i jamasan jimat kalisalak
TRANSCRIPT
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 1/9
Meramal Bangsa Melalui Jamasan Jimat Kalisalak
BANYUMAS--Ribuan orang tampak berjejal di antara para pedagang asongan yang
sengaja berdagang di lingkungan RT 03 RW 06 Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen,Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Tujuan kedatangan mereka hanya satu yakni untuk menyaksikan ritual tahunan berupatradisi jamasan (pencucian, red.) pusaka peninggalan Sultan Amangkurat I atau yang
dikenal dengan "Jamasan Jimat Kalisalak".
Konon, banyak keanehan yang muncul dalam ritual yang digelar setiap Perayaan Maulud
Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul Awal atau bulan Maulud, yang terlihat dari
perubahan bentuk, jumlah, penampilan, maupun munculnya benda-benda baru dari
peninggalan Sultan Amangkurat I.
Dalam Wikipedia disebutkan Amangkurat I adalah sultan Mataram yang bertahta pada
tahun 1646 sampai dengan 1677. Ia adalah anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo danRaden Ayu Wetan (Kanjeng Ratu Kulon), seorang keturunan Ki Juru Martani yang
merupakan saudara dari Ki Ageng Pemanahan.
Sosok yang memiliki nama kecil Mas Sayidin, yang ketika menjadi putera mahkota digantidengan gelar Pangeran Arya Mataram atau Pangeran Ario Prabu Adi Mataram tersebut
berusaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram, akan tetapi
terus-menerus mengalami pemberontakan.
Mengenai keberadaan pusaka-pusaka peninggalan Amangkurat I di Kalisalak, karena raja
Mataram ini sempat singgah di sana saat menuju Batavia (Jakarta) untuk meminta bantuanVOC lantaran dikejar pasukan Trunojoyo yang memberontak sekitar tahun 1676-1677.
Dalam hal ini, saat hendak melanjutkan perjalanannya menuju Batavia, Amangkurat Imeninggalkan sejumlah benda atau barang pusaka untuk meringankan beban.
Beberapa benda yang ditinggalkan dan hingga kini masih tersimpan di sebuah bangunan
yang dikenal dengan "Langgar Jimat Kalisalak" antara lain berupa kitab-kitab bertuliskanhuruf Jawa Kuno, Arab, dan Cina yang terbuat dari daun lontar dan "asus buntut" (bagian
pelana kuda yang masuk ke ekor).
Selanjutnya, benda-benda peninggalan tersebut dijamas dan dihitung jumlahnya setiap
bulan Maulud oleh kerabat Amangkurat I yang ada di Desa Kalisalak.
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 2/9
"Penjamasan kita lakukan setiap 12 Maulud yang berdasarkan perhitungan Jawa `Aboge`
(tanggal 1 tahun Alif jatuh pada hari Rabu Wage, red.) tahun ini merupakan tahun `Je`sehingga tanggal tersebut jatuh hari ini, Selasa Pahing (10/3)," kata Bachtiar, salah satu
kerabat Amangkurat I.
Sementara juru kunci "Langgar Jimat Kalisalak" San Muraji mengatakan, ritual ini tidak
sekadar mencuci benda keramat tetapi juga membaca tanda zaman.
San Muraji yang berusia 78 tahun ini merupakan keturunan ke-14 dari para juru kunci
"Langgar Jimat Kalisalak".
Lelaki tua ini tampak memimpin prosesi jamasan yang dimulai dengan mengeluarkan benda-benda pusaka tersebut dari penyimpanannya untuk diletakkan di atas tempat
penjamasan berupa panggung setinggi 1,5 meter yang berada di depan langgar.
Setelah jimat yang terdiri 70 tersebut dikeluarkan, sang juru kunci pun bersama 12 orangkerabat Amangkurat, segera membuka kain mori kusam yang membungkus pusaka
sebelum dicuci menggunakan air jeruk bayi.
Mereka tampak menghitung jumlah jimat yang ada dan disesuaikan dengan kondisi saat
penjamasan tahun sebelumnya setelah setahun tidak pernah dikeluarkan dan dibuka.
Beberapa keanehan pun muncul saat jimat-jimat tersebut dihitung dan diamati lantaran ada
beberapa jimat yang berubah bentuk maupun tampilannya serta jumlah bertambah.
Salah satu benda yang berubah bentuk yakni "pelor" (peluru). Saat penjamasan 2008
berbentuk "bulat", sekarang menjadi "lonjong".
Selain itu tempat benda-benda tersebut yang dikenal dengan sebutan "piti", dalam jamasan
kali ini tampak lebih" baru". Bahkan, ada satu "piti" yang anyaman bambunya lebih" besar"
padahal belum pernah diganti.
Benda lainnya yang berubah tampilan yakni "wungkal" (pengasah pisau) yang sebelumnya
tampak kusam, kini menjadi berkilau.
Sementara mata uang kuno yang semula berjumlah 58 keping dan diikat, kini hanya 49
keping tanpa ada yang terikat.
Alat musik terbang (semacam ketipung) yang semula terdiri empat berukuran besar dan
enam kecil, kini yang berukuran besar maupun kecil masing-masing berjumlah lima buah.
Kumpulan kitab bertuliskan huruf Arab yang semula ada empat buah, kini jumlahnya
menjadi tujuh buah dan salah satunya dalam keadaan kosong tanpa tulisan.
Pemuka agama setempat, H Abdul Wahab tampak membacakan kitab tersebut yang salah
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 3/9
satunya berupa kutipan Alquran Surat Al Ahdiyat dan sebuah hadist Nabi Muhammad
SAW.
Namun saat hendak menerjemahkan hadist tersebut, dia tampak tak sanggup lagi
melanjutkan pembacaannya. Padahal dia sering kali membacakan kitab-kitab tersebut
setiap kali jamasan.
Sementara itu, petugas dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta,
Suyami membacakan tiga keropak daun lontar bertuliskan huruf Jawa yang dipilihkan jurukunci dari beberapa keropak yang tulisannya dapat terbaca.
Dalam setiap jamasan, keropak daun lontar yang dapat terbaca tulisannya selalu muncul
bergantian, sehingga belum tentu keropak yang kali ini terbaca dengan jelas dapat dibacasaat penjamasan berikutnya.
Menurut Suyami, satu di antara tiga keropak daun lontar tersebut ditulis pada masa yang
berbeda, yakni pada masa perkembangan bahasa Jawa tengahan (pertengahan), tetapi isinya berkesinambungan.
"Tiga tulisan tersebut mempunyai makna yang saling berhubungan. Lontar pertama
menceritakan tentang kejadian besar yang akan terjadi di negeri ini," katanya.
Dalam lontar kedua, kata dia, disebutkan bahwa Tuhan sedang mempersiapkan skenario
besar terhadap bangsa ini yang kedatangannya tidak diketahui, sedangkan lontar ketiga
sebagai peringatan terhadap penguasa yang sudah tidak peduli lagi kepada rakyatnya.
Meramal Bangsa
Perubahan bentuk maupun tampilan serta bertambahnya jumlah jimat tersebut, olehsebagian orang diyakini sebagai perlambang atau ramalan terhadap nasib bangsa dalam
satu tahun ke depan.
Kepala Desa Kalisalak, Bambang Setiadi mengatakan, jamasan kali ini ada yang berbeda
dengan jamasan tahun 2004 lalu saat menjelang pemilihan langsung presiden.
Menurut dia, saat jamasan 2004 lalu, semua "piti" atau tempat benda pusaka tersebuttampak seperti baru, sedangkan kali ini "piti" yang paling besar terlihat baru meski sudah
lama.
"Mungkin artinya, presiden lama dengan pasangan baru. Siapa saja boleh punya tafsir
sendiri," katanya.
Sementara uang kuno yang berjumlah 58 keping dan terikat saat jamasan 2008, kata dia,
saat ini berjumlah 49 keping tanpa ikatan.
Menurut dia, hal itu menandakan perekonomian bangsa Indonesia masih dalam kesulitan.
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 4/9
Hal tersebut juga diakui seorang warga Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, Slamet
yang rutin mengikuti ritual jamasan untuk sekadar melihat "keanehan "yang muncul.
"Dalam jamasan tahun 2008, mata uang Belanda yang tersimpan dalam `langgar` ternyata
`menghilang` sedangkan mata uang lainnya tampak `kusam`. Padahal saat jamasan 2007,tampak `berkilau`," katanya.
Menurut Slamet, setelah dikaitkan dengan kondisi saat ini, ternyata" keanehan "yangmuncul saat itu sebagai perlambang terjadinya krisis finansial global.
Ia mengatakan, "keanehan-keanehan" lain sering kali muncul dalam jamasan tahun-tahun
sebelumnya dan sering kali berkaitan dengan sesuatu peristiwa yang terjadi pada tahun berikutnya.
Ketua Panitia Jamasan Langgar Jimat Kalisalak, Ilham Triyono mengatakan, biasanya
terlihat dari jumlah maupun tampilan dari benda pusaka yang dijamas.
"Pada tahun 1976 terdapat 73 jenis jimat, tahun 2005 menjadi 74 jenis karena kemunculankeropak bertuliskan huruf Jawa. Namun pada tahun 2006, kembali menjadi 73 jenis karena
keropak tersebut menghilang dan tahun 2007 jumlahnya 74 jenis lagi karena munculnya
sebuah batu granit," katanya.
Dia mempersilakan masyarakat untuk menafsirkan sendiri-sendiri mengenai keanehan yang
muncul dalam jamasan tersebut.
Setelah penjamasan selesai, seluruh benda pusaka tersebut dimasukkan ke dalam kain mori
yang baru dan selanjutnya ditaruh di dalam langgar untuk kembali saat jamasan tahundepan.
Saat ini masyarakat setempat hanya bisa menafsirkan makna dari keanehan yang muncul
dalam penjamasan tersebut terhadap kemungkinan yang bakal terjadi pada bangsa inisembari menunggu jamasan tahun mendatang.Sumarwoto/ant/kem
http://forum.tabloidnova.com/showthread.php?t=12618
Jamasan Jimat Kalisalak akan DigelarKamis, 04 Peb 2010 13:55:25 WIB | Oleh : sumarwoto
ANTARA - Ritual tahunan Jamasan Jimat Kalisalak yang merupakan pusaka peninggalanRaja Mataram Amangkurat I segera digelar kembali pada 27 Februari 2010 di Desa
Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Juru bicara Langgar
Jimat Kalisalak, Ilham Triyono di Banyumas, Kamis, mengatakan, kegiatan tersebut
merupakan ritual tahunan yang digelar setiap tanggal 12 Rabiul Awal.
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 5/9
Dalam hal ini, kata dia, penentuan tanggal 12 Rabiul Awal jatuh pada hari Sabtu (27/2)
berdasarkan perhitungan Aboge (Alif Rebo Wage) yang dianut masyarakat setempat.
"Kebetulan berdasarkan hitungan, tahun ini adalah Tahun Dal sehingga tanggal 12 Rabiul
Awal jatuh pada hari Sabtu Legi (27/2)," katanya.
Menurut dia, rangkaian ritual jamasan diawali dengan kegiatan "Maleman" atau tirakatan
yang diisi penjabaran tentang sejarah jimat Kalisalak.
Akan tetapi dalam "Maleman" kali ini, kata dia, akan diisi juga dengan kegiatan wisuda
gelar dari Keraton Surakarta kepada kerabat Mataram di Banyumas.
"Berdasarkan koordinasi kami dengan Paguyuban Kerabat Mataram (Pakem), rencananyaRaja Keraton Surakarta Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS)
Paku Buwono XIII Tedjowulan yang akan mewisuda secara langsung. Namun kami masih
akan memastikan hal itu," katanya.
Mengenai keberadaan jimat di Kalisalak, dia mengatakan, masyarakat sekitar mempercayai
jika pusaka yang selama ini disimpan di sebuah bangunan yang dikenal dengan "Langgar Jimat Kalisalak" merupakan benda-bena Amangkurat I yang bertuah.
Menurut dia, kitab-kitab itu diyakini sebagai benda keramat dan memiliki daya magis.
"Jumlah pusaka konon selalu berubah setiap kali dilakukan penghitungan sebelum
penjamasan. Terkadang bentuknya juga berubah dan muncul benda-benda baru," kata
Ilham.
Sementara itu uru kunci "Langgar Jimat Kalisalak" San Muraji (79) mengatakan, ritual initidak sekadar mencuci benda keramat tetapi juga membaca tanda zaman.
Amangkurat I adalah Raja Mataram yang bertahta pada 1646-1677. Ia adalah anak dari
Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Raden Ayu Wetan (Kanjeng Ratu Kulon), putriketurunan Ki Juru Martani yang merupakan saudara dari Ki Ageng Pemanahan.
Sosok yang memiliki nama kecil Mas Sayidin, yang ketika menjadi putera mahkota diganti
dengan gelar Pangeran Arya Mataram atau Pangeran Ario Prabu Adi Mataram tersebut berusaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram.
Amangkurat dikabarkan sempat singgah di Kalisalak, dan meninggalkan pusaka-pusaka ituagar tak membebani perjalanannya menuju Batavia. Amangkurat menuju ke Batavia untuk
meminta bantuan VOC lantaran dikejar pasukan Trunojoyo yang memberontak sekitar
1676-1677. zhttp://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=24702
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 6/9
Jamasan Pusaka Amangkurat, Munculkan Banyak Keanehan
Kategori : Umum ShareThis Ribuan orang dari berbagai daerah
mengikuti prosesi penjamasan (penyucian) pusaka peninggalan Sunan Amangkurat I yangtersimpan di Langgar Jimat Kalisalak, Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten
Banyumas, Selasa (10/3).
Jamasan pusaka peninggalan Sunan Amangkurat I yang merupakan ritual tahunan dalamrangkaian Peringatan Nabi Muhammad SAW, memiliki daya tarik tersendiri bagi
masyarakat. Tidak hanya dari prosesinya tetapi juga keanehan yang muncul pascaprosesi.
Keanehan-keanehan tersebut diyakini masyarakat sebagai perlambang atau ramalan yang
bakal terjadi dalam kurun waktu satu tahun ke depan.
Seorang warga Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, Slamet mengaku rutin mengikuti
ritual jamasan untuk sekadar melihat keanehan yang muncul.
"Dalam jamasan tahun 2008, mata uang Belanda yang tersimpan dalam langgar ternyata
menghilang, sedangkan mata uang lainnya tampak kusam. Padahal saat jamasan 2007,
tampak berkilau," katanya.
Menurut Slamet, setelah dikaitkan dengan kondisi saat ini, ternyata keanehan yang muncul
saat itu sebagai perlambang terjadinya krisis finansial global.
Ia mengatakan, keanehan-keanehan lain sering kali muncul dalam jamasan tahun-tahun
sebelumnya dan sering kali berkaitan dengan sesuatu peristiwa yang terjadi pada tahun
berikutnya.
Mengenai keanehan yang muncul tersebut, menurut Ketua Panitia Jamasan Langgar Jimat
Kalisalak, Ilham Triyono, biasanya terlihat dari jumlah maupun tampilan dari benda pusaka
yang dijamas.
Selain itu, kata Ilham Triyono , mata uang Hindia Belanda yang tahun lalu ada, pada
penjamasan kali ini menghilang dan mata uang lainnya yang tahun lalu tampak berkilau,kali ini tampak kusam.
"Pada tahun 1976 terdapat 73 jenis jimat, tahun 2005 menjadi 74 jenis karena kemunculankeropak bertuliskan huruf Jawa. Namun pada tahun 2006, kembali menjadi 73 jenis karena
keropak tersebut menghilang dan tahun 2007 jumlahnya 74 jenis lagi karena munculnyasebuah batu granit," katanya.
Prosesi penjamasan tersebut diawali dengan dengan mengeluarkan benda-benda pusaka
yang dibungkus dengan kain (kantong) dari dalam langgar atau surau kecil dipimpin juru
kunci.
Seluruh benda terutama yang terbuat dari logam dicuci menggunakan air jeruk bayi.
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 7/9
Setelah selesai dijamas, seluruh pusaka dimasukkan ke dalam kantongnya yang baru.
Sementara itu, dalam penghitungan benda-benda tersebut terdapat beberapa perubahanantara lain berupa bentuk, warna, dan jumlah.
Salah satu benda yang berubah bentuk yakni pelor (peluru). Saat penjamasan 2008 berbentuk bulat, sekarang menjadi lonjong.
Selain itu tempat benda-benda tersebut yang dikenal dengan sebutan piti, dalam jamasankali ini tampak lebih baru. Bahkan, ada satu piti yang anyaman bambunya lebih besar
padahal belum pernah diganti.
Benda lainnya yang berubah tampilan yakni wungkal (pengasah pisau) yang sebelumyatampak kusam, kini menjadi berkilau.
Sementara mata uang kuno yang semula berjumlah 58 keping dan diikat, kini hanya 49
keping tanpa ada yang terikat.
Selain benda-benda tersebut, sejumlah benda lainnya juga mengalami perubahan bentuk dan jumlah antara lain tulisan dalam keropak daun lontar, kitab bertuliskan huruf Arab, dan
alat musik terbang.
"Perubahan ini bukanlah ramalan. Silakan ditafsirkan sendiri maknanya," kata Ilham.
Sementara itu Kepala Desa Kalisalak, Bambang Setiadi menafsirkan, perubahan tersebut
sebagai perlambang dampak krisis finansial global masih terasa.
Sumber : kompashttp://www.indospiritual.com/artikel_jamasan-pusaka-amangkurat-munculkan-banyak-keanehan.html
Ribuan Warga Ikuti Jamasan Pusaka Di Kalisalak
Oleh Totok S
Selasa, 10 Maret 2009 14:22
Benda-benda pusaka tengah dikeluarkan dari pembungkus dan piti saat hendak dicuci.
(FOTO : Cimed/Totok S)
BANYUMAS, (Cimed) – Prosesi penjamasan (penyucian) pusaka peninggalan Sultan Amangkurat Iyang tersimpan di Langgar Jimat Kalisalak” Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, KabupatenBanyumas, Selasa (10/3) berlangsung semarak. Ribuan warga dari berbagai daerah mengikuti ritualtahunan tersebut.
Jamasan pusaka peninggalan Sultan Amangkurat I itu merupakan rangkaian Peringatan NabiMuhammad SAW. Ritual tersebut cukup menyedot perhatian warga, selain prosesinya menarik jugakeanehan yang muncul pascaprosesi.
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 8/9
Menurut warga setempat, keanehan-keanehan tersebut diyakini sebagai perlambang atau ramalanyang bakal terjadi dalam kurun waktu satu tahun ke depan.
Dirin, misalnya salah seorang warga Desa Cindaga, Kecamatan Kebasen yang mengaku rutinmengikuti ritual jamasan untuk sekedar melihat keanehan yang muncul pasca prosesi.
Dia menuturkan, dalam jamasan tahun 2008, mata uang Belanda yang tersimpan dalam “langgar”ternyata menghilang sedangkan mata uang lainnya tampak kusam. Padahal saat jamasan 2007,tampak berkilau.
“Ada kaitannya dengan kondisi saat ini, keanehan yang muncul saat itu sebagai perlambangterjadinya krisis finasial global,” tuturnya.
Ketua Panitia Jamasan Langgar Jimat Kalisalak, Ilham Triyono, mengungkapkan, keanehan yangmuncul biasanya terlihat dari jumlah maupun tampilan dari benda pusaka yang dijamas.
“Pada tahun 1976 terdapat 73 jenis jimat, tahun 2005 menjadi 74 jenis karena kemunculan keropakbertuliskan huruf Jawa. Namun pada tahun 2006, kembali menjadi 73 jenis karena keropak tersebutmenghilang dan tahun 2007 jumlahnya 74 jenis lagi karena munculnya sebuah batu granit,”katanya.
Selain itu, kata dia, mata uang Hindia Belanda yang tahun lalu ada, pada penjamasan kali inimenghilang dan mata uang lainnya yang tahun lalu tampak berkilau, kali ini tampak kusam.
Sementara itu, prosesi jamasan diawali dengan dengan mengeluarkan benda-benda pusaka yangdibungkus dengan kain (kantong) dari dalam langgar atau surau kecil dipimpin juru kunci. Kemudianseluruh benda terutama yang terbuat dari logam dicuci menggunakan air jeruk bayi. Setelah selesaidijamas, seluruh pusaka dimasukkan ke dalam kantongnya yang baru.
Dalam penghitungan benda-benda tersebut terdapat beberapa perubahan antara lain berupabentuk, warna, dan jumlah. Salah satu benda yang berubah bentuk yakni “pelor” (peluru). Saatpenjamasan 2008 berbentuk bulat, sekarang menjadi lonjong.
Kondisi tampak lebih baru juga terjadi pada “piti” (tempat benda-benda, red). Bahkan, ada satu “piti”yang anyaman bambunya lebih besar padahal belum pernah diganti.
Pengasah pisau atau yang sering disebut “wungkal” tampilannya juga mengalami perubahan,sebelumnya tampak kusam saat ini tampak berkilau. Sementara mata uang kuno yang semulaberjumlah 58 keping dan diikat, kini hanya 49 keping tanpa ada yang terikat.
Selain benda-benda tersebut, sejumlah benda lainnya juga mengalami perubahan bentuk dan jumlah antara lain tulisan dalam keropak daun lontar, kitab bertuliskan huruf Arab, dan alat musikterbang.
Terkait dengan perubahan yang terjadi pada benda-benda tersebut, Ilham menambahkanperubahan bukanlah ramalan.
“Maknanya silakan tafsirkan sendiri,” imbuhnya.
http://cilacapmedia.com/index.php/rubrik/budaya/772-ribuan-warga-ikuti-jamasan-pusaka-
di-kalisalak
PROSESI JAMASAN PUSAKA AMANGKURAT; ’Bekong-nya’ Kali Ini Kering
5/14/2018 i Jamasan Jimat Kalisalak - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/i-jamasan-jimat-kalisalak 9/9
24/03/2008 09:24:08 BANYUMAS (KR) - Ribuan orang dari berbagai daerah, Jumat
(21/3), mengikuti prosesi penjamasan atau penyucian pusaka peninggalan Sultan
Amangkurat I yang tersimpan di ‘Langgar Jimat Kalisalak’ Desa Kalisalak, KecamatanKebasen, Kabupaten Banyumas. Prosesi jamasan ini dilaksanakan sebagai ritual tahunan
bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sebagian masyarakat menganggap dalam prosesi ini akan muncul perlambang tentangsesuatu yang bakal terjadi dalam kurun waktu satu tahun ke depan.
“Saya datang ke sini untuk sekadar mengetahui pertanda yang muncul dalam penjamasan,”
kata Bayu yang datang dari Banjarnegara.Mengenai kejadian yang muncul tersebut, Menurut Ketua Panitia Jamasan Langgar Jimat
Kalisalak, Ilham Triyono, biasanya terlihat dari jumlah maupun tampilan dari benda pusaka
yang dijamas.
Pada penjamasan tahun 2007, kata dia, sebuah jimat dalam bentuk ‘bekong’ (alat takar beras) tampak basah sehingga ditafsirkan sebagai perlambang bakal turun hujan hingga
menimbulkan banjir seperti yang terjadi belakangan ini. “Namun pada jamasan kali ini,
‘bekong’ tersebut tampak kering. Silakan hal itu ditafsirkan sendiri maknanya,” kata dia
sebagaimana dikutip Antara.Selain itu, kata dia, mata uang Hindia Belanda yang tahun lalu ada, pada penjamasan kali
ini menghilang dan mata uang lainnya yang tahun lalu tampak berkilau, kali ini tampak kusam.
Ia mengatakan, ada benda yang belum pernah muncul dalam jamasan, tetapi kali ini
muncul yakni berupa sebuah kumparan yang diperkirakan sebagai radiator mobil zamandulu. “Pada tahun 1976 terdapat 73 jenis jimat, tahun 2005 menjadi 74 jenis karena
kemunculan keropak bertuliskan huruf Jawa. Namun pada tahun 2006, kembali menjadi 73
jenis karena keropak tersebut menghilang dan tahun 2007 jumlahnya 74 jenis lagi karena
munculnya sebuah batu granit,” katanya.Bahkan satu keanehan lagi, kata dia, keropak daun lontar yang semula bertuliskan huruf
Arab gundul, kini tertulis lengkap dengan harokatnya. Dalam tulisan Arab yang dibacakanoleh KH Khotim Munasir berisikan Syahadat, Surat Al Lahab, dan beberapa tulisan lainnyayang mengandung makna ‘tidak ada kekuatan di dunia ini yang bisa menandingi kekuatan
Allah’.
Di samping itu, keropak yang bertuliskan huruf Jawa dengan bahasa Jawa Kuna pun bisaterbaca dengan jelas tetapi masih sulit dimengerti maknanya sebenarnya. Meski demikian,
sebagian kalimat mengandung makna agar umat bersiaga terhadap panggilan Allah untuk
menumpas angkara murka.
Prosesi penjamasan tersebut diawali dengan mengeluarkan benda-benda pusaka yangdibungkus dengan kain (kantong) dari dalam langgar atau surau kecil dipimpin juru kunci.
Seluruh benda terutama yang terbuat dari logam dicuci menggunakan air jeruk bayi.
Setelah selesai dijamas, seluruh pusaka dimasukkan ke dalam kantong yang baru.http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=156695&actmenu=38