hukum kpst

3
Hukum KPST Oleh : Ivan Lanin Salah satu hal yang sering membingungkan dalam bahasa Indonesia adalah peluluhan fonem dalam pembentukan kata berimbuhan meng- dan peng-. Manakah yang benar: mengkritik atau mengritik? memesona ataumempesona? mensyaratkan atau menyaratkan? me ntraktir atau menraktir? penahapan atau pentahapan?pemroses atau pemproses? Cara termudah untuk mengetahui mana yang benar adalah dengan membuka KBBI. Tentu saja cara ini tidak praktis karena tidak setiap saat rujukan itu tersedia meskipun versi daringnya sudah ada. Walaupun tidak dapat dimungkiri bahwa bahasa bukan ilmu pasti, ada pola-pola tertentu dari suatu aturan bahasa. Pemahaman tentang pola yang berlaku pada peluluhan fonem akan memudahkan orang untuk menentukan mana bentuk kata berimbuhan yang tepat. Dari hasil membaca beberapa literatur, menyelisik entri rambang terkait dalam kamus, serta masukan dari Bu Junaiyah H.M. dan Mas Imam J.P., saya mencoba menyimpulkan aturan peluluhan fonem pada pembentukan kata berimbuhan meng- dan peng- sebagai berikut. 1. Huruf pertama kata dasar berawalan k, p, s, dan t yang diikuti oleh vokal akan luluh jika mendapat awalanmeng- atau peng-. Contoh: mengenai (kata dasar: kena), memukul (kata dasar: pukul), menyalin (kata dasar:salin), dan menari (kata dasar: tari). 2. Huruf pertama kata dasar berawalan p yang diikuti oleh konsonan tetap akan luluh jika mendapat awalan peng-. Contoh: pemroses (kata dasar: proses), pemrogram (kata dasar: program), dan pemrotes (kata dasar:protes). 3. Pengecualian diterapkan untuk dua bentuk: mempunyai dan mengkaji. Mempunyai, alih-alih memunyai, dianggap lebih berterima dan mudah diucapkan oleh pengguna bahasa Indonesia. Mengkaji (mempelajari, menyelidiki, dsb.) dibakukan untuk membedakan dengan mengaji yang memiliki makna lain (membaca atau mempelajari Alquran). Proses peluluhan fonem ini, yang bisa disebut Hukum KPST, bertujuan untuk memudahkan artikulasi atau pengucapan kata. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan atau diwaspadai dalam penerapan aturan ini. 1. Perhatikan huruf kedua kata dasar. Aturan peluluhan hanya berlaku jika huruf kedua adalah vokal, bukan konsonan. Misalnya, pukul menjadi memukul (luluh), tapi kristal menjadi mengkristal (tidak luluh). 2. Waspadai pengimbuhan bertingkat yang tidak mengalami peluluhan. Misalnya, memperhatikan, bukanmemerhatikan karena terjadi pengimbuhan bertingkat: meng- dan per-. 3. Perhatikan kata dasar yang berasal dari serapan bahasa asing. Dulu ada anggapan bahwa kata pungutan tidak perlu mengikuti aturan peluluhan karena bentuknya belum mantap. Lambat laun bentuk tersebut pasti harus mengikuti kaidah, jadi lebih baik sejak awal terapkan saja kaidah tersebut. Misalnya, memopulerkan(bukan mempopulerkan) dan mengoordinasikan (bukan mengkoordinasikan). Tentang pengecualian terhadap bentuk mempunyai dan mengkaji, saya memiliki pendapat sendiri.

Upload: 992524

Post on 25-Nov-2015

93 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Hukum KPSTOleh : Ivan LaninSalah satu hal yang sering membingungkan dalam bahasa Indonesia adalahpeluluhan fonemdalam pembentukankata berimbuhanmeng-danpeng-. Manakah yang benar:mengkritikataumengritik?memesonaataumempesona?mensyaratkanataumenyaratkan?mentraktirataumenraktir?penahapanataupentahapan?pemrosesataupemproses? Cara termudah untuk mengetahui mana yang benar adalah dengan membuka KBBI. Tentu saja cara ini tidak praktis karena tidak setiap saat rujukan itu tersedia meskipunversi daringnyasudah ada.Walaupun tidak dapat dimungkiri bahwa bahasa bukan ilmu pasti, ada pola-pola tertentu dari suatu aturan bahasa. Pemahaman tentang pola yang berlaku pada peluluhan fonem akan memudahkan orang untuk menentukan mana bentuk kata berimbuhan yang tepat. Dari hasil membaca beberapa literatur, menyelisik entri rambang terkait dalam kamus, serta masukan dari BuJunaiyah H.M.dan MasImam J.P., saya mencoba menyimpulkan aturan peluluhan fonem pada pembentukan kata berimbuhanmeng-danpeng-sebagai berikut.1. Huruf pertama kata dasarberawalan k, p, s, dan tyang diikuti olehvokalakan luluh jika mendapat awalanmeng-ataupeng-. Contoh:mengenai(kata dasar:kena),memukul(kata dasar:pukul),menyalin(kata dasar:salin), danmenari(kata dasar:tari).2. Huruf pertama kata dasarberawalan pyang diikuti olehkonsonantetap akan luluh jika mendapat awalan peng-. Contoh:pemroses(kata dasar:proses),pemrogram(kata dasar:program), danpemrotes(kata dasar:protes).3. Pengecualian diterapkan untuk dua bentuk:mempunyaidanmengkaji.Mempunyai, alih-alihmemunyai, dianggap lebih berterima dan mudah diucapkan oleh pengguna bahasa Indonesia.Mengkaji(mempelajari, menyelidiki, dsb.) dibakukan untuk membedakan denganmengajiyang memiliki makna lain (membaca atau mempelajari Alquran).Proses peluluhan fonem ini, yang bisa disebutHukum KPST, bertujuan untuk memudahkan artikulasi atau pengucapan kata.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan atau diwaspadai dalam penerapan aturan ini.1. Perhatikan huruf kedua kata dasar. Aturan peluluhan hanya berlaku jika huruf kedua adalah vokal, bukan konsonan. Misalnya,pukulmenjadimemukul(luluh), tapikristalmenjadimengkristal(tidak luluh).2. Waspadai pengimbuhan bertingkat yang tidak mengalami peluluhan. Misalnya,memperhatikan, bukanmemerhatikankarena terjadi pengimbuhan bertingkat:meng-danper-.3. Perhatikan kata dasar yang berasal dari serapan bahasa asing. Dulu ada anggapan bahwa kata pungutan tidak perlu mengikuti aturan peluluhan karena bentuknya belum mantap. Lambat laun bentuk tersebut pasti harus mengikuti kaidah, jadi lebih baik sejak awal terapkan saja kaidah tersebut. Misalnya,memopulerkan(bukanmempopulerkan) danmengoordinasikan(bukanmengkoordinasikan).

Tentang pengecualian terhadap bentukmempunyaidanmengkaji, saya memiliki pendapat sendiri.1. Mempunyai(dianggap) lebih berterima karena sosialisasimemunyaiyang kurang. Mengapa tidak kita biasakan saja menggunakan katamemunyai? Toh bentuk itu yang sesuai dengan pola.2. Mengkajidibakukan untuk membedakan makna denganmengaji. Padahal,homonimi(satu kata memiliki makna lebih dari satu) bukan sesuatu yang haram dalam bahasa Indonesia. Mengapa tidak diterima saja bahwa bentukmengajipunya dua makna? Atau, biasakan saja menggunakanmendarasuntuk makna belajar atau membaca Alquran.Semakin banyakpenjelasan logisdan pola yang diterapkan secara taat asas dalam bahasa Indonesia, niscaya semakin besar modal bahasa Indonesia untukmenjadi bahasa internasional. Bukan tidak mungkin. Sambil lalu, bentuk baku dari pasangan kata berimbuhan pada paragraf pembuka di atas adalah bentuk pertamanya.

Catatan #1:Memperhatikanvsmemerhatikan. Lemaperhatidengan turunanmemerhatikanditemukan diMalay Concordance Projectdan KBBI III. Di KBBI IV lema ini diarahkan kehatidengan bentuk turunanmemperhatikan. Perdebatan mengenai hal ini cukup sengit, tapi saya cukupsregdengan pilihan KBBI IV dan memutuskan untuk tidak memperdebatkan lagi hal ini.

Yang mana yang Benar?Oleh : Ivan LaninSalah satu hal yang sering membingungkan dalam bahasa Indonesia adalahpeluluhan fonemBalai Bahasa Kemendiknas ternyata memiliki satu rubrik menarik Petunjuk Praktis yang memuat artikel-artikel mengenai pedoman berbahasa Indonesia yang benar. Berikut rangkuman mengenai mana pilihankatayang benar menurut rubrik tersebut.

1. malpraktik atau malapraktik;yang benar adalahmalapraktik, dari bentukmala-yang berasal daribahasa Jawa Kunayang bermakna noda, cacat, membawa rugi, celaka, sengsara. Bentukmala-merupakan terjemahan dari prefiksmal-dalam bahasa Inggris.2. sukarelawan atau relawan;yang benar adalahsukarelawan, karena akhiran-wantidak pernah melekat padaverba, melainkan selalu padanomina.Imbuhan-wanberasal daribahasa Sanskertayang bisa berarti orang yang memiliki, orang yang ahli pada bidang, atau orang yang berprofesi.3. jadwal atau jadual;yang benar adalahjadwal, karena berasal dari katabahasa Arabyang dituliskan dengan wa pada abjad bahasa tersebut. Kaidah yang sama berlaku pada kata lain yang diserap dari bahasa Arab sepertitakwa.4. saptapesona atau sapta pesona;yang benar adalahsaptapesona, karena serapan kata bilangan dari bahasa Sanskerta merupakan unsur terikat yang penulisannya dituliskan serangkai dengan unsur yang menyertainya. Contoh lain kata bilangan serapan dari bahasa Sansekerta adalaheka,dwi,catur,panca, dandasayang semuanya juga harus ditulis serangkai dengan unsur yang menyertainya. Beberapa unsur serapan lain dari bahasa Sanskerta sepertiadi-, manca-, swa-,dannara-juga harus ditulis serangkai.5. rawat inap atau rawat nginap;yang benar adalahrawat inap, karenanginapbukan bentuk dasar (inap) ataupun bentuk berimbuhan lengkap (menginap). Gabungan kata lazimnya menggunakan bentuk yang paling ringkas yaitu kata dasar dan boleh menggunakan kata berimbuhan jika bentuk dasar tidak menggambarkan gagasan yang tepat dari istilah tersebut.6. aktivitas atau aktifitas;yang benar adalahaktivitas, karena merupakan penyerapan langsung daribahasa Inggrisactivity. Kata dalam bahasa Inggris bisa diserap dalam bentuk dasar maupun berimbuhan. Jika dalam bentuk berimbuhan, penyerapan dilakukan tidak terpisah dengan kata dasarnya. Jadiactivediserap menjadiaktif, sedangkanactivitydiserap menjadiaktivitas.7. standardisasi atau standarisasi;yang benar adalahstandardisasi, karena alasan yang sama denganaktivitasdi atas.8. mengkritisi atau mengkritik;yang benar adalahmengkritik, karena berasal dari gabunganmeng-dankritik(nomina) yang berarti melakukan kritik. Katakritisisendiri adalah bentuk jamak darikritikusyang berarti orang yang melakukan kritik.9. debit atau debet;yang benar adalahdebit, karena diserap langsung dari bahasa Inggrisdebit.Debitsendiri merupakan suatupolisemi kata yang maknanya lebih dari satu karena dapat berarti catatan pada pos pembukuan yg menambah nilai aktiva atau mengurangi jumlah kewajiban (istilah akuntansi) atau jumlah air yang dipindahkan dalam suatu satuan waktu tertentu pada titik tertentu di suatu saluran yang menyalurkan air.10. menyolok atau mencolok;yang benar adalahmencolok, karena berasal dari kata dasarcoloksedangkanfonemcpada awal kata dasar tidak meluluh jika diberi awalanme-.11. pemirsa atau pirsawan;yang benar adalahpemirsa, berasal dari katapirsa(verba) sedangkan imbuhan-wantidak lazim digabungkan dengan verba, melainkan biasanya dengan nomina atau adjektiva. Katapirsasendiri berarti tahu, melihat.12. elit atau elite;yang benar adalahelite, karena berasal daribahasa Latineligereyang berarti memilih dan dalam bahasa Latin, hurufepada akhir kata harusnya diucapkan. Kaidah ini mirip denganbonafidedanfaksimile.Jika mengamati penjelasan dari artikel-artikel tersebut, salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam menilai kata mana yang benar adalah cari duluasal-usul kata tersebutdan ikutipola penyerapan istilah bahasa Indonesia.