hubungan antara sense of humor dan … digilib.uns.ac.id commit to user hubungan antara sense of...

154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA MADYA DI PT TELKOM DISTEL JOGJAKARTA Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi. Disusun oleh: Asma Zahratun Nabila G 0106037 Pembimbing: 1. Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si. 2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: haminh

Post on 07-Sep-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN

EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA KARYAWAN DEWASA MADYA DI

PT TELKOM DISTEL JOGJAKARTA

Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi.

Disusun oleh:

Asma Zahratun Nabila G 0106037

Pembimbing: 1. Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si.

2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak

sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut derajat

kesarjanaan saya.

Surakarta, 10 Mei 2011

Asma Zahratun Nabila

Page 3: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Hubungan Antara Sense of Humor dan Tipe Kepribadian

Ekstrovert dengan Subjective Well-being pada Karyawan

Dewasa Madya di PT Telkom Distel Jogjakarta

Nama Peneliti : Asma Zahratun Nabila

NIM : G0106037

Tahun : 2011

Telah disetujui untuk dipresentasikan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Prodi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.

NIP.197401091998022001 NIP.197810222005011002

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi.

NIP. 197608172005012002

Page 4: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

Hubungan antara Sense of Humor dan Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan

Subjective Well-being pada Karyawan Dewasa Madya di PT Telkom Distel

Jogjakarta

Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji SkripsiProdi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Tanggal :

1. Pembimbing UtamaTri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si . ( )NIP.197401091998022001

2. Pembimbing PendampingAditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si. ( )NIP. 197810222005011002

3. Penguji IDrs. Hardjono, M.Si. ( )NIP. 195901191989031002

4. Penguji IINugraha Arif Karyanta, S.Psi. ( )NIP. 197603232005011002

Surakarta, __________________

Koordinator Skripsi

Rin Widya Agustin, M.Psi.

NIP 197608172005012002

Ketua Program Studi Psikologi

Drs.Hardjono, M.Si.

NIP 195901191989031002

Page 5: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

“Happiness only real when shared”

(Chistopher McCandless)

“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain”

(H.R. Muslim)

“Bila saya tidak memiliki sense of humor, saya yakin saya sudah bunuh diri

sejak dulu”

(Mahatma Gandhi)

Page 6: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PERSEMBAHAN

Karya ini didedikasikan kepada:

Orangtuaku yang selalu berdoa demi keselamatan dunia dan akhiratku.

Kakak-kakak, adik, dan keluarga besar yang selalu setia mendukung.

Guru-guru dan setiap pembimbing yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

Saudara, sahabat yang memberikan warna dalam kehidupanku.

Almamaterku yang tercinta.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan segala

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan karya ini. Satu

hal yang penulis sadari, bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini, tentunya tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hardjono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Rin Widya Agustin,M.Psi., selaku Koordinator Skripsi Program Studi

Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Tri Rejeki Andayani, S.Psi., M.Si., dan Bapak Aditya Nanda Priyatama,

S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing, atas bimbingan, waktu dan masukan

yang berarti bagi penulis dalam menjalankan penelitian ini.

4. Bapak Drs. Hardjono, M.Si. dan Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., selaku

penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berarti bagi penulis.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi yang telah memberikan ilmu

sepanjang penulis menempuh studi.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

6. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah membantu kelancaran studi

penulis.

7. Bapak Sugeng Suwoto selaku Manajer HR PT Telkom Jogjakarta atas ijin dan

bantuannya dalam pengambilan data penelitian.

8. Karyawan PT Telkom Jogjakarta atas bantuannya dalam pengambilan data.

9. Mama, Papa, dan Bapak, atas semua cinta, pengorbanan, dan doa.

10. Bani Ridwan, Bani Aryadi, dan Bani Hisyam, atas doa dan semangatnya.

11. Mas Riva, Mas Zamzam, dan Elvin yang selalu memberikan motivasi dan

keceriaan di setiap saat.

12. Arin dan Fani yang selalu mendukung dan memberi bantuan.

13. Mbak Pril, Mbak Ajeng, Mbak Mimi, Mbak Atika, Astu, dan teman-teman semua

di kost Himawari atas kebersamaannya.

14. Sahabat-sahabatku Camelia, Sheila, Krisna, Lia, Arfi, Aza, Nikki, Uyak, Rindang,

Retno, Teh Nina, Rasty, Aris, Piti, Echak, Lea, Chu, Wildan, Indri, dan kawan-

kawan Psikologi 2006, atas kasih sayangnya.

Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapapun

yang membacanya.

Wasssalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Mei 2011

Penulis

Page 9: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA KARYAWAN DEWASA MADYA DIPT TELKOM DISTEL JOGJAKARTA

Asma Zahratun Nabila

Program Studi Psikologi Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret Surakarta

Periode dewasa madya adalah suatu jenjang kehidupan dimana individu dapat meraih hasil dari kerja keras pada masa sebelumnya, sehingga akan didapatkan subjective well-being. Subjective well-being adalah sebuah penilaian mengenai kebahagiaan yang dirasakan oleh individu mengenai hidupnya. Tingginya sense of humor dan tingkat tipe kepribadian ekstrovert akan membantu individu dalam meraih subjective well-being-nya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui :1) Hubungan positif antara sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being pada dewasa madya; 2) Hubungan positif antara sense of humordengan subjective well-being pada dewasa madya; 3) Hubungan positif antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being pada dewasa madya.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telkom Distel Jogjakartayang berusia 40-60 tahun, berjumlah 97, berjenis kelamin laki-laki dan perempuaan.Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Subjective Well-being dengan koefisien korelasi Pearson sebesar 0,307-0,709 dan Reliabilitas Alpha 0,795; Skala Sense of Humordengan koefisien korelasi Pearson 0,307-0,778 dan Reliabilitas Alpha 0,907; Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan koefisien korelasi Pearson 0,312-0,634 dan Reliabilitas Alpha 0,790. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisisis regresi ganda, selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial.

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,532; p=0,000 (p<0,05) dan F hitung 18,506>F tabel 3,09 artinya ada hubungan positif yang signifikan antara sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being pada dewasa madya. Secara parsial menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara sense of humor dengan subjective well-being pada dewasa madya dengan (r) sebesar 0,214; p=0,036 (p<0,05) dan ada hubungan positif yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being pada karyawan dewasa madya PT Telkom Distel Jogjakartayang ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,378; p=0,000 (p<0,05).

Kata Kunci: sense of humor, tipe kepribadian ekstrovert, subjectif well-being pada dewasa madya

Page 10: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

ABSTRACT

CORRELATION BETWEEN SENSE OF HUMOR AND EXTROVERT PERSONALITY TYPE WITH SUBJECTIVE WELL-BEING OF

MIDDLE AGED EMPLOYEES IN PT TELKOM DISTELOF JOGJAKARTA

Asma Zahratun Nabila

Psychology Study Programme of Medical FacultySebelas Maret University

Surakarta

The midlife period of human being is a lifespan, in which individuals are able to get the result of their hard work, so subjective well-being can be accomplished. Subjective well-being is an evaluation of how good an individual feels about his/her life. The level of sense of humor and the extrovert personality type will help the middle aged adults to achieve it. The purposes of this research are to determine:1) Possitive correlation between sense of humor and extrovert personality type with subjective well-being in middle age adults; 2) Possitive correlation between sense of humor with subjective well-being in middle age adults; 3) Possitive correlation between extrovert personality type with subjective well-being in middle age adults.

The population of this research were employees of PT Telkom Divison of Telecommunication Jogjakarta. They were 97 middle aged adults betweeen 40-60 years old, consisting of female and male. The data were collected using Subjective Well-being Scale (The Pearson's Correlation Coefficient is 0,307-0,709 and the Alpha Reliability Coefficient is 0,795), Sense of Humor Scale (The Pearson's Correlation Coefficient is 0,307-0,778 and the Alpha Reliability is 0,907), and Extrovert Personality Scale (The Pearson's Correlation Coefficient is 0,312-0,634 and the Alpha Reliability 0,790). Multiple Regression Analyze was conducted to analyze the first hypothesis and Partial Correlation Analyze was performed to analyze the second and the third hypothesis.

The multiple regression analyze showed that correlation coefficient (R) 0,532; p=0,000 (p<0,005) and F Count 18,506>F Table 3,09 meant that there was a significant positive correlation between sense of humor and extrovert personality type with subjective well-being in middle aged employees of PT Telkom Divison of Telecommunication Jogjakarta. The partial result showed that the coefficient correlation (r) 0,214; p=0,036 (p<0,05) had meaning that, there was a significant positive correlation between sense of humor with subjective well-being in middle age adults and there was a significant positive correlation between extrovert personality type with subjective well-being in middle age adults. It was showed by the coefficient correlation which was (r) 0,378; p=0,000 (p<0,05).Key Wodrs: sense of humor, extrovert personality type, subjective well-being in middle aged adults

Page 11: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul................................................................................................ i

Halaman Pernyataan....................................................................................... ii

Halaman Persetujuan...................................................................................... iii

Halaman Pengesahan...................................................................................... iv

Halaman Motto............................................................................................... v

Halaman Persembahan.................................................................................... vi

Kata Pengantar................................................................................................ vii

Abstrak............................................................................................................ ix

Daftar Isi......................................................................................................... xi

Daftar Tabel.................................................................................................... xv

Daftar Gambar................................................................................................ xvii

Daftar Lampiran............................................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah................................................................................... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................... 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Subjective Well-being................................................................................. 15

1. Pengertian subjective well-being.................................................. 15

Page 12: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

2. Komponen subjective well-being.................................................. 16

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being................. 29

B. Sense of Humor........................................................................................... 37

1. Pengertian sense of humor.......................................................... 37

2. Aspek dari sense of humor.......................................................... 39

3. Gaya dari sense of humor........................................................... 45

C. Tipe Kepribadian Ekstrovert..................................................................... 48

1. Pengertian tipe kepribadian ekstrovert.......................................... 48

2. Aspek-aspek dari tipe kepribadian ekstrover.................................. 50

3. Tipe-tipe fungsi psikologi tipe kepribadian ekstrovert..................... 59

D. Hubungan antara Sense of Humor dan Tipe Kepribadian Ekstrovert

dengan Subjective Well-being pada Dewasa Madya.................................. 65

1. Hubungan antara Sense of Humor dan Tipe Kepribadian

Ekstrovert dengan Subjective Well-being pada Dewasa Madya.... 65

2. Hubungan antara Sense of Humor dengan

Subjective Well-being pada Dewasa Madya........................................ 69

3. Hubungan antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan

Subjective Well-being pada Dewasa Madya......................................... 71

E. Kerangka Berpikir Hubungan antara Sense of Humor

dan Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan Subjective Well-being

pada Dewasa Madya.................................................................................. 73

Page 13: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

F. Hipotesis.................................................................................................... 73

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................. 74

B. Definisi Operasional Variabel.................................................................... 74

1. Subjective well-being................................................................. 74

2. Sense of humor.......................................................................... 75

3. Tipe kepribadian ekstrovert......................................................... 76

C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel........................................ 76

D. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 78

1. Skala Subjective Well-being.......................................................... 78

2. Skala Sense of Humor.................................................................. 83

3. Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert................................................. 86

E. Validitas dan Reliabilitas........................................................................... 91

1. Validitas instrumen penelitian..................................................... 91

2. Reliabilitas instrumen penelitian................................................. 92

F. Uji Hipotesis............................................................................................. 93

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian................................................................................... 94

1. Orientasi Kancah Penelitian........................................................ 94

2. Persiapan Penelitian................................................................... 96

3. Pelaksanaan Uji Coba................................................................. 104

Page 14: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

4. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 104

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian........................................ 111

B. Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 114

C. Analisis Data Penelitian............................................................................. 115

1. Uji Asumsi Dasar...................................................................... 115

2. Uji Asumsi Klasik..................................................................... 118

3. Uji Hipotesis............................................................................. 120

4. Analisis Deskriptif..................................................................... 124

5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif.................................. 127

D. Pembahasan ............................................................................................... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................. 134

B. Saran........................................................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 137

LAMPIRAN...................................................................................................... 143

Page 15: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Blue Print Skala Subjective Well-being Sebelum Uji Coba........... 82

Tabel 2: Blue Print Skala Sense of Humor Sebelum Uji Coba.................... 85

Tabel 3: Blue Print Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert Sebelum Uji Coba.. 89

Tabel 4: Distribusi Aitem Skala Subjective Well-being Sebelum Uji Coba.... 99

Tabel 5: Distribusi Aitem Skala Sense of Humor Sebelum Uji Coba............ 101

Tabel 6: Distribusi Aitem Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

Sebelum Uji Coba...................................................................... 103

Tabel 7: Distribusi Aitem Skala Subjective Well-being

yang Valid dan Gugur................................................................ 106

Tabel 8: Distribusi Aitem Skala Sense of Humor yang Valid dan Gugur...... 108

Tabel 9: Distribusi Aitem Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

yang Valid dan Gugur................................................................ 110

Tabel 10: Distribusi Aitem Skala Subjective Well-being untuk Penelitian..... 111

Tabel 11: Distribusi Aitem Skala Sense of Humor untuk Penelitian............. 112

Tabel 12: Distribusi Aitem Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

untuk Penelitian..................................................................... 113

Tabel 13: Uji Normalitas....................................................................... 116

Tabel 14: Uji Linearitas Sense of Humor terhadap Subjective Well-being...... 117

Page 16: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

Tabel 15: Uji Linearitas Tipe Kepribadian Ekstrovert

terhadap Subjective Well-being................................................ 118

Tabel 16: Uji Autokorelasi.................................................................... 118

Tabel 17: Uji Multikolinearitas.............................................................. 119

Tabel 18: Hasil Analisis Regresi Berganda............................................... 121

Tabel 19: Uji F-Test.............................................................................. 122

Tabel 20: Uji Korelasi Parsial antara Sense of Humor

dengan Subjective Well-being.................................................. 122

Tabel 21: Uji Korelasi Parsial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert

dengan Subjective Well-being.................................................. 123

Tabel 22: Statistik Deskriptif.................................................................. 124

Tabel 23: Kriteria Kategori Subjective Well-being.................................... 125

Tabel 24: Kriteria Kategori Sense of Humor............................................. 126

Tabel 25: Kriteria Kategori Tipe Kepribadian Ekstrovert.......................... 126

Page 17: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1: Kerangka Berpikir Hubungan antara Sense of Humor dan

Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan Subjective Well-being

pada Dewasa Madya.................................................... 73

2. Gambar 2: Scatterplot untuk Pengujian Heteroskedastisitas............. 120

Page 18: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR LAMPIRAN

A. Sebaran Nilai Uji Coba Alat Ukur.............................................................. 143

B. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian.................................... 153

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Subjective Well-being....... 154

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sense of Humor............... 156

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Tipe Ekstrovert................ 158

C. Alat Ukur Penelitian................................................................................... 160

D. Sebaran Nilai Data Penelitian..................................................................... 172

E. Analisis Data Penelitian.............................................................................. 188

1. Data Penelitian yang akan dianalisis............................................. 189

2. Hasil Uji Normalitas dan Uji Linearitas........................................ 192

3. Hasil Uji Asumsi Klasik.............................................................. 193

4. Hasil Uji Hipotesis...................................................................... 194

5. Hasil Analisis Deskriptif............................................................. 196

6. Hsil Kategorisasi Variabel Penelitian............................................ 196

7. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif................................... 199

F. Surat Ijin dan Surat Tanda Bukti Penelitian................................................ 206

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian

dari Program Studi Psikologi FK UNS........................................ 207

2. Surat Tanda Bukti Penelitian dari HR PT Telkom Jogjakarta........ 208

Page 19: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal mutlak yang terjadi pada

setiap individu seiring dengan perjalanan waktu hidupnya. Havighurst (dalam Sobur,

2003) menyatakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-

tugas yang harus dipenuhi. Tugas-tugas ini dalam batas-batas tertentu bersifat khas

untuk masa-masa hidup seseorang, atau bisa disebut sebagai tugas perkembangan.

Tugas-tugas perkembangan (development task) adalah tugas-tugas yang harus

dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa hidup tertentu, sesuai dengan norma-

norma masyarakat serta norma-norma kebudayaan. Sesuai dengan tugas

perkembangannya, Havighurst (dalam Monks, 1999) juga membagi rentang

perkembangan individu menjadi enam periode, yaitu: 1. bayi dan anak kecil, 2. anak

sekolah, 3. pubertas, 4. dewasa muda, 5. tengah baya, 6. dewasa lanjut. Masa tengah

baya atau dewasa madya, tidak seperti masa sebelumnya, merupakan keadaan yang

cukup rumit dalam rentang waktu kehidupan manusia.

Hurlock (2002) menyatakan bahwa periode dewasa madya, atau usia tengah

baya, dialami individu pada rentang usia 40 sampai 60 tahun. Individu memiliki

berbagai macam alasan untuk merasa takut dalam memasuki usia madya, beberapa

diantaranya adalah banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan mengenai usia

madya, seperti kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik. Masa

Page 20: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

transisi pada dewasa madya merupakan masa dimana individu meninggalkan ciri-ciri

jasmani dan perilaku masa dewasanya, dan memasuki suatu periode kehidupan yang

akan diikuti oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru, oleh karena itu cepat atau

lambat harus dilakukan suatu penyesuaian kembali terhadap perubahan-perubahan

yang dialami (Hurlock, 2002).

Masa dewasa madya memang merupakan masa yang berbahaya dan penuh

dengan ketakutan, meskipun demikian beberapa pihak menyebutkan bahwa masa

dewasa madya adalah masa puncak kehidupan karir individu. Nolan Ryan, pemain

baseball Amerika Serikat, pada usia 44 tahun melempar dalam pertandingan tanpa

pukulan (non-hit game) ketujuh dalam karir profesional yang selama ini digeluti, dan

masa tersebut merupakan puncak karirnya (Santrock, 2002). Selain bagi kaum pria,

masa puncak karir juga dialami oleh kaum wanita pada saat usia dewasa madya ini.

Pada usia dewasa madya ini wanita mempunyai lebih sedikit tanggung jawab di

rumah karena anak-anak telah besar dan dapat mencurahkan waktu pada karier atau

kegiatan sosial. Ratna Sarumpaet (Sulisto, 2010), 60 tahun, merupakan seorang

aktivis dan pemerhati hak asasi manusia, terutama kaum perempuan. Pada tahun

1998, Ratna memperoleh penghargaan Female Human Rights Special Award dari The

Asia Foundation for Human Rights di Tokyo, Jepang atas suara-suaranya dalam

memperjuangkan hak-hak wanita. Ratna pernah menggeluti dunia seni teater sebelum

akhirnya ia aktif dan terjun secara penuh sebagai aktivis sosial.

Masa dewasa madya adalah masa dimana individu meraih puncak karir dalam

rentang kehidupan profesionalnya, dan pada masa ini pula individu dapat memetik

Page 21: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

buah hasil dari kerja keras pada masa sebelumnya, sehingga akan didapatkan

kepuasan atas apa yang telah diraihnya. Istilah kepuasan hidup didefinisikan oleh

Veenhoven (dalam Dockery, 2000) sebagai taraf penilaian kualitas hidup individu

mengenai keseluruhan atas apa yang didapatkan. Veenhoven secara lebih lanjut

mengidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan kepuasan hidup individu,

beberapa diantaranya adalah mempunyai kehidupan penikahan yang sehat dan

mempunyai kehidupan karir yang mantap. Pencapaian optimal dan ideal dari kedua

hal tersebut akan menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya.

Sebaliknya apabila individu merasa apa yang dilakukan kurang optimal sehingga

hasil yang dicapai jauh dari titik ideal yang diharapkan, maka kemungkinan besar

kebahagiaan akan sukar dicapai dan itu berujung pada ketidakpuasan.

Pada umumnya masa dewasa madya adalah masa dimana seseorang

mendapatkan kepuasan dalam hal karir dan pernikahannya, namun pada

kenyataannya tidak semua individu pada usia madya merasakan kepuasan dalam

kehidupan pernikahan dan karir yang telah dirintis sejak awal. Kompas.com pada Mei

2009 mengungkap kasus bahwa 25 persen pria di kota besar pernah berselingkuh.

Fenomena ini sering ditemukan pada pasangan yang telah menikah selama 10 tahun

ke atas. Pada tengah baya, rasa bosan dan menurunnya nafsu seksual merupakan

alasan kuat yang menyebabkan terjadinya perselingkuhan, selain alasan lain, seperti

masalah keuangan, komunikasi yang kurang efektif, dan lain-lain.

Ketidakpuasan dalam karir juga dialami oleh sebagian individu pada masa

dewasa madya ini. Hurlock (2002) menjelaskan alasan menurunnya tingkat kepuasan

Page 22: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

ini sejalan dengan semakin meningkatnya usia, individu mulai merasa tertekan

dengan pekerjaan yang digeluti, sebagai akibat dari menurunnya prestasi dan

meningkatnya kecenderungan rasa cepat capai yang beriringan dengan menurunnya

kekuatan fisik. Santrock (2002) menuliskan bahwa 10 persen orang Amerika Serikat

mengubah pekerjaan yang selama ini ditekuni pada masa dewasa madya. Memang

dari 10 persen tersebut ada beberapa yang diberhentikan, tetapi sisa besar lainnya

adalah individu-individu yang memiliki motivasi pribadi untuk berubah haluan dalam

karir yang umumnya telah dilalui dengan panjang dan telah mendapatkan kemapanan.

Levinson (dalam Santrock, 2002) menggambarkan pengalaman perubahan

karir di periode tengah baya merupakan suatu titik yang sangat melibatkan

penyesuaian diri individu dalam menghadapi transisi pada masa dewasa madya.

Apabila individu merasa terlambat atau jika tujuannya saat ini dipahami sebagai suatu

hal yang tidak realistik, hal ini mungkin menghasilkan kesedihan atas harapan-

harapan yang tak terpenuhi.

Setiap individu, secara subjektif, memaknai kepuasan dan kebahagiaan yang

dialami dengan berbeda-beda. Keadaan tertentu yang dimaknai bagus dan

memberikan kepuasan pada seseorang, belum tentu dimaknai serupa dan memberikan

cukup kepuasan bagi orang lain. Konsep kepuasan hidup yang lebih luas dijelaskan

oleh Christopher (1999) sebagai suatu keadaan dimana seseorang menilai puas akan

hidupnya dan memiliki lebih banyak afek postif daripada afek negatif, keadaan itu

disebut subjective well-being. Subjective well-being adalah keadaan yang

menekankan pada pemaknaan positif agar individu dapat meraih kebahagiaan.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pemrakarsa psikologi positif, Seligman (2005), melihat bahwa dengan

pemikiran yang positif, seseorang akan terprovokasi untuk selalu optimis akan

adanya jalan keluar, walaupun individu tersebut dalam keadaan penuh tekanan.

Arbiyah (2008) mengkaji bahwa psikologi positif merupakan cara bagaimana

manusia memaknai segala hal yang terjadi dalam dirinya, dimana pemaknaan ini

bersifat sangat subjektif. Pemaknaan hidup yang positif merupakan hal yang sangat

penting agar manusia, dengan berbagai latar belakangnya, dengan berbagai

subjektivitas yang dimilikinya, bisa meraih kebahagiaan atau disebut dengan istilah

subjective well-being.

Diener (2002) mendefinisikan istilah subjective well-being sebagai evaluasi

kognitif dan afektif seseorang mengenai hidupnya. Evaluasi kognitif yang dimaksud

merupakan penilaian mengenai kepuasan hidup individu, sedangkan evaluasi afektif

yang ditekankan adalah mengenai afek positif individu dalam menghadapi berbagai

kejadian yang dialami. Diener (1999) mengemukakan empat komponen utama dalam

subjective well being, yaitu afek positif, ketidak hadirannya afek negatif, kepuasan

hidup secara global, dan kepuasan ranah kehidupan.

Penyelidikan mengenai hubungan antara subjective well-being dengan jenjang

usia pernah dilakukan oleh Mroczek dan Kolarz (dalam Ehrlich dan Isaacowitz,

2002) dengan menyebarkan Skala Midlife Development Inventory kepada 2.727

subjek yang berusia 25 sampai 74 tahun. Penelitian ini menyimpulkan bahwa usia

dewasa madya dan usia lanjut cenderung mempunyai afek positif yang lebih tinggi

dan memiliki level afek negatif yang lebih rendah daripada usia dewasa muda.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Eddington dan Shuman (2005), pemerhati dalam studi subjective well-being,

mengungkapkan bahwa ada hal yang dapat mempengaruhi level afek positif, sehingga

sangat mungkin juga berpengaruh pada level subjective well-being individu, yaitu

pengetahuan diri. Pengetahuan terhadap diri sendiri, menolong individu untuk

menerima segala kelebihan dan kekurangannya, sehingga harapan individu untuk

meraih kepuasan hidup dan subjective well-being sangat mungkin tercapai. Kesadaran

akan humor terdapat banyak unsur yang dapat membantu individu memperoleh

pengetahuan diri. Kartono (2005) menjelaskan mengenai pentingnya seseorang untuk

memiliki kesadaran akan humor. Kesadaran akan humor merupakan kemampuan

untuk mengerti sifat-sifat yang bertentangan dan menerima keterbatasan dari diri

sendiri dan manusia lain, disertai oleh perasaan-perasaan lembut.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, humor adalah keadaan (cerita

dan sebagainya) yang menggelikan hati, kejenakaan, lelucon. Hasanat dan Subandi

(1998) menyatakan untuk dapat mengamati, merasakan, atau mengungkapkan humor,

seseorang memerlukan kepekaan terhadap humor (sense of humor). Definisi

mengenai sense of humor dikemukakan oleh Martin (dalam Ruch, 1998) sebagai

kemampuan individu untuk tidak terlalu serius dalam menangkap suatu hal dan

kemampuan untuk menertawakan kelemahan dan kekurangan diri sendiri, akan tetapi

para humoris (Kartono, 2005), individu yang mampu menangkap dan mengeluarkan

humor, tetap memiliki perasaan yang mendalam terhadap nilai-nilai etis.

Sheehy (dalam Hasanat dan Subandi, 1998) dalam penelitiannya, menemukan

bahwa kemampuan untuk melihat humor merupakan salah satu hal yang dapat

Page 25: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

digunakan untuk mengatasi krisis dalam hidup, sebagai perlindungan terhadap

perubahan dan ketidaktentuan. Hubungan antara sense of humor dan kecemasan

sebagai krisis dalam kehidupan individu dikaji oleh O’Connel (dalam Hasanat dan

Subandi, 1998) dengan menyatakan bahwa melalui humor seseorang dapat

menjauhkan diri dari situasi yang mengancam dan memandang masalah dari sudut

kelucuannya untuk mengurangi kecemasan dan rasa tidak berdaya.

Selain itu, McGee dan Shevlin (2009) yang melakukan penyelidikan

mengenai keinginan dalam bersosialisasi (social desirability), menemukan bahwa

sense of humor termasuk dalam karakteristik kepribadian yang dinilai paling

menguntungkan dalam kehidupan interpersonal individu. Kemampuan ini memupuk

empati individu untuk lebih memahami lingkungannya dan menyadarkan kebutuhan

untuk bersosialisasi dengan individu lainnya, sehingga kebahagiaan mengenai

pemaknaan hidupnya dapat pula tercapai.

Hayes dan Joseph (dalam Librán, 2006) menyebutkan bahwa orang-orang

tertentu cenderung lebih bahagia dibanding yang lain karena kepribadian yang

dibawanya. Individu yang mempunyai karakter kepribadian yang optimis dan

mempunyai kompetensi sosial yang baik cenderung lebih bahagia daripada individu

yang berkarakter pesimistis dan menarik diri dari lingkungannya, sehingga dapat

dibenarkan ungkapan yang menyebutkan bahwa kepribadian seseorang

mempengaruhi pemaknaannya akan hidup.

Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan personality.

Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona yang berarti topeng, dan

Page 26: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

personare yang artinya menembus. Sekarang ini istilah personality oleh para ahli

dipakai untuk menunjukkan suatu atribut tentang individu, atau untuk

menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia (Kuntjojo,

2009). Kepribadian individu (dalam Sobur, 2003) merupakan ciri-ciri watak

seseorang yang cenderung stabil, konsisten, dan konsekuen dalam tingkah lakunya,

sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda

dengan individu lainnya.

Struktur dalam kepribadian adalah aspek-aspek kepribadian yang bersifat

relatif stabil dan menetap, serta merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian

(Kuntjojo, 2009). Individu yang mempunyai kepribadian mudah menyesuaikan diri,

luwes, dan suka berteman cenderung lebih bebas dari kecemasan dan lebih bahagia,

sehingga dapat dikatakan bahwa individu tersebut juga memiliki subjective well-

being yang cenderung tinggi. Ciri-ciri sosok kepribadian tersebut serupa dengan ciri-

ciri sikap/ arah jiwa ekstrovert yang diusung oleh Jung.

Jung (dalam Sobur, 2003), seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, menyatakan

bahwa di dalam struktur kepribadian individu terdapat arah jiwa yang menentukan

kepribadiannya. Lebih lanjut, Jung menjelaskan bahwa perhatian manusia tertuju

pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut ekstrovert, dan kedalam dirinya

yang disebut introvert. Tipologi kepribadian Jung ini diungkapkan pula oleh

Suryabrata (2005) dengan mengatakan bahwa penyesuaian individu dengan

kepribadian ekstrovert terhadap dunia luar berlangsung dengan baik dan mempunyai

ciri-ciri hatinya terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain lancar,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sedangkan penyesuaian individu dengan kepribadian introvert terhadap dunia luar

kurang berlangsung dengan baik, individu dengan kepribadian introvert mempunyai

ciri-ciri jiwanya tertutup, sukar bergaul, dan sukar berhubungan dengan orang lain.

Adanya hubungan antara arah jiwa dengan kepuasan hidup, diyakini oleh

Costa dan McCrae (dalam Librán, 2006) dengan menyatakan bahwa kepuasan

individu akan hidup berkaitan dengan tingginya tingkat tipe ekstrovert yang

dimilikinya. Tingginya tingkat ekstraversi yang dimiliki seseorang menyebabkan

individu lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan menyadarkan

bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa berdampingan dengan manusia lainnya.

Interaksi sosial yang baik membawa individu untuk berpikir positif mengenai

lingkungan sekitarnya dan memiliki kepuasan atau kebahagiaan mengenai kehidupan

pribadinya.

Hall dan Lindzey (1993) menyatakan bahwa tipologi ekstroversi introversi ini

dipandang sebagai kontinum tunggal, jadi satu sikap akan lebih dominan dari satu

sikap yang lain. Lebih lanjut, Hall dan Lindzey menjelaskan dengan pernyataan:

“Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian tetapi biasanya salah satu diantaranya dominan dan sadar, apabila ego lebih bersifat ekstravert dalam relasinya dengan dunia, maka ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert. ”

Penjelasan mengenai teori kontinum dua arah jiwa tersebut dapat digaris bawahi

bahwa setiap orang pasti mempunyai dua sikap kepribadian tersebut dalam dirinya,

tinggal mana dari arah jiwa itu yang lebih termanifestasikan dalam perilakunya. Hall

dan Lindzey menambahkan bahwa individu yang memiliki kepribadian ekstrovert

Page 28: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

lebih dominan daripada kepribadian introvertnya, cenderung lebih positif memaknai

diri sendiri dan orang lain di sekitarnya, sehingga evaluasi kognitif dan afektif

seseorang mengenai hidup pun dapat berlangsung dengan baik dan dapat mencapai

kepuasan dan kebahagiaan.

Penelitian mengenai hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dengan

subjective well-being pernah dilakukan oleh Libran (2006). Hasil penelitian tersebut

menemukan bahwa tipe kepribadian ekstrovert hanya mampu memprediksi

keberadaan subjective well-being sebesar 7,3%. Walaupun demikian, Libran (2006)

mencatat ada keterbatasan studi penelitian yang telah dilakukannya, yaitu mengenai

tidak adanya kontrol mengenai variabel sosiodemografik. Penulis berharap dengan

menggunakan teori Diener (1999) yang telah diperbaharui, yaitu dengan

menambahkan komponen kepuasan dalam ranah kehidupan, dapat menghasilkan data

yang lebih akurat lagi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, subjective well-being merupakan kepuasan

hidup dan keadaan bahagia yang dialami oleh individu, khususnya bagi individu

dewasa madya, yaitu melalui pemaknaannya yang positif terhadap kehidupannya,

meskipun berada di tengah problematika dalam perubahan-perubahan yang terjadi

pada masa madya ini, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti subjective well-being,

khususnya di PT Telkom Divisi Telekomunikasi Jogjakarta, yang terletak di

Kotabaru. PT Telkom merupakan perusahaan milik negara yang menangani jaringan

telekomunikasi terluas di nusantara. Berdasarkan informasi hasil wawancara dan

pengumpulan data dari Manajer Human Resources (HR), peneliti mendapatkan data

Page 29: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

bahwa mayoritas karyawan PT Telkom Jogjakarta, khususnya di Kotabaru sebagai

Distel-nya terdapat sebanyak 87% karyawannya, berada pada jenjang usia dewasa

madya.

Visi PT Telkom secara umum adalah ingin menyentuh para customer dari

hati ke hati, maka dari itu PT Telkom menetapkan lima nilai yang menuntun perilaku

pegawai-pegawainya dalam menyediakan produk dan jasa bagi customer, yaitu heart,

assured, progressive, empowering, dan expertise, atau sering disingkat dengan

sebutan HAPEE. Melalui interaksi dengan produk dan layanan pegawainya, PT

Telkom mengharapkan para customer puas dan memandang PT Telkom sebagai

perusahaan yang melayani dengan sepenuh hati (heart), membuat customer merasa

yakin (assured), meningkatkan pembaharuan (progressive) dalam menyediakan

produk dan jasa, merajakan (empowering) customer serta akan membuktikan bahwa

PT Telkom memiliki keahlian (expertise) yang tinggi. Adapula tujuh nilai etis dasar

minimal yang harus dimiliki oleh setiap karyawan PT Telkom, yaitu kejujuran,

transparansi, komitmen, kerjasama, disiplin, bertanggung jawab, dan peduli.

Keseluruhan nilai tersebut diharapkan merupakan nilai-nilai yang terdapat di dalam

hati (level emosional) dan pikiran para karyawan yang tidak terlihat, tapi dapat

dirasakan (dalam Work in Progress of PT Telkom, 2009).

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, adanya emosi-emosi yang positif

dapat meningkatkan pemaknaan individu mengenai hidupnya menjadi makin positif

pula, sehingga subjective well-being dapat tercapai. Ada pula suatu karakter yang

dimiliki individu yang dapat meningkatkan pemaknaan positifnya akan hidup,

Page 30: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

karakter itu adalah sense of humor. Sense of humor yang dimiliki pada masa dewasa

madya dapat membantu individu untuk lebih menerima permasalahan-permasalahan

yang terjadi dalam hidupnya dan dapat mengembangkan pemaknaan yang positif,

baik mengenai dirinya maupun orang lain, sehingga keadaan subjective well-being

pun sangat mungkin untuk tercapai. Selebihnya, manusia selain berperan sebagai

makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial yang butuh untuk

bersosialisasi dengan lingkungannya. Kepribadian ekstrovert merupakan tipe

kepribadian yang dapat membantu individu dalam bersosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya. Kepribadian ekstrovert yang ada dalam diri individu dapat membantunya

untuk mudah beradaptasi, mudah bergaul, dan luwes dalam berhubungan dengan

orang lain. Sosialisasi yang baik ini mempermudah individu untuk dapat menerima

kelebihan maupun keterbatasan orang lain dan dirinya sendiri, sehingga kepuasan

hidup dan keadaan subjective well-being pun akan tercapai. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Hubungan antara Sense of Humor

dan Kepribadian Ekstrovert dengan Subjective Well-Being pada Karyawan Dewasa

Madya di PT Telkom Distel Jogjakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah hubungan positif antara sense of humor dan kepribadian ekstrovert

dengan subjective well-being pada dewasa madya?

Page 31: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Adakah hubungan positif antara sense of humor dengan subjective well-being

pada dewasa madya?

3. Adakah hubungan positif antara kepribadian ekstrovert dengan subjective well-

being pada dewasa madya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:

a. Hubungan positif antara sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert

dengan subjective well-being pada dewasa madya

b. Hubungan positif antara sense of humor dengan subjective well-being

pada dewasa madya

c. Hubungan positif antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective

well-being pada dewasa madya

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

wahana perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan

terutama yang berhubungan dengan subjective well being pada individu usia

dewasa madya.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan individu,

khususnya pada usia dewasa madya, mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi subjective well-being dan menambah kesadaran tentang

pentingnya sense of humor dan meningkatkan sikap yang diusung oleh

kepribadian ekstrovert demi meraih kesejahteraan dalam hidup.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Subjective Well-being

1. Pengertian subjective well-being

Subjective well-being adalah istilah yang sangat berkaitan dengan istilah

happiness (kebahagiaan). Menurut Veenhoven (dalam Eid dan Larsen, 2008),

subjective well-being adalah istilah yang paling cocok untuk menggambarkan

kebahagiaan manusia secara utuh (overall happiness). Diener dan Suh (2000)

mendefinisikan subjective well-being adalah suatu keadaan yang didapatkan dari

menggabungkan antara aspek afektif dan kognitif. Aspek afektif yang diharapkan

untuk meraih subjective well-being adalah perasaan bahagia akan hidupnya,

sedangkan aspek kognitif yang diharapkan adalah individu mempunyai pemikiran

bahwa berbagai aspek kehidupannya, seperti keluarga, karir, dan komunitasnya

adalah hal-hal yang memberikannya kepuasan hidup (Diener dan Suh, 2000).

Diener (2009d) menambahkan, lebih tinggi frekuensi munculnya afek

positif daripada afek negatif dapat memberikan perasaan nyaman dan riang

(joyful), sehingga pemaknaan individu akan hidupnya pun akan makin positif,

demikian pula individu yang dapat mencapai tujuannya dan merasa puas akan

semua pencapaiannya, maka pemaknaan mengenai hidupnya akan baik pula. Dua

pemenuhan keadaan ini merupakan syarat bagi individu untuk dapat mencapai

subjective well-being nya. Hal ini juga seperti yang diutarakan oleh Libran (2006)

Page 34: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang menyatakan bahwa subjective well-being adalah variabel yang dihasilkan

melalui kombinasi dua hal, yaitu peran afeksi dan peran kognisinya, dengan kata

lain di satu pihak cenderung pada afek positif, afek negatif, dan

keseimbangannya, di pihak lain cenderung pada kepuasan hidup yang

dimaknainya.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa subjective well-

being adalah kebahagiaan utuh yang dialami individu, dimana individu dapat

memiliki perasaan yang positif mengenai hidupnya, sebagai hasil dari evaluasi

afektif, dan memiliki kepuasan hidup atas apa yang ia capai, baik dalam hal karir,

keluarga, dan komunitasnya, sebagai hasil evaluasi kognitifnya.

2. Komponen subjective well-being

Menurut Diener, dkk. (1999), banyak peneliti yang telah memperlakukan

subjective well-being sebagai wujud satu kesatuan (monolitis), namun akhirnya

terlihat jelas bahwa subjective well-being adalah gabungan antara pola-pola unik

yang dapat dipisahkan, atau bisa disebut memiliki beberapa komponen yang

spesifik. Pada tahun 1984, Diener (dalam Eid dan Larsen, 2008) mengangkat

studi mengenai subjective well-being. Studi tersebut menyebutkan ada tiga

komponen yang menyertai subjective well-being individu, yaitu kepuasan hidup,

afek positif, dan afek negatif. Beberapa tahun kemudian, Diener, dkk. (1999)

menambahkan satu komponen lagi, yaitu kepuasan dalam ranah kehidupan/

domain. Melalui pengembangan ini, akhirnya Diener, dkk. (1999) menentukan

Page 35: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

empat komponen besar yang menopang studi mengenai subjective well-being,

yaitu afek yang menyenangkan (afek positif), afek yang kurang menyenangkan

(afek negatif), penilaian secara global mengenai kepuasan hidup (sering disebut

dengan kepuasan hidup saja), dan kepuasan dalam ranah kehidupan.

Penjelasannya, sebagai berikut:

a. Afek positif

Individu yang berhasil mencapai keadaan subjective well-being

umumnya ditandai dengan tingginya perasaan positif/ bahagia. Subjective

well-being adalah keadaan dimana evaluasi afektif individu menghasilkan

bahwa afek positifnya memiliki jumlah yang lebih besar (mayoritas) daripada

afek negatifnya. Keadaan ini tidak hanya menunjukkan bahwa kecil/

rendahnya faktor afek negatif, tetapi lebih menekankan pada kesehatan mental

individu yang adekuat (Diener, 2009d).

Menurut Diener, dkk. (1999) afek positif individu yang mempengaruhi

level subjective well-being adalah hal-hal yang mencakup keriangan (joy),

rasa suka cita (elation), kepuasan (contentment), harga diri (pride),

mempunyai rasa kasih sayang (affection), kebahagiaan (happiness), dan

kegembiraan yang sangat (ecstasy). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Keriangan (joy)

a) Didapat dari perwujudan dorongan untuk bermain-main/ mencari

kesenangan, menerjang batas yang ada (dalam arti positif), dan kreatif.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b) Dorongan ini tidak hanya muncul ketika bersosialisasi dengan orang

lain atau dalam perilaku fisiknya saja, tapi juga muncul dalam perilaku

yang intelektual dan artistik.

2) Rasa suka cita (elation)

Elation adalah suatu kondisi dimana individu berada dalam

keadaan yang bersuka cita dan memiliki kondisi yang penuh dengan

semangat untuk melakukan apapun.

3) Kepuasan (contentment)

Kepuasan ini didapat dari perwujudan dorongan untuk mampu

menikmati hal-hal yang terjadi/ apa yang dimiliki dalam kehidupannya

saat ini dan mengintegrasikan hal-hal tersebut kedalam sebuah pandangan

yang baru mengenai dirinya sendiri dan dunianya.

4) Harga diri (pride)

Harga diri disini merujuk pada pencapaian personal, yaitu

terwujud dalam dorongan untuk berbagi cerita mengenai pencapaiannya

dengan orang lain dan bahkan dalam dorongan untuk membayangkan/

mengkhayalkan mengenai perolehan yang lebih baik di masa depan kelak.

5) Mempunyai rasa kasih sayang (affection)

a) Dikonsepkan sebagai campuran dari emosi positif lainnya, seperti

kenikmatan, ketertarikan, dan kepuasan.

b) Dialami dalam konteks adanya persaan yang tenteram dalam

hubungan yang dekat dengan individu/makhluk lain.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

6) Kebahagiaan (happiness)

a) Kebahagiaan diprediksikan melalui kestabilan emosi yang

menyenangkan dan sering merasakan bahwa dirinya adalah individu

yang memiliki nilai di dunia ini (self-worth).

b) Kebahagiaan dapat ditunjukkan melalui pembawaan individu yang

selalu optimis.

7) Kegembiraan yang sangat (ecstasy)

a) Ecstasy adalah sensasi kegembiraan yang sangat dan terkadang

membuat individu kehilangan kendali atas dirinya.

b) Efek dari perasaan ini adalah diri menjadi makin termotivasi dan bisa

menjadi candu bagi diri sendiri untuk terus merasakan perasaan

gembira ini.

b. Afek negatif

Diener (2009d) menyatakan bahwa meskipun afek positif dan negatif

terlihat saling mempengaruhi, namun kedua tipe afek ini mempunyai

hubungan yang independen antara satu dengan yang lain. Selain itu, menurut

Diener, dkk; (dalam Strack, dkk., 1991) intensitas afek positif atau negatif

tidak terlalu mempengaruhi level tinggi rendahnya subjective well-being,

sebaliknya frekuensi afek positif atau negatif sangat mempengaruhi level

tinggi rendahnya subjective well-being, yaitu tingginya level subjective well-

being disebabkan oleh tingginya frekuensi afek positif dan rendahnya

frekuensi afek negatif.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Menurut Diener, dkk. (1999), beberapa afek negatif individu yang

mempengaruhi level subjective well-being, yaitu rasa bersalah dan malu (guilt

and shame), kesedihan (sadness), kecemasan dan kekhawatiran (anxiety and

worry), kemarahan (anger), tekanan (stress), depresi (depression), dan

kedengkian (envy). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Rasa bersalah dan malu (guilt and shame)

a) Rasa bersalah adalah sebuah pengalaman afeksi yang terjadi ketika

seseorang menyadari/ mempercayai (entah akurat atau tidak) telah

melanggar sebuah standar moral dan merasa harus bertanggung jawab

untuk itu.

b) Rasa malu adalah suatu kondisi yang dialami oleh individu yang

berusaha untuk menutupi suatu hal dan dapat memberikan pengaruh,

seperti muka memerah, kebingungan, dan menundukkan muka.

2) Kesedihan (sadness)

a) Kesedihan adalah emosi yang dikarakteristikkan melalui perasaan

keadaan yang lemah, kehilangan, dan ketidakberdayaan.

b) Kesedihan dapat dipandang sebagai sebuah kejadian menurunnya

suasana hati secara sementara.

3) Kecemasan dan kekhawatiran (anxiety and worry)

a) Kecemasan dibedakan dengan ketakutan karena sering terarah pada

hal-hal yang tidak berobjek, sedangkan rasa takut selalu mengarah

pada sesuatu yang berobjek, individu atau peristiwa spesifik.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b) Pemikiran dan gambaran mengenai sebuah ancaman yang menyerang,

sehingga membuat individu berusaha untuk menghindarnya.

4) Kemarahan (anger)

Reaksi emosi yang sangat kuat yang menyertai beragam situasi

seperti merasa terbatasi secara fisik, kepemilikannya dihilangkan, atau

diancam. Hal ini juga dapat diidentifikasikan melalui sekumpulan reaksi

fisik seperti raut muka tertentu dan posisi tubuh tertentu yang merupakan

ekspresi tindakan sistem saraf otonom, khususnya sistem saraf simpatik.

5) Tekanan (stress)

Kondisi tegangan psikologis yang dihasilkan oleh jenis-jenis daya

atau tekanan, yaitu tekanan baik fisik, psikologis, maupun sosial.

6) Depresi (depression)

Suasana hati yang dicirikan perasaan tidak nyaman, sebuah

perasaan murung, sebuah penurunan dalam aktivitas maupun reaktivitas,

pesimisme, dan kesedihan.

7) Kedengkian (envy)

a) Rasa iri yang didasarkan kepada kontemplasi penuh dendam terhadap

keberuntungan orang lain.

b) Biasanya dibedakan dari rasa cemburu (jealousy) yang melibatkan

pihak ketiga dalam sebuah hubungan.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c. Kepuasan hidup

Kepuasan hidup, menurut Eid dan Larsen (2008), merupakan hal yang

dinilai secara holistik, memuat keseluruhan dari kehidupan individu atau total

penilaian kehidupan pada periode hidupnya. Hal ini mencerminkan bahwa

tidak hanya total kuantitas hal-hal yang membahagiakan di kehidupan

individu pada waktu tertentu saja, tetapi juga mengenai kualitas

penyalurannya, apakah hal itu dapat membawa kebahagiaan individu di waktu

selanjutnya dan lebih permanen atau tidak (Eid dan Larsen, 2008). Menurut

Diener, dkk. (1999) beberapa kepuasan hidup individu yang mempengaruhi

level subjective well-being, yaitu hasrat untuk mengubah hidup (desire to

change life), kepuasan pada kehidupan saat ini (satisfaction with current life),

kepuasan pada kehidupan masa lalu (satisfaction with past), kepuasan pada

kehidupan masa depan nanti (satisfaction with future), dan pendapat orang-

orang terdekat mengenai hidupnya (significant others' views of one's life),

penjelasannya adalah:

1) Hasrat untuk mengubah hidup (desire to change life)

Diener, dkk. (1999) menyatakan bahwa perbedaan individual

dalam pencapaian dan motivasi yang dipunyai individu turut menentukan

level subjective well-being. Hal ini menekankan perbedaan seberapa besar

derajat komitmen individu dalam meraihnya. Setiap individu memiliki

keinginan untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik, sehingga ini

merupakan hal yang berpotensi untuk meningkatkan kepuasan hidupnya.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2) Kepuasan pada kehidupan saat ini (satisfaction with current life)

Hal ini menjealaskan mengenai kepuasan yang individu rasakan

saat ini. Pada kehidupannya saat ini, individu merasa bersyukur dan puas

atas apa yang telah didapatkan dan apa yang telah diperoleh dirasa sesuai

apa yang telah diusahakan dalam mencapainya.

3) Kepuasan pada kehidupan masa lalu (satisfaction with past)

Menurut Rocke dan Lachman (2008), dalam beberapa situasi,

masa lalu yang negatif dapat mengembangkan tujuan individu menjadi

lebih mantap untuk masa depannya. Mengingat masa lalu dapat

mempengaruhi individu dalam menempatkan tujuannya yang sekarang

dan mengejarnya. Jadi, walaupun pengalaman yang pernah dialami

merupakan pengalaman yang dirasa tidak begitu menyenangkan, individu

tak akan merasa menyesal karena itu merupakan pembelajaran untuk masa

yang selanjutnya.

4) Kepuasan pada kehidupan masa depan nanti (satisfaction with future)

Ketika melihat kedepan, individu akan berharap mendapatkan apa

yang diinginkan dan diwujudkan melalui usahanya saat ini. Sama seperti

ketika melihat masa lalu, harapan pada masa depan juga memiliki

keterkaitan dengan perilaku individu dalam usaha untuk mencapainya,

walaupun itu sangat bergantung pada usahanya pada masa sekarang.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

5) Pendapat orang-orang terdekat mengenai hidupnya (Significant others'

views of one's life)

Selain evaluasi untuk dirinya sendiri, lingkungan sekitar juga

mempunyai anggapan yang sama mengenai kepuasan hidup individu,

yaitu juga berpendapat bahwa individu telah hidup selayaknya dan patut

mendapatkan itu semua karena usaha yang telah dilakukan.

d. Kepuasan dalam ranah kehidupan

Pavot (dalam Eid dan Larsen, 2008), menyatakan bahwa apabila

kepuasan hidup secara kognitif menilai berdasarkan evaluasi kehidupan secara

menyeluruh, kepuasan dalam ranah kehidupan berfokus pada penilaian

mengenai beberapa aspek spesifik di kehidupan individu saja. Menurut

Diener, dkk. (1999) beberapa ranah kehidupan yang mempengaruhi level

subjective well-being, yaitu pekerjaan (work), keluarga (family), waktu luang

(leisure), kesehatan (health), keuangan (finances), self, one's group.

1) Pekerjaan

Menurut Diener (2009d), individu yang tidak memiliki pekerjaan

termasuk dalam kelompok yang kurang bahagia. Furnham (dalam Strack,

dkk., 1991) menyatakan bahwa selain hanya memiliki memiliki pekerjaan,

individu juga perlu memiliki pekerjaan yang bagus untuk meraih

subjective well-being. Kemantapan/ bagusnya pekerjaan yang dimiliki

individu biasanya dapat dilihat dari baiknya gaji, tujuan, pengembangan

dan penggunaan keterampilan, dan ketenangan batin yang dirasakan.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Keluarga

Komponen ini merujuk pada kehidupan individu dalam pernikahan

dan berkeluarga. Menurut Diener (2009c), komponen berkeluarga adalah

prediktor kuat yang mempengaruhi subjective well-being. Glenn (dalam

Diener, 2009c) menyebutkan bahwa wanita yang menikah memang

memiliki simtom stres yang lebih besar daripada yang tidak/ belum

menikah, akan tetapi hasil ini juga diiringi dengan besarnya kepuasan

hidup yang didapat.

3) Waktu luang (leisure)

Furnham (dalam Strack, dkk., 1991) menyatakan bahwa pekerjaan

memang adalah sumber penting bagi individu untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, akan tetapi hal ini menjadi sumber masalah ketika individu

hanya terpaku dalam pekerjaan yang tak berakhir tanpa ada waktu untuk

menikmati hasil usahanya. Menurut Kahneman, dkk. (2003), kepuasan

hidup juga didapatkan melalui waktu santai yang tidak dihadiri oleh

kemunculan pekerjaan (nonwork satisfaction).

4) Kesehatan

Diener, dkk. (1999) menyatakan bahwa pandangan subjektif yang

positif bahwa dirinya sehat dapat memprediksi kepuasan hidup, walaupun

kenyataanya individu tersebut tidak begitu sehat secara objektif. Individu

yang menderita penyakit dapat saja memiliki subjective well-being yang

tinggi, namun tidak lebih tinggi daripada individu yang sehat secara

Page 44: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

objektif. Hal ini berkaitan dengan pencapain tujuan, maksudnya adalah

ada beberapa hal yang membuat individu yang tidak sehat tidak dapat

meraih beberapa tujuan hidupnya dan inilah yang mempegaruhi mengapa

level subjective well-being nya tidak setinggi individu yang normal/ sehat.

5) Keuangan (finance)

Keuangan merupakan komponen subjective well-being yang

berkaitan dengan pendapatan dan kekayaan, dan hal ini masih

diperdebatkan apakah kekayaan merupakan hal yang penting dalam

kebahagiaan. Menurut Diener, dkk. (1999), dalam beberapa hal individu

dengan keuangan yang baik dapat meraih kebahagiaan, namun hal ini

tidak dapat menjadi pegangan prediktor utama dalam subjective well-

being.

6) Self

Self merupakan komponen yang berfokus pada studi mengenai

pemahaman karakter individu yang seperti apa yang dapat membuat

individu tersebut bahagia dan puas akan hidupnya (Diener, 2009b).

Mengenai hal ini, menurut Diener (2009b), ada dua karakter yang

ditekankan dalam komponen self itu sendiri, yaitu:

a) Harga diri (self-esteem)

Menurut Greenberg (Diener 2009b), individu yang memiliki

level harga diri yang tinggi mampu untuk menemukan makna yang

lebih positif mengenai kehidupannya, lebih mampu untuk menangkal

Page 45: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kecemasan yang akan muncul, dan lebih sulit untuk terpengaruh oleh

suasana hati yang negatif daripada individu yang memiliki pandangan

negatif mengenai dirinya.

b) Identitas diri (self identity)

Memiliki identitas internal yang koheren dipandang sebagai

salah satu komposisi integral dalam teori kesehatan mental. Lecky

(dalam Diener, 2009b) menyatakan bahwa individu mencari

pemahaman mengenai siapa individu itu sebenarnya melalui integrasi

berbagai persepsi akan dirinya ke dalam sebuah struktur pengetahuan

yang terorganisasi. Hal ini ditekankan dalam pernyataan bahwa

individu termotivasi secara kuat untuk berperilaku dalam cara yang

konsisten dengan pandangan diri (self view) yang dimiliki, sehingga di

posisi ini self menurunkan arti, tujuan, dan petunjuk dalam

berperilaku, yang terutama didapat dari sumber internal dalam dirinya.

7) One’s group

Dalam suatu budaya yang mengedepankan tujuan bersama,

kepentingan masyarakat ditempatkan sebanding dengan kepentingan

individu, sehingga tujuan dari sutau kelompok juga merupakan tujuan

pribadinya (Diener, 2009c). Komponen ini menekankan pada konsep

colectivsm yang berfokus pada saling ketergantungan dan saling

membutuhkan tiap manusia dan memprioritaskan kepentingan bersama

pada komunitas masyarakat atau bangsa.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Pavot dan Diener (1993) menyatakan bahwa dalam mengevaluasi

kepuasan hidup, penelitian tidak diharuskan untuk mengungkap seluruh ranah

kehidupan, karena tiap individu memiliki standar pemaknaan kepuasan yang

berbeda-beda mengenai pencapaian yang telah diraihnya, sehingga yang lebih

penting adalah mengevaluasi kepuasan hidup individu secara global, yaitu

penilaian kepuasan akan kehidupannya pada masa lalu, saat ini, pemaknaan

positif terhadap kepuasan yang akan didapatkan di masa depan kelak, dan

hasrat untuk selalu ingin mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi.

Melalui empat komponen yang diutarakan oleh Diener, dkk. (1999)

tersebut, dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen subjective well-being

meliputi afek yang menyenangkan (afek positif), afek yang kurang

menyenangkan (afek negatif), penilaian secara global mengenai kepuasan hidup

(sering disebut dengan kepuasan hidup saja), dan kepuasan dalam ranah

kehidupan.

Afek negatif merupakan komponen yang kontra dengan komponen-

komponen subjective well-being yang lain. Diener, dkk. (1999) menyatakan

bahwa keadaan subjective well-being merupakan keadaan bahagia yang dialami

individu sepanjang masa kehidupannya, sehingga tidak mungkin bila tidak

memperhatikan afek negatif yang pernah muncul di kehidupannya. Oleh karena

keunikan ini peneliti dalam studi subjective well-being harus memperhatikan

dalam penskorannya. Penskoran kedua komponen afek dijelaskan Pavot (dalam

Eid dan Larsen, 2008) dengan menyatakan bahwa skor mengenai kondisi afek

Page 47: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

yang dirasakan individu didapat dari jumlah total skor afek positif dikurangi afek

negatif. Libran (2006) lalu mengembangkan teori yang dikemukakan oleh Pavot

tersebut dan menghasilkan rumusan, yaitu nilai subjective well-being didapatkan

melalui besar kepuasan hidup dan kepuasan dalam ranah kehidupan individu yang

dijumlahkan dengan selisih skor antara afek positif dan afek negatifnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being

Menurut Diener (2009d), subjective well-being seseorang dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang meliputi sebagai

berikut:

a. Faktor internal

Faktor ini berfokus pada kondisi internal individu yang dapat

mempengaruhi level subjective well-being. Faktor-faktor internal ini

mencakup:

1) Gen

Kondisi internal yang mempengaruhi subjective well-being ini tak

bisa dilepaskan oleh faktor genetis/ gen individu. Gen (gene) adalah unit

dasar dari hereditas yang terletak dalam kromosom, yaitu suatu struktur

yang bentuknya seperti tongkat dan terletak di tengah-tengah (nukleus)

dalam setiap sel tubuh. Kromosom tersebut berisikan molekul-molekul

DNA, sehingga setiap gen-gen mengandung sekumpulan kecil DNA. Gen

dan komponen-komponennya inilah yang mempengaruhi individu dengan

Page 48: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

individu lainnya baik dalam persamaan maupun perbedaan satu sama lain

(dalam Wade dan Travis, 2007).

Menurut Lucas (dalam Eid dan Larsen, 2008), seorang pemerhati

studi mengenai hal-hal yang mempengaruhi subjective well-being, gen

adalah faktor yang cukup menentukan stabilitas subjective well-being

individu. Dalam usaha untuk membuka tabir peran faktor genetis dalam

mempengaruhi subjective well-being individu, kebanyakan peneliti

melakukan pendekatan dengan cara membandingkan sifat-sifat yang

dimiliki oleh kembar identik (monozigot) dengan kembar fraternal

(dizigot).

Suatu penelitian menghasilkan suatu penemuan bahwa level afek,

baik negatif ataupun positif, kembar satu indung telur (monozigotik) yang

hidup terpisah lebih mirip satu sama lain daripada kembar dizigotik yang

dibesarkan secara bersama. Peran faktor gen ini dipertegas dengan

pernyataan bahwa seseorang yang puas terhadap dirinya sendiri dan

memiliki afek positif yang lebih dominan daripada afek negatif,

kemungkinan besar dilahirkan dari orangtua yang demikian pula, hal itu

juga sangat bisa terjadi pada saudara-saudara kandungnya. Studi

behavioral-genetic ini menyimpulkan bahwa peran gen dalam stabilnya

level afek positif, afek negatif, dan komponen-komponen lain dalam

kebahagian utuh (overall happiness) yang dimiliki individu memiliki nilai

heritabilitas antara 40-50%.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Memang hasil yang diperoleh tidak dapat dipastikan apakah ini

merupakan murni dampak dari gen yang diwariskan atau lebih pada efek

lingkungan dalam keluarga, namun Lucas (dalam Eid dan Larsen 2008)

menambahkan, walaupun dipengaruhi oleh lingkungan, gen mengarahkan

individu untuk memilih lingkungan dan perilaku yang tepat baginya,

sehingga lingkungan dan perilaku itu turut mengarahkan individu dalam

mencapai subjective well-being- nya, jadi walaupun tidak langsung, tetap

saja tak bisa dipungkiri gen mempengaruhi subjective well-being

seseorang.

2) Psikofisiologis

Studi tentang behavioral-genetic menunjukkan bahwa setidaknya

beberapa fragmen dari perbedaan tiap individu dalam subjective well-

being dapat dijelaskan melalui perbedaan genetis yang dimiliki, dan tentu

saja ekspresi gen dalam beraktivitas dapat terpancar melalui beberapa

proses fisiologis. Akan tetapi, sampai saat ini mekanisme pasti dampak

genetis yang ditimbulkan kepada aktivitas fisiologis manusia belum juga

dapat diketahui. Melalui tinjauan tersebut, studi behavioral-genetic, yang

digunakan semata-mata, tidak dapat untuk menegaskan bagaimana gen

dan fisiologi mempengaruhi subjective well-being. Untuk itu perlu

penelusuran yang lebih spesifik mengenai sistem psikofisiologis yang

memiliki keterlibatan dalam pengalaman afeksi individu.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Studi psikofisiologi yang sering dibahas dalam kaitannya dengan

kebahagian adalah mengenai aktivasi/ proses kerja dua hemisfer/ bagian

asimetris pada prefrontal korteks (PFC). Wade dan Travis (2007)

menjelaskan bahwa PFC terletak pada bagian paling depan lobus frontal.

PFC sendiri memiliki peran dalam emosi dan pembentukan kepribadian

individu. Davidson (2004), peneliti dalam studi bio-behavior, menyelidiki

apakah lebih besarnya aktivitas PFC hemisfer kiri daripada kanan

berhubungan dengan emosi yang berorientasi pada pendekatan (approach-

oriented emotions), seperti kebahagiaan dan kegembiraan, atau apakah

lebih besarnya aktivitas hemisfer kanan daripada kiri berhubungan dengan

emosi yang berorientasi pada penjauhan diri (withdrawal-oriented

emotions), seperti ketakutan dan rasa muak.

Davidson (2004) melakukan penelitian mengenai hubungan

aktivitas otak dengan afek positif atau negatif melalui pengamatan

aktivitas otak subjek selama ditayangkannya sejumlah gambar yang

dirancang untuk menginduksi perasaan bahagia atau jijik. Penelitian ini

menghasilkan penemuan bahwa tayangan gambar yang menggembirakan

berhubungan dengan lebih besarnya aktivitas PFC bagian kiri daripada

bagian kanan, sedangkan tayangan gambar yang menjijikkan berhubungan

dengan lebih besarnya aktivitas PFC bagian kanan daripada bagian kiri,

sehingga penelitian psikofisiologi ini menunjukkan korelasinya bahwa

emosi positif berlawanan dengan emosi negatif. Penelitian Davidson

Page 51: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

tersebut telah berhasil menunjukkan bahwa perbedaan individual dalam

asimetris hemisfer PFC mempunyai korelasi dengan kebahagiaan, yaitu

individu dengan aktivitas PFC kiri yang relatif lebih tinggi dilaporkan

memiliki afek positif yang lebih tinggi dan afek negatif yang lebih rendah

daripada individu dengan aktivitas PFC kanan yang relatif lebih tinggi.

3) Kepribadian

Subjective well-being adalah suatu studi yang berhubungan dengan

evaluasi subjektif individu mengenai kualitas hidupnya, sehingga dapat

dikatakan bahwa subjective well-being yang dirasakan tergantung pada

masing-masing individu. Beberapa dugaan tercetus bahwa studi subjective

well-being ini dapat berubah dan memiliki kesensitifan pada kondisi

eksternal, seperti keberhasilan atau bahkan perceraian, namun hasil

penelitian menunjukkan bahwa kemunculan subjective well-being tetap

stabil sepanjang waktu dan itu cukup kuat hubungannya dengan

karakteristik (trait) kepribadian yang dibawa (Diener, dkk., 1999).

Telah banyak penelitian yang mengungkap mengenai korelasi

antara subjective well-being dengan karakteristik kepribadian yang

spesifik, seperti makin tinggi sikap kesetujuan (agreebleness) maka akan

tinggi pula afek positifnya dan sebaliknya. Begitu pula dengan

karakteristik lain yang berkorelasi cukup tinggi dengan tinggi rendahnya

level subjective well-being, yaitu optimisme, kepercayaan, dan locus of

control. Namun, meskipun telah banyak penelitian yang mengupas

Page 52: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

korelasi antara karakteristik kepribadian dengan subjective well-being,

tetap muncul ketidakpastian mengenai apakah tiap karakter ini

menyumbangkan variasi yang unik dalam memprediksi subjective well-

being, sehingga penggunaan faktor tunggal untuk memprediksi subjective

well-being tidak mungkin untuk ditegakkan.

b. Faktor eksternal

Stabilitas dari subjective well-being, sebagai subjektivitas individu itu

sendiri, sangat ditentukan oleh peran faktor internal, walaupun begitu tetap

saja faktor eksternal dapat berpengaruh terhadap level subjective well-being.

Diener (2009d) menegaskan bahwa level subjective well-being dipengaruhi

pula oleh faktor-faktor diluar individu, atau sering disebut sebagai

demographic factor. Hal ini mencakup:

1) Penghasilan

Banyak peneliti telah mengakui bahwa orang yang bahagia mampu

mengumpulkan uang diatas rata-rata daripada orang yang kurang

berbahagia (Diener, 2009d). Beberapa penelitian juga menunjukkan,

seperti penelitian yang dilakukan oleh Larson (dalam Diener, 2009d),

bahwa ada hubungan yang positif antara penghasilan dan subjective well-

being di beberapa negara.

2) Jenis kelamin

Cukup diyakini bahwa ada perbedaan level subjective well-being

antara pria dan wanita, yaitu dengan pernyataan bahwa kaum wanita

Page 53: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

melaporkan afek negatif yang lebih tinggi daripada kaum pria, tetapi juga

dilaporkan bahwa kaum wanita mengalami hal-hal yang menyenangkan

lebih banyak daripada kaun pria, sehingga perbedaan level subjective well-

being yang disimpulkan masih terlalu kecil (Diener, 2009d).

3) Pendidikan

Campbell (dalam Diener, 2009d) mengungkapkan bahwa

pendidikan mempengaruhi subjective well-being, akan tetapi masih

terdapat bantahan yang menyatakan bahwa hubungan antara pendidikan

dan level subjective well-being tidak terlalu kuat, tingkat pendidikan

seseorang lebih berpengaruh terhadap variabel lain seperti variabel

penghasilan. Namun demikian faktor pendidikan masih merupakan faktor

yang diyakini memiliki pengaruh terhadap subjective well-being individu.

4) Status pernikahan

Glenn (dalam Diener, 2009d) menyebutkan bahwa walaupun

wanita yang menikah dilaporkan memiliki simtom stress yang lebih tinggi

daripada wanita yang belum/tidak menikah, wanita yang menikah

cenderung memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi daripada kategori

wanita yang tidak/belum menikah. Glenn dan Weaver (dalam Diener,

2009d), bahkan menyatakan bahwa pernikahan adalah prediktor

subjective well-being yang paling kuat daripada faktor lain, seperti

pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

5) Umur

Beberapa penelitian yang lalu, menunjukkan bahwa anak muda

lebih bahagia daripada orang yang lebih tua, akan tetapi Braun (dalam

Diener, 2009d) menemukan bahwa memang benar responden yang berusia

muda menunjukkan afek positif dan negatif yang lebih kuat, akan tetapi

orang yang lebih tua menunjukkan level kebahagiaan secara keseluruhan

yang jauh lebih tinggi.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut Diener

(2009d) subjective well-being pada individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang pertama, yaitu internal, adalah

faktor yang menekankan bahwa subjective well-being yang dimiliki individu

dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri individu itu sendiri, yaitu genetis

(keturunan), psikofisiologis (dominasi individu dalam menggunakan belahan

otaknya, yang kiri atau kanan), dan kepribadian (yang menentukan individu

dalam bersikap dan cenderung stabil). Faktor yang ke dua adalah faktor eksternal

yang menekankan bahwa subjective well-being yang diperoleh individu berasal

dari hal-hal di luar dirinya, yaitu faktor penghasilan, jenis kelamin, pendidikan,

status pernikahan, dan umur.

Dilihat melalui faktor internal yang menekankan fenomena dalam diri

individu sendiri, kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

individu dalam pencapaian subjective well-being nya. Karakter kepribadian yang

terbuka terhadap lingkungannya dan mudah beradaptasi secara positif merupakan

Page 55: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

sikap yang memiliki pengaruh yang baik bagi subjective well-being. Karakter

tersebut merupakan sikap-sikap yang biasanya dibawa oleh individu dengan

kepribadian yang cenderung ekstrovert. Individu yang memiliki tingkat ekstrovert

yang tinggi dapat mudah menerima dirinya sendiri sebagai bagian dari dunia

sekitarnya, sehingga dapat dengan mudah meningkatkan emosi positif yang juga

dapat berasal dari hubungan yang baik dengan lingkungannya.

Masih dalam lingkup faktor internal, faktor gen dipercaya juga

mempengaruhi karakter yang dibawa individu , salah satunya adalah kemampuan

individu dalam menangkap kelucuan-kelucuan disekitarnya. Individu dalam

merespons dan mengeluarkan humor dianggap diperoleh dari dasar gen. Hal ini

dijelaskan dengan pernyataan bahwa perilaku humor individu dengan orangtua

dan saudara sekandungnya cenderung saling mirip, meskipun tak bisa dipungkiri

hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dimana individu tersebut

bersosialisasi setiap harinya. Kemampuan atau karakter individu dalam

menangkap dan mengeluarkan stimulus humor sering disebut dengan sense of

humor.

B. Sense of Humor

1. Pengertian sense of humor

Menurut Eysenck (1988), tokoh dan peneliti di studi sense of humor, sense

of humor adalah karakter kepribadian yang penting dan berharga, yang

melibatkan kemampuan individu dalam mengapresiasi dan memproduksi suatu

Page 56: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

humor/ kelucuan, yaitu melalui sense of humor yang dimiliki, individu mampu

untuk mengapresiasi/tertawa terhadap stimulus yang dipersepsi lucu, dan mampu

pula untuk mencetuskan hal jenaka yang membuat orang disekelilingnya tertawa.

Martin (2007) menyatakan bahwa sense of humor adalah karakteristik yang

merujuk pada perbedaan respons emosional individu dalam konteks kegembiraan

sosial, yang ditunjukkan melalui persepsi mengenai keganjilan yang lucu dan

diekspresikan melalui senyuman dan tawa. Lefcourt (dalam Snyder dan Lopez,

2002) juga memberikan definisi mengenai sense of humor, yaitu ciri yang dimiliki

seseorang, yang mendorong individu untuk tidak terlalu serius dalam

mengahadapi dirinya sendiri dan hal-hal lain yang dialami.

Drever (dalam Roeckelein, 2002) juga menjelaskan bahwa sense of humor

merupakan sensasi psikologis melalui rasa simpati (secara langsung) dan empati

(secara tidak langsung) mengenai karakter dalam situasi kompleks yang

membangkitkan kegembiraan dan tawa. Bahkan Ruch (dalam Raskin, 2008)

menyatakan bahwa sense of humor merupakan kontributor yang potensial, yang

dimiliki individu, dalam mencapai kebahagiaan hidup (good life).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sense of humor

adalah karakteristik penting yang dimiliki oleh setiap individu dalam

mempersepsikan dan merespons hal lucu yang mampu untuk membangkitkan

kegembiraan dan tawa, sehingga individu dapat mencapai keutuhan dan

kebahagiaan hidup.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2. Aspek sense of humor

Menurut Eysenck (1998), ranah sense of humor menekankan tiga aspek

yang berdiri secara sendiri-sendiri. Dalam beberapa kasus, pengaruh dari salah

satu aspek dapat lebih kuat daripada pengaruh dari aspek yang lain, aspek-aspek

tersebut adalah:

a. Kognitif

Penekanan pada aspek ini adalah mengenai keganjilan, kekontrasan

antara beberapa ide, dan terkecoh dari apa yang diduga sebelumnya. Merujuk

pada teori Freud (dalam Eysenck, 1998), aspek kognitif dapat dikategorikan

sebagai comic. Comic adalah kategori pengalaman individu dalam humor

yang berkaitan dengan hal-hal jenaka yang bersumber dari bentuk nonverbal,

seperti badut sirkus dan komedi slapstick (komedi yang menggunakan

kekasaran, seperti memukul dan menampar). Pada saat mengalami kelucuan,

observer mengerahkan sejumlah energi mental untuk menantikan kejadian

sesuai apa yang diharapkan, ketika yang disangka sebelumnya ternyata tidak

terjadi, akhirnya energi mental yang terkumpul dikeluarkan sebagai tawa.

b. Afektif

Aspek afektif pada sense of humor ditekankan oleh individu yang lebih

condong mengarahkan perhatiannya pada komponen emosional yang dimiliki.

Komponen emosi yang dimaksudkan adalah dapat mengenai kegembiraan

sepenuhnya (pure joy), atau kegembiraan lain yang dikombinasikan dengan

beberapa emosi lain, seperti ketakutan atau kemarahan.Merujuk pada teori

Page 58: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Freud (dalam Eysenck, 1998), aspek afektif ini dapat dikategorikan sebagai

humor. Humor terjadi pada saat individu biasanya mengalami emosi negatif,

seperti ketakutan, kemarahan, dan kesedihan, akan tetapi situasi negatif ini

mampu menghasilkan persepsi yang menggembirakan atau elemen yang

ganjil. Menurut Freud (dalam Eysenck, 1998), humor merupakan bentuk dari

mekanisme pertahanan ego yang memperbolehkan seseorang untuk

menghadapi situasi yang sulit tanpa dihujani oleh emosi yang negatif.

c. Konatif

Konatif dalam psikologi sering dikaitkan dengan ekspresi dari impuls

dan motivasi individu untuk meraih sesuatu. Aspek konatif pada sense of

humor menekankan pada hubungannya dengan kepuasan akan hasrat untuk

menang, atau “keagungan diri”. Maksudnya di sini adalah saat seseorang

merespons stimulus humor dengan sebuah tawa, itu menyebabkan rasa

kemenangan dalam alam sadarnya. Merujuk pada teori Freud (dalam Eysenck,

1998), aspek konatif ini dapat dikategorikan sebagai wit/ joke. Joke adalah

suatu kategori pengalaman humor yang memperkenankan individu untuk

mengekspresikan sisi agresifnya yang selama ini berada di alam bawah sadar

dan dorongan seksual yang biasanya ditekan.

Berdasarkan tiga aspek yang diutarakan oleh Eysenck, Martin (2007)

melakukan pendalaman dan menambahkan pendapatnya mengenai aspek sense of

humor. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menurut Eysenck (1988), sense

of humor adalah karakter yang melibatkan kemampuan individu dalam

Page 59: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

mengapresiasi dan memproduksi suatu humor. Martin mendalaminya dengan

mengungkapkan aspek proses kognitif-perseptual merupakan aspek yang

berkaitan dengan produktivitas humor dan juga mengungkapkan aspek respons

emosional dan ekspresi vokal-behavioral merupakan aspek yang berkaitan dengan

apresiasi terhadap humor, sedangkan aspek yang terakhir merupakan tambahan

dari Martin (2007), yaitu aspek sense of humor dalam kaitannya dengan konteks

sosial karena aktivitas humor merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan

saat individu bercengkrama dengan individu lainnya. Penjelasannya adalah

sebagai berikut:

a. Aspek proses kognitif-perseptual

Untuk dapat memproduksi humor, seseorang membutuhkan informasi

proses mental yang datang dari lingkungan atau ingatan, lalu informasi

tersebut bermain dengan ide-ide, kata-kata, atau perbuatan dalam suatu cara

yang kreatif, lalu dengan cara itu diproduksilah pengucapan lucu secara verbal

atau aksi jenaka secara nonverbal yang dipersepsikan lucu oleh orang lain.

Selain itu, proses mental juga dilakukan individu saat mengapresisi humor,

yaitu saat munculnya informasi, indra penglihatan/ pendengaran akan

menangkap informasi tersebut, lalu akitivitas mental akan memproses artinya,

dan akhirnya informasi tersebut akan dihargai sebagai sesuatu yang tidak

begitu serius, menyenangkan, dan lucu. Beberapa hal yang merupakan fokus

kognisi dalam hal humor adalah:

Page 60: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

1) Informasi humor yang akan diproses dapat diambil individu dari apa yang

orang lain katakan atau lakukan, atau buku yang dibaca.

2) Humor melibatkan sebuah ide, gambaran, teks, atau peristiwa yang dirasa

ganjil, aneh, unik, tak terduga, mengagetkan, atau jauh dari kesan biasa

saja.

3) Individu juga membutuhkan hal-hal dan suasana kondusif yang

menyebabkannya menghargai suatu stimulus sebagai hal yang tidak serius

atau tidak penting.

b. Aspek respons emosional

Persepsi akan humor tanpa kecuali juga memunculkan sebuah

kenikmatan respons emosional, secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

1) Emosi menyenangkan yang berkaitan dengan humor merupakan suatu

perasaan unik yang sering dideskripsikan dengan ungkapan hiburan,

keriangan, kelucuan, dan kegembiraan.

2) Studi psikologi telah menyingkap bahwa stimulus humor dapat

meningkatkan suasana hati yang positif.

3) Humor adalah pengalaman yang membuat setiap orang berusaha

mengulanginya sesering mungkin, karena individu akan mengalami

tingkat emosi tinggi yang menyenangkan yang berakar dari proses

biokimia yang ada di dalam otak.

4) Situasi menyenangkan yang dialami individu berkaitan pula dengan

berbagai macam aktivitas yang menyenangkan pula, seperti makan,

Page 61: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

mendengarkan musik yang nyaman, aktivitas seksual, dan bahkan proses

modifikasi suasana hati yang dibawah pengaruh obat.

c. Ekspresi vokal-behavioral dalam tawa

Kegembiraan yang dibawa oleh humor mempunyai aspek ekspresif,

yaitu tawa dan senyuman. Ekspresi dalam menyikapi humor secara rinci

dijelaskan sebagai berikut:

1) Tawa merupakan fungsi sikap yang penting, yaitu dapat meletakkan

individu dan lingkungan sekitarnya dalam keadaan emosi yang positif.

2) Pada intensitas yang kecil, reaksi akan humor diekspresikan dengan

senyuman kecil.

3) Pada intensitas yang meningkat, ekspresi ini berubah menjadi seringai

yang lebih luas dan ada tawa yang audibel. Pada intensitas yang sangat

tinggi, emosi ini diekspresikan melalui tawa yang terbahak-bahak

(guffaw), disertai dengan muka memerah, terguncangnya tubuh, dan

memukul kawan disebelahnya.

d. Aspek konteks sosial

Pada dasarnya aktivitas humor merupakan fenomena sosial. Individu

akan lebik sering tertawa dan bercanda ketika bersama orang lain daripada

saat sendirian. Beberapa hal yang terkait dengan munculnya humor dalam

sosial konteks, yaitu:

1) Individu yang mempunyai lagak/ gaya suka melucu (playful manner)

memperbesar kesempatannya untuk bersosialisasi.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2) Untuk bisa interaktif memunculkan kemampuan humor di dalam perilaku

atau perbincangan yang lama, individu harus berada dalam suasana lepas

dan santai.

3) Aktivitas humor dapat terjadi di dalam situasi apapun juga, akan tetapi

humor akan lebih sering terjadi pada suasana sosial yang tidak begitu

serius.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, menurut Eysenck (1998),

aspek sense of humor individu dibagi menjadi tiga, yaitu aspek kognitif yang

menekankan pada keganjilan dan kekontrasan antara beberapa ide, aspek afektif

yang menekankan pada sense of humor individu yang lebih condong perhatiannya

pada komponen emosional yang dimiliki, dan aspek konatif yang lebih

menekankan pada hubungannya dengan kepuasan individu terhadap humor dan

ekspresi yang meliputinya. Tiga aspek sense of humor yang dikemukakan oleh

Eysenck tersebut, diperdalam oleh Martin (2007), seorang pemerhati dalam studi

humor, dengan mengemukakan empat aspek yang terlibat dalam proses sense of

humor, yaitu aspek kognitif-perseptual yang mengkarakteristikkan humor sebagai

jenis khusus dari proses kognisi, aspek respons emosional yang mengedepankan

bahwa humor juga memunculkan sebuah kenikmatan respons emosional, aspek

ekspresi vokal-behavioral dalam tawa yang berpendapat bahwa kegembiraan yang

dibawa oleh humor mempunyai aspek ekspresif, dan konteks sosial yang berfokus

bahwa aktivitas humor merupakan fenomena sosial. Melalui perkembangan dan

pendalaman yang telah dilakukan, peneliti memutuskan untuk menggunakan

Page 63: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

empat aspek yang ditegakkan oleh Martin (2007), yang dirujuk melalui tiga aspek

sense of humor yang diusung terlebih dahulu oleh Eysenck.

3. Gaya sense of humor

Martin (2007), sebagai peneliti dalam studi sense of humor juga

merancang gaya-gaya sense of humor yang digunakan untuk membedakan antara

gaya humor yang berpotensi menimbulkan keuntungan dan kerugian bagi

individu yang mengusungnya. Meskipun rancangan ini tidak berkaitan dengan

aspek-aspek yang diperdalamnya dari teori Eysenck (1998) yang digunakan oleh

peneliti sebagai pedoman dalam penelitiannya, namun studi ini dapat memperluas

wawasan dalam mempelajari karakter sense of humor itu sendiri. Ada empat gaya

sense of humor yang ditegakkan, dua diantaranya dianggap cenderung bersifat

adaptif atau sehat (gaya afiliatif dan gaya memperbaiki diri) dan dua yang lain

dianggap cenderung berpotensial merugikan atau tidak sehat (gaya agresif dan

gaya penyerangan diri). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Afiliatif

Afiliatif dalam humor adalah suatu kecenderungan individu untuk

mengemukakan hal-hal lucu, canda, mengaitkan gurauan cerdik yang spontan

untuk membuat sekelilingnya terhibur atau gembira, untuk membuat

sekelilingnya merasa damai, memperlancar pertemanan, dan mengurangi

tegangan dalam bersosialisasi. Gaya humor afiliatif ini merupakan humor

yang “menghina” diri sendiri dalam arti positif, maksudnya adalah

Page 64: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

kecenderungan seseorang untuk berbincang hal yang lucu atau kebodohan

mengenai dirinya sendiri, akan tetapi tetap mempertahankan rasa penerimaan

diri (self acceptance). Gaya humor ini juga termasuk gaya humor toleran yang

menguatkan dirinya sendiri dan orang lain.

b. Memperbaiki diri (self-enhancing)

Sense of humor gaya memperbaiki diri (self-enhancing) ini

menyangkut kecenderungan untuk mempertahankan perspektif mengenai hal

lucu walaupun sedang dalam keadaan tertekan dan kemalangan. Humor self-

enhancing ini berkaitan dengan penggunaan humor sebagai regulasi emosi

atau coping mechanism, yang diharapkan dapat membantu individu untuk

mengatasi dan menanggulangi kecemasan hidup.

c. Agresif

Gaya sense of humor agresif melibatkan unsur humor negatif, seperti

sindiran tajam (sarkasme), mengganggu, ejekan, cacian, dan hinaan. Gaya

agresif ini merupakan gaya sense of humor yang terfokus pada humor yang

maladaptif, karena kecenderungannya untuk mengekspresiakn humor tanpa

memandang dampaknya bagi orang lain. Gaya humor ini juga adalah suatu

gaya humor dengan ekspresi kompulsif, yang mana individu dengan gaya

humor ini sulit untuk melawan dorongannya untuk melontarkan hal-hal lucu

yang membuat orang lain terluka.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

d. Menyerang diri (self-defeating)

Humor gaya ini melibatkan humor “menghina” pada diri sendiri yang

sudah kelewatan. Gaya sense of humor ini merupakan gaya yang cenderung

tidak baik, karena membiarkan dirinya sendiri menjadi sasaran humor yang

negatif dan maladapatif. Individu dengan gaya humor ini berupaya untuk

menyenangkan orang lain lewat perbuatan dan perkataan jenaka mengenai diri

sendiri dengan cara mengizinkan orang lain untuk merendahkannya. Gaya

humor menyerang diri ini cenderung untuk melibatkan perilaku humornya

sebagai wujud menyembunyikan diri dari perasaan negatif. Individu yang

sering menggunakan gaya humor ini terlihat cukup gembira atau menikmati,

akan tetapi juga merasakan elemen lemahnya emosi yang dimiliki,

penghindaran, dan rendahnya harga diri yang terjadi karena gaya humor yang

digunakan ini.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Martin (2007)

mengemukakan empat gaya dari sense of humor, yaitu sense of humor gaya

afiliatif, perbaikan diri (self-enhancing), agresif, dan penyerangan diri (self-

defeating). Sense of humor gaya afiliatif berfokus pada kecenderungan individu

untuk melakukan aktivitas humor untuk membuat sekelilingnya gembira dan

mengurangi tegangan dalam bersosialisasi, sense of humor gaya perbaikan diri

menitik beratkan pada penggunaan humor sebagai regulasi emosi atau coping

mechanism yang diharapkan dapat membantu individu untuk mengatasi dan

menanggulangi kecemasan hidup, sense of humor gaya agresif melibatkan unsur

Page 66: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

humor negatif yang digunakan untuk menyerang dan menyakiti orang lain,

sedangkan sense of humor gaya penyerangan diri melibatkan humor “menghina”

pada diri sendiri yang membiarkan dirinya sendiri menjadi sasaran humor yang

negatif dan maladapatif.

C. Tipe Kepribadian Ekstrovert

1. Pengertian tipe kepribadian ekstrovert

Kepribadian menurut Allport (dalam Sobur, 2003) adalah organisasi

dinamis dari sistem-sistem psikofisis dalam individu yang turut menentukan cara-

caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Menurut

Jung (1991), kepribadian (psyche) memiliki sebuah sistem penilaian yang secara

luar biasa berkembang dengan baik, nilai tersebut sering dianggap sebagai energi

yang keluar. Jung (1953) menambahkan, ada dua tipe karakteristik kepribadian

yang memiliki fungsi sangat berbeda diperannya dalam adaptasi dan orientasi

hidup tiap individu, dua tipe tersebut adalah tipe ekstrovert dan tipe introvert.

Individu dengan tipe introvert adalah individu yang terfokus pada dunia

subjektifnya, yang orientasi libidonya tertuju dalam dirinya sendiri, sedangkan

individu dengan tipe ekstrovert adalah individu yang terfokus pada dunia

objektifnya, orientasi utamanya tertuju keluar sehingga baik pikiran, perasaan,

maupun tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan

sosial maupun lingkungan non-sosial.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Selain itu, Eysenck (1991), pemerhati dan peneliti mengenai tipe

introvert-ekstrovert, menyatakan tiga perbedaan pokok antara tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert, yang pertama adalah individu dengan tipe kepribadian

introvert mempunyai wawasan yang lebih subjektif daripada individu ekstrovert

yang memiliki pandangan lebih objektif. Kedua, individu dengan tipe kepribadian

introvert menunjukkan aktivitas berpikir (cerebral activity) yang lebih sering

daripada individu ekstrovert yang cenderung sering melakukan aktivitas yang

ditunjukkan dalam perilakunya (behavioral activity). Perbedaan yang terakhir

adalah individu dengan tipe kepribadian introvert lebih mampu untuk melakukan

kontrol diri daripada individu tipe ekstrovert yang cenderung meledak-ledak.

Arndt (1974) menjelaskan mengenai tipe ekstrovert, yaitu suatu tipe yang

mengarahkan individu untuk berorientasi secara positif kepada dunia

disekelilingnya, sedangkan menurut Lucas (dalam Eid dan Larsen, 2008),

individu dengan kepribadian introvert lebih pendiam dan pasif dalam

bersosialisasi. Memang kedua tipe ini tetap melakukan sosialisasi dengan

lingkungannya, akan tetapi karena individu ekstrovert lebih dapat bersosialisasi

daripada individu introvert, individu ekstrovert akan lebih menikmati suasana

sosial daripada individu introvert. Meskipun memiliki kecenderungan dan minat

yang berbeda-beda, tetap saja bersosialisasi dengan orang lain adalah hal yang

menyenangkan, dan individu ekstrovert yang akan lebih berbahagia sehingga

dapat meraih subjective well-being nya.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian

ekstrovert adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisis dalam individu

yang menentukan cara-caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya, yaitu dengan kesadarannya, individu mengarahkan energi

psikisnya untuk berorientasi secara positif kepada dunia disekelilingnya sehingga

baik pikiran, perasaan, maupun tindakannya terutama ditentukan oleh

lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial.

2. Aspek-aspek dari tipe kepribadian ekstrovert

Telah dijelaskan sebelumnya, kedua tipe kepribadian introvert dan

ekstrovert ini dimiliki oleh setiap individu dan penentuan apakah individu dapat

disebut memiliki tipe ekstrovert ataupun introvert didasarkan pada kecenderungan

tipe mana yang paling menonjol dan paling tampak dalam pembawaan keseharian

individu (dalam Jung, 1953). Individu dengan tipe ekstrovert, dalam kondisi sadar

mempunyai orientasi yang sangat dominan pada objek dan objektif data di luar

dirinya daripada orientasinya ke dalam dirinya/ proses subjektif yang berada

dalam kondisi tak sadarnya, dan pernyataan Jung (1953) ini menekankan bahwa

dominasi suatu tipe ditunjukkan pada keaadaan saat individu dalam keadaan sadar

(consciousness) yang ditunjukkan dalam beberapa aspek, yaitu:

a. Minat (interest)

Individu dengan sikap ekstrovert selalu menekankan bahwa penilaian

objektif mempunyai peran yang lebih besar daripada penilaian subjektif

Page 69: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

sebagai faktor penentu dalam kesadarannya. Alasan mengapa individu yang

ekstravert sangat tertarik dan mempunyai minat pada kondisi objektif di luar

dirinya adalah karena, menurut individu pada tipe ini, objek disekitar dirinya

memiliki kerja layaknya magnet yang menarik individu untuk lebih condong

kearah objektif daripada subjektif ke dalam dirinya. Sebaliknya, bila

dibandingkan dengan minat pada individu introvert, individu dengan tipe

ekstrovert memiliki anggapan yang tak pernah berubah bahwa subjek adalah

pusat dari setiap ketertarikan/ minat. Subjek adalah magnet yang akan

merenggut godaan objek di luar dirinya dan menjauhkannya untuk mendekat

ke arah subjek/ ke dalam dirinya.

b. Perhatian (attention)

Atensi/ perhatian adalah aspek selektif yang membuat individu

mengarahkan proses persepsinya pada sejumlah elemen stimulus yang dipilih

dan menyingkirkan elemen stimulus yang mengganggu/ yang lain. Individu

ekstrovert mengatur kedudukan bahwa subjek berada dibawah kepentingan

objek, dimana objek memiliki perhatian dan nilai yang lebih berkuasa dalam

kehidupannya. Kontras dengan perhatian pada individu ekstrovert, individu

introvert mengatur diri dan proses psikologis subjektifnya diatas objek dan

proses objektifnya, atau dapat dikatakan subjektivitas yang dimiliki selalu

berusaha untuk mengandaskan gerak objektivitas, sehingga sikap ini

memberikan nilai yang lebih tinggi pada subjek dalam dirinya daripada objek

yang berada di luar/ sekeliling dirinya.

Page 70: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

c. Tindakan (action)

Seperti yang telah berkali-kali dijelaskan, bahwa individu ekstrovert

meletakkan orientasi pada objek dan fakta objektif di luar dirinya, objek juga

merupakan penilaian yang paling berkuasa pada keputusan dan tindakan yang

diambil oleh individu pada tipe ini. Tindakan-tindakan yang diambil juga

sebagai hasil dari pengaruh hal dan orang-orang disekitar dirinya, dan itu

sangat berhubungan dengan kondisi objektif. Meskipun demikian, tindakan

objektif yang dilakukan ini tidak semata-mata murni reaktif karena adanya

rangsangan lingkungan. Karakter ekstrovert ini sangat konstan terhadap

keadaan yang aktual, sehingga pada akhirnya dapat menemukan tindakan

yang tepat dan sesuai dalam keterbatasan situasi objektif yang ditangkap.

Dua tipe kontras yang dikemukakan oleh Jung merupakan teori fenomenal

yang menginspirasi banyak peneliti untuk mengamati dan menelusuri keberadaan

dua sikap yang berbeda ini dalam diri tiap individu. Salah satunya adalah

Eysenck, namun tidak seperti Jung yang lebih menekankan pada libido yang

masuk atau keluar, Eysenck lebih menekankan pada beragam sifat/ karakteristik

yang dibawa oleh tipe kepribadian ekstrovert-introvert (dalam Ewen, 2003).

Menurut Eysenck, dkk. (1992), aspek karakteristik yang memberikan kontribusi

bagi kemunculan kepribadian ekstrovert adalah sebagai berikut:

a. Active-inactive

Pribadi yang ekstrovert adalah pribadi yang tidak bisa berdiam diri

atau hanya merenung dalam suatu jangka waktu yang lama. Individu dengan

Page 71: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

karakter ini akan selalu mencari kesibukan dan kegiatan. Karakter yang

biasanya dilakukan adalah:

1) Individu dengan kepribadian ekstrovert akan selalu bertindak penuh

dengan semangat dan selalu berhasrat untuk melakukan kegiatan.

2) Individu yang aktif biasanya memiliki gaya berbicara yang cepat. Hal ini

membantu individu untuk menuangkan banyaknya pendapat yang ada di

dalam benaknya.

Kebalikan dari ekstrovert yang active adalah individu tipe introvert

yang cenderung inactive. Individu ini lebih memilih dan menyukai kegiatan-

kegiatan yang tidak menuntut dirinya untuk mengeluarkan energi yang

banyak. Individu dengan tipe introvert cenderung memilih kegiatan yang

pasif, seperti menjadi pendengar dalam suatu acara, pengamat dalam suatu

kegiatan, ataupun penikmat, dan menyukai kegiatan yang tidak menguras

tenaga, seperti membaca di tempat yang sepi dan menulis dalam ketenangan.

b. Sociable-unsociable

Telah menjadi sebuah tendensi diantara ahli psikologi dan pendidik di

Amerika untuk memandang ekstraversi sebagai reinterpretasi dari ranah sikap

sosial (social behavior). Ekstraversi selalu didekatkan oleh kemampuan dalam

bersosialisasi, sedangkan introversi dipandang sebagai kecenderungan untuk

menjauhkan diri dari kontak sosial. Kontras dengan individu bertipe

ekstrovert yang suka bersosialisasi, individu introvert tidak begitu memiliki

kemampuan untuk mencairkan suasana disekelilingnya, namun hal ini bukan

Page 72: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

berarti individu introvert tidak melakukan sosialisasi dengan lingkungannya.

Individu bertipe introvert memang kurang menyukai berkumpul dengan

teman-temannya dan lebih suka merenung dan berpikir, namun bukan berarti

individu ini sama sekali tidak berinteraksi dengan yang lain.

c. Assertive-unassertive

Individu dengan tipe ekstravert memiliki sikap yang asertif. Sikap

asertif adalah sikap tegas yang dimiliki seseorang agar daya otonomi terhadap

dirinya sendiri dapat berjalan optimal sehingga tidak terus tunduk kepada

intimidasi di dunia sekitar. Sikap ini mengarah pada:

1) Individu ini mampu menjadi pemimpin bagi dirinya untuk membuat suatu

keputusan sendiri mengenai suatu hal mengenai dirinya tanpa merasa

terbebani akan pendapat atau tekanan dari sekitarnya.

2) Sikap asertif juga ditunjukkan dengan kesediaan seseorang untuk terbuka

dengan tantangan yang ada disekitarnya.

3) Sikap asertif ini juga akan mengarahkan individu untuk selalu

memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.

4) Individu yang asertif tidak akan ragu untuk mengekspresikan apa yang

dirasakan dan diinginkan kepada lingkungannya.

Tidak seperti individu ekstrovert yang mampu mengutarakan apa yang

telah menjadi prinsip hidupnya, individu introvert cenderung kurang dapat

asertif untuk menunjukkan ke sekitarnya akan apa sebenarnya yang

diinginkan dan dirasakan, sehingga sering ditemukan sikap yang cenderung

Page 73: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

tidak mandiri, pengaruhnya lemah terhadap yang lain, dan tidak begitu

menuntut atas hak-hak yang seharusnya diterima.

d. Expressive-inhibited

Bila dikaitkan dengan tipe kepribadian ekstrovert-introvert, individu

bertipe ekstrovert cenderung untuk dapat melepaskan emosinya ke setiap

perilaku, perkataan, dan mimik wajahnya dengan bebas. Individu yang

ekspresif, sesungguhnya melibatkan ekspresi emosi yang dimilikinya dengan

emosi komunikasi nonverbal sebagai petunjuknya, dan tentu saja dalam

kesesuaian konteks dan situasi sosial. Proses inilah yang membuat individu

dengan sikap ekstrovert mudah untuk ekspresif, karena pandangannya yang

objektif ke lingkungannya.

Hal ini tidak seperti individu dengan tipe introvert yang cenderung

segan untuk melepaskan ekspresinya (inhibited). Menurut Eysenck (1998),

individu yang introvert menunjukkan derajat yang lebih tinggi dalam aktivitas

otaknya (cerebral activity), sedangkan individu yang ekstrovert menunjukkan

derajat yang lebih tinggi dalam aktivitas perilakunya (behavioral activity). Hal

inilah yang membuat individu introvert lebih akan berpikir dua kali untuk

melepaskan ekspresinya daripada individu ekstrovert yang lebih bebas dan

spontan.

e. Dogmatic-flexible

Individu dengan kepribadian ekstrovert cenderung untuk memiliki

karakter seperti ini, karena spontanitas dan kurang mampunya dalam

Page 74: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

merenungkan kembali suatu hal. Dogmatis merupakan kecenderungan untuk

memiliki keyakinan yang pasti dan dipegang teguh, didasarkan kepada

otoritas dan menerima secara independen fakta-fakta dan dukungan empiris

lainnya, namun pandangan yang dipegang tidak menggunakan pembuktian,

sehingga amat besar kemungkinannya untuk mengalami kesalahan dalam

membuat suatu kesimpulan.

Sikap dogmatis yang dimiliki oleh individu dengan tipe ekstrovert ini

berkebalikan dengan sikap fleksibel pada individu introvert. Individu dengan

kepribadian introvert akan memikirkan kembali tentang kebenaran ataupun

kesalahan dari pendapat yang telah diambil, akan tetap berkompromi dengan

pihak yang tidak setuju dengan pendapatnya, dan akan mudah berhenti saat

terjadi perdebatan yang alot dengan orang lain.

f. Aggression-peaceful

Menurut Eysenck, individu dengan tipe ekstrovert tidak selalu dapat

dipercaya dan terkadang mudah marah. Perilaku agresi ini ditunjukkan oleh

individu dengan tipe ekstrovert, seperti mengekspresikan kemarahan baik

secara langsung maupun tak langsung, sering mengeluarkan pendapat dengan

kasar, dan cenderung melakukan sindiran tajam/ cemoohan. Meskipun tak

bisa dipungkiri kombinasi dari perilaku agresif dan kemauan yang tinggi

merupakan realisasi ideal dari individu yang kuat dalam mengahadapi

persaingan.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Kebalikan dari karakter agresif yang dimiliki oleh individu dengan

tipe ekstrovert, individu dengan tipe introvert cenderung untuk jarang marah

dan memilih menghindar dari konflik personal. Karakter ini dapat diterima

secara positif sebagai anggapan karena individu tersebut lebih memilih

menggunakan rasa empati dan pengertian antara satu sama lain saat peristiwa

agresivitas datang, atau malah dapat dipandang dari sisi negatinya, yaitu

individu tidak memiliki kepercayaan dan kekuasaan kendali atas dirinya

sendiri terhadap apa yang dimiliki dan diinginkan.

g. Ambitious-unambitious

Perilaku ambisius merupakan aspek perilaku yang dimiliki oleh tipe

kepribadian ekstrovert. Tujuan dari perilaku ambisius individu dalam lingkup

ekstraversi ini adalah untuk meningkatkan kedudukan sosialnya dan nilai

dalam produktivitasnya dalam meraih apa yang diinginkan. Individu

ekstrovert ini sangat berambisi, pekerja keras, dan kompetitif. Tujuan

hidupnya adalah keinginan yang sangat untuk dapat berusaha sekeras

mungkin dalam meraih semua yang dicita-citakannya. Kebalikan dari individu

tipe ekstrovert yang ambisius, individu tipe introvert cenderung memiliki

perilaku yang unambitious. Individu tipe introvert akan menempatkan nilai

harapan kecil dalam performansinya yang kompetitif, cenderung malu-malu,

tak mempunyai tujuan. Kecenderuangn tersebut dapat terjadi karena perasaan

asing terhadap tujuan demi kekuasaan sosial, atau bahkan tidak memiliki

identitas diri dan visi yang jelas untuk masa depannya.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, menurut Jung (1953), aspek

tipe kepribadian ekstrovert individu dibagi menjadi tiga, yaitu aspek minat, aspek

perhatian, dan aspek tindakan. Tiga aspek tipe kepribadian ekstrovert yang

dikemukakan oleh Jung tersebut, diperdalam oleh Eysenck (1992), yang lebih

menekankan pada beragam sifat/ karakteristik yang dibawa oleh tipe kepribadian

ekstrovert-introvert, pada tipe kepribadian ekstrovert, aspek-aspek yang

ditegakkan yaitu aspek aktif yang menjelaskan bahwa individu dengan

kepribadian ekstrovert akan selalu mencari kesibukan dan kegiatan, aspek sosial

yang menekankan kemampuan individu ekstrovert dalam bersosialisasi, aspek

asertif yang memastikan agar daya otonomi terhadap dirinya dapat berjalan

optimal, aspek ekspresif yang cenderung untuk melepaskan emosinya dengan

bebas, aspek dogmatis yang memiliki kecenderungan dalam menyatakan opini

secara arogan, aspek agresi yang menyatakan dimana individu dengan tipe

kepribadian ekstrovert cenderung sulit untuk mengendalikan ledakan

emosionalnya, dan aspek ambisius yang bertujuan meningkatkan kedudukan

sosialnya dan nilai dalam produktiivtasnya dalam meraih apa yang diinginkan.

Melalui perkembangan dan pendalaman yang telah dilakukan, peneliti

memutuskan untuk menggunakan tujuh aspek yang ditegakkan oleh Eysenck, dkk

(1992), yang dirujuk melalui tiga aspek tipe kepribadian ekstrovert yang diusung

terlebih dahulu oleh Jung (1953).

Page 77: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3. Tipe-tipe fungsi psikologi tipe kepribadian ekstrovert

Menurut Jung (1953), setiap orang dapat didiferensiasikan dengan lebih

luas, tidak hanya melalui perbedaan umum ekstrovert-introvert saja, tetapi juga

melalui fungsi dasar psikologis individual. Ada empat macam fungsi dasar

psikologis, yaitu pikiran (thinking), perasaan (feeling), pengindera (sensation),

dan intuisi (intuition). Setiap fungsi ini dapat berperan sebagai tipe kepribadian

ekstovert ataupun introvert tergantung hubungan yang nanti tercipta dengan

objeknya. Kolaborasi antara empat fungsi jiwa dengan tipe kepribadian

ekstrovert-introvert akan membentuk delapan tipe, yaitu pemikir ekstrovert,

perasa ekstrovert, pendria ekstrovert, intuitif ekstrovert, pemikir introvert, perasa

introvert, pendria introvert, dan intuitif introvert. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Pemikir ekstrovert

Tipe pemikir adalah tipe yang dimiliki individu yang dalam sebagian

besar masa hidupnya sering bergantung dari refleksi kognitif, sehingga

disetiap aksi penting yang dikeluarkan merupakan hasil dari motif-motif yang

dipertimbangkan secara intelektual. Sebagai hasil dari sikap ekstravert,

individu tipe ini selalu menggunakan fungsi intelektualnya dalam setiap

pengambilan keputusan, yang mana keputusan akhirnya selalu terarah pada

data objektif maupun ide-ide yang menurutnya sudah valid. Ciri-ciri yang

dimiliki adalah sebagai berikut:

1) Keputusan yang diambilnya ditentukan tidak semata-mata untuk dirinya

sendiri, tetapi juga bagi teman-teman atau lingkungannya.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2) Keputusannya berdasar pada formula intelektual yang telah terbentuk dan

menghasilkan keyakinan, yaitu semua benar bila sesuai dengan

pemikirannya dan semua salah bila tidak sesuai dengan pemikirannya.

3) Tipe ini cocok untuk menjadi seorang reformator dalam permasalahan

publik, penyuluh masyarakat, dan inovator.

b. Perasa ekstrovert

Fungsi perasaan memberikan kepada individu pengalaman-

pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan, ketakutan, kegembiraan,

kesedihan, cinta, dan kebencian. Perasaan dalam pendirian ekstrovert terarah

pada data objektif, sehingga hal-hal diluar dirinya merupakan penentu penting

dalam proses ini. Ciri-ciri yang dibawa oleh tipe ini adalah:

1) Meski individu selalu mengarahkan perasaannya pada objektivitas,

individu tetap dapat memiliki perasaan pribadi mengenai apa yang dirasa,

hanya keputusan akhir nanti tetap berfokus pada lingkungannya.

2) Individu tipe ini akan menggunakan perasaan ekstrovertnya untuk

merasakan hal-hal yang positif mengenai lingkungannya dan ditunjukkan

dengan perilaku, misal pergi ke acara konser, teater, dan peragaan busana.

3) Mengadakan tekanan pada proses pikirnya, karena pikiran adalah fungsi

psikis yang paling mengganggu individu ini dalam merasa.

4) Sering ditemukan pada kaum wanita karena fokusnya yang lebih

menegakkan afeksi daripada kognisi.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

c. Pengindera ekstrovert

Fungsi pengindera adalah fungsi perseptual yang menghasilkan fakta-

fakta konkret, sehingga individu akan melihat suatu hal semata-mata seperti

apa adanya, sesuai dengan realitas yang ada. Tentu saja, sebagai tipe

ekstrovert, pendriaan yang dilakukan dikondisikan oleh objek yang berada

diluar diri individu. Ciri-ciri yang dibawa oleh tipe ini adalah:

1) Pemahaman individu mengenai objeknya dikembangkan secara tidak

biasa, akumulasi dari pengalaman pribadinya yang actual dengan obek

konkret yang diamati.

2) Pemahamannya menjadi tidak masuk akal karena individu tersebut

menjadi subjek dalam pengindraan irasional dan sikap rasionalnya.

3) Tujuan hidupnya adalah mewujudkan kesenangannya tetapi juga

mengedepankan moralitas.

d. Intuitif ekstrovert

Fungsi intuisi adalah fungsi persepsi yang bekerja melalui proses-

proses tak sadar dan di bawah ambang kesadaran yang dapat melampaui

fakta-fakta, perasaan-perasaan, dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan.

Sesuai dengan sikap ekstrovert, maka intuisi adalah fungsi psikis yang proses

persepsinya di bawah kesadaran dan sepenuhnya terarah pada objek di luar

diri individu. Dalam kesadaran, fungsi intuitif ditunjukkan melalui sikap

ekspektasi tertentu, yaitu dengan imajinasi mengenai masa depan (vision)

yang tajam dan perseptif dimana hanya bisa dibuktikan di kemudian hari.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Ciri-ciri yang diusung oleh tipe ini adalah:

1) Individu dengan tipe intuitif ekstrovert ini selalu dinamis dan selalu

muncul ketika ada peluang-peluang atau kemungkinan-kemungkinan yang

terjadi.

2) Tidak pernah ingin stabil dalam posisi atau keadaan tertentu

3) Aspek moral yang dimiliki tidak didapat dari perasaan/ pemikirannya,

tetapi individu mempunyai sendiri karakteristik moralnya, yang terdiri

dari pandangan intuitifnya yang setia terhadap lingkungannya dan sikap

tunduknya terhadap otoritas.

4) Selalu siap untuk memperluas kemampuannya di bidang apapun, sehingga

individu pernah atau sedang menggeluti berbagai profesi. Namun individu

pada tipe ini tidak begitu profesional dalam bidang sosial.

e. Pemikir introvert

Pikiran individu introvert sangat diarahkan oleh faktor subjektif, atau

setidaknya faktor subjektif ini diwakili oleh arahan dari perasaan subjektif,

dimana pada akhirnya akan menentukan keputusan yang akan diambil. Pikiran

subjektif ini dapat berasal dari faktor yang konkret atau abstrak, namun poin

yang menentukan akan selalu diarahkan oleh data subjektif, oleh karena itu

pemikiran ini tidak mengarah dari pengalaman konkret yang kembali lagi

menuju hal-hal yang objektif, akan tetapi akan selalu tertuju pada konten

subjektivitas. Selain itu, tujuannya tidak pernah bersentuhan dengan

intelektualitas yang memproses hal konkret dan aktual. Tujuannya adalah

Page 81: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

untuk membenarkan bahwa fakta yang ada sudah sesuai dan memenuhi

dengan kerangka ide yang diciptakan.

f. Perasa introvert

Perasa introvert sangat ditentukan oleh faktor subjektif. Fakta objektif

dipandang hanya sebagai pelengkap yang muncul setelah intensitas pengaruh

dari dalam diri individu, jadi bila diamati, perasa introvert sangat identik

dengan pemikir introvert, hanya saja perasa introvert lebih menggunakan

perasaannya, sedangkan pemikir introvert lebih condong pada buah pikiran/

ide yang dihasilkan. Perasaan yang dimiliki cenderung diperdalam (intensif)

daripada diluaskan (ekstensif), individu ini mengembangkan perasaannya

hingga lubuk yang terdalam. Contohnya, dimana ada suatu peristiwaa yang

dapat saja membuat individu mengekspresikan rasa simpatinya secara

ekstensif kedalam tindakan ataupun ucapan, individu dengan tipe ini akan

cepat menghilangkan pengaruh ini kedalam rasa simpati yang intensif ke

lubuk perasaannya yang terdalam dan tidak mengekspresikannya.

g. Intuitif introvert

Individu tipe intuitif introvert, fungsi psikologisnya diarahkan pada

objek yang ada didalam dirinya (inner object), dimana biasanya berhubungan

dengan elemen bawah kesadaran. Individu pada tipe ini memfokuskan dirinya

pada penilaian tentang pandangan pribadinya. Individu ini tidak begitu

merepotkan mengenai nilai estetika yang dimiliki dan bisa dikatakan sangat

parah dalam hal moral yang muncul berasal dari pemaknaan intrinsiknya.

Page 82: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Individu dengan tipe ini dapat beradaptasi dengan dirinya sendiri dan mampu

memaknai sebuah peristiwa, namun tidak mampu beradaptasi dengan realitas

pada masa kini yang aktual, sehingga ini menghalangi dirinya sendiri untuk

terpengaruh dari berbagai macam realitas yang ada dan cenderung menjadi

sosok yang tidak masuk akal.

h. Pengindera introvert

Tipe pengindera sangat bergantung pada pengindraan/ sensasi yang

ditangkap oleh panca indera individu. Tipe ini juga memiliki faktor subjektif

yang memberikan kontribusi pada pembawaan subjektif untuk mengatasi

stimulus objektif. Akan tetapi sensasi tetaplah sensasi, kekuasaan faktor

subjektif terkadang mendapat suatu gencetan yang sempurna dari pengaruh

objek, meskipun demikian tetap saja sensasi itu akan menjadi persepsi dari

faktor subjektif dan pengaruh dari objek akan tenggelam ke tingkat stimulator

saja. Secara normal, objek yang tampak bukannya diperkecil pengaruhnya

hingga akhirnya tak ada dalam kesadaran individu, namun stimulus objek ini

dihapus dari proses ini, karena segera digantikan oleh reaksi subjektif yang

tidak lagi berhubungan dengan realitas yang dimiliki objek.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, menurut Jung (1953)

setiap orang dapat didiferensiasikan dengan lebih luas, tidak hanya melalui

perbedaan umum ekstrovert-introvert saja, tetapi juga melalui fungsi dasar

psikologis individual. Ada empat macam fungsi dasar psikologis, yaitu pikiran

(thinking), perasaan (feeling), pengindraan (sensation), dan intuisi (intuition).

Page 83: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Kolaborasi antara empat fungsi jiwa dengan tipe kepribadian ekstrovert-introvert

akan membentuk delapan tipe, yaitu pemikir ekstrovert, perasa ekstrovert,

pengindera ekstrovert, intuitif ekstrovert, pemikir introvert, perasa introvert,

pengindera introvert, dan intuitif introvert. Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu

melakukan pengamatan dan pengukuran pada tipe kepribadian ekstrovert, maka

peneliti lebih berfokus pada tipe fungsi pada sikap ekstrovert, yaitu pemikir

ekstrovert, perasa ekstrovert, pendria ekstrovert, dan intuitif ekstrovert, namun

tanpa menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan munculnya tipe-tipe fungsi dari

sikap introvert.

D. Hubungan antara Sense of Humor dan Tipe Kepribadian Ekstrovert

dengan Subjective Well-being pada Dewasa Madya

1. Hubungan antara sense of humor dan kepribadian ekstrovert dengan

subjective well-being pada dewasa madya

Masa dewasa madya adalah masa yang dianggap paling menakutkan

dibanding seluruh jenjang periode lain yang dialami individu. Hal ini terjadi

karena adanya anggapan yang tidak menyenangkan mengenai jenjang usia ini,

yaitu mengenai penurunan kondisi fisik dan juga mental, sehingga cepat atau

lambat individu harus melakukan suatu penyesuaian kembali terhadap perubahan-

perubahan yang dialami, agar supaya siap menyongsong masa lanjut usia

dikemudiannya (Hurlock, 2002).

Page 84: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Masa dewasa madya memang merupakan masa yang menakutkan, akan

tetapi pada masa ini pula individu mendapatkan masa puncak kepuasan hidupnya.

Kepuasan hidup ini, menurut Veenhoven (dalam Dockery, 2000), ditandai dengan

mempunyai kehidupan penikahan yang sehat dan kehidupan karir yang mantap.

Pencapaian optimal dan ideal dari kedua hal tersebut akan menimbulkan

kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Setiap individu, secara subjektif,

memaknai kepuasan dan kebahagiaan yang dialami dengan berbeda-beda. Konsep

kepuasan secara luas dan dirasakan sebagai akumulasi dari perasaan yang dialami

di sepanjang masa kehidupannya disebut subjective well-being.

Menurut Veenhoven (dalam Eid dan Larsen, 2008), subjective well-being

adalah hasil daya kognitif dalam memberikan evaluasi bahwa individu memiliki

kehidupan yang bagus/ layak dan hasil aspek afeksi yaitu perasaan bahagia yang

menurut individu sering dirasakan dalam setiap waktunya. Diener (2005) juga

menyatakan bahwa subjective well being merupakan konsep yang luas, meliputi

afek positif mengenai pengalaman menyenangkan, rendahnya tingkat afek

negatif, dan kepuasan hidup yang tinggi. Menurut Mroczek and Kolarz (dalam

Ehrlich dan Isaacowitz, 2002), pada masa dewasa madya ini individu cenderung

mempunyai afek positif yang lebih tinggi dan memiliki level afek negatif yang

cenderung lebih rendah, sehingga kebahagiaan hidup pun dapat tercapai. Ruch

(dalam Raskin, 2008) menyatakan bahwa ada satu hal yang dimiliki individu dan

dapat menjadi kontributor yang sangat potensial dalam mencapai kebahagiaan

hidup (good life), yaitu sense of humor.

Page 85: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Sense of humor, menurut Martin (dalam Roeckelein, 2002), adalah

karakteristik yang merujuk pada perbedaan respons emosional individu dalam

konteks kegembiraan sosial, yang ditunjukkan melalui persepsi mengenai

keganjilan yang lucu dan diekspresikan melalui senyuman dan tawa. Lefcourt

(dalam Snyder dan Lopez, 2002) menerangkan bahwa sense of humor adalah ciri

yang dimiliki seseorang, yang mendorong individu untuk tidak terlalu serius

dalam mengahadapi dirinya sendiri dan hal-hal lain yang ia alami. Kemampuan

ini membuat individu lebih santai dalam menghadapi permasalahan yang sedang

menekan dan membuat individu untuk lebih menikmati hidupnya.

Selain sense of humor yang berperan dalam kebahagiaan dan kepuasan

hidup individu, kepribadian yang dibawa juga turut menentukan perannya.

Santrock (1999) mengemukakan bahwa kepribadian yang mendukung dapat

membantu individu dalam meraih fungsi psikologis yang positif, sehingga

individu mampu untuk memberikan makna yang positif mengenai hidupnya.

Jung (1991) menyatakan bahwa kepribadian (psyche) memiliki sebuah

sistem penilaian yang secara luar biasa berkembang dengan baik, nilai tersebut

sering dianggap sebagai energi yang keluar. Melalui pandangan energi yang

mengalir ini, dibedakan dua tipe kepribadian yang didasarkan pada kemana

energi/ libido dalam dirinya akan mengarah, dan ini akan menentukan tipe mana

yang dimiliki oleh individu tersebut, kedua tipe tersebut adalah tipe ekstrovert dan

introvert. Individu dengan tipe introvert adalah individu yang terfokus pada dunia

subjektifnya, yang orientasi libidonya tertuju dalam dirinya sendiri, sedangkan

Page 86: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

individu dengan tipe ekstrovert adalah individu yang terfokus pada dunia

objektifnya, orientasi utamanya tertuju keluar sehingga baik pikiran, perasaan,

maupun tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan

sosial maupun lingkungan non-sosial.

Menurut Suryabrata (2005), penyesuaian individu dengan kepribadian

ekstrovert terhadap dunia luar berlangsung dengan baik dan mempunyai ciri-ciri

hatinya terbuka, mudah bergaul, dan hubungan dengan orang lain lancar,

sedangkan penyesuaian individu dengan kepribadian introvert terhadap dunia luar

kurang berlangsung dengan baik, individu dengan kepribadian introvert

mempunyai ciri-ciri jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan

orang lain, dan kurang dapat menarik perhatian orang lain.

Uraian diatas menunjukkan bahwa masa dewasa madya, selain menjadi

masa krisis, merupakan masa puncak kepuasan hidupnya baik dalam hal karir

maupun dalam membina keluarga. Istilah yang lebih luas mengenai kepuasan

hidup sebagai perasaan yang dirasakan individu pada sepanjang masa hidupnya

adalah subjective well-being. Subjective well-being merupakan keadaan yang

dicapai saat individu menilai bahwa kebahagiaan merupakan hal yang dirasakan

dalam totalitas waktu hidupnya. Sense of humor sebagai karakter individu yang

dinilai dapat meningkatakan kegembiraan, merupakan potensi yang dirasa mampu

agar individu dapai mencapai keadaan subjective well-being. Selain sense of

humor, individu juga dapat merasakan kebahagiaan hidup karena kepribadian

yang dibawanya, terutama bila kepribadian yang dimiliki selain mampu berfungsi

Page 87: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

secara baik dengan dunia intrapersonal, juga mampu melakukan fungsinya

dengan baik terhadap dunia interpersonalnya, yaitu lingkungan sekitarnya. Tipe

kepribadain ekstrovert merupakan tipe yang mengarahkan individu untuk

berinteraksi secara positif dengan dunia disekelilingnya sehingga penyesuaian

dirinya terhadap dunia luar berlangsung dengan baik. Melalui karakter sense of

humor yang dimiliki dan kepribadian ekstrovert sebagai pembawaannya, individu

dapat mampu untuk mengevaluasi hidupnya menjadi lebih positif dan tak tertutup

bagi individu untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan dalam masa rentang

kehidupannya, atau keadaan ini sering disebut dengan subjective well-being.

2. Hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being pada dewasa

madya

Sense of humor merupakan karakter individu yang paling penting, yang

dirancang untuk membuat individu tak gentar dalam menjalani kehidupannya

sehingga dapat meraih keutuhan hidup, karena sense of humor yang dimiliki

individu merupakan bahan bakar yang dapat mengaktifkan hasrat dalam bermain,

sehingga individu mampu untuk menikmati permainan-permainan atau tantangan-

tantangan yang disuguhkan oleh kehidupan. Melalui sense of humor pula individu

dapat mengambil makna positif atas pengalaman pahit dan negatif yang

dihadapinya (Ruocco, 2007).

Sependapat dengan pernyataan Ruocco, Ruch (dalam Raskin, 2008)

menyatakan bahwa sense of humor merupakan kontributor yang sangat potensial,

Page 88: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

yang dimiliki individu, dalam mencapai kebahagiaan hidup (good life). Bagi

Veenhoven (dalam Eid dan Larsen, 2008), istilah yang cocok untuk

menggambarkan kebahagiaan manusia secara utuh (overall happiness) adalah

subjective well-being.

Diener (2009d) menyatakan bahwa subjective well-being akan terpenuhi

bila afek positif muncul dengan frekuensi yang lebih tinggi daripada frekuensi

kemunculan afek negatif, sehingga keadaan ini dapat memberikan perasaan

nyaman dan riang (joyful). Selain itu subjective well-being juga diiringi dengan

pemaknaan postif individu akan hidupnya, yaitu apabila individu dapat mencapai

tujuannya dan merasa puas maka pemaknaan mengenai hidupnya akan baik pula

sehingga subjective well-being akan terpenuhi.

Keadaan puas yang dikemukakan oleh Diener seolah memiliki keterkaitan

dengan karakter dari sense of humor. Kartono (2005) menjelaskan mengenai

pentingnya seseorang untuk memiliki kesadaran akan humor. Kesadaran akan

humor merupakan kemampuan untuk mengerti sifat-sifat yang bertentangan dan

menerima keterbatasan dari diri sendiri dan manusia lain, disertai oleh perasaan-

perasaan lembut. Apabila individu dapat menerima dirinya sendiri dan

lingkungannya berserta kekurangan-kekurangannya dengan tangan terbuka,

kepuasan hidup atau bahkan subjective well-being pun sangat mungkin untuk

dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas terlihat pentingnya karakter sense of humor

yang dimiliki individu untuk menghadapi tantangan-tantangan dan permasalahan-

Page 89: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

permasalahan hidup, namun tetap dalam suasana yang menyenangkan. Selain itu

sense of humor merupakan kemampuan yang sangat berguna, yang dimiliki oleh

individu, untuk dapat menyadarkan dan menerima dengan lapang dada mengenai

kekurangan-kekurangan yang ada dalam diri individu sendiri atau lingkungannya.

Hal tersebut penting untuk mengembangkan kepuasan akan hidupnya dan

menaikkan level afek positif melalui kegembiraan yang dihasilakan, sehingga

individu dapat meraih keadaan subjective well-being nya.

3. Hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being

pada dewasa madya

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masa dewasa madya adalah

masa transisi yang dapat disebut masa krisis, namun pada masa ini pulalah

individu mencapai puncak kejayaan dan mencapai kepuasan hidupnya. Staudinger

dan Bluck (dalam Lachman, 2001), menyatakan bahwa pada masa madya ini,

individu diharapkan dapat mencapai kemantapan dalam keluarga yang selama ini

telah dibina, mendapatkan arah yang jelas dan mencapai masa puncak dalam

berkarir, dan dapat secara bijak memangku tanggung jawab atas anak-anak,

orangtua yang telah lanjut, dan tanggung jawab dalam komunitasnya.

Pernyataan Staudinger dan Bluck tersebut juga menyatakan bahwa dalam

masa dewasa madya, individu juga diharapkan untuk mencapai kemantapan

dalam bersosialisasi. Pencapaian dalam hal bersosialisasi ini dapat mudah tercapai

pada individu yang memiliki kepribadian yang terbuka dalam melakukan

Page 90: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

hubungan interpersonal terhadap lingkungan sekitarnya, karakter ini seperti yang

dijunjung oleh tipe kepribadian ekstrovert. Arndt (1974) menjelaskan bahwa tipe

ekstrovert adalah suatu tipe yang mengarahkan individu untuk berorientasi secara

positif kepada dunia disekelilingnya dan individu pada tipe ini menemukan suatu

kepuasan terbesar apabila individu tersebut berinteraksi dengan dunia objektifnya

dan orang lain disekitarnya.

Diener dan Suh (2000) juga menegaskan bahwa kehidupan bersosialisasi

dengan lingkungan atau ikut serta dalam suatu komunitas merupakan satu hal

yang diperlukan bagi individu untuk mendapat tingkat komponen kognitif yang

diharapkan dalam mencapai subjective well-being. Komponen kognitif yang

diharapkan tersebut adalah individu mempunyai pemikiran bahwa berbagai aspek

kehidupannya, seperti keluarga, karir, dan komunitasnya adalah hal-hal yang

memberikannya kepuasan hidup.

Berdasarkan uraian di atas, pada umumnya individu pada masa dewasa

madya, selain meraih kepuasan hidup melalui kesuksesan karir dan mebina

keluarga, juga melalui kesuksesannya dalam bersosialisasi dalam komunitasnya.

Ada satu tipe kepribadian yang dimiliki individu yang dapat mendukung dan

memudahkannya untuk mencapai kesuksesan dalam bersosialisasi, kepribadian

itu adalah tipe kepribadian ekstrovert. Individu dengan kepribadian ekstrovert

memiliki penyesuaian diri terhadap dunia luar dengan baik. Kelebihan ini yang

memungkinkan individu dengan kepribadian ini untuk dapat meraih kepuasan

hidupnya dan bahkan subjective well-being nya.

Page 91: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

E. Kerangka Berpikir Hubungan antara Sense of Humor dan Tipe

Kepribadian Ekstrovert dengan Subjective Well-being

pada Dewasa Madya

Keterangan

Anak panah biru : Hipotesis 1

Anak panah merah : Hipotesis 2

Anak panah hitam : Hipotesisi 3

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan positif antara sense of humor dan tipe kepribadian

ekstrovert dengan subjective well-being pada dewasa madya.

2. Ada hubungan positif antara sense of humor dengan subjective well-being

pada dewasa madya.

3. Ada hubungan positif antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective

well-being pada dewasa madya.

Subjective Well-beingpada Dewasa Madya

Sense of humor

Tipe Kepribadian Ekstrovert

Page 92: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Kriterium : Subjective well-being

2. Variabel Prediktor : a. Sense of humor

: b. Tipe kepribadian ekstrovet

B. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Subjective well-being

Subjective well-being adalah keadaan yang dialami individu sebagai hasil

evaluasi afektif dan kognitifnya, yaitu keadaan lebih seringnya merasakan afek positif

daripada afek negatif sebagai hasil evaluasi afektifnya dan mendapatkan kepuasan

hidup baik pada periode masa lalu, masa sekarang, maupun kepuasan pada

pengharapannya di masa depan, dan juga kepuasan terhadap ranah di kehidupannya

(demografis), sebagai hasil evaluasi kognitifnya. Tingkat subjective well-being dalam

penelitian ini akan diungkap dengan menggunakan Skala Subjective Well-being yang

disusun berdasar komponen subjective well-being yang dikemukakan oleh Diener,

dkk. (1999). Menurut Diener, dkk. (1999) komponen-komponen tersebut terdiri atas

Page 93: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

komponen afek positif, afek negatif, kepuasan hidup secara global, dan kepuasan

dalam ranah kehidupan. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh maka akan

menunjukan semakin tinggi level subjective well-being yang dimiliki individu,

sebaliknya semakin rendah skor skala yang diperoleh maka akan menunjukkan

semakin rendah level subjective well-being nya.

2. Sense of humor

Sense of humor adalah karakteristik yang merujuk pada fenomena konteks

sosial dalam mengapresiasi stimulus humor, sehingga dapat menimbulkan

kenikmatan emosional yang dapat diekspresikan melalui tawa/senyuman, dan juga

dalam memproduksi humor, yaitu individu mampu untuk menghasilkan hal-hal

jenaka yang didapat dari informasi-informasi disekitarnya sebagai hasil proses daya

kognitif perseptual yang dimiliki. Sense of humor dalam penelitian ini akan diungkap

dengan menggunakan Skala Sense of Humor yang disusun berdasar aspek sense of

humor yang dikemukakan oleh Martin (2007), merupakan pendalaman dari aspek-

aspek yang dikemukanan oleh Eysenck (1998).

Martin (2007) mengemukakan empat aspek dalam proses sense of humor,

yaitu aspek kognitif-perseptual, aspek respons emosional, aspek ekspresi vokal-

behavioral, dan aspek konteks sosial. Semakin tinggi skor skala yang diperoleh,

maka akan menunjukan semakin tinggi tingkat sense of humor yang dimiliki individu,

sebaliknya semakin rendah skor skala yang diperoleh maka akan menunjukan

semakin rendah tingkat sense of humor nya.

Page 94: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

3. Tipe kepribadian ekstrovert

Kepribadian ekstrovert adalah tipe kepribadian yang mengarahkan minat,

perhatian, dan tindakan individu untuk berorientasi secara positif terhadap dunia

sekelilingnya, sehingga terwujud pada karakter-karakternya yang khas, yaitu perilaku

yang aktif, mudah untuk bersosialisasi, asertif, ekspresif, dogmatis, agresif, dan

penuh ambisi. Kepribadian ekstrovert dalam penelitian ini akan diungkap dengan

menggunakan Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert yang disusun berdasar aspek

kepribadian ekstrovert yang dikemukakan oleh Eysenck (1992).

Aspek-aspek yang ditegakkan yaitu aspek aktif, aspek sosial, aspek asertif,

aspek ekspresif, aspek dogmatis, aspek agresi, dan aspek ambisius. Semakin tinggi

skor skala yang diperoleh maka akan menunjukan semakin tinggi tingkat ekstraversi

yang dimiliki individu, sebaliknya semakin rendah skor skala yang diperoleh maka

akan menunjukan semakin rendah tingkat ekstraversi nya.

C. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telkom Divisi

Telekomunikasi (Distel) Jogjakarta yang terletak di Kotabaru, yang memiliki

karyawan berusia dewasa madya sebanyak 97 jiwa dengan ciri-ciri berusia 40-60

tahun, pria dan wanita, dan telah berkeluarga. Peneliti tidak mencermati mengenai

pengaruh jenis kelamin, baik pria maupun wanita, karena menurut Diener (2009d),

perbedaan yang dihasilkan melalui perbandingan level subjective well-being antara

pria dan wanita masih terlalu kecil, yaitu dengan r sebesar 0,04, sehingga dalam

Page 95: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

penelitian ini tidak bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat subjective well-being

tersebut baik pada wanita maupun pria.

Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian di PT Telkom karena PT

Telkom mengedepankan visi yang sesuai dengan penelitian subjective well-being,

khususnya dalam hal mengembangkan afek positif karyawannya. Visi PT Telkom

secara umum adalah ingin menyentuh para customer dari hati ke hati, maka dari itu

PT Telkom menetapkan lima nilai yang menuntun perilaku pegawai-pegawainya

dalam menyediakan produk dan jasa bagi customer, yaitu heart, assured, progressive,

empowering,dan expertise, atau sering disingkat dengan sebutan HAPEE.

Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan PT Telkom Distel Jogjakarta

yang terletak di Kotabaru, yang dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti yang

menganggap bahwa unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam diri subjek dan

sesuai dengan kriteria yang sebelumnya telah ditentukan. Peneliti menggunakan studi

populasi karena mempertimbangkan jumlah populasi yang tidak begitu besar, dengan

demikian untuk try out, peneliti menggunakan 42 karyawan di kantor Telkom Plasa

Kabupaten Sleman yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

secara purposive sampling, dan menggunakan keseluruhan 97 karyawan kantor

Telkom Distel yang terletak di Kotabaru sebagai populasi yang digunakan untuk

penelitian.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga jenis skala sikap yang dibuat oleh peneliti

sendiri, yaitu Skala Subjective Well-being, Skala Sense of Humor, dan Skala Tipe

Kepribadian Ekstrovert. Skala yang digunakan berpedoman pada skala Likert yang

telah dimodifikasi. Tiap skala memiliki keterangan jawaban yang berbeda.

Penyusunan aitem-aitem dalam skala ini dikelompokkan menjadi aitem favorable dan

unfavorable yang dibuat dalam empat jawaban.

1. Skala Subjective Well-being

Skala subjective well-being ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan

empat komponen yang dikemukakan oleh Diener (1999), yaitu aspek afek positif,

afek negatif, kepuasan hidup secara global, dan kepuasan dalam ranah kehidupan.

Penjelasannya sebagai berikut:

a. Afek positif

Afek positif adalah suatu kondisi yang didapat saat individu merasa

bahwa dirinya dalam keadaan yang baik/ positif. Kebahagiaan seutuhnya/

subjective well-being tidak didapatkan melalui kuatnya intensitas afek positif

yang dialami oleh individu, namun lebih ditekankan pada frekuensi seringnya

individu merasakan dan mengalami afek potif tersebut. Selain itu afek positif

dapat memberikan sebuah motivator dan ganjaran (reward) internal yang

dapat meningkatkan kemungkinan individu untuk melanjutkan usahanya

dalam meraih harapan yang ingin dicapai.

b. Afek negatif

Page 97: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Saat hubungan antara afek negatif dan positif menjadi perdebatan,

Bradburn dan Caplovitz (dalam Diener, dkk., 1999) berpendapat bahwa afek

positif dan afek negatif merupakan dua hal yang independen sehingga harus

diukur secara terpisah. Hal ini juga dibenarkan oleh Diener, Smith, dan Fujita

(dalam Diener, dkk., 1999) dengan penelitiannya yang menggunakan

pengukuran multimetode untuk mengontrol kesalahan dalam mengukur kerja

kedua afek ini. Penelitian ini menghasilkan suatu penemuan bahwa kedua

komponen afek positif dan negatif ini memang memiliki hubungan yang

bertolak belakang secara moderat, namun memiliki hubungan yang terpisah

secara lebih jelas.

Afek negatif merupakan suatu kondisi yang diperoleh saat individu

merasa bahwa dirinya berada dalam kondisi yang negatif yang membuatnya

tidak nyaman. Hal ini dapat dirasakan individu saat mengalami suatu

peristiwa yang membuatnya pesimis dan sulit memaknai hal-hal positif yang

ada dalam diri dan lingkungan sekitarnya.

c. Kepuasan hidup

Komponen kepuasan hidup ini menekankan bahwa subjective well-

being diidentifikasi dengan sikap bersahabat individu terhadap kehidupannya

secara keseluruhan. Ini meliputi penerimaan individu terhadap apa yang telah

dicapai pada masa lalu, puas dan menghargai apa yang telah didapat pada

masa sekarang, dan memiliki pandangan positif akan apa yang terjadi pada

masa depannya. Tidak seperti komponen afek yang didapat melalui kuantitas

Page 98: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

peristiwa positif yang dialaminya, komponen kepuasan hidup didapat melalui

kualitas hidup individu yang diambil berdasarkan evaluasi hidupnya secara

keseluruhan.

d. Kepuasan dalam Ranah Kehidupan

Melalui pertimbangan bahwa kepuasan hidup juga dipengaruhi oleh

kepuasan individu berdasarkan ranah-ranah kehidupannya, maka Diener, dkk.

(1999) menambahkan satu komponen lagi dalam subjective well-being, yaitu

kepuasan hidup dalam ranah kehidupan (domain satisfaction). Kepuasan

domain ini menekankan fokusnya pada beberapa aspek spesifik dalam

kehidupan seperti kepuasan dalam pekerjaan, dalam pernikahan, kesehatan,

pendapatan, adanya waktu luang, kepuasan terhadap diri sendiri, dan

kepuasan dalam berkelompok.

Perlu diperhatikan bahwa dalam subjective well-being, komponen afek

negatif merupakan komponen yang kontra terhadap komponen yang lain dan

subjective well-being itu sendiri. Diener, dkk. (1999) menyatakan bahwa

subjective well-being merupakan kondisi lebih seringnya individu merasakan afek

positif daripada afek negatifnya. Penskoran komponen afek ini dijelaskan Pavot

(dalam Eid dan Larsen, 2008) dengan menyatakan bahwa skor mengenai kondisi

afek yang dirasakan individu didapat dari jumlah total skor afek positif dikurangi

afek negatif. Melalui penjelasan itulah peneliti, dalam penskoran, akan

menggunakan formula subjective well-being dari Libran (2006), yang

Page 99: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dikembangkannya dari teori Diener, dkk. (1999) dan Pavot (dalam Eid dan

Larsen, 2008). Formula tersebut adalah:

SWB = SWL + (PA - NA)

Keterangan:

SWB : Subjective Well-being

SWL : Kepuasan hidup (gabungan antara kepuasan ranah kehidupan dan

kepuasan hidup secara global)

PA : Afek positif

NA : Afek negatif

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir, yang terdiri atas 27 aitem

favorable dan 9 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Subjective Well-being

sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Blueprint Skala Subjective Well-being

No Komponen Indikator Perilaku Favorable Unfavorable Total

Page 100: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

1. Afek positif a. Kerianganb. Rasa suka citac. Kepuasand. Harga dirie. Rasa kasih sayangf. Kebahagiaang. Kegembiraan yang

sangat

12,74,89131517

9

2. Afek negatif a. Bersalah dan malub. Kesedihanc. Kecemasan dan

kekhawatirand. Kemarahane. Tekananf. Depresig. Kedengkian

3,105

6,1112141618

9

3. Kepuasan hidup secara global

a. Hasrat untuk mengubah hidup

b. Kepuasan pada kehidupan saat ini

c. Kepuasan pada kehidupan masa lalu

d. Kepuasan pada kehidupan masa depan kelak

e. Pendapat orang-orang terdekat mengenai hidupnya

19

22

25

34

21

27

28

29

23

9

4. Kepuasan dalam ranah kehidupan

a. Pekerjaanb. Keluargac. Waktu luangd. Kesehatane. Keuanganf. Selfg. One’s group

2026

3032

36

313335

24

9

Total 27 9 36

2. Skala Sense of Humor

Peneliti memutuskan untuk menggunakan empat aspek yang digunakan

oleh Martin (2007) dalam skala yang akan digunakan untuk mengukur sense of

Page 101: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

humor. Empat aspek tersebut hasil pendalamannya yang berasal dari tiga aspek

sense of humor yang diusung terlebih dahulu oleh Eysenck (1998). Empat aspek

yang ditegakkan oleh Martin adalah sebagai berikut:

a. Aspek kognitif-perseptual

Aspek ini menekankan fokusnya pada sense of humor yang merupakan

hasil dari proses kognisi atau sistem mental, sehingga individu akan mampu

mengapresiasi dan memproduksi humor. Beberapa hal yang ditekankan pada

aspek ini adalah mengenai keganjilan, kekontrasan, dan keterkecohan individu

dalam meraih stimulus humor. Pada saat munculnya stimulus humor, individu

sebagai observer akan mengerahkan sejumlah energi mental untuk

menantikan kejadian sesuai apa yang diharapkan, ketika yang disangka

sebelumnya ternyata tidak terjadi, akhirnya energi mental yang terkumpul

dikeluarkan sebagai tawa.

b. Aspek respons emosional

Aspek ini menekankan bahwa sense of humor memiliki keterlibatan

dengan komponen yang memunculkan sebuah kenikmatan respons emosional

bagi individu. Melalui sense of humor, individu juga dapat merasakan emosi

positif walaupun dirinya dalam keadaan tertekan dan panik. Ini terjadi karena

sense of humor yang dimiliki individu mampu untuk memodifikasi perspektif

dalam situasi negatif tersebut, sehingga memperkenankan individu untuk

menghindar dalam mengalami afek negatif di situasi ini.

c. Aspek ekspresi vokal-behavioral

Page 102: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Setiap individu menangkap informasi yang diartikan sebagai sesuatu

yang lucu, individu dapat secara bebas mengekspresikannya denga tawa.

Aspek ini sangat berhubungan dengan aspek sense of humor dalam kaitannya

dengan konteks sosial, karena ekspresi yang dibebaskan individu berasal dari

luar dirinya atau lingkungannya. Tawa yang dilepaskan, bukan hanya keadaan

gembira yang diungkapkan oleh indivu yang bersangkutan saja, namun juga

membujuk lingkungannya untuk mengalami situasi atau keadaan positif yang

sedang dialaminya, sehingga kegembiraan akan menular ke lingkungannya.

d. Aspek dalam konteks sosial

Aspek ini berfokus pada dasar bahwa sense of humor merupakan

kemampuan individu untuk bersosilasi dengan lingkungannya dengan cara

yang menyenangkan. Individu dapat merasa gembira karena humor yang

diingat dan melalui bacaan saat individu itu sedang sendiri, akan tetapi ini

tetap disebut fenomena sosial karena individu merespons humor yang

diangkat oleh karakter dalam ingatan atau buku yang dibaca. Aspek

interpersonal ini diartikan merupakan studi mengenai bagaimana pendapat,

perasaan, dan perilaku individu mengenai humor yang didapat atau

dipengaruhi oleh lingkungan atau orang lain disekitarnya.

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir, yang terdiri atas 18 aitem

favorable dan 18 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Sense of Humor

sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 103: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 2

Blueprint Skala Sense of Humor

No Aspek Indikator Perilaku Favorable Unfavorable Total

1. Daya kognitif-perseptual

a. Melalui pengamatan dan bacaan

b. Melibatkan ide yang tak terduga

c. Menanggapi hal dengan tidak serius

d. Memberikan apresiasi pada stimulus humor

1

16

17,30

33

6

9

21

26

9

2. Daya afektif/ responsemosional

a. Kebahagiaan dalam menghadapi humor

b. Meningkatkan suasana hatic. Pengalaman yang selalu

ingin diulangd. Gemar bersenang-senang

5

15

19

28

2

10

22

31,34

9

3. Daya ekspresi vokal-behavioral

a. Ekspresi dalam humor merupakan sikap yang penting

b. Tertawa (audible)c. Tertawa terbahak-bahak

(guffaw)

3

12,2023

8

11,2427,35

9

4. Daya konteks sosial a. Humor dalam bersosialisasi sehari-hari

b. Adaptasic. Menarik perhatiand. Menyerang

4,13

182936

7

142532

9

Total 18 18 36

3. Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

Skala Kepribadian Ekstrovert ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan

tujuh aspek yang dikemukakan oleh Eysenck, dkk. (1992), yaitu aspek aktif,

Page 104: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

aspek sosial, aspek asertif, aspek ekspresif, aspek dogmatis, aspek agresi, dan

aspek ambisius. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Aspek perilaku aktif (active)

Pribadi yang ekstrovert adalah pribadi yang aktif, tidak bisa berdiam

diri, dinamis, dan enerjik. Individu dengan kepribadian ekstrovert akan selalu

bertindak penuh dengan semangat dan memiliki gaya berbicara yang cepat.

Individu dengan pribadi ekstrovert akan selalu dinamis dan enerjik. Sikap ini

menunjukkan bahwa individu dengan kepribadian ekstrovert sulit untuk

menekuni kegiatan yang bersifat pasif dan lebih menyukai pekerjaan yang

aktif seperti di lapangan.

b. Aspek kemampuan dalam bersosialisasi (sociable)

Individu yang memiliki tingkat ekstraversi yang tinggi memang

dikategorikan sebagai individu yang mampu bersosialisasi dengan baik dan

nyaman dengan orang disekitarnya. Aspek ini menekankan bahwa individu

dengan kecenderungan ekstrovert akan sangat menikmati berkumpul dan

bertemu dengan teman-temannya dan termotivasi dengan kuat untuk sering

melakukan berbagai macam interaksi sosial.

c. Aspek ketegasan (assertiveness)

Sikap asertif adalah sikap kepemimpinan natural/bawaan yang dimiliki

oleh indivdu. Sikap ini menjadikan individu bebas dan merdeka untuk

Page 105: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

mengungkapkan persetujuan atau keengganannya mengenai suatu hal

berdasarkan prinsip yang dipegang, jadi keputusan yang diambil bukan karena

tekanan atau mengikuti pihak lain. Sikap asertif ini akan membebaskan

individu untuk mengutakan pendapatnya sebagai wujud dari perilaku spontan

dan independen.

d. Aspek perilaku yang ekspresif (expressive)

Ekspresif merupakan sebuah istilah yang biasanya digunakan terkait

dengan tampilan wajah, suara dan gestur tubuh. Individu bertipe ekstrovert

cenderung untuk dapat melepaskan emosinya ke setiap perilaku, perkataan,

dan mimik wajahnya dengan bebas. Individu dengan tipe ekstrovert mudah

untuk ekspresif, karena pandangannya yang objektif ke lingkungannya.

e. Aspek dogmatis (dogmatic)

Individu dengan kecenderungan ekstraversi cenderung untuk memiliki

karakter yang dogmatis, suatu karakteristik kepribadian yang berhubungan

dengan sebuah kecenderungan untuk memiliki kebiasaan dalam menyatakan

opini secara arogan. Ini terjadi karena individu kurang mampu dalam

memikirkan/ merenungkan kembali fakta yang masih prematur yang diambil

dari fenomena yang muncul.

f. Aspek perilaku yang agresif (aggressive)

Agresivitas pada individu dengan tipe kepribadian ekstrovert terlihat

dari perilakunya yang penuh semangat dan antusias, besarnya usaha untuk

Page 106: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

menunjukkan penegasan diri, kecenderungan untuk mencapai dominasi sosial,

akan tetapi itu semua dilingkupi oleh tindakan yang kasar.

g. Aspek perilaku yang ambisius (ambitious)

Kemampuan dalam bersosialisasi dan perilaku ambisius merupakan

petunjuk dari adaptasi sosial dalam tipe kepribadian ekstrovert. Tujuan dari

perilaku ambisius dalam lingkup ekstraversi ini adalah untuk meningkatkan

kedudukan sosialnya dan nilai dalam produktivitasnya dalam meraih apa

yang diinginkan. Individu ekstrovert ini sangat berambisi, pekerja keras, dan

kompetitif.

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 35 butir, yang terdiri atas 18 aitem

favorable dan 17 aitem unfavorable. Distribusi aitem Skala Kepribadian

Ekstrovert sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Blueprint Skala Kepribadian Ekstrovert

Page 107: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

No Aspek Indikator Perilaku Favorable Unfavorable Total

1. Perilaku aktif a. Selalu mencari kesibukanb. Bertindak penuh

semangatc. Memiliki gaya berbicara

yang cepat

1

15,30

4

20

5

2. Kemampuan dalam bersosialisasi

a. Membutuhkan temanb. Menyukai tempat yang

ramaic. Memiliki teman yang

banyak dan beragam

228,33

9

19

5

3. Asertif a. Pemimpinb. Terbuka dengan tantanganc. Mengutarakan apa yang

dirasakan dan diinginkan

316

1018

31

5

4. Ekspresif a. Perilakub. Perkataanc. Gestur dan mimik wajah

826

142734

5

5. Dogmatis a. Menyatakan opini secara arogan

b. Memiliki keyakinan yang pasti

c. Kurang mampu untuk merenungkan kembali

7

24

5

25

35

5

6. Agresif a. Menunjukkan penegasan diri

b. Mencapai dominasi sosialc. Mudah marah

12

17,32 1121

5

7. Ambisius a. Berambisib. Pekerja kerasc. Kompetitif

132329

6

22

5

Total 18 17 35

Model skala yang digunakan pada Skala Subjective Well-being adalah skala

Likert. Metode penskalaan ini menggunakan distribusi respons yang memiliki lima

kategori jawaban. Peneliti menggunakan dua jenis kategori jawaban, yaitu kategori

Page 108: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

jawaban dengan pilihan Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai

(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS) untuk mengukur komponen kepuasan hidup dan

kepuasan dalam ranah domain; dan kategori jawaban dengan pilihan Selalu (SL),

Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP) untuk

mengukur komponen afek positif dan afek negatif. Pemisahan dilakukan karena

adanya perbedaan penekanan subjective well-being terhadap komponen afek dan

komponen kepuasan hidup, yaitu individu dapat mencapai subjective well-being bila

kuantitas frekuensi afek positif lebih sering muncul daripada afek negatif, sedangkan

dalam hal kepuasan hidup, subjective well-being dapat dicapai bila individu

memberikan nilai tinggi terhadap kualitas hidup keseluruhannya secara global.

Skor responden pada skala secara keseluruhan diperoleh dengan cara

menjumlahkan skor pada tiap-tiap aitem. Skala Subjective Well-being ini

mengandung aitem favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).

Pemberian skor untuk aitem favorable bergerak dari lima sampai satu, sedangkan

skor untuk aitem unfavorable bergerak dari satu sampai lima. Skor responden pada

skala secara keseluruhan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor pada tiap-tiap

aitem yang merujuk pada formula yang dikembangkan oleh Libran (2006).

Sama seperti Skala Subjective Well-being, Skala Sense of Humor yang

digunakan oleh peneliti juga merupakan skala model Likert yang menggunakan lima

kategori jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai

(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala Sense of Humor dalam penelitian ini

mengandung aitem favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).

Page 109: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Peneliti juga memilih model skala Likert dalam menyusun Skala Tipe

Kepribadian Ekstrovert. Model skala ini memiliki lima kategori jawaban yaitu Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Skala ini mengandung aitem favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak

mendukung). Pemberian skor untuk aitem favorable bergerak dari lima sampai satu,

sedangkan skor untuk aitem unfavorable bergerak dari satu sampai lima.

E. Validitas dan Reliabilitas

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Validitas Instrumen Penelitian

Secara lazim, validitas diartikan sejauh mana peneliti sungguh-sungguh

mengukur ihwal yang memang ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan tes

atau skala sebagai alat ukur mengenai fenomena psikologis yang akan diungkap,

validitas alat ukurnya pun harus diperhatikan, karena suatu tes atau skala dapat

valid atau tidak valid untuk maksud ilmiah atau praktis yang hendak dicapai oleh

si pengguna/ pemakai skala tersebut (Kerlinger, 2006).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi/ muatan. Menurut

Azwar (2007), validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement,

sehingga validitas ini memiliki pengertian mengenai sejauh mana aitem-aitem isi

objek yang hendak diukur dan sejauh mana aitem-aitem tes mencerminkan ciri

perilaku yang hendak diukur.

Page 110: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Skala dalam penelitian ini diuji daya beda aitemnya menggunakan korelasi

product moment dengan bantuan komputer program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 16.0.

2. Reliabilitas Instrumen Penelitian

Menurut Kerlinger (2006), reliabilitas atau keandalan adalah kejituan atau

ketepatan instrumen pengukur. Pernyataan ini menyiratkan suatu definisi

reliabilitas dalam kaitannya dengan stabilitas/ kemantapan, keterpercayaan

(dependability), dan keteramalan (predictability). Menurut Azwar (1998), tinggi-

rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut

koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien korelasinya, berarti konsistensi

yang didapatkan semakin baik dan dapat disebut sebagi alat ukur yang reliabel.

Sebaliknya, apabila korelasi yang didapatkan ternyata tidak tinggi, maka dapat

disimpulkan bahwa reliabilitasnya rendah.

Koefisien reliabilitas sebesar 1,00 menunjukkan adanya konsistensi yang

sempurna pada alat ukur yang bersangkutan, namun konsitensi sempurna seperti

demikian tidak dapat diharapkan akan terjadi pada pengukuran aspek-aspek

psikologis, karena manusia, sebagai subjek dari pengukuran psikologis, juga

berpotensi sebagai sumber kesalahan dalam suatu penelitian (dalam Kerlinger,

2006).

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha yaitu

dengan membelah aitem-aitem sebanyak dua atau tiga bagian, sehingga setiap

belahan berisi aitem dengan jumlah yang seimbang (Azwar, 2005). Guna

Page 111: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and

Service Solution (SPSS) versi 16.0.

F. Uji Hipotesis

Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu sense of humor dan

kepribadian ekstrovert, sehingga peneliti memilih menggunakan Analisis Regresi

Ganda menguji hipotesis yang pertama, yaitu membuktikan adanya hubungan

positif antara sense of humor dan kepribadian ekstrovert dengan subjective well-

being pada dewasa madya. Teknis Analisis Regresi dipilih karena metode ini

dapat menganalisis pengaruh-pengaruh bersama atau terpisah dari dua variabel

bebas terhadap suatu varibel terikat (Kerlinger, 2006). Untuk menguji hipotesis

yang kedua dan ketiga, yaitu menguji adanya hubungan positif antara sense of

humor dengan subjective well-being pada dewasa madya dan menguji adanya

hubungan positif antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being

pada dewasa madya, peneliti menggunakan Uji Korelasi Parsial. Perhitungan

untuk menguji hipotesis ini selengkapnya menggunakan bantuan program

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

Page 112: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi kancah penelitian

Penelitian mengenai hubungan antara sense of humor dan tipe

kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being pada dewasa madya

dilakukan di PT Telkom Divisi Telekomunikasi (Distel) Jogjakarta yang

terletak di Jl. Jendral Sudirman No 60, Kotabaru. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan survei awal untuk mengetahui

informasi yang berkaitan dengan subjek penelitian.

PT Telkom adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta

penyedia jasa dan telekomunikasi secara lengakap di Indonesia. Telkom

merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh

Pemerintah Indonesia (51,19%) dan oleh publik sebesar 48,81%. Sebagian

besar kepemilikan saham publik (45,58%) dimiliki oleh investor asing, dan

sisanya (3,23%) oleh investor dalam negeri. Telkom juga menjadi pemegang

saham mayoritas di 9 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular

(Telkomsel). Sampai saat ini PT Telkom adalah perusahaan telekomunikasi

terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta

dan pelanggan telepon seluler sebanyak 50 juta.

PT Telkom berdiri pada tahun 1961 dengan nama P.N. Postel dan

masih menjadi satu dengan PT Pos. Pada Tahun 1965, P.N. Postel dipecah

menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan

Page 113: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Pada tahun 1974, PN

Telekomunikasi diubah namanya menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi

(Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun

internasional. Pada tahun 1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (atau

lebih sering disebut dengan PT Telkom).

Pada 23 Oktober 2009, Telkom meluncurkan "New Telkom" yang

ditandai dengan penggantian identitas perusahaan dengan tagline “The world

in your hand”, yang bermakna usaha Telkom untuk menyediakan segala

produk dan layanan yang akan memudahkan hidup customer, customer

semakin yakin dengan kehidupan ini sehingga seakan-akan “dunia” berada di

genggaman customer.

Visi PT Telkom secara umum adalah ingin menyentuh para customer

dari hati ke hati, sedangkan misi PT Telkom adalah tetap kompetitif secara

berkelanjutan, memahami apa yang diinginkan customer dengan memberikan

pelayanan yang terbaik, membina kompetensi karyawan sehingga dapat

menjadi orang-orang yang berkemampuan tinggi sekaligus termotivasi, dan

menjadi mitra bisnis yang dapat diandalkan.

Melalui interaksi dengan produk dan layanannya, PT Telkom

mengharapkan para customer puas dan memandang Telkom sebagai

perusahaan yang melayani dengan sepenuh hati (heart), membuat customer

merasa assured, progressive dalam menyediakan produk dan pelayanan,

meng-empowering customer serta akan membuktikan bahwa PT Telkom

Page 114: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

mempunyai expertise tinggi. Hal ini sesuai dengan lima nilai yang

dikedepankan oleh PT Telkom, yaitu heart, assured, progressive,

empowering, dan expertise (HAPEE).

Berdasarkan hasil survey awal tersebut, peneliti memutuskan untuk

melakukan penelitian di PT Telkom Divisi Telekomunikasi (Distel)

Jogjakarta. Peneliti PT Telkom Distel Jogjakarta sebagai lokasi penelitian

dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Penelitian mengenai “Hubungan antara Sense of Humor dan Tipe

Kepribadian Ekstrovert dengan Subjective Well-being pada Dewasa

Madya” belum pernah dilakukan di PT Telkom sendiri.

b. Jumlah karyawan yang berusia dewasa cukup banyak sehingga memenuhi

criteria untuk penelitian.

c. Visi, misi, dan lima nilai (HAPEE) yang diterapkan oleh PT Telkom

kepada karyawan-karyawannya sejalan dengan pengembangan subjective

well-being, yaitu usaha untuk meningkatkan afek positif dan kepuasan

hidup individu.

d. Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian di PT Telkom itu

sendiri.

2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar

dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal-hal yang dipersiapkan adalah

berkaitan dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan dalam

penelitian.

Page 115: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

a. Persiapan administrasi

Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan

yang diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan

penelitian. Permohonan ijin tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1) Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

ditujukan kepada Manajer Human Resource (HR) PT Telkom

Jogjakarta dengan no 827/H27.06.7.1/TU/2011 agar bisa melakukan

penelitian di PT Telkom Jogjakarta Distel Kotabaru.

2) Mengajukan surat ijin penelitian kepada Manajer HR PT Telkom

Jogjakarta.

3) Setelah mendapatkan ijin dari pihak perusahaan, peneliti baru bisa

melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

oleh pihak perusahaan.

b. Persiapan alat ukur

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

penelitian ini adalah Skala Subjective Well-being, Skala Sense of Humor,

dan Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert.

1) Skala Subjective Well-being

Skala Subjective Well-being digunakan untuk mengungkap

sejauh mana tingkat subjective well-being yang dimiliki oleh subjek

dalam penelitian ini. Skala Subjective Well-being ini disusun

berdasarkan komponen-komponen subjective well-being yang

Page 116: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

diungkapkan oleh Diener, dkk. (1999) yang meliputi: komponen afek

positif, komponen afek negatif, komponen kepuasan hidup, dan

komponen kepuasan domain.

Penyusunan alternatif jawaban pada skala ini menggunakan

model Skala Likert yang terdiri dari lima alternatif jawaban. Dalam

mengukur komponen afek positif dan afek negatif, peneliti

menggunakan lima alternatif jawaban yang berfungsi untuk

mengungkap frekuensi atau seberapa sering subjek merasakan/

mengalaminya, yaitu S (Selalu) bernilai 5, SR (Sering) bernilai 4, KD

(Kadang-kadang) bernilai 3, JR (Jarang) bernilai 2, dan TP (Tidak

Pernah) bernilai 1 untuk pernyataan favorabel. Penilaian untuk

pernyataan unfavorabel yaitu S (Selalu) bernilai 1, SR (Sering) bernilai

2, KD (Kadang-kadang) bernilai 3, JR (Jarang) bernilai 4, dan TP

(Tidak Pernah) bernilai 5.

Selanjutnya, untuk mengukur komponen kepuasan hidup dan

komponen kepuasan domain, alternatif jawaban yang digunakan

adalah pilihan jawaban yang dapat mengungkapkan kecocokan subjek

mengenai ada/tidaknya stimulus yang diajukan dalam kehidupannya.

Lima alternatif tersebut adalah SS (Sangat Sesuai) bernilai 5, S

(Sesuai) bernilai 4, R (Ragu-ragu) bernilai 3, TS (Tidak Sesuai)

bernilai 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) bernilai 1.

Jumlah aitem dalam skala ini sebanyak 36 butir, yang terdiri

atas 27 aitem favorabel dan 9 aitem unfavorabel. Distribusi aitem

sebelum ujicoba dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 117: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Tabel 4.

Distribusi Aitem Skala Subjective Well-being sebelum uji coba

No Komponen Indikator Perilaku No Aitem Total

Favorable Unfavorable

1. Afek positif a. Kerianganb. Rasa suka citac. Kepuasand. Harga dirie. Rasa kasih sayangf. Kebahagiaang. Kegembiraan yang

sangat

12,74,89131517

9

2. Afek negatif a. Bersalah dan malub. Kesedihanc. Kecemasan dan

kekhawatirand. Kemarahane. Tekananf. Depresig. Kedengkian

3,105

6,1112141618

9

3. Kepuasan hidup secara global

a. Hasrat untuk mengubah hidup

b. Kepuasan pada kehidupan saat ini

c. Kepuasan pada kehidupan masa lalu

d. Kepuasan pada kehidupan masa depan kelak

e. Pendapat orang-orang terdekat mengenai hidupnya

19

22

25

34

21

27

28

29

23

9

4. Kepuasan dalam ranah kehidupan

a. Pekerjaanb. Keluargac. Waktu luangd. Kesehatane. Keuanganf. Selfg. One’s group

2026

3032

36

313335

24

9

Total 27 9 36

Page 118: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

2) Skala Sense of Humor

Skala Sense of Humor digunakan untuk mengungkap

sejauhmana tingkat sense of humor subjek dalam penelitian ini. Skala

Sense of Humor disusun berdasarkan teori dari Martin (2007) yang

memuat 4 aspek, yaitu aspek kognitif-perseptual, aspek respon

emosional, aspek ekspresi vokal-behavioral, dan aspek konteks sosial.

Skala Sense of Humor dalam penelitian ini berjumlah 36 aitem

yang terdiri atas 18 aitem favorabel dan 18 aitem unfavorabel. Pada

setiap aitem disediakan lima alternatif jawaban yang terdiri dari SS

(Sangat Sesuai) bernilai 5, S (Sesuai) bernilai 4, R (Ragu-ragu) bernilai

3, TS (Tidak Sesuai) bernilai 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai)

bernilai 1 untuk pernyataan favorabel. Penilaian untuk pernyataan

unfavorabel yaitu SS (Sangat Sesuai) bernilai 1, S (Sesuai) bernilai 2,

R (Ragu-ragu) bernilai 3, TS (Tidak Sesuai) bernilai 4, dan STS

(Sangat Tidak Sesuai) bernilai 5.

Distribusi aitem skala sense of humor sebelum uji coba dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 119: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Tabel 5.

Distribusi Aitem Skala Sense of Humor Sebelum Uji Coba

No Aspek Indikator Perilaku No Aitem Total

Favorable Unfavorable

1. Daya kognitif-perseptual

a. Melalui pengamatan dan bacaan

b. Melibatkan ide yang tak terduga

c. Menanggapi hal dengan tidak serius

d. Memberikan apresiasi pada stimulus humor

1

16

17,30

33

6

9

21

26

9

2. Daya afektif/ responsemosional

a. Kebahagiaan dalam menghadapi humor

b. Meningkatkan suasana hati

c. Pengalaman yang selalu ingin diulang

d. Gemar bersenang-senang

5

1519

28

2

1022

31,34

9

3. Daya ekspresi vokal-behavioral

a. Ekspresi dalam humor merupakan sikap yang penting

b. Tertawa (audible)c. Tertawa terbahak-bahak

(guffaw)

3

12,2023

8

11,2427,35

9

4. Daya kontekssosial

a. Humor dalam bersosialisasi sehari-hari

b. Adaptasic. Menarik perhatiand. Menyerang

4,13

182936

7

142532

9

Total 18 18 36

Page 120: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

3) Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dalam penelitian ini disusun

berdasarkan tujuh aspek yang dikemukakan oleh Eysenck, dkk. (1992),

yaitu aspek aktif yang menekankan pada perilaku aktif dan dinamis

individu, aspek sosial yang menekankan kemampuan dalam

berinteraksi dengan lingkungan, aspek asertif yang menggambarkan

ketegasan diri individu mengenai apa yang diinginkan/dipegang teguh,

aspek ekspresif yang menunjukkan kebebasan individu dalam

melepaskan emosi, aspek dogmatis yang menitikberatkan pada

kecenderungan individu dalam meyakini suatu hal secara arogan,

aspek agresif mengenai kecenderungan untuk melepaskan amarah

secara langsung maupun tidak langsung, dan aspek ambisius yang

menunjukkan keinginan yang sangat kuat untuk meraih sesuatu.

Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dalam penelitian ini

berjumlah 35 butir, yang terdiri dari 18 aitem favorabel dan 17 aitem

unfavorabel. Pada setiap aitem disediakan lima alternatif jawaban yang

terdiri dari SS (Sangat Sesuai) bernilai 5, S (Sesuai) bernilai 4, R

(Ragu-ragu) bernilai 3, TS (Tidak Sesuai) bernilai 2, dan STS (Sangat

Tidak Sesuai) bernilai 1 untuk pernyataan favorabel. Penilaian untuk

pernyataan unfavorabel yaitu SS (Sangat Sesuai) bernilai 1, S (Sesuai)

bernilai 2, R (Ragu-ragu) bernilai 3, TS (Tidak Sesuai) bernilai 4, dan

STS (Sangat Tidak Sesuai) bernilai 5. Distribusi aitem skala tipe

kepribadian ekstrovert sebelum uji coba dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 121: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Tabel 6.

Distribusi Aitem Skala Kepribadian Ekstrovert Sebelum Uji Coba

No Aspek Indikator Perilaku No Aitem Total

Favorable Unfavorable

1. Perilaku aktif a. Selalu mencari kesibukan

b. Bertindak penuh semangat

c. Memiliki gaya berbicara yang cepat

115,30

4

20

5

2. Kemampuan dalam bersosialisasi

a. Membutuhkan temanb. Menyukai tempat yang

ramaic. Memiliki teman yang

banyak dan beragam

228,33

9

19

5

3. Asertif a. Pemimpinb. Terbuka dengan

tantanganc. Mengutarakan apa yang

dirasakan dan diinginkan

316

1018

31

5

4. Ekspresif a. Perilakub. Perkataanc. Gestur dan mimik

wajah

826

142734

5

5. Dogmatis a. Menyatakan opini secara arogan

b. Memiliki keyakinan yang pasti

c. Kurang mampu untuk merenungkan kembali

7

24

5

25

35

5

6. Agresif a. Menunjukkan penegasan diri

b. Mencapai dominasi sosial

c. Mudah marah

12

17,32 1121

5

7. Ambisius a. Berambisib. Pekerja kerasc. Kompetitif

132329

6

22

5

Total 18 17 35

Page 122: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

3. Pelaksanaan Uji Coba

Sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji

coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari skala tersebut. Tahap uji

coba adalah prosedur seleksi aitem berdasarkan data empiris dengan

melakukan analisis kuantitatif terhadap parameter-parameter aitem. Menurut

Azwar (2008) uji coba terhadap aitem perlu dilakukan untuk membuktikan

bahwa aitem-aitem tersebut memang berfungsi dengan benar.

Skala penelitian diujicobakan kepada kelompok subjek yang

mempunyai karakteristik setara dengan subjek yang hendak dikenai penelitian

itu nantinya (Azwar, 2008). Uji coba dilaksanakan pada hari Senin, 21

Februari di kantor Plasa Telkom daerah Sleman. Jumlah karyawan yang

melakukan uji coba adalah 45 orang, dari 45 eksemplar yang dibagikan, yang

terkumpul dan memenuhi syarat untuk dilakukan skoring kemudian diuji

validitas dan reliabilitasnya adalah sebanyak 42 eksemplar.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Perhitungan validitas aitem untuk Skala Subjective Well-being, Skala

Sense of Humor, dan Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert dilakukan dengan

pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem total dengan

menggunakan formula product moment Pearson. Uji validitas ini akan

menentukan aitem yang gugur atau valid. Keterangan mengenai aitem yang

valid dapat dilihat melalui adanya tanda bintang (*) pada skor total tiap aitem.

Aitem bertanda satu bintang (*) menunjukkan keselarasan antara fungsi aitem

dengan fungsi skala secara keseluruhan dengan taraf kesalahan sebesar 5%,

Page 123: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

sedangkan aitem yang bertanda dua bintang (**) menunjukkan keselarasan

dengan taraf kesalahan sebesar 1%. Aitem yang tidak memiliki tanda bintang

dinyatakan gugur dan akan dihilangkan. Selanjutnya reliabilitas dihitung

dengan teknik analisis reliabilitas Cronbach’s Alpha. Perhitungan validitas

dan reliabilitas skala pada pendekatan ini menggunakan program analisis

validitas dan reliabilitas butir program statistic SPSS 16.0 for Windows.

a. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Subjective Well-being

Hasil uji validitas Skala Subjective Well-being dapat diketahui

bahwa dari 36 aitem yang diujicobakan, ada 15 aitem yang dinyatakan

gugur, yaitu aitem nomor 3, 7, 8, 12, 17, 19, 20, 21, 27, 29, 31, 32, 33, 35,

dan 36; sedangkan jumlah aitem yang valid sebanyak 21 aitem. Aitem-

aitem yang valid, yaitu aitem nomor 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16,

18, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, dan 34; sedangkan reliabilitas skala yang

ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,795. Dengan demikian,

Skala Subjective Well-being ini dianggap cukup andal sebagi alat ukur

penelitian. Perincian aitem yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel 7

di bawah ini.

Page 124: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Tabel 7Distribusi Aitem Skala Subjective Well-being yang Valid dan Gugur

No Komponen Indikator

Perilaku

No Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable Valid Gugur

Valid Gugur Valid Gugur

1. Afek positif a. Kerianganb.Rasa suka citac. Kepuasand.Harga dirie. Rasa kasih

sayangf. Kebahagiaang.Kegembiraan

yang sangat

124913

15-

-78--

-17

-----

--

-----

--

6 3

2. Afek negatif a. Bersalah dan malu

b.Kesedihanc. Kecemasan dan

kekhawatirand.Kemarahane. Tekananf. Depresig.Kedengkian

10

5

6,11-

141618

3

-

-12---

-

-

-----

-

-

-----

7 2

3. Kepuasan hidup secara global

a.Hasrat untuk mengubah hidup

b.Kepuasan kehidupan saat ini

c.Kepuasan pada kehidupan masa lalu

d.Kepuasan pada kehidupan masa depan

e.Pendapat orang mengenai hidupnya

-

22

25

34

-

19

-

-

-

-

-

-

28

-

23

21

27

-

29

-

5 4

4. Kepuasan dalam ranah domain

a. Pekerjaanb.Keluargac. Waktu luangd.Kesehatane. Keuanganf. Selfg.One’s group

-26-

30---

20---

32-

36

-----

24-

-313335---

3 6

Total 18 9 3 6 21 15

Page 125: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

b. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sense of Humor

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Sense of Humor dapat

diketahui bahwa dari 36 aitem yang diujicobakan, ada lima aitem yang

gugur, yaitu nomor 14, 17, 26, 31, dan 33; sedangkan jumlah aitem yang

valid sebanyak 31 aitem. Aitem-aitem yang valid, yaitu aitem nomor 1, 2,

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27,

28, 29, 30, 32, 34, 35, dan 36.

Selanjutnya pada penghitungan reliabilitas, koefisien Alpha

menunjukkan statistik reliabilitas sebesar 0,907. Melalui data yang

dihasilkan, Skala Sense of Humor ini dianggap cukup andal sebagai alat

ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur dapat

dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.

Page 126: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Tabel 8

Distribusi Aitem Skala Sense of Humor yang Valid dan Gugur

No Aspek Indikator

Perilaku

No Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable Valid Gugur

Valid Gugur Valid Gugur

1. Daya kognitif-perseptual

a. Melalui pengamatan dan bacaan

b.Melibatkan ide yang tak terduga

c. Menanggapi hal dengan tidak serius

d.Memberikan apresiasi pada stimulus humor

1

16

30

-

-

-

17

33

6

9

21

-

-

-

-

26

6 3

2. Daya afektif/ responsemosional

a. Kebahagiaan menghadapi humor

b.Meningkatkan suasana hati

c. Pengalaman yang selalu ingin diulang

d.Gemar bersenang-senang

5

15

19

28

-

-

-

-

2

10

22

34

-

-

-

31

8 1

3. Daya ekspresi vokal-behavioral

a. Ekspresi humor merupakan sikap yang penting

b.Tertawa (audible)

c. Tertawa terbahak-bahak

3

12,20

23

-

-

-

8

11,24

27,35

-

-

-

9 0

4. Daya konteks sosial

a. Humor dalam bersosialisasi sehari-hari

b.Adaptasic. Menarik

perhatiand.Menyerang

4,13

1829

36

-

--

-

7

-25

32

-

14-

-

8 1

Total 16 2 15 3 31 5

Page 127: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

c. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

Melalui hasil Uji Validitas Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

dapat diketahui bahwa dari 35 aitem yang diujicobakan, ada 17 aitem yang

gugur, yaitu nomor 2, 3, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 21, 23, 26, 27, 32,

dan 33; sedangkan jumlah aitem yang valid sebanyak 18 aitem. Aitem-

aitem yang valid, yaitu aitem nomor 1, 4, 5, 7, 9, 11, 15, 18, 19, 20, 22, 24,

25, 28, 29, 30, 31, 34, dan 35.

Selanjutnya pada penghitungan reliabilitas, koefisien Alpha

menunjukkan statistik reliabilitas sebesar 0,790. Melalui data yang

dihasilkan, Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert ini dianggap cukup andal

sebagai alat ukur penelitian. Adapun perincian aitem yang valid dan gugur

dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Page 128: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Tabel 8

Distribusi Aitem Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert yang Valid dan Gugur

No Aspek Indikator

Perilaku

No Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable Valid Gugur

Valid Gugur Valid Gugur

1. Perilaku aktif a. Selalu mencari kesibukan

b.Bertindak penuh semangat

c. Memiliki gaya berbicara yang cepat

1

15,30

-

-

-

-

4

-

20

-

-

-

5 0

2. Kemampuan dalam bersosialisasi

a. Membutuhkan teman

b.Menyukai tempat ramai

c. Memiliki teman yang banyak dan beragam

-

28

-

2

33

-

9

-

19

-

-

-

3 2

3. Asertif a. Pemimpinb.Terbuka dengan

tantanganc. Mengutarakan

yang dirasakan dan diinginkan

--

-

316

-

-18

31

10-

-

2 3

4. Ekspresif a. Perilakub.Perkataanc. Gestur dan

mimik wajah

---

826-

--

34

1427-

1 4

5. Dogmatis a. Beropini secara arogan

b.Memiliki keyakinan pasti

c. Kurang mampu untuk merenungkan kembali

7

24

-

-

-

-

-

25

35

5

-

-

4 1

6. Agresif a. Menunjukkan penegasan diri

b.Dominasi sosialc. Mudah marah

-

--

12

17,32-

-

11-

-

-21

1 4

7. Ambisius a. Berambisib.Pekerja kerasc. Kompetitif

--

29

1323-

--

22

6--

2 3

Total 7 11 11 6 18 17

Page 129: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian

Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya

butir-butir aitem yang valid dipergunakan untuk mengambil data penelitian

yang sesungguhnya, sedangkan butir-butir yang gugur tidak diikutsertakan

dalam pengambilan data yang sesungguhnya. Adapun distribusi ulang skala

untuk penelitian dapat dilihat pada Tabel 10, Tabel 11, dan tabel 12.

Tabel 10.Distribusi Aitem Skala Subjective Well-being

No Komponen Indikator Perilaku No Aitem Total

Favorable Unfavorabel

1. Afek positif a. Kerianganb. Rasa suka citac. Kepuasand. Harga dirie. Rasa kasih sayangf. Kebahagiaan

1(1)2(2)4(3)9(6)13(9)15(11)

------

6

2. Afek negatif a. Bersalah dan malu

b. Kesedihanc. Kecemasan dan

kekhawatirand. Tekanane. Depresif. Kedengkian

10(7)

5(4)6(5),11(8)

14(10)16(12)18(13)

-

--

---

7

3. Kepuasan hidup secara global

a. Kepuasan kehidupan saat ini

b. Kepuasan hidup pada masa lalu

c. Kepuasan hidup pada masa depan

d. Pendapat orang mengenai hidupnya

22(14)

25(17)

34(21)

-

-

28(19)

-

23(15)

5

4. Kepuasan dalam ranah domain

a. Keluargab. Kesehatanc. Self

26(18)30(20)

-

--

24(16)

3

Total 18 3 21

Keterangan:nomor dalam tanda kurung () adalah nomor baru untuk penelitian

Page 130: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Tabel 11.Distribusi Aitem Skala Sense of Humor

No Aspek Indikator Perilaku No Aitem Total

Favorable Unfavorable

1. Daya kognitif-perseptual

a. Melalui pengamatan dan bacaan

b. Melibatkan ide yang tak terduga

c. Menanggapi hal dengan tidak serius

1(1)

16(15)

30(27)

6(6)

9(9)

21(19)

6

2. Daya afektif/respon emosional

a. Kebahagiaan dalam menghadapi humor

b. Meningkatkan suasana hati

c. Pengalaman yang selalu ingin diulang

d. Gemar bersenang-senang

5(5)

15(14)

19(17)

28(25)

2(2)

10(10)

22(20)

34(29)

8

3. Daya ekspresi vokal-behavioral

a. Ekspresi dalam humor merupakan sikap yang penting

b. Tertawa (audible)c. Tertawa terbahak-

bahak (guffaw)

3(3)

12(12),20(18)23(21)

8(8)

11(11),24(22)27(24),35(30)

9

4. Daya konteks sosial

a. Humor dalam bersosialisasi sehari-hari

b. Adaptasic. Menarik perhatiand. Menyerang

4(4),13(13)

18(16)29(26)36(31)

7(7)

-25(23)32(28)

8

Total 16 15 31

Keterangan:nomor dalam tanda kurung () adalah nomor baru untuk penelitian

Page 131: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Tabel 12.Distribusi Aitem Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

No Komponen Indikator Perilaku No Aitem Total

Favorabel Unfavorable

1. Perilaku aktif a. Selalu mencari kesibukan

b. Bertindak penuh semangat

c. Memiliki gaya bicara yang cepat

1(1)

15(6),30(15)

-

4(2)

-

20(9)

5

2. Kemampuan dalam bersosialisasi

a. Membutuhkan teman

b. Menyukai tempat yang ramai

c. Memiliki teman yang banyak dan beragam

-

28(13)

-

9(4)

-

19(7)

3

3. Asertif a. Terbuka dengan tantangan

b. Mengutarakan apa yang dirasa dan diinginkan

-

-

18(8)

31(16)

2

4. Ekspresif Gestur dan mimik wajah

- 34(17) 1

5. Dogmatis a. Menyatakan opini secara arogan

b. Memiliki keyakinan yang pasti

c. Kurang mampu untuk merenungkan kembali

7(3)

24(11)

-

-

25(12)

35(18)

4

6. Agresif Mencapai dominasi sosial

- 11(5) 1

7. Ambisius Kompetitif 29(14) 22(10) 2

Total 7 11 18

Keterangan:nomor dalam tanda kurung () adalah nomor baru untuk penelitian

Page 132: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan di PT Telkom Divisi

Telekomunikasi (Distel) Jogjakarta yang terletak di Jl. Jendral Sudirman No

60, Kotabaru sebanyak 97 orang, pria dan wanita, dan berada dalam usia

dewasa madya, yaitu individu dengan umur 40-60 tahun (Hurlock, 2002).

Menurut Arikunto (2002) apabila subjek kurang dari 100 orang lebih baik

diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.

2. Pengumpulan Data Penelitian

Proses pengambilan sampel penelitian dilaksanakan di PT Telkom

Distel Jogjakarta. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada

tanggal 11 April 2011. Pengumpulan data dengan menggunakan alat ukur

berupa Skala Subjective Well-being yang terdiri dari 21 aitem, Skala Sense of

Humor yang terdiri dari 31 aitem, dan Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert yang

terdiri dari 18 aitem. Ketiga skala tersebut tersebut diberikan secara lansung

dan pengambilan skala dilakukan sehari setelahnya, yaitu pada tanggal 12

April 2011. Data penelitian yang diperoleh sebanyak 97 eksemplar.

3. Pelaksanaan Skoring

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan

skor untuk keperluan analisis data. Skor untuk tiap-tiap skala bergerak dari

satu sampai empat dengan memperhatikan sifat aitem favorable dan

unfavorable. Skor dari aitem favorabel adalah 5 untuk pilihan jawaban Selalu

(SL) dan Sangat Sesuai (SS), 4 untuk jawaban Sering (SR) dan Sesuai (S), 3

untuk jawaban Kadang-kadang (KD) dan Ragu-ragu (R), 2 untuk jawaban

Page 133: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Jarang (JR) dan Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk jawaban Tidak Pernah (TP)

dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan skor aitem unfavorabel adalah 1

untuk pilihan jawaban Selalu (SL) dan Sangat Sesuai (SS), 2 untuk jawaban

Sering (SR) dan Sesuai (S), 3 untuk jawaban Kadang-kadang (KD) dan Ragu-

ragu (R), 4 untuk jawaban Jarang (JR) dan Tidak Sesuai (TS), dan 5 untuk

jawaban Tidak Pernah (TP) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kemudian skor

yang diperoleh dari subjek penelitian dijumlahkan untuk tiap-tiap skala. Total

skor skala yang diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analisis

data.

C. Analisis Data Penelitian

Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi Uji

Normalitas Sebaran, Uji Linearitas Hubungan, Uji Autokorelasi, Uji

Multikolinearitas, dan Uji Heteroskedastisitas. Perhitungan dalam analisis ini

dilakukan dengan bantuan computer seri program statistic SPSS for MS Windows

release versi 16.

1. Uji Asumsi Dasar

a. Uji normalitas sebaran

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah

dalam variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

sebaran ini menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov test (ks-

z) yang dikatakan normal jika p>0,05 (Priyatno, 2008). Hasil uji

normalitas sebaran terhadap ketiga variabel sebagai berikut:

Page 134: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

1) Hasil uji normalitas sebaran variabel subjective well-being, nilai ks-z

adalah 0,696 dengan p=0,717 (p>0,05) termasuk kategori normal.

2) Hasil uji normalitas sebaran variabel sense of humor, nilai ks-z adalah

0,759 dengan p=0,611 (p>0,05) termasuk dalam kategori normal.

3) Hasil uji normalitas sebaran variabel tipe kepribadian ekstrovert, nilai

ks-z adalah 0,637 dengan p=0,811 (p>0,05) termasuk dalam kategori

normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Uji Normalitas

Variabel Ks-z p Keterangan

Subjective well-being 0,696 0,717 Normal

Sense of humor 0,759 0,611 Normal

Tipe kepribadian ekstrovert 0,637 0,811 Normal

Hal ini berarti bahwa pada data variabel subjective well-being,

sense of humor, dan tipe kepribadian ekstrovert memiliki sebaran yang

normal.

b. Uji linearitas hubungan

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini

biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi

linear. Pengujian pada taraf signifikansi 0,05 mempunyai arti bahwa dua

variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi

(linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008)

Page 135: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Berdasarkan hasil pengujian linearitas variabel subjective well-

being dengan sense of humor diperoleh nilai signifikansi pada linearity

sebesar 0,00, karena signifikansi kurang dari 0,05 maka antara variabel

subjective well-being dan sense of humor terdapat hubungan yang linear.

Berdasarkan hasil pengujian linearitas variabel subjective well-being

dengan tipe kepribadian ekstrovert diperoleh nilai signifikansi pada

linearity sebesar 0,00, karena signifikansi kurang dari 0,05 maka antara

variabel subjective well-being dan tipe kepribadian ekstrovert terdapat

hubungan yang linear. Berdasarkan uji linearitas yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa asumsi linear dalam penelitian ini terpenuhi. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15 di bawah ini.

Tabel 14. Uji LinearitasSense of Humor terhadap Subjective Well-being

ANOVA TableSum of Squares

dfMean

SquareF Sig

Between Groups

(Combined) 3520,812 37 95,157 2,410 0,001

Linearity 951,851 1 951,851 24,112 0,000

Devistion fromLinearity

2568,961 36 71,360 1,808 0,021

Within Groups 2329,106 59 39,476

Total 5849,918 96

Page 136: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Tabel 15. Uji Linearitas Tipe Kepribadian Ekstrovert terhadapSubjective Well-being

ANOVA Table

Sum of Squares

dfMean

SquareF Sig

Between Groups (Combined)2827.052 23 122.915 2.968 .000

Linearity1451.300 1 1451.300 35.048 .000

Devistion from Linearity 1375.752 22 62.534 1.510 .098

Within Groups3022.865 73 41.409

Total5849.918 96

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi dimana variabel

dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri, baik nilai periode

sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Untuk menguji adanya

autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji DW (Durbin-Watson).

Hasil pengujian Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16.Uji Autokorelasi

Cara membaca hasil analisis yakni dengan kriteria pengambilan

jika nilai DW=2, maka tidak terjadi autokorelasi sempurna sebagai rule of

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .532a .283 .267 .31820 1.946

a. Predictors: (Constant), TK, SO

b. Dependent Variable: SW

Page 137: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

tumb (aturan ringkas) jika nilai DW di antara 1,5 sampai 2,5 maka data

tidak mengalami autokorelasi (Nugroho, 2005).

Hasil analisis SPSS tabel model summary menunjukkan nilai DW

(Durbin-Watson) sebesar 1,946. melalui hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat autokorelasi.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen

(Ghozali, 2006). Apabila terjadi hubungan linear yang “sempurna” pada

beberapa atau semua variabel bebas, maka terdapat korelasi yang sangat

kuat di antara variabel independen. Pendeteksian multikolinearitas dapat

dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF), jika berkisar dari 1

sampai dengan 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 dapat dikatakan

bahwa variabel independen yang digunakan dalam model terbebas dari

multikolinearitas.

Tabel 17.Uji Multikolinearitas

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa varians

dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Cara memprediksi

ada tidaknya heterokedastisitas, dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot

Variabel Tolerance VIF

Sense of Humor .766 1.306

Tipe Kepribadian Ekstrovert .766 1.306

Page 138: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

yang menyatakan model regresi tidak terdapat gejala heterokedastisitas.

Menurut Ghozali (2006), dasar analisis yang digunakan adalah:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Gambar 2. Scatterplot untuk pengujian heterokedastisitas.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa penyebaran residual adalah

tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pada plot yang terpencar

dan tidak membentuk pola tertu, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah model regresi terbebas dari asumsi klasik heterokedastisitas.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik analisis

Page 139: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

regresi berganda. Langkah pengujian hipotesis melalui dua tahap, pertama

adalah pengujian secara simultan, yaitu menguji hubungan variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel tergantung, dan yang kedua adalah

pengujian secara parsial hubungan untuk tiap variabel bebas terhadap variabel

tergantung. Kriteria pengambilan kesimpulan melihat pada kolom Sig.

(signifikansi), apabila berada di bawah 0,05, maka terdapat hubungan

signifikan, serta melihat jika r-hitung>r-tabel, maka hipotesis dapat diterima.

a. Uji F (simultan)

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan uji simultan dengan

F-Test dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen secara bersama-sama. Berdasarkan

tabel model summary terlihat bahwa koefisien korelasi berganda antara

sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-

being adalah sebesar 0,532. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi

hubungan yang sedang antara sense of humor dan tipe kepribadian

ekstrovert dengan subjective well-being. Hasil pengujian tersebut disajikan

pada tabel di bawah:

Tabel 18 Hasil Analisis Regresi GandaModel Summary

g

Hasil F-test pada output SPSS dapat dilihat pada Tabel Anova.

Berdasarkan hasil output SPSS menunjukkan hasil uji simultan p=0,000

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

1 .532a .283 .267 .31820

a. Predictors: (Constant), Tipe kepribadian Ekstrover, Sense of humor

Page 140: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

yang berarti signifikan (p<0,05), sedangkan F Hitung 18,506> F Tabel

3,09 pada tingkat signifikansi 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa

variabel sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert memiliki

hubungan terhadap variabel subjective well-being. Hasil pengujian F-Test

adalah sebagai berikut:

Tabel 19 Uji F-TestANOVAb

b. Uji korelasi parsial

Hasil perhitungan analisis hipotesis ke dua dan ke tiga diperoleh

besarnya korelasi antar variabel yakni digunakan untuk menguji kekuatan

hubungan antar dua variabel, yang ditunjukkan melalui koefisien korelasi.

Tabel 20Uji Korealasi Parsial antara Sense of Humor dengan Subjective Well-being

Correlations

ControlVariables

Subjective well-being

Sense of humor

Tipe kepribadian ekstrovert

Subjective well-being

Correlation 1.000 .214

Significance (2-tailed) . .036

df 0 94

Sense of humor

Correlation .214 1.000

Significance (2-tailed) .036 .

df 94 0

ModelSum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.748 2 1.874 18.506 .000a

Residual 9.518 94 .101

Total 13.265 96

a. Predictors: (Constant), Tipe kepribadian ekstrovert, Sense of humor

b. Dependent Variable: Subjective well-being

Page 141: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Tabel 21Uji Korealasi Parsial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dengan

Subjective Well-beingCorrelations

ControlVariables

Subjective well-being

Tipe kepribadian ekstrovert

Sense of humor

Subjective well-being

Correlation 1.000 .378

Significance (2-tailed) . .000

df 0 94

Sense of humor

Correlation .378 1.000

Significance (2-tailed) .000 .

df 94 0

Berdasarkan hasil analisis seperti yang tampak pada Tabel 20.dan

Tabel 21., uji hipotesis parsial diperoleh hasil berikut:

1) Nilai koefisien korelasi antara variabel sense of humor dengan

subjective well-being (rx1y) sebesar 0,214 dengan p=0,036 (p<0,05)

yang berarti ada hubungan yang signifikan antara sense of humor

dengan subjective well-being. Maka dapat diartikan terdapat hubungan

positif antara sense of humor dengan subjective well-being, yaitu

semakin tinggi sense of humor maka semakin tinggi pula subjective

well-being.

2) Nilai koefisien korelasi antara variabel tipe kepribadian ekstrovert

dengan subjective well-being (rx1y) sebesar 0,378 dengan p=0,000

(p<0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tipe

kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being. Maka dapat

diartikan terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian ekstrovert

dengan subjective well-being, yaitu semakin tinggi tingkat tipe

Page 142: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

kepribadian ekstrovert yang dimiliki maka semakin tinggi pula

subjective well-being.

Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan terdapat

hubungan positif antara sense of humor dengan subjective well-being

diterima dan hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat hubungan positif

antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being juga

diterima.

4. Analisis Deskriptif

Dari skor kasar subjective well-being, sense of humor, dan tipe

kepribadian ekstrovert diperoleh hasil statistik deskriptif subjek penelitian.

Hasil statistik deskriptif tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 22.Statistik Deskriptif

Variabel Penelitian

ME MH Nilai Tengah

Skor Skala

Skor Tinggi

Skor Rendah

Rentang Skor

SD

Subjective well-being

40,711 63 3 63 -21 84 14

Sense of humor 112,268 93 3 155 31 124 20,67

Tipe kepribadian ekstrovert

59,206 54 3 90 18 72 12

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, sampel penelitian pada masing-

masing variabel dikategorisasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi dengan

kriteria dan persentase sebagai berikut:

a. Subjective well-being

Skala Subjective Well-being akan dikategorikan untuk mengetahui

tinggi rendahnya nilai subjek. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari

Page 143: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

97 subjek penelitian, 76,29% berada dalam level subjective well-being

yang tinggi, 23,71% level subjective well-being sedang, dan tidak ada

yang memiliki tingkat subjective well-being yang rendah. Berdasarkan

mean empirik, maka dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata subjek

penelitian memiliki subjective well-being tinggi seperti yang terlihat pada

tabel berikut.

Tabel 23.Kriteria Kategorisasi Skala Subjective Well-being

Kategorisasi Norma Jumlah subjek Persentase Mean empirik

Rendah X <7 - -

Sedang 7 < X <35 23 23,71%

Tinggi X > 35 74 76,29% 40,711

Jumlah 97 100%

b. Sense of humor

Kategorisasi Skala Sense of Humor bertujuan untuk mengetahui

tinggi rendahnya nilai subjek. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari

97 subjek penelitian, 53,61% individu berada dalam tingkat sense of

humor yang sedang, 46,39% berada dalam tingkat sense of humor yang

tinggi, dan tidak ada yang berada dalam tingkat sense of humor yang

rendah. Berdasarkan mean empirik, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki sense of humor sedang seperti

yang terlihat pada tabel berikut.

Page 144: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Tabel 24.Kriteria Kategorisasi Skala Sense of Humor

Kategorisasi Norma Jumlah subjek Persentase Mean empirik

Rendah X <72,33 - -

Sedang 72,33 < X <113,67

52 53,61% 112,268

Tinggi X > 113,67 45 46,39%

Jumlah 97 100%

c. Tipe kepribadian ekstrovert

Kategorisasi Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert bertujuan untuk

mengetahui tinggi rendahnya nilai kepribadian ekstrovert dalam diri

subjek penelitian. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 97 subjek

penelitian, 88,66% individu berada dalam tingkat tipe kepribadian

ekstrovert yang sedang, 11,34% berada dalam tingkat tipe kepribadian

ekstrovert yang tinggi, dan tidak ada yang berada dalam tingkat tipe

kepribadian ekstrovert yang rendah. Berdasarkan mean empirik, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki tipe

kepribadian ekstrovert sedang seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 25.Kriteria Kategorisasi Skala Tipe Kepribadian Ekstrovert

Kategorisasi Norma Jumlah subjek Persentase Mean empirik

Rendah X <42 - -

Sedang 42 < X < 66 86 88,66% 59,206

Tinggi X > 66 11 11,34%

Jumlah 97 100%

Page 145: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

5. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif

Melalui metode Multiple Regression diperoleh koefisien determinasi

yang menunjukkan nilai R2 (R square) sebesar 0,283. Artinya, sense of humor

dan tipe kepribadian ekstrovert memberikan sumbangan sebanyak 28,3%

terhadap subjective well-being. Hal ini berarti masih 71,7% faktor lain yang

mempengaruhi subjective well-being pada individu berusia dewasa madya.

Tabel 18.Hasil Analisis Regresi GandaModel Summary

Sementara itu, berdasarkan perhitungan manual didapatkan hasil

sumbangan efektif sense of humor terhadap subjective well-being adalah

sebesar 8,592%, sedangkan sumbangan efektif tipe kepribadian ekstrovert

terhadap subjective well-being adalah sebesar 19,7%.

D. Pembahasan

Hasil anilisis data menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa

ada hubungan positif antara sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert

dengan subjective well-being pada dewasa madya telah terbukti. Hubungan positif

antara ketiga variabel ini menunjukkan hubungan yang searah, artinya semakin

tinggi sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert yang dimiliki individu,

maka semakin tinggi pula subjective well-being. Kekuatan hubungan ini

ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar R=0,532; p=0,000 (p<0,05), dan F

Hitung 18,506> F Tabel 3,09 pada tingkat signifikansi 5%.

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

1 .532a .283 .267 .31820

a. Predictors: (Constant), Tipe kepribadian Ekstrover, Sense of humor

Page 146: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

Sense of humor bersama-sama dengan tipe kepribadian ekstrovert akan

mendukung subjective well-being pada individu dalam usia dewasa madya. Ketika

individu usia dewasa madya memiliki sense of humor yang tinggi yang meliputi

kemampuan untuk memproduksi humor yang didapat melalui pengamatannya di

lingkungan sekitar, kemampuan untuk mengapresiasi humor dengan merespon

stimulus yang muncul sebagai canda, mengekspresikan dengan senyuman atau

tawa, dan menggunakan humor dalam bersosialisasi, serta didukung dengan

tingginya tingkat kepribadian ekstrovert yang dimiliki, yaitu sikap yang aktif,

hasrat untuk selalu melakukan kontak sosial dengan lingkungan, dan memiliki

ketegasan diri terhadap intimidasi dari luar, maka akan meningkatkan subjective

well-being pada individu usia madya tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hasil

penelitian yang menunjukkan, yang dapat dilihat melalui output model summary,

koefisien determinasi (R2) sebesar 0,283. Hal ini menunjukkan bahwa persentase

sumbangan pengaruh sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert secara

bersama-sama mampu mendukung subjective well-being pada individu berusia

dewasa madya sebesar 28,3%, sedangkan sisanya sebanyak 71,3% dipengaruhi

atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diuji secara empiris dalam penelitian

ini.

Menurut Diener (2002) subjective well-being merupakan evaluasi kognitif

dan afektif seseorang mengenai hidupnya, yaitu evaluasi kognitif mengenai

kepuasan hidupnya dan evaluasi afektif mengenai afek positif individu dalam

menghadapi berbagai kejadian yang dialami. Masa dewasa madya merupakan

masa dimana individu meraih puncak karir, dan pada masa ini pula individu dapat

memetik buah hasil dari kerja keras pada masa sebelumnya, sehingga akan

Page 147: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

didapatkan kepuasan atas apa yang telah diraihnya (Santrock, 2002), dan

subjective well-being akan dapat tercapai.

Masa usia madya berlangsung antara umur 40-60 tahun. Seperti layaknya

masa remaja, masa dewasa madya merupakan masa transisi. Masa transisi pada

dewasa madya merupakan masa dimana individu meninggalkan ciri-ciri jasmani

dan perilaku masa dewasanya, dan memasuki suatu periode kehidupan yang akan

diikuti oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku yang baru, oleh karena itu cepat atau

lambat harus dilakukan suatu penyesuaian kembali terhadap perubahan-perubahan

yang dialami (Hurlock, 2002). Individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupannya akan lebih mudah untuk

memaknai secara positif perubahan tersebut dan mendapatkan kepuasan hidup,

keadaan seperti itulah yang mampu membimbing individu dalam meraih

kebahagiaan utuh atau subjective well-being.

Subjective well-being adalah suatu keadaan yang dibawa oleh

kesubjektivitasan individu masing-masing dalam menilai positif mengenai

kehidupannya. Tingginya jumlah perasaan/afek positif yang dimiliki dan

penerimaan atas apa yang telah diraih dalam kehidupannya dapat menuntun

individu dalam mencapai subjective well-being. Individu dalam usia madya

merupakan periode usia yang matang sehingga dapat lebih bijak dalam

mengambil keputusan dan mengevaluasi apa yang telah dialami dalam kurun

waktu kehidupannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menggambarkan

bahwa individu dewasa madya, yakni karyawan PT Telkom Distel Jogjakarta

memiliki subjective well-being secara umum termasuk kategori tinggi berdasarkan

rerata empirik sebesar 40,711. Melalui bukti empiris tersebut dapat menunjukkan

Page 148: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

bahwa karyawan dewasa madya PT Telkom Distel Jogjakarta memiliki tingkat

subjective well-being yang tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Diener, dkk. (1999) yang

menyatakan bahwa kepuasan hidup dapat meningkat karena individu akan

beradapatasi dengan lebih baik dalam menghadapi persoalan kehidupan seiring

individu bertambah usia. Ehrlich dan Isaacowitz (2002) juga menyampaikan

pendapatnya, yaitu saat individu mulai tumbuh dan berada dalam usia tengah

baya, individu mulai dapat berpikir lebih bijak sehingga afek negatif yang

dirasakannya lebih kecil daripada yang dialami oleh individu pada periode usia

yang lebih muda. Rendahnya afek negatif, tingginya afek positif, kepuasaan akan

hidup, dan kepuasan atas ranah-ranah domain yang telah didapatkannya

merupakan syarat bagi individu dalam meraih kebahagiaan utuh atau subjective

well-being dalam hidupnya. Ada berbagai macam cara yang dilakukan individu

dalam meraih kebahagiaan. Salah satunya adalah berada dalam lingkungan atau

keadaan yang penuh dengan humor. Sense of humor yang dimiliki dapat membuat

individu lebih santai dan lebih dapat memaknai positif terhadap permasalahan

yang terjadi dalam kehidupannya.

Hubungan positif antara sense of humor dengan subjective well-being

ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,214 dengan p=0,036 (p<0,05)

sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan dapat

dinyatakan ada hubungan positif yang signifikan antara sense of humor dengan

subjective well-being. Individu yang memiliki sense of humor cenderung dalam

keadaan yang memiliki subjective well-being pula. Sampel penelitian secara

umum mempunyai sense of humor pada taraf sedang berdasarkan mean empirik

Page 149: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

sebesar 112,268. Bukti empiris ini menunjukkan bahwa individu dewasa madya di

PT Telkom Distel Jogjakarta memiliki tingkat sense of humor yang cukup tinggi.

Ruocco (2007) mengungkapkan bahwa kebahagiaan merupakan tujuan

setiap individu dan sense of humor merupakan sikap mental yang tepat untuk

mengarahkannya mencapai kebahagiaan yang lebih. Hal ini sesuai dengan hasil

hitungan manual mengenai sumbangan efektif sense of humor terhadap subjective

well-being, yaitu sebesar 8,52%, yang memiliki pengertian bahwa sense of humor

memberikan kontribusi sebesar 8,52% untuk mendukung subjective well-being

pada dewasa madya. Melalui hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

sense of humor yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula subjective well-

being yang dimiliki.

Hayes dan Joseph (dalam Librán, 2006) mengungkapkan bahwa orang-

orang tertentu cenderung lebih bahagia dibanding yang lain karena kepribadian

yang dibawanya. Individu yang mempunyai karakter kepribadian yang optimis

dan mempunyai kompetensi sosial yang baik cenderung lebih bahagia daripada

individu yang berkarakter pesimistis dan menarik diri dari lingkungannya.

Pendapat yang dikemukakan oleh Hayes dan Joseph tersebut sesuai dengan hasil

penelitian yang melakukan pengujian secara parsial antara tipe kepribadian

ekstorvert dengan subjective well-being yang menunjukkan koefisien korelasi

sebesar 0,378 dengan p=0,000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being,

sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat diterima.

Penelitian ini juga menggambarkan bahwa rata-rata subjek dalam

penelitian ini termasuk individu yang berada dalam tingkat tipe kepribadian

Page 150: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

ekstrovert yang sedang, yaitu ditunjukkan dengan mean empirik sebesar 59,206.

Hal ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian, individu dewasa madya di PT

Telkom Distel Jogjakarta menunjukkan perilaku yang cukup aktif dan penuh

semangat, bebas dalam mngespresikan apa yang diinginkan, memiliki hasrat

bersosialisasi yang cukup tinggi dengan lebih menikmati berada di suasana ramai

yang lebih dapat memberikan kesempatan luas untuk bergaul, memiliki sikap

asertif yang membuat individu lebih terbuka dan berani dalam menghadapi

tantangan-tantangan yang ada di depannya, berani untuk mengutarakan apa yang

sesuai dengan prinsip yang dipegangnya, kesadaran untuk mengikuti berbagai

kegiatan dalam bersosialisasi, dan memiliki daya saing yang cukup tinggi dalam

meraih ambisinya.

Individu yang cukup aktif dan positif dalam bersosialisasi dengan

lingkungannya akan cenderung meraih subjective well-being dalam kehidupannya.

Saat individu berinteraksi positif dengan orang lain, akan timbul suatu perasaan

saling membutuhkan dan penerimaan atas kekurangan-kekurangan yang ada,

sehingga ini akan meningkatkan afek positif yang dimiliki individu. Hal ini sesuai

dengan hasil hitungan manual mengenai sumbangan efektif tipe kepribadian

ekstrovert terhadap subjective well-being, yaitu sebesar 19,7%, yang memiliki

pengertian bahwa tipe kepribadian ekstrovert memberikan kontribusi sebesar

19,7% untuk mendukung subjective well-being pada dewasa madya. Maka dapat

diartikan terdapat hubungan positif antara tipe kepribadian ekstrovert dengan

subjective well-being, yaitu semakin tinggi tingkat tipe kepribadian ekstrovert

yang dimiliki maka semakin tinggi pula subjective well-being.

Page 151: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

Jung (1953) menyatakan bahwa setiap jiwa dalam diri individu memiliki

energi yang akan mengalir, baik itu mengalir ke dalam dirinya sendiri (tipe

introvert )maupun mengalir ke luar dirinya (tipe ekstrovert). Individu dengan tipe

kepribadian yang lebih cenderung ekstrovert akan mudah untuk bersosialisasi

dengan lingkungannya karena hasrat dalam dirinya memang bertujuan untuk

melakukan interaksi dengan lingkungannya. Menurut Diener dan Suh (2000)

bersosialisasi secara positif dengan lingkungan merupakan hal yang diperlukan

bagi individu untuk mendapat tingkat komponen kognitif yang diharapkan dalam

mencapai subjective well-being, yaitu individu mempunyai penilaian bahwa

berbagai aspek kehidupannya, seperti keluarga, karir, dan komunitasnya adalah

hal-hal yang memberikannya kepuasan hidup.

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert dengan

subjective well-being pada dewasa madya, namun hasil penelitian ini masih

memiliki banyak keterbatasan di antaranya jumlah subjek masih berada dalam

lingkup yang kecil, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah subyek

yang lebih banyak dan lingkup yang lebih luas, juga dapat dilakukan dengan

menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam

penelitian ini.

Page 152: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 134

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert secara bersama-sama memiliki

hubungan positif yang signifikan dengan subjective well-being. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara

sense of humor dan tipe kepribadian ekstrovert dengan subjective well-being,

diterima.

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara sense of humor dengan subjective

well-being. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan ada

hubungan positif antara sense of humor dengan subjective well-being, diterima.

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert dengan

subjective well-being. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang

menyatakan ada hubungan positif antara tipe kepribadian ekstrovert dengan

subjective well-being, diterima.

Page 153: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

B. Saran

1. Bagi individu berusia dewasa madya

Individu dalam usia dewasa madya hendaknya menggunakan sense of

humor-nya dalam menghadapi problematika dalam masa transisi yang dilaluinya

ini dan meningkatkan kegiatan dalam hal bersosialisasi secara positif dengan

lingkungannya, sehingga akan mendukung tercapainya subjective well-being

dalam kehidupannya. Hal ini dapat dilakukan secara terbuka dengan humor yang

dicetuskan oleh rekan, menerima dan mencoba mencetuskan humor untuk

mengurangi ketegangan, mengikuti kegiatan sosial yang diadakan oleh

lingkungan sekitar atau tempat kerja.

2. Bagi institusi PT Telkom Distel Jogjakarta

Disarankan kepada PT Telkom pada umumnya, dan PT Telkom Distel

jogjakarta, pada khususnya, untuk mempertahankan dan meningkatkan

komitmennya dalam mensejahterakan karyawan serta mengadakan kegiatan-

kegiatan guna mengembangkan sikap yang positif dalam bersosialisasi dengan

lingkungannya, baik dalam berinteraksi secara internal dengan perusahaan dan

karyawan-karyawan lainnya, maupun interaksi eksternal dalam menghadapi

customer. Hal ini dapat dilakukan, antara lain dengan mempertahankan acara

gathering yang diadakan setiap tiga bulan sekali, kegiatan olahraga rutin,

mengadakan pelatihan untuk meningkatkan sense of humor dengan tujuan agar

dapat mengurangi kecemasan karyawan dalam mengahadapi permasalahan

Page 154: HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN … digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA KARYAWAN DEWASA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

hidupnya dalam melalui masa madya ini, dan mengadakan pelatihan untuk

meningkatkan strategi pelayanan yang lebih baik. Selain itu, perusahaan juga

dapat menyisipkan unsur humor dalam setiap acara piknik/ gathering yang

diselenggarakan agar suasana dapat lebih santai setelah kepadatan aktivitas yang

dikerjakan oleh para karyawan selama lima hari kerja dalam seminggu.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang berminat meneliti dengan tema yang

sama diharapkan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi

subjective well-being seperti jenis pekerjaan, keharmonisan keluarga, sel esteem,

dan disarankan juga untuk menggunakan alat ukur yang memiliki validitas dan

reliabilitas yang tinggi. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mempertimbangkan

gaya sense of humor yang dikembangkan oleh Martin (2007) untuk mengetahui

apakah gaya humor yang dimiliki tiap individu dapat memberikan pengaruh bagi

subjective well-being. Selain itu, penelitian ini telah menunjukkan bukti bahwa

ada hubungan antara sense of humor dengan subjective well-being, sehingga

peneliti selanjutnya dapat mengadakan pelatihan mengenai pengaruh sense of

humor terhadap peeningkatan kebahagiaan individu khususnya dalam usia dewasa

madya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan

seperti observasi dan wawancara,sebagai tambahan dalam menganalisis data, agar

hasil yang didapat lebih mendalam dan sempurna, karena tidak semua hal dapat

diungkap dengan angket.