hubungan pola makan dan sindrom dispepsia pada...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN SINDROM
DISPEPSIA PADA MAHASISWA PRE KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2019
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Wahdaniah Irfan
NIM : 11161030000081
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441H/2019M
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Wahdaniah Irfan. Program Studi Pendidikan Kedokteran. Hubungan Pola
Makan dan Sindrom Dispepsia Pada Mahasiswa Pre Klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.
Latar belakang : Sindrom dispepsia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit
yang ada di Provinsi Banten pada tahun 2016. Terdapat beberapa faktor risiko yang
menyebabkan sindrom dispepsia salah satunya adalah pola makan. Komponen pola
makan yaitu berupa frekuensi, jumlah dan jenis makanan. Seseorang dengan pola
makan yang tidak teratur dan memiiki kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman iritatif dapat meningkatkan risiko munculnya sindrom dispepsia. Tujuan
: Mengetahui hubungan antara pola makan dan sindrom dispepsia pada mahasiswa
pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode :
Penelitian menggunakan desain potong lintang di Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sampel dalam penelitian ini sebesar 90 responden dengan
consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil: Hasil
analisis univariat menunjukan jumlah responden terbanyak berdasarkan usia adalah
dalam usia 19 tahun sedangkan berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah
perempuan yaitu sebanyak 72 orang (80%). Pada penelitian ini terdapat 66 orang
mengalami sindrom dispepsia dan 42 orang diantaranya memiliki pola makan yang
kurang baik. Berdasarkan hasil uji Chi-Square, tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara pola makan dengan sindrom dispepsia (p=0,987) dan tidak
terdapat hubungan terhadap makanan iritatif dengan sindrom dispepsia (p=0.812),
begitu juga dengan minuman iritatif tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan sindrom dispepsia (p=0,715). Kesimpulan : Jumlah responden dengan
gejala sindrom dispepsia terdapat 66 orang dan 42 orang diantaranya memiliki pola
makan kurang baik. Keteraturan makan serta makanan dan minuman iritatif tidak
memiliki hubungan dengan kejadian sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata kunci : sindrom dispepsia, mahasiswa, pola makan, makanan dan minuman
iritatif.
v
ABSTRACT
Wahdaniah Irfan. Medical Studies Program. Diet and Dyspepsia Syndrome
Relationships in Pre Clinical Students of the Faculty of Medicine UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2019.
Background: Dyspepsia syndrome becomes the top 10 diseases in Banten Province
in 2016 and diet is one of the contributing factors to it. In addition, its components
are frequency, amount and type of food. Someone with an irregular diet and
consuming irritative food and drink habitually can cause the risk of dyspeptic
syndrome increasingly. Objective: To determine the diet and dyspepsia syndrome
relationships in Pre Clinical Students of the Faculty Medicine UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Methods: This research uses a cross-sectional design at
Faculty of Medicine UIN Syarif Hidayatullah Jakarta with consecutive sampling of
90 respondents and a questionnaire in data collection. Results: The univariate
analysis reveals that the highest number of respondents are in the age of 19,
moreover; females consist of 72 people (80%). 66 are in dyspepsia syndrome and
42 of them have the poor diet. Based on the results of the Chi-Square test, there is
no significant relationship between diet and dyspepsia syndrome (p = 0.987), the
irritative food and dyspepsia syndrome (p = 0.812), and the irritative drink with
dyspepsia syndrome (p = 0.715). Conclusion: The number of respondents with
symptoms of dyspepsia syndrome are 66 people and 42 of them have poor diet.
Regularity of eating and irritative food and drink have nothing to do with dyspepsia
syndrome in pre-clinical students of the Faculty Medicine UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Keywords: Dyspepsia Syndrome, Students, Diet, Irritative Food and Drink.
vi
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum w.w.,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang
berjudul “Hubungan Pola Makan dan Sindrom Dispepsia Pada Mahasiswa Pre
Klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2019”
sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi di Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta
salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, kekasih Allah
SWT dan suri tauladan yang baik bagi umat dengan sebaik-baiknya akhlak.
Penulis menyadari bahwa selesainya penelitian ini tidak terlepas dari berkat
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI
yang telah memberikan beasiswa yaitu Program Beasiswa Santri Berprestasi
sehingga penulis bisa menjalani pendidikan di Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D Sp.PD-KEMD, dr. Flori Ratna Sari, Ph.D, dr. Fika
Ekayanti, M. Med, bu Dr. Endah Wulandari, S.Si., M.Biomed, selaku Dekan
dan Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. dr. Achmad Zaki, Sp.OT., M.Epid selaku Ketua Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. dr. Yanti Susianti Sp.A(K) selaku dosen pembimbing 1 dan Dr. dr. Francisca
A. Tjakradidjaja MS., Sp.GK, selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing
selama melakukan penelitian ini.
5. dr. Femmy Nurul Akbar, Sp. PD-KGEH, selaku dosen penguji 1 dan bu Silvia
Fitrina Nasution, S.Si, M.Biomed. selaku dosen penguji 2 yang memberikan
bimbingan, saran dan kritik untuk penelitian ini.
6. drg. Laifa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset Program
Studi Kedokteran angkatan 2016.
vii
7. dr. Taufik Zain Sp.OG(K), selaku pembimbing akademik dan seluruh dosen-
dosen pengajar Program Studi Kedokteran yang telah memberikan ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Kedua orang tua penulis, H. Irfan Daming, S.Ag, M.Pd dan Hj. Nuraedah S.Ag,
M.Pd yang sangat penulis sayangi, cintai dan hormati, yang selalu menyayangi,
memanjatkan doa, senantiasa mendidik dengan baik, dan tak lupa juga terima
kasih kepada saudara-saudara tercinta penulis, kakak Muhammad Abrar Irfan,
kakak Muhammad Nashrun Irfan, adik Muhammad Syafaat Irfan, serta
keluarga besar Bapak Ona, keluarga besar Nenek Daming dan seluruh keluarga
penulis yang telah memberikan doa, motivasi, dan juga dukungan baik moral
maupun material selama ini sehingga penulis tidak bisa membalas jasa dengan
apapun.
9. Ayu Saputri Rahmatillah, Ayu Namirah Filayeti, Salsabilla Al-Khansa, dan
Keiza Bella Clarissa sebagai teman seperjuangan penelitian ini yang merasakan
senang dan susah bersama sejak mencari pembimbing, menentukan judul
penelitian, mencari tempat penelitian, mengambil data serta menghabiskan
waktu, pikiran, dan tenaga dalam menyelesaikan penelitian ini.
10. Teman seangkatan sekaligus calon sejawat penulis yaitu Pacemaker 2016 yang
telah mengalami suka duka bersama dalam dunia kedokteran Fakultas
Kedokteran UIN Jakarta. Keluarga besar penulis CSSMoRA UIN Jakarta,
khusus kepada Maestro angkatan 2016 yang selalu ada untuk penulis,
memberikan semangat dan motivasi serta mendoakan penulis.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Wassalaamu’alaikum w.w.
Ciputat, Desember 2019
Penulis
viii
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang.......................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................... 2
Hipotesis Penelitian .................................................................................. 2
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 4
2.1.1. Sindrom Dispepsia ............................................................................ 4
2.1.2. Pola Makan...................................................................................... 12
2.1.3. Hubungan Pola Makan dengan Sindrom Dispepsia ........................ 13
2.2. Kerangka Teori ....................................................................................... 15
2.3. Kerangka Konsep ................................................................................... 16
2.4. Definisi Operasional ............................................................................... 17
BAB III .................................................................................................................. 18
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 18
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 18
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 18
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................... 18
3.3.1. Populasi Penelitian ............................................................................... 18
3.3.2. Sampel Penelitian ................................................................................ 18
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 20
3.5 Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 20
3.5.1. Persiapan penelitian ............................................................................. 20
3.5.2. Pengambilan sampel ............................................................................ 20
ix
3.5.3. Pengambilan data melalui kuesioner ................................................... 21
3.5.4. Pengolahan dan analisis data ............................................................... 21
3.6 Managemen Data .................................................................................... 21
3.6.1. Pengumpulan data ................................................................................ 21
3.6.2. Pengolahan dan analisis data ............................................................... 22
3.7 Etika penelitian ....................................................................................... 22
3.8 Alur Penelitian ........................................................................................ 23
BAB IV .................................................................................................................. 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 24
4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................. 24
4.2. Respon Rate ............................................................................................ 24
4.3. Analisis Univariat ................................................................................... 24
4.3.1. Karakteristik Subjek ........................................................................ 25
4.3.2. Perilaku Pola Makan Serta Frekuensi Jenis Makanan dan Minuman
Iritatif……………………………………………………………………..26
4.3.3. Kejadian Sindrom Dispepsia ........................................................... 27
4.4. Analisis Bivariat ..................................................................................... 28
4.4.1. Hubungan Pola Makan dan Sindrom Dispepsia.............................. 28
4.5. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 32
BAB V .................................................................................................................... 34
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 34
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 34
5.2. Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin
pada mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta……………………………………….. 25
Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan kategori perilaku pola
makan……………………………………………………… 26
Tabel 4.3. Distribusi responden berdasarkan frekuensi jenis makanan
dan minuman iritatif………………………………………... 27
Tabel 4.4. Distribusi responden dengan kejadian sindrom dispepsia….. 28
Tabel 4.5. Distribusi responden dengan pola makan dan kejadian
sindrom dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……………… 29
Tabel 4.6. Distribusi responden dengan makanan pedas dan kejadian
sindrom dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah……………………… 30
Tabel 4.7. Distribusi responden dengan makanan asam dan kejadian
sindrom dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah……………………… 30
Tabel 4.8. Distribusi responden dengan minuman iritatif dan kejadian
sindrom dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah……………………… 31
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Lambung.............................................................................. 5
Gambar 2.2. Fase sekresi lambung ......................................................................... 8
Gambar 2.3. Alur diagnosis dispepsia belum diinvestigasi .................................. 11
xii
DAFTAR SINGKATAN
GERD : Gastroesofageal Refluks Disease
Hp : Helicobacter Pylori
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
SPSS : Statistic Package for Social Science
FFQ : Food Frequency Questionnaire
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ……………………………………………………………….. 40
Lampiran 2 ………………………………….……………………………. 45
Lampiran 3 ……………………………………………………………….. 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sindrom dispepsia merupakan kumpulan beberapa gejala seperti rasa tidak
nyaman pada saluran pencernaan bagian atas yang bisa dirasakan dalam waktu tertentu
oleh seseorang terutama dirasakan di bagian epigastrium (perut bagian atas), serta
terdapat rasa mual, muntah, cepat kenyang, sendawa, perut kembung, dan perut terasa
penuh (1). Secara global, prevalensi dispepsia didapatkan bervariasi antara 11%-29,2%.
Didapatkan prevalensi dispepsia di Amerika Serikat sebesar 23-25,8%, di India 30,4%,
New Zealand 34,2%, Hongkong 18,4%, dan Inggris 38-41%(2). Berdasarkan profil
kesehatan Indonesia 2010 diketahui dispepsia menduduki peringkat ke 6 dari 10 besar
penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dan peringkat ke 5 pada pasien rawat inap
di rumah sakit yang berada di Indonesia (3). Menurut penelitian Asri, C(2016) dispepsia
merupakan salah satu dari 10 besar penyakit yang ada di Provinsi Banten (4).
Sindrom dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, bisa berlokasi dari
dalam lambung, luar lambung, maupun penyakit sistemik yang bermanifestasi
sekunder. Penyebab timbulnya sindrom dispepsia diantaranya adalah faktor pola
makan (diet), sekresi asam lambung, infeksi Helicobacter pylori, fungsi motorik
lambung, dan persepsi visceral lambung (5). Penelitian yang dilakukan oleh Afifah N
(2018) yang meneliti tentang hubungan stress dan pola makan dengan kejadian
sindrom dispepsia didapatkan hasil bahwa pola makan yang rendah atau tidak teratur
dapat mengalami sindrom dispepsia yaitu sebanyak 20,4%(6). Begitu juga dengan
Nasution dkk (2015) yang meneliti mengenai sindrom dispepsia didapatkan hasil
bahwa terdapat sekitar 84% pada pelajar yang memiliki pola makan tidak teratur
cenderung mengalami sindrom dispepsia lebih besar dibandingkan pelajar yang
memiliki pola makan teratur (7).
Secara umum pola makan memiliki 3 komponen utama yaitu jenis, frekuensi,
dan jumlah makanan. Seseorang dengan pola makan yang tidak teratur akan
mempengaruhi proses kerja lambung (8). Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman, misalnya makan pedas atau asam, minum teh atau kopi, dan minuman
berkarbonasi lainnya dapat meningkatkan risiko munculnya sindrom dispepsia (9).
Remaja merupakan salah satu kelompok yang berisiko untuk terkena sindrom
2
dispepsia (1). Menurut Papalia dan Olds remaja adalah masa transisi perkembangan
dari anak-anak menjadi dewasa yaitu berawal dari umur 12-20 tahun termasuk
mahasiswa (10). Pada tahap ini mahasiswa mereka sedang mengalami perkembangan
dan pemantapan pendirian hidup. Mahasiswa juga memiliki kecerdasan dalam berfikir
kritis dan bertindak lebih cepat selain itu mahasiswa sering disibukkan dengan urusan
organisasi maupun urusan tugas kuliah yang dapat mengurangi waktu sehingga hal
tersebut dapat menyebabkan waktu makan tertunda atau lupa untuk makan (11).
Berdasarkan latar belakang di atas, kejadian sindrom dispepsia terjadi cukup
banyak dan biasanya pada remaja dengan pola makan yang tidak teratur maka peneliti
tertarik untuk melakukan pembaharuan dan penelitian kembali pada tempat dan waktu
yang berbeda dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasution dkk (2015)
dengan populasi pada mahasiswa mengenai “Hubungan Pola Makan dan Sindrom
Dispepsia Pada Mahasiswa Pre Klinik Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2019”.
Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara pola makan dan kejadian sindrom dispepsia
pada mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara pola makan dan sindrom dispepsia pada mahasiswa
pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui hubungan pola makan dan kejadian sindrom dispepsia pada
mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik subjek berdasarkan usia dan jenis kelamin pada
mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Mengetahui riwayat penyakit lambung sebelumnya pada mahasiswa pre
klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Mengetahui perilaku pola makan berdasarkan keteraturan makan serta jenis
makanan dan minuman iritatif dengan menggunakan kusioner pada
mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
4. Mengetahui kejadian sindrom dispepsia dalam 3 bulan terakhir berdasarkan
kriteria Rome III pada mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, beberapa manfaat yang dapat diambil diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Subjek
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi mengenai hubungan
pola makan terhadap sindrom dispepsia.
2. Institusi
Hasil penelitian dapat dijadikan informasi dan referensi kepada mahasiswa
mengenai pengaruh dari pola makan yang dapat dijadikan kuliah atau
pedoman sehingga mahasiswa dapat mengetahui pola makan yang baik.
3. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar
bagi masyarakat pada umumnya khususnya mengenai hubungan pola makan
dan dispepsia.
4. Peneliti
- Menjadi syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran.
- Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama masa proses
pembelajaran di masa non-klinik.
- Memperluas serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
penelitian.
- Sebagai bekal edukasi untuk di kemudian hari ketika mendapatkan
pasien sindrom dispepsia saat menjadi dokter.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Sindrom Dispepsia
2.1.1.1. Definisi dan Klasifikasi
Menurut Konsensus Nasional, dispepsia merupakan rasa tidak
nyaman berupa nyeri atau rasa terbakar di epigastrium, cepat kenyang, rasa
kembung di saluran cerna atas, rasa penuh setelah makan, mual, muntah,
serta sendawa yang dirasakan pada abdomen bagian atas (12) .
Dispepsia umumnya terjadi karena terdapat masalah pada lambung
dan duodenum. Keluhan refluks gastroesofageal seperti rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi pada asam lambung tidak termasuk dalam
sindrom dispepsia tetapi langsung dimasukkan dalam alur atau algoritme
dari penyakit gastroesofageal refluks disease (GERD). Hal ini disebabkan
karena sensitivitas dan spesifitas dari keluhan tinggi untuk terjadinya proses
refluks gastroesofageal (1).
Dispepsia dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu dispepsia organik
yang disebabkan karena adanya kelainan organik pada saluran pencernaan
dan dispepsia fungsional yang tidak terdapat kelainan organik atau kelainan
struktural pada saluran pencernaan tetapi dapat diakibatkan karena pengaruh
psikologis atau intoleransi makanan (13).
2.1.1.2. Epidemiologi
Dispepsia merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui
dalam praktek medis. Berdasarkan penelitian populasi umum kejadian
dispepsia terdapat 15-30% orang dewasa pernah mengalami keluhan umum
dari dispepsia (1). Prevalensi kejadian dispepsia pada unit perawatan
kesehatan mencapai 30% dari layanan dokter umum dan 50% layanan oleh
spesialis gastroenterologi. Berdasarkan hasil penelitian dari Nasution dkk
(2015) didapatkan hasil sebesar 84% pelajar yang memiliki pola makan
tidak teratur cenderung mengalami sindrom dispepsia lebih besar
dibandingkan dengan pelajar yang memiliki pola makan teratur (8). Hasil
studi dari negara-negara Asia didapatkan kejadian dispepsia 43%-79,5%
5
adalah dispepsia fungsional (12). Studi populasi dari Amerika Serikat dan
Eropa menunjukkan bahwa 20-25% orang dewasa mengalami dispepsia
pada waktu tertentu dan setelah ditinjau, kebanyakan pasien tersebut
memiliki gejala yang sama dengan dispepsia fungsional yaitu dengan
prevalensi 12-15%, beberapa penelitian menunjukkan perbandingan
prevalensi perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 4:1 (14).
Di Indonesia, prevalensi terjadinya dispepsia fungsional dengan
metode diagnostik didapatkan sebanyak 20-40% (15). Menurut Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2010, dari 10 besar penyakit terbanyak di rumah
sakit Indonesia pada pasien rawat inap didapatkan dispepsia berada di
urutan ke 5 yaitu sebesar 24.716 kasus sedangkan pada pasien rawat jalan
dispepsia berada di urutan ke 6 sebesar 88.599 kasus (4).
2.1.1.3. Anatomi dan Fisiologi Lambung
a. Fungsi Motorik Lambung
Berdasarkan dari aspek anatomis, lambung dibagi atas 3 bagian
yaitu fundus bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus,
korpus (body) bagian tengah yang merupakan bagian utama lambung
dan antrum bagian bawah lambung yang memiliki otot yang lebih tebal,
lebih lengkapnya dapat dilihat dari gambar di bawah : (16)
Gambar 2.1. Anatomi lambung. (17)
Fungsi motorik lambung terdiri dari pengisian lambung,
penyimpanan lambung, pencernaan lambung, dan pengosongan
lambung. Lambung dalam keadaan kosong memiliki volume sekitar 50
6
ml, tetapi apabila sudah terisi volumenya dapat mencapai sekitar 1 liter.
Pada permukaan dalam dinding lambung terdapat lipatan-lipatan yang
dapat mendatar sehingga dapat memperbesar luas permukaan lambung
(16).
Terdapat gerakan peristaltik yang terjadi dalam lambung
sehingga akan menyebar ke seluruh bagian lambung yaitu dimulai di
fundus dan korpus kemudian akan ke antrum dan sfingter pilorus. Pada
saat makanan masuk fundus dan korpus akan mengakomodasi makanan
dan ototnya akan melemah (2). Pada fundus dan korpus memiliki otot
yang tipis sehingga gerakan peristaltik yang terjadi lemah, sedangkan
pada antrum gelombang gerakan peristaltik menjadi jauh lebih kuat
karena otot yang dimiliki antrum lebih tebal dibandingkan otot yang
dimiliki fundus dan korpus. Gerakan peristaltik yang lemah pada korpus
membuat makanan akan tersimpan lebih tenang tanpa terjadi
pencampuran, kemudian makanan akan mengalir dari korpus ke antrum
(tempat terjadinya pencampuran makanan) (16).
Gerakan peristaltik yang kuat pada antrum membuat makanan
tercampur dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus
(campuran cair kental). Setiap gerakan peristaltik antrum akan membuat
kimus terdorong menuju sfingter pilorus yang sedikit terbuka ke dalam
duodenum. Normalnya pada kotraksi otot tonik spinter pilorus akan
menyebabkan sfingter pilorus hampir tertutup sehingga butuh dorongan
peristaltik yang kuat untuk mendorong kimus melewatinya, semakin
kuat kontraksi antrum terdorong semakin banyak kimus yang lolos
melewati sfingter pilorus dan masuk ke duodenum. Ketika gelombang
peristaltik melalui sfingter pilorus kemudian akan menutup dengan erat
dan membuat partikel yang besar kembali lagi ke korpus lambung dan
massa kimus antrum akan terdorong ke jauh ke depan dan mengalami
pencampuran kemudian akan kembali lagi ke arah korpus pilorus seiring
dengan meningkatnya gerakan peristaltik selanjutnya, sampai massa
kimus tersebut hancur dan lunak sehingga menjadi partikel yang lebih
kecil untuk pengosongan, hal ini disebut retropulsi (16).
7
Kontraksi peristaltik antrum selain mencampur isi lambung,
proses ini juga merupakan pendorong untuk mengosongkan lambung.
Jumlah kimus yang lolos masuk ke duodenum bergantung pada
kekuatan gerakan peristaltik. Gerakan kekuatan gelombang peristaltik
bisa sangat bervariasi hal ini dipengaruhi oleh sinyal yang berada di
lambung dan duodenum. Tingkat aktivitas peristaltik antrum
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksitabilitas otot sehingga semakin
tinggi eksitabilitas otot maka pengosongan lambung akan lebih cepat
(16).
b. Sekresi Asam Lambung
Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubulular yaitu
kelenjar oksintik (kelenjar gastrik) yang mensekresi asam dan kelenjar
pilorus yang mensekresi mukus yang berfungsi untuk melindungi
mukosa pilorus dari cedera mekanik. Kelenjar oksintik terletak di bagian
fundus dan korpus lambung, sedangkan kelenjar pilorus terletak di
bagian antrum lambung (17). Pada mukosa lambung juga terdapat chief
cells (sel utama) yang berfungsi mensekresikan pepsinogen untuk
mencerna protein dan mensekresikan gastrik lipase untuk mencerna
lemak (16).
Kelenjar oksintik lambung juga memiliki sel parietal yang
mensekresi asam hidroklorida dan faktor instrinsik yang berperan dalam
proses penyerapan vitamin B12. Asam hidroklorida apabila dirangsang
akan membuat sel parietal mensekresi larutan asam yang didalamnya
terdapat asam hidroklorida sekitar 160 mmol/L, pH pada larutan asam
ini menunjukkan tingkat keasaman yang tinggi yaitu kira-kira 0,8 (17).
Asam hidroklorida dapat membunuh mikroorganisme serta berfungsi
untuk mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi pepsin (16).
Selain fungsi di atas asam hidroklorida juga membantu penguraian serat
otot dan jaringan ikat sehingga partikel yang memiliki ukuran besar akan
dipecah menjadi partikel yang kecil yang nantinya akan berubah
menjadi kimus (16). Sel parietal memiliki hubungan erat dengan sel lain
yaitu sel ECL yang berfungsi mensekresi histamin. Sel ECL juga
8
terletak di kelenjar pilorus sehingga ketika histamin dilepas akan
berhubungan langsung dengan sel parietal (17).
Kelenjar pilorus lambung terdapat didalamnya hormon yang
berperan penting dalam sekresi asam lambung yaitu hormon gastrin
yang disekresi oleh sel G yang terletak di bagian antrum lambung.
Fungsi utama dari gastrin adalah perangsang sekresi asam lambung dan
perangsang pertumbuhan mukosa lambung (16).
Gambar 2.2 Fase sekresi lambung. (18)
Pada gambar di atas menjelaskan proses sekresi lambung yang
terdapat tiga fase yaitu fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal. Fase
sefalik berlangsung pada saat memikirkan, mencium, mengecap, dan
mencicipi makanan sehingga hal ini akan mengirim sinyal neurogenik
pada korteks serebri dan pusat nafsu makan di hipotalamus, kemudian
sinyal akan ditransmisikan melalui nukleus motorik dorsalis nervus
vagus, lalu nervus vagus menstimulasi daerah kelenjar pilorus untuk
menghasilkan gastrin dan saraf intrinsrik merangsang sel parietal dan
chief cells untuk menghasilkan sekresi lambung (16).
Pada fase gastrik rangsangan berpengaruh dari makanan berupa
protein, fragmen peptida dalam makanan, peregangan, kafein, alkohol
yang akan membuat refleks vagovagal dari lambung ke otak kembali
lagi ke lambung dan membuat reflek enterik setempat sehingga hal ini
9
memnyebabkan sekresi asam lambung ketika makanan berada di
lambung (16,17).
Pada fase intestinal rangsangannya disebabkan oleh adanya
produk pencernaan protein di duodenum untuk meningkatkan gastrin
sehingga gastrin dibawa oleh aliran darah ke lambung kemudian
merangsang sel parietal dan chief cells untuk memproduksi sel lambung
(16).
2.1.1.4. Faktor Risiko Sindrom Dispepsia
Faktor risiko dispepsia fungsional yang paling banyak adalah
sekresi asam lambung, infeksi, dismotilitas gastrointestinal, disfungsi
autonom, faktor diet, psikologis, dan lingkungan (1).
1) Sekresi Asam Lambung
Sel kelenjar pada lambung menghasilkan asam lambung sekitar 2500
ml tiap hari. Hasil sekresi lambung berupa asam hidroklorida (HCl)
dan pepsinogen (2). Dinding dalam mukosa lambung dilindungi oleh
mukus dan lapisan mukosa lambung yang juga disebut sebagai sawar
mukosa. Apabila sawar mukosa lambung terganggu maka hasil sekresi
lambung akan merusak mukosa lambung sehingga akan menyebabkan
iritasi pada mukosa lambung akibat kuatnya konsentrasi asam dari
HCl dan pepsinogen dalam lambung (16). Pada dispepsia fungsional
diduga terjadi akibat adanya peningkatan sensitivitas mukosa lambung
terhadap asam sehingga menimbulkan rasa yang tidak enak pada perut
(1).
Peningkatan sensitivitas mukasa lambung terhadap asam dapat terjadi
akibat pengaruh pola makan yang tidak teratur sehingga akan
membuat lambung sulit beradapasi dalam sekresi asam lambung dan
apabila berlangsung lama akan mengiritasi dinding mukosa lambung
(15).
2) Infeksi Helicobacter Pylori (Hp)
Prevalensi infeksi Hp yang didapatkan bervariasi sekitar 39% -
87%.(12) Dari berbagai laporan terdapat sekitar 50% kekerapan
Helicobacter Pylori pada dispepsia fungsional.(1) Hubungan infeksi
Hp yang didapatkan dengan gangguan motilitas pada pencernaan
10
ditemukan tidak konsesten tetapi ketika infeksi Hp diperbaiki
membuat gejala-gejala dispepsia fungsional jadi lebih baik (12).
3) Dismotilitas Gastrointestinal
Dismotiltas gastrointestinal terdiri dari menurunnya kapasitas
lambung dalam menerima makanan, tidak seimbangnya koordinasi
antar duodenum, dan terjadinya perlambatan dalam pengosongan
lambung (12). Berdasarkan berbagai studi melaporkan bahwa dsipepsia
fungsional terjadi akibat perlambatan pengosongan lambung dan
berkaitan dengan adanya mual muntah, 50% kasus terjadi karena
adanya hipomotilitas antrum, gangguan pola makan sehingga
berhubungan dengan adanya rasa cepat kenyang dan penurunan berat
badan, dan juga terjadi akibat hipersensitivitas viseral terhadap
lambung yang menyebabkan adanya keluhan nyeri, sendawa, dan
penurunan berat badan (1).
4) Disfungsi Autonom
Hal ini berkaitan dengan neuropati vagal yang berpengaruh dalam
kegagalan relaksasi lambung di bagian proksimal ketika menerima
makanan sehingga menyebabkan gangguan akomodasi lambung dan
rasa cepat kenyang (1).
5) Faktor Diet
Pada kasus dispepsia fungsional berkaitan dengan adanya perubahan
pada pola makan, seperti lambat atau menunda waktu makan, makan
dalam porsi kecil dan menghindari porsi besar serta intolensi makanan
(1).
6) Psikologis dan Lingkungan
Pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor
terjadinya dispepsia fungsional adalah gangguan psikososial. (12)
Kejadian dispepsia fungsional berikatan dengan adanya stress,
peningkatan kecemasan, depresi dan gangguan somatisasi. Hal di atas
dapat berpengaruh terhadap fungsi gastrointestinal, adanya penurunan
kontraktilistas lambung (1).
11
2.1.1.5. Diagnosis
Ketika didapatkan kelainan organik maka perlu dipikirkan
kemungkinan diagnosis banding yaitu dispepsia organik, tetapi apabila tidak
ditemukan kelainan organik maka pikirkan kecurigaan dispepsia fungsional.
Dispepsia organik terdiri dari ulkus duodenum, ulkus gaster, gastritis,
gastritis erosif, duodenitis, dan proses keganasan. Pada dispepsia fungsional
dapat didiagnosis berdasarkan kriteria Rome III dengan didapatkan satu atau
lebih gangguan di gastrointestinal seperti rasa yang mengganggu setelah
makan, cepat kenyang, kembung, rasa tidak nyaman atau nyeri dan rasa
terbakar di epigastrium. Gejala yang dirasakan harus berlangsung kurang
lebih selama tiga bulan terakhir. (12)
Diagnosis dispepsia ditegakkan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan pemeriksaan penunjang lainnya. (14)
Penegakkan dispepsia dapat ditemukan tumpang tindih dengan GERD pada
praktik sehari-hari. (12) Berikut merupakan alur diagnosis dispepsia yang
belum diinvestigasi:
Gambar 2.3. Alur Diagnosis Dispepsia Belum Diinvestigasi.(12)
Terdapat tanda bahaya yang harus dievaluasi pada pasien yang
datang dengan keluhan dispepsia, keluhan ini harus dilakukan investigasi
lebih dahulu dengan endoskopi, (12) Tanda bahaya dispepsia yaitu penurunan
berat badan, perdarahan saluran cerna, anemia, demam, disfagia progresif,
muntah rekuren atau persisten, massa di daerah abdomen bagian atas, dan
riwayat keluarga kanker lambung.
12
2.1.2. Pola Makan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pola makan merupakan
cara ataupun usaha dalam mengatur kegiatan makan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh agar menjadi lebih baik (19). Menurut Depkes RI (2009), pola makan adalah
suatu cara atau usaha dalam mengatur jumlah dan jenis makanan dengan maksud
mempertahankan kesehatan tubuh, status nutrisi, mencegah penyakit atau membantu
kesembuhan penyakit (20). Pola makan terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan,
dan, porsi atau jumlah makan (21). Pembahasan yang akan dibahas hanya frekuensi
makan dan jenis makanan saja karena menurut penelitian yang dilakukan Pasaribu
(2014) dan Okviani (2011) mengatakan bahwa porsi makan tidak berhubungan
dengan terjadinya kelainan gastrointestinal bagian atas.(22,23)
2.1.2.1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan kegiatan makan yang dilakukan
seseorang dalam sehari baik makanan utama maupun selingan. Frekuensi
makan yang baik dikatakan apabila makan 3 kali sehari dalam setiap harinya
atau ketika seseorang 2 kali makan makanan utama dan 1 kali selingan,
kurang dari 2 kali makanan utama maka dikatakan frekuensi makan kurang
baik. (24)
Pada umumnya seseorang melakukan makan utama 3 kali dalam
sehari yaitu pagi, siang dan malam. Pada mahasiswa biasanya memiliki
kebiasaan makan yang tidak teratur dengan membuat jeda waktu makan
yang lama atau frekuensi makan kurang dari 3 kali sehari sehingga akan
berpengaruh dalam pengisian dan pengosongan lambung. Jeda waktu
makan yang baik berkisar 4-5 jam.(16)
2.1.2.2. Jenis Makanan
Jenis makanan dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu makanan
utama dan makanan selingan. Makanan utama adalah makanan yang biasa
dikonsumsi seperti makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan
yang dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang, dan malam, sedangkan
makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang
dibeli seperti keripik, kue-kue, dan cemilan lainnya. Makanan pokok adalah
makanan yang memiliki peran penting dalam hidangan seperti nasi, roti,
13
sereal, kentang serta mie, yang berfungsi sebagai sumber utama kalori atau
energi dalam tubuh dan membuat rasa kenyang.(25)
Terdapat beberapa jenis makanan dan minuman yang dapat merusak mukosa
lambung sehingga kurang baik untuk dikonsumsi, seperti (26) :
a. Minuman kopi, susu, dan anggur putih dapat merangsang sekresi asam
lambung.
b. Makanan yang asam dan pedas dapat merangsang lambung dan merusak
mukosa lambung.
c. Makanan yang berlemak dapat memperlambat pengosongan lambung
sehingga terjadi peningkatan peregangan lambung yang menyebabkan
meningkatnya asam lambung.
Pada Pedoman Gizi Seimbang Kemenkes Kesehatan RI telah memberikan 7
pesan untuk remaja yaitu (27) :
1) Biasakan makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam bersama
keluarga.
2) Biasakan mengkonsumsi ikan dan sumber protein lainnya.
3) Perbanyak mengkonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan.
4) Biasakan membawa air putih dan bekal makanan dari rumah.
5) Kurangi mengkonsumsi makanan yang cepat saji, jajanan, dan maknan
selingan yang berlemak, manis dan asin.
6) Biasakan sikat gigi 2 kali sehari yaitu waktu bangun tidur dan ketika
ingin tidur.
7) Hindari merokok.
2.1.3. Hubungan Pola Makan dengan Sindrom Dispepsia
Salah satu faktor penyebab dari terjadinya dispepsia fungsional adalah
lingkungan, sekresi asam lambung, dan diet.(1) Kebiasaan mengkonsumsi makanan
pedas, makanan atau minuman asam, minum kopi, minum teh, dan minuman yang
berkarbonasi dapat meningkatkan risiko terjadinya dispepsia.(9) Pola makan yang
kurang baik dapat menyebabkan terjadinya sindrom dispepsia sehingga sekresi asam
lambung akan berlebihan yang akan berakibat pada rusaknya mukosa lambung dan
menimbulkan keluhan seperti mual.(28)
14
Mahasiswa memiliki aktivitas dan jadwal pekuliahan yang sangat padat
sehingga akan mempengaruhi pola makan dan perilaku hidup sehatnya. Aktivitas
dan jadwal yang padat tersebut dapat membuat mahasiswa menunda waktu makan
bahkan dapat lupa untuk makan sehingga hal ini dapat mempengaruhi kerja lambung
terutama sekresi asam lambung sehingga akan membuat lambung sulit beradaptasi
dengan waktu makan. Penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Nasution dkk (2015)
menemukan adanya hubungan antara pola makan dan sindrom dispepsia yang
didapatkan hasil bahwa pelajar yang memiliki pola makan yang tidak teratur
cenderung mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan yang memiliki pola
makan teratur (7). Apabila pola makan teratur maka akan memudahkan kerja lambung
untuk mengenali waktu makan sehingga produksi asam lambung dapat terkontrol.
Jika hal ini berlangsung lama, sekresi asam lambung akan meningkat sehingga dapat
mengiritasi mukosa lambung yang dapat menyebabkan adanya gastritis dan dapat
menjadi tukak peptik. Hal ini dapat menyebabkan mual dan rasa tidak enak serta
nyeri pada gastrointestinal bagian atas (29).
Disebutkan dalam sebuah ayat di dalam Al-Quran mengenai pentingnya
menjaga pola makan yaitu pada surah Taha ayat 81 :
ا ول رزق ناكم ما طي بات من كلوا غو لل ومن غضبي علي كم فيحل فيه تط هوى فقد غضبي علي ه يح
Artinya :
“Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu,
dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-
Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka
sesungguhnya binasalah ia”
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa dalam memilih makanan harus memilih
yang baik dan seimbang yaitu seimbang dalam ukuran, jenis, porsi, pola, maupun
waktu. Jika hal tersebut di atas tidak diperhatikan maka akan dapat memicu
timbulnya sebuah penyakit sehingga dapat mengakibatkan kematian.
15
2.2. Kerangka Teori
Pola Makan kurang baik
Efusi dan ulserasi
mukosa lambung
↑ sekresi HCL
Impuls ke pleksus
Meisner
Nervus vagus
Pelepasan mediator (bradikinin,
histamin, prostaglandin)
Infeksi Hp Psikologis
Disfungsi
autonom Iritasi
lambung
Lambung mengalami
kosong yang lama
Menstimulasi
stress sentral
Disfungsi
saraf vagal
+ medulla oblongata
Impuls ke pleksus
miesenterikus pada
mukosa lambung
Mual muntah
Nosiseptor
Thalamus
Saraf aferen
Nyeri
↑ sensitivitas
asam
gastrointestinal
Kegagalan
relaksasi
Distensi
lambung
Rasa cepat
kenyang dan tidak
enak di perut
Sendawa
SINDROM DISPEPSIA
Makanan masuk
Peregangan di perut
Refleks enterik dinding lambung
+ hormon gastrin
Stimulasi sel parietal
16
2.3. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dan
sindrom dispepsia . Variabel independen dari penelitian ini adalah pola makan, sedangkan
variabel dependennya adalah sindrom dispepsia, sehingga kerangka penelitian dapat
dilihat seperti sebagai berikut :
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
Pola makan
Variabel Independen
Infeksi Hp
Psikologis
Disfungsi
autonom
Sindrom
dispepsia
Variabel Dependen
Gejala :
- Mual muntah
- Sendawa
- Cepat kenyang
- Rasa penuh setelah makan
- Nyeri ulu hati/epigastrik
- Rasa terbakar di epigastrium
Jenis
makanann
Frekuensi
Jumlah
17
2.4. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat
ukur
Hasil ukur Skala
1. Usia Rentang suatu kehidupan
yang dihitung dengan
tahun yang dapat
ditanyakan melalui
tanggal lahirnya.
Kusioner • Data numerik Rasio
2. Jenis kelamin Karakteristik biologis
responden dari lahir yang
bersifat permanen
Kusioner • (1) laki-laki
(2) perempuan
Nominal
3. Pola makan Suatu cara atau usaha
dalam mengatur jumlah,
porsi dan jenis makanan
dengan maksud
mempertahankan
kesehatan tubuh, status
nutrisi, mencegah
penyakit atau membantu
kesembuhan penyakit.
Kusioner • Penilaian dilakukan
dengan skala likert.
• Apabila responden
menjawab
(a) Skornya yaitu 0
(b) Skornya yaitu 1
(c) Skornya yaitu 2
(d) Skornya yaitu 3
Dari skor di atas dibagi
atas 2 kategori yaitu :
a. Baik, apabila skor
< 4,00 (nilai median)
b. Kurang baik, apabila
skor ≥4,00 (nilai
median)
Ordinal
4. Sindrom
dispepsia
Rasa tidak nyaman
berupa nyeri atau rasa
terbakar di epigastrium,
cepat kenyang, rasa
kembung di saluran
cerna atas, rasa penuh
setelah makan, mual,
muntah, serta sendawa
yang dirasakan pada
abdomen bagian atas
kurang lebih 3 bulan
terakhir
Kusioner 1. Negatif, apabila
terdapatnya jawaban
(tidak) pada seluruh
pertanyaan
2. Positif, apabila
terdapatnya jawaban
(ya) pada 1 atau lebih
pertanyaan 1-4 ataupun
2 atau lebih dari seluruh
pertanyaan
Nominal
5. Makanan dan
minuman
iritatif
Makanan serta minuman
yang dapat mengiritasi
lambung
FFQ Skor dibagi atas 2 kategori
yaitu :
Makanan pedas :
a. jarang, apabila skor
<2,51 (nilai median)
b. sering, apabila skor
≥2.51 (nilai median)
Makanan asam :
a. jarang, apabila skor
<0,66 (nilai median)
b. sering, apabila skor
≥0,66 (nilai median)
Minuman iritatif :
a. jarang, apabila skor
<0,84 (nilai median)
b. sering, apabila skor
≥0,84 (nilai median)
Ordinal
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan desain studi potong
lintang.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi: Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Waktu: November – Desember 2019
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.2. Sampel Penelitian
Untuk memenuhi besar sampel yang dibutuhkan, pada penelitian ini
pengambilan sampel berupa subyek yang diambil berdasarkan populasi yag
memenuhi kriteria dan telah menyatakan akan bersedia dalam penelitian ini serta
telah menandatangani lembar informed consent (persetujuan). Besar sampel yang
ditentukan didapatkan dengan rumus berdasarkan jenis masalah penelitian secara
statistik yaitu pada penelitian ini adalah analitik kategorik tidak berpasangan
sehingga didapatkan rumus besar sampel sebagai berikut :
n₁ = n₂ = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑝1𝑄1+𝑝2𝑄2
𝑝1−𝑝2)
2
Keterangan :
n = jumlah sampel
𝑍𝛼 = nilai Z pada derajat kemaknaan (CI) 95% dengan α =0,05 yaitu 1,96
Zβ = nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β = 20% yaitu 0,84
P2 = Proporsi pada kelompok satu 20,4% = 0,20.(6)
P1 = Proporsi pada kelompok dua yaitu clical judgment peneliti 5% = 0,05
19
Q2 = 1- P2 = 1- 0,20 = 0,8
Q1 = 1- P1 = 1- 0,05 = 0,95
P = (𝑃1+𝑃2)
2=
0,05+0.20
2= 0,125
Q = 1- P = 1- 0,125 = 0,875
Sehingga dapat dihitung jumlah sampel :
= ((1,96√2×0,125×0,875+0,84√(0,05 × 0,0,95+0,20×0,8)
0,05−0,20)
2
= 1,684
0,0225
= 74
Setelah dilakukan penghitungan, didapatkan besar sampel minimal yaitu
74 responden. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya drop out, maka besar
sampel diperbesar dengan rumus sebagai berikut :
𝑁 = 𝑛
(1−𝑓)=
74
(1−10%)=
74
1−0,1=
74
0,9= 83 orang
Keterangan :
N = jumlah sampel koreksi
𝑛 = besar sampel awal
f = perkiraan proporsi drop out 10%
Pengambilan sampel dengan proportional stratified random sampling yaitu
teknik pengambilan sampel pada populasi heterogen dan berstrata dengan
mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan
anggota masing-masing sub populasi secara acak. Dalam penelitian ini, jumlah
sampel dilebihkan sampai dengan 90 responden dan akan diambil pada masing-
masing mahasiswa pre klinik yang jumlahnya 403 dengan proporsional sesuai
dengan populasi.
Angkatan 2016 = 83/403 × 90 = 18,53
Angkatan 2017 = 95/403 × 90 = 21,21
20
Angkatan 2018 = 174/403 × 90 = 27,69
Angkatan 2019 = 101/403 × 90 = 22,55
Untuk memudahkan penelitian, maka jumlah dari perhitungan tersebut
dapat dibulatkan menjadi angkatan 2016 sebesar 18 responden, angkatan 2017
sebesar 21 responden, angkatan 2018 sebesar 28 responden, dan angkatan 2019
sebesar 23 responden, sehingga total sampel adalah 90 responden.
Kriteria Inklusi
➢ Mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
➢ Bersedia menjadi sampel, mengisi kuesioner dan menandatangani
lembar persetujuan penelitian
Kriteria Eksklusi
➢ Pernah terdiagnosis penyakit gastrointestinal yang masuk kedalam tanda
bahaya sindrom dispepsia berupa penurunan berat badan, perdarahan
saluran cerna, timbulnya anemia, demam, dan difagia progresif.
➢ Mahasiswa yang tidak mengisi dengan lengkap
3.4 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
pengumpulan data kuantitatif yaitu kuesioner atau angket. Responden mengisi sendiri
lembar kuesioner yang telah dibagikan dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan yang mudah
untuk dipahami oleh responden.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian meliputi permintaan izin kepada pihak FK terkait
untuk melaksanakan penelitian. Perizinan meliputi : izin pengisian kuesioner oleh
responden.
➢ Pembuatan kuesioner
➢ Validasi kuesioner
3.5.2. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dengan proportional stratified random sampling dari
populasi yang telah ditentukan.
21
3.5.3. Pengambilan data melalui kuesioner
Sebelum mengisi kuesioner responden diminta untuk mengisi formulir
persetujuan penelitian dan formulir identitas terlebih dahulu. Pengambilan data
melalui kuesioner untuk mendapatkan perilaku pola makan responden dan
kejadian sindrom dispepsia.
3.5.4. Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul baik pola makan
ataupun sindrom dispepsia. Data yang kami peroleh diolah menggunakan SPSS
dan dilakukan uji univariat dan uji bivariat.
3.6 Managemen Data
3.6.1. Pengumpulan data
Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh izin dari pihak Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta dan mendapat persetujuan setelah
penjelasan (informed consent) dari responden. Pengumpulan data dimulai pada
November 2019 sampai Desember 2019 responden yang diambil yaitu mahasiswa
pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sesuai
kriteria inklusi dan ada saat pengambilan data. Dalam mengambil data tersebut
instrumen yang digunakan yaitu kuesioner, peneliti bertemu langsung dengan
responden untuk melakukan tanya jawab mengenai perilaku pola makan dan
kejadian sindrom dispepsia.
Kriteria penilaian kusioner adalah sebagai berikut:
a. Kusioner Pola Makan
Kusioner ini terdiri dari 5 pertanyaan menggunakan skala likert dengan
pilihan jawaban (a), (b), (c), atau (d). Skor tertinggi untuk setiap pertanyaan
adalah 3 dan skor terendah adalah 0. Pola makan dikatakan kurang baik apabila
jumlah skor ≥ 4,00 (nilai median) dan dikatakan baik apabila jumlah skor <4,00
(nilai median).
b. Kusioner Sindrom Dispepsia
Kusioner sindrom dispepsia terdiri dari 6 pertanyaan dengan pilihan
jawaban “ya” dan “tidak” yang dibuat berdasarkan Kriteria Rome III.
Dikatakan positif apabila terdapat jawaban “ya” pada 1 atau lebih pertanyaan
22
nomor 1-4 ataupun terdapat 2 atau lebih jawaban “ya” dari seluruh pertanyaan
dan dikatakan negatif apabila seluruh pertanyaan dengan jawaban “tidak”.
c. Kusioner Makanan dan Minuman Iritatif
Kusioner ini menggunakan FFQ dengan hasil dikategorikan menjadi 2
kategori yaitu sering dan jarang, untuk mendapatkan kategori tersebut maka
hasil FFQ harus diolah terlebih dahulu dengan mengubah seluruh frekuensi
menjadi satuan hari. Nilai diolah seperti berikut:
- Frekuensi per hari/1 hari = … per hari
- Frekuensi per minggu / 7 hari = … per hari
- Frekuensi per bulan / 30 hari = … per hari
Setelah hasil di atas didapatkan untuk frekuensi per hari kemudian nilai
dijumlahkan per variabel. Setelah nilai konsumsi per hari didapatkan
dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai konsumsi per hari pada setiap
responden kemudian dikategorikan, jika skor ≥ nilai median maka
dikategorikan sebagai frekuensi konsumsi sering, sebaliknya jika skor < nilai
median maka dikategorikan sebagai frekuensi konsumsi jarang. Untuk variabel
makanan pedas nilai mediannya yaitu 2,51, makanan asam mediannya 0,66,
dan minuman iritatif nilai mediannya 0,84.
3.6.2. Pengolahan dan analisis data
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dari responden diolah dengan
menggunakan program SPSS (Statistic package for social science) versi 22.0.
tahapan untuk pengolahan data yaitu coding, editing, data entry, cleaning, saving,
dan analisis data. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dengan
menyajikan data pola makan responden dan kejadian sindrom dispepsia pada
responden. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh pola makan dan sindrom dispepsia.
3.7 Etika penelitian
Menggunakan informed consent sebagai bukti bahwa responden bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini.
23
3.8 Alur Penelitian
Persiapan Penelitian
Penyebaran Kuesioner
Perizinan etik
Pengolahan dan
analisis data
Pengisian kuesioner oleh
responden secara mandiri
Non Dispepsia Dispepsia
Laporan hasil
penelitian
Pengisian kuesioner
secara mandiri
Uji validasi dan
reliabilitas kusioner
Kusioner memenuhi
kriteria
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kusioner yang dipakai dibuat sendiri oleh peneliti dengan jumlah keseluruhan
pertanyaan adalah 11 pertanyaan, sehingga dilakukan uji validasi terhadap kusioner
tersebut. Uji instrument dilakukan kepada 30 responden yaitu kepada mahasiswa jurusan
kesehatan masyarakat angkatan 2016 Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Alat ukur (instrumen) yang baik untuk penelitian harus mengukur dengan benar
(valid) dan konsisten (reliabel). Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian dilakukan
uji analisis menggunakan program statistik dan didapatkan hasil nilai r > r tabel (0,3550)
pada setiap item pertanyaan yang diuji. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan
mengetahui nilai cronbach’s alpha, berikut ini interpretasi nilai cronbach’s alpha:(30)
a. Kurang reliabel : cronbach’s alpha 0,00 – 0,20
b. Agak reliabel : cronbach’s alpha 0,02 - 0,40
c. Cukup reliabel : cronbach’s alpha 0,041 – 0,60
d. Reliabel : cronbach’s alpha 0,61 – 0,80
e. Sangat reliabel : cronbach’s alpha 0,81 – 1,00
Dari hasil uji validasi dan reliabilitas didapatkan 5 pertanyaan untuk pola makan
tervalidasi dan nilai reliabilitasnya baik, yaitu 0,645. Sedangkan untuk 6 pertanyaan
sindrom dispepsia juga tervalidasi dan nilai reliabilitasnya baik, yaitu 0,696.
4.2. Respon Rate
Data penelitian diperoleh dengan cara membagikan kusioner kepada responden
yaitu mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah
kusioner yang dibagikan sebanyak 90 lembar. Dari jumlah keseluruhan kusioner tersebut
yang dijawab dan dikembalikan (respon rate) oleh responden sebanyak 90 kusioner, dan
semuanya dapat dianalisis.
4.3. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis variabel
karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi
dan persentase (30). Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel
25
penelitian yang meliputi : karaktekteristik subjek yang terdiri dari usia dan jenis kelamin;
perilaku pola makan berdasarkan keteraturan makan serta frekuensi jenis makanan dan
minuman iritatif; dan kejadian dispepsia dalam 3 bulan terakhir. Penilitian ini melibatkan
90 responden sebagai objek penelitian.
4.3.1. Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek yang diamati oleh peneliti adalah usia dan jenis
kelamin. Sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin pada
mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Variabel Kategori Jumlah (n=90)
N Persentase (%)
Usia 17 th 5 5,6
18 th 17 18,9
19 th 29 32,2
20 th 16 17,8
21 th 21 23,3
22 th 1 1,1
24 th 1 1,1
Jenis kelamin Laki-laki 18 20,0
Perempuan 72 80,0
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden yang mengisi kuesioner
adalah mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan usia berkisar dari 17-24 tahun dengan frekuensi terbanyak responden
dalam usia 19 tahun sebanyak 29 orang (32,2%). Penelitian lain yang juga
melakukan penelitian mengenai sindrom dispepsia mendapatkan rentang usia yang
terbanyak adalah 15-17 tahun (31). Perbedaan frekuensi usia pada beberapa
penelitan kemungkinan dapat disebabkan karena adanya perbedaan rentang usia
serta jumlah responden pada penelitian lain.
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah terbanyak responden
berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan yaitu sebanyak 72 orang (80%). Hal
ini sesuai dengan penelitian Putri RN dkk (2015) mengenai gambaran sindrom
26
dispepsia, menunjukkan jenis kelamin perempuan memiliki distribusi terbanyak
yaitu 99 orang (71,7%) (32). Disebutkan pada penelitian yang dilakukan Li M
(2014) tentang prevalensi dan karaktekeristik dispepsia pada mahasiswa di
Provinsi Zhejiang bahwa sindrom dispepsia lebih besar terjadi pada perempuan
berdasarkan kriteria diagnosis dispepsia (33).
4.3.2. Perilaku Pola Makan Serta Frekuensi Jenis Makanan dan Minuman Iritatif
a. Perilaku pola makan
Dari hasil data yang didapatkan nilai median dari SPSS adalah 4.00.
Sehingga didapatkan hasil distribusi responden sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan kategori perilaku pola makan
Pola makan N %
Kurang baik 58 64,4
Baik 32 35,6
Total 90 100
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui hasil univariat responden dengan pola
makan yang kurang baik yaitu 58 orang (64,4%) lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang memiliki pola makan yang baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Dewi A (2017) mengenai hubungan pola makan dan
karakteristik individu terhadap sindrom dispepsia yang mengatakan bahwa pola
makan yang tidak teratur atau kurang baik lebih banyak terjadi pada mahasiswa
yaitu 51,5% (15). Begitu juga dengan penelitian Tiana A dkk (2017) tentang
hubungan sindroma dispepsia dengan pola makan dan jenis kelamin pada
mahasiswa didapatkan bahwa distibusi mahasiswa yang memiliki pola makan
yang kurang baik lebih tinggi yaitu 54,6% (34). Pola makan merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam kejadian sindrom dispepsia. Pola makan yang kurang
baik, sering menunda dan tergesa saat makan serta waktu makan yang tidak
teratur dapat menyebabkan dispepsia yang berisiko menimbulkan keluhan nyeri
bagian perut sampai ke ulu hati, mual dan muntah, serta sendawa (1).
b. Frekuensi jenis makanan dan minuman iritatif
Pada penelitian ini, frekuensi jenis makanan dan minuman iritatif
dikategorikan menjadi dua yaitu sering dan jarang. Cara pengkategorian dengan
27
menggunakan nilai median sebagai titik potong. Responden dengan nilai skor <
median dikategorikan jarang, responden dengan nilai skor ≥ median
dikategorikan sering. Dari data yang didapatkan berdasarkan hasil pengumpulan
melalui tabel FFQ (food frequency questionnaire) didapatkan nilai median dari
SPSS adalah 2,51 untuk makanan pedas, 0,66 untuk makanan asam, dan 0,84
untuk minuman iritatif, Sehingga didapatkan hasil distribusi responden sebagai
berikut :
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan frekuensi jenis
makanan dan minuman iritatif
Variabel Makanan iritatif Minuman iritatif
N(90) % N(90) %
Sering 45 50.0 46 51,1
Jarang 45 50,0 44 48,9
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi
makanan iritatif memiliki hasil frekuensi yang sama sedangkan pada responden
yang mengkonsumsi minuman iritatif lebih banyak terjadi dengan frekuensi
sering yaitu 46 orang (51,1%) dibandingkan responden yang jarang
mengkonsumsi minuman iritatif. Berbeda dengan penelitian Dewi A (2017) yang
mendapatkan hasil penelitian bahwa jumlah responden yang megkonsumsi
makanan dan minuman tidak iritatif lebih banyak terjadi dibandingkan
responden dengan konsumsi makanan dan minuman yang iritatif (15). Pada
penelitian Putri RN dkk (2015) mengatakan bahwa perbedaan hasil frekuensi
konsumsi makanan dan minuman iritatif terjadi karena secara umum pada setiap
orang memiliki selera yang berbeda dalam hal memilih jenis makanan dan
minuman yang akan dikonsumsi (32).
4.3.3. Kejadian Sindrom Dispepsia
Pada penelitian ini, kejadian sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikategorikan menjadi dua
yaitu positif sindrom dispepsia dan negatif sindrom dispepsia.
28
Tabel 4.4 Distribusi responden dengan kejadian sindrom dispepsia
Sindrom dispepsia Jumlah %
Positif 66 73,3
Negatif 24 26,7
Total 90 100
Data yang didapatkan diidentifikasi berdasarkan penentuan diagnosis awal
yaitu menggunakan Rome Criteria III. Berdasarkan tabel 4.4 diketahui responden
lebih banyak mengalami positif sindrom dispepsia yaitu sebanyak 66 orang
(73,3%). Banyaknya jumlah dengan positif sindrom dispepsia dapat dipengaruhi
oleh sekresi asam lambung, infeksi bakteri Helicobacter pylori, kebiasaan makan,
psikologis, dan tukak peptikum (1). Hasil di atas sejalan dengan peneltian yang
dilakukan oleh Sumarni dan Andriani D (2019) mengenai hubungan pola makan
dengan kejadian dispepsia yang mengatakan bahwa distribusi frekuensi kejadian
dispepsia dari 30 responden ternyata lebih banyak yang mengalami kejadian
sindrom dispepsia dibandingkan yang tidak mengalami yaitu sebanyak 96,8% (35).
Selain itu, pada penelitian Putri RN dkk (2015) yang dilakukan pada mahasiswa
Fakultas kedokteran juga didapatkan hasil yang sesuai dengan penelitian ini yaitu
responden lebih banyak yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 55,8% (32).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain kemungkinan dikarenakan
karakteristik responden yang sama yaitu mahasiswa. Seorang mahasiswa memiliki
aktivitas yang padat dan kesibukan di kampus sehingga dapat menimbulkan stress
serta tidak jarang mengabaikan waktu makan dan menjaga pola makan dengan baik
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom dispepsia.
4.4. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dari penelitian, yaitu
apakah terdapat hubungan pola makan dan sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data dianalisis menggunakan
metode Chi-Square yaitu menguji apakah terdapat hubungan antara baris dengan kolom
pada tabel kontigensi dengan menggunakan data kuantitatif.
4.4.1. Hubungan Pola Makan dan Sindrom Dispepsia
29
Tabel 4.5 Distribusi responden dengan pola makan dan kejadian sindrom
dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pola Makan
Sindrom Dispepsia Total p value
Positif Negatif
N N N
0.987 Kurang baik 42 16 58
Baik 24 8 32
Total 66 24 90
Hasil analisis bivariat di atas antara pola makan dan sindrom dispepsia
menurut uji Chi-Square memperlihatkan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara pola makan dan sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu nilai significancy-nya adalah
0,987, akan tetapi mahasiswa yang memiliki pola makan yang kurang baik yaitu
sebanyak 42 orang lebih cenderung mempunyai sindrom dispepsia dibandingkan
dengan mahasiswa yang memiliki pola makan baik yaitu sebanyak 16 orang.
Responden dengan pola makan yang kurang baik rata-rata memiliki jadwal makan
yang tidak teratur pada sarapan pagi dan makan malam serta memiliki jeda waktu
makan yang lama.
Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Nasution
dkk (2015) yang menemukan adanya hubungan antara pola makan dan sindrom
dispepsia yang didapatkan hasil bahwa pelajar yang memiliki pola makan yang
tidak teratur cenderung mengalami sindrom dispepsia dibandingkan dengan yang
memiliki pola makan teratur (7). Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rosalina M (2018) berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan yang signifikan
antara keteraturan makan, jeda waktu makan, sarapan pagi dan frekuensi makan
dengan kejadian sindrom dispepsia (31). Mekanisme yang menghubungkan belum
diketahui lebih jelas, namun jeda waktu makan yang lama dapat membuat
pengosongan lambung lambat, gangguan pada sekresi lambung, gangguan
akomodasi lambung serta hormon gastrointestinal (36). Berbeda dengan peneltian di
atas yang menjelaskan adanya hubungan pola makan dengan sindrom dispepsia,
penelitian yang dilakukan oleh Goktas Z (2016) di Turki mendapatkan bahwa tidak
30
ditemukan adanya perbedaan episode makan dan frekuensi makan antara kelompok
dispepsia fungsional dengan kelompok kontrol (37).
Tabel 4.6 Distribusi responden dengan makanan pedas dan kejadian sindrom
dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Makanan pedas
Sindrom Dispepsia Total p value
Positif Negatif
N N N
0.812 Sering 32 13 45
Jarang 34 11 45
Total 66 24 90
Berdasarkan hasil analisis bivariat di atas yang dilakukan dengan uji Chi-
Square menunjukkan bahwa mahasiswa yang sering mengkonsumsi makanan
pedas lebih cenderung lebih banyak mengalami sindrom dispepsia dibandingkan
yang jarang mengkonsumsi makanan pedas, akan tetapi hasil di atas antara makanan
pedas dan sindrom dispepsia menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara makanan pedas dan sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (0,812).
Tabel 4.7 Distribusi responden dengan makanan asam dan kejadian sindrom
dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Makanan asam
Sindrom Dispepsia Total p value
Positif Negatif
N N N
0,812 Sering 34 11 45
Jarang 32 13 45
Total 66 24 90
31
Hasil analisis bivariat di atas yang dilakukan dengan uji Chi-Square
menunjukkan antara makanan asam dan sindrom dispepsia tidak memiliki
hubungan yang bermakna antara makanan asam dan sindrom dispepsia pada
mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(0,812), tetapi mahasiswa yang sering makan makanan asam cenderung lebih
banyak mengalami sindrom dispepsia dibandingkan mahasiswa yang jarang
mengkonsumsi makanan asam.
Tabel 4.8 Distribusi responden dengan minuman iritatif dan kejadian sindrom
dispepsia mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Minuman iritatif
Sindrom Dispepsia Total p value
Positif Negatif
N N N
0.715 Sering 35 11 46
Jarang 31 13 44
Total 66 24 90
Hasil analisis bivariat antara minuman iritatif dan sindrom dispepsia yang
dilakukan dengan uji Chi-Square memperlihatkan tidak adanya hubungan yang
bermakna antara minuman iritatif dan sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (0,715). Akan tetapi
mahasiswa yang sering mengkonsumsi minuman iritatif cenderung lebih banyak
mengalami sindrom dispepsia dibandingkan mahasiswa yang jarang mengkonsumsi
minuman iritatif.
Pada penelitian yang dilakukan Rosalina, M (2018) didapatkan hasil bahwa
terdapatnya hubungan antara mengkonsumsi makanan dan minuman iritatif dengan
kejadian sindrom dispepsia yang dijelaskan bahwa terlalu mengkonsumsi banyak
makanan dan minuman iritatif dapat merangsang lambung untuk berkontraksi serta
mengiritasi dinding lambung sehingga akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri
pada perut dan rasa terbakar pada ulu hati (31). Selain itu, penelitian yang dilakukan
oleh Nugroho R (2018) juga didapatkan bahwa sebagian besar pasien sindrom
dispepsia memiliki jenis makanan dan minuman kelompok yang iritatif yaitu
32
23,1%(38). Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2017), yang
meneliti tentang hubungan makanan dan minuman iritatif diketahui bahwa
responden yang mengkonsumsi makanan dan minuman iritatif lebih banyak
mengalami sindrom dispepsia serta keduanya memiliki hubungan yang signifikan
(15). Sedangkan hasil analisis hubungan makanan dan minuman iritatif dengan
sindrom dispepsia pada penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian di atas,
pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara makanan dan
minuman iritatif dengan kejadian sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Jaber N (2016) yang meneliti pada mahasiswa pre
klinik di Ajman, Arab Saudi didapatkan bahwa konsumsi minuman iritatif berupa
teh dan kopi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian sindrom
dispepsia (39).
Perbedaan hasil di atas kemungkinan dapat disebabkan karena pada
penelitian ini tidak semua faktor risiko terjadinya sindrom dispepsia dinilai
sehingga kurang jelasnya faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya sindrom
dispepsia. Faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya sindrom dispepsia, salah
satu contohnya yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Ulfe, LT (2018) pada 4
sekolah yang berada di Amerika menyebutkan bahwa beberapa faktor yang dapat
menyebabkan sindrom dispepsia adalah depresi, gangguan tidur, dan meminum
kopi (40). Hal lain yang juga dapat membedakan hasil penelitian berbeda adalah
kemungkinan karena jumlah, ukuran sampel dan desain disetiap penelitian yang
berbeda dengan penelitian ini. Selain itu dapat juga disebabkan karena teknik
penilaian dan karakteristik variabel pada penelitian yang tidak sesuai dengan hasil
yang didapatkan. Oleh karena itu perlu untuk diteliti lebih mendalam lagi untuk
mengetahui pengaruh dari pola makan terhadap terjadinya sindrom dispepsia
dengan pembaharuan metode penelitian dan kriteria variabel yang lebih cocok
untuk digunakan.
4.5. Keterbatasan Penelitian
a. Kurang lengkap dan banyaknya pertanyaan mengenai pola makan sehingga dapat
mempengaruhi hasil yang didapatkan.
b. Masih terdapat faktor penyebab lain seperti stress, pengaruh tempat tinggal,
lingkungan, masalah sosial ekonomi, gaya hidup dan masih banyak lagi yang
33
mungkin berkonstribusi terhadap sindrom dispepsia yang tidak diteliti pada
penelitian ini.
c. Jumlah sampel perlu ditambah lagi sehingga dapat meningkatkan ke akuratan hasil
karena dilihat dari hasil korelasi yang didapatkan hasilnya mendekati nilai yang
signifikan.
d. Pengalaman peneliti yang baru pertama kali melakukan penelitian sehingga
kemungkinan masih banyak kekurangan dan masih perlu banyak bimbingan dan
masukan untuk melakukan penyelesaian penelitian ini.
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Responden yang mengisi kuesioner adalah mahasiswa pre klinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan usia berkisar dari 17-24
tahun dengan frekuensi terbanyak responden dalam usia 19 tahun sebanyak 29
orang (32,2%). Jumlah terbanyak responden berdasarkan jenis kelamin adalah
perempuan yaitu sebanyak 72 orang (80%).
2. Jumlah responden dengan gejala sindrom dispepsia adalah 66 orang (73,3%).
3. Pola makan berhubungan dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa pre klinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan hasil p 0,987.
4. Makanan serta minuman iritatif tidak berhubungan dengan sindrom dispepsia
pada mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yaitu dengan hasil sebagai berikut :
- Makanan pedas dan sindrom dispepsia (p 0,812)
- Makanan asam dan sindrom dispepsia (p 0,812)
- Minuman iritatif dan sindrom dispepsia (p 0,715)
5.2. Saran
- Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan
food record sehingga dapat lebih melihat kebiasaan makan secara kuantitatif
maupun kualitatif.
- Perlu untuk diteliti lebih mendalam lagi untuk mengetahui pengaruh dari pola
makan terhadap terjadinya sindrom dispepsia dengan pembaharuan metode
penelitian dan kriteria variabel yang lebih cocok untuk digunakan.
- Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat lebih jauh faktor risiko dispepsia
dengan menggunakan data lebih objektif contohnya seperti endoskopi.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Djojoningrat, D. Dispepsia fungsional. In : Sudoyo A, penyunting. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid I edisi ke VI. Jakarta : Balai Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI; 2014. h. 1805-10.
2. Mahadeva S & Goh KL. Epidemiology of functional dyspepsia: A global
perspective. World J Gastroenterol. 2006;12:2661-6.
3. Kementerian Kesehatan. Profil kesehatan Indonesia 2011. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2012. h. 60-1. [diakses pada tanggal 26 juni 2019].
Tersedia di :
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/13010200016/profil-kesehatan-indonesia-
tahun-2011.html.
4. Asri. C. Addendum II analisis dampak lingkungan hidup (Amdal), rencana
pengelolaan lingkungan hidup (Rkl) dan rencana lingkungan hidup (Rpl).Banten :
Chandra Asri Petrochemical. 2018.
5. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta : EGC; 2008. h.
473-7.
6. Afifah N. Hubungan tingkat stress dan pola makan dengan kejadian sindrom
dispepsia pada mahasiswa ilmu keperawatan semester delapan Universitas
'Aisyiyah Yogyakarta[skripsi]. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan. 2018.
7. Nasution dkk. Hubungan pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun
2015[skripsi]. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. 2015.
8. Renita. Gambaran Pola makan dan status gizi mahasiswa baru Program Studi
Diploma III Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang[skripsi]. Semarang :
Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017.
9. Susanti, A. Faktor risiko dispepsia pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB)[skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
IPB. 2011.
10. Jahja, Yudrik. Psikologi perkembangan. Jakarta : Kencana; 2012. h. 238.
11. Nuraini, Kurnia. Motivasi berprestasi mahasiswa penyandang tunadaksa[skripsi].
Surabaya : UIN Sunan Ampel Surabaya. 2014.
36
12. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter
Pylori Indonesia (KSHPI). Konsensus nasional penatalaksaan dispepsia dan infeksi
Helycobacter Pylori. Jakarta; 2014. h.1-6.
13. Putri, NP et al. Gambaran sindroma dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014[skripsi]. Riau : Fakultas Kedokteran
Riau. 2015.
14. Lacy, BE et al. Functional and motility disorders of the gastrointestinal tract. New
York : Springer+Business Media; 2015. h. 61-73.
15. Dewi, A. Hubungan pola makan dan karakteristik individu terhadap sindrom
dispepsia pada mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin[skripsi]. Makassar : Universitas Hasanuddin. 2017.
16. Sherwood L. Introduction to human physiology. 9th ed. US : Cengage Learning;
2015. h. 578-88.
17. Drake, RL, et al. Gray's atlas of anatomy. 2 th ed. Philadelphia : Elsevier; 2015.
h.158.
18. Hall, John E. Gayton and hall textbook of medical physiology. edisi ke 13.
Philadelphia : Elsevier; 2016. h. 807-24.
19. Departemen Pendidikan Indonesia. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka; 2008.
20. Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan. Jakarta : Direktorat Gizi Masyarakat.
2009. [diakses tanggal 28 oktober 2019]. Tersedia di :
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2009.pdf
21. Wahyu, Duwi, dkk. Pola makan sehari-hari penderita gastritis. Poltekes Kemenkes
Malang. Jurnal informasi kesehatan Indonesia. 2015;1:17-24. [diakses tanggal 10
november 2019]. Tersedia di :
http://jurnal.poltekkes-malang.ac.id/berkas/15b9-17-24.pdf
22. Pasaribu, PM. The relationship between eating habits : with the gastritis at the
Medical Faculty Level Og Student 2010 Sam Ratulangi University Manado. Jurnal
kedokteran komunitas dan tropik. 2014;2:49-57. [diakses tanggal 10 november
2019]. Tersedia di : https://ejournal.unsrat.ac.id › index.php
37
23. Oktaviani, W. Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa S1
Keperawatan Program AFikes UPN Veteran[skripsi]. Jakarta : FKIK UPN Veteran.
2011.
24. Hudha, L. Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik terhadap obesitas pada
remaja kelas II SMP Theresiana 1 Yayasan Bernadus Semarang. 2006 [diakses
tanggal 12 november 2019]. Tersedia di : https://lib.unnes.ac.id/1530/
25. Yatmi, Fitriah. Pola makan mahasiswa dengan gatritis yang terlibat dalam kegiatan
organisasi kemahasiswaan di Universitas Islam Negeri Jakarta[skripsi]. Ciputat :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
26. Abata, Qorry A. Ilmu penyakit dalam. Madiun : Al-Furqon; 2014. h. 41-6.
27. Direktur Jendral Bina Gizi dan KIA. Pedoman gizi seimbang. Jakarta : Kemenkes
RI; 2014. h. 12-24.
28. Sorongan Im, dkk. Hubungan antara pola makan dengan kejadian sindroma
dispepsia pada siswa-siswi kelas di SMA Negeri 1 Manado. Manado : E-journal
keperawatan. 2013;1:1-6. [diakses tanggal 20 november 2019]. Tersedia di :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2190
29. Arisman, MB. Gizi dalam daur kehidupan. Edisi ke-2. Jakarta : EGC; 2008. h. 233-
39.
30. Syahdrajat, T. Panduan penelitian untuk skripsi kedokteran dan kesehatan. Jakarta:
diandra; 2017.
31. Rosalina, M. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dispepsia pada remaja SMA
di Bogor[skripsi].IPB : Bogor. 2018.
32. Putri RN dkk. Gambaran sindroma dispepsia fungsional pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau angkatan 2014. Jurnal online mahasiswa FK.
2015;2:1-10. [diakses tanggal 20 november 2019]. Tersedia di :
https://media.neliti.com/media/publications/186776-ID-gambaran-sindroma-dispepsia-
fungsional-p.pdf.
33. Li M et al. Prevalence an characteristics of dyspepsia among collage students in
Zhejiang Province. World J Gastroenterol. 2014;20:3649-54.
34. Tiana A dkk. Hubungan antara sindroma dispepsia dengan pola makan dan jenis
kelamin pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
angkatan 2013. Jurnal kedokteran meditek. 2017;23:33-8. [diakses tanggal 20
desember 2019].Tersedia di :
38
https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v23i63.1562
35. Sumarni dan Andriani D. Hubungan pola makan dengan kejadian dispepsia. Jurnal
keperawatan dan fisioterapi. 2019;2:61-6. [diakses tanggal 20 desember 2019].
Tersedia di : https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.282
36. Hassanzadeh S, et al. Meal frequency in relation to prevalence of functional
dyspepsia among Iranian adults. Nutrition. 2015;32:242-8.
37. Goktas Z, et al. Nutritional habits in functional dyspepsia and its subgroups : a
comparative study. Scand J Gastrienterol.2016;51:903-7.
38. Nugroho R dkk. Gambaran karakteristik pasien dengan sindrom dispepsia di
Puskesmas Rumbai. Fakultas Keperawatan Universitas Riau. Jurnal online
mahasiswa. 2018;5:823-30. [diakses tanggal 26 desember 2019]. Tersedia di:
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/download/22061/21350.
39. Jaber N et al. Dietary and lifestyle factors associated with dyspepsia among pre-
clinical students in Ajman, United Arab Emirates. Cent Asian J Glob Health.
2016;5:192-2.
40. Ulfe LT et al. Factors associated with uninvestigated dyspepsia in students at 4 latin
American Schools of medicine. 2018. 83:215-22.
39
Lampiran 1
Kusioner Penelitian
KETERANGAN PENELITIAN
Saudara/i yang saya hormati,
Saya Wahdaniah Irfan, mahasiswi jurusan pendidikan dokter angkatan 2016 Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melaksanakan
penelitian mengenai:
Hubungan Pola Makan dan Sindrom Dispepsia Pada Mahasiswa Pre Klinik Fakultas
Kedokteran UIN Jakarta Tahun 2019
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar
mengajar pada program S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UIN SH. Untuk
kepentingan tersebut kami mohon kesedian Saudara/i untuk ikut sebagai responden dalam
penelitian ini. Jika Saudara/i bersedia, silahkan menandatangani persetujuan sebagai bukti
kesukarelaan.
Identitas pribadi sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan
hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Jika ada hal yang kurang dapat dipahami dapat
bertanya langsung kepada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan Saudara/i menjadi responden dalam penelitian ini kami
ucapkan terima kasih.
Ciputat, 2019
40
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin : 1. laki-laki
2. perempuan
Angkatan :
No. Hp :
Telah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini.
Ciputat, 2019
Responden
( )
41
LEMBAR KUESIONER
Bacalah setiap pertanyaan dan tuliskan tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang menurut
anda paling benar.
I. Pola Makan
1. Berapa kali anda mengkonsumsi makanan pokok dalam satu hari ?
a. >3 kali/hari
b. 3 kali/hari
c. 2 kali/hari
d. 1 kali/hari
2. Apakah anda sarapan setiap hari?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Kadang-kadang
c. Jika ingin saja
d. Tidak pernah
3. Apakah anda makan siang setiap hari?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Kadang-kadang
c. Jika ingin saja
d. Tidak pernah
4. Apakah anda makan malam setiap hari?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Kadang-kadang
c. Jika ingin saja
d. Tidak pernah
5. Berapa lama jeda waktu disetiap makan anda?
a. 2-5 jam
b. 5-6 jam
c. 6-9 jam
d. >10 jam
II. Sindrom Dispepsia
1. Dalam 3 bulan terakhir apakah anda merasakan sakit atau rasa tidak enak di
bagian ulu hati (bagian perut atas) selama beberapa kali?
a. Ya
b. Tidak
2. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda merasakan adanya rasa panas terbakar atau
rasa tidak nyaman di dada selama beberapa kali?
a. Ya
b. Tidak
3. Dalam 3 bulan terakhir, apakah adan merasakan kembung setelah makan selama
beberapa kali?
a. Ya
42
b. Tidak
4. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda merasakan rasa cepat kenyang dengan
porsi yang normal dalam beberapa kali dalam semiggu?
a. Ya
b. Tidak
5. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda rasa mual muntah selama beberapa kali
dalam seminggu?
a. Ya
b. Tidak
6. Dalam 3 bulan terakhir, apakah anda merasakan sering sendawa selama
beberapa kali dalam seminggu?
a. Ya
b. Tidak
43
FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ)
Berilah tanda check list (✓) pada kolom yang sesuai dengan kebiasaan kamu dalam mengkonsumsi
makanan dan minuman ( dalam 3 bulan terakhir )
Jenis makanan dan minuman
Frekuensi konsumsi makanan dan minuman
>1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak
pernah
Makanan pedas
Seblak
Bacil pedas
Cilor pedas
Ayam geprek
Ayam penyet
Macaroni pedas
Tahu gejrot
Mie pedas
Bakso pedas
Cabai
Sambal
Saus cabai
Lain-lain : …….......
Makanan Asam
Rujak
Jeruk
Jeruk nipis
Lemon
Asinan
Nanas
Yogurt
Cuka
Tomat
Lain-lain: …………..
Minuman Iritatif
Kopi
Teh
Soda
Alkohol
Lain-lain: …………..
44
Lampiran 2
Data statistik penelitian
Validasi dan Reliabilitas
a. Pertanyaan pola makan
Correlations
B1 B2 B3 B4 B5 TotalBB
B1 Pearson Correlation 1 .249 .523** .475** .417* .762**
Sig. (2-tailed) .193 .004 .009 .024 .000
N 29 29 29 29 29 29
B2 Pearson Correlation .249 1 -.019 .296 -.123 .535**
Sig. (2-tailed) .193 .924 .119 .524 .003
N 29 29 29 29 29 29
B3 Pearson Correlation .523** -.019 1 .396* .704** .695**
Sig. (2-tailed) .004 .924 .033 .000 .000
N 29 29 29 29 29 29
B4 Pearson Correlation .475** .296 .396* 1 .318 .740**
Sig. (2-tailed) .009 .119 .033 .092 .000
N 29 29 29 29 29 29
B5 Pearson Correlation .417* -.123 .704** .318 1 .621**
Sig. (2-tailed) .024 .524 .000 .092 .000
N 29 29 29 29 29 29
TotalBB Pearson Correlation .762** .535** .695** .740** .621** 1
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000 .000
N 29 29 29 29 29 29
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.645 5
45
b. Pertanyaan sindrom dispepsia
Correlations
C1_ C2_ C3_ C4_ C5_ C6_ TOTAL_C
C1_ Pearson Correlation 1 .395* .296 .513** .374* .302 .776**
Sig. (2-tailed) .034 .119 .004 .045 .112 .000
N 29 29 29 29 29 29 29
C2_ Pearson Correlation .395* 1 .127 .346 .066 .110 .523**
Sig. (2-tailed) .034 .511 .066 .735 .571 .004
N 29 29 29 29 29 29 29
C3_ Pearson Correlation .296 .127 1 .330 .154 .057 .540**
Sig. (2-tailed) .119 .511 .080 .427 .768 .002
N 29 29 29 29 29 29 29
C4_ Pearson Correlation .513** .346 .330 1 .201 .438* .757**
Sig. (2-tailed) .004 .066 .080 .295 .017 .000
N 29 29 29 29 29 29 29
C5_ Pearson Correlation .374* .066 .154 .201 1 .373* .572**
Sig. (2-tailed) .045 .735 .427 .295 .046 .001
N 29 29 29 29 29 29 29
C6_ Pearson Correlation .302 .110 .057 .438* .373* 1 .593**
Sig. (2-tailed) .112 .571 .768 .017 .046 .001
N 29 29 29 29 29 29 29
TOTAL_C Pearson Correlation .776** .523** .540** .757** .572** .593** 1
Sig. (2-tailed) .000 .004 .002 .000 .001 .001
N 29 29 29 29 29 29 29
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.696 .692 6
46
HASIL
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 17 5 5.6 5.6 5.6
18 17 18.9 18.9 24.4
19 29 32.2 32.2 56.7
20 16 17.8 17.8 74.4
21 21 23.3 23.3 97.8
22 1 1.1 1.1 98.9
24 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid LAKI-LAKI 18 20.0 20.0 20.0
PEREMPUAN 72 80.0 80.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
Nilai median pola makan
N Valid 90
Missing 0
Mean 4.36
Median 4.00
Mode 4
Std. Deviation 2.007
Pola_Makan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Baik 32 35.6 35.6 35.6
Kurang Baik 58 64.4 64.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
47
Sindrom_Dispepsia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif 24 26.7 26.7 26.7
Positif 66 73.3 73.3 100.0
Total 90 100.0 100.0
Nilai median makanan dan minuman iritatif
D1 D2 D3
N Valid 90 90 90
Missing 0 0 0
Mean 3.28 1.40 1.16
Median 2.51 .66 .84
Mode 0 0 0a
Std. Deviation 2.986 2.318 1.197
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Makanan_Pedas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jarang 45 50.0 50.0 50.0
Sering 45 50.0 50.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
Makanan_Asam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jarang 45 50.0 50.0 50.0
Sering 45 50.0 50.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
Minuman_Iritatif
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jarang 44 48.9 48.9 48.9
Sering 46 51.1 51.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
48
Pola_Makan * Sindrom_Dispepsia Crosstabulation
Count
Sindrom_Dispepsia
Total Negatif Positif
Pola_Makan Baik 8 24 32
Kurang Baik 16 42 58
Total 24 66 90
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .071a 1 .791
Continuity Correctionb .000 1 .987
Likelihood Ratio .071 1 .790
Fisher's Exact Test 1.000 .498
Linear-by-Linear Association .070 1 .792
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.53.
b. Computed only for a 2x2 table
Makanan_Pedas * Sindrom_Dispepsia Crosstabulation
Count
Sindrom_Dispepsia
Total Negatif Positif
Makanan_Pedas 1 11 34 45
2 13 32 45
Total 24 66 90
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .227a 1 .634
Continuity Correctionb .057 1 .812
Likelihood Ratio .227 1 .633
Fisher's Exact Test .812 .406
Linear-by-Linear Association .225 1 .635
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b. Computed only for a 2x2 table
49
Makanan_Asam * Sindrom_Dispepsia Crosstabulation
Count
Sindrom_Dispepsia
Total Negatif Positif
Makanan_Asam Jarang 13 32 45
Sering 11 34 45
Total 24 66 90
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .227a 1 .634
Continuity Correctionb .057 1 .812
Likelihood Ratio .227 1 .633
Fisher's Exact Test .812 .406
Linear-by-Linear Association .225 1 .635
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Minuman_Iritatif * Sindrom_Dispepsia Crosstabulation
Count
Sindrom_Dispepsia
Total Negatif Positif
Minuman_Iritatif Jarang 13 31 44
Sering 11 35 46
Total 24 66 90
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .365a 1 .546
Continuity Correctionb .134 1 .715
Likelihood Ratio .365 1 .546
Fisher's Exact Test .636 .357
Linear-by-Linear Association .361 1 .548
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.73.
b. Computed only for a 2x2 table
50
Lampiran 3
Riwayat penulis
1. Name (first/middle/last) : Wahdaniah Irfan
2. Nickname : Wahda
3. Sex : Female
4. Place, Date of Birth : Ujung Pandang, 20 September 1998
5. Age : 21
6. Blood : O
7. Religion : Moslem
8. Language : Bahasa Indonesia
9. Address : Griya Kurnia Asri No. 42a Jl. Pisangan Barat
10. Phone/Mobile : 08118209981
11. Email (yahoo) : [email protected]
12. Education
a. Elementary School : SD Inpres 227 Romanga Jeneponto
b. Junior High School : MTsN Binamu Jeneponto
c. Senior High School : MAS Al-Ikhlas Ujung Bone
d. University : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta