ibadah ‘ÂbidÎn dan shÂlihÎn nasta‘în dan kepada-mu kami...

305
911 Ensiklopedi Nurcholish Madjid F I IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLI HÎN Dalam shalat, bacaan yang paling penting adalah Al-Fâti hah yang pun- caknya memohon petunjuk pada Allah “ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm(Tunjukilah kami jalan yang lurus) (Q., 1: 6). Permohonan ini menanda- kan bahwa kita tidak tahu mana jalan yang lurus. Kalau kita berdoa me- mohon ditunjukkan jalan yang lurus tetapi kita merasa sudah tahu, itu som- bong namanya. Kita harus takhallî (mengosongkan diri) dan tidak me- miliki pretensi. Sebelum meminta petunjuk, kita membaca “iyyâka na‘bud” (Engkau yang kami sembah) (Q., 1: 5). Menu- rut kaum sufi, ayat ini mengindikasi- kan bahwa kita masih merasa atau masih sempat mengaku bahwa kita menyembah Tuhan. Ini artinya, kita mengklaim pekerjaan menyembah ada pada kita; kita aktif menyembah Tuhan dengan mengharap pahala. Inilah yang disebut ‘ibâdat al-‘âbidîn. Yang demikian ini memang tidak salah, tetapi dilihat dari segi keruhani- an tingkatnya masih lahiri, sehingga harus diteruskan dengan “wa iyyâka nasta‘în(dan kepada-Mu kami me- mohon pertolongan) (Q., 1: 5), arti- nya bahwa kita tidak mampu dan karena itu melepaskan klaim kita beribadah. Maka, shalat tidak di- artikan bahwa kita telah menyem- bah Tuhan, tetapi Tuhanlah yang telah menggerakkan kita untuk sha- lat. Ini berkaitan erat dengan hawla wa lâ quwwata illâ billâhi al- ‘aliyyi al-‘azhîm (tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan Allah). Kita mohon kepada Allah agar kita digerakkan untuk bisa ber- buat baik. Inilah yang disebut ‘ibâ- dat al-shâli hîn, ibadahnya orang- orang shâli hîn, orang yang sudah tidak lagi mengklaim bahwa dia berbuat baik sebab Tuhan yang menggerak- kannya. Pada tingkat ini orang selalu ikhlas, pasrah, tawakal kepada Allah dan inilah sebetulnya Islam dalam arti yang sebenarnya. Maka, mena- rik apa yang dikatakan Rabi‘ah Al- Adawiyah dalam sebuah syairnya: “Ya Tuhan, kalau aku menyem- bah Engkau hanya karena takut neraka-Mu, masukkan saja aku ke neraka, kalau aku menyembah Eng- kau karena ingin surga-Mu, bakar

Upload: others

Post on 15-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

911Ensiklopedi Nurcholish Madjid

IIBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN

Dalam shalat, bacaan yang palingpenting adalah Al-Fâtihah yang pun-caknya memohon petunjuk padaAllah “ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm”(Tunjukilah kami jalan yang lurus)(Q., 1: 6). Permohonan ini menanda-kan bahwa kita tidak tahu mana jalanyang lurus. Kalau kita berdoa me-mohon ditunjukkan jalan yang lurustetapi kita merasa sudah tahu, itu som-bong namanya. Kita harus takhallî(mengosongkan diri) dan tidak me-miliki pretensi.

Sebelum meminta petunjuk, kitamembaca “iyyâka na‘bud” (Engkauyang kami sembah) (Q., 1: 5). Menu-rut kaum sufi, ayat ini mengindikasi-kan bahwa kita masih merasa ataumasih sempat mengaku bahwa kitamenyembah Tuhan. Ini artinya, kitamengklaim pekerjaan menyembahada pada kita; kita aktif menyembahTuhan dengan mengharap pahala.Inilah yang disebut ‘ibâdat al-‘âbidîn.Yang demikian ini memang tidaksalah, tetapi dilihat dari segi keruhani-an tingkatnya masih lahiri, sehinggaharus diteruskan dengan “wa iyyâka

nasta‘în” (dan kepada-Mu kami me-mohon pertolongan) (Q., 1: 5), arti-nya bahwa kita tidak mampu dankarena itu melepaskan klaim kitaberibadah. Maka, shalat tidak di-artikan bahwa kita telah menyem-bah Tuhan, tetapi Tuhanlah yangtelah menggerakkan kita untuk sha-lat. Ini berkaitan erat dengan lâhawla wa lâ quwwata illâ billâhi al-‘aliyyi al-‘azhîm (tidak ada daya dantidak ada kekuatan kecuali denganAllah). Kita mohon kepada Allahagar kita digerakkan untuk bisa ber-buat baik. Inilah yang disebut ‘ibâ-dat al-shâlihîn, ibadahnya orang-orang shâlihîn, orang yang sudah tidaklagi mengklaim bahwa dia berbuatbaik sebab Tuhan yang menggerak-kannya. Pada tingkat ini orang selaluikhlas, pasrah, tawakal kepada Allahdan inilah sebetulnya Islam dalamarti yang sebenarnya. Maka, mena-rik apa yang dikatakan Rabi‘ah Al-Adawiyah dalam sebuah syairnya:

“Ya Tuhan, kalau aku menyem-bah Engkau hanya karena takutneraka-Mu, masukkan saja aku keneraka, kalau aku menyembah Eng-kau karena ingin surga-Mu, bakar

Page 2: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

912 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

saja surga itu untukku, tapi kalau akumenyembah karena ridla-Mu makaterimalah aku.”

Inilah pencerahan, yaitu keber-hasilan keluar dari kegelapan menujupada kejelasan. Kalau kita hanya sam-pai pada “iyyâka na‘bud”, berarti kitamasih mengklaim diri kita mampudan aktif menyem-bah. Tetapi kalaudilanjutkan deng-an “wa iyyâka nas-ta‘în”, kita leburdengan Tuhan.

Pada pelaksa-naan ihrâm, ter-utama laki-laki,kita memakai pa-kaian terdiri daridua potong kainputih, dari bahanyang kasar dan se-derhana. Hal ini sebenarnya me-rupakan upacara melepaskan pre-tensi dan klaim, melepaskan simboldan topeng yang berupa pakaian.Idealnya di hadapan Allah adalahtanpa pakaian, telanjang. Haji jugabegitu. Tetapi itu tidak mungkin di-lakukan karena dapat menimbulkankekacauan, sehingga dipakailah pa-kaian ihrâm yang serba-sederhanadan apa adanya. Inilah pasrah. Danjustru yang seperti itulah yang lebihtinggi nilai spiritualnya daripadayang masih mempunyai pretensi.

IBADAH FORMAL BELUM CUKUP

Allah berfirman dalam Al-Qur-an:

Bukanlah kebajikan itu ialahkamu menghadapkan wajah-wajah-mu ke arah Timur dan Barat. Me-lainkan kebajikan itu ialah orang

yang berimankepada Allah,Hari Kemudian,para malaikat,Kitab Suci, danpara nabi. Danorang yang men-dermakan harta-nya betapapuncintanya (kepadaharta itu), untukkeluarga dekat,anak-anak ya-tim, kaum mis-

kin, orang jalanan, peminta-minta,dan dalam usaha pembebasan budak.Dan orang yang menegakkan sem-bahyang, membayar zakat. Danorang-orang yang menepati janji bilamengikat janji, dan tabah dalam ke-sulitan dan kesusahan, juga di waktupeperangan. Mereka itulah orang-orangyang sejati, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Q., 2: 177).

Ayat ini menunjukkan semangatpenolakan segi-segi formal dan sim-bolik, jika itu dianggap tujuan padadirinya sendiri. “Menghadapkanwajah ke arah Timur dan ke Barat,”menurut Al-Thabari dalam tafsir-

“Tidak banyak perbedaan antaraseorang penganut kitab suci danseorang beriman (Muslim), sebabdia beriman kepada Tuhan dan me-nyembah-Nya, dan beriman ke-pada para nabi dan kepada ke-hidupan yang lain (akhirat) be-serta pembalasan di kehidupanlain itu, dan dia menganut pan-dangan hidup (agama) tentangwajibnya berbuat baik dan ter-larangnya berbuat jahat.”

(Abdul Hamid Hakim)

Page 3: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

913Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nya yang termasyhur, berdasarkanberbagai riwayat atau hadis, adalahisyarat kepada sembahyang. Oleh ka-rena itu, makna firman di atas ialahbahwa “kebaikan itu bukanlah sem-bahyang semata, melainkan kebaik-an itu ialah budi pekerti yang Aku(Allah) terangkan ini kepada kamusekalian.” Dan budi pekerti itudapat dibagi menjadi empat ke-lompok dasar, yaitu:

(1) Dasar keimanan, yaitu ke-imanan kepada Allah, Hari Ke-mudian, para malaikat, Kitab Suci, danpara nabi; ini semua mengandung artikejelasan makna hidup dan ajaran suciyang universal.

(2) Dasar bakti sosial, denganmendermakan sebagian dari hartayang kita cintai untuk menolong ke-luarga dekat, anak-anak yatim, kaummiskin, orang terlantar dalam per-jalanan, peminta-minta, dan gunamendukung usaha menghapuskanperbudakan.

(3)Dasar ritual dan peribadatan,untuk menjaga dan meneguhkankomitmen batin, khususnya dengansungguh-sungguh mengerjakan ataumenegakkan sembahyang, dan de-ngan ikhlas membayar zakat.

(4) Dasar kualitas kepribadian,yaitu teguh menepati janji dan tabahdalam keadaan sulit apa pun.

Contoh lain tentang adanya segi-segi formal simbolik di satu pihak,dan segi-segi makna yang lebih in-trinsik di pihak lain dalam ke-

hidupan keagamaan ialah yang me-nyangkut sembahyang. Kita menge-tahui bahwa surat Al-Mâ‘ûn (suratke-107) menggambarkan betapa sia-sianya orang yang melakukan sem-bahyang namun tidak mewujudkandengan nyata tujuan (sosial) ibadatitu, dengan indikasi melalaikananak yatim dan tidak memper-juangkan perbaikan nasib orangmiskin. Kemudian dalam ibadatberkurban (qurbân) dalam HariRaya Kurban (‘Îd Al-Adlhâ), Al-Quran mengingatkan bahwa, tidakakan sampai kepada Allah dagingataupun darah binatang kurban itu,melainkan akan sampai kepada-Nyatakwa dari kamu semua (Q., 22: 37).Berkenaan dengan pakaian, diajarkanbahwa Allah menganugerahkannyauntuk anak-cucu Adam (umat ma-nusia), sebagai penutup aurat danperhiasan, dan pakaian takwa itulahyang lebih baik. Begitulah sebagiandari ayat-ayat (ajaran-ajaran) Allahagar mereka renungkan (Q., 7: 26).

Jadi, terdapat makna-makna in-trinsik di balik setiap amalan atau prak-tik. Kaum cendekiawan berkewajibanmenangkap makna-makna intrinsiktersebut sebagai hikmah (dalam artikearifan tersamar) dari amalan-amal-an lahiri. Kemampuan menangkaphikmah, atau kearifan tersamar itudalam Al-Quran dilukiskan sebagaianugerah Allah yang amat agungartinya, yang dikaruniakan kepadaorang-orang yang dikehendaki dan

Page 4: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

914 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pilihan, yaitu “orang-orang yangberpengertian mendalam” (ûlû al-albâb), sebab mereka itu adalahorang-orang yang mampu melaku-kan refleksi-refleksi (lihat Q., 2:269). Dan ûlû al-albâb yang dilu-kiskan dalam Al-Quran sebagaigolongan yang berhak untukmendapat kabar gembira (ke-bahagiaan), karena dengan keiman-an kepada Allah dan sikap kembalikepada-Nya, mereka mampu mem-bebaskan diri dari belenggu ke-zaliman tirani (thâghût), kemudianbersikap terbuka dengan kesediaanmendengarkan “perkataan” (al-qawl,yakni, pendapat, pandangan, ajar-an, ajakan, dan lain-lain), lalu me-mahaminya dengan kritis sehinggadapat diketahui mana yang terbaikdari semua itu untuk diikuti de-ngan tulus. Al-Quran melukiskanmereka sebagai orang-orang yangmendapat petunjuk dari Allah(lihat Q., 39: 17-18).

IBADAH MEMUPUK IMAN

Ibadah, sebagai sarana pembina-an komunikasi dan hubungan de-ngan Allah, sebenarnya bertujuanuntuk memelihara dan menambahiman serta memupuknya. Semua iba-dah bertujuan ke sana. Seperti shalat,ditegakkannya adalah untuk ingatkepada Allah (Q., 20: 14), atau puasa,diwajibkannya adalah agar yang

melaksanakan menjadi bertakwa(Q., 2: 183). Begitu juga haji yangbertujuan untuk mengagungkanmonumen-monumen Tuhan, ... ba-rang siapa memuliakan lambang-lambang (monumen-monumen—NM) Allah (dalam mengadakankurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah darihati yang penuh takwa (Q., 22: 32).Kemudian yang berkaitan dengan hajiseperti berkurban, Allah memberikanpenegasan, Yang sampai kepada Allahbukan daging atau darahnya, me-lainkan yang sampai kepada-Nyaketakwaan kamu (Q., 22: 37).

Seluruh ibadah dalam Islam jelasdirancang untuk membina hubung-an dengan Allah. Ibadah ini akanmenjadi lebih intens kalau kitamenghayati Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Allah ke-mudian dihadirkan dalam bentukkualitas-kualitas, seperti menyeruTuhan dengan yâ wadûd, yang ber-arti menghayati kualitas kesantunankarena Allah Mahasantun. Ketikakita sebut yâ hakîm, kita menghayatiTuhan melalui kualitas kebijaksana-an, wisdom. Atas dasar ini, para ulamadi pesantren mengharuskan maksuddoa dengan nama Allah yang diseru;berdoa meminta ampun, maka me-ngucap yâ ghafûr, berdoa memintarezeki, maka menyeru ya razzâq,dan begitu seterusnya.

Terlepas dari masalah doa, yangperlu diingat adalah, kita harus meng-

Page 5: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

915Ensiklopedi Nurcholish Madjid

hayati Allah melalui seluruh ku-alitasnya agar seluruh kualitas ter-sebut tertransfer ke dalam diri kitasehingga kita dapat mencapai per-kembangan kepribadian yang sem-purna. Tetapi sifat Allah yang palingdominan adalah sifat kasih (rah-mah), rahmat-Ku meliputi segalasesuatu (Q., 7: 156). Dan hanya si-fat kasihlah yang dilukiskan sebagaidiwajibkan atas diri Allah sendiri,Ia telah menentukan dalam diri-Nya(mewajibkan atas diri-Nya sendiri—NM) sifat kasih sayang (Q., 6: 12).Dari akar kata rahmah ini, munculsifat rahmân dan rahîm. Maka,kalau kita tidak bisa menghadirkanAllah melalui kualitas-kualitas yangtersimpulkan dalam al-asmâ’ al-hus-nâ yang konon berjumlah 99, makasebetulnya menghayati Allah sebagaiYang Mahakasih sudah cukup.

Kita mengenal istilah yang mem-perkaya kebudayaan Indonesia,yaitu manusia seutuhnya. Manusiamenjadi utuh hanya apabila dia men-cerminkan sifat-sifat Ilahi dalam diri-nya. Orang yang tidak demikian,yaitu lupa terhadap Tuhan, maka diatidak mungkin menjadi manusia yangutuh. Karena itu, terdapat per-ingatan dalam Al-Quran, Danjanganlah seperti mereka yang me-lupakan Allah dan Allah akan buatmereka lupa akan diri sendiri (Q., 59:19). Di sini lupa kepada diri sen-diri tidaklah dalam arti lupa darat-an, tetapi kehilangan makna hidup;

kehilangan rasa tujuan hidup;kehilangan integritas kepribadiankarena tidak berhasil mengaitkanwujud kita dengan wujud Allah,sebab pada dasarnya manusia tidakmungkin kuat hidup sendirian.Kita bisa tahan hidup tidak lainkarena ada harapan; sesuatu yangtidak bisa kita capai sekarang, kitaberharap mendapatkannya besok,kalau tidak besok, lusa, dan seterus-nya. Harapan itulah sebetulnyayang membuat kita bisa bertahandalam hidup ini.

IBADAH YANG PALING AGUNG

Shalat adalah ibadah yang palingagung, dan suatu kewajiban yangditetapkan atas setiap orang Mus-lim. Allah memerintahkan untukmenegakkannya, tidak sekadar men-jalankannya. Dan menegakkan se-suatu berarti menjalaninya dengantegak dan sempurna karena kesadar-an akan tujuannya, dengan meng-hasilkan berbagai dampak nyata.Dampak shalat dan hasil tujuannyaialah sesuatu yang diberitakan Allahkepada kita dengan firman-Nya, Se-sungguhnya shalat mencegah dari yangkotor dan keji (Q., 29: 45), danfirman-Nya lagi, Sesungguhnya ma-nusia diciptakan gelisah: jika ke-burukan menimpanya, ia banyak ke-luh kesah; dan jika kebaikan menimpa-nya, ia banyak mencegah (dari sedekah).

Page 6: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

916 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Kecuali mereka yang shalat …(Q., 70:19-22). Allah memberi peringatankeras kepada mereka yang menjalan-kan shalat hanya dalam bentuknya sajaseperti dalam gerakan dan bacaantertentu namun melupakan maknaibadah itu dan hikmah rahasianya,yang semestinya mengantarkannyapada tujuan mulia berupa gladi ke-pribadian, pendidikan kejiwaan, danpeningkatan budi. Allah berfirman,Maka celakalah untuk mereka yangshalat, yang lupa akan shalat merekasendiri. Yaitu mereka yang suka pam-rih, lagi enggan memberi pertolongan(Q., 107: 4-7). Mereka itu dinama-kan “orang yang shalat” karena me-reka mengerjakan bentuk lahir sha-lat, dan digambarkan sebagai lupaakan shalat yang hakiki, karena jauhdari pemusatan jiwa yang jernih danbersih kepada Allah Yang Maha-tinggi dan Mahaagung, yang se-harusnya mengingatkannya untuktakut kepada-Nya, dan menginsaf-kan hati akan kebesaran kekuasaan-Nya dan keluhuran kebaikan-Nya.

Para ulama membagi riya ataupamrih menjadi dua. Pertama, pam-rih kemunafikan, yaitu jika per-buatan ditujukan untuk dapat di-lihat orang lain guna mendapatkanpujian, penghargaan, atau persetuju-an mereka. Kedua, pamrih adat ke-biasaan, yaitu perbuatan denganmengikuti ketentuan-ketentuannya,namun tanpa memerhatikan maknaperbuatan itu dan hikmah rahasia serta

faedahnya, dan tanpa perhatian ke-pada Siapa (Tuhan) yang sebenarnyaia berbuat untuk-Nya dan guna men-dekat kepada-Nya. Inilah yang palingbanyak dikerjakan orang sekarang.Sungguh amat disayangkan.

Demikian penjelasan yang di-berikan oleh seorang ahli agamadari Arab, Al-Shawwaf, tentangmakna instrumental shalat. DalamKitab Suci juga dapat kita temukanilustrasi yang tajam tentang keter-kaitan antara shalat dan perilakukemanusiaan:

Setiap pribadi tergadai oleh apayang telah dikerjakannya kecuali go-longan yang beruntung (kanan). Me-reka dalam surga, dan bertanya-tanya,tentang nasib orang-orang yang ber-dosa: “Apa yang membawa kamu keneraka?” Sahut mereka, “Dahulu ka-mi tidak termasuk orang-orang yangshalat, dan tidak pula kami pernahmemberi makan orang-orang melarat.Lagi pula kami dahulu terlena ber-sama mereka yang terlena, dan kamidustakan adanya Hari Pembalasan,sampai datang kepada kami saat ke-yakinan (mati).” (Q., 74: 38-47)

Secara tegas, yang membuatorang-orang itu “masuk neraka” ialahkarena mereka tidak pernah shalatyang menanamkan dalam diri merekakesadaran akan makna akhir hidupini dan mendidik mereka untukmenginsafi tanggung jawab sosialmereka. Maka, mereka pun tidakpernah menunaikan tanggung jawab

Page 7: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

917Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sosial. Sebaliknya, mereka me-nempuh hidup egoistis, tidak per-nah mengucapkan salam, danmenghayati maknanya, juga tidakpernah menengok ke kanan dan kekiri. Mereka pun lupa, malah tidakpercaya, akan datangnya saat merekaharus mempertanggungjawabkanseluruh perbuat-an mereka padaHari Pembalasan(akhirat).

Jika kita ke-mukakan dalambahasa kontem-porer, shalat—shalat selain me-nanamkan kesa-daran akan makna dan tujuan akhirhidup kita—juga mendidik dan men-dorong kita untuk mewujudkansebuah ide atau cita-cita yang idealdan luhur, yaitu terbentuknyamasyarakat yang penuh kedamaian,keadilan, dan perkenan Tuhanmelalui usaha pemerataan sumberdaya kehidupan untuk seluruh wargamasyarakat itu. Jika kita paham ini,maka kita pun paham mengapabanyak terdapat penegasan tentangpentingnya shalat, sekaligus kita jugapaham mengapa kutukan Tuhan be-gitu keras kepada orang yang me-lakukan shalat hanya sebagai ritusyang kosong, yang tidak meng-hasilkan keinsafan yang mendalamdan komitmen sosial yang luas.

IBADAH: BUKAN UNTUK ALLAH

Hakikat ibadah dalam Islam bu-kanlah untuk memenuhi kepenting-an Allah Swt. Sama sekali tidak akanmengurangi kemuliaan atau ke-besaran-Nya seandainya seluruhmanusia di muka bumi ini tidak

menyembah ke-pada-Nya. Na-mun, perlu di-ingat bahwa ha-kikat perintahibadah dalam Is-lam adalah untukkepentingan ma-nusia itu sendiri,bukan untuk

memberikan pelayanan kepada AllahSwt. karena Dia sama sekali tidakmembutuhkan pelayanan (service)dari manusia.

Terlebih lagi, dalam menjalan-kan ibadah, seseorang harus mena-namkan semangat ketulusan dankeikhlasan sebagai ruh dan jiwa ber-ibadah. Sebagaimana dalam sebuahhadis dinyatakan, “Keikhlasan itu ruhberibadah.” Pengertian keikhlasan inidiilustrasikan dengan sikap tidakmeminta balasan, seperti dinyatakandalam Al-Quran, Kami memberi ma-kan kepada kamu karena Allah se-mata, kami tidak mengharapkan ba-lasan dan terima kasih dari kamu(Q., 76: 9).

Namun, sejalan dengan ajaran Is-lam, orang yang menerimalah yang

Jalan keruhanian menjadikan di-mensi ruhaniah orang semakin pe-ka dan responsif terhadap pang-gilan-panggilan kebenaran; ataudalam istilah lain, menimbulkankepekaan ruhaniah yang selalumengajak dan membimbing manu-sia ke jalan yang lurus dan benar.

Page 8: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

918 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

harus atau berkewajiban meng-ucapkan terima kasih dan memberi-kan balasan. Hal ini seperti dijelas-kan dalam sebuah hadis Nabi yangcukup masyhur, “Barang siapa tidakberterima kasih kepada manusia, ma-ka ia tidak berterima kasih kepadaAllah.”

IBADAH: NATURE MANUSIA

Dilihat dari segi bahasa, kataibadah adalah satu akar kata dengan‘abdun, hamba. Karena itu, beriba-dah berarti tindakan menghamba-kan diri, melakukan kebaktian. Danberibadah merupakan tujuan dicipta-kannya hidup manusia, Aku men-ciptakan jin dan manusia hanya su-paya beribadah kepada-Ku (Q., 51:56). Selain memiliki pengertiandemikian, ayat ini juga bisa ditafsir-kan sebagai penegasan bahwa naturemanusia adalah beribadah. Hal ini di-dasarkan pada adanya “perjanjian pri-mordial” antara manusia dengan Tu-han sebelum lahir ke dunia. Isi dariperjanjian itu adalah persaksian kitamanusia bahwa Allah menjadi “Pa-ngeran”, “Rabb” kita. Tentu saja initerjadi pada alam ruhani, karenanyatidak menjadi kesadaran lahiriahkita, melainkan mengendap dalamkedirian kita yang paling dalam.

Akibat yang paling nyata dari“perjanjian primordial” tersebut ada-lah adanya naluri manusia untuk ber-

bakti yang merupakan potensi untukmencapai kebahagiaan sejati. Tetapikalau naluri tersebut tidak dibim-bing secara benar, maka ia juga dapatmenjadi pangkal malapetaka secaraspiritual. Di sinilah letak arti pen-ting diutusnya Nabi, yaitu mem-bimbing secara benar. Nabi kemudi-an seolah menjadi ibu yang melaluiagama memberikan petunjuk kemana kita harus berbakti dan bagai-mana caranya supaya dorongan spi-ritual kita mencapai tujuannya, mem-peroleh kebahagiaan sejati. Maka,pernyataan “iyyâka na‘bud” me-ngandung arti bahwa aku tahu kalauaku mempunyai dorongan spiritual,yaitu dorongan yang paling men-dalam untuk berbakti, tetapi akutidak mau berbakti kepada apa-apakecuali kepada Engkau, karenanyadilanjutkan dengan pernyataan “waiyyâka nasta‘în”, kepada Engkaulahaku mohon pertolongan.

Menurut tafsir kaum sufi, dalam“iyyâka na‘bud”, ada suatu hal yangsangat substansial, yaitu bahwa kitamasih mengaku menyembah Tuhan.Artinya, kita masih ada klaim bahwakita telah berbuat sesuatu (ibadah)seperti diperintahkan oleh Tuhan,dan karena itu kemudian kita meng-harap pahala. Ibadah dengan meng-harap pahala memang dibenarkanAl-Quran, tetapi biasanya ini ada-lah ibadah yang dilakukan oleh ahlal-zhawâhir, orang atau kelompokyang berorientasi pada lahiri dalam

Page 9: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

919Ensiklopedi Nurcholish Madjid

beribadah. Padahal ada sikap ibadahyang lebih mendalam, yaitu yang di-nyatakan dalam “wa iyyâka nasta‘în”(dan kepada Engkau ya Tuhan kamimohon pertolongan). Dalam pernyata-an ini, ada pengakuan bahwa kita ti-dak berdaya, termasuk untuk berbuatbaik, sehingga kita tidak lagi meng-klaim bahwa kita telah beribadahkepada Tuhan, melainkan semuanyamerupakan berkat Tuhan. Sepertibershalat, kita dapat melakukannyakarena digerakkan oleh Tuhan. Inilahyang disebut ‘ibâdat al-sâlikîn, yakniibadah orang yang menempuh jalanlurus yang lebih mendalam.

Pengertian yang terkandung da-lam “wa iyyâka nasta‘în ini dapat di-kaitkan dengan konsep lâ hawla wa lâquwwata illâ billâhi al-‘aliyyi al-‘azhîm(tiada daya dan tiada kekuatan, me-lainkan dari Allah). Di sinilah letaktingkat keikhlasan yang sangat tinggi,karena tidak ada klaim bahwa kitatelah berbuat baik sehingga tidak adatempat bagi kita untuk seolah-olahmenagih pahala kepada Tuhan; ke-pada sesama manusia juga tidak,meskipun sekadar permintaan ucap-an terima kasih apalagi balasan.Ilustrasi yang diberikan Al-Quranmengenai ini adalah, (Sambil ber-kata:) “Kami memberi makan ke-pada kamu (membantu hidupmu—NM) karena Allah semata, kami ti-dak mengharapkan balasan danterima kasih dari kamu” (Q., 76: 9).Jadi, “wa iyyâka nasta‘în” merupakan

tingkat ibadah spiritual yang lebihtinggi.

Kemudian kita mengucapkanihdinâ al-shirâth al-mustaqîm, yangberarti mengaku bahwa kita tidaktahu jalan yang benar. Menempuhjalan yang benar memang sangat sulit,kecuali dengan bimbingan Allah.Inilah yang disebut di kalangan kaumsufi sebagai takhallî, yaitu mengo-songkan diri, tidak mempunyai klaimapa-apa. Ini sama dengan pelaksana-an ihrâm pada waktu umrah, me-makai baju putih-putih dari kainyang sederhana dan tidak bolehdijahit—terutama laki-laki—yangmerupakan simbolisasi dari pengo-songan diri. Pakaian sebenarnya ada-lah tameng; tinggi dan rendah di-tentukan oleh pakaian. Pakaian inidapat berupa yang lahiri seperti bajudan celana, tetapi juga ada yang ber-sifat social psychological seperti statussosial, pangkat, dan sebagainya. Dihadapan Tuhan kita harus melepas-kan diri dari semua tameng, dan itudilambangkan dalam pakaian yangpaling sederhana, dan ihrâm adalahperwujudan simbolik dari pernyata-an, lâ hawla wa lâ quwwata illâ bil-lâhi al-‘aliyyi al-‘azhîm, kita tidakmempunyai daya apa-apa. Maka, kitamengucapkan ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm; karena aku tidak mampu,tidak berdaya, ya Tuhan, maka tun-jukilah kami jalan yang lurus. Jalanmereka yang telah Kau beri segala ke-nikmatan, bukan (jalan) mereka yang

Page 10: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

920 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mendapat murka, dan bukan merekayang sesat jalan (Q., 1: 6-7).

IBADAH: VERTIKALDAN HORIZONTAL

Apabila kita perhatikan, hadisyang mengatakan bahwa laylatul qa-dar terjadi pada malam-malam gan-jil di akhir bulan Ramadlan sebetul-nya masih dipersoalkan. Kalau di-cocokkan dengan peristiwa Badar,ternyata ia jatuh pada 17 Ramadlan.Muncul pertanyaan, apakah peris-tiwa laylatul qadar itu berpindah-pindah di setiap bulan Ramadhan,ataukah ia sebenarnya lebih me-rupakan pengalaman teofanik ataumetafisik dari pribadi yang berbeda-beda, yakni malam laylatul qadar se-seorang tidaklah sama dengan oranglain? Ada yang menemukannya padamalam kesepuluh, kedua puluh, dansebagainya, tergantung kepada in-tensitas diri pribadi. Oleh karena itu,Nabi mengajari kita untuk tidakmengambil risiko sehingga ke-hilangan laylatul qadar; kita jalanisaja seluruh bulan Ramadlan de-ngan intensif.

Dalam ayat Al-Quran mengenaipuasa, ada pernyataan begini, Danbagi mereka yang mampu berpuasa(tetapi dirasa berat) diwajibkanmembayar fidyah, memberi makankepada seorang orang miskin (Q., 2:184). Dalam hal ini kita tidak bo-

leh terbatas pada fiqih, sebab akansederhana sekali. Satu tafsiran yanglebih mistis mengemukakan equationatau penyamaan antara puasa de-ngan sikap kepada orang miskin.Seolah-olah di sini ada dua ke-nyataan: berpuasa dan memerhati-kan orang miskin. Keduanya dapatdipertukarkan (interchangeable), se-hingga jika seseorang tidak berpuasa,ia harus memberi perhatian padaorang miskin. Dari sini juga bisadipahami ide tentang zakat fitrah.

Zakat fitrah tidak boleh dilihatsegi fisiknya, karena tidak akan me-miliki arti apa-apa; apa artinya me-ngeluarkan seribu rupiah setelahpuasa. Tetapi yang harus diperhati-kan adalah equation-nya, yaitu bah-wa puasa itu harus menghasilkansuatu sikap tertentu yang antara laindilambangkan dengan memberimakan kepada orang miskin. Arti-nya, orang bersikap solider kepadaorang miskin.

Hal ini sama dengan shalat. Sha-lat kita dimulai dengan “AllâhuAkbar” dan menghadap Tuhan. Itubersifat vertikal. Tetapi kita harusakhiri dengan salâm, dengan harapanyang tulus agar semua orang bahagiahidupnya. Bahkan kita menengok kekanan dan ke kiri, yang merupakanperingatan bahwa dalam hidup, kitaharus tahu lingkungan. Kita harusmengembangkan kesadaran sosial.

Ibadah kurban pun begitu.Agama Islam tidak sama dengan

Page 11: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

921Ensiklopedi Nurcholish Madjid

agama “pengorbanan” dalam artisesajen. Binatang yang kita sem-belih sebagai kurban bukanlah se-sajen, bukan pula suatu bujukankepada Tuhan. Dalam agama se-sajen, Tuhan dibujuk dengan makan-an, sehingga mur-ka Tuhan menjadiurung. DalamAl-Quran, adapernyataan yangbaik sekali me-ngenai kurban,Yang sampai ke-pada Allah bu-kan daging ataudarahnya, mela-inkan yang sam-pai kepada-Nya ketakwaan kamu(Q., 22: 37). Kurban berbedadengan—dan memang bukan—sesajen. Lalu untuk apa kurban itu?Idenya ialah untuk memberi makankepada orang miskin.

Haji pun demikian. Ia merupa-kan ibadah yang bersifat vertikal.Dimulai dengan ihtisâb dan ihrâm,tetapi diakhiri dengan memberimakan kepada orang miskin. Puasapun dimulai dengan sesuatu yangvertikal, sebab puasa adalah rahasiaantara kita dengan Tuhan. Tidak adaibadah yang lebih rahasia selainpuasa. Nabi mengatakan dalam se-buah hadis qudsi, “Puasa itu adalahuntuk-Ku dan Akulah yang me-nanggung pahalanya.” Artinya,puasa itu tidak mempunyai efek

pergaulan kecuali bahwa kita mung-kin merasa solider antara beberapaorang yang kita lihat sama-samaberpuasa.

Ini berbeda dengan shalat yangdianjurkan untuk berjamaah, de-

ngan janji bahwapahala shalat ja-maah 27 kali li-pat. Di dalamnyaada persaksianorang lain. Makashalat itu mudahdiketahui, danbahkan sebaiknyadiketahui orang,terutama shalatfardlu. Sedang

shalat sunnah sebaiknya dilakukandi rumah. Termasuk dalam hal iniialah anjuran banyak orang agarshalat tarawih tidak perlu dilakukandi masjid, melainkan di rumah, se-bagaimana juga dilakukan orang-orang Syi‘ah. Yang memulai shalattarawih di masjid secara berjamaahadalah ‘Umar.

IBADAT DAN IMAN

Berkenaan dengan hubungan an-tara ibadat dan iman, suatu per-tanyaan yang tidak terlalu hipo-tetis, karena sering diajukan orang,berbunyi: “Apakah manusia tidakcukup dengan iman saja dan ber-buat baik, tanpa perlu beribadat?”

Page 12: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

922 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

seperti Einstein yang mengatakanbahwa ia percaya kepada Tuhan dankeharusan berbuat baik, tanpa me-rasa perlu beragama karena meng-anggap tidak ada gunanya memasukiagama formal seperti Yahudi danKristen?

Pertanyaan serupa itu sepintas lalumensugestikan hal yang logis danmasuk akal, apalagi Kitab Suci sen-diri selalu berbicara tentang “iman”dan “amal saleh”, dua serangkai nilaiyang harus dipunyai oleh manusia.Tetapi, dalam penelaahan lebih lan-jut, pertanyaan itu bisa menimbul-kan berbagai problem. Pertama, da-lam kenyataan historis tidak pernahada sistem kepercayaan yang tum-buh tanpa sedikit banyak meng-introduksi ritus-ritus. Bahkan pan-dangan hidup yang tidak berpretensireligiusitas sama sekali dan malahberprogram menghapuskan agamaseperti komunisme, juga mem-punyai sistem ritualnya sendiri.Melalui ritus-ritus itu, yang wujud-nya bisa berupa dari sekadar menun-jukkan rasa hormat kepada lambangpartai sampai penghayatan dogmatisdoktrin-doktrin dan ideologi partai,seorang komunis memperkukuhkomitmen dan dedikasinya kepadaanutan hidup dan cita-cita ber-samanya. Demikian pula ajaran-ajaran kebatinan atau spiritualisme“nonformal” seperti yang ada padagerakan teosofi semisal Masonry,juga mengintroduksi bentuk-bentuk

ritual tertentu bagi para anggotanya.Sekurang-kurangnya tentu ada pro-ses inisiasi keanggotaan, dalam ben-tuk upacara konfesi dan ucapan janjisetia semisal bay‘ah. Maka, secaraempiris, setiap sistem kepercayaanselalu melahirkan sistem ritual atauibadatnya sendiri.

Problem kedua, dari persoalaniman tanpa ibadat ialah bahwa iman,berbeda dari sistem ilmu atau filsafatyang hanya berdimensi rasionalitas,selalu memiliki dimensi suprarasio-nal atau spiritual yang mengekspresi-kan diri dalam tindakan-tindakandevotional (kebaktian) melalui sistemibadat. Tindakan-tindakan kebaktianitu tidak hanya meninggalkan dam-pak memperkuat rasa kepercayaandan memberi kesadaran lebih tinggitentang implikasi iman dalam bi-dang perbuatan, tetapi juga menye-diakan pengalaman keruhanianyang tidak kecil artinya bagi rasakebahagiaan. Pengalaman keruhani-an itu misalnya ialah rasa kedekatankepada Sesembahan (Allah, TuhanYang Maha Esa) yang merupakanwujud makna dan tujuan hidupmanusia.

Problema ketiga ialah bahwa me-mang benar yang penting adalah imandan amal saleh, yaitu suatu rangkaiandari dua nilai yang salah satunya(iman) mendasari yang lain (amalsaleh), tetapi iman yang abstrak itu,untuk dapat melahirkan dorongandalam diri seseorang ke arah perbuat-

Page 13: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

923Ensiklopedi Nurcholish Madjid

an yang baik, haruslah memiliki ke-hangatan dan keakraban dalam jiwaseorang yang beriman, dan ini bisadiperoleh melalui kegiatan ubudi-yah. Justru pemahaman mengenaiwujud nyata hidup keagamaan selaludidapatkan dalam bentuk-bentukkegiatan ubudiyah ini.

Dari hal-hal di atas itu, kiranyamenjadi jelas bahwa sistem ibadatmerupakan salah satu kelanjutan logissistem iman. Jika tidak dikehendakiiman menjadi sekadar rumusan-ru-musan abstrak, tanpa kemampuanmemberi dorongan batin kepadaindividu untuk berbuat sesuatu de-ngan tingkat ketulusan yang sejati.Keimanan harus dilembagakan dalamperibadatan sebagai ekspresi per-hambaan seseorang kepada pusatmakna dan tujuan hidupnya, yaituTuhan.

IBADAT DAN RELIGIUSITAS

Dalam Al-Quran terdapat pe-nuturan mengenai Nabi Ya‘qub (yangbergelar Israil, yakni ‘abdullâh atauhamba Allah, konon karena sangatrajin beribadah) yang bertanya ke-pada anak-anaknya sewaktu meng-hadapi sekarat maut: Adakah kamumenjadi saksi tatkala maut meng-hampiri Ya‘qub, ketika ia bertanyakepada anak-anaknya, “Apakah yangkamu sembah (beribadah kepadanya)sesudahku?” Mereka menjawab, “Ka-

mi menyembah (beribadah kepada)Tuhanmu dan Tuhan nenek moyang-mu Ibrahim, Isma‘il, dan Ishaq,yaitu Tuhan Yang Maha Esa, dankami semua pasrah kepada-Nya.”

Dari penuturan Kitab Suci itu ter-gambar tindakan ubudiyah yangharus disertai dengan sikap pasrahsepenuhnya (islâm) kepada Se-sembahan (al-Ma‘bûd, yaitu Allah,Tuhan Yang Maha Esa). Sebab, me-lakukan tindakan ubudiyah tanpa di-sertai sikap pasrah yang tulus akanmembatalkan makna tindakan itusendiri, yaitu pengalaman kedekatandan keakraban dengan Al-Khâliq,Sang Maha Pencipta. Pengalamaninilah yang menjadi sumber getaranjiwa seorang yang beriman setiapkali disebut nama Tuhan, yang me-nimbulkan dalam hati seorang yangpercaya sikap apresiatif yang men-dalam setiap kali ekspresi keagama-an itu, seperti firman-firman, diper-dengarkan orang, dan yang mem-bimbing kepada kerinduan untukmenyandarkan diri dan memper-taruhkan seluruh hidupnya kepadaMaha Pencipta dan Maha Pelin-dungnya. Dalam kesadaran akan ke-hadiran Tuhan Maha Pencipta da-lam hidupnya itulah, seorang ma-nusia menemukan hakikat diri-nya.

Salah satu bentuk ibadat dalamIslam yang amat simbolik untukkesadaran akan kehadiran Tuhandalam hidup manusia ialah shalat.

Page 14: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

924 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Adalah membina “kontak” denganTuhan itu yang menjadi tujuan uta-ma shalat, sebagaimana hal itu jelasdalam perintah Tuhan kepada NabiMusa. Dan perkataan “shalat”(Arab: shalât, mufrad; shalawât,jamak) sendiri secara harfiah berartiseruan, sama dengan arti perkataan“doa” (du‘â’), yakni seruan seoranghamba kepada Tuhan, Penciptaseluruh alam.

Kemudian, shalat yang diberibatasan sebagai “sekumpulan baca-an dan tingkah laku yang dibukadengan takbîr dan ditutup dengantaslîm itu menyimbolkan ketunduk-an (thâ‘ah) dan kepasrahan (islâm)seseorang kepada Tuhan. Setelahtakbîr pembukaan, dalam shalat se-seorang dituntut agar seluruh sikapdan perhatiannya ditujukan semata-mata kepada objek seruan, yaitu Pen-cipta seluruh alam raya itu, dalamsikap sebagai seorang hamba yangsedang menghadap Tuhannya.”Sikap lahir dan batin yang tidak re-levan dengan sikap menghadap Tu-han menjadi terlarang (maka takbirpertama itu disebut takbirat al-ih-râm). Maka, dalam momen shalatitu seseorang, karena didominasi olehkontaknya dengan Tuhan yang ber-dimensi vertikal, dilepaskan dari di-mensi horizontal hidupnya, ter-masuk segi-segi sosial hidup itu.

Dalam momen shalat itu, se-orang hamba diharapkan mengha-yati sedalam-dalamnya kehadiran

Tuhan dalam hidup ini, “seolah-olah engkau melihat-Nya, dan kalau-pun engkau tidak melihat-Nya, makasesungguhnya Dia melihat engkau.”Dengan sikap-sikap badaniah se-perti ruku‘ dan sujud yang disertaipenempelan kening pada permuka-an tanah dalam sujud itu, kepatuh-an dan kepasrahan kepada Tuhandengan kerendahan hati itu dinyata-kan sejelas-jelasnya, disertai bacaan-bacaan suci yang seakan-akan di-rancang sebagai dialog dengan-Nya.Maka tidak berlebihan bila dikata-kan bahwa shalat yang sempurnaitu, yaitu yang dilakukan dengankekhusyukan dan kehadiran hatiyang disertai ketenangan (thuma’-nînah) seluruh anggota badan, se-perti dikatakan oleh Ali Ahmad Al-Jurjawi, adalah pernyataan imanyang sempurna. Shalat itu memben-tuk rasa keagamaan satu religiusitasyang sangat tinggi.

Selanjutnya, religiusitas itu dapatberimplikasi luas sekali dalam hidupini, baik hidup lahiriah maupun ba-tiniah. Disebabkan oleh ketenanganjiwa karena komunikasi dengan Tu-han, maka orang yang melakukanshalat dengan patuh akan memilikijiwa yang lebih seimbang, penuhharapan namun tidak kehilangan ke-sadaran diri atau sombong, karenaia “tidak berkeluh-kesah jika ditimpakemalangan, dan tidak menjadi kikirjika sedang mengalami keberuntung-an”.

Page 15: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

925Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Shalat yang berhasil akan mem-punyai dampak membentuk sikapjiwa yang bebas dari kekhawatirantidak pada tempatnya dalam meng-hadapi hidup. Ini bukan saja karenaiman, seperti ditegaskan dalam KitabSuci, senantiasa dikaitkan denganharapan (sebagaimana keingkarankepada Tuhan atau kufur dikaitkandengan keputusasaan), tapi juga karenaseseorang yang benar-benar tumbuhdalam dirinya kemantapan dalammengorientasikan hidupnya demimencapai ridla Tuhan semata (akibatantara lain diresapinya makna shalat).“… Para malaikat akan turun ke-pada mereka itu (dan membisikkan),‘Hendaknya kamu jangan takut danjangan pula khawatir, dan berbahagia-lah kamu dengan adanya surga yangdijanjikan untuk kamu. Kami (paramalaikat) inilah kawan-kawanmusemua dalam kehidupan dunia dandalam (kehidupan) akhirat ….’”

Secara keagamaan, pengalaman“ditemani malaikat” harus dihayatisebagai nyata. Meskipun para faila-suf (Muslim) akan lebih menginter-prestasikannya secara metaforis,pengalaman itu tetap mempunyaiimplikasi konkret dalam kehidupansehari-hari. Pengalaman itu jelasmerupakan kelanjutan atau konsis-tensi dari adanya harapan kepadaTuhan dan perlindungan-Nya. Makakalaupun orang bersangkutan harusmenderita, derita itu dipandangnyasebagai pengalaman manusiawi biasa

yang dapat terjadi pada setiap orang,sedangkan ia sendiri dalam pen-deritaannya itu tetap percaya danberharap kepada Tuhan, yang mung-kin sikap itu justru tidak ada padaorang lain.

Maka dapat dibuat kesimpulanbahwa shalat, demikian pula ben-tuk ibadat lain seperti, misalnya, puasadan haji, bersangkutan kuat sekali de-ngan keteguhan jiwa dan ketabahanhati menempuh hidup, karena ada-nya harapan kepada Tuhan. Sedang-kan harapan kepada Tuhan itu sen-diri adalah justru salah satu maknaiman, yang antara lain melahirkanrasa aman (al-îmân melahirkan al-amn). Rasa aman dan terlindungoleh Tuhan itu akan menjadi bekalmewujudkan cita-cita menempuhhidup bermoral, yaitu hidup yangdisemangati oleh kesadaran sosialyang setinggi-tingginya. (Kesadaransosial itu, misalnya, dilambangkanoleh ucapan salam di akhir shalatdengan menengok kanan kiri, olehzakat fitrah di akhir bulan Rama-dlan, dan oleh pakaian ihrâm yangserba-egaliter dalam umrah dan haji,serta dalam penunaian kewajibanmembayar zakat.) Sebagaimana di-kemukakan, ibadah yang tidak me-lahirkan kesadaran sosial itu, suatuperwujudan nyata terpenting hidupbermoral, akan kehilangan makna-nya yang hakiki, sehingga pelaku suatubentuk ibadat formal tanpa kesadaransosial itu justru terkutuk oleh Tuhan.

Page 16: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

926 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Karena efeknya bagi peneguhanhati dan ketenangan jiwa yang me-landasi optimisme dalam menem-puh hidup yang sering tidak gam-pang ini, maka ibadat, khususnyashalat, seperti halnya dengan ketabah-an dan ketahanan mental, merupa-kan salah satu sumber daya keruhani-an manusia dalam menghadapi ke-sulitan. Kreativitas dan daya ciptaserta resourcefulness dalam mencaripemecahan masalah hidup, misal-nya, akan tumbuh semakin kuatdalam diri pribadi yang mantap ka-rena takwa. Ibadat sebagai pernyata-an perjalanan seluruh hidup se-seorang menuju Tuhan, jika dilaku-kan dengan penuh kesadaran dankonsistensi (istiqâmah), akan mem-buat hidup kerta raharja, karenarasa aman berdasarkan iman. Sebab,ibadat merupakan pelembagaan atauinstitusionalisasi iman.

IBADAT, IMAN,DAN AMAL PERBUATAN

Semua agama samawi (Arab: sa-mâwî, “bersifat langit”, yakni ber-asal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa,yang menyatakan ajaran-Nya me-lalui wahyu kepada seorang utusandan menghasilkan kitab suci) mene-kankan keselamatan melalui iman.Tekanan itu terutama terdapat padaagama-agama lbrahim (Abrahamicreligions, karena dari segi pokok-po-

kok ajarannya bernenek-moyang ke-pada ajaran Nabi Ibrahim ekitar abadXVIII SM), yaitu Yahudi, Kristen, danIslam. Tetapi agama-agama itu jugasangat menekankan adanya keterkait-an atau konsekuensi langsung antaraiman dan amal perbuatan manusia.Maka bagi agama-agama samawi ituTuhan tidak dipahami sebagai yangberfokus pada benda-benda (totem-isme) atau upacara-upacara (sakra-mentalisme) seperti pada beberapaagama lain, tetapi sebagai yang me-ngatasi alam dan sekaligus menun-tut pada manusia untuk menjalanihidupnya mengikuti jalan tertentu,yang ukurannya ialah kebaikan se-luruh anggota masyarakat manusiasendiri. Dengan kata lain, di sam-ping bersifat serba transendental danMahatinggi, menurut persepsi aga-ma-agama samawi, Tuhan juga ber-sifat etikal, dalam arti bahwa Diamenghendaki manusia bertingkahlaku yang akhlaki atau etis, ber-moral.

Yang menengahi antara imanyang abstrak dan amal perbuatanyang konkret ialah ibadat. Sebagaisuatu konkretisasi rasa keimanan,ibadat mengandung makna intrin-sik pendekatan kepada Tuhan (ta-qarrub). Dalam ibadat, seoranghamba Tuhan atau ‘abdullâh mera-sakan kedekatan spiritual kepadaKhaliq-nya. Pengalaman keruhanianini dapat disebut sebagai inti rasakeagamaan atau religiusitas, yang

Page 17: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

927Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dalam pandangan mistis seperti padakalangan kaum sufi memiliki tingkatkeabsahan yang tertinggi. (Bahkankaum sufi cenderung melihat bah-wa rasa keagamaan harus selaluberdimensi esoteris, dengan pe-negasan bahwa setiap tingkah lakueksoteris [lahiriah] akan absah hanyajika mengantarseseorang kepadap e n g a l a m a nesoteris [batini-ah] ini.)

Tetapi, di samping makna in-trinsiknya, ibadat juga mengandungmakna instrumental, karena ia bisadilihat sebagai usaha pendidikanpribadi dan kelompok (jamâ‘ah) kearah komitmen atau pengikatanbatin kepada tingkah laku bermoral.Asumsinya, melalui ibadat, seseorangyang beriman memupuk dan me-numbuhkan kesadaran individualdan kolektifnya akan tugas-tugaspribadi dan sosialnya untuk me-wujudkan kehidupan bersama yangsebaik-baiknya di dunia ini. Akarkesadaran itu ialah keinsafan yangmendalam akan pertanggungjawab-an semua pekerjaan kelak di hadap-an Tuhan dalam pengadilan Ilahiyang tak terelakkan, yang di situ se-seorang tampil mutlak hanya se-bagai pribadi. Karena sifatnya yangamat pribadi (dalam hubungan an-tara seorang hamba dan Tuhannya),ibadat dapat menjadi instrumen pen-didikan moral dan etik yang amat

mendalam dan efektif. Dalam KitabSuci, dengan jelas diungkapkan ha-rapan bahwa salah satu efek terpen-ting ibadat ialah tumbuhnya se-macam solidaritas sosial. Bahkan di-tegaskan, ibadat bukan saja sia-sia dantidak akan membawa kepada ke-selamatan, malahan terkutuk oleh

Tuhan, sekiranyatak melahirkansolidaritas sosial.

Karena itu,dalam tinjauan

ini, ibadat dapat disebut sebagaibingkai dan pelembagaan iman,yang membuatnya mewujudkandiri dalam bentuk-bentuk tingkahlaku nyata. Di samping sebagai per-wujudan nyata iman, ibadat jugaberfungsi sebagai pemelihara danpenyubur iman itu sendiri. Sebab,iman bukanlah perkara statis, yangtumbuh sekali untuk selamanya.Sebaliknya, iman bersifat dinamis,yang mengenal irama pertumbuhannegatif (menurun, berkurang, me-lemah) maupun pertumbuhanpositif (menaik, bertambah, me-nguat), yang memerlukan usahapemeliharaan dan penyuburanterus-menerus.

IBADAT SECARA BENAR

Sebagai pernyataan pengabdiankepada Tuhan, ibadat yang juga

“Kebebasan seseorang terbatasioleh kebebasan orang lain”.

Page 18: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

928 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mengandung arti pengagungan itusesungguhnya adalah hal yang fitri.Yakni hal yang secara inheren ter-dapat pada kecenderungan alamimanusia dan alam kejadian asalnyasendiri. Karena itu, perpindahandari satu bentuk tindakan ubudiyahke bentuk yang lain dapat dilihatsebagai tindakan substitutif belaka.Karena dalam kenyataan hidup ma-nusia hampir tidak ada individu yangbebas sama sekali dari suatu bentukekspresi pengagungan yang mem-punyai nilai ubudiyah atau devotio-nal. Jika seseorang tidak melakukansuatu bentuk tindakan ubudiyah ter-tentu yang standar (seperti shalat da-lam Islam, misalnya), maka ia tentumelakukan bentuk tindakan ubudi-yah yang lain (seperti, kecenderunganamat kuat pada kaum komunis untukmengagungkan pemimpin mereka).

Maka, sama halnya dengan semuakecenderungan natural, kecende-rungan manusia untuk melakukantindakan-tindakan ubudiyah harusdisalurkan secara benar. Dan salah satubatu penguji kebenaran suatu tindak-an ubudiyah ialah bahwa ia harus ber-dampak peningkatan harkat dan mar-tabat kemanusiaan individu ber-sangkutan. Ibadat yang benar tentu-nya tidak akan berdampak penge-kangan dan pembelengguan individuseperti yang ada pada sistem-sistemmitologis.

Itu berarti ubudiyah harus dituju-kan hanya kepada Wujud Yang Maha-

tinggi, yang benar-benar “mengatasi”manusia karena Dia adalah Khalik-nya, sementara manusia adalah makh-luk-Nya (meskipun, malah justru,puncak makhluk-Nya). Selanjutnya,tindakan ubudiyah harus ditujukanhanya kepada Dia, yang keyakinan,kesadaran dan pengalaman akankehadiran-Nya dalam hidup meng-hasilkan ketulusan untuk berbuat se-suatu guna memperoleh “perkenan”-Nya, yaitu amal saleh.

Dari perspektif ini, ibadat me-rupakan lambang pengagungan se-orang hamba kepada Khaliknya sertapernyataan akan penerimaan hambaitu akan tuntutan moral-Nya. Me-lalui ibadat itu seorang hamba meng-harapkan bahwa Al-Khalik akan me-nolong dan membimbing hidupnyamenempuh jalan menuju kebenaran.Di hadapan-Nya, seorang individumenyadari bahwa dalam meng-hadapi tantangan hidup bermoralyang tak terhindarkan itu ia memerlu-kan rahmat dan keutamaan (Arab:fadll; Inggris: grace) dari Allah, ka-rena manusia tidak mungkin men-cari dan menemukan sendiri secarasempurna dan tuntas jalan kebenar-an itu tanpa bimbingan-Nya.

IBN KHALDUN:SOSIOLOG MUSLIM

Pukulan Ibn Taimiyah kepadapemikiran spekulatif dalam Kalam

Page 19: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

929Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dan Falsafah, meskipun tidak se-hebat dan setelak yang dilakukanoleh Al-Ghazali sebelumnya, sem-pat membuat kedua disiplin Islamitu sempoyongan. Apalagi gelom-bang Hellenisme pun telah pulamereda. Maka abad 18 H (14 M)merupakan masa yang relatif sunyibagi dunia intelektual Islam di-pandang secara keseluruhan, de-ngan kesan kuat akan adanya do-minasi neo-Hanbalisme.

Tetapi sunyi tidaklah berarti samasekali mandek. Barangkali benar bah-wa pada abad itu dunia intelektualIslam telah banyak kehilangan mo-mentumnya. Tetapi, seperti pernahdialami sebelumnya, selalu tampakadanya perkecualian. Di Tunisia, yangdari pandangan geopolitik DuniaIslam termasuk pinggiran, tampil diatas pentas sejarah pemikiran ma-nusia Ibn Khaldun (Abdurrahmanibn Khaldun, w. 808 H/1406 M),salah seorang ilmuwan Islam yang sa-ngat cemerlang dan termasuk yangpaling dihargai oleh dunia intelek-tual modern. Keterampilan Ibn Khal-dun terjadi setelah perjalanan sejarahintelektual Islam memberi penilaiankurang menguntungkan kepadafalsafah berkenaan dengan pertikai-annya dengan akidah untuk men-dapatkan tempat yang permanen da-lam sistem pemikiran keislaman. Ma-ka, sesuai dengan atmosfer umumsaat itu, Ibn Khaldun juga menolakkeras Falsafah. Seperti Ibn Taimiyah,

Ibn Khaldun dalam beberapa haljuga sangat terpengaruh Al-Ghazali.Tapi, oleh sesuatu sebab yang kurangjelas, Ibn Khaldun tampaknya tidakbegitu mengenal pikiran-pikiran IbnTaimiyah.

Dalam kumpulan magnum opusIbn Khaldun, Al-Muqaddimah, iamembuat catatan untuk kita tentangpersepsinya mengenai pembagian ilmupengetahuan saat itu, dan tentangbagaimana ia secara fundamentalmengkritik Falsafah.

Ibn Khaldun menyanggah ke-benaran kosmologi Neo-Platonis ka-rena, menurut dia, pembagian wujudyang berakhir kepada Akal Pertamaitu adalah tanpa dasar dan bersifatsewenang-wenang. Sedangkan alamkenyataan ini jauh lebih bervariasidaripada yang dikira oleh para faila-suf yang ia gambarkan sebagai ber-pandangan picik. Tambahan lagi,Akal Pertama gagasan para failasuf itutelah meredusir Tuhan menjadi suatukenyataan, yang meskipun dikatakanabsolut dan wajib, namun juga ber-sifat bukan-pribadi (impersonal). Initidak saja berlawanan dengan ajaranagama, tapi juga membuat pahamketuhanan menjadi kehilangan fung-sinya sebagai sumber moralitas, baikindividual maupuan sosial. Karenaitu, Falsafah tidak saja palsu, bahkanberbahaya untuk manusia.

Dalam penerapannya untuk gejalaalam, Ibn Khaldun berpendapatbahwa falsafah lebih-lebih lagi tidak

Page 20: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

930 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bisa diandalkan untuk menjelaskanhakikat objek-objek material. SepertiIbn Taimiyah, Ibn Khaldun menam-pik klaim Falsafah atas dasar postulatbahwa sesuatu yang benar secara filo-sofis seharusnya tidak saja memangbenar, tapi juga dapat dibuktikandalam alam kenyataan. Tetapi, IbnKhaldun mengatakan, persoalannyaialah bahwa argumentasi-argumen-tasi filosofis itu termasuk ke dalam sis-tem proposisi umum (universal, kullî),sedangkan kenyataan serta gejalafisik atau material adalah tergolongke dalam kategori-kategori khusus(particular, juz’î), yang kenyataankebendaannya bersifat terperinci.Karena itu, kata Ibn Khaldun lebihlanjut, satu-satunya cara untuk mem-buktikan kecocokan antara kekhu-susan-kekhususan material denganproposisi filosofis yang menggambar-kannya ialah pemeriksaan empiris.

Sekalipun begitu, Ibn Khalduntidak tertarik kepada ilmu pengetahu-an alam (yaitu apa yang kini termasukke dalam cakupan istilah “science” da-lam pengertian sempitnya). Lebihdari itu, sejalan dengan tradisi Al-Ghazali, Ibn Khaldun menggolong-kan ilmu kebendaan itu sebagai se-suatu yang sedikitnya tidak berman-faat untuk keagamaan seseorang, jikatidak malah membahayakannya. Per-hatian Ibn Khaldun lebih banyak ter-tuju kepada permasalahan sosial,sebagaimana permasalahan itu ter-wujudkan dalam sejarah umat ma-

nusia. Dalam bidang inilah IbnKhaldun memberi sumbangan ke-ilmuan yang tiada taranya, tidak sajasepanjang sejarah intelektual Islam,tapi juga sepanjang warisan keilmu-an umat manusia pada umumnya.Segi yang paling mengesankan dariIbn Khaldun ialah kreativitas danorisinalitas ilmiahnya. Hanya se-dikit saja ia terpengaruh oleh pikir-an para pemikir terdahulu, baik Mus-lim maupun bukan-Muslim, dantampaknya hanya Al-Ghazali satu-satunya pemikir yang berpengaruhlumayan kepada wawasan keilmuanIbn Khaldun. Selebihnya, pemikir-an keilmuan Ibn Khaldun itu ham-pir praktis seluruhnya orisinal danbersifat kepeloporan. Kini semakinbanyak sarjana modern yang meman-dang Ibn Khaldun sebagai bapak se-sungguhnya bagi ilmu-ilmu sosial,khususnya falsafah sejarah dan so-siologi, tapi juga ilmu politik danekonomi. Arnold Toynbee, misalnya,menghargai Ibn Khaldun sedemiki-an tingginya sehingga ia berpen-dapat bahwa nama-nama Plato, Aris-toteles, Augustine, dan lain-lain tidakpantas disebut sejajar dengan namaIbn Khaldun.

Ibn Khaldun beranggapan bah-wa ilmu sejarah dan sosiologi adalahdua ilmu yang berasal sama. Mem-pelajari sosiologi adalah penting se-bagai pengantar kepada kajian ten-tang sejarah. Ibn Khaldun tampak-nya mengingkari determinisme Tu-

Page 21: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

931Ensiklopedi Nurcholish Madjid

han dalam sejarah manusia. Ia ber-pendapat bahwa seorang sejarawantidak boleh terpengaruh oleh per-timbangan-pertimbangan spekulatifataupun teologis. Sejarah baginyaharus diterangkan semata-mata ber-dasarkan bukti-bukti empiris, me-nurut hasil observasi dan penelitianyang dilaksanakan secara objektif.Ibn Khaldun sangat menyadari ada-nya hukum-hukum sosiologis yangmenguasai perjalanan sejarah. Bolehdikata bahwa dialah orang pertamayang dengan mantap menyatakanadanya hukum-hukum serupa itu.

IBN RUSYD DI BARAT

Jika ada pendekatan yang seder-hana namun efektif untuk meng-gambarkan hubungan antara IbnRusyd dengan filsafat, maka hal itubarangkali dicapai dengan cara me-nelusuri bagaimana nama pribadifailasuf itu berkembang dalam duniaperadaban umat manusia. Nama se-benarnya dari failasuf Andalusia ituialah Ibn Rusyd (dalam huruf latintransliterasi Indonesia), secara awamdibaca Ibnu Rusyd. Hanya dengannama itulah failasuf itu dikenal dikalangan orang-orang Muslim. Halini mungkin dikarenakan kuatnyapengaruh bahasa Arab, termasukkepada bangsa-bangsa Muslim yangtidak menggunakan huruf Arab un-tuk bahasa nasional mereka seperti

bahasa Indonesia (menggunakanhuruf Latin), Bangladesh (hurufBengali) dan Turki (huruf Latin).Sedangkan pada bangsa-bangsaMuslim lainnya, yang umumnyamenggunakan huruf Arab (meski-pun tidak berarti mesti berbahasaArab), nama Ibn Rusyd tentu sajaditulis dan dieja persis seperti asli-nya dalam bahasa Arab.

Tetapi di dunia non-Muslim, khu-susnya di Barat, failasuf ini dikenaldengan nama Averroes. Perubahandan pergantian nama inilah yangkami katakan cukup ilustratif dalamkonteks keterkaitan tokoh ini de-ngan pertumbuhan dan perkem-bangan filsafat, termasuk di Barat,bahkan di dunia pada umumnya.

Nama “Averroes” adalah sebuahmetamorfosis Yahudi-Spanyol-Latindari nama Ibn Rusyd. Keterangannyaadalah sebagai berikut: Penerjemah-an karya-karya ilmiah Arab ke ba-hasa Latin sekitar pertengahan abadXII, yang dikerjakan di Spanyol atasanjuran Raymond (seorang ahli arsipdi Toledo), pada umumnya, di masa-masa awal, adalah hasil kerja samaseorang Kristen Spanyol yang tahubahasa Latin tetapi tidak pahambahasa Arab dan seorang YahudiSpanyol yang paham bahasa Arabtetapi tidak tahu bahasa Latin. SiYahudi, sambil membaca keras setiapkata-kata atau kalimat Arab dari teksyang diterjemahkan itu, menerang-kan arti kata-kata kalimat dalam

Page 22: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

932 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bahasa setempat yang dikenal, yaitubahasa Spanyol yang berfungsi se-bagai penengah antara kedua orangyang sedang melakukan kerja samaitu; kemudian si pendeta Kristen,pada urutannya, menerjemahkannyake dalam bahasa Latin.

Metamorfosis Ibn Rusyd atau le-bih tepatnya, ibn-Rochd (menuruttransliterasi stan-dar Latin) men-jadi Averroes padamulanya adalahakibat rentetanperubahan parsialyang menyertaicara kerja dan kegi-atan penerjemahanitu. Orang-orangYahudi, ketikamembaca kata-kata Arab Ibn (anakdari, dan di sini juga bisa berartiketurunan dari), mengucapkannyaseperti kata-kata Ibrani (bahasaYahudi) yang sama artinya, yaituaben, maka mereka baca namafailasuf kita ini Aben Rochd. Kemudi-an konsonan b, dari dahulu sampaisekarang, dalam bahasa Spanyol selaluberubah menjadi v, sehingga jadilahAven Recohd dan kemudian melaluiasimilasi huruf (Arab; idghâm), ber-ubah lagi menjadi Averrochd. Lalu sipendeta Kristen mengganti huruf sy(Arab; syin) dengan huruf s, karenahuruf sy tidak terdapat dalam bahasaLatin, sehingga menjadi Averrosd.

Akhirnya, karena rentetan bunyis dan d itu terasa sulit dalam bahasaLatin, maka d-nya dihilangkan, danmenjadi Averros. Demikian pula evo-lusi perubahan nama-nama failasufIslam lainnya yang banyak berpenga-ruh kepada perkembangan pemikir-an Barat: Ibn Sina menjadi Avecin-

na, Ibn Bajjah men-jadi Avenpace atauAvempace, Ibn Zuhrmenjadi Avenzoar,Ibn Khaldun men-jadi Abenjaldûn, IbnMassarah menjadiAbenmacarra danIbn Thufail menjadiAbentofail.

S e b a g a i m a n amudah dibaca, per-ubahan-perubahan

nama tersebut melukiskan dalamsuatu kapsul batas-batas jauhpengaruh tokoh-tokoh bersangkutandalam dunia pemikiran, terutamafilsafat di Barat pada khususnya dandi seluruh dunia dunia pada umum-nya, serta siapa-siapa atau kelompokmana saja yang terlibat dalampengembangan pemikiran itu. Telahdisebutkan bahwa orang-orangYahudi, Kristen, khususnya yang dariSpanyol, terlibat dalam usahapenerjemahan karya-karya ilmiahArab ke Latin. Karya-karya ter-jemahan dalam bahasa Latin itu, baikyang dari Spanyol maupun Sisiliadan Italia, kemudian menyebar ke

Page 23: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

933Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tempat-tempat lain di Eropa, ter-utama ke Prancis dan Inggris.

Tetapi sebelum menyebar keberbagai tempat dan mempengaruhijalan pikiran bangsa-bangsa dan aga-ma, Ibn Rusyd, sebagaimana hampirsemua failasuf dan pemikir lainnyadari semua kalangan, harus bergulatdahulu melawan berbagai rintanganyang umumnya datang dari para to-koh agama (rijâl al-dîn). Terlebih lagi,jika yang terakhir ini berhasil mem-buat koalisi dengan para penguasa.

IBN RUSYD MERAGI BARAT

Ibn Rusyd dicatat oleh sejarahBarat sebagai pengetuk pintu Baratuntuk masuk ke rasionalisme. Kitatidak bisa membayangkan bagai-mana Barat sebelum mengenal pe-mikiran-pemikiran Islam. Namunkita bisa mendapat gambaran bah-wa, misalnya, pada abad-abad ke-11dan ke-12, ketika dunia Islam nota-bene mulai mengalami kemandekan,pada saat yang sama ilmu penge-tahuan sudah mulai mengalir ma-suk ke Barat. Oleh karena itu, setiaporang Barat yang berpikir maju se-lalu dituduh telah dipengaruhi olehMohammedanism—mereka tidakmenyebut Islam. Masa ini memakanwaktu selama dua abad, dari abadke-12 sampai abad ke-14.

Selama dua abad inilah prosespikiran-pikiran Ibn Rusyd menjadi

ragi di Barat, artinya meresap kemana-mana tanpa banyak disadarioleh orang Barat sendiri. Sekalipundemikian, ada lembaga-lembagayang langsung bisa disebut sebagaipusat-pusat penyebaran paham-pa-ham Ibn Rusyd, misalnya Universi-tas Paris. Salah satu pengaruh IbnRusyd ialah dia memperkenalkankembali pikiran-pikiran Aristotelesdan itu mengagetkan gereja, karenaselama ini gereja merasa sudah ber-hasil mengharamkan apa saja yangberasal dari Yunani (kuno).

Pengenalan Aristoteles oleh IbnRusyd itu kemudian membangkit-kan minat kepada Aristotelianisme.Hal ini juga mendorong bangkitnyaminat kepada pikiran-pikiran Yu-nani, yang kemudian melahirkanistilah renaissance (terlahir kembali).Memang, orang Eropa mempunyaimindset bahwa peradaban Eropaadalah Greeco-Roman (Yunani-Roma-wi), yang pada Zaman Tengah telahmenghilang, dan baru ditimbulkankembali melalui pikiran-pikiranIslam. Maka, perlawanan terhadapIbn Rusyd—yang di sana disebutAveroesisme—datang dari gereja.

IBN RUSYD: PENAFSIRARISTOTELES TERBESAR

Pada akhir abad kelima Hijriah,tidak berapa lama sepeninggal pe-mikir agung Al-Ghazali, di ujung

Page 24: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

934 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

barat dunia Islam, di kota Cordoba,Spanyol, muncul seorang yang de-ngan kemampuan intelektual luarbiasa berusaha memecahkan selGhazalisme. Dialah Ibn Rusyd (AbuAl-Walid ibn Muhammad ibn Ahmadibn Rusyd, w. 595 H/1198 M), se-orang yang diakui sebagai ahli Aris-toteles yang terakhir dan terbesardalam Islam. Karyanya yang palingterkenal, meskipun bukan yang pa-ling besar, ialah kritiknya terhadapbuku tulisan Al-Ghazali, Tahâfutal-Falâsifah (“Kekacauan para Faila-suf”). Dengan cerdik dan tenden-sius Ibn Rusyd memberi judulkaryanya Tahâfut al-Tahâfut (“Ke-kacauan buku ‘Kekacauan’”)! Se-mentara buku Al-Ghazali merupa-kan kritik kepada falsafah Ibn Sinayang neo-Platonis, balasan yang di-berikan oleh Ibn Rusyd adalah ber-sifat Aristotelian.

Justru Ibn Rusyd juga membuatkritik-kritik tandas tersendiri kepadafalsafah Al-Farabi dan Ibn Sina, danberusaha menunjukkan unsur-unsurneo-Platonisnya dalam falsafah ter-dahulu it. Dan memang Ibn Rusyd,terutama dilihat dari sudut pandang-an sejarah falsafah di Eropa Barat,dianggap sebagai penafsir Aristotelesyang terbesar sepanjang masa. IbnRusyd menjadi sumber utama Aris-totelianisme Eropa abad pertengah-an, dan untuk jangka waktu lama IbnRusyd memengaruhi jalan pikiranEropa, antara lain seperti tecermin

dalam apa yang dikenal denganAverroisme Latin.

Tapi, dunia intelektual Islam mem-punyai sudut penilaian tersendiri ter-hadap Ibn Rusyd. Memang disadaribahwa Ibn Rusyd adalah seorangAristotelian yang dapat dikatakan “fa-natik”. (Ibn Rusyd, misalnya, adalahpengagum ilmu mantik Aristotelesdan menganggapnya suatu sumberbesar kebahagiaan, sehingga ia me-nyesali mengapa Socrates dan Platodulu tidak mengenalnya!) Tapi segilain dari Ibn Rusyd yang lebih me-ngesankan dunia pemikiran Islamialah usahanya untuk menggabung-kan agama dan falsafah secara ikhlasdan bersungguh-sungguh—lebihbersungguh-sungguh daripada Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, dan lain-lain. Dari risalahnya, kita bisa me-ngetahui pendirian pokok Ibn Rusyd,di mana ia mengajukan argumentasibahwa kebenaran agama dan ke-benaran falsafah adalah satu, mes-kipun dinyatakan dalam lambangyang berbeda-beda. Tapi sesung-guhnya Ibn Rusyd juga membelapandangan bahwa kebenaran ter-tinggi selalu bersifat filosofis, dan bagiyang mampu, agama haruslah di-interpretasikan secara demikian.Konsekuensinya, Ibn Rusyd dengankuat sekali berpegang kepada pendi-rian bahwa ada pemahaman agamamenurut kaum al-khawwâshsh, ter-utama pada failasuf, dan ada yang me-nurut kaum al-‘awwâm. Pemahaman

Page 25: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

935Ensiklopedi Nurcholish Madjid

khawwâshsh tidak boleh sama sekali di-berikan kepada seseorang yang kemam-puannya hanyalah menangkap pe-ngertian awam, sebab, katanya, akanmembawa kepada kekafiran. Seba-liknya, seorang yang mampu berpikirfilosofis dan tidak menafsirkan ke-benaran agama demikian, adalah jugakafir. Dengan begitu Ibn Rusyd meng-garisbawahi elitisme para failasuf.

Meskipun demikian, Ibn Rusydtetap dinilai sebagai failasuf yang pa-ham keagamaannya paling mendekatigolongan ortodoks. Dan di antarapara failasuf, tidak ada yang me-nyamai Ibn Rusyd dalam keahlian-nya di bidang fiqih. Sebagai seorangdari keluarga para qâdlî, Ibn Rusydsangat mendalami fiqih. Bukunya,Bidâyat al-Mujtahid, diketahui se-bagai karya dengan sistematika yangterbaik di bidang yurisprudensi Islam,berkat latihan intelektualnya sebagaiseorang failasuf. Selain berprofesi se-bagai dokter, Ibn Rusyd, seperti hal-nya dengan ayah dan kakeknya, per-nah menjabat sebagai qâdlî, yaitudi Seville dan Cordoba.

IBN SINA: AL-SYAYKH AL-RA’ÎS

Secara mengejutkan, pada sekitarabad kelima Hijriah, meskipun du-nia Islam dalam keporak-poranda-an politik, pemikiran tidaklah ber-henti. Justru berbagai kegiatan in-telektual dan ilmiah berkembang

bagaikan cendawan di musim hu-jan, berkat dorongan dan lindu-ngan para amir dan a‘yân yang sa-ling bersaing dan saling mengung-guli. Para penguasa lokal itu ber-lomba menarik hati kaum sarjanadan ilmuwan, dan mereka yang di-sebut terakhir ini mendapati kea-daan tidaklah terlalu buruk, jikabukan sangat menguntungkan bagiterlaksananya banyak keinginanmereka di bidang ilmu pengetahu-an. Kini peradaban Islam tidak lagimemusat pada beberapa kota ter-tentu seperti Bagdad, Bashrah, danKufah di lembah sungai-sungaiDajlah dan Furat itu, melainkanmenyebar sampai ke banyak kotakecil dunia Islam. Di antaranyaialah sebuah tempat di tepi pan-tai selatan Laut Kaspia, di kawasanBukhara, di mana seorang bocahtertentu, setelah selesai menghafalAl-Quran, menguasai Nahwu Sharaf(gramatika bahasa Arab) dan men-dalami fiqih—seperti biasanya anakMuslim berpendidikan yang rajindan cerdas saat itu—kemudianbelajar ilmu logika kepada seorangguru falsafah setempat, hanya untukmengejutkan orang banyak dan gu-runya sendiri karena dalam usianyayang amat muda itu ia mampu de-ngan sangat cepat menguasai ilmuyang pelik tersebut, malah melebihisang guru. Dia itulah Ibn Sina (AbuAli Al-Husain ibn Abdullah ibnSina, w. 428 H/1037 M).

Page 26: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

936 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Seperti mendapatkan ilmu ladun-ni (pengajaran gaib), dan bagaikandalam kehausan belajar yang takpernah terpuaskan, Ibn Sina mem-pelajari apa saja yang teraih oleh ta-ngannya dan menguasainya dengansempurna. Pada usia 17 tahun iatelah memahami seluruh teorikedokteran yang ada pada saat itumelebihi siapapun juga, yangmembuatnya di-angkat sebagaikonsultan prak-tisi dokter-dok-ter. Hanya saja,oleh suatu sebabyang masih ha-rus dikaji, IbnSina mengalamikesulitan mema-hami metafisikaAristoteles, meskipun, menurutdirinya sendiri dalam autobiografi-nya, telah diulang membacanyasampai 40 kali. Ia akhirnya terto-long hanya oleh sebuah risalah pen-dek Al-Farabi. Tapi anekdot itu ju-stru melukiskan bahwa Ibn Sinaadalah seorang pewaris tulen tradisifalsafah Islam rintisan Al-Kindi danpeletakan fondasi Al-Farabi.

Ibn Sina adalah seorang penulisyang luar biasa produktif, dan ka-renanya ia adalah yang terbesar diantara sekalian pemikir yang me-nuliskan karya falsafahnya dalambahasa Arab. (Perlu diingat bahwa

pada masa itu, sampai dengan akhir-akhir ini, bahasa Arab adalah ba-hasa karya keilmuan para sarjanadalam lingkungan dunia Islam, ter-masuk bagi mereka yang bukan ber-bangsa Arab, seperti orang-orangPersia dan Turki, atau bukan Mus-lim, seperti orang Kristen dan, le-bih-lebih lagi, orang-orang Yahudi).

Pada Ibn Sina fal-safah mencapaipuncaknya yangtertinggi, dan ka-rena prestasinyaitu Ibn Sinamemperoleh gelarkehormatan se-bagai “al-Syaykhal-Ra’îs” (KiaiUtama).

Ibn Sina, se-perti halnya de-

ngan Al-Farabi sebelumnya, me-negakkan bangunan neo-Platonis diatas dasar kosmologi Aristoteles-Ptolemi, yang dalam bangunan itudigabungkan konsep pembagianalam wujud menurut paham ema-nasi. Dan seperti halnya dengansemua failasuf Muslim, Ibn Sinaberusaha membuktikan dimungkin-kannya adanya Nabi. Tetapi berbedadengan Al-Farabi yang mengaitkannubûwah dengan suatu bentukimajinasi tertinggi, Ibn Sina meng-kaitkannya dengan bagian tertinggidaripada sukma, yaitu akal. Sebuahrisalahnya yang amat masyhur

Kekuatan demokrasi ialah bahwaia merupakan sebuah sistem yangmampu, melalui dinamika intern-nya sendiri, untuk mengadakankritik ke dalam dan perbaik-an-perbaikannya, berdasarkanprinsip keterbukaan dan kesempa-tan untuk bereksperimen. Danprinsip keterbukaan serta ke-sempatan bereksperimen itulah sa-lah satu dari ruh demokrasi yangpaling sentral.

Page 27: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

937Ensiklopedi Nurcholish Madjid

memberi gambaran tentang pendirianIbn Sina itu, sekaligus menunjukkankepada kita bagian-bagian daripahamnya, di samping dalam ba-nyak sekali karya-karyanya yanglain, yang menjadi sasaran kritik parasarjana sesudahnya, khususnyadari kalangan kaum agamawan or-todoks.

IBN TAIMIYAH MENYERUKEMBALI KEPADA SALAF

Dari catatan sejarah, Ibn Taimi-yah tidak berhasil menciptakan suatugerakan besar. Tetapi dinamika ide-idenya justru berlanjut terus mem-pengaruhi sejarah intelektual Islam.Di zaman modern ini, perjuanganIbn Taimiyah melepaskan diri dariotoritas tradisi, tersimpulkan padaseruannya untuk membuka kembalipintu ijtihad dan kritik-kritik pe-dasnya kepada hampir semua sistempemahaman keagamaan yangmapan, telah menjadi sumber ins-pirasi bagi banyak pandangan li-beral berbagai gerakan Islam mo-dernis. Tetapi, pada saat yang sama,tekanan Ibn Taimiyah kepada pe-mahaman harfiah terhadap sumber-sumber agama telah menjadi bahanrujukan bagi berbagai kecende-rungan literalis dan fundamentalispada banyak kalangan aktivis Muslimtertentu pada zaman mutakhir.

Barangkali seruannya untuk kem-bali mencontoh golongan Salaf (ge-

nerasi pertama umat) yang saleh masihtetap relevan. Namun Salafisme itusendiri tidak lepas dari adanya ber-bagai macam penafsiran. Sebuahtesis dari Universitas Al-Azhar diMesir mencoba membuktikan bahwaIbn Taimiyah, dalam analisanya, samasekali bukanlah seorang penganutSalafisme! Ini menunjukkan bahwasejak semula, dan tampaknya akanbegitu seterusnya, Salafisme tidakakan pernah bisa dimonopoli olehsuatu gerakan Islam yang mana pun,termasuk gerakan pemurnian menurutcontoh Ibn Taimiyah. Bagi Merekayang dari sudut pandangan tertentuIbn Taimiyah akan disebut sebagaiahl al-bid‘ah (para penganut bid‘ah)juga banyak yang menggunakanjargon Salafisme itu, sebagaimanatecermin pada nama beberapa pe-santren terkenal di Jawa.

Hanya sedikit dari kalangan kaumMuslimin, termasuk mereka yangmengaku sebagai penerus ide-ide IbnTaimiyah, benar-benar mampu me-nunjukkan tingkat apresiasi yangmemadai kepada aspek intelektualis-me pemikir besar itu. Seperti biasa,tangkapan yang kurang cerdas ke-pada pikiran-pikiran Ibn Taimiyahmengesankan seolah-olah pemikir ituberhenti hanya kepada aspek-aspeklahiriah kehidupan keagamaan saja,seperti dapat dilihat pada pengertianpopuler tentang seruannya melawanbid‘ah. Segi-segi positif pemikiran IbnTaimiyah, yaitu konsep alternatif

Page 28: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

938 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yang ia yakini kebenarannya danditawarkan kepada umat untukdikembangkan, membentuk suatusistem pemikiran tersendiri yangtidak kurang rumitnya. Aspek ter-akhir ini masih sedikit dipelajarisecara sistematis dan ilmiah.

IBN TAIMIYAHSEBAGAI PEMBARU

Ibn Taimiyah adalah seorangSunni “sejati”, yang berpandanganpolitik mengharamkan pemberontak-an kepada pemerintah yang sah, be-tapapun zalimnya pemerintah itu,dan mewajibkan setiap orang Mus-lim mentaati perintah penguasa yangsah jika perintah itu sendiri adil danbenar, bukan berupa maksiat. Karenaitu, Ibn Taimiyah dengan patuhmenyertai tentara pemerintah (yangselama ini dikritiknya) untuk ikut me-mimpin pasukan menghadapi bangsaTartar yang datang menyerbu Da-maskus. Ibn Taimiyah dengan pe-nuh kepahlawanan terlibat langsungdalam pertempuran Saqhab (702 H/1305 M), di medan mana tentara Is-lam berhasil mengalahkan kaum Tatardan mencegah mereka merambahDamaskus untuk selama-lamanya.

Ibn Taimiyah, dengan begitu, ada-lah seorang warga yang taat, patriotikdan heroik, di samping juga seorangpengamal ajaran amar ma‘rûf nahîmunkar yang gigih. Karena itu, ia

memandang wajib melakukan kritikkepada setiap hal yang dinilainya se-bagai kezaliman, khususnya kezalim-an pemerintah. Ia boleh dikatakan le-bih banyak menjalani hidupnya da-lam penjara, dan akhirnya wafat dalambenteng bui (qal’ah) Damaskus, pada728 H/1328 M.

Ibn Taimiyah adalah seorang pem-baru dan pemurni Islam par excel-lence. Maksudnya, ia benar-benar ber-usaha memperbarui pemahaman danpengamalan Islam di zamannya, se-demikian rupa sehingga sungguh ba-nyak dari pemahaman dan peng-amalan yang dikembangkan dan di-tawarkan kepada masyarakat saat ituterasa sangat baru. Tentu saja IbnTaimiyah mengaku dan sekuat te-naga berusaha membuktikan bahwapemahaman dan pengamalannya itutidak mengandung suatu kebaruanapa-apa. Justru ia berjuang untukmendapat penerimaan masyarakatbahwa pemahaman dan pengamal-an Islam yang dikembangkan danditawarkannya itu adalah benar-be-nar “asli” dan “murni” Islam, yang duludipahami dan diamalkan oleh ge-nerasi-generasi Islam yang autentik(generasi kaum Salaf ). Sebagai se-orang pembaru dan pemurni, se-lama hidupnya Ibn Taimiyah de-ngan gigih dan militan mencurah-kan tenaga dan pikirannya untukmemberantas apa yang ia pandangsebagai penyimpangan keagamaan.Secara fisik ia terlibat langsung dalam

Page 29: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

939Ensiklopedi Nurcholish Madjid

memberantas dan menghancurkanbentuk-bentuk bid‘ah populer sepertipraktik pemujaan kepada kuburanorang ternama dan penghormatanyang berlebihan kepada tokoh yangoleh umum dianggap sebagai wali(walî, kekasih Tuhan).

Namun seolah-olah secara sim-bolik menggambarkan anomali yangironis dalam sikap masyarakat Mus-lim kepada tokoh ini, pada hari wafat-nya puluhan ribu orang mengantarjenazahnya ke kubur (banyak diantara mereka kaum wanita) karenakeyakinan bahwa dia adalah seorangwali. Sebagai kelanjutannya, makam-nya pun menjadi salah satu pusatziarah umum yang ramai di Damas-kus, dipuja dan diagungkan se-bagaimana layaknya sebuah makamseorang wali, sama persis denganpraktik terhadap banyak makam yanglain, yang ia kecam dengan penuh ke-gemasan semasa hidupnya!

Meringkaskan dasar dari ide pem-baruannya ialah motonya yang ter-kenal, “al-rujû‘ ilâ al-Kitâb wa al-Sunnah” (Kembali ke Kitab Suci danSunnah Nabi), kemudian ditambahdengan seruan untuk meneladanikaum salaf yang saleh (al-Salaf al-Shâlih), yaitu kaum Muslim dari tigagenerasi pertama Islam meliputi gene-rasi para sahabat nabi sebagai generasipertama Islam, para Tâbi’ûn (parapengikut Sahabat, generasi kedua) danTâbi‘ al-Tâbi‘în (para pengikutTâbi‘ûn, generasi ketiga). Ia juga me-

nyerukan ijtihad dengan mengikutimetodologi yang ia sebut’’âl-qiyâs al-syar‘î al-shahîh” (seperti dikembangkanoleh Imam Syafi’i).

Berkenaan dengan yang terakhirini, Ibn Taimiyah menjadi pen-dukung dan pembela yang gigih bagitetap dibukanya pintu ijtihad sepan-jang masa. Ia secara konsisten me-nilai seorang dari sudut pandangnyamengenai ijtihad itu, yaitu berdasar-kan sabda Nabi Saw., bahwa seorangyang berijtihad namun keliru masihmendapat satu pahala. Tinggal yangmenjadi persoalan ialah seberapajauh ia melakukannya dengan rasatanggung jawab. Maka suatu ke-salahan dalam pemikiran tidaklahdapat disebut ijtihad, jika kesalahanitu sengaja dibuatnya, bahkan me-rupakan suatu kejahatan.

IBN TAIMIYAH VERSUSIBN ARABI

Dorongan untuk melakukanpembaruan pemikiran dalam Islamdi zaman modern sebetulnya ba-nyak mendapatkan inspirasi dariIbn Taimiyah, seorang tokoh yangmempunyai wawasan kesejarahanyang cukup unik di antara para pe-mikir Islam, tetapi dengan kecende-rungan literalisme yang agak eksesif.Artinya, pemahaman harfiahnyakepada sumber-sumber suci agakberlebihan, dan kemudian meng-hasilkan suatu gejala seperti di Saudi

Page 30: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

940 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Arabia, suatu negeri yang secara for-mal mengikuti mazhab Hanbali versiIbn Taimiyah dalam tafsiran Mu-hammad ibn Abd Al-Wahhab (se-hingga mereka disebut Wahabi). Se-mua diskursus mengenai Islam kon-temporer mengatakan bahwa SaudiArabia adalah negeri dengan tipeIslam yang paling konservatif, tetapipada waktu yangsama mereka ju-ga yang palingdekat denganBarat, entah ka-rena masalahminyak ataupunmotif lainnya.Kelebihan gerak-an Wahabi—meskipun de-ngan cara-carayang terkadang tidak elegan—ialahmembebaskan diri dari unsur-unsurmitologis dalam pemahaman Islampopuler. Karena itu, di Saudi Arabiasama sekali tidak ada benda suci,kecuali yang formal diakui olehagama, yaitu Hajar Aswad. Demi-kianlah kecenderungan keberagama-an yang lahir dari kutub Ibn Tai-miyah.

Kutub lain adalah Ibn Arabi. To-koh ini memiliki kecenderunganyang luar biasa kepada tafsiran-taf-siran metaforis spiritual terhadapsumber-sumber suci. Dia sama sekalitidak berpegang pada bunyi-bunyiharfiah, dan karena itu menghasilkan

suatu pemikiran yang langsungberseberangan secara diametral de-ngan pemikiran Ibn Taimiyah. Maka,para pengikut Ibn Taimiyah di SaudiArabia sekarang menjadikan IbnArabi sebagai salah satu sasarankritiknya, karena dianggap bid‘ah,sesat, banyak melakukan interpretasiyang sangat jauh, yaitu interpretasi

metaforis spiritual.Itulah sebabnya

mengapa kemudi-an Ibn Arabi mun-cul di kalangantendensi-tendensibaru Islam yangtidak puas dengantafsiran literal ke-pada agama danm e n g i n g i n k a ntafsiran yang lebih

dinamik dan spiritual. Tendensi ter-sebut muncul di kalangan orang-orang Muslim Barat, bukan orang-orang Islam yang pindah ke Barat.Sebab sekarang ini yang seringdisebut sebagai orang Islam diBarat kebanyakan ialah orang Islamyang pindah ke Barat, entah ituorang India, orang Arab, dan lain-lain. Tetapi ada gejala baru, yaitubahwa orang Barat yang menjadiIslam itu umumnya cenderung keIbn Arabi. Di Barat, misalnya, kinisudah ada lembaga seperti Ibn ArabiSociety. Tentu ini kecenderungan yangbagus, karena berarti orang-orangMuslim Barat sekarang ini sudah

Page 31: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

941Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mulai ambil bagian dalam pe-ngembangan agama Islam. Tokoh-tokohnya antara lain FritjhofSchoun, yang nama Islamnya Mu-hammad Isa Nuruddin dan MartinLing yang nama Islamnya Sira-juddin Abu Bakar.

Memang pemikiran Ibn Arabisering dianggap liar, termasuk didunia akademik Barat sendiri. Diabanyak menyampaikan gagasandalam kalimat-kalimat yang hanyadapat dipahami oleh lingkungannyasendiri, sehingga untuk menerang-kannya secara menyeluruh dalamformat yang sederhana dan mudah,agak mustahil. Bahasa Arabnya ada-lah bahasa Arab yang sarat dengansimbol. Karena itu, kalau orang ti-dak tahu pikiran menyeluruh dariIbn Arabi, ia akan salah memahami.

IBN TAIMIYAH: SEORANGEGALITARIANIS RADIKAL

Ibn Taimiyah adalah seorangegalitarianis radikal, yang metodo-logi pemahamannya kepada agamamenolak otoritas mana saja kecualiAl-Quran dan Sunnah. Implikasi darimetodologinya itu ialah, antara lain,ia menjadi amat kritis kepada ham-pir semua pemikir Islam yang ma-pan, terutama falsafah dan kalam,tapi juga terhadap banyak segi syariat,tasawuf, dan lain-lain. Nama IbnTaimiyah selalu sangat kuat di-

kaitkan dengan perlawanan yanggigih, malah boleh dikatakan fana-tik, terhadap metode pengikutan tidakkritis (taqlîd). Oleh karena keharus-an memenuhi tantangan zaman yangsenantiasa berubah, Ibn Taimiyahberpendirian tetap dibukanya pintuijtihad untuk selama-lamanya. Da-lam usaha menjabarkan ide-idenyaitu, Ibn Taimiyah menulis berbagaikarya secara amat giat dan dengan ke-suburan luar biasa.

Sesungguhnya Ibn Taimiyah se-cara sangat tidak lumrah juga meng-kritik tokoh-tokoh yang oleh kaumMuslimin, paling tidak kalangankaum Sunni, dipandang tanpa salah,seperti ‘Umar ibn Al-Khattab. IbnTaimiyah kadang-kadang dengancara yang cukup berimbang jugamembela tokoh yang umat umum-nya dianggap sangat kontroversial,seperti Muawiyah (pendiri rezimBani Umayah) dan anaknya,Yazid.Namun yang paling mengejutkanialah konsepnya mengenai ‘ishmah(keadaan tak bisa salah, infallibility)para nabi. Ibn Taimiyah dinilaisangat cenderung kepada pendapatbahwa Nabi itu ma‘shûm (tak bisasalah, infallible) hanyalah berkenaandengan tugasnya menyampaikanwahyu (tablîgh) dari Tuhan saja. Diluar tugas itu, para Nabi, sebagaimanusia biasa, dapat, malah sebagi-an dari mereka benar-benar telah,melakukan kesalahan. Hanya saja,menurut Ibn Taimiyah, seorang

Page 32: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

942 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nabi, bila ternyata telah bertindaksalah, akan segera melakukan tawbat-an nashûh-an (tobat yang tulus-ikhlas). Justru tobat nashuh itulahyang membuat kedudukan para nabiamat mulia. Ia mengemukakancontoh-contoh untuk ini, sepertipelanggaran Nabi Daud, kelalaianNabi Yunus, dan juga beberapakelengahan Nabi Muhammadsendiri, yang kesemuanya itu direkamdalam Al-Quran.

Penting pula diingat kondisisosial-politik dunia Islam saat IbnTaimiyah tampil. Pada waktu itufragmentasi politik dunia Islam se-demikian parahnya, sehingga umatkehilangan daya tahan terhadap se-rangan-serangan musuh dari luar,khususnya bangsa Mongol dari timurdan tentara Salib dari barat/utara.Ibn Taimiyah terjun aktif dalam ber-bagai pertempuran melawan musuh-musuh itu. Bahkan sesungguhnya iatelah menjadi korban serbuan dariluar itu sejak masa kanak-kanak ke-tika ia dan keluarganya mengalamiserbuan bangsa Mongol dan harusmengungsi dari kota kelahirannyadi Mesopotamia Utara, Harran, keDamaskus. Keadaan politik itumembuat Ibn Taimiyah sangat ge-ram kepada ulama-ulama yang di-lihatnya korup karena godaan ke-kuasaan pemerintahan yang zalim,sama dengan keadaan yang dihadapiAl-Ghazali dahulu. Tapi, padawaktu yang sama Ibn Taimiyah

masih meringkuk dalam perangkapdoktrin politik kuno, yang lebihmengutamakan stabilitas daripadakemajuan. Seperti halnya denganulama ortodoks sejak zaman Uma-wiyah, Ibn Taimiyah juga ber-pegang erat kepada sebuah ungkap-an (dikatakan sebagai sebuah hadis)bahwa “Enam puluh hari peme-rintahan yang zalim masih lebih baikdaripada sehari kekacauan.” Tetapiberkenaan dengan konsep tentangkepala negara (khalifah), IbnTaimiyah memberi peluang bagi ada-nya pluralisme dalam dunia Islam.Ibn Taimiyah berpendapat bahwaumat Islam tidak harus mempunyaihanya seorang khalifah, tetapi di-bolehkan adanya beberapa khalifahdan beberapa negara yang menjadidaerah kekuasaan masing-masingkhalifah itu. Meskipun demikian IbnTaimiyah tetap menyerukan persatu-an keumatan dunia Islam. Bagiandari konsep politiknya ini merupa-kan suatu hal yang cukup simpatibagi pemikir Muslim-modernis.

IBN TAIMIYAH:SEORANG NEO-SUFIS

Tidak saja dalam bidang politikIbn Taimiyah tercampur antara ke-progresifan dan kekolotan. Ber-kenaan dengan Sufisme pun IbnTaimiyah menganut paham yangagak kompleks. Ibn Taimiyah

Page 33: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

943Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sangat terkenal sebagai pemikiryang menentang habis-habisanpraktik umum mengagungkanmakam tokoh yang disebut wali,serta banyak praktik kesufian lain-nya. Namun sesungguhnya IbnTaimiyah tetap mengakui ke-absahan tasawuf dan berbagaipengalaman kesufian seperti kasyf(penyingkapan intuitif akan tabirkebenaran). Te-tapi, Ibn Taimi-yah ingin mem-bawa pengalamanmemperoleh kasyfitu ke tingkatproses intelektualyang sehat, dandengan tegas iamenolak finalitaskasyf sebagai bentuk penemuan ke-benaran atau Tuhan. Menurut IbnTaimiyah, keabsahan kasyf adalahsebanding dengan kesucian moralpada jiwa, yang tingkatan-tingkat-an kesucian itu, sebenarnya, tidakada batasnya. Maka, kasyf pun adadalam tingkat-tingkat yang berke-lanjutan tanpa batas. Bagi IbnTaimiyah, mencapai pengetahuansempurna tentang kebenaranmutlak atau Tuhan adalah musta-hil.

Dengan begitu sesungguhnyaIbn Taimiyah adalah semata-mata se-orang penganut suatu paham kesufi-an baru (“Neo-Sufisme”) yang di-pandangnya lebih sesuai dengan se-

mangat dasar ajaran Al-Quran, bah-kan dialah pelopornya.

IBN TAIMIYAH:SEORANG POSITIVIS

Adalah suatu hal yang amat me-narik dalam sejarah intelektual Is-lam bahwa pada abad ke-14, yakni

sekitar masa sa-tu generasi se-sudah padam-nya gelombangkedua Hellenis-me, Ibn Taimi-yah (TaqiyuddinAhmad ibn Tai-miyah, w. 728H/1328 M), se-

orang pemikir pembaru dari Da-maskus, telah secara sangat dinimenyadari kesalahan prinsipil ke-seluruhan bangunan falsafah dankalam, dan dengan sangat kompe-ten membongkar kepalsuan logikaAristoteles (ilmu mantik) yang ba-nyak menguasai jalan pikiran parasarjana Islam, termasuk, misalnya,Al-Ghazali yang menolak falsafah.Ibn Taimiyah sering digambarkansebagai seorang pemikir fanatik danreaksioner. Tetapi dalam tinjauanmodern, Ibn Taimiyah semakinbanyak mendapatkan perlakuan yanglebih simpatik, disebabkan antaralain oleh kesadaran baru para sar-jana akan kompetensi Ibn Taimiyah

Jalan mereka yang termurka ituialah jalan yang terlalu banyakmenekankan keadilan sematatanpa ihsân, sedangkan jalanyang sesat ialah jalan yang terlalubanyak memberikan tekanankepada ihsân tanpa keadilan.

Page 34: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

944 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dalam falsafah dan kalam yang di-kritiknya. Dalam usahanya mem-bongkar otoritas falsafah, misalnya,Ibn Taimiyah telah menulis ber-bagai karya khusus. Salah satunyayang besar ialah bukunya Al-Radd‘alâ Al-Manthîqîyîn (“Bantahan ke-pada para ahli logika”), yang dihar-gai sangat tinggi oleh para sarjanamodern, dan yang membuatnyadapat dianggap sebagai peletakdasar pertama bagi sistem logikaJohn Stuart Mill dan pendahulufalsafah David Hume. Sebuah karyalainnya ditulis Ibn Taimiyah sebagaikritik yang ditujukan khusus ke-pada falsafah Ibn Rusyd dalambukunya, al-Kasyf ‘an Manâhij al-‘Adillah (“Penyingkapan berbagaimetode pembuktian”).

Sekalipun begitu, tidaklah ber-arti bahwa Ibn Taimiyah hendakmeninggalkan keharusan berpikirlogis. Dalam kritiknya kepada logi-ka formal, Ibn Taimiyah antara lainmenolak kebenaran burhân (de-monstrasi) yang menurut anggapanpara failasuf merupakan bentuk buktitertinggi. Ibn Taimiyah tidak mem-persoalkan proses silogistis yang da-pat menghasilkan bukti tak terbantah(badahî, apodeistic), tetapi ia memer-hatikan bahwa demonstrasi itusangat hampa. Justru dalam meng-kritik metode ijmak (ijmâ‘) dalammazhab Al-Syafi`i, Ibn Taimiyahyang bermazhab Hanbali itu mene-kankan pentingnya qiyâs syar‘î yang

benar. Di sinilah ia bertemu lagi de-ngan ilmu logika, yang pada analisaterakhir tampak membuatnya ma-sih erat terkait dengan tradisi Aris-totelianisme Islam. Bukunya, al-Qiyâs fî al-Syar‘î al-Islâmî (“Qiyas da-lam Hukum Islam”), dimulai denganpenegasan bahwa qiyâs syar‘î yangbenar ialah yang didasarkan kepadasilogisme yang berusaha menemu-kan bukannya kesamaan-kesamaandangkal di antara syarat-syaratnya,tetapi faktor penyebab (‘illah) yangada. Pembelaannya terhadap qiyâsitu dilakukan dengan sangat cerdasserta bersemangat dan, pada akhir-nya, bersifat Aristotelian juga.

Namun begitu, positivisme IbnTaimiyah lebih dominan dalam pan-dangan-pandangannya. Ketika iamenolak demonstrasi, ia mengatakanbahwa sebagai suatu bentuk buktitertinggi demonstrasi harus mengan-dung universal-universal (al-kullîyât)yang terdapat hanya dalam pikiran.Tetapi, karena kenyataan yang adaini semuanya adalah bersifat parti-kular (juz’î), maka berarti bahwademonstrasi tidak dapat menghasil-kan suatu pengetahuan positif ten-tang wujud ini pada umumnya dantentang Tuhan pada khususnya. Pe-ngetahuan yang benar tentang wujudini dapat diperoleh hanya jika sese-orang meneliti langsung apa yang adasebagai partikular-partikular (al-juz’îyât), bukannya pada abstraksi-abstraksi filosofis. Hal yang sama juga

Page 35: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

945Ensiklopedi Nurcholish Madjid

berlaku untuk pengetahuan tentangTuhan, yang hanya bisa diperolehdengan sikap percaya kepada wahyu-Nya, dan dengan menghayati wah-yu itu menurut bahasa apa adanya.Melalui partisipasi dalam dinamikaAl-Quran yang bahasa puitiknyamerupakan suatu unsur mukjizat ituseseorang akan mampu menangkapsumber vitalitas keagamaan bukan-nya lewat teologi dan pemikiran spe-kulatif.

Dapat dilihat bahwa dalam pene-rapannya terhadap bidang keagama-an, positivisme Ibn Taimiyah itu te-lah mendorongnya kepada literalismedalam kitab suci, dan membuatnyamenolak dengan keras interpretasi-in-terpretasi rasional, khususnya interpre-tasi yang dilakukan dengan menggu-nakan bahan-bahan asing (bukan Is-lam) seperti Hellenisme, baik padakalam maupun falsafah. Inilah pang-kalnya Ibn Taimiyah menolak de-ngan keras ke dua tradisi intelektualIslam itu. Dalam hal ini, ia hanya ber-tindak sepenuhnya selaku pelanjutmetode Ahmad ibn Hanbal (w. 241H/855 M) plus Daud Kalaf “Literalis”(Al-Zhahiri, w. 269 H/882 M), tetapidengan argumentasi dan sistematikayang lebih unggul, antara lain, sepertihalnya dengan Al-Ghazali yangmendahuluinya, justru berkat kajiandan pendalamannya tentang falsafahdan kalam yang menjadi sasaranutama kritik-kritiknya itu.

IBN TAIMIYAH: TOKOHREALISME DAN EMPIRISISME

Kritik dan polemik Ibn Taimiyahterhadap para failasuf merupakanakibat wajar ide pokok pembaruandan pemurniannya dalam pemaham-an Islam dan pengamalannya. Ide po-koknya bermula dari penegasan bahwaIslam hanya dapat dipahami danganbenar dari sumber-sumber absahnya,yaitu Al-Quran dan Sunnah, kemu-dian dari sumber Salafi, dan dariijtihad dengan mengikuti metodo-logi yang ia sebut al-qiyâs al-syar‘î”(seperti dikembangkan oleh ImamAl-Syafi’i). Pendekatan Ibn Taimiyahkepada teks-teks suci sering dikecamterlalu harfiah, sehingga ia jugadituduh sebagai pelopor literalismeyang kasar. Ini bermula dari prin-sipnya bahwa agama (Islam) tidakdapat tidak kecuali dengan melihatdan memahami teks suci (Kitab danSunnah) menurut apa adanya,begitu juga sejarah kaum Salaf,tanpa spekulasi atau rasionalisasi.Sikapnya ini berlandaskan kepadacommon sense yang cukup kuat bah-wa agama adalah hak prerogatif Tu-han melalui utusanNya; maka, jikakita berspekulasi tentang agama, apayang bakal menjamin bahwa spe-kulasi kita itu benar, mengingat bahwakita semua adalah manusia biasa.

Kritik Ibn Taimiyah terhadap fil-safat didasarkan pada prinsip ter-sebut, dan karena pandangannya

Page 36: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

946 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bahwa filsafat terlampau banyakmengandalkan pemikiran spekulasirasional tanpa observasi atas kenyata-an luar. Ini tidak berarti ia menolaksama sekali keseluruhan pemikirankefalsafatan. Sesungguhnya pan-dangan dan sikap Ibn Taimiyah da-lam segala masalah sama sekali tidaksederhana. Kompleksitas pendekat-annya kepada suatu masalah dapatdiketahui hanya dengan membacatulisan-tulisannya seluas mungkin.Sebab, Ibn Taimiyah yang menulisdengan penuh gairah itu sering me-munculkan pandangan dan pikiransecara spontan dan mendadak, de-ngan akibat bahwa banyak dari po-kok pikirannya itu yang terpencardalam berbagai kitabnya.

Sikapnya terhadap filsafat yangkompleks itu dapat kita peroleh se-dikit gambarannya ketika ia (disana-sini dalam karya-karyanya)masih mengakui unsur-unsur ter-tentu yang benar dari pemikiranpara failasuf Yunani kuno. Kadang-kadang, hal itu ia kaitkan juga de-ngan paham-paham atau pandang-an-pandangan yang lain di luar Is-lam. Sedikit gambaran itu dapat kitaperoleh dari kutipan panjang berikut:

Dalam sebuah (hadis) sahih dari‘Umar ibn Al-Khattab r.a., ia ber-kata: “Rasulullah Saw. memberi suatukhutbah kepada kita, kemudianbeliau menyebutkan permulaanpenciptaan sehingga (masanya tiba)semua penghuni surga menempati

tempat mereka dan semua penghunineraka menempati tempat mereka.”Ini dan yang serupa dalam kitabTaurat merupakan hal yang cocokdengan berita dari Allah Taala dalamAl-Quran, dan bahwa bumi sebe-lumnya digenangi air dengan udarayang berembus di atas air itu. Danbahwa dalam permulaan segalasesuatu ialah penciptaan Allah akanseluruh langit dan bumi, danbahwa Dia menciptakannya dalambeberapa hari. Karena itu, ada ka-langan `ulama’ Ahl al-Kitâb yangmengatakan bahwa apa yang di-terangkan Allah dalam Taurat itumenunjukkan bahwa Dia men-ciptakan alam ini dari suatu bahanlain dan bahwa Dia menciptakan-nya dalam beberapa zaman sebelummenciptakan matahari dan rem-bulan. Dan dalam keterangan Allahmengenai hal itu dalam Al-Qurandan lain-lain tidak terdapat kete-rangan bahwa Dia menciptakanlangit dan bumi tidak dari suatubahan tertentu, ataupun bahwa Diamenciptakan manusia, jin dan ma-laikat tidak dari suatu bahan ter-tentu, tetapi Dia menerangkan bah-wa Dia menciptakan itu semua darisuatu bahan tertentu meskipun bahanitu diciptakan dari suatu bahan ter-tentu yang lain seperti diciptakan-nya manusia dari Adam dan Adamdari tanah. Dalam sahih Muslim,Nabi Saw. bersabda, “Malaikat di-ciptakan dari cahaya, jin diciptakan

Page 37: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

947Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dari api, dan Adam diciptakan dariyang sudah dijelaskan kepada kamusekalian.” Maksudnya di sini ialahbahwa yang dikutip dari para tokohfilsafat (Yunani) kuno tidak ber-lawanan dengan yang diberitakanoleh para nabi tentang penciptaanalam ini dari suatu bahan tertentu.Bahkan juga dikutip mereka bahwaalam ini diciptakan menjadi ada se-sudah tidak ada. Adapun pendapatmereka tentang bahan itu, apakahhakikatnya qadîm (ada tanpa per-mulaan, from all eternity) ataukahmuhdas (terciptakan) setelah sebelum-nya tiada atau terciptakan dari bahantertentu yang lain begitu seterusnya,kutipan dari mereka dalam bab inimengalami kekacauan, dan Allahyang Mahatahu tentang apa sebenar-nya yang dikatakan oleh masing-masing mereka itu. Sebab mereka ituadalah umat yang kitab-kitabnyaditerjemahkan ke dalam bahasaArab serta dituturkan dari lisan kelisan, yang dalam hal itu selalu adakemungkinan kemasukan hal yangsalah dan palsu yang tidak lagi di-ketahui bagaimana sebenarnya. Se-dangkan yang disepakati oleh semuakutipan dari mereka berlaku sepertisesuatu yang mutawâthir. Namun bu-kanlah maksud kita di sini menge-tahui pendapat setiap orang dari me-reka. Sebaliknya, mereka adalah umatyang telah lewat, bagi mereka apa yangtelah mereka lakukan dan bagi kamuapa yang kamu lakukan, dan kamu

tidak dimintai tanggungjáwab atasapa yang pernah mereka lakukanitu—(Q., 2:134). Tetapi, satu halyang tidak lagi dapat diragukanialah bahwa para pemilik ajaran-ajaran itu seperti Aristoteles danpengikut-pengikutnya adalah kaummusyrik yang menyembah sesamamakhluk dan tidak mengenal ke-nabian serta kebangkitan jasmani.Kaum Yahudi dan Nasrani adalahlebih baik daripada mereka dalamhal ketuhanan, kenabían dan ke-bangkitan.

Jika Ibn Taimiyah dengan kerasmenolak filsafat, tidak lain karenawatak filsafat yang spekulatif itu.Dan berkenaan dengan pemikiranAl-Ghazali, ia di satu pihak menga-gumi serta mengikutinya, tapi jugamengecam pendahulunya itu kare-na sikapnya yang tidak tuntas da-lam mengkritik filsafat. Al-Ghazalidiketahui mengkritik pedas filsafatdalam kitabnya Tahâfut al-Falâsifah(Kerancuan dalam Filsafat), namunia membatasi kritik itu hanya kepadabidang-bidang metafisik, yang olehpara failasuf muslim disebut al-fal-safah al-ûlâ. Ini, menurut IbnTaimiyah, belumlah tuntas. Ibarathendak membunuh seekor ular, al-Ghazali hanya menggebuk ba-dannya, sementara kepalanya masihditinggalkan utuh, malah ia ikutaktif memeliharanya. Dan kepala“ular” filsafat ialah ilmu mantik ataulogika formal.

Page 38: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

948 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Maka Ibn Taimiyah menganggapAl-Ghazali bekerja setengah-setengah,sebab masih dengan yakin meme-lihara dan mengembangkan mantikdalam kitab-kitabnya, seperti kitab-kitab Mi’yâr Al-‘Ilm, Mihakk Al-Nazhar dan Al-Qisthâs Al-Mustaqîm.Karena itu ia berniat merampungkankerja Al-Ghazali yang terbengkalai,dan ia pun menyingsingkan lenganbaju, berusaha menghancurkan lo-gika Aristoteles.

Kritiknya yang paling mendasarterhadap logika Aristoteles (atau si-logisme) berkaitan dengan klaimnyabahwa ada premis dengan nilai ke-benaran yang universal (kullîyât),yang tidak perlu dipersoalkan (apo-deitik, burhânî). Menurut Ibn Taimi-yah, kulliyât itu hanya ada dalampikiran manusia (dalam hal ini,pikiran para failasuf bersangkutan)dan tidak ada dalam kenyataan luar.Karena itu, meringkaskan kekeliru-an para failasuf, Ibn Taimiyah me-ngatakan bahwa kesalahannya ialahkarena mereka mengira bahwa apayang ada dalam dunia pikiran tentuada pula dalam kenyataan luar.Sedangkan bagi Ibn Taimiyah, hakikatsesuatu ada dalam dunia kenyataanluar itu bukan dalam dunia pikiran.

Berdasarkan formulanya ini, makaIbn Taimiyah dikenal sebagai seorangrealis dan empirisis. Tidak kurangdari failasuf Islam modern terkenal,Muhammad Iqbal,yang menegaskanposisi Ibn Taimiyah itu. Bagi Iqbal,

bersama dengan para pemikir Islamklasik lainnya seperti Ibn Hazm danAl-Biruni, Ibn Taimiyah merupakanpendahulu empirisisme modern.Menyangkut Ibn Taimiyah, Iqbalmengatakan demikian.

Tetapi, Al-Ghazali secara ke-seluruhan tetap seorang penganutAristoteles dalam logika. Dalambukunya Qisthâs ia mengetengah-kan beberapa argumen Al-Qurandalam bentuk pemikiran Aristote-les, namun melupakan sebuah su-rah dalam Al-Quran yang dikenaldengan surah Al-Syu‘arâ’, yang disitu ada proposisi bahwa pembalas-an akibat pendustaan kepada paranabi terbukti lewat metode menye-butkan satu persatu contoh-contohsejarah. Adalah kaum Isyraqi danIbn Taimiyah yang melakukan pe-nyanggahan sistematis logika Yu-nani. Abu Bakar Al-Razi barangkalimerupakan yang pertama me-nyanggah teori dasar Aristoteles, dandalam zaman kita sanggahannya itu,yang dipahami sebagai benar-benarsuatu semangat induktif, telahdirumuskan kembali oleh JohnStuart Mill. Ibn Hazm, dalambukunya tentang lingkup logika,menekankan persepsi indrawi se-bagai suatu sumber ilmu; dan IbnTaimiyah, dalam bukunya tentangsanggahan terhadap logika, men-jelaskan bahwa induksi adalahsatu-satunya bentuk argumen yangdapat diandalkan. Jadi, lahirlah

Page 39: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

949Ensiklopedi Nurcholish Madjid

metode observasi dan eksperimenyang tidak merupakan sekadarperkara teoretis.

Ibn Taimiyah, seperti halnya paratokoh besar lain dalam sejarah, ada-lah sosok yang kompleks. Banyak si-kap-sikap pro dan kontra pada IbnTaimiyah yang merupakan dukung-an atau penolakan pada pemikiran-nya, meski tidak sedikit pula yanglebih diakibatkan oleh gaya IbnTaimiyah yang hiperbolik, yang mu-dah menimbulkan rasa senang dantidak senang.

Ibn Taimiyah dituduh literalis,malahan antropomorfis (antara lainoleh pengembara ilmiah terkenal,Ibn Batutah), akibat tekanannyayang mungkin berlebihan tentangperlunya orang Islam membatasiinterpretasi metaforis (ta’wîl) ke-pada teks-teks suci, dan hendaknyasecara “realistis” mencoba mema-haminya menurut bunyi kebahasaanteks-teks itu apa adanya. Ia juga me-nganjurkan orang Islam agar secararealistis melihat sejarah mereka se-perti apa adanya. Realismenya inilahyang membuatnya gigih melawanpemikiran spekulatif para failasufdan ahli Kalâm, juga kaum Shûfîdan Syî‘ah. Dan dengan realismenyaitu kita dapatkan Ibn Taimiyahmenganut paradigma pemikiranyang sama dengan yang dianut olehilmuwan-ilmuwan Islam klasik yangbesar seperti Ibn Hazm, Ibn Hai-tsam, Al-Biruni dan lain-lainnya.

Muhammad Iqbal memandangnyasebagai pendahulu empirisme mo-dern. Setidaknya, begitulah peng-lihatan failasuf besar Islam di za-man modern ini.

IBRAHIM PUNYA ANAKSETELAH KHITAN

Berdasarkan sejarah, ketikaNabi Ibrahim bersama istrinya Sa-rah diusir dari tempat kelahir-annya, mereka pergi ke Haran, danakhirnya ke Kanaan. Oleh Tuhan,Ibrahim dijanjikan akan menjadibapak dari sebuah bangsa yang sa-ngat besar, meski sampai usia lanjutia belum tampak mempunyai anak.Ketika anaknya lahir dari Hajar, istrikedua, Ibrahim sangat bergembiradan diberinya nama Isma’il, yangberarti Allah telah mendengardoanya. Tetapi Sarah sebagai istripertama meminta supaya Isma‘ildan Hajar dikeluarkan dari rumahtangganya; Ibrahim pun membawamereka ke Makkah. Setelah men-dapatkan Isma‘il dari Hajar, dalamusia yang sangat tua, ada berita yangdibawa malaikat bahwa Sarah akanhamil, sehingga Sarah tertawamendengarnya. Melalui kehendakTuhan, lahirlah seorang bayi yang di-beri nama Ishaq, yang artinya ter-tawa.

Melalui Ishaq inilah perjanjianTuhan diwujudkan dalam bentuk

Page 40: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

950 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

banyaknya nabi yang lahir. Danuntuk mengukuhkan simbol dariadanya perjanjian itu, Ibrahim di-minta untuk khitan. Jadi, Ibrahimberkhitan ketika sudah memasukiusia yang sangat tua, dalam usia se-kitar 80-an sam-pai 90-an. Sejaksaat itu semuaketurunan Ib-rahim dikhitankarena merupa-kan pewaris per-janjian denganTuhan, terma-suk keturunanIsma‘il. Karenaitu khitannyaorang Arab bukan merupakanpeniruan terhadap orang Yahudimelainkan warisan sejak semula.

Sebenarnya tidak begitu jelasapa makna dari khitan. Mungkinsaja Nabi Ibrahim menderita fai-mosis, kelainan di dalam kema-luannya sehingga ia sulit mem-punyai anak. Yang jelas, setelahdikhitan, Ibrahim banyak memilikianak dari istri selain Sarah, karenatidak lama setelah melahirkanIshaq, Sarah meninggal dan Ib-rahim menikah lagi dengan wanitalain. Melihat latar belakang de-mikian, dalam khitan terdapat unsurkesehatan.

IDE PERTUMBUHANDAN PERKEMBANGAN

Setiap langkah melaksanakanajaran Islam di Indonesia harus mem-perhitungkan kondisi sosial-budaya

yang ciri utama-nya ialah pertum-buhan, perkem-bangan dan ke-majemukan. Be-lum ada suatu po-la sosial-budayayang dapat dipan-dang sebagai ben-tuk permanen ke-indonesiaan, baiksebagai sistem ni-

lai maupun pranata. Maka dalamproses pertumbuhan dan perkem-bangan itu, umat Islam Indonesia di-harapkan memberi saham dan tang-gung jawabnya, sebanding denganjumlah numerikal mereka.

Ide perkembangan tidaklahasing bagi kaum Muslim. ‘AqîdahIslam mengenal sebuah formulabahwa…segala sesuatu berubahkecuali Wajah Tuhan…. (Q., 28:88). Meskipun para ulama tidaksampai kepada kesimpulan tentangadanya hukum antropi menurutfisika modern, namun merekamenyadari bahwa ciri dari semuaeksistensi selain eksistensi Ilahiialah perubahan (taghayyur). Justruhukum perubahan menunjukkanbahwa segala yang ada ini tidak

Page 41: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

951Ensiklopedi Nurcholish Madjid

abadi, tercipta dari tiada atau hâdits(berbeda dengan hadîts) dan ke-tidakabadian ini pada urutannyamenunjukkan adanya Tuhan yangmenciptakan semuanya, dan Tuhanadalah satu-satunya Wujud Abadi.

Ide tentang perubahan dan per-kembangan ini terefleksikan dalamberbagai cara bagaimana melaksana-kan ajaran agama dalam masyara-kat. Ini terkait dengan masalah ke-sadaran historis, yaitu kesadaranbahwa segala sesuatu mengenai ta-tanan hidup manusia memilikisangkut paut dengan perbedaanzaman dan tempat. Teori ushûl al-fiqh tentang nâsikh-mansûkh, yaitubahwa suatu ajaran atau ketentuanseperti hukum dapat dihapus dandigantikan oleh ajaran atau keten-tuan baru yang lebih baik, me-nunjukkan adanya kesadaran histo-ris yang kuat pada ajaran Islam.Meskipun teori itu, seperti halnyadengan yang lain-lain, mengandungkontroversi dan polemik, namun se-bagian besar umat Islam yang me-nganutnya harus memerhatikannyadengan sungguh-sungguh, meng-ingat implikasinya yang luas danpenting. Apalagi mereka yang men-dukungnya, seperti dianut Imam Al-Syafi’i, harus mengingat firmanyang menunjukkan bahwa Allahmenghapus suatu ayat atau mem-buatnya terlupakan, untuk digantidengan ayat lainnya yang sepadanatau yang lebih baik (Q., 2: 106).

Kalaupun pemahaman sebagianahli tafsir terhadap firman itu tidakmengacu kepada perkara tentangajaran Islam itu sendiri, melainkankepada perkara tentang pergantianajaran atau mukjizat dari rasul ke ra-sul sepanjang sejarah umat manusiasebelum Rasulullah Saw, maka justruadanya deretan para rasul yangberganti-ganti membawa ajaran baruitu jelas menunjukkan adanya idepertumbuhan dan perkembangansesuai dengan tuntutan ruang danwaktu. Dan yang sangat menarikialah penegasan Kitab Suci bahwaajaran dasar agama itu sama (sekali-pun wujud lahiriahnya berbeda-beda)sejak dari nabi yang pertama sampaikepada nabi yang terakhir.

Dia (Allah) menetapkan agamabagi kamu sama dengan yang di-wariskan kepada Nuh, dan sama de-ngan yang Kami (Allah) wahyukankepada Ibrahim, Musa dan Isa; yaituhendaknya kamu tegakkan agama itudan janganlah menjadi terpecah-belah mengenainya... (Q., 42: 13).

Karena kenyataan lahiriah ajar-an-ajaran yang diterima para nabiitu berbeda-beda, maka pesan Tu-han agar kita tidak menjadi ter-pecah belah dalam hal agama itutidak lain kecuali hendaknya kitaselalu mampu melihat titik-titikpersamaan antara semua ajaran dantidak terpukau oleh hal-hal la-hiriahnya. Tentu saja ada masalahpenyelewengan, yang untuk me-

Page 42: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

952 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ngetahui hakikatnya perlu peng-kajian dan penelitian luas, men-dalam dan tidak memihak (objektif).

“IDEA OF PROGRESS”DAN SIKAP TERBUKA

Jika seorang Muslim benar-be-nar konsisten dengan ajarannya da-lam hal menanggapi ide tentanggerak kemajuan (idea of progress),sebetulnya nilai ide itu tidak perlulagi dikemuka-kan, sebab sebe-narnya telah adapadanya. Idea ofprogress bertitiktolak dari kon-sepsi, atau dok-trin, bahwa ma-nusia pada dasar-nya adalah baik,suci dan cinta kepada kebenaranatau kemajuan (manusia diciptakanAllah dalam fitrah dan berwatakhanîf). Oleh sebab itu, salah satumanifestasi adanya idea of progressialah kepercayaan akan masa depanmanusia dalam perjalanan sejarah-nya; tidak perlu lagi khawatir akanperubahan-perubahan yang selaluterjadi pada tata nilai duniawi ma-nusia. Sikap reaksioner dan tertutupterbit dari rasa pesimis terhadapsejarah. Oleh karena itu, konsistensiidea of progress ialah sikap mentalyang terbuka, berupa kesediaan me-nerima dan mengambil nilai-nilai

(duniawi) dari mana saja, asalkanmengandung kebenaran. Jadi,sejalan dengan intellectual freedom,kita harus bersedia mendengarkanperkembangan ide-ide kemanusiaandengan spektrum seluas mungkin,kemudian memilih mana yang,menurut ukuran-ukuran objektif,mengandung kebenaran. Sulit sekaliuntuk dimengerti, justru umatIslam sekarang lebih banyak bersifattertutup dalam sikapnya, padahal

Kitab Suci me-reka menegaskanbahwa mereka“harus mende-ngarkan ide-idedan mengikutimana yang pa-ling baik.”

Sikap terbukamerupakan salah

satu tanda bahwa seseorang mem-peroleh petunjuk dari Allah, se-dangkan sikap tertutup, sehingga“berdada sempit dan sesak bagaikanorang yang beranjak ke langit,” me-rupakan salah satu tanda kesesatan.Jika memang Islam itu bukan ke-budayaan, dan bukan pula peradab-an, melainkan dasar darinya, makake manakah hendaknya dicaribahan-bahan kebudayaan dan per-adaban Islam untuk membangun-nya, jika tidak di seluruh muka bu-mi, yang berupa warisan-warisankemanusiaan yang universal. Se-jarah memberikan kesaksian kuat

“Demokrasi adalah suatu kategoriyang dinamis. Ia senantiasabergerak atau berubah, kadang-kadang negatif (mundur), kadang-kadang positif (berkembang maju).Demokrasi akhirnya menjadi samadengan proses demokratisasi.”

(Willy Eichler, ideolog Partai SosialDemokrat Jerman-SPD)

Page 43: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

953Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akan hal itu. Umat Islam keluar dariJazirah Arab tidak mempunyai apa-apa kecuali iman teguh yang me-mancar dari Al-Quran dan Sunnah(dasar), kemudian di daerah-daerahyang baru ditaklukkan, merekamenemukan warisan-warisan ma-nusiawi, baik dari Barat (Yunani,Romawi) maupun dari Timur(Persia), kemudian mereka me-ngembangkan warisan-warisan itudi padang pasir Jazirah Arab danmenjadikannya sebagai miliksendiri. Karya mereka itulah yangkemudian melahirkan apa yang kitakenal sekarang sebagai kebudayaandan peradaban Islam yang dibang-gakan.

IDENTIFIKASI ISLAM

Dalam sejarah, Islam menjadialat identifikasi yang begitu kuatsetelah umat Islam berinteraksi de-ngan golongan-golongan lain. Kitamengetahui bahwa Arabia dikeli-lingi oleh masyarakat-masyarakatyang sebagian besar Nasrani, dan se-dikit ke timur—melalui Persia—Majusi atau Zoroastrian, dan ketimur lagi Hindu dan Buddha. De-ngan demikian, yang sekarang men-jadi daerah-daerah Islam Asia Tengahsemuanya adalah bekas daerah Bud-dha. Karena itu, tidak mengheran-kan jika dari sana banyak sekali pi-kiran-pikiran spiritualistik-sufistik.

Sebagai contoh, Bukhara adalahdaerah Buddha. Kemudian terjadi in-teraksi Islam dan Buddha.

Eksklusivisme pada orang Islammuncul karena interaksi sosial; adakeperluan untuk mengindentifikasidiri. Tapi itu lazim terjadi kapandan di mana saja. Salah satu efekdari globalisasi justru kebalikannya,yaitu penguatan identitas nasional,bahkan etnis. Akibat pergaulanterus-menerus, masing-masing darikita lalu menanyakan siapa saya ini:“Oh ternyata saya ini berbeda de-ngan dia.”

IDENTITAS IBLIS

Ketika Allah memerintahkan paramalaikat untuk bersujud kepadaAdam, semuanya patuh kecuali ib-lis. Tentang siapa Iblis itu merupa-kan bahan perbedaan pendapat diantara para ulama. Ada yang me-ngatakan bahwa iblis, sebagaimanadapat dipahami semata-mata darikonteks perintah Tuhan kepadamalaikat untuk bersujud kepadaAdam, adalah salah satu dari paramalaikat itu sendiri, namun ke-mudian mengalami “kejatuhan”.Tapi juga ada keterangan dalamKitab Suci bahwa iblis itu termasukbangsa jin, yang kemudian menen-tang perintah Tuhannya (Q., 18:50). Jin sendiri, seperti halnya ma-nusia, ada yang beriman dan ada yang

Page 44: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

954 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kafir (Q., 72: 14-15). Dan iblisadalah kafir, serta tergolong setan.Iblis itulah setan yang menggodaAdam dan Hawa sehingga tergelin-cir dan melanggar larangan Tuhan.Maka iblis adalah setan, musuhmanusia (Q 20: 117).

IDEOLOGI PANCASILA

Setiap bangsa mempunyai etosatau suasana kejiwaan yang menjadikarakteristik utama bangsa itu. Demi-kian juga bangsa Indonesia. Etos itukemudian dinyatakan dalam ber-bagai bentuk perwujudan sepertijati diri, kepribadian, ideologi danseterusnya. Perwujudannya dalambentuk perumusan formal yang sis-tematik menghasilkan ideologi,khususnya di za-man modern ini.Berkenaan denganbangsa kita, Panca-sila dapat dipan-dang sebagai per-wujudan etos na-sional kita dalambentuk perumus-an formal sehinggasudah sangat la-zim dan semesti-nya bahwa Pancasila disebut sebagaiideologi nasional.

Tetapi Pancasila adalah sebuahideologi modern. Hal itu tidak sajakarena ia diwujudkan dalam zaman

modern, tetapi juga lebih-lebih ka-rena ia ditampilkan oleh seorang atausekelompok orang yang memilikiwawasan modern, yaitu para bapakpendiri Republik Indonesia, dandimaksudkan untuk memberi lan-dasan filosofis bersama (common phi-losophical ground) sebuah masyarakatplural yang modern, yaitu masyara-kat Indonesia.

Sebagai produk pikiran modern,Pancasila adalah sebuah ideologiyang dinamis, tidak statis, dan me-mang harus dipandang demikian.Watak dinamis Pancasila itu mem-buatnya sebagai ideologi terbuka.Presiden Soeharto pernah menegas-kan sifat Pancasila sebagai ideologiterbuka itu pada beberapa kesem-patan, antara lain pada Kongres danSeminar Nasional Himpunan

Indonesia untukPengembanganIlmu-ilmu Sosial(HIPIS) di Ujung-pandang, 15 De-sember 1986.

Dalam halperumusan for-malnya, Pancasilatidak perlu lagidipersoalkan. De-mikian pula ke-

dudukan konstitusionalnya sebagaidasar kehidupan bernegara danbermasyarakat dalam pluralitasIndonesia merupakan hal yang final(untuk meminjam ungkapan Kiai

Page 45: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

955Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Haji Ahmad Shiddiq, Ra’is AmmNahdlatul Ulama). Namun darisegi pengembangan prinsip-prin-sipnya sehingga menjadi aktual danrelevan bagi masyarakat yang se-nantiasa tumbuh dan berkembang,Pancasila tidak bisa lain kecuali mestidipahami dan dipandang sebagaiideologi terbuka yang dinamis.Oleh karena itu, tidak mungkin iadibiarkan mendapat tafsiran sekalijadi untuk selama-lamanya (once forall). Pancasila juga tidak meng-izinkan adanya badan tunggal yangmemonopoli hak untuk menafsir-kannya, yang mana monopoli didalam contoh-contoh masyarakattotaliter seperti negara komunis(yang kini telah runtuh) selalu men-jadi sumber manipulasi ideologisdan menjadi agen yang siap setiapsaat memberi pembenaran padapraktik kekuasaan kesewenang-wenangan dan kezaliman. Otorita-rianisme dalam sejarah selalu di-mulai oleh seseorang atau sekelom-pok orang yang mengaku sebagaipemegang kewenangan tunggal disuatu bidang yang menguasai kehi-dupan orang banyak, khususnyabidang ideologi politik.

Kemestian logis akibat deretanargumen itu ialah bahwa masya-rakat dengan keanekaragamannyaharus diberi kebebasan mengambilbagian aktif dalam usaha-usahamenjabarkan nilai-nilai ideologinasional dan mengaktualkannya

dalam kehidupan masyarakat.Setiap usaha yang menghalanginyaakan menjadi sumber malapetaka,tidak saja bagi negara dan ma-syarakat Indonesia sebagai ma-syarakat majemuk, tetapi juga bagiideologi nasional itu sendiri sebagaititik tolak pengembangan pola hi-dup bersama.

IDUL FITRISEBAGAI SIKLUS TAHUNAN

“Anda tidak pernah tahu ke-putusasaan yang mendalam padaorang-orang yang hidupnya tanpatujuan dan kosong dari makna.”(Bertrand Russel)

Idul Fitri adalah siklus tahunan,di mana umat Islam memulai kem-bali perjalanan spiritual hidup se-tahun ke depan, dengan semangatbaru: kefitrahan yang ada dalam diri-nya setelah selama sebulan ia melaku-kan penyucian diri dengan berpuasadan melakukan amal ibadah, yangmenjadikannya menemukan kem-bali dirinya yang asal, yang fitrah.Itu sebabnya kita sama-sama meng-ucapkan ja‘alanâllâhu min al-‘â’idînwa al-fâ’izîn wa al-maqbûlîn (se-moga Allah menjadikan kita semuakembali ke fitrah kita dan menangmelawan dosa kita sendiri, serta di-terima amal ibadah kita).

Tanpa kesungguhan jiwa, prosespenyucian ini, yang dalam studi mis-tisisme agama dikenal dengan isti-

Page 46: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

956 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

lah purgatorio, tentu saja tidak serta-merta membuahkan hasil maksimalyang membawa kepada suasana jiwaparadiso, alam kebahagiaan yang di-simbolkan dengan surga, sebab pro-ses penyucian diri memerlukan ke-siapan untuk dapat naik ke maqâmkefitrahan yang pada dasarnya adalahasal kejadian kita.

Kesiapan spiritual yang sudah kitaperoleh melalui pengalaman ke-dekatan dengan Tuhan selama Ra-madlan, perlu terus dipelihara danditumbuhkan karena pada hakikat-nya itu adalah proses penyucian diri.Tasawuf menyebutnya: tazkiyat al-nafs dan jihâd al-nafs, yang sebe-narnya adalah proses yang terus-menerus perlu dijalani sepanjanghidup, sebab hal inilah yang akanmenghidupkan fitrah kemanusiaankita. Begitu sulitnya proses ini, Al-Quran menyebutnya dengan al-‘aqabah yaitu jalan yang sulit, tapimulia dan benar, yang akan mem-bawa hasil yang besar, kebahagiaanhidup. Tetapi dia tak menempuh jalanyang terjal (Q., 90:11).

Suasana lebaran adalah suasanakemanusiaan. Seperti kita ketahui,fitrah itu bersangkutan dengansalah satu ajaran Islam yang palingpenting, yaitu ajaran bahwa ma-nusia dilahirkan dalam kejadian asalyang suci dan bersih (fitrah), se-hingga manusia itu bersikap hanîf,yaitu secara alami merindukan danmencari yang benar dan baik.

Ajaran ini meneguhkan sebuahprinsip agama: bahwa yang alamiadalah yang benar dan yang baik,sedangkan yang sebaliknya, yakniyang palsu dan jahat, adalah tidakalami, tidak sesuai dengan kodrat ke-manusiaan. Segi ini menerangkansisi spiritual kita yang fitrah, yangbersifat cahaya (nûrânî) yang kalaukita sering menjalankan kehidupanyang palsu dan jahat, sisi spiritualkita itu akan meredup, menjadi zhul-mânî (jiwa yang gelap). Suasanakegelapan ini dalam bahasa agamadisebut dosa (zhulm-un).

Sebuah hadis menyebutkan,suatu hari Rasulullah ditanya se-orang sahabat, “Apakah dosa itu, yaRasulullah?” Beliau menjawab, “Do-sa adalah sesuatu yang terbetik dalamhatimu dan kamu tidak suka oranglain mengetahuinya.” Kita tidak sukaorang mengetahui apa yang kitakerjakan itu, disebabkan sebenarnyayang kita kerjakan itu bertentangandengan suara hati kita (dlamîr). Itusebabnya mengapa agama selalumenuntut manusia agar menjauhidosa, disebabkan dosa merupakansumber kesengsaraan batin, yangmembawa manusia kepada ketidak-bahagiaan hidup.

Inti Idul Fitri adalah bersihnyakita dari dosa, setelah melakukantobat nashûh-an dalam bulan Rama-dlan, yang kita lengkapi denganpermohonan maaf kepada sesama,dan saling memaafkan. Pada saat

Page 47: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

957Ensiklopedi Nurcholish Madjid

inilah kita kembali kepada fitrah,dan pada saat yang sama, kefitrah-an itu akan memberi kita maknadan tujuan hidup, yang dengan itukita pun mencintai hidup ini se-bagai sesuatu yang berharga. Kitamenjadi tahu perlunya menghindardari kehidupan yang kosong. Se-orang failasuf terkemuka Inggris,Betrand Russel, mengatakan, “Ka-lau Anda merasakan cinta, Andamempunyai motif untuk bereksis-tensi, suatu tuntutan untuk bertin-dak, alasan untuk berani, keharusanyang imperatif untuk kejujuranintelektual.”

Jadi, fitrah mempunyai kaitandengan makna dan tujuan hidup,justru karena dalam keadaan fitrahitu manusia menemukan kembaliakar primordialnya, sumber ruhani-nya, di mana ia ada dalam keter-hubungan dengan Tuhan. Manusiamengingat kembali perjanjian asal-nya, bahwa ia akan menjadikan Tuhansebagai satu-satunya orientasi hidup.

Inilah pangkal keberagamaanyang disebut dalam suatu hadis,“Sebaik-baik agama di sisi Allahadalah al-hanîfîyah al-samhah,semangat kebenaran yang lapangdan terbuka.” Al-Hanîfîyah al-samhah adalah semangat mencarikebenaran yang akan membawapada sikap toleran, tidak sempit,tanpa kefanatikan, dan tidak mem-belenggu jiwa. Al-Hanîfîyah al-samhah adalah pangkal yang me-

numbuhkan keberagamaan yangterbuka, yang secara diametral ber-tentangan dengan semangat ko-munal dan sektarian.

Adalah pencarian akan kebenar-an secara tulus dan murni ini yangdimaksud Al-Quran sebagai sikapalami manusia yang memihak ke-pada yang benar dan yang baik, se-bagai pancaran dari fitrahnya yangsuci bersih.

Itu sebabnya pada dasarnya ke-lapangan dalam beragama akanmemberi makna hidup, karena kitatidak lagi terbelenggu oleh kepen-tingan tertanam (vested interest,Arab: hawâ’ al-nafs) yang bisa ter-muat dalam keberagamaan kita yangmenjadikan kita tertutup, danhanya mau mencari jalan pintasyang mudah.

Dalam suasana kembali kepadafitrah (‘îd al-fithr), kesadaran akanagama yang mendasarkan diri padasemangat kebenaran yang lapang danterbuka ini penting sekali untuk di-ingat, karena Islam pada dasarnya me-miliki sesuatu yang diperlukan untukmenjadi agama terbuka, yang akanmemberi visi-visi transenden dari ke-manusiaan universal.

Roger Garaudy, seorang failasufIslam asal Prancis, mengatakan bahwadasar keterbukaan Islam ini akanmemberikan buah kepada kemanu-siaan dewasa ini, kalau segi berikut inimendapatkan perhatian kaum Mus-lim: yaitu memahami dan me-

Page 48: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

958 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ngembangkan dimensi Qurani,yang tidak membatasi Islam hanyakepada suatu pola budaya TimurTengah di masa lalu.

Dengan cara persis seperti se-mangat para modernis, “Kembalipada Al-Quran dan Hadis,” umatIslam diharapkan dapat melepaskandiri dari ketertutupannya sekarangini, yang dilanjutkan dengan me-ngembangkan dimensi keruhaniandan kecintaan Ilahi, sebagaimanadilambangkan para sufi untuk me-lawan paham keagamaan yangformalistik-ritualistik serta lite-ralisme kosong.

Perwujudan keberagamaan yangsubstansial dan penuh makna ini di-harapkan dapat memanifestasi dalampengembangan dimensi sosial Islamdan menghidup-kan jiwa kritiskita, denganmembuka kem-bali semangat ji-had dan seka-ligus menyem-buhkan diri daripenyakit lamaumat Islam,yang oleh Muhammad Iqbal di-sebut sebagai kecenderungan “mem-baca Al-Quran dengan penglihatanorang mati.”

Dengan semangat tersebut, se-moga kita bisa mengakhiri mentalitasisolatif, dan membuka diri untuk kerjasama dengan semua pihak-pihak mana

pun dari kalangan umat manusia,dalam semangat perlombaan penuhpersaudaraan, guna meruntuhkansistem-sistem totaliter.

IDUL FITRI:GERAK KEMBALI KE ASAL

Hari raya Idul Fitri adalah pun-cak pengalaman hidup sosial ke-agamaan rakyat Indonesia. Dapatdikatakan, seluruh kegiatan rakyatselama satu tahun diarahkan untukdapat merayakan hari besar ini de-ngan sebaik-baiknya. Mereka be-kerja dan banyak menabung agarkelak dapat mereka nikmati padasaat Idul Fitri.

Suasana lebaran yang begitu se-marak di negerikita ini dapat di-bandingkan de-ngan Thanksgi-ving Day di Ame-rika Serikat, saatnegeri itu ber-sukaria bersyukurkepada Tuhanbersama seluruh

keluarga. Gerak mudik rakyatIndonesia juga mirip sekali denganyang terjadi pada orang-orangAmerika menjelang ThanksgivingDay. Semua orang merasakandorongan amat kuat untuk bertemuayah-ibu dan sanak saudara, karenajustru dalam suasana keakraban

Check lists yang dapat digunakanuntuk mengukur maju-mundurnyademokrasi ialah seberapa jauh ber-tambah atau berkurangnya ke-bebasan asasi, seperti kebebasanmenyatakan pendapat, berserikat,dan berkumpul.

Page 49: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

959Ensiklopedi Nurcholish Madjid

keluarga itulah hikmah Idul Fitriatau Thanksgiving Day dapat dira-sakan sepenuhnya.

Idul Fitri adalah “gerak kembalike asal”. Kata ‘îd adalah akar yangsama dari kata-kata ‘awdah atau‘awdat-un, ‘âdah atau ‘âdat-un danistî‘âdah atau istî‘âdat-un. Semua katatersebut berarti “kembali atau ter-ulang”. Kata “adat-istiadat” yang di-pakai dalam pembicaraan sehari-hariberasal dari kata-kata ini, ‘âdat-unwa istî‘âdat-un yang artinya sesuatuyang selalu akan terulang dan di-harapkan akan terus terulang sebagai“adat kebiasaan”. Hari raya disebut“‘îd” karena ia datang kembali ber-ulang-ulang secara periodik dalamwaktu setahun. Sedangkan kata “fitri”(fithr) seakar dengan “fitrah” (fithrah)yang artinya “kejadian asal yang suci”atau bahkan “kesucian asal”.

Makna kembalinya manusia ke-pada hakikatnya yang wajar dari ke-manusiaan terjadi mulai dari secarafisik siklus makan dan minum yangkembali seperti sediakala sebelumpuasa, hingga kepada makna primor-dialnya—yang dicapai setelah “ApiPenyucian” (purgatorio) dalam istilahDante Aligheri—yakni kembalinyapada kesucian (paradiso), kembalikepada “alam surgawi” dari inferno,keadaan manusiawi karena fitrah dariAllah, seperti dikatakan Al-Quran:

Maka hadapkanlah wajahmu be-nar-benar kepada agama; menurutfitrah Allah yang atas pola itu Ia

menciptakan manusia. Tiada perubah-an pada ciptaan Allah; itulah agamayang baku; tetapi kebanyakan manusiatidak tahu (Q., 30: 30).

IDUL FITRI: HARIKEMANUSIAAN UNIVERSAL

Manusia itu pada dasarnya suci,tetapi ia adalah makhluk yang lemah,suka membuat kesalahan, dalambahasa lain, erare humanum est (ke-salahan adalah manusiawi), sehinggaia mudah tergelincir ke dalam dosayang menjadikan dirinya tidak sucilagi. Dan salah satu kelemahan ma-nusia yang paling pokok ialah pan-dangannya yang pendek dan tidakmampu melihat jauh ke depan, se-hingga mudah tertarik kepada hal-hal yang secara sepintas menawar-kan kesenangan, padahal dalam jang-ka panjang membawa malapetaka.Itu sebabnya dalam agama ada rituspenyucian puasa yang akan terusmengembalikan kesucian manusia.Orang yang menjalankan ibadahpuasa sesuai dengan tuntunan dengansendirinya akan dapat mengembali-kan jiwanya kepada kesucian atauparadiso: yaitu suatu kebahagiaankarena tanpa dosa.

Idul Fitri memancarkan kebahagia-an ruhani manusia yang berhasilkembali kepada Tuhan, memenuhiperjanjian primordialnya—berjanjiuntuk mengakui Tuhan Yang Maha

Page 50: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

960 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Esa sebagai orientasi hidup—sepertitergambar dalam ayat,

Ingatlah ketika Tuhanmu menge-luarkan dari anak-anak Adam ke-turunan mereka dari sulbinya danmenjadikan saksi atas diri mereka sen-diri (dengan pertanyaan): “BukankahAku Tuhanmu?” Mereka menjawab:“Ya! Kami bersaksi!” (Demikianlah) su-paya kamu tidak berkata pada harikiamat: “Ketika itu kami lalai” (Q.,7: 172).

Dalam agama Islam, fitrah—danbersama dengan fitrah ini, kehanif-an (hanîfiyah): kecenderungan ke-pada kebenaran yang lapang—ada-lah fokus kesadaran kebenaran danmerupakan titik yang menuntut ke-sediaan masing-masing pribadi ma-nusia untuk menerima agama pe-nyerahan diri dan ketaatan hidupmoral. Fitrah dan kehanifan ini ada-lah design ciptaan Allah yang tidakakan berubah, sehingga tetap akanada selama-lamanya dalam diri manu-sia, yang malah akan menjadi sum-ber potensi kearifan abadi (al-hikmahal-khâlidah atau sophia perennis), intidari nilai kemanusiaan universal. Na-bi menegaskan bahwa sebaik-baiknyaagama ialah al-hanîfîyah al-sam-hah—semangat mencari kebenarandan kebaikan secara wajar, alami,lapang, dan manusiawi.

Dengan begitu, bisalah dikata-kan bahwa Idul Fitri adalah hari ke-manusiaan universal yang suci.Manusia adalah suci, dan harus ber-

buat suci kepada sesamanya. NabiSaw. bersabda, “Orang yang sayangkepada sesamanya akan disayangioleh Yang Maha Penyayang. Makasayangilah sesama di bumi. Diayang di langit akan menyayangi-mu.”

Dalam potensi kemanusiaan uni-versal inilah setiap Muslim wajibmemanifestasikan keadaan ruhani-nya—yang bersemayam dalam hatinurani (nûrânî, artinya bersifat ca-haya terang)—dalam kehidupan se-hari-hari, kehidupan sosialnya. Agamamengatakan bahwa untuk itu, ma-nusia telah dibekali dengan akalpikiran, kemudian agama, dan ber-bagai kewajiban untuk terus menerusmencari dan memilih jalan hidupyang lurus, benar, dan baik—ke-hidupan moralnya—yang harus di-pertanggungjawabkannya baik didunia kepada sesama maupun kepadaTuhan di akhirat ketika setiap orangakan datang kepada-Nya secara pri-badi-pribadi.

Pandangan agama ini meng-implikasikan bahwa setiap pribadimanusia adalah berharga, sehargakemanusiaan sejagat. Barang siapamerugikan seorang pribadi, sepertimembunuhnya tanpa alasan yangsah, maka ia bagaikan merugikanseluruh umat manusia, dan barangsiapa berbuat baik kepada seseorang,seperti menolong hidupnya, makabagaikan berbuat kepada seluruhumat manusia.

Page 51: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

961Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Karena itu Kami tentukan kepadaBani Israil: Bahwa barang siapamembunuh orang yang tidak mem-bunuh orang lain atau berbuat ke-rusakan di bumi, maka ia seolah mem-bunuh semua orang; dan barang siapayang menyelamatkan orang, maka iaseolah menyelamatkan nyawa semuaorang. Rasul-rasul Kami telah datangkepada mereka dengan bukti-buktiyang jelas, tetapi kemudian setelah itubanyak di antara mereka melakukanpelanggaran di bumi (Q., 5: 32).

Inilah implikasi dari kefitrahanmanusia bahwa setiap pribadi ma-nusia harus berbuat baik kepada se-samanya dengan memenuhi kewajib-an diri pribadi terhadap pribadi yanglain, dan dengan menghormati hak-hak orang lain, dalam suatu jalinanhubungan kemasyarakatan yang da-mai dan terbuka. Ini juga arti salâm,kedamaian di bumi yang menjaditujuan dan tuntunan agama pada ke-hidupan sosial manusia. Kefitrahanjuga menjadikan manusia mem-punyai sikap-sikap terbuka, lapangdada, penuh pengertian, dan kesedia-an untuk senantiasa memberi maafsecara wajar dan pada tempatnya.Gabungan antara hak pribadi dan ke-wajiban sosial itu mencerminkan ajar-an Islam tentang “jalan tengah” (wa-sath), wajar dan fair (qisth) serta adil(‘adl), sikap-sikap yang secara ber-ulang ditekankan dalam Kitab Suci.

IDUL FITRI: KEMENANGANSEMUA ORANG

Telah menjadi tradisi kita bahwamemasuki suasana hari raya Idul Fitriatau hari raya kemenangan—tentu-nya bagi mereka yang telah menjalan-kan ibadah puasa satu bulan pe-nuh—ditandai dengan kumandanggema takbir, mengagungkan asmâ’Allah Swt. Selain takbir, mereka yangberpuasa juga diwajibkan mengeluar-kan zakat fitrah atau zakat pribadiyang pada hakikatnya merupakansimbolisasi konsekuensi sosial dariibadah puasa.

Barangkali, yang demikian dapatdirenungkan melalui sabda Rasulul-lah Saw. yang mengatakan bahwazakat fitrah harus dikeluarkan se-belum shalat ‘Id. “Barang siapa me-ngeluarkan (zakat fitrah) sebelum sha-lat Idul Fitri, maka itu diterima se-bagai zakat fitrah, dan bagi yang me-ngerjakan sesudah shalat Idul Fitri, itutermasuk sedekah sebagaimana sedekahyang lain.”

Zakat fitrah yang harus dikerjakansebelum shalat ‘Id—ada batas wak-tu—mengindikasikan bahwa ibadahpuasa sebagai ibadah pribadi, padakenyataannya juga tidak bisa dipisah-kan dari dimensi sosial, yakni me-nyantuni mereka yang miskin dantidak beruntung sebagai wujud ke-pedulian. Adapun idenya adalah agarpada hari raya Idul Fitri semua orangbisa berbahagia. Pada hari itu, ideal-

Page 52: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

962 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nya jangan sampai ada orang yangmeminta-minta karena kelaparan,karena hari itu adalah hari bahagia.

Menjelang hari raya Idul Fitri,perlu kiranya kita merenungkan sikap-sikap yang harus diperhatikan sebagaicerminan orang beriman, khususnyadalam membelanjakan harta, yaknitidak menghambur-hamburkan hartaatau menggunakannya untuk berfoya-foya, sesuatu yangtidak akan men-datangkan man-faat. Dalam Is-lam, tindakanmenghambur-hamburkan hartadipandang se-bagai tindakanyang tidak disukai oleh Allah Swt.serta menuruti kemauan setan, se-perti ditegaskan dalam Al-Quran,…makan dan minumlah, tetapi ja-ngan berlebihan. Ia tidak menyukaiorang yang berlebihan (Q., 7: 31). Ditempat lain Al-Quran juga menye-butkan, …tetapi jangan boroskan(dengan hartamu) dengan berlebih-an. Sungguh, para pemboros adalahsaudara-saudara setan. Dan setanlahyang ingkar kepada Tuhannya (Q.,17: 26-27).

IFFAH

Sikap ‘afîf atau ta’affuf atau ‘iffah(sikap perwira) akan mewujud dalam

sikap tidak memelas, tidak sombong.Orang Islam harus mempunyai har-ga diri, tidak boleh menghiba-hibadan minta dikasihani. Sikap itu jugamewujud dalam kesadaran untukselalu mempunyai pikiran positif(positive thinking). Ini penting sekali,apalagi kalau kita sudah percaya de-ngan adanya sesuatu yang dimensinyatidak lagi fisik. Dalam Al-Quran di-

sebut kelompok orangyang pandai mem-baca isyarat.

Ada satu ung-kapan Arab yang sa-ngat terkenal yaitu,“Budak dipukul de-ngan tongkat, orangmerdeka cukup de-

ngan isyarat.” Nah, kalau kemer-dekaan itu sudah sampai kepadatahap kemerdekaan ruhani, makaisyarat yang ditangkap tidak hanyaisyarat-isyarat seperti huruf “S” dicoret(tidak boleh berhenti), tetapi isyaratyang jauh lebih tinggi yang disebutma’âlim. Nabi Saw. menegaskan,“Kamu semua punya isyarat, cobatangkap isyarat itu, dan kamu semuapunya tujuan akhir, kejar tujuanitu.” Memang, sangatlah mungkinuntuk bisa mengirimkan isyarat se-perti itu, apalagi hukum yang me-nguasai hidup ini tidak linier, tidaksatu garis. Tetapi, dibuatnya suatuhukum yang sebagian besar tidaktampak adalah dikarenakan ia tidakbisa dinyatakan dalam angka-angka,

“Banyak orang yang takutkebebasan, karena di situ di-tuntut tanggung jawab pribadiyang cukup besar.”

(Erich Fromm)

Page 53: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

963Ensiklopedi Nurcholish Madjid

namun hanya bisa ditangkap melaluikemampuan menangkap isyarat. Se-orang sufi yang sudah sampai kepadatingkat itu kalau menerima musibahjustru bersyukur, seolah-olah me-rupakan suatu isyarat dari Tuhan be-rupa “angsuran”, bahwa nanti diakhirat tidak diazab lagi.

IHSÂN DAN BERHALA

Ihsân adalah penghayatan yangsedalam-dalamnya akan kehadiranTuhan. Ketika kita menyembahkepada Tuhan, seolah-olah kita me-lihat-Nya (al-ihsânu huwa ‘anta‘budallâh ka anna ka tarâhu).Dalam hadis ini seolah-olah di-bolehkan mempunyai bayangantentang Tuhan, karena kita tidakmungkin berpikir secara abstrakmurni. Tetapi yang perlu ditekan-kan adalah bahwa gambaran kitatentang Tuhan tidak boleh di-mutlakkan, apalagi menggambarTuhan sebagaimana bayangan kitasehingga pada akhirnya Tuhan se-perti ciptaan kita sendiri. Inilah yangdinamakan berhala. Karenanya ba-yangan tentang Tuhan harus diyakinibukan sebagai yang sebenarnya; ituada hanya karena keterbatasan kita.Dalam ucapan “lâ ilâha illallâh”(tiada Tuhan selain Allah), yang di-tiadakan adalah Tuhan dalam ba-yangan kita, sebab Tuhan memilikisifat “wa lam yakun lahu kufuwan

ahad”, artinya Dan tak ada apa punseperti Dia (Q., 112: 4). Meskipundemikian, Allah memiliki nama-na-ma yang bagus, “wa lillâh asmâ’ al-husnâ fad‘ûhu bihâ”, Allah mem-punyai nama-nama yang bagus danmemintalah kepada-Nya melaluinama-nama itu (Q., 7: 180)

IHSÂN DAN ITQÂN DALAM BISNIS

Spiritualitas bisnis dalam Islammerupakan kombinasi antara ihsândan itqân, melalui sebuah pola kerjadan kegiatan yang akan menghasil-kan kesungguhan atau mujâhadah.Allah menjanjikan kepada siapa sajayang bersungguh-sungguh bahwa Diaakan menunjukkan jalan kepada-Nya, yakni, mencapai nilai yang se-tinggi-tingginya. Dan nilai tertinggiyang bakal diperoleh seseorang de-ngan menempuh jalan Allah ialahtakwa, yaitu kesadaran akan ke-hadiran Tuhan dalam segenap aspekkehidupan, sebagaimana dihasilkanoleh ihsân dalam beribadah. Ke-takwaan sebagai hasil dari ihsân, darisegi keruhanian jelas akan mem-punyai dampak besar dalam (misal-nya) perilaku ekonomi, seperti tradisiWeberian.

Dengan takwa ini, seseorangmenjadi penuh energi, memiliki ke-teguhan kepribadian atau berkarak-ter kuat, tidak gampang putus asaataupun tergoda, dan senantiasa

Page 54: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

964 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

penuh harapan kepada Allah. De-ngan takwa itu pula seseorang akanterbimbing ke arah perilaku yangbenar dan baik, karena ia yakin bah-wa Allah senantiasa mengetahui,mengawasi dan memperhitungkansegala amal perbuatannya, sementaraAllah tidak akan berkenan (tidakridla) kepada hal-hal yang palsudan jahat. Adanya harapan kepadaAllah membuat seseorang berjiwateguh, dan adanya bimbingan kearah akhlak mulia menjadikannyakuat berpegang kepada amanat. Ke-dua kualitas itu mempertinggi ke-mampuan mencari dan menemukanjalan keluar dari kesulitan, suatu asasyang amat penting bagi kesuksesandi segala bidang.

Kualitas-kualitas tersebut me-rupakan wujud nyata “uluran ta-ngan Allah” (the hand of God). Sebabsecara ajaran keagamaan, “ulurantangan” itu memang dijanjikan Allahkepada orang yang bertakwa dandengan teguh mengandalkan diriatau tawakal kepada-Nya, Barangsiapa bertakwa kepada Allah makaDia ciptakan baginya jalan keluar(dari kesulitan), dan Dia anugerah-kan kepadanya rezeki secara tidakterduga; Barang siapa bertawakal ke-pada Allah maka cukuplah Dia (Allah)bagi orang itu (Q., 65: 2-3). Juga di-janjikan, Barang siapa bertakwa ke-pada Allah maka Dia akan ciptakanbaginya kemudahan dalam segalaurusannya (Q., 65: 4). Karena itu,

kita dapat memahami mengapa Al-Quran disebut sebagai petunjukbagi orang-orang yang bertakwa,dan mengapa mereka yang bertakwaitu dijanjikan sebagai orang-orangyang bakal mendapatkan falâh,yaitu kebahagiaan, keberuntungandan kesuksesan.

IHSÂN DAN KEPEMIMPINAN

Nilai asasi ihsân merupakan pang-kal-tolak bagi berbagai nilai budi lu-hur yang langsung atau tidak lang-sung diajarkan agama, dan akan ber-dampak positif kepada kepemimpin-an dan kewirausahaan. Dari sudutpertimbangan keimanan atau ke-ruhanian semua tindakan manusia,termasuk tindakan memimpin danberwirausaha, hal itu merupakan sa-rana untuk meraih nilai yang lebihtinggi, yaitu nilai keruhanian itu sen-diri, sehingga budi luhur tidak bolehdiperlakukan hanya sebagai alat ataupiranti untuk mencapai kesuksesanlahiriah. Pada dirinya sendiri, budiluhur bernilai sebagai tujuan. Ke-tulusan dalam menempuh hidupberbudi luhur hanya absah jika budiluhur itu tidak dipandang sebagaiperantaraan untuk mencapai suatutujuan yang nilainya lebih rendah, se-perti kesuksesan material semata,melainkan sebagai tujuan yang dalamdirinya sendiri terkandung sesuatuyang membahagiakan. Kalaupun

Page 55: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

965Ensiklopedi Nurcholish Madjid

harus dipandang sebagai perantaraan,maka budi luhur harus ditempuh se-bagai jalan ke arah tujuan yang lebihtinggi, yaitu ridla atau perkenanAllah. Kesejatian dalam berbudi lu-hur hanya terwujud dengan cara pan-dang seperti itu. Walaupun begitutidaklah berartibahwa kita harusmenafikan efekpositif nilai-nilaibudi luhur bagikegiatan sehari-hari, sebab, ihsândan takwa—duanilai tertinggidalam amalanhidup keberaga-m a a n — m e m -bawa dampak positif kepada ke-hidupan nyata.

Sebanding dengan itu, setiap nilaibudi luhur berdasarkan ihsân dantakwa juga akan membawa dampakyang baik bagi kehidupan sehari-hari. Kebanyakan nilai budi luhurtidak bersifat cepat menghasilkan(quick yielding), tetapi jika kita me-nepatinya dengan penuh konsistensi,maka efek positifnya dalam kehidup-an sehari-hari sangat besar. Dalamungkapan pendek, jika kita mengejarakhirat maka dunia akan kita dapat,namun tidak pernah dan tidak akanterjadi sebaliknya.

Untuk dapat menempuh hidupberbudi luhur, kita memerlukanadanya ikatan batin yang tulus ke-

pada nilai-nilai budi luhur. Lebihlanjut, ikatan batin yang tulus itumemerlukan keterlibatan nyata dirikita dalam pengamalan segi-segipraktis budi luhur itu.

Berikut ini kita akan coba mem-bahas beberapa saja nilai-nilai budi

luhur yang diper-kirakan langsungberdampak positifkepada kepemim-pinan dan ke-wirausahaan.

Hemat. Ja-nganlah kamumenyia-nyiakan(harta). Merekayang menyia-nyia-kan harta adalah

saudara-saudara setan..., begitudiajarkan dalam Kitab Suci (Q., 17:26-27). Maka kita harus hematdengan harta, dan tidak mengguna-kannya kecuali untuk sesuatu yangbenar-benar bermanfaat, baik untukdiri sendiri maupun untuk oranglain. Sikap berhemat akan mem-pertinggi kemampuan kita untukmencukupi diri sendiri dan men-jadi independen, tidak tergantungkepada orang lain. Keadaan mandiriadalah unsur penting sekali bagipengukuhan kehormatan diri, jugauntuk menopang keikhlasan dalamberibadah kepada Tuhan. Tentangkemandirian pribadi itu, sebuahkitab mengutip beberapa sabdaNabi Saw., “Sebaik-baik dukungan

Page 56: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

966 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

takwa kepada Allah ialah harta,”“Kemiskinan bagi para sahabatkuadalah kebahagiaan, dan kekayaanbagi seorang beriman di akhir zamanadalah kebahagiaan,” dan “Ke-hormatan orang beriman ialah ke-mandiriannya dari orang lain.” (Ha-dis-hadis ini dikutip oleh Kiai ShalihUmar dari Pesantren Darat, Se-marang, dalam kitabnya TarjamatSabîl al-‘Âbid ‘alâ Jawharat al-Taw-hîd). Sudah tentu harta kekayaanyang dimaksudkan ialah yang di-gunakan secara benar, bukan untukhidup mewah dan berlebihan.

Keadilan dan Kejujuran. Ke-adilan dan kejujuran adalah nilaikeagamaan yang paling mendekatitakwa, Jangan sekali-kali kebenciansuatu golongan membuat kamu tidakadil! Berbuatlah adil, itulah yangpaling dekat kepada takwa (Q., 5:8). Wahai orang-orang yang ber-iman, jadilah kamu semua orang-orang yang tegak-lurus dengan ke-jujuran, sebagai saksi-saksi untukAllah, sekalipun mengenai dirimusendiri, kedua orang tua, dan sanakkeluarga... (Q., 4: 135). Salah satumakna keadilan ialah menempatkansesuatu pada tempatnya, sepertiyang dimaksudkan ungkapan Jawa“papan empan”. Karena itu wujudperlakuan adil meskipun mengenaidiri sendiri, kedua orang tua dansanak keluarga seperti termuat da-lam firman itu ialah, menghindar-kan diri dari perbuatan yang meli-

batkan pertentangan kepentingan(conflict of interest), dengan me-ngutamakan kepentingan luas yangmerupakan amanat umum melaluijabatan dalam pemerintahan, misal-nya, dan mengesampingkan kepen-tingan diri sendiri, kedua orang tuadan sanak keluarga tersebut.

Diketahui bahwa nilai itumutlak diperlukan dalam sistem ke-hidupan sosial, ekonomi, danpolitik modern, yang adil, terbuka,dan demokratis. Keadilan adalahamanat rakyat, yang diperingatkanoleh Allah untuk ditunaikan kepadayang berhak, yaitu rakyat. Initerungkap dalam sebuah firman,Sesungguhnya Allah memerintahkankamu sekalian untuk menunaikanamanat-amanat kepada yang berhak,dan jika kamu menjalankan peme-rintahan antara manusia, makajalankanlah pemerintahan itu de-ngan adil. Sesungguhnya Allahadalah sebaik-baik yang memberi per-ingatan kepada kamu tentang hal itu(keadilan). Sesungguhnya Allah ada-lah Maha Mendengar dan MahaMelihat (Q., 4: 58).

Kerja Keras. Sepanjang ajaranIslam, kerja adalah hakikat keber-adaan manusia. Jika ada ungkapan fil-safat modern, “aku berpikir maka akuada”, semangat Al-Quran mengajar-kan, “aku bekerja maka aku ada”. Ka-rena itu manusia diperintahkan, Be-kerjalah kamu semua, maka Allah,rasul-Nya, dan masyarakat beriman

Page 57: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

967Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akan menyaksikan pekerjaanmu itu(Q., 9: 105). Juga ditegaskan bahwaManusia tidak akan memperoleh suatuapa pun kecuali yang ia usahakan (Q.,53: 39).

Dalam bekerja itu kita hendak-nya tidak segan menghadapi ke-sulitan, sebab setiap kesulitan tentuakan membawa kemudahan. Jugasetiap kesempatan atau waktu luanghendaknya digunakan untuk bekerjakeras dan tetap berusaha mendekat-kan diri kepada Tuhan, antara lain me-lalui kewaspadaan akhlak dan moral(Q., 94: 8). Waktu luang tidak bolehdibiarkan berlalu tanpa guna, sebabpengangguran adalah bencana ke-rusakan.

IHSÂN: PENGHAYATANKEHADIRAN ILAHI

Dalam sebuah hadis Nabi men-jelaskan, “ihsân ialah bahwa engkaumenyembah Allah seakan-akan eng-kau melihat-Nya, dan kalau engkautidak melihat-Nya, maka sesungguh-nya Dia melihat engkau.” Ihsanadalah ajaran tentang penghayatanpekat akan hadirnya Tuhan dalamhidup melalui penghayatan dirisebagaimana sedang menghadapdan berada di depan hadirat-Nyaketika beribadah. Ihsân adalahpendidikan atau latihan untukmencapai dalam arti sesungguhnya.Karena itu, seperti dikatakan Ibn

Taimiyah, ihsan menjadi puncaktertinggi keagamaan manusia. Iamenegaskan bahwa makna ihsan le-bih meliputi daripada iman, dankarena itu, pelakunya adalah lebihkhusus daripada pelaku iman, seba-gaimana iman lebih meliputi daripa-da Islam, sehingga pelaku iman le-bih khusus daripada pelaku Islam.Sebab, dalam ihsan sudah terkan-dung iman dan Islam, sebagaimanadalam iman sudah terkandung Islam.

Kemudian, kata-kata ihsân itusendiri secara harfiah berarti “ber-buat baik”. Seseorang yang ber-ihsândisebut muhsin, sebagaimana se-orang yang beriman disebut mukmindan yang berislam disebut muslim.Karena itu, sebagai bentuk jenjangpenghayatan keagamaan, ihsân ter-kait erat sekali dengan pendidikanberbudi pekerti luhur atau berakhlakmulia. Disabdakan oleh Nabi bah-wa yang paling utama di kalangankaum beriman ialah yang paling baikakhlaknya.

Dirangkaikan dengan sikap pas-rah kepada Allah, orang yang ber-ihsân disebutkan dalam Kitab Sucisebagai orang yang paling baik ke-agamaannya, Siapakah yang lebihbaik dalam hal agama daripadaorang yang memasrahkan (aslama)dirinya kepada Allah dan dia adalahorang yang berbuat kebaikan (mus-lim), lagi pula ia mengikuti agamaIbrahim secara tulus mencari ke-benaran (hanîfan) (Q., 4: 125).

Page 58: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

968 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Ihsân dalam arti akhlak mulia ataupendidikan ke arah akhlak mulia se-bagai puncak keagamaan dapat di-pahami juga dari beberapa hadisterkenal, seperti “Sesungguhnya akudiutus hanyalah untuk menyempurna-kan berbagai keluhuran budi.” Dansabda beliau lagi bahwa yang palingmemasukkan orang ke dalam surgaialah takwa kepada Allah dan keluhur-an budi pekerti.

Jika kita renungkan lebih jauh,sesungguhnya semua makna di atasitu tidak berbeda jauh dari apa yangsecara umum dipahami oleh orang-orang Muslim, yaitu bahwa dimensivertikal pandangan hidup kita (imandan takwa—habl min Allâh, di-lambangkan oleh takbir pertama atautakbîrat al-ihrâm dalam shalat) se-lalu, dan seharusnya, melahirkan di-mensi horizontal pandangan hidupkita (amal saleh, akhlak mulia, hablmin al-nâs, dilambangkan oleh ucap-an salam atau taslîm pada akhir shalat).Jadi, makna-makna tersebut sangatsejalan dengan pengertian umumtentang keagamaan. Maka, sebenar-nya di sini hanya dibuat penjabaransedikit lebih mendalam dan penegas-an sedikit lebih kuat terhadap mak-na-makna umum itu.

IHTISÂB DALAM IBADAH

Ihtisâb dari kata hisâb, artinyamenghitung diri sendiri. Ada hadis

yang mengatakan, “Buatlah per-hitungan pada diri sendiri sebelumkamu nanti dibuat perhitungannyaoleh Tuhan.” Artinya, kita harus meng-hitung diri kita sendiri. Dalam ke-rangka ihtisâb, maka tadabbur, i‘tikâf,membaca Al-Quran, dan sebagainya,merupakan medium atau sarana-sa-rana yang cukup efektif. Laylatul qa-dar pun sangat erat kaitannya denganihtisâb. Seberapa jauh kita mampumenjawab pertanyaan secara jujurtentang siapa sebenarnya kita?

Sebetulnya, hampir semua ibadahdimulai dengan pertanyaan seperti itu.Misalnya, kalau pergi haji, kita melaku-kan umrah dulu, lalu ihrâm, yangdidahului dengan mandi. Selain me-mang secara fisik mandi itu berguna,tetapi secara metaforis, kita member-sihkan diri sendiri. Lalu kita meng-ganti pakaian dengan pakaian-pakai-an yang tidak terjahit. Maksudnyaialah suatu peringatan kepada kitaagar kembali kepada keadaan kitayang sebenarnya: kita yang tanpatopeng, kita yang tanpa tabir, kitayang tanpa bungkus, kita yang “te-lanjang” di hadapan Tuhan. Sebab,jelas bahwa kita semua, dalam per-gaulan antarmanusia, memakai “to-peng”. Pakaian kita saja sudah me-nentukan secara jelas dalam perkarasehari-hari; kita akan mempunyaipandangan yang spontan pada se-seorang berdasarkan pakaiannya.Usia muda-tua, ayah-ibu, semuanya“topeng”. Hanya karena seseorang

Page 59: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

969Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mempunyai gelar doktor, kita mem-punyai gambaran tertentu mengenaiorang itu. Oleh karena itu, dalamihrâm kita “telanjang” di hadapanTuhan. Artinya, ihrâm juga merupa-kan ihtisâb, yaitu percobaan jujur padadiri sendiri, siapa sebetulnya kita ini.

Begitu juga di dalam shalat. Adahadis mengatakan bahwa shalattidak sah kecuali dengan bacaan Al-Fâtihah. Dalam Al-Fâtihah ada baca-an yang juga sangat penting, yaituketika mohon kepada Allah Swt.untuk ditunjukkan jalan yang benar.Doa inilah yang sebetulnya kitaâmîn-kan. Âmîn itu maksudnya un-tuk ihtisâb. Karena itu, banyak orangtidak setuju dengan “sisipan”, yaituketika sampai pada bacaan walâ al-dlâllîn, disisipi dulu dengan “rabbî‘ghfirlî wa liwâlidayya âmîn”. Seolah-olah âmîn-nya untuk kata-kata itu.Padahal âmîn di sana untuk “ihdinaal-shirâth al-mustaqîm”. Itu adalahsuatu sikap yang mengandung ke-jujuran, bahwa kita tidak mengetahuiadanya yang benar, sehingga mintadiberi petunjuk. Karenanya, kita ha-rus berani menurunkan (decline) pe-ngetahuan kita menjadi kosong dihadapan Tuhan. Dalam bahasa ta-sawuf disebut takhallî (mengosongkandiri di hadapan Allah Swt. secarajujur): kita mohon pertolongan ke-pada Allah Swt. untuk mendapat-kan jalan yang lurus, karena kita sen-diri tidak mampu.

IHTISÂBMEMERANGI HAWA NAFSU

Kita mengenal perkataan sehari-hari, yaitu hawa nafsu. Secara har-fiah, hawa artinya keinginan atauciri-ciri, dan nafsu artinya diri sen-diri. Kita biasanya melihat diri kitasesuai dengan hawa nafsu atau ke-inginan diri sendiri. Apa betul kitaini orang baik atau orang jahat? Te-tapi tentu saja sedikit sekali orangyang lebih dulu menganggap dirinyajahat. Biasanya banyak yang lebihdulu menganggap dirinya baik. Ka-rena itu sebenarnya, ihtisâb (intro-speksi diri) menyangkut masalahbagaimana kita membebaskan diridari hawa nafsu atau keinginan dirisendiri.

Pengertian kita mengenai baikdan buruk, benar dan salah, sering-kali tidak lebih dari kelanjutan in-terest, kepentingan, dan keinginankita. Karena sesuatu itu cocok de-ngan keinginan kita, maka disebutbaik. Sebaliknya, karena tidak cocokdengan kita, maka disebut jahat.Para ulama mengajari kita untukberdoa, “Ya Tuhan kami, tunjuk-kanlah kepada kami yang benar itubenar, serta berilah kami sesuatu yangbisa menambah iman, juga tun-jukkanlah kepada kami yang salahitu salah, serta beri kami kekuatanuntuk menjauhi kejahatan.” Me-ngapa? Karena umumnya kita tidaktahan melihat benar sebagai benar,

Page 60: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

970 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

apalagi kalau kebetulan berten-tangan dengan interest kita. Begitujuga, kita tidak tahan untuk me-lihat salah itu salah, apalagi kalaukebetulan yang salah itu cocok de-ngan kita.

Inilah yang disebut hawa ataukeinginan. Per-sepsi kita menge-nai baik dan bu-ruk, benar dansalah, yang ke-mudian mem-bentuk kediriankita sebagaimanakita pahami sen-diri, besar sekalikemungkinannyasebagai kelanjutan dari hawa nafsuatau interest kita. Metaforanya yangsederhana ada dalam ilustrasi lalulintas. Kalau kita naik mobil danmasuk lalu lintas yang macet, pastiserta-merta kita merasa yang benar,semuanya harus menyimpang danmemberi jalan untuk kita. Bus kitamusuhi sebagai mentang-mentangbesar, bajaj kita bilang tidak tahudiri, orang menyeberang kita tuduhtidak tahu aturan. Ada saja cara kitamenyalahkan orang lain. Tetapisebagai kontrol terhadap diri sen-diri, cobalah suatu waktu kita naikbus, nanti kita dengan serta-mertaakan mendapati bahwa bus itulahyang benar. Kalau supirnya mulai“nyerodol-nyerodol”, itu pasti kitadukung, “Terus pir, terus!”

Itulah ilustrasi yang paling se-derhana tentang besarnya kemung-kinan kita dikuasai oleh hawa nafsu,atau keinginan diri sendiri. Keadaanini dapat mengaburkan persepsi kitamengenai baik dan buruk, benardan salah. Maka, kita harus ihtisâb,

introspeksi. Ka-rena hal ini sa-ngat sulit, makakalau kita ber-hasil melakukanihtisâb, seluruhdosa kita diam-puni oleh Tu-han. Itulah mo-men yang sa-ngat menentu-

kan, yang tidak lain adalah laylatulqadar, momen yang bisa menjadistarting point baru bagi seluruhhidup kita.

IJTIHÂD DAN MUJÂHADAH

Ajaran Kitab Suci dan SunnahNabi menyediakan bahan-bahanberharga bagi yang berkomitmenkepada usaha perbaikan kehidupanmanusia. Bahan-bahan itu me-nguatkan harapan dan keyakinanbahwa suatu bentuk sumbangan ter-tentu dapat diberikan kaum Mus-lim kepada kemanusiaan untukmenghadapi tantangan zaman. Di-rasakan adanya suatu urgensi untuk

Suatu kebenaran yang mungkinterdengar ganjil mengatakanbahwa dimensi sosial hidup ma-nusia—termasuk sistem politik de-mokrasinya—akan membutuhkantumbuhnya individu-individu yangkuat, yang menghargai kebebasandan siap menerima konsekuensi-nya berupa tanggung jawab pribadi

Page 61: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

971Ensiklopedi Nurcholish Madjid

membangun kalam kekhalifahanmanusia dan reformasi bumi, me-ngikuti jejak langkah dan semangatpara sarjana klasik yang telah me-lakukan jihâd, ijtihâd dan mujâ-hadah, yaitu pola kerja penuhminat, semangat dan dedikasiuntuk menemukan kebenaran,dengan pelibatan diri berturut-turut secara jasmani, nafsani danruhani. Hal ini disebabkan ke-benaran yang diperoleh tanpa ji-hâd, ijtihâd dan mujâhadah akantidak memiliki energi dan dinamikauntuk tumbuh dan berkembang.Maka demi komitmen kepadareformasi kehidupan di bumi ini,baik sekali jika kita renungkandengan kesungguhan hati firmanAllah:

Tidak ada kebaikan pada ke-banyakan bisik-bisik mereka, kecualiyang menganjurkan derma, atau ke-baikan, atau reformasi antara ma-nusia. Barang siapa berbuat demiki-an itu karena menghendaki ridlaAllah, maka Kami pasti memberinyaganjaran yang agung(Q., 4:114).

Khazanah Islam klasik mengang-gap masalah kekhalifahan manusiatidak mengandung persoalan yangpolemis dan kontroversial. Bagi me-reka masalah itu sudah “taken forgranted”, karena mereka merasakandan mengetahui keunggulan me-reka di bidang kemanusiaan itu atasbangsa-bangsa dan umat-umatyang lain. Jauh sebelum Thomas

Jefferson memberi inspirasi kepadarakyat Amerika dengan prinsip-prinsip “life, liberty and pursuit ofhappiness”-nya, dan sebelum JohnLock mengotak-atik asas-asas “life,liberty and property”, umat Islamtelah lama berpegang teguh danmelaksanakan ajaran tentang ke-sucian “al-dimâ’ wa al-amwâl waal-a‘râdl (hidup, harta dan kehor-matan- “life, property and honour’).Nabi Saw. mengajarkan prinsip-prinsip itu dalam pidato perpisah-an beliau yang penuh semangat.Dengan mantapnya prinsip-prinsipitulah Islam dinyatakan Tuhan telahsempurna sebagai agama, dalamfirman, Hari ini telah Aku sem-purnakan untuk kamu sekalianagama kamu, dan aku lengkapkanatas kamu anugerah karunia-Ku, danAku rela Islam sebagai agama (Q.,5:3).

Dicatat dalam hadis dan sejarahbahwa pernyataan kesempurnaanitu turun kepada Nabi Saw. di sorehari Jumat, dalam kesempatan wu-kuf di Arafah, sesudah beliau hariitu mengucapkan sebuah pidatoperpisahan. Prinsip kesucian hidup,harta dan kehormatan manusia itutelah mempengaruhi seluruh umatmanusia. Giovani Pico della Miran-dola, seorang pemikir humanismezaman renaisans, mengakui bahwaia belajar menghargai manusia darisumber-sumber Islam. Ia memangdikucilkan masyarakat karena paham

Page 62: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

972 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kemanusiaannya itu, tapi pikiran rin-tisannya telah menyebar ke seluruhEropa dan menjadi bagian dari wacanaumum yang hangat. Mungkin sekalitrilogi dari Nabi tersebut telah me-netes kepada para tokoh kemanusia-an seperti John Locke dan Jefferson,meskipun dengan sedikit distorsi.

Berdasarkan pandangan Kitabdan Sunnah tentang fitrah dan ke-hanifan, sehingga setiap orang me-miliki dasar kesucian dan pembawa-an kesucian, maka tugas dari setiapgenerasi mapan ialah mengusahakan,pertama, agar fitrah dan kehanifangenerasi yang sedang tumbuh tidakrusak oleh lingkungan sosial-budaya-nya, dan, kedua, agar nilai-nilai ke-manusiaan asasi itu tumbuh dan ber-kembang dengan baik. Dalam skemaAl-Quran, tugas-tugas itu menjadikewajiban orang tua terhadap keturun-annya, namun dengan kemungkinandiperluas untuk meliputi seluruh ma-syarakat.

Tugas itu sendiri dinamakan tar-biyah yang memiliki makna dasar“meningkatkan”, yang sering juga di-artikan “pendidikan”. Maka pendi-dikan dimulai dengan pemeliharaandan peningkatan potensi kemanusia-an setiap pribadi yang berakar dalamdesign Tuhan sendiri untuk manusia,dan yang disiapkan untuk mampumengemban tugas kekhalifahan. Se-tiap orang harus dikembangkan danmengembangkan diri untuk dapatmemenuhi design penciptaan primor-

dialnya yang suci, dalam kerangka se-mangat persatuan manusia sejagat,dan dengan kesadaran sepenuh-pe-nuhnya untuk memenuhi perjanjian-nya dengan Sang Maha Pencipta.

Maka pengetahuan atau “ilmu”(‘ilm) ialah tingkat penguasaannyakepada hukum dan hakikat alam(‘âlam), seperti yang dahulu diajar-kan Allah kepada Adam. Tetapi, se-tiap pribadi manusia juga harus te-rus-menerus menyadari adanya per-juangan tanpa akhir antara pem-bawaan kebaikan dalam dirinya dan“godaan” kejahatan yang datang daridunia iblis, diabolos. Setiap saat ma-nusia harus menghidupkan kembalidalam dirinya “drama kosmis” yangdialami Adam di alam primordial,yang secara abadi mengingatkan po-tensinya untuk jatuh tidak terhor-mat karena melanggar batas kebebas-an yang dianugerahkan Tuhan, SangMaha Pencipta.

IJTIHAD KESUFIAN

Di antara para pemikir besar Is-lam di kalangan Sunni, Ibn Taimi-yah adalah yang paling kuat argu-mentasinya untuk mempertahankantetap terbukanya pintu ijtihad se-panjang masa. Sedemikian rupa iamenegaskan pendiriannya, sehinggatidak jemu-jemu mengingatkan ada-nya sabda Nabi bahwa orang yangberijtihad kemudian benar, maka ia

Page 63: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

973Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akan mendapatkan dua pahala, danyang berijtihad kemudian keliru, makaia masih akan mendapatkan satu pa-hala. Sejalan dengan itu, ia senan-tiasa berusaha menunjukkan peng-hargaan kepada setiap kegiatan ijtihadyang dilakukan oleh siapa pun,yang dalam pandangannya memilikiketulusan niat.

Begitu pulaterhadap kaumsufi, Ibn Taimi-yah, yang olehFazlur Rahmandisebut sebagaipelopor sufismebaru, tetap me-nunjukkan apre-siasinya kepadaijtihad merekadalam mendekatiAllah melalui zikir-zikir dan wirid-wirid yang diajarkan. Ibn Taimiyahmemberi apresiasi ini tanpa berartimeninggalkan sikap kritisnya yangterkenal kepada sufisme populer,karena melalui praktik-praktikpemujaan kepada orang-orang sucidan kuburan-kuburan mereka,sufisme populer dalam pandangan-nya lebih mendekati syirik. Begitupula terhadap cara mereka berzikirdan melakukan wirid, Ibn Taimiyahsering melancarkan kritik yang tan-das sekali. Walaupun begitu, secarakeseluruhan Ibn Taimiyah meman-dang bahwa tasawuf atau sufismeadalah sejenis ijtihad dalam men-

dekati Allah. Dalam suatu risalah pen-deknya yang amat menarik, berjudulAl-Shûfiyât wa Al-Fuqarâ’, IbnTaimiyah menjelaskan penilaian danpendiriannya tentang sufisme sebagaiberikut:

“Telah diketahui bahwa tasawufmuncul dari kota Basrah dan di sana

ada orang yangmenempuh caraibadah dan zu-hud yang di da-lamnya terkan-dung ijtihad ba-ginya—sebagaima-na di kota Kufahjuga ada orangyang menempuhcara fiqih dan ilmuyang di dalamnyaterkandung ijti-

had baginya. Karena mereka yangdi Basrah itu dikaitkan dengan pa-kaian lahiriah, yaitu pakaian daribahan wol (shûf), maka dikatakanbahwa seseorang seperti mereka ituadalah shûfî. Tetapi tarekat merekatidaklah dibatasi dengan pakaiandari wol, dan mereka pun tidak me-wajibkan hal itu, juga tidak meng-hubungkan tarekatnya dengan pakai-an itu. Namun mereka dihubungkandengan wol (shûf), sebab itulah ke-adaan lahiriahnya.”

Selanjutnya, bagi mereka, tasa-wuf mempunyai hakikat-hakikat danhal-hal tertentu yang terdiri dari ba-tasan-batasan tingkah laku, dan

Page 64: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

974 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akhlaknya. Seperti menurut sebagianmereka: “Seorang Sufi ialah orangyang telah terbersihkan dari kotoran,penuh pikiran, dan sama baginyaemas dan batu-batuan”, dan “tasawufialah sikap merahasiakan makna danmeninggalkan pengakuan-pengaku-an (klaim-klaim),” dan seterusnya.Kemudian mereka membawa maknaSufi ke makna Shiddîq (orang yangbenar), dan manusia paling utamasetelah para nabi ialah orang-orangShiddîq, sebagaimana difirmankanAllah: Barang siapa taat kepada Allahdan Rasul maka mereka itu besertaorang-orang yang mendapatkan karuniakebahagiaan dari Allah, yang terdiri daripara nabi, para Shiddîqîn, para syu-hadâ’ dan para orang salih, dan merekaitu sungguh baik sebagai kawan dekat(Q., 4: 69). Bagi kaum sufi, tidakada orang yang lebih utama setelahpara nabi selain seorang sufi. Tapisebenarnya, seorang sufi adalah satujenis saja dari kaum Shiddîqîn, sebabdia adalah seorang Shiddîq yangmengkhususkan diri pada zuhud danibadah mengikuti cara yang merekaijtihadkan, sehingga dia menjadi se-orang Shiddîq dalam cara ini, sebagai-mana juga dikatakan tentang adanya‘ulamâ’ Shiddîqîn dan umarâ’ Shid-dîqîn. Jadi, seorang sufi adalah lebihkhusus daripada seorang Shiddîq mut-lak dan lebih rendah daripada kaumShiddîqîn yang kebenarannya sem-purna seperti kaum sahabat danTâbi‘ûn serta para pengikut mereka.

Jika kaum zuhud dan ibadah dariorang-orang Basrah itu disebut kaumShiddîqîn, maka sama halnya denganpara ahli fiqih dari kalangan orang-orang Kufah, juga merupakan kaumShiddîqîn. Semuanya sesuai denganjalan yang ditempuhnya untuk taatkepada Allah dan Rasul-Nya me-nurut ijtihad masing-masing. Merekaitu bisa saja merupakan orang-orangShiddîq menurut zaman mereka, se-hingga menjadi orang Shiddîq palingsempurna di zaman itu, namun se-orang Shiddîq di zaman pertamalebih sempurna daripada mereka.

Kaum Shiddîqîn itu bertingkat-tingkat dan bermacam-macam se-hingga pada masing-masing merekadapat ditemukan jenis kelakuan danibadah yang benar, baik dan ung-gul, meskipun orang lain denganjenis kelakuan dan ibadah yang lainpula lebih sempurna dan lebihunggul darinya.

Karena terjadi banyak ijtihad danperselisihan di kalangan mereka sen-diri, maka manusia pun berselisih pulatentang tarekat mereka. Sekelompokorang mencela kaum sufi dan tasawuf,dan berpendapat bahwa mereka iniadalah para pembuat bid‘ah yang ke-luar dari Sunnah. Pendapat tersebutdikutip dari sebagian imam-imam,kemudian sekelompok ahli fiqih dankalam mengikuti jejak mereka. Se-dangkan kelompok lain yang agak ber-lebihan mengenai kaum sufi, meng-anggap bahwa mereka adalah ma-

Page 65: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

975Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nusia paling utama setelah para nabi.Kedua kelompok yang ekstrem inisama-sama tercela. Yang benar bahwakaum sufi adalah orang-orang yangberijtihad dalam taat kepada Allah,sebagaimana halnya orang lain yangtaat kepada Allah juga berijtihad.Di antara mereka ada yang men-dahului dalam kebenaran (sâbiq), yaituorang yang maju, sehingga menjadidekat (kepada Allah) sesuai denganijtihâd-nya. Di antara mereka ada yangsedang (muqtashid), yang termasuk“golongan kanan” (ashhâb al-yamîn).Pada masing-masing kelompok ituada yang berijtihad kemudian mem-buat kekeliruan, di antaranya ada yangberdosa lalu bertobat atau tidak ber-tobat. Dan orang-orang yang me-ngaku tergolong kaum Sufi itu adayang zalim kepada diri sendiri daningkar kepada Tuhannya. Di antaraorang-orang yang mengaku diri kaumsufi itu ada yang pembuat bid‘ah danzindiq (penyelewengan keagamaan),yang menurut para ahli di kalanganahli tasawuf sendiri itu tidaklah ter-masuk kaum Sufi, seperti Al-Hallajdi mana sebagian besar para tokohtarekat mengingkari dan tidak me-masukkannya ke dalam tarekat, se-perti pendapat Al-Junaid Muhammaddan lain-lain yang disebutkan olehSyaikh Abu Abdurrahman Al-Sul-lami dalam kitab Thabaqât al-Shûfiyahdan Al-Hafizh Abu Bakar Al-Khathibdalam kitab Târîkh Baghdâd.

IJTIHAD MENGHAPUSKANTAKLID?

Para pengkritik modernisme se-perti Maryam Jameelah dan HamidAlgar menganggap bahwa Al-Afghanidan Muhammad Abduh telah mem-buat kesalahan sangat besar dalammenentang secara habis-habisan sis-tem taklid dalam umat. Tapi mung-kinkah Al-Afghani dan Abduh me-mang memaksudkan penghapusantaklid sama sekali dari sistem pahamkeagamaan? Rasanya hal itu sedikitsekali kemungkinannya, sebab akanmembuat seluruh tindakan dan per-juangan mereka menjadi absurd, tidakbermakna. Sedikitnya, sebagai peng-anjur-penganjur reformasi dan mo-dernisasi, pada analisis terakhir Al-Afghani dan Abduh menginginkanagar orang mengikuti dan menerimajalan pikiran mereka. Barangkali yangpaling jauh dengan seruan yangmenyerang taklid itu adalahpenganjur-penganjur tersebut hanyamenghendaki agar umat, sementaramenerima dan meneruskan tradisiyang ada, hendaknya mampumengembangkannya secara kreatif.Dan kreativitas itu, mereka meya-kinkan, tumbuh hanya jika terdapatsikap kritis secukupnya, yang padaurutan berikutnya didasari olehpaham ijtihad. Dengan kata lain,taklid pun, demi memaksimalkankegunaannya, harus disertai dengansikap terbuka kepada hal-hal positifdari luar.

Page 66: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

976 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Jadi, Al-Afghani, MuhammadAbduh, dan para pemikir modernistidak lebih daripada orang-orangyang telah berusaha sedapat-dapat-nya melaksanakan prinsip yang me-reka perjuangkan, yaitu ijtihad. Dankarena sifat manusiawinya, hasilsuatu ijtihad mustahil selalu benardan tanpa salah secara mutlak, mes-kipun ia harus dilakukan sesuai de-ngan makna asalnya, yaitu berusahadengan penuh kesungguhan. Berke-naan dengan soal kesalahan yangmanusiawi itu, menarik untukmengingat kembali pendapat IbnTaimiyah tentang konsep ‘ishmah(infallibility, tidak pernah salah) paranabi. Ibn Taimiyah berpendapatbahwa para nabi tidak bisa salah ha-nya dalam hal yang berkenaan de-ngan tugasnya menyampaikanwahyu (tablîgh) saja. Sedangkan diluar hal yang menyangkut wahyu,Ibn Taimiyah berpendapat, nabi ber-tindak sebagai manusia biasa yangbisa salah dan bisa benar. Hanyasaja, seorang nabi selalu menunjuk-kan ketajaman berpikir dan kemam-puan memahami permasalahan yangluar biasa. Karena itu, kemungkinanmembuat kesalahan dapat dikurangisampai sesedikit mungkin. Tambah-an lagi, kata Ibn Taimiyah, seorangnabi bila membuat kesalahan akancepat menyadarinya atau mendapatteguran Tuhan melalui wahyu. Itu-lah yang juga terjadi pada Nabi Mu-hammad. Sesudah itu, seorang nabi

akan selalu melakukan tawbat-annashûh-an, yang akan justru mem-pertinggi kenabian dan kemanu-siaannya. Dalam Al-Quran sendiriterdapat perintah Tuhan kepadaNabi Muhammad agar menegaskankepada para pengikutnya bahwa diahanyalah seorang manusia biasa,kecuali bahwa ia menerima wahyutentang kemahaesaan Tuhan.

Salah satu implikasi dari doktrinbahwa Nabi Muhammad adalahnabi dan rasul penghabisan ialahberhentinya wahyu Tuhan kepadamanusia dengan otoritasnya yangmutlak. Memang, untuk berfungsidan memasyarakat, wahyu-wahyuitu perlu ditafsirkan. Namun harustetap disadari adanya segi kema-nusiaan dalam penafsiran yangterjadi melalui kegiatan ijtihad itu,yang membuatnya tidak mungkinterbebas sama sekali dari kemung-kinan salah. Namun, demi kepen-tingan manusia sendiri, ijtihad ituharus tetap digalakkan. Tidak ada ja-lan lain lagi. Dari sudut pengham-piran inilah bisa dipahami sebuahhadis Nabi yang amat terkenal, yangmengatakan bahwa: “Barang siapaberijtihad dan benar, ia akan men-dapat dua pahala; dan barang siapaberijtihad dan salah, ia masih akanmendapat satu pahala.” Adalah ke-bijaksanaan kerasulan yang sangattinggi bahwa Nabi menegaskan ti-dak adanya kerugian dalam kegiatanberijtihad, dan bahwa ijtihad hanya

Page 67: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

977Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akan membawa kebaikan, gandaataupun tunggal. Maka tidak adayang salah dalam berijtihad. Ke-salahan satu-satunya ialah takutsalah itu sendiri. Tampaknya pegang-an terbaik dalam berijtihad, se-panjang argumentasi yang dijabar-kan di sini, masih dalam bentuk se-mangat yang termuat dalam ung-kapan klasik dari kalangan kaum AhlAl-Sunnah wa Al-Jamâ‘ah yangmengatakan dalam bahasa Arabnya,al-muhâfazhat-u ‘alâ al-qadîm al-shâlih wa al-akhdz bi al-jadîd al-ashlah—memelihara yang lama yangbaik, dan mengambil yang baruyang lebih baik.

IJTIHAD TÂBI‘ÎN

Menurut Ali Al-Khafifi, seoranganggota Majma‘ Al-Buhûts Al-Islâmîyah (Badan Riset Islam) Uni-versitas Al-Azhar, Kairo, ijtihad-ij-tihad yang terjadi di zaman tâbi‘înadalah ijtihad mutlak, yaitu ijtihadyang dilakukan tanpa ikatan pen-dapat seorang mujtahid terlebih da-hulu, dan secara langsung diarah-kan untuk membahas, meneliti, danmemahami yang benar. Ikatan hanyaterjadi jika ditemukan sebuah pen-dapat seorang sahabat nabi, yangdiduga bersandar kepada Sunnahyang karena beberapa sebab Sunnahitu tidak muncul sebelumnya, ke-mudian pada zaman tâbi‘în, lebih-

lebih zaman tâbi’ tâbi‘în, suasana lebihmengizinkan untuk muncul. Misal-nya, perubahan situasi politik, de-ngan perpindahan kekuasaan darikaum Umawi ke kaum Abbasi, telahmembawa perubahan penting da-lam sikap keagamaan. Meskipun se-sungguhnya kaum Abbasi akhirnyabanyak meneruskan wawasan hukumkeagamaan kaum Umawi sebagaipendukung Ahli Sunnah wal Jamaah(ahl al-sunnah wa al-jamâ‘ah)— ber-kenaan dengan hukum, banyak ber-orientasi pada preseden-preseden parakhalifah Madinah, khususnya Umar—kaum Abbasi lebih banyak dan le-bih tulus perhatian mereka pada ma-salah-masalah keagamaan daripadakaum Umawi. Sikap berpegang kepa-da syariat ini bagi kaum Abbasi berartipengukuhan legitimasi politik dan ke-kuasaan mereka (dibandingkan dengankedudukan kaum Umawi, dan di-hadapkan kepada oposisi kaum Syi‘ahdan Khawarij). Tapi di samping itu,sikap tersebut menciptakan suasanayang lebih mendukung bagi per-kembangan kajian agama, dan inipada urutannya memberi peluanglebih baik pada para sarjana untukmenyatakan pendapatnya, termasukmenuturkan riwayat dan hadis.Usaha secara resmi pembakuanSunnah (yang kemudian menjadisejajar dengan hadis) telah mulaitumbuh sejak zaman ‘Umar ibnAbdul Aziz menjelang akhir keku-asaan Umawi. Kini usaha tersebut

Page 68: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

978 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

memperoleh dorongan baru, danmerangsang tumbuhnya berbagaialiran pemikiran keagamaan, baikyang bersangkutan dengan bidangpolitik, teologi, dan hukum, maupunyang lain.

Semua kegiatan itu juga dipenga-ruhi oleh kenya-taan sosial-politikberupa semakinberagamnya latarbelakang etnis, kul-tural, dan geografisanggota masya-rakat Islam, di-sebabkan banyak-nya orang-orangnon-Arab (Syria, Mesir, Persi, dan se-bagainya) yang masuk Islam. Makapada zaman itu kita menyaksikantampilnya tokoh-tokoh kesarjanaandengan bidang kajian ilmu yanglebih terspesialisasi, khususnya,bidang kajian hukum Islam ataufiqih. Merekalah para pendahuluimam-imam mazhab, bahkan guru-guru para calon imam mazhab itu.

Suatu hal yang amat penting di-perhatikan ialah adanya kaitan sua-tu aliran pikiran (yakni, mazhab,school of thought) dengan tempat.Telah disebutkan adanya dua aliranpokok: Irak dan Hijaz. Namun diantara keduanya, dan dalam dirimasing-masing aliran besar itu, ter-dapat nuansa yang cukup berarti,cukup penting diperhatikan. Nuan-sa-nuansa itu tecermin dalam ke-

tokohan sarjana atau ulama yangmendominasi suasana intelektualsuatu tempat, seperti dituturkanSyaikh Muhammad Al-Hudlari Bekdalam kitabnya, Târîkh Al-Tasyrî‘Al-Islâmî. Para tokoh ahli ilmu hu-kum itu dan kegiatan ilmiah serta

pengajarannyatelah mendo-rong timbulnyapara spesialis hu-kum angkatanberikutnya, se-perti Al-Awza’i,Sufyan Al-Tsau-ri, Al-Laits ibnSa’d, dan lain-

lainnya. Mereka ini, pada gilirannyatelah melapangkan jalan bagi tam-pilnya para imam mazhab yangsampai saat ini pengaruhnya masihamat kukuh seperti Abu Hanifah,Malik, Al-Syafi‘i, dan Ahmad ibnHanbal.

IJTIHAD: WUJUDKEGIATAN AKAL

Menurut pandangan Ibn Rusyd,para failasuf hanyalah melanjutkanlogika Al-Quran sendiri dan me-ngembangkannya dalam dimensi-di-mensi keilmuan kemanusiaan. Me-mang, para failasuf tidaklah kebal da-ri kesalahan. Akal dalam Islam bu-kanlah suatu wujud abstrak ataupunentitas yang berdiri sendiri seperti da-

Cara pandang yang khas tentangdemokrasi hanya merupakanakibat logis interaksi antara intiatau dasar pengertiannya yanguniversal dengan kenyataan lokal,kadang-kadang justru guna melak-sanakan demokrasi itu secaraefektif.

Page 69: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

979Ensiklopedi Nurcholish Madjid

lam filsafat Yunani. Akal dalam Islamialah aktivitas penggunaan kecen-derungan alami sendiri untuk me-mahami sesuatu yang ada di seke-lilingnya secara sistematis dan men-cocoki naluri logika pemberian Allahdi mana dengan sifatnya yang be-rupa aktivitas itu, akal berdimensi ti-dak pernah berhenti. Dan Allah pun,pencipta manusia yang memberi akalkepadanya, juga selalu aktif. “Setiaphari Dia (Allah) ada dalam kegiatan.”

Wujud penggunaan akal itu da-lam memahami agama (dalam arti-nya yang seluas-luasnya) tidak lainialah kegiatan ijtihad. Dalam ber-ijtihad itulah kreativitas manusia danketepatannya dalam memahamiagama dipertaruhkan. Hal ini dika-renakan Allah menjanjikan balasankebaikan yang besar kepada orangyang melakukan ijtihad dan benarberupa dua kali lipat, malah sepu-luh kali lipat. Kalaupun ia membuatkekeliruan, masih dijanjikan pahalatunggal. Nabi Saw. bersabda:

“Jika hakim menjalankan hukumlalu berijtihad dan benar, maka bagi-nya dua pahala, dan jika ia men-jalankan hukum dan keliru, makabaginya satu pahala.”

“Jika engkau berijtihad dan benardalam mengambil keputusan, makabagimu sepuluh pahala, dan jika eng-kau berijtihad dan membuat keke-liruan, maka bagimu satu pahala.”

Paham ijtihad seperti digambar-kan dalam sabda Nabi Saw. itulah

yang kini amat perlu dikembangkandi kalangan umat. Hanya denganitu ada harapan bahwa obskurantis-me atau kemasabodohan intelektualyang melanda umat Islam sejak be-berapa abad terakhir ini dapat diatasi.Dan dengan itu pula ada harapanbahwa umat Islam akan mampu me-nerobos stagnasinya, dan tampil lagimemimpin umat manusia dengan ini-siatif-inisiatif dan kreativitas-kreativi-tas kultural yang bermanfaat untukkemanusiaan sejagat. Filsafat adalahsalah satu perangkatnya.

IKATAN KEAGAMAAN

Komitmen umum pada tingkatnasional, disebabkan pertimbangan-pertimbangan keserasian antara kon-sensus dan konflik, tidak dibenarkanuntuk meniadakan pengelompokansosial dalam suatu negara. Hal inidisebabkan, meskipun nasionalismepada dasarnya bersifat sentimental–apalagi dalam saat-saat kritis meng-hadapi musuh dari luar–organisasikenasionalan sendiri, yaitu negaradan pemerintahannya, tidak dapatdisusun sepenuhnya bersifat senti-mental. Ini antara lain karena dalamsituasi normal organisasi kenegaraandan birokrasinya adalah suatu ke-rutinan yang mekanis sehingga harusada ikatan-ikatan sosial yang “lebihhangat terasa dalam kalbu” daripadaikatan-ikatan prosedural dan biro-

Page 70: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

980 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kratis melalui mesin pemerintahan,yang akan menjadi tiang-tiang pe-nyangga bangunan negara. Ikatan-ikatan itu disusun berdasarkan sis-tem ketaatan internal; dan ketaatanserta komitmen yang terjadi akanselalu mendorong pencarian sistemide dan makna bagi ketaatan dankomitmen umumeksternal, khusus-nya pada tingkatnegara. Kebenaranhal ini bisa disak-sikan dalam keadaannegara atau bangsamengalami situasikritis, bilamanamuncul gerakan-ge-rakan spontan dan“sentimental” darikalangan rakyat untuk membelanegara. Lahirnya laskar-laskar dalamsituasi kritis harus dipandang darisudut penglihatan ini.

Di antara berbagai kemungkinanraison d’etre bagi suatu ikatan sosialserupa itu, rasa keagamaan adalahyang paling kuat dan menonjol.Meskipun ada benarnya meman-dang pengelompokan keagamaansebagai suatu “primordialisme” bah-kan komunalisme,” namun tidaklahdibenarkan menggeneralisasi semuaikatan keagamaan sebagai demikianmengingat sekian banyaknya jenisagama dan jenis aliran dalam agamaitu. Pintu tidak pernah tertutupbagi suatu ikatan keagamaan untuk

mengembangkan dinamika internalagama yang diyakininya menjadisuatu sumber kekuatan yang kreatif.Sebab agama, sebagaimana terlihatdalam sejarah, senantiasa menunjuk-kan kemampuan yang hampir takterbatas untuk mengembangkan diridan memberi kontribusi positif pada

sejarah kema-nusiaan.

Paling ku-rang dari segijumlah peme-luknya yangmerupakan go-longan terbesarrakyat Indone-sia, adalah di-benarkan meng-ajukan harapan

bahwa ikatan-ikatan keislamanmenjadi basis utama komitmensentimental dan mendalam bagisebagian besar rakyat Indonesia.Ikatan-ikatan keislaman itu diharapmemberi kontribusi yang positif padakehidupan nasional. Dan itu sudahterbukti banyak dalam sejarah bangsa.Jika toh tidak mudah mengakui un-tuk masa-masa damai dan normal,peranan Islam itu menonjol sekalidalam masa-masa kritis seperti lima-puluh dan tiga puluh tahun yanglalu, yaitu masa-masa mengusir pen-jajah dan melawan komunis. Jikapenghargaan kepada yang pertamadiwujudkan dalam bentuk monu-men Masjid Pahlawan (Syuhadâ’) dan

Page 71: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

981Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Masjid Kemerdekaan (Istiqlâl), makayang kedua langsung atau tidaklangsung berakibat pada tumbuhnyaantusiasme keagamaan (Islam) yangsemarak di seluruh Indonesia saatsekarang ini. Antusiasme itu memangdialami semua agama, tapi untukIslam sungguh sangat mengesankan.

Tapi di masa damai dan normalpun, suatu ikatan keislaman Indonesiabisa dan telah memberi sumbanganyang tidak kecil. Untuk sekadar con-toh, kita ingin menyebutkan perananorang-orang muslim “modernis”(berlatar belakang pendidikan mo-dern Belanda), yang pada tahun1950-an mengembangkan konsep-konsep sosial-politik modern yangdemokratis, yang sebagian gambar-annya ialah apa yang dituturkan diatas. Wawasan sosial-politik merekasepenuhnya bersumberkan dan ber-motifkan Islam, tetapi ujung wawasanitu, yaitu demokrasi modern, mem-buat mereka bertemu dalam suatucommon platform dengan kelompok-kelompok lain bukan Islam. Dengandemikian kekhususan keislaman me-reka tidak membuat mereka eks-klusif, melainkan justru, karena di-namika pemahaman mereka akan ni-lai-nilai asasi keislaman itu, me-nampilkan sosok yang terbuka daninklusifistik, dan dalam spektrumpolitik nasional menempati posisi“liberal”, malah left of center.

Sebagai kaum “modernis”, merekaadalah pelanjut dan ahli waris ideologi

Jamaluddin Al-Afghani dan Muham-mad Abduh. Fazlur Rahman melukis-kan bahwa “modernisme” Islam telahmengukir “suatu bab yang cemerlangdalam pemikiran Islam”. Inti pikiranmodernisme Islam, kata Fazlur Rah-man labih lanjut, ialah “penciptaankaitan yang positif antara ajaran-ajaranAl-Quran dan pandangan hidup mo-dern pada noktah-noktah kuncinya,yang menghasilkan integrasi pranata-pranata modern dengan orientasi-orientasi moral-sosial Al-Quran”.

Tetapi betapapun besarnya jasakaum “modernis”, dan walaupunmereka diliputi tingkat keikhlasanyang mengesankan, mereka men-derita beberapa kelemahan yang men-jadi pangkal kemacetan pemikiranmereka. Kelemahan itu, sebagaimanadiuraikan Fazlur Rahman, meliputidua hal. Pertama, kaum modernis,dalam pendekatan mereka terhadapAl-Quran bersifat pilih-pilih. Merekatidak dengan jelas mengusahakanadanya metodologi untuk inter-pretasi sistematis dan komprehensifterhadap Al-Quran dan Sunnah gunamelandasi konsep Islam tentangmoral dan hukum, dan untuk me-ngoreksi beberapa kekurangan dariekses sistem klasik Islam. Kedua,banyak kaum “modernis” yang me-nunjukkan kecenderungan yang ber-bahaya karena sikap apologetik ber-kenaan dengan beberapa hal pen-ting tertentu, khususnya bila mem-beri tafsiran pada sejarah Islam.

Page 72: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

982 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Tetapi barangkali titik lemahkaum “modernis” ialah kerawananmereka terhadap tuduhan bahwa me-reka adalah “agen” kebudayaan Barat.Karena kenyataan di mana-mana da-lam dunia Islam bahwa para pen-dukung modernisme Islam adalahkelompok tertentu dari kalanganumat Islam yang sebelum PerangDunia II telah mengenal kebudaya-an Barat baik melalui pendidikanformal atau lainnya, tuduhan serupaitu memang sulit dihindarkan, apa-lagi pola hidup sehari-hari kaummodernis memang umumnya mo-dern. Dan tesis-tesis reformasi yangmereka pilih secara tak terhindarkanmereka dapatkan ilhamnya darilingkungan Barat modern. Sepertinenek moyang umat Islam yang me-minjam banyak unsur-unsur Bizan-tium dan Persia untuk penalaranmereka akan Islam, khususnya di bi-dang hukum, kaum “modernis” me-minjam dari Barat modern untukmengisi tema-tema pembaruan me-reka. Maka kaum konservatif me-nuduh mereka telah mengalami “cuciotak,” dan menjadi pembela Wes-ternisme di dunia Islam.

IKHLAS

Seorang sufi terkenal, Ibn Athail-lah Al-Sakandari mengatakan, “Amalperbuatan adalah bentuk-bentuklahiriah yang tegak, sedangkan ruh

amal perbuatan itu ialah adanyarahasia keikhlasan di dalamnya.” Ter-hadap keterangan ini, Ibn Ibad Al-Randi memberi jabaran lebih lanjut:“Keikhlasan setiap hamba Tuhan da-lam amal perbuatannya adalah seting-kat dengan martabat dan kedudukan-nya. Adapun dari kalangan merekayang tergolong al-abrâr (para pelakukebajikan), maka puncak kepam-rihan itu (riyâ’), baik yang tampakmaupun yang tersembunyi, adalahbertujuan memenuhi keinginan diri,yakni mengharap limpahan pahaladan kebahagiaan tempat kembali(akhirat) sebagaimana dijanjikanAllah Taala untuk orang-orang yangikhlas (al-mukhlishûn), serta meng-hindarkan diri dari kepedihan azabdan perhitungan (al-hisâb) yangburuk sebagaimana diancamkanAllah kepada orang-orang yang tidakikhlas. Ini adalah realisasi maknafirman Allah Ta‘ala (dalam surat Al-Fâtihah), Kepada Engkaulah kamimenyembah, artinya kami tidakmenyembah kecuali kepada Engkau(ya Tuhan), dan dalam ibadat itukami tidak memperserikatkan Eng-kau dengan yang lain. Pendeknya,mengesampingkan sesama makhlukdari pandangannya mengenai amalkebajikan itu, namun masih disertaipenglihatan kepada (peran) diri sendiridalam hubungannya dengan amalperbuatan tersebut, serta penyadarandiri kepada amal perbuatan itu.”

Page 73: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

983Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Sedangkan dari kalangan merekayang termasuk golongan yang dekatkepada Tuhan (al-muqarrabûn),batas tersebut telah dilampauinya,menuju kepada tiadanya penglihat-an untuk (peranan) diri sendiridalam amalnya itu. Jadi, keikhlasan-nya ialah tidak lain daripada ke-saksiannya akanadanya hak padaTuhan Yang Ma-habenar sematauntuk membuatorang itu berge-rak atau diam,tanpa ia melihatadanya daya dankemampuan padadirinya sendiri.Kedudukan (al-maqâm) ini di-nyatakan dalamketulusan, yang dengan itu diperolehkeabsahan tingkat keikhlasan yangtinggi. Pemilik tingkat keikhlasaninilah yang telah menempuh jalantawhîd dan yaqîn, dan itu merupakanrealisasi makna firman Allah Taala(dalam surat Al-Fâtihah), Dan ke-pada Engkaulah kami memohon perto-longan”; artinya, kami tidak me-mohon pertolongan kecuali kepadaEngkau, bukan dengan diri kami sen-diri ataupun daya dan kemampuankami sendiri.

Maka amal orang pertama tadidisebut amal lillahi ta‘âlâ, dan amalorang kedua itu (dari kelompok al-

muqarrabûn) disebut amal billâhi.Amal lillâhi menghasilkan pahala,sedangkan amal billâhi menyebab-kan kedekatan (qurbah) kepadaAllah. Amal lillâhi membuahkanrealisasi makna ibadat, sedangkanamal billâhi membuahkan peluru-san karsa (irâdah). Amal lillâhi

adalah kualitassetiap orang ber-ibadat (‘âbid), se-dangkan amalbillâhi adalah ku-alitas setiap orangyang menuju(qâshid) Tuhan.Amal lillâhi ada-lah wujud peme-nuhan ketentuan-ketentuan luar (ek-soteris, al-zhawâ-hir), sedangkan

amal billâhi adalah wujud peme-nuhan hal-hal dalam (esoteris, al-dlamâ’ir). Ungkapan-ungkapan iniberasal dari Imam Abu Al-QasimAl-Qusyairi r.a. Dengan begitujelaslah perbedaan antara keduamaqâm (kedudukan) tersebut, sertaketerpautannya dengan kemuliaandan keagungan. Maka keikhlasansetiap hamba Tuhan adalah ruhamal perbuatannya. Dengan adanyakeikhlasan itulah hidupnya menjadiamal dan kepatutannya untukberdekat diri (taqarrub) kepadaTuhan, serta dengan begitu ter-dapat kepantasan untuk diterima

Jika teokrasi atau kekuasaan olehpemangku wewenang keagamaan(yang bercirikan klaim kemu-tlakan) di Barat (dan di manasaja, sebenarnya) telah terbuktimembawa bencana akibat sema-kin mengerasnya absolutisme ke-kuasaan itu, maka sikap meng-hindari pertimbangan keagamaandalam masalah sosial politik ada-lah sepenuhnya dapat dibenarkandan diterima (dalam konteks itu).

Page 74: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

984 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Tuhan. Tapi tanpa keikhlasan,matilah amal tersebut dan jatuhdari derajat pengakuan, sehinggadengan begitu jadilah ia bonekatanpa ruh dan gambar tanpa mak-na. Berkata sebagian para ahli, “Lu-ruskan amalmu dengan keikhlasan,dan luruskan keikhlasanmu denganmembebaskan diri dari daya dankemampuan.”

Itulah keterangan tentang ke-ikhlasan dari kalangan kaum sufi,sebagai kelompok orang Muslimyang banyak memberi perhatian ke-pada segi-segi esoteris keagamaan.Dari keterangan itu, diketahui ada-nya berbagai tingkat keikhlasanseseorang. Dalam kalimat lain, sa-ma halnya dengan semua nilai ke-agamaan, keikhlasan bukanlah halyang statis, yang sekali terwujudakan tetap bertahan selamanya,melainkan dinamis, yang senantiasamenuntut kesungguhan pemeli-haraan dan peningkatan.

Dari pandangan kesufian itu jugatampak bahwa keikhlasan atau ke-murnian batin adalah nilai yang amatrahasia dalam diri seseorang. Se-bagai ruh amal perbuatannya, iatidak tampak begitu saja oleh orangluar, dan hanya diketahui oleh yangbersangkutan, dan terutama olehTuhan Yang Mahatahu (al-‘Alîm).Pada tingkat pribadi seseorang, ke-ikhlasan terasa sebagai tindakan yangtulus terhadap diri sendiri (true to one’sself) dalam komunikasinya dengan

Sang Maha Pencipta (Al-Khâliq)dan usaha mendekatkan diri ke-pada-Nya. Maka keikhlasan dalamberagama juga bermakna ketulusankepada keutuhan (integritas) diriyang paling mendalam, yang ke-mudian mengejawantah dalam akh-lak mulia, berupa perbuatan baikkepada sesama. Itulah prinsip uta-ma agama yang benar, dan itulahinti perintah Allah kepada hamba-Nya. (Q., 98:5).

IKHLAS DAN RIDLA

Dalam ajaran agama, menerimaapa pun dari Tuhan tanpa memper-soalkannya disebut ikhlas. Sedemiki-an halusnya ikhlas itu sehingga dalamsebuah hadis Qudsi ia dinyatakansebagai rahasia antara Tuhan denganseorang hamba-Nya yang saleh.“Ikhlas adalah satu dari rahasia-Ku,yang Aku titipkan dalam kalbu orangyang Aku cintai. Setan tidak menge-tahui keikhlasan orang itu sehingga ti-dak bisa dirusak olehnya, dan malaikatpun juga tidak mengetahui keikhlasanorang itu sehingga tidak bisa dicatat-nya.”

Karena ikhlas adalah rahasia an-tara kita dan Allah, maka untuk bisamenjadi ikhlas kita memerlukan la-tihan terus-menerus. Seluruh ibadahkita sebetulnya dirancang untuk ber-zikir kepada Allah, takwa kepadaAllah, dan untuk memurnikan mo-

Page 75: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

985Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tivasi seluruh pekerjaan kita (sikapikhlas). Dengan begitu, kita akanmemperoleh ridla Allah, dengan sya-rat bahwa kita ridla kepada-Nya. Se-belum Allah ridla kepada kita, kitaharus ridla kepada Allah. Râdliyat-anmardlîyah, terdiri kata aktif dan pasif,artinya meridlai dan diridlai. Inilahsisi takwa yang barangkali sehari-harisudah kita pahami, tetapi perlu di-garisbawahi.

IKHLAS TINGKAT TINGGI

Jika seseorang berbuat jahat, na-mun tidak merasa perbuatannya itusebagai sebuah kejahatan, maka halini merupakan kebangkrutan ruhani(spiritual). Dalam Al-Quran, kitabanyak diingatkan agar selalu was-pada terhadap kejadian semacamitu. Kita diingatkan agar berbuatbaik tetapi tidak merasa berbuatbaik. Inilah keikhlasan yang sangattinggi yang disebut ikhlâsh al-sâlikîn, keikhlasan mereka yangmenempuh jalan Allah.

Ungkapan “iyyâka na‘bud” me-mang berarti ikhlas, tetapi kita ma-sih bisa melihat diri kita berbuat.Ini sama dengan ungkapan, “Sayabersedekah dan sedekah saya iniuntuk Allah Swt.” Itu ikhlas daninsya Allah mendapat pahala dariTuhan. Tetapi dalam kasus itu, kitamasih sempat melihat peranan kitasendiri yang suatu saat memung-

kinkan kita jatuh kepada ke-sombongan. Jadi, kesombongantimbul ketika kita merasa bahwadengan berbuat baik, maka kitaberhak menagih kepada Tuhan se-perti pernyataan, “Ya Tuhan manapahalaku!” Inilah yang disebutistihqâq. Dalam Al-Quran terdapatayat yang menjelaskan tentangtingkatan orang yang beriman,salah satunya ialah, Dan merekayang memberikan sedekah denganhati penuh rasa takut, karena tahumereka akan kembali kepada Tuhan(Q., 23: 60).

IKHLAS: MULAI DARIDIRI SENDIRI

Ikhlas sebagai kualitas tertinggidalam melakukan pengabdian ke-pada Allah Swt. akan tercapai biladilakukan lewat upaya pelatihan ru-hani secara terus-menerus. Pelatihanruhani tersebut tentunya harus di-mulai dengan upaya pribadi terlebihdahulu. Artinya, kita tidak perlu me-nunggu atau, bahkan menuntut oranglain berlaku ikhlas. Mulailah dari kitasendiri seperti yang dinasihatkan olehsebuah ungkapan dalam bahasa Arabyang sangat terkenal, ibda’ bi nafsik.

Juga perlu diingat bahwa tidakbenar bagi orang beriman melakukanjustifikasi, menilai keikhlasan sese-orang. Sikap ikhlas juga memilikikaitan yang erat dengan ajaran Islam

Page 76: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

986 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tentang mengatur dan memperolehharta, seperti dinyatakan dalam se-buah ayat yang menjadi kelanjutanperintah puasa.

Dan janganlah kamu memakanharta di antara sesama kamu secaratidak sah, juga janganlah digunakanuntuk menyuap para hakim, dengantujuan agar kamu dapat memakan se-bagian harta orang lain dengan jalandosa padahal kamu mengetahui (Q.,2: 188).

IKHLAS: RAHASIA TUHAN

Setan adalah suatu kekuatan luarbiasa yang selalu mengancam kita.Yang membuat sulit kita hadapi, se-suai ilustrasi dalam Al-Quran, ada-lah bahwa setan mengetahui pe-kerjaan kita sementara kita tidakmengetahui mereka. Perbuatan jahatyang disertai campur tangan setanmembuat perbuatan itu tampakseperti indah, Keburukan perbuatanmereka terbayang oleh mereka tampakindah (Q., 9: 37). Oleh karena itu,Nabi mengatakan, “Salah satuindikasi kehancuran seseorang adalahkalau dalam soal dunia, dia melihatke atas dan kalau dalam soal agamadia melihat orang yang lebih rendah.”Dan umumnya kita seperti itu. Initerlihat, misalnya, ketika ditegurorang karena berbuat jahat, kitaakan mencari justifikasi denganmenjawab bahwa ada yang lebih

jahat dari kita. Ini berarti setanberada di dalam kita sendiri se-hingga dapat merupakan bagiandari kedirian kita. Yang juga me-narik adalah mengenai sedekah,“Hai orang yang beriman! Sumbang-kanlah yang baik-baik sebagian daripenghasilanmu dari yang dikeluarkanbumi untukmu dan bahkan jangan-lah kamu niatkan menyumbangkanyang buruk-buruk padahal kamu sen-diri tak mau menerimanya, kecualidengan mata tertutup dan ketahuilahAllah Mahakaya, Maha Terpuji”(Q., 2: 267); bahwa sedekah akanditolak oleh Tuhan jika berupa yangburuk-buruk. Misalnya, ketika hen-dak bersedekah baju namun mem-berikan yang paling buruk, makasecara tidak langsung sebenarnyakita menganggap orang lain sebagaikeranjang sampah. Padahal maksudTuhan menyuruh bersedekah bu-kan supaya Tuhan kaya, tetapi ka-rena kita yang perlu. Maka, Allahmewanti agar kita tidak termasukisetan karena, Setan mengancamkamu dengan kemiskinan dan me-nyuruh kamu berbuat keji. Allah me-nyediakan pengampunan dan pahala(keutamaan [yaitu perasaan lapang,perasaan lega, perasaan puas dan se-bagainya]—NM) untukmu (Q., 2:286). Artinya, kalau kita konsistenmenjalankan perintah Allah, kitaakan merasakan kelapangan.

Celakanya, setan mengetahui se-gala perbuatan kita, tetapi ada satu

Page 77: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

987Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bagian yang tidak bisa ditembus olehsetan, yaitu ikhlas. Dalam sebuah ha-dis Qudsi disebutkan bahwa “ikhlasitu adalah salah satu dari rahasia-Kuyang Aku titipkan dalam hati orangyang aku cintai, Malaikat tidak bisamengetahui ikhlas itu sehingga mala-ikat tidak usah mencatat, dan setan jugatidak bisa mengetahui keikhlasan itusehingga setan juga tidak bisa me-rusak.” Ikhlas kemudian menjadi satu-satunya kunci agar amal kita tidak di-rusak oleh setan. ... akan kujadikan(kejahatan) tampak indah bagi me-reka di bumi dan akan kusesatkanmereka semua. Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas... (Q., 15: 40).

Ikhlas, se-perti sering di-lukiskan, adalahapabila tangankanan memberimaka tangan ki-ri tidak menge-tahui. Ilustrasiyang diberikanAl-Quran, (Sambil berkata). Kamimemberi, (mengharapkan ridlaAllah—NM) semata; kami tidakmengharapkan balasan dan terimakasih dari kamu”) (Q., 76: 9).Salah satu indikasi keikhlasan adalahkita tidak menggerutu ketika mem-beri sesuatu kepada seseorang na-mun dia tidak berterima kasih.Orang yang menerima wajib meng-ucap terima kasih, dan bukan yang

memberi yang menunggu ucapanterima kasih. Oleh karena itu di-sebutkan, Dan barang siapa ber-syukur tak lain ia bersyukur kepada diri-nya sendiri (Q., 31: 12). Nabi jugamengatakan, “Barang siapa tidakterima kasih kepada sesama manusia,juga tidak terima kasih kepadaAllah”.

IKHTIAR

Ikhtiar berasal dari kata khayr-un. Di sini kata tersebut telah di-letakkan sebagai berbentuk kata ker-

ja, sehingga berartimemilih kemung-kinan yang ter-baik. Rasulullahmenggambarkandalam banyak ha-dis bahwa kita te-tap harus berikh-tiar. Nabi bersab-da, “Kalau kamu ti-dak mau untamu

hilang, maka tambatkanlah ke suatupohon, kemudian bertawakallahkepada Tuhan”.

Kita tidak boleh bertawakal dulusehingga tidak berusaha apa-apa danmembiarkan untanya lepas. Ikhtiarini ada sangkut pautnya dengan pe-ngetahuan, karena ikhtiar itu me-milih kemungkinan yang terbaik.Semakin luas pengetahuan orang,maka pilihannya semakin banyak.

Mencapai kesepakatan bulat ten-tang masalah-masalah etika danmoral barangkali mustahil bagimasyarakat manusia yang sede-mikian luas, namun kita dapatsaling berbagi dan setujui bersamaide-ide dasar moralitas dan etikametafisis atau transendental yangmerupakan titik temu garis besarberbagai agama dan paham.

Page 78: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

988 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Sebaliknya, semakin sempit penge-tahuan orang, maka pilihannya punsemakin sedikit. Apalagi kalau orangitu hanya mengetahui satu alternatif,maka dia terjerembab pada eksperimenatau percobaan gagal atau berhasildengan kemungkinan berbanding50%. Sebaliknya, kalau dia harus me-milih satu dari seratus kemungkinan,maka kemungkinan untuk berhasiljuga seratus kali secara statistik. Inijuga tecermin dalam pesan NabiYaqub, ketikaanak -anaknyamau mencari Yu-suf di Mesir diIstana Fir‘aun,Dan katanya lagi,“Anak-anakku!Janganlah kamumasuk dari satupintu, tetapi ma-suklah dari be-berapa pintu yangberlainan ...” (Q., 12: 67). Sebelasanaknya yang waktu itu hanyatinggal sepuluh, masuk dari se-puluh pintu, dan dengan begitu ke-mungkinan berhasil juga sepuluhkali lipat.

IKHTIAR DAN TAKDIR

Digambarkan bahwa tidak se-orang rasul pun diutus oleh Allahkecuali menyeru agar umatnya

menjadi rabbânîyîn, yaitu orang-orang yang bersemangat ketuhanan.Kemudian digambarkan pula bah-wa tidak seorang pun dari kalanganrasul berjuang untuk jalan Allah,kecuali mesti disertai oleh merekayang disebut Ribbîyûn, artinya jugasama yaitu memiliki jiwa ketuhan-an. Dalam semangat ini, maka tidakada suatu kejadian melainkandatang dari Allah, termasuk pe-ngalaman hidup kita sehari-hari.

Pengalaman hidupyang manis mau-pun pahit semua-nya datang dariAllah.

Sesungguhnyapengertian takdirdalam percakapankita sehari-hari,tidaklah dalam artiyang sebanding de-ngan fatalisme,

yaitu paham nrimo dan tidak lagiberusaha karena segala sesuatudipercaya sebagai nasib. Takdir ialahsuatu ajaran agar kita mengembali-kan segala sesuatu kepada Allah,supaya kita lebih tenang kembali.Seharusnya kita menjadi orang yangmemiliki sikap compose (menenangkandiri) dengan suatu penguasaan pribadiyang tetap utuh. Karena itu, patutsekali kita mencoba merenungkanfirman Allah berkenaan dengan ini,Setiap ada musibah terjadi di bumidan dalam dirimu, sudah tercatat

Page 79: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

989Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sebelum Kami mewujudkannya,sungguh itu bagi Allah mudah sekali(Q., 57: 22).

Untuk apa Allah mengajarkanhal itu? Tampak jelas disebutkan da-lam lanjutan ayat tersebut, Agar kamutidak berduka cita atas apa yang sudahhilang, dan merasa bangga atas apayang diberikan; Allah tidak menyukaisetiap orang yang sombong dan mem-banggakan diri (Q., 57: 23). Tentusaja semua ini berlaku kalau sesuatutelah terjadi. Jika demikian, maka kitaharus menutup bahwa ini adalah tak-dir Allah. Tetapi kalau belum terjadi,maka ibarat buku yang masih terbuka,sikap kita ialah ikhtiar.

Paham takdir tidak bisa diguna-kan untuk hal yang belum terjadi.Bagi hal yang sudah terjadi, ini haruskita tutup dengan paham takdir. De-ngan begitu, kita—seperti dipesankandalam firman diatas—bisa mene-rima kegagalan tan-pa putus asa. Se-baliknya, kalau su-atu saat meng-alami kesuksesankita tidak meng-klaim dengan ker-dil bahwa itu ber-kat kita sendiri.Seolah-olah semua kesuksesan ituadalah berkat kita, kehebatan kita, ke-mampuan kita dan sebagainya. Se-muanya harus dikembalikan kepada

Allah. Dengan begitu, kita memilikijiwa yang sehat, tidak hancur karenagagal, tidak sombong karena ber-hasil.

IKONOKLASME

Dalam agama Islam, Tuhan di-persepsi sebagai yang tidak mungkinbersaing, Dan tak ada apa pun sepertiDia (Q., 112: 4). Dengan demikianIslam menjadi agama ikonoklastik,agama yang tidak menggambarkanobjek-objek mistik. Agama Yahudijuga demikian, tidak menggambarTuhan, surga, neraka, dan malaikat.Sebenarnya istilah ikonoklasmemuncul dari kalangan agamaKristen, ketika di Palestina masihmemberlakukan antigambar. Tetapi

karena adanyapenetrasi dariYunani dan Ro-mawi yang mem-bawa tradisi me-nggambar danmembuat pa-tung, maka aga-ma Kristen ter-jerembab ke da-lam tradisi me-nggambar objek-objek mistik.

Kristen Timur memprakarsaigerakan menghancurkan gambar-gambar, tetapi mereka kalah. AgamaKristen kemudian teromawikan dan

Page 80: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

990 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

teryunanikan sehingga munculpenggambaran Yesus, Maryam dansebagainya; Katolik Yunani hanyamengizinkan lukisan dinding,sedangkan Katolik Romawi meng-izinkan membuat patung sehinggadi dalam gereja penuh dengan pa-tung. Patung dan gambar inilah yangoleh Kristen Protestan dihancurkankarena dianggap syirik, dan merekahanya menerima salib.

Dijelaskan di dalam Al-Quranbahwa Tuhan tidak bisa digambar.Sekali Tuhan bisa digambar, makaberarti Dia bisa dijangkau dan dengansendirinya menjadi relatif. Oleh ka-rena itu, secara ontologis Tuhan harusmemiliki tiga syarat, yaitu mysterium(misterius), tremendum (tidak terkalah-kan), dan fascinant (selalu menimbul-kan pertanyaan). Pandangan demi-kian disebutkan karena sesuai denganapa yang terdapat dalam kitab-kitabtafsir bahwa perkataan Allah berasaldari al-Ilâh, artinya sesuatu yangmembuat orang bingung, tidak tahuapa artinya.

IKONOKLASME DAN MAGISME

Islam, demikian pula agama Ya-hudi dan Kristen Klasik, serta Zoro-astrianisme (Majusi, khususnya Maz-daisme), dikenal dengan sikapnyayang anti gambar (ikonoklasme), ter-utama anti gambar representasionalyang bersifat simbolis dan emblema-

tis atau lambang, apalagi yang ber-sifat magis (setiap gambar yang me-ngungkapkan suatu mitologi kepadaalam). Salah satu ide dasar sikap ituialah bahwa magisme menghalangimanusia dari mencapai keadilan ber-dasarkan persamaan dan kenyataan-kenyataan yang terawasi atau ter-kontrol. Kita mengetahui bahwapenyelesaian yang diberikan olehperadaban Islam kepada semangatikonoklastis ialah pengembanganseni kaligrafi dan arabesk. Kaligrafimengekspresikan paham ketuhananyang abstrak (dalam arti, Tuhan yangtidak bisa dilukiskan), denganmenekankan pernyataan diri Tuhanmelalui wahyu. Karena itu, ke-banyakan kaligrafi dicurahkanuntuk mengekspresikan kekuatanwahyu itu. Sedangkan arabesk me-rupakan pengembangan rasa ke-indahan yang bebas dari mitos alam,dan dilakukan dengan mengem-bangkan pola-pola abstrak yang di-ambil dari pengolahan motif bunga-bungaan, daun-daunan, dan poligon-poligon.

Seni abstrak adalah seni yangberkembang di kalangan pendudukkota (urban), karena lingkungan hi-dup mereka yang lebih bebas darimitos alam (tidak seperti para pe-tani). Karena itu, pandangan sosio-logis bahwa Islam adalah gejala kota,tidaklah terlalu meleset, sebab hal itujuga bisa dilihat dari sudut gayaseninya. Namun seni, tentu saja, ha-

Page 81: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

991Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nyalah salah satu ekspresi dari ke-seluruhan semangat Islam. Dan se-mangat itu juga diekspresikan dalambidang lain.

IKONOKLASME ISLAM

Ada hal yang sangat khas Islam,yaitu umat Islam tidak membuatpatung. Ada riwayat-riwayat—ter-utama melalui hadis, bukan Al-Quran—yang mengatakan bahwaumat Islam dilarang membuat re-presentasi makhluk hidup. Repre-sentasi maksudnya meliputi baikpematungan maupun penggambar-an. Ini sebetulnya suatu hal yang agakpelik. Meskipun mayoritas umatIslam berpendapat begitu, paraulama sendiri masih berselisih ten-tang seberapa jauh tidak boleh meng-gambar dan mematung.

Buya Hamka pernah mengata-kan bahwa seni patung itu sekarangdiperbolehkan (halal), karena umatIslam sudah sanggup melihatnyasebagai dekorasi dan ornamen be-laka. Tetapi ketika Buya Hamka keYogyakarta dan melihat patung Jen-deral Soedirman banyak dikirimibunga, beliau berkata bahwa untukorang Yogya, patung itu masih haram,karena mereka belum berhasil me-lihatnya sebagai benda seni. Di ka-langan pesantren sendiri ada yangmembolehkan, tetapi ada juga yangmengharamkan, bukan hanya pa-

tung, bahkan foto sekalipun. Di ne-geri-negeri Timur Tengah yang sangattertutup, para ulamanya banyak yangmengharamkan foto. Konsep itutingkatannya bermacam-macam. Adayang mengatakan bahwa represen-trasi makhluk hidup itu haram kalauditampilkan dalam bentuknya yangutuh, artinya tidak ada anggota badan-nya yang hilang. Sedangkan kalauhanya sebagian saja yang ditampil-kan, itu tidak apa-apa.

Kemudian ada interpretasi me-ngenai batik, terutama batik Jawa danSunda, bukan Bali. Seorang antro-polog Australia, yaitu Bill Dalton,mengatakan bahwa batik itu se-betulnya seni Islam, sehingga bersifatabstrak. Kalaupun ada binatang, itutidak sempurna, misalnya hanya di-tampilkan sayapnya. Para pengamatBarat mengatakan bahwa Islam itumenganut paham ikonoklasme, mak-sudnya antigambar makhluk hidup.Kelak paham itu mempunyai efekyang sangat besar dalam seni Islam.

Sikap tidak suka kepada gambarmakhluk hidup ini tidak hanya mo-nopoli Islam; agama Yahudi pun sa-ngat ikonoklastik. Malahan agamaMajusi (Zoroaster) juga ikonoklastik,dalam arti bahwa meskipun merekabangsa Aria—bangsa Indo-Eropa,tetapi ajaran Majusi mengatakanbahwa Tuhan tidak bisa digambar.Namun kemudian orang-orang Ma-jusi atau kaum Zoroaster menampil-kan Tuhan dalam bentuk api. Maka

Page 82: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

992 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akhirnya banyak orang mengatakanbahwa agama Zoroaster itu adalahagama yang mengajarkan penyem-bahan kepada api, padahal sebenar-nya tidak demikian. Itu sama sajadengan mengatakan bahwa orangKristen menyembah salib; merekatidak menyembah salib, tetapi salibmerupakan suatu simbol dari suatuperistiwa penebusan dosa oleh Isa Al-Masih. Sedangkan di dalam agamaMajusi, api adalah simbol dari Tuhan;suatu substansi yang sangat subtil,tidak bisa dipegang, dan merupakanlambang kesucian, kehebatan, dan se-bagainya. Karena itu, untuk menjagakesucian api, mereka menempatkan-nya dalam bangunan-bangunan tinggiseperti tugu yang disebut manârah(menara), yang artinya tempat api.Istilah ini kemudian dipinjam olehIslam dan menjadi menara masjid.Jadi, agama Yahudi dan Majusi itusebetulnya ikonoklastik. Karena itu,secara historis, sesungguhnya ikono-klasme di dalam Islam menguat se-telah agama Islam berkenalan denganagama Yahudi.

Agama Kristen, sebagai agamaSemitik, pada dasarnya adalah iko-noklastik. Bahkan istilah ikono-klasme itu berasal dari agama Kris-ten. Agama Kristen yang lahir di Pa-lestina itu mula-mula dipeluk olehorang-orang Palestina sendiri, ke-mudian oleh orang-orang Yahudi.Dalam sejarah agama ada istilah Chris-tian-Jewish, yaitu mereka yang secara

ras Yahudi, tetapi agamanya Kristen(yang sangat bersikap ikonoklastiksebagaimana tradisi dalam agamaYahudi). Tetapi ketika agama Kris-ten mulai dipeluk oleh orang Yunanidan Romawi, kebiasaan orang Yu-nani dan Romawi membuat patungdan sebagainya mulai masuk ke da-lam agama Kristen. Lalu ada reaksikeras dan perlawanan dari para Pen-deta Kristen Timur, yaitu pendetadari Syria. Reaksi ini memunculkangerakan antigambar, yang disebutikonoklasme. Jadi, ikonoklasme ituberasal dari pengalaman Kristen.

ILMU ALAM DAN ILMU SOSIAL

Dalam Al-Quran, jika kita men-coba mencari dasar teologis hukum-hukum yang mengatur kehidupansosial manusia, yang diistilahkan de-ngan kata-kata “sunnah” yang berarti“kebiasaan”, di sana seolah-olah sudahdiisyaratkan tentang sifatnya yangkurang pasti, karena hanya kejadianberulang-ulang semata. Ini dapat di-bandingkan dengan penggunaan kata-kata taqdîr dalam Al-Quran untukhukum-hukum yang mengatur alamkebendaan. Dan kata-kata taqdîr itudapat diartikan dengan sedikit tafsirsebagai “rancangan yang pasti”. Mi-salnya, perjalanan matahari menurutgaris edarnya yang telah ditetapkandisebutkan dalam Al-Quran sebagaitaqdîr Tuhan Yang Mahamulia dan

Page 83: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

993Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Mahatahu; dan rembulan yang ber-ubah-ubah dari bulan purnama kebulan sabit diterangkan sebagai telahdi-taqdîr-kan oleh Tuhan. Dan mata-hari beredar menurut waktu yang su-dah ditentukan baginya; itulah ke-tentuan Yang Maha Perkasa, Maha-tahu. Dan bulan pun, telah Kamitentukan manzilah-manzilah (untukdilintasi), sampai ia kembali sepertibagian bawah tangkai kurma yangsudah tua (kering) (Q., 36: 38-39).

Dilihat dari etimologi peristilah-an yang digunakan Al-Quran itu,terkesan bahwa ilmu-ilmu sosial,karena “menganggap” sunnatullah,yaitu “adat-kebiasaan” Allah, sepertidiistilahkan dalam tafsir Ibn Katsir,ditambah lagi dengan potensi manusiauntuk berpikir subjektif tentang diri-nya, dan masyarakat lingkungannya,sulit menghasilkan “kebenaran” yangmengarah kepada kepastian. Sedang-kan ilmu-ilmu alam, karena “meng-garap”, “taqdîr”, atau “rancanganpasti” Tuhan, lebih mudah menyaji-kan “kebenaran” yang mengarah ke-pada kepastian. Maka, ilmu-ilmu sosialbiasa disebut sebagai “ilmu-ilmulunak” (soft sciences), tidak bersifat“eksakta”, sedangkan ilmu-ilmu ke-bendaan biasa disebut “ilmu-ilmukeras” (hard sciences) atau “ilmu-ilmueksakta” (exact sciences).

Tapi, jika kita kembali kepada apayang disebut dalam Al-Quran tentangsunnatullah yang ditegaskan sebagaitidak akan didapati perubahan atau-

pun peralihan apa pun, dengan katalain bersifat pasti dan “eksakta”, se-sungguhnya ilmu-ilmu sosial punharus dan tentunya dapat menuju ke-pada tingkat yang mampu menyaji-kan “kebenaran” (ilmiah) yang me-ngarah kepada kepastian yang lebihbesar, sama dengan ilmu-ilmu alam.Namun, melihat bahwa untuk keduajenis hukum Tuhan itu—hukumuntuk kehidupan sosial-historis ma-nusia, dan hukum untuk alam ke-bendaan—digunakan dua istilah yangberbeda, yaitu yang satu sunnah danyang lainnya taqdîr, maka berartimemang ada masalah berkenaandengan tingkat kepastian masing-masing ilmu yang menggarapnya.

Tingkat kepastian yang lebihtinggi ada pada ilmu-ilmu alam di-buktikan dengan kemungkinan danmudahnya melakukan kualifikasidata yang relevan. Ilmu-ilmu alambanyak menggunakan pendekatankuantitatif, sehingga masalah angkamenjadi amat penting, hal mana ba-rangkali justru memang tidak mung-kin lain daripada itu. Dan kurangnyakepastian pada ilmu-ilmu sosial di-cerminkan dalam sulitnya atau tidakmungkinnya melakukan kualifikasidata, agar sekeras dan sepasti ilmu-ilmu alam. Karena itu, pendekatanilmu-ilmu sosial lebih mengarah ke-pada pendekatan kualitatif, hal manaberarti bahwa teori besar (grandtheory) dan interpretasi kenyataan-kenyataan empirik menurut ke-

Page 84: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

994 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

rangka teori besar itu menjadi amatpenting. Perbedaan itu disebabkankarena variabel dalam ilmu-ilmusosial sedemikian banyaknya sehinggaamat sulit dikuasai seluruhnya.

Dalam keadaan seperti ini, kon-klusi apa pun menjadi bersifat ten-tatif, “boleh jadi,” atau dalam istilahagamanya “insyâ’ Allâh,” kalauTuhan menghendaki. Maka suatukonklusi ilmu sosial akan selalu me-ngandung kemungkinan keliru,seperti kelirunya secara fatal paraahli studi Iran di Amerika yangsama sekali tidak mampu meramal-kan bakal terjadinya revolusi paraMullah di bawah pimpinan ImamKhomeini (sehingga banyak buku-buku tentang Iran yang langsung ba-tal). Salah satu sebabnya ialah, karenapara ilmuwan sosial ahli masalah Iranitu tidak mampu, bahkan mengabai-kan, variabel suasana batin keagama-an orang-orang Iran yang memangtidak mungkin diobservasi dari luarsecara langsung dan pasti. Namun,fakta ini tidaklah berarti bahwa ilmu-ilmu sosial harus ditinggalkan begitusaja.

Jika, Al-Quran menyebutkanadanya sunnah Allah pada kehidupansosial-historis manusia dengan per-ingatan agar manusia menyadarinya,dan mempelajarinya dengan me-merhatikan sejarah (pengalamanhidup umat-umat masa lalu), makailmu-ilmu sosial dengan segala ke-kurangannya dapat dipandang se-

bagai pelaksanaan perintah suci itu.Sebab, ilmu-ilmu sosial tidak lainadalah wujud usaha manusia untukmemahami hukum-hukum kehidup-an kolektifnya, suatu kehidupan yangmewujud nyata dalam pengalamansosial-historis manusia.

Jelas sekali bahwa sikap kritis ter-hadap ilmu-ilmu sosial harus diterap-kan secara lebih cermat daripada ter-hadap ilmu-ilmu alam. Tapi sikapkritis itu tidak berarti menafikan samasekali kemungkinan adanya unsurkebenaran dalam ilmu-ilmu sosial.Justru demi kemajuannya sendiri se-bagai ilmu yang menggarap bidangyang lebih rumit daripada gejala ke-bendaan, yaitu gejala kehidupan ma-nusia sebagai makhluk yang berke-sadaran, ilmu-ilmu sosial memerlukankritisisme yang lebih konsisten danlumintu daripada ilmu-ilmu alam.Dan inilah persis yang diharapkanoleh Ibn Khaldun dalam penutupmagnum opus-nya, Muqaddimah.

ILMU ALLAH

Agama Islam adalah agama Allah,karena itu setiap usaha memahamiagama Islam sebenarnya adalah me-mahami kehendak Allah, yang ber-arti suatu percobaan untuk memetiksebagian dari ilmu Allah. Al-Quranmelukiskan bahwa ilmu Allah se-demikian luasnya, sehingga Sekira-nya lautan tinta untuk (menuliskan)

Page 85: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

995Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kata-kata (ilmu pengetahuan –NM)Tuhanku, pasti lautan akan habis se-belum habis kata-kata Tuhanku (Q.,18: 109). Oleh karena itu, tidakada kemungkinan bagi kita manusiauntuk menguasai seluruh pengeta-huan yang diberikan oleh Allah, se-bab hanya Dia yang pengetahuan-nya meliputi segala sesuatu. ...mere-ka tak kan mampu sedikit pun me-nguasai ilmu-Nya kecuali yang di-kehendaki-Nya (yaitu sedikit sekali—NM) ... (Q., 2: 255).

Maka, kita ha-rus terus belajar,dengan tidak me-nganggap bahwaapa yang kitacapai dalam be-lajar sebagai se-suatu yang final.Sebab mengang-gapnya final ber-arti mengisyaratkan kesempurnaan,yang berarti pula mengisyaratkantelah meliputi seluruh pengetahuanTuhan. Hal demikian tidak sesuaidengan iman kita sendiri yang me-ngatakan bahwa Allah adalah YangMahatahu, “Di atas semua yang ber-ilmu ada Yang Maha Berilmu (Q.,12: 76). Itulah sebabnya kenapasalah satu persyaratan menuntutilmu adalah tawadllu’, yaitu suatukeinsafan bahwa diri sendiri tidakpernah sempurna. Kesadaran demi-kian penting, karena Rasulullahsebagai makhluk yang paling sem-

purna saja masih diajari Tuhan su-paya berdoa agar ditambah ilmunya,...tetapi katakanlah, “Tuhanku, berilahtambahan ilmu kepadaku” (Q., 20:114). Memang, hanya Allah yangilmunya meliputi segala sesuatu.

ILMU DAN PETUNJUK

Dalam zaman azali, Allah me-nyatakan Adam sebagai khalifah-Nyadi bumi. Hal itu “diprotes” oleh para

malaikat yangselalu bertasbihdengan me-manjatkan puji-pujian kepada-Nya dan meng-kuduskan-Nya.Allah memberiAdam keung-gulan di bidang

ilmu. Keunggulan itu merupakandasar ditunjuknya Adam sebagaikhalifah. Ilmu adalah karunia Allahkepada manusia untuk dapat men-jalankan tugas selaku khalifah-Nya.

Perhatikanlah Tuhanmu! Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat:“Aku akan membuat khalifah dibumi.” Mereka berkata, “Engkauakan menempatkan (orang) yang me-rusak di sana, yang akan membuatpertumpahan darah, padahal kamibertasbih memuji-Mu dan mengkudus-kan Dikau?” Ia menjawab, “Aku me-ngetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Seseorang akan dapat menyesuai-kan dirinya pada cara hidup de-mokratis jika ia mampu mendisiplindirinya ke arah jenis persatuandan kesatuan yang diperolehmelalui penggunaan kreatif daridinamika dan segi-segi positifkemajemukan masyarakat.

Page 86: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

996 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Dan Dia mengajarkan kepada Adamsifat-sifat semua benda; lalu semuadiperlihatkan kepada semua malaikatdan Dia berfirman, “BeritahukanlahDaku sifat-sifat semua ini, jika kamubenar.” Mereka berkata, “MahasuciEngkau, tiada ilmu pada kami kecualiapa yang sudah Kau ajarkan kepadakami. Engkaulah Mahatahu, MahaBijaksana.” Ia berfirman, “O, Adam!Beritahukanlah kepada mereka sifat-sifatnya.” Setelah diberitahukannyakepada mereka. Allah berfirman,“Bukanlah sudah Kufirmankan ke-padamu, bahwa Aku mengetahuisegala rahasia langit dan bumi, dan Akumengetahui apa yang kamu nyatakandan yang kamu sembunyikan?” (Q.,2: 30-33).

Namun sekalipun sudah berilmu,Adam (dan Hawa, istrinya) masihdapat tergoda oleh setan sehingga me-langgar larangan Allah. Akibatnya,Adam dan Hawa diusir dari surga,dan hidup di bumi terlunta-lunta.Rupanya ilmu tidak selamanya men-jamin keselamatan atau kebahagiaan.Lalu setan membuat mereka tergelincirdari (taman) dan mengeluarkan me-reka dari keadaan mereka (yang ba-hagia) di sana dan Kami berfirman,“Turunlah kamu semua (kamu ma-nusia) kamu akan saling bermusuhan.Di bumi, ada tempat tinggal bagi ka-mu dengan segala kesenangan hidupsampai waktu tertentu” (Q., 2: 36).

Untuk keselamatannya, Adam ke-mudian mendapat berbagai petunjuk

atau instruksi (kalîmât) dari Allah,yang diterimanya dengan baik. Pe-tunjuk kepada Adam itu merupakanajaran keagamaan pertama kepadaumat manusia. Dengan mengikutipetunjuk itu, Adam diampuni Allahsegala dosanya. Artinya selain ilmu,manusia perlu kepada petunjuk hidupdari Tuhan, yaitu agama, untuk men-jamin keselamatan dan kebahagiaan-nya. Maka Adam menerima pelajarandari Tuhannya kata-kata (permohonan)maka Tuhan pun menerima (permohon-an) tobatnya, Ia Maha Penerima Tobat,Maha Pengasih. Kami berfirman:“Turunlah kamu sekalian dari sini,maka bila datang kepadamu dari Aku,siapa pun mengikuti petunjuk-Ku takperlu khawatir, tak perlu sedih” (Q., 2:37-38).

ILMU FIQIH

Ilmu fiqih adalah cabang disiplinkeilmuan tradisional Islam yang palingbanyak mempengaruhi cara pandangorang-orang Muslim dan pemahamanmereka kepada agama. Karena itu,literatur ilmu fiqih adalah yang palingkaya dan paling canggih.

Disebabkan oleh kuatnya orien-tasi fiqih itu, maka masyarakat Islamdi mana saja mempunyai ciri orien-tasi hukum yang amat kuat. Kesadar-an akan hak dan kewajiban menjaditulang punggung pendidikan Islamtradisional, dan itu pada urutannya

Page 87: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

997Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tecermin dalam kuatnya kepastianhukum dan aturan di kalangan orang-orang Muslim. Disebutkan bahwasalah satu yang menarik pada agama Is-lam adalah karena orang-orang Muslimdalam pergaulan sehari-hari (mu-‘âmalat) sangat mementingkan ke-pastian hukum, sehingga terdapatketeraturan dan predictability. Inikhususnya penting di kalangan ma-syarakat perdagangan.

Selanjutnya,beberapa unsurcita-cita pokokIslam berkenaandengan kema-syarakatan jugalebih tampakpada ilmu fiqih.Prinsip persa-maan manusia(egalitarianisme)tampil kuat se-kali dalam ilmu fiqih, dalam ben-tuk penegasan atas persamaan setiaporang di hadapan hukum. Makaterkait dengan itu juga prinsip ke-adilan. Hal ini berbeda, misalnya,dengan ilmu tasawuf, khususnyayang berbentuk gerakan tarekat atausufisme populer, yang sering mem-perkenalkan susunan sosial yanghierarkis, dengan otoritas keruhani-an pemimpinnya. Ilmu fiqih jugamempunyai kelebihan atas ilmukalam, apalagi falsafah, dalam halbahwa orientasi alamiahnya (praxis)sangat ditekankan. Sementara kalâm

dan falsafah sangat teoretis, malahspekulatif. Karena itu, banyak gerak-an reformasi sosial dalam Islam yangbertitik-tolak dari doktrin-doktrinfiqih.

Tetapi, disebabkan oleh watak-nya sendiri, ilmu fiqih juga me-nunjukkan kekurangan, yaitu titikberatnya yang terlalu banyak kepadasegi-segi lahiriah. Di bidang ke-agamaan, eksoterisisme ini lebih-

lebih merisau-kan, sehinggamuncul kritik-kritik, khususnyadari kaum sufi.Tapi orientasi ke-dalaman (esote-risisme) kaumsufi juga seringmerisaukan, ka-rena tidak jarangterjerembab ke

dalam intuisisme pribadi yang sangatsubjektif. Maka agaknya benarlah Al-Ghazali yang hendak menyatukan itusemua dalam suatu disiplin ilmu ke-agamaan yang menyeluruh danpadu.

ILMU KALAM

Ilmu Kalam adalah salah satudari empat disiplin keilmuan yangtelah tumbuh dan menjadi bagiandari tradisi kajian tentang agama Is-lam. Tiga lainnya ialah disiplin-

Page 88: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

998 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

disiplin keilmuan fiqih, tasawuf,dan falsafah. Ilmu fiqih membidangisegi-segi formal peribadatan danhukum, sehingga tekanan orien-tasinya sangat eksoteris, mengenaihal-hal lahiriah; ilmu tasawuf mem-bidangi segi-segi penghayatan danpengamalan keagamaan yang lebihbersifat pribadi, sehingga tekananorientasinya pun sangat esoteris,mengenai hal-hal batiniah. Danilmu falsafah membidangi hal-halyang bersifat perenungan spekulatiftentang hidup ini dan lingkupnyayang sangat luas.

Sementara itu, ilmu kalam meng-arahkan pembahasannya pada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagaivariasinya. Karena itu, ia sering diter-jemahkan sebagai Teologi, sekalipunsebenarnya tidak seluruhnya samadengan pengertian Teologi dalamagama Kristen, misalnya. (Denganpengertian Teologi dalam agamaKristen seperti ini, ilmu fiqih akantermasuk Teologi). Karena itu, seba-gian ahli yang menghendaki pe-ngertian yang lebih persis akan me-nerjemahkan ilmu kalam sebagaiTeologi Dialektis atau TeologiRasional, dan mereka melihatnya se-bagai suatu disiplin yang sangatkhas Islam.

Sebagai unsur dalam studi klasikpemikiran keislaman, ilmu kalammenempati posisi yang cukup ter-hormat dalam tradisi keilmuan kaumMuslim. Ini terbukti dari banyaknya

jenis penyebutan terhadap ilmu itu:‘Ilm Al-‘Aqâ’id (Ilmu Akidah-akidah,yakni Simpul-Simpul [Kepercaya-an]), ‘Ilm al-Tawhîd (Ilmu tentangKemahaesaan [Tuhan]), dan ‘IlmUshûl Al-Dîn (Ilmu Ushuluddin,Ilmu Pokok-Pokok Agama).

Di negeri ini, terutama sepertiyang terdapat dalam sistem pengajar-an madrasah dan pesantren, kajiantentang ilmu kalam merupakan suatukegiatan yang tidak mungkin diting-galkan. Ditunjukkan oleh namanyasendiri dalam sebutan-sebutan lain diatas, ilmu kalam menjadi tumpuanpemahaman tentang sendi-sendi pa-ling pokok dalam ajaran agama Islam,yaitu simpul-simpul kepercayaan,masalah Kemahaesaan Tuhan, danpokok-pokok ajaran agama. Karenaitu, tujuan pengajaran ilmu kalâm dimadrasah dan pesantren ialah untukmenanamkan paham keagamaanyang benar. Sehingga pendekatannyapun biasanya “doctrinaire”, seringkalijuga dogmatis.

Meski demikian, dibanding de-ngan kajian tentang ilmu fiqih, kaji-an tentang ilmu kalam di kalangankaum “santri” masih kalah mendalamdan luas. Mungkin dikarenakan olehkegunaannya yang praktis, kajian ilmufiqih yang membidangi masalah-masalah peribadatan dan hukum itumeliputi khazanah kitab dan bahanrujukan yang kaya dan beranekaragam. Sedangkan kajian tentangilmu kalâm meliputi hanya khazanah

Page 89: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

999Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yang cukup terbatas, yang mencakupjenjang-jenjang permulaan dan me-nengah saja, tanpa atau sedikit sekalimenginjak jenjang yang lanjut (ad-vanced). Berkenaan dengan hal ini,dapat disebutkan contoh-contoh kitabyang banyak digunakan di negeri kita,khususnya di pesantren-pesantren,untuk pengajaran ilmu kalam. Yaitudimulai dengan kitab ‘Aqîdat Al-‘Awwâm (Akidah Kaum Awam),diteruskan dengan Bad’ Al-Âmal(Pangkal Berbagai Cita) atau JauharatAl-Tawhîd (Permata Tauhid), sampaidengan kitab Al-Sanûsîyah (disebutdemikian karena dikarang oleh se-seorang bernama Al-Sanusi).

Di samping itu, ilmu kalam punsama sekali tidak bebas dari kontro-versi atau sikap-sikap pro dan kontra,baik mengenai isi, metodologi, mau-pun klaim-klaimnya. Karena itu, pen-ting sekali mengerti secukupnya ilmuini agar terjadi pemahaman agamayang lebih seimbang.

ILMU PENGETAHUAN

Adanya hukum Allah bagi seluruhalam semesta, baik makro maupunmikro, yang tak terhindarkan itu,yang menguasai kegiatan manusia,menjadi unsur pembatasan dan keter-batasan manusia, tapi di situlah ke-sempatannya untuk meraih suatubentuk keberhasilan dalam usaha.Manusia akan berhasil atau gagal

dalam usahanya setaraf dengan sebe-rapa jauh ia bekerja sesuai dengantaqdîr Allah untuk alam lingkung-annya dan tidak mungkin menakluk-kan hukum itu. Dan di sinilah di-mulainya ilmu pengetahuan. Maka,ilmu pengetahuan tidak lain ialahusaha manusia untuk memahamihukum Allah yang pasti bagi alamsemesta ciptaan-Nya ini. Oleh karenaitu, ia mempunyai nilai kebenaran,selama ia secara tepat mewakili (repre-sent) hukum kepastian Allah atautaqdîr-Nya itu. Maka ilmu penge-tahuan yang benar akan dengan sen-dirinya bermanfaat untuk manusia.

Ilmu pengetahuan atau scienceadalah prasyarat untuk mewujudkansalah satu tujuan diciptakannya alamini, yaitu untuk manfaat manusia.Tetapi, ilmu pengetahuan itu diberi-kan Allah kepada manusia melaluikegiatan manusia sendiri dalam usahamemahami alam raya ini. Hal ini ber-beda dengan agama yang diberikandalam bentuk pengajaran atau wah-yu lewat para utusan Allah. Perbeda-an itu disebabkan oleh perbedaanobjeknya: apa yang harus dipahamimanusia melalui ilmu pengetahuanialah hal-hal lahiriah dengan segalavariasinya (termasuk hal yang sepin-tas lalu seperti gaib atau batiniah se-perti, misalnya, medan magnet ataugravitasi dan kenyataan-kenyataan lainyang menjadi bahan kajian fisika sub-atomik dan fisika baru lainnya, yangsampai sekarang masih menjadi bahan

Page 90: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1000 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kontroversi itu), sedangkan yangharus dipahami oleh manusia melaluiwahyu ialah kenyataan-kenyataanyang tidak empiris, tidak kasat indra(syahâdah), sehingga tidak ada ke-mungkinan manusia mengetahui-nya kecuali melalui sikap percaya danmenerima (îmân dan islâm) khabarpara nabi.

Dalam usaha memahami alam se-kitarnya itu, manusia harus menge-rahkan dan mencurahkan akalnya.Maka, alam menjadi objek pemaha-man sekaligus sumber pelajaranhanya untuk mereka yang berpikirsaja (Q., 3: 190). Bentuk kegiatanmemahami alam itu ialah akal (‘aql,tidak sebagai kata benda konkret, me-lainkan sebagai kata benda abstrakatau mashdar dari kata kerja ‘aqala-ya‘qilu [yang artinya berpikir], jadiberupa kegiatan memahami ataumempelajari dan mengambil pela-jaran sebagaimana pengertian “akal”serupa itu dianut oleh sebagian‘ulamâ’, antara lain Ibn Taimiyah).

Karena itu, akal bukanlah alatpada manusia untuk “menciptakan”kebenaran, melainkan untuk “mema-hami”, atau, barangkali, “menemu-kan” kebenaran yang memang darisemula telah ada dan berfungsi dalamlingkungan di luar diri manusia.Tidak heran bila kosmologi ini jugamenjadi pandangan kaum ilmuwan(scientists) Muslim sejak masa klasik,seperti Al-Biruni, Al-Khawarizmi,Al-Rumi, dan lain-lain. Ibn Taimi-

yah juga terkenal sekali dengan pan-dangan-pandangannya yang scienti-fic, seperti adagiumnya, “al-haqîqahfî al-a‘yân lâ fî al-adzhân (hakikatada dalam kenyataan luar, tidak da-lam pikiran). Maka, dengan sendiri-nya akal bisa berhasil atau gagal dalamsuatu garis kontinum, sesuai dengantingkat nilai kebenaran pengetahuan-nya (misalnya, teori Newton lama di-anggap benar dan telah pula berfung-si, namun berhadapan dengan per-kembangan akal manusia lebih lanjut,ternyata tidak bisa dipertahankan,sebagian atau seluruhnya; begitu puladengan teori-teori ilmiah lainnya, ter-masuk teori Einstein, selalu mem-punyai potensi untuk terbukti salah).

Dalam kaitannya dengan kese-luruhan kenyataan kosmis, ilmupengetahuan manusia melalui ke-giatan akalnya tidak lain ialah sedikitilmu yang diberikan Allah. Sedang-kan ilmu Allah, yakni kebenaranyang serba-meliputi (muhîth) adalahtak terbatas, sehingga, … di atas se-tiap orang yang berpengetahuan, adaDia Yang Mahatahu (Q., 12: 76).

Bergandengan dengan ini ialahdoktrin taskhîr, yaitu bahwa Allahmenjadikan alam ini lebih rendahdaripada manusia. Segi logika doktrinini ialah, pertama, manusia adalahpuncak ciptaan Allah, maka seluruhalam berada dalam martabat yanglebih rendah daripada manusia. Ke-dua, alam itu sendiri, sebagaimanatelah dikemukakan, adalah untuk

Page 91: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1001Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dapat dimanfaatkan manusia. Ketiga,manusia harus menjadikan alam itusebagai objek kajiannya. Keempat,dengan membuat alam ini lebihrendah daripada manusia, makaalam itu menjadi objek yang ter-buka bagi manusia. Oleh karena itu,perbuatan melawan martabat ma-nusia yang paling merusak ialah jikamanusia menempatkan alam ataugejala alam lebih tinggi daripadadirinya sendiri. Sebagai “puncak”ciptaan Tuhan, manusia harus me-lihat “ke bawah” (tanpa berarti meng-hina), kepada ciptaan lain. Denganbegitu, hubungan antara manusia danalam sejalan dengan “rencana” dan“design” Tuhan, yaitu bahwa alam ber-kedudukan untuk dimanfaatkan ma-nusia bagi kepentingannya dalammakna yang seluas-luasnya.

Jadi, doktrin taskhîr itu bertalianerat dengan kosmologi haqqîyah alamyang antara lain mengandung maknabahwa alam adalah nyata, bermaknadan bermanfaat untuk manusia. Makadalam makna sekundernya, taskhîrberarti penyediaan, yakni penyedia-an alam untuk manusia.

Oleh karena itu, manusia dila-rang melakukan syirik, yaitu meng-angkat alam dan gejala alam ke ting-kat yang lebih tinggi dari semestinyamenurut “design” Tuhan, dalam ben-tuk mitologi terhadap alam. Danguna mendasari itu semua, diajar-kan kepada manusia pandangan hi-dup yang benar, yang intinya ialah

keimanan kepada Allah, Tuhan YangMaha Esa, yaitu Tuhan yang sebenar-benarnya (the God, Allâh), Penciptaseluruh langit dan bumi (fâthir al-samâwât wa al-ardl), dan bukannyajenis “tuhan” hasil imajinasi manusiadan mitologi terhadap alam ataumanusia seperti Indra, Zeus, Rha,Apollo, Jupiter, Luna, Ganesha, danseterusnya.

Sebagaimana halnya dengansemua bentuk mitologi, kepercayaankepada tuhan-tuhan palsu itu akanhancur dalam konfrontasinya de-ngan ilmu pengetahuan sebagai ben-tuk kepemahaman manusia atasalam sekitarnya. Secara aktual me-mang manusia belum, dan mung-kin tidak akan pernah, paham akanseluruh alam. Tetapi secara potensi-al, manusia dapat memahami alamitu. Dan justru saat terungkapnyaseluruh rahasia alam ini, baik mikrodalam diri manusia sendiri maupunmakro dalam seluruh cakrawala,adalah saat manusia menyadari se-penuhnya kebenaran Ilahi (Q., 41:53).

Namun, manusia dalam “meman-faatkan” alam itu harus tidak mem-batasi diri hanya kepada perlakuaneksploitatif terhadap alam. Ia harusjuga memanfaatkan alam itu sebagaisumber pengambilan pelajaran dalammendekati Allah dan dalam membinahubungan serasi dengan sesamamakhluk. Maka selain sampai batas-batas tertentu ada sikap eksploitatif,

Page 92: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1002 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

manusia harus juga menunjukkansikap-sikap yang lebih apresiatifterhadap alam lingkungannya.Sebab, betapapun alam ini memangbenar berkedudukan lebih rendahdaripada manusia, namun hal ituterjadi hanya dalam hierarki kosmisyang batiniah, yang terbebas daridimensi ruang dan waktu, seluruhalam ini dan manusia adalah sama-sama makhluk Allah.

Maka, sekalipun manusia adalahmakhluk tertinggi dan khalifah Allahdi bumi, dan sekalipun alam ini di-buat lebih rendah (taskhîr) agar dapatdigunakan manusia, namun hu-bungan manusia terhadap alam ha-rus disertai sikap rendah hati yangsewajarnya, dengan melihat alam se-bagai sumber ajaran dan pelajaranuntuk menerapkan sikap tunduk ke-pada Allah (islâm). Manusia harusmenyertai alam sekitarnya dalambertasbih memuji Allah, antara laindengan memelihara alam itu dan me-numbuhkannya ke arah yang lebihbaik (ishlâh), dan bukannya melaku-kan perusakan dan kerusakan dibumi (fasâd fî al-ardl).

ILMU PENGETAHUANBUKAN JAMINAN

Kita ketahui bahwa usaha pema-haman mengenai lingkungan materialhidup di dunia ini telah menghasil-kan ilmu pengetahuan yang kemudi-

an dapat diterapkan secara konkretdalam bentuk teknologi, baik yangkuno maupun modern. Adalah ilmupengetahuan itu—yaitu kemampu-an mengenali dan memahami ling-kungan hidup manusia—yang di-karuniakan Allah kepada Adam se-bagai bekal ia menjalankan bebantugas yang dipikulkan kepadanyasebagai khalifah-Nya di bumi. Bah-kan, berkaitan dengan ini, kita dapatmembaca dalam Kitab Suci dialogantara Tuhan dengan para malaikatyang mempertanyakan keputusanTuhan mengangkat manusia sebagaikhalifah di bumi—betapa Allah me-nolak isyarat yang diajukan paramalaikat bahwa mereka lebih ber-hak menjadi khalifah daripada Adamkarena mereka “bertasbih memuji-Nya dan mengkuduskan-Nya”. Secaratidak langsung dialog itu menunjuk-kan bahwa untuk dapat menjadi kha-lifah Tuhan di bumi sebagai salahsatu tugas kewajiban manusia (yaitumembangun dan memakmurkan-nya) sikap-sikap keagamaan sepertibertasbih memuji Tuhan dan meng-kuduskan-Nya itu saja tidak cukup.Manusia memerlukan kemampuanmengenali lingkungan di mana ia hi-dup dan memahami hukum-hukum-nya, yaitu kemampuan yang olehAllah diberikan kepada Adam.

Namun, kisah tidak berhentihanya sampai di situ. Adam yangtelah diberi karunia kemampuan ber-ilmu pengetahuan itu adalah juga

Page 93: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1003Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Adam yang masih dapat tergoda olehsetan sehingga melanggar laranganAllah. Dan, karena pelanggarannyaitu ia dan istrinya diusir dari surgadan kehilangan kebahagiaan yangselama ini dinik-matinya. BahkanAllah mengan-cam bahwa anakcucu Adam danHawa, di bumi-lah tempat mere-ka tinggal danmendapatkankesenangan, sampai saat ter-tentu (lihat antara lain Q., 2: 30-39).

Berdasarkan penuturan tentangAdam itu diketahui bahwa ilmu pe-ngetahuan bukanlah jaminan untukkebahagiaan sejati dan langgeng. Ma-nusia memerlukan sesuatu yang lebihdaripada ilmu pengetahuan, yaituajaran-ajaran moral (kalîmât) dariTuhan yang bila diikuti akan meng-hindarkan manusia dari kemung-kinan terjatuh pada kesesatan dalamhidup. Dan keselamatan dari kesesat-an itu adalah justru untuk melestari-kan kebahagiaan manusia, termasukdalam hidupnya di dunia ini. De-ngan kata lain, sukses dalam hidupdunia, dalam skala besar dan jangkapanjangnya, memerlukan ajaranmoral dari Tuhan—atau agama—gunamembimbingnya dalam menempuhperjalanan hidup yang benar. Cukupmenarik bahwa ajaran-ajaran (kalî-

mât) itu diperoleh Adam dari Tuhansetelah mengalami pengusiran darisurga dan jatuh ke bumi. Artinya, da-lam bahasa kontemporer, setelah se-cara empirik terbukti bahwa kesela-

matan dan kebaha-giaan hidup tidakcukup hanya de-ngan mengandalkanilmu pengetahuansaja. Firman Allahtentang hal ini,Maka (setelah jatuhke bumi) Adam me-

nerima kalimat (berbagai ajaran) dariTuhannya, kemudian Dia pun mem-berinya tobat (Q., 2: 37).

Itulah hidayah atau petunjuk hi-dup dari Allah yang akan membebas-kan manusia dari rasa takut atau kha-watir (Q., 2: 38).

ILMU PENGETAHUANDAN EKONOMI

Ekonomi adalah fungsi peng-gunaan alam bagi sebesar-besarmanfaat hidup manusia. Penggu-naan alam itu dilakukan melalui“teknologi” atau “ilmu cara”, yakni,cara menggunakan dan memanfaat-kan alam itu. Dan teknologi dikem-bangkan berdasarkan pemahamanmanusia atas alam dan gejala-ge-jalanya, sebagai hasil pengamatandan penelitian. Ekonomi merupa-kan garis sentuh antara hidup

Keinsafan akan makna dan se-mangat musyawarah menghendakiatau mengharuskan adanya ke-insafan dan kedewasaan untukdengan tulus menerima kemung-kinan kompromi atau bahkan“kalah suara”.

Page 94: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1004 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nafsani-ruhani manusia denganlingkungan jasmani atau kebendaandi sekitarnnya. Dalam bahasa Arab,“ekonomi” adalah iqtishâd, suatu is-tilah yang mengarah kepada penger-tian tindakan hemat, penuh perhi-tungan, berkeseimbangan, dan tidakboros. Sebab, penggunaan bendayang tersedia dalam alam lingkung-an hidup manusia itu harus di-lakukan dengan cara yang hemat(“ekonomis”), sehingga eksploitasimanusia atas alam sekitarnya tidakjustru berakibat pengrusakan ter-hadap alam lingkungan hidupmanusia itu sendiri.

Tarik-menarik antara dualitas, disatu pihak, tersedianya alam untukmanusia yang membuka kemung-kinan eksploitasi, dan, di pihak lain,keharusan menjaga kelestarian alamitu sendiri dalam keseimbangannyayang sempurna, dapat diselesaikanhanya oleh manusia yang berpikir.Sebuah ayat suci yang sering di-kutip, telah mengisyaratkan prinsipitu:

Sesungguhnya dalam penciptaanseluruh langit dan bumi, dan dalampergantian malam dan siang, terdapattanda-tanda bagi mereka yang ber-pikiran mendalam. Yaitu mereka yangingat Allah di kala berdiri, duduk danberbaring pada lambung-lambung me-reka, dan memikirkan kejadian seluruhlangit dan bumi, “Wahai Tuhan kami,tidaklah Engkau ciptakan ini semua sia--sia. Mahasuci Engkau! Maka lin-

dungilah kami dari azab neraka” (Q.3: 190-191).

Jadi, digambarkan bahwa yangbakal mampu menangkap berbagaipertanda Tuhan dalam alam rayaialah mereka yang,1. berpikiran mendalam (ûlû al-

albâb)2. memiliki kesadaran tujuan dan

makna hidup abadi,3. menyadari penciptaan alam raya

sebagai manifestasi wujud tran-sendental,

4. berpandangan positif dan opti-mistis terhadap alam raya,

5. menyadari bahwa kebahagiaandapat hilang karena pandangannegatif-pesimistis terhadap alam.

Maka, sementara alam itu dicipta-kan untuk kemanfaatannya, manusiajuga dituntut untuk menatap alamraya dengan suatu apresiasi Ilahi.Dari perhatian kepada alam, manu-sia dapat mempertinggi dan memper-dalam keinsafan Ketuhanannya, dandari situ pula manusia mengerti hi-dup praktisnya secara lebih baik.Pandangan ini diperjelas oleh adanyapujian Tuhan kepada para ilmuwanalam dan kemanusiaan sebagai golong-an yang paling mampu mengalamiapresiasi Ketuhanan (“takut kepadaAllah”). Kita baca dalam Al-Quran ayatbersangkutan, yang terjemahnya se-perti berikut,

Tidakkah kau perhatikan bahwaAllah menurunkan air hujan dari la-

Page 95: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1005Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ngit, kemudian dengan air hujan ituKami keluarkan berbagai buah-buah-an yang beraneka ragam warnanya.Dari gunung-gunung pun terdapatgaris-garis putih dan merah yang ber-aneka warna, dan ada pula yang hi-tam kelam. Dan dari manusia, bina-tang melata dan ternak, juga terdapataneka warna. Sesungguhnya dari ka-langan para hamba-Nya, para ilmu-wanlah yang takut kepada Allah. Se-sungguhnya Allah itu Mahamulia danMaha Pengampun (Q., 35:27-28).

Jadi, kegiatan manusia untukmemerhatikan alam dan kemampu-an untuk memahaminya harus di-pandang tidak semata-mata dari segipotensi manusia untuk mengeks-ploitasi alam saja, tapi juga dari segipotensinya untuk mendapatkan pe-ningkatan keinsafan transendental.Nafsu mengeksploitasi alam tanpaukuran adalah tindakan pemuasantuntutan biologis yang rendah (se-banding dengan Adam dan Hawayang memakan buah pohon ter-larang). Karena itu, Al-Quran menye-butkan bahwa munculnya kerusakan“di daratan dan di lautan” adalah aki-bat ulah tangan manusia. (Q., 30: 41)Maka dorongan untuk mengeks-ploitasi alam harus dibarengi, dandiimbangi, dengan apresiasi sebagaipertanda bagi Wujud Mahasuci atauTransendental. Apresiasi demikian itumerupakan kelanjutan dorongan sucifitrah manusia yang dibawanya darialam primordial. Keseimbangan dan

jalan tengah (iqtishâd!) antara ke-duanya menjamin tercapainya ke-bahagiaan jasmani dan ruhani.Alam memang diciptakan Allahuntuk manusia agar dieksploitasibagi kepentingan hidupnya. Tetapi,alam juga harus dipelihara dari ke-rusakan. Seperti ibadah haji yangmeliputi pula acara penyembelihanhewan untuk suatu tebusan (dam),namun di dalamnya dilarang kerasmembunuh binatang sembarangan,sekecil apa pun, bahkan juga dila-rang keras mencabut tetumbuhan,yang mana pun.

ILMU PENGETAHUAN ISLAMI

Berkenaan dengan dampak ilmupengetahuan yang dapat mendorongkepada ateisme, agaknya umat Islamtidaklah perlu terlalu khawatir. Jikapengertian umat atau komunitas di-ambil secara keseluruhan, umat Islamadalah yang pertama dalam sejarahumat manusia yang benar-benarmemiliki wawasan keilmuan yangbebas dari mitologi. Memang benardalam zaman kejayaan Islam, ilmupengetahuan seperti kedokteran,ilmu alam, kimia, dan lain-lain sa-ngat erat terkait dengan agama. Jus-tru hal ini merupakan segi kekuatanIslam dalam mengembangkan ilmupengetahuan. Tetapi berbeda de-ngan hubungan ilmu pengetahuandengan agama pada umat-umat yang

Page 96: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1006 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

lain, yang ada dalam peradaban Is-lam bukanlah hubungan antara ilmupengetahuan dan agama secara ma-gis-mitologis (seperti menolak ke-bakaran dengan sebuah benda “ke-ramat”), tetapi hubungan ilmiah.Yaitu hubungan yang tumbuh darikesadaran bahwa semua yang ada disekeliling manusia ini berjalan me-nurut hukum-hukum yang ditetap-kan oleh Sang Maha Pencipta, yangdalam peristi-lahan Al-Qurandisebut Sunna-tullah untuk po-la-pola hukumyang menguasaihidup sosial ma-nusia atau sejarah,dan takdirullahuntuk pola-polahukum yang me-nguasai wujud ke-bendaan. Ini jelassekali menjadi dasar pemikiran parailmuwan Muslim, baik yang bergerakdi bidang “ilmu eksakta” seperti Al-Biruni, Al-Khawarizmi (penemulogaritma, algorizm), Ibn Haitsam,dan lain-lain, maupun yang bergerakdi bidang ilmu-ilmu sosial seperti,yang paling terkemuka ialah IbnKhaldun. Tentang yang disebut akhirini, Ibn Khaldun, sedemikian ilmiahdan objektifnya dalam memandangdan menafsirkan gejala sejarah,sehingga kadang-kadang tidaksegan-segan menunjukkan ke-

lemahan umat atau bangsanyasendiri (Arab). Namun, ia konsis-ten atau istiqamah dengan etosintelektualnya, tanpa ketabuan dantakhayul, sehingga ia sekarang di-akui seluruh dunia ilmu pengetahu-an modern sebagai bapak sebenar-nya bagi ilmu-ilmu sosial.

Etos keilmuan Islam yang bebasdari mitologi itu juga diakui dan di-benarkan oleh para sarjana modern

Barat. Salah se-orang dari mereka,yaitu George F.Kellner, mengata-kan, “dalam setiapperadaban orang-orang tertentumencari sebab-se-bab perubahan ge-jala alam dalamalam itu sendiri,dan tidak dalam ke-mauan manusia atau

makhluk supramanusia (seperti dalammitologi). Tetapi sampai dengansaatnya orang-orang Arab (Muslim)mewarisi filsafat alamiah Yunanidan ilmu kimia Cina yang ke-mudian meneruskannya ke Barat,belum pernah ada sosok utuh ilmupengetahuan alamiah yang diterus-kan dari satu peradaban ke peradab-an yang lain. Sebaliknya, dalam se-tiap peradaban kajian tentang alammenempuh jalannya sendiri-sendiri.Para failasuf Yunani dan Cina me-nerangkan dunia fisik yang sama

Page 97: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1007Ensiklopedi Nurcholish Madjid

namun dengan cara yang sangatberbeda”. Sebagian besar hasilcapaian ini mula-mula diserap olehIslam, yang dari tahun 750 hinggaakhir Abad Pertengahan terbentangsejak dari Spanyol sampai keTurkistan. Bangsa Arab (Muslim)menyatukan sosok ilmu pengetahuanyang luas ini dan kemudian mem-beri tambahan kepadanya.

Etos keilmuan yang tinggi ituadalah akibat langsung sistem ke-imanan Islam yang berintikantauhid, yang tidak membenarkanIslam memitoskan dan memi-tologikan alam dan gejala alam.Dengan tauhid, seorang Muslimdididik untuk menyadari dirinyasebagai manusia, makhluk Allahyang paling mulia, yang tidak adalagi makhluk di atasnya. Karenaitu, manusia harus memandang keatas hanya kepada Khaliknya, yaituAllah, Tuhan Yang Maha Esa, ke-mudian memandang sesamanya da-lam hubungan hak dan kewajibanyang sama (egalitarianisme), danmemandang kepada alam sekitarnya“ke bawah” (tanpa berarti sikapmenghina). Maka alam sekeliling-nya, baik yang material maupunyang sosial, menjadi medan yangterbuka untuk diteliti dan dipa-hami hukum-hukumnya, dalamrangka memahami sunnatullah dantakdirullah tersebut di atas. Setiapmitologisasi kepada alam akanmendorong manusia kepada syirik,

menutup diri dari kesadaran akanHadirat Tuhan Yang Maha Esa, dandunia sekelilingnya pun menjaditertutup, tampak penuh misteri.Inilah takhayul, kenyataan yangtidak ada, yang merupakan hasilangan-angan atau khayal. Karenaitu tidak aneh, mungkin di luarkesadaran orang-orang Islam sen-diri, para sarjana modern Baratsendiri yang mengatakan bahwahanya sejak zaman Islam itulahilmu pengetahuan melahirkanteknologi untuk mempermudahhidup sehari-hari. Tidak kurang dariBetrand Russell, yang mengatakanbahwa: Sains, sejak masa bangsaArab, telah mempunyai dua fungsi:(1) untuk memungkinkan kitamengetahui banyak hal, dan (2)untuk memungkinkan kita melaku-kan banyak hal. Orang-orang Yu-nani, kecuali Archimedes, hanya ter-tarik kepada bagian pertama (daridua fungsi) itu. Mereka mempunyaiminat banyak tentang dunia, te-tapi, karena orang beradab hidupenak atas kerja budak, mereka tidakpunya minat kepada teknik.

Memang, umat Islam sekarangsedang ketinggalan zaman di bidangsains dan teknologi. Tetapi, yangamat penting hendak ditekankan disini ialah bahwa Islam membukti-kan, dan akan mampu membuktikanlagi, kesatuan organik dan harmonisantara ilmu pengetahuan dan iman,sehingga kebahagiaan yang dihasil-

Page 98: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1008 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kannya pun tidak pincang, yaitu ke-bahagiaan lahir dan batin. Karenaitu, agaknya umat Islam tidak perlukhawatir terhadap zaman modern,sains dan teknologi, ateisme, deisme,dan sebagainya, sebab sistem ajaranIslam, bila dipahami dan dijalankansecara benar, memiliki tata cara me-lekat (built in mechanism) untukmenangkal segi-segi negatif itu se-mua, dan mempunyai potensi un-tuk memberinya semua bimbinganyang benar.

ILMU PERTANDA

Umat manusia keturunanAdam (Bani Adam) hidup didalam lingkungan yang disebutalam (‘âlam). Dari segi kebahasaan,perkataan “alam” (Arab: ‘âlam-un)adalah seakar dengan perkataan“ilmu” (Arab: ‘ilm-un), juga dengankata “alamat” (Arab: ‘alâmat-un).Pengertian “alamat” atau “pertanda”itulah yang terkandung dalamperkataan “ayat” (Arab: âyat-un),sehingga jagat raya adalah “alamat”atau “ayat” Tuhan. Karena itu, “alam”merupakan sumber “ilmu” manusia.Manusia diperintahkan untuk me-merhatikan alam dan gejala-gejala-nya yang ada. Katakanlah (wahaiMuhammad), “Perhatikanlah olehmu(wahai manusia) apa yang ada dilangit dan di bumi! Namun, per-tanda-pertanda dan peringatan-per-

ingatan itu tidak akan berguna bagikaum yang tidak beriman” (Q., 10:101).

“Pertanda”, “‘alâmat, atau âyatdari Allah itu adalah untuk kaumyang berpikir. Semesta alam sebagaipertanda Tuhan, tidak akan dimengertikecuali oleh orang-orang yang ber-pikir. Di sini, ilmu memerlukanakal. Dan Dia menundukkan untuk-mu apa yang ada di langit dan apayang ada di bumi semuanya, (sebagairahmat) daripada-Nya. Sesungguh-nya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasa-an Allah) bagi kaum yang berpikir(Q., 45: 13; 13: 3).

Di balik “pertanda”, ‘alâmat, atauâyat Allah di alam kebendaan(material) ialah hukum-hukum ke-tetapan Allah (taqdîrullâh) yangpasti, sehingga kajian tentang alamkebendaan menghasilkan penge-tahuan tentang hukum-hukum yangpasti (“ilmu eksakta”). Sementara dibalik “pertanda”, ‘alâmat, atau âyatAllah dalam alam kesejarahan ma-nusia (alam sosial) ialah hukum-hu-kum “Tradisi Allah” (sunnatullâh)yang tidak akan berubah (pasti),namun punya variabel yang jauhlebih banyak daripada yang adapada hukum alam kebendaan(taqdîrullâh).

Al-Quran memerintahkan ma-nusia untuk memerhatikan danmempelajari sejarah umat-umat yangtelah lalu sebagai laboratorium alam

Page 99: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1009Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sosial kemanusiaan. Kajian sejarahmenghasilkan ilmu tentang Sun-natullâh yang meliputi variabel yangsangat banyak (“ilmu sosial”). Tidak-lah menjadi petunjuk bagi mereka(kaum musyrikin) betapa banyaknyaKami binasakan umat-umat sebelummereka, padahal mereka berjalan (dibekas-bekas) tempat tinggal umat-umatitu? Sesungguhnya pada yang demiki-an itu terdapat tanda-tanda bagi orangyang berakal (Q., 20: 128—jugaQ., 30: 22, 23, 37; 48: 23; 3:137dan 35: 43).

“Pertanda”, ‘alâmat, atau âyatadalah juga perumpamaan atau “tam-sil-ibarat” (Arab: matsal-un, ataubentuk jamaknya, amtsâl-un). Al-Quran menyebutkan bahwa tidakada yang mampu memahami “secaraakal” (rasional) tamsil-ibarat Tuhankecuali orang-orang yang berilmu.Penggunaan akal dan ilmu pengetahu-an diperlukan untuk dapat memahamiberbagai perumpamaan dari Allah

Matsal atau tamsil-ibarat (meta-for) digunakan untuk menggambar-kan wujud-wujud tinggi (high reality),seperti surga dan neraka, yang se-benarnya tidak dapat diterangkanuntuk manusia. Akal atau rasio jugadiperlukan untuk memperoleh pe-ngetahuan tentang wujud-wujudtinggi itu. Perumpamaan surga yangdijanjikan kepada orang-orang yangbertakwa itu ialah, sungai-sungai me-ngalir dari bawahnya, makanannyakekal juga keteduhannya. Itulah ke-

sudahan mereka yang bertakwa. Se-dangkan kesudahan mereka yangkafir ialah api neraka (Q., 13: 35;47: 15).

Al-Quran menyebut bahwa orang-orang yang berilmu dan tegak dengankejujuran adalah yang dapat bersaksi(menyadari) tentang adanya TuhanYang Maha Esa, bersama para ma-laikat dan Tuhan sendiri. Untuk dapatberiman dan mencapai kebenaranyang lebih tinggi, seorang ilmuwanharus berdiri tegak di atas kejujuran.Allah bersaksi tiada Tuhan selain Dia;para malaikat dan mereka yang saratdengan ilmu berdiri teguh demi keadil-an; tiada tuhan selain Dia, Maha-perkasa, Mahabijaksana (Q., 3: 18).

Al-Quran juga menyebutkanbahwa hanya orang-orang berilmu,yaitu mereka yang memahami de-ngan baik alam lingkungannya, yangbenar-benar dapat meresapi ke-agungan Tuhan dan bertakwa secaramendalam. Maka dengan ilmu yangditegakkan di atas kejujuran, orangakan semakin bertakwa.

Tidakkah kau lihat bahwa Allahmenurunkan air hujan dari langit?Maka dengan itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam warna-nya; dan di antara gunung-gunungada jalur-jalur putih dan merah, war-na-warni yang beraneka ragam, danada yang hitam pekat. Dan demikianpula di antara manusia, binatang me-lata, dan hewan ternak, terdiri dariberbagai macam warna. Yang benar-

Page 100: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1010 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

benar takut kepada Allah di antarahamba-hamba-Nya hanyalah merekayang berpengetahuan; karena AllahMahaperkasa, Maha Pengampun(Q., 35: 27-28).

ILMU SOSIAL

Ibn Khaldun—seorang failasufdan sejarawan Muslim besar abadke-14—pernah mempunyai harap-an besar perlunya dikembangkanapa yang disebutnya ‘ulûm al-‘umrân(ilmu-ilmu peradaban), yang ber-induk kepada ilmu sejarah. Tetapiharapan tersebut seolah sia-sia, dantidak mendapat sambutan dari parailmuwan. Dunia Islam pada masaIbn Khaldun dan setelahnya meng-alami kemunduran, dan banyak tra-disi peradaban Islam masuk keBarat sampai lahirnya keunggulanperadaban Barat. Di Barat itulahkemudian ilmu-ilmu sosial yang di-rintis Ibn Khaldun menemukansambutan yang bersemangat, danmenghasilkan apa yang sekarangdisebut ilmu-ilmu sosial modern.

Dari sudut pertimbangan Islam,pertumbuhan ilmu-ilmu sosial diBarat banyak diwarnai oleh pan-dangan hilangnya kejujuran ilmiah.Bagaimana subjektivisme orang-orang Barat dalam memandangmasalah-masalah sosial-historisorang-orang lain, dapat dilihatbagaimana mereka dahulu me-

mandang Islam dan orang Islam.Dari sekian banyak kekeliruan yangtidak terhitung itu, salah satunyayang paling simbolik ialah peng-gunaan perkataan muhammedanismsebagai nama untuk agama Islam,dan Muhammedans untuk kaumMuslim. Sebab, dalam pandanganmereka yang keliru itu, umat Islamadalah para pemeluk agama yangmenyembah seseorang yang ber-nama Muhammad. Kekeliruan yangamat prinsipil itu bersumber daripandangan mereka yang “mengukurbaju orang dengan badan sendiri”,karena mereka menganut agamayang menyembah seorang tokohyang mereka beri nama Kristus danagamanya dinamakan agama Kekris-tenan (Christianity).

Karena potensi subjektivitas se-tiap golongan tidak mungkin di-abaikan begitu saja, maka timbul-lah sikap-sikap waspada terhadapilmu-ilmu sosial yang datang dariperadaban atau kebudayaan lain.Ilmu-ilmu sosial dianggap tidakdapat menyajikan kebenaran yangbenar-benar andal, seandal ke-benaran sajian ilmu-ilmu alam.Tapi, jika ilmu-ilmu sosial benar-benar hanya bernilai subjektif, makatentunya tidak patut disebut sebagaiilmu. Seperti halnya mitos, dongeng,ataupun bahkan kisah-kisah karang-an seperti novel, misalnya, ilmu-ilmusosial itu kata mereka, hanya ber-guna untuk dibaca sebagai pelewat

Page 101: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1011Ensiklopedi Nurcholish Madjid

waktu atau pelipur lara. Hal itu di-buktikan oleh besarnya perananbahasa dan penggunaannya: ilmu-wan sosial yang baik adalah yangmengetahui bahasa dengan baik dandapat menggunakannya dengan baikpula, khususnya dalam menyajikanpikiran-pikiran. Tetapi, pandanganini tidak sepenuhnya benar.

ILMU SOSIALUNTUK STUDI AGAMA

Bertahun-tahun yang lalu, di-mulai dengan masa Menteri AgamaA. Mukti Ali, pikiran tentang pene-litian masalah-ma-salah keagamaandengan mengguna-kan peranti ilmu-ilmu sosial sudahmulai dicanangkan.Reaksi bermuncul-an; mereka yangkontra mengatakanbahwa penggunaan ilmu-ilmu sosialdalam penelitian agama akan ber-akibat penisbatan pada agama,khususnya pada yang disebut ke-benaran agama, dan norma-normamoral keagamaan. Dalam pandanganmereka, agama adalah mutlak, danpenisbian agama atas nama apa punadalah pengingkaran atas kemutlak-an agama itu. Argumen mereka, jikaada suatu gejala kemasyarakatanyang tidak dapat dibenarkan, gejalaitu harus dilihat sebagai penyim-

pangan dari ketentuan agama yangmutlak benar, dan tidak boleh di-pandang sebagai gejala keagamaanyang murni itu sendiri. Jadi, agamaharus tetap pada kesuciannya, danmenjadi alat ukur untuk menilaisuatu gejala apakah dapat dibenarkanatau tidak.

Sedangkan para pendukung ga-gasan studi empiris dari ilmu sosialmelihat bahwa yang menjadi sasar-an penelitian bukanlah agama ansich, melainkan gejala keagamaanyang ada dalam masyarakat dalamkenyataan faktual, bukan normatif.Dengan kata-kata lain, yang menjadi

sasaran pene-litian ialah wu-jud keagamaansebagai gejalasosial, seban-ding dengangejala sosiallain mana pun,seperti di bi-

dang perekonomian, politik, budaya,dan seterusnya. Jadi, sesungguhnyatidak ada masalah, dan tidak ada hu-bungannya dengan kemutlakanagama. Tetapi, karena agama itusendiri mewujud nyata melaluipemahaman para pemeluknya, dankarena para pemeluk itu mau tidakmau tentu terikat atau terpengaruholeh lingkungannya, maka pe-mahaman agamanya itu dan pe-laksanaannya dapat dipastikan sedikitbanyak mengandung unsur-unsur

Pandangan hidup demokratis me-wajibkan adanya keyakinan bah-wa cara haruslah sejalan dengantujuan. Bahkan, sesungguhnyaklaim atas suatu tujuan yang baikharus diabsahkan oleh kebaikancara yang ditempuh untuk meraih-nya.

Page 102: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1012 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sosiologis, antropologis maupunpsikologis tertentu. Dalam bidanginilah, kajian Islam tersebut dilakukan,sebagai sebuah studi empiris dandeskriptif.

Sebenarnya gejala sosial keagama-an sebagai bentuk lahiriah yang ter-amati bukan hal yang baru dalamsejarah Islam. Ilmuwan klasik, sepertiIbn Khaldun telah membangun teoribahwa watak manusia sangat banyakdipengaruhi oleh iklim. Tanpa harusjatuh kepada determinisme lingkung-an, karena manusia adalah makhlukyang mampu melakukan pilihan sadaruntuk tindakannya, faktor-faktor yangada di sekeliling hidup manusia, me-nurutnya patut sekali diperhatikandalam rangka memperoleh pengerti-an yang lebih tepat tentang gejala-gejala kemanusiaan. Di sinilah, IbnKhaldun menyadarkan kita akan letakpentingnya ilmu-ilmu sosial sebagaipiranti penelitian gejala keagamaan,yang kemudian menghasilkan bukumagnum opus-nya, Muqaddimah.

ILMU TERCELA

Sebagai kebalikan dari keutama-an ilmu, Al-Ghazali menyempatkanmembahas apa yang disebutnya se-bagai ilmu yang terlarang. Gampangsekali diterka apa yang dimaksud-nya, yaitu sihir dan nujûm. Di za-man Al-Ghazali, banyak sekali orangIslam yang mempelajari ilmu nujûm

dan sihir. Fenomena itulah yang ber-usaha dilawan oleh Al-Ghazali. Apayang terjadi kalau dulu Al-Ghazali,seorang ulama yang memiliki wibawasangat besar di dunia Islam, tidakmemerangi sihir dan nujûm. Mung-kin semua orang akan rajin mempe-lajarinya. Memang, gejala ilmu nujumdan sihir masih saja kentara hingga se-karang, misalnya buku-buku di ping-gir-pinggir jalan di Pasar Senen, atauyang dijual di beranda-berandamasjid sehabis shalat Jumat; yangpaling laku adalah kitab mujarabat,ilmu suwuh-suwuh, atau ilmu man-tra-mantra. Al-Ghazali menyebut-nya sebagai ilmu yang tercela.

ILMU TIDAK TERBATAS

Ilmu itu tidak terbatas. Batasnyaialah ilmu Allah yang tidak terhingga(karena itu tidak mungkin terjang-kau manusia). Manusia tidaklah di-beri Allah ilmu, melainkan sedikitsaja. Maka manusia harus terus-me-nerus menambah ilmunya yang hanyasedikit itu, dengan menembus per-batasan (frontier) ilmu yang ada; iaharus selalu melakukan pembaruandan penambahan ilmu dengan temu-an-temuan baru atau inovasi (taj-dîd) terus-menerus. Dan sekiranyapohon-pohon di bumi adalah pena dansamudra (adalah tinta) dan sesudahitu ditambah dengan tujuh samudra,firman Allah tidak akan habis (di-

Page 103: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1013Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tulis), Allah Mahaperkasa, Maha-bijaksana (Q., 31:27); MahatinggiAllah, Raja Yang Sebenarnya! Jangan-lah kau tergesa-gesa mendahuluiAl-Quran sebelumwahyunya selesaidiberikan kepada-mu, tetapi kata-kanlah “Tuhanku,berilah tambahanilmu kepadaku”(Q., 20:114);Dan mereka yangberjuang di jalanKami, niscaya Kami bimbing merekake jalan Kami: Allah sungguh bersamaorang yang melakukan perbuatan baik(Q., 29:69).

Pada dasarnya alam raya ini ter-buka. Siapa pun dapat mempelajari-nya, sehingga ilmu pun terbuka. Ma-nusia dianjurkan saling belajar darisesamanya, tanpa batas kebangsaan,kedaerahan, kenegaraan, dan ke-agamaan, dari mana dan dari siapasaja.

Mereka yang menjauhi setan, dantidak terjerumus menyembahnya dankembali kepada Allah (dalam ber-tobat), berita gembira bagi mereka;sampaikanlah berita gembira kepadahamba-hambaKu. Mereka yang men-dengarkan perkataan, dan mengikutiyang terbaik di antaranya, makamereka itulah yang mendapat bim-bingan Allah, dan mereka itulah orangyang arif (Q., 39:17-18).

Rasulullah Saw. bersabda, “Kali-mat kearifan (al-hikmah) adalah ba-rang hilangnya orang beriman, maka

di mana pun ia di-temukan, ia adalahlebih berhak kepa-danya.” (Hadis Al-Tirmidzi).

Berdasarkan pe-rintah-perintah da-lam Al-Quran diatas agar manusiaberpikir, menggu-nakan akal, danmerenung dengan

mendalam (ber-tadabbur) supayadapat mencapai keimanan kepadaAllah, Tuhan Yang Maha Esa, makadapat dikatakan bahwa ilmu yangbenar adalah “mukadimah” iman yangbenar. Ilmu adalah semua kemestianbagi manusia yang mempunyaifungsi: pertama, sebagai bekal Allahkepada Adam, dengan ilmu itumanusia memahami alam sekitarnya,yang kemudian digunakan untukmembangun bumi ini, memenuhitugasnya sebagai khalifah Allah. Ke-dua, sebagai tujuannya yang lebihmendalam, dengan ilmu manusiamemahami dan merasakan kehadiranAllah dalam hidup, sehingga men-jadi bertakwa kepadaNya, berkiprahdalam kesadaran penuh dan men-dalam akan kehadiranNya. Yangpertama menghasilkan kemudahanhidup (manfaat dari “iptek”), danyang kedua, yang lebih mendalam,

Page 104: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1014 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

membimbing manusia beriman ke-pada keluhuran budi pekerti atauakhlak.

Pada dasarnya keunggulan ma-nusia, baik secara pribadi maupunsecara kelompok, terletak pada ada-nya iman dan ilmu sekaligus. “Allahmengangkat mereka yang berimandan dianugerahi ilmu pengetahuanbeberapa derajat.”

Hai orang-orang yang beriman:Jika dikatakan kepadamu berilahtempat dalam pertemuan, berilahtempat, Allah akan memberi tempat(yang lapang) kepadamu. Dan biladikatakan berdirilah, maka berdiri-lah. Allah akan mengangkat derajatorang yang beriman di antara kamudan mereka telah diberi ilmu; danAllah mengetahui apa yang kamukerjakan (Q 58: 11).

IMAM AL-SYAFI’IDAN RISET HADIS

Imam Al-Bukhari, sebagai imambesar dalam hadis, sebenarnya se-kadar meneruskan dan menerapkandengan setia teori dan prinsip-prin-sip riset hadis yang diletakkan olehImam Al-Syafi’i. Dorongan untukmeletakkan teori dan metodologi-nya itu ialah keprihatinan Al-Syafiioleh adanya kekacauan dan berkeca-muknya usaha pemalsuan laporan-laporan hadis di zamannya, yanglaporan-laporan itu sendiri semula dan

kebanyakan bergaya anekdotal ten-tang generasi Islam yang telah lewat,mencakup tentang Nabi sendiri danpara sahabat. Karena itu, hadis jugadisebut Khabar, Akhbâr, Riwâyah,Atsar, dan lain lain, yang kesemuanyamenunjukkan sisa pengertiannyayang semula, yaitu kabar, berita, pe-nuturan, peninggalan, dan lain-lain.Maka yang dilakukan Al-Syafi’i mem-punyai nilai yang sungguh besar, de-ngan pengaruh yang sampai sekarangdirasakan oleh seluruh umat Islam.

Tetapi yang telah dilakukan olehimam Al-Syafi’i jauh lebih banyakdaripada sekadar meletakkan dasar-dasar metodologi penelitian hadis.Tokoh pendiri mazhab yang peng-anutnya banyak di Indonesia inijuga diakui jasanya sebagai yangmeletakkan dasar-dasar metodologipenetapan syariat, yang justru terasasemakin relevan dengan keadaanzaman sekarang. Menurut MarshallHodgson—yang dapat kita anggapsebagai seorang peninjau netral dancukup jujur—Al-Syafii berjasa se-bagai seorang sarjana yang denganpenuh kesadaran meletakkanprinsip adanya pertimbangan his-toris bagi penetapan syariat. Hal itutecermin dalam konsepnya tentangnâsikh-mansûkh, yaitu konsep yangmemandang kemungkinan suatuhukum dihapuskan oleh hukumyang lain dalam Islam, disebabkanadanya pertimbangan baru ber-kenaan dengan lingkungan, baik

Page 105: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1015Ensiklopedi Nurcholish Madjid

lingkungan ruang (zharf al-makân)maupun lingkungan waktu (zharfal-zamân).

Berdasarkan metodologi Al-Syafi’i itu maka terkenal sekali rumushukum Islam yang mengatakanbahwa hukum berubah oleh per-ubahan zamandan tempat. Ter-utama perubahanzaman, semua ula-ma sepakat bahwahal itu tidak dapatdielakkan akan membawa peru-bahan hukum. Prinsip ini tecermindalam dua kalimat rumusannya,taghayyuru al-ahkâmi bi taghayyurial-azmâni dan lâ yunkiru taghayyurual-ahkâmi bi taghayyuri al-azmâni,artinya “Perubahan hukum olehperubahan zaman dan Tidak dapatdiingkari perubahan hukum olehperubahan zaman”.

Untuk dapat melaksanakan prin-sip amat penting itu tidaklah mudah.Salah satu yang mesti diperlukanialah kemampuan menangkap “pesanzaman”, sehingga suatu hukum dapatditerapkan secara efektif karena re-levan dengan pesan zaman itu. Iniberarti juga menuntut kemampuanmembuat generalisasi atau abstraksidari hukum-hukum yang ada men-jadi prinsip-prinsip umum yang ber-laku untuk setiap zaman dan tempat.Dan berlakunya suatu prinsip untuksegala zaman dan tempat adalah ber-arti kemestian memberi peluang pada

prinsip itu untuk dilaksanakan secarateknis dan konkret menurut tuntutanruang dan waktu. Karena ruang danwaktu berubah, maka tuntutan spe-sifiknya pun tentu berubah, dan inimembawa perubahan hukum. Makayang berubah bukanlah prinsipnya,

melainkan pe-laksanaan teknisdan konkret hu-kum itu dalammasyarakat ter-tentu dan masa

tertentu.Imam Al-Syafi’i khususnya, dan

mazhab Syafii umumnya meletak-kan dasar metodologi generalisasidan abstraksi (ta’mîm, istiqrâ’, tajrîd)tersebut dalam lima cara pendekat-an pada setiap ketentuan hukum,yaitu: 1) semua perkara harus diper-hatikan maksud dan tujuannya; 2)bahaya harus dihilangkan atau di-hindari; 3) adat kebiasaan adalahsumber penetapan hukum; 4) halmantap tidak boleh dihapus oleh halyang meragukan; 5) kesulitan pe-laksanaan harus menghasilkan ke-mudahan hukum.

Jika diperhatikan benar-benarmetodologi Imam Al-Syafi’i itu, makasesungguhnya terdapat doronganyang cukup kuat untuk mendekatitidak hanya suatu ketentuan teks-tual, baik dalam Kitab Suci maupundalam hadis tidak secara harfiah,melainkan dengan penarikan ideprinsipil atau fikrah mabda’îyah atau

“Indeed the end justifies themeans. But what justifies the end?The means!”

(Albert Camus)

Page 106: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1016 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

fikrah ushûlîyah yang dikandung-nya, dan yang menjadi inti hikmahtasyrî‘, dari ketentuan yang ada. Olehkarena tema-tema hadis umumnyabersifat ad hoc dan lepas dari ke-seluruhan kepribadian Nabi, makaabstraksi dan generalisasi dari hadismenghasilkan problem dan kesulit-an yang tidak kecil. Padahal hanyadari abstraksi dan generalisasi itu,kita dapat memahami Sunnah Nabi,dan bukannya sekadar menyamakanbegitu saja makna dan semangat Sun-nah dengan teks-teks laporan hadis.

IMAM AL-ASY‘ARIDAN PAHAMNYA

Jika disebut paham Asy‘ari, makayang kita maksudkan adalah sebagaikeseluruhan penjabaran simpul (‘aqî-dah) atau simpul-simpul (‘aqâ’id) ke-percayaan Islam dalam Ilmu Kalamyang bertitik tolak dari rintisan seorangtokoh besar pemikir Islam, Abu Al-Hasan Ali Al-Asy‘ari dari Bashrah, Irak,yang lahir pada 260 H/873 M danwafat pada 324 H/935 M. Jadi, diatampil sekitar satu abad setelahImam Al-Syafi‘i (w. 204 H/819 M),atau setengah abad setelah Al-Bukhari (w. 256 H/870 M) danhidup beberapa belas tahun sezamandengan pembukuan hadis yang ter-akhir dari tokoh yang enam, yaitu Al-Tirmidzi (w. 279 H/892 M). Dengankata lain, Al-Asy‘ari tampil pada saat-

saat konsolidasi paham Sunnah dibidang hukum atau fiqih, denganpembukuan hadis yang menjadi bagi-an mutlaknya, telah mendekati pe-nyelesaian. Dan penampilan Al-Asy‘ari membuat lengkap sudah kon-solidasi paham Sunnah itu, yaitudengan penalaran ortodoksnya di bi-dang keimanan atau ‘aqîdah.

Penalaran Al-Asy‘ari disebut orto-doks karena lebih setia kepada sum-ber-sumber Islam, seperti Kitab Allahdan Sunnah Nabi, dibanding pe-nalaran kaum Mu’tazilah dan parafailasuf. Meskipun mereka ini semua-nya, dalam analisis terakhir, harusdipandang tetap dalam lingkaranIslam, namun dalam pengembanganargumen-argumen bagi paham yangdibangunnya, mereka sangat banyakmenggunakan bahan-bahan falsafahYunani. Banyaknya penggunaanbahan falsafah Yunani itu membericiri pokok pemikiran kaum Mu’ta-zilah dan para failasuf sehinggamereka melakukan pendekatanta’wîl atau interpretasi metaforisterhadap teks-teks dalam Kitab danSunnah yang mereka anggap muta-syâbihât karena, misalnya, meng-andung deskripsi tentang Tuhanyang antropomorfis (Tuhan menye-rupai manusia seperti punya tangan,mata, bertakhta di atas Singgasanaatau ‘Arsy, bersifat senang atau ridlâ,murka atau ghadlab, dendam atauintiqâm, terikat waktu seperti me-nunggu atau intizhâr, dan seterus-

Page 107: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1017Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nya). Disebabkan kuatnya perananunsur logika dan dialektika dalampenalaran kaum Mu’tazilah dan parafailasuf itu, maka sistem merekadisebut ilmu Kalam, yakni ilmu Lo-gika atau Dialektika. Karena itu, pe-nalaran mereka merupakan sebuahteologi, lebih tepat disebut TeologiRasional, Teologi Dialektis, atauTeologi Spekulatif, kadang-kadangdisebut Teologi Skolastik, atauTeologi Alami (Natural Theology),bahkan Falsafah Teisme (Philosophi-cal Theism).

Tetapi, penggunaan argumen-ar-gumen logis dan dialektis tidak ter-batas kepada kaum Mu’tazilah danpara failasuf saja. Kaum Asy‘ari jugabanyak menggunakannya, meski-pun metode ta’wîl yang menjadi salahsatu akibat penggunaan itu hanyamenduduki tempat sekunder dalamsistem Asy‘ari. Kemampuan Abu Al-Hasan Ali Al-Asy‘ari menggunakanargumen-argumen logis dan dialek-tis diperoleh dari latihan dan pen-didikannya sendiri sebagai seorangMu’tazili. Ia memang kemudian,pada usia empat puluh tahun, me-nyatakan diri lepas dari paham lama-nya, dan bergabung dengan pahamkaum hadis (Ahl al-Hadîts) yang di-pelopori kaum Hanbali, yang ber-tindak sebagai pemegang benderaortodoksi, sehingga sering diisyarat-kan sebagai kaum Sunni par excel-lence. Namun, Al-Asy‘ari tampaktidak mungkin melepaskan diri se-

penuhnya dari metode logis dan di-alektis, yang kali ini ia gunakanjustru untuk mendukung dan mem-bela paham Ahl al-Hadîts. Disebab-kan oleh metodologinya itu mula-mula Al-Asy‘ari tetap mencurigakanbagi kaum hadis pada umumnya,sehingga ia merasa perlu membeladiri melalui sebuah risalahnya yangsangat penting, Istihsân al-Khawdlfî ‘Ilm al-Kalâm (“Anjuran untukMendalami Ilmu Kalam”, yakni ilmuLogika).

Karena ilmu logika formal, atausilogisme, dipelajari orang-orangMuslim dari Aristoteles (maka dalambahasa Arab disebut secara lengkapsebagai al-manthiq al-aristhî, logikaAristoteles), maka pemikiran ilmuKalâm dengan sendirinya juga ber-sifat Aristhî atau Aristotelian, denganciri utama pendekatan rasional-de-duktif. (Segi ini pada umumnya, dansegi-segi tertentu konsep dalam Ka-lâm pada khususnya, merupakanalasan kritik dan penolakan olehkaum Hanbali atas Kalâm, termasukyang dikembangkan oleh kaumAsy‘ari, dengan kontroversi dan po-lemik yang masih berlangsung sam-pai hari ini).

Walaupun demikian, sungguhmenarik bahwa dalam pergumulanpemikiran yang sengit di bidang teo-logi itu akhirnya Imam Abu Al-Hasan Ali Al-Asy‘ari dari Bashrah ter-sebut memperoleh kemenangan besar,jika bukan terakhir atau final. Ini

Page 108: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1018 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

terutama sejak tampilnya Imam Al-Ghazali sekitar dua abad setelah Al-Asy‘ari, yang dengan kekuatan ar-gumennya yang luar biasa, disertaicontoh kehidupannya yang penuhzuhud, mengembangkan pahamAsy‘ari menjadi standar paham Or-todoks atau Sunni dalam ‘aqîdah.Karena itu, seperti telah disinggungdi atas, pada saat sekarang ini, un-tuk sebagian besar kaum Muslim se-luruh dunia, paham Asy‘ari adalahidentik dengan paham Sunni, dan,lebih dari itu, ilmu Kalâm pun se-karang menjadi hampir terbatas hanyakepada metode penalaran Asy‘ari.

Dilihat dari kadar penerimaan-nya oleh sebagian besar kaum Mus-lim, dan daya jangkauannya yangmelintasi batas-batas kemazhabandalam fiqih, paham Asy‘ari adalah pa-ham yang paling luas menyebar da-lam dunia Islam, sehingga Al-Asy‘aribisa disebut sebagai pemikir Islamklasik yang paling sukses. Tidak adatokoh pemikir dalam Islam yang da-pat mengklaim sedemikian banyakpenganut dan sedemikian luas pe-ngaruh buah pikirannya seperti AbuAl-Hasan Ali Al-Asy‘ari. Maka sebut-an yang paling umum untuk tokoh iniialah Syaykh Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ‘ah, sebagaimana senantiasa di-gunakan pada lembaran judul karya-karyanya yang cukup banyak dankini telah diterbitkan.

IMAM ANTARA PEMIMPINDAN PETUNJUK

Ada sebuah hadis yang me-nyatakan bahwa kalau seseorangtidak tahu imamnya, maka dia akanmati secara jahiliah. Kebetulan yangsangat berpegang kepada hadisini adalah orang Syiah, sehinggamereka sering disebut imamiyah.Orang Sunni umumnya tidak be-gitu teguh memegang hadis ini, ka-rena menafsirkan bahwa yang di-maksud imam di situ bukan imamsecara harfiah berupa pemimpindalam bentuk manusia, melainkanpetunjuk. Contohnya adalah ayatyang berbunyi, Sungguh, Kamilahyang akan memberi hidup kepadamereka yang sudah mati. Kami men-catat segala yang mereka lakukandahulu dan berkas-berkas yang me-reka tinggalkan, dan segalanya Kamiperhitungkan dalam kitab yang nyata(Q., 36: 12). Imam di situ maksud-nya kitab atau buku.

Di kalangan pesantren yang per-caya kepada talqîn (pengajaran ke-pada orang yang mati) ada keyakin-an bahwa nanti di dalam kubur akanada malaikat yang bertanya, “SiapaTuhanmu?” Jawablah, “Allah.” “SiapaNabimu?” Jawablah, “Muhammad.”“Apa agamamu?” Jawablah, “Islam.”Yang menarik ialah pertanyaan, “Apaimammu?”, bukan “Siapa imammu?”Jawablah, “Al-Quran.” Jadi, imam disitu artinya Al-Quran.

Page 109: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1019Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Itu adalah paham Sunni yangkebetulan merupakan paham yangpaling luas dianut di seluruh duniaIslam. Di kalangan kaum sufi, ter-utama tarekat, ide mengenai imamitu menguat kembali, karena paham-paham tarekat itu sendiri pada mula-nya memang dikembangkan olehpara imam atau syaikh. Tarekat sepertiNaqsyabandiah dikembangkan olehseorang syaikhatau ulama yangberasal dariNaqsyaban.

Semua tare-kat mengajarkanhal-hal yang ber-sifat esoterik, yak-ni bersifat ke da-lam, yang di-kaitkan denganintuisi, perasaandan sebagainya, dan karena itu tidakstabil, tergantung pada masing-ma-sing pribadi. Ini berbeda denganhukum yang bersifat lahiriah dansangat stabil, sehingga bisa dikon-trol.

Karena tidak stabil dan individu-al, maka paham esoterisme dalam ta-rekat dengan segala variannya mudahmenyeleweng. Kita sering membacapenyelewengan dari kelompok ter-tentu berupa “kebatinan”. Di Indo-nesia ada sebuah badan bernamaPAKEM, singkatan dari PengawasAliran Kepercayaan dan KebatinanMasyarakat.

Supaya tidak mudah menye-leweng, orang yang bergabung de-ngan suatu ajaran, seperti Naqsya-bandiah, haruslah dibaiat (diambiljanji atau sumpah). “Saya ajarkankamu begini, tetapi jangan mudahmengajarkannya kepada orang lainsebelum kamu mendapat ijazah”.Kira-kira begitu sumpahnya. Ijazahartinya pelimpahan wewenang dari

seorang guru ke-pada seorang mu-rid. Di antara me-todologi tarekatialah bahwa seti-apkali memprak-tikkan tarekatnya,sang murid yangtelah diambil sum-pah itu harus me-ngingat gurunya,termasuk ketika me-

lakukan shalat, dengan maksudsupaya tetap mengikuti jalan yangsah/benar. Teknik-teknik seperti itusebetulnya baik, tetapi seringkaliterjadi ekses. Sebab dalam shalat,orang harus mengingat Allah, bukanmengingat yang lain, termasukimamnya.

IMAN BUKAN SEMATA PERCAYA

Iman bukanlah semata-mata per-caya bahwa Tuhan itu ada. Jika per-soalannya Tuhan itu ada, maka iblisadalah makhluk yang tidak saja per-

Page 110: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1020 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

caya bahwa Tuhan itu ada. Dia bah-kan berhadapan langsung denganTuhan dalam suatu dialog yang se-ngit dalam drama kosmis sekitarpengangkatan Adam sebagai kha-lifah. Tetapi, iblis yang demikian itupun dikutuk sebagai kafir. Ia me-nolak dan menyombongkan diri, dania termasuk di antara mereka yangtidak beriman (Q., 2: 34).

Kalau iblis dijadikan contoh,maka beriman itu tidak cukuphanya dengan penegasan diri bahwaTuhan itu ada. Beriman ialah mem-percayai Tuhan dan menaruh ke-percayaan kepada Tuhan. Apa punyang dianugerahkan Allah kepadakita itu harus diterima dengan ridla.Itulah yang disebut râdliyatanmardlîyah. Dengan demikian, Allahakan mengatakan, “Masuklah engkauke dalam golongan hamba-hamba-Ku!Masuklah engkau ke dalam surga-Ku!”(Q., 89: 29-30).

IMAN DAN AMAL SALEH

Konsep amal saleh dalam agamaIslam hampir selalu disebutkan ber-barengan dengan iman untuk me-nunjukkan hubungan yang erat, ma-lah tak terpisahkan antara keduanya.Prinsip ini juga dinyatakan dalamistilah-istilah lain, seperti “tali Allah”(habl minallâh) dan “tali manusia”(habl minannâs), takwa dan akhlak,bahkan, sebagaimana dalam shalat,

takbîr (ucapan Allâh Akbar) dan tas-lîm (ucapan assalâmu ‘alaykum). Se-buah hadis dengan riwayat Muslimmenyebutkan sabda Nabi bahwa yangpaling banyak memasukkan orang kedalam surga ialah takwa kepada Allahdan budi luhur (husn al-khuluq).

IMAN DAN AMAL SALEHBELUMLAH CUKUP

Dalam surat Al-‘Ashr dikemuka-kan, Demi waktu (sepanjang sejarah).Sungguh manusia dalam kerugian.Kecuali mereka yang beriman dan me-ngerjakan amal kebaikan, dan salingmenasihati untuk kebenaran, dan sa-ling menasihati untuk kesabaran danketabahan (Q., 103: 1-3).

Surat tersebut menjelaskan bahwamanusia itu merugi, kecuali merekayang beriman. Keimanan menyimpankomitmen keadilan. Namun, ke-imanan baru bersifat komitmen per-sonal. Keselamatan tidak cukupdiraih hanya dengan iktikad baik.Iktikad baik baru berfungsi memba-wa keselamatan, baik individualmaupun sosial, kalau dimanifestasi-kan dalam perbuatan baik.

Setelah penampakan amal baik,untuk mencapai keselamatan masya-rakat diperlukan adanya mekanismeyang memungkinkan anggota-anggotamasyarakat saling mengingatkan manayang baik dan benar. Dalam ter-jemahan modernnya hal itu dikenal

Page 111: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1021Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sebagai kebebasan menyatakan pen-dapat yang merupakan salah satu ke-bebasan asasi manusia.

Mengapa mekanisme kontrolsaling mengingatkan menjadi pen-ting? Mengapa tidak cukup denganiman dan amal saleh? Karena imanadalah masalah personal yang tidakbisa diukur dan dikontrol dari luar.Kita malah tidak boleh menilai imanorang lain; itu bukan wewenang kita.Nabi pernah mengatakan, “Aku tidak-lah diutus untuk membelah dada ma-nusia.”

Kemudian, amal saleh masihbisa mengundang perdebatan kare-na ada masalah interpretasi. Mungkinsaja kita memahami sesuatu sebagaihal yang benarpadahal sebetul-nya salah. Mung-kin kita mema-hami sesuatu itubermanfaat, teta-pi sebetulnya ber-bahaya. Kita ma-sih sering tidak bisa lepas dari hawanafsu (keinginan pribadi). Seringkita cenderung melihat sesuatu itubaik kalau cocok dengan keinginankita; kita cenderung melihat sesuatuitu benar kalau sejalan denganpikiran kita, sehingga kita ke-hilangan objektivitas. Di situ mulaimuncul bahaya. Kalau seseorang su-dah mengklaim dirinya tahu manayang baik, lalu minta diikuti, makaia telah terperosok dalam otoritarian-

isme. Dan otoritarianisme adalahpermulaan dari thâghût (tiran).

Di sinilah arti penting mekanis-me saling mengingatkan, sehinggatidak cukup hanya dengan imandan amal saleh. Juga, harus ada ke-bebasan yang cukup untuk meng-ingatkan apa yang baik dan benar.Ini untuk menjaga kemungkinan pe-nguasaan hawa nafsu. Mungkin adaorang yang sangat tinggi motivasinyauntuk berbuat baik, tetapi sebetul-nya yang dia klaim sebagai kebaikanitu bukanlah kebaikan. Dia tidakmengetahuinya karena dikuasaitirani vested interest atau hawa nafsu.

Karena itu, mekanisme yang me-mungkinkan adanya tawâshaw bi

al-haqq adalahm u s y â w a r a h .Secara bahasa,m u s y â w a r a hadalah prosessaling memberiisyarat. Dalamilmu sharaf (gra-

matika Arab), kata musyâwarahmengikuti wazan musyârakah,artinya menunjukkan tindakantimbal balik, yaitu tindakan salingmemberi isyarat.

IMAN DAN DEMOKRASI

Prinsip-prinsip keadilan dan ke-terbukaan saling terkait, karena ke-duanya merupakan konsistensi iman

Setiap pertentangan antara caradan tujuan, jika telah tumbuhmenggejala cukup luas, pasti akanmengundang reaksi-reaksi yangdapat menghancurkan demokrasi.Maka demokrasi tidak terbayangtanpa akhlak yang tinggi.

Page 112: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1022 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dalam dimensi kemanusiaan. Kiniakan terlihat pula keterkaitan antaranilai-nilai itu dengan demokrasi,yaitu pengaturan tatanan kehidup-an atas dasar kemanusiaan, yaknikehendak bersama.

Jika, iman membawa konsekuensipemutlakan hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa, tidak adalawan yang lebih prinsipil terhadapiman selain sikap memutlakkan se-suatu selain Tuhan, termasuk sesamamanusia. Itulah sebabnya, tiraniberlawanan dengan iman, danseorang beriman dengan sendirinyamengemban kewajiban meruntuhkantirani, sebagaimana telah menjaditugas para rasul Tuhan. Termasuk kedalam jenis tirani itu ialah yangdibangun justru atas nama agama,seperti dalam sistem tatanan hidupteokratik sebagaimana dipahami diBarat (semisal KemaharajaanRomawi Suci—Holy RomanEmpire—di Zaman Pertengahan).Terdapat berbagai isyarat dalamKitab Suci bahwa sistem teokratik,yang dipimpin oleh seorang penguasadengan wewenang keagamaanmewakili Tuhan, adalah tidak sejalandengan iman.

Ini tampak antara lain dalam kon-teks perintah kepada Nabi (dan orang-orang beriman) untuk mencari titikpersamaan (kalîmah sawâ’) denganpara pengikut Kitab Suci (Ahl al-Ki-tâb) yang lain, dalam paham Ketuhan-an Yang Maha Esa, dan janganlah kita

mengangkat sesama kita sebagai saing-an-saingan Tuhan (“tuhan-tuhankecil”) sebagaimana dengan jelas di-wujudkan dalam sistem teokratik se-perti yang dikenal di Barat itu. Kata-kan (Muhammad), “Wahai parapengikut kitab suci, marilah menujukepada persamaan ajaran antara kamidan kamu, yaitu bahwa kita tidak me-nyembah selain Tuhan dan tidak pulamemperserikatkan-Nya kepada apapun, dan hendaknya janganlah se-bagian kita mengangkat sebagianyang lain sebagai tuhan-tuhan selainTuhan Yang Maha Esa” (Q., 3: 64).Kalau mereka menolak (wahai Mu-hammad), maka katakan olehmu se-kalian (orang-orang beriman), “Jadi-lah kamu sekalian sebagai saksi bah-wa kami adalah orang-orang yangpasrah (kepada Tuhan)” (Q., 3: 64).(Jelas sekali fungsi kaum teokrat me-menuhi deskripsi sebagai “sainganTuhan” (syarîk, nidd) atau “tuhan-tu-han kecil” (arbâb) karena wewenangkeagamaan dan kekuasaan suci me-reka). Maka, Nabi sendiri pun di-ingatkan Tuhan sebagai bertugashanya membawa berita dan peringat-an, bukan memaksa: Maka sampai-kanlah peringatan, sebab sesungguh-nya engkau hanyalah seorang pemberiperingatan. Engkau bukanlah seorangpenguasa (yang diberi wewenangmemaksa) (Q., 88: 21-22). Kalauseandainya Tuhanmu menghendaki,tentu berimanlah setiap orang di bumi,semuanya. Karena itu, “apakah

Page 113: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1023Ensiklopedi Nurcholish Madjid

engkau memaksa manusia sehinggamereka beriman semua?” (Q.,10: 99).Ini semua sejalan dengan prinsipyang terkenal bahwa tidak boleh adapaksaan dalam agama (Q., 2: 256).Tetapi juga berarti suatu penegasanbahwa tak seorang pun di antarasesama makhluk ini yang diberi hakkekuasaan keagamaan. Karena itu,teokrasi bertentangan dengan imanyang benar. Apalagi secara historiskekuasaan teokratik seperti yang adapada Zaman Pertengahan di Eropaadalah sumber despotisme dan ke-zaliman, yang hanya dapat dipatahkandengan munculnya Zaman Mo-dern. Dan kekuasaan para khalifahyang bijaksana dalam Islam klasik, biladiteliti, benar-benar, bukanlah ke-kuasaan teokratik sebagaimana per-kataan itu digunakan dan dime-ngerti di Barat.

Iman kepada Allah menuntutagar segala perkara antarmanusia di-selesaikan melalui musyawarah, yangdengan sendirinya adalah suatuproses timbal balik (reciprocal) antarapara pesertanya, dengan hak dankewajiban yang sama. Deskripsimengenai masyarakat orang berimansebagai masyarakat musyawarah se-demikian mengesankannya bagiorang-orang Muslim pertama, se-hingga surah dalam Al-Quran yangmemuat deskripsi itu disebut surahAl-Syûrâ atau Musyâwarah. Untukmemperoleh gambaran lebih leng-kap tentang prinsip ini dan prinsip-

prinsip kaitannya, di sini dikemu-kakan kutipan firman tersebut:

Dan mereka itu menyambut (seru-an) Tuhan mereka, menegakkan sha-lat, sedangkan segala urusan mereka(diputuskan dalam) musyawarah an-tara mereka; dan mereka menderma-kan sebagian dari harta yang Kamikaruniakan kepada mereka. Danapabila tirani (al-baghy) menimpamereka, mereka saling membantu (un-tuk melawannya). Balasan bagi kejahat-an ialah kejahatan setimpal, namunbarang siapa bersedia memberi maafdan berdamai, Tuhanlah yang akanmenanggung pahalanya. SungguhDia tidak menyukai orang-orangzalim (tiran). Dan barang siapa mem-pertahankan diri setelah dizalimi,mereka itu tidak dapat dipersalah-kan. Tetapi, yang harus dipersalah-kan ialah mereka yang bertindak za-lim kepada sesama manusia, danmenjalankan tirani di bumi tanpaalasan yang benar, mereka akan men-dapat siksa yang pedih. Dan barangsiapa bersabar dan mau memberi maaf,sungguh ini termasuk keteguhan hatiyang terpuji (‘azm al-umûr) (Q., 42:38-43).

Seperti biasanya, sebuah surahdalam Al-Quran dinamakan me-nurut kata-kata, tema, atau isi suratitu yang paling mengesankan padapara pendengarnya, dalam hal iniialah para pendengar dari kalangangenerasi pertama orang-orang Mus-lim. Maka kenyataan bahwa surah

Page 114: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1024 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ke-42 ini dinamakan surah Al-Syûrâmenunjukkan adanya kesan men-dalam pada generasi pertama Islamitu berkenaan dengan ajaran ten-tang musyawarah. Ini berarti dapatdiduga mereka tidak saja meresapi-nya, tetapi juga menjalankannya de-ngan penuh ketaatan ajaran yang me-reka anggap sangat penting.

Dalam firman itu ditegaskan ke-terkaitan antara orientasi hidup ber-ketuhanan atau rabbânîyah (menyam-but seruan Tuhan dan menjalankanshalat), memutuskan urusan bersamamelalui musyawarah (syûrâ), keadil-an sosial (mendermakan sebagianharta), berjuang bersama melawantirani, serta, dalam keadaan terten-tu, ketabahan yang terpuji meng-hadapi tirani itu.

IMAN DAN HARAPAN

Iman, sebagaimana disebut da-lam sebuah hadis, adalah sesuatuyang dapat bertambah dan ber-kurang. Hal ini mengindikasikanbahwa iman merupakan sesuatuyang dinamik dalam arti berprosesterus-menerus; jika mengalamipertumbuhan positif, iman akanbertambah, tetapi jika mengalamipertumbuhan negatif, iman akanberkurang. Oleh karena itu, sekaliiman tumbuh dalam jiwa, maka iamemerlukan pemeliharaan terus-menerus. Dalam Al-Quran di-

sebutkan, Dialah yang telah me-nurunkan ketenangan (rasa aman,rasa tenteram—NM) ke dalam hatiorang-orang beriman, untuk menam-bah keimanan atas keimanan mereka(yang sudah ada—NM) (Q., 48: 4).Orang yang beriman juga dilukis-kan sebagai, ...bila ayat-ayat-Nya di-bacakan kepada mereka, bertambahkuat keimanannya ... (Q., 8: 2).

Salah satu fungsi adanya imankepada Allah adalah harapan. Ka-rena itu, Allah dilukiskan sebagai al-shamad, tempat menggantungkanharapan. Penggunaan kata al-sha-mad sebenarnya adalah metafor. Da-lam bahasa Arab, arti al-shamad ada-lah batu karang yang sangat kuatsehingga kalau kita bergantunganpadanya, batu itu tidak akan goyah.Kemudian, al-shamad dipakaiuntuk melukiskan Allah karena Diaadalah tempat menggantungkanharapan. Jadi, kalau orang lupakepada Allah, salah satu yang akanberat ditanggungnya adalah hi-langnya harapan. Kehilangan ha-rapan berarti hidup akan sengsara.Itulah yang dimaksud bahwa orangyang lupa kepada Allah, Allah akanmembuat dia lupa akan dirinyasendiri, yaitu kehilangan rasa tujuandan rasa makna hidup.

Karena harapan merupakan bagi-an dari iman, maka kebalikannya,putus harapan berarti merupakanbagian dari kekafiran. Allah mem-beri peringatan, Dan janganlah ka-

Page 115: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1025Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mu berputus asa dari kasih Allah, se-bab tidak ada orang yang berputus asadari kasih Allah kecuali orang-orangkafir (Q., 12: 87). Dengan de-mikian, manusia yang utuh adalahyang sanggup membina hubungandengan Allah, sebab hubungan ituakan berdampak kepada pribadi-nya.

Sebenarnya, ajaran seperti me-ngenai percayakepada takdir(rukun iman ter-akhir) juga di-kaitkan denganmasalah hara-pan. Perlu dike-tahui bahwa per-caya kepada tak-dir adalah ber-kenaan denganmasa lampauyang sesungguhnya sudah tertutup.Sedang kepada masa depan yangmasih bersifat terbuka, maka kaitan-nya adalah dengan kewajiban ikhtiyâr(usaha), memilih di antara berbagaikemungkinan yang tersedia di hadap-an kita.

Sesuatu yang sudah terjadi padadiri manusia harus ditutup denganpercaya kepada qadlâ dan qadar, yangsebenarnya dimaksudkan untuk ke-pentingan kesehatan diri kita sendiribaik secara ruhani maupun nafsani.Sebab, Setiap ada musibah terjadi dibumi dan dalam dirimu, sudah ter-catat sebelum Kami mewujudkannya,

sungguh itu bagi Allah mudah sekali(Q., 57: 22). Ayat ini ditutup dengan“sungguh itu bagi Allah mudah se-kali”; kita tidak bisa memahaminyakarena hal itu merupakan rahasiaAllah. Tetapi, yang lebih pentinguntuk diperhatikan adalah kenapaAllah membuat ketentuan sepertiitu, ... supaya kamu tidak bersedih hatiatas segala yang sudah lepas dari ta-

nganmu dan se-gala yang menim-pa kamu (Q., 3:153). Artinya,k e p e n t i n g a najaran qadlâ danqadar adalahsupaya tidakterlalu sedihkalau kita gagalkarena ada legiti-masi bahwa se-

muanya telah ditakdirkan olehAllah. Tetapi kalau berhasil atausukses, kita tidak perlu memberikredit terlalu besar kepada diri kitayang dapat menjadikan kita som-bong.

Jelas, bahwa iman kepada qadlâdan qadar juga tersangkut denganharapan kepada Allah, sehingga ke-tika tertimpa musibah kita tidaklantas membayangkan bahwa Allahsudah membenci manusia, bahwaAllah sudah meninggalkannya. Me-mang, godaan untuk berperasaanseperti itu selalu ada pada umatmanusia, bahkan Nabi sendiri pernah

Page 116: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1026 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mengalaminya. Karena begitu ber-bahayanya perasaan seperti ini, makakemudian turun surat Al-Dluhâ se-bagai teguran dari Allah.

Orang yang beriman kepada Allahadalah orang yang apabila ditimpakemalangan, dia sanggup melihatbahwa itu merupakan sesuatu yangbiasa terjadi pada orang lain, Kalaukamu merasakan penderitaan, merekajuga merasakan penderitaan, sepertipenderitaan yang kamu rasakan (Q.,4: 104). Tetapi, yang membedakanadalah ... yang kamu harapkan dariAllah bukan apa yang mereka harap-kan (Q., 4: 104). Artinya, perbedaanantara orang yang beriman dan yangtidak beriman adalah bahwa dalamkeadaan apa pun orang beriman tetapberharap kepada Allah.

IMAN DAN ILMU

Di dalam Al-Quran dikatakan,bahwa suatu umat akan mencapaikeunggulan yang sangat tinggi ka-lau ia dapat menggabungkan antaraiman dan ilmu sekaligus. Ayat ter-sebut ialah, Allah akan mengangkatderajat orang beriman di antara kamudan mereka telah diberi ilmu penge-tahuan (Q., 58: 11).

Dalam bahasa kita sehari-hari,keunggulan manusia ialah dikarena-kan iman dan ilmu atau dikarena-kan al-khayr dan al-ma‘rûf-nya. Se-bab hal ini terkait dengan kesadar-

an tentang kebaikan universal danpengetahuan tentang bagaimanamenerjemahkan kebaikan universalitu dalam konteks ruang dan waktu,sehingga konsep-konsep itu men-jadi efektif dan berpengaruh kon-kret dalam masyarakat.

Kalau kita tidak mengenal ma-syarakat, maka sekalipun kita me-nanamkan diri sebagai orang yangmelakukan amar ma’ruf, bisa jadikita akan mengalami lompatan-lom-patan atau hendak memaksakan se-suatu yang sebetulnya tidak sesuaidengan zaman dan tempat. Ketikakita frustrasi karena ada kesen-jangan-kesenjangan itu, maka reaksi-nya adalah jengkel, dan kejengkelanakan menjadikan kita tidak sabar,atau dalam bahasa sekarang disebutekstrem.

Untuk itu, pengetahuan menjadimutlak, sehingga—menurut firmanAllah di atas—syarat kedua bagi ke-unggulan manusia adalah pengetahu-an, yang merupakan bekal pertamayang diberikan oleh Allah kepadaAdam sebagai orang yang ditugasimenjadi khalifah-Nya di muka bumi,Dan Ia mengajarkan kepada Adamsifat-sifat semua benda (Q., 2: 31).

IMAN DAN JANJI ALLAH

Iman pasti akan membawa pe-ngaruh kepada kehidupan, sehinggakalau kita beriman, dengan sendiri-

Page 117: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1027Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nya kita berharap akan memperolehkehidupan yang baik di dunia ini.Sebab Allah Swt. berfirman dalamAl-Quran dalam nada janji, Allahtiada pernah menyalahi janji (Q., 3:9), dan Allah tidak bakal menyalahijanji-Nya. Artinya, bahwa barangsiapa beriman kepada Allah, makaAllah akan menyediakan kehidupanyang baik di dunia ini, dan juga ke-hidupan yang lebih baik lagi di akhi-rat. Janji itu untuk pribadi-pribadidan kepada umat manusia sebagaikelompok, misalnya firman AllahSwt., Sekiranya penduduk negeriberiman dan bertakwa, pasti Kamilimpahkan kepada mereka segalaberkah dari langit dan bumi. Tetapimereka (tetap) mendustakan, laluKami timpakan azab sesuai denganusaha mereka (Q., 7: 96).

Ini mirip sekali dengan janji Allahkepada para Ahl al-Kitâb, terutamamereka yang mengikuti Taurat danInjil, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani.Kalau mereka menegakkan ajaran yangmereka terima masing-masing dariTaurat dan Injil serta ajaran-ajaran yangditurunkan oleh Allah, maka merekapasti akan mendapatkan kemakmur-an seolah-olah mereka makan darilangit dan bumi. Allah berfirman: Se-kiranya Ahl al-Kitâb beriman dan ber-takwa, pasti Kami hapus segala dosamereka dan pasti Kami masukkanmereka ke surga yang penuh kenik-matan. Dan sekiranya mereka me-ngikuti ajaran Taurat dan Injil serta

segala yang diturunkan dari Tuhankepada mereka niscaya mereka akanmenikmati kesenangan dari setiap pen-juru, di antara mereka ada segolonganyang jujur, tetapi kebanyakannya ber-kelakuan tidak baik (Q., 5: 65-66).

Di sini, ada korelasi antara imandan kehidupan lahiri, sebab yangbatini tidak bisa diukur dari luar danhanya Allah Swt. yang mengetahui-nya. Dalam Al-Quran, ada banyaksekali penegasan bahwa Allah Swt.-lah yang mengetahui takwa seseorang,Dan perbuatan baik apa pun yangmereka kerjakan niscaya tak akan di-tinggalkan. Dan Allah Mahatahu me-reka yang bertakwa (Q., 3: 115).

IMAN DAN KETERBUKAAN

Iman kepada Allah, yang me-numbuhkan rasa aman dan kesadar-an mengemban amanat Ilahi itu,menyatakan diri keluar dalam sikap-sikap terbuka, percaya kepada dirisendiri (karena bersandar kepadaTuhan dan karena ketenteraman yangdiperoleh dari orientasi hidup kepada-Nya—Q., 46: 13). Dan karena imanmengimplikasikan pemutlakan hanyakepada Tuhan serta penisbian segalasesuatu selain daripada-Nya, makasalah satu wujud nyata iman ialah si-kap tidak memutlakkan sesama ma-nusia ataupun sesama makhluk (yangjustru membawa syirik), sehingga ti-dak ada alasan untuk takut kepada se-

Page 118: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1028 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sama manusia dan sesama makhluk(Q., 33: 39). Sebaliknya, kesadaransebagai sesama manusia dan sesamamakhluk akan menumbuhkan padapribadi seorang beriman rasa salingmenghargai dan menghormati, ber-bentuk hubungansosial yang salingmengingatkantentang apa yangbenar tanpa hen-dak memaksakanpendirian sendiri(Q., 103: 1-3).

Korelasi pandangan hidup sepertiitu ialah sikap terbuka kepada sesamamanusia, dalam bentuk kesediaanyang tulus untuk menghargai pikirandan pendapat mereka yang autentik,kemudian mengambil dan meng-ikuti mana yang terbaik. Karena itu,dengan sendirinya seorang yang ber-iman tidak mungkin mendukung sis-tem tiranik (thughyân), sebab setiaptirani bertentangan dengan pan-dangan hidup yang hanya memutlak-kan Tuhan Yang Maha Esa. Lebih dariitu, sikap terbuka kepada sesamamanusia, dalam kedalaman jiwasaling menghargai namun tidak lepasdari sikap kritis, adalah indikasiadanya petunjuk dari Tuhan, karenamemang sikap itu sejalan denganrasa keutuhan atau takwa. Tujuandiutusnya para rasul ialah untuk me-nyampaikan iman kepada Allah danhanya mengorientasikan hidup (me-nyembah) kepada Dia satu-satu-Nya,

dan bersamaan dengan itu untukmenjauhkan manusia dari thâghût, ya-itu setiap bentuk objek ketundukanatau penyembahan (jadi, orientasihidup) selain Allah, Tuhan YangMaha Esa. Yang termasuk ke dalam

kategori thâghûtitu ialah kaumtiran, diktator,despot, penguasatotaliter dan oto-riter beserta ideo-logi yang men-dasarinya, yang

pasti tidak sejalan dengan semangatKetuhanan Yang Maha Esa danperikemanusiaan. Sebagaimanaterlihat dalam firman-Nya, SungguhKami (Tuhan) telah mengutus di ka-langan setiap umat seorang rasul:“Hendaklah kamu sekalian me-nyembah Tuhan dan jauhilahthâghût. Di antara mereka ada yangmendapat hidayah dari Allah, dan diantara mereka ada yang pastimengalami kesesatan. Karena itu me-ngembaralah di bumi, dan saksikan-lah bagaimana akibat mereka yangmendustakan (menolak kebenaran)itu” Q., 16: 36). Makna firman itumenjadi lebih jelas jika dikaitkan puladengan firman, Dan mereka yang men-jauhkan diri dari menyembah (tun-duk) kepada thâghût, serta kembalikepada Tuhan, mereka berhak ataskabar gembira. Maka berilah kabargembira kepada hamba-hamba-Ku,yaitu mereka yang mau mendengar-

Suasana masyarakat demokratisdituntut untuk menguasai dan men-jalankan seni permusyawaratanyang jujur dan sehat guna men-capai permufakatan yang juga jujurdan sehat pula.

Page 119: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1029Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kan perkataan (pendapat, pikiran, danyang serupa dengan itu), kemudianmengikuti yang terbaik daripadanya.Mereka itulah orang-orang yang diberipetunjuk oleh Tuhan, dan mereka itulahorang-orang yang berakal budi (Q.,39: 17-18). Ayat ini menunjukkankeharusan adanya sikap kritis dalammemahami dan menerima, kemudianmengikuti, ide, pikiran, ajaran, danlain-lain.

Sikap kritis yang mendasari ke-terbukaan itu merupakan konsisten-si iman yang amat penting karena,seperti telah dikemukakan, merupa-kan kelanjutan sikap pemutlakanyang ditujukan hanya kepada Tuhandan penisbian segala sesuatu selainTuhan. Maka, demi tanggung jawab-nya sendiri, seseorang hendaknyamengikuti sesuatu hanya bila ia me-mahaminya melalui metode ilmu(kritis), (Q., 17: 36) dan bahkan da-lam hal ajaran-ajaran suci seperti aga-ma hendaknya ia tidak menerima-nya bagaikan orang yang tuli danbuta (Q., 25: 73). Sekalipun agamalebih tinggi daripada akal, karena iasejalan dengan akal atau tidak ber-tentangan dengannya, maka agamahendaknya didekati melalui jalanargumen yang masuk akal, denganmetode yang kritis (Q., 16: 125).

Prinsip-prinsip itu tak terpisah-kan dari iman. Sebab dengan iman,manusia tergerak untuk selalu men-dekati nilai-nilai yang terbaik, se-bagai jalan mendekati Tuhan (taqar-

rub), dan usaha pendekatan itu ber-wujud suatu proses terus-menerustanpa henti, yang terjadi dalam ke-hidupan nyata sehari-hari. Kesungguh-an (mujâhadah) dalam usaha pen-dekatan kepada Allah dengan me-nempuh jalan menuju-Nya itulahwujud nyata iman, dan dengan ke-sungguhan itu manusia mendapatjaminan berada di jalan Tuhan (Q.,29: 69). Proses pencarian jalan me-nuju Tuhan itu sendiri berarti polahidup dinamis, yang menuntut kerjasama antarmanusia dalam jiwa ke-tuhanan dan kebaikan (Q., 5: 2),serta dalam semangat saling mem-bantu mencari yang benar, dan me-mikul bersama secara tabah bebanperjalanan menuju kebenaran itu.

IMAN DAN MASYARAKATDEMOKRATIS

Dalam membicarakan kaitan an-tara iman kepada Allah, Tuhan YangMaha Esa, dan usaha mewujudkanmasyarakat yang adil, terbuka, dandemokratis, pertanyaan mendasaryang muncul pertama-tama ialah,apakah memang ada korelasi antaraiman dan suatu bentuk tatanan ma-syarakat tertentu? Atau lebih tegaslagi, benarkah iman menuntut kon-sekuensi usaha mewujudkan polakehidupan sosial dan politik tertentu,yang sejalan dengan makna iman itusendiri?

Page 120: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1030 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Jika diganggap adanya korelasiitu “taken for granted”, pertanyaantersebut menjadi tidak relevan.Namun, tidak bisa tidak, harus di-lihat apa yang menjadi keharusanmenurut ajaran (doktrin), dan bagai-mana kenyataannya dalam sejarah,atau sebaliknya.

Orang-orang Muslim, sepertijuga biasanya komunitas yang lain,biasa melihat masa lampaunya dalamlukisan yang ideal atau diidealisasi-kan. Tetapi, barangkali berbeda de-ngan komunitas lain, orang-orangMuslim di zaman modern bisa me-lihat banyak dukungan kenyataan his-toris untuk memandang masa lampaumereka dengan kekaguman tertentu.Ini tidak berkenaan dengan seluruhmasa lampau Islam, tetapi terutamaberkenaan dengan masa lampau yangdalam literatur keagamaan Islam se-ring disebut masa Salaf (Klasik),atau, lengkapnya, al-Salaf al-Shâlih(Klasik yang Saleh). Juga disebutmasa al-Shadr al-Awwal (Inti Per-tama), yang terdiri dari masa Rasulul-lah Saw., para Sahabat Nabi dan paraTâbi‘ûn (Pengikut).

Dari sudut pandangan keagama-an, menarik sekali untuk memerhati-kan bahwa generasi Islam pertamaitu semuanya dijamin masuk surga(Q., 9: 100). Apa pun hakikat maknafirman Ilahi itu, jelas ia juga bermak-na penegasan tentang tingkat ke-salehan mereka sebagai peroranganmaupun komunitas. Dan di samping

mereka itu, sering ditambahkan pulagenerasi para Tâbi‘ al-Tâbi‘în (Pe-ngikut para Pengikut).

Maka, kepada generasi pertamaitulah kita harus berusaha mencaribahan-bahan historis untuk autenti-fikasi suatu pandangan keagamaan,termasuk pandangan keagamaanyang memancar dalam tatanan ke-hidupan sosial, seperti keadilan, ke-terbukaan, dan demokrasi.

IMAN DAN MODERNITAS

Arnold Toynbee, ahli sejarah ter-kemuka, dalam bukunya Civilizati-on on Trial menyebutkan, “Islam,in entering into the proletarian un-derworld of our latter day Western ci-vilization, may eventually competewith India and the Far East andRussia for the price of influencing thefuture in ways that may pass ourunderstanding”.

“… In ways that may pass our un-derstanding”, suatu ungkapan yangmenyimpan keraguan tentang dirisendiri, yang diselipkan dalam pan-dangan tentang kemungkinannyakelompok manusia non-Barat, da-lam hal ini Islam, untuk menemu-kan jalan hidup yang lebih ungguldaripada yang ada pada orang Baratmodern sekarang ini. UngkapanArnold Toynbee ini juga bisa dilihatsebagai harapan kepada bangsa-bangsa Muslim, untuk aktif ber-

Page 121: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1031Ensiklopedi Nurcholish Madjid

partisipasi dalam usaha mengem-bangkan peradaban modern.

Jika ada banyak hal yang tersiratdari ungkapan Toynbee itu, satuyang mungkin paling penting ialahorang-orang Barat sendiri banyakyang menyadari segi-segi keku-rangan peradaban modern mereka.Dan segi-segi kekurangan itu ter-utama mereka telusuri bersumberdari kebanyakan kepada materialis-menya yang sangat menonjol.Sebab tidak sedikit orang Baratyang beranggapan bahwa keunggul-an mereka di bidang ekonomi danteknologi tak akan tertandingi olehsiapa pun dari bangsa-bangsa lain didunia, namun mereka masih tetapmelihat kemungkinan supremasimereka itu ditantang oleh temuanakan suatu ben-tuk teknik danorganisasi yanglebih unggul,yang dapat me-lampaui produk-tivitas teknik danorganisasi me-reka. Dan inimulai dibukti-kan oleh tampil-nya Jepang padadasawarsa terakhir ini, yang mem-buat orang mulai berpikir tentangkemungkinan bergesernya titikpusat kemajuan manusia moderndari Lembah Atlantik (Eropa-

Amerika) ke Lembah Pasifik(Amerika-Timur Jauh).

Kecuali jika hal terakhir ini ter-bukti palsu belaka sehingga harussegera dicampakkan sebagai wishfulthinking semata, maka perhatianbangsa-bangsa Dunia Ketiga dariTimur, khususnya mereka yangmerasa memiliki kekayaan keru-hanian lebih dari bangsa-bangsaBarat yang materialistis itu (agama-agama semua lahir di Timur), harusditujukan kepada segi negatifmodernitas sehingga mungkinmereka bisa memberi kontribusiyang terbaik untuk mengatasinya.Untuk meloncat kepada masalahkeruhanian, mungkin terasa terlalunafsu. Tetapi, jika dimulai denganmasalah keutuhan manusia, maka

kita benar-be-nar berhadapandengan berbagaikenyataan pin-cang kehidupanmodern.

M i c h a e lHarrington te-lah dikutip ber-kenaan dengankepribadiannyatentang kepin-

cangan sosial-ekonomi kawasan per-kotaan besar. Harrington menyebutkemiskinan di kota-kota besar dalamsistem “ekonomi dunia bawah” ada-lah dunia tersembunyi, clan-destine,namun sesungguhnya dunia itu ma-

Page 122: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1032 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sih berada dalam dimensi kehidup-an material. Sedangkan suatu duniayang lebih-lebih lagi tersembunyi,yang benar-benar clan-destine, ialahkenyataan yang berdimensi spiritu-al, bukan material.

Dalam suatu dunia yang sedangdikuasai oleh materialisme, pem-bicaraan tentang hal-hal spiritualbukanlah perkara mudah. Mungkinakan dinilai sebagai pembicaraanyang tidak relevan dengan kehidupan,atau, lebih celaka lagi, dipandangsebagai pembicaraan tentang kepalsu-an. Tetapi, jika kita memiliki cukupkesediaan untuk memahami danmengakui keadaan sekeliling kita,maka pembicaraan tentang problemmasyarakat modern dari segi kesulitanorang-orang modern (Barat) untukmenemukan makna hidup pribadi.

Barangkali saja kegagalan atau ke-sulitan manusia menemukan maknahidup itu ialah karena mereka, sejauhini dan di tempat yang mereka kenal,disuguhi dengan konsep-konsep ulti-macy dalam bentuk paham Ketuhan-an yang mereka rasa tidak cocok de-ngan sendi-sendi modernitas. Danjika modernitas adalah perkembanganalami manusia, maka ketidakcocokanitu bisa bermakna serius, yaitu tidakcocok dengan alam manusia sendiri.Karena tuntutan-tuntutan kepadapaham Ketuhanan pun menjadi sa-ngat negatif, seperti dikatakan Le-comte de Nûy dalam bukunya, Hu-man Destiny, menulis, “Many men

who are intelligent and of good faithimagine they cannot believe in Godbecause they are unable to conceive Him.An honest man, endowed with scientificcuriosity, should not need to visualizeGod, anymore—than a physicist needsto visualize electron. Any attempt atrepresentation is necessarily crude andfalse, in both cases. The electron ismaterially inconceivable and yet, it ismore perfectly known through its effectsthan a simple piece of wood. If we couldreally conceive God we could no longerbelieve in Him because our re-presentation, being human, would inspireus with doubts.”

Representasi Tuhan yang pastikasar dan palsu itulah sumber polite-isme. Sebab yang mendasari setiaptuntutan kepada konsep Ketuhananyang bisa merepresentasi Tuhanadalah ketidaksabaran orang akankenisbian diri dan kemampuannya,termasuk intelektual dan imajinasi.Dengan kata lain, tuntutan untukmerepresentasi Tuhan timbul hanyakarena orang memahami Tuhansebagai nisbi, tanpa disadari.

Berdasarkan itu, maka iman tidakakan hilang oleh modernitas. Malahiman yang benar, yang bebas danmurni dari setiap bentuk represen-tasi, seperti dicerminkan dalam iko-noklastik, antigambar representasiobjek-objek suci seperti Tuhan, ma-laikat, nabi, dan lain-lain, dalamagama Yahudi dan Islam, akan lebihmendapat dukungan manusia mo-

Page 123: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1033Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dern. Sebab, dengan iman yang murniia tetap memiliki pegangan hidup,dan sekaligus membebaskan diri daribelenggu takhayul dan superstisi. Danjika dalam Kitab Suci seruan imankepada manusia selalu disertai dengananjuran, dorongan, atau perintahmenggunakan akal, maka sebenarnyamodernitas akan dapat menjadi peng-uji kebenaran seruan suci itu. Danjika kita mampu mengungkapkandengan nalar makna meluas dan men-dalam simpul-simpul nilai keagama-an seperti îmân, islâm, ihsân, tawhîd,ikhlâsh, tawakkul (“tawakal”), inâbah,syukr, tasbîh, tahmîd, dan lain-lain,maka mungkin kita akan banyakmenemukan jawaban alami (fithrî)untuk berbagai persoalan hidup kita,khususnya kehidupan modern yangcenderung individualistis dan ato-mistis (depersonalized) ini.

IMAN DAN RASA AMAN

Dari segi etimologis, perkataanîmân dan âman berasal dari akar danpengertian yang sama. Jika ada kait-an antara iman dan rasa aman, makasesungguhnya itu merupakan keharus-an. Tetapi, dalam kenyataan hidup kita,hal itu belum tentu jelas benar.Buktinya, banyak orang yang secaralahiriah menunjukkan gejala beriman,namun dalam penampilan mem-perlihatkan gelagat dan sikap sebagaiorang yang serba khawatir dan takut.

Sesungguhnya, rasa aman masihdalam satu rangkaian dengan rasa ha-rapan. Kedua-duanya berpangkal darikeyakinan bahwa Allah itu Maha Pe-nyantun (al-Ra’ûf ) dan Pelindung(al-Muhaymin) serta Pemberi RasaAman (al-Mu’în) kepada para hamba-Nya, dan sebaik-baik “Tempat Ber-sandar” (al-Wakîl), dan seterusnya.

Maka rasa aman seorang yangberiman diperoleh dari keyakinandan kesadarannya bahwa dia benar-benar “bersandar” (tawakal) kepadaYang Mahakuasa. Ada penuturanmenarik dalam Al-Quran berkenaandengan iman dan rasa aman ini, ya-itu ketika Nabi Ibrahim a.s. dicercaoleh kaumnya karena meninggalkankepercayaan lama mereka yangmusyrik dan diganti dengan ke-percayaan kepada Tuhan YangMaha Esa. Agaknya kaum NabiIbrahim di Babilonia itu merasaheran, mengapa Ibrahim tidaktakut “kualat” meninggalkan ber-hala-berhala itu. Maka dijawaboleh Ibrahim : Bagaimana mungkinaku takut kepada berhala yang kamumusyrikkan itu, padahal kamu tidaktakut bahwa kamu memusyrikkan ke-pada Tuhan sesuatu yang tidak diberi-Nya kekuatan apa pun terhadapkamu. Maka siapa dari dua kelom-pok (kami atau kamu) yang lebih ber-hak dengan rasa aman, jika memangkamu mengerti. Mereka yang ber-iman dan tidak mencampuri imanmereka dengan kejahatan; mereka

Page 124: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1034 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

itulah orang-orang yang mendapatkanrasa aman, dan mereka adalah orang-orang yang berpetunjuk. SesungguhnyaTuhanmu itu Mahabijaksana danMaha Mengetahui (Q., 6: 81-82).

Banyak penegasan dalam Al-Quran bahwa orang yang berimandan berbuat baik tidak akan merasatakut, dan tidak pula merasa khawa-tir (antara lain, Q., 6: 48). Kemudi-an juga ditegaskan, Mereka yang ber-kata, “Tuhan kami adalah Allah,”kemudian bersikap teguh, maka paramalaikat akan turun kepada mereka,dan berkata, “Janganlah kamu takut,dan jangan pula kamu khawatir, sertabergembiralah dengan surga yangdijanjikan kepadamu. Kami (paramalaikat) adalah teman-temanmu da-lam hidup di dunia dan di akhirat …”(Q., 41: 30).

Berdasarkan jaminan Tuhan itu,maka jika kita benar-benar beriman,tentunya kita diliputi oleh rasa aman,tanpa pernah khawatir dan takutdalam hidup. Sikap ini akan ber-dampak luas, antara lain kita akanmenjadi manusia penuh rasa percayadiri (self confidence). Psikologi me-ngatakan bahwa rasa penuh percayadiri adalah pangkal kesehatan jiwa,dia juga membuat penampilan yangsimpatik toleran bersahabat dan damai,serta tidak mudah tersinggung atauberprasangka. Dalam suatu firmanAllah yang memuji Nabi, disebut-kan bahwa Nabi Saw. itu toleran ka-rena mendapat rahmat Tuhan (Q.,

3: 159). Orang yang penuh rasapercaya diri akan dapat menangkaldan menghayati pesan Tuhan, Haisekalian orang yang beriman, jagalahdirimu sendiri. Orang yang sesat tidakakan berpengaruh kepadamu jika ka-mu memang mendapat petunjuk. (Q.,5: 10). Ini harus kita usahakan ter-tanam kuat dalam jiwa kita.

IMAN DAN TANGGUNG JAWAB

Salah satu kelemahan manusiaialah kemustahilannya menguasaiseluruh informasi yang diperlukanbagi hidupnya. Keterbatasan kemam-puan intelektual ini, pada urutannyasendiri, ikut membuat semakin parahkelemahan inheren itu. Oleh sebabitu, manusia mustahil mencapai pe-ngetahuan hakiki tentang wujudmutlak. Padahal tanpa kesadaran akanadanya wujud mutlak, manusia akankehilangan makna dan tujuan hidup.

Kesulitan manusia menyadariakan adanya wujud mutlak itu ber-asal dari kenyataan—seperti dike-mukakan di atas—bahwa manusiaamat sulit membebaskan diri dariberbagai nilai budaya yang se-betulnya ia ciptakan sendiri. Maka,selain manusia itu menjadi musuhbagi barang ciptaannya sendiri lewatteknologi, ia juga menjadi tawananpandangannya sendiri lewat sistembudaya ciptaannya. Karena itu, jikamoralitas dan tanggung jawab

Page 125: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1035Ensiklopedi Nurcholish Madjid

manusia harus terlaksana sepe-nuhnya, maka ia harus mampumembuat pilihan bebas yang sejatidengan mengangkat dirinya meng-atasi belenggu-belenggu yang adadalam sistem budaya manusia sen-diri.

Oleh karena itu, tantangan dihadapan manusia ialah bagaimana iabisa mengangkat dirinya itu me-ngatasi batasan-batasan kulturalyang memperkecil kemungkinan iamelakukan pilihan sejati jalan hidupdengan penuh tanggung jawab.Dalam hal ini, fithrah manusiasendiri—sebagaimana diwakili olehkesadaran dirinya yang mendalam,yang berakar pada lubuk hatinya—menjadi sumber arahan dan pe-tunjuk. Fithrahmanusia meng-hendaki agar iaberpaling kepadaPemberi hidup itusendiri sebagaipangkal dan awaltitik tolak sampaimasa penghabis-annya.

Kecondongan alami manusiauntuk mengarahkan diri kepadaPemberi hidup merupakan suatunoktah yang menyatu denganhakikat dasar manusia. Kecon-dongan itu terwujudkan dalamiman. Maka iman itu, dalam tin-jauan manusiawinya, adalah suatubentuk mendasar pengertian ma-

nusia akan dirinya sendiri dan citrakreatif tentang dirinya sendiri. De-ngan iman, manusia tidak akan ke-hilangan pusat makna hidupnya,dan dengan iman pula manusiamemperoleh keutuhan dirinya.Maka orang yang lupa akan Allahdigambarkan akan dibuat lupa olehAllah akan diri mereka sendiri, jaditidak integral atau utuh, karenamengalami apa yang dinamakan“loss of center”. Sebagaimana di-firmankan, Dan janganlah kamuseperti mereka yang lupa akan Tuhanmereka, maka Allah pun membuatmereka lupa akan diri mereka sendiri(Q., 59: 19).

Lebih penting lagi, dengan imanmanusia meningkatkan nilai indi-

v idual i tasnyamelalui pena-jaman rasa tang-gung jawab pri-badi dan pe-ningkatannya.Kemudian de-ngan rasa tang-gung jawab yangtajam dan tinggi

itu ia mewujudkan tugasnya memikulbeban suci kehidupan bersama dalamsilaturrahmi (shîlat al-rahm, jalinancinta kasih) antara sesamanya. Rasatanggung jawab pribadi, yang me-landasi kesadaran sosial yang men-dalam itulah nilai luhur sejarah ma-nusia sebagai khalifah Allah di bumi.

Permufakatan yang dicapai me-lalui engineering manipulasi atautaktik-taktik yang sesungguhnyahasil sebuah konspirasi, bukansaja merupakan permufakatanyang curang, cacat atau sakit, ma-lah dapat disebut sebagai pengkhi-anatan pada nilai dan semangatdemokrasi

Page 126: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1036 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

IMAN HARUS DENGAN ILMU

Kesuksesan hidup di dunia danakhirat menuntut iman dan ilmusekaligus. Beriman saja tidak cukup.Kita sekarang ini kalah dari Barat bu-kan karena iman, tetapi ilmu. Dalamhal iman, kita melihat Islam berkem-bang pesat. Kalangan universitas diAmerika sendiri bahkan mengakuibahwa dalam waktu 10 sampai 20tahun mendatang, agama Islam akanmenjadi agama kedua di Amerika.

Memerhatikan takdir Allah ada-lah dalam rangka Islam, dalam artitunduk kepada Allah. Jadi, Islamyang komplet, meminjam istilahKuroda, adalah Islam yang ilmiah.Meminjam perumpamaan BangImad (Imaduddin Abdul Rahim—ed.), jika kita membandingkanantara bangunan tempat kasinoyang dilengkapi dengan penangkalpetir dan masjid yang tanpa pe-nangkal petir, maka kalau ada petiryang akan hancur adalah masjid.Terlepas dari apa yang dilakukanorang-orang di dalam kasino, merekatidak akan disambar. Dalam masalahini, bangunan tempat kasino lebihIslam daripada masjid. Ini adalahsatu ilustrasi yang sangat tepat.

Orang-orang Barat, terutama ko-munis, sebetulnya mengalami ke-retakan (split); di satu pihak merekamengingkari adanya Tuhan, tetapidi pihak lain terpaksa berbuatsesuai dengan takdir Tuhan. Ini ke-

balikan dengan orang Islam yangrajin shalat, tetapi perbuatannya ti-dak ilmiah; begitu bergairah untuktunduk kepada Tuhan, tetapi tidaktahu hukum Tuhan yang menguasaihidupnya. Dalam masalah ini,orang Islam tidak tunduk. Inilahyang disebut dengan istilah takdir.

Seluruh alam adalah Islam, yaitusudah tunduk kepada Allah. Adanyakepastian hukum Allah pada alamini adalah karena alam ini tundukkepada Allah. Ketika Allah selesaimenciptakan langit dan bumi, Iaberfirman kepada langit dan kepadabumi, “Kemarilah kamu bersama-sama, dengan sukarela atau terpaksa”(Tunduklah kepada-Ku dengansenang hati atau terpaksa—NM). Me-reka berkata, “Kami datang dengantaat dan (aku tunduk kepada-Mudengan—NM) sukarela” (Q., 41:11). Jadi, langit dan bumi adalahmakhluk yang Islam, yaitu dalamarti tunduk kepada Allah.

IMAN KEPADA HARI KIAMATDAN AKHLAK

Kiamat dan hari akhir senantiasadigambarkan dengan amat kuat dandramatis dalam kaitannya denganpertanggungjawaban pribadi yangmutlak tak terhindarkan. Seperti te-lah diketahui bahwa ajaran ini se-muanya berujung kepada dorongandan peringatan agar masing-masing

Page 127: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1037Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pribadi manusia menjalani hidup-nya dengan penuh kesungguhan dantanggung jawab, dengan aktif me-ngerjakan berbagai amal kebaikanbagi sesama manusia dan sesamamakhluk. Itulah amal saleh, dan itu-lah jalan menuju perkenan Tuhanatas dasar niat yang tulus ikhlas. Fir-man Allah,B a r a n g s i a p am e n g h e n d a k iuntuk bertemudengan Tuhan-nya, maka iaharus melakukanperbuatan baik,dan harus tidakmelakukan syirikkepada siapa pundalam beribadahkepada Tuhannya (Q., 18: 110).

Secara sosiologis dan antropolo-gis, agama adalah sistem perlambangatau simbol. Di balik lambang atausimbol itu terdapat hikmah-hikmahyang jauh lebih prinsipiil. Seperti di-peringatkan dalam Al-Quran bahwapenyelenggaraan suatu ibadah formalyang tidak menghasilkan ter-wujudnya hikmah ibadah tersebut,maka ibadah itu muspra atau sia-siabelaka. Karena simbol berfungsi me-nyederhanakan persoalan hidup ma-nusia, maka ia selalu diperlukan.Yang harus diingat ialah, jangansampai kehidupan kita berhenti padasimbol-simbol. Sebagai misal, salahsatu simbol yang menguasai hidup

ini ialah uang. Nilai intrinsik se-lembar uang kertas ialah nilai nyatakertasnya dan mungkin ongkoscetaknya. Tetapi, nilai simbolik ataunominalnya ialah angka yang terterapada kertas itu. Karena nilai nominalitu, kita merasa aman dengan mem-bawa uang yang cukup, karena ke-

butuhan kitaseperti makanmisalnya, akanterpenuhi. Te-tapi, jika ma-kanan itulahnanti yang kitaperlukan, makakita harus me-nukar uang yangkita bawa de-ngan makanan

itu, yaitu membelinya. Dan yangmempunyai nilai intrinsik bagi kitaialah makanan yang kita perlukanitu, sedangkan uang yang kita bayar-kan hanyalah mempunyai nilainominal atau simbolik.

Jika kita hidup hanya berhentipada simbol (hal-hal simbolik no-minal kita jadikan tujuan pada diri-nya sendiri), maka ibaratkan kitalapar, namun kita tidak membelimakanan dengan uang kita malahmemakan uang itu sendiri. DalamAl-Quran, banyak peringatan agarkita tidak terjerumus pada kekeliru-an ini, antara lain yang amat ba-nyak dikutip ialah surat Al-Mâ‘ûn(Q., 107). Dalam surat itu dapat

Page 128: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1038 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

demikian (misalnya, hancurnyabangsa Romawi, sebagaimana di-gambarkan dalam buku klasik olehGibbon, The Decline and Fall ofRoman Empire). Karena itu, Allahmemerintahkan kita semua untukmemerhatikan sejarah masa lalu,

karena dalam se-jarah itu dapatdiperhatikan ber-operasinya Hu-kum Allah untukkehidupan ma-nusia dalam seja-rah (sunnatullâh),terutama berke-naan dengan ja-tuh bangun danhancur tegaknyabangsa-bangsa.

Nilai-nilai bijak atau hikmah itulahyang harus selalu berusaha kitatangkap dari ajaran agama, se-hingga kita tidak terjebak dalamkesesatan, yaitu perasaan benar,tetapi kenyataannya salah. Berke-naan dengan ini, patut sekali kitarenungkan peringatan dalam Al-Quran, Bukanlah kebaikan itu ialahkamu menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat. Tetapi kebaik-an itu ialah orang yang beriman ke-pada Allah, hari akhirat, para ma-laikat, kitab suci, dan para nabi; sertaorang yang mendermakan hartanya,sekalipun cinta kepada harta itu ...serta orang yang menegakkan shalatdan mengeluarkan zakat; serta orang

dibaca kutukan Allah kepada orangyang melakukan shalat, namun“lupa” atau “alpa” akan shalatnya, de-ngan indikasi tidak tersentuh hati-nya untuk memerhatikan nasib anakyatim dan memperjuangkan per-baikan nasib orang miskin.

Dari uraiansingkat di atas,kiranya menjadilebih jelas bahwakeimanan kepadaadanya hari kia-mat dan hariakhirat denganpengalaman hi-dup abadi dalamkebahagiaan ataukesengsaraan me-rupakan salah sa-tu fondasi kehidupan yang benar,yaitu kehidupan penuh akhlak,budi pekerti luhur, dan moral. JikaNabi Saw. dalam sebuah hadis yangbanyak sekali dikutip, menegaskanbahwa beliau “diutus hanyalahuntuk menyempurnakan berbagaikeluhuran budi”, maka salah satutafsiran sabda beliau itu ialah bahwatujuan utama agama bagi kehi-dupan manusia di bumi ini ialahterciptanya kehidupan bermoral.

Hanya dengan landasan moralitulah suatu bangsa akan tegak ber-diri, dan sebaliknya jika moralbangsa itu rusak, maka ia akan am-bruk dan hancur luluh. Sejarah se-mua bangsa yang hancur adalah

Warga masyarakat demokratis di-tantang untuk mampu menganuthidup dengan pemenuhan kebu-tuhan secara berencana, danharus memiliki kepastian bahwarencana-rencana itu benar-benarsejalan dengan tujuan dan prak-tik demokratis yang check list-nyadapat kita buat berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan universal na-mun dengan memperhatikan ke-nyataan kenisbian kultural.

Page 129: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1039Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yang menepati janji jika merekamembuat janji, dan yang tabah da-lam kesusahan, kesulitan dan dalamperjuangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulahorang-orang yang bertakwa (Q., 2:177).

Dalam tafsirannya, firman suciitu memperingatkan kita semua agarjangan hanya memerhatikan for-malitas semata (seperti shalat meng-hadap ke timur atau ke barat, yakni,arah kiblat sesuai dengan tempatmasing-masing yang bersangkutan),tetapi menangkap makna-maknayang lebih sejati, intrinsik, dan prin-sipil. Ini bisa diperoleh antara laindengan keimanan kita kepada harikiamat, hari akhirat, dengan ke-bahagiaan atau kesengsaraan abadiyang menanti. Maka kita harus jalanihidup ini dengan penuh ketabahan,“dalam kesusahan, kesulitan dandalam perjuangan”. Iman dan takwa,jika memang ada pada diri kita, yangtidak disertai akhlak, moral dan etika,adalah sia-sia dan muspra. Maka kitaharus menjalani hidup dengan penuhkesungguhan dan tanggung jawab,menjelang kiamat kecil dan kiamatbesar yang dapat datang tiba-tiba,tanpa terduga oleh siapa pun.

IMAN MELALUI PROSES

Nabi Muhammad berkhalwatselama lima belas tahun di Gua Hira

untuk mencapai kesempurnaaniman. Sebab iman yang ideal itubukan diterima secara mendadak danterima jadi, melainkan melalui pro-ses. Dalam Al-Quran dinyatakan,Dan janganlah kau ikuti apa yangtidak kau ketahui, karena setiap pen-dengaran atau penglihatan atau(perasaan) dalam hati akan dituntut(tanggung jawab) (Q., 17: 36). Jelasdi situ dikemukakan sebuah proseskritis, sehingga kita harus bersikapterbuka. Dalam Al-Quran dinya-takan, Sampaikanlah berita gembirakepada hamba-hamba-Ku. Merekayang mendengarkan perkataan (pen-dapat), dan mengikuti yang terbaik diantaranya, maka mereka itulah yangmendapat bimbingan dari Allah, danmereka itulah orang yang arif (Q.,39: 17-18). Maka, iman orang yangtaklid tidak akan diterima olehTuhan, sebab orang itu hanya terimajadi. Dalam kitab yang sangatsederhana, yaitu ‘Aqîdah al-‘Awwâm,disebutkan bahwa iman itu harusmelalui proses: proses pengalaman,proses observasi, dan sebagainya. Ka-rena itulah dalam pandangan Islamtidak ada tempat bagi kultus, sebabkultus tidak mengenal proses, yangada hanyalah inisiasi (initiation),artinya pernyataan ikut, lalu bai’at,kemudian begitu saja menjadi ba-gian dari komunitas itu, lalu meng-ikuti guru dengan taat.

Page 130: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1040 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

IMAN SEBAGAI PENANGKALKULTUS

Secara singkat dapat dikatakanbahwa untukmenanggulangikemungkinanbahaya kultus,tidak ada caralain kecuali kitaharus menem-puh hidup be-riman secara be-nar. Beberapaajaran pokok aga-ma dapat kitajadikan pangkal tolak di sini.

Syahadat pertama, Tiada Tuhanselain Allah, sebagai kemestian utamadan pertama seseorang menerima Is-lam. Rumus syahadat itu terdiri darinafî (peniadaan) dan itsbât (pengu-kuhan), yaitu peniadaan suatu tuhanatau sesembahan apa pun secaramutlak, dan pengukuhan adanyasatu sesembahan Tuhan saja, yaituAllah, Tuhan yang sebenarnya, YangMaha Esa. Alasan rumusan sya-hadat dimulai dengan rangkaiankata negatif atau peniadaan adalahkarena manusia, secara alami, me-miliki kecenderungan dan hasratuntuk memuja, menyembah, dantunduk kepada sesuatu, yang me-rupakan sarananya untuk meraihrasa ketenteraman dan kepastian(betapapun kelak ternyata palsu) dimana ia dapat menggantungkan diri

dan pasrah kepada sasaran pemuja-annya itu. Dari segi psikologi, iniadalah peringanan beban hidupyang besar sekali. Tetapi persoal-

annya ialah bah-wa setiap sikappemujaan, pe-nyembahan, danpenundukan diridengan sendi-rinya mengan-dung arti penye-rahan kebebasan,sebagian atau se-luruhnya, dariyang bersang-

kutan. Ini, seperti dibuktikandalam banyak kasus kultus di luarnegeri, dapat berakhir denganhilangnya kebebasan itu sama sekali,dengan akibat peniadaan harkat danmartabat pribadi, serta penindasan.Karena itu manusia harus me-nempuh proses pembebasan diridari kungkungan sasaran pemujaan,penyembahan, dan ketundukanitu, dengan mengucapkan kalimatnafî atau peniadaan pada bagianpertama kalimat syahadat.

Tetapi, sangat mustahil jikaorang berhenti pada kalimat pe-niadaan itu. Sebab hidup tanpapercaya kepada sesuatu adalah mus-tahil. Manusia tidak mungkin hi-dup bagaikan biduk yang lepas ditengah samudera, atau layang-layangyang tanpa tambatan di tengahbadai. Manusia perlu kepercayaan

Page 131: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1041Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dan perlu meyakini sesuatu yangdapat dijadikan tambatan hidup-nya, dan yang dapat merupakan“ground zero” dari mana segala se-suatu memancar dan berasal. Sasar-an pemujaan seperti itu haruslah su-atu Wujud yang benar-benar tidakterjangkau.

IMAN TIDAK PERLU ILMIAH

Al-Quran mengatakan bahwalangit itu tujuh lapis, seperti dalamsurat Al-Mulk, Allah Yang telah men-ciptakan tujuh cakrawala (langit) (Q.,65: 12). Tetapi, sebetulnya tidak adaketerangan mengenai seperti apa tu-juh lapis langit itu. Ada yang me-ngatakan bahwa itu sebetulnya sim-bolisasi angka. Tetapi, ada juga yangmemahami secara harfiah, dan angkatujuh memang angka yang favorit un-tuk orang-orang Timur Tengah. Haritujuh juga buatan orang-orang TimurTengah. Orang Jawa harinya cumalima: legi, pahing, pon, wage, dan kli-won. Tetapi, terlepas dari apa punmaknanya, karena memang kita tidakmengetahuinya, ada keterangan da-lam surat Al-Mulk mengenai langityang pertama; bahwa langit yang per-tama itu dihiasi Allah dengan bin-tang-bintang, Dan langit bumi Kamihiasi dengan lampu-lampu [maksudnyabintang]) (Q., 41: 12). Kemudian ditempat lain secara harfiah disebutkan,

Kami telah menghiasi langit lapisanbawah dengan indahnya bintang-bin-tang) (Q., 37: 6). Secara kesimpul-an terbalik (mafhûm mukhâlafah),berarti semua bintang itu ada dalamlangit pertama. Itu penting kita ke-tahui, sebab dalam astronomi, de-finisi bintang ialah benda-benda la-ngit, artinya betapa pun jauhnyasebuah bintang, ia masih tetap dalamlangit yang pertama. Sekarang di-ketahui bahwa bintang itu jauhnyadari bumi dua miliar tahun cahaya.Sebagai bandingan, matahari jauh-nya dari bumi delapan menit cahaya.Sedangkan bulan hanya dalam hi-tungan kilometer saja. Karena itu,Milky Way (Bimasakti) akan nampakterlihat kalau hari terang seperti ka-but membujur di utara dan selatan,atau cakram (miring). Keluarga mata-hari berada di pinggirnya, karena ituyang kelihatan ialah kabut yangmembujur. Garis tengahnya empatratus tahun cahaya. Artinya, perjalan-an dari pinggir ke pinggir itu me-makan waktu selama itu.

Dari pembahasan di atas, ternyatamemang ada bagian-bagian yangtidak mungkin diterangkan secarailmiah; semua ini harus dengan per-caya saja. Malaikat digambarkan se-bagai makhluk yang terbuat daricahaya. Dalam bahasa Einstein, ma-laikat itu dari energi. Tetapi tentusaja ini bagian-bagian yang ilmiah,artinya tidak perlu diimani. Cumaperlu diketahui bahwa tugas malaikat

Page 132: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1042 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

itu tidak bisa digambarkan oleh ma-nusia, karena menyangkut hal yanghanya bisa dikerjakan oleh Allah,seperti mengirim wahyu. Setelah adainternet, faks., dan sebagainya, makasekarang ini lebih gampang mema-hami wahyu.

IMAN YANG MENYELAMATKAN

Demi harkat dan martabatnyasendiri, manusia harus mengham-bakan diri hanya kepada TuhanYang Maha Esa. Dalam gambarangrafisnya, manusia harus melihat keatas hanya kepada Tuhan YangMahatinggi, Sang Pencipta, dankepada alam harus melihat ke bawah.Sedangkan kepada sesamanya, ma-nusia harus melihat secara mendatar(horizontal). Hanya dengan itu, ma-nusia menemukan dirinya yang fitridan alami sebagai makhluk denganmartabat dan harkat yang tinggi.

Dengan ungkapan lain, manusiamenemukan kepribadiannya yangutuh dan integral hanya jika memusat-kan orientasi transendental hidupnyakepada Allah, Tuhan Yang MahaEsa (Q., 59: 19). Sebaliknya, bagimanusia, menempatkan diri danmartabat di bawah sesamanya atau,apalagi, di bawah objek dan gejalaalam, akan membuatnya berkepri-badian tak utuh. Ia akan kehilangankebebasannya, dan hilangnya ke-bebasan itu mengakibatkan hilang-

nya kesempatan dan kemungkinanmengembangkan diri ke tingkatyang setinggi-tingginya.

Di sini, kita bertemu denganmakna iman, yaitu menjadikanTuhan Yang Maha Esa satu-satunya(secara monoteistik) arah dan tu-juan kegiatan hidup kita. Ungkapansehari-hari bahwa kita berbuat se-suatu lillâhi ta‘âlâ (demi ridlâ Tu-han), menggambarkan adanya peng-arahan tujuan hidup kepada-Nya(Q., 76: 8-9).

Maka, dengan iman manusia akanmemiliki kembali hidupnya yangautentik. Tidak lagi mengalami pe-nyimpangan kepada hal-hal tidak esen-sial dalam lingkaran hidup sehari-hari.Manusia yang beriman akan meng-emansipasi dirinya, dan mencari eksis-tensi yang autentik dalam perkenan(ridlâ) Tuhan, yaitu Wujud NyataYang Mutlak. Manusia yang berimandiliputi kesadaran mendalam bahwaTuhanlah asal dan sekaligus tujuanhidupnya (Q., 2: 156).

Menjadikan Tuhan sebagai tuju-an hidup, dalam gambaran grafis-nya lagi seperti diberikan ajaranagama, berarti menempuh hidupmengikuti “jalan lurus” (al-shirâth al-mustaqîm) yang membentang antaradirinya sebagai das sein dan Tuhansebagal das sollen. Dalam realitaskesehariannya, berarti manusiaharus selalu berjuang untuk hidupsejalan dengan bisikan suci hatinurani (nûrânî, bersifat cahaya, jadi

Page 133: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1043Ensiklopedi Nurcholish Madjid

suci dan baik, dan hanya meng-hendaki kesucian dan kebaikan).

Jadi, “jalan lurus” itu berimpit,atau tumpang-tindih, dengan hatinurani, pusat dorongan jiwa ma-nusia untuk “bertemu” (liqâ’) deng-an Tuhan. Maka, keautentikanhidup yang dihasilkan iman kepadaTuhan itu di-dapatkan denganmenempuh jalanlurus tersebut,berbentuk sikapjujur dan “sejatikepada hati nu-rani” (true to one’sconscience), yaknihidup secara ikh-las (murni). Keikhlasan itulah yangmembawa kepada keutuhan hidupmanusia.

Keinsafan akan ridlâ Tuhan se-bagai tujuan hidup membimbingmanusia kepada kesadaran akanmakna kematian. Sebab wujud ke-hidupan ialah adanya kematian,atau dengan kata-kata lain, kemati-an adalah bagian tak terpisahkandari kehidupan. (Menurut logikasederhana, hanya yang hidup akanmati, dan tidak ada kematian bagiyang tidak hidup). Kematian itulah“instansi” bagi kembalinya semuayang hidup kepada Tuhan (Q., 29:57). Kematian adalah batas akhirpengalaman manusia bergumuldengan persoalan “baik” dan “buruk”,serta masa ujian baginya untuk me-

menangkan kebaikan atas keburuk-an (Q., 21: 35). Kematian juga“instansi” yang mengawali keadaanmanusia melihat eksistensi dirinyasecara sejati dan nyata, baik atau-pun buruk dengan akibat keba-hagiaan ataupun kesengsaraan sejati(Q., 3: 185).

Karena itu,menyadari ke-matian membawaakibat lebih lan-jut berupa pe-ningkatan rasatanggung jawab,dan, pada urut-annya, akan me-ningkatkan kua-

litas hidup itu sendiri. Sebab tang-gung jawab itu, dalam bentuknyayang tertinggi, ialah tanggung jawabkepada Yang Mutlak Benar (al-Haqq) dan Yang Mutlak Baik (al-Birr), yaitu Allah, Tuhan YangMaha Esa, yang hanya memper-kenankan (meridlai) kebenaran dankebaikan dari manusia.

Usaha sungguh-sungguh meme-nuhi rasa tanggung jawab itulah yangmerupakan bentuk wujud (mode ofexistence) nilai manusia. Usaha itumengejawantah dalam perjuanganterus-menerus (mujâhadah) untukmenemukan jalan kepada Tuhan,dan manusia akan memperolehtingkat nilai dirinya sebanding de-ngan daya yang dicurahkan untukperjuangan itu (Q., 29: 69). Karena

Kerja sama antara warga masya-rakat dan sikap saling mempercayaiiktikad baik masing-masing, ke-mudian jalinan dukung-mendukungsecara fungsional antara berbagaiunsur kelembagaan kemasya-rakatan yang ada, merupakan segipenunjang efisiensi untuk demokrasi.

Page 134: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1044 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

setiap “perjuangan” mengimpli-kasikan suatu proses, tidak ada jalanhenti dalam hidup. Manusia harussenantiasa mewujudkan kebaikandemi kebaikan secara lestari danakumulatif, dari hari ke hari, darimasa ke masa (Q., 32: 7). Berhentidalam pencarian jalan menujuTuhan itu akan mengandung isyaratkesempurnaan pencapaian tujuan,yakni telah sampai kepada Tuhan.Ini tidak saja mustahil, tetapi jugabertentangan dengan ide tentangTuhan sebagai Zat Yang Maha-tinggi, Wujud Yang Tiada Ter-hingga, yang Mutlak. Sedang ma-nusia yang relatif tidak akan “meng-gapai” Zat Tuhan.

IMAN, AMAL, ILMU

Bagi seorang Muslim, iman ada-lah bagian paling mendasar dari ke-sadaran keagamaannya. Dalam ber-bagai makna dan tafsirannya, perkataaniman menjadi bahan pembicaraan disetiap pertemuan keagamaan, yangselalu disebutkan dalam rangka per-ingatan agar dijaga dan diperkuat.

Iman itu, sebagaimana senantiasadiingatkan oleh para mubalig, terkaiterat dengan amal. Amal yang prak-tis itu merupakan tuntutan langsungiman yang spiritual. Tidak ada imantanpa amal, dan muspra amal tanpaiman. Juga, digunakan istilah-istilahlain untuk menunjukkan eratnya

hubungan antara dua aspek jalanhidup yang benar itu, seperti takwadan akhlak, serta tali hubungan de-ngan Allah dan tali hubungan de-ngan sesama manusia (habl minallâhwa habl minannâs). Juga mengarahke pengertian itu ialah keterkaitanantara shalat dan zakat, serta, darisudut komitmen kejiwaan, takbîr(bacaan Allâhu Akbar) di awal shalatdan taslîm (bacaan assalâmu-‘alaykum) pada akhir shalat. Masihterdapat satu lagi bentuk kesadaranseorang Muslim, yang bersama de-ngan kesadaran keimanan dan amalperbuatan membentuk segitiga polahidup yang kukuh dan benar, yaitukeilmuan. Seolah menengahi antaraiman dan amal itu dari segi, sebagai-mana ibadah juga menengahi antarakeduanya dari segi yang lain, ilmuadalah bentuk kesadaran Muslimyang juga amat sentral.

Para ulama banyak sekali me-ngemukakan sabda-sabda Nabi Saw.tentang pentingnya ilmu, seperti“ilmu kebijaksanaan (al-hikmah)adalah barang-hilangnya kaum ber-iman, maka barang siapa menemu-kannya hendaknya ia memungutnya”;“Ambillah al-hikmah, dan tidak akanberpengaruh buruk kepadamu daribejana apa pun ia keluar”; “Barangsiapa menempuh jalanan dan di situ iamencari ilmu, maka Allah akan me-mudahkan baginya jalan ke surga”;“Carilah ilmu, sekalipun di negeriChina”; “Menuntut ilmu adalah ke-

Page 135: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1045Ensiklopedi Nurcholish Madjid

wajiban atas setiap orang Muslim, le-laki dan perempuan,” dan “Carilahilmu, sejak dari buaian sampai liangkuburan,” dan lain-lainnya.

Lebih jauh, dalam sebuah hadisyang diriwayatkan oleh Ibn Han-bal, Abu Daud, Al-Turmudzi, Al-Nasa’i, Ibn Majah, dan Al-Darimi,Nabi bersabda, “Kelebihan orangberilmu (‘âlim) atas orang beribadah(‘âbid) bagaikan kelebihan rembulandi waktu malam ketika ia purnamaatas sekalian bintang-bintang”. Se-buah firman Ilahi yang sering di-kutip dalam rangka pandangan iniialah, … Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu danyang dikaruniakan kepadanya ilmubertingkat-tingkat (lebih tinggi)” (Q.,58: 11). Muhammadiyah, sebuahorganisasi reformasi Islam di tanah airyang amat besar pengaruhnya, meng-gunakan firman itu sebagai salahsatu moto gerakannya.

Juga sering dikaitkan denganpandangan Islam mengenai ilmu iniadanya perintah Tuhan, langsungmaupun tidak, kepada manusiauntuk berpikir, merenung, bernalar,dan sebagainya. Banyak sekali seruandalam Kitab Suci kepada manusiauntuk mencari dan menemukanKebenaran dikaitkan dengan per-ingatan, gugatan, atau perintah su-paya ia berpikir, merenung, dan ber-nalar. Perkataan ‘aql (akal), dalamKitab Suci disebutkan sebanyak 49kali, sekali dalam bentuk kata kerja

lampau, dan 48 kali dalam bentukkata kerja sekarang. Salah satunyaialah, Sesungguhnya seburuk-buruk-nya makhluk melata di sisi Allah ialahmereka (manusia) yang tuli dan bisu,yang tidak menggunakan akalnya (lâya‘qilûn) (Q., 8: 22). Perkataan fikr(pikir) disebutkan sebanyak 18 kali,sekali dalam bentuk kata kerja lam-pau, dan 17 kali dalam bentuk katakerja sekarang. Salah satunya ialah,Mereka yang selalu mengingat Allahpada saat berdiri, duduk maupun diatas lambung (berbaring), serta me-mikirkan kejadian langit dan bumi…(Q., 3: 191). Yang sama makna-nya dengan ‘aql dan fikr ialahtadabbur (merenungkan), dua kalidisebutkan dalam Kitab Suci,kedua-duanya tentang sikap yangdiharapkan dari manusia terhadapAl-Quran. Salah satunya ialah,“Apakah mereka tidak merenungkanAl-Quran, ataukah pada hati (jiwa)mereka ada penyumbatnya?” (Q., 47:24). Juga perkataan ‘ibrah (bahanrenungan atau pelajaran), yangdisebutkan dalam Kitab Suci se-banyak 6 kali, antara lain, Dalamkisah-kisah mereka itu sungguhterdapat bahan pelajaran bagi orangyang berpengertian mendalam ... (Q.,12: 111).

Terhadap hal-hal di atas itu,muncul pertanyaan: Apakah me-mang terdapat korelasi, seberapa punnisbatnya, antara iman dan pe-ngembangan ilmu? Jika memang

Page 136: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1046 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ada, sampai di mana pertautan an-tara iman dan ilmu itu terwujuddalam kenyataan?

Pertanyaan itu semakin seringdiajukan orang, khususnya ketikabanyak terjadi skeptisisme, yangacapkali sangat beralasan, meskipuntidak berarti dengan sendirinyabenar, berkenaan dengan kondisikaum Muslim saat ini dalam kaitan-nya dengan usaha pengembanganilmu. Disebabkan oleh situasi glo-bal yang mengesankan kekalahantotal dunia Islam berhadapandengan dunia Yahudi-Kristen(Barat) sekarang ini, pembicaraantentang kaitan antara iman danilmu dalam Islam menjadi semakinsulit. Sementaraseorang peng-anjur Islam akandengan amatmudah menun-juk nash-nashsuci sebagai du-kungan bagi pen-dirian positifnyaterhadap ilmu,seperti kita lakukan di atas, namunia dihadapkan kepada kenyataanbetapa umat Islam sekarang initampak seperti tidak mempunyaiperanan apa-apa dalam dunia ilmupengetahuan. Benarkah Islam se-perti ini selamanya?

IMAN, ILMU, AKHLAK

Iman semata mungkin akanmembuat orang “beriktikad baik”dan berkeinginan untuk berbuatbaik. Tapi, jika kebaikan itu di-laksanakan tanpa ilmu, maka adakemungkinan ia akan membuat ke-salahan, sehingga merugikan dirisendiri dan orang lain. Iman tanpailmu dapat berbahaya, tetapi lebihberbahaya lagi ialah ilmu tanpaiman. Sebab jika tidak dibimbingke arah jalan yang lurus, ilmu akanmengabdi kepada kejahatan. Karenaitu, Nabi Saw. menegaskan bahwa“Barang siapa bertambah ilmunyanamun tidak bertambah hidayahnya,

maka ia tidakbertambah dariAllah kecuali se-makin jauh.”

Supaya ilmubenar-benar ber-manfaat, ilmu ha-rus didasari olehbudi pekerti lu-hur atau al-akh-

lâq al-karîmah. Cukuplah sebagaipenegasan atas perkara ini kalaukita renungkan pernyataan Nabibahwa beliau diutus hanyalah un-tuk menyempurnakan berbagai ke-luhuran budi; bahwa “Yang palingbanyak memasukkan manusia kedalam surga ialah budi luhur.” Bah-kan, Nabi Saw. juga menegaskanbahwa “Tidak ada sesuatu yang lebih

Masyarakat yang terkotak-kotakdengan masing-masing penuhcuriga kepada lainnya bukan sajamengakibatkan tidak efisiennyacara hidup demokratis, tapi jugadapat menjurus pada lahirnya polatingkah laku yang bertentangandengan nilai-nilai asasi demokrasi.

Page 137: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1047Ensiklopedi Nurcholish Madjid

berat dalam timbangan daripadabudi luhur.” Akhlak ini menjadisangat penting sebagai prasaranaetika untuk melandasi kemajuanperadaban.

IMAN, ISLAM, DAN TAWAKAL

Perkataan iman sebenarnya sudahmenjadi bagian dari bahasa sehari-hari. Oleh karena itu, rasanya kitasudah mengerti apa arti iman yangciri utamanya adalah percaya akanadanya Allah. Ketika dikatakanâmantu billâh, yang biasanya di-terjemahkan dengan “aku percayakepada Allah”, pengertiannya se-benarnya tidak hanya dalam artipercaya kepada adanya Allah, me-lainkan dalam arti menaruh keper-cayaan kepada Allah. Beriman tidakcukup dengan percaya bahwa Tu-han ada. Hal ini dapat dilihat daripenuturan dalam Al-Quran berkait-an dengan semacam drama kosmisketika Tuhan mengumumkan Adamsebagai khalifah. Perhatikanlah! Tu-hanmu berfirman kepada para ma-laikat, “Aku akan membuat (mengang-kat manusia sebagai—NM) khalifah dibumi” (Q., 2: 30). Mendengar halini malaikat protes, kenapa yang di-angkat sebagai khalifah dari kelompokmakhluk yang dalam antisipasinyaakan membuat kerusakan di bumidan akan menumpahkan banyakdarah. Para malaikat seolah meng-ajukan klaim bahwa mereka sebenar-

nya lebih pantas untuk ditunjuk se-bagai khalifah karena “... kami bertasbihmemuji-Mu dan menguduskan Dikau?”Ia menjawab, “Aku mengetahui apayang tidak kamu ketahui” (Q., 2: 30).

Penunjukan Adam sebagai kha-lifah di muka bumi dikarenakan diamemiliki kelebihan dibanding denganmalaikat, yaitu memiliki pengetahuanyang tentu saja merupakan pengajar-an dari Allah. Dan ia mengajarkankepada Adam sifat-sifat semua benda(nama-nama keseluruhannya—NM)(Q., 2: 31). Menurut para ahli tafsir,yang dimaksud ayat di atas adalahpaling tidak Allah memberi Adamberupa kemampuan untuk menge-nali lingkungannya; mengenali tidakhanya pengenalan secara lahiri ten-tang apa ini dan apa itu, tetapi me-ngetahui fungsi dari benda-bendayang ada dalam alam, dan menge-tahui juga bagaimana memanfaatkan-nya secara potensial setelah melaluiilmu pengetahuan.

Setelah Adam dipandang cukupmengetahui, diadakanlah tes. Paramalaikat dipanggil dan dipersilakanuntuk menceritakan tentang nama-nama yang ada di sekitarnya, tetapimereka berkata, “Mahasuci Engkau.Tiada ilmu pada kami kecuali apayang sudah Kauajarkan kepada kami(dan ini tidak termasuk yang Engkauajarkan—NM),” (Q., 2: 32). Ketikamendapat giliran, Adam mencerita-kan seluruh yang diketahui, makaTuhan berkata kepada malaikat,

Page 138: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1048 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

“Bukankah sudah Kufirmankan ke-padamu, bahwa Aku mengetahuisegala rahasia langit dan bumi ...”(Q., 2: 33).

Drama di atas merupakan demons-trasi keunggulan manusia terhadapmalaikat yang intinya terletak padailmu pengetahuan. Karena Adam me-miliki keunggulan, maka malaikat di-perintahkan oleh Tuhan untuk me-ngakui superioritasnya. Dengan sikapsimbolik semuanya sujud kepadaAdam, kecuali iblis, Ia menolak danmenyombongkan diri; dan ia termasukdi antara mereka yang tidak beriman(Q., 2: 34). Karena pembangkang-annya, iblis kemudian menjadi sim-bolisasi dari setiap dorongan ke-jahatan. Maka, tidak beriman bukanmasalah tidak percaya bahwa keber-adaan Tuhan, tetapi tidak menaruhkepercayaan kepada Tuhan. Sebabiblis percaya akan adanya Tuhan,malah sempat berdialog dan ber-bantah dengan-Nya, tetapi ia di-sebut kafir. Oleh karena itu, imanjelas tidak berarti hanya percayaakan adanya Tuhan, tetapi menaruhkepercayaan kepada Tuhan.

Dari segi kebahasaan, perkataaniman yang berasal dari bahasa Arabîmân, adalah satu akar kata denganâman, juga amânah. Âman adalah ke-adaan sentosa, tak kurang suatu apa.Pengertian demikian sebenarnya se-jajar dengan pengertian Islam. Per-kataan islâm yang juga berasal daribahasa Arab, adalah satu akar kata

dengan salâmat-un, selamat. Meski-pun selamat dalam bahasa Indonesiamengalami sedikit pergeseran maknamenjadi save dalam bahasa Inggris,dalam bahasa Arab, salâmat-un ber-arti akal dan badan yang salîm, se-perti terdapat dalam ungkapan al-‘aql al-salîm fî al-jism al-salîm. Salîmdi sini lebih mengarah kepada pe-ngertian aman sentosa, tidak kurangsuatu apa pun, utuh. Maka kalau se-seorang itu Islam, yang dimulai de-ngan pengertian “pasrah kepada Tu-han”, lalu “berdamai denganTuhan” dan sebagainya, maka diaakan menemukan dirinya utuh.Beriman sebenarnya adalah ber-islam, karena Islam merupakan si-kap pasrah kepada Tuhan, sikapmenaruh kepercayaan kepadaTuhan, berdamai dengan Tuhan.Oleh karena itu, salah satu persya-ratan orang beriman dan berislamadalah bersandar kepada Tuhan yangdisebut dengan istilah tawakal. Iniberkaitan dengan penyebutan dalamAl-Quran bahwa Tuhan adalah al-wakîl, tempat bersandar. Tawakaladalah salah satu konsekuensi dariiman. Oleh karena itu, denganmudah bisa kita lihat korelasi antaraIslam, iman, dan ketenteraman.

IMAN, ISLAM, IHSAN

Di antara perbendaharaan katadalam agama Islam ialah iman

Page 139: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1049Ensiklopedi Nurcholish Madjid

(Arab: îmân), islam (Arab: islâm),dan ihsan (Arab: ihsân). Berdasar-kan sebuah hadis yang terkenal,ketiga istilah itu memberi umatIslam (Sunni) ide tentang RukunIman yang enam, Rukun Islam yanglima, dan ajaran tentang pengha-yatan terhadap Tuhan Yang Maha-hadir dalam hidup. Dalam pengli-hatan itu terkesan adanya semacamkompartementalisasi antara penger-tian masing-masing istilah itu, se-olah-olah setiap satu dari ketiga noktahitu dapat dipahami secara tersendiri,dapat bentuk sangkutan tertentudengan yang lain.

Sudah tentu hakikatnya tidaklahdemikian. Setiap pemeluk Islammengetahui de-ngan pasti bah-wa Islam tidakabsah tanpaiman, dan imantidak sempurnatanpa ihsan. Se-baliknya, ihsanadalah mustahiltanpa iman, daniman juga tidakmungkin tanpainisial Islam. Dalam telaah lebihlanjut oleh para ahli, ternyatapengertian antara ketiga istilah ituterkait satu dengan yang lain, bah-kan tumpang-tindih sehinggasetiap satu dari ketiga istilah itumengandung makna dua istilahyang lainnya. Dalam iman terdapat

Islam dan ihsan, dalam Islam ter-dapat iman dan ihsan, dan dalamihsan terdapat iman dan Islam. Darisudut pengertian inilah, kita melihatiman, Islam, dan ihsan sebagaitrilogi ajaran Ilahi.

Trilogi itu telah mendapatkanekspresinya dalam banyak segi bu-daya Islam. Arsitektur masjid Indo-nesia yang banyak diilhami oleh,dan dipinjam dari, gaya arsitekturkuil Hindu, mengenal adanya seniarsitektur atap bertingkat tiga. Seniarsitektur itu sering ditafsirkan kem-bali sebagai lambang tiga jenjangperkembangan penghayatan ke-agamaan manusia, yaitu tingkatdasar atau permulaan (purwa),

tingkat mene-ngah (madya),dan tingkat akhiryang maju dantinggi (wusana).Dan ini diang-gap sejajar de-ngan jenjangvertikal Islam,iman, dan ih-san, selain jugaada tafsir kese-

jajarannya dengan syariat, tarekat,dan makrifat. Dalam bahasa sim-bolisme, interpretasi itu hanyaberarti penguatan pada apa yangsecara laten telah ada dalam ma-syarakat.

Page 140: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1050 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

IMAN: MENARUH KEPERCAYAANKEPADA TUHAN

Iman, karena berarti menaruh ke-percayaan kepada Tuhan, harus ber-pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Beriman berarti harus menyadarihadirnya Tuhan dalam hidup karenaDia Mahahadir. Dia bersama kamu dimana pun kamu berada. Dan Allahmelihat (mengetahui—NM) apa yangkamu kerjakan (Q., 57: 4). Bahkanlebih dari itu, Tuhan itu lebih dekat ke-pada manusia daripada urat lehernyasendiri (Q., 50: 16). Ini adalah suatuilustrasi bahwa Tuhan sangat dekatkepada manusia bahkan lebih dekatdaripada urat lehernya sendiri, pada-hal urat leher adalah yang menyuplaioksigen ke otak. Ada lagi firman yangberbunyi, Ketahuilah bahwa Allah ber-ada antara manusia dengan hatinya(Q., 8: 24).

Iman mengharuskan orang meng-hayati Tuhan Mahahadir, sehinggadalam tingkah laku ia selalu mem-perhitungkan kehadiran-Nya. Karenaitu dalam bekerja, kita harus mulaidengan bismillâh, atas nama Allah;bahwa kita mengerjakan sesuatukarena fungsi kita sebagai khalifahTuhan; bahwa kita hidup di duniasebagai duta Tuhan yang diberi ke-kuasaan penuh untuk mengambilinisiatif apa saja asalkan bisa diper-tanggungjawabkan kepada-Nya.Membaca bismillâh dalam memulaipekerjaan berarti menegaskan bah-

wa pekerjaan itu tidak main-main.Oleh karena itu, membaca bismillâhharus disertai dengan menghayatiTuhan hadir dalam hidup kita se-hingga mudah tercipta budi pekertiluhur. Nabi pernah bersabda, “Se-sungguhnya aku diutus hanyalahuntuk menyempurnakan budi pekertiluhur.” Maka, sangat ironis bahwaIndonesia yang merupakan bangsaMuslim terbesar, ia sekaligus jugabangsa paling korup. Ini artinya Is-lam belum berfungsi di Indonesia,masih Islam bohongan. Itulah se-babnya, kita harus menghayati su-rat Al-Mâ‘ûn, Adakah kau lihatorang yang mendustakan agama? Dia-lah yang mengusir (tidak peduli—NM) anak yatim (dengan kasar). Dantidak mendorong memberi makan(dan tidak pernah dengan serius me-mikirkan nasib—NM) orang miskin.Maka celaka orang-orang yang shalat.Yang alpa dalam (akan—NM) shalatmereka (Q., 107: 1-5). Bahwa orangshalat itu disumpahi oleh Tuhan.Maka yang dimaksud lupa bukandalam arti lupa shalat karena asyikbekerja, karena yang demikian inijustru dimaafkan. Yang dimaksudlupa adalah ketika orang shalat, ting-kah lakunya seperti orang tidak sha-lat, lupa bahwa dia orang shalat.Yang hanya ingin dilihat (orang)(shalatnya hanya ritual—NM) (Q.,107: 6), atau biasa diartikan denganriya, pamrih. Tetapi, maksudnya ada-lah orang yang shalatnya lebih ba-

Page 141: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1051Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nyak dimotivasi oleh peranan sosial.Misalnya, seorang yang sudah naikhaji tentu akan juga melakukanshalat karena takut digugat orang“haji kok tidak shalat”; jadi, shalat-nya karena sudah haji. Orang yangdemikian berarti beragamanya adalahkarena fungsi sosial yang di dalam-nya tidak ada ketulusan. Dalamkeadaan seperti ini memang tipisharapannya bahwa iman akan mem-pengaruhi budi pekerti, karena yangdicari adalah keuntungan sosial yangantara lain mendapat legitimasiuntuk kedudukan tertentu. Ke-lompok inilah yang dikatakan,Menolak memberi bantuan (ber-korban sedikit saja tidak mau—NM)(Q., 107: 7).

Berdasarkan surat Al-Mâ‘ûndapat dipahami bahwa sebenarnyaada sesuatu yang lebih mendalamdari sekadar manifestasi lahiri ke-agamaan. Jika ada pertanyaan kenapabangsa Indonesia sebagai bangsaMuslim terbesar, tetapi sekaligusjuga bangsa paling korup? Jawabnyaadalah karena kita puas dengankesalehan-kesalehan formal, ke-salehan simbolik-formalistik. Con-tohnya, menjalankan haji denganharapan bisa masuk surga. Meski-pun yang demikian tidak salah, tetapiharus dimengerti betul apa artinyaberhaji. Sebenarnya shalat sendirisudah melambangkan hal itu. Maka,sangatlah tepat menggambarkan sha-lat sebagai tiang agama, sebagaimana

disebutkan dalam sebuah hadis bah-wa “shalat adalah tiang agama, olehkarena itu barang siapa mengerjakanshalat dia menegakkan agama dansiapa yang meninggalkan shalat dia me-robohkan agama.” Terlepas dari per-bedaan pendapat mengenai sahihatau tidaknya hadis ini, tetapi makna-nya benar. Dan memang institusi yangpaling penting pada semua agamaadalah sekitar ritus yang kemudianmendorong orang untuk mendirikantempat ibadah.

Dalam beragama memang ter-dapat momen-momen ketika sese-orang mengintensifkan hubungannyadengan Tuhan. Tetapi, penegasanbahwa shalat merupakan tiang agamaharus dimengerti betul, karena me-laluinya diharapkan orang akan ingatkepada Tuhan. Sehingga pada gilir-annya hal ini dapat menghasilkanpengaruh-pengaruh positif dalamhidup, yaitu yang dirumuskan dalambentuk al-akhlâq al-karîmah, budipekerti luhur.

Shalat dimulai dengan Allâhuakbar, yang juga disebut takbîrat al-ihrâm, yakni takbir yang meng-haramkan segala pekerjaan ber-dimensi horizontal. Semua pekerja-an menjadi haram karena kita harusmemusatkan perhatian kepadaTuhan. Bacaan-bacaan dalam shalatberfungsi sebagai penolong kitauntuk konsentrasi kepada Tuhan.Dan shalat diakhiri dengan assalâmu-‘alaykum yang merupakan doa

Page 142: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1052 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

untuk keselamatan orang di sekitar,yang dipertegas dengan anjurankuat untuk menengok ke kanan danke kiri. Ini merupakan peringatandari Tuhan bahwa selain meng-hadap kepada-Nya, kita juga dipe-rintahkan untuk memerhatikan ma-syarakat sekitar. Assalâmu‘alaykumsendiri adalah simbolisasi dari ko-mitmen sosial, sesuai dengan gugat-an surat Al-Mâ‘ûn bahwa indikasiorang bohong dalam beragama ada-lah kalau dia tidak peduli denganmasyarakatnya. Jadi, Allâhu akbarberdimensi vertikal yang mewujuddalam bentuk takwa, sedang assalâ-mu‘alaykum berdimensi horizontalyang mewujud dalam bentuk budipekerti luhur. Karena itu, Nabi me-negaskan, “Yang paling banyak me-nyebabkan manusia masuk surgaialah takwa kepada Allah dan budipekerti luhur.”

IMAN: MENGHAYATIKEHADIRAN TUHAN

Secara psikologis, sebenarnyaorang tidak sanggup hidup sendiri.Ketika sendirian di suatu tempatmeskipun tidak terjadi apa-apa, kitapasti akan merasa tercekam; sedihmelihat sepi, dan senang kalaukelihatan ada orang. Tetapi, bagimereka yang menghayati betulkehadiran Tuhan dalam hidup dankemudian bersandar pada-Nya,

maka dia akan selalu mempunyaikeyakinan bahwa dia tidak sendiri-an. Keyakinan tersebut tidak hanyadalam arti rasional kognitif, tetapisudah menjadi penghayatan; di-rasakan betul secara psikologis danspiritual bahwa Allah selalu ber-samanya. Inilah yang dituturkandalam peristiwa ketika Nabi ber-sama Abu Bakar bersembunyi diGua Tsur dalam rangka perjalananhijrah. Abu Bakar takut sekali kalauketahuan, yang berarti akan mati didalam gua. Melihat itu, Nabi me-nenangkannya, “Jangan sedih, Allahbersama kita” (Q., 9: 40).

Tuhan beserta kita sebenarnyamerupakan doktrin dari semua aga-ma. Dalam bahasa Ibrani dikenalungkapan “immanuel”, Tuhan be-serta kita, (immanu=beserta kita,El=Tuhan) yang kemudian diwarisioleh agama Kristen. Hanya sajadalam agama Kristen, “immanuel”selalu ditafsirkan dengan Tuhan yangsudah beserta kita menjadi manusia,yaitu Yesus. Tetapi aslinya, sepertiterdapat dalam Perjanjian Lama, arti“immanuel adalah Tuhan besertakita, sama persis dengan innallâhama‘anâ dalam Al-Quran.

Salah satu yang diharapkan dariadanya iman adalah keyakinan bah-wa seseorang selalu disertai Tuhan;bahwa Allah tidak pernah absendalam hidup kita sehingga keyakin-an itu menimbulkan ketenteraman.Misalnya zikir, ingat kepada Allah,

Page 143: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1053Ensiklopedi Nurcholish Madjid

akan menimbulkan ketenteraman,Sungguh, dengan mengingat Allahhati merasa tenang (tenteram—NM)(Q., 13: 28). Analogi yang mung-kin mendekati adalah perasaan anakterhadap orang tuanya. Ketika se-orang anak berada jauh dari orang-tua, maka akan selalu muncul rasarindu ingin ber-temu. Dan kalausudah bertemu,yang hadir ada-lah perasaan te-nang meskipuntidak diberi apa-apa. Tentu saja kerinduan kepadaAllah berada pada tingkat yangjauh lebih tinggi. Karena itu, imanyang benar akan menimbulkan rasakerinduan yang tulus kepada Tuhandan akan menimbulkan keten-teraman yang luar biasa. Itulahsebabnya, kenapa kita diberi medi-um untuk mengingat kepada Allahyang dianjurkan untuk diucapkandalam situasi-situasi tertentu,misalnya alhamdulilâh, subhânallâh,Allâhu akbar, lâ ilâha illallâh, dansebagainya. Kita diberi mediumuntuk ingat kepada Allah sebagaibagian dari saluran merasakaniman.

Iman berarti menaruh keper-cayaan kepada Tuhan; maka orangberiman tidak boleh putus asa ke-pada Tuhan. Itulah sebabnya ketikaNabi Ya’qub melepas anak-anaknyauntuk mencari Nabi Yusuf yang

sudah menjadi pembesar di Mesir,sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, beliau berkata, Janganlahkamu berputus asa dari rahmatAllah, tak ada yang berputus asa darirahmat Allah kecuali golongan orangtak beriman (Q., 12: 87). Kitaharus selalu optimis kepada Allah,

termasuk opti-misme bahwa Tu-han akan meng-ampuni dosa kitaasalkan kita maubertobat. Op-timisme demiki-

an harus dimiliki karena agama kitatidak mengenal kependetaan yangakan memintakan ampunan atasdosa kita melalui pengakaun dosa.Secara psikologis, pengakuan dosamemang bagus, apalagi ada yangmendengarkan. Tetapi, yang tidaksesuai dengan Islam adalah ketikapastor mengatakan, “kamu sudahdiampuni.”

Dalam Islam, karena setiap orangadalah pendeta untuk dirinya sen-diri, yang menentukan apakah diri-nya diampuni oleh Allah atau tidakadalah diri sendiri. Karena itu, kitaharus yakin, optimis kepada Tuhan.Secara harfiah, Al-Quran menyebut-kan, Katakanlah, “Hai hamba-ham-ba-Ku yang melampaui batas (sudahketerlaluan dalam berbuat dosa—NM) atas diri sendiri! Janganlahkamu putus asa dari rahmat Allah,sebab Allah mengampuni segala dosa.

Merupakan suatu hal yang masukakal bahwa demokrasi Indonesiaadalah penerapan ide-ide demo-krasi sejagat (universal) menurutkondisi Indonesia dan tingkat per-kembangannya.

Page 144: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1054 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Dia Maha Pengampun, Maha Pe-ngasih” (Q., 39: 53). Ini adalahmaklumat bahwa Tuhan akan meng-ampuni segala dosa sehingga kitatidak boleh putus asa; artinya kitayakin bahwa Tuhan mendengarkantobat kita dan memberikan ampun-an. Dilihat dari pragmatisnya, hal inisangat penting untuk kesehatan jiwakarena berartikita tidak berlarutdalam perasaanbersalah. Tetapi,tentu saja tidakboleh taken forgranted; karenasudah minta am-pun dan diam-puni oleh Tuhan.maka lain waktukita bisa berbuatlagi. Terhadaporang yang demikian, Tuhan mem-peringatkan, Beri tahukan kepadahamba-hamba-Ku bahwa Aku MahaPengampun, Maha Pengasih. Danbahwa azab-Ku sungguh azab yangberat sekali (Q., 15: 49-50). Artinya,meminta ampun kepada Tuhan ha-rus secara sungguh-sungguh, tidakmain-main.

IMAN: MENYADARI ASALDAN TUJUAN HIDUP

Dengan beriman kepada Allah,kita menyadari tentang adanya asaldan tujuan hidup; bahwa hidup kita

berasal dari Allah Swt. dan akan kem-bali kepada-Nya. Itulah makna yangkita ungkapkan dalam ucapan se-hari-hari dengan mengambil dari Al-Quran, Mereka yang berkata, biladitimpa musibah, “(innâ lillâhi wainnâ ilaihi râji‘ûn)” kita milik Allahdan kepada-Nya kami pasti kembali(Q., 2: 156).

Dengan me-nyadari hal itu,maka hidup kitaharus ditempuhdengan penuhkesungguhan, pe-nuh tanggung ja-wab. Beriman ke-pada hari kemu-dian merupakanpenegasan ten-tang tujuan hi-dup ini, di mana

ada pertanggungjawaban yang ber-sifat pribadi dan bukan kolektif.Allah berfirman dalam Al-Quranyang melukiskan bagaimana kita diakhirat, Kamu mendatangi Kami se-orang diri seperti ketika pertama kaliKami menciptakan kamu; dan segalayang Kami karuniakan kepadamukamu tinggalkan di belakangmu.Kami tidak melihat bersamamu paraperantaramu yang kamu anggapsekutu-sekutumu. Sekarang (semuahubungan) antara kamu sudah ter-putus dan yang dulu kamu angan-angankan sudah hilang meninggalkankamu (Q., 6: 94).

Page 145: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1055Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Di akhirat tidak ada transaksi jualbeli, asosiasi, bahkan syafaat atautolong-menolong. Kalau kita ber-iman kepada Allah dan Hari Kemu-dian, maka salah satu konsekuensinyaadalah menjalani hidup ini dengansungguh-sungguh karena kita akanmempertanggungjawabkan semuayang telah kita lakukan.

IMPLIKASI ASBABUN NUZUL

Salah satu masalah yang banyakdibahas oleh para ahli agama, khu-susnya segi-segi tertentu ajaran agamadi bidang hukum, ialah sejauh mananilai atau ketetapan hukum dalamIslam ditentukan oleh keadaan ruangdan waktu. Para ahli fiqih sepakatbahwa ketetapan hukum berubahmenurut perubahan zaman dan tem-pat. Kaidah itu berbunyi, “Taghay-yur al-ahkam bi taghayyur al-zamânwa al-makân” (perubahan hukumoleh perubahan zaman dan tempat).Tetapi, mereka berselisih tentang ba-tas terjauh dibenarkannya perubahanitu.

Asbabun nuzul (Arab: asbâb al-nuzûl) menunjukkan banyaknya ka-sus suatu nilai ajaran atau hukumkepada Nabi dalam kaitannya de-ngan peristiwa nyata tertentu yangmenyangkut Nabi dan masyarakatIslam di zaman beliau. Satu contohadalah bahwa adanya nama pribadiZaid yang disebutkan dalam Al-

Quran. Suatu peristiwa pribadi, be-rupa perceraian Zaid (“ibn Mu-hammad”) dan istrinya, Zainab, te-lah menjadi titik tolak ditetapkan-nya suatu hukum Tuhan tentangpembatalan atau penghentian mak-na kehukuman (legal significance)praktik pengambilan anak angkat(tanpa memelihara atau memper-tahankan adanya informasi tentangsiapa ayah-ibu biologis anak ter-sebut). Pembatalan ini dipertegasdengan contoh nyata, yaitu dinikah-kannya Nabi oleh Allah denganZainab setelah bercerai dengan Zaid,bekas anak angkatnya. Kemudian,Zaid pun tidak lagi menyandangnama “ibn Muhammad”, tapi di-kembalikan kepada nama aslinya,yaitu “ibn Haritsah”. Firman Allahyang menyangkut tentang Zaid danZainab itu demikian: Dan ingatlahtatkala engkau (Nabi) berkata kepadadia (Zaid) yang Allah telah ka-runiakan kebahagiaan dan engkaupun telah pula memberinya keba-hagiaan, “Pertahankanlah istrimu(Zainab) dan bertakwalah kepadaAllah, “namun engkau sendiri (Nabi)merasakan apa yang ada dalam diri-mu yang Allah akan memperlihat-kannya, dan engkau (Nabi) takut ke-pada sesama manusia padahal Allahlebih patut engkau takuti; maka se-telah putus Zaid untuk bercerai daridia (Zainab), agar tidak ada lagi ha-langan bagi kaum beriman untuk(kawin dengan bekas) istri anak-anak

Page 146: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1056 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

angkat mereka, jika mereka (anak-anak angkat) itu telah putus men-ceraikan istri-istri mereka. Dan pe-rintah Allah haruslah terlaksana.Tidak sepatutnya bagi Nabi adaperasaan enggan mengenai apa yangdiwajibkan Allah kepadanya, sesuaidengan sunnah (hukum) Allah padamereka yang telahlewat sebelumnya.Dan perintah Allahadalah sesuatu yangsangat pasti. Me-reka (yang telahlalu sebelumnya) ituadalah orang-orang yang menyampaikan risâlah(pesan-pesan suci) Allah; merekatakut kepada-Nya, dan tidak takutkepada seorang pun selain Allah.Cukuplah Allah sebagai penghitung.Muhammad bukanlah ayah seseorang(tanpa keterkaitan keorangtuaanbiologis) di antara kamu, melainkandia adalah rasul Allah dan Penutuppara nabi. Allah Mahatahu akansegala sesuatu” (Q., 33: 37-40).

Jadi, firman itu memang turunkepada Nabi berkenaan dengansuatu peristiwa konkret yang me-nyangkut sepasang suami-istri.Dapat dilihat bahwa dalam peris-tiwa Zaid dan Zainab dan yang“ditangani” langsung oleh kitab suciitu terdapat kaitan antara suatunilai hukum kullî (universal), yaitupembatalan makna legal praktikmengangkat anak, dengan sebuah

kasus juz’î (particular), yaitu per-ceraian Zaid dari Zainab dan per-kawinan Nabi dengan Zainab,bekas “menantu”-nya.

Masalah selanjutnya yang lebihesensial dari contoh di atas itu ialah,bagaimana suatu nilai dari sebuahkasus dapat ditarik dari dataran ge-

neralitas yang se-tinggi-tingginya.Dengan begitu,nilai tersebut ti-dak lagi terikatoleh kekhususanperistiwa asalmulanya dan da-

pat diperlakukan pada kasus-kasuslain di semua tempat dan sepanjangmasa (dan inilah makna uni-versalitas suatu nilai). Para ahlihukum Islam telah membuat pa-tokan untuk masalah ini, dengankaidah, “al-‘Ibrat-u bi ‘umûm-i ‘l-lafzh-i lâ bi khushûsh-i ‘l-sabab(pengambilan makna dilakukanberdasarkan generalitas lafal, tidakberdasarkan partikularitas pe-nyebab). Tetapi, sebuah generalisasihanya dapat dilakukan jika intipesan suatu firman dapat ditang-kap. Ini dengan sendirinya me-nyangkut masalah kemampuanpemahaman yang sedalam-da-lamnya dan seluas-luasnya. Lalu,pada urutannya, tersangkut pulamasalah tafsir, atau bahkan mung-kin takwil (interprestasi metaforis)yang tidak jarang menimbulkan

Suatu tujuan yang dicapai secarademokratis akan memiliki kualitaskeabsahan yang lebih tinggi dari-pada yang dicapai secara tidakdemokratis.

Page 147: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1057Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kontroversi. Sebab dalam mela-kukannya selalu ada kemungkinandicapai suatu pandangan, atau tin-dakan, yang pada lahirnya sepertimeninggalkan atau menyimpangdari ketentuan Kitab Suci.

IMPLIKASI IHSÂN

Ketika ditanya mengenai apa ituihsân, Nabi menjelaskan bahwa “ih-sân adalah bahwa kamu menyembahAllah seolah-olah kamu dapat melihat-Nya, dan kalau kamu tidak melihatAllah, maka kamu harus yakin bahwaDia sedang melihat kamu.” Denganungkapan seakan-akan (bahasa Arab:ka annaka) berarti kita diperboleh-kan mempunyai gambaran tentangTuhan, karena tidak mungkin ma-nusia berpikir tanpa halusinasi. Te-tapi, gambaran kita mengenai Tu-han itu tidak boleh dianggap seba-gai final, sebagai Tuhan yang sebe-narnya. Oleh karena itu, kita selaludianjurkan untuk membaca lâ ilâhaillallâh. Lâ ilâha dimaksudkan un-tuk menghapus gambaran kita me-ngenai Tuhan yang kita gambarkan,seolah dikatakan itu bukan Tuhanyang sebenarnya. Kemudian, illal-lâh, kecuali Allah. Maka, zikir yangpaling baik adalah lâ ilâha illallâh.Sebab, kalau sesuatu sudah menjadibagian dari kepercayaan, maka akanmenjadi mitos. Dan mitologi pastiakan hancur, kalau tidak sekarang

pasti tinggal tunggu waktu. Banyaksekali di dunia ini tuhan yang sudahmati. Maka dengan lâ ilâha, semuatuhan yang terjangkau akhirnya mati.God is death, karena Tuhan dipahamidengan tidak betul sehingga akhir-nya mati. Karena itu, harus diterus-kan dengan illallâh, kecuali Allah.Inilah yang disebut tauhid. BahwaAllah tetap hidup dan tidak akanmati, karena Dia bukan mitologi.

IMPLIKASI MAKNA ISLAM

Sikap pasrah atau “al-islâm” ma-nusia kepada Tuhan sudah menjadituntutan dan keharusan sejak saat-saat pertama diciptakannya manusia.Tapi, sekalipun merupakan naturemanusia dan kelanjutan perjanjianprimordialnya dengan Tuhan, ma-nusia dari waktu ke waktu melupa-kannya, dan ini membuatnya selalumenyandang sengsara. Maka,Tuhan dengan rahmat dan kasih-Nya memperingatkan manusia akannature-nya sendiri itu, dan me-nyampaikan ajaran-ajaran kepasrahankepada-Nya. Ajaran itu dibawa olehpara nabi dan rasul silih berganti,sejak Nabi Adam, bapak umat ma-nusia, sampai akhirnya disudahi olehNabi Muhammad Saw.

Namun, secara jelas dan harfiahdituturkan dalam Kitab Suci bahwayang pertama kali menyadari “al-islâm” atau sikap pasrah kepada Tuhan

Page 148: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1058 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

itu sebagai inti agama ialah Nabi Nuh,Rasul Allah urutan ketiga dalam de-retan dua puluh lima Rasul (sepertidipercayai umum), setelah Adamdan Idris. Dituturkan bahwa NabiNuh mendapat perintah Allahuntuk menjadi salah seorang yangMuslim, yakni pelaku yang bersifat“al-islâm”, pasrah kepada Tuhan:

Dan tuturkanlah (wahai Muham-mad) kepada mereka berita Nuh, ke-tika ia berkata kepada kaumnya,“Wahai kaumku, jika aku berdiam(bersama kamu) ini terasa berat bagikamu, begitu pula perintahku akanayat-ayat Allah, maka aku hanyalahbertawakal kepada Allah. Karenaitu, sepakatilah rencanamu sekalianbersama sekutu-sekutumu sehinggarencanamu itu tidak lagi kabur bagikamu, lalu laksanakanlah keputus-anmu untukku, dan janganlah akukamu beri uluran waktu. Tapi, kalaukamu berpaling, (maka ketahuilah)bahwa aku tidak meminta upahsedikit pun kepadamu, sebab upahkuhanyalah ditanggung Allah, dan akudiperintah agar aku termasuk orang-orang yang pasrah (Al-Muslimûn)(Q., 10: 71-72).

Kesadaran akan “al-islâm” itulebih-lebih lagi tumbuh dengankuat dan tegas pada Nabi Ibrahim.Seperti halnya dengan Nuh, Ibrahimjuga diperintah untuk ber-“islâm”:

Ingatlah, ketika Tuhannya (yakni,Tuhan Nabi Ibrahim) berfirman ke-padanya, “Pasrahlah engkau (aslim)!”

Ia menjawab, “Aku pasrah (aslam-tu) kepada Tuhan Seru sekalianalam” (Q., 2: 131).

Agama yang benar dengan intiajaran pasrah kepada Tuhan itu ke-mudian diwasiatkan Ibrahim kepadaketurunannya. Salah satu garis ke-turunan itu ialah Nabi Ya‘qub atauIsrail (artinya, hamba Allah) darijurusan Nabi Ishaq, salah seorangputra Ibrahim. Wasiat Ibrahim danYa‘qub itu kemudian menjadi dasaragama-agama Israil, yaitu (yang se-karang bertahan), agama-agama Ya-hudi dan Kristen:

Maka dengan (ajaran) itulahIbrahim berpesan kepada anak-turun-nya, dan juga Ya‘qub (dengan mengata-kan), “Wahai anak-anakku, sesung-guhnya Allah telah memilihkan agamauntuk kamu semua, maka janganlahsampai kamu mati kecuali sebagaiorang-orang yang pasrah (al-muslimûn,para pelaku al-islâm)” (Q., 2: 132).

Jadi, agama-agama Yahudi danNasrani berpangkal kepada “al-islâm”, karena merupakan kelanjut-an agama Nabi Ibrahim. Tapi tidak-lah berarti Ibrahim seorang Yahudiatau Nasrani, melainkan seorangyang pasrah kepada Tuhan (Mus-lim). Sebab mengatakan Ibrahimseorang Yahudi atau Nasrani akanmerupakan suatu anakronisme, ka-rena Ibrahim muncul jauh sebelumagama-agama itu.

Oleh karena “al-islâm” merupa-kan titik temu semua ajaran yang

Page 149: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1059Ensiklopedi Nurcholish Madjid

benar, maka di antara sesama peng-anut yang tulus akan ajaran itu padaprinsipnya harus dibina hubungandan pergaulan yang sebaik-baiknya,kecuali dalam keadaan terpaksa, se-perti jika salah satu dari mereka ber-tindak zalim terhadap yang lain. Si-kap ini terutama diamanatkan kepadapara pengikut Nabi Muhammad,Rasul Allah yang terakhir, sebab salahsatu tujuan dan fungsi umat Mu-hammad ini ialah sebagai penengah(wasîth, “wasit”) antara sesama ma-nusia, serta sebagai saksi (syuhadâ’)atas seluruh kemanusiaan.

Dari sekian banyak implikasiprinsip-prinsip yang diletakkan da-lam Al-Quran itu ialah kesatuankenabian dan kerasulan. Yaitubahwa semua nabi dan rasul me-ngemban tugas Ilahi yang sama dantidak bisa, serta tidak dibenarkan,untuk dibeda-bedakan satu dariyang lain. Seorang Muslim secaratulus mempercayai semuanya tanpakecuali:

Katakan olehmu semua (wahaiumat Muhammad), “Kami berimankepada Allah dan kepada sesuatu(ajaran) yang diturunkan kepadakami, serta yang diturunkan kepadaIbrahim, Isma‘il, Ishaq, Ya‘qub, danketurunan mereka, juga kepada se-suatu (ajaran) yang diturunkan ke-pada Musa dan Isa, dan yang di-turunkan kepada para nabi yang laindari Tuhan mereka. Kami tidak mem-beda-bedakan seorang pun dari

mereka itu, dan kami pasrah (mus-limlûn) kepada-Nya” (Q., 2: 136).

Untuk menyampaikan pesan pas-rah kepada Tuhan itu kepada umatmanusia, Dia telah mengutus utus-an untuk setiap bangsa atau umat.Mereka menyampaikan pesan yangsama dengan bahasa yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa masyara-kat tempat mereka mendapat tugas.Pada masa sebelum kedatangan NabiMuhammad, seorang Nabi akhirzaman, utusan Tuhan itu datang silihberganti, di semua tempat, dan se-tiap waktu diperlukan, dan hanyasebagian dari mereka itu yang di-ceritakan dalam Al-Quran. Merekayang hendak melakukan “al-islâm”juga dituntut untuk beriman kepadaajaran yang diturunkan kepada “paranabi yang lain” itu, jika pengetahu-an mantap tentang ajaran mereka itudapat diperoleh.

Sikap pasrah kepada Tuhan se-bagai unsur kemanusiaan yang alamidan sejati, kesatuan kenabian danajaran para nabi untuk semua umatdan bangsa, semuanya itu menjadidasar universalisme ajaran yang benardan tulus, yaitu al-islâm. Ini pulayang mendasari adanya universalis-me Islam (dengan “I” besar), yangsecara historis dan sosiologis, di sam-ping secara teologis (termuat dalamAl-Quran), menjadi nama ajaran “al-islâm” yang dibawa Nabi MuhammadSaw. Penamaan itu dibenarkan, ka-rena ajaran Nabi Muhammad adalah

Page 150: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1060 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ajaran pasrah kepada Tuhan (“al-islâm”) par excellence.

Jadi, “Islam” memang telah men-jadi nama sebuah agama, yaituagama Rasul pungkasan. Namun,ia bukan sekadar nama, tapi namayang tumbuh karena hakikat daninti ajaran agama itu, yaitu pasrahkepada Tuhan (“al-islâm”). Denganbegitu, maka seorang pengikutNabi Muhammad adalah seorangMuslim par excellence, yang padadasarnya tanpa mengekslusifkanyang lain, dalam menganut agama-nya itu (seharusnya) senantiasasadar akan apa hakikat agamanya,yaitu “al-islâm”, sikap pasrah ke-pada Tuhan. Karena kesadaran akanmakna hakiki keagamaan itu, maka“Agama Islam”, juga “orang Mus-lim” atau “umat Islam” selamanyamempunyai impulse universalisme,yang pada urutannya memancar da-lam wawasan kulturalnya yang ber-watak kosmopolit.

INDIKASI ORANG BERTAKWA

Indikasi orang bertakwa adalahmempercayai hal-hal yang gaib,mendirikan shalat, dan mengeluar-kan atau memberikan sebagian har-tanya. Hal ini sebagaimana tampakdinyatakan dalam Al-Quran, … sua-tu petunjuk bagi mereka yang bertak-wa. Mereka yang beriman kepada yanggaib, mendirikan shalat, dan menafkah-

kan sebagian rezeki yang Kami ka-runiakan (Q., 2: 2-3).

Dari ayat tersebut, tampak jelasbetapa keimanan kepada yang gaib,mendirikan shalat, dan membayarzakat adalah ibadah yang memilikikesatuan yang kuat, integrated, tidakbisa dilepaskan begitu saja antara yangsatu dengan yang lainnya. Dengankata lain, inti pesan-pesan ajaran Is-lam memberikan perhatian yang se-rius terhadap masalah kemanusiaanatau sosial.

INDIVIDU MANUSIA

Manusia itu terdiri atas individu-individu atau kenyataan-kenyataanperorangan yang tidak terbagi-bagi,sehingga masing-masing peroranganmenjadi “instansi” pertanggung-jawaban terakhir dan mutlak dalampengadilan Hadirat Ilahi di akhiratnanti. Masing-masing peroranganitu pulalah yang akhirnya dituntutuntuk menampilkan diri sebagaimakhluk moral yang bertanggungjawab, yang akan memikul segalaamal perbuatannya tanpa kemung-kinan mendelegasikannya kepadapribadi yang lain (Q., 6: 94; 31:33; 2: 48).

Maka, nilai seorang pribadi ada-lah sama dengan nilai kemanusiaanuniversal, sebagaimana nilai kema-nusiaan universal adalah sama de-ngan nilai kosmis seluruh alam se-

Page 151: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1061Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mesta. Karena itu pula agama me-ngajarkan bahwa barang siapa mem-bunuh seseorang tanpa dosa, pem-bunuhan itu bagaikan membunuhseluruh umat manusia; begitu pulamereka yang merusak bumi; danBarang siapa menolong hidupseorang manusia, maka ia bagaikanmenolong hidupseluruh umatmanusia (Q., 5:32).

Jadi, harkatdan martabat se-tiap perseorang-an, atau pribadimanusia, harusdipandang dandinilai sebagai cermin, wakil, ataurepresentasi harkat seluruh umatmanusia. Penghargaan dan peng-hormatan kepada harkat masing-masing manusia secara pribadi ada-lah suatu amal kebajikan yang me-miliki nilai kemanusiaan universal.Demikian pula sebaliknya, pelang-garan dan penindasan kepada harkatdan martabat seorang pribadi adalahtindak kejahatan kepada kemanusiaanuniversal, suatu dosa kosmis—dosayang amat besar.

Harkat dan martabat pribadi itutentu saja harus dimulai dengan pe-menuhan keperluan hidup primer-nya, berupa sandang, pangan, danpapan. Tetapi juga perlu disadaribahwa terpenuhinya segi kehidupanlahiri tidaklah dengan sendirinya ber-

arti mengantar manusia kepada da-taran kehidupan yang lebih tinggi.Kehidupan material dan kemakmur-an hanyalah salah satu prasarana—meskipun amat penting, jika bukanyang paling penting—bagi pencapai-an kehidupan yang lebih tinggi.Dengan meminjam ungkapan kaum

sufi, “Hanyaorang yang mam-pu berjalan di ta-nah datar yangbakal mampumendaki bukit.”

Namun jus-tru ibarat orangyang mampuberlari di tanah

datar, tapi belum tentu tertarik un-tuk mendaki bukit, demikian pulahalnya dengan orang yang telahterpenuhi kehidupan lahiriahnya,belum tentu ia tertarik untukmeningkatkan dirinya ke dataranperikehidupan yang lebih tinggi.Mungkin ia malah merasa puashanya dengan berlari-lari danberputar-putar di tanah datar.Sungguh, justru yang banyak kitajumpai ialah mereka yang meman-dang pemenuhan kehidupan lahiri-ah sebagai tujuan akhir, dan men-jadi titik ujung cita-cita hidupnya.Dalam bahasa sehari-hari, orang se-perti itu biasanya disebut materialisatau bersemangat kebendaan.

“Pandangan hidup demokratis ber-tumpu dengan teguh di atas asum-si bahwa cara harus bersesuaiandengan tujuan. Ketentuan inilah,jika dipraktikkan, yang akan me-mancarkan tingkah laku demokra-tis dan membentuk moralitas de-mokratis”.

(Albert Camus)

Page 152: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1062 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

INDONESIA BELUM LAMAMENGENAL ISLAM

Kajian ilmiah mengenai Islam diIndonesia menyangkut berbagaipermasalahan yang tidak semuanyatransparan bagi banyak orang, se-hingga hasilnya juga tidak bisa di-anggap taken for granted (selalu be-nar). Mengenali dan memahami se-baik mungkin permasalahan me-rupakan langkah dan strategi yangsangat penting untuk bisa menen-tukan pilihan jenis kajian ilmiahIslam yang lebih tepat atau lebihurgen, sesuai dengan kemungkinandan fasilitas yang tersedia.

Pengenalan persoalan itu bisadimulai dengan identifikasi bebe-rapa permasalahan Islam di Indo-nesia. Salah satu yang harus dicatatadalah bahwa dari segi jumlah pe-nganut, bangsa Indonesia merupa-kan kesatuan nasional umat Islamyang terbesar di dunia. Tetapi, bilakita lihat dari kacamata historis,pengislaman tanah air kita adalahrelatif baru. Ini bisa dilihat secaranyata sekurang-kurangnya dari duafakta. Pertama, pada waktu duniaIslam ditandai oleh ramainya po-lemik pemikiran kefalsafahan—dengan Al-Ghazali sebagai tokohutamanya—tanah air kita, dalam halini Jawa, sedang berada dalampuncak kejayaan Kerajaan Kediri,yaitu pada masa kekuasaan Jayabaya.Al-Ghazali dan Jayabaya adalah

tokoh-tokoh yang hidup dan tampilsezaman. Apa artinya ini bagi penge-nalan masalah Islam di Indonesiaakan tampak jika kita membandingkan warisan intelektual kedua tokohitu. Al-Ghazali mewariskan karya-karya Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn, Tahâfut al-Falâsifah, Mihakk al-Nazhar, al-Qisthâs al-Mustaqîm, Mi’yâr al-‘Ilm,dan lain-lain. Sedangkan Jayabayamewariskan buku Jangka Jayabayayang terkenal itu. Dengan mem-bandingkan kedua warisan itu se-dikit banyak menggambarkan satuaspek permasalahan Islam di Indo-nesia dibanding dengan dunia Is-lam pada umumnya, yaitu adanyasemacam kesenjangan intelektual.Dan kesenjangan itu semakin di-perlebar oleh faktor geografis, dimana bumi Nusantara adalah suatukesatuan besar bumi Islam yangpaling jauh baik dari heartlandspiritual Islam, yaitu Makkah-Madinah atau Hijaz, maupun dariheartland kultural Islam, yaitukompleks Nil-Amudarya atauMesir-Bukhara.

Belum lamanya Islam dikenal dinegeri kita juga bisa digambarkanmelalui perbandingan antara Indo-nesia dengan India. Ketika kerajaanHindu Majapahit di sini mencapaikejayaannya, anak Benua Indiajustru sudah cukup lama beradadalam kekuasaan Islam. Sebagaicontoh adalah kesultanan Delhiyang merupakan suatu kelanjutan

Page 153: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1063Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kekuasaan Islam di India Utara—dan merupakan satu kesatuan politikIslam di Anak Benua—yang di-dirikan pada tahun 1207. Sedang-kan Majapahit didirikan pada tahun1279 atau selang hampir seabad ke-mudian. Maka Majapahit adalahkerajaan Hinduterbesar di duniasaat itu, namunhidup dalam si-tuasi global yangdikuasai oleh Is-lam—termasukoleh Islam dariIndia—dan da-lam situasi ma-ritim yang diku-asai oleh jaringanperdagangan dan kegiatan ekonomiIslam. Dari sini mudah diterangkanmengapa Majapahit, betapapunbesar dan kuatnya, relatif berumurpendek, yaitu karena lifeline-nya kedunia luar tidak berada dalam ke-kuasaan sendiri, melainkan dalamkekuasaan Islam. Juga mudah di-terangkan mengapa Majapahit jatuholeh Islam sehingga sampai sekarangmewariskan prasangka tertentu padasementara orang Indonesia terhadapIslam. Bukan rahasia lagi bahwaprasangka ini sedikit banyak ikutmewarnai perjalanan Islam di In-donesia, termasuk sesudah kemer-dekaan, sampai sekarang.

Tetapi, lebih penting daripadapersoalan prasangka itu ialah

bahwa fakta-fakta tersebut jelassekali masih membekas dalampersepsi orang-orang MuslimIndonesia terhadap agama yang di-peluknya. Kesenjangan intelektualyang telah disebutkan di atas, masihdengan kuat mempengaruhi, baik

bentuk-bentukdiscourse mau-pun segi-segiamalan tertentuIslam Indone-sia. Kesenjang-an itu jugadengan kuatmempengaruhipersepsi kultu-ral Islam di In-donesia. Dalam

hal ini disebutkan kurangnya kesa-daran tentang ikonoklasme senigrafik Islam Indonesia sepertidicerminkan oleh adanya gambaratau simbol naga pada pintu ger-bang Masjid Giri atau penyu padamihrab Masjid Demak. Meskipunikonoklasme itu di dunia Islamsendiri akhirnya mengendur se-bagaimana terbukti dengan me-luasnya seni miniatur dalam kitab-kitab dari jenis-jenis pembahasantertentu, namun apa yang ada diMasjid Giri dan Masjid Demak itutidak bisa dibandingkan dengangejala seni miniatur di duniaIslam.

Page 154: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1064 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

INDONESIA DAN HAK-HAK ASASI

Dalam persimpangan jalan per-tumbuhan dan perkembanganbangsa kita yang amat penting se-karang ini, prinsip-prinsip kebebas-an nurani dalam semangat ke-manusiaan universal sungguh harusmulai menjadi acuan serius bagi se-luruh lapisan masyarakat. Prinsip-prinsip itu merupakan dasar dantitik tolak bagi segenap usaha me-ngembangkan dan menegakkan ke-sadaran akan hak-hak asasi dan de-mokrasi, sejalan dengan tekad dancita-cita bangsa sebagaimana ter-tuang dalam falsafah negara. Tidakseorang pun dari kita yang bolehdibiarkan menyisihkan hak isti-mewa untuk dirinya sehingga ter-bebas dari kewajiban memenuhituntutan nilai-nilai falsafah negaraitu. Hak dan kewajiban setiap pri-badi warga negara adalah sama dihadapan nilai kefalsafatan negara.Hak seseorang terhadap yang lainadalah kewajiban orang lain itu,dan kewajiban seseorang terhadaporang lain adalah hak orang ber-sangkutan.

Seperti halnya semua nilai luhurtidak dengan sendirinya terwujuddalam masyarakat tanpa kesungguh-an mengusahakannya, maka demi-kian pula hak-hak asasi. Ia tidak akanterwujud tanpa pribadi-pribadi danlembaga-lembaga yang memilikikomitmen dan ketulusan batin untuk

memperjuangkannya. Maka kini,dalam simpang jalan perjalananbangsa ini, tindak lanjut logis daripembangunan bangsa yang amatprinsipiil antara lain ialah memper-juangkan hak-hak asasi sebagaimanadikehendaki oleh falsafah negara.Berkaitan dengan sumber-sumberkekuasaan, dalam masyarakat secaraminimal harus ditegakkan hak-hakyang tak terpisahkan dari peri-kehidupan yang sentosa. Yaitu, hak-hak pribadi untuk hidup dan mem-peroleh jaminan keamanan atashidupnya itu; hak-hak pribadiuntuk tidak disiksa—baik fisikmaupun mental; hak-hak pribadiuntuk memperoleh pengadilanyang tidak memihak, yang fair;hak-hak pribadi untuk tidak meng-alami penangkapan dan penahanansewenang-wenang.

Pelanggaran atas hak-hak pribaditersebut akan merupakan pelanggar-an hak asasi yang paling telanjang.Pelanggaran atas hak-hak itu jugamerupakan penyelewengan yangpaling gawat dari dasar dan falsafahkenegaraan kita. Dan, karena hak-hak itu ada dalam konteks kekuasa-an, maka usaha melindungi danmenegakkannya memerlukan sistemdan tatanan kekuasaan yang adildan tidak memihak kepada ke-pentingan diri sendiri dan golong-an. Yaitu, suatu sistem kekuasaanyang tidak terpengaruh oleh pe-rasaan suka-tidak suka; suatu ke-

Page 155: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1065Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kuasaan yang sanggup menegakkankeadilan sekalipun terkena kepadadiri si penguasa sendiri. Semua itumemerlukan sistem yang dalamdirinya terkandung mekanisme, un-tuk mampu mengawasi dan me-luruskan dirinya sendiri, serta men-dorong pertumbuhan dan per-kembangannya ke arah yang lebihbaik, dan terus lebih baik. Sistem itukini lazim disebut demokrasi. Yaitu,sistem yang dalam konteks falsafahkenegaraan kita bertitik tolak darijiwa keimanan dan ketakwaan ke-pada Tuhan Yang Maha Esa, dasaryang benar dari seluruh kegiatanmanusia.

Jiwa keimanan dan ketakwaan itumelengkapi kita dengan tujuanhidup yang tinggi, transendental,dan mengatasi tujuan-tujuan hidupyang duniawi, yang terrestrial. Tetapikarena keimanan dan ketakwaanselamanya bersifat pribadi—justruyang paling pribadi—maka ia tidakcukup guna menciptakan masyara-kat yang membahagiakan semuanya.Keimanan dan ketakwaan itu harusditerjemahkan ke dalam tindakan-tindakan nyata dalam masyarakat,berupa tindakan-tindakan kebajikanyang sejalan dengan semangat ke-manusiaan universal, sehingga ber-dampak kepada kehidupan bersama.

Dan karena tindakan berdimensisosial itu menyangkut para anggotamasyarakat yang menjadi lingkung-annya, jauh atau dekat, maka ia tidak

dapat dipertaruhkan hanya kepadakeinginan atau aspirasi pribadi.Tidak boleh diremehkan adanya ke-mungkinan seorang pribadi di-kuasai oleh kepentingan dirinyasendiri dan didikte oleh vestedinterest-nya, menuju kepada tirani.Maka, dalam masyarakat selaludiperlukan adanya mekanisme yangefektif untuk terjadinya prosessaling mengingatkan tentang apayang benar dan menjadi kebaikanbersama. Dan pada urutannya,proses serupa itu memerlukankebebasan menyatakan pendapat,berkumpul, dan berserikat. Karenaitu, setiap pengekangan kebebasan,pencekalan, atau pelarangan ber-bicara dan mengemukakan pikiranadalah pelanggaran yang amatprinsipiil terhadap tuntunan falsa-fah kenegaraan kita.

Dengan hasil pembangunanyang membuat rakyat kita semakincerdas dan semakin mampu meng-ambil peran dalam kehidupanbersama sekarang ini, setiap penge-kangan dan pembatasan kebebasanmenyatakan pendapat harus di-akhiri dengan tegas, dan kita harusmenumbuhkan dalam diri kitasendiri kepercayaan yang lebihbesar kepada rakyat. Janganlah kitamenjadi korban dari keberhasilanpembangunan nasional kita sendiri,karena tidak menyadari dinamikamasyarakat yang menjadi kon-sekuensi logisnya, kemudian kita

Page 156: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1066 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

digulung oleh gelombang dinamikaperkembangan masyarakat itu.

Sampai di sini pun persoalan be-lum berhenti, dan tidak cukup. Tigaprinsip tadi—keimanan, keterlibatansosial, serta kebebasan menyatakanpendapat sebagai dasar terciptanyapengawasan dan pengimbangan(check and ballance)—masih harus di-lanjutkan dan dilengkapi dengan jiwa,semangat, dan kemampuan menahandiri dan tabah hati untuk menerimakenyataan-kenyataan yang mungkinbertentangan dengan kepentingandiri sendiri, yaitu kenyataan-ke-nyataan yang akan membawa ke-baikan bersama. Harus ada semangatmenepiskan kepentingan diri sendiridan mendahulukan kepentingan orangbanyak. Karena memang keterbukaandan kebebasan yang sejati selalu me-merlukan sikap-sikap bertanggungjawab, sikap-sikap yang bebas dari ego-isme dan vested interest (lihat Q., 103:1-3). Sebab, seperti pernah diingat-kan Bung Hatta, kebebasan yang takterkendali akan mengundang lawankebebasan itu sendiri, yaitu tirani.

INDONESIADI MATA HOWARD P. JONES

Berbicara tentang masa depanIndonesia, Howard P. Jones, seorangdiplomat Amerika Serikat yang per-nah menjadi duta besar di Indone-sia, pernah meramal tentang Indo-

nesia, “Adapun untuk masa depan,berbagai pertanda adalah cemerlang.Indonesia mempunyai potensi un-tuk menjadi bangsa Asia nomor satudalam perkembangan ekonomi dalam30 tahun mendatang, terkecuali Je-pang dan barangkali China yangmenjadi tanda tanya besar itu.Indonesia memiliki sumber dayaalam, dan mempunyai kualitas yangberakar dalam tradisi budaya yangvital.

Kita kemukakan kutipan penuhharapan di atas itu karena dengantepat sekali menggambarkan aspi-rasi yang sangat kuat pada bangsakita untuk menjadi bangsa yang maju.Aspirasi itu kini semakin tegas di-nyatakan oleh pimpinan negara,dengan mencanangkan bakal tiba-nya “Era Tinggal Landas” bagi pem-bangunan di Indonesia.

Yang menyatakan penuh harap-annya bagi bangsa Indonesia ituadalah Howard P. Jones, orang yangsangat mengenal Indonesia karenajabatannya sebagai duta besar un-tuk negerinya selama bertahun-tahun,dan karena pergaulannya yang luas de-ngan para pemimpin kita. Itu di-nyatakan dalam sebuah bukunyatentang negeri kita yang diringkaskanoleh sebuah majalah konservatif (baca:sangat hati-hati) dengan oplah dansirkulasi terbesar di muka bumi.

Maka, bagaikan bunyi genta ber-talu-talu yang mengingatkan kita se-mua akan datangnya saat bangsa In-

Page 157: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1067Ensiklopedi Nurcholish Madjid

donesia menjadi bangsa yang nomorsatu di Asia. Belakangan ini ter-dengar nyaring suara-suara sekitardemokrasi, demokratisasi, dan ke-terbukaan. Suara-suara itu semakinmemberi harapan, karena tidak keluarhanya dari kalangan masyarakattertentu, sepertikaum intelek-tual, kalangankampus, dangenerasi muda(yang memang menjadi tugas moralyang mereka emban); tetapi jugadatang dari para pejabat senior sertapemimpin rakyat yang bijaksana, dantak ketinggalan para purnawirawanyang kaya akan pengalaman.

INDONESIA DITAKLUKKANISLAM TANPA MILITER

Helmut Schmidt, bekas KanselirJerman (Barat) dan “dekan” (dean)gerakan sosial-demokrat Eropa,dalam kunjungannya ke negeri inisuatu ketika, dengan tegas mengata-kan bahwa agama, menurut penga-laman Eropa, adalah musuh nomorsatu demokrasi, pluralisme, danegalitarianisme. Schmidt mengata-kan bahwa Eropa Barat ingin me-negakkan demokrasi dan pluralismedengan terlebih dulu harus menyu-dahi peran agama dalam politik.Schmidt, menurut pengakuannya

sendiri, adalah seorang pengagumPancasila—dan dia hapal sila-silaitu—namun sangat ingin tahubagaimana merekonsiliasi sila per-tama (yang baginya ialah agama)dengan sila keempat (yang baginyaadalah demokrasi). Di sini, Schmidt

kurang mema-hami bahwa In-donesia lain dariEropa.

Untuk menge-tahui sejauh mana peran positifIslam dalam menaburkan benih-benih sehat untuk tumbuhnyademokrasi, pluralisme, dan ega-literanisme di negara kita, ada baik-nya kita mengutip buku petunjukturisme Indonesia yang sangatlengkap (sebenarnya, malah ensi-klopedis) diterbitkan di Singapura.Buku yang disusun dengan meng-gunakan bermacam-macam sumberilmiah yang andal ini mempunyairelevansi dengan peran positifagama Islam di Indonesia. Me-nurutnya, “Indonesia adalah salahsatu dari sedikit wilayah yang di-islamkan tanpa didahului penak-lukan militer. Pendekatan pertamadan utama (masuknya Islam ini)bersifat psikologis. Islam yang secararadikal bersifat egaliter dan mem-punyai semangat keilmuan itu, ke-tika datang pertama kali di ke-pulauan ini merupakan konsep re-volusioner yang sangat kuat, yangmembebaskan orang-orang ke-

Dirikan shalat untuk mengingatAku.

(Q., 20: 14)

Page 158: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1068 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

banyakan dari belenggu feodalHindunya. Sampai datangnya Islammereka hidup di suatu negeri yangrajanya adalah seorang yang pe-nguasa mutlak, yang dapat meram-pas tanahnya, bahkan istrinya,kapan saja dia mau. Islam meng-ajarkan bahwa semua orang itu dihadapan Allah adalah sama-samadibuat dari tanah. Sehingga tidakdibenarkan adanya pengistimewaanterhadap seseorang sebagai lebihunggul dari yanglain. Dalam Islam,tidak ada sakra-men ataupun aca-ra-acara inisiasiyang misterius,juga tidak ada ke-las pendeta. Islammemiliki keseder-hanaan yang he-bat dengan hu-bungannya yanglangsung dan pribadi antara ma-nusia dan Tuhan”.

Di Zaman Modern, apa yangdikatakan di atas itu tecermin de-ngan cukup jelas dalam sejarah cita-cita demokrasi di Indonesia mer-deka. Jika kita menelaah sejarahpada dua dasawarsa pertama setelahproklamasi, kita dapatkan bahwaide-ide tentang demokrasi moderntelah banyak diartikulasikan olehpara pemimpin politik dengan latarbelakang hidup keagamaan yangkuat. Pada periode pra-pemilu

1955, artikulasi paling baik dankuat tentang cita-cita demokrasi diIndonesia dilakukan oleh para pe-mimpin Masyumi, sebuah partaipolitik Islam yang oleh PKI danBung Karno secara tepat disebut se-bagai kampiun demokrasi liberal,dan yang oleh orang-orang Univer-sitas Cornell disebut partai kaumMuslim modernis, dan khususnyaoleh George Mc T. Kahin disebutkaum sosialis Islam.

Yang jelas ada-lah bahwa Masyu-mi adalah partaiIslam yang ke-pemimpinannyadidominasi olehkaum intelektualberpendid ikanBarat atau Belan-da, seperti Dr.Sukiman Wiryo-sanjoyo. Domi-

nasi ini semakin besar setelah NUmemisahkan diri dari Masyumipada tahun 1952. Kenyataan inilahantara lain yang menerangkantingginya artikulasi demokrasi yangdilakukan oleh para pemimpin Ma-syumi. Ini dikarenakan karena me-reka menguasai idiom-idiom pan-dangan politik modern berkatpendidikan mereka di Barat. Danini pula yang menerangkan me-ngapa Masyumi menempuh kerjasama politik yang serasi dan eratdengan partai-partai sekuler, seperti

Page 159: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1069Ensiklopedi Nurcholish Madjid

PSI, Kristen, Parkindo, dan Katolik.Kerja sama dengan partai-partaisekular, ini lebih mesra dan lebiherat daripada kerja sama Masyumi(pra-1955) dengan sesama partai-partai Islam, seperti NU, PSII, danPerti. Namun, setelah tahun 1955,dengan munculnya isu negara Islamdi Konstituante membuat semuapartai Islam berkoalisi erat. Kerjasama erat Masyumi-PSI-Parkindo-Partai Katolik itu kemudian muncullagi pasca 1955, yaitu dalam rangkamelawan kecenderungan diktatorialdan monolitik (tidak pluralistik,akibat dominasi PKI) dari BungKarno, dengan ekses negatifnyaberupa pergolakan daerah (PRRI-Permesta).

INDONESIA MAYORITAS ISLAM

Sudah menjadi bagian dari re-torika di negeri kita ini bahwaIslam adalah agama mayoritas. Re-torika itu malah menyebutkanangka 90 sebagai persentasi kaumMuslim dari seluruh penduduknegeri, tanpa pernah dipersoalkandari mana asal-usul angka itu selainperkiraan dan kesan. Karena kuatnyaefek retorika itu, maka ketika sensusmenunjukkan angka kaum MuslimIndonesia kurang (sedikit) dari90%, timbullah berbagai tafsiranterhadap kehidupan keagamaanmasyarakat kita, baik berdasarkanfakta maupun fiksi.

Walaupun begitu, Islam memangmerupakan agama bagian terbesarbangsa kita, apa pun makna peng-anutan mereka terhadap agama itudan betapapun beranekanya tingkatintensitas penganutan itu dari ke-lompok ke kelompok dan dari daerahke daerah. Namun, kenyataan seder-hana ini saja kiranya sudah cukupmemberi alasan keabsahan bagi pem-bicaraan tentang Islam di negeri kitadan perannya dalam substansiasiideologi nasional, tanpa eksklusivis-me, dan tidak dalam semangat ke-sewenangan suatu kelompok besar.

INDONESIA MERDEKADAN BERDAULAT

Kurang lebih dua dasawarsa se-telah Sumpah Pemuda, Bung Karnodan Bung Hatta memproklamasikankemerdekaan bangsa. Setelah meng-alami revolusi fisik, akhirnya, padapengujung 1949, kedaulatan ne-gara resmi kita peroleh, dan mulai-lah babak baru kehidupan bangsadengan terbentuknya Negara Ke-satuan Republik Indonesia. Pondasidan prasarana kehidupan berbangsadan bernegara mulai diletakkan, de-ngan faktor pendidikan yang di-konsolidasikan dan dibuat terbukauntuk seluruh rakyat. Dampak kon-solidasi dan demokratisasi pendidik-an itu justru mulai amat terasa padadua dasawarsa terakhir ini.

Page 160: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1070 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Bangsa kita ini adalah ibarat ja-bang bayi yang baru belajar teng-kurap, merangkak, dan berjalan ter-tatih-tatih, tumbuh menjadi bocah,dan kemudian menjadi pemudapuber. Selama 20 tahun pertamaumurnya, bangsa Indonesia jatuhbangun menghadapi krisis demikrisis, sampai akhirnya tampil OrdeBaru pada 1965/1966. Karena padadasarnya Indonesia ibarat memilikitubuh yang sehat dengan organ-organ yang lengkap dan mentalutuh, maka dalam perkembanganselanjutnya bangsa ini tetap me-nunjukkan vitalitas dan ketegaranuntuk tumbuh menjadi bangsa yangdewasa penuh. Di bawah pimpin-an yang bijak bestari, 20 tahun per-tama kita sebagai bangsa telah ber-hasil membangun diri dan tampilsebagai nation modern yang kukuhkuat. Dengan modal yang telahdiletakkan oleh para pendiri Re-publik seperti bahasa persatuan, fal-safah negara, konstitusi, dan pe-rangkat-perangkat kehukuman dankeresmian (legal-formal), Orde Barubertindak memenuhi kelanjutanwajar dari itu semua, yaitu mengisikemerdekaan melalui pembangun-an ekonomi dan pendidikan

Dampak positif dan dinamis darikeberhasilan Orde Baru dalam pem-bangunan ekonomi dan pendidikanmulai benar-benar terasa setelah 20tahun berjalan, yaitu pada 1986/1987. Dalam menginjak usianya yang

semakin dewasa, bangsa Indonesiamulai benar-benar menemukandirinya secara utuh, dan segi-segihakikat dirinya, yang selama initeringkari atau terdesak ke belakang,mulai dipungut kembali dan diakuiperannya serta dijadikan unsurkonstitutif kehidupan berbangsadan bernegara.

Termasuk ke dalam kerangka ituialah “penemuan kembali” bahwabangsa Indonesia pada dasarnyaadalah bangsa yang terbuka danegaliter, dengan dinamika mobilitasyang tinggi. Karena itu, falsafah ne-gara Pancasila pun dinyatakan sebagaiideologi terbuka yang wewenang pe-ngembangan interpretasinya tidakterbatas hanya kepada orang atau ke-lompok tertentu saja. Hal ini tidakberarti membiarkan terjadinya si-tuasi kacau akibat simpang-siurnyapenafsiran kepada falsafah negara.Sebaliknya, semua itu harus dilaku-kan dengan mengikuti alur-alur ke-wajaran yang dapat diterima olehmasyarakat luas. Menyatakan Panca-sila sebagai ideologi terbuka telahmenjadi momentum bagi dimulai-nya babak baru kehidupan sosial-politik Indonesia, yaitu babak ke-terbukaan dan demokrasi.

Ditopang oleh kemantapan eko-nomi dan pemerataan pendidikan,proses demokratisasi dan keterbuka-an telah menstimulasi kelompokmenengah baru Indonesia untukambil bagian dalam kehidupan so-

Page 161: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1071Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sial-politik dan budaya. FestivalIstiqlal (1995) yang sukses, misalnya,dapat disebut sebagai wujud nyataproses-proses ini. Demikian pula ke-lahiran ICMI(1990) dan mun-culnya lembaga-lembaga religio-kultural lainnyayang bersifat kon-tributif bagi pem-bangunan, adalahgejala proses ter-bentuknya struktur-struktur sosial-politik bangsa ke arah tingkat yanglebih maju.

INDONESIASEBAGAI “SOFT STATE”

Sudah lama Karl Gunnar Myr-dal (1898-1987) menilai negarakita sebagai “soft state”, “negaralunak”, yaitu negara yang peme-rintahan dan warganya tidak me-miliki ketegaran moral yang jelas,khususnya moral sosial-politik. Kitaumumnya mengidap kelembekan(leniency), sikap serba memudahkan(easy going), sehingga tidak me-miliki kepekaan terhadap masalahpenyelewengan dan kejahatan se-perti korupsi, lebih-lebih korupsidalam bentuk conflict of interest.Maka, usaha menegakkan standarmoral merupakan salah satu urgensibagi bangsa kita. Lemahnya standar

moral inilah yang menyebabkankita sekarang mengalami krisismultidimensional, tidak semata-mata krisis finansial-moneter seperti

kebanyakan ne-gara tetangga ki-ta. Akibatnya,krisis terus ber-lanjut, sementaranegara-negara te-tangga telah ber-hasil mengatasi-nya. Louis Kraar,

seorang pengamat negara-negaraindustri baru di Asia Timur, padatahun 1988 sudah meramalkanbahwa Indonesia dalam jangka wak-tu 20 tahun akan menjadi halamanbelakang (back yard) Asia Timur, di-tinggalkan oleh negara-negara te-tangga yang berkembang menjadinegara-negara maju. Sebabnya ialahetos kerja yang lembek dan korupsiyang gawat (lousy work ethics andserious corruption).

Kiranya tidak terlalu salah jikadikatakan bahwa saat-saat ini gejalanegara kita sebagai “halaman be-lakang” Asia Timur sudah mulaitampak. Indonesia semakin jauhtertinggal oleh tetangga-tetangga-nya di Pacific Rims. Maka ungkapan“krisis multidimensional” memangmerupakan gambaran tentang ke-rusakan bangsa dan negara yangmenyeluruh. Kerusakan yang di-mulai dengan krisis finansial mo-neter itu, seperti pada banyak negara

Kedengkian itu sebagian adalahakibat kufur kita akan karuniaTuhan, lalu kita melihat seolah-olah orang lain selalu mendapat-kan karunia lebih dari kita. Inilahpangkal kesengsaraan kaum pen-dengki.

Page 162: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1072 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yang juga mengalaminya, seharus-nya dapat dibatasi hanya sebagaikrisis pada suatu bagian tertentudari ekonomi nasional. Tetapi,ternyata sumbernya tidak hanyadalam bidang finansial-moneter se-mata, melainkan dalam pengelolaanyang lemah (weak governance) da-lam urusan pemerintahan dan ke-kuasaan, sehingga krisis tersebutmerambah dan meliputi semua segikehidupan bangsa.

INDONESIASEBAGAI BANGSA BARU

Kita adalah bangsa yang amatbesar, bahkan terbesar kelima setelahChina, India, Rusia, dan Amerika.Wilayah tanah air kita pun sangatbesar, yang bentangan barat-timur-nya (Sabang-Merauke) sama denganbentangan London-Teheran.

Tetapi, sesungguhnya harus di-sadari bahwa kita, sebagai bangsaIndonesia, adalah bangsa baru. Un-sur-unsur bangsa Indonesia denganbudayanya masing-masing, sepertiMelayu, Sunda, dan Jawa, misalnya,adalah “bangsa-bangsa” dan budaya-budaya yang cukup tua dan mapan,tetapi tidaklah demikian halnya de-ngan bangsa Indonesia. Keindonesia-an adalah gejala mutakhir di AsiaTenggara ini, yang memperoleh eksis-tensinya terutama karena proses-proses di Hindia Belanda menuju ke-

merdekaan yang berakhir dengan ber-dirinya Republik Indonesia.

Karena Indonesia dan keindo-nesiaan adalah gejala baru, dan ma-sih dalam taraf pertumbuhan danperkembangannya. (Menurut BungKarno, dalam sebuah pidato didepan Resimen Mahajaya pada awaltahun 60-an, hanya Kota Jakartayang benar-benar merupakan kotaIndonesia; kota lain-lain, barangkalikecuali Medan, adalah kota-kotadaerah dan merupakan pusat-pusatbudaya daerah atau suku setempat.)Karena itu, jika kita bicara tentangkesinambungan dan keterputusan,persoalan Indonesia tidaklah sepe-nuhnya analog dengan persoalanJepang atau Turki, meskipun tentuada titik-titik persamaannya. Samadengan bangsa lain manapun, kitamemerlukan rasa kesinambungandan kelestarian sebagai sumber rasakeabsahan dan keotentikan. Namunberbeda dari kebanyakan bangsa-bangsa yang lain, kesinambungandan kelestarian itu harus kita cari ti-dak dari suatu khazanah yang dengantegas dan jelas merupakan warisanseluruh bangsa Indonesia, melain-kan dari unsur-unsur yang menjadititik-temu dan garis kesamaanutama budaya-budaya Nusantara.

Tetapi, mungkin kita akan mem-buat kekeliruan yang gawat jikahanya memerhatikan segi-segi per-bedaan kultural antara (suku) bang-sa kita. Kenyataan persatuan dan

Page 163: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1073Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kesatuan negara kita sekarang ini,lebih daripada yang dicapai olehbangsa-bangsa lain sekitar kita yangbaru merdeka, dapat ditafsirkansebagai suatu bukti tentang adanyatitik-titik kesamaan potensial antarasemua unsur budaya Nusantara.Tafsir yang sama juga dapat di-terapkan kepada kenyataan mudah-nya bahasa Melayu diterima sebagaibahasa nasional.

Di samping pengalaman pen-jajahan oleh Belanda, rasanya sulitsekali diingkari bahwa salah satu fak-tor yang meratakan jalan menujukesamaan budaya Indonesia ialahfaktor agama Islam. Sebagai anutanrakyat yang relatif merata sejak dariSabang sampai Merauke, khazanahperadaban Islam telah menyediakanrumus-rumus dan konsep-konsepbudaya nasional yang ternyata ber-laku secara efektif, seperti tecermindalam dunia peristilahan, idiomdan fraseologi sosial-politik nasionalkita (yaitu, misalnya, istilah-istilahdewan, wakil, rakyat, musyawarah,mufakat, hukum, hakim, mahkamah,aman, tertib, hak-hak asasi, wilayah,daerah, masyarakat, adil, makmur,dan seterusnya yang banyak sekali).

Dalam ramuannya dengan un-sur-unsur budaya lokal yang auten-tik dan absah dari sudut pertim-bangan nasional, unsur-unsur khaza-nah peradaban Islam itu tumbuhmenjadi bahan yang tidak mungkindiabaikan dalam perkembangan

budaya Indonesia. Contoh hal serupaitu banyak sekali, seperti, terpantul-kan dalam pepatah yang berasal daribudaya suku Minangkabau: “bulat airdi pembuluh, bulat kata di mufakat”.Kita mengetahui bahwa pandangansosial-politik di balik pepatah itusekarang sudah diterima sebagaibagian dari budaya sosial-politik na-sional, yaitu ide dan konsep “musya-warah-mufakat”.

Oleh karena itu, diperlukan ada-nya sikap “ingkar kepada diri sendiri”(self denial), yang dalam masyarakatdapat melahirkan sikap hidup ber-sama yang bersemangatkan kewi-rausahaan, yaitu, menurut istilahnyaSartono Kartodirdjo, sikap hidupbersama dalam asketisme sosial. Da-lam acuan kepada nilai budaya klasik,semangat ini dapat merupakankelanjutan yang absah dan autentikdari makna di balik pepatah: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian; Bersakit-sakit dahulu, berse-nang-senang kemudian”, atau maknaungkapan dalam bahasa Jawa:“Dedalane guna lan sekti, kudu andapasor, wani ngalah dhuwur wekasané”(Jalan menuju kesuksesan ialah, orangharus rendah hati, berani mengalah,namun akhirnya unggul). Sikap-sikap ekonomi harian yang cukupsederhana, namun amat pentingseperti kebiasaan menabung (yangdalam akumulasinya dalam ma-syarakat luas akan menghasilkantersedianya modal-modal), misalnya,

Page 164: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1074 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

memerlukan sikap kejiwaan (mindset) asketisme sosial itu, yang akar-akarnya dapat ditemukan dalamkhazanah budaya masa lampau. Jadi,dapat dikatakan memerlukan adanyakeinsafan yang tulus dan autentikakan kesinambungan dan kontinui-tas budaya, di samping kemampuanmenciptakan hal-hal baru dan mem-buat inovasi-inovasi.

INDONESIAYANG MENCARI BENTUK

Pada dasarnya Indonesia baru adadan terimajinasi pada masa terutamaorang-orang generasi Bung Karno.Sebab, yang ada sebelumnya adalahHindia-Belanda, suatu kategori per-satuan sosial-politik yang bersifatkolonial, bukan sebagai negara-bangsa. Indonesia sebagai negara-bangsa Indonesia sebenarnya waktuitu belum ada. Yang ada hanya ma-syarakat atau komunitas yang diimaji-nasi. Oleh karena itu, pada saat inisebetulnya Indonesia baru dalamproses menjadi. Ketika tahun 1928,pemuda memutuskan menggunakanbahasa Melayu sebagai bahasa nasio-nal, maka itu adalah suatu keputusanyang luar biasa. Karena bahasa me-layu kebetulan adalah bahasa pantaiyang mendukung suatu budaya yangmobile, terbuka, karena tersangkutdengan sistem ekonomi dagang, per-sis seperti orang-orang Timur Tengah.

Sehingga, kalau kita kembali kebahasa Melayu yang orientasinyaadalah pantai, dan usaha mereka ada-lah perdagangan, itu artinya merekamerantau. Maka dari sini terjadilahdinamika, dan interaksi budaya, yangmerupakan modal besar bagi ke-indonesiaan.

Ada dua buku yang patut disebutdi sini, pertama ialah bukunya DutaBesar Amerika di Indonesia pada masaBung Karno. Dia menulis buku yangberjudul menyenangkan sekali, yaituIndonesia suatu Mimpi yang Bakalmenjadi Kenyataan. Dalam buku itu,ia menyatakan bahwa bangsa Indo-nesia ini bermutu sekali, sehinggapotensi untuk menjadi bangsa yangbesar begitu tinggi, antara lain ialahkarena pertumbuhan budayanya yangsangat dinamis. Kedua adalah bukuseorang Belanda, judulnya agak sinis,Indonesia suatu Kebebasan yangmasih Belum Berkembang. Tapi, biar-pun pembahasannya banyak sekalihal-hal yang bersifat kritis atau ka-dang-kadang mengejek, tapi akhir-nya dia mengatakan, Indonesiamempunyai potensi menjadi bangsayang besar, dan yang paling dapatdiandalkan adalah bahasanya, ba-hasa Indonesia. Kita merupakanbangsa baru yang paling sukses da-lam memiliki bahasa nasional. Iniberkat interaksi yang dinamis di antaraberbagai budaya itu.

Dulu, ada satu ungkapan bahwabudaya Indonesia adalah gabungan

Page 165: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1075Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dari puncak-puncak budaya daerah.Ungkapan ini memang enak diucap-kan, tapi sebenarnya tidak pasti, ba-gaimana itu bisa terjadi. Bagaimanakita menarik puncak-puncak budayadaerah, dan bagaimana mengga-bungkannya, sehingga menjadikenyataan sebagai budaya Indonesia.Tetapi yang pasti, budaya Indonesiaadalah hasil interaksi kreatif dandinamis para pelaku budaya-budayalokal yang hidup dalam suatu mel-ting pot, tempat pertemuan budaya.

Salah satu tempat hidup yang ber-fungsi sebagai melting pot ini ialahKota Jakarta, karena hanya Jakartayang meng-Indonesia. Artinya,budaya Indonesia itu secara seder-hananya adalah budaya yang di-hasilkan di Jakarta. Karena di sinilahsemua budaya Indonesia itu berkum-pul, lalu terjadi interaksi aktif dandinamis, yang kemudian menjadibudaya Indonesia, yang disebarkandari Kota Jakarta ke seluruh tanah airmelalui media cetak maupun elek-tronik, terutama lewat tayangan-tayangan televisi, radio, surat kabar,dan sebagainya, dan kelak secara tidaksadar akan menjadikan Indonesiaberproses semakin homogen sebagaibudaya Indonesia. Beberapa kota lainyang sedang menjadi melting potIndonesia adalah Medan dan Sura-baya. Dari sinilah terjadi efek crosscultural atau pertukaran budaya.

INDONESIA: BANGSA MUSLIMDENGAN HURUF LATIN

Kesenjangan intelektual dan kul-tural antara Indonesia dengan duniaIslam pada umumnya, last but notleast, tecermin dan sekaligus diperlebaroleh kenyataan bahwa Indonesia—disamping Turki dan Bangladesh—adalah sebuah negeri Muslim yangtidak menggunakan huruf Arab un-tuk menuliskan bahasa nasionalnya,berbeda dengan hampir seluruhdunia Islam yang lain. Para kiai daridunia pesantren—karena masih te-tap lebih akrab dengan huruf danbahasa Arab—menuangkan pikirantertulisnya dalam huruf Arab, mes-kipun tidak dalam bahasa Arab. Halini dimungkinkan karena adanyapengaruh huruf “Pego”, yaitu hurufMelayu atau Jawi. Namun, ada jugakiai-kiai yang dalam menuangkanpikirannya menggunakan bahasaArab, seperti Kiai Nawawi dari Ban-ten, Kiai Ihsan dari Kediri, KiaiMa’shum dari Jombang, Kiai ShalihDarat dari Semarang, dan Kiai ArsyadAl-Banjari dari Banjarmasin. Tetapi,setelah terjadi gelombang gerakan re-formasi yang dipelopori oleh Mu-hammadiyah, Persis, dan Al-Irsyad,peranan huruf dan bahasa Arab ter-desak oleh huruf latin dan bahasaIndonesia, bahkan juga oleh bahasaBarat, seperti bahasa Belanda danInggris. Penyajian pikiran Islam diIndonesia—terutama dalam bentuk

Page 166: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1076 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tulisannya—tidak lagi mengguna-kan huruf Arab, apalagi bahasa Arab,tetapi menggunakan huruf Latindan bahasa Indonesia.

Sementara itu, di satu sisi peng-gunaan tulisan Latin dan bahasaIndonesia dapat dipandang sebagaisumbangan nyata tersendiri dariumat Islam bagi pertumbuhan na-sionalisme Indonesia, tetapi di sisilain tidak bisa dielakkan hal itumemperlebar kesenjangan intelek-tual dan kultural Islam di Indonesiadengan dunia Islam yang lain. Ka-lau kita perhatikan, hanya di Suma-tra Barat reformisme Islam relatifbanyak dinyatakan dalam bahasaArab, terutama jika kita membatasiperhatian hanya kepada karya-karyabeberapa tokoh tertentu, seperti Mah-mud Yunus, Qasim Bakari, danAbdul Hamid Hakim. Maka tidakmengherankan kalau kemudianmuncul reaksi terhadap gerakan-ge-rakan reformasi karena anggapanbahwa gerakan-gerakan itu—untukmeminjam ungkapan yang baru-baru ini pernah terdengar—meng-akibatkan pendangkalan kehidupankeagamaan (Islam) di tanah air kita.Sebenarnya masalah efek “pendang-kalan” itu sendiri bisa diperdebat-kan, karena menyangkut konsepsitentang apa yang dimaksudkan de-ngan keagamaan itu sendiri. Tetapi,efek pelebaran kesenjangan intelek-tual dan kultural yang disebabkanoleh minimnya penggunaan huruf

dan bahasa Arab (yang digantikanoleh huruf Latin dan bahasa Indo-nesia) sudah merupakan fakta yangbisa kita kaji untuk mencari solusiyang tepat.

INDONESIA:BANGSA MUSLIM NON-ARAB

Kesenjangan intelektual dan kul-tural antara Indonesia dan duniaIslam pada umumnya juga dirasakanakibat kenyataan bahwa Indonesiaadalah bangsa Muslim non-Arab,seperti Malaysia, Brunei, Maladewa,(minoritas Islam) India, Pakistan,Afghanistan, Iran, Turki, dan be-berapa republik Soviet dan Asia Te-ngah. Namun, bisa dikatakan meski-pun mayoritas penduduknya ber-agama Islam, namun pengenalanagama Islam itu sendiri tidak melaluidunia Arab secara langsung. Inicukup menarik, karena agaknyadalam masa-masa permulaan per-tumbuhannya, Islam di Indonesiadiperkenalkan oleh dunia Islam non-Arab sehingga lebih dekat kepadamereka. Sedangkan dunia Islamnon-Arab pada waktu itu berada da-lam lingkungan budaya Islam Persiyang pada akhirnya mempengaruhikehidupan Islam di Indonesia. Initerlihat pada peninggalan-pening-galan Islam yang banyak mem-punyai warna ke Persia, sebagaimanatecermin dalam bidang kebahasaan.

Page 167: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1077Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Tidak saja terdapat beberapa kata-kata Persi yang masuk ke dalambahasa Melayu/Indonesia, tetapilebih jelas lagi kata-kata Arab yangada dalam bahasa kita itu pun di-pinjam tidak secara langsung daribahasa Arab, melainkan dari bahasaPersi. Ini terbukti dari bergantinya tâ’marbûthah dalam harakat sukûn ataumati menjadi tâ’ maftûhah dalam ba-hasa kita, seperti adat, berkat, dawat,harakat, ibadat, Jumat, kalimat,mufakat, nikmat, shalat, dan zakat.Jadi, kata-kata itu lebih menunjuk-kan besarnya pengaruh bahasa Persike dalam bahasa kita daripada pe-ngaruh bahasa Arab. Ini tentu sajadi samping adanya beberapa katayang tetap menyuarakan tâ’ mar-bûthah sebagaimana aslinya dalambahasa Arab seperti bid‘ah, fitrah, hik-mah, madrasah, mahkamah, makalah,musyawarah, risalah, dan telaah.Adanya kata-kata yang masih meng-ikuti kaidah bahasa Arab ini me-nunjukkan bahwa kata-kata itu ma-suk setelah Islam Indonesia mulaimengenal secara langsung duniadan bahasa Arab.

Kita mengetahui bahwa penge-nalan Islam Indonesia secara lang-sung kepada dunia Arab itu men-jadi lebih intensif karena adanyabeberapa faktor pendukung, antaralain berkat penemuan mesin uapuntuk kapal-kapal yang memudah-kan transportasi ke tanah suci—inimerupakan faktor yang cukup me-

narik. Juga, kita ketahui bahwa per-kembangan ini membawa “dampakIptek” (ilmu pengetahuan dan tek-nologi) yang pertama kepada IslamIndonesia, yaitu dikenalnya dan ke-mudian menyebarnya paham-pahamkeagamaan “yang lebih murni”. Padaperkembangannya, paham-pahamini mendorong terjadinya berbagaigerakan pemurnian, termasuk dalamhal ini “gerakan fiqih” sebagaimanadiwakili oleh kalangan ulama di pe-santren yang kelak bergabung dalamNahdlatul Ulama.

Dampak kesenjangan intelektualdan kultural dari betapa sedikitnyapengetahuan kita tentang dunia Islamnon-Arab itu membawa kepadasedikitnya informasi tentang per-kembangan pemikiran keislamankawasan-kawasan itu ke negeri kita.Kenyataan ini mengalami sedikitdramatisasi oleh adanya RevolusiIslam Iran dua dasawarsa yang lalu,betapa hal itu amat menarik bagi kita,namun sekaligus juga menimbul-kan sikap-sikap ambivalen pada ke-banyakan kita. Contoh adanya sikapambivalensi itu ialah betapa banyakorang-orang Muslim Indonesia yangmenunjukkan sikap-sikap simpatikkepada Revolusi Iran, namun tidakdisertai dengan adanya cukup pe-ngertian tentang latar belakangnya,khususnya latar belakang politikSyah Reza Pahlevi, serta latar bela-kang kepersian dan paham Syi‘ah-nya. Kemudian, mayoritas kita secara

Page 168: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1078 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tiba-tiba disadarkan oleh revolusi itutentang adanya “jenis Islam yanglain”, yang dalam beberapa segi me-miliki perbedaan yang cukup prin-sipiil dengan Islam yang telah kitakenal selama ini. Gelombang “pe-nanyaan kembali” (requestioning) ten-tang beberapa segi mapan keislamanpun melanda banyak kalangan de-ngan sikap-sikap yang agaknya sam-pai sekarang masih dalam proses per-kembangan. Atau sebaliknya, cukupbanyak kalangan Muslim negeri kitayang tidak simpatik terhadap revolusiitu. Hal ini disebabkan mereka me-miliki persepsi tersendiri, yaitu de-ngan menafsirkan revolusi ini sebagaikelanjutan paham Syi‘ah yang secaraprinsipil maupun total mereka tolak.

Tetapi, itu semua menimbulkanproblem jika diletakkan dalam petaideologis, politis, dan psikologis kitadalam melihat Perang Irak-Iran. Bo-leh dikatakan semua orang Islammempunyai keprihatinan atau concernterhadap perang yang berkepanjang-an itu. Keprihatinan ini kiranya cukupberalasan, tetapi sebenarnya mengan-dung berbagai problem yang menarikuntuk ditelaah lebih lanjut, karenasangkutannya dengan kenyataan-kenyataan bahwa Irak adalah Arabdan Iran adalah Persi; dan bahwa Irakberpenduduk mayoritas Syi‘ah, na-mun pemerintahannya dikuasai PartaiKebangkitan Arab (al-Ba‘ts al-‘Arabî)yang Sunni; bahwa Iran adalah jugaberpenduduk mayoritas Syi‘ah yang

pemerintahannya berdasarkan padapaham keagamaan Syi‘ah, dan bahwasebenarnya Iran mempunyai, minori-tas Sunni yang cukup kuat dari ka-langan penduduk berbahasa Arab diPersia Barat (“Arabistan”) dan sukuKurdi di utara. Juga menyangkut se-jarah perbatasan antara kedua negara(pada Syatt al-‘Arab) yang sesungguh-nya lebih banyak merupakan pe-ninggalan kaum kolonial (Inggris).Kalau ditelaah lebih jauh lagi, makakita akan menemukan adanya kesadar-an kesejarahan antara kedua bangsayang berbeda jika tidak berlawanan(simbol perang Al-Qadisiyah yangdigunakan Irak, lawan battle cry meng-hancurkan kekafiran Ba‘ats yang di-gunakan oleh Iran). Mungkin, dansiapa tahu, secara laten juga ada ke-sadaran pada orang Iran tentang se-jarah masa lampaunya yang jauh, ya-itu masa Dinasti Sasan, ketika Lem-bah Mesopotamia, terutama bagianhilirnya, berada dalam kekuasaan Per-sia (Ibu Kota Sasan, Cztesiphon adadi lembah itu dahulu kala, yang jatuhke tangan orang-orang Islam Arab).Maka, adanya concern banyak orangMuslim terhadap perang Irak-Iran itutecermin dari berbagai persoalan yangtidak seluruhnya bisa diterima dandiperlakukan secara taken for granted.Tidak mustahil bahwa dalam suatupercobaan untuk memahaminya lebihmendalam dan hakiki akan timbulbanyak hal yang cukup mengagetkan.

Page 169: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1079Ensiklopedi Nurcholish Madjid

INDONESIA: BUKAN TEOKRATIS,BUKAN SEKULAR

“Indonesia bukanlah negarateokratis bukan pula negara sekular;ia adalah negara yang berlandaskanPancasila”. Mengatakan bahwa ne-gara ini bukanlah negara sekularbukan pula negara teokratis ataunegara agamis, bagi mereka yang ti-dak memahami problem ideologisbangsa ini, akan terdengar absurd.Namun pada kenyataannya, itulah“cara yang tepat” bagi mayoritasmasyarakat Indonesia, secara ideo-logis, dalam memandang negerinyasendiri. Bagi mereka yang mema-hami masalah ini, ungkapan tersebutdi atas, menyiratkan adanya kom-promi dan kesepakatan yang rumitdi antara para pendiri Republik ini,yaitu kompromi yang rumit antaranasionalis Muslim dan nasionalissekular menyangkut ideologi nasio-nal yang resmi. Hal ini mengingat-kan kita pada peristiwa beberapabulan sebelum dan sesudah Kemer-dekaan Nasional, 17 Agustus 1945,yakni tatkala pasukan Jepang, yangdisponsori Dokuritzu Zyumbi Tyo-sakai atau Panitia Persiapan Kemer-dekaan Indonesia memperdebatkanmengenai landasan filosofis yangakan dijadikan pilihan Republikini.

Nasionalis Muslim atau, setidak-nya, yang secara islami mengilhamiorang-orang nasionalis, mengingin-

kan Indonesia yang merdeka ber-landaskan Islam, dan itu berartimengimplikasikan berdirinya Ne-gara Islam Indonesia (Islamic Stateof Indonesia). Tetapi nasionalissekular, yang kebanyakan darimereka adalah penganut Islamsendiri dan non-Muslim, menolakgagasan di atas, sehubungan de-ngan kenyataan bahwa, ada juganon-Muslim yang turut berjuangmelawan kolonialis. Nasionalis se-kular itu juga mengingatkan bahwamenjadikan Indonesia sebagai sebuahnegara Islam sama saja dengan me-rendahkan, secara tidak adil, peng-anut agama lain ke dalam warga ne-gara kelas dua.

Soekarno, nasionalis sekular pa-ling terkemuka, yang menjadi pre-siden pertama Republik ini, me-nawarkan suatu kompromi denganmerujuk, secara bersama-sama, padaunsur-unsur kecenderungan ideo-logis manusia, dan beliaulah yangmemperkenalkan ide Pancasila,yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan,Nasionalisme, Demokrasi, dan Ke-adilan Sosial. 5 Juni 1945, hari ketikaSoekarno menyampaikan pidatonyayang terkenal di depan PPKI gunamenjelaskan secara terperinci kelimasila di atas, kemudian oleh sebagi-an bangsa Indonesia dianggap se-bagai “hari lahirnya Pancasila”. Na-mun, sebenarnya baru pada 22 Juli1945-lah, Pancasila menemukanbentuknya yang paling sempurna,

Page 170: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1080 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yakni tatkala PPKI merumuskankonsep Deklarasi KemerdekaanIndonesia, yang dikenal sebagaiPiagam Jakarta. Dalam piagam itudisebutkan bahwa Indonesia ber-dasarkan pada: (1) Ketuhanan, de-ngan kewajibanmenjalankan Syari-at Islam bagi pe-meluk-pemeluk-nya; (2) Kemanu-siaan yang adildan beradab; (3) Persatuan Indo-nesia; (4) Kerakyatan yang di-pimpin oleh hikmah kebijaksanaandalam permusyawaratan, perwa-kilan; dan (5) Keadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia. Seba-gaimana dinyatakan dalam silapertama, hal terpenting menyang-kut Piagam Jakarta adalah bagianyang menyatakan ketentuan bahwahukum Islam atau Syariat akandijalankan oleh negara. Dengandemikian, pada hakikatnya Islamadalah agama negara Indonesia.Dokumen ini ditandatangani oleh9 pemimpin Indonesia yang palingterkemuka, delapan di antaranyaberagama Islam dan seorang beragamaKristen, yaitu A.A. Maramis.

Piagam Jakarta ini sebenarnyadimaksudkan sebagai teks deklarasikemerdekaan bangsa yang tepatpada waktunya masih harus dirumus-kan, dan ia dimasukkan ke dalammukadimah dari Konstitusi Indo-nesia yang diusulkan. Namun, tat-

kala Soekarno dan Hatta mempro-klamirkan kemerdekaan bangsa ini,17 Agustus 1945, mereka tidakmenggunakan piagam ini. Sebalik-nya, mereka merumuskan sebuahdokumen baru yang kemudian di-

kenal sebagaiteks proklamasi,sebuah doku-men yang sangatringkas yang didalamnya tidak

disebutkan secara teperinci apayang akan dijadikan nature daribangsa Indonesia merdeka ini, dandi dalamnya tidak pula disebutkansesuatu menyangkut agama Islamatau agama lainnya.

INDUSTRIALISASI

Industrialisasi diberi definisisebagai proses perkembangan tek-nologi melalui penggunaan ilmupengetahuan terapan. Hal tersebutditandai dengan ekspansi produksibesar-besaran melalui penggunaantenaga permesinan, daerah pema-saran yang luas bagi barang-barangprodusen maupun konsumen, ang-katan kerja yang terspesialisasikandengan pembagian kerja, dan urba-nisasi yang meningkat.

Jika proses tersebut berjalan cu-kup jauh, maka mekanisasi dapatpula meliputi industri maupun per-tanian. Selain itu, mekanisasi ter-

Yang paling mulia di antara ma-nusia ialah yang paling bertakwa.

(Q., 49: 13)

Page 171: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1081Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sebut juga bisa menjangkau saranakomunikasi dan transportasi untukmencapai perkembangan yang maksi-mal; tenaga listrik semakin meng-gantikan bentuk-bentuk lama tenagapenggerak.

Menyertai perubahan di bidangekonomi adalah perubahan yangkompleks dalam kelompok danproses sosial. Tahap pertama yangtipikal dari proses industrialisasi,berdampingan dengan urbanisasi,ialah meningkatnya mobilitas pen-duduk, di samping adanya per-ubahan yang penting dalam adatkebiasaan dan moral masyarakat,yang mempengaruhi semua bentukpenggolongan primer dan sekunder,di mana golongan yang sekundermemainkan peranan yang semakinbesar. Namun, yang sangat menon-jol adalah pengaruh-pengaruh ter-hadap status pekerjaan dan keahli-an-keahlian penduduk kerja, ke-hidupan keluarga dan kedudukanwanita, tradisi serta kebiasaan-kebi-asaan dalam konsumsi barang. Kon-flik antarkelas, ras, dan kelompoksosial lainnya juga dilihat sebagaiakibat penyerta yang tipikal; demi-kian pula halnya dengan proses ako-modasi yang semakin kompleks.

Meskipun saat ini, industrialisasijuga digunakan sebagai gambarantentang perkembangan organisasiekonomi sosialis, menurut sejarah-nya, istilah itu digunakan untukperkembangan ekonomi kapitalis,

dengan ciri-ciri, selain tersebut diatas, adalah pola-pola pemilikandan pengawasan oleh kepentinganindustrial, dan kelak juga oleh ke-pentingan finansial.

Jadi, industrialisasi menyangkutproses perubahan sosial, yaitu per-ubahan susunan kemasyarakatandari suatu sistem sosial praindus-trial (agraris) ke sistem sosial indus-trial. Kadang-kadang hal ini juga di-sejajarkan dengan perubahan darimasyarakat pramodern ke masya-rakat modern. Atau, dalam per-istilahan yang akhir-akhir ini ba-nyak digunakan, perubahan darikeadaan “negara kurang maju” (LessDeveloped Country LDC) ke keadaanmasyarakat “negara yang lebih maju”(More Developed Country MDC).

Dari sekian banyak teori tentangperubahan sosial, mengambil salahsatunya akan banyak menolong ja-lan pembahasan kita. Tonnies mem-bedakan hubungan-hubungan “na-tural dan organis” keluarga, desa,dan kota kecil (gemeinschaft) dengankondisi yang “artifisial” dan “ter-isolasi” dari kehidupan kota dan ma-syarakat industri (gesellschaft), ketikahubungan-hubungan asli dan na-tural manusia satu sama lainnyatelah dikesampingkan, dan setiaporang berjuang untuk keuntungan-nya sendiri dalam suatu semangatkompetisi.

Untuk menguraikan lebih jauhdikotomi Tonnies itu, Parsons me-

Page 172: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1082 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ngembangkan suatu teori yang ter-kenal dengan pattern variables. De-ngan mengikuti teori Parsons, makaperubahan dari masyarakat tra-disional ke masyarakat industrialdan modern juga merupakan per-ubahan, yakni mencakup:

Dari affectivity ke affective neutra-lity, yaitu perubahan dari sikap ber-tindak karena hendak mendapatkankesenangan segera ke sikap bertin-dak dengan kesediaan menundaatau meninggalkan kesenanganjangka pendek karena hendak men-capai tujuan-tujuan jangka panjang.Pengaruh langsung perubahan ini,bagi proses industrialisasi, ialah ter-bentuknya modal yang diperlukanberkat kebiasaan menabung daninvestasi, ditinggalkannya peng-gunaan pendapatan untuk maksud-maksud konsumtif. Affective neutralityjuga menandai hubungan-hubungansosial dalam masyarakat industrialyang bersifat contractual, impersonal,dan calculating. Kebutuhan yangberlanjut kesenangan dan kepuasansegera (immediate satisfactions) ter-penuhi terutama melalui lembaga-lembaga tradisional, khususnya famili.

Dari partikularisme ke universalis-me. Industrialisasi cenderung me-ngikis keeksklusifan partikularistisseperti keeksklusifan rasial, warnakulit, keturunan. Partikularisme se-macam itu tidak efisien dan me-nyia-nyiakan tenaga. Sungguh,masyarakat yang paling tinggi

tingkat industrialisasinya, baikkapitalis maupun komunis, adalahmasyarakat di mana pola-polauniversalistis tampak menonjol dankarier terbuka untuk bakat-bakatdan kemampuan-kemampuan.

Dari ascription ke achievement.Achievement, bukannya ascription,cenderung menjadi dasar rekruitmendalam suatu masyarakat yang telahsepenuhnya terindustrialisasikan.Adapun contoh ascription yangsangat umum ialah nepotisme, ya-itu rekruitmen berdasarkan hubung-an kekeluargaan atau darah. Nepo-tisme tidak sejalan dengan cara dansikap hidup masyarakat industrialdan modern. Dengan perkataanlain, perubahan karena industriali-sasi adalah perubahan dari sistempenghargaan karena prestise ke sis-tem penghargaan karena prestasi.

Dari diffuseness ke specificity. Yangdimaksud ialah perubahan dari hu-bungan-hubungan sosial yang be-ruang lingkup luas dan serba me-liputi, ke hubungan-hubungan ketikaseorang aktor atau pelaku tindakanmembatasi perhatiannya mengenaiorang lain pada hal-hal yang bersifatkhusus dan tidak mengizinkan masukpertimbangan-pertimbangan lain.Contoh hubungan diffuse ialah antaraayah dan anak, sedangkan contohhubungan spesifik (specificity) ialahantara guru dan murid di sekolahumum atau modern. Seorang ayahakan berperan sebagai ayah terhadap

Page 173: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1083Ensiklopedi Nurcholish Madjid

anaknya dalam segala situasi, sedang-kan seorang guru berperan sebagaiguru terhadap muridnya hanya padasituasi di sekolah atau kelas, atau si-tuasi yang menyangkut kegiatanpengajaran dan pendidikan.

INDUSTRIALISASIDAN TEKNIKALISASI

Sebagaimana telah diketahuibahwa Zaman Modern dimulai dariEropa Barat Laut. Dan industrialisasiyang menjadi ciri pokoknya dimulaioleh Revolusi Industri di Inggris. In-dustrialisasi itu sendiri sesungguhnyamerupakan hasil kelanjutan dari pro-ses lain yang lebih umum dan asasi,yaitu teknikalisasi. Seorang ahli se-jarah dunia, Marshall Hodgson,mendefinisikan “teknikalisasi” se-bagai “suatu kondisi pengkhususanteknis yang penuh perhitungan[dan karenanya juga bersemangatpembaruan], yang di dalamnyaberbagai kekhususan tertentu men-jadi saling bergantung dalam suatuskala yang cukup besar untuk me-nentukan pola-pola harapan dalamsektor-sektor kunci suatu masya-rakat, terutama perdagangan se-berang lautan”.

Oleh karena itu, beberapa ahlijustru memilih istilah “teknikalisa-si” daripada “industrialisasi” dalamusaha mengenali sifat pokok zamanmutakhir ini. Industrialisasi adalah

proses yang menjadi kelanjutanatau bisa dianggap sebagai dampaklangsung dari teknikalisasi, yaituketika spesialisasi teknikalistis ituditerapkan dalam usaha peningkat-an produksi ekonomi. Maka, “in-dustrialisasi” menjadi berarti meng-gejalanya industri bertenaga mesinbegitu rupa dalam ekonomi suatunegeri. Dengan kata lain, “in-dustrialisasi” mengandung maknakelanjutan industri yang sudah adadalam ekonomi masyarakat “tra-disional”, yang kelanjutan itu di-lakukan dengan menerapkan spe-sialisasi teknis guna menunjang pe-ningkatan produktivitasnya secaramaksimal. Maka, Revolusi Industridi Inggris, misalnya, tidak lain ada-lah penggantian tenaga manusiaatau hewan dengan tenaga mesinpada industri-industri yang sudahada di negeri itu, khususnya industritekstil. Penggantian itu ternyatatelah melipatgandakan tingkatproduktivitasnya secara luar biasa(atau secara revolusioner).

Dikarenakan dominasi unsurteknik ini, maka beberapa ahli jugamemilih untuk menamakan zamanini “Zaman Teknik”, bukannya “Za-man Modern”. Pemilihan nama iniuntuk menghindari konotasi pe-nilaian dalam perkataan “modern”yang mengisyaratkan keadaan serbabaik dan positif, padahal prosesteknikalisasi dan industrialisasi itubelum tentu bernilai demikian.

Page 174: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1084 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

“Ongkos” yang harus dibayar untukberbagai kebaikan yang diperolehmelalui teknikalisasi dan industri-alisasi cukup mahal, dan untuk ma-syarakat tertentu—dalam tahapperkembangan tertentu—bisa men-jadi terlalu mahal. Revolusi dan pe-perangan di Eropa yang tingkat pe-rusakannya meningkat berlipatganda dan motivasinya sangat “ques-tionable” dari sudut nilai instrinsik-nya sebagian bisa diterangkan se-bagai “ongkos” tak terhindarkan dariproses industrialisasi itu. Demikianpula, lahirnya ko-munisme—yangkini ternyata ga-gal—juga meru-pakan akibatsampingan ada-nya industrialisasiEropa yang padatahapan tertentumemang banyakm e n i m b u l k a nmasalah, khusus-nya masalah alie-nasi atau rasa keterasingan manusiadari lingkungan kerjanya.

Tetapi, sebelum kita berlanjutdengan berbagai “ongkos” teknikali-sasi dan industrialisasi itu—yangpada analisis terakhir masih harusdilihat lebih sebagai akibat samping-an atau ekses daripada sebagai natureatau alam teknikalisasi dan indus-trialisasi itu sendiri—kita harusmemahami dahulu adanya akibat-

akibat dan tuntutan-tuntutan mo-dernisasi yang berlaku bagi setiapanggota masyarakat modern danindustrial. Robert N. Bellah, seorangahli sosiologi kenamaan, mering-kaskan dampak-dampak positifmodernisasi bahwa, “Modernisasimembawa serta konsepsi perorang-an yang secara nisbi berwatak man-diri dengan kemampuan yang benaruntuk beradaptasi dengan keadaanbaru dan untuk inovasi. Perseorang-an serupa itu memiliki kesadarandiri yang secara nisbi tinggi

tingkatnya danmenuntut adanyasuatu struktur fa-mili yang di situkemandirian danharga dirinya di-akui. Dalam struk-tur ini pula diaberharap dapatmenjalin hubung-an dengan oranglain, yang hu-bungan ini tidak

sepenuhnya dalam kerangka ke-kuasaan dan ketaatan, tetapi dalamkerangka persahabatan dan semangatberpartisipasi. Perseorangan serupaitu juga menuntut adanya suatu ma-syarakat di mana dia merasa sebagaianggota penuh. Sebuah masyarakatyang di dalamnya perseorangan inidapat ikut mewujudkan tujuan-tuju-annya (masyarakat), sekaligus dapatmemberi kontribusi secara ber-

Page 175: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1085Ensiklopedi Nurcholish Madjid

makna. Akhirnya, dia juga me-nuntut adanya suatu pandangandunia yang terbuka terhadap masadepan, memberi nilai positif padausaha perbaikan berbagai kondisi didunia ini, dan dapat membantumemberi makna pada berbagai ke-kacauan dan gangguan dalam prosessejarah.”

Dengan kalimat lain, modernisasimengakibatkan, pertama, tumbuh-nya semangat perseorangan dengantingkat kemandirian yang tinggi.Semangat inilah yang sering dirujuksebagai individualisme. Kedua,perseorangan itu memiliki kemam-puan menyesuaikan diri dengankeadaan yang selalu berubah. Sepertidikatakan Hodgson dalam kutipandi atas, dalam teknikalisasi itutersimpan semangat kalkulasi rasio-nal, yang mengacu pada efisiensidan produktivitas. Ini semua, padaurutannya, mendorong terjadinyaproses perubahan terus-menerusmenuju pada kondisi yang lebihefisien dan lebih produktif. Eskalasidari proses itu membuat perubahandan pembaruan dalam masyarakatZaman Teknik berlangsung menurut“deret ukur”, dan membuat per-ubahan menjadi terlembagakan(institutionalized change). Sementaraitu, dalam Zaman Agraris (Ge-lombang Pertama)—pada saat ma-syarakat masih berada dalam ting-kat perkembangan agraris—per-ubahan dalam masyarakat merupakan

suatu keistimewaan. Dan tingkatkecepatan perubahannya dilukiskanmengikuti “deret hitung”. Ini sangatberbalikan dengan kondisi masyara-kat modern di mana perubahan itumerupakan sebuah gejala rutin, bah-kan hampir menjadi masalah harian.

Dalam konteks ini mungkin kitabisa mengambil contoh, yaitu de-ngan membandingkan penggunaankomputer pada Zaman Teknik, danpenggunaan bajak dan waluku padaZaman Agraris. Di satu pihak, kom-puter—sebagai salah satu wakil Za-man Teknik—semenjak ditemukanbeberapa waktu yang lalu selalumengalami modifikasi teknik danteknologinya. Sedangkan di pihaklain, bajak dan waluku—alat per-tanian yang merupakan temuansangat bermanfaat dari bangsa Su-meria lima ribu tahun yang lalu—masih tetap bertahan di seluruhdesa-desa Dunia Ketiga tanpa me-ngalami perubahan yang berarti.Pengambilan contoh ini mungkinsemakin memperkuat teori bahwaperubahan yang ada dalam masya-rakat modern itu merupakan “ke-mestian” dan menjadi sebuah gejalarutin. Oleh karena itu, modernisasimenuntut adanya pribadi-pribadidengan kemampuan adaptif yangtinggi untuk menghadapi danmengikuti setiap perubahan yangterjadi.

Dari pembahasan di atas tampakbahwa modernisasi itu hanya dapat

Page 176: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1086 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

terwujud jika masyarakat (pelakunya)menganut pandangan hidup ter-tentu, yaitu pandangan hidup yangterbuka untuk masa depan. Masya-rakat yang menganut pandanganhidup ini digambarkan sebagai suatumasyarakat yang dalam dirinya ter-simpan semangat memperbaiki ke-adaan hidup di dunia ini secara terus-menerus. Ini tidak saja merupakankonsistensi apa yang disebut olehHodgson sebagai semangat penuhperhitungan (calculative) dalam prosespilihan teknis—untuk menunjangmeningkatkan produktivitas dalamkegiatan ekonomi—tetapi juga me-rupakan akibat dari pola harapan baruyang pilihan-pilihan utamanya ditentukan oleh suasana umum teknik-alisasi itu sendiri secara hampir de-terministik.

INDUSTRIALISASIDAN ZAMAN MODERN

Pembahasan tentang masalahtantangan modernisasi dan jawabanterhadapnya, telah sering dilakukandalam masyarakat, baik oleh kalang-an awam maupun ilmiah, baik didalam maupun di luar negeri. Danpembahasan itu tidak hanya dilaku-kan pada saat-saat terakhir ini yangmemang dirasakan semakin men-desak, tetapi sebenarnya sudah dimulai sejak waktu cukup lama, bah-kan lebih dari satu abad yang lalu.

Yaitu, pembahasan yang terjadi se-jak munculnya modernisme di Ero-pa Barat Laut sekitar dua abad yanglalu, dengan Revolusi Industri diInggris dan Revolusi Sosial-Politikdi Prancis sebagai dua tonggak yangsecara mencolok menandai datang-nya zaman baru itu.

Meskipun begitu, kita tetap me-rasakan perlunya masalah ini dibahaslagi, mungkin dari sudut pandangyang belum pernah dijelajah. Maka,kali ini kami mencoba membahas-nya, dengan secara khusus mengait-kannya pada peranan kaum Muslimdan para cendekiawannya, dalamkonteks perkembangan negeri kitamenuju Era Tinggal Landas.

Umumnya, para ahli memandangbahwa datangnya Zaman Moderndengan ciri industrialisme itu me-rupakan bagian dari perkembangansejarah universal umat manusia yangtak terelakkan. Ia merupakan kelanjut-an wajar dari segi-segi tertentu yangpaling kreatif dalam budaya manusiapra-modern, namun dengan kom-pleksitas dan kecanggihan yang lebihtinggi dan dengan tekanan pada segi-segi tertentu kehidupan manusia.Segi-segi kehidupan itu sebelumnyasebagian besar masih berada secaralaten dalam bawah sadar manusia.Timbulnya zaman baru itu tidak da-pat dipisahkan dari zaman sebelum-nya, tetapi sekaligus juga merupakantanda berakhirnya zaman itu, yaituZaman Budaya Agraria yang dimulai

Page 177: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1087Ensiklopedi Nurcholish Madjid

oleh Sumeria sekitar 5.000 tahunyang lalu di Lembah Mesopotamia.Sebagai tempat ayunan budaya ma-nusia yang kemudian berkembangdan menjadi pola utama tatanan ke-hidupan “kawasan berperadaban”(Arab: al-Dâ’irât al-Ma‘mûrah; YunaniOikoumene), Sumeria dan bangsa-bangsa lain Mesopotamia telahmembawa manusia pada fajar se-jarah yang secara radikal membeda-kannya dari pola kehidupan sebe-lumnya, yaitu kehidupan pra-sejarah. Zaman Agraria hasil ke-peloporan bangsa Semit Sumeriaitu, melalui futurolog Alvin Toffler,kini semakin dikenal sebagai“Gelombang Pertama” perkembang-an peradaban umat manusia.

Dari sudut pandangan di atasitu, memasuki Zaman Modern de-ngan ciri industrialisasi yang ber-tumpukan pada ilmu pengetahuandan teknologi (Iptek), sekali lagi,adalah suatu “kemestian”. Masalah“kemestian” ini perlu kita jadikansalah satu titik tolak dalam mem-bahas setiap persoalan tentang mo-dernisasi dan industrialisasi, yaitukemestian yang mengharuskan ada-nya kesadaran tentang tak terhin-darkannya berbagai akibat prosesmodernisasi dan industrialisasi. Ber-bagai akibat positif—karena me-mang menjadi tujuan kita ber-sama—tidaklah terlalu mendesakuntuk dibahas. Tetapi, berbagai aki-bat negatifnya—disebabkan oleh

faktor kemestian tersebut—harusdihadapi secara realistis, tanpa es-kapisme, tetapi juga tanpa sikappasrah pada keadaan secara pasifdan fatalistis.

Berkenaan dengan bangsa kita,masalah lain yang harus diperhati-kan dalam pembicaraan ini adalahkenyataan religio-sosio-kulturalbahwa sebagian besar bangsa kitaadalah orang-orang Muslim. Initidak saja mengisyaratkan pada ada-nya potensi konflik—atau sebalik-nya, komplementer—antara indus-trialisasi dengan segala implikasinyadi satu pihak dan Islam di pihaklain, tetapi juga mengakibatkan takterhindarkannya perhitungan bah-wa ada suatu kemestian sosio-kul-tural pada bangsa kita yang ber-sumber pada ajaran Islam, ataupada persepsi kaum Muslim Indo-nesia tentang agama Islam, dan ten-tang bagaimana agama itu di-wujudkan dalam masyarakat. Danyang terakhir ini pun menyangkutdua segi sekaligus, yaitu segi pe-laksanaan dalam kenyataan secarafenomenologis-sosiologis; dan segipelaksanaan menurut seharusnyayang menggejala sebagai persoalandoktrinal-teologis. Kedua-duanyaharus diperhitungkan, sebab se-mentara Islam barangkali memangtunggal secara utuh, namun ke-tunggalan secara utuh itu hanya adadalam ide; sedangkan kenyataanhistoris selama lima belas abad ke-

Page 178: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1088 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

hadirannya, pemahaman terhadapIslam menunjukkan keragamandari satu masa ke masa lain dandari satu tempat ke tempat lain,yang keragaman itu tidak kurangkompleks dan ruwetnya dibanding-kan dengan apa yang terjadi padaagama atau sistem ideologi manapun.

Kenyataan-kenyataan itu me-nuntut bahwa da-lam suatu pem-bicaraan ilmiahtidak mengizin-kan penetapan se-pihak—dari su-dut pandanganpembicara ber-sangkutan—ten-tang apa yang disebut Islam, beta-papun ia yakin akan versinya sen-diri, karena hal itu akan berben-turan dengan kenyataan keragamantersebut, baik secara doktrinal mau-pun sosiologis. Meskipun begitu,jelas bahwa pengingkaran terhadapadanya semacam kemestian sosio-kultural yang bersumber pada Islambagi bangsa kita akan menjadisepadan dengan pengingkaran ter-hadap suatu segi amat penting me-nyangkut hakikat dan nature kein-donesiaan kita, yaitu unsur keislam-annya.

INFAK:GAMBARAN PRIBADI TAKWA

Orang Islam dianjurkan berinfakdalam kondisi apa pun, sehinggatidak ada alasan bagi orang yangmengaku Muslim untuk tidak ber-infak. Karena itu, dalam berinfak se-seorang tidak perlu menunggu sam-pai ia memiliki rezeki yang banyak,

karena padah a k i k a t n y amemberi adalahperwujudan ke-imanan yangtidak berkaitandengan jumlah.Al-Quran meng-g a m b a r k a n

bahwa ciri orang yang bertakwa ada-lah orang yang selalu berinfakdalam kondisi apa pun, Merekayang menafkahkan (hartanya) diwaktu lapang atau dalam kesempitan… (Q., 3: 134).

Orang beriman diperintahkanuntuk berinfak. Bahkan merekayang benar-benar dalam kesempit-an pun dianjurkan dapat menahandiri dari sikap meminta-minta. Ini-lah gambaran pribadi takwa, yaknisebuah pribadi yang harus memilikisikap perwira (‘afîf). Sikap perwiraadalah sikap yang mengasumsikanbahwa tindakan meminta-mintahanya akan merendahkan harga diri-nya, seperti dinyatakan dalam sebuahhadis Nabi Saw., “Tangan di atas lebih

Badan legislatif yang berfungsi pe-nuh karena absah melalui pemilih-an umum yang bebas, terbukadan demokratis, merupakan faktorpengimbang dan pengawas terha-dap keseluruhan proses dan struk-tur politik yang terjadi sebagai rea-lisasi kedaulatan rakyat.

Page 179: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1089Ensiklopedi Nurcholish Madjid

baik daripada tangan di bawah, danmulailah (berinfak) kepada orang yangdekat, dan sebaik-baik sedekah adalahkepada orang yang benar-benarmembutuhkan, dan barang siapa ber-sikap perwira, maka Allah lebih menyu-kai, dan barang siapa tidak membutuh-kan, itu lebih baik”.

Dari situ juga dapat dilihat bahwaajaran Islam berada pada posisi tengahyang mengikat antara dimensi verti-kal, yang berwujud ritual dan ber-sifat pribadi, dengan dimensi hori-zontal, yang berwujud amal saleh ataukerja kemanusiaan sebagai kesatuantunggal. Kesatuan dua dimensi itudiibaratkan seperti sebuah mata uang,yang satu samalain memiliki hu-bungan tak ter-pisahkan.

Contoh ajaranyang berdimensihorizontal, tapijuga merupakanefek ikutan di-mensi vertikaladalah berzakat.Ide dasarnyaadalah komitmensosial dan perbaikan sosial. Namunpada sisi lain, berzakat adalah amalanibadah yang bermuara pada perbaikansosial sebagai wujud dan realisasi ataupembuktian keimanan yang bersifatpersonal atau pribadi. Denganbegitu, singkatnya, agama Islammelarang orang yang hanya meng-

utamakan dimensi ritual dan ke-salehan formal (formal piety) danmelalaikan dimensi kemanusiaan.

INFERNO, PURGATORIO,PARADISO

Ibadah puasa selama sebulandapat dipandang sebagai penyuciandiri pribadi secara berkala. Melaluibulan suci dan penyucian ini di-harapkan kita dapat membersihkankembali diri dari kotoran kezalimanselama bulan-bulan sebelumnya.Bulan puasa ini adalah rahmat Allahyang memberi jalan berkala untuk

lepas dari alaminferno, alam ne-raka, alam sengsaradalam kehidupanmanusia (meng-ikuti bahasaDante, penyairAbad Pertengahanyang menulis bu-ku syair DivinaComedia), untukmemasuki alampenyucian atau

Purgatorio, dengan jalan pertobatandan latihan-latihan keruhanianselama sebulan puasa, untuk suatutujuan paradiso, lahir kembali dalamalam surgawi, yang dalam bahasaIslam disebut fitrah. Paradiso (bahasaLatin, bahasa Arabnya firdaws) adalahsurga: hidup bahagia, penuh keda-

Page 180: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1090 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

maian, Dan Allah memanggil ketempat tinggal yang damai; Ia akanmembimbing siapa saja yang di-kehendaki-Nya ke jalan yang lurus (Q.,10: 25). Memang, salah satu segikebahagiaan hidup ialah tegaknyanilai-nilai kemanusiaan, yang intinyaialah kedamaian ini.

Dalam tafsir atas Q., 10: 25 ini,Abdullah Yusuf Ali mengatakan, “…Selain segala kesenangan dalam kehi-dupan benda yang serbafana dan tia-da pasti ini, ada lagi kehidupan yanglebih luhur. Ke sana Tuhan selalu me-nyerukan. Itulah yang disebut tempatyang damai dan tak ada rasa duka. Se-mua dipanggil, dan mereka akan dipilih,yakni mereka yang mencari keridlaanAllah, bukan yang mencari keuntungandunia kasar.” Oleh karena itu, surgadisebut juga Dâr al-Salâm, “Negeri Per-damaian” di mana penghuninya salingmenyapa dengan ucapan, “Damai,damai!” (Salâm, salâm).

Orang yang menjalankan ibadahpuasa sesuai dengan tuntunan, de-ngan sendirinya akan dapat mengem-balikan jiwanya kepada kesucian ataualam paradiso, yakni kebahagiaankarena lepas dari dosa.

INFORMASI ILMIAH MODERNSEBAGAI BAHAN TAFSIR

Permasalahan yang ada pada saatini ialah sebagian besar, hampirsemua, bahan informasi ilmiah mo-

dern itu ada dan berasal dari kalang-an non-Muslim, khususnya Baratyang Kristen dan Yahudi, kemudianorang-orang Jepang yang Shinto-Buddhis, lalu orang-orang Indiayang Hindu. Ini tidak berarti bahwaperanan kaum Muslim sama sekalinihil (salah seorang pemenangHadiah Nobel dalam fisika adalahseorang Muslim [Ahmadi], yaituAbdus Salam), namun memangmasih sedikit sekali. Padahal, ilmupengetahuan modern itu akar-akar-nya berasal dari Islam, seperti di-cerminkan dalam matematika, fisi-ka, biologi (kedokteran), dan kimia.

Karena hampir semua informasiilmiah itu berasal dari kalangan non-Muslim, maka timbul pertanyaan:bolehkah kita, kaum Muslim, meng-gunakan bahan-bahan informasiilmiah modern itu untuk memahamiayat-ayat Allah dalam alam semestadan diri kita sendiri, sejalan dan sesuaidengan makna janji Allah untuk masadepan umat manusia? Untuk sebagianorang Islam, pertanyaan itu betul-betul serius dan gawat, dan telahdengan kuat mewarnai retorika dansikap kalangan Muslim tertentu.Tetapi, untuk mereka yang mema-hami sejarah pemikiran kaumMuslim dan bahkan umat manusia(sebab pemikiran Islam itu kemudianmempengaruhi sejarah pemikiranumat manusia), pertanyaan tersebutterdengar berlebihan. Sebab kaumsalaf dahulu jelas-jelas memboleh-

Page 181: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1091Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kan, bahkan mempraktikkan peng-ambilan dan pemanfaatan ilmu pe-ngetahuan dari mana saja, termasukdari kalangan kaum kafir.

Berkenaan dengan masalah me-nafsirkan Al-Quran, informasi ilmiahmodern akan sangat berfaedah dalamusaha kita memahami firman-firmanAllah yang membahas hakikat ten-tang alam raya (kosmologi), manusia,dan fenomena-fenomena ciptaanAllah yang senantiasa disebut se-bagai ayat-ayat itu. Informasi ilmi-ah modern tentu saja tidak dapat di-gunakan untuk bahan menjelaskansegi-segi keagamaan (murni) dalamAl-Quran. Ini harus jelas bagi kita,sebab, kalau tidak, maka akan jatuhkepada bahaya mencampuradukkanantara wilayah keimanan yang kitaketahui hanya dari berita (naba’) darikalangan manusia sendiri yang di-tunjuk oleh Tuhan sebagai pembawaberita (nabî) dengan perkara ilmiah-empirik (tajrîbî).

Meskipun hal-hal yang harus kitaterima sebagai berita yang benar dariAllah melalui iman itu tidak bolehberlawanan dengan akal, namunAllah sendiri memerintahkan untukmenggunakan akal itu agar kita ber-iman. Sekalipun demikian jelasbahwa sifat dasarnya tidaklah samaseperti wilayah ilmu pengetahuanduniawi yang dapat dijangkau me-lalui pengamatan atau observasi yangbenar dan penalaran rasional. Dansesungguhnya hanya dengan begitu

kita dapat memahami kemudian me-laksanakan perintah Allah yangbanyak sekali dalam Kitab Suci Al-Quran agar kita memerhatikanjagat raya dan fenomena sekitar kita.Hal ini jelas sekali merupakan salahsatu makna “ilmu” dan “ulama” se-bagaimana disebutkan dalam Al-Quran:

Tidakkah kauperhatikan bahwaAllah menurunkan air (hujan) darilangit (awan), kemudian dengan airitu Kami (Allah) hasilkan berbagaibuah-buahan yang bermacam-macamwarna. Dan pada gunung-gunung itupun ada garis-garis putih dan merahyang bermacam-macam warnanya, adapula yang hitam pekat. Pada manusia,binatang yang melata dan ternak punterdapat warna yang bermacam-ma-cam. Sesungguhnya yang benar-benarbertakwa kepada Allah itu ialah para‘ulamâ’. Sesungguhnya Allah itu Ma-hamulia dan Maha Pengampun (Q.,35: 27-28).

Dalam konteks firman Allah itujelas sekali bahwa perkataan “ulama”mengandung arti mereka yang me-mahami gejala-gejala alam di sekitar-nya, yang langsung disebutkan dalamayat Al-Quran itu ialah: meteorologi,flora, geologi atau minerologi danvulkanologi, antropologi (ilmu ten-tang manusia), dan fauna. Kita akanmemperoleh ilmu dan pengetahuantentang hal itu semua melalui obser-vasi, pengamatan, dan penelitian, ke-

Page 182: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1092 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mudian dilanjutkan dengan “nalar”rasional.

Sekarang, ilmu pengetahuanmodern yang dirintis umat Islamitu menjadi khazanah umat ma-nusia. Maka, sebagai pemilik “asli”-nya, umat Islam berhak mengambilkembali dan menjadikannya untukbahan memahami ajaran agama se-cara lebih luas dan mendalam.

INGAT KEPADA ALLAH

Pembicaraan tentang masalah zikir(ingat kepada Allah) ini menyangkutbidang ilmu tasawuf. Yaitu, ilmu yangbanyak mendalami dan menekankanamalan batin manusia. Di kalangankaum Syi‘ah Isma‘iliah (yang sekarangdipimpin oleh Aga Khan yang terkenalitu) tekanan kepada amalan batin ter-sebut sedemikian rupa sentralnya se-hingga mereka disebut Kaum Ke-batinan (al-Bathînîyûn). Imam Al-Ghazali yang terkenal itu menuliskarya polemis terhadap mereka,meskipun dia sendiri juga mengem-bangkan ajaran tentang olah batinyang sangat lengkap dan tangguh,khususnya dalam kitabnya, Ihyâ’‘Ulûm al-Dîn.

Tetapi, karena dasar-dasarnya ju-ga ada dalam prinsip-prinsip ajaranagama secara keseluruhan, maka su-dah barang tentu akan bermanfaatpula untuk setiap pemeluk agama.Lebih-lebih setelah “masalah kebatin-

an” ini digarap dalam ilmu tasawuf,termasuk melalui pena Al-Ghazalijuga, dan diusahakan untuk diletak-kan di bawah pengawasan ajaranstandar, dalam hal ini bisa disebutsyariat.

Di kalangan kaum sufi itu di-kenal adanya dzikr jahr dan dzikrkhafî. Dzikr tentu saja artinya ialahingat, dan di sini yang dimaksudialah ingat kepada Allah. Dzikr Jahrialah yang dilakukan dengan suarakeras atau secara tampak lahir (jahrartinya keras), dan dzikr khafî ialahyang dilakukan secara diam-diamatau rahasia (khafî berarti samar atautersembunyi).

Agama membenarkan seorangmelakukan kebaikan dengan memper-lihatkan amalnya itu atau merahasia-kannya atau memandangnya sebagaiurusan pribadi dia dengan Tuhan.Kemudian, ada amal kebajikan yangsebaiknya, mungkin seharusnya, di-ketahui orang banyak disebabkankuatnya dimensi sosial kebajikanitu. Karena itu, dzikr jahr dan dzikrkhafî ini dikaitkan dengan firmanTuhan, Sesungguhnya mereka yangtakut kepada Tuhan mereka dalamkegaiban, bagi mereka adalah ampun-an dan pahala yang agung. Danlirihkanlah ucapanmu, atau keras-kanlah, sesungguhnya Dia Mahatahuakan segala isi dada (Q., 67: 12-13).

Tapi, kalau derma yang berdi-mensi sosial sangat kuat itu pun lebihbaik jika dilakukan secara diam-diam

Page 183: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1093Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dan anonim demi memelihara ke-utuhan keikhlasan hati, maka lebih-lebih lagi perihal ingat kepadaAllah, jelas lebih utama dilakukansecara private, dalam hati dan tanpademonstrasi. Karena itu, difirman-kan dalam Kitab Suci, Serulah (ber-doalah) kamu semua kepada Tuhan-mu dengan penuh rendah hati dansuara lirih. Sesungguhnya Dia tidaksuka kepada mereka yang melampauibatas (Q., 7: 55). Juga firman-Nya,Dan ingatlah Tuhan dalam jiwamudengan penuh rendah hati dan rasatakut, serta tanpa mengeraskan ucapan(suara), di pagi dan petang, dan jangan-lah engkau tergolong mereka yang lalai(Q., 7: 205).

Oleh karenaingat kepadaAllah atau dzikritu pada dasarnyaada dalam batinkita yang palingmendalam, makadia bisa dilakukanpada setiap waktu dan di setiap tem-pat, serta dalam keadaan bagaimanapun. Inilah sifat utama orang-orangyang berakal budi, yang mendapatbimbingan Ilahi (Q., 3: 191). Makasesungguhnya shalat, misalnya, di-ajarkan agar kita ingat kepada Allahdengan penuh rendah hati dan pri-vacy itu. Dan pastilah ingat kepadaAllah itu lebih agung (Q., 29: 45).

INGKAR HADISBUKAN INGKAR SUNNAH

Dalam perkembangan sejarahIslam, banyak ditemui kelompok-kelompok kaum Muslim yang sangatmeragukan autentisitas dan otoritaskumpulan hadis. Mereka sebenarnyatidak mengingkari Sunnah, karenaingkar pada Sunnah Nabi adalahmustahil bagi seorang Muslim. Te-tapi, mereka ini dapat disebut se-bagai golongan ingkar hadis. Me-nurut Mushthafa Al-Siba’i, seorangpembela paham Sunni yang ber-semangat dan mantan dekan Fakul-tas Syariah Universitas Syiria, sertaseorang tokoh pembina gerakan Al-Ikhwân Al-Muslimûn di Syiria, go-

longan ingkarhadis itu ter-dapat di mana-mana dalam du-nia Islam, daridahulu sampaisekarang.

Sangat menarik jalan pikiran se-orang tokoh yang ingkar hadis itudi zaman modern, yang disebutkanoleh Al-Siba’i sebagai contoh, dandinilainya banyak membuka pintubagi orang lain sesudahnya untukjuga bersikap ingkar pada hadis.Tanpa menyebut namanya secarajelas, Al-Siba’i mengutip tokoh ituyang pandangannya pernah dimuatoleh majalah al-Manâr pimpinanSayyid Muhammad Rasyid Ridla.

Ketika seseorang sudah tidak bisalagi mengontrol hawa nafsunya,maka sebenarnya orang itu sedangdiacuhkan oleh Allah Swt.

(istidrâj).

Page 184: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1094 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Tokoh itu sendiri, menurutMushthafa Al-Siba’i, adalah seorangMuslim yang bergairah dan tampilmembela Islam dengan cara yangmengagumkan. Tapi, pandang-annya yang menolak otoritas hadistelah menimbulkan heboh di ka-langan para ulama Al-Azhar.

Secara ringkas, menurut Al-Si-ba’i, pandangan mereka yang me-nolak hadis ialah bahwa Islam ha-nyalah Al-Quran saja, dan bahwaKitab Suci merupakan satu-satunyasumber penetapan syariat disebabkankepastian autentisitasnya. SedangkanSunnah (yang dimaksud tentunyahadis) mengandung keraguan dalamkeabsahannya sebagai sumber argu-men (hujjah) karena terjadi penam-bahan-penambahan padanya, dankarena adanya banyak kontradiksidi sebagian besar nash-nashnya.Mereka mendasarkan pandangan itupada hal-hal berikut:1. Allah telah menegaskan Tidak

ada satu perkara pun yang Kamiabaikan dalam Kitab Suci (Q.,6: 38). Ini menjelaskan bahwaKitab Suci telah mencakup se-luruh prinsip penetapan syariat,sehingga tidak lagi ada peranbagi Sunnah (hadis) untuk me-natapkan hukum dan membuatsyariat.

2. Allah menjamin pemeliharaanAl-Quran dari kesalahan, se-bagaimana difirmankan, Se-sungguhnya Kami benar-benar

telah menurunkan pelajaran,dan sesungguhnyalah Kami yangmemelihara-Nya (Q., 15: 9).Tuhan tidak menjamin peme-liharaan Sunnah (hadis), se-hingga masuk ke dalamnya pe-nambahan dan pemalsuan. Ka-lau seandainya hadis termasuksumber penetapan syariat, ten-tulah Tuhan memeliharanyauntuk kepentingan para ham-ba-Nya dari kemungkinan pe-nyelewengan dan perubahansebagaimana Dia telah meme-lihara Kitab Suci-Nya.

3. Sunnah (hadis) belum dibuku-kan di zaman Nabi Saw., bahkansecara autentik diceritakanbahwa beliau melarang mem-bukukannya. Hadis juga belumdibukukan di zaman Al-Khulafâ‘Al-Rasyidûn, dan kebanyakantokoh besar para sahabat Nabiserta para Tâbi‘ûn seperti Umar,Abu Bakar, Alqamah, Ubaidah,Al-Qasim Ibn Muhammad, Al-Sya’bi, Al-Nakha’i, dan lain-lain,menunjukkan sikap tidak sukapada usaha membukukannya.Pembukuan hadis baru dimulaipada akhir abad pertama, dan se-lesai pengumpulan dan ko-reksinya pada pertengahan abadketiga. Ini adalah jangka waktuyang cukup panjang untuk me-nimbulkan keraguan tentangkeabsahan teks-teks hadis, danhal itu dengan sendirinya me-

Page 185: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1095Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nempatkan Sunnah pada tingkatdugaan (martabat al-zhann)belaka, sedangkan dugaan tidakdapat menghasilkan hukumsyar‘i, karena Allah berfirman,Sesungguhnya dugaan tidak sedikitpun menghasilkan kebenaran (Q.,52: 28).

4. Terdapat penuturan dari NabiSaw. bahwa beliau bersabda,“Sesungguhnya hadis akan me-mancarkan dari diriku. Apa punyang sampai kepadamu sekaliandan bersesuaian dengan Al-Qur-an, ia berasal dari diriku; danapa pun yang sampai kepadamudan menyalahi Al-Quran, ia ti-dak berasal dariku.”

Dalam kutipan Al-Siba’i tentangargumen orang yang ingkar pada ha-dis itu disebutkan bahwa pembuka-an hadis dimulai pada akhir abadpertama Hijriah, dan rampung padapertengahan abad ketiga. Mungkinyang dimaksudkan ialah adanya do-rongan pembukuan hadis oleh Kha-lifah ‘Umar ibn Abdul Aziz (w. 102H.) dari Bani Umayah. Khalifah initerkenal dengan sebutan kehormatan‘Umar II, yang mengisyaratkan pe-ngakuan bahwa ia adalah pelanjut ke-khalifahan ‘Umar ibn Al-Khattab yangbijak-bestari. Maka, banyak kalangankaum Muslim yang memandangUmar II sebagai anggota kelima dariAl-Khulafâ‘ al-Rasyidûn, sesudah Aliibn Abi Thalib.

INTELEKTUALYANG TERBARATKAN

Seorang Muslim, sebagai golong-an manusia yang menerima ke-benaran Ilahi, berkewajiban menye-ru umat manusia untuk kembalikepada Tuhan, Pencipta mereka, de-ngan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya. Dan itulah jalan yang lurus.

Tidak kurang pentingnya untukditerangkan ialah sebab-sebab me-ngapa kita dari sekarang menyata-kan penentangan terhadap wester-nisasi itu. Mengapa kita mem-punyai kekhawatiran demikian?Apakah memang ada usaha-usahake arah penyelewengan modernisasimenjadi westernisasi?

Sikap kita ini semata-mata di-dasarkan pada pengalaman-pe-ngalaman di masa silam. Segera se-telah Dekrit Presiden 5 Juli 1959,Partai Komunis Indonesia me-nunjukkan peranan yang semakinmenentukan dalam pembentukancorak politik Indonesia, dan banyakdilontarkan kekhawatiran bahwaDemokrasi Terpimpinnya Soekarnoakan diselewengkan menjadi peng-abdian kepada kepentingan PKI danaspirasi-aspirasinya. Pada waktu itu,pernyataan kekhawatiran itu selaludisambut dengan tuduhan hendakmenentang kepemimpinan BungKarno, Kontra Revolusi, dan seterus-nya. Tetapi, kenyataan menunjukkan

Page 186: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1096 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bahwa kekhawatiran itu akhirnyabenar-benar terjadi, dengan peris-tiwa Lubang Buaya sebagai kli-maksnya.

Gagasan-gagasan selalu dapatdibuat dengan perumusan-peru-musan yang baik dan menarik rak-yat. Tetapi, di balik gagasan yangbagus itu terdapat sesuatu yang lebihmenentukan, yaitu pelaksanaannya.Kita sudah terlalu sering mende-ngar bahwa “the man behind thegun” lebih penting dan menentu-kan daripada “the gun” itu sendiri.Ketika menerangkan tentang demo-krasi yang berarti pemerintahan olehrakyat, dan karena itu harus meng-hasilkan suatu pemerintahan yangrepresentatif, John Strachey me-ngatakan bahwa diperlukannya pe-merintahan yang representatif ituialah karena rakyat memerlukankebebasan untuk hire and fire peme-rintahan tersebut, sesuai dengan ke-pentingannya. Pemerintah dapatsaja diserahkan kepada kelompokahli tanpa dukungan rakyat, se-bagaimana banyak menjadi tun-tutan sementara golongan. Tetapi,pengalaman umat manusia di se-panjang sejarah menunjukkanbahwa suatu pemerintahan oleh se-seorang atau golongan akan beralihmenjadi pemerintahan menurutkepentingan orang atau golongantersebut.

Apa yang dikatakan oleh tokohdemokrat Inggris itu dibenarkan

oleh persaksian kita di zaman ke-kuasaan Soekarno. Siapakah Indo-nesia, Demokrasi terpimpin, Eko-nomi Terpimpin, dan Kepribadiannasional? Kesemuanya itu adalahnilai-nilai yang tinggi. Malahansiapa pun yang hendak meng-ingkari nilai masing-masing siladari Pancasila, yang Soekarno de-ngan sekuat tenaga hendak meng-klaimnya sebagai hasil pengga-liannya? Tidak seorang pun dapatmelakukan klaim tersebut. Ma-lahan, di antara sekian banyak massappeal Orde Baru sekarang ini ialahUUD 45 dan Pancasila, meskipunharus ditambah dengan “melak-sanakan secara murni dan kon-sekuen”. Tetapi, semua orang se-pakat bahwa Soekarno dulu meng-gunakan slogan itu semuanya untukkepentingan dirinya sendiri dan go-longannya.

Tanpa mengandalkan sikap apriori bahwa sekarang ini akan men-jadi pula keadaan seperti permulaanOrde Lama, rakyat harus bersediapayung sebelum hujan, karena rak-yat tidak bersedia kehilangan tong-kat untuk kedua kalinya. Olehkarena itu, kekhawatiran bahwa isu-isu pokok sekarang ini, selama rak-yat tidak diikutsertakan, akan di-selewengkan menjadi sesuatu yangbertentangan dengan aspirasi rakyat,mutlak harus dinyatakan. Sebab, se-perti diakui oleh Pak Harto sendiribahwa situasi tanah air sekarang ini—

Page 187: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1097Ensiklopedi Nurcholish Madjid

termasuk juga situasi pemerintahan-nya—adalah tidak wajar, karena masihberada dalam masa transisi. Salah sa-tu ketidakwajaran itu ialah bahwapemerintahan sekarang ini belummerupakan pemerintahan yangrepresentatif. Dan yang kitamaksudkan de-ngan pemerinta-han di sini tidakhanya dalam ben-tuk formal saja,tetapi juga ben-tuk-bentuk infor-malnya yang cu-kup efektif pula;jadi, baik yangmerupakan the vi-sible governmentmaupun yang merupakan the invi-sible government. Pendeknya, semuaorang yang memegang peranandalam menentukan politik negaraini. Terutama kelompok yang me-namakan dirinya sebagai “golonganintelektual”, sebab bukan rahasialagi bahwa merekalah kini sumber-sumber konsepsi.

Nah, siapakah “golongan in-telektual” itu? Hal ini memaksa kitauntuk kembali sejenak ke sejarahmasa lampau bangsa kita. Kita harusmenoleh ke masa silam,untuk dapatmenjadi lebih bijaksana di masamendatang. Bukankah Tuhan ber-firman: “Sungguh, dalam sejarahorang-orang yang telah lalu itu, ada

pelajaran bagi mereka yang rasio-nal?” (Q., 12: 111).

Untuk memulai pembahasan,orang-orang dari golongan “intelek-tual” ini kita sebut dengan pemin-jam istilah Gerald S. Maryanov da-lam bukunya, Politics in Indonesia:

an Interpre-tation, yaituorang-orangintelek yangterbaratkan.Oleh karenaitu, merekamempunyai se-perangkat ga-gasan, sikapdan keyakinanyang berkiblat

ke kebudayaan Barat.Hal itu tidaklah aneh kalau di-

lihat dari latar belakang pendidikandi mana mereka berasal. Dari segipendidikan, mereka adalah sisa-sisastrata sempit bangsa Indonesia yangtumbuh dalam alam pendidikanBelanda. Dan dari segi lingkungansosial, mereka berasal dari sejumlahkecil bangsa indonesia yang keluarga-keluarganya terlibat dalam peme-rintahan kolonial Belanda. Keduafaktor itu—faktor pendidikan Be-landa dan faktor kedudukan sebagaikelas elite di zaman kolonial—adalahdua faktor yang saling menyokongdan menguatkan. Seseorang tidakmungkin bisa memasuki sekolah-

Page 188: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1098 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sekolah Belanda, kalau ia bukan ber-asal dari keluarga-keluarga “ter-hormat”, dan tidak mungkin bisamenikmati kedudukannya sebagaikelas atas, kalau tidak berpendidik-an cukup, menurut ukuran Belanda.Hal ini kita kemukakan tanpa se-dikit pun mengurangi pengakuanbahwa di antara golongan yang ter-masuk “the westernized intellectuals”itu ada juga yang cukup patriotis danbesar sumbangannya bagi kemerdeka-an tanah air.

INTERAKSI ANTARA ANIMISMEDAN TAUHID

Bagaimana gambaran interaksiantara Animisme (boleh juga plusHinduisme) dan Tauhid? Interaksiitu berada dalam proses demikian:Mula-mula seorang Animis, sebelummasuk ke dalam kepercayaan Islam,harus terlebih dahulu menanggalkansama sekali kepercayaannya. Hal ituberarti bahwa ia tidak boleh lagimempercayai bahwa segala bendamempunyai ruh atau kekuatan yangperlu dibujuk dan dijinakkan melaluipemujaan. Dia harus memandangbenda-benda itu menurut apa ada-nya, secara objektif, tidak dilebih-kan dan tidak pula dikurangkan.Besar sekali arti hal ini bagi seorangAnimis. Sebab ia, pada mulanya,memandang benda-benda itu se-demikian rupa, sehingga sikap-sikap-

nya terhadap benda apa pun me-rupakan kegiatan keruhanian ataukeagamaan. Materi dan spirit, ataubenda dan jiwa (jism dan rûh),menjadi satu, tidak dapat dibeda-bedakan. Baginya tidak ada benda se-bagai benda (benda objektif ), me-lainkan benda tersebut merupakanwadah ruh, atau sukma, yang me-merlukan pemujaan. Segala tindakanselalu berada dalam lingkungan ke-giatan keagamaan.

Lebih jelas lagi kalau kita lihattindakan seorang Animis, berkenaandengan penyakit dan pengobatan-nya. Suatu penyakit tidaklah dilihatapa sebenarnya penyakit itu, sebab-sebabnya, dan kemungkinan cara pe-nyembuhannya. Penyakit, baginya,langsung dihubungkan dengan ruh,atau sukma. Penyakit adalah pe-ngaruh ruh jahat. Oleh karena itu,pengobatan satu-satunya untuksegala penyakit ialah yang bersifatruhani, baik untuk mengusir ruhjahat tersebut atau membujuknyasupaya pergi, atau meminta per-tolongan ruh lainnya yang baik.Jadi, mengobati penyakit pun me-rupakan praktik keagamaan. Sung-guh, tidak ada satu kegiatan manusiapun yang lepas dari lingkarankeagamaan. Tingkah laku manusiaselalu dirangkaikan dengan ritualatau upacara keagamaan: umpa-manya, memulai bercocok tanam,membuka saluran air, mengetam,dan seterusnya. Sisa praktik itu—

Page 189: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1099Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sebagaimana di singgung di muka—masih dapat kita saksikan sampaisekarang ini.

Yang penting kita perhatikandalam sikap Animis itu ialah bahwa,baginya, tidak ada benda sebagaibenda murni. Karena itu, seorangAnimis tidak mungkin mendekatibenda sebagai benda. Di balik ben-tuk lahir benda itu, dia akan men-cari arti spiritualnya: apakah bendaitu mendatangkan kutukan ataumembawa keberuntungan. Maka iatidak akan mengerti benda itu me-nurut hakikat materialnya, apalagimenaklukkan dan menggunakannya,sebagaimana kelaziman abad se-karang ini. Jadi sebenarnya, bagi se-orang Animis, semua benda dankegiatan keseharian ditentukan olehresep-resep keagamaan. Tidak satubagian pun yang dibiarkan dipecah-kan oleh manusia sendiri dengankreativitas berpikirnya.

Sekarang, Islam datang denganajaran tauhidnya yang tidak kenalkompromi itu. Dengan tauhid, se-orang Animis diajari untuk melihatbenda-benda ini sebagaimana ada-nya: dia dapat mendekatinya sebagaibenda objektif, dapat memahami-nya, menggunakan, dan menguasai-nya. Bagaimana dia mendekati bendaitu, sangat banyak bergantung ke-pada kecerdasannya, tidak kepadaketekunannya melakukan upacara-upacara keagamaan. Maka dengantauhid itu, terjadi proses sekularisasi

besar-besaran pada diri seorang Ani-mis. Semua benda yang semula di-puja, dan karenanya mengandungnilai akhirat, spiritual, atau agama,sekarang ia campakkan ke bumi, dandipandangnya sebagai tidak lebihdaripada benda duniawi belaka.Benda-benda itu, dengan demikian,diduniawikan atau disekularisasikan.Sekarang, ia mendekati benda ter-sebut dengan kapasitasnya sendiriselaku manusia, makhluk berpikir. Iamemikirkan benda tersebut: kejadi-annya, hukum-hukumnya, dan caramenguasai atau menggunakannya.Dalam kegiatan berpikir itu, ia tidakbergantung kepada upacara-upacarakeagamaan lagi: ia bebas. Danpengetahuannya tentang benda itupun adalah pengetahuan bebas, ber-diri sendiri, di luar masalah-masalahspiritual. Sutan Takdir Alisyahbana,seorang yang mempunyai otoritasbesar di bidang filsafat, menerang-kan secara singkat masalah tersebutdalam bukunya, Indonesia: Socialand Cultural Revolution, bahwa“Salah satu karakteristik Islam yangdengan jelas membedakannya dariHinduisme ialah ajaran monoteis-menya yang tidak mengenal kom-promi. Juga, bertentangan denganHinduisme dan agama-agama asliIndonesia, di mana binatang, ma-nusia, dan kekuatan-kekuatan super-natural, tidak dibedakan secara tajam,dan dapat dicampuradukkan satudengan lainnya, Islam memberi ma-

Page 190: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1100 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nusia kedudukan istimewa, mengatasialam binatang dan tumbuh-tum-buhan, berkat pemisahan manusiadari Allah dan alam binatang dantumbuh-tumbuhan. Manusia di-beri kesempatan untuk membangundunianya sendiri, dengan dituntunoleh intelegensinya. Islam juga ber-beda dengan kebudayaan Indonesiaasli dan Hindu, dalam hal bahwa iamembukakan pintu bagi pertum-buhan lembaga ilmu pengetahuansekular (duniawi—NM) yang bersifatotonom dari pengaruh keagamaan, de-ngan mengizinkan kebebasan berpikirdan mengadakan penyelidikan.”

Kenyataan bahwa kalimat syaha-dat pertama-tama mengandung pe-niadaan objek pemujaan, atau tuhan,merupakan pengakuan tegas akanadanya kecenderungan manusia un-tuk memuja apa saja yang sebenarnyatidak perlu. Mengapa demikian?Karena manusia terlebih dahulu me-merlukan rasa aman. Tetapi, ketikamenghadapi kenyataan hidup ini,banyak sekali ia temukan hal-halyang menimbulkan rasa tidak aman.Pada pokoknya manusia merasa tidakaman terhadap hal-hal atau benda-benda yang ia tidak kenal atau me-ngerti. Maka singkatnya, manusia,pada fase pertamanya, hampir tidakmengerti apa pun yang ada. Ke-ngerian itu melahirkan tindakan se-baliknya, yaitu pemujaan. Mulailah

manusia memuja apa saja yang asingbaginya: gunung, hutan lebat, su-ngai, binatang, peristiwa, seperti ter-jadinya petir, lahar, banjir, dan se-terusnya. Bahkan, benda-bendayang terdekat dengan dirinya punia jadikan sasaran pemujaan. Tentusaja, hal itu berakibat semakin tidakdapat dimengertinya dunia ini. Se-bab, semua tindakannya memangdimulai dengan sikap “tidak akanmengerti”. Maka, bila sejarah ma-nusia itu berjalan, maka ia berjalandi tempat, tidak membuat kemaju-an apa pun.

Satu-satunya jalan ialah melepas-kan manusia dari belenggu ini: iaharus melangkahi kepercayaannyasendiri bahwa dunia ini tidak dapatdimengerti oleh manusia sendiri. Danitu berarti mengubah sama sekalitata kepercayaannya, yaitu bahwamanusia diberi wewenang penuhuntuk memahami dunia ini. Yangtidak mungkin dimengerti hanyalahTuhan, Pencipta dunia itu. Maka,Dia-lah yang berhak dipuja. Se-dangkan selain-Nya, seisi alam rayaini, justru sebaliknya: harus dibukarahasianya, dimengerti, dikuasai,dan digunakan. Rasulullah pun ber-sabda: “Pikirkanlah alam raya ini,dan jangan kamu pikirkan Tuhan,Penciptanya.”

Page 191: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1101Ensiklopedi Nurcholish Madjid

INTERAKSI DOKTRIN AGAMADAN SEJARAH

Fenomena keagamaan, selain ber-titik tolak dari wahyu yang ahistoris(dalam arti datang langsung dari Tu-han, bukan merupakan hasil inter-aksi sistem hidup bersama manusiadalam sejarah), dalam perkembang-annya juga amat terpengaruh olehinteraksi para penganutnya dengantantangan zaman dan tempat sertabagaimana respons mereka.

Maka cukup menarik, bahwa ke-cenderungan kajian ilmiah terbarutentang Islam ialah melihat bagai-mana suatu pokok kepercayaan ataunorma Islam berinteraksi denganmasyarakat Muslim dalam sejarahnyata masa lampau, dan apa yangdihasilkan oleh interaksi itu. Atau,dari titik tolak lain, bagaimana me-nemukan kaitan suatu perumusanajaran atau doktrin keagamaan de-ngan masalah tantangan dan res-pons zaman tertentu. Kemudian,melihat bagaimana (kemungkinan)masalah tantangan dan respons za-man sekarang, (akan dan harus)menghasilkan pendekatan dan pe-rumusan doktrin selanjutnya. Be-berapa fenomena klasik berkaitandengan persoalan tersebut dapat di-kemukakan di sini, misalnya:- Kaitan antara perkembangan pe-

mikiran hukum (ilmu fiqih) de-ngan keperluan mengkonsolidasiimperium Islam dan islamisasi

atau arabisasi pranata dan lem-baga politik imperium itu setelahsebelumnya lebih banyak merupa-kan kelanjutan sistem Bizantium(untuk Dinasti Umawi) atau Per-sia (untuk Dinasti Abbasi).

- Kaitan antara perkembangan su-fisme dengan tumbuhnya protessosial pada tingkat moral (oposisisaleh, pious opposition seperti di-lihat pada gejala tampilnya Rabi-’ah Al-Adawiyah di zaman HarunAl-Rasyid).

- Tampilnya Ilmu Kalam Asy’arisebagai bentuk usaha subversi pe-mikiran (al-ghazw al-fikrî, me-nurut jargon kaum fundamen-talis saat ini), terutama pada wak-tu itu ialah yang berbentuk intro-duksi pemikiran Hellenik.

- Konsep-konsep politik Sunni yangcenderung mempertahankan status-quo kekuasaan dan penguasa se-bagai kelanjutan dari logika dankepentingan kelompok mapan.

- Konsep-konsep politik Syi’ahyang cenderung radikal populis,revolusioner dan mesianistik seba-gai kelanjutan dari logika dan ke-pentingan kaum teringkari (dep-rived) dalam sebagian besar per-jalanan sejarahnya.Di bawah teropong metodologi

Ibn Khaldun yang lebih dikem-bangkan (dan seandainya pernahtumbuh menjadi salah satu tradisikeilmuan Islam seperti yang lain-lain) hal-hal tersebut akan lebih

Page 192: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1102 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mudah jelas dan tidak mengejut-kan.

INTI AGAMA YANG BENAR

Inti agama yang benar ialah si-kap pasrah kepada Allah, TuhanYang Maha Esa,Pencipta seluruhlangit dan bumi(fâthir al-samâwâtwa al-ardl). Tanpasikap itu, suatukeyakinan keaga-maan tidak me-miliki kesejatian.Maka agama yangbenar di sisi Tuhan Yang Maha Esaialah sikap pasrah yang tulus ke-pada-Nya itu, yaitu dalam istilahAl-Quran, al-islâm, (Q., 3: 19) dansetiap bentuk penganutan keyakin-an agama selain dari al-islâm de-ngan sendirinya tidak akan diterimaoleh Allah (Q., 3: 85). Pasrah ke-pada Allah atau al-islâm itu sebenar-nya adalah suatu sikap batin, jadibersifat sangat perorangan (personal)Maka, dari sudut kenyataan ini,hanyalah orang bersangkutansendiri saja, selain Allah Yang Ma-hatahu, yang benar-benar menge-tahui apakah ia secara sejati pasrahkepada Allah (muslim) atau tidak.

Pandangan dasar itu menjadi salahsatu landasan bahwa agama yang

benar tidak mengakui adanya pe-limpahan beban seorang pribadimanusia kepada pribadi lain dalamberhubungan dengan Tuhan. Se-baliknya, agama yang benar mene-gaskan bahwa hubungan antara se-orang hamba dengan Tuhannya ituamat pribadi, baik dalam urusanpertobatan maupun pertanggung-

jawaban mutlakatau terakhir(final, ultimate)atas suatu amalperbuatan.

Karena tekan-an yang begitukuat kepada si-fat pribadi hu-bungan kepada

Allah itu, maka manusia diharapkanuntuk tidak sedikit pun memba-yangkan bahwa ia dapat lepas ataubebas dari keharusan mempertang-gung jawabkan amal perbuatannyadi hadapan Allah. Setiap pribadiharus menyadari tidak ada sedikitpun kemungkinan baginya mende-legasikan pertanggungjawaban itukepada orang lain, termasuk kepadaorang tua, anak, kawan, dan pe-mimpin. Ini merupakan pangkalmakna kemasyarakatan keyakinanagama atau iman. Sebab sikap pri-badi yang penuh tanggung jawabkepada Allah akan dengan sendiri-nya melimpah dan mewujud nyatadalam sikap penuh tanggung jawabkepada sesama manusia atau masya-

Demokrasi dalam pengertian yanglebih menyeluruh sebenarnya tidakdapat direduksikan hanya kepadamekanisme-mekanisme pelaksa-naan kekuasaan yang antara lainmelahirkan kekuasaan mayoritasyang mungkin saja berlangsungatas kerugian minoritas.

Page 193: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1103Ensiklopedi Nurcholish Madjid

rakat, bahkan kepada seluruh makh-luk. Oleh karena itu, dalam berbagaiungkapan keagamaan, dinyatakanadanya keterpautan antara iman danamal saleh, antara tali hubungan dariAllah dengan tali hubungan darisesama manusia, serta antara takwadan budi pekerti luhur (al-akhlâqal-karîmah).

INTI AJARAN AGAMA

Islâm, artinya pasrah sepenuh-nya (kepada Allah), sikap yang men-jadi inti ajaran agama yang benar disisi Allah. Karena itu, semua agamayang benar disebut Islâm. Begitu-lah, Kitab Suci mengatakan bahwaNabi Nuh mengajarkan Islam, danmewasiatkan ajaran itu kepada anakturunnya, termasuk kepada anakturun Ya‘qub atau Israil (Q., 2:130-132). Di antara anak Ya‘qubitu ialah Yusuf, yang berdoa kepadaAllah agar kelak mati sebagai se-orang Muslim (seorang “yang ber-Islâm”) (Q., 12: 101). Kitab Sucijuga menuturkan bahwa para ahliMesir yang semula mendukung Fir-‘aun, tapi akhirnya beriman kepadaNabi Musa juga berdoa agar kelakmati sebagai orang-orang yangMuslim (Q., 7: 126). Lalu RatuBilqis dari Yaman, Arabia Selatan,yang ditaklukkan oleh Nabi Sulai-man juga akhirnya tunduk patuhkepadanya dan menyatakan bahwa

dia bersama Sulaiman pasrah sem-purna atau Islâm kepada TuhanSeru sekalian alam (Q., 27: 44).Dan semua para Nabi dari BaniIsrail (anak turun Nabi Ya‘qub) di-tegaskan dalam Kitab Suci sebagaiorang-orang yang menjalankanIslâm kepada Allah (Q., 5: 44).Lalu Isa Al-Masih juga mendidik parapengikutnya (Al-Hawâriyûn) sehing-ga mereka menjadi orang-orangMuslim, pasrah kepada Allah (Q., 3:52-53 dan Q., 5: 111).

Karena itu, para ulama klasik,seperti Ibn Taimiyah, misalnya me-negaskan bahwa agama semua nabiadalah sama dan satu, yaitu Islam,meskipun syariatnya berbeda-bedasesuai dengan zaman dan tempat khu-sus masing-masing nabi itu. IbnTaimiyah menegaskan, “Oleh ka-rena asal-usul agama tidak lain ialahIslam, yaitu agama pasrah (kepadaTuhan) itu satu, meskipun syariatnyabermacam-macam, maka Nabi Saw.bersabda dalam sebuah hadis sahih,“Sesunguhnya kami golongan paraNabi, agama kami adalah satu (sama).”“Para Nabi itu bersaudara satu ayahlain ibu.” Jadi, agama mereka adalahsatu. Yaitu, ajaran beribadah hanyakepada Allah, Tuhan Yang Maha Esayang tiada padanan bagi-Nya.

Jadi suatu agama, seperti agamayang dibawa oleh Nabi Muhammad(yang memang secara sadar dari awaldisebut agama sikap pasrah sem-purna kepada Allah atau al-Islâm),

Page 194: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1104 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

adalah tidak unik (dalam arti, tidakberdiri sendiri dan terpisah), diaberada dalam garis kelanjutandengan agama-agama lain. Hanyasaja, seperti halnya dengan semuayang hidup dan tumbuh, agama itupun, dalam perjalanan sejarahnya,juga berkembang dan tumbuh, se-hingga akhirnya mencapai kesem-purnaan dalam agama NabiMuhammad, Rasul Allah yangpenghabisan, yang tiada lagi Rasulsesudah beliau. Maka, seperti kataIbn Rusyd dalam bagian terakhirkitabnya, Tahâfut al-Tahâfut, meski-pun pada esensinya agama itu semuasama, namun manusia pada zamantertentu mempunyai kewajibanmoral untuk memilih tingkatperkembangannya yang palingakhir saat itu. Dan perkem-bangannya yang terakhir agama-agama itu ialah agama Nabi Mu-hammad. Namun tetap, dalam ke-sadaran akan kesatuan asal agama-agama, kita diwajibkan berimankepada semua Nabi, tanpa mem-beda-bedakan antara mereka,dan pasrah kepada Allah (Q., 2:136).

INTI KHUTBAH WAD‘

Tuhan memberi penghargaanyang begitu besar kepada kemanusia-an, sehingga Rasulullah Saw. mem-

buka khutbah wadâ‘-nya yang sangatterkenal dengan pertanyaan, “Wahaiumat manusia, tahukah kamu di hariapa kamu berada? Di bulan apa ka-mu berada? Dan di tempat manakamu berada?” Semua menjawab,“Ya Rasulullah, kami berada di harisuci, di bulan suci, dan di tempatyang suci.” Lalu Rasulullah menga-takan, “Oleh karena itu, ketahuilahbahwa darahmu, hartamu, dankehormatanmu itu suci sampai harikiamat, sampai kamu nanti me-nemui Tuhanmu”.

Kemudian beliau menguraikanbanyak hal, termasuk bagaimanaperlakuan yang benar kepada bu-ruh, orang-orang yang bekerja un-tuk kita. Bagaimana perlakuan yangbenar terhadap istri di mana padawaktu itu (dengan latar belakangArab Jahiliah) wanita adalah salahsatu komoditi di kalangan orangArab. Bagaimana kita harus mem-bebaskan budak. Bagaimana harusdilakukan transaksi ekonomi de-ngan menghindari penindasan olehsebagian manusia kepada sebagianyang lain, yang berakibat pengayaansedikit manusia dan pemiskinanjumlah besar manusia dan seterus-nya.

Pangkalnya ialah dimâ’ (darah ataukehidupan), amwâl (harta), dana‘râdl (kehormatan). John Lock ke-mudian meneruskannya menjadilife, liberty, dan property, dengan se-dikit menyimpang. Dalam bahasa

Page 195: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1105Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Nabi, liberty atau kebebasan itu ter-masuk dari kehormatan manusia.Termasuk dalam aspek kehormatanadalah agama. Agama Islam adalahkehormatan umat Islam. Tidak adasesuatu yang lebih personal daripadaagama, karena agama menyangkutiman dan konsep kita mengenaimakna hidup ini. Kemudian, ThomasJefferson mengubah sedikit lagi men-jadi life, liberty, dan happiness, di manasemakin menjurus kepada hal yangpraktis, yaituhidup, kebebasan,dan hak untukmengejar keba-hagiaan. Tetapiyang harus di-ketahui, semua ituberasal dari Nabi.

Pada abad ke-14, tampil seorangpemikir humanisdi Italia, GiovanniPico de la Miran-dola. Oleh pemimpin gereja, diadiminta mempertanggungjawabkanpendapat-pendapatnya yang sudahterlontarkan kepada umum bahwamanusia mempunyai harkat dan mar-tabat yang tinggi dan bahwa manusiaitu suci. Di depan para pemimpingereja dia memulai pidatonya denganmengatakan, “Wahai para bapak suci,ketahuilah bahwa saya menyadarimartabat dan harkat manusia yangsangat tinggi itu dari orang-orangSaracen (Arab-Muslim).” Saracen

adalah istilah dalam Perang Salibuntuk orang Arab Muslim.

Giovanni melanjutkan, “Dalamsalah satu buku orang Saracen, sese-orang yang bernama Abdullah di-tanya oleh muridnya, ‘Wahai Ab-dullah, apa di muka bumi ini yangharus paling kita hormati dan haruskita pandang sebagai mukjizat Tuhan?’Abdullah menjawab, ‘Manusia. Ma-nusia adalah mukjizat Tuhan karenadia adalah ciptaan Tuhan yang ter-

tinggi: Kamitelah mencip-takan manusiadalam bentukyang terbaik(Q., 95: 4). Inisejajar denganyang kita warisidari Yunanikuno.” Tentu,karena Giovanniorang Eropa, iaharus meng-

asosiasikan dengan budaya Eropasendiri.

Dalam mitologi Yunani ada se-orang dewa bernama Hermes Trisme-gistus yang ditanya oleh seorang ma-nusia bernama Asclepius tentang halyang sama. Sang dewa ditanya, “Apakiranya yang harus kita hormati dimuka bumi ini?” Dijawab, “Ma-nusia.” Itulah bibit perikemanusiaandi Barat. Itulah bibit dari humanis-me di Barat yang berasal dari Islam,yang sekarang berkembang menjadi

Page 196: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1106 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

macam-macam, termasuk konsep-konsep mengenai hak asasi manusia.Kita tidak boleh salah, karena hak asasiitu asalnya dari Islam.

Sebelum ada pidato Giovanni, se-belum ada John Lock yang tampildengan konsep life, liberty, dan pro-perty, dan sebelum ada Thomas Jef-ferson yang mengubah konsep Lockmenjadi life, liberty, dan happiness,yang kemudian tertuang dalam ber-bagai dokumen termasuk UniversalDeclaration of Human Right, di Barattidak ada konsep mengenai manusiayang mempunyai harkat dan marta-bat yang tinggi. Sedangkan Al-Qurantelah mengaitkannya dengan peris-tiwa pembunuhan pertama dalamsejarah manusia.

INTUISI VS RASIO

Di dalam polemiknya terhadapAl-Ghazali, Ibn Rusyd dalam bu-kunya, Tahâfut al-Tahâfut, menga-takan bahwa Al-Ghazali membuatkesalahan terhadap agama (al-syarî‘ah) sebagaimana ia membuatkesalahan terhadap falsafah (al-hikmah). Itulah sebabnya, ia men-coba membuat bantahan terhadappolemik Al-Ghazali kepada parafilosof Islam.

Kalau secara sederhana kita mem-bedakan siapa Ibn Rusyd dan siapa Al-Ghazali, sehingga antara keduanyaterjadi polemik, maka yang paling

mudah ialah mengatakan bahwa Al-Ghazali lebih mengandalkan intuisi(intuisisme), yang dalam bahasaArab disebut dzawq, sementara IbnRusyd adalah seorang rasionalis. Diamempunyai reputasi sebagai seorangpenafsir besar (great interpreter) ter-hadap Aristoteles. Dalam pemikiranfilsafat klasik, Aristoteles dianggapsebagai guru pertama (al-Mu‘allimal-Awwal), karena dialah yang secarasistematis menemukan teori-teori ber-pikir, terutama teori logika, sehinggamuncul apa yang disebut “logikaAristoteles”. Sebagai penafsir Aris-toteles, Ibn Rusyd mau tidak mauadalah seorang rasionalis, karena itupolemiknya terhadap Al-Ghazaliadalah polemik antara seorang yanglebih menekankan rasio terhadaporang yang lebih menekankan intuisi.

Sutan Takdir Alisyahbana (alm.)pernah membuat gambaran karika-tural terhadap Al-Ghazali dan IbnRusyd. Menurut Takdir, Ibn Rusydberhasil di Barat, sedangkan Al-Gha-zali berhasil di Timur. Itulah yangmengakibatkan penjajahan Baratterhadap Timur; penjajahan Baratterhadap Timur adalah penjajahandunia Ibn Rusyd (Averroes) terhadapdunia Al-Ghazali (al-Ghazel); pen-jajahan rasionalisme terhadap intuis-isme; penjajahan ilmu pengetahuandan teknologi terhadap spiritualismeyang sangat kuat menjadi ciri daridunia Timur atau Asia.

Page 197: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1107Ensiklopedi Nurcholish Madjid

INVESTASI KEMANUSIAANADALAH PENDIDIKAN

Perkembangan negara dan ma-syarakat kita menuntut pembangun-an sumber daya manusia yang jauhlebih luas jangkauan wawasannyadan lebih tinggitingkat kecakap-annya daripadayang sampai saatini telah terwujud.Pembinaan danpengembangansumber daya ma-nusia adalah in-vestasi kemanu-siaan (human in-vestment) yang dipandang sebagaitugas utama universitas. Perkem-bangan sejarah dunia modern me-nunjukkan bahwa kejayaan suatubangsa tidaklah terletak dalam ber-apa besar angka jumlah warganya,juga bukan dalam berapa banyak ke-kayaan alam yang terpendam dalambumi wilayahnya sendiri, tetapi lebihditentukan oleh hasil kerja nyata parawarganya dalam mengolah danmemanfaatkan kekayaan alam yangada di seluruh angkasa luar sebagai-mana telah mulai dirintis, dan olehtingkat mutu yang dapat diwujud-kan dalam hasil kerja nyata itu.

Dengan perkataan lain, kejayaansuatu bangsa tidak ditentukan olehsegi-segi kuantitatif bangsa itu, baikberkenaan dengan kekayaan alammaupun jumlah warganya. Kejayaan

suatu bangsa ditentukan oleh kualitassumber daya bangsa itu. Dari sudutpandang inilah dapat dimengertimengapa bangsa kita masih jauh ter-tinggal oleh bangsa-bangsa lain, ter-masuk oleh bangsa-bangsa tetangga

terdekat.Jika kita bi-

cara tentang in-vestasi kemanu-siaan, maka wu-jud nyata dariinvestasi itu ia-lah pendidikan,yang berpuncakpada pendidikandi perguruan

tinggi. Oleh karena itu, di zamanmodern ini, perguruan tinggi de-ngan kegiatan pendidikan dan pe-nelitiannya merupakan pusat krea-tivitas budaya bangsa dan barisanterdepan pengembangan budaya kearah kemajuan-kemajuan baru. Se-kalipun tidak secara keseluruhannyasama dengan perguruan tinggi dinegara lain, perguruan tinggi kitatelah menunjukkan kemampuan yangsepadan dalam memainkan peranmendorong kreativitas budaya nasio-nal dan memacu kemajuan bangsa.Pikiran-pikiran terbaik bangsasenantiasa timbul dari kalanganuniversitas, dan terobosan-terobos-an kemajuan bangsa juga di-perankan oleh kalangan universitas.Hal itu terbukti dengan nyata sekalioleh keberhasilan gerakan reformasi

Kekuatan demokrasi ialah bahwaia merupakan sebuah sistem yangmampu melalui dinamika internnyasendiri untuk mengadakan kritikke dalam dan perbaikan-perbai-kannya, berdasarkan prinsip ke-terbukaan dan kesempatan untukbereksperimen. Itulah salah satudari ruh demokrasi yang palingsentral.

Page 198: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1108 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yang kini mulai kita rasakan manfaatdan maslahatnya. Gerakan reformasiitu sepenuhnya dimulai dari ka-langan universitas, khususnya ka-langan mahasiswa dengan jiwa ke-peloporannya dan orientasi masadepannya.

INVESTASI MODAL MANUSIA

Tujuan primer dan tertinggi usahapendidikan ialah peningkatan (tar-biyah) nilai kesucian manusia dalamfitrahnya yang dianugerahkan Tu-han. Guna menopang tujuan primeritu, pendidikan mempunyai tujuansekunder sebagai investasi modalmanusia (human capital investment),dengan dua macam dampak positif.Pertama ialah peningkatan kemampu-an kerja dengan keahlian dan pro-fesionalisme yang bersangkutandengan tujuan pokok pendidikanitu sendiri menurut bidang-bidangyang dikembangkannya, seperti tek-nologi, kesehatan, manajemen, per-tanian, keguruan, dan sebagainya.Tinggi-rendah kualitas dampakprimer merupakan batu pengujisukses-gagalnya investasi sumberdaya manusia. Dalam hal ini, kitaharus mengakui bahwa sistem danstruktur pendidikan kita sebagaiinvestasi sumber daya manusia ter-masuk yang paling rendah di dunia,

bahkan jika dibandingkan dengannegeri-negeri Asia Tenggara.

Dampak lain dari pendidikanialah meningkatnya kemampuanuntuk berpikir dan bertindak rasio-nal, menyerap informasi dalamjumlah yang besar, dan menyusuninformasi itu secara sistematis agardapat digunakan secara efektif,kemudian mampu mengartiku-lasikannya dalam bahasa yang fasihdan kuat. Dengan kata lain, pen-didikan akan memperluas cak-rawala berpikir dan memperdalamwawasan di segala bidang kehi-dupan, termasuk bidang sosial-politik. Sebagaimana dimaksudkanoleh ungkapan knowledge is power,pendidikan yang berhasil akanmenjadi sumber energi masyarakat,bangsa, dan negara. Dengan me-miliki informasi dan pengetahuanyang luas, seorang individu atau-pun suatu kelompok akan lebihmampu mengenali berbagai alternatiftindakan yang tersedia, sehinggasenantiasa dapat menemukan jalanuntuk memecahkan masalah, dandengan begitu juga tidak mudahputus asa. Karena itu, ilmu adalahsyarat kesuksesan hidup, setelahiman yang memberi dasar kepadakehidupan yang benar. Tuhan akanmengangkat orang yang berimandan berilmu ke tingkat yang sangattinggi, setelah orang itu, karena ada-nya wawasan yang luas, menunjuk-kan dan menerapkan sikap-sikap la-

Page 199: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1109Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pang dada, toleran, dan penuh pe-ngertian kepada orang lain. Dia akan“berlapang-lapang jika ia dimintamemberi tempat kepada orang laindalam pertemuan, dan akan berdirimengalah jika ia diminta berdiri”.

Dampak tersebut dapat dikatakanmerupakan dampak tak sengaja atauunintended consequence dari pen-didikan. Dampak itu sangat besardan luas jangkauan pengaruhnyakepada masyarakat untuk mendorongperubahan sosial yang besar. Justruunintended consequence pendidikan iniseringkali jauh lebih penting dari-pada tujuan keilmuan akademik-nya. Contoh paling baik ialah dam-pak pendidikan kedokteran “Jawa”oleh STOVIA dan NIAS yang telahmembangkitkan ide dan gerakantahap-tahap awal nasionalisme mo-dern di tanah air, yang mengantar-kan kita kepada kemerdekaan negara.Maka, dari sudut pandang keduadampak tersebut, pendidikan ada-lah benar-benar bentuk investasiyang paling strategis dan produktif.Karena itu, sudah sangat sewajarnyajika pendidikan diletakkan pada salahsatu tingkat paling tinggi dalam skalaprioritas pembangunan bangsa dannegara. Jelas sekali bahwa untukmelaksanakannya diperlukan kemau-an politik yang teguh dari pimpinannegara. Lebih-lebih lagi kemauanpolitik yang teguh itu diperlukankarena pendidikan adalah jenis in-vestasi jangka panjang, yang baru

terlihat hasilnya setelah suatu jang-ka waktu tertentu, umumnya satugenerasi, yaitu 20 tahun, sehinggadiperlukan ketabahan untuk me-nunda berbagai harapan kesenangan,dan untuk secara bersama-sama me-mikul beban penundaan itu, hampir-hampir dalam semangat “lebih baiksekarang mandi keringat saat pen-didikan daripada kelak mandi darahsaat perjuangan”. Secara potensial,setiap masyarakat dan bangsa me-miliki dan mengajarkan kearifan me-nunda kesenangan sementara demikebahagiaan masa depan yang lebihbesar dan hakiki. Tetapi, hanya se-dikit yang benar-benar berpegangkepada kearifan itu.

Peningkatan mutu pendidikanmengharuskan penyediaan prasaranayang memadai dan pembukaan akseskepada seluruh lapisan masyarakat.Oleh karena itu, pendidikan me-merlukan biaya yang besar, dan pen-didikan untuk umum, yakni warganegara secara keseluruhan, tidakmungkin tanpa keterlibatan lang-sung pemerintah. Pemerintah harusmenyediakan pendidikan bermutudengan biaya rendah, bahkan mung-kin bebas, untuk warga negara padaumumnya.

Peningkatan mutu pendidikanjuga mengharuskan adanya aksesyang mudah kepada perkembanganilmu pengetahuan di dunia. Karenaperekaman ilmu pengetahuan itu adadalam bahasa-bahasa asing, maka

Page 200: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1110 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

diperlukan penguasaan kepada ba-hasa-bahasa asing itu. Selain untukmempertinggi akses kepada perkem-bangan dunia ilmu pengetahuan, pe-nguasaan bahasa asing juga akanmempertinggi profesionalisme danpenampilan diri secara global dalamkancah-kancah internasional.

Peningkatan mutu pendidikan,dalam hubungannya dengan ke-harusan adanya kemudahan akseskepada perkembangan ilmu penge-tahuan di dunia, juga memerlukankegiatan penerjemahan karya-karyailmiah dari bahasa-bahasa asing kebahasa Indonesia. Sebab, sekalipunterdapat sejumlah orang yang me-nguasai bahasa-bahasa asing, namunakses secara massal kepada suatu in-formasi tetap harus tersedia dalambahasa Indonesia, mengingat pastisebagian besar warga negara akantetap tidak menguasai bahasa asing.Di samping itu, pengindonesiaankomunikasi ilmiah dan komunikasi-komunikasi lainnya, kecuali mem-permudah partisipasi yang luas, jugaberdampak pendemokrasian ilmupengetahuan, sehingga tidak men-jadi monopoli kalangan-kalangankecil masyarakat. Karena informasidan pengetahuan adalah tenaga dankekuatan, maka monopoli informasidan pengetahuan akan mengakibat-kan pemusatan tenaga dan kekuatanpada kelompok kecil masyarakat.Hal ini dapat mengancam demo-krasi, sebab, seperti sering terdengar

dalam masyarakat, “orang bodohmakanan orang pandai”.

Pemerataan mutu maupun jum-lah pendidikan merupakan sebuahurgensi besar bagi bangsa kita. Se-bab, sementara di kota-kota besartelah banyak warga yang memasukiera globalisasi peradaban manusiadengan fasilitas komunikasi dantransportasi, bersamaan dengan itumasih banyak kantong-kantongwarga bangsa kita yang masih meng-ikuti cara hidup yang jauh tertinggal,sebagian bahkan masih dalam zamanbatu. Kepincangan dalam pendidik-an, pengetahuan dan informasi itusangat berbahaya, dan berten-tangan dengan tujuan negara “me-wujudkan keadilan sosial bagiseluruh rakyat”. Pendidikan adalahsarana paling penting untuk me-ratakan dan menyamakan tingkatmutu sumber daya manusia bangsakita, mencakup dan meliputi seluruhtanah air. Karena itu, diperlukankebijakan dan kemauan politik yangteguh pada pihak pemerintah untukdengan sadar dan terarah memberiperhatian yang lebih besar kepadadaerah-daerah terpencil dan terisolasidalam usaha pemerataan pendidik-an nasional. Sejalan dengan otono-misasi, daerah-daerah harus di-dorong untuk memberi perhatiankhusus yang lebih besar kepadabidang pendidikan dan pengem-bangan ilmu pengetahuan. Dayaserap suatu daerah otonom terhadap

Page 201: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1111Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dana-dana yang tersedia, dan ke-mampuannya untuk menggunakandana-dana itu secara produktif danadil, akan banyak sekali ditentukanoleh tinggi-rendahnya tingkat pen-didikan warga daerah. Otonomisasiakan sukses hanya jika ada dayaserap yang tinggi terhadap dana-dana dan kemampuan untuk meng-gunakannya dengan baik.

INVESTASI PENDIDIKANANAK BANGSA

Di antara berbagai macam in-vestment, investasi atau penanamanmodal untuk suatu bangsa, tidak adayang lebih penting, lebih produktif,dan lebih bermakna daripada in-vestasi atau penanaman modal ma-nusia melalui prasarana pendidikanyang baik, dengan mutu yang tinggidan jumlah yang merata. Denganbecermin pada pengalaman bangsa-bangsa lain di sekitar kita, secara se-derhana dapat kita katakan bahwaseluruh krisis yang menimpa kitasekarang ini adalah akibat rendah-nya mutu pendidikan warga negaradan tidak meratanya pendidikan daridaerah ke daerah. Dalam kesempat-an tertentu pembicaraan mengenaibangsa kita, tidak jarang terdengarpenilaian orang luar bahwa kita ada-lah bangsa yang berpikiran seder-hana (simple minded), tidak ada so-

fistikasi, dan sangat kurang berminatdalam membaca serta belajar secaramendalam dan meluas. Kita bisamenyangkal penilaian yang kurangmenyenangkan itu dengan merujukkepada berbagai contoh pemikiranmendalam dan kontemplatif di ka-langan kelompok-kelompok tertentumasyarakat kita. Tetapi, kita akan ke-sulitan membela diri jika kita ditan-tang untuk menjelaskan berbagaicontoh gejala berpikir sederhana atausimple mindedness, seperti apa yangbiasa dipandang sebagai “premanis-me”. Dan suatu ironi besar bahwa ge-jala “premanisme” tidak hanya kitatemukan di kalangan orang “pinggirjalan”, tetapi juga di antara merekayang secara formal menduduki tempat-tempat terhormat.

IPTEK DALAM KESARJANAANISLAM KLASIK

Ciri masyarakat Islam (klasik)ialah etos keilmuannya yang amattinggi. Kenyataan itu telah menjadisalah satu tema paling digemari da-lam khutbah, dakwah, tablig, dansebagainya. Namun begitu, kaumMuslim sendiri tampaknya tidak ba-nyak mengetahui substansi kualitasitu, apalagi menghayati makna dansemangatnya, kemudian menghidup-kan serta mengembangkannya kem-bali.

Page 202: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1112 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Substansiasi itu bisa diperolehdalam sejarah keilmuan Islam. Telahmenjadi pengakuan umum dalamdunia kesarjanaan modern bahwamasyarakat Islam masa lalu adalahinstrumental sekali dalam mewarisi,mengembangkan, dan mewariskankekayaan intelektual umat manusia.Lebih dari itu, masyarakat Islamadalah kelompok manusia pertamayang menginternasionalkan ilmupengetahuan, yang sebelumnya ber-sifat parokialistik, bercirikan ke-nasionalan dan hanya terbatas padadaerah atau bangsa tertentu.

Ilmu pengetahuan Islam, sebagai-mana juga keseluruhan peradabanIslam, adalah ilmu pengetahuan danperadaban yang dilandaskan kepadaiman, kepada ajaran-ajaran Allah,dan dikembangkan dengan meng-ambil keseluruhan warisan kemanusia-an setelah dipisahkan mana yangbenar dan mana yang salah, yang baikdan yang buruk, atau yang haqq dariyang bâthil. Hasilnya ialah suatuilmu pengetahuan dan peradabanyang kosmopolit dan universal, men-jadi milik seluruh umat manusia danbermanfaat untuk seluruh umat ma-nusia pula.

Tapi, sesungguhnya, kelebihanmasyarakat Islam yang lebih me-nonjol lagi ialah di bidang teknologi.Meskipun tidak sampai pada tingkatkecanggihan seperti pada teknologimodern saat ini, namun teknologiIslam klasik adalah cikal-bakal dan

bibit yang mudah tumbuh dan ber-kembang dalam zaman modern ini,sekurang-kurangnya dalam etos dansemangatnya. Yaitu, etos dan semangatbahwa ilmu pengetahuan baru dapatdisebut bermanfaat jika ia secaranyata mempunyai dampak perbaik-an dan peningkatan hidup manusiadi dunia ini, selain nilai etis dan spi-ritualnya (yang banyak ditekankandalam Al-Quran) yang akan ikutmembawa kepada kebahagiaanakhirat nanti.

Para intelektual Muslim dulu ba-nyak mengambil alih filsafat bangsa-bangsa lain, khususnya Yunani, dankemudian mengembangkannya danmengislamkannya. Tetapi perludiperhatikan bahwa kaum intelek-tual Muslim klasik itu tidak tertarikkepada sastra Yunani, termasuk tra-gedi dan drama mereka (karya-karyaHomerus, misalnya), karena orang-orang Muslim tidak dapat menerimalakon dan penuturan yang penuhdengan takhayul, mitologi, dan ke-percayaan-kepercayaan palsu lain-nya. Lagi pula, dalam pandanganhidup Islam, dunia dan kehidup-annya ini harus dipandang sebagairahmat Allah yang penuh kasih,dan bukannya sebagai tragedi ataudrama yang penuh kesedihan dankenestapaan. Dengan kata lain,kaum Muslim yang dalam sikapnyaterhadap hidup serba-optimis, penuhharapan itu, tidak dapat menerimakisah-kisah Yunani dan lain-lainnya

Page 203: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1113Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yang serbapesimis, tragis, dan cen-derung kurang harapan pada duniadan kehidupan. Masyarakat Islammengembangkan dunia sastranyasendiri yang indah, sebut saja sebagaicontoh: Hikayat Seribu Satu Malam.

Bertitik tolakdari sikap penuhharapan kepadahidup itu, makapara sarjana Islamklasik merintisjalan ke arah per-baikan nyata ke-hidupan duniawiini dengan mene-rapkan berbagaiteori ilmiah. Ma-ka lahirlah ada-gium bahwa ilmu haruslah amali-ah, dan amal haruslah ilmiah. Olehkarena itu, berbeda dengan bangsaYunani yang sibuk dengan dramadan tragedi, para sarjana Muslimbanyak menekuni masalah teknikdan teknologi. Karena itu, merekaamat menonjol dalam ilmu-ilmuempiris, seperti kedokteran, astro-nomi, pertanian, ilmu bumi, ilmuukur (handasah), ilmu bangunan,dan lain-lain.

Disebabkan oleh akar-akar Islambagi ilmu pengetahuan dan tekno-logi modern itu, maka sampai saatini banyak sekali istilah teknis da-lam Iptek modern di Barat yangberasal dari bahasa Islam, khusus-nya bahasa Arab. Lebih luas lagi,

karena peradaban Islam mem-pengaruhi Barat tidak hanya dalambidang Iptek, tapi juga dalam bi-dang peradaban pada umumnya,maka dapat ditemukan pula ber-bagai istilah Inggris sebagai pin-

jaman dari Ba-hasa Arab atauPersia.

Kata-kata is-tilah itu sampaike Eropa Baratlewat berbagaijalan dan cara,melalui bahasa-bahasa Turki, Ita-li, Spanyol danPrancis. Bagai-mana mendalam-

nya pengaruh Islam ke dalam polakehidupan Barat dapat diketahuisecara agak karikatural dalamkenyataan bahwa mereka [orangBarat itu] belum tahu kebiasaan,mandi dan membersihkan badanyang baik sebelum kenal denganperadaban Islam melalui orang-orang Turki Muslim. Maka mandiyang sempurna mereka namakan“Turkish bath” dan handuk yangbaik untuk mengeringkan badansetelah mandi disebut “Turkishtowel”!

Dari uraian singkat di atasdapat diketahui bahwa ilmu pe-ngetahuan dan teknologi (Iptek)adalah bagian organik peradabanIslam klasik. Sekalipun belum

Page 204: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1114 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mencapai tingkat kecanggihanseperti di Zaman Modern, namunetos dan semangat atau ruhnyaadalah sama, dan dapat dilihat de-ngan jelas persambungannya de-ngan Iptek mo- dern.

Dari sudut tinjauan keimanan,berkembangnya Iptek Islam masa laluitu ialah karena sebagai kewajibanmemahami alam raya ciptaan Allah.Dalam Kitab Suci ditegaskan bahwaalam ini diciptakan untuk kepenting-an manusia. Untuk itu, dibuat lebihrendah (musakhkhar) bagi manusiasehingga terbuka untuk dipelajari dandikaji hukum-hukumnya. Allahmenetapkan hukum alam yang pasti,sehingga dapat dipedomani. Inilahtaqdîr Ilahi dalam pengertian sepertifirman-Nya: Dia ciptakan segala se-suatu, dan ditetapkannya (di-taqdîr-kannya) sepasti-pastinya (Q., 25: 2)dan Matahari berjalan di garis edar(orbit) baginya taqdir Yang Maha-mulia dan Mahatahu (Q., 36:38)

Maka ilmu pengetahuan tidaklain ialah hasil pemahaman kita akanhukum-hukum ketetapan (taqdîr)Allah bagi alam atau gejala alam. Ke-benaran ilmu pengetahuan itu se-banding dengan kemampuannyamenyesuaikan diri dengan kenyataanyang ada, serta penerapannya dalamkehidupan nyata menjadi teknologi.Maka teknologi itu benar dan baikselama ia berakibat perbaikan dan pe-ningkatan hidup manusia dalam

rangka “reformasi bumi” (ishlâh al-ardl), bukannya membawa kerusak-an di bumi (fasâd fî al-ardl).

IPTEK DAN KEMUDAHAN HIDUP

Dunia kita, dunia hidup ma-nusia lahiri, dikuasai dan diatur olehpola-pola hukum tentang kenya-taan-kenyataan di sekitar kita, baikyang bersifat kebendaan maupunyang bersifat kemasyarakatan, se-hingga lingkungan hidup manusiasecara nisbi dapat diramal (pre-dictable). Karena itu, hukum-hu-kum tersebut jika dipahami denganbaik dan menghasilkan ilmu penge-tahuan kemudian diterapkan men-jadi teknologi atau metode peme-cahan masalah secara teknokratis,maka akan sangat mempermudahhidup manusia. Ilmu pengetahuandan teknologi (iptek) dipandangsebagai hakikat utama kehidupanzaman modern sekarang ini. Ada-lah suatu altruisme belaka bahwamanusia sepanjang sejarah 60 abad(6.000 tahun) ini tidak pernahmengalami kemudahan hidup sepertisekarang di zaman modern.

Namun, harus segera disadaribahwa semua kemudahan hidupyang dihasilkan oleh iptek itu hanyaterbatas kepada segi-segi lahiriah.Kapal terbang sangat instrumental

Page 205: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1115Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bagi peningkatan jumlah orang yangmenunaikan rukun Islam kelima.Muncul anggapan bahwa pergi keTanah Suci dengan perahu layarpada zaman dulu, kurang afdlal ataumenghasilkan nilai keruhanian yanglebih rendah daripada dengan pe-sawat. Kecenderungan sebaliknya,orang justru melihat cara kuno itulebih afdlal daripada cara modern.Tanpa mempersoalkan benar tidak-nya cara pandang itu, jelas kecen-derungan tersebut menggambarkanbahwa kemudahan hidup tidak lainsebagai alat atau peranti.

Banyak pendapat mengatakanbahwa iptek menuntut suatu pan-dangan hidup tertentu yang men-jadi konsekuensinya atau bahkanprasyaratnya. Untuk dapat mengem-bangkan ilmu pengetahuan danteknologi seseorang atau suatu ma-syarakat harus berpandangan hidupdemikian rupa sehingga ia tidakmelihat kenyataan selain dari ke-nyataan lahiriah. Kenyataan lahiri-ah itu berarti alam kebendaan atausesuatu yang dapat diamati secaraempirik melalui fungsi-fungsi indrayang lima.

Pandangan hidup yang serba-lahiriah itu dengan sendirinya me-ngarahkan seseorang kepada pahamkebendaan atau materialisme; danpaham kebendaan mengakibatkanmunculnya pandangan yang meng-ingkari kenyataan-kenyataan di luaratau di atas materi. Di negeri-ne-

geri Barat, persoalan ini seolah-olahtelah menjadi suatu kemestian, dansangat erat terkait dengan sejarahbangsa-bangsa di sana sejak zamanyang mereka sebut Renaissance (ke-lahiran kembali), diteruskan denganAufklarung (pencerahan, Enligh-tenment). Karena itu secara umum,perkembangan ilmu pengetahuandi sana terjadi bersamaan, jika tidakdidului, oleh sikap-sikap antiagama.Karena kebenaran agama sebagai-mana yang mereka kenal tidak dapatdibuktikan secara rasional, apalagiempirik ilmiah, maka hal-hal di luaralam kebendaan mereka hukumkansebagai palsu. Sikap negatif kepadaagama itu menjadi semakin gawatkarena dalam kenyataan sosial-his-toris banyak kalangan tokoh agamamenggunakan agama untuk melaku-kan kezaliman dan penindasankepada rakyat. Sikap antiagama punmemuncak dalam Revolusi Prancisdengan tumbuh dan berkembang-nya laicisme (paham keawaman,yakni, bukan kependetaan) dan anti-klerikalisme. Maka sempurnalah se-kularisme sebagai pandangan hidupatau ideologi, yang kemudian masihberlanjut dengan komunisme (yangmelihat bahwa agama adalah candubagi rakyat).

Tetapi, pengalaman hidup ma-nusia sepanjang sejarah menunjuk-kan bahwa keagamaan adalah suatukecenderungan alami yang bersifatmendasar dalam jiwa manusia. Maka

Page 206: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1116 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

jika kecenderungan itu tidak tersalur-kan secara baik dan benar, ia akanmencari dan menemukan jalan me-nyatakan dirinya menurut kondisiyang dimungkinkan. Karena itu,meskipun resminya seorang komunisadalah ateis atau tidak beragama, na-mun kenyataannya komunisme itusendiri telah berfungsi sebagai pada-nan agama, lengkap dengan segalaatribut keagamaan yang lazim sepertiobjek sesembahan, kebaktian ataupenghambaan, teks-teks suci, praktikkebaktian, dan bentuk-bentuk ke-percayaan yang tidak rasional. Ber-samaan dengan itu semua ialah potensipada setiap diri manusia yang tidakmungkin punah untuk percaya kepadayang gaib atau supra-alam. Lebih-lebihsetelah komunisme gagal sekarang ini,maka orang kembali kepada kecen-derungan keagamaan sebelum ada-nya komunisme, atau memperta-nyakan kembali secara positif mak-na hidup keagamaan. Dengan sendi-rinya, kepercayaan kepada adanyakemampuan dan kekuatan supra-alam ikut menyertai.

IRÂDAH

Pembicaraan tentang pahamAsy‘ari tidak mungkin lepas dari se-gi-segi lemahnya, baik dalam pan-dangan para pemikir Islam sendiridi luar kubu Kalâm Asy‘ari, maupun

dari dalam pandangan para pemikirlainnya. Dalam batasan ruang danwaktu, kita akan hanya menyinggungsatu segi yang paling relevan danjuga paling banyak dijadikan sasarankritik, yaitu pandangan dalam sis-tem paham Asy‘ari tentang perilakumanusia berkenaan dengan masalahsampai di mana manusia mampumenentukan sendiri kegiatannya dansampai di mana ia tidak berdaya da-lam masalah penentuan kegiatan ituberhadapan dengan qudrah dan irâ-dah Tuhan.

Dari kutipan tentang paham Ahlal-Sunnah yang dijabarkan Al-Asy‘ari, dapat kita baca pandangantentang perilaku manusia, termasuktentang kebahagiaan dan kesengsara-annya, yang bernada pasrah kepadanasib (fatalisme).

Sesungguhnya Al-Asy‘ari bukan-lah seorang Jabari sehingga dapatdisebut fatalis, juga bukan seorangQadari yang berpaham tentang ke-mampuan penuh manusia menentu-kan perbuatannya, seperti kaumMu’tazilah dan Syi‘ah. Al-Asy‘ariingin menengahi antara kedua pahamyang bertentangan itu, sebagaimanadalam bidang metodologi, ia telahmenengahi antara kaum Hanbaliyang sangat naqlî (hanya berdasarteks-teks suci dengan pemahamanharfiah) dan kaum Mu’tazili yangsangat ‘aqlî (rasional).

Ibn Taimiyah melihat proses per-kembangan paham Asy‘ari telah

Page 207: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1117Ensiklopedi Nurcholish Madjid

menjerumuskan para pengikutnyakepada sikap yang lebih mengarahke Jabariah, tidak ke jalan tengahyang dikehendakinya. Ibn Taimiyahsendiri, karena menolak baik Qadariahmaupun Jabariah, juga tampil dengankonsepnya jalan tengah, yaitu,konsep bahwa Allah telah mencip-takan dalam diri manusia kehendak(irâdah), yang dengan irâdah itumanusia mampu memilih jalanhidupnya, baik maupun buruk.

IRONI PADA UMAT ISLAM

Islam adalah agama yang begitukeras melarang para pengikutnyamenunjukkan kecenderungan me-nyembah sesuatu selain Allah.Namun, dalam kenyataannya cu-kuplah ironis. Umat Islam sekarangini masih banyak yang terpengaruhkehidupan mitologi yang penuhdengan takhayul. Mereka masihmemuja–dengan berbagai macamcara–kuburan para wali, kuburanpara kiai, dan tempat-tempat yangdianggap suci dalam masyarakatIslam. Hal ini tentunya sangat ber-tentangan dengan tuntutan Nabiyang dengan keras menjauhkanajaran Islam dari hal-hal yang men-jurus pada kemusyrikan.

Mungkin kita bisa belajar darisikap Umar ibn Al-Khattab ter-hadap benda yang paling suci dalamIslam, yaitu Hajar Aswad (Batu Hi-

tam). Ketika beliau thawâf, ber-keliling mengitari Ka‘bah (waktu iamenjadi Khalifah), lalu pada thawâfyang ketujuh, Umar hendak men-cium Hajar Aswad, ia berhenti duludan termangu, lalu dia bilang: “Kamu‘kan cuma batu, seandainya tidakpernah saya lihat Nabi MuhammadSaw. menciummu (maksudnya HajarAswad), saya tidak akan mencium-mu.” Setelah ‘Umar mengatakanbegitu, barulah dia mencium BatuHitam tersebut.

Nah, sikap Umar seperti itulahyang paling tepat. Karena itu,jangan salah paham bahwa ziarahyang saat ini kita lakukan (yaitu ber-ziarah ke makam Rasulullah), jangan-lah diniatkan dengan semangat pemuja-an, atau dengan semangat devotional,melainkan harus dengan semangatmewujudkan dalam bentuk aksi pe-rintah Tuhan, yaitu supaya kitamembaca shalawat kepada Rasulul-lah Saw. Kita tahu bahwa perintahbershalawat itu merupakan perintahlangsung Al-Quran.

Sesungguhnya Allah itu bershala-wat kepada Nabi begitu juga paraMalaikat. Oleh karena itu, wahaiorang-orang yang beriman bacalahshalawat (bershalawatlah) atas Nabi(Muhammad), dan berilah doa ke-selamatan untuk memperoleh kesejah-teraan (salâm) atas diri Nabi (Q., 33:56).

Page 208: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1118 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ISA AL-MASIH

Saudara-saudara kita sesama warganegara yang beragama Nasrani me-rayakan Natal (Arab: mîlâd, kelahir-an), yaitu Kela-hiran Isa Al-Masih(dan melalui ter-jemahnya dalambahasa Yunani ju-ga disebut YesusKristus). Menge-nai Isa Al-Masihini, untuk umatIslam, banyak se-kali diterangkan dalam Kitab SuciAl-Quran. Salah satu pandanganAl-Quran mengeni tokoh besar ituialah bahwa beliau adalah seorangmanusia yang dilahirkan tanpa ayah,sehingga selalu dirujuk dengan se-butan Isa ibn Maryam (Q., 2: 87,253; Q., 3: 45; Q., 5: 46, 78, 110,112, 114, 116; Q., 19: 34; Q., 33:7; Q., 43: 57; Q., 57: 27; Q., 61:6, 14), atau Al-Masih ibn Maryam(Q., 5: 17, 72, 75, 75; Q., 9: 31),atau sekaligus Al-Masih Isa Ibn Mar-yam (Q., 3: 45; Q.,4: 157, 171).

Dengan digunakannya ungkap-an “putra Maryam” itu, Al-Quranhendak menegaskan bahwa Isa me-mang lahir tanpa ayah, dan kelahir-annya merupakan bukti atau lam-bang kemahakuasaan Allah Swt. (Q.,3: 47). Dalam pandangan kaum Mus-lim dan kaum Kristen sama. Tetapi,berbeda dengan kaum Yahudi yang

menolak sama sekali kehadiran Isa danbahkan menuduh Maryam dengantuduhan yang bukan-bukan sehinggadikutuk oleh Tuhan (Q., 4: 156).

Tetapi, ungkapan “putra Maryam”itu juga sekaligusmenunjukkansegi perbedaanantara pandang-an Islam danpandangan Kris-ten tentang Isa.Yaitu bahwa me-nurut Al-QuranIsa tidak me-

miliki sifat keilahian (divinity), karenadia adalah seorang manusia yangdilahirkan oleh seorang manusia,meskipun kelahirannya itu luar biasasebagai mukjizat atas ayat Tuhan (Q.,23: 50), juga disebut sebagai contoh(matsal—Q., 43: 57-9).

Setiap orang Islam harus ber-iman kepada kenabian dan kerasul-an Isa Al-Masih. Dia adalah se-orang Nabi (Q., 19: 30) dan RasulKalimat Allah (Q., 3: 45; Q., 4:171 dengan segala penafsirannya)yang ditopang oleh Allah denganRûh al-Quds (Q., 2: 87, 235 de-ngan segala penafsirannya). SebagaiNabi dan Rasul, Isa Al-Masih ter-masuk deretan Nabi dan Rasul yangpaling agung bersama dengan NabiMuhammad, Ibrahim, Musa, danNuh yang disebut ûlû al-‘azm (tokoh-tokoh yang berhati teguh—lihat Q.,46: 35).

Sikap kepada sesuatu atau sese-orang dilakukan hanya setelahmempertimbangkan segala segitentang sesuatu atau seseorang itusecara jujur dan seimbang, denganpenuh iktikad baik dan bebas dariprasangka.

Page 209: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1119Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Dan tentang Maryam (putri Imran,Ibunda Isa Al-Masih), Al-Quranmenerangkan bahwa dia adalahwanita yang dipilih dan disucikanAllah (Q., 3: 37), dan senantiasamenjaga kehormatannya (Q., 66:12). Jadi, memang Isa dan ibunda-nya, Maryam, adalah orang-orangsuci pilihan Tuhan. Tetapi, betapa-pun sucinya, mereka berdua adalahtetap manusia biasa. Maka, last but notleast, Al-Quran memperingatkan de-ngan keras agar kita tidak menuhan-kan Isa Al-Masih atau Ibundanya (Q.,5: 17, 72, 114-117; Q., 9: 31).

Di negeri kita pernah dibahassikap Muslim terhadap Natal. IbnTaimiyah membahas hal serupa,khususnya tentang Nirus (tahun baruPersi, kini masih merupakan haribesar penting di Iran). Dalam kitab-nya, Iqtidlâ al-Shirâth al-Mustaqîm,Ibn Taimiyah memperingatkan agarseorang Muslim tidak bertindak be-gitu rupa sehingga mengesankanadanya dukungan terhadap suatupaham yang tidak sejalan denganIslam. Dalam kitab ini, dia hanyamenyebutkan bahwa ‘Ali memboleh-kan menerima hadiah dari kaumnon-Muslim dalam hari raya mereka.

ISKANDARIA

Carl Sagan, seorang ilmuwandan astronom terkenal, menuturkan

bahwa sesungguhnya ilmu penge-tahuan telah tampil dengan kukuhsekitar tiga abad sebelum Masehidi Iskandaria, Mesir, sebuah kotayang didirikan oleh IskandarAgung dari Macedonia. Berkat jiwaterbuka Iskandar Agung (tidak sajamenghargai ilmu dan agama ber-bagai bangsa, bahkan juga me-nganjurkan tentaranya untuk kawindengan wanita-wanita Persia danIndia), kota di Mesir yang dina-makan menurut namanya itu segeramenjadi pusat ilmu pengetahuanumat manusia.

Kekayaan Iskandaria yang ter-penting dan paling mengagumkanialah perpustakaan yang penuh de-ngan buku-buku ilmiah. Dalam per-pustakaan itu untuk pertama kalinyaumat manusia mengumpulkan, de-ngan penuh kesungguhan dan secarasistematis, pengetahuan apa pun ten-tang dunia ini. (Pemerintah Mesir se-karang sedang berusaha merekons-truksi perpustakaan itu berdasarkandata-data ilmiah yang ada). Darikegiatan ilmiah di Iskandaria itulahmuncul konsep tentang “Cosmos”,yang dalam bahasa Yunani berarti“harmoni”, lawan “Chaos”, kekacauan.Mereka menyebut alam raya ini kos-mos karena anggapan (yang ternyatatepat) bahwa ia berada dalam penuhkeserasian.

Direktur perpustakaan itu, padaabad ketiga sebelum Masehi, adalah

Page 210: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1120 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Earastothenes, seorang ahli ilmubumi, astronomi, sejarah, falsafah,dan matematika. Ia juga seorang pe-nyair dan kritikus teater. Ia merintisilmu bumi matematis, dan “mene-mukan” bahwa bumi ini sebenarnyahanyalah sebuah dunia yang kecil.Kemudian, di Iskandaria tampil ba-nyak ahli ilmu pengetahuan yanglain, seperti Hipparchus yang men-coba membuat peta konstelasi bin-tang-bintang dan mengukur tingkatcahaya bintang; lalu Euclidus, pe-nemu sebenarnya ilmu ukur atau geo-metri; kemudian Dionysius, yangmeneliti organ-organ suara manusiadan meletakkan teori tentang bahasa;Herophlius, ahli ilmu faal atau fi-siologi yang menegaskan bahwa organberpikir manusia bukanlah jantungseperti saat itu diyakini, melainkanotak; Heron, penemu rangkaian rodagigi dan mesin uap kuno, pengarangbuku Automata, sebuah buku per-tama tentang robot; Apollonius, yangmeletakkan teori tentang bentuk-bentuk melengkung seperti elips,parabola, dan hiperbola; Archimedes,genius mekanik yang terbesar se-belum Leonardo da Vinci; Ptolemy,seorang yang meskipun teorinya ten-tang alam raya ternyata salah (geo-sentris), namun semangat keil-muannya tetap sangat banyak mem-beri ilham; dan Hypatia, seorang wa-nita ahli matematika dan astronomi,yang mati dibakar orang tidak lama

sebelum dibakarnya perpustakaan Is-kandaria dan segenap isinya––berupabuku-buku ilmiah di atas papirusyang ditulis tangan sebanyak sekitarsetengah juta buah setelah tujuh abadperpustakaan Iskandaria didirikan.

Betapa tragis pembakaran per-pustakaan Iskandaria itu, sebab disamping mengandung buku parailmuwan tersebut, juga diketahui adabuku Aristarchus yang sudah men-jelaskan bahwa bumi adalah salahsatu dari planet-planet yang menge-lilingi matahari! Buku itu baru di-ketemukan kembali 2.000 tahunkemudian! Perpustakaan Iskandariajuga diketahui menyimpan tiga jilidbuku sejarah bumi, oleh seorangpendeta Babilonia Kuno, Berossus,yang memperkirakan jarak antarasaat penciptaan alam raya dan ke-jadian banjir Nabi Nuh adalahselama empat ratus ribu tahun. Me-mang, perkiraan itu tidak dapat di-buktikan secara ilmiah, sehinggamasih merupakan sebuah mitologi.Namun, sungguh amat menarik,pendeta itu jauh lebih realistis dari-pada Perjanjian Lama yang me-ngatakan jarak antara saat pencipta-an alam raya dan banjir Nuh ituhanya sekitar empat ribu tahun,kurang lebih seperseratus dari per-kiraan Berossus yang hidup berabad-abad sebelum penulisan kitab suci.

Page 211: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1121Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ISHLÂH

Dalam Al-Quran, kata “refor-masi” disebut “ishlâh” yang berakar sa-ma dengan kata-kata “shâlih” (saleh)dan “mashlahah” (maslahat). Semua-nya mengacu kepada makna baik, ke-baikan, dan per-baikan. Pahamtentang reformasibumi (ishlâh al-ardl) dapat disim-pulkan dari duafirman yang terje-mahannya sepertiberikut:

J a n g a n l a hmembuat kerusa-kan di muka bu-mi sesudah dire-formasi. Berdoalah kepada-Nyadengan rasa takut dan rindu; rahmatAllah selalu dekat kepada orang yangberbuat baik (Q., 7: 56).

Ungkapan “janganlah berbuatkerusakan di muka bumi sesudah“direformasi” mengandung maknaganda. Pertama, larangan merusakbumi setelah reformasi atau per-baikan (ishlâh), yaitu saat pencipta-an bumi oleh Tuhan sendiri. Mak-na ini menunjukkan tugas manusiauntuk memelihara bumi yang su-dah merupakan tempat yang baikbagi hidup manusia. Jadi, tugasreformasi berkaitan dengan usahapelestarian lingkungan hidup yangalami dan sehat.

Kedua, larangan membuat kerusak-an di bumi setelah terjadi reformasiatau perbaikan oleh sesama manusia.Hal ini bersangkutan dengan tugasreformasi aktif manusia untuk ber-usaha menciptakan sesuatu yangbaru, yang baik (shâlih) dan mem-

bawa kebaikan(mashlahah) untukmanusia. Tugas ke-dua ini, lebih beratdari tugas pertama,memerlukan pe-ngertian yang tepattentang hukum-hukum Allah Swt.yang menguasaialam ciptaan-Nya,diteruskan dengankegiatan bertindak

sesuai dengan hukum-hukum itu me-lalui “ilmu cara” atau teknologi. Le-bih dari tugas pertama, pemanfaatanalam ini harus dilakukan dengan dayacipta yang tinggi, dan dengan me-merhatikan prinsip-prinsip keseim-bangan.

Dalam hal ini, di antara semuamakhluk hanya manusia yang dapatmelakukannya, sejalan dengan mak-na moral kisah keunggulan Adamdalam drama kosmis sekitar deklarasikekhalifahannya. Seperti disebutkandalam Al-Quran, “Allah Swt. menge-tahui al-mufsid (orang yang mem-buat kerusakan) dari al-mushlih(orang yang membuat perbaikan, re-formasi).”

Page 212: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1122 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Ayat ini menggambarkan bahwareformasi bumi itu bersangkutanlangsung dengan prinsip keadilandan kejujuran, khususnya kegiatanekonomi yang melibatkan prosespembagian kekayaan dan pemerata-annya antara warga masyarakat, sebabbumi yang sudah direformasi itu (re-formed earth) tidak boleh mengenalterjadinya perolehan kekayaan secaratidak sah dan tidak adil. Bahkanjuga tidak boleh terjadi penumpuk-an kekayaan begitu rupa sehinggaharta benda dan sumber hidup ma-syarakat beredar di antara orang-orang kaya saja dalam masyarakat.

Ajaran tentang pemerataan sum-ber daya hidup masyarakat itu jelassekali disebut dalam Al-Quran. Mes-kipun ayat yang terjemahannyaseperti di bawah ini turun dalamkonteks khusus harta rampasan pe-rang, namun pesan moralnya adalahuniversal dan abadi. Disebutkannyaharta rampasan perang hanyalah pe-nyebutan suatu pangkal sumber dayahidup, sesuai dengan hukum yangberlaku di saat itu. Rampasan perangsebagai pangkal sumber daya itudapat dibawa kepada analogi denganpangkal-pangkal sumber daya manapun. Jadi, ayat berikut ini merupa-kan perintah umum pemerataanpembagian kekayaan nasional.

Apa saja harta rampasan perangyang diberikan Allah Swt. kepadaRasul-Nya yang berasal dari pendudukkota-kota adalah untuk Allah Swt.,

Rasul, kerabat Rasul, anak-anakyatim, orang-orang miskin, danorang-orang dalam perjalanan, su-paya harta itu jangan hanya beredardi antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikanRasul kepadamu maka terimalah dia,dan apa yang dilarangnya bagimumaka tinggalkanlah: dan bertakwa-lah kepada Allah Swt. SesungguhnyaAllah Swt. sangat keras hukuman-Nya (Q., 59: 7).

Di antara sekian banyak cara me-ngumpulkan kekayaan secara tidakadil ialah korupsi dan riba. Kedua caraitu sulit dilacak dan diberantas, karenaada kemungkinan mendapat pem-benaran oleh sistem politik dan hu-kum yang resmi berlaku, atau karenasemata-mata dilindungi oleh penguasayang zalim. Suatu bentuk korupsi bisaterjadi terbenarkan secara legal (legallyright), sekalipun mutlak secara moraltetap salah (morally wrong), yaitu ka-rena dapat ditelusuri atau digugat.

Jadi, salah satu kesulitan melaku-kan reformasi kehidupan sosial ma-nusia di bumi ialah adanya halang-an-halangan legal-formal yangmemberi pembenaran kepada ke-jahatan seperti suap, sogok, dan ko-rupsi. Sebelum halangan-halanganitu dapat disingkirkan, reformasi tidakakan dapat berlangsung dengansempurna.

Kejahatan sosial lainnya yangdapat berakibat pemindahan kekaya-

Page 213: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1123Ensiklopedi Nurcholish Madjid

an dari seseorang ke orang lain secaratidak sah dan yang sangat banyakmembuat kepincangan sosial yangberbahaya ialah riba. Banyak teoridan pembahasan tentang riba. Ki-tab-kitab fiqih telah pula memuat-nya. Tetapi sampai sekarang, polemikdan kontroversi masih berlangsung,sebanding dengan kebingungan yangdialami oleh orang-orang Arab da-lam membedakan riba dan jual beliatau perdagangan, karena merekamemandang keduanya sama saja.

Padahal, riba bukanlah perdagang-an, dan perdagangan bukanlah riba.Perdagangan adalah suatu cara mem-peroleh rezeki yang terhormat, yangmerupakan profesi para nabi danrasul. Muhammad Saw. adalah seorangpedagang yang sangat ahli, yangkarena kejujurannya digelari al-Amîn(yang tepercaya, trust-worthy). Beliautidak pernah melakukan riba, bah-kan menentangnya dengan amatkeras. Di tengah polemik dan kon-troversi tentang riba itu, satu hal jelassekali: riba ialah suatu sistem ekonomiyang memungkinkan transaksi danpemindahan kekayaan dengan dam-pak penindasan oleh manusia atasmanusia lain.

“Tidak boleh ada penindasan olehmanusia atas manusia lain” (thereshould be no exploitation of man byman), begitulah tujuan sistem sosialekonomi yang adil, bebas dari riba.Sebelum “penindasan oleh manusiaatas manusia” itu lenyap, tujuan kita

bernegara tidak akan tercapai. Sebabkonstitusi kita mengatakan bahwatujuan kita bernegara ialah mewujud-kan keadilan sosial bagi seluruh rak-yat. Semua wawasan luhur akan ting-gal ungkapan klise saja jika tidak adakomitmen keruhanian untuk me-wujudkannya.

ISLAM ADALAH AGAMAPALING SULIT

Agama Islam ialah agama yangpaling sulit, karena kita harus tahukapan menegakkan hukum, memaaf-kan manusia, kapan meniru NabiMusa dan kapan harus meniru NabiIsa. Itulah sebabnya, kita harus selaluberdoa, “ihdinâ al-shirâth al-musta-qîm” (tunjukkanlah kami jalan yanglurus). Yang positif ialah, “shirâthal-ladzîna an‘amta ‘alayhim”; se-dang negatifnya adalah “ghayr al-maghdlûbi ‘alayhim wa lâ al-dlâllîn”.Umumnya tafsir mengatakan bah-wa yang dimaksud dengan al-maghdlûbi ‘alayhim ialah orangYahudi dan al-dlâllîn adalah orangNasrani. Maksudnya ialah, al-magh-dlûbi ‘alayhim, karena orang Yahudidalam menerapkan agama terlalukaku, kehilangan kelembutan ma-nusia. Sedangkan orang Nasraniterlalu longgar sehingga “habis”.

Ini penting sekali untuk dihayatikarena perspektif ini telah hilang dariumat Islam. Ciri-ciri kaum beriman

Page 214: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1124 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

itu, dalam Al-Quran surat Al-Syûrâ(Q., 42: 39-43, ialah: “Walladzînaidzâ ashâbahum al-bagyu hum yanta-shirûn” (Mereka yang apabila di-perlakukan secara tidak adil, me-lawan). Itulah ciri orang beriman.Jadi tidak diam begitu saja; “Wajazâ’u sayyi’atin sayyi’atun mitsluhâ”(Setiap kejahatan harus dibalas se-cara setimpal) (Q., 42: 40). Tidakada ajaran jika pipi kiri ditampar,kasihkanlah pipi kanan. Namunkalau kita berhenti di situ, maka ber-arti kita sama dengan orang Yahudi.Orang Yahudi itu sebaliknya, “al-an-fu bi al-anfi wa al-‘aynu bi al-‘ayni waal-udzunu bi al-udzuni” (hidung de-ngan hidung, mata dengan mata, te-linga dengan telinga) (Q., 5: 45).Karena itu masih ada lanjutan ayat,“fa man ‘afâ wa ashlaha fa ajruhû‘alallâh” (Tapi barang siapa bisa mem-beri maaf dan berdamai, Allah yangmenanggung pahalanya) (Q., 42:40). Jadi seolah-olah begini: “kalaukamu diperlakukan secara zalim,balas, tapi sebetulnya lebih baik kalaukamu bisa memaafkan, sebab kalaukamu membalas itu sering berlebihan,padahal dalam ayat itu dinyatakan,“innahû lâ yuhibbu al-zhâlimîn” (DanAllah tidak suka pada orang yangberlebihan) (Q., 42: 40). Sebagaicontoh, kasus kerusuhan di Kupang;ada mushalla satu pecah jendelanya,namun balasannya tiga belas gerejahancur.

Jadi, ada konsesi kepada kenas-ranian, yaitu kasih. Tapi untukmenggambarkan sulitnya menjadiorang Islam, masih ada kelanjutan-nya. “wa laman intashara ba‘da zhul-mihî fa ulâ’ika mâ ‘alayhim min sabîl.Inna mâ al-sabîlu ‘alâ al-ladzînayazhlimûna al-nâsa wa yabghûna fîal-ardl bi ghayri al-haqq” (Tapi ba-rang siapa melawan karena di-perlakukan tidak adil mereka tidakboleh disalahkan; yang harus disalah-kan ialah mereka yang berbuat zalimkepada sesama manusia dan bikin ker-usakan di bumi tanpa alasan yangbenar); “ulâ’ika lahum ‘adzâbun ‘alîm”(Mereka akan mendapat siksa yangpedih sekali di akhirat) (Q., 42: 41-42). Itu merupakan dukungan ke-pada orang yang membela diri, bahkanmembalas. Tapi lagi-lagi tidak ber-henti di situ. Seterusnya ialah kem-bali lagi kepada Nasrani “wa la manshabara wa ghafara innâ dzâlika lamin ‘azmi al-umûr (Tapi barang siapasabar dan sanggup memberi maaf,itulah kualitas yang lebih tinggi) (Q.,42: 43). Karena itu, sulit menjadiorang Islam. Sebab, suatu saat, kitaharus tegas menegakkan hukum,namun di saat lain kita harus beranimemaafkan. Itu masalahnya. Kalauhanya menghukum saja, maka cu-kup menjadi orang Yahudi; namunkalau hanya memaafkan saja, makacukup menjadi orang Nasrani.

Pertanyaannya adalah apakah se-karang umat Islam lebih mirip orang

Page 215: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1125Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Yahudi atau orang Nasrani? Ada yangmengatakan seperti Yahudi sebabhukumnya begitu. Kalau beranimenjawab begitu berarti kita harusmenerima jika dimurkai oleh Tuhan,sebab terlalu banyak hukum, halal-haram, surga-neraka, dan sebagainya.Isu kembali kepada Al-Quran danhadis sampai sekarang masih sebataspada hukum semata, belum adamasalah-masalah lainnya. Kalau su-dah hukum, pasti kecenderungan-nya hitam-putih, dan dengan sendi-rinya tidak ada nuansa. Ini memangpersoalan yang sangat besar. Sepertijargon mengatakan kembali kepadaAl-Quran dan Sunnah, tidak adajalan keluar. Namun, ketika menga-takan kembali kepada Al-Quran danSunnah pun, harus mengetahui betulapa artinya, jangan berhenti padafiqih.

Di Pengurus Pusat Muham-madiyah, saya pernah meledek bah-wa Muhammadiyah ini kegedeanslogan, katanya kembali kepada Al-Quran dan Hadis, namun yang di-temukan hanya masalah wudlu,tarawih, azan dua atau satu, qunutatau tidak, ushallî atau tidak, danlain-lain. Tapi, Mas Taufik Abdullah,senior saya di LIPI, mengatakan“jangan begitu Cak Nur,” sebab“Biarpun kecil-kecil yang pentingberani mempersoalkan paham yangmapan”. Modal yang demikianmemang diperlukan, namun harusjuga diteruskan dan berani me-

rombak banyak hal. Karena itu, DrImaduddin Abdurrahim me-ngatakan sifat dua puluh itu mestiditinggalkan, sebab kategori rasionalyang digunakan mengenai Tuhanadalah sangat Aristotelian. Itubikinan Asy‘ari sebagai jawabanterhadap tantangan para failasufyang mengingkari adanya sifat padaTuhan.

ISLAM AGAMA AMAL

Perkataan Islam (islâm) adalahberbentuk mashdar, yaitu kata kerjaberbentuk benda yang menunjuk-kan aktivitas; Islam berarti sikap pas-rah kepada Allah. Seseorang men-jadi Islam berarti dia menjadi pas-rah kepada Allah—melakukan se-suatu yang bersifat pasrah kepadaAllah. Siapakah yang lebih baikagamanya daripada orang berserahdiri kepada Allah, sedang ia mengerja-kan amal kebaikan dan mengikutiagama Ibrahim yang murni dan Allahtelah mengambil Ibrahim sebagaikawan (Q., 4: 125).

Islam adalah dîn—juga berben-tuk mashdar. Dîn berarti tundukpatuh kepada Allah—ajaran untuktunduk kepada Allah. Karena itu,ada orang yang tidak sepakat kalaudîn diterjemahkan dengan agama.Menurut Ibn Taimiyah, masukIslam berarti seseorang memasrah-kan diri dan kalbunya kepada Allah,dan memurnikan sikap tunduk

Page 216: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1126 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

patuh hanya kepada-Nya. Memur-nikan tunduk dan patuh kepadaAllah tidak cukup hanya dengansikap membenarkan (tashdîq),artinya tidak cukup hanya beriman,tetapi harus beramal. Sebab Islamadalah jenis amalan kalbu, dantashdîq adalah jenis pengetahuankalbu.

Ini berbeda de-ngan agama-aga-ma lain (sepertiYahudi, Nasrani,Buddha dan Hin-du) yang namanyamemang benar-benar nama danlahir secara historis. Ketika NabiMusa menerima wahyu yang men-jadi perjanjian antara Bani Israildengan Allah, nama Yahudi belumada. Yang memberi nama Yahudiadalah orang Persi.

Mengenai asal perkataan Nas-rani, ada dua versi. Pertama, Nasranidinisbatkan kepada desa kelahiranIsa, yaitu Nazareth. Kedua, Nasrani ber-asal dari kata nashrun, yang diambildari pernyataan al-Hawârîyûn, peng-ikut Isa, nahnu anshârullâh. SetelahIsa menyadari kekafiran mereka iaberkata, “Siapakah yang akan men-jadi pembelaku di jalan Allah?” Paramurid (al-Hawârîyûn) berkata,“Kamilah pembela-pembela Allah”(Q., 3: 52).

ISLAMAGAMA BERORIENTASI KERJA

Dalam jargon sosiologi agama,dapat kita temukan istilah “agamaetika” atau “Ethical Religion”. Yaituagama yang mengajarkan, dalamsistem teologisnya, bahwa keselamat-an manusia diperoleh melalui ke-

giatan kelom-pok agama etikaini. Bahkan se-orang ahli me-nyebutkannyasebagai “mono-

teisme etis” (ethical monotheism). Haldemikian, karena Islam mengajarkanbahwa cara seseorang mendekatiTuhan ialah dengan berbuat baik (ber-amal saleh) dan mengabdi kepadaAllah dengan tulus. Ini antara lainditegaskan dalam firman Allah:Maka barangsiapa mengharapkanperjumpaan dengan Tuhannya, hen-daknya dia mengerjakan perbuatanbaik, dan hendaknya dalam beriba-dah kepada Tuhannya dia tidakmemperserikatkan Tuhan itu kepadaTuhan sesuatu apapun juga (Q., 18:110). Juga, ditegaskan bahwaManusia tidaklah memperolehsesuatu kecuali yang dia usahakan(sendiri), dan (hasil) usahanya ituakan diperlihatkan (kepadanya),kemudian dia akan dibalas denganbalasan yang setimpal (Q., 53: 39-41).

Orientasi kerja ini merupakanperombakan fundamental terhadap

Orang yang boros adalah teman setanyang menentang Tuhannya.

(Q., 17: 26)

Page 217: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1127Ensiklopedi Nurcholish Madjid

orientasi keturunan pada bangsa Arabsebelum Islam. Karena itu, Ibn Tai-miyah mengatakan, al-i‘tibâr fî al-jâhilîyah bi al-ansâb, wa al-i‘tibâr fîal-Islâm bi al-a‘mâl (penghargaandalam jahiliah berdasarkan keturun-an, dan penghargaan dalam Islamberdasarkan kerja). Maka, NabiSaw. memperingati bahwa “barangsiapa mati berdasarkan semangat ke-sukuan, maka dia telah mati secarajahiliyah”. Itulah sebabnya, makaIslam kemudian berhasil mengha-puskan berbagai permusuhan antarasuku di kalangan bangsa Arab, danmendorong masing-masing pribadimereka untuk berlomba-lomba ber-buat berbagai kebaikan. Bertitiktolak kepada semangat itu, makakaum Muslim Arab berhasil mem-bangun energi yang sedemikianhebatnya. Maka tidak seberapalama setelah Nabi wafat terjadi apayang dikatakan orang Barat sebagai“ledakan Arab” (Arab Explosion),yaitu ketika bangsa Arab yang se-mula hampir tidak dikenal dunialuar itu tiba-tiba tampil sebagai ke-kuatan dahsyat yang mengalahkannegeri-negeri adidaya pada zaman-nya, yaitu Persia dan Bizantium.

Sebagai agama etika, Islam secaraprinsipil berbeda dari beberapa aga-ma tertentu lainnya yang lebih me-mentingkan upacara suci, karenaajarannya bahwa keselamatan di-peroleh seseorang melalui keikut-sertaan dalam upacara suci itu. Biasa-

nya upacara itu dilakukan dalam hu-bungannya dengan seorang tokohmasa lalu, baik tokoh itu benar-benarhistoris atau dongeng belaka, ber-dasarkan keyakinan tertentu tentangperan tersebut, juga baik peran itunyata ataupun hanya mitos belaka.Dan tidak seperti Islam yang mem-bolehkan orang shalat di mana saja,upacara itu hanya bisa dilakukan ditempat tertentu saja.

Juga, ada agama yang mengajar-kan bahwa keselamatan seseorangtergantung kepada seberapa leng-kap dia mampu menyajikan makan-an yang disenangi seorang “Dewa”.Agama Arab Jahiliah, misalnya, ada-lah jenis agama sesajen ini. ‘Umaribn Al-Khattab pun, sebelum masukIslam, pernah menyajikan makanankepada sebuah berhala, karena meng-harapkan terkabulnya permintaannyadengan rasa geli, karena makananyang disajikan kepada berhala ituoleh ‘Umar sendiri malah dilahaphabis! Ini semua dirasa perlu diingat-kan kembali, karena banyak di antarakita yang kurang menyadari.

ISLAM AGAMA ETIS

Agama Islam dan Yahudi disebutsebagai agama etis (ethical religions)karena keduanya menjanjikan ke-selamatan atas dasar perbuatan baikatau amal saleh. Ada agama yangkeselamatannya tidak digantungkan

Page 218: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1128 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kepada perbuatan, tetapi kepadapengakuan saja, sehingga ia disebutagama sakramen (sakramental). Adajuga agama yang ajaran keselamat-annya disandarkan kepada pem-berian sesajen (sacrificial religion).Dalam Islam, keselamatan diper-oleh melalui perbuatan baik. Halitu menyangkut persoalan pertim-bangan pribadi, dan di situ yangdipertaruhkan adalah niat yangtulus. Nabi pernah ditanya tentangkebaikan dan dosa. Beliau mengata-kan, “Kebaikan ialah sesuatu yangmembuat kamu tenteram dalam hati,sedangkan dosa ialah sesuatu yang ter-betik dalam hatimu dan kamu ge-lisah, meskipun orang banyak men-dukungmu.” Inilah yang disebutmasalah pribadi. Karena itu, ke-manusiaan primordial sebagai ke-lanjutan dari perjanjian primordiallocus-nya ialah hati atau lebih leng-kap hati nurani yang artinya bersifatcahaya.

Semua agama sebetulnya ber-guna untuk memperkuat hati nu-rani, berkomunikasi dengan Tuhansecara vertikal, supaya hati kita sen-sitif untuk mengenali mana yangbaik dan mana buruk. Sebab, ada-kalanya hati kita tidak lagi sensitif.Kalau kita terbiasa berbuat jahat,maka itu akan menjadi nature kita.Pada waktu itulah, kita akan berbuatsesuatu yang tidak baik, tetapitidak kita rasa demikian; kita ber-buat kejahatan, tetapi merasa ber-

buat baik. Al-Quran sendiri penuhdengan ilustrasi semacam itu, misal-nya firman, Adakah orang yang pe-kerjaannya, buruk dibayangkan baiklalu menjadi baik (sama dengan orangyang mendapat bimbingan)? (Q., 35:8). Dalam keadaan demikian, makaorang itu sebetulnya tidak mem-punyai hati nurani, karena hatinyasudah tidak lagi bercahaya. Dalambahasa Arab, hati yang seperti itudisebut zhulmânî (menjadi gelap).Dan “zhulm” adalah istilah yang pa-ling banyak digunakan untuk me-nyebut dosa, sehingga orang yangberdosa disebut “zhâlim”, artinyagelap. Maksudnya, kejahatan mem-buat hati menjadi gelap, tidak lagibersifat nurani.

ISLAM AGAMA NON-MITOS

Semua ahli sosiologi agama me-ngatakan bahwa Islam adalah agamayang paling bebas dari mitos. Am-bil contoh ibadah haji yang di dalam-nya tawaf, sa‘i, wukuf Arafah, me-lempar jumrah, dan sebagainya.Dalam tafsiran sosiologi modern,semua itu bersifat comemoratif, arti-nya memperingati kejadian-kejadianmasa lalu, dalam hal ini adalahkejadian-kejadian yang menyang-kut Ibrahim, tanpa mitologi ter-hadapnya. Hal ini berbeda dengan,misalnya, acara-acara sakramen da-lam agama-agama lain. Oleh karena

Page 219: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1129Ensiklopedi Nurcholish Madjid

itu, Al-Quran juga sering disebutlebih cocok atau sangat cocok denganilmu pengetahuan. Tetapi, orangIslam tetap harus waspada untuktidak menyamakan ilmu penge-tahuan dengan agama.

Ilmu pengeta-huan adalah hasilbacaan kita ter-hadap alam, yangmemang dian-jurkan dalam Al-Quran karenaalam itu sendiriadalah âyat (tan-da). Tetapi karenamerupakan hasilkegiatan kita sen-diri dan bersifatterbatas, maka hasilnya pun harusdipandang sebagai terbatas danrelatif. Ilmu pengetahuan bisa di-gunakan untuk menafsirkan Al-Quran, tetapi semua tafsir itu me-ngandung intervensi manusia, dankarena itu relatif. Di dalam khazanahintelektual Islam, terdapat ratusanatau bahkan ribuan kitab tafsir de-ngan bermacam-macam cara pen-dekatannya; ada yang mendekati darisegi sejarah, bahasa, kesufian, dansebagainya. Dan semuanya meru-pakan usaha atau ijtihad dari parapenafsir yang bersangkutan.

ISLAM AGAMA NURANI

Inti takwa kepada Allah Swt.adalah kesadaran yang sangat men-dalam bahwa Tuhan itu hadir dalamhidup kita. Kalau kita betul-betulmenghayati bahwa kita selalu ada

dalam pengawas-an Allah, makakita tidak akanmelakukan se-suatu yang kira-nya tidak men-dapat perkenan(ridlâ) Tuhan.Sebaliknya, kitahanya melakukansesuatu yang se-kiranya akanmendapatkan ri-

dla Allah, sehingga nanti akan bisakita pertanggungjawabkan di akhi-rat secara pribadi.

Persoalannya, dari mana kita tahubahwa sesuatu itu mendapat per-kenan Tuhan? Kita mengetahui se-suatu itu akan mendapat perkenanTuhan, pada tahap pertama, ber-dasarkan pertimbangan hati nurani,hati kecil (dalam Al-Quran kadang-kadang disebut lubb: inti kedirian).Agama Islam percaya betul kepadahati nurani. Justru perkataan hatinurani itu berasal dari agama,nûrânî artinya bersifat cahaya, dariperkataan nûr—sama denganperkataan rûh menjadi rûhânî. Hatidisebut nurani karena merupakan

Page 220: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1130 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

modal pertama yang diberikanTuhan untuk menerangi jalanhidup, yang merupakan kelanjutandari fitrah kita yang suci.

Karena itu, ada hadis yang men-ceritakan bahwa Nabi MuhammadSaw. pernah kedatangan seorangArab Badawî (Arab Kampung), yangcara berpikirnya sederhana. Orangitu bertanya tentang Islam. Nabi tidakmenerangkan macam-macam, kecualihanya berpesan, “Tanyalah hati kecil-mu”. Maksud Nabi, Islam ialah ka-lau kamu mau melakukan sesuatu,kamu sempatkan bertanya kepadahati kecilmu: ini benar atau tidak.Hadis itu kemudian menceritakanbahwa orang itu kembali ke kam-pungnya dan dengan setia berpegangkepada pesan Nabi. Dia tumbuhmenjadi manusia yang baik, manusiayang saleh.

Dalam konteks ini, kita tentuingat kepada novel filsafat al-Hayyibn Yaqzhân karangan Ibn Thufail,seorang failasuf Muslim Spanyol.Al-Hayy artinya orang hidup, ibnartinya anak, dan Yaqzhân artinyakesadarannya. Maksudnya adalahsuatu gambaran tentang orang yanghidup, tumbuh dan dibimbingoleh kesadarannya yang sangatmurni. Tesis novel itu ialah adaorang yang terdampar di sebuahpulau sejak kecil dan tidak adayang mempengaruhinya. Tetapi,karena dia terus setia kepada hatikecilnya, kepada hati nuraninya,

maka dia tumbuh menjadi manusiayang sempurna, insân kâmil.

Jadi, kita bisa mengetahui se-suatu yang diridlai oleh Allah Swt.atau tidak, dengan bertanya kepadahati nurani. Sesuatu yang tidak di-ridlai oleh Allah, pasti ditolak olehhati nurani. Karena itu, dosa dalambahasa Arab disebut juga denganmunkar, secara harfiah artinya yangdiingkari, maksudnya tidak cocok de-ngan hati nurani. Ini juga tecermindalam jawaban Nabi ketika ditanyamengenai kebajikan dan dosa, “Ke-bajikan adalah budi pekerti yang lu-hur, dan dosa adalah sesuatu yang ter-betik dalam hatimu dan kamu tidaksuka orang lain tahu.” Sesuatu yangbertentangan dengan hati nurani, itunamanya dosa. Mengapa dosa me-nimbulkan kesengsaraan? Karena iamemang selalu bertentangan denganhati nurani.

ISLAM AGAMA PENENGAH

Dalam Al-Quran ada firman Allah,Kamu adalah umat terbaik, dilahir-kan untuk segenap manusia, menyu-ruh orang berbuat benar dan melarangperbuatan munkar serta beriman ke-pada Allah…(Q., 3: 110). Di sini,kaum Muslim disebut sebagai “umatterbaik”. Di sisi lain, kaum Muslimdisebut juga sebagai “umat penengah”,atau “umat yang berimbang”. Demi-kianlah Kami jadikan kamu suatu

Page 221: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1131Ensiklopedi Nurcholish Madjid

umat yang berimbang, supaya kamumenjadi saksi atas segenap bangsa …(Q., 2: 143).

Islam adalah agama penengah,umatnya adalah wâsith, yaitu orangyang berdiri di tengah, bisa memberipenilaian secara adil. Menjadi agamapenengah yang menegakkan keadil-an membuat Islam menjadi agamayang bercorak dinamis, yang dilam-bangkan dengan: jihad di satu segi,tetapi sekaligus kelembutan dalamkedamaian di segi lain. Dalam Islam,keduanya tidak bisa dipisahkan: “Kitaberjihad untuk menciptakan ke-damaian; tetapi kita juga harus me-nempuh kedamaian untuk mencapaitujuan-tujuan yang lebih tinggi,khususnya dalam mewujudkankeberadaan kita di dunia ini, supayamenjadi saksi atas segenap bangsa.”

Itu sebabnya dalam Al-Quran adagambaran bahwa surga itu ialah ke-damaian, Mereka di sana tidak men-dengar cakap kosong, dan tiada mengan-dung perbuatan dosa, selain mengatakan,‘Salam! Salam!’ (Damai, damai)(Q., 56: 25-26).

Tetapi menjadi umat penengahmemang sulit; menjadi saksi atasumat manusia itu tidaklah mudah,sehingga kita berdoa setiap kali dalamshalat, “ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm”(Tunjukilah kami ke jalan yang lurus).Jalan apa itu? Yaitu, Jalan mereka yangtelah Kauberi segala kenikmatan, bu-kan (jalan) mereka yang mendapatmurka, dan bukan mereka yang sesat

jalan (Q., 1: 6-7). Siapakah yangmendapat murka? Yaitu, merekayang hanya dapat menggunakan ke-kerasan dan sengaja melanggar hu-kum Allah. Siapakah yang sesat? Ya-itu, mereka yang hanya bisa memaaf-kan, dan membiarkan yang terjadibiar terjadi, karena kurangnya kepe-dulian. Umat Islam harus bisa ber-diri di tengah-tengah antara sikaptegas dan keras tanpa pengampun-an, dan kelembutan ketidakpedulian.Untuk bisa mewujudkan keseim-bangan dalam ukurannya yang tepat,inilah yang sulit. Karena itu, kitaselalu memohon kepada Allah, agarsenantiasa diberikan petunjuk.

ISLAM AGAMA PERADABAN

Lembah Sungai Eufrat dan Tigris(atau bangsa Sumeria) merupakanthe craddle, tempat buaian dari per-adaban umat manusia yang berlang-sung lima ribu tahun sampai se-karang, yaitu peradaban pertanian.Puncak dari peradaban pertanianitu ialah Islam. Ciri peradaban Islamsebagai gelombang pertama (istilahdari Toffler), adalah yang dinama-kan oleh Hodgson sebagai Agraria-nate Citied Society (masyarakat agra-ris yang berpusat di kota-kota). Perludiketahui bahwa sebelum Islam,kedudukan kota tidak begitu pen-ting; hanya setelah Islam, kota men-jadi penting. Karena itu dalam so-

Page 222: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1132 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

siologi agama, Islam sering disebutsebagai “gejala kota” (urban pheno-mena).

Di Tokyo, beberapa waktu laludiadakan seminar dengan tema “Is-lamic Urbanism”; tentu saja ini ber-angkat dari asumsi bahwa Islamadalah gejala ur-ban. Karena ituetos Islam seba-gian besar adalahetos kekotaan,sebut saja misal-nya dagang. Se-mua etos dalamAl-Quran adalahetos dagang. Halini terbaca dariu n g k a p a n -ungkapan seperti,Perumpamaan mereka yang me-nyumbangkan harta di jalan Allahseperti sebutir biji menumbuhkan tujuhbulir, pada setiap bulir seratus biji(Q., 2: 261). Itu sebetulnya adalahrente. Kemudian tentang hisâb(perhitungan), juga ide tentangrugi-laba (falâh, seperti dalamungkapan hayya ‘alâ al-falâh; falâhartinya laba). Lawan falâh adalahkhusr atau rugi (inna al-insâna la fîkhusrin [Q., 103: 2]). Semua itureferensinya adalah etos-etos dagang,karena memang Makkah itu adalahkota dagang.

Jelaslah bahwa Agrarianate CitiedSociety merupakan puncak dari Za-man Agraria. Maka secara sosiologis,

Islam sebenarnya agak bias ke kota.Al-Quran, misalnya, banyak sekalimemuji orang kota, dan mengkritikorang kampung (tentu saja bukanseperti kampung di sini [Indonesia]),yakni kampung di daerah padangpasir yang didiami orang nomad

(orang yang hi-dupnya berpin-dah-pindah), yangdalam bahasa Arabdisebut badawî,dan kemudianmenjadi beduwinatau badui. Se-mentara itu, or-ang kota disebutahl al-hadlr, hadlrartinya hadir. Jadiahl al-hadlr berarti

penduduk yang hadir di suatutempat, pola hidup menetap di suatutempat. Menarik sekali bahwaperadaban dalam bahasa Arabdisebut dengan istilah hadlârah,maksudnya bahwa peradaban ituialah efek dari pola hidup menetapdi suatu tempat. Sebaliknya, lawandari hadlârah atau peradaban ada-lah badâwah, artinya hasil dari suatupola hidup yang tidak menetap ataunomad.

Di dalam Al-Quran ada satuayat yang sering diterjemahkansecara keliru yaitu, “Al-A‘râbu asyaddukufran wa nifâqan” (Q., 9: 97), de-ngan kata-kata, orang-orang Arabitu jauh lebih munafik dan lebih kafir.

Page 223: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1133Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Al-A‘râbu di situ sebetulnya bukan“orang Arab”, tetapi “orang badawi”.Orang badawi itu lebih munafikdan lebih kufur. Dan mereka cen-derung tidak mengenal batas-batasyang telah diturunkan Allah kepadaRasul-Nya (Q., 9: 97). Artinya,hidup mereka tidak bisa diatur.Karena itu, ketika Nabi pindah dariMakkah ke Yatsrib, kota itu diubahnamanya menjadi Madinah, artinyakota. Dalam bahasa Arab, kotaartinya tempat peradaban. Sebabdalam bahasa Arab peradaban itudisebut madanîyah.

Seandainya Nabi Muhammaditu orang Yunani, maka nama kotatempat hijrah itu mungkin akan ber-bunyi prophetopolish; prophet artinyaNabi dan polish artinya kota. Ini ber-arti bahwa Islam adalah agama kotadalam arti agama untuk mencipta-kan peradaban. Hal ini kemudian ber-kembang, lalu menjadi puncak dariperadaban agraria dengan pusatnyadi kota-kota.

Orang Yunani mengatakan bah-wa daerah yang berperadaban ituadalah Oikoumene (yang dulu di-kuasai oleh Islam). Inti dari peradab-an itu dimulai dari Sungai Nil sam-pai Sungai Amudarya atau Oxus. Se-dang daerah seberang Oxus disebutTransoksiana, artinya daerah seberangSungai Oxus, dan itu sebenarnya ter-jemahan dari bahasa Arab mâ warâ’al-nahr (daerah di belakang sungai[Oxus]). Kebetulan daerah ini adalah

daerah tandus, sehingga orang jugamengatakan bahwa Islam itu adalahagama daerah tandus (kecualiIndonesia, dan karena itu nanti bisadiklaim bahwa orang Indonesiaberhak menafsirkan Islam menurutkonteksnya sendiri yang memangbeda). Sejak dari India di sebelahtimur, Gurun Gobi, sampai Marokodan Andalusia, semuanya mem-punyai ciri geografis dan geologisyang sama. Karena itu kemudianmereka mobile sekali. Sehingga sam-pai sekarang orang masih mengata-kan bahwa dulu sebenarnya tidakada negara-bangsa atau nation-state.Itu hanya merupakan konsep dariBarat, dan banyak yang mengatakanbahwa konsep itu merugikan Islam,karena dulu orang Islam sangatkosmopolit dan metropolis. Mak-kah, misalnya, dalam Al-Quran di-sebut sebagai umm al-qurâ; ummartinya ibu dan qurâ artinya kota.Kata Casablanca tak lain adalah Spa-nyolisasi dari Al-Dâr Al-Baydlâ’.

ISLAM AGAMA SEMUA NABIDAN RASUL

Penjelasan yang sangat pentingtentang makna “al-islâm” diberikanoleh Ibn Taimiyah. Ia mengatakanbahwa al-islâm mengandung duamakna: pertama, ialah sikap tundukdan patuh, jadi tidak sombong; kedua,ketulusan dalam sikap tunduk ke-

Page 224: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1134 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pada satu pemilik atau penguasa,seperti difirmankan Allah, Dan se-orang lelaki yang tulus tunduk ke-pada satu orang lelaki (Q., 39: 29).Jadi, orang yang tulus itu tidak mu-syrik, dan ia adalah seorang hambayang berserah diri hanya kepadaAllah, Pangeran sekalian alam, seba-gaimana Allah firmankan, Dan siapa-kah yang tidak suka kepada agamaIbrahim kecuali orang yang membo-dohi dirinya sendiri. Padahal sungguhKami telah memilihnya di dunia, dania di akhirat pastilah termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannyabersabda kepadanya, “Berserah dirilahengkau!” Lalu ia menjawab, “Akuberserah diri (aslamtu) kepada Tuhanseru sekalian alam”. Dan denganajaran itu Ibrahim berpesan kepadaanak-anaknya, demikian pula Ya’qub,“Wahai anak-anakku, sesungguhnyaAllah telah memilihkan agama untukkamu sekalian, maka janganlahsampai kamu mati, kecuali kamuadalah orang-orang yang pasrah(kepada-Nya)” (Q., 2: 130-132).

Katakanlah (hai Muhammad), “Se-sungguhnya aku telah diberi petunjukoleh Tuhanku ke arah jalan yang lurus.Yaitu agama yang tegak, ajaran Ibra-him, yang hanîf, dan tidaklah dia ter-masuk orang-orang yang musyrik.”Katakan juga (hai Muhammad),“Sesungguhnya sembahyangku, darmabaktiku, hidupku, dan matiku adalahuntuk Allah seru sekalian alam, tiadaserikat bagi-Nya. Begitulah aku di-

perintahkan dan aku adalah yangpertama dari kalangan orang-orangyang pasrah” (Q., 6: 161-163).

Dan kembalilah kamu semua ke-pada Tuhanmu, serta berserah dirilahkamu semua (aslimû) kepada-Nyasebelum tiba kepada kamu azab, lalukamu tidak tertolong lagi (Q., 39:54).

Demikan itu sebagian dari pen-jelasan yang diberikan Ibn Taimiyahtentang makna al-islâm. Berdasarkanpengertian-pengertian itu juga ha-rus dipahami penegasan dalam Al-Quran bahwa semua agama paranabi dan rasul adalah agama Islam.Yakni, agama yang mengajarkansikap tunduk dan patuh, pasrah, danberserah diri secara tulus kepadaTuhan dengan segala qudrat danirâdat-Nya. Sebagai contoh, NabiIbrahim ditegaskan bahwa dia bu-kanlah seorang penganut agama ko-munal seperti Yahudi atau Nasrani,melainkan dia adalah seorang yangtulus mencari dan mengikut kebenar-an (hanîf) dan yang pasrah kepadaTuhan (muslim) (Q., 3: 67). Demi-kian agama seluruh nabi keturunanIbrahim, khususnya anak-cucuYa‘qub atau Bani Israil, sebagaimanadilukiskan dalam penuturan KitabSuci, “Adakah kamu menyaksikantatkala maut datang kepada Ya‘qub,dan ketika ia bertanya kepada anak-anaknya, ‘Apakah yang akan kamusekalian sembah sepeninggalku?’ Me-reka menjawab, ‘Kami menyembah

Page 225: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1135Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Tuhanmu dan Tuhan leluhurmu,Ibrahim, Isma‘il, dan Ishaq, yaituTuhan Yang Maha Esa, dan kepada-Nya kami semua pasrah’” (Q. 2:133).

Kemudian, Nabi Musa digam-barkan melalui ucapan pertobatanFir‘aun bahwa dia, Nabi Musa,membawa ajaranagar manusiapasrah (muslim)kepada Tuhan.Dengan begitu,agamanya punsebuah agamaIslam. KataFir‘aun, yang berusaha bertobatsetelah melihat kebenaran, Aku per-caya bahwa tiada Tuhan kecuali yangdipercayai oleh Bani Israil, dan akutermasuk orang-orang yang pasrah(kepada-Nya) (Q., 10: 90).

Demikian pula, sebuah ilustrasitentang Nabi Isa dan para pengikut-nya, menunjukkan bahwa agamayang diajarkannya pun adalah agamaIslam, dalam arti agama yang meng-ajarkan sikap pasrah kepada-Nya,Maka ketika Isa merasakan adanyasikap ingkar dari mereka (kaumnya),ia berkata, “Siapa yang akan menjadipendukungku kepada Allah?” Parapengikut setianya (al-hawâriyûn)berkata, “Kamilah para pendukung(menuju) Allah, kami beriman ke-pada Allah, dan saksikanlah bahwakami adalah orang-orang yang pasrah(kepada-Nya)” (Q., 3: 52).

Karena semua agama yang benaradalah agama yang mengajarkansikap pasrah kepada Tuhan, makatidak ada agama atau sikap keagama-an yang bakal diterima Tuhan selainsikap pasrah kepada Tuhan atauislâm itu. Dan karena islâm padadasarnya bukanlah suatu proper noun

untuk sebuahagama tertentu(para nabi, rasul,dan umat ter-dahulu yang di-gambarkan da-lam Kitab Sucisebagai orang-

orang yang pasrah kepada Tuhanitu pun tidak menggunakan lafalharfiah “islâm” ataupun “muslim”),maka seorang pemeluk Islamsekarang ini, juga seorang muslim,masih tetap dituntut untuk me-ngembangkan dalam dirinya ke-mampuan dan kemauan untuktunduk patuh serta pasrah dan ber-serah diri kepada Tuhan dengan se-tulus-tulusnya. Hanya dengan ituagama dan keagamaan bakal diterimaAllah, dan di akhirat tidak bakaltermasuk mereka yang merugi.Inilah yang sebenarnya dimaksudoleh firman Allah, Sesungguhnyaagama bagi Allah ialah sikap pasrahkepada-Nya (al-islâm) (Q., 3: 19),serta firman Allah, Dan barang siapamenganut agama selain sikap pasrah(al-islâm) itu, ia tidak akan diterima,dan di akhirat termasuk orang-orang

Dalam masyarakat dengan polahubungan yang lebih kompleks danluas, sikap tepat janji merupakanunsur budi luhur yang amat diper-lukan dan terpuji.

Page 226: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1136 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

yang merugi (Q., 3: 85). Sudahterang bahwa islâm dalam penger-tian ini mustahil tanpa îmân, karenaia dapat tumbuh hanya kalau sese-orang memiliki rasa percaya kepadaAllah yang tulus dan penuh.

ISLAM AGAMA TERAKHIR

Setelah Islam tidak ada lagiagama baru yang berarti, kecualijika dikatakan bahwa Mormonismeadalah agama baru. Tetapi, orangMormon sendiri mengatakan bah-wa Mormon tetaplah bagian dariKristen, yaitu Kristen dari “late theday’s saints” atau OSZA (Orang-Orang Suci Zaman Akhir). Jikaorang Islam mengatakan bahwasetelah Muhammad tidak ada lagiNabi, maka orang Mormon me-ngatakan sebaliknya, yaitu nabiyang bernama Smith (penemu lem-pengan-lempengan yang sekarangmenjadi kitab Mormon). Tetapi,cukup aman untuk dikatakan bah-wa sejak Nabi Muhammad tidakada lagi agama besar.

ISLAM AGAMA TERBUKA

Islam sebagai agama terbuka di-nyatakan Roger Garaudy, seorangfailasuf Prancis yang telah menyata-kan diri masuk Islam, dan mulai ba-

nyak memberi sumbangan pikiran.Ia merasa gusar sekali dengan mun-culnya fundamentalisme (Prancis:intégrisme; Arab: ushûlîyah) dalamIslam, bersamaan dengan muncul-nya fundamentalisme agama-agamalain di seluruh dunia, yang ia nilaisangat merugikan kemanusiaan padaumumnya. Bagi kaum Muslim,untuk mengatasi fundamentalismeitu dan memberi sumbangan kepa-da kemanusiaan masa mendatang,mereka perlu berusaha kembalimenemukan seluruh dimensi Islamyang dahulu pernah membuatnyademikian agung dan jaya. Perincianpandangan Garaudy itu adalah se-bagai berikut:

Pertama, memahami dan me-ngembangkan dimensi Qurani Is-lam, yang tidak membatasi Islam ha-nya kepada suatu pola budaya TimurTengah di masa lalu, dan yang akanmelepaskan ketertutupannya sekarang.

Kedua, memahami dan me-ngembangkan dimensi keruhaniandan kecintaan Ilahi sebagaimana di-kembangkan oleh kaum sufi sepertiDzu Al-Nun dan Ibn Arabi. Untukmelawan paham keagamaan yangformalistik-ritualistik serta liberalis-me kosong, agar dihayati maknashalat sebagai penyatuan denganAllah, zakat sebagai penyatuandengan kemanusiaan, haji sebagaipenyatuan dengan seluruh umat,dan puasa sebagai sarana ingat

Page 227: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1137Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kepada Allah dan orang kelaparansekaligus.

Ketiga, memahami dan mengem-bangkan dimensi sosial Islam gunamenanggulangi masalah kepenting-an pribadi yang saling bertentang-an, dan untuk mewujudkan peme-rataan pembagian kekayaan.

Keempat, menghidupkan kem-bali jiwa kritis Islam, setelah jiwa itudibendung oleh kaum vested interestdari kalangan ulama dan penguasa(umarâ’) tertentu dalam sejarah Islam,dengan menghidupkan kembali se-mangat ijtihad, yang menurut Mu-hammad Iqbal merupakan satu-satunya jalan menyembuhkan Islamdari penyakitnya yang paling utama,yaitu “membaca Al-Quran denganpenglihatan orang mati”.

Kelima, secara radikal mengubahprogram pengajaran agama, sehinggaformalisme keagamaan yang keringdapat diakhiri.

Keenam, meningkatkan kesadar-an tanggung jawab pribadi kepadaTuhan dalam memahami ajaran-ajar-an agama, tanpa mengizinkan adanyawewenang klerikal dan kependetaan,karena Islam memang tidak menge-nal sistem kependetaan.

Ketujuh, mengakhiri mentalitasisolatif, dan membuka diri untukkerja sama dengan pihak-pihak lainmana pun dari kalangan umat ma-nusia, dalam semangat perlombaanpenuh persaudaraan, meskipun de-ngan mereka yang mengaku ateis,

guna meruntuhkan sistem-sistemtotaliter.

Untuk dapat melakukan itu se-mua amat diperlukan usaha-usahapengayaan intelektual (intellectualenrichment), baik tentang masa lalu,masa kini, maupun perkiraan masadepan. Dan karena khazanah Islamdi masa lalu sedemikian kayanya,maka salah satu usaha pengayaan in-telektual itu ialah dengan membacakembali, memahami, dan memberiapresiasi yang wajar kepada warisanbudaya umat. Tetapi, pembacaan danpemahaman masa lalu hanya untukmencari otoritas adalah tidak benar,sebab masa lalu tidak selamanya ab-sah dan autentik. Sejarah, termasuksejarah pemikiran, harus dipahamisecara kritis di dalam kerangka dina-mika faktor ruang dan waktu yangmenjadi wadah atau lingkungannya.Pandangan kepada masa lalu dengansendirinya absah dan autentik, sam-bil meninggalkan sikap kritis kepadafakta-fakta historisnya, adalah pang-kal sikap-sikap tertutup, konservatif,dan beku yang justru amat berbahaya.Tetapi pemahaman kepada masa lalusecara kritis dan dinamis, disertaiapresiasi ilmiah yang adil, akanmenjadi pangkal tolak pengayaanintelektual yang subur dan produktif.Sebab manusia tidak mungkin men-ciptakan segala sesuatu dalambudayanya mulai dari nol setiap saat.Manusia bagaimanapun harus me-ngembangkan unsur-unsur warisan

Page 228: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1138 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

masa lalu yang sehat, dengan diga-bungkan kepada unsur-unsur baruyang lebih sehat lagi. Tidak adanyakontinuitas kultural dan intelektualmasa sekarang dengan masa lalu akanmengakibatkan pemiskinan (impo-verishment) kultural dan intelektual;dan pemahaman masa lalu secaradinamis, kritis, dan dalam semangatpenghargaan yang adil dan wajar adalahamat diperlukan untuk pengayaan kul-tural dan intelektual guna memper-oleh pijakan konfidensi baru yangkukuh menghadapi masa depan.

Jadi, yang amat kita perlukanialah kembali kepada makna dalillama kaum ulama: Memelihara yanglama yang baik, dan mengambilyang baru yang lebih baik. Itulahketerbukaan yang dinamis, dan itu-lah jalan untuk membuat sebuahgenarasi menjadi kaya gagasan (re-sourceful) untuk menghadapi segalatantangan zaman. Dan secara nasio-nal, yaitu dalam konteks Indonesia,dengan begitu diharapkan Islamakan tampil lagi untuk memeran-kan dirinya sebagai faktor yangmembawa demokratisasi, moderni-sasi, dan civilisasi bangsa.

ISLAM AGAMA TOLERAN

Para pemimpin Islam sering me-ngemukakan: “Islam adalah agamatoleran, yang menghargai agama-aga-ma lain”. Banyak dukungan ajaranuntuk pandangan ini. Tetapi, yang

amat diperlukan dewasa ini—apalagidi tengah banyak amuk massa yangsering mengatasnamakan agama un-tuk konflik-konflik sosial—ialah so-sialisasi pandangan toleransi tersebutsehingga diketahui, dimengerti, di-hayati, dan diamalkan oleh semualapisan umat Islam. Sekalipun ajar-an tersebut lebih berat pada segi ke-harusan normatif, dalam banyak halpelaksanaannya sangat tergantungpada kenyataan, dan kesadaran me-ngenai hal tersebut akan menghasil-kan tindakan yang berbeda dari-pada jika orang tidak menyadarinyasama sekali.

Dari sudut ajaran Islam, kerukun-an umat beragama merupakan akibatwajar dari sistem keimanannya. NabiMuhammad Saw. diperintahkan Allahuntuk menegaskan bahwa beliau bu-kan pertama di kalangan para utusanAllah (Q., 46: 9). Juga ditegaskanbahwa Nabi Muhammad itu tidaklain hanyalah seorang Rasul, yang se-belumnya telah ada rasul-rasul lain(Q., 3: 144). Oleh karena itu, NabiSaw. menegaskan bahwa semua agamapara rasul adalah satu dan sama, se-kalipun syariatnya berbeda-beda.

ISLAM ANTARA YAHUDIDAN KRISTEN

Surat Al-Syûrâ disebut surat “mu-syawarah” karena salah satu poinyang dikemukakan dalam surat itu

Page 229: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1139Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ialah deskripsi bahwa ciri-ciri orangberiman itu selalu memecahkanmasalahnya dengan musyawarah,Dan persoalan mereka dimusyawa-rahkan antara sesama mereka (Q.,42: 38). Dengan cara ini, tidak adaruang bagi kemunculan diktator dikalangan orang beriman.

Kalau Allahmengatakan bah-wa rahmat-Nyameliputi segalasesuatu dan jugamewajibkan atasdirinya rahmat, maka refleksinyaadalah dalam pesan mengenai bagai-mana sikap hidup yang sebenarnya.Dalam Al-Quran dinyatakan, Danmereka yang memenuhi seruan Tuhandan mendirikan shalat, dan per-soalan mereka dimusyawarahkanantara sesama mereka; dan merekainfakkan sebagian rezeki yang Kamiberikan kepada mereka. Dan bila adaperbuatan sewenang-wenang menimpamereka, mereka membela diri. Balasanatas suatu kejahatan, adalah kejahatanyang setimpal. Tetapi barang siapadapat memberi maaf dan menciptakanperdamaian, maka balasannya dariAllah. Sesungguhnya Ia tak menyukaiorang yang berbuat zalim (Q., 42:38-40). Artinya, bahwa orang ber-iman itu tidak pasrah semata; kalaumereka diperlakukan zalim makamereka melawan dan membela diri.Apabila hanya sampai pada tahap“diperlakukan salah dan membalas”,

maka itu baru tahap sebagai orangYahudi, dan apabila pada tahap “ba-rang siapa memberi maaf dan damai”ini adalah Kristen. Mengapa dalamayat tersebut ada peringatan bahwaTuhan tidak suka pada orang yangzalim? Itu merupakan peringatanbahwa membalas dibolehkan, tetapi

kalau sampai ber-lebihan berartizalim, dan Allahtidak suka. Teta-pi ada ayat yangmenarik sekali,

Tetapi sungguh, barang siapamembela diri setelah dianiaya, takada alasan menyalahkan mereka.Kesalahan hanyalah pada mereka yangmenganiaya manusia, dan melanggarbatas di bumi tanpa sebab. Bagimereka itulah azab yang pedih. Tetapisungguh, barang siapa mau sabar danmemberi maaf, sungguh itulah sikapyang terbaik (Q., 42: 41-43).Maksudnya ialah harus ada peng-gabungan antara keduanya, atausuatu sikap yang seimbang. Tetapidi sinilah kesulitan umat Islam. Ka-rena akan menempuh sikap yangsangat seimbang, maka orang Islamitu kadang-kadang kejam, kadangpemaaf.

Para kiai yang orientasinya hu-kum atau fiqih, biasanya bersikapserbaharam, atau serbaneraka; itusebetulnya sikap “keyahudi-yahudi-an”. Tetapi sebaliknya, kaum sufi yangserba-pemaaf itu kekristen-kristen-

Amanah sebagai budi luhur adalahlawan dari khianat (khiyânah)yang amat tercela.

Page 230: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1140 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

an. Memang harus somewhere inbetween. Yang paling gampang ten-tu saja memilih salah satu, menjadiYahudi atau menjadi Kristen, sebabkalau “to be a Moslem is very difficultpath”. Itulah yang sulit, makanya se-tiap saat—paling tidak melalui sha-lat—orang Islam meminta petunjuk“ihdinâ al-shirâth al-mustaqîm”.

Jadi, mempersepsi Tuhan seba-gai rahmat tidakterbatas pada sifatal-Hakîm-Nya saja,misalnya. Sebabkalau begitu yangada hanya katasalah. Tetapi, kalauTuhan dipersepsihanya sebagai pe-maaf, juga akanmengarah pada si-kap tidak mempu-nyai kepedulianmoral. Itu yang menjadikan In-donesia “the soft state” (negara lunak),serba-dimaafkan walaupun korupsiada di mana-mana.

Asmâ Al-Husnâ sebetulnya adalahchannel-channel untuk menyalurkankepentingan-kepentingan diri sen-diri, lalu ditarik ke Tuhan. Kalau se-seorang dihina dan merasa tidak ber-daya, dia meminta dengan menyebut,“Ya Mutakabbir (wahai Tuhan yangSombong), jadikanlah saya ini jugasombong.” Asmâ Al-Husnâ secarakeseluruhan sebetulnya meningkat-kan kualitas kita sebagai manusia

yang utuh, yaitu manusia yang ku-alitasnya meliputi seluruh kualitasTuhan: Dia Pemaaf, Dia Pemberi, DiaPemurah, Dia Penyantun, Dia Pe-nyayang, tetapi Dia juga Keras, Tegas,dan Disiplin.

Di kalangan kaum sufi memangdiajarkan untuk menyeru Tuhan me-lalui Asmâ Al-Husnâ, sebab denganbegitu secara perlahan-lahan kita

m e m p e r s e p s iTuhan, dan kua-litas-Nya ditrans-fer kepada kita.Di sini, karenaumat Islam sudahterlalu lama ber-orientasi kepadafiqih, maka per-sepsinya selalukepada Tuhan ituHakîm, yang me-lulu mengetokkan

palu (menghakimi). Itu sebetulnyasuatu persepsi kepada Tuhan yangpincang, parsial, dan tidak menye-luruh.

ISLAM BEBAS MITOS

Mereka yang tidak menerimaajaran Nabi Muhammad Saw. barang-kali memandang ajaran Islam itu,sebagian atau seluruhnya, tidak lebihdaripada mitos-mitos, sebagaimanaanggapan kaum Quraisy Makkah du-lu terhadap seruan Nabi. Mereka bah-kan menilai seruan itu sebagai sama

Page 231: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1141Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dengan dongeng-dongeng darimasa lalu.

Di antara mereka ada yang (pura-pura) mendengarkan engkau tetapiKami sudah menyalut hati merekasehingga tiada lagi memahaminya,dan telinga mereka sudah tuli. Jikasetiap ayat mereka lihat mereka tidakmempercayainya. Sehingga bila me-reka datang kepadamu, berbantahdengan engkau, mereka yang ingkarberkata: “Ini hanya dongeng-dongengorang dahulu” (Q., 6:25).

Kalau ditanyakan kepada mereka,“Tuhanmu mewahyukan apa?” Merekamenjawab, “Dongeng-dongeng orangdahulu kala” (Q., 16:24).

Jika benar manusia seperti seringdikatakan para antropolog, tidakmungkin hidup tanpa suatu bentukmitologi tertentu, dan jika di antaraperbendaharaan kultural manusia,agama adalah yang paling banyakmengandung mitos, maka ba-rangkali Islam pun tidak bebas darimasalah mitologi ini, sekurangnyadari sistem perlambangan atau sim-bolismenya, yang selalu ada dalamagama apa pun. Tetapi, kajian-kajianmodern yang dilakukan oleh orang-orang Barat sendiri—yaitu orang-orang yang karena rasionalisme abadlalu terbiasa menangkap fakta bahwasemua agama adalah kumpulanmitologi—banyak yang dengan jujurmenunjukkan bahwa Islam adalahagama yang paling bebas dari mito-logi dibandingkan agama lain.

Frithjof Schoun (nama muslim-nya, Muhammad Isa Nuruddin), se-orang failasuf-sufi Swiss, misalnyamengatakan bahwa tampilnya Islamberarti menyambung kembali tradisiNabi Ibrahim dan Nabi Musa, yangmengajarkan tentang keimanankepada Tuhan Yang Maha Esa danpendekatan kepada-Nya melaluiamal perbuatan yang baik: Segi-segiyang sekarang dikenal dengan mo-noteisme etis (ethical monotheism).Karena itulah, dalam sistem per-ibadatan Islam tidak ada atau malahtidak diperlukan mitologi atausakramen. Semua ibadat dalam Islamditekankan sebagai usaha pendekatanpribadi kepada Tuhan semata. Se-perti diamati oleh Andrew Rippin,ibadat dalam Islam tidak me-ngandung mitologi, bersifat amythi-cal dan juga non-sacramental. Me-mang ada bentuk-bentuk ibadatyang bersifat memperingati kejadianmasa lalu (commemorative) sepertihaji dan kurban, namun intinyatetap pendekatan pribadi kepadaTuhan.

ISLAM DALAM KANCAHINTERNASIONAL

Untuk mengerti lebih baiktentang hakikat Islam dalam hu-bungan internasional, barangkalikita harus terlebih dulu memahamiadanya semacam ketegangan dalam

Page 232: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1142 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

masyarakat Islam antara ketentuan-ketentuan normatif agama Islamtentang hubungan internasional itudan kenyataan yang ada dalam se-jarah. Ketegangan itu semakin te-rasa pada masa-masa terakhir ini,masa-masa yang ditandai oleh situasianomali dalam hubungan antaranegeri-negeri Muslim sendiri sepertiterjadinya Perang Teluk (Irak vsKuwait yang dibantu tentara Se-kutu), dan yang sulit dipahami, Pe-rang Iran-Irak. Meskipun situasitidak wajar itu mungkin dapat di-terangkan dalam kerangka pe-rangkat ilmu sosial dan sejarah ter-tentu, namun ketidakwajaran itutetap diterima oleh umat Islam se-dunia sebagai ironi, bahkan sebagaibeban moral dan psikologis.

Dari sudut ketentuan normatif,sistem politik yang diperkenalkanIslam melalui nabi dan para sahabatbeliau adalah suatu sistem yang sa-ngat maju di kalangan umat ma-nusia. Tak kurang dari pengamat se-perti Robert N. Bellah, mengatakanbahwa sistem politik itu sangat mo-dern, bahkan terlalu modern untukzaman dan tempatnya, sehinggamengalami kegagalan. Dan kegagal-an itu ditandai oleh munculnya Di-nasti Umayah yang bagi sebagianumat Islam sendiri merupakan wujudbaru tribalisme Arab.

Sesungguhnya, dalam ajaranIslam, sejarah yang terjadi padaumat manusia, termasuk yang ter-

jadi pada kaum Muslim sendiri,adalah bagian dari wujud kesejarah-an hidup umat manusia itu sendiri.Artinya, sejarah umat manusia harusdipahami sebagai perjalanan hidupumat manusia dengan hukum-hu-kumnya yang objektif dan tidak kenalberubah (dalam bahasa Kitab Sucidisebut sunnat Allâh, baca:“sunnatullâh”, artinya, HukumAllah). Dan sunnatullâh itu berlakusepanjang masa, telah terjadi padaumat-umat yang telah lalu, sedangterjadi pada saat-saat sekarang danakan terjadi pada masa-masa men-datang. Karena itu, sejarah Islampun harus dilihat dari sudut ber-lakunya sunnatullâh ini. Dengankata-kata lain, sejarah Islam harusdipahami sebagai sama saja dengansejarah umat-umat yang lain de-ngan segala hukum-hukumnya yangtidak tunduk kepada kemauan pri-badi. Seorang pelaku sejarah akanmengalami sukses dalam menjalan-kan perannya hanya jika ia mampumemahami hukum-hukum tersebutdan dapat dengan baik menjadi-kannya sebagai pedoman tindakandan sepak terjangnya.

ISLAM DAN BENTURANPERADABAN BARAT

Pembicaraan tentang benturanIslam dengan peradaban Baratakhir-akhir ini cukup ramai, dise-

Page 233: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1143Ensiklopedi Nurcholish Madjid

babkan oleh hancurnya komunisme(yang selama ini menjadi musuhBarat). Islam kemudian dipandang se-bagai musuh baru Barat yang po-tensial, bersama dengan Konfusianis-me (budaya China, juga boleh di-sebut budaya Kanji), Hinduisme,Buddhisme, dan lain-lain. Pem-bicaraan menjadibertambah ramaioleh artikel Sa-muel Huntingtondalam suatu ma-jalah kajian poli-tik luar negeriAmerika (Foreign Policy) beberapawaktu yang lalu. Dalam artikelnyaitu, Huntington mengajukan tesistentang bakal terjadinya “benturanbudaya” (clash of civilizations) se-bagai ganti pola pertentangan inter-nasional perang dingin yang kinitelah padam.

Dalam tesisnya, Huntingtonmengatakan bahwa jika Barat tidakberhati-hati dan tidak mengambillangkah-langkah ke arah salingpengertian internasional baru darisekarang, maka dalam waktu dekatdi masa mendatang ini akan terjadipola “Barat lawan Semua” (Westagainst the Rest), dan tidak adajaminan bahwa Barat, dalam jangkapanjang, akan menang. Kemudian,dari sekian banyak unsur-unsurbudaya di dunia yang mempunyaipotensi paling kuat untuk ber-benturan dengan Barat ialah bu-

daya Islam. Ini menjadi semakinberbahaya karena ada indikasi Islamakan bersekongkol dengan Konfu-sianisme menghadapi Barat.

Tapi sesungguhnya Huntingtonjuga mengajukan tesis bahwa per-soalan bisa sangat rumit, karena pe-ngertian “Barat” sendiri dapat me-

ngacaukan usahapendefinisianmana kawandan mana la-wan. Misalnya,“Kristen” tidakselalu berarti

“Barat”, mengingat kenyataannyabahwa kaum Kristen Ortodoks(Eropa Timur) tetap memiliki pe-rasaan tidak senang kepada KristenEropa Barat, yang Katolik (Roma)maupun yang Protestan. Dan tentusaja perasaan kaum Katolik AmerikaLatin yang sangat membenci Amerikadan “Barat” juga tidak mungkindiabaikan begitu saja.

Masalahnya menjadi lebih rumitlagi, karena di dunia Barat sendiri, se-cara intern, juga dikenal adanya pem-bagian-pembagian yang tidak seder-hana. Misalnya, gejala paling akhirialah semakin sengitnya Prancis da-lam menyatakan ketidaksukaannyakepada segala sesuatu yang berbau“Inggris” atau, apalagi, “Amerika”(hari-hari ini di Prancis ada gerakan“membersihkan” bahasa Prancis dariunsur-unsur bahasa Inggris!). Dan diEropa pada umumnya, sekalipun

Sabar adalah sikap batin yangtumbuh karena kesadaran akanasal dan tujuan hidup, yaitu AllahSwt.

Page 234: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1144 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mereka dalam banyak hal bersekutudengan Amerika, namun tak mung-kin diingkari adanya perasaan antiAmerika yang laten, yang sewaktu-waktu dapat meledak.

Dalam melihat Islam versus Baratpun petanya tidaklah dapat ditarikgaris-garis batasnya dengan mudahdan jelas. Misalnya, memang benarbeberapa negeri Islam sekarang inisangat anti-Barat, seperti Iran, Libya,Irak, Syiria, dan lain-lain. Tetapi per-kawanan Saudi Arabia, Kuwait, ne-geri-negeri Arab Teluk, Mesir, Tunisia,Maroko, dan sebagainya, denganBarat tampaknya akan bertahanbegitu rupa sehingga akan menjadisesuatu yang “paten”. Perang Telukkarena invasi Irak kepada Kuwaitbaru-baru ini memperjelas secaradramatis pola-pola itu.

Namun, secara keseluruhan,memang banyak alasan bagi “Barat”(apa pun definisinya) untuk takutkepada dunia Islam. Pertama, karenadalam sejarah Barat, memang hanyadunia Islam yang benar-benarpernah mencoba, dan hampirberhasil, menaklukkan dan mengu-asai mereka (patut diingat, Seme-nanjung Iberia—Spanyol dan Por-tugis—pernah diperintah oleh Islamselama lebih dari tujuh abad, sejaktahun 711 M, saat Islam membe-baskan daerah itu di bawah pim-pinan Thariq ibn Ziyad. Kedua, letaknegeri-negeri Islam, dalam hal iniTimur Tengah, adalah yang paling

berdekatan dengan dunia Baratsecara geografis. Lagi pula ,TimurTengah memiliki nilai geopolitis dangeostrategis yang sedemikian sentral-nya, sebagai inti dari Oikoumene (alDâ’irat al-Ma‘mûrah, “Kawasan Ber-peradaban”) sejak zaman kuno.

Berkenaan dengan itu, Barat jugasering menunjukkan sikap-sikapambivalen terhadap Islam dan duniaIslam. Di satu pihak, mereka ter-paksa mengakui hutang budi merekakepada Peradaban Semitik di TimurTengah, karena agama mereka pun(Kristen) diambil dari sana. Peradab-an Barat bukan saja berakar dalamperadaban Yunani-Romawi (Grace-Roman), tetapi juga Yahudi-Kristen(Judeo-Christian). Tampaknya rasaunggul bangsa Arya (yang pernahmuncul dengan ganas dalam Nazis-me) harus menerima kenyataan de-ngan pahit bahwa mereka, dalam halyang paling sentral, yaitu agama(karena agamalah yang memberimereka sumber kesadaran makna dantujuan hidup utama), harus merekaambil dari bangsa Semit (kepahitanitu sampai sekarang masih terpen-dam dalam sikap dan pandangananti-Semitisme).

Karena Islam dari sudut ling-kungan budaya saat kelahirannyaadalah agama Semitik (bangsa Arabadalah bangsa Semit), maka Semi-tisme pada umumnya merupakanlingkungan budaya Islam pertamadan utama (kemudian disusul oleh

Page 235: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1145Ensiklopedi Nurcholish Madjid

lingkungan budaya Arya dari Persiaatau Iran yang menjadi pola Islam AsiaDaratan sejak dari Dakka sampaiIstanbul, kemudian mungkin akansegera disusul lagi oleh tampilnyalingkungan budaya Asia Tenggara,dengan Indonesia sebagai intinya).Maka kesulitan Barat dalam meng-hadapi Islam dapat dipandang se-bagai kelanjutan kesulitan merekaberurusan dengan bangsa Semit padaumumnya, kemudian dengan bangsaArab pada khususnya.

Dan jelas sekali faktor agama Islamsangat banyak menambah kesulitanitu, disebabkan oleh hal-hal di atas,dan oleh hal-hal yang khas keagamaan.Misalnya, dari sudut pandangan Kris-ten, orang Barat sangat sulit mema-hami fenomena Islam. Dari sudutkeyakinan Kristen, agama Kristendengan kehadiran Isa Al-Masih seba-gai “Juru selamat” adalah final bagi se-jarah umat manusia. Maka Islam se-bagai agama yang muncul sesudahKristen adalah tidak sah alias palsu.Namun, kenyataannya Islam menun-jukkan sukses yang luar biasa, baik se-cara politik, ekonomi, budaya, dankeagamaan, langsung sejak zaman nabisendiri (sementara agama Kristen ha-rus menderita selama hampir dua abadlebih, sampai tampilnya Konstantin).

ISLAM DAN FUNDAMENTALISME

Tampaknya hari-hari ini tidakada masalah yang lebih banyak di-

bicarakan orang dalam politik In-ternasional daripada “fundamen-talisme Islam” atau “Islam funda-mentalis”. Dan di Barat tampaknyatidak ada gejala politik yang mena-kutkan daripada bangkitnya “fun-damentalisme Islam” itu. Bahkan,seorang wartawan senior dari sebuahkoran yang amat berpengaruh diTimur Tengah, yang baru-baru iniberkunjung ke negeri kita, menyatakankepada penulis bahwa di Barat, setelahjatuhnya komunisme, orang sepertimulai memandang Islam sebagai“calon” musuh utama mereka.

Jelas tidak semua orang sepakatdengan anggapan di atas. Dalamkesempatan menjadi salah seorangpanelis Worldnet Dialogue tentangperanan Amerika di Timur Tengahbaru-baru ini, dari Jakarta saya ber-tanya kepada Bruce Riedel, Di-rektur Urusan Timur Tengah danAsia Selatan, Dewan KeamananNasional di Washington, DC, ten-tang gejala “fundamentalisme Islam”.Riedel menjawab, bagi Amerika per-soalannya bukanlah Islam itu sendiri,sebab Islam adalah salah satu agamabesar yang dihormati oleh Amerika.Dan Amerika, menurutnya, menjalinhubungan yang sangat produktifdengan berbagai negeri Muslim.Bagi Amerika, yang menjadi ma-salah ialah penggunaan kekerasanuntuk mencapai tujuan politik. Jadi,tidak terbatas hanya pada yang di-lakukan oleh orang yang beragama

Page 236: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1146 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Islam, tetapi juga meliputi merekayang beragama Katolik dan Protes-tan di Irlandia Utara, Yahudi di Is-rael, Hindu di India dan Sri Lanka,Buddha di Sri Lanka, Birma, danMuangthai, Katolik di Filipina, danseterusnya. Bahkan, di kalangan pa-ra penganut agama tradisional Je-pang pun juga ada gejala fundamen-talisme dengan ciri utama peng-gunaan kekerasan tersebut.

Karena itu, sebenarnya lebih te-pat melihat gejala kekerasan itu ti-dak sebagai fundamentalisme ke-agamaan, tetapi sebagai gejalasosial-politik biasa. Penggunaanperkataan “fundamentalisme” le-bih-lebih lagi kurang tepat untukgejala Islam, karena perkataan itumuncul di Amerika pada kalangankaum Kristen sekitar tahun 1920-an dengan ciri antiintelektual danantiilmu, dan menolak keras teoriilmiah mutakhir saat itu. Terhadapteori evolusi Darwin, misalnya,kaum fundamentalis Kristen me-nolaknya sebagai teori yang sesat.Sebaliknya, mereka berseru kepadamasyarakat agar kembali dan ber-pegang hanya kepada ajaran “fun-damental” dalam Kitab, yaituajaran tentang penciptaan atau kre-asi. Kaum fundamentalis KristenAmerika yang sampai sekarang masihbertahan itu juga dikenal sebagaikaum “kreasionis” (kebalikan parailmuwan yang “evolusionis”), danberpendapat bahwa umat manusia

ini sejak diciptakannya Adam baruberumur sekitar 6.000 tahun.

Di kalangan orang Islam tidakada gerakan menolak teori-teoriilmiah, kecuali pendirian perseorang-an dengan dampak sosial yang mi-nimal. Justru yang ada ialah kecen-derungan cukup luas untuk mene-rima dan membenarkan teori-teoriilmiah tersebut, seperti dapat di-lihat dalam pikiran-pikiran UstadHilabi, seorang tokoh terkemukaulama Al-Irsyad dari Jakarta, yangmendukung teori evolusi Darwin.

Dikatakan bahwa gejala yangsecara salah kaprah jika disebutsebagai “fundamentalisme Islam”,itu lebih tepat bila dilihat perma-salahannya dari sudut kontekssosial-politik masyarakat ataunegara bersangkutan. Jadi, gejalaitu bukanlah masalah keagamaanmurni (meskipun dengan me-ngibarkan bendera agama), melain-kan masalah sosiologis-politis saja.Sebagai contoh peristiwa di Aljazair,sebagai kasus paling baru gejalatersebut, dapat dengan mudahdipahami dari sudut kenyataanpertumbuhan dan perkembangannasionalisme Aljazair yang terkekang.Dengan semangat nasionalisme,negeri itu merebut kemerdekaannyadari Prancis. Tetapi pemerintahan-nya, sampai kini masih juga terdiridari kaum Francophone (para pe-makai bahasa Prancis), bahkanFrancophile (para pencipta kepran-

Page 237: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1147Ensiklopedi Nurcholish Madjid

cisan). Ini berdampak pada sulit-nya pembagian kesempatan secaramerata, sebab rakyat Aljazair ber-bahasa Arab, dan yang berbahasaPrancis hanya merupakan kaumelite kecil yang kebarat-baratan.Program nasionalisasi bahasa (yakniArabisasi) tersendat-sendat karenaberbagai alasan.Ditambah dengantetap memusat-nya kesempatandan kekuasaan pa-da kelompok ke-cil Francophonedan Francophile.Karena jalan da-mai dan konstitu-sional melalui pe-milihan umumterhalang, tindakankekerasan merupakan salah satu al-ternatif yang logis belaka.

Revolusi Iran juga secara salahkaprah dinamakan “fundamentalis-me Islam”. Tetapi jika kita ingat bagai-mana Iran dahulu dipimpin oleh se-orang penguasa absolut yang gemarmenghina para ulama dan yang se-cara zhâlim merampas hak-hak lem-baga-lembaga keamanan, revolusiIran pun memiliki logikanya sendiri.Yang paling menarik ialah kasusArab Saudi. Setiap sikap melawanpemerintah Saudi akan dicap olehpers Barat sebagai gejala “fundamen-talis Islam”. Kalau saja bagaimanaproses berdirinya Arab Saudi itu ber-

langsung dan terwujud pada saat-saat sekarang dengan tentara kaum“Wahabi” yang amat bersemangatmenyerbu kota, menghancurkanbangunan-bangunan, dan mem-bunuh kaum “pembuat bid‘ah”, pastibagi kalangan pers Barat tidak adagejala “fundamentalis Islam” yang

lebih mengerikandaripada yang ter-jadi di jazirah itu.Dan pasti tidakterbayang adanyaperan seperti yangdimainkan olehtokoh Lawrence ofArabia. Namun,justru sekarang iniArab Saudiadalah negeri Is-lam dan Arab

yang paling penting bagi Barat,dengan sikap moderatnya yang tidaktergoyahkan dalam politik internasio-nal, dan yang menurut Bruce Riedelsedang menunjukkan perkembang-an kemajuan sosial-politik yang ba-nyak memberi harapan di masadepan.

Jadi, kalau kasus Arab Saudi da-pat berkembang seperti itu, secarateoretis demikian halnya dengankasus yang lain, dengan beberapavariasi. Yang jelas, apa yang olehpers (Barat) selalu disebut sebagaigejala “fundamentalis Islam” itutidak akan terjadi di setiap negeriIslam. Kondisi buruk sosial-politik

Page 238: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1148 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dan ekonomi negeri bersangkutanitu dapat sepenuhnya dicegah, ka-lau setiap pemimpin dan pengua-sanya tetap memiliki kearifan untukmampu membaca gejala perkem-bangan zaman yang mencerminkanaspirasi sejati rakyat, yang semakincerdas.

ISLAM DAN HAM

Prinsip ketegaran hukum dankelembutan memaafkan pada dasar-nya sejalan dengan semangat pesankemanusiaan universal yang ter-kandung dalam syariat asasi agama-agama, yakni ajaran dasar kemanusia-an. Barang siapa membunuh seseorangtanpa orang itu melakukan kejahat-an pembunuhan atau perusakan dibumi, maka bagaikan ia membunuhseluruh umat manusia; dan barang-siapa menolongnya maka bagaikania menolong seluruh umat manusia(Q., 5: 32). Prinsip itu ditegaskanoleh Nabi pada kesempatan PidatoPerpisahan (Khuthbat Al-Wadâ‘).Dalam pidato itu, beliau menyam-paikan pesan tentang kesucian jiwa,harta, dan kehormatan (al-dimâ’ waal-amwâl wa al-a‘râdl) sampai hariKiamat. Padanan Inggris istilah-istilahdari Nabi itu ialah lives, fortunes, sacredhonor, yang sama dengan bunyi pa-ragraf terakhir Deklarasi Kemerde-kaan Amerika, suatu dokumen po-litik hasil rancangan tokoh-tokoh

Deisme, Unitarianisme, dan Uni-versalisme seperti Thomas Jefferson.Manusia adalah puncak ciptaan de-ngan harkat dan martabat yang di-muliakan Sang Pencipta, namun dapatjatuh menjadi serendah-rendahmakhluk, kecuali yang menempuhhidup mengikuti jalan kebenaranmenuju Tuhan (ber-îmân) dan ber-buat kebaikan kepada sesama. Patutdirenungkan bahwa sore hari setelahNabi selesai menyampaikan pidatoitu turun firman Allah yang menyata-kan bahwa agama umat Muhammadtelah sempurna, karunia Allah untukmereka telah lengkap, dan Allah relaal-Islâm sebagai agama. Jadi, khut-bah yang menegaskan hak-hak asasimanusia itu merupakan puncak tu-gas kerasulan Nabi, dan para saha-bat memandangnya sebagai isyaratbahwa Nabi akan segera dipanggilmenghadap Tuhan. Nabi wafat 80hari setelah khutbah itu, sehinggakhutbah itu disebut Khuthbat Al-Wadâ‘, Khutbah Perpisahan. UmatIslam Indonesia yang merupakangolongan terbesar warga negara se-patutnya betul-betul memahamiperistiwa besar tersebut, dan meng-hayati apa maknanya bagi nation-state atau negara-bangsa RepublikIndonesia.

Pandangan dasar kemanusiaanyang berpangkal dari Madinah itu di-pantulkan ke Eropa oleh Giovani Picodella Mirandola, failasuf (kemanusia-an terkemuka zaman Kebangkitan

Page 239: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1149Ensiklopedi Nurcholish Madjid

(Renaissance) Eropa. Ia membuat“Orasi tentang Martabat Manusia”(Oratio de hominis dignitate atau Dehominis dignitate oratio) pada tahun1486, di depan para sarjana dari se-luruh Eropa yang ia undang ke Roma.Pico mengatakan bahwa dari baca-annya terhadap karya-karya kaumMuslim, ia menangkap ajaran tentangmanusia sebagai makhluk yang palingtinggi. Namun, manusia dapat jatuhmenjadi makhluk yang paling ren-dah, sesuai dengan pilihannya sendirimenurut kebebasannya. (“In thisway man’s distinctive characteristicbecomes his freedom; he is free to makehimself in the image of God or in theimage of beasts”; … that man, unlikethe animals, has no specific ability orplace in the universe but by his own willcan sink to brute level or rise to angelicheights). Bersama dengan 900 tesis-nya yang lain, pandangan asasi kema-nusiaan itu menjadi landasan bagi Picountuk melancarkan kampanye mem-bela prinsip-prinsip humanisme, yangkemudian menyebar di antara bang-sa-bangsa Eropa Barat. Dari ka-jiannya terhadap sumber-sumberArab, Ibrani, Yunani, dan lain-lain,Pico menemukan kesamaan dalamajaran pokok semua pandangan hidupmanusia, terutama agama, yaitu ke-arifan kemanusiaan universal. Falsafahkemanusiaan atau Humanisme Eropamasa Kebaktian atau Renaissance ber-kembang dari pemikiran Pico itu.

ISLAM DAN ILMUPENGETAHUAN

Dulu, orang Islam bergerakatau pergi ke mana-mana karenamotif perdagangan dan ilmu pe-ngetahuan. Mula-mula merekayang bepergian itu tinggal ataumenginap di masjid, karena masjidadalah tempat umum. Tetapi ke-mudian ada ide untuk menyediakantempat khusus untuk orang-orangmenginap yang disebut “sudut mas-jid”, dalam bahasa Arab disebutzâwiyah. Lama-kelamaan zâwiyahitu juga tidak mencukupi, makadidirikanlah bangunan tersendiri,yaitu ribâth yang artinya unexbuilding.Ribâth inilah yang kemudian disebutfundûq atau tempat penginapan.Maka pondok dalam bahasa In-donesia itu sebetulnya bukan asliIndonesia, tetapi bahasa Arab. Bah-kan, bahasa Arab sendiri juga pin-jaman dari bahasa Yunani, karenainteraksi orang-orang Islam dengantradisi Yunani.

Evolusi pondok ini bisa dilihat,misalnya, di Purba Baru, TapanuliSelatan. Di situ ada pondok kecil-kecil untuk para santri yang datangsetiap hari. Inilah yang kemudianmenjadi hotel. Masyarakat agrarisyang berpusat di kota-kota itu ke-mudian membentuk komunitaspasar sebagai arena dagang. Masjid-masjid serta pondok-pondok itujuga menjadi pusat kegiatan da-

Page 240: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1150 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

gang. Inilah sebetulnya bibit Mer-kantilisme, cikal-bakal dari masya-rakat modern.

Hal lain yang dipinjam dariIslam adalah angka. Angka yangada dalam jam itu adalah angkaArabic numeral [1, 2, 3, 4, 5, dst].Kelebihan angka Arab ialah nilaimenurut letak (place value). Misalnyarokok merk 555 yang artinya limaratus lima puluh lima; nilainya limaratusan, lima puluhan, dan limasatuan. Ini namanya place value. Jadirasional sekali. Segi rasionalitas inikemudian didukung oleh temuanyang paling hebat di dalam duniasimbol, yaitu nol. Menurut sejarahilmu pengetahuan, temuan umatmanusia yang paling hebat itubukanlah roket, bukan pula sputnik,tetapi roda. Segala dalam teknologidimulai dari konsep Roda. Dandalam soal simbol, temuan umatmanusia yang paling penting adalahnol, yakni sesuatu yang tidak adanamun bisa digambar. Berkat nolinilah maka simbol cukup dengan10, tetapi bisa menggambarkanjumlah berapa saja. Satu juta, mi-salnya, adalah angka 1 ditambahnol sebanyak enam. Sebelum di-temukan nol digunakan kode, yaituangka Romawi. C ialah Centi yangartinya sama dengan seratus. Xsingkatan dari diks yang sama de-ngan sepuluh. Lalu M yang berartimili, sama dengan 1.000.

Ini sekadar untuk memperlihat-kan betapa Islam sangat menentu-kan bagi zaman modern. Sebab za-man modern sekarang itu didasarioleh ilmu pengetahuan dan intinyamatematika. Seandainya dulu Ba-rat tidak mau menerima angkaArab, maka mereka tidak akan bisaberbuat apa-apa, karena istilah-istilah matematika itu kebanyakanmenggunakan istilah Arab. Misal-nya nol yang dalam bahasa Inggrisdisebut zero, itu sebetulnya darizephiro yang juga dari bahasa Arab,sifrun atau sifr. Sifr, karena me-rupakan simbol dari ketidakadaan,maka misterius. Dalam bahasaInggris, memecahkan sesuatu yangmisterius disebut deciver.

Di Museum of Science and In-dustry, Chicago, beberapa tahunsilam diselenggarakan pameran ber-tema “Pertumbuhan Ilmu Penge-tahuan Modern” dalam bentuk gam-bar dinding. Menarik bahwa gambardinding yang pertama ditampilkanadalah Masjid Samarkhand, dengancaption di bawahnya berbunyi,“Dari sinilah ilmu pengetahuanmodern muncul”. Itulah mate-matika. Secara keagamaan barang-kali bisa dimengerti mengapa Tuhanjuga bersumpah dengan angka,Demi genap dan ganjil (perbedaan)(Q., 89: 3).

Page 241: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1151Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ISLAM DAN INDUSTRIALISASI

Bentuk hubungan antara Islamdan proses industrialisasi serta per-kembangan ekonomi pada umum-nya, telah menjadi sasaran peneliti-an Bacock. Diilhami oleh analisisWeber, Bacock mempelajari perananorang-orang Muslim mazhab Syi‘ahIsma‘iliah di Tanzania. Di AfrikaTimur, pendudukemigran asal Asia,khususnya Indo-Pakistan, memain-kan peranan yangamat penting da-lam pembangunanekonomi, mempelopori perdagang-an dan industri kerajinan serta men-dominasi dunia keuangan dan pro-fesi. Di antara mereka, ada dua ke-lompok yang giat bersaing dalam mem-peroleh kepemimpinan, yaitu orang-orang Muslim Syi‘ah Isma‘iliah Khojadan orang-orang Hindu Patidars.

Satu faktor penting dalam keber-hasilan kaum Isma‘iliah ialah peran-an dan kepribadian Aga Khan III,Sir Sultan Muhammad Syah (1877-1960 M). Dari rangkaian ajaran pe-mimpin keagamaan yang dipercayaisebagai imam yang ditunjuk olehTuhan itu, terdapat dorongan-dorong-an kepada para anggotanya untukmemodernisasi tingkah laku danpraktik-praktik mereka. Dalam ma-salah kesejahteraan sosial, misalnya, iamenentang perkawinan kanak-kanak

dan menganjurkan penggunaanmetode-metode baru untuk pe-rawatan anak; ia mendorong kaumIsma’iliah untuk berdikari dalamkesehatan dan pendidikan; ia me-mobilisasi hadiah-hadiah yang me-limpah untuk dirinya itu untuk pe-ngadaan dana-dana investasi dalamkegiatan usaha ekonomi bisnis ka-langan Isma’iliah. Pada umumnya,

kaum Isma’iliahdi Afrika Timurnampak memain-kan peranan inisi-atif dan kepelo-poran yang samadalam pemba-

ngunan ekonomi seperti kaum Pu-ritan di Eropa. Mereka juga melaku-kan cara dan jalan hidup yang sama—kerja keras, hemat, dan sederhana,dapat dipercaya atau amânah, sertasecara konsisten dengan cerdik me-nanamkan kembali keuntungan-keuntungan dalam usaha perkem-bangan ekonomi yang dapat diharap-kan memberi keuntungan lebih lanjut.Bagi seseorang yang berdiam di AfrikaTimur, perbandingan antara etikaIslam mazhab Isma’iliah dan etikaProtestan, dapat menyimpulkan ada-nya persamaan yang besar. Perbeda-annya berada dalam ajaran mengenaitakdir Tuhan. Kalau Calvinisme akanmengimpit seorang pengikutnyabahwa ia adalah salah seorang yangterpilih oleh Tuhan dan harus mem-buktikannya melalui kerja keras

Karena kita “mempercayai” atau“menaruh kepercayaan” kepadaAllah, maka tawakal adalah sua-tu kemestian.

Page 242: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1152 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dalam pekerjaan sehari-hari, makaIslam tidak melakukan hal itu. Islamjauh lebih ringan (relaxed), dan me-ngajarkan bahwa dengan membayarzakat, budi pekerti, dan shalat, makaseorang Muslim akan dapat men-capai surga. Tidak seperti kaum Cal-vinis puritan, orang Islam, termasukkaum Isma‘iliah, dapat menikmatipenggunaan dan konsumsi keka-yaannya dalam kehidupan sekarang,dalam batas-batas kepantasan.

ISLAM DAN IPTEK

Ketika Napoleon Bonaparte me-nyerbu dan mengalahkan Mesir,umat Islam seluruh dunia meng-alami shock luar biasa, karena selamaini mereka berpikir bahwa tidak suatugolongan manusia pun yang lebihunggul dan sanggup mengalahkanmereka. Selama berabad-abad orangMuslim betul-betul memahami se-cara taken for granted adagium dalambahasa Arab, “Al-Islâm ya‘lû wa lâyu‘lâ ‘alayh” (Islam adalah unggul,dan tak terungguli oleh yang lain).

Sikap mereka itu tentunya bisadipahami, karena memang dapatdikatakan bahwa Islam memegangsupremasi dunia sejak agama itu tam-pil ke muka bumi sampai munculnyaZaman Modern. Sejarah Islam di-tandai oleh berbagai variasi jatuh-bangun dan naik-turun kekuatanpolitik kaum Muslim. Namun, su-

premasi mereka atas golongan non-Muslim di semua bidang, termasukbidang ilmu pengetahuan dan tekno-logi (Iptek), tetap bertahan bahkandalam masa-masa titik paling rendahkekuatan politik dan militer mereka.Gambaran tentang sikap orang-orangMuslim saat itu yang cenderung me-mandang rendah “orang-orang Utara”(Eropa) dapat diperoleh dari kutipanpandangan Sha’id Al-Andalusi,seorang sarjana Muslim Spanyol.Dalam bukunya Thabaqât al-Umam(Tingkat-Tingkat Bangsa-Bangsa),tentang orang-orang Eropa itu, Sha’idmengatakan demikian:

... Adapun selain kategori bang-sa-bangsa ini yang tidak pernah me-ngembangkan ilmu pengetahuan,mereka itu lebih mirip binatang dari-pada manusia. Di antara merekayang hidup jauh di utara––yaituantara ujung iklim ketujuh danbatas-batas dunia yang bisa dihunimanusia– begitu besar terpengaruholeh jarak matahari yang amat jauhdari azimut di atas kepala mereka,yang menghasilkan iklim dingin danudara yang pekat, sehingga watakmereka itu menjadi dingin dan jas-mani mereka kasar. Akibatnya, badanmereka menjadi besar-besar, warnakulit mereka pucat, dan rambut me-reka panjang (berewok). Dikarenakanhal yang sama, mereka kurang tajamdalam kecerdasan dan daya paham,serta bercirikan kebodohan dan ke-dunguan. Ketololan dan kebutaan

Page 243: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1153Ensiklopedi Nurcholish Madjid

mental juga sangat umum terdapatpada bangsa-bangsa Slavia, Bulgaria,dan bangsa-bangsa sekitarnya.

Selain Sha’id, masih banyak lagisarjana Muslim klasik, termasuk IbnKhaldun, yang membuat catatan de-ngan nada menghina bangsa-bangsaBarat. Dan salah satu sebab meng-apa penguasa Muslim Spanyol tidakpernah dengan sungguh-sungguhmencoba lagi menyeberangi pe-gunungan Pyrene untuk menakluk-kan Prancis ialah karena persepsitadi, bahwa daerah-daerah di se-belah utara itu terlalu dingin dantidak cocok untuk mengembangkanperadaban. Dan manusianya, sepertikata Sha’îd, terlalu kasar dan bodoh.

Tetapi, keadaan berubah totalsetelah munculnya zaman modernoleh revolusi industri di Inggris danrevolusi sosial-politik di Prancispada paruh kedua abad ke-18. Ma-syarakat manusia tidak lagi diaturoleh pola-pola Gelombang I (FirstWave, istilah Alvin Toffler) yangtelah dirintis oleh bangsa Sumeriadi Lembah Mesopotamia 5.000 ta-hun yang lalu, yaitu pola-pola ke-masyarakatan berdasarkan hubung-an ekonomi agraris. PeradabanIslam adalah suatu kelanjutan polamasyarakat Sumeria itu. Makadalam hakikatnya yang palingmendasar, peradaban Islam kunoitu adalah peradaban agraris. Tetapi,menurut Marshall Hodgson, per-adaban Islam bersifat agraris tidak

dalam arti hanya sekadar kelanjutanperadaban Sumeria. Peradaban Islamadalah puncak perkembangan per-adaban Sumeria, dengan ciri per-kotaan yang sangat menonjol.

Ciri perkotaan atau urbanism Is-lam ini mempunyai implikasi yangsangat luas. Salah satunya ialah cirikesarjanaan (scholarship) atau intelek-tualisme. Pada zaman pramodern,tidak ada masyarakat manusia yangmemiliki etos keilmuan yang begitutinggi seperti pada masyarakat Mus-lim. Etos keilmuan itulah yang kelakdiwariskan oleh peradaban Islamkepada Barat, kemudian dikembang-kan oleh Barat begitu rupa, sehinggamereka justru mendahului kaumMuslim memasuki Zaman Modern,dan membuat kaum Muslim dalamkesulitan yang tidak kecil.

Zaman Modern itu memangmuncul dan dimulai di Eropa BaratLaut, yakni Inggris dan Prancis . Jadi,lebih sempit daripada keseluruhanEropa Barat––sebab Spanyol danPortugis justru tidak ikut melahir-kan Zaman Modern, malah sampaisekarang belum termasuk di dalam-nya. Dari sudut pandangan duniaOikoumenis (istilah Yunani, artinyadaerah berpenduduk dan berper-adaban) yang berpusat pada kawas-an Timur Dekat––terutama kompleksyang membentang dari Nil di Baratsampai ke Amudarya di Timur-EropaBarat Laut, bahkan seluruh Eropa,adalah daerah pinggiran. Maka,

Page 244: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1154 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

timbul persepsi bahwa daerah ping-giran tidak semestinya menjaditempat lahirnya suatu terobosan se-jarah yang begitu dahsyat sepertiZaman Modern ini. Maka lahirnyaZaman Modern dari Eropa BaratLaut itu banyak menarik perhatianpara ahli, karena mengandung suatuanomali, meskipun tentu cukupbanyak faktor yang dapat menjelas-kan mengapa hal itu terjadi.

Jika, Zaman Modern itu dipan-dang melalui teropong determinis-me sejarah sebagai suatu fase per-kembangan masyarakat manusiayang pasti terjadi secara tak terelak-kan, maka berarti zaman itu pastiakan muncul di suatu tempat padasuatu waktu. Para ahli memperkira-kan, secara hipotetis, bahwa seandai-nya Zaman Modern itu tidak mun-cul dari Eropa Barat Laut, tentuakan muncul dalam waktunya yangtepat, entah di negeri China (karenaindustrialismenya) atau di dunia Is-lam (karena etos intelektualnya).Dan dari dua kemungkinan itu,dunia Islam memiliki peluang lebihbesar, sebab etos intelektual atau ke-ilmuan adalah dasar dari pengem-bangan peradaban modern ini.

Sebagaimana kata-kata hariankita sendiri telah menunjukkan, intiZaman Modern adalah Iptek. Da-lam bidang inilah Zaman Modernmempunyai keunggulan atas zaman-zaman sebelumnya, termasuk atasZaman Islam. Oleh karena itu, pe-

ristiwa penyerbuan dan kemenanganNapoleon atas orang-orang Mesir ter-sebut di atas hanyalah melambang-kan keunggulan telak itu.

Namun, di luar masalah Iptek,Zaman Modern belum tentu lebihunggul atas zaman-zaman sebelum-nya. Jika persoalannya menyangkutnilai kemanusian menyeluruh, ma-syarakat Zaman Islam klasik tampak-nya masih mempunyai berbagai segikeunggulan substantif atas ZamanModern. Kemungkinan yang samajuga bisa terjadi dalam membanding-kan Zaman Modern itu dengan, mi-salnya, Zaman Buddhisme klasik.

Disebabkan adanya dualismeantara Iptek di satu pihak dan sistemnilai kemanusiaan di pihak lain ––dalam penghadapan antara ZamanModern itu dengan Zaman Islam,maka orang-orang Muslim meng-alami berbagai kesulitan tertentu.Kesulitan itu tecermin dalam sikapkaum Muslim––seperti tampak jelasdalam sikap banyak kaum terpelajar(modern) Muslim––yang penuh am-bivalensi: di satu pihak, hampir tanpabanyak kesulitan, menerima teknologiBarat; di pihak lain, melalui penalaranyang tidak semuanya mulus namunjuga tidak semuanya tanpa dasar, merekamencap masyarakat Barat sebagaimasyarakat Jahiliah Modern.

Berdasarkan itu semua, makapenting sekali mengetahui atau me-nemukan bentuk hubungan yanglebih autentik antara Iptek dan Is-

Page 245: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1155Ensiklopedi Nurcholish Madjid

lam. Tanpa kesadaran akan bentuk-bentuk hubungan yang autentik itu,maka kaum Muslim dalam sikapnyamenghadapi zamannya sendiri se-karang ini juga tidak akan bisa otentik.Dan tanpa autentisitas itu, maka kre-ativitas juga tidak bisa diharapkan,apalagi kepeloporan yang dulu di-demonstrasikan oleh kaum MuslimKlasik. Maka dalam rangka mencarikemungkinan bentuk-bentuk hu-bungan yang autentik itu, kita harusmelihat bagaimana etos intelektual Is-lam klasik telah bekerja, dan bagai-mana pula hal itu berkaitan, langsungatau tidak langsung, dengan IptekZaman Modern ini.

ISLAM DAN KEBANGSAAN

Umat Islam di Indonesia men-jalankan fungsinya sebagai titikpangkal dan pengembangan ke-sadaran kebangsaan, cinta tanahair, dan perlawanan kepada pen-jajahan. Peristiwa pertempuran he-roik 10 November 1945 di Surabayadapat dipandang sebagai puncakperlawanan fisik melawan kaum pen-jajah, sehingga tanggal itu dijadikanHari Pahlawan. Harus diingat bah-wa peristiwa itu sepenuhnya meli-batkan kaum Santri, yang bertitiktolak dari fatwa Hadlrat Al-SyaikhMuhammad Hasyim Asy‘ari dariTebuireng yang menyatakan bahwa

membela Republik adalah perangdi jalan Allah, dan gugur dalampembelaan itu adalah mati syahid.Maka sudah sewajarnya beliau di-angkat sebagai pahlawan nasional.Dan Bung Tomo, seorang pahlawannasional lainnya yang terkait eratdengan peristiwa heroik di Sura-baya, menggunakan lafal takbir(Allâhu Akbar) sebagai pekikanperang (battle cry), karena lafal suciitulah yang dapat dipahami danmampu menggugah semangat paraprajurit Santri yang bertempur.

Penulisan kembali sejarah Indo-nesia secara jujur harus memuat pe-nuturan dengan penuh penghargaankepada kaum santri di bawah pim-pinan para kiai. Namun, ternyata sikappara ulama yang heroik dan patri-otik itu harus dibayar mahal. Tekan-an perhatian yang tak terelakkan dariperjuangan melawan kaum penjajahtelah membuat Islam di Asia Teng-gara, khususnya di Indonesia, jauhlebih efektif sebagai senjata ideo-logis-politis daripada sebagai sistemajaran yang lengkap dan serba me-liputi. Karena itu, jika dibanding-kan dengan keadaan Islam di Indiake Barat, maka Islam di Indonesiakurang mendalam dari segi pema-haman ajaran dan pengembangan in-telektualnya. Beberapa bentuk ke-giatan intelektual yang cukup kreatifdi Aceh (daerah yang sejak dari masaawal Islam paling mapan keislaman-nya) harus terhenti bahkan terhapus

Page 246: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1156 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

karena pertikaian politik domestik(yang menjadi bagian dari gejala ke-munduran Islam seluruh dunia), dandisebabkan oleh perjuangan hidupmati melawan kaum penjajah.

ISLAM DAN KEMAJEMUKANMASYARAKAT

Sebagaimana cita-cita keislamanyang fitri itu sejalan dengan cita-citakemanusiaan padaumumnya, makatentunya cita-citakeislaman di Indo-nesia juga sejalandengan cita-cita ma-nusia Indonesia padaumumnya. Pernya-taan ini memangmengimplikasikanadanya kepercayaantentang kebaikanalami manusia, de-ngan sendirinya termasuk manusiaIndonesia. Penulis meyakini betulbahwa pandangan itu merupakansalah satu ajaran pokok agama Is-lam. Berdasarkan hal itu, maka je-laslah bahwa sistem politik yang se-baiknya diterapkan di Indonesia iniialah sistem yang tidak hanya baikuntuk umat Islam, tetapi yang seki-ranya juga akan membawa kebaikanuntuk semua anggota masyarakatIndonesia.

Pikiran bahwa yang dikehendakiIslam ialah suatu sistem yang me-nguntungkan semua orang ter-masuk mereka yang bukan Muslimadalah sejalan dengan watak in-klusif Islam. Dan pandangan itutelah memperoleh dukungannyadalam sejarah Islam sendiri. Salahsatu yang amat menarik tentangIslam dalam masa-masa awal per-kembangannya ialah kemampuan-nya dengan kecepatan yang me-

n g a g u m k a nuntuk me-ngembangkanpengaruh so-sial-politik kewilayah-wila-yah yang waktuitu merupakanpusat-pusat pe-radaban manu-sia. Keteranganyang biasa di-berikan tetapi

bernada simplistik ialah bahwakemampuan itu terjadi karena ke-fanatikan orang-orang Arab untukmenyebarkan agama mereka, diga-bung dengan motif yang amatkuat untuk memperoleh harta ram-pasan, dan didukung oleh keung-gulan strategi militer dalam bentukkecakapan menggunakan medanpadang pasir. Tetapi, keterangan inimengingkari kenyataan bahwa agamamereka mengajarkan, dan merekasendiri dengan taat melaksanakan,

Page 247: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1157Ensiklopedi Nurcholish Madjid

prinsip tidak diperkenankannya pak-saan dalam menyebarkan keyakin-an; bahwa Umar ibn Al-Khattab,Khalifah II, membagi-bagikan hartarampasan berupa tanah-tanah per-tanian yang merupakan alat pro-duksi utama di daerah-daerah yangdibuka itu justru tidak kepadakaum Muslim Arab itu sendiri, me-lainkan kepada rakyat kecil se-tempat; bahwa orang-orang Arab itubukanlah satu-satunya yang ahlitentang medan perang padangpasir––lagi pula tidak hanya negerimereka saja yang terdiri dari gu-run––sedangkan keahlian teori ke-militeran mereka tidak bisa diban-dingkan dengan yang dipunyai olehbangsa-bangsa besar sekitarnya yangkelak mereka taklukkan itu, yaituPersia dan Romawi Timur (Bizan-tium), dua kekuatan besar (super-power) saat itu.

Keterangan lain yang semakin ba-nyak mendapat dukungan tinjauanilmiah ialah bahwa orang-orang Mus-lim Arab memperoleh keberhasilan ge-milang karena mereka menawarkan sis-tem alternatif kepada rakyat daerah-daerah pengaruhnya yang bisa mem-bawa kebaikan bagi semua pihak. Ke-baikan bersama tidak pernah terjadipada mereka sebelumnya, sekalipundaerah-daerah kekuasaannya beradapada orang-orang yang sebangsaataupun seagama dengan mereka sen-diri. Itu semua menyebabkan ke-datangan orang-orang Muslim di

mana-mana disambut gembira olehrakyat sebagai para penyelamat danpembebas.

Sistem alternatif yang dimaksuditu tecermin dalam berbagai konsepkehidupan yang semula tidak pernahdikenal di daerah-daerah tersebut.Untuk menyebutkan beberapa saja,konsep-konsep itu misalnya prinsiptoleransi agama dan kebebasan ber-ibadat, penghargaan kepada warisanbudaya kelompok-kelompok lain,penghargaan kepada hak-hak sahpribadi-pribadi, sikap yang lebihpositif kepada ilmu pengetahuan,cara hidup yang lebih bersih daritakhayul, dan seterusnya. Konsep-konsep demikian pada saat itu tam-paknya tidak terdapat di bagian lainmana pun. Kemudian, konsep-kon-sep itu sedikit demi sedikit merem-bes ke tempat-tempat lain, termasukEropa. Di Eropa, konsep-konsep itumenjadi bagian penting tema pemi-kiran kebangkitan kembali (renais-sance) bangsa-bangsa di sana setelahmereka berkesempatan membuat kon-tak langsung dengan dunia Muslim.

Berbeda dengan prasangka ba-nyak orang sampai dengan saatsebelum terakhir ini, orang-orangArab itu tidak pernah memaksakansuatu sistem monolitik kepada rak-yat. Masing-masing kelompok di-lindungi dengan kuat, dan diberihak untuk menempuh cara hidup se-perti yang mereka pilih dan tetapkansendiri. Memang, pluralisme sosial

Page 248: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1158 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dunia Islam itu tidak sepenuhnyabisa bertahan terhadap perkem-bangan sejarah (seperti timbulnyagerakan syu‘ûbîyah, semacam nasio-nalisme pada abad pertengahan Islamdan diterjemahkan ke dalam ben-tuk gerakan-gerakan keagamaanyang ekslusivistis; syu‘ûbîyah itu tim-bul terutama karena inspirasi dariPersianisme dengan pujangga Fir-dausi sebagai tokohnya). Tetapi,prinsip pluralisme itu sendiri tetapbertahan secara sehat, dan sampaibatas-batas tertentu tetap menarik,malah mengagumkan. Sampai saatsekarang pun masih bisa disaksikansecara nyata kelanjutan pluralismeyang harmonis itu. Hanya setelahkedatangan kaum imperialis Baratyang tamak, maka keserasian ma-jemuk dunia Islam tersebut ter-ganggu. Kaum imperialis pergi de-ngan meninggalkan berbagai tragedi,khususnya tragedi di Palestina danLebanon saat ini.

Berdasarkan pengalaman Islamdalam sejarah tersebut, kiranya da-pat ditegaskan bahwa agama dalamkeasliannya tidak memaksa ataumemperjuangkan suatu sistem sosial-politik yang eksklusif. Gejala eks-klusivisme pada sementara orang-orang Islam saat ini dapat dicari ke-terangannya dalam berbagai kaitannisbinya, dan jelas bukan sesuatuyang menjadi genius agama Islam.Dalam hal ini, tidak bisa diremeh-kan psikologis sebagian kaum

Muslim akibat pengalaman hidupdan berjuang melawan kaum impe-rialis. Pengalaman serupa tidak hanyadimiliki oleh umat Islam, tetapi jugaoleh kelompok-kelompok sosial po-litik lain termasuk mereka denganlatar-belakang keagamaan dan kebu-dayaan yang sama dengan kaumimperialis.

ISLAM DAN KOLONIALISME

Kedatangan Islam di Nusantarahampir bersamaan dengan, atau se-gera disusul oleh, kedatangan kaumkolonialis Eropa. Karena itu, sedikitmembahas masa kedatangan kaumkolonialis menjadi sangat penting bagikita untuk mengetahui bahwa salahsatu faktor pendorong mereka untuksampai ke kawasan ini (yang secaratidak sengaja juga berakibat ditemu-kannya Amerika) ialah untuk mem-bebaskan diri dari ketergantunganekonomi kepada dunia Islam. Sebabsaat itu, yang menguasai ekonomidan perdagangan dunia adalah umatIslam. Mereka ingin berhubunganlangsung dengan Cina (latar be-lakang perjalanan Marcopolo yangterkenal) dan dengan daerah peng-hasil rempah-rempah, yakni Maluku.

Karena motivasi dan latar bela-kang itu, maka perasaan anti-Islamjuga terbawa ke mana-mana. Orang-orang Spanyol, misalnya, karena per-musuhannya dengan kaum Muslim

Page 249: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1159Ensiklopedi Nurcholish Madjid

di Spanyol dan Afrika Utara (al-Maghrib), yang belakangan ini me-reka sebut dengan kaum “Moro”,dan menyebut kaum Muslim di ka-wasan ini, khususnya di Mindanao,sebagai kaum “Moro” juga. OrangSpanyol (dan Portugis), sama dengansikap mereka di Semenanjung Iberia,bermaksud membinasakan “orang-orang Moro” atau mengkristenkanmereka secara paksa. Banyak daerahdi kawasan Asia Tenggara yang sis-tem sosial-budayanya merupakansisa dari rasa permusuhan orang-orang Iberia kepada Islam.

Karena itu, Islam berfungsi se-bagai kelengkapan ideologis yangamat kuat untuk melawan penjajahBarat. Kaum Santri, para kiai, dandunia pesantren berfungsi sebagai“gudang” (reservoir) terpenting ke-sadaran kebangsaan dan patriotis-me. Mereka merupakan tonggak-tonggak fondasi rasa kebangsaandan cinta tanah air yang tak tergoyah-kan, yang di atas fondasi itu kelakditegakkan nasionalisme dan patri-otisme Indonesia modern. Dengandemikian, sama sekali tidak anehbahwa gerakan nasionalisme mo-dern di Indonesia dengan penampil-an kerakyatan (populis) yang tegasdimulai oleh kalangan Santri, melaluipembentukan Syarikat Islam. Juga,satu hal yang sangat wajar bahwacita-cita kemerdekaan nasional mula-mula muncul dari kalangan Islam,melalui Syarikat Islam.

Dalam bandingannya denganSarikat Dagang Islam (SDI) atauSyarikat Islam (SI), maka BudiUtomo—sekalipun juga cukup ba-nyak jasanya—adalah terlalu elitisdan hanya mencakup sejumlah kecilmasyarakat, sebagai perkumpulankaum priayi Jawa yang menyertai bu-daya Barat (ikut dan memperolehpendidikan Belanda). Karena itu,dalam pandangan kaum Santri danpara kiai, Budi Utomo tampakkompromistis dan akomodasioniskepada sistem sosial-budaya kaumkolonial. Hal inilah yang dalampandangan mereka dianggap seba-gai sisi kekurangan untuk mem-peroleh legitimasi kepemimpinandari rakyat banyak. Kalaupunakhirnya pada saat-saat perjuanganuntuk kemerdekaan yang menen-tukan peranan ialah kaum nasionalis“sekular” seperti Bung Karno sen-diri yang merupakan anak didikTjokroaminoto, namun langsungataupun tidak mereka mendapatkanilham semangat nasionalismenyadari gerakan Islam. Dan BungHatta, sebagai orang kedua terpen-ting setelah Bung Karno, adalahtokoh yang tumbuh dalam ling-kungan keagamaan yang kuat,dengan ayahandanya sebagai se-orang pemimpin suatu perkumpulantarekat di daerahnya, di SumatraBarat.

Page 250: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1160 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ISLAM DAN KRISIS MODERNITAS

Pada saat ini, umat Islam sedangdilanda krisis dalam menghadapi danmemasuki kemodernan yang tidakdapat diremehkan. Tetapi mengingathakikat Islam yang bersifat amythicaldan sangat mendukung ilmu pe-ngetahuan, maka seperti dikatakanErnest Gellner bahwa pada akhirnyaumat Islam justru yang palingbanyak menda-patkan manfaatdari kemodernan.Hal ini sebagai-mana telahd i b u k t i k a nsendiri bahwa Is-lam adalah agama yang palingbanyak mendapatkan manfaat dariwarisan budaya dunia (tidak ter-batas pada warisan budaya Mesir-Yunani). Bahkan, perlu diingat bah-wa masa keunggulan Islam di du-nia pada masa lalu masih jauh lebihpanjang (sekitar enam sampaidelapan abad) daripada keunggulanBarat modern sekarang ini (barusekitar dua abad, sejak RevolusiIndustri).

ISLAM DAN KRISTEN TENTANGILMU PENGETAHUAN

Jika sifat dasar agama adalah sama,maka jika proses-proses dan struktur-struktur yang menjadi lingkungan

agama dalam interaksinya dengantransformasi sosial yang terjadi jugasama. Maka semua kejadian yangdialami oleh Barat berkenaandengan masalah agama itu juga akanterjadi pada Islam. Tetapi jika sifatdasar suatu agama berbeda denganagama lain seperti Kristen dan Islam,ditambah dengan lingkungan yangberbeda dari satu tempat ke yanglain—seperti Eropa dan Asia

Tenggara, misal-nya—dan proses-proses serta struk-tur-struktur ke-masyarakatannyajuga berbeda,maka sekurang-

kurangnya tidak semua pengalamanburuk Barat itu akan terjadi pada kita.

Bahwa Kristen dan Islam memilikisegi persamaan, itu sudah merupakansuatu kemestian suci, karena Islamadalah kelanjutan Kristen (dan Ya-hudi) dalam rangkaian agama NabiIbrahim. Tetapi jika Islam berbeda dariKristen, maka hal itu bukan saja su-atu kenyataan yang dengan mudahdapat disaksikan sehari-hari, tetapijuga akibat logis klaim Islam sebagaikoreksi terhadap Kristen (dan Ya-hudi). Dan jika dibatasi tinjauannyahanya kepada segi perbedaan antaraKristen dan Islam yang amat fak-tual dan logis itu, maka sekurang-nya tidak seluruh pengalaman bu-

Sikap taat (Arab: dîn) tidak absah(dan tidak diterima oleh Tuhan)kecuali jika berupa sikap pasrah(Islâm) kepada-Nya.

Page 251: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1161Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ruk Barat berkenaan dengan agamatidak akan dialami.

Hal di atas itu tentu saja spekula-tif, dan masih harus dibuktikansecara empirik, mengingat belum satupun negeri Islam yang benar-benartelah menjadi modern, setingkat, mi-salnya, dengan Jepang yang non-Kristen. Tetapi, sekurang-kurangnyaada bahan perbandingan dari sejarahkedua agama itu yang dapat digunakansebagai penopang argumen tersebut.

Terdapat perbedaan yang amatpenting antara kedua agama, Islamdan Kristen, dalam sikapnya terha-dap falsafah dan ilmu pengetahuan.diketahui bahwa setelah RasulullahSaw. wafat, kaum Muslim denganamat giat melakukan ekspansi-ekspansi militer dan politik ke daerahOikoumene yang terintikan kawasandari Sungai Nil di barat ke SungaiOxus (Amudarya) di timur. KaumMuslim dapat dikatakan me-nunjukkan sikap spontan dalammenerima dan menyerap ilmupengetahuan yang mereka dapatkandi daerah-daerah yang mereka bebas-kan. Meskipun tidak terlepas daripolemik dan kontroversi (yang kelakmuncul dalam polemik posthumousantara al-Ghazalî dan Ibn Rusyd),namun penerimaan kaum Muslimterhadap ilmu pengetahuan klasik,sedikit pun terpisah dari sikapkeimanan mereka, sehingga tidakmenggoncangkan ‘aqîdah. Ini bisadibuktikan dengan mudah bahwa

semua failasuf Muslim adalah tokoh-tokoh yang amat percaya kepadaagama mereka (Islam) dan bahkanmenunjukkan kesalehan keagamaanyang mendalam. Kenyataan menarikini diperhatikan oleh para sarjanaBarat modern tentang sejarah pe-mikiran dan falsafah, seperti dikata-kan oleh R.T. Wallis: “... para faila-suf Arab, biar pun dalam cara yangsedikit berbeda, adalah semuanyaagamawan yang tulus, meskipunagama mereka tidaklah begitu rupasehingga dipujikan oleh ortodoksiIslam”.

Karena pemahaman para failasufMuslim tentang agama yang tidakbegitu “ortodoks” tersebut (sebab,antara lain, mereka banyak melaku-kan interpretasi metaforis), maka ter-jadi berbagai polemik antara parafailasuf seperti Ibn Rusyd denganpara ‘ulamâ’ ortodoks seperti Al-Gha-zali. Tapi sesengit-sengit polemik dankontroversi dalam Islam tidak sedikitpun sampai kepada tingkat kekejam-an Inkuisisi di Kristen Eropa. Bah-kan, yang terjadi ialah penyerapanberbagai unsur ilmu pengetahuan kedalam batang tubuh sistem keaga-maan Islam sehingga Al-Ghazali, mi-salnya biarpun menolak metafisikanamun mendukung sepenuhnyalogika Aristoteles (al-manthîq al-Aristhî) dan penggunaannya dalamkajian agama. Dan, biarpun IbnTaimiyah menolak metafisika mau-pun logika Aristoteles, namun ia

Page 252: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1162 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

memandang bahwa ilmu-ilmuempirik (al-‘ulûm al-tajrîbîyah ataual-‘ulûm al-mujarrabah) seperti,misalnya al-thibb al-mahdl, yaituilmu kedokteran murni yang tidaktercampur dengan unsur-unsurmitologi dan kepercayaan palsulainnya, adalah benar dan absah, sertasama nilai man-faatnya denganal-fiqh al-mahdl,yaitu ilmu fiqihmurni, yang tidaktercampur olehu n s u r - u n s u rbid‘ah.

Karena sikap-sikap positif ke-pada ilmu penge-tahuan itu makaumat Islam adalahyang pertama menyatukan seluruhilmu pengetahuan warisan kema-nusiaan, kemudian dikembangkandengan menambah berbagai unsuryang kelak menjadi benih-benih ilmupengetahuan modern seperti aljabar,trigonometrik, astronomi, dan pe-neropongan bintang, penemuanlensa dan teori optik, teori tentangcahaya, kimia, geografi matematis,dan lain-lain. Di samping itu,mereka juga menciptakan berbagaiinstrumen teknis yang sebagianmasih bertahan sampai hari ini se-perti alembic (al-anbîq) untuk dis-tilasi parfum, serta berbagai penemu-an ilmiah lainnya.

Sikap-sikap positif kaum Muslimsecara keseluruhan terhadap ilmupengetahuan itu tidak dapat diterang-kan kecuali dari sudut bahwa Islamadalah agama yang secara sejati me-miliki hubungan organik denganilmu pengetahuan dan mampu men-jelaskan kedudukan ilmu penge-

tahuan itu dalamkerangka keiman-an. Inilah yangsangat kurang, jikabukannya malahtidak ada samasekali, pada agamaKristen di Baratsaat itu (dan agak-nya tetap merupa-kan problem sam-pai sekarang, ter-bukti dari sikap-

sikap kaum Fundamentalis KristenAmerika terhadap beberapa unsuramat penting dari sains). Olehkarena itu, sambutan agama Kristenklasik terhadap ilmu pengetahuantidak dapat disebut spontan. Jikaintroduksi Averroisme ke Eropa di-jadikan patokan, maka perkenalanBarat akan sains dan falsafah baruterjadi tujuh abad setelah Islambergaul erat dan mengembangkansains dan falsafah itu. Pada abadkeempat belas masih banyak kaumKristen di Barat yang memandangbahwa orang yang membaca buku-buku falsafah dan sains harusdibunuh, seperti dapat dilihat con-

Page 253: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1163Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tohnya pada praktik pemimpin OrdoBenedictine yang diangkat ke layarperak melalui film The Name of theRose. Tidak spontannya Kristenklasik dalam menyambut dan me-melihara, apalagi mengembangkan,falsafah dan sains telah menjadiperhatian Bertrand Russell (seorangateis radikal, namun sering meng-ungkapkan penghargaan kepadaIslam) yang mengatakan demikian:“Pentingnya mereka (kaum Muslim)itu, bagi kita, ialah bahwa mereka,dan bukannya kaum Kristen, yangmenjadi pewaris langsung bagian-bagian tertentu budaya Yunani yanghanya Kerajaan Timur yang memper-tahankannya hidup. Kontak-kontakdengan kaum Muslim, di Spanyol,dan tingkat lebih rendah juga diSisilia, membuat Barat sadar akanAristoteles, juga angka Arab, aljabar,dan kimia. Kontak inilah yangmemulai hidupnya kembali ilmupada abad ke-11 menuju ke filsafatSkolastik.”

Jadi, memang agama Kristen diBarat saat itu kekurangan sikapspontan dan positif terhadap ilmupengetahuan. Telah diuraikan betapaagama Kristen di Barat tidak mampumengakomodasi ilmu pengetahuanatau menerangkan dengan jelas hu-bungan antara ilmu pengetahuandan dogma-dogma gereja. Akibatnyaialah ilmu pengetahuan “lari” dariagama dan lepas dari pengawasan-nya. Maka berbeda sekali dengan

keadaan dalam Islam, para ilmuwanKristen kebanyakan menunjukkansikap anti-agama dan gereja.

Karena berbagai hal dalam sejarahitu, maka dalam Kristen di Eropasejak dari semula melawan ilmu pe-ngetahuan. Dan setelah perlawananitu tidak lagi menolong, maka tin-dakan selanjutnya ialah memisahkanantara iman dan ilmu. Pemisahantotal antara iman dan ilmu meng-hasilkan kesesatan Barat yang amatterkenal, yaitu sekularisme, suatupaham yang menolak adanya hidupselain yang di dunia ini saja, sehinggapertimbangan nilai-nilai transen-dental untuk kegiatan duniawi, ter-masuk politik, menjadi tidak relevandan harus ditolak.

Perlawanan Gereja terhadap ilmupengetahuan, sebagaimana telah di-singgung, telah dimulai sejak diper-kenalkannya dasar-dasar ilmu penge-tahuan itu ke Barat lewat falsafah IbnRusyd yang Muslim, yang meng-gabungkan rasionalisme Aristotelesdengan ajaran Al-Quran tentangpenggunaan akal. Karya-karya IbnRusyd yang setelah diterjemahkan kebahasa Latin dan diserap oleh duniaintelektual Latin (disebut “AverroismeLatin”) menjadi unsur subversipemikiran (“al-ghazw al-fikrî”[!])oleh kalangan Gereja dan harusdilawan dengan sengit. Dan olehkarena penyusupan pemikiran ilmiahke sana terjadi lewat Islam, makasalah satu tuduhan yang sering di-

Page 254: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1164 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

lontarkan Gereja kepada seorangilmuwan ialah bahwa ia telah di-racuni oleh ajaran Islam dan falsafahIbn Rusyd, seperti dikatakan oleh A.D. White, seorang ahli sejarah ilmupengetahuan dalam pertikaiannyadengan teologi di dunia Kristendalam bukunya A History of Warfareof Science with Theology in Christen-dom: “Tuduhan lainnya terhadappara dokter yang menunjukkan ba-kat untuk penelitian ialah Muham-madanisme (sic, maksudnya ajaranIslam—NM) dan Averroisme; danPetrarch mencerca kaum Averroissebagai “orang-orang yang menging-kari Genesis dan membentak kepadaKristus”.

Dari semua pembahasan itu,dapat disimpulkan dengan amanbahwa memang terdapat perbe-daan mendasar antara Islam danKristen dalam menghadapi ilmupengetahuan. Perbedaan pokok itu,setidaknya, ialah bahwa dalam aga-ma Kristen di Barat tidak ada hu-bungan organik antara iman danilmu: masing-masing menempatidaerah atau domain yang berbedadan terpisah. Karena itulah, terda-pat sejarah panjang pertentanganantara gereja dan ilmu pengetahu-an: dahulu mengakibatkan adanyainkuisisi, sekarang mendorongtumbuhnya fundamentalisme yangantiintelektual dan fanatik, yangmerupakan salah satu sumber ma-lapetaka Barat modern.

Sedangkan dalam Islam, imandan ilmu terkait dalam hubungan or-ganik yang tidak terpisahkan. Imanmemancar dalam ilmu sebagai usahamemahami Sunnatullâh, dan ilmumenerangi jalan yang telah ditunjuk-kan oleh iman. Keduanya menjadisatu merupakan jaminan keunggul-an manusia yang sangat tinggi, …Allah mengangkat mereka yang ber-iman di antara kamu dan yang men-dapat karunia ilmu ke atas ber-tingkat-tingkat … (Q., 58: 11).Karena kesatuan iman dan ilmu itu,maka para ilmuwan Islam, sejak darizaman klasik sampai sekarang, padaumumnya adalah tetap menjadiagamawan yang saleh, seperti di-buktikan oleh Ibn Sina, Ibn Rusyd,Abdussalam (pemegang hadiah No-bel), dan lain-lain.

ISLAM DAN MITOLOGI

Para sarjana modern di Baratbanyak yang mengemukakan bahwaIslam adalah agama yang tidak ber-sifat mitos (amythical) dan antisa-kramentalisme, termasuk dalam tatacara ibadahnya. Sebagian dari ibadahIslam memang ada yang berkaitandengan peringatan suatu peristiwapenting (commemorative) di masalalu, seperti ibadah haji, namun tetapbebas dari unsur mitologi. Sebab se-mua ibadah dalam Islam diarahkan

Page 255: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1165Ensiklopedi Nurcholish Madjid

hanya sebagai usaha pendekatanpribadi seseorang kepada Tuhan.

Karena watak dasarnya yang antimitologi dan sakramen, maka Islammerupakan agama yang bersifat lang-sung dan lurus (straight-forward),wajar, alami, sederhana dan mudahdipahami. Justru kualitas-kualitas itu-lah yang menjadi pangkal vitalitas dandinamika Islam, sehingga memilikidaya sebar sendiri yang sangat kuat. Inijuga merupakan penjelasan, mengapaIslam pada awal sejarahnya dengancepat memperoleh kemenanganspektakuler yang tidak ada banding-annya dalam sejarah agama-agama.

Perhatikan keterangan ThomasW. Lippman dan pernyataan HenryTreece. “Gibbon, yang berpendapatbahwa Muhammad adalah seorangpemalsu mengatakan mudah me-ngerti mengapa Islam tersebar, tetapitidak mudah mengerti mengapa iabertahan. Barangkali yang luputdari pemahaman Gibbon ialahbahwa Islam menawarkan suatu sum-ber rasa tujuan dan ketenteramanyang menarik hati orang banyak.Islam adalah agama yang tegak-lurus dan praktis, tidak dibebanioleh sistem kependetaan atau sakra-men. Dalam Islam, Tuhan dapat di-mengerti (akan maksud-Nya) ber-bicara langsung kepada manusiadan mengajari mereka bagaimanahidup. Dalam ungkapan HenryTreece, “Dunia Laut Tengah selama

3.000 tahun mengalami kekacauanspiritual: banyak tuhan, Fir‘aun tu-han, maharaja tuhan, tuhan pe-rempuan yang menjadi daging,pendeta-pendeta yang menjadi jurubicara Tuhan, raja-raja yang diber-kati Tuhan, dan kaisar-kaisar yangmenafsirkan Kitab Suci untuk di-sesuaikan dengan tujuan-tujuanduniawi mereka. Ada pengorbanandarah, tabu, dan ritual yang tidakdimengerti, nyanyian dan tarianpara pelayan kuil, pembacaan gelapmantra-mantra. Sekarang, untukpertama kalinya dalam sejarah, Tu-han membuat Diri-Nya jelas me-lalui lisan sesama manusia yang ber-bicara terang, tidak menuntut ada-nya kuil, tidak altar, tidak bejana danpakaian [ritual] yang mewah, dantidak pula darah”.

ISLAM DAN MODERNITAS

Salah satu ide yang amat kuatdalam wawasan politik modern ialahterbentuknya negara hukum (rechstaat) dan mencegah tumbuhnyanegara kekuasaan (macht staat).Dalam konteks pengalaman negara-negara Eropa, ide itu merupakanpembalikan dan perlawanan ter-hadap kecenderungan dan pola yangsangat umum di sana sebelum za-man modern, berupa kekuasaan ab-

Page 256: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1166 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

solut raja-raja dan para penguasaagama. Seperti halnya dengan bi-dang-bidang lain dalam kehidupanyang lebih rasional dan manusiawi(seperti ilmu pengetahuan dan wa-wasan kemanusiaan atau human-isme), bangsa-bangsa Barat barumulai benar-benar mengenal ide danpraktik tentang negara hukum daripengetahuan mereka tentang duniaIslam. Saat akhir-akhir ini bermun-culan berbagai tulisan hasil kajianilmiah yang menggambarkan bagai-mana unsur-unsur peradaban Islammerembes dan mempergaruhi Barat,yang kemudian berhasil meneroboszaman, memasuki sejarah modern.

Beberapa kalangan sarjana Baratsendiri mempersoalkan perbedaanantara “modernisme’ dan “modern-itas”. Yang pertama berkonotasikuat pengagungan pola hidup zamanmutakhir ini sebagai “kebijakan final”umat manusia, perwujudan terakhirproses panjang sejarah pertumbuh-an dan perkembangan peradaban.Jadi, “modernisme”, sebagai “isme”,mendekati ketentuan tentang se-buah ideologi tertutup, sama de-ngan sekularisme, rasionalisme, danlain-lain.

Sedangkan “modernitas” adalahsuatu ungkapan tentang kenyataanmengenai hidup zaman mutakhirini, dalam pengertian positif dannegatif yang campur aduk, denganpendekatan spesifik kepada suatumasalah tertentu. Misalnya, dalam

bidang-bidang yang menyangkutmasalah teknikalitas, pengorgani-sasian, pengelolaan, dan produksi,zaman sekarang adalah benar-benarpuncak kemampuan umat manusiayang tingkat peradabannya denganzaman-zaman sebelumnya tidak lagiterlukiskan menurut deret hitung,melainkan menurut deret ukur de-ngan angka faktor yang sangat besar.Tetapi, tentang kesadaran moral danrasa kesucian yang benar (yang bebasdari unsur takhayul dan dongeng),zaman modern tidak menunjukkantanda-tanda perbedaan berarti de-ngan zaman sebelumnya. Kesadaranmoral dan rasa kesucian, dalammaknanya yang paling hakiki, me-rupakan masalah kemanusiaan yangabadi dan perennial. Dalam bebe-rapa hal, zaman modern sekarangmenunjukkan segi-segi pelaksanaanyang lebih baik daripada zaman se-belumnya, tapi dalam beberapa hallain justru lebih buruk. Penampil-an kemanusiaan yang paling baikdaripada zaman sebelumnya, tapidalam beberapa hal lain justru lebihburuk. Penampilan kemanusiaanyang paling kejam dan keji justruterjadi di zaman modern olehbangsa-bangsa modern (Barat),berupa pemerosotan harkat danmartabat kemanusiaan orang-orangAfrika menjadi budak-budak yanghanya sedikit sekali berada di atasbinatang (Portugis punya perananbesar sekali di bidang ini),

Page 257: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1167Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pemburuan dan pembunuhanorang-orang Aborigines untuk ke-senangan dan cindera mata orang-orang kaya Eropa(!) dan pengisimuseum antropologi mereka, pem-bersihan etnis dan genosida olehbangsa-bangsa (“modern”) Jermandan Serbia, pen-dirian dan pene-gakan sebuah ne-gara atas dasarmitos dan do-ngeng keagama-an (oleh kaumYahudi) denganmerampas dan menindas hak bangsalain yang sah, dan seterusnya. Dalammasalah-masalah ini, reputasibangsa-bangsa Muslim adalah su-preme, amat jauh mengatasi bangsa-bangsa “modern” tersebut, biarpundalam fase sejarah dunia Islam yangpaling rendah.

Oleh karena itu, sebenarnya po-sisi umat Islam menghadapi mo-dernitas tidaklah terlampau sulit.Di luar masalah kejiwaan (orang Is-lam cenderung merasa minder, ke-mudian menutup diri dan menjadiagresif, karena secara keliru merasaterkalahkan oleh orang Barat), yangdihadapi umat Islam tidak lain ialah,tantangan bagaimana menghidup-kan dan meneguhkan kembali nilai-nilai keislaman klasik (salaf ) yangmurni dan menerjemahkannya da-lam konteks ruang dan waktu yangada. Sebab, seperti diamati dan telah

menjadi pengakuan kesarjanaanmutakhir, dari semua sistem ajaran,khususnya agama, yang secara sejatidilihat dari sudut semangat danjiwa ajaran itu sendiri, Islam adalahyang paling dekat dengan segi-segipositif zaman modern. Ernest

Gellner, misal-nya, mengatakanbahwa hanya Is-lamlah dari se-mua agama yangada yang esensiajarannya tetaprelevan dengan

tuntutan segi positif modernitas,dan yang proses ke arah itu tidakharus ditempuh dengan melakukankompromi dan mengalah kepada de-sakan-desakan luar, tetapi justru de-ngan kembali ke asal dan mengem-bangkan nilai-nilai asasinya sendiri.Di sinilah relevansinya, seruan kem-bali kepada Kitab Suci dan SunnahNabi.

ISLAM DAN NEGARA

Dalam Islam, agama dan negaratidak terpisahkan, namun tidak berartibahwa antara keduanya itu identik.Sebab, agama dan negara dalam Islam,meskipun tidak terpisahkan, namuntetap dapat dibedakan: “Tidak terpisah,namun berbeda!” Dengan demikian,dari sudut pandang Islam, pernyataanbahwa Indonesia bukanlah negara

Manusia tidak akan memperolehkebaikan sebelum mendermakansebagian dari harta benda yang di-cintainya itu.

(Q., 3: 93)

Page 258: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1168 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sekular (artinya bukan negara yangmenganut sekularisme berupa pe-misahan negara dari agama) danbukan pula negara teokrasi (artinyabukan negara yang kekuasaannyadipegang para pendeta, rohaniwan,atau ecclesiatics, ahbâr, ruhbân) ada-lah dapat dibenarkan.

Negara dan agama dalam Islamtidak terpisah karena setiap orangMuslim, dalam melakukan setiapkegiatan, termasuk kegiatan bernegaradan bermasyarakat, harus selalu ber-niat dalam rangka mencapai ridlâAllah, dengan iktikad sebaik-baik-nya dan melaksanakan amal perbuat-an setepat-tepatnya. Tidak ada se-dikit pun kegiatan seseorang, walau-pun hanya seberat atom, yang tidakakan dipertanggungjawabkan kepadaTuhan. Sebagai khalifah (“wali peng-ganti” atau “duta”) Allah di bumi,maka masing-masing pribadi ma-nusia berbuat dan bertindak “atasnama Allah” (bismillâh), sebagai pe-negasan kepada diri sendiri dan pe-nyadaran bahwa pekerjaan yang hen-dak dilakukan itu akan dipertang-gungjawabkan kepada Allah yangtelah memberi “mandat” sebagaikhalifah di bumi. Karena itu, ia harusmelaksanakan pekerjaan setulus-tulusnya, sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya, dengan ihsân dan itqân.

ISLAM DAN PARTISIPASI POLITIK

Di zaman modern ini, suatu ke-biasaan di kalangan kaum Muslimdalam pembicaraan mengenai cita-cita politik ialah menyebutkan masa-masa al-Khulafâ’ al-Râsyidûn (paraKhalîfah yang bijaksana) sebagaimasa-masa teladan. Meskipun carapenglihatan yang dilakukan ter-hadap masa-masa itu banyak yangmerupakan hasil rekonstruksi yangtidak sedikit mengalami idealisasi,namun, menurut Robert N. Bellahdalam bukunya yang terkenal BeyondBelief, tetap mengandung berbagaialasan yang cukup substantif. Bah-kan, menurut ahli sosiologi agamaterkemuka ini, sebagaimana telahsering kita kemukakan dan bahas ditempat lain, masyarakat Islam klasikitu modern secara mencolok (remark-ably modern) begitu rupa sehinggatidak bertahan lama (hanya sebataspada masa empat Khalîfah pertamasaja yang berlangsung sekitar tidaklebih dari tiga puluh tahun), dan“gagal” (maksudnya, sistem itu di-gantikan oleh sistem lain yang“tidak modern” karena bersifat ke-kabilahan [tribal] dari tatanan po-litik rezim Bani Umayah di Damas-kus). “Kegagalan” tersebut karenasaat itu belum ada infrastruktur sosialuntuk menopangnya.

Ada beberapa hal yang membuatBellah menilai bahwa masyarakatIslam paling dini itu modern. Di

Page 259: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1169Ensiklopedi Nurcholish Madjid

antaranya, tingkat partisipasi politikyang terbuka dan tinggi dari seluruhjajaran anggota masyarakat. Juga ke-terbukaan dan kemungkinan posisipimpinan masyarakat itu untuk di-uji kemampuan mereka berdasarkanukuran-ukuranyang universal(berlaku bagi se-mua orang), yangdilambangkan da-lam usaha melem-bagakan kepemim-pinan tidakberdasarkan waris-an atau keturu-nan, tetapi ber-dasarkan pemi-lihan (apa punbentuk teknis pemilihan itu padamasa tersebut).

Pangkal kesadaran yang amat asasiini cukup umum, dan dicerminkanantara lain dalam diktum, “Peng-hargaan di masa Jahiliah berdasar-kan keturunan [prestise], dan peng-hargaan di masa Islam berdasarkanhasil kerja [prestasi)”. Dengan per-kataan lain, dalam jargon ilmu sosialmodern, sistem masyarakat Islamadalah universalistik dan terbuka,karena menggunakan tolak ukurprestasi untuk menilai seseorang; se-dangkan masyarakat Jahiliah atauyang sejenis itu adalah masyarakataskriptif dan tertutup, karena meng-gunakan tolok ukur seperti faktorketurunan untuk menilai seseorang.

Seperti diungkapkan Ibn Taimiyah,masyarakat Arab Jahiliah meng-utamakan anggota keluarga parakepala suku (ahl bayt al-ru’asâ’), se-bagaimana masyarakat Persia meng-utamakan anggota keluarga raja (ahl

bayt al-mâlik).Karena keter-

bukaannya, makaciri utama masya-rakat universalis-tik seperti Islamialah adanya ke-sempatan bagipartisipasi sosial-politik yang luas,sedangkan masya-rakat partikula-ristik membatasi

partisipasi itu hanya kepada kalangantertentu yang memenuhi syarat menu-rut ukuran-ukuran askriptif tertentu.

Dari masa dini Islam itu, tingkahlaku politik Umar ibn Al-Khattab,Khalifah II, selalu dirujuk sebagaiteladan dalam partisipasi politik yangmeliputi seluruh warga. Namunsesungguhnya apa yang dilakukanoleh Umar (dan Abu Bakar se-belumnya, sebagaimana dituturkankembali dengan baik sekali olehTaha Husain, seorang sastrawan ArabMesir modern, dalam bukunya al-Syaykhân), kurang lebih hanyalahreplika dari apa yang telah diteladan-kan oleh Sunnah Nabi sendiri, sesuaidengan petunjuk dalam Kitab Suci.Sebab, partisipasi sosial-politik itu

Page 260: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1170 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sesungguhnya adalah wujud lainajaran tentang musyawarah atausyûrâ, sebagaimana menjadi gambar-an ideal dalam Kitab Suci tentangmasyarakat kaum beriman, …dansegala perkara mereka (diselesaikanmelalui sistem) musyawarah antarasesama mereka… Q., 42: 38). Mem-beri komentar atas firman suci ini,A. Yusuf Ali mengatakan sebagaiberikut, “Musyawarah.” Inilah kata-kata kunci dalam surah ini, danmenunjukkan cara ideal yang harusditempuh oleh seorang yang baikdalam berbagai urusannya, sehingga,di satu pihak, kiranya ia tidak men-jadi terlalu egoistis, dan, di pihaklain, kiranya ia tidak dengan mudahmeninggalkan tanggung jawabyang dibebankan atas dirinya sebagaipribadi yang perkembangannyadiperhatikan dalam pandangan Tu-han… Prinsip ini sepenuhnya di-laksanakan oleh Nabi dalam ke-hidupan beliau, baik pribadi maupunumum, dan sepenuhnya diikuti olehpara penguasa Islam masa awal.Pemerintahan perwakilan modernadalah suatu percobaan—yang tidakbisa disebut sempurna—untuk me-laksanakan prinsip itu dalam urusanNegara”.

Penegasan Yusuf Ali bahwa NabiSaw. selalu melaksanakan musya-warah dalam segala pekara (selainpekara keagamaan murni, tentusaja) itu sejalan dengan gambaranTaha Husain. “Adapun bila beliau

(nabi) bermusyarawah dengan mereka(para sahabat) dalam suatu perkarayang tidak disebutkan dalam Al-Quran, dan Nabi sendiri tidak men-dapat perintah (langsung) dari atas,maka hak mereka (para sahabat) ituuntuk memberi pendapat dan jugauntuk mengajukan usul di luar halyang Nabi sendiri telah pasti akanmelakukannya. Contohnya ketikaNabi Saw, menempatkan (pasukan)sahabat beliau pada suatu posisi se-waktu Perang Badar, kemudian Al-Hubab ibn Al-Mundzir ibn Al-Jamuh (seorang sahabat) bertanya,“Ini perintah yang diturunkan Allahkepada engkau ataukah pendapatdan musyawarah?” Nabi menjawab,“Ini hanyalah pendapat dan mu-syawarah”. Maka dia (Al-Hubab)menyarankan kepada beliau (nabi)posisi lain yang lebih cocok untukkaum muslim, dan beliau me-nerima sarannya itu”.

Jadi, Nabi Saw telah meletakkandasar-dasar sistem sosial-politik yangterbuka, yang memberi keleluasaanbagi adanya partisipasi warga masya-rakat kaum beriman. Inilah yang di-maksudkan Bellah bahwa dasar-dasar yang diletakkan oleh Nabi itukemudian dikembangkan oleh parapengganti (khalîfah) sesudahnya,dan menghasilkan tatanan sosial-po-litik yang untuk ruang dan waktunyasangat modern. Tingkah laku ke-pemimpinan politik Umar, misal-nya, dilukiskan oleh Taha Husain

Page 261: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1171Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sebagai berikut: “Dan ‘Umar itu ji-ka dihadapkan kepada suatu masa-lah, ia akan mencarinya dalam KitabAllah, maka jika ditemukan pemecah-an bagi masalah itu ia akan dilak-sanakannya tanpa ragu; dan jika tidakditemukan dalam Kitab Allah, iaakan mencarinya dalam SunnahNabi Saw., maka jika ditemukannyadi situ pemecahannya ia akan me-laksanakannya, juga tanpa ragu; danjika tidak ditemukannya, ia akanberijtihad dengan pendapatnyasendiri dan akan dilaksanakan apasaja yang akan membawa kebaikanorang-orang Muslim. Dan Umarselalu mengajak bermusyawarahpara sahabat Nabi Saw. kalau-kalauada pada seseorang dari mereka suatuhadis dari Sunnah Nabi, atau kalau-kalau ada sebagian dari mereka bisamemberi saran dengan suatu penda-pat yang akan membawa kebaikandan kesejahteraan kaum Muslim.Umar memerintahkan para gubernurdan para hakim untuk bertindakseperti tindakannya itu, dan agartidak seorang pun dari mereka ber-ijtihad dengan pendapatnya sendirikecuali setelah meneliti dengan sak-sama Al-Quran dan Sunnah kemu-dian tidak menemukan di dalamnyasesuatu yang dapat digunakan untukmengambil keputusan; saat itulahia harus berijtihad dan bermusya-warah”.

Partisipasi dalam musyarawahitu juga merupakan bagian dari

perintah Allah untuk “menganjur-kan kebaikan dan mencegah ke-jahatan” yang cukup banyak di-sebutkan dalam Kitab Suci. Makaseorang Muslim, harus aktif me-libatkan diri dalam usaha bersamamengembangkan masyarakat kearah yang lebih baik. Dan inilahpangkal tolak partisipasi sosial-po-litiknya. Etos keaktifan dalam ma-syarakat itu merupakan salah satusifat utama masyarakat Islam, yang,seperti diamati oleh Bellah, ber-sesuaian dengan etos zaman modern.

ISLAM DAN PLURALISMEDI INDONESIA

Dalam membicarakan masalahIslam dan kemajemukan di Indo-nesia, sangat mengecewakan sekalipenilaian tokoh Kristen ProtestanIndonesia, mendiang Dr. WalterBonar Sidjabat, yang melihat Islamsebagai halangan pluralisme dinegeri ini. Sidjabat memandangbahwa ajaran Islam pada tabiatnyaberlawanan dengan dasar negaraPancasila. Dengan mengabaikansama sekali bagaimana sejarahPancasila itu dicetuskan dan di-rumuskan, Sidjabat mengatakan,“Yang ditemukan dalam penelitianialah bahwa perbedaan dalam haki-kat ‘Weltanschauung’ Islam dan‘Weltanschauung’ yang disajikan olehPancasila telah menyebabkan ke-

Page 262: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1172 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tidaksesuaian yang menyatakan diri-nya dalam hubungan antara Islamdan negara. Ketidaksesuaian itu ter-utama diperbesar oleh kenetralanprinsip Kemahakuasaan Tuhan da-lam konstitusi dan watak dasar yangeksklusif dari kepercayaan Islam.”

Jika, dikatakan bahwa di Indo-nesia ada masalah tertentu dalamhubungan antara Islam dan negara,maka hal itu tidak mungkin diing-kari. Cita-cita “Negara Islam”, apapun makna ungkapan itu, sungguhnyata pada sebagian umat Islamyang menurut sebagian besar kaumMuslim lainnya jelas merupakangangguan. Tetapi, jika Sidjabatmengatakan bahwa hal itu adalahakibat perbedaan “Weltanschauung”Islam dan “Weltanschauung” Panca-sila, maka ia benar-benar telah ke-luar dari jalur. Tidak sulit mema-hami bias Sidjabat. Dalam kutipandi atas, bias Sidjabat menyatakandiri dengan gamblang dalam ung-kapannya “Kemahakuasaan Tuhan”(Divine Omnipotence), sebagai gantidari ungkapan “Kemaha EsaanTuhan” yang sejalan dengan ung-kapan resmi Pancasila “KetuhananYang Maha Esa”. Ini tidak berartibahwa kaum Muslim menolakpaham Tuhan Yang Mahakuasa.Tetapi, ungkapan Sidjabat itumembuktikan sinyalemen banyakorang Islam bahwa saudara-saudarasesama warga negara kita yang ber-agama Kristen agaknya memang

lebih menyukai ungkapan “TuhanYang Mahakuasa” daripada “TuhanYang Maha Esa”, karena meng-hadapi masalah ketegangan antaramonoteisme murni dan “mono-teisme” trinitarian. Polemik ter-hadap kepercayaan trinitarian telahdikenal dalam Islam sejak semula,bahkan termuat dalam Al-Qurandi berbagai tempat (Q., 5: 73 dan116-118). (Karena itu, ada semen-tara ahli di kalangan Kristen sen-diri yang menyadari bahwa salahsatu pangkal kesulitan mengkristen-kan orang Islam, ialah karena orangIslam mengetahui dasar keimananKristen, sedangkan orang Kristentidak mengetahui dasar keimananIslam).

ISLAM DAN POLITIK

Bagaikan suatu perjalanan senti-mental, membicarakan Islam danpolitik di Indonesia melibatkan ke-khawatiran dan harapan lama yangmencekam. Daerah itu penuh de-ngan ranjau kepekaan dan kerawan-an, sehingga pekerjaan harus dilaku-kan dengan kehati-hatian secukup-nya. Tapi berhati-hati, tidaklah ber-arti membiarkan diri terhambat dankehilangan tenaga untuk melang-kah, sebab jelas bahwa pembicaraanharus dilakukan juga, mengingatberbagai alasan dan keperluan.

Page 263: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1173Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Karena itu, untuk memulai kaji-an ini, bisa dimulai dengan meng-ungkapkan hal-hal yang terjadipada masa Orde Baru. Apakah yangdidapati dalam Orde Baru? Orangdapat berbeda pandangan dalammenilai masa ti-ga puluh duatahun republikyang telah ber-lalu ini, baik da-lam artian positifmaupun negatif.Namun, be-berapa hal tidak mungkin diingkarimengenai Orde Baru, yaitu sta-bilitas sosial politik dan pemba-ngunan ekonomi. Lebih-lebih ten-tang stabilitas, pemerintah OrdeBaru telah dicatat para pengamatseperti M.C. Ricklefs sebagai amatberhasil mewujudkannya. Ricklefsjuga mengamati bahwa sementaraalternatif yang dimungkinkan akanmenimbulkan berbagai bentukkeberatan ideologis yang prinsipil,banyak orang Indonesia dari semualapisan memilih pemerintahanOrde Baru ketimbang lainnya, sam-bil mengajukan argumen bahwareformasi “dari dalam” adalah pi-lihan yang paling praktis.

Stabilitas itu terutama diwujud-kan dalam bentuk keamanan, keter-tiban dan keutuhan wilayah negara.Sedangkan pembangunan ekonomisering dinyatakan telah berhasilmengangkat kita menjadi bangsa

“dengan penghasilan menengah”.Sementara kedua hal itu terjalin, na-mun tidak dapat diragukan bahwayang lebih dominan dari keduanyaialah stabilitas, yang dalam urutansignifikansinya mendahului pem-

bangunan eko-nomi. Justru sta-bilitas dicipta-kan untuk me-m u n g k i n k a npembangunanekonomi, se-dangkan kontri-

busi keberhasilan pembangunanekonomi seperti yang ada sekarangbagi terwujudnya stabilitas malahsering dipertanyakan orang, khu-susnya mereka yang menaruhkeprihatinan pada soal demokrasidan keadilan sosial.

ISLAM DAN SIMBOL

Dalam perkara simbol dan sim-bolisasi, Islam tidaklah jauh berbedadengan agama lain mana pun, jikamemang pemahaman simbol-sim-bol itu sebagai sarana menuju mak-na yang sama kepada Tuhan.Tetapi, Islam memiliki kelebihankarena secara inheren mengandungkelengkapan untuk memungkinkanpemahaman simbol-simbol itusecara jauh lebih bebas dari mito-logi.

Dengan sikap yang ikhlas orangakan mampu mencapai tingkat ter-tinggi nilai karsa batinnya dan kar-ya lahirnya, baik pribadi maupunsosial.

Page 264: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1174 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Narasi tentang penciptaan Adamdan Hawa misalnya, kaum Muslimtidak saja menunjukkan kecende-rungan penafsiran yang berbeda darikaum Yahudi dan Kristen. Lebihdari itu, mereka mendapati—se-panjang penanggalan penciptaantersebut—bahwa dalam Al-Quransendiri ada keterangan bahwa wak-tu menurut Tuhan tidaklah samadengan waktu menurut manusia.Dalam Al-Quran disebutkan bahwa,Sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan-mu adalah seperti seribu tahun dariyang kamu perhitungkan (Q., 22:47).

Artinya, dalam bahasa kontem-porer, keterangan-keterangan Al-Quran itu memberi kemungkinanpenafsiran dan petunjuk simbolikmengenai kenisbian waktu. Denganbegitu, Al-Quran memberi peluangbesar untuk mengembangkan pe-nafsiran dan pemahaman keagama-an yang lebih bebas dari mitos danmitologi. Atau, kalaupun firman-fir-man suci harus tetap dipandangsebagai lambang-lambang, semua-nya itu dapat dipahami dengan cara-cara yang lebih masuk akal, sesuaidengan seruan Kitab Suci sendiri agarkita senantiasa menggunakan akaldan pikiran serta tidak mengikuti se-suatu yang tidak dimengerti. Allahberfirman, Janganlah engkau meng-ikuti sesuatu yang engkau tidak mem-punyai pengertian mengenainya. Se-sunguhnya pendengaran, penglihatan,dan hati (fu’âd) itu semuanya akan

dimintai pertanggungjawaban (Q.,17:36).

Hal lain, misalnya dalam sistemkeimanan Islam, juga ditegaskan si-kap-sikap yang tidak terlampaumemitoskan nabinya, Al-Quranmenegaskan bahwa Nabi Muham-mad adalah manusia seperti yanglain juga, hanya saja beliau me-nerima wahyu dari Allah tentangpaham Ketuhanan Yang Maha Esa.Katakanlah, “Serulah Allah danserulah al-Rahmân; dengan namaapa pun kamu seru Dia, pada-Nyanama-nama yang indah (al-asmâ’ al-husnâ), janganlah dengan suaranyaring dalam shalatmu, jugajanganlah berbisik-bisik; ambillahjalan tengah di antaranya” (Q., 18:110).

Para nabi pun ditegaskan sebagaitidak lain dari orang-orang yang“memakan panganan dan berjalan dipasar-pasar” (untuk berdagang atauberbelanja)—(Q., 25: 7 dan 20).Karena penegasan-penegasan sepertiitulah, Islam terselamatkan dari ajar-an dan praktik memitoskan Nabi,apalagi menyembahnya. Hal ini ber-beda dengan kebanyakan agama yangakhirnya berkembang menjadi ajaranyang mengagungkan dan menyem-bah tokoh yang mendirikannya.

Jika demikian sikap terhadapRasulullah Saw. dan para nabi, makaapalagi terhadap sesama manusiabiasa, termasuk kepada para pemim-pin agama. Tentu saja Nabi adalah

Page 265: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1175Ensiklopedi Nurcholish Madjid

contoh dan teladan yang harus di-tiru. Demikian pula, orang-orangsaleh dan para ulama yang disebut-kan sebagai pewaris para nabi itu,jika memang mereka memenuhisyarat sebagai teladan. Namun, itusemua harus berlangsung tanpa pe-mitosan, dan harus disertai kesadar-an penuh tentang nilai kemanusia-an mereka yang nisbi.

Mitos dan mitologi, dalam pe-ngertian yang “biasa”, lebih banyakmenunjukkan pengertian yang ne-gatif, karena, sesuai dengan asalkatanya dari bahasa-bahasa Yunanidan Latin, ia bermakna sekitar do-ngeng, percakapan, penuturan, danlain-lain yang menjadi lawan darilogika (logos) dan sejarah (historia).Dalam penafsiran ilmu antropologitentang mitos dan mitologi, ada ke-terkaitan mitos dengan kelompokmasyarakat yang mendukungnya.Sebagai penyederhanaan keterangantentang kosmos dan sejarah misalnya,mitos memiliki fungsi memasok masya-rakat dengan kesadaran makna dan tu-juan hidup yang amat penting. Karenaitu, dapat dikatakan bahwa manusiatidak dapat tahan hidup tanpa sistemmitologi dalam bentuk-bentuk ter-tentu.

Maka, agama sebagai sumber maknahidup yang terpenting dalam sistemkultural manusia, memang tidak lepas darimitos-mitos. Namun, ada agama yangdalam dirinya terkandung kelengkapanyang bebas sama sekali dari mitos dan

mitologi. Agama Islam, dalam tinjau-an dan pembahasan yang cukupjujur oleh kalangan para ahli, ter-masuk mereka yang bukan Muslim,terbukti merupakan agama yang pa-ling terbebaskan dari mitos dan mi-tologi. Sekalipun begitu, sepertidikatakan oleh Ibn Taimiyah, ke-unggulan Nabi Muhammad danagama Islam tidak membenarkansikap memandang rendah nabi-nabi yang lain beserta agama danpara pengikut mereka, justru dinya-takan bahwa Al-Quran meneguh-kan kesinambungan ajaran paranabi yang bebas mitologi ini.

Ayat Al-Quran berikut, misalnyamenggambarkan paham Islam me-ngenai kesinambungan agama-agama tersebut, Agama yang samatelah disyariatkan kepadamu, sepertiyang diperintahkan kepadamu danyang Kami perintahkan kepadaIbrahim, Musa, dan Isa yaitu; yaknitegakkan agama dan janganlahberpecah-belah di dalamnya. Sukarbagi kaum musyrik (mengikuti) apayang kau serukan kepada mereka. Allahmemilih untuk diri-Nya siapa saja yangIa kehendaki, dan membimbingkepada-Nya siapa yang mau kembali(kepada-Nya) (Q., 42: 13).

ISLAM DAN TEKNOLOGI

Kosmopolitanisme Islam yangmenjadi pangkal tolak kemampu-

Page 266: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1176 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

annya merangkum ilmu pengetahu-an umat manusia dan mengembang-kannya secara kreatif, juga merupa-kan salah satu sumber kekuatan dankemampuannya untuk mencipta-kan teknik dan teknologi. Justru,menurut Bertrand Russel, keunggul-an umat Islam atas umat-umat lainsebelumnya, termasuk atas bangsaYunani kuno, ialah di bidang teknikdan teknologi ini. Para failasuf danilmuwan Yunani kuno, yang darimereka para umat Islam banyakbelajar dan meminjam berbagai ca-bang falsafah dan ilmu, hanya ter-tarik kepada masalah pengetahuanitu sendiri, tanpa terpikir atau me-rasa perlu untuk menggunakan ilmupengetahuan itu dalam kehidupannyata. Adalah kaum Muslim yangmula-mula menumbuhkan ilmu pe-ngetahuan sehingga mencakup pulatekonologi. Russell menegaskan:

“Ilmu pengetahuan, sejak masaorang-orang Arab, telah mempu-nyai dua fungsi: (1) untuk memberikita kemampuan untuk tahu, dan(2) untuk memberi kemampuanuntuk mengerjakan sesuatu. Orang-orang Yunani, kecuali Archimedes,semuanya tertarik hanya pada bagianyang pertama. Mereka punya keingin-an tahu yang banyak tentang dunia,tetapi, karena orang beradab dapathidup dengan nyaman atas kerjabudak, mereka tidak tertarik kepadateknik”.

Jadi, teknik dan teknologi men-jadi unsur kelebihan kaum Muslimatas orang-orang Yunani. Namun,sesungguhnya dalam bidang sainsatau ilmu pengetahuan pun umatIslam jauh meninggalkan bangsa Yu-nani. Hal ini dengan jelas digambar-kan oleh Max I. Dimont, demikian:

“Dalam sains, orang-orang Arabjauh meninggalkan bangsa Yunani.Peradaban Yunani pada esensinyaadalah sebuah kebun yang subur,penuh dengan bunga-bunga yangtidak banyak berbuah. Peradabanitu kaya dengan falsafah dan sastra,namun miskin dalam teknik danteknologi. Maka, merupakan usahabersejarah orang-orang Arab dankaum Yahudi Islam untuk mene-robos jalan buntu ilmiah Yunaniini, untuk membuka jalur-jalurbaru sains—menemukan konsepnol, tanda minus, angka tak rasio-nal, meletakkan dasar ilmu kimiabaru—ide-ide yang meratakan jalanke dunia sains modern lewat pe-mikiran para intelektual Eropapasca-Renaisans”.

Dari banyak contoh-contohtemuan teknik dan teknologi umatIslam, selain hal-hal yang telah di-sebutkan di atas, ialah teknikirigasi. Menurut Bertrand Russel,irigasi merupakan ciri kemajuanperadaban Islam di Spanyol yangterpenting. Teknik penggunaanair ini, dalam gabungannya de-

Page 267: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1177Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ngan cita rasa estetis dalam seni arsi-tektur, telah menjadi unsur ke-indahan yang luar biasa dan teknikpengairan yang sangat canggih dalam,misalnya, kompleks istana Alham-bra di Granada. Dan sampai se-karang pun, Spa-nyol masih tetapmenggunakan sis-tem irigasi danteknik pengairanyang mereka wa-risi dari zaman Is-lam itu, yang daridulu sampai se-karang merupakantulang punggungkemajuan ekonomimereka.

“Salah satu ciri terbaik ekonomiArab ialah pertanian, khususnyapenggunaan irigasi yang sangatahli, yang mereka pelajari darihidup di daerah langka air. Sampaihari ini pertanian Spanyol memetikmanfaat dari karya-karya irigasiArab itu”.

Lebih jauh, teknik irigasi Arab diSpanyol menjadi contoh untuk ber-bagai teknik dan sistem irigasi Eropapada umumnya, lebih-lebih lagiEropa Barat. Sebelumnya, ketikamereka tidak tahu bagaimana cara-nya mengolah tanah sehingga men-jadi produktif, bangsa-bangsa EropaBarat sangat miskin dan tergantungkepada negara-negara dengan iklimyang lebih hangat, tempat pertani-

an berkembang. Dan setelah pene-rapan sistem dan teknik irigasi Is-lam di Spanyol dan negeri-negeriEropa Barat, maka bangsa-bangsatersebut menjadi sangat makmurserta mandiri, dan ini, pada urut-

annya, memberimereka kemam-puan luar biasauntuk mengem-bangkan ilmup e n g e t a h u a nyang mereka pe-lajari dan warisidari Islam, de-ngan teknik dantekno log inya .Dan dengan be-

gitu, mereka melesat menjadi pe-lopor umat manusia memasukiZaman Modern dengan karak-teristik utama ilmu pengetahuandan teknologi.

ISLAM DI ANTARA NEGARA-NEGARA MODERN

Istilah modernisme dalam kon-teks diskusi keislaman tampaknyalebih tepat jika diganti dengan mo-dernitas. Orang Islam ditengaraiharus menerima modernitas, tetapitidak menuju kepada modernisme.Hal ini bisa dianalogikan pada isti-lah, misalnya, rasionalitas dan rasio-nalisme. Rasionalitas adalah suatunilai yang sangat baik, bahkan di-

Page 268: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1178 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

perintahkan oleh Allah, sebab rasio-nalitas berarti penggunaan rasioatau akal. Tetapi, rasionalisme ada-lah suatu paham yang memutlakkanrasio dan menganggap bahwa rasiomerupakan hakim terakhir dari masa-lah benar dan salah (yang tentu sajatidak bisa diterima oleh umat Islam).

Seringkali dipersoalkan tentangadanya kesan yang sangat kuat bah-wa Islam tidak cocok dengan mo-dernitas. Sebab, kalau modernitasdipahami dalam kenyataan sehari-hari, maka bangsa-bangsa yang pa-ling modern adalah bangsa-bangsaAnglo-Saxon, bangsa-bangsa EropaUtara, yaitu Jerman atau bangsa-bangsa Skandinavia, Inggris dan ke-turunan mereka di Amerika Utara(AS dan Kanada), serta di Australiadan Selandia Baru. Inilah bangsayang paling modern di muka bumi,dan agamanya Protestan. Yang ke-dua paling modern—masih dalamintern Kristen—adalah bangsa-bangsa Eropa Mediteranian, sepertiPrancis, Italia, dan sebagainya. Se-mentara Spanyol dan Portugis tidakbisa dimasukkan ke dalamnya, se-bab keduanya sampai sekarang ma-sih mempunyai ciri sebagai negaraDunia ketiga, alias belum modern.

Adalah menarik bahwa yang se-gera menyusul menjadi modern, se-telah bangsa-bangsa Barat sendiri,bukanlah sesama bangsa kulit putihseperti Bangsa Eropa Timur, tetapijustru Jepang. Inilah bangsa non-

Barat yang pertama kali menjadimodern, sehingga ada seorang antro-polog yang menyebutkan Jepang se-bagai The Non-Western Modernity.Dengan contoh Jepang, maka satutesis yang sangat penting telah di-benarkan, yaitu bahwa modernitasbukanlah kebaratan, melainkan se-suatu yang universal, yang bisa di-pakai oleh siapa saja, termasuk bang-sa-bangsa Timur Jauh. Istilah TimurJauh ini cukup simbolik. Karena Ti-mur Jauh itu tidak saja dari segi geo-grafis letaknya memang sangat jauhdari Inggris (sebab yang menama-kan istilah ini memang orang Ing-gris), tetapi dari sisi kultural juga adayang sangat jauh dari budaya Barat,yaitu budaya Shinto, Tao, dan se-bagainya. Dan ternyata mereka bisamenjadi modern.

ISLAM DI INDONESIA

Sejarah menunjukkan bahwa be-tapa perkenalan Nusantara secarakeseluruhan (artinya, terkecuali dae-rah-daerah tertentu seperti Aceh,misalnya) kepada Agama dan per-adaban Islam itu relatif belum lama.Dibanding dengan India Utara, per-kenalan Nusantara kepada Islamadalah sekitar tujuh atau delapanabad lebih kemudian. Ini berdasar-kan pendapat banyak ahli bahwaIslam mulai hadir secara efektif diNusantara, khususnya di Semenan-jung Melayu Selatan dan di kota-

Page 269: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1179Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kota pantai pulau-pulau besar, padaakhir abad ke-15, mengikuti per-pindahan Raja Malaka ke agamaIslam pada awal abad itu.

Di beberapa tempat, kehadiranIslam itu mendorong terjadinyaperubahan pola kekuasaan dan me-lahirkan kesatuan-kesatuan politikIslam dalam bentuk kesultanan-ke-sultanan. Agama Islam juga mem-bawa berbagai pandangan baru yangrevolusioner untuk masa itu. Dapatdisebutkan dua hal yang amat pen-ting di sini. Pertama, ialah sifatIslam sebagai agama egaliter radikal,yang antara lain berakibat pada pe-nyudahan sistem kasta dalam ma-syarakat Hindu Nusantara danpenghentian praktik sati (keharusanseorang janda untuk terjun ke da-lam api yang sedang membakar je-nazah suaminya—yang akhir-akhirini, sungguh ironis, dicoba dihidup-kan kembali oleh kaum Hindufundamentalis di India). Kedua,agama Islam dengan kesadaran hu-kumnya yang amat kuat (kesadaransyarî‘ah di dalam makna sekunder-nya) telah melengkapi pendudukNusantara, khususnya para peda-gang, dengan sistem hukum yangberjangkauan internasional, yangmampu mendukung kegiatan per-dagangan dalam konteks ekonomiglobal yang saat itu sedang beradadalam kekuasaan Islam.

Tetapi, kekuasaan politik Islam diNusantara tidak pernah bisa men-

capai kebesaran dan kehebatan ke-kuasaan politik Buddhisme Sriwijayadan Hinduisme Majapahit. Apalagitidak lama setelah Islam mulai hadirdi Nusantara ini bangsa-bangsa Baratpun mulai juga berdatangan. Mula-mula agaknya mereka hanya bermak-sud mengembangkan perdagangansebagai kelanjutan dorongan merkan-tilisme Eropa setelah perkenalanmereka dengan dunia Islam. Tetapikemudian ternyata mereka tidakcukup hanya dengan perdagangan,dan mulailah praktik-praktik pen-jajahan dan imperialisme.

Itu semua dengan sendirinyamendapatkan perlawanan sengitdari bangsa-bangsa nusantara. Makakehadiran Islam terjadi tepat padawaktunya, karena agama itu mampudan dibutuhkan untuk melengkapipenduduk Nusantara dengan ideo-logi yang segar dan tegar untuk meng-hadapi dan melawan bangsa-bangsaBarat itu (sebanding dengan Marx-isme sebagai kelengkapan ideologibangsa-bangsa terjajah dalam me-lawan para penjajah mereka). Olehkarena itu sementara ahli melihatkehadiran bangsa-bangsa Barat diNusantara merupakan mixed blessingbagi Islam: di satu pihak, karenafungsinya sebagai kelengkapan ideo-logis yang sedang diperlukan olehpenduduk Nusantara menghadapibangsa-bangsa Barat itu sendiri,maka kehadiran kaum penjarah itujustru mempercepat penyebaran aga-

Page 270: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1180 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ma Islam ke hampir seluruh pelosok;tetapi, di pihak lain, justru kesibuk-an menghadapi dan melawan kaumpenjarah dari Barat itu—penjarahan—membuat persepsi sebagian besarpenduduk Nusantara kepada agamaIslam menjadi bersifat sangat poli-tis (yaitu dalam fungsinya sebagaiideologi politik), dan persepsi me-reka padanya sebagai agama an sichyang amat mendalam menjadi ba-nyak tertunda. Ini menyebabkanadanya kesan yang umum dipunyaipara pengamat bahwa Islam di nu-santara itu lemah dari segi pemaham-an dan penghayatan para pemeluk-nya terhadap ajaran agama itu, bah-kan ketimbang, misalnya, pema-haman dan penghayatan para pe-meluk agama itu di India pada saat-saat kelemahannya.

Dalam masalah keislaman ini,India memang menyediakan bahanperbandingan yang menarik bagiIndonesia. Sementara di India, baiksebagai negeri merdeka sekarang ini(dengan nama resmi Barat) mau-pun sebagai anak benua yang me-liputi juga Pakistan dan Bangladesh(“British India”), para pemeluk Islamselamanya merupakan golongan mi-noritas, namun agama Islam secaraamat jauh mempengaruhi pola-polabudaya penduduk, biarpun merekayang Hindu. Kuatnya penetrasibudaya Islam di Anak benua tecer-min dalam jumlah bangunan-ba-

ngunan Islam yang megah, yangkini menjadi objek turisme Indiamodern, sementara kuil-kuil Hin-du-Buddha tidak memiliki dayatarik sekuat bangunan-bangunanIslam itu. Dan lemahnya penyerap-an budaya Islam di Indonesia te-cermin dalam masih tetap penting-nya fungsi bangunan-bangunanmegah Hindu-Buddha sebagai objekturisme Indonesia modern, semen-tara bangunan-bangunan Islam sen-diri hampir tidak berarti.

Sudah tentu semua kenyataan ter-sebut itu, ditambah dengan banyakkenyataan lain yang tidak mungkin di-jabarkan seluruhnya di sini, mem-punyai akibat-akibat yang cukupjauh. Salah satunya ialah bahwa se-mentara Indonesia merupakan kesa-tuan bangsa Muslim terbesar di mu-ka bumi, namun kontribusi kulturaldan, lebih-lebih lagi, intelektualnyasangat jauh di bawah proporsinya.Dalam bidang intelektual itu bolehdikata Indonesia hanya menjadi kon-sumen untuk produk-produk anakbenua ke Barat. Ini dapat dilihat dalamkuantitas komparatif kepustakaanilmiah Islam di Indonesia dan dinegeri-negeri lain, untuk tidak me-nyebut kualitas komparatifnya (misal-nya dari segi orisinalitas suatu kontri-busi intelektual).

Berdasarkan hal itu semua,maka kiranya cukup beralasansuatu pandangan yang mengatakanbahwa Islam di Indonesia se-

Page 271: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1181Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sungguhnya masih dalam tahapperkembangan dan pembentukan,dan masih sedang menyiapkanmasa depan secara sangat menen-tukan. Sesungguhnya bahwa umatIslam Indonesia sekarang ini betul-betul baru pada tahap permulaanmengecap hasil perjuangan merekasendiri selama berabad-abad me-lawan dan menghalau penjajah. Te-lah dikemukakan di atas bahwaIslam di Nusantara sebagai keleng-kapan ideologis menghadapi pen-jajah yang datang dari Barat.Tradisi dan sejarah panjang se-mangat perlawanan terhadap parapenjajah Barat itu secara alamimembuat kaum Muslim sebagaiyang paling berkepentingan ter-hadap kemerdekaan. Ini dinyatakansecara simbolik dalam sikap KiaiMuhammad Hasyim Asy’ari (se-bagai Ra’is Akbar Masyumi se-belum malapetaka perpecahannya)yang atas nama para ulama seluruhIndonesia mengeluarkan fatwabahwa membela dan memper-tahankan Republik Indonesia 17Agustus 1945 adalah perang sucidi jalan Allah dan tewas di da-lamnya adalah kesyahidan. Fatwainilah yang sangat membantu mem-buat peristiwa 10 November diSurabaya begitu heroik, yang ke-mudian ditetapkan sebagai HariPahlawan negara kita.

ISLAM DI INDONESIADAN EKONOMI

Di Indonesia, bentuk hubunganIslam—agama terbesar penduduk—dengan kegiatan ekonomi dan per-kembangnya, akhir-akhir ini mulainampak memperoleh perhatian. Yangmulai banyak terdengar ialah pe-nilaian optimis dan positif kepadapesantren-pesantren—lembaga pen-didikan agama tradisional—sebagaitempat pendidikan dan persemaiantenaga-tenaga wiraswasta asli ataupribumi (indigenous) yang memain-kan peranan sebagai pelopor danpenggerak usaha dagang ekonomimandiri di kalangan penduduk.Meskipun penilaian itu masih agakpermulaan dan harus dihadapkankepada faktor-faktor lain dalamkaitannya dengan lokasi para santridalam struktur masyarakat Indone-sia, khususnya zaman kolonial, na-mun hal itu tampak mulai men-dapat dukungan. Clifford Geertz,misalnya, meskipun hanya menelititentang orang-orang Islam “moder-nis” (Muhammadiyah, Masyumi),di kota penelitiannya, Pare, melihatadanya persamaan etika Islam de-ngan etika Protestan. Di Pare, selainCina, kepeloporan di bidang usahaperdagangan berada pada kaum san-tri, khususnya dari kalangan “mo-dernis” tersebut.

Tetapi, dukungan suatu kelompokkeagamaan terhadap perkembangan

Page 272: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1182 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ekonomi tidak senantiasa hanya di-dorong oleh etika keagamaan yangbersangkutan. Bentuk-bentuk hu-bungan tertentu, baik sosial, politismaupun geografis, sering mempunyaiperanan yang lebih menentukandaripada agama. Contoh tentanghal ini, ialah orang-orang Hindu Peti-dars. Hinduismesering dipukulrata sebagai agamadengan etika yangkurang mendu-kung perkembangan ekonomi,karena sifatnya yang menolak duniadan sistem kastanya. Tetapi, padakaum Petidars di Afrika Timurnampak mereka memiliki perananamat penting dalam perkembanganekonomi setempat. Mungkinkahfaktor kedudukan mereka yangminoritas, yakni dalam politik tidakmendapat kemudahan untukmemperoleh posisi berarti, sertatempat mereka yang secara geografisjauh dari dari negeri leluhur (hing-ga terjadi kerenggangan ikatan-ikatan keagamaan), merupakanfaktor yang lebih menentukan?Contoh lain ialah Cina perantauan,khususnya di Asia Tenggara, yangumumnya merupakan pemegangperanan utama kegiatan ekonomi dinegara-negara bersangkutan. Dinegeri lain, mereka adalah wira-swasta-wiraswasta yang gigih danulet, meskipun dari segi ajaran etika

resmi Konghucu dan tradisi di ne-geri asal mereka, tidak terdapat fak-tor-faktor yang dapat disejajarkandengan etika Protestan. Faktor-fak-tor nonetis religius ini mungkin sajaberlaku pula pada kelompok-ke-lompok lain agama, bahkan pada

kaum Calvinisdi Eropa Baratyang disebutsebagai pelopork a p i t a l i s m emodern. Se-bab, sebagai-

mana halnya orang-orang Hindu diAfrika Timur dan orang-orang Cinadi Asia Tenggara pada umumnya,orang-orang Protestan pengikut Calvinitu pada masa lalu berkedudukan se-bagai golongan minoritas yang me-ngalami hambatan di bidang sosialdan politik. Mungkin saja, satu-satunya cara mendapatkan kenaikanstatus sosial ialah menjadi kaya danmakmur.

ISLAM DI MATA ORIENTALIS

Di hampir seluruh dunia Islam,termasuk Indonesia, istilah “orien-talisme” dan “kaum orientalis” kuatsekali terasosiasikan dengan bentuk-bentuk persepsi yang negatif ter-hadap Islam dan kaum Muslim olehorang-orang Barat. Dalam perkem-bangan dunia Islam seperti tampak se-

Sikap bersyukur seben-rnya sikapoptimis kepada hidup ini dan pan-dangan senantiasa berpengharap-an kepada Allah.

Page 273: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1183Ensiklopedi Nurcholish Madjid

karang ini, yang perkembangan ituantara lain ditandai oleh adanya ke-kecewaan yang sangat pahit kepadadunia Barat berhubung denganperlakuannya yang tidak adil kepadaIslam atau masyarakat Islam (sepertidi Palestina, kawasan Teluk Persia,dan Bosnia Herzegovina), asosiasiorientalisme dengan pandangan ne-gatif kepada Islam dan kaum Mus-lim itu semakin mengeras. Tidakterlalu sulit mencari bahan data danfakta guna mendukung tuduhanpandangan negatif itu.

Secara keseluruhan, adanya aso-siasi itu cukup beralasan, meskipunsecara detail perlu dilihat kasusnyayang lebih tertentu. Karena orien-talisme, seperti juga antropologi,tumbuh dari dorongan keinginantahu orang-orang Barat tentangpola-pola budaya Timur untuk men-dapatkan cara terbaik mengalahkan-nya atau mengkonversi penduduk-nya ke agama mereka (“kristenisasi”),maka sulit sekali melepaskan orien-talisme dari konotasinya yang ne-gatif dan berbau kolonial. Keadaanini semakin diperburuk oleh ke-nyataan bahwa orientalisme lebihberarti studi orang Barat tentang Is-lam daripada tentang lainnya, meski-pun asal artinya ialah studi tentangbudaya “orient” atau “ timur” padaumumnya. Dan karena Barat memi-liki pengalaman sejarah konfrontasidan permusuhan yang panjang de-ngan kaum Muslim, muncullah

pandangan yang serba negatif ten-tang Islam dan kaum Muslim, acap-kali dengan rasa kebencian yangtidak dapat disembunyikan.

Sementara itu dalam situasiorientalisme secara keseluruhan, adabeberapa kasus kontroversial tentangmodel orientalisme dan tokohorientalis tertentu. Sebagai contoh,salah seorang tokoh orientalis yangdipertengkarkan ialah SnouckHurgronje. Tokoh ini umum sekalidikaitkan dengan praktik-praktikzalim pemerintah penjajah Belandaterhadap kaum Muslim Indonesia,karena fungsinya sebagai penasihatpemerintah penjajah itu. Barangkalitidak ada tokoh yang demikian kuatmewakili pandangan yang serbanegatif tentang orientalisme sepertiSnouck Hurgronje. Meskipun cu-kup menarik untuk dicatat bahwamasih ada orang yang meman-dangnya secara positif, dan orangitu tidak kurang dari Prof. Dr.H.M. Rasyidi, orang Indonesiapertama yang memperoleh gelarakademis tertinggi di bidang kajianIslam dari lembaga pendidikantinggi Barat, yaitu Universitas Sor-bonne di Paris, Prancis. Dalam bukuperingatan usia Prof. Rasyidi yangke-70, seorang penyumbang tulisanmengatakan bahwa Snouck Hur-gronje, menurut Prof. Rasyidi, ada-lah “ kawan” orang Islam Indonesia.Sebab tokoh orientalis kolonial itumenentang usaha-usaha mengkris-

Page 274: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1184 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

tenkan kaum pribumi Indonesia,karena bagi Hurgronje kaum pri-bumi itu sudah membuat pilihantentang agama untuk mereka peluk,yaitu Islam. Jadi, penduduk pri-bumi itu adalah orang-orang Mus-lim, meskipun mereka belum men-jalankan ajaran-ajarannya dengansempurna. Seberapa jauh kebenaranpenilaian Prof. Rasyidi itu merupa-kan perkara yang barangkali perlukajian dan penelitian lebih lanjut.Kita mencatatnya di sini sekadaruntuk menunjukkan suatu variasidalam pandangan tentang orien-talisme.

ISLAM DI POSISI TENGAH

Ketika Paulus mengintervensiperkembangan agama Kristen, ajar-an kasih menjadi—kalau diibarat-kan “rem”—blong. Hukum tidaklagi tersisa. Hal itu dilambangkandi dalam hukum makanan. Dalamagama Nabi Musa atau agama Ya-hudi, yang ada adalah serba haram.Dalam agama Kristen serbahalal;tidak ada lagi yang haram, sehingganegara Barat, kalau tidak karena hu-kum Romawi [warisan dari Roma-wi], akan sangat permisif. Lihat sajasekarang ini; pernikahan sesamalelaki diperbolehkan, begitu jugasesama perempuan. Itu tidaklahmasuk akal, melawan sifat alami.Saya pernah ke Atlanta, di acara ulang

tahun universitas di mana ada ke-gaduhan karena Kapelnya dipakaiuntuk mengawinkan sesama dosenlaki-laki. Ini permisif.

Karena hilangnya hukum inimaka datanglah Islam, yang meng-gabungkan antara hukum dan kasih,antara Nabi Musa dan Nabi Isa, an-tara Taurat dan Injil. Injil adalah katabahasa Yunani yang artinya kabargembira, karena agama (Kristen)tidak terlalu kaku. Karena itulah,ketika Nabi menekankan bahwaagama Islam adalah agama yang to-leran, yang lapang, itu dikontraskankepada agama Yahudi. Sekarang,orang Yahudi tahu bahwa di dalamagama kita ada kelapangan, ada to-leransi; “innî bu‘itstu li al-hanîfîyatal-samhah” (Aku ini diutus oleh Allahuntuk membangun suatu pencariankebenaran yang lapang). Jadi, di-kontraskan kepada orang Yahudi.Dengan posisi di tengah-tengah ini,maka Islam menjadi sulit.

ISLAM INDONESIA

Secara keseluruhan perubahan didunia Islam dewasa ini berpengaruhdan mendorong kepada perubahan-perubahan di kalangan umat IslamIndonesia. Pada abad yang lalutelah terjadi bahwa Haji Miskin danrombongannya berkenalan danmenyerap ide-ide pembaruan danpemurnian pemahaman Islam diTanah Suci, lalu membawanya ke

Page 275: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1185Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Sumatra Barat dan akhirnya me-miliki pengaruh luar biasa besarnyake seluruh tanah air. Demikian pulasekarang, perkenalan, pengenalandan penyerapan pikiran-pikiranpembaruan, pemurnian dan re-orientasi pemikiran Islam di seluruhdunia yang sangat dipermudah olehadanya teknik pencetakan buku danterbitan berkala, media komunikasidan transportasi, tentu akan—danmemang sedang dan sudah—ber-pengaruh kepada keadaan umatIslam Indonesia. Kita tidak mung-kin mengingkari ini semua.

Sementara itu, dinamika per-kembangan negara kita sendiri jugasedemikian dahsyatnya sehinggamau tidak mau juga berpengaruhkepada keadaanumat Islam Indo-nesia. Apalagi jikadiingat bahwaumat Islam meru-pakan bagian ter-besar rakyat (ham-pir 90 persen), danbahwa pembangun-an itu pun adalahuntuk kepentinganrakyat, maka pe-ngaruh dan dam-pak dinamika perkembangannasional itu kepada umat Islamadalah identik dengan pengaruhdan dampaknya kepada rakyatIndonesia. Karena itu, tidak berle-bihan jika dikatakan bahwa berbi-

cara tentang umat Islam Indonesiaadalah identik atau 90% samadengan berbicara tentang bangsaIndonesia, sehingga setiap pemi-kiran tentang umat Islam sebenar-nya sekaligus pemikiran tentangbangsa. Berkaitan dengan itu, makaperlu sungguh-sungguh memper-timbangkan tekad bangsa kita,melalui para pemimpin yang ber-wenang, untuk terus melaksanakanreformasi, yang pasti akan berpeng-aruh pada keislaman di Indonesia.

ISLAM INKLUSIF

Pikiran bahwa yang dikehendakiIslam ialah suatu sistem yang me-

nguntungkansemua orang ter-masuk merekayang bukanMuslim, adalahsejalan denganwatak inklusif Is-lam. Dan pan-dangan ini telahmemperoleh du-kungannya da-lam sejarah Islamsendiri.

Salah satu yang amat menariktentang Islam dalam masa-masa awalperkembangannya ialah kemampu-annya dengan kecepatannya yangmengagumkan untuk mengem-bangkan pengaruh sosial politik ke

Page 276: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1186 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

wilayah-wilayah yang waktu itumerupakan pusat-pusat peradabanmanusia.

Keterangan yang biasa diberikantetapi bernada simplistik ialah bah-wa kemampuan itu terjadi karenakefanatikan orang-orang Arab untukmenyebarkan agama mereka, di-gabung dengan motif yang amatkuat untuk memperoleh harta ram-pasan, dan didukung oleh keung-gulan strategi militer dalam bentukkecakapan menggunakan medanpadang pasir. Tetapi keterangan inimengingkari kenyataan bahwaagama mereka mengajarkan, danmereka sendiri dengan taat me-laksanakannya, prinsip tentang tidakdiperkenankannya paksaan dalammenyebarkan keyakinan, dan kenya-taan misalnya Umar bin Khattab,Khalifah II, malah membagi-bagi-kan harta rampasan berupa tanah-tanah pertanian justru tidak kepadakaum Muslim Arab sendiri, melain-kan kepada rakyat kecil setempat;bahwa orang-orang Arab itu bukan-lah satu-satunya yang ahli tentangmedan perang padang pasir—lagipula tidak hanya negeri merekayang terdiri dari gurun—sedangkankeahlian teori kemiliteran merekatidak bisa dibandingkan denganyang dipunyai bangsa-bangsa besarsekitarnya yang kelak mereka takluk-kan itu, yaitu Persia dan RomawiTimur (Bizantium), kekuatan besar(superpower) saat itu.

Keyakinan lain yang semakinbanyak mendapat dukungan tin-jauan ilmiah ialah bahwa orang-orang Muslim Arab itu memper-oleh keberhasilan gemilang karenamereka menawarkan sistem alter-natif kepada rakyat daerah-daerahyang dibebaskan itu sehingga bisamembawa kebaikan bagi semuapihak. Kebaikan bersama itu tidakpernah terjadi pada mereka sebe-lumnya, sekalipun daerah-daerahitu kekuasaannya berada padaorang-orang yang sebangsa atauseagama dengan mereka. Semua iniyang menyebabkan bahwa keda-tangan orang-orang Muslim dimana-mana disambut gembira olehrakyat sebagai penyelamat danpembebas.

Sistem alternatif yang dimaksuditu tecermin dalam berbagaikonsep kehidupan yang semulatidak pernah dikenal di daerah-daerah tersebut. Untuk menye-butkan beberapa saja, konsep-konsepitu misalnya prinsip toleransi agamadan kebebasan beribadat, penghar-gaan kepada warisan budaya ke-lompok-kelompok lain, penghar-gaan kepada hak-hak sah pribadi-pribadi, sikap yang lebih positif ter-hadap ilmu pengetahuan, cara hi-dup yang lebih bersih dari takha-yul, dan seterusnya.

Konsep-konsep kehidupan ter-sebut pada saat itu tampaknya tidakterdapat di bagian lain mana pun.

Page 277: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1187Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Kemudian, konsep-konsep itu sedi-kit demi sedikit merembes ke tem-pat-tempat lain, termasuk Eropa. DiEropa, konsep-konsep itu menjadibagian penting dari tema pemikirankebangkitan kembali (renaissance)bangsa-bangsa di sana setelah merekaberkesempatan membuat kontaklangsung dengan dunia Muslim.

Berbeda dengan prasangka ba-nyak orang sampai dengan saat se-belum terakhir ini, orang-orang Arabitu tidak pernah memaksakan suatusistem politik kepada rakyat. Ma-sing-masing kelompok dilindungidengan kuat, dan diberi hak untukmenempuh cara hidup seperti yangmereka pilih dan tetapkan sendiri.Memang pluralisme sosial dunia Is-lam tidak sepenuhnya bisa bertahanterhadap perkembangan sejarah (se-perti timbulnya gerakan syu‘ûbîyah,semacam nasionalisme pada AbadPertengahan Islam dan yang di-terjemahkan ke dalam bentukgerakan-gerakan keagamaan yangeksklusif). Syu‘ûbîyah timbul karenainspirasi dari Persianisme denganpujangga Firdausi sebagai tokohnya.Tetapi, prinsip pluralisme sendiritetap bertahan secara sehat, dan sam-pai batas-batas tertentu tetap me-narik, malah mengagumkan. Sam-pai saat sekarang pun masih bisadisaksikan secara nyata tentangkelanjutan pluralisme yang har-monis itu. Hanya setelah kedatang-an kaum imperialis Barat yang

tamak itu maka keserasian majemukdunia Islam tersebut terganggu.Kaum imperialis pergi dengan me-ninggalkan berbagai tragedi, khu-susnya tragedi di Palestina dan Li-banon saat ini.

Berdasarkan pengalaman Islamdalam sejarah tersebut, kiranya da-pat ditegaskan bahwa agama Islamdalam keasliannya tidak pernahmemaksakan atau memperjuangkansuatu sistem sosial politik yang eks-klusif. Gejala eksklusivisme pada se-mentara orang-orang Islam saat inidapat dicari keterangannya dalamberbagai kaitan nisbinya, dan jelasbukan sesuatu yang menjadi geniusagama Islam. Dalam hal ini, misal-nya bisa ditelaah bagaimana psi-kologi kaum Muslim yang ber-kembang akibat pengalaman hidupdan perjuangan melawan kaum im-perialis yang menjadikan merekadefensif.

ISLAM MELANJUTKANAGAMA-AGAMA

Salah satu indikasi orang bertakwaialah, Dan mereka yang beriman ke-pada (wahyu) yang disampaikan ke-padamu dan yang disampaikan se-belummu (Q., 2: 4). Ketika di-ajarkan bahwa rukun iman itu ialahpercaya kepada semua nabi dan per-caya kepada semua kitab suci, mak-sudnya ialah untuk menegaskan

Page 278: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1188 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

bahwa Islam melanjutkan agama-agama yang lalu. Ada garis konti-num bahwa Islam adalah kelanjut-an dari agama Kristen, Kristen ada-lah kelanjutan dari agama Yahudidan seterusnya, dalam suatu ge-nealogi yang sangat panjang.

Penyebutan secara spesifik ter-hadap Yahudi dan Kristen adalahdikarenakan konteksnya di TimurTengah. Tetapi secara umum, Al-Quran menyatakan bahwa semuaumat pernah kedatangan Nabi,Dan pada setiap umat Kami sudahmengutus seorang rasul (Q., 16: 36);Dan pada setiap golongan ada se-orang yang memberi bimbingan (Q.,13: 7); Dan pada setiap umat pastiada padanya seorang pemberi per-ingatan (Q., 35: 24). Definisi umatialah sekumpulan manusia. Karenaitu, kalau di Pulau Jawa ada se-kumpulan manusia, maka di situpernah ada rasul. Hanya saja, janganberharap namanya rasul atau nabi,sebab rasul dan nabi itu bahasa Arab,tetapi yang dimaksud adalah peng-ajar kebenaran. Dan kita harus ber-iman kepada mereka semua.

Suatu ketika Nabi pernah di-tanya, “Berapa jumlah rasul itu yaNabi?” Jawab Nabi, “Kira-kira tigaratus tiga belas, tiga ratus lima belasatau lebih dari itu.” Sedangkanjumlah nabi lebih banyak lagi.Sebab, rasul adalah nabi yang mem-bawa tugas menyampaikan ajar-annya kepada orang lain, sedangkan

nabi artinya orang yang mendapat-kan berita, tetapi mungkin hanyauntuk dirinya sendiri. Menurutpara ahli, seperti Imam Al-Ghazali,jumlah nabi mencapai tiga belasribu orang. Dan menurut Al-Quran, mereka semua itu harusdipercayai. Maka, fungsi Al-Quranuntuk umat manusia, seperti di-tegaskan sendiri dalam Al-Quranyang berkenaan dengan bulanpuasa, Pada bulan Ramadlan itulahAl-Quran diturunkan, sebagai pe-tunjuk bagi umat manusia, juga pen-jelasan mengenai petunjuk itu danpembeda (Q., 2: 185).

Kenapa disebut demikian? Karenaada ide kontinum. Kitab Taurat—artinya hukum yang diturunkankepada Nabi Musa—misalnya,dimulai dengan The Ten Comman-dements (Perintah yang Sepuluh)yang diterima Nabi Musa di atasbukit Sinai. Jelas bahwa perintahyang sepuluh itu masih berlakubagi Islam, kecuali satu hal, yaitumenghormati hari Sabtu. Mengapa?Karena Islam sudah lebih maju dantidak perlu dengan mitologi. HariSabtu adalah konsep yang masihberangkat dari mitologi.

Sesuai dengan zamannya, KitabGenesis (Kejadian) mengatakanbahwa Tuhan menciptakan langitdan bumi enam hari, kemudian pa-da hari ketujuh Tuhan lelah danberistirahat. Maka harinya pun di-sebut Sabbath, artinya istirahat.

Page 279: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1189Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Karena Tuhan saja istirahat, makamanusia juga harus istirahat. Me-ngapa setiap minggu libur? Idenyaadalah dari pandangan sabbath ini.Cuma oleh orang-orang Kristensejak zaman Konstantin harinyadiubah ke hariMinggu. Kon-stantin inginmerangkul se-mua pihak, se-hingga dirang-kullah orangKristen dan diambil kepercayaan-nya, tetapi adat sehari-harinya di-sesuaikan dengan kultus kepadamatahari; untuk itu konsep hari Sab-tu di geser ke hari Minggu.

ISLAM MENEKANKAN PRESTASI

Ketika Allah menyatakan kepadaIbrahim bahwa dia diangkat sebagaipemimpin (imâm) umat manusia,Nabi itu balik bertanya: “Dan bagai-mana dengan keturunanku?” Di-jawab oleh Allah: “Perjanjian-Ku initidak berlaku bagi orang-orang zhâ-lim” (Q., 2: 124).

Firman Tuhan itu, dalam kali-mat-kalimat perlambang yang amatpadat, menyimpulkan satu segi dariajaran Islam yang fudamental. Ya-itu, bahwa penghargaan kepada se-seorang oleh Allah, seperti diang-katnya orang itu menjadi pemim-pin, bukanlah karena pertimbangan

faktor keturunan, tetapi karena per-timbangan faktor apa yang diper-buat oleh orang itu. Dengan katalain, bukan karena prestise atau gengsi-nya (seperti keturunan orang mulia,misalnya) tetapi faktor prestasi atau

keberhasilannyadalam melaksa-nakan, mewu-judkan, ataumencapai sesuatuyang bermanfaatkarena benar dan

baik.Maka begitulah, Allah meng-

angkat Ibrahim sebagai pemimpinumat manusia menuju kepada-Nya,padahal ayah Ibrahim, yaitu Azar,adalah seorang musyrik, pemahatpatung berhala dari Babilonia. Se-baliknya, ketika Ibrahim bertanyakepada Allah tentang anak turun-nya dengan nada agar mereka jugadiangkat menjadi pemimpin-pe-mimpin umat manusia, dijawab bah-wa perjanjian ini tidak berlaku bagiorang-orang yang zhâlim, sekalipunmereka ini keturunan orang mulia se-perti Ibrahim.

Perbedaan antara orientasi pres-tasi dan orientasi prestise itu merupa-kan salah satu titik perbedaan antaraPaham Islam dan paham Jahiliah.Seperti dikatakan oleh Ibn Taimi-yah, “Al-I‘tibâr fî Al-Jâhilîyah bi Al-Ansâb, wa Al‘I’tibâr fî Al-Islâm biAl-A‘mâl” (Pertimbangan dalam Ja-hiliah berdasarkan keturunan dan

“Sesungguhnya Allah tidak melihatjasmanimu (penampilan luarmu)akan tetapi melihat batinmu”.

(Sabda Nabi)

Page 280: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1190 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

pertimbangan dalam Islam berdasar-kan amal perbuatan). Dan, NabiIbrahim a.s. sebagai suri teladanuntuk umat manusia, dengan teguhdan setia mengajarkan prinsip inikepada umat manusia, sama dengansikap Nabi Musa as. yang melan-jutkan ajaran itu: “Apakah belumdiberitahukan (kepada manusia) apayang ada dalam lembaran-lembaransuci Musa, dan (dalam lembaran-lembaran suci) Ibrahim yang setia?!”Bahwa seorang yang berdosa tidakakan menanggung dosa orang lain,dan bahwa tidaklah manusiamemperoleh apa-apa selain yangdiusahakannya, dan bahwa usahanyaitu akan diperlihatkan kepadanya,kemudian akan dibalas denganbalasan yang sewajarnya ... (Q., 53:36-41).

Firman dengan pengungkapanyang amat kuat itu kiranya tidakasing bagi orang-orang Muslim.Sebab, Kitab Suci juga menegaskanbahwa tinggi-rendahnya derajatmanusia tidaklah ditentukan olehjenisnya (pria atau wanita), jugabukan oleh kebangsaan atau kesuku-annya, tetapi oleh takwanya kepadaAllah. Namun, karena takwa itumerupakan sesuatu yang amatmendalam, yang terletak dalam da-lam kedirian pribadi seseorang (“da-lam dada”), sehingga tidak ada yangtahu kadar takwa seseorang kecualiAllah, maka dalam firman itu diberipenegasan bahwa Allah-lah yang

Maha Mengetahui dan Mahateliti(lihat Q., 49: 13).

Karena itulah, titik berat pe-nilaian seorang manusia kepada ma-nusia lain tidak mungkin berdasar-kan takwanya an sich, melainkanberdasarkan manifestasi dan pan-tulan takwa dalam amal lahiriahyang salih, berbudi dan berakhlakmulia. Justru itulah prestasi (bukanprestise) manusia yang paling cocok.

ISLAM MENGIKUTIAJARAN IBRAHIM

Agama Nabi Ibrahim merupakanagama yang diperintahkan olehAllah Swt. untuk diteruskan olehNabi Muhammad Saw. Diketahuibahwa agama Nabi Ibrahim itu“beranak” kepada agama Yahudidan agama Kristen, lalu Islam, se-hingga ketiganya sering disebut se-bagai “Abrahamic Religions”. Ma-sing-masing mengatakan bahwaagama mereka berasal dari agamaIbrahim. Tetapi, yang tegas meru-pakan kelanjutan dari Nabi Ibrahimialah agama Islam melalui NabiMuhammad Saw., ketika Allah Swt.berfirman, Kemudian Kami wahyu-kan kepadamu: “Ikutilah ajaranIbrahim yang murni” (Q., 16: 123).Artinya, Nabi Muhammad diperin-tahkan untuk mengikuti agamaIbrahim sesuai dengan kecende-rungan alami yang ada dalam diri-

Page 281: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1191Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nya (yaitu kecenderungan alamiuntuk mencari kebenaran).

Sekarang kita lihat kasus Yahudi.Penyebutan bangsa Yahudi adalah se-suatu yang salah kaprah. Yahudi se-betulnya ialah na-ma dari seperdua-belas Bani Israil.Karena itu negarayang mereka per-juangkan secara za-lim tidak merekasebut negara Ya-hudi, tetapi Israil.Dalam masalahpenamaan dirinyasebagai orang Ya-hudi, konsepTuhan Yahudi menjadi kehilangansifat universalnya dan menjadi “nasio-nal”, yakni Tuhannya orang Yahudi.Atau, meskipun Tuhan itu Tuhanseluruh alam raya, tetapi Ia hanyamengurusi orang Yahudi. Maka,yang sekarang menjadi masalah, diantara sekian banyak permasalahanIsrail, adalah tampilnya Yahudifundamentalis yang kalau kita lihatdi koran-koran selalu berpakaianhitam-hitam. Salah satunya ialahyang mereka namakan “AgudathIsrail” (anak keturunan Israil), yangmengatakan bahwa orang itu barusah sebagai orang Yahudi kalauibunya orang Yahudi, dan akanmasuk surga setelah meninggal. JadiAllah, Tuhan Yang Maha Esa, YangUniversal, dan meliputi seluruh

umat manusia itu mengalami na-sionalisasi pada agama Yahudi.Demikianlah bentuk penyelewenganyang paling drastis dan serius.

Islam seolah-olah merupakan“revivalisme” dariajaran Nabi Ibra-him. Karena itu,Ibrahim ditem-patkan pada urut-an kedua di antaranabi-nabi besardalam Islam yangdisebut sebagaiûlû al-‘azm yangjumlahnya lima:Nabi Muhammad,Nabi Ibrahim,

Nabi Musa, Nabi Isa, dan NabiNuh. Dalam urutan yang lima itubisa kita lihat perbandingan pro-porsional tentang pentingnyaorang-orang itu bagi agama Islam.Yang paling penting adalah NabiMuhammad Saw. sendiri, kemudianNabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa,dan terakhir Nabi Nuh.

ISLAM MENJAWAB ATEISME

Tuhan adalah Wujud Lahiri danBatini sekaligus (Q., 12: 53). Se-bagai Wujud Lahiri, Tuhan tampakdi mana-mana, dalam seluruh dansetiap ciptaan-Nya. Maka banyakahli tafsir Al-Quran yang dari pan-

Page 282: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1192 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dangan itu memahami mengapaAllah memerintahkan manusia me-merhatikan gejala alam di sekitar-nya. Barangkali segi inilah yang jelasterlihat oleh Russel, sehingga ia me-ngatakan bahwa membuktikan ada-nya Tuhan itu mudah. Tetapi karenaia gagal “melihat” Tuhan sebagai Wu-jud Batini, maka kehadiran Tuhansecara rasional melalui manifestasilahiriah-Nya itu pun tertutup kem-bali, dan ia kemudian memutuskanuntuk tidak percaya kepada Tuhan.

Berkenaan dengan hal itu, parapemikir sufi mengatakan bahwaakal memang dapat menjadi pe-nutup yang menghalangi manusiadari Tuhannya. Untuk dapat berimankepada Tuhan secara utuh, orangharus tidak hanya menggunakanakalnya semata. Meskipun peng-gunaan akal itu diperlukan—dansudah dilaksanakan oleh para ahliKalam Islam—namun bila benar-benar dikehendaki berfungsinya ke-imanan dalam kehidupan yanglebih mendalam, mutlak diperlu-kan adanya apresiasi kepada Tuhansebagai Kenyataan atau Wujud Ba-tini. Cobalah direnungkan keterang-an yang relevan dari seorang ahlifalsafah kesufian ini:

Kamu janganlah mencari bukti(untuk adanya Tuhan) dari luar,sebab kamu akan memerlukantangga-tangga (yang sulit). CarilahAl-Haqq (Kebenaran Ilahi) itu dariesensimu sendiri menuju esensimu

sendiri, maka engkau akan mene-mukan Kebenaran itu lebih dekatkepadamu daripada esensimu sen-diri... “(Kebenaran) itu adalahCahaya yang ditempatkan dalamhati, yang asalnya ialah Cahayayang turun dari Khazanah Ke-gaiban.”... “(Kebenaran itu) mem-persaksikan Diri-Nya kepada eng-kau sebelum Dia meminta engkaumempersaksikan-Nya, maka hal-halyang lahiri menampakkan keilla-hian-Nya, dan kalbu serta ke-rahasiaan hati membuktikan Ke-mahaesaan-Nya. Ini tidak lainadalah sama dengan yang difir-mankan (Tuhan) Yang Mahabenar(dalam sebuah hadis qudsi ber-kenaan dengan hakikat keikhlasan):“Keikhlasan adalah salah satu daribanyak rahasia-Ku, yang aku per-cayakan kepada kalbu salah seorangdari para hamba-Ku yang Kukasihi,yang malaikat pun tidak dapatmeniliknya sehingga akan men-catatnya, dan syetan pun tidak dapatmelongoknya sehingga akan me-rusaknya.” Demikian pula rahasiaKetuhanan yang dititipkan Allahdalam diri manusia, yang tidaktahu hakikatnya kecuali Dia YangMahasuci. Kalau demikian halnyamaka mengajar dan belajar tidaklahberguna baginya, tetapi yang ber-guna ialah mengekspose diri ke-pada dorongan-dorongan Kebe-naran dengan bukti-bukti ke-jujuran dalam ucapan, perbuatan

Page 283: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1193Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dan tingkah laku. (Sabda NabiSaw.) “Barangsiapa berbuat menurutyang diketahuinya (ilmunya) makaAllah akan menganugerahinya ilmuyang sebelumnya ia tidak mengeta-huinya.” Jadi, ilmunya adalah dariTuhannya untuk kalbunya, danitulah ilmu yang paling utuh danagung.... Ilmu kita tidaklah di-ambil melalui analogi, juga tidakdari penalaran atau kekuatan otakdan kutipan-kutipan (dari bahanbacaan), melainkan ia merupakansebuah titik dari Kebenaran yangmenyingkapkan dari kalbu rasakebahagiaannya, dan suatu cahayadari Kebenaran itu yang berkasnyamemancar dalam alam-alam haki-kat sehingga yang gaib pun tam-pak dalam pandangan kenyataan,dan yang masih menjadi musykilpun tidak lagi memerlukan pen-jelasan; bahkan seandainya pe-nutup itu tersingkapkan tidaklahakan menambah keyakinan bagipemiliknya. Inilah yang dimak-sudkan (oleh Nabi Saw.) dalamsabda beliau, “Abu Bakar tidaklahmelakukan renungan (tafakkur)dengan banyak sembahyang danpuasa, melainkan dengan sesuatuyang terhunjam mendalam dalamdadanya.” Sekalipun begitu sesuatuyang terhunjam mendalam dalamdadanya itu diketahui asalnya,yaitu pemahaman hakikat dalamkeyakinan dan iman sampai batasberhadap-hadapan dan penyaksian.

Apa yang telah dilakukan olehkaum ateis adalah percobaan “me-mahami” Tuhan hanya dari satusisi, yaitu sisi lahiriahnya. Iniberarti sikap menurunkan Tuhanmenjadi hanya setingkat kenyataan-kenyataan kebendaan yang empiris;jadi ateisme dapat pula disebutsebagai suatu bentuk kemusyrikan.Sebab salah satu wujud nyata ke-musyrikan ialah mendegradasiTuhan Yang Mahasuci menjadisama dengan benda-benda profansehari-hari, di samping adanyabentuk kemusyrikan yang berupapengangkatan objek-objek profanke tingkat kesucian yang mengarahkepada Wujud Ilahi.

ISLAM MENYEMPURNAKANKRISTEN

Peran Clifford Geertz di Indo-nesia menunjukkan bahwa ia adalahsalah seorang ilmuwan dengan biaskaum penjajah yang mencoba hen-dak memperkecil arti kehadiran Is-lam di tanah jajahannya. MenurutKarel Steenbrink yang pernah lamamengajar di IAIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta, tendensi pandangan se-perti yang dianut oleh Geertz ma-sih berlangsung sampai sekarang dikalangan para penginjil Kristen diIndonesia. Mereka ini, kata Steenbrink,menerapkan strategi memisahkanIslam dari orang Jawa khususnya

Page 284: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1194 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dan orang Indonesia umumnya, de-ngan membangun gambaran se-olah-olah Islam di Jawa dan diIndonesia ini tidak ada artinya, danseolah-olah budaya Jawa dan bu-daya asli Indonesia lainnya adalahlebih penting.

Lebih lanjut Karel Steenbrik me-nyatakan, kajian-kajian keagamaan(oleh) Kristen dan renungan teo-logisnya terpusat kepada “Jawanis-me” dan perkembangan pra-Islamdi Indonesia ketimbang kepada Is-lam sendiri. Seorang pengajar ter-kenal tentang Islamologi pada se-minari teologi Jesuit di Yogyakarta,Jan Bakker SJ, menulis beberapabuku di bawah nama samaranRahmat Subagiyo. Dalam salah satubukunya yang paling terkenal iamenulis “ Agama Asli Indonesia,”yang sudah menyingkapkan tesis-nya: Hinduisme, Buddhisme danjuga Islam adalah agama-agamayang berasal dari luar Indonesia.Akibatnya, agama-agama itu tidakpernah mampu mencapai jiwarakyat Indonesia yang sebenarnyakarena menolak untuk menyesuai-kan diri mereka dengan inti budayaIndonesia, sedangkan agama Kristen,dan terutama Katolik, bersediauntuk melakukan penyesuaian diriitu. Akibatnya, bagi Bakker, Islambukanlah mitra utama dalam ber-dialog. Seorang Katolik lain yangterkemuka, Franz Magnis Suseno SJ,menerbitkan kajian etika kearifan

Jawa, sementara rekannya yangorang Indonesia (asli? NM) J.B.Banawiratma SJ menerbitkan kajiankristologi yang di situ gambaran ten-tang Isa sebagai seorang guru dalamInjil Yahya dibandingkan dengangambaran guru yang ideal dalamsastra Jawa abad ke-19. Lagi-lagiJawanisme disebut sebagai mitradalam dialog, sedangkan Islam tidakdianggap sebagai calon yang wajarataupun yang memungkinkan. Te-kanan kepada budaya Jawa ini dansikap menghindari ajaran Islamjuga ditemukan di antara parapenulis Protestan. Harun Hadi-wijono, seorang sarjana Protestanyang terpandang dalam kajian ke-agamaan, juga mengambil Jawa-nisme sebagai judul disertasinyapada tahun 1967 di Free UniversityAmsterdam, Man in the PresentJavanese Mysticism.

Berkenaan dengan hal di atas,Steenbrink sendiri mempunyai peng-alaman pribadi yang kurang menye-nangkan. Dalam suatu kesempatanpengislaman temannya, seorangwarga negara Inggris, di Yogyakartadi suatu hari pada tahun 1987,Steenbrink mengatakan bahwatemannya itu tidaklah meninggal-kan agama Kristen dan pindah keIslam, melainkan telah meneruskandan meningkatkan agamanya dariKristen ke Islam. Sebab, bagi Steen-brink, “Islam tidaklah mengandungpengertian sebuah sikap meninggal-

Page 285: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1195Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kan agama Kristen, melainkan mem-bersihkan atau menyempurnakan-nya” (Islam does not imply a renun-ciation but a purification or completionof Christianity). Steenbrink jugamemuji temannya yang masuk Is-lam, karena hanya dengan cara itulahia akan sukses dalam berumah tanggadengan wanita Indonesia yangmemandang agamanya, yaitu Islam,dengan serius. Pernyataan Steen-brink itu disiar-kan di koran, dankemudian se-orang pastor Ka-tolik berbicarakepadanya me-ngingatkan bah-wa ia telah begitumudah mengi-dentifikasikanbudaya Jawa de-ngan Islam, pa-dahal strategi mereka ialah me-nekankan pemisahan antara ke-duanya itu dan menegaskan kenyataanbahwa Islam bukanlah aspek yangesensial dalam budaya Jawa. Iniadalah hal yang sudah lama di-ketahui kalangan Islam yang me-ngadakan pengamatan atas kegiatankeagamaan asing di Indonesia. Dansuatu ironi justru terjadi pada kasusJan Bakker di atas. Ia mengklaim bah-wa agama Hindu, Buddha, dan Islamgagal menyesuaikan diri dengan bu-daya Indonesia, sedangkan agamaKristen, terutama Katolik berhasil, na-

mun kenyataannya kegiatan keagamaanKristen dan Katolik masih harus di-tangani atau dipimpin oleh tenaga-te-naga asing sepereti Jan Bakker sendiri.

ISLAM SALAF

Islam, kata para sarjana (ter-masuk mereka yang non-Muslim),

adalah sebuahgejala sukses.Saat Nabi Saw.wafat, boleh di-kata seluruh Ja-zirah Arabia te-lah tunduk ke-pada Madinah.Memang terjadipemberontakandi sana-sini ter-hadap Madinah,namun dapat di-

padamkan di masa kekhalifahanAbu Bakar. Pada zaman ‘Umar, eks-pansi militer dan politik mem-peroleh momentumnya, sehinggatidak lama kemudian hampir selu-ruh “daerah berperadaban” (Yu-nani: Oikumene; Arab: al-Dâ’irâtal-Ma‘mûrah) menjadi kawasan Is-lam. Karena itu, Nabi Saw. digolong-kan sebagai pribadi yang palingberpengaruh dan sukses sepanjangsejarah.

Kesuksesan luar biasa itu, mem-buat masalah militer atau peperang-

Hai orang yang beriman! Sum-bangkanlah yang baik-baik seba-gian dari penghasilanmu dari yangdikeluarkan bumi untuk kamu danbahkan janganlah kamu niatkanmenyumbangkan yang buruk-burukpadahal kamu sendiri tak maumenerimanya, kecuali dengan ma-ta tertutup dan ketahuilah AllahMahakaya, Maha Terpuji. (Q., 2:267)

Page 286: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1196 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

an dan politik atau kenegaraan danpengaturan kekuasaan merupakankesibukan utama kaum Muslim. Se-bab mereka saat itu adalah kelompokelite dalam jumlah yang relatif amatkecil dengan kekuasaan yang amatbesar. Kaum Muslim dalam men-jalankan pemerintahan mula-mulabersandar kepada sistem kehidupanmasyarakat Arab gurun yang segi-segipositifnya diperkuat oleh Islam (mi-salnya, egaliterianisme, rasa keadil-an yang tinggi, dan keterbukaan).Tetapi setelah pindah ke Damaskus,sistem itu digantikan oleh sistempinjaman dari Bizantium atau Ro-mawi Timur, dan setelah pindah keBaghdad sistem dari Bizantium di-gantikan oleh sistem dari Persi (Sa-san). (Nama kota “Baghdad” sendiriberasal dari bahasa Persi kuno: “Bagh”—Allah, dan “dad”—”karunia”). Sa-yangnya, sistem Romawi Timur mau-pun sistem Persi kurang egaliter, ber-sifat feodal, hierarkis, dan sedikit ba-nyak tertutup.

Para ulama tidak dapat mene-rima sepenuhnya sistem-sistem ter-sebut, sementara dari segi kon-septual sistem yang “asli” berdasar-kan Islam belum berkembangsecara memadai. Karena kesadarannormatif mereka (antara lainkeharusan menegakkan keadilan),maka para ulama menjadi sumberkekuatan moral, dan melakukan“oposisi saleh” (pious opposition)

kepada rezim-rezim yang ada.Mereka sebagai kekuatan moral dansosial telah tumbuh secara embrio-nik di masa-masa awal sejarah Islam,sebagaimana diwakili oleh peran tigaorang Abdullah, yaitu Abdullah ibnUmar, Abdullah ibn Abbas, danAbdullah ibn Mas’ud, dengan ke-ahlian khusus masing-masing dalambidang kajian keagamaan.

Di akhir rezim Umayah danawal rezim Abbasiah, selain Madi-nah, pusat oposisi kaum ulama ialahBasrah dan Kufah, dengan orientasiyang berbeda antara kedua kota itu.Basrah menjadi tempat berkembang-nya apresiasi keagamaan yang lebihesoterik (batini), sementara Kufahlebih legal-formal dan eksetorik (la-hiri). Dari Basrah tampil tokoh legen-daris, Al-Hasan (Al-Bashri), yangkelak, langsung atau tidak langsung,menjadi bapak dari berbagai gerakanyang amat berpengaruh (rasionalismeIlmu Kalam Mu‘tazilah dan spi-ritualisme Ilmu Tasawuf kaum sufi).Sedangkan dari Kufah, kesalehandinyatakan dalam apresiasi ke-agamaan yang lebih banyak berkisarsekitar pemahaman dan pelaksana-an hukum Islam, atau syariat, danpemahaman terhadapnya (fiqih),dengan gaya legal formal yang lahiri.Basrah menjadi kiblat “GolonganKebatinan” (Ahl al-Bawâthîn), danKufah menjadi kiblat “GolonganKezahiran” (Ahl al-Zhawâhîr), de-

Page 287: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1197Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ngan segi kelebihan dan keunggul-an masing-masing.

Karena tekanan keperluan nyatauntuk mengatur masyarakat, makaorientasi Kufah cenderung lebihdominan; bagian dari keseluruhanajaran Islam yang dikembangkansecara lengkap ialah hal-hal yangberkenaaan dengan hukum. Karenaitu istilah “syarî‘ah” turun dan me-nyempit, dari makna semula yangmeliputi keseluruhan agama men-jadi hampir terbatas hanya kepadasegi-segi legal-formal dan pemaham-annya, yaitu fiqih. (Fakultas Syariahdalam perguruan tinggi Islam dimana-mana dibentuk dengan pe-ngertian ini). Secara kenyataan sosialdan kultural, dilihat sekarang bah-wa sebagian besar pemeluk Islammemahami agamanya hampir ter-batas hanya kepada pengertian fiqih,sehingga berdasarkan pertimbangankefiqihan itulah mereka menetapkansesuatu sah atau tidak dengan kon-sekuensi “bahagia” atau “sengsara”.(Orientasi serba “syariat” ini tecermindalam “Piagam Jakarta” kita).

ISLAM SEBAGAI IDEOLOGI

Adalah Yusril Ihza Mahendramengatakan bahwa ternyata Natsiritu tidak pernah mengatakan Islamsebagai ideologi. Yang membuatkesan seperti itu adalah Tamar Jaya.Ketika mengedit buku Pak Natsir,

ia memberi judul, Islam SebagaiIdeologi. Saya percaya betul denganYusril karena dia membuat disertasidi sekitar itu. Rekomendasi saya,Natsir memang merekonstruksipemikirannya yang khas Masyumi,tetapi tidak mengeksplisitkan bah-wa Islam itu sebagai ideologi. Jadi,seorang Muslim memang harusberideologi yang beraspirasi dariIslam, tetapi mustahil untuk meng-klaim bahwa ideologinya itu adalahIslam.

ISLAM SEBAGAI MAYORITAS

Di antara berbagai kenyataansosial di Indonesia ialah kenyataanbahwa Islam sebagai agama yang ter-banyak pemeluknya tidaklah dapatkita pungkiri lagi. Ini mengakibat-kan adanya dua konsekuensi yangsaling terkait dengan erat. Pertama,ialah keharusan penguasa—dalamhal ini pemerintah—memerhatikanaspirasi mereka (umat Islam Indo-nesia) itu. Konsekuensi ini, merupa-kan inti sistem kemasyarakatan kita.Mencoba mengabaikan kepenting-an mereka akan merupakan tindak-an melawan arus realita, dan karena-nya akan sangat berbahaya. Dalamperspektif ini harus dipahami pan-dangan yang pernah dikemukakanBapak Ismail Saleh, Menteri Ke-hakiman (dalam Kabinet Pem-bangunan V), tentang “Eksistensi

Page 288: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1198 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Hukum Islam dan Sumbangannyaterhadap Hukum Nasional”. Dandari sudut pandangan itu jugadapat dipahami pendapat Dr.Baharuddin Lopa bahwa peradilandi Indonesia di masa depan akanlebih banyak berdasarkan ajaran-ajaran Islam.

Kedua, dan ini merupakan akibatyang jauh lebihberat. Yaitu, bah-wa kaum Mus-lim memikultanggung jawabpembinaan yangsangat besar,yang tidak cukup hanya dengankomitmen yang berkobar, tetapi me-reka dituntut menguasai keahlianyang tinggi, baik tentang ajaranIslam sendiri maupun tentang kon-teks ruang dan waktu Indonesiamodern.

ISLAM TERLAMBATMASUK INDONESIA

Imam Ghazali wafat pada tahun1111 M., atau empat abad setelahIndia jatuh ke tangan orang Islam.Sejak abad ke-12, orang-orang Ba-rat sudah mulai berkenalan denganilmu pengetahuan Islam meskipundengan stigma atau halangan psiko-logis yang luar biasa karena meng-anggap sebagai ilmunya orang-orangkafir. Ini sama dengan orang-orang

Islam sekarang yang sedikit banyakmengidap perasaan anti-Barat. Disitu ada unsur minder yang ke-mudian muncul pada sikap-sikap“xenophobia” atau takut akan sesuatuyang datang dari asing, sehinggaditolak. Orang Barat pun dulu be-gitu. Selama 200 tahun, merekamenolak ilmu pengetahuan yang

datang dari Is-lam. Ia hanya di-nikmati oleh ke-lompok-kelom-pok kecil yangdikutuk olehgereja. Tetapi se-

telah 200 tahun lewat, ditambah 200tahun lagi untuk adaptasi (dari abadke-12 sampai abad ke-14, lalu dariabad ke-14 sampai abad ke-16),mereka mulai merasa aman denganilmu pengetahuan dari Islam itu. Danpada abad ke-16, mereka dengan se-penuhnya menerima ilmu penge-tahuan dan kemudian dikembangkansendiri sehingga pada saat itu du-nia Islam ditinggal, sampai se-karang.

Jadi, Islam mulai ditinggal olehBarat pada akhir abad 16 dan awalabad 17. Dan itu dilambangkandengan jatuhnya Malaka ke tanganPortugis pada tahun 1511, atau 400tahun setelah Al-Ghazali. Apa artijatuhnya Malaka ke tangan Portugis?Bahwa suatu bastion atau bentengyang kukuh dari peradaban Islamdengan orientasi ekonominya yang

Takwa itu diperlukan dalam kedi-siplinan, karena kedisiplinan tidaktergantung kepada adanya penga-wasan lahiriah.

Page 289: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1199Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kuat telah hancur. Apa artinya se-buah Malaka yang luar biasa darisegi ekonomi, jika dari segi etos ilmupengetahuan sudah mulai mundur.Portugis sendiri, yang merupakanbagian dari Semenanjung Iberia,bersama dengan Spanyol, pernahtunduk di bawah kekuasaan Islam.Mereka masih mewarisi segi-segiyang paling tinggi dari ilmu penge-tahuan Islam termasuk teknologi,dalam hal ini teknologi pelayaran.

Di Madagaskar, sampai sekarangmasih ada orang yang berbicara da-lam bahasa Jawa, karena dulu tem-pat itu memang jajahan Majapahit.Majapahit saat itu menciptakan satuuniversum, satu lingkungan hidup,yang lebih kurang sama dengan In-donesia Raya plus Madagaskar,Thailand, serta sebagian besar dariyang sekarang disebut Malaysia danFilipina (minus Jawa Barat, karenaJawa Barat tidak bisa ditaklukkanMajapahit). Tetapi, Majapahit yangbegitu hebat baru berdiri 200tahun setelah wafatnya Al-Ghazali(1111 M.), yakni tahun 1297 M.

Apa artinya semua itu? Bahwadalam keadaan Indonesia masihdikuasai sama sekali oleh Hindu-isme baik di Majapahit maupun diPadjadjaran, ternyata Islam telahmasuk ke daerah pantai; itulahIslam yang sebetulnya sudah meng-alami kemunduran 200 tahun. Islamdi Jawa baru berkembang setelahjatuhnya Majapahit pada tahun 1478

(hampir bersamaan dengan jatuhnyaMalaka ke tangan Portugis pada1511). Sesudah itu lahir KerajaanDemak, Pajang, kemudian Cirebondan Banten; dari Banten pula terjadipengislaman di Jawa Barat.

Ini artinya, bahwa Islam masihrelatif sangat baru di Indonesiadibandingkan dengan di India,yaitu terlambat 6, 7, sampai 8 abad.Di Indonesia sekarang ini, alhamdu-lillâh, masih mayoritas Muslim. Te-tapi, kenangan masa lalu Indonesiaselalu merujuk ke Hindu dan Bud-dha. Maka, objek-objek turisme disini juga objek-objek Hindu, sepertiBorobudur, Prambanan, Bali, dansebagainya. Sementara di India, ob-jek turismenya adalah bangunan-bangunan Islam. Itulah sebabnya,setiap kali ada kerinduan pada masa lalu, maka referensinya kepadaHindu-Buddha. Wujudnya antaralain adalah dalam bahasa Sansekerta,yang sekarang banyak sekali diguna-kan untuk nama-nama hadiah se-perti Parasamya Purnakarya Nu-graha, dan termasuk juga nama-nama ruang di gedung DPR, yangsangat artifisial dan dipaksakan.

Menyebarnya Islam ke seluruhAsia Tenggara secara ekstensif ialahberkat jatuhnya Majapahit, dan se-telah itu kemudian disusul olehjatuhnya Malaka ke tangan Portugis.Jadi ada juga hikmahnya, yaituorang-orang Malaka kemudian me-nyebar ke seluruh Asia Tenggara

Page 290: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1200 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

dengan membawa bahasanya (Me-layu), yang memperkuat kecende-rungan yang sudah ada di manabahasa Melayu adalah Lingua Francadi Asia Tenggara, selain juga mem-bawa serta kecakapan-kecakapanartistik dan da-gang. Inilah yangm e n y e b a b k a nmengapa kemu-dian Melayumenjadi identikdengan budayapantai dan bu-daya dagang. Se-betulnya, sebe-lum masa itu, yai-tu pada zamanSriwijaya, Proto-Melayu (mak-sudnya cikal-bakal bahasa Melayu)sudah menyebar ke seluruh AsiaTenggara. Bahkan Majapahit, mes-kipun kerajaan Jawa, bahasa ad-ministrasinya untuk keluar negerimenggunakan bahasa Melayu. Ke-mudian, ekspansi atau penyebaranIslam ini berbarengan dengandatangnya orang-orang Barat. Arti-nya, kalau Islam di Indonesia be-lum sempat menciptakan peradab-an, hal itu adalah karena faktorkebaruan tadi.

Tentu, mungkin ada orang Islamyang akan membantah, “Masa sih 4sampai 5 abad itu dibilang baru?”Ini memang relatif. Tetapi, faktorlain yang membuat umat Islam diIndonesia belum sempat mencipta-

kan peradaban yang berarti ialahkarena persoalan-persoalan yangmenyerap hampir seluruh energi.Yaitu, pengabdian yang dicurahkanuntuk berjuang melawan orang-orang Barat, yang muncul dalam

semangat antiko-lonialisme dananti imperialisme.Hampir semuapemberontakandipimpin olehulama atau sul-tan. Tetapi, hargayang kemudianharus ditebus ter-nyata luar biasamahal. Yaitu,

bahwa umat Islam Indonesia selamaratusan tahun terbiasa hanya ber-pikir reaktif dan bersikap fightagaints, yakni berjuang untukmelawan, melawan, dan melawan,karena memang kondisinya sepertiitu. Inilah yang menyebabkan me-ngapa umat Islam sampai sekarangmasih relatif belum sampai kepadasikap fight for. Tentu, ada beberapaperkecualian. Misalnya, merekayang berusaha membangun eko-nomi.

ISLAM THE GOOD BORROWER

Maraknya ilmu pengetahuan didunia Islam pada masa lalu di-dukung oleh banyak sebab. Misal-

Page 291: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1201Ensiklopedi Nurcholish Madjid

nya umat Islam waktu itu difasilitasioleh situasi geografisnya di tengahkawasan berperadaban (Oikumene).Karena itu, dalam sejarah ilmu pe-ngetahuan, umat Islam adalah yangpertama sekali menginternasional-kan ilmu pengetahuan. SebelumIslam, ilmu pengetahuan bersifatnasional; ada ilmu Yunani, ilmuPersi, ilmu Cina, yang satu samalain tidak mau saling belajar. Baru-lah pada zaman Islam semuanyadisatukan.

Penting pula dicatat bahwa orangIslam adalah peminjam yang baik(the good borrower), dan justru me-mang di situ letak kosmopolitanis-me Islam. Masjid, misalnya, tidaklain merupakan representasi daripinjam-memijam budaya yangsangat kreatif. Kiai-kiai sekarangmungkin tidak bisa membayangkanmasjid tanpa kubah, tetapi apakahmereka juga tahu bahwa kubah itupinjaman dari Bizantium. Ide kubahialah membuat ruang yang seluasmungkin tanpa tiang, karena tiang-nya ditarik ke atas, seperti jembatanmelengkung. Arsitek-arsitek se-karang ini banyak yang antikubah.Sebab, memang sudah ada caramenciptakan ruangan yang luastanpa tiang, yaitu dengan teknikbeton pratekan, yang jauh lebihmurah serta lebih aman.

Menara masjid juga tidak bolehdikira khas Islam. Itu merupakanpinjaman dari Persi, yaitu budaya Ma-

jusi atau Zoroaster. Menara berasaldari kata manârah yang artinya tem-pat api. Dulu, orang Majusi atauZoroaster tidak menyembah patung,tetapi menyembah api, karena api di-anggap sebagai substance dari Tuhanyang tidak bisa dipegang. Untukmenjaga kesucian, api itu ditaruh diatas bangunan yang tinggi, yang di-sebut manârah, tempat api. Ini yangkita pinjam untuk tempat azan se-karang.

Begitu juga dengan mihrâb. Dimasjid Madinah tidak ada mihrâb.Mihrâb adalah pinjaman dari Kris-ten Bizantium. Tetapi, pencantum-an bangunan itu tidak salah, nothingwrong with that; karena Islam adalahsuatu agama yang terbuka, kosmo-polit, dan menempatkan diri se-bagai pewaris dari budaya umat ma-nusia. Karena itu, yang pertama kalimenikmati ilmu pengetahuan ada-lah umat Islam, baru kemudian ter-wariskan ke Barat dan berkembangseperti sekarang ini.

ISLAM TIDAK ANTIMATERIDAN KEDUNIAAN

Ada belenggu kemanusiaan yangdapat memalingkan manusia dariAllah Swt. Terkadang belenggu itudapat berbentuk nafsu tak terken-dalikan kepada cinta materi, sepertirumah mewah, mobil mewah,tanah, istri, suami, dan anak. Kalau

Page 292: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1202 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

saja seseorang melakukan penyem-bahan kepada hal-hal yang bersifatmateri tersebut, maka dengan sen-dirinya, ia sudah terjerumus keperilaku syirik, seperti yang dika-takan dalam ungkapan keseharianorang Inggris, “He washes his carritually.” Ini mengindikasikanbetapa manusia, karena belenggukecintaan kepada hal-hal yangbersifat material, tanpa disadarimenjadikan materi sebagai sesem-bahannya, seperti mencuci mobillayaknya ritual.

Namun, juga tidak benar bahwauntuk hidup sesuai dengan ajaranIslam, maka kita harus pula meng-hindari atau menjauhkan diri darihal-hal yang berbau keduniaan ataumateri. Dunia dan materi dalam Is-lam dipandang sebagai hal-hal yangpositif, seperti disebutkan dalam Al-Quran, Tidakkah kau lihat (perhati-kan—NM) bahwa Allah mencipta-kan langit dan bumi dengan se-benarnya? (Q., 14: 19).

Bumi dan langit beserta isinyasemua diciptakan untuk kepenting-an manusia dalam beribadah me-nyembah Allah Swt. Islam melihatalam semesta ini dengan konsep po-sitive values, dipenuhi dengan nilai-nilai positif bagi kehidupan dan ke-lestarian manusia itu sendiri.

Perlu ditegaskan di sini bahwasekali-kali Islam bukan agama rah-bânîyah, yakni mengharamkan hal-hal bersifat duniawi atau materi; atau

mengajarkan kepada pengikutnyauntuk meninggalkan hal-hal yangberbau duniawi, zuhud, atau asketik.

Dalam sebuah hadis diceritakanbahwa ada seorang sahabat nabi yangbernama Utsman ibn Mas‘ud, man-tan orang kaya Makkah, setelahmasuk Islam kemudian membangunsebuah rumah di sebuah tempatterpencil dan menjauhkan diri darihal-hal berbau duniawi. Kemudian,dia memutuskan untuk menghabis-kan seluruh waktunya semata-matauntuk beribadah—dalam arti sem-pit—kepada Allah Swt. Karena ke-putusan dan sikapnya itu, maka istri-nya kemudian melaporkan perihalsuaminya kepada Rasulullah Saw.

Melalui pengaduan tersebut,kemudian Rasulullah pun datang kerumah ‘Utsman dan bertanya kepa-danya dengan nada marah. Akhir-nya, Rasulullah berkata bahwa Ra-sulullah juga beribadah, tetapi diajuga bekerja, menikah, mencintai istridan anak-anaknya. Dari kasus ter-sebut kemudian Rasulullah bersabdabahwa barang siapa dari orang Islamyang tidak senang kepada kebiasaan(Sunnah) Rasulullah—mengabai-kan kehidupan duniawi, dan tidakmenikah umpamanya—maka se-sungguhnya ia bukan termasuk go-longan umat Rasulullah.

Tetapi, pada sisi lain, dalam Is-lam diingatkan pula—sebagai im-bangannya—bahwa materi juga di-pandang sebagai godaan yang dapat

Page 293: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1203Ensiklopedi Nurcholish Madjid

menyesatkan manusia dari jalan yangbenar, dan terkadang bahkan ma-nusia dapat menzalimi dirinya sendirikarena masalah materi. Adapundimensi atau sisi positifnya adalahbahwa materi berfungsi dalam rangkameningkatkan hakikat kemanusiaanitu sendiri, tentunya apabila orangmampu mengatasi godaan-godaantersebut.

ISLAM VS BARAT

Hampir dapat dipastikan bahwahingga sekarang ini tidak ada satupun budaya non-Barat yang pernahmencoba menguasai Barat selainIslam. Kenyataan itu telah menim-bulkan kerisauan—atau bahkan ke-takutan—yang laten pada orang-orang Barat, sehingga dalam petapergaulan global, kontras antaraBarat dan Islam selalu muncul se-cara niscaya. Dulu, dengan adanyafaktor komunisme sekitar tahun 70-an, orang Islam sedikit “terhibur”karena perhatian orang-orang Baratketika itu tertuju ke sana (komunis-me). Tetapi, setelah komunismeambruk di mana-mana, kekhawatir-an munculnya kontras Islam danBarat menguat lagi.

Adalah benar bahwa setiap bangsayang mengalami kebesaran, ataumerasa besar, seperti bangsa Baratsekarang ini, selalu mengidap se-macam superiority complex. Sekali lagi,

itu sebenarnya gejala umum belaka.Dalam idiom Cina, gejala semacamitu muncul dalam apa yang disebut“Daerah Tengah” (yaitu, mereka sen-diri) dan “Daerah Pinggiran” (yaitu,orang lain). Dalam bahasa Islam di-sebut “Dâr al-Islâm” dan “Dâr al-Harb”. Dalam bahasa Barat modernsekarang ini disebut “The West againtsthe Rest” (Barat lawan semuanya).

Lawan Barat yang agak tersamarialah yang langsung berkaitan de-ngan Islam. Orang-orang Barat se-lalu saja ambivalen terhadap Islam.Dalam hal ini, Turki adalah negeriyang memiliki kedudukan yang pa-ling sulit; mereka pernah disambutoleh Barat sebagai bangsa Islam yangmau menjadi modern, dan diman-faatkan sebagai “bumper” terhadapRusia, tetapi tidak pernah diakuisepenuhnya sebagai anggota ma-syarakat Barat. Keinginan Turki untukmenjadi anggota dari masyarakatBarat atau masyarakat ekonomi Eropajuga masih mengalami kesulitan,jauh lebih mudah bekas negara-negaraBalkan, misalnya.

ISLAM, IMAN, DAN IHSAN

Dalam Al-Quran ada sebuah ayatyang mengilustrasikan keimananseorang Badui yang sudah mengakudirinya berislam, namun disangkalAl-Quran dan dinyatakan bahwa se-

Page 294: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1204 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sungguhnya dia belum beriman. …Katakanlah, “Kamu belum beriman,tetapi katakanlah: kami menyerahkankehendak kami kepada Allah. Imanbelum masuk ke dalam hatimu. Tetapijika kamu taat kepada Allah danRasul-Nya, Ia tak akan mengurangiamalmu sedikit pun …” (Q., 49: 14).

Ayat ini menjelaskan adanya per-bedaan antara pengertian Islam daniman, yang digambarkan bahwa ber-islam boleh saja berimplikasi lain,seperti halnya seseorang berislamkarena alasan politik. Dengan merujukke latar belakang turunnya ayat (asbâbal-nuzûl), maka sangat logis—ber-samaan dengan semakin kuatnyapengaruh agama Islam secara politisdi wilayah Jazirah Arab pada saatitu—apabila tidak ada alasan danalternatif lain untuk tidak berislam.

Di sini perlu dipahami bahwapenyebutan kata Islam dan imandalam satu kalimat (single word) padaAl-Quran—seperti dalam ayat diatas—dalam bahasa Arab menyirat-kan bahwa hakikat Islam dan imansesungguhnya memiliki dimensiyang berbeda. Atau dengan katalain, ada tingkatan-tingkatan ter-tentu apakah seseorang sudah di-kategorikan beriman atau baru padatingkatan berislam.

Namun sebaliknya, apabila kataIslam dan iman disebutkan secaraterpisah (infirâd), maka itu meng-indikasikan bahwa pengertian ber-islam sudah mencakup pengertian

beriman. Artinya, berislam tidak sajamenunjuk kepada hal-hal yang ber-sifat lahiriah, seperti ucapan atauperbuatan, tetapi juga meliputi hal-hal yang bersifat batiniah, yaknimasuknya iman ke dalam hati, yangperwujudannya adalah penghamba-an yang tulus.

Pengertian kata “islam”—maknageneriknya adalah penyerahan, tun-duk dan pasrah namun dibarengiketulusan dan kejujuran—adalahpengertian Islam sebagaimana yangdigambarkan dalam Trilogi AjaranIslam. Ini dinyatakan pula dalamsebuah hadis Jibril yang sangat ma-syhur di kalangan kita bahwa Tri-logi Ajaran Islam—islam, iman, danihsan—adalah sebuah kesatuan yangtidak bisa dipisah-pisahkan satu de-ngan yang lain dan menjadi bagi-an organik, saling melengkapi.

ISLAM, IMAN, DAN TAKWA

Takwa sebagai derajat kemampu-an mengendalikan diri dapat di-bedakan dengan keislaman dan ke-imanan. Hal itu tecermin secara im-plisit dalam pernyataan ayat-ayatAl-Quran, Hai orang-orang beriman,bertakwalah kamu kepada Allah.Ayat tersebut menegaskan bahwaorang yang beriman masih diperintah-kan untuk bertakwa.

Dalam ayat tentang seorang Ba-dui yang mengaku sudah beriman,

Page 295: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1205Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Al-Quran memperingatkan bahwamereka sebenarnya belum beriman,… Katakanlah, “Kamu belum ber-iman, tetapi katakanlah: kami me-nyerahkan kehendak kami kepadaAllah. Iman belum masuk ke dalamhatimu. Tetapi jika kamu taat kepadaAllah dan Rasul-Nya, Ia tak akanmengurangi amalmu sedikit pun …”(Q., 49: 14).

Klaim Al-Quran itu sangat logiskarena erat kaitannya dengan kondisiIslam pada saat itu, yaitu Islam telahmenjadi agama yang kuat secarapolitis sehingga sepertinya tidak adaalternatif atau pilihan lain bagi orang-orang Arab pada saat itu kecuali ber-islam. Dan dalam kasus serupa, ber-islam identik juga dengan arti generik-nya, yakni tunduk atau menyerah,termasuk karena alasan politik.

Ilustrasi-ilustrasi yang diperolehdari kitab suci Al-Quran memberi-kan keyakinan bahwa islam, iman,dan takwa adalah tiga hal yang takterpisah. Memang arti berislam yangsebenarnya juga harus mengandungpengertian beriman, dan berimanjuga harus bertakwa. Namun sekalilagi, seperti telah diungkapkandalam Al-Quran, ketiga persoalanini sering disebutkan secara terpisah(al-infirâd), yaitu islam, iman, dantakwa yang dipahami sebagai halyang memiliki pengertian yangsama dan tidak dibedakan.

Tetapi, sering pula didapatkandalam Al-Quran bahwa Islam,

iman, dan takwa disebutkan secarabersama-sama yang menuntut bah-wa islam, iman, dan takwa sebagaitiga hal yang memiliki derajat per-bedaan. Pemahaman bahwa hakikatislam, iman, dan takwa memilikiderajat yang berbeda juga dapat di-temukan seperti yang disebutkandalam hadis Jibril atau hadis qudsi.Diceritakan bahwa Jibril menyamarsebagai seorang laki-laki dan me-minta penjelasan kepada Rasulullahberkaitan dengan islam, iman, danihsan.

Dari situ, kita juga dapat mena-rik kesimpulan bahwa hakikat islamdapat dibedakan dengan iman dantakwa. Islam ternyata lebih mem-berikan penegasan pengertian padakualitas lahiriah seseorang, sepertidalam kasus orang Badui tadi se-hingga orang berislam itu kasat mata(dapat dilihat). Sementara itu, imanlebih memberikan penegasan pe-ngertian pada penggambaran kualitasyang bersifat batiniah atau spiritual.Dengan begitu, dapat dipahamibahwa sebenarnya, berislam itu me-rupakan titik awal sebuah latihandalam beriman.

ISLÂM, SALÂM, DAN SALÂMAH

Sikap pasrah kepada Tuhan (artigenerik kata Arab islâm) denganpenuh kedamaian (salâm) karenatulus-ikhlas, disertai perbuatan baik

Page 296: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1206 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kepada sesama sebagai kelanjutanlogis sikap pasrah yang tulus itu,adalah pangkal kesejahteraan (salâ-mah, selamat) di dunia sampai akhi-rat: Dan barangsiapa memasrahkandirinya kepada Tuhan serta dia ituberbuat baik, ia telah berpegang ke-pada tali (pegangan hidup) yang ku-kuh (Q., 31: 22); Dan siapakahyang lebih baik dalam hal keaga-maan daripada orang yang memas-rahkan dirinya kepada Tuhan, dan iaberbuat baik … (Q., 4:125).

Agama atau sikap keagamaanyang benar (diterima Tuhan) ialahsikap pasrah kepada Tuhan: Sesung-guhnya agama bagi Allah ialah sikappasrah kepada-Nya (al-islâm) (Q.,3:19). Perkataan “al-islâm” dalam fir-man ini bisa diartikan sebagai “AgamaIslam” seperti yang telah umumdikenal, yaitu agama yang dibawaoleh Nabi Muhammad Saw. Pe-ngertian seperti itu tentu benar, dalammaknanya bahwa agama Muhammadadalah agama “pasrah kepada Tuhan”(islâm) par excellence. Tetapi dapatjuga diartikan secara lebih umum,yaitu menurut makna asal atau gene-riknya, “pasrah kepada Tuhan”,suatu semangat ajaran yang menjadikarakteristik pokok semua agamayang benar. Inilah dasar pandangandalam Al-Quran bahwa semua aga-ma yang benar adalah agama Islam,dalam pengertian semuanya meng-ajarkan sikap pasrah kepada Tuhan,sebagaimana antara lain bisa di-

simpulkan dari firman, Dan jangan-lah kamu sekalian berbantahan de-ngan para penganut kitab suci (Ahl al-Kitâb) melainkan dengan yang lebihbaik, kecuali terhadap mereka yangzalim. Dan nyatakanlah kepadamereka itu, “Kami beriman kepadaKitab Suci yang diturunkan kepadakami dan kepada yang diturunkankepada kamu; sebab Tuhan kami danTuhan kamu adalah Tuhan Yang MahaEsa, dan kita semua pasrah kepada-Nya [muslimûn]” (Q., 29: 46). Per-kataan muslimûn dalam firman itulebih tepat diartikan menurut maknageneriknya, yaitu “orang-orang yangpasrah kepada Tuhan”. Jadi, sepertidiisyaratkan dalam firman itu, per-kataan muslimûn dalam makna asal-nya juga menjadi kualifikasi parapemeluk agama lain, khususnya parapenganut kitab suci. Ini juga di-isyaratkan dalam firman, Apakahmereka mencari (agama) selain agamaTuhan? padahal telah pasrah (aslama,‘ber-islâm’) kepada-Nya mereka yangada di langit dan di bumi, dengan taatataupun secara terpaksa, dan kepada-Nyalah semuanya akan kembali.Nyatakanlah, “Kami percaya kepadaTuhan, dan kepada ajaran yang di-turunkan kepada kami, dan yang di-turunkan kepada Ibrahim, Isma‘il,Ishaq, Ya‘qub, serta anak turun me-reka, dan yang disampaikan kepadaMusa dan Isa serta para nabi yang laindari Tuhan mereka. Kami tidakmembeda-bedakan mereka itu, dan

Page 297: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1207Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kita semua pasrah (muslimûn) ke-pada-Nya. Dan barangsiapa menga-nut agama selain sikap pasrah (al-islâm) itu, ia tidak akan diterima, dandi akhirat termasuk orang-orang yangmerugi (Q., 3: 83-85). Ibn Katsirdalam tafsirnya tentang mereka yangpasrah (muslimûn) itu mengatakan,yang dimaksudialah “mereka darikalangan umat iniyang percaya ke-pada semua nabiyang diutus, ke-pada semua kitabsuci yang diturun-kan; mereka tidakmengingkarinyasedikit pun, me-lainkan menerimakebenaran segalasesuatu yang diturunkan dari sisiTuhan dan dengan semua nabi yangdibangkitkan oleh Tuhan”. Sedang-kan Al-Zamakhsyari memberi mak-na kepada perkataan muslimûn se-bagai “mereka yang ber-tawhîd danmengikhlaskan diri kepada-Nya”, danmengartikan al-islâm sebagai sikapmemahaesakan (ber-tawhîd) dan sikappasrah diri kepada Tuhan. Dari berbagaiketerangan itu dapat ditegaskan bahwaberagama tanpa sikap pasrah kepadaTuhan, betapapun seseorang mengakusebagai “Muslim” atau penganut“Islam”, adalah tidak benar dan “tidakbakal diterima” oleh Tuhan.

ISLAM: TUNDUK DAN PATUH

Secara etimologis, perkataanIslam berarti pasrah kepada Allah,sehingga Islam juga berarti iman.Memang, Islam sangat dekat pe-ngertiannya dengan iman, sebabpasrah kepada Allah berarti juga

menaruh keper-cayaan kepadaAllah. Iman disini tidak hanyadalam arti percayabahwa Allah ituada, sebab kalauhanya percayabahwa Allah ituada, maka berartiiblis telah imankepada Allah. Se-bagaimana dike-

tahui, iblis pernah berdialog bah-kan bertengkar dengan Allah, tetapidia dimasukkan sebagai orang kafir,Ia menolak dan menyombongkandiri; dan ia termasuk di antaramereka yang tiada beriman (Q., 2:34). Maka pernyataan saya berimankepada Allah (âmantu billâh) lebihdekat dengan arti saya menaruhkepercayaan kepada Allah; sayapercaya bahwa Allah baik, berbuatbaik serta beriktikad baik kepadasaya. Demikian juga, Islam danIman, percaya betul bahwa Allahmenghendaki kebaikan untuk kita.Karena itu, kemudian kita ikhlasdan pasrah. Inilah kira-kira yang

Page 298: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1208 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

insya Allah akan diterima olehAllah. Tetapi karena tidak bisadipastikan, maka manusia harusterus berusaha.

Pada zaman Nabi ada seorangsahabat bernama Utsman ibnMas‘ud yang terkenal sangat salehsampai-sampai istrinya telantar. IstriUtsman mengadu kepada Aisyahyang kemudian menyampaikannyakepada Nabi. Mendengar pengadu-an itu Nabi marah dan kemudianmendatangi rumah ‘Utsman untukmenegurnya agar tidak menelantar-kan istri. Dengan sendirinya Utsmanmengikuti petunjuk Nabi dan tetapmenjadi seorang saleh sampai me-ninggalnya. Karena tahu betulsuaminya sangat saleh, istrinya ber-kata kepada jenazah suaminya, “HaiUtsman, jangan khawatir, pergilahkamu dengan tenang masuk surga”.Melihat kejadian itu Nabi marah,“Dari mana kamu tahu Utsman ma-suk surga, saya saja tidak tahu apa-kah dia masuk surga atau tidak.”Mendengar itu semua sahabat sa-ngat sedih, padahal Nabi menyebutUtsman sebagai orang yang baik.

Waktu putri Nabi yang dicintai,Ruqayah, wafat banyak orang me-nangis. Ketika mengantarkan jena-zahnya Nabi berkata, “Hai Ruqa-yah, kembalilah kamu dengantenang sekali, berkumpullah de-ngan orang yang baik (‘Utsman).”Ucapan demikian setidaknya meng-hibur hati para sahabat, meskipun

Nabi tidak secara tegas mengatakanbahwa ‘Utsman masuk surga. Ka-rena seperti ditegaskan dalam Al-Quran, Katakanlah, “Aku bukanlahorang baru di antara para rasul, danaku tak tahu apa akan dilakukan ter-hadap diriku dan terhadap dirimu; akuhanya mengikuti apa yang diwahyu-kan kepadaku” (Q., 46: 9).

Nabi memang orang yang ren-dah hati sehingga selalu memohonampun kepada Allah setiap malam.Maka ketika kaki nabi bengkak, ka-rena terlalu banyak shalat memintaampun, seorang sahabatnya me-negur, “Hai Nabi, apakah perlu eng-kau lakukan itu sementara Al-Quranmengatakan bahwa dosa-dosamutelah diampuni?” Nabi menjawab,“Bukankah aku ini seorang hambayang harus bersyukur?” Memohonampun kepada Allah menjadi saranauntuk bersyukur. Maka menerap-kan Islam secara baik adalah men-contoh Nabi, baik secara vertikalberhubungan dengan Allah danjuga horizontal berhubungan sesamamanusia, dan tidak lupa memohonkepada Allah mudah-mudahan kitatermasuk orang yang baik. Inilahyang lebih berharga.

ISRA-MIKRAJ

Salah satu warisan budaya Islamyang kemudian menjadi milik umatmanusia ialah apa yang disebut astro-

Page 299: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1209Ensiklopedi Nurcholish Madjid

logi, artinya “peta bintang”. Itulahyang kemudian menjadi alat yangsangat vital di dalam pelayaran. DiAustin, Ibu Kota Texas, Amerika Se-rikat, terdapat sebuah museum yangmenyimpan alat-alat pelayaran yangdigunakan Columbus ketika me-nemukan benua Amerika. Sebagianbesar alat-alat itu ternyata masihmenggunakan bahasa Arab, karenarupanya Columbus dulu banyakmenggunakan pelaut-pelaut Spanyolyang berbahasa Arab dan merekaitulah para astrolog. Tidak meng-herankan kalau Al-Quran menyebutbintang-bintang dengan mashâbîh(lampu-lampu), karena memangdengan bintang itu bisa diperolehpetunjuk secara fisik ketika orangmelakukan pelayaran di laut.

Di tempat lain disebutkan de-ngan jelas sekali mengenai bintangyaitu, Telah Kami hiasi langit lapisanterbawah dengan pelita-pelita (bin-tang-bintang) (Q., 41: 12; 67: 5).Al-Dunyâ itu artinya yang terdekat,yang merupakan bentuk feminin ataumu’annats dari adnâ. Langit ini di-sebut langit dunia karena memangyang paling dekat dengan bumi.Juga hidup sekarang ini disebut hi-dup dunia karena merupakan hidupyang terdekat atau yang sekarang se-dang dialami, sebagai lawan dari al-âkhirah (hidup yang akhir).

Berdasarkan firman di atas, dapatdiambil kesimpulan bahwa semuabintang berada dalam kawasan la-

ngit pertama. Ini kesimpulan yangdalam ushul fiqih disebut mafhûmmukhâlafah; karena disebutkan bin-tang adalah hiasan langit yang per-tama, maka seluruh bintang ada da-lam kawasan langit yang pertama.

Dalam perkembangan dewasaini, astronomi modern banyak sekalimenemukan bintang-bintang de-ngan alat-alat yang serbacanggih.Yang terakhir ialah teleskop Hubble,yang diluncurkan ke angkasa de-ngan roket untuk menjadi satelit.Dengan alat-alat itu diketahui bah-wa ada bintang yang jauhnya darimuka bumi sekitar 3,5 miliar tahuncahaya. Artinya, perjalanan dari bumiuntuk mencapai bintang itu me-makan waktu 3,5 miliar tahun.Padahal, matahari jauhnya dari bumihanya 8 menit cahaya, sehingga sinarmatahari yang datang ke bumi iniberangkat dari matahari 8 menit yanglalu. Berarti kalau kita bisa melihatbintang melalui teropong, jangansalah paham, yang terlihat itu adalahkeadaan bintang tersebut 3,5 miliartahun yang lalu. Maka dalam AyatKursi disebutkan, Tiada merasa beratIa menjaga dan memelihara kedua-nya. Ia Mahatinggi, Mahatahu (Q.,2: 255).

Kecepatan cahaya adalah ke-cepatan mutlak. Artinya, tidak adabenda yang bisa berjalan secepatcahaya kecuali mesti terurai menjadienergi. Ini teori Einstein. Secara ilmi-ah, seandainya Nabi dulu melakukan

Page 300: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1210 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Isra-Mikraj (terutama Mikraj) de-ngan kendaraan yang cepatnya se-perti cahaya, pertama beliau barubisa tembus langit pertama 3,5 mi-liar tahun, dan yang kedua beliauhancur menjadi energi. Ini buktibahwa peristiwa Isra-Mikraj tidakbisa diterangkan secara ilmiah. Belumlagi sampai ke Sidratul Muntaha yangdi atas tujuh lapis langit. Taruhlahmisalnya jarak langit itu sama, ber-arti 3,5 x 7 sama dengan 24,5 miliartahun. Jadi untuk sampai ke SidratulMuntaha kurang lebih dibutuhkanwaktu 24,5 miliar tahun. Bagaimanakalau jarak antarlangit itu tidak sama?Lalu beliau kembali ke Makkah,berarti ditambah lagi 24,5 miliartahun. Jadi, butuh waktu 49 miliartahun untuk perjalanan pulang-pergidari Makkah–Sidratul Muntaha.

Menurut teori Big Bang-nya Ste-phen Hawking (seorang fisikawandari Inggris yang tinggal kepalanyasaja yang bekerja, sebab seluruh ba-dannya lumpuh, dan dijuluki “pe-waris Einstein”), alam raya ini baruberusia 20 miliar tahun. Kalau teori“mengembang dan mengerut” itubenar, dan seandainya sekarang iniadalah puncak dari pengembangan-nya, maka alam raya ini akan mulaimengerut, yang memakan waktukurang lebih dua miliar tahun lagi.Itulah kiamat; semua habis dan duniaakan menjadi nol lagi. Berarti, seandai-nya dulu Nabi memakai kendaraansecepat cahaya, dan beliau kembali ke

Makkah, maka dunia ini sudah tidakada.

Ini menjadi suatu alasan lagi bah-wa peristiwa Isra-Mikraj itu tidak bisaditerangkan secara ilmiah. Karena itu,sikap yang paling benar adalah sikapAbu Bakar yang langsung mem-benarkan perjalanan Nabi, sehinggabeliau kemudian digelari al-shiddîq(yang sangat membenarkan). Beliaulangsung pada kesimpulan bahwasegala sesuatu yang dikehendaki olehAllah Swt. itu bisa terjadi. Apalagi AllahSwt. tidak bisa diukur oleh ruang danwaktu, karena Dia memang tidakterikat oleh ruang dan waktu.

Para ahli matematika bisa mem-buat rumusan matematis mengenailorong waktu. Bahwa secara teoretis,manusia bisa kembali ke masa lam-pau, malah lebih aneh lagi bisa ber-jalan ke masa depan mengunjungianak cucu yang belum lahir. Itu kon-sep “Time Tunnel” atau lorong waktu.Artinya, waktu itu betul-betul relatif.Karena itu Allah Swt., jangan di-ukur dengan waktu. Kalau mau ber-falsafah, apa yang disebut waktuialah “hubungan relatif antara duabenda yang bergerak secara berbeda”.

Karena itu, juga tidak relevanmempersoalkan apakah al-Masjid al-Aqsha waktu itu masih ada atau tidakada, karena perjalanan Nabi adalahperjalanan yang sudah lepas darikungkungan dimensi ruang danwaktu. Juga, sama sekali tidak relevanuntuk mempersoalkan bagaimana

Page 301: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1211Ensiklopedi Nurcholish Madjid

Nabi bisa bertemu dengan nabi-nabi yang lalu yang sudah mening-gal. Dengan kehendak Allah Swt.semuanya bisa terjadi. Meskipunmemang pada waktu itu al-Masjidal-Aqsha tidak ada. Al-Masjid al-Aqsha didirikan oleh Nabi Sulaiman(karena itu orang-orang Arab menye-butnya Haikal Sulaiman atau So-lomon Temple), kurang lebih 100tahun sebelum Masehi. Nabi Su-laiman sendiri meneruskan keingin-an Nabi Daud, bapaknya, yaituNabi pemimpin Bani Israil yangberhasil merebut Yerusalem daribangsa yang ada di situ.

ISRA-MIKRAJDAN AL-MASJID AL-AQSHA

Peristiwa Isra-Mikraj Nabi Mu-hammad Saw. terjadi pada masa ke-sedihan Nabi karena meninggalnyadua pelindung Beliau, istrinya SitiKhadijah dan pamannya Abu Tha-lib, sehingga perjalanan ini merupa-kan suatu pelipur lara dari tahun ke-sedihan nabi (‘âmm al-huzn). Disamping itu, dari sudut keagamaanperjalanan (isrâ’) ini pun bermaknalambang risalah baru yang diberi-kan kepada umat manusia. Maha-suci (Allah) Yang telah memperjalan-kan hamba-Nya malam hari dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsha, yang di sekitarnya telah Kamiberkati, untuk Kami perlihatkan ke-

padanya beberapa tanda Kami. Dia-lah Yang Maha Mendengar, MahaMelihat (segalanya) (Q., 17: 1).

Ayat di atas menjelaskan menge-nai perjalanan Nabi dari al-Masjidal-Haram (Ka‘bah) di Makkah ke al-Masjid al-Aqsha di Yerusalem. Dalamtafsir Yusuf Ali ditulis bahwa padasaat itu Ka‘bah belum bersih dari ber-hala, sementara Masjid al-Aqsha diYerusalem masih merupakan re-runtuhan setelah dihancurkan olehKaisar Titus pada 70 M. (Baru di-bangun kembali dan selesai padamasa Amir Abdul Malik pada 68H). Karena itulah, banyak ahli tafsiryang berpendapat bahwa al-Masjidal-Aqsha yang sebenarnya ialah sidratal-muntahâ atau al-bayt al-ma’mûr,yaitu suatu alam ruhani tempat paramalaikat beribadah, dan bukan mas-jid yang terletak di Yerusalem se-bagaimana yang dipahami sekarangini. Lebih-lebih dihadapkan padakenyataan bahwa Yerusalem pada saatitu merupakan tempat yang sangatkacau, di mana konflik politik danpertumpahan darah seperti tidak adahabis-habisnya—padahal Masjid al-Aqsha dikatakan dalam ayat itu,“bâraknâ hawlahû” (ditaburi berkah).

Namun, ada pula ahli tafsir yangmengatakan bahwa yang dimaksuddengan “bâraknâ hawlahû” ialah se-cara spiritual. Artinya, bisa saja sebuahnegeri itu kacau-balau, tetapi secararuhani masih tetap diberkati. Merekaitulah para ahli tafsir yang notabene

Page 302: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1212 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

merupakan mayoritas yang ber-pendapat bahwa al-Masjid al-Aqshaialah yang ada di Yerusalem.

ISRA-MIKRAJ: BUKTIKESINAMBUNGAN PARA NABI

Peristiwa Isra-Mikraj direkamdalam beberapa tempat dalam Al-Quran, terutama dalam surat Al-Isrâ’, yang juga bernama surat BaniIsrail, karena memang banyak mem-bicarakan Bani Israil. Isra adalahperistiwa napak tilas Nabi Muham-mad untuk melihat kontinuitasmisi beliau dengan misi nabi-nabisebelumnya dalam konteks TimurTengah, yang sebagian besarnyaadalah keturunan nabi-nabi Israil.Israil artinya hamba Allah. Iaadalah gelar Nabi Ya‘qub, anakNabi Ishaq, cucu Nabi Ibrahim.Allah berfirman, Mahasuci (Allah)Yang telah memperjalankan hamba-Nya malam hari dari Masjid Haramke Masjid Aqsha, yang di sekitarnyatelah Kami berkati, untuk Kamiperlihatkan kepadanya beberapatanda Kami. Dialah Yang MahaMendengar, Maha Melihat (se-galanya) (Q., 17: 1).

Ayat-ayat (tanda-tanda) yang di-perlihatkan Allah kepada Nabi Mu-hammad ketika Isra-Mikraj tidaklain ialah riwayat para nabi se-belumnya dan perjuangan merekadalam rangka memberi penyegaran

kembali kepada Nabi tentang tugassucinya sebagai akhir dari para nabidan rasul. Maka, di Yerusalem itu-lah Nabi mempunyai pengalamanshalat dengan semua nabi yang per-nah ada, dan beliau menjadi imam.Abu Dzar pernah bertanya kepadaRasulullah, “Berapakah jumlahnabi seluruhnya wahai Rasulullah?”Rasulullah menjawab, “124.000orang, 315 orang di antaranyaadalah Rasul.” Suatu jumlah yangsangat besar. Ini tentu saja sesuaidengan Al-Quran yang memberi-kan keterangan bahwa Allah telahmengutus rasul untuk setiap umat.Dan pada setiap umat Kami sudahmengutus seorang rasul, (denganperintah) “Sembahlah Allah danjauhilah setan,” di antara mereka adayang diberi petunjuk oleh Allah, dansebagian ada yang ditimpa kesesatanyang sudah semestinya terjadi. Makamengembaralah di muka bumi danlihatlah bagaimana kesudahan me-reka yang mendustakan (kebenaran)?(Q., 16: 36).

Ini semua memberikan landasanuntuk bisa mengerti mengapa Nabimenyebutkan jumlah yang begitubesar, yaitu 124.000 nabi, dan 315di antaranya adalah rasul. Itulahjumlah yang ditemui oleh Nabi diAl-Quds, di masjid yang disebutMasjid Aqsha di Yerusalem. Kejadi-an ini semuanya adalah pengalam-an spiritual karena nabi-nabi itusudah meninggal, dan orang yang

Page 303: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1213Ensiklopedi Nurcholish Madjid

sudah mati tidak akan kembalihidup.

Ini kemudian diterangkan dalamayat berikutnya sebagai suatu pe-musatan kepada tema-tema yang pa-ling penting dalam pengalamanNabi, yaitu dalam konteks hubung-an tugas suci beliau dengan agama-agama yang berkesinambungan.Kami berikan kepada Musa Kitab(Taurat), dan Kami jadikan ia petun-juk bagi Bani Israil (dengan perintah),“Janganlah ambil selain Aku sebagaipelindung”. Hai keturunan yang Kamibawa (dalam bahtera) bersama Nuh!Dia sungguh hamba yang tahu ber-syukur (Q., 17: 2-3).

Jadi, sudah ada referensi kepadakitab suci Nabi Musa yang disebutTaurat, artinya hukum. Tema sen-tral dari ajaran Nabi Musa dari Allahmemang hukum, karena beliau ha-rus memimpin suatu umat bekas bu-dak yang ratusan tahun diperbudakoleh bangsa Mesir. Karena itu merekamengidap mentalitas budak, yaitutidak bisa disiplin. Budak itu hanyamau bekerja kalau ada ancaman: di-cambuk, diperintah, dan sebagainya.Padahal, disiplin menghendaki ke-mampuan untuk memerintah dirisendiri.

ISTILAH “SEKULAR”

Kata “sekular” dan “sekularisasi”berasal dari bahasa Barat (Inggris,

Belanda dan lain-lain). Sedangkanasal kata-kata itu, sebenarnya, daribahasa Latin, yaitu saeculum yang arti-nya zaman sekarang ini. Dan kata-kata saeculum itu sebenarnya adalahsalah satu dari dua kata Latin yangberarti dunia. Kata lainnya ialahmundus. Tetapi, jika saeculum adalahkata waktu, maka mundus adalahkata ruang. Sedangkan saeculum sen-diri adalah lawan eternum yang arti-nya abadi, yang digunakan untukmenunjukkan alam yang kekal abadi,yaitu alam sesudah dunia ini.

Agaknya sudah menjadi konsepmanusia dari dulu di mana-mana,bahwa alam ini terdiri atas dua haki-kat, yaitu alam, yang menjadi tempathidup kita sekarang ini yang bersifatsementara, dan alam kelak sesudahalam sekarang yang bersifat abadi.Tentu, umat Islam mengetahui ada-nya paralelisme konsep itu denganapa yang diajarkan dalam Al-Quran,yaitu konsep tentang adanya duniadan akhirat.

Tetapi, lebih menarik lagi adalahmengetahui adanya paralelisme per-istilahan yang digunakan dalam ba-hasa Latin dan bahasa Arab (Al-Quran),guna menunjukkan pengertian ten-tang dunia ini. Dalam Al-Quran,istilah untuk menunjukkan alam du-nia ini, selain dipakai kata al-Dunyâ,sebenarnya juga sering dipakai al-‘Ûlâ.Kata al-Dunyâ adalah bentuk femi-nim dari kata sifat al-Adnâ yang ber-arti yang terdekat, jadi merupakan

Page 304: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1214 Ensiklopedi Nurcholish Madjid

kata ruang. Sedangkan kata al-‘Ûlâadalah bentuk feminim dari kata sifatal-‘Awwal yang berarti yang pertama,jadi kata waktu.

Sebenarnya, kata al-‘Ûlâ, yangmemberikan pengertian atau konsepdunia sebagai waktu atau sejarah,itulah yang menjadi lawan langsungkata al-âkhirah, atau akhirat dalambahasa Indonesia, yang berarti “yangkemudian atau akhir”.

Dan paralelisme peristilahan itujuga terdapat dalam istilah-istilahbahasa Yunani. Dalam bahasa itu di-gunakan kata aeon, yang berarti “masaatau zaman”, dan kata cosmos, yangberarti alam raya. Adanya pemakaiandua istilah itu pun menunjukkan ada-nya konsep waktu dan konsep ruangtentang dunia sekarang ini.

Itulah sebabnya, dari segi bahasaan sich, pemakaian istilah sekulartidak mengandung keberatan apapun. Maka, benar jika kita mengata-kan bahwa manusia adalah makhlukduniawi, untuk menunjukkan bahwadia hidup di alam dunia sekarang ini,dan belum mati atau berpindah kealam baka. Kemudian, kata “duniawi”itu diganti dengan kata “sekular”,sehingga dikatakan, manusia adalahmakhluk sekular. Malahan, hal itutidak saja benar secara istilah, me-lainkan juga secara kenyataan.

Dalam permulaan pemakaiannya,istilah sekular memang lebih banyakmenunjukkan pengertian tentangdunia ini, yang secara tersirat ter-

gambarkan sifat-sifatnya yang rendahdan hina. Tetapi, lama-kelamaan pe-ngertian yang tidak adil itu, dalamdunia pemikiran Barat, menjadi ber-kurang dan menghilang. Pengertianbahwa dunia ini adalah alam yangrendah dan hina merupakan tang-gung jawab filsafat-filsafat hidup yangberlaku umum di dunia Barat waktuitu.

Sedangkan dalam Islam, hampirsetiap Muslim dapat menerangkanbahwa konsep tentang dunia sebagaitempat hidup yang bernilai rendahdan hina, bukan saja tidak dikenal,melainkan bertentangan denganajaran sebenarnya Kitab Suci. Sebabdalam Islam, alam ini adalah baik,sebagai ciptaan dari sebaik-baik Pen-cipta (Q., 23: 14). Sedemikian baik-nya, sehingga tidak mengandungcacat sedikit pun di dalamnya, bah-kan kalau perlu, kita pun disuruhmencoba mencari-cari kecatatannya,bila ada (Q., 67: 3-4). Oleh karenaitu, umat Islam tidak diperbolehkancuriga kepada kehidupan duniawiini, apalagi lari darinya, yaitu laridari realitas kehidupan duniawi ini,seperti bertapa, puasa sehari-semalamberturut-turut, dan lain-lain. Hal-hal ini diharamkan oleh Islam. Dandoa terpenting dalam Islam berisipermohonan kepada Tuhan agar di-beri kebahagiaan duniawi danukhrawi, serta terjaga dari keseng-saraan di neraka.

Page 305: IBADAH ‘ÂBIDÎN DAN SHÂLIHÎN nasta‘în dan kepada-Mu kami …nurcholishmadjid.net/asset/2018/04/I-ensi-nm.pdfkurban hewan), maka (penghor-matan) yang demikian pastilah dari

1215Ensiklopedi Nurcholish Madjid

ISTIQÂMAH

Tak kurang pentingnya dalammenegakkan wibawa dan kete-ladanan ialah konsistensi atau istiqâ-mah. Sebab sesuatu—apalagi yangberupa aturanumum—yangdijalankan tidaksecara konsistenakan dengansendirinya me-rusak wibawa se-suatu atau atur-an itu. Akibat-nya, penegakandisiplin jugatidak mungkindapat diharap-kan. Dalam amalan keagamaan,konsistensi atau istiqâmah meru-pakan syarat agar amalan itu dapatmencapai hasil yang dikehendakisecara optimal. Misalnya, dalam Al-Quran disebutkan bahwa Merekayang berkata, “Pangeran kami ialahAllah”, kemudian mereka ber-istiqâmah, maka para malaikat akanturun kepada mereka ... (Q., 41: 30).Jadi, mereka yang konsisten dalamiman kepada Allah itu akan menda-patkan kebaikan yang optimal. Jugadifirmankan, Kalau saja mereka itu ber-istiqâmah di atas jalan kebenaran, ma-ka pastilah Kami (Tuhan) siramkan(anugerahkan) kepada mereka air (ke-hidupan yang bahagia) yang melimpah(Q., 72: 16).

Itu semua menunjukkan faedahyang menjadi segi kebaikan (merit)konsistensi. Karena diperlukan ada-nya konsistensi atau istiqâmah ini,maka suatu ketentuan tidak akan me-ngundang ketaatan, kepatuhan dan

disiplin jika dapatdiubah atau berubahdengan mudah. Ide-ide tentang “tertibhukum” dan “ke-pastian hukum” sa-ngat erat terkait de-ngan masalah ini.Jadi tuntutan untukberdisiplin tidak cu-kup hanya denganmenekankan kewajib-an “pihak bawah” un-

tuk selalu tunduk kepada “pihak atas”,melainkan memerlukan pendekatanyang cukup menyeluruh.