hubungan tingkat religiusitas terhadap …/hubungan... · telah disetujui untuk dipertahankan di...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS TERHADAP KECEMASAN
PADA MAHASISWA MUSLIM ANGKATAN 2011
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Sekar Ayu Larasati
G.0009199
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN VALIDASI
Skripsi dengan judul: Hubungan Tingkat Religiusitas Terhadap Kecemasan Pada
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sekar Ayu Larasati, G 0009199, Tahun 2013
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari ............, Tanggal ................... 2013
Tim Skripsi
Vicky Eko Nurcahyo H., dr, Sp. THT-KL NIP. 19770914 200501 1 001
Pembimbing Utama
Prof. Dr. dr. Much.Syamsulhadi, Sp.Kj(K) NIP. 19461102 197609 1 001
Penguji Utama
Prof. Dr. dr. Moh.Fanani, Sp.Kj(K) NIP. 19510711 198003 1 001
Pembimbing Pendamping
Novi Primadewi, dr., Sp. THT-KL, M.Kes NIP. 19751129 200812 2 002
Anggota Penguji
Adji Suwandono, dr., SH NIP. 19801213 200912 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Januari 2013
Sekar Ayu Larasati NIM. G.0009199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PRAKATA Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis di tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. dr. Much.Syamsulhadi, Sp.Kj(K), selaku Pembimbing Utama dalam
penelitian ini atas segala bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.
3. Novi Primadewi, dr., Sp. THT-KL, M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping dalam penelitian ini yang memberikan pelajaran dan masukan dalam penyelesaian karya tulis ini.
4. Prof. Dr. dr. Moh.Fanani, Sp.Kj(K), selaku Penguji Utama atas segala kritik, saran dan koreksi yang membangun.
5. Adji Suwandono, dr., SH, selaku Anggota Penguji atas segala kerendahan hati dan kesabaran dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh Staf beserta Jajaran SMF JIWA RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas segala waktu dan bantuannya.
7. Seluruh Staf Bagian Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Seluruh Ketua tim skripsi Muthmainah, dr., M.Kes beserta Staf Bagian Skripsi mbak eni dan pak nardi.
9. Kedua orang tua Bapak Ir. Bassa Suseno dan Ibu Ir. Anna M.H, saudara Mas Yudha, dan Ajeng, dan seluruh keluarga yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan baik moral maupun material.
10. Keluarga besar pendidikan dokter 2009 Fakultas Kedokteran UNS . 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Surakarta, Januari 2013
Sekar Ayu Larasati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. xii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 4
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………..…… 4
1. Kecemasan…………………………………………………..... 4
a. Pengertian Kecemasan ……………………...……………. 4
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ……….. 4
c. Tingkat Kecemasan……………………………………….. 5
d. Gejala Kecemasan …………………………………….….. 6
e. Respon Kecemasan ………………………………….….... 7
2. Religiusitas………………………………………………..….. 7
a. Pengertian Religiusitas……………………………………... 7
b. Tujuan Religiusitas …………………………………….….. 9
c. Dimensi Religiusitas……………………………………….. 10
d. Faktor Religiusitas…………………………………..…….. 12
B. Kerangka Pemikiran …………………………………………….. 13
C. Hipotesis …………………………………………………………. 14
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 15
A. Jenis Penelitian ………………………………………………….. 15
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ………………………… 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
C. Subjek Penelitian ………………………………………………… 15
D. Teknik Sampling ………………………………………………… 15
E. Rancangan Penelitian ………………………………...…………. 16
F. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………….…………. 16
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………………….. 17
H. Instrumen Penelitian …………….……………………………….. 17
I. Alur Penelitian ………………………………….……………….. 19
J. Analisis Data …………………………………………..………….. 19
BAB IV. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 20
A. Hasil Penelitian………………………………………………….. 20
B. Analisis Data……………………………………………………. 22
BAB V. PEMBAHASAN …………………………………………………….. 24
BAB VI. PENUTUP…………….…………………………………..………….. 27
A. Simpulan …………………………………………………………. 27
B. Saran ……………………………………………………………... 27
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 28
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Sekar Ayu larasati, G0009199, 2013, Hubungan Tingkat Religiusitas terhadap Kecemasan pada
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Latar Belakang: Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan dan merupakan gejala yang
normal apabila tidak mengganggu kegiatan pada manusia. Gangguan kecemasan pada
mahasiswa biasanya merupakan kecemasan karena frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu
kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan berbagai tanggungan.
Sedangkan Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama, pengalaman ritual
agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama dan sikap sosial keagamaan. Dengan
adanya religiusitas yang tinggi, hidup akan terasa lebih tenang karena adanya penghayatan dan
perilaku yang berserah diri kepada Allah SWT. Orang yang memiliki religiusitas tinggi
kemungkinan tidak memiliki gangguan kecemasan.
Metode Penelitian: Jenis studi ini observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Subjek dalam studi ini adalah mahasiswa muslim angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret
Surakarta sebanyak 150 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner L-MMPI, Skala
Religiusitas, dan Skala T-MAS kemudian dilakukan analisis data dengan uji korelasi Spearman.
Hasil: Pada studi ini menunjukkan terdapat korelasi (hubungan) negatif (terbalik) dengan
kekuatan yang lemah (r = -0,29) dan secara statistik signifikan (p = 0,040) antara tingkat
religiusitas terhadap kecemasan.
Simpulan: Berdasarkan studi ini, didapatkan adanya Korelasi (hubungan) negatif (terbalik)
tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada mahasiswa muslim angkatan 2011 Universitas
Sebelas Maret Surakarta dengan kekuatan lemah dan signifikan.
Kata kunci: Tingkat Religiusitas, Kecemasan, Mahasiswa Muslim Universitas Sebelas Maret
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Sekar Ayu larasati, G0009199, 2013, The Relationship between The Religiosity Level towards
Anxiety of Sebelas Maret University of Surakarta’s Moslem Students Class of 2011.
Thesis.Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Background: Anxiety is a part of life; it is a normal phenomenon as long as not disturbing the
human activity. The anxiety disorder of the students usually is an anxiety due to a frustration, i.e.
everything which is disturbing individual’s ability to achieve their target with a lot of
dependants. Religiosity consist of knowledge of religion, religious believes, religious ritual
experience, religious experience, religious behavior (morality) and a religiosity social attitudes.
With a high religiosity, the life will become more relaxed and peaceful; this is due to the
appreciation and behavior that surrender to Allah SWT.
Methods: The method that used for the study is an Observational Analytic method with a cross
sectional approach. The subject of the study is a Sebelas Maret University of Surakarta’s
Moslem student, class of 2011, which involved 150 students as participants. The instruments
that used for measurement were L-MMPI Questionnaire, Religiosity Scale and T-MAS Scale
which are finally analyzed using Spearman Correlation Test.
Result: This study found that there is a negative correlation (inverse relationship), between
religiosity level and anxiety, with a weak strengthness (r=-0.29) and statistically significant
(p=0.040).
Conclusion: Based on the study, there is a negative correlation (inverse relationship), between
The Religiosity Level towards Anxiety of Sebelas Maret University of Surakarta’s Moslem
Students Class of 2011.
Kata kunci: Religiosity level, Anxiety, Sebelas Maret University of Surakarta’s Muslim
Students
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan dan merupakan
gejala yang normal apabila tidak mengganggu kegiatan pada manusia.
Kecemasan dibagi dua, kecemasan fisiologis seperti perasaan takut dan
berdebar saat akan menghadapi ujian, dan lain-lain. Keadaan seperti ini
termasuk gejala kecemasan yang normal. Sedangkan kecemasan
psikologis biasanya sudah termasuk suatu gangguan kecemasan. Orang
yang menderita gangguan kecemasan diperkirakan mencapai 5% dari
jumlah penduduk, dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan
1:2 (Hawari, 2008).
Gangguan kecemasan pada mahasiswa biasanya merupakan
kecemasan karena frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu
kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan
berbagai tanggungan, selain itu kecemasan juga mempengaruhi hasil
belajar mahasiswa, karena kecemasan cenderung menghasilkan distorsi
persepsi dan kebingungan. Distorsi tersebut dapat menggangu belajar
dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan
daya ingat, menggangu kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang komprehensif,
yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama (being
religious) dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama (having
religion). Religiusitas meliputi pengetahuan agama, keyakinan agama,
pengalaman ritual agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama
dan sikap sosial keagamaan. Dalam Islam, religiusitas pada garis besarnya
tercermin dalam pengalaman akidah, syariah dan akhlak, atau dengan
ungkapan lain : iman, Islam dan ihsan (Djarir, 2004).
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk
kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dari
pelakunya (Tuwaijry, 2007). Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan
hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan anggota tubuh, iman itu bertambah
dengan taat dan berkurang dengan maksiat. Ihsan adalah ajaran tentang
penghayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup melalui penghayatan
diri sebagai sedang menghadap dan berada di depan hadirat-Nya ketika
beribadat. Makna ihsan lebih meliputi daripada iman, dan karena itu,
pelakunya adalah lebih khusus daripada pelaku iman, sebagaimana iman
lebih meliputi daripada Islam, sehingga pelaku iman lebih khusus
dibanding Islam. Sebab dalam ihsan sudah ada Islam dan iman,
sebagaimana dalam iman sudah terkandung Islam (Madjid, 2009).
Bila semua unsur itu telah dimiliki oleh seseorang, maka orang
itulah insan beragama yang sesungguhnya. Dalam kenyataannya umat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
beragama di seluruh dunia, dari agama apa pun, kebanyakan belum
menerapkan unsur itu selengkapnya (Djarir, 2004).
Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk
berinteraksi sosial yang paling menonjol adalah pada masa remaja, di
mana remaja berusaha untuk mencari teman yang sebanyak-banyaknya,
menarik perhatian orang lain dan kasih sayang dari orang lain. Hirarki
kebutuhan dasar Maslow terdiri dari 5 tingkatan, yaitu kebutuhan biologis
dan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki dan
dicintai (biasanya pada remaja), kebutuhan akan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri (McLeod, 2007). Salah satu faktor yang
berpengaruh pada interaksi sosial adalah religiusitas, karena dengan
adanya pemahaman agama maka remaja dapat berinteraksi dengan baik
yang sesuai dengan norma-norma agama yang diyakininya dengan orang
lain maupun lingkungan sekitar (Hasanuddin, 2007).
Dengan adanya religiusitas, hidup akan terasa lebih tenang karena
adanya penghayatan dan perilaku yang berserah diri kepada Allah SWT.
Orang yang memiliki religiusitas tinggi kemungkinan tidak memiliki
gangguan kecemasan. Dengan asumsi yang tertulis di atas menunjukkan
bahwa kemungkinan terdapat keterkaitan antara religiusitas dengan
kecemasan. Penulis ingin membuktikan adanya keterkaitan antara
kecemasan Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan religiusitas melalui penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk ;
Mengetahui hubungan tingkat religiusitas terhadap kecemasan
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan tambahan informasi intensitas hubungan antara
tingkat religiusitas terhadap kecemasan Mahasiswa Muslim Angkatan
2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Manfaat aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pada dunia
medis di Indonesia utamanya untuk religiusitas sebagai salah satu
manajemen pada kecemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kecemasan
a. Pengertian kecemasan
Kata anxietas berasal dari bahasa latin angere, yang berarti
tercekik atau tercekat. Respon anxietas sering kali tidak berkaitan dengan
ancaman yang nyata, namun tetap dapat membuat seseorang tidak
mampu bertindak atau bahkan menarik diri (Maramis, 2009).
Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh
perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom
yang hiperaktif (Kaplan dan Saddock, 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Stuart & Sundeen (dalam Pamungkas, 2011) menyatakan ada
beberapa teori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan, yaitu :
1) Faktor predisposisi
a) Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif (nafsu) seseorang, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang.
b) Teori Interpersonal
Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada
penerimaan dan penolakan interpersonal. Cemas, juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan
dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
dengan harga diri yang rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku
Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan
sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari
dalam untuk menghindari kepedihan.
2) Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada
kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman
kecemasan seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan
hubungan interpersonal.
c. Tingkat kecemasan
Menurut Bucklew (1980), para ahli membagi bentuk kecemasan itu
dalam dua tingkat, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1) Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala
gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar
berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya.
2) Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem
saraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar,
gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Menurut Stuart & Sundeen (1998), ada empat tingkat kecemasan
yang dialami oleh individu yaitu, ringan, sedang, berat dan panik.
1) Kecemasan ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari.
Individu masih waspada serta lapang persepsinya luas,
menajamkan indra.
2) Kecemasan sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi
perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih
dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.
3) Kecemasan berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya
pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang
hal-hal lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
4) Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.
d. Gejala kecemasan
Menurut Freud (dalam Ibrahim, 2003), kecemasan memiliki 4
gejala yang terdiri dari :
1) Gangguan Somatik
Tremor, panas – dingin, kejang, berkeringat, palpitasi, nausea,
diare, mulut kering, libido yang menurun, sesak nafas dan
kesukaran untuk menelan.
2) Gangguan Kognitif
Kesukaran untuk berkonsentrasi, kebingungan, kekuatan akan
lepas kendali atau akan menjadi gila dan kewaspadaan yang
berlebihan serta pikiran akan malapetaka yang besar.
3) Gangguan Perilaku
Ekspresi ketakutan, iritabilitas, imobilisasi, hipertensi dan
penarikan diri dari masyarakat.
4) Gangguan Persepsi
Depersonalisasi dan derealisasi.
Gejala-gejala somatis yang dapat menunjukkan ciri-ciri kecemasan
menurut Mcloone (dalam Atmaja, 2012) adalah keluar keringat dingin,
sulit bernafas, gangguan lambung, takikardi, dan terjadinya peningkatan
tekanan darah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
e. Respon kecemasan
Kartono (1981) menyebutkan bahwa kecemasan ditandai dengan
emosi yang tidak stabil, sangat mudah tersinggung dan marah, sering
dalam keadaan excited atau gempar gelisah.
1) Respon fisiologis
a) Kardio vaskuler :
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar,
denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syok, dan
lain-lain.
b) Respirasi :
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa
tercekik.
c) Kulit :
Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat,
berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka,
telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
d) Gastro intestinal :
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di
epigastrium, nausea, diare.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
e) Neuromuskuler :
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,
insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.
2) Respon Psikologis
a) Perilaku :
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada
koordinasi, menarik diri, menghindar.
b) Kognitif :
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa,
bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran
diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas
menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
c) Afektif :
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar
biasa, sangat gelisah dan lain-lain.
Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan
stresor yang bisa menurunkan imun tubuh, hal ini terjadi melalui
serangkaian aksi yang diperantarai oleh Hipotalamus-Pituatry- Adrenal
(HPA-Axis), kecemasan juga akan merangsang hipotalamus untuk
meningkatkan produksi Corticotropin Releasing Factor (CRF)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sehingga merangsang hormon pituitary anterior untuk meningkatkan
produksi Adrenocorticotrofic hormone (ACTH). Hormon ini akan
merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol,
kortisol selanjutnya akan menekan sistem imun tubuh (Guyton & Hall,
2008)
2. Religiusitas
a. Pengertian Religiusitas
Religiusitas berasal dari kata religion (bahasa Inggris) dan religie
(bahasa belanda) adalah berasal dari bahasa induk kedua bahasa
tersebut, yaitu bahasa latin religio yang akar katanya adalah religure
yang berarti mengikat (Kahmad, 2002). Ini mengandung makna bahwa
dalam religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
pemeluknya dan semua itu berfungsi untuk mengikat seseorang atau
sekelompok orang dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan
alam sekitarnya (Driyarkara, 1978). Mangunwijaya (1982)
membedakan antara istilah religi dengan religiusitas. Jika religi
menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan
kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah
dihayati seseorang dalam hati.
Religiusitas adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
agama. Dalam perspektif Islam, religiusitas dapat diketahui melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
beberapa aspek penting, yaitu : aspek keyakinan terhadap ajaran agama
(akidah), aspek ketaatan terhadap ajaran agama (syari’ah atau ibadah),
aspek penghayatan terhadap ajaran agama (ihsan), aspek pengetahuan
terhadap ajaran agama (ilmu) dan aspek pelaksanaan ajaran agama
(amal atau akhlak) (Rosyidah, 2006).
b. Tujuan Religiusitas
Tujuan dari religiusitas adalah kesalehan, dan dampak temporal
dari kesalehan adalah peningkatan dari diri seseorang maupun
kelompok dalam mencapai nilai-nilai dan etika-etika universal (Khan,
2006). Kesalehan itu sendiri berarti perilaku seseorang yang berperilaku
islami dan menyeimbangkan kepentingan hablum minallah dan hablun
minan naas (Bisri, 2006).
Menurut Syamsulhadi (dalam Pasiak, 2012), religiusitas dan
spiritualitas adalah suatu konsep yang saling tumpang tindih.
Religiusitas dan spiritualitas adalah faktor kultural yang sangat penting
yang memberi struktur dan arti pada nilai manusia, perilaku dan
pengalaman-pengalamannya. Perhatian dokter meningkat pada
religiusitas dan spiritualitas pasien, oleh karena banyak studi yang
menunjukkan suatu hubungan di antara peningkatan keterlibatan
religiusitas dengan outcome kesehatan yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Dimensi Religiusitas
Glock dan Stark (dalam Rakhmaditya, 2002) mengatakan bahwa
terdapat lima dimensi dalam religiusitas, yaitu:
1) Religious Belief (the ideological dimension)
Religious belief (the idiological dimension) atau disebut juga
dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seseorang
menerima hal-hal yang fundamental dan dogmatik dalam agamanya,
misalnya kepercayaan kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka,
dan lain-lain yang bersifat dogmatik.
Dimensi keyakinan dalam agama Islam diwujudkan dalam
pengakuan (syahadat) yang diwujudkan dengan membaca dua
kalimat syahadat, Bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan nabi
Muhammad itu utusan Allah. Dengan sendirinya dimensi keyakinan
ini menuntut dilakukannya praktek-praktek peribadatan yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
Keyakinan atau akidah yang merupakan berbagai masalah
yang harus disampaikan secara rasional dan berdasarkan pondasi
logika yang kuat sehingga tidak lemah di saat berhadapan dengan
Positivisme dan Post Modernisme (Rahimpour, 2011).
2) Religious Practice (the ritual dimension)
Religious practice (the ritual dimension) yaitu tingkatan
sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup
pemujaan, kultur serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen
seseorang dalam agama yang dianutnya. Dimensi praktek dalam
agama Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat,
puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya.
Scobie (dalam Mesra, 2007) mengatakan bahwa kadar
ketaatan seseorang dapat diukur dengan frekuensinya dalam
melakukan ritual keagamaan. Komitmen tinggi seseorang dapat
terlihat bila orang tersebut memiliki frekuensi yang tinggi dalam
melakukan ibadah yng merupakan ritual agamanya. Demikian pula
sebaliknya, apabila seseorang memiliki frekuensi yang jarang dalam
melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, maka orang
tersebut dapat digolongkan sebagai seseorang yang berkomitmen
rendah.
3) Religious Feeling (the experiental dimension)
Religious feeling (the experiental dimension) atau bisa
disebut dimensi pengalaman, adalah perasaan-perasaan atau
pengalaman yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya merasa
dekat dengan Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya
dikabulkan, diselamatkan oleh Tuhan, dan sebagainya. Ancok (2001)
mengatakan kalau dalam Islam dimensi ini dapat terwujud dalam
perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah
diri dalam hal yang positif) kepada Allah. Perasaan khusyuk ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan tergetar ketika
mendengar adzan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan bersyukur
kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari
Allah.
4) Religious Knowledge (the intellectual dimension)
Religious knowledge (the intellectual dimension) atau
dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang menerangkan
seberapa jauh seseorang mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya,
terutama yang ada di dalam kitab sucinya atau dimensi pengetahuan
agama adalah dimensi yang menerangkan seberapa jauh seseorang
mengetahui tentang ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di
dalam kitab suci manapun yang lainnya. paling tidak seseorang yang
beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar
keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Dimensi ini dalam Islam
menunjuk kepada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman
muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran
pokok agamanya, sebagaimana yang termuat di dalam kitab sucinya.
Menurut Robertson (dalam Kurniati, 2010) dikaitkan dengan
perkiraan, bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki
informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara
keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5) Religious Effect (the consequential dimension)
Religious effect (the consequential dimension) yaitu dimensi
yang mengukur sejauh mana prilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-
ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah orang
tersebut mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang
kesulitan, mendermakan hartanya, dan sebagainya.
d. Faktor Religiusitas
Thouless (2000), membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu :
1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial
Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam
perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua,
tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan sosial untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang
disepakati oleh lingkungan itu.
2) Faktor pengalaman
Berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang
membentuk sikap keagamaan. Terutama pengalaman mengenai
keindahan, konflik moral dan pengalaman emosional keagamaan.
Faktor ini umumnya berupa pengalaman spiritual yang secara cepat
dapat mempengaruhi perilaku individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Faktor kehidupan
Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar dapat menjadi
empat, yaitu : (a). kebutuhan akan keamanan atau keselamatan, (b).
kebutuhan akan cinta kasih, (c). kebutuhan untuk memperoleh
harga diri, dan (d). kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman
kematian.
4) Faktor intelektual
Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau
rasionalisasi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
individu berbeda-beda tingkat religiusitasnya dan dipengaruhi oleh
dua macam faktor secara garis besarnya yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi religiusitas seperti mampu
menciptakan lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang.
Sedangkan pengaruh ekstrinsiknya seperti menjadikan agama sebagai
alat politis dan ekonomis, yang memunculkan sikap kemunafikan
Najib (dalam Pasiak, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011
Universitas Sebelas Maret
Religiusitas
cemas Tidak cemas
tinggi rendah
cemas Tidak cemas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan merupakan observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional yang
sering juga disebut penelitian transversal, dikarenakan variabel bebas (faktor
risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali
(Taufiqurrohman, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan dilaksanakan pada bulan
November 2012.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dipakai adalah mahasiswa dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
a. Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret
b. Sehat jasmani maupun rohani
c. Masih aktif dalam perkuliahan
d. Menandatangani informed consent
2. Kriteria eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden
b. Skor L-MMPI dengan jawaban “tidak” 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
D. Teknik Sampling
Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive
random sampling. Purposive random sampling dipilih karena metode ini
mencuplik subjek penelitian berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2005).
E. Rancangan Penelitian
Subyek
Skor skala L-MMPI “tidak” 10
Tidak memenuhi syarat
gugur
Memenuhi syarat
Skala religiusitas
Skala T-MAS
Cemas Tidak cemas
Uji korelasi Spearman
Data hasil kuesioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : tingkat religiusitas.
2. Variabel terikat : kecemasan.
3. Variabel luar
a. Terkendali : usia (Mahasiswa Muslim Angkatan 2011)
b. Tidak terkendali : lingkungan, sosial ekonomi, kepribadian,
pendidikan dan kondisi fisik.
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : tingkat religiusitas
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret
Surakarta dengan tingkat religiusitas tinggi dan rendah.
Alat pengukuran : kuesioner
Skala pengukuran : ordinal
2. Variabel Terikat : Kecemasan
Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan pada subjek
penelitian yang diukur dengan skala T-MAS. Cemas atau tidak cemas
diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan. Makin besar skor
maka kecemasan makin tinggi, dan makin kecil skor maka kecemasan
makin rendah.
Alat pengukuran : kuesioner T-MAS
Skala pengukuran : interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
H. Instrumen Penelitian
1. Formulir biodata responden dan informed consent.
2. Angket Lie Scale - Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-
MMPI).
L-MMPI adalah skala validitas yang befungsi untuk
mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau
ketidakjujuran subjek penelitian. Skala L-MMPI berisi 15 butir pertanyaan
untuk dijawab responden dengan “ya” bila butir pernyataan sesuai dengan
perasaan dan keadaan responden; dan “tidak” bila tidak sesuai dengan
perasaan dan keadaan responden. Nilai batas skala adalah 10, artinya
apabila jawaban “tidak” responden
responden dinyatakan invalid (Azwar, 2009).
3. Skala Religiusitas
Penelitian ini menggunakan angket/skala religiusitas yang disusun
oleh Jatiningsih (2007) berdasarkan teori religiusitas Glock dan Stark.
Angket tersebut meliputi keterlibatan ideological, keterlibatan ritual,
keterlibatan intelektual, keterlibatan konsekuensial serta keterlibatan
eksperensial.
Validitas angket tersebut sudah diukur dengan uji coba kuesioner
terhadap 10 siswa SMU. Validitas diuji dengan uji Pearson’s product
moment 0,05. Butir
pernyataan yang validasinya kurang dari 0,3 diganti, butir pertanyaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
validitasnya antara 0,3-0,7 diperbaiki, sedangkan pertanyaan yang
validitasnya lebih dari 0,7 dapat dipakai.
Pemberian skor pada angket religiusitas menggunakan skala Likert
dengan pernyataan positif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 4; S:
sesuai, nilai 3; TS; tidak sesuai, nilai 2; STS: sangat tidak sesuai, nilai 1)
serta pernyataan negatif penentuan skor (SS: sangat sesuai, nilai 1; S:
sesuai, nilai 2; TS: tidak sesuai, nilai 3; STS: sangat tidak sesuai, nilai 4).
4. Skala Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
Kuesioner TMAS adalah instrumen pengukuran kecemasan.
TMAS berisi 50 butir pertanyaan, dimana responden menjawab ya atau
tidak sesuai keadaan dirinya dengan member tanda (V) pada kolom
jawaban ya atau tidak. Pada kuesioner ini terdapat dua sifat pernyataan
yang favourable dan unfavourable. Untuk pernyataan favourable, setiap
jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Sedangkan
untuk pernyataan unfavourable berlaku sebaliknya. Jika jumlah skor
TMAS > 21 maka responden dinyatakan cemas dan jika skor TMAS
dinyatakan tidak cemas (Ikhwanudin, 2012).
I. Alur Penelitian
1. Informed consent dan responden mengisi biodata.
2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka ketidak
jujuran subjek penelitian.
3. Bila didapatkan skor lebih besar atau sama dengan 10 maka responden
dinyatakan invalid dan dikeluarkan dari subjek penelitian penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. Responden mengisi kuesioner skala religiusitas yang telah divalidasi.
5. Responden mengisi skala T-MAS untuk mengetahui kecemasan.
6. Data yang didapat dianalisis dengan statistik.
J. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji korelasi
Spearman dengan angka signifikansi p < 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada bulan November 2012 penyebaran kuesioner penelitian mulai
dilakukan kepada populasi penelitian yaitu kepada Mahasiswa Muslim
Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dari 150 kuesioner
yang disebar, didapatkan sebanyak 130 responden yang mengembalikan
kuesioner penelitian. Responden yang memenuhi kriteria sebanyak 115
mahasiswa, dan 15 responden lainnya tidak memenuhi kriteria penelitian
(L-MMPI . Dari 115 responden yang memenuhi kriteria penelitian
kemudian diambil secara acak dan didapatkan sebanyak 96 mahasiswa
yang akan digunakan sebagai subjek penelitian.
Tabel 4.1 Deskripsi Skor Religiusitas dan Subjek Penelitian
No Skor Religiusitas Kelompok tingkat
religiusitas jumlah
persent
ase
1 132 – 158 Rendah 22 22,9%
2 159 – 174 Sedang 28 29,2%
3 175 – 186 Cukup tinggi 20 20,8%
4 186 - 199 tinggi 26 27,1%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dari tabel 4.1 didapatkan hasil skor religiusitas, skor religiusitas
tersebut kemudian disusun dari skor religiusitas rendah sampai religiusitas
tinggi (lampiran 1). Dari skor ini kemudian dikelompokkan menjadi
kelompok dengan religiusitas tinggi dan religiusitas rendah, kelompok
religiusitas cukup tinggi dan religiusitas sedang dihilangkan guna
menghindari adanya risiko kesalahan yang cukup besar bagi skor – skor
yang teretak di sekitar mean kelompok. Maka skor hanya dibagi menjadi 2
kelompok, dengan menggunakan kategori jenjang (ordinal) (Azwar, 2009).
Dengan metode ini nilai skor religiusitas dibagi menjadi 4 kelompok yaitu
kelompok dengan religiusitas tinggi (27,1%), cukup tinggi (20,8%),
sedang (29,2%), dan rendah (22,9%). Dari 4 kelompok itu, kelompok
dengan religiusitas “cukup tinggi” dan “sedang” gugur.
Dari 2 kelompok religiusitas tinggi dan rendah kemudian dihitung
skor kecemasan (lampiran 2). Dari skor kecemasan tersebut kemudian
dikelompokkan menjadi kelompok cemas dan tidak cemas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 4.2 Kelompok Religiusitas dan Kelompok Kecemasan
No Kelompok tingkat
religiusitas
kelompok kecemasan
Total Jumlah subjek
penelitian cemas
Jumlah subjek
penelitian
tidak cemas
1 Kelompok
Religiusitas tinggi
5
(19,23%)
21
(80,76%)
26
(100%)
2 Kelompok
Religiusitas rendah
15
(68,18%)
7
(31,81%)
22
(100%)
3 Jumlah 20
(41,67%)
28
(58,33%)
48
(100%)
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 26 Mahasiswa Muslim
Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang termasuk dalam
kategori kelompok religiusitas tinggi, diketahui 5 orang (19,23%) memiliki
kecemasan dan 21 orang (80,76%) tidak memiliki kecemasan. Dari tabel
4.2 juga terlihat bahwa dari 22 Mahasiswa Muslim Angkatan 2011
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang termasuk dalam kategori
kelompok religiusitas rendah, diketahui 15 orang (68,18%) memiliki
kecemasan dan 7 orang (31,81%) tidak memiliki kecemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Analisis Data
Tabel 4.3 Hasil Uji Korelasi Spearman antara Tingkat Religiusitas dan
Kecemasan
Varabel Koefisien korelasi (r) Signifikansi (p)
Religiusitas dan kecemasan -0,29 0,040
Data hasil penelitian diuji secara statistik dengan uji Spearman.
Pada tabel 4.3 menunjukkan terdapat korelasi (hubungan) negatif (terbalik)
dengan kekuatan yang lemah (r = -0,29) dan secara statistik signifikan (p =
0,040) antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan.
Gambar 4.1 Diagram Sebar tentang Hubungan antara Tingkat Religiusitas
dan Kecemasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 4.1 menunjukkan hubungan negatif dengan kekuatan yang
lemah antara tingkat religiusitas dan kecemasan Mahasiswa Muslim
Angkatan 2011. R2 = 0.059 = 5,9%, mengandung arti bahwa religiusitas
hanya dapat menjelaskan 5,9% dari variasi kecemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB V
PEMBAHASAN
Telah dilakukan penyebaran kuesioner pada Mahasiswa Muslim Angkatan
2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta sebanyak 150 kuesioner. Dari hasil
penyebaran kuesioner didapatkan responden yang memenuhi kriteria L-MMPI
10 dan yang memenuhi kriteria inklusi eksklusi sebanyak 96 mahasiswa. Dari 96
mahasiswa tersebut kemudian dikelompokkan menjadi kelompok religiusitas
tinggi, kelompok religiusitas cukup tinggi, kelompok religiusitas sedang, dan
kelompok religiusitas rendah. Kelompok religiusitas cukup tinggi dan kelompok
religiusitas sedang dihilangkan guna menghindari adanya risiko kesalahan yang
cukup besar bagi skor – skor yang teretak di sekitar mean kelompok untuk
menghindari risiko kesalahan yang cukup besar bagi skor – skor yang terletak di
sekitar mean kelompok, maka skor di atas hanya dibagi menjadi 2 kelompok,
maka digunakan kategori jenjang (ordinal) (Azwar, 2009).
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji korelasi Spearman dari tabel
4.3 untuk menguji hipotesis dapat diketahui bahwa terdapat korelasi (hubungan)
negatif (terbalik) antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan Mahasiswa
Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan kekuatan
korelasi yang lemah (r = -0,29) dan secara statistik signifikan (p = 0,040).
Masoomeh et al. (2007) menyebutkan bahwa, meskipun kebanyakan
penelitian mendukung adanya hubungan yang signifikan antara religiusitas dan
tingkat kecemasan, terdapat pula penelitian yang menyebutkan bahwa hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang ada tidaklah signifikan. Hubungan yang tidak signifikan ini bisa disebabkan
oleh berbagai macam hal, salah satunya bisa dikarenakan adanya faktor lain yang
mempengaruhi seperti, faktor biologis, lingkungan, dan faktor intrinsik lain yang
mempunyai pengaruh lebih kuat dibandingkan dengan tingkat religiusitas pada
kondisi kejiwaan responden. Dengan demikian hal ini mendukung pandangan
yang menyeluruh tentang manusia, bahwa seorang manusia tersusun dari dimensi
bio-psiko-sosio-spiritual dan tidak ada satu dimensi yang paling dominan yang
bisa prediksi perilaku manusia.
Faktor lain yang mempengaruhi religiusitas dan kecemasan adalah faktor
lingkungan, sosial ekonomi, kepribadian, pendidikan, dan kondisi fisik. Untuk
meningkatkan religiusitas jangan hanya mengamalkan faktor luar (ekstrinsik) nya
saja, tetapi faktor dari dalam (intrinsik) juga sangat penting untuk diamalkan.
Perbedaan hipotesis awal dengan hasil penelitian ini kemungkinan juga
disebabkan oleh beberapa hal yang memang kelemahan dari penelitian, antara
lain:
1. Tipe kepribadian subjek penelitian.
Pada saat pengambilan subjek penelitian penelitian, penulis tidak menilai tipe
kepribadian masing-masing mahasiswa yang menjadi subjek penelitian.
Padahal tipe-tipe kepribadian tertentu memiliki kecenderungan akan
kecemasan yang lebih tinggi (Kaplan & Saddock, 2008).
2. Pengambilan subjek penelitian dalam waktu yang tidak bersamaan.
Pengambilan subjek penelitian untuk penelitian ini tidak dapat dilakukan
dalam waktu yang sama karena perbedaan fakultas dan jadwal kuliah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berbeda (historical effect). Padahal, metode penelitian ini menggunakan cross
sectional, dimana pengambilan subjek penelitian harus dilakukan pada waktu
yang sama (Murti, 2010).
3. Faktor – faktor lain yang mempengaruhi penelitian.
Pada penelitian ini, penulis tidak mengecek lingkungan, pendidikan, sosial
ekonomi, dan kondisi fisik dari tiap-tiap subjek penelitian. Padahal faktor –
faktor tersebut mempunyai pengaruh dalam menimbulkan gangguan
kecemasan pada suatu individu (Kaplan & Saddock, 2008).
4. Jumlah subjek penelitian dan waktu yang terbatas.
Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian terbatas dikarenakan waktu yang
tidak mencukupi untuk pengambilan subjek penelitian yang lebih banyak.
5. Sehat jasmani dan rohani subjek penelitian.
Pada penelitian ini, dalam kriteria inklusi disebutkan bahwa subjek penelitian
memiliki sehat jasmani dan rohani, akan tetapi penulis tidak meneliti kriteria
tersebut yang sebenarnya berpengaruh dalam penelitian ini.
Selain hal tersebut, terdapat juga beberapa penelitian sebelumnya yang
menguatkan hubungan antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan. Pada tahun
2010, Kirana Mustikasari melakukan penelitian “Hubungan Religiusitas Dengan
Kecemasan pada Siswa Kelas XII SMU Negeri 5 Surakarta yang Akan
Menghadapi Ujian Nasional”. Pada penelitian tersebut menggunakan 60 siswa
sebagai subjek penelitian. Peneliti menggunakan metode penelitian dengan
pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan data menggunakan purposive
random sampling. Sedangkan untuk analisis data peneliti menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menggunakan uji korelasi product moment Pearson. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang bermakna antara tingkat
religiusitas dengan tingkat kecemasan siswa kelas XII SMU 5 Surakarta yang
akan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan kekuatan korelasi lemah.
Perbedaan yang terdapat pada penelitian di atas dengan yang penulis lakukan
adalah subjek penelitiannya. Pada penelitian ini penulis menggunakan subjek
penelitian mahasiswa, sementara penelitian yang dilakukan sebelumnya
menggunakan subjek penelitian siswa. Perbedaan sangat terlihat dari
kepribadiannya, seorang siswa yang biasanya belum matang tingkah laku dan pola
pikirnya, sementara mahasiswa sudah dianggap memiliki kematangan tingkah
laku dan pola pikirnya. Perbedaan lainnya adalah penulis menggunakan analisis
data Spearman dan penelitian sebelumnya menggunakan Pearson. Sedangkan
kesamaan yang terdapat pada penelitian di atas adalah metodelogi penelitian dan
teknik pengambilan subjek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa ada korelasi (hubungan) negatif (terbalik) antara tingkat religiusitas
terhadap kecemasan pada Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas
Sebelas Maret Surakarta dengan kekuatan yang lemah dan secara statistik
signifikan.
B. Saran
1. Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi (hubungan)
negatif (terbalik) antara tingkat religiusitas terhadap kecemasan pada
Mahasiswa Muslim Angkatan 2011 Universitas Sebelas Maret
Surakarta kekuatannya lemah, akan tetapi sebaiknya mahasiswa
diharuskan memiliki religiusitas yang tinggi untuk mengurangi
kecemasan.
2. Untuk menilai religiusitas, sebaiknya meneliti religiusitas jangan
hanya sampai faktor luar (ekstrinsik) saja, tetapi faktor dalam
(intrinsik) nya juga sangat penting untuk diteliti.
3. Untuk penelitian yang menggunakan pendekatan cross sectional,
sebaiknya untuk pengambilan subjek penelitian dilakukan pada waktu
yang bersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Sebaiknya dilakukan pengambilan subjek penelitian yang lebih besar
dan representatif untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan
terpercaya.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini dengan
mengendalikan faktor-faktor luar yang turut mempengaruhi, seperti
lingkungan, sosial ekonomi, kepribadian, pendidikan dan kondisi fisik
yang belum dapat dikendalikan dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Daftar Pustaka
Ancok, D (2001). Pendidikan untuk Masyarakat Global dan
Industrial. Bahan diskusi pada forum kajian yuniar PPSK.
Yogyakarta.
Arywibowo, M.L (2008). Hubungan Religiusitas dengan Ketahanan
Terhadap Stres pada Mahasiswa Muslim Tingkat Pertama
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta,
Universitas Sebelas Maret. Thesis
Atmaja, Dwi (2012). Kajian Psikologi.
http://kajianpsikologi.blogspot.com/2012/01/gejala-gejala-
kecemasan.html - Diakses September 2012.
Azwar (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset, p: 60.
Basri, S (2012). Uji Korelasi Spearman dengan SPSS dan Manual.
http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/uji-korelasi-
spearman-dengan-spss-dan.html - Diakses Desember 2012.
Bisri, M (2006). Menimbang Arti Kesalehan dalam Islam. http://
http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/7396/Kolom/M
enimbang_Arti_Kesalehan_dalam_Islam.html - Diakses
Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Bucklew (1980). Paradigma for Psychology: A Contribution To Case
History Analysis. New York: J. B Lippen Cott Company.
Dadang, K (2002). Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. p: 13.
Djarir, Ibnu (2004). Erosi Moral dan Pemahaman Kembali Agama.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0406/18/x_epi.html -
Diakses Februari 2012.
Driyarkara N (1978). Percikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan, p:
3.
Guyton & Hall (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
Hawari, D (2008). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Ibrahim, Ayub S (2003). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas.
Jakarta : PT. Dua As, p:31.
Ikhwanudin, N (2012). Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi
antara Mahasiswa dengan Tingkat Religiusitas Tinggi dan
Rendah. Surakarta, Universitas Sebelas Maret. Dissertation.
Jatiningsih (2007). Hubungan Tingkat Religiusitas dan Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMUN I dan SMUN III Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Surakarta, Fakultas Kedokteran UNS (tidak Diterbitkan).
Dissertation.
Kaplan dan Sadock (2010). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kartono, K (1992). Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita
Sebagai Ibu Dan Nenek. Bandung: Mandar Maju.
Khan, Faiz (2006). Agama Sebagai Denominator Umum.
http://www.commongroundnews.org/article.php?id=20191
&lan=ba&sp=1 – Diakses Maret 2012
Kurniati, F (2010). Agama dan masyarakat.
http://furikurniati.webs.com/tugasisd9.htm - Diakses Maret
2012.
Madjid, N (2009). Islam yes, Partai Islam no. Jakarta: Daring press,
pp: 17-19.
Mangunwijaya Y.B (1982). Sastra dan Religiusitas. Jakarta: Sinar
Harapan, p: 3.
Maramis, W, F (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:
Airlangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
McLeod, S. A. (2007). Maslow's Hierarchy of Needs.
http://www.simplypsychology.org/maslow.html - Diakses
September 2012.
Mesra, M (2007). Disonansi Kognitif pada Dewasa Muda dalam
Komitmen Beragama. Jakarta, Universitas Indonesia.
Thesis.
Murti, Bhisma (2010). Desain dan Ukuran Subjek penelitian untuk
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pamungkas, G (2011). Konsep Kecemasan.
http://teorikecemasan.blogspot.com/2011/03/apa-itu-
kecemasan.html - Diakses September 2012.
Pasiak, Taufiq (ed) (2012). Tuhan Empirik dan Kesehatan Spiritual.
Yogyakarta: C-NET UIN Sunan Kalijaga, pp: 23;112-113
Rahimpour, Azghadi (2011). Tujuh Dimensi Agama.
http://www.iqna.ir/ma/news_detail.php?ProdID=859186 –
Diakses Maret 2012.
Rakhmaditya, R (2006). Hubungan antara Emotional Quotient
dengan Religiusitas Mahasiswa Muslim Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta,
Universitas Sebelas Maret. Dissertation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Rosyidah, S (2006). Hubungan Religiusitas dengan Kebermaknaan
Hidup pada Anak Yatim Panti Asuhan Mardhotilah.
Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Thesis.
Sholeh, M (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Stuart GW dan Sundeen SJ.(1998). Principle and Practice of
Psychiatric Nursing. St. louis Missouri: Mosby Year Book
Inc.
Taufiqurrohman, M.A (2008). Metode Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Klaten: CSGF, pp: 71-76.
Thouless, R.H (2000). Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, cet 3.
Tuwaijry, M (2007). Tauhid, Keutamaan dan Macam-macamnya.
http://www.islamhouse.com/p/53819 - Diakses Februari
2012