hutang,profit,likuiditas,ios terhadap keb deviden

Upload: fasta-swandika

Post on 16-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

deviden

TRANSCRIPT

  • 1

    ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UTANG,

    PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KESEMPATAN

    INVESTASI, DAN JENIS INDUSTRI TERHADAP KEBIJAKAN

    DIVIDEN

    Ivan Widhyasmoro

    Linda Ariany Mahastanti

    Fakultas Ekonomika & Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

    Abstract: Dividen policy is the decision of company management whether

    profits are reinvested to the in retained earnings, or distributed to

    shareholders in dividends. There are several factors that could be expeted to

    effect the dividend policy, including the companys debt policy, profitability,

    liquidity of the company, investment opportunities of company, and types of

    industrial companies. This research aims to determine whether these factors

    affect the payment of dividends. This research uses panel data regression

    analysis model to analyze the data and using a sample of 70 companies listed

    on Bursa Efek Indonesia (BEI).

    This result indicate that the variable liquidity, investment opportunity

    and type of industry do not affect dividend policy. Debt policy and profitability

    variables are variables that affect dividend policy.

    Keyworrds: debt policy, profitability, liquidity, investment opportunities,

    industry type, dividend policy

    Pendahuluan

    Latar Belakang Masalah

    Pembayaran dividen merupakan salah satu elemen yang menarik banyak

    pihak seperti pemegang saham, kreditur, investor, maupun pihak-pihak lain yang

    memerlukan informasi penting dari data keuangan perusahaan. Pada akhir-akhir

    tahun ini, kebijakan pembayaran dividen untuk setiap jenis perusahaan pun

    mengalami fluktuasi dalam pembayaran dividennya, bahkan ada yang sama sekali

  • 2

    tidak melakukan pembayaran dividen. Kebijakan dividen merupakan suatu

    keputusan dari perusahaan apakah laba yang diperoleh diinvestasikan kembali

    dalam bentuk laba ditahan, atau dibagikan langsung kepada pemegang saham

    dalam bentuk dividen. Tetapi pada kejadian yang sebenarnya, perusahaan banyak

    mengalami penurunan dalam pembagian dividen bahkan ada yang tidak

    mengeluarkan dividen sama sekali dalam beberapa tahun. Ini dapat dilihat dari

    laporan keuangan beberapa perusahaan hal ini dapat dikarenakan seperti

    perusahaan mengalami penurunan profitabilitas sehingga diputuskan untuk

    mengurangi jumlah pembagian dividen, seperti yang terlihat di laporan keuangan

    PT Tripolypta Indonesia Tbk tahun 2010 (lihat di lampiran 5) yang mengalami

    penurunan profitabilitas sehingga harus mengurangi jumlah dividen yang

    dibagikan dari tahun sebelumnya, atau sama sekali tidak mengeluarkan dividen

    untuk dibagikan karena langsung dijadikan dalam bentuk laba ditahan. Ada juga

    kejadian yang dialami oleh PT Champion Pasifik Indonesia Tbk pada tahun 2010

    (lihat di lampiran 6), ketika mengalami peningkatan profitabilitas dari tahun

    sebelumnya justru perusahaan tersebut memilih untuk tidak membagikan dividen

    sama sekali. Selain itu ada pula perusahaan yang mengalami profitabilitas rendah

    akan tetapi justru membagikan dividen yang tinggi, hal ini dikarenakan untuk

    membuat investor tertarik karena investor menyukai dividen yang tinggi.

    Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tentang kebijakan dividen.

    Peneliti-peneliti terdahulu sudah menyimpulkan bahwa kebijakan utang,

    profitabilitas, likuiditas, dan kesempatan investasi secara signifikan

    mempengaruhi kebijakan dividen (Nuringsih, 2005; Prabawa, 2006; Suharli,

    2007; Dewi, 2008; Puspita 2009; Tarigan dan Sigiharto, 2010; dan Sari, 2010).

    Pada tingkat penggunaan utang yang tinggi, perusahaan cenderung membagikan

    dividen yang rendah, dengan keputusan ini perusahaan masih memiliki laba

    ditahan yang digunakan untuk menutup utang (Nuringsih, 2005). Kebijakan

    dividen dapat juga berhubungan dengan kesempatan investasi. Salah satu

    persamaan antara kebijakan dividen dan keputusan investasi adalah keduanya

    sama-sama bersumber dari laba perusahaan. Laba perusahaan akan dipergunakan

  • 3

    untuk membayar dividen kepada para pemegang saham dan sisanya akan ditahan

    sebagai laba ditahan (retained earnings) yang akan digunakan untuk investasi

    perusahaan yang nantinya akan berguna untuk pertumbuhan perusahaan pada

    masa yang akan datang. Sebagian besar pembayaran dividen dilakukan dengan

    kas dari perusahaan tersebut sehingga likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap

    kebijakan pembayaran dividen. Likuiditas perusahaan merupakan salah satu

    pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen karena dividen merupakan

    arus kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas menyeluruh dari

    perusahaan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen (Van Horne,

    1998, hal 37 dalam Prabawa, 2006). Apabila perusahaan tidak likuid maka hal ini

    akan mempengaruhi pembayaran dividen.

    Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian-penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh Nuringsih, 2005; Prabawa, 2006; Suharli, 2007;

    Dewi, 2008; Puspita, 2009; Tarigan dan Sigiharto 2010; dan Sari, 2010. Adapun

    pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) dalam penelitian

    ini menambah variabel baru yaitu jenis industri, karena setiap jenis sektor industri

    perusahaan masing-masing membagikan dividen yang berbeda-beda. Bursa Efek

    Indonesia (BEI) mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan ke dalam beberapa

    sektor industri bedasarkan kegiatan operasionalnya dan juga perkembangan

    saham-saham perusahaan, karena harga saham dipengaruhi oleh kondisi industri

    yang bersangkutan. Pengelompokkan perusahaan tersebut dapat melihat risiko

    perusahaan, melalui persaingan, atau proses operasi perusahaannya (Yohana,

    2009). Misalnya, risiko operasi perusahaan manufaktur lebih tinggi, karena siklus

    yang lebih panjang sehingga perputaran dana menjadi lebih lama dan dibutuhkan

    dana operasional yang lebih besar untuk menjalankan operasai perusahaan.

    Dengan proses tersebut risiko perusahaan memiliki utang yang tinggi menjadi

    besar.

    Dari sektor-sektor industri tersebut ada juga dapat terlihat perusahaan yang

    harga sahamnya relatif stabil dan ada yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

    Saham yang mempunyai harga tinggi bisa saja menjadi tidak berharga dalam

  • 4

    waktu singkat. Dengan memperhatikan hal ini, jelas risiko yang dialami juga

    cukup besar. Oleh karena itu dengan tingkat risiko yang besar seperti itu, investor

    berharap akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi juga, salah satunya

    dalam bentuk dividen.

    Dividen bisa juga menjadi sebuah sinyal kepada investor. Apabila perusahaan

    tersebut membagikan dividen yang lebih tinggi dapat menunjukan bahwa kondisi

    perusahaan tersebut dalam kondisi yang baik dan bisa memberikan keuntungan

    pada masa mendatang walaupun sebenarnya kondisi perusahaan memiliki risiko

    industri yang cukup tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Modigilani dan Miller

    dalam Atmaja LS (2003) dengan signalling theory-nya yang menyatakan

    bahwa kenaikan dividen biasanya merupakan suatu sinyal kepada investor

    bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa

    mendatang. Maka dari itu peneliti tertarik apakah pengklasifikasian industri

    tersebut berpengaruh terhadap pembagian hasil keuntungan atau dividen kepada

    para pemegang saham; (2) Pengambilan data penelitian-penelitian sebelumnya

    hanya menggunakan sampel beberapa perusahaan saja, dalam penelitian kali ini

    peneliti ingin mencoba sampel dengan mengambil data seluruh perusahaan yang

    listing di BEI yang membagikan dividen, keculali perusahaan yang berada di

    sektor keuangan karena pada laporan keuangan sektor industri keuangan memiliki

    tipikal yaang jauh berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada sektor industri

    lainnya; (3) Teknik analisis yang digunakan juga berbeda dari penelitian-

    penelitian sebelumnya, yaitu dengan menggunakan teknik analisis regresi data

    panel, yaitu gabungan dari data time series (antar waktu), yakni periode 2009-

    2010; dan cross section (antar individu atau antar ruang), yakni diteliti bedasarkan

    perusahaan beserta dengan pengklasifikasian jenis industrinya yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Persoalan Penelitian

    Bedasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dirumuskan di

    atas, maka persoalan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 5

    1. Apakah kebijakan utang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?

    2. Apakah profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?

    3. Apakah likuiditas mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?

    4. Apakah kesempatan investasi mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?

    5. Apakah jenis industri mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan?

    Manfaat Penelitian

    1. Memberikan sumbang saran dan informasi tambahan pengetahuan terutama

    dalam hal pengambilan kebijakan dividen yang harus dilakukan manajemen

    perusahaan yang terkait dengan variabel kebijakan utang, profitabilitas,

    kesempatan investasi, likuiditas dan jenis industri.

    2. Memberikan masukan dan tambahan bahan pertimbangan bagi investor untuk

    menentukan pilihan dan strategi investasi pada suatu perusahaan baik itu

    untuk semua jenis perusahaan.

    Landasan Teori dan Perumusan Masalah

    Teori Kebijakan Dividen

    Dividen dapat diartikan sebagai pembagian laba kepada para pemegang

    saham perusahaan sebanding dengan jumlah sahan yang dipegang oleh masing-

    masing pemilik (Stice et al, 2005 dalam Suharli, 2004). Dividen merupakan

    kompensasi yang diterima oleh pemegang saham (Hanafi, 2004). Ada sejumlah

    faktor yang dapat mempengaruhi dalam pembayaran dividen. Faktor-faktor

    tersebut saling mempengaruhi untuk menentukan kebijakan dividen yang optimal

    bagi perusahaan. Bringham dan Weston (1990:198-2010) dan Atmaja, LS

    (2003:285-287) mengkaji beberapa kebijakan dividen :

    a) Teori The Bird in the Hand

    Gordon dan Litner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan

    naik jika Dividen Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka

  • 6

    menerima dividen daripada capital gain (Atmaja LS 2003:287). Jadi investor

    memandang keuntungan yang di dapat dari pembayaran dividen lebih pasti

    daripada keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham (capital gain).

    b) Teori Signaling Hypotesis

    Modigilani dan Miller dalam Atmaja LS (2003) berpendapat bahwa suatu

    kenaikan dividen biasanya merupakan suatu sinyal kepada investor bahwa

    manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa

    mendatang, sebaliknya suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen dibawah

    kenaikan normal (biasanya) diyakini invstor sebagai suatu sinyal bahwa

    perusahaan menghadapi masa sulit di waktu mendatang.

    c) Teori Residual Dividen

    Teori ini menyatakan, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah

    semua investasi yang telah menguntungkan telah habis didanai. Para investor

    lebih menyukai jika perusahaan menahan keuntungannya untuk diinvestasikan

    lagi, dibandingkan jika keuntungan itu diberikan berupa dividen (Widayanti,

    2009). Jadi teori ini menjelaskan bahwa dividen yang dibayarkan kepada pihak

    investor merupakan dana sisa (residu) dari kegiatan-kegiatan investasi yang telah

    didanai.

    Jadi dalam penelitian ini menggunakan rasio pembayaran dividen (dividend

    payout ratio) sehingga dalam penelitian ini memfokuskan kepada foktor-faktor

    apa saja yang mempengaruhi dividen. Proksi dividen dalam penelitian ini

    menggunakan DPR, yaitu Dividen dibagi dengan Earning After Tax.

    Teori Keagenan

    Manajer dan pemegang saham merupakan orang yang berbeda. Manajer

    dipandang sebagai agen dari pemilik atau pemegang saham (Widayanti, 2009).

    Seringkali managemen dan pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda

    dan bertentangan sehingga dapat terjadi konflik di dalamnya. Kebijakan dividen

    terkait dengan hubungan antara manajer dengan pemegang saham yang memiliki

  • 7

    kepentingan berbeda diantaranya manajer menghendaki pembagian dividen kecil

    karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk membayar utang

    perusahaan yang tinggi, atau perusahaan membutuhkan dana yang besar juga

    untuk mendanai kegiatan investasinya, sementara para pemegang saham

    menghendaki pembagian dividen yang besar. Perbedaan antara kepentingan

    pemilik atau pemegang saham dan kepentingan manajer tersebut menimbulkan

    apa yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem) (Widayanti, 2009).

    Kebijakan Utang

    Rasio manajemen utang adalah seberapa jauh perusahaan menggunakan

    pendanaan melalui utang, atau pengungkit keuangan (financial laverage)

    (Bringham dan Houston, 2004:101). Financial laverage menunjukan proporsi atas

    penggunaan utang untuk membiayai investasinya (Sartono RA, 2001:120). Rasio

    total utang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut sebagai rasio utang (debt

    ratio), akan mengukur persentase dari dana yang diberikan para kreditur

    (Bringham dan Houston, 2004:103). Semakin tinggi rasio hutang ini menunjukan

    bahwa sebagian aktivitas operasi perusahaan didanai dari pinjaman utang. Oleh

    karena itu ketergantungan perusahaan kepada pihak eksternal (kreditur) juga

    tinggi yang mengakibatkan biaya utang (biaya bunga) yang harus diberikan

    kepada kreditur juga semakin besar. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap

    profitabilitasnya.

    Profitabilitas

    Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

    hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono RA,

    2001:122). Puspita (2009) menyatakan Return On Asset adalah tingkat

    keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan

    operasionalnya yang diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax)

    terhadap total asetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

    penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka

    menghasilkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian rasio ini yang nantinya

  • 8

    dipakai oleh investor atau pemegang saham untuk melihat keuntungan yang akan

    diterima, baik yang secara langsung dibagikan dalam bentuk dividen, ataupun

    keuntungan tersebut diinvestasikan lagi ke dalam perusahaan dalam bentuk laba

    ditahan.

    Likuiditas

    Aktiva liquid (liquid asset) adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu

    pasar yang aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas

    dengan menggunakan harga pasar yang berlaku (Bringham dan Houston,

    2004:95). Aktiva-aktiva liquid tersebut dapat dianalisis untuk dapat memberikan

    sebuah ukuran likuiditas yang cepat dan mudah untuk digunakan, yaitu dengan

    menganalisis rasio dengan menghubungkan jumlah kas dengan aktiva lancar

    lainnya dengan kewajiban lancar.

    Posisi likuiditas dapat mempengaruhi dalam pembagian dividen, karena

    dividen merupakan salah satu arus kas keluar (cash outflow), jadi semakin tinggi

    posisi likuiditas perusahaan semakin besar kemungkinan perusahaan membayar

    dividen.

    Kesempatan Investasi

    Apabila kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan

    cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi

    (Suharli, 2007). Dana yang didapat dari profit perusahaan akan digunakan untuk

    mendanai kegiatan investasi yang menguntungkan daripada dibagikan dalam

    bentuk dividen. Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi

    yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan datang dan mencerminkan

    adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas (Sari, 2010). Proksi IOS yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah market to book value of asset ratio. Proksi ini dipilih

    karena nilai pasar mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan kesempatan

    investasi di masa yang akan datang (Tjandra, 2005 dalam Sari, 2010).

  • 9

    Jenis Industri

    Profil perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang

    mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan jadi luas pengungkapan

    dalam laporan tahunan mungkin tidak sama untuk semua sektor ekonomi (Erdanu,

    2010). Perusahaan-perusahaan publik yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia

    (BEI) diklasifikasikan menurut sektor industri yang telah ditetapkan oleh BEI.

    Istilah industri sering diidentifikasikan sebagai kegiatan ekonomi manusia

    yang mengolah barang mentah (bahan baku) menjadi barang setengah jadi atau

    barang mentah menjadi barang jadi. Menurut Ruhimat dan Mustar (2008) industri

    dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang

    sifatnya produktif dan bersifat komersial untuk memenuhi kebutuhan hidup.

    Perusahaan-perusahaan publik yang tercatat di dalam Bursa Efek Jakarta (BEI)

    diklasifikasikan menurut sektor industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut

    dengan Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA). JASICA indeks tahun

    2010 mengelompokan perusahaan-perusahaan tersebut ke dalam sembilan sektor

    industri, yaitu (1) Sektor Pertanian (Agriculture); (2) Sektor Pertambangan

    (Mining); (3) Sektor Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and Chemicals);

    (4) Sektor Aneka Industri (Miscellaneous Industry); (5) Sektor Industri Barang

    Konsumsi (Consumer Goods Industry); (6) Sektor Properti dan Real Estate

    (Property and Real Estate); (7) Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

    (Infrastucture, Utilities and Transportation); (8) Sektor Keuangan (Finence); dan

    yang terakhir, (9) Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi (Trade, Service, and

    Investment). Dalam penelitian ini tidak dimasukan perusahaan sektor keuangan

    karena laporan keuangan perusahaan dari jenis industri keuangan memiliki

    karakteristik yang berbeda dari perusahaan-perusahaan di sektor industri lainnya.

    Jadi dalam penelitian ini hanya menggunakan delapan jenis industri saja.

  • 10

    Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

    Kebijakan Utang terhadap Kebijakan Dividen

    Dalam penelitian Nuringsih (2005), menunjukan bahwa penggunaan utang

    yang tinggi, perusahaan cenderung membayar dividen rendah, dengan keputusan

    ini perusahaan masih memiliki laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan

    menutup utang. Kebijakan dividen rendah berdampak positif bagi pihak kreditur

    karena kepentingan mereka diperhatikan karena sebagian laba yang diperolah

    digunakan untuk melaksanakan kewajibannya kepada kreditur. Sebaliknya,

    perusahaan dengan utang rendah pembagian dividen kepada pemegang saham

    cenderung lebih tinggi karena perusahaan memiliki beban bunga yang kecil

    sehingga laba perusahaan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan

    pemegang saham. Bedasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah:

    H1: Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

    Profitabilitas terhadap kebijakan dividen

    Menurut Puspita (2009) profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap

    kebijakan dividen karena peningkatan profitabilitas (ROA) disebabkan laba yang

    dihasilkan berupa earning after tax juga mengalami kenaikan, sehingga

    perusahaan yang memiliki laba yang besar akan menentukan kebijakan dividen

    kepada pemegang saham yang lebih besar. Profitabilitas berpengaruh terhadap

    kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh

    perusahaan, oleh karena itu dividen dibagikan lebih besar apabila perusahaan

    memperoleh keuntungan yang besar juga. Jadi semakin besar keuntungan yang

    diperoleh maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar

    dividen. Bedasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai

    berikut:

    H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

  • 11

    Likuiditas terhadap kebijakan dividen

    Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam

    banyak keputusan dividen karena dividen merupakan arus kas keluar maka

    semakin besar posisi kas dan likuiditas menyeluruh dari perusahaan semakin besar

    kemampuannya untuk membayar dividen (Van Horne, 1998, hlm.37 dalam

    Prabawa, 2006). Apabila perusahaan tidak likuid maka hal ini akan

    mempengaruhi pembayaran dividen kepada pemegang saham. Berdasarkan dari

    uraian tersebut hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

    H3: Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

    Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen

    Dalam penelitian Suharli (2010) kesempatan investasi berpengaruh negatif

    terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan apabila kondisi perusahaan

    sedang memiliki kesempatan investasi yang baik maka setiap dana yang tersedia

    di perusahaan akan cenderung digunakan untuk mendanai kegiatan investasi

    tersebut daripada dibagikan untuk pembayaran dividen kepada pihak investor.

    Bedasarkan uraian tersebut hipotesis yang diajukan adalah seperti berikut:

    H4: Kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

    Jenis Industri terhadap Kebijakan Dividen

    Bedasarkan teori yang diuraikan sebelumnya, bahwa pengelompokan industri

    bedasarkan dengan kegiatan operasionalnya, dan juga perkembangan saham-

    saham perusahaan, karena harga saham dipengaruhi oleh kondisi industri yang

    bersangkutan. Pengelompokkan perusahaan tersebut dapat melihat risiko

    perusahaan, melalui persaingan, atau proses operasi perusahaannya (Yohana,

    2009). Misalnya, risiko operasi perusahaan manufaktur lebih tinggi, karena siklus

    yang lebih panjang sehingga perputaran dana menjadi lebih lama dan dibutuhkan

    dana operasional yang lebih besar untuk menjalankan operasai perusahaan.

    Dengan proses tersebut risiko perusahaan memiliki utang yang tinggi menjadi

    besar. Dari sektor-sektor industri tersebut ada juga dapat terlihat perusahaan yang

    harga sahamnya relatif stabil dan ada yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

    Saham yang mempunyai harga tinggi bisa saja menjadi tidak berharga dalam

  • 12

    waktu singkat. Dengan memperhatikan hal ini, jelas risiko yang dialami juga

    cukup besar. Oleh karena itu dengan tingkat risiko yang besar seperti itu, investor

    berharap akan mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi juga, salah satunya

    dalam bentuk dividen. Jadi hipotesis yang dapat ditarik adalah :

    H5: Jenis Industri berpengaruh terhadap kebijakan dividen

    Gambar 1

    Model Penelitian untuk menduga pengaruh kebijakan utang, profabilitas,

    likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri terhadap kebijakan

    dividen.

    Kebijakan Utang

    Profitabilitas

    Likuiditas

    Kesempatan

    Investasi

    Jenis Industri

    Kebijakan Dividen

  • 13

    Metodelogi Penelitian

    Pada bagian ini dijelaskan tentang jenis dan sumber data, penentuan

    populasi beserta teknik pengambilan sampelnya, variabel penelitian dan

    pengukurannya, dan teknik analisisnya.

    Jenis dan Sumber data

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang meliputi laporan keuangan

    tahunan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun

    2009-2010 serta data dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode

    2010. Dalam rangka penulisan skripsi ini, periode waktu yang digunakan untuk

    pengamatan selama 2 tahun berturut-turut.

    Populasi dan Sampel

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

    yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

    untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 dalam Guntur,

    2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan

    yang terdaftar di BEI sesuai dengan pengklasifikasian BEI periode 2009-2010

    kecuali perusahaan-perusahaan yang berada di sektor keuangan. Sampel

    merupakan bagian dari populasi yang terdiri dari elemen-elemen yang diharapkan

    memiliki karakteristik yang sama dengan populasi (Sekaran, 2003 dalam Sari,

    2010). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu purposive

    sampling untuk mewakili populasi. Sampel yang didapatkan harus memenuhi

    kriteria yaitu sebagai berikut :

    1. Perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan 2 tahun berturut-turut,

    yaitu tahun tahun 2009 sampai dengan 2010

    2. Perusahaan yang membagikan dividen berturut-turut pada periode 2009-

    2010

    3. Perusahaan yang memiliki informasi keuangan (ROA, total asset lancar,

    total utang lancar, kapitalisasi pasar, jumlah saham yang beredar dan

    closing price) pada periode 2009-2010.

  • 14

    Pengukuran variabel

    Variabel dependen

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen. Proksi

    yang digunakan adalah Dividen Payout Ratio (DPR), kerena dividen yang

    dimaksud adalah bagian dari laba bersih yang diberikan perusahaan kepada para

    pemegang saham (Suharli, 2007, dan Sari, 2010)

    Dividen Payout Ratio (DPR) =

    Variabel independen

    Dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel independen, baik

    berpengaruh secara positif maupun negatif. Variabel-variabel tersebut adalah,

    kebijakan utang, profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi dan jenis industri,

    yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) untuk kebijakan utang,

    Return on Aset (ROA) untuk profitabilitas, Cash Ratio untuk likuiditas,

    Market to Book Value Asset (MBVA) untuk kesempatan investasi, dan untuk

    variabel jenis industri di-coding dengan menggunakan kode jenis industrinya

    sesuai dengan pengklasifikasian oleh BEI. Berikut ini adalah perhitungan dari

    proksi variabel-variabel tersebut:

    DAR =

    ROA =

    Cash Ratio =

    MBVA =

    Keterangan :

  • 15

    Nilai Pasar = (Total Aset Total Ekuitas) + (jumlah saham yang beredar

    x closing price)

    Nilai Buku Aset = Total Aset

    Teknik Analisis

    Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan regresi data panel, yaitu

    gabungan dari data time series (antar waktu) dan cross section (antar individu atau

    antar ruang), sehingga regresi dengan menggunakan data panel disebut dengan

    model regresi data panel (Gujarati, 2003). Dalam penelitian ini pengolahan data

    menggunakan software Limdep. Selanjutnya untuk menguji hipotesis yang

    diajukan mengenai hubungan variabel dependen yang diwakili oleh rasio

    pembayaran dividen dan variabel independen yang diwakili kebijakan utang,

    profitabilitas, posisi likuiditas, kesempatan investasi dan jenis industri dengan

    menggunakan beberapa pengujian yang dikemukakan dengan model regresi data

    panel. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian statistik deskriptif dan regresi

    data panel dengan sebelumnya melakukan uji Hausman untuk menentukan tehnik

    fixed effect atau random effect yang digunakan untuk menguji regresinya.

    Adapun model persamaan yang digunakan dan akan diuji dalam penelitian

    ini adalah sebagai berikut :

    DPR = + DAR + ROA + Cash Ratio + MBVA + JENIS + e

    Analisis Dan Pembahasan

    Gambaran umum objek penelitian

    Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang

    tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010. Berdasarkan kriteria

    sampel yang dikumpulkan maka diperoleh 70 perusahaan yang memenuhi kriteria.

    Pada penelitian ini, data diperoleh berdasarkan pada tahun penelitiaan bukan

    bedasarkan jumlah perusahaan.

  • 16

    Pada tabel ini di bawah ini disajikan hasil seleksi sampel dengan metode

    purposive sampling, yaitu :

    Tabel 1. Seleksi Sampel

    Keterangan

    Jumlah

    Jumlah awal perusahaan listing BEI 431

    Pelanggaran kriteria 1:

    7 Perusahaan tidak mengeluarkan laporan keuangan selama 2 tahun

    berturut-turut, yaitu tahun 2009 sampai dengan 2010

    Pelanggaran kriteria 2:

    282 Perusahaan tidak membagikan dividen berturut-turut pada periode

    2009-2010

    Pelanggaran kriteria 3:

    72

    Perusahaan tidak memiliki salah satu informasi keuangan (ROA,

    Current Ratio, DAR, total aset, total ekuitas, jumlah saham yang

    beredar dan closing price (perusahaan di sektor keuangan)

    Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 70

    Sumber : data sekunder yang diolah, 2012

    Pembahasan

    Penelitian ini menguji hipotesis yang dikemukakan dengan model analisis

    regresi data panel. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian Statistik Deskriptif,

    dan uji Hausman untuk menentukan apakah yang dipakai tehnik fixed effect atau

    random effect.

  • 17

    Tabel 2

    Pengujian statistik Deskriptif

    Variabel Mean Std. Dev. Minimum Maximum Cases

    DPR 0.38 0.31 0.001 1.51 140

    DAR 0.41 0.18 0.009 0.89 140

    ROA 0.12 0.10 0.008 0.82 140

    CR 2.79 3.15 0.17 27.20 140

    MBVA 2.58 3.13 0.38 18.51 140

    Sumber : data sekunder yang diolah, 2012

    Dari tabel di atas menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam

    penelitian ini sebanyak 140 sampel data, yaitu dari 70 data observasi perusahaan

    selama dua tahun. Tabel di atas juga menunjukan bahwa rata-rata masing-masing

    variabel-variabel menunjukan angka positif. Dari 140 sampel tersebut dapat

    diketahui variabel dividen (DPR) mempunyai mean 0.38 dan standar deviasi

    sebesar 0.31. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata perusahaan sampel

    membagikan dividen pada tingkatan yang cukup tinggi yaitu 38% dari laba yang

    dimiliki, padahal rata-rata profitabilitas (ROA) sampel perusahaan hanya sebesar

    12%. Nilai minimum DPR yaitu 0,1% yaitu pada PT Multi Bintang Indonesia

    Tbk, sedangkan nilai maksimumnya 151% yaitu dialami oleh PT GoodYear

    Indonesia Tbk. Profitabilitas terendah didapat dari PT Sumi Kabel Indonesia Tbk,

    yaitu hanya sebesar 0.8%, sedangakan profitabilitas tertinggi didapat dari PT

    Petrosa Tbk yaitu mencapai 82%.

    Variabel kebijakan utang (DAR) memiliki nilai rata-rata 0.41 dan standar

    deviasi sebesar 0.41. Hal ini menunjukan bahwa satu utang perusahaan akan

    ditanggung oleh aset sebesar 0.41. Ini menunjukan bahwa sampel perusahaan

    mempunyai rata-rata tingkat utang yang cukup tinggi, yaitu sebesar 41%. Dilihat

    dari rata-rata ketiga variabel, yaitu DPR, ROA, dan DAR, menunjukan bahwa

    walaupun rata-rata perusahaan memiliki tingkat utang yang lebih tinggi dari

    profitabilitasnya, perusahaan mampu juga memberikan dividen pada tingkat yang

  • 18

    cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa perushaan ingin memberikan sinyal

    kepada investor walaupun perusahaan tersebut memiliki tingkat hutang yang

    cukup tinggi, tetapi perusahaan tersebut masih layak untuk diinvestasikan karena

    masih dapat memberikan tingkat pengembalian yang cukup besar. Nilai

    maksimum DAR perusahaan sebesar 89% yang dialami oleh PT Multi Bintang

    Indonesia Tbk, yang menunjukan bahwa aset PT Multi Bintang Indonesia Tbk

    sebagian besar didapat karena melakukan pinjaman yaitu sebasar 89%, terlihat

    pada laporan keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2009 (lihat

    lampiran 8) yang memilki total aset sebesar Rp. 993.465 juta tetapi memiliti total

    utang sebesar Rp. 888.122 juta. Nilai minimum DAR dialami oleh PT Sampoerna

    Agro Tbk yaitu sebesar 0.9%.

    Variabel likuiditas (CR) memiliki nilai rata-rata 2.79 dan standar deviasi

    sebesar 3.15. Hal ini menunjukan bahwa variabel CR memiliki sebaran yang

    cukup besar karena standar deviasi lebih besar daripada nilai rata-ratanya. Rata-

    rata perusahaan memiliki nilai likuiditas sebesar 2.79 kali, yang artinya bahwa

    setiap utang lancar dapat dibiayai oleh aset lancar sebanyak 2.79 kali. Pada PT

    Gudang Garam Tbk, memiliki nilai maksimum yang tinggi, yaitu sebesar 27.2

    kali, dan CR tingkat minimum didapat pada PT Duta Graha Indah Tbk, yaitu

    sebesar 0.17 kali.

    Variabel kesempatan Investasi (MBVA) memiliki nilai rata-rata 2.58 dan

    standar deviasi sebesar 3.13. Hal ini juga menunjukan bahwa variabel MBVA

    memiliki sebaran yang cukup besar karena standar deviasi lebih besar daripada

    nilai rata-ratanya. Rata-rata perusahaan memiliki kesempatan investasi sebesar

    2.58 kali, yang berarti harga pasar lebih besar 2.58 kali daripada nilai buku

    asetnya. Untuk nilai minimum variabel MBVA perusahaan sampel sebesar 0.38

    (PT Colorpak Indonesia Tbk) dan nilai maksimumnya sebesar 18.51 (PT

    Perusahaan Gas Negara Persero).

    Untuk variabel jenis industri, informasi tentang sampel dapat dilihat dari

    tabel berikut:

  • 19

    Tabel 3

    Jumlah Sampel Jenis Industri

    Kode Jenis

    Jenis Industri Jumlah

    perusahaan

    Jumlah yang membagikan

    dividen Persentase

    1 Pertanian 21 3 14.29%

    2 Pertambangan 30 5 16.67%

    3 Industri Dasar dan Kimia 64 16 25.00%

    4 Aneka Industri 48 14 29.17%

    5 Industri Barang Konsumsi 35 16 45.71%

    6 Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan 61 9 14.75%

    7 Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 29 2 6.90%

    8 Perdagangan Jasa dan Investasi 71 5 7.04%

    Sumber : data sekunder yang diolah, 2012

    Dari tabel di atas menunjukan bahwa angka 1 (satu) sampai dengan 8

    (delapan) pada kolom kode jenis industri (JENIS) menunjukan klasifikasi sektor

    industri dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis-jenis industri tersebut diberi kode

    angka 1 sampai dengan 9 sebagai berikut secara berurutan adalah: (1) Pertanian;

    (2) Pertambangan; (3) Industri Dasar dan Kimia; (4) Aneka Industri; (5) Industri

    Barang Konsumsi; (6) Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan; (7)

    Infrastruksur, Utilitas dan Transportasi; serta (8) Perdagangan, jasa dan Investasi.

    Untuk sektor keuangan tidak dimasukan ke dalam penelitian karena ada beberapa

    faktor yang kurang informatif dalam pengolahan data penelitian ini. Seperti di

    dalam laporan keuangan perusahaan sektor keuangan tidak mengklasifikasikan

    nilai aset lancar dan aset tetap, sehingga dalam perhitungan current ratio-nya

    tidak bisa dilakukan. Dari tabel di atas juga menunjukan bahwa jenis industri yang

    memiliki proporsi paling banyak mengeluarkan dividen selama 2 (dua) tahun

    berturut-turut dari tahun 2009 sampai dengan 2010 adalah dari jenis industri

    Barang Konsumsi, yaitu sama-sama sebesar 45.71% atau 16 perusahaan dari 35

    perusahaan yang membagikan dividen dalam kurun waktu tersebut, sedangkan

    yang paling sedikit membagikan dividen selama kurun waktu 2009-2010 adalah

    dari jenis industri Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, yaitu hanya 6.9% dari

  • 20

    total perusahaan yang berada pada sektor industri Infrastruktur, Utilitas, dan

    Transportasi.

    Pengujian hipotesis

    Dalam pengujian hipotesis ini DAR, ROA, CR MBVA, dan JENIS

    sebagai variabel bebas (independent variable) dan DPR sebagai variabel terikat

    (dependent variable). Untuk menentukan tehnik analisis regresi data panel

    memakai tehnik fixed effect atau random effect, maka dilakukan uji Hausman

    (dapat dilihat dilampiran). Hasil uji Hausman untuk mengetahui tehnik yang

    digunakan, yaitu sebagai berikut :

    Ho : Random Effect

    Ha : Fixed Effect

    Hasil pengujian Hausman menghasilkan nilai P-Value = 0.163906 yang

    artinya, p-value>, Ho diterima (lihat di lampiran 5), jadi dalam pemilihan tehnik

    analisis regresi dalam pengujian ini digunakan tehnik random effect. Rangkuman

    hasil data dengan tehnik random effect ditunjukan pada tabel berikut:

    Tabel 4

    Hasil Uji Regresi Data Panel 2009-2010 (Random effect)

    Variabel Koefisiensi Standard Error b/St.Er. P[|Z|>z] Mean of X

    DAR -0.391 0.168 -3.097 0.020* 0.413

    ROA 0.547 0.278 1.966 0.049* 0.129

    CR -0.003 0.008 -0.412 0.680 2.796

    MBVA 0.0003 0.009 0.042 0.966 2.586

    JENIS 0.013 0.017 0.797 0.425 4.428

    keterangan: * Signifikan 5% (P-value < 0.05)

    Sumber : data sekunder yang diolah, 2012

    Bedasarkan tabel diatas, maka uji regresi data panel dari perusahaan sampel

    penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Hasil analisis untuk menduga pengaruh yaitu kebijakan dividen yang

    diproksikan oleh DAR terhadap kebijakan dividen yang diproksikan oleh DPR.

  • 21

    H1 dalam penelitian ini diterima karena DAR memiliki nilai signifikansi lebih

    kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan memiliki nilai koefisiensi negatif. Hasil

    yang diperoleh ini sesuai dengan penelitian terdahulu yaitu Nuringsih (2005),

    Dewi (2008), dan Sari (2010) yang menyebutkan bahwa DAR mempengaruhi

    DPR secara signifikan. Hal ini menunjukan bahwa apabila perusahaan memiliki

    tingkat utang yang tinggi maka dana yang dimiliki perusahaan akan digunakan

    untuk pembayaran kewajiban kepada kreditur terlebih dahulu daripada digunakan

    untuk pembayaran dividen kepada pihak investor.

    Bedasarkan tabel hasil analisis tersebut, pengujian dilakukan terhadap

    profitabilitas (ROA) diperoleh nilai signifikan lebih kecil dari nilai signifikansi

    0.05 dan memiliki nilai koefisien positif. Dengan demikian hipotesis H2 dalam

    penelitian ini diterima. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

    dividen. Hal ini dikarenakan bahwa profitabilitas (ROA) yang baik bisa

    membayar dividen atau meningkatkan dividen. ROA mengalami peningkatan

    karena laba yang dihasilkan (earning after tax) juga mengalami kenaikan, dengan

    begitu aliran kas yang masuk ke perusahaan juga mengalami peningkatan

    sehingga dana untuk mensejahterakan para pemegang saham melalui dividen juga

    meningkat, jadi perusahaan yang memiliki profitabilitas atau aliran kas yang baik

    bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal sebaliknya akan terjadi

    jika aliran kas atau profitabilitasnya tidak baik. Hasil analisis ini sesuai dengan

    penelitian sebelumnya bahwa penghasilan yang tinggi melalui aset yang dimiliki

    yang tercermin dari ROA menunjukan pengaruh positif terhadap kebijakan

    dividen (Puspita, 2009).

    Hasil pengolahan data juga menunjukan bahwa likuiditas perusahaan yang

    diproksikan oleh current ratio tidak memiliki nilai signifikan lebih besar dari nilai

    signifikansi 0.05, yang menunjukan bahwa hipotesis ditolak, artinya tidak ada

    pengaruh positif dan signifikan dari likuiditas terhadap dividen payout ratio.

    Current ratio menunjukan bahwa seberapa besar utang jangka pendek perusahaan

    dapat dijamin dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Investor ingin

    menginvestasikan sebagian dananya dengan mengharapkan keuntungan yang

  • 22

    didapat dalam jangka waktu yang panjang. Maka dari itu hal yang diperhatikan

    investor tidak hanya dengan kemampuan perusahaan membayar utang jangka

    pendeknya, melainkan kewajiban jangka panjangnya tentu juga menjadi perhatian

    bagi para investor. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Tarigan dan Sigiharto

    (2010) yang menyebutkan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan current ratio

    tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR). Hal ini

    mengindikasikan bahwa current ratio tidak dipertimbangkan dalam kebijakan

    manajemen mengeluarkan dividen.

    Pengujian selanjutnya dilakukan terhadap variabel kesempatan investasi

    yang diproksikan dengan Market to Book Value Asset. Dari hasil perhitungan

    analisis regresi data panelnya dapat diperoleh bahwa nilai signifikan lebih besar

    dari nilai signifikansi 0.05, yang berarti bahwa veriabel kesempatan investasi

    tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, maka H4 ditolak. Secara

    umum perusahaan sampel adalah perusahaan yang mapan yang sudah beroperasi

    dalam kurun waktu yang lama, sehingga walaupun perusahaan memiliki

    kesempatan investasi yang besar, perusahaan tidak akan mengubah atau

    mengurangi proporsi pembagian dividen karena telah memiliki banyak cadangan

    laba ditahan (retained earning). Hasil ini sesuai dengan penelitian Sari (2010)

    yang menyebutkan bahwa kesempatan investasi tidak berpengaruh negatif

    terhadap kebijakan dividen.

    Variabel jenis industri ternyata tidak memiliki pengaruh secara signifikan

    terhadap dividen payout ratio yang ditunjukan pada hasil analisis regresi data

    panel memiliki nilai signifikan diatas nilai signifikansi 0.05. Hal ini disebabkan

    karena variabel jenis industri diukur hanya bedasarkan kode jenis industri saja,

    tidak diklasifikasikan bedasarkan risiko atau hal-hal lain yang mempengaruhi

    masing-masing jenis industri tersebut. Variabel jenis industri ini diuji secara

    langsung tanpa memperhatikan variabel perantaranya yang mungkin bisa menjadi

    faktor pendukung dalam pengklasifikasian jenis industri oleh BEI, seperti risiko

    atau kondisi pasar dari masing-masing industri tersebut. Inilah yang mungkin

    membuat hasil regresinya menjadi tidak signifikan.

  • 23

    Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan

    Bedasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan

    terhadap permasalahan penelitian yang diajukan dengan sampel penelitian,

    dimana jumlah sampel yang digunakan yaitu 70 perusahaan yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia namun bukan perusahaan jenis industri perbankan dan

    keuangan lainnya, maka dapat ditarik kesimpulan:

    Variabel kebijakan utang (DAR) berpengaruh negatif signifikan terhadap

    kebijakan dividen (dividen payout ratio). Hal ini membuktukan bahwa

    apabila perusahaan memiliki utang yang tinggi cenderung akan

    membagikan dividen yang rendah karena perusahaan memiliki beban

    bunga yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh diprioritaskan

    kepada pihak kreditur daripada kesejahteraan pemegang saham.

    Variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh positif terhadap kebijakan

    dividen (DPR). Hal ini menunjukan bahwa perusahaan dapat membayar

    dividen yang lebih besar karena mengalami peningkatan profitabilitas

    perusahaan.

    Variabel likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri sama-sama

    tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR). Ini

    menunjukan bahwa likuiditas, kesempatan investasi, dan jenis industri

    tidak menjadi pertimbangan manajemen perusahaan dalam mengambil

    kebijakan pembayaran dividen.

    Keterbatasan dan Saran

    Keterbatasan dalam penelitian ini adalah variabel jenis industri diukur

    hanya dengan menggunakan kode masing-masing jenis industri saja, tidak

    menggunakan variabel perantaranya yang menjadi dasar pengklasifikasian jenis

  • 24

    industri tersebut. Untuk penelitian dengan variabel jenis industri selanjutnya diuji

    dengan menggunakan variabel perantaranya, seperti risiko masing-masing

    industri, kondisi pasar masing-masing industri dan lain sebagainya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anggara, Maulana Setya. Hubungan Biaya Keagenan, Resiko Pasar dan

    Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Dividen pada Perusahaan

    Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Fakultas

    Ekonomi Universitas Islam Indonesia: 2010

    Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan Edisi Revisi dilengkapi

    soal-jawab. Yogyakarta: ANDI

    Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F, 2001. Manajemen Keuangan Edisi

    ke-8 Terjemahan, Jakarta: Erlangga.

    Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Edisi

    ke-9 Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

    Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen

    Keuangan Edisi ke-10 Terjemahan. Salemba Empat: Jakarta

    Dewi, Christianty Sisca, Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan

    Konstitusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran

    Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Jurnal Bisnis Dan

    Akuntansi Vol. 10, No. I , April 2008, 47 58

    Guzarati, Damodar N. 2003. Basics Econometrics. Fourth Edition. New York:

    Mc Graw Hill.

    Nuringsih, Kartika Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan

    Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen

    Jurnal Akuntansi Keuangan Indonesia, 2005

    Puspita, Fira. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan

    Dividen Payout Ratio Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro:

    2009

  • Ruhimat, Mamat, dkk. 2008. Persiapan UN Geografi SMA/MA Bandung:

    Grafindo Media Pratama

    Sari, Ratih Fitria, Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan

    Utang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Kesempatan

    Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Fakultas Ekonomi

    Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 2010

    Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi 4.

    BPFE-UGM: Yogyakarta

    Suharli, Michell, Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set

    Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai

    Variabel Penguat Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei

    2007: 9-17

    Tarigan, Immi Fiska dan Sugiharto, Toto, Influence of ROI, Cash Ratio,

    Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA) and Earnings Pershare on

    Dividend Policy (House/Dividend Payout Ratio). Fakultas Ekonomi

    Universitas Gunadarma: 2010

    Warnida, Denny Yohana, Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Klasifikasi

    Industri, Pertumbuhan Dan Risiko Terhadap Leverage Perusahaan

    Publik Di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang:

    2009

    Wahidahwati, 2002, Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflicts: Analisis

    Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial. Penerimaan

    Risiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividend,

    Jurnal Simposium Nasional Akuntansi V, Hal: 601-625

    Widayanti, Rita, dkk. 2009. Manajemen Keuangan Edisi ke-2. Salatiga:

    Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

  • www.idx.co.id

    http://sahamok.com/pasar-modal/emiten/daftar-perusahaan-publik-terbuka-tbk-

    emiten-bei-bursa-efek-indonesia/

    http://www.duniainvestasi.com/bei/

    http://pedagangsaham.com/index.php?option=com_content&view=article&id=104&Ite

    mid=21