hubungan tingkat pengetahuan tentang asi …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI
Nur Anisah Rahmawati 1), Siti Tyastuti 2), Hesty Widyasih 3)
ABSTRAK
Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang melambat dari 35 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup, memerlukan akses seluruh bayi terhadap intervensi kunci seperti ASI eksklusif. Berdasarkan SDKI tahun 2012, Pada usia 0-1 bulan, 45,3% bayi telah diberikan MP-ASI. Cakupan ASI eksklusif di wilayah puskesmas Samigaluh II hanya 6,3% padahal program pembinaan kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang ASI eksklusif di wilayah tersebut telah dilakukan. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan pemberian MP-ASI dini pada ibu bayi usia 6-12 bulan di wilayah puskesmas Samigaluh II tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di wilayah puskesmas Samigaluh II yaitu Desa Pagerharjo, Desa Banjarsari dan Desa Kebonharjo yaitu ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sejumlah 44 ibu. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian yaitu tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif sebagian besar dalam kategori cukup sebanyak 31 responden (70,5 %) meskipun demikian pemberian MP-ASI dini masih dilakukan oleh 13 responden (29,5 %). Responden yang memberikan MP-ASI dini sebagian besar ibu dengan pendidikan menengah, berumur 20-40 tahun, multipara dan tidak bekerja. Hasil uji chi-square diketahui nilai p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05) dan x2 hitung > x2 tabel sebesar 19,851>5,991 dengan nilai C sebesar 0,558 sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan pemberian MP-ASI dini pada ibu bayi usia 6-12 bulan di wilayah puskesmas Samigaluh II tahun 2014 dengan keeratan kategori sedang. Kata kunci : tingkat pengetahuan, ASI eksklusif, pemberian MP-ASI dini
ABSTRACT The decline in Infant Mortality Rate (IMR), which slowed from 35 to 32 per 1,000 live births, all babies need access to key interventions such as exclusive breastfeeding. Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) in 2012, At the age of 0-1 months, 45.3% of infants had been given early complementary feeding. Coverage of exclusive breastfeeding in the area of Samigaluh health center II in 2013 whereas only 6.3% but training programs to increase knowledge about exclusive breastfeeding in the region have done. The purpose of research is to determine the relationship of the level of knowledge about exclusive breastfeeding by giving early complementary feeding in mothers of infants aged 6-12 months in the area of health center II Samigaluh in 2014. Type of this research used analytic survey with cross sectional approach. Research sites in the three village in the area of Samigaluh health center II; Pagerharjo, Kebonharjo and Banjarsari, that mothers with infants aged 6-12 months is 44 mothers. Data were analyzed using chi square test. The most level of knowledge about exclusive breastfeeding in the category quite as many as 31 respondents (70.5%) however the provision of early complementary feeding was carried out by 13 respondents (29.5%). Respondents who provide early complementary feeding mostly mothers with secondary education, aged 20-40 years, multiparous and does not work. The results of chi-square test is known that p-value of 0.000 (p-value <0.05) and calculate x2> x2 table at 19,851> 5,991 with a value of C is 0,558, therefore concluded that there is a correlation level of knowledge about exclusive breastfeeding by giving early complementary feeding in mothers of infants aged 6-12 months in the area of Samigaluh health center II in 2014 with the closeness of the medium category. Keywords: level of knowledge, exclusive breastfeeding, early complementary feeding
54 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 53-66
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional di bidang
kesehatan memiliki tujuan diantaranya
untuk menurunkan angka kematian
bayi dan perinatal. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 menunjukkan
bahwa Angka Kematian Bayi (AKB)
adalah 32 per 1000 kelahiran hidup.
Hal ini kurang menggembirakan
dibandingkan target Renstra Kemenkes
yang ingin dicapai yaitu 24 per 1000
kelahiran hidup di tahun 2014 dan juga
target MDGs sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup di tahun 2015.
Penurunan AKB yang melambat antara
tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35
menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup,
memerlukan akses seluruh bayi
terhadap intervensi kunci seperti ASI
eksklusif atau imunisasi dasar1.
Pemberian ASI eksklusif selama
sekitar 6 bulan merupakan prioritas
kesehatan yang dinyatakan dalam
tujuan ke 16-19 Healthy People 2010
untuk bangsa. Menurut tinjauan
sistematis, bukti yang tersedia
menunjukkan tidak memberikan resiko
dalam memberikan rekomendasi
umum tentang kebijakan pemberian
ASI eksklusif (penuh) selama 6 bulan
pertama kehidupan. Namun, dalam
kenyataannya, ibu lebih cepat
menyerah untuk menyusui sehingga
memberikan makanan pendamping
ASI. Untuk mengatasi tantangan
tersebut, diperlukan pemahaman ibu
dalam hal eksklusivitas pemberian ASI
selama 6 bulan2.
Di Indonesia cakupan pemberian
ASI eksklusif masih memprihatinkan.
Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi berusia 4-5 bulan
di Indonesia hanya sebesar 27,1 %.
Praktik pemberian ASI eksklusif mulai
mengalami kegagalan sejak bayi
berusia 0-1 bulan. Cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi umur 0-1
bulan hanya 50,8 %, bayi yang tidak
disusui 3,9 %, sedangkan 45,3 % bayi
yang lain diberikan ASI namun
ditambah dengan makanan
pendamping lain seperti air putih,
cairan bukan susu/sari buah, susu lain
dan makanan pendamping, padahal
sebenarnya ASI mengandung semua
zat gizi yang diperlukan bayi dalam
enam bulan pertama setelah
dilahirkan3.
Nur Anisah Rahmawati, Siti Tyastuti, Hesty Widyasih, Hubungan Tingkat Pengetahuan… 55
World Health Organization
(WHO) membagi pola menyusui
menjadi tiga kategori, yaitu menyusui
eksklusif, menyusui predominan dan
menyusui parsial. Menyusui parsial
adalah menyusui bayi serta diberikan
makanan buatan selain ASI, baik susu
formula, bubur atau makanan lainnya
sebelum bayi berumur enam bulan,
baik diberikan secara kontinyu maupun
diberikan sebagai makanan prelakteal.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2010, ibu
yang menyusui secara eksklusif pada
bayi usia 0 bulan hanya 39,8 %,
menyusui predominan 5,1 %
sedangkan 55,1% menyusui secara
parsial. Persentase menyusui eksklusif
semakin menurun dengan
meningkatnya kelompok umur bayi.
Ibu yang menyusui bayi pada umur 5
bulan secara eksklusif hanya 15,3 %,
menyusui predominan 1,5 % dan
menyusui parsial 83,2 %4.
Alasan utama ibu tidak
memberikan ASI secara eksklusif yaitu
merasa bahwa produksi ASI kurang
mencukupi selama 6 bulan meskipun
sebenarnya hanya sedikit sekali (2-5%)
yang secara biologis memang kurang
produksi ASI. Selebihnya 95-98% ibu
dapat menghasilkan ASI yang cukup
untuk bayinya. Pemberian makanan
padat/ tambahan yang terlalu dini
justru dapat mengganggu pemberian
ASI eksklusif serta meningkatkan
angka kesakitan bayi. Selain itu, tidak
ditemukan bukti yang menyokong
bahwa pemberian makanan
padat/tambahan pada usia 4 atau 5
bulan lebih menguntungkan. Bahkan
sebaliknya, hal ini akan mempunyai
dampak negatif terhadap kesehatan
bayi dan tidak ada dampak positif
untuk perkembangan
pertumbuhannya5. Terlalu dini
memberikan makanan pendamping
ASI akan menyebabkan kebutuhan ASI
bayi berkurang6. Pemberian MP-ASI
terlalu dini juga mempunyai dampak
risiko kontaminasi yang sangat tinggi,
yaitu terjadinya gastroenteritis yang
sangat berbahaya bagi bayi7.
Balita yang mengalami alergi
makanan pada umur 2 tahun
disebabkan karena telah dikenalkan
dengan makanan padat atau susu sapi
sebelum memasuki usia 16 minggu.
Upaya professional sangat diperlukan
untuk mendukung program ASI
eksklusif. Hal yang sangat perlu
diperhatikan adalah durasi pemberian
56 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 53-66
ASI eksklusif dan waktu yang tepat
untuk mulai mengenalkan makanan
padat pada bayi8.
Konsep pembentukan perilaku
merupakan suatu proses perwujudan
sikap yang bertitik tolak dari
pengetahuan dan motivasi untuk
melakukan. Untuk merubah perilaku
sebaiknya diawali dengan konsep dari
tidak tahu menjadi tahu kemudian dari
yang tidak mampu menjadi mampu.
Pengaruh dari berbagai faktor serta
motivasi maka terbentuklah sikap
dalam wujud perilaku yang lebih baik9.
Cakupan pemberian ASI eksklusif
di Kabupaten Kulonprogo tahun 2012
memang telah mengalami kenaikan
dibanding cakupan tahun 2011 menjadi
sebesar 58%. Namun di antara
puskesmas-puskesmas di wilayah
kabupaten Kulonprogo, puskesmas
Samigaluh II mempunyai cakupan ASI
eksklusif yang jauh lebih rendah
dibandingkan wilayah puskesmas lain
yang menjadi bagian dari Kabupaten
Kulonprogo. Persentase pemberian
ASI eksklusif di wilayah puskesmas
Samigaluh II sebesar 22,6 %. Cakupan
ini mengalami kenaikan dari tahun
2011 yang hanya mencapai 15,6%.
Namun, cakupan ini jauh mengalami
penurunan dibanding cakupan tahun
2010 yang mencapai 41,1 %10.
Program pembinaan kader-kader
dari puskesmas telah dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan kepada ibu
mengenai pentingnya ASI eksklusif di
wilayah puskesmas Samigaluh II telah
dilakukan. Namun cakupan ASI
eksklusif masih rendah. Tingkat
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
belum diketahui.Cakupan pemberian
ASI eksklusif mengalami penurunan
signifikan pada bayi umur 6 bulan
hanya sebesar 6,3 %11.
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan tentang ASI
eksklusif dengan pemberian MP-ASI
dini pada ibu bayi usia 6-12 bulan di
wilayah puskesmas Samigaluh II tahun
2014. Dalam penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui
karakteristik ibu yang memberikan
MP-ASI dini, tingkat pengetahuan
tentang ASI eksklusif, pemberian MP-
ASI dini di wilayah tersebut dan
keeratan hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
dengan pemberian MP-ASI dini.
Nur Anisah Rahmawati, Siti Tyastuti, Hesty Widyasih, Hubungan Tingkat Pengetahuan… 57
Penelitian ini dapat menambah ilmu
dan sumber informasi tentang ASI
eksklusif dan bermanfaat bagi kepala
puskesmas, bidan, ahli gizi dan kader
sebagai sarana promosi kesehatan
untuk mencegah pemberian MP-ASI
dini.
METODE Penelitian ini merupakan
penelitian survey analitik dengan
desain cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di wilayah puskesmas
Samigaluh II meliputi 3 desa yaitu
Desa Banjarsari, Desa Kebonharjo dan
Desa Pagerharjo. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memiliki bayi usia 6-12 bulan yang
bersedia menjadi responden. Sampel
diambil menggunakan total sampling
yang didapatkan sebanyak 44 ibu.
Penelitian dilakukan pada bulan Mei
2014.
Jenis data dalam penelitian ini
adalah data primer. Instrumen yang
digunakan untuk pengambilan data
dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner tertutup tentang tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif dan
pemberian MP-ASI dini. Kuesioner
dilengkapi dengan pertanyaan tentang
karakteristik ibu meliputi tingkat
pendidikan, umur, paritas dan
pekerjaan. Kuesioner yang digunakan
telah diuji validitas dan reliabilitas di
wilayah puskesmas Kalibawang. Cara
pengambilan data yaitu peneliti dan
tim melakukan kunjungan rumah di
wilayah puskesmas Samigaluh II yaitu
Desa Banjarsari, Desa Kebonharjo dan
Desa Pagerharjo.
Tingkat pengetahuan tentang ASI
eksklusif dikategorikan dalam skala
data ordinal menjadi baik, cukup,
kurang. Baik bila nilai responden (x) >
mean+1 SD, Cukup bila nilai
responden antara mean -1 SD < (x) >
mean+1 SD, Kurang bila nilai
responden (x) < mean -1 SD.
Sedangkan pemberian MP-ASI dini
dikategorikan dalam skala data
nominal yaitu diberi MP-ASI dini dan
tidak diberi MP-ASI dini. Pengolahan
data dilakukan dengan Editing,
Scoring, Koding, Cleaning, Entry data
dan Tabulating. Analisis data
menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Analisis bivariat dengan chi-
square. Bila berhubungan maka
dihitung keeratan hubungan dengan
koefisien kontingensi (C).
58 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 53-66
HASIL Tabel 1.Karakteristik ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di wilayah Puskesmas Samigaluh II
No Karakteristik Frekuensi (n)
Persentase (%)
1 Pendidikan a. Dasar b. Menengah c. Tinggi
15 25 4
34,1 56,8 9,1
2 Umur a. ≤ 20 tahun b. 20-40 tahun c. ≥ 40 tahun
4
37 3
9,1 84,1 6,8
3 Paritas a. Primipara b. Multipara
22 22
50 50
4 Pekerjaan a. Bekerja b. Tidak bekerja
8
36
18,2 81,8
Tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden adalah ibu
yang berpendidikan menengah yaitu
SMA/sederajat sebanyak 25 responden
(56,8%), berumur antara 20-40 tahun
sebanyak 37 responden (84,1%),
primipara sebanyak 22 responden
(50%) dan tidak bekerja sebanyak 36
responden (81,8%).
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan tentang ASI eksklusif pada Ibu Bayi Usia 6-12 bulan di wilayah puskesmas Samigaluh II No Tingkat
Pengetahuan Frekuensi (n)
Persentase (%)
1 Baik 6 13,6 2 Cukup 31 70,5 3 Kurang 7 15,9
Jumlah 44 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki
pengetahuan tentang ASI eksklusif
dalam kategori cukup yaitu sebanyak
31 responden (70,5 %).
Tabel 3. Pemberian MP-ASI dini di wilayah puskesmas Samigaluh II No Pemberian
MP-ASI dini
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1 Diberi 13 29,5 2 Tidak diberi 31 70,5
Jumlah 44 100 Tabel 3 menunjukkan sebagian
besar responden tidak memberikan
MP-ASI dini pada bayinya yaitu
sebanyak 31 responden (70,5%)
namun masih terdapat responden yang
memberikan MP-ASI secara dini
hanya sebanyak 13 responden (29,5
%).
Tabel 4. Tabel Silang antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian MP-ASI dini di wilayah puskesmas Samigaluh II
Tingkat
Pendidikan
Pemberian MP-ASI dini
Ya Tidak
f % f %
Dasar 5 11 10 23
Menengah 6 14 19 43
Tinggi 2 4,5 2 4,5
Tabel 4 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang
memberikan MP-ASI dini merupakan
Nur Anisah Rahmawati, Siti Tyastuti, Hesty Widyasih, Hubungan Tingkat Pengetahuan… 59
ibu yang memiliki tingkat pendidikan
menengah yakni 6 responden (14 %)
dan tidak memberikan MP-ASI dini
sebanyak 19 responden (43 %).
Tabel 5.Tabel Silang antara Umur Ibu dengan Pemberian MP-ASI dini di wilayah puskesmas Samigaluh II Umur Pemberian MP-ASI dini
Ya Tidak f % f %
≤ 20 tahun 1 2 3 7 20-40 tahun 10 23 27 61 ≥ 40 tahun 2 5 1 2
Tabel 5 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki umur antara
20-40 tahun dan memberikan MP-ASI
secara dini kepada bayinya sebanyak
10 responden (23 %) namun dalam
rentang umur tersebut sebagian besar
responden tidak memberikan MP-ASI
secara dini sebanyak 27 responden
(61%).
Tabel 6.Tabel Silang antara Paritas Ibu dengan Pemberian MP-ASI dini di wilayah puskesmas Samigaluh II Paritas Pemberian MP-ASI dini
Ya Tidak f % f %
Primipara 5 11 17 39 Multipara 8 18 14 32
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang
memberikan MP-ASI dini kepada
bayinya adalah multipara sebanyak 8
responden (18%) dan sebagian besar
responden yang tidak memberikan
MP-ASI dini adalah primipara
sebanyak 17 responden (39%).
Tabel 7 Tabel Silang antara Pekerjaan Ibu dengan Pemberian MP-ASI dini di wilayah puskesmas Samigaluh II Pekerjaan Pemberian MP-ASI dini
Ya Tidak f % f %
Bekerja 5 11 3 7 Tidak bekerja 8 18 28 64
Pada tabel 7 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang tidak
memberikan MP-ASI dini kepada
bayinya merupakan ibu yang tidak
bekerja dalam hal ini termasuk ibu
rumah tangga sebanyak 28 responden
(64%) meskipun demikian, ibu yang
tidak bekerja lebih banyak memberikan
MP-ASI dini daripada ibu yang bekerja
yaitu sebanyak 8 responden (18%).
Tabel 8 Tabel Silang antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif di wilayah puskesmas Samigaluh II
Tingkat Pendidikan
Tingkat pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif Baik Cukup Kurang
f % f % f % Dasar 2 4,5 8 18 3 6,8 Menengah 4 9 20 45 3 6,8 Tinggi 0 0 3 6,8 1 2,1
Tabel 8 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
60 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 53-66
dalam kategori kurang merupakan ibu
yang memiliki tingkat pendidikan dasar
yaitu 3 responden (6,8 %), tingkat
pendidikan menengah yakni 3
responden (6,8 %) dan tingkat
pendidikan tinggi yaitu 1 responden
(2,1 %).
Tabel 9. Tabel Silang antara Umur Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Tentang ASI eksklusif di wilayah puskesmas Samigaluh II
Umur Ibu Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif Baik Cukup Kurang f
% f % f %
< 20 th 0 0 3 6,8 0 0 20 – 40 th 6 13,6 26 59 6 13,6 >40 th 0 0 2 4,5 1 2.3
Pada tabel 9 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang
ASI eksklusif dalam kategori kurang
yaitu ibu yang berumur 20-40 tahun
yakni 6 responden (13,6 %).
Tabel 10. Tabel Silang antara Paritas Ibu dengan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif di wilayah puskesmas Samigaluh II Paritas Tingkat pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif Baik Cukup Kurang
f % f % f % 1 4 9 16 36 2 4,5 2 – 4 2 4,5 15 35 5 11
Pada tabel 10 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang
ASI eksklusif dalam kategori kurang
adalah multipara sebanyak 5
responden(11%).
Tabel 11. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan Pemberian MP-ASI dini pada ibu bayi usia 6-12 bulan di wilayah puskesmas Samigaluh II tahun 2014 Tingkat pengetahuan
tentang ASI Eksklusif
Pemberian MP-ASI dini Jumlah x2 p-value C
Ya Tidak
f % f % f %
Baik 1 2 5 11 6 14
Cukup 5 11 26 59 31 70 19,851 0,000 0,558
Kurang 7 15 0 0 7 16
Dari tabel 11 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan
cukup tentang ASI eksklusif dan tidak
memberikan MP-ASI secara dini
sebanyak 26 responden (59%). Ibu
yang memiliki pengetahuan baik dan
tidak memberikan MP-ASI secara dini
sebanyak 5 responden (11%).
Meskipun demikian terdapat ibu yang
memiliki pengetahuan baik namun
Nur Anisah Rahmawati, Siti Tyastuti, Hesty Widyasih, Hubungan Tingkat Pengetahuan… 61
memberikan MP-ASI dini kepada
bayinya yaitu 1 responden (2%). Ibu
yang memiliki pengetahuan cukup dan
memberikan MP-ASI secara dini
kepada bayinya sebanyak 5 responden
(11%). Semua ibu yang memiliki
pengetahuan dalam kategori kurang
memberikan MP-ASI dini kepada
bayinya sebanyak 7 responden (15%).
Hasil analisis bivariat dengan chi-
square dengan alpha 5 % diketahui
bahwa hasil x2 hitung sebesar 19,851
lebih besar dari x2 tabel sebesar 5,591.
Nilai p-value sebesar 0.000 (p-value <
0,05) sehingga dapat diartikan bahwa
terdapat hubungan tingkat pengetahuan
tentang ASI eksklusif dengan
pemberian MP-ASI dini pada ibu bayi
usia 6-12 bulan di wilayah puskesmas
Samigaluh II. Keeratan hubungan
tingkat pengetahuan tentang ASI
eksklusif dengan pemberian MP-ASI
dini pada ibu bayi usia 6-12 bulan
dalam kategori sedang dengan nilai C
sebesar 0,558.
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, sebagian
besar responden tidak memberikan
MP-ASI dini pada bayinya yaitu
sebanyak 31 responden (70.5%).
Namun masih terdapat ibu yang
memberikan MP-ASI dini sebanyak 13
responden (29.5%). Sebagian besar ibu
yang memberikan MP-ASI dini adalah
ibu dengan pendidikan menengah,
berumur 20-40 tahun, multipara dan
tidak bekerja. Pemberian MP-ASI dini
tidak sesuai dengan salah satu syarat
pemberian MP-ASI yaitu tepat waktu,
yaitu semua bayi harus mulai
menerima makanan tambahan selain
ASI sejak 6 bulan lebih14. Ibu yang
tidak memberikan MP-ASI dini atau
memberikan ASI secara eksklusif
hingga 6 bulan di wilayah puskesmas
Samigaluh II memang mengalami
kenaikan namun masih belum
memenuhi target pemberian ASI
eksklusif di wilayah Kabupaten Kulon
Progo sebesar 80%.
Waktu untuk memulai pemberian
MP-ASI dini dilakukan berbeda-beda
pada setiap ibu. Sebagian besar ibu
mulai memberikan MP-ASI sejak bayi
mulai memasuki 5 bulan yaitu
sebanyak 7 ibu, bayi usia 4 bulan yaitu
sebanyak 2 ibu, bayi usia 3 bulan
sebanyak 1 ibu, bayi usia 1 bulan
terdapat 2 ibu dan 1 ibu mulai
memberikan MP-ASI terlalu dini yaitu
pada saat bayi berusia 0 bulan.
62 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 53-66
Alasan ibu memberikan MP-ASI
dini pada bayinya cukup bervariasi.
Sebanyak 9 ibu menyatakan alasannya
memberikan MP-ASI secara dini
karena menganggap ASI tidak cukup
bagi bayi selama 6 bulan. Alasan yang
lain yaitu bayi sakit sehingga
menganggap bayi membutuhkan
asupan lain, bayi menangis terus
sehingga menganggap bayi tidak mau
menyusu, ASI tidak keluar pada hari
pertama sehingga langsung
memberikan MP-ASI dini dan bekerja
juga merupakan alasan untuk
memberikan makanan tambahan
sebelum waktu yang tepat karena
beranggapan bahwa tidak mempunyai
banyak waktu bagi bayinya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
pendapat yang menyatakan bahwa ASI
tidak cukup merupakan alasan utama
para ibu untuk tidak memberikan ASI
secara eksklusif walaupun sebenarnya
ibu dapat menghasilkan ASI yang
cukup untuk bayinya5. Pemberian MP-
ASI dini berbahaya bagi bayi karena
bayi belum memerlukan makanan
tambahan pada usia kurang dari enam
bulan. Jika bayi diberikan makanan
tambahan akan dapat menggantikan
ASI sehingga bayi akan minum ASI
lebih sedikit dan ibu memproduksinya
berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi
tidak terpenuhi6. Selain itu, resiko
infeksi meningkat dan menyebabkan
gastroenteritis yang sangat berbahaya
bagi bayi7. Pemberian makanan
pendamping ASI terlalu dini juga
meningkatkan resiko alergi makanan
pada anak umur 2 tahun 8.
Sebagian besar responden
memiliki pengetahuan mengenai ASI
eksklusif dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 31 responden (70,5%).
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
pendidikan, informasi, sosial budaya
dan ekonomi, lingkungan, pengalaman
dan umur12. Rata-rata usia ibu yang
memiliki bayi 6-12 bulan adalah 20-40
tahun. Dalam rentang ini ibu relatif
memiliki pola pikir dan daya tangkap
yang baik dan stabil namun ibu yang
memiliki pengetahuan tentang ASI
eksklusif dalam kategori baik hanya 6
responden (13,6%).
Tingkat pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif dipengaruhi oleh
beberapa faktor meliputi umur ibu,
tingkat pendidikan ibu dan paritas ibu.
Dalam penelitian ini, responden yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang
Nur Anisah Rahmawati, Siti Tyastuti, Hesty Widyasih, Hubungan Tingkat Pengetahuan… 63
ASI eksklusif dalam kategori kurang
hanya sebanyak 7 responden. Sebagian
besar responden yang memiliki tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
dalam kategori kurang merupakan ibu
yang berumur 20-40 tahun sebanyak 6
responden dan multipara sebanyak 5
responden. Namun bila dikaji dari
pendidikan ibu, responden yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang
ASI eksklusif dalam kategori kurang
yaitu ibu memiliki pendidikan dasar
dan menengah masing-masing 3
responden. Responden yang memiliki
pendidikan tinggi dan memiliki tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
dalam kategori kurang sebanyak 1
responden. Ibu yang memiliki
pendidikan tinggi belum tentu
memiliki pengetahuan yang baik
tentang ASI eksklusif, demikian juga
ibu yang memiliki pendidikan rendah
tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah13. Ibu yang memiliki
pengalaman dalam hal merawat bayi
juga belum tentu memiliki
pengetahuan yang benar mengenai ASI
eksklusif sehingga mampu
melaksanakan pengetahuannya dalam
bentuk tindakan yang tepat.
Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
tingkat pengetahuan tentang ASI
eksklusif dengan pemberian MP-ASI
dini pada ibu bayi usia 6-12 bulan di
wilayah puskesmas Samigaluh II.
Keeratan hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
dengan pemberian MP-ASI dini
dengan nilai C sebesar 0,558 dalam
kategori sedang sehingga tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
berpengaruh sebesar 55,8% terhadap
pemberian MP-ASI dini sedangkan
44,2 % lainnya dipengaruhi oleh faktor
lain.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
dengan pemberian MP-ASI dini pada
ibu bayi usia 6-12 bulan di wilayah
puskesmas Samigaluh II. Sebagian
besar ibu yang memberikan MP-ASI
dini adalah ibu dengan pendidikan
menengah, berumur 20-40 tahun,
multipara dan tidak bekerja. Sebagian
besar ibu tidak memberikan MP-ASI
dini pada bayinya. Tingkat
pengetahuan tentang ASI eksklusif
64 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 53-66
pada ibu bayi usia 6-12 bulan sebagian
besar dalam kategori cukup. Keeratan
hubungan antara tingkat pengetahuan
ibu tentang ASI eksklusif dengan
pemberian MP-ASI dini pada ibu bayi
usia 6-12 bulan di wilayah puskesmas
Samigaluh II dalam kategori sedang.
SARAN Kepada bidan dan ahli gizi agar
meningkatkan penyuluhan dan
konseling tentang pemberian ASI
eksklusif bagi kader dan ibu hamil, ibu
nifas, ibu bayi agar target cakupan
pemberian ASI eksklusif dapat
tercapai. Ibu-ibu kader sebaiknya
meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya pemberian MP-ASI
sesuai usia yang tepat. Ibu-ibu di
wilayah puskesmas Samigaluh II baik
ibu hamil, ibu nifas, ibu bayi agar tetap
memberikan ASI saja hingga bayi usia
6 bulan, selanjutnya ditambah dengan
makanan tambahan dan tetap menyusui
hingga usia 2 tahun. Untuk penelitian
selanjutnya, sebaiknya dalam
mengukur perilaku menggunakan
observasi langsung, tidak hanya
mengingat kembali (recall) agar
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta : Kemenkes RI
Karin Cadwell & Cindy Turner. 2011. Buku Saku Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC
SDKI. 2012. Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta : Kemenkes RI
Depkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Jakarta : Depkes RI
Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya
Nurhaeni, A. 2009. ASI dan tumbuh kembang bayi. Jakarta : Buku Kita
Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta : Diva Press
Grimshaw, E.C., Maskell, J., Oliver, M.E., Morris, C.G., Forte, K.D., Mills, E.N., Roberts, G., Margetts, B.M. 2013. Introduction of Complementary Foods and the Relationship to Food Allergy. Journal of the American Academy Pediatrics volume 132. Diunduh pada 2 Februari 2014 dari http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2013/11/12/peds.2012-3692
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nur Anisah Rahmawati, Siti Tyastuti, Hesty Widyasih, Hubungan Tingkat Pengetahuan… 65
Dinkes Kulonprogo. 2013. Profil Kesehatan Kulon Progo 2012. Yogyakarta : Dinkes DIY
Susilaningsih, Tutik Inayah. 2013. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif bayi 0-6 Bulan di Wilayah puskesmas Samigaluh II tahun 2013. Jurnal Penelitian Kesehatan Puskesmas Samigaluh II
Riyanto, B. 2013. Kapita Selekta Kuesioner ; Pengetahuan dan Sikap. Jakarta : Salemba medika
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta
WHO. 2013. 10 Facts on Breastfeeding.http://www.who.int/features/factfiles/breastfeeding/en. diakses tanggal 2 januari 2014
66 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 53-66