suku bajo 2003
TRANSCRIPT
“Kami Adalah Orang-Orang Laut” Dan Laut Adalah Rumahku
Pristiwanto (070941001)Pristiwanto (070941001)
Latar Belakang PermasalahanLatar Belakang Permasalahan
Penolakan Orang Bajo (suku pengembara laut) Torosiaje Propinsi Gorontalo untuk hidup di daratan menimbulkan problem program pembangunan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan didaerah pesisir. Alasan-alasan mereka menolak untuk hidup didaratan menyangkut kebiasaan ekonomis serta kepercayaan mereka.
Menolak untuk hidup di daratan meskipun mereka diam-diam sudah menjalin hubungan dengannya. Sebab meninggalkan cara hidup mengembara berarti kembali membuang adat-istiadat mereka. Penolakan ini menjadi kekuatan mereka, menjadi sebuah jaminan. Penolakan ini juga berarti penyesuaian diri pada lingkungan laut.
Bagi segenap masyarakat bajo, lautan selalu merupakan tempat satu-satunya untuk menetap dan bertemu. Dengan demikian, tergantung nasib apabila terjadi peristiwa dan pertemuan, orang bajo telah mengolah suatu pandangan tentang dunia yang khas menurut cara hidup mereka dan berdasarkan sebuah prinsip, “Kami adalah orang-orang laut”.
Gambaran Umum Desa Torosiaje Torosiaje terletak di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato,
Provinsi Gorontalo, kurang lebih 300 km ke arah barat kota Gorontalo. Desa Torosiaje terbagi menjadi 2 administrasi yakni Desa Torosiaje Jaya yang terletak di daratan dan Desa Torosiaje yang terletak di perairan (laut). Untuk sampai di Desa Torosiaje, dari pantai harus berjalan kaki melewati jembatan sepanjang + 300 meter hingga sampai di dermaga yang di sebelah kanan dan kirinya tumbuh tanaman bakau. Kemudian dari dermaga menyeberang dengan menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh + 15 menit.
Perkampungan Desa Torosiaje berada para perairan laut dangkal dengan kedalaman 0,5-2 meter. Dibandingkan dengan permukiman suku Bajo di daerah lain, permukiman suku Bajo di Torosiaje memiliki keunikan tersendiri yaitu permukiman tersebut dibangun di atas laut yang benar-benar terpisah dari daratan. Di wilayah pantai tercatat ketinggian tempat mereka berada pada kurang lebih 3 meter dari permukaan air laut dengan suhu rata-rata harian sebesar 320 Celcius.
Tahun 2004 jumlah masyarakat bajo di Gorontalo sebanyak 3.172 jiwa atau sebesar 0,38 persen. Masyarakat bajo yang menempati wilayah Desa Torosiaje1.031 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 274 jiwa.
Mata pencaharian mereka sebagai nelayan atau mencari ikan di laut. Mereka nelayan yang tangguh dan mahir yang dapat menentukan jenis ikan apa yang dapat ditangkap menurut hari, bulan, waktu yang tepat, arah angin dan tempat. Seluruh masyarakat Bajo di Torosiaje menganut agama Islam.
Kehidupan masyarakat bajoPada awalnya mereka hidup dan tinggal
di rumah perahu yang disebutnya leppa, bido atau soppe yang memiliki panjang sekitar tujuh meter. Di atas perahu inilah mereka mengalami kehidupannya. Sejak lahir, berkeluarga sampai meninggal.
Masyarakat Bajo saat ini sudah banyak yang tinggal di perkampungan darat maupun perkampungan diatas air, namun masih ada beberapa keluarga yang tetap bertahan hidup di leppa.
Masyarakat Bajo memiliki ketergantungan pada hutan-hutan bakau dan terumbu karang untuk hampir semua keperluan hidup mereka. Dan sangat peka terhadap keseimbangan keperluan mereka dengan lingkungan sekitarnya.
Orang bajo menggambarkan kesederhanaan sebagai ciri-ciri khas keberadaan mereka. Kerendahan hati lebih dari suatu ciri sifat, kerendahan hati merupakan suatu tantanan sosial. “Rumah telah menggantikan perahu tetapi tak ada yang berubah” pepatah orang bajo
Perubahan Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Hadirnya kehidupan modern (dunia bagai) yang dirasakan
agresif oleh masyarakat Bajo, menimbulkan rasa ingin tahu mereka. Seperti halnya ada orang bagai yang memasuki wilayah masyarakat Bajo. Masyarakat akan bertanya, paling tidak dalam hati: siapa dia, dari mana, mau apa, dan sebagainya. Apa saja yang datang dari luar dan masuk ke desa kemudian menjadi perhatian masyarakat.
Konsep bagai masyarakat Bajo tentang dunia modern pada mulanya digunakan oleh orang tua untuk menarik perhatian anak-anak. Urutan adalah: bagai, motor (adalah kapal-kapal kecil yang berhenti di Torosiaje), suntik (dilakukan oleh juru rawat atau dokter yang sekali-sekali berkunjung masyarakat Bajo), landoi (berarti badai) dan sangang (adalah angin malam).
Pembangunan dan modernisasi yang telah menjangkau masyarakat Bajo melalui benda-benda, informasi lewat media massa dan media-media lain, menempatkan mereka pada suatu dilematis. Di satu sisi mereka tergiur olehnya, tetapi di sisi lain mereka masih sangsi akan keuntungan yang bisa diperoleh.
Mereka terbuka terhadap inovasi, tapi sadar bahwa hal ini akan memaparkan keadaan mereka yang sebenarnya, bahwa mereka adalah masyarakat Bajo. Menjadi masyarakat Bajo berarti miskin, hidup di tengah laut, makan kalau ada makanan, kalau tidak ada, tinggal tunggu saja.
Analisa TeoritikPerjalanan kehidupan suku bajo (suku pengembara laut)
Torosiaje hingga saat ini dideskripsikan dengan teori evolusi yang diawali dengan pengembaraan mereka dari satu wilayah ke wilayah lain (nomaden) secara berkelompok dengan menggunakan leppa (rumah perahu), Tahap berikutnya mereka menetap dan tinggal diperkampungan laut, dan tahapan selanjutnya menetap di daratan.
Pada Tahapan menetap, selanjutnya mereka diperhadapkan dengan berkurangnya sumberdaya alam dilingkungannya dan derasnya arus modernisasi menjadikan dilematis pilihan masyarakat bajo saat ini, antara ingin mempertahankan adat istiadatnya atau menerima modern.
KesimpulanMasyarakat Bajo di Desa Torosiaje merupakan
contoh nyata masyarakat maritim yang berani dan tangguh yang telah ada sejak jaman dahulu.
Pengetahuan mendalam mengenai kelautan yang dimiliki masyarakat Bajo masih tetap walau jamannya sudah berubah. Pengetahuan kelautan dan teknik menangkap ikan masih dilaksanakan hingga sekarang. Kini, kearifan maritim mereka masih tetap berlanjut. Di saat perubahan datang secara cepat, kebijakan yang mengarah untuk hidup di darat, tetapi sesungguhnya kekuatan maritim masyarakat Bajo tetap bertahan.
Masyarakat tradisional Bajo, saat ini mengalami suatu perkembangan baru dalam hidupnya. Ada yang hilang secara perlahan, dan yang lain berusaha bertahan dari waktu ke waktu, pengetahuan tradisional yang diwarisi berabad-abad pun dikhawatirkan cenderung menghilang.
Perkembangan pola pikir masyarakat Bajo tentang ruang berubah sejak mereka mulai membuat dan menempati rumah-rumah yang dibuat dari kayu. Modernisasi pemerintah pun di awali pada tahun 1980-an dengan mendirikan permukiman di darat bagi mereka. Upaya untuk merubah pola hidup serta kebiasaan masyarakat yang telah berlangsung lama tersebut tidaklah mudah. Hal ini menjadi suatu tantangan sendiri bagi pemerintah dan masyarakat.
Kearifan mereka menunjukkan hubungan yang mesra dengan lingkungan alam (lautan) sekitarnya.
Bagi orang Bajo, laut adalah rumahnya. Perkampungan masyarakat Bajo di Desa
Torosiaje merupakan fenomena perpaduan antara kondisi alam dengan budaya manusia.
Pembangunan jembatan di perkampungan Desa Torosiaje membawa dampak untung rugi.
KabupatenBoalemo
KabupatenPohuwato
Kabupaten
Gorontalo•Kabupaten
Bone Bolango
PROVINSISULAWESI TENGAH PROVINSI
SULAWESI UTARA
Kota Gorontalo
•Teluk Tomini
•Laut Sulawesi
•Marisa•Tilamuta
•Limboto
•Suwawa•D. Limboto
•P. Otangale
•Tj. Uludubango
Keterangan:+.+.+.+ Batas Provinsi Garis Pantai-.-.-.-.-. Batas Kabupaten Ibukota Provinsi
Jalan Ibukota Kabupaten
•Tj. Panjang•Tj. Papadengo
PETA WILAYAH PROVINSI GORONTALO
U
Skala 1: 1.100.000
Sumber: Profil Provinsi Gorontalo, 2003
Peta Kabupaten Pohuwato dan Penyebaran Masyarakat Bajo
Sumber: Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003
Kab. BuolPROV. SULAWESI
TENGAH
Kec. LemitoKec. Popayato
Kec. Randangan
Kec.Marisa
Teluk Tomini
Kec. SumalataKAB.
GORONTALO
PETA WILAYAHKABUPATEN POHUWATO
•U
Kec.Pagua
t
Keterangan:+.+.+.+ Batas Provinsi Garis Pantai-.-.-.-.-.- Batas Kabupaten Ibukota Kabupaten---------- Batas Kecamatan Lokasi Masyarakat Bajo
Torosiaje
Pola Permukiman Masyarakat Bajo di Desa Torosiaje
Sumber: Dokumentasi BPSNT, April 2005
PohonBakau
Leppa-leppa
Dermaga
Are
al P
enan
ama
n K
emb
ali P
oh
on B
aka
u
Masjid
Penginapan
1
3
SD Torosiaje
2
Dusun Mutiara
Dusun Bahari Jaya
U
Perairan
Perairan
Keterangan:----- Batas Dusun Lorong (jembatan kayu)1. Kantor Desa Sementara2. Rumah Kepala Desa3. Gedung Serbaguna
Ketiga Mintakat Perairan: hutan bakau, lamun, terumbu karang; ketiganya saling mendukung
Sumber: Manado Post, 21 April 2005 dengan penambahan
Padang Lamun
Daerah yang menjadi perkampungan masyarakat Bajo Torosiaje
Hutan Bakau/ Mangrove
Terumbu Karang
Pesan moral :“Makan kalau ada makanan, kalau tidak ada,
tinggal tunggu saja”. Bukannya : “Siapa lagi yang akan kita
makan” ???.............
Terima kasih