hukum tata pemerintahan dan pelayanan publik 5(2)

35
PERANAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Oleh: Dr. Yuswanto, S.H., M.H. Disampaikan pada Kuliah Hukum Tata Pemerintahan dan Pelayanan Publik, Program Doktor Ilmu Hukum KPK Undip-Unila, Universitas Lampung, Bandar Lampung

Upload: yosefsiga

Post on 25-Jun-2015

596 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PERANAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Oleh: Dr. Yuswanto, S.H., M.H.Disampaikan pada Kuliah Hukum Tata Pemerintahan dan Pelayanan Publik, Program Doktor Ilmu Hukum KPK Undip-Unila, Universitas Lampung, Bandar Lampung

Page 2: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PENDAHULUAN

� Hingga kini – baik dalam politik hukum, maupun pada tataran teoritik dan pemerhati pada umumnya – sangat menekankan pentingnya peraturan perundang-undangan (hukum tertulis) sebagai sendi utama susunan hukum (nasional) Indonesia;

� Bagir Manan: pandangan ini tidak keliru, meski hampir semua kalangan mengetahui dan memahami berbagai cacat bawaan (natural defect) dan cacat buatan (artificial defect) dari perundang-undangan sebagai suatu bentuk hukum tertulis.

Page 3: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

CACAT BAWAAN

� Bagir Manan, sebagai ketentuan tertulis (written rule) atau hukum tertulis (written law), peraturan perundang-undangan mempunyai jangkauan yang terbatas – sekedar “moment opname” dari unsur-unsur politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan yang sangat berpengaruh pada saat pembentukan;

� Karena itu, mudah sekali aus (out of date) bila dibandingkan dengan perubahan masyarakat yang semakin cepat atau dipercepat (accelerating/accelerated change);

� Pembentukan peraturan perundang-undangan –khususnya undang-undang – dapat dipersamakan sebagai pertumbuhan deret hitung, sedangkan perubahan masyarakat bergerak seperti deret ukum;

� Kelambanan pertumbuhan peraturan perundang-undangan yang merupakan cacat bawaan ini diperburuk oleh berbagai bentuk cacat buatan.

Page 4: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

CACAT BUATAN

� Bagir Manan: cacat buatan timbul akibat masuk dan dimasukkannya berbagai kebijakan atau tindakan yang mengganggu peraturan perundang-undangan sebagai sebuah sistem;

� Gangguan ini beraneka ragam seperti pelanggaran atau kurang diperhatikannya prinsip harmonisasi horizontal dan vertikal;

� Begitu pula penyalahgunaan arti lex specialis;� Kurang perhatian terhadap kesesuaian antara isi dan bentuk

dan sebagainya;� Gangguan ini dilakukan atas nama berbagai dasar seperti

kebutuhan deregulasi, atau dianggap sebagai suatu beleid, dll;

� Usaha penjagaan secara represif seperti pengujian secara yustisial hingga saat ini belum sepenuhnya menjadi tatanan yang hidup dan melembaga dalam kehidupan masyarakat;

� Secara kultural, masyarakat lebih menekankan pada harmoni daripada tegaknya prinsip-prinsip hukum, karena itu tidaklah mengherankan jika upaya penegakan hukum kadang-kadang dianggap sebagai sesuatu yang justru dapat mengganggu ketenteraman masyarakat.

Page 5: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

TUMBUHNYA PRANATA HUKUM TIDAK TERTULIS

� Tidak ada sistem hukum yang tidak mengenal pranata hukum tidak tertulis;

� Hukum tidak tertulis senantiasa menjalankan peranan penting sekalipun telah ada pranata hukum tidak tertulis;

� Peranata tersebut adalah:� A. Merupakan instrumen yang melengkapi dan mengisi

berbagai kekosongan hukum dari suatu peraturan perundang-undangan;

� B. Merupakan instrumen yang memberikan dinamika atas peraturan perundang-undangan;

� C. Merupakan instrumen relaksasi (relaxation) atau koreksi atas peraturan perundang-undangan agar lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan, rasa keadilan dan kebenaran yang hiduo dalam masyarakat.

Page 6: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

TUMBUHNYA PRANATA HUKUM YURISPRUDENSI

� Yurisprudensi, selain berperan sebagai instrumen hukum tidak tertulis (karena termasuk kelompok hukum tidak tertulis), juga sebagai instrumen untuk menemukan hukum in concreto;

� Melalui yurisprudensi dapat diketahui apakah suatu peraturan perundang-undangan dapat diterapkan secara wajar, dapat mencapai tujuan pembentukan, dapat mewujudkan keadilan dan kebenaran, dsb;

� Tanpa yurisprudensi, hukum sekedar kaidah abstrak yang tidak mempunyai dampak bagi kehidupan masyarakat (tanpa mengurangi penerapan peraturan perundang-undangan oleh dan dengan cara-cara lain seperti melalui administrasi negara, dsb).

Page 7: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

BERKEMBANGNYA PERAN ADMINISTRASI NEGARA DALAM BIDANG PENGATURAN

� Berkembangnya peran administrasi negara dalam bidang pengaturan, baik yang bersifat peraturan perundang-undangan (wetgeving) maupun yang bukan peraturan perundang-undangan seperti “beschikking”dan “beleidregel”;

� Peran administrasi negara dalam pengaturan merupakan sesuatu yang sering menimbulkan perdebatan baik akademis maupun praktis, karena itu memang menarik untuki dibahas dan dikaji;

� Salah satu perdebatan tersebut adalah bahwa peran administrasi negara dalam pembentukan peraturan perundang-undangan telah menempatkan badan legislatif di bawah kendali administrasi negara (eksekutif).

Page 8: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

ADMINISTRASI NEGARA DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

� Seringkali dengan maksud untuk memudahkan, administrasi negara diparalelkan dengan pengertian eksekutif sebagaimana ajaran pemisahan atau pembagian kekuasaan;

� Pemahaman semacam ini tidak keliru sepanjang kekuasaan eksekutif itu adalah semua kekuasaan di luar kekuasaan legislatif atau kekuasaan yudisial;

� Atau dalam UUD 1945, administrasi negara adalah segala kekuasaan di luar kekuasaan MPR, DPR, DPD, BPK, dan kekuasaan Kehakiman (MA dan MK);

� Dengan pemahaman ini, maka administrasi negara tidak sekedar kekuasaan pemerintahan yang berada di lingkungan jabatan kepresidenan;

� Administrasi negara juga berada dalam lingkungan jabatan MPR, DPR, DPD, BPK, MA, MK, dll, yang lazim disebut jabatan atau pejabat sekretariat.

Page 9: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

ADMINISTRASI NEGARA DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

� Tidak semua jabatan atau pejabat administrasi negara mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang dalam pembentukan peraturan perundang-undangan;

� Hanya administrasi negara yang berada dalam lingkungan jabatan kepresidenan yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang dalam pembentukan peraturan perundang-undangan;

� Jika administrasi negara di luar lingkungan jabatan kepresidenan mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang membuat produk hukum yang mengikat tidaklah termasuk dalam kategori peraturan perundang-undangan melainkan dalam bentuk “beschikking” atau “beleidsregel”.

Page 10: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

ADMINISTRASI NEGARA DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

� Jika dikaitkan dengan ajaran pemisahan atau pembagian kekuasaan, maka jabatan administrasi negara dalam lingkungan jabatan kepresidenan lazim digolongkan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif;

� Dalam pengertian ini, maka kekuasaan eksekutif dilekati dengan kekuasaan membentuk peraturan perundang-undangan;

� Secara ajaran awal (doktrin asli), seluruh kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan diasumsikan ada pada pemegang kekuasaan legislatif;

� Dalam ajaran pemisahan kekuasaan, kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan itu sepenuhnya terpisah dari kekuasaan eksekutif dan yudisial;

� Menurut ajaran ini, tidak ada tempat pembentukan peraturan perundang-undangan oleh seksekutif, sehingga eksekutif tidak berwenang membentuk peraturan perundang-undangan;

� Asumsi-asumsi ini tidak sesuai dengan kenyataan dan perkembangan, karena pemisahan kekuasaan secara absolut tidak pernah ada, baik pada saat ajaran ini diciptakan maupun dalam perkembangan selanjutnya.

Page 11: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

ADMINISTRASI NEGARA DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

� Bagir Manan: sudah menjadi pembawaan, kekuasaan eksekutif sebagai penyelenggara administrasi negara membentuk peraturan perundang-undangan;

� Bahkan merupakan kewenangan yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan administrasi negara;

� Ajaran pemisahan kekuasaan tidak dapat meniadakan kewenangan tersebut, karena yang ada adalah membatasi baik dalam bentuk ‘sharing power” maupun pembatasan berdasarkan bentuk atau materi muatan peraturan perundang-undangan yang dapat dibuat administrasi negara;

� Ketidakmungkinan meniadakan kewenangan eksekutif sebagai penyelenggara administrasi negara untuk membentuk peraturan perundang-undangan didorong oleh berbagai perkembangan teoritik maupun praktik.

Page 12: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PAHAM PEMBAGIAN KEKUASAAN YANG MENEKAN PERBEDAAN FUNGSI

� Paham pembagian kekuasaan (distribution of powers) yang lebih menekankan pada perbedaan fungsi dibandingkan pemisahan organ seperti terdapat dalam ajaran pemisahan kekuasaan (separation of powers);

� Fungsi pembentukan peraturan perundang-undangan dapat juga dilekatkan pada administrasi negara, baik sebagai kekuasaan mandiri atau sebagai kekuasaan yang dijalankan secara bersama-sama dengan badan legislatif.

Page 13: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PAHAM YANG MEMBERIKAN KEKUASAAN MENCAMPURI KEHIDUPAN MASYARAKAT

� Terdapat paham yang memberikan kekuasaan pada negara atau pemerintah untuk mencampuri perikehidupan masyarakat, baik sebagai negara kekuasaan atau sebagai negara kesejahteraan;

� Dalam paham negara kekuasaan, ikut campurnya negara atau pemerintah dilakukan dalam rangka membatasi dan mengendalikan rakyat;

� Salah satu penunjang formal pelaksanaan kekuasaan semacam itu, maka diciptakan berbagai instrumen hukum yang akan memberikan dasar bagi negara atau pemerintah untuk bertindak – yang dalam pelaksanaannya dilakukan tanpa menghormati hak-hak rakyat bahkan dengan sewenang-wenang;

Page 14: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PAHAM YANG MEMBERIKAN KEKUASAAN MENCAMPURI KEHIDUPAN MASYARAKAT

� Pada negara-negara diktatur modern, secara formal kekuasaan dijalankan berdasarkan hukum tetapi bukan hukum menurut paham negara berdasarkan atas hukum (de rechtsstaat), melainkan hukum yang memihak pada penguasa;

� Pada negara-negara diktatur, instrumen-instrumen hukum cukup dibuat oleh penyelenggara pemerintahan atau administrasi negara (government by decree);

� Jika dibuat oleh badan legislatif, kesemuanya dimaksudkan untuk menunjang kediktaturan.

Page 15: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PAHAM YANG MEMBERIKAN KEKUASAAN MENCAMPURI KEHIDUPAN MASYARAKAT

� Pada negara kesejahteraan (verzorgingsstaat, welfarestate), sebagai kelanjutan atau bagian dari paham negara berdasar hukum, diperlukan berbagai instrumen-instrumen hukum yang tidak mungkin semata-mata diserahkan pada pemegang kekuasaan legislatif;

� Untuk menyelenggaraan kesejahteraan umum, administrasi negara memerlukan wewenang untuk mengatur tanpa mengabaikan asas-asas negara berdasarkan hukum dan asas-asas umum pemerintahan yang layak;

� Dalam keadaan demikian, makin tumbuh kekuasaan administrasi negara di bidang pembentukan peraturan perundang-undangan.

Page 16: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PERCEPATAN PEMBENTUKAN HUKUM

� Untuk menunjang perubahan masyarakat yang berjalan makin cepat dan kompleks diperlukan percepatan pembentukan hukum;

� Hal ini tidak mungkin dilakukan sendiri oleh badan legislatif yang secara umum terdiri dari kaum generalis dengan berbagai prosedur baku yang harus dilalui;

� Administrasi negara sebagai penyelenggara pemerintahan senantiasa berhadapan dan menemukan secara konkret kebutuhan hukum baru yang diperlukan dalam rangka memenuhi fungsi pelayanan – baik yang bersifat ketertiban, keamanan atau kesejahteraan –terhadap masyarakat;

� Hal ini mendorong administrasi negara berperan lebih besar dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Page 17: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

BERKEMBANGNYA BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

� Berkembangnya berbagai jenis peraturan perundang-undangan, mulai dari UUD sampai kepada peraturan perundang-undangan tingkat daerah;

� Badan legislatif tidak membentuk segala jenis peraturan perundang-undangan melainkan terbatas pada undang-undang dan UUD;

� Jenis-jenis lain dibuat oleh administrasi negara, seperti peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu), peraturan pemerintah (PP), peraturan presiden (Perpres); peraturan daerah (Perda), dan peraturan desa (Perdes);

� Secara teoritis yang dimaksud dengan badan legislatif adalah MPR, DPR, dan DPD, sedangkan DPRD tidak termasuk badan legislatif karena ia tundak pada kekuasaan eksekutif.

Page 18: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

ALASAN-ALASAN LAIN

� Terdapat alasan lain, seperti prosedur, fleksibilitas, yang menguatkan kedudukan administrasi negara dalam pembentukan peraturan perundang-undangan baik sebagai kekuasaan sendiri maupun sebagai kekuasaan bersama (shared power) dengan kekuasaan legislatif;

� Kekuasaan administrasi negara yang mandiri dalam pembentukan peraturan perundang-undangan adalah mulai dari Perpu ke bawah;

� Kekuasaan bersama antara DPR dan Presiden adalah pada pembentukan undang-undang;

� Pembentukan UUD dan perubahan UUD terdapat kekuasaan bersama antara MPR dan Presiden (administrasi negara), karena keikutsertaan Presiden dalam perubahan UUD tampak dalam ketentuan yang mengatur mengenai referendum atas kehendak mengusulkan perubahan UUD.

Page 19: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

� Bagir Manan: peraturan perundang-undangan adalah setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang yang berisi aturan tingkah laku yang bersifat umum atau mengikat secra umum;

� Dengan demikian, berbagai keputusan yang mengikat seperti “beschikking, beleidsregel”, tidak termasuk ke dalam pengertian peraturan perundang-undangan;

� Hukum dapat dikatagorikan dengan berbagai cara, antara lain dari segi subyek lingkungan berlaku;

� Salah satu lingkungan subyek berlakunya hukum adalah mengatur tingkah laku negara atau pemerintah; tingkah laku negara dilakukan melalui alat perlengkapan negara, sedangkan tingkah laku pemerintah dilakukan melalui organ pemerintah;

� Secara keilmuan, hukum yang mengatur tingkah laku negara (alat perlengkapan negara) dimasukkan ke dalam kelompok Hukum Tata Negara, sedangkan yang mengatur tingkah laku pemerintah (administrasi negara) masuk ke dalam kelompok Hukum Administrasi Negara.

Page 20: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

� Pemisahan kedua rezim hukm (HTN dan HAN) dapat bertemu dalam tugas dan wewenang administrasi negara pada pembentukan peraturan perundang-undangan, karena Presiden sebagai alat kelengkapan negara juga sekaligus sebagai administrasi negara;

� Dengan demikian, kewenangan administrasi negara dalam pembentukan peraturan perundang-undangan tidak hanya bersumber dari Hukum Administrasi Negara – bahkan “orriginally” bersumber pada Hukum Tata Negara.

Page 21: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

BENTUK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

� Hukum administrasi negara dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis;

� Bentuk tertulis dapat berupa peraturan perundang-undangan dan yang bukan peraturan perundang-undangan;

� Bentuk tidak tertulis antara lain untuk sebagian (karena sudah ada yang tertulis) berupa asas-asas umum penyelenggaraan administrasi negara yang baik;

� Pembentukan hukum administrasi negara yang berupa peraturan perundang-undangan berkembang sangat cepat sejalan dengan pertumbuhan cepat dari hukum administrasi negara itu sendiri.

Page 22: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

FAKTOR YANG MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Van Wijk, et al)

� 1. Faktor pesatnya pertumbuhan penduduk� Pertambahan penduduk mempengaruhi berbagai hal seperti

pola pengaturan mengenai pembagian atau pemakaian tanah untuk perumahan, lapangan parkir, dsb;

� 2. Faktor Perkembangan Teknologi� Perkembangan teknologi telah mempengaruhi pengaturan

mengenai lingkungan, bahan-bahan berbahaya, dsb;� 3. Faktor Bencana dan Berbagai Krisis� Mendorong timbulnya pengaturan mengenai distribusi

bantuan, pengaturan harga, jaringan pengaman sosial, dsb;� 4. Faktor Paham Negara Kesejahteraan� Paham negara kesejahteraan menempatkan pemerintah

sebagai penanggung jawab atas kesejahteraan umum, sehingga untuk keperluan tersebut, pemerintah harus ikut serta dalam pergaulan dan mencampuri seluruh bentuk kehidupan masyarakat, dan untuk penyelenggaraan tugas-tugas tersebut diperlukan berbagai peraturan administrasi negara.

Page 23: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

FAKTOR PEMBANGUNAN NASIONAL

� Bagi Indonesia, faktor perkembangan Hukum Administrasi Negara dapat ditambah dengan pembangunan;

� Pembangunan nasional dapat menjadi pedang bermata dua bagi perkembangan Hukum Administrasi Negara;

� Pembangunan nasional yang memberikan peran utama kepada pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan akan mendorong perkembangan Hukum Administrasi Negara;

� Sebaliknya, pembangunan nasional yang bertemakan deregulasi dan privatisasi akan mengendorkan perkembangan Hukum Administrasi Negara, karena pemerintah mengurangi campur tangan dalam kegiatan ekonomi dan menyerahkannya kepada masyarakat.

Page 24: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

FAKTOR LAIN

� Perkembangan Hukum Administrasi Negara yang cepat akibat luasnya jabatan administrasi baik secara horizontal maupun vertikal yang disertai wewenang membuat keputusan-keputusan atau tindakan yang mengikat yang menjadi sumber Hukum Administrasi Negara;

� Bagi Indonesia, faktor perencanaan yang dilakukan atas arahan pemerintah merupakan juga faktor perkembangan Hukum Administrasi Negara.

Page 25: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PERBANDINGAN PRODUK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DENGAN HUKUM TATA NEGARA

� Antara peraturan perundang-undangan yang dibuat administrasi negara (Hukum Administrasi Negara) dan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh alat kelengkapan negara seperti perbedaan deret ukur dan deret hitung;

� Secara kuantitatif jumlah peraturan perundang-undangan yang merupakan Hukum Administrasi Negara sangat banyak dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang bukan;

� Bahkan badan yang bukan Administrasi Negara ikut membentuk Hukum Administrasi Negara;

� Semua undang-undang baik yang bersifat publik maupun privat hampir selalu berisi atau memuat ketentuan-ketentuan Hukum Administrasi Negara;

� Dari bentuknya yang tertulis, maka HukumAdministrasi Negara yang berupa peraturan perundang-undangan merupakan komponen utama sistem peraturan perundang-undangan.

Page 26: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

LINGKUP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

� Konijnenbelt: dua fungsi sekaligus karakter Hukum Administrasi Negara:

� Pertama, instumentele functie, yaitu ketentuan yang mengatur wewenang administrasi negara untuk mencampuri berbagai seluk beluk kehidupan masyarakat, seperti berkaitan dengan perizinan, larangan, subsidi, perpajakan, dll;

� Kedua, walborgfunctie, yaitu fungsi perlindungan atau jaminan-jaminan terhadap masyarakat, seperti jaminan sosial termasuk jaring pengaman sosial (social security), bantuan, dll;

� Bagir Manan: sepintas lalu, lingkup Hukum Administrasi Negara mudah dicerna, tetapi materi muatannya sangat luas. Karena itu, tidak mungkin menetapkan secara pasti lingkup Hukum Administrasi Negara;

� Dalam kenyataannya, lingkup Hukum Administrasi Negara dapat bertambah atau berkurang dengan cepat sesuai dengan keadaan dan arahan pemerintah yang sedang berjalan.

Page 27: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM KERANGKA LIBERALISASI EKONOMI

� Deregulasi mengandung arti peniadaan atau pengurangan peraturan perundang-undangan atau peraturan kebijakan;

� Karena peraturan perundang-undangan atau peraturan kebijakan pada umumnya berkaitan dengan campur tangan negara atau pemerintah, maka deregulasi menghendaki berbagai fungsi sosial ekonomi untuk selanjutnya dibiarkan dijalankan sendiri oleh masyarakat, dan ini berarti privatisasi;

� Dari perspektif Hukum Administrasi Negara, deregulasi dapat diartikan sebagai pengendalian atau usaha pengurangan atas perkembangan Hukum Administrasi Negara yang dirasa menjadi berlebihan. Meski demikian, tidak berarti peranan Hukum Administrasi Negara secara menyeluruh akan mengecil;

� Hal yang berkaitan langsung dengan pelayanan dan kesejahteraan rakyat sangat banyak, di samping ketentuan yang mengatur tata laksana pemerintahan secara internal. Hal-hal tersebut akan tetap merupakan sumber material utama pembentukan Hukum Administrasi Negara.

Page 28: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DALAM KERANGKA LIBERALISASI EKONOMI

� Mengingat lingkup Hukum Administrasi Negara yang begitu luas, maka jangkauan Hukum Administrasi Negara dalam bentuk peraturan perundang-undangan menjadi luas pula;

� Perlu diingat, Hukum Administrasi Negara yang berbentuk peraturan perundang-undangan bukan semata-mata buatan badan atau pejabat administrasi negara melainkan oleh pembentuk undang-undang;

� Terdapat berbagai Hukum Administrasi Negara seperti undang-undang, adalah hasil kerjasama antara Administrasi Negara dan badan legislatif, bukan semata-mata hasil pekerjaan administrasi negara.

Page 29: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PERAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA MEMBENTUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

� 1. Mengatur Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;

� 2. Mengatur Kewenangan Administrasi Negara dalam Membuat atau Membentuk Peraturan Perundang-Undangan;

� 3. Mengatur Materi Muatan bagi Ketentuan-Ketentuan Administrasi Negara;

Page 30: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

MENGATUR TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Sesuai dengan obyeknya, maka Hukum Administrasi Negara yang mengatur tata cara pembentukan peraturan perundangan-undangan adalah tata cara dalam lingkungan administrasi negara;

Dalam hal pembentukan undang-undang, maka yang mengatur tata cara administrasi negara menjalankan wewenang pembentukan undang-undang antara lain mengenai cara-cara penyusunan RUU dalam rangka pelaksanaan kekuasaan Presiden membentuk undang-undang;

Ketentuan administratif ini sangat penting karena akan menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas dalam menyiapkan RUU atau RPP, dll.

Page 31: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

MENGATUR KEWENANGAN ADMINISTRASI NEGARA DALAM MEMBUAT ATAU MEMBENTUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

� Hukum Administrasi Negara baik yang berbentuk undang-undang atau peraturan lain dapat menetapkan badan-badan administrasi negara yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan atau membuat keputusan administrasi negara;

� Undang-Undang Nomor 10/2004 dan Undang-Undang Nomor 32/2004, memuat ketentuan yang memberi wewenang kepada lembaga pemerintahan tertentu atau administrasi negara untuk membuat peraturan perundang-undangan atau membuat ketetapan administrasi negara.

Page 32: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

MENGATUR MATERI MUATAN BAGI KETENTUAN-KETENTUAN ADMINISTRASI NEGARA

� Tidak jarang Hukum Administrasi Negara, terutama yang berbentuk peraturan perundang-undangan, mengatur mengenai hal-hal yang harus menjadi materi muatan suatu peraturan perundang-undangan atau suatu muatan keputusan administrasi negara;

� Ketentuan tersebut, dapat dijumpai seperti pada bidang perizinan, perpajakan, dll;

Page 33: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PERAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA MEMBENTUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

� Peran Hukum Administrasi Negara dalam pembentukan peraturan perundang-undangan adalah:

� Pertama, secara struktural, Hukum Administrasi Negara, terutama yang berbentuk peraturan perundang-undangan, merupakan bagian utama susunan peraturan peraturan perundang-undangan. Baik dalam jumlah maupun sifat, peraturan perundang-undangan terutama tersusun dari ketentuan Hukum Administrasi Negara;

� Kedua, dari segi fungsi, Hukum Administrasi Negara ikut menentukan cara-cara pembentukan peraturan perundang-undangan baik yang berkaitan dengan kewenangan, materi muatan maupun tata cara penyelenggaraan.

Page 34: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

POSISI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM HUKUM TATA NEGARA

DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

HUKUM TATA NEGARA

(STAATSRECHT)HUKUM ADMINISTRASI

(ADMINISTRATIEF RECHT)

PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

(REGELING/REGELGEVING)

• KALAU MENYANGKUT SUSUNAN DAN KEWENANGAN KELEMBAGAAN MAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN= TERMASUK HUKUM TATA NEGARA

(STAATSRECHT).• KALAU MENYANGKUT PENGATURAN TINDAKAN HUKUM LEMBAGA YANG MENCAKUP

TATA TERTIB/TATA CARA/HUKUM ACARA PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN=TERMASUK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (ADMINISTRATIEF RECHT).

Page 35: Hukum Tata Pemerintahan Dan Pelayanan Publik 5(2)

PENUTUP

�SEKIAN DAN TERIMA KASIH