hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika …

118
HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar (S.H) Oleh: Wyllyan Ichsan Shab Billah 11150430000093 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

(Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar (SH)

Oleh

Wyllyan Ichsan Shab Billah

11150430000093

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H2020 M

ii

HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

(Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

Wyllyan Ichsan Shab Billah

11150430000093

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr Alfitra SH MHum Hj Siti Hanna Lc MA

NIP197202032007011034 NIP197402162008012013

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H2020 M

iii

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Jakarta 30 Mei 2020

Wyllyan Ichsan Shab Billah

11150430000093

v

ABSTRAK

Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah

Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan

hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana

pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum

pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97

Halaman

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama

penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia

dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional

Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan

dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara

pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor

2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-

normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan

hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data

primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research

dengan jenis penelitian kualitatif

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati

kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar

narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)

dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang

tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan

pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana

bervariasi

Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati

Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum

2 Hj Siti Hanna Lc MA

Daftar Pustaka 1964ndash2017

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita

Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga

zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para

pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman

Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika

Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan

Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup

ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini

dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para

Akademisi

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya

keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara

keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun

spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka

sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada

dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang amat dalam kepada yang terhormat

1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu

segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini

3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu

memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen

Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan

waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan

baik

5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu

yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia

pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi

6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat

penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu

lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril

maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan

dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan

kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak

yang berbakti kelak

8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu

setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta

semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 2: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

ii

HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

(Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

Wyllyan Ichsan Shab Billah

11150430000093

Di Bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr Alfitra SH MHum Hj Siti Hanna Lc MA

NIP197202032007011034 NIP197402162008012013

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H2020 M

iii

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Jakarta 30 Mei 2020

Wyllyan Ichsan Shab Billah

11150430000093

v

ABSTRAK

Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah

Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan

hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana

pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum

pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97

Halaman

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama

penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia

dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional

Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan

dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara

pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor

2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-

normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan

hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data

primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research

dengan jenis penelitian kualitatif

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati

kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar

narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)

dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang

tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan

pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana

bervariasi

Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati

Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum

2 Hj Siti Hanna Lc MA

Daftar Pustaka 1964ndash2017

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita

Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga

zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para

pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman

Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika

Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan

Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup

ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini

dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para

Akademisi

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya

keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara

keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun

spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka

sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada

dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang amat dalam kepada yang terhormat

1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu

segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini

3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu

memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen

Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan

waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan

baik

5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu

yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia

pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi

6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat

penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu

lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril

maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan

dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan

kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak

yang berbakti kelak

8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu

setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta

semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 3: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

iii

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Jakarta 30 Mei 2020

Wyllyan Ichsan Shab Billah

11150430000093

v

ABSTRAK

Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah

Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan

hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana

pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum

pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97

Halaman

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama

penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia

dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional

Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan

dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara

pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor

2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-

normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan

hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data

primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research

dengan jenis penelitian kualitatif

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati

kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar

narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)

dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang

tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan

pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana

bervariasi

Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati

Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum

2 Hj Siti Hanna Lc MA

Daftar Pustaka 1964ndash2017

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita

Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga

zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para

pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman

Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika

Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan

Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup

ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini

dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para

Akademisi

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya

keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara

keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun

spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka

sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada

dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang amat dalam kepada yang terhormat

1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu

segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini

3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu

memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen

Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan

waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan

baik

5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu

yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia

pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi

6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat

penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu

lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril

maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan

dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan

kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak

yang berbakti kelak

8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu

setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta

semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 4: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Jakarta 30 Mei 2020

Wyllyan Ichsan Shab Billah

11150430000093

v

ABSTRAK

Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah

Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan

hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana

pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum

pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97

Halaman

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama

penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia

dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional

Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan

dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara

pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor

2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-

normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan

hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data

primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research

dengan jenis penelitian kualitatif

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati

kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar

narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)

dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang

tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan

pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana

bervariasi

Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati

Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum

2 Hj Siti Hanna Lc MA

Daftar Pustaka 1964ndash2017

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita

Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga

zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para

pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman

Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika

Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan

Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup

ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini

dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para

Akademisi

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya

keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara

keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun

spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka

sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada

dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang amat dalam kepada yang terhormat

1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu

segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini

3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu

memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen

Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan

waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan

baik

5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu

yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia

pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi

6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat

penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu

lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril

maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan

dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan

kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak

yang berbakti kelak

8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu

setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta

semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 5: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

v

ABSTRAK

Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah

Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan

hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana

pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum

pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97

Halaman

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama

penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia

dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional

Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan

dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam

putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara

pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor

2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-

normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan

hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data

primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research

dengan jenis penelitian kualitatif

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati

kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum

pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar

narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)

dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang

tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan

pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana

bervariasi

Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati

Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum

2 Hj Siti Hanna Lc MA

Daftar Pustaka 1964ndash2017

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita

Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga

zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para

pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman

Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika

Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan

Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup

ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini

dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para

Akademisi

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya

keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara

keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun

spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka

sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada

dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang amat dalam kepada yang terhormat

1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu

segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini

3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu

memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen

Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan

waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan

baik

5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu

yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia

pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi

6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat

penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu

lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril

maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan

dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan

kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak

yang berbakti kelak

8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu

setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta

semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 6: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita

Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga

zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para

pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman

Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika

Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan

Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup

ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini

dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para

Akademisi

Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya

keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara

keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun

spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka

sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada

dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang amat dalam kepada yang terhormat

1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu

segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini

3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu

memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen

Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan

waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan

baik

5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu

yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia

pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi

6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat

penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu

lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril

maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan

dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan

kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak

yang berbakti kelak

8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu

setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta

semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 7: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

vii

2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan

Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu

segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam

menyelesaikan skripsi ini

3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu

memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen

Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan

waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan

baik

5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu

yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia

pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi

6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan

ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini

7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat

penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu

lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril

maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan

dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan

kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak

yang berbakti kelak

8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu

setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta

semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 8: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

viii

9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan

menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras

10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak

bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua

pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini

11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih

penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini

Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin

Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta 30 Mei 2020

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 9: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi

PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii

LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv

ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv

KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi

DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix

PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii

BAB I PENDAHULUAN 1

A Latar Belakang Masalah 1

B Identifikasi Masalah 5

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5

1 Pembatasan Masalah 5

2 Perumusan Masalah 6

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

1 Tujuan Penelitian 6

2 Manfaat Penelitian 7

E Kajian Terdahulu 7

F Metode Penelitian 11

1 Jenis Penelitian 11

2 Sumber Data 13

3 Teknik Pengumpulan Data 14

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 10: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …

x

4 Teknik Pengolahan Data 14

5 Metode Analisis Data 15

6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15

G Sistematika Penulisan 15

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan

Hukum Pidana Islam 17

1 Pengertian Tindak Pidana 17

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24

B Teori Pemidanaan 29

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32

BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN

HUKUM ISLAM 36

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36

1 Pengertian Narkotika 36

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Nasional 51

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hukum Pidana Islam 55

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam

Hak Asasi Manusia 57

xi

BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR 63

1 Kronologi Kasus 63

2 Pertimbangan Hukum Hakim 74

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional

di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90

BAB V PENUTUP 92

A Kesimpulan 92

B Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

A Sumber Buku 95

B Peraturan Perundang-undangan 99

C Sumber Daring 100

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka

yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum

dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya

terbatas

a Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r Er ر

xiii

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

ع

koma terbalik di atas hadap kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q Qo ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

ء

apostrop

xiv

y ya ي

b Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal

atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

a fathah ــــــــــ

i kasrah ــــــــــ

u dammah ــــــــــ

Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai

berikut

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ai a dan i ــــــــــ ي

au a dan u ــــــــــ و

c Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

xv

acirc a dengan topi diatas اـــــ

icirc i dengan topi atas ىـــــ

ucirc u dengan topi diatas وـــــ

d Kata Sandang

Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd

al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة

e Tasydicircd (Syaddah)

Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf

lsquoah

f Ta Marbucirctah

Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau

diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti

dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)

(lihat contoh 3)

No Kata Arab Alih Aksara

syaricirc lsquoah شريعة 1

xvi

al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3

g Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam

transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika

nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf

kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya

Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini

misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan

dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara

sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal

dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc

h Cara Penulisan Kata

Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara

terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas

No Kata Arab Alih Aksara

al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1

الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc

أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh

xvii

al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4

المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama

narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan

penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta

melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud

dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis

maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan

dapat menimbulkan ketergantungan2

Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat

untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai

menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan

bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di

bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian

dan pengawasan yang ketat serta seksama

Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan

Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para

1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di

Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Umum)

2

pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan

penegak hukum5 itu sendiri6

Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat

memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah

kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama

norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut

diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus

informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya

penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia

Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang

sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap

narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan

masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah

morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya

Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu

melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata

kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu

bangsa dan negara serta dunia8

Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk

3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada

20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada

20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun

2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan

(Bandung Nuansa 2004) h 31

3

mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam

pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya

Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 19459

Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan

pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih

mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami

kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan

menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku

penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika

Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para

pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut

1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan

narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik

maupun psikis

2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (melawan tindakan hukum)10

Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan

sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika

yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia

sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari

narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara

secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk

9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)

4

aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya

pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan

masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika

mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman

mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama

pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga

gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi

mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan

terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat

terpidana mati pada bulan juli 2016

Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika

tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan

kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi

yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar

alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang

tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan

menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia

wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu

menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya

Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih

mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya

daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat

ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum

terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk

mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia

5

Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik

untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo

B Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka

identifikasi masalahnya sebagai berikut

1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika

2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika

dalam Hukum Positif dan Hukum Islam

3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar

narkotika

4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku

pengedar narkotika

5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia

C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas

agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan

pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti

maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman

Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam

dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional

perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35

6

Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor

12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam

Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka

mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis

menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut

a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan

Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1 Tujuan Penelitian

a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam

Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus

pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim

(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)

2 Manfaat Penelitian

a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk

mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran

narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara

7

Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010

Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan

saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman

bagi pengedar narkotika di Indonesia

c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur

berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika

E Kajian Terdahulu

Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis

mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian

pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana

mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah

ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi

terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang

penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu

1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum

Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi

menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana

penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 dan Hukum Islam

2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap

Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang

11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015

8

ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida

menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian

Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan

narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang

penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh

anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak

3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi

penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung

kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba

4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana

Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah

Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah

Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah

pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan

menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14

5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian

Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran

Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis

Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

9

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam

penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana

menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor

12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap

seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15

6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang

ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun

2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana

kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan

membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan

terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16

7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku

Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum

Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas

penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus

utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat

pelaksanaan eksekusi pidana mati17

8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di

Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo

IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang

15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak

Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim

Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I

A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi

Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016

10

hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum

dan perspektif HAM di Indonesia18

9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik

Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon

Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun

2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta

dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam

hukum pidana Islam19

10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana

Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas

tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di

masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20

Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak

pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional

berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana

Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas

tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang

menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana

mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia

18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif

Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana

Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum

Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)

11

F Metode Penelitian

1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode

Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara

mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber

tertulis21

Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library

research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan

literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis

Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba

Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo

diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata

cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun

2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam

bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa

pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah

putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek

penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka

dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik

dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti

KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana

21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga

Penelitian 2010) h 38

12

Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang

mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu

lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam

tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan

deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku

tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia

Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir

yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum

Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang

umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur

tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang

kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research

Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang

sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian

dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang

terdapat dalam sumber data

2 Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber

informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data

tersebut diklasifikasikan menjadi

23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia

1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19

13

a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika

b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri

Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah

Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab

Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair

Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel

jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika

diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang

berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana

Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT

Raja Grafindo Persada Jakarta

c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan

pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen

literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara

ilmiah dan kualitatif

24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)

14

4 Teknik Pengolahan Data

Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data

menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi

sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak

pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-

Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana

Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat

Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017

5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting

dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan

menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan

perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan

menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang

digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content

analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan

pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah

hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam

dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative

analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk

15

membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk

memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26

6 Teknik Penarikan Kesimpulan

Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis

menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara

membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat

kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di

dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok

pembahasan utama

G Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub

bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab

tersebut terdiri dari

BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah

identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan

penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode

penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik

pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan

kesimpulan serta sistematika penulisan

BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan

pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini

merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature

ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan

meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek

dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya

26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61

16

BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan

narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam

perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak

pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati

terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional

dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia

BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim

dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum

Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan

Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku

pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika

BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab

terakhir serta saran-saran yang disampaikan

17

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA

A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam

1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni

delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut

delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan

yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary

adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a

law rule or order (a sanction for discovery abuse)29

Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat

diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun

secara materiil

2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-

undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat

27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h

7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka

2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West

Publishing Co 1968)

18

dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan

(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30

KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka

istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda

tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang

belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno

dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk

menerjemahkan Strafbaar Feit31

Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang

menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo

Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi

hanya menyatakan keadaan yang kongkret32

Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik

menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan

Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh

penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33

Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh

Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang

(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat

perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan

dilakukan dengan kesalahan34

30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-

Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58

19

Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan

perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana

hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat

dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons

tentang unsur-unsur delik yaitu36

a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya

unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38

a Subjektif

1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab

2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)

b Objektif

1) Perbuatan orang

2) Akibat dari perbuatannya

35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans

Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3

20

3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti

dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum

Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar

Feit yang harus dipenuhi adalah

a Perbuatan

b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)

c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat

didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena

sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana

tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih

dahulu

Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana

Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik

a Unsur-unsur Delik

Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang

unsur-unsur delik yaitu41

a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling

dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga

mengakibatkan (een nalat ten)

b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh

Undang-Undang

39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti

1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur

Mahasiswa h 65

21

c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan

perbuatan melawan hukum

Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik

peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat

diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya

b Jenis Tindak Pidana

Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42

1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur

dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga

membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets

delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto

saja43

2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari

larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik

formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana

misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil

terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu

maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang

tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44

3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan

sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya

42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup

Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99

22

4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud

dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah

sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian

tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan

penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP

5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang

dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya

pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa

adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya

tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak

c Tindak Pidana Khusus

Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan

tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari

Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan

pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45

K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana

khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat

mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak

disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan

melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu

peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan

menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam

KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46

45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13

23

TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana

khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana

khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam

bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi

perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur

menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus

adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang

khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme

penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang

menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan

lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum

KUHP tetap berlaku47

Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka

perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada

penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih

besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi

tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM

berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus

dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana

dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan

tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan

dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola

ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni

tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49

47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13

24

Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat

berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri

ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur

permasalahan tersebut50

3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah

) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah

أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م

Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan

Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah

larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had

atau takzir52

Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan

hukuman had atau takzir53

Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu

istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai

jiwa harta atau lainnya54

50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h

67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby

cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika

Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah

Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h

67

25

Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal

dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil

buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala

qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya

jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55

Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang

diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang

dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan

agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56

Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon

Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana

Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah

adalah perbuatan pidananya

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk

ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh

syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain

a Macam-Macam Jarimah

Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu

1) Qishash

Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-

qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan

makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau

hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai

55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324

26

kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna

bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57

Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani

adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum

kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut

terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman

pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku

terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua

macam yaitu

a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan

pembunuhan bersalah)

b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)

2) Jarimah Hudud

Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had

yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-

Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib

dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59

Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul

Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan

secara syara60

57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat

M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M

Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343

27

Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani

mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo

dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu

perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum

dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku

maupun dalam rangka memaksanya61

Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud

yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia

Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah

setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat

seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan

masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan

oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud

dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada

seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina

mencuri dan meminum khamr62

Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang

semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum

minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang

merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63

Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak

61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla

Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh

Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260

Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16

28

Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan

oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan

hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan

sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai

haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak

individu)

Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi

menjadi tujuh yaitu64

a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)

b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)

c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)

d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)

e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)

f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)

g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)

3) Jarimah Takzir

Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan

pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal

pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan

merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena

melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak

ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65

Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam

memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada

64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52

29

pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan

menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia

dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat

Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam

Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para

penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan

ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash

keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini

merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66

B Teori Pemidanaan

1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan

kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan

pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk

mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan

mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk

membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui

pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman

penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan

alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap

seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar

terbukti telah melakukan perbuatan pidana

Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan

yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan

66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung

Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128

30

politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai

perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk

menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat

terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada

Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli

hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori

pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori

yaitu68

a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)

Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau

imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan

perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan

penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat

disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan

oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada

penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan

pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang

menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah

dilakukan70

68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-

56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47

31

b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)

Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif

negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan

masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-

cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam

masyarakat71

c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah

terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan

Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat

menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini

dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk

kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua

sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata

tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya72

Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat

perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-

Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata

dan ada pula sanksi pidana73

71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta

Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika

Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138

32

2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz

uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa

yang dilakukannya74

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat

disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan

sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat

dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan

balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya

Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki

keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari

kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan

mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75

Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam

disandarkan kepada dua dasar pokok76

a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memedulikan pelaku tindak pidana

b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa

melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana

Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan

bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga

hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud

dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu

74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)

h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20

33

harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena

setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77

a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum

1) Tujuan Hukum

Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak

lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan

perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan

hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa

tujuan pemberlakuan hukuman78

a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain

agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum

b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera

terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi

c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap

bagi pelaku kejahatan

d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran

dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan

mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat

2) Macam-Macam Hukuman

a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat

atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka

hukuman dibagi menjadi (2) dua

(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash

hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku

77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94

34

pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan

orang yang mendzihar istrinya

(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman

Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi

penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan

penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi

palsu)79

b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman

dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat

(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu

kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan

dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru

muhson

(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam

hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat

dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh

seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja

yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban

(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan

kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh

seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk

mendapatkan waris

(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan

sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan

c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan

hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua

79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-

28

35

(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana

seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah

batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had

(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim

dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada

terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat

diancam dengan hukuman Takzir80

d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi

menjadi (4) empat

(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan

cambuk

(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati

(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan

manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan

(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan

kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan

harta81

80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-

29

81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30

36

BAB III

NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika

1 Pengertian Narkotika

Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr

Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat

atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-

pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh

penggunanya83

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika

adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip

morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan

ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat

atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau

bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi

82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi

generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4

37

syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu

kesehatan

2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional

Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak

pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang

terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan

dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat

kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang

dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86

a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki

menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117

untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III

serta Pasal 129 huruf (a))

b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi

mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor

narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf(b))

c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk

dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli

menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal

114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121

86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256

38

untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika

golongan III serta Pasal 129 huruf(c))

d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa

mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor

narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk

narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta

Pasal 129 huruf (d))

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah

mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika

antara lain87

a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika

yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak

Rp100000000 (satu juta rupiah)

b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana

dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)

kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan

berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan

hukum

c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak

Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000

(lima puluh juta rupiah)

d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan

Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana

dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan

87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

39

sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana

pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13

(sepertiga)

e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan

Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)

dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua

miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh

miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat

5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88

f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri

(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta

rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)

bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta

rupiah)

g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak

Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)

h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau

Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana

88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 256-257

40

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)

tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar

rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar

rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak

Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89

i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit

Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana

dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)

j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak

Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000

(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar

rupiah)

l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan

Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 257

41

pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)

m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil

Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima

ratus juta rupiah)

n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar

(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling

sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak

Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)

o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak

Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah

dengan 13 (sepertiga)

p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan

Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90

Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-

hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau

tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang

atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk

negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang

90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 258-259

42

telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika

yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang

masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada

Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak

dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara

paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat

dibayar91

Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal

113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat

(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai

berikut92

a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)

b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)

c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)

d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)

Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari

a Pidana Pokok

1 Pidana mati

2 Pidana penjara

3 Kurungan

4 Denda

b Pidana Tambahan

1 Pencabutan hak-hak tertentu

2 Perampasan barang-barang tertentu

3 Pengumuman putusan hakim

91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta

2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

43

Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10

KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu

Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP

sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka

diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai

contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93

ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana

precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo

Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah

sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang

tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya

bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur

tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika

tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang

tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan

hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari

aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan

dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan

hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor

narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai

93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214

44

dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan

NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut

ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa

penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap

sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda

dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan

hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu

dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah

Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo

Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang

dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap

setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai

Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan

dalam amar putusan

Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95

a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara

memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau

Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal

117 dan Pasal 122 serta Pasal 129

b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor

mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129

94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

45

c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual

menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar

atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam

Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129

d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim

mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal

115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129

e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang

lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126

f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur

dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika

sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1

angka (13))

g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120

Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal

129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296

Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas

menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana

narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak

yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut

96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300

46

Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna

narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa

penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk

diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika

Dalam implementasinya

Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo

SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban

Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis

dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan

Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97

Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika

apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila

dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan

memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara

Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal

tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus

dibedakan

Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku

sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika yang menyatakan98

97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 1 98

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h

47

1) Setiap Penyalahgunaan

(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (Lima belas) tahun

(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 12 (dua belas) tahun

(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun

(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim

wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

116

(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat

(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan

Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan

Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi

namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka

dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko

ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap

pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang

menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika

karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo

beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime

without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing

victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang

dilakukannya sendiri99

99

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019

pukul 1330 h 3-4

48

3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan

pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu

a Sanksi Hukum Hudud

Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik

padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat

(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa

diperselisihkan lagi di antara para ulama100

Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat

bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101

Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan

ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya

dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum

khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba

lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya

akal sehat serta pengaruh buruk lainnya

Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman

cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini

tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan

maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum

khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis

simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika

mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum

100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema

Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224

49

b Sanksi Hukum Takzir

Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku

pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman

takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah

Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau

penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan

tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu

sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102

Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan

Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu

1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW

2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr

3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr

4) Jenis narkotika sangat banyak sekali

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi

bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika

adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa

penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan

harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut

1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati

terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-

bahan narkotika

2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang

melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika

3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan

penyalahgunaan narkotika

102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231

50

Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah

haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin

penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya

harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat

adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha

muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati

tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103

Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam

digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip

menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan

penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan

melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)

Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku

pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan

menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak

memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat

digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan

menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar

narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati

terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung

dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat

sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa

hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi

manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru

mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak

kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa

103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797

51

B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional

Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi

1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya

5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar

dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal

Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori

atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka

dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara

konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI

menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak

bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar

1945105

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan

sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia

karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi

sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain

yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang

akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan

104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306

52

bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan

dengan UUD 1945106

Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-

potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan

28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat

(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud

semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam

suatu masyarakat yang demokratis107

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi

dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam

menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya

Negara Hukum Republik Indonesia

Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan

aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara

yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain

diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana

106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia

diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000

53

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh

dipengaruhi oleh siapapun juga

Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu

mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam

menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar

Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah

faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108

Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan

makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden

Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung

memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek

yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak

kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda

bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia

negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat

sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda

saat ini109

Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah

Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal

perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara

dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1

108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan

Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml

diakses pada 21072019 pukul 2100

54

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya

melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110

Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana

mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119

yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan

Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari

itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten

diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan

hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan

hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112

Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi

pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi

manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa

di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi

manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi

muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP

yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati

tidak bertentangan dengan UUD 1945

Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi

dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal

penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-

Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal

1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306

55

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum

Republik Indonesia113

C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam

Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini

berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan

anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini

golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya

khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan

narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)

membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan

sekitarnya114

Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan

dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak

disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr

Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115

Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-

ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain

اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى

ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه

113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah

Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450

56

عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116

Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman

untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada

pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal

demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr

yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar

yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna

pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan

Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi

Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan

narkotika diharamkan

الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي

لايشعرون

Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-

orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah

orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117

116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

117 QS Al-Baqarah 11-12

57

D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia

Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang

paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa

depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata

tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat

kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari

pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya

penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan

meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba

serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan

masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama

Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118

Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana

mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan

pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan

pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia

menjunjung tinggi hukum119

Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan

dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman

mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi

orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime

yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat

118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua

(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1

58

independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun

termasuk intervensi dari negara lain

Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan

asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah

besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita

yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan

Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi

Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus

pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada

tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan

WNI120

Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara

hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat

luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan

ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat

manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan

negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi

dan terorisme121

Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang

Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman

pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati

hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman

tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan

pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat

120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-

mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut

Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019

59

beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang

Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi

Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan

dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya

memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang

menentang

Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP

yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-

Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan

tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan

UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman

pidana mati

Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga

menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk

itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk

menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan

oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik

pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali

(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan

122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama

1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

60

dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum

di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Hak Asasi Manusia (HAM)125

Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan

terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak

uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan

bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan

dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia

dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi

dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak

asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial

Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi

dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh

dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126

Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah

terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah

diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika

Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari

ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah

satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127

Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika

sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)

sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah

satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan

125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-

Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

61

hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui

pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat

Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi

Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan

hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri

membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta

khusus untuk kejahatan yang paling serius128

Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk

menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang

Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap

Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights

dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-

Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak

diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-

Undang tersebut129

Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan

ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak

melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada

satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat

kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati

kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak

bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih

baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya

Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang

hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku

kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan

128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-

mati) diakses tanggal 31082019

62

umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman

mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan

manusia yang lebih banyak

63

BAB IV

HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL

A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR130

1 Kronologi Kasus

Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini

dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada

kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat

sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi

Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara

Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali

melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat

polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300

gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan

mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa

mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari

130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945

64

Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan

Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut

Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi

Bin H Nanang Hidayat bersama-sama

1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi

2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar

4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji

5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132

Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-

tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal

Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan

menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual

beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana

narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan

tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut

131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada

19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer

65

Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di

Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4

(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan

Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui

sangat dekat

Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu

kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa

Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri

yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi

Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan

kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi

Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias

Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi

Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)

Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah

dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang

Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat

dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama

dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi

Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan

terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp

35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya

66

Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa

Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam

perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa

Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah

penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana

Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak

pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam

pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman

barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur

yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong

Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone

Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm

Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi

Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar

dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan

tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan

mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias

Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim

Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah

memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong

67

Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama

Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser

sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh

anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA

lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian

Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi

berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya

fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun

pengiriman dispenser batal

Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur

Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor

barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul

1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta

Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER

KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta

Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta

alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish

Tank) dari Cina

Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat

dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi

berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa

Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)

kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan

alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100

untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra

68

Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo

Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan

aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)

kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak

1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh

enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan

puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram

Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang

ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis

ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898

harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan

biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu

rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga

mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi

harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua

puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang

sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe

Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim

melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan

sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah

uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga

uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-

(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut

dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu

rupiah) perbutir

Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di

Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari

Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan

69

selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari

jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima

upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar

10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan

Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo

Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of

Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada

Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada

terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri

sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya

menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut

melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa

Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk

memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra

Halim Alias Akiong Bin Tingtong

Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani

Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung

menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya

pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung

fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu

dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA

Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin

Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat

sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin

air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong

dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-

70

95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan

komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang

namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias

Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang

biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal

fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan

Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung

Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012

disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut

berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis

ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat

ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969

(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma

sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan

biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang

normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer

TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp

90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)

Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam

1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal

Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias

Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa

kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu

juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau

setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu

sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang

71

lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga

disidangkan

Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau

pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan

untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli

menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I

sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman

Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua

belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang

lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan

puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika

Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan

terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan

kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum

membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika

Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan

alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap

Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya

Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima

72

permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan

banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara

Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093

KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya

menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias

Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada

Terdakwa

Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung

yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi

Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat

Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No

001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-

alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan

KembaliTerpidana pada pokoknya adalah

ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa

yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih

berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas

dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat

diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih

ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti

Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama

Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana

putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website

Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti

73

Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan

sebagai berikut

a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093

KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No

389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam

dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan

KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati

b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas

nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr

Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah

dijelaskan kronologinya di atas

c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah

tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan

KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan

Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah

mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa

mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama

dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur

Supriadi dan Yu Tang

d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang

mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan

Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka

penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi

(sangat jauh berbeda)

e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon

Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu

74

di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana

yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang

lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi

f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di

antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi

juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara

Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di

antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang

dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan

Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan

g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini

Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai

sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati

Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi

hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa

merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur

hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu

2 Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah

didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair

Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132

ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada

dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113

ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang

Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa

melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35

tahun 2009 tentang Narkotika

75

Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-

Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan

hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual

menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan

menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya

melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan

tanaman dengan berat 5 gram atau lebih

Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk

kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat

digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan

Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang

diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam

jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39

Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya

dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana

penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin

khusus penyaluran dari Menteri

Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP

tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)

sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan

hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk

76

mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan

(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka

sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan

Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan

mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara

(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak

pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP

Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam

perkara ini

Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa

maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan

tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut

Hal-hal yang memberatkan

a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda

c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih

menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya

e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara

atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya

77

sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang

tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika

Hal-hal yang meringankan Tidak ada

Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di

atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik

berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut

Undang-Undang

B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU

Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat

pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah

diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut

dengan tindak pidana khusus

Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai

tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang

memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya

133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90

78

pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang

dimuat dalam KUHP134

Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur

pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-

perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135

a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika

Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)

b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika

Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)

c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika

Golongan I (Pasal 113)

d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam

jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)

e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I

(Pasal 115)

f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika

Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain (Pasal 116)

Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak

pidana Narkotika adalah sebagai berikut

a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara

dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan

(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)

b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp

80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana

134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan

Pidana)

79

narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur

hidup

c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan

pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh

korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur

dan apabila ada pengulangan (residivie)

Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman

terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan

narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat

ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara

kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

80

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya

Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak

pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak

1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya

dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga

pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13

dari maksimum pidana yang di ancamkan136

Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini

adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi

136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)

h 204-205

81

melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat

karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban

masyarakat

Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan

Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan

pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112

Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119

Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat

(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan

13 (sepertiga)

Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya

sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9

(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr

Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa

disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana

yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari

maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi

pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara

Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar

putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah

menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah

ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi

hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah

Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran

gelap narkotika dan penyalahguna narkotika

82

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi

Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat

pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal

25 November 2013

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan

berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie

hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang

dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara

sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13

(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan

perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini

menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa

83

C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam

Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang

pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa

Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa

narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula

peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa

dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia

Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan

Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan

qiyas137

Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama

tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan

Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr

pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat

memabukkan138

Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan

dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih

berbahaya dari khamr itu sendiri139

Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana

Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang

137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid

Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177

84

berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan

sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat

Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr

Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan

narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera

sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau

obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan

kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan

hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya

hanya 40 kali141

Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena

perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300

gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan

itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau

dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan

pada penjatuhan sanksi jenis takzir

Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada

aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena

melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan

dengan sanksi hukuman tertentu142

Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah

hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya

140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52

85

Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk

memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan

perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam

sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan

berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena

dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa

dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah

maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan

sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan

residivie)

Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga

Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan

pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir

penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang

diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak

pidana (residivie)

Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-

aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi

hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh

seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat

keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut

hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal

syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan

masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut

143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4

Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti

kakasejak2009

86

hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan

jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145

1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan

jarimah jinayah lagi

2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata

ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa

berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena

kadaluwarsa

3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan

atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan

ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka

hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya

Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat

seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana

Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan

hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi

Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku

dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu

al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka

sanksinya adalah hukuman mati

وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب

وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة

145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV

h 325

87

ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج

داودصريحاعنالزهري

Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu

alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-

lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali

cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah

lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad

Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh

Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146

Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum

Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama

adalah

الضرريزال

Artinya Bahaya harus dihilangkan147

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat

mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika

berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis

Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat

Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang

berbunyi

الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص

Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148

146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam

penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451

147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42

88

Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap

Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah

tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman

penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih

baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap

berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi

Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang

lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi

Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan

menghukum penjara seumur hidup

Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi

Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada

tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan

melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli

Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda

sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan

pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat

komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi

Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap

menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar

putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25

November 2013

Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi

yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No

1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum

terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu

89

Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan

Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-

KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner

pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi

dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis

Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang

digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum

Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali

Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan

Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih

bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada

putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi

tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu

syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung

pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon

Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada

Sdr Fredi Budiman

Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus

penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya

mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan

diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr

Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan

tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana

Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145

PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama

pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman

dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua

90

kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu

al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak

empat kali

D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana

Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR

Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada

putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap

pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr

Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir

sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau

jumlah yang diperdagangkan

Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr

Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang

beberapa faktor diantaranya

a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik

Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap

narkotika dan penyalahguna narkotika

b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat

banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat

merusak banyak bangsa Indonesia

c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika

internasional yang berada di Indonesia

d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani

hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya

e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga

Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan

91

merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi

terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika

Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar

putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati

terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika

diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan

menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi

hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui

Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa

telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat

tinggi terhadap generasi penerus bangsa

Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah

merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau

immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman

agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan

Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup

masyarakat Indonesia yang lebih baik

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman

pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat

tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa

Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang

kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah

tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan

menggunakan narkotika tanpa hak

92

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika

dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang

berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa

sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus

dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah

dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan

khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika

belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang

dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan

hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27

gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi

Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari

penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada

penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya

sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa

Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam

takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan

mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada

penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana

yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi

takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf

pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan

tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan

narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer

yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr

93

Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam

Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan

hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya

tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)

2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh

Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan

penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi

pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara

denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu

perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun

untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana

narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda

berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp

1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika

untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan

seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang

didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan

dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum

cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)

94

B Saran

Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat

bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah

hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah

1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak

pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya

konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang

memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the

law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah

melanggarnya

2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih

cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh

narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran

dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah

3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga

mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di

Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

mengakibatkan melanggar hukum

95

DAFTAR PUSTAKA

A Sumber Buku

Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta

Lembaga Penelitian 2010

Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar

Qutaibah 1989

Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007

Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994

Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-

Halaby 1975

Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT

Citra Aditya 2002

Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt

--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt

--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy

Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu

2007

Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West

Publishing Co 1968

Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988

Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997

Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013

Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang

Lingkup Tindak Pidana Khusus

Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997

96

Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah

Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press

2009

Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan

Melawan Bandung Nuansa 2004

Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994

---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi

Jakarta Pradnya Paramita 1985

---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009

Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990

Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba

Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018

Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010

Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013

---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016

Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai

Lektur Mahasiswa 2005

---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur

Mahasiswa 2005

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT

Balai Pustaka 2001

Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003

Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya

Bakti 1997

Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975

97

Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja

Grafindo Persada 2012

Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008

Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika

2005

Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000

Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara

1994

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987

---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002

---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004

Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989

Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh

lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt

Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian

Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011

Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka

1976

Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988

Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika

Aditama 2008

---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama

2008

Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II

Jakarta Gema Insani Press 1995

98

Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978

---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt

Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni

Ahaem-Petehaem 1996

Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989

Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990

Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika

Offset 2011

Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka

Cipta 2012

Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara

bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen

Kesehatan 1999

Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan

Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005

Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011

Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011

Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)

Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987

Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta

PT Sinar Grafika Offset 2005

Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983

Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-

Fikr 1997

99

B Peraturan Perundangan-undangan

Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses

Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat

2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Pidana)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(Ketentuan Umum)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pidana Mati

Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor

2267PidSus2012PNJKTBAR

C Skripsi

Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015

Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta 2009

100

D Sumber DaringJurnal Online

Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-

hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-

danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019

Pukul 1810

httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada

21122019 Pukul 1330

httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul

1300

httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-

menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019

Pukul 2000

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009

diakses pada 19072019 Pukul 0955

httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN

arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada

20072019 Pukul 1800

httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-

pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019

Pukul 1755

httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-

Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-

pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100

httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-

terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230

101

httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-

indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930

httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses

pada 20072019 Pukul 1530

httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada

20072019 Pukul 1600

httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses

pada 20072019 Pukul 1700

Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-

menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR

wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945

Page 11: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 12: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 13: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 14: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 15: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 16: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 17: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 18: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 19: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 20: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 21: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 22: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 23: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 24: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 25: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 26: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 27: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 28: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 29: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 30: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 31: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 32: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 33: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 34: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 35: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 36: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 37: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 38: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 39: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 40: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 41: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 42: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 43: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 44: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 45: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 46: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 47: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 48: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 49: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 50: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 51: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 52: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 53: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 54: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 55: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 56: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 57: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 58: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 59: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 60: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 61: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 62: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 63: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 64: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 65: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 66: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 67: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 68: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 69: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 70: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 71: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 72: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 73: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 74: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 75: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 76: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 77: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 78: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 79: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 80: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 81: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 82: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 83: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 84: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 85: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 86: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 87: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 88: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 89: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 90: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 91: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 92: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 93: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 94: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 95: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 96: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 97: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 98: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 99: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 100: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 101: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 102: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 103: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 104: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 105: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 106: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 107: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 108: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 109: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 110: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 111: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 112: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 113: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 114: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 115: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 116: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 117: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …
Page 118: HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA …