hubungan pusat dan daerah dalam … · hal ini memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan...
TRANSCRIPT
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
224
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM
PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Oleh: Yusef Wandy
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Langlangbuana Bandung
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Persoalan pokok di bidang pemerintahan sesudah Era Reformasi adalah penyelenggaraan
Pembangunan Nasional. Penumpukan kekuasaan dan wewenang pemerintah pusat yang
berlebihan pada masa orde baru, menjadikan masyarakat di daeah-daerah hidup dalam kondisi kemiskinan dan kemelaratan. Sebagian para cendekiawan menyebutkan secara
ekstrim sebagai ‘proses pemiskinan oleh pusat ke daerah”. Harapan dari pemerintah daerah
untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak sendiri semakin jauh dari kenyataan. Memasuki era reformasi pemerintah melancarkan Sistem Desentralisasi
melalui Otonomi Daerah dan Otonomi Khusus yang mengatur Hubungan Pusat dan Daerah.
Melalui sistem ini pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional dilaksanakan berdasarkan Otonomi Daerah dan pengaturan sumber daya nasional. Hal ini memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah yang
berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan dan
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah. Di sisi lain melalui sistem ini diharapkan akan mendorong daerah semakin kreatif
dan inovatif dalam merancang program pembangunan daerahnya. Permasalahan yang ada
adalah apakah di masa yang akan datang Era Reformasi tetap mampu mempertahankan
keseimbangan antara tuntutan adanya suatu Pemerintahan Pusat yang kuat di satu sisi dan dan adanya keharusan membantu Pemerintahan Daerah untuk perkembangan pembangunan
daerah di sisi lain.
Kata Kunci: Hubungan Pusat dan Daerah, Pembangunan.
ABSTRACT
The main issue in the government area after the new order area is the implementation of
national development. Centralization of government’s authority in the new order era made
the people in the region lived in the poorness and miserable condition. Some intellectuals mentioned extremely as “a poorness process by the center to the region.” The hope from the
region government to build its own region based on its will and ability is getting farther from
the reality. Entered reformation era, government implemented a decentralization system though region autonomy and special autonomy that regulate the center and region
relationship. Through this system, the region development which is an integral part from the
national development is implemented based on region autonomy and arrangement of national resources. These region autonomy system will give an opportunity to increase the
democratic environment, and also efficiency and successful of governmental service and
development to increase people’s welfare. It is hoped that this system will encourage region
to be more creative and innovative in designing the development program in its region. The problem is, will reformation era in the next future be able to keep the balance between
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
225
demand for a strong center government in one side and an obligation to help the region
government to develop the region development in another side.
Keyword: Center and region relationship, development.
PENDAHULUAN
Dalam penyelenggaraan
pembangunan nasional, Hubungan Pusat
Daerah itu demikian eratnya, karena
hakekatnya pembangunan daerah
merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Selama masa
Orde Baru, harapan yang besar dari
Pemerintah Daerah untuk dapat
membangun daerah berdasarkan
kemampuan dan kehendak daerah sendiri
temyata dari tahun ke tahun dirasakan
semakin jauh dari kenyataan.Yang terjadi
adalah ketergantungan fiskal dan subsidi
serta bantuan Pemerintah Pusat sebagai
wujud ke-tidakberdayaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dalam membiayai Belanja
Daerah.
Dalam Hubungan Pusat dan Daerah
ini telah diimplementasikan melalui
tatanan Undang-Undang Otonomi Daerah
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah yang
menjelaskan bahwa pembangunan daerah
merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang dilaksanakan
melalui otonomi daerah dan pengaturan
sumber daya nasional, yang memberi
kesempatan bagi peningkatan demokrasi
dan kinerja daerah yang berdaya guna dan
berhasil guna dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan masyarakat dan
pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat menuju
masyarakat yang bebas korupsi, kolusi
dan nepotisme. Untuk itu diperlukan
keikutsertaan masyarakat, dengan
menekankan pada pembagian urusan yang
berkeseimbangan berdasarkan asas
ekstemalitas, transparansi, akuntabihtas
dan efisiensi.
Secara umum pembangunan daerah
sebagaimana yang dijelaskan dalam
Program Pembangunan Nasional
(Propenas) Tahun 2004, ditujukan untuk
mengembangkan otonomi daerah secara
luas, nyata dan bertanggung jawab,
mempercepat pembangunan ekonomi
daerah yang efektif dan kuat,
mempercepat pembangunan pedesaan,
mewujudkan perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah secara adil,
memberdayakan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di daerah
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
226
dan meningkatkan pembangunan di
seluruh daerah guna mencapai masyarakat
yang adil dan sejahtera.
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Pengertian Pembangunan
Istilah "pembangunan" pada saat ini
diterjemahkan dari istilah asing
"development” yang berarti
perkembangan. Istilah pembangunan
mempunyai arti luas, baik mencakup
pengertian yang abstrak maupun yang
nyata dan meliputi berbagai objek baik
yang merupakan organisasi hidup maupun
benda mati yang tidak bergerak. Secara
harfiah terdapat beberapa pengertian
pembangunan yang dikemukakan sebagai
berikut:
a. Pembangunan adalah usaha secara
sadar untuk mengubah nasib atau
ikhtiar untuk mengubah masa lampau
yang buruk menjadi jaman baru yang
lebih balk lagi (Poerwadarminta,
1996:87).
b. Pembangunan didefinisikan sebagai
suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan peaibahan yang
berencana yang dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa (Siagian,
1984:3).
c. Pembangunan merupakan suatu
proses pembaruan yang kontinyu dan
terus menerus dari suatu keadaan ke
keadaan yang dianggap lebih baik
(Tjokroamidjoyo, 1986).
d. Ahli lain mengatakan pembangunan
adalah proses multi dimensi yang
mencakup perubahan-perubahan
penting dalam struktur sosial, sikap-
sikap rakyat dan lembaga-lembaga
Nasional dan akselerasi pertumbuhan
ekonomi, pengurangan kesenjangan
(Inequality) dan pemberantasan
kemiskinan absolut.
Berdasarkan beberapa pengertian
atas, dapat ditarik beberapa inti pokok
sebagai berikut:
Pertama, Pembangunan sebagai
sarana perubahan, sasaran pembangunan
biasanya meliputi bidang fisik dan non
fisik. Pembangunan fisik cirinya dapat
dilihat dan diukur. Sedang non fisik
cirinya adalah sulit dilihat, sulit diukur
dan hanya dapat dirasakan. Pembangunan
non fisik mencakup perubahan nilai
perilaku sikap hidup masyarakat dari
keadaan yang tradisional ke arah yang
nasional dalam anti yang menunjang
pembangunan.
Kedua, Pembangunan dalam anti
pertumbuhan, antinya pembangunan
tidaklah bersifat statis akan tetapi
sebaliknya dinamis, melalui tahapan-
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
227
tahapan tertentu. Bagi negara kurang maju
(developed), sekaligus untuk menuju ke
arah itu membutuhkan sumber daya dan
menghadapi tantangan yang tidak ringan.
Rostow (1960) merupakan salah satu
ilmuwan yang menonjolkan dalam
karyanya yang berjudul "The Stages of
Economic Growth: A Non Communist
Manifest" menjelaskan bahwa tahap-tahap
pertumbuhan yang dilalui negara modern
hingga mencapai keadaan sekarang itu
adalah:
a. Masyarakat tradisional di mana
produktivitas ekonomi masih terbatas
karena tidak mencukupinya
pengembangan teknik-teknik
ekonomi.
b. Pra kondisi untuk tinggal landas, di
mana pembangunan merupakan
sektor utama (dealing sector) dalam
ekonomi yang secara positif
mempengaruhi sektor-sektor yang
lain, peningkatan produktivitas
pertanian untuk menunjang aktivitas
sektor utama dan peningkatan.
c. Tinggai landas (take off) yakni satu
interval di mana bagian yang lama
dari frame work social, politik dana
institusional untuk memudahkan
dorongan menuju perluasan
pembangunan.
d. Masa menjelang kedewasaan, suatu
interval panjang untuk bertahap kalau
fluktuasi ekonomi bergerak maju,
dengan investasi yang mantap
sebesar 10% s.d 20% dari pendapatan
nasional dan adanya sektor-sektor
utama lainnya yang mendukung
sektor utama yang lain.
e. Abad konsumsi massa yang tinggi
suatu perubahan struktural tidak lagi
terjadi secara cepat, dan sektor utama
bergerak ke arah barang-barang
konsumen dan jasa.
Pengertian Pembangunan Nasional
Konsep pembangunan Nasional
berkaitan erat dengan pembangunan
bangsa. Dari beberapa pendapat sarjana
antara lain dapat diungkapkan bahwa
pembangunan bangsa merupakan bagian
integral pembangunan Nasional suatu
Negara. Pembangunan setiap bangsa
Dunia Ketiga bersifat multi dimensi yaitu
pembangunan yang meliputi semua segi
kehidupan nasional: politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
Oleh karena itu berbagai sumber
menjelaskan pembangunan politik dan
pembangunan sosial.
Kesimpulan yang sama juga
dikemukakan oleh Siagian (1984) bahwa
istilah pembangunan nasional harus
dilihat dalam konteks yang luas.
Alasannya bahwa terdapat kesepakatan
yang mengatakan bahwa pembangunan
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
228
nasional harus mencakup segala segi
kehidupan dan penghidupan bangsa
negara yang bersangkutan meskipun
dengan skala prioritas yang berbeda dari
satu Negara ke Negara yang lain.
Pada hakekatnya pembangunan
Nasional didasarkan pada lima ide pokok
yaitu:
a. Pembangunan pada dasarnya
mengandung pengertian perubahan
dalam anti mewujudkan suatu kondisi
kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
b. Pembangunan dalam anti pertumbuhan
yaitu kemampuan suatu Negara,
bangsa untuk terus berkembang baik
secara kuantitatif maupun kualitatif
cakupannya perlu meliputi seluruh segi
kehidupan.
c. Pembangunan adalah rangkaian usaha
yang secara sadar dilakukan, artinya
keadaan sadar atau tidak terjadi dengan
sendirinya, tujuan, arah dan jenis
berbagai kegiatan dengan sengaja
ditentukan dan seluruh potensi serta
kekuatan Nasional diarahkan.
d. Pembangunan didasarkan ada suatu
rencana yang tersusun secara rapi
untuk satu kurun waktu tertentu.
e. Pembangunan muaranya adalah tujuan
akhir suatu Negara yang biasanya
berkisar pada konsep-konsep keadilan
sosial, kemakmuran yang merata,
perlakuan yang sama di mata hukum,
kesejahteraan material, mental dan
spiritual, kebahagiaan untuk semua,
ketenteraman, keamanan.
Dalam hubungannya dengan
pembangunan Nasional di Indonesia
misalnya dalam Program Pembangunan
Nasional 2004 ditegaskan bahwa tujuan
nasional termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945 diwujudkan melalui
pelaksanaan penyelenggaraan negara yang
berkedaulatan rakyat dan demokratis
dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Penyelenggaraan negara
dilaksanakan melalui pembangunan
nasional dalam segala aspek kehidupan
bangsa oleh penyelenggara negara yang
lembaga tertinggi negara bersama-sama
seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan
nasional merupakan usaha peningkatan
kualitas manusia dana masyarakat
Indonesia yang dilakukan secara
berkelanjutan, berlandaskan kemampuan
nasional dan memanfaatkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan
global. Dalam pelaksanaannya mengacu
pada kepribadian bangsa dan nilai luhur
yang universal untuk mewujudkan
kehidupan bangsa yang berdaulat,
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
229
mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan
kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Pelaksanaan pembangunan nasional
dituangkan dalam program pembangunan
nasional lima tahun (Propenas) yang
menurut uraian kebijakan secara rinci dan
terukur yang ditetapkan oleh Presiden
bersama DPR. Propenas ini dirinci dalam
Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta)
yang memuat anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Lebih lanjut dikemukakan oleh
Siagian (1984) bahwa penyelenggaraan
pembangunan Nasional pada umumnya
dilandaskan pada 10 (sepuluh) prinsip,
yaitu kesemestaan, partisipasi rakyat,
keseimbangan, kontinuitas, pendekatan
sistem, mengandalkan; kekuatan sendiri,
kejelasan strategi dasar, skala prioritas
yang jelas, kelestarian ekologi, dan
pemerataan disertai pertumbuhan.
Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan merupakan bagian dari
instrumen pembangunan, bagian dari
upaya untuk mengubah kondisi dan posisi
hidup masyarakat guna mencapai suatu
situasi yang lebih baik dan bermakna.Pada
dasarnya, perencanaan pembangunan
merupakan hasil perjuangan kepentingan
di antara pihak-pihak yang mengambil
bagian di dalam pembangunan. Suatu
perencanaan yang memadai, yang memuat
dua segi, yaitu (1) mengakui lokalitas
sebagai rencana dan tindakan-tindakan
yang khas dari suatu lokal tertentu, dan
(2) mengakui integrasi sebagai bentuk
dari kerja sama antar daerah sehingga
perencanaan tetap berada dalam bingkai
perencanaan nasional.
Sesuai dengan UU otonomi daerah
Nomor 32 Tahun 2004 dengan prinsip
otonomi luas, nyata dan bertanggung
jawab, maka proses pembangunan daerah
tidak semata-mata dilihat sebagai bagian
dari pembangunan nasional, tetapi harus
dipandang sebagai hak dan kepentingan
daerah. Di samping itu, penyelenggaraan
otonomi daerah antara lain harus
memperhatikan potensi dan keaneka-
ragaman daerah sehingga adanya
pengakuan terhadap perencanaan
pembangunan daerah merupakan
konsekuensi logis dari pluralitas dan
keunikan daerah tersebut. Sehubungan
dengan hal tersebut, perencanaan
pembangunan daerah menjadi bagian dari
perjuangan daerah dalam merumuskan
kebutuhannya dan cita-cita masyarakatnya
yang dipadukan dengan ketersediaan
sumber daya atau potensi yang
dimilikinya. Oleh karena itu, perencanaan
pembangunan daerah bukan sebagai
penjabaran perencanaan pembangunan
nasional, melainkan konsep yang secara
ideal dikembangkan dari aspirasi lokal
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
230
dari proses yang partisipatif (Abe,
2001:51).
Jika perencanaan pembangunan
daerah di pandang sebagai hasil kreasi
masyarakat dan kebijakan pemerintah
pusat, maka perlu pergeseran peran dalam
perencanaan pembangunan di daerah.
Pemerintah Pusat hanya menyediakan
dana pembangunan sedangkan daerah
merupakan pencipta program
pembangunan di daerah. Pergeseran peran
ini akan mendorong daerah semakin
kreatif dan inovatif dalam merancang
program pembangunan daerahnya
(Sarundajang, 1999).
Skema otonomi daerah yang baru
sebagaimana diuraikan di atas, lebih
menekankan hak bagi daerah dan urgensi
prakarsa masyarakat sehingga posisi
daerah dalam menentukan rumah
tangganya sendiri semakin kuat. Berkaitan
dengan hal ini, maka perencanaan
pembangunan daerah merupakan
formulasi aspirasi masyarakat setempat
dalam rangka mencapai suatu kehidupan
baru yang lebih baik dan bermakna,
melalui langkah-langkah pembangunan.
Model perencanaan yang dapat
dijadikan alternatif untuk melaksanakan
otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab adalah perencanaan
daerah yang berbasis rakyat dan
perencanaan partisipatif.
Suatu perencanaan berbasis
prakarsa masyarakat adalah perencanaan
yang sepenuhnya mencerminkan
kebutuhan konkrit masyarakat dalam
proses penyusunannya benar-benar
melibatkan masyarakat. Suatu
perencanaan daerah yang berbasis
prakarsa rakyat pada dasarnya
membutuhkan perubahan kebijakan dan
pendidikan politik rakyat. Sedangkan
perencanaan partisipatif adalah
perencanaan yang dalam tujuannya
melibatkan kepentingan rakyat dan dalam
prosesnya melibatkan rakyat. Suatu
perencanaan yang ingin melibatkan
kepentingan masyarakat tentu saja
perencanaan harus berjuang untuk
menggali segala permasalahan masyarakat
secara seksama dan merumuskannya
dengan tepat.
Perencanaan pembangunan daerah
akhirnya akan sangat tergantung pada
format politik yang dikembangkan setiap
daerah dan asumsi-asumsi awal yang
digunakan dalam melihat masyarakat dan
persoalannya, proses yang dijalankan dan
karakter dari daerah. Namun demikian,
perencanaan pembangunan daerah tidak
diartikan sebagai penutupan pintu daerah
terhadap pusat. Bagaimanapun sebuah
daerah tidak akan bisa berkembang sendiri
tanpa hubungan kerjasama yang produktif
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
231
dengan daerah lain yang tertata dalam
perencanaan nasional.
Sebagaimana diuraikan sebelum-
nya, bahwa perencanaan pembangunan
daerah dalam batas-batas tertentu masih
berada dalam kerangka pembangunan
nasional. Dalam pelaksanaannnya
program pembangunan lima tahun
(Propenas) yang memuat uraian kebijakan
secara rinci dan terukur yang ditetapkan
oleh Presiden bersama DPR. Propenas
dirinci dalam Rencana Pembangunan
Tahunan (Repetanas) yang memuat
APBN yang ditetapkan Presiden bersama
DPR. Propena pada dasarnya berisi visi,
misi tujuan, sasaran, kebijaksanaan
program dan kegiatan yang realistis dari
Departemen/Lembaga Pemerintah non
Departemen (Rencana Strategis
Departemen/LPND). Sedangkan daerah
menyusun Program Pembangunan Daerah
(Propeda) yang memuat uraian kebijakan
secara rinci dan terukur yang ditetapkan
oleh Kepala Daerah dan DPRD. Propeda
kemudian dirinci dalam Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah
(Repetada) yang memuat APBD dan
ditetapkan Kepala daerah bersama DPRD.
Pada dasarnya Propeda memuat visi, misi,
tujuan, sasaran kebijaksanaan, program
dan kegiatan yang realitas dari Dinas/Non
Dinas Daerah (Renstra Dinas/Non Dinas).
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
DALAM PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
1. Perencanaan Strategik menentukan
arah dan kebijakan pembangunan
yang berorientasi Publik
Aspek perencanaan memiliki
peranan yang penting bagi suatu daerah.
Aktivitas pemerintah akan terlaksana
dengan baik jika seluruh tahapan proses
perencanaan dilaksanakan secara
konsekuen. Perencanaan strategik
mendorong pemikiran ke depan dan
menjelaskan arah yang dikehendaki di
masa yang akan datang. Diyakini juga
bahwa kinerja organisasi yang meng-
gunakana perencanaan strategik, baik
organisasi besar maupun kecil, jauh
melampaui organisasi lainnya yang tidak
menggunakan perencanaan strategik. Hal
ini antara lain karena perencanaan itu
didasarkan atas visi dan misi strategik
yang jelas. Visi dan misi strategik itu
sendiri mampu mengendalikan arah
perencanaan yang baik.
Perencanaan strategik memiliki
peranan yang penting bagi pemda, karena
disanalah terlihat dengan jelas peranan
Kepala Daerah dalam mengkoordinasikan
semua unit kerjanya. Bagi kebanyakan
pemerintah daerah, perencanaan strategik
akan membantu dalam menentukan arah
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
232
masa depan daerahnya, kecamataannya
dan desanya. Dengan melaksanakan
perencanaan strategik secara benar, para
eksekutif daerah dapat meningkatkan
kemampuan pejabat-pejabat terasnya
dalam mengevaluasi, memilih dan
mengimplementasikan berbagai
pendekatan alternatif untuk membiayai
dan memberikan pelayanan terhadap
kebutuhan masyarakatnya. Secara lebih
spesifik, dengan konsep perencanaan
strategik berarti kita membicarakan
hubungan antara lingkungan internal dan
eksternal. Lebih dari itu, perencanaan
strategik bahkan mampu memberikan
petunjuk bagi para eksekutif dalam upaya
mempengaruhi dan mengendalikan
lingkungan itu dan tidak hanya sekedar
memberi reaksi atas perubahan di tingkat
eksternal tersebut. Dengan demikian,
pemerintah daerah diharapkan tetap
mampu mengendalikan arah
perjalanannya menuju sasaran yang
dikehendaki.
Di tingkat internal, perencanaan
strategik mampu menciptakan sinergi dan
I'esprit de corps, yaitu semangat korp
yang penuh integritas, sehingga dapat
melicinkan jalan menuju sasaran yang
diinginkan. Semangat itu dihaharapkan
akan meningkatkan produktivitas kerja,
sehingga daerah akan mampu memanfaat-
kan peluang dan mengantisipasi tantangan
seoptimal mungkin. Hal ini pada akhirnya
akan berdampak pada semakin baiknya
pelayanan pada masyarakat dan dunia
usaha.
2. Etika Pembangunan
Di negara-negara berkembang,
tugas utama birokrasi lebih dititikberatkan
untuk memperlancar proses
pembangunan. Itulah sebabnya banyak
penulis yang menganalisa administrasi
negara berkembang menggunakan istilah
birokrasi pembangunan atau administrasi
pembangunan. Dalam tugas-tugas
pembangunan, aparat administrasi
diharapkan memiliki komitmen terhadap
tujuan-tujuan pembangunan, baik dalam
perumusan kebijakan maupun dalam
pelaksanaannya secara efektif dan efisien.
Dan harus berorientasi kepada kegiatan
(bukan hanya terpaku pada aturan-aturan
legalistik), mampu memecahkan masalah-
masalah kemasyarakatan, serta mampu
merumuskan kebijakan-kebijakan tertentu
ke arah kemajuan atau harus mampu
menjadi agen-agen perubahan (change
agents).
Dengan demikian wajar apabila
administrator pembangunan diberi hak
untuk mengambil kebijakan-kebijakan
yang diperlukan berdasarkan
pertimbangan rasional dan pengalaman
yang dimilikinya. Keleluasaan untuk
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
233
mengambil kebijakan administratif ini
diberikan teknis dan azas-azas manajerial
dalam proses administratif tetapi juga
membuka diri terhadap pemahaman
mengenai karakter dan kultur masyarakat.
Rumusan yang terdapat dalam
Propenas secara ekplisit telah menyebut-
kan bahwa ideologi pembangunan yang
kita anut menciptakan pembangunan
manusia seutuhnya. Itu berarti bahwa
pembangunan nasional tidak hanya
mengutamakan tercukupinya kebutuhan-
kebutuhan materi, sistem ekonomi yang
sehat, dan taraf hidup yang lebih baik,
melainkan juga terbinanya manusia-
manusia Indonesia yang berwatak,
berkepribadian, memiliki rasionalitas dan
visi ke depan, dan mempunyai nilai-nilai
moralitas yang tinggi. Manusia tidak
ditempatkan sebagai objek pembangunan,
tetapi sebagai subjek atau titik sentral
yang akan menentukan rah pembangunan
itu sendiri. Maka para administrator yang
terlibat langsung pada perencanaan
maupun operasionalisasi program-
program pembangunan diharuskan untuk
selalu mempertimbangkan nilai-nilai yang
wajib dianut dalam melaksanakan tugas-
tugas kedinasan mereka. Asas-asas
pembangunan yang manusiawi itu
mungkin terlalu abstrak untuk dikaitkan
dengan tugas-tugas yang bersifat teknis,
tetapi melalui penilaian yang bijaksana
dari para administrator semua kebijakan
akan selalu mengandung konsekuensi
yang terkait dengan ide-ide pembangunan
yang paling mendasar tersebut.
3. Perkembangan Pusat-Daerah di
Masa Datang
Apakah yang akan terjadi di masa
yang akan datang? Mampukah pemerintah
di Orde Reformasi ini tetap
mempertahankan keseimbangan antara
tuntutan bagi adanya suatu pemerintahan
Pusat yang kuat disatu sisi dan keharusan
membantu pemerintah daerah demi
perkembangan pembangunan di daerah di
sisi lainnya. Apakah Pusat cukup kuat dan
stabil sehingga dapat memberikan peluang
bagi daerah-daerah untuk memiliki
otoritas yang lebih besar melalui
penekanan pada pembangunan daerah?
Tak dapat dipungkiri bahwa selama
periode ini, Indonesia nampak lebih
terintegrasi dibandingkan periode-periode
sebelumnya. Fokus perubahan dalam
periode Reformasi, termasuk dalam hal ini
sudah ada keseimbangan pengontrolan
antara pusat dan daerah, adanya kemajuan
yang pesat di bidang komunikasi dan
transportasi, tersebarnya pendidikan dan
penggunaan bahasa nasional secara
meluas, kematangan masyarakat dalam
berpolitik semakin dewasa untuk memilih
calon-calon pimpinan daerah yang
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
234
bertanggungjawab dan terpilih secara
langsung oleh rakyat.
Di berbagai daerah konflik seperti
Aceh dan Papua yang terus berupaya
diberikan otonomi khusus sesuai dengan
pemberlakuan UU Otonomi Daerah
Nomor 32 Tahun 2004 yang sekarang ini
sudah diberikan kesempatan untuk
memandirikan wilayahnya masing-
masing. Hal tersebut sudah berlangsung
sangat lama sebagai imbas tidak adanya
keseimbangan antara Pusat dan Daerah.
Beberapa daerah di luar Jawa merasa
diperlakukan tidak adil oleh pusat dalam
alokasi dana dan dalam hal keleluasaan
mereka dalam menentukan kebijaksanaan
sendiri, terutama dalam bidang
pembangunan.
Geertz beberapa tahun silam
(seorang sosiolog Belanda) menandaskan
bahwa, sifat kepulauan dari sudut
geografis, keanekaragaman peradaban dan
kebudayaan, akan memperkaya Indonesia
apabila negara ini menerima dan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang
ada dan akan menghancurkan apabila
negara mengabaikannya dan
memberangusnya.
Hingga akhir tahun 1999,
pemerintah Orde Baru digantikan oleh
pemerintah Orde Reformasi yang
menuntut adanya keseimbangan
pemerintah Pusat dan Daerah terbukti
tidak berhasil mempertahankan perbedaan
yang mencuat ke permukaan sehingga
tuntutan otonomi daerah semakin kuat dan
mendewasakan rakyat. Kondisi
fleksibilitas ini telah mendorong kepada
kemajuan pembangunan daerah di masa-
masa yang akan datang sebagai akibat
faktor-faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal jelas menyangkut
pembangunan pemerintahan daerah dan
meningkatnya tekanan terhadap Pusat
untuk dapat memberikan lebih banyak
dana dan lebih terdesentralisasikannya
kekuasaan, yang mungkin akan mencapai
suatu titik dimana konflik dapat terjadi.
Demikian juga faktor eksternal
mencakup tekanan ekonomi oleh negara
super power seperti Amerika Serikat yang
harus dihadapi Indonesia dimana
ketidakstabilan pasar minyak dunia yang
secara langsung mempengaruhi
perekonomian Indonesia, akan mendorong
terjadinya pemotongan secara besar-
besaran subsidi Pusat atas daerah-daerah.
Dengan demikian ancaman terbesar pada
masa yang akan datang terletak pada
proses pembangunan yang dihadapkan
pada berbagai tekanan yang
mengakibatkan infleksibilitas di pihak
Pusat yang mudah mendorong pada
perbedaan dan mendukung kekuatan yang
mengarah pada desintegrasi bangsa.
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
235
KESIMPULAN
Bagaimanakah suatu negara
melaksanakan pemerintahan, siapa yang
memainkan peranan penting dalam proses
tersebut dan cara sistem pemerintahan
yang dirancang guna memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda
dengan kondisi serta karakteristik yang
unik pada setiap wilayah Nusantara ini.
Dalam kasus Indonesia, terlihat
adanya upaya-upaya untuk menciptakan
suatu struktur pemerintahan yang kuat dan
efektif dalam suatu negara yang luas dan
beraneka ragam melalui perubahan yang
cepat. Melihat kembali pada semua upaya
tersebut, khususnya dalam enam puluh
delapan tahun sejak Indonesia merdeka
hingga masa Orde Reformasi ini, terlepas
dari luas dan keanekaragamannya,
Indonesia telah mengembangkan suatu
sistem yang cukup efisien (melalui UU
Otonomi Daerah No. 32/2004 dan UU No.
33/2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah).
Sistem tersebut merefleksikan tuntutan
untuk menyeimbangkan kekuasaan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sistem tersebut menghasilkan suatu
struktur yang terumuskan secara baik dan
artikulatif bagi pemerintah daerah sampai
ke tingkat desa. Dalam Periode Orde
Reformasi ini, ia mampu memenuhi
berbagai macam tuntutan yang harus
dihadapi dan diperjuangkan bersama.
Sekalipun demikian, Sistem ini
masih relatif baru, khususnya pada tingkat
pemerintahan daerah, yang sudah mampu
membuktikan diri dan menunjukkan
bahwa pada semua tingkat pemerintahan,
sistem ini dapat mencerminkan dan
sepenuhnya mengartikulsikan berbagai
kebijaksanaan pemerintah. Sistem ini
sudah tentu masih memerlukan perbaikan-
perbaikan yang sungguh-sungguh dalam
hal latihan dan penanganan man-
powernya, yang terpenting adalah, bahwa
sistem ini harus dapat menunjukkan
bahwa ia mampu beradaptasi terus
menerus dengan berbagai kondisi yang
berubah ubah dengan cepatnya dan
memenuhi tantangan-tantangan baru serta
mungkin lebih besar dari pada yang harus
dihadapi sebelum ia mapan pada dekade
yang akan datang. Selanjutnya, sistem ini
akan benar-benar diuji, khususnya bila
terjadi perubahan-perubahan internal yang
besar. Termasuk perubahan dalam
pemerintahan atau kepemimpinan
sekarang ini dalam mengatasi
pembangunan di segala bidang
DAFTAR PUSTAKA
Abe, Alexander. 2001. Pemerintahan
Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
Hubungan Pusat dan Daerah......... (Yusef Wandy)
SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012
236
Poerwadarminta. 1996. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka.
Rostow. 1960. The Stages of Economic Growth: A Non Communist
Manifesto. Cambridge: CV Press.
Sarudajang. 1999. Arus Balik Keuangan Pusat ke Daerah. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Siagian, Sondang, P., 1984. Proses
Pengelolaan Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung
Agung.
Tjokroamidjoyo, Bintoro. 1986. Administrasi Pembangunan.
Jakarta: Pustaka Harapan.
DOKUMEN
Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta: Menteri Dalam
Negeri Rl.
Republik Indonesia. 2004. Undang-
Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. Jakarta:
Menteri Dalam Negeri Rl.