hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
PENDIDIK DALAM PERTOLONGAN PERTAMA
PADA SISWA YANG MENGALAMI SINKOP
DI SD KECAMATAN MOJOLABAN
KABABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
“Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Romadhona Nur Hidayat
NIM S10041
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
i
i
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Hubungan
Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pendidik dalam Pertolongan Pertama
pada Siswa yang Mengalami Sinkop di SD Kecamatan Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orang Tua tercinta bapak Sartono dan Ibu Tutik Handayani, yang selalu
mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segimoril,
materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
3. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi
S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ibu bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan
banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Lucky Erlandi Pranianto, S.kep., Ns, selaku pembimbing II yang telah
memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
v
6. Bapak Oktavianus, S.Kep., Ns, selaku pembimbing dalam penyusunan
proposal skripsi yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan
memberikan motivasi bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
7. Seluruh partisipan yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah
berkenan untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu –
persatu.
8. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
9. Bapak Drs. Suratnoroto Selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian di Sekolah Dasar Kecamatan Mojolaban kabupaten
Sukoharjo.
10. Ibu Puji Hastuti, S.Pd Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Laban 01 yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri
Laban 01.
11. Bapak Sunarno, S.Pd Selaku Kepala Sekolah SD Negeri laban 02 yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri
Laban 02.
12. Bapak Suparna, S.Pd.I Selaku Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah GUPPI
Laban yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian
di Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Laban.
vi
13. Kakak-kakak tercinta, (Mas Goro dan Mbak Lilis) yang selalu memberikan
motivasi dan dana bagipenulis, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
14. Adik-adik tersayang (Dik Ana dan Dik Ani) yang selalu mendoakan,
memberikan motivasi dan seemangat kepada penulis, sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
15. Sahabat PAIDI (Pino, Azis, Irawan, Indro) dan teman – teman seperjuangan
dan seangkatan yang tak pernah berhenti memberikan semangat, motivasi dan
dukungan kepada penulis.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari
berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Surakarta, 13 Juni 2014
Romadhona
NIM. S10041
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii
ABSTRAK .........................................................................................................xv
ABSTRACT .......................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................5
1.4.1 Peneliti .........................................................................5
1.4.2 Institusi Pendidikan ......................................................5
1.4.3 Masyarakat ...................................................................6
1.4.4 Peneliti Lain .................................................................6
viii
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ......................................................................9
2.1.1 Pendidik .......................................................................9
2.2.1 Siswa ...........................................................................10
2.3.1 Pengetahuan .................................................................10
2.4.1 Sikap ............................................................................15
2.5.1 Sinkop ..........................................................................20
2.2 Kerangka Teori .....................................................................26
2.3 Kerangka Konsep .................................................................27
2.4 Hipotesis Penelitian ..............................................................27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 28
3.2 Populasi dan Sampel 28
3.2.1 Populasi 28
3.2.2 Sampel 29
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 30
3.3.1 Tempat Penelitian ........................................................30
3.3.2 Waktu Penelitian .........................................................30
3.4 Variabel, Definisi, dan Skala Pengukuran 31
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 31
3.5.1 Alat Penelitian .............................................................31
3.5.2 Cara Pengumpulan Data ..............................................32
ix
3.5.3 Tahap Pengumpulan Data ...........................................32
3.5.4 Tahap Pelaksanaan ......................................................33
3.5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................33
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 36
3.6.1 Pengolahan data ...........................................................36
3.6.2 Analisa Data ................................................................37
3.7 Etika Penelitian 37
3.7.1 Informed Consent ........................................................37
3.7.2 Anonymity ....................................................................38
3.7.3 Confidentiality .............................................................38
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat ..................................................................39
4.1.1 Karakteristik Responden .............................................39
4.1.2 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop 41
4.1.3 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop 41
4.2 Analisa Bivariat ....................................................................42
4.2.1 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Sikap Pertolongan Pertama Sinkop 42
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop 45
5.2 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop 46
5.3 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
x
Sikap Pertolongan Pertama Sinkop 47
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan 49
6.1.1 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop 49
6.1.2 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop 49
6.1.3 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Sikap Pertolongan Pertama Sinkop 49
6.2 Saran 49
6.2.1 Institusi Pendidikan 49
6.2.2 Pelayanan Kesehatan 50
6.2.3 Masyarakat 50
6.2.4 Peneliti Lain 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
1.1
Judul Tabel
Keaslian Penelitian
Halaman
6
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala
Pengukuran
Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia
Responden di SD Kecamatan Mojolaban
Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin
Responden di SD Kecamatan Mojolaban
Distribusi Frekuensi Karakteristik Masa Kerja
Responden di SD Kecamatan Mojolaban
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pelatihan
UKS Responden di SD Kecamatan Mojolaban
Tingkat pengetahuan tentang Sinkop di SD
Kecamatan Mojolaban
Sikap Pertolongan Pertama Sinkop di SD
Kecamatan Mojolaban
Hasil uji korelasi gamma tentang hubungan
tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik
dalam pertolongan pertama sinkop
31
39
40
40
41
41
41
42
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar
Halaman
2.1 Hubungan Sikap dengan Perilaku 16
2.2 Pengaruh Sikap Terhadap Diri Sendiri 20
2.3 Skema Kerangka Teori 26
2.4 Skema Kerangka Konsep 27
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : F.01 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 3 : F.02 Pengajuan Persutujuan Judul
Lampiran 4 : F.04 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 : F.05 LembarOponent
Lampiran 6 : F.06 Lembar Audience
Lampiran 7 : Permohonan Pengantar Untuk Studi Pendahuluan
Lampiran 8 : Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9 : Balasan Surat Ijin Uji Validitas dan Reliablitas
Lampiran 10 : Surat Permohonan Calon Responden
Lampiran 11 : Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 12 : Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13 : Hasil Analisis SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 14 : F.07 Pengajuan Ijin Penelitian
Lampiran 15 : Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 16 : Surat Izin Penelitian / Survey
Lampiran 17 : Surat Permohonan Calon Responden Penelitian
Lampiran 18 : Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 19 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 20 : Hasil Analisis SPSS Penelitian
Lampiran 21 : Balasan Surat Penelitian
xiv
Lampiran 22 : Poster
Lampiran 23 : Dokumentasi
Lampiran 24 : Lembar Konsultasi Pembimbing Utama
Lampiran 25 : Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping
Lampiran 26 : Lembar Konsultasi Penguji
xv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2014
Romadhona Nur Hidayat
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pendidik dalam
Pertolongan Pertama pada Siswa yang Mengalami Sinkop
di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
ABSTRAK
Jatuh pingsan (sinkop) adalah hilangnya kesadaran dan kontrol otot untuk
sesaat (beberapa detik hingga beberapa menit) yang menyebabkan seseorang
terjatuh secara mendadak. Pertolongan pertama sinkop dipengaruhi oleh
pengetahuan yang baik dan sikap dalam pertolongan yang tepat dan cepat.
Pertolongan pertama sinkop di Sekolah Dasar (SD) banyak dilakukan oleh
pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain
cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini pendidik yang
bekerja di SD Negeri Laban 01, 02 dan MI GUPPI di Kelurahan Laban
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah30 sampel.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling. Penelitian ini
menggunakan uji Korelasi Gamma. Hasil didapatkan nilai korelasi gamma 0,506
dengan p value 0,041 (p < 0,05). Dengan demikian kekuatan hubungan tingkat
pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo termasuk
dalam kategori sedang dan arah korelasi + (positif) yaitu searah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop. Dengan demikian diharapkan pendidik dapat bekerja sama
dengan instansi kesehatan yang berada di wilayahnya untuk mewujudkan
pelatihan tentang kesehatan kususnya terampil dalam penanganan sinkop.
Kata Kunci: Pendidik, Sinkop, Pengetahuan, Sikap.
Daftar Pustaka : 37 (2000 – 2013)
xvi
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2014
Romadhona Nur Hidayat
The Correlation between Knowledge Level and Attitude of Educators in First
Aids for Students Experiencing Syncope at Primary Schools of Mojolaban
Sub-district, Sukoharjo Regency
ABSTRACT
Syncope is defined as transient loss of consciousness and postural tone
(several seconds to several minutes) which causes one to fall suddenly. The first
aids for those experiencing syncope are affected by good knowledge and attitude
in appropriate and quick aids. The first aids for the syncope students at Primary
Schools are done by teachers.The objective of this research is to investigate the
correlation between knowledge level and attitude of educators in first aids for
students experiencing syncope.
This research used the correlational quantitative method with the cross-
sectional design. The samples of the research were taken by means of the cluster
random sampling. They were educators as many as 30 of State Primary School
Laban 01, State Primary School Laban 02, and Islamic Primary School GUPPI of
Laban ward, Mojolaban sub-district, Sukoharjo regency. The data of the research
were analyzed by using Gamma Correlation Test.
The result of the analysis shows that the value of Gamma correlation test
is 0.506 with the value of p = 0.041 which is smaller than 0.05. Thus, the strength
of the correlation between knowledge level and attitude of educators in first aids
for the students experiencing syncope at Primary Schools in Mojolaban sub-
district, Sukoharjo regency belongs to moderate category and the direction of
correlation is positive or unidirectional.
The result of research shows that there is a correlation between knowledge
level and and attitude of educators in first aids for the students experiencing
syncope at Primary Schools in Mojolaban sub-district, Sukoharjo regency.
Therefore, the educators are expected to cooperate with health institutions in their
regions to materialize training on health particularly the skills for handing
syncope.
Keywords: Educators, syncope, knowledge, and attitude
References: 37 (2000 – 2013)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebanyakan orang pernah jatuh dalam suatu keadaan pingsan.
Penyebabnya adalah panas disertai dehidrasi, tekanan emosi, posisi tubuh
yang naik mendadak seperti dari jongkok ke berdiri, sakit perut, berdiri
terlalu lama, kehilangan darah, batuk-batuk, nyeri saat buang air kecil,
pengobatan tertentu, merosotnya kadar gula darah (hipoglikemi) dan
gangguan jantung (Saubers 2011). Penyebab pingsan dapat dikatakan tidak
secara pasti, karena ada kekurangan darah dalam otak, hingga terlalu
sedikit memperoleh zat asam. Tanda – tanda adanya perasaan pingsan
adalah kram, terlihat gugup, menguap dan menelan, kulit pucat, lembab,
ingin muntah dan perasaan pusing melayang – layang, serta rasa
mendengung di telinga (Steven 2000).
Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien digawat
darurat disebabkan oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang
datang kerumah sakit. Angka rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%.
Sinkop sering terjadi pada orang dewasa, insiden sinkop meningkat
dengan meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada
umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari pada laki-laki, sedangkan
pada penelitian Framingham mendapatkan kejadian sinkop 3% pada laki-
2
laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian
sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814
individu, bahwa insiden sinkop pertama kali terjadi 6,2/1000 orang/tahun.
Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop
kardiak (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan di Eropa dan Jepang kejadian sinkop adalah 1-3,5%. Sinkop
vascular merupakan penyebab sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti
oleh sinkop kardiak (Alimurdianis 2010).
Pemicu umum untuk sinkop dalam beberapa posisi penurunan
frekuensi berdiri adalah rasa sakit (12,77%), bau (10,64%), ketakutan
(8,51%), dan melihat darah (4,26%). Sementara di terlentang dan posisi
duduk, bau (50% dan 18,75%, masing-masing), dan rasa sakit (16,67%
dan 12,50%, masing-masing) adalah pemicu umum. Sinkop situasional
terlihat pada berdiri (17,12%) dan posisi duduk (4,5%). Micturation
(16,22%) adalah pemicu umum di antara berbagai penyebab sinkop
situasional, sedangkan batuk (12,50%), tertawa (6,25%), dan buang air
besar (6,25%) yang ditemui dalam posisi duduk. Pemicu lain seperti
gerakan kepala, kurang tidur, melihat darah, keracunan alkohol, angkat
berat, membaca, konsentrasi, gelisah, bermain, dan membersihkan telinga
yang jarang, berdiri terlalu lama (35.59%) adalah keadaan umum,
mendahului episode syncopal, terutama sambil berdiri dalam antrian
dikeramaian, terutama di musim panas (Khadilkar 2013).
3
Jatuh pingsan biasanya terjadi secara mendadak. Pingsan dapat
disebabkan akibat penderita terlalu lama berada di bawah terik sinar
matahari. Gejala ringan yang sering terjadi pada penderita sinkop adalah
kelelahan yang menyeluruh, sakit kepala atau pusing, mata berkunang –
kunang, haus, nafas sesak dan pendek. Pingsan bisa juga disebabkan
penyakit luar (cuaca angin panas) atau penyakit dalam yaitu emosi atau
keterkejutan (Sukanta 2008).
Seseorang yang mengalami sinkop dapat diatasi dengan cara yang
sederhana. Pasien dibaringkan dengan kaki ditinggikan untuk
memperbaiki aliran darah ke otak, jaga agar aliran darah di sekitar cukup
baik, dan longgarkan pakaiannya. Pasien yang kemudian terlihat sadar
langsung diberikan minuman manis untuk menaikkan tingkat gula
darahnya, jika seseorang kehilangan kesadaran dan belum siuman, segera
lakukan pertolongan pertama dan bawa ke rumah sakit (Smith 2006).
Kejadian pingsan biasa terjadi di sekolah – sekolah seperti SD,
SMP, dan SMA atau sekolah lainnya yang mengadakan upacara rutin
setiap hari senin. Referensi diatas telah menyebutkan bahwa pingsan
banyak terjadi karena penderita terpapar langsung dengan sinar matahari,
oleh karena itu perlunya pembekalan bagi setiap guru untuk dapat
menangani kasus pingsan yang terjadi pada siswanya.
Studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri Laban 01
Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo didapatkan informasi dari
kepala sekolah bahwa setiap upacara bendara hari senin ada kurang lebih 3
4
siswa yang mengalami pingsan atau sinkop dalam satu bulan. Menurut
kepala sekolah penanganan tentang kesehatan lebih banyak dilakukan oleh
guru olahraga. Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi dari guru olahraga
merangkap sebagai guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tugas guru UKS
adalah melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan kejadian-
kejadian yang membahayakan siswanya di sekolah.
Kejadian pingsan dan kecelakaan pada siswa di sekolah dapat
terjadi sewaktu-waktu. Oleh karena itu semua guru sebaiknya mampu
menguasai penatalaksanaan siswa yang mengalami pingsan di sekolah.
Penguasaan suatu tindakan dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya
adalah pengetahuan. Pengetahuan yang lebih luas akan mempengaruhi sikap
untuk berubah atau menetap (Gunarsa 2008).
Uraian diatas melandasi penulis untuk meneliti tentang
pengetahuan pendidik terhadap penanganan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop di SD Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap
pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam
pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan
mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pendidik tentang pertolongan
pertama sinkop.
1.3.2.2 Mengidentifikasi sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa
yang mengalami sinkop.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam
pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Peneliti
Peneliti dapat mengetahui apakah tingkat pengetahuan pendidik tentang
sinkop memiliki hubungan dengan sikap pendidik dalam melakukan
pertolongan pertama saat terjadi sinkop dan peneliti dapat memberikan
pendidikan kesehatan terhadap subyek penelitian.
1.4.2 Institusi Pendidikan
Menambah literatur tentang penelitian, sehingga dapat menambah
pengetahuan dalam institusi.
6
1.4.3 Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang pertolongan pertama yang harus
dilakukan saat terjadi sinkop dan masyarakat dapat mengaplikasikan.
1.4.4 Peneliti Lain
Peneliti lain dapat mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan serta
dapat menambah pengetahuan peneliti tersebut. Peneliti lain dapat
melakukan penelitian yang sama dengan responden yang berbeda tempat,
sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.
1.5 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang terkait dengan Penangan Sinkop
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Penelitian Judul Metode Hasil
Satish V.
Khadilkar,
Rakhil S.
Yadav dan
Kamlesh
A Jagiasi
Are syncope in
sitting and supine
position different ?
Body positions and
syncope : A study
of 111 patients
Penelitian ini
menggunakan
studi prospektif
Hasil penelitian
bahwa sinkop dapat
terjadi pada semua
posisi tubuh dan
lebih dari satu posisi
pada pasien individu.
Birsen
Arici,
Mirjam
Maeder,
Philipp
Schuetz,
Beat
Mueller
dan
Werner
C.Albrich
Potential Role of
Biomarkers in the
Management of
Syncope
Penelitian ini
menggunakan
studi
observasional
Hasil bahwa peneliti
menemukan
biomarker yang
berkorelasi dengan
efek samping dengan
demikian dapat
meningkatkan
penilaian risiko pada
pasien dengan
sinkop.
7
Penelitian Judul Metode Hasil
Glend L.
Sumner,
M.D.,
F.R.C.P(C
), M.
Sarah
Rose,
Ph.D.,
Mary Lou
Koshman,
R.N.,
Debbie
Ritchie,
R.N., and
Robert S.
Sheldon,
M.D., Ph.
D.,
F.R.C.P.
(C)
Recent History of
Vasovagal Syncope
in a Young,
Referral-Based
Population Is a
Stronger Predictor
of Recurrent
Syncope Than
Lifetime Syncope
Burden
Penelitian ini
menggunakan
studi kohort
retrospektif
hasil penelitian
Jumlah
kejadiansinkoppada
tahun
sebelumevaluasi
klinisadalah
prediktor
terbaikdarisinkopkek
ambuhan.
rekuensisinkopvasov
agalpada tahun
sebelumpresentasikli
nisungguldengan
totalseumur
hidupnomorsinkopse
bagai
prediktorsinkopkeka
mbuhanpada
tahunberikutnya.
Sejarahtidaksinkopdi
bandingkan
dengansinkoppada
tahun
sebelumnyadikaitkan
dengan
probabilitas1tahun7
% dibandingkan
dengan 46%
untuksinkopkekamb
uhan
Jonathan
A. Bolles,
MD,
Philip J.
Gentlesk,
MD, Paul
C. Lewis,
PhD,
Ronald D.
Ross, MD,
PhD,
Robert E.
Eckart,
DO
Resource
Utilization in the
Management of
Young Patients
with Syncope in a
Combat Theater of
Operations
Penelitian ini
menggunakan
Retrospektif
review
Hasil penelitian
bahwa mayoritas
kasus sinkop dalam
dewasa muda
menyebabkan risiko
kematian. Hasil dari
penelitian
mengidentifikasi
848pasien
dengansinkop.
Sebagian besar
(80,8%) berada di
bawahusia 40.
HasildiagnostikEKG
8
adalah 2,0%.
Dalam<40 tahun,
tidak
adakepalaCTatauEch
ocardiogramstransth
oracicyangmengiden
tifikasipenyebabsink
op.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pendidik
2.1.1.1 Pengertian
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional mengkarakteristikan bahwa guru termasuk kelompok tenaga
kependidikan khususnya tenaga pendidik yang bertugas untuk
membimbing, mengajar, dan atau melatih pesera didik (Surya 2004).
Guru sebagai pengajar atau pendidik harus mempunyai
“pemahaman” (understanding) agar (1) dapat melihat hubungan-hubungan
dalam perilaku manusia yang menurut pandangan sepintas tidak nampak,
(2) menjelaskan perilaku dari berbagai aspek dan titik pandang,
mengembangkan kesadaran peranan faktor-faktor penting dalam perilaku,
menemukan sebab-sebab perilaku, dan (3) membuat prediksi-prediksi yang
akurat mengenai perilaku. Seorang guru akan terperangkap dalam reaksi
terhadap perilaku anak didik sebagai akibat latar belakang atau karena
aspek-aspek lain yang bermakna apabila tanpa pemahaman (Ali 2007).
10
2.2.1 Siswa
2.2.1.1 Pengertian
Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Pada umumnya siswa adalah remaja
masih belajar di sekolah menengah atau perguruan tinggi. Rata-rata remaja
menyelesaikan sekolah lanjutan pada usia kurang lebih 18 tahun. Siswa
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu (Megawati 2010).
2.3.1 Pengetahuan
2.3.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo 2003).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya (Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan & Dewi 2011).
11
2.3.1.2 Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang ada 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada sebelumnya.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan secara
benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun pada kondisi riil
(nyata).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
menyatakan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen
tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu dengan yang lainnya .
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk melaksanakan
atau menghubungkan bagian-bagian dari keseluruhan yang baru.
12
f. Evaluasi (Evaluation)
Evalusi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo
2003).
2.3.1.3 Cara memperoleh pengetahuan
Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu :
a. Cara Tradisional
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan “kemungkinan” dalam memecahkan masalah dan
apabila “kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba lagi.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan masyarakat
formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya
baik berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi masa lalu.
13
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode
penelitian ilmiah dan lebih popular (Notoadmodjo 2003).
2.3.1.4 Proses perilaku “Tahu”
Proses perilaku ada 5, yaitu :
a. Awareness (kesadaran)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik)
Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang)
Dimana individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan
terhadap stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial
Dimana individu ini mulai mencoba perilaku baru.
e. Adaption
Adaptasi dan sikap individu terhadap stimulus (Wawan & Dewi 2011).
2.3.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Faktor Internal
Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
14
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan akan tetapi lebih banyak merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan, menyita waktu, berulang
dan banyak tantangan.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
(Wawan & Dewi 2011).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
15
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan &
Dewi 2011).
2.3.1.6 Kriteria tingkat pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : 76 % - 100 %
b. Cukup : 56 % - 75 %
c. Kurang : < 56 % (Arikunto 2006).
2.4.1 Sikap
2.4.1.1 Pengertian
Sikap adalah pikiran dan perasaan yang mendorong seseorang
bertingkah laku ketika seseorang menyukai atau tidak menyukai sesuatu.
Sikap sendiri mengandung tiga komponen yaitu : kognisi, emosi dan
perilaku serta bisa konsisten dan bisa juga tidak, tergantung permasalahan
apa yang mereka hadapi (Poespodihardjo 2010).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan (Maulan 2009).
Sikap atau “attitude” digunakan untuk menunjukkan status mental
individu. Sikap individu selalu diarahkan kepada suatu hal atau objek
16
tertentu dan sifatnya masih tertutup. Manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup
tersebut. Sifat yang tertutup, sikap juga bersifat sosial, dalam arti bahwa
sikap kita hendaknya dapat beradaptasi dengan orang lain. Sikap
menuntun perilaku kita sehingga kita akan bertindak sesuai dengan dengan
sikapyang kita ekspresikan. Kesadaran individu untuk menentukan tingkah
laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi itulah yang dimaksud
dengan sikap. Individu memiliki sikap terhadap bermacam-macam objek,
mungkin benda, orang, peristiwa, pemandangan, norma, nilai, lembaga
dan sebagainya.
Sikap menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap menuntun perilaku seseorang
sehingga seseorang akan bertindak sesuai dengan sikap. Berikut ini
gambar hubungan sikap dengan perilaku.
Gambar 2.1 Hubungan sikap dengan perilaku (Sunaryo 2004)
STIMULUS PROSES
STIMULUS REAKSI
TINGKAH LAKU
TERBUKA
SIKAP
(TERTUTUP)
17
Sikap masih merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
bukan pelaksana motif tertentu. Sikap itu belum merupakan tindakan atau
aktifitas, tetapi merupakan suatu kecenderungan (predisposisi) untuk
bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek tersebut (Sunaryo 2004).
2.4.1.2 Objek dan komponen sikap
Objek-objek sikap adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu
sendiri dan dapat juga berasal dari lingkungan fisik serta lingkungan
sosial. Komponen-komponen sikap adalah : kognitif, afektif dan konatif
(Poespodihardjo 2010).
a. Komponen kognitif ( komponen perceptual )
Komponen yang berisi kepercayaan yang berhubungan
persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan
diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi,
kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.
b. Komponen afektif (komponen emosional).
Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif
individu terhadap objek sikap, baik bersikap positif (rasa senang)
maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak
dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar
terhadap objek sikap tersebut.
18
c. Komponen konatif (komponen perilaku).
Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan
bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya (maulana 2009).
2.4.1.3 Fungsi sikap
Sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut :
a. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis
atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
b. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi
diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.
c. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada
pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang
diambil individu yang bersangkutan.
d. Fungsi pengetahuan, Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu,
ingin mengerti, ingin banyak mendapat pangalaman dan pengetahuan,
yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk
adaptasi dengan lingkungannya (Maulana 2009).
2.4.1.4 Pembentukan dan perubahan sikap
Pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh situasi
interaksi kelompok dan situasi komunikasi media.Semua kejadian tersebut
mendapatkan pengalaman dan pada akhirnya akan membentuk keyakinan,
perasaan serta kecenderungan berperilaku. Beberapa cara untuk
membentuk atau mengubah sikap individu adalah sebagai berikut :
19
a. Adopsi
Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kegiatan
yang berulang dan terus menerus sehingga lama-kelamaan secara
bertahap akan diserap oleh individu.
b. Differensiasi
Terbentuk dan berubahnya sikap karena individu telah memiliki
pengetahuan, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. Hal
yang pada awalnya dipandang sejenis, sekarang dipandang tersendiri
dan lepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri.
c. Integrasi
Sikap terbentuk secara bertahap, diawali dari pengetahuan dan
pengalaman terhadap objek sikap tertentu.
d. Trauma
Pembentukan dan perubahan sikap terjadi melalui kejadian yang
tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam.
e. Generalisasi
Sikap terbentuknya dan berubah karena pengalaman traumatik
pada individu terhadap hal tertentu dapat menimbulkan sikap tertentu
(positif atau negatif) terhadap semua hal (Maulana 2009).
20
Berikut gambar pengaruh sikap terhadap diri individu.
Gambar 2.2 Pengaruh sikap terhadap diri sendiri (Maulana 2009).
2.5.1 Sinkop
2.5.1.1 Pengertian
Sinkop yaitu hilangnya kesadaran secara sementara yang di
sebabkan oleh menurunnya sirkulasi darah ke otak atau terhentinya fungsi
normal otak (Callaham &barton 1997).
Jatuh pingsan adalah hilangnya kesadaran dan kontrol otot untuk
sesaat (beberapa detik hingga beberapa menit) yang menyebabkan
seseorang terjatuh secara mendadak (Saubers 2011).
FAKTOR INTERNAL
• Fisiologis
(sakit, lapar, haus)
• Psikologis
(minat dan perhatian)
FAKTOR EKSTERNAL
• Pengalaman
• Situasi
• Norma
• Hambatan
• Pendorong
SIKAP
REAKSI
OBJEK
SIKAP
21
Penyebab sinkop dapat di katakan tidak secara pasti, karena ada
kekurangan darah dalam otak, sehingga otak terlalu sedikit memperoleh
zat asam. Tanda – tanda adanya perasaan pingsan adalah kram, terlihat
gugup, menguap dan menelan, kulit pucat, lembab, ingin muntah dan
perasaan pusing melayang – layang, serta rasa mendengung di telinga
(Steven 2000). Penyebab sinkop dipengaruhi oleh stimulus yang
menghasilkan respon berlebihan di bagian sistem syaraf yang mengatur
fungsi-fungsi tubuh yang di kontrol syaraf tak sadar seperti detak jantung
dan aliran darah. Respon yang terpicu di karenakan tekanan jantung dan
tekana darah merosot tajam, sehingga mengurangi aliran darah ke otak,
menyebabkan korban jatuh pingsan (Saubers 2011).
2.5.1.2 Penyebab sinkop
Tanda-tanda pingsan yaitu suatu lingkungan yang panas disertai
dehidrasi, posisi tubuh yang naik mendadak seperti dari jongkok ke
berdiri, sakit perut, berdiri terlalu lama, kehilangan darah, buang air kecil
disertai nyeri, hipoglikemi dan gangguan jantung (Saubers 2011).
Penyebab sinkop juga dipengaruhi oleh segala bentuk emosi, seperti
ketakutan, sakit, terkejut, melihat darah, atau melihat peristiwa kecelakaan
(Stevens dkk 2000).
Sinkop dibagi 5 bagian besar menurut etiologinya :
a. Neurally mediated syncopal syndromes : sinkop vasovagal, sinkop sinus
karotis, sinkop situasional (sinkop karena adanya perdarahan akut,
sinkop akibat batuk, bersin)
22
b. Disfungsi otonom : sindromedisfungsi otonom primer (disfungsi
otonom murni, atropi sistem multipel, penyakit parkinson dengan
disfungsi otonom)
c. Sinkop akibat aritmia jantung : disfungsi nodus SA, gangguan konduksi
atrioventrikular.
d. Penyakit struktural jantung atau kardio pulmoner
e. Serebrovaskuler : subclavian steal syndrome (Dewanto dkk 2009).
2.5.1.3 Anamnesis
Anamnesis sinkop meliputi episode sinkop yang mencakup; faktor
pencetus, aktivitas sebelum terjadinya sinkop, posisi pasien (berdiri, duduk
atau tidur) saat serangan sinkop dapat membantu membedakan sinkop
kardiogenik atau nonkardiogenik.Klinisi juga disarankan untuk
mengumpulkan informasi mengenai gejala-gejala sebelum timbulnya
sinkop.
Rasa ingin pingsan, kepala terasa ringan, vertigo, kelemahan,
diaforesis, perasaan tidak nyaman di perut, mual, penglihatan kabur, pucat
dan parestesia sering terjadi sebelum sinkop. Sepertiga dari pasien
(terutama lansia) hanya menampilkan sedikit gejala prodromal, bahkan
ada yang tidak mengalaminya. Pada kasus kasus demikian biasanya diikuti
oleh trauma fisik, misalnya terjatuh.
Riwayat pengobatan harus diteliti dengan seksama, terutama obat-
obat yang sering dihubungkan dengan penyebab sinkop, antara lain :
a. Obat-obat yang menurunkan tekanan darah
23
b. Obat-obat yang mempengaruhi curah jantung
c. Obat-obat yang memperpanjang interval Q-T (sepertiga dari setiap
siklus detak jantung)
d. Obat-obat yang mempengaruhi kesadaran
2.5.1.4 Pemeriksaan fisik dan penunjang
a. Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapatmemberikan
gambaran mengenai etiologi sinkop.
b. Tanda-tanda vital.
c. Pemeriksaan neurologis sebagai barometer perbaikan ataupun
perburukan gejala. Status mental biasanya normal.
d. Identifikasi trauma
e. Beberapa pemeriksaan bedside dapat membantu menunjukkan sumber
sinkop
f. Pemeriksaan EKG 12 sadapan
2.5.1.5 Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan neurologis pada sinkop meliputi jenis gangguannya
yaitu, disfungsi autonom, gangguan serebrovaskuler, nonsyncopal attact,
dan evaluasi psikiatrik. Pada disfungsi autonom, sistem saraf autonom
tidak mampu menyesuaikan pada perubahan posisi sehingga menyebabkan
hipotensiortostatik dan sinkop. Derajat sinkop didasarkan pada lamanya
pasien dapat berdiri sebelum akhirnya duduk. Hipotensi dan gangguan
miksi merupakan jenis disfungsi otonom lainnya (Dewanto dkk 2009).
24
Gangguan serebrovasculer juga merupakan salah satu tanda
penyebab terjadinya sinkop. Gangguan tersebut dikarenakan steal
syndromes dan TIA. Steal syndrom ini terjadi stenosis pada bagian
proximal arteri subclavicula (ditandai dengan bruit pada leher bawah dan
penurunan tekanan darah serta volume nadi lengan ipsilateral) yang dapat
menyebabkan aliran retrograd arteri vertebralis ke bawah saat lengen di
gerakkan (Ginsberg 2007). TIA (Transient Ischemic Attack) merupakan
gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia serebral
(Corwin 2009).
Nonsyncopal attact menjadi pemicu terjadinya sinkop meliputi
epilepsi yang disebabkan oleh lepasnya listrik paroksismal dalam neuron
serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda termasuk sinkop
(Rubenstein dkk 2007). Katapleksi juga termasuk ke dalam nonsyncopal
attact. Penderita katapleksi mengalami serangan tiba-tiba dan hilangnya
kelenturan otot temporal pada tubuh, sehingga seluruh otot lurik dalam
tubuh terpengaruh dan bisa memicu terjadinya sinkop (Rafknowledge
2004). Jenis nonsyncopal attact yang terakhir adalah drop attact yang
merupakan kehilangan tonus otot yang tiba-tiba (Ginsberg 2007).
2.5.1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan sederhana
Baringkan pasien terlentang dengan kaki ditinggikan untuk
memperbaiki aliran darah ke otak. Jaga agar aliran udara disekitar
cukup baik, dan kendurkan pakaiannya. Bila yakin bahwa pasien
25
sepenuhnya sadar, tawarkan minuman manis untuk menaikkan gula
darahnya. Bila pasien kehilangan kesadaran dan belum siuman dalam 3
menit, segera lakukan pertolongan pertama dan bawalah ke rumah sakit
(Smith 2006).
b. Indikasi rawat
Pertimbangan merawat pasien sinkop di rumah sakit didasarkan
pada 2 tujuan, yaitu tujuan diagnosis, dan terapi. Kasus sinkop yang
pada evaluasi awal belum diketahui penyebabnya dapat di rawat di
rumah sakit. Pasien yang telah didiagnosis pada evaluasi klinis awal,
keputusan merawat pasien di rumah sakit tergantung pada prognosis
dari etiologi yang mendasari sinkop dan perawatan yang dibutuhkan.
Terapi yang di dapatkan pada pasien sinkop meliputi terapi non
farmakologis (pencegahan sekunder, ekspansi volume, latihan
ortostatik) dan pengobatan farmakologis seperti penyakit-β, agonis-α
dan alat pacu jantung (Dewanto 2009).
26
2.2 Kerangka Teori
Keterangan : : Tidak termasuk dalam komponen penelitian
: Komponen penelitian
Gambar 2.3 Skema Kerangka Teori (Annisa 20012)
Gejala/Tanda-tanda
• Terlihat Gugup, pucat
• Sering menguap dan
menelan
• Rasa mendengung di
telinga
• Segala bentuk emosi,
seperti
ketakutan,terkejut.
Penyebab
• Lingkungan panas disertai
dehidrasi
• Posisi tubuh yang naik
mendadak seperti dari jongkok
ke berdiri
• Sakit perut
• Berdiri terlalu lama
• Kehilangan darah
• Belum sarapan
• Melihat darah atau melihat
peristiwa kecelakaan.
• Pusing melayang-layang
Sinkop
Penatalaksanaan
Sinkop
Sederhana Farmakologi
s
Sikap Pengetahuan
27
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 2.4 Skema Kerangka Konsep (Wawan&Dewi 2011)
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual
penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
dihadapiserta dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis
yang digunakan adalah H1
Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap
pertolongan pertama sinkop
H1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap
pertolongan pertama sinkop
Hipotesis dalam Penelitian ini Adalah Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
sikap terhadap pertolongan pertama sinkop.
Pengetahuan Pendidik
tentang Sinkop Sikap Pendidik dalam
Prnanganan Sinkop
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif
korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan
hubungan korelatif antarvariabel (Nursalam 2011). Hubungan dalam
penelitian ini menggunakan hubungan Kausal yaitu hubungan yang
bersifat sebab akibat (Sugiono 2010). Penelitian korelasional biasanya
dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak
dari suatu kelompok subjek.
Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam 2011).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam 2011). Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010).
29
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pendidik yang bekerja
di Sekolah Dasar Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sebanyak
448 responden.
3.2.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan
sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian ini
adalah poendidik yang berada di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Pendidik yang berada di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo
Kriteria eksklusi Pendidik yang berada di SD kecamatan Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut:
1. Pendidik yang sakit pada saat pembagian kuesioner
2. Pendidik yang sedang cuti
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sebanyak 30 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan Cluster Sampling
yaitu pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi penelitian
dengan karakteristik yang berbeda (Nursalam 2011).
30
Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah Seluruh
Pendidik di SD yang berada di Kelurahan Laban, kecamatan mojolaban
kabupaten Sukoharjo yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi
sebanyak 30 responden. Pada masing-masing SD diambil sampel sebagai
berikut untuk SD Laban 01 diambil 11 Responden, SD Laban 02 diambil
10 Responden dan SD Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Laban diambil 9
Responden. Semua Sekolah Dasar tersebut berada di satu desa yaitu di
Desa Laban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Tempat Penelitian dilakukan di beberapa Sekolah Dasar yang
berada di Kecamatan Mojolaban yaitu di SD Laban 01, Laban 02 dan
Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Laban.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan 4 Desember 2013 sampai 12 Mei 2014
31
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Tabel 3.1 DefinisiOperasional
Nama
Variabel
Pengertian Indikator Score AlatUkur Skala
Independen
Pengetahuan
tentang
penanganan
pertama
sinkop
Merupakan
pemahaman
pendidik
tentang
penanganan
sinkop
Tingkat
pengetahuan
i.Kategori Kurang
yaitu menjawab
benar < 56% dari
yang diharapkan
ii.Kategori cukup
yaitu menjawab
benar 56%-
75%dari yang
diharapkan
iii.Kategori Baik
yaitu menjawab
benar 76%-100%
dari yang
diharapkan
Kuesioner Ordinal
Dependen
Sikap
pendidik
dalam
managemen
sikop
Merupakan
respon
pendidik
tentang
penanganan
sinkop
Managemen
sinkop
i.Kategori Kurang
skor < 26
ii.Kategori Cukup
skor 26-30
iii.Kategori Baik
skor >30
Kuesioner Ordinal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah jenis
pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subjek
untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam 2011).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah closedended
questions yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga
responden tinggal memilih (Nursalam 2011). Penelitian ini menggunakan
2 jenis kuesioner sesuai dengan 2 variabel yang akan dihubungkan.
32
Kuesioner tersebut meliputi kuesioner pengetahuan pendidik tentang
managemen sinkop dengan 15 pertanyaan dan kuesioner tentang sikap
pendidik dalam manajemen sinkop dengan 10 pertanyaan.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
3.5.2.1 Data primer
Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan
secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam
penelitian ini adalah data yag diambil dari subyek peneliti yang diukur
sesudah pemberian kuesioner tentang pertolongan pertama pada
siswanyang mengalami sinkop.
3.4.1.1 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang ada di SD kecamatan mojolaban
kabupaten sukoharjo, literatur yang relevan dan sumber lain yang
mendukung penelitian ini.
3.5.3 Tahap Pengumpulan Data
Sebelum melakukan tahap pertama, peneliti melakukan langkah
awal, yaitu tahap orientasi meliputi pengajuan surat ijin kepada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukoharjo.
Tahap pertama, peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang
mendukung penelitian ini dengan membaca berbagai referensi dan jurnal.
Peneliti mencari literatur lain untuk mendalami topik penelitian ini. Tahap
kedua, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui angka
kejadian sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
33
Tahap ketiga, peneliti menyusun proposal yang sebelumnya sudah
dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II. Tahap keempat,
peneliti melakukan revisi proposal penelitian sebelum melaksanakan
penelitian yang kemudian dikonsultasikan kembali kepada pembimbing I
dan pembimbing II. Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan izin
kepada UPTD dan SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
3.5.4 Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama, peneliti menetapkan objek penelitian dengan
pemilihan sampel yaitu semua pendidik yang bekerja di SD laban 01,laban
02 dan SD MI GUPPI Desa Laban Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo. Tahap kedua, peneliti melakukan pengambilan data dengan
cara melakukan pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap. Tahap ketiga,
peneliti melakukan pengambilan data pertolongan pertama pada siswa
yang mengalami sinkop. Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil
penelitian.
3.5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.5.5.1 Uji validitas
Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah
itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks
korelasi. Untuk tα = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel
berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007).
Uji validitas dilakukan di SDN Wirun 03, Wirun 04, dan Wirun 05
34
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan 30
responden.
Rumus Pearson product moment:
������� = (�� )�(∑�). (∑ )�(. ��� − (∑�)�). (. � � − (� )�)
��������: ������� = koefisien korelasi
�� = jumlah skor item
�y = jumlah skor total item
n = jumlah responden
Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang sinkop
pada 30 responden, didapatkan hasil dari 36 item pernyataan, 15 item
diantaranya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r
tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,361). Sedangkan 21 item pernyataan,
yaitu item pernyataan no 2, 6, 8, 10, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 34, 35, dan 36 dinyatakan tidak valid karena r hitung lebih
kecil dari nilai r tabel. Sama halnya dengan kuesioner tingkat pengetahuan
tentang sinkop, pada kuesioner sikap pertolongan pertama sinkop juga
dilakukan uji validitas. Dari 20 item pernyataan 10 diantaranya dinyatakan
tidak valid, yaitu item pernyataan no 1, 2, 6, 11, 12, 13, 14, 17, 18 dan 20.
Item pernyataan dari kedua kuesioner yang telah dinyatakan tidak valid,
35
selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item pernyataan kuesioner
penelitian ini.
3.5.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut
sudah baik, metode item varian yang digunakan untuk mengukur
reliabilitas adalah cronbach alpa. Uji Cronbach’s alpha dapatdigunakan
pada tes yang respon terhadap item yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau
1) maupun terhadap item skor bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4)
(Azwar 2012). Kuesioner dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7
(Priyatno 2012). Rumus uji Cronbach alpha :
��� = � �� − 1� �1 −
∑ 12 "2 #
Keterangan:
��� = Reliabilitas instrumen
∑ �� = Jumlah varians butir
∑ �� = Varian total
$ = banyaknya soal
Setelah didapat nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut dibandingkan
dengan nilai uji reliabilitas tabel. Jika nilai uji reliabilitas tabel lebih besar
dari nilai uji reliabilitas tabel maka pernyataan dinyatakan reliabel.
36
Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka kuesioner tingkat
pengetahuan tentang sinkop dengan sikap pertolongan pertama sinkop
dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan dari nilai r hitung tingkat
pengetahuan = 0,881 dan r hitung sikap pertolongan sinkop = 0,885 lebih
besar dari nilai r tabel = 0,364 yang berarti kedua kuesioner layak
digunakan.
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data meliputi :
3.6.1.1 Editingataumengedit data, dimasukanuntukmengevaluasikelengkapan,
konsistensidankesesuaian kriteria data yang
diperlukanuntukmenguncihipotesisataumenjawabtujuanpenelitian.
3.6.1.2 Codingataumengkode data merupakansuatumetodeuntukmengobservasi
data yangdikumpulkanselamapenelitiankedalam simbol yang
cocokuntukkeperluananalisisterhadaphasilobservasi yang dilakukan.
Dalampenelitianini coding dilakukandenganmenggunakanangka
1,2,3danseterusnya.
3.6.1.3 Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer.
3.6.1.4 Tabulasimerupakan proses mengklasifikasikan data menurut criteria
tertentusehinggafrekuensidarimasing-masing item.
37
3.6.2 Analisa Data
3.6.2.1 Analisa univariat
Analisaunivariatadalahanalisa yang
dilakukanuntukmenganalisistiapvariabel darihasilpenelitian yang
disajikandalambentukdistribusi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2005).
Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan variabel pengetahuan,
sikap dan karakteristik responden yang meliputi Umur, Jenis Kelamin,
Masa Kerja dan Pelatihan UKS. Variabel pengetahuan, sikap, Umur Jenis
kelamin, Masa Kerja dan Pelatihan UKS dijelaskan menggunakan
distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi.
3.6.2.2 Analisa bivariat
Analisabivariatadalahanalisis yang
dilakukanuntukmengetahuiketerkaitanduavariabel,
untukmengetahuihubunganantarapengetahuan dan sikap pendidik dalam
penanganan pertama sinkop dilakukanuji Korelasi Gamma yaitu uji yang
digunakan untuk menguji korelasi dua variabel dimana kedua variabel
yang dihubungkan adalah variabel ordinal (Dahlan 2008).
3.7 Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lai adalah sebagai berikut :
3.7.1 Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consenttersebut
38
diberikan senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani
lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed consent tersebut antara lain: partisipasi perawat, tujuan
dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,
informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.
3.7.2 Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada BAB ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat
pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop di Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo. Berdasarkan data yang diambil selama 7 hari penelitian yaitu pada
tanggal 5 mei 2014 sampai 12 Mei 2014 dengan 30 responden yang telah
memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari pendidik yang berada di
SD Kecamatan Mojolaban yang telah sesuai kriteria yang diinginkan
peneliti dan memiliki karakteristik yang beragam. Sesuai dengan hasil
penelitian, diperoleh data karakteristik responden sebagai berikut :
4.1.1.1 Usia responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia Responden di SD
Kecamatan Mojolaban
(N=30)
No Usia Responden (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1 24-34 12 40,0
2 35-45 10 33,3
3 46-56 8 26,7
Total 30 100
40
Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berada pada usia 24–34 tahun, yaitu 40%.
4.1.1.2 Jenis kelamin responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden di
SD Kecamatan Mojolaban
( N=30)
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-Laki 15 50%
2 Perempuan 15 50%
Total 30 100%
Pada Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden
penelitian berdasarkan jenis kelamin memiliki frekuensi yang sama yaitu
50% jenis kelamin Laki-laki dan 50% jenis kelamin Perempuan.
4.1.1.3 Masa kerja responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Masa Kerja Responden di
SD Kecamatan Mojolaban
(N=30)
No Masa Kerja (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1 1-10 18 60%
2 11-21 3 10%
3 22-32 9 30%
Total 30 100
Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mempunyai masa kerja antara 1-10 tahun, yaitu 60%.
41
4.1.1.4 Pelatihan UKS
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pelatihan UKS di SD
Kecamatan Mojolaban
(N=30)
No Pelatihan UKS Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 6 20%
2 Tidak 24 80%
Total 30 100
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
yang tidak mengikuti pelatihan UKS, yaitu 80%.
4.1.2 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop di SD Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
(N=30 )
No Kategori Tingkat
Pengetahuan
Frekuensi Presentase (%)
1 Baik 12 40,0%
2 Cukup 14 46,7%
3 Kurang 4 13,3%
Total 30 100
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan cukup tentang sinkop, yaitu 46,7%.
4.1.3 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop
Tabel 4.6 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop di SD Kecamatan Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo
(N=30)
No Kategori Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 6 16,7%
2 Cukup 19 63,3%
3 Kurang 5 20,0%
Total 30 100%
42
Pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki sikap yang cukup, yaitu 63,3% dalam penatalaksanaan sinkop.
4.2 Analisa Bivariat
4.2.1 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pendidik dalam
Pertolongan Pertama pada Siswa yang Mengalami Sinkop antara variabel
dependen dan independen.
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Gamma tentang hubungan tingkat
pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama sinkop
(N=30)
No Sikap
Baik Cukup Kurang Total r p
1 Pengetahuan Baik 2 8 2 12 0,506 0,041
2 Cukup 2 7 5 14
3 Kurang 0 1 3 4
Total 4 16 10 30
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang baik dengan sikap yang Cukup, yaitu ada 8
responden. Hasil pengujian korelasi gamma dengan tingkat kesalahan 5 %
didapatkan nilai korelasi gamma 0,506 dengan p= 0,041. Karena nilai p <
0,05 maka Ho di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap pertolongan pertama sinkop.
Berdasarkan nilai uji korelasi Gamma sebesar 0,506 maka kekuatan
hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan
pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam kategori sedang dan arah korelasi +
43
(positif) yaitu searah. Hal ini berarti semakin baik tingkat pengetahuan
tentang sinkop, berarti semakin baik pula sikap pendidik dalam
pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
44
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada
pendidik di Sekolah Dasar (SD) yang berada di kecamatan Mojolaban. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan sikap terhadap pertolongan pertama sinkop.
Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan pendidik tentang
sikap dalam pertolongan pertama pada saat terjadi sinkop di SD Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5
mei 2014 sampai 12 mei 2014 dengan jumlah responden sebanyak 30 responden
pendidik yang mengajar di SD LABAN 01, LABAN 02 dan MI GUPPI
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian ini menguraikan
tingkat pengetahuan pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop di SD kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukogharjo, sikap
pendidik dalam pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop di SD
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dan hubungan tingkat pengetahuan
dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami
sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Pembahasan hasil
penelitian dapat kita lihat di bawah ini :
45
5.1 Tingkat Pengetahuan pendidik dalam pertolongan pertama pada
siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan MojolabanKabupaten
Sukoharjo
Tingkat pengetahuan tentang sinkop di SD kecamatan Mojolaban
pada kategori cukup sebanyak 14 (46,7%) pendidik dan tingkat
pengetahuan kategori baik sebanyak 12 (40%) pendidik, sedangkan 4
(13,3%) pendidik memiliki kategori kurang.
Responden yang memiliki pengetahuan baik mampu mengetahui,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup hanya
mampu mengetahui dan memahami saja keusioner yang diberikan oleh
peneliti mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala sinkop yang
ditujukan dengan kemampuan responden menjawab 72,9 % menjawab
benar. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
mengadakan penginderaan terhadap suatu objek. Ada beberapa cara untuk
memperoleh pengetahuan yaitu cara tradisional dan cara modern dalam
memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo 2003). Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (ovent behavior) (Wawan & Dewi 2011).
Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh para pendidik tentang
sinkop memiliki kategori cukup dan baik hal ini dikarenakan beberapa
pendidik ada yang sudah mengetahui pengertian, tanda dan gejala dan
46
faktor-faktor penyebab dari sinkop. Menurut salah satu responden yang
memiliki kategori baik mengatakan pernah mengikuti pelatihan dari
petugas kesehatan. Pelatihan yang diikuti oleh peserta diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya, baik dalam pengetahuan, keterampilan
maupun sikap (Notoatmodjo 2003).
5.2 Sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang
mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo.
Sikap adalah pikiran dan perasaan yang mendorong seseorang
bertingkah laku ketika seseorang menyukai atau tidak menyukai sesuatu.
Sikap mengandung tiga komponen, yaitu kognisi, emosi dan perilaku serta
konsistenan atau justru sebaliknya,tergantung permasalahan apa yang
mereka hadapi (Poespodiharjo 2010). Ada beberapa cara untuk
membentuk atau mengubah sikap individu yaitu Adopsi, Differensiasi,
Integrasi, Trauma dan Generalisasi (Maulana 2009). Faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap antara lain, pengetahuan, pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, serta pengaruh kebudayaan
(Azwar 2005).
Sebanyak 19 pendidik (63,3%) melaksanakan sikap yang cukup
dalam melakukan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami
sinkop. Sikap yang cukup tersebut ditandai dengan pendidik yang bisa
mengerjakan soal melebihi skor yang sudah ditentukan oleh peneliti. Sikap
47
menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap juga menuntun perilaku seseorang
sehingga seseorang akan bertindak sesuai dengan sikap (Sunaryo 2004).
Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada
siswa yang mengalami sinkop memiliki kategori cukup. Hal ini ditandai
dengan rata-rata pendidik hanya mampumenjawab soal dengan score ≤
28,2 dari klasifikasi dan beberapa responden sdah tahu bagaimana
melakukan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
5.3 Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam
pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
Analisa bivariat pada penelitian ini, yaitu menghubungkan tingkat
pengetahuan pendidik dengan sikap dalam pertolongan pertama pada saat
terjadi sinkop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik terhadap pertolongan pertama
siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan mojolaban kabupaten
sukoharjo. Sebanyak 8 pendidik memiliki tingkat pengetahuan baik
dengan sikap pendidik yang cukup dalam pertolongan pertama sinkop.
Adanya hubungan antara kedua variabel ditunjukkan dari hasil perhitungan
uji korelasi Gamma dengan tingkat kesalahan 5% didapatkan nilai korelasi
48
Gamma = 0,506 termasuk dalam kategori sedang dan arah korelasi +
(positif) yaitu searah dan nilai p = 0,041. Karena nilai p < 0,05 maka Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama siswa
yang mengalami sinkop di SD kecamatan mojolaban.
Pendidik di SD kecamatan mojolaban sudah memahami dengan
cukup tentang sinkop. Hal ini ditunjukkan dalam pengisian kuesioner
tingkat pengetahuan dengan menjawab benar 72,9%, sehingga
pengetahuan yang cukup mempengaruhi sikap yang akan dilakukan dalam
pertolongan pertama sinkop. Sedangkan sikap para responden
menunjukkan dalam kategori cukup. Hal ini dapat diketahui pada
pengisian kuesioner terbanyak masuk pada kategori cukup, yaitu sebesar
63,3% atau sebanyak 19 orang pendidik.
Tindakan seseorang dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuannya
(Sunardi 2004). Sebagai informasi yang di simpan dalam ingatan,
pengetahuan didapatkan dari serangkaian proses pengolahan informasi.
Pengetahuan yang lebih luas akan mempengaruhi sikap untuk berubah atau
menetap (Gunarsa 2008).
49
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
6.1.1 Tingkat pengetahuan pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa
yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo sebagian besar berada pada kategori cukup, yaitu 46,7 % atau
sebanyak 14 pendidik.
6.1.2 Sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami
sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Sebagian besar
berada pada kategori cukup, yaitu 63,3% atau sebanyak 19 pendidik.
6.1.3 Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam
pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
6.2 Saran
6.2.1 Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dengan Instansi
kesehatan yang berada di wilayahnya untuk mewujudkan pelatihan tentang
50
kesehatan kususnya terampil dalam penanganan sinkop. Sehingga
kesehatan serta keselamatan siswa terjaga dengan baik.
6.2.2 Pelayanan Kesehatan
Perawat dan tenaga kesehatan lain dapat melakukan pendidikan kesehatan
ke Sekolah Dasar dan masyarakat di Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pendidik dalam
pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop.
6.2.3 Masyarakat
Masyarakathendaknya memperoleh pendidikan kesehatan tentang sinkop
sehingga masyarakat mampu mengetahuai dan melaksanakan pertolongan
pertama sinkop.
6.2.4 Peneliti Lain
Peneliti lain dapat melakukan penelitian terkait sinkop dengan mengubah
metode maupun jenis penelitian. Peneliti lain dapat melakukan penelitian
dengan topik yang sama dengan responden yang berbeda, sehingga hasil
penelitian dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad 2007, Ilmu & Aplikasi pendidikan, PT Imperial Bhakti Utama,
Bandung.
Alimudianis 2010, Diagnosis dan Penatalaksanaan sinkop kardiak, Sub Bagian
Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakltas kedokteran UNAND,
Padang.
Annisa 2012, ‘Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying
Remaja’, Fakultas Ilmu Kedokteran UI, Jakarta.
Arikunto, S 2010, Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktik, Jakarta, PT
Rineka Cipta.
Azwar, S 2012, ‘Metode Penelitian’, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Azwar, S 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, edisi kedua, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Callahan, Barton, Schumaker 1997, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Corwin, Elisabeth J 2009, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Dahlan, M.S 2008, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat
dan Multvariat di Lengkapi Dengan Menggunakan SPSS, Salemba
Medika, Jakarta.
Dewanto, Suwono, Priyanto dan Turana, Yuda 2009, Panduan Praktis Diagnosis
dan Tatalaksana Penyakit Syaraf, EGC, Jakarta.
Dharma, K, K 2011, Metodologi penelitian keperawatan pedoman melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian, Jakarta Timur, CV. Trans Info Media.
Ginsberg, Lionel 2007, Lecture Notes Neurologi, Erlangga, Jakarta.
Gunarsa, Singgih 2008, Psikologi Perawatan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Handoko, T.H 2003 Manajemen Personalia & Sumber Daya Manusia Edisi
Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Hidayat 2007, Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Salemba
medika, Jakarta.
Khadilkar, Satish V, Rakhil S Yadov, Kamlesh A Jagrasi 2013, ‘Are Syncopes In
Sitting and Supine Position Different? Body Positions and Syncope : A
Study Of III Patients’, Indra Original Articel.
Kumala, Poppy 1999, Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer, EGC, Jakarta.
Maulana, Heri J 2009, Promosi Kesehatan, EGC, Jakarta.
Megawati 2010, ‘Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak
Aktif Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Di SMPN 1
Perbaungan’, Skripsi, Sarjana Psikologi, Fakultas Psikologi, Sumatera
Utara.
Notoatmodjo,S 2003 Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka
Cipta.
Nursalam 2011, Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Perry & Potter 2000, Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Alih bahasa
Monica Ester, EGC, Jakarta.
Poespodihardjo, Widodo Ari S 2010, Beyond Borders Communication Modernity
and Histori, STIKOM The London School Of Public Relation, Jakarta.
Potter, PA. & Perry A.G 2005, Fundamental of Nursing, Concepft, Process and
Partice 4 th eds st Louis, Mosby.
Priyatno, D 2012, Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan
spss, Penerbit gava media, Yogyakarta.
Rafknowledge 2004, Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, Gramedia, Jakarta.
Rivai, V, Mulyadi, D 2010, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta,
Raya Grafindo Persada.
Rubenstein, Wayne and Bradley, Jhon 2007, Lecture Note Kedokteran Klinis,
Erlangga, Jakarta.
Saubers, Nadin 2011, Semua yang Harus Anda Ketahui Tentang P3K, Mitra Setia,
Yogyakarta.
Smith, Tony 2006, Dokter Di Rumah Anda, Dian Rakyat, Jakarta.
Steven dkk 2000, Ilmu Keperawatan, EGC, Jakarta.
Sugiyono 2013, Statistk untuk penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sukanta, Putu Oka 2008, Pijat Akupresur Untuk Kesehatan, Penebar Plus, Jakarta
Sunardi, Euis 2004, Mengasuh dengan Hati Tantangan yang menyenangkan, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sunaryo 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
Surya, Mohamad 2004, Bunga Rampai Guru dan Pendidikan, Balai Pustaka,
Jakarta
Wawan, A & Dewi M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta.