hukum-kloning.doc

20
BAB I PENDAHULUAN Mampukah fikih menjawab tantangan kemajuan rekayasa genetika? Pesatnya perkembangan teknologi rekayasa genetika haruslah terkejar oleh produk-produk fikih yang ada selama ini. Seperti halnya masalah fikih-fikih terdahulu sebagaimana diberikan oleh para ulama seperti soal bayi tabung dan imsemnasi buatan, maka masalah rekayasa genetika, sampai pada soal revitalisasi DNA, pembiakan sel lewat transplantasi, bahkan menyelewengkan “penciptaan ” lewat pencangkokan jaringan sel yang pada saat ini mulai banyak berkembang haruslah dicari solusinya. Informasi terbaru, seperti dilaporkan majalah ilmiah bebahasa Inggris, Scientific American, dalam rubric “medicine”nya, adalah sukses besar praktik pengobatan lewat terapi gen (Gene Theraphy). Yaitu, sebuah pengobatan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit genetis. Modus operandi terapi ini adalah dengan cara mencangkokkan gen-gen baru yang lebih sehat dengan mengganti gen-gen rusak yang membawa kelainan dalam tubuh. 1 Bukan Cuma itu, terapi gen juga akan dipakai untuk mengobati kelainan fisik dan perilaku. Hidung pesek, misalnya diubah menjadi mancung. Caranya mudah, cukup 1 Lutfi Asy-Syaukani, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer (Pustaka Hidayah: Bandung.1998) hal.141 1

Upload: ivan-ho

Post on 01-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum hukum cloning membantu dalam belajar mahasiswa

TRANSCRIPT

Page 1: hukum-kloning.doc

BAB IPENDAHULUAN

Mampukah fikih menjawab tantangan kemajuan rekayasa genetika?

Pesatnya perkembangan teknologi rekayasa genetika haruslah terkejar oleh

produk-produk fikih yang ada selama ini. Seperti halnya masalah fikih-fikih

terdahulu sebagaimana diberikan oleh para ulama seperti soal bayi tabung dan

imsemnasi buatan, maka masalah rekayasa genetika, sampai pada soal revitalisasi

DNA, pembiakan sel lewat transplantasi, bahkan menyelewengkan “penciptaan ”

lewat pencangkokan jaringan sel yang pada saat ini mulai banyak berkembang

haruslah dicari solusinya.

Informasi terbaru, seperti dilaporkan majalah ilmiah bebahasa Inggris,

Scientific American, dalam rubric “medicine”nya, adalah sukses besar praktik

pengobatan lewat terapi gen (Gene Theraphy). Yaitu, sebuah pengobatan untuk

menyembuhkan penyakit-penyakit genetis. Modus operandi terapi ini adalah

dengan cara mencangkokkan gen-gen baru yang lebih sehat dengan mengganti

gen-gen rusak yang membawa kelainan dalam tubuh.1

Bukan Cuma itu, terapi gen juga akan dipakai untuk mengobati kelainan

fisik dan perilaku. Hidung pesek, misalnya diubah menjadi mancung. Caranya

mudah, cukup dengan mengganti gen-gen yang membawa unsur pesek dengan

yang mancung.

Lalu bagaimana fikih mengantisipasi masalah ini? Bagaimanapun,

tampaknya masih diperlukan penelaahan lebih lanjut tentang masalah ini, yaitu

bagaimana hokum islam tentang zat genetic (Kloning) itu?.

BAB II1 Lutfi Asy-Syaukani, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer

(Pustaka Hidayah: Bandung.1998) hal.141

1

Page 2: hukum-kloning.doc

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kloning

Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu

clone atau klon yang berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal

dengan reproduksi aseksual.2 Sedangkan menurut istilah Kloning adalah

teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel

induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil

dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan

maupun manusia.3

B. Macam-macam Kloning

Dalam hal ini Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain:

1. Kloning pada tumbuhan

Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman

untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan

induknya.4

2. Kloning pada hewan

Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada

hewan katak, tikus, kera dan bison juga pada domba, dan dalam

kelanjutannya proses yang berhasil hanyalah percobaan Kloning pada

domba. Awal mula proses pengkloningan domba adalah dengan

mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau ambingnya

lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan,

kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba,

setelah inti selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba

agar memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya

di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode

2 Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya (PB UIN: Jakarta. 2003) hal.4

3 Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam (LTN NU dan Diantama: Surabaya. 2004) hal.544

4 Halid Alkaf, Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya …….hal.4

2

Page 3: hukum-kloning.doc

genetic yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber

pengambilan sel ambing.5

3. Kloning pada embrio

Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri

yang terbentuk dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel

telurnya lalu sel embrio itu dibagi dengan satu teknik perbanyakan

menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi untuk membelah dan

berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan agar masing-masing

menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio pertama

yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu

dapat ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam

rahim isteri kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur yang

telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel

embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak

kembar yang terjadi melalui proses Kloning embrio ini dengan kode

genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber Kloning.

4. Kloning pada manusia

            Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia

dapat berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam

prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh laki-

laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian digabungkan dengan sel telur

perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung

dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu ditransfer ke dalam rahim seorang

perempuan agar dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi

janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan

dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber

pengambilan sel tubuh.

Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perem-

puan saja tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan

dengan mengambil sel dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti

5 Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007)

3

Page 4: hukum-kloning.doc

selnya diambil dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah

dibuang inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung dengan inti sel tubuh

perempuan– lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memper-

banyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan

sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode

genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan

sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan

pada hewan domba.

Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-

sifat yang diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber

pengambilan sel tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang

dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal

penampilan fisiknya –seperti tinggi dan lebar badan serta warna kulit– dan

juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli.

Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang

bersifat asli dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui

hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari

seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli,

maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri

ini merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.

C. Manfaat dan Kerugian Kloning

Adapun manfaat dari Kloning diantaranya adalah:

1. Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas

tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya.

2. Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-

penyakit kronis-guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat

menimbulkan efek samping terhadap kesehatan manusia.6

6 Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007)

4

Page 5: hukum-kloning.doc

3. Untuk memperoleh hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin,

terapi gen dan diagnosis penyakit genetic.7

Selain terdapai bnayak manfaat Kloning juga menimbulkan kerugian, antara

lain:

1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.

2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.

3. Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara’. Seperti, hokum

pernikahan, nasab, nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan

‘ashabah, dan lain-lain.8

D. Hukum Kloning

Menurut syara’ hokum Kloning pada tumbuhan dan hewan tidak apa-

apa untuk dilakukan dan termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Dari hal

itu memanfaatkan tanaman dan hewan dalam proses Kloning guna mencari

obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit manusia –terutama yang

kronis– adalah kegiatan yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah

(mandub), sebab berobat hukumnya sunnah. Begitu pula memproduksi

berbagai obat-obatan untuk kepentingan pengobatan hukumnya juga sunnah.

Imam Ahmad telah meriwayatkan hadits dari Anas RA yang telah berkata,

bahwa Rasulullah SAW berkata:

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !”

Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin

Syuraik RA, yang berkata:

”Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka berkata,’Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ?”

Maka Nabi SAW menjawab : 

“Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya…”

7 Dr. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam…….. hal.5448 Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007)

5

Page 6: hukum-kloning.doc

Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk

memperbaiki kualitas tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk

memperbaiki kualitas hewan seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya.

Juga dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk  mempertinggi

produktivitas hewan-hewan tersebut dan mengembangbiakannya, ataupun

untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia, terutama penyakit-

penyakit yang kronis. Demikianlah hukum syara’ untuk Kloning manusia,

tanaman dan hewan.9

Kloning pada manusia haram menurut hukum Islam dan tidak boleh

dilakukan. Dalil-dalil keharamannya adalah sebagai berikut :

1. Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang

tidak alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh

Allah untuk manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk

menghasilkan anak-anak dan keturunan. Allah SWT berfirman :

�ُه� َّن� �َق� َو�َأ َل ِن� َخ� ْي َو َج� �َر� الَّز� َث�ى الَّذ�َك �َّن �ْط َف�ٍط� ِم�ِن َو�اُاْل �َذ�ا َّن �ْم َن�ى ِإ ُت

“dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.” (QS. An Najm : 45-46)

 Allah SWT berfirman :

“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya.” (QS. Al Qiyaamah : 37-38)

2. Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki),

tidak akan mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika

dihasilkan dari proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan

dengan inti sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel

telur, tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang

menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung,

tidak lebih. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam

9 Farid Ma’ruf, Hukum Kloning (http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007)

6

Page 7: hukum-kloning.doc

kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman

Allah SWT :

�ا &َه�ا َي َي� �اُس� َأ �ا الَن �َّن �ْم ِإ �اَك �ْق َن َل �َر� ِم�ِن َخ� َث�ى َذ�َك �َّن َو�ا

“Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.” (QS. Al Hujuraat : 13)

3. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam

telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas

RA, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :

“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan

menurut hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakan.10

E. Hukum Kloning menurut MUI

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang

diselenggarakan pada tangga123-27 Rabi'ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000

M. dan membahas tentang Kloning, setelah

Menimbang,

1. bahwa salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah Kloning,

yaitu "suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus

transfer dari sel janin yang sudah beerdiferensiasi dari sel dewasa", atau

"penggandaan makhluk hidup menjadi lebih banyak, baik dengan

memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung telur pada tahap sebelum

terjadi pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh"

2. bahwa masyarakat senantiasa mengharapkan penjelasan hukum Islam

tentang Kloning, baik Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan, hewan, dan

terutama Kloning terhadap manusia;10 Abdul Qadim Zallum terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syar’i fi Al

Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul In’asy Ath Thibbiyah, Al Hayah wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon, Cetakan. 1997)  hal. 48

7

Page 8: hukum-kloning.doc

3. bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa

tentang hukum Kloning untuk dijadikan pedoman.

Memperhatikan:

1. Kloning tidak sama dengan, dan sedikit pun tidak berarti, penciptaan,

melainkan hanya sekedar penggandaan.

2. Secara umum, Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan

membawa kemanfaatan dan kemaslahatan kepada umat manusia.

3. Kloning terhadap manusia dapat membawa manfaat, antara lain : rekayasa

genetik lebih efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan

organ tubuh pengganti (jika memerlukan) yang biasa diperoleh melalui

donor, dengan Kloning ia tidak akan lagi merasa kekurangan ginjal, hati,

jantung, darah, dan sebagainya, karena ia bisa mendapatkannya dari

manusia hasil teknologi Kloning.

4. Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan mafsadat (dampak

negatif yang tidak sedikit; antara lain :

a. menghilangkan nasab anak hasil Kloning yang berakibat hilangnya

banyak hak anak dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari

nasab;

b. institusi perkawinan yang telah disyari'atkan sebagai media

berketurunan secara sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses

reproduksi dapat dilakukan tanpa melakukan hubungan seksual;

c. lembaga keluarga (yang dibangun melalui perkawinan) akan menjadi

hancur, dan pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral

(akhlak), budaya, hukum, dan syari'ah Islam lainnya;

d. tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan

antara laki-laki dan perempuan;

e. hilangnya maqashid syari'ah dari perkawinan, balk maqashid

awwaliyah (utama) maupun maqashid tabi'ah (sekunder).

5. Pendapat dan saran peserta sidang.

Mengingat

8

Page 9: hukum-kloning.doc

1. Firman Allah S WT : "Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di

langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dariNva.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir" (QS. al-Jatsiyah [45].- 13).

2. Firman Allah SWT : "Dan Kami telah memuliakan anak-anakAdam, Kami

angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari Yang

baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna

atas rraakhluk vang telah Kami ciptakan " (QS. al-Isra'[I7]: 70).

8. Firman Allah SWT : "..f apakah mereka menjadikan beberapa sekutu

bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nva sehingga kedua

ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka. Katakanlah, 'Allah adalah

Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Mahaesa lagi

Mahaperkasa (QS. al-Ra'd [13]: 16)

3. firman Allah SWT : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakar manusia

dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudiar Kami jadikan saripati itu air

mani (yang disimpan ; dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air

man: itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpa. darah itu Kami

jadikan segumpal daging, dar. segumpal daging itu Kami jadikan tulang

belulan, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan dagiri 27

Kemudian Kami jadikan dia makhluk (berbentuk) lain. Maha sucilah

Allah, Pencipta Paling baik" (QS. al-Mu'minun (23]: 12-14).

4. Kaidah Fiqhiyah : “Menghindarkan kerusakan (hal-hal yang negatif)

diutamakan dari pada mendatangkan kemaslahatan”

MEMUTUSKAN

Menetapkan

1. Fatwa musyawarah nasional n-i majelis ulama indonesia tentang Kloning.

2. Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapuyang berakibat pada

pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.

3. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah)

sepanjang dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk

menghindarkakemudaratan (hal-hal negatif).

9

Page 10: hukum-kloning.doc

4. Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau

mengizinkan eksperimen ata-_ praktek Kloning terhadap manusia.

5. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa

mengikuti perkembangan teknologi Kloning, meneliti peristilahan dan

permasalahatannya, serta menyelenggarakan kajiarkaj ian ilmiah untuk

menj elaskan hukumnya.

6. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk

mendorong pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi

ilmiah yang menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik

rekayasa genetika pada selain bidang Kloning manusia yang sesuai dengan

prinsip-prinsip syari'ah.

7. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera

merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang

biologi untuk dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

8. Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap

muslim yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua

pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.11

KESIMPULAN

Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang

sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau

sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik

berupa tumbuhan, hewan maupun manusia.

11Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tangga123-27 Rabi'ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000

10

Page 11: hukum-kloning.doc

Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain: Kloning pada

tumbuhan, Kloning pada hewan, Kloning pada embrio,dan Kloning pada

manusia.

Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan

bahwa hukum Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang

di perbolehkan, dan Kloning yang tidak diperbolehkan.

Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan adalah Kloning

yang meninmbulkan kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning

pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan

hewan, meningkatkan produktivitasnya, mencari obat alami bagi banyak

penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit kronis.

Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning terhadap

manusia yang dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak

sedikit; antara lain : menghilangkan nasab, menyulitkan pelaksanaan hokum-

hukum syara’.

DAFTAR PUSTAKA

Alkaf, Halid Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya, PB UIN: Jakarta. 2003

Asy-Syaukani, Lutfi, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer, Pustaka Hidayah: Bandung.1998

11

Page 12: hukum-kloning.doc

Mahfudh, Dr. Sahal, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, LTN NU dan Diantama: Surabaya. 2004

Ma’ruf, Farid Hukum Kloning, http:// konsultasi. Wordpress.com. 2007

Zallum, Abdul Qadim terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syar’i fi Al Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul In’asy Ath Thibbiyah, Al Hayah wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon, Cetakan. 1997) 

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tangga123-27 Rabi'ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000

KLONING

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

"MASAILUL FIQIH"

12

Page 13: hukum-kloning.doc

Oleh:

Miftahul Muthoharoh : D31205003Tu'nas Fuaidah : D31205007Ikadhotun Ni’mah : D31205016

Dosen:

Drs. Munawir, M. Ag.

FAKULTAS TARBIYAHJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA

2008

13