i. pendahuluaneprints.stiperdharmawacana.ac.id/164/1/skripsi revisi.pdfpurbolinggo terbagi atas 12...

58
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang berkelanjutan diarahkan pada pembangunan petanian yang lebih maju, efisien dan tangguh. Di Negara agraris seperti Indonesia, pertanian memberi kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Dengan meningkatnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) maka akan meningkat pula pendapatan suatu daerah. Pola tanam (cropping pattern) adalah suatu susunan atau urutan penanaman tanaman pada sebidang lahan dalam periode satu tahun. Menggunakan pola tanam berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen pendukung tersedia agar dapat tercipta produksi. Komponen pendukung tersebut meliputi agroklimat, tanah, tanaman, keteknikan, sosial ekonomi, hama dan penyakit. Dan pergiliran tanaman (crop rotation) adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara bergiliran pada lahan yang sama dalam periode waktu tertentu (Aak, 1993). Padi merupakan tanaman utama petani di Indonesia, padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian penduduk Indonesia. Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang banyak

Upload: trankhanh

Post on 25-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional.

Pembangunan nasional yang berkelanjutan diarahkan pada pembangunan petanian

yang lebih maju, efisien dan tangguh. Di Negara agraris seperti Indonesia,

pertanian memberi kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional.

Dengan meningkatnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) maka akan

meningkat pula pendapatan suatu daerah.

Pola tanam (cropping pattern) adalah suatu susunan atau urutan penanaman

tanaman pada sebidang lahan dalam periode satu tahun. Menggunakan pola tanam

berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen pendukung tersedia

agar dapat tercipta produksi. Komponen pendukung tersebut meliputi agroklimat,

tanah, tanaman, keteknikan, sosial ekonomi, hama dan penyakit. Dan pergiliran

tanaman (crop rotation) adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara

bergiliran pada lahan yang sama dalam periode waktu tertentu (Aak, 1993).

Padi merupakan tanaman utama petani di Indonesia, padi merupakan tanaman

pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian

penduduk Indonesia. Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang banyak

2

dibudidayakan oleh petani Indonesia. Luas panen, produksi, dan produktivitas per

hektar tanaman padi 2010-2014 di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas per Hektar Tanaman Padi DariTahun 2010 - 2014 Di Provinsi Lampung

No TahunProduksi

Luas Lahan(Ha)

Luas Panen(Ha)

Produksi(Ton)

Produktivitas(Ton/Ha)

1 2010 250.000 249.863 1.984.258 7,32 2011 250.020 249.978 2.278.609 7,53 2012 250.050 249.985 2.410.735 7,84 2013 250.100 250.003 2.613.264 85 2014 250.075 250.046 3.042.419 8,2

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015

Berdasarkan tabel 1 menjelaskan bahwa produksi padi di Provinsi Lampung setiap

tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat juga dari pertambahan luasan

tanaman padi. Pada tahun 2014 produksi padi di Provinsi Lampung mencapai

3.042.419 ton, ini menunjukan adanya keberhasilan dari program pemberian

pupuk gratis bagi petani dan program PHT (Pemberantasan Hama Terpadu) dari

pemerintah serta kemampuan petani dalam hal penerapan teknologi budidaya dan

lain-lain (BPS Lampung 2014).

Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai

pengaruh terhadap produksi padi yang cukup besar di Provinsi Lampung. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

3

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi sawah per Kabupaten/Kota

jjsdcmmdi Provinsi Lampung Tahun 2015

No Kabupaten / Kota Luas Panen(Ha)

Produksi(Ton)

Produktivitas(Ton/Ha)

123456789101112131415

Lampung BaratTanggamusLampung SelatanLampung TimurLampung TengahLampung UtaraWay KananTulang BawangPesawaranPringsewuMesujiTulang Bawang BaratPesisir BaratBandar LampungMetro

24.59041.55180.59695.383123.74031.62432.31439.62028.32822.07827.32415.50415.2891.6854.853

116.604226.628441.113509.949673.564150.339151.674186.781153.472120.275129.79173.47372.5069.22027.027

4,745,455,475,345,444,754,694,715,415,444,754,734,745,475,56

∑ 584.479 3.042.419Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Timur, menempati

urutan produksi tanaman padi kedua setelah Kabupaten Lampung Tengah dengan

total produksi sebanyak 673.564 ton. Sementara itu Kota Metro walaupun hanya

memiliki luasan panen yang relatif kecil, namun mampu memiliki produktivitas

paling unggul yaitu 5,56 ton/ha. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab,

diantaranya adalah jenis tanah, kemampuan petani, serta program-program

pemerintah setempat. Kecamatan Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan

sebagai daerah penghasil padi di Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan

Purbolinggo terbagi atas 12 desa, yang seluruh desanya merupakan daerah

penghasil padi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 tentang luas lahan, produksi, dan

produktivitas padi di Kecamatan Purbolinggo.

4

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah per Desa KecamatanPurbolinggo Tahun 2015

No Desa Luas Tanam(Ha)

Produksi(Ton)

Produktivitas(Ton/Ha)

123456789101112

Taman asriTaman bogoTaman cariTambah dadiTaman endahTaman fajarTegal gondoToto harjoTanjung intenTanjung kesumaTambah luhurTegal yoso

229237243200257265169184260239260233

1717,5189619441500

1953,220141352

1435,2192419122080

1677,6

7,588

7,57,67,68

7,87,488

7,2

∑ 2.703 21.405,5

Sumber: Korporasi Pembangunan Desa Kecamatan Purbolinggo 2015

Dari tabel 3 diatas Desa Toto Harjo memiliki hasil produksi 1435,2 ton, dengan

luas tanam 184 ha, dan mempunyai tingkat produktivitas 7,8 ton/ha (KPD

Kecamatan Purbolinggo 2015).

Desa Toto Harjo mempunyai luas lahan sawah sebesar 184 Ha sebagai lahan

usahatani, yang merupakan salah satu aset penentu peningkatan bahan pangan,

peningkatan pendapatan petani, maupun keberhasilan pelaksanaan pembangunan

di sektor pertanian. Tersedianya lahan sawah, maka diusahakan berbagai macam

usahatani untuk meningkatkan berbagai kebutuhan pangan dan meningkatkan

pendapatan petani. Dua usahatani yang di usahakan diantaranya adalah usahatani

pola rotasi padi-tembakau dan usahatani pola rotasi padi-ubikayu. Musim rendeng

petani di Desa Toto Harjo menanam tanaman padi sebagai usahataninya,

mengingat curah hujan dimusim rendeng di anggap cocok untuk tanaman padi.

5

Pada musim gadu petani mengkombinasikan dengan tanaman tembakau dan

ubikayu, yang di anggap lebih menguntungkan karna selain musim yang cocok

juga kedua tanaman ini tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak.

1.2 Perumusan Masalah

Petani di Desa Toto Harjo mempunyai pola rotasi tanam atau kebiasaan menanam

padi saat musim rendeng, dan menanam tembakau atau ubikayu saat musim gadu.

Saat musim gadu biasanya seorang petani akan memilih usahatani apa yang akan

diusahakan, dan di anggap lebih menguntungkan daripada usahatani lainnya.

Sebab petani mengelola usahatani pada dasarnya selalu mengadakan perhitungan

ekonomis dengan cara membandingkan antara produksi yang diharapkan waktu

panen dengan biaya yang dikeluarkan. Suatu usahatani bertujuan menghasilkan

produksi yang optimal dan memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya.

Hal ini dapat diartikan jika petani dihadapkan pada beberapa usahatani, maka

petani akan memilih usahatani yang memberikan pendapatan lebih besar.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahn sebagai

berikut: Bagaimana perbandingan kelayakan usahatani padi-tembakau dan

usahatani petani padi–ubikayu di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo

Kabupaten Lampung Timur ?

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui pola usahatani yang lebih baik dijadikan kegiatan usahatani

antara pola usahtani padi–tembakau dan pola usahatani padi–ubikayu di Desa

6

Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur dilihat dari aspek

finansial dan aspek kelayakan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan terhadap program-program

yang akan dibuat pada suatu daerah.

2. Bagi petani, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan

pertimbangan dalam menentukan pilihan usahatani terutama dalam mengelola

pertaniannya agar lebih baik lagi.

3. Bagi petani, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan

pertimbangan dalam menentukan pilihan usahatani terutama dalam mengelola

pertaniannya agar lebih baik lagi.

4. Bagi calon peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu

refrensi untuk melakukan penelitian sejenis lainnya.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Budidaya Tanaman

2.1.1 Padi

Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat

manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini

sebagai sumber dari bahan pangan. Tanaman padi cocok dibudidayakan di daerah

tropis seperti Indonesia. Sejarah perkembangan asal usul tanaman padi sebagai

komoditi tanaman pangan penting di dunia tidak di ketahui dengan pasti karena

sejarahnya teramat panjang dan sudah amat tua. Sebagian pakar berpendapat

bahwa tanaman padi berasal dari daerah Hilmalaya, Afrika Barat, Thailand,

Myanmar, dan Tiongkok. Catatan sejarah mengenai sejak kapan tanaman padi

dibudidayakan di Indonesia juga tidak diketahui secara pasti (Zulman Harja

Utama, 2015).

Menurut (W.D Herawati, 2012) tanaman padi berdasarkan sejarahnya, padi

termasuk dalam marga Oriza yang mempunyai ± 25 jenis yang tersebar di daerah

tropik dan subtropik seperti di Asia, Afrika, Amerika, dajn Australia.

8

Klasifikasi ilmiah tanaman padi adalah sebagai berikut:

Divisi : SpermatophytaSub Divisi : AngiospermaeKelas : MonokotyledonaeOrdo : GlumeforaeKeluarga : Graminae (Poaceae)Genus : OryzaSpesies : Oryza Sativa L. (Zulman Harja Utama, 2015)

Morfologi tanaman padi menurut (Zulman Harja Utama, 2015) terbagi dalam

beberapa bagian:

a. Akar

Merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat-zat

makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar

tanaman padi dapat dibedakan menjadi akar serabut, akar rambut dan akar tajuk.

Panjang akar tanamn padi sangat bervariasi tergantung pada varietasnya, secara

umum panjang akar tanaman padi ± 15-20 cm.

b. Batang

Tanaman padi memiliki batang silindris, agak pipih atau bersegi, berlubang atau

masif, pada buku selalu masif dan sering membesar, berbentuk herba. Batang dan

pelepah daun tidak berambut. Tinggi tanaman padi liar dapat mencapai ukuran ±

200 cm, tetapi varietas padi yang dibudidayakan secara intensif jauh lebih rendah.

c. Daun

Tanaman ini memiliki daun tunggal, 2 baris, terkadang-kadang seolah berbaris

banyak. Pelepah daun berkembang sangat baik, pada batas antara pelepah daun

dan helaian daun sering terdapat lidah. Helaian daun duduk, hampir selalu

9

berbentuk garis pada kedua sisi ibu tulang daun dengan beberapa tulang daun

yang sejajar. Helaian permukaan daun kasar, dan pada bagian ujung meruncing.

Panjang helaian daun bervariasi, umumnya antara 100-150 cm. Warna daun hijau

tua dan akan berubah kuning keemasan setelah tanaman memasuki masa panen.

d. Malai dan buah padi (gabah)

Malai merupakan sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling

atas. Bukir padi terletak pada cabang pertama dan kedua. Panjang malai

tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara menanamnya. Gabah

merupakan ovary yang sudah masak, bersatu dengan pelea. Buah ini adalah hasil

penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian seperti embrio

(lembaga), endosperm, dan bekatul.

Dalam budidaya padi ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan,

tahapan-tahapan tersebut adalah:

1. Penyiapan benih dan lahan pertanian

a. Penyiapan benih

Benih yang akan digunakan disarankan bersertifikat / berlabel biru. Kemudian

benih direndam dalam air garam (200 gram/liter air). Benih yang mengambang

dibuang. Benih yang bagus ditiriskan, dicuci lalu direndam air bersih selama 24

jam.

10

b. Penyiapan lahan

c. Waktu pengolahan lahan sebaiknya dilakukan minimal 4 minggu sebelum

penanaman dengan pembajakan, garu dan peralatan tanah. Sebelum diolah

tanah sebaiknya digenangi air sekitar 7 hari.

2. Penanaman

Jarak tanam setiap wilayah umumnya berbeda-beda, namun jarak tanam yang

dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 15 cm atau jarak tanam jejer

legowo 40 cm x 20 cm x 12,5 cm (2:1). Penanaman sebaiknya dilakukan dalam

keadaan lahan tidak tergenang. Bibit yang ditanam 1-3 batang per lubang.

3. Pemeliharaan

a. Pemupukan

Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan pupuk

kimia. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg urea/ha, 75-100 kg SP-36/ha

dan 75-100 KCL/ha. Pupuk diberikan 3 kali selama musim tanam, yaitu saat

tanaman berumur 7 hari, 14 hari dan 35 hari.

b. Penyiangan

Penyiangan rumput-rumput liar seperti rumput jawen, sunduk gengsir, teki dan

eceng gondok umumnya dilakukan selama 3 kali, biasanya pada umur 14 HST, 35

HST dan 55 HST. Penyiangan juga bisa dilakukan dengan menggunakan

herbisida berbahan aktif Glifosat.

11

c. Pengairan

Apabila kondisi air betul-betul bisa diatur (irigasi penuh) maka pemberian air

pada padi sawah tabel 4 dapat di ikuti.

Tabel 4. Pengaturan Air Sawah Irigasi

Umur/Fase Tanaman Pemberian AirTanaman- 3HST Kondisi tanah mancak-mancak4 HST – 10 HST Digenangi setinggi 25 cm11 HST – menjelang berbunga Air dipetakan dibiarkan mengering sendiri

(5-6 hari), setelah mengering petakan diairisetinggi 5 cm dan kemudian dibiarkan lagimengering sendiri

Fase berbunga 10 HSP Diairi terus setinggi 5 cm10 HSP – panen Petakan dikeringkan

Sumber: W.D Herawati, Budidaya Tanaman Padi, 2012

4. Panen

Padi siap panen berumur sekitar 30-40 hari setelah berbunga merata, jika

terlambat dipanen akan mengakibatkan banyak biji yang tercecer atau busuk

sehingga mengurangi hasil. Panen dapat dilakukan bila mencapai minimal 80%

butir gabah sudah menguning dan tangkai buah sudah merunduk dengan kadar air

gabah sekitar 23-25 %.

2.1.2 Ubikayu

Ubikayu (Manihot esculenta) termasuk tumbuhan baerbatang pohon lunak atau

getas (mudah patah). Ubikayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari

bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan

yang tinggi. Ubikayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya

mudah dan produktif. Daun ubikayu memiliki tangkai panjang dan helaian daun

menyerupai telapak tangan, tiap tangkai memiliki daun sekitar 3-8 lembar, dan

12

daun ubikayu termasuk daun majemuk dengan anak daun berbentuk elips yang

berujung runcing. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau, atau merah.

Jenis ubikayu Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan

kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-

bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh

liar di Brasil Selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua

varietas M. Esculenta dapat dibudidayakan (Rahmat Sunnara, 2001). Taksonomi

dan morfologi dalam sistematika (taksonomi) tanaman ubikayu diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSub Divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledoneaeOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : ManihotSpesies : Manihot Esculenta (suprapti lies, 2005)

Secara morfologi bagian tanaman ubikayu terdiri atas batang, daun, bunga, umbi

dan kulit umbi.

a. Batang

Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas, dengan ketinggian mencapai

lebih dari 1-4 meter. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya

berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu atau hijau kelabu.

Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak dengan struktur seperti

gabus.

13

b. Daun

Susunan daun singkong berurat, menjari dengan cangap 3-8 helai. Daun singkong,

terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat

dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasapahit sayuran lain,

misalnya pepaya dan daun kenikir.

c. Bunga

Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga

jarang berbuah.

d. Umbi

Umbi yang terbentuk mrupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai

tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memenjang,

terdiri atas kulit luar tipis berwarna kecoklatan, kulit dalam agak tebal berwarna

keputih-putihan, dan daging buah berwarna putih atau kuning (tergantung

varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar yang berbeda (Suprapti Lies,

2005)

e. Kulit Umbi

Kulit umbi menutupi umbi secara keseluruhan. Karena kulit umbi mempunyai

susunan sel serta mempunyai lapisan tertentu sehingga kulit umbi dapat dengan

mudah dipisahkan dari bagian daging umbi.

Prosedur-prosedur dalam budidaya ubikayu terbagi kedalam beberapa proses

berikut:

14

1. Pengolahan tanah

Dalam pengolahan tanah diusahakan agar tanah tersebut menjadi cukup gembur,

karena pada tanh yang gembur, perakaran / umbi akan tumbuh dengan optimal,

akar akan mudah menembus tanah. Selain untuk menggemburkan tanah

pengolahan lahan juga dapat membersihan lahan dari gulma/ rumput-rumput liar

yang tumbuh pada lahan yang akan ditanami ubikayu.

2. Sistem bertanam

Setelah lahan diolah dengan sempurna, bibit berupa stek batang dengan panjang

kurang lebih 30 cm, ditanam dengan jarak tanam 100 x 80 cm sehingga populasi

tanaman untuk luasan lahan 1 ha mencapai sekitar 12.500 tanaman. Cara

penanaman ubikayu cukup mudah, stek batang cukup ditancapkan kedalam lahan

dengan kedalaman sekitar 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga dari stek tersebut.

3. Pemeliharaan tanaman

Kegiatan dalam pemeliharaan tanaman ubikayu adalah menyulam, menyiang,

memupuk, membumbun, dan mengendalikan hama serta penyakit. Secara rinci

kegiatan pemeliharaan adalah sebagai berikut :

- Penyulaman segera dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Apabila

bibit yang digunakanm cukup baik tanman yang perlu disulam relatif sedikit,

kurang dari 5%. Adanya penyulaman yang tepat, akan memberikan

perttumbuhan yang lebih serempak / seragam.

- Penyiangan paling banyak dilakukan cukup 2 kali, terutama pada saat tajuk

dari tanaman belum saling menutup. Penyiangan pertama dilakukan pada

15

umur kurang lebih sebulan setelah penanaman, dan penyiangan kedua

dilakukan pada bulan ketiga.

- Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi, perlu diberikan pupuk organik

(pupuk kandang, kompos, dan pupuk hijau) dan pupuk penunjang berupa

pupuk anorganik seperti (Urea, NPK, SP-36). Pada umumnya dosis anjuran

untuk tanaman ubikayu adalah Urea dengan dosis 133-200 kg/ha, NPK

dengan dosis 150-200 kg/ha dan SP-36 dengan dosis 150-200 kg/ha.

4. Panen

Ubikayu dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang,

warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen ubikayu

berkisar antara 6-8 bulan untuk varietas genjah dan 9-12 bulan untuk varietas

dalam (Rahmat sunnara, 2011).

2.1.3 Tembakau

Nicotiana tabacum (Nicotiana spp.,L.) atau lebih dikenal sebagai tembakau

(tobacco) ialah sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1,8 meter dan

besar daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya

30 cm. Tanaman ini berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sejarah

tembakau pada mulanya digunaka oleh orang-orang asli Amerika untuk kegunaan

perobatan. Sedangkan di Indonesia sendiri, awal perkembangannya dimulai dari

percobaan penanaman tembakau secara besar-besaran di Indonesia dilakukan

bangsa Belanda pada tahun 1830 Van den bosch melaui cultuur stelsel yaitu

disekitar Semarang, Jawa Tengah (Haryanto Budiman, 2013).

16

Didalam dunia tumbuhan tembakau mempunyai sistematika sebagai berikut:

Kingdom : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : SolanalesFamili : SolanaceaeGenus : NicotianaSpesies : Nicotiana tabacum L. (Haryanto Budiman, 2013)

Morfologi tanaman tembakau:

1. Akar

Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar yang tunggang yang tumbuh

tegak kepusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah dengan kedalaman

50-75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu tanaman

tembakau juga memiliki bulu-bulu akar.

2. Batang

Tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tapi kuat,

makin keujung makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang

ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap

ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun. Diameter

batang sekitar 5 cm.

3. Daun

Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung

pada varietasnya. Daun yang berbentukbulat lonjong ujungnya meruncing,

sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang

menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri

17

atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah.

Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28-32 helai.

Ada bebarapa tahap yang harus di lakukan sebelum melakukan usaha budidaya

tanaman tembakau, yaitu perencanaan areal pembibitan dan penanaman

tembakau. Dalam tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap tempat yang akan

digunakan untuk usaha budidaya tanaman tembakau, mencakup kesesuaian

topografi, jenis tanah, kondisi iklim dan cuaca yang sesuai dengan musim,

perencanaan sarana dan prasaran yang mendukung usaha penanaman tembakau

dan beberapa tempat yang sesauai dengan karkteristik dari tanaman tembakau.

a. Pembibitan

Benih tembakau berukuran sangat kecil sehingga bedangan harus dibuat secermat

mungkin. Lahan dicangkul 2-3 kali agar tanah cukup gembur dan cukup terkena

sinar matahari dan angin. Kemudian dibuat bedengan setinggi 20-30 cm dan

membujur ke utara-selatan. Panjang bedengan 5 m dan lebar 1 m. Bedengan diberi

atap yang terbuat dari jerami, alang-alang, daun kelapa atau plastik yang dapat

dibuka dn ditutup. Benih ditabur sekitar 2gr/10m2 bedengan. Penaburan benih

dapat secara kering dicampur dengan pasir atau abu dapur. Kemudian bedengan

ditutup dengan pasir tidak lebih dari 2 mm. Penyiraman merupakan satu hal

penting untuk perawatan pesemaian. Penyiraman dapat dilakukan secara teratur

pagi dan sore sejak benih ditabur. Setelah bibit berumur 2-3 minggu, atap perlu

dibuka pada pagi hari dan ditutup pada siang hari. Dan pada saat lebar daun sudah

5 cm maka atap dibuka sepanjang hari. Bibit dapat dipidah setelah umur 35-50

hari.

18

b. Persiapan lahan

Pengolahan media tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan

bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran

berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah cukup

untuk menunjang pertumbuhan dalm waktu singkat. Guna memperoleh perakaran

yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman lebih dari 30 cm,

disamping upaya lain ke arah terbentuknya struktur tanah yang remah.

Untuk lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami.

Selanjutnya dilakukan pembajakan pertama dan dilanjut pembajakan kedua

dengan arah kebalikan dari bajak pertama (Maulidina, dalam Haryanto Budiman,

2013). Setelah bajak kedua kemudian dilanjut membuat guludan dengan lebar 1

meter dengan jarak antar bedengan 50 cm.

c. Penentua jarak tanam dan penanaman

Masing-masing varietas tembakau mempunyai jarak tanam yang berbeda-beda.

Untuk tembakau jenis Virginia dan Burley digunakan jarak tanam 110 cm x 50

cm, 120 cm x 50 cm, atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman sekitar

16.000 – 18.000 pohon/ha. Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari

yaitu sekitar (pukul 14.00 – 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena sinar

terik matahari. Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan

patah. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang terlebih dahulu dengan

kedalaman ± 4 cm, kemudian bibit dimasukan pada lubang dan tanah sedikit

ditekan agar pangkal batang dan akar melekat pada tanah (Haryanto Budiman,

2013).

19

d. Pemeliharaan

Seperti pada umumnya tanaman, tembakau juga memerlukan perawatan agar tetap

tumbuh dengan subur dan menghasilkan tembakau yang berkualitas.

Pemeliharaan tembakau dimulai dari umur tanaman tembakau masih muda.

Beberapa langkah pemeliharaan tanaman tembakau yaitu:

1) Pengairan dan penyiraman

Pengairan dilakukan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air 1-2 liter setiap

tanaman. Setelah 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman.

Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air 4 liter per tanaman.

Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan semakin cepat. Oleh karena

itu diperlukan 5 liter air per tanaman setiap 3 hari. Setelah 65 hari dari masa

tanam tembakau tidak memerlukan lagi penyiraman, kecuali bila cuaca sangat

kering.

2) Penyulaman

Penyulaman dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat

diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit yang baik dengan umur

sama.

3) Pembumbunan (pendangiran)

Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan

perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran

dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada

20

kedalaman 30-40 cm di dalam tanah. Pembumbunan umumnya dilakukan setelah

pengairan. Pembumbunan tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang

baik.

4) Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk menghindari adanya persaingan dalam pengambilan

unsur hara pada tanaman, menghilangkan sumber penyakit dan mempermudah

pada waktu pemupukan, pengendalian hama penyakit dan mempermudah pada

waktu pemetikan / panen. Penyiangan dilakukan setiap 3 minggu sekali, dilakukan

dengan tangan, cangkul atau dapat menggunakan herbisida.

5) Pemupukan

Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (M,P

dan K). Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah,

teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Dosis pupuk yang

umumnya diterapkan untuk tanaman tembakau Virginia adalah 76,5 kg N/ha, 82,5

kg P205/ha dan 217 kg K2O/ha.

6) Pemangkasan

Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu topping (pangkas

pucuk) dan suckering (wiwil) pembuangan tunas samping. Pemngkasan pucuk

maupun samping bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke

mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat

terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitas yang

tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual pada saat

21

button stage atau saat daun berjumlah ± 20 helai di atas daun bibit. Pemangkasan

wiwil dilakukan 3-5 hari sekali, dan di lakukan sampai panen berakhir. Saat ini

pemangkasan wiwil dapat dilakukan dengan bahan kimia Sucrusida Hyline 715

(Anonim, dalam Haryanto Budiman, 2013).

e. Panen

Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam

mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam

pemanenan tembakau adalah tingkat kematangan daun, keseragaman daun, dan

penanganan daun hasil panen.

2.2 Usahatani

Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa dalam

bidang pertanian dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, atau dengan kata

lain untuk menambah kesejahteraan petani dan memperbaiki taraf kehidupan

petani.

Menurut soekartawi (2011) usahatani adalah ilmu yang mempelajari dan

mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki petani agar berjalan secara efektif dan

efisien serta memanfaatkan sumberdaya tersebut agar memperoleh keuntungan

yang setinggi-tingginya.

Moehar (2011) usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset

dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat di artikan sebagai suatu kegiatan

yangmengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha

yang menyangkut bidang pertanian.

22

Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

dengan usahatani adalah usaha yang dilakukan petani dalam memperoleh

pendapatan dengan jalan memanfaatkan sumberdaya alam, tenaga kerja dan

modal yang mana sebagian dari pendapatan yang diterima digunakan untuk

membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani.

2.3 Teori Pendapatan

Pendapatan adalahkeuntungan atau hasil bersih yang diperoleh petani dari hasil

produksinya. Mubyanto (1987) pendapatan adalah selisih antara penerimaan

dengan biaya produksi (biaya tetap dan biaya tidak tetap).

Winardi (2000) bahwa pendapatan bersih adalah keseluruhan hasil yang diperoleh

dikurangi biaya-biaya atau benda-benda yang dijual, dari hasil penjualan akan

dicapai laba kotor, dengan jalan mengurangi pengeluaran untuk menghasilkan

benda dari laba kotor akan dicapai laba perusahaan, dan bila pajak pendapatan

dikurangi laba perusahaan maka akan diperoleh laba bersih atau pendapatan

bersih.

Menurut Hadisapoetro (1990) pendapatan ialah selisih antara penerimaan dengan

biaya yang dikeluarkan, secara matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai

berikut:

Pd = PT – (BT + BV)

Keterangan:

Pd = pendapatan (Rp)PT = penerimaan total (Rp)BT = biaya tetap (Rp)BV = biaya variabel (Rp)

23

2.4 Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh

dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan

dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode.

Soekartawi (2002) menyatakan bahwa penerimaan ialah perkalian antara produksi

yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat di rumuskan sebagai

berikut:

TRi = Yi . Pyi

Keterangan:

TR = Total penerimaan (Rp)Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg)Py = Harga Y (Rp)

2.5 Produksi

Menurut Daniel (2004) untuk meningkatkan produksi diperlukan penembahan

jenis input lain. Ini berupa input-input yang berasal dari kehidupan ekonominya

lebih luas dimana petani hidup dan bekerja, selain bibit, pupuk dan obat-obatan

perlu adanya keterampilan, perlengkapan dan pengangkutan, serta teknologi baru

yang dapat meningkatkan kemampuan petani. Jika produksi meningkat maka hasil

penjualan yang diterima petani akan meningkat pula.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kaitan produksi dengan usahatani adalah sebagai

proses perubahan pemakaian input kedalam bentuk yang bermanfaat untuk

dikonsumsi maupun untuk investasi atau untuk melakukan proses produksi

selanjutnya, sedangkan usahatani merupakan suatu unit dalam ekonomi yang

24

merupakan pengambilan keputusan- keputusan mengenai penggunaan faktor-

faktor produksi untuk menghasilakan produk- produk pertanian.

2.6 Harga

Trianti (2007) mengemukakan bahwa harga merupakan nilai tukar suatu barang

dan jasa dalam bentuk uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang

dan jasa dalam memenuhi kebutuhannya, misalnya untuk memperoleh

sumberdaya atau bahan baku yang akan digunakan untuk melakukan produksi

barang dan jasa.

Harga menjadi salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya penerimaan

petani dari usahataninya, tetapi penentuan harga tidak hanya dilihat dari jumlah

produksi yang ditawarkan namun harga jual komoditi pertanian terikat pula pada

kualitas produk yang dijual.

2.7 Biaya Produksi

Soehardjo dan Patong (1986) mengemukakan bahwa dalam kegiatan produksi,

biaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan

yang diperoleh.

Pengelolaan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Adapun yang

dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan

jumlah barang/komoditi yang diproduksi dimana petani harus tetap membayarnya

berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahataninya. Biaya ini terdiri dari

pajak lahan, penyusutan alat-alat pertanian, biaya pinjaman, sewa tanah

(Soekartawi, dkk.1986).

25

2.7.1 Biaya Tetap

Soekartawi (2002) biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap

jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Jadi biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang

diperoleh. Contohnya pajak, biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun

usahatani itu besar atau gagal sekalipun.

2.7.2 Biaya Variabel

Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2002). Contoh biaya tidak tetap adalah

pengunaan sarana produksi dalam usahatani kalau ingin produksi meningkat,

maka perlu penambahan pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain.

2.8 Analisis Finansial

Menurut Kasmir (2004), studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan usaha atau bisnis yang

akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut

dijalankan. Analisis finansial merupakan perbandingan antara pengeluaran dan

penerimaan suatu usaha, apakah usaha itu akan menjamin modalnya akan kembali

atau tidak. Analisis finansial juga mencakup perkiraan biaya operasional dan

pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, dan prakiraan

pendapatan.

Menurut kadariah (2001), yang dimaksud dengan proyek adalah keseluruhan

kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit),

26

atau suatu kegiatan dengan pengeluaraan biaya dan dengan harapan untuk

memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan ,

dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Kegiatan suatu proyek selalu

ditujukan untuk mencapai suatu tujuan dan mempunyai suatu titik tolak dan suatu

titik akhir, baik biaya maupun hasilnya yang penting besarnya dapat diukur. Suatu

proyek atau investasi akan bermanfaat, menguntungkan dan layak untuk

dikembangkan bila telah dilakukan perencanaan dan penelaahan yang matang

yang umumnya disebut dengan studi kelayakan.

Diskon faktor (DF) adalah faktor yang menerjemahkan keuntungan finansial yang

diharapkan atau biaya pada suatu tahun dimasa yang akan datang ke dalam nilai

sekarang. Secara teoritis diskon faktor di rumuskan sebagai berikut:

DF = ( )^Keterangan:

DF = diskon faktorP = tingkat suku bungan = tahun

Menurut Kasmir (2012), melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada ukuran-

ukuran terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah :

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value(NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan

antara PV Kas Bersih (PV of Proceed) dengan PV investasi (Capital Outlays)

selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal

dengan Net Present Value (NPV).

27

Rumus dalam Metode Net Present Value adalah:

PV = ( )Keterangan:

NPV = Net present valuet = waktuB = benefitC = Cost (biaya)i = tingkat bungan bank yang berlaku

Kriteria:

Jika NPV > 0, maka proyek tersebut layak untuk diusahakanJika NPV < 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakanJika NPV = 0 , maka proyek tersebut dalam keadaan berak event point.

2) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross benefit cost ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan/

manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Gross B/C

dapat dirumuskan sebagai berikut:

/ = B C = { ∑ B (1 + i) } { ∑ C (1 + i) }Keterangan:

Gross B/C = Gross benerfit cost ratioBt = Benefit/ penerimaan bersih tahun tCt = Cost / biaya pada tahun ti =Tingkat bungat =Tahun (waktu ekonomis)

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C = 1, maka proyek tersebut dalam keadaan break event point.

28

3) Payback Period(PP)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2004), metode payback period (PP) merupakan

teknik penilaian jangka waktu (peroide) terhadap pengembalian investasi proyek

atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed).

Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pula pengembalian

modal/investasi suatu proyek atau usaha. Rumus payback period secara matematis

adalah sebagai berikut:

PP = x 1 tahun

Keterangan:

Outlay = Biaya investasiProceed = Jumlah uang yang diterima

4) R/C Ratio (R/C)

Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C Rasio merupakan metode analisis

untuk mengatur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan dan

biaya. Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian

usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Rumus R/C Rasio secara matematis

adalah sebagai berikut:

R/C = Penerimaan totalBiaya total

Dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika R/C > 1 maka usahatani menguntungkan.2) Jika R/C < 1 maka usahatani tidak menguntungkan.3) Jika R/C = 1 maka usahatani tersebut Break Event Point (impas).

29

2.9 Kerangka Pemikiran

Dalam mengusahakan suatu usahatani tujuan utama petani adalah memperoleh

keuntungan yang sebanyak-banyaknya dan mensejahterakan hidup keluarganya.

Untuk itu dalam memilih suatu jenis usahatani diperlukan perhitungan yang

matang-matang. Pemilihan jenis usahatani yang tepat akan memberi keuntungan

yang lebih maksimal. Pada penelitian ini penulis akan menganalisis pendapatan

usahatani padi, tembakau, dan ubikayu. Analisis pendapatan yang dilakukan tidak

terlepas dari unsur-unsur pendapatan itu sendiri yang meliputi : biaya produksi,

harga jual, dan penerimaan hasil usahatani. Untuk lebih jelasnya kerangka

pemikiran akan digambarkan dalam bentuk diagram pada gambar berikut.

Gambar 1. Kerangka pemikiran perbedaan pendapatan antara petani padi-

tembakau dan padi-ubikayu.

Padi - Tembakau

Biaya produksi :biaya tetap + biaya

variabel

Penjualan

Pendapatan Padi -Tembakau

Padi-UbikayuUsahatani

Biaya produksi :biaya tetap + biaya

variabel

Penjualan

Harga

ProduksiPendapatan Padi

Ubikayu

Kelayakanusahatani

30

2.10 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Diduga

usahatani petani padi-tembakau lebih layak di usahakan sebagai usahatani

daripada usahatani padi-ubikayu di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo

Kabupaten Lampung Timur.

31

III. METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

Untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkinterjadi dalam

penelitian ini, maka definisi variabel-variabel yang digunakan perlu diberikan

batasan-batasan uraian sebagai berikut.

Pendapatan merupakan pendapatan bersih yang diterima oleh petani yang

merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total

yang dinyatakan dalam rupiah ( Rp ) perpanen.

Penerimaan merupakan jumlah uang yang diterima oleh petani dari penjualan

output usahatani, sebelum dikurangi biaya dengan biaya usahatani, dinyatakan

dalam satuan rupiah (Rp).

Produksi adalah hasil dalam bentuk barang dan jasa yang digunakan untuk

konsumsi maupun investasi atau untuk melakukan proses produksi selanjtnya.

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani,

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi

yang bersifat tetap, misalnya biaya sewa tanah, pajak, sewa alat-alat, dan lain

sebagainya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

32

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk keperluan

pembelian input-input, misalnya bibit, pestisida, pupuk, dan lain sebagainya yang

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Harga adalah nilai produk/kg yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban

manusia.

Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga dinamai

sama.

Ubikayu adalah tanaman perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku

Euphorbiaceae.

Sarana produksi merupakan elemen pendukung dalam kegiatan usahatani,

misalnya pupuk, bibit, pestisida, dan lain sebagainya. Biasanya dinyatakan dalam

bentuk rupiah (Rp).

Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang

sejenis dan dinyatakan dengan cara yang sederhana.

Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan

maksud untuk memperoleh hasil dari kegiatan taninya.

Biaya pupuk adalah jumlah yang dibayarkan untuk memperoleh pupuk tersebut,

diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya pestisida adalah jumlah yang dibayarkan untuk memperoleh pestisida

tersebut, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

33

Pupuk adalah jumlah pupuk organik maupun anorganik yang digunakan pada

usahatani yang ada di daerah penelitian, diukur dalam satuan kg (kg).

Pestisida adalah obat yang digunakan untuk mengatasi hama dan penyakit yang

menyerang tanaman yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam satuan liter (lt).

Harga pupuk Urea adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk yang

digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam satuan

(Rp/kg).

Harga pupuk NPK adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk

yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam

satuan (Rp/kg).

Harga pupuk SP-36 adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk

yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam

satuan (Rp/kg).

Harga pupuk NPK Fertila adalahadalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

pupuk yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur

dalam satuan (Rp/kg).

Harga pupuk Mutiara Kno3 adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

pupuk yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur

dalam satuan (Rp/kg).

Gross Benefit Cost Ratio (gross B/C) adalah merupakan perbandingan antara

penerimaan / manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.

34

Net Present Value (NPV)merupakn net benefit yang telah di diskon dengan

menggunakan Social Opportunity Cost Of Capital (SOCC) sebagai diskon faktor.

Payback Periode adalah jangka waktu pengembalian investasi proyek atau usaha.

R/C Ratio adalah alat ukur kelayakan suatau usahatani.

Komparatif adalah kegiatan membandingkan dua unsur atau lebih.

2.4 Waktu Dan Termpat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan februari - april 2016. Dengan lokasi

penelitian di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung

Timur. Di Kecamatan Purbolinggo ada 12 Desa, namun peneliti lebih memilih

Desa Toto Harjo dengan alasan, Desa Toto Harjo memiliki pola tanam yang

sesuai dengan judul peneliti, yaitu petani menanan ubikayu dan tembakau setelah

musim rendeng. Dibanding Desa yang lain, Desa Toto Harjo lebih memiliki

luasan panen tembakau yang lebih banyak ketimbang Desa lainnya. Tanaman padi

yang akan di analisis adalah tanaman padi pada musim rendeng, sementara

tanaman tembakau dan ubikayu adalah tanaman dimusim gadu.

2.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang langsung diambil dari petani yang dikumpulkan

dengan menggunakan teknik:

1. Kuesioner / daftar pertanyaan2. Interview / wawancara langsung dengan petani3. Observasi

35

Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari Dinas / Instansi yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. pengambilan data sekunder

dipergunakan teknik dokumentasi ( studi literatur ).

3.4 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode komputerisasi.

Data yang diperoleh disederhanakan akan diolah secara komputerisasi dengan

menggunakan program excel danprogram lain yang mendukung.

3.5 Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

3.5.1 Populasi

Populasi adalah seluruh individu / unit pada suatu area penelitian yang akan

dijadikan objek penelitian, dalam hal ini adalah seluruh anggota Gabungan

Kelompok Tani Rejeki Makmur Di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo

Kabupaten Lampung Timur yang berjumlah 118 petani.

Dengan perincian sebagai berikut:

1) Petani padi – tembakau = 42 petani

2) Petani padi – ubikayu = 76 petani

Jumlah = 118 petani

3.5.2 Sampel

Sampel adalah merupakan unit / individu dari sejumlah populasi yang ada. Untuk

mendapatkan jumlah sampel, maka dipergunakan rumus yang dikemukakan oleh

Yamane, dengan rumus sebagai berikut:

36

Keterangan:

n= ukuran sampelN = jumlah populasi(di)2= presisi atau tingkat ketelitian, dalam hal ini dipergunakan presisi sebesar

10 %

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui ukuran sampel yang

dipergunakan dalam penelirian ini yaitu:

n = .( , )^ = 54selanjutnya untuk mengetahui jumlah sampel yang akan dipergunakan dalam

penelitian ini, maka dipergunakan rumus sebagai berikut:

keterangan:

nk = jumlah sampeln = ukuran sampelNh = sub populasiNk = total populasiIB. Teken, 1998.Berdasarkan jumlah ukuran sampel tersebut di atas, maka dapat dicari jumlah

sampel untuk masing-masing populasi petani padi – tembakau dan petani padi –

ubikayu adalah sebagai berikut:

1) Petani padi – tembakau

n =. = 19

n = ( )^

= . ℎ

37

2) Petani padi – ubikayu

n =. = 35

3.5.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah aktivitas mengumpulkan sampel, bertujuan untuk

memperoleh keterangan mengenai subyek yang diteliti. Adapun teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini adalah taknik Simple Random Sampling

dengan cara undian (Soekartawi 2002).

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Pendapatan Padi-Tembakau

untuk menghitung pendapatan digunakan rumus yang dikemukakan oleh Hadi

Saputro (1990) dengan rumus sebagai berikut.

Pendapatan padi:

Pendapatan tembakau:

Keterangan:

Pd = pendapatan ..................... (Rp)PT = penerimaan total ............ (Rp)BT = biaya tetap ..................... (Rp)BV = biaya variabel ................ (Rp)

Jadi pendapatan padi-tembakau adalah :

Pd padi = PT – (BT + BV)

Pd tembakau = PT – (BT + BV)

Pd padi-tembakau = Pd padi + Pd tembakau

38

Keterangan:

Pd padi = pendapatan padi ................. (Rp)Pd tembakau = pendapatan tembakau ........ (Rp)

3.6.2 Pendapatan Padi-Ubikayu

Pendapatan padi:

Pendapatan ubikayu:

Keterangan:

Pd = pendapatan ..................... (Rp)PT = penerimaan total ............ (Rp)BT = biaya tetap ..................... (Rp)BV = biaya variabel ................ (Rp)

Jadi pendapatan padi-ubikayu adalah :

Keterangan:

Pd padi = pendapatan padi ................. (Rp)Pd tembakau = pendapatan tembakau ........ (Rp)

3.6.3 Analisis Kelayakan Usahatani

Diskon faktor (DF) adalah faktor yang menerjemahkan keuntungan finansial yang

diharapkan atau biaya pada suatu tahun dimasa yang akan datang ke dalam nilai

sekarang. Secara teoritis diskon faktor di rumuskan sebagai berikut:

DF = ( )^

Pd padi = PT – (BT + BV)

Pd ubikayu = PT – (BT + BV)

Pd padi-tembakau = Pd padi + Pd ubikayu

39

Keterangan:

DF = Diskon faktorP = Tingkat suku bungan = Tahun

Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani padi-tembakau dan usahatani padi-

ubikayu, menurut Kasmir (2012), melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada

ukuran-ukuran terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya

adalah:

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value(NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan

antara PV Kas Bersih (PV of Proceed) dengan PV investasi (Capital Outlays)

selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal

dengan Net Present Value (NPV).

Rumus dalam Metode Net Present Value adalah:

PV = ( )Keterangan:

NPV = Net present valuet = waktuB = benefitC = Cost (biaya)i = tingkat bungan bank yang berlaku

Kriteria:

Jika NPV > 0, maka proyek tersebut layak untuk diusahakanJika NPV < 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakanJika NPV = 0 , maka proyek tersebut dalam keadaan berak event point.

40

2) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross benefit cost ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan/

manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Gross B/C

dapat dirumuskan sebagai berikut:

/ = B C = { ∑ B (1 + i) } { ∑ C (1 + i) }Keterangan:

Gross B/C = Gross benerfit cost ratioBt = Benefit/ penerimaan bersih tahun tCt = Cost / biaya pada tahun ti =Tingkat bungat =Tahun (waktu ekonomis)

Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:

Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C = 1, maka proyek tersebut dalam keadaan break event point.

3) Payback Period(PP)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2004), metode payback period (PP) merupakan

teknik penilaian jangka waktu (peroide) terhadap pengembalian investasi proyek

atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed).

Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pula pengembalian

modal/investasi suatu proyek atau usaha. Rumus payback period secara matematis

adalah sebagai berikut:

PP = x 1 tahun

41

Keterangan:

Outlay = Biaya investasiProceed = Jumlah uang yang diterima

4) R/C Ratio (R/C)

Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C Rasio merupakan metode analisis

untuk mengatur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan dan

biaya. Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian

usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Rumus R/C Rasio secara matematis

adalah sebagai berikut:

R/C = Penerimaan totalBiaya total

Dengan kriteria sebagai berikut:

Jika R/C > 1 maka usahatani menguntungkan.Jika R/C < 1 maka usahatani tidak menguntungkan.Jika R/C = 1 maka usahatani tersebut Break Event Point (impas).

42

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum

Desa Toto Harjo adalah salah satu Desa di Kecamatan Purbolinggo yang memiliki

potensi cukup besar khususnya dibidang pertanian, karna separuh dari luasan

wilayahnya adalah lahan pertanian. Letak Desa Toto Harjo juga sangat stetegis,

yaitu sekitar 1 km dari kecamatan Purbolinggo dan 16 km dari Kabupaten

Lampung Timur. Desa Toto Harjo terbagi dalam 5 (lima) dusun, dan jumlah RT

sebanyak 15. Dengan batas – batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Desa Tegal Gondo

b. Sebelah Selatan : Desa Tambah Luhur

c. Sebelah Barat : Desa Tanjung Intan

d. Sebelah Timur : Desa Tegal Gondo

4.2 Luas Wilayah dan Penggunaannya

Desa Toto Harjo mempunyai luasan wilayah yang terbagi dalam beberapa lahan,

diantaranya lahan pekarangan, sawah, ladang perkebunan dan fasilitas umum.

Luas desa Toto Harjo 454,20 ha, terdiri dari pekarangan 126,30 ha, lahan sawah

seluas 194 ha, peladangan 84,50 ha, perkebunan 29 ha, serta 20,40 ha untuk

fasilitas umum, seperti masjid, musola, gereja, lapangan olahraga. Secara

keseluruhan tertera pada Tabel 5.

43

Tabel 5. Penggunaan Lahan Di Desa Toto Harjo Kecamatan PurbolinggoKabupaten Lampung Timur

No Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)12

3

4

PekaranganLahan sawah:- Sawah irigasi teknis- Sawah irigasi non teknisPeladangan:- UbikayuPerkebunan- Karet- sawitFasilitas umum

126,30

1940

84,50

1316

20,40

Jumlah 454,20Sumber : KPD Purbolinggo dalam angka Tahun 2015

4.3 Jenis Tanah dan Iklim

Jenis tanah di Desa Toto Harjo umumnya Padsolik Merah Kuning dengan tekstur

pasir berliat dengan tinggi tempat 25 M dari permukaan laut. Cuaca rata-rata

harian di Desa Toto Harjo adalah 28oC. Saat siang hari berkisar antara 32oC,

sedangkan pada malam hari mencapai 23oC. Desa Toto Harjo mempunyai iklim

tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim

kemarau berada di bulan Juni dan Nopember, sedangkan musim penghujan berada

di bulan Desember hingga Mei. Suhu di Desa Toto Harjo relatif sedang, saat

kemarau mencapai 22oC, sedangkan saat musim penghujan suhu mencapai 22oC.

Suhu rata-rata di Desa Toto Harjo adalah 27,80oC.

4.4 Keadaan Penduduk

Desa Toto Harjo tahun 2016 tercatat jumlah penduduk 3809 jiwa. Terdiri atas

1926 penduduk laki – laki, dan 1883 penduduk perempuan, dengan jumlah

44

kepalakeluarga (KK) sebanyak 1067 kepala keluarga. Secara rinci jumlah

penduduk desa Toto Harjo tertera pada tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Toto HarjoKecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur

No Jenis Kelamin Jumlah1

2

Laki-laki :- dewasa- anak – anakperempuan :- dewasa- anak – anak

1120806

1059824

Jumlah Total 3809Sumber : KPD Purbolingggo dalam angka Tahun 2015

4.5 Kelembagaan Petani

Jumlahkelompok tani yang ada Di Desa Toto Harjo sebanyak 12 kelompok tani

dengan klasifikasi lanjut yang tergabung dalam Gapoktan Harjo Makmur. Berikut

data kelompok tani Di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten

Lampung Timur yang tersaji dalam tabel 7

Tabel 7. Daftar Kelompok Tani Di Desa Toto Harjo Kecamatan PurbolinggoKabupaten Lampung Timur

NoNama Kelompok

TaniKelas Kelompok Tani

Pemula Lanjut Madya Utama12345678910

Usaha majuRaharjoSri raharjoTeguh raharjoSri makmurTani makmurSri rejekiRejeki makmurRejeki jayaRahayu utama

----------

**********

----------

----------

Keterangan : * = tanda kelas kelompok

Sumber : RK PPL Desa Toto Harjo Tahun 2015

45

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sejumlah 10 kelompok tani yng ada di desa toto

harjo seluruhnya termasuk dalam kelas kelompok tani kategori lanjut.

4.6 Diskripsi Variabel-Variabel Penelitian

4.6.1 Umur Responden

Berbagai hasil penelitian telah mengungkapkan bahwa kematangan umur akan

mempengaruhi pola pikir, corak, dan perilaku formal maupun informal. Selain itu

umur juga akan mempengaruhi emosionalisme dan rasionalisme. Faktor umur

juga menjadi acuan seseorang dalam mempertimbangkan keputusan yang di ambil

terhadap usahatani yang dilakukannya.hasil penelirtian menunjukkan bahwa umur

responden berkisar antara 28-48 tahun dengan distribusi responden dapat dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8. Sebaran Umur Responden

Kriteriaumur

Jumlah responden Presentasi (%)Petani padi-tembakau

Petani padi-ubikayu

Petani padi-tembakau

Petani padi-ubikayu

<2526 – 3435 - 45

>46

-991

--

287

-47,3647,365,263

--

8020

Jumlah 19 35 100 100Sumber : pengolahan data primer 2016

Pada tabel 8 diketahui bahwa mayoritas sebaran umur responden petani padi-

tembakau relatif muda yaitu 26 - 45 tahun sebanyak 18 orang (94,72%).

Sedangkan sebaran umur responden petani padi-tembakau semua antara usia 35 –

45 sebanyak 28 orang (80%). Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata umur

petani padi-tembakau lebih produktif daripada usia petani padi-ubikayu.

46

4.6.2 Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan adalah luas lahan yang digunakan untuk berusahatani pada

saat penelitian dilakukan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha.

Skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu

usaha pertanian dan mempengaruhi pendapatan petani (Soekartawi, 1993). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa luas lahan garapan berkisar antara 0,25 – 1 hektar.

Adapun sebaran luasan lahan petani tersaji pada tabel 9.

Tabel 9. Luas Lahan Petani Responden

NoLuaslahan(ha)

Jumlah respondenjumlah

totalresponden

Persentase (%)

Padi-tembakau

Padi-ubikayu

Padi-tembakau

Padi-ubikayu

1 0,25 8 11 19 42,10 31,422 0,5 5 13 18 26,31 37,143 0,75 3 5 8 15,78 14,284 1 3 9 15,78 17,14

Jumlah 19 35 54 100 100Sumber : pengolahan data primer, 2016

Dari tabel 9 diatas dapat diketahui rata-rata responden memiliki luasan lahan 0, 25

ha dan 0,5 ha, yaitu sebanyak 19 orang (73,52%) dan 18 orang (63,45%).

Sedangkan sisanya 8 orang mempunyai lahan 0,75 ha (30,06%) dan 9 orang

mempunyai lahan 1 ha (32,92%). Dari data diatas menunjukkan bahwa rata-rata

petani mempunyai lahan 0,5 hektar.

4.6.3 Status Kepemilikan Lahan

Lahan merupakan hal yang sangat penting dalam berusahatani. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan diketahui bahwa rata-rata luas lahan garapan responden

47

petani adalah 0,5 hektar, sebaran status lahan yang dimiliki petani responden

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Status Kepemilikan Lahan Garapan

Status Lahan(Ha)

Jumlah Sampel Petani Presentase (100%)Padi-

TembakauPadi-

UbikayuPadi-

UbikayuPadi-

TembakauMilik sendiri

Milik orang lain19-

35-

100-

100-

Jumlah 19 35 100 100Sumber : data primer 2016

Berdasarkan tabel 10 bahwa status penguasaan lahan seluruh responden adalah

milik sendiri. Keadaan ini dikarnakan sebagian besar lahan yang dimiliki

diperoleh dari warisan atau hibah dari orang tua sehingga lahan yang digunakan

sebagai tempat untuk berusahatani adalah milik sendiri.

4.7 Penggunaan Sarana Produksi

4.7.1 penggunaan bibit

a. padi

Bibit yang digunakan responden petani padi untuk berusahatani adalah bibit lokal

yang sebagian besar berasal dari daerah tersebut. Ketersediaan benih merupakan

salah satu faktor yang penting dalam berusahatani. Petani responden daerah

penelitian melakukan pembibitan sendiri yang diambil langsung dari lahan pada

saat panen dengan memilih tanaman padi yang di anggap terbaik. Setelah

dilakukan perhitungan, maka didapat rata-rata harga bibit yang diperoleh petani

adalah Rp. 11.000,00/kg.

48

b. Tembakau

Bibit tembakau yang digunakan oleh petani tembakau berasal dari perusahaan

yang bermitra dengan petani tembakau. Petani tembakau membeli bibit tembakau

yang sudah siap tanam. Hal ini disebabkan karena penyemaian benih tembakau

terbilang sedikit rumit. Dari hasil penelitian yang dilakukan bibit tembakau yang

diperoleh oleh petani tembakau dibeli dengan harga Rp.100,00/bibit.

c. Ubikayu

Bibit ubikayu yang digunakan dalam kegiatan usahatani petani ubikayu berasal

dari bibit lokal yang dibeli dari pemborong ubikayu. Bibit ini umumya berasal

daerah sekitar petani responden. Setelah dilakukan penelitian pada responden rata-

rata harga bibit ubikayu adalah Rp. 11. 714,29 /ikat.

4.7.2 Penggunaan Pupuk

Pupuk memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan

produksi komoditas petanian. Pupuk yang berimbang dan sesuai kebutuhan

tanaman telah membuktikan mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan

petani yang lebih baik. Pupuk yang digunakan petani responden dalam kegiatan

ushatani di daerah penelitian adalah pupuk Urea, NPK Phonska, Sp-36, NPK

Fertila dan NPK KnO3. Saat ini petani responden tidak lagi menggunakan pupuk

KCL dikarenakan harga pupuk KCL yang cukup mahal dan jarang ditemukan

dipasaran. Harga rata-rata pupuk yang berlaku di daerah penelitian yaitu pupuk

Urea Rp. 1.800,00/kg, NPK Phonska Rp. 2.500,00/kg, Sp-36 Rp. 2.000,00/kg,

NPK Fertila Rp. 9.800,00/kg dan NPK KnO3 Rp. 19.800,00/kg. Rata-rata

49

penggunaan pupuk oleh petani responden dalam sekali tanam dapat dilihat pada

tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata penggunaan pupuk dalam sekali usahatani

UsahataniUrea(Kg)

NpkPhonska

(Kg)

Sp-36(Kg)

NpkFertila(Kg)

NpkKno3(Kg)

Dolomite(Kg)

Padi-ubikayuPadi-tembakau

200200

200200

100100

-20

-50

-400

Jumlah 400 400 200 20 50 400Sumber : data primer 2016

4.7.3 Penggunaan Pestisida

Pestisida merupakan suatu bahan atau campuran bahan untuk memcegah, menolak

atau mengurangi hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida yang

dipakai secara umum oleh petani responden di Desa Toto Harjo adalah fungisida,

insektisida dan herbisida. Pestisida adalah pestisida kimia yang digunakan untuk

membrantas serangan hama dan penyakit dalam kegiatan usahatani. Penggunaan

pestisida di daerah penelitian tidak dilakukan secara manual, tetapi menggunakan

alat bantu yang di sebut sprayer. Hal ini dilakukan oleh petani untuk menghemat

waktu pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja yang terlalu banyak. Jenis pestisida

yang digunakan yaitu Gramaxone, Ally, Sindat, Antracol, Metindo, Fujiwan,

Score, Fastac, Dharmabas, Sidabas, Bentan, Regent, Furadan, Decis.

4.7.4 Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam mengelola

usahatani. Penggunaan tenaga kerja digunakan dalam kegiatan persiapan lahan,

penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan. Tenaga-tenaga tersebut

50

terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita yang disamaratakan dalam satuan Hari

Orang Kerja (HOK) dengan standar jam kerja sebanyak 8 jam kerja per hari.dalam

perhitungan usahatani, tenaga kerja terbagi dalam tenaga kerja dalam keluarga dan

tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata jumlah penggunaan tenaga kerja dalam

usahatani padi-ubikayu dan usahatani padi-tembakau dalam satu kali musim

tanam oleh petani responden dapat dilihat pada tabel 12 dan tabel 13.

Tabel 12. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Manusia Per Hektar SelamaMusim Tanam Padi-Ubikayu di Desa Toto Harjo KecamatanPurbolinggoKabupaten Lampung Timur Dalam Satuan Hari OrangKerja (HOK).

NoJenis

Usahatani Kegiatan

Jumlah TenagaKerja Presentase

OrangDalam

OrangLuar

OrangDalam

OrangLuar

1 Padi - Pembuatan tempatsemai

- Pembajakan- Pembersihan

pematang- Perbaikan

pematang- Pencabutan benih- Penggarisan lahan

1

-1

1

22

2

22

2

33

1,92

-1,92

1,92

3,843,84

3,84

3,843,84

3,84

5,765,76

- Tanam - 10 - 19,23

- Pemupukan 1 1 1,92 1,92- Penyemprotan 1 1 1,92 1,92- Panen 1 16 1,92 30,76

Jumlah 19,2 80,712 Ubikayu - pembajakan lahan

- finishing parit- Tanam

-11

223

-2,942,94

5,885,888,82

- Pemupukan 1 1 2,94 2,94- Penyemprotan 1 1 2,94 2,94

- Panen - 20 - 58,82Jumlah 11,76 85,28

Sumber : data primer 2016

51

Dari tabel 12 diatas terlihat penggunaaan tenga kerja terbanyak pada kegiatan

usahatani ubikayu adalah pada saat panen ubikayu proses pemanenan juga masih

membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yaitu sebanyak 20 orang. Sementara

untuk kegiatan usahatani padi penggunaan tenaga kerja terbanyak juga pada saat

panen padi, yaitu 16 orang luar keluarga dan 1 orang dalam keluarga. Panen padi

di daerah penelitian masih dilakukan secara manual sehingga masih

membutuhkan tenaga kerja banyak.Secara umum tenaga kerja yang berasal dari

luar keluarga lebih banyak digunakan dalam usahatani padi-ubikayu.

Tabel 13. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Manusia Per Hektar SelamaMusim Tanam Padi-Tembakau di Desa Toto Harjo KecamatanPurbolinggo Kabupaten Lampung Timur Dalam Satuan Hari OrangKerja (HOK).

NoJenis

Usahatani

Kegiatan

Jumlah TenagaKerja Presentase

OrangDalam

OrangLuar

OrangDalam

OrangLuar

1 Padi - Pembuatantempat semai

- Pembajakan- Pembersihan

pematang- Perbaikan

pematang- Pencabutan

benih- PenggarisanLahan

1

-1

1

1

1

3

22

2

2

1

2,08

-2,08

2,08

2,08

2,08

6,25

4,164,16

4,16

4,16

2,08

- Tanam - 10 - 20,83

- Pemupukan 1 1 2,08 2,08- Penyemprotan 1 1 2,08 2,08- Panen 1 16 2,08 33,33

Jumlah 16,64 83,292 Tembakau - Pembabatan

lahan- Pembajakan- Pembuatan

guludan

1

-1

1

24

2,56

-2,56

2,56

5,1210,25

52

- Tanam 2 8 5,12 20,51- Pemupukan 2 6 5,12 15,38

- Penyemprotan 1 2 2,56 5,12

- Panen 2 7 5,12 17,94Jumlah 23,04 76,88

Sumber : data primer 2016

Dari tabel 13 terlihat bahawa penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar

keluarga masih dominan. Pada usahatani padi oenggunaan tenaga kerja luar

keluarga terbanyak pada saat panen, yaitu sebanyak 16 orang luar keluarga dan 1

orang dalam keluarga. Ini disebabkan pada saat panen dibutuhkan tenaga kerja

yang banyak, karena proses pemanenan padi masih dilakukan secara manual.

Sementara pada usahatani tembakau penggunaan tenaga kerja terbanyak adalah

pada saat tanam, yaitu 10 orang dengan masing 2 orang luar keluarga dan 8

orang dalam keluarga .

4.7.4 penggunaan peralatan

Peralatan yang digunakan dalam usahatani padi-tembakau dan padi-ubikayu

merupakan peralatan sederhana dan mudah didapatkan, yaitu cangkul, sabit,

handsprayer, golok, gergaji, ember, wungkal, linggis, garuk dan gancu. Nilai

penyusutan peralatan dapat dilihat pada tabel 14 dan tabel 15.

Tabel 14. Rata-Rata Nilai Penyusutan Alat Untuk Usahatani Padi-Ubikayu diDesa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

Jenis Peralatan Nilai penyusutan (Rp/Tahun)Sabit 19143Cangkul 21314Gergaji 18052Gancu 14000Garuk 14056Handsprayer 60400Ember 5648

53

Linggis 9250Golok 21762Wungkal 9743Rata-rata penyusutan 19337

Sumber : data primer 2016

Tabel 15. Rata-Rata Nilai Penyusutan Alat Untuk Usahatani Padi-Tembakau diDesa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

Sumber : data primer 2016

Rata-rata umur ekonomis untuk cangkul, sabit, handsprayer, golok, gergaji,

ember, wungkal, linggis, garuk dan gancu adalah 1-5 tahun, tergantung perawatan

dan pemakaian.

4.7.5 Analisis Finansial Usahatani Padi-Ubikayu Dan Usahatani Padi-Tembakau

Analisis finansial digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah biaya

yang dikeluarkan dengan penerimaan dari suatu proses produksi, apakah proses

produksi itu layak untuk di usahakan dan dapat memberikan keuntungan. Asumsi

yang dipakai adalah usahatani tembakau da ubikayu yang sejak tahun 2009 hingga

tahun 2015 mulai berkembang di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo

Kabupaten Lampung Timur.

Jenis Peralatan Nilai Penyusutan (Rp/Tahun)Sabit 18947Cangkul 20737Gergaji 18011Gancu 14015Garuk 14727Handsprayer 59867Ember 4825Linggis 9429Golok 23750Wungkal 9579Rata-rata Penyusutan 19389

54

pada lampiran 1 perhitungan analisis dilakukan berdasarkan data yang diambil

pada saat olah data dilakukan, dengan tingkat suku bunga Bank Rakyat Indonesia

(BRI) dengan tingkat suku bunga 19,25% per September 2016.

Pola tanam petani responden ada 2 tipe, yaitu menanam padi saat musim rendeng,

menanam ubukayu saat musim gadu, dan menanam padi saat musim rendeng,

menanam tembakau saat musim gadu. Dari hasil perhitungan NPV, Gross B/C, PP

dan R/C Ratioterlihat perbandingan keuntungan dan mana usahatani yang lebih

layak diusahakan sebagai kegiatan berusahatani, dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 16. Analisis Finansial Komparatif Kegiatan Usahatani Padi-Ubikayu danUsahatani Padi-Tembakau di Desa Toto Harjo Kecamatan PurbolinggoKabupaten Lampung Timur/ha/tahun Pada Tingkat Suku Bunga

19,25% (df=19,25%)

KriteriaNilai

Padi-Ubikayu Padi-TembakauNet present value Rp. 100.134.701,4 Rp. 122.060.596,1Gross B/C 2,31 2,38Payback period 0,75 0,72

Sumber : pengolahan data primer 2016

a. Analisis Net Present Value (NPV)

Kelayakan suatu usaha dinilai jika NPV lebih dari nol (NPV positif), hal ini berarti

bahwa penerimaan bersih (benefit) suatu usaha lebih besar dari total biaya (cost)

yang dikeluarkan. Dari tabel 16 terlihat bahwa NPV dari kedua pola kombinasi

usahatani sama-sama lebih dari nol atau bernilai positif, atau dengan kata lain

kedua pola kombinasi usahatani tersebut layak diusahakan sabagai usahatani. Dari

tabel 16 juga terlihat perbandingan NPV antara usahatani padi-ubikayu dengan

usahatani padi-tembakau, pada tingkat suku bunga 19,25% menunjukkan NPV

usahatani padi tembakau adalah Rp. 122.060.596,1/ha/7tahun, sedangkan

55

usahatani padi-ubikayu hanya Rp. 100.134.701,4/ha/7tahun. Hasil analisis NPV

tersebut juga menunjukkan bahwa selisih antara nilai sekarang dari penerimaan

dan nilai sekarang biaya yang telah dikeluarkan bernilai positif. Dengan masing-

masing sebesar Rp. 122.060.596,1 untuk usahatani padi-tembakau dan Rp.

100.134.701,4 yang artinya ini menghasilkan keuntungan bersih nilai sekarang

sebesar Rp. 122.060.596,1 dan Rp. 100.134.701,4 pada tahun ke 7. NPV

mempunyai arti penting dalam suatu kegiatan usahatani, karena nilai NPV akan

menunjukkan seberapa besar keuntungan atau penerimaan yang kita dapat

pertahun selama berusahatani.

b. Analisis Gross B/C Ratio

Merupakan rasio dari pendapatan (benefit) dibandingkan dengan (cost) yang telah

dihitung nilai sekarangnya (telah di discount factor). Analisis ini pada dasarnya

tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Tabel 16 terlihat nilai gross B/C dari

kedua pola kombinasi usahatani tersebut mempunyai nilai gross B/C > 1. Dengan

kata lain kedua pola kombinasi masih layak jadikan sebagai usahatani, karena

mempunyai nilai lebih dari 1. Dengan masing-msing nilai 2,31 untuk usahatani

padi-ubikayu dan 2,38 padi-tembakau. Yang artinya setiap rupiah yang di

investasikan dalam berusahatani akan menghasilkan manfaat atau keuntungan

bersih dengan nilai sekarang masing-masing sebesar 2,38 untuk ushatani padi-

tembakau dan 2,31 untuk usahatani padi-ubikayu.

c. Payback period (PP)

Merupakan teknik penilaian jangka waktu (peroide) terhadap pengembalian

investasi proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas

56

bersih (proceed). Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pula

pengembalian modal/investasi suatu proyek atau usaha. Pada tabel 16

menunujkkan pola usahatani mempunyai masing-masing nilai payback period

sebagai berikut 0,75 untuk usahatani padi-ubikayu dan 0,72 untuk usahatani padi-

tembakau. Yang artinya suatu usahatani akan mampu mengembalikan investasi

pada jangka waktu 7 bulan 5 hari untuk usahatani padi-ubikayu dan 7 bulan 2 hari

untuk usahatani padi-tembakau.

d. R/C Ratio

Merupakan rasio dari penerimaan total dibandingkan dengan biaya total yang

telah dihitung nilai sekarangnya (telah di discount factor). Untuk lebih jelasnya

nilai R/C ratio dari kedua pola usahatani tersaji dalam tabel 17.

Tabel 17. Perbandingan nilai R/C Ratio antara pola usahatani padi tembakau danpola usahatani padi-ubikayu.

TahunPola Usahatani

Padi-Ubikayu Padi-Tembakau2009201020112012201320142015

0,771,211,241,421,461,572,12

0,841,181,161,521,561,952,37

Sumber : Pengolahan Data Primer 2016

Dilihat dari tabel 17 terlihat dari kedua pola usahatani nilai R/C ratio dari

keduanya mempunyai peningkatan setiap tahunnnya. Nilai R/C terendah dari

kedua pola usahatani terjadi pada tahun 2009, yaitu 0,77 untuk usahatani padi-

ubikayu dan 0,84 untuk usahatani padi-tembakau. Yang artinya setiap rupiah

yang di investasikan dalam kegiatan usahatani akan menghasilkan manfaat atau

57

keuntungan sebesar 0,77 untuk usahatani padi-ubikayu dan 0,84 untuk usahatani

padi-tembakau. Sedangkan nilai R/C tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 2,12

untuk pola usahatani padi-ubikayu dan 2,37 untuk usahatani padi-tembakau. Yang

artinya setiap rupiah yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani menghasilkan

manfaat 2,12 untuk usahatani padi-ubikayu dan 2,37 untuk usahatani padi-

tembakau. Kenaikan nilai R/C Ratio dari kedua pola usahatani dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu faktor produksi dan faktor harga, produksi dari kedua pola

usahatani setiap tahunnya meningkat, dan juga didukung dengan naiknya harga

dari komoditas tersebut, untuk lebih jelasnya kenaikan harga dan produksi dari

semua komoditas tertera pada tabel 18.

Tabel 18. Kenaikan Harga Dan Produksi Usahatani Padi-Tembakau DanUsahatani Padi-Unikayu

Tahun

Usahatani Padi-Tembakau Usahatani Padi-Ubikayu

ProduksiPadi(Kg)

Harga(Rp)

Produksi

Tembakau(Kg)

Harga(Rp)

Produksi Padi(Kg)

Harga(Rp)

Produksi

Ubikayu (Kg)

Harga(Rp)

2009201020112012201320142015

7039713773327543759176827813

2000230025002900300035003900

2000230025002900300035003900

1000100012001200130015001500

18228238652445825177257742627027140

2000230025002900300035003900

20000216922199522856234092362924170

600850900950100010001500

Sumber : Pengolahan Data Primer 2016

58

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial usahatani yang telah dilakukan,

dapat ditarik kesimpulan bahwa usahatani padi-tembakau lebih layak dijadikan

sebagai pilihan dalam melakukan kegiatan usahatani. Dengan pertimbangan

penerimaan NPV yang lebih besar. Terlihat dari perhitungan analisis finansial

bahwa nilai NPV (Net Present Value) dari usahatani padi-tembakau lebih besar

daripada nilai usahatani padi-ubikayu. Selain dari perhitungan analisis NPV (Net

Present Value) terlihat juga bahwa nilai Gross B/C, Payback Period danR/C

Ratiomenunjukkan bahwa usahatani padi-tembakau lebih layak dijalankan sebagai

usahatani.

5.2 Saran

1. Sebelum melakukan usahatani sebaiknya petani harus benar-benar

menghitung berapa untung rugi serta usahatani apa yang layak diusahakan

sebagai usahatani yang akan dilakukan.

2. Untuk memaksimalkan keuntungan, sebaiknya pada kegiatan produksi

penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi-tembakau

dikurangi dan dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga.