hubungan sosial santri di pondok pesantren...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN
(Studi atas Hubungan Sosial Santriwati
dan Dampaknya di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh
CHABIB LUDFIANSYAH
NIM. 11540068
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
U N I V E R S I T A S I S L A M N E G R I S U N A N K A L I J A G A
Y O G Y A K A R T A
2015
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
NIM
Fakultas
Prodi/ Jurusan
Ala.rnat Asal
Telp/ Hp
Judul Skripsi
Chabib Ludfiansyah
11540068
Ushuluddin
Sosiologi Agama
Kebondalem, Madurejo, Prambanan, Sleman
083840088354/ 08s700037006
HIJBIJNGAN SOSIAI SANTRI DI PONDOK
PESANTREN MODERN (Studi alas Hubungan Sosial
Santriwati dan Darnpaknya di Pondok Pesanten Modem
Muhammadiyah di Yogyakarta)
saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis
Menyaiakan bahwa:
l Skdpsi yang
sendiri.
2. Bilamana skripsi ini telah di munaqosyahkbn dan diwajibkan revisi, maka
saya bersedia dan sanggup merevisi dalam waltu 2 (dua) bulan terhitung dari
tanggal munaqosyal. Jika temyata lebih dari dua bulan revisi belum
terselesaikan, maka saya bersedia dinyatakan gugur dan bersedia munaqosyah
kembali dengan biaya sendiri.
3. Apabila di kemudian hari temyata diketahui karya teNebut bukan karya
ilmiai saya (plagiat), maka saya bersedia menanggung sanksi dan dibatalkan
gelar kesarjanaan saya.
Demikian pemyataan yang saya buat dengan sebenar-benanya.
Yogyakarta" 9 Juni 2015
Saya yang menyatakan
^ t UDirenitas Trlam Ncgeri Sunrn Kaliiaga Yofiyakarta FM-UINSUKA-PMB_{J51Ro
lf,lf] suRAr PERsET'JUAN 'KRIPSTDr. Moh. Sehadha, S.Sos, M.Hum
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
UIN Sunan Kaliiaga Y
NOTA DINAS PEMBIMBINGHal : Persetujuan Skripsi
Kepada YthDekan Fakultas Ushuluddin dao Pemikiran Islam
Universitas lslam Negeri Sunan Kalijaga
Di Yogyakarta
Arsalamu alaikum tlr. 14 b.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan
perbaikan seperlunya, mal<a kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi
Saudara:
Nama
NMJudul Skripsi
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Isiam
Jurusar Sosiologi Agama UIN Sunar Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Stlata Satu (SI) dalam Ilmu Sosiologi Agama.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir saudara tersebut diatas dapat
segera dimtmaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu'dlaikum Wr. W.
: Chabib Ludfiansyah
:11540068: HUBUNGAN SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN
MODERN (Studi atas Hubungan Sosial Santriwati dan Dampaknya
di Pondok Pesanten Modem Muhammadiyah di Yogyatafia)
ogyakart4 9 Juni 2015
2 0417 199903 I 003
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NECERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM11. Marsda Adisucito Telp.(0274) 5 121 56 Fax.(0274) 5 l2 I 56 Yogyakarta
PENGESAIIAN SKRIPSI/ TUGAS AKHIRNomor : UIN.02EU.PP.0O.9 /147 ll2}l5
Skripsi / Tugas Ahir dengan Judul :
IIUBUNGAN SOSIAL SANTRI DI PONDOK Pf,SANTRXN MODERN (Studiatas Hubungatr Sosial Satrtriwati dan Dampaknya di Pondok Pesatrtren Modern
Muhammadiyah di Yogyakerta)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh,Nana : Chabib LudfiansyahNIM : 11540068Telah di uurraqesyahJcan pada : Rabu, l7 Juni 2015Dengan nilai : 91,66 (A-)Dan dinyahlan telab diterima oleh I akullas Ushuluddin dan Perukran Islam
TIM ML]NAQASYAH
Sidang I
NIP. 972441 199903Penguji II
Dr. Muhammad Amin. Lc. MA19630604 r9920J 1
ffi
v
MOTTO
٦ا رر يسعسلٱإن مع ٥را ر يسعسلٱفإن مع
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk :
Umi tercinta Sumarni dan Ayahku Suhariyanto, Yang telah membesarkan aku dan
Mendidik aku dari Kecil hingga sekarang.
Tak lupa juga untuk Adik – adikku Tercinta : Choni Dwi Ludfiani (Choni), M.
Hanif Atriansyah (Hanif) dan Dimas Nur Cholis Masjid (Dimas)
Mas Agus Yuliyanto yang selalu membimbingku dalam perjalanan hidup imi
Sosok wanita muslimah yang telah meminjamkan laptop untuk menulis karya ini
dan memotivasiku di setiap waktu.
Semua guru – guruku yang telah mengajarkan, aku cara berinteraksi dengan dunia.
Sahabat – sahabatku semuanya yang tulus mendo’akanku, semoga hubungan
silaturrahim kita bisa terjaga sampai akhir hayat.
Almamaterku tercinta Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah s.w.t. atas
segala nikmat dan tanggung jawab yang Allah titipkan kepada hambanya di dunia.
Suatu kenikmatan bagi setiap hamba-Nya yang menjalankan amanah dengan
menuntut ilmu guna mencapai ridha-Nya. Semoga perjalanan tersebut disebut
sebagai Jihaddun fi sabilillah. Amin
Shalawat dan salam senantiasa haturkan kepada suri tauladan, uswatun
khasanah dan pembawa risalaah Allah s.w.t. yakni Nabi Muhammad s.a.w. Yang
membimbing manusia dari tempat yang gelap menuju cahaya keislaman.
Hasil karya tulis ini merupakan wujud dari tanggung jawab akademik
penulis di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selanjutunya penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung, antara lain:
1. Drs. H. Akh. Minhaji, Ma., Ph. D, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sunan Kaliaga Yogyakarta.
2. Dr. Alim Roswantoro, M. Ag, selaku dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Masroer, S.Ag, M.Si, Selaku Plt. Ketua Jurusan Sosiologi Agama Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
4. Dr. Al-Makin, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan
ketika menimba ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
viii
5. Dr. Moh. Soehada, S.Sos., M. Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah sabar membimbing dan memberikan masukan dalam penelitian yang
telah meluangkan waktu selama penulisan skripsi ini berlangsung hingga
dapat terselesaikan.
6. Segenap Dosen Sosiologi Agama dan Bapak/ Ibu Staff TU yang telah
membimbing dan menasehati, memberikan informasi, dan kontribusi
pemikiran bagi penulis, serta membantu memudahkan dalam pengurusan
proses tugas akhir ini
7. Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian di tempat
tersebut.
8. Kepada Ibunda yang tak kenal lelah dalam memberikan nasihat dan
kepercayaan kepada penulis untuk melanjutkan kuliah di UIN Sunan Kalijag
Yogyakarta.
9. Adik-adikku yang saya banggakan, Jadilah anak yang sholeh dan berbakti
kepada kepada orang tua dan tuntulah ilmu setinggi-tingginya sebagai bekal di
hari esok.
10. Mas Agus Yuliyanto yang selalu membimbing dan membina penulis menjadi
sekarang ini.
11. Wanita yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan karya ini.
ix
12. Almameterku, dan Teman-teman Prodi Sosiologi Agama angkatan 2011,
khususnya Ridwan, Ozi dan Kresna yang selalu menemani hari-hari
dikampus.
13. Seluruh elemen yang telah membantu dan membeikan motivasi penulis unutk
meyelesaikan karya tulis ini.
Semoga dengan karya tulis ini dapat memotivasi penulis untuk menjadi sosok yang
lebih baik dalam kehidupan dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan keilmuan, khususnya dalam bidang Sosiologi Agama.
Yogyakarta, 9 Juni 2015
Penulis
Chabib Ludfiansyah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
MOTTO................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
PEDOMAN LITERASI .......................................................................... xii
ABSTRAK .............................................................................................. xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 8
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9
E. Landasan Teori ............................................................................ 13
F. Metode Penelitian........................................................................ 20
G. Sistematika Pembahasan ............................................................. 25
BAB II
IDEOLOGI MUHAMMADIYAH DAN PROFIL PONDOK PESANTREN
A. Sejarah Muhammadiyah.............................................................. 27
B. Ideologi Gerakan Muhammadiyah .............................................. 28
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren ................................................. 32
D. Tujuan Pondok Pesantren ............................................................ 33
E. Program Pondok Pesantren ......................................................... 34
xi
F. Peraturan Pondok ........................................................................ 39
BAB III
INTERAKSI-SIMBOLIK DI PONDOK PESANTREN MODERN
A. Pengertian Interaksi-Simbolik ..................................................... 42
B. Bentuk Hubungan Sosial ............................................................. 44
C. Simbol-Simbol dalam Pesantren ................................................. 48
D. Model Hubungan Sosial Santri di Pondok Pesantren ................. 54
E. Pemahaman Agama Santri .......................................................... 64
BAB IV
DAMPAK DARI HUBUNGAN SOSIAL DI PONDOK PESANTREN MODERN
MUHAMMADIYAH
A. Sistem Dalam Pesantren .............................................................. 67
B. Konflik Santri .............................................................................. 70
C. Hukuman Pondok ........................................................................ 75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 81
LAMPIRAN ............................................................................................ 82
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi adalah kata – kata Arab - Latin yang dipakai dalam penyusunan
skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor
0543b/ U/ 1987.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
B ‟ B Be ة
T ‟ T Te د
S ‟ Es titik atas ث
Jim J Je ج
H ‟ ḥ Ha titik di bawah ح
Kh ‟ Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
ذ l Zet titik di atas
xiii
R ‟ R Er ر
Zai Z Zet ز
شSin S Es
شS in Sy es dan ye
S d ṣ Es titik di bawah ص
D d ḍ De titik di bawah ض
T ‟ ṭ Te titik di bawah ط
Z ‟ ẓ Zet titik di bawah ظ
Ayn ...‟... Koma terbalik (di atas)„ ع
Gayn G Ge غ
F ‟ F Ef ف
Q f Q Qi ق
K f K Ka ك
L m L El ل
Mim M Em و
xiv
N n N En
Waw W We و
H ‟ H Ha
Hamzah ...‟... Apostrof ء
Y Y Ye ي
II. Konsonan rangkap karena tasydid ditulis rangkap :
ditulis muta’aqqid n
ditulis ‘iddah
III. T ’ Marb tah di akhir kata
1. Bila dimatikan, ditulis h
ditulis hibah
ditulis jizyah
(keperluan ini tidak diperlukan terhadap kata – kata Arab yang sudah terserap
ke dalam bahasa indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali
dikehendaki lafal aslinya)
2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t :
ditulis ni’matull h
ditulis zak tul- fiṭri
IV. Vokal Pendek
يتعقدي
عدح
هجخ
جسيخ
عخاهلل
زكبحانفط
ر
ضرة
xv
Fathah ditulis a contoh ditulis ḍaraba
Kasrah ditulis i contoh ditulis fahima
Ḍammah ditulis u contoh ditulis kutiba
V. Vokal Panjang
1. Fathah + alif , ditulis ( garis di atas)
ditulis j hiliyyah
2. Fathah + alif maqṣ r, ditulis ( garis di atas)
ditulis yas’
3. Kasrah + y mati, ditulis (garis di atas)
ditulis maj d
4. Ḍammah + wau mati, ditulis (dengan garis di atas)
ditulis fur ḍ
VI. Vokal rangkap
1. Fathah + y mati, ditulis ai
ditulis bainakum
2. Fathah + wau mati, ditulis au
ditulis qaul
VII. Vokal – vokal pendek yang berurutan dengan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof
فهى
كتت
جبههيخ
يسع
يجيد
فروض
ثيكى
قىل
ااتى
xvi
ditulis a’antum
ditulis u’iddat
ditulis la’in syakartum
VIII. Kata sandang Alif + l m
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al –
ditulis al – Qur’ n
ditulis al - Qiy s
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah
ditulis al – Syams
ditulis al – Sam ’
3. Huruf besar
Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disesuaikan (EYD).
IX. Penulisan kata – kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut
penulisannya
ditulis awi al - fur ḍ
ditulis ahl - sunnah
اعدح
نئ شكرتى
انقرا
انقيبش
انشص
انسبء
ذويبنفرو
ض
اهم انسخ
xvii
ABTRAK
Skripsi yang berjudul Hubungan Sosial Santriwati di Pondok Modern
Muhammadiyah di Yogyakarta merupakan skripsi yang membahas tentang hubungan
sosial santriwati di pondok pesantren modern. Hubungan sosial ini dapat dilihat dari
peran ustadzah sebagai pengasuh pondok dalam pembinaan santri, seperti kajian
rutin, tahfidz, dan kegiatan sehari-hari. Peran ini berbeda dengan pondok tradisional
yang melihat kiai sebagai figur atau sosok yang utama dalam pembinaan santri.
Sosok ustadzah sebagai garda terdepan dalam pengasuhan santri di Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah ini yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan.
Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah adalah suatu Lembaga Islam yang
baru dan berfungsi untuk mendidik generasi muda yang sadar akan nilai-nilai Islam
dan tidak meninggalkan ilmu-ilmu umum sebagai bekal di masyarakat. Sebagai
lembaga pendidikan Islam yang bernafaskan Islam berusaha mecentak sesuai dengan
t j n d ri pondok d l h “Terbent kny lemb g pendidik n berk lit d l m
membentuk kader Muhammadiyah berlandaskan Al-Quran dan As-S nn h”.
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sosial di pondok
pesantren yang ber-notabene pendidikan modern dengan subjek penelitian adalah
santriwati di pondok tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan studi kasus atau field work yang bersifat kualitatif. Penelitian ini melihat
kata-kata, tingkah laku, simbol-simbol atau lisan dari orang ataupun perilaku yang
dapat diamati. Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan snow ball sample
yakni berusaha mencari informasi dari tokoh yang paling tinggi kekuasaanya
kemudian dilanjutkan kepada bawahannya sebagai pelaku utama dalam kejadian
tersebut.
Hasil dari penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan tentang hubungan
sosial santri dengan masyarakat pondok dan melihat dampak sosial dari hubungan
sosial tersebut. Hubungan sosial di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di
Yogyakarta ini dapat dilihat dari bentuk interaksi sosial santriwati dengan ustadzah,
pengasuh pondok dan masyarakat umum. Interaksi sosial di Pondok Pesantren
modern ini dapat dilihat dari bentuk aktivitas, simbol-simbol, dan perilaku
masyarakat pondok. Berawal dari aktivitas, simbol-simbol dan perilaku inilah
terbentuk interaksi-simbolik, pemahaman, kesadaran santri. Selain melihat hubungan
sosial santri di pondok pesantren modern, peneliitian ini juga mengungkapakan
dampak dari hubungan sosial tersebut. Berdasarkan pengamatan di lapangan peneliti
menemukan dampak berupa konflik di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di
Yogyakarta.
Key Words : Santri-Hubungan Sosial-Dampak Hubungan Sosial
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah
Pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia. Pesantren adalah satu-
satunya lembaga pendidikan Islam yang unik, genuine, dan aktif dalam
perkembangan zaman. Pondok pesantren telah tumbuh sejak 7 abad yang lalu
bersamaan dengan proses Islamisasi di Nusantara. Pesantren hingga sekarang
tetap bertahan dan tidak tercerabut dari akar kulturnya, bahkan lembaga ini begitu
dinamis, kreatif, inovatif, dan memilki daya suai (adapatasi) yang tinggi terhadap
perkembangan masyarakat.1
Sejarah kedudukan Pondok Pesantren hampir tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan umat Islam di Indonesia. Catatan sejarah membuktikan bahwa lembaga
Pendidikan Islam tertua ini sudah dikenal sejak Agama Islam masuk ke Indonesia.
Hal ini dapat dibuktikan dari munculnya kerajaan Islam pertama di Aceh pada
abad pertama Hijriyah, munculnya Wali Songo sampai permulaan abad ke XX,
kemudian dilanjutkan dengan sejarah perjuangan mengusir penjajahan di
Indonesia.2
Pesantren di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan pesat, yakni dari
abad ke XVIII sampai dengan abad ke XX M. Hasil penelusuran sejarah
menunjukkan bahwa cikal bakal pendirian pesantren terdapat di daerah sepanjang
pantai utara Jawa, seperti Giri (Gresik), Ampel Denta (Surabaya), Bonang
1 Suryadharma Ali, Paradigma Pesantren Memperluas Horizon Kajian dan Aksi, (Malang, : UIN-Maliki pers, 2013), hlm 9.
2 Marwan Saridjo, dkk, Sejarah Pondok Pesantren, (Jakarta: Dharma Bakti, 1982)., hlm 7.
2
(Tuban), Kudus, Lasem, dan Cirebon. Kota-kota tersebut merupakan kota
kosmopolitan yang menjadi jalur penghubung perdagangan dunia, sekaligus
tempat persinggahan para pedagang dan mubalig Islam yang datang dari Jazirah
Arab seperti Persia dan Irak.3 Berawal dari jalur perdagangan dunia inilah pondok
pesantren mampu tumbuh subur dan dapat diterima oleh Masyarakat Indonesia.
Pesantren merupakan hasil usaha mandiri kiai yang dibantu oleh santri dan
masyarakat, sehingga memiliki berbagai bentuk. Selama ini belum pernah terjadi
dan barangkali cukup sulit terjadi penyeragaman pesantren dalam skala nasional.
Setiap pesantren memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera kiai dan keadaan
sosial budaya maupun sosial geografis yang mengelilinginya.4
Pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama Pendidikan Islam
tradisional tempat para siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan
seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan “Kiai”.5 Keberadaan
kiai dan pondok pesantren merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
karena figur kiai sangatlah dominan dalam menentukan segala arah kebijakan,
pengolahan dan pengembangan pondok pesantren.6
3 Abdurrachman Mas’ud, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002)., hlm. 50. 4 Mujamil Qomar, PesantrenDariTransformasiMetodologimenujuDemokratisasi Institusi
(Jakarta; Erlangga, 2005), hlm. 16 5 Secara terminologi berdasarkan sosio-historis, Kiai adalah seorang pendiri sekaligus
pemilik pondok pesantren, yang secara turun-temurun di wariskan kepada keturunannya (Lebih lanjut cf. Chumaidi Syarif Romas, Kekerasan di Kerajaan Surgawi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003)., hlm 1. Sedangkan dalam penegertian lain julukan Kiai diberikan sebagai gelar kehormatan bagi benda-benda pusaka yang dianggap keramat (mempunyai kesaktian) pada masyarakat jawa, (cf. Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren , (Jakarta, LP3ES, 1982)., hlm 50.
6 Sugeng Haryanto, Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpinan Kiai di Pondok
Pesantren (Studi Interaksionisme Simbolik di Pondok Pesantren Sidogiri-Pasuruan,(Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012)., hlm 2.
3
Menurut Zamakhsary Dofier dalam bukunya Tradisi Pesantren, sebuah
pondok pesantren harus mempunyai elemen-elemen yang harus di penuhi yakni,
Pondok, Masjid, Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik, Santri, dan Kiai.7
1. Pondok merupakan asrama bagi santri yang merupakan ciri
khas tradisi pesantren.
2. Masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren yang
merupakan manifestasi univeralisme dari sistem pendidikan
Islam tradisional.
3. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik yang merupakan pelajaran
wajib di pondok pesantren.
4. Kiai yang merupakan tokoh paling esensial dalam suatu
pesantren.
5. Santri adalah murid-murid yang berasal dari berbagai daerah
yang mempunyai tujuan untuk menuntut ilmu.
Namun, sesuai dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan modernitas
pondok pesantren mulai mengalami perubahan dan pembaharuan dalam segala
bidang. Menurut M. Dawam Rahardjo pembaharuan di dalam pesantren dewasa
ini dapat dilihat dari kecenderungan sosok seorang Kiai yang sedikit demi sedikit
telah meninggalkan kegiatan rutin, yaitu bidang pengajaran dan kemudian lebih
memusatkan perhatian dan kegiatannya untuk memajukan pesantren secara
7 Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren., hlm 44.
4
keseluruhan, terutama dalam hubungannya dengan pihak-pihak luar serta dalam
fungsi mengatur organisasi intern pesantren8.
Pembaharuan lembaga pendidikan ini muncul dengan konsep baru yakni
menggabungkan antara sistem pondok dan pengajaran agama Islam secara formal
dengan sistem Bandongan, Sorogan, atau Wetonan. Dengan para santri disedikan
pondokan di dalam dan figur Kiai sebagai tokoh utamanya. 9 Kiai mempunyai
peran untuk mendidik dan mengarahkan santri menjadi sosok ideal yang di
inginkan oleh pesantren.
Peneliti telah menulis dengan versi dan pengamatan masing-masing
tentang pondok pesantren. Hasbi Indra dalam bukunya Pesantren dan
Transformasi Sosial, memulai menyoroti dan membantah tentang pesantren
sebagai lembaga pendidikan tradisional yang statis. Ia melakukan kajian terhadap
pesantren dan menemukan bahwa sistem pendidikannya ditandai oleh beberapa
komponen yaitu santri, masjid, kiai serta adanya tempat berdiam para santri. Dia
mengunggkapkan juga tentang adanya dua kategori pesantren yakni pesantren
tradisional (Salafi) dan pesantren yang sudah berkembang dengan pesat yang
berbentuk modern (Khalafi). Kajian dari beberapa pesantren mengantarakan
pandangan bahwa dunia pesantren penuh dengan dinamika.
Pesantren salafi tetap mengajarkan pengajaran kitab-kitab Islam klasik
sebagai inti pendidikannya dan penerapan sistem madrasah untuk memudahkan
sistem Sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian umum.
8 Abdurahman wahid, dkk, Pesanten dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3S, 1988)., hlm 16. 9 Marwan Saridjo, dkk,Sejarah Pondok Pesantren., hlm 9-10.
5
Sedangkan pesantren khalafi telah memasukan pelajaran-pelajaran umum dalam
madrasah-madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum
didalam lingkungan pesantren10
Kategori pesantren ini sama dengan pandangan Chumaidi Syarief Romas
dengan membagi pola pondok pesantren menjadi dua yakni, Pola Pondok
Pesantren konservatif dan pondok pesantren progresif. Pondok pesantren
konservatif adalah pondok pesantren yang tidak memiliki badan hukum formal
serta kekuasaan dan kedudukan kiai sangat kuat dan dominan. Asas pendirian
pondok diletakkan pada pendidikan tahfizh al-quran (menghafal Al-Quran)
sebagai roh utama yang menafasi seluruh kehidupan santri yang bermukim.
Sedangkan pola pondok pesantren progresif adalah pola kekuasaan seorang kiai
yang berlandaskan badan hukum formal. Dan pada hakikatnya dengan berdirinya
kepengurusan secara formal maka kepemimpinan kiai pesantren ini menjadi
rasional dan cenderung bersifat organisatoris daripada perorangan yang bersifat
kharismatik.11
Model pondok pesantren konservatif dan progresif tentunya memilki
keistimewaan masing-masing. Pondok pesantren konservatif peran kiai sangat
dominan dan berkuasa dalam pengambilan kebijakan keputusan di pondok
pesantren, sedangkan di pondok pesantren progresif peran kiai dibatasi oleh
sistem yang mengikat di pondok tersebut. Selain itu peran kiai di pondok
pesantren progresif sangat dibantu oleh ustadz dan ustdzah di pesantren. Karena
pondok pesantren progresif atau pondok pesantren modern ustadz dan
10Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm 47 11 Chumaidi Syarief Romas, Kekerasan Kerajaan Surgawi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2003) hlm., 23-36.
6
ustadzahmerupakan tokoh sentral dalam mengembangakan kemampuan santri.
Hal ini di karenakan ke ilmuan yang dibawa oleh ustadz dan ustadzah merupakan
keilmuan umum dan agama, sehingga santri mempunyai bekal dalam
kehidupannya bermasyarakat. Dengan kata lain sosok ustadz dan ustadzah di
pondok pesantren modern berperan membina santri secara menyeluruh, sedangkan
sosok kiai lebih cenderung mengembangkan pondok pesantren menjadi pondok
yang besar dan dapat terkenal di masyarakat secara luas, .
Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di Yogyakarta hadir sebagai
pola pendidikan pesantren yang bersifat progresif atau modern. Pondok pesanten
yang menggabungkan antara kurikulum pesantren dan kurikulum pendidikan
secara formal, tanpa meninggalkan nafas-nafas kepesantrenan dengan tujuan
mencetak tokoh ulama intelektual dan intelektual ulama. Visi terbesar dari
terbentuknya pondok pesantren ini adalah terbentuknya lembaga pendidikan
berkualitas dalam membentuk kader Muhammadiyah yang berdasarkan Al-Quran
dan As-Sunnah, sesuai dengan ideology Muhammadiyah yakni berlandaskan Al-
Quran dan As-Sunnah. 12
Secara rutinitas peran kiai di Pondok Pesantren Modern ini lebih banyak
digunakan untuk membangun dan mengembangkan pondok pesantren secara
keseluruhan baik fisik maupun non fisik, dan menumbuhkan kepercayaan
terhadap masyarakat lokal maupun luar tentang pondok pesantren ini,
dibandingkan memberikan pengajaran dan ilmu kepada santri. Sehingga
12 Observasi tanggal 14 November 2014 pukul 16.00.
7
pembinaan Ilmu, Iman dan Taqwa santri lebih banyak di berikan oleh ustadz dan
ustadzah di pondok.
Sosok pembina atau ustadz dan ustadzah di Pondok Pesantren Modern
Muhammadiyahn menjadi garda terdepan dalam pembinaan akhlaq santri.
Tingkah laku santri, sikap, moral dan pola pikir santri merupakan cerminan dari
pembinaan yang dilakukan oleh ustadzah dan ustadz. Pembinaan ini dapat dilihat
dari kegiatan pengasuhan dan pembelajaran santri di kelas maupun di pondok
yang diampu oleh ustadz dan ustadzah setiap hari.
Dilatarbelakangi oleh data observasi awal di Pondok Pesantren Modern
Muhammadiyah di Wilayah Yogyakarta yakni tentang sosok ustadzah dalam
pembinaan santri dan pentingnya pembinaan santri dalam mengembangakn
kemampuan santri secara intelektual dan sosial, maka peneliti bermaksud melihat
bentuk “Hubuungan sosial santri di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah
di Yogyakarta”. Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat menemukan
model hubungan sosial ustadzah dengan santri di pondok modern dan mengurai
model interaksi yang tidak relevan yang berdampak pada hubungan ustadzah
dengan santriwati ataupun pondok pesantren.
8
B. Rumusan Masalah
Setelah mencermati pembahasan dari latar belakang masalah di atas, maka
bisa penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana model hubungan sosial santriwati di Pondok Pesantren Modern
Muhammadiyah di Yogyakarta?
2. Bagaimana implikasi hubungan sosial santriwati di Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah di Yogyakarta?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat penulis ketahui tujuan
dan kegunaan penelitian ini sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui secara mendalam tentang hubungan sosial
santriwati di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di
Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui lebih mendalam dampak dari hubungan sosial
santri di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di Yogyakarta.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Teoretis
Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam
dunia pendidikan khususnya tentang hubungan sosial di kalangan
pondok pesantren modern.
b. Secara Praktis
9
1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang model hubungan sosial santri di kalangan
pondok pesantren.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
masyarakat umum tentang pondok pesantren yang berbasis
sekolah formal.
3. Berguna untuk segenap pengasuh Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah di Yogyakarta untuk dijadikan
sebagai referensi kebijakan, pengasuhan, pengajaran dan
hubungan sosial antara ustadz, ustadzah dengan para santri.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka atau studi kepustakaan, atau juga sering disebut juga
dengan istilah kajian kepustakkan pada intinya dilakukan untuk mendapatkan
gambaran tentang hubungan topik penelitian yang akan diajukan dengan
penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga
tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dan mubadzir13
Sejauh penelusuran, penelitian, dan pengetahuan hingga saat ini telah
banyak ditemukan karya-karya yang membahas tentang relasi sosial, baik itu
berbentuk buku, jurnal, dan penelitian-penelitian lainnya, Penelitian yang berjudul
“HUBUNGAN SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN ”Studi
atas Hubungan Sosial Santriwati dan dampaknya di Pondok Pesantren Modern
13 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2006)., hlm
183.
10
Muhammadiyah di Yogyakarta” mencoba untuk menggali lebih dalam tentang
hubungan sosial Santri di kalangan Pondok Pesantren, setidaknya ada beberapa
penelitian terdahulu yang dekat hubungannya dengan hubunga sosial pondok
pesantren.
Pertama,Karya Zamakhsyari Dhofier,dalam bukunya yang berjudul Tradisi
Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Buku ini mengulas tentang
tradisi pesantren dengan fokusnya pada peranan kiai dalam memelihara dan
mengembangkan faham Islam tradisional di Jawa. Faham Islam tradisional yang
di maksud ialah Islam yang masih terikat kuat dengan pikiran-pikiran para ulama.
Buku ini di tulis berdasarkan studi lapangan antara tahun 1977-1978 yakni
Pesantren Tegalsari dan Pesantren Tebuireng. Buku ini berusaha menyodorkan
suatu laporan yang bersifat historis dan etnografis tentang pesantren, dengan focus
utamanya adalah peran kiai dan peran pesantren dalam melestarikan serta
menyebarkan faham Islam tradisional.
Kedua, Karya Abdurahman Wahid, dkk (ed). M. Dawam Rahardjo, yang
berjudul Pesantren dan Pembaharuan. Buku ini ditulis oleh para pengasuh
pondok pesantren seperti Abdurahman Wahid, M. Habib Chirzin, Nurcholish
Madjid, M. Saleh Widodo, Ali Saifullah. Karya ini tidak hanya sekedar
melukiskan gambaran keadaan dan kehidupan pesantren melainkan juga proses
perkembangan yang sedang dan akan terjadi, serta berbagai tantangan
pembaharuan pendidikan atau pembaharuan pemikiran dan kehidupan beragama
dalam Islam yang kini sedang berlangsung di Indonesia.14
14 Abdurahman wahid, dkk, Pesanten dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3S, 1988)
11
Ketiga, Karya Manfred Ziemek dalam bukunya yang berjudul “Pesantren
dalam Perubahan Sosial”, Karya ini mencoba melukiskan praktek pendidikan
yang terjadi pada lapisan pedesaan, dan mencoba menafsirkan pesantren sebagai
bentuk pendidikan yang di organisasi oleh masyarakat sendiri. Ruang lingkup
dalam penelitian ini terbatas pada pendidikan Islam Tradisional dan peranannya
dalam perubahan sosiokultural di Indonesia.15
Keempat, Karya dari Chumaidi Syarief Romas dalam bukunya yang
berjudul Kekerasan Di Kerajaan Surgawi: Gagasan Kekuasaan dari Mitos Wali
Hingga Broker Budaya, dalam buku ini beliau membahas tentang kekuasaan kiai
dalam pesantren progresif dan konservatif. Menurutnya, dalam pesantren
progresif kepemimpinan kiai tidak mutlak. Kekuasaan tertinggi dari bentuk
pesantren ini terdapat dari musyawarah dengan para guru (ustadz) dan pengurus
lainnya. sedangkan dalam pesantren pesantren konservatif kepimpinan kiai sangat
mutlak dan sangat besar
Skripsi dari Baidowi, Jurusan Sosiologi Agama , Fakultas Ushuluddin
Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2005, dengan judul ”Pemaknaan
Barokah dan Implikasinya terhadap Relasi Sosial Kiai dengan Santri di Lembaga
Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum PP. Banyuanyar Pamekasan Madura”. Dalam
Penelitan ini Baidowi mempunyai tujuan untuk mengetahui pemaknaan santri
terhadap barokah dan mengetahui implikasi dari pemaknaan barokah terhadap
relasi antara kiai dengan santri. Karena barokah dalam orientasi kehidupan
pesantren dimaknai secara beragam oleh para santri sesuai dengan pengetahuan
15 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: Penerbit P3M, 1986)
12
yang dimilikinya. Pemaknaan tersebut mengarah pada sebuah anggapan bahwa
kiai jauh melebihi kepatuhannya pada pejabat, birokrasi atau institusi negara.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa untuk mendapatkan barakah seorang
santri akan melakukan beberapa hal yakni mematuhi dan membantu kiai,
mematuhi peraturan pesantren, istiqomah, belajar giat dan pergi ke congkop. Kiai
di pahami sebagai sosok yang mampu menjadi perantara mendapatkan barakah
tersebut.
Kelima, skripsi dari Baskoro Adi Nugroho, Jurusan Sosiologi Agama,
Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2010, dengan judul
“Hubungan Sosial Kiai dengan Santri Mukim dan Santri Kalong di Pondok
Pesantren Al-Muthi’in Maguwo Banguntapan Bantul Yogyakarta”. Pondok ini
merupakan pondok yang menerapakan 2 model pendekatan santri yakni dengan
santri tinggal di dalam secara penuh dan santri yang hanya menuntut ilmu saja di
pondok tetapi dapat keluar (yakni Mahasiswa). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui model hubungan kiai dengan santri mukim dan kalong serta melihat
pengaruh dari hubungan timbal balik antara kiai dan santri, baik pengaruhnya
terhadap kiai, santri, maupun masyarakat sekitar. Selain itu penelitian ini
menggambarkan kesempatan yang sama antara santri mukim dan santri kalong
dalam menuntut ilmu di pondok pesantren, santri yang tinggal di pondok
pesantren tidak memiliki ikatan secara formal seperti harus mengikuti ujian yang
diberikan dari pondok, memilki ijazah, persoalan gelar kiai beserta keluarganya.
Sosok kiai sebagai gelar dan nama kharismatik di pondok pesantren tidak terlalu
13
dipersoalkan, karena para pengurus menginginkan tidak adanya sekat antara kiai
dan santri sehingga antara pengasuh dan santri memiliki hubungan yang akrab.
Dari beberapa hasil penelusuran yang telah dikaji di atas maka penelitian ini
melengkapi penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dengan fokus
pembahasan adalah model hubungan sosial dan dampaknya
E. Landasan Teori
1. Hubungan Sosial
Teori pada pokoknya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat
atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari
satu atau beberapa factor tertentu dalam masyarakat. Dengan demikian, suatu
teori dalam suatu penelitian amat berguna untuk menjelaskan,
menginterprestasi dan memahami gajala atau fenomena yang dijumpai dari
hasil penelitian.16
Untuk mendasari penelitian ini dan mempermudah telaah permasalahan
yang di teliti, peneliti berpedoman pada teori Interaksi- simbolis. Teori
Interasksi-Simbolis merupakan teori sosiologi yang dikembangkan oleh
George Hebert Mead. Mead mengatakan bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk berinterkasi dengan pihak-pihak lain, dengan perantara
simbol-simbol tertentu yang dipunyai bersama. Dengan perantara simbol-
simbol tersebut, maka manusia memberikan arti pada kegiatan-kegiatannya.
Mereka dapat menafsirkan keadaan dan perilaku dengan mempergunakan
simbol-simbol tersebut. Manusia membentuk perspektif-perspektif tertentu
16 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam., hlm 184-185.
14
melalui suatu proses sosial dimana mereka memberi rumusan hal-hal tertentu,
bagi pihak-pihak lainnya. Selanjutnya berperilaku menurut hal-hal yang
diartikan secara sosial. Lebih lanjut Mead menyatakan bahwa simbol-simbol,
tertutama bahasa, tidak hanya merupakan saran mengadakan komunikasi antar
pribadi, tetapi juga untuk berpikir. Manusia mungkin saja berbicara dengan
dirinya sendiri, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan sendiri. Dengan cara
demikian seseorang menyesuaikan perilakunya dengan perilaku pihak lain.17
Teori interaksi simbolik mempunyai tiga premis penting yang perlu
dipahami yakni, pertama, Individu merespons situasi simbolik, kedua, makna
adalah produk interaksi sosial, karena itu, makna tidak melekat pada objek,
melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga, makna yang di
interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan
perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.18
Selain itu peneliti juga berpedoman pada bentuk relasi yang terjadi di
pesantren yang lebih mengarah pada hubungan patron-klien, yakni suatu relasi
antara dua orang yang mempunyai kedudukan yang berbeda. Orang yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi (patron) akan memberi perlindungan
maupun memberi hadiah kepada kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya (klien), yang pada gilirannya merasa berkewajiban membalas
kebaikan tersebut. Dijelaskan oleh J.S. Scoot (1972:92) yang dikutip oleh
Ahimsa bahwa hubungan Patron Klien adalah
17 Soerjono Soekamto, Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982)., hlm 8-9. 18 Mulyana, 2001;71-72
15
“a special cases of dyadic (two person) ties, involving a largely instrumental friendship in which an individual of higher sosio-economic status (patron) uses his own influence of resources to provide protection or benefits or both, for a person of lower status (client) who for his part reciprocates by offering general support and assistance, including personal services, to the patron” (Suatu kasus khusus hubungan antara dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, dimana seseorang yang lebih tinggi kedudukan sosial ekonominnya (patron) menggunakan pengaruh dan sumber daya uang dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan atau kedua-duanya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya (klien) yang pada gilirannya membalas pemeberian tersebut dengan memberikan dukungan yang umum dan bantuan termasuk jasa-jasa pribadi kepada patron)19
Relasi patron-klien ini dapat berjalan mulus jika; pertama, suatu yang
diberikan oleh satu pihak adalah sesuatu (dalam bentuk apa pun) yang berharga
di pihak lain; kedua, adanya hubungan timbal balik antar keduanya. Adanya
unsur timbal balik inilah, kata Scot, yang membedakannya dengan hubungan
yang bersifat pemaksaan (coercion) atau hubungan karena adanya wewenag
formal (formal authority), ketiga, adanya norma-norma masyarakat yang
memungkinkan klien melakukan penawaran, yakni bilamana salah satu pihak
merasa bahwa pihak lain tidak memberi seperti yang diharapkannya, dia dapat
menarik dirinya dari hubungan tersebut tanpa terkena sanksi sama sekali20
Berdasarkan judul penelitian ini, maka yang dimaksud dengan
hubungan sosial menurut penulis adalah hubungan timbal balik yang dinamis
19 Heddy Shri Ahimsa Putra, Minawang Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan
(Yogyakarta: Gadjah Mada UP, Yogyakarta, 1998), hlm 2. 20Heddy Shri Ahimsa Putra,Minawang Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan., hlm
3.
16
antara santriwati dengan ustadzah. Hal ini dikarenakan dalam relasi sosial
terdapat kontak dan komuniksi antara keduanya.
Sesuai dengan tradisi dunia Islam, maka dalam hal ini penulis sedikit
memaparkan hubungan sosial dalam ajaran Agama Islam yang memiliki
konsep-konsep yang tertinggi dan dijadikan konsep utama dalam mu’amalah.
a. Surat Al-Hujurat ayat 13
$pκ š‰r'¯≈ tƒ â¨$Ζ9$# $ ¯ΡÎ) /ä3≈oΨø) n=yz ⎯ÏiΒ 9x. sŒ 4©s\Ρ é& uρ öΝ ä3≈oΨù=yèy_ uρ $ \/θãèä© Ÿ≅ Í←!$t7 s%uρ
(#þθèùu‘$ yètGÏ9 4 ¨βÎ) ö/ä3tΒ tò2r& y‰ΨÏã «!$# öΝä39s) ø? r& 4 ¨βÎ) ©!$# îΛ⎧ Î= tã ×Î7yz ∩⊇⊂∪
13. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
17
b. Surat An-Nisa ayat 59
$pκ š‰r'¯≈ tƒ t⎦⎪ Ï% ©!$# (#þθãΨtΒ# u™ (#θãè‹ÏÛr& ©!$# (#θãè‹ÏÛr&uρ tΑθß™§9$# ’Í< 'ρ é&uρ Í öΔF{$# óΟ ä3Ζ ÏΒ (
β Î* sù ÷Λä⎢ ôãt“≈uΖ s? ’Îû &™ó©x« çνρ –Šã sù ’n< Î) «!$# ÉΑθß™§9$#uρ β Î) ÷Λä⎢Ψä. tβθãΖ ÏΒ÷σ è? «!$$Î/
ÏΘöθu‹ø9$# uρ ÌÅz Fψ $# 4 y7 Ï9≡sŒ ×öyz ß⎯|¡ ômr& uρ ¸ξƒÍρ ù's? ∩∈®∪
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.
2. Dampak
Dampak yang dimaksud dari penelitian ini adalah akibat atau konsekuensi
langsung dari temuan-temuan yang ditemukan. Temuan-temuan tersebut dapat
berupa pengalaman dan kejadian langsung sang pelaku. Pengalaman seseorang
pada suatu waktu tertentu akan memberikan gambaran secara utuh tentang
kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lampau. Sedangkan kejadian
langsung adalah temuan langsung yang ditemukan oleh peneliti di lapangan.
Menurut Sorjono Soekamto dampak dari hubungan sosial di masyarakat dapat
di bagi menjadi 2 macam yakni, hubungan sosial secara asosiatif dan hubungan
sosial secara disasosiatif. Asosiatif terdiri dari kerjasama (cooperation),
18
akomodasi (accomodation). Kerja sama disini dimaksudkan sebagai suatu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Akomodasi merupakan suatu cara
untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga
lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Sedangkan Disasosiatif terdiri dari
persaingan (competition), dan pertentangan (conflict).21
3. Pengertian Santri
Mengenai asal-usul perkataan “Santri” itu ada (sekurang-kurangnya) dua
pendapat yang dapat dijadikan acuan.
a. Pertama, adalah pendapat yang menyatakan bahwa “santri” itu berasal
dari perkataan “Sastri”, sebuah kata dari Bahasa Sansekerta, yang
artinya melek huruf. Agaknya dahulu, lebih-lebih pada permualaan
tumbuhnya kekuasaan politik Islam di Demak, kaum santri adalah
kelas “Literary” bagi orang jawa. Hal ini disebabkan pengetahuan
mereka tentang agama melalui kitab-kitab bertulsikan dan berbahasa
arab. Dari sini dapat diasumsikan bahwa menjadi santri berarti juga
menjadi tahu agama (melalui kitab-kitab tersebut) atau paling tidak,
seorang santri itu bisa mebaca Al-Quran yang dengan sendirinya
membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agamanya.
b. Kedua, adalah pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari Bahasa Jawa, persisnya dari kata cantrik,
yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana
21 Dewi Wualansari, Sosiologi (Konsep dan teori), (PT. Refika Aditama: Bandung, 2009),
hlm 37
19
guru ini pergi menetap. Tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya
mengenai suatu keahlian. 22
Sehingga dapat disimpulkan bahwa santri adalah seseorang yang yang
berusaha mempelajari materi-materi yang diajarkan oleh kiai, baik itu tulisan,
perkataan, maupun tingkah laku yang bermanfaat bagi masyarakat dan
kehidupannya.
4. Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren merupakan sebuah kalimat yang terdiri pondok dan
pesantren. Pondok yang berarti asrama-asrama bagi santri, yang berasal dari
kata Punduk yang berarti hotel atau asrama.23 Sedangkan pesantren berasal dari
kata “santri” yaitu orang yang mendalami Agama Islam atau orang yang
beribadah dengan sunguh-sungguh. Istilah pesantren merupakan istilah yang
sudah umum di gunakan dalam Bahasa Indonesia, dari Bahasa Jawa dengan
awalan (prefiks) pe- dan akhiran (sufiks)–en yang berarti asrama tempat
tinggal santri atau tempat murid-murid belajar mengaji.24 Sedangkan Modern
adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman25
Sesuai dengan pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa, Pondok Pesantren Modern adalah pondok pesantren yang
menggabungkan dan melestarikan unsur-unsur pendidikan Islam Tradisional
22Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:Penerbit
Paramadina, 1997) hlm 19-20 23Zamakhsary Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm 18 24 Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Berbahasa Indonnesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, edisi ketiga 2001), hlm 89 25Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Berbahasa Indonnesia, hlm 752
20
seperti Bandongan, Sorogan ataupun Wetonan dengan unsur-unsur modernitas
pendidikan Islam seperti pembentukan lembaga sekolah umum
(SMP,SMA,Diniyah,Aliyah), pemberian ijazah formal, dan kurikulum umum
sehingga terwujud manusia yang kuat dalam ilmu agama dan ilmu umum serta
mampu bersaing di era modern sekarang ini.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah merupakan penelitian kerja
lapangan (field work) atau studi kasus yang bersifat kualitatif. Kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan gambaran berupa
kata-kata atau lisan dari orang atau pun perilaku yang dapat diamati.26
Pendekatan kualitatif bermaksud menyajikan atau mengamati suatu
perisitiwa fenomena mengenai objek yang akan peneliti lihat di lapangan
secara langsung, sehingga pendekatan kualitatif ini dapat dikatakan bersifat
alamiah yang berarti peneliti merasakan, mengalami, dan terlibat pada
kejadian/ perisitwa tersebut, sebagaimana dikemukan oleh Moleong yang
mendefiniskan kualitatif sebagai berikut:
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada
26 Lexy j Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), hlm 3.
21
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.27
Berdasarkan pendapat di atas bahwa pada dasarnya pendekatan
kualitatif ini bersifat alamiah atau naturalistik dengan tujuan utamanya ialah
untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau kelompok orang
dalam situasi tertentu. Secara tidak langsung penelitian ini dilakukan pada
kondisi/ latar yang alamiah dengan memahami fenomena kejadian secara
langsung sesuai dengan pengamatan penelitian di lapangan mengenai peran,
perilaku, tindakan, motivasi, dan lainnya. sehingga data yang diperoleh
sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, bukan berdasarkan apa yang
dipikirkan oleh peneliti.
Peneliti memandang bahwa pendekatan kualitatif ini sangat tepat
digunakan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan karena Pendekatan
kualitatif ini mampu memahami gejala-gejala, perilaku, sikap, dan motivasi
secara langsung antara ustadzah dan santriwati dalam melakukan hubungan
sosial dan dampaknya di pondok pesanteren. Sehingga peneliti mampu
memperoleh data secara akurat dan faktual.
2. Metode Penentuan Subjek
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Muddir, atau Direktur Pondok Pesantren Modern.
27Lexy j Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm 6.
22
b. Pembina asrama putri dan para ustadzah Pondok Pesantren Modern
Muhammadiyah di Yogyakarta
c. Segenap santri atau siswa Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di
Yogyakarta.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pokok dalam
penelitian kualitatif. Wawancara dalam penelitian kualitatif menurut
Denzim dan Lincoln (1994:353) adalah percakapan, seni bertanya dan
mendengar (The art of asking and listenin). Wawancara dalam
penelitian kualitatif tidaklah bersifat netral, melainkan dipengaruhi
oleh kreatif individu dalam merespons realitas dan situasi ketika
berlangsungnya wawancara.28 Dalam metode ini penulis melakukan
wawancara secara langsung dengan melakukan tanya jawab pada
beberapa informan atau narasumber.
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa
narasumber yang merupakan objek dari penulis yakni dari para santri
yang merupakan santriwati tingkat 4, 5, dan 6 dengan melihat bentuk
hubungan antara santri dengan para ustadzah. Para ustadzah yang
menjadi kepala asrama dan ustadzah yang mengajar, hal ini
28 Moh Soehada, MetodologiPenelitian Sosiologi Agama (Kualitatif), (UIN Sunan Kalijaga Bidang Akademik, 2008), hlm. 94.
23
dimaksudkan agar melihat peran, hubungan sosial serta dampak dari
hubungan sosial tersebut.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan yang dipilih adalah pengamatan
terlibat yakni peneliti melibatkan dirinya dalam proses kehidupan
sosial mayarakat yang akan diteliti dalam rangka melakukan “empati”
terhadap subyek penelitian.29 Jangka waktu penelitian kurang lebih 2
bulan dengan mengamati dan mencatat segala bentuk aktivitas
ustadzah dan santriwati.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi non-partisipan. Hal ini dikarena adab dan aturan di pondok
tersebut yang melarang pria untuk melakukan hubungan sosial atau
komunikasi berlebihan. Oleh karena itu observasi yang dilakukan
lebih bersifat non-partisipan dengan mengamati keadaan sekitar serta
gejala apa saja yang ditimbulkan dari hubungan sosial tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pendukung untuk melengkapi
metode-metode sebelumnya. Dokumentasi hanya sebagai media
penguat bagi metode-metode sebelumnya, yaitu untuk mencari data
dan variable-variabel berupa artikel, buku-buku, surat kabar, majalah,
dokumen-dokumen resmi, serta foto-foto.30
29 Moh Soehada, MetodologiPenelitian Sosiologi Agama (Kualitatif), hlm. 104. 30 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hlm. 38.
24
4. Analisis Data
Sesuai dengan sifat penelitian ini maka dalam pengolahan dan analisis
data, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis. Sebagai bagian dari
penelitian kualitatif, penelitian akan dianalisis secara induktif. Menurut Miles
& Huberman (1994;429) batasan masalah dalam proses analisis data
mencakup tiga subproses, yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data.
31
Reduksi data adalah merangkum hal-hal pokok, penting dari data
penelitian yang dimiliki dan diklasifikasikan menurut tema yang ingin diteliti.
Hal ini dilakukan agar data yang dimilki menjadi lebih jelas dan
mempermudah untuk mengumpulkan data selanjutnya.
Hasil data yang telah direduksi dengan baik kemudian disajikan dalam
bentuk tertentu untuk mengetahui bagaimana hubungan data yang dimilki,
inilah yang disebut dengan display data (Penyajian data). Penyajian data ini
bisa dilakukan dengan uraian singkat, bagan ataupun hubungan antara
kategori data yang dimiliki.32 Akan tetapi dalam penelitian ini data yang
disajikan dengan bentuk teks yang bersifat naratif agar dapat memahami
segala sesuatu yang terjadi dan dapat bertindak sesuai dengan data yang telah
difahami tersebut.
31 Moh. Soehada,MetodologiPenelitian Sosiologi Agama (Kualitatif), hlm. 113. 32 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Cet-ke 17 (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 337
25
Selanjutnya verifikasi data, dalam verifikasi data ini terdapat
penarikan kesimpulan dari hasil analisis data. Verifikasi bermaksud untuk
melihat apakah kesimpulan yang diberikan sesuai dengan data-data yang
dimiliki atau tidak. Dengan kata lain verifikasi data memerlukan sebuah
bukti-bukti dalam menerima kesimpulan yang diberikan.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang
penelitian ini, Pada Bab I penulis menjelaskan latarbelakang dan urgensi dari
penelitian di Pondok Pesantren Muhammadiyah di Yogykarta. Keseluruhan
dari Bab ini terdiri dari latarbelakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan. Komponen-komponen pada Bab I ini berfungsi untuk
memberikan arahan penelitian selanjutnya.
Pada Bab II berisi tentang gambaran umum tentang Ideologi
Muhammadiyah dan gambaran umum pesantren. Gambaran umum terdiri dari
visi dan misi terbentuknya pondok pesantren, program pondok pesantren dan
peraturan yang terdapat di pondok pesantren modern.
Pada Bab III berisi tentang hasil penelitian di Pondok Pesantren
Modern Muhammadiyah di Yogykarta. Hasil penelitian ini diharapkan
mampu memberikan gambaran yang jelas tentang model hubungan sosial
santri di pondok pesantren.
26
Pada Bab IV ini, penulis berusaha memaparkan tentang dampak dari
hubungan sosial di pondok pesantren yang mengakibatkan munculnya
peyimpangan-penyimpangan sosial di pondok pesantren.
Pada Bab V, penulis memberikan kesimpulan dan saran dari hasil
penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di
Yogyakarta.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model hubungan sosial santriwati di Pondok Pesantren Modern
Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta dapat dibagi menjadi 2
yakni hubungan personal santri yang mengarah pada hubungan
Patron-Klien antara santriwati dan ustadzah dan hubungan kolektif
santri. Model hubungan patron-klien adalah model yang paling tepat di
gunakan dalam penelitian ini karena di lapangan peneliti melihat ada
hubungan timbal balik antara ustadzah sebagai pembina asrama dan
santri sebagai siswa. Model ini terlihat ketika sosok santri memberikan
bingkisan kepada ustadzah dan setoran tahfidz santri.
Model hubungan secara kolektif adalah model hubungan antara
santri dengan lingkungan pondok, baik itu internal maupun eksternal.
Bentuk hubungan kolektif secara internal dapat dilihat dari kajian
bersama dan buka puasa. Sedangkan model hubungan kolektif secara
eksternal dapat dilihat dari peran santri di lingkungan sekitar pondok.
Bentuk nyata dari model hubungan ini adalah dengan Bakti Sosial
(ABAS), Dakwah Santri, dan Pengajaran TPA
Berdasarkan hukum sebab-akibat apabila ada proses yang terjadi
pasti akan ada akibat yang ditimbulkan. Berawal dari hukum tersebut
peneliti mencoba untuk melihat lebih mendalam tentang akibat yang
ditimbulkan dari hubungan santri di pondok pesantren.
79
Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan dilapangan,
implikasi atau akibat yang ditimbulkan dari model relasi tersebut
adalah munculnya pemberontakan publik (Public Transcript) dan
sembunyi-sembunyi (Hidden Transcript) dari santriwati. Bentuk
perlawanan sembunyi-sembunyi ini dapat dilihat dari pelanggaran
santriwati di pondok, seperti membawa HP, tidak setoran tahfidz, dan
pacara. Sedangkan perlawanan yang dilakukan secara publik dapat
dilihat dari protes wali santri terkait dengan pelanggaran yang
dilakukan oleh anaknya. Bentuk perlawanan yang ditemukan
dilapangan mempunyai persamaan yakni mencoba merubah sistem
yang telah dibuat oleh pondok pesantren.
B. Saran
Selama peneliti melakukan penelitian lapangan di Pondok
Pesantren Muhammadiyah Boarding School Yogykarta selama 3 minggu,
Peneliti menemukan banyak keluhan dan informasi dari santriwati sebagai
subyek penelitian.
1. Sebagian subyek penelitian yakni santriwati masih sering mengeluhkan
kurangnya perhatian dan pembinaan ustadzah di Asrama. Hal ini
dianggap peneliti sebagai masukan dari santri tentang kurangnya
pembinaan di asrama, walaupun secara ratio jumlah santri dan
pengampu asrama berbeda jauh
80
2. Kurangnya kejelasan garis komando di pondok. Garis komado yang
peneliti maksud adalah pelaksanaan instruksi dari atasan ke anggota,
hal ini dapat dilihat dari system pembagian kamar santri. Pembagian
kamar yang dihuni oleh kelas 6, kelas 5, dan kelas 4 membuat garis
komando pelaksanaan tidak berjalan mulus. Kelas 4 sebagai
mudabbirah atau ketua kamar tidak bisa melakukan pembinaan secara
maksimal karena dalam satu kamar terdapat kakak IPM. Kakak IPM
sebagai pengurus harian tidak merasa nyaman memberikan isntruksi
kepada adek-adeknya karena di tempat tersebut terdapat kakak kelas 6.
Sehingga kakak-kakak kelas 6 menjadi sosok yang superior dan kebal
dengan aturan yang ada di kamar tersebut.
81
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Suryadharma. Paradigma Pesantren Memperluas Horizon Kajian dan Aksi, Malang, : UIN-Maliki Pers, 2013.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain. Kamus Umum Bahasa Indoenesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Berbahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, edisi ketiga, 2001.
Dhofier, Zamakhsary. Tradisi Pesantren , Jakarta, LP3ES, 1982.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Berbahasa Indonnesia, Jakarta: Balai Pustaka, edisi ketiga, 2001.
El Rais, Heppy. Kamus Ilmiah Populer Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Haryanto, Sugeng. Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren (Studi Interaksionisme Simbolik di Pondok Pesantren Sidogiri-Pasuruan),Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012.
Scoot, James C. Perlawanan Kaum Tani, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.
----------------. Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1981.
Kementrian Agama RI. Al-Quran Tajwid dan terjemahnya dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Hadits, Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010.
Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:Penerbit Paramadina, 1997.
Mas’ud, Abdurrachman. Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
82
Nashir, Haedar. Ideologi Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2001.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. Minawang Hubungan patron-Klien di Sulawesi Selatan, Yogyakarta: Gadjah Mada UP, Yogyakarta.
PP Muhammadiyah. AD dan ART Muhammadiyah, hasil Muktamar Muhammadiyah ke 45 di Malang: 2005, Bab I pasal 2, dan Bab II pasal 4.
---------------. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Yogyakarta: Surya Sarana Grafika, Cet. V, 2011.
Riezam, Muhammad. Muhammadiyah Prakarsa Besar Kyai Dahlan, Yogyakarta: Badan Penerbit UAD, 2005.
Ritzer, George. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terkahir Postmodern, Alih bahasa Saut pasaribu dkk, Yogyakarta:Pustaka Pelajar Cet. I, 2012.
-------------- dan Douglas J.Goodman. Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Saridjo,Marwan dkk. Sejarah Pondok Pesantren, Jakarta: Dharma Bakti, 1982.
Sanderson, Stephen. Sosiologi Makro: Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, Jakarta: Raja Grafindo, 1995.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Soehada, Moh. Metodologi Penelitian Sosiologi Agama (Kualitatif), UIN Sunan Kalijaga Bidang Akademik, 2008.
Soekamto,Soerjono. Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
------------------------. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1990.
Sugiyono. Metode Penelitian pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet-ke 17, Bandung: Alfabeta, 2013.
Syarief Romas, Chumaidi. Kekerasan Kerajaan Surgawi, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003.
Wahid,Abdurahman dkk. Pesanten dan Pembaharuan, Jakarta: LP3S, 1988.
Wahyjoetomo. Perguruan tinggi Pesantren, Jakarta:Gema Insane Pers, 1997.
83
Wualansari. Dewi, Sosiologi (Konsep dan teori), PT. Refika Aditama: Bandung, 2009.
Qomar,Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta; Erlangga, 2005.
Yuniardi, M. Salis. Identitas Diri Para Slanker, Laporan Penelitian, UMM: Lembaga penelitian, 2010.
Ziemek,Manfred. Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta: Penerbit P3M, 1986.
LAMPIRAN PENELITIAN HUBUNGAN SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN DI
YOGYAKARTA
PEDOMANAN OBSERVASI
1. Kegiatan santri di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah di
Yogyakarta.
2. Simbol-simbol yang muncul di pondok pesantren
PEDOMANAN WAWANCARA
- Muddir dan Pengasuh:
1. Apa dan Bagaimana visi dan misi pondok pesantren?
2. Apakah terdapat konflik/ permasalahan antara ustadzah dan santriwati
dalam kehidupan sehari?
- Santriwati
1. Apa saja bentuk kegiatan santri setiap harinya di pondok pesantren?
2. Apa saja kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahunn dan setiap
bulannya?
3. Bagiamana peran ustadzah dalam pembinaan santri?
4. Bagaimana hubungan sosial antara ustadzah dan santriwati?
5. Menurut anda bagiamana pengertian tentang slogan-slogan yang tertempel
di dinding?
6. Konflik apa saja yang pernah terjadi di Pondok Pesantren modern
Muhammadiyah di Yogykarta.?
7. Mohon berikan saran dan masukan kepada pondok agar berkembang lebih
baik.
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh santri.
2. Slogan-slogan yang dipasang di dinding.
DAFTAR INFORMAN PENELITIAN
NO NAMA Posisi 1 Mr. X Direktur Umum 2 Mr. Y Direktur Putri 3 Mrs. I Pembina Asrama putri 4 Mrs. T Pembina Asrama putri 5 Mrs. E1 Santriwati kelas 6 6 Mrs. E2 Santriwati kelas 6 7 Mrs. K1 Santriwati kelas 5 8 Mrs. K2 Santriwati kelas 5 9 Mrs. K3 Santriwati kelas 5 10 Mrs. B1 Santriwati kelas 4 11 Mrs. B2 Santriwati kelas 4 12 Mrs. B3 Santriwati kelas 4
JUMLAH SANTRI TIAP ANGKATAN
NO ANGKATAN JUMLAH 1 ANGKATAN KELAS 7 PUTRI 182 2 ANGKATAN KELAS 8 PUTRI 127 3 ANGKATAN KELAS 9 PUTRI 75 4 ANGKATAN KELAS 10 PUTRI 46 5 ANGKATAN KELAS 11 PUTRI 43 6 ANGKATAN KELAS 10 PUTRI 20
POSISI PEMBINA PUTRI
NO POSISI
1 Direktur Pondok Pesantren
2 Wakil Direktur I
3 Wakil Direktur II
4 Wakil Direktur III
5 Kabag Kesiswaan Puri
6 Kepala Asrama Gedung Lama
7 Kabag Kema'hadan Putri
8 Kapala Asrama Siti Bariah
9 Kapala Asrama Siti Badilah
10 Kapala Asrama Siti Walidah
11 Kapala Asrama Nyai. Ahmad Dahlan
12 Kapala Asrama Gedung Baru
13 Kabid Tahfidz Putri
14 Kepala Asrama Baru Pi
15 Pembina
16 Pembina
17 Pembina
18 Pembina
19 Pembina
20 Pembina
21 Pembina
STRUKT
TUR KEPE
WakilDirektu
Kepa
Kepa
Kepa
Kepal
ENGURUSA
Pe
P
Dew
DiP
Pe
l ur I
ala SMA
ala SMP
ala SD
a PAUD
Di
Sekretaris
AN PONDO
enasehat
embina
wan Pakar
irekutur Pondok esantren
Wakil rektur II
Dapur
KemahadanPutra
KemahadanPutri
Bendah
OK PESAN
n
n
Wakil Direktur I
HR
Bendahar
hara 1 B
NTREN
III
RD
ra
Bendahara 2
TUJUAN PONDOK PESANTREN
Tujuan dari pondok pesantren ini secara umum adalah mewujudkan
yang dinamis, lincah, dan efektif dengan indikator sbg berikut :
1. Tercapainya peserta didik yang intektual dan berwawasan pengembangan
potensi peserta didik.
2. Tercapainya peserta didik sebagai penggerak nilai-nilai Islami berdasar Al
Quran dan Sunnah.
3. Tercapainya peserta didik yang faqih / faham agama dengan baik.
4. Terciptanya calon pemimpin yang jujur, amanah, cerdas, berwawasan luas
dan bertanggungjawab.
5. Terlaksananya Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing
komponen pesantren (kepala pesantren, guru, karyawan, dan peserta
didik).
6. Terlaksananya pengembangan kurikulum, antara lain:
a. pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada
tahun 2013/2014
b. mengembangkan pemetaan SK, KD, dan indikator untuk kelas X, XI,
XII
c. mengembangkan silabus dan RPP untuk kelas X, XI, XII pada semua
mata pelajaran dengan mengembangkan sistem penilaian berbasis
kompetensi
7. Tercapainya Standar Isi (Kurikulum)
8. Terlaksananya standar proses pembelajaran, antara lain:
a. melaksanakan pembelajaran dengan strategi CTL (Contextual
Teaching and Learning)
b. melaksanakan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM), serta layanan Bimbingan dan Konseling
c. melaksanakan pendekatan belajar tuntas
9. Terlaksananya tata tertib dan segala ketentuan yang mengatur operasional
pesantren.
10. Terlaksananya pembiasaan 100% peserta didik melaksanakan sholat
berjamaah.
11. Terciptanya 100% peserta didik memiliki kesadaran terhadap kelestarian
lingkungan hidup di sekitarnya.
12. Tercapainya prestasi di bidang akademik
13. Tercapainya prestasi di bidang non akademik.
PROGRAM PESANTREN
Selain memiliki kurikulum perpaduan antara DIKNAS dan diniyah pada jam
belajar pagi (pukul 07.00 – 15.00 WIB) , di Pondok ini juga mempunyai program-
program kepesantrenan yang diberlakukan di luar jam sekolah. Secara umum,
program-program ini merupakan hasil olahan bagian kemakhadan dan para
asatidz/ ustadzat di pembinaan yang selanjutnya diserahkan kepada organisasi
santri untuk dimodivikasi dan dilakukan inovasi. Tentunya, dengan adanya
program-program kepesantrenan yang rapi dan terukur ini, pondok akan menjadi
lebih baik. Berikut rinciannya:
a) PROGRAM HARIAN
a) TAHFIDZ DAN TAHSIN AL QURAN
b) PENGAYAAN MUFRODAT dan BILLINGUAL AREA
c) PUASA SENIN KAMIS, TAHAJJUD (QIYAMULLAIL), dan DHUHA
b) PROGRAM MINGGUAN
a) EKSTRAKURIKULER
b) KHITOBAH ASHGAR
c) PENUGASAN KHOTIB JUMAT dan PENGAJAR TPA/TPQ di SEKITAR
PESANTREN
c) PROGRAM BULANAN
a) KHITOBAH AKBAR (SATU BULAN) .
b) LOMBA-LOMBA KEBERSIHAN DAN BAHASA
d) PROGRAM TAHUNAN
a) BAKTI SOSIAL
b) SAFARI RAMADHAN
c) KEMAH SANTRI
d) PENTAS SENI DAN KREATIVITAS SANTRI SEPERTI DRAMA
e) EKSTRAKURIKULER:
Ekstrakurikuler Wajib yang terdiri dari :
a. Kepramukaan/Kepanduan/Hizbul Wathon (HW)
b. Kegiatan Tapak Suci
Ekstrakurikuler Pilihan yang terdiri dari :
a. Seni Baca Al-Quran
b. Elektro
c. Fotografi
d. Jurnalistik dan Penyiaran
e. Palang Merah Remaja (PMR)
f. Kaligrafi
g. Tata Boga
Ekstrakurikuler Minat dan Bakat :
Kegiatan Olahraga :
Tenis Meja, Badminton, Catur, Bola Voli, Bola Basket dan Sepak Bola