran-lampiran tersebut dapat

diungkap bahwa dari ketujuh jenis komoditas pangan yang diamati, ubi kayu merupakan

komoditas yang paling beragam jenis industri pengolahan yang menggunakan ubi kayu

sebagai bahan baku industrinya. Hal ini mempunyai implikasi bahwa pengembangan

agroindustri di wilayah-wilayah sentra produksi ubi kayu mempunya keunggulan

kompetitif dari sisi kemudahan perolehan bahan baku dan efisiensi biaya pengangkutan.

Selain itu tentu saja diharapkan terjadinya peningkatan pendapatan petani dari nilai

tambah industri pengolahan, dan penciptaan lapangan kerja di wilayah pedesaan.

Apabila diversifikasi ragam jenis industri pengolahan dengan bahan baku ubi kayu ini

dapat dikembangkan, diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani ubi kayu

kepada industri karena adanya beberapa alternatif pilihan menjual hasil. Sudah

merupakan isu lama bahwa petani ubi kayu di wilayah sentra produksi (Lampung dan

Jawa Timur, misalnya) selalu dalam posisi yang lemah dalam menjual hasil ke industri

(pakan ternak). Hal yang sama juga dapat dilakukan untuk komoditas kedelai dan kacang

tanah, dimana masing-masing menempati urutan kedua dan ketiga (dari ketujuh jenis

Page 11: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

9

komoditas tanaman pangan yang diamati) dilihat dari jumlah macam industri pengolahan

yang menggunakan komoditas tersebut sebagai bahan bakunya.

Untuk komoditas beras (padi), penggunaan oleh industri penggilingan padi dan

beras merupakan permintaan yang paling menonjol. Selanjutnya diikuti penggunaan oleh

industri makaroni, mie dan bihun, industri penggilingan dan pembersihan padi-padian

lainnya, industri tepung, dan industri malt dan minuman.

Penggunaan oleh industri penggilingan juga merupakan permintaan yang paling

besar untuk komoditas jagung, dimana dari waktu ke waktu juga menunjukkan adanya

peningkatan permintaan. Selain itu, permintaan yang juga mengalami peningkatan dari

waktu ke waktu untuk komoditas jagung adalah oleh industri roti dan kue kering, industri

mie, bihun dan macaroni, serta oleh industri berbagai macam kerupuk.

Permintaan oleh industri pengolahan untuk ubi jalar ternyata relatif kecil volume

maupun macam jenis industrinya serta terdapat fluktuasi permintaan. Pada tahun 1995

penggunaan ubi jalar oleh industri pelumatan buah-buahan dan sayuran serta industri

tepung cukup menonjol. Sementara itu, penggunaan ubi jalar oleh industri kecap

walaupun kontinyu pada periode tahun 1986-1997 namun volume permintaannya sangat

berfluktuasi.

Untuk ubi kayu, permintaan yang cukup besar adalah oleh industri pati ubi kayu

dan berbagai macam pati, industri makan sejenis kerupuk, dan industri makaroni, mie,

dan bihun. Pada periode 1986-1997 terjadi peningkatan penggunaan ubi kayu oleh

industri pengolahan makaroni, mie dan bihun yang sangat mengesankan. Namun pada

periode 1995-1997 mengalami penurunan. Pada tahun 1986 permintaan tersebut sekitar

18 ribu ton meningkat menjadi 1,4 juta ton pada tahun 1995 dan menjadi 36 ribu ton

pada tahun 1997. Sementara itu, permintaan ubi kayu oleh industri pati dan makanan

sejenis kerupuk walaupun cukup kontinyu namun volume permintaannya sangat

berfluktuasi dan pada periode 1995-1997 terjadi peningkatan permintaan yang signifikan.

Permintaan komoditas kacang tanah oleh industri pengolahan walaupun cukup

beragam namun fluktuasinya tinggi. Namun demikian terdapat kecenderungan

peningkatan permintaan oleh industri makanan dari kacang-kacangan, industri

pengolahan dan pengawetan daging, industri keripik/peyek serta industri kerupuk.

Untuk komoditas kedelai, permintaan oleh industri pengolahan tahu dan industri

kecap merupakan potensi pasar yang cukup besar, mantap, dan ada kecenderungan

peningkatan volume penggunaannya selama periode 1986-1997. Penggunaan kedelai

Page 12: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

10

oleh industri pengolahan tahu pada tahun 1986 hanya sekitar 14 ribu ton meningkat

menjadi 41 ribu ton pada tahun 1995, dan 37 ribu ton pada tahun 1997. Sementara itu,

permintaan kedelai oleh industri kecap pada tahun 1986 sebesar 2.800 ton meningkat

menjadi 6.679 ton pada tahun 1997.

Seperti telah diungkap sebelumnya, permintaan gandum oleh industri pengolahan

tepung terigu menunjukkan volume peningkatan yang nyata. Pada tahun 1986

penggunaan gandum oleh industri tepung terigu sebesar 1,6 juta ton meningkat menjadi

3,6 juta ton pada tahun 1995, dan pada 1997 menurun menjadi 1,8 juta ton. Peningkatan

permintaan gandum (dalam hal ini dalam bentuk tepung terigu) yang juga cukup besar

adalah oleh industri roti dan kue kering serta industri pengolahan makaroni, mie, dan

bihun. Hasil penelitian Erwidodo dan Ariani (1997) menunjukkan bahwa kelompok

pendapatan menengah ke atas dan terutama di wilayah perkotaan terjadi pergeseran

pola konsumsi ke arah pangan yang siap saji. Dalam kaitan ini makanan seperti mie

instan, roti, dan kue-kue merupakan pilihan yang sesuai, padahal seperti diketahui

makanan tersebut dibuat dengan menggunakan bahan baku gandum (terigu). Dengan

demikian tidak mengherankan apabila permintaan terhadap gandum pada dekade

terakhir menunjukkan volume peningkatan yang pesat. Hal ini berimplikasi pada

pengurasan devisa untuk mengimpor gandum dari luar negeri. Pada kondisi ekonomi

yang mengalami krisis dan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang melemah, hal tersebut

sangat membebani neraca perdagangan nasional. Kondisi ini membuka peluang bagi

sector pertanian tanaman pangan untuk menggali dan mengembangkan komoditas lokal

yang dapat mensubstitusi (walaupun tidak sepenuhnya) kebutuhan gandum.

Pengembangan sorgum merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tepung sorgum dapat digunakan sebagai campuran

makanan pengganti tepung terigu juga sebagai sumber pakan ternak pengganti jagung

(Mudjisikono dan Damardjati, 1987; Mudjisikono, dkk, 1994; Siregar dan Togatorop,

1975).

Permintaan Bahan Baku Industri Pakan Ternak

Seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat selama dekade terakhir

(sebelum krisis ekonomi) terdapat kecenderungan peningkatan permintaan dan

konsumsi rumah tangga terhadap pangan sumber protein hewani (Erwidodo, et al.,1998).

Peningkatan konsumsi pangan hewani memacu pula peningkatan permintaan pakan

ternak dalam proses produksi budidaya ternak. Pada gilirannya peningkatan permintaan

Page 13: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

11

pakan ternak oleh peternak akan mendorong permintaan komoditas tanaman pangan

sebagai salah satu bahan baku oleh industri pakan ternak. Dari ketujuh komoditas

pertanian tanaman pangan yang diamati, beras dan ubi jalar tidak memiliki permintaan

untuk input antara bagi industri pakan ternak selama periode 1986-1997.

Permintaan jagung oleh industri pakan ternak dari sisi volume menunjukkan

peningkatan yang pesat dimana pada tahun 1986 sekitar 300 ribu ton meningkat menjadi

hampir 2,2 juta ton pada tahun 1997 (Tabel 4). Demikian halnya permintaan untuk

kacang tanah dan kedelai, pada tahun 1986 permintaan masing-masing sebesar 13 ribu

ton dan 132 ribu ton meningkat menjadi 41 ribu ton dan 700 ribu ton pada tahun 1997.

Dari Tabel 4 juga terlihat bahwa penggunaan ubi kayu dan gandum oleh industri

pakan ternak mengalami perubahan, dimana dari tahun 1986-1990 penggunaan kedua

komoditas oleh industri pakan ternak mengalami peningkatan walaupun relatif kecil.

Namun untuk periode 1990-1995 permintaan gandum oleh industri pakan ternak

mengalami peningkatan yang cukup mengesankan yaitu sekitar 24 ribu ton pada tahun

1990 meningkat menjadi sekitar 73 ribu ton pada tahun 1995, namun pada periode 1995-

1997 menurun menjadi sekitar 41 ribu ton. Sedangkan untuk ubi kayu justru pada

periode 1990-1997 mengalami penurunan permintaan dari 623 ribu ton pada tahun 1990

menjadi 75 ribu ton pada tahun 1997.

Tabel 4. Perkembangan penggunaan berbagai komoditas pertanian tanaman pangan oleh industri pakan ternak skala sedang dan besar (ton)

Komoditas 1986 1990 1995 1997

Jagung

Ubi kayu

Kacang tanah

Kedelai

Gandum

301.373

414.395

12.536

131.518

23.790

404.756

623.111

30.243

111.354

23.824

1.526.347

133.933

52.582

263.853

73.407

2.181.993

75.139

41.269

700.433

41.443

Sumber: BPS Statistik Industri Besar dan Sedang.

Seperti halnya permintaan oleh industri pengolahan pangan, ternyata permintaan

gandum oleh industri pakan ternak mengalami lonjakan yang pesat terutama pada

periode 1990-1995, walaupun pada tahun 1997 menurun lagi. Sekali lagi hal ini

membuka peluang bagi pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan lokal yang

dapat mensubstitusi gandum. Hal ini mengingat gandum merupakan bahan pangan yang

Page 14: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

12

diimpor, dimana dalam kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan akan sangat

memberatkan cadangan devisa negara.

Mencermati potensi permintaan berbagai komoditas tanaman pangan oleh

industri pakan ternak cukup potensial dan menunjukkan peningkatan yang cukup berarti,

maka pemenuhan permintaan tersebut perlu diimbangi dari sisi produksi. Program

“Gema Palagung” yang dilaksanakan Departemen Pertanian merupakan salah satu

jawaban untuk memenuhi tantangan tersebut (Deptan, 1998). Walaupun dari sisi

produksi telah terdapat program gerakan masal untuk meningkatkan produksi, namun

masalah pemberdayaan petani dalam hal manajemen produksi dan pemasaran hasil

juga perlu mendapat perhatian. Manajemen produksi yang dimaksud antara lain dalam

hal efisiensi pemupukan, partisipasi dan pemanfaatan fasilitas kemudahan kredit

usahatani dan pengaturan pola tanam. Sementara itu dari sisi pemasaran hasil,

pengorganisasian pemasaran hasil produksi secara kelompok patut dikembangkan

dalam kaitannya meningkatkan posisi tawar petani, efisiensi pengangkutan dan nilai

tambah.

PERMASALAHAN PERMINTAAN TANAMAN PANGAN

Permasalahan Konsumsi Pangan Rumah Tangga

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi konsumsi dan permintaan pangan

rumah tangga adalah faktor harga pangan dan tingkat pendapatan rumah tangga. Pada

kondisi faktor-faktor lainnya tetap, peningkatan harga-harga pangan akan menurunkan

permintaan terhadap jumlah konsumsi pangan. Mengingat pangan (terutama pangan

pokok, beras misalnya) merupakan kebutuhan untuk dapat bertahan hidup secara sehat

memerlukan suatu jumlah tertentu, apabila terjadi kenaikan harga-harga pangan padahal

dari sisi pendapatan dan daya belinya tidak mencukupi, maka penurunan konsumsi pada

awalnya akan beralih ke penurunan kualitas, pada tahap berikutnya apabila daya beli

makin tidak mencukupi akan menurunkan kuantitas pangan yang dikonsumsi.

Masa krisis ekonomi antara lain ditandai oleh meningkatnya harga-harga

termasuk harga pangan, sementara tingkat pendapatan nominal relatif tetap. Hal tersebut

mengakibatkan pendapatan riil atau daya beli rumah tangga terhadap komoditas yang

dikonsumsi mengalami penurunan. Sebagai gambaran meningkatnya harga-harga

secara umum yang digambarkan oleh laju inflasi dapat disimak data pada Tabel 5.

Page 15: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

13

Terlihat bahwa selama 1990-1996 Indonesia mampu mempertahankan laju inflasi di

bawah 10 persen, mulai tahun 1997 sudah melebihi 11 persen, bahkan pada tahun 1998

tingkat inflasi di Indonesia sudah lebih dari 70 persen. Seperti diketahui bersama krisis

ekonomi yang terjadi di Indonesia dimulai sekitar bulan September 1997 yang diawali

oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Tabel 5. Laju inflasi di Indonesia tahun 1990-1999.

Tahun Inflasi (%)

199019911992199319941995199619971998

1999 (s/d Sept)

9,539,524,949,779,248,646,47

11,0570,380,02

Sumber: Bulog, Laporan Ka. Bulog pada Raker Bidang Ekuin. (berbagai terbitan)

Apabila ditelaah lebih lanjut tingginya laju inflasi pada tahun 1998, ternyata

secara kumulatif laju inflasi khusus untuk bahan makanan menempati porsi tertinggi,

diikuti oleh sandang. Besarnya laju inflasi bahan makanan selama tahun 1998 mencapai

lebih dari 100 persen (Tabel 6).

Peningkatan harga secara nyata juga terlihat pada berbagai komoditas tanaman

pangan yang diamati. Perkembangan harga rata-rata bulanan untuk enam jenis

komoditas tanaman pangan selama empat tahun terakhir dapat disimak pada Tabel 7.

Nampak bahwa untuk semua komoditas kenaikan harga rata-rata setiap bulan selama

tahun 1996-1997 relatif kecil. Mulai Januari 1998 kenaikan harga-harga komoditas

pertanian tanaman pangan menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Peningkatan

harga-harga komoditas pertanian tanaman pangan di satu sisi menguntungkan petani

dari sisi meningkatkan penerimaan tani. Hal ini mengingat petani tanaman pangan (padi

khususnya), selain sebagai produsen petani juga bertindak sebagai konsumen. Di

samping itu, walaupun penerimaan usahatani meningkat, namun pengeluaran (biaya)

usahatani juga mengalami peningkatan karena naiknya harga-harga sarana produksi.

Page 16: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

14

Dengan demikian, walaupun keuntungan usahatani meningkat, namun secara relatif

dibandingkan sebelum masa krisis ekonomi kesejahteraan petani masih perlu dicermati

lebih lanjut.

Tabel 6. Laju inflasi bulanan di Indonesia tahun 1998

Bulan UmumBahan

makanan

Mkn. jd, min,rokk, tembakau

Peruma-han Sandang

Keseha-tan

Pend,rekre

o.raga

Trans+ komuni

kasiJanuari

PebruariMaretAprilMeiJuniJuli

AgustusSept.

OktoberNop.Des.

7,1712,665,274,705,244,658,566,303,75

-0,270,081,42

10,5518,415,655,913,907,07

12,169,108,61

-1,85-0,182,94

5,1415,957,157,684,005,429,588,702,960,610,691,41

5,528,344,322,294,141,595,584,481,570,920,480,58

15,1214,0111,204,344,53

10,9512,262,96

-0,23-1,89-2,251,72

8,7919,934,635,292,402,338,406,213,282,001,020,87

3,728,312,281,501,421,556,826,471,240,41

-0,30-0,31

5,855,811,594,94

17,252,073,452,742,100,26

-0,080,14

Jan-Des 70,38 101,36 83,37 44,28 98,56 76,64 35,80 52,98Sumber : Bulog, Laporan Ka. Bulog pada Raker Bidang Ekuin.Catatan : Mulai bulan April ’98 perhitungan inflasi dari 27 kota menjadi 44 kota

Dari apa yang telah diuraikan di atas permasalahan konsumsi rumah tangga di

masa krisis yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut adalah pada kondisi harga

pangan yang meningkat, tingkat pendapatan relatif tetap, yang berarti daya beli rumah

tangga menurun, akan berdampak pada menurunnya konsumsi pangan rumah tangga

baik dari sisi kualitas atau kuantitas. Menurunnya kualitas/kuantitas konsumsi rumah

tangga akan mempengaruhi bahkan menurunkan status gizi dan kesehatan rumah

tangga (terutama pada kelompok penduduk rawan gizi yaitu balita, ibu hamil dan

menyusui) dalam jangka panjang akan menurunkan kualitas sumberdaya manusia.

Penelitian Syarief (1997) menunjukkan bahwa gizi merupakan zat kehidupan yang

sangat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya.

Tanpa gizi yang memadai tidak mungkin terwujud sumberdaya manusia yang sehat, aktif

dan produktif.

Permasalahan Pangan untuk Bahan Baku Industri Pakan

Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa pada periode 1986-1997 secara

keseluruhan terjadi peningkatan permintaan berbagai komoditas pertanian tanaman

pangan. Studi yang dilakukan Saptana et al., (1998) menunjukkan adanya penurunan

Page 17: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

15

kapasitas produksi dari industri pakan ternak sekitar 30 persen dibanding produksi

sebelum terjadi krisis ekonomi. Beberapa penyebab terjadinya penurunan kapasitas

produksi pakan ternak antara lain karena sebagian besar bahan baku pakan ternak

terkandung komponen impor yang cukup tinggi. Pada kondisi nilai tukar rupiah yang

melemah pada krisis ekonomi hal tersebut sangat membebani industri pakan ternak.

Penurunan kapasitas produksi pakan ternak akan berdampak pada penurunan

permintaan berbagai komoditas pertanian tanaman pangan sebagai bahan baku industri

pakan.

Apabila ditelaah lebih lanjut, komponen impor yang relatif tinggi untuk bahan baku

pakan ternak adalah untuk bungkil kedelai. Pada kondisi nilai tukar rupiah yang lemah

terhadap dolar, impor bahan baku tersebut akan memberatkan industri pakan, di

samping itu secara makro juga akan membebani cadangan devisa nasional. Hal tersebut

merupakan peluang sektor pertanian menangkap potensi pasar untuk mengembangkan

kedelai dan industri minyak kedelai yang menghasilkan produk ikutan bungkil kedelai.

Sebagai gambaran akibat adanya krisis ekonomi terhadap industri pakan ternak,

Tabel 8 menunjukkan perkembangan harga pakan ternak (unggas) selama 1994-1998.

Terlihat bahwa laju peningkatan harga pakan ternak selama periode tersebut berkisar

antara 21-43 persen per tahun. Peningkatan harga pakan ternak akan berdampak pada

menurunnya kinerja industri peternakan (perunggasan khususnya) secara nasional. Hasil

kajian Saptana dkk (1998) memperkirakan akibat adanya krisis ekonomi menurunkan

jumlah peternak skala kecil antara 75-95 persen dibanding sebelum kondisi krisis

ekonomi. Dengan gambaran seperti itu akibat adanya krisis ekonomi praktis menggulung

seluruh peternak (unggas) skala kecil, dan yang dapat bertahan hanya peternak skala

besar.

Page 18: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

16

Tabel 7. Perkembangan harga komoditas tanaman panganHarga bulanan (Rp/kg)Komoditi

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des1. Beras 1996

199719981999

2. Tepung terigu 1996199719981999

3. Jagung pipilan 1996199719981999

4. Ketela pohon 1996(ubi kayu) 1997

19981999

5. Kedelai 1996199719981999

6. Kacang tanah 1996199719981999

858965

12902802

879959

10863203

536681910

1481

305314386905

1263141118884098

2384262944778060

860973

14392758

890972

11643114

544675

10041445

304316433906

1265143121713931

2423267453407831

856101314752768

880966

11153022

547670958

1410

305321474907

1282145323293818

2331263953387551

851101715332735

888980

16252982

561669925

1410

305322542899

1282147025703697

2289262956127338

850102216212793

894100018172850

578670977

1478

306326615880

1304147226333606

2284259860657169

855103319882787

896994

19352792

506675

10691497

308325675859

1315148528123398

2285257964756666

868104722022708

907988

29492749

624672

13011552

309325725838

1318148528123398

2342253267986308

913106325292626

917993

36762667

685676

14341524

305333766813

1332147432913149

2394253372366130

910108030102570

923100937532628

693709

15521487

313339857773

1382147639613081

2455264377865911

905120726122507

927101834962556

685750

15321507

347353850753

1378170742043104

2459264377865911

915120726122507

927101834962556

685750

15321507

347353850753

1378154942113069

2459282178205987

918121527732811

931101533702540

681794

14941519

313365907755

1392166741863114

2550317879366553

Sumber: Bulog. Laporan Ka. Bulog pada Raker Bidang Ekuin 3 Agustus 1998

Page 19: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

17

Tabel 8. Perkembangan harga pakan ternak unggas di tingkat peternak, tahun 1994-1997(Rp/kg)

Jenis pakan 19941) 19951) 19961) 19971) 19982) Trend (%/th)

Jagung pipil

Dedak/bekatulPakan starter petelur

Pakan grower petelur

Pakan layer petelur

Pakan starter boiler

Pakan finisher boiler

434

222

694

609

624

691

686

324

278

822

708

773

765

825

639

310

875

806

816

929

912

624

329

932

870

877

998

964

2.000

550

3.325

3.150

2.625

3.300

3.300

40,45

20,93

41,57

42,68

35,92

40,08

40,13

Sumber: 1) Dari Monitoring Pasar, Ditjen Peternakan, 1994-1997/98 2) Dinas Peternakan Propinsi Dati I Jawa Barat per Agustus 1998

(dikutip dari Saptana dkk, 1998)

KESIMPULAN DAN SARAN

Secara umum permintaan berbagai komoditas tanaman pangan sebagian

besar merupakan permintaan untuk konsumsi rumah tangga, kecuali kedelai,

proporsi permintaan untuk bahan baku lebih dominan. Namun demikian pada

periode 1990-1993 terdapat kecenderungan adanya peningkatan proporsi

permintaan untuk bahan baku industri untuk komoditas beras, jagung, ubi kayu,

kacang tanah, dan kedelai. Demikian pula halnya dengan volume permintaan

komoditas tersebut oleh industri pengolahan pangan dan industri pakan ternak

selama periode 1986-1997 menunjukkan adanya peningkatan. Fenomena tersebut

menunjukkan adanya potensi pasar domestik yang perlu ditangkap oleh pelaku

usaha pertanian untuk meningkatkan produksi sesuai dengan permintaan.

Peningkatan produksi tanaman pangan dapat dilakukan dengan intensifikasi pada

lahan-lahan yang telah diusahakan dibarengi dengan pemanfaatan lahan potensial

yang belum didayagunakan secara optimal.

Pada periode 1986-1997 terjadi peningkatan yang signifikan pada permintaan

gandum oleh industri pengolahan tepung terigu. Mengingat gandum merupakan

produk impor, permintaan gandum dalam negeri yang meningkat berimplikasi pada

pengurasan devisa negara dimana pada kondisi perekonomian yang tidak

menguntungkan akan membebani neraca perdagangan nasional. Kondisi tersebut

merupakan peluang dan tantangan bagi sektor tanaman pangan untuk menggali dan

mengembangkan komoditas lokal yang dapat mensubstitusi kebutuhan gandum,

dalam hal ini pengembangan komoditas sorgum merupakan salah satu alternatif.

Adanya krisis ekonomi yang antara lain berdampak pada meningkatnya

harga-harga komoditas tanaman pangan di satu sisi menguntungkan petani

Page 20: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

18

produsen, namun mengingat di samping sebagai produsen para petani juga sebagai

konsumen produk pangan lainnya dikhawatirkan berdampak pada menurunnya

konsumsi rumah tangga baik dari kuantitas maupun kualitas. Gejala ini apabila

terjadi dalam jangka panjang akan berakibat menurunnya status gizi/kesehatan dan

kualitas sumberdaya manusia. Untuk itu kebijakan yang bertujuan melindungi

kelompok masyarakat khususnya yang berpendapatan rendah perlu dilakukan.

Bantuan berupa jaminan kesehatan, pangan murah khusus bagi kelompok yang

membutuhkan, serta peningkatan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja bagi

mereka merupakan beberapa kegiatan yang perlu diprogramkan.

Permintaan komoditas tanaman pangan untuk industri pakan ternak juga

masih terbuka. Hal ini mengingat bungkil kedelai merupakan komponen industri

pakan yang sebagian besar dipenuhi dari impor. Oleh karena itu, pengembangan

usahatani kedelai dan industri minyak kedelai yang menghasilkan produk ikatan

bungkil kedelai merupakan peluang dan potensi pasar dalam negeri yang patut

dipertimbangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M; H.P. Saliem; S.H. Suhartini; Wahida; H. Supriadi. 2000. Analisis Kebijaksanaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berpendapatan Rendah di Pedesaan. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Departemen Pertanian. 1998. Arah Pembangunan Pertanian Dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Penyusunan Sasaran Pembangunan Pangan dan Gizi Tahunan Tahun 1999-2004. Jakarta, 8 Oktober. Kantor MenPangan & Hortikultura bekerjasama dengan PSKPG-LPIPB.

Erwidodo, B. Santoso, M. Ariani, V. Siagian dan E. Eriningsih. 1998. Perubahan Pola Konsumsi Sumber Protein Hewani di Indonesia: Analisis Data Susenas. Laporan Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

_________ dan M. Ariani. 1997. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Serelia di Indonesia: Beras, Jagung dan Gandum. Makalah Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Permintaan, Penawaran dan Konsumsi Pangan Nabati. Jakarta, 22-23 Juli.

Mudjisikono, R dan D.S. Damardjati. 1987. Prospek Kegunaan Sorgum Sebagai Sumber Pangan dan Pakan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. VI No 7 (hal 1-5). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

__________, Sutrisno, dan Setyono. 1994. Status Perkembangan Komoditas Sorgum Sebagai Sumber Pangan, Pakan dan Industri di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. XIII No. 3 (hal 70-77). Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

Ratnawati, A. 1998. Agroindustri, Sektor Andalan Dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Bahan Diskusi Pakar. Diselenggarakan oleh PERHEPI, Bogor, 14 Maret.

Saptana, E. Basuno, dan Erwidodo.1998. Analisis Kebijakan Situasi dan Prospek Industri Perunggasan di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Page 21: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

19

Siregar, A. P dan M.H. Togatorop. 1975. Pengaruh Penggantian Jagung Kuning dengan Sorgum Terhadap Pertumbuhan Kutuk dari Lima Jenis Ayam Ras. Buletin LPP, No. 13: 42-47.

Syarif, Hidayat. 1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas (Suatu Telaah Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga). Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Page 22: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

20

Tabel Lampiran 1. Penggunaan beras oleh industri pengolahan ukuran sedang dan besar (ton)

Jenis Industri 1986 1990 1995 1997

Susu dan makanan dari susu

Pelumatan buah-buahan dan sayuran

Penggilingan padi dan beras

Penggilingan dan pembersihan padi-padian lainnya

Tepung dari padi-padian

Makaroni, mie, bihun, soun dsb.

Roti/kue-kue basah

Pati ubi kayu

Keripik/peyek

Kerupuk dan sejenis kerupuk

Kecap

Malt dan minuman

115

-

483.354

6.637

-

10.122

226

157

10

506

65

1.440

3.452

125

610.963

3.042

8.728

30.602

1.960

285

35

397

472

2.468

4,5

-

680.141

5.455

19.940

90

72,2

-

75,4

197,6

-

4.304

1.937

-

1.531.725

5.701

3.168

18.430

754.062

98

72.550

170.932

-

2.873

Sumber: BPS. Statistik Industri Besar dan Sedang

Tabel Lampiran 2. Penggunaan jagung oleh industri pengolahan ukuran sedang dan besar(ton)

Jenis industri 1986 1990 1995 1997

Penggilingan

Tepung

Mie, bihun, makaroni

Roti dan kue kering

Makanan lain

Pengolahan kopi

Berbagai macam kerupuk

Makanan ternak

Malt dan minuman

6.258

1.339

1.099

2.276

-

-

263

301.373

1.268

104.753

14.810

2.962

2.406

459

5.483

438

404.756

2.502

186.685

6.396

4.320

9.685

685

5.700

1.251

1.526.347

167

84.421

3.886

19

5.986

55

13.962

661

2.181.993

25

Sumber: BPS. Statistik Industri Besar dan Sedang

Tabel Lampiran 3. Penggunaan ubi jalar *) oleh industri pengolahan ukuran sedang dan besar (ton)

Jenis Industri 1986 1990 1995 1997

Pelumatan buah-buahan dan sayuran

Tepung

Sirop

Pengolahan kopi

Kecap

Kerupuk

Makanan lainnya

-

-

29

-

720

-

-

-

-

15

405

1.903

238

-

7.395

1.300

-

-

48

-

122

3.061

8.792

-

23

191

708

718

Sumber: BPS. Statistik Industri Besar dan Sedang

Page 23: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

21

Tabel Lampiran 4. Penggunaan ubi kayu *) oleh industri pengolahan ukuran sedang dan besar (ton)

Jenis industri 1986 1990 1995 1997

Es krim

Pelumatan buah-buahan dan sayuran

Pengalengan ikan

Pengolahan ikan

Penggilingan padi dan penyosohan beras

Pengupasan dan pembersihan biji-bijian

Pengupasan dan pembersihan umbi-umbian

Tepung & padi-padian

Makaroni, mie, bihun

Roti, kue, biskuit

Coklat

Pati ubi kayu

Berbagai macam pati

Kecap

Keripik/peyek

Makanan sejenis kerupuk

Bumbu masak/penyedap masakan

Makanan lainnya

Konsentrat makanan ternak

Makanan ternak

13

-

-

-

22.982

-

-

-

18.120

2.984

1.845

951.674

-

307

919

27.972

265

-

15.849

398.546

7

126

-

-

73.820

28.338

-

278

40.395

-

-

818.411

144.796

176

9

39.952

-

-

1.775

621.336

44

996

205

4.349

-

28.496

29.892

37,44

1.451.290

-

-

143.790

307,5

-

315,4

3.804

-

186

-

133.933

31

4.625

5

-

5.018

-

-

126.275

36.154

13.508

16.018

2.431.664

923

64

113

61.019

17.813

33.545

11.238

63.901

Sumber : BPS. Statistik Industri Besar dan Sedang*) termasuk tepung tapioka dan gaplek

Tabel Lampiran 5. Penggunaan kacang tanah oleh industri pengolahan ukuran sedang dan besar (ton)

Jenis industri 1986 1990 1995 1997

Pengolahan dan pengawetan dagingEs krimPelumatan buah-buahan dan sayuranMinyak dari tumbuh-tumbuhanPenggilingan padiPengupasan & pembersihan biji-bijianPengupasan dan pembersihan kacang-kacanganRoti, kue, biskuitCoklatKripik/peyekMakanan lainnya dari kacang-kacanganKerupukRansum makanan ternakKonsentrat makanan ternakMakanan lainnyaMakanan coklat & kembang gula

-3-

224357

--

9541

---

5812.478

1.774-

5994

15---

194--

2825.646

727.5373.066

2047

148,2227

15-

1.034306814

--

12128.207

49,938.88913.693

--

1101,2

--

5922,5

77854,8

-182

37.66712,2

37.1154.154

--

Sumber: BPS. Statistik Industri Besar dan Sedang

Page 24: ICASERD WORKING PAPER No - pse.litbang.pertanian.go.idpse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_37_2004.pdf · permintaan turunan, permasalahan yang dihadapi, serta prospek permintaan

22

Tabel Lampiran 6. Penggunaan kedelai *) oleh industri pengolahan ukuran sedang dan besar (ton)

Jenis Industri 1986 1990 1995 1997

Pengolahan dan pengawetan daging

Pengalengan ikan

Minyak goreng

Penggilingan

Roti, kue, biskuit

Coklat dan kembang gula

Makanan dari coklat

Kecap

Tauco

Tahu

Keripik/peyek

Kerupuk

Bumbu masak

Ransum makanan ternak

Konsentrat makanan ternak

Makanan lainnya

Minuman ringan

54

-

-

29

125

56

-

2.823

-

13.857

-

-

131

131.518

-

130

35

-

11

-

-

-

-

56,7

3.459

203

22.389

15

-

-

109.940

1.414

5

97

-

-

190

-

-

-

26,8

3.621

-

41.425

98

72,8

-

247.696

16.157

-

-

-

-

-

-

18,2

-

-

6.679

-

37.054

65,8

1.5

-

630.173

70.260

-

48,9

Sumber: BPS. Statistik Industri Besar dan Sedang*) termasuk bungkil kedelai dan tepung kedelai

Tabel Lampiran 7. Penggunaan gandum *) oleh industri pengolahan ukuran sedang dan besar (ton)

Jenis industri 1986 1990 1995 1997

Pengolahan dan pengawetan dagingPengolahan susuEs krimPelumatan buah-buahan dan sayuranPembekuan ikanTepung teriguMakaroni, mie, bihunRoti dan kue keringSiropMakanan dan coklatKecapKeripik/peyekMakanan lain dari kacang-kacanganKerupukIndustri kue-kue basahTauco/industri makanan lainnyaMakanan ternakKonsentrat makanan ternak

2711.359

9--

1.625.06634.74946.368

-16

281-

1571.918

-9

23.790-

----

261.714.339

6.092108.561

-3.300

15719

32.4423.238

---

23.824

---

336-

3.607.917-

1.053---------

73.407

258,5106

-83

-1.840.598

-170.884

4.106-

785,951

51911.200

1.41918.33339.943

1.500Sumber: BPS. Statistik Industri Besar dan Sedang*) termasuk tepung terigu