hubungan tanah dengan tanaman dalam konsep edapologi
TRANSCRIPT
HUBUNGAN TANAH DENGAN TANAMAN DALAM
KONSEP EDAPOLOGI
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Kesuburan Tanah dan
Nutrisi Tanaman I
KELOMPOK 8
MUHAMMAD IQBAL 150510110043
DESY VERONIKA 150510110047
RIVAN ADITYA BANGUN 150510110053
DIAH FITRIAH SARI 150510110063
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman I dengan
membahas “Hubungan Tanah dengan Tanaman dalam Konsep Edapologi” dalam
bentuk makalah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Seperti pepatah mengatakan bahwa tak ada gading yang tak retak, maka
penulis menerima kritik dan saran yang membangun.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen bidang studi Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman I yang telah memberikan
tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas
ini.
2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi yang membacanya dan khususnya
bagi penulis sendiri sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………….…………….i
Daftar isi…………………………………………………………….…………..…ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang…………………………….……………………..……1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………….…..2
1.3 Tujuan Penulisan..……………………………...……………………….…..2
Tinjauan Pustaka………………………….……………………………………….3
Metode…………………………………….………………………………………4
BAB II Pembahasan
2.1 ……………………………………………5
2.1.1 ………………………………………………….5
2.1.2 ……………………………………...………8
2.1.3 …………...………………………………….8
2.2
2.2.1 ………………………………………………...11
2.2.2 ………...………………………..…………..13
BAB III Penutup
Kesimpulan………………………………………………………..……15
Daftar Pustaka………………………………………………………………..…..17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya
tanaman darat. Definisi ilmiahnya tanah adalah kumpulan dari benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horison, terdiri dari campuran bahan
mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya
tanaman.
Kajian tanah dari aspek proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor
pembentuknya, klasifikasi tanah, survai tanah, dan cara-cara pengamatan tanah di
lapang disebut pedologi (pedo = gumpal tanah). Kajian Pedodoli antara lain meliputi
agrogeologi, fisika, kimia dan biologi tanah, morfologi dan klasifikasi Tanah, survai dan
pemetaan tanah, analisis bentang lahan, ilmu ukur tanah, perencanaan dan
pengembangan wilayah. Dalam hal ini tanah dipandang sebagai suatu benda alam yang
dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman.
Pemahaman tanah dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman tingkat
tinggi untuk mendapatkan produksi pertanian seekonomis mungkin disebut edapologi
(edaphos = bahan tanah subur). Dalam hal ini dipelajari sifat-sifat tanah dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, serta usaha-usaha yang perlu dilakukan
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah bagi pertumbuhan tanaman. Kajian edapologi
meliputi kesuburan tanah, konservasi tanah dan air, agrohidrologi, pupuk dan
pemupukan, ekologi tanah dan bioteknologi tanah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
dari makalah ini adalah :
- Pengertian tanah
- Tanah dalam Edapologi
- Hubungan tanah dengan tanaman
- Pengaruh sifat-sifat tanah terhadap tumbuhan
- Kesuburan tanah
- Agrohidrologi, pupuk dan pemupukan
- Ekologi tanah dan bioteknologi tanah
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
lebih memahami dan mengetahui hubungan tanah dengan tumbuhan dalam konsep
edapologi. Dan diharapkan pembaca dapat mengaplikasikannya dikehidupan sehari-
hari.
Tinjauan Pustaka
Menurut Soil Survey Staff, 1999 Tanah merupakan suatu benda alam yang
tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang
menempati permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau
kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan
asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan
transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di
dalam suatu lingkungan alam
Menurut Schoeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase
yang mengandung air, udara dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad
hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan
kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi
yang khas, sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman
Menurut Jooffe dan Marbut (1949), dua orang ahli Ilmu Tanah dari Amerika
Serikat, Tanah adalah tubuh alam yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat
bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-bahan alam dipermukaan bumi. Tubuh alam
ini dapat berdiferensiasi membentuk horizon-horizon mieneral maupun organik yang
kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifat-sifatnya dengan bahan induk yang
terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun
kehidupan biologinya.
Menurut Darmawijaya (1990) mendefinisikan tanah sebagai akumulasi tubuh
alam bebas, menduduki sebagain besar permukaan palnet bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad
hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka
waktu tertentu pula.
Metode Penulisan
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode
studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka tentang
edapologi. Selain itu, tim penulis juga memperoleh data dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanah Dalam Edapologi
Definisi tanah sebagai media tumbuh tanaman adalah Lapisan permukaan bumi
yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh-berkembangnya akar, penopang
tegak-tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organic dan
anorganik sederhana dan unsure-unsur esensial seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe,
Mn, B, Cl dan lain-lain); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (0rganisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu
tumbuh dan proteksi) bagi tanaman. Secara terintegrasi ketiganya dapat menunjang
produktifitas tanah menghasilkan biomassa dan produksi tanaman (tanaman pangan,
obat-obatan, industri, perkebunan dan tanaman kehutanaman).
Berdasarkan definisi tersebut maka tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat
fungsi utama yaitu sebagai:
1. Sebagai tumbuh dan berkembangnya perakaran yaitu penyokong tegak-
tumbuhnya bagian atas tanaman (trubus) dan penyerap zat-zat yang dibutuhkan
tanaman.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman berupa air, udara dan unsur hara yang
berguna dalam proses fisiologis dan metabolism tanaman sejak awal
pertumbuhan hingga proses produksi dan panen.
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman berupa zat-zat aditif yang berfungsi
dalam menunjang proses fisiologis dan metabolism agar berlangsung optimum.
Zat-zat aditif dapat diproduksi oleh biota tanah terutama mikroflora tanah. Zat-
zat aditif tersebut dapat berupa zat-zat pemacu tumbuh (hormone, vitamin dan
asam-asam organik tertentu), za-zatt antibiotik dan toksin yang berfungsi
sebagai anti hama penyakit tanaman asal tanah dan enzim yang berfungsi dalam
meningkatkan ketersediaan kebutuhan primer, transformasi zat-zat toksik
esternal seperti pestisida dan limbah industri berbahaya (bioremidasi).
4. Habitat biota tanah yang berdampak posiitif karena terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman,
maupun yang berdampak negative karena sebagai hama dan penyakit tanaman.
2.2 Tanah Sebagai Media Tumbuh Tanaman
Mengingat pentingnya tanah sebagai media tumbuh, maka perlu di pahami
komponen-komponen penyusun tanah yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan yang dalam memproduksi biomasa atau pruduksi guna
memenuhi kebutuhan umat manusia.
Tanah tersusun dari empat komponen utama, yaitu : bahan mineral, bahan
organic, air dan udara. 50% (volume) bahan padatan (bahan mineral dan 5% bahan
organik), 25% air dan 25% udara.
Khusus tanah gambut yang tersebar di pulau-pulau besar Indonesia seperti:
Sumatera, Kalimantan, Papua, komposisi ini sangat berbeda. Pada tanah gambut hampir
100% bahan padatan tanah terdiri dari bahan organik yang pori-porinya 100% bahkan
lebih terisi oleh air, sehingga kadar air tanah gambut dapat mencapai 300 – 300%.
Proporsi komponen penyususn tanah secara alamiah tergantung pada:
(1) Ukuran partikel bahan padatan, makin halus ukurannya semakin padat tanah
tersebut, sehingga ruang dan total ruang porinya semakin kecil, sebaliknya jika semakin
kasar,
(2) Jumlah bahan organik tanah, tanah gambut lebih besar kadar bahan organiknya
dibandingkan tanah mineral, tanah mineral bervegetasi lebat mengandung bahan organic
lebih besar dibandingkan tanah gundul (lahan kritis), umumnya semakin tinggi kadar
bahan organik semakin besar kadar air tanah.
(3) Iklim (curah hujan dan temperature), tanah-tanah di daerah bercurah hujan rendah
tetapi temperature tinggi akan mempunyai kadar air tanah lebih rendah dibandingkan
dengan tanah di daerah bercurah hujan tinggi walaupun temperaturnya juga tinggi.
Daerah yang pertama evapotranspirasi tinggi tetapi penambahan air melalui hujan
sangat sedikit, sehingga kehilangan air tanah cukup tinggi.
Agar tanah dapat berfungsi sebagai media tumbuh maka keempat komponen
penyususn tanah (bahan mineral, bahan organic, air dan udara) harus ada di dalam
tanah, semakin mendekati komosisi ideal maka semakin baik pertumbuhan tanaman,
karena setiap komponen tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Bahan mineral berfungsi sebagai sumber unsure hara bagi tumbu-tumbuhan,
berasal dari pelapukan batu-batuan, biasanya berukuran pasir (50 µ – 2 mm), debu (2 –
50 µ) dan liat <2 µ) dan yang lebih besar 2 mm terdiri dari kerikil atau batu. Oleh sebab
itu susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral dalam
batuan yang melapuk. Jenis dan komposisi unsur-unsur yang terdapat dalam mineral
yang berbeda akan berbeda pula, karena itu mineral tanah berfungsi sebagai sumber
unsur hara esensial bagi tumbuhan. Berikut ini beberapa contoh mineral dan fungsinya
sebagai sumber hara: kalsit (Ca); dolomite (Ca, Mg); Feldspar (ortoklas (K), plagioklas
(Na, Ca); Mika (muskovit (K), biotit (K, Mg, Fe); Amfibole/hornblende (Ca, Mg, Fe,
Na); pyroksin (Ca, Mg, Fe); olivine (Mg, Fe); leusit (K); apatit (P) dan lain-lain.
Udara tanah dibutuhkan tumbuhan karena berfungsi sebagai sumber gas,
terutama gas oksigen (O2), gas nitrogen (N2) dan gas karbon dioksida (CO2).
(1) Gas O2 sebagai komponen penyususn udara tanah di butuhkan oleh sel-sel akar
tumbuhan untuk respirasi dan dalam reaksi oksidasi enzimatik oleh mikroorganisme
aututrofik yang menghasilkan gas CO2.
(2) Gas CO2 yang di lepas akan dimanfaatkan oleh organism fosintetik (mikro
organisme dan tumbuhan).
(3) Gas N2 akan di manfaatkan oleh mikroorganisme fiksasi N2 udara baik cara
bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi maupun tanpa.
Selain gas O2, CO2 dan N2 di dalam udara tanah juga terdapat gas NH3, H2,
NO2 dan lain-lain yang dihasilkan selama proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme atau yang berasal dari sisa pestisida dan limbah industri. Gas-gas
tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman bahkan besifat meracun pada
konsentrasi tertentu. Perubahan komposisi gas-gas penyususn udara tanah sangat
ditentukan oleh sirkulasi udara (aerasi) tanah.
Aktivitas mikroorganisme dalam mendekomposisi bahan organik sangat
dipengaruhi oleh komposisi gas dalam udara terutama O2, karena O2 di butuhkan dalam
proses respirasi oleh mikroorganisme aerob. Dengan demikian udara tanah berpengaruh
secara langsung maupun tidak langsung terhadap penyediaan hara bagi tanaman.
Air terdapat dalam tanah karena diserap oleh masa tanah atau tertahan dalam
pori-pori tanah, karena drainase buruk atau tertahan oleh lapisan kedap air. Air
dibutuhkan tumbuhan karena berfungsi sebagai:
(1) Sebagai sumber unsur hara terutama unsur H dan O, H2O bersama CO2 dibutuhkan
dalam pembentukan karbohidrat dan gula dalam proses fotosintesis.
(2) Sebagai pelarut unsur hara dan transportasi unsur hara ke akar tanaman dan
keseluruh jaringan tanaman.
(3) Sebagai bagian dari sel tanaman yaitu bagian dari protoplasma.
2.3Kesuburan Tanah dan Pemupukan
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dalam
jumlah seimbang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Kesuburan tanah tidak
terlepas dari keseimbangan biologi, fisika dan kimia; ketiga unsur tersebut saling
berkaitan dan sangat menentukan tingkat kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari
selama ini sebagian besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan kesuburan yang
bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk anorganik seperti : urea,
TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan dosis yang berlebihan.
Pemupukan akan efektif jika pupuk yang ditebarkan dapat menambah atau
melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah. Karena hanya bersifat
menambah atau melengkapi unsur hara, maka sebelum digunakan harus diketahui
gambaran keadaan tanahnya, khususnya kemampuan awal untuk mendukung
pertumbuhan tanaman.
2.4 Hubungan Sifat Tanah dan Tanaman
Tanah memiliki beberapa sifat yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Sifat tersebut adalah sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah.
2.4.1 Sifat Fisik Tanah
a. Profil Tanah
Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu, dari penampang vertikalnya dapat dilihat
gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan (horison) atau biasa disebut profil tanah.
Di tanah hutan yang sudah matang terdapat tiga horison penting yaitu horison A, B dan
C. Horison A atau Top Soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan
paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini
sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan. Horison B
disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation zone). Horison ini memiliki bahan
organik yang lebih sedikit tetapi lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada
horizon A. Horison C adalah zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan
bagian dari batuan induk. Kegiatan pertanian umumnya berada pada horison A dan B.
b. Warna Tanah
Warna adalah petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Biasanya perbedaan warna
permukaan tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin gelap
warna tanah semakin tinggi kandungan bahan organiknya. Warna tanah dilapisan bawah
yang kandungan bahan organiknya rendah lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah
kandungan dan bentuk senyawa besi (Fe). Di daerah yang mempunyai sistem drainase
(serapan air) buruk, warnah tanahnya abu-abu karena ion besi yang terdapat di dalam
tanah berbentuk Fe2+.
3. Tekstur Tanah
Komponen mineral dalam tanah terdiri dari campuran partikel-partikel yang
secara individu berbeda ukurannya. Menurut ukuran partikelnya, komponen mineral
dalam tanah dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Pasir, berukuran 50 mikron – 2 mm;
Debu, berukuran 2 – 50 mikron dan Liat, berukuran dibawah 2 mikron.
Tanah bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan
kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan airnya sangat rendah
atau tanahnya lebih cepat kering.
Tekstur tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk
diberikan lewat tanah. Pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan
tanah bertekstur lempung atau liat. Tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk lebih
besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah. Disamping itu
aplikasi pemupukannya juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk tidak bisa
diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau menguap.
2.4.2 Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan pemupukan. Dengan
mengetahui sifat kimia tanah akan didapat gambaran jenis dan jumlah pupuk yang
dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan
gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH (potensial of hidrogen),
pH adalah nilai pada skala 0-14, yang menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap
ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada
pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+ lebih besar daripada ion
OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH-
larutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam
karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur
tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap
oleh tanaman.
Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk daerah rawa seeperti
tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena banyak mengandung asam sulfat
sedangakan di daerah kering atau daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9
karena banyak mengandung garam natrium.
Ada 3 alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui :
1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7, karena
pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
2. pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumanium yang selain bersifat
racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah
asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti
Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi
tanaman.
3. pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada
pH 5.5 – 7 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimal.
Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang
diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika efisiensi
pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah
juga dapat memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan dengan
menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan
dengan penambahan sulfur. Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis
tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda.
2.4.2 Sifat Biologi Tanah
Beberapa Sifat Biologi Tanah antara lain :
a. Hewan besar pelubang tanah
Tikus, kelinci, kadang dapat memperbaiki tata udara tanah dan mengubah
kesuburan serta struktur tanah, tetapi hewan ini juga makan dan menghancurkan
tanaman sehingga secara umum lebih mengganggu daripada menguntungkan.
Selain itu terdapat cacing tanah, cacing tanah tersebar diseluruh penjuru dunia
dengan sekitar 7000 spesies. Tiga spesies yang paling umum yaitu helodrilus
calliginosus (cacing kebun), hellodrilus feotidus (cacing merah) dan lumbridus terrestris
(night crawler). Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup tetapi makan bahan organik
mati sisa-sisa hewan atau tanaman. Bahan organik yang dimakan kemudian dikeluarkan
berupa agregat-agregat banyak mengandung unsur hara yang berguna bagi tanaman.
Cacing memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik dan lebih
mudah ditembus akar tanaman. Kebanyakan cacing hidup di kedalaman kurang dari 2m.
cacing suka hidup pada tanah-tanah lembab. Tata udara baik, hangat sekitar 21 derajat c,
pH 5,0-8,4,. Banyak bahan lorganik, kandungan garam renda, tetapi Ca tersedia tinggi,
tanah agak dalam, tekstur sedang sampai halus.
Lalu ada Arthropoda dan mollusca. Arthropoda dalam tanah digolongkan
kedalam beberapa famili yaitu crustacea (kepiting, lobster, crayfish) chilopoda (sejenis
kelabang), arachnida (laba-laba), insek (belalang, jangkrik). Crustacea banyak
ditemukan di rawa pasang surut. Hewan ini membuatt lubang yang menyebabkan
terjadinya perpindahan tanah dalam (under) ke permukaan (top) yang banyak
mengandung sulfida, sehingga teroksidasi menjadi sulfat dengan tingkat keasaman yang
sangat tinggi. Jenis mollusca yang hidup diatas tanah yang terpenting adalah bekicot.
Hewan ini memakan sisa tanaman yang membusuk maupun yang masih hidup
b. Mikrofauna
Terdiri dari Protozoa dan Nematoda. Protozoa merupakan hewan bersel satu yang
memakan bakteri, sehingga dapat menghambat daur ulang unsur hara atau menghambat
berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri. Nematoda merupakan cacing
yang sangat kecil seperti benang, berdasarkan jenis makanannya nematoda dibedakan
menjadi omnivorus makan sisa bahan organik, predaceous, makan hewan-hewan
tanahtermasuk nematoda yang lain, parasitik merusak akar tanaman,
c. Makroflora
Akar tumbuhan yang mati di dalam tanah menyediakan energi dan makanan
hewan dan mikroflora. Akar tanamanmeningkatkan agregasi tanah, dan karena akar
menembus ke lapisan tanah yang dallam maka ia membusuk dan mmenjadi humus. akar
tanaman yang masih hidup mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan
unsur hara oleh akar tersebut. Selain itu akar juga mempengaruhi ketersediaan unsur
hara karna dapat membentuk asam organik dipermukaannya yang dapat meningkatkan
kelarutan unsur hara. Dikeluarkannya asam AMINO yang mudah dihancurkan dan
terlepasnya beberapa bagian kulit akar dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme
disekitar akar . jumlah organisme disekitar akar ini 10-100 kali lebih banyak daripada
diluar daerah perakaran. Jadi ketersediaan unsur hara sangat dipengaruhi oleh bahan
yang dikeluarkan oleh akar dan aktivitas mikroorganisme di rhizophere (daerah sekitar
perakaran)
d. Mikroflora
Terdiri dari bakteri, fungi, actinomycetes, algae, dan virus.
1. Bakteri
Bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu autotroph dan heterotroph. Autotroph
yaitu bakteri yang menghasilkan makanannya sendiri dari bahan anorganik, misalnya
melalui proses photosintesis. Heterotroph yaitu bakteri yang mendapatkan makanannya
dari bahan organik yang telah ada.
Bakteri autotroph bermanfaat karena mempengaruhi sifat-sifat tanah. Misalnya
merubah nitrit menjadi nitrat, sulfida menjadi sulfat dsb. Nitrifikasi berpengaruh
terhadap kualitas lingkungan karena oksidasi dari NH4 menjadi NO3 yang mudah larut,
dapat menyebabkan pencemmaran nitrat pada air tanah . konsentrasi nitrat yang tinggi
dalam air dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Bakteri heterotroph dalam tanah
dapat dibedakan menjadi bakteri pengikat nitrogen dan bukan pengikat nitrogen.
2. Fungi
Dapat dibedakan menjadi parasitik, saprohitik, dan simbiotik, dan simbiotik.
v Parasitik yang dapat menyebabkan bercak pada tanaman.
v Saprophitik yang mendapatkan makanan dari dekomposisi bahan organik
v Simbiotik hidup pada akar dimana keduanya terjadi simbiosis mutualisme.
Mycorhiza /jamur akar, adalah asosiasi simbiosis mycelia fungi dengan akar tanaman
tertentu. Membantu tanaman induk menyerap unsur hara tertentu.
3. Actinomycetes
Secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan sebagai fungi ataupun
bakteri, tetapi akhir-akhir ini diklasifikasikan sebagai bakteri. Fungsi utamanya yaitu
dalamm dekomposisi bahan organik terutama selulosa dan bahan organik lain yang
resisten. Keadaan yang baik untuk perkembangan actinomycetes yaitu banyak tersedia
bahan organik segar, pH tanah netral sampai agak masam, tanah lembab, tetapi lebih
tahan kekeringan daripada fungi.
4. Algae
Algae mempunyai chlorophyl dan terdiri dari green algae, blue green algae,
yellow green algae, dan diatomae. Berkembang biaka pada tanah yang subur. Pada
tanaman padi sawah algae membantu mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan
mengikat N yang ada di udara.
5. Virus
Berbeda dengan mikroflora yang lain, virus tidak dapat hidup lama didalam
tanah, dan tidak dapat berkembang biak tanpa induk semangnya. Virus dapat diberantas
dengan memberantas pembawa virus seperti nematoda, fungi dan akar akar tanaman.
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka
http://nurafni.com/2011/04/27/dasar-dasar-teknologi-tanah/
http://usupress.usu.ac.id/files/Kesuburan%20Tanah%20dan%20Pemupukan%20-
%20Final_bab%201.pdf
http://setengahbaya.info/arsip/hubungan-tanah-dan-tanaman-kesuburan-tanah.html
http://haryanthogeo.blogspot.com/2011/10/sifat-biologi-tanah.html