hubungan stres, kebahagiaan dan iklim organisasi …eprints.ums.ac.id/72805/11/01 naskah...

25
HUBUNGAN STRES, KEBAHAGIAAN DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT Disusun sebagai satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan Magister Sains Psikologi Sekolah Pascasarjana Oleh : RATNA WIDIAS ASMARA S300140036 PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN STRES, KEBAHAGIAAN DAN IKLIM

    ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT

    DI RUMAH SAKIT

    Disusun sebagai satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada Jurusan

    Magister Sains Psikologi Sekolah Pascasarjana

    Oleh :

    RATNA WIDIAS ASMARA

    S300140036

    PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2019

  • i

    Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

    Dosen

    Pembimbing

    HALAMAN PENGESAHAN

    HUBUNGAN STRES, KEBAHAGIAAN

    DAN IKLIM ORGANISASIDENGAN KINERJA PERAWAT

  • ii

  • iii

  • 1

    HUBUNGAN STRES, KEBAHAGIAAN DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT

    Abstrak

    Hubungan antara stres kerja, kebahagiaan dan iklim organisasi dengan kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Magetan menjadi fokus dalam penelitian ini. Subjek penelitian mencakup para perawat ruang rawat inap sejumlah 150 orang. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan teknik purposive sampling. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dengan tiga skala yaitu skala stres, kebahagiaan, dan iklim organisasi, sedangkan untuk kinerja perawat menggunakan data nilai Sasaran Kinerja Pegawaiyang berupa data interval. Analisis regresi dipakai untuk mengolah dan menganalisis data . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara parsial antara stres, kebahagiaan dan iklim organisasi dengan kinerja perawat. Ketiga variabel tersebut secara bersama-sama juga mempengaruhi kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Magetan. Faktor stress, kebahagiaan dan iklim organisasi memberikan sumbangan pengaruh sebesar 47,9% terhadap kinerja perawat. Ini berarti masih ada 52,1% faktor lain yang bisa menjadi prediktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Kata Kunci :stres , kebahagiaan, iklim organisasi, kinerja perawat

    Abstract

    The relationship between work stress, happiness and organizational climate with the performance of nurses in RSUD dr. Sayidiman Magetan was the focus of this research. The research subjects included 150 inpatient nurses. Sampling from the population using cluster random sampling technique. The data collection method used three scales, namely the scale of stress, happiness, and organizational climate, while for the performance of nurses using the value data Employee Performance Target in the form of interval data. Regression analysis was used to process and analyze data. The results of this study indicated that there was a partially significant relationship between stress, happiness and organizational climate with nurse performance. The three variables together were also affected the performance of nurses in the RSUD dr. Sayidiman Magetan. Stress, happiness and organizational climate factors contribute 47.9% to nurses' performance. This means there were still 52.1% of other factors that can be predictors that affect nurse performance. Keywords:stress, happiness, organization climate, nurses performance

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan publik yang memegang peranan

    penting dan strategis dalam memberikan layanan kesehatan. Peran kuncinya

    dalam mewujudkan kualitas pelayanan kesehatan prima dan berkaitan langsung

    dengan kehidupan manusia, membuat institusi rumah sakit wajib menaati berbagai

    regulasi dan syarat.

    Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi

    Rumah Sakit menegaskan bahwa rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan

    kesehatan kepada masyarakat wajib terakredit asi dengan tujuan meningkatkan

    mutu pelayanan rumah sakit sekaligus melindungi keselamatan pasien di rumah

    sakit. Selain itu juga ditujukan untuk meningkatkan perlindungan bagi masyarakat

    (pengunjung), maupun sumber daya manusia atau karyawan di rumah sakit.

    Rumah sakit sebagai institusi memiliki peran penting untuk mendukung program

    pemerintah di bidang kesehatan sekaligus meningkatkan profesionalisme rumah

    sakit Indonesia di mata internasional.

    Adapun pencapaian standar pelayanan rumah sakit yang baik, tidak hanya

    ditentukan oleh kelengkapan dan kecanggihan fasilitas sarana prasarana saja.

    Akan tetapi juga ditentukan oleh kualitas pelayanan dari tenaga medis, paramedis

    serta segenap unsur karyawan. Selain itu, keamanan, keselamatan dan kesehatan

    pasien menjadi unsur utama keberhasilan pelayanan di rumah sakit.

    Rumah sakit merupakan tempat yang diharapkan masyarakat mampu memberikan

    pelayanan kesehatan secara paripurna sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan

    dari kondisi sakit. Dalam bahasa Indonesia, pelayanan diartikan sebagai suatu cara

    atau perbuatan dalam melayani (Poerwadarminta, 1982). Sedangkan melayani

    adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain. Stanson

    dan Lamarto (1985) memberikan pengertian pelayanan sebagai suatu kegiatan

    tidak berwujud yang secara terpisah diidentifikasikan berfungsi untuk memuaskan

    keinginan serta tidak terikat pada penjualan suatu produk atau jasa lainnya. Pasien

    mengharapkan pelayanan yang baik, siap, cepat tanggap dan peduli terhadap

    keadaan dan kebutuhan pasien.

  • 3

    Upaya pemenuhan kebutuhan kualitas layanan tersebut, memerlukan sumber daya

    manusia (SDM) yang memiliki kompetensi, kemampuan, ketrampilan tinggi serta

    sikap yang baik. SDM yang berperan sangat penting sebagai ujung tombak dalam

    organisasi rumah sakit, khususnya terkait pelayanan kepada pasien ialah tenaga

    perawat.

    Peran perawat sebagai penentu kualitas pelayanan di rumah sakit sangat lah besar.

    Ini dikarenakan, perawat lah yang berhubungan selama 24 jam dengan pasien,

    bukan dokter. Segala hal yang terjadi terhadap pasien, semua keluhan dan

    pertanyaan dari pasien maupun keluarga pasien akan dihadapi perawat secara

    langsung setiap harinya. Tuntutan yang tinggi terhadap kinerja dan pelayanan

    perawat, interaksi intensif dengan pasien ditambah dengan pola kerja sistem shift,

    membuat perawat sangat rentan terhadap stres di tempat kerja (workspace stress).

    Tidak sedikit keluhan dari masyarakat mengenai kualitas pelayanan dari rumah

    sakit yang bersumber atau berhubungan dengan persoalan perawat. Sering

    terdengar dan tertulis di media massa maupun media sosial tentang kurangnya

    kualitas pelayanan rumah sakit dari sisi keperawatan. Terutama tentang sikap,

    pelayanan dan tindakan perawat yang kurang dari sisi responsifitas, keramahan

    dan simpati. Pasien maupun keluarga pasien masih sering merasakan sikap,

    ekspresi dan layanan yang kurang ramah, kurang sabar dan kurang cepat tanggap

    dari para perawat dalam menjalankan tugas di rumah sakit.

    Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul. Di satu

    sisi perawat bertanggung jawab terhadap tugas fisik, administratif dari instansi

    tempatnya bekerja, menghadapi kecemasan dan keluhan pasien yang muncul pada

    pasien akibat sakitnya, ketegangan, kejenuhan dalam menghadapi pasien dengan

    kondisi yang menderita sakit. Akan tetapi di sisi lain, perawat juga selalu dituntut

    untuk selalu tampil sebagai profil perawat yang baik oleh pasiennya (Danang,

    2009). Berbagai situasi dan tuntutan kerja yang dialami dapat menjadi sumber

    potensial terjadinya stres (Golizeck, 2005).

    Stres adalah suatu respon yang tidak spesifik, dihubungkan oleh karakteristik

    dan/atau proses psikologi individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap

  • 4

    tindakan ekstrernal, situasi, atau peristiwa yang menimbulkan tuntutan fisik

    dan/atau psikologis pada seseorang (Kreitner & Kinicki (2005).

    Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan

    batin, tegangan dan konflik (Chaplin, 2006). Stres juga merujuk pada perubahan,

    baik positif maupun negatif, dalam lingkungan suatu organisme, yang mendapat

    tanggapan dari organisme itu (Peace, dkk, 2012). Hawari (2004) mendefinisikan

    stres sebagai reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial seperti tekanan

    mental atau beban kehidupan.

    Stres juga didefinisikan oleh Sarafino dan Smith (2012) sebagai kondisi yang

    disebabkan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga

    menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan, berasal dari situasi yang bersumber

    pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

    Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan

    individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi tuntutan

    kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri. Ketegangan

    yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan berkembang menjadi

    stres.Menurut Handoko (2001) stres adalah suatu kondisi ketegangan yang

    mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Jika stres yang

    dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja

    seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja (Kreitner & Kinicki, 2005).

    Handoko (2001) menyatakan, stres kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja.

    Stres yang dialami perawat dapat meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja.

    Pekerjaan yang tidak ada faktor stres sama sekali akan membuat perawat tidak

    termotivasi atau tertantang untuk bekerja sehingga prestasi kerja akan cenderung

    rendah. Sedangkan tingkat stres yang terlalu tinggi akan mengganggu

    pelaksanaan pekerjaan sehingga kualitas pelayanan juga akan rendah. T. Hani

    Handoko (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

    prestasi kerja/kinerja karyawan adalah tingkat stres karyawan.

    Robbins, Setphen, dkk (2008) menyatakan ada tiga aspek stres kerja, yaitu: (1)

    aspek lingkungan, berkaitan dengan pengaruh ketidakpastian lingkungan, desain

    dan struktur organisasi; (2) aspe k organisasional, meliputi tugas, tuntutan peran,

  • 5

    tuntutan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi dan tingkat

    hidup organisasi itu akan berpengaruh terhadap munculnya stres di lingkungan

    kerja; serta (3) aspek individual yang di dalamnya meliputi isu keluarga, masalah

    ekonomi individu dan karakteristik kepribadian antar individu yang berbeda.

    Kesulitan pernikahan, pecahnya suatu hubungan dan kesulitan disiplin pada anak

    anak merupakan masalah yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan akan

    terbawa pada tempat kerja.

    Notosoedirdjo dan Latipun (2005) juga mengatakan, orang yang sehat

    mentalnya adalah orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat

    stressor (sumber stres). Seseorang yang tidak sakit meskipun mengalami teka nan-

    tekanan, maka menurut pengertian ini adalah orang yang sehat. Pengertian ini

    sangat menekankan pada kemampuan individual merespon lingkungannya.

    Kesehatan mental yang baik, akan sangat dipengaruhi lingkungan sosial, kondisi

    tempat bekerja serta kekuatan jiwa seseorang menghadapi tekanan atau stres.

    Iklim organisasi yang kondusif dan kemampuan untuk berpikir secara positif

    diperlukan untuk menjauhi stress, sekaligus menciptakan kebahagiaan, kepuasan

    serta ketenangan di tempat kerja.

    Seligman (2005) menjelaskan, kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu

    pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktifitas positif yang yang tidak

    mempunyai komponen perasaan sama sekali. Seligman memberikan gambaran

    individu yang mendapatkan kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu

    yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar

    (terdiri dari kekuatan dan keutamaan) yang dimilikinya dan menggunakannya

    pada kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta, permainan, dan

    pengasuhan.

    Menurut Seligman, dkk (2005), terdapat lima aspek utama yang dapat menjadi

    sumber kebahagiaan sejati. Apek pertama, sesorang dapat menjalin hubungan

    positif dengan orang lain. Kedua, adanya keterlibatan penuh dalam pekerjaan

    yang ditekuni. Keterlibatan penuh bukan hanya pada karir, tetapi juga dalam

    aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Aspek ketiga ialah

    mampu menemukan makna dalam keseharian. Dalam keterlibatan penuh dan

  • 6

    hubungan positif dengan orang lain tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia.

    Keempat, sikap optimis, namun tetap realistis, dan aspek kelima dalam mencapai

    kebahagiaan ialah dengan menjadi pribadi yang resilien, yakni kemampuan untuk

    bangkit dari peristiwa yang terpahit sekalipun.

    Dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah suatu keadaan individu yang

    berada dalam aspek positif (perasaan yang positif). Timbulnya perasaan bahagia

    pada diri perawat, akan berdampak pada kemampuan memberikan pelayanan yang

    lebih baik kepada pasien-pasien untuk mendapatkan kesembuhan yang paripurna.

    Selain kebahagiaan, faktor yang tidak kalah penting dalam menunjang

    peningkatan pelayanan adalah iklim organisasi di rumah sakit sebagai tempat

    aktivitas keperawatan. Wirawan (2007) menyampaikan, iklim organisasi adalah

    persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang

    secara tetap berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di

    lingkungan internal organisasi secara rutin yang mempengaruhi sikap dan perilaku

    organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja

    organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi produktifitas anggota dan selanjutnya

    mempengaruhi efektifitas dan efisiensi organisasi.

    Wirawan (2007) mengatakan bahwa pengaruh iklim organisasi terhadap perilaku

    organisasi dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Misalnya, ruang kerja

    yang tidak baik, hubungan atasan dan bawahan yang penuh konflik, dan birokrasi

    yang kaku dapat menimbulkan sikap negatif, stres kerja tinggi, menurunkan

    motivasi serta kepuasan kerja yang rendah. Sebaliknya jika karyawan bekerja di

    ruangan yang nyaman, bersih, hubungan atasan dan bawahan yang kondusif dan

    birokrasi yang longgar akan menimbulkan sikap positif, stres kerja rendah, serta

    motivasi dan kepuasan kerja t inggi. Dari sini akan tercipta kinerja karyawan yang

    tinggi.

    Penelitian Wijayanto (2017) menyimpulkan bahwa iklim organisasi yang positif

    dapat memberikan kebahagiaan dan tingkat stres yang rendah. Ini berdampak

    positif pada peningkatan kinerja karyawan dan kualitas pelayanan yang semakin

    baik. Sebaliknya iklim organisasi yang negatif akan menimbulkan suasana yang

  • 7

    tidak nyaman, keadaan tidak bahagia, stres kerja yang tinggi sehingga

    menurunkan kinerja karyawan.

    Fenomena-fenomena yang terjadi dan berlangsung di RSUD dr Sayidiman terkait

    dengan faktor yang mempengaruhi kinerja perawat, memunculkan upaya

    penelitian ini. Peneliti ingin mengetahui hubungan antara iklim organisasi,

    kebahagiaan dan stres di tempat kerja dengan pe rforma para perawat selama ini.

    Berdasarkan uraian di atas tentang stres kerja perawat, kebahagiaan, pengaruh

    iklim organisasi terhadap kinerja perawat, peneliti merumuskan masalah

    penelitian ini apakah kebahagiaan, iklim organisasi dan stres secara sendiri-sendiri

    dan bersamaan memiliki hubungan dengan kinerja perawat di rumah sakit RSUD

    dr. Sayidiman Magetan.

    2. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magetan kepada 150 perawat,

    dari keseluruhan populasi perawat yang bekerja di ruang rawat inap yang

    berjumlah 220 orang. Status para perawat ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

    dan sebagian merupakan pegawai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

    Tabel 1. Demografi

    No Usia dan Pendidikan Perawat

    L P 1 Usia 20 - 40 S1 6 29 2 Usia 20 – 40 DIII 20 82 3 Usia 41 – 60 S1 4 0 4 Usia 41 – 60 DIII 6 3

    Jumlah 36 114 Jumlah Total 150

    Teknik dalam pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan purposive

    sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

    dengan memakai skala Likert. Skala stres, skala kebahagiaan, dan skala iklim

    organisasi menggunakan data ordinal. Adapun untuk data kinerja

    perawatmenggunakan data dokumentasi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang

    berupa data interval.

  • 8

    Sebelum dibagikan kepada responden, tiap-tiap skala dilakukanprofessional

    expert judgmentuntuk menemukan aitem-aitem yang relevan dan tidak relevan.

    Selanjutnya dianalisis menggunakan rumus formula Aiken’s V untuk menghitung

    content-validity -coefficient dengan batas nilai valid 0,8. Aitem yang mempunyai

    hasil validitas di bawah 0,8 (0,05). Uji normalitas dikenakan kepada semua variabel yang diteliti

    dengan harapan bahwa semua variabel memiliki distribusi normal.

    Hasil uji normalitas nilai residual menunjukkan nilai Zhitung dibawah Ztabel

    (Ztabel=1,96) dan signifikansi diatas 0,05. Nilai Zhitung yaitu 0,071 dan signifikansi

  • 9

    0,062. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini sudah

    berdistribusi normal.

    Tabel 2 . Hasil Uji Normalitas

    Variabel Zhitung Signifikansi Keterangan Iklim Organisasi 0,055 0,088 Berdistribusi Normal Kebahagiaan 0,073 0,067 Berdistribusi Normal Stres Kerja 0,077 0,066 Berdistribusi Normal Kinerja 0,103 0,123 Berdistribusi Normal

    Selanjutnya dilakukan uji linieritas yang bertujuan untuk mengetahui linieritas

    hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.

    Tabel 3. Hasil Uji Linieritas

    Variabel Sig. Keterangan Iklim Organisasi 0,076 Linear Kebahagiaan 0,094 Linear Stres Kerja 0,181 Linear

    Variabe l independen linear terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi dari deviation from linearity lebih besar dari 0,05. Hasil diatas diperoleh ketiga Variabe l independen linier terhadap variabe l dependen.

    Pada tahap akhir untuk menganalisis data, dilakukan uji hipotesis. Pada

    penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi bertujuan

    untuk menguji apakah ada pengaruh iklim organisasi, tingkat kebahagiaan, dan

    stress kerja terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Magetan. Uji regresi

    terdiri dariUji Parsial (uji t), Uji Simultan (uji F), dan Koefisien Determinasi.

    Tabel 4. Hasil Regresi Berganda

    Variabel B SE SR t hitung

    Sig. Keterangan

    Iklim Organisasi 1,050 17,5% 36,5% 2,64 0,032 Signifikan Kebahagiaan 1,185 19,5% 40,8% 2,390 0,018 Signifikan Stres Kerja -0,793 10,9% 22,7% -2,689 0,008 Signifikan Konstanta 74,506 Fhitung;Sig 44,727 ; 0,000 R = 0,692; Adjusted R Square = 0,479

    Sehingga dapat diperoleh model regresi sebagai berikut:

    Kinerja= 74,506+1,050 Iklim Organisasi + 1,185 Kebahagiaan – 0,793 Stres Kerja

  • 10

    Uji Parsial (Uji t)

    Variabel iklim organisasi memiliki nilai t hitung 2,164 dan signifikansi 0,032

    sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, oleh karena itu terdapat pengaruh

    secara parsial yang signifikan dari variabel iklim organisasi terhadap kinerja . Nilai

    koefisien regresi 1,050 menunjukkanadanya pengaruh yang positif artinya

    semakin tinggi iklim organisasi maka kinerja akan meningkat begitu pula

    sebaliknya. Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan meningkat sebesar

    1,050 satuan setiap kenaikan satu-satuan dari iklim organisasi.

    Variabel kebahagiaan memiliki nilai t hitung 2,390 dan signifikansi 0,018

    sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, oleh karena itu terdapat pengaruh

    secara parsial yang signifikan dari variabel kebahagiaan terhadap kinerja. Nilai

    koefisien regresi 1,185 menunjukkanadanya pengaruh yang positif artinya

    semakin tinggi kebahagiaan maka kinerja akan meningkat begitu pula sebaliknya.

    Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan meningkat sebesar 1,185 satuan

    setiap kenaikan satu-satuan dari kebahagiaan.

    Variabel stres kerja memiliki nilai t hitung -2,689 dan signifikansi 0,008 sehingga

    nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, oleh karena itu terdapat pengaruh secara

    parsial yang signifikan dari variabel stres kerja terhadap kinerja. Nilai koefisien

    regresi -0,793 menunjukkanadanya pengaruh yang negatif artinya semakin tinggi

    stres kerja maka kinerja akan semakin menurun begitu pula sebaliknya. Nilai

    koefisien ini juga mengartikan kinerja akan menurun sebesar 0,793 satuan setiap

    kenaikan satu-satuan dari stres kerja.

    Uji Simultan (Uji F)

    Uji ini terlihat pada output table ANOVA. Adanya pengaruh secara bersama-sama

    antar variabel independen jika nilai F hitung lebih besar dari F table dan

    signifikansi lebih kecil dari 0,05. Nilai Fhitung yaitu 44,727 dan signifikansi

    0,000 sehingga nilai F hitung lebih besar dari F table dan signifikansi lebih

    kecildari 0,05, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh simultan dari

    variabel iklim organisasi, kebahagiaan, dan stress kerjaterhadapkinerja .

  • 11

    Koefisien Determinasi (Adjusted R square)

    Nilai korelasi yaitu 0,692 yang menunjukkan besarnya hubungan secara bersama-

    sama dari variabel iklim organisasi, kebahagiaan, dan stress kerjaterhadapkinerja.

    Nilai ini jika dikuadratkan akan menghasilkan nilai R square yaitu

    0,479.Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh

    variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil koefisien determinasi

    diatas yaitu 0,479 yang dapat dikatakan variabel iklim organisasi, kebahagiaan,

    dan stress kerjasecara bersama-sama mampu mempengaruhi kinerja sebesar

    47,9% sedangkan sisanya dipegaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi fokus

    dalam penelitian ini.

    Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh pengaruh iklim organisasi terhadap

    kinerja perawat di RSUD dr. Sayidiman Mageta n. Hal ini dibuktikan dengan iklim

    organisasi memiliki nilai t hitung 2,164 dan signifikansi 0,032 sehingga nilai

    signifikansi lebih kecil dari 0,05. Oleh karena ituada pengaruh secara parsial yang

    signifikan dari variabel iklim organisasi terhadap kinerja. Nilai koefisien regresi

    1,050 menunjukkanadanya pengaruh yang positif artinya semakin tinggi iklim

    organisasi maka kinerja akan meningkat begitu pula sebaliknya. Nilai koefisien

    ini juga mengartikan kinerja akan meningkat sebesar 1,050 satuan setiap kenaikan

    satu-satuan dari iklim organisasi.

    Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan

    kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi

    mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin,

    yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi

    yang kemudian menentukan kinerja organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi

    perilaku organisasi anggota organisasi yang kemudian mempengaruhi kinerja

    mereka. Wirawan (2007:131) mengatakan bahwa budaya dan iklim organisasi

    adalah saling mempengaruhi. Pelaksanaan budaya organisasi yang baik akan

    menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

    Faktor kebahagiaan juga memiliki pengaruh yang jelas terhadap kinerja perawat

    di RSUD dr. Sayidiman Magetan. Hal ini dibuktikan dengan variable kebahagiaan

    memiliki nilai t hitung 2,390 dan signifikansi 0,018 sehingga nilai signifikansi

  • 12

    lebih kecil dari 0,05. Secara parsial variabel kebahagiaan berpengaruh signifikan

    terhadap kinerja. Nilai koefisien regresi 1,185 menunjukkanadanya pengaruh yang

    positif, artinya semakin tinggi kebahagiaan maka kinerja akan meningkatbegitu

    pula sebaliknya.Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan meningkat

    sebesar 1,185 satuan setiap kenaikan satu-satuan dari kebahagiaan.

    Kebahagiaan adalah suatu keadaan individu yang berada dalam aspek positif

    (perasaan yang positif) dan untuk mencapai kebahagiaan yang autentik, individu

    harus dapat mengidentifikasikan, mengolah, dan melatih serta menggunakan

    kekuatan (strength ) serta keutamaan (virtue) yang dimilikinya dalam kehidupan

    sehari-hari. Perawat yang selalu memiliki nilai-nilai positif dalam setiap

    kegiatannya, akan memberikan dampak positif pula bagi kinerjanya. Perawat yang

    memiliki rasa bahagia dalam bekerja cenderung tidak terbebani dalam

    melaksanakan pekerjaannya sehingga kinerjanya juga akan semakin baik.

    Adapun variable stres ternyata juga berpengaruh terhadap kinerja perawat di

    RSUD dr. Sayidiman Magetan. Variabe l stres kerja memiliki nilai t hitung -2,689

    dan signifikansi 0,008 sehingga nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Ini

    berartiterdapat pengaruh secara parsial yang signifikan dari variabel stres kerja

    terhadap kinerja. Nilai koefisien regresi -0,793 menunjukkanadanya pengaruh

    yang negatif artinya semakin tinggi stres kerja maka kinerja akan semakin

    menurun begitu pula sebaliknya. Nilai koefisien ini juga mengartikan kinerja akan

    menurun sebesar 0,793 satuan setiap kenaikan satu-satuan dari stres kerja.

    Stres adalah reaksi tubuh terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres

    (stressor) yaitu berupa tuntutan atau beban hidup, beban mental, sistem biologis

    dimana individu tidak memiliki keseimbangan antara tuntutan dan kemampuan

    dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga dapat menimbulkan tekanan,

    cemas, takut, khawatir, perubahan nonspesifik baik positif maupun negatif,

    tegangan emosi yang dapat mengancam kesejahteraan individu.Stres memiliki

    dampak negatif pada individu, dampak negatif tersebut dapat berupa dampak

    emosional seperti keletihan, menutup diri, depresi dan harga diri rendah dan

    dampak terhadap fisik yaitu munculnya berbagai masalah kesehatan seperti sering

  • 13

    mengalami sakit dan nyeri, masalah lambung, cemas saraf dan munculnya

    penyakit-penyakit lain.

    Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika

    karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres

    tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka

    untuk melakukan tugas dengan lebih baik, tetapi pada tingkat stres yang tinggi

    atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja

    karyawan.

    Penelitian ini juga menemukan bahwa iklim organisasi, kebahagiaan, dan stres

    kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD dr.

    Sayidiman Magetan. Indikatornya dari nilai Fhitung yaitu 44,727 dan signifikansi

    0,000 sehingga nilai F hitung lebih besar dari F table dan signifikansi lebih kecil

    dari 0,05.

    Adapun nilai korelasi yaitu 0,692 yang menunjukkan besarnya hubungan secara

    bersama-sama dari variabel iklim organisasi, kebahagiaan, dan stress

    kerjaterhadapkinerja . Nilai ini jika dikuadratkan akan menghasilkan nilai R square

    yaitu 0,479.Koefisien ini disebut koefisien determinasi yang menunjukkan

    seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil

    koefisien determinasi adalah 0,479. Dapat disimpulkan variabel iklim organisasi,

    kebahagiaan, dan stress kerjasecara bersama-sama mampu mempengaruhi kinerja

    sebesar 47,9%.

    Adanya pengaruh secara bersama-sama dari iklim organisasi, kebahagiaan, dan

    stress kerja mampu mempengaruhi kinerja secara efektif. Kesehatan mental yang

    baik, akan sangat dipengaruhi lingkungan sosial, kondisi tempat bekerja serta

    kekuatan jiwa seseorang menghadapi tekanan atau stres. Iklim organisasi yang

    kondusif dan kemampuan untuk berpikir secara positif diperlukan untuk menjauhi

    stress, sekaligus menciptakan kebahagiaan, kepuasan serta ketenangan di tempat

    kerja.Seligman (2005) menjelaskan, kebahagiaan merupakan konsep yang

    mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktifitas positif yang

    yang tidak mempunyai komponen perasaan sama sekali. Seligman memberikan

    gambaran individu yang mendapatkan kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu

  • 14

    individu yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan

    dasar (terdiri dari kekuatan dan keutamaan) yang dimilikinya dan

    menggunakannya pada kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta,

    permainan, dan pengasuhan.

    Peningkatan kinerja dan kualitas pelayanan tidak dapat dilepaskan dari suasana

    kerja atau iklim yang ada dalam organisasi. Iklim organisasi yang baik

    memungkinkan peningkatan kinerja pegawai. Suasana organisasi yang baik

    memastikan pemahaman pegawai terhadap deskripsi tugas atau tugas pokok dan

    fungsinya sesuai posisi penempatan pegawai. Hal-hal yang dikemukakan tersebut

    saling terkait satu dengan lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa bila suasana

    kerja atau iklim organisasi tidak tercipta dengan baik maka akan berpengaruh

    terhadap hasil kerja atau kinerja pegawai dalam organisasi.

    4. PENUTUP

    Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat adanya hubungan secara

    parsial antara iklim organisasi, kebahagiaan dan stres kerja terhadap kinerja

    perawat di RSUD dr . Sayidiman Magetan. Hal tersebut bisa diartikan bahwa

    iklim organisasi, kebahagiaan, dan stres kerja dapat dijadikan sebagai prediktor

    untuk memprediksi kinerja perawat. Ada hubungan positif antara iklim organisasi

    dan kebahagiaan dengan kinerja perawat. Adapun stres kerja memiliki hubungan

    namun berpengaruh negatif terhadap kinerja perawat.

    Ketiga faktor atau prediktor ini (iklim organisasi, kebahagiaan dan stres) secara

    simultan atau bersama-sama juga mempunyai pengaruh kuat terhadap kinerja

    perawat. Ketiganya secara efektif mampu memprediksi pengaruh kinerja perawat

    sebesar 47,9%. Ini menandakan terdapat kontribusi faktor -faktor atau variabel-

    variabel lain sebesar 52,1% yang mempengaruhi kinerja perawat, namun tidak

    diteliti dalam penelitian ini.

    Dari hasil penelitian terdapat pandangan yang disarankan kepada perawat-perawat

    dan manajemen RSUD dr. Sayidiman Magetan, yaitu:

  • 15

    1. Manfaat Teoritis

    ? Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan di bidang psikologi,

    khususnya dalam melihat hubungan stres, kebahagiaan dan iklim

    organisasi dengan kinerja perawat di rumah sakit.

    ? Pada penelitian ini sumbangan efektif stres 10,9% kebahagiaan 19,5%

    dan iklim organisasi 17,5%. Variabel stres, kebahagiaan dan iklim

    organisasi secara bersama-sama mempengaruhi kinerja sebesar 47,9%

    maka peneliti selanjutnya diharapkan bisa menemukan variabel-variabel

    lain yang memiliki hubungan sangat besar dengan kinerja perawat di

    rumah sakit.

    2. Manfaat Praktis

    Manfaat praktis menggambarkan hubungan stres, kebahagiaan dan iklim

    organisasi dengan kinerja perawat di rumah sakit :

    ? Perawat perlu terus meningkatkan ketrampilan dan kompetensinya guna

    menunjang kelancaran dan kenyamanan dalam melaksanakan pelayanan

    kepada pasien.

    ? Perawat perlu memahami pentingnya komunikasi yang baik kepada

    pasien, keluarga pasien, atasan, manajemen dan rekan kerja.

    ? Pihak rumah sakit diharapkan mampu memberikan kenyamanan dengan

    pemenuhan sarana prasarana yang memadai, peningkatan ketrampilan

    dengan adanya pelatihan-pelatihan sekaligus meningkatkan kesejahteraan

    seluruh karyawan rumah sakit.

  • 16

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah Mohamed, H., & Gaballah, S. (2018). Study of the Relationship between Organizational Climate and Nurses’ Performance: A University Hospital Case. American Journal of Nursing Research , 6(4), 191–197. doi:10.12691/ajnr-6-4-7

    Afandi, P. 2016. Concept & Indicator: Human Resources Management for

    Management Research. Yogyakarta : Deepublish Allen, N. J., dan Meyer, J.P. (1990). The Measurement and Antecedents of

    Affective Continuance, and N ormative Commitment to Organization. Journal of Occupational Psychology . Vol. 63, No. 8 – 18.

    Azwar, S. (2011). Sikap dan Perilaku. Dalam : Sikap Manusia Teori dan

    Pengukurannya. 2nded. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 3-22 ______________. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    Argyle, M. (2001). The Psychology of Happiness. New York: Taylor & Francis Group.

    Asi, S. P. (2013). Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja

    Perawat RSUDdr. Doris Sylvanus Palangka Raya, Jurnal Aplikasi Manajemen , 11(3), 515-523

    Asma, U. (2010). Dahsyatnya Kekuatan Sabar. Jakarta: Belanoor. Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Breckler, S.J., Olson, J.M., & Wiggins, E.C. (2006). Social Psychology Alive.

    Belmont, CA : Thomson Higher Education. Bruce, E. May, RSM Lau, and Stephen K. Johnson.(1999). A Longitudinal Study

    of Quality of Work Life and Business Performance,Business Review, Vol. LVIII, No. 2, p.3-7

    Carr, A. (2004). Positive Psychology: The Science of Happiness and Human

    Strength . New York: Brunner-Routledge Danang, P. (2009). Hubungan Stres Kerja dengan Adaptasi Pada Perawat di

    Instalasi Gawat Darurat RSUD Pandan Arang. Diakses pada tanggal 4 April 2015 dari http://etd.eprints.ums.ac.id

  • 17

    Dharma, Surya. (2004). Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori, danPenerapannya. Jakarta: Program Pascasarjana FISIP.

    Dollard, M. F., Opie, T., Lenthall, S., Wakerman, J., Knight, S., Dunn, S.,

    MacLeod, M. (2012). Psychosocial Safety Climate as An Antecedent of Work Characteristics and Psychological Strain: A Multilevel Model. Work & Stress, 26(4), 385–404. doi:10.1080/02678373.2012.734154

    El Akremi, A., Colaianni, G., Portoghese, I., Galletta, M., & Battistelli, A. (2013).

    How Organizational Support Impacts Affective Commitment and Turnover among Italian Nurses: A Multilevel Mediation Model. The International Journal of Human Resource Management, 25(9), 1185–1207. doi:10.1080/09585192.2013.826713

    Elmuti, D. (2003). Impact of Internet Aided Self-Management Teams on Quality

    of Work-Life and Performance, Journal of Business Strategies, Vol. 20 No. 2, p. 119 -136

    Elmuti, D., Yunus K.(1997).An Investigation into Effects of ISO 9000 on

    Participants’ Attitudes and Job Performance, Production and Inventory Management Journal, Second Quarter

    Emmons, R. A., Barrett, J. L., & Schnitker, S. A. (2008). “Personality and the

    Capacity for Religious and Spiritual experience.” Handbook of Personality: Theory and Research (edited by Oliver P. John, Richard W. Robins, & Lawrence A. Pervin). New York: The Guilford Press.

    Fajrillah, Nurfitriani. (2016). Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat

    Pelaksana dalam Melaksanakan Pelayanan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Anutapura Palu , Jurnal Keperawatan Sriwijaya , 3 (2), 16-24

    Freddy Rangkuti, (2017). Customer Care Excellence: Meningkatkan Kinerja

    Perusahaan melalui Pelayanan Prima . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

    Froh, JJ., Bono, G., & Emmons, RA. (2010). Being Grateful is Beyond Good

    Manners: Gratitude and Motivation to Contribute to Society Among Early Adolescent,Motivation Emotion, 34, 144-157.

    Ghozali, I.,(2009). Aplikasi Analisis Multivariate dalam Program SPSS 19.

    Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro _____________. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM

    SPSS 19 (edisi kelima). Semarang : Universitas Diponegoro.

  • 18

    Goddard, C. (2001). “Sabar, Ikhlas, Setia - Patient, Sincere, Loyal? Contrastive Semantics of Some Virtues in Malay and English. ? Journal of Pragmatics, 33, 653-681.

    Golizeck, A. (2005). 60Second Manajemen Stres. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Handoko, H. (2001). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia .

    Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia , Edisi Revisi.

    Jakarta: Bumi Aksara Hassani, M., Sedaqat, R., & Kazemzadehbeytali, M. (2017). Correlation between

    the Ethical Climate, Job stress and Job Satisfaction in Nurses. Medical Ethics Journal, 11(40), 63–71. doi:10.21859/mej-114063

    Hawari, D. (2004). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI Hu, Y., Wang, D., Xu, G., Xu, P. (2014). The Relationship Between Work Stress

    andMental Health in Medical Workers in East China. Social Behavior and Personality , 42(2), 237-244

    Ismirawati, E. (2014). Pengaruh Kebahagiaan dan Budaya Organisasi Terhadap

    Pelayanan Perawat di Rumah Sakit Umum DaerahAji Muhammad Parikesit Tenggarong, Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945, Samarinda

    Ivancevich, John M,. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:

    Erlangga Khosrojerdi, Z., Tagharrobi, Z., Sooki, Z., & Sharifi, K. (2018). Predictors of

    Happiness among Iranian Nurses. International Journal of Nursing Sciences, 5(3), 281–286. doi:10.1016/j.ijnss.2018.06.008

    Kreitner & Kinicki. (2005). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat Labrague, L. J., McEnroe -Petitte, D. M., Gloe, D., Tsaras, K., Arteche, D. L., &

    Maldia, F. (2016). Organizational Politics, N urses’ Stress, B urnout Levels, Turnover Intention and Job Satisfaction. International Nursing Review, 64(1), 109–116. doi:10.1111/inr.12347

    Lavoie-Tremblay, M., Feeley, N., Lavigne, G. L., Genest, C., Robins, S., &

    Fréchette, J. (2016). Neonatal Intensive Care Unit Nurses Working in an Open Ward. The Health Care Manager, 35(3), 205–216. doi:10.1097/hcm.0000000000000122

  • 19

    Lewis, David., Kevin Brazil., Paul Krueger., Lynne Lohfeld., and Erin Tjam. (2001). Extrinsic and Intrinsic Determinants of Quality of Work Life, International Journal of Health Care Quality Assurance Incorporating Leadership in Health Service, Vol. 14, 9-15

    Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Yogyakarta : Penerbit

    Andi Mamesah, Andrew A., Rattu, A. J. M., Joseph, Woodford B.S. (2015). Hubungan

    antara Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

    Margono.(2004), Metodologi Penelitian Pendidikan,Jakarta : Rineka Cipta. Mathis, J. (2009). Organizational Behavior and Management. Texas: Business

    Publishing inc McVicar, A. (2015). Scoping the Common Antecedents of Job Stress and Job

    Satisfaction for Nurses (2000-2013) Using the Job Demands-Resources Model of Stress. Journal of Nursing Management, 24(2), E112–E136. doi:10.1111/jonm.12326

    Mondy,R. Wayne. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 2 Edisi 10.

    Jakarta: Erlangga Muslimah, S. (2001). Pentingnya Pelanggan Bagi Kita. Makalah (Tidak

    Diterbitkan). Yogyakarta. Nabirye, R. C., Brown, K. C., Pryor, E. R., & Maples, E. H. (2011). Occupational

    Stress, Job Satisfaction and Job Performance Among Hospital Nurses in Kampala, Uganda. Journal of Nursing Management, 19(6), 760–768. doi:10.1111/j.1365-2834.2011.01240.x

    National Safety Council. (2004). Manajemen Stress. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC Notosoedirdjo & Latipun. (2005). Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan.

    Jakarta: EGC Ostroff, Cheri.(1992). The Relationship Between Satisfaction, Attitudes and

    Performance, an Organizational Level Analysis, Journal of Applied Psychology, Vol 77, No. 6, p. 963-974

    Poerwadarminta, W. J. S. (1982). Kamus Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai

    Pustaka.

  • 20

    Pruijt, Hans . (2003).Performance and Quality of Work Life, Journal of Organizational Change Management, Vol. 13, p.389-400

    Riduwan dan Sunarto. (2014). Pengantar Statistika untuk Penelitian : Pendidikan,

    Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta. Runtu, D. Y. N., Widyarini, M. M. N. (2009). Iklim Organisasi, Stres Kerja, dan

    Kepuasan Kerja pada Perawat, Jurnal Psikologi, 2, 107-112 Santoso, Singgih. (2014). Statistik Multivariat: Konsep dan Aplikasi dengan

    SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Saputri, A. N., Suryalena. (2018). Pengaruh Iklim Organisasi Dan Komitmen

    Organisasi TerhadapKinerja Perawat pada RSIA Eria BundaPekanbaru, Jurnal Online Mahasiswa FISIP, 3, 1-13

    Schermerhorn John R, JR. (2010). Management.New York: John Wiley and Sons,

    Inc. Sekaran, Uma. (2006). Research Methods for Business. (Kwan Men Yon,

    Penerjemah ). Jakarta : Salemba Empat. Seligman, M. (2002). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology

    to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment. New York: Free Press. ____________(2005). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology

    to Realize Your Potential for Lasting Fulfi llment (Eva Yulia Nukman, Penerjemah). Bandung: PT. Mizan Pustaka.

    Seligman, M. E. P., Steen, T. A., Park, N., Peterson, C. (2005). Positive

    Psychology Progress: Empirical Validation of Interventions, American Psychologist, 60(5), 410-421

    Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Yogyakarta: CV. Andi Offset Stanson, W. J & Lamarto, Y. (1985). Prinsip-prinsip Pemasaran, Analisa

    Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Liberty. Stephen. P. Robbins and Timoty A. Judge, 2013. Organizational Behavior 15thed.

    New Jersey. Pearson Education, Inc., Publishing as Prentice Hall Sugiarto, E. (1999). Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa . Jakarta: Gramedia

    Pustaka Utama. Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

  • 21

    Suhanto, E. (2009). Pengaruh Stres Kerja Dan Iklim OrganisasiTerhadap Turnover Intention dengan Kepuasan KerjaSebagai Variabel Intervening(Studi Di Bank Internasional Indonesia), Tesis, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang

    Wang, X., Liu, L., Zou, F., Hao, J., & Wu, H. (2017). Associations of

    Occupational Stressors, Perceived Organizational Support, and Psychological Capital with Work Engagement among Chinese Female Nurses. BioMed Research International, 2017, 1–11. doi:10.1155/2017/5284628

    Watkins, P.C, Wodward, K., Stone, T., & Kolt, R.L. (2003). Gratitude and

    Happiness: Development of a Measure of Gratitude and Relationship with Subjective Well-Being,Social Behavior and Personality , 5, 431-452.

    Wesarat, P., Sharif, M. Y., Majid, A. H. A. (2015). A Conceptual Framework of

    Happiness at the Workplace, Asia n Social Science, 11(2), 78-88 Wijayanto, S. A. (2017). Dampak Iklim Organisasiterhadap Kebahagiaan Dan

    Kinerja Karyawan (StudiPada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), JBMA, 4(1), 42-56

    Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia . Jakarta: Salemba

    Empat Yahya Alhakami, I., & Ghazi Baker, O. (2018). Nurses’ Happiness and

    Awareness of Their Influence on Work in Governmental and Private Hospitals. Clinical Nursing Studies, 7(1), 21. doi:10.5430/cns.v7n1p21