i - kumpulan pikiran – dengan berpikir kita … · web viewsalah satu contoh yang menunjukkan...

42
BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah Pendidikan merupakan persoalan terpenting bagi semua ummat sebab pendidikan mampu mengembangkan individu dan masyarakat yang memiliki cakrawala berpikir kritis. Pendidikan juga merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat serta menciptakan generasi baru yang dapat berbuat banyak bagi kepentingannya. Dunia pendidikan merupakan aset nasional dan sosial yang paling strategis dan realistis dalam usaha meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat menguak tabir kehidupan sekaligus dapat menempatkan dirinya sebagai subyek dalam setiap perubahan dan pergeseran misalnya pada aspek kultural. Pendidikan dapat mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan penuh tanggung jawab menuju arah kedewasaannya sehingga tujuan dapat tercapai. Tujuan yang akan dicapai dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Bab II Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat 1

Upload: doantu

Post on 21-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Perumusan Masalah

Pendidikan merupakan persoalan terpenting bagi semua ummat sebab pendidikan

mampu mengembangkan individu dan masyarakat yang memiliki cakrawala

berpikir kritis. Pendidikan juga merupakan alat untuk memajukan peradaban,

mengembangkan masyarakat serta menciptakan generasi baru yang dapat berbuat

banyak bagi kepentingannya.

Dunia pendidikan merupakan aset nasional dan sosial yang paling strategis dan

realistis dalam usaha meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui

pendidikan, manusia dapat menguak tabir kehidupan sekaligus dapat

menempatkan dirinya sebagai subyek dalam setiap perubahan dan pergeseran

misalnya pada aspek kultural.

Pendidikan dapat mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan latihan dengan penuh tanggung jawab menuju arah

kedewasaannya sehingga tujuan dapat tercapai. Tujuan yang akan dicapai

dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Bab II Pasal 3 yang

berbunyi sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, berilmu cukup, kreatif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan milik semua bangsa, milik semua masyarakat tanpa memandang strata

sosial, ekonomi, agama, budaya dan ras. Pendidikan menjadi sumber kekuatan

dalam era globalisasi dan pasar bebas karena tanpa pendidikan manusia

dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan di

“lautan lepas” dapat tersesat jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk

bertindak dan mengarunginya. Begitu halnya dengan hubungan pendidikan

1

Page 2: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

dengan lapangan kerja sangat linear dan memiliki keterpaduan yang utuh dan

tidak dapat dipisahkan antara sub komponennya. Apabila arus pendidikan tidak

mampu menembus dimensi lapangan kerja, maka mengakibatkan hubungan yang

tidak linier antara pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja, karena apa yang

terjadi di lapangan kerja sulit diikuti oleh dunia pendidikan, sehingga terjadi

kesenjangan. Untuk mengantisapasi hal ini maka pendidikan harus diletakkan

pada empat pilar yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan

(learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan

belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Syamsinar, 2008).

Suatu kenyataan bahwa pendidikan sudah dinikmati masyarakat, program

pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan sentuhan

pendidikan frekuensinya sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan

ditingkatkannya dana pendidikan sebesar 20% oleh pemerintah. Bantuan

pendidikan dana BOS sangat membantu manajemen pendidikan. Begitu halnya

dengan program Gubernur Sulawesi Tenggara “Bahteramas” memberikan ruang

bagi dunia pendidikan untuk akses dan eksis di masyarakat. Tentunya, kebijakan

pemerintah ini dapat membawa angin surga bagi seluruh masyarakat Sulawesi

Tenggara secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum. Akan tetapi,

suatu hal yang miris bahwa anak-anak suku Bajo yang bermukim di wilayah

pesisir sampai hari ini masih belum menikmati manfaat pendidikan secara merata.

Dari aspek kualitas maupun kuantitas pendidikan masih sangat terbatas, slogan

sebagai komponen anak bangsa yang minim dalam menikmati pendidikan sampai

kejenjang yang lebih tinggi melekat erat dalam tubuh anak-anak suku Bajo. Hal

ini akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia yang sentrumnya adalah

ketidakberdayaan dalam mengelola sumberdaya perikanan.

Sampai saat ini, kondisi pendidikan Sulawesi Tenggara, partisipasi sekolah hanya

mencapai 64%, namun khusus untuk suku Bajo hanya mencapai 0,5%. Hal ini

disebabkan masyarakat suku Bajo lebih memilih untuk mengikuti tradisi nenek

moyang mereka sebagai nelayan secara turun temurun.

Suku bajau atau suku Bajo banyak berdiam di perairan Sulawesi dan kepulauan

sekitarnya. Pemukiman suku Bajo memang banyak di sekitar pulau Sulawesi.

2

Page 3: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Antara lain perairan Manado, Kendari dan Kepulauan Wakatobi (Wangi-wangi,

Kaledupa, Tomia dan Binongko).

Dengan wilayah laut yang lebih luas tentu saja kekayaan hayati menjadi beragam.

Di perairan Sulawesi Tenggara saat ini terdapat banyak jenis Ikan, Kerang-

kerangan dan bermacam-macam hewan laut lainnya yang hidup berkembang biak.

Ini tentu saja dimanfaatkan oleh penduduk yang hidup di daerah pesisir pantai

maupun penduduk yang kesehariannya berprofesi sebagai nelayan termasuk

masyarakat suku Bajo. Masyarakat suku Bajo yang berprofesi sebagai nelayan

tidak semua memiliki kehidupan yang sejahtera. Hal ini disebabkan nelayan suku

Bajo tergolong nelayan tradisional dan anak-anaknya sedikit mendapat sentuhan

pendidikan dan jangan heran kalau anak-anak suku Bajo buta aksara dan buta

huruf. Hal ini akan berdampak terhadap masa depannya dan juga masa depan

sumberdaya perikanan.

Salah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-

anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat di desa Labotaone

Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan. Wilayah tersebut merupakan

daerah pesisir yang salah satu komunitas masyarakatnya adalah suku Bajo.

Keadaan pendidikan anak-anak suku Bajo di wilayah tersebut sangat

memprihatinkan, karena 96% anak suku Bajo usia sekolah tidak mengenyam

pendidikan, walaupun orangtua dari anak-anak suku Bajo ini menghendaki

anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain jauhnya fasilitas sekolah dari perkampungan mereka.

Untuk sampai ke sekolah yang terletak di pusat desa mereka harus naik perahu

(mendayung) sendiri karena orang tua mereka pergi mencari makan yang

memiliki resiko kecelakaan yang cukup besar karena apabila ada gelombang yang

besar perahu mereka terbalik dan anak-anak tersebut hanyut dibawa gelombang.

Selain itu, mereka biasanya malu untuk bertemu dengan masyarakat banyak dan

daya dukung ekonomi yang terbatas, sehingga anak-anak suku Bajo tidak mampu

untuk menyekolahkan anaknya di desa tetangga. Berdasarkan pemikiran diatas

maka untuk menjawab tantangan pendidikan suku Bajo dan untuk memajukan

kehidupan masyarakat suku Bajo di berbagai aspek khususnya aspek pendidikan,

3

Page 4: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

maka dibutuhkan suatu wadah atau tempat yang bisa menampung anak-anak Bajo

tersebut untuk mendapatkan pendidikan seperti model rumah singgah sehingga

suatu saat suku Bajo maju secara ekonomi dan pendidikan.

Salah satu program pendidikan yang berbasis kreativitas perikanan yang bersifat

nonformal seperti rumah singgah dimana merupakan wadah/tempat belajar bagi

anak-anak yang mengenyam pendidikan program ini, memiliki asas manfaat dan

motivasi pendidikan yang besar bagi anak suku Bajo. Program ini juga

mendukung visi gubernur dalam membebaskan anak bangsa di jazirah Sulawesi

Tenggara dari keterbelakangan pendidikan. Lomba karya tulis ilmiah merupakan

salah satu wahana penyaluran informasi dalam penguatan eksistensi model rumah

singgah berbasis kreativitas perikanan, sehingga diharapkan adanya komitmen dan

respon positif dari banyak pihak untuk peduli terhadap pendidikan anak Bajo

karena mereka adalah sama seperti anak suku lainnya yang butuh pendidikan dan

kesejahteraan hidup.

B. Gagasan Kreatif

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan

usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang dinamis yang menggantungkan

hidupnya pada hasil perikanan. Kecenderungan masyarakat pesisir Sulawesi

Tenggara adalah mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara terus menerus

tetapi dengan pengetahuan yang terbatas, masyarakat pesisir tidak mampu

mengelola sumberdaya alam yang ada dengan baik. Sehingga, mereka tidak bisa

bersaing dengan masyarakat yang berada di perkotaan dan selalu mendapat

predikat bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki

keterbelakangan pendidikan dan ekonomi. Oleh karena itu, dengan adanya rumah

singgah sebagai alternatif pendidikan nonformal ini diharapkan agar anak-anak

suku Bajo sederajat tingkat pendidikannya dengan anak-anak di perkotaan.

4

Page 5: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Untuk menerapkan pembangunan masyarakat pesisir khususnya di bidang

pendidikan maka perlu dilakukan beberapa cara:

1. Pemerintah konsisten terhadap tujuan pendidikan nasional yang tercantum

dalam UU. No. 20 Tahun 2003, dimana setiap warga Negara berhak untuk

memperoleh pendidikan yang sama baik yang terdapat didaerah terpencil

seperti masyarakat pesisir maupun yang berada di perkotaaan.

2. Memotivasi masyarakat pesisir agar peduli terhadap pendidikan melalui model

pendidikan rumah singgah berbasis perikanan sebagai alternatif pendidikan

nonformal yang memperkuat program pendidikan formal.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

a. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Untuk memberikan kajian teoritis tentang model rumah singgah berbasis

kreativitas perikanan sebagai alternatif pendidikan nonformal bagi anak-anak

suku Bajo.

2. Memberikan informasi kepada pelaku pendidikan dan pemerintah daerah

untuk mengarahkan implementasi program pendidikan secara intensif dan

berkelanjutan pada daerah-daerah terpencil khususnya suku Bajo.

3. Sebagai kajian tentang upaya komitmen dan konsistensi pemerintah dan

masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

yang berkeadilan dan berdaya saing global.

b. Manfaat Penulisan

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Adanya komitmen pemerintah bagi penerapan pendidikan adil makmur

merata bagi anak-anak suku Bajo,

2. Adanya informasi tentang manfaat pendidikan rumah singgah berbasis

kreativitas perikanan bagi anak-anak suku Bajo, sehingga menjadi bahan

referensi bagi pemerintah dalam penguatan kebijakan pendidikan.

5

Page 6: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

3. Adanya model-model pembelajaran kreatif yang berbasis muatan lokal

produktif.

6

Page 7: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Konsep Pendidikan

Secara umum, tujuan pendidikan adalah mewujudkan kedewasaan peserta didik

yang bersifat normatif. Selain itu kedewasaan mengarah pada kedewasaan psikis

(rohani) dengan tujuan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab terhadap

sikap, pola pikir dan tingkah laku dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan itu

dibutuhkan waktu yang relatif lama sebab dibatasi oleh usia sehingga harus

diwujudkan secara bertahap dan dijabarkan secara jelas. Proses pendidikan tidak

terlepas dari lingkungan masyarakat dan kebudayaan. Untuk itu, pendidikan harus

mampu mendayagunakan struktur masyarakat.

Sistem pendidikan di Indonesia dalam rumusan Undang-Undang sistem

pendidikan nasional dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

2003 merumuskan bahwa pendidikan secara garis besar dikelompokkan dalam

satuan pendidikan. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada

setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan

terstruktur dan terjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar berjenjang dari sekolah dasar

(SD) selama enam tahun dan sekolah menengah pertama (SMP) yang

diselenggrakan selama 3 tahun, pendidikan menengah meliputi sekolah menengah

atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) atau pendidikan vokasi yang

diselenggarakan selama 3 tahun, sedangkan jenjang pendidikan formal meliputi

institut, akademi dan universitas. Pendidikan nonformal dalam rumusan ini

adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang, termasuk dalam jenjang dalam pendidikan ini termasuk

kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan. Sedangkan pendidikan berbasis

masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama,

sosial, budaya, aspirasi dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan

dari,oleh dan untuk masyarakat.

7

Page 8: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 dijelaskan pula beberapa

defenisi yang menjadi tolak ukur bagi pendidikan yaitu :

1. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan.

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang nonstruktural.

3. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

4. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

5. Kegiatan pendidikan nonformal yang dilakukan oleh keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di

daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau

mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

a. Media Pendidikan

Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu

dalam pekerjaan. Media merupakan alat bantu yang dapat memudahkan

pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan

dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan (Peter, Q., 2005).

Raihani (2005), menyatakan bahwa penggunaan media tidak harus membawa

bungkusan berita-berita semua, siswa cukup dapat mengawasi suatu berita. Dari

pendapat tersebut, dapat dihubungkan bahwa penyampaian materi pelajaran

dengan cara komunikasi masih dirasakan adanya penyimpangan pemahaman oleh

siswa. Masalahnya adalah  siswa terlalu banyak menerima sesuatu ilmu dengan

verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar yang tidak menggunakan

media dimana kondisi siswa tidak siap, akan memperbesar peluang terjadinya

8

Page 9: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

verbalisme. Lebih lanjut Daniel, K. (2000), mengemukakan bahwa media yang

difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari pengertian harfiahnya juga

terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang memungkinkan

untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anak

didik dalam pembelajaran.

Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu menciptakan sesuatu

yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan

dengan bentuk dan variasi lain yang berguna  dalam kehidupannya. Dengan

demikian mereka dengan mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru kepada mereka (Robert, 2005). Selanjutnya Arhabib,

(2000), mengemukakan bahwa media merupakan alat yang memungkinkan anak

muda untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk

mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi

pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan.

Syamsinar (2006) mengemukakan bahwa secara umum media mempunyai

kegunaan:

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.

3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan

sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori dan kinestetiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Robert (2005) adalah :

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar

2. Pembelajaran dapat lebih menarik

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

9

Page 10: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun

diperlukan

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses

pembelajaran dapat ditingkatkan

8. Peran guru berubahan kearah yang positif

Daftar kelompok media instruksional menurut Anderson (1976) dalam Syamsinar

(2006) pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Daftar Kelompok Media InstruksionalKelompok Media Media Instruksional

1. Audio pita audio (rol atau kaset) piringan audio radio (rekaman siaran)

2. Cetak buku teks terprogram buku pegangan/manual buku tugas

3. Audio – Cetak buku latihan dilengkapi kaset gambar/poster (dilengkapi audio)

4. Proyek Visual Diam film bingkai (slide) film rangkai (berisi pesan verbal)

5. Proyek Visual Diam dengan Audio

film bingkai (slide) suara film rangkai suara

6. Visual Gerak film bisu dengan judul (caption)7. Visual Gerak dengan

Audio film suara video/vcd/dvd

8. Benda benda nyata model tirual (mock up)

9. Komputer media berbasis komputer; CAI (Computer

Assisted Instructional) & CMI (Computer Managed Instructional

Syamsinar (2006), mengemukakan bahwa peranan guru dalam proses

pembelajaran adalah selain sebagai pendidik maka peran-peran guru diperluas

yaitu sebagai berikut :

Pelatih, guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya

bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai

dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip

dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak.

10

Page 11: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Konselor, guru harus menciptakan satu situasi interaksi belajar

mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana

yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dari guru.

Manajer pembelajaran, guru memiliki otonomi dan kemandirian

yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar mengajar

dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber peunjang pembelajaran.

Partisipan, Guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi

juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung

makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak akan

tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa.

Pemimpin, diharapkan guru menjadi seseorang yang mampu

menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.

Disamping sebagai pengajar, harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan

dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di

luar mengajar.

Pembelajar, guru harus secara terus-menerus belajar dalam rangka

menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.

Pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan

berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas

profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang

harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga

yang kreatif dan mampu menghasilkan berbagai karya dalam bidangnya. Hal

ini harus di dukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai

basis kualitas profesionalismenya.

2.3. Rumah Singgah dan Pendidikan Alternatif

Salah satu bentuk penanganan anak pesisir khususnya anak Bajo adalah melalui

pembentukan rumah singgah. Konferensi Nasional II Masalah Pekerja anak di

Indonesia pada bulan Juli 1996 mendefinisikan bahwa rumah singgah sebagai

tempat pemusatan sementara yang bersifat nonformal, dimana anak-anak bertemu

untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam

proses pembinaan lebih lanjut (Sander, 2006). Sedangkan menurut Departemen

Sosial RI, rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan

11

Page 12: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses

nonformal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap sistem

nilai dan norma di masyarakat.

Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak

mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan

kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah adalah :

1. Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan

norma yang berlaku di masyarakat.

2. Mendukung upaya komitmen dan konsistensi pemerintah dan masyarakat

dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

berkeadilan dan berdaya saing global.

3. Memberikan berbagai alternatif pelayanan pendidikan dini untuk

pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga

menjadi masyarakat yang produktif (peran mutu layanan paud nonformal

dalam mendukung anak jalanan

menuntaskan wajib belajar pendidikan (Jawariah, 2008).

Ada berbagai bentuk pendidikan alternatif yang telah dilaksanakan oleh

masyarakat baik perorangan maupun secara kelompok LSM-LSM, seperti

“laboratorium edukasi dasar” oleh Romo Mangun dan Kelompoknya “Sekolah

Tanpa Dinding” ataupun “Sekolah Darurat Kartini” di kolong jembatan tol Rawa

bebek dan Kolong Tol Jembatan Tiga Jakarta oleh si kembar Ryan dan Rossi (ibu

kembar) yang mengorganisir dan membelajarkan ratusan anak-anak miskin,

terlantar yang hidup dijalanan.

Rumah singgah tidak menampung anak-anak secara permanen tapi hanya untuk

waktu tertentu. Konsep ideal dari rumah singgah adalah anak-anak yang berada di

pulau-pulau terpencil khususnya daerah pesisir yang didiami oleh suku Bajo dapat

singgah di rumah untuk melakukan kegiatan yang positif misalnya, bagi yang

putus sekolah dapat memperoleh pelajaran nonformal, dapat bermain,

memperoleh tambahan gizi seperti minum susu atau bubur kacang ijo atau

12

Page 13: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

aktivitas lainnya yang merupakan pemenuhan hak anak-anak, yang tidak bisa

diperoleh di rumahnya (Fadli, 2007).

13

Page 14: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Jenis Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini bersifat kajian pustaka dan studi kasus. Untuk itu

penulis menyusun berdasarkan bahan-bahan yang berasal dari buku teks, hasil

penelitian dan informasi lainnya yang relevan dengan topik bahasan karya tulis

ilmiah ini. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif, sehingga diharapkan

dapat menjadi bahan informasi tentang manfaat rumah singgah berbasis

kreativitas perikanan bagi pemerintah dan masyarakat suku Bajo.

3.2. Obyek Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini bertitik tolak pada kegiatan Program Kreativitas

Mahasiswa Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 yang bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Sedangkan obyek penulisan model rumah singgah berbasis kreativitas

perikanan sebagai alternatif pendidikan nonformal bagi anak suku Bajo.

14

Page 15: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Analisis Situasi

Sulawesi Tenggara adalah salah satu wilayah yang banyak didiami oleh suku

Bajo. Suku Bajo yang tersebar di beberapa wilayah sulawesi tenggara. Mereka

mendiami daerah pesisir Sulawesi Tenggara. Masyarakat Bajo yang ada di

Sulawesi Tenggara memiliki kesamaan dengan suku Bajo yang berada di wilayah

Indonesia. Masyarakat Bajo tergolong masyarakat dengan tingkat pendidikan dan

ekonomi yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi anak-anak suku Bajo

yang bersekolah jumlahnya sangat sedikit. Dari 64% partisipasi sekolah yang ada

di Sulawesi Tenggara hanya 0,5% saja anak-anak suku Bajo yang bersekolah. Hal

ini sangat memiriskan hati. Anak-anak suku Bajo tidak bersekolah disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain jarak antara rumah dan sekolah jauh, banyaknya

hambatan yang dilalui bila anak-anak suku Bajo pergi bersekolah, kurangnya

motivasi dan dorongan dari orang tua, anak-anak suku Bajo lebih senang bermain

dan mencari ikan di laut dari pada pergi bersekolah. Seperti masyarakat

masyarakat Bajo pada umumnya masyarakat Bajo Sulawesi Tenggara juga

memanfaatkan sumberdaya perikanan yang ada di sekitarnya. Mereka umumnya

menggantungkan hidupnya terhadap hasil tangkapan yang mereka dapatkan. Hasil

tangkapan yang tidak menentu menjadikan masyarakat Bajo sebagai salah satu

masyarakat pesisir yang dari segi ekonomi tidak sejahtera.

Data yang menunjukan rendahnya partisipasi pendidikan anak-anak suku Bajo

dari total 60 orang usia wajib sekolah (7-12 tahun), dapat dilihat pada Gambar 1

berikut.

15

Page 16: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Gambar 1. Partisipasi sekolah anak suku Bajo di Desa Labotaone (BPS. Desa Labotaone, 2008)

Rendahnya partisipasi sekolah dari anak suku Bajo, ditunjang dengan minimnya

sarana pendidikan. Contoh kasus di Desa Labotaone bahwa satu-satunya sekolah

formal yang ada di desa ini adalah Sekolah Dasar Labotaone yang kondisinya

sangat memprihatinkan dan hanya memiliki 2 orang guru tetap dan 4 orang Guru

honor. Selain itu, akses transportasi menuju kecamatan lain yang meiliki sekolah

yang lebih baik kualitasnya baik fisik maupun non fisik sangat jauh dan harus

menyeberang laut. Hal ini yang memungkinkan tidak adanya motivasi bagi

masyarakat Bajo untuk menyekolahkan anaknya. Dari 60 anak suku Bajo yang

masuk dalam kategori umur wajib belajar 9 tahun, hanya 6 orang yang bersekolah.

Oleh karena itu, dari aspek respon pendidikan bagi anak suku Bajo di Desa

Labotaone sangat rendah sekali.

4.2 Masyarakat Bajo dan Kehidupannya

Masyarakat suku Bajo menyebut dirinya sebagi orang laut. Hal ini disebabkan

oleh kehidupannya yang lebih banyak beraktifitas di sekitar daerah pesisir.

Sebenarnya masyarakat suku Bajo memiliki penghasilan yang besar, namun

mereka tidak mampu mengelola penghasilan mereka dengan baik. Ini dapat

dilihat pada kehidupan sehari-harinya, mereka tergolong masyarakat yang miskin.

Menurut Manan presiden suku Bajo seluruh Indonesia (2008) mengatakan, pada

dasarnya pendapatan rata-rata suku Bajo dibelanjakan pada hari itu juga, atau

16

Page 17: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

untuk membeli perhiasan emas. Hal ini dapat terlihat dalam kehidupan

masyarakat Bajo yang ada di Tanjung Lemo. Contohnya mereka memiliki banyak

furniture (Kulkas, DVD, VCD, TV, Parabola ) padahal itu cuma sebagai pajangan

belaka, karena barang-barang itu tidak digunakan juga, sebab di daerah tanjung

Lemo tersebut tidak ada aliran listrik, ketergantungan yang tinggi terhadap

aktifitas melaut dan gaya hidup yang dipandang ”boros” sehingga kurang

berorientasi ke masa depan Pada kehidupan mereka belum memiliki konsep

menabung apalagi memanajemen keuangan keluarga. Soal pendidikan mereka

kurang mendapat perhatian. Tercatat hanya 0,5% suku Bajo yang tersentuh

pendidikan dari 64% angka partisispasi sekolah di Sulawesi Tenggara. Hal ini

disebabkan masyarakat suku Bajo lebih memilih untuk mengikuti tradisi nenek

moyang mereka sebagai nelayan secara turun temurun. Anak-anaknya lebih

senang terjun mencari ikan dari pada sekolah.

(Doc: Pribadi, 2009)Gambar 2. Kondisi pemukiman suku Bajo dan aktivitas anak usia belajar anak-

anak suku Bajo Tanjung Lemo Desa Labotaone (Sawonua, dkk. 2009)

4.2. Model Rumah Singgah Berbasis Kreativitas Perikanan sebagai

Alternatif Pendidikan Nonformal

Rumah singgah adalah suatu wadah untuk proses belajar dan mengajar bagi anak-

anak yang tidak memperoleh pendidikan yang layak. Rumah singgah ini

berbentuk nonformal yang berorientasi pada pengembangan kapasitas anak didik,

baik dari aspek keilmuan maupun pengembangan potensi dan kreativitasnya Fadli

17

Page 18: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

(2007), mengemukakan bahwa umumnya rumah singgah dibentuk oleh LSM-

LSM atau masyarakat yang peduli terhadap pendidikan bagi anak-anak yang

terlantar, hidup dijalanan, tidak sejahtera dan tidak mendapatkan kehidupan yang

layak. Selain itu, Qaimudin (2005), menyatakan bahwa rumah singgah

merupakan sarana yang produktif bagi anak putus sekolah untuk dibina dan dilatih

agar menjadi generasi yang tangguh, mandiri dan siap pakai dalam dunia kerja.

Disini perlu ditekankan bahwa rumah singgah tidak dapat menggantikan

pendidikan formal. Rumah singgah berfungsi untuk memperkuat pendidikan

formal. Selain itu, rumah singgah juga berfungsi memotivasi anak-anak untuk

mengikuti pendidikan formal dan di dalam rumah singgah juga diajarkan

mengenai muatan lokal. Muatan lokal yang di desain dalam rumah singgah sesuai

dengan kondisi atau keadaan lingkungan sasaran siswa yang mengikuti rumah

singgah. Selain itu, rumah singgah sebagai salah satu media agar siswa yang

dibina dalam rumah singgah tersebut bisa belajar mandiri melalui kewirausahaan.

Rumah singgah yang berbasis kreativitas perikanan memiliki peranan yang sangat

besar bagi anak-anak suku Bajo. Selain dapat meningkatkan sumberdaya manusia

masyarakat pesisir pada umumnya, juga yang menjadi dampak utama adalah

peningkatan kualitas sumberdaya manusia anak suku Bajo. Dilihat dari tingkat

konsumsi sumberdaya perikanan yang sangat besar dapat menjadi peluang yang

baik untuk mengembangkan pola pemikiran generasi penerus bagi masyarakat

pesisir. Orang Bajo sebenarnya cerdas, jika selama ini terlihat tertinggal itu

karena kebijakan pemerintah dan sistem yang layak saja yang belum berpihak

kepada mereka. Oleh karena itu, rumah singgah dijadikan sebagai salah satu

upaya untuk mewujudkan masyarakat pesisir yang setara tingkat pengetahuan dan

kemandiriannya dengan masyarakat perkotaan pada umumnya. Sebenarnya,

masyarakat suku Bajo merupakan salah etnis yang memiliki disiplin tinggi. Salah

satu contohnya adalah ketika mereka menambatkan perahu di pesisir pantai,

mereka mengetahui satu atau dua jam kemudian harus diambil. Jika tidak diambil,

masyarakat Bajo tidak akan jadi melaut, karena air sudah surut dan perahu tidak

bisa ditarik ke lepas pantai, jadi jika membentuk rumah singgah di sekitar

lingkungan masyarakat Bajo tidak akan menemukan kesulitan yang berarti karena

18

Page 19: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

dilihat dari hal tersebut mereka merupakan tipe masyarakat yang disiplin dengan

budaya dan kearifan lokalnya. Jadi sendi modernitas dan kaum terpelajar sudah

dimiliki masyarakat Bajo, cuma formalnya saja yang belum mereka nikmati

sehingga kecerdasan dan keterampilan sepertinya tertutupi.

Syamsinar (2006), mengemukakan bahwa 90% rumah singgah yang dibentuk di

Sulawesi Tenggara yang saat ini berjumlah 5 buah berhasil baik dari aspek

pelaksanaan maupun tujuan pembentukannya. Siswa rumah singgah sangat

respek dan peduli dengan program rumah singgah karena orientasi programnya

pengembangan sumberdaya manusia dan pemberdayaan.

Umumnya rumah singgah dikelola secara mandiri oleh yayasan, kelompok

masyarakat dan kelompok binaan lembaga pendidikan formal. Program

kurikulumnya juga berbeda dengan lembaga pendidikan formal seperti SD, SMP

dan SMA. Akan tetapi katagori program rumah singgah teori 40% dan praktek

lapangan 60%. Fadli (2007), menyatakan bahwa terjadi perubahan karakter siswa

dalam memahami materi yang frekuensinya lebih banyak prakteknya jika

dibandingkan dengan teori.

Rumah singgah berbasis kreativitas perikanan memiliki model pengajaran antara

lain : a) Belajar sambil bermain, b) belajar melalui komik, c) belajar melalui film

dan, d) belajar sambil berwirausaha. Materi yang diajarkan adalah mata pelajaran

umum 30% (bahasa Indonesia/membaca dan menulis), pendidikan agama dan

motivasi 10% dan materi perikanan (pengenalan ekosistem mangrove, lamun dan

terumbu karang serta budidaya laut) sebesar 50% serta praktek usaha 10%..

Materi umum khususnya membaca dan menulis memiliki peringkat kedua dalam

jumlah persentase materi, tetapi menjadi faktor utama dan terpenting diajarkan

pada anak suku Bajo. Hal ini disebabkan 98% anak suku Bajo yang tergabung

dalam rumah singgah belum mengetahui baca dan tulis. Sawonua, (2009),

menyatakan bahwa anak-anak suku Bajo yang tidak menikmati dunia pendidikan

formal rata-rata tidak dapat membaca dan menulis dan bahkan ada diantara siswa

rumah singgah yang kurang memahami bahasa Indonesia. Selanjutnya dikatakan

bahwa muatan lokal yang didesain dalam rumah singgah disesuaikan dengan

karakteristik lingkungan, dukungan sumberdaya perikanan dan pola hidupnya.

19

Page 20: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Muatan lokal menjadi keyword dalam rumah singgah berbasis kreativitas

perikanan.

Pola pengajaran dalam rumah singgah berbasis kreativitas perikanan, yaitu guru

dominan dan aktif dalam membina dan memotivasi siswa rumah singgah. Hal ini

disebabkan karena salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak suku Bajo

tidak bersekolah pada sekolah formal adalah faktor motivasi dan budaya nenek

moyang mereka yang hanya melaut tanpa memperhatikan kualitas pendidikan dan

sumberdaya manusianya.

Ubaidillah (2007), menyatakan bahwa tingkat keberhasilan model pembelajaran

pada rumah singgah disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Model Pembelajaran dan Implementasinya

No. Model Pembelajaran Implementasi Persentase Keberhasilan (%)

1. Belajar sambil bermain 6 pertemuan 24,302. Belajar melalui komik 6 pertemuan 21.703. Belajar melalui film 6 pertemuan 16,804. Belajar sambil berwirausaha 6 pertemuan 37,2

Model pembelajaran belajar sambil berwirausaha memiliki persentase

keberhasilan yang lebih tinggi karena siswa yang dididk dalam rumah singgah

memiliki motivasi berwirausaha dan wadah ini dijadikan sebagai media

pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan dirinya dalam berusaha untuk

membantu kehidupan keluarganya.

Tati (2004), mengemukakan bahwa program rumah singgah umumnya kreatif dan

inovatif serta produktif. Kreativitas bahan ajar sangat menentukan keberhasilan

daya serap siswa karena motivasi siswa berbeda dengan pelajar pada sekolah

formal.

Sawonua, (2009), mengemukakan bahwa rumah singgah berbasis perikanan dapat

ditempuh beberapa tahap, mulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap

pelaksanaan. Materi pelajaran yang akan disajikan berupa materi umum (Bahasa

indonesia dan pendidikan agama) dan materi khusus (Pengenalan potensi

sumberdaya hayati perairan yang harus dilindungi dan dilestarikan sampai dengan

20

Page 21: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

bagaimana mengolah hasil perikanan tersebut dalam skala yang lebih besar,

Budidaya rumput laut, Pengenalan ekosistem terumbu karang, Pengenalan

Ekosistem Mangrove, Pengenalan Ekosistem Lamun dan Belajar berwirausaha).

Peningkatan kemampuan SDM merupakan hal yang sangat menentukan

keberhasilan pengelolaan sumberdaya dalam menjaga lingkungan, sehingga dalam

pengelolaan sumberdaya perairan yang ada lebih terjaga kelestariannya. Dalam

model pembelajaran rumah singgah yang berbasis perikanan ada fokus pembinaan

yang dilakukan adalah mendidik anak-anak suku Bajo dengan pendidikan yang

mengarah kepada model kreativitas perikanan. Melalui model pendidikan rumah

singgah berbasis perikanan ini diharapkan anak-anak suku Bajo dapat

menggunakan pengetahuan yang didapatkan di dalam mengelola sumberdaya

perairan yang ada. Selain itu, model pendidikan rumah singgah berbasis

perikanan ini diadakan guna menumbuhkembangkan serta memajukan

sumberdaya manusia yang lebih maju. Dalam model rumah singgah berbasis

perikanan, tidak merubah budaya yang ada pada masyarakat Bajo, sehingga anak-

anak suku Bajo selain mendapatkan pendidikan mereka juga tidak kehilangan jati

diri mereka sebagai “orang laut”.

Perbandingan antara Model pembelajaran pada rumah singgah dan Model

pembelajaran pada Pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Model Pembelajaran Rumah Singgah Model pembelajaran Pendidikan

Formal

Proses belajar dan mengajar tidak formal berdasarkan kebutuhan dan kondisi diri dan lingkungan sekitarnya.Tidak terdapat mekanisme formal dan terstruktur serta berjenjang pada tingkatan pendidikan lanjutan.Tidak menggunakan seragam sekolah pada umumnyaHubungan sosial antara pengajar dan diajar lebih erat karena guru harus menjadi bagian dari siswa agar dapat mentransfer ilmu yang diajarkan

Proses belajar dan mengajar formal

Pendidikannya berjenjang dari Taman Kanak-Kanak, SD, SLTP, SMA dan Perguruan Tinggi.Wajib menggunakan seragam sekolah sesuai dengan ketentuan yang ada.Interaksi guru dan siswa terbatas dalam batasan tteori yang disampaikan.

21

Page 22: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Proses belajar dan mengajar dapat ditentukan atas dasar kesepakatan bersama antara pengelola, guru dan siswa.Materi lebih berorientasi pada ilmu dan kemandirian serta profesionalismePengelolaan materi dilakukan secara parsial oleh guru

Proses belajar dan mengajar terikat oleh waktu.

Materi pembelajarannya terstruktur berdasarkan kurikulum yang ada.

Pengelolaan materi secara kolektif.

Sumber : (Sawonua, 2009 dan Fadli, 2007)

Zumrah (2006), mengemukakan bahwa model rumah singgah juga

menitikberatkan pada pendidikan karakter, bergerak dari knowing menuju doing

atau acting. Salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang anak suku Bajo

adalah motivasi untuk knowing sangat rendah, sehingga sangat minim doing atau

acting yang produktif dan ramah lingkungan.

Untuk mencapai pendidikan karakter tersebut sentuhan motivasi yang diberikan

mencapai 10%, dimana motivasi yang diberikan bagaimana anak suku Bajo dapat

lepas dari belenggu keterbelakangan pendidikan menuju kecerdasan anak bangsa.

Selanjutnya agar dapat menuju acting, maka sentuhan pembelajaran yang

diberikanan dalam rumah singgah untuk kategori praktik mencapai 50%.

Pengajaran diarahkan bagaimana mereka memenej lingkungan dan memelihara

lingkungannya baik kekayaan potensi terumbu karangnya, padang lamun maupun

ekosistem mangrovenya, Selain itu dikembangkan aspek praktik budidaya laut

seperti belajar berwirausaha rumput laut, belajar berwirausaha budidaya ikan.

Untuk mendukung hal tersebut, pengelola rumah singgah harus mampu membuat

kerjasama atau kemitraan dengan pelaku bisnis ditingkat petani, sehingga dapat

dijadikan sebagai salah satu media percontohan pembelajaran langsung di

lapangan. Hal tersebut dapat mengikis dan membuka rantai kemiskinan,

sehingga anak suku Bajo dapat lepas dari keterbelakangan ekonomi menuju

kemandirian hidup yang baik dan sejahtera.

22

Page 23: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Simpulan

Simpulan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Partisipasi sekolah anak suku Bajo di Desa Labotaone sangat rendah yaitu 10%

bersekolah (6 orang) dan 90% tidak bersekolah (54 orang).

2. Rumah singgah berbasis kreativitas perikanan memiliki model pengajaran

antara lain : a) Belajar sambil bermain, b) belajar melalui komik, c) belajar

melalui film dan, d) belajar sambil berwirausaha.

3. Pola pengajaran dalam rumah singgah berbasis kreativitas perikanan, yaitu

guru dominan dan aktif dalam membina dan memotivasi siswa rumah singgah.

4. Model rumah singgah rumah singgah berbasis kreativitas perikanan merupakan

alternatif pendidikan informal yang tepat, cepat dan produktif bagi anak-anak

suku Bajo.

5.2. Rekomendasi

Rekomendasi dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

1. Kebijakan pemerintah lebih berorientasi pada pendidikan anak-anak Bajo

khususnya peningkatan kapasitas instrument pendidikan dan sarana

pendukung lainnya

2. Perguruan tinggi dapat bermitra dengan pemerintah untuk membina anak

putus sekolah, sehingga mereka dapat produktif dan berdaya saing.

23

Page 24: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2001. Intelektual Anak Usia Dini. C.V. Triasco : Jakarta.

Anonim, 2009. PAUD. Jadi Prioritas DEPDIKNAS. Harian Rakyat Merdeka.

Arhabib, 2000. The Character Education, New Delhi: Qazi Publishers, hlm. 1

Daniel, K., 2000. Instructional Media and Technologies for Learning.  Prentice-Hall.

Fadli, 2007. Perubahan Karakter Anak Didik Pendidikan Nonformal. Jurnal Muhasanah. Edisi 2. Vol. 1 No. 1. Hal 1-4.

Hasan, H., 2004. Strategi Pengembangan dan Pemasaran Pusat. PAUD. DEPDIKNAS.

Jawariah, 2008. Penerapan Pendidikan Berbasis Agama Islam bagi Siswa Pendidikan Nonformal pada Kelompok Usia 7-12 Tahun. Jurnal Muhasanah. Edisi 2. Vol. 2 No. 1. Hal 1-5.

Raihani, 2005. Media Pembelajaran yang Efektif bagi Pendidikan Usia Dini. Jurnal Muhasanah. Edisi 1. Vol. 1 No. 1. Hal 1-4.

Robert, 2005. “The Relation between Media Use and Children’s Civic Awareness”, Journalism Quarterly, hlm. 52, 531-538.

Syamsinar, 2008. Pendidikan Anak Bangsa Kini dan Mendatang. C.V. Triasco : Jakarta.

Sander, D.Z., 2006. Pemberdayaan Keluarga Sebagai Basis Utama Pendidikan Anak. C.V. Media Pendidikan : Jakarta.

Sawonua, H.P., 2009. PKM Perintisan Rumah Singgah Berbasis Perikanan Bagi Anak-anak suku Bajo Di Labotaone Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan Nasional.

Undang-undang Republik Nomor 14 Tahun 2005. Pendidikan Nasiuonal.

Ubaidillah, 2007. Model Rumah Singgah Berbasis Muatan Lokal. Gautama Press. Bandung.

Peter, Q., 2005. Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

24

Page 25: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Qaimudin, 2005. Model Pembelajaran Rumah Singgah yang Efektif bagi Anak-Anak Jalanan. Skripsi. IAIN Alauddin Makassar.

Zumrah, 2006. Penguatan Karakter Islami Siswa Rumah Singgah “Studi Kasus Rumah Singgah bagi Pemulung dan Anak-Anak Jalanan di Makassar. Skripsi. IAIN Alauddin Makassar.

25

Page 26: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

BIODATA PENULIS

Nama

NIM

Tempat Tanggal Lahir

Program Studi

Fakultas

Perguruan Tinggi

:

:

:

:

:

:

Paiga Hanurin Sawonua

I1A1 07 029

Asera, 25 Maret 1990

Manajemen Sumberdaya Perairan

Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Haluoleo

Kegiatan Ilmiah Yang Pernah Diikuti :

a. Mengikuti lomba KIR (Karya Ilmiah Remaja) tahun 2006.

b. Mengikuti Pelatihan Pembuatan proposal PKM Tahun 2007.

c. Mengikuti Pelatihan Penyusunan Proposal PKM Tahun 2008

Pengalaman Organisasi

a. Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 3 Kendari tahun 2006/2007.

b. Wakil Ketua PMR SMA Negeri 3 Kendari tahun 2006/2007.

c. Pengurus HMPS MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2007 sampai

sekarang.

e. Pengurus BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2009

f. Pengurus ASC (Amphiprion Scientific Club) tahun 2007 sampai sekarang

g. Pengurus LDC (Langkoe Diving Club) tahun 2007 sampai sekarang.

Nama

Nim

Tempat Tanggal Lahir

Program Studi

Fakultas

Perguruan Tinggi

:

:

:

:

:

:

Wiwin Arisandi Ngationo

I1A107 019

Kendari, 17 Februari1990

Manajemen Sumberdaya Perairan.

Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Haluoleo

Kegiatan Ilmiah Yang Pernah Diikuti :

Mengikuti Pelatihan Pembuatan proposal PKM Tahun 2007

Mengikuti Pelatihan Penyusunan Proposal PKMTahun 2008

26

Page 27: I - Kumpulan Pikiran – Dengan Berpikir Kita … · Web viewSalah satu contoh yang menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan bagi anak-anak suku Bajo adalah anak suku Bajo yang terdapat

Pengalaman Organisasi

a. Pengurus OSIS SMA Negeri 5 Kendari.

b. Pengurus PMR SMU 5 Kendari Tahun 2006.

c. Pengurus Kegiatan Penalaran FPIK Tahun 2007.

Nama

Nim

Tempat Tanggal Lahir

Program Studi

Fakultas

Perguruan Tinggi

:

:

:

:

:

:

Febrianty Dahlan

I1A107054

Kendari, 17 Februari 1989

Manajemen Sumberdaya Perairan.

Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Haluoleo

Kegiatan Ilmiah Yang Pernah Diikuti :

Mengikuti Pelatihan Pembuatan proposal PKM Tahun 2007

Mengikuti Pelatihan Penyusunan Proposal PKM Tahun 2008

Pengalaman Organisasi

a. Pengurus OSIS SMA 2 Kendari Tahun 2006.

b. Pengurus Pramuka Gudep 1 SMA 2 Kendari Tahun 2006.

27