i skripsi faktor-faktor yang berhubungan dengan
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN
JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN
NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
FARID SETYO NUGROHO
J 410 050 002
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
ii
ABSTRAK
FARID SETYO NUGROHO J 410 050 002
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN
JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI
KABUPATEN BOYOLALI
xvii + 43 + 20
Rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) akan mempermudah proses transmisi virus. Di
RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ABJ selalu di bawah
95% selama lima bulan, pada bulan Februari sampai Juli 2009. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah observasional
dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rumah
tangga di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali sejumlah
210 rumah tangga dengan sampel sejumlah 68 responden. Teknik pengambilan
sampel adalah simple random sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa responden yang melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) secara buruk sebanyak 55 (80,88%), jenis tempat
perindukan buatan yang positif jentik Aedes aegypti sebanyak 51 (26,56%), sampah
padat yang posistif jentik Aedes aegypti sebanyak 2 (3,17%). Uji bivariat dengan
Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD (p = 0,039)
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, tidak ada hubungan antara jenis tempat
perindukan buatan (p = 1) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dan juga tidak ada
hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p = 0,216) di
RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Sebaiknya
penelitian juga dilakukan pada musim hujan dan dengan jumlah wilayah yang lebih
besar.
Kata kunci: Keberadaan, Jentik Aedes aegypti, PSN DBD.
Surakarta, 22 Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes. Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid)
NIK. 756 NIK. 863
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Arif Widodo, A.Kep, M.Kes)
NIK. 630
iii
FARID SETYO NUGROHO J 410 050 002
ABSTRAK
FACTORS RELATED TO EXISTENCE LARVAE Aedes aegypti in RW IV DESA
KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI.
Lower Free Number of Larvae ( FNL) will watering down virus transmission process.
In RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali FNL always
under 95% during five months, counted from Februari until July 2009. This research
aim to know what factors that correlate existence of larvae of Aedes aegypti. This
research type is observasional with device of cross sectional. Approach population at
this research is all household in RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali a number of 210 households with sampel a number of 68
responders. The technique is simple random sampling. Pursuant to result of research
obtained that responder executing Action in Vector Control of Dengue Haemorrhagic
Fever (AVC DHF) uglyly counted 55 ( 80,88%), breeding place type of brand which
are positive larvae of Aedes aegypti counted 51 ( 26,56%), solid garbage which is
posistif larvae of Aedes aegypti counted 2 ( 3,17%). Bivariate test with Fisher’s Exact
show there are corelation between execution of AVC DHF ( p = 0,039) with existence
larvae of Aedes aegypti, there is no corelation breeding place type of brand ( p = 1)
with existence larvae of Aedes aegypti and there is so no corelation between solid
garbage with existence larvae of Aedes aegypti ( p = 0,216) in RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. The research is better conducted at the
rainy seasons and with amount of larger regions.
Keyword: Existance, larvae of Aedes aegypti, AVC DHF.
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG
KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Farid Setyo Nugroho
NIM : J 410050002
Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Surakarta, 17 Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes. Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid)
NIK. 756 NIK. 863
v
PERNYATAAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG
KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Farid Setyo Nugroho
NIM : J410050002
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada
tanggal 22 Oktober 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.
Surakarta, 22 Oktober 2009
Ketua penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes ( )
Penguji I : Azizah Gama T, SKM, M.Pd ( )
Penguji II : Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes ( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Arif Widodo, A.Kep, M.Kes)
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk:
Allah SWT yang selalu memberikan segala kemudahan dan kepandaian sehingga
karya ini akhirnya dapat terselesaikan.
Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, pengorbanan dan
selalu mendoakan yang terbaik bagiku.
Teman-teman Program Studi Kesmas angkatan 2005 yang selalu aku sayangi dan
akan aku rindukan serta yang telah membantu dalam proses penelitian ini (Mas Agus,
Pambudi, dan Riris).
Adik-adikku di IMM FIK dan BEM FIK yang sangat aku banggakan.
Kawan-kawan jajaran kabinet bumiputera BEM UMS yang telah banyak memberikan
ilmu dan pengalaman yang sangat banyak.
Buat diriku semoga ini menjadi tonggak awal dalam proses perjuangan hidup ini.
vii
MOTTO
Niatkanlah semua karena Allah SWT, karena sesungguhnya pahala yang kita peroleh
sesuai dengan apa yang kita niatkan. Jika kita niat beribadah karena untuk
mendapatkan pujian, maka kita hanya akan mendapatkan pujian. Jika kita beribadah
hanya untuk mendapatkan wanita yang kita cintai maka kita hanya mendapatkan
wanita tersebut. Marilah kita beribadah niat karena Allah, maka kita akan
mendapatkan-Nya (Abu Bakar r.a.).
Sedikit Bicara Banyak Kerja.
Fastabiqul khoirot ( marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan).
(Penulis)
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Farid Setyo Nugroho
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo/24 Desember 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gambiran RT 05 RW II , Desa Cemani Kecamatan
Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SDN Cemani 03 tahun 1999
2. Lulus SMP BATIK Surakarta tahun 2002
3. Lulus SMA VI Surakarta tahun 2005
4. Menempuh pendidikan di Program Studi Kesehatan
Masyarakat FIK UMS sejak tahun 2005
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN
JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN
NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak banyak yang
bisa penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang telah diberikan selama
pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini kepada :
1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Yuli Kusumawati SKM, M.Kes(Epid) selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta dan selaku
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan, saran, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu yang telah memberikan do’a tanpa kenal waktu, semangat,
nasihat, dukungan, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak terhitung
banyaknya.
5. Buat adikku Ferary Sahita dan suaminya Asmani Lukito yang telah
memberikan doa serta bantuannya.
6. Adik-adikku di IMM dan BEM FIK yang selalu memberikan semangat
kepadaku.
x
7. Semua jajaran Kabinet Bumiputera BEM UMS yang telah banyak
memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak ternilai harganya khususnya
wakil menteri dan staffku (Azie dan Wisnu).
8. Teman-teman Program Studi Kesmas angkatan 2005 yang sangat aku sayangi
dan tentunya akan aku rindukan.
9. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, dan segala kepunyaan di langit
dan di bumi hanya milik ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
lepas dari banyak kekurangan. Semoga skripsi ini barmanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Oktober 2009
Penulis
xi
DAFTARI ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iv
PERNYATAAN PENGESAHAN ................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue ........................................................... 6
B. Keberadaan Jentik ....................................................................... 12
C. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti .............................................................................. 13
D. Kerangka Teori ............................................................................ 16
E. Kerangka Konsep ........................................................................ 17
F. Hipotesis ...................................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 19
B. Subjek Penelitian .......................................................................... 19
C. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 20
D. Populasi dan Sampel .................................................................... 20
E. Variabel Penelitian ....................................................................... 21
F. Definisi Operasional .................................................................... 21
G. Pengumpulan Data ...................................................................... 23
H. Jalannya Penelitian ....................................................................... 25
I. Pengolahan Data ........................................................................... 26
J. Analisis Data ............................................................................... 26
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ......................................................................... 28
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 29
C. Hasil Analisis Bivariat ................................................................. 32
BAB V PEMBAHASAN
A. Hubungan antara PSN DBD dengan Keberadaan Jentik Aedes
aegypti ............................................................................................ 36
B. Hubungan antara Tempat Perindukan Buatan dengan
Keberadaan Jentik Aedes aegypti .................................................. 38
C. Hubungan antara Sampah Padat dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti……………………………………………………… 39
D. Keterbatasan Penelitian…………………………………………… 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 42
B. Saran .............................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y .......................... 25
2. Karakteristik Responden ............................................................................ 29
3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PSN DBD .............................................. 30
4. Distribusi Frekuensi Jenis Tempat Perindukan Aedes aegypti ................... 31
5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Jenis Tempat
Perindukan .................................................................................................. 32
6. Hasil Analisis Statistik melalui Uji Fisher’s Exact .................................... 33
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Cara Pemberantasan DBD ................................................................ 14
2. Kerangka Teori Penelitian ............................................................................ 16
3. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................................... 17
xv
DAFTAR SINGKATAN
ABJ : Angka Bebas Jentik
BI : Breteau Index
CFR : Case Fatality Rate
CI : Container Index
DKS : Dinas Kesehatan dan Sosial
HI : House Index
DBD : Demam Berdarah Dengue
IR : Incidens Rate
KLB : Kejadian Luar Biasa
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
RW : Rukun Warga
TPA : Tempat Penampungan Air
WHO : World Health Organization
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian dan Check List
2. Hasil Analisis Bivariat
3. Gambar Dokumentasi Penelitian
4. Surat Ijin Penelitian
5. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian
6. Hasil validitas dan reliabilitas
7. Hasil rekapitulasi data
xvii
@ 2009
Hak Cipta Pada Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia mulai menimbulkan masalah
kesehatan masyarakat sejak ditemukannya kasus tersebut di Surabaya pada tahun
1968 dan pada tahun 1962 ditemukan 53 kasus dirawat dengan 24 kematian (CFR =
46%) (Dinkes Provinsi Jateng, 1985). Dalam waktu relatif singkat DBD telah
dilaporkan di berbagai daerah di Indonesia, dan sampai tahun 1981 hanya Provinsi
Timor-Timur yang belum melaporkan penyakit DBD. Di samping meningkatnya
jumlah kasus, DBD juga berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan data dari
Depkes RI, 1981 (dalam Soedarmo, 1988) menunjukkan angka kematian penderita
DBD secara nasional menurun dari 4,0% pada tahun 1968 menjadi 4,1% pada tahun
1977, dan menjadi 4,0% pada tahun 1980. Sedangkan pada tahun 2007 CFR DBD di
Indonesia sebesar 1% dengan IR 71,78/100.000 penduduk dan pada tahun 2008 CFR
DBD sebesar 0,86% dengan IR 60,02/100.000 penduduk (Depkes RI, 2009).
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai
kategori endemis untuk penyakit DBD. Pada tahun 2006 IR DBD di Jawa Tengah
mencapai 3,39/10.000 penduduk dengan CFR sebesar 2,01% dan pada tahun 2007 IR
meningkat menjadi 6,25/10.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,60% (Dinkes
Provinsi Jateng, 2007). Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten endemis
DBD yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Jumlah daerah endemis DBD di
Kabupaten Boyolali semakin meningkat tiap tahunnya, pada tahun 2006 jumlah
daerah endemis sebanyak 16 daerah, tahun 2007 sebanyak 19 daerah, dan tahun 2008
2
sebanyak 27 daerah (DKS Boyolali, 2009). Sedangkan IR DBD pada tahun 2008
sebesar 4/1000 penduduk dengan CFR 1,8%.
Kecamatan Nogosari merupakan salah satu kecamatan endemis DBD yang
berada di Kabupaten Boyolali. Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD di Kecamatan
Nogosari mencapai 51 kasus dengan IR 8,4/1000 penduduk. Desa Ketitang
merupakan salah satu desa endemis DBD di Kecamatan Nogosari, di Desa Ketitang
DBD tiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah kasus, pada tahun 2006 sebanyak
1 kasus, tahun 2007 sebanyak 6 kasus dan 2008 sebanyak 4 kasus (Puskesmas
Nogosari, 2008). Hasil survei pendahuluan didapatkan RW dengan jumlah kasus
paling tinggi yaitu RW IV dengan jumlah kasus sebesar 3 penderita dan pada tahun
2007 terdapat 1 kasus meninggal. Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan
Angka Bebas Jentik Rukun Warga (ABJ RW) paling rendah yaitu sebesar 78%.
Keberadaan jentik di suatu wilayah diketahui dengan indikator ABJ. ABJ
merupakan persentase rumah atau tempat-tempat umum yang tidak ditemukan jentik
(Depkes RI, 1992a). Masih rendahnya ABJ di Desa Ketitang sebesar 78% dari
indikator nasional yaitu sebesar 95% merupakan hal yang sangat perlu diwaspadai,
hal ini dikarenakan rendahnya ABJ memungkinkan banyak peluang untuk proses
transmisi virus (Hasyimi et.al, 2005).
ABJ yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perilaku penduduk dalam
hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya pada satu tempat dan
jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk Aedes aegypti
memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur (Sitorus dan Ambarita, 2004). Menurut
Dumai et.al, (2007) faktor pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian, kondisi
TPA dan kebersihan lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD, sedangkan
3
menurut Hasyimi dan Soekino (2004) TPA rumah tangga yang paling banyak
ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal
dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan
jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang
ditemukan positif jentik Aedes aegypti yang berada di dalam atau di luar rumah ada 3
yaitu drum, bak mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita, 2004).
B. Perumusan Masalah
1. Masalah Umum
Apakah ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD, tempat perindukan
buatan dan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa
Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ?
2. Masalah Khusus
a. Apakah pelaksanaan pemberantasan PSN DBD berhubungan dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali ?
b. Apakah tempat perindukan buatan berhubungan dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali tahun 2009 ?
c. Apakah sampah padat berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di
RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara PSN DBD, tempat perindukan buatan dan
sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
b. Mengetahui hubungan tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali.
c. Mengetahui hubungan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di
RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai beberapa faktor
yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dan rendahnya ABJ di
Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
2. Bagi masyarakat
Membantu memecahkan masalah yang ada di masyarakat, terutama untuk
meningkatkan ABJ dan mencegah penularan DBD.
5
3. Bagi Pemerintah Desa
Dapat dijadikan landasan oleh pemerintah desa dalam pembuatan peraturan
desa mengenai sanksi terhadap rumah atau penduduk yang di rumahnya masih
terdapat jentik penular penyakit DBD.
4. Bagi (Dinas Kesehatan dan Sosial) DKS Boyolali
Dapat dijadikan landasan dalam intervensi dan pemecahan masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat sehingga kasus DBD tidak terjadi lagi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Materi penelitian ini menganalisis faktor pelaksanaan PSN DBD, tempat
perindukan buatan dan sampah padat yang berhubungan dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di RW IV Kelurahan Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan
demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah,
nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan,
lebam atau ruam, kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun atau renjatan (Depkes RI, 1992c). Menurut Soedarto (1995)
DBD menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak
menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai
dengan perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan yang dapat mengakibatkan
kematian penderita. Virus dengue sebagai agen penyebab demam berdarah
memerlukan masa inkubasi selama 3-14 hari, pada umumnya 4-7 hari (Firdaus,
2005). Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum
terserang demam. Virus berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan
tubuh tidak cukup kuat melawan virus, maka orang tersebut mengalami
berbagai jenis gejala DBD (Satari, 2004).
2. Tanda-tanda Penyakit DBD
Tanda-tanda DBD yaitu (Depkes RI, 1992c):
7
a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah atau lesu.
Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain.
b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam
pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadang-
kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip
dengan bekas gigitan nyamuk.
c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba.
Kemungkinan yang selanjutnya:
1) Penderita sembuh, atau
2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki
dingin, banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, terjadi
renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tak teraba). Kadang-
kadang kesadarannya menurun.
Menurut WHO (dalam Soedarto, 1995), derajat beratnya DBD dibagi
menjadi empat tingkatan:
a. Derajat I: ringan, bila demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinik lain
dan manifestasi perdarahan paling ringan yaitu tes turniquet yang positif.
b. Derajat II: sedang, dengan gejala lebih berat daripada derajat I, disertai
manifestasi perdarahan kulit, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau
melena. Terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit
dingin dan lembab, ujung jari dan hidung dingin.
c. Derajat III: berat, dengan gejala syok mengikuti gejala-gejala tersebut di
atas.
8
d. Derajat IV: berat sekali, penderita syok berat, tensi tidak terukur, dan nadi
tidak dapat diraba.
3. Penular Penyakit DBD
a. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar
hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki (Depkes RI
2005). Batas penyebaran nyamuk Aedes aegypti di negara-negara Asia
Tenggara adalah pada ketinggian 1000 sampai dengan 1500 meter di atas
permukaan laut (Depkes RI, 2003).
b. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk Anophelini mengalami
metamorphosis sempurna, yaitu: telur, jentik, kepompong, nyamuk. Stadium
telur, jentik, dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan
menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong
berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk
dewasa memerlukan waktu selama 9-10 hari (Depkes RI, 2005).
1) Telur
Telur diletakkan satu persatu pada permukaan yang lembab tepat di
atas batas air. Kebanyakan Aedes aegypti betina dalam satu siklus
gonotropik meletakkan telur di beberapa tempat perindukan. Masa
perkembangan embrio selama 48 jam pada lingkungan yang hangat dan
9
lembab. Setelah perkembangan embrio sempurna, telur dapat bertahan
pada keadaan kering dalam waktu yang lama (lebih dari satu tahun).
Telur menetas bila wadah tergenang air, namun tidak semua telur
menetas pada saat yang bersamaan. Kemampuan telur bertahan dalam
keadaan kering membantu kelangsungan hidup spesies selama kondisi
iklim yang tidak menguntungkan (Depkes RI, 2003).
2) Jentik
Jentik memerlukan empat tahap perkembangan. Jangka waktu
perkembangan jentik tergantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan
kepadatan jentik dalam sebuah kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu
yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa
adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada
suhu rendah, dibutuhkan waktu beberapa minggu (Depkes RI, 2003). Ada
empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva Aedes
aegypti tersebut, yaitu (Depkes RI, 2005):
a) Instar I: berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
b) Instar II: 2,5-3,8 mm
c) Instar III: lebih besar sedikit dari larva instar II
d) Instar IV: berukuran paling besar 5 mm
3) Pupa (kepompong)
Pupa (kepompong) berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar
namun lebih ramping dibanding jentik. Pupa Aedes aegypti berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain (Depkes
10
RI, 2005). Menurut Sugito (1989), pupa Aedes aegypti tidak memerlukan
udara dan makan, belum bisa dibedakan antara jantan dan betina, menetas
dalam waktu 1-2 hari, dan menjadi nyamuk dewasa, pada umunya
nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari nyamuk betina.
4) Nyamuk Dewasa
Sesaat setelah muncul menjadi dewasa, nyamuk akan kawin dan
nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-
36 jam kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk
pematangan telur (Depkes RI, 2003). Habitat tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti adalah di air yang relatif bersih, yaitu di wadah-wadah
tempat penampungan air untuk kepentingan sehari-hari dan barang-
barang bekas, seperti ban, botol, kaleng, plastik, pecahan kaca, dan
sebagainya yang merupakan lingkungan buatan manusia (Nadezul, 2007).
4. Bionomik Nyamuk Demam Berdarah Dengue
a. Tempat Perkembangbiakan
Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
1) TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir,
tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
2) TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung,
vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol,
plastik dan lain-lain).
11
3) Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.
b. Kebiasaan menggigit
Nyamuk Aedes aegypti bersifat anthropophilic, walaupun mungkin
akan menghisap darah hewan berdarah panas lain yang ada. Sebagai spesies
yang aktif siang hari nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas
menggigit, yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap.
Apabila pada waktu menghisap darah terganggu, maka nyamuk Aedes
aegypti dapat menghisap lebih dari satu orang. Perilaku ini sangat
meningkatkan efektifitas penularan pada masa Kejadian Luar Biasa (KLB)
atau wabah DBD (Depkes RI, 2003).
c. Kebiasaan beristirahat
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat
tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat tidur, kloset,
kamar mandi dan dapur (Depkes RI, 2003). Setelah menghisap darah,
nyamuk Aedes aegypti hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang
di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di
tempat yang aga gelap dan lembab. Di tempat ini nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya (Depkes RI, 2005).
d. Jangkauan terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh
sejumlah faktor termasuk keberadaan tempat bertelur dan darah sebagai
makanan, namun kelihatannya terbatas pada wilayah 100 meter dari tempat
12
pupa menetas menjadi nyamuk dewasa. Walupun demikian, penelitian
terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina
dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur.
Penyebaran pasif nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat terjadi melalui telur
dan jentik dalam wadah (Depkes RI, 2003).
B. Keberadaan Jentik
1. Survey Jentik
Survey jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara sebagai
berikut (Depkes RI, 2005):
a. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui
ada tidaknya jentik.
b. Untuk memeriksa TPA yang berukuran besar, seperti: bak mandi, tempayan,
drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan)
pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 menit unutk
memastikan bahwa benar jentik tidak ada.
c. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas
bunga atau pot tanaman air atau botol yang airnya keruh, seringkali airnya
perlu dipindahkan ke tempat lain.
d. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh,
biasanya digunakan senter.
2. Metode Survey Jentik
Metode survey jentik dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005):
13
a. Single larva: Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap
tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut.
b. Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di
setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam
program DBD menggunakan cara visual.
C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti
1. Pelaksanaan PSN DBD
PSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong
nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Syarifah, 2007) bahwa
terdapat hubungan antara PSN DBD dengan keberadaan jentik dimana
penelitian tersebut dilakukan di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang tahun
2007. Pada penelitian tersebut nilai proporsi ABJ sebesar 0,93. Menurut
(Depkes RI, 2005), Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang
dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:
a. Fisik: cara ini dikenal dengan kegiatan 3-M yaitu menguras (dan menyikat)
bak mandi, bak wc, dan lain-lain. Menutup tempat penampungan air rumah
tangga (tempayan, drum, dan lain-lain). Mengubur, menyingkirkan atau
memusnahkan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain).
b. Kimia: cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan
insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah
larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah granules (sand granules).
14
Dosis yang digunakan 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter
air. Larvasidasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
c. Biologi: cara ini dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain). Dapat juga dengan menggunakan
Bacillus thuringiensis H-14.
Dengan insektisida (fogging dan ULV)
Fisik
Kimiawi
Biologi
Sumber: Depkes RI, 2005
Gambar 1.Bagan cara Pemberantasan DBD
2. Macam Tempat Perindukan Buatan Aedes aegypti
Sumber utama perkembangbiakan Aedes aegypti di sebagian besar
daerah pedesaan Asia Tenggara adalah di wadah-wadah penampungan air
untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari keramik, tanah liat dan
bak semen yang berkapasitas 200 liter, tong besi yang berkapasitas 210 liter (50
galon), dan wadah yang lebih kecil sebagai tempat penampungan air bersih
atau hujan. Wadah penampungan air harus ditutup dengan penutup yang rapat
atau kasa. Setelah air digunakan harus dijaga agar wadah tetap tertutup. Cara
ini cukup efektif seperti telah dilakukan di Thailand (Depkes RI, 2003).
Menurut Sutaryo (2005) macam TPA yang berada di rumah meliputi tandon
air, tower, bak mandi, bak WC, padasan, cadangan air ditaman, air jebakan
Nyamuk Dewasa
Jentik
15
semut yang memiliki peluang untuk nyamuk Aedes aegypti bertelur. Macam
TPA untuk keperluan sehari-hari meliputi drum, tangki reservoir, tempayan,
bak mandi atau WC, dan ember. Menurut Hasyimi dan Soekino (2004) TPA
rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti
adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA
rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti
adalah TPA jenis tempayan (Depkes RI, 2005).
3. Sampah Padat
Sampah padat, kering seperti kaleng, botol ember atau sejenisnya yang
tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. Sisa
material di pabrik dan gudang harus disimpan sebaik mungkin sebelum
dimusnahkan. Perlengkapan rumah dan alat perkebunan (ember, mangkok, dan
alat penyiram) harus disimpan terbalik untuk mencegah tertampungnya air
hujan. Sampah tanaman (tempurung kelapa, kulit ari coklat harus dimusnahkan
segera. Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes
aegypti di perkotaan, sehingga menjadi masalah kesehatan. Botol, kaca, kaleng
dan wadah kecil lainnya harus dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan
didaur ulang untuk keperluan industri (Depkes RI, 2003).
16
D. Kerangka Teori
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian
DBD
Sumber
Penular
Virus
Dengue
Aedes aegypti Bionomik
Vektor
Kebiasaan
Menggigit
Kebiasaan
Istirahat
Jangkauan
Terbang
Tempat
Perkembangbiakan Jentik
Aedes
aegypti
Sampah
Padat TPA PSN
Biologi Kimia Fisik
Buatan
Alami
17
E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN
DBD) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
2. Ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten
Boyolali tahun 2009.
Tempat
Perindukan
Buatan
PSN
DBD
Sampah
Padat
Keberadaan
Jentik Aedes
aegypti
18
3. Ada hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di
RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah merupakan penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang
termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus
pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).
B. Subjek Penelitian
Subjek atau populasi penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di RW
IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak
untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah:
a. Rumah tangga yang berada di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali tahun 2009.
b. Kepala keluarga atau ibu rumah tangga atau anggota keluarga yang dapat ditemui
pada saat penelitian.
c. Bersedia menjadi subjek penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi
pada penelitian ini adalah:
20
a. Rumah tangga yang tidak termasuk dalam wilayah RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
b. Tidak bisa ditemui pada saat penelitian.
C. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009. Tempat penelitian di RW
IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di RW IV
Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 sejumlah 210
rumah tangga.
2. Jumlah Sampel
Sampel pada penelitian ini sejumlah 68 rumah tangga. Besar sampel dapat
dihitung dengan rumus Khotari dalam Murti (2006) sebagai berikut:
n = 68 responden
Keterangan:
n : Besar sampel
p : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi
(0,93)
21
q : 1 - p
Z²1-α/2 : Statistik Z (Z=1,96 untuk α=0,05)
d : delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di kedua
sisi proporsi (+/- 5%)
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode
Simple Random Sampling (SRS) yaitu metode mencuplik sampel secara acak
dimana masing-masing subjek atau unit dari populasi memiliki peluang yang sama
dan independen (tidak tergantung) untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2006).
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu:
1. Variabel bebas: pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah, jenis
tempat perindukan buatan dan sampah padat.
2. Variabel terikat: keberadaan jentik Aedes aegypti.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Pelaksanaan PSN DBD
a. Definisi: kegiatan yang dilakukan oleh responden untuk PSN DBD (Aedes
aegypti) secara fisik, kimia, dan biologi.
b. Alat ukur: wawancara dengan menggunakan kuesioner.
c. Skala: nominal.
d. Hasil ukur: baik ≥ 70%, buruk < 70%.
22
2. Tempat Perindukan Buatan
a. Definisi: wadah-wadah penampungan air untuk kepentingan rumah tangga yaitu
tempayan, bak mandi, drum, ember, tempat penampungan air kulkas, tempat
penampungan air dispenser, vas bunga, tempat minum burung, dan bejana di
sekitar rumah responden.
b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list.
c. Skala: nominal
d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= 0.
3. Sampah Padat
a. Definisi: keberadaan sampah padat, kering yang terdiri dari ban bekas, kaleng
bekas, botol bekas, pecahan kaca, ember bekas, drum bekas, mangkok bekas
yang tersebar di sekitar rumah responden.
b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list.
c. Skala: nominal
d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= 0.
4. Keberadaan Jentik
a. Definisi: ada atau tidak adanya jentik Aedes aegypti pada berbagai tempat
perindukan buatan, dan sampah padat di sekitar rumah responden yang dilihat
dengan cara visual menggunakan senter.
b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list.
c. Skala: nominal
d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= 0.
23
G. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Kuantitatif meliputi skor hasil kuesioner pelaksanaan PSN DBD.
b. Kualitatif meliputi jenis tempat perindukan buatan, jenis tempat perindukan
alami dan sampah padat dan keberadaan jentik.
2. Sumber Data
a. Data primer
Data yang langsung diambil dari responden dengan menggunakan
kuesioner dengan pedoman wawancara terstruktur dan pengamatan dengan
check list.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh melalui studi pustaka, internet, instansi kesehatan
berupa data kesakitan dan ABJ, instansi pemerintahan desa berupa jumlah
rumah tangga.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada rumah tangga yang
terpilih sebagai responden untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang beberapa variabel
yang diteliti yaitu: jenis tempat perindukan buatan, jenis tempat perindukan
alami, sampah padat dan keberadaan jentik.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa:
24
a. Check list untuk pemeriksaan jenis tempat perindukan buatan, sampah padat dan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Check list berupa daftar variabel yang
akan di kumpulkan datanya. Apabila terdapat jentik pada tempat perindukan
maka akan diberi tanda centang (√) dan apabila tidak ada jentik maka akan
diberi tanda strip (−) (Hasan, 2004).
b. Kuesinoer untuk mengetahui hubungan pelaksanaan PSN DBD dengan
keberadaan jentik.
1) Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jumlah
pertanyaan sebanyak 10 item pertanyaan.
2) Skor kuesioner pelaksanaan PSN DBD dengan pilihan jawaban ya = 1 dan
tidak = 0.
3) Uji validitas dan reliabilitas
Secara sederhana yang dimaksud dengan valid ialah sahih. Alat ukur
dikatakan sahih atau valid bila benar-benar mengukur apa yang hendak
diukur, sedangkan reliabilitas adalah keajegan, maksudnya berkali-kali untuk
mengukur hasilnya ajeg (tetap) (Machfoedz, 2007). Uji validitas kuesioner
dan check list menggunakan uji korelasi product moment person. Uji
reliabilitas menggunakan rumus Alfa Cronbach. Rumus korelasi product
moment person adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: korelasi antara variabel x dan y
X dan Y : skor masing-masing skala
∑X : skor ganjil
25
∑Y : skor genap
N : banyaknya subjek
Tabel 2. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan
Variabel Y
No Besar Keterangan
1
2
3
4
5
0,00 - < 0,20
≥ 0,20 - < 0,40
≥ 0,40 - < 0,70
≥ 0,70 - < 0,90
≥ 0,90 - ≤ 1,00
Hubungan sangat lemah
Hubungan rendah
Hubungan sedang atau cukup
Hubungan kuat atau tinggi
Hubungan sangat kuat atau tinggi
Rumus Alfa Cronbach (Muhidin dan Abdurahman, 2007):
Keterangan:
: reliabilitas instrumen
k : banyaknya bulir soal
: jumlah varians bulir
: varians total
H. Jalanya Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada rumah
tangga yang menjadi sampel di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali tahun 2009. Sebelum penelitian dilaksanakan, maka peneliti
melakukan tahapan yaitu:
26
1. Melakukan survey pendahuluan
2. Melakukan ijin penelitian kepada pemerintah desa
I. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah:
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena
kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul tidak logis dan
meragukan.
2. Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data yang termasuk
dalam kategori yang sama.
3. Entry adalah memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.
4. Tabulating adalah mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna
memudahkan analisis data.
J. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS.
Analisis data meliputi:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi
responden serta menggambarkan masing-masing variabel, baik variabel bebas
maupun variabel terikat.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat, dengan uji Fisher’s Exact dengan tingkat
27
kemaknaan 95% dengan program komputer SPSS. Dasar pengambilan keputusan
berdasarkan tingkat signifikan (nilai p) adalah:
a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak
b. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Daerah Peneltian
Desa Ketitang mempunyai luas wilayah 512.000 Ha dengan jumlah
penduduk pada tahun 2008 sebanyak 6.591 jiwa dengan perincian jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 3.414 jiwa, jumlah penduduk wanita sebanyak 3.177 jiwa dan
jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.637. Desa Ketitang dibagi atas empat
kadus dengan 11 RW dan 39 RT. Adapun batas wilayah Desa Ketitang adalah
(Monografi Desa Ketitang, 2008):
a. Sebelah Utara : Desa Pulutan
b. Sebelah Timur : Desa Jeron
c. Sebelah Selatan : Desa Sembungan
d. Sebelah Barat : Desa Rembun
2. Karakteristik Responden
Tingkat pendidikan pada responden dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan berdasarkan 5 tingkat pendidikan yaitu Tidak Sekolah, SD,
SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Responden lebih banyak menempuh
pendidikan SD sebanyak 25 responden (36,78%), dan paling rendah adalah
menempuh pendidikan perguruan tinggi sebanyak 2 responden (2,9%). Umur
rata-rata responden adalah 41 tahun, mayoritas responden berumur ≤ 40
sebanyak 38 responden (55,88%) dan umur > 40 sebanyak 30 responden
(44,12%). Jenis kelamin responden ada dua kategori yaitu laki-laki dan
29
perempuan. Responden lebih banyak berkelamin perempuan sebanyak 38
responden (55,89%), sedangkan laki-laki sebanyak 30 responden (44,11%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Responden
Keterangan Jumlah
f %
1. Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 12 17,66
SD 25 36,78
SMP 18 26,48
SMA 11 16,18
Perguruan tinggi
Total
2
68
2,9
100
2. Umur
≤ 40 38 55,88
> 40
Total
30
68
44,12
100
3. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
30
38
68
44,11
55,89
100
B. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan PSN DBD
Pelaksanaan PSN DBD pada responden dapat diketahui dari pengisian
kuesioner, dengan kriteria melaksanakan PSN DBD baik dan melaksanakan PSN
DBD buruk. Berdasarkan data hasil pengisian kuesioner tersebut setelah dilakukan
penskoran diperoleh gambaran responden yang melaksanakan PSN DBD yang
buruk lebih banyak daripada responden yang melaksanakan PSN DBD yang baik.
Responden yang melakukan PSN DBD secara buruk sejumlah 55 responden
(80,88%) dan PSN DBD secara baik sejumlah 13 responden (19,12%).
30
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PSN DBD
PSN DBD Jumlah
f %
Baik 13 19,12
Buruk 55 80,88
Total 68 100
2. Jenis Tempat Perindukan
a. Jenis Tempat Perindukan Buatan
Jenis tempat perindukan buatan responden yang paling banyak adalah bak
mandi sejumlah 54 (28,12%), tempayan sejumlah 53 (27,60%), ember sejumlah 42
(21,87%), drum sejumlah 18 (9,37%), vas bunga sejumlah 10 (5,24%), dispenser
sejumlah 6 (3,12%), tempat minum burung sejumlah 4 (2,08%), bejana sejumlah 4
(2,08%) dan penampungan air kulkas sebanyak 1 (0,52%). Lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.
b. Sampah Padat
Sampah padat responden yang paling banyak adalah botol bekas sejumlah
20 (31,75%), kaleng bekas sejumlah 17 (26,98%), ember bekas sejumlah 10
(15,87%), pecahan kaca sejumlah 6 (9,53%), ban bekas sejumlah 4 (6,35%), drum
bekas sejumlah 3 (4,76%) dan mangkok bekas sejumlah 3 (4,76%). Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4.
31
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Tempat Perindukan
Aedes aegypti
Jenis Tempat Perindukan Jumlah
f %
1. Buatan
Tempayan
Bak mandi
Drum
Ember
Penampungan kulkas
Dispenser
Vas bunga
Tempat minum burung
Bejana
Total
53
54
18
42
1
6
10
4
4
192
27,60
28,12
9,37
21,87
0,52
3,12
5,24
2,08
2,08
100
2. Sampah Padat
Ban bekas
Kaleng bekas
Botol bekas
Pecahan kaca
Ember bekas
Drum bekas
Mangkok bekas
Total
4
17
20
6
10
3
3
63
6,35
26,98
31,75
9,53
15,87
4,76
4,76
100
3. Keberadaan Jentik Aedes aegypti
a. Jenis Tempat Perindukan Buatan
Pada jenis tempat perindukan buatan jentik Aedes aegypti banyak
ditemukan pada bak mandi sebanyak 24 (47,06%), pada tempayan sebanyak 23
(45,10%), pada drum sebanyak 3 (5,88%), pada tempat minum burung sebanyak
1 (1,96%), tidak ditemukan jentik Aedes aegypti pada jenis tempat perindukan
yang lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
b. Sampah Padat
Pada sampah padat hanya ditemukan jentik Aedes aegypti pada jenis kaleng
bekas yaitu sebanyak 2 (100%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
32
Tabel 5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada
Jenis Tempat Perindukan
Jenis Tempat Perindukan Jumlah
f %
1. Buatan
Tempayan
Bak mandi
Drum
Ember
Penampungan kulkas
Dispenser
Vas bunga
Tempat minum burung
Bejana
Total
23
24
3
0
0
0
0
1
0
51
45,10
47,06
5,88
0
0
0
0
1,96
0
100
2. Sampah Padat
Ban bekas
Kaleng bekas
Botol bekas
Pecahan kaca
Ember bekas
Drum bekas
Mangkok bekas
Total
0
2
0
0
0
0
0
2
0
100
0
0
0
0
0
100
C. Hasil Analisis Bivariat
Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan antara PSN
DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dengan p = 0,056, tidak terdapat
hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti
dengan nilai p = 1 dan tidak terdapat hubungan antara sampah padat dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti dengan nilai p = 0,504. Berikut disajikan Tabel 8
rangkuman hasil analisis statistik.
33
Tabel 6. Hasil Analisis Statistik melalui Fisher’s Exact
No Variabel Nilai p Keterangan
1.
2.
3.
PSN DBD
Jenis tempat perindukan
buatan
Sampah padat
0,056
1
0,504
Ada hubungan
Tidak ada hubungan
Tidak ada hubungan
34
BAB V
PEMBAHASAN
Secara umum selama lima bulan berturut-turut mulai dari bulan Maret sampai
dengan bulan Juli tahun 2009 ABJ di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali selalu di bawah 95%. Rendahnya ABJ ini memungkinkan banyak
peluang untuk proses transmisi virus (Hasyimi et.al, 2005). Kondisi perumahan Desa
Ketitang yang padat dan penduduknya banyak yang menggunakan lebih dari satu TPA,
secara teoritis kondisi yang seperti sangat potensial untuk tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti.
Hasil wawancara dari 68 responden di RW IV Desa Ketitang diketahui bahwa
sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan rata-rata umur responden
adalah 41 tahun. Sebagian besar pendidikan responden adalah SD yaitu sebesar 25
responden (36,78%). Hal ini berarti tingkat pendidikan responden di RW IV Desa
Ketitang tergolong rendah. Rendahnya pendidikan responden akan berakibat terhadap
proses penerimaan informasi kesehatan sehingga hal ini akan mempengaruhi perilaku
responden dalam melaksanakan PSN DBD. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa dari 68 responden, 55 responden melaksanakan PSN
DBD secara buruk, hanya 13 responden yang melakukan PSN DBD secara baik.
Pelaksanan PSN DBD yang buruk ini diketahui dari perilaku responden yang tidak
menutup tempat-tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan jarang menguras
atau membersihkan tempat-tempat penampungan air lebih dari 2 minggu. Pelaksanaan
PSN DBD yang buruk ini akan memberikan peluang bagi nyamuk Aedes aegypti untuk
bertelur dan berkembangbiak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
35
Yudhastuti dan Vidiyani (2005) bahwa perilaku masyarakat yaitu pengetahuan dan
tindakan dalam mengurangi atau menekan kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti
mempunyai hubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pekerjaan
responden kebanyakan adalah pedagang dan buruh diluar tempat tinggal. Hal ini juga
berisiko dalam penularan penyakit DBD. Umur responden yang paling muda adalah 17
tahun dan yang paling tua adalah 65 tahun. Banyaknya responden yang berusia dibawah
40 tahun lebih banyak, seharusnya hal ini mendukung pelaksanaan PSN DBD. Namun
pada penelitian ini pelaksanaan PSN DBD sebagian besar responden buruk. Hal ini lebih
disebabkan karena responden yang berdagang dan bekerja diluar daerah.
Jenis tempat-tempat penampungan air responden di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali kebanyakan adalah berupa bak mandi dan
tempayan. Keberadaan jenis tempat penampungan air baik yang berada di dalam maupun
di luar rumah responden mempunyai resiko yang tinggi sebagai tempat perindukan
nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fathi
et.al (2005) dimana faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air baik yang berada
di dalam maupun di luar rumah merupakan faktor yang sangat berperan terhadap
penularan ataupun terjadinya (KLB) penyakit DBD.
Sampah padat banyak ditemukan di sekitar rumah responden, sampah padat ini
dilihat dari jumlahnya kebanyakan adalah berupa botol bekas dan kaleng bekas.
Sedangkan dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan keberadaan jentik Aedes
aegypti pada kaleng bekas. Keberadaan sampah padat di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali mempunyai resiko yang cukup tinggi sebagai
tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
36
A. Hubungan antara PSN DBD dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti.
Hasil analisis uji Fisher’s Exact dengan menggunakan program SPSS 16
didapatkan bahwa nilai p = 0,056 dan disimpulkan ada hubungan antara PSN DBD
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Terdapatnya jentik Aedes aegypti di RW
IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali adalah sebagai akibat
dari buruknya PSN DBD yang dilakukan oleh responden. Buruknya PSN DBD
responden dapat diketahui dari hasil wawancara dan observasi terhadap rumah
responden. Responden banyak yang belum melakukan 3-M secara baik. Hal ini dapat
diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang
melaksanakan PSN DBD secara buruk dan terdapat jentik sebanyak 38 responden
(55,88%), responden yang melaksanakan PSN DBD secara buruk dan tidak terdapat
jentik sebanyak 17 responden (25%), responden yang melaksanakan PSN DBD
secara baik dan terdapat jentik sebanyak 5 responden (7,36%) dan responden yang
melaksanakan PSN DBD secara baik dan tidak terdapat jentik sebanyak 8 responden
(11,76%). Banyak responden melaksanakan kegiatan menguras lebih dari dua
minggu, hal ini dikarenakan bak mandi responden yang berukuran besar sehingga
responden akan menguras bak mandi ketika sudah terlihat keruh dan kotor.
Mayoritas responden juga belum melakukan kegiatan menutup tempat-tempat
penampungan air. Sehingga perilaku ini sangat berisiko bagi nyamuk Aedes aegypti
untuk bertelur pada tempat-tempat penampungan air responden.
Selain belum menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air,
banyak responden yang menempatkan tempat-tempat penampungan air diluar rumah.
Perilaku ini juga memberikan peluang bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur.
37
Keadaan rumah responden yang lembab dan kurang pencahayaan juga merupakan
tempat yang potensial bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembangbiak, karena
nyamuk Aedes aegypti suka beristirahat dan berkembangbiak pada tempat yang
gelap dan lembab. Perilaku responden yang suka menggantung pakaian di dinding
juga menjadi tempat yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk istirahat setelah
mennghisap darah manusia.
Berdasarkan hasil penelitian banyak responden yang belum melaksanakan
PSN DBD secara kimia dan biologi. Cara ini memang belum banyak dapat dilakukan
oleh responden. Secara kimia PSN DBD biasanya dilakukan dengan menaburkan
bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air, akan tetapi bubuk abate belum
bisa didapatkan secara mudah sehingga responden belum dapat melakukan PSN
DBD secara kimia. Hal ini tentunya juga dapat menambah resiko bagi jentik nyamuk
Aedes aegypti untuk hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan
air. PSN DBD secara biologi yang dilakukan dengan cara memelihara ikan pada
tempat-tempat penampungan air juga belum dilakukan responden. Sebenarnya cara
ini adalah cara alamiah dan cara yang cukup efektif untuk membasmi jentik Aedes
aegypti, akan tetapi responden enggan melaksanakannya karena ikan yang dipelihara
akan menyebabkan bau amis pada tempat penampungan air responden.
Keadaan ini sesuai dengan penelitian Widagdo et.al (2008) di Kelurahan
Srondol Wetan Semarang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara PSN 3-M Plus di bak mandi, ember dan gentong plastik dengan jumlah jentik
di tempat penampungan air tersebut. Menurut (Depkes RI, 2005) cara yang dianggap
paling tepat untuk memberantas vektor (nyamuk Aedes aegypti) adalah dengan PSN
DBD. Apabila kegiatan PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat secara terus-
38
menerus dan berkesinambungan maka keberadaan jentik Aedes aegypti dapat
dibasmi, sehingga resiko penularan DBD dapat dikurangi. Untuk itu maka perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat seperti kegiatan bulan bakti
gerakan 3-M, pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kepada keluarga atau
masyarakat (Depkes RI, 2005).
B. Hubungan antara Tempat Perindukan Buatan dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti.
Hasil analisis uji Fisher’s Exact didapatkan bahwa nilai p = 1 dan
disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa
Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 tidak tergantung dari
tempat perindukan buatan. Hal ini karena ditemukan tempat perindukan buatan pada
semua responden, sehingga dalam proses analisis tidak menunjukkan adanya
hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.
Keberadaan tempat perindukan buatan sangat berperan dalam kepadatan vektor
nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak tempat perindukan buatan maka akan
semakin padat populasi nyamuk Aedes aegypti.
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki lebih dari
satu tempat penampungan air didalam rumahnya. Dari 68 responden diketahui
bahwa semua responden memiliki tempat perindukan buatan, sebanyak 43 (63%)
responden terdapat jentik Aedes aegypti dan 25 (37%) responden tidak terdapat
jentik Aedes aegypti. Banyak dan beragam jenisnya tempat penampungan air
responden sangat berpotensi bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan
39
berkembangbiak. Hal ini menjadi lebih buruk lagi dengan perilaku responden yang
tidak menutup tempat-tempat penampungan air. Keadaan ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sitorus dan Ambarita (2004) yang menunjukkan
bahwa perilaku penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari
tidak hanya pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air
memungkinkan nyamuk Aedes aegypti memiliki peluang lebih banyak untuk
bertelur. Jenis tempat penampungan air yang banyak ditemukan di rumah responden
adalah jenis bak mandi dan tempayan. Sedangkan keberadaan jentik Aedes aegypti
banyak ditemukan pada kedua jenis tempat perindukan ini. Keadaan ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi dan Soekino (2004) yang
menyatakan bahwa jenis tempat penampungan air rumah tangga yang paling banyak
ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah jenis tempayan. Menurut (Depkes
RI, 2005) jenis tempat perindukan buatan nyamuk Aedes aegypti meliputi drum,
tangki reservoir, tempayan, bak mandi, ember, tempat minum burung dan vas bunga.
C. Hubungan antara Sampah Padat dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti
Hasil analisis Fisher’s Exact dengan menggunakan program SPSS 16
didapatkan bahwa nilai p = 0,504 dan disimpulkan tidak ada hubungan antara
sampah dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Keberadaan sampah padat di
RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali yang jumlahnya
cukup banyak dan bermacam-macam memang cukup berisiko sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa terdapat sampah padat pada 39 (57%) responden dan
40
ditemukan keberadaan jentik Aedes aegypti pada dua kaleng bekas responden dan 29
(43%) responden tidak ditemukan sampah padat sehingga keberadaan jentik Aedes
aegypti juga tidak ditemukan. Akan tetapi dari hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa jumlah keberadaan jentik Aedes aegypti pada sampah padat belum
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suyasa et.al
(2008) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara keberadaan tempat
sampah di sekitar rumah responden dengan keberadaan vektor DBD. Hal ini
dikarenakan tempat sampah telah mempunyai tutup dan tidak ditemukannya buangan
kaleng-kaleng bekas atau gelas plastik yang memungkinkan untuk perkembiakan
nyamuk Aedes aegypti serta lancarnya proses pengumpulan dan pengangkutan
sampah dari rumah tangga. Sedangkan tidak adanya hubungan antara keberadaan
sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dikarenakan penelitian ini dilakukan pada
musim kemarau (kering) sehingga tidak terdapat tampungan air hujan pada sampah
padat yang memungkinkan bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur dan
berkembangbiak. Keberadaan sampah padat responden secara teori sebenarnya
sangat berisiko sebagai tempat bertelur dan perkembangbiakan bagi nyamuk Aedes
aegypti. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan banyaknya
jenis sampah padat yang berupa kaleng bekas, botol bekas dan ember bekas. Jenis-
jenis sampah padat tersebut banyak tersebar disekitar rumah responden dan berada
dalam posisi yang dapat terisi air ketika musim penghujan. Sehingga dapat
diprediksikan bahwa pada musim penghujan keberadaan sampah padat mempunyai
resiko yang cukup besar sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
41
Menurut WHO (1999) upaya pengendalian vektor harus mendorong
penanganan sampah yang efektif dan memperhatikan lingkungan dengan
meningkatkan aturan dasar mengurangi, menggunakan ulang dan daur ulang.
Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di
sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. Perlengkapan rumah
dan alat perkebunan (ember, mangkok dan alat penyiram) harus disimpan terbalik
untuk mencegah tertampungnya air hujan (Depkes, RI 2003). Ban mobil bekas
merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti di perkotaan sehingga
terdapatnya ban bekas di sekitar rumah responden juga akan menjadi masalah
kesehatan.
Keterbatasan Penelitian:
1. Penelitian ini hanya meneliti tempat perindukan buatan nyamuk Aedes aegypti. Untuk
tempat perindukan alami nyamuk Aedes aegypti tidak diteliti karena penelitian
berlangsung pada musim kemarau (kering) sehingga tidak terdapat tampungan air
hujan pada tempat perindukan alami nyamuk Aedes aegypti yang memungkinkan
sebagai tempat bertelur dan berkembangbiak.
2. Pada penelitian ini jumlah jentik yang sedikit pada sampah padat juga sebagai akibat
pengaruh dari musim kemarau (kering), sehingga dalam penelitian ini menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti.
3. Pada penelitian ini letak tempat perindukan buatan tidak dibedakan antara tempat
perindukan yang didalam dan diluar rumah responden.
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali
Tahum 2009.
2. Tidak ada hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali
Tahun 2009.
3. Tidak ada hubungan antara sampah padat dengan Keberadaan jentik Aedes
aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun
2009.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti
ingin mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Lain
Meneliti faktor – faktor lain yang belum diteliti yang berhubungan dengan
keberadaan jentik Aedes aegypti dengan sampel lebih besar.
43
2. Bagi Masyarakat
Lebih memperhatikan kegiatan pelaksanaan PSN – DBD secara mandiri
dan teratur agar dapat mengurangi keberadaan jentik Aedes aegypti dan penularan
penyakit DBD dapat ditekan.
3. Bagi Pemerintah Desa
Memotivasi, memfasilitasi, dan mengkoordinasi pemeriksaan jentik
berkala pada tiap-tiap RW dengan dukungan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
4. Bagi DKS dan Puskesmas
Mengkoordinasikan kembali kader-kader jumantik agar dapat
melaksanakan pemeriksaan jentik berkala pada masing – masing wilayahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.1992a. Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) Demam Berdarah Dengue.Jakarta.Ditjen P2M & PLP.
__________1992b. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit
Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Ditjen P2M & PLP.
__________1992c. Kumpulan Keputusan/Edaran Tentang Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Ditjen P2M & PLP.
__________2003. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue Dan
Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Depkes RI.
__________2005. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia.Jakarta.Ditjen P2PL.
__________2009. DBD Insiden Dan CFR Indonesia Tahun 1968-
2008.http://www.penyakitmenular.info/webpppl/def_menu.asp?menuldType=
0&Subid=1.Diakses tanggal:26 Juni 2009.
Desa Ketitang. 2008. Data Monografi Desa/Kelurahan.Ketitang:Pemerintah Desa
Ketitang.
Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 1985. Demam Berdarah Dengue Dan Usaha
Pemberantasannya.Semarang.Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
____________________________2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2006. Semarang.Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
____________________________2007. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
Tahun 2007. Semarang. Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
DKS Boyolali. 2009. Menuju Desa Bebas DBD, Materi Disampaikan Dalam
Pertemuan Kader Pemeriksa Jentik, Pokja Dan Pokjanal DBD Tahun 2009.
Boyolali. DKS Boyolali.
Dumai N, Darmawansyah, A.Arsunan Arsin.2007. Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan
Baruga Kota Kendari 2007. Ekologi Kesehatan.Vol.4.2.September 2007: 91-
100.
Fathi, Keman S, Wahyuni CU.2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap
Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram.Kesehatan
Lingkungan.Vol.2.Juli 2005:1-10.
Firdaus, U.2005.Penyakit Demam Berdarah Dan Cara Penanggulangannya.Media
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XV.Maret 2005:41-46.
Hasan, I.2004.Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.Jakarta:Sinar Grafika Offset.
Hasyimi M & Soekino M.2004.Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti Pada
tempat Penampungan Air Rumah Tangga Pada Masyarakat Pengguna Air
Olahan.Ekologi Kesehatan.Vol.3.1.April 2004:37-42.
Hasyimi M, Sukowati S, Kusriastuti R, Muchlastriningsih.2005.Situasi Vektor
Demam Berdarah Saat Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Kecamatan Pasar Rebo,
Jakarta Timur.Media Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan.Vol.XV.Februari.2005:14-18.
Machfoedz, I.2007.Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan
Kebidanan.Yogyakarta:Penerbit Fitramaya.
Muhidin, SA & Abdurahman M.2007.Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur Dalam
Penelitian.Bandung:CV Pustaka Setia.
Murti, Bhisma.2006.Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif Di Bidang Kesehatan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Nadezul, H.2007.Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah.Jakarta:Penerbit
Buku Kompas.
Puskesmas Nogosari 2008.Data Penderita DBD Kecamatan Nogosari 2003-
2008.Nogosari:Puskesmas Nogosari.
Satari, H I.2004.Demam Berdarah Perawatan Di Rumah & Rumah Sakit +
Menu.Jakarta:Puspa Swara.
Sitorus, H & Ambarita, LP.2004.Pengamatan Larva Aedes di Desa Sukaraya
Kabupaten Oku dan di Dusun Martapura Kabupaten Oku Timur Tahun
2004.Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XVII.Februari
2007:28-33.
Soedarto.1995.Penyakit-Penyakit Infeksi Di Indonesia.Surabaya:Widya Medika.
Soedarmo, SSP. 1988. Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta: UI-Press.
Sugito, R.1989.Aspek Entomologi Demam Berdarah Dengue, Disampaikan Dalam
Laporan Semiloka “Proceeding Seminar and Workshop The Aspect of
Dengue Haemorrhagic Fever and Its Control.Depok.
Sutaryo.2005.Mengenal Demam Beradarah.Yogjakarta:Medika.
Suyasa ING, Putra NA, Aryanta IWR.2008.Hubungan Faktor Lingkungan dan
Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kerja Pueskesmas I Denpasar
Selatan.Echotrophic.Vol.1.Maret 2008:1-6.
Syarifah, U.2007.Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan
Jentik di RW III Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang Tahun 2007.[Karya Tulis Ilmiah].Semarang.Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
WHO.1999.Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, Dan
Pengendalian.Jakarta:EGC.
Widagdo L, Husodo BT, Bhinuri.2008.Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai
Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus): di
Kelurahan Srondol Wetan, Semarang.Makara Kesehatan.Vol.12.Juni
2008:13-19.
Yudhastuti R & Vidiyani A.2005.Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, Dan
Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di
Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya.Kesehatan
Lingkungan.Vol.1.Januari 2005:2.
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER DAN CHECK LIST
Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Di RW IV
Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009
Identitas responden :
Nama responden : ___________________________________
RT/RW : ___________________________________
Tanggal wawancara : ___________________________________
Umur responden : ___________________________________
Jenis kelamin : ___________________________________
Pendidikan : ___________________________________
A. PSN DBD
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Saudara melakukan 3-M?
2. Apakah Saudara menguras Tempat
Penampungan Air (TPA) lebih dari 2 minggu?
3. Apakah Saudara menutup tempat-tempat
penampungan air?
Tempat penampungan air apa saja yang saudara
tutup? ( )
4. Apakah Saudara meletakkan tempat-tempat
penampungan air di luar rumah?
Tempat penampungan air apa saja yang berada
di luar rumah? ( )
5. Apakah Saudara mengubur atau membakar
barang-barang bekas lebih dari 2 minggu?
6. Apakah Saudara membuang barang-barang
bekas di sekitar rumah?
Barang bekas apa saja yang saudara buang di
sekitar rumah? ( )
7. Apakah Saudara menaburkan bubuk abate di
tempat-tempat penampungan air?
Darimana Saudara mendapatkan bubuk abate?
( )
Lampiran 1 lanjutan
8. Apakah Saudara memelihara ikan di tempat-
tempat penampungan air?
9. Apakah Saudara menggantung pakaian di
dinding?
10. Apakah terdapat pencahayaan di tempat
penampungan air Saudara?
B. Tempat perindukan buatan
No Pertanyaan Ada Tidak Jentik
Ada Tidak
11 Apakah terdapat tempat
perindukan buatan?
12. Apakah terdapat tempayan?
13. Apakah terdapat bak mandi?
14. Apakah terdapat drum?
15. Apakah terdapat ember?
16. Apakah terdapat tempat
penampungan air di kulkas?
17. Apakah terdapat tempat
penampungan air di dispenser?
18. Apakah terdapat vas bunga?
19. Apakah terdapat tempat minum
burung?
20. Apakah terdapat bejana?
C. Sampah padat
No Pertanyaan Ada Tidak Jentik
Ada Tidak
21. Apakah terdapat sampah padat di
sekitar rumah?
22. Apakah terdapat ban bekas?
23. Apakah terdapat kaleng bekas?
24. Apakah terdapat botol bekas?
Lampiran 1 lanjutan
3
25. Apakah terdapat pecahan kaca?
26. Apakah terdapat ember bekas?
27. Apakah terdapat drum bekas?
28. Apakah terdapat mangkok
bekas?
Lampiran 2. Hasil Analisis Bivariat
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.243a 1 .039
Continuity Correctionb 3.028 1 .082
Likelihood Ratio 4.102 1 .043
Fisher's Exact Test .056 .043
Linear-by-Linear Association 4.181 1 .041
N of Valid Casesb 68
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.78.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PSN * Jentik 68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
PSN * Jentik Crosstabulation
Count
Jentik
Total Tidak Ada
PSN Buruk 17 38 55
Baik 8 5 13
Total 25 43 68
Lampiran 2. Lanjutan Hasil Analisis Bivariat
= 1
Jentik Total
Ada Tidak
Buatan Ada 43 25 68
Tidak 0 0 0
43 25 68
Lampiran 2. Lanjutan Hasil Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sampah * Jentik 68 100.0% 0 .0% 68 100.0%
Sampah * Jentik Crosstabulation
Count
Jentik
Total Tidak Ada
Sampah Tidak 29 0 29
Ada 37 2 39
Total 66 2 68
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.532a 1 .216
Continuity Correctionb .262 1 .609
Likelihood Ratio 2.269 1 .132
Fisher's Exact Test .504 .325
Linear-by-Linear Association 1.510 1 .219
N of Valid Casesb 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .85.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 3. Gambar Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Proses Wawancara Dengan Responden
Gambar 2. Proses Wawancara Dengan Responden
Lampiran 3. Lanjutan Gambar Dokumentasi Peneltian
Gambar 3. Pengamatan Tempat Perindukan Buatan
Gambar 4. Pengamatan Tempat Perindukan Buatan
Lampiran 3. Lanjutan Gambar Dokumentasi Peneltian
Gambar 5. Sampah Padat Responden
Gambar 6. Sampah Padat Responden
Lampiran 6 . Hasil Validitas dan Reliabilitas
Correlations
satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan sembilan sepuluh total
satu Pearson Correlation 1 .302 -.061 .137 -.036 -.213 -.082 .145 .239 .284 .365*
Sig. (2-tailed) .078 .729 .433 .839 .219 .642 .406 .166 .098 .031
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
dua Pearson Correlation .302 1 .050 -.214 .471** -.118 -.147 -.053 -.023 .354
* .423
*
Sig. (2-tailed) .078 .774 .218 .004 .500 .398 .761 .894 .037 .011
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
tiga Pearson Correlation -.061 .050 1 -.145 .213 .036 .178 -.137 .239 -.213 .214
Sig. (2-tailed) .729 .774 .406 .219 .839 .307 .433 .166 .219 .217
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
empat Pearson Correlation .137 -.214 -.145 1 -.283 .151 -.264 -.103 -.082 .151 .089
Sig. (2-tailed) .433 .218 .406 .099 .387 .126 .558 .639 .387 .609
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
lima Pearson Correlation -.036 .471** .213 -.283 1 -.183 -.017 .019 .198 .050 .400
*
Sig. (2-tailed) .839 .004 .219 .099 .292 .921 .914 .254 .775 .017
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
enam Pearson Correlation -.213 -.118 .036 .151 -.183 1 -.104 .113 .149 .067 .309
Sig. (2-tailed) .219 .500 .839 .387 .292 .551 .517 .394 .704 .071
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
tujuh Pearson Correlation -.082 -.147 .178 -.264 -.017 -.104 1 .126 .021 .017 .186
Sig. (2-tailed) .642 .398 .307 .126 .921 .551 .471 .906 .921 .285
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
delapan Pearson Correlation .145 -.053 -.137 -.103 .019 .113 .126 1 .213 .377* .473
**
Sig. (2-tailed) .406 .761 .433 .558 .914 .517 .471 .219 .025 .004
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
sembilan Pearson Correlation .239 -.023 .239 -.082 .198 .149 .021 .213 1 .149 .578**
Sig. (2-tailed) .166 .894 .166 .639 .254 .394 .906 .219 .394 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Lampiran 6. Lanjutan Hasil Validitas dan Reliabilitas
sepuluh Pearson Correlation .284 .354* -.213 .151 .050 .067 .017 .377
* .149 1 .628
**
Sig. (2-tailed) .098 .037 .219 .387 .775 .704 .921 .025 .394 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
total Pearson Correlation .365* .423
* .214 .089 .400
* .309 .186 .473
** .578
** .628
** 1
Sig. (2-tailed) .031 .011 .217 .609 .017 .071 .285 .004 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
item ganjil item genap
item ganjil Pearson Correlation 1 .462*
Sig. (2-tailed) .017
N 26 26
item genap Pearson Correlation .462* 1
Sig. (2-tailed) .017
N 26 26
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 7. Hasil Rekapitulasi Data
Hasil Rekapitulasi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Berbagai Jenis Tempat Perindukan Buatan
Tempayan Bak mandi Drum Ember Penampungan kulkas Dispenser Vas bunga Tempat minum burung Bejana
1 1 1 - - - - 1 -
1 1 1 - - - - 1 -
1 1 1 - - - - - -
1 1 3 - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
23 1 - - - - - - -
- 24 - - - - - - -
Lampiran 7. Lanjutan Hasil Rekapitulasi Data
Hasil Rekapitulasi Sampah Padat Responden
Ban bekas Kaleng bekas Botol bekas Pecahan kaca
Ember bekas Drum bekas Mangkok bekas
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 3 3
4 1 1 1 1 - -
- 1 1 1 1 - -
- 1 1 6 1 - -
- 1 1 - 1 - -
- 1 1 - 1 - -
- 1 1 - 1 - -
- 1 1 - 10 - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 17 1 - - - -
- - 1 - - - -
- - 1 - - - -
- - 20 - - - -
Lampiran 7. Lanjutan Hasil Rekapitulasi Data
Hasil Rekapitulasi Jenis Kelamin dan Pendidikan Responden
Kelamin Sekolah
Laki Wanita TS SD SMP SMA S1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 2
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 1 11 -
1 1 12 1 1 - -
1 1 - 1 1 - -
1 1 - 1 1 - -
1 1 - 1 1 - -
1 1 - 1 1 - -
1 1 - 1 1 - -
1 1 - 1 18 - -
1 1 - 1 - - -
1 1 - 1 - - -
1 1 - 1 - - -
1 1 - 1 - - -
1 1 - 1 - - -
1 1 - 1 - - -
1 1 - 25 - - -
1 1 - - - - -
1 1 - - - - -
1 1 - - - - -
1 1 - - - - -
30 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 1 - - - - -
- 38 - - - - -
Lampiran 7. Lanjutan Hasil Rekapitulasi Data
Hasil Jenis Tempat Perindukan Buatan Responden
Tempayan Bak mandi Drum Ember Penampungan kulkas
Dispenser Vas bunga Tempat minum burung
Bejana
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 - 1 1 1 1
1 1 1 1 - 1 1 1 1
1 1 1 1 - 1 1 4 4
1 1 1 1 - 1 1 - -
1 1 1 1 - 6 1 - -
1 1 1 1 - - 1 - -
1 1 1 1 - - 1 - -
1 1 1 1 - - 1 - -
1 1 1 1 - - 10 - -
1 1 1 1 - - - - -
1 1 1 1 - - - - -
1 1 1 1 - - - - -
1 1 1 1 - - - - -
1 1 1 1 - - - - -
1 1 1 1 - - - - -
1 1 1 1 - - - - -
1 1 18 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
- - - - - -
1 1 - 1 - - - - -
1 1 - 42 - - - - -
Tempayan Bak Mandi Drum Ember Penampungan kulkas
Dispenser Vas Bunga Tempat Minum Burung
Bejana
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
1 1 - - - - - - -
53 1 - - - - - - -
54 - - - - - - -
Lampiran 7. Lanjutan Hasil Rekapitulasi Data
Hasil Rekapitulasi Umur Responden
≤ 40 > 40
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1 30
1 -
1 -
1 -
1 -
1 1
-
38 -