sipongi.menlhk.go.idsipongi.menlhk.go.id/cms/images/files/193.pdfhutan dan lingkungan hidup yang...
TRANSCRIPT
-
1 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Kondisi Umum
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki hutan tropis yang luas dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat tinggi dan karenanya berperan penting bagi dunia dalam menjaga stabilitas ekosistem global. Dalam kaitan itu, Pemerintah Indonesia dalam mengelola hutan, tidak hanya berorientasi pada nilai ekonomi kayu semata, melainkan berkenaan pula dengan keseluruhan ekosistem hutan dengan beragam fungsinya. Tujuannya tiada lain adalah untuk memberikan manfaat yang optimal, baik lingkungan, sosial maupun ekonomi bagi kehidupan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, sekaligus berpartisipasi aktif dalam mengurangi dampak dari perubahan iklim sebagai bentuk tanggungjawab global.
Sekarang ini, Pemerintah Indonesia telah melakukan peninjauan ulang kebijakan dan menempuh langkah-langkah korektif (Corrective Actions) untuk meningkatkan pengelolaan hutan beserta ekosistemnya secara berkelanjutan. Peninjauan ulang kebijakan dimaksud salah satunya adalah mencegah kejadian kebakaran hutan dan lahan serta mengatasi pengaruh negatifnya pada lingkungan, kesehatan, transportasi dan pertumbuhan ekonomi. Peninjauan ulang kebijakan tersebut merupakan reorientasi strategis menuju pengelolaan hutan dan lingkungan hidup yang lebih bijaksana pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal itu, perlu ditumbuhkan komitmen yang kuat dari para pihak terkait akan pentingnya mencegah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia dari tahun 2015-2019 memiliki keterkaitan dengan perubahan iklim, baik sebagai dampak maupun salah satu penyebab perubahan iklim. El Nino sebagai salah satu fenomena perubahan iklim menjadikan kondisi kondusif bagi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Sementara itu, sebagai dampak lanjutan dari terbakarnya biomas tegakan hutan, semak dan seresah akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap tahun adalah terlepasnya gas rumah kaca CO2 dan CH4 di atmosfer. Selain sebagai salah satu penyebab perubahan iklim, kebakaran hutan dan lahan berdampak terhadap penurunan fungsi hutan sebagai pelindung keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, produktifitas tanah, tata air dan nilai ekonomi hutan; aspek sosial-ekonomi masyarakat, seperti terganggunya kesehatan masyarakat (khususnya gangguan pernapasan) dan transportasi darat, air maupun udara; dan terganggunya hubungan politik dengan negara-negara ASEAN akibat asap lintas batas Negara. Dalam hubungan internasional, Pemerintah Indonesia juga memiliki komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mencegah asap lintas batas negara akibat kebakaran hutan dan lahan.
Upaya untuk mencapai harapan di atas, salah satunya yaitu diawali dengan penyusunan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan tahun 2020-2024. Renstra dimaksud adalah untuk memenuhi amanah dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : P.63/MENLHK/SETJEN/SET.1/10/2019, tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020-2024. Dalam proses penyusunannya selain memperhatikan hasil evaluasi capaian kinerja periode 2015-2019 dan juga hasil diskusi dan pembahasan yang intensif. Dengan melalui proses tersebut, diharapkan Renstra Direktorat PKHL tahun 2020-2024 semakin berkualitas, rencana dan program yang terkandung didalamnya diharapkan akan mampu diimplementasikan dengan baik.
-
2 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
40.197
146.26
4
37.909
30.616
39.463
9.88
0 28.474
34.789
19.353
31.784
21.929
3.91
5
2.58
1
4.61
3
8.94
4
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Hotspot Tahun 2005 - 2019
Jumlah Hotspot
Memasuki tahun terakhir pelaksanaan Renstra 2015-2019, Direktorat PKHL telah melakukan berbagai upaya-upaya untuk meningkatkan efektifitas dan jangkauan dalkarhutla hingga tingkat tapak, melalui kegiatan pencegahan yang melibatkan peran aktif seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, sehingga tercipta sinergisitas program dalkarhutla dari tingtkat pusat hingga tingkat daerah. Dengan data-data yang dimiliki oleh Direktorat PKHL, hasil capaian kinerja Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan selama periode 2015-2019 adalah sebagai berikut: a. Penurunan Jumlah Hotspot (titik panas)
Titik Panas atau Hotspot adalah istilah untuk sebuah pixel yang memiliki nilai temperatur di atas ambang batas (treshold) tertentu dari hasil interpretasi citra satelit, yang dapat digunakan sebagai indikasi kejadian kebakaran hutan dan lahan. Direktorat PKHL dalam pemantauan hotspot menggunakan data dari Satelit NOAA dan Satelit TERRA/AQUA (NASA) dengan confidence level ≥80%.
Tren Hotspot selama tahun 2005-2019 disajikan pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1. Jumlah Hotspot di Indonesia Tahun 2005 - 2019 (Data jumlah hotspot dari
satelit NOAA dengan Confidence Level > 80%)) Pada gambar di atas, tampak bahwa jumlah hotspot dari tahun 2005 – 2019 setiap
tahun berfluktuasi, namun secara umum mengalami penurunan. Trend penurunan jumlah hotspot dari tahun 2015 – 2019 menunjukan bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan melalui kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan dilapangan cukup efektif untuk menekan laju peningkatan jumlah Hotspot di Indonesia.
-
3 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
21.929
3.9152.581
4.613
8.944
2015 2016 2017 2018 2019
Hotspot Periode Tahun 2015 -2019
Jumlah Hotspot (Data jumlah hotspot darisatelit NOAA dengan Confidence Level >80%).
58.890
24.856
8.396
Periode 2005-2009 Periode 2010-2014 Periode 2015-2019
Rata-rata Jumlah Hotspot
Baseline / Rerata Jumlah Hotspot
70.971
3.844 2.4409.245
29.340
2015 2016 2017 2018 2019
Hotspot Periode Tahun 2015 -2019
Jumlah Hotspot (Data jumlah hotspot darisatelit Terra/Aqua dengan Confidence Level >80%).
Gambar 1.2. Rata-rata Jumlah Hotspot Per Periode (Data jumlah hotspot dari satelit NOAA dengan Confidence Level > 80%).
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa rerata jumlah hotspot pada periode 2015-2019 sebesar 8.396 hotspot menunjukan penurunan rerata jumlah hotspot periode sebelumnya yaitu 2010-2014 (24.856 hotspot) dan periode 2005-2009 (58.890 hotspot), hal tersebut sebagai bukti keberhasilan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang telah dilaksanakan selama periode 2015-2019
Gambar 1.3. Jumlah Hotspot di Indonesia Periode Tahun 2015 - 2019
Pada gambar di atas, jumlah hotspot untuk periode tahun 2015 - 2019 tertinggi terjadi pada tahun 2015, kemudian mengalami penurunan dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2016 dan 2017, dan kembali mengalami kenaikan dua tahun berturut-turut pada tahun 2018 dan 2019, namun demikian kenaikan jumlah hotspot pada tahun 2019 masih di bawah jumlah Hotspot pada tahun 2015. Salah satu faktor penyebab jumlah hotspot tertinggi tahun 2015 adalah terjadinya El Nino di sejumlah provinsi rawan karhutla di Indonesia terutama di Pulau Kalimantan dan Sumatera dan Fenomena El Nino kembali
-
4 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
terjadi pada tahun 2019 sehingga menyebabkan jumlah hotspot pada tahun 2019 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya tetapi masih dibawah tahun 2015.
Tabel 1.1. Baseline / Rerata jumlah hotspot pada Provinsi Rawan 1 Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia
No. Provinsi
Rerata Jumlah Hotspot (HS ) Persentase Penurunan
(%) Periode Tahun
2005-2009 Periode Tahun
2010-2014 Periode Tahun
2015-2019 1. Sumatera Utara 2.078 871 146 83% 2. Riau 10.005 3.902 1.405 64% 3. Jambi 2.996 1.395 1.322 5% 4. Sumatera Selatan 7.009 3.581 3.577 0% 5. Kalimantan Barat 11.104 4.335 1.992 54% 6. Kalimantan Tengah 10.945 3.395 4.049 -19% 7. Kalimantan Selatan 1.925 888 632 29% 8. Kalimantan Timur 2.787 1.573 878 44%
Berdasarkan tabel di atas, provinsi Rawan 1 yang mengalami penurunan rerata
hotspot terbesar adalah Sumatera Utara yaitu 83% dibanding rerata periode sebelumnya 2010-2014, hal ini menunjukan kegiatan pencegahan yang dilaksanakan di lapangan berjalan dengan efektif karena adanya sinergi yang baik dalam rangka upaya pencegahan karhutla yang dilakukan oleh berbagai pihak terkait, baik instansi pusat maupun daerah, TNI dan POLRI. Sedangkan jumlah baseline hotspot yang mengalami peningkatan adalah Kalimantan Tengah sebesar 19%, hal ini disebabkan adanya El Nino dan hari tanpa hujan yang panjang dari 30 hari menjadi 120 hari yang terjadi pada tahun 2015 dan 2019
Gambar 1.4. Rerata Hotspot Bulanan di 8 Provinsi Periode Tahun 2015 – 2019
0
200
400
600
800
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Rerata Hotspot Bulanan Periode 2015-2019
Sumut Riau Jambi Sumsel
Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim
-
5 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
2.611.411
438.363165.484
529.267
1.649.258
2015 2016 2017 2018 2019
Tabel 1.2. Rerata jumlah hotspot Bulanan Periode 2015-2019 di 8 Provinsi Rawan 1 Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia
No Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 1 Sumut 9 22 16 9 7 18 36 28 16 11 1 1 2 Riau 32 58 72 21 24 35 135 150 128 27 2 4 3 Jambi 21 6 4 3 14 17 94 113 183 59 5 3 4 Sumsel 8 6 7 5 16 25 90 152 429 281 55 3 5 Kalbar 11 29 30 9 17 22 116 742 634 54 8 5 6 Kalteng 12 15 10 5 7 14 77 267 660 281 29 3 7 Kalsel 3 0 1 0 2 2 12 59 186 124 15 2 8 Kaltim 22 27 25 15 10 5 28 104 236 203 18 11
Berdasarkan gambar dan table di atas, menunjukan bahwa tren jumlah hotspot
bulanan periode 2015-2019, khususnya pada provinsi-provinsi rawan kebakaran hutan (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalteng, Kalbar, Kalsel, dan Kaltim) setiap tahun menunjukan peningkatan jumlah hotspot pada 2 (dua) periode waktu, yaitu periode peningkatan hotspot pertama adalah pada Bulan Februari-Maret dan periode kedua pada Bulan Juli-September. Provinsi yang terjadi peningkatan jumlah hotspot sebanyak 2 (dua) periode waktu dalam satu tahun adalah Provinsi Sumut, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng dan Kaltim, sedangkan provinsi Sumsel dan Kalsel memiliki satu periode peningkatan jumlah hotspot yaitu bulan Juli – September.
Melihat kecenderungan peningkatan hotspot pada periode-periode tersebut di atas, maka untuk Provinsi Sumut, Riau, Jambi, Kalbar, Kalteng dan Kaltim sudah harus bersiap siaga lebih awal dalam pengendalian kebakaran hutan yaitu sejak bulan Januari. Sedangkan untuk provinsi lain selambat-lambatnya bulan Mei. b. Penurunan Luas Kebakaran Hutan dan Lahan.
Luas Kebakaran Hutan dan Lahan (karhutla) periode tahun 2015-2019 berdasarkan Hasil Penghitungan dengan Citra Satelit Landsat disajikan pada gambar berikut:
Sumber : Sipongi.menlhk.go.id
Gambar 1.5 : Luas Kebakaran Hutan dan Lahan selama tahun 2015-2019 dalam hektar
-
6 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan ProduksiTerbatas
Hutan Produksi Hutan ProduksiKonservasi
ArealPenggunaan Lain
Mineral Gambut
Luas karhutla tertinggi terjadi pada tahun 2015, selanjutnya tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2018 dan tahun 2019 luas kebakaran hutan dan lahan meningkat kembali tetapi masih di bawah luas kebakaran pada tahun 2015.
Terjadinya peningkatan luas karhutla pada tahun 2019 dipengaruhi berbagai faktor yaitu antara lain : (1) terjadinya El Nino di sejumlah provinsi rawan karhutla di Indonesia; (2) Hari tanpa hujan yang Panjang dari 30 hari menjadi 120 hari; (3) Adanya pergerakan uap panas dari Pasifik ke Asia Tenggara khususnya di kontinental Indonesia (Pulau Kalimantan dan Sumatera); (4) Pola pembukaan lahan/ pembersihan lahan oleh perorangan/ perusahaan yang belum seragam polanya secara menyeluruh; (5) penumpukan bahan bakaran sejak tahun 2015; (6) Sulitnya sumber air untuk melakukan pemadaman; (7) kesiapsiagaan dari semua pihak yang belum optimal.
Sebagai gambaran bahwa kejadian karhutla di tahun 2019 dengan luasan 1.649.258 Ha tersebut, terdiri atas kebakaran lahan Mineral seluas 1.111.832 hektar (69,84%) dan kebakaran Gambut seluas 480.178 (30,16%), baik yang terjadi dalam kawasan hutan maupun pada Areal Penggunaan Lain (APL), dengan rincian sebagai berikut.
Sumber : Data Diolah dari LKJ KLHK 2019
Gambar 1.6 : Luas karhutla yang terjadi dalam Kawasan Hutan dan APL pada tahun 2019
Untuk mengatasi akibat buruk kebakaran hutan dan lahan, pemerintah telah
meningkatkan kembali intensitas dan efektivitas pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan dengan upaya-upaya : (1) menekankan pentingnya sistem pencegahan berupa sistem peringatan dini dan deteksi dini (early warning and detection system); (2) pemberian penghargaan bagi yang berhasil mencegah kebakaran dan hukuman bagi pelaku-pelaku yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (reward and punishment) ; (3) meningkatkan pemantauan lapangan dengan patrol terpadu dan dukungan untuk operasi-operasi udara; mengembangkan teknik pembukaan lahan tanpa bakar bagi masyarakat; (4) sosialisasi dan penyuluhan dalam rangka penyadartahuan masyarakat; (5) meningkatkan kapasitas Regu Pemadam (Manggala Agni, Brigade Pengendalian Karhutla, Masyarakat Peduli Api) (6) penegakan hukum dan tata kelola hutan dan lahan yang efektif serta kapasitas pengendalian karhutla; (7) koordinasi dan sinergi antar lembaga-lembaga pemerintah pusat dan daerah yang baik (8) meminta semua unsur
-
7 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
masyarakat untuk memainkan peran dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan serta dukungan nyata dari dunia usaha/swasta, akademisi, LSM/ aktivis dan pihak-pihak berkepentingan lainnya pada pengelolaan lahan gambut.
c. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Pengendalian Kebakaran Hutan
Kementerian LHK memiliki anggota Manggala Agni yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus di bidang pengendalian karhutla, saat ini jumlah anggota Manggala Agni sebanyak 1.875 orang yang tersebar di 34 Daerah Operasi di 12 provinsi. Manggala Agni di lapangan melakukan operasi rutin berupa patroli pencegahan, kampanye pencegahan dan sosialisasi kepada masyarakat, pengecekan kondisi lapangan, pemantauan hotspot dan groundcheck, selain Manggala Agni diperlukan peran dari masyarakat dan pihak lain dalam mendukung upaya dalkarhutla, melalui penguatan SDM Dalkarhutla.
Untuk mendukung tersedianya sumber daya manusia yang handal dalam bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan serta mendukung pelaksanaan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di lapangan, maka perlu dilaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam bidang dalkarhutla.
Peningkatan Kapasitas sumberdaya manusia Dalkarhutla ditujukan untuk setiap pelaksana teknis Dalkarhutla, terutama anggota Manggala Agni, Brigdalkarhutla pada Satuan Kerja Dalkarhutla Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Brigdalkar Unit Pengelolaan, dan Masyarakat. Peningkatan Kapasitas sumberdaya manusia Dalkarhutla dilakukan melalui : 1. Pendidikan dan pelatihan, yang meliputi bidang: pemberdayaan masyarakat,
penyadartahuan atau kampanye pencegahan, teknis pencegahan karhutla, teknis pemadaman karhutla, penanganan pasca kebakaran, dukungan evakuasi dan penyelamatan, dukungan manajemen dan manajemen dalkarhutla.
2. Pembekalan (in-house training dan on-the job training), yaitu berupa pelatihan singkat keterampilan di bidang Dalkarhutla.
3. Bimbingan teknis, yaitu berupa peningkatan keterampilan melalui bimbingan/pendampingan.
4. Pembinaan lainnya, yaitu berupa penyampaian materi khusus, antara lain norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK), protap, etos kerja, jiwa korsa, teknik-teknik Dalkarhutla lainnya
Jumlah SDM Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan baik Manggala Agni maupun
Masyarakat Peduli Api yang ditingkatkan kapasitasnya dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 secara berturut turut yaitu: 1.339 orang pada tahun 2015; 3,949 orang pada tahun 2016; 2,277 orang pada tahun 2017; 4,143 orang pada tahun 2018 dan 4,290 orang pada tahun 2019 (Sumber Dokumen LCR Dit. PKHL Tahun 2019).
Adapun rekapitulasi hasil capaian kinerja peningkatan kapasitas sumber daya pengendalian kebakaran hutan tahun 2015-2019 sebagai berikut: Tabel 1.3. Rekapitulasi Hasil Capaian Kinerja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Pengendalian
Kebakaran Hutan tahun 2015-2019 KINERJA KEGIATAN
Target 2015
Realisasi 2015
Target 2016
Realisasi 2016
Target 2017
Realisasi 2017
Target 2018
Realisasi 2018
Target 2019
Realisasi 2019 Sasaran
Kegiatan
Indikator Kinerja
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Terjaminnya efektivitas dan jangkauan pengendalian karhutla
Jumlah SDM Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
1.000 org (komulatif)
1.339 org
2.000 org (komulatif)
5.288 orang (kumulatif)
3.000 org (komulatif)
7.565 Org (kumulatif)
4.000 org (komulatif)
11.708org
(kumulatif)
5.000 org (komulatif)
15.998 org
(komulatif)
-
8 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
KINERJA KEGIATAN
Target 2015
Realisasi 2015
Target 2016
Realisasi 2016
Target 2017
Realisasi 2017
Target 2018
Realisasi 2018
Target 2019
Realisasi 2019 Sasaran
Kegiatan
Indikator Kinerja
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
yang ditingkatkan kapasitasnya (Manggala Agni dan MPA) sebanyak 5.000 Orang
d. Jumlah Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Pada Kesatuan Pengeolaan Hutan (KPH)
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dibentuk agar pengelolaan hutan dapat dijalankan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya sehingga dapat dikelola secara efisien dan lestari. Kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan di dalam KPH meliputi: 1) tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, 2) pemanfaatan hutan dalam hal pemantauan dan pengendalian terhadap pemegang ijin, 3) pemanfaatan hutan di wilayah tertentu, 4) rehabilitasi hutan dan reklamasi dan 5) perlindungan hutan dan konservasi alam. Di dalam perlindungan hutan terdapat juga kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, berdasarkan Peraturan Menteri LHK nomor 32 tahun 2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan memandatkan agar KPH membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
Berdasarkan hasil evaluasi capaian Renstra Direktorat PKHL tahun 2015-2019 yang tertuang dalam dokumen Laporan Capaian Renja (LCR) tahun 2019 disebutkan bahwa sampai dengan tahun 2017 telah terbentuk 69 Brigdalkarhutla dari target pembentukan Brigdalkarhutla di KPH yaitu sebanyak 50 Brigdalkarhutla pada tahun 2019, sehingga target jangka menengah untuk pembentukan Brigade telah dapat dipenuhi sejak tahun 2017.
Adapun rekapitulasi hasil capaian kinerja peningkatan kapasitas sumber daya pengendalian kebakaran hutan tahun 2015-2019 sebagai berikut: Tabel 1.4. Rekapitulasi Hasil Capaian Kinerja Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan
tahun 2015-2019 KINERJA KEGIATAN
Target 2015
Realisasi 2015
Target 2016
Realisasi 2016
Target 2017
Realisasi 2017
Target 2018
Realisasi 2018
Target 2019
Realisasi
2019 Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Terjaminnya efektivitas dan jangkauan pengendalian karhutla
Jumlah brigade Pengendalian Kebakaran Hutan pada kesatuan pengeolaan hutan (KPH) yang difasilitasi pembentukannya di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi sebanyak 50 Brigade
20 (kumulatif)
24 30 (kumulatif)
34 (kumulatif)
40 (kumulatif)
64 (kumulatif)
45 (kumulatif)
69 (kumulatif)
50 (kumulatif
69 (kumulatif
)
-
9 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
KINERJA KEGIATAN
Target 2015
Realisasi 2015
Target 2016
Realisasi 2016
Target 2017
Realisasi 2017
Target 2018
Realisasi 2018
Target 2019
Realisasi
2019 Sasaran Kegiatan
Indikator Kinerja
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian pembentukan Brigade
Dalkarhutla pada KPH, terdapat beberapa kendala antara lain: 1. Organisasi KPH merupakan organisasi baru dengan jumlah SDM, sarpras dan dukungan
anggaran yang terbatas, khususnya untuk kegiatan pengendalian kebakaran hutan. 2. Anggota Brigdalkarhut sebaiknya berjumlah 15 orang per regu, namun dengan
keterbatasan SDM yang ada pada KPH, maka terdapat beberapa regu Brigdalkarhut yang jumlah anggotanya kurang dari 15 orang/regu.
Upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu: 1. Melakukan pembinaan khususnya terkait pengendalian kebakaran hutan pada KPH
tersebut sehingga mencapai kondisi SDM pada regu Brigdalkarhut yang ideal. 2. Meningkatkan kapasitas SDM Dalkarhutla di KPH melalui kegiatan pelatihan untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan pengendalian kebakaran hutan di KPH, khususnya pada KPH yang telah mempunyai regu Brigdalkarhut.
3. Mendorong agar penganggaran untuk dalkarhut di KPH yang rawan kebakaran hutan agar lebih ditingkatkan, melalui koordinasi dengan Ditjen PHPL.
Secara umum capaian kinerja kegiatan dalkarhutla pada tahun 2015-2019 telah kami
sajikan dalam lampiran dokumen Renstra Direktorat PKHL tahun 2020-2024. 1.2. Potensi dan Permasalahan
Di dalam menjalankan sebuah organisasi, seluruh proses dan strategi difokuskan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan strategi-strategi yang diperlukan guna mewujudkan tujuan sekaligus memajukan organisasi. Strategi tersebut dapat dirumuskan melalui analisis terhadap potensi yang dimiliki serta permasalahan yang dihadapi sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat di dalam memecahkan masalah dan menentukan arah kebijakan yang tepat sasaran. Berdasarkan hal tersebut, maka di dalam penyusunan Renstra Direktorat PKHL tahun 2020-2024 perlu didukung dengan adanya analisis potensi dan permasalahan Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 1.5. Potensi dan Permasalahan Direktorat PKHL
INTERNAL EKSTERNAL KEKUATAN PELUANG 1. Dukungan anggaran kegiatan
dalkarhutla yang mencukupi. 2. Regulasi terkait pengendalian kebakaran
hutan dan lahan yang sudah tersedia
1. Perubahan struktur organisasi Direktorat PKHL yang baru
2. Adanya kemitraan dan bantuan internasional di bidang dalkarhutla khususnya penanganan asap lintas batas
-
10 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
3. Perangkat sistem monitoring peringatan dan deteksi deteksi dini yang semakin baik.
4. Teridentifikasinya desa-desa rawan kebakaran hutan dan lahan di provinsi rawan karhutla sehingga memudahkan penentuan sasaran kegiatan pencegahan karhutla secara terpadu.
3. Terwujudnya peningkatan kerjasama nasional dan internasional dalam kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
4. Dukungan stakeholders yang semakin membaik dalam upaya penanganan karhutla
5. Terdapat potensi sumber dana di daerah seperti DBH-DR, DAK, DEKON dan Dana Desa untuk mendukung kegiatan pengendalian karhutla.
KELEMAHAN ANCAMAN 1. Kurangnya jumlah SDM di lingkup Dit.
PKHL yang professional di bidang pengendalian kebakaran Hutan dan Lahan.
2. Keterlibatan Masyarakat Peduli Api dalam mendukung Manggala Agni dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan masih belum mandiri.
3. Dukungan sarana prasarana dalkarhutla yang belum memadai
4.
1. Kebakaran merupakan salah satu penyebab degradasi hutan yang melepaskan banyak CO2, yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca dan pemicu perubahan iklim
2. Pembukaan lahan untuk kegiatan non-kehutanan secara masif yang masih menggunakan api di dalam penyiapan lahannya termasuk di lahan gambut
3. Belum semua stakeholders menjadikan pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagai agenda prioritas.
4. Beberapa lokasi yang berada di dalam wilayah provinsi rawan karhutla masih ada yang blank spot atau tidak ada sinyal jaringan telepon seluler sama sekali, sehingga kecepatan mobilisasi SDM dan sarpras dalkarhutla tidak berjalan optimal.
5. Masih adanya persepsi yang menganggap bahwa kebakaran hutan dan lahan bukan suatu kejahatan yang mempengaruhi kegiatan pengendalian karhutla serta penegakan hukum.
6. Peran kelembagaan pengendalian kebakaran hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan (khususnya Hutan Produksi dan Hutan Lindung) belum maksimal, sehingga perlu dorongan untuk percepatan penguatan kelembagaan.
7. Setelah Daops Manggala Agni pengelolaannya dialihkan dari Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem ke Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim, UPT lingkup Ditjen KSDAE sebagai pemangku kawasan konservasi belum seluruhnya membentuk Brigdalkarhut untuk menggantikan peran Daops Manggala Agni melakukan upaya pengendalian kebakaran hutan di kawasan konservasi.
8. Penegakan hukum terkait kasus kebakaran hutan dan lahan yang masih rendah.
-
11 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
9. Dukungan Pemda dan instansi terkait dalam rangka PLTB masih minim.
10. Dalam hal pemadaman dini, dukungan pendanaan dari pemerintah daerah masih sangat terbatas, selama ini ketersediaan dana di tingkat Provinsi hanya dapat dikeluarkan pada saat status darurat padahal kegiatan pemadaman akan lebih utama pada saat api masih kecil dan pada saat tersebut belum memasuki kondisi darurat.
1.3. Struktur Organisasi
1.3.1. Tingkat Pusat
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan, koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan teknis, dan supervisi pelaksanaan urusan di daerah bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Dalam melakanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang perencanaan, pencegahan, penanggulangan, sistem
kemitraan dan masyarakat peduli api, tenaga dan sarana prasarana di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan, pencegahan, penanggulangan, sistem kemitraan dan masyarakat peduli api, tenaga dan sarana prasarana di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
c. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang perencanaan, pencegahan, penanggulangan, sistem kemitraan dan masyarakat peduli api, tenaga dan sarana prasarana di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang perencanaan, pencegahan, penanggulangan, sistem kemitraan dan masyarakat peduli api, tenaga dan sarana prasarana di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
e. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang perencanaan, pencegahan, penanggulangan, sistem kemitraan dan masyarakat peduli api, tenaga dan sarana prasarana di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
f. pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan urusan perencanaan, pencegahan, penanggulangan, sistem kemitraan dan masyarakat peduli api, tenaga dan sarana prasarana di bidang pengendalian kebakaran hutan dan lahan di daerah; dan
g. pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Direktorat PKHL terdiri dari:
a. Subdirektorat Perencanaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, yang terdiri atas
Seksi Program Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dan Seksi Evaluasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
-
12 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Subdirektorat Perencanaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan menyelenggarakan fungsi : - penyiapan bahan perumusan kebijakan perencanaan dan evaluasi pengendalian
kebakaran hutan dan lahan; - penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan perencanaan dan evaluasi pengendalian
kebakaran hutan dan lahan; - penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria perencanaan
dan evaluasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan; - pemberian bimbingan teknis, evaluasi pemberian bimbingan teknis, dan supervisi
atas pelaksanaan urusan perencanaan dan evaluasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan di daerah.
b. Subdirektorat Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan, yang terdiri atas Seksi Keteknikan Pencegahan Kebakaran dan Seksi Kampanye Pencegahan Kebakaran.
Subdirektorat Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan menyelenggarakan fungsi : - penyiapan bahan perumusan kebijakan pengembangan keteknikan, kampanye,
penyadartahuan, dan peningkatan kapasitas pencegahan, dan pengurangan resiko kebakaran hutan dan lahan;
- penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan pengembangan keteknikan, kampanye, penyadartahuan, dan peningkatan kapasitas pencegahan, dan pengurangan resiko kebakaran hutan dan lahan;
- penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengembangan keteknikan, kampanye, penyadartahuan, peningkatan kapasitas pencegahan, dan pengurangan resiko kebakaran hutan dan lahan;
- pemberian bimbingan teknis, evaluasi pemberian bimbingan teknis, dan supervisi atas pelaksanaan urusan pengembangan keteknikan, kampanye, penyadartahuan, dan peningkatan kapasitas pencegahan, dan pengurangan resiko kebakaran hutan dan lahan di daerah.
c. Subdirektorat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan, yang terdiri atas Seksi
Sistem Peringatan dan Deteksi Dini; dan Seksi Pemadaman dan Penanganan Pasca Kebakaran.
Subdirektorat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan menyelenggarakan fungsi: - penyiapan bahan perumusan kebijakan pengembangan sistem peringatan dini,
deteksi dini, pemadaman dini, penanganan pasca, serta fasilitasi bantuan operasional evakuasi/penyelamatan kebakaran hutan dan lahan;
- penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan pengembangan sistem peringatan dini, deteksi dini, pemadaman dini, penanganan pasca, serta fasilitasi bantuan operasional evakuasi/penyelamatan kebakaran hutan dan lahan;
- penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengembangan sistem peringatan dini, deteksi dini, pemadaman dini, penanganan pasca, serta fasilitasi bantuan operasional evakuasi/penyelamatan kebakaran hutan dan lahan;
- pemberian bimbingan teknis, evaluasi pemberian bimbingan teknis, dan supervisi atas pelaksanaan urusan pengembangan sistem peringatan dini, deteksi dini, pemadaman dini, penanganan pasca, serta fasilitasi bantuan operasional evakuasi/penyelamatan kebakaran hutan dan lahan di daerah.
d. Subdirektorat Sistem Kemitraan dan Masyarakat Peduli Api, yang terdiri atas Seksi
Kemitraan Pengendalian Kebakaran dan Seksi Masyarakat Peduli Api.
Subdirektorat Sistem Kemitraan dan Masyarakat Peduli Api menyelenggarakan fungsi :
-
13 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
- penyiapan bahan perumusan kebijakan sistem kemitraan dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan hutan, pemegang hak, pemegang izin pemanfaatan hutan dan pemegang izin penggunaan kawasan hutan serta masyarakat peduli api;
- penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan sistem kemitraan dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan hutan, pemegang hak, pemegang izin pemanfaatan hutan dan pemegang izin penggunaan kawasan hutan serta masyarakat peduli api;
- penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria sistem kemitraan dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan hutan, pemegang hak, pemegang izin pemanfaatan hutan dan pemegang izin penggunaan kawasan hutan serta masyarakat peduli api;
- pemberian bimbingan teknis, evaluasi pemberian bimbingan teknis, dan supervisi atas pelaksanaan urusan sistem kemitraan dengan pemerintah daerah, pengelola kawasan hutan, pemegang hak, pemegang izin pemanfaatan hutan dan pemegang izin penggunaan kawasan hutan serta masyarakat peduli api di daerah.
e. Subdirektorat Tenaga dan Sarana Prasarana yang terdiri atas Seksi Tenaga
Pengendalian Kebakaran dan Seksi Sarana Prasarana Pengendalian Kebakaran.
Subdirektorat Tenaga dan Sarana Prasarana menyelenggarakan fungsi : - penyiapan bahan perumusan kebijakan tenaga, sarana, dan prasarana pengendalian
kebakaran hutan dan lahan; - penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan pemenuhan ketersediaan, peningkatan
kompetensi, dan pendayagunaan tenaga dan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
- penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pemenuhan ketersediaan, peningkatan kompetensi, dan pendayagunaan tenaga dan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
- pemberian bimbingan teknis, evaluasi pemberian bimbingan teknis, dan supervisi atas pelaksanaan urusan pemenuhan ketersediaan, peningkatan kompetensi, dan pendayagunaan tenaga dan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan di daerah.
f. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, dan pelaporan Direktorat. Subbagian Tata Usaha secara administratif dan fungsional dibina oleh Kepala Subdirektorat Sistem Kemitraan dan Masyarakat Peduli Api.
-
14 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Struktur organisasi Direktorat PKHL disajikan pada gambar berikut:
Gambar 1.7. Struktur Organisasi Direktorat PKHL
1.3.2. Tingkat UPT Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.13/MENLHK-II/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang perubahan iklim dan kebakaran hutan dan lahan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.
Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan, mempunyai
tugas melaksanakan fasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam kemampuan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) di daerah, serta evaluasi dan pelaporan rencana aksi daerah dalam penurunan Gas Rumah Kaca.
Seksi Sarana dan Prasarana
Dalkar
Subdirektorat Perencanaan Dalkarhutla
Seksi Evaluasi Dalkar
Seksi Program Dalkar
Seksi Sistem Kemitraan
Dalkar
Seksi Masyarakat Peduli Api
Seksi Tenaga Dalkar
Seksi Keteknikan Pencegahan Kebakaran
Seksi Peringatan dan Deteksi Dini
Seksi Kampanye
Pencegahan Kebakaran
Seksi Pemadaman dan
Penanganan Pasca Kebakaran
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim
Sub Bagian Tata Usaha
Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Subdirektorat Pencegahan
Karhutla
Subdirektorat Penanggulangan
Karhutla
Subdirektorat Kemitraan dan
MPA
Subdirektorat Tenaga dan
Sarana Prasarana
Kelompok Jabatan
Fungsional
-
15 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Dalam melaksanakan tugas, Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan mitigasi perubahan iklim
dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan; b. Pelaksanaan evaluasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan pencegahan kebakaran
hutan dan lahan; c. Fasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam adaptasi, mitigasi, pencegahan kebakaran
hutan dan lahan, serta inventarisasi gas rumah kaca; d. Pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis adaptasi, mitigasi dan pencegahan
kebakaran hutan dan lahan; e. Fasilitasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan; f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
Struktur organisasi Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan terdiri dari : a. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan pengurusan administrasi persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan dan rumah tangga.
b. Seksi Program dan Evaluasi Seksi Program dan Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rencana, kegiatan, anggaran, Kerjasama, pengumpulan dan analisis data, statistik, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta kehumasan.
c. Seksi Perubahan Iklim Seksi Perubahan Iklim mempunyai tugas penyiapan bahan penyusunan rencana adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, peningkatan kapasitas daerah dalam adaptasi, mitigasi, inventarisasi Gas Rumah Kaca serta
d. Seksi Kebakaran Hutan dan Lahan Seksi Kebakaran Hutan dan Lahan mempunyai tugas penyiapan bahan penyusunan rencana, fasilitasi peningkatan kapasitas daerah, sosialisasi dan bimbingan teknis pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta fasilitasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
-
16 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Gambar 1.8. Struktur Organisasi Balai PPIKHL
1.3.3. Tingkat Operasional
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Nomor:
P.3/PPI/SET/KUM.1/4/2020 Tentang Organisasi dan Wilayah Kerja Manggala Agni yang disebut Manggala Agni disingkat MA adalah lembaga/ organisasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang mempunyai tugas dan fungsi pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran, dukungan evakuasi dan penyelamatan, serta dukungan menajemen yang dibentuk dan menjadi tanggung jawab Menteri. Berdasarkan tingkatannya, Manggala Agni terdiri dari : a. Manggala Agni Pusat adalah organisasi pelaksana operasional dalkarhutla yang dipimpin
oleh Direktur dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal. b. Manggala Agni Regional adalah organisasi pelaksana operasional dalkarhutla di tingkat
regional yang dipimpin oleh Kepala Balai Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.
c. Menggala Agni Regional menyelenggarakan fungsi fasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam pencegahan dan penanggulangan karhutla di wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala Manggala Regional dalam menjalankan tugas operasional dalkarhutla dibantu oleh : 1) Sekretaris Manggala Agni Regional, dijabat oleh Kepala Seksi Karhutla pada Balai 2) Koordinator Provinsi Manggala Agni Daops 3) Kepala Manggala Agni Daops
-
17 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
d. Manggala Agni Daerah Operasi yang selanjutnya disebut Manggala Agni Daops adalah organisasi pelaksana operasional dalkarhutla yang dipimpin oleh Kepala Manggala Agni Daops Kepala Manggala Agni Daops dalam melaksanakan tugas sekurang-kurangnya dibantu oleh : 1) Sekretaris Manggala Agni Daops 2) Koordinator Urusan Pencegahan Karhutla 3) Koordinator Urusan Pemadaman dan Penanganan Pasca Kebakaran 4) Kepala Regu Manggala Agni Daops 5) Anggota Manggala Agni Daops
STRUKTUR ORGANISASI DAOPS MANGGALA AGNI
SEKRETARIS DAOPS MANGGALA AGNI
KOORDINATOR URUSAN PENCEGAHAN,
KARHUTLA
KOORDINATOR URUSAN PEMADAMAN
DAN PENANGANAN PASCA KEBAKARAN
MANGGALA AGNI PUSAT (Direktur Pengendalian Kebakaran
Hutan Dan Lahan)
MANGGALA AGNI REGIONAL (Kepala Balai)
SEKRETARIS MANGGALA AGNI REGIONAL
(Kepala Seksi Karhutla)
STAF PENDUKUNG
KEPALA DAOPS MANGGALA AGNI
KEPALA REGU MANGGALA AGNI DAOPS
ANGGOTA MANGGALA AGNI
DAOPS
KOORDINATOR PROVINSI DAOPS MANGGALA AGNI
PEMBINA MANGGALA AGNI (Direktur Jenderal PPI)
-
18 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
BAB II VISI, MISI, TUJUAN 2020 - 2024
2.1. VISI, MISI, TUJUAN & SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEHUTANAN
2.1.1. Visi
Dengan berpedoman pada rumusan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden, maka Visi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yaitu:
“Terwujudnya Keberlanjutan Sumber Daya Hutan dan Lingkungan Hidup
untuk Kesejahteraan Masyarakat“ dalam mendukung: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Pada pernyataan Visi KLHK di atas, terdapat dua kata kunci, yaitu keberlanjutan dan kesejahteraan. Makna dari pernyataan Visi KLHK tersebut yakni: 1. Keberlanjutan berarti pembangunan yang dilaksanakan oleh KLHK harus dapat
menjaga kelestarian sumber daya hutan, kualitas lingkungan hidup, kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat serta meningkatkan pembangunan yang inklusif disertai dengan pelaksanaan tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2. Kesejahteraan berarti tercapainya perbaikan kualitas dan taraf hidup masyarakat Indonesia baik laki-laki maupun perempuan secara adil dan setara.
2.1.2. Misi
Dengan memperhatikan Misi Presiden dan Wakil Presiden serta berpedoman pada
tugas, fungsi dan kewenangan KLHK, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Peraturan Menteri LHK Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja, maka misi KLHK yaitu: 1. Mewujudkan hutan yang lestari dan lingkungan hidup yang berkualitas, 2. Mengoptimalkan manfaat ekonomi sumber daya hutan dan lingkungan secara
berkeadilan dan berkelanjutan, 3. Mewujudkan keberdayaan masyarakat dalam akses kelola hutan baik laki-laki maupun
perempuan secara adil dan setara, dan 4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
-
19 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
2.1.3. Tujuan
Tujuan Kementerian LHK merupakan penjabaran dari visi dan misi Kementerian LHK yang memuat harapan yang akan dicapai secara umum dan selanjutnya dirinci ke dalam sasaran strategis Kementerian LHK. Adapun rumusan tujuan Kementerian LHK yaitu: 1. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kehutanan serta ketahanan terhadap
perubahan iklim, 2. Meningkatkan pemanfaatan potensi ekonomi dari sumber daya hutan dan lingkungan
hidup, 3. Meningkatkan akses kelola hutan bagi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan
secara adil dan setara dengan tetap menjaga keberadaan dan kelestarian fungsi hutan, 4. Meningkatkan tata kelola, inovasi dan daya saing bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.
2.1.4. Sasaran Strategis
Rumusan sasaran strategis untuk tingkat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) adalah: 1. Terwujudnya lingkungan hidup dan hutan yang berkualitas serta tanggap terhadap
perubahan iklim sebagai pilar lingkungan (SS-1). 2. Tercapainya optimalisasi pemanfaatan sumber daya hutan dan lingkungan sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan sebagai pilar ekonomi (SS-2). 3. Terjaganya keberadaan, fungsi dan distribusi manfaat hutan yang berkeadilan dan
berkelanjutan sebagai pilar sosial budaya (SS-3). 4. Terselenggaranya Tata Kelola dan Inovasi Pembangunan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) yang Baik serta Kompetensi SDM LHK yang Berdaya Saing sebagai pilar tata kelola (SS-4).
Di dalam Renstra KLHK 2020- 2024, peran dan kontribusi Direktorat Jenderal PPI
tercermin pada upaya pencapaian sasaran strategis ke – 1, yaitu “Terwujudnya lingkungan hidup dan hutan yang berkualitas serta tanggap terhadap perubahan iklim sebagai pilar lingkungan” sasaran strategis yang ke – 4 yaitu “Terselenggaranya tata kelola dan inovasi pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang berorientasi daya saing”. Beberapa Indikator Kinerja Utama untuk level Menteri/Pimpinan KLHK yang menunjukkan peran langsung Direktorat Jenderal PPI diantaranya ialah: Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang Terverifikasi pada Sektor Kehutanan dan Limbah (IKU-SS 1) dan Nilai kinerja reformasi birokrasi KLHK (poin); Opini WTP atas laporan keuangan KLHK (opini) serta Level Maturitas SPIP KLHK (poin).
-
20 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
2.2. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM
2.2.1. Visi
Terwujudnya tata kelola adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, penurunan luas kebakaran hutan dan lahan, serta dukungan manajemen yang efektif dan efisien.
2.2.2. Misi
1. Meningkatkan tata kelola adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang implementatif dan terukur secara inklusif;
2. Melaksanakan pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara terpadu dan efektif bersama para pihak terkait di tingkat nasional, daerah, dan masyarakat;
3. Meningkatkan kinerja tata kelola kelembagaan dan penyelenggaraan sistem administrasi yang efektif dan akuntabel;
4. Penguatan Fungsi Ditjen PPI sebagai National Focal Point (NFP) untuk melaksanakan koordinasi pelaksanaan agenda global pengendalian perubahan iklim di tingkat national.
2.2.3. Tujuan
1. Mewujudkan tata kelola adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang implementatif dan inklusif dalam rangka pencapaian target NDC;
2. Mengoptimalkan pengendalian kebakaran hutan dan lahan secara terpadu dan efektif; 3. Mengoptimalkan kinerja tata kelola kelembagaan dan penyelenggaraan sistem
administrasi yang efektif dan akuntabel.
2.2.4. Sasaran Strategis
Rumusan sasaran strategis untuk tingkat Direktorat Jenderal PPI adalah: Sasaran strategis Direktorat Jenderal PPI dibagi menjadi 2 (dua) sasaran strategis yaitu: 1) sasaran strategis program ketahanan bencana dan perubahan iklim, dan 2) sasaran strategis program dukungan manajemen.
Sasaran strategis program ketahanan bencana dan perubahan iklim adalah: 1. Terwujudnya tata kelola adaptasi dan mitigasi perubahan iklim 2. Luas areal kebakaran hutan dan lahan menurun setiap tahun Sedangkan sasaran strategis program dukungan manajemen adalah “Meningkatnya tata kelola pemerintahan bidang LHK yang akuntabel, responsif dan berpelayanan prima”
-
21 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
BAB III KEGIATAN DAN KOMPONEN KEGIATAN
3.1. KEGIATAN, SASARAN KEGIATAN DAN OUTPUT KEGIATAN (OUTPUT)
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Pada tahun 2015 dan 2019 Indonesia mengalami kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi dengan frekuensi tinggi dan luas. Kerugian besar dan masif akibat karhutla tersebut dirasakan tidak saja pada aspek lingkungan, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan. Terjadinya peningkatan luas karhutla dipengaruhi berbagai faktor antara lain: (1) Terjadinya El Nino di sejumlah provinsi rawan karhutla di Indonesia; (2) Hari tanpa hujan yang panjang dari 30 hari menjadi 120 hari; (3) Adanya pergerakan uap panas dari Pasifik ke Asia Tenggara khususnya di kontinental Indonesia (Pulau Kalimantan dan Sumatera); (4) Pola pembukaan lahan/ pembersihan lahan oleh perorangan/ perusahaan yang belum seragam polanya secara menyeluruh; (5) Penumpukan bahan bakaran sejak tahun 2016; (6) Sulitnya sumber air untuk melakukan pemadaman; (7) kesiapsiagaan dari semua pihak yang belum maksimal.
Sejak tahun 2016 Presiden selalu memberikan arahan khusus pada Rapat Koordinasi
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dengan menekankan pentingnya langkah-langkah pengendalian kebakaran hutan dan lahan yaitu: 1) memprioritaskan pencegahan yakni dengan pola deteksi dini hotspots dan firespots, monitoring rutin dan patroli terpadu; 2) penataan pengelolaan ekosistem gambut, dengan pengendalian hidrologi; 3) pengendalian dan pemadaman segera setiap titik api yang muncul sehingga tidak menjadi besar; dan 4) penegakkan hukum bagi pembakar hutan.
Dalam hubungan internasional, Pemerintah Indonesia juga memiliki komitmen untuk
menurunkan emisi gas rumah kaca dan mencegah asap lintas batas negara akibat kebakaran hutan dan lahan. Untuk mencapai komitmen-komitmen dimaksud, salah satunya diperlukan pelaksanaan kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang efektif dengan jangkauan yang luas. Oleh karena itu, mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan akan sangat penting bagi Indonesia apabila ingin mencapai komitmen yang telah diumumkan Presiden di COP 21 Paris atau penurunan 29% dibandingkan skenario Bussiness-as-Usual pada tahun 2030.
Fenomena kebakaran hutan dan lahan yang selalu berulang setiap tahun sangat
penting untuk dicegah dan ditangani. Kerugian karena karhutla sangat besar dan signifikan bagi pembangunan nasional. Banyak masyarakat yang menjadi korban akibat kabut asap. Pencegahan dan penanganan karhutla bukanlah hal yang mudah, mengingat derajat permasalahannya yang semakin besar dan kompleks. Karhutla bukan hanya masalah biofisik tetapi juga menyangkut masalah ekonomi, politik dan sosial. Beberapa kebijakan dan peraturan telah dikeluarkan, demikian pula berbagai upaya untuk mengurangi karhutla telah dilaksanakan, akan tetapi inisiatif-inisiatif ini belum efektif dan masih bersifat sektoral.
Paradigma baru upaya pengendalian karhutla yang saat ini dikedepankan adalah
menitikberatkan kegiatan pencegahan khususnya di provinsi rawan karhutla untuk terus menekan/ menurunkan luas kebakaran hutan dan lahan, antara lain melalui upaya-upaya: (1) meningfkatkan sistem peringatan dini (early warning system); (2) pemberian penghargaan bagi yang berhasil mencegah kebakaran dan hukuman bagi pelaku-pelaku yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan ( reward and punishment) ; (3) meningkatkan pemantauan lapangan dengan patroli terpadu dan dukungan untuk operasi-
-
22 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
operasi udara; (4) mengembangkan teknik pembukaan lahan tanpa bakar bagi masyarakat; (5) sosialisasi dan penyuluhan dalam rangka penyadartahuan masyarakat; (6) meningkatkan kapasitas Regu Pemadam (Manggala Agni, Brigade Pengendalian Karhutla, Masyarakat Peduli Api) (7) penegakan hukum dan tata kelola hutan dan lahan yang efektif serta kapasitas pengendalian karhutla; (8) koordinasi dan sinergi antar lembaga-lembaga pemerintah pusat dan daerah yang baik (9) meminta semua unsur masyarakat untuk memainkan peran dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan serta dukungan nyata dari dunia usaha/ swasta, akademisi, LSM/ aktivis dan pihak-pihak berkepentingan lainnya pada pengelolaan lahan gambut.
3.1.1. Kegiatan
Perumusan dan pelaksanaan kebijakan bidang Perubahan Iklim Tahun 2020-2024 secara umum diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim melalui sasaran program dan indikator kinerja program ketahanan bencana dan perubahan iklim. Direktorat PKHL sebagai unit kerja Direktorat Jenderal PPI bertanggung jawab terhadap capaian kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, adapun Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pengendalian kebakaran hutan dan lahan tahun 2020-2024 yang pencapaiannya menjadi tanggung jawab Direktorat PKHL adalah persentase penurunan luas areal hutan dan lahan yang terbakar setiap tahun 2 % terhadap baseline luas karhutla tahun 2019.
Dalam rangka untuk mendukung pencapaian IKK dimaksud, diperlukan kegiatan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang terintegrasi, berkesinambungan serta mampu mendukung pembangunan berkelanjutan.
3.1.2. Sasaran Kegiatan
Di dalam dokumen RPJMN tahun 2020-2024, kegiatan pengendalian kebakaran hutan
dan lahan menjadi bagian dari agenda pembangunan 6 yaitu membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim dengan sasaran 1 peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pembangunan nasional perlu memperhatikan daya dukung sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup, kerentanan bencana, dan perubahan iklim melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan hidup, peningkatan ketahanan bencana dan iklim serta pembangunan rendah karbon.
Untuk mewujudkan agenda pembangunan tersebut Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan telah menetapkan sasaran kegiatan yaitu “Terjaminnya Efektivitas dan Jangkauan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan”
3.1.3. Output Kegiatan (Output) Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Output Kegiatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan dalam rangka mewujudkan tercapainya sasaran kegiatan di atas, akan dilaksanakan melalui output sebagai berikut : 1. Output Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan 2. Output Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan melalui Pemadaman
Darat 3. Output Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan melalui Pemadaman
Udara
-
23 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
3.2. KOMPONEN KEGIATAN UNTUK MASING-MASING OUTPUT KEGIATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Komponen kegiatan disusun untuk menjelaskan tahapan atau bagian yang dilakukan untuk menunjang pencapaian target output kegiatan, strategi yang digunakan untuk mencapai target output yang telah ditetapkan didasarkan pada pendekatan komponen kegiatan yang berorientasi pada penguatan kebijakan dan bersifat operasional di tingkat tapak. Adapun komponen kegiatan pada setiap output sebagai berikut:
3.2.1. Komponen Output Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan
a. Komponen Penguatan Pencegahan/ Patroli Pencegahan Karhutla
Penguatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan menjadi prioritas dalam upaya-upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, oleh karena itu diperlukan metode dan teknik yang tepat dan akurat untuk mencapai sasaran target dan tujuan yang ingin dicapai. Direktorat PKHL dalam kurun waktu 5 tahun kedepan akan merancang strategi/ metode pelaksanaan kegiatan penguatan pencegahan karhutla sebagaimana dalam roadmap yang terdapat dalam lampiran.
Adapun alternatif Sub Komponen pada Komponen Penguatan Pencegahan Karhutla untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Komponen Penguatan Pencegahan Karhutla
Komponen
Sub Komponen Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Penguatan Pencegahan Karhutla
a. Melaksanakan penyusunan / review NSPK terkait dalkarhutla yang mendukung pelaksanaan patroli terpadu.
b. Dukungan pelaksanaan patroli terpadu dan posko pencegahan karhutla.
c. Pelaksanaan bimtek pengendalian karhutla tingkat Nasional
d. Dukungan Pelaksanaan bimtek pengendalian karhutla tingkat Regional / Provinsi / Kabupaten.
e. Supervisi dan monitoring Kegiatan patroli terpadu pencegahan karhutla tingkat Nasional.
f. Dukungan Pemantapan Rencana dan Teknis Bidang Pecegahan Karhutla
g. Apel siaga tingkat nasional h. Operasional PUSDALOPS Pusat i. Operasional POSKO Pencegahan Tingkat
Pusat j. Dukungan pembuatan sekat bakar padat
karya k. Dukungan pembuatan sekat kanal padat
karya, dan penutupan kanal pada gambut
l. Dukungan aplikasi pengelolaan bahan bakaran
m. Dukungan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
n. Patroli Pencegahan Karhutla melalui Udara
o. dan lainnya
a. Penyusunan prosedur tetap / SOP / Pedoman Kerja / Juklak internal dalkarhutla yang mendukung pelaksanaan patroli terpadu di tingkat Balai.
b. Melaksanakan kegiatan patroli terpadu bersama masyarakat dan pihak terkait lainnya.
c. Melaksanakan kegiatan patroli mandiri bersama masyarakat dan pihak terkait lainnya.
d. Patroli Rutin Pencegahan Karhutla e. Patroli MPA-Paralegal f. Pelaksanaan bimtek pengendalian
karhutla tingkat Regional. g. Operasional posko pencegahan
karhutla di Balai / Daops. h. Supervisi dan monitoring Kegiatan
patroli terpadu pencegahan karhutla tingkat regional Balai / Daops.
i. Apel siaga tingkat provinsi j. Apel siaga tingkat kabupaten k. Posko Siaga Tkt Balai l. Posko Siaga Tkt Daops/wilayah m. Dukungan Posko Tanggap Darurat
Provinsi n. Jumpa pers dalam pelaksanaan Posko o. Pembuatan/ pemeliharaan sekat bakar
padat karya p. Pembuatan sekat kanal padat karya,
dan penutupan kanal pada gambut q. Pengelolaan bahan bakaran r. Penerapan aplikasi pengelolaan bahan
bakaran s. Pembuatan plot contoh PLTB t. Pendampingan Pembinaan Penyiapan
Lahan Tanpa Bakar.
-
24 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Komponen
Sub Komponen Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
u. Pelatihan Pembuatan Briket Arang dan Kompos dalam rangka pendampingan PLTB.
v. Pelatihan pembuatan dan kewirausahaan asap cair
w. Sosialisasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
x. Dan Kegiatan Lainnya y. dan lainnya
b. Komponen Penyadartahuan Pencegahan Karhutla/ Kampanye Pencegahan
Karhutla Dalam rangka meningkatkan penyadartahuan pencegahan kebakaran hutan dan lahan
dilakukan upaya kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan beragam media yang dapat menjembatani proses perubahan perilaku masyarakat.
Komponen penyadartahuan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dilaksanakan melalui kegiatan, antara lain: kampanye secara langsung/ tatap muka melalui pengumpulan massa di tingkat tapak; kampanye melalui media televisi, koran, majalah, dan iklan layanan masyarakat di tempat umum; publikasi melalui media online dan media sosial; pameran tingkat nasional/ regional/ lokal. Dalam rangka mendukung kegiatan kampanye tersebut juga disiapkan bahan dan alat peraga kampanye seperti film, booklet, leaflet, poster, stiker, dan buku cerita bergambar. Selain itu untuk meningkatkan kapasitas SDM bidang kampanye perlu dilakukan bimbingan teknis publikasi publikasi pencegahan karhutla.
Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan perlu terus dilaksanakan dengan menambah jangkauan kerja serta frekuensi pelaksanaannya. Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan dilaksanakan oleh Direktorat PKHL dan Balai PPI dan KHL.
Alternatif Sub Komponen pada Komponen Penyadartahuan Pencegahan Karhutla untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Komponen Penyadartahuan Pencegahan Karhutla
Komponen Sub Komponen
Satuan Kerja di Pusat (Direktorat Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Penyadartahuan Pencegahan Karhutla
a. Melaksanakan penyusunan / review NSPK terkait dalkarhutla yang mendukung pelaksanaan kampanye pencegahan karhutla.
b. Pelaksanaan kampanye pencegahan karhutla di tingkat pusat (melalui media nasional)
c. Publikasi pencegahan karhutla melalui liputan media cetak dan elektronik nasional
d. Pelaksanaan Kampanye Pencegahan Karhutla melalui baliho, poster, media sosial, buku, leaflet, infografis, dll.
e. Pameran dalam rangka pencegahan karhutla tingkat Nasional.
f. Dukungan pengembangan keteknikan pencegahan karhutla
g. Sosialisasi pencegahan karhutla melalui apel siaga tingkat Nasional
a. Melaksanakan Kampanye pencegahan karhutla tingkat sekolah / Desa / Kecamatan / Kabupaten / Provinsi / Regional.
b. Pelaksanaan Kampanye Pencegahan Karhutla melalui baliho, poster, media sosial, buku, leaflet, infografis, dll.
c. Publikasi pencegahan karhutla melalui liputan media cetak dan atau elektronik lokal
d. Sosialisasi pedoman pencegahan karhutla berbasis desa pada tingkat kabupaten
e. Sosialisai pencegahan karhutla pada sekolah (usia dini)
f. Pameran dalam rangka pencegahan karhutla tingkat Desa / Kabupaten / Provinsi / Regional
-
25 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Komponen
Sub Komponen Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
h. Sosialisasi pedoman pencegahan karhutla berbasis desa pada tingkat povinsi
i. dan lainnya
g. Sosialisasi pencegahan karhutla melalui apel siaga tingkat Balai / Regional / Daops MA
h. Kampanye penyadartahuan pencegahan karhutla.
i. Gerakan pencegahan karhutla. j. Pembuatan bahan dan atau alat
peraga kampanye pencegahan karhutla.
k. Pembuatan, pemasangan dan sosialisasi rambu dan papan peringatan pencegahan karhutla
l. dan lainnya
c. Komponen Peningkatan Peran Serta Masyarakat dibidang Dalkarhutla/ Pembentukan dan Pembinaan MPA Menindaklanjuti kebijakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang usaha
pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan, agar lebih banyak lagi melibatkan masyarakat. Pengendalian kebakaran hutan dan lahan dapat dicapai secara optimal apabila seluruh lapisan masyarakat bersama-sama pemerintah, memahami, menghayati dan melaksanakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, agar peran aktif dan pemberdayaan masyarakat dapat lebih nyata di lapangan, perlu terobosan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat di bidang dalkarhutla salah satunya melalui penguatan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) sebagai tenaga sukarela dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Adapun alternatif Sub Komponen pada Komponen Peningkatan Peran Serta Masyarakat di bidang Dalkarhutla untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Komponen Peningkatan Peran Serta Masyarakat di bidang Dalkarhutla
Komponen
Sub Komponen Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Peningkatan Peran Serta Masyarakat dibidang Dalkarhutla
a. Melaksanakan Penyusunan / review NSPK yang terkait Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat Peduli Api (MPA)
b. Pembentukan / Pembinaan Masyarakat Peduli Api (MPA)
c. Pemetaan MPA tingkat Nasional d. Evaluasi pembentukan dan pembinaan
MPA tingkat Nasional e. Supervisi pelaksanaan kegiatan
pembentukan dan pembinaan MPA. f. Dukungan pembuatan plot contoh PLTB g. Penguatan Masyarakat Peduli Api (MPA)
melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat
h. Solusi Permanen Pengendalian KARHUTLA MPA-P.
i. Peningkatan Kerja Sama/ Koordinasi MPA dengan Para Stakeholder.
j. Peningkatan Peranserta Masyarakat Dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dengan Masyarakat Berkesadaran Hukum
k. Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat Peduli Api (MPA) melalui kegiatan Budidaya Pertanian Terpadu di Tingkat Tapak
l. Kegiatan Sosialisasi dan E-learning Peningkatan Peran Serta Masyarakat
a. Pembinaan MPA (ditujukan kepada MPA yang sudah terbentuk di tahun sebelumnya).
b. Pemetaan MPA tingkat Regional / Balai / Daops.
c. Identifikasi kebutuhan pelatihan bagi MPA.
d. Pendampingan pengembangan MPA e. Penguatan Kelembagaan berupa
- Pembuatan peraturan desa tentang dalkarhutla
- Pengorganisasian masyarakat melalui kelompok tani
- Pengembangan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim menuju Kampung Iklim
f. Evaluasi pembinaan MPA tingkat regional / Balai / Daops
g. Supervisi pelaksanaan kegiatan pembinaan MPA.
h. Pembuatan plot contoh PLTB i. Penguatan Masyarakat Peduli Api
(MPA) melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat.
j. Solusi Permanen Pengendalian KARHUTLA MPA-P.
k. Peningkatan Kerja Sama/ Koordinasi MPA dengan Para Stakeholder
-
26 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Komponen
Sub Komponen Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
dalam Dalkarhutla melalui Pembinaan masyarakat Berkesadaran Hukum (Paralegal)
m. dan lainnya
l. Peningkatan Peranserta Masyarakat Dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dengan Masyarakat Berkesadaran Hukum
m. Peningkatan Usaha Ekonomi Masyarakat Peduli Api (MPA) melalui kegiatan Budidaya Pertanian Terpadu di Tingkat Tapak
n. Kegiatan Sosialisasi dan E-learning Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Dalkarhutla melalui Pembinaan masyarakat Berkesadaran Hukum (Paralegal)
o. dan lainnya
d. Komponen Peningkatan Sarana Prasarana Dalkarhutla Peningkatan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan
dilakukan dengan revitalisasi sarpras dan peralatan dalkarhutla terutama di 34 DAOPS Manggala Agni, revitalisasi sarpras dan peralatan dilakukan guna mendukung optimalisasi upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Direktorat PKHL dalam kurun waktu 5 tahun kedepan telah menyusun roadmap peningkatan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagaimana yang terdapat dalam lampiran.
Alternatif Sub Komponen pada Komponen Peningkatan Sarana Prasarana Dalkarhutla untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4. Komponen Peningkatan Sarana Prasarana Dalkarhutla
Komponen
Sub Komponen Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Peningkatan sarana dan prasarana Dalkarhutla
p. Melaksanakan Penyusunan / review NSPK yang mendukung peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana Daops Manggala Agni
q. Pemetaan sarana dan prasarana Dalkarhutla tingkat Nasional
r. Dukungan Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana Kantor DAOPS Manggala Agni dan personil MA.
s. Melaksanakan Penyusunan / review NSPK yang mendukung Peningkatan sarana brigdalkarhutla bagi KPH dan mitra masyarakat lainnya.
t. Pemetaan sarana Brigdalkarhutla dan mitra masyarakat tingkat Nasional.
u. Dukungan Peningkatan sarana brigdalkarhutla bagi KPH dan mitra masyarakat lainnya.
v. Pengembangan/revitalisasi peralatan transportasi roda empat dan roda dua bagi Manggala Agni
a. Pengembangan/revitalisasi peralatan khusus (tangan, semi mekanik dan mekanik) bagi Manggala Agni
b. Pengadaan peralatan tangan dan semi mekanik bagi MPA
c. Pengadaan kelengkapan personil (unit seragam dan/atau baju pemadaman) bagi Manggala Agni
d. dan lainnya
a. Pemetaan sarana dan prasarana Dalkarhutla tingkat Balai / Daops
b. Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana DAOPS Manggala Agni dan personil MA
c. Pemetaan sarana Brigdalkarhutla dan mitra masyarakat lainnya tingkat regional Balai.
d. Pengadaan peralatan khusus pengendalian karhutla (Peralatan tangan dan semi mekanik) bagi Manggala Agni
e. Pengadaan kaos personil Manggala Agni dan MPA
f. dan lainnya
-
27 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
e. Komponen Peningkatan Kapasitas dan Kinerja Dalkarhutla Peningkatan mutu pelatihan/ pembekalan/ inhouse training/ penyegaran/ bimtek
pengendalian kebakaran hutan dan lahan bagi anggota MA/ MPA dan tenaga dalkarhutla lainnya akan dilakukan dengan melibatkan secara aktif Balai PPIKHL, Personil Manggala Agni dan stakeholder yang membidangi peningkatan kapasitas SDM. Penguasaan teknik-teknik pencegahan karhutla (kampanye, keteknikan, strategi patroli, deteksi dan peringatan dini) akan menjadi prioritas dalam peningkatan mutu pelatihan/ pembekalan/ inhouse training/ penyegaran/ bimtek pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Indikator kinerja dari unit kegiatan ini adalah terlaksananya kegiatan pelatihan/ pembekalan/ inhouse training/ penyegaran/ bimtek pengendalian kebakaran hutan dan lahan bagi anggota MA/ MPA dan tenaga dalkarhutla lainnya yang mampu meningkatkan kapasitas sumber daya manusia bidang dalkarhutla yang profesional dan kompeten, selain diharapkan mereka dapat menjadi agen perubahan perilaku bagi masyarakat lain di sekitar lingkungannya. Direktorat PKHL dalam kurun waktu 5 tahun kedepan telah menyusun roadmap peningkatan kapasitas dan kinerja pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagaimana yang terdapat dalam lampiran
Alternatif Sub Komponen pada Komponen Peningkatan Kapasitas dan Kinerja Dalkarhutla untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5. Komponen Peningkatan Kapasitas dan Kinerja Dalkarhutla
Komponen Sub Komponen
Satuan Kerja di Pusat (Direktorat Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Peningkatan kapasitas dan kinerja Dalkarhutla
a. Melaksanakan Penyusunan / review NSPK yang mendukung Peningkatan Kapasitas Tenaga dan SDM Dalkarhutla (Evaluasi MA, Pembentukan Brigdalkarhutla dll)
b. Pemetaan Sumberdaya Tenaga Dalkarhutla tingkat Nasional
c. Menyelenggarakan Pelatihan dan pembinaan Manggala Agni tingkat Nasional.
d. Menyelenggarakan Pelatihan dan Pembinaan Brigdalkarhutla (UPT KLHK, KPH, Pemegang Ijin, dan Mitra) tingkat Nasional.
e. Pembuatan identitas Manggala Agni (Seragam PDH, PDL, dll).
f. Pengembangan Keteknikan Pencegahan Bagi Fasilitator Manggala Agni
g. Menyelenggarakan Sertifikasi Ketenagaan Dalkarhutla
h. Pengembangan kapasitas SDM Dalkarhutla tingkat Nasional
i. Rapat kerja satuan Manggala Agni tingkat nasional
j. Pelatihan fasilitator bagi personil Manggala Agni dan MPA
k. Pelatihan TOT bagi personil Manggala Agni
l. Pembekalan manajemen DAOPS bagi kepala regu
m. Pembekalan perhitungan luas kebakaran berbasis citra satelit
n. Penyegaran SAR o. Bimtek pemantauan dan groundcheck
hotspot p. Bimtek SPBK q. Bimtek aplikasi sistem informasi dan
manajemen deteksi dini r. Bimtek pemadaman dan penanganan
pasca
a. Pemetaan Sumberdaya Tenaga Dalkarhutla tingkat Balai / Daops.
b. Menyelenggarakan Pelatihan dan pembinaan Manggala Agni tingkat Regional / Balai
c. Menyelenggarakan Pelatihan dan Pembinaan Brigdalkarhutla (UPT KLHK, KPH, Pemegang Ijin, dan Mitra) tingkat regional
d. Pembuatan identitas Manggla Agni (Kartu Tanda Anggota dll)
e. Seleksi penerimaan anggota Manggala Agni Non PNS
f. Melaksanakan Evaluasi Manggala Agni Non PNS
g. Pengembangan kapasitas SDM Dalkarhutla tingkat Regional
h. Dukungan pelaksanaan uji kepatuhan pemegang izin usaha dalam penyiapan organisasi, SDM dan Sarpras pengendalian karhutla.
i. Pembayaran Honorarium Manggala Agni.
j. Seleksi penerimaan personil Manggala Agni Non PNS
k. Pembekalan pengendalian karhutla kepada pihak terkait
l. Pembekalan dan pembentukan MPA m. Inhouse training pembuatan briket
arang dan kompos untuk mendukung PLTB kepada MPA
n. Inhouse training Fasilitator kepada Manggala Agni dan MPA
o. Penyegaran Manggala Agni p. Pembimbingan/ Pembinaan MPA q. Simulasi mobilisasi pemadaman r. dan lainnya
-
28 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Komponen
Sub Komponen Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
s. Bimtek simulasi mobilisasi pemadaman t. Bimtek sistem pelaporan kebakaran on
line u. Pengembangan dan Pemeliharaan sistem
pelaporan online Dalkarhutla bagi pemegang IUPHHK HA/HT/RE/IPPKH.
v. Bimbingan Teknis Pelaksanaan Kemitraan terkait Dalkarhutla.
w. Rapat Kerja Pusat, PEMDA, Pemegang Izin Terkait Dalkarhutla.
x. Rapat kerja dengan Pemda, pemegang izin usaha dan NGO tingkat nasional.
y. Uji kepatuhan pemegang izin usaha dalam penyiapan organisasi, SDM dan Sarpras pengendalian karhutla
z. Evaluasi bimtek bidang tenaga dan sarpras
aa. Penilaian peserta lomba wana lestari bagi Manggala Agni
bb. dan lainnya
f. Komponen Perencanaan dan Kerjasama Bidang Dalkarhutla
Alternatif Sub Komponen pada Komponen Perencanaan dan Kerjasama Bidang Dalkarhutla untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6. Komponen Perencanaan dan Kerjasama Dalkarhutla
Komponen Sub Komponen
Satuan Kerja di Pusat (Direktorat Pengendalian Kebakaran
Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Perencanaan dan kerjasama bidang dalkarhutla
a. Perencanaan dalkarhutla tingkat pusat (Penyusunan dokumen Renja, capaian renja, dokumen LKj Direktorat PKHL),
b. Melaksanakan Penyusunan / review NSPK bidang Dalkarhutla
c. Rapat Kerja Manggala Agni Tingkat Nasional.
d. Rapat persiapan dan pelaksanaan kerjasama bidang dalkarhutla.
e. Pengembangan Teknologi dan Informasi terkait pengendalian karhutla.
f. Penyelenggaraan SPIP Lingkup Dit. PKHL
g. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Dalkarhutla Lingkup Dit PKHL dan UPT/Balai.
h. Monitoring dan Evaluasi Capaian IKK Kegiatan Dalkarhutla tingkat Nasional.
i. Koordinasi para pihak dalam rangka pencegahan kebakaran hutan dan lahan tingkat kebijakan
j. Kerjasama nasional dan internasional tingkat kebijakan
k. Operasional Indonesia sebagai tuan rumah ASEAN Coordinating Committee on Transboundary Haze Pollution*)\
l. Melaksanakan Kerjasama nasional dan internasional terkait dalkarhutla
m. dan lainnya
a. Perencanaan dalkarhutla tingkat Balai (Penyusunan dokumen Renja, capaian renja, dokumen LKj Balai).
b. Rapat Kerja Manggala Agni Tingkat regional.
c. Rapat kerja anggaran / sinkronisasi anggaran di tingkat regional
d. Pengembangan Teknologi dan Informasi terkait pengendalian karhutla.
e. Penyelenggaraan SPIP Lingkup Balai f. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Dalkarhutla tingkat Regional / Balai / Daops
g. Monitoring dan Evaluasi Capaian IKK Kegiatan Dalkarhutla tingkat Balai
h. Koordinasi para pihak dalam rangka pencegahan karhutla tingkat operasional
i. Rapat koordinasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan tingkat provinsi
j. Rapat koordinasi pencegaham kebakaran hutan dan lahan tingkat kabupaten
k. Rapat kerja pencegahan karhutla dengan Pemda, pemegang izin usaha dan NGO tingkat provinsi
l. Rapat kerja Satuan Manggala Agni tingkat provinsi
m. dan lainnya
-
29 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
3.2.2. Komponen Output Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan melalui Pemadaman Darat
a. Komponen Deteksi dan Peringatan Dini
Akurasi dan kecepatan analisis serta penyampaian informasi peringatan dini kebakaran hutan dan lahan ditingkatkan dan dilakukan setiap hari. Direktorat PKHL memperkuat sistem peringatan dan deteksi dini melalui akurasi data dan informasi, kecepatan dalam penyampaian informasi kepada stakeholder terkait dan memperluas jangkauan informasi yang akan didiseminasikan pada stakeholder akan dilakukan setiap hari. Upaya ini akan meningkatkan dan mendukung upaya-upaya pencegahan karhutla secara komprehensif bersama stakeholder terkait.
Pemantauan hotspot untuk deteksi dini kebakaran hutan dan lahan telah dilaksanakan oleh Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Jakarta melalui stasiun bumi satelit National Oceanic and Atmospheric Administration - US (NOAA) sejak tahun 1997. Stasiun bumi ini telah beberapa kali diperbarui sistemnya, dengan maksud untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi satelit NOAA dan format data satelit yang ada. Saat ini, di tingkat pusat telah berjalan sistem diseminasi informasi pemantauan hotspot yang near real time melalui satelit NOAA (disebarluaskan melalui groups SiPongi, dari tahun 2001) dan dikembangkan pula pemantauan hotspot dari satelit Terra-Aqua MODIS dari sumber National Aeronautics and Space Administration - US (NASA) dan LAPAN. Sistem informasi pemantauan hotspot yang dikelola d itingkat pusat ini, pada tahun 2014 ditingkatkan melalui portal SiPongi (http://sipongi.menlhk.go.id) yang memberikan kemudahan dan utilitas lebih baik.
Selanjutnya kegiatan pemantauan ini dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan pengecekan lapangan sesuai dengan kriteria yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan P.8/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2018 tentang Prosedur Tetap Pengecekan Lapangan Informasi Titik Panas dan/atau Informasi Kebakaran Hutan dan Lahan. Dari hasil pengecekan lapangan dan/atau laporan patroli, apabila terjadi kebakaran dapat dilakukan pemadaman dini, selanjutnya apabila tidak bisa diatasi dapat dilanjutkan dengan pemadaman lanjutan dengan menurunkan personil dan peralatan yang lebih lengkap
Alternatif Sub Komponen pada Komponen Deteksi dan Peringatan Dini untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7. Komponen Deteksi dan Peringatan Dini
Komponen/Unit
Kegiatan
Sub Komponen/Elemen Kegiatan Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Peringatan dan Deteksi Dini
a. Melaksanakan Penyusunan / review NSPK yang terkait Peringatan dan Deteksi Dini
b. Operasional Pusdalops Dalkarhutla Tingkat Pusat dan Pengelolaan Informasi Peringatan dan Deteksi Dini.
c. Pembuatan peta rawan karhutla tingkat nasional
d. Pengelolaan Data Informasi Monitoring Hotspot Tingkat Nasional / Direktorat PKHL
e. Pengelolaan Data dan Informasi Peringkat Bahaya Kebakaran tingkat Nasional.
a. Pengelolaan Data dan Informasi lingkup Balai / Daops.
b. Pembuatan peta rawan karhutla tingkat Regional / Provinsi / Wil Kerja Daops.
c. Pengelolaan Data Informasi Monitoring Hotspot lingkup Balai / Daops.
d. Pengelolaan Data dan Informasi Peringkat Bahaya Kebakaran lingkup Balai / Daops.
e. Operasional Posko Pengendalian Karhutla di tingkat Balai / Daops.
f. Pemeliharaan dan operasional menara pemantau / stasiun CCTV.
g. Pengelolaan data informasi peringkat bahaya kebakaran pada wilayah kerja
-
30 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Komponen/Unit
Kegiatan
Sub Komponen/Elemen Kegiatan Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
f. Pemeliharaan dan operasional Sistem Informasi Manajemen Deteksi Dini Karhutla (web sipongi.menlhk.go.id)
g. Pengelolaan data informasi peringkat bahaya kebakaran tingkat nasional
h. Pembuatan peta rawan kebakaran nasional.
i. Pengelolaan data informasi monitoring hotspot tingkat nasional
j. Operasional ruang deteksi (operasional room)
k. dan lainnya
a. Pembuatan / aktualisasi peta rawan kebakaran wilayah kerja
b. Pembuatan / aktualisasi peta sumber daya pengendalian kebakaran hutan dan lahan wilayah kerja
c. Pembuatan papan himbauan / peringatan / larangan
d. Pembuatan papan peringkat bahaya kebakaran.
e. Pengelolaan data informasi monitoring hotspot pada wilayah kerja
f. Pemantauan / monitoring / Penjagaan menara CCTV / api.
g. dan lainnya
b. Komponen Pelaksanaan Pemadaman Darat Kegiatan operasionalisasi dan dukungan pemadaman darat dilakukan bekerjasama
dengan BNPB, BMKG, TNI, POLRI dan stakeholder teknis lainnya. Kegiatan pemadaman darat diprioritaskan pada propinsi rawan kebakaran hutan dan lahan, guna membatasi dan mencegah bertambahnya luas kebakaran hutan dan lahan. Efektifitas kegiatan ini tergantung dari faktor alam, diantaranya cuaca dan ketersediaan air.
Kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan melalui pemadaman darat merupakan kegiatan operasional dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang bertujuan untuk mematikan api pada kejadian kebakaran. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk keberhasilan sebuah operasi pemadaman, yang pada intinya adalah melakukan pemadaman yang cepat (sedini mungkin), efektif dan terarah, dengan memperhatikan sifat api, kondisi lapangan dan kemampuan sumberdaya pemadaman dengan tetap memperhatikan keselamatan petugas pemadam
Kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan melalui pemadaman darat dilaksanakan oleh Brigade Manggala Agni dibantu Masyarakat Peduli Api serta instansi terkait lainnya merupakan kegiatan yang bersifat darurat dan harus sesegera mungkin dilaksanakan apabila terjadi kebakaran, sehingga kebakaran hutan dan lahan dapat ditangani secara cepat dan mengurangi dampak yang ditimbulkannya.
Pelaksanaan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan melalui pemadaman darat serta hasil pantauan peringatan dini dan deteksi dini dilaporkan ke Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan baik yang ada di daerah maupun pusat, yang kemudian disampaikan kepada pimpinan untuk sebagai bahan laporan dan pengambilan kebijaksanaan
Alternatif Sub Komponen pada Komponen Pelaksanaan Pemadaman Darat untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8. Komponen Pelaksanaan Pemadaman Darat
Komponen/Unit
Kegiatan
Sub Komponen/Elemen Kegiatan Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Pelaksanaan pemadaman darat
a. Penyusunan / review NSPK terkait pemadaman darat.
b. Penyusunan rancangan pedoman pembuatan peta rawan kebakaran hutan dan lahan
c. Dukungan kegiatan Pemadaman Darat
a. Melaksanakan kegiatan pemadaman darat oleh Manggala Agni.
b. Operasional pemadaman darat oleh Manggala Agni.
c. Inventarisasi dan identifikasi karhutla pasca kebakaran hutan dan lahan
d. Inventarisasi kerugian akibat dalkarhutla tingkat regional
-
31 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Komponen/Unit
Kegiatan
Sub Komponen/Elemen Kegiatan Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
d. Dukungan Inventarisasi dan identifikasi Karhutla pasca kebakaran hutan dan lahan
e. Supervisi dan Evaluasi Kegiatan Pemadaman Darat
f. Inventarisasi kerugian akibat dalkarhutla tingkat pusat
g. Penghitungan Luas Karhutla tingkat Nasional.
h. Verifikasi Areal Terbakar hasil Identifikasi Penghitungan Luas Karhutla tingkat pusat
i. Dukungan evakuasi dan penyelamatan. j. Supervisi Pelaksanaan POSKO Provinsi k. Supervisi pelaksanaan pemadaman dan
penanganan pasca karhutla l. Rapat koordinasi siaga darurat tingkat
nasional m. Rapat koordinasi tanggap darurat
tingkat nasional n. Penyusunan / review NSPK terkait
pelaksanaan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla.
o. Dukungan kegiatan pelaksanaan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla.
p. Supervisi dan Evaluasi pelaksanaan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla.
q. Dan lainnya
e. Inventarisasi / Penghitungan Luas Karhutla tingkat Regional / Balai / Daops
f. Verifikasi Areal Terbakar hasil Identifikasi Penghitungan Luas Karhutla tingkat regional
g. Monitoring areal bekas karhutla h. Evaluasi pemadaman dan penanganan
pasca karhutla. i.
j. Melaksanakan kegiatan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla.
k. Fasilitasi Pelaksanaan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla
l. Evaluasi pelaksanaan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla.
m. Supervisi, Evaluasi dan Monitoring pelaksanaan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla.
n. Dukungan pelaksanaan evakuasi dan penyelamatan serta penanganan pasca karhutla.
o. Dan lainnya
3.2.3. Komponen Output Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan melalui Pemadaman Udara
a. Komponen Pelaksanaan Pemadaman dari Udara/ Pemantauan dari Udara
Kegiatan operasionalisasi dan dukungan pemadaman melalui udara dilakukan bekerjasama dengan BNPB, BMKG, TNI AU, Kemenhub dan stakeholder teknis lainnya. Kegiatan pemadaman melalui udara diprioritaskan pada propinsi rawan kebakaran hutan dan lahan, guna membatasi dan mencegah bertambahnya luas kebakaran hutan dan lahan. Efektifitas kegiatan ini tergantung dari faktor alam, diantaranya cuaca dan ketersediaan air.
Kegiatan penyediaan pesawat untuk pemadaman/pemantauan melalui udara oleh KLHK sangat diperlukan terutama untuk kegiatan pada awal tahun atau pada saat daerah/propinsi yang dilanda karhutla belum menyatakan status siaga darurat, mengingat apabila propinsi sudah menyatakan siaga darurat upaya pengendalian karhutla sudah diambil alih oleh BNPB.
Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan melalui udara sangat diperlukan dalam rangka menjangkau lokasi pemadaman yang berada di daerah terisolir/ sulit dijangkau dan melakukan pemadaman sedini mungkin sebelum tim pemadaman darat sampai dilokasi kebakaran
-
32 Rencana Strategis Dit PKHL Tahun 2020-2024
Alternatif Sub Komponen pada Komponen Pelaksanaan Pemadaman dari Udara / Pemantauan dari Udara untuk Satker Pusat dan UPT adalah sebagai berikut :
Tabel 3.9. Komponen Pelaksanaan Pemadaman dari Udara/ Pemantauan dari Udara
Komponen/Unit
Kegiatan
Sub Komponen/Elemen Kegiatan Satuan Kerja di Pusat
(Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan)
Satuan Kerja di Daerah (UPT)
Pelaksanaan pemadaman dari udara / pemantauan dari udara
a. Melaksanakan Penyusunan / review NSPK yang terkait Pemadaman dari Udara / Pemantauan dari udara
b. Dukungan Pemadaman dari Udara / Pemantauan dari Udara.
c. Supervisi / Evaluasi / Monitoring / Pendampingan Pelaksanaan Dukungan Pemadaman dari Udara / Pemantauan dari Udara.
3.3. Pengarusutamaan
Pengarusutamaan (mainstreaming) dalam RPJMN 2020-2024 telah ditetapkan sebagai
bentuk pembangunan inovatif dan adaptif, sehingga dapat menjadi katalis pembangunan untuk menuju masyarakat sejahtera dan berkeadilan. Pengarusutamaan tentunya akan mewarnai dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan sektor dan wilayah, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan memastikan pelaksanaannya secara inklusif. Selain itu, dengan pengarusutamaan akan mempercepat pencapaian target-target dari fokus pembangunan, dan pada akhirnya bertujuan untuk memberikan akses pembangunan yang merata dan adil dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tata kelola dan juga adaptabilitas terhadap faktor eksternal lingkungan. Di dalam Rencana Strategis (Rensta) KLHK 2020-2024 ini terdapat 6 (enam) pengarusutamaan (mainsteaming), dimana antara satu pengarusutamaan dengan yang lainnya saling terkait dan saling mendukung, dengan rinciannya sebagai berikut. 1. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan yang berkelanjutan harus dapat menjaga keberlanjutan kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup, serta meningkatkan pembangunan yang inklusif dan pelaksanaan tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan mengedepankan kesejahteraan yang mencakup tiga dimensi yakni sosial, ekonomi dan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan alat dan sarana untuk mencapai agenda pembangunan nasional, termasuk bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang mensyaratkan partisipasi dan kolaborasi semua pihak.
Arah kebijakan pembangunan berkelanjutan adalah pengejawantahan 17 (tujuh
belas) tujuan pembangunan berkelanjutan dalam arah pembangunan nasional di setiap sektor/bidang pembangunan maupun wilayah/daerah, yang diupayakan dengan strategi yaitu : (1) menjaga keberlanjutan kehidupan so