hubungan stres, kebahagiaan dan iklim organisasi …eprints.ums.ac.id/72805/11/01 naskah...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN STRES, KEBAHAGIAAN DAN IKLIM
ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT
DI RUMAH SAKIT
Disusun sebagai satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan
Magister Sains Psikologi Sekolah Pascasarjana
Oleh :
RATNA WIDIAS ASMARA
S300140036
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
-
i
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN STRES, KEBAHAGIAAN
DAN IKLIM ORGANISASIDENGAN KINERJA PERAWAT
-
ii
-
iii
-
1
HUBUNGAN STRES, KEBAHAGIAAN DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT
Abstrak
Hubungan antara stres kerja, kebahagiaan dan iklim organisasi dengan kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Magetan menjadi fokus dalam penelitian ini. Subjek penelitian mencakup para perawat ruang rawat inap sejumlah 150 orang. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan teknik purposive sampling. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dengan tiga skala yaitu skala stres, kebahagiaan, dan iklim organisasi, sedangkan untuk kinerja perawat menggunakan data nilai Sasaran Kinerja Pegawaiyang berupa data interval. Analisis regresi dipakai untuk mengolah dan menganalisis data . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara parsial antara stres, kebahagiaan dan iklim organisasi dengan kinerja perawat. Ketiga variabel tersebut secara bersama-sama juga mempengaruhi kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Magetan. Faktor stress, kebahagiaan dan iklim organisasi memberikan sumbangan pengaruh sebesar 47,9% terhadap kinerja perawat. Ini berarti masih ada 52,1% faktor lain yang bisa menjadi prediktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Kata Kunci :stres , kebahagiaan, iklim organisasi, kinerja perawat
Abstract
The relationship between work stress, happiness and organizational climate with the performance of nurses in RSUD dr. Sayidiman Magetan was the focus of this research. The research subjects included 150 inpatient nurses. Sampling from the population using cluster random sampling technique. The data collection method used three scales, namely the scale of stress, happiness, and organizational climate, while for the performance of nurses using the value data Employee Performance Target in the form of interval data. Regression analysis was used to process and analyze data. The results of this study indicated that there was a partially significant relationship between stress, happiness and organizational climate with nurse performance. The three variables together were also affected the performance of nurses in the RSUD dr. Sayidiman Magetan. Stress, happiness and organizational climate factors contribute 47.9% to nurses' performance. This means there were still 52.1% of other factors that can be predictors that affect nurse performance. Keywords:stress, happiness, organization climate, nurses performance
-
2
1. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan publik yang memegang peranan
penting dan strategis dalam memberikan layanan kesehatan. Peran kuncinya
dalam mewujudkan kualitas pelayanan kesehatan prima dan berkaitan langsung
dengan kehidupan manusia, membuat institusi rumah sakit wajib menaati berbagai
regulasi dan syarat.
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi
Rumah Sakit menegaskan bahwa rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat wajib terakredit asi dengan tujuan meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit sekaligus melindungi keselamatan pasien di rumah
sakit. Selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan perlindungan bagi masyarakat
(pengunjung), maupun sumber daya manusia atau karyawan di rumah sakit.
Rumah sakit sebagai institusi memiliki peran penting untuk mendukung program
pemerintah di bidang kesehatan sekaligus meningkatkan profesionalisme rumah
sakit Indonesia di mata internasional.
Adapun pencapaian standar pelayanan rumah sakit yang baik, tidak hanya
ditentukan oleh kelengkapan dan kecanggihan fasilitas sarana prasarana saja.
Akan tetapi juga ditentukan oleh kualitas pelayanan dari tenaga medis, paramedis
serta segenap unsur karyawan. Selain itu, keamanan, keselamatan dan kesehatan
pasien menjadi unsur utama keberhasilan pelayanan di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan tempat yang diharapkan masyarakat mampu memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan
dari kondisi sakit. Dalam bahasa Indonesia, pelayanan diartikan sebagai suatu cara
atau perbuatan dalam melayani (Poerwadarminta, 1982). Sedangkan melayani
adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain. Stanson
dan Lamarto (1985) memberikan pengertian pelayanan sebagai suatu kegiatan
tidak berwujud yang secara terpisah diidentifikasikan berfungsi untuk memuaskan
keinginan serta tidak terikat pada penjualan suatu produk atau jasa lainnya. Pasien
mengharapkan pelayanan yang baik, siap, cepat tanggap dan peduli terhadap
keadaan dan kebutuhan pasien.
-
3
Upaya pemenuhan kebutuhan kualitas layanan tersebut, memerlukan sumber daya
manusia (SDM) yang memiliki kompetensi, kemampuan, ketrampilan tinggi serta
sikap yang baik. SDM yang berperan sangat penting sebagai ujung tombak dalam
organisasi rumah sakit, khususnya terkait pelayanan kepada pasien ialah tenaga
perawat.
Peran perawat sebagai penentu kualitas pelayanan di rumah sakit sangat lah besar.
Ini dikarenakan, perawat lah yang berhubungan selama 24 jam dengan pasien,
bukan dokter. Segala hal yang terjadi terhadap pasien, semua keluhan dan
pertanyaan dari pasien maupun keluarga pasien akan dihadapi perawat secara
langsung setiap harinya. Tuntutan yang tinggi terhadap kinerja dan pelayanan
perawat, interaksi intensif dengan pasien ditambah dengan pola kerja sistem shift,
membuat perawat sangat rentan terhadap stres di tempat kerja (workspace stress).
Tidak sedikit keluhan dari masyarakat mengenai kualitas pelayanan dari rumah
sakit yang bersumber atau berhubungan dengan persoalan perawat. Sering
terdengar dan tertulis di media massa maupun media sosial tentang kurangnya
kualitas pelayanan rumah sakit dari sisi keperawatan. Terutama tentang sikap,
pelayanan dan tindakan perawat yang kurang dari sisi responsifitas, keramahan
dan simpati. Pasien maupun keluarga pasien masih sering merasakan sikap,
ekspresi dan layanan yang kurang ramah, kurang sabar dan kurang cepat tanggap
dari para perawat dalam menjalankan tugas di rumah sakit.
Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul. Di satu
sisi perawat bertanggung jawab terhadap tugas fisik, administratif dari instansi
tempatnya bekerja, menghadapi kecemasan dan keluhan pasien yang muncul pada
pasien akibat sakitnya, ketegangan, kejenuhan dalam menghadapi pasien dengan
kondisi yang menderita sakit. Akan tetapi di sisi lain, perawat juga selalu dituntut
untuk selalu tampil sebagai profil perawat yang baik oleh pasiennya (Danang,
2009). Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang dialami dapat menjadi sumber
potensial terjadinya stres (Golizeck, 2005).
Stres adalah suatu respon yang tidak spesifik, dihubungkan oleh karakteristik
dan/atau proses psikologi individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap
-
4
tindakan ekstrernal, situasi, atau peristiwa yang menimbulkan tuntutan fisik
dan/atau psikologis pada seseorang (Kreitner & Kinicki (2005).
Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan
batin, tegangan dan konflik (Chaplin, 2006). Stres juga merujuk pada perubahan,
baik positif maupun negatif, dalam lingkungan suatu organisme, yang mendapat
tanggapan dari organisme itu (Peace, dkk, 2012). Hawari (2004) mendefinisikan
stres sebagai reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial seperti tekanan
mental atau beban kehidupan.
Stres juga didefinisikan oleh Sarafino dan Smith (2012) sebagai kondisi yang
disebabkan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber
pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan
individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi tuntutan
kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri. Ketegangan
yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan berkembang menjadi
stres.Menurut Handoko (2001) stres adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Jika stres yang
dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja
seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja (Kreitner & Kinicki, 2005).
Handoko (2001) menyatakan, stres kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja.
Stres yang dialami perawat dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja.
Pekerjaan yang tidak ada faktor stres sama sekali akan membuat perawat tidak
termotivasi atau tertantang untuk bekerja sehingga prestasi kerja akan cenderung
rendah. Sedangkan tingkat stres yang terlalu tinggi akan mengganggu
pelaksanaan pekerjaan sehingga kualitas pelayanan juga akan rendah. T. Hani
Handoko (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja/kinerja karyawan adalah tingkat stres karyawan.
Robbins, Setphen, dkk (2008) menyatakan ada tiga aspek stres kerja, yaitu: (1)
aspek lingkungan, berkaitan dengan pengaruh ketidakpastian lingkungan, desain
dan struktur organisasi; (2) aspe k organisasional, meliputi tugas, tuntutan peran,
-
5
tuntutan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi dan tingkat
hidup organisasi itu akan berpengaruh terhadap munculnya stres di lingkungan
kerja; serta (3) aspek individual yang di dalamnya meliputi isu keluarga, masalah
ekonomi individu dan karakteristik kepribadian antar individu yang berbeda.
Kesulitan pernikahan, pecahnya suatu hubungan dan kesulitan disiplin pada anak
anak merupakan masalah yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan akan
terbawa pada tempat kerja.
Notosoedirdjo dan Latipun (2005) juga mengatakan, orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat
stressor (sumber stres). Seseorang yang tidak sakit meskipun mengalami teka nan-
tekanan, maka menurut pengertian ini adalah orang yang sehat. Pengertian ini
sangat menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya.
Kesehatan mental yang baik, akan sangat dipengaruhi lingkungan sosial, kondisi
tempat bekerja serta kekuatan jiwa seseorang menghadapi tekanan atau stres.
Iklim organisasi yang kondusif dan kemampuan untuk berpikir secara positif
diperlukan untuk menjauhi stress, sekaligus menciptakan kebahagiaan, kepuasan
serta ketenangan di tempat kerja.
Seligman (2005) menjelaskan, kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu
pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktifitas positif yang yang tidak
mempunyai komponen perasaan sama sekali. Seligman memberikan gambaran
individu yang mendapatkan kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu
yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar
(terdiri dari kekuatan dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya
pada kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta, permainan, dan
pengasuhan.
Menurut Seligman, dkk (2005), terdapat lima aspek utama yang dapat menjadi
sumber kebahagiaan sejati. Apek pertama, sesorang dapat menjalin hubungan
positif dengan orang lain. Kedua, adanya keterlibatan penuh dalam pekerjaan
yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga dalam
aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Aspek ketiga ialah
mampu menemukan makna dalam keseharian. Dalam keterlibatan penuh dan
-
6
hubungan positif dengan orang lain tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia.
Keempat, sikap optimis, namun tetap realistis, dan aspek kelima dalam mencapai
kebahagiaan ialah dengan menjadi pribadi yang resilien, yakni kemampuan untuk
bangkit dari peristiwa yang terpahit sekalipun.
Dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah suatu keadaan individu yang
berada dalam aspek positif (perasaan yang positif). Timbulnya perasaan bahagia
pada diri perawat, akan berdampak pada kemampuan memberikan pelayanan yang
lebih baik kepada pasien-pasien untuk mendapatkan kesembuhan yang paripurna.
Selain kebahagiaan, faktor yang tidak kalah penting dalam menunjang
peningkatan pelayanan adalah iklim organisasi di rumah sakit sebagai tempat
aktivitas keperawatan. Wirawan (2007) menyampaikan, iklim organisasi adalah
persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang
secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di
lingkungan internal organisasi secara rutin yang mempengaruhi sikap dan perilaku
organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja
organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi produktifitas anggota dan selanjutnya
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi organisasi.
Wirawan (2007) mengatakan bahwa pengaruh iklim organisasi terhadap perilaku
organisasi dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Misalnya, ruang kerja
yang tidak baik, hubungan atasan dan bawahan yang penuh konflik, dan birokrasi
yang kaku dapat menimbulkan sikap negatif, stres kerja tinggi, menurunkan
motivasi serta kepuasan kerja yang rendah. Sebaliknya jika karyawan bekerja di
ruangan yang nyaman, bersih, hubungan atasan dan bawahan yang kondusif dan
birokrasi yang longgar akan menimbulkan sikap positif, stres kerja rendah, serta
motivasi dan kepuasan kerja t inggi. Dari sini akan tercipta kinerja karyawan yang
tinggi.
Penelitian Wijayanto (2017) menyimpulkan bahwa iklim organisasi yang positif
dapat memberikan kebahagiaan dan tingkat stres yang rendah. Ini berdampak
positif pada peningkatan kinerja karyawan dan kualitas pelayanan yang semakin
baik. Sebaliknya iklim organisasi yang negatif akan menimbulkan suasana yang
-
7
tidak nyaman, keadaan tidak bahagia, stres kerja yang tinggi sehingga
menurunkan kinerja karyawan.
Fenomena-fenomena yang terjadi dan berlangsung di RSUD dr Sayidiman terkait
dengan faktor yang mempengaruhi kinerja perawat, memunculkan upaya
penelitian ini. Peneliti ingin mengetahui hubungan antara iklim organisasi,
kebahagiaan dan stres di tempat kerja dengan pe rforma para perawat selama ini.
Berdasarkan uraian di atas tentang stres kerja perawat, kebahagiaan, pengaruh
iklim organisasi terhadap kinerja perawat, peneliti merumuskan masalah
penelitian ini apakah kebahagiaan, iklim organisasi dan stres secara sendiri-sendiri
dan bersamaan memiliki hubungan dengan kinerja perawat di rumah sakit RSUD
dr. Sayidiman Magetan.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magetan kepada 150 perawat,
dari keseluruhan populasi perawat yang bekerja di ruang rawat inap yang
berjumlah 220 orang. Status para perawat ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan sebagian merupakan pegawai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Tabel 1. Demografi
No Usia dan Pendidikan Perawat
L P 1 Usia 20 - 40 S1 6 29 2 Usia 20 – 40 DIII 20 82 3 Usia 41 – 60 S1 4 0 4 Usia 41 – 60 DIII 6 3
Jumlah 36 114 Jumlah Total 150
Teknik dalam pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan purposive
sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
dengan memakai skala Likert. Skala stres, skala kebahagiaan, dan skala iklim
organisasi menggunakan data ordinal. Adapun untuk data kinerja
perawatmenggunakan data dokumentasi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang
berupa data interval.
-
8
Sebelum dibagikan kepada responden, tiap-tiap skala dilakukanprofessional
expert judgmentuntuk menemukan aitem-aitem yang relevan dan tidak relevan.
Selanjutnya dianalisis menggunakan rumus formula Aiken’s V untuk menghitung
content-validity -coefficient dengan batas nilai valid 0,8. Aitem yang mempunyai
hasil validitas di bawah 0,8 (0,05). Uji normalitas dikenakan kepada semua variabel yang diteliti
dengan harapan bahwa semua variabel memiliki distribusi normal.
Hasil uji normalitas nilai residual menunjukkan nilai Zhitung dibawah Ztabel
(Ztabel=1,96) dan signifikansi diatas 0,05. Nilai Zhitung yaitu 0,071 dan signifikansi
-
9
0,062. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini sudah
berdistribusi normal.
Tabel 2 . Hasil Uji Normalitas
Variabel Zhitung Signifikansi Keterangan Iklim Organisasi 0,055 0,088 Berdistribusi Normal Kebahagiaan 0,073 0,067 Berdistribusi Normal Stres Kerja 0,077 0,066 Berdistribusi Normal Kinerja 0,103 0,123 Berdistribusi Normal
Selanjutnya dilakukan uji linieritas yang bertujuan untuk mengetahui linieritas
hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.
Tabel 3. Hasil Uji Linieritas
Variabel Sig. Keterangan Iklim Organisasi 0,076 Linear Kebahagiaan 0,094 Linear Stres Kerja 0,181 Linear
Variabe l independen linear terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi dari deviation from linearity lebih besar dari 0,05. Hasil diatas diperoleh ketiga Variabe l independen linier terhadap variabe l dependen.
Pada tahap akhir untuk menganalisis data, dilakukan uji hipotesis. Pada
penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi bertujuan
untuk menguji apakah ada pengaruh iklim organisasi, tingkat kebahagiaan, dan
stress kerja terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Magetan. Uji regresi
terdiri dariUji Parsial (uji t), Uji Simultan (uji F), dan Koefisien Determinasi.
Tabel 4. Hasil Regresi Berganda
Variabel B SE SR t hitung
Sig. Keterangan
Iklim Organisasi 1,050 17,5% 36,5% 2,64 0,032 Signifikan Kebahagiaan 1,185 19,5% 40,8% 2,390 0,018 Signifikan Stres Kerja -0,793 10,9% 22,7% -2,689 0,008 Signifikan Konstanta 74,506 Fhitung;Sig 44,727 ; 0,000 R = 0,692; Adjusted R Square = 0,479
Sehingga dapat diperoleh model regresi sebagai berikut:
Kinerja= 74,506+1,050 Iklim Organisasi + 1,185 Kebahagiaan – 0,793 Stres Kerja
-
10
Uji Parsial (Uji t)
Variabel iklim organisasi memiliki nilai t hitung 2,164 dan signifikansi 0,032
sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, oleh karena itu terdapat pengaruh
secara parsial yang signifikan dari variabel iklim organisasi terhadap kinerja . Nilai
koefisien regresi 1,050 menunjukkanadanya pengaruh yang positif artinya
semakin tinggi iklim organisasi maka kinerja akan meningkat begitu pula
sebaliknya. Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan meningkat sebesar
1,050 satuan setiap kenaikan satu-satuan dari iklim organisasi.
Variabel kebahagiaan memiliki nilai t hitung 2,390 dan signifikansi 0,018
sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, oleh karena itu terdapat pengaruh
secara parsial yang signifikan dari variabel kebahagiaan terhadap kinerja. Nilai
koefisien regresi 1,185 menunjukkanadanya pengaruh yang positif artinya
semakin tinggi kebahagiaan maka kinerja akan meningkat begitu pula sebaliknya.
Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan meningkat sebesar 1,185 satuan
setiap kenaikan satu-satuan dari kebahagiaan.
Variabel stres kerja memiliki nilai t hitung -2,689 dan signifikansi 0,008 sehingga
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, oleh karena itu terdapat pengaruh secara
parsial yang signifikan dari variabel stres kerja terhadap kinerja. Nilai koefisien
regresi -0,793 menunjukkanadanya pengaruh yang negatif artinya semakin tinggi
stres kerja maka kinerja akan semakin menurun begitu pula sebaliknya. Nilai
koefisien ini juga mengartikan kinerja akan menurun sebesar 0,793 satuan setiap
kenaikan satu-satuan dari stres kerja.
Uji Simultan (Uji F)
Uji ini terlihat pada output table ANOVA. Adanya pengaruh secara bersama-sama
antar variabel independen jika nilai F hitung lebih besar dari F table dan
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai Fhitung yaitu 44,727 dan signifikansi
0,000 sehingga nilai F hitung lebih besar dari F table dan signifikansi lebih
kecildari 0,05, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh simultan dari
variabel iklim organisasi, kebahagiaan, dan stress kerjaterhadapkinerja .
-
11
Koefisien Determinasi (Adjusted R square)
Nilai korelasi yaitu 0,692 yang menunjukkan besarnya hubungan secara bersama-
sama dari variabel iklim organisasi, kebahagiaan, dan stress kerjaterhadapkinerja.
Nilai ini jika dikuadratkan akan menghasilkan nilai R square yaitu
0,479.Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil koefisien determinasi
diatas yaitu 0,479 yang dapat dikatakan variabel iklim organisasi, kebahagiaan,
dan stress kerjasecara bersama-sama mampu mempengaruhi kinerja sebesar
47,9% sedangkan sisanya dipegaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi fokus
dalam penelitian ini.
Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh pengaruh iklim organisasi terhadap
kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Mageta n. Hal ini dibuktikan dengan iklim
organisasi memiliki nilai t hitung 2,164 dan signifikansi 0,032 sehingga nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Oleh karena ituada pengaruh secara parsial yang
signifikan dari variabel iklim organisasi terhadap kinerja. Nilai koefisien regresi
1,050 menunjukkanadanya pengaruh yang positif artinya semakin tinggi iklim
organisasi maka kinerja akan meningkat begitu pula sebaliknya. Nilai koefisien
ini juga mengartikan kinerja akan meningkat sebesar 1,050 satuan setiap kenaikan
satu-satuan dari iklim organisasi.
Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan
kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi
mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin,
yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi
yang kemudian menentukan kinerja organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi
perilaku organisasi anggota organisasi yang kemudian mempengaruhi kinerja
mereka. Wirawan (2007:131) mengatakan bahwa budaya dan iklim organisasi
adalah saling mempengaruhi. Pelaksanaan budaya organisasi yang baik akan
menciptakan iklim organisasi yang kondusif.
Faktor kebahagiaan juga memiliki pengaruh yang jelas terhadap kinerja perawat
di RSUD dr. Sayidiman Magetan. Hal ini dibuktikan dengan variable kebahagiaan
memiliki nilai t hitung 2,390 dan signifikansi 0,018 sehingga nilai signifikansi
-
12
lebih kecil dari 0,05. Secara parsial variabel kebahagiaan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja. Nilai koefisien regresi 1,185 menunjukkanadanya pengaruh yang
positif, artinya semakin tinggi kebahagiaan maka kinerja akan meningkatbegitu
pula sebaliknya.Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan meningkat
sebesar 1,185 satuan setiap kenaikan satu-satuan dari kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah suatu keadaan individu yang berada dalam aspek positif
(perasaan yang positif) dan untuk mencapai kebahagiaan yang autentik, individu
harus dapat mengidentifikasikan, mengolah, dan melatih serta menggunakan
kekuatan (strength ) serta keutamaan (virtue) yang dimilikinya dalam kehidupan
sehari-hari. Perawat yang selalu memiliki nilai-nilai positif dalam setiap
kegiatannya, akan memberikan dampak positif pula bagi kinerjanya. Perawat yang
memiliki rasa bahagia dalam bekerja cenderung tidak terbebani dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga kinerjanya juga akan semakin baik.
Adapun variable stres ternyata juga berpengaruh terhadap kinerja perawat di
RSUD dr. Sayidiman Magetan. Variabe l stres kerja memiliki nilai t hitung -2,689
dan signifikansi 0,008 sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Ini
berartiterdapat pengaruh secara parsial yang signifikan dari variabel stres kerja
terhadap kinerja. Nilai koefisien regresi -0,793 menunjukkanadanya pengaruh
yang negatif artinya semakin tinggi stres kerja maka kinerja akan semakin
menurun begitu pula sebaliknya. Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan
menurun sebesar 0,793 satuan setiap kenaikan satu-satuan dari stres kerja.
Stres adalah reaksi tubuh terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres
(stressor) yaitu berupa tuntutan atau beban hidup, beban mental, sistem biologis
dimana individu tidak memiliki keseimbangan antara tuntutan dan kemampuan
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga dapat menimbulkan tekanan,
cemas, takut, khawatir, perubahan nonspesifik baik positif maupun negatif,
tegangan emosi yang dapat mengancam kesejahteraan individu.Stres memiliki
dampak negatif pada individu, dampak negatif tersebut dapat berupa dampak
emosional seperti keletihan, menutup diri, depresi dan harga diri rendah dan
dampak terhadap fisik yaitu munculnya berbagai masalah kesehatan seperti sering
-
13
mengalami sakit dan nyeri, masalah lambung, cemas saraf dan munculnya
penyakit-penyakit lain.
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres
tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka
untuk melakukan tugas dengan lebih baik, tetapi pada tingkat stres yang tinggi
atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja
karyawan.
Penelitian ini juga menemukan bahwa iklim organisasi, kebahagiaan, dan stres
kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD dr.
Sayidiman Magetan. Indikatornya dari nilai Fhitung yaitu 44,727 dan signifikansi
0,000 sehingga nilai F hitung lebih besar dari F table dan signifikansi lebih kecil
dari 0,05.
Adapun nilai korelasi yaitu 0,692 yang menunjukkan besarnya hubungan secara
bersama-sama dari variabel iklim organisasi, kebahagiaan, dan stress
kerjaterhadapkinerja . Nilai ini jika dikuadratkan akan menghasilkan nilai R square
yaitu 0,479.Koefisien ini disebut koefisien determinasi yang menunjukkan
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
koefisien determinasi adalah 0,479. Dapat disimpulkan variabel iklim organisasi,
kebahagiaan, dan stress kerjasecara bersama-sama mampu mempengaruhi kinerja
sebesar 47,9%.
Adanya pengaruh secara bersama-sama dari iklim organisasi, kebahagiaan, dan
stress kerja mampu mempengaruhi kinerja secara efektif. Kesehatan mental yang
baik, akan sangat dipengaruhi lingkungan sosial, kondisi tempat bekerja serta
kekuatan jiwa seseorang menghadapi tekanan atau stres. Iklim organisasi yang
kondusif dan kemampuan untuk berpikir secara positif diperlukan untuk menjauhi
stress, sekaligus menciptakan kebahagiaan, kepuasan serta ketenangan di tempat
kerja.Seligman (2005) menjelaskan, kebahagiaan merupakan konsep yang
mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktifitas positif yang
yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Seligman memberikan
gambaran individu yang mendapatkan kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu
-
14
individu yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan
dasar (terdiri dari kekuatan dan keutamaan) yang dimilikinya dan
menggunakannya pada kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta,
permainan, dan pengasuhan.
Peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan tidak dapat dilepaskan dari suasana
kerja atau iklim yang ada dalam organisasi. Iklim organisasi yang baik
memungkinkan peningkatan kinerja pegawai. Suasana organisasi yang baik
memastikan pemahaman pegawai terhadap deskripsi tugas atau tugas pokok dan
fungsinya sesuai posisi penempatan pegawai. Hal-hal yang dikemukakan tersebut
saling terkait satu dengan lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa bila suasana
kerja atau iklim organisasi tidak tercipta dengan baik maka akan berpengaruh
terhadap hasil kerja atau kinerja pegawai dalam organisasi.
4. PENUTUP
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat adanya hubungan secara
parsial antara iklim organisasi, kebahagiaan dan stres kerja terhadap kinerja
perawat di RSUD dr . Sayidiman Magetan. Hal tersebut bisa diartikan bahwa
iklim organisasi, kebahagiaan, dan stres kerja dapat dijadikan sebagai prediktor
untuk memprediksi kinerja perawat. Ada hubungan positif antara iklim organisasi
dan kebahagiaan dengan kinerja perawat. Adapun stres kerja memiliki hubungan
namun berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat.
Ketiga faktor atau prediktor ini (iklim organisasi, kebahagiaan dan stres) secara
simultan atau bersama-sama juga mempunyai pengaruh kuat terhadap kinerja
perawat. Ketiganya secara efektif mampu memprediksi pengaruh kinerja perawat
sebesar 47,9%. Ini menandakan terdapat kontribusi faktor -faktor atau variabel-
variabel lain sebesar 52,1% yang mempengaruhi kinerja perawat, namun tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian terdapat pandangan yang disarankan kepada perawat-perawat
dan manajemen RSUD dr. Sayidiman Magetan, yaitu:
-
15
1. Manfaat Teoritis
? Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan di bidang psikologi,
khususnya dalam melihat hubungan stres, kebahagiaan dan iklim
organisasi dengan kinerja perawat di rumah sakit.
? Pada penelitian ini sumbangan efektif stres 10,9% kebahagiaan 19,5%
dan iklim organisasi 17,5%. Variabel stres, kebahagiaan dan iklim
organisasi secara bersama-sama mempengaruhi kinerja sebesar 47,9%
maka peneliti selanjutnya diharapkan bisa menemukan variabel-variabel
lain yang memiliki hubungan sangat besar dengan kinerja perawat di
rumah sakit.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis menggambarkan hubungan stres, kebahagiaan dan iklim
organisasi dengan kinerja perawat di rumah sakit :
? Perawat perlu terus meningkatkan ketrampilan dan kompetensinya guna
menunjang kelancaran dan kenyamanan dalam melaksanakan pelayanan
kepada pasien.
? Perawat perlu memahami pentingnya komunikasi yang baik kepada
pasien, keluarga pasien, atasan, manajemen dan rekan kerja.
? Pihak rumah sakit diharapkan mampu memberikan kenyamanan dengan
pemenuhan sarana prasarana yang memadai, peningkatan ketrampilan
dengan adanya pelatihan-pelatihan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
seluruh karyawan rumah sakit.
-
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Mohamed, H., & Gaballah, S. (2018). Study of the Relationship between Organizational Climate and Nurses’ Performance: A University Hospital Case. American Journal of Nursing Research , 6(4), 191–197. doi:10.12691/ajnr-6-4-7
Afandi, P. 2016. Concept & Indicator: Human Resources Management for
Management Research. Yogyakarta : Deepublish Allen, N. J., dan Meyer, J.P. (1990). The Measurement and Antecedents of
Affective Continuance, and N ormative Commitment to Organization. Journal of Occupational Psychology . Vol. 63, No. 8 – 18.
Azwar, S. (2011). Sikap dan Perilaku. Dalam : Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. 2nded. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 3-22 ______________. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Argyle, M. (2001). The Psychology of Happiness. New York: Taylor & Francis Group.
Asi, S. P. (2013). Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja
Perawat RSUDdr. Doris Sylvanus Palangka Raya, Jurnal Aplikasi Manajemen , 11(3), 515-523
Asma, U. (2010). Dahsyatnya Kekuatan Sabar. Jakarta: Belanoor. Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Breckler, S.J., Olson, J.M., & Wiggins, E.C. (2006). Social Psychology Alive.
Belmont, CA : Thomson Higher Education. Bruce, E. May, RSM Lau, and Stephen K. Johnson.(1999). A Longitudinal Study
of Quality of Work Life and Business Performance,Business Review, Vol. LVIII, No. 2, p.3-7
Carr, A. (2004). Positive Psychology: The Science of Happiness and Human
Strength . New York: Brunner-Routledge Danang, P. (2009). Hubungan Stres Kerja dengan Adaptasi Pada Perawat di
Instalasi Gawat Darurat RSUD Pandan Arang. Diakses pada tanggal 4 April 2015 dari http://etd.eprints.ums.ac.id
-
17
Dharma, Surya. (2004). Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori, danPenerapannya. Jakarta: Program Pascasarjana FISIP.
Dollard, M. F., Opie, T., Lenthall, S., Wakerman, J., Knight, S., Dunn, S.,
MacLeod, M. (2012). Psychosocial Safety Climate as An Antecedent of Work Characteristics and Psychological Strain: A Multilevel Model. Work & Stress, 26(4), 385–404. doi:10.1080/02678373.2012.734154
El Akremi, A., Colaianni, G., Portoghese, I., Galletta, M., & Battistelli, A. (2013).
How Organizational Support Impacts Affective Commitment and Turnover among Italian Nurses: A Multilevel Mediation Model. The International Journal of Human Resource Management, 25(9), 1185–1207. doi:10.1080/09585192.2013.826713
Elmuti, D. (2003). Impact of Internet Aided Self-Management Teams on Quality
of Work-Life and Performance, Journal of Business Strategies, Vol. 20 No. 2, p. 119 -136
Elmuti, D., Yunus K.(1997).An Investigation into Effects of ISO 9000 on
Participants’ Attitudes and Job Performance, Production and Inventory Management Journal, Second Quarter
Emmons, R. A., Barrett, J. L., & Schnitker, S. A. (2008). “Personality and the
Capacity for Religious and Spiritual experience.” Handbook of Personality: Theory and Research (edited by Oliver P. John, Richard W. Robins, & Lawrence A. Pervin). New York: The Guilford Press.
Fajrillah, Nurfitriani. (2016). Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat
Pelaksana dalam Melaksanakan Pelayanan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Anutapura Palu , Jurnal Keperawatan Sriwijaya , 3 (2), 16-24
Freddy Rangkuti, (2017). Customer Care Excellence: Meningkatkan Kinerja
Perusahaan melalui Pelayanan Prima . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Froh, JJ., Bono, G., & Emmons, RA. (2010). Being Grateful is Beyond Good
Manners: Gratitude and Motivation to Contribute to Society Among Early Adolescent,Motivation Emotion, 34, 144-157.
Ghozali, I.,(2009). Aplikasi Analisis Multivariate dalam Program SPSS 19.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro _____________. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 19 (edisi kelima). Semarang : Universitas Diponegoro.
-
18
Goddard, C. (2001). “Sabar, Ikhlas, Setia - Patient, Sincere, Loyal? Contrastive Semantics of Some Virtues in Malay and English. ? Journal of Pragmatics, 33, 653-681.
Golizeck, A. (2005). 60Second Manajemen Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Handoko, H. (2001). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia .
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia , Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara Hassani, M., Sedaqat, R., & Kazemzadehbeytali, M. (2017). Correlation between
the Ethical Climate, Job stress and Job Satisfaction in Nurses. Medical Ethics Journal, 11(40), 63–71. doi:10.21859/mej-114063
Hawari, D. (2004). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI Hu, Y., Wang, D., Xu, G., Xu, P. (2014). The Relationship Between Work Stress
andMental Health in Medical Workers in East China. Social Behavior and Personality , 42(2), 237-244
Ismirawati, E. (2014). Pengaruh Kebahagiaan dan Budaya Organisasi Terhadap
Pelayanan Perawat di Rumah Sakit Umum DaerahAji Muhammad Parikesit Tenggarong, Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945, Samarinda
Ivancevich, John M,. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga Khosrojerdi, Z., Tagharrobi, Z., Sooki, Z., & Sharifi, K. (2018). Predictors of
Happiness among Iranian Nurses. International Journal of Nursing Sciences, 5(3), 281–286. doi:10.1016/j.ijnss.2018.06.008
Kreitner & Kinicki. (2005). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat Labrague, L. J., McEnroe -Petitte, D. M., Gloe, D., Tsaras, K., Arteche, D. L., &
Maldia, F. (2016). Organizational Politics, N urses’ Stress, B urnout Levels, Turnover Intention and Job Satisfaction. International Nursing Review, 64(1), 109–116. doi:10.1111/inr.12347
Lavoie-Tremblay, M., Feeley, N., Lavigne, G. L., Genest, C., Robins, S., &
Fréchette, J. (2016). Neonatal Intensive Care Unit Nurses Working in an Open Ward. The Health Care Manager, 35(3), 205–216. doi:10.1097/hcm.0000000000000122
-
19
Lewis, David., Kevin Brazil., Paul Krueger., Lynne Lohfeld., and Erin Tjam. (2001). Extrinsic and Intrinsic Determinants of Quality of Work Life, International Journal of Health Care Quality Assurance Incorporating Leadership in Health Service, Vol. 14, 9-15
Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Yogyakarta : Penerbit
Andi Mamesah, Andrew A., Rattu, A. J. M., Joseph, Woodford B.S. (2015). Hubungan
antara Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Margono.(2004), Metodologi Penelitian Pendidikan,Jakarta : Rineka Cipta. Mathis, J. (2009). Organizational Behavior and Management. Texas: Business
Publishing inc McVicar, A. (2015). Scoping the Common Antecedents of Job Stress and Job
Satisfaction for Nurses (2000-2013) Using the Job Demands-Resources Model of Stress. Journal of Nursing Management, 24(2), E112–E136. doi:10.1111/jonm.12326
Mondy,R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 2 Edisi 10.
Jakarta: Erlangga Muslimah, S. (2001). Pentingnya Pelanggan Bagi Kita. Makalah (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta. Nabirye, R. C., Brown, K. C., Pryor, E. R., & Maples, E. H. (2011). Occupational
Stress, Job Satisfaction and Job Performance Among Hospital Nurses in Kampala, Uganda. Journal of Nursing Management, 19(6), 760–768. doi:10.1111/j.1365-2834.2011.01240.x
National Safety Council. (2004). Manajemen Stress. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC Notosoedirdjo & Latipun. (2005). Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan.
Jakarta: EGC Ostroff, Cheri.(1992). The Relationship Between Satisfaction, Attitudes and
Performance, an Organizational Level Analysis, Journal of Applied Psychology, Vol 77, No. 6, p. 963-974
Poerwadarminta, W. J. S. (1982). Kamus Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai
Pustaka.
-
20
Pruijt, Hans . (2003).Performance and Quality of Work Life, Journal of Organizational Change Management, Vol. 13, p.389-400
Riduwan dan Sunarto. (2014). Pengantar Statistika untuk Penelitian : Pendidikan,
Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta. Runtu, D. Y. N., Widyarini, M. M. N. (2009). Iklim Organisasi, Stres Kerja, dan
Kepuasan Kerja pada Perawat, Jurnal Psikologi, 2, 107-112 Santoso, Singgih. (2014). Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan
SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Saputri, A. N., Suryalena. (2018). Pengaruh Iklim Organisasi Dan Komitmen
Organisasi TerhadapKinerja Perawat pada RSIA Eria BundaPekanbaru, Jurnal Online Mahasiswa FISIP, 3, 1-13
Schermerhorn John R, JR. (2010). Management.New York: John Wiley and Sons,
Inc. Sekaran, Uma. (2006). Research Methods for Business. (Kwan Men Yon,
Penerjemah ). Jakarta : Salemba Empat. Seligman, M. (2002). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology
to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press. ____________(2005). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology
to Realize Your Potential for Lasting Fulfi llment (Eva Yulia Nukman, Penerjemah). Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Seligman, M. E. P., Steen, T. A., Park, N., Peterson, C. (2005). Positive
Psychology Progress: Empirical Validation of Interventions, American Psychologist, 60(5), 410-421
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Yogyakarta: CV. Andi Offset Stanson, W. J & Lamarto, Y. (1985). Prinsip-prinsip Pemasaran, Analisa
Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Liberty. Stephen. P. Robbins and Timoty A. Judge, 2013. Organizational Behavior 15thed.
New Jersey. Pearson Education, Inc., Publishing as Prentice Hall Sugiarto, E. (1999). Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa . Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
-
21
Suhanto, E. (2009). Pengaruh Stres Kerja Dan Iklim OrganisasiTerhadap Turnover Intention dengan Kepuasan KerjaSebagai Variabel Intervening(Studi Di Bank Internasional Indonesia), Tesis, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang
Wang, X., Liu, L., Zou, F., Hao, J., & Wu, H. (2017). Associations of
Occupational Stressors, Perceived Organizational Support, and Psychological Capital with Work Engagement among Chinese Female Nurses. BioMed Research International, 2017, 1–11. doi:10.1155/2017/5284628
Watkins, P.C, Wodward, K., Stone, T., & Kolt, R.L. (2003). Gratitude and
Happiness: Development of a Measure of Gratitude and Relationship with Subjective Well-Being,Social Behavior and Personality , 5, 431-452.
Wesarat, P., Sharif, M. Y., Majid, A. H. A. (2015). A Conceptual Framework of
Happiness at the Workplace, Asia n Social Science, 11(2), 78-88 Wijayanto, S. A. (2017). Dampak Iklim Organisasiterhadap Kebahagiaan Dan
Kinerja Karyawan (StudiPada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), JBMA, 4(1), 42-56
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia . Jakarta: Salemba
Empat Yahya Alhakami, I., & Ghazi Baker, O. (2018). Nurses’ Happiness and
Awareness of Their Influence on Work in Governmental and Private Hospitals. Clinical Nursing Studies, 7(1), 21. doi:10.5430/cns.v7n1p21