hubungan perilaku merokok dan vaping terhadap...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DAN VAPING
TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA
PELAJAR SLTA DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2017
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Putri Amalia Nasution
NIM : 11161030000069
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan syukur kehadirat Allah SWT berkat
rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Hubungan Perilaku Merokok dan Vaping Terhadap Kejadian
Gejala Depresi Pada Pelajar SLTA di Provinsi Jawa Barat Tahun 2017”.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu
menjadi panutan umat manusia.
Penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, kritik, saran dan dukungan
dari berbagai pihak sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD, Ph.D, FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Kedokteran
yang telah membimbing penulis selama menjalanai pendidikan di program
studi kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Risahmawati, Dr. Med.Sc., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, memberikan arahan, dan saran yang sangat membangun dalam
pelaksanaan penelitian ini sehingga dapat terselesaikan.
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D, selaku pembimbing II dan Penanggung
Jawab Riset Fakultas Kedokteran angkatan 2016 yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing, memberi masukan serta arahan dan memotivasi
penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.
5. dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K)., MARS dan dr. Isa Multazam Noor, SPKJ(K)
selaku penguji I dan penguji II sidang saya
6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan banyak ilmu kepada saya
selama pendidikan di Progam Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Ayah dan mama yang tercinta, H. Mulia Nasution dan Hj. Samroh Nasution,
S.H. Serta abang kandung penulis, Sutan Rijal Hakim Nasution S.TI dan dr.
vi
Fathur Rahman Nasution, yang selalu memberikan doa, motivasi, kasih
sayang, dan dukungan kepada penulis selama menempuh pendidikan
program studi kedokteran dan dalam menyelesaikan laporan penelitian.
8. Sepupu peneliti dr. Zulfahmi Siregar dan Resky Yuniarty Siregar, S.KM
serta kakek nenek saya H. M. Juddar Nasution dan Hj. Timasiah Nasution
yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama menempuh
pendidikan kedokteran dan dalam menyelesaikan laporan penelitian.
9. Ariana dan Griffin selaku teman kelompok dalam penelitian ini yang
berjuang, saling membantu, dan memberikan semangat selama proses
penyelesaian penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat preklinik saya Salwa Luthfianissofa, Ainun Asri P,
Dheasita Permata, Ananda Chairia, Salsabila Alkhansa, Rendika Fajryah
Utami, dan Rara Syifa Idzdihariyah yang selalu ada dalam suka dan duka
sehingga kehidupan selama di preklinik dapat terlewati walaupun penuh
dengan keseriusan, canda, tawa, sedih, garing, pahit dan drama.
11. Dewanta Mahesi N, M. Hanzalah Huzaifi, dan M. Ridho Fauzan yang telah
membantu selama proses penelitian.
12. Semua pihak yang telah memberikan semangat selama menempuh
pendidikan preklinik dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar laporan penelitian ini jauh lebih baik lagi. Demikian laporan
penelitian ini, semoga penelitian ini mendapat berkah dan ridho dari Allah SWT,
serta memberikan manfaat bagi semua orang.
Ciputat, 10 Desember 2019
Penulis
vii
ABSTRAK
Putri Amalia Nasution. Program Studi Kedokteran. Hubungan Perilaku
Merokok dan Vaping Terhadap Kejadian Gejala Depresi Pada Pelajar SLTA
di Provinsi Jawa Barat Tahun 2017.
Latar Belakang: Perilaku merokok dan vaping merupakan perilaku berisiko yang
berkaitan dengan masalah kesehatan pada remaja. Saat ini, jumlah pengguna rokok
dan vape di kalangan remaja mengalami peningkatan. Perilaku merokok dan vaping
dapat mengganggu kesehatan mental emosional dan berisiko mengalami depresi.
Tujuan: Mengetahui hubungan perilaku merokok dan vaping terhadap kejadian
gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional melalui pengisian
kuesioner YRBS. Sampel dipilih dengan metode multistage randomization
sebanyak 689 sampel. Analisis data bivariabel menggunakan uji Continuity
Correction dan uji Fisher. Hasil: Terdapat hubungan signifikan (p = 0,003) antara
pengguna vape dengan kejadian gejala depresi berupa sedih atau putus asa selama
dua minggu berturut-turut dalam 12 bulan terakhir. Tidak tedapat hubungan
signifikan antara perilaku merokok dan dual use terhadap kejadian gejala depresi.
Simpulan: Perilaku vaping berhubungan secara bermakna terhadap kejadian gejala
depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa barat.
Kata kunci: merokok, vaping, vape, gejala depresi, pelajar, YRBS
viii
ABSTRACT
Putri Amalia Nasution. Medical Study Program. The Relationship Between Life
Behaviour and Vaping to The Incidence of Depression in High School Students
in West Java 2017. 2019.
Background: Smoking and vaping behavior are the risk issues related to health
problems in adolescents. Currently, cigarette and vape users among adolescents
has increased. Smoking and vaping behavior can interfere with emotional mental
health and cause risk of depression. Purpose: To determine the relationship
between smoking and vaping to the incidence of depression in High School Students
in West Java. Method: This study was an observational analytic study using a
cross-sectional design study through filling out the YRBS 2017. Samples were
selected by a multistage randomization method of 689 samples. Bivariable data
analysis using Continuity Correction and Fisher tests. Result: There is a significant
relationship (p = 0.003) between vape users and the occurrence of depressive
symptoms in the form of sadness or hopelessness for two consecutive weeks in the
last 12 months. There is no significant relationship between smoking and dual use
on the occurrence of depressive symptoms. Conclusion: Vaping behavior was
significantly related to the incidence of depression among high school students in
West Java province.
Keyword: cigarette, vaping, vape, depressive symptoms, student, YRBS.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Hipotesis ........................................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................................ 3
1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
1.5.1. Bagi Peneliti ........................................................................................... 4
1.5.2. Bagi Siswa ............................................................................................. 4
1.5.3. Bagi Masyarakat .................................................................................... 4
1.5.4. Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1. Landasan teori ................................................................................................... 6
2.1.1. Rokok ...................................................................................................... 6
2.1.1.1. Definisi Rokok ........................................................................ 6
2.1.1.2. Epidemiologi Merokok ............................................................. 6
2.1.1.3. Jenis-jenis Rokok ..................................................................... 7
2.1.1.4. Kandungan Rokok .................................................................... 7
2.1.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ............ 9
2.1.1.6. Efek Setelah Merokok .............................................................. 9
2.1.2. Vape/Rokok elektrik ............................................................................ 11
2.1.2.1. Definisi Vape/ Rokok Elektrik ............................................... 11
2.1.2.2. Epidemiologi .......................................................................... 12
2.1.2.3. Struktur Vape/ Rokok Elektrik ............................................... 12
2.1.2.4. Kandungan Rokok Elektrik .................................................... 13
2.1.3. Depresi .................................................................................................. 14
2.1.3.1. Definisi ................................................................................... 14
x
2.1.3.2. Epidemiologi .......................................................................... 15
2.1.3.3. Etiologi Depresi...................................................................... 15
2.1.3.3.1. Faktor Organobiologik .......................................... 15
2.1.3.3.2. Faktor Genetik....................................................... 16
2.1.3.3.3. Faktor Psikososial ................................................. 17
2.1.3.3.4. Faktor Kepribadian ............................................... 17
2.1.3.3.5. Faktor Psikodinamik Pada Depresi ....................... 18
2.1.3.3.6. Formulasi Lain Dari Depresi................................. 18
2.1.3.4. Tanda dan gejala Depresi ....................................................... 18
2.1.3.4.1 Mood Terdepresi .................................................... 18
2.1.3.4.2. Pikiran Bunuh Diri ................................................ 19
2.1.3.4.3. Penurunan Energi dan Motivasi ............................ 19
2.1.3.4.4. Gangguan tidur, Nafsu makan, dan Perubahan
Berat badan ........................................................................... 19
2.1.3.4.5. Kecemasan dan Gangguan Fungsi Biologik Lain . 19
2.1.3.5. Efek Rokok dan Vape Terhadap Depresi ............................... 20
2.1.3.6. Kriteria Diagnosis Depresi ..................................................... 21
2.1.3.7. Alasan Bunuh Diri .................................................................. 22
2.1.4. Kuesioner Penelitian ............................................................................. 23
2.2. Kerangka Teori ............................................................................................... 25
2.3. Kerangka Konsep ............................................................................................ 26
2.4. Definisi Operasional........................................................................................ 27
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 30
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 30
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 30
3.2.1. Tempat .................................................................................................. 30
3.2.2. Waktu .................................................................................................... 30
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 30
3.3.1. Pupulasi Target ..................................................................................... 30
3.3.2. Populasi Terjangkau .............................................................................. 31
3.3.3. Sampel ................................................................................................... 31
3.4. Kriteria Sampel ............................................................................................... 31
3.4.1. Kriteria Inklusi ...................................................................................... 31
3.4.2. Kriteria Eksklusi ................................................................................... 31
3.5. Besar Sampel ................................................................................................... 31
3.5.1. Besar Sampel Penelitian Analitik Kategorik Tidak Berpasangan ....... 32
3.6. Cara Pengambilan Sampel .............................................................................. 34
3.7. Cara Kerja Penelitian ...................................................................................... 34
3.8 Alur Penelitian ................................................................................................. 37
3.9 Manajemen Data .............................................................................................. 38
3.9.1. Pengumpulan Data ................................................................................ 38
3.9.2. Instrumen Penelitian ............................................................................. 38
3.9.3. Uji Validitas dan Reabilitas .................................................................. 38
3.9.4. Pengolahan dan Analisis Data............................................................... 38
3.9.5. Editing ................................................................................................... 38
3.9.6. Coding ................................................................................................... 39
3.9.7. Data Entry ............................................................................................. 39
xi
3.9.8. Analisis Data ......................................................................................... 39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 40
4.1. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian .......................................... 40
4.1.1. Uji Validitas .......................................................................................... 40
4.1.2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 42
4.2. Analisis Univariat............................................................................................ 42
4.2.1. Karakteristik Sampel ............................................................................. 43
4.2.2. Status Merokok ..................................................................................... 44
4.2.3. Frekuensi Vape ...................................................................................... 45
4.2.4. Frekuensi Dual Use ............................................................................... 46
4.2.4. Frekuensi Depresi ................................................................................. 47
4.3. Analisis Bivariat .............................................................................................. 48
4.3.1. Hubungan Variabel Merokok dengan Depresi ..................................... 48
4.3.1.1. Hubungan Perilaku Merokok dengan Sedih dan Putus Asa
Selama Dua Minggu Berturut-turut dalam 12 bulan terakhir sehingga
tidak ingin melakukan kegiatan apapun ................................................ 48
4.3.1.2. Hubungan Perilaku Merokok dengan Niat Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir ....................................................................................... 49
4.3.1.3. Hubungan Perilaku Merokok dengan Menyusun Rencana
Bunuh Diri dalam 12 Bulan Terakhir .................................................... 50
4.3.1.4. Hubungan Perilaku Merokok dengan Mencoba Bunuh Diri
dalam 12 Bulan Terakhir ....................................................................... 51
4.3.2. Hubungan Perilaku Vaping dengan Depresi ......................................... 52
4.3.2.1. Hubungan Perilaku Vaping dengan Sedih atau Putus Asa Selama
Dua Minggu Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir........................... 52
4.3.2.2. Hubungan Perilaku Vaping dengan Niat Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir ....................................................................................... 53
4.3.2.3. Hubungan Perilaku Vaping dengan Menyusun Rencana Bunuh
Diri dalam 12 Bulan Terakhir ................................................................ 54
4.3.2.4. Hubungan Perilaku Vaping dengan Mencoba Bunuh Diri dalam
1 Bulan Terakhir .................................................................................... 54
4.3.3. Hubungan Dual Use dengan Gejala Depresi ........................................ 55
4.3.3.1. Hubungan Dual Use dengan Sedih atau Putus Asa Selama Dua
Minggu Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir .................................. 55
4.3.3.2. Hubungan Dual Use dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir ................................................................................................. 56
4.3.3.3. Hubungan Dual Use dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri
dalam 12 Bulan Terakhir ....................................................................... 56
4.3.3.4. Hubungan Dual Use dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir ....................................................................................... 57
4.4. Pembahasan ..................................................................................................... 58
4.5. Kelebihan Penelitian ....................................................................................... 61
4.6 Keterbatasan penelitian .................................................................................... 62
xii
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 63
5.1. Simpulan ........................................................................................................ 63
5.2. Saran ............................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Rokok Elektrik ................................................................................... 12
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Efek-efek Setelah Merokok ............................................................................. 10
4.1 Hasil Validitas pada Item Kuesioner................................................................ 40
4.2 Interpretasi Nilai Cronbach’s Alpha ................................................................ 42
4.3 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner .............................................................. 42
4.4 Distribusi Sampel Menurut Usia, Jenis Kelamin, Jens Sekolah, Kelas,
Jurusan43
4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Merokok ............................................. 45
4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Vaping .......................................... 46
4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Dual Use ........................................................ 46
4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Gejala Depresi .............................. 47
4.9 Hubungan Merokok dengan Sedih atau Putus Asa Selama Dua Minggu
Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir ................................................................ 48
4.10 Hubungan Perilaku Merokok dengan Niat Buruh Diri dalam 12 Bulan Terakhir
................................................................................................................................ 49
4.11 Hubungan Perilaku Merokok dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri Dalam
12 Bulan Terakhir .................................................................................................. 50
4.12 Hubungan Perilaku Merokok dengan Mencoba Bunuh Diri Dalam 12 Bulan
Terakhir .................................................................................................................. 51
4.13 Hubungan Perilaku Vaping dengan Sedih dan Putus Asa Selama Dua Minggu
Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir ................................................................ 52
4.14 Hubungan Perilaku Vaping dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir .................................................................................................................. 53
4.15 Hubungan Perilaku Vaping dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir ....................................................................................................... 54
4.16 Hubungan Perilaku Vaping dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir .................................................................................................................. 54
4.17 Hubungan Dual User dengan Sedih dan Putus Asa Selama Dua Minggu
Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir ................................................................ 55
4.18 Hubungan Dual User dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan Terakhir ..... 56
xv
4.19 Hubungan Dual User dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir .................................................................................................................. 56
4.20 Hubungan Dual User dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir .................................................................................................................. 57
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner YRBS 2017 ...................................................................................... 69
2. Parental Informed Consent Passive Form ........................................................ 73
3. Surat Rekomendasi Penelitian ........................................................................... 75
4. Surat Rekomendasi Izin Penelitian .................................................................... 77
5. Riwayat Penulis ................................................................................................. 78
xvii
DAFTAR SINGKATAN
GYTS : Global Youth Tobacco Survey
YRBS : Youth Risk Behavior Survey
SLTA : Sekolah Lanjut Tingkat Atas
Riskesda : Riset Kesehatan Dasar
TSNAs : Tobacco-specific nitrosamine
DEG : Diethylene glycol
SKM : Sigaret Kretek Mesin
SKT : Sigaret Kretek Tangan
CO : Karbon Monoksida
DAP : Diamonium Fosfat
FDA : Food and Drug Administration
WHO : World Health Organization
ENDS : Electronic Nicotine Delivery System
SRQ : Self Reporting Questionnaire
ENDS : Electronic Nicotine Delivery System
NYTS : National Youth Tobacco Survey
WHO-FCTC : Framework Convention on Tobacco Control
NRT : Nicotine Replacement Therapy
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adolescent atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak
menjadi dewasa yang melewati beberapa tahapan perkembangan hormonal, fisik,
psikologis maupun sosial yang berlangsung secara sekuensial. Perubahan
psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early
adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).1
Beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada remaja berkaitan dengan
perilaku berisiko yaitu: kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, depresi/stress, kesehatan mental, melakukan
hubungan seksual pranikah, gizi tidak seimbang, aktivitas fisik kurang, kekerasan,
cedera dan hygiene atau sanitasi yang buruk.2,3
Berdasarkan data Tobacco Atlas 2015, Indonesia menjadi negara keempat
dengan konsumsi rokok tertinggi di dunia setelah Cina, Rusia, dan Amerika
Serikat.4 Lebih buruknya lagi, menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS)
Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia.5
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2018, Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau
cenderung meningkat dari tahun 2007-2013 dan mengalami penurunan pada tahun
2018, dengan prevalensi konsumsi tembakau sebagai berikut: Riskesdas 2007
sebesar 34,2%, Riskesdas 2010 sebesar 34,3%, Riskesdas 2013 sebesar 36,3%, dan
Riskesdas 2018 menurun menjadi 33,8%.6
Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari National Youth Tobacco
Survey (2018) menyatakan bahwa terjadi juga peningkatan pengguna rokok elektrik
pada siswa SMA Di Amerika Serikat dari 11,7% pada tahun 2017 menjadi 20,8%
pada tahun 2018. Tren serupa terjadi juga di Canada, vaping meningkat di antara
remaja berusia 15-19 pada tahun 2013-2015 dan tidak ada perubahan yang
signifikan pada 2017.7 Saat ini, jumlah pengguna rokok elektronik (vape) di
2
Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan Riskesdas (2013), ditemukan 2,1%
remaja penghisap vape selama 30 hari terakhir, dan hal ini terjadi pada 3% remaja
laki-laki dan 1,1% pada remaja perempuan.8
Data yang dimiliki oleh Riskesdas menyebut adanya peningkatan prevalensi
merokok dan vaping pada remaja dari tahun ke tahun.6,8 Kandungan zat dalam
rokok dan vape khususnya nikotin akan menstimulasi pelepasan acetyl‐ choline,
serotonin, hormon‐hormon pituitary, dopamin, epinephrine dan norepinephrine
yang dapat pengaruhi kondisi psikologi, sistem syaraf, serta aktivitas dan fungsi
otak, baik pada perokok aktif maupun pasif. Nikotin bersifat adiktif, ketika
seseorang telah mengalami ketergantungan pada nikotin, maka saat withdrawal
(putus zat) individu tersebut akan mengalami perasaan tidak nyaman seperti cemas,
merasa tertekan, sulit mengendalikan diri atau mudah marah, mudah putus asa, dan
depresi. Para pecandu rokok juga memiliki resiko lebih besar untuk mengalami
gangguan tidur, penurunan kemampuan mengingat tugas‐tugas sederhana, serta
mendorong munculnya perilaku kompulsif.9
Pada penelitian sebelumnya ditemukan korelasi yang signifikan antara
perokok dengan depresi dan perilaku bunuh diri pada remaja.9,10 Depresi adalah
gangguan suasana perasaan, perubahan nafsu makan dan pola tidur, penurunan
berat badan yang signifikan dan ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan.11
Penelitian yang dilakukan oleh Peltzer, K dan Pengpid di Indonesia pada tahun
2018 menemukan bahwa 21,8% responden berusia 15 tahun ke atas melaporkan
gejala depresi sedang atau berat, dan perempuan memiliki tingkat gejala depresi
lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Tingkat depresi tertinggi ditemukan pada
rentang usia remaja atau dewasa muda, dan cenderunng menurun seiring
pertambahan usia.12
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa perilaku merokok dan
vaping terus meningkat dari tahun ke tahun pada remaja. Selain itu, tingkat depresi
tertinggi ditemukan pada rentang usia remaja atau dewasa muda. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dan vaping terhadap
kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA. Pada studi ini, wilayah provinsi Jawa
Barat menjadi tempat penelitian, mengingat jumlah siswa SLTA terbanyak di
wilayah tersebut dibanding dengan provinsi lain di Indonesia.13
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah :
1. Apakah terdapat hubungan perilaku merokok terhadap kejadian gejala
depresi pada pelajar SLTA provinsi Jawa Barat tahun 2017?
2. Apakah terdapat hubungan perilaku vaping terhadap kejadian gejala depresi
pada pelajar SLTA provinsi Jawa Barat tahun 2017?
3. Apakah terdapat hubungan perilaku merokok dan vaping (dual User)
terhadap kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA provinsi Jawa Barat
tahun 2017?
1.3 Hipotesis
Perilaku merokok dan vaping memiliki hubungan terhadap kejadian gejala
depresi pada pelajar SLTA provinsi Jawa Barat tahun 2017.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perilaku merokok dan vaping terhadap kejadian
depresi pada pelajar SLTA provinsi Jawa Barat tahun 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi perilaku merokok, vaping dan dual use pada
pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun 2017.
2. Mengetahui hubungan perilaku merokok terhadap kejadian gejala
depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun 2017.
3. Mengetahui hubungan perilaku vaping terhadap kejadian gejala depresi
pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun 2017.
4
4. Mengetahui hubungan perilaku merokok dan vaping (dual use) terhadap
kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun
2017.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat:
1.5.1 Bagi Peneliti
1. Memenuhi tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran.
2. Memperoleh dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan dan menganalisa hasil
penelitian.
1.5.2 Bagi Siswa
Mengetahui informasi mengenai hubungan perilaku merokok dan vaping
terhadap kejadian depresi pada pelajar SLTA provinsi Jawa Barat tahun 2017.
1.5.3 Bagi masyarakat
1. Memberikan informasi prevalensi perilaku merokok dan vaping pada
pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun 2017
2. Memberikan informasi mengenai hubungan perilaku merokok dan vaping
terhadap kejadian depresi pada pelajar SLTA provinsi Jawa barat tahun
2017 kepada intansi pemerintahan, pendidikan, kesehatan serta media
informasi dan komunikasi serta pihak-pihak yang terlibat.
1.5.4 Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Menjadi referensi penelitian di Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
5
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
2.1.1 Rokok
2.1.1.1 Definisi Rokok
Menurut KBBI, rokok adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar
kelingking) yang dibungkus (daun nipah, kertas).14 Sedangkan, menurut Heryani
(2014), rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.15
2.1.1.2 Epidemiologi Merokok
Merokok merupakan bentuk utama penggunaan tembakau. Secara global,
terjadi peningkatan konsumsi rokok terutama di negara berkembang. Berdasarkan
data dari Tobacco Control Support Centre (2015), diperkirakan saat ini jumlah
perokok di seluruh dunia mencapai 1,3 milyar orang dan data dari Tobacco Atlas
2015, Indonesia menjadi negara keempat dengan konsumsi rokok tertinggi di dunia
setelah Cina, Rusia, dan Amerika Serikat. Lebih buruknya lagi, Global Youth
Tobacco Survey (GYTS) menyatakan Indonesia sebagai negara dengan angka
perokok remaja tertinggi di dunia. 4,5
Kemudian, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018,
Proporsi penduduk umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau
cenderung meningkat dari tahun 2007-2013 dan mengalami penurunan pada tahun
2018, dengan prevalensi konsumsi tembakau sebagai berikut: berdasarkan
Riskesdas 2007 sebesar 34,2%, Riskesdas 2010 sebesar 34,3%, Riskesdas 2013
sebesar 36,3%, dan Riskesdas 2018 menurun menjadi 33,8%.6
7
2.1.1.3 Jenis-Jenis Rokok
Jenis-jenis rokok dibagi berdasarkan bahan pembungkus rokok, isi rokok,
penggunaan filter pada rokok, dan proses pembuatan rokok:16,17
1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus yaitu:
a. Cerutu : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
b. Sigaret : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
c. Klobot : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung
d. Kawung : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren
2. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi:
a. Rokok kretek : Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh dengan penambah rasa dan aroma tertentu
b. Rokok putih : Rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau saja tanpa campuran bahan yang lain
c. Rokok tingwe : Rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, klembek dan terkadang juga kemenyan dengan
penambah rasa dan aroma tertentu
3. Rokok berdasarkan penggunaan filter:
a. Rokok filter : Rokok yang di bagian pangkalnya terdapat gabus
b. Rokok non filter : Rokok yang di bagian pangkalnya tidak terdapat gabus
4. Rokok berdasarkan proses pembuatannya:
a. Sigaret Kretek Mesin (SKM) : Rokok yang proses pembuatannya
dilakukan dengan mesin yang hasil keluarannya berupa rokok batangan
b. Sigaret Kretek Tangan (SKT) : Rokok yang proses pembuatannya
dilakukan dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan
tangan atau alat bantu sederhana
2.1.1.4 Kandungan Rokok
Kandungan Pada sebatang rokok terdapat kandungan lebih dari 4000
senyawa kimia, dan 2000 di antaranya berdampak buruk bagi kesehatan tubuh,
seperti bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan yang digunakan dalam dalam
cat seperti aseton, hidrogen sianida, dan lainnya.16
8
Terdapat 3 komponen utama pada rokok yaitu:16,17,18
1. Nikotin adalah zat yang bersifat adiktif atau menyebabkan kecanduan.
Nikotin pada rokok akan menimbulkan rangsangan psikologis dan memberi
efek ketagihan dan ketergantungan.
2. Tar adalah zat yang bersifat karsinogenik atau menimbulkan kanker.
Sumber tar dari tembakau, cegkeh, pembalut rokok, dan bahan organic
lainnya yang dibakar.
3. Karbon Monoksida (CO) adalah gas beracun yang memiliki afinitas atau
kemampuan berikatan dengan hemoglobin di sel darah merah lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Pada perokok dapat meningkatkan kadar
karboksi-haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%, padahal kadar normal
karboksi-haemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Adanya perubahan
struktur pada pembuluh darah akibat berbagai mekanisme yang diinduksi
oleh karbon monoksida dan radikal bebas yang terbentuk. Radikal bebas
yang terbentuk akan menyebabkan lipoperoksidasi dengan melepaskan
banyak mediator radang dan netrofil. Kerusakan pada striatum akibat
penurunan suplai oksigen menyebabkan deteriorasi intelektual, memory
impairment, dan perubahan emosi. Kondisi ini terjadi pada paparan jangka
panjang.
Amonia beserta senyawa pembentuknya seperti diamonium fosfat (DAP)
dan urea, merupakan salah satu bahan tambahan yang terdapat di dalam rokok.
Walaupun ditolak oleh sebagian besar perusahaan tembakau di Amerika Serikat,
badan pengawas obat dan makanan di Amerika Serikat, FDA (Food and Drug
Administration) berargumen bahwa penggunaan ammonia bertujuan untuk
meningkatkan dan mengontrol masuknya alkaloid nikotin ke jalur pernapasan
perokok. Hal tersebut diperkuat oleh teori amonium-garam yang menyatakan
bahwa ketika dimasukkan ke dalam campuran tembakau, amonia bereaksi dengan
garam nikotin (indigenous nicotine salts) dan melepaskan nikotin bebas atau basal
(free nicotine) melalui proses peningkatan pH, sehingga mengakibatkan jumlah
nikotin yang masuk ke tubuh menjadi lebih besar.17,19
9
2.1.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Berdasarkan hasil penelitian terhadap perilaku remaja berikut didapatkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok remaja. Menurut
Alamsyah (2009), ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai
kebiasaan merokok. Secara umum dapat dibedakan menjadi 3 bagian:20
a. Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah
nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan.
b. Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari
merokok akan lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih
nyaman.
c. Faktor psikologis, yaitu merokok dianggap meningkatkan konsentrasi,
menyenangkan atau hanya sekedar untuk menikmati asap rokok.
Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku merokok
adalah pengetahuan tentang rokok, pengaruh iklan dan sarana yang mendukung
perilaku merokok.20
2.1.1.6 Efek Setelah Merokok
Saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi
adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian
dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut
menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini
dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Perilaku
merokok pada remaja, kepuasan psikologis memberikan sumbangan yang sangat
tinggi yaitu 40,9%. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco dependency
(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang
menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini
disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan
menimbulkan stres. Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari
ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini
dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat difahami jika para perokok sulit
10
untuk berhenti merokok. Dikatakan Klinke & Meeker (dalam Aritonang, 1997)
bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi
ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan, dan
relaksasi.21
Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku merokok bagi subjek
dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Rokok diyakini dapat
mendatangkan efek-efek yang menyenangkan. Berikut tabel perasaan subjek
setelah merokok.21
Tabel 2.1 Efek-efek Setelah Merokok
Efek-efek %
Nikmat
Puas
Tenang
Biasa saja
Santai
Hangat
Percaya diri
Gaya hidup
Perasaan hilang masalah
Mengantuk
Pusing
Pahit
38,298
15,957
12,766
11,703
5,319
3,192
2,128
1,064
1,064
1,064
5,257
2,218
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa merokok bagi remaja mempunyai kaitan
yang erat dengan aspek psikologis terutama efek yang positif yaitu sejumlah
91,491% sedangkan efek negatif hanya sebesar 8,539% (pusing, ngantuk, dan
pahit). Hasil ini menunjukkan bahwa subjek merasakan kepuasan setelah merokok.
Kepuasan ini berkaitan dengan aspek-aspek emosi. Yang paling menonjol
dirasakan subjek adalah kenikmatan (38,298%), kepuasan (15,957%), dan
merasakan ketenangan (12,766%). Kepuasan psikologis ini kemungkinan
11
berhubungan erat dengan frekuensi merokok subjek. Rata-rata subjek merokok 7
batang per hari.21
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa orang yang merokok lebih awal
dapat memicu kejadian depresi dan anxietas sekitar 5 tahun lebih cepat daripada
perokok late onset. Hal ini dapat disebabkan kecanduan nikotin terjadi secara cepat
sehingga kerusakan yang ditimbulkan pun lebih cepat. Belum ada penelitian yang
secara tegas menyebutkan berapa jumlah rokok yang dikonsumsi per hari yang
dapat memicu depresi. Akan tetapi berdasarkan penelitian, dinyatakan bahwa
konsumsi jumlah rokok lebih dari 20 batang per hari berdampak cepat dan berat
terhadap gangguan kesehatan.22,23
2.1.2 Vape / Rokok Elektrik
2.1.2.1 Definisi Vape / Rokok Elektrik
World Health Organization (WHO) mengistilahkan rokok elektrik sebagai
Electronik Nicotine Delivery System (ENDS) karena menghasilkan nikotin kedalam
bentuk uap yang dihirup oleh penggunanya. WHO membentuk WHO Framework
Convention on Tobacco Control (WHO-FCTC) yang merupakan solusi untuk
masalah epidemi tembakau yang telah mendunia dengan berbagai metode, salah
satunya adalah menggunakan NRT atau Nicotine Replacement Therapy (terapi
pengganti rokok).35
Nicotine Replacement Therapy atau NRT adalah metode yang
menggunakan media untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dan
sering dipakai sebagai alat bantu dalam program berhenti merokok dengan cara
menurunkan kadar nikotin secara bertahap untuk mencegah withdrawal effect
nikotin. Terdapat beberapa macam NRT, salah satunya adalah rokok elektrik atau
vape. Rokok elektrik merupakan salah satu NRT yang menggunakan listrik dari
tenaga baterai untuk memperoleh nikotin dalam bentuk uap yang disebut dengan
electronic nicotine delivery system (ENDS).25
12
2.1.2.2 Epidemiologi
National Youth Tobacco Survey (2018) menyatakan bahwa terjadi
peningkatan pengguna rokok elektrik pada siswa SMA Di Amerika Serikat dari
11,7% pada tahun 2017 menjadi 20,8% pada tahun 2018.7 Di Polandia, pengguan
vape di kalangan remaja meningkat secara signifikan dari 5,5% pada tahun 2010-
2011 menjadi 29,9% pada tahun 2013-2014.10 Hal serupa juga terjadi di Canada,
vaping meningkat di antara remaja berusia 15-19 pada tahun 2013-2015 dan tidak
ada perubahan yang signifikan pada 2017.7 Saat ini, jumlah pengguna rokok
elektronik (vape) di Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan Riskesdas
(2013), ditemukan 2,1% remaja penghisap vape selama 30 hari terakhir, dan hal ini
terjadi pada 3% remaja laki-laki dan 1,1% pada remaja perempuan.8
2.1.2.3 Struktur Vape / Rokok Elektrik
Gambar 2.1 Sruktur Rokok Elektrik
Rokok elektrik diciptakan oleh salah satu perusahaan di Cina pada tahun
2003. Rokok elektrik dengan cepat menyebar diseluruh dunia dengan berbagai
nama dagang seperti NJOY, green smoke, smoking everywhere dan lain-lain. Pada
umumnya rokok elektrik terdiri dari 3 bagian yaitu : battery ( bagian yang berisi
baterai), atomizer (bagian yang memanaskan dan menguapkan larutan nikotik) dan
catridge (berisi larutan nikotin).36
13
2.1.2.4 Kandungan Vape/ Rokok Elektrik
Kandungan di dalam rokok elektrik berbeda-beda, namun pada umumnya
berisi larutan yang terdiri dari 4 jenis campuran utama yaitu: nikotin, propilen
glikol, gliserin, serta tambahan air dan flavoring (perisa). Kandungan kadar nikotin
dalam liquid rokok elektrik bervariasi, yaitu dari kadar rendah hingga kadar tinggi.
Namun, seringkali kadar nikotin yang tertera di label tidak sesuai dan terdapat
berbedaan yang signifikan dari kadar yang sebenarnya. Propilen glikol merupakan
suatu zat dalam kepulan asap buatan yang biasanya dibuat dengan “fog machine”
di acara panggung teatrikal, atau juga sebagai antifrezee, pelarut obat dan pengawet
makanan.24
Beberapa senyawa yang berbahaya lainnya yang ditemukan antara lain:24
a. Tobacco-specific nitrosamine (TSNAs) bersifat toksik
b. Diethylene glycol (DEG) dikenal sebagai karsinogen
c. Logam : partikel timah, perak, nikel, aluminium, dan kromium di dalam uap
rokok elektrik dengan ukuran yang sangat kecil (nano-partikel) shingga
dapat dengan mudah masuk ke dalam saluran napas di paru-paru
d. Karbonil : kasinogen potensial antara lain formaldehida, asetaldehida dan
akrolein. Juga senyawa organik volatil (VOCs) seperti toluena dan pm-
xylene.
e. Zat lainnya : kumarin, tadalafil, rimonabant, serat silika.
Menurut American Heart Association dan CDC (Centers for Disease Control
and Prevention), vape atau rokok elektrik mengandung nikotin yang terkadang
dalam beberapa kondisi lebih berbahaya daripada paparan nikotin pada rokok
tradisional terutama bagi perkembangan otak remaja. 26 Nikotin yang dihisap oleh
tubuh akan berikatan dengan reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian
mengaktifasi reward system pathways dan jalur adrenergik. Pada reward system
pathways, perokok akan merasa nikmat dan memicu sistem dopaminergik sehingga
perokok akan merasa lebih tenang dan mood terkontrol. Efek nikotin berlangsung
sebentar saja, oleh karena itu perokok harus terus merokok untuk mempertahankan
efek sensasi dari nikotin dan untuk menghindari gejala putus zat. Sementara pada
14
jalur adrenergik, nikotin akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak
lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin
menimbulkan rasa senang, nafsu makan dan tidur terkontrol. Secara fisiologis tubuh
akan memproduksi serotonin secara autoregulasi. Namun, pada pengguna tetap
nikotin menyebabkan disregulasi serotonin, dimana tubuh kesulitan memproduksi
serotonin jika kadar nikotin dalam tubuh tidak mencukupi. Hal ini menyebabkan
tubuh akan tergantung pada nikotin untuk memproduksi serotonin.40
2.1.3 Depresi
2.1.3.1 Definisi
Menurut WHO, depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan
munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan
bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan
konsentrasi.27 Dalam buku Synopsis of Psychiatri gangguan depresi termasuk ke
dalam gangguan mood. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai gangguan
depresi kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan mood terlebih dahulu.
Mood dapat didefinisikan sebagai emosi yang meresap dan berkelanjutan
atau nada perasaan yang memengaruhi perilaku seseorang dan memberikan warna
terhadap persepsinya mengenai di dunia. Menurut definisi yang diapaparkan dalam
Buku Ajar Psikiatri, mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami
dan dapat diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain, sebagai contoh
adalah depresi, elasi, dan marah.28
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi
dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu
makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan
aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas
seksual dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan
hendaya interpersonal, sosial, dan fungsi pekerjaan.28
15
2.1.3.2 Epidemiologi
Epidemiologi Data WHO pada tahun 2016 melaporkan sekitar 35 juta orang
mengalami depresi. Pada perempuan risiko terkena depresi 2 kali lipat lebih besar
dibanding laki-laki yang diduga adanya perbedaan hormon, hubungan melahirkan,
perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan perempuan. Pada anak sekolah
didapatkan prevalensi depresi sekitar 2% dan usia remaja 5%. Paling sering terjadi
pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau pada mereka
yang bercerai atau berpisah.29
Angka kejadian masalah kesehatan jiwa di Indonesia masih terbilang tinggi.
Pada data Riskesdas tahun 2018, prevalensi depresi pada penduduk usia 15 tahun
keatas berdasarkan wawancara dengan Mini International Neuropsychiatric
Interview (MINI) terdapat 6,1% yang mengalami depresi secara nasional. Provinsi
dengan prevalensi depresi tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Gorontalo, Nusa
Tenggara Timur, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Prevalensi depresi di
Jawa Barat melampaui prevalensi nasional.6
2.1.3.3 Etiologi Depresi
Ada beberapa penyebab depresi yang sudah diketahui antara lain: 28
2.1.3.3.1 Faktor Organobiologik
Dilaporkan terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenik,
seperti asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam homovalinic (HVA), dan 3-
methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol (MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan
serebrospinal (CSF) pasien dengan gangguan mood. Terdapat neurotransmitters
yang paling berperan dalam terjadinya gangguan mood.
1) Amino Biogenik
Norepinephrine dan serotonin adalah dua neurotransmitters yang paling
terlibat patofisiologi gangguan mood.
16
2) Norepinefrin
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respons klinis antidepresi
mungkin merupakan peran langsung sistem noradrenergik pada depresi.
Bukti lain yang juga melibatkan reseptor b2-presinaptik pada depresi, yaitu
aktifnya reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan
norepinefrin. Reseptor b2-presinaptik juga terletak pada neuron serotonergik
dan mengatur jumlah pelepasan serotonin.
3) Serotonin
Aktivitas serotonin bekurang pada depresi. Serotonin bertanggung jawab
untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu makan. Pada beberapa
penelitian ditemukan jumlah serotonin yang berkurang di celah sinap
dikatakan bertanggung jawab untuk terjadinya depresi.
4) Dopamin
Aktivitas dopanin mungkin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe baru
reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik
dan pascasinaptik dopamin memperkaya hubungan antara dopamin dan
gangguan mood. Dua teori terbaru tentang dopamin dan depresi adalah jalur
dopamin mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan
reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi.
2.1.3.3.2 Faktor Genetik
Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan mood,
tetapi jalur penurunan sangat kompleks. Sulit untuk mengabaikan efek psikososial,
dan juga, faktor nongenetik kemungkinan berperan sebagai penyebab
berkembangnya gangguan mood, setidaknya pada beberapa orang. Hasil studi
dalam keluarga didapatkan bahwa keluarga yang memiliki riwayat depresi pada
anggota keluarga generasi pertama, 210 kali lebih sering mengalami depresi berat.
17
2.1.3.3.3 Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa tertekan (stres) dapat
mencetuskan terjadinya depresi. Episode pertama ini lebih ringan dibandingkan
episode berikutnya. Ada teori yang mengemukakan adanya stres sebelum episode
pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Hal ini
menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan sistem sinyal intraneuron,
termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Dampaknya,
seorang individu berisiko tinggi mengalami episode berulang gangguan mood,
sekalipun tanpa stressor dari luar.
Data paling mendukung sehubungan dengan peristiwa kehidupan atau
stressor lingkungan yang sering berkaitan dengan depresi adalah kehilangan orang
tua sebelum berusia 11 tahun dan kehilangan pasangan. Faktor risiko lain adalah
kehilangan pekerjaan; orang yang keluar dari pekerjaannya berisiko 3 kali lebih
besar untuk timbulnya gejala dibandingkan yang bekerja. Kehilangan objek cinta
pada masa perkembangan walaupun tidak secara langsung dapat mencetuskan
gangguan depresi, namun berhubungan terhadap ekspresi penyakit, misalnya
awitan timbulnya gangguan, episode yang lebih parah, adanya gangguan
kepribadian dan keinginan untuk bunuh diri.
2.1.3.3.4 Faktor Kepribadian
Semua orang, apapun pola kepribadiannnya, dapat mengalami depresi
sesuai dengan situasinya. Orang dengan kepribadian obsesi kompulsi, histrionik
dan ambang, berisiko tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan
gangguan kepribadian paranoid atau antisosial. Pasien dengan gangunan disritmik
dan siklotimik berisiko mengalami gangguan depresi berat. Peristiwa stres
merupakan prediktor terkuat untuk kejadian episode depresi. Riset menunjukkan
bahwa pasien yang mengalami stresor akibat tidak adanya kepercayaan diri sering
mengalami depresi.
18
2.1.3.3.5 Faktor Psikodinamik Pada Depresi
Pemahaman psikodinamik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud dan
dilanjutkan oleh Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik depresi. Teori
tersebut mencakup empat hal utama:
1) Gangguan hubungan ibu-anak selama fase oral (10-18 bulan) menjadi faktor
predisposisi untuk rentan terhadap episode depresi berulang;
2) Depresi dapat dihubungkan dengan cinta yang nyata maupun fantasi
kehilangan objek;
3) Introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk
mengatasi penderitaan akibat kehilangan objek cinta;
4) Kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam bentuk campuran antara benci
dan cinta, serta perasaan marah yang diarahkan kepada diri sendiri.
2.1.3.3.6 Formulasi lain dari depresi
Depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik yang membuat
seseorang mempunyai kecenderungan menjadi depresi. Postula Aaron Beck
menyatakan trias kognitif dari depresi mencakup:
1) Pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negatif terhadap dirinya;
2) Tentang lingkungan yakni kecenderungan menganggap dunia bermusuhan
terhadapnya;
3) Tentang masa depan yakni bayangan penderitaan dari kegagalan.
2.1.3.4 Tanda dan Gejala Depresi
2.1.3.4.1 Mood Terdepresi
Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah gejala
utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak
mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Emosi pada mood depresi
kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal.28
19
2.1.3.4.2 Pikiran Bunuh Diri
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua per tiga
pasien depresi dan 10-15% diantaranya melakukan bunuh diri. Mereka yang
dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri mempunyai umur hidup lebih
panjang dibanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi terkadang tidak
menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang gangguan mood
meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman, dan aktivitas yang sebelumnya
menarik bagi dirinya.28
2.1.3.4.3 Penurunan Energi dan Motivasi
Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi.
Mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya di sekolah
dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru.28
2.1.3.4.4 Gangguan Tidur, Nafsu Makan, dan Perubahan Berat Badan
Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur, khususnya terjaga dini hari
(terminal insomnia) dan sering terbangun di malam hari karena memikirkan
masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau
penurunan nafsu makan, demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat
badan, serta mengalami tidur lebih lama dari yang biasanya.28
2.1.3.4.5 Kecemasan dan Gangguan Fungsi Biologik Lain
Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90% pasien
depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat menyebabkan
timbulnya penyakit lain secara bersamaan, seperti diabetes, hipertensi, penyakit
paru obstuksi kronik, dan penyakit jantung. Gejala lain termasuk haid yang tidak
normal dan menurunnya minat serta aktivitas seksual.
20
2.1.3.5 Efek Rokok dan Vape Terhadap Depresi
Rokok dan vape mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat
karsinogenik dan berbahaya bagi kesehatan tubuh. Pada rokok terdapat 3 komposisi
utama, yaitu: nikotin, karbon monooksida, dan tar. Sedangakan, pada vape berisi
larutan yang terdiri dari 4 jenis campuran yaitu: nikotin, propilen glikol, gliserin,
air dan flavoring (perisa).17,24
Nikotin adalah kandungan zat yang paling banyak ditemukan dalam rokok
dan vape. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi
bersifat racun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, bersifat adiktif, dan dapat
mempengaruhi kondisi psikologi, sistem syaraf, serta aktivitas dan fungsi otak, baik
pada perokok aktif maupun pasif. Nikotin menstimulasi pelepasan acetylcholine,
hormon‐hormon pituitary, epinephrine, dan norepinephrine. Selain itu nikotin juga
menstimulasi pelepasan dopamin dan serotonin yang berfungsi mengontrol mood
atau suasa hati, daya ingat, nafsu makan dan tidur. Dalam jangka panjang, nikotin
akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok
dan vapor akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk
mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Ketika seseorang telah mengalami
ketergantungan pada nikotin, maka saat withdrawal (putus zat) individu tersebut
akan mengalami perasaan tidak nyaman seperti cemas, merasa tertekan, sulit
mengendalikan diri atau mudah marah, mudah putus asa, dan depresi. Para pecandu
rokok juga memiliki resiko lebih besar untuk mengalami gangguan tidur, penurunan
kemampuan mengingat tugas-tugas sederhana, serta mendorong munculnya
perilaku kompulsif. Pada beberapa kasus ditemukan korelasi yang signifikan antara
perokok dengan gangguan emosi bipolar dan kecenderungan bunuh diri.9,16
Pada rokok terdapat Karbon Monoksida (CO) yang merupakan gas beracun
yang memiliki afinitas atau kemampuan berikatan dengan hemoglobin di sel darah
merah lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Pada perokok dapat meningkatkan
kadar karboksi-haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%, padahal kadar normal
karboksi-haemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Adanya perubahan struktur
pada pembuluh darah akibat berbagai mekanisme yang diinduksi oleh karbon
monoksida dan radikal bebas yang terbentuk. Radikal bebas yang terbentuk akan
21
menyebabkan lipoperoksidasi dengan melepaskan banyak mediator radang dan
netrofil. Kerusakan pada striatum akibat penurunan suplai oksigen menyebabkan
deteriorasi intelektual, memory impairment, dan perubahan emosi. Kondisi ini
terjadi pada paparan jangka panjang.18
2.1.3.6 Kriteria Diagnosis Depresi
Diadaptasi dari Diagnostic and Statitical Manual of Mental Disorder, 4th
edition, kriteria diagnosis gangguan depresi berat adalah:28
A. Pasien mengalami mood terdepresi (sebagai contoh, sedih atau perasaan
kosong) atau kehilangan minat atau kesenangan sepanjang waktu selama 2
minggu atau lebih ditambah 4 atau lebih gejala berikut ini :
1. Gangguan tidur, seperti insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
2. Menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua kegiatan hampir
sepanjang waktu.
3. Perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai atau rasa tidak
berharga hampir sepanjang waktu.
4. Kehilangan energi atau letih hampir sepanjang waktu.
5. Menurunnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi serta sulit
membuat keputusan hampir sepanjang waktu.
6. Selera makan yang menurun atau meningkat.
7. Dalam pengamatan ditemukan agitasi/retardasi.
8. Timbul pikiran berulang tentang mati/ingin bunuh diri.
B. Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran (episode
depresi berat dan episode manik).
C. Gejalanya menimbulkan penderitaan atau hendaya sosial, pekerjaan atau
fungsi penting lainnya yang bermakna secara klinik.
D. Gejalanya bukanlah merupakan efek fisiologi langsung dari zat (sebagai
contoh: penyalahgunaan obat, atau medikasi) atau suatu kondisi medik
umum (sebagai contoh: hipotiroidisme).
E. Gejalanya tidak lebih baik dibandingkan dengan dukacita, misalnya, setelah
kehilangan seseorang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau
22
ditandai hendaya fungsi yang jelas, preokupasi rasa ketidak bahagiaan yang
abnormal, gagasan bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.
2.1.3.7 Alasan Bunuh Diri
Menurut Alex Lickerman, terdapat 6 alasan orang mencoba bunuh diri,
yaitua:30
1) Depresi
Depresi adalah alasan paling umum terjadinya aksi bunuh diri. Saat depresi,
seseorang akan merasa menderita sehingga bunuh diri dianggap jalan keluar
dari situasi tersebut. Keadaan depresi bisa menyesatkan pikiran dan
munculnya ide seperti ‘semua orang akan lebih baik tanpa saya’.
2) Psikosis
Penderita psikosis atau gangguan jiwa mengalami delusi. Penderita psikosis
sering mendengar suara-suara tidak nyata yang memerintahkan untuk
melakukan sesuatu, termasuk menyuruh untuk bunuh diri.
3) Dorongan Impulsif
Tindakan percobaan bunuh dapat terjadi karena dorongan impulsif akibat
pengaruh obat-obatan atau alkohol. Saat sadar, orang dengan dorongan
impulsif akan merasa malu atas tindakannya. Namun, kejadian ini dapat
terulang kembali dengan tidak terduga.
4) Mencari pertolongan tapi tidak tahu caranya
Sebagian orang melakukan aksi percobaan bunuh diri karna tidak tahu
bagaimana caranya mendapatkan pertolongan. Lickerman menyebutkan
orang-orang seperti ini tidak memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup
melainkan hanya untuk mengingatkan orang-orang sekitar bahwa ada
sesuatu yang salah pada dirinya.
5) Ada hasrat untuk mati
Pada sebagian orang, keputusan untuk mengakhiri hidupnya menjadi masuk
akal. Orang-orang seperti ini tidak mengalami gangguan mental melainkan
terdorong oleh penyakit kronis yang dideritanya karena beranggapan tidak
ada harapan sembuh.
23
6) Melakukan kesalahan
Pada sebagian orang, rasa bersalah yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan percobaan bunuh diri.
2.1.4 Kuesioner Penelitian
Kuesioner Youth Risk Behavior Survey (YRBS)
Kuesioner YRBS merupakan alat ukur yang berisi pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memantau enam kategori perilaku berisiko terhadap
kesehatan yang berkontribusi pada penyebab utama kematian dan kecacatan di
kalangan remaja dan dewasa.
Kuesioner YRBS berisi 6 kategori pertanyaan mengenai, yaitu:31
1. Kekerasan dan cedera yang tidak disengaja
2. Perilaku seksual terkait dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penyakit menular seksual, termasuk infeksi HIV
3. Alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang
4. Penggunaan tembakau
5. Perilaku diet yang tidak sehat
6. Aktivitas fisik yang tidak memadai
Kuesioner berisi 116 butir pertanyaan, diantaranya terdapat pertanyaan
mengenai perilaku merokok, elektronik vapor dan gejala depresi yang dirincikan
sebagai berikut: 31
a. Perilaku Merokok
(42) Pernah mencoba merokok walaupun satu atau dua batang
(43) Usia ketika pertama kali merokok satu atau dua kali hisap
(47) Jumlah rokok yang dihisap per hari selama 30 hari terakhir
(51) Mencoba untuk berhenti merokok selama 12 bulan
b. Elektronik Vapor (Vape)
(53) Menggunakan vape selama 30 hari terakhir.
c. Depresi
(37) Merasa sedih atau putus asa selama dua minggu atau lebih berturut-
turut sehingga Anda tidak ingin melakukan kegiatan apapun selama 12
bulan terakhir.
24
(38) Berniat untuk bunuh diri selama 12 bulan terakhir.
(39) Menyusun rencana untuk bunuh diri selama 12 bulan terakhir.
(40) Mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir.
25
2.2 Kerangka Teori
Perilaku berisiko pada remaja2 3
Faktor yang mempengaruhi:20
1. Farmakologis: zat nikotin
2. Psikologis: mengontrol mood,
konsentrasi meningkat, senang
3. Lingkungan sosial: teman-
teman merokok
4. Faktor lain: kurangnya
pengetahuan tentang rokok,
pengaruh iklan, sarana yang
mendukung perilaku merokok
Minum alkohol
Narkoba
kekerasan
Merokok
Menstimulus pengeluaran
dopamin dari nucleus
Accumbens9,16
Mood terdepresi
Pemikiran dan perilaku bunuh diri dan kompulsif
Hilangnya semangat hidup
Gangguan tidur dan nafsu makan
Kecemasan dan gangguan fungsi biologik lain28
Nikotin berikatan dengan α4β2
(reseptor nikotin) pada otak
Komponen utama nikotin16,24
Vaping
Mengandung zat
berbahaya
Bersifat adiktif9 16
Mengontrol mood, senang, mengurangi cemas,
memudahkan berkonsentrasi, memberi
kenikmatan dan kepuasan psikologis9,16
Perilaku berulang
Depresi
Nikotin menyebabkan disregulasi serotonin dan dopamin9,16,40
Ketergantungan
Faktor resiko:
1. Farmakologis: Nikotin
2. Lingkungan: Tren
3. Faktor lain: Varian rasa,
coba-coba
Faktor resiko yang
diteliti
Faktor risiko yang
tidak diteliti
Perilaku makan, hygien
individu, kesehatan mental,
Kesehatan reproduksi,
aktifitas fisik, cedera
Menstimulus pengeluaran
serotonin dari lokus
seruleus40
26
2.3 Kerangka Konsep
Variabel Dependen Variabel Independen
Faktor Organobiologik
MEROKOK
1. Merokok secara rutin (paling
tidak sebatang rokok per hari
semala 30 hari terakhir)
2. Jumlah rokok yang dihisap
selama 30 hari terakhir
3. Mencoba untuk berhenti
merokok dalam 12 bulan
terakhir
KEJADIAN DEPRESI
1. Merasa sedih atau
putus asa selama dua
minggu atau lebih
berturut-turut sehingga
tidak ingin melakukan
apapun selama 12
bulan terakhir.
2. Berniat bunuh diri
selama 12 bulan
terakhir.
3. Menyusun rencana
bunuh diri selama 12
bulan terakhir.
4. Mencoba bunuh diri
selama 12 bulan
terakhir.
VAPING (ELEKTRIK VAPOR)
1. Jumlah hari menggunakan
vape selama 30 hari terakhir.
Faktor Genetik
Faktor Psikososial
Faktor Kepribadian
Faktor Psikodinamik
Faktor risiko yang diteliti
Faktor risiko yang tidak
diteliti
27
2.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala
Variabel Independen
1 Merokok Merokok adalah
kegiatan membakar
tembakau kemudian
dihisap, baik
menggunakan
rokok maupun pipa.
Temperatur pada
sebatang rokok
yang sedang
dibakar adalah 90
derajat celcius
untuk ujung rokok
yang dibakar dan
30 derajat celcius
untuk ujung rokok
yang terselip di
antara bibir
perokok.31
Kuesioner
YRBS dalam
butir pertanyaan
No. 42, 43, 47,
51
1. Pada pertanyaan
nomor 42 pilihan
jawaban berupa “ya”
dan “tidak”,
dikategorikan
sebagai “pernah”
apabila jawaban
adalah “ya” dan
“tidak pernah”
apabila menjawab
“tidak”.
2. Pada pertanyaan
nomor 43 pilihan
jawaban berupa tidak
pernah merokok, usia
<9 tahun, 9 atau 10
tahun, 11 atau 12
tahun, 13 atau 14
tahun, 15 atau 16
tahun, > 17 tahun.
3. Pada pertanyaan
nomor 47 dengan
pilihan jawaban
berupa intensitas
merokok,
dikategorikan
sebagai “perokok
ringan” apabila
menjawab kurang
dari 1 rokok – 10
rokok per hari,
“perokok sedang “
apabila menjawab 11
– 20 rokok per hari,
Nominal
28
dan “perokok berat”
apabila menjawab >
dari 20 rokok per
hari.34
4. Pada pertanyaan
nomor 51, Pernah
(menjawab “iya”
pada pilihan jawaban
berupa mencoba
berhenti merokok),
Tidak pernah
(menjawab “tidak”
pada pilihan jawaban
berupa mencoba
berhenti merokok)
5. Tidak merokok
(menjawab “tidak”
pada pilihan jawaban
berupa usia pertama
kali merokok rutin
dan kuantitas rokok
yang dihisap) 43, 45,
47
2 Vape
(rokok
elektrik)
Rokok elektronik
adalah perangkat
yang dirancang
untuk
menghantarkan
nikotin tanpa asam
tembakau dengan
cara memanaskan
larutan nikotin,
perasa, propilen
glycol dan
glycerin.20
Kuesioner
YRBS dalam
butir pertanyaan
No. 53
1. Pengguna (menjawab
“ya” pada pilihan
jawaban berupa
pertanyaan dan
menjawab ≥1 kali
pada pilihan jawaban
yang berupa
intensitas)
2. Bukan pengguna
(menjawab “tidak”
pada pilihan jawaban
berupa pertanyaan
dan menjawab 0 kali
pada pilihan jawaban
berupa intensitas)
Nominal
29
Variabel Dependen
3 Depresi Depresi merupakan
gangguan mental
yang serius yang
ditandai dengan
perasaan sedih dan
cemas. Gangguan
ini biasanya akan
menghilang dalam
beberapa hari tetapi
dapat juga
berkelanjutan yang
dapat
mempengaruhi
aktivitas sehari-
hari.22
Kuesioner
YRBS dalam
butir pertanyaan
No. 37, 38, 39,
40
1. Pernah (menjawab
“ya” pada pilihan
jawaban berupa
pertanyaan dan
menjawab ≥1 kali
pada pilihan jawaban
yang berupa
intensitas)
2. Tidak pernah
(menjawab “tidak”
pada pilihan jawaban
berupa pertanyaan
dan menjawab 0 kali
pada pilihan jawaban
berupa intensitas)
Nominal
30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan desain potong lintang (cross sectional) untuk mengetahui
hubungan merokok dan vaping terhadap kejadian gejala depresi.32
3.2 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan pada tujuh SLTA di provinsi Jawa Barat, yaitu: MA
Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas
Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2
3.2.2 Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan bulan
November 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh pelajar SLTA di Provinsi
Jawa Barat.
31
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pelajar MA Salafiyah kota
Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia,
SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2.
3.3.3 Sampel
Sampel penelitian ini adalah pelajar kelas X, XI, dan XII MA Salafiyah kota
Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia,
SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2 yang terpilih secara
acak dan bersedia menjadi responden.
3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria Inklusi
Pelajar kelas X, XI, dan XII di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota
Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2 yang bersedia menjadi responden.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Pelajar yang memiliki gangguan kognitif atau gangguan psikiatri.
2. Pelajar yang tidak mengisi kuesioner YRBS dengan lengkap.
3. Pelajar yang mencantumkan jawaban yang tidak tersedia dalam pilihan
jawaban dalam kuesioner YRBS
3.5 Besar Sampel
Jumlah seluruh pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon,
SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
32
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2 yang terpilih menjadi sampel sebanyak 689
siswa.
Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini
adalah analitik kategorik tidak berpasangan, yaitu sebagai berikut:32
3.5.1 Besar Sampel Penelitian Analitik Kategorik Tidak Berpasangan
𝑛 =(Zα√2PQ + 𝑍𝛽√P1Q1 + P2Q2 ) 2
(𝑃1 − 𝑃2)2
Keterangan:
n = besar sampel
Zα = derivat baku normal untuk α
Zβ = derivat baku normal untuk β
α = kesalahan tipe satu yang nilainya ditetapkan oleh peneliti
β = kesalahan tipe dua yang nilainya ditetapkan oleh peneliti
P = proporsi total = (P1 + P2)/2
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement
penelitian
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya dari
kepustakaan
P1 – P2 = 0,2
Q = 1 – P
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2 atau (Q1 – Q2)/2
Diketahui:
α = Kesalahan tipe 1 , ditetapkan 5%
Zα = Nilai standar α, yaitu 1,96
β = Kesalahan tipe 2, ditetapkan 10%
Zβ = Nilai standar β, yaitu 1,28
P1 = 0,4
33
P2 = 0,5
Q2 = 1 – 0,5 = 0,5
Q1 = 1 – 0,4 = 0,6
P = (0,4 + 0,5)/2 = 0,45
Q = 1- 0,45 = 0,55
Maka besar sampel yang diperlukan adalah:
𝑛 =(1,96√0,495 + 1,28√0,24 + 0,25 ) 2
(0,1)2
𝑛 =(1,379 + 0,896) 2
(0,1)2
𝑛 =(2,275) 2
(0,1)2
𝑛 = 517,5
𝑛 = 518
Berdasarkan rumus besar sampel di atas, maka dapat ditemukan jumlah
sampel minimum yang dibutuhkan sebesar 518 responden. Untuk mengantisipasi
terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel ditambahkan 10% dari jumlah
sampel, dengan menggunakan rumus:
n′ =𝑛
(1 − 𝑓)
Keterangan:
nʹ = besar sampel setelah antisipasi drop out
n = besar sampel yang dibutuhkan
ƒ = prediksi drop out = 10%
34
maka sampel setelah besar prediksi drop out adalah:
n′ =518
(1 − 0,10)
n′ =518
0,9
n′ = 575,5
n′ = 576
Dengan demikian, jumlah sampel minimun yang dibutuhkan pada
penelitian ini adalah 576 sampel.
3.6 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara
multistage random sampling, yakni terdapat beberapa jenis randomisasi yang
digunakan pada setiap tingkatan. Dilakukan pendataan jumlah SLTA yang berada
di Provinsi Jawa Barat, lalu dilakukan randomisasi bertingkat berdasarkan jenis
sekolah, sehingga terpilihlah MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon,
SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2. Ketujuh sekolah yang terpilih kemudian
dilakukan randomisasi kembali untuk pemilihan kelas mana yang akan dijadikan
sampel berdasarkan tingkat kelas. Kelas X, XI, dan XII yang terpilih akan dilakukan
randomisasi kembali menggunakan simple random sampling untuk memilih pelajar
mana yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini.
3.7 Cara Kerja Penelitian
1. Menentukan tema dan judul penelitian.
2. Menentukan desain dan metode penelitian.
3. Menentukan instrumen penelitian.
Memilih kuesioner YRBS 2017 dari CDC sebagai instrumen penelitian.
35
4. Permohonan izin kepada yang mempatenkan kuesioner YRBS 2017
untuk diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan penggunaan
kuesioner tersebut dalam penelitian ini.
5. Uji validitas dan realibilitas kuesioner YRBS versi Bahasa Indonesia
6. Permohonan izin dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
7. Mendata seluruh SLTA di Provinsi Jawa Barat.
8. Memilih SLTA yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini secara
random.
9. Meminta perizinan ke fakultas untuk melakukan penelitian
10. Datang ke sekolah yang telah terpilih sebagai sampel dan meminta izin
kepada kepala sekolah untuk mengambil data penelitian.
11. Identifikasi sampel penelitian
a. Pendataan jumlah pelajar kelas X, XI, dan XII di sekolah yang
terpilih.
b. Melakukan randomisasi pada seluruh pelajar di MA Salafiyah kota
Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS
Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan
SMK Ciwaringin 2 untuk dijadikan sampel.
12. Melakukan pengambilan data di sekolah terpilih
a. Penyerahan passive form informed consent.
Jika setuju dan bersedia menjadi sampel penelitian, lembar
informed consent tidak perlu dikembalikan ke peneliti. Namun,
apabila sampel terpilih tidak bersedia menjadi sampel penelitian,
maka lembar imformed consent ditandatangani oleh orang tua
sampel terpilih, dan kemudian dikembalikan kepada peneliti.
b. Menyampaikan informed consent kepada sampel penelitian berupa
penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan.
c. Penjelasan tentang pengisian kuesioner kepada sampel terpilih
yang telah bersedia.
d. Mengisi kuesioner YRBS 2017 dalam Bahasa Indoensia dengan
lengkap.
36
Siswa/siswi yang setuju dan bersedia menjadi sampel penelitian
diminta untuk mengisi kuesioner YRBS dalam Bahasa Indonesia.
13. Sortir Data
Kuesioner yang telah diisi dikumpulakan, kemudian peneliti melakukan
penyortiran data untuk melihat apakah memenuhi kriteria penelitian
atau tidak.
14. Analisi Data
Menganalisis dan mengolah data penelitian menggunakan SPSS versi
22.0.
15. Penulisan laporan penelitian.
37
3.8 Alur Penelitian
6. Memilih SLTA yang akan dijadikan sampel penelitian secara random*
7. Melakukan perizinan ke fakultas untuk dilakukan penelitian*
8. Meminta perizinan penelitian kepada sekolah*
8. Datang ke sekolah yang terpilih sebagai sampel penelitian*
Tidak bersedia Bersedia
13. Melakukan laporan penelitian**
12. Mengolah data menggunakan SPSS**
1,2. Menentukan tema, judul, desain dan metode penelitian*
3. Memilih kuesioner YRBS sebagai instrumen penelitian*
4. Menerjemahkan kuesioner YRBS kedalam Bahasa Indonesia*
11. Pengumpulan data kuesioner kemudian menyortir data
yang memenuhi kriteria penelitian*
5. Mendata seluruh SLTA di provinsi Jawa Barat*
9a. Mendata jumlah siswa/siswi di sekolah terpilih*
9b. Melakukan randomisasi pelajar di sekolah terpilih*
10d. Pengisian kuesioner YRBS*
10. Melakukan pengambilan data di sekolah terpilih*
9. Identifikasi sampel penelitian*
10b,c. Penyerahan dan pengisian passive informed consent serta penjelasan
tentang pengisian kuesioner*
10a. Menyampaikan informed consent kepada sampel penelitian*
*: Sudah dilakukan oleh Tim
YRBSS Fakultas
Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
**: Dilakukan peneliti
38
3.9 Manajemen Data
3.9.1 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulakan pada penelitian ini merupakan data primer karena
kuesioner diisi langsung berdasarkan pengetahuan dan pengalaman responden.
3.9.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Youth Risk
behavior Survey (YRBS) 2017 yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa
Indonesia oleh tim peneliti YRBS Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dan penelitian ini dilakukan bersama dengan tim peneliti YRBS yang
dipimpin oleh dr. Risahmawati, Dr.Med.Sc. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi
mengenai identitas dan perilaku berisiko pada remaja, termasuk perilaku merokok,
vaping dan depresi.
3.9.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan oleh tim peneliti YRBS
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.9.4 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian in menggunakan program IMB
SPSS (Statistic Package for Social Sciences) versi 22.0. Berikut ini beberapa
tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data, yaitu:
3.9.5 Editting
Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data kuesioner.
39
3.9.6 Coding
Pemeriksaan kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa kategorik
menggunakan excel.
3.9.7 Data Entry
Memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam Microsoft Excel
kemudian ke dalam program IBM SPSS Statistics.
3.9.8 Analisis Data
Melakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi atau distribusi data
dan analisis bivariat menggunakan uji chi square.
40
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian diuji dilakukan kepada 50 orang responden
menggunakan kuesioner YRBS 2017 yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh tim peneliti YRBS Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Uji instrumen dilakukan pada semua pertanyaan kuesioner YRBS 2017,
yaitu 116 butir pertanyaan.
4.1.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketepatan suatu alat
ukur dalam mengukur suatu data. Pada penelitian ini, berdasarkan jumlah sampel
didapatkan nilai untuk korelasi r product-moment (r tabel) sebesar 0,273 dan tingkat
signifikan yang dipilih yaitu 0,05. Jika r hitung > r tabel maka Ho ditolak, artinya
variabel valid dan jika r hitung < r tabel maka Ho gagal ditolak, artinya variabel
tidak valid.32
Tabel 4.1 Hasil Validitas pada Item Kuesioner
No Variabel Nilai r
hitung
Nilai r
tabel
Keterangan
validitas
1. Usia 0,600 0,273 Baik
2. Jenis Kelamin -0,196 0,273 Kurang baik
3. Jenis Sekolah 0,470 0,273 Baik
4. Tingkat Kelas 0,562 0,273 Baik
5. Merasa sedih atau putus asa
selama dua minggu atau lebih
selama 12 bulan terakhir
-0,343 0,273 Kurang baik
6. Berniat untuk bunuh diri selama 12
bulan terakhir
-0,014 0,273 Kurang baik
41
7. Menyusun rencana untuk bunuh
diri selama 12 bulan terakhir
-0,143 0,273 Kurang baik
8. Pernah mencoba bunuh diri selama
12 bulan terakhir
0,103 0,273 Kurang baik
9. Pernah mencoba merokok, walau
hanya satu atau dua batang
-0,449 0,273 Kurang baik
10. Usia ketika pertama kali mencoba
merokok walaupun hanya satu dua
hisap
0,471 0,273 Baik
11. Usia pertama kali merokok secara
rutin
0,472 0,273 Baik
12. Jumlah rokok yang dihisap per hari
selama 30 hari
0,613 0,273 Baik
13. Mencoba untuk berhenti merokok
selama 12 bulan terakhir
0,566 0,273 Baik
14. Berapa hari menggunakan vape
selama 30 hari terakhir
0,271 0,273 Kurang baik
Pada tabel 4.1 diketahui bahwa hasil validitas untuk pertanyaan berupa jenis
kelamin, merasa sedih atau putus asa selama dua minggu atau lebih selama 12 bulan
terakhir, berniat untuk bunuh diri selama 12 bulan terakhir, menyusun rencana
untuk bunuh diri selama 12 bulan terakhir, pernah mencoba bunuh diri selama 12
bulan terakhir, pernah mencoba merokok walau hanya satu atau dua batang dan
berapa hari menggunakan vape selama 30 hari terakhir memiliki hasil yang kurang
baik, karena nilai r hitung < nilai r tabel. Hal ini dikarenakan jawaban yang kurang
bervariasi. Pertanyaan yang hasilnya kurang baik tetap akan digunakan dalam
kuesioner.
Sedangkan untuk pertanyaan berupa usia, jenis sekolah, tingkat kelas, usia
ketika pertama kali mencoba merokok walaupun hanya satu dua hisap, usia pertama kali
merokok secara rutin, jumlah rokok yang dihisap per hari selama 30 hari, mencoba
untuk berhenti merokok selama 12 bulan terakhir memiliki hasil yang baik, karena
nilai r hitung > nilai r tabel.
42
4.1.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran berulang kali terhadap suatu gejala yang
sama dan dengan alat ukur yang sama.32 Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan mengetahui nilai cronbach’s alpha. Berikut interpretasi nilai cronbach’s
alpha:32
Tabel 4.2 Interpretasi nilai cronbach’s alpha
No Cronbach’s alpha Interpretasi
1. Cronbach’s alpha 0,00 – 0,20 Kurang reliabel
2. Cronbach’s alpha 0,02 – 0,40 Agak reliabel
3. Cronbach’s alpha 0,041 – 0,80 Cukup reliabel
4. Cronbach’s alpha 0,061 – 0,80 Reliabel
5. Cronbach’s alpha 0,81 – 1,00 Sangat reliabel
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner
Cronbach’s alpha
0,763
N of items
116
Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai cronbach’s alpha pada seluruh item kuesioner
adalah 0,763. Dengan demikian, seluruh item kuesioner YRBS 2017 adalah
reliabel, sehingga dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten bila
dilakukan pengukuran berulang kali.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis setiap variabel pada
penelitian. Pada penelitian ini dilakukan terhadap variabel penelitian berdasarkan
karakteristik sampel yaitu: usia, jenis kelamin, jenis sekolah, kelas, frekuensi
merokok, vaping, dan frekuensi kejadian depresi.
43
Pada penelitian ini, jumlah sampel terpilih sebesar 689 sampel. Setelah
dilakukan penilaian ulang pada hasil pengisian kuesioner, ditemukan 86 sampel
drop out karena tidak mengisi kuesioner dengan lengkap serta mengisi jawaban
yang tidak sesuai dengan pilihan jawaban yang tersedia sehingga jumlah sampel
akhir adalah 603 orang.
4.2.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel yang diamati pada penelitian yaitu: usia, jenis kelamin,
jenis sekolah, kelas, jurusan berdasarkan tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Menurut Usia, Jenis Kelamin, Jenis Sekolah, Kelas,
Jurusan.
No. Variabel Kategori Jumlah Proporsi (%)
1 Usia 12 tahun atau kurang
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun atau lebih
2
1
21
134
178
195
56
16
0.3
0.2
3.5
22.2
29.5
32.3
9.3
2.7
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
221
382
36.7
63.3
3 Jenis Sekolah SMA
MA
SMK
276
64
263
45.8
10.6
43.6
4 Kelas 10
11
12
216
181
206
35.8
30.0
34.2
44
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah sampel perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah sampel laki-laki yaitu 382 (63.3%) untuk sampel
perempuan dan 221 (36.7%) untuk sampel laki-laki. Kemudian, seluruh sampel
yang terpilih adalah remaja dengan sampel paling banyak pada kelompok usia 17
tahun yaitu sebanyak 195 (32.2%) dan jumlah sampel paling sedikit pada kelompok
usia 13 tahun yaitu sebanyak 1 (0.2%).
Distribusi sampel bersadarkan jenis sekolah, jumlah sampel pada SMA dan
SMK tidak jauh berbeda yaitu sebanyak 276 (45.8%) berasal dari SMA dan 263
(43.6%) berasal dari SMK. Sedangkan, jumlah sampel paling sedikit berasal dari
MA sebanyak 64 (10.6%). Kemudian, berdasarkan tingkat kelas, jumlah sampel
paling banyak berasal dari kelas X sebanyak 216 (35.8%) dan jumlah sampel paling
sedikit berasal dari kelas XI sebanyak 181 (30.0%). Hal ini sesuai dengan sasaran
sampel penelitian yaitu pelajar SLTA di Indonesia yang dipilih menggunakan
metode multistage random sampling.
4.2.2 Status Merokok
Pada kuesioner YRBS dipilih 4 pertanyaan mengenai perilaku merokok
yaitu pertanyaan nomor 42, 43, dan 47. Pada pertanyaan nomor 42 pilihan jawaban
berupa “ya” dan “tidak”, peneliti mengkategorikan sebagai “pernah” apabila
jawaban adalah “ya” dan “tidak pernah” apabila menjawab “tidak”. Pada
pertanyaan nomor 47 dengan pilihan jawaban berupa intensitas merokok, peneliti
mengkategorikan sebagai “perokok ringan” apabila menjawab kurang dari 1 rokok
– 10 rokok per hari, “perokok sedang “ apabila menjawab 11 – 20 rokok per hari,
dan “perokok berat” apabila menjawab > dari 20 rokok per hari.34
45
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Merokok
No Status Merokok Kategori Jumlah Presentasi (%)
42. Mencoba merokok
satu atau dua batang
Tidak Pernah
Pernah
421
182
69,8
30,2
43. Usia ketika pertama
kali mencoba
merokok walaupun
hanya satu atau dua
kali hisap
Tidak Pernah
< 9 tahun
9 atau 10 tahun
11 atau 12 tahun
13 atau 14 tahun
15 atau 16 tahun
17 tahun atau
lebih
409
27
29
41
47
42
8
67.8
4.5
4.8
6.8
7.8
7.0
1.3
47. Jumlah rokok yang
dihisap perhari selama
30 hari terakhir
Bukan Perokok
Perokok Ringan
Perokok Sedang
Perokok Berat
518
85
0
0
85.9
14.1
0
0
Pada tabel 4.5 di atas, dari 603 responden yang diteliti diketahui bahwa 182
responden pernah mencoba merokok satu atau dua batang dan 421 responden tidak
pernah mencoba merokok satu atau dua batang.
Berdasarkan usia pertama kali mencoba merokok walaupu hanya satu dua
kali hisap mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia. Pada usia < 9 tahun
27 responden (4,5%), usia 9 atau 10 tahun 29 responden (4,8%), usia 11 atau 12
tahun 41 responden (6,8%), usia 13 atau 14 tahun 47 responden (7,8%), dan pada
usia 15 atau 16 tahun dan usia > 17 tahun mengalami penurunan.
Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari selama 30 hari terakhir
terdapat 85 responden perokok ringan (1-10 rokok per hari) dan tidak ada responden
yang perokok sedang (11-20 rokok per hari) maupun perokok berat (>20 rokok per
hari).
46
4.2.3 Frekuensi Vape
Pada penelitian ini, frekuensi vaping dikategorikan menjadi dua yaitu
“pengguna” dan “bukan pengguna”. Dari kuesioner YRBS dipilih satu pertanyaan
mengenai vape yaitu pertanyaan nomor 53 dengan pilihan jawaban berupa
intensitas vaping, peneliti mengkategorikan sebagai “pengguna” apabila
intensitasnya ≥ 1 dan “bukan pengguna” apabila menjawab 0 hari.
Tabel 4.6 Distribsi sampel Berdasarkan frekuensi Vaping
Vaping Kategori Jumlah Presentasi (%)
Frekuensi
menggunakan vape
selama 30 hari terakhir
Pengguna
Bukan Pengguna
49
554
8.1
91.9
Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 603 responden yang
diteliti terdapat 49 (8.1%) responden pengguna vape dan 554 (91.1%) responden
bukan pengguna vape selama 30 hari terakhir.
4.2.4 Frekuensi Dual Use
Pada Penelitian ini, dual use adalah responden pengguna rokok dan vape.
Frekuensi dual user dikategorikan menjadi “iya” apabila responden mengunakan
rokok dan vape dan “tidak”apabila responden tidak menggunakan rokok dan atau
vape.
Tabel 4.7 Distribsi sampel Berdasarkan Dual Use
Dual Use
Kategori Jumlah Presentasi (%)
Iya
Tidak
32
571
5,3
94,7
47
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa dari 603 responden yang diteliti
terdapat 32 (5,3%) responden yang merupakan dual user dan 571 (94,7%)
responden tidak dual use.
4.2.5 Frekuensi Depresi
Pada penelitian ini, frekuensi depresi dikategorikan menjadi dua yaitu
“pernah” dan “tidak pernah”. Terdapat 4 pertanyaan mengenai depresi dari YRBS,
yaitu nomor 37, 38, 39, dan 40. Pada pertanyaan no 37, 38, dan 39 dengan pilihan
jawaban berupa pernyataan “ya” dan “tidak”, peneliti mengkategorikan sebagai
“pernah” apabila jawaban adalah “ya” dan “tidak pernah” apabila menjawab tidak.
Kemudian, pada pertanyaan nomor 40 dengan pilihan jawaban berupa intensitas
mencoba bunuh diri, peneliti mengkategorikan sebagai “pernah” apabila
intensitasnya ≥ 1 dan “tidak pernah” apabila menjawab 0 kali.
Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Gejala Depresi
No Depresi Kategori Jumlah Presentasi (%)
1. Sedih atau putus asa selama
dua minggu berturut-turut
dalam 12 bulan terakhir
Pernah
Tidak pernah
167
436
27.7
72.3
2. Niat buruh diri dalam 12
bulan terakhir
Pernah
Tidak Pernah
29
574
4.8
95.2
3. Menyusun rencana bunuh
diri dalam 12 bulan terakhir
Pernah
Tidak pernah
28
575
4.6
95.4
4. Mencoba bunuh diri dalam
12 bulan terakhir
Pernah
Tidak pernah
31
572
5.1
94.9
Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui bahwa gejala depresi yang paling
banyak dialami responden adalah merasa sedih atau putus asa selama dua minggu
berturut-turut dalam 12 bulan terakhir yaitu 167 (27.7%). Niat buruh diri dalam 12
bulan terakhir sebanyak 29 responden (4.8%). Menyusun rencana bunuh diri dalam
48
12 bulan terakhir sebanyak 28 responden (4.6%). Mencoba bunuh diri dalam 12
bulan terakhir sebanyak 31 responden (5.1%).
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
siginifikan antara dua variabel. Penelitian ini menggunakan analisis uji Continuity
Correction dan uji Fisher untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
dan independen. Uji Continuity Correction dan Uji Fisher dinyatakan bermakna
jika p value <0,05.
4.3.1 Hubungan Variabel Merokok dengan Depresi
4.3.1.1 Hubungan Merokok dengan Sedih Atau Putus Asa Selama Dua Minggu
Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir
Tabel 4.9 Hubungan Merokok dengan Sedih Atau Putus Asa Selama Dua
Minggu Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir
Merokok
Kategori
Sedih atau putus asa selama dua minggu
berturut-turut dalam 12 bulan terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah N % N %
Kuantitas rokok
yang dihisap per
hari selama 30 hari
Bukan Perokok
Perokok Ringan
Perokok Sedang
Perokok berat
137
30
0
0
26,4
35,3
0
0
381
55
0
0
73,6
64,7
0
0
0,119*
Mencoba berhenti
merokok dalam 12
bulan terakhir
Pernah
Tidak Pernah 40
127
34,2
26,1
77
359
65,8
73,9
0,102*
* Continuity Correction
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 85 responden perokok
ringan, terdapat 30 responden pernah mengalami sedih atau putus asa selama dua
minggu berturut-turur dalam 12 bulan terakhir. Selanjutnya, tidak ada responden
perokok sedang maupun berat.
Hasil uji Continuity Correction diperoleh nilai p = <0.119 atau p>0.05.
Berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
kuantitas rokok yang dihisap per hari selama 30 hari terakhir dengan sedih
49
atau putus asa selama dua minggu berturut-turut dalam 12 bulan terakhir
pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota
Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK
Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
Berdasarkan tabel di atas juga diketahui bahwa dari 117 responden yang
mencoba berhenti merokok, terdapat 40 pernah mengalami sedih atau putus asa
selama dua minggu berturut-turur dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,102 atau p>0.05.
Berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara mencoba
berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir dengan sedih atau putus asa
selama dua minggu berturut-turut dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA
Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas
Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi
Jawa Barat tahun 2017.
4.3.1.2 Hubungan Merokok dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan Terakhir
Tabel 4.10 Hubungan Merokok dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir
Merokok
Kategori
Niat buruh diri dalam 12 bulan terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah
N % N %
Kuantitas rokok
yang dihisap per
hari selama 30 hari
Bukan Perokok
Perokok Ringan
Perokok Sedang
Perokok berat
25
4
0
0
4,8
4,7
0
0
493
81
0
0
95,2
95,3
0
0
1,000**
Mencoba berhenti
merokok dalam 12
bulan terakhir
Pernah
Tidak Pernah 9
20
7,7
4,1
108
466
92,3
95,9
0,167*
* Continuity Correction
** Fisher
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 85 responden perokok ringan,
terdapat 4 responden pernah memiliki niat buruh diri dalam 12 bulan terakhir.
Selanjutnya, tidak ada responden yang perokok sedang maupun berat.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 1,000 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas rokok yang dihisap
50
per hari selama 30 hari terakhir dengan niat buruh diri dalam 12 bulan
terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK
PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1,
dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
Berdasarkan tabel di atas juga diketahui bahwa dari 117 responden yang
mencoba berhenti merokok, terdapat 9 responden memiliki niat buruh diri dalam
12 bulan terakhir.
Hasil uji Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,167 atau p>0.05.
Berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara mencoba
berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir dengan niat buruh diri dalam 12
bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon,
SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
4.3.1.3 Hubungan Merokok dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri Dalam 12
Bulan Terakhir
Tabel 4.11 Hubungan Merokok dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri
Dalam 12 Bulan Terakhir
Merokok
Kategori
Menyusun rencana bunuh diri dalam 12
bulan terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah N % N %
Kuantitas rokok
yang dihisap per
hari selama 30 hari
Bukan Perokok
Perokok Ringan
Perokok Sedang
Perokok berat
25
3
0
0
4,8
3,5
0
0
493
82
0
0
95,2
96,5
0
0
0,784**
Mencoba berhenti
merokok dalam 12
bulan terakhir
Pernah
Tidak Pernah
8
20 6,8
4,1
109
466
93,2
95,9
0,312*
* Continuity Correction
** Fisher
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 85 responden perokok
ringan, terdapat 3 responden pernah menyusun rencana bunuh diri dalam 12 bulan
terakhir. Selanjutnya, tidak ada responden perokok sedang maupun berat.
51
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,784 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas rokok yang dihisap
per hari selama 30 hari terakhir dengan menyusun rencana bunuh diri dalam
12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota
Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
Berdasarkan tabel di atas juga diketahui bahwa dari 117 responden yang
mencoba berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir, terdapat 8 responden memiliki
niat buruh diri dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,312 atau p>0.05.
Berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara mencoba
berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir dengan menyusun rencana bunuh
diri dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3
Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin,
SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
4.3.1.4 Hubungan Merokok dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir
Tabel 4.12 Hubungan Merokok dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir
Merokok
Kategori
Mencoba bunuh diri dalam 12 bulan
terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah N % N %
Kuantitas rokok
yang dihisap per
hari selama 30 hari
Bukan Perokok
Perokok Ringan
Perokok Sedang
Perokok berat
24
7
0
0
4,6
8,2
0
0
494
78
0
0
95,4
91,8
0
0
0,182**
Mencoba berhenti
merokok dalam 12
bulan terakhir
Pernah
Tidak Pernah
10
21
8,5
4,3
107
465
91,5
95,7
0,104*
* Continuity Correction
** Fisher
52
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 85 responden perokok
ringan, terdapat 7 responden pernah mencoba bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.
Selanjutnya, tidak ada responden perokok sedang maupun berat.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,182 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas rokok yang dihisap
per hari selama 30 hari terakhir dengan mencoba bunuh diri dalam 12 bulan
terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK
PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1,
dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
Berdasarkan tabel di atas juga diketahui bahwa dari 117 responden yang
mencoba berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir, terdapat 10 responden
memiliki niat buruh diri dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,104 atau p>0.05.
Berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara mencoba
berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir dengan mencoba bunuh diri dalam
12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota
Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
4.3.2 Hubungan Perilaku Vaping dengan Depresi
4.3.2.1 Hubungan Perilaku Vaping dengan Sedih Atau Putus Asa Selama Dua
Minggu Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir
Tabel 4.13 Hubungan Perilaku Vaping dengan Sedih Atau Putus Asa
Selama Dua Minggu Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir
Vape
Kategori
Sedih atau putus asa selama dua
minggu berturut-turut dalam 12 bulan
terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah
N % N %
Frekuensi
menggunakan vape
selama 30 hari
terakhir
Pengguna
Bukan pengguna
23
144
46,9
26,0
26
410
53,1
74,0
0,003*
* Continuity Correction
53
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 49 responden yang
menggunakan vape, terdapat 23 responden pernah sedih atau putus asa selama dua
minggu berturut-turut dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,003 atau p<0.05.
Berdasarkan statistik terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku
vaping dengan sedih atau putus asa selama dua minggu berturut-turut dalam
12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota
Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
4.3.2.2 Hubungan Perilaku Vaping dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir
Tabel 4.14 Hubungan Perilaku Vaping dengan Niat Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir
Vape
Kategori
Niat bunuh diri dalam 12 bulan terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah
N % N %
Frekuensi
menggunakan vape
selama 30 hari
terakhir
Pengguna
Bukan pengguna
1
28
2
5,1
48
526
98,0
94,9
0,500**
**Fisher
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 49 responden yang
menggunakan vape, terdapat 1 responden pernah niat bunuh diri dalam 12 bulan
terakhir.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,500 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku vaping dengan niat
bunuh diri dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon,
SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1
Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun
2017.
54
4.3.2.3 Hubungan Perilaku Vaping dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri
dalam 12 Bulan Terakhir
Tabel 4.15 Hubungan Perilaku Vaping dengan Menyusun Rencana Bunuh
Diri dalam 12 Bulan Terakhir
Vape
Kategori
Menyusun rencana bunuh diri dalam 12
bulan terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah N % N %
Frekuensi
menggunakan vape
selama 30 hari
terakhir
Pengguna
Bukan pengguna
3
25
6,1
4,7
46
529
93,9
95,9
0,490**
** Fisher
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 49 responden yang
menggunakan vape, terdapat 3 responden pernah menyusun rencana bunuh diri
dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0.490 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku vaping dengan
menyusun rencana bunuh diri dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA
Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas
Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi
Jawa Barat tahun 2017.
4.3.2.4 Hubungan Perilaku Vaping dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir
Tabel 4.16 Hubungan Perilaku Vaping dengan Mencoba Bunuh Diri
dalam 12 Bulan Terakhir
Vape
Kategori
Mencoba bunuh diri dalam 12 bulan
terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah N % N %
Frekuensi
menggunakan vape
selama 30 hari
terakhir
Pengguna
Bukan pengguna
4
27
8,2
4,9
45
527
91,8
95,1
0,306**
** Fisher
55
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 49 responden yang
menggunakan vape, terdapat 5 responden pernah mencoba bunuh diri dalam 12
bulan terakhir.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0.306 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku vaping dengan
mencoba bunuh diri dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota
Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia,
SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa
Barat tahun 2017.
4.3.3 Hubungan Dual Use dengan Gejala Depresi
4.3.3.1 Hubungan Dual Use dengan Sedih Atau Putus Asa Selama Dua Minggu
Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir
Tabel 4.17 Hubungan Dual Use dengan Sedih Atau Putus Asa Selama
Dua Minggu Berturut-turut dalam 12 Bulan Terakhir
Kategori
Sedih atau putus asa selama dua
minggu berturut-turut dalam 12 bulan
terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah
N % N %
Dual Use
Iya
Tidak
12
155
37,5
27,1
20
416
62,5
72,9
0,284*
* Continuity Correction
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 32 responden pengguna dua
use, terdapat 12 responden pernah sedih atau putus asa selama dua minggu berturut-
turut dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Continuity Correction diperoleh nilai p = 0,284 atau p>0.05.
Berdasarkan statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dual use
dengan sedih atau putus asa selama dua minggu berturut-turut dalam 12
bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon,
56
SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin, SMK
Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
4.3.3.2 Hubungan Dual Use dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan Terakhir
Tabel 4.18 Hubungan Dual Use dengan Niat Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir
Kategori
Niat bunuh diri dalam 12 bulan terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah
N % N %
Dual Use
Iya
Tidak
1
28
3,1
4,9
31
543
96,9
95,1
0,974*
** Continuity Correction
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 32 responden pengguna dual
user, terdapat 1 responden pernah niat bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0,974 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dual use dengan niat bunuh
diri dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota Cirebon, SMA 3
Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia, SMA 1 Ciwaringin,
SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa Barat tahun 2017.
4.3.3.3 Hubungan Kategorik Dual Use dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri
dalam 12 Bulan Terakhir
Tabel 4.19 Hubungan Dual Use dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri
dalam 12 Bulan Terakhir
Kategori
Menyusun rencana bunuh diri dalam 12
bulan terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah N % N %
Dual Use
Iya
Tidak
1
27
6,1
4,7
31
544
96,9
95,3
1,000**
** Fisher
57
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 32 responden pengguna dual
use, terdapat 1 responden pernah menyusun rencana bunuh diri dalam 12 bulan
terakhir.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 1,000 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dual use dengan menyusun
rencana bunuh diri dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota
Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia,
SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa
Barat tahun 2017.
4.3.3.4 Hubungan Dual Use dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12 Bulan
Terakhir
Tabel 4.20 Hubungan Dual Use dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12
Bulan Terakhir
Kategori
Mencoba bunuh diri dalam 12 bulan
terakhir
Nilai
P Pernah Tidak Pernah N % N %
Dual Use
Pengguna
Bukan pengguna
2
29
6,3
5,1
30
542
93,8
94,9
0,677**
** Fisher
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 32 responden pengguna dual
use, terdapat 2 responden pernah mencoba bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.
Hasil uji Fisher diperoleh nilai p = 0.677 atau p>0.05. Berdasarkan statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengguna dual use dengan
mencoba bunuh diri dalam 12 bulan terakhir pada pelajar di MA Salafiyah kota
Cirebon, SMA 3 Kota Cirebon, SMK PUI kota Cirebon, MAS Tunas Cendekia,
SMA 1 Ciwaringin, SMK Ciwaringin 1, dan SMK Ciwaringin 2, provinsi Jawa
Barat tahun 2017.
58
4.4 Pembahasan
Hasil analisis data univariat berdasarkan usia pertama kali mencoba
merokok mengalami peningkatan. Pada usia < 9 tahun terdapat 27 responden
(4,5%), usia 9 atau 10 tahun terdapat 29 responden (4,8%), usia 11 atau 12 tahun
terdapat 41 responden (6,8%), usia 13 atau 14 tahun terdapat 47 responden (7,8%).
Kemudian, pada usia 15 atau 16 tahun dan usia > 17 tahun mengalami penurunan.
Hal ini sesuai dengan data yang hasil survei perilaku verisiko pada pelajar SMP dan
SMA tahun 2015 bahwa, pada usia 7 tahun atau lebih muda (2,89%), usia 8 atau 9
tahun (3,06%), usia 10 atau 11 tahun (5,02%), usia 12 atau 13 tahun (6,35%), usia
14 atau 15 tahun (3,90%), dan mengalami penurunan pada usia 16 atau lebih dari
17 tahun.2
Berdasarkan hasil analisis data univariat mengenai perilaku vaping pada
pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun 2017 bahwa terdapat sebanyak 49
(8,1%) remaja menggunakan vape selama 30 hari terakhir. Kemudian, berdasarkan
data Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa 2,1% remaja menghisap vape selama
30 hari terakhir, 3 % pada laki-laki dan 1,1% pada perempuan.8 Peningkatan
pengguna vape sangat signifikan, hal ini dapat disebabkan oleh pengetahuan yang
kurang tentang bahaya vape dan adanya anggapan bahwa vape aman bagi
kesehatan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Apsari Damayanti pada pengguna
vape di komunitas personal vaporizer Surabaya bahwa alasan menggunakan vape
adalah sebagai alternatif untuk berhenti merokok (80,6%), coba-coba (12,9%), dan
lifestyle (6,5%).38
Berdasarkan hasil analisis data univariat mengenai frekuensi kejadian gejala
depresi, diketahui bahwa gejala depresi yang paling banyak dialami oleh responden
adalah merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan minat selama 2 minggu atau
lebih berturut-turut (27,7%), diikuti oleh mencoba bunuh diri (5,1%), niat bunuh
diri (4,8%), dan menyusun rencana bunuh diri (4,6%). Dari data tersebut terlihat
ketidaksesuaian antara jumlah responden yang berniat bunuh diri, menyusun
rencana bunuh diri, dan mencoba bunuh diri. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan depresi dan tidak diteliti dalam
penelitian ini, seperti adanya kelainan organik, riwayat depresi pada keluarga, pola
59
kepribadian tertentu, serta penyimpangan kognitif yang spesifik.28 Selain itu,
adanya perbedaan pemahaman antara peneliti dan responden terhadap pertanyaan
mengenai pemikiran dan perilaku bunuh diri pada kuesioner YRBS 2017.
Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil survei perilaku berisiko
pada pelajar SMP dan SMA tahun 2015, maka pelajar SLTA yang berniat bunuh
diri di provinsi Jawa Barat (4,8%) mendekati angka hasil survei nasional (5,14%),
sama halnya dengan menyusun rencana bunuh diri (4,6% vs 5,54%) dan mencoba
bunuh diri sangat tinggi melebihi angka survei nasional (2,39% vs 5,1%). Dengan
begitu, perlunya perhatian khusus kepada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat
terhadap perilaku bunuh diri, sehingga angka kejadian remaja akibat bunuh diri
dapat dicegah.2
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara perilaku merokok terhadap
kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun 2017,
bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p>0,05).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeji Lee dan
Kang-Sook Lee tentang kejadian depresi dan bunuh diri pada pengguna rokok dan
vape pada remaja di Korea Selatan menujukkan bahwa tingkat kejadian depresi
paling tinggi terjadi pada pengguna rokok setelah pengguna dual use dan vape.10
Pada penelitian ini responden yang mencoba berhenti merokok memiliki
peluang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan dengan yang tidak
mencoba berhenti merokok. Hal ini dapat dipengaruhi oleh efek nikotin yang
bersifat adiktif pada rokok yang dapat merangsang otak untuk melepaskan hormon
dopamin yang sehingga memberikan rasa nyaman dan ketergantungan. Ketika
seseorang telah mengalami ketergantungan pada nikotin, maka saat withdrawal
(putus zat) akan mengalami gangguan psikologis berupa perasaan tidak nyaman
seperti cemas, merasa tertekan, sulit mengendalikan diri atau mudah marah, mudah
putus asa dan depresi.9 Pada penelitian ini, hanya terdapat responden perokok
ringan (1-10 batang per hari). Belum ada penelitian yang secara tegas menyebutkan
berapa jumlah rokok yang dikonsumsi per hari yang dapat memicu depresi. Akan
tetapi berdasarkan penelitian, dinyatakan bahwa konsumsi jumlah rokok lebih dari
20 batang per hari berdampak cepat dan berat terhadap gangguan kesehatan.37
60
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara perilaku vaping terhadap kejadian
gejala depresi berupa sedih atau putus asa pada pelajar SLTA di provinsi Jawa
Barat tahun 2017, bahwa ditemukan adanya hubungan yang bermakna secara
statistik (p=0,003). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yeji Lee dan Kang-Sook Lee tentang kejadian depresi dan bunuh diri pada
pengguna rokok konvensional dan vape pada remaja di Korea Selatan menujukkan
bahwa tingkat kejadian depresi paling tinggi pada pengguna dual use (37,6%),
diikuti oleh pengguna vape (33,3%), pengguna rokok konvensional (33,0%) dan
tidak pengguna (23,4%). Pengguna vape lebih cenderung memiliki risiko depresi
dan bunuh diri yang lebih tinggi daripada pengguna konvensional.10 Tetapi, pada
penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna antara dual use dengan kejadian
gelaja depresi.
Vape mengandung nikotin yang terkadang dalam beberapa kondisi lebih
berbahaya daripada paparan nikotin pada rokok tradisional terutama bagi
perkembangan otak remaja, anak, bayi dan wanita hamil. ternyata setelah dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang penelitian rokok elektrik oleh FDA di Amerika pada
tahun 2009 dilaporkan bahwa rokok elektrik lebih berbahaya dibandingkan dengan
rokok tembakau. Kemudian, adanya anggapan bahwa rokok elektrik aman dan
dapat digunakan sebagai terapi untuk menghentikan kecanduan pada perokok
sehingga penggunaan vape lebih sering dan kadar nikotin yang dihisap akan lebih
banyak.39
Dalam agama islam, hukum merokok telah tetapkan. Berdasarkan fatwa
Muhammadiyah Fatwa tentang hukum merokok di Muhammadiyah dikeluarkan
oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui keputusan
NO. 6/SM/MTT/III/2010. Dalam putusan tersebut, Muhammadiyah dengan tegas
memberikan status haram terhadap hukum merokok. Dalam pandangan
Muhammadiyah, ada enam alasan keharaman merokok, yaitu:41
1. Merokok termasuk kategori perbuatan khabaaits (perbuatan keburukan
yang bisa menimbulkan dampak negatif) yang dilarang dalam Al-Qur’an
(Q.7:157).
2. Perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam
kebinasaan dan bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara perlahan,
61
oleh karena itu bertentangan dengan larangan Al-Qur’an dalam Q.2:195 dan
4:29.
3. Perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang terkena
paparan asap rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan berbahaya
sebagaimana telah disepakati oleh para ahli medis dan para akademisi.Oleh
karena itu, merokok bertentangan dengan prinsip syariah dalam Hadits Nabi
bahwa tidak ada perbuatan membahayakan diri sendiri dan membahayakan
orang lain.
4. Rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang
membahayakan walaupun tidak seketika melainkan dalam beberapa waktu
kemudian; oleh karena itu, perbuatan merokok termasuk kategori
melakukan sesuatu yang melemahkan sehingga bertentangan dengan Hadi
Nabi saw yang melarang setiap perkara yang memabukkan dan
melemahkan.
5. Membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang sekitar yang terkena
paparan asap rokok, maka pembelanjaan uang untuk rokok berarti
melakukan perbuatan mubazir (pemborosan) yang dilarang dalam Islam dan
Al-Qur’an Q. 17: 26-27.
6. Merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan syariah (maqashid
asysyari’ah), yaitu (1) perlindungan agama (hifz ad-din), (2) perlindungan
jiwa/raga (hifz an-nafs), (3) perlindungan akal (hifz al-‘aql), (4)
perlindungan keluarga (hifz an-nasl), dan (5) perlindungan harta (hifz al-
maal).
4.5 Kelebihan Penelitian
1. Penelitian lebih luas karena selain membahas mengenai hubungan perilaku
merokok dan vaping dengan kejadian depresi, penelitian ini juga membahas
mengenai usia pertama kali merokok secara rutin, prevalensi merokok,
prevalensi vaping dan prevalensi kejadian depresi pada pelajar SLTA di
provinsi Jawa Barat tahun 2017.
62
2. Penelitian ini pertama kali dilakukan di Indonesia dan dapat menjadi
referensi penelitian.
4.6 Keterbatasan Penelitian
1. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner
YRBS dengan pertanyaan dalam 12 bulan terakhir dan bersifat subjektif
sehingga memungkinkan terjadinya recall bias
2. Penelitian ini tidak melakukan pengendalian terhadap faktor perancu.
3. Referensi yang menunjang penelitian ini masih sedikit terutama yang
dilakukan di Indonesia.
63
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Jumlah pertama kali mencoba merokok mengalami peningkatan seiring
bertambahnya usia. Pada usia < 9 tahun 4,5%, usia 9 atau 10 tahun 4,8%,
usia 11 atau 12 tahun 6,8%, usia 13 atau 14 tahun 7,8%. Kemudian, usia 15
atau 16 tahun dan usia > 17 tahun mengalami penurunan yaitu 7,0% dan
1,3% pada siswa SLTA di provinsi Jawa Barat pada tahun 2017.
2. Terdapat sebanyak 8,1% remaja menggunakan vape selama 30 hari terakhir
pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat pada tahun 2017
3. Prevalensi kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat
tahun 2017 yaitu 27,7% pernah merasa sedih atau putus asa disertai
kehilangan minat selama 2 minggu atau lebih berturut-turut, 4,8% pernah
memiliki niat bunuh diri, 4,6% pernah menyusun rencana bunuh diri, dan
5,1 % pernah mencoba bunuh diri.
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan
kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun
2017.
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku vaping dengan kejadian
gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun 2017 berupa
merasa sedih atau putus asa selama 2 minggu berturut-turut dalam 12 bulan
terakhir dengan p=0,003
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengguna dual use dengan
kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi Jawa Barat tahun
2017.
64
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian berikutnya mengenai hubungan perilaku
morokok dan vape terhadap kejadian gejala depresi berdasarkan
pengukuran hormon dopamin dan serotonin pada pelajar SLTA di Provinsi
Jawa Barat.
2. Perlu dilakukan penelitian berikutnya mengenai hubungan perilaku
merokok dan vape terhadap kejadian sindrom depresi pada pelajar SLTA di
Provinsi Jawa Barat.
3. Perlu dilakukan penelitian oleh peneliti berikutnya mengenai faktor-faktor
penyebab timbulnya depresi selain dari rokok dan vape pada pelajar SLTA
di Provinsi Jawa Barat.
4. Melihat prevalensi perilaku merokok dan vaping yang cukup tinggi pada
pelajar SLTA di Provinsi Jawa barat Tahun 2017 khususnya SMA dan
SMK, peneliti menyarankan untuk dilakukanya upaya preventif terhadap
perilaku merokok dan vaping.
5. Melihat mudanya usia merokok yaitu 9 tahun maka perlu edukasi sejak dini,
sasaran bukan hanya untuk anak tetapi orang tua juga.
6. Perlu adanya ketegasan hukum mengenai keberadaan vape di Indonesia.
7. Melihat prevalensi kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di provinsi
Jawa Barat Tahun 2017, peneliti menyarankan untuk dilakukanya edukasi
mengenai pengenalan gejala depresi kepada pelajar, orang tua dan
masyarakat, sehingga mereka lebih menyadari dan tahu tindakan awal yang
harus dilakukan memiliki gejala depresi.
8. Perlu dilakukan upaya preventif dalam mengatasi kejadian depresi pada
pelajar SLTA sehingga dapat terjadi penurunan angka gangguan kesehatan
mental emosional khususnya di provinsi Jawa Barat.
65
DAFTAR PUSTAKA
1. Batubara, Jose RL. Adolescent development (Perkembangan Remaja). Jakarta:
departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr. Cipto Mangunkusumo, FK UI 2010
2. PUSLITBANG Upaya Kesehatan Masyarakat. Perilaku Berisiko Kesehatan
Pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia. Badan LITBANGKES Kementrian
Kesehatan RI. 2015
https://www.who.int/ncds/surveillance/gshs/GSHS_2015_Indonesia_Report_
Bahasa.pdf [disitasi 24 Oktober 2019]
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pedoman Standar nasional
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI. 2013
4. World Lung Foundation. The Tobacco Atlas 5th ed. Atlanta: American Cancer
Society, Inc. 2015
5. WHO, R. O. of S.-E. A. (2014). Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Global
Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia Report. 2014
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2018. Jakarta: Kemenkes RI. 2018
7. Hammond D, et al. Prevalence of vaping and smoking among adolescents in
Canada, England, and the United States: repeat national cross sectional
surveys. 2019. https://www.bmj.com/content/365/bmj.l2219#aff-5. [disitasi 23
Juni 2019]
8. Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Litbangkes; 2013
9. Liem Andrian. Pengaruh Nikotin Terhadap Aktivitas Dan Fungsi Otak Serta
Hubungannya Dengan Gangguan Psikologis Pada Pecandu Rokok. Makalah
Psikologi Universitas Gajah Mada. 2010
10. Yeji, Lee dan Kang-Sook Lee. Association of Depression and Suicidality with
Electronic and Conventional Cigarette Use in South Korea Adolescents. 2019.
https://doi.org/10.1080/10826084.2018.1552301 [disitasi 30 Oktober 2019]
11. WHO. Health for the world’s adolescents: a second chance in the second
decade: summary; 2014.
66
12. Peltzer. K, Pengpid. S. Depressive Symptoms and Social Demographic, Stress
and Health Risk Behaviour Among University Students in 26 low, middle and
high income countries. International Journal of Psychiatry in Clinical Practice.
2015
13. Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 2018.
http://statistik.data.kemdikbud.go.id/ [disitasi 28 April 2019]
14. KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2016.
15. Heryani, R. Kumpulan Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Khusus Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media; 2014.
16. Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2000
17. Larasati, A. Perbedaan Derajat Keasaman (pH) Saliva Pada Perokok Keretek
dan Non Keretek. Penelitian Kedokteran Universitas Syarif Hidayatullah.
2016.
18. Townsend, CL dan RL Maynard. Effects on Health of Prolonged Exposure to
Low Concentrations of Carbon Monoxide. Ocoup Environ Med. 2002
19. Geiss O, Kotzias D. Tobacco. European Comission: Cigarettes, and Cigarette
Smoke. Italy: European Communities; 2007
20. Alamsyah, R.M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan
Hubungan dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Kota Medan 2007.
Tesis S2 Universitas Sumatera Utara 2009.
http://repository.usu.ac.id/123456789/6703/09E02236.pdf [disitasi 28 April
2019]
21. Komasari D, Avian F H. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada
Remaja; 2000
22. Townsend, CL dan RL Maynard. Effects on Health of Prolonged Exposure to
Low Concentrations of Carbon Monoxide. Ocoup Environ Med. 2002
23. The International Bank of Reconstruction and Development. Meredam Wabah
Pemerintah dan Aspek Ekonomi Pengawasan Terhadap Tembakau.
USA:Wachington DC. 2000.
67
24. Badan POM. infoPOM. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Jakarta. 2015
25. William M., Trtchounian A, dan Talbot P. 2010. Conventional and electronic
cigarette (e-cigarette) have different smoking characteristics. Nicotine Tobacco
Res.
26. American Heart Association. Is Vaping Better Than Smoking?. 2019.
https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-lifestyle/quit-smoking-
tobacco/is-vaping-safer-than-smoking [disitasi 24 November 2019]
27. WHO. Depression; 2012
28. Ismail RI, Kristiana S. Gangguan Depresi dalam Buku Ajar Psikiatri. edisi 2.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.
29. Kementrian Kesehatan RI. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa
Masyarakat; 2016
30. Lickerman, Alex. The Six Reasons People Attempt Suicide. Psychology Today
April 29, 2010. https://www.psychologytoday.com/us/blog/happiness-in-
world/201004/the-six-reasons-people-attempt-suicide [disitasi 20 November
2019]
31. CDC. Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS). 2018.
https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/index.htm [disitasi 25 November
2019].
32. M. Sopiyudin Dahlan. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. 2016
33. Sastroasmoro S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. edisi 5.
Jakarta: CV Sagung Seto; 2014
34. WHO. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2013.
https://www.who.int/tobacco/.global_report/2013/en/. [disitasi 11 November
2019]
35. WHO (World Health Organization). Report on the global tobacco epidemic.
2009
68
36. Electronic Cigarette Association. The Facts About Electronic Cigarette.
Washington. 2009
37. Herawati MH. Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Pada Produk Rokok dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan. Seminar nasional Kimia dalam Industri dan
Lingkungan. 2010. Yogyakarta.
38. Apsari Damayanti, Pengguna Rokok Elektronik di Komunitas Personal
Vaporizer Surabaya. 2016
39. U.S Food and Drug Administration (FDA). 2011. Flavored Tobacco.
http://www.fda.gov/TobaccoProducts/ProtectingKidsfromTobacco/FlavoredT
obacco/default.htm. [sitasi 5 Desember 2019]
40. Benowitz, N. L. Neurobiology of Nicotine Addiction: Implications for
Smoking Cessation Treatment. The American Journal of Medicine vol 121.
2008
41. Al Qurtuby, Sumanto. Menimbang Fatwa Rokok NU dan Muhammadiyah.
2018. https://www.nu.or.id/post/read/97536/menimbang-fatwa-rokok-nu-dan-
muhammadiyah. [sitasi 29 Desember 2019]
69
Lampiran 1.
Kuesioner YRBS 2017
SURVEI PEILAKU KESEHATAN REMAJA INDONESIA TAHUN 2017
Survei ini tentang perilaku kesehatan remaja. Kuesioner dalam survei ini
dikembangkan sedemikian rupa sehingga Anda bisa memberitahu kami tentang
kebiasaan Anda yang mungkin bisa mempengaruhi kesehatan Anda. Informasi
yang Anda berikan akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan kesehatan para
remaja seusia Anda.
JANGAN menuliskan nama Anda. Informasi yang Anda berikan akan dirahasiakan.
Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang Anda tulis. Tolong jawab
pertanyaanpertanyaan di bawah ini sesuai dengan apa yang Anda benar-benar
kerjakan.
Pertanyaan tentang latar belakang Anda hanya digunakan untuk menggambarkan
karakteristik seluruh siswa yang menjadi responden, dan bukan untuk mencari tahu
nama Anda. Tidak ada nama siswa yang dilaporkan. Patikan bahwa Anda telah
membaca seluruh pernyataan. Isi lembar jawaban secara lengkap.Apabila telah
selesai mengisinya, ikuti petunjuk petugas survei.
Terima kasih atas kerjasama Anda
DESKRIPSI DIRI
1. Berapa usia Anda sekarang?
A. 12 tahun atau kurang
B. 13 tahun
C. 14 tahun
D. 15 tahun
E. 16 tahun
F. 17 tahun
G. 18 tahun
H. 19 tahun atau lebih
70
2. Apa jenis kelamin Anda?
A. Laki-laki
B. Perempuan
5. Apa sekolah Anda?
A. SMA
B. MA
C. SMK
7. Anda duduk di kelas berapa saat ini?
A. 10
B. 11
C. 12
DEPRESI
37. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah merasa sedih atau putus asa
selama dua minggu atau lebih berturut-turut sehingga Anda tidak ingin melakukan
kegiatan apapun?
A. Ya
B. Tidak
38. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah sungguh-sungguh berniat untuk
bunuh diri?
A. Ya
B. Tidak
39. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah menyusun rencana untuk bunuh
diri?
A. Ya
B. Tidak
71
40. Selama 12 bulan terakhir, berapa kali Anda pernah mencoba bunuh diri?
A. 0 kali
B. 1 kali
C. 2 atau 3 kali
D. 4 atau 5 kali
E. 6 kali atau lebih
PERILAKU MEROKOK
42. Apakah Anda pernah mencoba merokok, walau hanya satu atau dua batang?
A. Ya
B. Tidak
43. Berapakah usia Anda ketika pertama kali mencoba merokok walaupun hanya
satu atau dua kali hisap?
A. Saya tidak pernah mencoba merokok
B. Saat usia kurang dari 9 tahun
C. Saat usia 9 atau 10 tahun
D. Saat usia 11 atau 12 tahun
E. Saat usia 13 atau 14 tahun
F. Saat usia 15 atau 16 tahun
G. Saat usia 17 tahun atau lebih
47. Selama 30 hari terakhir, pada hari dimana Anda merokok, berapa jumlah rokok
yang dihisap per hari?
A. Saya tidak merokok selama 30 hari terakhir
B. Kurang dari 1 rokok per hari
C. 1 rokok per hari
D. 2-5 rokok per hari
E. 6-10 rokok per hari
F. 11-20 rokok per hari
G. Lebih dari 20 rokok per hari
72
51. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda mencoba untuk berhenti merokok?
A. Saya tidak merokok selama 12 bulan terakhir
B. Iya
C. Tidak
PERILAKU VAPING
53. Selama 30 hari terakhir, dalam berapa hari Anda menggunakan vape?
A. 0 hari
B. 1 atau 2 hari
C. 3-5 hari
D. 6-9 hari
E. 10-19 hari
F. 20-29 hari
G. 30 hari seluruhnya
73
Lampiran 2
Parental Informed Consent Passive-Form
Yth. Orang tua siswa,
Sekolah putera-puteri Anda terpilih untuk ikut berpartisi pasi dalam Survei
Perilaku Kesehatan Remaja Indonesia tahun 2017, bersama-sama para siswa
dari 29 sekolah lanjutan tingkat atas lainnya di Provinsi DKI Jaya, Jawa Barat dan
Banten. Survei ini disponsori oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Survei ini menanyakan
tentang perilaku kesehatan putera-puteri Anda, antara lain kebiasaan makan, tidur,
olah raga, merokok, minum minuman keras, cedera, aktivitas menggunakan
internet, dan kesehatan reproduksi. Setiap siswa memerlukan waktu 40-60 menit
untuk mengisi kuesioner pada survei ini. Setiap jawaban atas pertanyaan survey ini
berupa pilihan berganda. Jawaban dituliskan di atas kertas dengan menggunakan
pensil 2B.
Survei ini dirancang untuk melindungi privasi siswa. Siswa tidak diperkenankan
menuliskan nama mereka pada lembar isian kuesioner. Selain itu, nama siswa dan
sekolah tidak dicantumkan dalam laporan penelitian. Siswa tidak memperoleh
keuntungan financial apapun dengan mengikuti survei ini. Hasil survei ini akan
bermanfaat bagi kesehatan seluruh remaja Indonesia di masa depan. Hasil survei
ini akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan kesehatan bagi remaja.
Pendidikan kesehatan yang tepat bagi para remaja akan mencegah mereka dari
berbagai penyakit ketika dewasa nanti, antara lain seperti penyakit jantung, stroke,
kanker, kencing manis, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, dan sebagainya.
Kami berharap seluruh siswa terpilih bisa berpartisipasi dalam survei ini. Namun,
survei ini bersifat sukarela.Tidak ada sanksi apapun bagi sekolah, siswa maupun
orang tuanya apabila siswa tidak mengikuti survei ini ataupun memutuskan untuk
berhenti kapan saja ketika sedang mengikuti survei.Siswa juga diperkenankan
untuk melewati pertanyaan tertentu yang tidak ingin mereka jawab. Mohon
lengkapi form di bawah ini dan diserahkan kembali kepada sekolah dalam 3 hari
74
sejak dibagikan kepada siswa hanya jika Anda tidak mengizinkan putera-puteri
Anda mengikuti survei ini. Apabila Anda masih memiliki pertanyaan lagi tentang
survei ini yang tidak bisa dijawab oleh guru putera-puteri Anda atau kepala sekolah,
silakan hubungi …………………………………………………….
Di Nomor _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ .
Terima kasih.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _
Mohon lengkapi dan serahkan kembali form di bawah ini apabila Anda tidak
mengizinkan putera-puteri Anda mengikutisurvei.
Nama siswa : …………………………………………….….
Kelas : ………………….…………………….
Saya telah membaca form ini dan memahami tentang survei ini.
[ ] TIDAK, anak saya tidak boleh mengikuti survei ini
Nama orang tua : …………………………………………….
Nomor HP : …………………………………………….
Tandatangan : …………………………………………….
75
Lampiran 3.
Surat Rekomendasi Penelitian
76
77
Lampiran 4.
Surat Rekomendasi Izin Penelitian
78
Lampiran 5.
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Putri Amalia Nasution
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 09 April 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl. Jambu, Perumahan D’ Arden No B1, Ciputat
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2001 – 2003 : TK Aisyah Aek Mual
2003 – 2009 : SDN 142558 Tangga Bosi
2009 – 2012 : Pesantren Darul Mursyid Sipirok
2012 – 2015 : SMA Negeri 3 Medan
2016 – sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Riwayat Organisasi
2017 – 2018 : Anggota Departemen Kesejahteraan Sosial
DEMA FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 – 2019 : Ketua Departemen Pembangunan Ekonomi
DEMA FK UIN Syarif Hidayatullah jakarta
2019 – sekarang : Anggota bidang Funding and Partnership ISMKI
Wilayah 2