ia arga dhelia - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,...

34
PIGMEN EKSTRASELULER KAPANG Xylaria psidii KT30 SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA LIP GLOSS IA ARGA DHELIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: doanthuy

Post on 14-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

PIGMEN EKSTRASELULER KAPANG Xylaria psidii KT30

SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA LIP GLOSS

IA ARGA DHELIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
Page 3: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pigmen Ekstraseluler

Kapang Xylaria psidii KT30 sebagai Bahan Pewarna Alami pada Lip Gloss

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, 29 November 2013

Ia Arga Dhelia

NIM C34090090

Page 4: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

ABSTRAK

IA ARGA DHELIA. Pigmen Ekstraseluler Kapang Xylaria psidii KT30 sebagai

Pewarna Alami pada Lip Gloss. Dibimbing oleh KUSTIARIYAH TARMAN dan

IRIANI SETYANINGSIH.

Lip gloss merupakan salah satu jenis kosmetik dekoratif dimana bahan

pewarna memiliki peranan yang penting. Saat ini, bahan pewarna sintesis

berbahaya marak digunakan dalam kosmetik sehingga diperlukan alternatif bahan

pewarna alami yang aman digunakan dalam kosmetik, khususnya lip gloss.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas dan toksisitas pigmen

ekstraseluler kapang Xylaria psidii KT30 dan pemanfaatannya sebagai bahan

pewarna alami pada lip gloss. Kultivasi selama 21 hari dilakukan untuk

mengetahui waktu panen yang tepat. Kultur selama 15 hari menghasilkan biomasa

kapang terbaik sebanyak 0,45 % dan pH selama kultur berkisar 4-5. Kultur selama

12 hari menghasilkan pigmen ekstraseluler paling pekat dengan nilai absorbansi

sebesar 1,001. Rendemen pigmen yang didapatkan sebesar 1,9%. Pigmen bersifat

tidak toksik dengan nilai LC50 sebesar 20.069,5 ppm dan homogenitas pigmen

baik karena tidak terdapat gumpalan (gritty). Pigmen ekstraseluler kapang X.

psidii KT30 yang diaplikasikan pada lip gloss bersifat homogen dan stabil.

Kekerasan dan suhu lebur lip gloss masing-masing adalah 55 cP/5 detik dan 48-60

°C, dengan bobot rata-rata lip gloss 2,94 gram.

Kata kunci: kapang, lip gloss, stabilitas, toksisitas, Xylaria psidii

ABSTRACT

IA ARGA DHELIA. Extracellular Pigment of Xylaria psidii KT30 as the Natural

Coloring Agent for Lip Gloss. Supervised by KUSTIARIYAH TARMAN and

IRIANI SETYANINGSIH.

Lip gloss is a kind of decorative cosmetic where the coloring agent has an

important role. Currently, hazardous synthetic coloring agent often contained in

the cosmetic so that natural coloring agent for cosmetic have to be found,

especially for lip gloss. The purpose of this study was to determine the stability

and toxicity of the extracellular pigment of fungus Xylaria psidii KT30 and its use

as a natural coloring agent on lip gloss. Cultivation for 21 days was conducted to

determine the appropriate harvest time. Culture for 15 days produced the best

fungal biomass as much as 0,45% and pH during culture ranged from 4-5. Culture

for 12 days produced the most dense extracellular pigment with absorbance value

of 1,001. The yield of pigment was 1,9%. Pigment was not toxic with LC50 value

of 20.069,5 ppm and homogenity of pigment was good because there was no

gritty. Extracellular pigment of X. psidii KT30 that applied in lip gloss was

homogeneous and stable. The breaking and melting points of lip gloss

correspondingly was 55 cP/5 second and 48-60 °C, with lip gloss average weight

was 2,94 gram.

Keywords: fungus, lip gloss, stability, toxicity, Xylaria psidii

Page 5: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 6: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
Page 7: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

PIGMEN EKSTRASELULER KAPANG Xylaria psidii KT30

SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA LIP GLOSS

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

IA ARGA DHELIA

IA ARGA DHELIA

Page 8: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
Page 9: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

Judul Skripsi : Pigmen Ekstraseluler Kapang Xylaria psidii KT30

sebagai Pewarna Alami pada Lip Gloss

Nama : Ia Arga Dhelia

NIM : C34090090

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi

Pembimbing I

Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS

nnnnPembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ………………..

Page 10: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

Judul Skripsi : Pigmen Ekstraseluler Kapang Xylaria psidii KT30 sebagai Pewarna Alami pada Lip Gloss

Nama : Ia Arga Dhelia NIM : C34090090 Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS Pembimbing I Pembimbing II

Tanggal Lulus: .1J ..JAN-..?~.1~

Page 11: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul ”Pigmen Ekstraseluler

Kapang Xylaria psidii KT30 sebagai Bahan Pewarna Alami pada Lip Gloss”.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1 Dr. Kustiariyah Tarman, S.Pi, M.Si dan Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS selaku

dosen pembimbing, yang telah memberikan arahan serta bimbingan.

2 Dr. Desniar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan

yang positif.

3 Dr. Ir. Joko Santoso, M.Sc selaku kepala Departemen Teknologi Hasil

Perairan.

4 Bapak, Mama, Dyah Hafida Laksmi, dan Hamidza Gita Hapsari sebagai

pemberi semangat yang utama.

5 Teman-teman tim kapang (Wenny Tiara, Cholila Widya, Virjean Pricillia,

Dwi Safitri, Rita Sahara, Ayu Puspita, dan Dhani Aprianto), laboran (Ibu Ema

dan Mbak Dini), dan kakak-kakak S2 THP.

6 Teman-teman THP 46, THP 45, THP 47, dan THP 48, khususnya Rika

Kartika, Marisky Nur Adnin, Yoshiara, Budi Dwi, dan Aditya Yudha.

7 Bnls (Adinna Astrianti, Rizkia Aulia, Risanthi Sentany, Ayu Kartini, dan

Intan Rizkia), Annisaa Bella, Danty Kartika, Selvi Anggraini, Nisa Agustina,

Rekha Mahendraswari, Ikhwan Agustian, dan Bagus Jaka.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya

ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membangun dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga tulisan ini

bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, 29 November 2013

Ia Arga Dhelia

Page 12: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 Perumusan Masalah .................................................................................. 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 2 METODE PENELITIAN ................................................................................. 2

Bahan......................................................................................................... 2 Alat ............................................................................................................ 3 Prosedur Penelitian.................................................................................... 3

Kultivasi isolat kapang ........................................................................ 3

Pemanenan pigmen ekstraseluler ........................................................ 3

Uji dispersi dan stabilitas pigmen ekstraseluler .................................. 4

Uji toksisitas ........................................................................................ 5

Aplikasi dalam pembuatan lip gloss ................................................... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 6 Kultivasi Kapang Xylaria psidii KT30 ..................................................... 6

Pigmen Ekstraseluler ................................................................................. 8 Toksisitas Pigmen Ekstraseluler ............................................................. 10

Stabilitas Pigmen Ekstraseluler ............................................................... 11

Aplikasi dalam Pembuatan Lip Gloss ..................................................... 12 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 15

Kesimpulan ............................................................................................. 15 Saran ........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 21

Page 13: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

DAFTAR TABEL

1 Komposisi bahan pengujian dispersi dan stabilitas .......................................... 4

2 Perhitungan bahan pembuatan lip gloss ........................................................... 5

3 Hasil uji toksisitas pigmen ekstraseluler ........................................................ 11

4 Hasil uji dispersi dan kestabilan pigmen ekstraseluler ................................... 12

5 Hasil evaluasi fisik lip gloss ........................................................................... 14

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian ..................................................................................... 4 2 Kultivasi kapang Xylaria psidii KT30 ............................................................. 7 3 Pertumbuhan kapang dan nilai pH media selama 21 hari kultivasi ................. 8 4 Nilai absorbansi pigmen esktraselueler ............................................................ 9

5 Hasil panen pigmen ekstraseluler kapang Xylaria psidii KT30 ..................... 10

6 Lip gloss yang menggunakan pigmen ekstraseluler sebagai bahan

pewarna alami ................................................................................................ 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji toksisitas pigmen ekstraseluler ......................................................... 20

2 Tabel keragaman bobot lip gloss ..................................................................... 20

Page 14: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian luar

tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan maupun memperbaiki bau badan atau melindungi atau

memelihara tubuh pada kondisi baik (PERMENKES 2010). Lip gloss merupakan

salah satu kosmetika yang tergolong kosmetik dekoratif. Bahan pewarna berperan

penting pada kosmetik dekoratif. Bahan pewarna tersebut dapat berasal dari zat

warna alam dan zat warna sintetis.

Hasil pengawasan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada

tahun 2005 dan 2006 di beberapa provinsi menunjukkan bahwa terdapat 27

merek kosmetika yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam

sediaan kosmetika. Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah zat warna

rhodamin B dan merah K3 (Widana dan Yuningrat 2007). Penggunaan rhodamin

B pada kosmetik dalam waktu lama akan mengakibatkan kanker dan gangguan

fungsi hati. Bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu

singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Jika terpapar pada bibir

dapat menyebabkan bibir pecah-pecah, kering, gatal, bahkan kulit bibir terkelupas

(Yulianti 2007). Oleh karena itu diperlukan alternatif bahan pewarna alami yang

aman dan tidak menimbulkan efek samping.

Rumput laut atau alga (seaweed) telah dimanfaatkan sejak ratusan tahun

yang lalu oleh masyarakat pesisir di Indonesia untuk bahan pangan, obat-obatan,

dan obat luar, seperti antiseptik dan pemeliharaan kulit. Alga merah

(Rhodophyceae) atau rumput laut merah merupakan jenis yang paling banyak

dimanfaatkan (Kordi 2010). Selain dimanfaatkan secara langsung, alga merah

merupakan sumber kapang endofit yang bermanfaat pula. Banyak metabolit

sekunder yang sudah diisolasi dari kapang endofit genus Xylaria, misalnya

antifungi. Hasil penelitian Phongpaichit et al. pada tahun 2006 menunjukkan

bahwa ekstrak etil asetat dari media kultur broth Xylaria sp. PSU-D14 memiliki

aktivitas antifungi melawan Candida albicans (Pongcharoen et al. 2008). Selama

tahun 2002–2006 sudah ditemukan 330 senyawa baru yang berasal dari kapang

laut. Hal ini menunjukkan bahwa kapang laut menjadi sumber penting penghasil

senyawa bioaktif (Kjer et al. 2010). Sejumlah kapang juga memiliki pigmen

ekstraseluler yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami, seperti

Monascus purpureus (Jenie et al. 1997). Salah satu yang belum dimanfaatkan

adalah pigmen ekstraseluler kapang Xylaria psidii KT30.

Perumusan Masalah

Lip gloss merupakan kosmetik yang digunakan oleh wanita dan bahan

pewarna yang umumnya digunakan adalah bahan kimiawi (sintesis). Bahan

pewarna sintesis yang mempunyai efek samping berbahaya justru marak

digunakan oleh produsen saat ini. Padahal banyak bahan-bahan alami yang dapat

Page 15: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

2

dijadikan pewarna, seperti potensi yang terdapat pada pigmen kapang Xylaria

psidii KT30 yang belum dimanfaatkan.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas pigmen

ekstraseluler kapang Xylaria psidii KT30 dan pemanfaatannya pada lip gloss.

Tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu menguji stabilitas dan toksisitas pigmen

esktraseluler dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai pemanfaatan pigmen ekstraseluler kapang Xylaria

psidii KT30 sebagai bahan pewarna alami pada lip gloss memberikan keuntungan

di bidang kosmetika dalam pemanfaaatan bioteknologi dan mikrobiologi serta

menghasilkan produk yang alami dan memiliki nilai tambah (added value).

Pemanfaatan pigmen ini juga bermanfaat sebagai solusi untuk produk kosmetik

yang aman dari bahan-bahan kimia berbahaya yang marak di pasaran.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah prekultur dan kultivasi kapang Xylaria

psidii KT30, pemanenan pigmen ekstraseluler yang dihasilkan, uji stabilitas dan

toksisitas pigmen, aplikasi pigmen ektraseluler sebagai bahan pewarna alami pada

lip gloss, serta evaluasi fisik lip gloss.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013. Kultivasi

kapang Xylaria psidii KT30, pemanenan dan pengambilan pigmen ekstraseluler,

serta uji toksisitas pigmen dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan,

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor. Uji stabilitas pigmen, pembuatan dan evaluasi fisik lip

gloss dilakukan di Laboratorium Farmasetika Non Steril, Fakultas Farmasi,

Universitas Indonesia.

Bahan

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kapang Xylaria

psidii KT30 yang diisolasi dari rumput laut Kappaphycus alvarezii. Bahan lainnya

yaitu media PDA (Potato Dextrose Agar), media PDB (Potato Dextrose Broth),

Page 16: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

3

akuades, alkohol, kertas saring (0,45 µm), kertas pH, aluminium foil, Artemia

salina, serta bahan-bahan dalam pembuatan lip gloss, yaitu malam lebah, lilin

karnauba, adeps lanae, minyak jarak, minyak zaitun, air, butil hidroksi toluen

(BHT), dan minyak pewangi strawberi.

Alat

Alat yang digunakan untuk kultivasi kapang adalah sudip, timbangan

digital, tabung Erlenmeyer 300 dan 500 mL, pisau, gunting, cawan petri, tabung

ukur, dan pipet. Alat yang digunakan untuk pemanenan pigmen adalah corong,

botol sampel, timbangan digital (Sartorius TE64), spektrofotometer UV-Vis

(Epoch), dan rotary vacuum evaporator (Heidolph VV2000). Alat yang

digunakan untuk uji toksisitas adalah selang dan botol, tabung reaksi, pipet

volumetrik, sumur BSLT, dan pipet. Alat yang digunakan untuk pembuatan dan

evaluasi fisik lip gloss adalah kaca arloji, sudip, timbangan digital, lumpang,

penangas air, cetakan lip gloss, penetrometer (HERZOO), dan apparatus melting

point (Electrothermal).

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu prekultur dan kultivasi

isolat kapang, pemanenan pigmen ekstraseluler yang dihasilkan, uji stabilitas dan

toksisitas pigmen, aplikasi pigmen ektraseluler sebagai bahan pewarna alami pada

lip gloss, serta evaluasi fisik lip gloss. Diagram alir penelitian disajikan pada

Gambar 1.

Kultivasi isolat kapang (Sofyana 2012)

Kultivasi kapang endofit isolat KT30 dilakukan secara in vitro

menggunakan media potato dextrose agar (PDA). Miselium yang diperoleh dari

substrat selanjutnya diinokulasi pada 50 mL potato dextrose broth (PDB) yang

diletakkan pada tabung Erlenmeyer 300 mL. Setelah 2 minggu masa inkubasi,

dilakukan pemindahan media prekultur ke dalam tabung Erlenmeyer yang berisi

200 mL media PDB sebanyak 5% dari media tanam. Lalu dikultivasi secara stand

culture selama 21 hari dan dipanen setiap 3 hari dengan metode penyaringan.

Pemanenan pigmen ekstraseluler

Kultur yang telah ditumbuhkan tersebut kemudian disaring menggunakan

kertas saring. Untuk mengetahui konsentrasi pigmen ekstraseluler pada

supernatan, absorbansi supernatan diamati pada panjang gelombang 518nm (A518)

(Tarman 2011).

Page 17: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

4

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Uji dispersi dan stabilitas (Martinalova 2004)

Uji dispersi dan stabilitas lip gloss bertujuan menguji kemampuan dispersi

pigmen dalam basis lip gloss dan daya tahan pigmen ekstraseluler terhadap panas.

Pigmen didispersikan dalam medium air dan minyak jarak, dengan konsentrasi

pigmen 2%, 3%, dan 4%. Setiap konsentrasi tersebut didispersikan dalam air,

minyak jarak, dan pengemulsi, yaitu polietilen glikol (PEG). Komposisi bahan uji

dispersi dan stabilitas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi bahan

No.

Konsentrasi Air Minyak jarak Pengemusi

pigmen (%) (%) (%) (%)

1 2 5 88 5

2 3 5 87 5

3 4 5 86 5

Penimbangan

biomassa

kering

Miselium

Pengeringan

Pemanenan

Prekultur kapang

Kultivasi kapang

Kultur broth

Pekatan pigmen

Evaporasi

Uji stabilitas Uji toksisitas

Pembuatan lip gloss

Evaluasi fisik lip gloss

Page 18: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

5

Ekstrak dalam pengemulsi dipanaskan dibawah sinar matahari selama satu

jam atau pada suhu sekitar ±35 ºC. Parameter yang diamati yaitu perubahan warna

dan ada tidaknya butiran dengan mengoleskan cara mengoleskan campuran di

antara telunjuk dan ibu jari.

Uji toksisitas (Meyer et al. 1982)

Hasil pigmen ekstraseluler dari kapang diambil 0,0211 g, dilarutkan dalam

10 mL air laut lalu dibuat pengenceran 0, 5, 10, 50, 100, 250, 500, 750, dan 1000

ppm. Pengujian dilakukan dengan memasukkan 10 ekor larva Artemia salina

berumur 48 jam ke dalam sumur yang telah berisi 2 mL campuran larutan ekstrak

dan air laut. Setelah 24 jam, jumlah larva yang mati dihitung.

Rancangan uji dilakukan menggunakan rancangan eksperimental dengan

pemberian perlakuan konsentrasi 0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 250

ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali.

Parameter yang digunakan adalah jumlah Artemia salina yang mati 50 % dari

total larva uji. Nilai LC50 dihitung dengan memasukkan angka dari tabel nilai

probit presentase mortalitas (50% kematian larva uji). Kemudian dihitung nilai

LC50 dengan menggunakan rumus y = a + bx. Nilai a dan b diperoleh dengan

perhitungan menggunakan rumus regresi linier berdasarkan data dari titik

konsentrasi yang digunakan.

Aplikasi dalam pembuatan lip gloss (Rahim 2011)

Pembuatan lip gloss pada penelitian ini menggunakan campuran lemak,

minyak, dan malam. Bahan-bahan pembuatan lip gloss dan perhitungan bahan

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Perhitungan bahan

No. Bahan Persen (%) Jumlah (gram)

1 Lilin karnauba 10 1.5

2 Malam lebah 15 2.25

3 Adeps lanae 7 1.05

4 Minyak jarak 53.5 8.025

5 Minyak zaitun 9 1.35

6 Air 2 0.3

7 BHT 0.5 0.075

8 Pigmen ekstraseluler 3 0.45

Total 100 15

Lip gloss dibuat dengan cara campuran fase malam dan fase lemak (lilin

karnauba, malam lebah, dan adeps lanae) dipanaskan di atas penangas air bersuhu

85 o

C. Mortar direndam dengan air panas selama 10-15 menit kemudian

permukaannya dilapisi sedikit minyak jarak dan diisi minyak zaitun dan sisa

minyak jarak, diaduk hingga homogen. Lalu pigmen ekstraseluler dilarutkan

dengan air dan dicampur dengan BHT ke dalam mortar hingga homogen. Setelah

berbentuk massa cair, campuran lilin karnauba, adeps lanae, dan malam lebah

Page 19: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

6

dituangkan ke dalam mortar, diaduk hingga homogen dan ditambahkan minyak

pewangi strawberi. Massa cair lip gloss kemudian dituangkan ke dalam cetakan

dan dimasukkan dalam lemari pendingin sekitar 15 menit hingga berbentuk padat.

Kemudian dilakukan evaluasi sediaan semisolid yaitu evaluasi fisik lip gloss

sebagai berikut (Djajadisastra et al. 2010):

1 Penampilan fisik: Permukaan lip gloss (warna, aroma, serta timbulnya

keringat dan kristal) diamati.

2 Tekstur polesan: Lip gloss dioleskan pada kulit dan diamati tekstur polesannya.

3 Homogenistas polesan: Lip gloss dioleskan pada permukaan licin, seperti

punggung tangan atau bibir, lalu diamati homogenitas dan intensitas warna.

4 Uji keragaman bobot: Masing-masing empat buah lip gloss ditimbang dengan

timbangan analitik.

5 Uji kekerasan: Memakai alat penetrometer. Lip gloss diletakkan secara

horizontal dengan jarum penetrometer. Jarum penetrometer diletakkan pada

bagian tengah lip gloss, lalu tombol ON ditekan. Kekerasan lip gloss diukur

dengan satuan 1/10 mm.

6 Uji suhu lebur: Memakai alat melting point apparatus. Pipa kapiler

ditusukkan ke dalam plastik dengan kedalaman 10 mm lalu pipa kapiler

diletakkan dalam alat dengan posisi yang sesuai. Suhu pada saat lip gloss

mulai leleh merupakan suhu lebur lip gloss.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kultivasi Kapang Xylaria psidii KT30

Isolasi dan kultivasi kapang endofit merupakan langkah kritis karena

membutuhkan kepekaan untuk menemukan jumlah maksimum koloni endofit dan

harus cukup akurat untuk mengeliminasi mikroba epifit yang ada di permukaan

(Strobel dan Daisy 2003). Xylaria psidii KT30 merupakan kapang endofit yang

diisolasi dari alga merah Kappaphycus alvarezii BRKA-1 dari Barru, Sulawesi

Selatan. Kapang X. psidii KT30 memproduksi pigmen merah yang larut dalam

pelarut polar, yaitu metanol dan air (Tarman 2011). Kapang yang tergolong genus

Xylaria merupakan sumber griseofulvin, sitokalasin, eremophilanes

sesquiterpenes, xylaramides, xanthones, asam lemak, furanopyranols, dan turunan

xyloketal. Xylaria spp. yang tergolong Xylariceae, terdiri dari 40 genera.

Meskipun telah banyak ditemukan di banyak negara di dunia, Xylaria spp. lebih

banyak ditemukan di daerah tropis. Menurut penelitian Silva et al. (2010), kapang

ini termasuk dalam golongan kapang endofit. Endofit merupakan mikroorganisme

yang hidup secara berkoloni di dalam jaringan tumbuhan dan tidak menyebabkan

efek negatif terhadap tumbuhan tersebut. Mikroorganisme yang hidup pada

jaringan tumbuhan ini memiliki hubungan simbiosis (Bacon dan White 2000).

Kultivasi kapang Xylaria psidii KT30 diawali dengan tahap peremajaan, di

mana isolat dari media PDB diinokulasi dalam media PDA lalu diinkubasi pada

suhu ruang selama 14 hari, saat pertumbuhan miselium dan hasil pigmen

ekstraseluler telah maksimal. Tahap berikutnya adalah tahap prekultur dimana

Page 20: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

7

isolat dari media PDA tersebut kemudian diinokulasikan dalam media PDB 50

mL untuk setiap isolat dan diinkubasi pada suhu ruang selama 14 hari hingga

pertumbuhan miselium telah menutupi permukaan media dan warna media PDB

menjadi merah pekat. Tahap kultur kemudian dimulai dengan pemindahan media

prekultur 50 mL ke dalam tabung Erlenmeyer yang berisi media PDB 200 mL

sebanyak 5% dari media tanam. Kultur kemudian diinkubasi pada suhu ruang

secara stand culture selama dua puluh satu hari dan dilakukan pemanenan setiap

tiga hari untuk mengukur bobot miselium dan nilai absorbansi pigmen

ekstraseluler untuk mengetahui waktu pemanenan yang tepat. Hal tersebut sesuai

dengan Gandjar et al. (2006) bahwa pemisahan miselium dari mediumnya harus

melalui suatu penyaringan sebab miselium tidak bisa diambil seperti perlakuan

pada shake culture dimana miselium berbentuk butir. Kapang Xylaria psidii KT30

selama kultur disajikan pada Gambar 2.

(a) Peremajaan pada (b) Prekultur pada (c) Kultur pada media PDB

media PDA media PDB 50 mL 200mL

Gambar 2 Kultivasi kapang Xylaria psidii KT30

Kapang Xylaria psidii KT30 tumbuh cepat dalam medium cair dan pH

cenderung stabil pada kisaran 6,6-7,3 (Tarman 2011). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pertumbuhan kapang Xylaria psidii KT30 pada media cair

PDB ditandai dengan adanya miselium yang berwarna putih di permukaan media.

Fase eksponensial kapang terjadi selama tiga hari kultivasi dan meningkat hingga

hari ke-9. Selama kultivasi dari hari ke-9 hingga hari ke-21 kapang mengalami

fase stasioner. Berbeda dengan penelitian Tarman (2011) bahwa fase eksponensial

berlangsung hingga tujuh hari selama 21 hari kultivasi, setelah itu pertumbuhan

kapang secara konstan berada pada fase stasioner. Gandjar et al. (2006)

menyatakan bahwa pertumbuhan kapang dipengaruhi oleh faktor substrat,

kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH), dan senyawa-senyawa kimia

di lingkungannya. Selama kultivasi, pH media cair berada pada kisaran 4 dan 5.

Hal tersebut karena umumnya kapang menyukai pH dibawah 7,0 (Gandjar et al.

2006) dan pertumbuhan kapang ini identik dengan nilai pH yang rendah (Tarman

2011). Kenampakan pertumbuhan kapang akan berbeda tergantung pada kondisi

lingkungan kulturnya, yaitu medium padat atau cair, medium yang digoyang atau

tidak digoyang saat proses pertumbuhan berlangsung (Gandjar et al. 2006).

Pertumbuhan biomasa kapang dan nilai pH media disajikan pada Gambar 3.

Page 21: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

8

Gambar 3 Pertumbuhan kapang dan pH media selama 21 hari kultivasi.

Total biomassa, pH

Medium PDB sangat cocok untuk pertumbuhan kapang karena mengandung

banyak pati dan nitrogen dari asam amino yang terdapat pada kentang

(Hadioetomo 1993). Formulasi media kultivasi menjadi salah satu tahap penting

dalam industri berbasis fermentasi. Komponen penyusun media yang umumnya

terdiri dari sumber karbon, nitrogen, mineral, asam amino, vitamin maupun faktor

pertumbuhan yang lainnya akan mempengaruhi kondisi kimiawi dan nutrisi dari

sel di dalam reaktor serta mempengaruhi akumulasi produk di dalam sel maupun

yang disekresikan ke dalam medium. Optimasi media dilakukan untuk

mendapatkan sistem pertumbuhan terbaik untuk memaksimalkan produk maupun

meminimalkan biaya dan teknologi. Pembuatan formulasi media tidaklah mudah

karena banyaknya variabel yang terlibat di dalam proses dan kompleksitas

metabolisme di dalam mikroorganisme yang terlibat di dalam fermentasi

(Weuster-Botz 2000). Media PDB telah memenuhi syarat minimum untuk

pertumbuhan kapang karena memiliki sumber karbon dan nitrogen. Sumber

karbon pada media PDB adalah dekstrosa dan pati kentang sedangkan sumber

nitrogen adalah asam amino yang terkandung pada kentang (Hadioetomo 1993).

Pigmen Ekstraseluler

Pigmen merupakan komponen kimia yang mengabsorbsi cahaya dalam

kisaran panjang gelombang dari daerah yang terlihat. Pigmen dapat

diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu alami, sintetis, atau anorganik. Pigmen

alami diproduksi oleh organisme seperti tanaman, hewan, tumbuhan, kapang, dan

mikroorganisme (Vargaz et al. 2000). Warna eksudat yang indah dan cerah

banyak ditemukan pada koloni-koloni kapang. Zat warna juga terdapat pada

konidia, spora, tubuh buah, dan miselium. Zat warna dapat bersifat tosik maupun

0

1

2

3

4

5

6

0

1

2

3

4

5

0 3 6 9 12 15 18 21

pH

Tota

l b

iom

ass

a (

g/L

)

Hari

Page 22: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

9

tidak. Manusia sudah memanfaatkan zat warna yang berasal dari kapang pada

bahan pangan atau bahan lain agar lebih menarik dan memiliki nilai tambah

(Gandjar et al. 2006).

Pigmen merah yang berasal dari Monascus purpureus, di Cina, khusus

digunakan untuk menimbulkan warna khas pada bahan makanan. Pigmen alami

berwarna merah tersebut merupakan hasil metabolisme sekunder yang sejauh ini

diketahui tidak bersifat racun. Warna merah tersebut merupakan gabungan

pigmen dari enam senyawa yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu

rubropunctatin dan monascorubrin yang menghasilkan warna oranye, monacin

dan ankaflavin menghasilkan warna kuning, serta rubropinctamine dan

monascorubriamine menghasilkan warna merah. Kapang juga menghasilkan

pigmen yang belum dikembangkan secara industrial. Kapang sering menghasilkan

pigmen penting untuk dirinya, seperti terpen yang terdiri atas melanin dan karoten

(Gandjar et al. 2006). Kapang mengandung sebuah susunan pigmen-pigmen yang

berasal dari octaketide, seperti antrakuinon, yang berasal dari rangka antra-9-10-

kuinon dengan kedua jaringan yang diganti. Antrakuinon ditemukan dalam fungi

sebagai bentuk tereduksi tak berwarna sama yang dapat terjadi dalam berbagai

bentuk glikosida dalam banyak penelitian. Banyak antrakuinon alami yang

merupakan oligomer yang dibentuk dengan memasang dua atau lebih molekul

antrakuinon (Velisek dan Cejpek 2011).

Produksi pigmen dan beberapa metabolit tak berwarna signifikan dalam

kultur miselia pada keadaan tertentu (Zhou dan Liu 2010). Sejumlah antrakuinon

diisolasi dari kapang, khususnya macromycetes yang telah dikarakterisasi.

Pigmen juga dapat digunakan untuk tujuan taksonomi, misalnya mitorubrin yang

dapat digunakan dalam taksonomi Hypoxylon. Secara morfologis dan

kemotaksonomis, Xylaria memiliki hubungan yang sangat erat dengan Hypoxylon.

Karakter morfologis partikuler kelompok mitorubrin disusun oleh pigmen merah

atau oranye (Stadler dan Fournier 2006). Kapang Xylaria psidii KT30 yang

digunakan dalam penelitian ini menghasilkan pigmen berwarna merah. Pigmen ini

dapat diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 518 nm (A518) (Tarman

2011). Nilai absorbansi yang didapatkan selama kultur disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Nilai absorbansi pigmen ekstraseluler

Hasil pengamatan selama kultur menunjukkan bahwa nilai absorbansi

pigmen yang tertinggi ditunjukkan oleh kultur yang dipanen pada hari ke-12

0,036

0,3350,416

0,714

1,001

0,227 0,261

0,404

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

0 3 6 9 12 15 18 21

Ab

sorb

an

si

Hari

Page 23: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

10

sehingga dapat dikatakan hari panen yang terbaik adalah hari ke-12. Hal tersebut

sesuai dengan Purwanto (2011) karena hari ke-12 telah memasuki fase stasioner

kapang, dimana pada fase tersebut kapang mengambil nutrisi untuk membentuk

pigmen, sedangkan saat kultur masih muda, semua nutrisi dipakai untuk

pertumbuhan. Semakin pekat warna merah yang dihasilkan maka semakin tinggi

nilai absorbansinya. Spektrum serapan ekstrak dapat diukur dalam larutan sangat

encer dengan pembanding blanko pelarut menggunakan spektofotometer.

Senyawa yang tidak berwarna ditentukan dengan panjang gelombang antara 200

hingga 400 nm, untuk senyawa berwarna ditentukan dengan panjang gelombang

200 hingga 700 nm (Harborne 1987). Rendemen pigmen yang didapatkan dari

evaporasi 200 mL media kultur adalah 3,43 gram atau 1,9%. Produksi pigmen

Xylaria psidii KT30 lebih rendah jika dibandingkan dengan produksi pigmen

angkak Monascus purpureus yang mencapai rendemen 10% (Jenie et al. 1997).

Hasil panen pigmen ekstraseluler yang dipanen tiga hari sekali disajikan pada

Gambar 5.

(a) Hari ke-6 (b) Hari ke-9 (c) Hari ke-12 (d) Hari ke-15

Gambar 5 Hasil panen pigmen ekstraseluler kapang Xylaria psidii KT30

Pigmen ekstraseluler kapang terbentuk karena cairan granular yang keluar

melewati ujung-ujung hifa. Ketika kultur masih muda, cairan ekskresinya belum

berwarna, tetapi secara bertahap terjadi perubahan menjadi kemerahan. Selama

pertumbuhan, substrat pati terurai menjadi sejumlah metabolit. Sumber karbon

(glukosa, maltosa, etanol) dan sumber nitrogen (pepton dan amonium nitrat) dapat

digunakan untuk merangsang produksi pigmen (Purwanto 2011). Hasil penelitian

Lee et al. (2001) menunjukkan bahwa sumber karbon dan nitrogen, yaitu glukosa

dan monosodium glutamat (MSG), merupakan sumber nutrisi terbaik untuk

produksi pigmen merah.

Toksisitas Pigmen Ekstraseluler

Toksisitas merupakan indikator yang sangat berguna dalam aktivitas

biologi. Toksisitas memberikan arahan yang penting terhadap adanya senyawa

aktif secara farmakologi dan senyawa antimikroba. Metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) menggunakan larva udang Artemia salina Leach sebagai

hewan uji merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya toksin dalam suatu zat. Artemia sp. bersifat

sangat osmotoleran dan sangat banyak ditemukan pada salinitas berkisar 45-200

Page 24: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

11

psu. Populasinya pun diadaptasi untuk perubahan suhu yang luas mulai kurang

dari 6 °C hingga 35 °C dan komposisi ion air laut yang berbeda. Mereka juga

dapat mentolerir nilai pH yang bervariasi dari netral hingga alkalin yang tinggi

(Naceur et al. 2012). Metode BSLT sering digunakan untuk praskrining senyawa

aktif yang terkandung dalam ekstrak tanaman karena murah, cepat, mudah (tidak

perlu kondisi aseptis), dapat dilakukan di dalam laboratorium, dan memiliki

tingkat kepercayaan tinggi dibandingkan dengan uji in vitro menggunakan sel

lestari yang memerlukan media dan biaya sangat mahal serta keterampilan khusus

(Meyer et al. 1982). Perhitungan toksisitas pigmen disajikan pada Lampiran 1.

Hasil uji toksisitas pigmen ekstraseluler disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji toksisitas pigmen ekstraseluler

Konsentrasi pigmen (ppm) LC50 Kategori

5 50 100 500 1000 (ppm)

Mortalitas

(%) 3,33 3,33 16,67 20 23,33 20.069,5

Tidak

toksik

LC50 merupakan konsentrasi bahan atau zat tertentu yang dapat mematikan

50% organisme uji (Zhang et al. 2007). Nilai LC50 yang didapatkan pada

penelitian ini sebesar 20.069,5 ppm (Tabel 3). Kategori toksisitas suatu bahan

pada perlakuan LC50 µg/mL dibagi menjadi tiga (Meyer et al. 1982), yaitu sangat

toksik (< 30 ppm), toksik (30-1000 ppm), dan tidak toksik (> 1000 ppm).

Berdasarkan pengelompokan tersebut, pigmen ekstraseluler KT30 tergolong

dalam kategori tidak toksik. Kapang Xylaria psidii KT30 menghasilkan pigmen

ekstraseluler yang bersifat tidak toksik, selain itu juga menghasilkan metabolit

sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme

uji, diantaranya Staphylococcus aureus. Xylaria psidii KT30 menunjukkan

aktivitas antibakteri paling aktif melawan kebanyakan organisme uji, seperti

Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Pseudomonas

aeruginosa, Vibrio anguillarum, dan Aeromonas salmonicida (Tarman 2011).

Stabilitas Pigmen Ektraseluler

Stabilitas berperan penting dalam proses pengembangan obat dan kosmetik.

Uji ini menjelaskan beberapa faktor yang berdampak pada tanggal kadaluarsa dari

produk obat-obatan, termasuk stabilitas fisik dan kimia selama tahap formulasi

preklinis, pengembangan proses, pengembangan pengemasan, dan masa setelah

dipasarkan. Uji ini mengijinkan pengadaan kondisi penyimpanan yang dianjurkan,

periode pengujian ulang, dan secara tepat menunjukkan umur simpan produk

(Henal et al. 2011). Hasil uji dispersi dan kestabilan disajikan pada Tabel 4.

Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pigmen

ekstraseluler terdispersi lebih baik dalam air dibandingkan dalam minyak. Pigmen

ekstraseluler yang didispersikan dalam minyak menyisakan gumpalan yang sangat

lambat larut dalam minyak, sedangkan dalam air pigmen larut dengan baik. Hal

tersebut dikarenakan viskositas minyak jarak yang tinggi membuat minyak sukar

membasahi gumpalan pigmen yang didispersikan (Balsam 1972) dan pigmen

ekstraseluler yang bersifat polar sehingga mudah larut dalam air. Homogenitas

Page 25: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

12

pigmen pun baik karena tidak terdapat gumpalan (gritty) seperti butiran pasir. Uji

kestabilan pigmen ekstraseluler dilakukan dengan memanaskan campuran pigmen

dan pengemulsi. Hasilnya pigmen bersifat stabil karena tidak terdapat perubahan

warna pigmen yang dicampur dengan pengemulsi lalu dipanaskan dibawah sinar

matahari.

Tabel 4 Hasil uji dispersi dan kestabilan pigmen ekstraseluler

Konsen-

trasi Dispersi Tingkat Perubahan warna

campuran homogenitas emulsi setelah

(% b/b) Air (5%) Minyak

(86-88%)

emulsi dipanaskan

2 mudah larut lambat larut homogen warna tidak berubah

3 mudah larut lambat larut homogen warna tidak berubah

4 mudah larut lambat larut homogen warna tidak berubah

Aplikasi dalam Pembuatan Lip Gloss

Lip gloss merupakan salah satu jenis kosmetik dekoratif yang memberikan

efek kilau di bibir untuk jangka waktu yang lama, bersifat kedap air, dan dapat

menjadi pelapis lipstik. Lip gloss juga berfungsi membantu menambah volume

bibir dan membuat bibir terlihat lebih padat jika digunakan bersama lipstik (Inetz

2011). Fungsi utama kosmetik dekoratif hanya untuk mempercantik dan

memperindah diri. Fungsi lain kosmetik dekoratif adalah untuk memperbaiki

penampilan, memberikan rona, meratakan warna kulit, menyembunyikan

ketidaksempurnaan, dan fungsi protektif. Bahan pewarna merupakan komponen

utama dalam setiap formulasi kosmetik dekoratif (Barel et al. 2001).

Komponen utama dalam sediaan lip gloss adalah minyak, lilin, dan lemak.

Kualitasnya ditentukan oleh komponen penyusun basis lemak, yaitu merupakan

formulasi dari bahan-bahan yang mempunyai titik leleh yang berbeda-beda terdiri

dari malam (wax), minyak dan lemak (Perdanakusuma dan Wulandari 2012).

Minyak yang digunakan harus memberikan kelembutan, kilauan dan berfungsi

sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher 2000). Lilin memberikan struktur

batang yang kuat pada lip gloss dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan

hangat. Formulasi lilin yang tepat mampu menjaga sediaan tetap padat pada suhu

50 °C dan mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat namun

tetap lembut dan mudah dioleskan di bibir dengan tekanan serendah mungkin

(Balsam 1972). Basis lemak digunakan untuk masa penyimpanan, kualitas, dan

‘rasa’ sediaan (Haynes 1994). Lemak yang biasa digunakan adalah campuran

lemak padat yang membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur lembut,

meningkatkan kekuatan, serta mengurangi efek berkeringat dan pecah pada

sediaan. Selain itu, fungsi lemak adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase

minyak dan fase lilin serta sebagai pendispersi dalam pigmen (Jellinek 1976).

Pembuatan lip gloss pada penelitian ini menggunakan campuran minyak,

malam (lilin), dan lemak. Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak jarak,

minyak zaitun, malam lebah, lilin karnauba, adeps lanae, air, BHT, pigmen

ekstraseluler, dan minyak pewangi strawberi. Bahan pewarna yang umum

Page 26: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

13

digunakan berasal dari dua bentuk pewarna yang dapat larut yang dapat meresap

di kulit, bahan pewarna yang tak larut dan pigmen-pigmen yang melindungi bibir

(Haynes 1994). Minyak jarak merupakan minyak nabati yang berasal dari biji

Ricinus communis L. yang telah dikupas dan memiliki viskositas tinggi serta

kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Viskositasnya yang tinggi

dapat menunda pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan,

sehingga dispersi pigmen benar-benar merata (Balsam 1972). Minyak sebagai

minyak alami, yang dalam keadaan murni, memiliki banyak kegunaan, mulai dari

produk perawatan pribadi (pencahar, kosmetik, dan topikal), pabrikasi kimia

(bahan baku), dan bahan industri (pelumas, cairan hidrolik, dielektrik cairan,

tekstil, cat, dan coating). Komposisi kastroli unik yang berisi trigliserida terbentuk

dari asam lemak tak jenuh omega-9, 12-hidroksi-9-cisoctadecenoic asam

(ricinoleic asam, R). Sembilan puluh persen dari total trigliserida adalah

triricinoleate (RRR) (Plante et al. 2011).

Beeswax atau malam lebah dibuat dengan memutihkan malam yang

diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera L. Suhu leburnya berkisar antara 62-

65 °C. Kegunaan malam lebah adalah untuk mengatur titik lebur sediaan (Rowe et

al. 2009). Malam lebah merupakan campuran dari banyak senyawa organik,

seperti hidrokarbon, ester lilin dan asam lemak (Buchwald et al. 2009). Malam

lebah yang sifatnya berlemak, menghalangi percampuran zat tertentu dengan

ramuan yang mengandung malam lebah, bersifat mengemulsi, dan menguatkan

(Haynes 1994). Semakin meningkat konsentrasi malam lebah, sediaan yang

dihasilkan semakin kasar, kusam, semakin tidak berbau dan daya oles semakin

menurun atau tidak menempel (Perdanakusuma dan Wulandari 2012).

Lilin karnauba diperoleh dari daun Copernicia cerifera dan merupakan

salah satu lilin alami yang sangat keras karena memiliki suhu lebur yang tinggi

yaitu 80-86 °C. Lilin karnauba biasa digunakan untuk meningkatkan suhu lebur

dan kekerasan lipstik (Rowe et al. 2009). Lilin karnauba adalah minyak nabati

yang sangat keras untuk meningkatkan titik leleh berbagai campuran, membantu

proses penguraian, dan sebagai pengeras (Haynes 1994). Umumnya digunakan

dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan sediaan

(Balsam 1972).

Lanolin atau disebut juga adeps lanae merupakan zat serupa lemak yang

dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Bovis aries L. (Famili Bovidae), yang

dibersihkan dan dihilangkan warna serta baunya. Suhu leburnya berkisar antara

38-44 °C. Lanolin banyak digunakan dalam sediaan topikal dan kosmetik (Rowe

et al. 2009). Sebagai bahan dasar lanolin bersifat hipoalergik diserap oleh kulit,

memfasilitasi bahan aktif yang dibawa (Sharma 2008).

Antioksidan adalah zat yang memperpanjang umur simpan suatu produk

dengan melindungi produk dari kerusakan yang disebabkan oleh oksidasi, seperti

ketengikan lemak dan perubahan warna (Race 2009). Butil hidroksi toluen (BHT)

digunakan sebagai antioksidan dalam obat, kosmetik, dan makanan untuk

menunda atau mencegah oksidasi lemak dan minyak menjadi tengik, serta untuk

mencegah hilangnya aktivitas vitamin-vitamin yang larut dalam minyak.

Konsentrasi butil hidroksi toluen yang digunakan untuk formulasi sediaan topikal

adalah 0,0075-0,1% (Rowe et al. 2009). BHT ditujukan untuk keperluan industri

dan dapat digunakan sebagai penstabil (antioksidan) dalam karet, elastomer,

bahan polimer (poliolefin, poliuretan, polivinil, dan poliester), bahan kemasan,

Page 27: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

14

lilin, insektisida, pelumas sintetis, cat, dan lain-lain (Akrochem 1991). Pewangi

digunakan untuk memberikan aroma yang menyenangkan, menutupi aroma dari

lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi aroma yang mungkin

timbul selama penyimpanan dan penggunaan sediaan (Balsam 1972). Lip gloss

yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Lip gloss yang menggunakan pigmen ekstraseluler sebagai bahan

pewarna alami

Lip gloss kemudian dievaluasi sebagai sediaan semisolid. Evaluasi ini

bertujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas produk agar aman bagi konsumen.

Kestabilan dari karakteristik semisolid, seperti viskositas, warna dan bau, penting

karena sediaan tersebut akan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Evaluasi

fisik lip gloss ini mengacu pada evaluasi fisik lipstik. Hasil evaluasi yang

dilakukan pada lip gloss disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil evaluasi fisik lip gloss

No. Parameter Deskripsi

1 Penampilan fisik Lip gloss berwarna merah muda, mengkilat (glossy)

dan beraroma strawberi.

2 Tekstur polesan Lip gloss yang dioleskan pada punggung tangan

memberikan tekstur polesan yang halus.

3 Homogenitas

polesan

Lip gloss yang dioleskan pada punggung tangan

memperlihatkan warna dan partikel zat homogen

dengan intensitas warna yang rendah.

4 Keragaman bobot

Empat buah lip gloss yang telah dibuat kemudian

ditimbang (Lampiran 2) dan dihitung bobot rata-

ratanya sehingga diperoleh bobot 2,94 gram.

5 Kekerasan

Uji ini digunakan untuk menentukan konsistensi

sediaan lip gloss menggunakan penetrometer

melalui dua kali ulangan dengan hasil 55 cP/5 detik.

6 Suhu lebur

Suhu lebur lip gloss yang diukur menggunakan

melting point apparatus menunjukkan suhu saat lip

gloss mulai meleleh, yaitu pada suhu 48-60 °C.

Lip gloss terdiri dari bahan pewarna yang terdispersi dalam bahan

pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak dalam komposisi tertentu

dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang diinginkan. Suhu lebur lip gloss

Page 28: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

15

belum diketahui secara pasti, namun pada penelitian ini suhu lebur lip gloss

mengacu pada suhu lebur lipstik, yaitu yang mendekati suhu bibir, antara 36-

38 °C. Namun karena suhu di daerah daerah tropis, suhu leburnya dibuat lebih

tinggi, umumnya pada suhu ±62 °C atau berkisar antara 55-75 °C (Ditjen POM

1985). Penentuan titik lebur penting dilakukan karena merupakan indikator batas

penyimpanan (Mishra dan Dwivedi 2011). Penentuan suhu lebur bertujuan untuk

mengetahui pada suhu berapa sediaan akan meleleh dalam wadahnya sehingga

minyak akan keluar. Suhu tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan yang

selanjutnya berguna dalam proses pembentukan, pengemasan, dan

pengangkutannya (Balsam 1972).

Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui kekuatan sediaan (Mishra dan

Dwivedi 2011). Evaluasi kekerasan lip gloss menunjukkan kualitas patahan dan

juga kekuatan lip gloss dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan

penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin

dalam sediaan (Balsam 1972).

Komposisi malam atau lilin yang digunakan pada penelitian ini sudah tepat

untuk menghasilkan produk lip gloss yang halus dan mengkilap, yaitu sebanyak

25%. Hal tersebut sesuai dengan Perdanakusuma dan Wulandari (2012) yang

menyatakan bahwa komposisi malam ≤ 25% menghasilkan sediaan yang halus

dan konsentrasi malam ≥ 35% menghasilkan sediaan yang kasar, komposisi

malam ≤ 25% menghasilkan sediaan yang mengkilap dan konsentrasi malam

≥ 35% menghasilkan sediaan yang kusam. Komposisi malam atau lilin juga

berpengaruh terhadap aroma lip gloss. Hal tersebut sesuai dengan Perdanakusuma

dan Wulandari (2012), bahwa komposisi malam kurang dari 35% menghasilkan

sediaan yang tidak berbau dan konsentrasi malam lebih dari 35% menghasilkan

sediaan yang bau. Semakin banyak komposisi malam atau lilin yang digunakan

pun mempengaruhi daya oles lip gloss. Sediaan cenderung semakin tidak

menempel di permukaan kulit dengan meningkatnya konsentrasi malam karena

campuran minyak dalam emulsi berkurang sehingga penampakannya tidak

creamy dan semakin tidak menempel di bibir (Perdanakusuma dan Wulandari

2012).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kapang Xylaria psidii KT30 memproduksi pigmen paling banyak dari

pemanenan hari ke-12 dengan nilai absorbansi sebesar 1,001. Rendemen pigmen

yang didapatkan sebesar 1,9%. Pigmen bersifat stabil dan tidak toksik dengan

nilai LC50 sebesar 20.069,5 ppm. Kekerasan dan suhu lebur lip gloss masing-

masing adalah 55 cP/5 detik dan 48-60 °C, dengan bobot rata-rata lip gloss 2,94

gram.

Page 29: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

16

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakterisasi kelarutan

pigmen ekstraseluler kapang Xylaria psidii KT30 agar dapat diaplikasikan pada

kosmetik lain maupun produk non kosmetik. Evaluasi kimia sediaan semisolid

perlu dilakukan untuk mengetahui masa simpan produk.

DAFTAR PUSTAKA

[DITJEN POM] Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1985.

Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

[PERMENKES] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Nomor

1176/MENKES/PER/VIII/2010. Notifikasi Kosmetika. Jakarta: Menteri

Kesehatan RI.

Akrochem. 1991. Antioxidant BHT 2,6-di-tert-butyl-para-cresol (butylated

hydroxytoluene). Akrochem Corp. Ohio.

Bacon CW, White JF. 2000. Microbial Endophytes. New York: Marcel Dekker.

Balsam MS. 1972. Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. London: Jhon

Willy and Son, Inc.

Barel AO, Paye M, Howard IM. 2001. Handbook of Cosmetic Science and

Technology. Edisi Kedua. New York: Informa Healthcare.

Buchwald R, Breed MD, Bjostad L, Hibbard BE, Greenberg AR. 2009. The role

of fatty acids in the mechanical properties of beeswax. Apidologie

40(5): 585-594.

Djajadisastra J, Sutriyo, Karina YD. 2010. Formulasi lipstik menggunakan

liposom magnesium askorbil fosfat yang dibuat dengan metode reverse

phase evaporation. Medicinus 23(2): 35-40.

Gandjar I, Sjamsuridzal W, Oetari A. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalis

Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.

Bandung: Penerbit ITB.

Haynes A. 1994. Face Facts: A Guide to Cosmetics, Skin and Hair Care.

Marrickville: Choice Books.

Henal P, Bhat SR, V Balamuralidhara, Kumar PTM. 2011. Comparison of

stability testing requirements of ICH with other international regulatory

agencies. Pharma Times 43(09): 21-24.

Inetz. 2011. Tampil natural dengan lip gloss. Majalah Holly Trend 4(16): 15.

Jellinek JS. 1976. Formulation and Function of Cosmetics. New York: Wiley

Interscience.

Jenie BSL, Mitrajanty KD, Fardiaz S. 1997. Produksi konsentrat dan bubuk

pigmen angkak dari Monascus purpureus serta stabilitasnya selama

penyimpanan. Buletin Teknologi dan Industri Pangan VIII(2): 39-46.

Page 30: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

17

Kjer J, Debbab A, Aly HA, Proksch P. 2010. Methods for isolation of marine-

derived endophytic fungi and their bioactive secondary products. Nature

Protocols 5(3): 479–490.

Kordi MGH. 2010. A to Z Budi Daya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan

Obat-obatan. Yogyakarta: Lily Publisher.

Lee BK, Park NH, Piao HY, Chung WJ. 2001. Production of red pigments by

Monascus purpureus in submerged culture. Biotechnolology and

Bioprocess Engineering (6): 341-346.

Martinalova D. 2004. Pemanfaatan kulit buah Pandanus tectorius sebagai

pewarna pada pembuatan lipstik. [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, Mclaughlin JL.

1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant

constituents. Planta Medica. 45:31-34.

Mishra P, Dwivedi S. 2011. Formulation and evaluation of lipstick containing

herbal ingredients. Asian Journal of Medical and Pharmaceutical

Researches 2(3): 58-60.

Naceur HB, Jenhani ABR, Romdhane MS. 2012. Impacts of salinity, temperature,

and pH on the morphology of Artemia salina (Branchiopoda: Anostraca)

from Tunisia. Zoological Studies 51(4): 453-462.

Perdanakusuma O, Wulandari Z. 2012. Optimasi proses pembuatan lipstik dengan

penambahan berbagai konsentrasi malam lebah. Jurnal Teknologi Industri

Pertanian 14(3): 95-100.

Plante M, Chris C, Bruce B, Ian A. 2011. Characterization of castor oil by HPLC

and charged aerosol detection. Dionex Co. Chelmsford, MA, USA.

Pongcharoen W, Rukachaisirikul V, Phongpaichit S, Kuhn T, Pelzing M,

Sakayaroj J, Tayloy WC. 2008. Metabolites from the endophytic fungus

Xylaria sp. PSU-D14. Phytochemistry 69: 1900–1902.

Poucher J. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesepuluh.

London: Kluwer Academic Publisher.

Purwanto A. 2011. Produksi angkak oleh Monascus purpureus dengan

menggunakan beberapa varietas padi yang berbeda tingkat kepulenannya.

Widya Warta 01: 40-56.

Race S. 2009. Antioxidants: The Truth about BHA, BHT, TBHQ and other

Antioxidants Used as Food Additives. United Kingdom: Tigmor Books.

Rahim F. 2011. Pemanfaatan zat warna dari ekstrak Cyphomandra betacea dan

minyak kelapa murni dalam formulasi lipstik. Scientia 1 (2): 50-58. Rowe RC, Paul JS, Marian EQ. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients.

Lexi-Comp: American Pharmaceutical Association, Inc. Sharma S. 2008. Topical drug delivery system: A review. Pharmaceutical Review.

6: 1-29.

Silva GH, de Oliviera CM, Teles HL, Pauletti PM, Gamboa IC, Silva DHS,

Bolvani VS, Young MCM, Neto CMC, Pfening LH, Berlinck RGS, Arajou

AR. 2010. Sesquiterpenes from Xylaria sp., an endophytic fungus

associated with Piper aduncum (Piperaceae). Phytochemistry Letters 3:

164–167.

Sofyana NT. 2012. Isolasi dan purifikasi parsial peptida antibakteri dari kapang

endofit isolat KT31 yang diisolasi dari makroalga Kappaphycus alvarezii.

Page 31: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

18

[skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

Stadler M, Fournier J. 2006. Pigment chemistry, taxonomy and phylogeny of the

Hypoxyloideae (Xylaraceae). Revista Iberoamericana de Micologia 23(3):

160-170.

Strobel G, Daisy B. 2003. Bioprospecting for microbial endophytes and their

natural products. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 67(4): 491-502.

Tarman K. 2011. Biological and chemical investigations of Indonesian marine-

derived fungi and their secondary metabolites [desertasi]. Greifswald:

Mathematisch-Naturwissenschaftlichen Fakultät, Ernst-Moritz-Arndt-

Universität.

Vargaz FD, Jiménez AR, Paredes-López O. 2000. Natural pigments: carotenoids,

anthocyanins, and betalains — Characteristics, biosynthesis, processing,

and stability. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 40(3): 173–

289.

Velisek J, Cejpek K. 2011. Pigment of higher fungi: a review. Czech Journal

Food Science 29 (2): 87-102.

Weuster-Botz D. 2000. Experimental design for fermentation media development:

Statistical design or global random search? Biosci. Bioeng. 90(5): 473-483.

Widana DAB, Yuningrat NW. 2007. Analisis bahan pewarna berbahaya pada

sediaan kosmetika di wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 1(1): 26-36.

Yulianti N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Edisi Pertama.

Yogyakarta: CV Andi Offset.

Zhang M, Aguilera D, Das C, Vasquez H, Zage P, Gopalakrishnan V, Wolff J.

2007. Measuring cytotoxicity: a new perspective on LC50. Anticancer

Research 27(1A): 35-38.

Zhou ZY, Liu JK. 2010. Pigments of fungi (macromycetes). Review. Natural

Product Reports.

Page 32: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

19

LAMPIRAN

Page 33: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

20

Lampiran 1 Hasil uji toksisitas pigmen ekstraseluler

Ulangan Konsentrasi ekstrak (ppm)

5 50 100 500 1000

1 0 1 2 2 2

2 0 0 1 2 2

3 1 0 2 2 3

Mortalitas 1 1 5 6 7

Konsentrasi

(ppm) Log konsentrasi (x) % mortalitas

Probit %

mortalitas

5 0.6981 3.33 3.12

50 1.6981 3.33 3.12

100 2 16,67 4.05

500 2.6981 20 4.16

1000 3 23.33 4.26

Persamaan garis regresi :

y =0.552x+2.625

5 =0.552x+2.625

x = (5-2.625)/0.552

= 4.3025

LC50 = antilog (4.3025)

= 20,069.5 ppm

Lampiran 2 Tabel keragaman bobot lip gloss

Lip gloss

Bobot

(gram)

1 2.979

2 2.942

3 2.896

4 2.944

y = 0,552x + 2,625R² = 0,760

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Pro

bit

% m

ort

alit

as

Log konsentrasi

Page 34: IA ARGA DHELIA - repository.ipb.ac.id · penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Trenggalek, Jawa Timur pada tanggal 8 November

1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak

Imam Wahyudi dan Ibu Dra. Amin Nurhayati. Penulis telah menempuh

pendidikan mulai dari TK Tunas Harapan dan lulus pada tahun 1997, SD Negeri

Lawanggintung 1 dan lulus pada tahun 2003, SMP Negeri 7 Bogor dan lulus pada

tahun 2006, serta SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2009.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun

2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

sebagai mahasiswa Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam kegiatan divisi

Event Organizer dalam UKM Musik MAX!! IPB dan UKM Tae Kwon Do IPB.

Penulis juga pernah menjadi Asisten Luar Biasa mata kuliah Avertebrata Air

selama dua periode yaitu periode 2011/2012 dan 2012/2013, serta menjadi asisten

mata kuliah Teknologi Produk Tradisional Hasil Perairan dan Penanganan Hasil

Perairan periode 2012/2013. Penulis juga pernah aktif mengikuti lomba karya

tulis ilmiah PKM-Penelitian 2012 yang didanai oleh DIKTI.