hukum humaniter internasional dan dinamika perlindungan

20
HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Mahfud M. Putra Iqbal Lena Farsia Lily Husni Putri

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA

SYIAH KUAL A UNIVERSIT Y PRESS

MahfudM. Putra Iqbal

Lena Farsia Lily Husni Putri

Page 2: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS

DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA

Page 3: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

Sanksi Pelanggaran Pasal 113Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk PenggunaanSecara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratusjuta rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta ataupemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Penciptasebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana denganpidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda palingbanyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta ataupemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Penciptasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e,dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana denganpidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana dendapaling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana pen-jara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS

DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA

MahfudM. Putra Iqbal

Lena FarsiaLily Husni Putri

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Page 5: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

Judul Buku: HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA

Penulis: MahfudM. Putra IqbalLena FarsiaLily Husni Putri

Editor: Iffi Fitriah

Penata Letak:Muhammad Irfan

Perancang Sampul:Iqbal Ridha

ISBN: 978-623-264-200-3ISBN: 978-623-264-199-0 (PDF)Pracetak dan Produksi:SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

Penerbit:Syiah Kuala University Press Jl. Tgk Chik Pante Kulu No.1 Kopelma Darussalam 23111, Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, AcehTelp: 0651-8012221

Email: [email protected]@unsyiah.ac.id

Website:http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id

Cetakan Pertama 2020vi + 79 (15,5 cm X 23 cm)

Anggota IKAPI 018/DIA/2014Anggota APPTI 005.101.1.09.2019

Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.

Page 6: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iiiPRAKATA ...............................................................................................................vBAB 1 PERANG DAN REALITAS KEMANUSIAAN .............................................1

A. Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan Kepedulian terhadap Persoalan Kemanusiaan .......................................................................................1B. Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan Ketentuan Kewajiban Perlindungan terhadap Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata ..................................................................................................3C. Petugas Medis dalam Ketentuan Hukum Humaniter Internasional (HHI) ......................................................................................7

BAB 2 PETUGAS MEDIS DAN KETENTUAN PERLINDUNGAN TERHADAP AKTIVITAS KEMANUSIAAN YANG DIJALANKAN OLEH PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (HHI) ..................................................13

A. Pengertian Tenaga Medis dan Ketentuan Perlindungannya dalam Suatu Konflik Bersenjata ...........................................................................13B. Ketentuan Nasional Indonesia tentang Perlindungan Tenaga Medis dalam Konflik Bersenjata Menurut Undang-Undang No. 59 Tahun 1958 tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia dalam Seluruh Konpensi Jenewa Tanggal 12 Agustus 1949 ...............................18

BAB 3 PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM PROTOKOL TAMBAHAN I DAN II KONVENSI JENEWA 1949 ................................21

A. Perang dan Kewajiban Perlindungan Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata menurut Protokol Tambahan I dan II Konvensi Jenewa 1949 ........................................................................................................21B. Status Petugas Medis Bukan Aktor Negara dalam Konflik Bersenjata Menurut Ketentuan Hukum Humaniter Internasional (HHI)............25

BAB 4 PETUGAS MEDIS DAN INDEPENDENSI ATAS TUGAS KEMANUSIAANNYA DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA ...............37

A. Petugas Medis dan Prinsip Netralitas dalam Tugas Kemanusiaannya terhadap Korban dalam Suatu Konflik Bersenjata .................................................................................................37B. Pelaksanaan Kegiatan Tenaga Medis Melalui Peran serta International Committee of the Red Cross (ICRC) dan Perhimpunan Kemanusiaan Nasional Suatu Negara ................................40C. Perlindungan Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata Menurut Ketentuan Nasional Indonesia ....................................................41

Page 7: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

iv

BAB 5 DINAMIKA PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS DALAM KONFLIK BERSENJATA DI INDONESIA ..............................................47

A. Korelasi antara Hak Asasi Manusia dan Perlindungan terhadap Tenaga Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata .........................47B. Faktor Penyebab Munculnya Korban Petugas Medis dalam Beberapa Konflik Bersenjata di Indonesia ................................................50C. Langkah-Langkah yang dapat Dilakukan untuk Melindungi Para Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata ...............................67

BAB 6 PENUTUP .................................................................................................75A. Kesimpulan ...............................................................................................75B. Saran .........................................................................................................76

Daftar Pustaka ....................................................................................................77

Page 8: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

v

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan hidayahNya dengan selesainya buku referensi yang berjudul “HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN DINAMIKA PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK BERSENJATA”. Sebagai salah satu bagian Tri Darma Perguruan Tinggi, penulisan buku referensi ini merupakan salah satu sarana pengembangan kompetensi akademis tenaga edukatif untuk mencapai jenjang struktural dan fungsional akademis.

Kajian dari penulisan buku referensi ini tidak terlepas dari kajian Hukum Humaniter Internasional yang merupakan salah satu materi pada mata kuliah pilihan wajib bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Harapan penulis, buku referensi tentang perlindungan petugas medis dalam suatu konflik bersenjata ini, dapat memberikan sumbangsih pemikiran secara akademis bagi perkembangan Hukum Humaniter Internasional. Secara khusus diharapkan buku ini dapat menjadi referensi untuk kajian tentang perlindungan petugas medis dalam suatu konflik bersenjata, baik bagi pengajar maupun para peserta didik.

Sebagai bagian dari pengembangan kompetensi akademis baik bagi tenaga edukatif maupun peserta didik, buku ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa infomasi kepada tenaga edukatif maupun peserta didik tentang perkembangan terbaru di bidang Hukum Humaniter Internasional. Karena sifat dan dinamika dari perkembagan Hukum Humaniter Internasional yang bersifat dinamis, maka pola dinamika tidak menjadikan para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata sebagai objek serangan militer juga sangat terkait dengan perkembangan zaman dan waktu.

Penulisan dari buku referensi Hukum Humaniter Internasional ini dapat terlaksana atas bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Karena itu tim penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selesainya penulisan buku referensi ini. Ucapan terima kasih terutama disampaikan kepada seluruh tenaga edukatif bagian Hukum Internasional yang telah banyak membantu penulisan buku

Page 9: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

vi

referensi ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa tim penulis ucapkan kepada seluruh unsur pimpinan Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala atas dorongan serta pemberian fasilitas kampus sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku referensi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyesaikan buku ajar ini. Sungguh tiada mampu penulis membalas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis kecuali menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, semoga segala kebaikan itu mendapat balasan yang setimpal dariNya dan senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya. Amin Yarabbal’alamin.

Banda Aceh, 30 Agustus 2020

Tim Penulis

Page 10: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

1

BAB 1 PERANG DAN REALITAS KEMANUSIAAN

A. Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan Kepedulian terhadap Persoalan Kemanusiaan

Perang dan dinamika sosial manusia seakan telah menjadi bagian dari siklus sosial bertahan hidup. Dalam sejarah peradabannya manusia selalu terlibat dalam peperangan dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya dan hingga sekarangpun dunia ini tidak pernah terbebas dari masalah perang. Dalam artian yang paling luas, Perang adalah komunikasi verbal kekerasan antara dua pihak yang bertikai.1 Kondisi riil tersebut melahirkan anggapan membunuh antarmanusia adalah lumrah dan bukan tindakan kriminal, melainkan tindakan perang yang sah. Ketentuan tersebut juga menjadi bagian dari ketentuan Hukum Perang/HHI dan sebagai bagian dari hukum internasional.2

Literatur sejarah hukum perang mencatat bahwa sebagian besar peradaban manusia ribuan tahun sebelum masa kita sekarang telah menulis tentang prinsip-prinsip Hukum Perang itu sendiri.3 Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai naskah-naskah kuno seperti Mahabharata, termasuk AI-Qur’an yang memuat aturan hukum perang dan mengatur tentang prinsip penghormatan terhadap pihak lawan. Pengaturan HHI yang merupakan bagian dari Hukum Internasional tentang tata cara berperang telah diatur secara hierarki dalam konvensi-konvensi baik Jenewa maupun Den Haag. Kedua konvensi tersebut mengatur secara jelas tentang bagaimana perang dibenarkan dan bagaimana pula prinsip kemanusiaan dijalankan pada waktu perang berlangsung. Pengaturan tentang masalah-masalah kemanusiaan tersebut muncul secara langsung karena akibat dari konflik bersenjata itu sendiri.4

1 Suryohadiprojo, Sayidiman. Pengantar Ilmu Perang, Pustaka Intermasa, Jakarta, 2008, hlm 1-2.2 Khadduri, Majid. War and Peace in The Law of Islam (Perang dan Damai dalam Hukum Islam), Tarawang Press,

Jakarta, 2002, hlm 47.3 Wright, Quincy. Hukum Humaniter Sebelum Dikodifikasi, Bulletin ICRC, 2004, hlm 9.4 Buletin ICRC, Hukum Humaniter Internasional, Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Anda, ICRC, 2004, hlm 4.

Page 11: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

13

BAB 2 PETUGAS MEDIS DAN KETENTUAN

PERLINDUNGAN TERHADAP AKTIVITAS KEMANUSIAAN YANG DIJALANKAN OLEH PETUGAS MEDIS DALAM SUATU KONFLIK

BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (HHI)

A. Pengertian Tenaga Medis dan Ketentuan Perlindungannya dalam Suatu Konflik Bersenjata

Ketentuan tentang perlindungan terhadap petugas medis dalam suatu konflik bersenjata merupakan salah satu bagian dari pemenuhan HAM individu dari para petugas medis itu sendiri. Keterkaitan antara hukum perang dan pemenuhan HAM para petugas medis merupakan hak absolut normatif. Sifat normatif ditandai dengan adanya sejumlah regulasi yang terdapat dalam sejumlah pasal-pasal Konvensi HHI tentang kewajiban perlindungan para petugas yang bertugas dalam suatu konflik bersenjata. Norma-norma HHI tersebut merupakan norma HAM dan pengikat bagi para kombatan dalam suatu peperangan melalui pemberian jaminan, baik jaminan perlindungan maupun jaminan HAM para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata. Kausalitas HAM dalam HHI juga sama dengan makna kewajiban hakiki sebagaimana dinyatakan oleh Victor Conde:

“A human rights norm creates an “obligation” or “duty” on the state to respect that right. Violation or breach of obligation entails recourse to implementation measures, depending upon the institutional context, such as individual or interstate complaints seeking reparations or other redress, or possibly criminal prosecution, or the imposition of economic sanctions.”24

24 Robertson Q.C, Geoffrey, Kejahatan terhadap Kemanusiaan Perjuangan untuk Mewujudkan Keadilan Global, Kom-nas HAM, Jakarta, 2002, hlm 308.

Page 12: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

21

BAB 3 PERLINDUNGAN PETUGAS MEDIS DALAM

PROTOKOL TAMBAHAN I DAN II KONVENSI JENEWA 1949

A. Perang dan Kewajiban Perlindungan Petugas Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata menurut Protokol Tambahan I dan II Konvensi Jenewa 1949

Konflik bersenjata dalam tatanan pergaulan internasional dan diplomasi bisa dianggap sebagai kata terakhir dalam pola proses penyelesaian suatu sengketa. Suatu putusan yang akan berimbas pada berbagai persoalan kemanusiaan yang akan muncul akibat putusan perang itu sendiri. Oleh karena hadirnya rezim HHI untuk mereduksi sebagian dari berbagai persoalan kemusiaan yang bakal timbul dari konflik bersenjata itu sendiri. Tatanan regulasi HHI dalam ilmu perang dikenal teori Just War yang menuntut perubahan cara berperilaku dalam berperang.

Ajaran tersebut merupakan bagian dari code of conduct atau cara berperilaku bagi para kombatan yang berperang dalam suatu peperangan. Kode berperilaku tersebut melahirkan dua prinsip tentang bagaimana pelaksanaan perang itu dapat dilaksanakan. Kedua kategori prinsip tersebut adalah prinsip Ius ad bellum (hukum tentang perang) dan Ius in bello (hukum yang berlaku dalam perang). Secara lebih spesifik aturan hukum yang mengatur tentang alat dan cara berperang (means and method of warfare) diatur dalam Konvensi Den Haag 1907.32 Peraturan utama yang membatasi penggunaan metode dan cara berperang di atur dalam Konvensi Den Haag 1907, Protokol Tambahan 1977 yang menyempurnakan Konvensi Jenewa, dan serangkaian perjanjian lainnya.33

HHI adalah bagian dari regulasi yang yang dipergunakan ketika konflik bersenjata berlangsung. Semangat utama humanitariannya lebih banyak ditujukan pada pemberian penghormatan hak-hak para kombatan yang tidak lagi menjadi bagian dari suatu peperangan. Sebagai contoh, penduduk sipil, orang yang terluka, dan para kombatan yang telah

32 Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 2.33 https://www.icrc.org/eng/war-and-law/conduct-hostilities/methods-means-warfare/overview-methods-and-means-of-

warfare.htm.

Page 13: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

37

BAB 4 PETUGAS MEDIS DAN INDEPENDENSI ATAS TUGAS KEMANUSIAANNYA DALAM SUATU

KONFLIK BERSENJATA

A. Petugas Medis dan Prinsip Netralitas dalam Tugas Kemanusiaannya terhadap Korban dalam Suatu Konflik Bersenjata

Sebagai bagian dari Konvensi Jenewa, munculnya intervensi kemanusiaan para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata dimaksudkan untuk melindungi baik penduduk sipil, korban konflik bersenjata maupun para kombatan yang tidak turut serta lagi dalam suatu peperangan. Gagasan dari ide perlindungan terhadap kelompok yang terlibat maupun tidak dalam dalam suatu peperanggan telah melahirkan konsepsi peradaban tentang barbaritas baru dari suatu peperangan. Suatu konsepsi bahwa perang pun ada peraturannya dan peraturan tersebut adalah bagian dari humanitarian perang.

Kesadaran akan kewajiban untuk memanusiawikan perang terutama perlindungan terhadap penduduk sipil maupun mereka yang tidak ambil bagian lagi dalam suatu konflik bersenjata telah ada dalam konteks peradaban dan sejarah peperangan. Hukum perang telah terkodifikasi secara baik dalam berbagai literatur budaya maupun kitab-kitab besar umat beragama di dunia. Keterlibatan agama dalam kehidupan sosial peperangan sangat memengaruhi makna dari hakikat perang sesungguhnya bahwa perang ada batasnya dan batasan tersebut merupakan norma dasar yang harus dihormati oleh para peserta perang.

Dalam konteks hukum perang modern, kodifikasi dari munculnya kewajiban perlindungan para petugas medis dalam suatu peperangan dalam sejarahnya dapat dirujuk dari Konvensi Jenewa 1864. Konvensi tersebut merupakan konvensi pertama yang mengatur secara komprehensif tentang perlindungan para petugas medis termasuk fasilitas baik bergerak maupun tidak dalam suatu peperangan. Secara substanstif pelaksanaan tugas dari para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata menurut Konvensi 1864 tersebut termasuk kewajiban melakukan tindakan penampungan dan perawatan terhadap para kombatan yang terluka maupun sakit di medan

Page 14: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

47

BAB 5 DINAMIKA PERLINDUNGAN TENAGA MEDIS

DALAM KONFLIK BERSENJATA DI INDONESIA

A. Korelasi antara Hak Asasi Manusia dan Perlindungan terhadap Tenaga Medis dalam Suatu Konflik Bersenjata

Perang sebagai kata diplomatik terakhir dari suatu metode penyelesaian sengketa telah lama digunakan negara-negara sebagai sarana pemaksaan hak-hak dan kehendak. Sebagai salah satu wujud dari tindakan negara yang berdaulat, perang telah dianggap sebagai tindakan tertinggi dari suatu tindakan kedaulatan.57 Perang yang terjadi melahirkan berbagai kewajiban yang harus dihormati dan ditaati.58 Salah satu kewajiban yang harus dihormati dan ditaati oleh para pihak dalam satu konflik bersenjata adalah penghormatan terhadap para petugas medis.

Munculnya kewajiban penghormatan terhadap para petugas medis merupakan norma baru perang di awal abad ke-19 atau tepatnya setelah Henry Dunant mendirikan ICRC pada tahun 1863. Sebagai sebuah lembaga independen yang mengeliminasi semua pandangan diskriminasi kemanusiaan khususnya bagi tenaga medis dalam suatu konflik bersenjata, ICRC telah memberikan suatu kontribusi besar dalam memanusiawikan perang.

Sebagai salah satu institusi independen, munculnya intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh para tenaga medis dalam suatu konflik bersenjata bisa dipahami sebagai salah satu upaya kecil kemanusiaan untuk meminimalisir korban yang muncul akibat peperangan. Situasi tersebut tentu bisa berjalan bila pihak yang terlibat dalam suatu konflik bersenjata dalam setiap keadaan (termasuk dalam keadaan perang) bisa memberikan jaminan perlindungan dan keselamatan terhadap para petugas medis.

57 Adolf, Huala. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 2.58 Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional, Edisi ke X, Sinar Grafika, Jakarta, 1995, hlm 393.

Page 15: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

75

BAB 6 PENUTUP

A. KesimpulanKewajiban perlindungan para petugas medis dalam konflik bersenjata

dalam sejarahnya dapat dirujuk dalam Konvensi Jenewa 1864. Tujuan konvensi tersebut untuk melindungi tenaga-tenaga medis dan rumah sakit serta mengharuskan penampungan dan perawatan kombatan yang luka dan sakit. Pokok pemikiran dari konvensi ini adalah ambulans dan rumah sakit harus diperlakukan sebagai pihak yang netral dan keberadaan mereka harus dihormati. Personel medis dan rumah sakit tidak dapat dijadikan sasaran serangan dan tawanan perang, pasukan yang terluka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat. Personel, ambulans dan rumah sakit harus memasang tanda palang merah di atas dasar yang berwarna putih. Perlindungan terhadap tenaga medis beserta organisasi medis tersebut terkadang diberikan hak kekebalan dan istimewa agar para personil dapat bekerja secara netral dan mandiri.

Faktor yang menyebabkan jatuhnya beberapa korban tenaga medis dalam berbagai konflik bersenjata (baik horizontal maupun vertikal) di Indonesia, antara lain sebagai berikut.a. Para pihak yang terlibat dalam suatu konflik bersenjata tersebut tidak

mengetahui ketentuan-ketentuan dari prinsip-prinsip hukum humaniter internasional,

b. Adanya rasa curiga dari para pihak yang bertikai akan netralitas dari personel tenaga medis.

c. Tidak terjalinnya sistem komunikasi yang baik antara pihak yang bertikai dengan personil medis.

Secara kualifikasi konflik, jenis konflik bersenjata yang terjadi di Indonesia bisa dikategorikan sebagai konflik bersenjata internal dengan identifikasi pada konflik horizontal maupun vertikal. Untuk meminimalisasi jatuhnya korban dari pihak tenaga medis dalam suatu konflik bersenjata perlu ditempuh langkah-langkah preventif untuk melindungi para petugas medis dalam suatu konflik bersenjata yaitua. sosialisasi prinsip-prinsip hukum humaniter pada pihak kombatan; danb. membangun komunikasi dengan pihak kombatan

Page 16: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

77

Daftar Pustaka

1. Buku-bukuAdolf, Huala. Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Sinar Grafika,

Jakarta, 2008.Atmasasmita, Romli. Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika

Aditama, Bandung, 2000.Robertson Q.C, Geoffrey, Kejahatan terhadap Kemanusiaan Perjuangan

untuk Mewujudkan Keadilan Global, Komnas HAM, Jakarta, 2002. hlm 308.

Henckaerts, Jean Marie. Studi (kajian) tentang Hukum Humaniter Internasional Kebiasaan, Jurnal Internasional Review of The Red Cross, volume 87, No. 857, Maret 2005,

Ishak, Otto Syamsudin dan Yakob, Abdul Rahman. Catatan Pristiwa Kekerasan di Aceh Sepanjang Tahun 1999, (Menjaring Hari Tampa Air Mata), Koalisi NGO HAM Aceh, Banda Aceh, 2000.

Kalshoven, Frits and Zegveld, Liesbeth. Constraints on the Waging of War: An Introduction to International Humanitarian Law, ICRC, Geneva. 2001.

Khadduri, Majid, War and Peace in The Law of Islam (Perang dan Damai dalam Hukum Islam), Tarawang Press, Jakarta, 2002.

Kushartoyo, Ketentuan-Ketentuan Lembaga Palang Merah Dalam Hukum Humaniter, Hukum Humaniter, Kumpulah Tulisan, diterbitkan Dalam Rangka Memperigati 50 Tahun Konvensi-konvensi jenewa 1949 (Jeneva Conventions 1949), Pusat Studi hukum Humaniter Fakultas hukum Universitas Trisakti, jakarta, 1999.

Kusumaatmadja, Mochtar. Konvensi-Konvensi Palang Merah 1949, Bina Cipta, Bandung, 1986.

Rizki, Rudi M. Pokok-Pokok Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X Tahun 2005, Materi : Hukum HAM Internasional, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Elsam, Jakarta, 2005.

Rudy, T. May. Hukum Internasional 2, Refika Aditama, Bandung, 2001.Shelton, Dinah. Remedies in International Human Rights Law, New York :

Oxford University Press, 1999.

Page 17: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

78

Siswanto, Arie. Yurisdiksi Maretial Mahkamah Kejahatan Internasional, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.

Suryohadiprojo, Sayidiman. Pengantar Ilmu Perang, Pustaka Intermasa, Jakarta, 2008.

Small Melvin and Singer, J. David. Patterns In International Warfare, 1816-1980, dalam Internanational War An Anthology And Study War, Dersey Press, HOMEWOOD, IL, USA, 1985.

Syahrizal, Irwan. Pengaturan Pelanggaran Berat Dalam Hukum Humaniter dan Penerapan Hukumnya di Indonesia, Tesis, Universitas Padjadjaran, Bandung, 2003.

Starke, J.G. Pengantar Hukum Internasional, Edisi ke X, Sinar Grafika, Jakarta, 1995.

Manfred, Lachs. Responsibility For The Development of Humanitarian Law, and Cristopher Swinarski (Ed), Studies and Essay on International Humanitarian Law and Red Cross Principles, Martinus Nijhoff Publishers, Laiden, 1984.

Melvin, Small and David J, Singer. International War An Anthology and study Guide, Dorsey Press Homewood, IL, USA, 1985.

Mullinen, Frederic de. Handbook on the Law of the War for Armed Forces, ICRC, Geneva, 1987.

Pictet, Jean. Development and Principles of International Humanitarian Law, Martinus Nijhoff Publishers, Henry Dunant Institute, 1985.

----------------, Review of the Red Cros, Study on Customary International Humanitarian Law (Indonesian translation), Volume 87 Nomor 857 Maret 2005, ICRC Jakarta.

Wright, Quincy. Hukum Humaniter Sebelum Dikodifikasi, Bulletin ICRC, 2004.

Wagiman, Wahyu. Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara X , Materi : Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, 2005.

2. Konvensi dan Sumber LainBuletin ICRC, Hukum Humaniter Internasional, Menjawab Pertanyaan-

Pertanyaan Anda, ICRC, 2004.Buletin ICRC, ICRC Dalam Kilasan, Maret 2001.Departemen Pertahanan dan Badan Pembina Hukum ABRI, Pokok-Pokok

Hukum Humaniter (Hukum Perang), Seri A-1, Jakarta, Oktober 1982.

Page 18: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

79

ICRC Pengantar Hukum Humaniter Internasional, ICRC 2008.ICRC Kekerasan Dan Penggunaan Kekuatan, Jurnal ICRC, 2012, JakartaKonvensi Jenewa tahun 1949 Tentang perbaikan keadaan anggota

Angkatan perang yang luka dan sakit dimedan Pertempuran darat.Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 1958

Tentang Usul Undang-Undang Tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia Dalam Seluruh Konpensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949.

Protokol Tambahan Konvensi Jenewa I Tahun 1977.Keputusan Menteri Kesehatan RI NOMOR : 14/Menkes/SK/I/2002 Tentang

Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan Kompleks

Kenali ICRC, September 2006.

3. Internet http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl651/perlindungan-hukum-bagi-

tim-medis-di-wilayah-konflik.http://www.tribunnews.com/internasional/2013/09/05/dokter-bedah-msf-

ditemukan-tewas-di-aleppo-suriah.http://koranbireuen.com/2013/05/12/mengenang-dokter-fauziah/http://nasional.kompas.com/read/2013/08/05/1452008/JK.Penembakan.

Dokter.PMI.di.Papua.Langgar.Hukum.Internasional.http://www.palangmerah.org/hpi_.asp?stat=ina.http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022003/pus-1.htm.

Page 19: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan
Page 20: Hukum Humaniter Internasional dan Dinamika Perlindungan

Salah satu kewajiban yang harus dihormati dan ditaati oleh para pihak dalam satu konflik bersenjata adalah penghormatan terhadap para petugas medis Peran petugas medis dalam melaksanakan misi kemanusiaannya tidak saja merawat korban konflik bersenjata atau perang tetapi juga diharapkan bisa sebagai penjaga dan promotor perdamaian. Perlindungan hukum terhadap petugas medis dalam suatu konflik bersenjata itu sendiri telah diatur dalam beberapa ketentuan dalam hukum humaniter internasional.

Buku ini membahas dengan detail berbagai ketentuan dalam hukum humaniter internasional yang menyangkut perlindungan petugas medis. Disertai dengan berbagai contoh kasus konflik bersenjata baik horizontal maupun vertikal di Indonesia, buku ini juga memberikan gambaran langsung penanganan perlindungan petugas medis yang terjadi secara nyata di lapangan.

Diterbitkan olehPercetakan & PenerbitSYIAH KUALA UNIVERSITY PRESSJln. Tgk. Chik Pante Kulu No. 1Kopelma DarussalamTelp. 0651-812221email:

https://unsyiahpress.unsyiah.ac.id

[email protected]@unsyiah.ac.id

ISBN 978-623-264-199-0 (PDF)

ISBN 978-623-264-200-3