HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
(Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar (SH)
Oleh
Wyllyan Ichsan Shab Billah
11150430000093
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H2020 M
ii
HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
(Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
Wyllyan Ichsan Shab Billah
11150430000093
Di Bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr Alfitra SH MHum Hj Siti Hanna Lc MA
NIP197202032007011034 NIP197402162008012013
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H2020 M
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jakarta 30 Mei 2020
Wyllyan Ichsan Shab Billah
11150430000093
v
ABSTRAK
Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah
Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan
hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana
pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum
pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97
Halaman
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama
penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia
dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional
Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan
dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara
pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor
2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-
normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan
hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data
primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research
dengan jenis penelitian kualitatif
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati
kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar
narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)
dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang
tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan
pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana
bervariasi
Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati
Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum
2 Hj Siti Hanna Lc MA
Daftar Pustaka 1964ndash2017
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita
Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga
zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para
pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman
Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika
Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan
Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup
ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini
dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
Akademisi
Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya
keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara
keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun
spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka
sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada
dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang amat dalam kepada yang terhormat
1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu
segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini
3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu
memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen
Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan
waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan
baik
5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu
yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia
pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi
6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat
penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu
lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril
maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan
dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan
kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak
yang berbakti kelak
8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu
setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta
semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
ii
HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
(Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
Wyllyan Ichsan Shab Billah
11150430000093
Di Bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr Alfitra SH MHum Hj Siti Hanna Lc MA
NIP197202032007011034 NIP197402162008012013
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H2020 M
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jakarta 30 Mei 2020
Wyllyan Ichsan Shab Billah
11150430000093
v
ABSTRAK
Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah
Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan
hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana
pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum
pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97
Halaman
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama
penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia
dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional
Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan
dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara
pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor
2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-
normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan
hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data
primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research
dengan jenis penelitian kualitatif
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati
kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar
narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)
dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang
tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan
pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana
bervariasi
Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati
Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum
2 Hj Siti Hanna Lc MA
Daftar Pustaka 1964ndash2017
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita
Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga
zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para
pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman
Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika
Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan
Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup
ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini
dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
Akademisi
Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya
keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara
keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun
spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka
sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada
dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang amat dalam kepada yang terhormat
1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu
segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini
3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu
memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen
Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan
waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan
baik
5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu
yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia
pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi
6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat
penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu
lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril
maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan
dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan
kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak
yang berbakti kelak
8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu
setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta
semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jakarta 30 Mei 2020
Wyllyan Ichsan Shab Billah
11150430000093
v
ABSTRAK
Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah
Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan
hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana
pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum
pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97
Halaman
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama
penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia
dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional
Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan
dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara
pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor
2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-
normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan
hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data
primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research
dengan jenis penelitian kualitatif
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati
kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar
narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)
dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang
tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan
pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana
bervariasi
Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati
Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum
2 Hj Siti Hanna Lc MA
Daftar Pustaka 1964ndash2017
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita
Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga
zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para
pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman
Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika
Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan
Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup
ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini
dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
Akademisi
Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya
keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara
keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun
spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka
sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada
dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang amat dalam kepada yang terhormat
1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu
segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini
3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu
memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen
Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan
waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan
baik
5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu
yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia
pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi
6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat
penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu
lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril
maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan
dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan
kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak
yang berbakti kelak
8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu
setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta
semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1 Skripsi ini merupakan asli hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jakarta 30 Mei 2020
Wyllyan Ichsan Shab Billah
11150430000093
v
ABSTRAK
Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah
Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan
hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana
pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum
pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97
Halaman
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama
penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia
dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional
Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan
dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara
pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor
2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-
normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan
hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data
primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research
dengan jenis penelitian kualitatif
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati
kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar
narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)
dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang
tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan
pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana
bervariasi
Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati
Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum
2 Hj Siti Hanna Lc MA
Daftar Pustaka 1964ndash2017
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita
Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga
zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para
pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman
Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika
Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan
Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup
ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini
dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
Akademisi
Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya
keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara
keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun
spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka
sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada
dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang amat dalam kepada yang terhormat
1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu
segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini
3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu
memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen
Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan
waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan
baik
5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu
yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia
pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi
6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat
penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu
lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril
maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan
dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan
kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak
yang berbakti kelak
8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu
setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta
semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
v
ABSTRAK
Wyllyan Ichsan Shab Billah NIM 11150430000093 Judul Skripsi ini adalah
Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis putusan
hakim dalam penjatuhan sanksi eksekusi pidana mati bagi pelaku tindak pidana
pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan aspek hukum pidana Islam dan hukum
pidana Nasional Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 1441 H2020 M + 97
Halaman
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Pertama
penjatuhan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika di Indonesia
dalam dua kacamata hukum yaitu hukum pidana Islam dan hukum pidana Nasional
Kedua analisis putusan hakim dalam penjatuhan hukuman pidana mati berdasarkan
dengan kasus yang terkait tindak pidana pengedaran narkotika di Indonesia dalam
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2267PidSus2012 Ketiga tata cara
pelaksanaan eksekusi pidana mati di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor
2PNPS1964 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati dan Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis-
normatif-doktriner yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber tertulis putusan
hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek penelitian sumber data
primer Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library research
dengan jenis penelitian kualitatif
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa penjatuhan hukuman mati
kepada pelaku tindak pidana pengedar narkotika ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Islam adalah Had dan Takzir Sedangkan ditinjau dalam perspektif hukum
pidana Nasional menurut analisis putusan hakim adalah sanksi bagi pelaku pengedar
narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara denda serta kurungan)
dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu perampasan barang-barang
tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan
pemidanaan terhadap tindak pidana narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana
bervariasi
Kata Kunci Hukuman Mati Pengedar Narkotika Eksekusi Pidana Mati
Pembimbing 1 Dr Alfitra SH MHum
2 Hj Siti Hanna Lc MA
Daftar Pustaka 1964ndash2017
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita
Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga
zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para
pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman
Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika
Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan
Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup
ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini
dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
Akademisi
Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya
keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara
keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun
spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka
sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada
dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang amat dalam kepada yang terhormat
1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu
segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini
3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu
memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen
Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan
waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan
baik
5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu
yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia
pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi
6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat
penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu
lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril
maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan
dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan
kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak
yang berbakti kelak
8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu
setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta
semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi Sholawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi kita
Sayyidina Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah hingga
zaman keilmuan seperti sekarang ini Tak lupa pula kepada keluarga sahabat dan para
pengikutnya yang selalu mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman
Skripsi yang berjudul Hukuman Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika
Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan
Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR) merupakan karya tulis penutup
ditingkatan Strata satu (S1) dari semua pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Semoga lahirnya karya tulis ini
dapat menambah khazanah keilmuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
Akademisi
Dalam penulisan skripsi ini penulis sangat menyadari akan pentingnya
keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi dukungan secara
keilmuan pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara moril maupun
spiritual Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik Dukungan mereka
sangatlah berarti karena dukungan mereka segala halangan dan hambatan yang ada
dapat teratasi dengan mudah dan terarah Dengan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang amat dalam kepada yang terhormat
1 Bapak Dr H Ahmad Thalabi Karlie SH MH MA Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu
segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini
3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu
memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen
Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan
waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan
baik
5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu
yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia
pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi
6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat
penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu
lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril
maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan
dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan
kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak
yang berbakti kelak
8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu
setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta
semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
vii
2 Ibu Hj Siti Hanna Lc MA Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan
Bapak Hidayatullah SH MH selaku Sekretaris Prodi yang telah membantu
segala hal yang bekenaan dengan perkuliahan hingga motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini
3 Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selalu
memberikan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Bapak Alfitra SH MHum dan Ibu Hj Siti Hanna Lc MA selaku dosen
Pembimbing Skripsi atas kesabaran membimbing mengarahkan dan meluangkan
waktunya bagi penulis sehingga skripsi ini lebih terarah dan dapat selesai dengan
baik
5 Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas memberikan ilmu
yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyambung ilmu baik dalam dunia
pekerjaan maupun akademik ditingkat yang lebih tinggi
6 Pimpinan beserta jajarannya Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan
ini Baik berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini
7 Teruntuk kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta adik yang sangat
penulis cintai Terimakasih yang amat dalam telah memberikan segalanya baik itu
lantunan bait-bait doa disetiap malamnya ataupun yang bersifat dukungan moril
maupun materil Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kesehatan
dan kemulian di dunia maupun akhirat atas segala kebaikannya yang telah diberikan
kepada penulis Semoga dapat membahagiakan membanggakan dan menjadi anak
yang berbakti kelak
8 Teruntuk senior-senior dan para sahabat-sahabatku IKAPPMAM teman yang selalu
setia menemani disetiap waktunya dan membantu segenap jiwa dan raga serta
semangat motivasinya hingga saat ini Terimakasih telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
viii
9 Teruntuk keluarga besar Perbandingan Mazhab angkatan 2015 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah saling membantu disegala keadaan dan
menjadi tempat bertukar fikiran dengan penuh semangat dan kerja keras
10 Teruntuk sahabat-sahabat PMII Komfaksyahum terkhusus angkatan 2015 yang tak
bisa disebutkan satu persatu Terimakasih telah hadir dan memberikan semua
pembelajaran dan pengalaman berharganya diluar bangku perkuliahan selama ini
11 Ucapan terakhir penulis tujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini
Karena proses tidak akan mendustakan hasil semuanya bergantung kepada
kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh
malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti Amin
Wassalamualaikum Wr Wb
Jakarta 30 Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipi
PERSETUJUAN PEMBIMBINGhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiii
LEMBAR PERNYATAANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipiv
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipv
KATA PENGANTARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipvi
DAFTAR ISIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipix
PEDOMAN TRANSLITERASIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellipxii
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Identifikasi Masalah 5
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 5
1 Pembatasan Masalah 5
2 Perumusan Masalah 6
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6
1 Tujuan Penelitian 6
2 Manfaat Penelitian 7
E Kajian Terdahulu 7
F Metode Penelitian 11
1 Jenis Penelitian 11
2 Sumber Data 13
3 Teknik Pengumpulan Data 14
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945
x
4 Teknik Pengolahan Data 14
5 Metode Analisis Data 15
6 Teknik Penarikan Kesimpulan 15
G Sistematika Penulisan 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA 17
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan
Hukum Pidana Islam 17
1 Pengertian Tindak Pidana 17
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 17
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 24
B Teori Pemidanaan 29
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional 29
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam 32
BAB III NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM 36
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika 36
1 Pengertian Narkotika 36
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional 37
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam 48
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Nasional 51
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hukum Pidana Islam 55
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam
Hak Asasi Manusia 57
xi
BAB IV HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL 63
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR 63
1 Kronologi Kasus 63
2 Pertimbangan Hukum Hakim 74
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 77
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 83
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
di dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR 90
BAB V PENUTUP 92
A Kesimpulan 92
B Saran 94
DAFTAR PUSTAKA 95
A Sumber Buku 95
B Peraturan Perundang-undangan 99
C Sumber Daring 100
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka
yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum
dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya
terbatas
a Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
xiii
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
xiv
y ya ي
b Vokal
Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong Untuk vokal tunggal
atau monoftong ketentuan alih aksaranya sebagai berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu untuk vokal rangkap atau diftong ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd) yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
xv
acirc a dengan topi diatas اـــــ
icirc i dengan topi atas ىـــــ
ucirc u dengan topi diatas وـــــ
d Kata Sandang
Kata sandang yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال) dialih aksarakan menjadi huruf ldquolrdquo (el) baik diikuti huruf syamsiyyah
atau huruf qamariyyah Misalnya الإجثهاد = al-ijtihacircd
al-rukhsah bukan ar-rukhsah = الرخصة
e Tasydicircd (Syaddah)
Dalam alih aksara syaddah atau tasydicircd dilambangkan dengan huruf yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah Tetapi hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah Misalnya الشفعة = al-syuicirc lsquoah tidak ditulis asy-syuf
lsquoah
f Ta Marbucirctah
Jika ta marbucirctah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (narsquot) (lihat contoh 2) maka huruf ta marbucirctah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf ldquohrdquo (ha) Jika huruf ta marbucirctah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism) maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf ldquotrdquo (te)
(lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
syaricirc lsquoah شريعة 1
xvi
al- syaricirc lsquoah al-islacircmiyyah الشريعة الإسلامية 2
Muqacircranat al-madzacirchib مقارنة المذاهب 3
g Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital namun dalam
transliterasi huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya
Misalnya لبخاريا = al-Bukhacircri tidak ditulis al-Bukhacircri
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini
misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal Berkaitan
dengan penulisan nama untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab Misalnya Nuruddin al-Raniri tidak ditulis Nucircr al-Dicircn al-Racircnicircricirc
h Cara Penulisan Kata
Setiap kata baik kata kerja (firsquol) kata benda (ism) atau huruf (harf) ditulis secara
terpisah Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
No Kata Arab Alih Aksara
al-darucircrah tubicirchu almahzucircracirct الضرورة تبيح المحظورات 1
الإقتصاد الإسلامي 2 al-iqtisacircd al-islacircmicirc
أصول الفقه 3 usucircl al-fiqh
xvii
al-lsquoasl fi al-asyyacircrsquo alibacirchah الأصل فى الأشياء الإباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya disingkat dengan nama
narkoba merupakan masalah sangat kompleks yang memerlukan
penanggulangan secara komprehensif1 terus menerus dan aktif serta
melibatkan para ahli pihak penegak hukum dan elemen masyarakat lainnya
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang dimaksud
dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan2
Menurut para ahli dalam praktik kedokteran narkotika masih bermanfaat
untuk pengobatan tapi bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
menurut indikasi medis atau standart pengobatan maka akan sangat merugikan
bagi penggunanya Walaupun narkotika adalah bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan namun di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian
dan pengawasan yang ketat serta seksama
Penyalahgunaan narkotika sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan
Hal itu terlihat semakin maraknya penyalahgunaan narkotika di kalangan para
1Jurnal Daulat Hukum Bayu Puji Hariyanto Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba Di
Indonesia Vol1 No1 Maret 2018 2Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Umum)
2
pelajar remaja pejabat negara3 elit politik4 bahkan para aparat keamanan dan
penegak hukum5 itu sendiri6
Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia sekarang ini sudah sangat
memprihatinkan Keadaan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain adalah
kesadaran masyarakat Indonesia tentang kurang taatnya terhadap ajaran agama
norma dan moral serta aturan perundangan-undangan Keadaan tersebut
diperparah dengan pesatnya pengaruh globalisasi yang membawa arus
informasi dan transformasi budaya yang sangat pesat diantaranya
penyalahgunaan narkotika dan peredaran narkotika di Indonesia
Masyarakat Indonesia pada Tahun 2017 dihadapkan pada keadaan yang
sangat mengkhawatirkan (darurat narkoba) akibat maraknya peredaran gelap
narkotika serta penyalahgunaan narkotika secara ilegal ditengah kehidupan
masyarakat7 Narkotika terbagi menjadi beberapa golongan antara lain adalah
morphin heroin ganja dan cocain shabu-shabu pil koplo dan sejenisnya
Bahaya penyalahgunaan narkotika tidak hanya terbatas pada diri pecandu
melainkan dapat membawa akibat lebih jauh lagi yaitu gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang bisa berdampak pada malapetaka runtuhnya suatu
bangsa dan negara serta dunia8
Dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan kebijakan untuk
3httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses pada
20072019 pukul 1530 4httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 pukul 1600 5httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses pada
20072019 pukul 1700 6M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31 7Budi Waseso Kepala BNN Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba Di 34 Provinsi Tahun
2017 91 Penyalahguna Narkoba h 6 8M Arief Hakim Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan Melawan
(Bandung Nuansa 2004) h 31
3
mengendalikan mengawasi penggunaan dan peredaran narkotika dalam
pemberian sanksi terhadap penyalahgunaan serta para pengedar narkotikanya
Dasar hukumnya adalah Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 19459
Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika merupakan upaya pemberian sanksi pidana bagi penyalahguna dan
pengedar yang menyalahi ketentuan perundang-undangan dengan lebih
mengedepankan sisi kemanusiaannya Penyalahguna yang mengalami
kecanduan narkotika dilakukan rehabilitasi agar terbebas kebiasaan
menggunakan narkotika Berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika didalamnya jelas bahwa pelaku
penyalahgunaan narkotika merupakan pelaku tindak pidana narkotika
Disamping itu Undang-Undang tersebut juga telah mengklarifikasikan para
pelaku menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut
1 Pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dalam keadaan ketergantungan pada narkotika baik secara fisik
maupun psikis
2 Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (melawan tindakan hukum)10
Pada pecandu narkotika hakikatnya mereka lebih tepat dikategorikan
sebagai korban pergaulan secara bebas dari ulah tangan penyalahguna narkotika
yang melakukan kejahatan mengedarkan narkotika secara ilegal Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat internasional turut menyadari akan dampak dari
narkotika bagi kehidupan dan kelangsungan masa depan bangsa dan negara
secara nasional menyatakan perang terhadap narkotika dengan membentuk
9Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 10Moeljatno Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika (Pradnya Paramita 2004)
4
aturan hukum untuk menjerat pelaku tindak pidana narkotika ini Terdapat di
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Fenomena maraknya eksekusi mati pun berlanjut seiring maraknya
pengedaran narkotika yang kian merajalela ke berbagai kalangan kehidupan
masyarakat Indonesia Tingginya intensitas kejahatan peredaran narkotika
mendorong kembali kepada Jaksa Agung untuk melanjutkan eksekusi hukuman
mati gelombang ke-IV bagi terpidana kasus narkotika Adapun selama
pemerintahan Joko Widodo telah dilakukan eksekusi mati sebanyak tiga
gelombang gelombang pertama pertama terdapat enam terpidana dieksekusi
mati pada bulan januari tahun 2015 gelombang kedua terdapat delapan
terpidana mati pada bulan april 2015 dan gelombang ketiga terdapat empat
terpidana mati pada bulan juli 2016
Dorongan untuk menerapkan hukuman mati bagi pengedar narkotika
tersebut didasarkan atas alasan bahwa kejahatan narkotika merupakan
kejahatan yang sangat luar biasa extraordinary crimes yang harus diperangi
yang telah merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang sangat besar
alasan lain hukuman mati diterapkan sebagai pesan kepada semua sindikat yang
tergabung kepada lingkaran peredaran narkotika secara ilegal agar jangan
menganggap remeh ketegasan yang melekat pada sistem hukum di Indonesia
wacana melanjutkan eksekusi mati ini selalu menarik karena selalu
menimbulkan pro-kontra yang tidak pernah ada ujungnya
Beberapa negara yang telah menerapkan hukuman mati lebih
mengutamakan kedaulatan hukum serta melindungi keselamatan rakyatnya
daripada membiarkan kejahatan narkotika merajalela di Indonesia sampai saat
ini hukuman mati masih dilaksanakan terkait efektivitas penerapannya belum
terdapat data konkrit apakah hukuman mati itu efektif atau tidak untuk
mengurangi kejahatan sekaligus menekan peredaran narkotika di Indonesia
5
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut Penulis tertarik
untuk meneliti dan membahas lebih jauh tentang Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional dalam bentuk skripsi dengan judul ldquoHukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
Dan Hukum Pidana Nasional (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR)rdquo
B Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas Maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut
1 Apakah terdapat persamaan dan perbedaan antara Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional dalam tindak pidana narkotika
2 Apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana narkotika
dalam Hukum Positif dan Hukum Islam
3 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Islam terhadap pelaku pengedar
narkotika
4 Bagaimana Perspektif Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika
5 Bagaimana Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di Indonesia
C Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis kemukakan di atas
agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan
pembahasan yang menyimpang dari pokok permasalahan yang diteliti
maka masalah yang akan dikaji dan diteliti dibatasi seputar Hukuman
Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam
dan Hukum Pidana Nasional Didalam Hukum Pidana Nasional
perspektif Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 35
6
Tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor
12 Tahun 2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati Dan didalam
Hukum Pidana Islam perspektif Jarimah
2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah di atas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan penulis
menyusun suatu rumusan masalah sebagai berikut
a Bagaimana perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Bagaimana pertimbangan hukum oleh hakim di dalam Putusan
Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
D Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
a Untuk mengetahui perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika di dalam
Putusan Hakim (Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
b Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim terhadap kasus
pengedar narkotika di Indonesia dalam Putusan Hakim
(Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR)
2 Manfaat Penelitian
a Secara Akademis menambah pengetahuan dan wawasan untuk
mengetahui sanksi hukuman mati tindak pidana pengedaran
narkotika dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara
7
Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010
Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
b Secara Praktis menghasilkan informasi sebagai bahan rujukan dan
saran bagi semua pihak dalam memahami dan menjalankan hukuman
bagi pengedar narkotika di Indonesia
c Secara Teoritis mengembangkan ilmu pengetahuan yang mengatur
berkenaan dengan aturan sanksi tindak pidana narkotika
E Kajian Terdahulu
Dari beberapa buku dan literatur dari berbagai sumber Penulis
mengambil untuk menjadikannya sebuah perbandingan mengenai kajian
pandangan dalam Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap sanksi pidana
mati bagi pengedar narkotika dilihat Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah
ditulis oleh yang lainnya maka Penulis me-review beberapa skripsi
terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis angkat Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi yaitu
1 Skripsi berjudul Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum
Islam yang ditulis oleh Farid Fauzi11 Dalam karya ilmiah ini Farid Fauzi
menjelaskan secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak pidana
penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 dan Hukum Islam
2 Skripsi berjudul Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur yang
11Farid Fauzi Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2015
8
ditulis oleh Laili Maulida12 Dalam karya ilmiah ini Laili Maulida
menjelaskan secara khusus menguraikannya kepada pembahasan Kajian
Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika oleh anak dibawah umur penjelasan umum tentang
penyalahgunaan narkotika dan sanksi penyalahgunaan narkotika oleh
anak-anak dibawah umur serta hak-hak anak
3 Buku yang berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional membahas sanksi
penyalahgunaan narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional13 Dalam buku ini pembahasan lebih cenderung
kepada Hukum Pidana Nasional terhadap penyalahgunaan narkoba
4 Skripsi yang berjudul Sanksi Pengulangan (Residivie) Tindak Pidana
Peredaran Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis Putusan Mahkamah
Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) ditulis oleh Nabilah Salsabilah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 Dalam karya ilmiah ini Nabilah
Salsabilah objek penelitian utamanya membahas kepada masalah
pengulangan tindak pidana (Residivie) narotika golongan I dengan
menggunakan perspektif hukum Islam dan hukum positif14
5 Skripsi yang berjudul Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian
Tindak Pidana Oleh Anak Pasca Disahkannya Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
12Laili Maulida Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus Penyalahgunaan
Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 13Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional (Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008) 14Nabila Salsabilah Sanksi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Tindak Pidana Peredaran
Narkotika Golongan I Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia (Analisis
Putusan Mahkamah Agung Nomor 145PKPIDSUS2016) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017
9
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) ditulis oleh Dewi Arifah
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Dalam
penelitian ini yang menjadi objek utama adalah bagaimana
menyelesaikan perkara anak dalam kasus Nomor
12PidSus2014PNSmg dan bentuk perlindungan hukum terhadap
seorang anak dibawah umur dalam memutuskan perkara residivie15
6 Skripsi yang berjudul Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I A Padang
ditulis oleh Bobby Ameldi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun
2008 Dalam skripsi ini membahas tentang pengulangan tindak pidana
kejahatan narkotika pada pengadilan negeri kelas I A Padang dan
membahas pertimbangan putusan hakim dalam penjatuhan putusan
terhadap pelaku pengulangan tindak pidana narkotika16
7 Skripsi yang berjudul Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku
Pengedar Narkotika ditulis oleh Tri Fajar Nugroho Fakultas Hukum
Universitas Lampung Tahun 2016 Dalam skripsi ini membahas
penjatuhan hukuman mati terhadap pengedar narkotika dengan fokus
utamanya analisis menurut hukum positif dan faktor penghambat
pelaksanaan eksekusi pidana mati17
8 Jurnal yang berjudul Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di
Indonesia Perspektif Sosiologi Hukum ditulis oleh Agus Purnomo
IAIN Ponorogo Tahun 2016 Jurnal ini pembahasan utamanya tentang
15Dewi Arifah Analisis Yuridis Sosiologis Tentang Penyelesaian Tindak Pidana Oleh Anak
Pasca Disahkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus
Perkara Nomor 12PidSus2014PNSmg) Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
Tahun 2015 16Bobby Ameldi Pengulangan Tindak Pidana (Residivie) Sebagai Pertimbangan Hakim
Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkotika di Pengadilan Negeri Kelas I
A Padang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2008 17Tri Fajar Nugroho Penjatuhan Pidana Mati Terhadap Pelaku Pengedar Narkotika Skripsi
Fakultas Hukum Universitas Lampung Tahun 2016
10
hukuman mati oleh pengedar narkoba melalui perspektif sosiologi hukum
dan perspektif HAM di Indonesia18
9 Jurnal yang berjudul Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik
Hukum Pidana Islam dan Hukuman Mati ditulis oleh Habib Sulthon
Asnawi Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta Tahun
2012 Jurnal ini membahas tentang konsep ham secara universal beserta
dengan hukum pidana Islam hukuman mati dan konsep keadilan dalam
hukum pidana Islam19
10 Jurnal yang berjudul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika ditulis oleh Gilang Fajar Shadiq Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan Tahun 2017 Jurnal ini membahas
tentang formulasi kebijakan hukum dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika guna penegakan hukum yang ideal di
masa yang akan datang terhadap pelaku tindak pidana narkotika20
Sementara kajian ini secara khusus memfokuskan kepada sanksi tindak
pidana mati bagi pengedaran narkotika perspektif Hukum Pidana Nasional
berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Hukum Pidana
Islam Adapun beberapa karya tulis yang ada sebelumnya hanya membahas
tindak pidana penyalahgunaan narkotika secara global dan kurang
menekankan serta melakukan spesifikasi terhadap sanksi hukuman pidana
mati bagi pelaku pengedaran narkotika di Indonesia
18Agus Purnomo Hukuman Mati Bagi Tindak Pidana Narkoba di Indonesia Perspektif
Sosiologi Hukum Jurnal Hukum dan Syariah IAIN Ponorogo (Vol 8 No 1 2016) 19Habib Sulthon Asnawi Hak Asasi Manusia Islam dan Barat Studi Kritik Hukum Pidana
Islam dan Hukuman Mati Jurnal Supremasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta (Vol 1 No 1 2012) 20Gilang Fajar Shadiq Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jurnal Wawasan Yuridika Fakultas Hukum
Universitas Katholik Parahyangan (Vol 1 No 1 2017)
11
F Metode Penelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif sebagaimana
dikemukakan oleh Noeng Muhajir dalam bukunya berjudul ldquoMetode
Penelitian Kualitatifrdquo bahwa metode kualitatif dilaksanakan dengan cara
mengklarifikasikan dan menyajikan data yang diperoleh dari sumber
tertulis21
Sedangkan sifatnya adalah penelitian pustaka atau bersifat library
research yaitu penelitian yang objek utamanya literatur buku-buku dan
literatur yang berkaitan dengan objek yang akan dibahas oleh Penulis
Diantaranya adalah buku yang berjudul ldquoPenyalahgunaan Narkoba
Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasionalrdquo
diterbitkan tahun 2008 oleh PT Raja Grafindo Persada Jakarta dan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata
cara Pelaksanaan Pidana Mati serta Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun
2010 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana Mati
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis
normatif doktriner Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin dalam
bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum menjelaskan bahwa
pada metode penelitian hukum yuridis-normatif-doktriner adalah
putusan hakim dan peraturan perundang-undangan yang menjadi objek
penelitian sumber data primer dalam penelitian yang dilakukan22 Maka
dalam skripsi ini penulis mengkaji berbagai aturan hukum pidana Baik
dalam hukum pidana Islam maupun hukum pidana nasional seperti
KUHP dan Undang-Undang yang memuat aturan hukum pidana
21 Noeng Muhajir Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta Raka Sarasin 1989) h 43 22 Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum (Jakarta Lembaga
Penelitian 2010) h 38
12
Penelitian ini menggunakan pendekatan Induktif-Deduktif yang
mana menekankan pada pengamatan kasus penelitian terlebih dahulu
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan kasus penelitiam
tersebut Metode pendekatan ini diharapkan mampu menghasilkan
deskripsi kesimpulan yang mendalam tentang hukuman mati bagi pelaku
tindak pidana peradaran narkotika di Indonesia
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir
yang bertolak dari hal-hal yang sifatnya khusus ke sifat yang umum
Diharapkan mampu memberikan deskripsi penarikan kesimpulan yang
umum dari hasil data penelitian yang bersumber dari objek literatur
tertulis Sehingga pendekatan ini dapat memberikan kesimpulan yang
kompleks berdasarkan dalam penelitian pustaka library research
Metode Deduktif adalah metode yang menerapkan hal-hal yang
sifatnya menjabarkan kesimpulan umum terlebih dahulu kemudian
dihubungkan kepada hal-hal yang sifatnya khusus23 Metode ini
digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari
sebuah teori yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta yang
terdapat dalam sumber data
2 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil dari berbagai sumber
informasi seperti sumber tertulis dari beberapa sumber berupa buku
diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika kamus jurnal dan sumber tertulis lainnya Sumber data
tersebut diklasifikasikan menjadi
23 Jacob Vredenbergt Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta PT Gramedia
1984) Cet VI h 35-36 Lihat Disertasi Mardani Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum
Islam dan Hukum Positif (Universitas Islam Negeri Jakarta 2004) h 19
13
a Sumber data Primer adalah Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR dan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika
b Sumber data Sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 2PNPS1964
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati Peraturan Kapolri
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
dan kitab-kitab Hukum Pidana Islam kitab Fikih karangan Wahbah
Az-Zuhaili yang berjudul Fiqh Islam Wa Adillatuhu24 Dan kitab-kitab
Ushul Fikih karangan Abdul Wahab Khallaf25 Dan Imparsial Unfair
Trial (Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia) serta artikel
jurnal majalah buku-buku yang membahas tentang narkotika
diantara literatur yang dijadikan sumber rujukan adalah buku yang
berjudul Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Pidana
Islam dan Hukum Pidana Nasional diterbitkan tahun 2008 oleh PT
Raja Grafindo Persada Jakarta
c Buku yang berjudul Tindak Pidana Dalam Syariat Islam diterbitkan
pada tahun 1992 oleh PT Melton Putra Jakarta dan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data jenis kualitatif yaitu studi pustaka analisa dokumen
literatur atau naskah yang berkaitan dengan rumusan masalah secara
ilmiah dan kualitatif
24Az-Zuhaili Wahbah Fiqh Islam Wa Adillatuhu (Beirut Haramain 2006) 25Abdul Wahab Khlaf Ushul Al-Fiqh (Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003)
14
4 Teknik Pengolahan Data
Adapun cara yang digunakan penulis dalam mengelola data
menggunakan pokok analisa pengolahan data dengan menganalisa materi
sesuai dengan pembahasan Masalah pokoknya adalah Pandangan
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap sanksi tindak
pidana hukuman mati bagi pengedar narkotika di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Undang-
Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang tata cara Pelaksanaan Pidana
Mati Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang tata cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Mengenai teknik penulisan Penulis menggunakan ldquoBuku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakartardquo yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu Fakultas Syariah dan Hukum 2017
5 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu langkah yang terpenting
dalam suatu penelitian Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan model analisis kualitatif yang mana untuk menjelaskan
perspektif tertentu yang dipakai dalam mendeskripsikan dan
menginterprestasikan hasil temuan penelitian Adapun cara yang
digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah technical content
analysis yaitu pengolahan data dengan menganalisa materi sesuai dengan
pembahasan yang diteliti Dalam hal ini masalah pokoknya adalah
hukuman mati bagi pengedar narkotika perspektif hukum pidana Islam
dan hukum pidana nasional Serta menggunakan technical comparative
analysis yaitu metode analisis komparatif yang digunakan untuk
15
membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis untuk
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya26
6 Teknik Penarikan Kesimpulan
Adapun dalam penarikan kesimpulan penelitian ini penulis
menggunakan teknik generalisasi yaitu salah satu teknik dalam suatu cara
membuat kesimpulan Fokus utama dalam teknik ini adalah membuat
kesimpulan dengan menarik satu kesimpulan umum Hal tersebut di
dapatkan berdasarkan data dan fakta yang telah penulis teliti dalam pokok
pembahasan utama
G Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab masing-masing bab mempunyai sub-sub
bab sebagaimana standardisasi pembuatan skripsi Secara sistematis bab-bab
tersebut terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah
identifikasi masalah batasan dan rumusan masalah tujuan
penelitian manfaat penelitian kajian terdahulu metode
penelitian sumber data teknik pengumpulan data teknik
pengolahan data metode analisis data dan teknik penarikan
kesimpulan serta sistematika penulisan
BAB II Membahas tinjauan umum tindak pidana penyalahgunaan dan
pengedaran narkotika serta permasalahannya Bab ini
merupakan kajian deskriptif menurut para pakar dan literature
ilmiah Secara sistematis bab ini menguraikan pembahasan
meliputi pengertian narkotika jenis-jenis narkotika dan efek
dari penyalahgunaan narkotika beserta sanksi-sanksinya
26 Muhammad Nazir Metode Penelitian (Jakarta PT Ghalia Indonesia 1998) cet III h 61
16
BAB III Berjudul Narkotika Perspektif Hukum Pidana Islam dan
Hukum Pidana Nasional Uraian pada bab ini menyampaikan
narkotika dalam kacamata hukum positif dan hukum Islam
perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam lingkup tindak
pidana pengedaran narkotika dan sanksi hukuman mati
terhadap pengedar narkotika menurut Hukum Pidana Nasional
dan Hukum Pidana Islam serta Hak Asasi Manusia
BAB IV Bab ini menguraikan pembahasan analisis putusan hakim
dalam dua perspektif baik Hukum Pidana Islam dan Hukum
Pidana Nasional terhadap pelaku pengedar narkotika tinjauan
Hukum Pidana Islam melihat sanksi hukuman mati bagi pelaku
pengedar narkotika berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan seluruh pembahasan dari bab awal hingga bab
terakhir serta saran-saran yang disampaikan
17
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG NARKOTIKA
A Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional dan Hukum Pidana Islam
1 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana disebut juga delik delik berasal dari bahasa Latin yakni
delictum Dalam Bahasa Jerman disebut delict dalam Bahasa Prancis disebut
delit dan dalam Bahasa Belanda disebut delict27 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa delik atau tindak pidana adalah perbuatan
yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang tindak pidana28 Sedangkan menurut Blacks Law Dictionary
adalah a penalty or coercive measure that results from failure to comply with a
law rule or order (a sanction for discovery abuse)29
Menurut Barda Nawawi Arief Guru Besar Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro menyatakan tindak pidana secara umum dapat
diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun
secara materiil
2 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Tindak pidana menjadi istilah yang umum dipakai dalam perundang-
undangan Indonesia karena dalam diksi lain yaitu delik berarti dapat
27Leden Marpaung Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2005) h
7 28Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka
2001) 29American and English Jurisprudence Blackrsquos Law Dictionary (ST Paul Minn West
Publishing Co 1968)
18
dilakukan tanpa berbuat atau bertindak bisa disebut pula mengabaikan
(kealpaan kelalaian) perbuatan yang diharuskan30
KUHP Indonesia bersumber kepada Wetboek Van Strafrect Belanda maka
istilahnya pun tetap sama yaitu Strafbaar Feit Dalam hukum pidana Belanda
tindak pidana memakai istilah Strafbaar Feit istilah tersebut hingga sekarang
belum dapat dijelaskan secara gamblang dalam Bahasa Indonesia Moeljatno
dan Roeslan Saleh memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo meskipun tidak untuk
menerjemahkan Strafbaar Feit31
Moeljatno memakai istilah ldquoPerbuatan Pidanardquo untuk kata delik yang
menurut beliau kata ldquotindakrdquo lebih sempit cakupannya daripada ldquoperbuatanrdquo
Kata tindak itu menunjukan kepada hal yang abstrak seperti perbuatan tetapi
hanya menyatakan keadaan yang kongkret32
Namun sebagaimana AZ Abidin menambahkan Menurutnya lebih baik
menggunakan istilah umum yang digunakan oleh para sarjana yaitu delik dan
Bahasa Latin delictum karena istilah delik digunakan oleh hampir seluruh
penulis kajian hukum seperti Roeslan Saleh dan Oemar Seno Adji33
Menurut GA Van Hamel sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Moeljatno diatas Strafbaar Feit adalah kelakuan atau perbuatan seseorang
(menselijke gedraging) yang ditelah dirumuskan di dalam wet yang bersifat
perbuatan melawan hukum yang dapat dikenakan pidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan34
30Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2009) h 48 31Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 57-58 32Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58 33Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya (Jakarta Alumni Ahaem-
Petehaem 1996) h 203 34Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 58
19
Menurut Moeljatno perbuatan pidana hanya menyangkut kepada tindakan
perbuatannya saja sebagaimana yang ia sampaikannya ldquoPerbuatan pidana
hanya menunjuk kepada sifatnya perbuatan dan tindakannya saja yaitu sifat
dilarang dengan ancaman dipidana jika dilanggarrdquo35
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons
tentang unsur-unsur delik yaitu36
a Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
c Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dan juga berdasarkan aliran Monitis37 Simons mengemukakan adanya
unsur subjektif dan objektif dari Strafbaar Feit antara lain38
a Subjektif
1) Orangnya mampu untuk bertanggung jawab
2) Adanya kesalahan (dolusdan culpa)
b Objektif
1) Perbuatan orang
2) Akibat dari perbuatannya
35Moeljatno Azas-Azas Hukum Pidana (Jakarta Bina Aksara 1984) h 56 Lihat Frans
Maramis Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia h 59 36Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65 37Aliran ini tidak ada pemisah antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 38Sudarto Hukum Pidana 1A-1B (Semarang Universitas Diponegoro 1990) h 3
20
3) Adanya keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan seperti
dalam pasal 281 KUHP yang sifatnya openbaar atau dimuka umum
Moeljatno dalam aliran Dualistis39 Mengemukakan unsur-unsur Strafbaar
Feit yang harus dipenuhi adalah
a Perbuatan
b Memenuhi dalam rumusan Undang-Undang (Syarat Formil)
c Syarat formil itu harus ada karena keberadaan asas legalitas yang terdapat
didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi nullum delictum nulla poena
sine praevia poenali yang berarti tidak ada suatu perbuatan tindak pidana
tidak pula dipidana tanpa adanya undang-undang hukum pidana terlebih
dahulu
Dapat disimpulkan bahwa istilah Strafbaar Feit yang telah diterjemahkan
ke dalam Bahasa Indonesia yaitu40 Perbuatan Pidana Peristiwa Pidana
Tindak Pidana Perbuatan Pidana Delik
a Unsur-unsur Delik
Dalam bukunya Sathochid Kartanegara mengutip pendapat Simons tentang
unsur-unsur delik yaitu41
a) Suatu perbuatan manusia (menselijk hendelingen) dengan hendeling
dimaksudkan tidak saja berupa perbuatan (een doen) akan tetapi juga
mengakibatkan (een nalat ten)
b) Perbuatan itu dapat dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh
Undang-Undang
39Aliran ini memisahkan antara Criminal Act dengan Criminal Responsibility 40PAF Lamintang Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung PT Citra Aditya Bakti
1997) h 172 41Sathocid Kartanegara Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Balai Lektur
Mahasiswa h 65
21
c) Perbuatan tersebut harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan artinya dapat disalahkan karena melakukan
perbuatan melawan hukum
Dapat disimpulkan bahwa Strafbaar Feit atau bisa disebut juga delik
peristiwa pidana adalah perbuatan yang dilarang undang-undang yang dapat
diancam dengan hukuman apabila telah terpenuhi unsur-unsurnya
b Jenis Tindak Pidana
Adapun beberapa jenis tindak pidana diantaranya42
1 Kejahatan (Misdrijven) dan pelanggaran (Overtredingen) Kejahatan diatur
dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran diatur dalam buku III KUHP
Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga
membahayakan secara realita sedangkan pelanggaran merupakan wets
delict atau delik undang-undang yang hanya membahayakan in abstracto
saja43
2 Delik formil dan delik materil Delik formil adalah tindak pidana yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan arti bahwa inti dari
larangan itu merupakan melakukan suatu perbuatan tertentu Pada delik
formil disebut hanya suatu perbuatan tertentu yang dapat dipidana
misalnya sumpah palsu diatur dalam Pasal 242 KUHP Lalu delik materil
terdapat akibat tertentu dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu
maka dari itu siapa yang menimbulkan akibat perbuatan yang dilarang
tersebut yang dapat dipertanggungjawabkan dan dikenakan pidana44
3 Delik Dolus dan delik Culpa Delik dolus memiliki unsur kesengajaan
sedangkan delik culpa memuat unsur kealpaan dalam tindakannya
42 Nandang Alamsyah Deliarnoor dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang Lingkup
Tindak Pidana Khusus h 10 43 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99 44 Andi Hamzah Asas-Asas Hukum Pidana (Jakarta Rineka Cipta 1994) h 99
22
4 Delik commissionis (aktif) dan delik ommissionis (pasif) Yang dimaksud
dengan delik aktif ialah perbuatan fisik aktif sedangkan pasif adalah
sebaliknya dapat berupa suatu gerakan atau gerakan-gerakan dari bagian
tubuh manusia misalnya pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP dan
penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP
5 Delik aduan dan delik biasa Delik aduan merupakan tindak pidana yang
dapat dilakukan penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya
pengaduan oleh pihak yang mengajukan pengaduan Sedangkan delik biasa
adalah tindak pidana yang dilakukannya penuntutan terhadap pelakunya
tidak diisyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak
c Tindak Pidana Khusus
Pendefinisian tindak pidana khusus tidak ada pengertian secara baku akan
tetapi berdasarkan dalam memori penjelasan (Memori ToelichingMvT) dari
Pasal 103 KUHP istilah ldquoPidana Khususrdquo dapat diartikan sebagai perbuatan
pidana yang ditentukan dalam perundangan-undangan tertentu diluar KUHP45
K Wantjik Saleh Ihwal menyebut latar belakang munculnya tindak pidana
khusus adalah ldquoApa yang pernah tercantum dalam KUHP pasti tidak dapat
mengikuti perkembangan zaman selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUHP sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat dan
melawan hukum maka penguasapemerintah dapat mengeluarkan suatu
peraturan atau undang-undang yang menyatakan bahwa suatu perbuatan
menjadi tindak pidana Berhubung tindak pidana tersebut tidak ada di dalam
KUHP maka disebut tindak pidana diluar KUHP46
45Adam Chazawi Pelajaran Hukum Pidana I (Jakarta Rajawali Press 2013) h 13 46Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus (Jakarta Sinar Grafika 2011) h 13
23
TN Syamsah menyampaikan pendapatnya bahwa pengertian tindak pidana
khusus harus dibedakan dari pengertian ketentuan pidana khusus pidana
khusus pada umumnya mengatur tentang tindak pidana yang dilakukan dalam
bidang tertentu atau khusus diluar KUHP Seperti bidang perpajakan imigrasi
perbankan yang tidak diatur secara umum dalam KUHP atau yang diatur
menyimpang dari ketentuan pidana umum Sedangkan tindak pidana khusus
adalah sebuah tindak pidana yang diatur secara khusus oleh undang-undang
khusus yang dapat memberikan aturan khusus tentang mekanisme
penyidikannya tuntutannya pemeriksaannya maupun sanksi yang
menyimpang dari aturan yang termuat di dalam KUHP yang lebih ketat dan
lebih berat Jika tidak diberikan ketentuan yang menyimpang ketentuan umum
KUHP tetap berlaku47
Tindak pidana khusus itu sangat merugikan masyarakat dan negara maka
perlu adanya tindakan cepat dan perlu diberi wewenang yang lebih luas kepada
penyidik dan penuntut umum hal ini agar dapat mencegah kerugian yang lebih
besar Macam-macam tindak pidana khusus misalnya tindak pidana ekonomi
tindak pidana korupsi tindak pidana narkotika serta tindak pidana HAM
berat48 Titik tolak kekhususan suatu peraturan perundang-undangan khusus
dapat dilihat dari perbuatan yang diatur masalah subjek tindak pidana pidana
dan pemidanaannya Subjek hukum tindak pidana khusus diperluas melainkan
tidak hanya bersifat orang pribadi akan tetapi juga badan hukum Sedangkan
dalam aspek masalah pemidanaan dilihat dari pola perumusan atau pola
ancaman sanksi tindak pidana khusus menyangkut 3 (tiga) permasalahan yakni
tindak pidana pertanggung jawaban pidana serta pidana dan pemidanaan49
47TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 51 48TN Syamsah Tindak Pidana Perpajakan (Bandung Alumni 2011) h 52 49Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13
24
Ruang lingkup tindak pidana khusus tidak bersifat tetap akan tetapi dapat
berubah sesuai dengan apakah terdapat penyimpangan atau menetapkan sendiri
ketentuan khusus dari undang-undang pidana yang telah mengatur
permasalahan tersebut50
3 Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Secara etimologis tindak pidana dalam hukum Islam disebut Jarimah
) atau Jinayah (الجريمة) يةاالجن ) Secara etimologi Jarimah adalah
أ 51 ط ال خ ن ب و الذ و م ر ال ج ه ة ال ري م
Artinya Jarimah yaitu melukai berbuat dosa dan kesalahan
Secara terminologis di dalam syariah Islam pengertian jarimah adalah
larangan-larangan syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan hukuman had
atau takzir52
Pengertian jarimah menurut Imam Al-Mawardi adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syararsquo yang diancam oleh Allah Swt dengan
hukuman had atau takzir53
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah suatu
istilah perbuatan yang dilarang oleh syararsquo baik perbuatan tersebut mengenai
jiwa harta atau lainnya54
50Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 13 51Lowis Marsquoluf al-munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam (Beirut Dar al-Masyiq 1975) h 518 52Abdul Al-Qadir Audah al-fiqh al jinarsquoI al-Islami (Qathirah Dar al-Turats TTh) Jilid I h
67 Lihat Al-Mawardi Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Lihat Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional 53Abu Al-Hasan Al-Mawardi Al-Ahkam As-Sulthaniyyah (Mesir Musthafa Al-Baby Al-Haby
cet III 1975) h 219 Lihat Nabila Salsabila Sanksi Pengulangan Tindak Pidana Peredaran Narkotika
Golongan I Dalam Hukum Pidana Islam Dan Hukum Pidana Indonesia (Skripsi S-1 Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017) h 41 54Abd Qodir Audah At Tasyrirsquo Al-Jinaiy Al-Islamiy Juz I(Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi) h
67
25
Kata al-Jinayat merupakan bentuk jamak dari jinayah Kata itu berasal
dari jana-yajni yang berarti mengambil Istilah Jana ast-tsamrah (mengambil
buah) digunakan jika seseorang memetik langsung dari pohon Istilah Jana ala
qaumihi jinayatan digunakan jika seseorang berbuat dosa terhadap kaumnya
jika ia membuat kesalahan atau dosa yang wajib atas sanksi55
Jinayat dalam definisi syari bermakna setiap pekerjaan yang
diharamkan Makna pekerjaan yang diharamkan adalah setiap pekerjaan yang
dilarang syari karena adanya dampak negatif karena bertentangan dengan
agama membahayakan jiwa akal harga diri ataupun harta56
Perbedaan antara keduanya tidaklah sulit untuk dipahami Ibarat pohon
Jinayat adalah cabang sedangkan jarimah adalah rantingnya Hukum Pidana
Islam dalam Ilmu Fiqih disebut dengan isyilah jinayat sedangkan jarimah
adalah perbuatan pidananya
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah merupakan sebagai bentuk
ancaman hukuman dari perbuatan dosa atau perbuatan yang dilarang oleh
syararsquo baik melukai badan dan jiwa atau mengambil harta orang lain
a Macam-Macam Jarimah
Jarimah dilihat dari berat ringannya terbagi menjadi tiga (3) yaitu
1) Qishash
Qishash secara etimologi berasal dari kata qashsha-yaqushshu-
qishashan yang berarti mengikuti dan menulusuri jejak kaki Sedangkan
makna qishash secara bahasa berarti menulusuri jejak kaki manusia atau
hewan yang mana antara jejak kaki dan telapak kaki pasti mempunyai
55Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 323 56Sayyid Sabiq Fiqh Sunnah (Beirut Dar Al-Fikr) h 324
26
kesamaan bentuk Sebagaimana sebuah kisah yang mengandung makna
bahwa terdapat suatu peristiwa asli dan kisah yang ditulis57
Qishash secara terminologi yang dikemukakan oleh Al-Jurjani
adalah melakukan sebuah tindakan yang dapat dikenakan sanksi hukum
kepada pelaku persis seperti yang dilakukan oleh pelaku tersebut
terhadap korban58 Menurut hemat penulis qisas merupakan hukuman
pembalasan yang setimpal sama dan sepadan atas perbuatan pelaku
terhadap korban Dalam kajian hukum pidana Islam sanksi qisas ada dua
macam yaitu
a) Pembunuhan (pembunuhan sengaja pembunuhan semi sengaja dan
pembunuhan bersalah)
b) Penganiayaan (melukai anggota tubuh menganiaya anggota tubuh)
2) Jarimah Hudud
Secara etimologi hudud merupakan bentuk jamak dari kata had
yang berarti (larangan pencegahan) Adapun secara terminologi Al-
Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah ditentukan yang wajib
dilakasanakan secara haq karena Allah Swt59
Sementara itu sebagian ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abdul
Qadir Audah berpendapat bahwa had ialah sanksi yang telah ditentukan
secara syara60
57 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 30 58Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Beirut Dar Al-Fikr 1994) h 176 Lihat
M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) 59Ali bin Muhammad Al-Jurjani Kitab Al-Tarsquorifat (Jakarta Dar Al-Hikmah) h 176 Lihat M
Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 60Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al JinarsquoI Al-Islami h 343
27
Lebih lengkap dari kedua definisi di atas Syekh Nawawi Al-Bantani
mendefinisikan hudud yaitu sanksi yang telah ditentukan oleh syararsquo
dan wajib diberlakukan kepada seseorang yang telah melakukan suatu
perbuatan melawan hukum yang dapat mengakibatkan sanksi hukum
dan dituntut baik dalam rangka memberikan peringatan kepada pelaku
maupun dalam rangka memaksanya61
Ditinjau dari dominasi hak terdapat dua jenis hudud yaitu hudud
yang termasuk hak Allah dan hudud yang termasuk hak manusia
Menurut hemat penulis bahwa hukuman yang termasuk hak Allah ialah
setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum masyarakat
seperti halnya untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat serta manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan kepentingan umum masyarakat luas Adapun hudud
dalam kategori kedua adalah jenis sanksi yang diberlakukan kepada
seseorang karena telah melanggar larangan Allah seperti berzina
mencuri dan meminum khamr62
Hudud jenis kedua ini terbagi menjadi dua Pertama hudud yang
semata-mata hak Allah seperti melakukan perzinaan meminum
minuman keras pencurian dan pemberontakan Kedua hudud yang
merupakan hak manusia seperti had qadzaf dan qishash63
Adapun dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang begitu mendasar antara hak Allah dan hak manusia Hak
61Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh lsquoAla
Fath Al-Qarib Al-Mujib (Semarang Toha Putera) h 245 Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh
Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 14 62Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16 63Abu Yarsquola Al Ahkam Al-Sulthaniyyah (Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983) h 260
Lihat M Nurul Irfan dan Masyofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 16
28
Allah merupakan hak masyarakat luas yang dampaknya dapat dirasakan
oleh kepentingan banyak orang Sedangkan hak manusia merupakan
hak yang terkait dengan manusia sebagai individu melainkan bukan
sebagai warga masyarakat Maka dari itu hak Allah disebut sebagai
haqq al-lsquoibad (hak masyarakat luas) bukan hanya haqq al-fard (hak
individu)
Kemudian jika ditinjau dari segi materi jarimah hudud terbagi
menjadi tujuh yaitu64
a) Jarimah al-zina (tindak pidana melakukan zina)
b) Jarimah al-qadzf (tindak pidana menuduh seseorang melakukan zina)
c) Jarimah syurb al-khamr (tindak pidana meminum minuman keras)
d) Jarimah al-sariqah (tindak pidana pencurian)
e) Jarimah al-hirabah (tindak pidana perampokan)
f) Jarimah riddah (tindak pidana murtad)
g) Jarimah al-baghyu (tindak pidana pemberontakan)
3) Jarimah Takzir
Takzir berasal dari kata at-Tarsquozir yang berarti permuliaan dan
pertolongan Menurut Abdul Qadir Audah Takzir adalah sesuatu hal
pengajaran yang tidak terdapat adanya aturan oleh hudud dan
merupakan sebuah jenis sanksi yang dapat diberlakukan karena
melakukan suatu macam tindak pidana yang dimana oleh syariat tidak
ditentukan dengan sebuah sanksi tertentu65
Menurut M Nurul Irfan di dalam bukunya Hukum Pidana Islam
memberikan definisi takzir adalah sanksi yang diberlakukan kepada
64M Nurul Irfan dan Musyarofah Fiqh Jinayah (Jakarta Amzah 2013) h 17 65Abdul Qadir Audah Al Tasyrirsquo Al-JinarsquoI Al Islamiyyah h 52
29
pelaku jarimah yang melakukan kejahatan baik berkaitan dengan
menyinggung hak Allah maupun menyinggung hak individu manusia
dan tidak termasuk kedalam kategori hukuman hudud maupun kafarat
Karena takzir tidak ditentukan secara tegas dan langsung di dalam
Alqurrsquoan dan hadist maka dari itu ini menjadi kompetensi absolute para
penguasa setempat atau hakim dalam memutuskan jenis sanksi dan
ukuran sanksi takzir tersebut tentu tetap harus memperhatikan nash
keagamaan secara teliti baik dan sangat mendalam sebab hal ini
merupakan berkaitan dengan kemaslahatan umum66
B Teori Pemidanaan
1 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi Pidana merupakan penjatuhan hukuman yang dapat diberikan
kepada seseorang yang dinyatakan bersalah dalam melakukan perbuatan
pidana Tujuan dari sanksi pidana menurut JM Van Bemmelen adalah untuk
mempertahankan ketertiban yang terdapat di dalam masyarakat dan
mempunyai tujuan untuk menakutkan memperbaiki dan untuk
membinasakan kejahatan tertentu67 Sebagaimana yang telah diketahui
pemidanaan secara sederhana dapat diartikan dengan penghukuman
penghukuman yang dimaksud berkaitan dengan penjatuhan pidana dengan
alasan-alasan pembenar (justification) dijatuhkannya pidana terhadap
seseorang yang telah diputuskan oleh pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (incracht van gewijsde) dinyatakan secara sah dan benar
terbukti telah melakukan perbuatan pidana
Menurut Barda Nawawi Arief bahwa tujuan dari kebijakan pemidanaan
yaitu untuk menetapkan suatu perbuatan pidana tidak terlepas dari tujuan
66M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 93 67J M Van Bemmelen Hukum Pidana I (Hukum Pidana Material Bagian Umum) (Bandung
Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987) h 128
30
politik kriminal Dalam artian keseluruhannya masyarakat perlu mempunyai
perlindungan untuk mencapai kesejahteraan Oleh karena itu untuk
menjawab serta mengetahui tujuan dan fungsi pemidanaan maka tidak dapat
terlepas dari teori-teori tentang pemidanaan yang telah ada
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para pakar ahli
hukum terkemuka dalam hukum pidana telah mengemukakan teori
pemidanaan didalam hukum pidana dikenal dengan 3 (tiga) aliran teori
yaitu68
a Teori Pembalasan (Teori Absolute atau Vergeldings Theorieen)
Aliran teori ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus
dicari didalam kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu
sebagai dasar hubungan yang telah dianggap sebagai pembalasan atau
imbalan (Vergelding) terhadap orang-orang yang telah melakukan
perbuatan kejahatan69 Oleh karena itulah kejahatan melahirkan
penderitaan bagi pelaku kejahatan tersebut Dalam teori ini dapat
disimpulkan bahwa pidana sebagai bentuk pembalasan yang diberikan
oleh negara yang mempunyai tujuan memberikan penderitaan kepada
penjahat akibat perbuatannya Tujuan pemidanaan sebagai pembalasan
pada umumnya dapat menimbulkan rasa puas bagi orang yang
menjatuhkan pidana yang sesuai dengan perbuatannya yang telah
dilakukan70
68Satochid Kartanegara Hukum Pidana Bagian Satu (Jakarta Balai Lektur Mahasiswa) h 55-
56 69Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 23 70Djoko Prakoso Hukum Penitensier di Indonesia (Yogyakarta Liberty 1988) h 47
31
b Teori RelativeTujuan (Doel Theorieen)
Dalam teori ini dapat disimpulkan bahwa dalam teori relatif
negara dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai pelindungan
masyarakat menekankan penegakan hukum perlu kiranya dengan cara-
cara preventif guna memberikan dan menegakkan tertib hukum di dalam
masyarakat71
c Teori Gabungan (Vereningings Theorieen)
Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah
terletak kepada kejahatan itu sendiri yaitu pembalasan atau siksaan
Teori ini sebagai reaksi dari teori-teori sebelumnya yang kurang dapat
menjawab mengenai hakikat dan tujuan pemidanaan Dalam teori ini
dapat disimpulkan bahwa teori gabungan merupakan suatu bentuk
kombinasi dari teori absolut dan teori relatif yang menggabungkan kedua
sudut pandang pemikiran baik unsur pembalasan dan pertahanan tata
tertib hukum masyarakat tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya72
Sedangkan dalam terminologi sanksi adalah akibat-akibat
perbuatan melawan hukum terhadap ketentuan-ketentuan Undang-
Undang Didalamnya terdapat sanksi administratif ada sanksi perdata
dan ada pula sanksi pidana73
71Andi Hamzah Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi (Jakarta
Pradnya Paramita 1985) h 36 72Wirjono Prodjodikoro Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia (Bandung PT Refika
Aditama 2008) h 29 73Andi Hamzah Terminologi Hukum Pidana (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 138
32
2 Sanksi Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukuman dalam Bahasa Arab disebut dengan uqubahrsquo Lafadz
uqubahrsquo dalam pengertian artinya adalah membalasnya sesuai dengan apa
yang dilakukannya74
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa sesuatu yang dapat
disebut hukuman adalah karena mengiringi perbuatan dan dilaksanakan
sesudah perbuatan itu dilakukan Sedangkan dalam pengertian lain dapat
dipahami bahwa sesuatu dapat disebut hukuman karena merupakan
balasan terhadap perbuatan yang menyimpang yang telah dilakukannya
Tujuannya dijatuhkannya hukuman adalah untuk memperbaiki
keadaan manusia menjaga dari kerusakan menyelamatkan dari
kebodohan menuntun dan memberikan petunjuk dari kesesatan
mencegah dari kemaksiatan serta mengajak untuk selalu berlaku taat75
Kaidah dasar yang menjadi asas hukuman dalam hukum Islam
disandarkan kepada dua dasar pokok76
a Sebagian bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa
memedulikan pelaku tindak pidana
b Sebagian yang bertujuan untuk memperhatikan pelaku tanpa
melalaikan tujuan untuk memerangi tindak pidana
Maksud pokok hukuman dan sanksi adalah untuk memelihara dan
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dan menjaga
hal-hal dari perbuatan mafsadah Hukuman atau sanksi dapat dimaksud
dalam arti sesuatu hal untuk memperbaiki setiap individu di dalam
masyarakat yang bertujuan untuk ketertiban sosial Dan hukuman itu
74WJS Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta PN Balai Pustaka 1976)
h 364 75Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 19 76Abdul Qadir Audah At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam (Bogor PT Kharisma Ilmu) h 20
33
harus bersifat umum artinya adalah berlaku untuk semua orang karena
setiap manusia semua sama dihadapan hukum (Equality before the law)77
a Tujuan Hukum dan Macam-Macam Hukum
1) Tujuan Hukum
Setiap muslim atau non muslim yang dapat mengganggu pihak
lain dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan baik dengan
perbuatannya maupun isyarat maupun hal-hal yang dapat dikenakan
hukuman agar tidak mengulangi perbuatannya Berikut ini beberapa
tujuan pemberlakuan hukuman78
a) Preventif hukuman atau sanksi itu untuk mencegah orang lain
agar tidak melakukan perbuatan melawan hukum
b) Represif hukuman atau sanksi untuk membuat pelaku jera
terhadap perbuatannya sehingga tidak mengulangi
c) Kuratif hukuman atau sanksi untuk membawa perbaikan sikap
bagi pelaku kejahatan
d) Edukatif hukuman atau sanksi untuk memberikan pengajaran
dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dan
mewujudkan ketertiban sosial di dalam masyarakat
2) Macam-Macam Hukuman
a) Hukuman dapat ditinjau dari dua batasan tertentu baik terdapat
atau tidak terdapat di dalam nash Al Qurrsquoan dan Hadist maka
hukuman dibagi menjadi (2) dua
(1) Hukuman yang terdapat di dalam nash yaitu qishash
hudud diyat dan kafarah contohnya hukuman bagi pelaku
77Ahmad Wardi Muslich Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam h 137 78M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika Amzah 2016) h 94
34
pencuri pezina perampok pemberontak pembunuh dan
orang yang mendzihar istrinya
(2) Hukuman yang tidak terdapat di dalam nash yaitu hukuman
Takzir seperti membuat kerusakan dimuka bumi
penimbunan bahan-bahan pokok dan penyelundupan
penghinaan penipuan pencemaran nama baik (saksi
palsu)79
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman
dengan hukuman lain dibagi menjadi (4) empat
(1) Hukuman Pokok yaitu hukuman yang berasal dari satu
kejahatan seperti hukuman mati bagi pelaku pembunuhan
dan hukuman jilid seratus kali bagi pelaku zina ghoiru
muhson
(2) Hukuman Pengganti yaitu hukuman yang berada di dalam
hukuman pokok apabila hukuman pokok tidak dapat
dilaksanakan karena terdapat suatu alasan hukum contoh
seperti hukuman denda bagi pelaku pembunuhan sengaja
yang telah dimaafkan qishashnya oleh keluarga korban
(3) Hukuman Tambahan yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan
kepada pelaku atas dasar mengikuti hukuman pokok contoh
seperti terhalangnya seorang pelaku pembunuh untuk
mendapatkan waris
(4) Hukuman Pelengkap yaitu hukuman yang dijatuhkan
sebagai pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman maka hukuman dapat dibagi menjadi (2) dua
79Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 27-
28
35
(1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu dimana
seorang hakim tidak dapat mengurangi atau menambah
batas hukuman tersebut contoh seperti hukuman Had
(2) Hukuman yang memiliki dua batas tertentu dimana hakim
dapat memilih hukuman yang paling adil dijatuhkan kepada
terdakwa contoh seperti kasus-kasus maksiat yang dapat
diancam dengan hukuman Takzir80
d) Hukuman ditinjau dari sasaran hukumnya hukuman ini dibagi
menjadi (4) empat
(1) Hukuman Badan yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada badan manusia contoh seperti hukuman jilid dan
cambuk
(2) Hukuman Jiwa yaitu hukuman mati
(3) Hukuman yang dapat dikenakan kepada kemerdekaan
manusia contoh seperti hukuman penjara dan pengasingan
(4) Hukuman Harta yaitu hukuman yang dapat dikenakan
kepada harta contoh seperti diyat denda dan perampasan
harta81
80Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 28-
29
81Al Mawardi Al-Ahkam as-Sulthaniyyah (Kuwait Maktabah Ibn Dar Qutaibah 1989) h 30
36
BAB III
NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A Hukum Penyalahgunaan Dan Pengedar Narkotika
1 Pengertian Narkotika
Narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan82 Dr
Soedjono SH mendefinisikan narkoba sama dengan drug yaitu sejenis zat
atau obat yang apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-
pengaruh tertentu pada tubuh yang dapat menyebabkan kecanduan oleh
penggunanya83
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa narkotika
adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkaan kecanduan (adiksi) mirip
morphine84 Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menimbulkan
ketidaksadaran atau obat yang menyebabkan tidur dan kecanduan85
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat
atau obat yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau
bahkan dapat menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi
82Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika 83Masruhi Islam Melawan Narkoba (Yogyakarta Madani Pustaka Hikmah 2000) h 10 84Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara bebas khusus bagi
generasi muda remaja (Riau Kantor Wilayah Departemen Kesehatan 1999) h 3 85Tony Smith Penyalahgunaan Obat-obatan (Jakarta Dian Rakyat 1989) h 4
37
syaraf sentral dan dapat menimbulkan ketergantungan serta mengganggu
kesehatan
2 Narkotika dalam Hukum Pidana Nasional
Ruang lingkup hukum pidana mencakup tiga ketentuan yaitu tindak
pidana pertanggungjawaban dan pemidanaan Ketentuan pidana yang
terdapat dalam UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dirumuskan
dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 111 sampai dengan Pasal 148
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika terdapat empat
kategorisasi tindakan melawan hukum yang dilarang oleh Undang-Undang
dan dapat diancam dengan sanksi pidana yakni86
a Kategori pertama yakni perbuatan-perbuatan berupa memiliki
menyimpan menguasai atau menyediakan narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 111 dan 112 untuk narkotika golongan I Pasal 117
untuk narkotika golongan II dan Pasal 122 untuk narkotika golongan III
serta Pasal 129 huruf (a))
b Kategori kedua yakni perbuatan-perbuatan berupa memproduksi
mengimpor mengekspor atau menyalurkan narkotika dan precursor
narkotika (Pasal 113 untuk narkotika golongan I Pasal 118 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 123 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf(b))
c Kategori ketiga yakni perbuatan-perbuatan berupa menawarkan untuk
dijual menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli
menukar atau menyerahkan narkotika dan prekursor narkotika (Pasal
114 dan Pasal 116 untuk narkotika golongan I Pasal 119 dan Pasal 121
86 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256
38
untuk narkotika golongan II Pasal 124 dan Pasal 126 untuk narkotika
golongan III serta Pasal 129 huruf(c))
d Kategori keempat yakni perbuatan-perbuatan berupa membawa
mengirim mengangkut atau mentransit narkotika dan prekursor
narkotika (Pasal 115 untuk narkotika golongan I Pasal 120 untuk
narkotika golongan II dan Pasal 125 untuk narkotika golongan III serta
Pasal 129 huruf (d))
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah
mengatur jenis-jenis sanksi yang diberikan pada tindak pidana narkotika
antara lain87
a Tindak Pidana Orang Tua Wali dari Pecandu Narkotika Narkotika
yang Belum Cukup Umur (Pasal 128) Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
Rp100000000 (satu juta rupiah)
b Tindak Pidana yang Dilakukan oleh Korporasi (Pasal 130) Dipidana
dengan pidana penjara dan pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
kali Korporasi dapat dijatuhi korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa a pencabutan izin usaha danatau b pencabutan status badan
hukum
c Tindak pidana bagi Orang yang Tidak Melaporkan Adanya Tindak
Pidana Narkotika (Pasal 131) Dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp5000000000
(lima puluh juta rupiah)
d Tindak Pidana terhadap Percobaan dan Permufakatan Jahat Melakukan
Tindak Pidana Narkotika dan Prekursor (Pasal 132) Ayat (1) dipidana
dengan pidana pidana penjara yang sama sesuai dengan ketentuan
87 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
39
sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut Ayat (2) dipidana
pidana penjara dan pidana denda maksimumnya ditambah 13
(sepertiga)
e Tindak Pidana bagi Menyuruh Memberi Membujuk Memaksa dengan
Kekerasan Tipu Muslihat Membujuk Anak (Pasal 133) Ayat (1)
dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200000000000 (dua
miliar rupiah) dan paling banyak Rp2000000000000 (dua puluh
miliar rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar rupiah)88
f Tindak Pidana bagi Pecandu Narkotika yang Tidak Melaporkan Diri
(Pasal 134) Ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp200000000 (dua juta
rupiah) Ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau pidana denda paling banyak Rp100000000 (satu juta
rupiah)
g Tindak Pidana bagi Pengurus Industri Farmasi yang Tidak
Melaksanakan Kewajiban (Pasal 135) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp4000000000 (empat puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp40000000000 (empat ratus juta rupiah)
h Tindak Pidana terhadap Hasil-Hasil Tindak Pidana Narkotika danatau
Prekursor Narkotika (Pasal 137) Huruf (a) dipidana dengan pidana
88 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 256-257
40
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp100000000000 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp1000000000000 (sepuluh miliar
rupiah) Huruf (b) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp500000000000 (lima miliar rupiah)89
i Tindak Pidana terhadap Orang yang Menghalangi atau Mempersulit
Penyidikan Penuntutan dan Pemeriksaan Perkara (Pasal 138) Dipidana
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp50000000000 (lima ratus juta rupiah)
j Tindak Pidana bagi Nahkoda atau Kapten Penerbang yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan Pasal 27 dan Pasal 28 (Pasal 139) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
k Tindak Pidana bagi PNS Penyidik Polri Penyidik BNN yang Tidak
Melaksanakan Ketentuan tentang Barang Bukti (Pasal 140) Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp10000000000
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp100000000000 (satu miliar
rupiah)
l Tindak Pidana bagi Kepala Kejaksaan Negeri yang Tidak Melaksanakan
Ketentuan Pasal 91 Ayat(1) (Pasal 141) Dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
89 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 257
41
pidana denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)
m Tindak Pidana bagi Petugas Laboratorium yang Memalsukan Hasil
Pengujian (Pasal 142) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50000000000 (lima
ratus juta rupiah)
n Tindak Pidana bagi Saksi yang Memberikan Keterangan Tidak Benar
(Pasal 143) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp 6000000000 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp 60000000000 (enam ratus juta rupiah)
o Tindak Pidana bagi Setiap Orang yang Melakukan Pengulangan Tindak
Pidana (Pasal 144) Dipidana dengan pidana maksimumnya ditambah
dengan 13 (sepertiga)
p Tindak Pidana yang dilakukan Pimpinan Rumah Sakit Pimpinan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Pimpinan Industri Farmasi dan Pimpinan
Pedagang Farmasi (Pasal 147) Dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp10000000000 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp100000000000 (satu miliar rupiah)90
Pasal 136 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
memberikan sanksi berupa narkotika dan prekursor narkotika serta hasil-
hasil yang diperoleh dari tindak pidana narkotika baik itu aset bergerak atau
tidak bergerak maupun berwujud atau tidak berwujud serta barang-barang
atau peralatan yang digunakan untuk tindak pidana narkotika dirampas untuk
negara Pasal 146 juga memberikan sanksi terhadap warga negara asing yang
90 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 258-259
42
telah melakukan tindak pidana narkotika ataupun menjalani pidana narkotika
yakni dilakukan pengusiran wilayah negara Republik Indonesia dan dilarang
masuk kembali ke wilayah negara Republik Indonesia Sedangkan pada
Pasal 148 bila putusan denda yang diatur dalam undang-undang ini tidak
dibayarkan oleh pelaku tindak pidana narkotika maka pelaku dijatuhi penjara
paling lama dua tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat
dibayar91
Bentuk perumusan sanksi pidana dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 111 Ayat (1) Pasal 112 Ayat (1) Pasal
113 Ayat (1) Pasal 114 Ayat (1) Pasal 115 Ayat (1) dan Pasal 116 Ayat
(1) Pasal 117 Ayat (1) Pasal 118 Ayat (1) dapat dikelompokkan sebagai
berikut92
a Dalam bentuk tunggal (penjara atau denda saja)
b Dalam bentuk alternatif (pilihan antara denda atau penjara)
c Dalam bentuk komulatif (penjara dan denda)
d Dalam bentuk kombinasicampuran (penjara danatau denda)
Jika dalam Pasal 10 KUHP menentukan jenis-jenis pidana terdiri dari
a Pidana Pokok
1 Pidana mati
2 Pidana penjara
3 Kurungan
4 Denda
b Pidana Tambahan
1 Pencabutan hak-hak tertentu
2 Perampasan barang-barang tertentu
3 Pengumuman putusan hakim
91 Siswanto Sunarso Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (Jakarta Rineka Cipta
2012) h 259-260 92 Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
43
Adapun dari ketentuan Pasal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 10
KUHP maka jenis-jenis pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika yang dirumuskan adalah 4 (empat) jenis pidana pokok yaitu
Pidana mati pidana penjara denda serta kurungan sehingga sepanjang tidak
ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika maka aturan pimidanaan berlaku pemidanaan dalam KUHP
sebaliknya apabila digtentukan tersendiri dalam UU No35 Tahun 2009 maka
diberlakukan aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Narkotika sebagai
contoh ketentuan Pasal 148 yang berbunyi93
ldquoApabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana
precursor narkotika pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayarrdquo
Aturan pemidanaan sebagaimana ditunjukan oleh Pasal 148 ini Tentulah
sangat berbeda dengan KUHP yang mana pidana pengganti atas denda yang
tidak dibayar dalam KUHP adalah kurungan bukannya penjara Selanjutnya
bagaimana dengan pidana tambahan menurut penulis sepanjang diatur
tersendiri oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika
tentulah berlaku ketentuan tersebut misalnya perampasan barang-barang
tertentu (Pasal 101) namun demikian karena ketentuan mengenai pencabutan
hak-hak tertentu atau pengumuman putusan hakim merupakan bagian dari
aturan pemidanaan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Bahkan
dengan tidak adanya amar putusan pidana tambahan khususnya pencabutan
hak-hak tertentu terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan precursor
narkotika tertentu dapat mengakibatkan putusan dibatalkan hal ini sesuai
93AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 214
44
dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI dalam Putusan
NoReg15mil2000 tertanggal 27 Januari 2001 sebagai berikut
ldquoBahwa oleh karena tindak pidana yang dilakukan terdakwa adalah berupa
penyalahgunaan narkoba yang oleh masyarakat maupun pemerintah dianggap
sebagai kejahatan berat yang dapat merusak keluarga maupun generasi muda
dan Negara maka pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa tidak cukup dengan
hukuman penjara dan denda tetapi harus dijatuhi hukuman tambahan yaitu
dipecat dari anggota TNI Kopassus dan oleh karenanya putusan Mahkamah
Militer Tinggi II Jakarta harus dibatalkan94rdquo
Yurisprudensi tersebut berkaitan dengan tindak pidana narkotika yang
dilakukan TNI selaras dengan hal tersebut juga maka berlaku pula terhadap
setiap orang dalam perkara warga sipil sebagai contoh dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil tentulah pencabutan hak-hak tertentu juga harus dicantumkan
dalam amar putusan
Berdasarkan ketentuan pidana tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
pelaku tindak pidana narkotika secara umum dapat digolongkan atas95
a Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menanam memelihara
memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika atau
Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal
117 dan Pasal 122 serta Pasal 129
b Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi mengimpor
mengekspor atau menyalurkan Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
113 Pasal 118 dan Pasal 123 serta Pasal 129
94AR Sujono dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika (Jakarta Sinar Grafika Offset 2011) Cet Pertama OpCit h 215 95 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
45
c Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual
menjual membeli menerima menjadi perantara dalam jual beli menukar
atau menyerahkan atau menerima Narkotika sebagaimana diatur dalam
Pasal 114 Pasal 119 an Pasal 124 serta Pasal 129
d Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum membawa mengirim
mengangkut atau mentransito Narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal
115 Pasal 120 dan Pasal 125 serta Pasal 129
e Perbuatan tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika untuk digunakan orang
lain sebagaimana diatur dalam Pasal 116 Pasal 121 dan Pasal 126
f Perbuatan penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri sebagaimana diatur
dalam Pasal 127 yaitu orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum (Pasal 1 angka (15)) Sedangkan Pecandu Narkotika
sebagaimana diatur dalam Pasal 128 dan Pasal 134 yaitu orang yang
menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan
ketergantungan pada Narkotika baik secara fisik maupun psikis (Pasal 1
angka (13))
g Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam Pasal 111 Pasal 112 Pasal 113
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119 Pasal 120
Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 124 Pasal 125 Pasal 126 dan Pasal
129 sebagaimana diatur dalam Pasal 13296
Penggolongan pelaku tindak pidana narkotika tersebut di atas
menunjukkan bahwa tiap perbuatan dan kedudukan pelaku tindak pidana
narkotika memiliki sanksi yang berbeda Hal ini tidak terlepas dari dampak
yang dapat ditimbulkan dari perbuatan pelaku tindak pidana narkotika tersebut
96 httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 pukul 1300
46
Pembuktian penyalahgunaan narkotika merupakan korban narkotika
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkotika merupakan suatu hal yang sulit karena harus melihat awal pengguna
narkotika menggunakan narkotika dan diperlukan pembuktiaan bahwa
penggunaan narkotika ketika menggunakan narkotika dalam kondisi dibujuk
diperdaya ditipu dipaksa danatau diancam untuk menggunakan narkotika
Dalam implementasinya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan SEMA Nomor 04 Tahun 2010 Jo
SEMA Nomor 03 Tahun 2011 tentang Penempatan Penyalahgunaan Korban
Penyalahgunaan dan Pecandu Narkotika kedalam Lembaga Rehabilitasi Medis
dan Rehabilitasi Sosial yang menjadi pegangan Hakim Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara narkotika97
Perdebatan yang sering muncul dalam membahas Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah kedudukan Pengguna Narkotika
apakah sebagai pelaku atau sebagai korban dan apa akibat hukumnya Bila
dilihat alasan yang mengemuka dilakukannya pergantian Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah untuk mencegah dan
memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika Antara
Penyalahgunaan dan peredaran narkotika memang sulit dipisahkan namun hal
tersebut tidak dapat disamakan dan upaya penanggulangannya juga harus
dibedakan
Tarik menarik apakah pengguna narkotika merupakan korban atau pelaku
sangat terasa dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yang menyatakan98
97httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 1 98
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743 pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h
47
1) Setiap Penyalahgunaan
(a) Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (Lima belas) tahun
(b) Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 12 (dua belas) tahun
(c) Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun
(d) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
116
(e) Dalam hal Penyalahguna Narkotika sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan
Narkotika Penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial secara berkelanjutan
Penyalahgunaan yang pada awalnya mendapatkan jaminan rehabilitasi
namun dengan memandang asas legalitas yang diterapkan di Indonesia maka
dalam pelaksanaanya Penyalahgunaan narkotika harus menghadapi resiko
ancaman pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika Bila penyalahguna Narkotika dianggap
pelaku kejahatan maka yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa yang
menjadi korban dari kejahatan yang dilakukan oleh penyalahguna narkotika
karena dalam hukum pidana dikenal ldquotidak ada kejahatan tanpa korbanrdquo
beberapa literatur bahwa yang menjadi korban karena dirinya sendiri (Crime
without victims) dari perspektif tanggung jawab korban Self-victimizing
victims adalah mereka yang menjadi korban karena kejahatan yang
dilakukannya sendiri99
99
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 21122019
pukul 1330 h 3-4
48
3 Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Ada dua jenis sanksi hukum bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan
pelaku pengedar narkotika menurut hukum pidana Islam yaitu
a Sanksi Hukum Hudud
Menurut Yusuf Qaradawi ganja heroin serta bentuk lainnya baik
padat maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat
(narkotika) adalah benda-benda yang diharamkan oleh syararsquo tanpa
diperselisihkan lagi di antara para ulama100
Walaupun narkoba termasuk dalam kategori khamr Adapun tingkat
bahayanya lebih besar daripada dengan khamr itu sendiri101
Sebagaimana dengan pendapatnya Ibnu Taimiyyah yang menyatakan
ldquoSesungguhnya ganja itu haram apabila orang menyalahgunakannya
dan dikenakan sanksi had sebagaimana sanksi had bagi orang peminum
khamrrdquo Hal ini dapat ditinjau dari segi sifatnya ganja atau narkoba
lebih berbahaya daripada khamr dan dapat mengakibatkan rusaknya
akal sehat serta pengaruh buruk lainnya
Sedangkan sanksi perbuatan meminum khamr adalah hukuman
cambuk sebanyak empat puluh kali atau delapan puluh kali Sanksi ini
tidak dapat digugurkan oleh sanksi lain baik sanksi yang lebih ringan
maupun sanksi yang lebih berat Sanksi ini hanya berlaku bagi peminum
khamr melainkan bukan pengedar maupun bandar Hal ini dapat penulis
simpulkan bahwa pengedar maupun bandar khamr sangat tepat jika
mendapatkan sanksi yang lebih berat daripada peminum
100 Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid 2 (Gema
Insani Press Jakarta 1995) h 792 101 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 224
49
b Sanksi Hukum Takzir
Takzir adalah sanksi hukum yang diberlakukan kepada pelaku
pelanggaran hukum diluar qishash dan hudud Karena jenis hukuman
takzir tidak ditentukan secara detail di dalam Al-qurrsquoan dan As-sunnah
Oleh sebab itu hukuman ini menjadi kompetensi absolut hakim atau
penguasa Di samping itu Al-qurrsquoan dan As-sunnah tidak menjelaskan
tentang sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika Maka dari itu
sanksi hukum bagi pelaku pengedar narkotika adalah takzir102
Adapun pendapat ini merupakan pendapat Wahbah Al-Zuhaili dan
Ahmad Al-Hashari Berikut pendapatnya mereka yaitu
1) Narkotika tidak ada pada zaman Rasulullah SAW
2) Narkotika lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr
3) Narkotika tidak diminum seperti halnya khamr
4) Jenis narkotika sangat banyak sekali
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia berfatwa bahwa sanksi
bagi pelaku penyalahgunaan narkotika dan pelaku pengedar narkotika
adalah takzir Sebagaimana yang telah penulis ketahui bahwa
penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan
harta Oleh sebab itu diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1) Menjatuhkan hukuman berat bahkan jika perlu hukuman mati
terhadap pelaku penjual pengedar dan penyelundupan bahan-
bahan narkotika
2) Menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang
melindungi produsen narkotika dan pengedar narkotika
3) Membuat Undang-Undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkotika
102 M Nurul Irfan Hukum Pidana Islam (Jakarta Amzah 2016) h 231
50
Adapun hukum bagi pengguna mukhaddirat (narkotika) adalah
haram menurut kesepakatan para ulama dan kaum muslimin
penggunanya wajib dikenakan hukuman dan pengedar atau bandarnya
harus dijatuhi takzir dari yang paling ringan sampai yang paling berat
adalah hukuman mati Adapun hukuman takzir menurut para fuqoha
muhaqqiq (ahli membuat keputusan) bisa saja berupa hukuman mati
tergantung kepada mafsadah yang ditimbulkan pelakunya103
Oleh karena itu penyalahgunaan narkotika dalam hukum Islam
digolongkan kepada jarimah takzir hal ini sesuai dengan prinsip
menetapkan jarimah takzir yaitu prinsip utama yang menjadi acuan
penguasa dan hakim adalah menjaga kepentingan umum dan
melindungi setiap anggota masyarakat dari ke-mudharatan (bahaya)
Terkait dengan kasus perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku
pengedar narkotika di Indonesia Sanksi takzir ini dapat digunakan
menjadi instrumen pendukung mengingat sanksi hudud tidak
memungkinkan jika digunakan Alternatif satu-satunya cara yang dapat
digunakan adalah mendukung dieksekusinya terpidana mati dengan
menerapkan hukuman takzir berupa pidana mati bagi pengedar
narkotika yang sangat merusak tatanan kehidupan
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman mati
terhadap pelaku pengedar narkotika di Indonesia harus di dukung
dengan menggunakan konsep hukum pidana Islam Jika terdapat
sebagian pihak orang yang berargumentasi dengan dalih bahwa
hukuman mati bagi pelaku pengedar narkotika melanggar hak asasi
manusia hal ini tentu sangat penulis sayangkan Mengingat justru
mereka lah yang telah melanggar hak asasi manusia orang banyak
kerena telah merusak ribuan generasi penerus bangsa
103 Dr Yusuf Qaradawi Fatwa-Fatwa Kontemporer h 797
51
B Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Nasional
Sanksi pidana dalam Undang-Undang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan 1
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dalam tanaman beratnya melebihi
1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya
5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo Terhadap pelaku sebagai pengedar
dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana mati contohnya diatur dalam Pasal
Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119 yang disesuakan dengan kategori
atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk kedalam sendi-sendi kehidupan maka
dari itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara
konsisten diterapkan di Negara kita104 Putusan Mahkamah Konstitusi RI
menyebutkan hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak
bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar
1945105
Dalam putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan
sanksi pidana mati bagi pengedar narkotika tidak melanggar hak asasi manusia
karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang dibatasi
sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi manusia yang lain
yang memberikan dampak terhadap kehancuran generasi muda di masa yang
akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP yang merupakan
104httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada 20072019 pukul 1800 105Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung Citra Aditya Bakti 2011) h 306
52
bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati tidak bertentangan
dengan UUD 1945106
Upaya menafsirkan Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa sepotong-
potong hak setiap orang untuk hidup sebagaimana tertera dalam Pasal 28 a dan
28 i ayat (1) harus dibaca dan ditafsirkan dalam kesatuan dengan Pasal 28 j ayat
(2) yaitu dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dalam Undang-Undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral nilai-nilai agama keamanan dan ketertiban umum Dalam
suatu masyarakat yang demokratis107
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tetapi
dalam pelaksanaanya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam
menjatuhkan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Kekuasaan Kehakiman adalah
Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggarakannya
Negara Hukum Republik Indonesia
Hakim yang secara khusus menjadi aktor utama dalam menjalankan
aktivitas peradilan untuk memeriksa mengadili dan memutuskan suatu perkara
yang diajukan Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain
diluar kekuasaan kehakiman dilarang kecuali dalam hal sebagaimana
106httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-indonesia
diakses pada 21072019 pukul 1930 107httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019 pukul 2000
53
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
dalam arti bahwa hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tidak boleh
dipengaruhi oleh siapapun juga
Dengan demikian hakim dapat memberi keputusan yang sesuai dengan
hukum dan rasa keadilan masyarakat Meskipun pada asasnya hakim itu
mandiri atau bebas tetapi kebebasan hakim itu tidak mutlak karena dalam
menjalankan tugasnya hakim dibatasi oleh Pancasila Undang-Undang Dasar
Peraturan Perundang-undangan ketertiban umum dan kesusilaan Itu adalah
faktor-faktor yang dapat membatasi kebebasan hakim108
Upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera adil dan
makmur yang merata baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dengan tegas menyatakan mendukung
memberikan sanksi pidana mati terhadap pelaku pengedar narkotika karna efek
yang ditimbulkan bila secara rutin mengonsumsi narkotika sudah pasti merusak
kondisi fisik seseorang Dan hal ini dapat berefek buruk bagi generasi muda
bangsa Indonesia Dengan merajalelanya peredaran narkotika di Indonesia
negara kita sedang mengalami darurat terhadap perederan narkotika yang amat
sangat merajalela di kalangan masyarakat khususnya dilingkungan anak muda
saat ini109
Sanksi Pidana dalam Undang-Undaang Narkotika salah satunya adalah
Sanksi Pidana Mati yaitu dalam Pasal 114 ayat (2) berbunyi ldquoDalam hal
perbuatan menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara
dalam jual beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan 1
108Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia (Yogyakarta UII Press 2005) h 51 109httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-pemberantasanhtml
diakses pada 21072019 pukul 2100
54
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5g pelaku dipidana dengan pidana matirdquo110
Terhadap pelaku sebagai pengedar dimungkinkan dijatuhkan sanksi pidana
mati contohnya diatur dalam Pasal ndash Pasal 114 Pasal 115 Pasal 118 Pasal 119
yang disesuaikan dengan kategori atau beratnya kejahatan yang dilakukan
Kejahatan narkotika sudah masuk keseluruh sendi-sendi kehidupan maka dari
itu hukuman berupa pidana mati masih diperlukan dan harus secara konsisten
diterapkan dinegara kita111 Putusan Mahkamah Konstitusi RI menyebutkan
hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan dengan
hak untuk hidup yang dijamin oleh Undang-Undang dasar 1945112
Isi putusan Mahkamah Konstitusi RI dijelaskan bahwa penerapan sanksi
pidana mati bagi para pelaku tindak pidana narkotika tidak melanggar hak asasi
manusia karena terdapat asas (derogable right) yaitu hak seseorang yang bisa
di batasi oleh negara sehingga para pelaku tersebut telah melanggar hak asasi
manusia yang lain dan memberikan dampak terhadap kehancuran generasi
muda di masa yang akan datang Pidana mati telah diatur dalam Pasal 10 KUHP
yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional Pelaksanaan pidana mati
tidak bertentangan dengan UUD 1945
Proses pelaksanaan hukuman mati di Indonesia tetap dipertahankan tapi
dalam pelaksanaannya sangat selektif dan cenderung hati-hati Dalam hal
penjatuhan pidana mati hakim mempunyai kebebasan besar karena Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Menurut Pasal
1 butir 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
110Syamsul Hidayat 2010 Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press) h 58 111httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019 pukul 1755 112Arief Barda Nawawi Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian Perbandingan
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011) h 306
55
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia113
C Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hukum Pidana Islam
Syariat Islam mengharamkan khamar sejak 14 abad yang lalu hal ini
berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yang merupakan
anugerah dari Allah dan harus dipelihara sebaik-baiknya Pada masa kini
golongan umat non Muslim mulai menyadari akan manfaat diharamkannya
khamar setelah terbukti bahwa khamar dan lain sebagainya (Penyalahgunaan
narkotika ganja dan obat-obatan menjual khamar dan menjual narkotika)
membawa mudharat atau efek buruk bagi pengkonsumsi dan lingkungan
sekitarnya114
Perdebatan hukum Narkotika memiliki banyak versi dan ragam pandangan
dikalangan ulama Di dalam Al-Qurrsquoan maupun hadist secara langsung tidak
disebutkan penjabarannya dalam Al-Qurrsquoan hanya disebutkan istilah khamr
Namun ada pula yang menyamakan hukum narkotika dengan khamr115
Sanksi hukum bagi pelaku peminum khamar yang melakukan berulang-
ulang adalah hukuman mati Pendapat ini disetujui oleh para sahabat yang lain
اللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشربوعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلى
ثماذاشربالرابعةفاضربوافاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوه
113httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019 pukul 1810 114Ahmad Djazuli Fikih Jinayah (Jakarta Raja Grafindo Persada 1997) h 95-96 115Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam penerjemah
Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450
56
عنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرجذالكابو
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri116
Menurut hadis di atas bagi peminum khamr yang sudah diberi hukuman
untuk ketiga kalinya dan mengulangi untuk keempat kalinya maka kepada
pelaku diberikan hukuman pancung atau sama dengan hukuman mati Hal
demikian melihat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh peminum khamr
yang dipilih oleh para ulama adalah hukuman mati untuk peminum khamar
yang sudah berkali-kali melakukan perbuatan tersebut Hal tersebut berguna
pula bagi para pengguna narkotika bila melihat dampak yang ditimbulkan
Allah SWT sendiri melarang hambaNya membuat kerusakan di muka bumi
Karena efek dari narkotika ini dapat merusak oleh sebab itu penggunaan
narkotika diharamkan
الاانهمهمالمفسدونولكنقالواانمانحنمصلحونالارضواذاقيللهملاتفسدفي
لايشعرون
Artinya Dan bila dikatakan kepada mereka ldquoJanganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumirdquo mereka menjawab ldquoSesungguhnya kami orang-
orang yang mengadakan perbaikanrdquo Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar117
116 Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
117 QS Al-Baqarah 11-12
57
D Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika Dalam Hak Asasi Manusia
Dalam kasus tindak pidana narkoba dianggap sebagai kejahatan yang
paling serius dan bahkan akibat yang ditimbulkan dapat menghancurkan masa
depan anak bangsa Namun dalam sejumlah penelitian menunjukkan ternyata
tidak ada korelasi positif antara hukuman mati dengan berkurangnya tingkat
kejahatan tersebut di Indonesia justru menunjukkan peningkatan dari
pengguna dan pengedar sampai pada adanya produsen Dalam kaitan ini upaya
penanggulangan narkoba di negara-negara maju sudah mulai dilakukan dengan
meningkatkan pendidikan sejak dini dan melakukan kampanye anti narkoba
serta penyuluhan tentang bahayanya Demikian seriusnya penanggulangan
masalah narkoba bagi kehidupan manusia sudah mendorong kerja sama
Internasional dalam memerangi kejahatan narkoba tersebut118
Beberapa kepala Negara dan kepala Pemerintahan dari asal para terpidana
mati tersebut sudah meminta Presiden Jokowi agar dapat memberikan
pengampunan tetapi presiden tetap kukuh pendirian dengan tidak memberikan
pengampunan Sebagai Negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudah sepantasnya Indonesia
menjunjung tinggi hukum119
Ciri-ciri yang harus melekat pada Negara hukum adalah adanya pengakuan
dan perlindungan HAM peradilan yang bebas dan kepastian hukum Hukuman
mati bagi terpidana narkotika pada dasarnya adalah perlindungan HAM bagi
orang banyak karena kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime
yang telah merugikan bangsa dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial Peradilan di Indonesia pun memang seharusnya bersifat
118 Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua
(Bandung PT Citra Aditya Bakti 2002) h 56 119 Syamsul Hidayat Pidana Mati di Indonesia (Yogyakarta Genta Press 2010) h 1
58
independen dan impartial artinya tidak dapat di intervensi oleh pihak manapun
termasuk intervensi dari negara lain
Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar Narkotika berkebangsaan
asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkotika dengan jumlah
besar Sebagai contoh yang belum lama terjadi dan masih dalam ingatan kita
yaitu dengan dieksekusi matinya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran
(Australia) Martin Anderson Raheem A Salami Sylvester Obiekwe dan
Okwidili Oyatenze (Nigeria) Rodrigo Gularte (Brasil) serta Zainal Abidi
Freddy Budiman (Indonesia) mereka adalah orang terpidana mati kasus
pengedaran narkotika yang dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan pada
tanggal 29 April 2015 yang lalu dimana diantaranya berkebangsaan Asing dan
WNI120
Karena kejahatan Narkoba itu bukan hanya membunuh manusia secara
hidup-hidup Melainkan membunuh kehidupan manusia bahkan masyarakat
luas Indonesia Kejahatan Narkoba itu bukan hanya menghilangkan belasan
ribu nyawa manusia setiap tahun tetapi menghancurkan kehidupan umat
manusia dan masa depan generasi penerus bangsa Kalau ingin bangsa dan
negara ini selamat kita tak boleh toleran terhadap kejahatan narkoba korupsi
dan terorisme121
Hukuman mati di Indonesia diatur dalam Pasal 10 Kitab UndangndashUndang
Hukum Pidana (KUHP) yang memuat dua macam hukuman yaitu hukuman
pokok dan hukuman tambahan Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati
hukuman penjara hukuman kurungan dan hukuman denda Hukuman
tambahan terdiri dari pencabutan hak tertentu perampasan barang tertentu dan
pengumuman keputusan hakim Di dalam perkembangan kemudian terdapat
120httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-terpidana-
mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 121Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-menurut
Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019
59
beberapa Undang-Undang yang memuat ancaman hukuman mati122 yaitu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 yang dirubah dengan UndangndashUndang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika UndangndashUndang Nomor 5 Tahun
1997 Tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
UndangndashUndang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Korupsi
Dalam hukuman mati ini manusia seolah-olah mengambil peran sebagai Tuhan
dengan menjadi penentu hidup atau mati seseorang setiap manusia sebenarnya
memiliki hak untuk hidup sehingga pemberlakuan hukuman mati banyak yang
menentang
Penjatuhan hukuman mati juga diatur di dalam KUHP dan di luar KUHP
yang merupakan hukum positif artinya hukum yang berlaku sekarang di
Indonesia Hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28 ayat 1 Undang-
Undang Dasar 1945123 dan melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)124 Seharusnya pertimbangan
tidak menjatuhkan hukuman mati dengan tidak membandingkannya dengan
UUD karena Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan hukuman
pidana mati
Penjatuhan hukuman mati menurut Mahkamah Konstitusi (MK) juga
menyatakan hukuman mati tidak bertentangan dengan konstitusi Maka untuk
itu tingkat konsistensi penegak hukum dan pemerintah agar serius untuk
menyikapi serta tanggap terhadap putusan danatau kebijakan yang dilakukan
oleh majelis hakim dalam memutuskan perkara khususnya kasus narkoba baik
pengadilan tingkat pertama tinggi Kasasi maupun tingkat Peninjauan Kembali
(PK) Agar putusan tersebut benar-benar dapat diterima dan dilaksanakan
122UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama
1999-Keempat 2002) (Jakarta Sinar Grafika 2003) 123Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 124Republik Indonesia Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
60
dengan baik tanpa ada unsur -unsur yang dapat melemahkan penegakan hukum
di Indonesia serta memperhatikan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Hak Asasi Manusia (HAM)125
Di dalam artikel terikat Konvensi Internasional Hukuman Mati mesti jalan
terus diberitakan bahwa MK dalam putusannya pada 30 Oktober 2007 menolak
uji materi hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika dan menyatakan
bahwa hukuman mati dalam Undang-Undang Narkotika tidak bertentangan
dengan hak hidup yang dijamin UUD 1945 lantaran jaminan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 tidak menganut asas kemutlakan Menurut MK hak asasi
dalam Konstitusi harus digunakan dengan menghargai dan menghormati hak
asasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum dan keadilan sosial
Dengan demikian MK menyatakan bahwa hak asasi manusia harus dibatasi
dengan instrumen Undang-Undang yakni hak untuk hidup itu tidak boleh
dikurangi kecuali diputuskan oleh pengadilan126
Alasan lain pertimbangan putusan MK salah satunya karena Indonesia telah
terikat dengan konvensi internasional narkotika dan psikotropika yang telah
diratifikasi menjadi hukum nasional dalam Undang-Undang Narkotika
Sehingga menurut putusan MK Indonesia justru berkewajiban menjaga dari
ancaman jaringan peredaran gelap narkotika skala internasional yang salah
satunya dengan menerapkan hukuman yang efektif dan maksimal127
Dalam konvensi tersebut Indonesia telah mengakui kejahatan narkotika
sebagai kejahatan luar biasa serius terhadap kemanusiaan (extraordinary crime)
sehingga penegakannya butuh perlakuan khusus efektif dan maksimal Salah
satu perlakuan khusus itu menurut MK antara lain dengan cara menerapkan
125httpwwwbukhori_dpryahoocomKH BukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-Bagi-
Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 pukul 2035 126Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 127Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
61
hukuman berat yakni pidana mati Dengan menerapkan hukuman berat melalui
pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika MK berpendapat
Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun termasuk Konvensi
Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR) yang menganjurkan penghapusan
hukuman mati Bahkan MK menegaskan Pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri
membolehkan masih diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta
khusus untuk kejahatan yang paling serius128
Dalam pandangan MK keputusan pembikin undang-undang untuk
menerapkan hukuman mati telah sejalan dengan Konvensi PBB 1960 tentang
Narkotika dan Konvensi PBB 1988 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika Pasal 3 Universal Declaration of Human Rights
dan Undang-Undang HAM sebab ancaman hukuman mati dalam Undang-
Undang Narkotika telah dirumuskan dengan hati-hati dan cermat tidak
diancamkan pada semua tindak pidana Narkotika yang dimuat dalam Undang-
Undang tersebut129
Memberikan hukuman mati bagi pengedar Narkotika sesuai dengan
ancaman Pasal 114 ayat (2) Undnag-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tidak
melanggar Hak Asasi Manusia Karena hukuman mati yang dijatuhkan kepada
satu orang itu lebih baik Daripada tetap hidup tetapi semakin besar membuat
kerusakan bagi orang lain dalam suatu negara Pelaksanaan hukuman mati
kepada Pengedar Narkoba jika ditinjau dari aspek hak asasi manusia tidak
bertentangan hasil Konvensi Internasional karena membunuh satu orang lebih
baik daripada menghancurkan orang banyak akibat perbuatan dan tindakannya
Hal ini juga dituangkan di dalam perjanjian dan Konvensi Internasional tentang
hak sipil dan politik bahwa hukuman mati tidak dilarang Tindakan pelaku
kejahatan peredaran gelap Narkoba atau Bandar Narkoba ini menghancurkan
128 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019 129 Hak Hidup vs Hukuman Mati (httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-hukuman-
mati) diakses tanggal 31082019
62
umat manusia yang lebih besar sehingga sangat tepat jika diberikan hukuman
mati untuk memberantas kejahatan yang dilakukannya dan menyelamatkan
manusia yang lebih banyak
63
BAB IV
HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
A Deskripsi Putusan Hakim dalam Putusan Hakim Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR130
1 Kronologi Kasus
Awal mula perbuatan Fredi Budiman sang Pengedar Narkoba ini
dimulai pada Maret tahun 2009 lalu Fredi Budiman didapat pada
kediamannya di Apartemen Taman Surya Cengkareng Jakarta Barat
sebuah barang sabu-sabu seberat 500 gram dari penggeledahan itu Fredi
Budiman diganjar hukuman 3 tahun 4 bulan penjara
Setelah terbebas dari hukuman penjara tersebut Fredi kembali
melakukan tindak pidana pada tahun 2011 penangkapan itu dimulai saat
polisi menggeledah mobilnya dan didapatkan barang bukti berupa 300
gram heroin dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait kasus itu Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali berulah menjadi residivie dengan
mendatangkan pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa
mengorganisasi penyelendupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari
130Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 pukul 0945
64
Cina131 Pada Surat Dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum Kejaksaan
Negeri Jakarta Barat dijelaskan sebagai berikut
Peristiwa pidana ini melibatkan terdakwa Fredi Budiman Alias Budi
Bin H Nanang Hidayat bersama-sama
1 Hani Sapta Pribowo Bin HM Gatot Edi
2 Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
3 Muhamad Muhtar Alias Muhamad Moektar
4 Abdul Syukur Alias Ukung Bin Meiji
5 Achmadi Alias Madi Bin Samin132
Pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekitar pukul 1900 WIB setidak-
tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2012 bertempat di Jalan Kamal
Raya Kelurahan Cengkareng Timur Jakarta Barat atau setidak-tidaknya di
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri
Jakarta Barat yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal perbuatan
menawarkan untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual
beli menukar menyerahkan atau menerima Narkotika golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
narkotika dan prekursor narkotika jenis Ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan lebih kurang 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh sembilan koma sembilan) gram Perbuatan
tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut
131httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009 diakses pada
19072019 pukul 0955 132 Disidangkan terpisah di Peradilan Militer
65
Bahwa awalnya sekitar tahun 2009 Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong kenal dengan Wang Chang Shui (Warga Negara Hongkong) di
Hong kong dalam perkenalan tersebut terdakwa Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong minta bantuan untuk menagih hutang uang kepada 4
(empat) orang warga Negara Cina dan mulai dari saat itulah hubungan
Chandra Halim alias Akiong Bin Tingtong dengan Wang Chang Shui
sangat dekat
Bahwa pada mulanya perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong dengan terdakwa Fredi Budiman di dalam RUTAN Cipinang satu
kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo yang saat itu terdakwa
Fredi Budiman menyampaikan kalau ada kiriman narkotika dari luar negeri
yang melalui pelabuhan Tanjung Priok agar melalui terdakwa Fredi
Budiman karena dia dianggap orang yang bisa mengurus di pelabuhan dan
kemudian hal tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
ceritakan kepada Wang Chang Shui kemudian juga terdakwa Fredi
Budiman sudah pernah berbisnis narkotika dengan Chandra Halim Alias
Akiong yang masih tersisa hutang yang belum dibayar oleh terdakwa Fredi
Budiman sebesar Rp 5000000000- (Lima Miliyar Rupiah)
Sebelumnya Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga pernah
dikirimi narkotika jenis shabu sebanyak 6 (enam) Kilogram oleh Wang
Chang Shui yang saat itu terdakwa terima melalui hotel Ibis Jakarta Pusat
dan saat itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kerjasama
dengan terdakwa Fredi Budiman karena pada saat itu juga terdakwa Fredi
Budiman menyanggupi untuk ambil shabu tersebut dengan kesepakatan
terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dan mendapat Rp
35000000000- (Tiga Puluh Lima Juta Rupiah) perkilonya
66
Bahwa selain terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
kenal dengan Fredi Budiman di dalam penjara juga mengenal dengan Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo yang satu kamar tahanan dengan terdakwa
Fredi Budiman yang dikenalkan oleh terdakwa Fredi Budiman dalam
perkenalan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong tersebut terdakwa
Fredi Budiman jelaskan bahwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo adalah
penguasa pelabuhan Tanjung Priok dan punya usaha di sana
Bahwa setelah Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong kenal
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mulai saat itu sering banyak
pertemuan keduanya termasuk juga Terdakwa Fredi Budiman dalam
pertemuan tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
menanyakan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo tentang pengiriman
barang dari luar negeri melalui jalur yang aman yang dimaksudnya jalur
yang tidak diperiksa oleh bea dan cukai lalu Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo menelepon Abdul Syukur Alias Ukung dari situlah awalnya Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo memperkenalkan Chandra Halim Alias Akiong
Bin Tingtong dengan Abdul Syukur Alias Ukung melalui handphone
Kemudian sekitar tahun 2011 ada pertemuan antara Chandra Halm
Alias Akiong Bin Tingtong Hani Sapta Pribowo dan Terdakwa Fredi
Budiman bertempat di kamar (Terdakwa Fredi Budiman yang satu kamar
dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo) di penjara dalam pertemuan
tersebut Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong bermaksud akan
mengirim dispenser dari Cina melalui jalurnya Hani Sapta Pribowo Alias
Bowo telah menyanggupi apa saja yang akan dikirim oleh Chandra Halim
Alias Akiong Bin Tingtong dan juga Hani Sapta Pribowo Alias Bowo telah
memberikan alamat PRIMKOP KALTA kepada Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong
67
Bahwa mulanya teman Chandra Halim Alias Akiong yang bernama
Whang Chang Shui mau mengimpor barang dari Cina berupa dispenser
sekitar tahun 2011 dengan adanya impor dispenser Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur Alias Ukung dengan menyuruh
anak buahnya bernama Sani untuk meminta kop surat PRIMKOP KALTA
lalu Abdul Syukur Alias Ukung menghubungi Supriadi yang kemudian
Supriadi memberikan kop asli PRIMKOP KALTA namun Supriadi
berpesan kepada Abdul Syukur Alias Ukung yang mengatakan supaya
fotokopinya saja diberikan kepada Hani Sapta Pribowo Alias Bowo namun
pengiriman dispenser batal
Lalu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menghubungi Abdul Syukur
Alias Ukung lagi yang menyampaikan bahwa order kali ini adalah impor
barang berupa aquarium lalu pada tanggal 26 Maret 2012 sekira pukul
1500 WIB Abdul Syukur Alias Ukung mengirim Sms kepada Hani Sapta
Pribowo Alias Bowo yang isinya memberitahukan alamat PT PRIMER
KOPERASI KALTAS (Bais TNI) di Jalan Kalibata Raya No 24 Jakarta
Selatan Karena ada permintaan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo minta
alamat tersebut untuk pengiriman barang impor berupa aquarium (Fish
Tank) dari Cina
Bahwa sebelum bulan Mei 2012 Terdakwa Fredi Budiman sepakat
dengan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong akan mengirim ekstasi
berupa sampel 500000 (lima ratus ribu) butir setelah itu awal Mei 2012
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang ke kamar (Terdakwa
Fredi Budiman satu kamar dengan Hani Sapta Pribowo Alias Bowo)
kedatangan Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menanyakan
alamat PRIMKOP KALTA yang saat itu Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
memberikan alamat PRIMKOP KALTA dan memastikan aman 100
untuk impor barang karena ada jalur kuning dan saat itu juga Chandra
68
Halim Alias Akiong Bin Tingtong mengatakan kepada Hani Sapta Pribowo
Alias Bowo akan ada kiriman container TGHU 0683898 yang berisikan
aquarium yang di dalamnya berisi ekstasi sebanyak 12 (dua belas)
kartondus yang di dalamnya berisi narkotika jenis ekstasi sebanyak
1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu emapat ratus tujuh puluh
enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan
puluh ribu sembilan ratus sembilah puluh enam koma sembilan) gram
Bahwa terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong datang
ke kamar atau sel Fredi Budiman yang mengatakan bahwa narkotika jenis
ekstasi berasal dari Cina dengan menggunakan kontainer TGHU 0683898
harga di Cina seharga Rp 80000 (delapan ratus rupiah) perbutir dengan
biaya seluruhnya berikut ongkos kirim Rp 1500000 (lima belas ribu
rupiah) perbutir Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong juga
mengatakan kepada terdakwa Fredi Budiman kalau mau berpartisipasi
harus membayar uang muka sebanyak Rp 625000000- (enam ratus dua
puluh lima juta rupiah) karena terdakwa Fredi Budiman tidak ada uang
sejumlah itu lalu Terdakwa Fredi Budiman minta bantuan kepada Babe
Alias Edi Kuncir sebesar Rp 500000000- (lima ratus juta rupiah) dikirim
melalui transfer internet banking BCA rekening atas nama Lina sedangkan
sisa uang Rp 125000000- (seratus dua puluh lima juta rupiah) adalah
uang milik Fredi Budiman langsung dibayarkan kepada Yu Tang sehingga
uang yang dikirim kepada Wang Chang Shui sebesar Rp 625000000-
(enam ratus dua puluh lima juta rupiah) dan narkotika jenis ekstasi tersebut
dijual di Indonesia dengan harga Rp 45000- (empat puluh lima ribu
rupiah) perbutir
Bahwa jika narkotika jenis ekstasi tersebut sudah di gudang di
Indonesia Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong mendapat fee dari
Wang Chang Shui sebesar Rp 300000000- (tiga ratus juta rupiah) dan
69
selain itu juga Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong menjanjikan dari
jumlah narkotika jenis ekstasi tersebutTerdakwa Fredi Budiman menerima
upah sebesar 10 Hani Sapta Pribowo Alias Bowo menerima upah sebesar
10 Yu Tang mendapat upah sebesar 30 Abdul Syukur Alias Ukung dan
Supriyadi mendapat upah dari Terdakwa Hani Sapta Pribowo Alias Bowo
Bahwa kemudian sekitar tanggal 4 Mei 2012 Yu Tang kembali membesuk
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong dengan menyerahkan Bill of
Lading Packing List dan Invoice asli dan dokumen asli tersebut kepada
Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong serahkan langsung kepada
terdakwa Fredi Budiman serta Yu Tang rencana akan menyerahkan sendiri
sampel atau contoh ekstasi kepada terdakwa Fredi Budiman selanjutnya
menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo mengirim dokumen tersebut
melalui fax kepada Adbul Syukur Alias Ukung yang selanjutnya terdakwa
Fredi Budiman menyuruh Hani Sapta Pribowo Alias Bowo untuk
memberikan nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung kepada Chandra
Halim Alias Akiong Bin Tingtong
Kemudian terdakwa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
setelah mendapat nomor telepon Abdul Syukur Alias Ukung dari Hani
Sapta Pribowo Alias Bowo lalu menelpon Abdul Syukur Alias Ukung
menanyakan fax sudah terima atau belum juga menanyakan biaya
pengeluaran barang tersebut lalu dijawab oleh Abdul Syukur Alias Ukung
fax sudah diterima dan mengenai harga akan dibicarakan terlebih dahulu
dengan pengurus PT PRIMER KOPERASI KALTA
Bahwa nomor handphone yang biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin
Tingtong pakai adalah 021-83818119 dengan HP merk Esia warna biru saat
sebelum ditangkap tanggal 30 Juni 2012 disembunyikan di gudang mesin
air yang tidak jauh dari kamar Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong
dan satu lagi handphone merk Esia warna oren dengan nomor 021-
70
95939562 yang Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong gunakan
komunikasi dengan Abdul Syukur Alias Ukung Supriadi dan Yu Tang
namun handphone tersebut sudah dibuang oleh Chandra Halim Alias
Akiong Bin Tingtong dan nomor handphone milik Abdul Syukur yang
biasa Chandra Halim Alias Akiong Bin Tingtong hubungi seputar perihal
fax dan besar biaya yang akan dikeluarkan
Kemudian container TGHU 0683898 20 fit tiba di pelabuhan Tanjung
Priuk sekitar tanggal 10 Mei 2012 selanjutnya pada tanggal 22 Mei 2012
disegel oleh pihak Bea dan Cukai ternyata di dalam kontainer tersebut
berisikan 12 (dua belas) karton yang di dalamnya ada narkotika jenis
ekstasi sebanyak 1412476 (satu juta empat ratus dua belas ribu empat
ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang lebih 3809969
(tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan puluh enam koma
sembilan) gram dan ada aquarium serta berisikan makanan ikan sedangkan
biaya pengeluaran melalui PRIMKOP KALTA untuk kontainer 20 fit yang
normal biayanya Rp 60000000- (enam puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp 65000000- (enam puluh lima juta rupiah) akan tetapi kontainer
TGHU 0683898 yang menjadi barang bukti dalam perkara ini dibayar Rp
90000000- (Sembilan puluh juta rupiah)
Bahwa kemudian pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 sekira jam
1900 WIB bertempat di Jalan Kayu Besar Raya Kapuk Kamal
Cengkareng Jakarta Barat Tertangkap Muhamad Mukhtar Alias
Muhamad Moektar yang sedang memandu truk trailer yang membawa
kontainer yang berisikan Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu
juta empat ratus dua belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau
setara dengan kurang lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu
sembilan ratus sembilan puluh enam koma sembilan) gram berikut yang
71
lainnya termasuk terdakwa yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut hingga
disidangkan
Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa percobaan atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika menawarkan
untuk dijual menjual membeli menjadi perantara dalam jual beli
menukar menyerahkan atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dalam bentuk bukan tanaman
Narkotika jenis ekstasi sebanyak 1412476 (satu juga empat ratus dua
belas ribu empat ratus tujuh puluh enam) butir atau setara dengan kurang
lebih 3809969 (tiga ratus delapan puluh ribu sembilan ratus sembilan
puluh enam koma sembilan) gram dan tidak ada izin dari yang berwenang
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal
114 ayat (2) jo Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar putusannya
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 Menyatakan
terdakwa Fredi Budiman Alias Budi Bin H Nanang Hidayat terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemufakatan
kejahatan untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan melawan hukum
membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli narkotika
Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (Lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana MATI dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan
alat komunikasi segera setelah putusan ini diucap
Adapun terhadap Pengadilan Tinggi Jakarta pada amar putusan nya
Nomor 389PID2013PTDKI tanggal 25 November 2013 Menerima
72
permintaan banding dari terdakwa dan Penuntut Umum serta menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 yang dimohonkan
banding membebankan terdakwa untuk membayar biaya perkara
Membaca putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 1093
KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 yang amar putusan nya
menolak permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi Fredi Budiman Alias
Budi Bin H Nanang Hidayat serta membebankan biaya perkara kepada
Terdakwa
Lalu setelah dirasa tidak adil dengan putusan pada Mahkamah Agung
yang menolak pemohonan Kasasi oleh Pemohon Kasasi yaitu Fredi
Budiman Alias Budi H Nanang Hidayat terpidana melalui Penasehat
Hukumnya mengajukan Peninjauan Kembali berdasarkan Surat Kuasa No
001PKPIDSUSUBRXII2015 tanggal 02 Desember 2015 Alasan-
alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
KembaliTerpidana pada pokoknya adalah
ldquoAlasan terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat bahwa
yang jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas ataupun putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntun umum tidak dapat
diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih
ringanrdquo Keadaan baru yang dimaksud adalah dengan ditemukannya Bukti
Novum PK berupa putusan Pengadilan Militer Tinggi II Jakarta atas nama
Supriadi dengan Perkara No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 yang mana
putusan Bukti Novum PK perkara a quo tersebut diperoleh dari website
Mahkamah Agung Republik Indonesia Dengan ditemukannya Bukti
73
Novum PK alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali dapat diuraikan
sebagai berikut
a Terhadap putusan Tingkat Kasasi Mahkamah Agung No 1093
KPidSus2014 jo Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta No
389PidSus2013PTDKI jo Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR khususnya di dalam
dictum putusannya telah khilaf memutus Permohon Peninjauan
KembaliTerdakwa bersalah dengan Hukuman Pidana Mati
b Bahwa dengan adanya Bukti Novum PK menyangkut Putusan atas
nama Supriadi yang mana peran di dalamnya turut membantu Sdr
Fredi Budiman dalam prekursor narkotika sebagaimana yang telah
dijelaskan kronologinya di atas
c Peran Supriadi yang ada di dalam Bukti Novum PK tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan peran Pemohon Peninjuan
KembaliTerdakwa seperti yang dituangkan dalam Pertimbangan
Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi No 1093 KPidSus2014 telah
mempertimbangkan bahwa Pemohon Peninjauan KembaliTerdakwa
mempunyai peran yang besar dan signifikan yaitu kurang lebih sama
dengan peran saksi Chandra Halim Wang Chang Shui Abdul Syukur
Supriadi dan Yu Tang
d Dalam penjatuhan vonis pidananya adalah sangat jauh berbeda yang
mana Terdakwa Fredi Budiman divonis dengan pidana mati sedangkan
Supriadi divonis dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun penjara Maka
penjatuhan vonis tersebut perbandingannya antara langit dan bumi
(sangat jauh berbeda)
e Dengan pertimbangan Majelis Hakim Agung tingkat Kasasi
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa Fredi Budiman (Pemohon
Peninjauan Kembali) sama dengan perbuatan Terdakwa lain salah satu
74
di antaranya Terdakwa Supriadi maka seharusnya hukuman pidana
yang diberikan kepada Pemohon Peninjauan Kembali juga kurang
lebihnya tidak jauh berbeda dengan Terdakwa Supriadi
f Bukti Novum PK selain membuktikan adanya perbedaan vonis di
antara Terdakwa Fredi Budiman dengan Terdakwa Supriadi akan tetapi
juga membuktikan adanya pertentangan antara putusan dalam perkara
Fredi Budiman dengan putusan perkara lain yaitu perkara Supriadi di
antaranya adalah menyangkut pasal-pasal serta unsur-unsur yang
dinyatakan terbukti terhadap diri Terpidana Fredi Budiman dan
Supriadi telah terjadi adanya perbedaan serta pertentangan
g Bahwa oleh sebab itu dengan ditemukannya Bukti Novum PK ini
Pemohon Peninjauan Kembali harapkan bisa diterima dan dipakai
sebagai bahan pertimbangan agar bisa merubah hukuman pidana mati
Terdakwa Fredi Budiman setidak-tidaknya merubahnya menjadi
hukuman pidana lebih ringan lagi atau setidak-tidaknya bisa
merubahnya dari hukuman pidana mati menjadi pidana penjara seumur
hidup atau pidana sementara dalam waktu tertentu
2 Pertimbangan Hukum Hakim
Menimbang bahwa Terdakwa oleh Jaksa Penuntut Umum telah
didakwa dengan dakwaan Subsideritas dimana pada dakwaan Primair
Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 114 ayat (2) jo pasal 132
ayat (1) Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada
dakwaan Subsidair Terdakwa didakwa melanggar ketentuan pasal 113
ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35 tahun 2009 tentang
Narkotika sedangkan pada dakwaan Lebih Subsidair Terdakwa didakwa
melanggar pasal 112 ayat (2) jo pasal 132 ayat (1) Undang-Undang No35
tahun 2009 tentang Narkotika
75
Menimbang bahwa menurut ketentuan pasal 114 ayat (2) Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 ldquounsur tanpa hak atau perbuatan melawan
hukumrdquo tersebut adalah terhadap perbuatan menawarkan untuk dijual
menjual membeli menjadi perantara jual beli menukar menyerahkan dan
menerima Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang beratnya
melebihi 1 kg atau melebihi 5 batang pohon atau dalam bentuk bukan
tanaman dengan berat 5 gram atau lebih
Menimbang bahwa pasal 8 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
menyebutkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk
kepentingan layanan kesehatan dan dalam jumlah yang terbatas dapat
digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan untuk regensia laboratorium setelah mendapat persetujuan
Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Menimbang bahwa dalam ketentuan pasal 12 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 ditegaskan pula bahwa Narkotika Golongan I dilarang
diproduksi dan atau digunakan dalam proses produksi kecuali dalam
jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan pengawasan yang ketat oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sedangkan dalam pasal 39
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 diatur pula bahwa Narkotika hanya
dapat disalurkan oleh industri farmasi pedagang besar farmasi dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dan untuk itu wajib memiliki izin
khusus penyaluran dari Menteri
Majelis Hakim dengan berpedoman kepada pasal 10 huruf b KUHP
tersebut melalui putusan ini perlu melahirkan hukum (Judge make Law)
sebagai tambahan terhadap pasal 35 KUHP dalam bentuk penjatuhan
hukum tambahan berupa ldquoPencabutan hak-hak Terdakwa untuk
76
mempergunakan alat komunikasi segera setelah putusan ini diucapkan
(serta merta) karena apabila tidak dilakukan secara serta merta maka
sebagaimana fakta yang terbukti di persidangan sangat dikhawatirkan
Terdakwa akan mengulanginya lagi melakukan tindak pidana dengan
mempergunakan alat komunikasi dari dalam Rumah Tahanan Negara
(Rutan) maupun dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana dan dijatuhi pidana maka sebagaimana ketentuan pasal 222 KUHAP
Terdakwa haruslah pula dibebani untuk membayar biaya perkara dalam
perkara ini
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
maka Majelis Hakim perlu terlebih dahulu untuk mempertimbangkan
tentang hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan sebagai berikut
Hal-hal yang memberatkan
a Bahwa perbuatan Terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti Narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia terutama generasi muda
c Bahwa Terdakwa merupakan bagian dari jaringan Narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan Terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih
menjalani hukuman dalam perkara Narkotika sebelumnya
e Perbuatan Terdakwa dilakukan dari dalam Rumah Tahanan Negara
atau Lembaga Pemasyarakatan tempat dimana Terdakwa seharusnya
77
sadar dan merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang
tetapi Terdakwa justru terus melakukan tindak pidana narkotika
Hal-hal yang meringankan Tidak ada
Menimbang bahwa setelah memperhatikan hal-hal yang
memberatkan dan yang meringankan sebagaimana hal yang disebutkan di
atas maka hukuman yang dijatuhkan kepada Terdakwa dirasa adil baik
berdasarkan rasa keadilan masyarakat maupun rasa keadilan menurut
Undang-Undang
B Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
narkotika didefinisikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran hilangnya rasa mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU
Nomor 35 Tahun 2009133 Pengaturan tentang Narkotika memang tidak terdapat
pada KUHP narkotika adalah salah satu dari banyak permasalahan yang telah
diatur oleh Undang-Undang secara khusus maka dari itu narkotika bisa disebut
dengan tindak pidana khusus
Rochmat Soemitro (1991) mendefinisikan tindak pidana khusus sebagai
tindak pidana yang diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus yang
memberikan peraturan khusus tentang cara penyidikannya tuntutannya
133 Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90
78
pemeriksannya maupun sanksinya yang menyimpang dari ketentuan yang
dimuat dalam KUHP134
Mengenai perbuatan tindak pidana dan penjatuhan sanksi yang telah diatur
pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika perbuatan-
perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana adalah sebagai berikut135
a Menanam memelihara menyimpan menguasai menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman (Pasal 111)
b Memiliki menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman (Pasal 112)
c Memproduksi mengimpor mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Golongan I (Pasal 113)
d Menawarkan untuk dijual membeli menerima menjadi perantara dalam
jual beli menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I (Pasal 114)
e Membawa mengirim mengangkut mentrasito Narkotika Golongan I
(Pasal 115)
f Setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I
untuk digunakan orang lain (Pasal 116)
Adapun untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak
pidana Narkotika adalah sebagai berikut
a Jenis sanksi dapat berupa pidana pokok (denda kurungan penjara
dalam waktu tertentuseumur hidup dan pidana mati) pidana tambahan
(pencabutan izin usahapencabutan hak tertentu)
b Jumlahlamanya pidana bervariasi untuk denda berkisar antara Rp
80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana
134Aziz Syamsuddin Tindak Pidana Khusus h 90 135Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Ketentuan
Pidana)
79
narkotika untuk pidana penjara minimal 4 sampai 20 tahun dan seumur
hidup
c Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang didahului dengan
pemufakan jahat dilakukan secara terorganisasi dilakukan oleh
korporasi dilakukan dengan menggunakan anak belum cukup umur
dan apabila ada pengulangan (residivie)
Terhadap putusan yang telah diputus terhadap Terdakwa Fredi Budiman
terkait perbuatannya melawan hukum telah pada awalnya mengedarkan
narkotika golongan I berupa 300 gram heroin dan 450 gram bahan pembuat
ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara
kemudian terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa denganPidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya Nomor 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
80
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukum nya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwasanya
Terdakwa Fredi Budiman bisa dikategorikan melakukan pengulangan tindak
pidana pemufakatan jahat dan terorganisir melakukan penyelundupan sebanyak
1412475 pil ekstasi dari Cina Dalam hukum pidana di Indonesia khususnya
dalam hal pidana yang merujuk pada KUHP dijelaskan pada pasal 486 dan juga
pada Pasal 144 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika bahwasanya pemberatan pidana pada residivie dapat ditambah 13
dari maksimum pidana yang di ancamkan136
Alasan hukuman dari pengulangan sebagai dasar pemberatan hukuman ini
adalah bahwa seseorang yang telah dijatuhi hukuman dan mengulangi lagi
136 Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Jakarta Bumi Aksara 1994)
h 204-205
81
melakukan kejahatan membuktikan bahwa ia telah memiliki tabiat buruk Jahat
karenanya di anggap sangat membahayakan bagi keamanan dan ketertiban
masyarakat
Apabila ditinjau dari sudut kacamata Undang-undang No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Pasal 144 ayat (1) menyebutkan
Setiap orang yang dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan
pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 Pasal 112
Pasal 113 Pasal 114 Pasal 115 Pasal 116 Pasal 117 Pasal 118 Pasal 119
Pasal 120 Pasal 121 Pasal 122 Pasal 123 Pasal 125 Pasal 126 Pasal 127 ayat
(1) Pasal 128 ayat (1) dan Pasal 129 pidana maksimumnya ditambah dengan
13 (sepertiga)
Penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman setelah dijatuhkannya
sanksi pada tindak pidana pengedaran narkotika yang pertama yaitu pidana 9
(sembilan) tahun penjara dimana baru setahun mendekam di balik jeruji Sdr
Fredi Budiman telah melakukan kembali tindak pidana yang sama atau bisa
disebut juga dengan tindak pidana pengulangan khusus yaitu tindak pidana
yang diulangi sama atau sejenis seharusnya sanksi hanya ditambah 13 dari
maksimum pidana yang diancankam dan jumlah masa kurungan sebagai sanksi
pidana menjadi 12 (dua belas) tahun penjara
Namun pada faktanya Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada amar
putusannya No 2267PidSus2012PNJKTBAR tanggal 15 Juli 2013 telah
menjatuhkan pidana mati atas Terdakwa Fredi Budiman Kemudian setelah
ditelaah kembali hal-hal yang memberatkan menjadi pertimbangan hukum bagi
hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
No2267PidSus2012PNJKTBAR adalah sebagai berikut
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah
Republik Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran
gelap narkotika dan penyalahguna narkotika
82
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Oleh karena itu penjatuhan hukuman pidana mati terhadap Sdr Fredi
Budiman dirasa menjadi keputusan yang tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan dikuatkan pula pada putusan tingkat Banding dilihat
pada amar putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal
25 November 2013
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Indonesia terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman dapat dikatakan
berbeda dengan ketentuan KUHP dimana penjatuhan sanksi untuk Residivie
hanya ditambah 13 (sepertiga) dari jumlah masa kurungan penjara yang
dijatuhkan pengadilan sebelumnyaDi mana sanksi kurungan penjara
sebelumnya 9 (sembilan) tahun penjara dan seharusnya ditambah 13
(sepertiga) nya menjadi 12 (dua belas) tahun penjaraNamun adapun alasan
perbedaannya karena adanya pertimbangan hukum hakim yang diyakini
menjadi alasan pemberat terhadap penjatuhan sanksi terdakwa
83
C Analisis Putusan Hakim dalam Perspektif Hukum Pidana Islam di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Narkotika memang tidak dijelaskan secara gamblang dalam hukum Islam
Al-Quran hanya menerangkan istilah khamr serta status hukum tentang
pengharaman khamr itu sendiri Karena narkotika belum dikenal pada masa
Rasulullah Saw namun meskipun demikian ulama telah sepakat bahwa
narkotika sama dengan status pengaharamannya dengan khamr begitupula
peminum khamr dan juga penyalahguna narkotika itu sendiri karena dirasa
dapat memabukkan dan merusak jasmani dan rohani umat manusia
Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary berpendapat jika memang belum
ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika dalam Al-Quran dan
Sunnah maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan
qiyas137
Menurut Ahmad Muhammad Assaf telah terjadi kesepakatan ulama
tentang keharaman khamr dan pelbagai jenis minuman yang memabukkan
Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi tanpa diqiyaskan dengan khamr
pun ganja atau narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat
memabukkan138
Memakai menjual membeli memproduksi dan aktivitas yang berkenaan
dengan narkotika adalah haram hal ini disebabkan narkotika jauh lebih
berbahaya dari khamr itu sendiri139
Namun tentang sanksi pelaku pengedaran narkotika menurut hukum Pidana
Islam ada yang berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang
137 Muhammad Khudari Bik Ushul Fiqh (Beirut Dar Al-Fikr 1988) h 334 Lihat Sayyid
Sabiq Fiqh al-Sunnah (Beirut Dar al-Arabiyyah 1978) Cetakan Ke-III h 330 138 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177 139 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 177
84
berpendapat bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika harus dijatuhkan
sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah dan Azat
Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan khamr
Sedangkan Wahbah Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan
narkotika belum tentu diminum seperti halnya khamr140 yaitu hukuman dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang Terhadap pelaku pidana mengonsumsi minuman memabukkan atau
obat-obat yang membahayakan sampai batas yang membuat gangguan
kesadaran menurut pendapat madzhab Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan
hukuman cambuk sebanyak 80 kali Menurut madzhab Syafii hukumannya
hanya 40 kali141
Terhadap sanksi yang dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena
perbuatan melawan hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300
gram heroin 27 gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan
itu Sdr Fredi Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau
dari penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan
pada penjatuhan sanksi jenis takzir
Menurut Abdul Qadir Audah takzir adalah pengajaran yang tidak ada
aturannya oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang di mana oleh syariat tidak ditentukan
dengan sanksi hukuman tertentu142
Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam takzir adalah
hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan mengenai ukurannya
140 Nurul Irfan dan Masyrofah Fiqh Jinayah (Jakarta AMZAH 2013) h 178 141Zainuddin Ali Hukum Pidana Islam (Jakarta Sinar Grafika 2007) h 101 142Abdul Qadir Audah Al-Tasyri Al-Jinai Al-Islamiyyah h 52
85
Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada penguasa negara untuk
memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana yang sesuai dengan
perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi takzir ini sangat beragam
sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf pendidikan masyarakat dan
berbagai keadaan lain manusia dalam berbagai masa dan tempat143 Karena
dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan narkotika bisa
dibilang tindak pidana kontemporer yang belum ada pada masa Rasulullah
maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr Fredi Budiman pun bisa disimpulkan
sesuai dengan aturan hukum pidana Islam yang pertama (sebelum melakukan
residivie)
Namun baru setahun mendekam di balik jeruji besi Lembaga
Pemasyarakan Cipinang ia kembali menjadi residivie dengan mendatangkan
pil ekstasi dalam jumlah yang besar dari Cina ia masih bisa mengorganisir
penyelundupan sebanyak 1412475 pil ekstasi dari Cina144 Kasus yang
diperbuat oleh Sdr Fredi Budiman ini bisa disebut dengan pengulangan tindak
pidana (residivie)
Istilah pengulangan tindak pidana dalam hukum pidana Islam disebut al-
aud Pengulangan tindak pidana dapat didefinisikan sama dengan definisi
hukum pidana di Indonesia yaitu dikerjakannya suatu tindak pidana oleh
seseorang sesudah ia melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat
keputusan atau sedang menjalani hukuman pengulangan kejahatan menurut
hukum pidana Islam sama dengan hukum pidana di Indonesia namun dalam hal
syarat-syarat seorang dikatakan melakukan kejahatan ulang (residivie) dan
masalah hukumannya berbeda dengan hukum pidana Indonesia kalau menurut
143Wahbah Zuhaili Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh (Beirut Dar Al-Fikr 1997) Cet Ke-4
Jilid VII h 5300 144httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkoti
kakasejak2009
86
hukum pidana Islam seseorang dianggap telah melakukan pengulangan
jarimah apabila memenuhi tiga syarat yaitu145
1 Orang yang telah dijatuhi hukuman jinayah kemudian ia melakukan
jarimah jinayah lagi
2 Orang yang dijatuhi hukuman penjara satu tahun atau lebih dan ternyata
ia melakukan sesuatu jarimah sebelum lewat lima tahun dari masa
berakhir hukuman atau dari masa hapusnya hukuman karena
kadaluwarsa
3 Orang yang dijatuhi hukuman karena jinayat dengan hukuman kurungan
atau kurungan kurang dari satu tahun atau dengan hukuman denda dan
ternyata dia melakukan jinayat lagi sebelum lewat lima tahun maka
hukumannya sama dengan jinayah-jinayah sebelumnya
Dalam pengulangan tindak pidana sudah jelas bahwasanya syarat
seseorang dikatakan melakukan pengulangan kejahatan menurut hukum pidana
Indonesia sama namun hukum pidana Islam tidak memberikan tambahan
hukuman jika pelaku kejahatan mengulanginya lagi
Di dalam hadits tindak pidana pengulangan meminum khamr pelaku
dijatuhkan sanksi serupa yaitu jilid dan apabila ia mengulang jarimah syurbu
al-khamr kembali sebanyak tiga kali apabila sudah keempat kali maka
sanksinya adalah hukuman mati
وعنمعاويةرضياللهعنهعنالنبيصلىاللهعليهوسلمانهقالفيشاربالخمر)اذاشرب
وافاضربفاجلدوهثماذاشربالثانيةفاجلدوهثماذاشربالثالثةفاجلدوهثماذاشربالرابعة
145 Ahmad Hanafi Asas-Asas Pidana Islam (Jakarta Bulan Bintang 1990) Cetakan Ke- IV
h 325
87
ذالكابوعنقه(اخرجهاحمدوهذالفظهوالاربعةوذكرالترمذيمايدلعلىانهمنسوخواخرج
داودصريحاعنالزهري
Artinya Dari Muawiyyah Radliyallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu
alaihi wa Salam bersabda tentang peminum arak Apabila ia minum cambuk-
lah dia bila minum lagi cambuk-lah dia bila ia minum untuk yang ketiga kali
cambuk-lah dia lalu bila ia masih minum untuk keempat kali pancunglah
lehernya Riwayat Ahmad dan Imam Empat Lafadznya menurut Ahmad
Tirmidzi menuturkan pendapat yang menunjukkan bahwa hadits itu mansukh
Abu Dawud meriwayatkannya secara jelas dari Az-Zuhri146
Penjatuhan hukuman mati terhadap Fredi Budiman perspektif hukum
Pidana Islam dalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
sudah tepat karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh Kaidah yang pertama
adalah
الضرريزال
Artinya Bahaya harus dihilangkan147
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas dan mengingat bahaya narkoba sangat
mengancam generasi serta merusak kesehatan maka pengedaran narkotika
berikut pengedarnya harus dihilangkan atau diberikan efek jera Oleh sebab itu
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman yang telah diputuskan oleh Majelis
Hakim dalam perspektif hukum Pidana Islam sudah tepat
Selain kaidah ushul fiqh di atas terdapat kaidah ushul fiqh lain yang
berbunyi
الحدرءالمفاسدمقدمعلىجلبالمص
Artinya Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan148
146Al Hafizd Ibnu Hajar Al Asqolany Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam
penerjemah Hamim Thohari Ibnu M Dailami (Jakarta al Birr Press 2009) h 450 - 451
147 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 34 148 Adib Bisri Al-Faraidul Bahiyyah (Kudus Menara Kudus 1997) h 42
88
Sesuai kaidah ushul fiqh di atas maka penjatuhan hukuman mati terhadap
Fredi Budiman sesuai dengan Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR sudah
tepat Beralasan karena bila penjatuhan hukuman hanya berupa hukuman
penjara seumur hidup dengan pertimbangan sudut pandang HAM yang lebih
baik (maslahat) dikhawatirkan transaksi dan pengedaran narkoba masih tetap
berjalan seperti yang telah kita ketahui tentang apa yang telah dilakukan Fredi
Budiman selama ini Oleh sebab itu dalam rangka menolak kerusakan yang
lebih parah akibat beredarnya narkoba secara bebas menghukum mati Fredi
Budiman harus didahulukan daripada mengambil kemaslahatan dengan
menghukum penjara seumur hidup
Terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat kepada Sdr Fredi
Budiman yang memvonis pidana mati terkait perbuatannya yang diputus pada
tanggal 15 Juli 2013 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana tanpa hak dan
melawan hukum membeli menjual dan menjadi perantara dalam jual beli
Narkotika Golongan I bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan Pidana Mati dan denda
sebanyak RP 10000000000- (sepuluh miliyar rupiah) dan menjatuhkan
pidana tambahan berupa pencabutan hak-haknya untuk mempergunakan alat
komunikasi Walaupun proses litigasi tindak pidana yang dilakukan Sdr Fredi
Budiman sampai ke tingkat Banding namun Pengadilan Tinggi Jakarta tetap
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat dilihat pada amar
putusannya No 389PID2013PTDKI yang diputus pada tanggal 25
November 2013
Begitu pula terhadap putusan Mahkamah Agung pada permohonan Kasasi
yang tidak dapat dikabulkan oleh Majelis Hakim pada amar putusannya No
1093 KPidSus2014 tanggal 04 September 2014 Lalu pada upaya hukum
terakhir yang diupayakan melalui Penasehat Hukum Sdr Fredi Budiman yaitu
89
Peninjauan Kembali dengan ditemukannya Bukti Novum berupa putusan
Pengadilan Tinggi Militer terhadap Terdakwa Supriadi pada putusan No 88-
KBDGPMT-IIAUIX2013 yang tidak lain adalah salah satu partner
pemufakatan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I jenis ekstasi
dalam amar putusannya tersebut Pengadilan Tinggi Militer hanya memvonis
Terdakwa Supriadi dengan hukuman 7 (tujuh) tahun penjara dan inilah yang
digunakan sebagai temuan baru berupa Bukti Novum oleh Penasehat Hukum
Sdr Fredi Budiman untuk mengajukan Peninjauan Kembali
Namun Majelis Hakim tidak mengabulkan permohonan Peninjauan
Kembali yang diajukan Pemohon melalui Penasehat Hukumnya dengan dalih
bahwasanya Bukti Novum berupa putusan Pengadilan Tinggi Militer pada
putusan No 88-KBDGPMT-IIAUIX2013 terhadap Terdakwa Supriadi
tidak dapat disebut dengan temuan baru atau Bukti Novum sebagai salah satu
syarat mengajukan Peninjauan Kembali Oleh karena itu Mahkamah Agung
pada amar putusannya No 145 PKPIDSUS2016 menolak Pemohon
Peninjauan Kembali dan tetap menjatuhkan vonis berupa pidana mati kepada
Sdr Fredi Budiman
Apabila ditinjau dari aturan hukum pidana Islam terhadap kasus
penyelundupan narkotika maka yang memproduksi memakainya
mengerdarkannya menjual dan membelinyaadalah sama haramnya dan
diberikan sanksi serupa seperti meminum khamr
Dari sini dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan sanksi pengulangan
tindak pidana pengedaran narkotika antara aturan penjatuhan sanksi pidana
Islam terhadap putusan Mahkamah Agung pada putusan No 145
PKPIDSUS2016 terhadap terdakwa Sdr Fredi Budiman adalah tidak sama
pada praktiknya Adapun hal yang membedakannya adalah Sdr Fredi Budiman
dalam kasus tersebut baru melakukan pengulangan tindak pidana kedua
90
kalinya dalam hukum pidana Islam pelaku pengulangan tindak pidana syurbu
al-khamr dijatuhkan hukuman mati apabila ia telah melakukannya sebanyak
empat kali
D Perbedaan dan Persamaan dalam Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana
Nasional didalam Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR
Perbedaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada
putusannya sendiri Bila dalam hukum pidana Islam keputusan terhadap
pemakai narkoba sendiri masih bias dan hanya dipadankan dengan khamr
Sanksi yang dijatuhkan pun beranekaragam mulai dari sanksi had takzir
sampai qishash dan ini tidak serta merta ditinjau dari kadar yang dipasok atau
jumlah yang diperdagangkan
Sedangkan dalam hukum pidana nasional putusan hukuman mati bagi Sdr
Fredi Budiman sudah jelas dan menjadi putusan gamblang dengan menimbang
beberapa faktor diantaranya
a Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah Republik
Indonesia yang sedang giat-giatnya memberantas peredaran gelap
narkotika dan penyalahguna narkotika
b Bahwa jumlah barang bukti narkotika berupa ekstasi tersebut sangat
banyak yaitu 1412476 butir dengan berat 3809969 gram yang dapat
merusak banyak bangsa Indonesia
c Perbuatan Terdakwa merupakan bagian dari jaringan narkotika
internasional yang berada di Indonesia
d Perbuatan terdakwa telah dilakukan berulang kali dan masih menjalani
hukuman dalam perkara narkotika sebelumnya
e Perbuatan terdakwa dilakukan dari Rumah Tahanan NegaraLembaga
Pemasyarakatan tempat di mana terdakwa seharusnya sadar dan
91
merenungi diri untuk berbuat baik di masa yang akan datang tetapi
terdakwa justru melakukan tindak pidana narkotika
Persamaan hukum pidana Islam dan hukum pidana nasional di dalam
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR terletak pada amar
putusan hukuman matinya Apabila dalam hukum pidana Islam hukuman mati
terhadap pelaku pengedar gelap narkotika atau penyalahguna narkotika
diqiyaskan kepada peminum khamr yang melakukannya berulang kali dan
menyebabkan kecanduan sedangkan pada hukum pidana nasional sanksi
hukuman mati terhadap Sdr Fredi Budiman dengan jelas diputuskan melalui
Putusan Hakim Nomor 2267PidSus2012PNJKTBAR karena terdakwa
telah melakukannya berulang kali dengan menimbulkan kerusakan yang sangat
tinggi terhadap generasi penerus bangsa
Kasus narkotika merupakan salah satu extraordinary crime yang telah
merugikan bangsa dan negara dalam jumlah yang besar secara materiil atau
immaterial maka dari itu tidak ada kompromi dalam memutuskan hukuman
agar memberikan efek jera kepada jaringan pengedaran gelap narkotika dan
Indonesia dapat bebas dari darurat narkoba demi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia yang lebih baik
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwasanya penjatuhan hukuman
pidana mati bagi pengedar narkotika dirasa menjadi keputusan yang sangat
tepat oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat Karena terdakwa
Sdr Fredi Budiman telah melakukan perbuatan melawan hukum yang berulang
kali dan menyebabkan kecanduan para korban pecandu narkotika akibat ulah
tangan penyalahguna narkotika yang melakukan kejahatan pengedaran dan
menggunakan narkotika tanpa hak
92
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
1 Perspektif Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pengedaran narkotika
dan penyalahgunaan narkotika menurut hukum pidana Islam ada yang
berpendapat dijatuhkan sanksi had dan adapula yang berpendapat bahwa
sanksi pelaku pengedar narkotika dan penyalahgunaan narkotika harus
dijatuhkan sanksi takzir Dijatuhkannya sanksi had menurut Ibnu Taimiyah
dan Azat Husnain adalah karena narkotika itu sendiri dianalogikan dengan
khamr Narkotika lebih berbahaya dibanding dengan khamr dan narkotika
belum tentu diminum seperti halnya khamr Terhadap sanksi yang
dijatuhkan kepada Sdr Fredi Budiman karena perbuatan melawan
hukumnya mengedarkan narkotika golongan I berupa 300 gram heroin 27
gram dan 450 gram bahan pembuat ekstasi Terkait perbuatan itu Sdr Fredi
Budiman divonis 9 tahun penjara Dalam hal ini apabila ditinjau dari
penjatuhan sanksi pada aturan hukum pidana Islam bisa dikategorikan pada
penjatuhan sanksi jenis takzir Ahmad Al-Hasari berpendapat dijatuhkannya
sanksi takzir mempunyai alasan karena narkotika tidak ada pada masa
Rasulullah Saw Sedangkan menurut Wahbah Zuhaili sanksi-sanksi dalam
takzir adalah hukuman-hukuman yang secara syara tidak ditegaskan
mengenai ukurannya Syariat hukum Islam memberikan wewenang kepada
penguasa negara untuk memutuskan sanksi terhadap pelaku tindak pidana
yang sesuai dengan perbuatan pidana yang dilakukannya Sanksi-sanksi
takzir ini sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat taraf
pendidikan masyarakat dan keadaan manusia dalam berbagai masa dan
tempat Karena dalam aturan hukum pidana Islam jarimah penyalahgunaan
narkotika dan pengedaran narkotika bisa dibilang tindak pidana kontemporer
yang belum ada pada masa Rasulullah maka penjatuhan sanksi terhadap Sdr
93
Fredi Budiman dapat disimpulkan bahwa dengan aturan hukum pidana Islam
Sdr Fredi Budiman di jerat hukuman takzir Sebab perbuatan melawan
hukumnya telah merugikan kemaslahatan umum dan tindak pidananya
tergolong sebagai extraordinarycrimes (kejahatan luar biasa)
2 Perspektif Hukum Pidana Nasional dalam Pertimbangan Hukum oleh
Putusan Hakim sanksi terhadap pelaku pengedar narkotika dan
penyalahgunaan narkotika telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika Sebagaimana penjatuhan sanksi bagi
pengedar narkotika berupa pidana pokok (pidana mati pidana penjara
denda serta kurungan) dan pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu
perampasan barang-barang tertentu pengumuman putusan hakim) Adapun
untuk penjatuhan sanksi pidana dan pemidanaan terhadap tindak pidana
narkotika adalah jumlah atau lamanya pidana bervariasi untuk denda
berkisar antara Rp 80000000000 (delapan ratus juta rupiah) sampai Rp
1000000000000 (sepuluh miliar rupiah) untuk tindak pidana narkotika
untuk pidana penjara minimal 4 (empat) sampai 20 (dua puluh) tahun dan
seumur hidup Ada pemberatan pidana terhadap tindak pidana yang
didahului dengan pemufakatan jahat dilakukan secara terorganisir dan
dilakukan oleh korporasi serta dilakukan dengan menggunakan anak belum
cukup umur dan tergolong pengulangan tindak pidana (residivie)
94
B Saran
Sebagai kata terakhir dari penulisan skripsi ini penulis ingin
menyampaikan buah pikiran sebagai saran yang memungkinkan bermanfaat
bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah
hukuman pidana mati bagi pengedar narkotika Saran-saran tersebut adalah
1 Di dalam konsep penjatuhan sanksi hukuman mati bagi pelaku tindak
pidana pengedar narkotika atau berupa penjatuhan tindak pidana lainnya
konsep penegakannya perlu kita ketahui bersama bahwasanya semua orang
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum (Equality before the
law) Artinya tidak adanya pengecualian bagi siapapun orang yang telah
melanggarnya
2 Untuk penegak hukum pidana (polisi jaksa hakim dan lapas) harus lebih
cermat melihat fenomena yang terjadi di dalam lapas melalui kegiatan-
kegiatan yang dapat mengakibatkan melanggar hukum yang dilakukan oleh
narapidana yang sedang menjalani masa hukuman agar pengorganisiran
dan transaksi kejahatan di dalam lapas dapat segera dicegah
3 Untuk masyarakat Indonesia hendaknya sadar akan hukum dan juga
mengetahui hak beserta kewajibannya dihadapan hukum yang berlaku di
Indonesia agar dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan melanggar hukum
95
DAFTAR PUSTAKA
A Sumber Buku
Ahmadi Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin Metode Penelitian Hukum Jakarta
Lembaga Penelitian 2010
Al Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam as-Sulthaniyyah Kuwait Maktabah Ibn Dar
Qutaibah 1989
Ali Zainuddin Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika 2007
Al-Jurjani Ali bin Muhammad Kitab Al-Tarsquorifat Beirut Dar Al-Fikr 1994
Al-Mawardi Abu Hasan Al-Ahkam Al-Sulthaniyyah Cet III Mesir Musthafa Al-
Halaby 1975
Arief Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cet II Bandung PT
Citra Aditya 2002
Audah Abdul Qadir Al-fiqh al JinarsquoI al-Islami Jilid I Qathirah Dar al-Turats tt
--------------- At Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islami Jilid I Beirut Dar Al-Kitab Al-Arabi tt
--------------- At-Tasyrirsquo al-JinarsquoI al-Islamiy Muqaranan bil Qonun Wadrsquoiy
Penerjemah Tim Tsalisah Hukum Pidana Islam Bogor PT Kharisma Ilmu
2007
Black Henry Campbell Blackrsquos Law Dictionary Fourth Edition ST Paul Minn West
Publishing Co 1968
Bik Muhammad Khudari Ushul Fiqh Beirut Dar Al-Fikr 1988
Bisri Adib Al-Faraidul Bahiyyah Kudus Menara Kudus 1997
Chazawi Adam Pelajaran Hukum Pidana I Jakarta Rajawali Press 2013
Deliarnoor Nandang Alamsyah dan Sigid Suseno Modul I Pengertian dan Ruang
Lingkup Tindak Pidana Khusus
Djazuli Ahmad Fikih Jinayah Jakarta PT Raja Grafindo Persada 1997
96
Hajar Al Asqolany Al Hafizd Ibnu Bulughul Marom Min Adilatil Ahkam Penerjemah
Hamim Thohari Ibnu dan M Dailami Jakarta al Birr Press
2009
Hakim M Arief Bahaya Narkoba-Alkohol Cara Islam Mencegah Mengatasi dan
Melawan Bandung Nuansa 2004
Hamzah Andi Asas-Asas Hukum Pidana Jakarta Rineka Cipta 1994
---------------- Sistem pidana dan pemidanaan Indonesia dari retribusi ke reformasi
Jakarta Pradnya Paramita 1985
---------------- Terminologi Hukum Pidana Jakarta Sinar Grafika 2009
Hanafi Ahmad Asas-Asas Pidana Islam Cet IV Jakarta Bulan Bintang 1990
Hariyanto Bayu Puji Jurnal Daulat Hukum Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba
Di Indonesia Vol1 No1 Maret 2018
Hidayat Syamsul Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
---------------- Pidana Mati di Indonesia Yogyakarta Genta Press 2010
Irfan M Nurul dan Musyarofah Fiqh Jinayah Jakarta Amzah 2013
---------------- Hukum Pidana Islam Jakarta PT Sinar Grafika Amzah 2016
Kartanegara Sathocid Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai
Lektur Mahasiswa 2005
---------------- Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Satu Jakarta Balai Lektur
Mahasiswa 2005
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta PT
Balai Pustaka 2001
Khallaf Abdul Wahab Ushul Al-Fiqh Lebanon Daar El- Kutub al-Ilmiyah 2003
Lamintang PAF Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung PT Citra Aditya
Bakti 1997
Marsquoluf Lowis Al-Munjid fi al-lughoh wa al Irsquolam Beirut Dar al-Masyiq 1975
97
Maramis Frans Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia Jakarta PT Raja
Grafindo Persada 2012
Mardani Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional Jakarta PT Raja Grafindo Persada 2008
Marpaung Leden Asas-asas Teori Praktik Hukum Pidana Jakarta PT Sinar Grafika
2005
Masruhi Islam Melawan Narkoba Yogyakarta PT Madani Pustaka Hikmah 2000
Moeljatno Kitab-Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jakarta Bina Aksara
1994
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta Bina Aksara 1987
---------------- Azas-Azas Hukum Pidana Jakarta PT Rineka Cipta 2002
---------------- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jakarta Pradnya Paramita 2004
Muhajir Noeng Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta Raka Sarasin 1989
Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi Qut Al-Habib Al-Gharib Tausyikh
lsquoAla Fath Al-Qarib Al-Mujib Semarang Toha Putera tt
Nawawi Arief Barda Pembaharuan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kajian
Perbandingan Bandung PT Citra Aditya Bakti 2011
Poerwadarminta WJS Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta PN Balai Pustaka
1976
Prakoso Djoko Hukum Penitensier di Indonesia Yogyakarta Liberty 1988
Prodjodikoro Wirjono Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika
Aditama 2008
---------------- Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia Bandung PT Refika Aditama
2008
Qaradawi Yusuf Fatwa-Fatwa Kontemporer Penjelasan Drs Asrsquoad Yasin Jilid II
Jakarta Gema Insani Press 1995
98
Sabiq Sayyid Fiqh al-Sunnah Cet III Beirut Dar al-Arabiyyah 1978
---------------- Fiqh Sunnah Jilid I Beirut Dar Al-Fikr tt
Sianturi Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya Jakarta Alumni
Ahaem-Petehaem 1996
Smith Tony Penyalahgunaan Obat-obatan Jakarta Dian Rakyat 1989
Sudarto Hukum Pidana 1A-1B Semarang Universitas Diponegoro 1990
Sujono AR dan Bony Daniel Komentar dan Pembahasan Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Cet Pertama Jakarta Sinar Grafika
Offset 2011
Sunarso Siswanto Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika Jakarta Rineka
Cipta 2012
Suprapto Penyalahgunaan Obat-obatan terlarang dan kaitannya dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta pengaruhnya karena pengedar secara
bebas khusus bagi generasi muda Riau Kantor Wilayah Departemen
Kesehatan 1999
Sutiyoso Bambang dan Sri Hastuti Puspitasari Aspek-Aspek Perkembangan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia Yogyakarta UII Press 2005
Syamsah TN Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
---------------- Tindak Pidana Perpajakan Bandung Alumni 2011
Syamsuddin Aziz Tindak Pidana Khusus Jakarta Sinar Grafika 2011
Van Bemmelen J M Hukum Pidana I (Hukum Pidana Materil Bagian Umum)
Bandung Terjemahan Hasnan Bina Cipta 1987
Wardi Muslich Ahmad Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Jakarta
PT Sinar Grafika Offset 2005
Yarsquola Abu Al Ahkam Al-Sulthaniyyah Beirut Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah 1983
Zuhaili Wahbah Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh Cet IV Jilid VII Beirut Dar Al-
Fikr 1997
99
B Peraturan Perundangan-undangan
Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Undang-Undang 1945 Hasil Amandemen dan Proses
Amandemen Undang-Undang 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 Keempat
2002 Jakarta PT Sinar Grafika 2003
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Pidana)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
(Ketentuan Umum)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHP dan KUHAP)
Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 2PNPS1964 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pidana Mati
Republik Indonesia Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2267PidSus2012PNJKTBAR
C Skripsi
Fauzi Farid Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Ditinjau dari Hukum Islam Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2015
Maulida Laili Kajian Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Kasus
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Dibawah Umur Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 2009
100
D Sumber DaringJurnal Online
Hak Hidup vs Hukuman Mati httpwwwhukumonlinecomklinikdetaillt4ef039a2d0c28hak-hidup-vs-
hukuman-mati diakses tanggal 21082019 pukul 1940
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-
danmenyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21122019
Pukul 1810
httplibrarypenegakannarkotikausuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada
21122019 Pukul 1330
httplibraryusuaciddownloadfh07002743pdf diakses pada 23122019 Pukul
1300
httpindonesiabergegascom-hukuman-mati-bagi-bandar-narkoba-melindungi-dan-
menyelamatkan-bangsa-indonesia-dari-bahaya-narkoba diakses pada 21072019
Pukul 2000
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarNarkotikasejak2009
diakses pada 19072019 Pukul 0955
httpmegapolitankompascomread201307271145459FreddyBudimanBandarN
arkotikakasejak2009 diakses pada 200719 Pukul 1355
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabrik-narkoba-menciderai-keadilan-publikhtmlcom diakses pada
20072019 Pukul 1800
httpmonitorindonesiacomgerpol58-gerpol9558-pks-pembatalan-vonis-mati-
pemilikpabriknarkoba-menciderai-keadilan-publikhtml diakses pada 21122019
Pukul 1755
httpwwwbukhori_dpryahoocomKHBukhoriYusuf AnggotaDPRRIHukuman-
Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba22 diakses pada 22102019 Pukul 2035 httpwwwhmihukumugmorg201504penegakan-hukum-dalam-
pemberantasanhtml diakses pada 21072019 Pukul 2100
httpwwwhttpnewsdetikcomberita2900987detik-detik-eksekusi-mati-8-
terpidana-mati-narkoba-di-nusakambangan diakses pada 21072019 Pukul 2230
101
httpwwwhukumpediacomdianahijrikepatutan-penerapan-hukuman-mati-di-
indonesia diakses pada 21072019 Pukul 1930
httpsharianKompascom BNN Ungkap Narkoba di Ruang Akil Mochtar diakses
pada 20072019 Pukul 1530
httpsjatengtribunnewscom Andi Arief Ibrahim Hasan Indra J Piliang diakses pada
20072019 Pukul 1600
httpsmdetikcom Tesar Esandra Sunhot Silalahi Iptu Abdul Waris Bahesti diakses
pada 20072019 Pukul 1700
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia httpssaripediawordpresscomtaghukumanmati-
menurut Undang-Undang No 35 Tentang Narkotika diakses pada 30082019 Pukul 2130
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No 2267PidSus2012PNJKTBAR
wwwputusanmahkamahagunggoid diakses pada 19072019 Pukul 0945