hubungan sense of humor denganpenyesuaian diri siswa kelas
TRANSCRIPT
HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGANPENYESUAIAN DIRI
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 AMBARAWA
OLEH
GALIH AGENG PRADITYO
802013701
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGANPENYESUAIAN DIRI
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 AMBARAWA
Galih Ageng Pradityo
Rudangta Arianti S
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa terdapathubungan sense
of humor dengan penyesuaian diri siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambarawa. Partisipan
penelitian 200siswa kelas VII yang diperoleh dengan menggunakan teknik sampling
jenuh. Sense Of Humor diukur dengan menggunakan Skala MSHS(Multidimensional
Sense of Humor Scale)yang disusun oleh Thorson&Powell terdiri dari 24 aitem
pernyataan, sedangkan variabel Penyesuaian Diridiukur dengan menggunakan Skala
Penyesuaian Diri yang terdiri dari 42 aitem pernyataan yang disusun oleh penulis
berdasarkan teori penyesuaian diri (Schneiders, 1964). Data korelasi penelitian
menunjukanbahwa korelasi antara sense of humor dengan penyesuaian diri memperoleh
hasil r = 0,199 dengan signifikansi 0,005 (p<0,05) dengan r² = 0,0396, maka kontribusi
sense of humor terhadap penyesuaian diri sebesar 3,96% dengan demikian terdapat
96,04% variabel di luar sense of humor yang lebih berkontribusi terhadap penyesuaian
diri.Hasil penelitian tersebut memberikan bukti bahwa hipotesis dapat diterima namun,
hubungan kedua variabel tersebut sangat lemah, sehingga hubungan kedua variabel
tersebut dapat diabaikan. Disarankan peneliti selanjutnya menggunakan variabel lain
seperti kepercayaan diri, keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan
psikologis, lingkungan, serta religiusitas dan kebudayaan.
Kata Kunci : Sense Of Humor , Penyesuaian Diri
ii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship between sense of
humor and self adjustment of SMP Negeri 2 Ambarawa 7th Grade students. Subjects
were 200 of 7th grade students. Sense Of Humorwas measured using MSHS
(Multidimensional Sense of Humor Scale)made by Thorson and Powell, consistof 24
item and self adjustment was measured using self adjustment scale consist of 42 item
and made by authorbased on adjustment theory(Schneiders, 1964).Correlation
analysisdata revealed that correlation between sense of humor and self adjustmentr =
0,199, significance 0,005 (p<0,05) with r² = 0,0396 so the contribution of sense of
humor to self adjustment only 3,96% it means there are 96,04% other variables that
correlated with self adjustment.The results prove that the hypothesis,was
accepted,butrelationship between sense of humor and self adjustment was very low so it
can be ignored.In the future researcher suggested use another variables such as self
confidence, physical condition, growth and maturity, psychologycal condition,
religiosity and culture.
Keywords : sense of humor, self adjustment
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan sumber
daya manusia. Pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan yang digunakan untuk
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam
hal. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan
untuk membangkitkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar.
Bagi siswa transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama
merupakan masa-masa yang sangat penting, sebab di kelas 1SMP siswa mengalami
perubahan dari metode pendidikan SD ke SMP, di mana di SD siswa lebih banyak diajar
atau diampu oleh satu guru kelas yang mengajarkan hampir pada seluruh mata pelajaran,
sedangkan di SMP untuk setiap bidang studi atau mata pelajaran diajarkan oleh guru
yang berbeda (Sukadji, 2000). Peralihan dari SD ke SLTP ini disebut dengan top-dog
phenomenon, di mana terjadi peralihan dari posisi teratas pada saat siswa berada di kelas
enam SD ke posisi terbawah pada saat berada di kelas 1 SMP (Santrock, 2002). Kondisi
tersebut menuntut siswa untuk dapat menyesuaikan diri.
Chaplin (2002) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai variasi kegiatan
organisme dalam mengatasi suatu hambatan dan memuaskan kebutuhan-kebutuhan serta
menegakkan hubunganyang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial.Schneiders
(1964) menjelaskan bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis, keadaan
lingkungan,tingkat religiusitas dan kebudayaan.
2
Schneiders (1964) mengemukakan bahwa penyesuaian diri terdiri dari tujuh aspek
mengenai karakteristik penyesuaian diri. Pertama adalahtidak terdapat emosionalitas
yang berlebihan (absence of excessive emotionality), tidak menunjukkan mekanisme
psikologis yang berlebihan (absence of psychological mechanisms). Aspek yang ketiga
adalahtidak terdapat perasaan frustrasi pribadi (absence of the sense of personal
frustration),pertimbangan rasional dan pengarahan diri (rational deliberation and self
direction),kemampuan untuk belajar (ability to learn),pemanfaatan pengalaman
(utilization of past experience),dan yang terakhir adalah sikap-sikap yang realistis dan
objektif (realistic and objective attitude).
Sultanoff (1997), berpendapat bahwa humor membantu penyesuaian sistem
kepercayaan dengan memberi perspektif yang lebih realistis pada “dunia yang tidak
adil” sehingga seseorang yang memiliki humor dapat mengembangkan pemahaman diri
dan memandang dirinya secara realistis, selain itu dengan humor seseorang dapat
menyikapi situasi-situasi yang tidak menyenangkan seperti stresor di lingkungan baru.
Hal yang sama juga dikatakan olehHasanat dan Subandi (1998), bahwa humor dinilai
dapat menimbulkanemosi positif, sebab humor m e m b u a t s e s e o r a n g
m e n j a d i l e b i h r i l e k s , t i d a k t e g a n g l a g i sehingga
pikiranpun dapat lebih berkonsentrasi untukmenyelesaikan masalah.
Pernyataan-pernyataan di atas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sherman (1988), Kane, Suls dan Tedech (1977), dan Masten (1986), bahwa humor
merupakan fasilitas interaksi sosial, sehingga melalui humor seseorang mampu
membangun kedekatan dengan orang lain termasuk dalam hal ini memperkenalkan
teman, membangun hubungan dan keintiman dengan orang lain, serta dapat
menghindari perasaan-perasaan negatif dalam pergaulan dengan orang lain.
3
Nezu,dkk(1999) menyebutkan tentang afiliatif humor, yakni bentuk interpersonal
humor yang melibatkan penggunaan humor (misalnya menceritakan lelucon,
mengatakan hal-hal lucu, atau olok-olok cerdas) untuk membuat orang lain nyaman,
menghibur orang lain, dan untuk meningkatkan hubungan.Namun demikian, Miller
(2004) menyatakan, bahwa untuk menggunakan humor seseorang harus memiliki sense
of humor, sebab tanpa adanya sense of humormaka kejadian seperti apapun itu tidak
meninggalkan kesan lucu.
Pengertian sense of humor menurut Thorson dan Powell (1997) yaitu
merupakan multidimensi dan didalamnya termasuk kemampuan untuk membuat humor,
mengenali humor, mengapresiasikan humor, menggunakan humor sebagai mekanisme
coping dan untuk mencapai tujuan sosial.Maka dari itu sense of humor memiliki peran
pada remaja untuk menerima dan diterima secara sosial oleh teman sebayanya. Thorson
dan Powell (1997) menyatakan empat aspek penting sense of humor, yang terdiri dari:
humor production,humor appreciation, coping humor,attitude toward humor.
Lebih konkret dikatakan oleh Mapriare (dalam Yusuf, 2002) yang, bahwa seorang
remaja harus mendapat penerimaan dari kelompok sebanyanya. Tanpa penerimaan
teman sebaya akan menimbulkan gangguan perkembangan psikis dan sosial remaja.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Hurlock dalam Yusuf (2002), bahwa kondisi-kondisi remaja
yang diterima secara sosial teman-teman sebaya adalah sebagai berikut: mudah
mendapatkan teman, memiliki rasa empati, memiliki partisipasi sosial yang tinggi,
ditempatkan pada posisi yang bagus dan terhormat.
Penelitian yang dilakukan oleh Thorson dan Powell (1997) menyatakan, bahwa
sense of humorberkorelasi positif dengan penyesuian diri yang baik, selain itu diperoleh
korelasi negatif antara sense of humor dengan penyesuaiandiri yang buruk. Penelitian
4
lain yang dilakukan oleh Inderawati (2008) tentang hubungan antara sense of humor
dengan penyesuaian diri mahasiswa baru Fakultas Psikologi UGMjuga menunjukkan,
bahwa sense of humormemiliki hubungan positif dengan penyesuaian diri mahasiswa
baru Fakultas Psikologi UGM,artinya semakin tinggi sense of humor yang dimiliki oleh
mahasiswa baru Fakultas Psikologi UGM maka penyesuaian dirinya di kampus semakin
tinggi pula. Penelitian yang dilakukan oleh Hadziq (2014) tentang
hubunganantarasenseofhumordenganpenyesuaiandiri pada mahasiswa tahun pertama
penghuni asrama Universitas Negeri Malang juga menunjukkan hal yang sama, bahwa
terdapathubungan yang positif signifikan antarasenseofhumordenganpenyesuaiandiri
pada mahasiswa tahun petama penghuni asrama Universitas Negeri Malang. Beberapa
hasil penelitian tersebut memberikan penguatan bahwa humor merupakan sarana atau
fasilitas dalam membangun kedekatan sosial termasuk dalam hal ini penyesuaian diri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuiper (2004) menunjukkan hal yang
berbeda, bahwa sense of humor tidak memiliki kontribusi terhadap kemampuan
(kompetensi) personal dalam hal meningkatkan kualitas hubungan secara sosial. Hal
yang sama juga dikatakan oleh Foot (1991), bahwa humor dianggap sebagai langkah
untuk mengatasi masalah dalam hal hubungan sosial belum sepenuhnya dapat
dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sense of
humor tidak selalu dapat digunakan sebagai salah satu alternatif yang cukup praktis,
efektif, dan efisien dalam hal penyesuaian diri.Namun demikian, belum diketahui
apakah hal-hal tersebut juga berlaku untuk remaja awal.Dengan adanya temuan-temuan
hasil penelitian lain yang bertentangan maka untuk mengetahui sejauhmana hubungan
sense of humor dengan penyesuian diri perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam.
5
Berdasarkan wawancara peneliti dengan sembilanorang siswa baru pada siswa
kelas VII pada semester I di SMP Negeri 02 Ambarawamengenai masalah sense of
humor diperoleh keterangan bahwa pada dasarnya sembilan orang siswa menyatakan
sama-sama mampu mengomentari sesuatu yang dianggap lucu.Akan tetapisaat ditanya
lebih jauh tentang hubungan sense of humor dengan penyesuaian diri di lingkungan
sekolah baru, lima orang siswa menyatakan bahwa sense of humormembantu mereka
dalam hal penyesuaian diri di lingkungan sekolah yang baru.Empat orang lainnya
menyatakan bahwa sense of humor tidak sepenuhnya dapat membantu melakukan
penyesuaian diri. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untukmeneliti lebih lanjut
tentang hubungan sense of humor dengan kepercayaan diri di kalangan siswa kelas VII
SMP Negeri 02 Ambarawa.
Berdasarkanuraian tersebut, dapat diketahui bahwa sense of humor yang baik akan
dapat menimbulkan penyesuaian yang baik pula.Seperti pernyataan yang di sebutkan
oleh beberapa siswa yang juga diukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Thorson
dan Powell (1997) yang menyatakan bahwa sense of humorberkorelasi positif dengan
penyesuian diri yang baik, selain itu diperoleh korelasi negatif antara sense of humor
dengan penyesuaiandiri yang buruk. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
penelitian ini adalah terdapat hubungan antarasense of humor dengan penyesuaian
diripada siswa Kelas VII di SMP Negeri 02 Ambarawa.
6
METODE PENELITIAN
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian
ini menggunakan desain korelasional.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas Kelas VII semester I di SMP Negeri 02 Ambarawa yang
berjumlah 200 orang.Teknik sampling yang digunakan untuk memperoleh sampel
dalam penelitian ini adalah total sampling atau sensus(Notoatmodjo, 2002).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, berikut
penjelasannya:
1. Skala penyesuaian diri
Skala penyesuaian diri diukur menggunakan7 (tujuh) aspek penyesuaian diri yang
dariSchneiders (1964). Tujuh aspek tersebut kemudian diterjemahkan menjadi 14
indikator. Indikator-indikator tersebut diterjemahkan menjadi 42 item pernyataan
dengan kriteria 21item favourable, dan 21 item unfavourable dengan model skala
Likert dengan empat pilihan respons, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak
Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) (Notoatmodjo, 2002).
2. Skala sense of humor
Skala sense of humordiukur menggunakan 4 (empat) aspek sense of humor dari
Thorson dan Powell (1997) dengan kriteria 19 item favourable, dan 5 unfavourable
sehingga jumlah pernyataan 24 item dengan skala model Likert dengan empat
pilihan respons, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S),
dan Sangat Setuju (SS).
7
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan validitas isi. Validitas isi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara memeriksa apakah item-item pertanyaan di dalam
kuesioner memang sudah sesuai dengan isi dari masing-masing variabel yang diteliti
(Notoatmodjo, 2002).Uji validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan berdasarkan
7 (tujuh) aspek penyesuaian diri Schneiders (1964). Tujuh aspek tersebut kemudian
diterjemahkan menjadi 14 indikator. Indikator-indikator tersebut diterjemahkan kembali
menjadi 42 item pernyataan dengan kriteria 21item favourable, dan 21 item
unfavourable. Sedangkan variabel sense of humormenggunakan 4 (empat) aspek sense
of humor dari Thorson dan Powell (1997) dengan kriteria 19 item favourable, dan 5
unfavourable sehingga jumlah pernyataan 24 item berbahasa Inggris kemudian
diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia dan penggunaan bahasanya disesuaikan
dengan subjek.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik cronbach alpha.
Suatu konstruk dikatakan reliabel apabila memiliki nilai ralpha positif dan ralpha≥ 0,6
(Nunnally dalam Ghozali, 2004).
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product
moment dari Pearson.
8
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-SZ) dari SPSS
(Statistical Packages for Social Sciences) 17.0, dengan kriteria p> 0,05 berarti data
terdistribusi normal (Ghozali, 2004).
Uji Linieritas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05(Ghozali, 2004).
Analisis Data
M e t o d e a n a l i s i s y a n g d i g u n a k a n d a l a m
p e n e l i t i a n i n i a d a l a h product moment . Analisis product moment
dalam penelitian ini diperoleh melalui alat bantu SPSS 16 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Tabel 1
Karakteristik Responden
No Keterangan Jumlah Prosentase Total
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 111 55,50 200
Perempuan 89 44,50
2 Usia 12 45 22,50 200
13 142 71,10
14 13 6,50
Hasil penelitian menjelaskan bahwa mayoritas responden, yaitu 111 orang
(55,50%) berjenis kelamin laki-laki, dan minoritas responden, yaitu 89 orang (44,50%)
berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mayoritas
9
responden berusia 13 tahun, yaitu 142 orang (71,10%), sedang minoritas responden
berusia 14 tahun, yaitu sebanyak 13 orang (6,50%).
Analisis Statistik Diskriptif
Tabel 2
Analisis Statistik Deskriptif Penelitian
No Variabel Range Jumlah % Keterangan Total
1 Sense of Humor (X) X < 73 25 12,50 Rendah 200
73≤ X ≤ 90 139 69,50 Sedang
X <90 36 18,00 Tinggi
2 Penyesuaian Diri (Y) X < 112 26 13,00 Rendah 200
112≤ X ≤ 132 143 71,50 Sedang
X ≥ 132 31 15,50 Tinggi
Untuk keperluan analisis deskripsi, maka total skor jawaban responden dikategorikan
berdasarkan nilai mean dan standar deviasi (σ), sebagai berikut (Azwar, 2005) :
X < (µ-1,0σ) : Rendah
(µ-1,0σ) ≤ X < (µ+1,0σ) : Sedang
X ≥(µ+1,0σ) : Tinggi
Berdasarkan uraian di atas diperoleh kategori sebagai berikut:
1. Penyesuaian Diri (Y) X < 112 : Rendah
112≤ X ≤ 132 : Sedang
X≥ 132 : Tinggi
2. Sense of Humor (X) X < 73 : Rendah
73≤ X ≤ 90 : Sedang
X<90 : Tinggi
Mengacu pada hasil perhitungan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa variabel
penyesuaian diri mayoritas respondenadalah 143 siswa (71,50%) tergolong memiliki
penyesuaian diri sedang (112≤ X < 132). Minoritas responden, yaitu 26 orang (13%)
memiliki penyesuaian diri rendah (X < 112). Sementara untuk variabel sense of humor,
mayoritas responden yaitu 139 orang (69,50%) memiliki sense of humor sedang (73≤ X
10
≤ 90), dan minoritas responden, yaitu 25 orang memiliki sense of humor rendah (X <
73), yaitu 25 orang (12,50%).
Uji Reliabilitas
Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas
No.
Variabel
Cronbach Alpha
1. Sense of Humor (X) 0,9425
2. Penyesuaian Diri (Y) 0,9508
Hasil uji reliabilitas kuesioner penyesuaian diri diperoleh nilai cronbach alpha=
0,9508>0,6 sehingga reliabel. Sementara hasil uji reliabilitas kuesioner sense of humor
diperoleh nilai nilai sebesar 0,9425>0,6 sehingga reliabel.
Pengujian AsumsiKlasik
Uji Normalitas
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas
(One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Penyesuaian Diri (Y) Sense of Humor (X)
N 200 200
Normal Parameters(a,b) Mean 121.8000 81.6000
Std. Deviation 9.88019 8.76666
Most Extreme Differences Absolute .072 .083
Positive .072 .053
Negative -.051 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1.013 1.170
Asymp. Sig. (2-tailed) .256 .130
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Uji normalitas data digunakan Kolmogorov-Smirnov (KS) dinyatakan
berdistribusi normal karena masing-masing variabel memiliki p>0,05 (penyesuaian diri
= 0,256, dan sense of humor= 0,130).
11
Uji Linearitas
Tabel 5
Hasil Uji Linearitas
Hasil uji linearitas pada tabel 5 didapati nilai signifikansi pada linieritassebesar
0,007. Oleh karena p<0,05, maka kedua variabel tersebut dikatakan linier dan
memenuhi syarat untuk dilakukan uji korelasi Pearson Product Moment.
Diagram 1
Diagram Pencar
Dari diagram diatas jika dilihat dari penyebarannyayang terlalu menyebar
sehinggabisa diprediksi bahwa korelasi antara sense of humor dengan penyesuaian diri
rendah.
Sum of
Squares Df Mean
Square F Sig.
Sense of Humor (X) *
Penyesuaian Diri (Y)
Between Groups (Combined) 2945.608 45 65.458 .816 .784
Linearity 608.455 1 608.455 7.588 .007
Deviation
from Linearity 2337.153 44 53.117 .662 .944
Within Groups 12348.392 154 80.184
Total 15294.000 199
12
Uji Korelasi
H0= Tidak ada hubungan antara sense of humor dengan penyesuaian diri siswa kelas VII
SMP Negeri 02 Ambarawa.
H1= Ada hubungan antarasense of humor dengan penyesuaian diri siswa kelas VII SMP
Negeri 02 Ambarawa.
Kriteria uji : tolak H0 jika diperoleh nilai p ≤ 0,05
Tabel 6
Hasil Uji Korelasi
Correlations
Penyesuaian Diri (X) Sense of Humor (Y)
Penyesuaian Diri (X) Pearson Correlation 1 .199**
Sig. (2-tailed) .005
N 200 200
Sense of Humor (Y) Pearson Correlation .199** 1
Sig. (2-tailed) .005
N 200 200
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat diketahui bahwa korelasi antara
sense of humor dengan penyesuaian diri diperoleh hasil r = 0,199 dengan signifikansi
0,005 (p<0,05) dengan r² = 0,0396, maka kontribusi sense of humor terhadap
penyesuaian diri sebesar 3,96%. Hasil penelitian tersebut memberikan bukti bahwa
hipotesis penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara sense of humor dengan
penyesuaian diri pada siswa Kelas VII semester I di SMP Negeri 02 Ambarawa dapat
diterima. Namun demikian hubungan kedua variabel tersebut sangat lemah, karena nilai
koefisien korelasi yang dihasilkan hanya 0,199 sehingga hubungan kedua variabel
13
tersebut dapat diabaikan. Hal ini sudah dapat dilihat dari diagram pencar yang hasilnya
terlalu menyebar sehingga menunjukkan korelasi yang rendah.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukanbahwa korelasi antara sense of humor dengan
penyesuaian diri memperoleh hasil r = 0,199 dengan signifikansi 0,005 (p<0,05) dengan
r² = 0,0396, maka kontribusi sense of humor terhadap penyesuaian diri sebesar 3,96%
dengan demikian terdapat 96,04% variabel di luar sense of humor yang lebih
berkontribusi terhadap penyesuaian diri pada remaja awal.
Temuan fakta hasil penelitian ini memberikan dukungan pada hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kuiper (2004) menunjukkan sense of humor tidak memiliki
kontribusi terhadap kemampuan (kompetensi) personal dalam hal meningkatkan
kualitas hubungan secara sosial. Hal yang sama juga dikatakan oleh Foot (1991), bahwa
upaya untuk menganggap humor secara langkah untuk mengatasi masalah dalam hal
hubungan sosial belum sepenuhnya dapat dibuktikan kebenarannya.
Namun penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Thorson dan Powel (1997) yang menyatakan, bahwa sense of humorberkorelasi positif
dengan penyesuian pada hidup yang aman, selain itu diperoleh korelasi negatif antara
sense of humor dengan penyesuaian yang buruk. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Inderawati (2008) tentang hubungan antara sense of humor dengan penyesuaian diri
mahasiswa baru Fakultas Psikologi UGM juga menunjukkan, bahwa sense of humor
memiliki hubungan positif dengan penyesuaian diri mahasiswa baru Fakultas Psikologi
UGM. Artinya semakin tinggi sense of humor yang dimiliki oleh mahasiswa baru
Fakultas Psikologi UGM maka penyesuaian dirinya di kampus semakin tinggi pula.
14
Hubungan kedua variabel tersebut secara deskriptif dapat dilihat pada sebaran
data hasil penelitian, pada data sense of humor mayoritas responden memiliki sense of
humorsedang (139 orang atau 69,50%), sementara pada data penyesuaian diri,
mayoritas responden juga dinilai memiliki penyesuaian diri sedang (143 orang atau
71,50%). Berdasarkan temuan tersebut maka mayoritas responden memiliki sense of
humor sedang sehingga kemampuan penyesuaian dirinyapun sedang.Tetapi karena hasil
analisis korelasi Pearson menunjukkan, hubungan kedua variabel sangat lemah, maka
dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu responden yang memiliki sense of humor dengan
kategori rendah belum tentu memiliki penyesuaian diri rendah pula, tapi kemungkinan
juga terdapat responden yang memiliki penyesuaian diri sedang dan tinggi. Begitu juga
dengan responden yang memiliki sense of humor sedang responden belum tentu
memiliki penyesuaian diri yang sedang, kemungkinan terdapat juga responden yang
memiliki penyesuaian diri rendah dan tinggi. Sama halnya dengan responden yang
memiliki sense of humor tinggi belum tentu memiliki penyesuaian diri yang tinggi juga,
tapi kemungkinan juga terdapat responden yang memiliki penyesuaian diri rendah dan
sedang.
Jika dikelompokkan sesuai dengan jenis kelamin siswa, maka hasil uji
korelasinya adalah :
15
Tabel 7
Hasil Uji Korelasi Siswa Laki-laki
Correlations
Penyesuaian Diri (X) Sense of Humor (Y)
peyesuaian diri Pearson Correlation 1 .250**
Sig. (2-tailed) .008
N 111 111
sense of humor Pearson Correlation .250** 1
Sig. (2-tailed) .008
N 111 111
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat diketahui bahwa korelasi antara
sense of humor dengan penyesuaian diri pada siswa laki-laki diperoleh hasil r =
0,25dengan signifikansi 0,008 (p<0,05) dengan r² = 0,0625, maka kontribusi sense of
humor terhadap penyesuaian diri pada siswa laki-laki sebesar 6,25%. Maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara sense of humor dengan penyesuaian diri siswa
laki-laki memiliki hubungan yang sangat lemah.
Tabel 8
Hasil Uji Korelasi Siswa Perempuan
Correlations
Penyesuaian Diri (X) Sense of Humor (Y)
penyesuaian diri Pearson Correlation 1 .131
Sig. (2-tailed) .220
N 89 89
sense of humor Pearson Correlation .131 1
Sig. (2-tailed) .220
N 89 89
Sedangkan hasil uji korelasi pada tabel 8 didapati tidak ada hubungan yang
signifikan antara sense of humor dengan penyesuaian diri pada siswi kelas VII di SMP
Negeri 02 Ambarawa.
16
Berdasarkan hasil uji korelasi berdasarkan jenis kelamin siswa, mendukung hasil
uji korelasi secara umum. Hasilnya menunjukan hal yang kurang lebih sama yaitu,
sangat lemahnya hubungan antara sense of humordengan penyesuaian diri pada siswa
kelas VII di SMP Negeri 02 Ambarawa.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa sense of humordalam
hubungannya dengan penyesuaian diri dapat diabaikan. Sehingga dalam penelitian
terdapat faktor lain yang lebih mempengaruhi penyesuaian diri selain sense of humor
seperti yang dijelaskan oleh Schneiders (1964), seperti: keadaan fisik, perkembangan
dan kematangan, keadaan psikologis, lingkungan, serta religiusitas dan kebudayaan.
PENUTUP
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, maka pada bab ini akan
dipaparkan mengenai simpulan dan saran dari hasil penelitian.
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data peneliti memberikan simpulan
sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkanhipotesis bahwa terdapat hubungan antara sense of humor
dengan penyesuaian diri pada siswa Kelas VII semester I di SMP Negeri 02 Ambarawa
dapat diterima, dibuktikan nilai p= 0,005 (p<0,05). Tetapi jika diamati hubungan kedua
variabel tersebut lemah, yaitu 0,199 sehingga hubungan kedua variabel dapat diabaikan.
Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara sense of humor dengan
penyesuaian diri pada siswa Kelas VII semester I di SMP Negeri 02 Ambarawa adalah
17
sangat lemah walaupun kedua variabel tersebut menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan. Sesuai dengan temuan tersebut maka peneliti dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini maka disarankan para siswa lebih
mengembagkan diri dengan mengikuti organisai-organisasi yang ada, karena
dengan mengikuti organisasi-organisasi tersebut dapat membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan menyesuaiakan diri. Siswa juga disarankan lebih
menekankan pada faktor-faktor yang lebih berpengaruh terhadap penyesuaian diri
karena banyak faktor lain selain sense of humor yang memengaruhi penyesuaian
diri.
2. Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah lebih disarankan untuklebih memerhatikan faktor-faktor lain yang
lebih berpengaruh terhadap penyesuaian diri siswa, karena pada siswa laki-
lakihubungan antara kedua variabel tersebut sangat lemah dan pada siswa
perempuan tidak berkorelasi.Sekolah diharapkan mampu membuat sebuah sarana
seperti membuat sebuah pelatihan atau seminar tentang penyesuaian diri. Faktor
lain selain sense of humor yang lebih berpengaruh terhadap penyesuaian diri antara
lain seperti keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis,
lingkungan, serta religiusitas dan kebudayaan.
3. Bagi penelitian lebih lanjut
Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggukan variabel yang lain
seperti keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis,
lingkungan, serta religiusitas dan kebudayaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J. P. (2002). Kamus lengkap psikologi, Diterjemahkan oleh Kartini-Kartono.
Jakarta: Raja Grafindo Utama.
Foot, H. (1991) The psychology of humor and laughter. In Cochrane, R. and D. Caroll
(eds.), Psychology and Social Issues. Diunduh dari
http://opr.sagepub.com/content/1/4/316.full.pdf+html.
Ghozali, I. (2004). Analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadziq, R. (2014). Hubunganantarasenseofhumordankonsep diridenganpenyesuaiandiri
pada mahasiswa tahun pertama penghuni asrama mahasiswa universitas
negeri malang. Jurnal Psikologi.Diunduh dari http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/Fak-Psikologi/article/32174.
Hasanat, N.U., & Subandi. (1998). Pengembangan alat kepekaan terhadap humor.
Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta.
Inderawati, I.S. (2008). hubungan antara sense of humor dengan penyesuaian diri
sebagai mahasiswa baru. Jurnal Psikologi, Diunduh dari
http://ppkb.ugm.ac.id.
Kane, T. R.,Suls, J., &Tedesch, J. T. (1977). Humor as a tool of social
interaction.Journal of Personality and Social Psychology.Diunduh dari
http://opr.sagepub.com/content/3/8/257.full.pdf+htmlt.
Kuiper, N. A., Grimshaw, M., Leite, C., & Kirsh, G. (2004). Humor is not always the
best medicine: Specific components of sense of humor and psychological
well-being. Humor: International Journal of Humor Research, 17, 135–168.
Diunduh dari www.autc.cov.au/pr/psychology/pdf.
Masten, A. S. (1986). Humor and competence in school-aged children. Child
Development. Diunduh dari
http://www.jstor.org/stable/1130601?seq=1#page_scan_tab_contents.
Miller, D.M. (2004). The Correlation between sense of humor and mental health.
Journal of psychology department. Diunduh
darihttp://clearinghouse.missouriwestern.edu/manuscript.405.php.
Nezu, M., Arthur., Nezu, M., Christine., Blisset, E., & Sonia. (1999). Sense of humor as
a moderator of the relation between stressful events and psychological
distress: a prospective analysis. Journal of Personality and Social
Psychology. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3361423.
Notoatmojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
19
Santrock, J. W. (2002). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarwono. (2004). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Schneiders, A.A.(1964). Personal adjustment and mental health. New York : Holt,
Reinhart & Winston Inc.
Sherman, L.W. (1988). Humor and social distance in elementary school children.
Humor:Internationul Journal of Humor Researchl. Diunduh dari
http://www.users.miamioh.edu/shermalw/Sherman_Humor-ISHS88.pdf.
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Jakarta: LPSP3
Fakultas Psikologi UI.
Sultanoff, S. (1997). Survival of the wittiest; creating resilience through humor.
Therapeutic Humor, Publication of the American Association
forTherapeutic Humor.Diunduh
darihttp://clearinghouse.missouriwestern.edu/manuscript.225.php.
Thorson, J. A.,& Powell, F. C. (1997). Psychological health and sense of humor.
Journal of Clinical Psuchology, Vol. 53 No. 6.Diunduh dari
http://users.skynet.be/bs939021/artikels/psychological%20health%20and%2
0sense%20of%20humor.pdf.
Syamsu, L.N. (2002) Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.