ibadah akhlak
TRANSCRIPT
IBADAH AKHLAK
Di susun oleh :
Yeni ( 0904015288 )
Kelas : 3G
JURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKAJAKARTA
2010
MACAM-MACAM AKHLAK
Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, sebagaimana firman-Nya.
كر�و�ن ت�ذ� لک�م� ل�ع� ن� ج�ي� ن�از�و� خ�ل�ق� ء� ي� ش� ک�ل ن� م� و�۴۹﴿الذاريات: )
“ Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
akan kebesaran Allah.” (QS. 51/Adz-Dzariyat: 49)
Begitupun dengan akhlak, akhlak terbagi dua macam, yaitu akhlaq al-karimah atau
akhlaq al-mahmudah (akhlak baik) dan akhlaq al-mazhmumah atau akhlaq al-
sayyi’ah (akhlak buruk).
1. Akhlaq Al-Karimah
Segala macam perbuatan yang baik, yang tampak dalam keseharian dari sifat
dan sikap seseorang adalah akhlaq al-karimah, yaitu akhlak yang terpuji.
Menurut istilah Ibn Miskawaih pokok-pokok akhlak yang baik akhlak yang
utama, yaitu akhlak yang dalam posisi tengah.
Pemahaman terhadap posisi tengah adalah keadaan jiwa yang sedemikian rupa,
sehingga jiwa dapat menempati posisi yang utama (al-fadhilah). Posisi tengah
yang sebenarnya adalah satu, yaitu yang disebut dengan al-fadhilah
(keutamaan), atau disebut juga al-khath al-mustaqim (garis lurus).
Empat macam pokok keutamaan akhlak dengan masing-masing ekstrim
kelebihan dan ekstrim kekurangan jika dibuat table adalah sebagai berikut.
Al-Tafrith
(ekstrim kekurangan)
Al-Wasth
(posisi tengah)
Al-Ifrath
(ekstrim kelebihan)
Kedunguan Kibijaksanaan Kelancangan
Pengecut Keberanian Kenekadan
Dingin hati Menahan diri Rakus/loba
Teraniaya Keadilan Aniaya
a. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan adalah keutamaan al-nathiqah (jiwa rasional) yang
mengetahui secara maujud, baik hal-hal yang bersifat umur al-insaniyah
(kemanusiaan).
Ibn M iskawih: kebijaksanaan akan dapat membuahkan pengetahuan
rasional yang mampu memberi keputusan antara yang wajib
dilaksanakan dengan yang wajib ditinggalkan. 7 cabang kebijaksanaan,
yaitu ketajaman intelegensi, kekuatan ingatan, rasionalitas, ketangkasan,
kejernihan ingatan atau pemahaman, kejernihan pemikiran, dan
kemudahan dalam belajar.
Al-Gjazali: al-hikmah (kebijaksanaan) merupakan keutamaan jiwa
rasional (al-‘aqilah) yang memelihara jiwa al-syahwaniyyah (nafsu) dan
jiwa al-ghadhabiyyah (buas), yang memungkinkan seseorang mampu
membedakan yang benar dan yang salah dalam semua perbuatan yang
disengaja.
b. Keberanian
Keberanian merupakan keutamaan jiwa yang muncul pada diri manusia
selagi nafsunya dibimbing oleh jiwa al-nathiqah. Artinya ia tidak takut
terhadap hal-hal yang besar jika pelaksanaannya membawa kebajiksan dan
mempertahankannya merupakan hal yang terpuji.
Enam ciri seorang pemberani menurut Ibn Miskawih.
Dalam soal kebaikan, ia memandang ringan terhadap sesuatu yang
hakikatnya berat.
Ia sabar terhadap persoalan yang menakutkan.
Memandang ringan terhadap sesuatu yang umumnya dianggap berat oleh
orang lain, sehingga ia rela mati memilih persoalan yang utama.
Tidak bersedih terhadap sesuatu yang tidak bisa dicapainya.
Tidak gundah apabila ia menerima berbagai percobaan.
Kalau ia marah dan mengadakan pembalasan, maka kemarahan dan
pembalasannya dilakukan sesuai ukuran, objek dan waktu yang
diwajibkannya.
c. Menjaga kesucian diri
Pokok keutamaan akhlak yang ketiga adalah al-‘iffah (menjaga kesucian
diri). Al-‘iffah merupakan keutamaan jiwa al-syahwaniyyah/al-bahimiyyah,
yang muncul apabila diri manusia nafsunya dikendalikan oleh pikirannya.
Artinya, ia mampu menyesuaikan pilihan yang benar sehingga bebas tidak
dikuasai dan diperbudak oleh nafsu tersebut.
d. Keadilan
Keadilan atau al-‘adalah merupakan gabungan dari ketiga keutamaan di atas.
Dikatakan demikian, karena seseorang tidak dapat disebut ksatria apabila ia
tidak adil. Demikian pula orang tidak disebut pemberani apabila ia tidak
mengetahui keadilan, dan tidak disebut adil jika tidak mampu
mengendalikan diri.
Ibn Miskawih membagi keadilan menjadi tiga macam.
Al-‘adl al-thabi’i (keadilan alam)
Terjadi karena masing-masing benda alam eksis pada dirinya. Eksis pada
diri ini muncul karena ada dua hal kubu ekstrem yang sama-sama kuat
atu sama-sama lemah.
Al-’adl al-wadh’ (keadilan menurut adat/kebiasaan)
Terbagi dua: 1) umum, disetujui setiap orang, 2) khusus, hanya disetujui
oleh bangsa, daerah, atau oleh individu. Norma bagi keadilan ini tidak
bisa tetap dan absolut. Pembuat peraturan dan perundang-undangan tidak
boleh terlalu tetap. Melainkan dapat diubah sesuai dengan perubahan
situasi dan adat. Hal ini dimungkinkan karena bisa jadi sesuatu bernilai
adil pada waktunya dan yang lain bisa berubah menjadi tidak adil.
Al-‘adl al-ilahi (keadilan Tuhan)
Bersifat mutlak, keadilan Tuhan merupakan hakikat keadilan itu sendiri.
Keadilan Ilahi eksis dalam materi maupun dalam alam immateri.
2. Akhlaq Al-Mazhmumah
Akhlaq Al-Mazhmumah merupakan akhlak yang buruk. Sikap ekstrem terhadap
pokok keutamaan akhlak merupakan pangkal keburukan akhlak. Pangkal
keburukan akhlak ini ada tiga.
a. Amarah
Gejolak jiwa yang mengakibatkan darah dalam hati menjadi mendidih. Jika
gejolak ini sangat keras, maka ia berkobar menjadi api kemarahan. Kalau
mendidihnya darah dalam hati semakin dahsyat lagi, seluruh urat syaraf dan
otak terselimuti sehingga suasana menjadi gelap gulita dan tidak ada tempat
untuk berfikir. Menurut Ibn Miskawih disebut gila sesaat. Marah
menyebabkan munculnya sikap buruk dan perbuatan jahat dan akibat dari
hal itu adalah penyesalan, balasan siksaan, perubahan perangai dan cepat
sakit hati.
b. Takut mati
Perasaan takut muncul akibat merasa akan terjadi sesuatu yang buruk atau
bahaya akan menimpanya. Menurut Ibn Miskawih, takut mati merupakan
jiwa lain yang dianggap serius. Ada tujuh sebsb yang menjadikan seseorang
takut mati.
Tidak mengetahui hakikat kematian.
Tidak mengetahui kesudhan jiwa.
Tidak mengetahui kekekalan jiwa.
Adanya dugaan bahwa mati merupakan sakit yang amat berat.
Keyakinan terhadap adanya siksa atau hukuman setelah kematian.
Tidak tahu apa yang akan dialami setelah kematian.
Adanya perasaan berat/sedih untuk berpisah dengan keluarga, harta
benda, dan kenikmatan dunia semata.
c. Kesedihan
Sedih bisa terjadi karena berpisah dengan sesuatu yang dicintai, atau karena
gagal mencapai sesuatu yang akan diraih. Adapun penyebab lainnya adalah
adanya keinginan yang kuat untuk memperoleh harta, rakus akan keinginan-
keinginan badani dan mengeluh karena berpisah dengannya. Kesedihan akan
muncul karena semua itu disangka akan kekal dan dapat membuat dirinya
akan tenang, padahal sebaliknya.
PEMBINAAN AKHLAK
Tuhan menghendaki agar manusia memakmurkan dan mensejahterakan alam raya.
Factor yang menentukan baik buruknya sikap manusia dalam mengemban amanat
Tuhan adalah akhlak. Buruk dan mulianya akhlak seseorang dipengaruhi oleh
kondisi jiwa serta corak adaptasinya terhadap lingkungan.
Kondisi jiwa dan corak adaptasi seseorang sangat dipengaruhi oleh wawasan,
watak, dan keyakinan atau aqidahnya. Oleh sebab itu usah auntuk membentuk
akhlak yang baik tak bisa dilepaskan dari pembentukan jiwa dan pembentukan
lingkungan yang baik. Cara yang ditempuh dalam rangka pembentukan jiwa dan
lingkungan demi mencapai akhlak yang mulia, biasa disebut dengan metode
pendidikan akhlak atau tahdzib al-akhlak.
Kondisi jiwa yang paling mendasar adalah bahwa jiwa itubaik jiwa berfikir yang
berpusat di otak, jiwa amarah yang berpusat di dada, maupun jiwa kebinatangan
yang berpusat di perut mempunyai potensi yang netral. Maksudnya bisa menjadi
baik dan takwa bisa juga menjadi jahat. Ada tiga cara dalam metode pendidikan
akhlak.
1. Metode intruktif doktriner
Metode yang didasari keyakinan bahwa melawan kecenderungan dan watak
manusia untuk membentuk akhlak tertentu pada dirinya merupakan sesuatu
yang mungkin, bahkan hal itu seharusnya dilakukan. Cara yang ditempuh pada
metode ini adalah pemberian nasehat, pemberian penjelasan tentang yang baik
dan yang buruk, instruksi dan latihan atau pembiasaan sejak kecil.
2. Metode spekulasi naturalis
Metode dengan cara merawat dan mengembangkan potensi akhlak anak secara
alamiah melalui pemusingan potensi internal anak didik. Metode ini didasarkan
pada pendekatan yang menyatakan bahwa pada dasarnya tabiat anak itu baik,
dan akhlak anak itu akan berkembang dengan baik bila dididik secara alamiah
dengan jalan memungsikan dan mengembangkan potensi internal anak.
3. Metode efektif
Metode ini dilaksanakan dengan cara mempraktekkan secara langsung prinsip-
prinsip akhlak didalam masyarakat. Para pendidik mengawasi langsung
praktek-praktek akhlak dengan memberikan petunjuk dan pengarahan yang
sesuai tingkat kemampuan fisik dan intelektual anak dalam jenjang
perkembangannya. Penyampaian materi secara teoritis disampaikan
berbarengan dengan praktek langsung.
Menurut Ibn Miskawih, metode pembinaan akhlak pada orang yang telah dewasa
sekurang-kurangnya ada dua.
1. Metode introspeksi
Metode ini mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk berusaha
mencari cacat/aib pribadi secara sungguh-sungguh. Bisa dilakukan melalui
berteman dengan orang yang tulus bersedia meninjau cacat jiwanya, atau
mengetahui aib pribadi melalui orang yang tidak menyukainya, atau dapat pula
bercermin terhadap prilaku orang lain.
2. Metode oposisi
Menggunakan metode ini paling kurang ada dua langkah yang perlu dilakukan.
a. Mengetahui jenis penyakit dan penyebabnya.
b. Mengobati/menghampus penyakit tersebut dengan menghadirkan lawan-
lawannya.
Disamping itu, perlu disadari bahwa penyebab penyakit akhlak yang buruk harus
dilawan dengan ilmu dan amal perbuatan. Melawan keburukan dengan ilmu adalah
bentuk pengobatan teoritis, sedangkan pengobatan dengan amal adalah bentuk
pengobatan praktis.
INTROSPEKSI DIRI
1. Akhlaq Al-Karimah
a. Keteguhan hati
b. Kesukaan bersahabat
c. Kecerdasan
d. Menjaga rahasia
e. Keuletan
f. Tahan uji
g. Pemaaf
2. Akhlaq Al-Mazhmumah
a. Menang sendiri
b. Tidak kontinu dalam melakukan kebaikan
c. Kurang disiplin
d. Mudah khawatir
e. Acuh tak acuh
f. Manja
g. Kurang sabar
UPAYA AGAR BERAKHLAK MULIA
1. Selalu mengingat Allah SWT.
2. Berusaha untuk lebih mendalami isi Al-Qur’an.
3. Banyak membaca kisah-kisah tentang akhlak mulia.
4. Mempraktekkan dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Meningkatkan ibadah kepada Allah dan meningkatkan hubungan sosial menjadi
lebih harmonis.
6. Berusaha untuk menahan diri dan berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara
dan bertingkah laku.
7. Mengevaluasi apa yang telah dilakukan hari ini. Berusaha untuk tidak
mengulangi perbuatan-perbuatan buruk.
8. Membiasakan diri berlatih untuk melakukan sesuatu yang berat.
9. Menerima kritik dan pendapat dari orang lain dan berusaha untuk memperbaiki
diri.