hukum meminum obat anti haid dan suntik meningitis

Upload: ongko-setunggal

Post on 30-Oct-2015

233 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Hukum Meminum Obat Anti Haid Dan Suntik Meningitis

TRANSCRIPT

Hukum Meminum Obat Anti Haid

A. Pendapat Para Ulama Tentang Hukum Meminum Obat Anti HaidUlama era klasik seperti Ibnu Qudmah al-Hanbali, Al-Hathaab al-Mliki, dan Al-Ramliy al-Syfii, tidak mempermasalahkan seorang wanita yang meminum obat-obatan penunda haid. Dengan kata lain, mereka menetapkan hukum tentang hal itu dengan mubah. Begitu juga dengan Ibnu Taymiyah, beliau juga memperbolehkan wanita menahan keluarnya haid agar dapat menyempurnakan puasa Ramadhan. Sedikit berbeda, Al-Juwaini dalam Qurratu al-Ain merinci hukum menggunakan obat penunda haid ada dua macam. Yaitu makruh apabila bertujuan untuk mencegah datangnya darah haid atau menyedikitkan darah haid; serta haram apabila bertujuan untuk mencegah kelahiran. Dengan demikian, menunda haid untuk menyempurnakan puasa menurut perspektif al-Juwaini berarti makruh.Sedangkan pada era modern saat ini, dalam konteks Indonesia, pendapat yang layak dikemukakan paling awal adalah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sidang Komisi Fatwa MUI tanggal 12 Januari 1979 memutuskan bahwa menggunakan obat penunda haid adalah mubah bagi wanita yang sukar meng-qadha puasa Ramadhan pada hari lain; serta makruh jika untuk menyempurnakan puasa Ramadhan, namun dapat meng-qadha pada hari lain tanpa kesulitan. Selain fatwa MUI tersebut, pendapat dan fatwa dari ulama serta lembaga otoritatif lain di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah belum dapat ditelusuri. Meski demikian, karena masalah penggunaan obat penunda haid merupakan problema umum umat Islam, maka di tingkat lokal pun ternyata sebagian ulama telah merespon problematika tersebut. Hal itu dapat dilihat dari adanya forum Bahtsul Masil Diniyyah di Yayasan As-Salam, Bandung yang membahas persoalan tersebut. Forum itu merumuskan kesimpulan untuk membolehkan penggunaan obat atau pil pencegah haid agar dapat menjalankan ibadah puasa ramadhan dan ibadah lainnya selama tidak menimbulkan efek bagi kesehatan si pengguna. Meski pendapat tersebut bukan berasal dari ulama otoritatif, namun forum tersebut dapat memberikan gambaran mengenai cara pandang para ulama lokal terhadap persoalan fiqh kontemporer. KH. Tajuddin Subki, misalnya, dalam forum tersebut meng-qiyas-kan kebolehan menggunakan obat penunda haid dalam bulan Ramadhan sama dengan kebolehan menggunakannya untuk kepentingan ibadah haji (thawaf). Sedangkan KH. Habib Syarif Muhammad mengatakan, hukum awal pemakaian obat-obat penunda haid dalam Islam tidak diperbolehkan. Menurutnya pemakaian obat tersebut berarti ingin melawan ketentuan yang yang telah digariskan Allah. Namun hukum tersebut menjadi mubah karena adanya pertimbangan yang bersifat manusiawi.Selain pendapat di atas, kesimpulan berbeda muncul dari DPP Hidayatullah. Ormas ini berpendapat bahwa menggunakan obat penunda haid adalah lebih utama bagi wanita, dengan catatan hal itu berlaku bagi wanita yang tidak mempunyai resiko dengan kesehatannya. Kesimpulan itu didasarkan pada hadis Nabi yaitu :Pertama, pada dasarnya orang yang tidak berpuasa karena udzur adalah wanita yang sedang melakukan satu bentuk rukhshah (keringanan). Sedangkan Nabi bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai untuk dilakukan rukhshahnya sebagaimana ia menyukai untuk ditunaikan 'azimahnya (beban normal)"(HR. Thabrani dan al-Baihaqi. Al-Munawi berkata:"Perawinya perawi hadis shahih).Kedua, Rasulullah juga bersabda:" Barang siapa yang berbuka pada suatu hari di bulan Ramadhan tanpa disebabkan adanya keringanan yang diberikan Allah, maka tidak akan dapat diganti dengan puasa sepanjang masa walaupun ia ia betul-betul melakukannya"(HR. Abu Dawud). Pengertian sebaliknya dari sabda Nabi ini berarti orang yang mengqadha' akibat buka puasa atas dasar udzur, maka qadha'nya sepadan dengan puasanya di bulan Ramadhan.Ketiga, terdapat hadis yang pengertian zhahirnya mengindikasikan bahwa tidak sholatnya wanita akibat udzur dan tidak berpuasanya wanita --meski di-qadha-- adalah bagian dari kekurangan wanita dalam beragama. Kutipan hadis tersebut adalah: : , Bukankah jika sedang haid, dia tidak shalat dan tidak berpuasa?" Mereka menjawab:"Benar". Beliaupun bersabda:"Demikianlah bentuk kekurangan agamanya". (HR. Bukhari dan Muslim).Dengan berlandas atas hadis tersebut, Hidayatullah menganggap bahwa menunda haid merupakan keutamaan yang dilakukan sebagai upaya menghindari sebagian dari potensi kekurangan wanita dalam beragama. Dalam penjelasannya, Hidayatullah menandaskan, istilah kekurangan agama dalam hadis tersebut bukan dipahami dalam arti kualitas --akibat udzur yang memang sudah menjadi taqdir penciptaannyamelainkan pada kuantitas pelaksanaan agama yang tidak berhubungan langsung dengan cacatnya kualitas agama wanita yang bersangkutan.Sedangkan ulama Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan, penggunaan pil pencegah haid tersebut diperbolehkan, namun dengan dua syarat. Yaitu tidak membahayakan kesehatan dan harus seijin suaminya. Meski demikian, Utsaimin mengatakan bahwa haid bagi seorang wanita merupakan hal alamiah yang apabila dicegah akan memberikan efek negatif bagi tubuh wanita. Ibnu Utsaimin mengkhawatirkan penggunaan obat tersebut akan membuat wanita lupa terhadap masa haidnya, sehingga mereka bingung dan ragu dalam mengerjakan shalat dan berkumpul dengan suami. Ia menegaskan, bahwa dirinya tidak mengatakan penggunaan pil tersebut haram, tapi ia tidak senang kaum wanita menggunakannya karena khawatir terhadap kemungkinan madharat yang menimpanya.Ibnu Utsaimin juga menyitir hadits Nabi, yang menyatakan ketika beliau menjumpai Aisyah menangis setelah berihram untuk umrah, maka beliau bertanya: Ada apa denganmu, barangkali engkau sedang haid?. Aisyah menjawab: Ya. Lalu beliau bersabda Ini sesuatu yang telah ditulis oleh Allah untuk anak-anak perempuan Adam. Dengan mengutip hadits tersebut, Ibnu Utsaimin menganjurkan wanita untuk bersabar jika tertimpa haid, sebab hal itu merupakan ketentuan Allah yang bersifat alamiah. Dengan kata lain, menurutnya penggunaan obat tersebut adalah makruh.Syaikh Mutawaali al Syarawi mengatakan, bahwa wanita yang melakukan hal itu berarti telah menolak rukhshah (keringanan hukum) yang diberikan Allah kapadanya. Selain itu, meminum obat pencegah haid - menurutnya - dapat merusak metabolisme tubuh manusia. Perbuatan itu harus dihindari oleh para wanita muslim, khususnya pada bulan Ramadhan. Sejatinya, biarkan haid datang secara normal, dan puasa Ramadhan yang telah terlewat diganti pada hari lain sebagaimana telah ditentukan Allah dalam nash yang jelas. Sebagai ulama berpengaruh di Saudi, pendapat al-Syarawi dan terutama - Ibnu Utsaimin tersebut merupakan pendapat mayoritas ulama Saudi Arabia. Sehingga keputusan lembaga fatwa kerajaan Saudi Arabia pun senada, bahwa wanita boleh meninum obat-obatan untuk mencegah datangnya haid dengan syarat dilakukan berdasarkan rekomendasi dari pakar medis dan dokter bahwa hal itu tidak membahayakan kesehatan atau organ reproduksinya. Namun sebaiknya, hal itu dihindari karena Allah telah memberikan keringanan untuk tidak berpuasa kepada wanita yang sedang haid dan menggantinya pada hari-hari lain. Hal itu lebih sesuai dengan ajaran Islam dan tidak beresiko bagi kesehatan.

Sidang Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 12 Januari 1979 telah mengambil keputusan :1. Penggunaan Pil Anti Haid untuk kesempatan ibadah haji hukumnya mubah.2. Penggunaan Pil Anti Haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan seblum penuh, hukumnya makruh. Akan tetapi, bagi wanit yang sukar menqada puasanya pada hari lain, hukumnya mubah.3. Penggunaan Pil Anti Haid selain dari dua hal tersebut di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan yang menjurus kepada pelanggaran hukum agama, hukumnya haram.

Hukum Vaksinasi Meningitis untuk Jamaah Haji

Sebagaimana kita maklumi bahwa Ibadah haji merupakan rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh yang telah berkemampuan, Q.s. Ali Imrah 97. Akan tetapi sekarang ini, kenyamanan dan ketenangan para jamaah haji atau umrah yang telah menunaikan, apalagi yang akan menunaikan pada tahun ini. Mereka diusik dengan kenyataan bahwa pada proses pembuatan vaksin meningitis menggunakan enzim babi.

Kewajiban vaksin ini berdasarkan Nota Diplomatik Dubes Arab Saudi di Jakarta 1 Juni 2006 dan Internacional Health Regulation 2005 yang memestikan suntik meningitis bagi semua jamaah haji, umrah dan bahkan TKW/TKI yang akan masuk ke Arab Saudi. Bahkan, vaksin merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan visa. Menteri Kesehatan Siti Suparti Fadilah menegaskasn kembali kewajiban jamaah haji dan umrah untuk dilakukan vaksinasi meningitis itu.Bagi kaum muslimin, tentu saja akan menjadi perhatian yang serius khususnya bagi yang akan menunaikan ibadah haji atau umrah karena keikhlasan niat dan ilmu manasik tidaklah cukup bila tidak didukung dengan biaya dan hal-hal lain yang halal termasuk obat-obatan dan makanan yang diperlukan.Babi dan Bangkai Haram di MakanFirman Allah swt. : Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamuQ.s. Al-Baqarah : 29

Katakanlah: Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal. Katakanlah: Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah? (QS. Yunus : 59)Ayat ini merupakan sindirin atau kecaman dari Allah swt. terhadap yang mengharamkan yang halal atau sebaliknya. Di dalam ayat lainnya, Allah swt berfirman :

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Al-Baqarah : 173).Selain dari yang empat ini tentulah tidak diharamkan oleh Allah swt. Lebih jelas tentang haramnya yang empat kaitannya dengan makanan difirmankan oleh Allah swt dalam ayat sebagai berikut :

Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Anam : 145).Bila hanya berdasarkan ayat ini, jelas sekali bahwa diharamkannya babi dan bangkai itu bekaitan dengan makanan yang dimakan. Artinya, boleh dimanfaatkan untuk selain itu.Babi dan Bangkai Haram Diolah dan DiperjualbelikanBagi kita, tentunnya tidak akan mengabaikan sabda Rasulullah saw tentang perilaku Yahudi dahulu yang dibinasakan oleh Allah swt.. Sabda-sabda Rasulullah saw berikut ini akan senantiasa menjadi dasar untuk mengartikan maksud ayat di atas secara lebih jelas sekaligus untuk menetapkan hukumnya secara syari, yaitu :

Dari Thawus bahwa ia mendengar Ibnu Abas r.a berkta, Telah sampai (berita) kepada Umar bin Khatab bahwa seseorang membeli khamer, maka ia berkata,Allah membunuh si polan, tidakkah ia tahu bahwa Rasulullah saw. telah bersabda,Allah telah membunuh Yahudi (melaknat), diharamkan atas mereka lemak-lemak babi, mereka mengolahnya dan menjualnya. Shahih Al-Bukhari, I : 168 dan Shahih Muslim, III : 1208.

Dari Jabir bin Abdulah r.a bahwa ia mendengar Rasulullah saw. telah bersabda waktu Futuh Mekah dan beliau berada di Mekah,Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamer, bangkai, babi, dan patung-patung sembahan. Ditanyakan kepada beliau,Wahai Rasulullah,Apa yang anda lihat tentang lemak-lemak bangkai, karena itu hanya dipergunakan melamur perahu, mewangikan kulit-kulit, dan digunakan (bahan bakar) penerangan oleh orang-orang? Beliau menjawab,Tidak, tetap dia itu haram Dalam pada itu Rasulullah saw. bersabda lagi, Allah membinasakan Yahudi, sesungguhnya Allah telah mengharamkan lemak-lemak (babi dan bangkai), mereka mengolahnya lalu menjualnya dan memakan harganya. H.r. Sahih Al-Bukhari, IV : 1695 dan Sahih Muslim, III : 1207Mengenai memanfaatkan khamr, babi, darah yang mengalir terjadi perbedaan pendapat. Akan tetapi menjadikannya sebagai suatu produk yang diperjualbelikan, dalam hal ini tidak terdapat seorang ulama pun yang berbeda pendapat, yaitu semua ijma (sepakat) akan haramnya. Karena hadis di atas jelas sekali menggunakan kata-kata mengolahnya lalu memperjualbelikannya dan memakan harganya.Haram Berobat dengan yang Haram

Dari Abu Darda, ia berkata,Rasulullah saw. telah bersabda,Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat dan menjadikan bagi setiap penyakit obatnya. Maka berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram.. H.r. Abu Daud, Sunan Abu Daud, VII : 4 dan Al-Baehaqi, Sunan Al-Baehaqi Al-kubra, X : 5.Dengan hadis-hadis ini jelaslah bahwa suntik meningitis, walaupun enzimnya hanya sebagai katalisator, jelas telah dilakukan sesuatu yang haram dan termasuk doa Rasulullah saw. Allah telah membinasakan Yahudi. Karena mengolah lalu memperjualbelikan dan memakan harganya (keuntungan finansial).Vaksin Meningitis yang digunakan Jamaah Haji dan UmrahPada koranReplubika, dikatakan,dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI, Muhammad Nazratuz Zaman Hosen, juga mengakui adanya kesepakatan yang telah dibuat Departemen Agama (Depag) Departemen Kesehatan (Depkes), Majlis Pertimbangan Kesehatan dan Syara (MPKS) Depkes, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), serta MUI Yang menyatakan vaksin ini haram karena kandungan enzim babi. Berdasarkan pengakuan produsen vaksinmeningitis, Glaxo Smith Kline (GSK), vaksinmeningitisini menggunakan enzim babi. Karena itu, kami telah menetapkan bahwa vaksin ini haram. Terlebih lagi vaksin yang menggunakan enzim babi ini digunakan untuk menunaikan ibadah haji.Yang sedang kami pikirkan apakah vaksin ini perlu atau tidak, karena Rasulullah saw. Jangan memakai sesuatu yang haram tegasnya. Nazratu Zaman menambahkan, keputusan Komisi Fatwa MUI melayangkan surat kepada Pemerintah Arab Saudi merupakan kesepakatan yang dicapai dalam rapat gabungan MUI, Selasa (2/6) dan diperdalam dalam rapat Sabtu (6/6).Pihaknya berharap secepatnya fatwa tentang vaksinmeningitisuntuk jamaah haji dan Umrah itu diputuskan karena banyak jamaah umrah yang takut menggunakan vaksin ini.Republika Senin, 8 Juni 09, hal 12:Adalah Abdulah Munim ahli farmasi dari Univesitas Indonesia (UI), yang melontarkan kemungkinan vaksin meningitis bisa menggunakan enzim yang berasal dari hewan halal.Meski diakui hampir semua obat-obatan dalam dunia farmasi menggunakan barang haram, seperti alkohol dan enzim dari babi, dia mengatakan, sebenarnya vaksin meningitis bisa menggunakan hewan lain yang halal dalam proses pembuatannya.Itu karena hampir semua hewan bisa menghasilkan enzim yang sama dengan babi. Namun menurut dia, sebelumnya perlu dikaji, apakah hanya enzim Tripsin yang spesifik memotong protein tertentu. Jika ya, kemungkinan sulit diganti. Tapi jika tidak, seharusnya bisa dicari penggantinya. Katanya.Senada dengan Munim, Herman Suryadi, ahli farmasi UI lainnya mengatakan, pembuatan vaksin meningitis ini bisa menggunakan enzim yang halal, misalnya dari hewan yang halal atau dari mikroba sendiri.Dalam proses pembuatan vaksin dibutuhkan protein hewan. Ada protein dari babi, dari hewan lain juga ada. Jadi, bisa mengganti enzim dari sapi atau dari mikroba, seperti kamir (Yus Ekstrak) Tandas dosen Departemen Farmasi FMIPA UI itu kepada Republika, Selasa (9/6)Dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan (DEPKES), Tjandra Yoga Aditama, menyatakan, hingga saat ini tidak ada metoda lain dalam pembuatan vaksin meningitis, di dunia ini katanya vaksin yang tersedia hanya vaksin yang ada sekarang ini. Semua menggunakan metode yang ada saat ini. Belum ada metode baru, jelasnya.Senada dengan Anwar, Tjandra Yoga menyatakan akan menyambut baik jika ada metoda lainnya.Kalau ada metode lain, silakan saja. Katanya. Replubika Rabu 10 Juni 2009, halanan 12.Vaksin Menigitis Antara Formula lama dan Formula BaruSejak diwajibkannya vaksinasi meningitis, yaitu tahun 2006 telah mengalami perubahan dalam proses pembuatanna yaitu sejak akhir 2008.Formula lama atau Old Mencevax TM ACW 135 YPerwakilan dari GSK (Glaxo Smith kline) sebagai produsen vaksin meningitis yang digunakan oleh Departemen Kesehatan R.I, Indrawati dan Helen kepada kami menerangkan bahwa benar pada awalnya pada proses pembuatan vaksin meningitis (Old Mencevax TM ACW 135 Y) menggunakan enzim babi sebagai katalisator dalam proses pembuatannya. Enzim tidak termasuk dari bahan vaksin menigitis. Bahasa sederhananya ketika telah menjadi vaksin meningitis telah dibersihkan atau dipisahkan sama sekali dari unsur babi tersebut dengan sebersih-bersihnya. Jadi vaksin meningitisnya sendiri sudah tidak mengandung unsur babi, tapi tidak lepas dari pengaruh enzim babi.Formula lama atau NEW Mencevax TM ACW 135 YSejak akhir tahun 2008 enzim babi ini telah tidak digunakan lagi sebagai katalisator karena telah berhasil menggunakan katalisator lain yang bukan dari binatang. Jadi vaksin meningitis yang digunakan sejak akhir tahun 2008 atau itu telah terbebas dari unsur babi pada proses pembuatannya. Akan tetapi tentu saja vaksin yang sekarang digunakan itu tidak lepas dari bahan yang ada pada vaksin yang digunakan sebelumnya. Dengan kata lainNEW Mencevax TM ACW 135 Yberasal dariworking seedFormula lama atauOld Mencevax TM ACW 135 Y.Seberapa Jauh Diperlukan Vaksin Meningitis untuk haji dan Umrah?Tentunya merupakan hal yang wajar bila kaum muslimin bertanya-tanya,Seberapa perlukah atau haruskan vaksin meningitis untuk jamaah haji dan umrah?Penyakit meningitis adalah penyakit menular. Perlu diketahui, sesungguhnya telah jatuh korban meninggal dari jamaah haji Indonesia akibat meningitis, ketika sebelum dilakukan vaksinasi meningitis. Afrika dan kawasan Timur Tengah adalah lokasi berjangkitnya penyakit ini. Sebagaimana dimaklumi, Saudi Arabia selain menjadi salah satu tempat tujuan para TKW/TKI juga merupakan lokasi beribadah haji bagi kaum muslimin. Pada musim haji lebih khusus lagi karena berbagai bangsa berkumpul, termasuk dari Afrika dan jazirah Arab di tempat dan lokasi yang sama, yaitu d ikawasan atau tempat-tempat melaksanakan manasik haji.Pada terbitan Harian Replublika, Jumat 12 Juni 2009. Halaman 24, Dikatakan, Sebagai contoh, pada 2000 lalu, sebanyak 14 orang jamaah haji Indonesia tertular penyakit ini. Sebanyak 6 orang dari 14 penderita meningitis tersebut meningal di Arab Saudi dengan penyebab kematianmeningitis meningokokus serogrupW 135. Angka tersebut bertambah pada tahun 2001 menjadi 18 penderita dan enam di antaranya meninggal di Arab Saudi.Meningitis adalah peradangan yang terjadi padameninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri, ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.Banyak ahli kesehatan berpendapat penyebab penyakit meningitis adalah virus yang umumnya tidak berbahaya dan akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun, meningitis yang disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar. Bahkan, bisa menyebabkan kematian. Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh jamur sangat jarang. Jenis ini umumnya diderita oleh orang yang daya tahan tubuhnya menurun seperti pada penderita HIV/AIDS.Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis di antaranyaStreptococcus pneumoniae(pneumonoccus).Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi atau anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksipneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus). Bakteri lainnya adalah jenisneisseria meningitidis(meningococcus).Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelahstreptococcus pneumenie. Meningitis terjadi akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya masuk ke dalam peredaran darah.Beberapa antibiotik yang sering diberikan dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteristreptococcus pneumoniaedanNeisseria meningitidisantara lainCephalosporin (Ceptriaxone). Sedangkan meningitis yang disebabkan bakteriListeria monocytogenesakan diberikanampicillin,vancomisindanCarbapenem(meropenem),ChlorampenicolatauCeptriaxone.Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, sharing makan atau sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok bergantian dalam satu batangnya. Berdasarkan data Badan kesehatan dunia (WHO), telah terjadi kasus peningkatan kejadian meningitis yang menelan korban jiwa di daerah piedemis di Sabah Sahara.Oleh karena itu, untuk melindungi jamaah haji atau umrah dari kemungkinan tertular dan menularkan meningitis kepada orang lain, maka jamaah tersebut divaksinasi meningitis. Mereka yang telah menjalani vaksinasi, akan diberikan kartu kuning atau Internacional Certifikate of Veccination (ICV) yang dikeluarkan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat.Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan (Depkes) Tjandra Yoga Adhitama, belum lama ini mengatakan, peraturan yang mewajibkan jamaah haji atau umrah mendapatkan vaksinasi meningitis adalah Pemerintah Arab Saudi melalui Nota Diplomatik Dubes Arab Saudi di Jakarta 1 Juni 2006 dan Internacional Health Regulation 2005. Dalam Nota Diplomatik disebutkan bahwa setiap jamaah haji, tenaga kerja, dan umrah harus mendapat imunisasi meningitis terlebih dahulu untuk mendapatkan visa.Vaksin tersebut, kata Tjandra, selain digunakan jamaah haji Indonesia juga telah digunakan oleh negara-negara yang mengirimkan jamaah haji. Misalnya Saudi Arabia, Iran, Negeria, Yaman, Malaysia, Filipina, Singapura, Pakistan, Bangladesh, Ghana, India, Kazakstan, Kumait, Libanon, dan masih banyak lagi.Dari semua keterangan-keterangan tersebut dapat diringkaskan permasalahan sebagai berikut :1.Vaksin meningitis lama (Old Mencevax TM ACW 135 Y) tidak mengandung unsur babi tapi pada proses pembuatan/pengolahannya bersinggungan atau bersentuhan dengan unsur babi (sebagai katalisator) di antaranya diambil dari pangkreas babi.2.Vaksin meningitis baruNEW Mencevax TM ACW 135 Ydipasarkan sejak akhir 2008. dalam proses pembuatannya tidak lagi menggunakan unsur babi sebagai katalisator, tetapi bahannya merupakan larutanworking seeddari formula lama. Dengan kata lain yang baru itu bahannya atau sembernya dari yang lama.3.Belum ditemukan vaksin meningitis yang benar-benar lepas dari murni tanpa keterkaitan dengan vaksin meningitis yang ada.Bahan dan proses pembuatan vaksin meningitis di atas diakui pula oleh Mentri Kesehatan R.I, Siti Fasilah Suparti, hanya sangat disayangkan beliau melebihi kewenangannya dengan menyimpulkan sendiri bahwa vaksinasi meningitis halal karena tidak mengandung unsur babi sedikit pun.Tinjauan Hukum Syari Terhadap Vaksin MenengitisPada kenyataannya pada pembahasan tentang vaksinasi meningitis yang sekarang sedang terjadi terkandung beberapa kondisi :1.Membuat sesuatu yang halal (vaksin meningitis) menggunakan alat (unsur) yang haram (enzim babi).2.Alat itu tidak terbawa dengan kata lain telah dibersihkan dari vaksin meningitis.3.Menjadikan vaksin meningitis sebagai komoditi (barang yang diperjual belikan).4.Jamaah calon haji atau Umrah tidak akan dapat masuk ke Saudi Arabia jika tidak divaksinasi dengan vaksin meningitis yang ada sekarang5.Jamaah Haji yang tidak divaksinasi meningitis dapat tertular penyakit yang membahayakan dirinya bahkan sampai mengancam nyawanya.Kaidah Usul fiqh menegaskan : Asal dari setiap larangan itu hukumnya haram Darurat itu membolehkan hal-hal terlarang Apa yang dibolehkan untuk kemadaratan diukur dengan ukuran uzurnya. Tidak ada haram bersama darurat dan tidak ada makruh bersama kebutuhan.Mengenai menyelamatkan kehidupan kaum muslimin diterangkan dalam firman Allah dan sabda Rasulullah saw. sebagai berikut :

(32)Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. Q.s. Al-Maidah : 32

Dari Abdulah bin Umar bahwasannya Rasulullah saw. telah bersabda,Muslim itu sodaranya muslim, tidak menzaliminya, dan tidak mengabaikannya. Siapa yang dalam kebutuhan sodaranya, maka Allah berada dalam kebutuhannya. Dan siapa yang membebaskan seorang muslim dari kesulitannya, Allah akan melepaskan kesulitan dari kesulitan-kesulitan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat. H.r. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, II : 862, Sahih Muslim, IV : 1993, dan Abu Daud, IV : 273.Kesimpulan :1.Vaksin meningitis yang pada proses pembuatanya menggunakan enzim babi karena telah menjadi komoditas hukumnya haram2.Selama belum didapatkan vaksin meningitis atau obat-obatan lain yang halal, untuk jamaah calon haji dan umrah khususnya, berlaku hukum darurat dan diperbolehkan.3.Wajib bagi umat Islam untuk terus mengupayakan cara lain yang halalDisampaikan pada sidang Dewan Hisbah Terbatas, 15 Juni 2009 H./ 21 Jumadil Tsaniyah 1430 H di Piaduct. Jl. Perintis Kemerdekaan 2 Bandung.