i. pendahuluaneprints.stiperdharmawacana.ac.id/164/1/skripsi revisi.pdfpurbolinggo terbagi atas 12...
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Pembangunan nasional yang berkelanjutan diarahkan pada pembangunan petanian
yang lebih maju, efisien dan tangguh. Di Negara agraris seperti Indonesia,
pertanian memberi kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian nasional.
Dengan meningkatnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) maka akan
meningkat pula pendapatan suatu daerah.
Pola tanam (cropping pattern) adalah suatu susunan atau urutan penanaman
tanaman pada sebidang lahan dalam periode satu tahun. Menggunakan pola tanam
berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen pendukung tersedia
agar dapat tercipta produksi. Komponen pendukung tersebut meliputi agroklimat,
tanah, tanaman, keteknikan, sosial ekonomi, hama dan penyakit. Dan pergiliran
tanaman (crop rotation) adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara
bergiliran pada lahan yang sama dalam periode waktu tertentu (Aak, 1993).
Padi merupakan tanaman utama petani di Indonesia, padi merupakan tanaman
pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian
penduduk Indonesia. Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang banyak
2
dibudidayakan oleh petani Indonesia. Luas panen, produksi, dan produktivitas per
hektar tanaman padi 2010-2014 di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas per Hektar Tanaman Padi DariTahun 2010 - 2014 Di Provinsi Lampung
No TahunProduksi
Luas Lahan(Ha)
Luas Panen(Ha)
Produksi(Ton)
Produktivitas(Ton/Ha)
1 2010 250.000 249.863 1.984.258 7,32 2011 250.020 249.978 2.278.609 7,53 2012 250.050 249.985 2.410.735 7,84 2013 250.100 250.003 2.613.264 85 2014 250.075 250.046 3.042.419 8,2
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015
Berdasarkan tabel 1 menjelaskan bahwa produksi padi di Provinsi Lampung setiap
tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat juga dari pertambahan luasan
tanaman padi. Pada tahun 2014 produksi padi di Provinsi Lampung mencapai
3.042.419 ton, ini menunjukan adanya keberhasilan dari program pemberian
pupuk gratis bagi petani dan program PHT (Pemberantasan Hama Terpadu) dari
pemerintah serta kemampuan petani dalam hal penerapan teknologi budidaya dan
lain-lain (BPS Lampung 2014).
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai
pengaruh terhadap produksi padi yang cukup besar di Provinsi Lampung. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
3
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi sawah per Kabupaten/Kota
jjsdcmmdi Provinsi Lampung Tahun 2015
No Kabupaten / Kota Luas Panen(Ha)
Produksi(Ton)
Produktivitas(Ton/Ha)
123456789101112131415
Lampung BaratTanggamusLampung SelatanLampung TimurLampung TengahLampung UtaraWay KananTulang BawangPesawaranPringsewuMesujiTulang Bawang BaratPesisir BaratBandar LampungMetro
24.59041.55180.59695.383123.74031.62432.31439.62028.32822.07827.32415.50415.2891.6854.853
116.604226.628441.113509.949673.564150.339151.674186.781153.472120.275129.79173.47372.5069.22027.027
4,745,455,475,345,444,754,694,715,415,444,754,734,745,475,56
∑ 584.479 3.042.419Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2015
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Timur, menempati
urutan produksi tanaman padi kedua setelah Kabupaten Lampung Tengah dengan
total produksi sebanyak 673.564 ton. Sementara itu Kota Metro walaupun hanya
memiliki luasan panen yang relatif kecil, namun mampu memiliki produktivitas
paling unggul yaitu 5,56 ton/ha. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa sebab,
diantaranya adalah jenis tanah, kemampuan petani, serta program-program
pemerintah setempat. Kecamatan Purbolinggo merupakan salah satu kecamatan
sebagai daerah penghasil padi di Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan
Purbolinggo terbagi atas 12 desa, yang seluruh desanya merupakan daerah
penghasil padi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 tentang luas lahan, produksi, dan
produktivitas padi di Kecamatan Purbolinggo.
4
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah per Desa KecamatanPurbolinggo Tahun 2015
No Desa Luas Tanam(Ha)
Produksi(Ton)
Produktivitas(Ton/Ha)
123456789101112
Taman asriTaman bogoTaman cariTambah dadiTaman endahTaman fajarTegal gondoToto harjoTanjung intenTanjung kesumaTambah luhurTegal yoso
229237243200257265169184260239260233
1717,5189619441500
1953,220141352
1435,2192419122080
1677,6
7,588
7,57,67,68
7,87,488
7,2
∑ 2.703 21.405,5
Sumber: Korporasi Pembangunan Desa Kecamatan Purbolinggo 2015
Dari tabel 3 diatas Desa Toto Harjo memiliki hasil produksi 1435,2 ton, dengan
luas tanam 184 ha, dan mempunyai tingkat produktivitas 7,8 ton/ha (KPD
Kecamatan Purbolinggo 2015).
Desa Toto Harjo mempunyai luas lahan sawah sebesar 184 Ha sebagai lahan
usahatani, yang merupakan salah satu aset penentu peningkatan bahan pangan,
peningkatan pendapatan petani, maupun keberhasilan pelaksanaan pembangunan
di sektor pertanian. Tersedianya lahan sawah, maka diusahakan berbagai macam
usahatani untuk meningkatkan berbagai kebutuhan pangan dan meningkatkan
pendapatan petani. Dua usahatani yang di usahakan diantaranya adalah usahatani
pola rotasi padi-tembakau dan usahatani pola rotasi padi-ubikayu. Musim rendeng
petani di Desa Toto Harjo menanam tanaman padi sebagai usahataninya,
mengingat curah hujan dimusim rendeng di anggap cocok untuk tanaman padi.
5
Pada musim gadu petani mengkombinasikan dengan tanaman tembakau dan
ubikayu, yang di anggap lebih menguntungkan karna selain musim yang cocok
juga kedua tanaman ini tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak.
1.2 Perumusan Masalah
Petani di Desa Toto Harjo mempunyai pola rotasi tanam atau kebiasaan menanam
padi saat musim rendeng, dan menanam tembakau atau ubikayu saat musim gadu.
Saat musim gadu biasanya seorang petani akan memilih usahatani apa yang akan
diusahakan, dan di anggap lebih menguntungkan daripada usahatani lainnya.
Sebab petani mengelola usahatani pada dasarnya selalu mengadakan perhitungan
ekonomis dengan cara membandingkan antara produksi yang diharapkan waktu
panen dengan biaya yang dikeluarkan. Suatu usahatani bertujuan menghasilkan
produksi yang optimal dan memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya.
Hal ini dapat diartikan jika petani dihadapkan pada beberapa usahatani, maka
petani akan memilih usahatani yang memberikan pendapatan lebih besar.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalahn sebagai
berikut: Bagaimana perbandingan kelayakan usahatani padi-tembakau dan
usahatani petani padi–ubikayu di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo
Kabupaten Lampung Timur ?
1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pola usahatani yang lebih baik dijadikan kegiatan usahatani
antara pola usahtani padi–tembakau dan pola usahatani padi–ubikayu di Desa
6
Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur dilihat dari aspek
finansial dan aspek kelayakan.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan terhadap program-program
yang akan dibuat pada suatu daerah.
2. Bagi petani, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan
pertimbangan dalam menentukan pilihan usahatani terutama dalam mengelola
pertaniannya agar lebih baik lagi.
3. Bagi petani, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan
pertimbangan dalam menentukan pilihan usahatani terutama dalam mengelola
pertaniannya agar lebih baik lagi.
4. Bagi calon peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu
refrensi untuk melakukan penelitian sejenis lainnya.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Budidaya Tanaman
2.1.1 Padi
Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat
manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini
sebagai sumber dari bahan pangan. Tanaman padi cocok dibudidayakan di daerah
tropis seperti Indonesia. Sejarah perkembangan asal usul tanaman padi sebagai
komoditi tanaman pangan penting di dunia tidak di ketahui dengan pasti karena
sejarahnya teramat panjang dan sudah amat tua. Sebagian pakar berpendapat
bahwa tanaman padi berasal dari daerah Hilmalaya, Afrika Barat, Thailand,
Myanmar, dan Tiongkok. Catatan sejarah mengenai sejak kapan tanaman padi
dibudidayakan di Indonesia juga tidak diketahui secara pasti (Zulman Harja
Utama, 2015).
Menurut (W.D Herawati, 2012) tanaman padi berdasarkan sejarahnya, padi
termasuk dalam marga Oriza yang mempunyai ± 25 jenis yang tersebar di daerah
tropik dan subtropik seperti di Asia, Afrika, Amerika, dajn Australia.
8
Klasifikasi ilmiah tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi : SpermatophytaSub Divisi : AngiospermaeKelas : MonokotyledonaeOrdo : GlumeforaeKeluarga : Graminae (Poaceae)Genus : OryzaSpesies : Oryza Sativa L. (Zulman Harja Utama, 2015)
Morfologi tanaman padi menurut (Zulman Harja Utama, 2015) terbagi dalam
beberapa bagian:
a. Akar
Merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat-zat
makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar
tanaman padi dapat dibedakan menjadi akar serabut, akar rambut dan akar tajuk.
Panjang akar tanamn padi sangat bervariasi tergantung pada varietasnya, secara
umum panjang akar tanaman padi ± 15-20 cm.
b. Batang
Tanaman padi memiliki batang silindris, agak pipih atau bersegi, berlubang atau
masif, pada buku selalu masif dan sering membesar, berbentuk herba. Batang dan
pelepah daun tidak berambut. Tinggi tanaman padi liar dapat mencapai ukuran ±
200 cm, tetapi varietas padi yang dibudidayakan secara intensif jauh lebih rendah.
c. Daun
Tanaman ini memiliki daun tunggal, 2 baris, terkadang-kadang seolah berbaris
banyak. Pelepah daun berkembang sangat baik, pada batas antara pelepah daun
dan helaian daun sering terdapat lidah. Helaian daun duduk, hampir selalu
9
berbentuk garis pada kedua sisi ibu tulang daun dengan beberapa tulang daun
yang sejajar. Helaian permukaan daun kasar, dan pada bagian ujung meruncing.
Panjang helaian daun bervariasi, umumnya antara 100-150 cm. Warna daun hijau
tua dan akan berubah kuning keemasan setelah tanaman memasuki masa panen.
d. Malai dan buah padi (gabah)
Malai merupakan sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling
atas. Bukir padi terletak pada cabang pertama dan kedua. Panjang malai
tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara menanamnya. Gabah
merupakan ovary yang sudah masak, bersatu dengan pelea. Buah ini adalah hasil
penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian seperti embrio
(lembaga), endosperm, dan bekatul.
Dalam budidaya padi ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan,
tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Penyiapan benih dan lahan pertanian
a. Penyiapan benih
Benih yang akan digunakan disarankan bersertifikat / berlabel biru. Kemudian
benih direndam dalam air garam (200 gram/liter air). Benih yang mengambang
dibuang. Benih yang bagus ditiriskan, dicuci lalu direndam air bersih selama 24
jam.
10
b. Penyiapan lahan
c. Waktu pengolahan lahan sebaiknya dilakukan minimal 4 minggu sebelum
penanaman dengan pembajakan, garu dan peralatan tanah. Sebelum diolah
tanah sebaiknya digenangi air sekitar 7 hari.
2. Penanaman
Jarak tanam setiap wilayah umumnya berbeda-beda, namun jarak tanam yang
dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 15 cm atau jarak tanam jejer
legowo 40 cm x 20 cm x 12,5 cm (2:1). Penanaman sebaiknya dilakukan dalam
keadaan lahan tidak tergenang. Bibit yang ditanam 1-3 batang per lubang.
3. Pemeliharaan
a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk organik dan pupuk
kimia. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg urea/ha, 75-100 kg SP-36/ha
dan 75-100 KCL/ha. Pupuk diberikan 3 kali selama musim tanam, yaitu saat
tanaman berumur 7 hari, 14 hari dan 35 hari.
b. Penyiangan
Penyiangan rumput-rumput liar seperti rumput jawen, sunduk gengsir, teki dan
eceng gondok umumnya dilakukan selama 3 kali, biasanya pada umur 14 HST, 35
HST dan 55 HST. Penyiangan juga bisa dilakukan dengan menggunakan
herbisida berbahan aktif Glifosat.
11
c. Pengairan
Apabila kondisi air betul-betul bisa diatur (irigasi penuh) maka pemberian air
pada padi sawah tabel 4 dapat di ikuti.
Tabel 4. Pengaturan Air Sawah Irigasi
Umur/Fase Tanaman Pemberian AirTanaman- 3HST Kondisi tanah mancak-mancak4 HST – 10 HST Digenangi setinggi 25 cm11 HST – menjelang berbunga Air dipetakan dibiarkan mengering sendiri
(5-6 hari), setelah mengering petakan diairisetinggi 5 cm dan kemudian dibiarkan lagimengering sendiri
Fase berbunga 10 HSP Diairi terus setinggi 5 cm10 HSP – panen Petakan dikeringkan
Sumber: W.D Herawati, Budidaya Tanaman Padi, 2012
4. Panen
Padi siap panen berumur sekitar 30-40 hari setelah berbunga merata, jika
terlambat dipanen akan mengakibatkan banyak biji yang tercecer atau busuk
sehingga mengurangi hasil. Panen dapat dilakukan bila mencapai minimal 80%
butir gabah sudah menguning dan tangkai buah sudah merunduk dengan kadar air
gabah sekitar 23-25 %.
2.1.2 Ubikayu
Ubikayu (Manihot esculenta) termasuk tumbuhan baerbatang pohon lunak atau
getas (mudah patah). Ubikayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari
bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan
yang tinggi. Ubikayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya
mudah dan produktif. Daun ubikayu memiliki tangkai panjang dan helaian daun
menyerupai telapak tangan, tiap tangkai memiliki daun sekitar 3-8 lembar, dan
12
daun ubikayu termasuk daun majemuk dengan anak daun berbentuk elips yang
berujung runcing. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau, atau merah.
Jenis ubikayu Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan
kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-
bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh
liar di Brasil Selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua
varietas M. Esculenta dapat dibudidayakan (Rahmat Sunnara, 2001). Taksonomi
dan morfologi dalam sistematika (taksonomi) tanaman ubikayu diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : PlantaeDivisi : SpermatophytaSub Divisi : AngiospermaeKelas : DicotyledoneaeOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiaceaeGenus : ManihotSpesies : Manihot Esculenta (suprapti lies, 2005)
Secara morfologi bagian tanaman ubikayu terdiri atas batang, daun, bunga, umbi
dan kulit umbi.
a. Batang
Batang tanaman singkong berkayu, beruas-ruas, dengan ketinggian mencapai
lebih dari 1-4 meter. Warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya
berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu atau hijau kelabu.
Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak dengan struktur seperti
gabus.
13
b. Daun
Susunan daun singkong berurat, menjari dengan cangap 3-8 helai. Daun singkong,
terutama yang masih muda mengandung racun sianida, namun demikian dapat
dimanfaatkan sebagai sayuran dan dapat menetralisir rasapahit sayuran lain,
misalnya pepaya dan daun kenikir.
c. Bunga
Bunga tanaman singkong berumah satu dengan penyerbukan silang sehingga
jarang berbuah.
d. Umbi
Umbi yang terbentuk mrupakan akar yang menggelembung dan berfungsi sebagai
tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat memenjang,
terdiri atas kulit luar tipis berwarna kecoklatan, kulit dalam agak tebal berwarna
keputih-putihan, dan daging buah berwarna putih atau kuning (tergantung
varietasnya) yang mengandung sianida dengan kadar yang berbeda (Suprapti Lies,
2005)
e. Kulit Umbi
Kulit umbi menutupi umbi secara keseluruhan. Karena kulit umbi mempunyai
susunan sel serta mempunyai lapisan tertentu sehingga kulit umbi dapat dengan
mudah dipisahkan dari bagian daging umbi.
Prosedur-prosedur dalam budidaya ubikayu terbagi kedalam beberapa proses
berikut:
14
1. Pengolahan tanah
Dalam pengolahan tanah diusahakan agar tanah tersebut menjadi cukup gembur,
karena pada tanh yang gembur, perakaran / umbi akan tumbuh dengan optimal,
akar akan mudah menembus tanah. Selain untuk menggemburkan tanah
pengolahan lahan juga dapat membersihan lahan dari gulma/ rumput-rumput liar
yang tumbuh pada lahan yang akan ditanami ubikayu.
2. Sistem bertanam
Setelah lahan diolah dengan sempurna, bibit berupa stek batang dengan panjang
kurang lebih 30 cm, ditanam dengan jarak tanam 100 x 80 cm sehingga populasi
tanaman untuk luasan lahan 1 ha mencapai sekitar 12.500 tanaman. Cara
penanaman ubikayu cukup mudah, stek batang cukup ditancapkan kedalam lahan
dengan kedalaman sekitar 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga dari stek tersebut.
3. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan dalam pemeliharaan tanaman ubikayu adalah menyulam, menyiang,
memupuk, membumbun, dan mengendalikan hama serta penyakit. Secara rinci
kegiatan pemeliharaan adalah sebagai berikut :
- Penyulaman segera dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Apabila
bibit yang digunakanm cukup baik tanman yang perlu disulam relatif sedikit,
kurang dari 5%. Adanya penyulaman yang tepat, akan memberikan
perttumbuhan yang lebih serempak / seragam.
- Penyiangan paling banyak dilakukan cukup 2 kali, terutama pada saat tajuk
dari tanaman belum saling menutup. Penyiangan pertama dilakukan pada
15
umur kurang lebih sebulan setelah penanaman, dan penyiangan kedua
dilakukan pada bulan ketiga.
- Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi, perlu diberikan pupuk organik
(pupuk kandang, kompos, dan pupuk hijau) dan pupuk penunjang berupa
pupuk anorganik seperti (Urea, NPK, SP-36). Pada umumnya dosis anjuran
untuk tanaman ubikayu adalah Urea dengan dosis 133-200 kg/ha, NPK
dengan dosis 150-200 kg/ha dan SP-36 dengan dosis 150-200 kg/ha.
4. Panen
Ubikayu dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang,
warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen ubikayu
berkisar antara 6-8 bulan untuk varietas genjah dan 9-12 bulan untuk varietas
dalam (Rahmat sunnara, 2011).
2.1.3 Tembakau
Nicotiana tabacum (Nicotiana spp.,L.) atau lebih dikenal sebagai tembakau
(tobacco) ialah sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1,8 meter dan
besar daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya
30 cm. Tanaman ini berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Sejarah
tembakau pada mulanya digunaka oleh orang-orang asli Amerika untuk kegunaan
perobatan. Sedangkan di Indonesia sendiri, awal perkembangannya dimulai dari
percobaan penanaman tembakau secara besar-besaran di Indonesia dilakukan
bangsa Belanda pada tahun 1830 Van den bosch melaui cultuur stelsel yaitu
disekitar Semarang, Jawa Tengah (Haryanto Budiman, 2013).
16
Didalam dunia tumbuhan tembakau mempunyai sistematika sebagai berikut:
Kingdom : PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : SolanalesFamili : SolanaceaeGenus : NicotianaSpesies : Nicotiana tabacum L. (Haryanto Budiman, 2013)
Morfologi tanaman tembakau:
1. Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar yang tunggang yang tumbuh
tegak kepusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah dengan kedalaman
50-75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu tanaman
tembakau juga memiliki bulu-bulu akar.
2. Batang
Tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tapi kuat,
makin keujung makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang
ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap
ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun. Diameter
batang sekitar 5 cm.
3. Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung
pada varietasnya. Daun yang berbentukbulat lonjong ujungnya meruncing,
sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang
menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri
17
atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah.
Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28-32 helai.
Ada bebarapa tahap yang harus di lakukan sebelum melakukan usaha budidaya
tanaman tembakau, yaitu perencanaan areal pembibitan dan penanaman
tembakau. Dalam tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap tempat yang akan
digunakan untuk usaha budidaya tanaman tembakau, mencakup kesesuaian
topografi, jenis tanah, kondisi iklim dan cuaca yang sesuai dengan musim,
perencanaan sarana dan prasaran yang mendukung usaha penanaman tembakau
dan beberapa tempat yang sesauai dengan karkteristik dari tanaman tembakau.
a. Pembibitan
Benih tembakau berukuran sangat kecil sehingga bedangan harus dibuat secermat
mungkin. Lahan dicangkul 2-3 kali agar tanah cukup gembur dan cukup terkena
sinar matahari dan angin. Kemudian dibuat bedengan setinggi 20-30 cm dan
membujur ke utara-selatan. Panjang bedengan 5 m dan lebar 1 m. Bedengan diberi
atap yang terbuat dari jerami, alang-alang, daun kelapa atau plastik yang dapat
dibuka dn ditutup. Benih ditabur sekitar 2gr/10m2 bedengan. Penaburan benih
dapat secara kering dicampur dengan pasir atau abu dapur. Kemudian bedengan
ditutup dengan pasir tidak lebih dari 2 mm. Penyiraman merupakan satu hal
penting untuk perawatan pesemaian. Penyiraman dapat dilakukan secara teratur
pagi dan sore sejak benih ditabur. Setelah bibit berumur 2-3 minggu, atap perlu
dibuka pada pagi hari dan ditutup pada siang hari. Dan pada saat lebar daun sudah
5 cm maka atap dibuka sepanjang hari. Bibit dapat dipidah setelah umur 35-50
hari.
18
b. Persiapan lahan
Pengolahan media tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan
bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran
berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah cukup
untuk menunjang pertumbuhan dalm waktu singkat. Guna memperoleh perakaran
yang baik pengolahan tanah harus mencapai kedalaman lebih dari 30 cm,
disamping upaya lain ke arah terbentuknya struktur tanah yang remah.
Untuk lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami.
Selanjutnya dilakukan pembajakan pertama dan dilanjut pembajakan kedua
dengan arah kebalikan dari bajak pertama (Maulidina, dalam Haryanto Budiman,
2013). Setelah bajak kedua kemudian dilanjut membuat guludan dengan lebar 1
meter dengan jarak antar bedengan 50 cm.
c. Penentua jarak tanam dan penanaman
Masing-masing varietas tembakau mempunyai jarak tanam yang berbeda-beda.
Untuk tembakau jenis Virginia dan Burley digunakan jarak tanam 110 cm x 50
cm, 120 cm x 50 cm, atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman sekitar
16.000 – 18.000 pohon/ha. Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari
yaitu sekitar (pukul 14.00 – 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena sinar
terik matahari. Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan
patah. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang terlebih dahulu dengan
kedalaman ± 4 cm, kemudian bibit dimasukan pada lubang dan tanah sedikit
ditekan agar pangkal batang dan akar melekat pada tanah (Haryanto Budiman,
2013).
19
d. Pemeliharaan
Seperti pada umumnya tanaman, tembakau juga memerlukan perawatan agar tetap
tumbuh dengan subur dan menghasilkan tembakau yang berkualitas.
Pemeliharaan tembakau dimulai dari umur tanaman tembakau masih muda.
Beberapa langkah pemeliharaan tanaman tembakau yaitu:
1) Pengairan dan penyiraman
Pengairan dilakukan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air 1-2 liter setiap
tanaman. Setelah 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman.
Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air 4 liter per tanaman.
Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan semakin cepat. Oleh karena
itu diperlukan 5 liter air per tanaman setiap 3 hari. Setelah 65 hari dari masa
tanam tembakau tidak memerlukan lagi penyiraman, kecuali bila cuaca sangat
kering.
2) Penyulaman
Penyulaman dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat
diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit yang baik dengan umur
sama.
3) Pembumbunan (pendangiran)
Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan
perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran
dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada
20
kedalaman 30-40 cm di dalam tanah. Pembumbunan umumnya dilakukan setelah
pengairan. Pembumbunan tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang
baik.
4) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghindari adanya persaingan dalam pengambilan
unsur hara pada tanaman, menghilangkan sumber penyakit dan mempermudah
pada waktu pemupukan, pengendalian hama penyakit dan mempermudah pada
waktu pemetikan / panen. Penyiangan dilakukan setiap 3 minggu sekali, dilakukan
dengan tangan, cangkul atau dapat menggunakan herbisida.
5) Pemupukan
Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (M,P
dan K). Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah,
teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Dosis pupuk yang
umumnya diterapkan untuk tanaman tembakau Virginia adalah 76,5 kg N/ha, 82,5
kg P205/ha dan 217 kg K2O/ha.
6) Pemangkasan
Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu topping (pangkas
pucuk) dan suckering (wiwil) pembuangan tunas samping. Pemngkasan pucuk
maupun samping bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke
mahkota bunga atau kekuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat
terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitas yang
tinggi. Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual pada saat
21
button stage atau saat daun berjumlah ± 20 helai di atas daun bibit. Pemangkasan
wiwil dilakukan 3-5 hari sekali, dan di lakukan sampai panen berakhir. Saat ini
pemangkasan wiwil dapat dilakukan dengan bahan kimia Sucrusida Hyline 715
(Anonim, dalam Haryanto Budiman, 2013).
e. Panen
Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam
mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemanenan tembakau adalah tingkat kematangan daun, keseragaman daun, dan
penanganan daun hasil panen.
2.2 Usahatani
Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa dalam
bidang pertanian dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, atau dengan kata
lain untuk menambah kesejahteraan petani dan memperbaiki taraf kehidupan
petani.
Menurut soekartawi (2011) usahatani adalah ilmu yang mempelajari dan
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki petani agar berjalan secara efektif dan
efisien serta memanfaatkan sumberdaya tersebut agar memperoleh keuntungan
yang setinggi-tingginya.
Moehar (2011) usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset
dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat di artikan sebagai suatu kegiatan
yangmengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha
yang menyangkut bidang pertanian.
22
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan usahatani adalah usaha yang dilakukan petani dalam memperoleh
pendapatan dengan jalan memanfaatkan sumberdaya alam, tenaga kerja dan
modal yang mana sebagian dari pendapatan yang diterima digunakan untuk
membiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani.
2.3 Teori Pendapatan
Pendapatan adalahkeuntungan atau hasil bersih yang diperoleh petani dari hasil
produksinya. Mubyanto (1987) pendapatan adalah selisih antara penerimaan
dengan biaya produksi (biaya tetap dan biaya tidak tetap).
Winardi (2000) bahwa pendapatan bersih adalah keseluruhan hasil yang diperoleh
dikurangi biaya-biaya atau benda-benda yang dijual, dari hasil penjualan akan
dicapai laba kotor, dengan jalan mengurangi pengeluaran untuk menghasilkan
benda dari laba kotor akan dicapai laba perusahaan, dan bila pajak pendapatan
dikurangi laba perusahaan maka akan diperoleh laba bersih atau pendapatan
bersih.
Menurut Hadisapoetro (1990) pendapatan ialah selisih antara penerimaan dengan
biaya yang dikeluarkan, secara matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut:
Pd = PT – (BT + BV)
Keterangan:
Pd = pendapatan (Rp)PT = penerimaan total (Rp)BT = biaya tetap (Rp)BV = biaya variabel (Rp)
23
2.4 Penerimaan
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh
dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan
dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode.
Soekartawi (2002) menyatakan bahwa penerimaan ialah perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat di rumuskan sebagai
berikut:
TRi = Yi . Pyi
Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg)Py = Harga Y (Rp)
2.5 Produksi
Menurut Daniel (2004) untuk meningkatkan produksi diperlukan penembahan
jenis input lain. Ini berupa input-input yang berasal dari kehidupan ekonominya
lebih luas dimana petani hidup dan bekerja, selain bibit, pupuk dan obat-obatan
perlu adanya keterampilan, perlengkapan dan pengangkutan, serta teknologi baru
yang dapat meningkatkan kemampuan petani. Jika produksi meningkat maka hasil
penjualan yang diterima petani akan meningkat pula.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kaitan produksi dengan usahatani adalah sebagai
proses perubahan pemakaian input kedalam bentuk yang bermanfaat untuk
dikonsumsi maupun untuk investasi atau untuk melakukan proses produksi
selanjutnya, sedangkan usahatani merupakan suatu unit dalam ekonomi yang
24
merupakan pengambilan keputusan- keputusan mengenai penggunaan faktor-
faktor produksi untuk menghasilakan produk- produk pertanian.
2.6 Harga
Trianti (2007) mengemukakan bahwa harga merupakan nilai tukar suatu barang
dan jasa dalam bentuk uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang
dan jasa dalam memenuhi kebutuhannya, misalnya untuk memperoleh
sumberdaya atau bahan baku yang akan digunakan untuk melakukan produksi
barang dan jasa.
Harga menjadi salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya penerimaan
petani dari usahataninya, tetapi penentuan harga tidak hanya dilihat dari jumlah
produksi yang ditawarkan namun harga jual komoditi pertanian terikat pula pada
kualitas produk yang dijual.
2.7 Biaya Produksi
Soehardjo dan Patong (1986) mengemukakan bahwa dalam kegiatan produksi,
biaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan
yang diperoleh.
Pengelolaan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya. Adapun yang
dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan
jumlah barang/komoditi yang diproduksi dimana petani harus tetap membayarnya
berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan usahataninya. Biaya ini terdiri dari
pajak lahan, penyusutan alat-alat pertanian, biaya pinjaman, sewa tanah
(Soekartawi, dkk.1986).
25
2.7.1 Biaya Tetap
Soekartawi (2002) biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Jadi biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Contohnya pajak, biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun
usahatani itu besar atau gagal sekalipun.
2.7.2 Biaya Variabel
Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi, 2002). Contoh biaya tidak tetap adalah
pengunaan sarana produksi dalam usahatani kalau ingin produksi meningkat,
maka perlu penambahan pupuk, tenaga kerja, dan lain-lain.
2.8 Analisis Finansial
Menurut Kasmir (2004), studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan usaha atau bisnis yang
akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan. Analisis finansial merupakan perbandingan antara pengeluaran dan
penerimaan suatu usaha, apakah usaha itu akan menjamin modalnya akan kembali
atau tidak. Analisis finansial juga mencakup perkiraan biaya operasional dan
pemeliharaan, kebutuhan modal kerja, sumber pembiayaan, dan prakiraan
pendapatan.
Menurut kadariah (2001), yang dimaksud dengan proyek adalah keseluruhan
kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit),
26
atau suatu kegiatan dengan pengeluaraan biaya dan dengan harapan untuk
memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan ,
dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Kegiatan suatu proyek selalu
ditujukan untuk mencapai suatu tujuan dan mempunyai suatu titik tolak dan suatu
titik akhir, baik biaya maupun hasilnya yang penting besarnya dapat diukur. Suatu
proyek atau investasi akan bermanfaat, menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan bila telah dilakukan perencanaan dan penelaahan yang matang
yang umumnya disebut dengan studi kelayakan.
Diskon faktor (DF) adalah faktor yang menerjemahkan keuntungan finansial yang
diharapkan atau biaya pada suatu tahun dimasa yang akan datang ke dalam nilai
sekarang. Secara teoritis diskon faktor di rumuskan sebagai berikut:
DF = ( )^Keterangan:
DF = diskon faktorP = tingkat suku bungan = tahun
Menurut Kasmir (2012), melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada ukuran-
ukuran terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah :
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value(NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan
antara PV Kas Bersih (PV of Proceed) dengan PV investasi (Capital Outlays)
selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal
dengan Net Present Value (NPV).
27
Rumus dalam Metode Net Present Value adalah:
PV = ( )Keterangan:
NPV = Net present valuet = waktuB = benefitC = Cost (biaya)i = tingkat bungan bank yang berlaku
Kriteria:
Jika NPV > 0, maka proyek tersebut layak untuk diusahakanJika NPV < 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakanJika NPV = 0 , maka proyek tersebut dalam keadaan berak event point.
2) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross benefit cost ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan/
manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Gross B/C
dapat dirumuskan sebagai berikut:
/ = B C = { ∑ B (1 + i) } { ∑ C (1 + i) }Keterangan:
Gross B/C = Gross benerfit cost ratioBt = Benefit/ penerimaan bersih tahun tCt = Cost / biaya pada tahun ti =Tingkat bungat =Tahun (waktu ekonomis)
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C = 1, maka proyek tersebut dalam keadaan break event point.
28
3) Payback Period(PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004), metode payback period (PP) merupakan
teknik penilaian jangka waktu (peroide) terhadap pengembalian investasi proyek
atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed).
Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pula pengembalian
modal/investasi suatu proyek atau usaha. Rumus payback period secara matematis
adalah sebagai berikut:
PP = x 1 tahun
Keterangan:
Outlay = Biaya investasiProceed = Jumlah uang yang diterima
4) R/C Ratio (R/C)
Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C Rasio merupakan metode analisis
untuk mengatur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan dan
biaya. Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Rumus R/C Rasio secara matematis
adalah sebagai berikut:
R/C = Penerimaan totalBiaya total
Dengan kriteria sebagai berikut:
1) Jika R/C > 1 maka usahatani menguntungkan.2) Jika R/C < 1 maka usahatani tidak menguntungkan.3) Jika R/C = 1 maka usahatani tersebut Break Event Point (impas).
29
2.9 Kerangka Pemikiran
Dalam mengusahakan suatu usahatani tujuan utama petani adalah memperoleh
keuntungan yang sebanyak-banyaknya dan mensejahterakan hidup keluarganya.
Untuk itu dalam memilih suatu jenis usahatani diperlukan perhitungan yang
matang-matang. Pemilihan jenis usahatani yang tepat akan memberi keuntungan
yang lebih maksimal. Pada penelitian ini penulis akan menganalisis pendapatan
usahatani padi, tembakau, dan ubikayu. Analisis pendapatan yang dilakukan tidak
terlepas dari unsur-unsur pendapatan itu sendiri yang meliputi : biaya produksi,
harga jual, dan penerimaan hasil usahatani. Untuk lebih jelasnya kerangka
pemikiran akan digambarkan dalam bentuk diagram pada gambar berikut.
Gambar 1. Kerangka pemikiran perbedaan pendapatan antara petani padi-
tembakau dan padi-ubikayu.
Padi - Tembakau
Biaya produksi :biaya tetap + biaya
variabel
Penjualan
Pendapatan Padi -Tembakau
Padi-UbikayuUsahatani
Biaya produksi :biaya tetap + biaya
variabel
Penjualan
Harga
ProduksiPendapatan Padi
Ubikayu
Kelayakanusahatani
30
2.10 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Diduga
usahatani petani padi-tembakau lebih layak di usahakan sebagai usahatani
daripada usahatani padi-ubikayu di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo
Kabupaten Lampung Timur.
31
III. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkinterjadi dalam
penelitian ini, maka definisi variabel-variabel yang digunakan perlu diberikan
batasan-batasan uraian sebagai berikut.
Pendapatan merupakan pendapatan bersih yang diterima oleh petani yang
merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total
yang dinyatakan dalam rupiah ( Rp ) perpanen.
Penerimaan merupakan jumlah uang yang diterima oleh petani dari penjualan
output usahatani, sebelum dikurangi biaya dengan biaya usahatani, dinyatakan
dalam satuan rupiah (Rp).
Produksi adalah hasil dalam bentuk barang dan jasa yang digunakan untuk
konsumsi maupun investasi atau untuk melakukan proses produksi selanjtnya.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani,
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi
yang bersifat tetap, misalnya biaya sewa tanah, pajak, sewa alat-alat, dan lain
sebagainya yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
32
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk keperluan
pembelian input-input, misalnya bibit, pestisida, pupuk, dan lain sebagainya yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Harga adalah nilai produk/kg yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban
manusia.
Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga dinamai
sama.
Ubikayu adalah tanaman perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku
Euphorbiaceae.
Sarana produksi merupakan elemen pendukung dalam kegiatan usahatani,
misalnya pupuk, bibit, pestisida, dan lain sebagainya. Biasanya dinyatakan dalam
bentuk rupiah (Rp).
Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih dari suatu besaran yang
sejenis dan dinyatakan dengan cara yang sederhana.
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan
maksud untuk memperoleh hasil dari kegiatan taninya.
Biaya pupuk adalah jumlah yang dibayarkan untuk memperoleh pupuk tersebut,
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya pestisida adalah jumlah yang dibayarkan untuk memperoleh pestisida
tersebut, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
33
Pupuk adalah jumlah pupuk organik maupun anorganik yang digunakan pada
usahatani yang ada di daerah penelitian, diukur dalam satuan kg (kg).
Pestisida adalah obat yang digunakan untuk mengatasi hama dan penyakit yang
menyerang tanaman yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam satuan liter (lt).
Harga pupuk Urea adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk yang
digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam satuan
(Rp/kg).
Harga pupuk NPK adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk
yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam
satuan (Rp/kg).
Harga pupuk SP-36 adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk
yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur dalam
satuan (Rp/kg).
Harga pupuk NPK Fertila adalahadalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
pupuk yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur
dalam satuan (Rp/kg).
Harga pupuk Mutiara Kno3 adalah adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
pupuk yang digunakan dalam usahatani yang ada di daerah penelitian, di ukur
dalam satuan (Rp/kg).
Gross Benefit Cost Ratio (gross B/C) adalah merupakan perbandingan antara
penerimaan / manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan.
34
Net Present Value (NPV)merupakn net benefit yang telah di diskon dengan
menggunakan Social Opportunity Cost Of Capital (SOCC) sebagai diskon faktor.
Payback Periode adalah jangka waktu pengembalian investasi proyek atau usaha.
R/C Ratio adalah alat ukur kelayakan suatau usahatani.
Komparatif adalah kegiatan membandingkan dua unsur atau lebih.
2.4 Waktu Dan Termpat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan februari - april 2016. Dengan lokasi
penelitian di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung
Timur. Di Kecamatan Purbolinggo ada 12 Desa, namun peneliti lebih memilih
Desa Toto Harjo dengan alasan, Desa Toto Harjo memiliki pola tanam yang
sesuai dengan judul peneliti, yaitu petani menanan ubikayu dan tembakau setelah
musim rendeng. Dibanding Desa yang lain, Desa Toto Harjo lebih memiliki
luasan panen tembakau yang lebih banyak ketimbang Desa lainnya. Tanaman padi
yang akan di analisis adalah tanaman padi pada musim rendeng, sementara
tanaman tembakau dan ubikayu adalah tanaman dimusim gadu.
2.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang langsung diambil dari petani yang dikumpulkan
dengan menggunakan teknik:
1. Kuesioner / daftar pertanyaan2. Interview / wawancara langsung dengan petani3. Observasi
35
Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari Dinas / Instansi yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. pengambilan data sekunder
dipergunakan teknik dokumentasi ( studi literatur ).
3.4 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode komputerisasi.
Data yang diperoleh disederhanakan akan diolah secara komputerisasi dengan
menggunakan program excel danprogram lain yang mendukung.
3.5 Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling
3.5.1 Populasi
Populasi adalah seluruh individu / unit pada suatu area penelitian yang akan
dijadikan objek penelitian, dalam hal ini adalah seluruh anggota Gabungan
Kelompok Tani Rejeki Makmur Di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo
Kabupaten Lampung Timur yang berjumlah 118 petani.
Dengan perincian sebagai berikut:
1) Petani padi – tembakau = 42 petani
2) Petani padi – ubikayu = 76 petani
Jumlah = 118 petani
3.5.2 Sampel
Sampel adalah merupakan unit / individu dari sejumlah populasi yang ada. Untuk
mendapatkan jumlah sampel, maka dipergunakan rumus yang dikemukakan oleh
Yamane, dengan rumus sebagai berikut:
36
Keterangan:
n= ukuran sampelN = jumlah populasi(di)2= presisi atau tingkat ketelitian, dalam hal ini dipergunakan presisi sebesar
10 %
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui ukuran sampel yang
dipergunakan dalam penelirian ini yaitu:
n = .( , )^ = 54selanjutnya untuk mengetahui jumlah sampel yang akan dipergunakan dalam
penelitian ini, maka dipergunakan rumus sebagai berikut:
keterangan:
nk = jumlah sampeln = ukuran sampelNh = sub populasiNk = total populasiIB. Teken, 1998.Berdasarkan jumlah ukuran sampel tersebut di atas, maka dapat dicari jumlah
sampel untuk masing-masing populasi petani padi – tembakau dan petani padi –
ubikayu adalah sebagai berikut:
1) Petani padi – tembakau
n =. = 19
n = ( )^
= . ℎ
37
2) Petani padi – ubikayu
n =. = 35
3.5.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah aktivitas mengumpulkan sampel, bertujuan untuk
memperoleh keterangan mengenai subyek yang diteliti. Adapun teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah taknik Simple Random Sampling
dengan cara undian (Soekartawi 2002).
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Pendapatan Padi-Tembakau
untuk menghitung pendapatan digunakan rumus yang dikemukakan oleh Hadi
Saputro (1990) dengan rumus sebagai berikut.
Pendapatan padi:
Pendapatan tembakau:
Keterangan:
Pd = pendapatan ..................... (Rp)PT = penerimaan total ............ (Rp)BT = biaya tetap ..................... (Rp)BV = biaya variabel ................ (Rp)
Jadi pendapatan padi-tembakau adalah :
Pd padi = PT – (BT + BV)
Pd tembakau = PT – (BT + BV)
Pd padi-tembakau = Pd padi + Pd tembakau
38
Keterangan:
Pd padi = pendapatan padi ................. (Rp)Pd tembakau = pendapatan tembakau ........ (Rp)
3.6.2 Pendapatan Padi-Ubikayu
Pendapatan padi:
Pendapatan ubikayu:
Keterangan:
Pd = pendapatan ..................... (Rp)PT = penerimaan total ............ (Rp)BT = biaya tetap ..................... (Rp)BV = biaya variabel ................ (Rp)
Jadi pendapatan padi-ubikayu adalah :
Keterangan:
Pd padi = pendapatan padi ................. (Rp)Pd tembakau = pendapatan tembakau ........ (Rp)
3.6.3 Analisis Kelayakan Usahatani
Diskon faktor (DF) adalah faktor yang menerjemahkan keuntungan finansial yang
diharapkan atau biaya pada suatu tahun dimasa yang akan datang ke dalam nilai
sekarang. Secara teoritis diskon faktor di rumuskan sebagai berikut:
DF = ( )^
Pd padi = PT – (BT + BV)
Pd ubikayu = PT – (BT + BV)
Pd padi-tembakau = Pd padi + Pd ubikayu
39
Keterangan:
DF = Diskon faktorP = Tingkat suku bungan = Tahun
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani padi-tembakau dan usahatani padi-
ubikayu, menurut Kasmir (2012), melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada
ukuran-ukuran terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya
adalah:
1) Net Present Value (NPV)
Net Present Value(NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan
antara PV Kas Bersih (PV of Proceed) dengan PV investasi (Capital Outlays)
selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal
dengan Net Present Value (NPV).
Rumus dalam Metode Net Present Value adalah:
PV = ( )Keterangan:
NPV = Net present valuet = waktuB = benefitC = Cost (biaya)i = tingkat bungan bank yang berlaku
Kriteria:
Jika NPV > 0, maka proyek tersebut layak untuk diusahakanJika NPV < 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakanJika NPV = 0 , maka proyek tersebut dalam keadaan berak event point.
40
2) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross benefit cost ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan/
manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Gross B/C
dapat dirumuskan sebagai berikut:
/ = B C = { ∑ B (1 + i) } { ∑ C (1 + i) }Keterangan:
Gross B/C = Gross benerfit cost ratioBt = Benefit/ penerimaan bersih tahun tCt = Cost / biaya pada tahun ti =Tingkat bungat =Tahun (waktu ekonomis)
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk diusahakan.Jika Gross B/C = 1, maka proyek tersebut dalam keadaan break event point.
3) Payback Period(PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2004), metode payback period (PP) merupakan
teknik penilaian jangka waktu (peroide) terhadap pengembalian investasi proyek
atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed).
Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pula pengembalian
modal/investasi suatu proyek atau usaha. Rumus payback period secara matematis
adalah sebagai berikut:
PP = x 1 tahun
41
Keterangan:
Outlay = Biaya investasiProceed = Jumlah uang yang diterima
4) R/C Ratio (R/C)
Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C Rasio merupakan metode analisis
untuk mengatur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan dan
biaya. Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Rumus R/C Rasio secara matematis
adalah sebagai berikut:
R/C = Penerimaan totalBiaya total
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika R/C > 1 maka usahatani menguntungkan.Jika R/C < 1 maka usahatani tidak menguntungkan.Jika R/C = 1 maka usahatani tersebut Break Event Point (impas).
42
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum
Desa Toto Harjo adalah salah satu Desa di Kecamatan Purbolinggo yang memiliki
potensi cukup besar khususnya dibidang pertanian, karna separuh dari luasan
wilayahnya adalah lahan pertanian. Letak Desa Toto Harjo juga sangat stetegis,
yaitu sekitar 1 km dari kecamatan Purbolinggo dan 16 km dari Kabupaten
Lampung Timur. Desa Toto Harjo terbagi dalam 5 (lima) dusun, dan jumlah RT
sebanyak 15. Dengan batas – batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Tegal Gondo
b. Sebelah Selatan : Desa Tambah Luhur
c. Sebelah Barat : Desa Tanjung Intan
d. Sebelah Timur : Desa Tegal Gondo
4.2 Luas Wilayah dan Penggunaannya
Desa Toto Harjo mempunyai luasan wilayah yang terbagi dalam beberapa lahan,
diantaranya lahan pekarangan, sawah, ladang perkebunan dan fasilitas umum.
Luas desa Toto Harjo 454,20 ha, terdiri dari pekarangan 126,30 ha, lahan sawah
seluas 194 ha, peladangan 84,50 ha, perkebunan 29 ha, serta 20,40 ha untuk
fasilitas umum, seperti masjid, musola, gereja, lapangan olahraga. Secara
keseluruhan tertera pada Tabel 5.
43
Tabel 5. Penggunaan Lahan Di Desa Toto Harjo Kecamatan PurbolinggoKabupaten Lampung Timur
No Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)12
3
4
PekaranganLahan sawah:- Sawah irigasi teknis- Sawah irigasi non teknisPeladangan:- UbikayuPerkebunan- Karet- sawitFasilitas umum
126,30
1940
84,50
1316
20,40
Jumlah 454,20Sumber : KPD Purbolinggo dalam angka Tahun 2015
4.3 Jenis Tanah dan Iklim
Jenis tanah di Desa Toto Harjo umumnya Padsolik Merah Kuning dengan tekstur
pasir berliat dengan tinggi tempat 25 M dari permukaan laut. Cuaca rata-rata
harian di Desa Toto Harjo adalah 28oC. Saat siang hari berkisar antara 32oC,
sedangkan pada malam hari mencapai 23oC. Desa Toto Harjo mempunyai iklim
tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim
kemarau berada di bulan Juni dan Nopember, sedangkan musim penghujan berada
di bulan Desember hingga Mei. Suhu di Desa Toto Harjo relatif sedang, saat
kemarau mencapai 22oC, sedangkan saat musim penghujan suhu mencapai 22oC.
Suhu rata-rata di Desa Toto Harjo adalah 27,80oC.
4.4 Keadaan Penduduk
Desa Toto Harjo tahun 2016 tercatat jumlah penduduk 3809 jiwa. Terdiri atas
1926 penduduk laki – laki, dan 1883 penduduk perempuan, dengan jumlah
44
kepalakeluarga (KK) sebanyak 1067 kepala keluarga. Secara rinci jumlah
penduduk desa Toto Harjo tertera pada tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Toto HarjoKecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur
No Jenis Kelamin Jumlah1
2
Laki-laki :- dewasa- anak – anakperempuan :- dewasa- anak – anak
1120806
1059824
Jumlah Total 3809Sumber : KPD Purbolingggo dalam angka Tahun 2015
4.5 Kelembagaan Petani
Jumlahkelompok tani yang ada Di Desa Toto Harjo sebanyak 12 kelompok tani
dengan klasifikasi lanjut yang tergabung dalam Gapoktan Harjo Makmur. Berikut
data kelompok tani Di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten
Lampung Timur yang tersaji dalam tabel 7
Tabel 7. Daftar Kelompok Tani Di Desa Toto Harjo Kecamatan PurbolinggoKabupaten Lampung Timur
NoNama Kelompok
TaniKelas Kelompok Tani
Pemula Lanjut Madya Utama12345678910
Usaha majuRaharjoSri raharjoTeguh raharjoSri makmurTani makmurSri rejekiRejeki makmurRejeki jayaRahayu utama
----------
**********
----------
----------
Keterangan : * = tanda kelas kelompok
Sumber : RK PPL Desa Toto Harjo Tahun 2015
45
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sejumlah 10 kelompok tani yng ada di desa toto
harjo seluruhnya termasuk dalam kelas kelompok tani kategori lanjut.
4.6 Diskripsi Variabel-Variabel Penelitian
4.6.1 Umur Responden
Berbagai hasil penelitian telah mengungkapkan bahwa kematangan umur akan
mempengaruhi pola pikir, corak, dan perilaku formal maupun informal. Selain itu
umur juga akan mempengaruhi emosionalisme dan rasionalisme. Faktor umur
juga menjadi acuan seseorang dalam mempertimbangkan keputusan yang di ambil
terhadap usahatani yang dilakukannya.hasil penelirtian menunjukkan bahwa umur
responden berkisar antara 28-48 tahun dengan distribusi responden dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Umur Responden
Kriteriaumur
Jumlah responden Presentasi (%)Petani padi-tembakau
Petani padi-ubikayu
Petani padi-tembakau
Petani padi-ubikayu
<2526 – 3435 - 45
>46
-991
--
287
-47,3647,365,263
--
8020
Jumlah 19 35 100 100Sumber : pengolahan data primer 2016
Pada tabel 8 diketahui bahwa mayoritas sebaran umur responden petani padi-
tembakau relatif muda yaitu 26 - 45 tahun sebanyak 18 orang (94,72%).
Sedangkan sebaran umur responden petani padi-tembakau semua antara usia 35 –
45 sebanyak 28 orang (80%). Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata umur
petani padi-tembakau lebih produktif daripada usia petani padi-ubikayu.
46
4.6.2 Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan adalah luas lahan yang digunakan untuk berusahatani pada
saat penelitian dilakukan. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha.
Skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu
usaha pertanian dan mempengaruhi pendapatan petani (Soekartawi, 1993). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa luas lahan garapan berkisar antara 0,25 – 1 hektar.
Adapun sebaran luasan lahan petani tersaji pada tabel 9.
Tabel 9. Luas Lahan Petani Responden
NoLuaslahan(ha)
Jumlah respondenjumlah
totalresponden
Persentase (%)
Padi-tembakau
Padi-ubikayu
Padi-tembakau
Padi-ubikayu
1 0,25 8 11 19 42,10 31,422 0,5 5 13 18 26,31 37,143 0,75 3 5 8 15,78 14,284 1 3 9 15,78 17,14
Jumlah 19 35 54 100 100Sumber : pengolahan data primer, 2016
Dari tabel 9 diatas dapat diketahui rata-rata responden memiliki luasan lahan 0, 25
ha dan 0,5 ha, yaitu sebanyak 19 orang (73,52%) dan 18 orang (63,45%).
Sedangkan sisanya 8 orang mempunyai lahan 0,75 ha (30,06%) dan 9 orang
mempunyai lahan 1 ha (32,92%). Dari data diatas menunjukkan bahwa rata-rata
petani mempunyai lahan 0,5 hektar.
4.6.3 Status Kepemilikan Lahan
Lahan merupakan hal yang sangat penting dalam berusahatani. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan diketahui bahwa rata-rata luas lahan garapan responden
47
petani adalah 0,5 hektar, sebaran status lahan yang dimiliki petani responden
dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Status Kepemilikan Lahan Garapan
Status Lahan(Ha)
Jumlah Sampel Petani Presentase (100%)Padi-
TembakauPadi-
UbikayuPadi-
UbikayuPadi-
TembakauMilik sendiri
Milik orang lain19-
35-
100-
100-
Jumlah 19 35 100 100Sumber : data primer 2016
Berdasarkan tabel 10 bahwa status penguasaan lahan seluruh responden adalah
milik sendiri. Keadaan ini dikarnakan sebagian besar lahan yang dimiliki
diperoleh dari warisan atau hibah dari orang tua sehingga lahan yang digunakan
sebagai tempat untuk berusahatani adalah milik sendiri.
4.7 Penggunaan Sarana Produksi
4.7.1 penggunaan bibit
a. padi
Bibit yang digunakan responden petani padi untuk berusahatani adalah bibit lokal
yang sebagian besar berasal dari daerah tersebut. Ketersediaan benih merupakan
salah satu faktor yang penting dalam berusahatani. Petani responden daerah
penelitian melakukan pembibitan sendiri yang diambil langsung dari lahan pada
saat panen dengan memilih tanaman padi yang di anggap terbaik. Setelah
dilakukan perhitungan, maka didapat rata-rata harga bibit yang diperoleh petani
adalah Rp. 11.000,00/kg.
48
b. Tembakau
Bibit tembakau yang digunakan oleh petani tembakau berasal dari perusahaan
yang bermitra dengan petani tembakau. Petani tembakau membeli bibit tembakau
yang sudah siap tanam. Hal ini disebabkan karena penyemaian benih tembakau
terbilang sedikit rumit. Dari hasil penelitian yang dilakukan bibit tembakau yang
diperoleh oleh petani tembakau dibeli dengan harga Rp.100,00/bibit.
c. Ubikayu
Bibit ubikayu yang digunakan dalam kegiatan usahatani petani ubikayu berasal
dari bibit lokal yang dibeli dari pemborong ubikayu. Bibit ini umumya berasal
daerah sekitar petani responden. Setelah dilakukan penelitian pada responden rata-
rata harga bibit ubikayu adalah Rp. 11. 714,29 /ikat.
4.7.2 Penggunaan Pupuk
Pupuk memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor untuk meningkatkan
produksi komoditas petanian. Pupuk yang berimbang dan sesuai kebutuhan
tanaman telah membuktikan mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan
petani yang lebih baik. Pupuk yang digunakan petani responden dalam kegiatan
ushatani di daerah penelitian adalah pupuk Urea, NPK Phonska, Sp-36, NPK
Fertila dan NPK KnO3. Saat ini petani responden tidak lagi menggunakan pupuk
KCL dikarenakan harga pupuk KCL yang cukup mahal dan jarang ditemukan
dipasaran. Harga rata-rata pupuk yang berlaku di daerah penelitian yaitu pupuk
Urea Rp. 1.800,00/kg, NPK Phonska Rp. 2.500,00/kg, Sp-36 Rp. 2.000,00/kg,
NPK Fertila Rp. 9.800,00/kg dan NPK KnO3 Rp. 19.800,00/kg. Rata-rata
49
penggunaan pupuk oleh petani responden dalam sekali tanam dapat dilihat pada
tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata penggunaan pupuk dalam sekali usahatani
UsahataniUrea(Kg)
NpkPhonska
(Kg)
Sp-36(Kg)
NpkFertila(Kg)
NpkKno3(Kg)
Dolomite(Kg)
Padi-ubikayuPadi-tembakau
200200
200200
100100
-20
-50
-400
Jumlah 400 400 200 20 50 400Sumber : data primer 2016
4.7.3 Penggunaan Pestisida
Pestisida merupakan suatu bahan atau campuran bahan untuk memcegah, menolak
atau mengurangi hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida yang
dipakai secara umum oleh petani responden di Desa Toto Harjo adalah fungisida,
insektisida dan herbisida. Pestisida adalah pestisida kimia yang digunakan untuk
membrantas serangan hama dan penyakit dalam kegiatan usahatani. Penggunaan
pestisida di daerah penelitian tidak dilakukan secara manual, tetapi menggunakan
alat bantu yang di sebut sprayer. Hal ini dilakukan oleh petani untuk menghemat
waktu pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja yang terlalu banyak. Jenis pestisida
yang digunakan yaitu Gramaxone, Ally, Sindat, Antracol, Metindo, Fujiwan,
Score, Fastac, Dharmabas, Sidabas, Bentan, Regent, Furadan, Decis.
4.7.4 Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dalam mengelola
usahatani. Penggunaan tenaga kerja digunakan dalam kegiatan persiapan lahan,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan. Tenaga-tenaga tersebut
50
terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita yang disamaratakan dalam satuan Hari
Orang Kerja (HOK) dengan standar jam kerja sebanyak 8 jam kerja per hari.dalam
perhitungan usahatani, tenaga kerja terbagi dalam tenaga kerja dalam keluarga dan
tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata jumlah penggunaan tenaga kerja dalam
usahatani padi-ubikayu dan usahatani padi-tembakau dalam satu kali musim
tanam oleh petani responden dapat dilihat pada tabel 12 dan tabel 13.
Tabel 12. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Manusia Per Hektar SelamaMusim Tanam Padi-Ubikayu di Desa Toto Harjo KecamatanPurbolinggoKabupaten Lampung Timur Dalam Satuan Hari OrangKerja (HOK).
NoJenis
Usahatani Kegiatan
Jumlah TenagaKerja Presentase
OrangDalam
OrangLuar
OrangDalam
OrangLuar
1 Padi - Pembuatan tempatsemai
- Pembajakan- Pembersihan
pematang- Perbaikan
pematang- Pencabutan benih- Penggarisan lahan
1
-1
1
22
2
22
2
33
1,92
-1,92
1,92
3,843,84
3,84
3,843,84
3,84
5,765,76
- Tanam - 10 - 19,23
- Pemupukan 1 1 1,92 1,92- Penyemprotan 1 1 1,92 1,92- Panen 1 16 1,92 30,76
Jumlah 19,2 80,712 Ubikayu - pembajakan lahan
- finishing parit- Tanam
-11
223
-2,942,94
5,885,888,82
- Pemupukan 1 1 2,94 2,94- Penyemprotan 1 1 2,94 2,94
- Panen - 20 - 58,82Jumlah 11,76 85,28
Sumber : data primer 2016
51
Dari tabel 12 diatas terlihat penggunaaan tenga kerja terbanyak pada kegiatan
usahatani ubikayu adalah pada saat panen ubikayu proses pemanenan juga masih
membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yaitu sebanyak 20 orang. Sementara
untuk kegiatan usahatani padi penggunaan tenaga kerja terbanyak juga pada saat
panen padi, yaitu 16 orang luar keluarga dan 1 orang dalam keluarga. Panen padi
di daerah penelitian masih dilakukan secara manual sehingga masih
membutuhkan tenaga kerja banyak.Secara umum tenaga kerja yang berasal dari
luar keluarga lebih banyak digunakan dalam usahatani padi-ubikayu.
Tabel 13. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Manusia Per Hektar SelamaMusim Tanam Padi-Tembakau di Desa Toto Harjo KecamatanPurbolinggo Kabupaten Lampung Timur Dalam Satuan Hari OrangKerja (HOK).
NoJenis
Usahatani
Kegiatan
Jumlah TenagaKerja Presentase
OrangDalam
OrangLuar
OrangDalam
OrangLuar
1 Padi - Pembuatantempat semai
- Pembajakan- Pembersihan
pematang- Perbaikan
pematang- Pencabutan
benih- PenggarisanLahan
1
-1
1
1
1
3
22
2
2
1
2,08
-2,08
2,08
2,08
2,08
6,25
4,164,16
4,16
4,16
2,08
- Tanam - 10 - 20,83
- Pemupukan 1 1 2,08 2,08- Penyemprotan 1 1 2,08 2,08- Panen 1 16 2,08 33,33
Jumlah 16,64 83,292 Tembakau - Pembabatan
lahan- Pembajakan- Pembuatan
guludan
1
-1
1
24
2,56
-2,56
2,56
5,1210,25
52
- Tanam 2 8 5,12 20,51- Pemupukan 2 6 5,12 15,38
- Penyemprotan 1 2 2,56 5,12
- Panen 2 7 5,12 17,94Jumlah 23,04 76,88
Sumber : data primer 2016
Dari tabel 13 terlihat bahawa penggunaan tenaga kerja yang berasal dari luar
keluarga masih dominan. Pada usahatani padi oenggunaan tenaga kerja luar
keluarga terbanyak pada saat panen, yaitu sebanyak 16 orang luar keluarga dan 1
orang dalam keluarga. Ini disebabkan pada saat panen dibutuhkan tenaga kerja
yang banyak, karena proses pemanenan padi masih dilakukan secara manual.
Sementara pada usahatani tembakau penggunaan tenaga kerja terbanyak adalah
pada saat tanam, yaitu 10 orang dengan masing 2 orang luar keluarga dan 8
orang dalam keluarga .
4.7.4 penggunaan peralatan
Peralatan yang digunakan dalam usahatani padi-tembakau dan padi-ubikayu
merupakan peralatan sederhana dan mudah didapatkan, yaitu cangkul, sabit,
handsprayer, golok, gergaji, ember, wungkal, linggis, garuk dan gancu. Nilai
penyusutan peralatan dapat dilihat pada tabel 14 dan tabel 15.
Tabel 14. Rata-Rata Nilai Penyusutan Alat Untuk Usahatani Padi-Ubikayu diDesa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.
Jenis Peralatan Nilai penyusutan (Rp/Tahun)Sabit 19143Cangkul 21314Gergaji 18052Gancu 14000Garuk 14056Handsprayer 60400Ember 5648
53
Linggis 9250Golok 21762Wungkal 9743Rata-rata penyusutan 19337
Sumber : data primer 2016
Tabel 15. Rata-Rata Nilai Penyusutan Alat Untuk Usahatani Padi-Tembakau diDesa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.
Sumber : data primer 2016
Rata-rata umur ekonomis untuk cangkul, sabit, handsprayer, golok, gergaji,
ember, wungkal, linggis, garuk dan gancu adalah 1-5 tahun, tergantung perawatan
dan pemakaian.
4.7.5 Analisis Finansial Usahatani Padi-Ubikayu Dan Usahatani Padi-Tembakau
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah biaya
yang dikeluarkan dengan penerimaan dari suatu proses produksi, apakah proses
produksi itu layak untuk di usahakan dan dapat memberikan keuntungan. Asumsi
yang dipakai adalah usahatani tembakau da ubikayu yang sejak tahun 2009 hingga
tahun 2015 mulai berkembang di Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo
Kabupaten Lampung Timur.
Jenis Peralatan Nilai Penyusutan (Rp/Tahun)Sabit 18947Cangkul 20737Gergaji 18011Gancu 14015Garuk 14727Handsprayer 59867Ember 4825Linggis 9429Golok 23750Wungkal 9579Rata-rata Penyusutan 19389
54
pada lampiran 1 perhitungan analisis dilakukan berdasarkan data yang diambil
pada saat olah data dilakukan, dengan tingkat suku bunga Bank Rakyat Indonesia
(BRI) dengan tingkat suku bunga 19,25% per September 2016.
Pola tanam petani responden ada 2 tipe, yaitu menanam padi saat musim rendeng,
menanam ubukayu saat musim gadu, dan menanam padi saat musim rendeng,
menanam tembakau saat musim gadu. Dari hasil perhitungan NPV, Gross B/C, PP
dan R/C Ratioterlihat perbandingan keuntungan dan mana usahatani yang lebih
layak diusahakan sebagai kegiatan berusahatani, dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 16. Analisis Finansial Komparatif Kegiatan Usahatani Padi-Ubikayu danUsahatani Padi-Tembakau di Desa Toto Harjo Kecamatan PurbolinggoKabupaten Lampung Timur/ha/tahun Pada Tingkat Suku Bunga
19,25% (df=19,25%)
KriteriaNilai
Padi-Ubikayu Padi-TembakauNet present value Rp. 100.134.701,4 Rp. 122.060.596,1Gross B/C 2,31 2,38Payback period 0,75 0,72
Sumber : pengolahan data primer 2016
a. Analisis Net Present Value (NPV)
Kelayakan suatu usaha dinilai jika NPV lebih dari nol (NPV positif), hal ini berarti
bahwa penerimaan bersih (benefit) suatu usaha lebih besar dari total biaya (cost)
yang dikeluarkan. Dari tabel 16 terlihat bahwa NPV dari kedua pola kombinasi
usahatani sama-sama lebih dari nol atau bernilai positif, atau dengan kata lain
kedua pola kombinasi usahatani tersebut layak diusahakan sabagai usahatani. Dari
tabel 16 juga terlihat perbandingan NPV antara usahatani padi-ubikayu dengan
usahatani padi-tembakau, pada tingkat suku bunga 19,25% menunjukkan NPV
usahatani padi tembakau adalah Rp. 122.060.596,1/ha/7tahun, sedangkan
55
usahatani padi-ubikayu hanya Rp. 100.134.701,4/ha/7tahun. Hasil analisis NPV
tersebut juga menunjukkan bahwa selisih antara nilai sekarang dari penerimaan
dan nilai sekarang biaya yang telah dikeluarkan bernilai positif. Dengan masing-
masing sebesar Rp. 122.060.596,1 untuk usahatani padi-tembakau dan Rp.
100.134.701,4 yang artinya ini menghasilkan keuntungan bersih nilai sekarang
sebesar Rp. 122.060.596,1 dan Rp. 100.134.701,4 pada tahun ke 7. NPV
mempunyai arti penting dalam suatu kegiatan usahatani, karena nilai NPV akan
menunjukkan seberapa besar keuntungan atau penerimaan yang kita dapat
pertahun selama berusahatani.
b. Analisis Gross B/C Ratio
Merupakan rasio dari pendapatan (benefit) dibandingkan dengan (cost) yang telah
dihitung nilai sekarangnya (telah di discount factor). Analisis ini pada dasarnya
tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Tabel 16 terlihat nilai gross B/C dari
kedua pola kombinasi usahatani tersebut mempunyai nilai gross B/C > 1. Dengan
kata lain kedua pola kombinasi masih layak jadikan sebagai usahatani, karena
mempunyai nilai lebih dari 1. Dengan masing-msing nilai 2,31 untuk usahatani
padi-ubikayu dan 2,38 padi-tembakau. Yang artinya setiap rupiah yang di
investasikan dalam berusahatani akan menghasilkan manfaat atau keuntungan
bersih dengan nilai sekarang masing-masing sebesar 2,38 untuk ushatani padi-
tembakau dan 2,31 untuk usahatani padi-ubikayu.
c. Payback period (PP)
Merupakan teknik penilaian jangka waktu (peroide) terhadap pengembalian
investasi proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas
56
bersih (proceed). Semakin kecil nilai payback period, maka semakin cepat pula
pengembalian modal/investasi suatu proyek atau usaha. Pada tabel 16
menunujkkan pola usahatani mempunyai masing-masing nilai payback period
sebagai berikut 0,75 untuk usahatani padi-ubikayu dan 0,72 untuk usahatani padi-
tembakau. Yang artinya suatu usahatani akan mampu mengembalikan investasi
pada jangka waktu 7 bulan 5 hari untuk usahatani padi-ubikayu dan 7 bulan 2 hari
untuk usahatani padi-tembakau.
d. R/C Ratio
Merupakan rasio dari penerimaan total dibandingkan dengan biaya total yang
telah dihitung nilai sekarangnya (telah di discount factor). Untuk lebih jelasnya
nilai R/C ratio dari kedua pola usahatani tersaji dalam tabel 17.
Tabel 17. Perbandingan nilai R/C Ratio antara pola usahatani padi tembakau danpola usahatani padi-ubikayu.
TahunPola Usahatani
Padi-Ubikayu Padi-Tembakau2009201020112012201320142015
0,771,211,241,421,461,572,12
0,841,181,161,521,561,952,37
Sumber : Pengolahan Data Primer 2016
Dilihat dari tabel 17 terlihat dari kedua pola usahatani nilai R/C ratio dari
keduanya mempunyai peningkatan setiap tahunnnya. Nilai R/C terendah dari
kedua pola usahatani terjadi pada tahun 2009, yaitu 0,77 untuk usahatani padi-
ubikayu dan 0,84 untuk usahatani padi-tembakau. Yang artinya setiap rupiah
yang di investasikan dalam kegiatan usahatani akan menghasilkan manfaat atau
57
keuntungan sebesar 0,77 untuk usahatani padi-ubikayu dan 0,84 untuk usahatani
padi-tembakau. Sedangkan nilai R/C tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 2,12
untuk pola usahatani padi-ubikayu dan 2,37 untuk usahatani padi-tembakau. Yang
artinya setiap rupiah yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani menghasilkan
manfaat 2,12 untuk usahatani padi-ubikayu dan 2,37 untuk usahatani padi-
tembakau. Kenaikan nilai R/C Ratio dari kedua pola usahatani dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu faktor produksi dan faktor harga, produksi dari kedua pola
usahatani setiap tahunnya meningkat, dan juga didukung dengan naiknya harga
dari komoditas tersebut, untuk lebih jelasnya kenaikan harga dan produksi dari
semua komoditas tertera pada tabel 18.
Tabel 18. Kenaikan Harga Dan Produksi Usahatani Padi-Tembakau DanUsahatani Padi-Unikayu
Tahun
Usahatani Padi-Tembakau Usahatani Padi-Ubikayu
ProduksiPadi(Kg)
Harga(Rp)
Produksi
Tembakau(Kg)
Harga(Rp)
Produksi Padi(Kg)
Harga(Rp)
Produksi
Ubikayu (Kg)
Harga(Rp)
2009201020112012201320142015
7039713773327543759176827813
2000230025002900300035003900
2000230025002900300035003900
1000100012001200130015001500
18228238652445825177257742627027140
2000230025002900300035003900
20000216922199522856234092362924170
600850900950100010001500
Sumber : Pengolahan Data Primer 2016
58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial usahatani yang telah dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan bahwa usahatani padi-tembakau lebih layak dijadikan
sebagai pilihan dalam melakukan kegiatan usahatani. Dengan pertimbangan
penerimaan NPV yang lebih besar. Terlihat dari perhitungan analisis finansial
bahwa nilai NPV (Net Present Value) dari usahatani padi-tembakau lebih besar
daripada nilai usahatani padi-ubikayu. Selain dari perhitungan analisis NPV (Net
Present Value) terlihat juga bahwa nilai Gross B/C, Payback Period danR/C
Ratiomenunjukkan bahwa usahatani padi-tembakau lebih layak dijalankan sebagai
usahatani.
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan usahatani sebaiknya petani harus benar-benar
menghitung berapa untung rugi serta usahatani apa yang layak diusahakan
sebagai usahatani yang akan dilakukan.
2. Untuk memaksimalkan keuntungan, sebaiknya pada kegiatan produksi
penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi-tembakau
dikurangi dan dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga.