270110130102_yudha_indonesia sebagai penghasil bahan mentah.pdf

19
MAKALAH Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah dan Upaya Memberikan Nilai Tambah Mata Kuliah Teknologi Management Kewirausahaan Disusun Oleh : Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang 270110130102 GEOLOGI B PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014

Upload: yudha-pratama-situmorang

Post on 15-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MAKALAH

    Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah dan Upaya Memberikan Nilai

    Tambah

    Mata Kuliah Teknologi Management Kewirausahaan

    Disusun Oleh :

    Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang

    270110130102

    GEOLOGI B

    PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2014

  • ii

    Kata Pengantar

    Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

    saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah dan

    Upaya Memberikan Nilai Tambah dengan baik dan tepat waktu.

    Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Nana Sulaksana.

    Makalah ini menjelaskan tentang apa itu dan bagaimana Indonesia Sebagai Penghasil Bahan Mentah

    dan Upaya apa yang dialakuan untuk Memberikan Nilai Tambah.

    Melalui Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca

    mengenai posisi Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Dalam penulisan makalah ini, tidak

    luput dari berbagai macam kesalahan dan kekurangan. Kritik dan Saran yang membangun penulis

    terima dengan lapang dada. Demi menambah pengetahuan Penulis dan demi kesempurnaan

    makalah ini.

    Jatinangor, 5 Oktober 2014

    Penulis

    Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR..... ii

    DAFTAR ISI...iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ..1

    1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan...2

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1 Sumber Daya Alam Indonesia........3

    2.2 Indoneisa penghasil barang mentah.......5

    2.3 Dampak negatif ekspor bahan mentah......7

    2.4 Peningkatan nilai tambah.........8

    2.5 Peningkatan nilai tambah logam indonesia..10

    2.6 Peran pemerintah..13

    BAB III PENUTUP

    Kesimpulan........15

    DAFTAR PUSTAKA ...........16

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sumber daya alam adalah segala potensi yang dihasilkan oleh alam yang dapat

    dikembangkan untuk proses produksi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi

    kebutuhan manusia dan meningkatkan kesejahteraannya. Banyak negara berkembang yang

    mempunyai ketergantungan pembangunan ekonomi pada keberadaan sumber daya alamnya

    dan sejarah mencatat kemakmuran masyarakat dapat dicapai karena keberhasilan

    memanfaatkan sumber daya alam yang dimilikinya. Bahkan masih ada yang beranggapan

    salah satu faktor suatu negara mengalami kemiskinan karenatidak cukup tersedianya sumber

    daya alam (Sutikno dan Maryunani, 2006).

    Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi

    sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia,

    Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki

    kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di

    kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di

    dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada

    di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan

    perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut.

    Tidak dapat dipungkiri, sumberdaya mineral sebagai salah satu sumberdaya alam,

    merupakan sumber yang sangat penting dalam menopang perekonomian Indonesia. Bahkan

    beberapa jenis mineral, yakni minyak dan gas bumi, pernah menjadi soko guru perekonomian

    Pemerintah. Tetapi pada dasarnya, Indonesia merupakan penghasil bahan mentah bukan

    barang jadi. Dalam beberapa kasus indonesia belum dapat mengolah kekayaan alam yang

    didapatkan untuk menjadi barang yang jadi. Untuk mempercepat dan mengoptimalkan

    pembangunan perekonomian berbasis sumber daya alam sebagai penggerak kemajuan dan

    kemakmuran bangsa, diperlukan pendekatan berbasis inovasi teknologi yang dipadukan

    dengan karakter yang spesifik bangsa Indonesia yang dikenal dengan kearifan lokal. Pada

    makalah ini akan dibahas bagaimana posisi kekayaan mineral dan gas serta minyak di

    Indonesia, dan bagaimana kekayaan itu dikirim dalam bentuk mentah, serta upaya apa yang

    dilakukan untuk memperoleh nilai tambah terhadap barang mentah tersebut.

  • 2

    1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

    Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

    Memenuhi tugas mata kuliah teknologi manajemen kewirausahaan

    Mengetahui kekayaan sumberdaya alam Indonesia

    Mengetahui bagaimana posisi sumberdaya alam sebagai motor perekonomian

    Indonesia

    Mengetahui bagaimana Indonesia memberikan nilai tambah terhadap barang mentah

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Sumber Daya Alam Indonesia

    Indonesia adalah negara yang kaya raya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa,

    baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Bisa dibayangkan, kekayaan alamnya

    mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan lainnya yang terkandung di dalam bumi

    Indonesia tercinta ini mungkin tidak bisa dihitung. Apabila dilihat secara geografis,dari

    sabang sampai merauke, terbentang tidak sedikit pulau yang ada di Indonesia. Dengan pulau

    besar, mulai pulau jawa, sumatra, kalimantan, sulawesi serta Irian Jaya. Namun disamping

    itu, terdapat pula ribuan pulau yang mengelilingi alam Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia

    merupakan negara kepulauan yang mempunyai kekayaan alam yang sangat besar.

    Sepengetahuan saya, apabila dipandang dari kacamata geologi, negara Indonesia berada pada

    lempeng tektonik. Tidak sedikit pegunungan baik gunung yang masih aktif maupun yang

    sudah tidak aktif mengisi kekayaan alam Indonesia. Pasalnya, banyak kekayaan mineral yang

    terkandung didalamnya. Pegunungan tersebut melintang dari kota yang terkenal dengan

    sebutan serambi mekah, Aceh sampai dengan merauke. Mulai dari pegunungan barisan di

    sumatera hingga pegunungan merauke di pulau Irian. Oleh sebab itu, tekstur bumi Indonesia

    dengan banyak pegunungan berkontribusi akan kekayaan alam yang sangat melimpah,

    khususnya kekayaan mineral.

    Indonesia umumnya mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

    Khususnya, pada musim hujan, Indonesia merupakan negara yang memiliki curah hujan yang

    cukup tinggi. Maka, secara astronomi, ini memberikan banyak keuntungan bagi bumi

    Indonesia. Salah satunya tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berkembang biak secara

    cepat. Maka dari itu, Indonesia mempunyai berbagai jenis tanaman yang juga memberikan

    peran serta yang besar akan kekayaan alam.

    Samudra hindia dan samudra pasifik merupakan dua samudra besar yang mengelilingi

    kepulauan Indonesia. Wilayah Indonesia yang mayoritas adalah daerah perairan juga

    memberikan andil yang besar pula terhadap kekayaan alam Indonesia. Tentunya, kita tidak

    bisa menghitung banyaknya kekayaan yang melimpah tersebut. Selain itu, laut juga

  • 4

    menghiasi alam Indonesia. Berbagai sumber daya alam terkandung di dalamnya.

    Diantaranya, sumberdaya alam hewani dan nabati serta mineral. Aneka biota laut, khususnya

    ikan dengan berbagai macam jenis maupun ukuran menghiasi kekayaan laut. Rumput laut

    merupakan salah satu contoh sumber daya alam nabati.

    Lain dari pada itu, kekayaan Indonesia tidak sekadar terbatas pada kekayaan hayatinya, tetapi

    juga non hayatinya. Aneka bahan tambang terkandung di dalam perut bumi Indonesia.

    Diantaranya, minyak bumi, batubara, gas alam, dan sebagainya. Akan tetapi, aneka bahan

    tambang tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.

    Kekayaan alam tersebut diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Dalam kegiatan eksplorasi kekayaan alam baik sumber daya alam hayati maupun non hayati

    tidak boleh mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sebagai contoh dalam menangkap ikan di

    laut tidak boleh menggunakan bom peledak karena tidak hanya merusak lingkungannya,

    namun juga akan merusak biota laut lainnya. Oleh karena itu, dalam mengeksplorasi harus

    menjaga lingkungan demi kelestarian sumber daya alam.

    Selanjutnya, kekayaan alam Indonesia yang utama, seperti halnya emas, minyak bumi, dll,

    jangan sampai dikuasai oleh bangsa asing. Pasalnya, ini sangat merugikan bangsa Indonesia.

    Umumnya, bangsa asing tersebut mengeksplorasi dengan tujuan bisnis karena mereka

    mempunyai modal yang besar dan teknologi yang canggih. Pertama mereka mengambil

    kekayaan alam dan setelah itu diproses menggunnakan teknologi tinggi oleh bangsa asing

    tersebut. Sayangnya, pada akhirnyapun seluruh kekayaan alam yang berasal dari bumi

    Indonesia di jual lagi ke pemerintah dengan harga yang relatif lebih mahal.

    Namun demikian yang terpenting adalah mengelola kekayaan alam untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pasalnya, kekayaan alam tersebut merupakan hak

    seluruh rakyat Indonesia. Sehinnggga jangan sampai bangsa asing yang menikmati kekayaan

    alam Indonesia, namun rakyat Indonesia tidak sejahtera. Apabila kesejahteraan rakyat

    meningkat maka perekonomian Indonesia pun juga akan meningkat. Selain itu, kekayaan

    alam tersebut ditujukan pula untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, memberdayakan

    potensi kekayaan alam yang sangat melimpah bagi kesejahteraan rakyat Indonesia sangat

    penting sekali demi mewujudkan kemakmuran dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

  • 5

    2.2 Indonesia penghasil bahan mentah

    Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya mineralnya, dan merupakan

    Negara dengancadangan sumber daya mineral terbanyak ke empat, di bawah chili yang

    merupakan negara dengancadangan mineral terbanyak pertama, rusia kedua dan kongo

    ketiga. Oleh karena itu, sebenarnya kitamerupakan negara yang berpotensi besar, akan tetapi

    masih harus memiliki cara untuk mengoptimalkancadangan tersebut. Salah satu caranya

    dengan memaksimalkan produksi, dengan menggunakan proseseksplorasi yang lebih baik.

    Semua itu bergantung pada para ahli geologi yang melakukan proseseksplorasi

    tersebut.Menurut data ESDM, cadangan mineral Indonesia terdiri atas, timah sebanyak 462

    ribu ton, nikelsebanyak 627,8 juta ton tembaga 41,4 juta ton, emas 3,15 ribu ton, perak 11,

    417 juta ton dan bauksitsebanyak 24 juta Wmt.Akhir-akhir ini, produksi bahan mentah

    mineral di indonesia baru mencapai beberapa persen saja daritotal cadangan yang ada. Salah

    satu contohnya pada produksi mineral tembaga, yang baru mencapaisekitar seperempat dari

    total jumlah cadangan sebesar 41,4juta ton. Dan pada tahun 2005, indonesiamenduduki

    urutan ke tiga dalam produksi mineral tembaga di dunia (7%), dari total produksi

    tembagadunia pada tahun 2005 mencapai 14,9 juta metrik ton. Pada peringkat pertama chili

    (36%) dan AmerikaSerikat (8%).Peningkatan produksi pertambangan di indonesia,

    merupakan tugas para geologist. mereka bertugasdalam proses eksplorasi dalam kata lain,

    mencari sumber daya mineral yang akan di tambang diindonesia. Akan tetapi dengan

    minimnya tenaga geologi yang ahli dalam bidang ini, terutama yangtenaga ahli dari

    indonesia, mengakibatkan peningkatan produksi ini sangat sulit untuk dapat

    terwujud.Sebagian besar ahli geologi yang berasal dari indonesia, bekerja di luar negeri

    hanya untuk pendapatanindividu yang lebih besar. sehingga indonesia hanya dapat

    memproduksi hasil tambang mineral yangmasih relatif sedikit.Dibutuhkan ide-ide baru dalam

    hal eksplorasi, sehingga bisa di dapat hasil produksi mineral yangmaksimal, dan ide-ide baru

    itu harusnya berasal dari para ahli geologi.

    Oleh karena itu, sangat diharapkan para ahli geologi senior untuk dapat

    menyumbangkan ilmunya dalam rangka menaikanpendapatan negara ini.Selain dari

    kurangnya tenaga ahli di indonesia, teknologi yang ada masih belum mampu

    menyaingiteknologi negara-negara lain yang telah maju. Indonesia yang masih merupakan

    negara berkembang,harus mampu bersaing dengan teknologi negara-negara maju, mungkin

    untuk dapat memiliki teknologiyang baru, indonesia masih agak sulit. Minimal indonesia

    sudah harus memiliki teknologi yang samadengan negara-negara lain. Teknologi yang di

  • 6

    maksud di sini, mencakup teknologi dalam proseseksplorasi, eksploitasi dan pengolahan

    bahan mentah mineral.

    Dalam proses eksplorasi, teknologi yang di gunakan salah satu contohnya yaitu

    pembuatan sumur uji,dan analisis kualitas dan kuantitas bahan galian yang sedang di teliti.

    Teknologi yang paling efisien dapatdi gunakan agar bisa didapat perkiraan besarnya

    cadangan dengan di bantu oleh ilmu geologi dangeofisika. Analisis kualitas dan kuantitas

    mencakup pada sifat fisik, sifat kimia, besarnya cadangan(berdasarkan sumur uji dan ilmu

    geologi geofisika), dan kadar mineral (Ppm).Dengan teknologi terbaru tersebut, dapat

    meningkatkan efisiensi dalam proses produksi, akan tetapiteknologi yang memiliki efisiensi

    yang lebih baik, pasti membutuhkan biaya yang lebih besar. Olehkarena itu, diperlukan

    perhitungan nilai ekonomis sebelum dilakukan proses eksploitasi. Jangan sampaibiaya

    produksi lebih besar dari hasil produksinya. Dengan adanya teknologi yang lebih baik dan

    denganilmu yang dimiliki oleh para ahli geologi, bisa di perkirakan besarnya cadangan pada

    daerah yang diteliti,sehingga dapat di perhitungkan dengan metode apa sumber daya mineral

    itu akan di ambil, sehinggabisa di dapat keuntungan terbesar dan di dapat peningkatan hasi

    produksi. jika nilai ekonomis cadangan pada suatu daerah relatif kecil, dan biaya produksi

    yang di perlukan lebih besar, maka cadangan di daerah tersebut tidak akan di eksploitasi.

    Mungkin menunggu sampaiditemukan teknologi yang bisa menekan biaya produksi, atau

    menunggu sampai biaya produksi denganmetode tersebut lebih murah dari pada sekarang-

    sekarang ini.Selain teknologi, sarana dan prasarana harus memadai agar dapat meningkatkan

    hasil produksi. Salahsatunya adalah sarana transportasi untuk membawa hasil produksi ke

    konsumen. Jika tidak adanyasarana jalan yang memadai, maka proses peningkatan hasil

    produksi akan terhambat, ini dikarenakanadanya kenaikan biaya produksi untuk proses

    transportasi. Seperti contohnya jalur transportasi yangsempit yang tidak dapat di lalui

    kendaraan pengangkut berukuran besar, sehingga harus menggunakan kendaraan yang lebih

    kecil, dan berdampak pada kenaikan biaya produksi dan terbuangnya waktu untuktransportasi

    hasil produksi tambang.Selain itu, diperlukan juga adanya hubungan baik antara perusahaan

    tambang dengan masyarakatsekitar. Masyarakat harus ikut berperan dari sejak awal, sehingga

    mendapat respek dan dukungan darimasyarakat sekitar. Dengan di dapatnya respek dan

    dukungan dari masyarakat, proses-proses dalampertambangan dapat berjalan dengan lancar

    tanpa ada hambatan dari masyarakat. Contohnya daritahapan pembebasan lahan.Respek dari

    masyarakat didapat dari mempekerjakan masyarakat dalam kegiatan pertambangan,adanya

    program CSR dan Comunity Development, dan adanya reklamasi lahan setelah

    prosespertambangan selesai. Dengan adanya pertambangan di wilayah milik penduduk

  • 7

    sekitar ini, harus dapatmemajukan kesejahteraan masyarakat, dan bukan hanya janji semata,

    sehingga bisa mendapatdukungan penuh dari masyarakat. Sehingga tidak ada lagi wilayah

    tambang yang terbengkalai karenaadanya masalah dengan masyarakat sekitar dan akhirnya

    terjadi peningkatan hasil produksi.Semua ini sebenarnya terhubung dalam satu hal, yaitu

    biaya produksi. Biaya produksi tambang (modal)didapat dari investor yang mau menanamkan

    modalnya di usaha pertambangan. Para investor maumenanamkan modalnya jika di lihat

    penambangan ini bisa menghasilkan keuntungan yang besar.dengan teknologi, biaya produksi

    menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Lalu, dengan adanya saranatransportasi yang baik,

    biaya produksi dapat di tekan. dan dengan adanya hubungan yang baik denganmasyarakat

    sekitar, maka investor mau menanamkan modalnya di sini, karena jika hubungan

    antaraperusahaan tambang dengan masyarakat tidak baik, investor tidak akan mengambil

    resiko kerugiankarena adanya masalah-masalah yang timbul di kemudian hari, yang

    berhubungan dengan masyarakat,seperti berhentinya proses produksi karena tidak mendapat

    dukungan dari masyarakat.

    2.3 Dampak Bila Indonesia Terus Melakukan Eksport bahan mentah

    Kutipan Rajin Ekspor Bahan Mentah, RI Bisa Jadi Negara Gagal:

    Meski mendapat tentangan dari sejumlah pihak, pemerintah Indonesia akan terus melaju

    dengan kebijakan pelarangan ekspor bahan mineral mentah dan kewajiban membangun

    pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) mineral mulai tahun depan. Sebab Indonesia

    harus menjadi negara industri yang memperoleh nilai tambah dari setiap kegiatan ekspor

    minerba.

    "Walaupun kontroversial, hilirisasi merupakan ide masa depan. Kalau cuma ekspor

    nikel atau bahan mentah, kita cuma jadi negara tambang. Padahal kita ingin jadi negara

    industri berbasis pertambangan, pertanian dan lainnya," terang Wakil Menteri Keuangan

    Bambang Brodjonegoro di Subang, seperti ditulis Senin (25/11/2013).

    Dia menceritakan kebijakan ini sempat mendapat serangan argumen dari dunia

    internasional. Beberapa pihak, termasuk investor mempertanyakan langkah Indonesia masuk

    dalam ranah bisnis yang belum dipahami.

    "Ternyata dengan kebijakan ini, mereka khawatir ada pabrik-pabrik (pengolahan) yang

    tutup dan ini sangat berat bagi Jepang dan China. Bisa terjadi lay off atau pengangguran

    besar," tutur dia.

  • 8

    Hilirisasi, tambah Bambang, akan memacu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk

    melakukan inovasi tinggi supaya menciptakan produk bernilai tambah yang akan

    menguntungkan bangsa ini.

    "Kalau ekspor bahan mentah terus, kita hanya akan menjadi negara gagal. Sukses

    jalankan inovasi produk bernilai tambah akan berdampak luar biasa bagi Indonesia, makanya

    kita ingin ambil Inalum salah satunya karena kita tidak punya industri aluminium sama

    sekali," paparnya.

    Ekspor bahan mentah, diakuinya, hanya bisa menyelamatkan neraca perdagangan dalam

    jangka pendek. Namun ketika harga komoditas anjlok seperti tahun lalu, Indonesia terkena

    dampak karena penerimaan pajak mengalami penurunan.

    "Makanya dari pada kita kasih nikel ke China yang kemudian diolah lagi sama negara

    itu lebih baik kita olah sendiri menjadi feronikel dan mengekspornya karena nilainya bisa 10

    kali lipat. China pasti mau beli juga (feronikel produksi Indonesia)," lanjut dia.

    Indonesia, kata Bambang, harus mengejar produksi barang-barang turunan yang

    memberi nilai tambah. Contohnya, minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang

    bisa diolah menjadi biofuel dan produk turunannya seperti minyak goreng atau barang

    konsumsi lainnya.

    Bauksit yang dapat diproses kembali menjadi alumina, lalu aluminium dan akhirnya

    bisa menjadi metal untuk industri dasar. Atau jangan lagi ekspor kakao, dan mulai

    memproduksi produk coklat yang nilainya berkali-kali lipat dari bahan mentah

    2.4 Peningkatan Nilai Tambah

    Pengertian nilai tambah yang umum dikenal di kalangan yang menggunakan parameter

    ekonomi sebagai acuan adalah perbedaan antara nilai output dan nilai input atau peningkatan

    harga material yang dihasilkan dari proses pengolahan mineral dan logam persatuan berat

    logam/mineral. Sementara itu, kalau pengertian nilai tambah juga dikaitkan dengan

    kepentingan lain yang lebih luas, seperti bukan saja peningkatan GDP tetapi juga

    peningkatan lapangan kerja baru, multiplier effect sektor lain, penguasaan IPTEK,

    kemudahan dan kecepatan proses, serta peningkatan ketahanan nasional, maka setiap

    manfaat ekonomi, sosial dan peradaban yang dihasilkan dari kegiatan produksi

    (pengolahan mineral dan logam lebih lanjut) dikategorikan sebagai peningkatan nilai

    tambah. Isu peningkatan nilai tambah hasil tambang telah lama bergaung meskipun

    hanya di kalangan terbatas.

  • 9

    Kesadaran bahan tambang perlu diolah terlebih dahulu, agar terjadi peningkatan

    nilai tambah yang setinggitingginya di dalam negeri, dan tidak diekspor begitu saja

    seolah menjual tanah air, sebenarnya telah lama disadari. Namun demikian kesadaran

    pentingnya peningkatan nilai tambah hasil tambang ini semakin menguat akhir-akhir ini.

    Membidik peluang ini agar terjadi peningkatan pendapatan daerah maupun pusat,

    peningkatan kesempatan kerja, dorongan terhadap terciptanya peluang usaha di sektor lain,

    penguasaan ilmu dan teknologi, mengurangi ketergantungan luar negeri dalam penyediaan

    bahan baku untuk industri hilir, yang bahan dasarnya tersedia sebagai bahan tambang di

    Indonesia, dirasakan sangat mendesak. Beberapa kalangan telah dengan tegas

    mengatakan untuk secepatnya melarang ekspor bahan tambang secara langsung ke luar

    negeri, karena ujung-ujung hanya akan memberikan manfaat yang besar di pihak

    pengimpor karena mendapat kesempatan melakukan usaha peningkatan nilai tambah di

    negaranya, sementara Indonesia hanya mendapatkan penghasilan dari penjualan bahan

    tambang saja. Namun demikian, usaha peningkatan nilai tambah hasil tambang di

    Indonesia tampaknya belum sepenuhnya dapat berjalan dengan baik karena beberapa

    kendala, diantaranya yang penting menurut Edi A Basuki, dkk., 2007:

    1. Belum terbangunnya kesadaran akan manfaat dan pentingnya usaha

    peningkatan nilai tambah bahan tambang di dalam negeri di semua pemangku kepentingan.

    2. Belum ada kajian yang komprehensif mengenai rantai kebutuhan dan

    penyediaan bahan untuk produksi barang jadi di Indonesia.

    3. Kajian mengenai peluang yang dapat dilakukan bagi bahan tambang di Indonesia

    untuk ditingkatkan nilai tambahnya masih sangat minim.

    Untuk dapat menjadi barang jadi, bahan tambang memerlukan rantai proses yang

    cukup panjang dengan masing-masing tahap proses merupakan proses peningkatan nilai

    tambah, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

    Proses added-value mineral tidak terlepas dari alur proses pengolahan dan

    ekstraksi bahan galian bijih yang telah cukup lama dikenal dalam kegiatan industri

    metalurgi. Secara skematis jalur utama proses pengolahan bahan galian bijih ditunjukkan

    dalam Gambar 2, dimana pada pandangan konvensional semua jalur proses diarahkan

    menjadi hasil akhir logam murni atau paduannya. Masing-masing tahap pemrosesan

    tersebut memiliki tingkat pertambahan kualitas dari produk yang dihasilkan. Meskipun

    hanya pengolahan mineral seperti pencucian dan pengayakan (screening) pada mineral

    aluvial, bisa dimungkinkan terjadi peningkatan nilai tambahnya karena pengurangan

    kandungan clay-nya dan mineral berharga terkonsentrasi pada fraksi ukuran tertentu.

  • 10

    Peran sampling dan analisisnya sangat menentukan dalam merancang langkah-langkah

    pengolahan yang tepat. Proses ekstraksi lebih lanjut yang melibatkan proses kimia dan/atau

    suhu tinggi pada umumnya memerlukan investasi yang tinggi sehingga perlu

    dipertimbangkan keekonomiannya apabila skala produksinya tidak cukup tinggi.

    2.5 Peningkatan Nilai Tambah Mineral Logam di Indonesia

    Berikut akan ditelaah mengenai kondisi peningkatan nilai tambah yang ada pada

    masing-masing komoditi hasil tambang mineral logam di Indonesia.

    Tembaga

    Tembaga di kerak bumi umumnya dalam mineral-mineral tembaga-besi-sulfida

    dan tembaga sulfida, sepertikalkopirit (CuFeS2), bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), dan

    kovelit (CuS). Kandungan tembaga di dalam bijih tembaga umumnya kurang dari 2%. Untuk

    mendapatkan tembaga murni bijih tersebut akan mengalami proses konsentrasi, smelting

    dan refining. Selain dalam mineral sulfida, dalam jumlah kecil tembaga juga d itemukan

    berada dalam mineral-mineral jenis karbonat, oksida, hidroksisilikat dan sulfat. Proses

    untuk mendapatkan tembaga dari mineral-mineral ini dapat dilakukan dengan

    menggunakan prinsip hidrometalurgi. Namun demikian, jalur hidrometalurgi juga

    diterapkan untuk mendapatkan tembaga dari kalkosit setelah melalui pemanggangan

    oksidasi.

  • 11

    Sekitar 80% bijih tembaga dunia, tembaganya dalam mineral jenis Cu-Fe-S.

    Karena mineral jenis ini tidak mudah larut dalam larutan aqueous, maka untuk

    mengekstraksi tembaganya dilakukan dengan prosespirometalurgi. Namun demikian

    sebelum tahap peleburan, bijih perlu dikonsentrasi untuk mendapatkankonsentrat yang

    kaya akan mineral tembaga menggunakan flotasi. Proses liberasi perlu dilakukan terhadap

    bijih ini sebelum flotasi untuk memisahkan secara fisik antara mineral berharga dengan

    mineral pengotornya.

    Dengan prinsip flotasi mineral tembaga sulfida akan mengapung dan terkumpul

    karena menempel pada gelembung udara. Selanjutnya konsentrat tembaga diproses secara

    smelting untuk menghasilkan lelehan Cu -Fe dan kemudian dikonverting untuk

    memisahkan Fe dari lelehan dan yang dibutuhkan oleh industri kabel menghasilkan

    lelehan tembaga wantah. Untuk mendapatkan tembaga dengan kemurnian tinggi dapat

    dilakukan dengan fire refining atau electrorefining, seperti pada gambar 3 berikut

  • 12

    Emas dan Perak

    Kedua mineral logam ini merupakan logam berharga atau precious metals, yang dalam

    umumnya digunakan sebagai bahan perhiasan atau asesoris. Emas dan perak sering terdapat

    bersama (berasosiasi) di alam, baik dalam bentuk logam primer maupun sekunder. Pengolahan

    kedua mineral ini umumnya dapat dilakukan dengan cara amalgamasi dan sianidasi untuk logam

    primer (logam sulfida). Proses amalgamasi me nggunakan merkuri (Hg) dan proses sianidasi dapat

    menggunakan campuran asam sianida (HCN), Natrium sianida (NaCN) atau Kalium Sianida

    (KCN), hal ini dilakukan untuk memisahkan logam berharga dan mineral pengotornya.

    Sementara untuk logam-logam sekunder dari emas dan perak dari tambang-tambang

    rakyat, dapat langsung dijual ataupun diolah dengan teknologi sederhana yang ramah lingkungan

    misalnya dengan alat mercury retort.

    Nikel

    Bijih nikel secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu bijih nikel oksida dan

    bijih nikel sulfida. Awalnya, bijih nikel oksida merupakan sumber utama produksi nikel akhir

    abad 19 yang mengolah deposit laterit kadar tinggi di New Caledonia, Pasifik Selatan. Saat itu

    sudah ada peleburan bijih sulfida skala kecil di

    Norwegia. Kemudian dengan penemuan dan pengembangan deposit nikel sulfida di

    Ontario, Kanada, fokus ekstraksi nikel bergeser dari bahan baku bijih nikel oksida ke bijih

    nikel sulfida. Beberapa puluh tahun kemudian, dengan semakin meningkatnya permintaan nikel

    dan semakin fahamnya orang mengenai seluk beluk nikel, orang mulai melakukan evaluasi ulang

    mengenai formasi geologi di berbagai belahan dunia, dimanakemudian dijumpai bijih nikel laterit

    dalam jumlah yang banyak di dekat permukaan terutama di daerah tropis.

    Sejumlah deposit nikel laterit selanjutnya dimasukkan ke dalam kategori bijih, sementara yang

    lain menyusul kemudian. Dengan demikian terjadi beberapa pemikiran baru mengenai ekstraksi bijih

    nikel oksida pada saat itu. Beberapa metoda baru ekstraksi nikel telah dikembangkan dalam skala

    industri, sementara teknologi lama mengalami perbaikan.

    Perlu dicatat disini bahwa umumnya oksida-oksida logam berharga, terutama kobalt dan

    khromium berada di dalam bijih laterit tersebut sebagai mineral yang terpisah. Pada umumnya

    proses ekstraksi nikel dilakukan untuk mengambil nikel, baik sebagai logam maupun paduan,

    seperti ferronickel, tanpa pengambilan logamlogam berharga lainnya. Namun demikian, prosedur

    untuk pengambilan logam -logam lain di dalam bijih laterit secara menguntungkan telah diteliti di

    beberapa lembaga penelitian.

    Proses metalurgi bijih nikel oksida umumnya relatif lebih sulit dibanding dengan untuk

    bijih sulfida. Untuk bijih sulfida, metoda benefisiasi seperti flotasi dan magnetic separation telah

  • 13

    terbukti efektif. Dengan benefiasi ini memungkinkan diperolehnya mineral berharga dengan

    kandungan tinggi dan memisahkan sebanyak mungkin mineral pengganggu. Dengan metoda

    benefiasi standar sulit untuk melakukan benefiasi bijih oksida, terutama karena nikelnya secara

    kimiawi terdiseminasi. Akan tetapi dengan penyaringan (screening) dapat dilakukan pemisahan

    ukuran, yaitu untuk mengeluarkan bijih berukuran besar yang relatif belum lapuk yang mengandung

    nikel relatif rendah, dan mengambil material yang relatif halus yang mengandung nikel relatif

    tinggi. Oleh sebab itu, dibandingkan dengan proses metalurgi untuk bijih nikel sulfida yang

    memungkinkan diolahnya material dalam jumlah relatif sedikit dan kandungan nikel relatif

    tinggi setelah mengalami proses benefiasi, maka pengolahan metalurgi untuk bijih nikel oksida

    yang mengharuskan pengolahan bijih dalam jumlah yang besar dengan kandungan nikel relatif

    kecil tentu saja secara ekonomis relatif lebih mahal. Dengan pemilihan pengolahan berkapasitas

    tinggi akan menurunkan ongkos produksi dan membuat proses metalurgi bijih nikel oksida

    menjadi ekonomis.

    Menyadari bahwa desiminasi kimiawi nikel di dalam bijih nikel oksida menghalangi orang

    dapat melakukan pemisahan secara fisik atau konsentrasi, menyebabkan munculnya beberapa

    metoda ekstraksi nikel untuk bijih nikel oksida. Secara garis besar metoda ini dibagi menjadi dua,

    pirometalurgi dan hidrometalurgi.

    Teknik pirometalurgi yang komersial pada prinsipnya melibatkan peleburan reduksi atau

    peleburan pengkayaan (pembentukan nikel sulfida) untuk mendapatkan pemisahan fasa nickel

    matte dari fasa yang merupakan kumpulan mineral atau logam pengganggu, atau melibatkan

    peleburan dan reduksi menjadi ferro-nickel yang terpisah dari kumpulan pengotor (slag). Karena

    umumnya bijih laterit nikel dalam kondisi basah secara alamiah, bisa mencapai 40% air, dan

    unsur-unsur logam yang diekstraksi maupun slagnya memiliki titik leleh yang tinggi, maka ekstraksi

    bijih nikel oksida secara pirometalurgi seperti ini memerlukan energi yang besar . Dengan kenyataan

    seperti itu, ekstraksi secara langsung dengan cara pelarutan (hidrometalurgi) akan memberikan

    keuntungan, selain konsumsi energi yang rendah juga memungkinkan diterapkannya untuk bijih

    2.6 Peran Pemerintah dalam Nilai Tambah

    Dalam peningkatan nilai tambah, peran pemerintah sangat dibutuhkan, yaitu dengan

    Pertama, mengingat kesuksesan strategi peningkatan nilai tambah tergantung seberapa cepat

    Indonesia bisa sampai pada era kelangkaan tenaga kerja, strategi yang tepat adalah

    mempercepat investasi yang mampu menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja. Pemerintah

    menciptakan iklim investasi yang baik sehingga pengusaha akan berlomba investasi tanpa

    perlu diatur ke sektor mana harus berinvestasi.

  • 14

    Kedua, percepatan pembangunan infrastruktur dapat mendorong percepatan penyerapan

    tenaga kerja mengingat infrastruktur pada umumnya sektor yang padat karya, dan pada saat

    yang sama menciptakan iklim investasi yang baik. Ketiga, nilai tambah tinggi juga terkait

    penyediaan sumber daya manusia yang mumpuni. Untuk itu, perlu kebijakan pendidikan dan

    kesehatan yang baik. Singkat kata, pemerintah perlu kembali fokus pada kompetensi inti

    menyediakan barang publik berkualitas, yaitu menciptakan iklim usaha dan investasi yang

    sehat, penyediaan infrastruktur yang berkualitas, dan pembangun sumber daya manusia

    melalui perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan. Kebijakan jenis ini yang akan

    mengantar jutaan wiraswasta untuk terus-menerus meningkatkan nilai tambah produksi.

  • 15

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya mineralnya, dan merupakan

    Negara dengancadangan sumber daya mineral terbanyak ke empat, di bawah chili yang

    merupakan negara dengancadangan mineral terbanyak pertama, rusia kedua dan kongo

    ketiga. Oleh karena itu, sebenarnya kitamerupakan negara yang berpotensi besar, akan tetapi

    masih harus memiliki cara untuk mengoptimalkancadangan tersebut. Salah satu caranya

    dengan memaksimalkan produksi, dengan menggunakan proseseksplorasi yang lebih baik.

    Perlu road map mengenai kebutuhan dan potensi-ketersediaan material untuk industri

    hilir di Indonesia, tidak saja logam tetapi juga mineral industri. Diperlukan kerjasama yang

    erat antar Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Departemen Perindustrian

    untuk menjembatani supply dan demand di industri hulu dan di industri hilir. Pemberian

    insentif bagi industri yang mendukung dan melakukan kajian dan riset peningkatan nilai

    tambah. Mengharuskan perusahaan tambang untuk mengolah hasil tambang hingga

    produk akhir belum tentu realistis. Peningkatan nilai tambah hasil tambang bijih

    minimal adalah konsentrasi. Pemberian insentif bagi perusahaan tambang yang

    memproduksi hingga produk akhir (smelting) dan yang melakukan kajian dan riset

    mengenai peningkatan nilai tambah. Faktor yang menghambat adalah adanya

    ketidaksiapan bagi perusahaan-perusahaan tambang skala kecil karena kekurangan

    modal, kemudian sumber energi yang masih terbatas dan menjadi kendala untuk pendirian

    smelter. Pemerintah harus menyiapkan segala infrastruktur dan insentif pada setiap

    usaha peningkatan nilai tambah mineral, mengingat pendirian smelter membutuhkan

    biaya yang sangat besar, dan pengusaha tambang skala kecil dan menengah (investor

    domestik) tidak mempunyai kecukupan modal dalam kegiatan usaha tersebut

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Alamsyah, H., (2006), Laporan Sektor Ekonomi Pertambangan, Direktorat Statistik

    Ekonomi dan Moneter,

    Bank Indonesia.

    Basuki, E.,A., Supriyanto, S., Puwadaria, S., & Ekawan, R., (2007), Peningkatan Nilai

    Tambah Sumber Daya

    Mineral di Indonesia, Peluang dan Tantangan, Prosiding Temu Profesi Tahunan TPT XVI

    Perhapi. Hal

    348-363

    Balamualikrishnaa, R., and John, C.,D., (1998), SWOT Analysis, Journal of

    Vocational and Technical

    Education, 12, (1), Iowa State University.

    Carlile, J.,C., & Mitchell, A.,H.,G., (1994), Magmatic Arcs and Associated Gold and

    Copper Mineralization in

    Indonesia, Journal of Geochemical Exploration 50. Page 91-142.

    Ekawan, R., (2001), Beberapa Isu Pengelolaan Sumberdaya Mineral Dipandang dari

    Ekonomi Sumberdaya

    Alam, Prosiding Temu Profesi Tahunan TPT X Perhapi. Hal 75 -85.

    Graedel, T.,E., (1998), Life Cycle Assessment in the Service Industries, in Journal

    of Industrial Ecology,

    Volume 1, Number 4, The MIT and Yale University, Cambridge, Massachusetts.